Anda di halaman 1dari 169

Laporan Akhir

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)


Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

BAB I
ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN
I.1. Pendahuluan D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah:
A. Latar Belakang
1. Tersusunnya Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Strategis Perkotaan
Kawasan RTBL terdapat di bagian Kota Labuan Bajo (ibukota Kab.Manggarai Barat), karena posisinya sebagai Labuan Bajo, Kecamatan Komodo (Kluster A) Kabupaten Manggarai Barat sesuai dengan Pedoman
ibukota kawasan ini mengalami perkembangan di beberapa bidang, antara lain : Penyusunan RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, yang dapat
digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan tersebut
1. Meningkatnya minat wisatawan terhadap potensi alam (karakter bentang alam, flora & fauna khas WIT)
2. Tersusunnya Naskah Peraturan Bupati/Walikota tentang penetapan Dokumen RTBL pada Kawasan Strategis
membuka peluang sebagai ODTW alam
Perkotaan Labuan Bajo, Kecamatan Labuan Bajo (Kluster A) Kabupaten Manggarai Barat sebagai produk
2. Kesignifikansiannya kota tumbuh diantara setting karakter bentang alam (bukit, lembah, hutan, pantai, pasir,
pengaturan yang legal di kawasan tersebut.
laut, kepulauan, lansekap).
3. Pembangunannya mulai didominasi sektor Pariwisata (selain sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Kelautan, Peternakan dan Pertambangan)
4. Kegiatan pariwisatanya berkembang terutama sejak Komodo masuk dalam 7 besar keajaiban dunia,
berimplikasi pada meningkatnya kegiatan perdagangan ekspor impor.
5. Pusat intermoda transportasi publik lengkap dan terintegrasi (Labuan Bajo, Bandar Udara Komodo &
terminal A), mendukung kegiatan ekspor impor, lalu lintas antar kota/pulau & pariwisata (terutama P
Komodo). Kawasan RTBL menjadi jalur lintasan intermoda transportasi tersebut.

Laboan Bajo merupakan pusat kota wisata (sudah ada RTBL/2014/PBL-PU CK), kawasan RTBL merupakan
zona penunjang wisata (RTRW) dan kawasan cepat tumbuh yang perlu diintegrasikan, ditata, diatur dan
dikendalikan melalui kegiatan RTBL-2014.
Sebagai jalur lintasan wisata ke Kota Laboan Bajo, kawasan RTBL belum menunjukkan karakter kesignifikansian
kawasan penunjang wisata alam (terutama pantai) maupun kesignifikansian arsitektur lokal Kab.Manggarai
Barat.

B. Maksud
Maksud dari penyusunan RTBL Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo Kecamatan Labuan Bajo adalah
terbentuknya program penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan strategis perkotaan Labuan Bajo yang
dapat memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kawasan perencanaan sebagai salah satu bagian dari kota
hijau yang berkelanjutan.

C. Tujuan
Terarahnya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo,
Kecamatan Labuan Bajo (Kluster A) Kabupaten Manggarai Barat, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) guna
mewujudkan tata bangunan dan dan lingkungan layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan, sebagaimana
diamanatkan oleh UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 1

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
E. Tinjauan Kebijakan Terkait 2) Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
• Untuk mewujudkan kelestarian kawasan lindung di darat dan laut;
1. Tinjauan RTRWN, RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan RTRW Kabupaten Manggarai • Melindungi keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya melalui penetapan dan
Barat preservasi kawasan suaka alam dan pelestarian alam;
• Memanfaatkan kawasan lindung dengan tujuan terbatas seperti ekowisata, penelitian dan
a. Kawasan RTBL Mendukung Peran Kabupaten Manggarai Barat dalam RTRWN pengembangan pengetahuan tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan dan alih fungsi kawasan
• Mempertahankan ekosistem yang dapat melindungi dari bencana alam seperti mangrove, terumbu
Dalam RTRWN Kawasan Labuan Bajo merupakan kawasan perkotaan atau selanjutnya disebut sebagai karang dan padang lamun.
PKW, yang menjadi bagian dari Kabupaten Manggarai Barat. Sebagai PKW di Kabupaten Manggarai
Barat, peran kawasan RTBL adalah sebagai pendukung Kabupaten Manggarai Barat dalam mewujudkan Kawasan Kajian yang masuk dalam Kawasan Pusat Kota mendukung Struktur Ruang dan Pemanfaatan
tujuan dalam RTWN yang diataranya adalah : Ruang Propinsi NTT dalam RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2010-2030. Dimana dalam Peta
1. Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; Struktur Ruang dan Pemanfaatan Ruang maupun pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kawasan
2. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam kajian merupakan Pusat Kegiatan Wilayah yang memuat kawasan lindung dan kawasan budi daya
rangka perlingdungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif akibat pemanfaatan ruang; dengan dominasi fungsi sebagai pariwisata, perkebunan, hutan produksi.
3. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kawasan RTBL yang berada di Kawasan perkotaan Labuan Bajo ditetapkan sebagai pusat
PKW dalam RTRWN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan pengembangan hirarki I pada skala provinsi. Hal ini menempatkan kawasan perkotaan Labuan Bajo
yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten di sekitarnya, dan kawasan perkotaan yang sejajar dengan Kota Kupang, Atambua, Waingapu, dan Maumere. Penetapan tersebut menunjukan
berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa bahwa Kawasan RTBL yang berada di Kawasan perkotaan Labuan Bajo mempunyai nilai strategis dalam
kabupaten. tataran sistem Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Adapun Kebijakan dalam RTRWN bagi kawasan strategis perkotaan Labuan Bajo adalah sebagai berikut :
• Labuan Bajo adalah salah satu PKW di Provinsi Nusa Tenggara Timur c. Tinjauan Kawasan RTBL dalam RTRW Kabupaten Manggarai Barat 2012-2032
• Labuan Bajo adalah kawasan yang termasuk dalam kawasan tahap pengembangan Kawasan RTBL akan mendukung tujuan dan visi RTRW Terwujudnya masyarakat Manggarai Barat yang
Sejahtera melalui optimalisasi pemanfaatan potensi daerah yang berbasis masyarakat dan berwawasan
• Labuan Bajo diharapkan menjadi kawasan pengembangan dan peningkatan fungsi untuk mewujudkan
lingkungan. Adapun Kebijakan RTRW Kabupaten Manggarai Barat yang terkait tertuang seperti berikut:
kota-kota pusat pertumbuhan nasional
Kriteria kawasan RTBL sebagai PKW dianggap sudah memenuhi karena Kawasan RTBL sebagai PKW - Mendukung tujuan RTRW : Mewujudkan Kabupaten Manggarai Barat sebagai Pintu Gerbang
telah dilalui oleh jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan dan kolektor primer untuk mendukung Pariwisata Flores yang didukung sektor pertanian
aksesibiltas kawasan.
- Mendukung visi RTRW : Terwujudnya masyarakat Manggarai Barat yang Sejahtera melalui
b. Tinjauan Kawasan RTBL dalam RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2010-2030 optimalisasi pemanfaatan potensi daerah yang berbasis masyarakat dan berwawasan
Kawasan kajian mendukung Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dan maritim yangberbasis lingkungan dengan :
pada pengembangan potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, 1. Mengembangkan struktur ruang kegiatan perkotaan yang berwawasan lingkungan dengan
bertumpu pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek mitigasi memelihara kawasan berfungsi lindung yang terhindar dari pembangunan fisik.
bencana. 2. Mengembangkan sektor pariwisata sebagai leading factor guna memicu perkembangan sektor
Dalam RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010 – 2030 strategi penataan ruang yang terkait lainnya.
dengan kawasan kajian yaitu strategi pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan dan strategi 3. Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang menjadi potensi bagi Kabupaten Manggarai Barat
pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, untuk mendukung kawasan kajian sebagai penunjang sektor pariwisata yaitu sektor kelautan dan pertanian.
terdiri atas : 4. Mengembangkan Kota Labuhan Bajo yang berada di wilayah Kabupaten Manggai Barat yang
1) Strategi pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan memiliki peran disamping sebagai ibukota kabupaten juga menjadi kawasan strategis/Pusat
• Untuk mendorong pengembangan aktivitas/kegiatan, terutama aktivitas ekonomi basis kewilayahan Kegiatan Wilayah (RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur), kawasan wisata, sarana dan
seperti pertanian, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa untuk mempercepat prasarana umum
pertumbuhan wilayah; 5. Meningkatkan kegiatan perekonomian seperti peningkatan produktifitas dan keterkaitan antar
• Mendorong pengembangan sektor ekonomi non basis yang berpotensi basis sebagai pertumbuhan sektor.
baru; 6. Meningkatkan intelektualitas, keterampilan, dan derajat kesehatan masyarakat guna
• Mengembangkan aksesibilitas antara kota dan pedesaan untuk mengurangi disparitas mendukung pengembangan di berbagai sektor.
perkembangan wilayah menuju pola pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 2

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
Selanjutnya, Kawasan RTBL akan mendukung pula kebijakaan potensi unggulan dalam RTRW yang RTRK Kawasan RTBL dibentuk oleh pusat-pusat pelayanan yaitu pusat pelayanan primer dan pusat
peran dan karakter kotanya diprioritaskan terutama yang terkait dengan pariwisata, perdagangan jasa dan pelayanan lingkungan. Yang termasuk dalam kegiatan primer adalah kawasan pemerintahan,
permukiman dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pelayanan skala regional dan nasional. Kondisi perdagangan dan jasa, serta kegiatan lain yang bersifat melayani wilayah Kabupaten. Pusat pelayanan
yang menguntungkan dan mengindikasikan bahwa kawasan tinjauan diyakini akan menjadi kawasan lingkungan merupakan pusat permukiman dengan skala lingkungan dan pariwisata.
cepat tumbuh dan berkembang adalah pertimbangan lokasinya berada kawasan pusat kota (pantai Pede /
Jl.Pantai Pede-Pertigaan Kecamatan-Perempatan arahan KB-Jl.Arteri) dan permukiman di belakang
kecamatan Komodo
Adapun Kebijakan RTRW Kabupaten Manggarai Barat yang terkait tertuang seperti berikut:

- Termasuk dalam SWP 1


- Fungsi pengembangan pusat pelayanan skala regional dan nasional
- Potensi unggulan : perdagangan dan jasa-jasa, pariwisata, dan pendidikan tinggi.
- Kawasan RTBL dilayani jalan arteri nasional: Jl Soekarno-Hatta
- Kawasan RTBL dilayani jalan kota : Jl. Gabriel Gampur, Jl. Mgr. Van Bechkum
Fungsi dominan kawasan dan karakter/kekhususan kawasan berdasarkan tinjauan dari berbagai arah
kebijakan tata ruang dan pembangunan kawasan terkait menurut kajian awal konsultan disimpulkan
bahwa kawasaan tinjauan didominasi fungsi perekonomian (perdagangan dan jasa), serta pengembangan
permukiman dan ruang terbuka hijau, sedangkan karakter/kekhususan dari kawasan tinjauan adalah
kawasan pariwisata, perdagangan dan jasa.

d. Tinjauan Kawasan RTBL dalam RTRK Perkotaan Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Tahun
2013-2030

Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah rencana yang disusun untuk penyiapan perwujudan
ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan perkotaan. Dalam RTRK Perkotaan
Labuan Bajo kawasan RTBL diperuntukan sebagai pusat pelayanan pemerintah, pusat komunikasi, pusat
perdagngan dan jasa, pusat pendidikan, dan pusat pariwisata bagi Kabupaten Manggarai Barat. Selain itu
Kawasan RTBL juga memiliki potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasn nasional lainya dnegan
kegiatan spesifik yang jangkauan pelayanannya luas, serta memberikan kontribusi yang cukup besar
pada pembentukan struktur kegiatan di Kabupaten Manggarai Barat. Kawasan RTBL mendukung tujuan
dari RTRK Perkotaan Labuan Bajo yang diantaranya adalah :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam


rangka meningkatkan pendapatan asli daerah dan pendapatan perkapita masyarakat.
2. Mendorong pertumbuhan sektor sekunder dan tersier, terutama dalam rangka mendorong Kawasan
Perkotaan Labuan Bajo sebagai kota jasa, serta pusat distribusi dan koleksi
3. Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan melalui kawasan dan fungsi lindung bagi
kawasan perkotaan Labuan Bajo. Pembangunan yang berkelanjutan di kawasan perkotaan Labuan
Bajo menjadi salah satu perhatian yang utama sesuai dengan kondisi fisik wilayah serta peningkatan
kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan.

Kawasan RTBL yang berada di perkotaan Labuan Bajo akan dikembangkan dengan konsep
pengembangan satelit dengan membentuk hierarki pelayanan. Maka secara umum konsep pemanfaatan
ruang kawasan diarahkan sesuai dengan karakteristik wilayah kawasan perkotaan. Peruntukan kawasan
RTBL dibagi menjadi dua yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Rencana struktur ruang pada
  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 3

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
F. Ruang Lingkup kelayakan investasi dan besaran biaya suatu program penataan, ataupun sekaligus menjadi tolak ukur
keberhasilan investasi. Secara umum rencana investasi mengatur tentang besaran biaya yang dikeluarkan
1. Lingkup Kegiatan dalam suatu program penataan kawasan dalam suatu kurun waktu tertentu, tahapan pengembangan, serta
Lingkup dan uraian kegiatan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut : peran dari masing-masing pemangku kepentingan.
a) Survey Lokasi dan Pendataan
f) Penyusunan Ketentuan Pengendalian Rencana
Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis kawasan
Ketentuan Pengendalian Rencana bertujuan untuk mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja
dan wilayah sekitarnya. Dari hasil pendataan ini akan diperoleh identifikasi kawasan dari segi fisik, sosial,
maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan pelaksanaan penataan
budaya, dan ekonomi, serta identifikasi atas kondisi di wilayah sekitarnya yang berpengaruh pada kawasan
suatu kawasan, dan mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan RTBL
perencanaan. Data tersebut meliputi: peta (peta regional, peta kota, dan peta kawasan perencanaan
pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan. Ketentuan pengendalian rencana disusun
dengan skala 1:1.000 serta memperlihatkan kondisi topografis/garis kontur), foto-foto (foto udara/citra satelit
sebagai bagian proses penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu)
dan foto-foto kondisi kawasan perencanaan, peraturan dan rencana-rencana terkait, sejarah dan signifikansi
maupun secara tidak langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan Kelurahan,
historis kawasan, kondisi sosial-budaya, kependudukan, pertumbuhan ekonomi, kondisi fisik dan
Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM dan Forum Rembug Desa). Ketentuan Pengendalian Rencana
lingkungan, kepemilikan lahan, prasarana dan fasilitas, dan data lain yang relevan.
menjadi alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa
b) Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan pemberlakuan RTBL sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati bersama, dan
Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah dikumpulkan. Analisis dilakukan secara berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mengukur tingkat keberhasilan
berjenjang dari tingkat kota, tingkat wilayah, sampai pada tingkat kawasan. Komponen analisis yang kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.
diperlukan antara lain analisis sosial kependudukan, prospek pertumbuhan ekonomi, daya dukung fisik dan
g) Penyusunan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
lingkungan, aspek legal konsolidasi lahan, daya dukung prasarana dan fasilitas, kajian aspek historis.
Pedoman pengendalian pelaksanaan dimaksudkan untuk mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataan
Dari hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep perencanaan atas permasalahan yang telah bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan
diidentifikasikan pada tahap pendataan. kawasan agar dapat berkualitas, meningkat, dan berkelanjutan. Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh
dinas teknis setempat atau unit pengelola teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan
c) Penyusunan Konsep Program Bangunan dan Lingkungan oleh kelembagaan pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan kemudian berdasarkan
Hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan akan memuat gambaran dasar penataan pada kesepakatan para pemangku kepentingan. Pedoman pengendalian pelaksanaan dapat ditetapkan dan
lahan perencanaan yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan konsep dasar perancangan tata berupa dokumen terpisah tetapi merupakan satu kesatuan dengan dokumen RTBL, berdasarkan
bangunan yang merupakan visi pengembangan kawasan. Penetapan konsep disesuaikan dengan karakter kesepakatan para pemangku kepentingan, setelah mempertimbangkan kebutuhan tingkat kompleksitasnya.
wilayah kajian dan hasil analisis.

Komponen dasar perancangan berisi: visi pembangunan, konsep perancangan struktur tata bangunan dan
lingkungan, konsep komponen perancangan kawasan, blok-blok pengembangan kawasan dan program 2. Tahapan Kegiatan
penanganannya. Tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan:

d) Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan a) Rapat Koordinasi Awal Kegiatan Penyusunan RTBL
Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu Setelah proses kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan pihak penyedia jasa konsultan RTBL
kawasan yang bersifat lebih detail dan bersifat sebagai panduan atau arahan pengembangan. Panduan selesai, akan diadakan rapat awal untuk koordinasi sebelum memulai pekerjaan penyusunan RTBL di
rancangan bersifat melengkapi dan menjelaskan secara lebih rinci rencana umum yang telah ditetapkan Provinsi. Rapat akan diselenggarakan oleh PPK Pembinaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi
sebelumnya, meliputi ketentuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan Nusa Tenggara Timur Pada rapat tersebut akan disampaikan hal-hal sebagai berikut:
rancangan kawasan. 1) Penjelasan lingkup tugas konsultan penyusunan RTBL;
2) Penjelasan tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan;
Adapun komponen rancangan meliputi: struktur peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan lahan, tata 3) Penjelasan deliniasi kawasan studi;
bangunan, sistem sirkulasi dan jalur penghubung, sistem ruang terbuka dan tata hijau, tata kualitas 4) Jadwal penyampaian dan pembahasan laporan;
lingkungan, sistem prasarana dan utilitas lingkungan. Ketentuan dasar implementasi rancangan dapat diatur 5) Perkenalan tenaga ahli Tim Penyedia Jasa; dan
melalui aturan wajib, aturan anjuran utama, dan aturan anjuran pada kawasan perencanaan dimaksud. 6) Penjelasan sistem koordinasi antara penyedia jasa dengan tim teknis yang terdiri dari unsur Pemerintah
Pusat, Satker PBL Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota.
e) Penyusunan Rencana Investasi
Rencana Investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan kebutuhan nyata para
b) Penyusunan Laporan Pendahuluan
pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan
Setelah rapat koordinasi awal, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera menyusun Laporan Pendahuluan
lingkungan/kawasan. Rencana ini menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung
serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Laporan Pendahuluan di tingkat Kabupaten/Kota
  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 4

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
pada lokasi kawasan studi RTBL dengan mengundang tim teknis Provinsi dan Pusat, Narasumber Provinsi f) Rapat Pembahasan Laporan Antara
(berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya), serta unsur Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera
Pemerintah Daerah termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya di mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Laporan Antara dengan mengundang tim teknis Provinsi
Kabupaten/Kota. Pada Pembahasan Laporan Pendahuluan harus disusun Berita Acara Pembahasan dan Pusat , Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi
Laporan Pendahuluan yang berisi kesepakatan terhadap substansi Laporan Pendahuluan sebagaimana terkait bidangnya), serta unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk diantaranya Bappeda, Dinas
tertera yang setidaknya memuat substansi sesuai dengan ketentuan mengenai isi materi laporan yang Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta
tertera dan khususnya pada bagian Rencana Survey dan Rencana Pelaksanaan Focus Group unsur asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal.
Discussion (FGD) pada Bagian IX tentang INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN. Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL
dengan pengundang Rapat Pembahasan Laporan dari Pemerintah Kabupaten/Kota (Walikota / Bupati /
c) Pelaksanaan Survey oleh Tim Konsultan, penyusunan peta delineasi, peta 1:1.000 dengan Status 6 bulan Sekda Kabupaten/Kota). Dalam rapat pembahasan Laporan Antara tersebut tim tenaga ahli konsultan RTBL
terakhir menyampaikan hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group
Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera Discussion Pertama (FGD-I) dalam bentuk Laporan Antara.
melaksanakan survey lokasi sesuai dengan rencana survey yang telah ditetapkan pada pembahasan Di akhir pelaksanaan Pembahasan Laporan Antara wajib disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Antara
Laporan Pendahuluan. Dalam pelaksanaan survey tim konsultan diharapkan dapat mengidentifikasi dan Notulensinya yang pada intinya merupakan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama hasil
kemungkinan spot-spot prioritas yang berpotensi menjadi lokasi percontohan untuk pembangunan pemaparan Laporan Antara yang perlu ditindaklanjuti oleh konsultan dalam rangka penyempurnaan Laporan
konstruksi di tahun anggaran 2014 sebagai tindak lanjut penyusunan dokumen RTBL. Antara dan ditandatangani bersama oleh peserta yang hadir, sebagaimana tertera yang setidaknya memuat
substansi sesuai dengan ketentuan mengenai isi materi laporan yang tertera pada Bagian IX tentang
d) Pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN.
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu setelah dilaksanakan Survey, tim tenaga ahli konsultan Segera setelah dilaksanakannya pembahasan Laporan Antara di daerah, tim tenaga ahli konsultan segera
RTBL segera mengagendakan dan menyelenggarakan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) di tingkat memperbaiki substansi materi sesuai dengan catatan, usulan, masukan
Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi RTBL dengan mengundang tim teknis Provinsi , Narasumber dan kesepakatan bersama yang terjadi pada tahap pembahasan Laporan Antara di daerah. Setelah seluruh
Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya serta unsur perbaikan selesai dilakukan, tim tenaga ahli konsultan segera menyampaikan produk Laporan Antara yang
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas telah diperbaiki tersebut disertai dengan Berita Acara FGD-I dan Berita Acara Pembahasan Laporan Antara
terkait lainnya unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta komunitas masyarakat yang kepada tim teknis Pusat dan Provinsi bersama dengan PPK kegiatan terkait di Satker PBL Provinsi untuk
terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal . Dalam Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) tersebut tim mendapat persetujuan.
tenaga ahli konsultan RTBL menyampaikan hasil survey awal lokasi untuk dapat dikonfirmasi oleh pihak
terkait serta mengidentifikasi sebanyak-banyaknya aspirasi daerah terkait keterpaduan pembangunan di g) Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Kedua
lokasi studi dari masing-masing pihak pemangku kepentingan di daerah yang akan diselaraskan Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim tenaga ahli konsultan RTBL segera mengagendakan dan
menyelenggarakan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) dengan mengundang tim teknis daerah dan
seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Focus Group Discussion (FGD) kedua diadakan di tingkat
menggunakan perangkat berupa Dokumen RTBL. Provinsi pada lokasi studi, dengan melibatkan unsur Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait,
Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) wajib disusun Berita Acara FGD-I yang unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta komunitas masyarakat yang terkait dengan
ditandatangani bersama oleh peserta yang memuat kesepakatan bersama sebagai berikut: studi RTBL di tingkat lokal.
1) Pengesahan deliniasi kawasan studi oleh pihak berwenang Pemerintah Kabupaten/Kota; Dalam Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) tersebut tim konsultan menyampaikan hasil pekerjaan
2) Identifikasi potensi dan permasalahan lokal kawasan serta penetapan visi dan misi pada kawasan sementara sebagai berikut:
RTBL; 1) Rancangan Laporan Draft Akhir mencakup materi dokumen RTBL sesuai dengan ketentuan pada
3) Draft Sistematika Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi; Peraturan Menteri No. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
4) Draft Sistematika Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); (RTBL), yaitu:
5) Draft materi RTBL pada bab ‘Program Bangunan dan Lingkungan’ dan bab ‘Rencana Umum dan • Program Bangunan dan Lingkungan;
Panduan Rancangan; dan • Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
6) Berita Acara FGD-I harus diberikan kepada Tim Teknis Pusat dan Provinsi. • Rencana Investasi;
• Ketentuan Pengendalian Rencana; dan
e) Penyusunan Laporan Antara • Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
Segera setelah dilaksanakannya survey lokasi dan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I), tim tenaga 2) Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi.
ahli konsultan RTBL segera menyusun Laporan Antara serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) tim tenaga ahli konsultan RTBL wajib
Rapat Pembahasan Laporan Antara yang setidaknya memuat materi hasil pelaksanaan survey dan hasil menyusun Berita Acara FGD-II yang ditandatangani bersama oleh peserta FGD-II yang memuat
pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I). catatan dan masukan serta kesepakatan bersama terhadap dokumen-dokumen tersebut diatas.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 5

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
h) Penyusunan Laporan Draft Akhir sebagaimana tertera yang setidaknya memuat substansi sesuai dengan ketentuan mengenai isi materi
Setelah pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II), tim tenaga ahli konsultan segera menyusun laporan yang tertera pada Bagian IX tentang INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN sebagai berikut:
dan melakukan perbaikan masukan-masukan yang disebutkan di dalam Berita Acara FGD-II dan segera 1) Laporan Akhir mencakup materi dokumen RTBL sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri No. 6
menyusun Laporan Draft Akhir serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Pembahasan tahun 2007 tentang Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yaitu:
Laporan Draft Akhir yang memuat materi sebagaimana tertera yang setidaknya memuat substansi sesuai • Program Bangunan dan Lingkungan;
dengan ketentuan mengenai isi materi laporan yang tertera pada Bagian IX tentang INDIKATOR • Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
KELUARAN DAN KELUARAN, sebagai berikut: • Rencana Investasi;
1) Laporan Draft Akhir mencakup materi dokumen RTBL sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri • Ketentuan Pengendalian Rencana; dan
No. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yaitu: • Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
• Program Bangunan dan Lingkungan; 2) Final Dokumen Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi (dan
• Rencana Umum dan Panduan Rancangan; melampirkan persetujuan dari Pemerintah Daerah) .
• Rencana Investasi; Di akhir rapat pembahasan laporan akhir disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Akhir yang memuat
• Ketentuan Pengendalian Rencana; dan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama dengan tim teknis terkait penyempurnaan keseluruhan
• Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. dokumen tersebut diatas dan diserahkan ke Tim Teknis Provinsi dan Pusat.
2) Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi yang telah
diperbaiki sesuai dengan Hasil FGD-II dengan melampirkan Lembar Asistensi Draft Peraturan tersebut l) Legalisasi/Penandatanganan Produk Dokumen RTBL
dengan SKPD (Bagian Hukum dan Dinas terkait), meliputi tanggal, hal – hal yang memerlukan Setelah seluruh catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam Berita Acara
perbaikan, tindak lanjut perbaikan dan ttd yang memberi persetujuan perbaikan telah diterima. Pembahasan Laporan Akhir ditindaklanjuti oleh tim tenaga ahli konsultan, seluruh dokumen produk
penyusunan RTBL tersebut diatas segera disampaikan ke Pemerintah Daerah untuk mendapat legalisasi
i) Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir dalam bentuk penandatanganan oleh pihak-pihak terkait sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Apabila
Pembahasan Laporan Draft Akhir diselenggarakan di tingkat Kabupaten/Kota pada lokasi kawasan studi proses penandatanganan membutuhkan waktu lebih dan diperkirakan akan selesai melebihi Tahun
RTBL dengan pengundang Rapat Pembahasan Laporan dari Pemerintah Kabupaten/Kota (Walikota / Bupati Anggaran 2014, maka tim tenaga ahli konsultan RTBL diminta untuk membuat Berita Acara Serah Terima
/ Sekda Kabupaten/Kota). Adapun yang diundang adalah tim teknis Provinsi dan Pusat , Narasumber Dokumen RTBL yang ditandatangani oleh unsur pihak Pemerintah Daerah yang berwenang. Berita Acara
Provinsi (berasal dari SKPD Terkait dan/atau Perguruan Tinggi Lokal / Praktisi terkait bidangnya), serta Serah Terima Dokumen ini digunakan sebagai bukti telah selesainya serangkaian proses penyusunan RTBL
unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan yang telah menghasilkan keseluruhan produk RTBL yang telah diterima oleh pihak Pemerintah Daerah.
Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta unsur
asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RTBL di tingkat lokal.
Pada tahap ini tim tenaga ahli konsultan didampingi dengan tim teknis Provinsi dan Pusat menyampaikan
paparan yang lengkap dan utuh mencakup keseluruhan materi Dokumen RTBL, dan Rancangan Peraturan
Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi di hadapan kepala daerah (Bupati/Walikota)
beserta jajarannya. Adapun hasil dari paparan ini ialah pernyataan tertulis “disetujui” atau “disetujui dengan
catatan” keseluruhan
dokumen tersebut oleh kepala daerah (Bupati/Walikota) yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan
Laporan Draft Akhir dan ditandatangani bersama oleh kepala daerah (Bupati/Walikota), Tim Teknis Pusat
dan Provinsi serta Tim Tenaga Ahli Konsultan RTBL dan diserahkan ke Tim Teknis Pusat dan Provinsi.
Serta perlu diterbitkan surat pernyataan segera akan disahkan menjadi Peraturan Bupati/Walikota dalam
Tahun 2014.
j) Penyempurnaan Laporan Draft Akhir
setelah pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir, tim tenaga ahli konsultan segera bekerja
menyempurnakan seluruh dokumen penyusunan RTBL berdasarkan catatan, usulan, masukan dan
kesepakatan bersama pada saat dilaksanakannya rapat pembahasan Laporan Draft Akhir.

k) Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Akhir


Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim Penyedia Jasa segera mengagendakan dan
menyelenggarakan Rapat Pembahasan Laporan Akhir di Pusat dengan mengundang seluruh tim teknis
Provinsi dan Pusat dan Narasumber Provinsi (berasal dari SKPD Terkait). Rapat Pembahasan Laporan
Akhir diadakan di tingkat pusat dengan agenda finalisasi keseluruhan dokumen produk penyusunan RTBL,

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 6

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
G. Sistematika Pelaporan

Sistematika pelaporan untuk laporan pendahuluan meliputi :

BAB I ANALISA KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN

Memuat tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, , lingkup pekerjaan, dan sistematika pelaporan, data
dan analisa kawasan dan wilayah perencanaan

BAB II RENCANA UMUM dan PANDUAN RANCANG

Memuat tentang rencana umum yang mencakup urban design dan infrastruktur beserta panduan rancangnya.

