TAHUN 2014
TENTANG
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR
NOMOR :
TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN PERKOTAAN CIANJUR
TAHUN 2013 2033
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI CIANJUR
Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 12 ayat
(6) Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 17 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Cianjur Tahun 2011 2031, perlu menetapkan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Cianjur Tahun 2013 2033 dalam Peraturan Daerah;
Mengingat :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Definisi
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Cianjur.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Cianjur.
3. Kepala Daerah adalah Bupati.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
37. Sub Zona Sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) yang selanjutnya disingkat
PS.5 adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan lindung yang harus dibebaskan dari kegiatan orang,
mahluk hidup lainnya, maupun benda apapun.
38. Zona suaka alam dan cagar budaya yang selanjutnya disingkat SC
adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan
lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupu di
perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan ekosistemnya
beserta nilai budaya dan sejarah bangsa.
39. Zona Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah
area
memanjang/jalur
dan/atau
mengelompok,
yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam.
40. Sub Zona RTH Hutan Kota yang selanjutnya disingkat RTH.1 adalah
suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang
kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah
negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh
pejabat yang berwenang.
41. Sub Zona RTH Taman Kota yang selanjutnya disingkat RTH.2 adalah
ruang terbuka hijau yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana
kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
42. Sub Zona RTH Pemakaman yang selanjutnya disingkat RTH.3 adalah
ruang terbuka hijau yang diperuntukan bagi pemakaman.
43. Sub Zona RTH Lapangan yang selanjutnya disingkat RTH.4 adalah
ruang terbuka hijau yang diperuntukan bagi kegiatan olah raga.
44. Sub zona RTH Jalur Hijau yang selanjutnya disingkat RTH.5 adalah
jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang
terletak di dalam ruang milik jalan (Rumija) maupun di dalam ruang
pengawasan jalan (Ruwasja).
45. Zona Rawan Bencana yang selanjutnya disingkat RB adalah
peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung
yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan
yang sering atau berpotensi tinggi mengalami tanah longsor,
gelombang pasang/tsunami, banjir, letusan gunung berapi, dan
gempa bumi.
46. Sub Zona Rawan Bencana Banjir yang selanjutnya disingkat RB.1
adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan
lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di
perairan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami banjir.
55. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal yang selanjutnya disingkat
K.1 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan
budidaya yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan
perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha,
tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan regional yang
dikembangan dalam bentuk tunggal secara horizontal maupun
vertikal.
56. Sub Zona Perdagangan dan Jasa Deret yang selanjutnya disingkat
K.3 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan
budidaya yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan
perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha,
tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan regional yang
dikembangan dalam bentuk deret.
57. Zona Perkantoran yang selanjutnya disingkat KT adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
difungsikan
untuk
pengembangan
kegiatan
pelayanan
pemerintahan, tempat bekerja/tempat berusaha yang dilengkapi
dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya.
58. Sub Zona Perkantoran Pemerintahan yang selanjutnya disingkat
KT.1 adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya yang difungsikan untuk pengembangan kegiatan
pelayanan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
59. Sub Zona Perkantoran Swasta yang selanjutnya disingkat KT.2
adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan
budidaya yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan
perkantoran swasta, jasa, tempat bekerja, tempat berusaha dengan
fasilitasnya yang dikembangkan dengan bentuk tunggal/renggang
secara horizontal maupun vertikal.
60. Zona Sarana Pelayanan Umum yang selanjutnya disingkat SPU
adalah peruntukan tanah yang dikembangan untuk menampung
fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan,
sosial budaya, olah raga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang
dikembangkan dalam bentuk tunggal/renggang, deret/rapat dengan
skala pelayanan yang ditetapkan dalam rencana kota.
61. Sub Zona Pendidikan yang selanjutnya disingkat SPU.1 adalah
peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya
yang dikembangkan untuk sarana pendidikan dasar sampai dengan
pendidikan tinggi, pendidikan formal maupun informal dan
dikembangkan secara horizontal maupun vertikal.
62. Sub Zona Kesehatan yang selanjutnya disingkat SPU.2 adalah
peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya
yang dikembangkan untuk pengembangan sarana kesehatan dengan
hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang akan dilayani yang dikembangkan secara horizontal
maupun vertikal.
8
c. Aneka kimia dan serat yang mengolah bahan baku melalui proses
kimia sehingga menjadi barang jadi yang dapat dimanfaatkan
seperti ban kendaraan, pipa paralon, pasta gigi, sabun cuci, dan
korek api.
d. Aneka bahan bangunan yang mengolah aneka bahan bangunan,
seperti industri kayu, keramik, kaca dan marmer.
70. Zona Campuran yang selanjutnya disingkat C adalah bagian dari
kawasan budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi dan/atau
bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa,
perumahan, perdagangan/jasa, dan perkantoran.
71. Zona Khusus yang selanjutnya disingkat KH adalah peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang
dikembangkan untuk menampung peruntukan-peruntukan khusus
Hankam, Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA), Instalasi
Pembuangan Air Limbah (IPAL), dan lain-lain yang memerlukan
penanganan, perencanaan sarana prasarana serta fasilitas tertentu,
dan belum tentu di semua wilayah memiliki peruntukan khusus ini.
72. Sub Zona Khusus Hankam yang selanjutnya disingkat KH.1 adalah
peruntuk ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
yang dikembangkan untuk menampung peruntukan pertahanan dan
keamanan (Hankam).
73. Sub Zona Khusus Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang
selanjutnya disingkat KH.2 adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan
untuk menampung peruntukan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah.
74. Sub Zona Khusus Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
selanjutnya disingkat KH.3 adalah peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangan
untuk menampung peruntukan tempat Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).
75. Zona Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH
adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak
termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau
yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang
tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori (cadas, pasir, kapur,
dan lain sebagainya).
76. Zona Peruntukan Lainnya yang selanjutnya disingkat PL adalah
peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung fungsi
kegiatan di daerah tertentu berupa pertanian, pertambangan,
pariwisata, dan peruntukan lainnya.
77. Sub Zona Peruntukan Pertanian yang selanjutnya disingkat PL.1
adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung
kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tanaman tertentu
seperti pertanian tanaman pangan dan pertanian hortikultura.
10
89. Sempadan Rel Kereta Api adalah garis batas luar pengamanan jalur
kereta api, jalan kereta api, daerah yang meliputi daerah manfaat
jalan kereta api, daerah milik jalan kereta api, dan ruang
pengawasan jalan kereta api termasuk ruang bagian bawah dan
ruang bebas atasnya yang diperuntukan bagi lalulintas kereta api.
90. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan
khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan,
dan/atau persil.
91. Jalan Arteri Primer menghubungkan secara berdaya guna antar
pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan wilayah.
92. Jalan Arteri Sekunder menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu, atau kawasan skunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
93. Jalan Kolektor Primer menghubungkan secara berdaya guna antaraa
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal.
94. Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder ketiga.
95. Jalan Lokal Primer menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan
lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan,
serta antar pusat kegiatan lingkungan.
96. Jalan Lokal Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
97. Jalan Lingkungan Primer menghubungkan antar pusat kegiatan di
dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan
perdesaan.
98. Jalan Lingkungan Sekunder menghubungkan antar persil dalam
kawasan perkotaan.
99. Ruang Manfaat Jalan yang selanjutnya disingkat Rumaja merupakan
ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan dan
digunakan untuk badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya.
12
100. Ruang Milik Jalan yang selanjutnya disingkat Rumija atau Right Of
Way (ROW) merupakan ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar manfaat jalan yang diperuntukan bagi ruang
manfaat jalan, pelebaran jalan, penambahan jalur lalu lintas di masa
datang serta kebutuhan ruang untuk pengaman jalan dan dibatasi
oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu.
101. Ruang Pengawasan Jalan yang selanjutnya disingkat Ruwasja adalah
ruang tertentu di luar rumija yang penggunaannya dikuasai oleh
penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan bebas
pengemudi, konstruksi jalan dan fungsi jalan.
102. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
103. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan
gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
104. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan.
105. Ketinggian Bangunan yang selanjutnya disingkat KB adalah jumlah
lantai penuh dalam suatu bangunan dihitung mulai lantai dasar
sampai dengan lantai tertinggi yang diarahkan untuk terciptanya
komposisi pemanfaatan lahan di dalam suatu kapling tertentu.
106. Koefisien Tapak Basement yang selanjutnya disingkat KTB adalah
angka persentase perbandingan antara luas tapak dasar bangunan
dengan luas persil. Prosentase KTB adalah kebalikan sisa dari
prosentase KDH.
107. Koefisien Wilayah Terbangun yang selanjutnya disingkat KWT adalah
angka persentase perbandingan luas tapak seluruh bangunan yang
ada dalam satu blok dengan luas lahan blok bersangkutan.
108. Kepadatan Bangunan adalah prosentase perbandingan antara
jumlah bangunan dalam satu blok dengan luas lahan blok
bersangkutan.
109. Air Baku Untuk Air Minum, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal sumber air permukaan, cekungan air
tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu
sebagai air baku untuk rumah tangga.
110. Air Minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
13
111. Air Bersih adalah air yang mutunya disarankan memenuhi syaratsyarat sebagai air minum seperti ditetapkan dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) 0220-1987 M tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum.
112. Air buangan limbah adalah semua jenis air buangan yang berasal
dari kegiatan rumah tangga maupun non rumah tangga dan
industri.
113. Instalasi Pengolahan Air yang selanjutnya disingkat IPA adalah
sistem pengolahan air yang terdiri dari unit-unit pengolahan yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas air baku menjadi air
bersih.
114. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya disingkat IPLT
adalah instalasi pengolahan air limbah yang di desain hanya
menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa
perpipaan).
115. Jaringan Drainase
adalah sistem jaringan saluran air yang
digunakan
untuk
pematusan
air
hujan,
yang
berfungsi
menghindarkan genangan (inundation) yang berada dalam suatu
kawasan atau dalam batas administratif kota.
116. Tangki Septik adalah sebuah bak yang terbuat dari bahan yang rapat
air, berfungsi sebagai bak pengendap yang ditujukan untuk
menampung kotoran padat untuk mendapatkan suatu pengolahan
secara biologis oleh bakteri dalam waktu tertentu.
117. Tempat Penampungan Sampah Sementara yang selanjutnya
disingkat TPSS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat
pendaur ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
118. Tempat Pemrosesan Akhir Sampah yang selanjutnya disingkat TPA
Sampah adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan
sampah
ke
media
lingkungan
secara
aman
bagi
manusia/lingkungan.
119. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat
SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat
penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan diatas
278 kV.
120. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT
adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar
di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat
pembangkit ke pusat beban dengan tegangan diatas 70 kV sampai
dengan 278 kV.
121. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberi rangsangan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata
ruang.
14
Pasal 3
RDTR yang dilengkapi dengan peraturan zonasi berfungsi sebagai :
a. kendali mutu pemanfaatan ruang RTRW;
b. arahan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari
kegiatan pemanfaatan ruang yang diamanatkan dalam RTRW;
c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
d. acuan bagi penebitan ijin pemanfaatan ruang;
e. acuan dalam penyusunan ruang untuk setiap bagian-bagian wilayah
sesuai RTBL dan rencana yang lebih rinci lainnya.
15
Bagian Ketiga
Paragraf 1
Muatan
Pasal 4
Muatan RDTR meliputi :
a. tujuan penataan ruang;
b. rencana pola ruang;
c. rencana jaringan prasarana;
d. penetapan
bagian
wilayah
penanganannya;
e. ketentuan pemanfaatan ruang;
f. peraturan zonasi.
perkotaan
yang
diprioritaskan
Paragraf 2
Wilayah Perencanaan
Pasal 5
(1) Wilayah perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan Cianjur mencakup
BWP Cianjur seluas kurang lebih 5.700 (lima ribu tujuh ratus) hektar;
(2) BWP Cianjur sebagaimana dimaksud ayat (1), terdiri dari 15 (lima
belas) desa dan 6 (enam) kelurahan di 3 (tiga) kecamatan, yang
meliputi :
a. Kecamatan Cianjur
1. Kelurahan Muka
2. Kelurahan Solokpandan
3. Kelurahan Pamoyanan
4. Kelurahan Sawahgede
5. Kelurahan Bojongherang
6. Kelurahan Sayang
7. Desa Babakankaret
8. Desa Sukamaju
9. Desa Limbangansari
10. Desa Nagrak
11. Desa Mekarsari
b. Kecamatan Karangtengah
1. Desa Sukataris
2. Desa Bojong
3. Desa Sabandar
4. Desa Sukamanah
5. Desa Maleber
6. Desa Sindanglaka
7. Desa Sukamulya
8. Desa Sindangasih
16
c. Kecamatan Cilaku
1. Desa Sirnagalih
2. Desa Rancagoong
(3) Batas-batas wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi :
a. sebelah utara berbatasan dengan Desa Leuwikoja dan Desa
Mekarjaya Kecamatan Mande;
b. sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cieundeur Kecamatan
Warungkondang, Desa Sukasari dan Desa Sukakerta Kecamatan
Cilaku;
c. sebelah timur berbatasan dengan Desa Munjul dan Desa Rahong
Kecamatan
Cilaku,
dan
Desa
Hegarmanah
Kecamatan
Karangtengah;
d. sebelah timur berbatasan dengan Desa Munjul dan Desa Rahong
Kecamatan
Cilaku,
dan
Desa
Hegarmanah
Kecamatan
Karangtengah;
e. sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibulakan, Desa Gasol dan
Desa Cirumput Kecamatan Cugenang.
(4) Wilayah perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan Cianjur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tercantum dalam peta Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 3
Pembagian Sub BWP
Pasal 6
(1) Pembagian sistem pusat pelayanan Kawasan Perkotaan Cianjur terdiri
dari 5 (lima) sub pusat pelayanan atau Sub BWP, yang terdiri dari Sub
BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C, Sub BWP D, dan Sub BWP E;
(2) Sub BWP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing
mempunyai fungsi kegiatan dominan sebagai berikut :
a. sub BWP A sebagai pusat utama, dengan fungsi dominan sebagai
pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan skala kota, sosial
ekonomi dan perumahan kepadatan tinggi, luas kurang lebih
530,276 (lima ratus tiga puluh koma dua ratus tujuh puluh enam)
hektar), meliputi sebagian Kelurahan Muka, sebagian Kelurahan
Bojongherang, sebagian Kelurahan Pamoyanan, Kelurahan
Solokpandan, sebagian Kelurahan Sawahgede, sebagian Kelurahan
Sayang, sebagian Desa Nagrak, sebagian Desa Sukamaju, dan
sebagian Desa Rancagoong;
17
Paragraf 4
Pembagian Blok
Pasal 7
sebagaimana
dimaksud Pasal 6 terbagi kedalam blok,
a. sub BWP A terbagi dalam 6 (enam) blok terdiri dari blok A.1 blok
A.2, blok A.3, blok A.4, blok A.5, dan blok A.6;
b. sub BWP B terbagi dalam 5 (lima) blok terdiri dari blok B.1, blok
B.2, blok B.3, blok B.4, dan blok B.5;
18
c. sub BWP C terbagi dalam 4 (empat) blok terdiri dari blok C.1, blok
C.2, blok C.3, dan blok C.4;
d. sub BWP D terbagi dalam 5 (lima) blok terdiri dari blok D.1, blok
D.2, blok D.3, blok D.4, dan blok D.5;
e. sub BWP E terbagi dalam 5 (lima) blok terdiri dari blok E.1, blok
E.2, blok E.3, blok E.4, dan blok E.5.
(2) Pembagian blok sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam peta
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PENATAAN RUANG
Paragraf 1
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 8
Tujuan penataan ruang Kawasan Perkotaan Cianjur adalah :
Mewujudkan Kawasan Perkotaan Cianjur sebagai kawasan pertumbuhan
sosial, ekonomi dan budaya Kabupaten Cianjur yang produktif dan
berkualitas serta berkelanjutan melalui kegiatan perdagangan, jasa dan
industri ramah lingkungan dalam menunjang perkembangan
pusat
pelayanan kegiatan dalam konstelasi regional wilayah
Paragraf 2
Sasaran Penataan Ruang
Pasal 9
Sasaran penataan ruang Kawasan Perkotaan Cianjur adalah :
a. mewujudkan pertumbuhan kegiatan sosial, ekonomi masyarakat
melalui pengembangan perdagangan, jasa, dan industri yang ramah
lingkungan yang di dukung sarana dan prasarana yang memadai serta
menjadi penyeimbang dalam pengembangan wilayah Provinsi Jawa
Barat;
b. mewujudkan lingkungan permukiman yang aman dan nyaman dengan
tersedianya ruang terbuka hijau yang mampu menjamin keseimbangan
ekosistem kota serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota;
c. terlaksananya fungsi pengendalian melalui peraturan zonasi yang
operasional dan sesuai dengan karakteristik Kawasan Perkotaan
Cianjur.
19
BAB III
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
(1) Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Cianjur meliputi :
a. zona lindung;
b. zona budidaya.
(2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam tabel Lampiran IV dan peta Lampiran V yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Zona Lindung
Paragraf 1
Umum
Pasal 11
(1) Rencana zona lindung sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1)
huruf a, meliputi :
a. zona PB;
b. zona PS;
c. zona RTH;
d. zona RB; dan
e. zona SC.
(2) Rencana zona lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam peta Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Zona PB
Pasal 12
Rencana zona PB sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) huruf a
berupa zona resapan air terletak di blok D.3 Desa Babakankaret seluas
kurang lebih 147,97 (seratus empat puluh tujuh koma Sembilan puluh
tujuh) hektar.
Paragraf 3
Zona PS
Pasal 13
Rencana zona PS sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) huruf b,
meliputi :
20
a. sub
b. sub
c. sub
d. sub
e. sub
zona
zona
zona
zona
zona
PS.1;
PS.2;
PS.3;
PS.4; dan
PS.5.
Pasal 14
(1) Rencana sub zona PS.1 sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf a
seluas kurang lebih 24,66 (dua puluh empat koma enam puluh enam)
hektar, meliputi :
a. Sungai Cianjur;
b. Sungai Cisarua Leutik;
c. Sungai Cisarua Gede;
d. Sungai Cikaret;
e. Sungai Cisarongge;
f. Sungai Cisela;
g. Sungai Cicadas;
h. Sungai Cibalagung;
i. Sungai Cibinong; dan
j. Sempadan sungai lain yang melintasi di dalam Kawasan Perkotaan
Cianjur.
(2) Rencana sub zona PS.1 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a
sampai j ditentukan berdasarkan sungai yang tidak bertanggul dan
sungai bertanggul, dengan ketentuan :
a. sungai tidak bertanggul :
1) paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;
2) paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20
(dua puluh) meter; dan
3) paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
b. sungai bertanggul ditentukan paling sedikit 3 (tiga) meter dari tepi
kaki tanggul sungai sepanjang alur sungai;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai garis sempadan sungai diatur dalam
Peraturan Daerah tersendiri.
