Anda di halaman 1dari 187

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT KOMUNITAS DI KOTA PALEMBANG

(Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program
Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya)

DISUSUN OLEH:

LISZA LUKITA
03121006012

DOSEN PEMBIMBING:
DR. JOHANNES ADIYANTO, ST, MT
LISTEN PRIMA, ST, M.Planning

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
RINGKASAN

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT KOMUNITAS DI KOTA


PALEMBANG
Karya tulis ilmiah ini berupa skripsi, 2016

Lisza Lukita; Dibimbing oleh Dr. Johannes Adiyanto, S.T., M.T dan Listen Prima, S.T.,
M.Planning.
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
164 halaman, 67 gambar, 39 tabel

RINGKASAN

Komunitas muncul dari sekelompok orang yang mempunyai ketertarikan dan minat
yang sama. Di Palembang komunitas berkembang cukup pesat. Perkembangan kegiatan
komunitas tersebut tidak diimbangi dengan fasilitas yang tersedia. Fasilitas yang ada sekarang
keberadaannya masih kurang memadai dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk
menampung kegiatan komunitas yang sedang berkembang di Palembang. Mengambil lokasi
perancangan di Pusat Kota Palembang, agar menunjang perancangan Pusat Komunitas ini
sehingga dapat di jangkau oleh semua kalangan serta sebagai wadah interaksi dan aktivitas
komunitas yang multifungsi, yakni: seni, hobi, olahraga dan komersil. Agar terciptanya
interaksi, rasa kebersamaan, dan keakraban antar komunitas sehingga diwujudkan dengan
menggunakan konsep Simbiosis dalam Arsitektur oleh Kisho Kurokawa dalam perancangan
Pusat Komunitas ini. Konsep Simbiosis diartikan sebagai hubungan antara dua fungsi atau
lebih, yang dapat berdiri sendiri namun juga dapat berinteraksi antar sesama dan dapat saling
menguntungkan. Filosofi Simbiosis yang diambil yaitu Intermediary Space (Ruang Antara)
yang di implementasikan pada perencanaan gubahan massa, fasad bangunan serta tata ruang
luar dan dalam pada Pusat Komunitas di Kota Palembang. Dengan memperhatikan kebutuhan
dan aktifitas serta kenyamanan yang optimal yang kemudian diwujudkan dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada serta mengolah sirkulasi yang efektif dan efisien. Sehingga dengan
adanya sebuah Pusat Komunitas ini akan semakin meningkatkan kualitas komunitas yang ada
di kota Palembang.

Kata Kunci: Komunitas, Interaksi, Aktivitas, Simbiosis


SUMMARY

PLANNING AND DESIGNING PALEMBANG COMMUNITY CENTRE


Scientific Paper in the form of Skripsi, 2016

Lisza Lukita; Supervised by Dr. Johannes Adiyanto, S.T., M.T and Listen Prima, S.T.,
M.Planning
Department of Architecture, Faculty of Engineering, Sriwijaya University
164 pages, 67 pictures, 39 tables

SUMMARY

Community develops from a group of people who have an affinity and common
interests. In Palembang, community is growing rapidly. The development of community
activities are not following by the facilities available. Amenities current whereabouts is still
inadequate in providing facilities and infrastructure to accommodate the growing community
activities in Palembang. Taking design locations in Center of Palembang City, in order to
support the Community Center's design so that it can be reached by all people as well as a
forum for interaction and community activities such as: arts, hobbies, sports and commercial.
In order to create interaction, a sense of togetherness and familiarity among the communities,
the concept is Symbiosis in Architecture by Kisho Kurokawa in the design of this Community
Center. Symbiosis concept is defined as a relationship between two or more functions, which
can stand alone, as well as interacts with each other and be mutually beneficial. Symbiosis
taken that philosophy Intermediary Space are implemented on a mass composition planning,
building facades and spatial planning outside and inside the Community Center in the city of
Palembang. By paying attention to the needs and activities as well as optimal comfort which
then manifested in the use of existing spaces and circulation process is effective and efficient.
So with the existence of a Community Centre will further improve the quality of existing
communities in the city of Palembang.

Keywords: Community, Interaction, Activities, Symbiosis


ABSTRAK
Lukita" Lisza "Perencanaan dan Perancangan Pusat Komunitas di Kota Palembang"
Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sriwiiaya Kampus lndralaya,
Jalan Palembang-Prabumulih Km 32 lndralaya-Ogan Ilir
liszalukitatO.v.ahoo.com

Komunitas muncul dari sekelompok orang yang mempunyai ketertarikan dan minat
yang sama. Di Palembang komuritas berkembang cukup pesat. Perkembangan kegiatan
komunitas tersebut tidak diimbangi dengan fasilitas yang tersedia. Fasilitas yang ada sekarang
keberadaannya masih kurang memadai dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk
menampung kegiatan komunitas yang sedang berkembang di Palernbang. Mengambil lokasi
perancangsn di Pusat Kota Palembang, agar menunjang perancargan Pusat Komunitas ini
sehingga dapat di jangkau oleh semua kalangan serta sebagai wadah interaksi dan akivitas
komunitas yang multifungsi, yakni: seni, hobi, olahraga dan komersil. Agar terciptanya
interaksi, rasa kebersamaan, dan keakraban antar komrmitas sehingga diwujudkan dengan
menggunakan konsep Simbiosis dalam Arsitektur oleh Kisho Kurokawa dalam perancangan
Pusat Komunitas ini.'Konsep Simbiosis diartikan sebagai hubungan antara dua fungsi atau
lebih, yang dapat berdiri sendiri namun juga dapat berinteraksi antar sesama dan dapat saling
menguntungkan. Filosofi Simbiosis yang diambil yaitu Intermediary Space (Ruang Antara)
yang di implementasikan pada p€rencanaan gubahm Bassa, fasad bangunan serta tata ruang
luar dan dalam pada Pusat Komunitas di Kota Palembang. Dengan memperhatikan kebutuhan
dan aktifitas serta kenyamanan yang optimal yang kemudian diwujudkan dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada serta mengolah sirkulasi yang efektif dan efisien. Sehingga dengan
adanya sebuah Pusat Komunitas ini akan semakin meningkatkan kualitas komunitas yang ada
di kota Palembang.

Kab Kunci: Komunitas, tnteraksi, Aktivitas, Simbiosis

Meryetujui, Menyetujui,
Dosen Pembimbing I

.197$9262fi)6041002 MP. 198s02072W8122002

Ph.
NIP. 19581220198503 1002

ffii
ABSTRACT
Lukita, Lisza "Planning and Designing PalembangCowmunity Cenler"
Depatment of Architecture, Faculty of Engineeting, Sriwiiatra University
Palembang-Prabumulih Km 32 Indralaya'Ogan Itir
lisral ukita@yahco.qolo

Comnt*ity develops from a group of people wha htne an affmity and comman
interests. In Palembang, community is growing raptdly. The development at community
activities are not following by the facilities available. Amenities cw. eilt whereabouts is srill
lnadequate tn providtngfactltties and infrastrueture ta accommodate the gruswing commanity
activities in Polembang. Taking design locations in Center of Paleubang City, in order to
supporl the Commtmity Center's design so that it can be reached by all peaple os well as a
foiumfar interactlon (md eon t tuntty aetivities swh as: arts, hobbies, sparts urd eammercial.
In order to creote inteyaction, o sense af ngUherness andfamiliarity among the communities,
the concept is Syrnliosis in Architecture by Kisha Kurokqwa in the design af this Community
Ccnter. iymbiosis coneept is defined as a relationship between twa or more frmctians, whieh
csn stand alone, as $all as interacts v,ith each other and be mutually beneficial. Symbiosis
taken thot philosophy Intermediary Space ore implemented on a rrntss composition plonning,
buildtrigfacades and spatial planning outside and inside the Cammwtity Center in the city of
Palemiang. By paying attentian to the needs and activities as well as optimal camlort which
then manifested in the use of existing spcrces and circulation process is ffictive and efficient.
So wtth ihc efistcnee al a Community Ceiltre will fu*her improve the quality of existing
communities in the city af Palenbang.

Keywards : Cammunity, Interacl ion, Act ivit ies, Synbios is

Listen Prima. S.T.. M.Plrnnine


.19740926,;006041002 NIP. r 9850207 2008122042

Accepted by,
Head of Departotepl Architeeture
Sriwijaga Univercity

NrP. t 958 1220198503 I 002


ZIU.ry00IZT€O'ruIN
Et.tvflI,TIUS.PI
6u.(qanpul
9I0Z reque^o1q
'undedets rrup uuuqud
Bduul usp Jepes ussp€e{ tuulsp pnq e,(es mt uutlulured 'ueplpnq
"pe
'n>plJeq Eue,( uemle renses etfufmpg sersrellun lrep >lturePe{?
r$lrrus Brulreueu e{us uleru 'rut lsdu{g IuBIBp prEe1d4le1ut{[ued
"lpesreq
msrm u.ElFure}Ip egqudy .rfe1d7uap1d1[ued lrs?q ualnq uep Eurqurrqurad u4t
rEurdureprp lrlpues Brftu>I pseq tre>pdrueul edus lsdp1s sltrwq ue1up,(ue6
'8uuqunp4
slo) : Inpnf
Ip swrtrtuo)psnd ueStncuere4 uup IrBuIIuflIaIod
zr0900rzlg0 : I^{IN
e}p[rq€zq'I : ?TIIBN
:rrtr rtrB/rcq1p uufueepuqeq Etma
SVIIUCf,INI hIvVIVANUfld NVIAMTVH
I

HALAMAN PENGESAHAN

PERENCANAAN DAN PERANCAIT{GAhI


PUSAT KOMUNITAS DI KOTAPALEMBANG

LAFORAN TUGAS AKHIR


Diqiukm LhftMensnrhi Salah Satu Sytrd Mernpercktr @r
Sa{ana Tdmfr PadaFakultas Tdmik
Universitas Sriwijaya

Oldt:
Lisrr Lukita
tu}tr Gttr110ffi012

Inderalay4 November 2016


Menyetujuin Menyetnjui,
I

;L
Dosen Pembimbing Docen Pembimbing 2

Lf,*ten Primr" S.T.. lfl.Plenninq


NrP. 1985q2Ir72{t0B1X2W),

Mengehhui,
Ilekan Fekultas Teknik
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah berupa Laporan Tugas Akhir ini


dengan "Iudul "Perencanaon dan
perancangan pusat Komunitas di Kota Palembang" telah dipertaharkan di hadapan Tim

Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Teknik pada tanggal4 November 2016'

Indralaya, November 2016

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah berupa Laporan Tugas Akhir:

G
Dosen Penguji:

l. tr. Ari Siswanto, MCR?., Ph.D.


NIP. 195812201 98503 1002

2.

1.
Primadella, S.T., M.T.
NrP. 1983091 82008012003

Dosen Pembimbing:

Dr. Johannes AdiYanto, S.T., M.T


W
NIP. 1 97409262006A41 002
2. Listen Prima, S.T., M.Planning.
NIP. 1 98s02A7 2AA8u2AA2

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Arsitektur

; m";ti*as sriwijaya
r:.i
f
'.ii

,."j

i:l
il:.

i:,
i.
LEMBAR PENGESAHAN
i.
,:,:

',

PD,RENCANAAN DAN PERANCANGAN


PUSAT KOMUNITAS DI KOTA PALEMBANG
Landasan Konseptual Perencanasn dan Perancangan

Oleh:
Lisza Lukita
NrM.03121006012

Palembang, November2016

Menyetujui,

Dosen Penguji I Dosen Penguji 2

NIP. 195812201985031002

Mengetahui,
Ketua ProgrmQtgli Teknik Arsitektur
Sriwijaya
zr090/0tztso'I^trN
?fi.rltrFTrusm
gl0z requeaoN (BdclB.rpul
'rmdedels lr"p rruc$pd
upu eduel rrup Jsp?s rrsupee{ ur?lep }enQ e,(es pt ueup,(urad 'ual4luleq
'Uorltn Eulpuodsauoc)
rsuepuodsarc4 qlnusd pEuqes Eurqrulqued ue:lleduleueru >lnttm n[nps ules
1ul snsu{ uml?11 'el(ss ueplleued e,fto1 uulsurytqndueu rypp mqs] n1es u)fe&t.
urel?p ullqede Truepu>p ueEultuedsl {nlun efes uurqleusd FseI{ ue>llse>luqnduletu
{ntun a(efirnpg sp$srellun uep Eurqulqured epede>1 uFI rru>pequle6
'Ewquqea
sloy 1p sv1rurulo)psnd uu8uecuen4lr?p uutsupcuand : Inpnf
zr0900tzlg0 : I^{IN
slHn'I?zsl'I : SIIIBN
:lr{ rlumoqlp uuftra epmgeg ftma
ISYXITtrOd NvffOIflSf,fld TIYVJ.YANUfld NYfitYTYE
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas petunjuk, rahmat serta karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Perencanaan
dan Perancangan Pusat Komunitas di Kota Palembang” ini sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam meraih gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Arsitektur
Universitas Sriwijaya.
Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:

1. Allah SWT karena izin-Nya lah penulis dapat membuat laporan ini.
2. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan
dorongan.
3. Bapak Ir. Ari Siswanto, MCRP, PhD, selaku Ketua Jurusan Teknik
Arsitektur Universitas Sriwijaya.
4. Bapak Dr. Johannes Adiyanto, ST, MT dan Ibu Listen Prima ST,
M.Planning, selaku pembimbing saya selama proses penulisan laporan
perancangan tugas akhir ini, terima kasih atas semua bimbingan dan ilmu
yang sangat bermanfaat.
5. Seluruh Dosen-dosen dan tata usaha di Program Studi Teknik Arsitektur
Universitas Sriwijaya.
6. Semua teman-teman dan sahabat-sahabat di Arsitektur Unsri, ardina, hani,
desi, melati dan ajeng.
7. Teman-teman se-arsitektur seperjuangan, terkhusus angkatan 2012.

Universitas Sriwijaya
ii

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dapat menjadi bahan diskusi untuk perbaikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.

Palembang, 9 November 2016

Lisza Lukita

Universitas Sriwijaya
iii

DAFTAR ISI

Abstrak
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................................. vi
Daftar Tabel .................................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Sasaran ................................................................................ 3
1.4 Ruang Lingkup ....................................................................................... 3
1.5 Metode Penulisan ................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 5
1.7 Kerangka Berpikir .................................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1. Definisi dan Pemahaman Proyek .......................................................... 7
2.2. Pedoman Proyek ................................................................................... 15
2.4. Tinjauan Fungsional .............................................................................. 26
2.4.1. Aktivitas ......................................................................................... 26
2.4.2. Fasilitas .......................................................................................... 36
2.3. Studi Preseden (secara fungsional dan tematik) .................................... 55
BAB III METODE PERANCANGAN ........................................................ 72
3.1. Pentahapan Kegiatan Perancangan ....................................................... 72
3.1.1. Pengumpulan Data Penunjang Perancangan .................................. 72
3.1.2. Analisa Pendekatan Perancangan ................................................... 74
3.2. Elaborasi Tema Perancangan ................................................................ 80

Universitas Sriwijaya
iv

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN .............. 81


4.1. Analisa Fungsional ................................................................................ 81
4.2. Analisa Spasial dan Geometri ............................................................... 89
4.3. Analisa Kontekstual .............................................................................. 115
4.4. Analisis Enclosure ................................................................................ 129
4.1.1. Arsitektural ..................................................................................... 129
4.1.2. Struktural ........................................................................................ 131
4.1.3. Utilitas .......................................................................................... 135
BAB V KONSEP PERANCANGAN ............................................................ 149
5.1. Konsep Dasar Perancangan ................................................................... 149
5.2. Konsep Perancangan Tapak .................................................................. 150
5.2.1 Konsep Zonasi Tapak ...................................................................... 150
5.2.1 Sirkulasi dan Pencapaian ................................................................ 152
5.2.2 Tata Massa ...................................................................................... 152
5.2.3 Tata Hijau ........................................................................................ 152
5.3. Konsep Perancangan Arsitektur ............................................................ 153
5.3.1 Gubahan Massa ............................................................................... 153
5.3.2 Fasade Bangunan ............................................................................ 154
5.3.3 Tata Ruang Dalam ........................................................................... 155
5.4. Konsep Perancangan Struktur ............................................................... 159
5.4.1 Sistem Stuktur ................................................................................. 159
5.4.2 Material ........................................................................................... 160
5.5. Konsep Perancangan Utilitas ................................................................ 160
5.5.1 Tata Air ........................................................................................... 160
5.5.2 Tata Cahaya ..................................................................................... 163
5.5.3 Tata Udara ....................................................................................... 163
5.5.4 Tata Suara ........................................................................................ 164
5.5.5 Transportasi ..................................................................................... 164
5.5.6 Sampah ............................................................................................ 164
5.5.7 Penangkal Petir ................................................................................ 164

Universitas Sriwijaya
v

5.5.8 Komunikasi Listrik ......................................................................... 164


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 165
LAMPIRAN
LAPORAN PERANCANGAN

Universitas Sriwijaya
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penataan Layout Panggung .......................................................... 35


Gambar 2.2 Layout Panggung dengan Tirai ................................................... 36
Gambar 2.3 Layout Tempat Duduk Secara Vertikal (1) ................................. 37
Gambar 2.4 Layout Tempat Duduk Secara Vertikal (2) .................................. 37
Gambar 2.5 Sudut Maksimal untuk Melihat ................................................... 38
Gambar 2.6 Batas Sudut Gerakkan Kepala Penonton ..................................... 38
Gambar 2.7 Layout Tempat Duduk pada Auditorium (1) ............................... 39
Gambar 2.8 Layout Tempat Duduk pada Auditorium (2) .............................. 39
Gambar 2.9. Potongan Tempat Duduk pada Balkon ....................................... 40
Gambar 2.10. Layout Tempat Duduk untuk Difabel ...................................... 40
Gambar 2.11 Denah dan Potongan Kursi Teater ............................................ 41
Gambar 2.12 Konstruksi Pintu Akustik .......................................................... 42
Gambar 2.13 Pandangan yang Baik ................................................................ 42
Gambar 2.14 Layout Area Kompetisi Classic Slaloom (1).............................. 43
Gambar 2.15 Layout Area Kompetisi Classic Slaloom (2) ............................. 43
Gambar 2.16 Ilustrasi Lintasan BMX ............................................................. 44
Gambar 2.17 Contoh Pola Sirkulsi Penonton ................................................. 47
Gambar 2.18 Desain Rencana Sirkukasi ......................................................... 47
Gambar 2.19 Penempatan Karya Seni ............................................................ 48
Gambar 2.20 Aransemen Karya ...................................................................... 48
Gambar 2.21 Contoh Label ............................................................................. 49
Gambar 2.22 Contoh Posisi Tabel .................................................................. 49
Gambar 2.23 Tata Lampu ............................................................................... 50
Gambar 2.24 Tata Cahaya ............................................................................... 50
Gambar 2.25 Lebar Lintasan Publik Utama .................................................... 51
Gambar 2.26 Area Penjualan Tipikal .............................................................. 51
Gambar 2.27 Tinggi Konter Penjualan ........................................................... 51

Universitas Sriwijaya
vii

Gambar 2.28 Gelanggang Bulungan Jakarta ................................................... 52


Gambar 2.29 Gedung Olahraga Bulungan ...................................................... 53
Gambar 2.30 Grand Theataer Taman Ismail Marzuki .................................... 55
Gambar 2.31 Grand Theater TIM ................................................................... 56
Gambar 2.32 Interior Grand Theater TIM ...................................................... 56
Gambar 2.33 Graha Bhakti Budaya ................................................................ 56
Gambar 2.34 Interior Galeri Cipta TIM .......................................................... 57
Gambar 2.35 Komunitas Salihara ................................................................... 58
Gambar 2.36 Siteplan Komunitas Salihara ..................................................... 61
Gambar 2.37 Denah Teater Salihara ............................................................... 61
Gambar 2.38 Serambi Salihara ........................................................................ 62
Gambar 2.39 Teataer Salihara ......................................................................... 62
Gambar 2.40 Galeri Salihara ........................................................................... 63
Gambar 2.41 Gerai Salihara ............................................................................ 63
Gambar 2.42 Kedai Salihara ........................................................................... 64
Gambar 2.43 Studio Tari ................................................................................. 64
Gambar 2.44 Ruang Serbaguna ...................................................................... 64
Gambar 2.45 Wisma Salihara ......................................................................... 65
Gambar 2.46 Teater Atap ................................................................................ 65
Gambar 2.47 Perpustakaan Salihara ............................................................... 66
Gambar 3.1 Nagoya City Art Museum ........................................................... 73
Gambar 3.2 Nagoya City Art Museum ........................................................... 74
Gambar 3.3 Saitama Prefectural Museum of Modern Art .............................. 74
Gambar 3.4 Wakayama Museum of Modern Art ............................................ 75
Gambar 4.1 Alternatif Tapak 1 ....................................................................... 116
Gambar 4.2 Alternatif Tapak 2 ....................................................................... 117
Gambar 4.3 Regulasi Tapak ............................................................................ 120
Gambar 4.4 Eksisting Tapak ........................................................................... 121
Gambar 4.5 Analisa Visibilitas ....................................................................... 122
Gambar 4.6 Klimatologi .................................................................................. 123

Universitas Sriwijaya
viii

Gambar 4.7 Analisa Penzoningan Tapak ........................................................ 124


Gambar 4.8 Analisa Pencapaian dan Sirkulasi ............................................... 125
Gambar 4.9 Analisa Vegetasi .......................................................................... 128
Gambar 5.1 Konsep Zonasi Tapak .................................................................. 148
Gambar 5.2 Sirkulasi dan Pencapaian ............................................................. 149
Gambar 5.3 Tata Massa ................................................................................... 150
Gambar 5.4 Tata Hijau .................................................................................... 151
Gambar 5.5 Konsep Gubahan Massa .............................................................. 153
Gambar 5.6 Konsep Fasade Bangunan ........................................................... 154
Gambar 5.7 Konsep Tata Ruang Dalam ......................................................... 155

Universitas Sriwijaya
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Lokasi Kegiatan .................................................................. 16


Tabel 2.2 Kriteria Lokasi Kegiatan .................................................................. 16
Tabel 2.3 Kriteria Lokasi Kegiatan .................................................................. 17
Tabel 2.4 Data Kriteria Tapak ......................................................................... 18
Tabel 2.5 Kelompok Komunitas ..................................................................... 25
Tabel 2.6 Kegiatan Pusat Komunitas .............................................................. 32
Tabel 2.7 Dimensi yang direkomendasikan untuk panggung ......................... 36
Tabel 2.8 Spesifikasi Fasilitas Seni ................................................................. 41
Tabel 2.9 Kriteria dan Standar Ukuran Lintasan BMX .................................. 45
Tabel 2.10 Studi Preseden Bangunan Pusat Komunitas ................................ 69
Tabel 2.11 Kesimpulan Aspek Tapak dan Lingkungan .................................. 70
Tabel 2.12 Kesimpulan Aspek Bangunan ....................................................... 70
Tabel 3.1 Elaborasi Tema ............................................................................... 78
Tabel 4.1 Asusmsi Jumlah Pengelola .............................................................. 80
Tabel 4.2 Asusmsi Jumlah Penguna ................................................................ 80
Tabel 4.3 Asusmsi Jumlah Penyewa ............................................................... 81
Tabel 4.4 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Pengelola................... 82
Tabel 4.5 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Pengguna................... 84
Tabel 4.6 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Penyewa .................... 85
Tabel 4.7 Waktu Aktivitas Pengguna .............................................................. 87
Tabel 4.8 Analisa Pengelompokkan Ruang dan Sifat Ruang .......................... 89
Tabel 4.9 Tabel Besaran Ruang Kelompok Pengelola .................................... 91
Tabel 4.10 Tabel Besaran Ruang Kelompok Komunitas Seni ........................ 92
Tabel 4.11 Tabel Besaran Ruang Kelompok Komunitas Olahraga ................ 93
Tabel 4.12 Tabel Besaran Ruang Kelompok Komunitas Hobi ....................... 94
Tabel 4.13 Tabel Besaran Ruang Kelompok Fasilitas Komersil .................... 95
Tabel 4.14 Asumsi Luas Plaza dan Lapangan ................................................ 96

Universitas Sriwijaya
x

Tabel 4.15 Asumsi Kebutuhan Ruang Parkir .................................................. 97


Tabel 4.16 Luas Total Keseluruhan Bangunan ............................................... 97
Tabel 4.17 Asumsi Area Luas Lantai Dasar ................................................... 98
Tabel 4.18 Luas Lahan Tanpa Penghijauan .................................................... 98
Tabel 4.19 Matriks Ruang Kelompok Pengelola ............................................ 105
Tabel 4.20 Matriks Ruang Grand Teater ......................................................... 106
Tabel 4.21 Matriks Ruang Kelompok Komunitas Seni .................................. 107
Tabel 4.22 Matriks Ruang Kelompok Komunitas Olahraga ............................ 108
Tabel 4.23 Matriks Ruang Kelompok Komunitas Hobi ................................. 109
Tabel 4.24 Matriks Ruang Kelompok Fasilitas Komersil ............................... 110
Tabel 4.25 Tata Massa Bangunan ................................................................... 104
Tabel 4.26 Perbandingan Alternatif Tapak ..................................................... 109

Universitas Sriwijaya
xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Alur Tema Perancangan ................................................................. 72


Bagan 4.1 Struktur Organisasi Pengelola Pusat Komunitas Palembang ......... 79
Bagan 4.2 Alur Aktivitas Kelompok Pengelola .............................................. 82
Bagan 4.3 Alur Aktivitas Kelompok Pengguna Utama .................................. 83
Bagan 4.4 Alur Aktivitas Kelompok Pengunjung ........................................... 83
Bagan 4.5 Alur Aktivitas Kelompok Penyewa ............................................... 85
Bagan 4.6 Skema Organisasi Makro ............................................................... 102
Bagan 4.7 Skema Organisasi Mikro lantai 1 ................................................... 103
Bagan 4.8 Skema Organisasi Mikro lantai 2 ................................................... 104
Bagan 4.9 Analisa Detektor Lampu ................................................................ 136
Bagan 4.10 Analisa Listrik .............................................................................. 137
Bagan 4.11 Analisa Penghawaan Buatan ........................................................ 139
Bagan 4.12 Analisa Distribusi Air Bersih ....................................................... 142
Bagan 4.13 Analisa Distribusi Air Bekas ....................................................... 143
Bagan 4.14 Analisa Distribusi Air Kotor ........................................................ 143
Bagan 4.15 Analisa Distribusi Genset ............................................................ 144
Bagan 4.16 Analisa Proteksi Kebakaran ......................................................... 145
Bagan 4.17 Analisa Saluran Komunikasi ........................................................ 146
Bagan 4.18 Analisa Pembuangan Sampah ...................................................... 146
Bagan 5.1 Skema Konsep Distribusi Air Bersih ............................................. 160
Bagan 5.2 Skema Konsep Distribusi Air Bekas .............................................. 161
Bagan 5.3 Skema Konsep Distribusi Air Kotor ............................................... 162
Bagan 5.4 Skema Konsep Tata Udara.............................................................. 163
Bagan 5.5 Skema Konsep Penangkal Petir ..................................................... 165
Bagan 5.6 Skema Distribusi Listrik ................................................................ 166