BAB III RENCANA INVESTASI

Memuat tentang aspek perencanaan investasi, jangka menengah 5 tahun, strategi perencanaan, Pola-Pola
kerjasama operasional investasi.

BAB IV PEDOMAN PENGENDALIAN PERENCANA

Memuat tentang aspek-aspekpengendali rencana dan strategi pengendalian rencana.

BAB V PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN

Memuat tentang aspek-aspek pengendalian pelaksanaan dan pengelolaan kawasan

BAB VI PEMBINAAN PELAKSANAAN

Berisi tentang tugas dan tanggungjawab baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

PERATURAN BUPATI

Memuat tentang pasal-pasal yang mendukung pemberlakuan dokumen RTBL dan menjadi panduan rancang
bangun

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 7

 
Laporaan Akhir
Rencanna Tata Bangunan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
I.2. Daata Dan Anaalisa b) Jumlah Keluarga
A. Analisis Tingkat Kaw
wasan Peren
ncanaan Tabel I.2. Banyaknya Rumah
R Tangg
ga, Jumlah P
Penduduk Dip
perinci Per Deesa Di Kecam
matan
Komodo 22012
1. Perkeembangan Sosial Kepen
ndudukan
DESA Kepala
K Penduduk
a) Peertambahan Jumlah
J Penduduk K
Keluarga Laki-laki Perempuan
n Jumlah
T
Tabel I.1. Pro
oyeksi Pendu
uduk Desa Go
orontalo (
(KK)
Komodo 4410 789 787 1 576
Papa Garaang 3
335 624 628 1 252
Tahu
un Jumlah Pen
nduduk
Pasir Panjaang 3
386 849 713 1 562
20133 54866 Golo Mori 3
354 826 875 1 701
Warloka 3
382 833 801 1 634
20188 71922
Tiwu Namppar 2
238 544 526 1 070
20233 94222 Golo Pongkor 3
352 696 740 1 436
Macang Taanggar 6
646 1 482 1 428 2 910
20288 123331
Pasir putih 5
534 1 180 1 203 2 383
20333 161228 Goron Taloo 1 179 2 597 2 737 5 334
Golo Bilas 7
721 1 415 1 451 2 866
Su
umber : RTRK
K Labuan Ba
ajo Tahun 20
013-2033 Nggorang 3
339 747 777 1 524
Watu Nggeelek 1
184 396 415 811
Wae Kelam mbu 7
748 2 141 2 046 4187
Gam
mbar I.3. Rattio Jumlah Penduduk
P per 5 tahun
Batu Cermin 5
566 1 787 1 914 3 701
Labuan Baajo 1 294 2 949 2 575 5 524
Pantar 1
179 346 382 728
Seraya Maaranu 1
156 302 276 578
Compang LLonggo 2
284 541 559 1 100

Jumlah 9 287 21 044 20 833 41 877

A
Analisa

Dilihat dari data


D d yang adda kawasan perencanaann RTBL merrupakan kaw wasan dengann potensi
p
pertumbuhan penduduk ceepat. Hal ini dapat mem mpengaruhi kkepadatan kaawasan. Perttambahan
p
penduduk akan berdampak pada bertam mbahnya kebutuhan fasilitass dan ruang publik.
p Untuk itu dalam
p
perencanaan tata ruang dipeertimbangkan beberapa areea yang dapat dimanfaatkaan sebagai ruaang publik
a dapat dikeembangkan menjadi
atau m fasilitas bersama.
S
Sumber : Kantoor Kecamatann Komodo
  Analiisis Kawasan dan
n Wilayah Perenccanaan - 8

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (dan Pariwisata)

A. Sektor Pendorong Perkembangan Ekonomi B. Kegiatan Usaha

Pada kawasan inti, sektor yang dominan adalah perdagangan dan jasa. Hal ini disebabkan posisi Kegiatan usaha yang berkembang dengan adanya perdagangan dan jasa antara lain :
kawasan yang strategis karena merupakan jalur lintas ke bandar udara komodo serta diapit oleh 2
‐ Ruko dengan barang jualan elektronik dan kebutuhan sehari-hari
kawasan wisata yang potensial, yaitu kawasan wisata Batu Cermin dan kawasan wisata Pantai Pede.
‐ Rumah yang difungsikan mix dengan warung makan
Letaknya yang strategis dan termasuk dalam jalur pariwisata menyebabkan pertumbuhan sektor ‐ Rumah yang difungsikan sebagai kos-kosan.
ekonomi terutama pertokoan dan penginapan/hotel. Beberapa permukiman penduduk berubah fungsi ‐ Hotel yang saat ini dirasa masyarakat pemilik tanah sebagai potensi yang menggiurkan karena dekat
menjadi perdagangan dan jasa. dengan tempat wisata dan bandar udara.

Gambar 1.2. Orientasi kawasan perencanaan terhadap wilayah sekitar C. Prospek Investasi Pembangunan dan Perkembangan Penggunaan Tanah

Melihat ke-strategis-an kawasan, maka dapat dikatakan bahwa indikasi investasi pembangunan adalah
properti yang mendukung kepariwisataan, antara lain hotel dan penginapan, rumah makan, pertokoan,
jasa wisata.

D. Produktivitas Kawasan

Mayoritas lahan di kawasan inti perencanaan digunkan sebagai perumahan, perdagangan, dan jasa.
Perdagangan dan jasa selalu ramai terutama pada jam kerja antara jam 8.00-21.00. fasilitas
perdagangan dan jasa tidak hanya digunakan oleh masyarakat setempat tetapi juga wisatawan atau
turis.

Menuju ke 
Gambar 1.3. Pertumbuhan sektor ekonomi kawasan
Bandara Komodo 

Menuju ke wisata 
Menuju ke  Batu Cermin 
Labuan Bajo 

Bukit Pramuka 

Menuju ke wisata 
Pantai Pede 

Akses menuju 
hotel 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 9

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
3. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan

A. Kondisi Bentang Alam Kawasan Gambar I.4. Kondisi Bentang Alam Kawasan 

DATA

Ditinjau dari kelerengan lahan, sebagian besar (68,5%) wilayah


kecamatan Komodo memiliki kelerengan antara 15-40%.
Wilayah dengan kelerengan 0-15% hanya meliputi 17,9%.

ANALISA

Kawasan perencanaan dikelilingi bukit. Bukit-bukit yang


mengelilingi kawasan perencanaan merupakan potensi view
yang dapat dimanfaatkan. Dalam merencanakan bangunan
maupun infrastruktur, view bukit dapat dijadikan point of interest
sehingga dapat menghasilkan wajah kota yang khas pada
kawasan perencanaan RTBL.

Beberapa bangunan milik swasta di kawasan perencanaan


merupakan bangunan tinggi yang dikhawatirkan akan
menghalangi view bukit yang menjadi kekhasan Labuan Bajo.
Hal ini menjadi pertimbangan untuk memberikan batasan
ketinggian bangunan sehingga baik pihak swasta, turis,
maupun penduduk lokal dapat bersama menikmati view bukit.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 10

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
B. Kerawanan Kawasan terhadap Bencana Gambar I.5. Ratio Jumlah Penduduk per 5 tahun 

DATA

Berdasarkan Peta Rawan Gempa Bumi yang disusun oleh Kertapati, et.al (2001), kawasan
perkotaan Labuan Bajo dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah rawan gempa bumi dengan
skala intensitas sebesar VI-VII skala MMI (Modified Mercalli Intensity).
Kemungkinan bahaya tsunami berdasarkan jarak 100 m dari pantai

Kawasan perencanaan RTBL

Kawasan rawan longsor

Sumber : RTRK Labuan Bajo 2012

Kawasan yang memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah rendah terdapat di sekitar kawasan
terbangun di BWK I-IV, selatan desa Gorontalo dan Selatan Desa Golobilas. Sedang kawasan
di bagian tengah hingga timur relatif memiliki kerentanan tanah sedang hingga tinggi akibat
kelerengan yang tinggi.

ANALISIS

Kawasan perencanaan RTBL tidak termasuk dalam kawasan rawan bencana. Namun jarak
kawasan perencanaan berdekatan dengan kawasan bencana longsor. Untuk itu dibutuhkan
pencegahan terhadap bencana longsor dengan mempertahankan hutan yang terdapat di
kawasan perencanaan.

Beberapa area pada desa Gorontalo khususnya di area perkumiman sering mengalami banjir
ketika musim penghujan. Ketinggian air hingga lutut orang dewasa, air akan surut dalam waktu
1/2-1 jam, namun air tidak masuk ke rumah penduduk karena sebaagian rumah penduduk telah
dipasang talud penahan air. Dengan adanya permasalahan tersebut, dibutuhkan solusi dengan
membangun bangunan tipe panggung atau memberikan ketinggian lantai tertentu, dan
memperlebar atau menambahkan saluran srainase jalan, sehingga air banjir akan lebih cepat
surut dan tidak masuk ke rumah penduduk.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 11

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
4. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan

A. Jalan dan Transportasi

Akses utama menuju Kawasan Perencanaan (kawasan init) berupa jalan Nasional dan jalan Kabupaten
dengan kondisi aspal yang sudah baik, sedangkan jaringan jalan di permukiman Desa Gorontalo adalah
jalan lingkungan beraspal yang sebagian kondisinya kurang baik dan jalan lingkungan dengan material
penutup sebagian berupa bebatuan dan rerumputan.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 12

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
Akses dan jaringan jalan kawasan perencanaan belum semuanya dilengkapi perabot jalan (street
furniture) seperti penunjuk arah, penanda (signage), pembatas jalan (border) maupun penerangan jalan
hanya beberapa ruas jalan. Hal ini tentu saja kurang mendukung kegiatan pariwisata di labuan Bajo
sebagai kawasan strategis dan terpadu.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 13

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
Labuan Bajo mempunyai luas 7.951 Ha membutuhkan jalan seluas 397.55 Ha atau 3.98 km2 yang
berfungsi menghubungkan semua bagian kota dengan mudah

DIASPAL DIPERKERAS TANAH


SEGMEN LEBAR (m) ANALISIS
(km) (km) (km)
Perlu pengembangan aksesbilitas
jalan lengkap dengan perabotannya
1 (PLN-Pasar (penerangan jalan, pedestrian,
1.44 6 s/d 8
Baru) saluran drainase dan rambu lalu
lintas)

Perlu pengembangan aksesbilitas


jalan lengkap dengan perabotannya
2 (Wae Mata) 1.58 15 s/d 20 (penerangan jalan, pedestrian,
saluran drainase dan rambu lalu
lintas)

Perlu pengembangan aksesbilitas


jalan lengkap dengan perabotannya
3 (Van (penerangan jalan, pedestrian,
1.52 20 s/d 25
Bachum) saluran drainase dan rambu lalu
lintas)

Perlu pengembangan dan


peningkatan aksesbilitas jalan
Permukiman 1 1.23 1.8 3 s/d 5 lengkap dengan perabotannya
(penerangan jalan, pedestrian,
saluran drainase)
Hasil analisis Konsultan 2014

Wilayah perencanaan merupakan kawasan perdagangan jasa dan pariwisata, serta pendidikan, untuk
memenuhi kebutuhan dalam bertaransportasi wilayah perencanaan dilayani oleh Pelabuhan Udara
Komodo labuan Bajo dan Pelabuhan Laut Labuan Bajo. Sebagai sarana transportasi dilayani oleh
angkutan kota.
Kawasan perencanaan tidak dilayani baik oleh terminal kota ataupun halte, sehingga muncul halte
bayangan di tempat-tempat tertentu. Untuk membuat kenyamanan dan keteraturan dalam
bertransportasi dan berakivitas. Baik itu sebagai masyarakat, pekerja, pelajar dan wisatawan
membutuhkan transportasi dalam beraktivitas. Kenyamanan dan kelancaran dalam bertransportasi akan
mempermudah dan memperlancar kegiatan bertransportasi. Perlu wadah dan tempat untuk mengatasi
pergantian moda yang diharapkan akan dapat memperlancar aus transportasi sebagai pengganti
terminal yang letaknya jauh dari kawasan perencanaan.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 14

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
B. DRAINASE

Saluran drainase samping merupakan saluran yang dibuat pada sisi kanan dan kiri jalan yang berfungsi Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
untuk menampung dan mebuang air yang berasal dari permukaan jalan dan daerah pengaliran sekitar drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau
jalan. Harus diperhatikan pengaruh material untuk saluran tersebut dengan kecepatan rencana membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
aliranyang ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran (kemiringan saluran). Saluran samping pada optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
suatu jalan harus sesuai dengan kriteria suatu infrastruktur keairan dari segi analisis hidrologi dan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
hidrolika kawasan tersebut.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 15

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota Potensi wilayah perencanaan Desa Gorontalo, khususnya keadaan tanahnya mudah meloloskan air dan didukung kondisi
dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase di sini berfungsi untuk topografi, yang pada dasarnya merupakan faktor yang sangat mendukung bagi upaya penyediaan fasilitas drainase yang
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan memenuhi syarat.
resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek dan genangan air. Saluran drainse belum berkelanjutan, dengan konstruksi batu kali ataupun saluran tanah. Sehingga kondisi saluran
drainase kawasan belum mendukung dan perlu pengembangan peningkatan kualitas dari saluran drainase eksisting.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 16

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
C. AIR BERSIH Kawasan Kota Labuan Bajo adalah wilayah tangkapan air yang cukup berpotensi karena secara
hidrologis Kabupaten Manggarai Barat merupakan kawasan lindung yang berfungsi menjaga
Kawasan Perencanaan dalam Masterplan Air Minum Bersih termasuk dalam pelayanan kawasan keseimbangan hidrologis daerah-daerah cekungan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya terdapat
Reservoir Induk 2. Yang berada pada ketinggian 185 Mdpl dengan koordinat lokasi 119º 50’ 21.643” dan sungai yang mengalir melewati wilayah Kota Labuan Bajo dan Kabupaten Manggarai Barat secara
-8º 33’ 59.238”. Dengan debit : makro.
Q = 29,82 l/dt dan Berdasarkan ketersediaan air tanahnya, Kawasan Perencanaan desa Gorontalo termasuk zona yang
Q max = 34.29 l/dt ketiga dan keempat merupakan zona dengan ketersediaan air tanah sedang sampai besar, di mana
zona ketiga merupakan akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan, dan saluran dengan produktifitas
sedang. Dan sebagia wilayah Kawasan Perencanaan Desa Gorontalo termasuk Zona keempat
merupakan zona dengan ketersediaan air tanah yang sangat besar. Zona ini merupakan akuifer dengan
aliran melalui celahan dan ruang antar bukit, di mana merupakan akuifer setempat yang produktif.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 17

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
Kawasan Perencanaan termasuk dalam pelayanan yang mengacu dalam pertimbangan teknis sebagai Berikut adalah tabel analisa kebutuhan air minum/ air bersih untuk kawasan Perencanaan berdasarkan
berikut: pertimbangan teknis diatas. Ada 2 analisis yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemenuhan
kebutuhan air minum ini yaitu : kondisi berdasar luas wilayah dan pertumbuhan penduduk dan
a. Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan berdasarkan adanya penambahan penduduk sementara akibat wilayah perencanaan merupakan
Pertimbangan teknis dalam menentukan wilayah pelayanan antara lain : kawasan pariwisata.
- kepadatan penduduk
- tingkat kesulitan dalam memperoleh air
- kualitas sumber air yang ada
- tata ruang kota
- tingkat perkembangan daerah
- dana investasi, dan
- kelayakan operasi
b. Komponen Wilayah Pelayanan, adalah terdiri dari:
- Kawasan permukiman
- Kawasan perdagangan
- Kawasan pemerintahan dan pendidikan
- Kawasan industri
- Kawasan pariwisata
- Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.

Hasil analisis Konsultan 2014

D. AIR LIMBAH

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesehatan
manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, ditopang atau dirangsang oleh
factor-faktor lingkungan.

Limbah merupakan kombinasi dari cairan dan sampah yang berasal dari permukiman perdagangan,
perkantoran dan industri serta pariwisata. Sehingga air limbah serupa akan air yang tersisa dari kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan lain seperti diatas. Meskipun air sisa buangan namun volumenya besar
sekitar lebih dari 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan sehari-hari. Selanjutnya air limbah ini akan
kembali ke tanah, sungai ataupun laut yang nantinya kan digunakan kembali oleh manusia.

Karena itulah air buangan ini harus dikelola dan diolah secara baik dan benar. Sarana sanitasi air dan
sistem saluran air limbah kawasan perencanaan secara kualitas belum memenuhi kebutuhan
Sumber : RTRW Manggarai Barat 2010
masyarakat. Masih banyak sarana air limbah kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 18

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
terutama di kawasan permukiman. Sebagian penduduk pengelolaan air limbah menggunakan septiktank Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kawasan perencanaan membutuhkan lahan/ septictank dibutuhkan sekitar
untuk membuang limbah. 1.098 buah di kawasan perencanaan. Karena itulah dibutuhkan cara pengolaha limbah yang lebih baik antara lain
dengan, Sumur resapan. Karena septictank membutuhkan lahan yang luas untuk tiap tiap rumah maka untuk memenuhi
kebutuhan lahan hasil buanagn air limbah perlu dibuat secara komunal dan terpusat.

Hasil analisis Konsultan 2014

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 19

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
E. SAMPAH

Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi,
sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan menurut sifatnya sampah
dibagi menjadi dua yaitu; 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya
daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll, 2) sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai
(undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dll.
Jenis sampah yang banyak dihasilkan di kawasan perencanaan adalah jenis sampah yang berasal dari
rumah tangga dan pariwisata khususnya bahan organik dan anorganik. Secara umum masyarakat belum
melakukan pengelolaan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik, dan belum mengelola
sampah organik menjadi kompos. Permasalahan yang berkaitan dengan masalah persampahan adalah
belum tersedianya fasilitas tempat atau bak penampungan sementara maupun bak pembuangan akhir di
kawasan perencanaan, sehingga hal ini dapat mengganggu keindahan kawasan dan berpotensi
menyebarkan penyakit.

Hasil analisis Konsultan 2014

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 20

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
F. LISTRIK
Listrik tidak dapat dipisahkan dari manusia. Sebagian besar kegiatan manusia kini bergantung pada
listrik, baik yang sifatnya primer maupun sekunder. Listrik juga sangat penting dalam kehidupan pribadi,
sosial, pendidikan, perdaganan, dan lini-lini kehidupan lainnya. Kebutuhan Primer: Pompa air listrik,
handphone, alat penerangan rumah, penanak nasi listrik, setrika listrik, dll. Kebutuhan Sekunder:
Komputer, Televisi, peralatan media pendidikan, dll

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 21

 
Laporaan Akhir
Rencanna Tata Bangunan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
5. Kajiaan Aspek Siggnifikansi Historis Kawaasan

Labuaan bajo meruupakan kawaasan maritim yang berkembang berkeembang dan berbenah diri menuju
peraddaban dari maaritim tradisionnal sebagai neelayan ke induustri pariwisataa dari yang keecil-kecilan saampai yang
besarr. Dari diveshoop sampai bissnis perhotelaan berskala beesar dan keciil dan juga bissnis warung m makan dan
restorran berbagai kkelas. Labuann bajo juga berkembang sebbagai kota transit, kota pelaabuhan di manna menjadi
pintu masuk dari S Sape Nusa Teenggara Baraat ke daratan Flores Nusa Tenggara Timur. Labuan bajo terus
berkembang dari kota kecil Kecamatan Komodo Kabbupaten Mangggarai sampaai akhirnya m mengalami
pemekaran sebagaai Ibu Kota Kabupaten
K Maanggarai Baraat pada tahunn 2003. Dengan pemekaraan tersebut
tentunnya berdampaak signifikan teerhadap arah pembangunaan kota Labuan Bajo sebagaai pintu masuk destinasi
wisataa baik itu wisaata ke Taman Nasional Kom modo maupun pintu masuk wisata
w ke daraatan flores. Laabuan Bajo
juga berkembang
b ssebagai kota transit terutam
ma angkutan-aangkutan truk bermuatan
b baarang dan jugaa angkutan
lainnyya yang akan berangkat daari NTB ke daaratan Flores (NTT) maupuun dari darataan Flores NTTT ke Pulau
Sumbbawa NTB. Kaarena keberanngkatan kapaal dari Labuann Bajo ke Sappe hanya sekali sehari maka Labuan
Bajo menjadi
m kota transit dan daari situlah berkkembang penginapan-pengginapan dengaan harga yangg merakyat
dan bahkan
b banyakk pula yang dimanfaatkan oleho turis-turis back packer.

Desa gorontalo merupakan dessa yang sedaang berkembaang di bidang permukimaan dan ekonoomi karena
bertam
mbah padatnyya populasi wisatawan
w dan penduduk di Labuan Bajo. Lahan perkeebunan dibeli oleh pihak
swastta untuk menggembangkan usaha
u perhoteelan yang dappat menunjangg wisata pantaai di daerah Laabuan Bajo
dan Desa
D Gorontalo sendiri.

Permuukiman penduuduk mulai berpindah darii daerah tepi pantai menuju ke daerah tengah yangg sebagian
besarr merupakan lahan-lahan perkebunan rakyat. Bebeerapa tanah kosong adalaah tanah neggara yang
disediiakan untuk faasilitas publik.

Gamb
bar I.12. Kon
ndisi Jaringan Sampah Kawasan
Sum
mber : RTRK Labuuan Bajo 2013-2033

Seiring dengaan perkembangan teknoloogi keberadaaan listrik di Kawasan peerencanaan berangsur


S b
m
meningkatkan kesejahteraan masyarakatt sekitarnya. Hampir semuua bagian atau hampir 95% % wilayah
K
Kawasan pereencanaan telaah mendapat aliran listrik. Rata-rata kappasitas daya listrik yang digunakan
d
a
adalah sebesar 450 watt/KK K.
S
Selanjutnya, b pengembangan Kawassan Wisata Wilayah
bagi W perencanaan diperrlukan pemeraataan dan
p
penambahan jaaringan listrik dan jaringan telekomunikassi sebagai upaaya untuk mendukung kegiatan lokal
m
masyarakat daan kegiatan wissata pengunjuung.

G. TELEKOMUNI
T IKASI

Jaringan telepoon dari PT.Telkom sebagai sarana komuunikasi sudah menjangkau Kawasan Pereencanaan
meskipun massih terbatas. Jaringan
m J teleppon seluler saaat ini lebih bbanyak digunaakan warga di
d wilayah
p
perencnaan.

Untuk memenuuhi kebutuhann listrik yang semakin


U s meniingkat, diusulkkan adanya pemanfaatan
p tekhnologi
t
b dengan memanfaatkan
baru m n potensi yangg ada, antara lain potensi kkondisi matahaari yang teruss menerus
dan besar dikaawasan perenncanaan, alanngkah lebih baiknya
b apabiila dapat merrmanfaatkanyaa sebagai
L
Listrik Pembanngkit Tenaga Matahari.
M

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 22

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

Kecenderungan perkembangan kota adalah menjauhi pelabuhan karena pelabuhan semakin padat dengan
rumah penduduk dan area wisata turis. Dengan perilaku pertumbuhan dan perkembangan kota seperti itu
maka perlu diperhatikan adanya perencanaan kota yang baik sehingga ketika pertambahan penduduk
meningkat kota akan tetap berkembang tanpa menimbulkan permukiman kumuh atau mengubah wajah kota
turis menjadi kumuh.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 23

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
6. Kesessuaian Lahaan

Gam
mbar I.13.Polaa Ruang men
nurut RTRK Labuan Bajo tahun 2013  Gambar I.144. Pola Pengg
gunaan Ruang menurut haasil survey 

Analisa

Kawasan perencanaan diatur pemerrintah daerah untuk menjaadi kawasan permukiman,


p perdangangaan dan pariwissata, dan penndidikan.
Pada kenyyataannya, penggunaan lahan yang ada ssudah sesuai dengan arahaan Pemerintahh.

Melihat keecenderungan perkembangan ke arah w wisata pantai, maka daerahh permukimann dekat atau yang searah dengan panttai dapat
dikembanggkan menjadi perdangan daan jasa yang ddapat mendukkung wisata Laabuan Bajo khhususnya di Deesa Gorontaloo.

Pemberiann tematik kawwasan dapat membantu uuntuk mempeerjelas ciri khhas kota turis pada Desaa Gorontalo ini sebagai kkawasan
perencanaaan RTBL. Pemberian
P tematik tetap m merintah agarr kota yang ssudah ada dan yang
memperhatikaan arahan-araahan dari Pem
direncanakkan dapat mennjadi suatu keesatuan pembeentuk kota yanng baik.