21
Pasal 15
(1) Rencana sub zona PS.2 sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf b
seluas kurang lebih 6,31 (enam koma tiga puluh satu) hektar,
meliputi :
a. Saluran irigasi Ciraden/Cibalu;
b. Saluran irigasi Cianjur Leutik;
c. Saluran irigasi Ciheulang;
d. Saluran irigasi Cimenteng I dan Cimenteng II; dan
e. Saluran irigasi Cisarua II/Leuwi Jubleg.
(2) Rencana sub zona PS.2 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a
sampai e mempertimbangkan terhadap ketinggian tanggul, kedalaman
saluran dan/atau penggunaan tanggul, dengan ketentuan :
a. garis sempadan irigasi tidak bertanggul diukur dari tepian luar
parit drainase di kanan dan kiri saluran irigasi dengan jarak garis
sempadan paling sedikit sama dengan kedalaman saluran irigasi,
bila kedalaman kurang dari 1 (satu) meter, maka jarak gari
sempadan paling sedikit 1 (satu) meter;
b. garis sempadan saluran irigasi
bertanggul diukur dari sisi
luar kaki tanggul dengan jarak garis sempadan paling sedikit sama
dengan ketinggian tanggul saluran irigasi, bila ketinggian tanggul
kurang dari 1 (satu) meter, maka jarak garis sempadan paling
sedikit 1 (satu) meter; dan
c. garis sempadan saluran irigasi pada lereng/tebing diukur dari titik
potong antara garis galian dengan permukaan tanah asli untuk sisi
lereng di atas saluran dan sisi luar kaki tanggul untuk sisi lereng di
bawah saluran, dengan jarak garis sempadan untuk sisi lereng di
atas saluran paling sedikit sama dengan kedalaman galian saluran
irigasi dan jarak sempadan untuk sisi lereng dibawah saluran
paling sedikit sama dengan ketinggian saluran irigasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai garis
dalam Peraturan Daerah tersendiri.
Pasal 16
(1) Rencana sub zona PS.3 sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf c,
meliputi mata air Lebak Dongkol dan mata air Cipanggung di blok D.2
Desa Babakankaret;
(2) Menetapkan sub zona PS.3 sebagaimana dimaksud ayat (1) sekurang
kurangnya radius 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air.
22
Pasal 17
(1) Rencana sub zona PS.4 sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf d,
meliputi areal di sepanjang rel Kereta Api yang melintasi blok A.3,
blok A.4, blok B.4, blok C.2 dan blok E.2 seluas kurang lebih 7,70
(tujuh koma tujuh puluh) hektar;
(2) Menetapkan jarak sempadan rel Kereta Api sebagaimana dimaksud
ayat (1) minimal 11,5 (sebelas koma lima) meter diukur dari as rel
Kereta Api terdekat;
(3) Menetapkan pengaturan jalur perkeretaapian dengan ketentuan ruang
manfaat jalan 6 (enam) meter, ruang milik jalan 12 (dua belas) meter,
ruang pengawasan jalan 23 (dua puluh tiga) meter, termasuk bagian
bawahnya serta ruang bebas diatasnya, yang terdiri :
a. 6 (enam) meter untuk badan jalan rel Kereta Api;
b. 3 (tiga) meter untuk taman dan pembatas;
c. 3,5 (tiga koma lima) meter untuk jalan inspeksi; dan
d. 2 (dua) meter untuk sistem penerangan jalan dan drainase.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sempadan rel Kereta Api berpedoman
kepada peraturan yang berlaku.
Pasal 18
(1) Rencana sub zona PS.5 sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf e,
meliputi areal sepanjang SUTT dan SUTET yang melintasi blok E.4
Desa Rancagoong dan Desa Nagrak, blok D.3 Desa Babakankaret,
blok B.2 Desa Bojong, blok B.5 Desa Sukamulya seluas kurang lebih
5,30 (lima koma tiga puluh) hektar;
(2) Menetapkan jarak sempadan SUTT dan SUTET sebagaimana
dimaksud ayat (1) diperuntukan bagi bangunan tidak tahan api,
meliputi :
a. jalur SUTT minimal 13,5 (tiga belas koma lima) meter;
b. jalur SUTET bagi sirkuit ganda minimal 14 (empat belas) meter dan
bagi sirkuit tunggal minimal 15 (lima belas) meter.
Paragraf 4
Zona RTH
Pasal 19
Rencana zona RTH sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1)
meliputi :
a. sub zona RTH.1;
b. sub zona RTH.2;
c. sub zona RTH.3;
d. sub zona RTH.4; dan
e. sub zona RTH.5.
23
huruf c,
Pasal 20
(1) Rencana RTH.1 sebagaimana dimaksud Pasal 19 huruf a seluas
kurang lebih 69,08 (enam puluh sembilan koma kosog delapan)
hektar, meliputi :
a. hutan kota Pasirgede di blok D.1 Kelurahan Bojongherang seluas
kurang lebih 1 (satu) hektar;
b. hutan kota Babakankaret di blok D.2 Desa Babakankaret seluas
kurang lebih 11,5 (sebelas koma lima) hektar dan dikembangkan
menjadi seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
c. rencana hutan kota di blok E.1 Desa Nagrak seluas kurang lebih
1,8 (satu koma delapan) hektar;
d. rencana hutan kota di blok E.2 Desa Sirnagalih seluas kurang lebih
10 (sepuluh) hektar;
e. rencana hutan kota di blok B.1 Desa Sukataris seluas kurang lebih
7,0 (tujuh koma nol) hektar.
(2) Rencana RTH.2 sebagaimana dimaksud Pasal 19 huruf b seluas
kurang lebih 20,53 (dua puluh koma lima puluh tiga)
hektar,
meliputi :
a. taman kota alun-alun kota yang sudah ada di blok A.1 Kelurahan
Pamoyanan seluas kurang lebih 0,8 (nol koma delapan) hektar;
b. taman kota Muka yang sudah ada di blok A.1 Kelurahan Muka
seluas kurang lebih 0,7 (nol koma tujuh) hektar;
c. taman kota
Joglo yang sudah ada di
blok A.3 Kelurahan
Sawahgede seluas kurang lebih 0,12 (nol koma dua belas) hektar;
d. rencana taman kota Joglo di blok A.5 Kelurahan Sawahgede
seluas kurang lebih 0,0156 (nol koma kosong seratus lima puluh
enam) hektar;
e. rencana taman kota Bojong blok B.3 Desa Bojong, blok C.1 Desa
Sukamaju, blok D.1 Desa Mekarsari dan blok E.1 Desa Rancagoong
seluas kurang lebih 9,60 (sembilan koma enam puluh) hektar;
f. rencana taman kecamatan terletak di blok A.2 Kelurahan
Pamoyanan seluas kurang lebih 2,40 (dua koma empat puluh)
hektar; dan
g. rencana
taman
kelurahan/desa
terletak
dimasing-masing
desa/kelurahan luas kurang lebih 6,89 (enam koma delapan puluh
sembilan) hektar.
(3) Rencana RTH.3 sebagaimana dimaksud Pasal 19 huruf c, seluas
kurang lebih 33,56 (tiga puluh tiga koma lima puluh enam) hektar,
meliputi :
a. pemakaman Pasarean Agung yang sudah ada di blok A.2 Kelurahan
Pamoyanan seluas kurang lebih 0, 7525 (nol koma tujuh ribu lima
ratus dua puluh lima) hektar;
b. pemakaman Sirnalaya I yang sudah ada di blok A.4 Kelurahan
Sayang seluas kurang lebih 2,843 (dua koma delapan ratus empat
puluh tiga) hektar;
24
Bagian Ketiga
Zona Budidaya
Paragraf 1
Umum
Pasal 23
(1) Rencana zona budidaya sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) huruf b
meliputi :
a. zona R;
b. zona K;
c. zona KT;
d. zona SPU;
e. zona I;
f. zona C;
g. zona KH;
h. zona RTNH; dan
i. zona PL.
(2) Rencana zona perumahan
sebagaimana dimaksud ayat (1)
digambarkan pada peta Lampiran VII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Zona R
Pasal 24
(1) Rencana zona R sebagaimana dimaksud Pasal 23 huruf a meliputi :
a. sub zona R.2;
b. sub zona R.3;
c. sub zona R.4; dan
d. sub zona R.5.
(2) Rencana sub zona R.2 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a
tersebar di blok A.1, A.2, A.3 dan A.5, seluas kurang lebih 901,45
(Sembilan ratus satu koma empat puluh lima) hektar;
(3) Rencana sub zona R.3 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
tersebar di blok A.4,
B.1 dan D.1, seluas kurang lebih
1.101,26(seribu seratus satu koma dua puluh enam) hektar;
(4) Rencana sub zona R.4 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
tersebar di blok B.3, B.4 dan C.1 seluas kurang lebih 244,20 (dua
ratus empat puluh empat) hektar;
(5) Rencana sub zona R.5 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d
tersebar di blok C.2, B.2, D.2, E.1 dan E.2 seluas kurang lebih 22,11
(dua puluh dua koma sebelas) hektar.
27
Paragraf 3
Zona K
Pasal 25
(1) Rencana zona K sebagaimana dimaksud Pasal 23 huruf b, meliputi :
a. subzona K.1; dan
b. subzona K.3.