Universitas Sriwijaya
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Palembang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan serta salah
satu kota terbesar di pulau Sumatera dan merupakan kota yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Jumlah penduduk Kota
Palembang juga meningkat setiap tahunnya baik berdasarkan golongan umur
maupun jenis kelamin.
Sekarang ini di kota Palembang telah tersedia banyak fasilitas umum, antara
lain adalah rumah sakit, stadion olahraga, pusat perbelanjaan, stasiun kereta api,
terminal bus dan institusi pendidikan (TK-SD-SLTP-SLTA-Perguruan Tinggi).
Namun belum adanya suatu fasilitas umum yang berkaitan dengan aspek sosio-
kultural, yang mewadahi berbagai komunitas yang ada di Palembang. Fenomena
komunitas juga merebak di kota-kota besar di Indonesia, tidak terkecuali di kota
Palembang. Komunitas ini dibentuk oleh beberapa kalangan dari semua umur yang
dibentuk karena memiliki energi yang lebih dan mempunyai minat di bidang
tertentu. Komunitas berkembang secara bertahap bergantung pada tujuan dan
kemampuan mengelola orang-orang yang tergabung didalamnya. Adanya kondisi
yang memfasilitasi ini membuat kecintaan seseorang terhadap suatu hal dapat
tersalurkan, realita ini memunculkan beragam komunitas. Para komunitas ini sering
melakukan gathering atau berkumpul baik internal komunitas maupun antar
komunitas, selain gathering komunitas ini juga sering mengadakan event/acara baik
rutin maupun tidak rutin.
Perkembangan kegiatan komunitas tersebut di Palembang tidak diimbangi
dengan fasilitas yang tersedia. Hal ini terlihat bahwa belum adanya tempat khusus
bagi masyarakat yang bisa menampung aktivitas olahraga, rekreasi, pengembangan
bakat dan seni. Fasilitas yang ada sekarang terbuka untuk umum dan belum ada satu
tempat yang terpadu dan keberadaannya masih kurang memadai dalam menyediakan
sarana dan prasarana untuk menampung kegiatan komunitas yang sedang

Universitas Sriwijaya
2

berkembang di Palembang dalam pengembangan bakat seni, hiburan/rekreasi


maupun olahraga.
Oleh karena itu, diperlukan fasilitas yang mampu menumbuhkan dan
meningkatkan keterampilan, minat, dan kreatifitas masyarakat Palembang. Pusat
Komunitas di Kota Palembang ini diharapkan menjadi sebuah tempat yang dapat
menampung aktivitas berbagai komunitas dalam aspek sosial, kultur-edukatif dan
juga rekreatif. Pusat Komunitas di Kota Palembang terdiri dari fasilitas untuk
komunitas yang dibagi berdasarkan minat yaitu terdiri dari komunitas seni,
komunitas olahraga dan komunitas hobi. Selain itu komunitas juga dapat
menggunakan Pusat Komunitas ini dalam berbagai kegiatan yang sifatnya sosial,
cultural, edukatif dan rekreatif seperti mengadakan pameran seni, seminar, pentas
teater atau musik, olahraga dan lain-lain.
Agar terciptanya interaksi, rasa kebersamaan, dan keakraban antar komunitas
sehingga diwujudkan dengan menggunakan konsep Simbiosis dalam Arsitektur oleh
Kisho Kurokawa. Konsep Simbiosis diartikan sebagai hubungan antara dua fungsi
atau lebih, yang dapat berdiri sendiri namun juga dapat berinteraksi antar sesama dan
dapat saling menguntungkan. Filosofi Simbiosis yang diambil yaitu Simbiosis
Arsitektur dan Alam, Simbiosis Manusia dan Teknologi, Simbiosis Masa Lalu dan
Masa Depan, serta Simbiosis Interior dan Eksterior, yang di implementasikan pada
perencanaan dan perancangan Pusat Komunitas di Kota Palembang. Dengan
memperhatikan kebutuhan dan aktifitas serta kenyamanan yang optimal yang
kemudian diwujudkan dalam penggunaan ruang-ruang yang ada serta mengolah
sirkulasi yang efektif dan efisien. Sehingga dengan adanya sebuah Pusat Komunitas
ini akan semakin meningkatkan kualitas komunitas yang ada di kota Palembang.

1.2 Rumusan Permasalahan


Adapun permasalahan yang ada, yaitu:
1. Bagaimana merancang dan merencanakan Pusat Komunitas (Palembang
Community Center) agar dapat mewadahi aktivitas berbagai komunitas
sesuai dengan bakat dan minat yang tumbuh dan berkembang di Kota
Palembang.

Universitas Sriwijaya
3

2. Bagaimana merancang Pusat Komunitas di Kota Palembang (Palembang


Community Center) untuk dapat mewadahi aktivitas berbagai komunitas ke
dalam sebuah sarana rekreasi dan edukasi yang bersifat sosial, cultural,
edukatif dan rekreatif bagi penggunanya.
3. Bagaimana merencanakan suatu bentukan arsitektur yang didasarkan pada
pendekatan Simbiosis dalam Arsitektur Kisho Kurokawa?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Adapun maksud dan tujuan dari Perancangan dan Perencanaan Pusat Komunitas di
Kota Palembang (Palembang Community Center) ini adalah:
1. Merancang dan merencanakan suatu wadah yang dapat mewadahi aktivitas
berbagai komunitas sesuai dengan bakat dan minat yang tumbuh dan
berkembang di Kota Palembang.
2. Merancang Pusat Komunitas di Kota Palembang untuk dapat mewadahi
aktivitas berbagai komunitas ke dalam sebuah sarana rekreasi dan edukasi
yang bersifat sosial, cultural, edukatif dan rekreatif bagi penggunanya.
3. Merancang dan merencanakan Pusat Komunitas di Kota Palembang
didasarkan pada pendekatan Simbiosis dalam Arsitektur Kisho Kurokawa.

1.4 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup Perancangan dan Perencanaan Pusat Komunitas di Kota
Palembang (Palembang Community Center) yang meliputi analisis fungsional
(kegiatan manusia), analisis kontekstual (lahan dan tapak), analisis arsitektural
(bangunan), analisis ruang lingkup materi yang akan dibahas pada penulisan laporan
ini nantinya digunakan untuk membatasi dan memberi arah yang jelas dalam
melaksanakan studio perancangan. Batasan proyek ini adalah pembahasan yang
berkaitan dengan desain dari perancangan tempat yang memfasilitasi kegiatan yang
berhubungan dengan rekreasi dan edukasi. Adapun sebagai ruang lingkupnya
meliputi beberapa hal, antara lain mengenai:
- Perancangan Pusat Komunitas di Kota Palembang ditujukan untuk
masyarakat umum.

Universitas Sriwijaya
4

- Kegiatan utamanya yaitu sebagai Pusat Komunitas yang berdasarkan minat


yaitu komunitas seni, olahraga, dan hobi.
- Perencanaan yang ada sesuai dengan RTRWK Palembang dan Peraturan
Daerah Kota Palembang.
- Perancanaan dan perancangan penataan kawasan yang meliputi penataan
masa bangunan, pola sirkulasi, penataan vegetasi (tata hijau) dan penataan
utilitas pada kawasan dengan cara menganalisa aspek yang berhubungan
dengan tapak (kontekstual) dan utilitas pada tapak.
- Perancangan Pusat Komunitas (Palembang Community Center) didasarkan
pada pendekatan Simbiosis dalam Arsitektur oleh Kisho Kurokawa.

1.5 Metode Penulisan


Metode pembahasan yang digunakan adalah metode analisa deskriptif, yaitu
dengan mengadakan pengumpulan data-data baik data primer (kondisi eksisting
tapak dan topografi) maupun sekunder (studi banginan sejenis) untuk kemudian di
analisa untuk memperoleh dasar-dasar program perencanaan dan perancangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Studi Literatur
Studi literatur melalui buku dan internet mengenai Perancangan dan
Perencanaan Pusat Komunitas di Kota Palembang.
 Studi Kasus
Studi terhadap bangunan sejenis untuk lebih mengetahui secara nyata
bangunan sejenis melalui buku/majalah/katalog/jurnal dan dijadikan sebagai
acuan dalam merancang.
 Survey Lapangan
Pengamatan secara langsung ke tapak terpilih maupun pada bangunan yang
memiliki kesamaan fungsi, yaitu sebagai tempat Pusat Komunitas. Survei ini
bermanfaat untuk mengenal potensi dan permasalahan kawasan.
 Wawancara

Universitas Sriwijaya
5

Pengumpulan data dengan tanya jawab serta memperhatikan pendapat dari


pihak-pihak yang terkait yang mempunyai hubungan terhadap sarana terkait
yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam merancang.

1.6 Sistematika Penulisan


Secara garis besar sistematika penulisan dalam laporan ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
 BAB I. Pendahuluan
Menguraikan secara umum latar belakang pembahasan, rumusan
permasalahan, tujuan pembahasan, ruang lingkup pembahasan,
metodologi penulisan dan sistematika penulisan dalam penulisan laporan.
 BAB II. Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini berisi teori-teori untuk mengkaji aspek-aspek perecanaan
dan perancangan arsitektur yang sesuai dengan bangunan Pusat
Komunitas di Kota Palembang.
 BAB III. Metode Perancangan
Bab ini berisi mengenai tahapan kegiatan perancangan meliputi
pengumpulan data penunjang peracangan dan analisa pendekatan
perancangan, serta elaborasi tema perancangan.
 BAB IV. Analisa Perancangan
Berisi kajian yang menyangkut perencanaan dan perancangan di Pusat
Komunitas di Kota Palembang. Analisa ini dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu analisa tapak dan lingkungan, analisa fungsional berdasarkan
aktivitas, analisa spasial ruang dan sirkulasi, analisa arsitektural bentuk
gubahan, analisa material dan bahan, analisa struktur dan utilitas.
 BAB V Konsep Perancangan
Bab ini membahas tentang konsep programatik dan penekanan studi
sebagai hasil dari analisis yang telah dilakukan melalui tahap elaborasi
konsep.

Universitas Sriwijaya
6

1.7 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

1. Tujuan : Mendesain Pusat Komunitas di Kota Palembang yang dapat mewadahi


aktivitas berbagai komunitas sesuai dengan bakat dan minat yang tumbuh dan
berkembang di Kota Palembang.
2. Fakta :
 Tidak ada Pusat Komunitas/Community Centre di Kota Palembang.
 Banyaknya komunitas yang berkembang di Kota Palembang.
 Antusias yang besar terhadap seni, olahraga dan hobi yang ada di Palembang. (dapat
dilihat dari banyaknya diselenggarakan event-event seni, musik, olahraga)
3. Issue :
 Belum adanya suatu fasilitas umum/keterbatasan ruang publik bersama yang
berkaitan dengan aspek sosio-kultural, yang mewadahi berbagai komunitas yang ada
di Palembang sebagai tempat untuk menyalurkan ide mereka dalam sebuah wadah
yang lebih ekspresif.
 Fasilitas yang ada sekarang belum ada satu tempat yang terpadu dan keberadaannya
masih kurang memadai dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk menampung
kegiatan komunitas yang sedang berkembang di Palembang dalam pengembangan
bakat seni, hobi maupun olahraga.
4. Ideal :
 Perencanaan Pusat Komunitas yang diharapkan sebagai tempat untuk melaksanakan
pembinaan sumber daya manusia melalui pengembangan peningkatan dan
penyaluran bakat, minat, kreasi, dan aktivitas generasi muda dan masyarakat.
 Adanya Pusat Komunitas ini untuk mengasah suatu kreativitas komunitas untuk
menghasilkan suatu karya dan prestasi.
 Hasil karya suatu seni/hobi dari Pusat Komunitas ini berpotensi untuk di pamerkan
sehingga menjadi media promosi bagi produsen lokal untuk lebih maju, sehingga
secara tidak langsung meningkatkan perekonomian daerah.

Studi Preseden Studi Preseden Tema Sejenis


Bangungan Sejenis
- Gelanggang Bulungan Jakarta - Nagoya City Art Museum
- Taman Ismail Marzuki - Saitama Prefectural Museum of Modern Art
- Komunitas Salihara - Wakayama Museum of Modern Art

Pendekatan Perancangan
INTERMEDIARY
Filosofi ‘Simbiosis’ oleh Kisho
Kurokawa. SPACE

PUSAT KOMUNITAS DI KOTA PALEMBANG

Universitas Sriwijaya
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Pemahaman Proyek


2.1.1 Definisi Judul
a. Pengertian Perencanaan
Perencanaan sebagai padanan kata asing “planning”, dapat diartikan
sebagai suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi mengenai
kondisi-kondisi lingkungan kedalam rencana yang berarti dan dapat di
laksanakan dengan teratur (William A Shrode, 1974).
Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu
rencana yang meliputi kegiatan-kegiatan: (William L Lassey, 1977)
1. Mengidentifikasi
Menentukan komponen-komponen yang menunjang terhadap objek,
yang merupakan kompleksditas fakta-fakta yang memiliki konstribusi
terhadap kesatuan pembangunan.
2. Mengadakan studi
Mencari hubungan-hubungan dari faktor-faktor yang terkait yang
memiliki pengaruh spesifik.
3. Mendeterminasi
Menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang dominan dengan
memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang
memberikan perubahan terhadap faktor lain.
4. Memprediksi
Mengadakan ramalan bagaimana suatu faktor akan berubah sehingga
mencapai keadaan lebih baik di masa depan.
5. Melakukan tindakan
Berdasarkan prediksi diatas, melakukan tndakan terstruktur untuk
mencapai tujuan pembangunan.

Universitas Sriwijaya
8

b. Pengertian Perancangan
Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah
ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses:
mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi metoda untuk
pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Dengan kata
lain adalah pemogaman, penyusunan rancangan (John Wade, 1997).

c. Pengertian Pusat (Center)


Pusat adalah Titik yang di tengah – tengah benar, sesuatu yang dijadikan
perhatian, sasaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998).

d. Pengertian Komunitas (Community)


Pengertian komunitas menurut beberapa tokoh:
 Menurut Sumijatun (2006), Komunitas (community) adalah sekelompok
masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian
(interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi
yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga.
 Menurut Soenarno (2002) Komunitas adalah sebuah identifikasi dan
interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan
fungsional.
 Menurut Kertajaya Hermawan (2008) Komunitas adalah sekelompok
orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya,
dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para
anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.
 Menurut Loren O. Osbarn dan Martin H. Neumeyer (1984 : 59)
menyatakan bahwa komunitas adalah “a group of a people having in a
contiguous geographic area, having common centers interests and
activities, and functioning together in the chief concern of life”. Dengan
demikian suatu komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang dapat
dinyatakan sebagai “masyarakat setempat”, suatu kelompok yang
bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas
Universitas Sriwijaya
9

tertentu pula, dimana kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
dilingkupi oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di
antara para anggotanya.
George Hillery Jr (dikutip oleh Fredian Tonny, 2003:23) pernah
mengidentifikasi sejumlah besar defenisi, kemudian menemukan bahwa
kebanyakan defenisi tersebut memfokuskan makna komunitas sebagai the
common elements of area, common ties, dan social interaction.
Kemudian, George merumuskan pengertian komunitas sebagai “people
living within a specific area, sharing common ties, and interacting with one
another” (orang-orang yang hidup di suatu wilayah tertentu dengan ikatan
bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi).
Sementara itu, Christensson dan Robinson (seperti dikutip oleh Fredian
Tonny, 2003:22) melihat bahwa konsep komunitas mengandung empat
komponen, yaitu people, place or territory, social interaction, and
psychological identification.
Sehingga kemudian mereka merumuskan pengertian komunitas sebagai
”people the live within a greographically bounded are who are involved in
social interction and have one or more psychological ties with each other an
with the place in which they live” (orang-orang yang bertempat tingal di suatu
daerah yang terbatas secara geografis, yang terlibat dalam interaksi sosial dan
memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang lain dan dengan
wilayah tempat tinggalnya). Komunitas yaitu yang menunjuk pada bagian
masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan
batas-batas tertentu dan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi
yang lebih besar di antara anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar
batas wilayahnya.
Ada banyak definisi yang menjelaskan tentang arti komunitas. Oleh
karena itu, definisi komunitas yaitu pertama, terbentuk dari sekelompok
orang. Kedua, saling berinteraksi secara sosial di antara anggota kelompok
itu. Ketiga, berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri

Universitas Sriwijaya
10

mereka atau di antara anggota kelompok yang lain. Keempat, adanya


wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain.

e. Kesimpulan Pengertian Judul


Jadi berdasarkan penjabaran penjabaran judul diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa, Pusat Komunitas di Kota Palembang (Palembang
Community Center) merupakan sebagai sebuah tempat yang dapat mewadahi
beberapa komunitas yang ada di Kota Palembang untuk saling berinteraksi
dalam satu tempat yang sama. Wadah tersebut berfungsi sebagai wadah atau
pusat kegiatan beberapa komunitas guna untuk menyalurkan minat dan bakat
serta tempat bersosialisasi masyarakat, untuk mengisi waktu luang dengan
kegiatan yang lebih positif.

2.1.2 Jenis-jenis Komunitas


Menurut Crow dan Allan (1994), Komunitas dapat terbagi menjadi 3
komponen:
1. Berdasarkan Lokasi atau Tempat
Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat
dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara
geografis.
2. Berdasarkan Minat
Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena
mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama,
pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan gender.
3. Berdasarkan Komuni
Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu
sendiri.

Universitas Sriwijaya
11

Menurut Vanina Delobelle (2008), definisi suatu komunitas adalah group


beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor,
yaitu:
1. Komunikasi dan keinginan berbagi : Para anggota saling menolong satu
sama lain.
2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu
3. Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periode
4. Influencer Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya

Vanina Delobelle (2008) juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai


beberapa aturan sendiri, yaitu:
1. Saling berbagi : Mereka saling menolong dan berbagi satu sama Lain
dalam komunitas.
2. Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.
3. Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka
akan segera ditinggalkan.
4. Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan
sesuatu hal.
5. Partisipasi: Semua anggota harus disana dan berpartisipasi pada acara
bersama komunitas

 Bentuk-bentuk Komunitas
Menurut Wenger (2002), Komunitas mempunyai berbagai macam bentuk dan
karakteristik, diantaranya:
1. Besar atau Kecil
Beberapa komunitas hanya terdiri dari beberapa anggota atau bahkan
terdiri dari 1000 anggota. Besar atau kecilnya anggota tidak menjadi
masalah, meskipun demikian komunitas yang mempunyai banyak
anggota biasanya dibagi menjadi sub divisi berdasarkan wilayah atau sub
topik tertentu.
2. Berumur Panjang atau Berumur Pendek

Universitas Sriwijaya
12

Perkembangan sebuah komunitas memerlukan waktu yang lama,


sedangkan jangka waktu eksis sebuah komunitas sangat beragam.
Terdapat beberapa komunitas yang tetap bertahan dalam waktu puluhan
tahun, tetapi ada pula komunitas yang berumur pendek.
3. Terpusat atau Tersebar
Mayoritas sebuah komunitas berawal dari sekelompok orang yang
bekerja di tempat yang sama atau tempat tinggal yang berdekatan.
Mereka saling berinteraksi secara tetap dan bahkan ada beberapa
komunitas yang tersebar di beberapa wilayah.
4. Homogen atau Heterogen
Beberapa komunitas berasal dari latar belakang yang sama, atau ada yang
terdiri dari latar belakang yang berbeda. Jika berasal dari latar belakang
yang sama komunikasi lebih mudah terjalin, sebaliknya jika komunitas
terdiri dari berbagai macam latar belakang diperlukan rasa saling
menghargai satu sama lain.
5. Internal atau Eksternal
Sebuah komunitas dapat bertahan sepenuhnya dalam unit bisnis atau
bekerjasama dengan divisi yang berbeda. Beberapa komunitas bahkan
bekerjasama dengan organisasi yang berbeda.
6. Spontan atau Disengaja
Terdapat beberapa komunitas yang berdiri tanpa adanya intervensi atau
usaha pengembangan dari organisasi. Anggota secara spontan bergabung
karena kebutuhan berbagi informasi dan membutuhkan rekan yang
mempunyai minat yang sama. Pada beberapa kasus, terdapat komunitas
yang secara sengaja didirikan untuk mengaspirasikan kebutuhan anggota.
Komunitas yang didirikan secara spontan atau disengaja tidak
menentukan formal atau tidaknya sebuah komunitas.

Universitas Sriwijaya
13

2.1.3 Fungsi Pusat Komunitas di Kota Palembang


Pusat Komunitas di Kota Palembang mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pengelolaan prasarana dan sarana dalam menunjang kegiatan
generasi muda dan masyarakat umum yang berkaitan dengan minat
sekelompok orang yang dikelompokkan dari:
 Komunitas yang beumur panjang, sehingga bangunan yang di rancang
dapat tetap bertahan dalam waktu puluhan tahun.
 Terpusat, yaitu bangunan di pusatkan di satu wadah yaitu Pusat
Komunitas Palembang/Palembang Community Center.
 Heterogen, komunitas yang terdiri dari berbagai macam latar
belakang sehingga diperlukan rasa saling menghargai satu sama lain.
2. Melaksanakan pembinaan sumber daya manusia melalui pengembangan
peningkatan dan penyaluran bakat, minat, kreasi, dan aktivitas generasi muda
dan masyarakat.
3. Pusat Komunitas/Community Center sebagai tempat berbagai kegiatan yang
sifatnya sosial, cultural, edukatif dan rekreatif seperti mengadakan pameran
seni, seminar, pentas teater atau musik dan olahraga.

Pusat Komunitas Palembang/Palembang Community Center ini


mewadahi berbagai kegiatan untuk semua kalangan yang memiliki 3 fungsi
utama yang berbeda yaitu: fungsi Olahraga, Seni dan Hobi sebagai sarana
edukasi dan rekreasi bagi masyarakat kota Palembang.
Pengertian Edukatif, Rekreatif, dan Interaktif secara umum:
a. Edukatif
Edukatif dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah bersifat mendidik atau
berkenaan dengan pendidikan. Pusast Komunitas Palembang/Palembang
Community Center sebagai wadah untuk masyarakat berkegiatan yang
diharapkan mampu mengarahkan anak muda melalui kegiatan yang dapat
memeberi edukasi yang berkaitan dengan pendidikan karakter di dalamnya.
Di dalam pemberian edukasi di dalam pendidkan karakter, dibutuhkan

Universitas Sriwijaya
14

konselor yang dapat memberi bimbingan di dalam memeberi materi-materi


pendidikan karakter.
b. Rekreatif
Rekreatif berasal dari kata rekreasi yang menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang
menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik. Rekreatif
dapat dikatakan suatu keadaan yang bersifat menarik, menyenangkan,
menantang yan dapat mengembangkan daya imajinasi, kemampuan berfikir
kritis serta kemampuan mengekspresikan ide-idenya dalam suatu karya baru
yang unik. Di dalam memberi suasana yang rekreatif, Pusat Komuntias
Palembang/Palembang Community Center ini perlu menyediakan kegiatan-
kegiatan olahraga dan seni yang dapat memacu anak muda maupun
masyarakat umum lainnya untuk saling berekspresi dan memberi apresiasi.
c. Interaktif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Interaktif dapat diartikan bersifat
saling melakukan aksi; antar-hubungan. Interaktif berasal dari kaata interaksi
yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia saling aktif, saling
melakukan aksi, berhubungan, mepengaruhi antar hubungan sosial yang
dinamis antara orang perseorangan dan orang perseorangan, antara
perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Yang
dimasksud sarana interaktif dalam Pusat Komunitas Palembang/Community
Center adalah suasana yang dapat memacu masyarakat untuk bisa saling
berkenalan dan berteman antar sesamanya.

Universitas Sriwijaya
15

2.2 Pedoman Proyek


Pusat Komunitas Palembang/Palembang Community center yaitu sebagai
tempat yang mewadahi beberapa komunitas yang ada di Palembang. Wadah tersebut
berfungsi sebagai wadah atau pusat kegiatan beberapa komunitas guna untuk
menyalurkan minat dan bakat serta tempat bersosialisasi para masyarakat, untuk
mengisi waktu luang dengan kegiatan yang lebih positif.

2.2.1 Tinjauan Kontekstual


A. Tinjauan Umum Kota Palembang
1. Topografi
Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota
yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara
kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim
hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 - 20 m dpl.
2. Klimatologi
Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembab nisbi,
kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam. Suhu kota berkisar
antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000
mm - 3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-
rata penyinaran matahari 45%.
3. Geologi
Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada
lapisan yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga
dikenal dengan lembah Palembang - Jambi. Tanah relatif datar dan rendah,
tempat yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota
Palembang digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.