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 24

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
B. Analisa SWOT
4. POTENSI : VIEW DAN AMENITAS BERKARAKTER UNIK
SWOT ANALYSIS KEKURANGAN ANCAMAN PELUANG
Pantai Pede, bukit pramuka, bukit pede, Karakter bentang alam khas WIT Masih berpeluang dalam memanfaatkan
1. POTENSI : PEMANFAATAN LAHAN POTENSIAL DIKEMBANGKAN SEBAGAI KAWASAN ‘MIXE USE’ perbukitan di pede raya, bukit Wae
Mata, pasir, laut adalah karakter
kabur/tertutup akibat lemahnya
pengaturan dan pengendalian
karakter bentang alam menjadi bagian dari
ruang kota wisata pantai :
(‘URBAN TOURISM’ – WISATA KOTA) bentang alam yang hamonis yang tata bangunan dan tata • Poros
KEKURANGAN ANCAMAN PELUANG kurang termanfaatkan sebagai bagian lingkungan. • Vista
Embrio perdagangan jasa kurang tertata Pemanfaatan lahan tidak • Pengembangan termatik kawasan dari best view dan amenitas ‘urban • Landamark
dan terkendali (non permanen & terkedali wisata kota village’ kota wisata pantai • Eye catcher
permanen) • Pengaturan pemanfaatan lahan mix Agar kota kaya best view, beramenitas
used harmonis dengan wisata kota dan berkarakter

2. POTENSI : INTENSITAS RENDAH BERKARAKTER KHAS ‘URBAN VILLAGE’ 5. POTENSI : RUANG PUBLIK MASIH DAPAT DITINGKATKAN
KEKURANGAN ANCAMAN PELUANG KEKURANGAN ANCAMAN PELUANG
Bila tidak dikendalikan akan • Pertahankan intensitas lahan kota Ruang publik terpingirkan : Kota dan lingkungan Masih berpeluang menciptakan ruang publik
berubang ‘urbanize’ hingga rendah agar tetap berkarakter sebagai Kota : permukiman kurang humanis yang humanis untuk kebutuhan sosialisasi,
mengaburkan karakter khas ‘urban village’ = kota wisata alami • Koridor kota tidak memiliki jalur rekreasi, olahraga,memasarkan karya kerajinan
‘urban village’ • Masih berpeluang mengendalikan pedestrian/sepeda, tradisional, dll
intensitas lahan kawasan perkotaan penerangan, perabot jalan,
rendah : pepohonan
• Intensitas lahan : KDB, KLB, • Tidak memiliki taman
KDH rendah kota/ruang terbuka
• Ketinggian bangunan dan Permukiman :
jumlah lantai bangunan rendah • Koridor kurang terfasilitasi
• Masih berpeluang mempertahankan (penerangan jalan)
karakter setback bangunan ‘urban • Tidak memiliki taman/ruang
village’ yang bervariasi. terbuka/olah raga

3. POTENSI : ARSITEKTUR LOKAL & BENTANG ALAM POTENSIAL DIKEMBANGKAN DALAM 6. POTENSI : POTENSI PRASARANA DAN SARANA KAWASAN MASIH BISA DITINGKATKAN
MENCIPTAKAN CITRA RENCANA TATA BANGUNAN & LINGKUNGAN
KEKURANGAN ANCAMAN PELUANG KEKURANGAN ANCAMAN PELUANG
• Tata bangunan belum Kualitas wajah kota menurun & Memperkuat karakter ruang dan wajah Prasarana/infrastruktur kurang Prasarana dan sarana kota Masih berpeluang meningkatkan prasarana
berkarakter sebagai kota tidak berkarakter sebagai kota kota: memadai : dan lingkungan permukiman kota dan lingkungan permukiman yang
wisata alam ‘urban village’ & wisata alam/’urban village’ • Pengaturan dan pengendalian tata • Sanitasi off site berpeluang yang kurang berkualitas dapat kurang memadai.
belum mencerminkan kota maupun wilayah NTT/Manggarai bangunan yang berkarakter lokal memakan banyak lahan mengancam kesalamatan & Prasarana yang sudah cukup memadai :
berarsitektur lokal / NTT. Barat (tipologi bangunan, ketinggian • Drainasie terputus,berpeluang kenyamanan warga kota, • Air bersih bersumber PDAM dan mata
bangunan, peil bangunan menggenang di pertigaan Pede maupun wisatawan. air (belakang katedral)
• Tata lingkungan (signage, • Pengaturan dan pengendalian tata & banjir • PLN
pedestrian, street furniture, tat lingkungan yang ramah lingkungan. • Jalan kota belum dilengkapi • Telkom
a hijau, wajah koridor jalan) (eco theme park, landmark : jalur pedestrian/sepeda, • Jalan beraspal
belum memadai, bentang alam sculpture/bukit/urban landscape kota kualitas jalan permukiman Masih berpeluang melengkapi atau
mulai terancam pesatnya pantai, pedestrian ways dilengkapi sebagian rusak & tanah meningkatkan sarana :
pembangunan. penerangan, sitting group & perabot • Persampahan, tong sampah • Sarana kota ( Rumah sakit, hotel,
jalan kurang terdistribusi, pusat perbelanjaan, pusat pemasaran
  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 25

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
pembakaran sampah oleh cindera mata, panggung pusat kota Labuan Bajo ini. Perencanaan yang matang dapat menarik investor/pihak swasta untuk turut
warga mencemari/mengotori budaya/rakyat, taman kota/echo mengelola dan mengembangkan kawasan wisata ini.
lingkungan, pembuangan theme park, dll Pengembangan kawasan dapat mencakup bidang ekonomi kreatif masyarakat, bidang pariwisata dan
sampah di sungai memicu • Sarana lingkungan permukiman budaya, bidang lingkungan hidup, perkebunan, pertanian, peternakan, perhubungan yang diwadahi
sedimentasi & banjir dalam struktur organisasi pemerintah daerah.
Sarana kurang lengkap dan
terdistribusi merata : c. Penciptaan dan sosialisasi mekanisme
• Kota belum dilengkapi sarana Dalam pelaksanaan perencanaan pengembangan kawasan pusat kota Labuan Bajo, pemerintah telah
kesehatan, sarana memiliki beberapa lahan pemerintah yang dapat digunakan untuk ruang-ruang publik. Pembatasan
perbelanjaan,& pendukung investor juga dibutuhkan pengelolaan kawasan agar ruang publik untuk warga lebih banyak dan lebih
rekreasi kota, taman optimal untuk digunakan bersama. Dalam pengembangan ke depan, pemerintah bekerja sama dengan
kota/ruang terbuka, dll konsultan untuk mengadakan sosialisasi dengan diadakannya baik acara Forum Group Discussion
• Permukiman tidak memiliki maupun dengan hadirnya pihak masyarakat ke acara pembahasan laporan oleh konsultan di Kabupaten.
taman bermain anak, Selain untuk mensosialisasikan rencana pengembangan kawasan, masyarakat juga dapat berkontribusi
taman/ruang olah raga/ruang dalam menyampaikan aspirasi karena pengembangan kawasan akan juga berdampak pada kegiatan
terbuka, balai pertemuan, balai masyarakat setempat. Dengan adanya sosialisasi kegiatan RTBL, maka masyarakat diharapkan dapat
posyandu. membantu dan berkontribusi dalam kegiatan pengembangan ini.

d. Hasil Pelaksanaan FGD


1) FGD 1 Di Ruang Pertemuan Laboan Bajo, Dihadiri Sekda, Masyarakat, Instansi Terkait
C. Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Masyarakat Stakeholders menyetujui:
1. Persiapan • Lokasi, luas dan deliniasi kawasan
Persiapan yang dilakukan oleh pihak konsultan antara lain • Identifikasi potensi dan permasalahan serta solusi awal
• Pembahasan awal sebelum dilakukan laporan pendahuluan • Usulan visi, misi kawasan RTBL dan strategi pengembangan kawasan RTBL sebagai
• Survey kawasan penunjang wisata komodo
• Pembahasan laporan pendahuluan • Gagasan awal/sketsa ide kawasan RTBL
• FGD 1 dengan stakeholder • Masukan stakeholders:
Dalam perjalanan RTBL akan dilakukan banyak diskusi dan pembahasan dengan stakeholder terkait 9 Perlu meningkatkan ruang publik berwujud peningkatan pedestrian (street design &
. ruang publik Pantai Pede)
2. Identifikasi Aspirasi dan Analisis Permasalahan 9 Morfologi & tipologi jangan terlalu mengikat, ikat di KDB, KLB, GSB
a. Penyusunan tujuan, kebutuhan dan kepentingan semua pihak 9 Pantai Pede lahan Propinsi akan ‘disewakan ‘ ke swasta (hotel), pemilik modal diminta
Tujuan pemerintah dari rencana pengembangan kawasan dalam bentuk RTBL adalah mengelola untuk menyediakan akses dan ruang publik ke pantai
perkembangan kawasan agar sesuai dengan peraturan dan perencanaan dalam RTRW. Perkembangan 9 Mengarahkan sistem utilitas dan sistem kebersihan kota yang rapi (termasuk drainase,
kawasan yang dimaksud dapat berfungsi sebagai pusat kota Labuan Bajo yang terpusat pada desa halte, pedestrian ways)
Gorontalo, Kecamatan Komodo. • Draft Sistematika Peraturan Bupati
Selain pemerintah, masyarakat juga ingin perkembangan kawasan Kecamatan Komodo dapat berjalan Gambar I.15. Dokumentasi FGD I
dengan memperhatikan kualitas sarana dan prasarananya baik untuk wisatawan juga untuk masyarakat
setempat agar perkembangan wilayah tersebut juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
setempat.
Kepentingan dan kebutuhan baik pemerintah dan masyarakat harus lebih dulu ditampung dan
didiskusikan untuk rencana pengembangan kawasan seperti apa yang dibutuhkan. Kondisi kawasan
yang sebagian besar merupakan perdagangan harus dapat dikembangkan sehingga dapat menunjang
keperluan wisatawan, warga setempat, dan fungsi bangunan lainnya.
b. Pelibatan seluruh stakeholder
Dalam pengembangan kawasan RTBL, stakeholder yang terkait adalah masyarakat, pemerintah, dan
pihak swasta. Saat ini, kepemilikan lahan adalah milik masyarakat dan pemerintah daerah, untuk itu
pihak masyarakat dan pemerintah harus dapat bekerja sama dalam rencana pengembangan kawasan
  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 26

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 27

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

2) FGD dengan Bupati di Rumah Dinas


Berita acara FGD Bupati :
1. Sempadan ditaati oleh semua
2. Pantai berdasar aturan negara, GSP batas milik negara
3. Bangunan-bangunan pemilik modal di bukit agar tidak membangun semenanya hingga
menghilangkan view laut, karena tema pariwisata Labuan Bajo adalah pariwisata bahari
4. Pemerintah bisa membuka akses publik ke bukit dan pantai. Pemilik modal harus menghargai
aturan-aturan tsb.
5. Menciptakan ruang seefektif mungkin untuk jangka panjang.
6. Bukit Wae Mata ruang spiritual, bukit dipersembahkan sebagai rasa syukur atas ciptaan Tuhan.
7. Pantai Pede ruang pengobatan ketenangan jiwa dan rekreasi, untuk berbudaya, kerajinan,
pameran, kuliner, resepsi kenegaraan, lomba ketinting/perahu rakyat, 17-an, olah raga_senam,
volie, tinju_. Bangunan jangan menutup view laut.
8. Bukit pramuka sebagai ruang pembelajaran:
• museum alam mengkoleksi daftar pustaka pepohonan langka/khas pohon adventus
(ungu)/pohon munting, mahoni, pinang khas Manggarai, dll
  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 28

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
• caamping groundd pramuka, adda patung tunaas kelapa di attas bukit
• Baangunan penuunjang yang allami

3) FGD denggan Warga di Lapangan Analisis


A Perilaaku Lingkunggan
Berita acara :
1. Perteemuan di kantor desa (kantoor kontrak)
2. Kebuutuhan peningkatan lingkunggan permukim man:
• BBalai desa (ruaang terbuka/peendopo)
• PPosyandu dilakksanakan di beberapa
b temppat (samping kantor camatt, polindes seccara sewa)
attau numpang di halaman warga
w yang luaas
• MMengusulkan tempat bermaiin di Pantai Peede
• MMengusulkan taman kota di Wae mata
• Jaalan lingkungaan perlu ditinggkatkan
• AAir bersih PDAAM (tiap 3 hari)), sumber matta air sampingg gereja, sumuur dangkal (7-12 m)
• BBanjir di beberaapa tempat, air
a menggenanng ± 1m (1 jam m)
• PPerlu peneranggan jalan
3. Pekeerjaan warga (pedagang/wirraswasta, karyyawan)

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 29

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

4) FGD dengan DPKAD


Berita acara
• Lahan Pemda akan dibangun RS Swasta
• Perkantoran Pemda direlokasi di kawasan pemerintahan, Kantor Pemda Terpadu
• Koefisien dasar bangunan, batas bangunan ditulis secara teliti
• Fasilitas publik
• Ruang publik harus ada RTH
• Puncak pramuka dibagi menjadi, penginapan ekologis, dan bukit perkemahan

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 30

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 31

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
3. Analisiss Perilaku Lin
ngkungan

D. Visi dan Misi Pembaangunan


1. Vissi Pembanguunan
Kawwasan Penunnjang Wisata yang Ramahh Lingkungan,, Rekreatif daan Berkarakteer Lokal
2. Missi Pembangu unan
• Menciptakaan kawasan koota yang berbudaya dan rekkreatif
Peningkataan kawasan campuran/mix-
c -used yang memawadi keegiatan perdaagangan dan jasa, dan
penunjang wisata
• Menggali potensi wisata alternatif: URBAN VILLAGE E
Penciptaann bentuk wisatta alternatif deengan menggali karakter beentang alam (urban
( tourism
m, eco city
park, spirituual place, forest city/bumi peerkemahan, urban street veendor & open resto)
• Meningkatkkan apresiasi terhadap
t poteensi arsitektur lokal
Peningkataan wajah kota sebagai daerrah wisata panntai dan jalur w wisata komodo yang mengaapreasiasi
karakter arssitektur dan material
m lokal
• Mendorongg terciptanya ruang publik yaang beramenitas
Peningkataan ruang pubblik kota, sekkaligus peninggkatan jalur publik (pedesstrian, peseppeda) yg
beramenitaas
• Mendorongg apresiasi terhhadap aset alam
Pelestariann alam dan peemanfaatan alam a untuk ruaang publik yang tidak meruusak alam ( bukit/hutan
b
lindung, hutan, sungai, laaut)
  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 32

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
E.. Konsep Perancanga
P an Struktur Tata
T Bangun
nan dan Ling
gkungan

1. Strukttur Kawasan
n Lingkungaan

Gambar I.16. Strruktur Kawassan Lingkunngan

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 33

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
Gam
mbar I.17. Hirarki Struktu
ur Kawasan

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 34

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
F.. Konsep Komponen
K P
Perancanga
an Kawasan Diagram I.199. Variasi Po
osisi “R” Daalam Mendesskripsikan Kekuatan
K Ap
plikasi Tradiisi dan
Moderenism
1. Stru
uktur Perunttukan Lahan
n
Peruuntukan lahann pada kawsaan perencanaaan ditujukan untuk menataa kembali kaw wasan yang telah
t ada.
Funggsi lahan ekssisting mayorritas adalah perdagangan
p dan jasa. U
Untuk membatasi dan mennata area
perdagangan makka peruntukann lahan perlu diatur dengan perundangaan. Pemerintaah menyediakkan lahan-
lahann yang dapatt dipergunakaan sebagai fasilitas publik karena minim
mnya fasilitas publik yang ada pada
kawaasan perencannaan.

2. Intensitas Pemaanfaatan Lah


han
Intennsitas lahan mengatur
m seberapa besar bangunan daan ruang hijauu yang boleh dibangun. Paada RTBL
Labuuan Bajo lebihh diarahkan keepada pembentukan ruang hijau untuk m mendukung tema kawasan yaitu eco-
wisata. Ketinggiann bangunan juuga diatur agaar potensi-pottensi view yang ada pada kawasan perrencanaan
tidakk tertutupi oleeh atap-atap bangunan. Teerutama banggunan-bangunnan hotel yanng pada kenyyataannya
mem mbuat beberappa view yang baik
b hilang.

3. Tataa Bangunan

Diagram I.118. Arah Evo


olusi & Peru
ubahan Tata Ruang Kaw
wasan Mezo di Labuan Bajo
B

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 35

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 36

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 37

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 38

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

 
  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 39

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
Apli
likasi Arssitektur
r Lokal ke
k Urban
n Design
n

1. Tugu Jam
T  sebagai Landmarrk Kota

Atap mennggunakan ddesain atap rrumah 
tradisional dengan m
material ijuk

Bentuk meenara menyesuaikan bentuk menaraa 
gereja

Aplik
kasi Arsite
ektur Loka
al ke Urban
an Design

2. Lam
mpu Jalan, LLampu Pede
estrian, Tem
mpat Sampaah

Kap laampu jalan men nggunakan desaain atap 
rumah h tradisional deengan material iijuk

Tuttup tempat sam
mpah 
meenggunakan dessain atap 
rum
mah tradisionall
Maaterial lokal
Seggi delapan
Kaap lampu pedesstrian 
meenggunakan deesain atap 
rumah tradisionaal dengan 
Material lokal maaterial ijuk

Maaterial lokal
Segi delapan

Segi delapan

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 40

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

Aplikasi Motif Kain Tenun Ikat ke  APLIKASI KOMODO
Halte Lampu jalan Lampu pedestrian
Landmark Kawasan

Taman budaya komodo
Gerbang komodo

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 41

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
G. Blok-Blok Pengembangan Kawasan
Gambar I.20. Blok Pengembangan Kawasan

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 42

 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
a. Blok 1 : Pertigaan Patung Komodo - Jl. Wae Matta

PROGRAM PENANGANAN BANGUNAN

PEMBANGUNAN:
• REST AREA

Gambar I.21  PROGRAM PENANGANAN LINGKUNGAN

PENINGKATAN:
• GREEN CORRIDOR
• REST AREA
• PERABOT JALAN, PENANDAAN, SITTING GROUP

PROGRAM PENANGANAN INFRASTRUKTUR

• PENINGKATAN:
o JALAN
o DRAINASE
o LAMPU JALAN DAN LAMPU PEDESTRIAN
o PEMIPAAN
• PEMBANGUNAN :
o HALTE
o BIOPORI

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan - 43

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
b. Blok 2 : JJl.Wae Mataa-Perempataan Tugu Jam
m-Jl.Gabriel Gampur
G

G
Gambar I.222. Blok Peng
gembangan 2 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 44

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
cc. Blok 3 : Jl. Gabriel Gampur - Geerbang Band
dara Komod
do - Jl. Mgr. Van Baekhu
um

Gambar I.233. 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 45

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
d. Blok 4 ; Pertigaan
P Gerai Tenun - Taman Bud
daya Komod
do

Gambaar I.24. 
SEGMEN IV V
Perttigaan Gerai
G Ten
nun‐Tam
man 
Budaya Kom modo
Luas 4,5 HA
4

0 50 100 200 300 400


Meters

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 46

 
Laporran Akhir
Rencanna Tata Bangunaan dan Lingkungaan (RTBL)
Kawwasan Strategis Perkotaan
P Labuann Bajo
 
e. Blok 5 : Taman
T Budaaya Komodo
o - Jl. Soekaarno Hatta - pertigaan Paatung Komo
odo

Gamb
bar I.25. 

  Analisis Kawasan dan Wilayah Perencaanaan - 47

 
BAB II
RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
II.1. Struktur Pemanfaatan Ruang atau Peruntukan Ruang
RTBL Kawasan perkotaan Labuhan Bajo, Kecamatan Komodo dengan rincian kawasan tinjauan (60 ha) dan kawasan
inti ( 63 ha)
Rencana umum kawasan berdasarkan rencana pola ruang RTRK Labuhan Bajo 2013 - 2033, kawasan labuhan Bajo
direncanakan sebagai :
1. Kawasan Perdagangan dan Pariwisata
2. Kawasan pendidikan
3. Permukiman dengan kepadatan rendah
4. Permukiman dengan kepadatan sedang
5. Permukiman dengan kepadatan tinggi
6. Kawasan perdagangan

Rancangan rencana umum pada kawasan RTBL disesuaikan dengan rencana pola ruang RTRK Labuhan Bajo 2013-
2033 dengan penyesuaian terhadap potensi yang dimiliki pada kawasan RTBL.
Penggunaan pola ruang pada kawasan RTBL Labuhan Bajo antara lain :
1. Kawasan perdagangan dan jasa pariwisata
2. Kawasan pendidikan
3. Kawasan permukiman (rumah kebun)

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 1


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.1. Rencana pola ruang menurut RTRK Labuan Bajo 2013-2033 Gambar II.2. Rencana umum pola ruang

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 2


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

II.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan • Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple


a. Segmen Pertigaan Patung Komodo-Jl.Wae Mata b. Segmen Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
Gambar II.3. Intensitas pemanfaatan lahan Segmen pertigaan patung komodo-jl.wae mata Gambar II.4. Intensitas pemanfaatan lahan Segmen jl.wae mata-perempatan tugu jam-
jl.gabriel gampur

LUAS LAHAN/BLOK = 209.100 m2


LUAS BANGUNAN = 40% X 209.100 = 83.640 m2
LUAS BANG 2 LT = 2 X 83.640 m2 = 167.280 m2
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
= 167.280/209.100
LUAS LAHAN/BLOK = 131.700 m2 = 0.8 ~ 1
LUAS BANGUNAN = 40% X 131.700 = 52.680 m2
LUAS BANG 2 LT = 2 X52.680 m2 = 105.360 m2 BANGUNAN LANDED
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN • Ketinggian bangunan = ± 2 Lt (Maks.9 m)
= 105.360/131.700 • Ketinggian lantai bangunan = ± 30CM (lahan datar) – 0,5M (lahan kontur) dari halaman bangunan
= 0.8 ~ 1 • Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple

BANGUNAN LANDED
• Ketinggian bangunan = ± 2 Lt (Maks.9 m)
• Ketinggian lantai bangunan = ± 30CM (lahan datar) – 0,5 M (lahan kontur) dari halaman bangunan
Rencana Umum & Panduan Rancangan - 3
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

c. Segmen Jl.Gabriel Gampur-Gerbang Bandara Komodo-Jl.Van Baekhum d. Segmen Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
Gambar II.5. Intensitas pemanfaatan lahan Segmen Jl.Gabriel Gampur-Gerbang Bandara Gambar II.6. Intensitas pemanfaatan lahan Segmen Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-
Komodo-Jl.Van Baekhum Jl.Gabriel Gampur

LUAS LAHAN/BLOK = 62.000 m2


LUAS BANGUNAN = 40% X 62.000 = 24.800 m2
LUAS BANG 2 LT = 2 X 24.800 m2 = 49.600 m2
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
LUAS LAHAN/BLOK = 45.000 m2
= 49.600/62.000
LUAS BANGUNAN = 40% X 45.000 = 18.000 m2
= 0.8 ~ 1
LUAS BANG 3 LT = 3 X 18.000 m2 = 54.000 m2
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
BANGUNAN LANDED
= 54.000/45.000
• Ketinggian bangunan = ± 2 Lt (Maks.9 m)
= 1,2 ~ 2
• Ketinggian lantai bangunan = ± 30CM (lahan datar) – 0,5M (lahan kontur) dari halaman bangunan
• Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple
BANGUNAN LANDED
• Ketinggian bangunan = ± 3 Lt (Maks.12 m)
• Ketinggian lantai bangunan = ± 30CM (lahan datar) – 0,5M (lahan kontur) dari halaman bangunan
• Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 4


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

• Ketinggian bangunan = ± 2 Lt (Maks.9 m)


e. Segmen Taman Budaya-Komodo-Jl.Soekarno Hatta-Pertigaan Patung Komodo • Ketinggian lantai bangunan = ± 30CM (lahan datar) – 0,5M (lahan kontur) dari halaman bangunan
Gambar II.7. Intensitas pemanfaatan lahan Segmen Taman Budaya-Komodo-Jl.Soekarno • Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple
Hatta-Pertigaan Patung Komodo
f. Segmen Rumah Kebun di Koridor Utama
Gambar II.8. Intensitas pemanfaatan lahan Segmen Rumah Kebun di Koridor Utama

LUAS LAHAN/BLOK = 185.000 m2


LUAS BANGUNAN = 40% X 185.000 = 74.000 m2
LUAS BANG 2 LT = 2 X 74.000 m2 = 148.000 m2
LUAS LAHAN/BLOK = 185.000 m2 KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
LUAS BANGUNAN = 40% X 185.000 = 74.000 m2 = 148.000/185.000
LUAS BANG 2 LT = 2 X 74.000 m2 = 148.000 m2 = 0,8 ~ 1
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
= 148.000/185.000 BANGUNAN PANGGUNG
= 0,8 ~ 1 • Ketinggian bangunan = ± 2LT (Maks.9m)
• Ketinggian lantai bangunan = ± 2m dari halaman bangunan
BANGUNAN PANGGUNG • Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple
• Ketinggian bangunan = ± 2LT (Maks.9m)
• Ketinggian lantai bangunan = ± 2m dari halaman bangunan BANGUNAN LANDED
• Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple • Ketinggian bangunan = ± 2 Lt (Maks.9 m)
• Ketinggian lantai bangunan = ± 30CM (lahan datar) – 0,5M (lahan kontur) dari halaman bangunan
BANGUNAN LANDED • Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 5


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

LUAS BANG 2 LT = 2 X 65.800 m2 = 131.600 m2


g. Segmen Rumah Kebun di Lingkungan Permukiman KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
Gambar II.9. Intensitas pemanfaatan lahan Segmen Rumah Kebun di Lingkungan = 131.600/188.000
Permukiman = 0,7 ~ 1
4. LUAS LAHAN/BLOK = 113.000 m2
1 LUAS BANGUNAN = 35% X 113.000 = 39.550 m2
LUAS BANG 2 LT = 2 X 39.550 m2 = 79.100 m2
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
= 79.100/113.00
1 = 0,7 ~ 1

2 BANGUNAN PANGGUNG
• Ketinggian bangunan = ± 2LT (Maks.9m)
• Ketinggian lantai bangunan = ± 2m dari halaman bangunan
• Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple
2
4 BANGUNAN LANDED
• Ketinggian bangunan = ± 2 Lt (Maks.9 m)
• Ketinggian lantai bangunan = ± 30CM (lahan datar) – 0,5M (lahan kontur) dari halaman bangunan
Tipologi : bangunan deret, tunggal, couple

3
3

1. LUAS LAHAN/BLOK = 97.200 m2


LUAS BANGUNAN = 35% X 97.200 = 34.020 m2
LUAS BANG 2 LT = 2 X 34.020 m2 = 68.040 m2 4
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
= 68.040/97.200
= 0,7 ~ 1

2. LUAS LAHAN/BLOK = 138.700 m2


LUAS BANGUNAN = 35% X 138.700 = 48.545 m2
LUAS BANG 2 LT = 2 X 48.545 m2 = 97.090 m2
KLB = LUAS BANGUNAN / LUAS LAHAN
= 97.090/138.700
= 0,7 ~ 1

3. LUAS LAHAN/BLOK = 188.000 m2


LUAS BANGUNAN = 35% X 188.000 = 65.800 m2

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 6


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

II.3. Tata Bangunan III.3.1. Pengaturan Perpetakan/Kaveling dan Konfigurasi Letak Bangunan Dalam Kaveling
Gambar II.10. Pembagian blok kawasan Merupakan perencanaan dalam pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling/ petak lahan dengan
memperhatikan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu.
• Rencana pengaturan kaveling ke depan:
Bukit o < 500 M2, fungsi: rumah, rumah toko, toko, rumah kantor, kantor
Pramuka o 500-1000 M2, fungsi : rumah, rumah toko, toko, rumah
kantor, kantor, pendidikan, perdagangan & jasa
o 1000 -2500 M2, fungsi : rumah, rumah toko, toko, rumah
kantor, kantor, pendidikan, perdagangan & jasa
o 2500-5000M2: fungsi: rumah, rumah toko, toko, rumah
kantor, kantor, pendidikan, perdagangan & jasa
o 5000-10.000 M2 fungsi : rumah, rumah toko, toko, rumah
kantor, kantor, pendidikan, perdagangan & jasa, pusat perdagangan
o > 10.000 M2 fungsi: kawasan industri, pusat perdagangan
• Orientasi kaveling:
o Jalan utama kawasan,
o Jalan lingkungan,
o Pertigaan jalan,
o Perempatan jalan,
o Sungai,
o Jembatan sungai
• Pola pengaturan kaveling:
o Cluster,
o Grid
o Linier.
o Natural