(2) Rencana subzona K.1 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, seluas
kurang lebih 39,16 (tiga puluh Sembilan koma enam belas) hektar,
meliputi :
a. pusat perbelanjaan di Jalan Abdullah Bin Nuh blok A.4 Kelurahan
Pamoyanan, di blok B.3 Desa Bojong, dan di blok E.3 Desa
Sirnagalih;
b. toko modern di Jalan Pangeran Hidayatulloh blok A.4 Kelurahan
Sawahgede, Jalan Prof. Moch Yamin blok A.2 Kelurahan Sayang,
Jalan Dr. Muwardi blok A.4 Kelurahan Muka, dan di Jalan Siti
Jenab blok A.3 Kelurahan Pamoyanan;
c. pasar skala kabupaten berupa Pasar Induk Pasirhayam dan
rencana pasar beras di blok C.2 Desa Sirnagalih;
d. pasar skala kota yaitu Pasar Muka di blok A.1 Kelurahan Muka;
e. pasar skala lingkungan di blok B.3 Desa Bojong, blok D.3 Desa
Mekarsari, blok C.1 Desa Sukamaju dan blok E.1 Desa Rancagoong;
f. merelokasi pasar hewan yang berada di Jalan Siliwangi blok A.5
Kelurahan Sawahgede ke luar kota;
g. pergudangan di blok C.2 Desa Sirnagalih;
h. merelokasi
pergudangan
yang
ada
di
sepanjang
Jalan
Mangunsarkoro, Jalan Pasundan, Jalan Pangeran Hidayatulloh
Jalan Arif Rahman Hakim, dan Jalan Ir. H. Juanda;
i. kegiatan sentra PKL direncanakan di Pasar Induk Pasirhayam dan
di masing-masing pusat sub BWP, yaitu di blok B.3 Desa Sabandar,
blok C.3 Desa Sukamaju, blok D.2 Desa Mekarsari, dan di blok E.3
Desa Rancagoong.
(3) Rencana sub zona K.3 sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, seluas
kurang lebih 79,50 (tujuh puluh Sembilan koma lima puluh) hektar,
meliputi :
a. rumah dan toko di sepanjang Jalan Mangunsarkoro, Jalan HOS
Cokroaminoto, Jalan Siti Jenab, Jalan Suroso, Jalan Moch Ali,
Jalan Dr. Muwardi, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Siliwangi, Jalan
Suroso, Jalan Moch Ali, Jalan Abdullah Bin Nuh, Jalan Perintis
Kemerdekaan, Jalan Prof Moch Yamin, Jalan Raya Bandung, dan
Jalan Pramuka;
b. rencana sentra Pedagang Kaki Lima di setiap pusat kegiatan yang
berfungsi sebagai sub zona perdagangan dan jasa deret.
28
(1)
Paragraf 5
Zona SPU
Pasal 27
Rencana zona sarana SPU sebagaimana dimaksud Pasal 23 huruf d,
meliputi :
a. sub zona SPU.1;
b. sub zona SPU.2;
c. sub
d. sub
e. sub
f. sub
zona
zona
zona
zona
SPU.3;
SPU.4;
SPU.5; dan
SPU.6.
29
(2)
Pasal 28
(1) Rencana sub zona SPU.1 sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1)
huruf a, seluas kurang lebih 73,56 (tujuh puluh tiga koma lima puluh
enam) hektar, meliputi :
a. pendidikan tingkat tinggi;
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pasal 29
(1) Rencana sub zona SPU.2 sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1)
huruf b, seluas kurang lebih 7,83 (tujuh koma delapan puluh tiga)
hektar, yang meliputi :
a. rumah sakit;
b. puskesmas;dan
c. sarana kesehatan lain.
(2) Rencana pengembangan rumah sakit milik Pemerintah Daerah di blok
D.1 Kelurahan Bojongherang berupa RSUD Type B;
30
(3) Rencana rumah sakit swasta di Jalan Siti Jenab blok A.2 Kelurahan
Pamoyanan, Jalan Abdullah Bin Nuh blok D.3 Kelurahan Sawahgede,
Jalan Raya Sukabumi blok E.2 Desa Rancagoong, Jalan Pramuka
blok B.2 Desa Sindanglaka, dan Jalan Siliwangi blok A.4 Desa
Sukamaju;
(4) Rencana pengembangan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di
Jalan Pangeran Hidayatulloh Kompleks Kopem blok A.5 Kelurahan
Sawahgede, Jalan Dr. Muwardi blok B.1 Kelurahan Muka, Jalan Raya
Bandung blok B.3 Desa Bojong, dan blok D.1 Desa Babakankaret,
serta di blok E.1 Desa Rancagoong;
(5) Relokasi Puskesmas Muka di Jalan Dr. Muwardi blok B.1 Kelurahan
Muka dan Puskesmas Bojong di Jalan Raya Bandung blok B.3 Desa
Bojong;
(6) Pengembangan Puskesmas Muka dan Puskesmas Bojong diarahkan :
a. alokasi ruang tetap berada di blok B.1 untuk Puskesmas Muka dan
di blok B.3 untuk Puskesmas Bojong;
b. akses ke Puskesmas mudah dijangkau dengan angkutan umum;
c. luas
lahan
Puskesmas
memadai
untuk
penyediaan
sarana/prasarana pendukung.
d. rencana pengembangan sarana kesehatan lain berupa apotek, toko
obat, dan laboratorium di Jalan Ir. H. Juanda, Jalan HOS
Cokroaminoto, Jalan Mangunsarkoro, Jalan Rumah Sakit, dan
Jalan Dr. Muwardi;
e. rencana pengembangan sarana kesehatan skala pelayanan
lingkungan berupa Pustu, Pokesdes, dan Posyandu yang tersebar di
seluruh kawasan perkotaan.
Pasal 30
(1) Rencana sub zona SPU.3 sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1)
huruf c, seluas kurang lebih 5,42(lima koma empat puluh dua) hektar,
meliputi sarana peribadatan skala kabupaten, skala kecamatan,
skala kelurahan dan desa serta skala lingkungan;
(2) Rencana sarana peribadatan muslim skala kabupaten berupa mesjid
agung yang berada di Jalan Siti Jenab, dan sarana peribadatan bagi
non muslim berupa Gereja Protestan Indonesia (GPI) di Jalan
Mangunsarkoro, Gereja Santo Petrus di Jalan Siliwangi, Gereja Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP) di Jalan Mangunsarkoro, Gereja
Kristen di Jalan Moch. Ali, Gereja Pantekosta di Indonesa (GPDI) di
Jalan Hasyim Ashari, dan Kelenteng Bhumi Pharsija di Jalan
Mangunsarkoro;
(3) Rencana sarana peribadatan muslim skala kecamatan berupa mesjid
jami tersebar di masing-masing kecamatan di seluruh kawasan
perkotaan;
31
(4) Rencana plaza kota di lokasi eks Pasar Induk Cianjur di blok A.1
Kelurahan Pamoyanan.
Pasal 33
(1) Rencana sub zona SPU.6 sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1)
huruf f, terdiri dari stasiun kereta api, terminal, dan halte;
(2) Rencana pengembangan stasiun kereta api di blok A.3 Kelurahan
Sayang;
(3) Rencana pengembangan terminal, terdiri :
a. terminal tipe B di blok C.2 Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku,
seluas kurang lebih 2,13 (dua koma tiga belas) hektar;
b. terminal tipe C masing-masing di blok D.3 Desa Mekarsari, blok
B.3 Desa Bojong, dan di blok C.2 Desa Sirnagalih.
(4) Rencana halte masing-masing di Jalan Dr. Muwardi, Jalan Ir. H.
Juanda, Jalan Siliwangi, Jalan Prof. Moch Yamin, Jalan Arif Rahman
Hakim, Jalan Pangeran Hidayatulloh, Jalan Abdullah Bin Nuh, dan
Jalan Perintis Kemerdekaan.
Paragraf 6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Zona I
Pasal 34
Rencana zona I sebagaimana dimaksud Pasal 27 huruf e berupa
sub zona I.3 dan sub zona I.4;
Rencana pengembangan sub zona I.3 sebagaimana dimaksud ayat (1)
berupa industri makanan dan minuman serta kerajinan tersebar di
seluruh kawasan perkotaan yang menyatu dengan kawasan
permukiman;
Rencana sub zona I.4 berupa industri pengolahan bahan sandang di
jalan Pramuka blok B.2 dan di Jalan Perintis Kemerdekaan blok C.2,
seluas kurang lebih 8,31 (delapan koma tiga puluh satu) hektar;
Rencana sub zona I.4 berupa industri elektronik, industri sandang,
kertas, bahan bangunan dan industri lainnya dikembangkan di Blok
E.4 Desa Rancagoong, seluas kurang lebih 43,64 (empat puluh tiga
koma enam puluh empat) hektar;
Industri pengolahan kulit yang ada di Jalan Perintis Kemerdekaan
tidak dikembangkan dan dibatasi serta dilakukan penyempurnaan
sistem Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL);
Rencana zona industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan pada Peta Lampiran XI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
33
Paragraf 7
Zona C
Pasal 35
(1) Rencana zona C sebagaimana dimaksud Pasal 27 huruf f adalah
peruntukan yang menyatu antara kegiatan perumahan, pendidikan,
perdagangan dan jasa, serta perkantoran seluas kurang lebih 150,92
(seratus lima puluh koma Sembilan puluh dua) hektar;
(2) Rencana zona C berupa peruntukan perumahan, pendidikan,
perdagangan dan jasa serta perkantoran sebagaimana dimaksud ayat
(1) dikembangkan di sepanjang Jalan Mangunsarkoro, Jalan HOS
Cokroaminoto, Jalan Siliwangi, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Pramuka,
Jalan Abdullah Bin Nuh, dan Jalan Dr. Muwardi;
(3) Rencana pengembangan zona campuran tetap mempertahankan
kondisi yang ada dengan pengembangan bangunan secara vertikal
dan memperhatikan kapasitas jalan serta menyediakan ruang parkir
secukupnya;
(4) Rencana zona campuran sebagaimana dimaksud ayat (1)
digambarkan pada peta Lampiran XII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 8
Zona KH
Pasal 36
sebagaimana dimaksud
Pasal 27
huruf g,
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 39
Rencana sub zona KH.3 sebagaimana dimaksud Pasal 36 huruf c
berupa IPLT Babakakaret di Desa Babakankaret blok D.2 seluas
kurang lebih 2 (dua) hektar;
Mengembangkan dan mengoptimalkan IPLT Babakankaret melalui
penyempurnaan dan penambahan sarana dan prasarana yang
diperlukan;
Membatasi perkembangan kegiatan budidaya non pertanian di sekitar
lokasi IPLT;
Mendorong masyarakat agar membuang limbah tinja ke tempat IPLT.