Universitas Sriwijaya
16

B. Arahan Lokasi Perencanaan


Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2004-
2014, Palembang Community Center termasuk ke dalam elemen kegiatan
rekreasi/wisata, olahraga, pendidikan dengan kriteria sebagai berikut:
Elemen Ketentuan Lokasi Kriteria Persyaratan Keterangan
Kegiatan Umum
- Dikawasan perumahan diijinkan sepanjang Berorientas - Mudah dijangkau - Perlu diatur
berkesesuaian. i jalan angkutan umum lebih rinci
- Dikawasan komersial dan jasa diijinkan kolektor - Memiliki ruang berdasarkan
sepanjang berkesesuaian. atau arteri. parkir yang cukup jenisnya
- Dikawasan perkantoran jasa pelayanan umum - Memiliki akses - Perlu dikaji
tidak diijinkan. alternatif oleh tim teknis
- Di kawasan campuran diijinkan sepanjang - Ramah lingkungan terkait
berkesesuaian.
Wisata - Di kawsaan pendidikan tinggi tidak diijinkan
Kota kecuali untuk riset.
- Di zona industri tidak diijinkan.
- Di kawasan tertentu tidak diijinkan kecuali
sesuai fungsi
- Di kawasan pertanian tidak diijinkan kecuali
sesuai fungsi
- Di kawasan sempadan jalur hijau diijinkan
sepanjang sesuai dan tidak merusak fungsi
lindung (wisata outdoor)
- Di kawasan wisata diijinkan
Tabel 2.1 Kriteria Lokasi Kegiatan
Sumber: Standard Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Tahun 2004-2014

Elemen Ketentuan Lokasi Kriteria Umum Persyaratan Keterangan


Kegiatan
- Dikawasan perumahan diijinkan Diarahkan ke - Tidak menempati - Diijinkan
- Dikawasan komersial dan jasa pinggir kota kawasan lindung bersyarat/
diijinkan selektif (khususnya stadion) bebas banjir terbatas
- Dikawasan perkantoran jasa Khususnya stadion menjadi ciri kota artinya perlu
pelayanan umum tidak diijinkan. olahraga bisa palembang kajian selektif
Olahraga
- Di kawasan campuran diijinkan digabung dengan memiliki akses tim teknis
Skala selektif kawasan pendidikan alternatif mudah terkait atau
Wilayah - Di kawasan pendidikan tinggi tidak tinggi dijangkau angkutan perlu rencana
Skala diijinkan selektif Fasilitas olahraga umum. rinci.
Kota - Di zona industri tidak diijinkan. lain tidak terbangun
- Di kawasan tertentu diijinkan bisa diarahkan di
terbatas kawasan resapan air.
- Di kawasan pertanian tidak diijinkan
- Di kawasan sempadan jalur hijau

Universitas Sriwijaya
17

tidak diijinkan
- Di kawasan wisata tidak diijinkan

Tabel 2.2 Kriteria Lokasi Kegiatan


Sumber: Standard Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Tahun 2004-2014

Elemen Ketentuan Lokasi Kriteria Persyaratan Keterangan


Kegiatan Umum
- Dikawasan perumahan sesuai dengan Diarahkan ke Tidak menempati Untuk diklat
kepadatan rencana pinggir kota kawasan linding bebas khusus perlu
- Dikawasan komersial dan jasa diijinkan berorientasi banjir memiiki akses kajian tim
sesuai kepadatan rencana ke jalan alternatif sempadan teknisterkait
- Dikawasan perkantoran jasa pelayanan kolektor bangunan sesuai diijinkan
Pendidik umum tidak diijinkan. primer atau bersyarat/terbatas
an & - Di kawasan campuran diijinkan arteri artinya perlu
Latihan - Di kawasan pendidikan tinggi diijinkan kajian selektif
- Di zona industri diijinkan bersyarat/kolektif tim teknis terkait
Khusus
- Di kawasan tertentu diijinkan bersyarat/ atau perlu
kolektif rencana rinci.
- Di kawasan pertanian tidak diijinkan
- Di kawasan sempadan jalur hijau tidak
diijinkan
- Di kawasan wisata tidak diijinkan

Tabel 2.3 Kriteria Lokasi Kegiatan


Sumber: Standard Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Tahun 2004-2014

2.2.2 Kriteria dan Syarat Bangunan


Tercantum dalam Time Server for Building Types, kriteria dan syarat
mengenai bangungan publik, diantaranya:
1. Berada ditempat yang luas, memungkinkan dilakukan perluasan pada masa
yang akan datang, sesuai dengan perkembangan.
2. Berada disekitar pusat kegiatan masyarakat seperti pusat pendidikan dan
tentunya dapat pula berada didaerah permukiman.
3. Mudah dicapai terutama dengan kendaraan umum sehingga pelaku aktifitas
dapat mengakses lokasi dengan mudah.
4. Aman.

Universitas Sriwijaya
18

KRITERIA KETERANGAN

Dekat dengan pusat kota, kemudahan pencapaian, aksesbilitas, waktu


Lokasi
tempuh
Kesesuaian tata guna lahan sebagai rekreasi dan olahraga, dekat dengan
Tautan Lingkungan
permukiman, dekat dengan instansi pemerintah atau swasta terkait
Ukuran dan Tata Aspek dimensional tapak, renccana tata wilayah (GSB, KLB, KDB,
Wilayah GSS, RTH, Ketentuan parkir, zoning wiilayah)
Iklim Arah angin, lintasan matahari, kondisi iklim, curah hujan, kelembaban.
Keistimewaan Fisik Meliputi kontur, pola draitase, tipe tanah, daya dukung tanah, vegetasi,
Alamiah rawa dan aspek alami lainnya.
Keistimewaan Fisik Halte, pedestrian ways, pipa air kebakaran, tiang listrik. Signage,
Buatan polapola di luar tapak
Pancaindera Aspek visual view in – view out, kebisingan, perabaan dan penciuman
Kesediaan insfrastruktur, jaringan listrik, saluran air kotor, air bersih dan
Utilitas
telepon.
Sosial budaya sekitar tapak, aspek culture, psikologi, prilaku, sosiologi,
Manusia dan Budaya
lingkungan sekitar dapat memperkaya krakter tapak.
Undang-undang Uraian hukum mengenai hak milik lahan
Tabel 2.4 Data Kriteria Tapak
Sumber: White, Edward T.Analisis Tapak. 1997 dalam Bahan Ajar Jurusan ArsitekturUniversitas
Mercu Buana

2.2.3 Tinjauan Pelaku di Pusat Komunitas/Palembang Community Center


Didalam Pusat Komunitas terdapat 3 kelompok pelaku yaitu:
a. Kelompok Pengguna/ Pengunjung
Yaitu pelaku yang datang ke Pusat Komunitas (Palembang Community
Center) untuk menggunakan fasilitas yang ada. Pengunjung yaitu dari semua
kalangan baik dalam komunitas maupun individu.
b. Kelompok Pengelola
Pengelola dibagi menjadi dua yaitu:
 Pengelola penunjang merupakan kelompok yang bertanggung jawab
atas berjalannya Pusat Komunitas, terdiri dari direktur, wakil direktur,
manager, sekretaris, kabag dan staff administrasi, kabag dan staff

Universitas Sriwijaya
19

program sosial, kabag dan staff tata usaha, kabag dan staff
operasional, kabag dan staff personalia, kabid kegiatan olahraga,
sanggar dan kursus (kabid, administrasi, pelatih dan pegawai loker)
 Pengelola servis merupakan kelompok yang memelihara kenyamanan
dan kenyamanan Pusat Komunitas terdiri atas mechanical electrical,
cleaning service, karyawan lansekap, perawatan bangunan, satpam
dan petugas parkir.
c. Penyewa
Yaitu pelaku yang menyewa tempat untuk mengadakan suatu pertunjukan,
acara, kompetisi (untuk kegiatan berkala) dan pelaku yang menyewa tempat
retail. Penyewa terdiri dari remaja dan masyarakat umum.

2.2.4 Pendekatan Simbiosis Arsitektur Kisho Kurokawa


Simbiosis merupakan suatu istilah yang biasa dipakai dalam dunia biologis.
berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang
berarti kehidupan. Secara teoritis kata simbiosis biasa dipakai sebagai istilah untuk
menjelaskan suatu interaksi antar organisme yang hidup berdampingan. Bisa saja
saling merugikan, menguntungkan, atau netral.
Jika istilah Symbiosis dapat diartikan sebagai interaksi antara dua organisme,
maka, bila arsitektur dapat kita letakkan menjadi suatu ”makhluk hidup”, maka
konsep Symbiosis dalam arsitektur bisa diartikan sebagai hubungan antara dua
fungsi atau lebih, yang dapat berdiri sendiri namun juga dapat berinteraksi antara
keduanya dan dapat saling menguntungkan.
Sejak lahirnya istilah Simbiosis pada tahun 1923, Istilah yang identik dengan
dunia biologis ini sudah beberapa dekade “dipinjam” dan diterapkan kedalam suatu
konsep arsitektur. Jika dipelajari dari pengertiannya secara umum simbiosis
dibedakan menjadi tiga, simbisosis yang saling menguntungkan, merugikan, dan
yang hanya menguntungkan suatu pihak. Tentunya simbiosis yang diharapkan dalam
suatu desain arsitektur adalah konsep simbiosis yang saling menguntungkan. Contoh
dalam kaitanya secara fungsi, misalnya seperti gedung bioskop dan gedung restoran,
dimana konsumen bisa menunggu jadwal bioskop sambil menunggu di restoran,

Universitas Sriwijaya
20

restoran jadi lebih ramai dengan adanya bioskop, demikian juga sebaliknya. Namun
keduanya juga dapat berjalan sendiri.
Simbiosis merupakan suatu konsep yang lahir dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman, yang pada satu sisi menuntut adanya suatu
kemudahan dalam menjalankan aktifitas dari pengguna dan pada sisi yang lainnya
menuntut kreatifitas dari seorang perancang dalam mewujudkan kenginan dari para
pengguna dengan cara menciptakan suatu desain arsitektural yang
mengkombinasikan beberapa poin yang terkandung dalam konsep Simbiosis.
Arsitektur Simbiosis mencari suatu nilai intisari antara budaya yang berbeda,
faktor yang saling berlawanan, elemen yang berbeda dan dituntut untuk
mengolahnya dengan menciptakan suatu ruang penengah, menggunakan permainan
material dan usaha lain sebagainya agar konflik tersebut justru menjadi hal yang
positif bagi rancangan yang akan dibuat. Simbiosis dapat dilakukan dalam segala
dimensi seperti yang dikutip dari Kisho Kurokawa dalam bukunya Intercultural
Architecture – The Philosophy of Symbiosis; simbiosis antara manusia dengan
alam, simbiosis antara ilmu pengetahuan dan seni, simbiosis antara public dan
private, simbiosis antara industri dan masyarakat, simbiosis antara kuat dan lemah
(mayoritas dan minoritas), simbiosis antara suatu bagian (part/individu) dengan suatu
kesatuan / keutuhan (whole) dan banyak hubungan simbiosis lainnya yang dapat
diterapkan pada objek rancangan.
Men-simbiosis-kan beberapa hal yang berbeda bukan berarti menyatukan
perbedaan-perbedaan tersebut, karena pada dasarnya perbedaan tidak dapat
disatukan, namun dapat diterima sehingga menghasilkan sesuatu baru, karena Teori
Simbiosis bukanlah sebuah teori dominasi, dimana yang terkuat dari dua elemen
bertentangan memimpin yang lemah. Sebaliknya adalah sebuah percobaan untuk
menemukan elemen-elemen dasar atau aturan-aturan tanpa menghapus oposisi antara
elemen-elemen tersebut. Filosofi simbiosis menghancurkan dualisme.

Universitas Sriwijaya
21

A. UNSUR-UNSUR SIMBIOSIS
Ada dua unsur yang paling penting dari simbiosis, yaitu konsep “sacred
zone” dan “intermediary space” kedua unsur inilah yang merupakan hal yang
diperhatikan dalam pembentukan simbiosis.
“With the concepts of sacred zones and intermediate space as its source, the
philosophy of symbiosis is clearly distinct from all previousphilosophies. It opens
our eyes to the horizon of a new world” (Kisho Kurokawa - Intercultural
Architecture – The Philosophy of Symbiosis)
“Dengan konsep zona suci dan ruang perantara sebagai sumber, filosofi simbiosis
jelas berbeda dari semua filsafat sebelumnya. Ini membuka mata kita untuk
cakrawala dunia baru.”
a) Sacred zone
“In the age of life, the movement will be from dualism to the philosophy of
symbiosis. Symbiosis is essentially different from harmony, compromise,
amalgamation, or eclecticism. Symbiosis is made possible by recognizing
reverence for the sacred zone between different cultures, opposing factors,
different elements, between the extremes of dualistic opposition.”
“Sepanjang hidup, pergerakan akan berasal dari dualisme ke filsafat simbiosis.
Simbiosis ini dasarnya berbeda dari harmoni, kompromi, amalgamasi, atau
ekletisme. Simbiosis ini dimungkinkan oleh penghormatan untuk zona suci
antara budaya yang berbeda, faktor berlawanan, unsur yang berbeda, antara
pertentangan dualistik yang ekstrim.”
Keberadaan sacred zone adalah konsep kunci dalam mendiskusikan arti
yang lebih dalam lagi dari simbiosis. Simbiosis sebisa mungkin dibuat dengan
menanamkan rasa hormat pada sacred zone (zona suci) antara faktor-faktor
oposisi, elemen-elemen yang berbeda dan kebudayaan yang berbeda.
“The philosophy of symbiosis, on the other hand, seeks to recognize the
respective sacred zones of different cultures.”
“Filosofi simbiosis, di sisi lain, berusaha untuk mengenali zona suci masing-
masing budaya yang berbeda.”

Universitas Sriwijaya
22

Sacred zone dimiliki oleh suatu individu atau tradisi budaya sebuah
wilayah namun harus dihargai dalam kelangsungan proses simbiosis karena
setiap negara, wilayah, memiliki sacred zone dengan kebudayaannya masing –
masing. Intinya dalam simbiosis tidak ada peleburan antara dua nilai yang
berbeda kedalam suatu nilai yang baru. Karena dalam simbiosis, nilai-nilai asli
suatu sacred zone tetap dipertahankan untuk melindungi keanekaragaman budaya
dan mendukung keberagaaman tersebut.
“Protecting the diversity of life means protecting the diversity of culture,
and supporting that diversity. A symbiotic order is an order in which we
recognize others' differences and their sacred zones, and compete on that basis.”
“Melindungi keanekaragaman kehidupan berarti melindungi keragaman
budaya, dan mendukung keberagaman itu. Perintah simbiotik adalah perintah
dimana kita mengenali perbedaan orang lain dan zona suci mereka, dan bersaing
pada dasar.

b) Intermediary Space
“The second condition necessary to achieve symbiosis is the presence of
intermediary space. Intermediary space is so important because it allows the
tow opposing elements of a dualism to abide by common rules, to reach a
common understanding.”
“Kondisi kedua yang diperlukan untuk mencapai simbiosis adalah
kehadiran ruang perantara. Ruang perantara begitu penting karena
memungkinkan unsur-unsur yang berlawanan menarik dualisme untuk mematuhi
aturan umum, untuk mencapai pemahaman bersama.”
Intermediary Space atau ruang penengah, memiliki pengertian tentative
dan bersifat dinamis yaitu pembentukan zona sementara antara dua elemen yang
bertentangan. Dapat juga dikatakan sebagai zona ketiga yang dibuat untuk
memenuhi tujuan menengahi kedua elemen tersebut. Kurokawa memberi contoh
tentang penerapan intermediary space pada budaya jepang, dapat kita temui pada
rumah jepang yang bergaya sukiya.

Universitas Sriwijaya
23

Karakteristik rumah Jepang bergaya sukiya merupakan proporsi


yang halus, penggunaan banyak bahan alami, integrasi ruang interior dan
eksterior, dan rasa tenang dengan nuansa pedesaan. Di rumah tradisional Jepang,
moderasi adalah kunci penting, sehingga terlihat alami dengan
menggunakan unsur kayu yang melambangkan kesederhanaan.
Intermediary zone yang dimaksudkan dalam rumah sukiya ini
adalah “engawa space” yang selalu diterapkan dalam rumah jenis ini. “Engawa
Space” merupakan ruang seperti teras rumah yang walaupun posisinya berada di
bawah atap rumah tetapi konsepnya tetap menyatu dengan ruang luar
rumah. “Engawa Space” disini dihadirkan mengitari seluruh bagian luar rumah
sebagai area penetral antara ruang dalam dan ruang luar dari rumah tersebut.

Ruang Luar  Intermediary zone  Ruang Dalam


Konsep intermediary zone pada rumah Sukiya, bukan untuk menguasai
suatu bagian, melainkan untuk diselaraskan dengan skala manusia dan persepsi
akal manusia.

B. FILOSOFI SIMBIOSIS
Simbiosis (1991) adalah hubungan saling membutuhkan (kurokawa,
intercultural architecture). Simbiosis sebagai tatanan dunia baru harus benar-benar
digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan antara dua elemen dasar yang
berbeda yang saling eksklusif.
Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail
dalam bukunya Intercultural Architecture – The Philosophy of Symbiosis (1991).
Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal
kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris, alam
dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll.

Universitas Sriwijaya
24

Dalam Philosofy Of Symbiosis disebutkan bahwa filosofi Kurokawa akan


sebuah Simbiosis tergambarkan antara nilai Buddhism, Biologis, dan nilai teknologi
Jepang. Ia berpendapat Simbiosis pada dasarnya ‘berbeda’ dengan sebuah harmoni,
kompromi, kolaborasi, amalgamasi, atau eklektik. Tetapi tentang mencari sebuah
nilai intisari tertinggi (reverence) antara budaya yang berbeda, faktor yang saling
berlawanan, elemen yang berbeda, dan antara dua oposisi yang ekstrim.
Komponen dasar dari filosofi simbiosis adalah simbiosis dari kebudayaan
yang heterogen, manusia dan teknologi, interior dan eksterior, sebagian dan
keseluruhan, sejarah dan masa depan, alasan dan intuisi, religi dan ilmu pengetahuan
arsitektur manusia dan alam. Di bawah ini akan dibahas beberapa komponen dasar
dari simbiosis di atas:
 Symbiosis of Interior and Eksterior (Simbiosis Interior dan Eksterior)
Dalam budaya Jepang terdapat Intermediary Space yaitu ruang antara.
Sebenarnya dalam budaya di luar Jepang juga terdapat intermediary space
namun keberadaannya tidak terlalu diperhatikan. Konsep intermediary space
adalah kunci penting dalam memahami Filosofi Simbiosis. Dari barat, dua
hal yang berlawanan dilebur jadi satu kesatuan, atau ditolak sama sekali.
Sebaliknya dalam filosofi simbiosis diciptakan sesuatu yang menghubungkan
dua elemen itu sementara perbedaannya tetap dipertahankan. Hubungan yang
diciptakan harus dinamis, selalu bergerak dan berubah. Untuk itu agar lebih
efektif, hubungan itu biasanya berupa zone netral. Oleh karena itu dalam
intermediarry space terdapat zona netral/transisi, atau bisa dikatakan juga
zona abu-abu (peralihan dari hitam ke putih).

 Symbiosis of History and Present (Simbiosis Masa Lalu dan Masa Depan)
Turunan dari diachronicity yang merupakan symbiosis waktu (lampau
sekarang dan depan). Prinsip ini berusaha melihat masa lampau dengan sudut
pandang filosofi simbiosis. Sejarah digambarkan dalam suatu simbol/
lambang, elemen arsitektural berupa nilai, ide, aesthetic, religions yang
nantinya ditransformasikan pada masa sekarang dalam bentuk dan juga
makna baru. Bentuk keinginan dari Kisho Kurokawa untuk menggabungkan

Universitas Sriwijaya
25

gaya Jepang yang sudah menjadi tradisi dengan unsur modern saat ini. Unsur
tradisional banyak diterapkan pada interior, sedangkan unsur modern dapat
dilihat dari penggunaan bahan (beton) dan pada penggunaan teknologi
canggih yang mendukung pementasan teater. Kedua hal ini membuat
pengunjung merasa berada dalam ruang di masa lampau dengan melihat
pertunjukkan dari masa depan.

 Symbiosis of Man and Technology (Simbiosis Manusia dan Teknologi)


Manusia dan teknologi menurut dunia modern adalah dua hal yang berbeda.
Perbedaan inilah yang menjadi pemikiran dari dunia arsitektur modern.
Dalam pemikiran simbiosis perbedaan ini ditelusuri sampai pada intinya
yaitu roh dan raga pada manusia.

 Symbiosis of Man and Nature (Simbiosis Arsitektur dan Alam)


Simbiosis yang terjadi antara manusia dan alam bukan hanya berupa
hubungan dengan pohon, burung, serangga dan lingkungan di mana manusia
itu berada. Segala benda buatan manusia seperti danau buatan, dermaga,
hutan buatan, kota maupun teknologi seiring dengan waktu juga menjadi
bagian dari alam. Segala sesuatu ciptaan Tuhan adalah alam sedangkan
segala buatan manusia adalah artifisial yang tidak tahan lama. Hal ini
menggambarkan 2 hal yang berbeda adalah satu. konsep Symbiosis with
nature merupakan bentuk dari sikap yang diambil saat melihat site di mana
bangunan ini berdiri. Memang bukan dalam artian ‘bagaimana bangunan ini
dapat sesuai dengan kondisi alam sekitarnya’ namun lebih kepada usaha
menyesuaikan luas bangunan dengan kebutuhan manusianya

Universitas Sriwijaya
26

2.3 Tinjauan Fungsional


2.3.1 Aktivitas
A. Kategori Pengguna (Komunitas yang diwadahi di Pusat Komunitas
di Kota Palembang / Palembang Community Center)
Di dalam Pusat Komunitas (Community Center) komunitas yang diwadahi yaitu
berdasarkan minat yang ada dan didapatkan berdasarkan data yang ada di
www.epalembang.com dan wawacara terhadap keberadaan komunitas yang ada di
kota Palembang. Komunitas dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan tema dari
komunitas tersebut yaitu:
NO. KELOMPOK KOMUNITAS Nama Komunitas
1. Seni - Komunitas Kesenian Dul - Dul Muluk Palembang
Muluk
- Komunitas Seni Musik - Palembang Jazz
Community
- Sriwijaya J Sound
- Palembang Bassist
Community
- Palembang Hiphop
- Gitaris Palembang
- Tembang Batanghari
Sembilan
- Komunitas Palembang
Reggae
- Palembang Beatbox
- Komunitas Seni Tari - Komunitas 501
- The Beat Palembang
- Komunitas Tepi Musi
- Komunitas Seni Kriya - Songket Palembang
- Ukiran Palembang
- Komunitas Film/ - Bangku Merah

Universitas Sriwijaya
27

Sinematografi - Sriwijaya Sinematrik


- Komunitas Film
Palembang
- Videografi Unsri
- Komunitas Film
Kinema
- HIMSIS (Himpunan
Sinema Indonesia
Sumatera Selatan)
- Komunitas Seni Peran - Ruang Belulang
(Teater) - Komunitas Tepi Musi
- Komunitas 501
- Teater Gabi Unsri
- Teater Bijak
- Teater Sangyang
- Teater Bijak
2. Olahraga - Komunitas Sepatu Roda - Musi Bladers
- Ai Roll
- Komunitas Sepeda - South Sumatra BMX
(Streetbike) - Sriwijaya Finger BMX
- Bike to Work
Palembang
- Komunitas Skate Board - Palembang Street
Imaginator
- Sriwijaya Fingerboard
- Street Surfing
Palembang
3. Hobi/Hiburan - Komunitas Cosplay - Palembang Cosplay
Community
- Arucosuto

Universitas Sriwijaya
28

- Ampera Otaku Art


Cosplay
- Komunitas Fotografi - Komunitas Fotografi
Musi
- Alemio Production
- Drone Palembang
- Clay
- KFU (Komunitas
Fotografi Unsri)
- Fotografi Makanan
Palembang
- Komunitas Lukis dan - Palembang Sketcher
Sketsa - Sanggar Seni Kak Yos
- Pelukis Palembang
- Komunitas Modelling - Bujang GadisPalembang
- Bujang Gadis Kampus
- Putra Putri Sriwijaya
Tabel 2.5 Kelompok Komunitas (Kategori Pengguna)
Sumber: Data 2016
a. Tinjauan Komunitas Seni
 Komunitas Dul Muluk
Kesenian Dul Muluk merupakan salah satu kesenian teater daerah
yang berasal dari warisan budaya Sumatera Selatan. Sempat ada beberapa
pendapat yang mengatakan bahwa kesenian khas dari Provinsi Sumatera
Selatan ini telah hilang dari masyarakatnya. Tetapi pendapat itu salah,
walaupun sudah kurang peminatnya, teater daerah ini masih terus
berlangsung, bahkan di perlombakan dalam beberapa pentas seni serta
menjadi salah satu kesenian andalan jika ada acara-acara tertentu yang di
gelar di Provinsi Sumatra Selatan ini.
Ada beberapa sanggar Dul Muluk seperti :

Universitas Sriwijaya
29

- Sanggar Alon Jaya yang berlokasi di Jalan Ponorogo, di kecamatan


Sukajaya Palembang
- Sanggar Srigunawan yang berlokasi di Jalan Bagus Kuning, Plaju
- Sanggar Bintang Sriwijaya yang berlokasi Jalan Musi II, Keramasan
- Sanggar Tunas Muda yang berlokasi di Jalan Sunan, Kertapati
Dan masih banyak beberapa sanggar lain yang ada di Palembang dan
sekitarannya, bahkan di beberapa sekolah di Palembang juga menyedikan
ekstrakurikuler Dul Muluk, dan sering di pentaskan di sekolah maupun di
perlombaan tingkat provinsi. Bahkan beberapa sanggar pernah
mengikutkan kesenian ini di perlombaan seni di Eropa.

 Komunitas Seni Musik


Komunitas seni musik di Palembang sangat banyak dan berasal dari
berbagai aliran musik. Berikut merupakan berbagai komunitas yang ada
di kota Palembang yaitu Palembang Jazz Community, Sriwijaya J Sound,
Palembang Bassist Community, Palembang Hiphop, Gitaris Palembang,
Tembang Batanghari Sembilan, Komunitas Palembang Reggae,
Palembang Beatbox, dll.

 Komunitas Seni Tari


Tari Gending Sriwijaya, Tari Tanggai, Tari Mejeng Basuko, Tari
Radat Cempako, Tari Tenun Songket, dan Tari Madik merupakan tari
khas kota Palembang. Banyak komunitas seni tari yang ada di Palembang
ada yang tarian tradisional Palembang ada juga tari modern. Diantaranya
yaitu Komunitas 501, The Beat Palembang, Komunitas Tepi Musi.
Komunitas Seni 501 Palembang merupakan Komunitas yang
menyukai seni Tari, Teater dan Sastra dengan tujuan mengajak generasi
muda untuk menjadi bagian pewaris budaya dan pelestarinya. Yang
terletak di jalan Kapten A Rivai Lr. Masjid II Kel.26 Ilir Kota Palembang
30000.

Universitas Sriwijaya
30

 Komunitas Seni Kriya


Seni kriya adalah karya seni yang dibuat dengan keterampilan tangan
(hand skill) dengan memperhatikan aspek fungsional dan nilai seni
sehingga Seni kriya termasuk dari karya senirupa terapan nusantara. Seni
kriya yang ada di Palembang yaitu ukiran kayu Palembang, songket
Palembang, dan kain Tenun Palembang.