Bukit Wae Mata

Blok pendidikan
Blok perdagangan dan jasa pariwisata
Blok rumah kebun
Blok eco city park
Blok eco city park (kawasan tinjauan)

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 7


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.11. Model kavling, ukuran, dan orientasi Gambar II.12. Pengaturan Elevasi

Ketinggian peil ground floor ditentukan tidak berbeda jauh dengan peil pedestrian/jalan (dengan
mempertimbangkan peil banjir). Kenyamanan pejalan kaki dapat tercapai dan dari segi keruangan tidak
membatasi visual maupun ruang gerak pengunjung

Gambar II.13. Ketinggian Peil Lantai Dasar

III.3.2. Ketinggian bangunan dan elevasi antar lantai


 Ketinggian peil ground floor ditentukan tidak berbeda jauh dengan peil pedestrian/jalan(dengan
mempertimbangkan peil banjir).
 Kenyamanan pejalan kaki dapat tercapai dan dari segi keruangan tidak membatasi visual maupun ruang
gerak pejalan kaki.
 Penyelesaian interaksi ruang privat dan ruang public pada lahan berkontur menggunakan penataan ramp / III.3.3. Pengaturan bangunan (sempadan, tata masa, orientasi bangunan)
tangga pada ruang luarnya, dengan tetap memperhatikan kenyamanan pejalan kaki. Garis Sempadan Bangunan
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis pada halaman pekarangan bangunan yang ditarik sejajar dari
garis as jalan, tepi sungai atau as pagar dan merupakan batas antara kavling atau pekarangan yang boleh
dibangun dan yang tidak boleh dibangun.
Pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) selain memperhatikan peraturan setempat juga
mempertimbangkan variabel sebagai berikut:
Rencana Umum & Panduan Rancangan - 8
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

• Kenyamanan fisik penghuni, ketentuan fisika bangunan (aksesibilitas pencahayaan dan udara ) b. Segmen Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
• Kenyamanan kualitas visual pengguna ruang, korelasi bangunan dan ruang kawasan/koridor jalan ada GSB min.12,5 m
jarak pandang yang nyaman Gambar II.15. GSB Segmen Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
• Wajib penyediaan parkir dalam kavling
• Green line & Green Space
Pertimbangan green line & space:
- Pengurangan polusi, mendukung penyaringan udara
- Kualitas visual korelasi tata hijau, bangunan dan ruang kawasan/koridor jalan ada jarak pandang yang
nyaman
- Mendukung maksimalkan RTH kawasan & penghijauan kota
Pengaturan GSB per masing-masing segmen diatur sebagai berikut
a. Segmen Pertigaan Patung Komodo-Jl.Wae Mata
GSB min.15 m
Gambar II.14. GSB Segmen Pertigaan Patung Komodo-Jl.Wae Mata

Nama Jalan Status Damija (m)


Jl. Van Bechkum Jalan Kolektor sekunder 20 - 25

c. Segmen Jl.Gabriel Gampur-Gerbang Bandara Komodo-Jl.MGR.Van Baekhum


GSB min.12,5 m
Gambar II.16. GSB Segmen Jl.Gabriel Gampur-Gerbang Bandara Komodo-Jl.MGR.Van
Baekhum

Nama Jalan Status Damija (m)

Jl. Wae Mata Jalan Kolektor Primer 20 - 25 Nama Jalan Status Damija (m)

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 9


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Jl. Gabriel gampur Jalan arteri sekunder 20 - 25


e. Segmen Taman Budaya Komodo-Jl.Soekarno Hatta-Pertigaan Patung Komodo
d. Segmen Pertigaan Gerai Tenun -Taman Budaya Komodo
GSB min.15
GSB min.10 m
Gambar II.18. GSB Segmen Taman Budaya Komodo-Jl.Soekarno Hatta-Pertigaan Patung
Gambar II.17. GSB Segmen Pertigaan Gerai Tenun -Taman Budaya Komodo
Komodo

Nama Jalan Status Damija (m)


Jl. Kasimo Jalan arteri sekunder 20

Nama Jalan Status Damija (m)


Jl. Sukarno-Hatta Jalan arteri primer 15

Garis Samping Bangunan


Pertimbangan Garis Sempadan Bangunan Kiri dan Kanan :
• Untuk blok dengan tipologi luas relatif besar,
• Menentukan batas antar bangunan untuk memenuhi kenyamanan visual dan fisik thermal berbanding
dengan ketinggian tertentu.
• Upaya penyelamatan bangunan dari bahaya kebakaran
Pengaturan Garis Sempadan Bangunan Kiri dan Kanan :
• Bila panjang bangunan ≥ 50 M mempunyai GS Samping Kanan – Kiri = 3,5 M
Rencana Umum & Panduan Rancangan - 10
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

• Bila tidak ada jalur lintasan mobil sempadan bangunan samping dianjurkan minimal 1,5 meter
Gambar II.19. Garis Samping Bangunan Gambar II.20. Jalur keluar masuk kapling

Jalur keluar / masuk atau in / out kapling ditentukan dengan pertimbangan :


Setback bangunan
• Tipologi kontur,
• Peletakan bangunan meperhatikan setback bangunan yang teratur.
• Perletakan kapling pada ruas jalan dan
• Tujuan diberikan setback dan jarak antar bangunan :
• Kenyamanan pejalan kaki
o Memberikan ruang agar bangunan dapat bernapas,
o Memberikan flow udara,
o Mencegah kerusakan bangunan dalam skala besar akibat bencana alam atau kecelakaan seperti
kebakaran.
• Setback bangunan mengatur bangunan agar menyediakan area hijau, parkir, dan jalur pejalan kaki.

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 11


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.21. Setback bangunan Gambar II.22. Setback bangunan baru

Garis Sempadan Sungai


• SUNGAI BERTANGGUL di dalam kawasan perkotaan; GSS sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah
luar sepanjang kaki tanggul
• SUNGAI TIDAK BERTANGGUL di dalam kawasan perkotaan, dengan GSS didasarkan pada kriteria :
1. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan
2. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
• Penetapan garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, GSS ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan berfungsi sebagai jalur hijau.
• BILA DIPERLUKAN UNTUK PEMBANGUNAN BANGUNAN FASILITAS UMUM DAN SOSIAL, GSB di
sungai diperkenankan 0 atau dibangun di atas bantaran sungai ataupun sungai dengan ketentuan:
1. Rekayasa teknis bangunan di atas sungai
2. Faktor keselamatan pengguna bangunan dapat dipertanggungjawabkan
3. Tidak merusak pelestarian habitat flora dan fauna setempat
4. Desain arsitektur dan material ramah terhadap lingkungan

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 12


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

III.3.4. Aspek arsitektur bangunan dan lingkungan Pengaturan Ketinggian Dan Tipologi Ground Level
Citra kawasan sebagai "Kawasan Penunjang Wisata yang Ramah Lingkungan, Rekreatif dan Gambar II.23. Pengaturan ketinggian dan tipologi ground level
Berkarakter Lokal"
 Menciptakan kawasan kota yang berbudaya dan rekreatif
Peningkatan kawasan campuran/mix-used yang memawadi kegiatan perdagangan dan jasa, dan
penunjang wisata
 Menggali potensi wisata alternatif: URBAN VILLAGE
Penciptaan bentuk wisata alternatif dengan menggali karakter bentang alam (urban tourism, eco city park,
spiritual place, forest city/bumi perkemahan, urban street vendor & open resto)
 Meningkatkan apresiasi terhadap potensi arsitektur lokal
Peningkatan wajah kota sebagai daerah wisata pantai dan jalur wisata komodo yang mengapreasiasi
karakter arsitektur dan material lokal
 Mendorong terciptanya ruang publik yang beramenitas
Peningkatan ruang publik kota, sekaligus peningkatan jalur publik (pedestrian, pesepeda) yg beramenitas
 Mendorong apresiasi terhadap aset alam
Pelestarian alam dan pemanfaatan alam untuk ruang publik yang tidak merusak alam ( bukit/hutan
lindung, hutan, sungai, laut )
1. Ground level yang menerus memperkuat karakter pedestrian
Tipologi 2. Ketinggian ground level setidaknya 2 lantai bangunan
Tabel. III.1. Jalur keluar masuk kapling 3. Ground level lantai dasar atau 1 bertipologi arcade
4. Berlaku untuk bangunan minimal 3 lantai
5. Ketinggian pile bangunan ± 10 CM dari trotoar jalan utama

II.4. Jaringan Jalan, Sistem sirkulasi & jalur Penghubung


Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum,
sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk
masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur
pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung

1. Jaringan Jalan dan Pergerakan


Sistem jaringan jalan kawasan direncanakan sebagai berikut :
 Kawasan Inti
 Jalan Gabriel Gampur – Jl. Van bachum merupakan jalan utama kawasan dengan kelas jalan
Kolektor Primer, dengan ROW 25 meter menyesuaikan pengembangan kawasan, yaitu untuk
jalan menerus terdiri dari 2L2W D atau 2 lajur (line) dengan 2 arah (way)
 Jalan Sekarno Hatta merupakan jalan utama kawasan dengan kelas jalan Arteri Primer,
dengan ROW 15-20 meter menyesuaikan pengembangan kawasan, yaitu untuk jalan menerus
terdiri dari 2L1W D atau 2 lajur (line) dengan 1 arah (way)
- Jalan Wae Mata merupakan jalan utama kawasan dengan kelas jalan Kolektor Primer, dengan
ROW 20 meter menyesuaikan pengembangan kawasan, yaitu untuk jalan menerus terdiri dari
2L2W D atau 2 lajur (line) dengan 2 arah (way)
 Kawasan Tinjauan :
- Rencana Jalan utama kawasan/ jalur alternatif dengan ROW 25 difungsikan sebagai jalan
penghubung dan jalur alternatif yang melayani jalur utama menuju jalur utama lain dengan
melewati kawasan permukiman

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 13


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

- Jalan eksisting lingkungan permukiman yang berfungsi sebagai jalan lingkungan dan local  Meminimalisasi parkir on street untuk menghindari tundaan perjalanan akibat pemanfaatan badan
digunakan untuk melayani sirkulasi di kawasan permukiman antar kawasan jalan
- Peningkatan jalan lingkungan kawasan permukiman sebagai kerangka penting untuk struktur  Ruang terbuka public dimanfaatkan sebagai ruang parkir umum
ruang kawasan sehingga lebih aksesible dan peningkatan kualitas lingkungan kawasan  Bangunan investasi besar (pusat perbelanajaan, apartemen, dan sejenisnya) harus menyediakan
ruang parkir private.
2. Sistem Sirkulasi Pejalan kaki dan Sepeda  Pada area perdagangan (ruko) menyediakan area parkir untuk pengunjung/ tamu, dan internal
 Sistem sirkulasi pejalan kaki terdapat di sisi kanan kiri sepanjang jalan dengan disediakan jalur karyawan.
pedestrian  sistem parkir koridor jalan Soekarno Hatta, dilarang parkir pada badan jalan sehingga tidak
 Sistem sirkulasi sepeda menempati badan jalan dibatasi marka dengan kendaraan yang lain mengganggu kepentingan publik dan kelancaran sirkulasi.
 Jalur sepeda pada kelas jalan local dan lingkungan
6. Sistem Jalur Servis/ Pelayanan Lingkungan
3. Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum Sistem jalur servis/ pelayanan lingkungan direncanakan dengan memanfaatkan aksesibilitas kawasan
Sistem sirkulasi kendaraan umum direncanakan sebagai berikut: yang ada (jalan utama, jalan loop, dll), seperti jalur servis untuk pengangkutan persampahan,
 Moda transportasi Bus antar kota, angkotan kota dan ojek melalui Jalan Utama Kawasan penyiraman tanaman, pengangkutan barang, dan kendaraan pemadam kebakaran, Kegiatan loading
 Moda transportasi angkutan umum Bus antar kota melalui rencana jalan utama. unloading pada area perdagangan diatur tidak pada jam-jam sibuk
 Informal transportation (ojek, angkutan perdesaan dll) direncanakan pada jalan-jalan lingkungan
7. Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian linkage)

4. Sistem Sirkulasi Kendaraan Pribadi Sistem pedestrian terhubung dan menerus yang menghubungkan titik-titik/ node penting pada suatu
Untuk sirkulasi kendaraan pribadi dapat melalui semua jalan yang disediakan, baik Jalan Van Bachum, kawasan. Misalnya antar kawasan, antar fasilitas public, antar ruang terbuka public, dll.
Jalan Gabriel gampur, jalan Wae Mata Jalan Soekarno Hatta, koridor antar kawasan dan beberapa jalan Jalur penghubung terpadu prioritas terdapat di kawasan selatan, khususnya pada kawasan
menuju permukiman. Perdagangan yaitu koridor antar kawasan dan jalan kolektor antar kawasan. (akses, transportasi,
sirkulasi, halte moda)
5. Sistem Parkir

Kebutuhan ruang parkir disesuaikan dengan kapasitas bangunan, fungsi bangunan dan proyeksi
kebutuhan ruang.
Sirkulasi dan parkir merupakan sistem pergerakan dan elemen utama yang dapat memberi bentuk
lingkungan kawasan. Karena sistem pergerakan ini dapat membentuk arah dan mengendalikan pola
aktivitas kota melalui sistem jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan sistem perhentian/transit yang
menghubungkan dan memusatkan pergerakan.
Sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan bermotor dipisah agar tidak saling mengganggu dengan
penyediaan pedestrian ways pada sepanjang jalan yang dilengkapi dengan ruang hijau.

Kebutuhan akan fasilitas parkir ini tumbuh sejalan dengan tingkat volume lalulintas yang terjadi di dalam
kawasan. Halaman dan bahu jalan menjadi lahan parkir dan tempat menaikkan dan menurunkan
penumpang. Selain menimbulkan kemacetan juga menyebabkan kesan kumuh. Masalah lebih besarnya
untuk transportasi secara keseluruhan adalah tempat-tempat parkir kendaraan tidak terintegrasi dengan
sistem pelayanan angkutan umum yang tersedia
Sirkulasi dan parkir merupakan sistem pergerakan dan elemen utama yang dapat memberi bentuk
lingkungan. Karena sistem pergerakan ini dapat membentuk arah dan mengendalikan pola aktivitas kota
melalui sistem jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan sistem perhentian/transit yang menghubungkan dan
memusatkan pergerakan.

Sistem parkir direncanakan sebagai berikut

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 14


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.24. Struktur Kota Gambar II.26. Jaringan Transportasi Mikro

Gambar II.25. Kerangka Jalan

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 15


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

II.5. Ruang Terbuka dan Tata Hijau (kepemilikan publikaksesibilitas publik), yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, bebas dan mudah
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekadar terbentuk diakses publik karena bukan milik pihak tertentu.
sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan Ruang Terbuka Umum kawasan perencanaan seperti taman kota/hutan
juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan yang kompak dan rapat
diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting didalam wilayah perkotaan baik pada tanah nagara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota
baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga oleh pejabat yang berwenang
mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik. Ketentuan :
(1) Sistem Ruang Terbuka Umum • merupakan bagian dari RTH kawasan Perkotaan.
Gambar II.27. Peletakan Ruang terbuka umum • prosentase luas hutan kota didalam luas wilayah perkotaan, minimal 10 % atau menyesuaikan dengan
kondisi setempat.
• luas minimal satu hamparan hutan kota adalah 0,25 Hektar.

Gambar II.28. Taman Budaya Komodo (RTH)

Gambar II.29. Pusat Lingkungan (RTH)

(2) Sistem Ruang Terbuka Pribadi (kepemilikan pribadi– aksesibilitas pribadi), yaitu ruang yang karakter
fisiknya terbuka tapi terbatas, yang hanya dapat diakses oleh pemilik, pengguna atau pihak tertentu.
(3) Sistem Ruang Terbuka Privat yang dapat diakses oleh Umum (kepemilikan pribadi–aksesibilitas publik),
yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, serta bebas dan mudah diakses oleh publik meskipun milik
Rencana Umum & Panduan Rancangan - 16
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

pihak tertentu, karena telah didedikasikan untuk kepentingan public sebagai hasil kesepakatan antara Gambar II.31. Sistem pepohonan
pemilik dan pihak pengelola/pemerintah daerah setempat, di mana pihak pemilikmengizinkan lahannya
digunakan untuk kepentingan publik, dengan mendapatkan kompensasi berupa insentif/disinsentif tertentu,
tanpa mengubah status kepemilikannya.
Pohon Mahoni
(4) Sistem Pepohonan dan Tata Hijau, yaitu pola penanaman pohon yang disebar pada ruang terbuka + pohon lontar
publik.
Gambar II.30. Tata hijau
Pohon tabe puya
+ pohon lontar

Pohon advent
+ pohon lontar

Pohon Trembesi
+Pohon lontar

(5) Bentang Alam, yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka dan terkait dengan area yang dipergunakan
sebesarbesarnya untuk kepentingan publik, dan pemanfaatannya sebagai bagian dari alam yang
dilindungi. Pengaturan ini untuk kawasan:
(a) Sungai, sebagai pembentuk koridor ruang terbuka;
(b) Lereng dan perbukitan, sebagai potensi pemandangan luas;
(c) Puncak bukit, sebagai titik penentu arah orientasi visual, serta memberikan kemudahan dalam
menentukan arah (tengaran alam).

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 17


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.32. Bentang alam (c) Sepanjang sisi kiri kanan jalur kereta
(d) Sepanjang area di bawah jaringan listrik tegangan tinggi; (e)Jalur hijau yang diperuntukkan sebagai
jalur taman kota atau hutan kota, yang merupakan pembatas atau pemisah suatu wilayah
Bukit
Gambar II.33. Tata hijau atau jalur hijau tepi jalan
Pramuka

Hutan
Kota

Hutan
Kota

Bukit Wae Mata

(6) Area Jalur Hijau, yaitu salah satu ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai area preservasi dan tidak
dapat dibangun.
Pengaturan ini untuk kawasan:
(a) Sepanjang sisi dalam Daerah Milik Jalan (Damija);
(b) Sepanjang bantaran sungai;

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 18


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.34. Tata hijau atau jalur hijau tepi jalan II.6. Kualitas Lingkungan
Gambar II.35. KDH Segmen pertigaan patung komodo-jl.wae mata

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 19


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.36. KDH Segmen jl. Wae mata-perempatan tugu jam-jl.gabriel gampur Gambar II.38. KDH Segmen pertigaan gerai tenun-taman budaya komodo

Gambar II.37. KDH Segmen jl.gabriel Gampur-gerbang bandara komodo-jl.Mgr Van Baekhum

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 20


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.39. KDH Segmen Taman Budaya Komodo-Jl.Soekarno Hatta-Pertigaan Patung Komodo Gambar II.40. KDH Segmen Taman Budaya Komodo-Jl.Soekarno Hatta-Pertigaan Patung Komodo

Penataan Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan
memiliki orientasi tertentu.
(1) Konsep Identitas Lingkungan, yaitu perancangan karakter (jati diri) suatu lingkungan yang dapat
diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan nonfisik lingkungan atau subarea
tertentu.
Pengaturan ini terdiri atas:
(a) Tata karakter bangunan/lingkungan ( built-in signage and directional system ), yaitu pengolahan
elemen-eleman fisik bangunan/lingkungan untuk mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu
lingkungan/bangunan, sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjungi atau
dilaluinya sehingga memudahkan pengguna kawasan untuk berorientasi dan bersirkulasi.
(b) Tata penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen-eleman fisik bangunan/lingkungan
untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu bangunan sehingga pengguna dapat mengenali
bangunan yang menjadi tujuannya.
(c) Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal ( supporting activities), yaitu pengolahan
secara terintegrasi seluruh aktivitas informal sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi
dalam ruang/bangunan, untuk menghidupkan interaksi sosial dari para pemakainya.
(2) Konsep Orientasi Lingkungan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan
yang informatif sehingga memudahkan pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi. Pengaturan ini terdiri
atas:
(a) Sistem tata informasi ( directory signage system), yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan
untuk menjelaskan berbagai informasi/petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan
pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 21


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

(b) Sistem tata rambu pengarah ( directional signage system ), yaitu pengolahan elemen fisik di Gambar II.42. Landmark dan penandaan
lingkungan untuk mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya.
Peletakkan tata informasi terdapat area yang harus bebas dari segala tata informasi yaitu:
a. tinggi media informasi minimal 2,5 m dari permukaan atau trotoar jalur pedestrian;
b. tinggi media informasi minimal 6 m dari permukaan jalan;
c. jarak media informasi minimal 5 m dari persimpangan, kecuali rambu-rambu jalan.
d. media informasi tidak boleh diletakkan di ruang milik jalan kecuali media informasi dengan
ukuran maksimal 1 m2 dan tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki.

Gambar II.41. Papan informasi

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 22


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.43. Ketentuan desain baliho

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 23


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.44. Ketentuan desainpapan rute reklame c. pos jaga polisi ditempatkan pada simpul jalan yang potensial terjadi kemacetan dan tidak
mengganggu sirkulasi pejalan kaki;
d. anjungan Tunai Mandiri (ATM), menjadi bagian dari bangunan gedung;
e. kisi-kisi pohon (tree grating) digunakan sebagai penutup akar pohon peletakkannya tidak
mengganggu pejalan kaki; dan
f. lampu penerangan jalan dan lampu pedestrian :
1. peletakkan lampu penerangan jalan umum ditempatkan pada jalur tanaman pengarah;
2. peletakkan lampu pedestrian ditempatkan diantara pohon peneduh dibelakang bangku taman;
3. jarak peletakan, bentuk dan lumenasi mengacu pada standar teknis yang berlaku;
4. sumber tenaga listrik menggunakan sistem tenaga surya (solar system); dan
(a) Lampu penerangan umum dan lampu pedestrian tidak digunakan untuk menempatkan reklame tempel,
spanduk, selebaran atau lainnya

Gambar II.45. Ketentuan desain sitting group

(3) Wajah Jalan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan berskala
manusia pemakainya, pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu
blok perancangan yang lebih besar.
Pengaturan ini terdiri atas: (a)Wajah penampang jalan dan bangunan; (b)Perabot jalan ( street furniture);
(c)Jalur dan ruang bagi pejalan kaki (pedestrian); (d)Tata hijau pada penampang jalan; (e)Elemen tata
informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan; (f)Elemen papan reklame komersial pada
penampang jalan.
Penataan perabot jalan (street furniture) di kawasan perencanaan, terdiri dari:
a. tempat sampah meliputi:
1. perletakkan tempat sampah ditetapkan pada tiap jarak 50 m atau disesuaikan dengan
perletakan perabot jalan lainnya (halte, telepon umum, tempat duduk);
2. perletakkan tempat sampah tidak boleh mengganggu sirkulasi pejalan kaki;
3. tempat sampah hanya untuk menampung sampah-sampah kering; dan
4. bentuk tempat sampah disesuaikan dengan konsep street furniture pada tiap zona
perencanaan.
b. bangku jalan meliputi:
1. perletakkan bangku jalan ditetapkan pada tiap jarak 250 m atau disesuaikan dengan tema dan
kebutuhan kawasan dan berdekatan dengan tempat sampah;
2. perletakkan bangku jalan tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki; dan
3. bentuk bangku jalan secara fungsional tidakdapat dijadikan sebagai tempat tidur dan atau fungsi
lain.

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 24


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Gambar II.46. Ketentuan desain tempat sampah

II.7. Prasarana dan Utilitas Lingkungan

III.7.1. Sistem Jaringan Jalan dan Transportasi

Kondisi eksisting koridor Jalan Wae Mata


 Sudah terdapat Median Jalan
 Sudah ada penerangan jalan (PJU)
 Gersang tanpa vegetasi di sepanjang koridor

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 25


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

 Belum terdapat pedestrian


 Belum terdapat street furniture (tong sampah, bench, lampu pedestrian)

Skenario Pengembangan koridor Jalan Wae Mata:


 Peningkatan jalan koridor dengan ROW 25 m
 Menyediakan pelayanan bagi pengguna jalan menuju kawasan sekitar dan pusat
kegiatan
 Mengembangkan penghijauan di sepanjang koridor
 Menyediakan pelayanan pedestrian bagi pengguna jalan
 Menyediakan moda transportasi berupa halte

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 26


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Kondisi eksisting koridor Jalan Van Bachum


 Belum terdapat Median Jalan
 Sudah ada penerangan jalan (PJU)
 Gersang tanpa vegetasi di sepanjang koridor
 Sebagian sudah terdapat pedestrian/ trotoar dengan l=1m
 Belum terdapat street furniture (tong sampah, bench, lampu pedestrian)

Skenario Pengembangan koridor Jalan Van Bachum :


 Peningkatan jalan koridor dengan ROW 25 m
 Menyediakan pelayanan bagi pengguna jalan menuju kawasan sekitar dan pusat
kegiatan
 Mengembangkan penghijauan di sepanjang koridor
 Menyediakan pelayanan pedestrian bagi pengguna jalan
 Menyediakan moda transportasi berupa halte

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 27


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Kondisi eksisting koridor Jalan Gabriel Gampur


 Belum terdapat Median Jalan
 Sudah ada penerangan jalan (PJU)
 Gersang tanpa vegetasi di sepanjang koridor
 Sebagian sudah terdapat pedestrian/ trotoar dengan l=1m
 Belum terdapat street furniture (tong sampah, bench, lampu pedestrian)

Skenario Pengembangan koridor Jalan Gabriel Gampur:


 Peningkatan jalan koridor dengan ROW 25 m
 Menyediakan pelayanan bagi pengguna jalan menuju kawasan sekitar dan pusat
kegiatan
 Mengembangkan penghijauan di sepanjang koridor
 Menyediakan pelayanan pedestrian bagi pengguna jalan
 Menyediakan moda transportasi berupa halte

Kondisi eksisting koridor Jalan PLN-Pasar Baru


 Merupakan Jalan arteri Primer
 Sudah ada penerangan jalan (PJU)
 Tanpa vegetasi di sepanjang koridor, vegetasi merupakan milik swasta/ masyarakat
 Belum terdapat pedestrian
 Belum terdapat street furniture (tong sampah, bench, lampu pedestrian)

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 28


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Skenario Pengembangan Jalan PLN-Pasar Baru:


 Menyediakan pelayanan bagi pengguna jalan menuju kawasan sekitar dan pusat kegiatan
 Peningkatan jalan koridor dengan ROW 20 m
 Mengembangkan penghijauan di sepanjang koridor
 Menyediakan pelayanan pedestrian bagi pengguna jalan
 Menyediakan moda transportasi berupa halte

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 29


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Jalan Lokal sekitar Kawasan Tinjauan :

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 30


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Kondisi Moda transportasi :


 Belum mempunyai halte/ shalter interchange mode transportasi
 Banyak halte bayangan yang aakan menghambat laju perjalanan di pusat kegiatan di saat jam
puncak

Skenario Pengembangan :
 Halte tidak menimbulkan tundaan perjalanana moda lainnya, baik disamping maupun
dibelakangnya
 Memberi kenyamanan bagi pengguna
 Ditempatkan di area yang lebih membutuhkan antara lain di kawasan pendidikan, pasar dan
pusat perdagangan dengan jarak dari pusat kawasan ± 25 s/d 50 m

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 31


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

III.7.2. Sistem Jaringan Air Bersih

yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan air bagi penduduk suatu lingkungan, yang
memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, dan terintegrasi dengan
jaringan air bersih secara makro dari wilayah regional yang lebih luas.