Paragraf 9
Zona RTNH
Pasal 40
Rencana zona RTNH sebagaimana dimaksud Pasal 23 huruf h seluas
kurang lebih 14,18 (empat belas koma delapan belas) hektar, yang
meliputi RTNH di kawasan perumahan, RTNH di pusat kegiatan
pemerintahan, RTNH di pusat sarana pelayanan umum, RTNH di
sepanjang jaringan jalan, RTNH di areal terminal dan stasiun kereta api,
serta RTNH di plaza kota.
Paragraf 10
Zona PL
Pasal 41
PL sebagaimana dimaksud Pasal 23
35
huruf
i,
37
Bagian Kedua
Rencana Sistem Jaringan Pergerakan
Paragraf 1
Rencana Pola Pergerakan
Pasal 47
(1) Rencana pola pergerakan orang dan barang sebagaimana dimaksud
Pasal 46 ayat (2) huruf a, terbagi dalam 3 (tiga) pola, yaitu pergerakan
internal internal, internal eksternal, dan pola pergerakan eksternal
eksternal;
(2) Rencana pola pergerakan orang dan barang sebagaimana dimaksud
ayat (1) adalah :
a. pola pergerakan internal internal yaitu pergerakan di dalam
kawasan perkotaan baik asal maupun tujuannya, direncanakan
dengan mengoptimalkan ruas Jalan Dr. Muwardi, Jalan Ir. H.
Juanda, Jalan Oto Iskandar Dinata II, Jalan Siti Jenab, Jalan
Siliwangi, Jalan Adi Sucipta, Jalan Prof. Moch Yamin, Jalan Aria
Cikondang, Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Yulius Usman, Jalan
Moch. Ali, Jalan Moch Toha, Jalan Amalia Rubini, Jalan Raya
Bandung, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Abdullah Bin Nuh,
Jalan Suroso, Jalan Taifur Yusuf, dan Jalan Pangeran Hidayatulloh;
a. pola pergerakan internal eksternal yaitu pergerakan dari kawasan
perkotaan ke luar atau sebaliknya, direncanakan dengan
mengoptimalkan ruas Jalan Dr. Muwardi, Jalan Arif Rahman
Hakim, Jalan Prof. Moch. Yamin, Jalan Perintis Kemerdekaan,
Jalan Didi Prawirakusumah, Jalan Abdullah Bin Nuh, Jalan Aria
Wiratanudatar, rencana jalan lingkar barat, rencana jalan lingkar
utara dan jalan tembus antara jalan lingkar barat dan jalan
tembus lingkar utara;
b. pola pergerakan eksternal eksternal yaitu pergerakan yang
melewati kawasan perkotaan yang berasal dari luar dan menuju ke
luar, direncanakan dengan mengoptimalkan ruas Jalan Raya
Sukabumi, rencana Jalan Lingkar Selatan, Jalan Lingkar Timur,
dan Jalan Raya Bandung.
Paragraf 2
Rencana Fungsi Jalan
Pasal 48
(1) Rencana fungsi jalan sebagaimana dimaksud Pasal 46 ayat (2) huruf
b, meliputi :
a. jalan arteri primer, yaitu Jalan Raya Sukabumi, Jalan Lingkar
Timur, Jalan Lingkar Selatan, Jalan Raya Bandung;
38
b. jalan arteri sekunder, yaitu ruas Jalan Dr. Muwardi, Jalan Arif
Rahman Hakim, Jalan Prof. Moch. Yamin, Jalan Perintis
Kemerdekaan, Jalan Didi Prawirakusumah, Jalan Abdullah Bin
Nuh, dan rencana jalan tembus antara Jalan Lingkar Barat dan
Jalan Lingkar Utara serta Jalan Lingkar Barat;
c. jalan kolektor primer, yaitu Jalan Aria Wiratanudatar, Jalan
Mangunsarkoro, Jalan Aria Cikondang, Jalan Siliwangi, Jalan Siti
Jenab, Jalan Suroso, dan Jalan Ir. H. Juanda;
d. jalan lokal meliputi seluruh ruas jalan yang tidak termasuk dalam
katagori jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, dan jalan
kolektor primer;
e. jalan lingkungan, yaitu seluruh ruas jalan di dalam lingkungan
permukiman menuju pusat kegiatan di sekitarnya;
(2) Rencana
jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tercantum dalam peta Lampiran XV yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 3
Rencana Prasarana dan Sarana Perhubungan
(3)
Pasal 49
Rencana prasarana dan sarana perhubungan sebagaimana dimaksud
Pasal 46 ayat (2) huruf c, meliputi :
a. rencana prasarana perhubungan;
b. rencana sarana perhubungan.
Rencana prasarana perhubungan sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf a, berupa rencana terminal;
Rencana sarana perhubungan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf
b, terdiri :
(4)
(5)
a. shelter;
b. jembatan penyeberangan;
c. trotoar (pedestrian); dan
d. tempat parkir kendaraan.
(2) Rencana prasarana dan sarana perhubungan sebagaimana dimaksud
ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam peta Lampiran XVI yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 50
Rencana lokasi terminal sebagaimana dimaksud Pasal 49
ayat (2)
meliputi terminal tipe B dan terminal tipe C, yaitu :
a. terminal tipe B atau terminal utama ditempatkan pada tempat/simpul
yang saling terhubung dengan sistem jaringan jalan, yaitu di Kmp.
Pasirhayam Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku
blok C.2 seluas
kurang lebih 2,13 (dua koma tiga belas) hektar;
39
40
Pasal 54
(1) Rencana sarana perhubungan berupa tempat parkir kendaraan
sebagaimana dimaksud Pasal 49 ayat (3) huruf d, menggunakan
sistem parkir yang memanfaatkan badan jalan maupun sistem di luar
badan jalan;
(2) Pengaturan sistem yang memanfaatkan badan jalan hanya
diperbolehkan pada ruas jalan dengan fungsi jalan kolektor dan/atau
lokal dengan memperhatikan kondisi jalan dan lingkungannya,
kondisi lalu lintas, aspek keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas;
(3) Desain parkir yang memanfaatkan badan jalan dilakukan dengan
penentuan sudut parkir, pola parkir, dan larangan parkir;
(4) Rencana sistem parkir di luar badan jalan ditempatkan berdasarkan
fasilitas parkir untuk umum dan fasilitas parkir sebagai penunjang;
(5) Fasilitas parkir untuk umum
direncanakan
disepanjang Jalan
Mangunsarkoro, Jalan Abdullah Bin Nuh, dan Jalan Dr. Muwardi;
(6) Fasilitas parkir sebagai penunjang ditempatkan di pusat-pusat
pendidikan, kesehatan, dan perkantoran serta fasilitas umum lainnya;
(7) Desain parkir di luar badan jalan terdiri taman parkir dan gedung
parkir menurut kriteria tertentu.
Paragraf 4
Rencana Fasilitas Perlengkapan Jalan
Pasal 55
(1) Rencana fasilitas perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud Pasal 46
ayat (2) huruf d, terdiri dari :
a. zebra cross;
b. zona selamat sekolah (ZOSS);
c. rambu lalu lintas;
d. alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL); dan
e. fasilitas penerangan jalan.
(2) Rencana penyediaan zebra cross sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf a ditempatkan di beberapa lokasi pada ruas Jalan Dr. Muwardi,
Jalan Siliwangi, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Prof Moch Yamin, Jalan
Arif Rahman Hakim, Jalan Raya Bandung, dan Jalan Abdullah Bin
Nuh;
(3) Rencana penyediaan Zona Selamat Sekolah (ZOSS) sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf b ditempatkan pada ruas-ruas jalan yang
terdapat fasilitas pendidikan, yaitu di Jalan Siliwangi, Jalan
Dr. Muwardi, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Prof Moch Yamin, Jalan Arif
Rahman Hakim, dan Jalan HOS Cokroaminoto;
(4) Rencana penyediaan rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf c ditempatkan diseluruh jaringan jalan;
41
(5) Rencana penyediaan fasilitas Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d ditempatkan pada titik-titik
persimpangan jalan;
(6) Rencana penyediaan fasilitas penerangan jalan sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf e ditempatkan diseluruh jaringan jalan.