 Komunitas Seni Peran


Seni peran adalah salah satu cabang ilmu seni yang khusus mempelajari
bagaimana tehnik menciptakan dan memainkan peran (berakting), sebagai
seorang tokoh tertentu baik di atas pentas (panggung), mau pun dalam sebuah
film. Komuntias Seni Peran yang ada di kota Palembang yaitu Ruang
belulang, Komunitas Tepi Musi, Komunitas 501.

 Komunitas Sinematografi
Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmuyang
membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan
gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat
menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi sangat dekat
dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai
genre seni. Komunitas Sinematografi yang ada di Palembang yaitu Bangku
Merah, Sriwijaya Sinematrik, Komunitas Film Palembang, Videografi Unsri.

b. Tinjauan Komunitas Olahraga


Banyak komunitas olahraga yang ada di Palembang diantaranya yaitu
Komunitas Tenis Meja, Taekwondo, Yoga, Fitness, Sepatu Roda, Sepeda,
dan Skateboard. Berikut merupakan komunitas dari olahraga yaitu Musi
Bladers, Ai Roll, Komunitas Tenis Meja Regional Palembang, Dojang
Sriwijaya, Taekwondo Indonesia, South Sumatra BMX, Sriwijaya Finger
BMX, Bike to Work Palembang, Palembang Street Imaginator, Sriwijaya
Fingerboard, Street Surfing Palembang.
Universitas Sriwijaya
31

c. Tinjauan Komunitas Hobi


 Komunitas Fotografi
Fotografi merupakan seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada film
permukaan yang dipekakan. Fotografi adalah proses atau metode untuk
menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan
cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
yang paling populer untuk menangkap cahaya adalah kamera. Komunitas
fotografi yang ada di palembang yaitu KFM (Komunitas Fotografi Musi),
Drone Palembang, Clay, Alumio.

 Komunitas Cosplay
Cosplay termasuk dalam bagian kebudayaan Jepang yang menekankan
pada penampilan seseorang sebagai tokoh dalam manga, anime, tokusatsu,
video game, film-film fantasi, dan lainnya. Komunitas Cosplay yang ada di
palembang diantara nya adalah Palembang Cosplay Community, Arucosuto,
Ampera Otaku Art Cosplay.

 Komunitas Lukis dan Sketsa


Sebuah karya lukisan adalah keindahan yang menimbulkan decak kagum
sehingga tidak jarang para kolektor sanggup mengeluarkan sejumlah uang
yang tidak sedikit hanya untuk memiliki lukisan yang mencuri perhatiannya.
Oleh karena itu, meskipun tidak memperhatikan nilai guna, karya lukis
merupakan salah satu karya seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Komunitas Lukis yang ada di Palembang yaitu Sketcher Palembang, Sanggar
Seni Kak Yos dan Pelukis Palembang.

 Komunitas Modelling
Modelling merupakan peragaan nusana. Peragaan busana merupakan
ajang kegiatan untuk memperkenalkan sebuah karya dari seorang perancang
busana kepada masyarakat umum. Peragaan busana adalah suatu rangkaian
kegiatan untuk memamerkan kreasi terbaru dari perancang busana.
Universitas Sriwijaya
32

Peragaan busana dalah suatu kegiatan yang digunakan untuk


memamerkan hasil karya cipta busana yang dikenakan oleh peragawati.
Komunitas yang bergelut di bidang modelling adalah Bujang Gadis
Palembang, Bujang Gadis Kampus, Putra Putri Sriwijaya, dan lainnya.

 Kegiatan Komunitas yang diwadahi di Pusat Komunitas Palembang


(Palembang Community Center)
Secara keseluruhan kegaitan komunitas yaitu berkumpul, berlatih, dan
berkompetisi. Berikut kegiatan-kegiatan yang dilakukan komunitas di Palembang
Community Center, sebgai berikut:
No. KOMUNITAS KEGIATAN
1. Kesenian Dul Muluk  Berkumpul dan berlatih
 Mengikuti event yang di
rencanakan
 Mengikuti perlombaan
 Melakukan pentas seni dul
muluk
2. Komunitas Seni Tari  Berkumpul, berlatih dan
berdiskusi tentang seni yang
digeluti.
 Mengikuti event yang
direncanakan
3. Komunitas Sinematografi  Berkumpul dan berlatih
 Pentas
4. Komunitas Seni Musik  Berkumpul dan berlatih
 Mengikuti event
 Pentas
5. Komunitas Seniperan  Berkumpul dan berlatih
 Mengikuti event
 Pentas

Universitas Sriwijaya
33

6. Komunitas Seni Kriya  Berlatih dan membuat suatu


karya
 Mengikuti event dan
memamerkan hasil karya
7. Komunitas Sepatu Roda  Berkumpul dan berlatih
bermain sepatu roda
8. Komunitas Skate Board  Berkumpul dan berlatih
bermain Skate Board
 Mengikuti event antar klub
skate board
9. Komunitas Sepeda  Berkumpul dan berlatih
bermain sepeda (street bike)
 Mengikuti event
10. Komunitas Cosplay  Membuat kostum styling jepang
 Berkumpul
 Berdiskusi
 Mengikuti event lewat
performance mereka
11. Komunitas Fotografi  Berkumpul dan berdiskusi
membahas tentang teknik shoot
camera yang baik
 Hunting foto di berbagai tempat
 Kegiatan family gathering antar
anggota KFM
 Mengikuti event
12. Komunitas Modelling  Berkumpul, latihan
 Mengikuti Event
13. Komunitas Lukis dan Sketsa  Berkumpul, latihan
Tabel 2.6 Kegiatan Pusat Komunitas (Community Center)
Sumber: analisa pribadi

Universitas Sriwijaya
34

B. Kelompok Pengelola
Pengelola dibagi menjadi dua yaitu:
 Pengelola penunjang merupakan kelompok yang bertanggung jawab
atas berjalannya Pusat Komunitas, terdiri dari direktur, wakil direktur,
manager, sekretaris, kabag dan staff administrasi, kabag dan staff
program sosial, kabag dan staff tata usaha, kabag dan staff
operasional, kabag dan staff personalia, kabid kegiatan olahraga,
sanggar dan kursus (kabid, administrasi, pelatih dan pegawai loker)
 Pengelola servis merupakan kelompok yang memelihara kenyamanan
dan kenyamanan Pusat Komunitas terdiri atas mechanical electrical,
cleaning service, karyaean lansekap, perawatan bangunan, satpam dan
petugas parkir.

C. Penyewa
Yaitu pelaku yang menyewa tempat untuk mengadakan suatu
pertunjukan, acara, kompetisi (untuk kegiatan berkala) dan pelaku yang
menyewa tempat retail. Penyewa terdiri dari remaja dan masyarakat
umum.

2.3.2 Fasilitas
Ada berbagai jenis fasilitas prasarana dan sarana yang dapat disediakan
oleh Pusat Komunitas di Kota Palembang (Palembang Community Center).
Secara garis besar fasilitas tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis fasilitas yaitu:
a. Fasilitas Fisik, seperti fasilitas prasarana dan sarana.
b. Fasilitas Non Fisik

A. Fasilitas Prasarana Fisik


a. Gedung atau ruangan untuk kegiatan operasional
Fasilitas ini berupa gedung atau ruangan yang sapat menampung berbagai
jenis kegiatan atau sekurang-kurangnya lebih dari satu jenis kegiatan.

Universitas Sriwijaya
35

Dimana kegunaan gedung ini yaitu untuk menampung berbagai jenis


kegiatan, maka terdapat dua kemungkinan mengenai bentuk ruangan yakni:
1. Berbentuk suatu gedung atau ruangan yang memiliki berbagai
kelengkapan yang memungkinkan diselenggarakan berbagai jenis
kegiatan. Gedung atau ruangan yang demikian bersifat serbaguna
sehingga dinamakan gedung atau ruangan yang demikian bersifat
serbaguna sehingga dinamakan gedung atau ruang serbaguna.
2. Berbentuk beberapa unit atau ruangan yang masing-masing digunakan
untuk menyelenggarakan satu atau lebih jenis kegiatan tertentu seperti
sebagai berikut:
a) Kompleks, artinya beberapa unit gedung dalam satu area tanah
misalnya gedung olah raga, gedung seni budaya dan gedung
perpustakaan.
b) Satu gedung yang terdiri atas beberapa ruangan (satu atap) misalnya
ruangan serba guna, ruang belajar dan ruangan rapat.

b. Gedung atau Ruangan untuk kegiatan pengelolaan


Kegiatan pengelolaan memerlukan tempat tersendiri yang terpisah
dari kegiatan operasional. Fasilitas untuk kegiatan pengelolaan berupa
gedung atau ruangan perkantoran. Gedung atau ruangan perkantoran tersebut
kegiatannya berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mendapatkan
informasi. Kelengkapan ruangan perkantoran terutama ialah tempat untuk
fasilitas administrasi tata usaha, tempat menerima tamu, gudang dan kamar
kecil.

B. Fasilitas Sarana Non Fisik


Fasilitas sarana non fisik berbentuk jasa yakni berupa keahlian atau
ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Jasa
tersebut dapat berupa pelatih, tutor dan pembimbing. Fasilitas sarana fisik
selanjutnya juga dapat berbentuk pelayanan seperti wisata remaja, bimbingan,
pelatihan, event, dan rekreasi.

Universitas Sriwijaya
36

C. Kebutuhan Ruang
Berdasarkan tinjauan dari pengguna dan aktivitas, diuraikan sebagai berikut:
 Grand Teater  Studio Foto
 Studio Dul Muluk  Studio Teater
 Studio tari  Studio Modelling
 Studio seni kriya  Ruang Komunitas
 Galeri  Ruang Pengelola
 Selasar Pamer  Selasar Pamer
 Plaza  Ruang Peralatan
 Arena Skate  Ruang Servis
 Gymnasium/Lapangan  Ruang Ganti
 Ruang Fitness  Studio Lukis
 Ruang Yoga  Musola

D. Spesifikasi Ruang
a. Fasilitas Komunitas Seni
 Persyaratan Konfigurasi Ruang Pertunjukkan
- Pada suatu pementasan tertutup , jarang pandang untuk dapat melihat
gerakan-gerakan kecil dan ekspresif adalah kurang dari 25 meter , untuk
melihat secara global 32-36 meter dan untuk pertunjukan di ruang terbuka
kurang dari 70 meter.
- Pada teater arena tertutup , spesifikasinya untuk seni tari (klasik atau
seni tari baru) dan teater (modern atau transisi) dengan jarak
pengamatan terjauh 25 meter.
- Pada teater proscenium tertutup , spesifikasinya untuk music (transisi
atau klasik) dengan pengamatan untuk gerakan-gerakan global
saja serta mempertimbangkan penghayatan audiencenya, maka dapat
dipenuhi persyaratan visual dengan jarak maksimum pengamatan 34
meter.
- Pada teater arena terbuka ,pentingnya menangkap gerakan-gerakan
Universitas Sriwijaya
37

global dan komposisi, maka cukup untuk memenuhi persyaratan visual


bila jarak pengamatan kurang darai 70 meter.
- Pada pertunjukan yang menggunakan sistem panggung untuk tempat
pentas diperhatikan tata letak penonton agar penonton yang dibelakang
tidak terhalang dengan penonton didepanya.

 Layout Panggung

Gambar 2.1 Penataan Layout Panggung


Sumber: Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008.
Persyaratan pada penataan panggung dalam Performing art center adalah
sebagai berikut :
- Terdapat panggung lain di belakang dan di sebelah panggung utama
untuk area pemain dan scenery.
- Ketinggian panggung antara 60 -110 cm.
- Area orkestra dapat digunakan sebagai area tempat duduk bila tidak
digunakan.
- Area Panggung harus mempunyai basement sebagai area penyimpanan.
Jenis Pertunjukan Skala Kecil Skala Sedang Skala Besar

Opera 12m 15m 20m


Musikal 10m 12m 15m
Tari 10m 12m 15m
Drama 8m 10m 10m
Tabel. 2.7. Dimensi yang Direkomendasikan untuk Panggung
Sumber: Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008.

Universitas Sriwijaya
38

Gambar 2.2 Layout Panggung Dengan Tirai


Sumber: Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008.
Berdasarkan data dari Ian Appleton (2008), Building for Performing Arts,
ukuran lebar (w) yang direkomendasikan untuk panggung:
- Pertunjukan opera, w = 12 – 20 m
- Pertunjukan musik, w = 10 – 15 m
- Pertunjukan Tari, w = 10 – 15 m
- Pertunjukan drama, w = 8 – 10 m
Sedangkan untuk kedalaman panggung gedung pertunjukan antara 1/2 -
2/3w.
 Batas Arah Pandangan Vertikal

Gambar 2.3 Layout Tempat Duduk (Kanan) Secara Vertikal (1)


Sumber: Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008

Universitas Sriwijaya
39

Gambar 2.4 Lay-out Tempat Duduk Secara Vertika (2)


Sumber: Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008

Ada beberapa ketentuan dalam perancangan mengenai pandangan


vertikal, yaitu1:
- Pandangan harus dapat melihat titik P yang diambil 60 - 90 cm dari
ujung panggung.
- Kemiringan trap tempat duduk tidak boleh lebih dari 35°
- Jarak vertikal antara mata para penonton (pada gambar HD) minimal 76
- 115 cm.
- Rata-rata ketinggian mata penonton dari tempat duduk adalah 112 cm
(EH)
- Jarak antar mata penonton dengan kepala penonton yang berada di
depan harus lebih dari 12,5 cm.
 Batas Arah Pandangan Horizontal
Ada beberapa ketentuan dalam perancangan mengenai pandangan
horizontal, yaitu :
- Tempat duduk penonton harus diatur agar berselisih, tidak sama
deretnya, dengan tujuan agar penonton yang dibelakang mempunyai
pandangan yang lebih leluasa.
- Tanpa menggerakan kepala, sudut untuk melihat keseluruhan area
pertunjukan sebesar 40˚.

Universitas Sriwijaya
40

Gambar 2.5 Sudut Maksimal untuk Melihat


ke Arah Panggung tanpa mengerakan Kepala
Sumber: Appleton I., Building for The Performing Arts, 2008

- Penonton yang menggerakan kepala untuk melihat pertunjukan ke arah


panggung lebih 30˚ dari garis tengah tempat duduk akan mengalami
ketidaknyamanan.

Gambar 2.6 Batas Sudut Gerakan kepala Penonton


Sumber: Appleton I., Building for The Performing Arts, 2008

 Layout Tempat Duduk Area Penonton

Gambar 2.7 Layout tempat duduk pada Auditorium (1)


Sumber: Theatres: Planning Guidance for Design and Adaptation,
Roderick Ham, 1987

Universitas Sriwijaya
41

Gambar 2.8 Layout tempat duduk pada Auditorium (2)


Sumber: Theatres: Planning Guidance for Design and Adaptation,
Roderick Ham, 1987

- Jarak antar bagian belakang tempat duduk penonton minimum sebesar 76 cm.
- Jarak antar bagian belakang tempat duduk penonton tanpa penyangga minimum
sebesar 60 cm.
- Lebar setiap tempat duduk yang mempunyai lengan minimum sebesar 50 cm.
- Lebar setiap tempat duduk tanpa lengan minimum sebesar 45 cm.
- Dimensi vertikal tanpa penghalang antar baris tempat duduk penonton sebesar
30 cm.
- Jarak maksimum tempat duduk dari jalan gang adalah sebesar jarak 6 tempat
duduk penonton yang berjajar.
- Lebar minium jalan gang sebesar 110 cm.

 Tempat Duduk Balkon dan Difable

Gambar 2.9 Potongan Tempat Duduk pada Balkon


Sumber: Theatres: Planning Guidance for Design and Adaptation,
Roderick Ham, 1987

Universitas Sriwijaya
42

Gambar 2.10 Layout Tempat Duduk untuk Difabel


Sumber: Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 200
Pada peletakan tempat duduk di balkon diperlukan syarat sebagai berikut2 :
- Handrail penjaga harus setinggi 10.5 cm.
- Sandaran tangan memiliki kedalaman 25 cm
- Pelindung balkon setinggi 80 cm.
Pada tempat duduk difable berlaku syarat:
- Jalur sirkulasi harus selebar 110 cm.
- Lebar jalur untuk kursi roda minimal 140 cm
- Jarak antar kursi roda minimal 90 cm

Pada sebuah gedung pertunjukan, balkon dibuat agar penonton sedekat mungkin
dengan sumber bunyi dan dapat melihat ekspresi dari para pemain pertunjukan seni
sehingga pertunjukan seni dan seniman dapat mendapat apresiasi dari penonton. Jadi,
penonton dapat menikmati pertunjukan tanpa adanya gangguan baik secara visual
maupun akustik.

 Kapasitas Tempat Duduk


Roderick Ham (1987), membedakan gedung pertunjukan berdasarkan
kapasitas tempat duduknya sebagai berikut:
- Sangat Besar, 1500 tempat duduk
- Besar, 900-1500 tempat
- Medium, 500-900 tempat duduk

Universitas Sriwijaya
43

- Kecil, dibawah 500 tempat duduk


Menurut data Time Saver Standard, Chiara J.D (1984) menyebutkan
bahwa kapasitas penonton ideal adalah sekitar 800 orang, dimana keintiman
para penonton dan pemain bisa tercapai.

Spesifikasi Jarak (m) Gambar


Luasan tempat duduk per orang E= 0,85m, D=0,52m maka 0,45m2/org Gb. 3.1
Pintu Keluar (exit) Setiap koriodr (25 tempat duduk) tiap 3 Gb. 3.2
atau 4 baris tersedia pintu keluar (0,8-1m)
Pandangan yang baik 300 = tanpa gerakan kepala, mudah Gb. 3.3
menggerakan mata
600 = sedikit gerak kepala, mudah
menggerakkan mata
1100 = maksimal tanpa gerakan kepala
Tabel 2.8 Spesifikasi fasilitas seni
Sumber : Data Arsitek

Gambar 2.11 Denah (a) dan Potongan (b) Kursi Teater


Sumber : Metric Handbook and Planning and Design Data, 1999

Gambar 2.12 Konstruksi Pintu Akustik


Sumber : Metric Handbook and Planning and Design Data, 1999

Universitas Sriwijaya
44

Gambar 2.13 Pandangan yang Baik


Sumber : Metric Handbook and Planning and Design Data, 1999

 Persyaratan Ruang Pameran


Galeri menurut Ernst Neufert dalam Data Arsitek Jilid 2 (2002) ruang pameran
(galeri) harus memenuhi keadaan sebagai berikut :
1. Terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering, dan debu.

2. Display dapat dilihat publik tanpa rasa lelah dengan susunan ruang dibatasi
perubahan dan kecocokan dengan bentuk ruangan.

3. Sudut pandang normal adalah 54º atau 27º pada sisi dinding bagian yang
akan dipamerkan diberikan cahaya yang cukup dari jarak 10 meter atau sama
dengan 4,9m (kurang lebih 70cm).

4. Spesifikasi menggantung frame dua dimensi adalah 30º dan 60º pada
ketinggian ruang 6,7m dan 2,13m untuk frame yang panjangnya 3-3,65 m.
b. Fasilitas Komunitas Olahraga
 Sepatu Roda
Sepatu Roda (In-line Skate) : terdapat dua aliran, yakni Slalom dan
Agressive. Gerakan yang dikompetisikan diantaranya speed slalom,
classic slalom, dan freestyle slide.

Universitas Sriwijaya
45

Gambar 2.14 Layout Area Kompetisi Classic Slalom dan Speed Slalom
Sumber : World Slalom Skaters Association Rulebook, 2014

Gambar 2.15 Layout Area Kompetisi Classic Slalom dan Speed Slalom
Sumber : World Slalom Skaters Association Rulebook, 2014
 Skate Board
Papan Luncur (Skate Board) :Olahraga atau permainan menyerupai skuter
dengan menggunakan ban sepatu roda yang dipasang pada papan. Papan
luncur berevolusi dari slalom, downhill, freestyle dan long jump menjadi
vert skating dan skateboard modern. Tinjauan bagian papan luncur sebagai
berikut:

Universitas Sriwijaya
46

 Sepeda
Sepeda (Bicycle Motorcross): merupakan sepeda kecil yang meniru
olahraga ekstrim motorcross berasal dari California awal tahun 1970-an.
BMX terbagi menjadi beberapa bagian yang pada dasarnya hampir sama
dengan papan luncur dan sepatu roda yaitu street, vert, pool, kemudian
dirt bike, race dan flatland. Terdapat 4 tipe jalur standar BMX, yang
akan digunakan yakni jalur A standar nasional (Data Arsitek, p.176)

Nama Standar Nama Standar


Panjang minimal 270m-300m Jalur start 8 jalur
Lebar bukit start 9m Waktu perjalanan minimal 35 detik
Gambar 2.16 Ilustrasi Bukit Start dan Ilustrasi jalur start pada bukit start
Ketinggian

Gambar 2.16 Ilustrasi Lintasan BMX

Tabel 2.9 Kriteria dan Standar Ukuran Lintasan BMX


Sumber : Data Arsitek

Universitas Sriwijaya
47

C. Fasilitas Komunitas Hobi


 Persyaratan Ruang Seminar /Workshop
- Penerangan, menggunakan penerangan untuk kerja halus, pekerjaan
cermat tidak intensif ,seperti menulis, membaca dan sebagainya : 150
lux
- Penghawaan, untuk orang dewasa,0,5 m2 /menit/orang,dengan volume
ruang 5,5-7 m3/orang
- Kebisingan kurang dari 60dB
- Struktur tidak mengganggu jalannya pengajaran
- Unsur pembentuk ruang yang menunjang jalannya pengajaran.
Peralatan dan perabot pelengkap yang memenuhi syarat untuk jenis
pendidikan yang diajarkan.

 Persyaratan Studio Foto


- Tertutup, tidak membutuhkan sinar matahari.
- Membutuhkan pencahayaan lampu-lampu besar sehingga ruang perlu
dikondisikan.
- Dinding dan lantai tidak boleh ada efek bayangan, lantai tidak boleh
licin, warna interior putih atau abu-abu.
- Faktor kebersihan sangat penting, ruangan bebas debu.

 Persyaratan Ruang Pamer Galeri


Penataan ruang yang terkait dengan pameran berarti mengorganisir unsur-
unsur berupa pengamat, karya seni dan berbagai benda pendukung dan aksesoris
ruang agar ruang tersebut mudah di akses serta nyaman dalam proses interaksi.
Sebuah ruang memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu barang
pajangan (lukisan) benar-benar terlindung dari pengerusakan, pencurian,
kebakaran, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu. Berikut adalah
prinsip-prinsip perancangan pada ruang display.
1. Desain ruang-lantai dan sirkulasi pengunjung.

Universitas Sriwijaya
48

Ruang selalu dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang dalam seni
rupa muncul istilah dwimatra dan trimatra. Dalam seni rupa, biasanya ruang
dikaitkan dengan bidang yang memiliki batas atau limit. Tetapi kadang-
kadang ruang juga bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruang dapat
dibagi dua, yaitu ruang nyata atau actual spaca (yang dapat terlihat dalam
seni patung atau seni tiga dimensi lainnya), dan ruang ilusif atau illusory
space (tercemin dalam seni lukis). Dalam seni lukis, ruang dalam
perkembangannya terkait dengan konsep, agar tercipta suasana yang
diingkan. Ruang menurut konsep teknis dibagi menjadi dua, yakni ruang
dalam (indoor) dan lruang luar (outdoor). Masing masing ruang tentu
memiliki kekhasan penanganan, khususnya di indoor. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah luas ruangan, dinding, plafon, , lantai, kusen, langit-
langit, pintu, jendela. Semuanya itu harus harus dipikirkan unutk
menciptakan visi ruang pamer yang diinginkan.
Dalam mendesain ruang pamer , khususnya karya yang berhubungan
dengan display, dibutuhkan beberapa hal penting, yaitu :
- Estetika peletakan
- Hubungan antara karya satu dengan karya lain, menjaga jarak dan mencari
hubungan yang khas, seperti aliran, gaya, komposisi warna, atua konsep
lainnya.
- Penulisan teks dan peletakan label (labelisasi ) keterangan karya, seperti
ukuran, judul, perupa, dan lain sebagainnya.
- Intensitas kesadaran tentang bahan yang dipakai pada karya seni.
Selain hal-hal diatas, ada metode yang dapat menata ruang berukuran
besar, yaitu mapping atau pemetaan. Metode pemetaan lokasi ini bergantung
pada fungsi untuk mengolah perjalanan penonton, apakah karya yang
dipajang harus dilihat semua, atau terpaku pada pemberian piliha-pilihan
pada penonton. Ruang yang begitu besar sangat membutuhkan fasilitas
seperti panel (skesel), atau dinding pembatas bongkar pasang, agar tidak
memunculkan ruang-ruang sisa.

Universitas Sriwijaya
49

Gambar 2. 17 Contoh Pola Sirkulasi Penonton Gambar 2. 18 Desain Rencana Sirkulasi


Sumber : Susanto, 2004 : 283 Sumber : Susanto, 2004 : 284

1. Materi Karya
Materi karya yang dimaksud adalah sejumlah benda (objek) yang
disajikan dalam pameran. Pemahaman terhadap materi karya sangat terikat
dengan pengetahuan si penata ruang, terutama pengetahuan tentang ‘apa itu
karya seni’ apabila karya seni itu berbentuk pemikiran ilmu, dokumentasi,
konsep warna, maka persoalanya ruang seperti apakah yang akan dipakai. Si
penata ruang perlu memperhatikan prinsip karya seni, yaitu : bentuk (dimensi),
jasa (seni murni-seni terapan), fungsui (social, personal, fisikal), mesium (alat,
bahan, teknik), sesain (komosisi), tema (pokok, isi), style (gaya), aliran serta
ukuran karya. Oleh karena itu, peranan kurator untuk menyeleksi dan
memberlakukan konsep teknis menjadi penting.

Universitas Sriwijaya
50

Gambar 2. 19 Penempatan Karya Seni Gambar 2. 20 Aransemen Karya


Sumber : Susanto, 2004 : 294 Sumber : Susanto, 2004 : 295
Jarak antara karya dan jarak antara karya dan penikmat merupakaN
tugas yang berat. Masalah jarak tersebut, dipastikan jumlah karya yang akan
sipamerkan mencukupi, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
Pemasangan karya juga tergantung pada pengelompokan karya yang
disajikan, yakni dapat digolongkan berdasar gaya, aliran tema, warna, objek,
atau apapun yang dapat siberi nuansa berbeda.