Kondisi Eksisting Koridor Wae Mata


1. Sudah Terlayani oleh UPTD Air Bersih Kabupaten Manggarai Barat
2. Pendistribusian perpipaan masih terbatas, sehingga bergilir
3. Banyak terdapat sumber air permukiman yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih

Skenario Pengembangan
1. Pemenuhan Kebutuhan air bersih
(a) Peningkatan distribusi perpipaan
(b) Pengadaan prasarana dan sarana Air Bersih (reservoir)

2. Sumber Daya Air


(a) Penataan Pengolahan Sumber Daya Air
(b) Konservasi Sumber Air Bersih

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 32


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Kondisi Eksisting Koridor Van Bachum : Eksisting Koridor Gabriel Gampur :

1. Sudah Terlayani oleh UPTD Air Bersih Kabupaten Manggarai Barat 1. Sudah Terlayani oleh UPTD Air Bersih Kabupaten Manggarai Barat
2. Pendistribusian perpipaan masih terbatas, sehingga bergilir 2. Pendistribusian perpipaan masih terbatas, sehingga bergilir
3. Banyak terdapat sumber air permukiman yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan 3. Banyak terdapat sumber air permukiman yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih air bersih

Skenario Pengembangan

1. Skenario Pengembangan
2. Pemenuhan Kebutuhan air bersih
(a) Peningkatan distribusi perpipaan
(b) Pengadaan prasarana dan sarana Air Bersih (reservoir)

3. Sumber Daya Air


(a) Penataan Pengolahan Sumber Daya Air
(b) Konservasi Sumber Air Bersih Skenario Pengembangan

1. Pemenuhan Kebutuhan air bersih


(a) Peningkatan distribusi perpipaan
(b) Pengadaan prasarana dan sarana Air Bersih (reservoir)

2. Sumber Daya Air


(a) Penataan Pengolahan Sumber Daya Air
(b) Konservasi Sumber Air Bersih

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 33


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Eksisting Koridor PLN-Pasar Baru : Skenario Pengembangan

1. Sudah Terlayani oleh UPTD Air Bersih Kabupaten Manggarai Barat 1. Pemenuhan Kebutuhan air bersih
2. Pendistribusian perpipaan masih terbatas, sehingga bergilir (a) Peningkatan distribusi perpipaan
3. Banyak terdapat sumber air permukiman yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan (b) Pengadaan prasarana dan sarana Air Bersih (reservoir)
air bersih
2. Sumber Daya Air
(a) Penataan Pengolahan Sumber Daya Air
(b) Konservasi Sumber Air Bersih

Skenario Pengembangan

1. Pemenuhan Kebutuhan air bersih


(a) Peningkatan distribusi perpipaan
(b) Pengadaan prasarana dan sarana Air Bersih (reservoir)

2. Sumber Daya Air


(a) Penataan Pengolahan Sumber Daya Air
(b) Konservasi Sumber Air Bersih

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 34


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

III.7.3. Sistem Jaringan Air Limbah Dan Air Kotor Skenario Pengembangan

yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan air buangan rumah tangga, 1. Menyediakan sistem drainase yang berkelanjutan sesuai standart yang berlaku sehingga air
lingkungan komersial, perkantoran, dan bangunan umum lainnya, yang berasal dari manusia, limpahan hujan dan limbah dapat dialirkan
binatang atau tumbuh-tumbuhan, untuk diolah dan kemudian dibuang dengan cara-cara sedemikian 2. Mengurangi sedimentasi saluran drainase yang ada, ataupun sungai sebagai tumpuan air
rupa sehingga aman bagi lingkungan, termasuk di dalamnya buangan industri dan buangan kimia. saluran
3. Melestarikan kawasan hutan dan area hijau kawasan ataupun menciptakan lingkungan kawasan
III.7.4. Sistem Jaringan Drainase yang hijau sehingga mampu menyerap air hujan
4. Menumbuhkan dan mengenalkan konsep Biopori
yaitu sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang berfungsi sebagai pematus bagi 5. Kesadaran masyarakat setempat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan
lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih 6. Menerapkan sistem Delta zero Q
luas.

Kondisi eksisting saluran drainase Koridor Wae mata : Kondisi eksisting saluran drainase Koridor Van Bachum :
1. Saluran drainase dengan konstruksi batu dan sebagian jalan belum terdapat saluran drainase
2. Sedimentasi saluran drainase (sampah, tanaman) 1. Saluran drainase terbuka dengan konstruksi batu
2. Sebagian koridor yang belum ada saluran drainasenya

Skenario Pengembangan

1. Menyediakan sistem drainase yang berkelanjutan sesuai standart yang berlaku sehingga air
limpahan hujan dan limbah dapat dialirkan
2. Mengurangi sedimentasi saluran drainase yang ada
3. Menumbuhkan dan mengenalkan konsep Biopori
4. Kesadaran masyarakat setempat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan
5. Menerapkan sistem Delta zero Q

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 35


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Kondisi eksisting saluran drainase Koridor PLN-Pasar Baru :


1. Saluran drainase dengan konstruksi batu dan tanah, sebagian jalan belum terdapat saluran
drainase
2. Sedimentasi saluran drainase (sampah, tanaman)

Kondisi eksisting saluran drainase Koridor Gabriel gampur :


1. Saluran drainase dengan konstruksi batu dan tanah, sebagian jalan belum terdapat saluran
drainase
2. Sedimentasi saluran drainase (sampah, tanaman)

Skenario Pengembangan

1. Menyediakan sistem drainase yang berkelanjutan sesuai standart yang berlaku sehingga air
Skenario Pengembangan limpahan hujan dan limbah dapat dialirkan
2. Mengurangi sedimentasi saluran drainase yang ada, ataupun sungai sebagai tumpuan air
1. Menyediakan sistem drainase yang berkelanjutan sesuai standart yang berlaku sehingga air
saluran
limpahan hujan dan limbah dapat dialirkan
3. Melestarikan kawasan hutan dan area hijau kawasan ataupun menciptakan lingkungan kawasan
2. Mengurangi sedimentasi saluran drainase yang ada, ataupun sungai sebagai tumpuan air
yang hijau sehingga mampu menyerap air hujan
saluran
4. Menumbuhkan dan mengenalkan konsep Biopori
3. Menumbuhkan dan mengenalkan konsep Biopori
5. Kesadaran masyarakat setempat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan
4. Kesadaran masyarakat setempat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan
6. Menerapkan sistem Delta zero Q
5. Menerapkan sistem Delta zero Q
Rencana Umum & Panduan Rancangan - 36
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Kondisi eksisting saluran drainase Kawasan Tinjauan : III.7.5. Sistem Jaringan Persampahan

1. Saluran drainase dengan konstruksi batu dan tanah, sebagian jalan belum terdapat saluran yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan/pengolahan sampah rumah tangga,
drainase lingkungan komersial, perkantoran dan bangunan umum lainnya, yang terintegrasi dengan sistem
2. Sedimentasi saluran drainase (sampah, tanaman) jaringan pembuangan sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas.
3. Banjir di daerah permukiman
Kondisi eksisting persampahan Koridor Wae-Mata :
1. TPA terdapat di desa Golobilas
2. Belum semaua kawasan terlayani oleh Pengelolaan sampah Kota
3. Pengelolaan sampah secara individual

Skenario Pengembangan

1. Menyediakan sistem drainase yang berkelanjutan sesuai standart yang berlaku sehingga air
limpahan hujan dan limbah dapat dialirkan
2. Mengurangi sedimentasi saluran drainase yang ada, ataupun sungai sebagai tumpuan air
saluran
3. Melestarikan kawasan hutan dan area hijau kawasan ataupun menciptakan lingkungan kawasan
yang hijau sehingga mampu menyerap air hujan
4. Menumbuhkan dan mengenalkan konsep Biopori
5. Kesadaran masyarakat setempat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan
6. Menerapkan sistem Delta zero Q

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 37


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Skenario Pengembangan : Kondisi eksisting persampahan Koridor gabriel Gampur:


1. Pengembangan & pengadaan tong bin tiap rumah 1. TPA terdapat di desa Golobilas
2. Pengelolaan persampahan secara berkelanjutan 2. Belum semua kawasan terlayani oleh Pengelolaan sampah Kota
3. Pemberdayaan perilaku pentingnya kebersihan 3. Pengelolaan sampah secara individual
4. Penerapan pengolahan sampah 3R (reuse, reduce, recycle)
5. Pengadaan TPS

Kondisi eksisting persampahan Koridor Van Bachum:


1. Pengelolaan sampah secara individual
2. Sebagian sudah menggunakan tong bin

Skenario Pengembangan :
1. Pengembangan & pengadaan tong bin tiap rumah
2. Pengelolaan persampahan secara berkelanjutan
3. Pemberdayaan perilaku pentingnya kebersihan
4. Penerapan pengolahan sampah 3R (reuse, reduce, recycle)
5. Pengadaan TPS
Skenario Pengembangan :

1. Pengembangan & pengadaan tong bin tiap rumah


2. Pengelolaan persampahan secara berkelanjutan
3. Pemberdayaan perilaku pentingnya kebersihan
4. Penerapan pengolahan sampah 3R (reuse, reduce, recycle)
5. Pengadaan TPS

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 38


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

Kondisi eksisting persampahan Koridor PLN-Pasar Baru: Kondisi eksisting persampahan Koridor PLN-Pasar Baru:

1. TPA terdapat di desa Golobilas 1. TPA terdapat di desa Golobilas


2. Belum semua kawasan terlayani oleh Pengelolaan sampah Kota 2. Belum semua kawasan terlayani oleh Pengelolaan sampah Kota
3. Pengelolaan sampah secara individual 3. Pengelolaan sampah secara individual (dibakar)

Skenario Pengembangan :

1. Pengembangan & pengadaan tong bin tiap rumah/ ruko


2. Pengelolaan persampahan secara berkelanjutan Skenario Pengembangan :
3. Pemberdayaan perilaku pentingnya kebersihan
4. Penerapan pengolahan sampah 3R (reuse, reduce, recycle) 1. Pengembangan & pengadaan tong bin tiap rumah
5. Pengadaan TPS 2. Pengelolaan persampahan secara berkelanjutan
3. Pemberdayaan perilaku pentingnya kebersihan
4. Penerapan pengolahan sampah 3R (reuse, reduce, recycle)
5. Pengadaan TPS

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 39


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo

III.7.6. Jalur Evakuasi Bencana


Kawasan Perencanaan merupakan kawasan dengan topografi yang berbukit dan curam,
banyak sumber mata air yang ada didalamnya.
Kawasan merupakan kawasan rawan longsor.
Untuk itu perlu adanya antisipasi kawasan dan pemerintah untuk membuat jalur evakuasi
bencana longsor ini.
Berikut adalah peta jalur evakuasi yang terdiri dari beberapa lokasi strategis sebagai tempat
untuk menyelamatkan diri pada saat bencana terjadi.

Rencana Umum & Panduan Rancangan - 40


Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

BAB III
RENCANA INVESTASI
III.1. ASPEK PERENCANAAN INVESTASI
III.2.1. Indikasi Program Investasi lintas sektoral

PROGRAM ESTIMASI BIAYA PENANGGUNG JAWAB TAHAPAN PELAKSANAAN LOKASI / PETA

SWASTA
VOLUME SATUAN TOTAL PEMDA PUSAT 1 2 3 4 5
/MASYA
RAKAT
1. INFRASTRUKTUR JALAN DAN TRANSPORTASI
a. Pelebaran dan 4.236 m1 16.375 69.368.540 DISHUB DEPHUB
peningkatan
jalan utama
dan kerangka
kawasan

b. Pembangunan 2.055 m1 1.750 3.596.215 PU KAB MASYAR


peningkatan AKAT
jalan
lingkungan

c. Jalur 8.589 m1 1.750 15.030.750 PU KAB,


pedestrian kiri
dan kanan jalan
L=2m

d. Pembangunan 5 unit 30.000 90.000 DEPHUB, SWASTA


Halte

e. Pembangunan 6 unit 300.000 1.800.000 DISPAR SWASTA


rest Area

  Rencana Investasi - 1

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
PROGRAM ESTIMASI BIAYA PENANGGUNG JAWAB TAHAPAN PELAKSANAAN LOKASI / PETA

SWASTA
VOLUME SATUAN TOTAL PEMDA PUSAT 1 2 3 4 5
/MASYA
RAKAT

DRAINASE
a. Pengembangan 8.589 m’ 850 828.000 PU KAB, SWASTA/
pembangunan, MASYAR
peningkatan AKAT
dan rehabilitasi
jaringan
drainase
b. Pengenalan 1 ls 350 1.155.000 PEMDA, SWASTA
sistem biopori

c. Pembuatan 1 unit 5.703.570 5.703.570 PU KAB SWASTA


Kolam retensi/ PEMDA,
wetland

AIR BERSIH
a. Pengembangan 12.396 m’ 105 12.927.753 PDAM MASYAR
peningkatan AKAT
pendistribusian
perpipaan
b. Pengelolaan 2 unit 60.000 120.000 PU KAB MASYAR
sumber air AKAT/
bersih (bak SWASTA
penampungan
air)

  Rencana Investasi - 2

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
PROGRAM ESTIMASI BIAYA PENANGGUNG JAWAB TAHAPAN PELAKSANAAN LOKASI / PETA

SWASTA
VOLUME SATUAN TOTAL PEMDA PUSAT 1 2 3 4 5
/MASYA
RAKAT
c. Konservasi 1 Ls 350.000 350.000 PEMDA MASYAR
sumber air AKAT
bersih

AIR LIMBAH
a. Pembangunan 1 ls 650.000 650.000 PU KAB SWASTA/
MCK Komunal MASYAR
plus plus AKAT
b. Pengolahan 1 ls 30000 120.000 PU KAB SWASTA/
Limbah MASYAR
greywater AKAT
system
c. Composting 1 ls 400.000 400.000 PU KAB SWASTA

PERSAMPAHAN
a. Pengenalan 1 ls 250.000 250.000 PEMDA, MASYAR
pengolahan AKAT
sampah 3R
b. Pengembangan 5 unit 130.000 655.000 DKP MASYAR
Pembangunan AKAT
bak-bak
sampah
Samentara

  Rencana Investasi - 3

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
PROGRAM ESTIMASI BIAYA PENANGGUNG JAWAB TAHAPAN PELAKSANAAN LOKASI / PETA

SWASTA
VOLUME SATUAN TOTAL PEMDA PUSAT 1 2 3 4 5
/MASYA
RAKAT
c. pengolahan 1 ls 900.000 900.000 PEMDA, MASYAR
sampah dg AKAT/
pemisahan SWASTA
organik dan an
organik

SUBTOTAL 131.094.074
2. RENCANA LINGKUNGAN
AKSI HIJAU a. Taman di 1 unit 150 546.000 DISHUB,
gerbang
bandara

b. Green corridor 42.945 m2 150 6.441.795 DKP SWASTA/


MASYAR
AKAT

c. Street furniture 8.589 m’ 180 1.546.031 PU KAB. PU SWASTA


PROPIN
SI

d. Penerangan 515 unit 8.000 4.120.000 PU KAB. PU


PUSAT,
PU
PROPIN
SI
e. Signage 9 unit 15000 140.000 DISHUB

  Rencana Investasi - 4

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
PROGRAM ESTIMASI BIAYA PENANGGUNG JAWAB TAHAPAN PELAKSANAAN LOKASI / PETA

SWASTA
VOLUME SATUAN TOTAL PEMDA PUSAT 1 2 3 4 5
/MASYA
RAKAT
f. Taman 7.605 m2 350 2.661.666 DKP SWASTA/
Lingkungan MASYAR
permukiman AKAT

g. Pelestarian 1 ls 300.000 300.000 DISPERHU SWASTA/


Hutan/ TANI MASYAR
Kampung Hijau AKAT

SUB TOTAL 15.755.492


3. LANDMARK BANGUNAN
KAWASAN a. Pembangunan 1 unit 600.000 600,000 DISPAR, SWASTA/
Sculpture &
Gerbang
Kawasan
Bandara
b. Pengembangan 27.000 m2 4000 108.000.000 Dispar, Swasta,
Bangunan Dinas P&K
Pendidikan
(periwisata,
pendidikan)
c. Pembangunan 5.100 m2 4000 20.400.000 Pemda,PU Swasta,
Fasus & fasum Kab,

d. Pembangunan 4500 3500 15.750.000 Pemda, PU . Masyarak


Balai Pertemuan Kab, at

e. Pembangunan 7.605 m2 600 4.562.856 PEMDA, PU SWASTA/


Sculpture & DISPAR,. PROP MASYAR
Taman/ AKAT
Landmark
Kawasan

  Rencana Investasi - 5

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
PROGRAM ESTIMASI BIAYA PENANGGUNG JAWAB TAHAPAN PELAKSANAAN LOKASI / PETA

SWASTA
VOLUME SATUAN TOTAL PEMDA PUSAT 1 2 3 4 5
/MASYA
RAKAT
f. Pendopo & 4570 m2 3.500 15.995.000 PEMDA, PU SWASTA
Museum Budaya DISPAR, PROP

SUB TOTAL 165307856


TOTAL 312.157.422-

III.2.2. Rencana Anggaran Biaya Penataan Kawasan


1. Infrastruktur

  Rencana Investasi - 6

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

  Rencana Investasi - 7

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
2. Bangunan

  Rencana Investasi - 8

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
3. Pemetaan Pentahapan selama 5 (lima) tahun

1. Pengembangan dan penataan koridor Van


Banchum – Gabriel Gampur, street furniture

2. Gerbang Bandara dan Taman


3. Pengembangan dan penataan koridor Wae
Mata, street furniture
4. Landmark Tugu Jam

5. Pengembangan dan penataan koridor


Soekarno Hatta street furniture
6. Landmark patung Komodo

7. Penanganan sampah dan air bersih kawasan 

  Rencana Investasi - 9

 
 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
Penerapan sistem zonasi merupakan strategi yang dapat diterapkan untuk memenuhi daya
III.2. RENCANA INVESTASI DAN PROYEKSI PENGEMBANGAN dukung.

RTBL 5 TAHUN Pertimbangan penetapan zonasi kawasan berkaitan dengan :


III.2.1. Pola Penggalanagan Dana dan Tata Cara penyepakatan dan pembiayaan investasi
1. Status dan fungsi kawasan
2. Kepekaan kawasan
3. Peraturan yang terkait dengan kawasan pengembangan
4. Akses ruang dan kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat
5. Keamanan dan kenyamanan pengunjung
6. Optimalisasi potensi wisata yang tersedia
7. Optimalisasi sarana pendukung wisata
8. Pertimbangan efisiensi biaya
Berdasarkan masterplan, program pengembangan untuk kawasan RTBL Labuan Bajo ada 3
tematik, yaitu;

1. Perdagangan dan Jasa Wisata


2. Pendidikan
3. Permukiman / Rumah Kebun

Berdasarkan program di atas dapat dikatakan bahwa tematik yang secara finansial dapat
memberikan keuntungan adalah perdagangan dan jasa wisata. Dengan program di atas,
rencana investasi dan proyeksi pengembangan RTBL diperkirakan sebesar Rp.
312.002.872.000

Kegiatan ekowisata mempunyai pengaruh yang besar terhadap lingkungan sekitar. Lingkungan
yang dimaksud meliputi faktor sosial, ekonomi dan kebudayaan sebagai satu kesatuan
lingkungan wisata. Ekowisata merupakan salah satu cara mengintegrasikan kebijakan
lingkungan dan ekonomi dalam pembangunan wilayah. Jika dikelola dengan baik, ekowisata
dapat menjaga keanekaragaman hayati, menghasilkan dana untuk konservasi lingkungan,
menyerap tenaga kerja lokal, meningkatkan pendapatan asli daerah dan mengurangi
kemiskinan. Zonasi kawasan merupakan salah satu aspek manajemen kawasan ekowisata
yang berhubungan dengan tata guna lahan. Daya dukung lahan merupakan salah satu faktor
penting dalam pengembangan daerah tujuan wisata. Dalam kaitannya dengan pembangunan
sektor wisata, isu daya dukung lingkungan harus dimasukkan dalam isu-isu tata guna lahan.

  Rencana Investasi - 10

 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 

PEMBIAYAAN (000
SKENARIO PROGRAM INDIKASI PROGRAM PIHAK YANG BERPERAN
Rp)
I KAWASAN INTI
A Jalan dan Transportasi
A.1. Peningkatan Pembangunan aksesibilitas Jalan Pelebaran dan peningkatan jalan utama (kerangka utama)
Lingkungan dan Jalan Penghubung Pelebaran Jalan Utama PU Provins, PU Pusat 1.271.400
Pembangunan pedestrian disisi kanan dan kiri jalan utama L=2 m PU KAB 8.758.750
A.2. Peningkatan Pembangunan sarana transportasi Peningkatan dan pengadaan alat transportasi Swasta, Dishub, PU Kab, Pemda, Dispar
Pembangunan shelter/ halte 150.000
Pembangunan Area parkir 4.375.000
Pembangunan rest area (4 unit) 1.800.000
Sub Total 16.355.150
B. Drainase
B.1. Penanganan dan mengintegrasikan drainase Pembangunan dan Peningkatan saluran drainase Swasta, Masyarakat, PU Kab
lingkungan Peningkatan (konstruksi beton U-80) saluran b= 0.8 m 4.254.250
Pengadaan alat pembuatan drainase sistem biopori 250.000
Sub Total 4.504.250
C. Air Bersih
C.1. Penyediaan jaringan air bersih baru untuk Pengadaan dan pemasangan baru jaringan pipa air bersih skunder PDAM 1.001.000
perkembangan permukiman Pengadaan dan pemasangan baru jaringan pipa air bersih tersier PDAM, Swasta 218.969
Sub Total 1.219.969
D. Air Limbah / Sanitasi
D.1. Pengembangan pembangunan dan rehabilitasi MCK, Pembangunan MCK Komunal Plus-plus (biofill, water purifier dan MCK) PU Provinsi, swasta, PU DJCK, DTK 400.000
dan MCK Komunal plus-plus Sub Total 400.000
E. Persampahan
E.1 Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang Penyediaan tong sampah organic dan non organic di jalan utama Masyarakat, swasta, DKP 450.000
aman dan memadai Pengembangan Pembangunan bak-bak sampah sementara (TPS) dan PU Provinsi, swasta,PEMDA, DKP
pengangkutannya
Sosialisasi dan pelatihan pengolahan sampah 3R (study banding dan magang) 250.000
Pilot Project, pembangunan bank sampah dan composter 400.000
Sub Total 1.100.000
F Rencana Landmark Dan Wajah Kawasan
Pembangunan Sclupture & Gerbang kawasan Bandara Pemda, Dispar, Dinas P&K,PU Kab, Swasta 600.000
Pengembangan Bangunan pendidikan (pariwisata, pendidikan) 108.000.000
Pembangunan Fasus & fasum 7.200.000
Pembangunan Sclupture & Taman/ Landmark kawasan 13.246.635
Pendopo & Museum Budaya 15.995.000
Sub Total 145.041.635
G Rencana Aksi Hijau
Taman di Gerbang Bandara PU Prop. Pemda, Dispar, Dinas P&K,PU Kab, 546.000
Green Corridor Swasta, Masyarakat 3.753.750
Street furniture 900.900
Penerangan 2.402.400
Signage 100.000
Sub Total 7.703.050
  Rencana Investasi - 11

 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
PEMBIAYAAN (000
SKENARIO PROGRAM INDIKASI PROGRAM PIHAK YANG BERPERAN
Rp)
TOTAL KAWASAN INTI 176.324.053
II. KAWASAN PENUNJANG
A. Jalan dan Transportasi
A.1. Peningkatan Pembangunan aksesibilitas Jalan Pembangunan dan Peningkatan Jalan Utama
Lingkungan dan Jalan Penghubung Pembangunan jalan utama PU Pusat, PU Provinsi, PU Kab, DTK, Dishub 68.097.140
Pembangunan pedestrian disisi kanan dan kiri jalan utama L=2 m 6.272.105
Pembangunan dan Peningkatan Jalan Lingkungan
Pembangunan jalan lingkungan PU Provinsi, PU Kab, Dishub 3.596.215
Pembangunan jembatan jalan lingkungan 200.000
Sub Total 78.165.460
B. Drainase
B.1. Penanganan dan mengintegrasikan drainase Pembangunan dan Peningkatan saluran drainase
lingkungan a. Peningkatan (konstruksi beton U-80) saluran b= 0.8 m Swasta, Masyarakat, PU Kab, Pemda 6.092.902
b. Pembangunan dan peningkatan saluran b= 0.6 m 1.335.737
c. Pengadaan alat pembuatan drainase sistem biopori 250.000
Wetland/ kolam retensi PU Provinsi, swasta, PU Kab 5.703.570
Sub Total 13.382.209
C. Air Bersih
C.1. Penyediaan jaringan air bersih baru untuk Pengadaan dan pemasangan baru jaringan pipa air bersih skunder PDAM, Swasta 716.812
perkembangan permukiman Pengadaan dan pemasangan baru jaringan pipa air bersih tersier PDAM, Swasta, masyarakat 475.841
Pembangunan Bak Penampungan air bersih PDAM, Swasta, masyarakat 120.000
Konservasi sumber air bersih (menjaga kelestarian hutan) PDAM,Pemda, Swasta, masyarakat 350.000
Sub Total 1.662.653
D. Air Limbah / Sanitasi
D.1. Pengembangan pembangunan dan rehabilitasi MCK, Pembangunan MCK Komunal Plus-plus (biofill, water purifier dan MCK) PU Provinsi, swasta, PU Kab 250.000
dan MCK Komunal plus-plus Sub Total 250.000
E. Persampahan
E.1 Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang Penyediaan tong sampah organic dan non organic di jalan lingkungan Masyarakat, swasta, PUKab, Pemda, DKP 450
aman dan memadai Pengembangan Pembangunan bak-bak sampah sementara (TPS) dan PU Provinsi, swasta, PU Kab, Pemda
pengangkutannya
Sosialisasi dan pelatihan pengolahan sampah 3R (study banding dan magang) 250.000
Pilot Project, pembangunan bank sampah dan composter 400.000
Sub Total 650.450
F Rencana Landmark dan Wajah Kawasan
Pembangunan Fasus & fasum PU Prop, Pemda, PU Kab, Dispar, Swasta, 13.200.000
Pembangunan Balai Pertemuan Masyarakat 15.750.000
Pembangunan Sclupture & Taman/ Landmark kawasan 4.562.856
Sub Total 33.512.856
G Rencana Aksi Hijau
Green Corridor PU Provinsi, PU Kab, Pemda, Dispar, Swasta, 2.688.045
Street furniture Masyarakat 645.131
Penerangan 1.720.349
Signage 40.000
Taman Lingkungan Permukiman 2.661.666

  Rencana Investasi - 12

 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
PEMBIAYAAN (000
SKENARIO PROGRAM INDIKASI PROGRAM PIHAK YANG BERPERAN
Rp)
Pelestarian Hutan/ Kampung Hijau 300.000
Sub Total 8.055.191
TOTAL KAWASAN TINJAUAN 135.678.819
TOTAL KAWASAN 312.002.872

  Rencana Investasi - 13

 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
Pengembangan kawasan ekowisata ini diharapkan dapat berperan multipliers yang berarti manusia. Lapangan kerja yang tidak langsung seperti peternak, petani sayur mayur,
dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat dan sektor-sektor perekonomian lain di pengrajin, seniman, penjual eceran, dan lain-lain yang menyerap banyak tenaga kerja.
sekitarnya. Merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi masyarakat, apabila di sekitar 3. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat dan Pemerintah : Wisatawan yang datang
tempat tinggal mereka terdapat kawasan ekowisata yang mampu menggerakkan sektor berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk keperluan selama
perekonomian setempat, dimana masyarakat bisa membuka toko, warung makan, tempat perjalanannya. Hal ini akan menambah pendapatan masyarakat setempat, seperti biaya
penjualan souvenir, pasar tradisional dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan keuntungan penginapan, angkutan local, makan minum, cenderamata dan pembelian jasa-jasa, dan
tidak langsung dari adanya kawasan ekowisata. Keuntungan langsung yang dapat diperoleh barang lainnya. Disamping itu pemerintah setempat pun akan memperoleh pendapatan
masyarakat diantaranya, menjadi staf atau karyawan di perusahaan atau instansi pengelola berupa pajak-pajak dari perusahaan dan yang dibelanjakan oleh wisatawan.
ekowisata, serta masyarakat dapat mengelola kantong-kantong parkir kendaraan bagi 4. Mendorong Pembangunan Daerah : Berkembangnya kepariwisataan di daerah akan
pengunjung. Selain itu pengelola ekowisata juga memberikan sumbangan tunai kepada mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun
masyarakat, santunan bencana, dan kontribusi pajak ke pemerintah daerah. prasarana dan sarana yang diperlukan seperti pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi
air, instalasi listrik, pembenahan obyek dan daya tarik wisata, perbaikan lingkungan,
Manfaat Ekonomi (Kesejahteraan) pengkondisian masyarakat, penataan kelembagaan dan pengaturan, dan lain sebagainya.
Dengan investasi yang direncanakan akan meningkatkan arus wisatawan ke Labuan Bajo Selain itu juga akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya dalam
karena pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat. Hal ini memberi manfaat ekonomi pembangunan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana akomodasi, usaha jasa biro
bagi penduduk, pengusaha, dan pemerintah setempat; seperti : perjalanan, restoran dan rumah makan serta lain-lain.