Paragraf 5
Rencana Rute Angkutan Umum
Pasal 56
(1) Rencana rute angkutan umum sebagaimana dimaksud Pasal 46 ayat
(2) huruf e, dilakukan melalui optimalisasi rute angkutan angkutan
umum yang sudah ada dengan mempertimbangkan kapasitas jalan;
(2) Penambahan dan perubahan rute angkutan umum ditetapkan
kembali sesuai dengan perkembangan kawasan dan diatur lebih
lanjut dalam rencana routing angkutan umum oleh instansi teknis;
Paragraf 6
Rencana Pengembangan Angkutan Kereta Api
Pasal 57
(1) Rencana pengembangan angkutan Kereta Api sebagaimana dimaksud
Pasal 46 ayat (2) huruf f, dilakukan melalui peningkatan operasional
dan perbaikan sarana serta prasarana perkeretaapian;
(2) Rencana pengembangan angkutan Kereta Api sebagaimana dimaksud
ayat (1) dilakukan melalui :
a. peningkatan operasional Kereta Api, yaitu pembukaan jalur Kereta
Api Bandung Sukabumi Bogor untuk keperluan angkutan orang
dan barang maupun angkutan keperluan wisata;
b. perbaikan sarana dan prasarana Kereta Api, yaitu perbaikan
Statsiun Kereta Api, perbaikan rel Kereta Api, dan pemanfaatan
lahan disekitar stasiun Kereta Api untuk mendukung kelancaran
dan kenyamanan pengguna Kereta Api;
c. mempertahankan
bangunan,
sarana
maupun
prasarana
perkeretaapian yang mempunyai nilai sejarah.
(3) Rencana pengembangan angkutan Kereta Api diatur lebih lanjut
dalam rencana operasional perkerataapian oleh PT. Kereta Api
Indonesia.
Paragraf 7
Rencana Jalur Pejalan Kaki
Pasal 58
(1) Rencana jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud Pasal 46 ayat (2)
huruf g, berupa ruang pejalan kaki di sisi jalan, ruang pejalan kaki di
bangunan, ruang pejalan kaki di RTH, ruang pejalan kaki di atas
tanah (penyeberangan diatas);
42
43
b. pengembangan
(2) Rencana sarana Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di jalan Raya
Bandung blok B.2 Desa Bojong, di Jalan Perintis Kemerdekaan blok
C.1 Kelurahan Sayang dan di blok C.2 Desa Sirnagalih, di Jalan
Abdullah Bin Nuh blok E.1 Kelurahan Sawahgede, di Jalan Ir. H.
Juanda blok D.1 Desa Mekarsari, dan di Jalan Halte - Maleber blok
B.3 Desa Sabandar;
(3) Rencana Sarana Pengisian dan Pengiriman Bulk Elpiji (SPPBE) di
Jalan Pramuka blok B.2 Desa Bojong dan di Jalan Abdullah Bin Nuh
blok E.1 Kelurahan Sawahgede;
(4) Merelokasi SPBU Joglo yang berada di persimpangan Jalan Siliwangi
Jalan Pangeran Hidayatulloh ke Jalan Halte - Maleber blok B.3 Desa
Sabandar;
(5) Rencana pengembangan jaringan energi listrik
sebagaimana
dimaksud ayat (1), tercantum dalam Lampiran XVIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 61
(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud Pasal
46 ayat (3) huruf b dilakukan melalui pemenuhan terhadap jaringan
telepon menara telekomunikasi, dan internet atau jaringan nirkabel;
44
45
(2) Rencana
penggunaan
tangki
septik
konvensional
secara
individual
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a diarahkan di blok A.5
Kelurahan Sawahgede, B.2 Desa Bojong, blok C.1 Desa Sukamaju,
blok D.1 Kelurahan Bojongherang, dan blok E.2 Desa Sirnagalih;
(4) Rencana penanganan dan pengelolaan limbah domestik melalui
penggunaan tangki septik konvensional secara komunal sebagaimana
dimaksud ayat (2) huruf b diarahkan di blok A.4 Kelurahan Sayang,
blok E.1 Desa Nagrak, dan blok B.3 Desa Sabandar;
(5) Rencana penanganan dan pengelolaan air limbah non domestik
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b yaitu pengolahan limbah
untuk kegiatan rumah sakit,
sarana umum, komersial, dan
pemerintahan yang di arahkan untuk memiliki instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) tersendiri sesuai dengan jenis dan karakteristik
limbah yang dihasilkan;
47
(6) Rencana pengolahan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Paragraf 5
Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan
Pasal 64
Rencana sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud
Pasal 45 ayat (3) huruf e, dilakukan terhadap sampah organik
maupun sampah anorganik
secara off site, yaitu pewadahan
sampah,
pengumpulan
sampah,
pemindahan
sampah
dan
pengangkutan sampah untuk kemudian dibuang di Tempat TPA
Sampah;
Pengembangan pengelolaan persampahan dengan menggunakan
sistem 3 R (Reduce, Reuse, Recycle);
Sampah yang berasal dari Rumah Sakit harus diolah terlebih dahulu
dengan incinerator sebelum dibuang ke TPA Sampah;
Optimalisasi pemanfaatan TPA Sampah Pasirsembung dilakukan
sebelum TPA Sampah di Desa Mekarsari Kecamatan Cikalongkulon
layak operasi;
Meningkatkan jangkauan pelayanan persampahan ke seluruh
kawasan perkotaan melalui penambahan armada pengangkutan
sampah serta penambahan sarana dan prasarana persampahan di
setiap desa/kelurahan;
Rencana penempatan TPS Sampah melalui container natau transfer
dipo
diarahkan di blok A.1 Kelurahan Bojongherang, blok A.2
Kelurahan Pamoyanan, blok A,3 Kelurahan Sayang, dan blok A.5
Kelurahan Sawahgede;
Rencana TPSS permanen diarahkan di blok B.3 Desa Bojong, blok D.1
Kelurahan Bojongherang, blok D.3 Desa Mekarsari, blok C.1 Desa
Sukamaju, dan blok E.1 Desa Rancagoong;
Melakukan kerjasama pengelolaan sampah dengan pihak ketiga
dengan prinsip saling menguntungkan;
Rencana pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud ayat (1)
tercantum dalam peta Lampiran XXII yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 6
sebagaimana
(2) Jalur evakuasi bencana harus dapat di akses dengan mudah sehingga
jalur evakuasi akan di arahkan pada jalan-jalan utama pembentuk
struktur ruang kawasan perkotaan yang meliputi Jalan Ir. H. Juanda,
Jalan Dr. Muwardi, Jalan Lingkar Timur, Jalan Lingkar Selatan,
Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Prof. Moch. Yamin, Jalan Perintis
Kemerdekaan, Jalan Didi Prawirakusumah, Jalan Abdullah Bin Nuh,
Jalan Aria Wiratanudatar, Jalan Mangunsarkoro, Jalan Aria
Cikondang, Jalan Siliwangi, Jalan Siti Jenab, dan Jalan Suroso;
(3) Rencana melting point (titik pertemuan) untuk evakuasi bencana akan
di arahkan pada zona sarana umum seperti bangunan sekolah,
bangunan pemerintahan, bangunan serbaguna, lapangan olah raga,
gedung olahraga dan ruang terbuka hijau;
(4) Arahan melting point (titik pertemuan) harus dapat diakses dengan
mudah oleh seluruh kawasan atau blok;
49
50
a. mengembangkan,
melestarikan,
melindungi,
memperbaiki,
mengkoordinasikan
keterpaduan
pembangunan,
dan/atau
melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang
dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan bagian dari wilayah
perencanaan lainnya;
b. sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL
dan rencana teknis pembangunan yang lebih rinci lainnya; dan
c. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama
RDTR.
(3) Bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya
ditetapkan berdasarkan:
a. tujuan penataan ruang wilayah perencanaan;
b. nilai penting di bagian dari wilayah perencanaan yang akan
ditetapkan;
c. kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan di bagian dari
wilayah perencanaan yang akan ditetapkan;
d. usulan dari sektor;
e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di wilayah
perencanaan; dan
f. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Bagian Kedua
Bagian Wilayah Perencanaan Prioritas
Pasal 69
(1) Bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya
adalah sub BWP A yang merupakan pusat utama Kawasan Perkotaan
Cianjur yang perlu penanganan khusus sehubungan dengan nilai
penting dari sudut kepentingan ekonomi, sosial budaya, dan daya
dukung lingkungan hidup;
(2) Sub BWP A sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi Kelurahan
Pamoyanan, sebagian Kelurahan Muka, sebagian Kelurahan
Bojongherang, sebagian Kelurahan Solokpandan, sebagian Kelurahan
Sawahgede, sebagian Kelurahan Sayang, dan sebagian Kelurahan
Nagrak, dengan batas-batasnya meliputi :
a. sebelah utara dibatasi oleh Jalan Dr. Muwardi;
b. sebelah barat dibatasi oleh Jalan Abdullah Bin Nuh;
c. sebalah selatan dibatasi oleh Jalan Gatot Mangkupraja/Jalan
Cageunang Gang Al Mubarokah;
d. sebelah timur dibatasi oleh Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan
Prof. Moch Yamin.
(3) Tema penanganan sub BWP A sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi :
a. penataan/perbaikan/revitalasi lingkungan padat melalui Program
Penataan Lingkungan Berbasis Kawasan (P2LBK);
51
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 70
Dalam rangka mewujudkan RDTR Kawasan Perkotaan Cianjur
disusun rencana indikasi program yang merupakan acuan semua
pihak
baik pemerintah, masyarakat maupun swasta dalam
pemrograman investasi yang meliputi :
a. indikasi program utama;
b. indikasi sumber pendanaan;
c. indikasi pelaksana kegiatan;
d. waktu pelaksanaan.
Indikasi program utama sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a
meliputi :
a. indikasi program perwujudan struktur tata ruang kawasan;
b. indikasi program perwujudan pola ruang kawasan;
c. indikasi program pengembangan sub BWP yang diprioritaskan
pengembangannya;
d. indikasi program pengendalian.
Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas dana pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah daerah, swasta dan masyarakat;
Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terdiri atas pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat;
Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
ditetapkan dalam jangka 20 (dua puluh) tahun yang terbagi atas 4
(empat) tahapan meliputi :
a. tahap pertama, pada periode tahun 2013 - 2017, diprioritaskan
pada peningkatan fungsi dan pengembangan;
52
54
Bagian Ketiga
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Kawasan
Pasal 72
(1) Indikasi program perwujudan pola ruang kawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) huruf b terdiri atas :
a. tahap perencanaan;
b. tahap pembangunan.
(2) Program perwujudan pola ruang kawasan tahap perencanaan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a meliputi :
a. perencanaan RTBL kawasan pengembangan baru;
b. penyusunan AMDAL dan/atau UKL/UPL kawasan pengembangan
baru.
(3) Program perwujudan pola ruang kawasan tahap pembangunan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi :
a. pengembangan zona resapan air;
b. penataan zona sempadan sungai dan sempadan irigasi;
c. pengembangan dan penataan hutan kota, taman kota, taman
kecamatan, taman desa, dan taman lingkungan serta taman
perumahan;
d. pengembangan RTH jalur hijau;
e. penataan pemakaman sebagai RTH;
f. penataan dan pengembangan lapangan olah raga sebagai RTH;
g. pembenahan bangunan-bangunan di area yang ditetapkan sebagai
RTH;
h. pengembangan kawasan perumahan;
i. pembangunan utilitas, prasarana, dan sarana kawasan perumahan;
j. pengembangan dan penataan pasar tradisional;
k. pengembangan dan pembangunan pusat perbelanjaan;
l. pembangunan pergudangan;
m. pembangunan tempat relokasi PKL;
n. revitalisasi eks tambang.
Bagian Keempat
Indikasi Program Pengembangan Sub BWP
Yang Diprioritaskan Pengembangannya
Pasal 73
(1) Indikasi
program pengembangan sub BWP yang diprioritaskan
pengembangannya sebagaimana dimaksud Pasal 70 ayat (2) huruf c
meliputi :
a. tahap perencanaan;
b. tahap pembangunan.
55
57
Bagian Kedua
Daftar Kegiatan
Pasal 76
(1) Daftar kegiatan adalah rincian kegiatan yang ada, mungkin ada, atau
kegiatan yang mempunyai prospektif untuk dikembangkan dalam
suatu zona yang ditetapkan dan direncanakan;
(2) Daftar kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam
table Lampiran XXIX yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Ketiga
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Pasal 77
(1) Ketentuan kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk mengatur
suatu kegiatan yang diizinkan atau I, diizinkan terbatas atau T,
diizinkan bersyarat atau B, dan tidak diizinkan atau X;
(2) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud
ayat (1) meliputi :
a. zonal lindung;
b. zona budidaya.
(3) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan sebagaimana dimaksud
ayat (1) tercantum dalam tabel Lampiran XXX yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pasal 78
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang merupakan ketentuan
mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan dalam suatu
zona berdasarkan :
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum;
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum;
c. Ketinggian Bangunan maksimum;
d. Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimum; dan
e. Koefisien Tapak Basement (KTB) maksimum.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana ayat (1)
mencakup :
a. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang zona lindung;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang zona budidaya.
(3) Ketentuan intesitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud ayat
(1) dan (2) tercantum dalam tabel Lampiran XXXI yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
58
Bagian Kelima
Ketentuan Tata Bangunan
Pasal 79
(1) Ketentuan tata bangunan adalah pengaturan mengenai bentuk,
besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu persil/tapak
yang dikuasai;
(2) Bentuk, besaran dan peletakan bangunan sebagaimana dimaksud
ayat (1) mencakup arahan :
a. GSB) dan GSP;
b. tinggi bangunan; dan
c. jarak antar bangunan.
(3) GSB) dan GSP sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a meliputi :
a. berdasarkan fungsi jalan maka GSB dan GSP diatur sebagai
berikut :
1) garis sempadan muka bangunan dan sempadan samping
bangunan yang menghadap jalan ditetapkan 1/2 + 1 (setengah
ditambah satu) dari lebar ruang milik jalan (RUMIJA) atau 1/4
(satu per empat) dari daerah pengawasan jalan (RUWASJA);
2) garis sempadan samping bangunan berjarak minimal 1,5 (satu
koma lima) meter dari dinding bangunan;
3) garis sempadan belakang rumah berjarak minimal 2 (dua) meter
dari dinding.
b. berdasarkan rencana peningkatan jaringan pergerakan
maka
penetapan GSB dan GSP meliputi :
1) jalan arteri primer, GSB : 25 (dua puluh lima) meter dan GSP : 15
(lima belas) meter yang meliputi ruas Jalan Raya Sukabumi,
Jalan Lingkar Timur, rencana Jalan Lingkar Selatan, dan Jalan
Raya Bandung;
2) jalan arteri sekunder, GSB : 15,5 (lima belas koma lima) meter
dan GSP : 11,5 (sebelas koma lima) meter untuk ruas Jalan Dr.
Muwardi, Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Prof. Moch. Yamin,
Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Didi Prawirakusumah, Jalan
Abdullah Bin Nuh, dan rencana jalan tembus antara Jalan
Lingkar Timur dan jalan tembus Lingkar Utara serta Lingkar
Barat;
3) jalan kolektor primer, GSB : 12 (dua belas) meter dan GSP : 8
(delapan) meter yang meliputi ruas Jalan Aria Wiratanudatar,
Jalan Mangunsarkoro, Jalan Aria Cikondang, Jalan Siliwangi,
Jalan Siti Jenab, Jalan Suroso, dan Jalan Ir. H. Juanda;
4) jalan lokal, GSB : 10 (sepuluh) meter dan GSP : 4 (empat) meter
yang meliputi seluruh ruas jalan yang tidak termasuk dalam
katagori jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, dan jalan
kolektor primer;
59
60
(2) Prasarana
dasar minimum yang
wajib (W) pada setiap zona
peruntukan meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan
persampahan, jaringan pengolahan limbah, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi,
jaringan persampahan, jaringan pemadam
kebakaran, ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau serta
sarana pelayanan umum seperti sarana peribadatan dan pos
keamanan;
(3) Ketentuan penyediaan prasarana dan sarana minimum untuk setiap
zona peruntukan sebagaimana dimaksud pada Pasal (1) tercantum
dalam tabel Lampiran XXXII yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang
Pasal 81
(1) Jenis variansi pemanfaatan ruang yang diperkenankan mencakup :
a. suatu kegiatan yang telah ada tidak bisa dimasukan dalam blok
zoning tertentu karena keterbatasan luasan lahan atau persil;
b. pemohon memiliki alasan khusus berkaitan dengan keadaan
kegiatan yang sudah ada sebelum peraturan zoning ditetapkan;
c. perubahan tersebut tidak merubah karakter lingkungan;
d. perubahan tersebut tidak bertentangan dengan peraturan dan
perundangan yang lebih tinggi.
(2) Hal-hal yang diperkenankan dalam variansi pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. pembangunan perumahan swadaya di zona pertanian;
b. pembangunan perumahan di zona perdagangan dan jasa;
c. pembangunan kantor pemerintahan dan swasta di zona campuran;
d. pembangunan kegiatan komersil di jalan utama.
Bagian Kedelapan
Ketentuan Insentif dan Disintensif
Pasal 82
(1) Insentif diberikan kepada orang atau badan yang akan melakukan
pemanfaatan ruang dengan kriteria :
a. menyediakan lahan terbuka hijau yang melebihi dari batasan
minimal yang dipersyaratkan;
b. menyerahkan lahan dan atau bangunan untuk kepentingan umum
di luar kewajiban yang telah ditentukan;
c. menyediakan prasarana lingkungan untuk kepentingan umum di
luar kewajiban yang telah ditentukan;
d. kegiatan pembangunan yang dimohon mendorong percepatan
perkembangan wilayah.
61
64
65
BAB IX
SANKSI DAN KETENTUAN PIDANA
Pasal 88
Sanksi diberikan kepada orang atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran berupa :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan arahan RDTR;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi ;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RDTR;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin yang
diterbitkan berdasarkan RDTR;
f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
tidak benar;
g. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai
milik umum.
Pasal 89
Mekanisme pemberian sanksi kepada pelanggar sebagaimana dimaksud
Pasal 87, adalah :
a. pelaksanaan sanksi diawali dengan peringatan/teguran bagi yang
dalam pelaksanaan pembangunannya tidak sesuai dengan rencana tata
ruang yang terdapat dalam Peraturan Daerah;
b. pengenaan sanksi dilaksanakan setelah diberikan peringatan/teguran
sebanyak-banyaknya tiga kali dalam kurun waktu tiga bulan sejak
dikeluarkannya peringatan/teguran pertama.
Pasal 90
Bentuk sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 89, adalah :
a. sanksi administratif, dapat berupa tindakan pembatalan izin dan
pencabutan hak, yang dikenakan atas pelanggaran penataan ruang
yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan
ruang;
b. sanksi perdata, dapat berupa tindakan pengenaan denda atau
pengenaan ganti rugi, yang
dikenakan atas pelanggaran penataan
ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok
orang atau badan hukum;
c. sanksi pidana, dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan, yang
dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat
terganggunya kepentingan umum.
66
Pasal 91
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada Pasal 90 huruf a
dilakukan secara berjenjang dalam bentuk :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 89 huruf c, berupa
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelanggaran;
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penerimaan
daerah dan disetorkan ke rekening Kas Daerah;
(5) Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini diatur lebih lanjut oleh
Bupati.