2. Labelisasi
Pembautan dan penempelan label dalam pameran seni rupa di dalam
ruang galeri atau museum adalah sebagai berikut :
- Label urusan seragam
- Dalam pameran ada yang setuju dengan penulisan harga karya diletakan pada
label atau ada pula yang tidak melakukannya karena telah tersedia di daftar
harga (price list) yang dipasang oleh penyelenggara pameran.
- Lengkapi tabel dengan segala sesuatu yang bersangkutan dengan karya, seprti
: nama perupa, judul, medium, tahun, harga (bila perlu), dan kolektor
memliki (jika tidak dijual).
- Letakan tabel pada tempat atau sisi yang sama antara satu karya lainnya.

Universitas Sriwijaya
51

Gambar 2. 21 Contoh Label Gambar 2. 22 Contoh Posisi Label


Sumber : Susanto, 2004 : 284 Sumber : Susanto, 2004 : 184

a. Tata Cahaya
Tata cahaya merupakan suatu prioritas pada ruang display atau diluar
ruang. Pencahayaan yang menarik terhadap karya seni yang disajikan
merupakan nilai tesrendiri dalam penataan ruang dan karya. Jumlah dan durasi
pencahayaan adalah faktor kunci ketika berpikir tentang tata letak cahaya pada
setiap karya, karena sangat bergantung pada situasi dan kondisi gedung. Sinar
ultraviolet dan tingkat kepanasan tertentu dapat mempengaruhi warna, pigmen,
mnyak, kanvas, atau kertas karya. Lukisan tidak sepenuhnya mendapatkan
penyinaran secara langsung, ada bagian-bagian tertentu yang mengarahkan
mata public pada center of interest karya. Cahaya artifisal berbentuk
fluorestcent tube, lampu pijar, lampu halogen dapat merusak seperti halnya
sinar matahari. Selain itu juga menghindari perubahan temperature secara
ekstrem, apalagi jika pameran tersebut pameran yang berlangsung lama, seperti
di museum. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tata lampu dalam tata
ruangan :
- Lampu harus difokuskan pada objek.
- Lampu tidak boleh difokuskan pada lantai dan dinding yang kosong, kecuali
pada kasus tertentu.
- Pilih sudut sekitar 30-45˚ arah vertical. Sudut ini biasanya akan menciptakan
tekanan yang efektif dengan penonjolan dan pola bayangan yang alami.

Universitas Sriwijaya
52

- Jika memunkinkan gunakan lighting yang saling bersilangan dari arah kiri
dan kanan atau alternatif dari arah depan. Hal ini akan menciptakan
penonjolan dan bayangan dan meninggikan bentuk tiga dimensi dari objek.
- Penanganan lighting jangan sampai menyilaukan mata penonton yang berada
disana.
Spotlight harus segera difokuskan kembali apabila lokasi dan display diubah.

Gambar 2.23 Tata Lampu Gambar 2.24 Tata Cahaya


Sumber : Susanto, 2004 : 298 Sumber : Susanto, 2004 : 298

 Persyaratan Ruang Penjualan (art shop dan café-store)


Dalam sebuah lingkungan interior seperti ruang penjualan, dimana
hal-hal yang bersangkutan dengan kenyamanan dan kenikmatan pengunjung
menjadi kebijaksanaan perusahaan, maka rancangan yang tanggap terhadap
dimensi manusia dan ukuran tubuh amat diperlukan. Sebagai contoh adalah
persinggungan antara pemakai dan berbagai jenis konter penjualan serta rak-
rak display harus memiliki kualitas tertinggi. Daerah pandang yang tepat bagi
tempat tempat untuk display baik dari arah dalam ataupun dari arah luar, juga
merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan perancangan sebuah
ruang retail.

Gambar 2.25 Lebar Lintasan Publik Utama

Universitas Sriwijaya
53

Sumber : (Dimensi manusia dan ruang interior, Panero, 1979)

Gambar 2.26 Area penjualan Tipikal


Sumber : (Dimensi manusia dan ruang interior, Panero, 1979)

Gambar 2.27 Tinggi Konter Penjualan


Sumber : (Dimensi manusia dan ruang interior, Panero, 1979)

Universitas Sriwijaya
54

2.4 Studi Preseden Fungsi Sejenis


2.4.1 Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta
Gelanggang Remaja Bulungan
merupakan gelanggang remaja yang
pertama kali dibangun di Indonesia.
Gelanggang Remaja Bulungan terletak di
wilayah Jakarta Selatan, gelanggang
remaja ini resmi beroperasi pada tanggal
Gambar 2.28 Gelanggang Bulungan
Sumber: id.wikipedia.org

22 juni 1970. Gelanggang remaja bulungan merupakan fasilitas bagi remaja


dengan status kepemilikan yaitu milik pemerintah.
Kompleks gelanggang remaja ini terbagi menjadi 2 bagian, bagian
pertama berada di jalan Bulungan yang menampung fasilitas gedung
olahraga, lapangan basket terbuka, mushola, ruang-ruang unit kegiatan,
auditorium, kantor pengelola, kelas untuk kegiatan pendidikan dan
pelatihanm rumah dinas, fasilitas pertunjukan, dan fasilitas penunjang seperti
wartel dan fotokopi. Bagian kedua yaitu terletak di jalan Kyai Maja, sekitar
200 meter dari bagian perta. Menampung fasilitas kolam renang, lapangan
basket terbuka, lapangan tenis, gedung pengelolam serta pusat jajanan.
Secara umum, sebagai bagian dari fasilitas milik Pemerinah DKI
Jakarta tugas gelanggang remaja bukungan ini adalah:
1. Menunjang dalam proses pembinaan bakan dan aktivitas generasi muda ke
arah yang lebih positif.
2. Menjalin kerja sama dengan instansi atau lembaga lain yang terkait degnan
generasi muda.
3. Membantu Pemerintah DKI Jakarta dalam hal pemaskan retribusi dari
masyaakat.
Gelanggang Remaja Bulungan memiliki fasilitas yang tergolong
lengkap, yang menjadi semacam markas bagi beberapa komunitas remaja
dalam bidang penyuluhan remaja, seni maupun olahraga. Kegiatan yang
dilaksanakan di Gelanggang Remaja ini antara lain:

Universitas Sriwijaya
55

1. Kegiatan Olahraga
a. Permainan : voli, basket, sepak
takraw, tenis meja, bulu tangkis
b. Ketangkasan : panjat tebing,
skating
Gambar 2.29 Gedung Olahraga Gelanggang Bulungan
c. Fitness Sumber: www.merdeka.com
d. Beladiri: aikido, kempo, taekwondo, dan karate
2. Pendidikan dan Rohani
a. Mental dan Spritual: ceramah, penyuluhan, peringatan hari besar agama
b. Iptek: penelitian, workshop
c. Berbagai kegiatan penelitian.
3. Seni dan Budaya
a. Seni Tari
b. Seni Musik
c. Seni Sastra
d. Seni Lukis
4. Program-program khusus
a. DIAM (Dialog Anak Muda), sebuah perkumpulan remaja yang bergerak
dibidang pendidikan dan kerohanian.
b. KAMU (Kreasi Anak Muda), sebuah perkumpulan remaja yang bergerak
di bidang olahraga dan seni.

Fasilitas yang disediakan untuk mewadahi seluruh kegiatan tersebut mencakup:


1. Area kolam renang dengan luas total sekitar 7000m2,
2. Gedung olahraga dengan daya tampung sekitar 1500 orang dan luas sekitar
2000m2,
3. Auditorium untuk berbagai pertunjukkan dengan daya tampung 500 orang
dan luas sekitar 2000m2, dengan mezzanine yang di fungsikan sebagai
fasilitas seni dan budaya,
4. Aula B dan C untuk kegiatan pertunjukan seni pertunjukan dan kebudayaan,
5. Lapangan olahraga outdoor (lapangan basket, tenis, dan bulu tangkis),

Universitas Sriwijaya
56

6. Ruang sekretariat berbagai perkumpulan, sanggar seni, klub olahraga,


perkumpulan kepemudaan lain
7. SMP terbuka yang dikelola oleh sebuah LSM,
8. Tembok untuk wall climbing,
9. Ruang manajerial dan pengelola.
Lokasi Gelanggang Remaja Bulungan berada dekat dengan SMUN 70
dan SMUN 6 Jakarta. Fasilitas ini pun sering dimafaatkan sekolah-sekolah
tersebut untuk melaksanakan kegiatan akademik olahraganya, sehingga para
remaja disekitar fasilitas ini sudah tidak merasa asing lagi dengan fungsi-fungsi
yang terdapat dalam gelanggang remaja ini. Gelanggang remaja ini pun memiliki
beberapa akses masuk yang “mengundang” orang untuk masuk kedalam fasilitas-
fasilitas yang disediakan. Namun keberadaan beberapa akses masuk tersebut
justru menimbulkan kurang jelasnya orientasi pintu masuk pengguna yang baru
pertama kali mengunjungi fasilitas ini.
Walaupun berada didaerah yang ramai, kegiatan yang berlangsung di
dalam Gelanggang Remaja Bulungan ini relatif tidak terganggu karena fasilitas
ini berupa kompleks bangunan yang tertutup dan cenderung berorientasi
kedalam. Karena lahannya yang cukup luas, fasilitas ini mampu membentuk
lingkungannya sendiri dan tak terpengaruh kebisingan dari luar. Akses masuk
utamanya pun dibuat jauh dari pusat kebsingan, menghadap kompleks
perumahan yang ada di dekatnya.
Gelanggang Remaja Bukungan Jakarta Selatan merupakan proyek
percontohan untuk fasilitas kepemudaan di Jakarta serta diharapkan dapat
menjadi pusat berbagai komunitas remaja. Bebrapa aspek positif yang dimiliki
Gelanggang Remaja Bulungan diantaranya adalah:
1. Lokasi yang strategis: berada di daerah keramaian remaja, pusat
perbelanjaan, serta sekolah-sekolah yang memastikan tetap berjalannya
aktivitas didalam fasilitas ini.
2. Fasilitas yang ada tergolong lengkap untuk mewadahi seluruh kegiatan yang
di programkan.

Universitas Sriwijaya
57

3. Dukungan dari masyarakat yang cukup baik, terlihat dari banyaknya


komunitas yang berkegiatan di sini.

2.4.2. Taman Ismail Marzuki

Gambar 2.30 Grand Theater Taman Ismail Marzuki


Sumber: www.tripadvisor.co.id

Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang populer disebut


Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan
kebudayaan yang berlokasi di jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Di sini
terletak Institut Kesenian Jakarta dan Planetarium Jakarta. Selain itu, TIM
juga memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung arsip, dan
bioskop. Acara-acara seni dan budaya dipertunjukkan secara rutin di pusat
kesenian ini, termasuk pementasan drama, tari, wayang, musik, pembacaan
puisi, pameran lukisan dan pertunjukan film. Berbagai jenis kesenian
tradisional dan kontemporer, baik yang merupakan tradisi asli Indonesia
maupun dari luar negeri juga dapat ditemukan di tempat ini. Nama pusat
kesenian ini berasal dari nama pencipta lagu terkenal Indonesia, Ismail
Marzuki.

TIM sejak berdiri tahun 1968 lalu hingga kini telah menjadi ruang
ekspresi seniman yang menyajikan karya-karya inovatif. Pertunjukkan
eksperimen, suatu dunia atau karya seni yang sarat dengan dunia ide.
Membuka pintu seluas-luasnya bagi ruang berfikir dan berkreasi menuju seni
yang berkualitas. Untuk beberapa waktu lamanya harapan muncul suatu
karya dalam dunia penciptaan, menjadi kenyataan. Panggung TIM menjadi

Universitas Sriwijaya
58

marak dengan karya-karya eksperimen yang sarat ide. Ini ditandai oleh
sejumlah kreator seni yang sempat membuka peta baru di atas pentas.

Fasilitas:
 Grand Theater

Gambar 2.31 Grand Theater TIM Gambar 2.32 Interior Grand Teater TIM
Sumber: www.tripadvisor.co.id Sumber : litac-consultant.com

Grand Theater / Teater Jakarta: Sebagai tambahan baru ke koleksi teater


di Taman Ismail Marzuki, Teater jakarta memiliki panggung dengan luas
14 x 16 x 7~9 m. Dapat menampung sampai 1200 orang, teater ini
ditunjang dengan fasilitas-fasilitas termutakhir yang memungkinkan acara
skala besar bisa diadakan di teater ini.

 Graha Bhakti Budaya

Gambar 2.33 Graha Bhakti Budaya


Sumber: wikimapia.org
Graha Bhakti Budaya: adalah Gedung Pertunjukan yang besar,
mempunyai kapasitas 800 kursi, 600 kursi berada di bawah dan 200 kursi
di balkon. Panggung GBB berukuran 15m x 10m x 6m. Gedung ini dapat
dipergunakan untuk gedung pertunjukan konser musik, teater baik

Universitas Sriwijaya
59

tradisional maupun modern, tari, film, dan dilengkapi dengan tata cahaya,
sound sistem akustik, serta pendingin ruangan.

 Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III

Gambar 2.34 Interior Galeri Cipta TIM


Sumber: outoftheboxindonesia.wordpress.com
Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III: adalah ruang pameran yang lebih
besar dari Galeri Cipta III (GC III). Kedua ruang tersebut dapat
dipergunakan untuk pameran seni lukis, seni patung, diskusi dan seminar,
dan pemutaran film pendek. Gedung ini dapat memuat sekitar 80 lukisan
dan 20 patung serta dilengkapi dengan pendingin ruangan, tata cahaya
khusus, tata suara serta panel yang dapat dipindah-pindahkan.

 Teater Kecil/Teater Studio


Teater Kecil/Teater Studio: merupakan gedung pertunjukan yang
dipersiapkan untuk 200 orang. Gedung ini mempunyai banyak fungsi
seperti seni pertunjukan teater, musik, pembacaan puisi, seminar,dll.
Teater Kecil mempunyai ukuran panggung 10m x 5m x 6m. Gedung ini
juga dilengkapi sistem akustik, tata cahaya dan pendingin ruangan.

 Teater Halaman (Studio Pertunjukan Seni): Dipersiapkan untuk


pertunjukan seni eksperimen bagi seniman muda teater dan puisi,
mempunyai kapasitas penonton yang fleksibel.

Universitas Sriwijaya
60

 Plaza dan Halaman: TIM mempunyai areal parkir yang cukup luas
yang merupakan lahan serba guna dan dapat dipergunakan untuk berbagai
pertunjukkan kesenian open air.

2.4.3 Rumah Komunitas Salihara, Jakarta

Gambar 2.35 Komunitas Salihara


Sumber : (Dokumentasi Salihara)
Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah
sejak 08 Agustus 2008, dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di
Indonesia.Berlokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m2 di Jalan
Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara
terdiri atas tiga unit bangunan utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, dan
ruang perkantoran. Saat ini, Teater blackbox Salihara adalah satu-satunya
yang ada di Indonesia.
Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman,
jurnalis, dan peminat seni. Sejak berdiri, Komunitas Salihara telah
menampilkan berbagai macam acara seni dan pemikiran; sebagian datang
dari mancanegara, dan berkelas dunia pula. Gedung komunitas salihara
kemudiann mengembangkan fungsinya dengan menambahh anjung
sebagai fasilitas tambahan dengan tambahan fasilitas untuk studio latihan,
wisma seni dan amphiteatre.
Pernah didapuk sebagai “The Best Art Space” (2010) oleh majalah
Time Out Jakarta dan sebagai satu dari “10 Tempat Terunik di Jakarta”
(2010) versi Metro TV, arsitektur Komunitas Salihara juga dinobatkan

Universitas Sriwijaya
61

sebagai “Karya arsitektur yang menerapkan aspek ramah lingkungan” oleh


Green Design Award 2009.
Saat ini Komunitas Salihara banyak dikunjungi oleh masyarakat
yang ingin menikmati program-program kesenian dan pemikiran, klasik
dan mutakhir, dan bermutu tinggi. Di samping itu, Komunitas Salihara
menjadi tempat berkumpul bagi berbagai kelompok minat—misalnya
sastrawan, pembuat film, koreografer, arsitek muda, peminat filsafat,
penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain.
Komunitas Salihara dapat juga disebut pusat kebudayaan alternatif:
ia tidak dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun
kedutaan asing. Visi Komunitas Salihara adalah memelihara kebebasan
berpikir dan berekspresi, menghormati perbedaan dan keragaman, serta
menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual. Kami
perlu menegaskan visi ini, karena di Indonesia saat ini, yang sudah
menjalankan demokrasi elektoral dalam dua dasawarsa terakhir,
kebebasan berpikir dan berekspresi masih sering terancam dari atas (dari
aparat Negara) maupun dari samping (dari sektor masyarakat sendiri,
khususnya sejumlah kelompok yang mengatasnamakan agama dan suku).
Dalam pemrograman, Komunitas Salihara memprioritaskan
keseniankesenian baru. Kebaruan ini adalah, bagi kami, bukan hanya
menandakan masyarakat pendukung kesenian yang dinamis, tapi juga
sikap kreatif terhadap berbagai warisan kesenian Indonesia dan dunia.
Komunitas Salihara mengajak penonton untuk mendukung kebaruan ini.
Namun diperlukan proses yang agak panjang untuk mencapai situasi ideal
ini. Karena itu, Komunitas Salihara masih menampilkan kesenian yang
bersifat “biasa”, yang kami anggap bisa menjadi jembatan bagi penonton
umum untuk menuju kesenian baru yang kami maksud. Dengan demikian,
kami berharap, pada tahun-tahun mendatang, Komunitas Salihara dapat
mementaskan lebih banyak lagi kesenian baru dan memperluas lingkaran
penonton yang berwawasan baru pula.

Universitas Sriwijaya
62

Dalam menjalankan program-programnya, Komunitas Salihara


dibantu oleh berbagai lembaga, terutama lembaga-lembaga swasta
maupun perorangan. Di samping itu Komunitas Salihara selalu berusaha
bekerjasama dengan sejumlah lembaga asing misalnya pusat-pusat
kebudayaan asing yang ada di Jakarta untuk mendatangkan sejumlah
kelompok ke Indonesia.
Salihara dibangun di atas lahan yang relatif sempit yaitu 3.800 m2
.Salihara awalnya memiliki 3 lantai dengan fungsi kedai, gerai, serambi,
teater indoor, galeri, dan kantor pengelola. Kemudian salihara
dikembangkan lagi dengan menambah anjung yang memiliki 7 lantai
dengan fungsi studio musik, studio tari, wisma, ruang pertemuan,dan
ruang gym. Gambar 22 hingga gambar 24 adalah siteplan dan denah
salihara.

Gambar 2.36 Siteplan Komunitas Salihara Gambar 2.37 Denah Teater Salihara
Sumber : (Dokumentasi Salihara) Sumber : (Dokumentasi Salihara)

Inilah fungsi ruang yang terdapat di rumah komunitas Salihara :


 Serambi Salihara
Ruangan ini, yang terletak tepat di bawah Galeri Salihara, dapat
digunakan untuk acara diskusi, kuliah umum, atau pemutaran film,
dengan daya tampung sekitar 70 orang. Serambi Salihara juga berfungsi

Universitas Sriwijaya
63

sebagai ruang tunggu yang menyediakan bahan bacaan (buku, majalah,


dan katalog pameran) yang hanya bisa dibaca di tempat.

Gambar 2.38 Serambi Salihara


Sumber : (Dokumentasi Salihara)

 Teater Salihara
Teater Salihara dapat menampung hingga 252 penonton. Inilah gedung
teater black box pertama di Indonesia. Berdinding kedap suara, teater
ini dilengkapi ruang rias berikut segala peralatan tata panggung, tata
suara, dan tata cahaya modern. Bagian atap Teater Salihara juga
dirancang sebagai teater terbuka, bernama Teater Atap Salihara.

Gambar 2.39 Teater Salihara


Sumber : Dokumentasi Salihara
- Galeri
Berbeda dengan bangunan galeri pada umumnya, Galeri Salihara
berbentuk silinder dengan lingkar sedikit oval. Interior dengan dinding
melingkar tanpa sudut memberi ruang pandang lebih luas. Sebuah
ruang serbaguna dan kedai dengan pemandangan terbuka terletak di
bawah bangunan ini.

Universitas Sriwijaya
64

Gambar 2.40 Galeri Salihara


Sumber : Salihara
- Ruang Selasar Atas
- Ruang Selasar Bawah
- Gerai Salihara (Art Store)
Gerai mungil ini mulai kami kelola sejak April 2011menggabungkan
berbagai cindera mata (merchandise) karya seniman yang pernah
berpameran di Galeri, tampil di teater atau bekerja sama dengan
Salihara; mendekatkan anda dengan para seniman atau kelompok seni
yang karya-karyanya anda minati.

Gambar 2.41 Gerai Salihara


Sumber : (Dokumentasi Salihara)
- Kedai Salihara
Sambil menunggu pertunjukan dimulai atau untuk menikmati suasana
Komunitas Salihara, anda bisa mencoba menu spesial dari Kedai Kopi
Tiam Oey yang terkenal. Kedai Kopitiam Oey-Salihara pun
menyediakan fasilitas internet nirkabel (WiFi) gratis.

Universitas Sriwijaya
65

Gambar 2.42 Kedai Salihara


Sumber : (Dokumentasi Salihara)

- Studio Tari

Gambar 2.43 Studio Tari


Sumber : (Dokumentasi Salihara)

- Ruang Serba Guna

Gambar 2.44 Ruang Serba Guna


Sumber : (Dokumentasi Salihara)

Universitas Sriwijaya
66

 Wisma (ruang tidur regular & VIP, ruang duduk bersama, pantry)

Gambar 2.45 Wisma


Sumber : (Dokumentasi Salihara)

- Teater Atap
Inilah ruang terbuka yang merupakan atap bangunan Teater Salihara.
Atap ini juga berfungsi sebagai penyerap air hujan dengan lantai tanah
berumput yang membuat ruangan Teater Salihara di bawahnya tetap
sejuk. Sebagai ruang teater tebuka, Teater Atap telah dicoba untuk
pergelaran wayang kulit, konser musik, pembacaan sastra, pemutaran
film, dan pembukaan pameran seni rupa. Teater Atap juga dilengkapi
dengan fasilitas bar mini yang menyediakan makanan dan minuman
bagi penonton yang sedang menikmati pertunjukan di sana.

Gambar 2.46 Teater Atap


Sumber : (Dokumentasi Salihara)

- Arsip Salihara
Arsip Salihara berperan sebagai tempat penyimpanan dan pengolahan
seluruh data (teks, foto, audio, video dan komunikasi visual) program-
program yang pernah diadakan di Komunitas Salihara. Di samping itu,
ia juga mengoleksi pelbagai buku dari bidang sastra, seni, dan filsafat.

Universitas Sriwijaya
67

Gambar 2.47 Perpustakaan Salihara


Sumber : (Dokumentasi Salihara)

Kesimpulan Komunitas Salihara :


Komunitas Salihara beserta anjungnya dapat menjadi referensi
sebuah ruang pertunjukkan tertutup/terbuka, ruang pameran,
berdampingan dengan fasilitas pendukung kegiatan yang berkaitan
dengan kebutuhan komunitas yang sifatnya sebagai pendukung
sekaligus pengembangan kreativitas.
Komunitas salihara menyajikan sebuah artspace yang sifatnya
apresiasi sekaligus komersil, dengan fungsi yang relatif banyak, lahan
yang sempit dan dana yang terbatas. Komunitas salihara
menghadirkan tantangan desain menjadi sebuah keistimewaan
dengan menghadirkan raut dan tekstur yang jujur dari material.
Penggunaan bata expose dan lantai terasso mampu menekan biaya
pembangunan namun sekaligus menjadi wajah bangunan. Terkesan
sederhana dan netral diantara perbedaan seni-seni yang dihadirkan di
komunitas Salihara.

Universitas Sriwijaya
68

Tabel Studi Preseden Bangunan Pusat Komunitas / Community Center:


Gelanggang Remaja Taman Ismail Marzuki, Rumah Komunitas
Bulungan, Jakarta Jakarta Salihara, Jakarta
Lokasi

Sumber: Sumber: Sumber:


id.wikipedia.org www.tripadvisor.co.id Dokumentasi Salihara

Terletak di wilayah Pusat Kesenian Jakarta Komunitas Salihara


Jakarta Selatan, Taman Ismail adalah sebuah kantong
gelanggang remaja Marzuki yang populer budaya yang berkiprah
bulungan merupakan disebut Taman Ismail sejak 08 Agustus 2008,
fasilitas bagi remaja Marzuki (TIM) dan pusat kesenian
dengan status kepemilikan merupakan sebuah pusat multidisiplin swasta
yaitu milik pemerintah. kesenian dan pertama di Indonesia.
Lokasi nya strategis yaitu kebudayaan yang Berlokasi di atas sebidang
berada di daerah berlokasi di jalan Cikini tanah seluas sekitar 3.800
keramaian remaja, pusat Raya 73, Jakarta Pusat. m2 di Jalan Salihara 16,
perbelanjaan, serta Acara-acara seni dan Pasar Minggu, Jakarta
sekolah-sekolah yang budaya dipertunjukkan Selatan.
memastikan tetap secara rutin di pusat
berjalannya aktivitas kesenian ini, termasuk
didalam fasilitas ini. pementasan drama, tari,
wayang, musik,
pembacaan puisi,
pameran lukisan dan
pertunjukan film.
Berbagai jenis kesenian
tradisional dan
kontemporer, baik yang
merupakan tradisi asli
Indonesia maupun dari

Universitas Sriwijaya
69

luar negeri juga dapat


ditemukan di tempat ini.
Tata Main Enterance dicapai  Graha Bhakti Budaya Kompleks Komunitas
Ruang dari 2 bagian, bagian (GBB) adalah Gedung Salihara terdiri atas tiga
pertama berada di jalan Pertunjukan yang besar, unit bangunan utama:
Bulungan dan bagian mempunyai ruangan 800 Teater Salihara, Galeri
kedua yaitu terletak di kerusi, 600 kursi berada Salihara, dan ruang
jalan Kyai Maja. di bawah dan 200 kursi di perkantoran.
1. Area kolam renang balkon. Saat ini, Teater blackbox
dengan luas total sekitar Salihara adalah satu-
7000m , 2  Galeri Cipta II dan satunya yang ada di
2. Gedung olahraga Galeri Cipta III Indonesia.
dengan daya tampung Kedua ruang tersebut Komunitas Salihara
sekitar 1500 orang dan dapat dipergunakan untuk dibentuk oleh sejumlah
luas sekitar 2000m2, pameran seni lukis, seni sastrawan, seniman,
3. Auditorium untuk patung, perbincangan dan jurnalis, dan peminat seni.
berbagai pertunjukkan seminar, dan pemutaran Sejak berdiri, Komunitas
dengan daya tampung filem pendek. Salihara telah
500 orang dan luas menampilkan berbagai
 Teater Kecil/Teater
sekitar 2000m2, dengan macam acara seni dan
Studio
mezzanine yang di pemikiran; sebagian
Merupakan gedung
fungsikan sebagai datang dari mancanegara,
pertunjukan yang
fasilitas seni dan dan berkelas dunia pula.
dipersiapkan untuk 200
budaya, Gedung komunitas
orang.
4. Aula B dan C untuk salihara kemudiann
kegiatan pertunjukan  Teater Halaman (Studio mengembangkan
seni pertunjukan dan Pertunjukan Seni) fungsinya dengan
kebudayaan, Dipersiapkan untuk menambahh anjung
5. Lapangan olahraga pertunjukan seni sebagai fasilitas tambahan
outdoor (lapangan eksperimen bagi seniman dengan tambahan fasilitas
basket, tenis, dan bulu muda teater dan puisi, untuk studio latihan,
tangkis), mempunyai ruangan wisma seni dan
6. Ruang sekretariat penonton yang fleksibel. amphiteatre.