1. Kesempatan Berusaha : Kesempatan berusaha menjadi terbuka luas, baik usaha yang
langsung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Lapangan Manfaat Sosial Budaya
usaha langsung seperti usaha akomodasi, restoran dan rumah makan, biro perjalanan, Pembangunan dan pengembangan pariwisata akan mempunyai dampak positif dalam bidang
toko cenderamata, sanggar-sanggar kerajinan dan seni, pramuwisata, pusat perbelanjaan, sosial budaya, seperti :
dan lain sebagainya. Lapangan usaha tidak langsung seperti pertanian, perikanan,
peternakan, perindustrian dan kerajinan, industri olah raga, industri pakaian jadi, dan 1. Pelestarian Budaya Dan Adat Istiadat Salah satu sasaran wisatawan dalam melakukan
lapangan usaha lain yang berkaitan dengan kebutuhan ekowisata. Pengembangan perjalanan adalah untuk menikmati, mengagumi dan mempelajari kebudayaan, dan adat
permukiman/Rumah Kebun diarahkan sebagai Eco-homestay. Eco-homestay merupakan istiadat serta sejarah suatu bangsa. Oleh karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup
salah satu sarana akomodasi di daerah tujuan ekowisata yang bernuansakan kedaerahan yang unik dan khas perlu dipertahankan dan dikembangkan.
(tradisional), alami, bersih, sehat, aman, tertib dan ramah lingkungan. Pembangunan eco- 2. Meningkatkan Kecerdasan Masyarakat Masyarakat yang dikunjungi akan banyak belajar
homestay bertujuan untuk mengembangkan pendapatan masyarakat setempat dengan dari wisatawan yang berkunjung, demikian pula dengan yang datang berkunjung akan
tetap menerapkan batasan-batasan dari konsep pengembangan ekowisata. Ditinjau dari banyak belajar dari kunjungannya dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan
strategi operasionalnya, pembangunan sarana akomodasi ini merupakan salah satu teknik segala sesuatu yang dijumpai selama dalam perjalanannya. Dengan demikian,
untuk meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisatawan, selain itu bila eco-homestay pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan
ini dikelola dengan professional akan menjadi nilai tambah tersendiri yang bias pengalaman.
memberikan dampak positif pada pelaksanaan pemasaran wisata di daerah tersebut. 3. Meningkatkan Kesehatan Dan Kesegaran Banyak orang yang terkena sakit, baik jasmani
Untuk dapat mensosialisasikan eco-homestay kepada masyarakat setempat dapat dimulai maupun mentalnya, seperti stress dan ketegangan karena kelelahan, kejenuhan dan
dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya kebersihan dan keasrian lingkungan kebosanan akibat perjalanan, dan tekanan sehari-hari. Salah satu obat untuk
tempat tinggal. Untuk selanjutnya memberikan gambaran kepada mereka tentang mengembalikan kesegaran jasmani maupun rohani adalah dengan melakukan perjalanan
keuntungan yang dapat diperoleh melalui pengelolaan eco-homestay. Oleh karena itu pola wisata, seperti rekreasi, wisata olah raga, ziarah, menikmati pemandangan dan udara
pembangunan eco-homestay harus bisa menjadi rumah contoh untuk masyarakat segar di alam terbuka, dan berkunjung ke tempat keluarga atau kenalan.
setempat, dalam mengelola rumah yang bersih, sehat dan produktif.
2. Terbukanya Lapangan Kerja : Luasnya kesempatan dalam berusaha, berarti akan Mengurangi Konflik Sosial Sering terjadi saling curiga antara suatu penduduk dengan
membuka lapangan kerja baik lapangan kerja diberbagai usaha yang langsung memenuhi penduduk lainnya, karena kurang saling mengenal, baik dalam soal adat istiadat, budaya
kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Sektor pariwisata merupakan sektor sejarah, kebiasaan maupun perbedaan tingkat sosial. Saling berkunjung melalui berwisata
padat karya, karena kegiatannya lebih banyak pelayanan jasa yang membutuhkan tenaga
  Rencana Investasi - 14

 
 
Laporan Final
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
dapat mengurangi atau menghilangkan saling curiga dan kecemburuan sosial, karena
terjadinya komunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya.

III.2.2. Tata cara penyiapan dan penyepakatan investasi

Rencana Investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan kebutuhan nyata para
pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan
lingkungan/kawasan. Rencana ini menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung
kelayakan investasi dan besaran biaya suatu program penataan, ataupun sekaligus menjadi tolak ukur
keberhasilan investasi. Secara umum rencana investasi mengatur tentang besaran biaya yang
dikeluarkan dalam suatu program penataan kawasan dalam suatu kurun waktu tertentu, tahapan
pengembangan, serta peran dari masing-masing pemangku kepentingan.

Berdasarkan pada masalah dan skenario penanganan, maka didapatkan program-program


penanganan sebagai berikut:
1. Rencana penanganan banjir, Meliputi:
a. Kolam retensi
b. Pembangunan dan normalisasi drainase
c. Biopori
d. Delta Zero Q
2. Rencana aksi hijau, Meliputi:
a. Jalur hijau
b. Boulevard
c. Lagoon park
d. Pelestarian hutan dan rawa
e. Kolam retensi dan taman kota
f. Sumur komunal dan meteran pribadi / reservoir
g. Bank sampah
3. Rencana landmark dan wajah kota
a. Gerbang Bandara
b. Gerai
c. Tugu Jam
d. Patung Komodo

Selain itu disusun juga penanggung jawab yang terdiri dari:


1. Pemda
2. Pusat
3. Swasta / Masyarakat

Program-program tersebut dapat dilaksanakan dalam jangka 5 tahun, di mana program-program pada
tahun pertama merupakan program yang memiliki prioritas paling utama dan akan dijadikan pilot project.

  Rencana Investasi - 15

 
 
BAB IV
KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA
mendelegasikan atau mengontrakkannya secara profesional kepada suatu lembaga/pihak
Pedoman pengendalian rencana kerja, program kerja, kelembagaan kerja, masa pemberlakuan aturan di dalam RTBL, lain secara kompetitif sesuai peraturan perundang-undangan.
akuntabilitas, dll.
  IV.1.3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN
IV.1. STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA 1. Kriteria dan Pertimbangan Pengendalian:
a. Aspek Administratif a. Memperhatikan kepentingan publik;
Ketentuan administratif untuk mengendalikan pelaksanaan seluruh rencana dan program serta b. Mempertimbangkan keragaman pemangku kepentingan yang dapat memiliki kepentingan
kelembagaan yang diperlukan pemerintah daerah dalam rangka mendorong pelaksanaan materi RTBL berbeda;
agar terlaksana secara efektif termasuk melalui mekanisme perizinan (terutama IMB=Izin Mendirikan c. Mempertimbangkan pendayagunaan SDM dan sumber daya alam (ekonomi, sosial budaya,
Bangunan). dan lingkungan) lokal, seperti masyarakat setempat beserta kegiatan sosial-budayanya.
b. Aspek Arahan Rencana
Arahan yang bersifat mengantisipasi terjadinya perubahan pada tahap pelaksanaan, yang IV.2. ARAHAN PENGENDALIAN RENCANA
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan Arahan pengendalian rencana terdiri dari beberapa hal antara lain :
daya tampung lahan, kapasitas prasarana lingkungan binaan, masih sejalan dengan rencana dan • Penetapan rencana dan indikasi program pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan, termasuk kesepakatan
program penataan kota, serta masih dapat menampung aspirasi masyarakat. wewenang dan kelembagaan
• Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pengendalian jangka menengah
IV.1.1. UMUM • Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk pemangku kepentingan (stakeholder)

1. Pedoman pengendalian pelaksanaan dimaksudkan untuk mengarahkan perwujudan pelaksanaan IV.2.1. Aturan Umum 
penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu Peraturan operasional, penggunaan, pemanfaatan, dan penjaminan
pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas, meningkat, dan berkelanjutan. • Penjaminan atas hak tanah dan hak pakai
2. Dengan pedoman pengendalian pelaksanaan diharapkan: • Hak dan kewajiban berbagai pelaku
a. Menjamin pelaksanaan kegiatan berdasarkan dokumen RTBL; • Penggunaan yang diizinkan dan yang terlarang
b. Menjamin pemanfaatan investasi dan optimalisasi nilai investasi; • Pemeliharaan kondisi properti
c. Menghindari fenomena lahan tidur atau bangunan terbengkalai sebagai akibat • Pengelolaan dan penataan lansekap, ruang terbuka, dan fasilitas umum/fasilitas sosial
investasi yang ditanamkan tidak berjalan semestinya;
• Pembangunan tanpa izin (pembangunan liar)
d. Menarik investasi lanjutan dalam pengelolaan lingkungan setelah masa pasca konstruksi.
• Pemeliharaan ruang terbuka dan fasilitas umum lingkungan
3. Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh dinas teknis setempat atau unit pengelola
teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh kelembagaan pemrakarsa • Pembiayaan pemeliharaan dan perbaikan
penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan kemudian berdasarkan kesepakatan para pemangku • Penegakan hukum (law enforcement) pengelolaan
kepentingan.
4. Pedoman pengendalian pelaksanaan dapat ditetapkan dan berupa dokumen terpisah tetapi IV.2.2. Aturan Khusus 
merupakan satu kesatuan dengan dokumen RTBL, berdasarkan kesepakatan para pemangku a. PERATURAN KHUSUS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN :Peraturan Penggunaan dan
kepentingan, setelah mempertimbangkan kebutuhan tingkat kompleksitasnya. Pemanfaatan Kaveling Dan Ruang Publik
• Koordinasi persetujuan dan persyaratan penggunaan
IV.1.2. PELAKU PELAKSANAAN PENGENDALIAN • Manajemen gangguan
• Manajemen aksesibilitas umum
a. Wewenang atas pelaksanaan pengelolaan kawasan dilakukan oleh Pihak Pengelola Kawasan • Kebersihan dan pembuangan sampah/limbah
yang anggota dan programnya disusun sesuai kesepakatan antara masyarakat (pemilik • Pengelolaan utilitas dan fasilitas
lahan/bangunan), swasta (pengembang/investor/penyewa), pemerintah daerah dan pelaku b. PERATURAN KHUSUS PENGELOLAAN DAN PERAWATAN: Peraturan Pengelolaan dan Perawatan
pembangunan lain, termasuk pengguna/pemakai/penyewa dari luar kawasan. Kaveling dan Ruang Publik
b. Pihak pengelola kawasan berfungsi sebagai lembaga perantara/penghubung dan lembaga • Koordinasi kegiatan yang diwadahi
perwakilan di antara berbagai pelaku yang berkepentingan dalam pengelolaan aset properti.
• Pengelolaan kaki lima
c. Pihak pengelola merumuskan program pengelolaan yang dirangkum dari berbagai kepentingan
• Pengelolaan sirkulasi pejalan kaki, transportasi, dan sistem parkir
beragam pelaku.
d. Pada kasus pengelolaan dengan kompleksitas tinggi, pihak pengelola diizinkan untuk • Manajemen gangguan (polusi udara, air, suara, dan hama)

  Ketentuan Pengendalian Rencana - 1

 
 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
 
• anajemen teguran/sanksi/denda dan bonus/
• insentif/disinsentif/imbalan
c. PERATURAN KHUSUS PELAYANAN LINGKUNGAN: Peraturan Pelayanan Lingkungan
• Koordinasi layanan kegiatan yang diwadahi
• Pengelolaan dan layanan kaki lima
• Manajemen gangguan (polusi udara, air, suara, dan hama)
• Pengelolaan layanan kebersihan dan pembuangan
• Koordinasi layanan keamanan dan keselamatan
• Manajemen pelaksanaanperaturan layanan fasilitas umum
• Manajemen teguran/sanksi/denda dan bonus/insentif/disinsentif/imbalan
d. PERATURAN KHUSUS PEMBAHARUAN/ PERBAIKAN: Peraturan Pembaharuan Aset
• Koordinasi pembaharuan/perbaikan
• Manajemen risiko dan nilai aset terhadap kebutuhan
• Manajemen pembaharuan
• Perubahan/penambahan dan renovasi/perbaikan
• Manajemen insentif/disinsentif/imbalan dalam pembaharuan/perbaikan ase

  Ketentuan Pengendalian Rencana - 2

 
 
BAB V
PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN 
V.1. ASPEK PENGENDALIAN PELAKSANAAN d. Pada kasus pengelolaan dengan kompleksitas tinggi, pihak pengelola diizinkan untuk
− Aspek-aspek Pengendalian mendelegasikan atau mengontrakkannya secara profesional kepada suatu lembaga/pihak lain
a. Penetapan alat-alat dan prosedur pengendalian pelaksanaan, seperti dalam mekanisme perizinan secara kompetitif sesuai peraturan perundang-undangan.
IMB, review tim ahli bangunan gedung (TABG), dan penerapan insentif/disinsentif;
b. Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan materi teknis dokumen RTBL; − Aspek-aspek pengelolaan
c. Evaluasi pelaksanaan peran para pemangku kepentingan sesuai kesepakatan dalam penataan a. Kepentingan pengelolaan yang mengikat semua pihak dengan suatu peraturan yang saling
bangunan dan lingkungan, baik pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat, maupun Pemerintah; menguntungkan, termasuk juga mengikat dan menguntungkan lembaga penerusnya, pengguna
d. Pengawasan teknis atas pelaksanaan sistem perizinan dan pelaksanaan kegiatan pewarisnya, atau yang diberi kuasa.
pembangunan di lokasi penataan; b. Kepentingan agar semua persil yang berada dalam lingkungan binaan yang ditata tersebut
e. Penerapan mekanisme sanksi dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai peraturan perundang-undangan. dapat digunakan, dikelola dan dipelihara sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dimuat pada
− Kriteria dan pertimbangan pengendalian pedoman pengelolaan kawasan.
a. Memperhatikan kepentingan publik; c. Kepentingan pemberlakuan peraturan bagi seluruh persil yang ditujukan untuk meningkatkan dan
b. Mempertimbangkan keragaman pemangku kepentingan yang dapat memiliki kepentingan berbeda; melindungi nilai, daya tarik, dan daya guna pakai dari seluruh fungsi yang ada untuk kepentingan
c. Mempertimbangkan pendayagunaan SDM dan sumber daya alam (ekonomi, sosial budaya, dan bersama.
lingkungan) lokal, seperti masyarakat setempat beserta kegiatan sosial-budayanya. d. Kepentingan perencanaan aset eksisting yang harus mendukung kebutuhan pelayanan lingkungan
setempat.
V.2. ARAHAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN e. Pertimbangan lain seperti umur bangunan atau aset properti dan risiko investasi yang harus
Pengendalian kawasan agar sesuai dengan : dipertimbangkan sejak tahap perancangan kawasan.
− Tujuan pengelolaan kawasan f. Kepentingan pengendalian yang dikaitkan dengan pola kerjasama yang berlaku, seperti pola BOT, BOO,
Untuk dapat melaksanakan kegiatan estate management dengan efektif dan terencana, suatu lingkungan dan sebagainya.
perlu membuat suatu piranti atau alat berupa dokumen tertulis yang melindungi dan memelihara berbagai aset
dari lingkungan yang bersangkutan sebagai penjabaran dari berbagai kepentingan pemakai, pemilik, − Sistematika pedoman pengelolaan
atau pun pihak-pihak lain yang mempunyai hak milik, hak sewa atau hak pakai di lingkungan tersebut.
Pedoman Pengelolaan Kawasan merupakan piranti pengelolaan yang berisi kewajiban, hak, wewenang, Penjaminan atas hak tanah dan hak pakai
kelembagaan serta mekanisme dari pengendalian dan pengelolaan terhadap berbagai keinginan pemangku PERATURAN UMUM :
• Hak dan kewajiban berbagai pelaku
Peraturan Operasional • Penggunaan yang diizinkan dan yang terlarang
kepentingan, yang bersifat menerus dan berkelanjutan. Penggunaan, Pemanfaatan • Pemeliharaan kondisi properti
− Lingkup pengelolaan Dan Penjaminan • Pengelolaan dan penataan lansekap, ruang terbuka, dan
Pengelolaan kawasan mencakup kegiatan pemeliharaan atas investasi fisik yang telah terbangun fasilitas umum/fasilitas sosial
• Pembangunan tanpa izin (pembangunan liar)
beserta segala aspek nonfisik yang diwadahinya, kegiatan penjaminan, pengelolaan • Pemeliharaan ruang terbuka dan fasilitas umum lingkungan
operasional, pemanfaatan, rehabilitasi/pembaharuan, serta pelayanan dari aset properti • Pembiayaan pemeliharaan dan perbaikan
• Penegakan hukum (law enforcement) pengelolaan
lingkungan/kawasan.
− Aset properti yang dikelola
Jenis aset properti yang dikelola dapat berupa sumber daya alam, bangunan fisik, lahan, lansekap PERATURAN KHUSUS • Koordinasi persetujuan dan persyaratan penggunaan
PENGGUNAAN DAN • Manajemen gangguan
dan tata hijau, aset pelestarian budaya dan sejarah serta infrastruktur kawasan, baik yang merupakan • Manajemen aksesibilitas umum
PEMANFAATAN : • Kebersihan dan pembuangan sampah/limbah
aset bersama dengan kepemilikan publik setempat, atau pun aset properti pribadi yang harus dikontrol Peraturan Penggunaan dan • Pengelolaan utilitas dan fasilitas
pemanfaatan dan perkembangannya sesuai dengan RTBL yang disepakati. Pemanfaatan Kaveling
− Pelaku pengelolaan Dan Ruang Publik
a. Wewenang atas pelaksanaan pengelolaan kawasan dilakukan oleh Pihak Pengelola Kawasan yang
anggota dan programnya disusun sesuai kesepakatan antara masyarakat (pemilik lahan/bangunan),
swasta (pengembang/investor/penyewa), pemerintah daerah dan pelaku pembangunan lain,
termasuk pengguna/pemakai/penyewa dari luar kawasan.
b. Pihak pengelola kawasan berfungsi sebagai lembaga perantara/penghubung dan lembaga
perwakilan di antara berbagai pelaku yang berkepentingan dalam pengelolaan aset properti.
c. Pihak pengelola merumuskan program pengelolaan yang dirangkum dari berbagai kepentingan beragam
pelaku.
  Pedoman Pengendalian Pelaksanaan - 1

 
 
 
Laporan Akhir
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
 
 

PERATURAN KHUSUS Pengelolaan, penggunaan dan perawatan kaveling dan ruang


PENGELOLAAN DAN publik
• Koordinasi kegiatan yang diwadahi
PERAWATAN: • Pengelolaan kaki lima
Peraturan Pengelolaan • Pengelolaan sirkulasi pejalan kaki, transportasi, dan sistem
dan Perawatan Kaveling parkir
dan Ruang Publik • Manajemen gangguan (polusi udara, air, suara, dan hama)
• Manajemen teguran/sanksi/denda dan bonus/
insentif/disinsentif/imbalan

PERATURAN KHUSUS • Koordinasi layanan kegiatan yang diwadahi


PELAYANAN LINGKUNGAN: • Pengelolaan dan layanan kaki lima
Peraturan Pelayanan Lingkungan • Manajemen gangguan (polusi udara, air, suara, dan hama)
• Pengelolaan layanan kebersihan dan pembuangan
• Koordinasi layanan keamanan dan keselamatan
• Manajemen pelaksanaanperaturan layanan fasilitas umum
• Manajemen teguran/sanksi/denda dan
bonus/insentif/disinsentif/imbalan

PERATURAN KHUSUS • Koordinasi pembaharuan/perbaikan


PEMBAHARUAN/ • Manajemen risiko dan nilai aset terhadap kebutuhan
PERBAIKAN: • Manajemen pembaharuan
Peraturan Pembaharuan Aset • Perubahan/penambahan dan renovasi/perbaikan
• Manajemen insentif/disinsentif/imbalan dalam
pembaharuan/perbaikan aset

  Pedoman Pengendalian Pelaksanaan - 2

 
 
 
 

a d
dan huruf b, perlu
u menetaapkan Peraturan Bupati
B ttentang
RTB
BL Kawas
san Perkottaan Labu
uan Bajo;

Mengiingat : 1. Undang-Unddang nom


mor 26 Tahhun 20077 tentang Penataan
n Ruang
(Lem
mbaran Negara
N Re
epublik In
ndonesia Tahun 2007 Nom mor 68 ,
Tammbahan Lembaran
L Negara R
Republik Indonesia
I Nomor 4725);

2. Unddang-Unddang Nom mor 69 Ta ahun 19558 tentan


ng Pembeentukan
Daeerah-Daerrah Tingk
kat II dala
am Wilayaah Daerah
h-daerah T
Tingkat
I BBali, Nussa Tengggara Barrat, dan Nusa Tenggara
T Timur
BU
UPATI MANG
M GGARA
AI BAR
RAT (Lem
mbaran Negara
N Re
epublik Inndonesia Tahun 19 958 Nomor 122,
Tammbahan Lembaran
L Negara RRepublik Indonesia
I Nomor 4437);
3. Unddang-Unddang Nom
mor 5 Tah
hun 1960 tentang Peraturan
P n Dasar
PER
RATURAN
N BUPATII MANGGA
ARAI BAR
RAT Pok
kok-Pokokk Agraria
a (Lembaaran Neggara Repu
ublik Ind
donesia
Tah
hun 1960 Nomor 104,
1 Tambbahan Le
embaran Negara
N Republik
N
NOMOR ………..
… TA
AHUN ……
……………
….. Indonesia No
omor 2043
3);
4. Unddang-Und dang Nom mor 32 Taahun 20004 tentan
ng Pemeriintahan
Daeerah (Lem mbaran Negara
N R
Republik Indonesiia Tahun n 2004
TENT
TANG Nommor 125, Tambah han Lemb baran Negara Rep publik Ind donesia
Nommor 4437)) sebagaimmana tela
ah ubah beberapa
b k
kali dan tterakhir
den
ngan Un ndang-Und dang No omor 12 Tahun 2008 ttentang
RT
TBL Peruubahan Kedua
K Ata
as Undanng-Undanng Nomor 32 Tahu un 2004
tenttang Pem merintahaan Daera ah (Lembbaran Negara
N Republik
KA
AWASAN S
STRATEG
GIS PERKKOTAAN LABUAN
L B
BAJO KE
ECAMATAAN KOMO
ODO Indonesia Ta ahun 20008 Nomorr 59, Tam
mbahan Le embaran Negara
(KLUS
STER A) KABUPAT
K TEN MANG
GGARAI BBARAT Reppublik Ind
donesia Noomor 48444);
P
PROVINSSI NUSA TENGGAR
T RA TIMUR
R
5. Unddang-Unddang Nom
mor 8 Ta ahun 200 03 tentan
ng Pembeentukan
Kabbupaten Manggara
M ai Barat ddi Provin
nsi Nusa Tenggara
a Timur
(Lem
mbaran Negara
N Re
epublik Indonesia Tahun 2003
2 Nom
mor 28,
DENG
GAN RAH
HMAT TU
UHAN YAN
NG MAHA
A ESA Tammbahan Lembaran
L Negara R
Republik Indonesia
I Nomor 4271);
6. Unddang-Unddang Nom mor 27 T Tahun 20007 tentaang Penggelolaan
Wila
ayah Pesisir dan n Pulau--Pulau Kecil
K (Lem
mbaran Negara
BUPAT
TI MANG
GGARAI BARAT, Rep
publik Ind
donesia Taahun 20007 Nomor 84, Tambbahan Lem
mbaran
Neg
gara Repuublik Indonesia Nom
mor 4739);
7. Unddang-Unddang Nom mor 1 Tahhun 2014 tentang Perubaha an atas
Menim
mbang : a. bahwwa untuk k mewujuudkan kaw wasan p penunjangg wisata a yang Unddang-Unddang Nom mor 27 T Tahun 20007 tenta ang Penggelolaan
ram
mah lingkuungan, rek kreatif dan
d berka
arakter lo
okal di Ka
awasan Wila
ayah Pesisir dan n Pulau--Pulau Kecil
K (Lem
mbaran Negara
Rep
publik Ind
donesia Tahun
T 201
14 Nomorr 2, Tamb bahan Lem
mbaran
Stra
ategis Perrkotaan Labuan
L B
Bajo, kabu
upaten Manggarai
M i Barat
Neg
gara Repuublik Indonesia Nom
mor 5490)
makka diperlu
ukan upa aya penata aan dan pengembangan ka awasan
seca
ara terara
ah dan terrpadu; 8. Unddang-Unddang Nom mor 32 Taahun 20009 tentan
ng Perlind
dungan
dan
n Pengelollaan Lingk
kungan H
Hidup (Leembaran Negara Republik
b. bahwwa upaya
a penataan dan pengemba
p angan ka
awasan secara Indonesia Ta
ahun 2009 9 Nomor 140 , Tam
mbahan Lembaran
L Negara
tera
arah dan terpadu,, dipanda
ang perlu
u untuk diatur dengan
d publik Ind
Rep donesia Noomor 505
59);
Pera
aturan Bu
upati; 9. Unddang-Und
dang Nom
mor 12 Ta
ahun 201
11 tentan
ng Pembe
entukan
Peraturan Perundan
P g-undang
gan (Lem
mbaran Negara
N Republik
c. bahw
wa berdasarkan pe
ertimbang
gan sebag
gaimana dimaksud
d d huruf
 

 
 
 

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 , Tambahan Lembaran Negara 5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
Republik Indonesia Nomor 5234); udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah 6. Tata Ruang adalah wujud dari struktur dan pola pemanfaatan ruang, baik
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran direncanakan maupun tidak direncanakan.
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan 7. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); dan pengendalian ruang.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 8. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan ruang.
Lingkungan (RTBL); 9. Struktur Pemanfaatan Ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk
lingkungan secara hierarkis dan saling berhubungan satu dengan lainnya.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
10. Pola Pemanfaatan Ruang adalah tata guna tanah, air, udara, dan sumber daya
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
alam lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah,
13. Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 29 tahun air, udara, dan sumber daya alam lainnya.
2006 tentang Bangunan dan Gedung (Lembaran Daerah 11. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah Rencana
Kabupaten Manggarai Barat Tahun .... Nomor .... ); Tata Ruang Wilayah Kawasan Perkotaan Labuan Bajo.
14. Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 9 tahun 12. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
Manggarai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai Barat administratif dan atau aspek fungsional.
Tahun .... Nomor .... Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten 13. Kawasan adalah satuan ruang wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan
Manggarai Barat Nomor ....); berdasarkan aspek fungsional serta memiliki ciri tertentu.
14. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL
adalah panduan rancang bangun suatu kawasan/lingkungan yang
MEMUTUSKAN:
dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan
dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian rencana, dan
DAN LINGKUNGAN KAWASAN STRATEGIS PERKOTAAN LABUAN pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan atau kawasan.
BAJO KECAMATAN KOMODO (KLUSTER A) KABUPATEN 15. RTBL Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo adalah panduan rancang
MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR bangun Kawasan Perkotaan Labuan Bajo untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
BAB I pengendalian pelaksanaan pengembangan kawasan.
16. Program Bangunan dan Lingkungan adalah penjabaran lebih lanjut dari
KETENTUAN UMUM perencanaan dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu
tertentu yang memuat jenis, jumlah, besaran, dan luasan bangunan gedung
Bagian Kesatu
serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana
Pengertian aksesibilitas, sarana pencahayaan dan sarana penyehatan lingkungan, baik
berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru.
Pasal 1 17. Rencana Umum dan Panduan Rancangan adalah ketentuan-ketentuan tata
bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan atau kawasan yang memuat
1. Kabupaten adalah Kabupaten Manggarai Barat.
rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana
penyelenggara Pemerintahan Daerah. prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruang
3. Bupati adalah Bupati Manggarai Barat. terbuka hijau.
4. Kota adalah Kota Labuan Bajo.
 