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 92
(1) PPNS tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang tata ruang.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang tata ruang;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang tata ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang tata ruang;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang tata ruang;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti
pembukuan, pencatatan dokumen-dokumen, serta melakukan
penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
67
69
70
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 99
(1) Jangka waktu RDTR Kawasan Perkotaan Cianjur adalah 20 (dua
puluh) tahun berlaku semenjak tanggal diundangkannya Peraturan
Daerah ini;
(2) Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan
dengan rencana tata ruang melalui kegiatan penyesuaian
pemanfaatan ruang;
(3) Pemanfaatan ruang yang sah menurut rencana tata ruang
sebelumnya diberi masa transisi selama 3 (tiga) tahun untuk
penyesuaian.
Pasal 100
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati
Cianjur
Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Pertama Atas
Keputusan Bupati Cianjur Nomor 08 Tahun 2004 tentang RDTR Kota
Cianjur 2003 2013 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;
Pasal 101
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Cianjur.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Cianjur
:
BUPATI CIANJUR
71
PENJELASAN ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR
NOMOR :
TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN PERKOTAAN CIANJUR
TAHUN 2013 - 2033
I.
Umum
Di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, dijelaskan bahwa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
kabupaten/kota merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang
wilayah (RTRW) kabupaten/kota ke dalam rencana distribusi
pemanfaatan ruang dan bangunan serta bukan bangunan pada
kawasan perkotaan maupun kawasan fungsional kabupaten.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan wadah spasial dari
pembangunan di bidang ekonomi dan pembangunan bidang sosial
budaya. Oleh karena itu, penataan ruang merupakan wadah dari
keterpaduan pembangunan di bidang ekonomi dan sosial budaya
tersebut, harus dilakukan secara serasi, selaras, dan seimbang serta
berkelanjutan.
Pemanfaatan ruang secara serasi, selaras, dan seimbang adalah
kegiatan dalam penataan ruang yang harus dapat menjamin
terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam pola
pemanfaatan
ruang.
Sedangkan
pemanfaatan
ruang
yang
berkelanjutan, adalah kegiatan dalam penataan ruang harus dapat
menjamin kelestarian dan kemampuan daya dukung sumber daya
alam yang dimiliki.
Kawasan perkotaan Cianjur dalam rencana struktur ruang RTRW
Kabupaten Cianjur 2011 2013 ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp),
yang
berfungsi sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Cianjur, pusat
kegiatan ekonomi dan sosial budaya, saat
ini telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang terjadi akan
berkonsekuensi terhadap aspek pemanfaatan ruang perkotaan yang
semakin intensif, sehingga diperlukan perangkat pengendalian
perkembangan perkotaan melalui penyusunan rencana rinci tata
ruang yaitu RDTR Kawasan Perkotaan Cianjur.
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
RTH akan terbagi menjadi RTH publik dan RTH privat. Yang
dimaksud RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat
secara umum seperti RTH hutan kota, RTH taman kota, RTH jalur
hijau, dan RTH pemakaman.
Yang dimaksud dengan RTH privat adalah RTH milik institusi
tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk
kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
RTH memiliki fungsi utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi
tambahan yaitu fungsi arsitektural, sosial dan ekonomi.
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Zona rawan bencana adalah suatu zona/kawasan atau wilayah yang
memiliki ancaman atau gangguan baik yang disebabkan oleh faktor
alam, faktor non alam dan faktor sosial yang mana semua itu
mengakibatkan korban jiwa,kerusakan lingkungan,kehilangan harta
benda serta dampak psikologis.
Dalam UU No 26 Tahun 2010 tentang Penataan Ruang, kawasan
rawan bencana termasuk dalam kawasan lindung. Sesuai dengan
definisinya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sum sumberdaya buatan. Sehingga pada kawasan
rawan bencana dilakukan pembatasan kegiatan atau tidak boleh
dilakukan kegiatan budidaya.
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Pembangunan dan peningkatan kualitas sarana pendidikan adalah:
a. Setiap 1 (satu) bangunan Sekolah Dasar (SD) sekurangkurangnya harus menyediakan prasarana yakni ruang kelas,
ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang
guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang
sirkulasi dan tempat bermain/berolahraga
b. Setiap 1 (satu) bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sekurang-kurangnya harus menyediakan prasarana yakni ruang
kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat peribadah,
ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan,
jamban, gudang, Ruang sirkulasi, Tempat bermain /berolahraga
c. Setiap
1 (satu) Bangunan Sekolah Menengah Atas
(SMA)
sekurang-kurangnya harus menyediakan prasarana yakni ruang
kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, laboratorium
fisika, , laboratorium Kimia ruang pimpinan, ruang guru, ruang
tata usaha, tempat peribadah, ruang konseling, ruang UKS,
ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, Ruang sirkulasi,
Tempat bermain /berolahraga
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, karakteristik masing-masing fungsi jalan adalah :
a. Jalan kolektor primer :
1) jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan
kolektor primer luar kota;
2) jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer
atau jalan arteri primer;
3) jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 40 km/jam;
4) lebar jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 meter;
5) jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi, dan
jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih
pendek dari 400 meter;
6) kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat di izinkan
melalui jalan ini;
7) persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintas;
Pasal 52
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.
272/HK.105/DRJD/96 :
a. Sistem parkir di luar badan jalan untuk umum adalah tempat
yang berupa gedung parkir atau taman parkir untuk umum yang
diusahakan sebagai kegiatan tersendiri, sedangkan fasilitas parkir
off street sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa
gedung parkir atau taman parkir yang disediakan untuk
menunjang kegiatan pada bangunan utama.
b. Sistem parkir yang memanfaatkan jalan atau on street adalah
parkir yang memanfaatkan badan jalan. Penentuan sudut parkir
on street ditentukan oleh lebar jalan, volume lalu lintas pada jalan
yang bersangkutan; karakteristik kecepatan; dimensi kendaraan;
sifat peruntukan lahan disekitarnya dan peranan jalan yang
bersangkutan.
Pasal 53
Yang di maksud dengan :
a. Zebra cross merupakan marka berupa 2 garis utuh melintang jalur
lalu lintas dan/atau berupa rambu perintah yang menyatakan
tempat penyeberangan pejalan kaki;
b. Zona selamat sekolah (ZOSS) adalah tanda berupa warna tertentu
dibadan jalan yang menyatakan dilokasi tersebut terdapat fasilitas
pendidikan yang bertujuan untuk keselamatan anak sekolah;
c. Rambu lalu lintas adalah bagian dari pelengkap jalan yang dapat
berfungsi sebagai tanda untuk mengarahkan arus lalu lintas;
d. Alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) suatu tanda yang berada
dipermukaan jalan atau diatas permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang berbentuk garis membujur, garis
melintang, garis serong serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan
lalu lintas;
e. Fasilitas penerangan jalan adalah bagian dari bangunan
perlengkapan jalan yang dapat diletakan atau dipasang di
kiri/kanan jalan dan/atau ditengah (dibagian median jalan) yang
digunakan untuk menerangi jalan yang diperlukan termasuk
persimpangan jalan, jalan layang, jembatan dan jalan dibawah
tanah.
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Yang dimaksud dengan ruang pejalan kaki adalah jaringan jalan
pejalan kaki yang dapat mengakomodir kepentingan semua pejalan
kaki, termasuk pejalan kaki yang memiliki keterbatasan fisik
(disable) dan orang dengan keterbatasan kemampuan difable
(different ability) diantaranya para penyandang cacat, lanjut usia,
ibu hamil, ataupun anak-anak.
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Yang dimaksud :
a. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan
perumahan, apartemen dan asrama;
b. Limbah non domestik adalah limbah yang berasal dari sisa
produksi industri, sisa medis rumah sakit, hotek, perkantoran,
dan perniagaan.
c. Septik tank biofil adalah septik tank yang dirancang khusus yang
dirancang untuk dipergunakan bukan hanya sebagai penampung
limbah saja namun diharapkan menjadi sistem pengolahan limbah
domestik yang membantu mengurangi bahkan meniadakan
pencemaran lingkungan terutama debit air dalam tanah.
Pasal 62
Proses pemilahan sampah organik dan non organik harus dilakukan
mulai dari tempat penghasil sampah seperti kawasan perumahan,
perdagangan dan jasa, maupun fasilitas pelayanan umum sampai
tempat pengolahan sampah mulai dari Depo TPS TPAS.
Incinerator (Medical Waste Incinerator) adalah mesin yang digunakan
untuk membakar sisa sampah dari limbah medis rumah sakit atau
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.
Mengingat didalam kawasan perumahan padat sangat sulit untuk
mendapatkan tanah, maka untuk menampung sampah sementara
dapat dipergunakan container atau transfer dipo sebelum dibuang ke
Tempat Pembuagnan Akhir Sampah (TPAS).
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Untuk mengurangi dampak bencana alam yang ditimbulkan,
diperlukan mitigasi bencana. Mitigasi bencana merupakan satu
tahapan dalam menajemen kebencanaan. Dalam Undang-Undang
No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi
bencana merupakan upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Evakuasi bencana merupakan kegiatan perpindahan
secara
langsung dan cepat dari penduduk yang menjauh dari ancaman
atau kejadian yang sebenarnya dari bencana.menuju suatu tempat
(titik) yang dianggap aman.
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup Jjlas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup
Pasal 97
Cukup
Pasal 98
Cukup
Pasal 99
Cukup
Pasal 100
Cukup
Pasal 101
Cukup
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas
jelas