Universitas Sriwijaya
70

berbagai perkumpulan,
 Plaza dan Halaman
sanggar seni, klub
TIM mempunyai areal
olahraga, perkumpulan
parkir yang cukup luas
kepemudaan lain
yang merupakan lahan
7. SMP terbuka
serba guna dan dapat
8. Tembok untuk wall
dipergunakan untuk
climbing,
berbagai pertunjukkan
9. Ruang manajerial dan
kesenian open air.
pengelola.

Massa Masa bangunan majemuk Massa bangunan Masa bangunan majemuk


Bangun bentuk kompak. majemuk, pola Cluster. bentuk kompak.
an
Zoning Zoning ruang cenderung Zoning ruang cenderung Salihara awalnya memiliki
Ruang horizontal dengan zonasi: horizontal dengan zonasi: 3 lantai dengan fungsi
- Bagian barat, untuk - Bagian timur untuk kedai, gerai, serambi,
aktivitas seni dan kegiatan yang berkaitan teater indoor, galeri, dan
kerajinan dengan organisasi kantor pengelola.
- Bagian timur untk remaja Kemudian salihara
aktivitas olahraga - Bagian tengah terdiri dikembangkan lagi
rekrasi dari hall dan ruang dengan menambah anjung
- Bagian selatan untuk pengelola. yang memiliki 7 lantai
aktivitas sosial. - Bagian barat untuk dengan fungsi studio
kegiatan olahraga musik, studio tari, wisma,
ruang pertemuan,dan
ruang gym.
Sirkulas Sirkulasi ruang dalam dari Sirkulasi ruang dalam Sirkulasi ruang dalam dari
i main enterance menuju melalui hall denga pola main enterance menuju
lobby kemudian ke ruang menyebar ke ruang lobby kemudian ke ruang
fungsional lainnya dengan fungsional lainnya. fungsional lainnya dengan
pola menyebar pola menyebar
Tabel 2.10 Studi Preseden Bangunan Pusat Komunitas / Community Center
Sumber: Analisa Penulis dari berbagai sumber
Kesimpulan yag dapat diambil dari tiga studi bangunan diatas adalah:

Universitas Sriwijaya
71

Tabel 2.11 Kesimpulan Aspek Tapak dan Lingkungan


Telaah Kasus Kesimpulan
Lokasi - Strategis, dekat dengan fasilitas pendukung lainnya;
seperti perumahan, fasilitas pendidikan, taman kota,
fasilitas rekreasi, dll.
- Aksesibel, mudah dicapai oleh semua kalangan baik
jalan kaki maupun kendaraan umum/pribadi
Tata Ruang Luar - Pencapaian kedalam tapak minimal didekati dari dua
sisi, dengan penekanan pada arah main enterance
- Sirkulasi pejalan kaki menggunakan jalur sendiri
(pedestrian) dan terpisah dari lalu lintas kendaraan
pengunjung lainnya
- Zoning tapak terdiri atas bangunan utama untuk indoor
activity, taman/plaza, ruang publik untuk outdoor
activity dan area parkir.
Sumber: Analisis Penulis

Tabel 2.12 Kesimpulan Aspek Bangunan


Telaah Kasus Kesimpulan
Program Bangunan - Kegiatan utama dalam fasilitas merupakan program
yang berkaitan dengan fungsi dan misi bangunan.
- Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang bersifat
rekreasi, interaksi sosial, untuk menarik pengunjung
- Kegiatan servis, untuk mendukung kelancaran kegiatan
yang ada dalam skala bangunan maupun tapak.
Sumber: Analisis Penulis

Universitas Sriwijaya
72

BAB III
METODE PERANCANGAN

3.1 Pentahapan Kegiatan Perancangan


3.1.1 Pengumpulan Data Penunjang Perancangan
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode analisa deskriptif, yaitu
dengan mengadakan pengumpulan data-data baik data primer (kondisi eksisting
tapak dan topografi) maupun sekunder (studi bangunan sejenis) untuk kemudian
di analisa untuk memperoleh dasar-dasar program perencanaan dan perancangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang
berkaitan dengan pengumpulan data, teori konsep, standar perencanaan
bangunan, serta studi kasus melalui buku dan internet mengenai Perancangan
dan Perencanaan Pusat Komunitas Palembang.
 Studi Kasus
Studi terhadap bangunan sejenis untuk lebih mengetahui secara nyata
bangunan sejenis melalui buku/majalah/katalog/jurnal dan dijadikan sebagai
acuan dalam merancang.
 Survey Lapangan
Pengamatan secara langsung ke tapak terpilih maupun pada bangunan yang
memiliki kesamaan fungsi, yaitu sebagai tempat Pusat Komunitas/
Community Center. Survei ini bermanfaat untuk mengenal potensi dan
permasalahan kawasan.
 Wawancara
Pengumpulan data dengan tanya jawab serta memperhatikan pendapat dari
pihak-pihak yang terkait yang mempunyai hubungan terhadap sarana terkait
yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam merancang.

Universitas Sriwijaya
73

3.1.2 Analisa Pendekatan Perancangan


a. Tema Perancangan
Pendekatan perancangan menggunakan pendekatan filosofi arsitek Kisho
Kurokawa. Yaitu dengan tema Simbiosis dalam Arsitektur sebagai tema
perancangan dengan penekanan ‘Intermediate Zone/Zona Antara’ yang digunakan
untuk menggabungkan beberapa fungsi dan kegiatan yang berbeda menjadi sesuatu
yang baru dan dihubungkan oleh zona antara sehingga dapat memiliki dampak yang
baik bagi semua dan dapat mencapai prospek yang diharapkan.

DI IMPLEMENTASI KAN KE:

PUSAT  Ruang Dalam

KOMUNITAS (Bentuk, Pola, Organisasi,


Intermediate Zone
DI KOTA Sirkulasi Ruang & Massa)

PALEMBANG  Ruang Luar (Zona Antara)


(Bentuk, Pola, Organisasi,

Sirkulasi Tapak)

Bagan 3.1 Alur Tema Perancangan


Sumber: Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
74

b. Studi Preseden Tema Sejenis


 Nagoya City Art Museum

Gambar 3.1 Nagoya City Art Museum


Sumber : www.art-museum.city.nagoya.jp

Nagoya City Art Museum didirikan pada tahun 1977, di dalam


museum ini terdapat berbagai koleksi yang berasal dari zaman paleolithic
Jepang seperti benda bersejarah, karya seni kerajinan tangan, dokumen dan
materi folk.
Konsep yang diterapkan Kurokawa pada bangunan ini adalah
Metafora abstrak, (metafora yang tidak dapat diraba) metafora yang
berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-
nilai seperti : individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.
Kisho Kurokawa mencoba melakukan simbiosis antara elemen
sejarah dan budaya pada engawa (tempat peralihan sebagai “ruang antara”
pada bangunan: antara alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan).
Konsep ini diterapkan pada Nagoya City Art Museum. Sejarah dan budaya
adalah sesuatu obyek yang abstrak dan tidak dapat dibendakan (intangible).
Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa ini tergolong pada metafora
abstrak. Bentuk yang dipakai Kurokawa pada bangunan ini didominasi
oleh bentukan geometris seperti kubus, lengkung dan segitiga. Interior
pada bangunan ini juga di dominasi dengan bentukan bentukan geometri dan
perpaduan antara unsur jepang dan modern.

Universitas Sriwijaya
75

Gambar 3.2 Nagoya City Art Museum


Sumber : www.art-museum.city.nagoya.jp

Bangunan ini banyak menggunakan material yang bersifat modern,


seperti, kaca, besi, stainless, keramik, beton, kayu dll. Dimana material
material tersebut sesuai dengan karakter unsur unsur yang terkandung dalam
arsitektur tradisional jepang seperti kayu, rerumputan, tanah, batu, dan
logam.
Warna yang digunakan Kisho Kurokawa pada bangunan ini
adalah warna-warna material modern seperti putih, abu-abu, hitam. Kisho
Kurokawa juga menggunakan coklat untuk memberikan kesan hangat.
Warna primer dan sekunder hadir sebagai aksen di bangunan-bangunannya.
Kurokawa menggunakan unsur pendukung bangunan berupa kolam
pada bangunan ini. Selain menggunakan pencahayaan buatan, Kurokawa
juga memaksimalkan pencahayaan alami untuk bangunan ini
dengan menggunakan dinding kaca, skylight, dan bukaan jendela.

 Saitama Prefectural Museum of Modern Art

Gambar 3.3 Saitama Prefectural Museum of Modern Art


Sumber : www.scribd.com
Sama seperti karya sebelumnya, konsep yang digunakan Kurokawa
pada bangunan ini yaitu simbiosis. Lebih tepatnya simbiosis antara budaya
dan modern, bangunan dan lingkungan, serta eksterior dan interior.
Universitas Sriwijaya
76

Kisho Kurokawa mempertimbangkan tiga hal yaitu bangunan ini harus dapat
menjadi museum seni, icon wilayah, serta memaksimalkan
pemandangan sekitar.
Pada bangunan ini Kurokawa juga membuat bentukan geometris
sebagai bentukan yang digunakan pada bangunan, namun ada juga bentuk
organik yang dia gunakan. Begitu juga pada interior museum ini.
Material pada bangunan ini menggunakan material yang memiliki
unsur unsur berkarakter arsitektur jepang.
Begitu juga dengan warna bangunan, masih menggunakan warna
warna netral seperti abu abu, hitam, putih, dan coklat. Bangunan ini juga
memiliki unsur pendukung berupa kolam. Pencahayaan alami yang ada pada
bangunan ini juga cukup baik, terdapat skylight & bukaan jendela besar.

 Wakayama Museum of Modern Art

Gambar 3.4 Wakayama Museum of Modern Art


Sumber : www.scribd.com
Konsep yang digunakan Kurokawa pada bangunan ini juga
merupakan simbiosis antara budaya dan modern. simbiosis
antara interior dan eksterior, masa lalu dan masa sekarang.
Kisho Kurokawa juga menerapkan bentukan bentukan geometris
pada eksterior dan interior bangunan ini. namun ada juga bentuk
organik yang dia gunakan.
Material yang digunakan Kisho Kurokawa dibangunan ini adalah
material modern. Tetapi ia tetap mengandung dan melibatkan unsur-unsur
material tradisional Jepang. Warna yang digunakan pada bangunan ini
kebanyakan adalah warna-warna material modern seperti

Universitas Sriwijaya
77

putih, abu-abu, hitam. Dan pemberian warna lainnya sebagai aksen.


Pada bangunan ini juga terdapat unsur pendukung berupa kolam.
Sebagai penambah estetika dan bagian dari keharmonisan bangunan,
sesuai dengan filosofi arsitektur tradisional jepang. Pencahayaan alami pada
bangunan ini juga cukup baik. Dapat dilihat dari banyaknya bukaan, dinding
kaca, dan beberapa skylight.

Berdasarkan hasil analisis dari karakter tiga objek bangunan karya


Kisho Kurokawa diatas, hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:
1. Konsep perancangannya adalah metabolisme, simbiosis, atau keduanya.
2. Bentuk yang dipakai Kisho Kurokawa didominasi bentukan
geometris, namun ada juga bentuk organik yang dia gunakan.
3. Material yang digunakan Kisho Kurokawa cenderung material modern.
Tetapi ia tetap mengandung unsur - unsur material tradisional Jepang.
4. Warna yang digunakan Kisho Kurokawa kebanyakan adalah warna-warna
material modern seperti putih, abu-abu, hitam. Kisho Kurokawa juga
menggunakan coklat untuk memberikan kesan hangat. Warna primer dan
sekunder hadir sebagai aksen di bangunan-bangunannya.
5. Kisho kurokawa menggunakan unsur pendukung seperti kolam untuk
sebagai pelengkap bangunannya. Dan menambah estetikanya.
6. Kisho Kurokawa berusaha memaksimalkan pencahayaan alami pada karya
perancangannya dengan cara memilih material kaca sebagai dinding
yang juga untuk memaksimalkan pemandangan sekitar bangunan.

Universitas Sriwijaya
78

KONSEP  SIMBIOSIS KISHO KUROKAWA  INTERMEDIARY SPACE


• Simbiosis Mutualisme
Merupakan hubungan yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lainnya.
Simbiosis Mutualisme dapat juga diterapkan dalam dunia Arsitektur.
Simbiosis Mutualisme inilah yang dimaksudkan dalam metode atau konsep
perancangan Simbiosis yang diungkapkan oleh Kurokawa sebagai tokoh Simbiosis
Arsitektur. Hal ini dapat digambarkan dengan bagan berikut:

Perpaduan antara A dan B agar bisa saling menguntungkan maka dipadukan


dengan adanya ruang antara ‘ intermediari space ‘ pada keduanya. Dimana ruang
antara yang dihasilkan benar-benar mampu menengahi kedua elemen yang saling
bertentangan tersebut dengan menggambarkan keadaan kedua zona sucinya masing –
masing.

Perbedaan dalam Simbiosis juga merupakan dua hal yang bertentangan atau
binary oposisi. Namun Simbiosis yang dikemukakan oleh Kurokawa adalah
Simbiosis mutualisme, perpaduan antara dua hal yang berbeda yang saling
menguntungkan. Dimana perbedaan ini dibiarkan hidup bersama.
Konsep Simbiosis merupakan perpaduan dua hal yang bertentangan (binary
oposisi) dalam suatu identitas baru yang di dalamnya unsur-unsur tersebut masih
independen.
Dalam Simbiosis terdapat pembagian zona yang di dalamnya merupakan
zona suci dan zona perantara. Zona suci merupakan karakter atau ciri khas dari
sebuah objek atau budaya, sedangkan zona antara merupakan zona atau ruang yang
menjadi perantara atau penghubung dari dua objek yang berbeda dengan masing-
masing zona suci mereka yang di modifikasi atau manipulasi sehingga pada ruang
antara ini benar- benar mampu menggambarkan keadaan pada kedua objek yang
bertentangan tersebut.

Universitas Sriwijaya
79

KOMUNITAS SENI KOMUNITAS HOBI KOMUNITAS


OLAHRAGA

SAMA BERTENTANGANAN
 Komunitas Kesenian  Komunitas Cosplay  Komunitas Sepatu
Dul Muluk  Komunitas Fotografi Roda
 Komunitas Seni Musik  Komunitas Lukis dan  Komunitas Basket
 Komunitas Seni Tari Sketsa  Komunitas Futsal
 Komunitas Seni Kriya  Komunitas Modelling  Komunitas
 Komunitas Film/ Skateboard
Sinematografi  Komunitas Sepeda
 Komunitas Seni Peran (Streetbike)
(Teater)

Simbiosis antara Massa Bangunan:

Massa 1 Intermediary Massa 2


Space

BERUPA: BERUPA:
AMPHITEATER SELASAR
(JEMBATAN PENGHUBUNG ANTAR
BANGUNAN)

BERUPA:
LOUNGE SETIAP KOMUNITAS PADA BAGIAN
DALAM RUANG BANGUNAN

Universitas Sriwijaya
80

3.2 Elaborasi Tema Perancangan


Elaborasi tema merupakan upaya yang dilakukan dalam mewujudkan tema ke dalam
Palembang Community Center yang kemudian dikembangkan menjadi konsep
desain, tema nya yaitu ‘Simbiosis Dalam Arsitektur’ Kisho Kurokawa.
Simbiosis Dalam Implementasi Implementasi terhadap
Arsitektur bangunan
 Pembagian massa berdasarkan  Massa dibagi menjadi massa
fungsi bangunan tersebut komunitas seni hobi, massa
komunitas olahraga, dan
massa pengelola.
 Massa satu dan massa lain yang  Ruang perantara antar massa
merupakan fungsi yang komunitas seni hobi, massa
berbeda, sehingga simbiosis komunitas olahraga, dan
Unsur-Unsur
antar bangunan dibutuhkan massa pengelola  terdapat
Simbiosis (Kisho
sebuah ruang perantara antar sebuah selasar, dan pada
Kurokawa)
massa bangunan. bagian lantai dua nya
didesain taman penghubung
Intermeditary
antar bangunan.
Space (Ruang
 Menghubungkan bagian dalam  Massa ditata dengan
Perantara)
dan luar bangunan dengan memaksimalkan kedekatan
selasar dan plaza yang saling antara ruang luar dan dalam.
berhubungan dan Setiap massa memiliki
menguntungkan (simbiosis). hubungan dengan ruang luar
yang serupa namun jenisnya
berbeda. Setiap ruang terbuka
yang ada memiliki fungsi
yang fleksibel.

Tabel 3.1 Elaborasi Tema


Sumber: Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
81

BAB IV
ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Fungsional


Pusat Komunitas di Kota Palembang (Palembang Community Center)
merupakan sebagai sebuah tempat yang dapat mewadahi beberapa komunitas yang
ada di Kota Palembang untuk saling berinteraksi dalam satu tempat yang sama.
Wadah tersebut berfungsi sebagai wadah atau pusat kegiatan beberapa komunitas
guna untuk menyalurkan minat dan bakat serta tempat bersosialisasi masyarakat,
untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang lebih positif. Kegiatan di Pusat
Komunitas Palembang ini meliputi kegiatan rekreasi dan edukasi. Berikut adalah
bagan pengelolaan Pusat Komunitas Palembang.
4.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan
a. Pengelola
Pengelola merupakan pelaku yang mengelola Pusat Komunitas Palembang
dengan struktur organisasi terdiri atas pengelola operasional pengelola
operasional dan pengelola servis (kebersihan dan keamanan)

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Pengelola Pusat Komunitas di Kota Palembang


Sumber: Analisa Pribadi

Asumsi jumlah pengelola didapat berdasarkan pecahan dari data struktur


organisasi yang telah diolah terlebih dahulu kemudian dianalisa dan
dijumlahkan sesuai tabel dibawah ini:

Universitas Sriwijaya
82

No. Pelaku (Pengelola) Jumlah (Orang)


1. Kepala Palembang Community Center 1
Sekretaris Umum Palembang Community Center 1
Bendahara Umum Palembang Community Center 1
2. Kepala Bagian Tata Usaha 1
Kepala Sub Bagian Umum 1
Kepala Sub Bagian Keuangan 1
Staff Karyawan 4
3. Kepala Bidang Pemasaran 1
Kepala Seksi Program 1
Kepala Seksi Pagelaran dan Pameran 1
Staff Karyawan 4
4. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana 1
Kepala Seksi Peralatan 1
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana 1
Karyawan Office Boy 4
6. Kepala Bidang Pemeliharaan dan Keamanan 1
Kepala Seksi Pemeliharaan dan Kebersihan 1
Petugas Kebersihan 6
Petugas Kebun 4
Kepala Seksi Keamanan 1
Petugas Monitor CCTV 2
Petugas Keamanan 4
7. Penerimaan Tamu 4
8. Teknisi Gedung 2
9. Pelayan 2
Total Pengelola 60 Orang
Tabel 4.1 Asumsi Jumlah Pengelola
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

b. Pengguna
Pengguna diasumsikan dari data komunitas remaja sesuai tabel berikut:
Jumlah (Orang)
No. Pelaku (Penggunna)
Senin-Jum’at Sabtu-Minggu Event
1 Komunitas Seni Musik 30 50 100
2 Komunitas Dul Muluk 20 30 120
3 Komunitas Seni Tari 25 40 120
4 Komunitas Seni Kriya 25 45 70
5 Komunitas Film 30 50 100
6 Komunitas Teater 30 50 120
7 Komunitas Sepatu Roda 20 35 120
8 Komunitas Sepeda (Street 25 35 120

Universitas Sriwijaya
83

Bike)
9 Komunitas Futsal 30 50 100
10 Komunitas Basket 30 50 100
11 Komunitas Skateboard 25 35 120
14 Komunitas Fotografi 20 35 100
15 Komunitas Cosplay 15 30 100
16 Komunitas Modelling 20 40 100
17 Komunitas Stand Up 15 30 100
Palembang
18 Komunitas Lukis dan Sketsa 15 30 75
Jumlah 400 670 1000
Tabel 4.2 Asumsi Jumlah Pengguna
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

c. Penyewa
Penyewa adalah pelaku kegiatan yang menyewa ruang Pusat Komunitas di
Kota Palembang.
No. Kelompok Ruang Pelaku Jumlah (Orang)
Juru Masak 5
1 Cafetaria Pencuci Piring 2
Pelayan dan Kasir 10
Barista dan Koki 5
2 Coffee Shop Pencuci Piring 2
Pelayan dan Kasir 10
Pegawai Toko 5
3 Toko/Gerai
Pegawai Toko Alat Musik 4
4 Sewa Gerai Pelayan dan Kasir @4x4 = 16
Total Penyewa 60
Tabel 4.3 Asumsi Jumlah Pengguna
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
84

4.1.2 Analisa Aktivitas Pelaku


Alur aktivitas dianalisa untuk menentukan kebutuhan ruang, dijelaskan pada
bagan dan tabel berikut:
a. Analisa Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Pengelola

DATANG MASUK ABSENSI

PARKIR BEKERJA MCK

PULANG RAPAT ISHOMA

Bagan 4.2 Alur Aktivitas Kelompok Pengelola


Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Kebutuhan Ruang
Pelaku Aktivitas
Kelompok Pengelola
Menerima dan melayani tamu Area Penerimaan
Front Office Pusat Informasi
Menunggu, membaca koran Lobby
Mengawasi dan Mengelola Ruang Kepala
Kepala Menghadiri Rapat Ruang Rapat
Mck dan Ishoma
Membantu tugas kepala Ruang Pengurus Inti
Wakil Kepala,
Mengurus Berkas, Audit Ruang Arsip
Sekretaris, Bendahara
Keuangan Rapat
Menyelenggarakan Program Ruang Kabid
Menyetujui Kegiatan Ruang Kasie Program
Bidang Program
Mengawasi Kegiatan Ruang Kasie Pagelaran
Rapat Ruang Karyawan dan Staff
Melakukan Promo kegiatan Ruang Kabid
Membuat Iklan Penasaran Ruang Kasie Promosi
Bidang Pemasaran
Mengurus Berkas Ruang Kasie Pemasaran
Rapat Ruang Karyawan dan Staff
Pengadaan Peralatan Ruang Kabid
Bidang Sarana dan
Mengajukan Proposal Ruang Kasie Peralatan
Prasarana
Rapat Ruang Karyawan dan Staff
Bidang Pemeliharaan Kontrol Pemeliharaan Gedung Ruang Kabid

Universitas Sriwijaya
85

dan Keamanan Kontrol Perawatan Lingkungan Ruang Kasie Pemeliharaan


Kontrol Keamanan Ruang Kasie Keamanan
Ruang Karyawan dan Staff
Tata Usaha Kepengurusan Administrasi Ruang Tata Usaha dan Staff
Cleaning Servis Pantry, Toilet
Pengelola Servis Keamanan Pos Satpam
Petugas ME Ruang Panel, Trafo, Genset
Tabel 4.4 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Pengelola
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

b. Analisa Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Pengguna


NONGKRONG BERLATIH INSEDENTIAL

BELAJAR
SENI
KOMPETISI

DATANG MASUK OLAHRAGA WORKSHOP

PARKIR PAMERAN
HOBI

FESTIVAL
PULANG

ISHOMA MCK MEMBELI AKSESORIS MAKAN

Bagan 4.3 Alur Aktivitas Kelompok Pengguna Utama


Sumber: Analisaa Pribadi, 2016

DATANG MASUK MEMBELI TIKET INESDENTIAL

KOMPETISI
PARKIR
WORKSHOP
MENUNGGU
PULANG
PAMERAN

ISHOMA MCK MAKAN FESTIVAL

Bagan 4.4 Alur Aktivitas Kelompok Pengunjung


Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
86

Tabel 4.5 Aktivitas Kebutuhan Ruang Kelompok Pengguna


Pelaku Aktifitas Kebutuhan Ruang
Berkumpul, berlatih, konser/festival, membeli Studio musik, plaza , grand
Seni Musik
aksesoris theater, gudang alat
Studio dulmuluk, plaza, grand
DulMuluk Berkumpul, berlatih, pentas
teater, gudang alat
Studio tari, plaza, grand theater,
Seni Tari Berkumpul, latihan, lomba tari, seminar tari
gudang alat
Studio, plaza, galeri, selasar
Seni Kriya Berkumpul, latihan, pameran
seni, grand theater
Studio, plaza, teater, grand
Seni Peran Berkumpul, latihan, pentas
theater, gudang alat
Sinematografi/ Berkumpul, membuat film, memutar film, Studio, plaza, teater, grand
Perfilman festival film theater, gudang alat
Sepatu Roda Berkumpul, berlatih, kompetisi R.peralatan, plaza, arena skate
Futsal Berkumpul, berlatih, kompetisi R. loker, Lapangan Futsal
Basket Berkumpul, berlatih, kompetisi R. loker, Lapangan Basket
Sepeda / Street
Berkumpul, berlatih, kompetisi R.peralatan, plaza, arena skate
bike
Skateboard Berkumpul, berlatih, kompetisi R.peralatan, plaza, arena skate
Studio cosplay, Plaza, grand
Cosplay Berkumpul, berlatih, kompetisi, pentas
theater
Berkumpul, memotret, mencetak, pameran, Studio foto, studio cetak, galeri,
Fotografi
kompetisi selasar seni, plaza
Studio lukis, Galeri, selasar
Lukis & Sketsa Berkumpul, berlatih, pameran
seni, plaza, gudang alat
Studio Modelling, plaza, grand
Modelling Berkumpul, berlatih, kompetisi
theater
Sumber: Analisa Pribadi, 2016

c. Analisa Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Pengguna

DATANG MASUK MENYEWA

PARKIR BEKERJA MCK

PULANG ISHOMA
Bagan 4.5 Alur Akivitas Kelompok Penyewa
Sumber: Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
87

Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang


Kep. Koki Mengawasi Juru Masak Ruang Ganti, Dapur
Juru Masak Memasak Ruang Ganti, Dapur
Pencuci Piring Mencuci Piring Loker, Dapur, Cuci Piringg
Pelayan dan Kasir Melayani Pesanan dan Transaksi Meja Kasir
Pelayan Toko Melayani Toko Alat Musik Loker Staff, Etalase Musik
Melayani Toko Olahraga Loker Staff, Etalase Olahraga
Melayani Toko Alat Seni Loker Staff, Etalase Seni
Barista dan Koki Membuat Pesanan Meja Bar
Pencuci Piring Mencuci Piring Pantry
Pelayan dan Kasir Melayani Pesanan dan Transaksi Meja Kasir
Tabel 4.6 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Kelompok Penyewa
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

4.1.3 Analisa Waktu Aktivitas


a. Area Pengelola

Area pengelola merupakan area perkantoran yang mengelola aktivitas di


Pusat Komunitas Palembang. Pengelola mempunyai waktu kerja pada hari
dan jam kerja sedangkan pada akhir pekan maupun jam malam hanya dibantu
oleh beberapa karyawan magang atau honor.
o Hari Kerja (Senin – Kamis) : pukul 08.00-16.00
o Hari Kerja (Jum’at) : pukul 08.00-15.00
o Akhir Pekan (sabtu) : pukul 09.00-13.00
b. Area Pengguna
 Kegiatan Tetap yaitu kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari oleh para
komunitas.
o Hari Kerja (Senin – Jum’at) : pukul 08.00-17.00
o Akhir Pekan (Sabtu & Minggu) : pukul 09.00-13.00
 Kegiatan Temporer yaitu kegiatan yang hanya dilakukan secara berkala
ataupun untuk event-event tertentu yang dalam hal ini yaitu seperti
pemakaian grand teater.