 
 
 

18. Ketentuan Pengendalian Rencana adalah ketentuan-ketentuan yang bertujuan 30. Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan adalah rancangan pergerakan yang
untuk mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun terkait antara jenis-jenis hierarki atau kelas jalan yang tersebar pada kawasan
kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan perencanaan (jalan lokal atau lingkungan) dan jenis pergerakan yang melalui,
pelaksanaan penataan suatu kawasan. baik masuk dan keluar kawasan, maupun masuk dan keluar kaveling.
19. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan adalah pedoman yang dimaksudkan untuk 31. Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum adalah rancangan sistem arus pergerakan
mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan kawasan yang kendaraan umum formal, yang dipetakan pada hierarki atau kelas jalan yang
berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat ada pada kawasan perencanaan.
berkualitas, meningkat, dan berkelanjutan. 32. Sistem Sirkulasi Kendaraan Pribadi adalah rancangan sistem arus pergerakan
20. Struktur Peruntukan Lahan merupakan komponen rancang kawasan yang bagi kendaraan pribadi sesuai dengan hierarki atau kelas jalan yang ada pada
berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan atau tata kawasan perencanaan.
guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu 33. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancangan
berdasarkan ketentuan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. kawasan, yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan ataupun
21. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga
maksimum bangunan terhadap lahan atau tapak peruntukannya. diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas.
22. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka 34. Tata Kualitas Lingkungan merupakan rekayasa elemen-elemen kawasan yang
presentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu kawasan atau sub-area dengan sistem
yang dapat dibangun dan luas lahan atau tanah perpetakan atau daerah lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.
perencanaan yang dikuasai. 35. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu
23. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya.
tanah perpetakan atau daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata
ruang dan RTBL.
24. Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta Bagian Kedua
lingkungan sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek
Maksud dan Tujuan dan Lingkup
termasuk pembentukan citra atau karakter fisik lingkungan, besaran, dan
konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling atau petak lahan, bangunan, Pasal 2
serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan yang dapat menciptakan dan
mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap (1) Maksud penyelenggaraan RTBL adalah terbentuknya program penataan
keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang bangunan dan lingkungan pada kawasan strategis perkotaan Labuan Bajo yang
publik. dapat memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kawasan perencanaan
25. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis pada sebagai salah satu bagian dari kota hijau yang berkelanjutan.
halaman pekarangan bangunan yang ditarik sejajar dari garis as jalan, tepi (2) Tujuan penyelenggaraan RTBL adalah terarahnya penyelenggaraan penataan
sungai atau as pagar dan merupakan batas antara kavling atau pekarangan bangunan dan lingkungan di Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo,
yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun. Kecamatan Labuan Bajo (Kluster A) Kabupaten Manggarai Barat, sesuai dengan
26. Garis Sempadan Pantai yang selanjutnya disingkat GSP adalah jarak bebas atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
wilayah pantai yang tidak boleh dimanfaatkan untuk lahan budi daya, atau Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) guna mewujudkan tata
untuk didirikan bangunan. GSP diukur dari titik pasang tertinggi. bangunan dan dan lingkungan layak huni, berjati diri, produktif dan
27. Garis Sempadan Sungai yang selanjutnya disingkat GSS adalah jarak bebas berkelanjutan, sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 28/2002 tentang
atau batas wilayah sungai yang tidak boleh dimanfaatkan untuk lahan budi Bangunan Gedung.
daya atau untuk didirikan bangunan. GSS diukur dari garis bibir sungai. (3) Lingkup kegiatan RTBL mencakup :
28. Kawasan lindung sebagaimana tertulis dalam Keputusan Presiden Nomor 32 a. Survey Lokasi dan Pendataan
tahun 1990 adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
b. Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan c. Penyusunan Konsep Program Bangunan dan Lingkungan
berkelanjutan. d. Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan
29. Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah, dimana e. Penyusunan Rencana Investasi
bangunan tersebut didirikan, sampai dengan titik puncak bangunan. f. Penyusunan Ketentuan Pengendalian Rencana
 

 
 
 

g. Penyusunan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan BAB III

PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


BAB II
Bagian Kesatu
RUANG LINGKUP
Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan
Pasal 3
Pasal 4

(1) Ruang Utama Kawasan, meliputi:


(1) Secara administratif kawasan perencanaan RTBL Kawasan Perkotaan Labuan a. Segmen Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata;
Bajo terletak di Kota Labuan bajo, Kecamatan Komodo, desa Gorontalo.
b. Segmen Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
(2) Secara geografis batas-batas perencanaan RTBL Kawasan Perkotaan Labuan Bajo c. Segmen Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum
meliputi : d. Segmen Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo
a. sebelah Utara : Desa Batu Cermin, Bandara Komodo;
e. Segmen Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo;
b. sebelah Barat : Pantai Pede;
c. sebelah Selatan : Desa Golo Bilas, hutan; dan dan
d. sebelah Timur : Kelurahan Wae Kelambu, sawah. f. Segmen Rumah Kebun
(3) Batas-batas perencanaan RTBL Kawasan Perkotaan Labuan Bajo sebagaimana (2) Kerangka Utama Kawasan adalah struktur kawasan pusat kota, disangga dari
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I, yang merupakan bagian Koridor Pasar Baru-PLN (Jl.Sukarno-Hatta), Koridor Wae Mata, hingga Jl.Mgr. Van
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Bechkum-Jl.Gabriel Gampor-Jl.Kasimo.
(4) Luas kawasan perencanaan RTBL Kawasan Strategis Perkotaan Labuan Bajo
adalah:
a. Luas Kawasan Inti ±63HA, kawasan pusat kota, dibatasi dari Koridor Pasar Bagian Kedua
Baru-PLN (Jl.Sukarno-Hatta), Koridor Wae Mata, hingga Jl.Mgr. Van Bechkum-
Jl.Gabriel Gampor-Jl.Kasimo. Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya
b. Kawasan Tinjauan ±174HA, kawasan permukiman di belakang kecamatan Pasal 5
Komodo
c. Kawasan pertimbangan terkait, meliputi setting karakter bentang alam Bukit (1) Blok pengembangan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5)
Pramuka, Bukit Wae Mata, Bukit Pantai Pede, dan prasarana publik meliputi terdiri atas:
bandara Komodo dan pelabuhan Labuan Bajo. a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata;
(5) Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi lahan milik: b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
a. Pemerintah Daerah; c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum
b. BUMN dan BUMD; d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo
c. masyarakat; dan
e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo;
d. swasta.
dan
(6) Blok pengembangan kawasan perencanaan, meliputi : f. Blok Rumah Kebun
a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata;
b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum (2) Program penanganan blok kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo (5) terdiri atas :
e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo; a. Blok Pertigaan Patung Komodo- Jl Wae Mata, program penanganannya sebagai
dan kawasan perdagangan dan jasa pariwisata yang mempertahankan karakter
setting alam yang unik (bukit, lembah, laut) dan karakter wisata ‘urban village’
f. Blok Rumah Kebun
(karakter tradisional atau pedesaan namun memiki kelengkapan prasarana
(7) Blok pengembangan kawasan perencanaan RTBL Kawasan Strategis Perkotaan
dan sarana modern kota wisata), dengan program bangunan, lingkungan dan
Labuan Bajo sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran II
infrastruktur seperti berikut:
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
1. Program penanganan bangunan mencakup:
 

 
 
 

a) Pembangunan Rest Area (street furniture), penandaan (signage) dan


2. Program penanganan lingkungan mencakup: penerangan jalan pedestrian
a) Penghijauan melalui green corridor 3. Program penanganan infrastruktur mencakup:
b) Penyediaan rest area a) Peningkatan jalan (dan boulevard)
c) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian
(street furniture), penandaan (signage) dan c) Pembangunan drainase
penerangan jalan pedestrian d) Pembangunan pemipaan
3. Program penanganan infrastruktur mencakup: e) Pembangunan jalur telekomunikasi
a) Peningkatan jalan (dan boulevard) f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian g) Peningkatan jalur air bersih
c) Pembangunan drainase h) Pembangunan halte dan biopori
d) Pembangunan pemipaan
e) Pembangunan jalur telekomunikasi d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo, program penanganannya
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan sebagai kawasan perdagangan dan jasa wisata yang mempertahankan karakter
g) Peningkatan jalur air bersih setting alam yang unik dan mendukung karakter ‘urban village’, dengan
h) Pembangunan halte dan biopori program bangunan, lingkungan dan infrastruktur seperti berikut:
1. Program penanganan bangunan mencakup:
b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur, program a) Pembangunan landmark gerai tenun
penanganannya sebagai kawasan pendidikan yang ramah lingkungan, dengan 2. Program penanganan lingkungan mencakup:
program bangunan, lingkungan dan infrastruktur seperti berikut: a) Penghijauan melalui green corridor
1. Program penanganan bangunan mencakup pembangunan landmark tugu b) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan
jam (street furniture), penandaan (signage) dan
2. Program penanganan lingkungan mencakup: penerangan jalan pedestrian
a) Penghijauan melalui green corridor 3. Program penanganan infrastruktur mencakup:
b) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan a) Peningkatan jalan (dan boulevard)
(street furniture), penandaan (signage) dan b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian
penerangan jalan pedestrian c) Pembangunan drainase
3. Program penanganan infrastruktur mencakup: d) Pembangunan pemipaan
a) Peningkatan jalan (dan boulevard) e) Pembangunan jalur telekomunikasi
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
c) Pembangunan drainase g) Peningkatan jalur air bersih
d) Pembangunan pemipaan h) Pembangunan halte dan biopori
e) Pembangunan jalur telekomunikasi
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
g) Peningkatan jalur air bersih e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo,
h) Pembangunan halte dan biopori program penanganannya sebagai ruang publik dan perdagangan dan jasa
pariwisata dengan program bangunan, lingkungan dan infrastruktur seperti
berikut:
1. Program penanganan bangunan mencakup:
c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum,
program penanganannya sebagai kawasan perdagangan dan jasa pariwisata a) Pembangunan taman budaya dan art and craft shop
2. Program penanganan lingkungan mencakup:
yang ramah lingkungan, dengan program bangunan, lingkungan dan
infrastruktur seperti berikut: a) Pembangunan taman budaya
b) Pembangunan taman bermain
1. Program penanganan bangunan mencakup pembangunan gerbang Bandara
c) Pembangunan square
Komodo
d) Penghijauan melalui green corridor
2. Program penanganan lingkungan mencakup:
e) Peningkatan perabot jalan (street furniture),
a) Penghijauan melalui green corridor
penandaan (signage), penerangan jalan
b) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan pedestrian dan taman
 

 
 
 

(2) Struktur peruntukan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


3. Program penanganan infrastruktur mencakup: direncanakan untuk menampung:
a) Peningkatan jalan (dan boulevard) a. Peningkatan dan pembangunan bangunan perdagangan dan jasa bertema
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian wisata, bangunan komersial, hotel, bank, museum dan perkantoran milik
c) Pembangunan drainase swasta dan pemerintah di lahan sekitar koridor kawasan;
d) Pembangunan pemipaan b. Peningkatan dan pembangunan bangunan pendidikan milik swasta dan
e) Pembangunan jalur telekomunikasi pemerintah di lahan sekitar koridor kawasan;
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan c. Peningkatan dan pembangunan fasililitas umum dan social di lahan
g) Peningkatan jalur air bersih lingkungan permukiman; dan
h) Pembangunan halte dan biopori
d. Peningkatan dan pembangunan ruang publik dan budaya kota di taman
segitiga kota.
f. Blok Rumah Kebun, program penanganannya sebagai kawasan permukiman
yang mempertahankan karakter setting alam yang unik dan mendukung
karakter ‘urban village’, dengan program bangunan, lingkungan dan Pasal 7
infrastruktur seperti berikut:
1. Program penanganan bangunan mencakup: Struktur Peruntukan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tercantum dalam
a) Pembangunan pusat lingkungan Lampiran III, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati
2. Program penanganan lingkungan mencakup: ini.
a) Pembangunan square pusat lingkungan
b) Pembangunan kolam retensi
c) Penghijauan melalui green corridor Bagian Kedua
d) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan
(street furniture), penandaan (signage) dan Rencana Perpetakan
penerangan jalan pedestrian
Pasal 8
3. Program penanganan infrastruktur mencakup:
a) Peningkatan jalan (dan boulevard) Rencana perpetakan lahan pada kawasan perencanaan terdiri dari :
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian a. sistem blok kawasan,
c) Pembangunan drainase b. sistem kavling atau persil.
d) Pembangunan pemipaan
e) Pembangunan jalur telekomunikasi Pasal 9
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
g) Peningkatan jalur air bersih (1) Perpetakan sistem blok kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a
h) Pembangunan halte dan biopori adalah :
a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata;
b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur
c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum
BAB IV d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo
e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo;
RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
dan
Bagian Kesatu f. Blok Rumah Kebun di belakang Kecamatan Komodo
Struktur Peruntukan Lahan
(2) Perpetakan sistem kavling atau persil yang diwujudkan dalam bentuk blok
Pasal 6 bangunan kepemilikan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf b terdapat di lahan swasta, pemerintah, BUMN, BUMD dan masyarakat
(1) Struktur peruntukan lahan makro sebagai kawasan campuran (mix used
sesuai batas kavling atas sertfikat tanah yang dikuasainya yang sah secara
area), dengan struktur peruntukan lahan mikro sebagai kawasan
hukum.
perdagangan dan jasa wisata, pendidikan, permukiman, ruang publik.
 

 
 
 

Bagian Ketiga a) Penghijauan melalui green corridor


b) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan
Rencana Tapak (street furniture), penandaan (signage) dan
Pasal 10 penerangan jalan pedestrian
3. Pengaturan rencana infrastruktur:
Rencana tapak terdiri dari : a) Peningkatan jalan (dan boulevard)
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian
a. Blok Pertigaan Patung Komodo- Jl Wae Mata, mencakup: c) Pembangunan drainase
1. Pengaturan tata bangunan: pembangunan rest area d) Pembangunan pemipaan
2. Pengaturan tata lingkungan: e) Pembangunan jalur telekomunikasi
a) Penghijauan melalui green corridor f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
b) Penyediaan rest area g) Peningkatan jalur air bersih
c) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan h) Pembangunan halte dan biopori
(street furniture), penandaan (signage) dan
penerangan jalan pedestrian
d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo mencakup:
3. Pengaturan Rencana infrastruktur:
1. Pengaturan tata bangunan: pembangunan landmark gerai tenun
a) Peningkatan jalan (dan boulevard)
2. Pengaturan tata lingkungan:
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian
a) Penghijauan melalui green corridor
c) Pembangunan drainase
b) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan
d) Pembangunan pemipaan
(street furniture), penandaan (signage) dan
e) Pembangunan jalur telekomunikasi
penerangan jalan pedestrian
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
g) Peningkatan jalur air bersih 3. Pengaturan rencana infrastruktur:
h) Pembangunan halte dan biopori a) Peningkatan jalan (dan boulevard)
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian
c) Pembangunan drainase
b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur, mencakup d) Pembangunan pemipaan
1. Pengaturan tata bangunan: pembangunan landmark tugu jam e) Pembangunan jalur telekomunikasi
2. Pengaturan tata lingkungan: f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
a) Penghijauan melalui green corridor g) Peningkatan jalur air bersih
b) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan h) Pembangunan halte dan biopori
(street furniture), penandaan (signage) dan
penerangan jalan pedestrian
3. Pengaturan rencana infrastruktur: e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo,
a) Peningkatan jalan (dan boulevard) mencakup:
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian 1. Pengaturan tata bangunan: pembangunan taman budaya dan art and craft
c) Pembangunan drainase shop
d) Pembangunan pemipaan 2. Pengaturan tata lingkungan:
e) Pembangunan jalur telekomunikasi a) Pembangunan taman budaya
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan b) Pembangunan taman bermain
g) Peningkatan jalur air bersih c) Pembangunan square
h) Pembangunan halte dan biopori d) Penghijauan melalui green corridor
e) Peningkatan perabot jalan (street furniture),
penandaan (signage), penerangan jalan
c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum, pedestrian dan taman
mencakup: 3. Pengaturan rencana infrastruktur:
1. Pengaturan tata bangunan: pembangunan gerbang Bandara Komodo a) Peningkatan jalan (dan boulevard)
2. Pengaturan tata lingkungan: b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian

 
 
 

c) Pembangunan drainase Pasal 11


d) Pembangunan pemipaan
e) Pembangunan jalur telekomunikasi (1) Ketinggian bangunan ditentukan oleh tinggi bangunan, jumlah lantai bangunan
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan dan tinggi puncak atap bangunan, kecuali bangunan monumental sejenis tempat
g) Peningkatan jalur air bersih ibadah, landmark kota seperti tugu, patung dan sejenisnya dan prasarana
h) Pembangunan halte dan biopori publik sejenis tower listrik dan lainnya.
(2) Bangunan monumental sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekitarnya dan kawasan.
f. Blok Rumah Kebun, mencakup:
1. Pengaturan tata bangunan: pembangunan pusat lingkungan (3) Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai
2. Pengaturan tata lingkungan: berikut:
a) Pembangunan square pusat lingkungan a. Bangunan sangat rendah: bangunan berlantai satu dengan tinggi puncak
b) Pembangunan kolam retensi atap maksimum 8 (delapan) meter dari halaman atau trotoar pedestrian.
c) Penghijauan melalui green corridor b. Bangunan rendah: bangunan berlantai satu hingga dua dengan tinggi
d) Pembangunan jalur pedestrian, perabot jalan puncak atap maksimum 12 (dua belas) meter dari dari halaman atau trotoar
(street furniture), penandaan (signage) dan pedestrian.
penerangan jalan pedestrian c. Bangunan sedang: bangunan berlantai 2 (dua) hingga 3 (tiga) dengan tinggi
3. Pengaturan rencana infrastruktur: atap maksimum 16 (enam belas) meter dari dari halaman atau trotoar
a) Peningkatan jalan (dan boulevard) pedestrian..
b) Peningkatan lampu jalan dan lampu pedestrian d. Bangunan tinggi: bangunan berlantai 3 (tiga) hingga 4 (empat) dengan tinggi
c) Pembangunan drainase puncak atau maksimum 20 (dua puluh) meter dari halaman atau trotoar
d) Pembangunan pemipaan pedestrian.
e) Pembangunan jalur telekomunikasi
e. Tinggi lantai dasar bangunan mencapai 10 (sepuluh) centimeter hingga 30
f) Pembangunan titik-titik tong persampahan
(tiga puluh) centimeter dari halaman, setiap halaman kavling bisa berbeda di
g) Peningkatan jalur air bersih
lahan berkontur namun perlu memperhatikan keserasian lingkungan.
h) Pembangunan halte dan biopori
(4) Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur sebagai
berikut:
Bagian Keempat a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata diperuntukkan bagi bangunan
sangat rendah hingga rendah dengan aturan;
Intensitas Pemanfaatan lahan
1. Bangunan berlantai 1 (satu) hingga 2 (dua), dan atau
1. Proses pembangunan kawasan berjalan secara incremental (tidak serentak), 2. Tinggi bangunan 8 (delapan) meter hingga 9 (sembilan) meter
sehingga pengembangan kawasan mempertimbangkan kondisi realistis (eksisting) b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur diperuntukkan
maupun kondisi ideal kondisi masa depan. bagi bangunan sangat rendah hingga rendah dengan aturan;
(1) Pengaturani intensitas lahan memungkinkan untuk tetap mempertahankan 1. Bangunan berlantai 1 (satu) hingga 2 (dua), dan atau
kondisi nilai intensitas lahan eksisting, dan mengantisipasi apabila 2. Tinggi bangunan 8 (delapan) meter hingga 12 (dua belas) meter
dikembangkan dalam skala besar. c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum
(2) Program penanganan kawasan diarahkan untuk mempertahankan karakter diperuntukkan bagi bangunan sangat rendah hingga rendah dengan aturan;
setting alam yang unik (bukit, lembah, hutan dan pantai) sebagai desa-kota 1. Bangunan berlantai 1 (satu) hingga 2 (dua), dan atau
(urban village) wisata dengan densitas bangunan yang dibatasi, yang berpengaruh 2. Tinggi bangunan 8 (delapan) meter hingga 9 (sembilan) meter
terhadap pengaturan RTH (Rencana Tata Hijau) kawasan yang maksimal, KLB d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo diperuntukkan bagi
(Koefisien Lantai Bangunan) dan KB (ketinggian bangunan) yang tidak terlalu
bangunan sangat rendah hingga sedang dengan aturan;
tinggi, dan pengaturan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang cukup longgar.
(3) Kawasan diarahkan memiliki morfologi desa-kota yang naturalis, diwujudkan 1. Bangunan berlantai 1 (satu) hingga 3 (tiga), dan atau
melalui pengaturan setback (maju mundur) bangunan yang dinamis atau tidak 2. Tinggi bangunan 8 (delapan) meter hingga 12 (dua belas) meter
teratur lurus serta KDB yang variatif. e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo
diperuntukkan bagi bangunan sangat rendah hingga rendah dengan aturan;
1. Bangunan berlantai 1 (satu) hingga 2 (dua), dan atau
2. Tinggi bangunan 8 (delapan) meter hingga 9 (sembilan) meter
 

 
 
 

f. Blok Rumah Kebun diperuntukkan bagi bangunan sangat rendah hingga Intensitas pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 hingga 14
rendah dengan aturan; tercantum dalam Lampiran IV, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
3. Bangunan berlantai 1 (satu) hingga 2 (dua), dan atau Peraturan Bupati ini.
4. Tinggi bangunan maksimal 8 (delapan) meter

Bagian Kelima
Pasal 12 Tata Bangunan
(1) KDB ditentukan oleh fungsi bangunan, tipologi bangunan, luas lahan, Pasal 15
kestrategisan lokasi kavling, rencana RTH, rencana lebar jalur pedestrian
kawasan, rencana morfologi kota, rencana penyediaan model perparkiran, serta
rencana penyediaan fasilitas umum kawasan seperti halte bus dan sejenisnya. (1) GSB ditentukan oleh fungsi bangunan, kedalaman lahan, ketinggian bangunan,
(2) KDB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut: kestrategisan lokasi kavling, rencana RTH, rencana lebar jalur pedestrian
kawasan, rencana morfologi kota, rencana penyediaan model perparkiran, serta
a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata KDB maksimal 40%; rencana penyediaan fasilitas umum kawasan seperti halte bus dan sejenisnya.
b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur KDB maksimal (2) GSB kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
40%;
c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum KDB a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata GSB minimal 12,5
maksimal 40%; b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur GSB minimal
d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo KDB maksimal 40%; 12,5
e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo; dan c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum GSB
KDB maksimal 40%; minimal 12,5
f. Blok Rumah Kebun: d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo GSB minimal 10
1. KDB di koridor utama kawasan maksimal 40% e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo
2. KDB di lingkungan permukiman maksimal 35% GSB minimal 15
f. Blok Rumah Kebun GSB minimal 5
Pasal 13 ₋
Pasal 16
(1) KLB ditentukan oleh fungsi bangunan, kedalaman lahan, ketinggian bangunan,
kestrategisan lokasi kavling, rencana RTH, rencana lebar jalur pedestrian (1) Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan; GSS sekurang-kurangnya 3
kawasan, rencana morfologi kota, rencana penyediaan model perparkiran, serta (tiga) meter terhitung dari tepi tanggul sebelah luar sepanjang kaki tanggul
rencana penyediaan fasilitas umum kawasan seperti halte bus dan sejenisnya. (2) Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, dengan GSS didasarkan
(2) KLB kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut: pada kriteria :
a. sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata KLB maksimal 1 sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari
b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur KLB maksimal 1 tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan
c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum KLB b. sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter garis sempadan
maksimal 1 ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai
d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo KLB maksimal 2 pada waktu ditetapkan.
(3) Penetapan garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, GSS
e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo KLB
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan
maksimal 1 berfungsi sebagai jalur hijau.
f. Blok Rumah Kebun KLB maksimal 1 (4) Bila diperlukan untuk pembangunan bangunan fasilitas umum dan sosial di
zonasi pemanfaatan guna mendukung upaya pelestarian alam dan atau untuk
pembangunan fasilitas publik dan sosial yang rekreatif dan mendukung
transportasi air, GSB di sungai diperkenankan 0 atau dibangun di atas bantaran
sungai ataupun sungai dengan syarat memperhatikan ketentuan:
 

 
 
 

- Rekayasa teknis bangunan di atas sungai sedemikina rupa sehingga tidak Pasal 19
signifikan mengurangi kapasitas tampungan air dan tidak menggangu laju
aliran sungai atau menjadi jebakan sampah (1) Tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi jaringan jalan eksisting, kecuali
- Faktor keselamatan pengguna bangunan dapat dipertanggungjawabkan koridor khusus bagi pejalan kaki (street) di jam aktivitas kegiatan perdagangan
- Tidak merusak pelestarian habitat flora dan fauna setempat dan jasa;
- Desain arsitektur dan material ramah terhadap lingkungan (2) bongkar muat barang (loading-unloading) yang dilakukan di dalam lahan ruang
publik, pertokoan, komersial dan pasar tradisional, dilakukan di malam hari
Pasal 17 atau tidak pada jam sibuk dengan beban lalulintas tinggi.