Universitas Sriwijaya
88

c. Area Komersil
Area Komersil merupakan area bisnis meliputi cafe, cafetaria, gedung
serbaguna, etalase, dan teater. Untuk coffe shop, cafetaria dan etalase buka
setiap hari, sedangkan untuk teater dan ruang serbaguna merupakan
insedential yang digunakan salam waktu tertentu.
o Coffee Shop, Cafetaria, Etalase (seni, olahraga, musik)
 Hari Kerja (Senin – Jum’at) : 11.00 – 20.00
 Akhir Pekan (Sabtu – Minggu) : 10.00 – 21.00
o Grand Teater
 Hari Kerja (Senin – Jum’at) : Waktu Menyesuaikan
 Akhir pekan (Sabtu – Minggu) : Waktu Menyesuaikan

4.2 Analisa Spasial dan Geometri


Analisa Spasial berdasarkan kebutuhan aktivitas komunitas dan pengelola,
lalu di kelompokkan berdasarkan jenis aktivitas di Pusat Komunitas Palembang
(Palembang Community Center).
4.2.1 Pengelompokan Ruang
Berdasarkan analisa fungsional, Pusat Komunitas Palembang memiliki 5
fungsi utama yaitu: fungsi komunitas seni, Komunitas hobi, komunitas
olahraga, fungsi komersil dan fungsi pengelolaan.
No. Kelompok Ruang Ruang Sifat Ruang
1. Kelompok Pengelola - R. Kepala/Pimpinan Privat
- R. Wakil Kepala
- R. Sekretaris & Bendahara
- R. Tata Usaha
- R. Bidang Program
- R. Bagian Keuangan
- R. Bidang Sarana
- R. Bidang Humas&Promosi
- R. Bidang Pemeliharaan
- R. Pelatih/Tenaga Pengajar

Universitas Sriwijaya
89

- R. Pengurus Komunitas
- R. Kepala Bidang
- R. Rapat Pengelola
- R. Rapat Intern Komunitas
- R. Arsip
- R. Staff Karyawan
2. Kelompok Fasilitas 1. Komunitas Film Semi Publik
Komunitas Seni, Hobi, - Lounge Komunitas Film
dan Grand Teater - R. Workshop Broadcasting
- R. Editing Komputer
- R. Dubbing dan Efek Suara
- R. Edit Film dan Video
- R. Studio Film (Flexible)
- R. Master Kontrol
- Bengkel Akustik
- Gudang Alat
- R. Rias
- R. Kostum
- R. Ganti

2. Komunitas Fotografi
- Lounge Komunitas Fotografi
- R. Workshop Fotografi
- R. Penyimpanan Alat
- R. Studio Fotografi
- R. Rias
- R. Ganti & Kostum
- R. Printing
- R. Editing
- R. Pemotongan
- R. Framing
- R. Hasil/Galeri Fotografi

Universitas Sriwijaya
90

3. Komunitas Seni Lukis


- Lounge Seni Lukis
- Studio Seni Lukis
- Studio Sketsa
- R. Workshop Seni Lukis
- Gudang Alat
- Galeri Seni Lukis

4. Komunitas Seni Kriya


- Lounge Seni Kriya
- R. Workshop Seni Kriya
- R. Komunitas Seni Kriya

5. Komunitas Seni Musik


- Lounge Seni Musik
- R. Workshop Instrument
- R. Workshop Vokal
- Studio Rehearsal
- R. Kontrol
- R. Rekam Instrument
- R. Take Vokal
- R. Sequencing
- R. Berkumpul Komunitas
Musik
- Gudang Instrument

6. Komunitas Modelling
- Lounge Modelling
- Studio Modelling
- R. Rias dan Ganti
- R. Berlatih Modelling
- R. Workshop Modelling

Universitas Sriwijaya
91

7. Komunitas Cosplay
- Lounge Cosplay
- R. Komunitas/ berkumpul
komunitas Cosplay
- Studio Cosplay
- R. Rias dan Ganti
- Gudang Alat

8. Komunitas Dulmuluk
- Lounge Dulmuluk
- R. Workshop/tempat
berkumpul komunitas
Dulmuluk
- R. Berlatih Dulmuluk
- Studio Dulmuluk
- Gudang Alat
- R. Rias
- R. Ganti dan Kostum

9. Komunitas Teater
- Lounge Teater
- R. Workshop/ tempat
berkumpul komunitas Teater
- R. Berlatih Teater
- Studio Teater
- Gudang Alat
- R. Rias
- R. Ganti dan Kostum
10. Komunitas Seni Tari
- Lounge Komunitas Tari
- R. Workshop Komunitas
Seni Tari
- Studio Seni Tari

Universitas Sriwijaya
92

- R. Persiapan
- R. Rias dan Ganti
- R. Berlatih Komunitas Seni
Tari
- R. Pelatih Seni Tari
- Gudang Alat

11. Grand Teater


- Lobby
- Lounge Grand Teater
- VIV Lounge
- Ticket Box
- Tribun Penonton
- Main Stage
- Back Stage
- R. Tunggu Pemain
- R. Kostum
- R. Rias
- R. Ganti dan Loker
- R. Monitor
- R. Staff Teknisi
- R. Kontrol
- R. Properti
- R. Rehearsal
- R. Staff pengelola
- R. Persiapan
- Gudang Alat
3. Kelompok Fasilitas - Lobby Semi Publik
Komunitas Olahraga - Lounge Komunitas Olahraga
- Ruang Staff Pelatih
- R. Seminar/Pertemuan
Komunitas Olahraga
- Ruang Ganti dan Loker

Universitas Sriwijaya
93

- Ruang P3K
- R. Berkumpul/ diskusi
komunitas Skateboard, Sepatu
roda, dan Sepeda Bmx
- R. Berkumpul/ diskusi
komunitas futsal
- R. Berkumpul/ diskusi
komunitas basket.
5. Kelompok Fasilitas - Cafetaria Publik
Komersil - Restaurant
- Cake and Bakery
- Retail Perlengkapan
Fotografi
- Retail Olahraga
- Retail Seni
- Retail Alat Musik
- Retail Perlengkapan Seni
Tari
- Retail Perlengkapan Teater
- Retail Perlengkapan Seni
Lukis
- Toko Souvenir
- Retail Sewa
- ATM Center
- Ruang Solat (Musola)
6. Kelompok Servis - Tangga Darurat Privat
- Gudang
- AHU
- Panel
- Janitor
- Toilet
Tabel 4.8 Analisa Pengelompokkan Ruang dan Sifat Ruang
Sumber: Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
94

4.2.2 Analisa Kebutuhan Dimensi Ruang


A. Kelompok Ruang Pengelola
Kelompok Nama Ruang Kapasitas Perabot Standar Sumber Luas
2
Ruang (m ) (m2)
Enterance Lobby 20 orang Kursi, meja 0,85m2/org NAD 17
2
Ruang 3 orang Kursi, meja 5,5 m /org DA 16,5
Informasi informasi
Ruang Tunggu 10 orang Kursi, meja 2,2 m2/org NAD 22

Ruang R. Kepala 1 orang Meja, kursi, 13,40 m2/org DA 13,40


Pimpinan lemari, komputer
R. Wakil Kepala 1 orang Meja, kursi, 9,3 m2/org DA 9,3
lemari, komputer
R. Sekretaris & 2 orang Meja, kursi, 6,70 m2/org DA 13,4
Bendahara lemari, komputer
Ruang Staff R. Tata Usaha 7 orang Meja, kursi, 6,70 m2/org DA 46,9
Pengelola lemari, komputer
R. Bidang 7 orang Meja, kursi, 5,49 m2/org DMRI 38,43
Program lemari, komputer
R. Bidang 7 orang Meja, kursi, 5,49 m2/org DMRI 38,43
Sarana dan lemari, komputer
Prasarana
R. Bidang 7 orang Meja, kursi, 5,49 m2/org DMRI 38,43
Humas & lemari, komputer
Promosi
R. Bidang 7 orang Meja, kursi, 5,49 m2/org DMRI 38,43
Pemeliharaan lemari, komputer
R. Pelatih/ 10 orang Meja, kursi, 5,49 m2/org DMRI 54,9
Tenaga Pengajar lemari, komputer
R. Pengurus 10 orang Meja, kursi, 5,49 m2/org DMRI 54,9
Komunitas lemari, komputer
R. Kepala 4 orang Meja, kursi, 9,3 m2/org DA 37,2
Bidang lemari, komputer
R. Rapat 20 orang Meja, kursi, 2,2 m2/org NAD 44
Pengelola lemari, komputer,
lcd
R. Rapat Intern 20 orang Meja, kursi, 2,2 m2/org NAD 44

Universitas Sriwijaya
95

& Komunitas lemari, komputer,


lcd
R. Arsip 3 orang Lemari Arsip 4 m2 DA 12
Toilet Pria 8 orang Urinoir, kloset, 2m2/kloset DA 30
2
wastafel 1m /urinoir
0,3m2/wastaf
el
Toilet Wanita 8 orang Kloset, wastafel 2m2/kloset DA 30
2
0,3m /wastaf
Zona Servis el
Pengelola Pantry 1 unit Meja, kursi, rak 9,48 m2 DA 9,48
R. CCTV 2 orang Monitor, meja, 15 m2/unit SR 15
kursi
Gudang 1 unit Lemari 9 m2/unit DA 9
AHU 1 unit Instalasi AHU 36 m2/unit DMRI 36
2
Panel 2 unit Kotak panel 8 m /unit DA 16
Janitor 1 unit Mop, sapu, ember 4 m2/unit SR 4
2
Total Luasan 688 m
Sirkulasi 30% x 531 m2
Total Luasan Keseluruhan Kelompok Pengelola 895 m2
Tabel 4.9 Tabel Besaran Ruang Kelompok Pengelola
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

B. Kelompok Ruang Komunitas Seni, Hobi dan Grand Teater


Kelompok Nama Ruang Kapasitas Perabot Standar (m2) Sumber Luas
Ruang (m2)
Lounge 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
Komunitas film kursi, meja
R. Workshop 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Broadcasting
Komunitas R. Editing 4 orang Meja, kursi, 9 m2/org SR 36
Film Komputer komputer, lemari
R. Dubbing dan 4 orang Meja, kursi, 2,2 m2/org SR 88
Efek Suara komputer, lemari
R. Edit Film dan 4 orang Meja, kursi, 12 m2/org SR 48
Video komputer, lemari

Universitas Sriwijaya
96

R. Studio Film 20 orang fleksible 6,4 m2/org SR 128


(Flexible)
R. Master 4 orang Meja kursi lemari 6 m2/org SR 24
Kontrol
Bengkel 6 orang lemari 5 m2/org NAD 30
Akustik
Gudang Alat 2 unit Lemari 9 m2/unit DA 18
2
R. Rias, 10 orang Meja, kursi 32 m /unit SR 32
Kostum, dan r.
ganti
Lounge 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
Komunitas kursi, meja
Fotografi
R. Workshop 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Fotografi
R. Penyimpanan 2 unit Lemari 9 m2/unit DA 18
Alat
R. Studio 20 orang Peralatan 12,5 m2/org SR 25
Komunitas
Fotografi fotografi
Fotografi
R. Ganti & 10 orang Meja, kursi 32 m2/unit SR 32
Kostum & Rias
R. Printing 3 orang Meja, kursi 6 m2/org SR 18
R. Editing 3 orang Meja, kursi 6 m2/org SR 18
2
R. Pemotongan 4 orang Meja, kursi 6 m /org SR 24
R. Framing 4 orang Meja, kursi 6 m2/org SR 24
2
R. Hasil/Galeri 20 orang Pameran Karya 1,2 m /org NAD 24
Fotografi
Lounge Seni 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
Lukis kursi, meja
Studio Seni 30 orang Peralatan lukis 4,2 m2/org NAD 126
Lukis
Komunitas
Studio Sketsa 30 orang Peralatan sketsa 12,5 m2/org SR 40
Seni Lukis
R. Workshop 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Seni Lukis
Gudang Alat 2 unit Lemari 9 m2/unit DA 18
Galeri Seni 40 orang Pameran Karya 1,2 m2/org NAD 96

Universitas Sriwijaya
97

Lukis
Lounge Seni 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
Kriya kursi, meja
Komunitas R. Workshop 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Seni Kriya Seni Kriya
R. Komunitas 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Seni Kriya
Lounge Seni 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
Musik kursi, meja
R. Workshop 20 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 44
Instrument
R. Workshop 20 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 44
Vokal
Studio 20 Piano, keyboard, 2,2 m2/org SR 44
Rehearsal drum, electric
bass, instrument
tiup
Komunitas
R. Kontrol 4 orang Meja kursi lemari 2.2 m2/org SR 8.8
Seni Musik 2
R. Rekam 4 orang Band Set 6 m /org SR 24
Instrument
R. Take Vokal 4 ornang kursi 2.2 m2/org SR 8.8
R. Sequencing 4 orang Komputer set + 10 m2/org SR 40
keyboard
R. Berkumpul 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Komunitas
Musik
Gudang 4 orang lemari 5 m2/org SR 20
Instrument
Lounge 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
Modelling kursi, meja
Studio 50 orang Panggung, kursi 5 m2/org SR 250
Komunitas Modelling
Modelling R. Rias dan 10 orang Meja, kursi 32 m2/unit SR 32
Ganti
R. Berlatih 10 orang kaca 2,2 m2/org SR 22
Modelling

Universitas Sriwijaya
98

R. Workshop 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66


Modelling
Lounge Cosplay 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
kursi, meja
R. Komunitas/ 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
berkumpul
Komunitas komunitas
Cosplay Cosplay
Studio Cosplay 50 orang Panggung, kursi 5 m2/org SR 250
R. Rias dan 10 orang Meja, kursi 32 m2/unit SR 32
Ganti
Gudang Alat 2 unit Lemari 9 m2/unit DA 18
2
Lounge 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m /org NAD 44
Dulmuluk kursi, meja
R. 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Workshop/temp
at berkumpul
komunitas
Komunitas Dulmuluk
Dulmuluk R. Berlatih 10 orang kaca 2,2 m2/org SR 22
Dulmuluk
Studio 50 orang Panggung, kursi 5 m2/org SR 250
Dulmuluk
Gudang Alat 2 unit Lemari 9 m2/unit DA 18
2
R. Rias, ganti 10 orang Meja, kursi 32 m /unit SR 32
dan kostum
Lounge Teater 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44
kursi, meja
R. Workshop/ 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
tempat
Komunitas berkumpul
Teater komunitas
Teater
R. Berlatih 10 orang kaca 2,2 m2/org SR 22
Teater
Studio Teater 50 orang Panggung, kursi 5 m2/org SR 250

Universitas Sriwijaya
99

Gudang Alat 2 unit Lemari 9 m2/unit DA 18


R. Rias 4 unit Meja, kursi 32 m2/unit SR 128
2
R. Ganti dan 2 unit Lemari 9 m /unit DA 18
Kostum

Lounge 20 orang Papan info, lcd tv, 2,2 m2/org NAD 44


Komunitas Tari kursi, meja
R. Workshop 30 orang Meja, kursi, lcd 2,2 m2/org SR 66
Komunitas Seni
Tari
Studio Seni Tari 50 orang Panggung, kursi 5 m2/org SR 250
R. Persiapan 10 orang Kursi meja lemari 2,2 m2/org SR 22
Komunitas
2
R. Rias dan 4 unit Meja, kursi 32 m /unit SR 128
Seni Tari
Ganti
R. Berlatih 10 orang kaca 2,2 m2/org SR 22
Komunitas Seni
Tari
R. Pelatih Seni 2 unit Meja, kursi 32 m2/unit SR 64
Tari
Gudang Alat 2 unit Lemari 9 m2/unit DA 18
2
Ticket Box 4 unit Meja, kursi 6 m /unit SR 24
Lobby 200 orang Meja informasi 2,2 m2/org NAD 440
Tribun 1000 orang Kursi 1,40 X 0,6 DA 840
2/
Penonton m kursi
Main Stage - Panggung 110 m2 Asumsi 110
2
R. Monitor 1 unit Meja, kursi 20 m /unit SR 20
R. Rehearsal 1 unit Fleksibel 78 m2/unit SR 78
Grand R. Make Up 2 unit Meja, kursi 32 m /unit2
SR 64
Teater R. Istirahat 4 unit Meja, kursi 42 m2/unit SR 164
Pemain
R. Tunggu VIP 2 unit Meja, kursi 24 m2/unit SR 48
Gudang 1 unit Lemari 9 m2/unit DA 9
2
R. Panel 2 unit Kotak panel 8 m /unit DA 16
R. Staff Teknisi 2 orang Monitor, meja, 15 m2/unit SR 15
+ CCTV kursi
Toilet Pelakon 8 orang Urinoir, kloset, 2m2/kloset DA 30

Universitas Sriwijaya
100

Pria wastafel 1m2/urinoir


0,3m2/wastafel
Toilet Pelakon 8 orang Kloset, wastafel 2m2/kloset DA 30
Wanita 0,3m2/wastafel
Toilet Pria 8 orang Urinoir, kloset, 2m2/kloset DA 30
2
wastafel 1m /urinoir
Toilet
0,3m2/wastafel
Pengunjung
Toilet Wanita 8 orang Kloset, wastafel 2m2/kloset DA 30
2
0,3m /wastafel
Total Luasan 4393,2 m2
Sirkulasi 30% x 4393,2 m2
Total Luasan Keseluruhan 6276 m2
Tabel 4.10 Tabel Besaran Ruang Grand Teater
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

C. Kelompok Fasilitas Komunitas Olahraga


Kelompok Nama Ruang Kapasitas Perabot Standar (m2) Sumber Luas
Ruang (m2)
Lobby 50 orang Sofa, meja, pot 0,8 m2/orang DMRI 40
2
Front desk 20 orang Meja, kursi, 0,5 m /orang DMRI 10
komputer
Ruang ganti 16 orang Gantungan baju 1,2 m2/orang NAD 15
2
Komunitas Ruang loker 12 orang Lemari loker 0,4 m /orang SR 40
Olahraga Ruang staff 10 orang Meja dan kursi 4 m2/orang SR 40
pelatih
Ruang P3K 3 bed Kasur, meja, kursi 25 m2/unit NAD 25
Musholla 20 orang Sajadah 25 m2/orang NAD 40
2
Wudhu 2 unit 10 keran 9 m /orang SR 50
Toilet pria 8 orang Urinoir, kloset, 2m2/kloset DA 30
2
wastafel 1m /urinoir
0,3m2/wastafel
Zona Servis
Toilet wanita 8 orang Kloset, wastafel 2m2/kloset DA 30
Komunitas 2
0,3m /wastafel
Olahraga
Tangga darurat 1 unit - 50 m2/unit NAD 50
R. CCTV 2 orang Monitor, meja, 15 m2/unit SR 15
kursi

Universitas Sriwijaya
101

Pantry 4 orang Meja, kursi, rak 3 m2/orang SR 12


Gudang 1 unit Lemari 6 m2/unit SR 6
2
AHU 1 unit Instalasi AHU 20 m /unit DMRI 20
Panel 2 unit Kotak panel 2 m2/unit SR 4
2
Janitor 1 unit Mop, sapu, ember 4 m /unit SR 4
Total Luasan 431 m2
Sirkulasi 30% x 431 m2
Total Luasan Keseluruhan 560.3 m2
Tabel 4.11 Tabel Besaran Ruang Kelompok Komunitas Olahraga
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

D. Kelompok Fasilitas Komersil


Kelompok Nama Ruang Kapasitas Perabot Standar (m2) Sumber Luas
Ruang (m2)
Retail Olahraga 6 rak Rak display, kasir 4 m2/rak DMRI 40
2
Gudang Stok 2 rak Loker, kursi 10 m /unit SR 10
Retail Seni 6 rak Rak display, kasir 4 m2/rak DMRI 24

Retail Gudang Stok 2 rak Loker, kursi 10 m2/unit SR 10


Komersil Retail Hobi 6 rak Rak display, kasir 4 m2/rak DMRI 24
Gudang Stok 2 rak Loker, kursi 10 m2/unit SR 10
2
Retail Sewa 3 unit Fleksibel 25 m /unit SR 75
ATM Center 2 orang Mesin ATM 4 m2/unit SR 12
2
Area Pesan 1 meja Display makanan 4 m /unit DMRI 4
Outdoor 104 org 1 meja/4org Meja bulat, kursi 4 m2/meja NAD 104
2
Indoor 96 org 1 meja/6org Meja persegi, 8 m /meja SR 128
kursi
Area kasir 1 orang Meja kasir, kursi 1,2 x 1,5 SR 2
2
Area wastafel 4 buah Wastafel, cermin 0,64 m SR 3
Area Masak 3 orang Kompor, meja, 20 m2/unit SR 20
Caferaria
rak
Cuci Piring 2 sink Rak piring, sink 4 m2/unit SR 4
Loker Staff 10 loker Loker, kursi 0,9 m2 SR 9
2
Gudang Bahan 6 rak Rak bahan 2 m /rak NAD 12
makanan
Toilet pria 2 orang Urinoir, kloset, 2m2/kloset DA 10
2
wastafel 1m /urinoir

Universitas Sriwijaya
102

0,3m2/wastafel
Toilet wanita 2 orang Kloset, wastafel 2m2/kloset DA 10
2
0,3m /wastafel
Musholla 20 orang Sajadah 25 m2/orang NAD 40
Amenitas
2
Wudhu 2 unit 10 keran 9 m /orang SR 50
Toilet pria 8 orang Urinoir, kloset, 2m2/kloset DA 30
2
wastafel 1m /urinoir
0,3m2/wastafel
Toilet wanita 8 orang Kloset, wastafel 2m2/kloset DA 30
Zona Servis 2
0,3m /wastafel
Komersil
Janitor 1 unit Mop, sapu, ember 4 m2/unit SR 4
R. CCTV 2 orang Monitor, meja, 15 m2/unit SR 15
kursi
Gudang 1 unit Lemari 6 m2/unit SR 6
2
Total Luasan 772 m
Sirkulasi 30% x 510 m2
Total Luasan Keseluruhan 1004 m2
Tabel 4.13 Tabel Besaran Ruang Kelompok Komersil
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Luasan Kelompok Pengelola + Grand Teater


+ Komunitas Seni + Komunitas Olahraga + 8735 m2
Komunitas Hobi
Sirkulasi 20% 20% x 8735 m2
Total Luasan 10480 m2
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

4.2.3 Kebutuhan Luasan Ruang Luar


a. Plaza dan Lapangan
Ruang Luar Kapasitas/Standar Sumber Luasan
Skate Park 50m x 30m NAD 1500 m2
Tribun Penonton 600 org x 0,45 = 968m2/org SA 270 m2
Amphiteater 10m x 20m =200m2 SR 200 m2
Total dan Luasan Plaza dan Lapangan 1970 m2
Tabel 4.14 Asumsi Luas Plaza dan Lapangan
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
103

b. Parkir
Jenis Kapasitas Rasio Rasio
Pengelola dan Penyewa 120 orang Kendaraan umum 20% Kendaraan pribadi
80%
Pelaku dan Pengunjung 1000 orang Kendaraan umum 40% Kendaraan pribadi
60%
Ruang Jenis Rasio Standar Ukuran Sumber Luasan
Parkir Pengelola Angkot 10% x 120 = 12 - - - -
dan Penyewa Motor 30% x 120 = 36 2 org/motor 2 m2 NAD 36 m2
Mobil 40% x 120 = 48 5 org /mobil 15 m2 NAD 150 m2
Parkir Angkot 50% x 1000 = 500 - - - -
Pengunjung dan Bus Wisata 5% x 1000 = 50 40 org/bus 35 m2 NAD 43,75 m2
Pelaku Motor 20% x 1000 = 200 2 org/motor 2 m2 NAD 200 m2
Mobil 30% x 1000 = 300 5 org/mobil 15 m2 NAD 900 m2
Total Luasan Ruang Parkir + Sirkulasi 20% 1.365m2 + 275 m2
Total Luasan Keseluruhan 1638,15 m2
Tabel 4.15 Asumsi Kebutuhan Ruang Parkir
Sumber : Analisa Pribadi, 2016
Berdasarkan hasil analisa besaran ruang diatas, maka didapat luas total
keseluruhan bangunan pada tabel berikut ini:
No. Kelompok Bangunan Luas (m2)
1. Kelompok Ruang Pengelola 895 m2
2. Kelompok Ruang Grand Teater, Komunitas 6276 m2
Seni, Komunitas Hobi
3. Kelompok Fasilitas Komunitas Olahraga 560 m2
4. Kelompok Fasilitas Komersil 1004 m2
Luasan Total Keseluruhan Kelompok Bangunan 8735 m2
Tabel 4.16 Luas Total Keseluruhan Bangunan
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
104

Perkiraan Area Luas Lantai Dasar


No. Kelompok Bangunan Luas (m2) Jumlah Luas Lantai Dasar
Lantai
1. Kelompok Ruang 895 m2 2 448 m2
Pengelola
(Massa Pengelola)
2. Kelompok Ruang 2532 m2 + 2 2532 m2
Grand Teater + 1709 m2 +
Kelompok Fasilitas 663 m2
Komunitas Seni +
Kelompok Fasilitas
Komunitas Hobi
(Massa Seni & Hobi)
3. Kelompok Fasilitas 1932 m2 + 2 1500
Komunitas Olahraga + 1004 m2
Kelompok Fasilitas
Komersil
(Massa Olahraga +
Komersil)
Luasan Total Keseluruhan 8735 m2 4480 m2
Kelompok Bangunan
Tabel 4.17 Asumsi Area Luas Lantai Dasar
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Luas Lahan Tanpa Penghijauan


Luas Lantai Dasar 4480 m2
Plaza dan Lapangan 1970 m2
Parkir 3047 m2
Luas Lahan Tanpa Penghijauan 9497 m2
Tabel 4.18 Luas Lahan Tanpa Penghijauan
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
105

Luas Lantai Penghijauan


(50% x LHTP) + LHTP =
(50% x 9497 m2) + 9497 m2 = 14.246 m2

Luasan Keseluruhan
Luas Lahan Tanpa Penghijauan + Luas Lahan Penghijauan
9497 + 14246 = 24.343 = 2,4 Ha
Ket:
NAD = Neufert Architect Data SR = Studi Ruang Objek Sejenis
SAR = Skaters Association Rulebook DA = Data Arsitek
DMRI = Dimensi Maunisa & Ruang Interior, 1979

4.2.4 Organisasi Ruang


Berdasarkan analisa pengelompokkan kebutuhan ruang diatas maka
dibagi atas ruang dalam dan ruang luar yang di kelompokkan menjadi
makro dan mikro:
a. Skema Organisasi Makro
Hubungan antar massa bangunan dan ruang luar Pusat Komunitas di
Kota Palembang (Palembang Community Center):

MASSA
Komunitas SENI,
HOBI, & GRAND SERVIS
TEATER
MASSA
Komunitas
OLAHRAGA & MASSA
Komersil PENGELOLA
AMPHI
TEATER

SKATE PARK PARKIR

Universitas Sriwijaya
106

b. Skema Organisasi Mikro


Hubungan antar ruang dalam Pusat Komunitas di Kota Palembang
(Palembang Community Centre).