(1) Orientasi blok bangunan di sepanjang koridor tepi sungai / pantai diatur Pasal 22
menghadap ruang perairan.
(2) Orientasi blok bangunan yang terletak di koridor jalan wajib menghadap ke (1) Sistem Pergerakan Transit meliputi:
koridor jalan. a. lokasi transit point ditempatkan pada kawasan publik seperti pasar, ruang
(3) Orientasi blok bangunan yang terletak di sudut (hook), wajib menghadap sisi-sisi terbuka tepi jalan, pusat perdagangan dan pertokoan sebagai pengembangan
jalan dan sisi pertemuan jalan yang mengelilinginya. embrio transit point kawasan pusat kota;
b. pengembangan halte di sepanjang jalan yang dilintasi angkutan umum
dengan jarak perletakan setiap 300 – 500 meter, atau pada pertemuan jalan
yang strategis dengan minimal jarak dari ujung rambu adalah 25 meter;
c. halte dilengkapi dengan area drop-off penumpang sehingga tidak
Bagian Keenam
menyebabkan gangguan tundaan lalu lintas perjalanan kendaraan yang
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung melewati ruas jalan dan dapat meningkatkan keselamatan dan kenyamanan
penumpang angkutan umum
(1) Sistem sirkulasi pejalan kaki terdapat di sepanjang tepian jalan dengan
disediakan jalur yang terpisah dengan jalur kendaraan.
(2) Jalur pejalan kaki sifatnya menerus sepanjang koridor kawasan perencanaan, Pasal 23
(3) Jalur pedestrian di kawasan perencanaan direncanakan dapat dilalui oleh
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung:
penyandang cacat sehingga dilengkapi dengan penggunaan ramp pada tempat-
tempat yang terdapat perbedaan elevasi. Rencana Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung di kawasan perencanaan diatur
sebagai berikut:
(4) Jalur sirkulasi pedestrian ini harus dilengkapi dengan zebra cross pada area
penyeberangan dan halte pada jalur koridor yang dilayani angkutan umum. (1)pengaturan sirkulasi dan aksesibilitas pada Kawasan permukiman dan Pusat
(5) Jalur pejalan kaki harus terlindung oleh deretan pohon peneduh di sepanjang Kegiatan:
jalan. Bahan material untuk pedestrian tidak licin, dapat menyerap air, mudah a. sistem parkir direkomendasikan menggunakan sistem parkir di luar badan
perawatan, kuat dengan motif dan pola yang sesuai dengan nuansa lokal. Selain jalan (off street parking) dan kantong parkir; dan
itu jaringan pedestrian juga didukung dengan fasilitas-fasilitas perabot jalan yang b. penyediaan sarana dan prasarana untuk AKDP, Bus, angkutan umum,
mendukung kegiatan pedestrian (tempat duduk, tempat sampah, dan lain-lain). angkutan perdesaaan; dan
c. peningkatan kelengkapan perabot jalan (street furniture) dan rambu jalan
yang terkait dengan akses, sirkulasi dan transportasi.
Pasal 18 (2)pengaturan sirkulasi dan aksesibilitas pada jalan arteri:
a. sistem parkir menggunakan sistem di kantong parkir; dan
(1) Sistem Jalur Servis atau Pelayanan Lingkungan direncanakan untuk b. setiap kavling menyediakan area untuk sistem parkir, baik dalam bentuk
meningkatkan kapasitas aksesibilitas kawasan terdiri dari: ruang parkir yang diarahkan dilokasikan di depan bangunan yang
a. penyediaan pelayanan persampahan; dan menghadap jalan atau di basement;
b. pemadam kebakaran. c. penyediaan sarana dan prasarana untuk AKDP, Bus, angkutan umum,
(2) Tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi jaringan jalan eksisting yang terdapat angkutan perdesaaan; dan
di kawasan perencanaan. d. peningkatan kelengkapan perabot jalan (street furniture) dan rambu jalan
yang terkait dengan akses, sirkulasi dan transportasi.

 
 
 

Bagian Ketujuh b) Jaringan drainase direncanakan sesuai sistem layout mulai dari jaringan
terkecil sampai ke pembuangan utama, yaitu:
Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan i. Saluran Drainase Tersier, saluran yang langsung menampung air hujan
(1) Penempatan jaringan listrik di kawasan perencanaan menggunakan sistem kabel dari kawasan terkecil (unit rumah/bangunan) dan mengalirkannya
listrik di tiang listrik (overhead) menuju ke saluran sekunder.
ii. Saluran Drainase Sekunder, saluran yang menerima air dari saluran-
(2) Peningkatan jaringan telepon menggunakan sistem kabel di tiang telepon
saluran tersier dan menerima langsung air hujan dan mengalirkannya
(overhead)
menuju ke saluran primer.
a) Tingkat pelayanan disesuaikan dengan ketersediaan satuan sambungan
iii. Saluran Drainase Primer, saluran yang menerima air dari saluran-saluran
telepon PT. Telkom yang tersedia.
sekunder dan menerima air hujan dan mengalirkannya langsung ke
b) Jaringan kabel telepon idealnya menggunakan jaringan kabel bawah tanah.
saluran alami sungai/laut.
c) Jaringan kabel telepon bawah tanah direncanakan mengikuti rute sisi jalan
iv. Saluran Alami/Sungai/Laut, saluran yang menerima air dari saluran-
guna mencapai pelanggan.
saluran primer
d) Jaringan kabel telepon direncanakan ditempatkan secara terpadu bersamaan
c) Rencana pengembangan air yang berkesinambungan untuk menjaga
dengan kabel listrik di dalam pipa PVC berdiameter 8” dengan manhole setiap
kelestarian lingkungan dan mengelola dampak lingkungan yang timbul akibat
20 m.
kegiatan operasional kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
e) Fasilitas telekomunikasi diarahkan pada penggunaan fasilitas telekomunikasi
i. Kawasan Riverfront, dengan pembuatan Trash Track untuk pengendali
yang telah disediakan oleh PT. Telkom dan komunikasi seluler untuk
sedimen baik sampah maupun lumpur dan dihubungkan pada pertemuan
melayani jaringan seluruh kawasan dengan memanfaatkan jaringan yang
sungai atau saluran kanal.
sudah ada.
ii. Terintegerasi dengan sistem drainase kota.
f) Sistem jaringan telekomunikasi menggunakan fasilitas komunikasi yang
iii. Peningkatan Kualitas lingkungan dengan eco drainase (longstorage, kolam
sudah ada dan atau apabila tingkat penggunaan cukup besar, ada
retensi) dan bioretensis (peningkatan infiltrasi atau peresapan air ke
kemungkinan akan menambah BTS (Base Transceiver Station).
dalam tanah agar air tidak menggenang di permukaan jalan dengan
(3) Peningkatan distribusi jaringan air bersih kawasan perencanaan di ruang utilitas memperbanyak tanaman atau pepohonan di sepanjang sisi jalan).
yang disediakan. iv. Kawasan permukiman, sistem pengelolaan air dengan penampungan air
a) Untuk rencana jangka panjang pengembangan jaringan perpipaan hujan yang disediakan per unit rumah. Peresapan air ke dalam tanah
menggunakan konsep rumah tumbuh. Pada segmen ini pengembangan sebesar-besarnya perlu diupayakan agar air hujan dan air limbah dapat
jaringan pipa mengikuti ruas jalan agar mudah dalam pemeriksaan dan secepat mungkin dibuang atau dikeringkan. Peresapan air di kawasan ini
pemeliharaan, dengan menggunakan pipa primer berdiameter 50”, pipa dapat melalui sumur resapan yang direncanakan di badan jalan atau per
sekunder berdiameter 100-150 mm, dan pipa tersier berdiameter 75-100 mm, unit rumah.
yang ditanam dengan kedalaman 1 m dan lebar 1,5 m. v. Kawasan koridor inti dengan fungsi sebagai kawasan komersial
(4) Penataan system drainase kawasan : direncanakan sistem pengelolaan air dengan penampungan air hujan yang
a) Pelaksanaan sistem drainase kawasan mengacu pada masterplan drainase disediakan melalui jaringan drainase.
dan standar teknis yang berlaku. d) Outlet kawasan yang terhubung dengan laut berupa box culvert atau gorong-
i. Di dalam tiap-tiap pekarangan harus diadakan saluran-saluran gorong elevasi dasarnya minimal MSL (Mean Sea Level)
pembuangan air hujan; e) Rencana perpanjangan outlet kawasan direncanakan dengan lebar minimal 3
ii. Saluran-saluran tersebut di atas harus cukup besar dan cukup kali lebar basah eksisting
mempunyai kemiringan untuk dapat mengalirkan air hujan dengan baik; f) Saluran kawasan yang berhubungan langsung dengan sungai yang
iii. Air hujan yang jatuh di atas atap harus segera dapat disalurkan di atas terpengaruh arus balik laut (back water) direncanakan dengan elevasi dasar
permukaan tanah dengan pipa-pipa atau dengan bahan lain dengan jarak saluran yaitu muka air sungai normal (MAN) dan dilengkapi dengan pintu air
antara sebesar-besarnya 25 meter; untuk mengendalikan kondisi ekstrem (pasang laut dan hujan intensitas
iv. Curahan hujan yang langsung dari atas atap atau pipa talang bangunan tinggi)
tidak boleh jatuh keluar pekarangan dan harus dialirkan ke bak g) Debit rancangan untuk saluran kawasan dengan Q 5 tahun, sedangkan
peresapan pada kavling bangunan bersangkutan, dan selebihnya ke saluran yang terhubung dengan laut atau sungai dengan Q 25 tahun
saluran umum kota; h) Saluran kawasan dilengkap dengan bak kontrol pada titik pertemuan atau
v. Pemasangan dan perletakkan pipa-pipa dilakukan sedemikian rupa percabangan saluran, man hole dengan jarak setiap 10 m pada saluran
sehingga tidak akan mengurangi kekuatan dan tekanan bangunan; tertutup, sedimen trap (jebakan sedimen) dan trash trap (jebakan sampah).
vi. Bagian-bagian pipa harus dicegah dari kemungkinan tersumbat kotoran; i) Setiap persil di kawasan perencanaan wajib membuat sumur resapan atau
biopori.
 

 
 
 

j) Tidak diperbolehkan melakukan alih fungsi dan pemindahan jaringan b) Berdasarkan jumlah penduduk kawasan perencanaan (desa Gorontalo)
eksisting saluran drainase. proyeksi untuk kebutuhan sarana dan prasarana persampahan
k) Pengembangan jaringan drainase baru harus dengan skala pelayanan direncanakan sebagai berikut:
minimal adalah lingkungan harus mempertimbangkan konektivitas dan i. Di kawasan Penunjang disediakan tong sampah di sepanjang jalan dan
cakupan pelayanan sehingga terintegrasi dengan baik dan bermanfaat disediakan gerobak sampah swadaya oleh masyarakat setempat dengan
(5) Rencana pengembangan sistem sanitasi kawasan perencanaan dengan Muka Air kapasitas sekitar 1 m³ untuk pendistribusian persampahan dari tong-tong
Tanah yang tinggi (kurang dari 2 m dari muka tanah) direkomendasikan dengan sampah menuju TPS terdekat, ritasi pengumpulan dua kali sehari.
System Instalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL) komunal (off site system) terutama ii. Rencana pengadaan TPS dengan kapasitas 2 m³ dan 8 m³ diletakkan di
untuk pengembangan baru dengan STP (Sewage Treatment Plant) beberapa lokasi yang dapat dilewati jalur pengangkutan sampah (skala
a) Secara umum air limbah di kawasan perencanaan diklasifikasikan atas air kota), dengan ritasi pengangkutan ke TPA satu kali sehari.
limbah domestik (rumah tangga) dan air limbah nondomestik (fasilitas umum, (7) Rencana penyediaan jaringan hydrant kebakaran ditempatkan pada lokasi yang
sosial, komersial, dll). mudah ditemukan dan diakses oleh kendaraan pemadam kebakaran, dekat
b) Air limbah domestik terdiri dari sewerage dan sewage. Sewerage merupakan dengan sumber air cadangan, serta jangkauan pelayanan yang luas.
air buangan yang berasal dari dapur dan kamar mandi, sedangkan sewage a) Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal tunggal harus dilindungi
merupakan air buangan yang berasal dari kotoran manusia (tinja). terhadap bahaya kebakaran dengan sistem proteksi aktif dan sistem proteksi
c) Air limbah rumah tangga terbagi menjadi 2 yaitu air limbah aman yang dapat pasif terhadap bahaya kebakaran.
dibuang langsung ke saluran drainase (grey water) seperti air bekas cucian, b) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dengan sistem proteksi pasif
air bekas mandi, dan air limbah yang harus melalui proses terlebih dahulu meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan
(black water) seperti air dari WC. api, kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada
d) Sistem pengelolaan untuk grey water direncanakan disalurkan ke bidang untuk menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asap
resapan ataupun saluran drainase lingkungan. Sedangkan sistem kebakaran.
pengelolaan untuk black water di kawasan perencanaan direncanakan c) Sistem proteksi aktif yang merupakan proteksi terhadap harta milik terhadap
menggunakan sistem setempat (on site sanitation), yang dikelola oleh bahaya kebakaran berbasis pada penyediaan peralatan yang dapat bekerja
masyarakat dan dikelola oleh pemerintah. Sistem pengelolaan yang dikelola baik secara otomatis maupun secara manual, digunakan oleh penghuni atau
oleh pemerintah terbatas pada sarana dan prasarana komunal untuk umum, petugas pemadam dalam melaksanakan operasi pemadaman.
misalnya MCK. d) Lingkungan Perumahan, Perdagangan, dan/atau campuran harus
e) Sistem pengelolaan sanitasi/limbah IPAL Komunal (off site sanitation) untuk direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia sumber air berupa hidran
jangka panjang direncanakan di Kawasan pusat kegiatan (koridor inti-Pasar halaman, sumur kebakaran atau reservoir air dan sarana komunikasi
baru). umum yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk
(6) Penerapan program 3 R (Reuse, Reduce, Recycle) yang memerlukan adanya menggunakannya, sehingga setiap rumah dan bangunan gedung dapat
campur tangan pemerintah, masyarakat dan swasta dalam upaya melakukan dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalan di
sosialisasi melalui partisipasi masyarakat. Reuse, yaitu menggunakan kembali lingkungannya, serta untuk memudahkan penyampaian informasi
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi kebakaran.
lainnya. Reduce, yaitu mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. e) Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan
Recycle, yaitu mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan
produk baru yang bermanfaat. gedung harus tersedia jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat
a) Pengembangan teknik operasional pengelolaan sampah melalui sistem wadah dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran.
individual tidak langsung, yaitu:
i. Pewadahan dan pemilahan jenis sampah organik dan non-organik pada
masing-masing sumber sampah dengan penyediaan tong/bak sampah
pada masing-masing unit rumah/bangunan. Bagian Kedelapan
ii. Pengumpulan sampah dari tempat pewadahan dengan gerobak/motor
sampah menuju tempat penampungan sampah sementara, kemudian Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
dilakukan pemilihan jenis sampah organik dan non-organik. Pasal 25
iii. Pengolahan sampah organik menjadi kompos (composting) untuk
dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman dengan penyediaan lahan (1) Sistem ruang terbuka terdiri dari :
composting, sedangkan sampah non-organik disuplai ke industri a. ruang terbuka hijau; dan
pengolahan untuk didaur ulang. b. ruang terbuka non hijau.
iv. Pengangkutan sisa sampah yang tidak didaur ulang ke TPA.
 

 
 
 

(2) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a meliputi : Bagian Kesembilan
a. jalur hijau tepi jalan; Tata Kualitas Lingkungan
b. tata hijau di tengah jalan atau pulau jalan; Pasal 23
c. taman budaya kota ;
d. pekarangan permukiman rumah kebun; Tata informasi lingkungan agar informative diatur:
e. taman dan daerah tangkapan air di lingkungan permmukiman.
(3) Ruang terbuka non hijau sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi: a. tinggi media informasi paling rendah 2,5 m (dua koma lima meter) dari
a. pelataran parkir; dan permukaan atau trotoar jalur pedestrian;
b. plaza atau pelataran kawasan yang tetap perlu memperhatikan tata hijau. b. tinggi media informasi paling tinggi 6 m (enam meter) dari permukaan jalan;
c. jarak media informasi paling rendah 5 m (lima meter) dari persimpangan, kecuali
rambu-rambu jalan;
Pasal 26 d. media informasi tidak boleh diletakkan di ruang milik jalan kecuali media
(1) Sistem tata hijau perlu memperhatikan aturan: informasi dengan ukuran paling tinggi 1 m2 (satu meter bujursangkar) dan tidak
a. Setiap persil atau pekarangan yang akan didirikan bangunan harus mengganggu sirkulasi pejalan kaki;
direncanakan penghijauannya sesuai dengan KDH. e. desain dan material harus kontekstual dan mendukung citra kawasan; dan
b. KDH sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditentukan atas dasar f. pemilihan warna papan penanda dan tulisan bebas namun memperhatikan
kepentingan pelestarian lingkungan atau resapan air permukaan tanah. kesehatan mata.
(2) KDH pada kawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur sebagai
berikut: Pasal 24

a. Blok Pertigaan Patung Komodo-jl.Wae Mata KDH 60% meliputi hardscape Wajah jalan ditata agar informative, berkarakter khas dan memiliki orientasi tertentu
dengan cara mengatur perabot jalan (street furniture) lingkungannya yang
10% dan softscape 50%
merupakan kesatuan komposisi dari:
b. Blok Jl.Wae Mata-Perempatan Tugu Jam-Jl.Gabriel Gampur KDH 60% a. halte atau shelter angkutan kota meliputi:
meliputi hardscape 10% dan softscape 50% 1. perletakkan halte di kawasan perencanaan pada tiap jarak 300-500 m, dan
c. Blok Jl.Gabriel Gampur-gerbang Bandara Komodo-jl.Mgr.Van Baekhum KDH tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki;
60% meliputi hardscape 10% dan softscape 50% 2. bangunan halte harus dilengkapi dengan nama halte dan diperkenankan
d. Blok Pertigaan Gerai Tenun-Taman Budaya Komodo KDH 60% meliputi untuk memasang reklame;
b. tempat sampah meliputi:
hardscape 10% dan softscape 50%
1. perletakkan tempat sampah ditetapkan pada tiap jarak 40 m atau
e. Blok Taman Budaya Komodo-jl.Soekarno Hatta-pertigaan Patung Komodo disesuaikan dengan perletakan perabot jalan lainnya (halte, penerangan jalan
KDH 60% meliputi hardscape 10% dan softscape 50% dan pedestrian, tempat duduk);
f. Blok Rumah Kebun: 2. perletakkan tempat sampah tidak boleh mengganggu sirkulasi pejalan kaki;
1. KDH di koridor utama kawasan 60% meliputi hardscape 10% dan 3. tempat sampah hanya untuk menampung sampah-sampah kering;
softscape 50% c. bangku jalan meliputi:
2. KDH di lingkungan permukiman 75% meliputi hardscape 10% dan 1. perletakkan bangku jalan ditetapkan pada tiap jarak 40 m atau disesuaikan
dengan tema dan kebutuhan kawasan dan berdekatan dengan tempat
softscape 65%
sampah;
(3) Jenis vegetasi peneduh, pengarah dan taman kota menggunakan spesies lokal 2. perletakkan bangku jalan tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki; dan
atau spesies endemic yang sesuai dengan karakteristik ekosistem kawasan dan 3. bentuk bangku jalan secara fungsional tidak dapat dijadikan sebagai tempat
sesuai fungsinya sebagai pohon peneduh, pengarah dan taman kota. tidur dan atau fungsi lain.
d. pos jaga polisi ditempatkan pada simpul jalan yang potensial terjadi kemacetan
dan tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki;
e. Anjungan Tunai Mandiri (ATM), menjadi bagian dari bangunan gedung;
f. kisi-kisi pohon (tree grating) digunakan sebagai penutup akar pohon
peletakkannya tidak mengganggu pejalan kaki; dan
g. lampu penerangan jalan, pedestrian, parkir, ruang terbuka dan taman:
1. peletakkan lampu penerangan jalan umum ditempatkan pada jalur tanaman
pengarah;
 

 
 
 

2. peletakkan lampu pedestrian ditempatkan diantara pohon peneduh BAB V


dibelakang bangku taman; KETENTUAN PENUTUP
3. jarak peletakan, bentuk dan lumenasi mengacu pada standar teknis yang Pasal 26
berlaku: Pada saat Peraturan Bupati mulai berlaku, setiap orang atau badan yang akan
- ketinggian rendah: dibawah pandang mata, pijar/neon, lampu sorot; membangun bangunan gedung dan/atau bangunan bukan gedung pada Kawasan
- ketinggian sedang: jalur lintas pejalan kaki/mall, tinggi 3 – 4.5 m, Perkotaan Labuan Bajo wajib menyesuaikan dengan Peraturan Bupati ini paling
pijar/merkuri, iluminasi 0.9 – 2.0 footcandle; lama 2 (dua) Tahun.
- ketinggian tinggi: daerah komersial /jalan raya, tinggi 9 – 15 m, natrium
tegangan tinggi/merkuri, iluminasi 0.6 – 2.0 footcandle;
- ketinggian sangat tinggi: daerah parkir dan ruang terbuka, 9 – 30 m, Pasal 27
natrium tegangan tinggi/merkuri, iluminasi 1.0 – 2.0 footcandle; Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- pada jalur jalan raya dilengkapi lampu jalan (jarak ± 40 m/unit);
- jalur pedestrian dilengkapi lampu pedestrian (jarak ± 20 M/unit); dan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan bupati
- taman sebaiknya dilengkapi lampu taman; ini dengan menempatkannya dalam berita daerah Kabupaten Manggarai Barat.
 
h. sumber tenaga listrik menggunakan sistem tenaga surya (solar system);  
i. lampu penerangan umum dan lampu pedestrian tidak digunakan untuk  
menempatkan reklame tempel, spanduk, selebaran atau lainnya; dan  
j. bentuk perabot jalan (street furniture) pada huruf a hingga g dianjurkan  
bercirikan dan mencitrakan khas lokal serta menjadi kesatuan komponen desain Ditetapkan di Labuan Bajo, Diundangkan di Labuan Bajo,
yang harmonis dalam membentuk wajah jalan. Pada tanggal …… Pada tanggal ……

Bagian Kesepuluh
Mitigasi Bencana BUPATI MANGGARAI BARAT, SEKRETARIS KABUPATEN
Pasal 25 MANGGARAI BARAT,

(1) Sistem peringatan dini (early warning system) terhadap bencana alam (banjir
atau tsunami, kebakaran) disiapkan oleh Pemerintah Daerah dengan proses
sosialisasi
(2) Escape area atau tempat evakuasi sementara untuk bencana adalah kawasan .............................................. .............................................
yang ditetapkan oleh PEMDA setempat dengan kriteria lokasi bebas ancaman    
bencana, area luas dan mampu menampung penduduk terdampak bencana,  
mudah dijangkau dan cepat diakses oleh penduduk sekitar
(3) Escape area dilengkapi dengan escape building dan fasilitas penunjang lainnya
(4) Jalur evakuasi atau penyelamatan menggunakan jaringan jalan BERITA DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT TAHUN …. NOMOR ..
(5) Rambu jalur, arah evakuasi, dan titik kumpul disiapkan oleh Pemerintah
Kabupaten.

 
 
 

LAMPIRAN-LAMPIRAN PERATURAN BUPATI

1. LAMPIRAN PETA BATAS PERENCANAAN RTBL KAWASAN PERKOTAAN LABUAN


BAJO.
2. LAMPIRAN PETA BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN PERENCANAAN RTBL
KAWASAN PERKOTAAN LABUAN BAJO.
3. LAMPIRAN PETA PEMANFAATAN RUANG
4. LAMPIRAN PETA INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
 

 
 
RENCANA KAWASAN RTBL
RENCANA KAWASAN RTBL
GERBANG KAWASAN BANDARA - KORIDOR WAE MATA
GERBANG KAWASAN BANDARA - KORIDOR WAE MATA
GERBANG KAWASAN BANDARA - KORIDOR WAE MATA
GERBANG KAWASAN BANDARA - KORIDOR WAE MATA
JAM KOTA (Perempatan Jl Mgr Van Backhum-Koridor Wae Mata)
JAM KOTA (Perempatan Jl Mgr Van Backhum-Koridor Wae Mata)
PATUNG KRISTUS DAMAI (Pertigaan Koridor Wae Mata – Jl. Sukarno –Hatta)
PATUNG KRISTUS DAMAI (Pertigaan Koridor Wae Mata – Jl. Sukarno –Hatta)
PATUNG KRISTUS DAMAI (Pertigaan Koridor Wae Mata – Jl. Sukarno –Hatta)
PATUNG KRISTUS DAMAI (Pertigaan Koridor Wae Mata – Jl. Sukarno –Hatta)
PATUNG KRISTUS DAMAI (Pertigaan Koridor Wae Mata – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
KONSEP DESAIN ‘PANGGUNG BUDAYA/RAKYAT , KULINER & KIOS KERAJINAN
TANGAN, PASAR SENI’ DI PERTIGAAN PEDE

PENDOPO & MUSEUM BUDAYA


(500 m2)

GALERI KULINER 1
(250 m2)

PANGGUNG RAKYAT/ FESTIVAL BUDAYA

INFORMASI & KULINER 2


(250 m2)
INVESTASI

KERAJINAN
(500 m2)
KULINER 1
(250 m2)

PENDOPO & MUSEUM BUDAYA


(500 m2)
KULINER 2
(250 m2)

GALERI
KERAJINAN
(500 m2)

INFORMASI &
INVESTASI
PANGGUNG RAKYAT/ FESTIVAL BUDAYA
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)

Dari Arah Depan

Dari Arah Belakang


TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN BUDAYA KOTA (Pertigaan Koridor Pantai Pede – Jl. Sukarno –Hatta)
TAMAN KECAMATAN
“Gerai Kain Tenun”
(Pertigaan Jl Mgr Van Backhum-Jl Gabriel Gampur)
TAMAN KECAMATAN
“Gerai Kain Tenun”
(Pertigaan Jl Mgr Van Backhum-Jl Gabriel Gampur)
PATUNG KOMODO
(Pertigaan Jl. Sukarno Hatta – Koridor Wae Matta)
PATUNG KOMODO
(Pertigaan Jl. Sukarno Hatta – Koridor Wae Matta)
PATUNG KOMODO
(Pertigaan Jl. Sukarno Hatta – Koridor Wae Matta)
BEST VIEW KOTA-LAUT
“Rest Area & Kuliner”
(Pertigaan Jl. Sukarno Hatta – Koridor Wae Matta)
BEST VIEW KOTA-LAUT
“Rest Area & Kuliner”
(Pertigaan Jl. Sukarno Hatta – Koridor Wae Matta)
BEST VIEW KOTA-LAUT
“Rest Area & Kuliner”
(Pertigaan Jl. Sukarno Hatta – Koridor Wae Matta)
KONSEP DESAIN ‘FLOATING SQUARE’ TAMAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
PUSAT LINGKUNGAN RUMAH KEBUN/ KAMPUNG HIJAU
Di Daerah Rendah / Tangkapan Air
PUSAT LINGKUNGAN RUMAH KEBUN/ KAMPUNG HIJAU
Di Daerah Rendah / Tangkapan Air
Koridor jalan Wae Mata
Koridor jalan Wae Mata
Koridor jalan Wae Mata
Typical Koridor Jalan segmen Perdagangan
Typical Koridor Jalan segmen Perdagangan
Koridor jalan permukiman
Koridor jalan permukiman
Koridor jalan permukiman
Koridor jalan permukiman

Anda mungkin juga menyukai