Universitas Sriwijaya
107

Massa Seni Hobi dan Grand Teater Massa Komunitas Olahraga

Universitas Sriwijaya
108

4.2.5 Matriks Hubungan Ruang


1.) Matriks Ruang Kelompok Pengelola
MATRIKS RUANG
No PROGRAM RUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
1 Lobby
2 Ruang Informasi
3 Ruang Tunggu
4 R. Kepala
5 R. Wakil Kepala
6 R. Sekretaris & Bendahara
7 R. Tata Usaha
8 R. Bidang Program
9 R. Bidang Sarana dan Prasarana
10 R. Bidang Humas & Promosi
11 R. Bidang Pemeliharaan
12 R. Pelatih/ Tenaga Pengajar
13 R. Pengurus Komunitas
14 R. Kepala Bidang
15 R. Rapat Pengelola
16 R. Rapat Intern & Komunitas
17 R. Arsip
18 Toilet Pria
19 Toilet Wanita
20 Pantry
21 R. CCTV
Tabel 4.19 Matriks Ruang Kelompok Pengelola
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

DEKAT

SEDANG

JAUH

Universitas Sriwijaya
109

2.) Matriks Ruang Grand Teater


MATRIKS RUANG
No PROGRAM RUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6
1 Ticket Box
2 Lobby
3 Tribun Penonton
4 Main Stage
5 R. Monitor
6 R. Rehearsal
7 R. Make Up
8 R. Istirahat Pemain
9 R. Tunggu VIP
10 Gudang
11 R. Panel
12 R. Staff Teknisi + CCTV
13 Toilet Pelakon Pria
14 Toilet Pelakon Wanita
15 Toilet Pria
16 Toilet Wanita
Tabel 4.20 Matriks Ruang Grand Teater
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

DEKAT

SEDANG

JAUH

Universitas Sriwijaya
110

3.) Matriks Ruang Kelompok Komunitas Seni


MATRIKS RUANG
No PROGRAM RUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6
1 Studio Seni Tari
2 Studio Musik
3 Studio Seni Kriya
4 Studio Seni Peran
5 Studio Sinematografi
6 Studio DulMuluk
7 Galeri
8 Selasar Seni
9 Toilet pria
10 Toilet wanita
11 Tangga darurat
12 R. CCTV
13 Gudang
14 AHU
15 Panel
16 Janitor
Tabel 4.20 Matriks Ruang Kelompok Komunitas Seni
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

DEKAT

SEDANG

JAUH

Universitas Sriwijaya
111

4.) Matriks Ruang Kelompok Komunitas Olahraga


MATRIKS RUANG
No PROGRAM RUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 Lobby
2 Front desk
3 Aula Olahraga
4 Ruang Fitness
5 Ruang Yoga
6 Ruang ganti
7 Ruang loker
8 Ruang staff pelatih
9 Ruang P3K
10 Musholla
11 Wudhu
12 Toilet pria
13 Toilet wanita
14 Tangga darurat
15 R. CCTV
16 Pantry
17 Gudang
18 AHU
19 Panel
20 Janitor
Tabel 4.21 Matriks Ruang Kelompok Komunitas Olahraga
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

DEKAT

SEDANG

JAUH

Universitas Sriwijaya
112

5.) Matriks Ruang Kelompok Komunitas Hobi


MATRIKS RUANG
No PROGRAM RUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6 7
1 Lobby
2 Lounge
3 Galeri
4 Studio Fotografi
5 R. Cetak Foto
6 Studio Lukis dan Sketsa
7 Studio Cosplay
8 Studio Modelling
9 Toilet pria
10 Toilet wanita
11 Tangga darurat
12 R. CCTV
13 Pantry
14 Gudang
15 AHU
16 Panel
17 Janitor
Tabel 4.22 Matriks Ruang Kelompok Komunitas Hobi
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

DEKAT

SEDANG

JAUH

Universitas Sriwijaya
113

6.) Matriks Ruang Kelompok Komersil


MATRIKS RUANG
No PROGRAM RUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
1 Retail Olahraga
2 Gudang Stok
3 Retail Seni
4 Gudang Stok
5 Retail Hobi
6 Gudang Stok
7 Retail Sewa
8 ATM Center
9 Area Pesan
10 Outdoor cafe
11 Indoor cafe
12 Area kasir
13 Area wastafel
14 Area Masak
15 Cuci Piring
16 Loker Staff
17 Gudang Bahan
18 Toilet pria
19 Toilet wanita
20 Musholla
21 Wudhu
22 Tangga darurat
23 Ruang CCTV
Tabel 4.23 Matriks Ruang Kelompok Fasilitas Komersil
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

DEKAT

SEDANG

JAUH

Universitas Sriwijaya
114

4.2.5 Tata Massa Bangunan


Tata massa bangunan adalah suatu pola organisasi kelompok yang terdiri
dari bentuk-bentuk secara visual disusun menjadi suatu bentuk pola tata
massa yang koheren (Ching, 2000). Tata massa bangunan berpengaruh
pada interaksi ruang, bentuk bangunan, bentuk bukaan, orientasi
bangunan dan penataan vegetasi yang dapat membantu proses pergerakan
angin dan cahaya (Silviananda, 2013)
Jenis Tata Massa Kelebihan Kekurangan
Massa Tunggal  Efisiensi kebutuhan  Ruang interaksi terbatas
lahan  Penyelesaian terhadap
 Kemudahan penghawan dan
pengawasan dan pencahayaan
pemeliharaan  Pola massa statis
 Kegiatan terpusat
 Pencapaian mudah
dan cepat
Massa Majemuk  Ruang interasi  Kebutuhan lahan relatif
(Banyak) terbentuk dari ruang luas
antar massa  Dibutuhkan pengawasan
 Pencahayaan dan ekstra terhadap
penghawaan alami pengamanan
lebih optimal  Adanya
 Sifat bangunan pengelompokkan
menyebar dan aktivitas
memusat pada suatu  Pencapaian relatid lebih
titik aktivitas lama
 Pola massa yang
dinamis
Tabel 4.24 Tata Massa Bangunan
Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
115

Sintesa:
 Pengelompokkan ruang dalam berdasarkan jenis aktivitas
komunitas seni, olahraga, hobi, lalu aktivitas pengelolaan dan
aktivitas komersil.
 Sesuai dengan karakter banyak komunitas yang aktif, bebas,
dan interaktif.
Maka massa majemuk yang di pilih sebagai jenis tata massa
yang digunakan.

4.2.6 Pola Tata Massa


Pola tata massa merupakan aturan dari susunan pola organisasi kelompok
yang terdiri dari bentuk-bentuk secara visual sehingga membentuk tata
massa menjadi kesatuan yang koheren (Ching, 2000).
Tabel Pola Tata Massa
Pola Tata Massa Bentuk Pengertian
Terpusat Bentuk-bentuk sekunder
dikelompokkan terhadap sebuah
bentuk berinduk pusat, dominan
Linear Serangkaian bentuk yang
disusun secara berurutan dalam
baris
Radial Komposisi dari bentuk linear
yang memanjang keluar dari
sebuah bentuk pusat
Terklaster Pola menyebar yang
digabungkan oleh berdekatan/
hubungan visual
Grid Disusun berdasarkan jaring tiga
dimensi berbentuk grid-grid

Universitas Sriwijaya
116

Sintesa:
Pola massa yang digunakan yaitu terpusat dan radial.

Pola Terpusat
Pola terpusat difungsikan sebagi pusat orientasi bagi para komunitas,
diimplementasikan pada plaza dan lobby.

Pola Radial
Pola radial difungsikan untuk memberikan kebebasan bagi remaja dan
umum untuk memilih komunitas yang sesuai dengan minat dan bakatnya,
diimplementasikan pada plaza kemudian menyebar ke ruang dan massa.

Universitas Sriwijaya
117

4.3 Analisa Kontekstual


Dalam menganalisis tapak diperlukan kriteria-kriteria untuk menentukan
pilihan tapak yang paling sesuai. Pada Perencanaan dan Perancangan Palembang
Community Center, kriterianya adalah sebagai berikut:
 Lokasi dekat dengan pusat pendidikan, olahraga dan pusat komunitas.
Sehingga membuat para komunitas mudah mengakses Palembang
Community Center serta dapat membuat bangunan terpadu dengan
lingkungan sekitar.

 Berada di dekat pusat kota


Bertujuan agar lokasi mudah dijangkau oleh para komunitas.

 Lokasi yang mudah di akses


Lokasi terpilih harus memiliki akses yang baik agar mudah dalam
pencapaian.

 Transportasi Umum
Lokasi terpilih sebaiknya dilewati angkutan umum: dengan asumsi komunitas
yang menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi sebesar 40%.

 Dekat dengan sarana dan prasarana pendidikan dan olahraga


Sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RTRW Kota Palembang:
bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan pendidikan, rekreasi, dan
komersil.

 Luasan lahan yang memadai


Berdasarkan hasil analisa kebutuhan ruang luar dan ruang dalam, bangunan
Palembang Community Centre membutuhkan kurang lebih 3 Ha

 Eksisting sekitar
Kondisi fisik dan bentukan tapak akan berpengaruh terhadap pertimbangan
desain.

Universitas Sriwijaya
118

Berdasarkan kriteria diatas, terdapat dua alternatif tapak untuk di rencanakannya


Pusat Komunitas Palembang (Palembang Community Center). Dan ini yang menjadi
alternatif tapak nya adalah:

 Alternatif Tapak 1 : Jalan Kol. H. Burlian

1 8
1
8

Jalan lingkungan 6 Showroom Daihatsu

7
2
5
4
3
U
2
Komp. Taman Bukit Raflesia PT. Trakindo Utama

3 4 5 6

Ruko di sebelah tapak JM Sukarami Rutan Jalan Kol. H. Burlian

Pertimbangan Pemilihan Alternatif Tapak 1 :


1. Terletak di kawasan yang sedang berkembang
2. Aksesibilitas cukup baik, keadaan jalan yang bagus dan lebar sehingga bisa
dilalui kendaraan pribadi
3. Aksesbilitas di lewati kendaraan umum
4. Berada di pusat kota

Universitas Sriwijaya
119

 Alternatif Tapak 2: Jalan Basuki Rahmat

1 7
7

4
1 6
RM. Warung Kito 5 Favehotel
2
2 6

3
U
Jalan Basuki Rahmat Eksisting Tapak

3 4 5

Fly Over Polda RM. Pagi Sore Eksisting Tapak

Pertimbangan Pemilihan Alternatif Tapak 2 :


1. Terletak di kawasan pusat kota
2. Aksesibilitas cukup baik, keadaan jalan yang bagus dan lebar sehingga bisa
dilalui kendaraan pribadi
3. Aksesbilitas di lewati banyak kendaraan umum
4. Berada dekat dengan prasarana pendidikan dan komersil

Universitas Sriwijaya
120

Data Alternatif Tapak


Aspek Alternatif 1 Alternatif 2
Lokasi Jalan Kol. H. Burlian Jalan Basuki Rahmat
Batas Tapak:
- Utara - Bank Taspen, Daihatsu - Ruko, RM. Warung Kito
- Selatan - JM Sukarami & Ruko - Perumahan
- Timur - PT. Trakindo - Rumah, RM.Pagi Sore,
- Barat - Perumahan Favehotel
- Ruko
Luas Lahan 37.700 m2 35.700 m2

Tabel 4.25 Perbandingan Alternatif Tapak


Alternatif 1 Alternatif 2
No. Kriteria Bobot
Kondisi 0-3 Kondisi 0-3
1. Dekat dengan sarana 6 Dekat dengan 2 Dekat dengan 3
pendidikan, olahraga, SMA LTI IGM, SD. Kartika 2.2,
dan pusat komunitas SMA N 13, SD SMP SMA
Simpang Muhammadiyah,
Bandara SMP 9, SMA 17,
SMA 6, SMP 10,
Global English
Course, Taman
Polda, Purwa
Caraka
2. Dekat dengan pusat kota 5 Merupakan 3 Merupakan 3
kawasan yang kawasan yang
berkembang dan berkembang dan
di pusat kota di pusat kota
3. Aksesibilitas yang 4 Dekat dengan 2 Dekat fly over 3
memadai bandara, dekat polda, ada halte
jalan soekaerno transmusi
hatta, ada halte

Universitas Sriwijaya
121

transmusi
4. Transportasi Umum 3 Dilalui oleh 3 Dilalui angkutan 3
Angkutan umum ampera-
Umum way perumnas,
hitam – talang Transmusi, Ojek,
betutu, Bus, Taxi
Transmusi, Bus,
Ojek, Taxi, LRT
5. Memiliki luasan yang 2 Luasan yang 3 Luasan yang 3
cukup cukup untuk cukup untuk
menampung menampung
berbagai fasilitas berbagai fasilitas
Palembang Palembang
Community Community
Center Center
6. Eksisting sekitar 1 Tanah kosong 3 Tanah kosong 2
TOTAL 53 62
Tabel 4.25 Perbandingan Alternatif Tapak
Sumber: Analisa Pribadi, 2016
Keterangan:
Nilai 3 = Sangat Baik
Nilai 2 = Cukup Baik
Nilai 1 = Baik

Dari hasil perhitungan bobot kedua alternatif diatas, maka tapak yang terpilih untuk
perancangan Pusat Komunitas di Kota Palembang (Palembang Community Center)
adalah di Jalan Basuki Rahmat, Palembang, Sumatera Selatan.

Universitas Sriwijaya
122

4.3.1 Analisa Regulasi Tapak

Eksisting Tapak Jaringan Jalan Utama:


Jalan Basuki Rahmat = 26 m

Luas Tapak = 35.700 m2 = ± 3,6 Ha


Lokasi berada di kawasan Kemuning, Kelurahan Pahawan.
Jalan Basuki Rahmat, Palembang, Sumatera Selatan.

a. Garis Sepadan Bangunan (GSB)


Garis sepadan bangunan dilakukan untuk menciptakan keteraturan
bangunan. Dan berdasarkan hasil sintesa, bahwa lebar jalan Basuki
Rahmat adalah 17 meter. Maka garis sepandan bangunan nya adalah :
GSB = (1/2 x lebar jalan) +1 = 9,5 meter

b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


KDB untuk fasilitas umum dikawasan Basuki Rahmat 45% -70%.
KDB = 50% x luas lahan
KDB = 50% x 35700 = 17850 m2

c. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


Bangunan berdasarkan RTRWK ditentukan 1-3 lantai.

Universitas Sriwijaya
123

4.3.2 Analisa Eksisting Tapak


 Lokasi strategis di pinggir jalan Basuki Rahmat dapat diakses ±10 menit
dari pusat-pusat pendidikan di tengah kota (sekolah dan kampus). Mudah
diakses bagi pengguna/ pengunjung yang berjalan kaki atau
bertransportasi umum
 Berdekatan dengan sarana yang sering dikunjungi remaja dan masyarakat
umum di kota Palembang seperti : Dekat dengan SD. Kartika 2.2, SD
SMP SMA Muhammadiyah, SMP 9, SMA 17, SMA 6, SMP 10, Global
English Course, Taman Polda, PTC Mall, Purwa Caraka, Kampus IAIN,
SMA N 3, SMA Methodist.

Gambar Analisa Eksisting Tapak


Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Batas Tapak:
 Bagian Utara : berbatasan dengan Ruko, RM. Warung Kito, Jalan
Basuki Rahmat, Permukiman
 Bagian Timur : berbatasan dengan Ruko, Perumahan, Rumah Makan
 Bagian Barat : berbatasan dengan Ruko
 Bagian Selatan : berbatasan dengan Permukiman

Universitas Sriwijaya
124

4.3.3 Analisa Visibilitas


a. Analisa View In
A View mengarah ke
A
dalam site dari
sebelah utara site
yaitu di jalan
basuki rahmat

B
B View mengarah ke

U dalam site dari


sebelah barat site
yaitu di jalan
basuki rahmat

b. Analisa View Out


A
A View out bagian utara menghadap
jalan Basuki Rahmat, Ruko, RM.
A
Warung Kito
C B
View out bagian barat menghadap
B
jalan Basuki Rahmat, Ruko
B C
View out bagian timur
menghadap perumahan & ruko
D
D
View out bagian selatan
menghadap perumahan

Sintesa View In dan View Out:


Orientasi terbaik yaitu menghadap ke jalan Basuki
Rahmat yang merupakan jalan utama kawasan.

Pengelolaan fasade Pusat Komunitas Palembang


akan di fokuskan pada area yang memiliki view
terbaik sehingga menjadi daya tarik bagi
pengunjung

U Meletakkan area komersil, plaza, skate park pada


bagian depan tapak. Sebagai area terbuka dengan
fungsi publik.

Pada area belakang tapak akan di jadikan Pada area view yang kurang baik, maka ditambah
area servis. vegetasi untuk mengurangi kelemahan view.

Universitas Sriwijaya
125

4.3.4 Analisa Klimatologi

Suhu sejuk 23-25o C


Kecepatan angin pada pukul 05.30-
25km/jam bertiup 10.00
dari arah timur ke
Suhu panas 30-34o C
barat
pada pukul 11.30-
15.00
Arah bayangan Suhu sedang 26-29o
menjauhi tapak pada C pada pukul 15.30-
pukul 07.00-12.00 18.00
Arah bayangan ke
dalam tapak pada Suhu sejuk 23-25o C

U
pukul 14.00-18.00 pada pukul 18.00 –
05.30

Sintesa:
 Meletakkan pohon peneduh bertajuk lebar cukup rapat di area sisi barat tapak
 Skylight memasukkan cahaya, kemiringan atap 30-40º dgn tampias 1.5-2m
menghalau sinar dan mengalirkan air hujan.
 Pengkondisian aliran udara dengan ventilasi silang. Mengintegrasikan udara
ruang dalam dan ruang luar pada tapak
 Beberapa vegetasi ditanam di sisi timur untuk menghalau paparan sinar
matahari
 Orientasi bangunan ke arah utara sesuai analisa view in
 Matahari pk 10.00 (suhu sedang) datang dengan sudut 6-10º . Penggunaan
dinding rooster bata tebal 9cm, memasukkan cahaya matahari tanpa
memasukkan panas kedalam ruang dalam

Universitas Sriwijaya
126

4.3.5 Analisa Penzoningan Tapak

Komunitas Seni, Hobi & Grand


Teater
Pengelola

Komunitas Olahraga & Komersil

Plaza & Lobby (sebagai penghubung)

Parkir Mobil Pengunjung

Parkir Motor

Selasar Taman (sbg penghubung)

Skate Park

U
Area Servis

Parkir Pengelola

 Zona bangunan di bagi menjadi 3 massa yang masing-masing massa di


hubungkan oleh Zona antara (intermediate zone) sebagai selasar dan plaza
loby.
 Bagian barat tapak di perbanyak vegetasi, serta bagian servis di bagian barat
tapak.
 Skate park di letakkan di bagian timur site yaitu bagian yang terkena sinar
matahari pagi dan berdekatan dengan massa olahraga.
 Zona Parkir pengunjung dan pengelola di letakkan di depan bangunan,
sedangkan parkir servis di letakkan di bagian belakang bangunan.

Universitas Sriwijaya
127

4.3.6 Analisa Pencapaian dan Sirkulasi


a. Pencapaian
Lokasi yang berada di pusat kota memberi kemudahan pencapaian menuju
Pusat Komunitas (Palembang Community Centre) baik menggunakan
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Jalan Basuki Rahmat


U
Jalan utama arteri sekunder jalan Basuki Rahmat sebagai jalur utama
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

 Jalur pedestrian dari halte dibuat efisien agar pengunjung nyaman untuk
berjalan kaki dengan akses yang mudah.

Jenis kendaraan yang melalui jalan Basuki Rahmat.

Bus Kota Trans Musi Angkutan Umum

Mobil Pribadi Taxi Ojek

Universitas Sriwijaya
128

b. Sirkulasi

Analisis Sirkulasi dalam tapak:


 Menentukan jalur pejalan kaki / pedestrian pada tapak
 Menentukan arah kendaraan baik mobil dan motor agar tidak mengalami
crossing dan kemacetan
 Menentukan jalur kendaraan servis dalam tapak

Sintesa Pencapaian dan Sirkulasi:


 Pemisahan jalur servis dan pengguna agar
tidak mengganggu sirkulasi umum saat
PARKIR memasuki bangunan dan juga tidak
SERVIS
menggangu jalur servis.
 Jalur pedestrian dari halte dibuat efisien
BANGUNAN PARKIR agar pengunjung nyaman untuk berjalan
Pengelola
kaki dengan akses yang mudah.
PARKIR
MOBIL
 Penggunaan jalur keluar pada jalan sisi
PARKIR
MOTOR PINTU MASUK yang berbeda agar sikulasi dalam tapak
SERVIS &
Pengelola jelas.
PINTU MASUK
& KELUAR
 Untuk parkir pengunjung dan pengelola

U
PINTU MASUK & dibuat area terpisah agar sirkulasi masing-
KELUAR MOTOR
masing tidak terganggu.
 Dalam tapak diberi sistem 1way agar
memperjelas sirkulasi dan menghindari
Halte Transmusi
kemacetan dengan jalur keluar yang
berbeda sisi.

Universitas Sriwijaya
129

4.3.7 Analisa Vegetasi


Permasalahan pada lahan ini minimnya vegetasi dan terlalu terpapar sinar
matahari. Selain dari segi estetika, vegetasi sebaiknya berdasarkan Aspek
Arsitektural dan Visual. Terbagi atas:
a. Pengarah dan Estetika (visual control and aesthetics values): tanaman
pengarah berfungsi mengarahkan, memecah angin sekaligus estetika

b. Penghalang fisik dan peredam suara (physical Bariers &noise


control): berdaun lebat rapat, tumbuh tinggi

c. Pengontrol iklim/ peneduh (climate control): pohon peneduh besar,


bertajuk lebar, penghasil oksigen

d. Pelindung erosi (erotion control): berdaun lebat dan rapat, bertajuk


lebar, menyerap karbondioksida

Alternatif jenis vegetasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:


 Peneduh; dapat berupa pohon flamboyan dengan bunga kemerahan,
ketapang mini, mangga apel, atau pohon bintaro dengan bunga
berwarna putih.

Gambar 4.19 Alternatif Vegetasi Peneduh


Sumber: Dokumen Pribadi

 Pengarah; pada umumnya digunakan pohon palem botol atau palem


biasa.
 Perdu/semak; tujuan utamanya untuk menghias, dapat digunakan
yang berbunga warna warni seperti asoka, bunga bougenville,
euphorbia, atau tanaman untuk menghias air seperti teratai.
 Ground cover; ubi hias, kacang-kacangan, dan rumput gajah mini.
Selain rumput-rumputan, alternatif ground cover lainnya dapat berupa

Universitas Sriwijaya
130

variasi bunga sebagai display penghias landscape seperti marigold,


canna, aracis, portulaka, anggrek tanah dll.

Gambar 4.20 Alternatif Vegetasi Ground Cover


Sumber: Dokumen Pribadi

Sintesa Vegetasi:
 Pengarah dan estetika yaitu kelapa, palem
botol, dan perdu sebagai pengarah
kedalam site.

BANGUNAN
 Peneduh dan pengatap dalam tapak yaitu
beringin, ketapang mini, pohon bintaro
berbunga putih dan mangga, dan pohon
tanjung.

U
 Estetika dan ornamen pengisi ruang yaitu asoka, bougenville, pergola, tanaman
rambat, perdu pendek euporbia

Universitas Sriwijaya
131

 Pohon peneduh dan pengatap pada tapak agar melindungi dari sinar matahari,
yaitu di perbanyak di bagian barat site, yaitu bagian yang terkena sinar
matahari siang dan sore.
 Pohon bougenville, asoka dan tanaman estetika lainnya yaitu untuk
mempercantik membuat estetika dan ornamen pengisi ruang tapak, di
perbanyak di bagian sekitar bangunan.
 Pohon sebagai pengarah seperti pohon kelapa, palem botol yaitu di letakkan
di bagian depan yang berhubungan dengan jalan.

4.4 Analisa Enclosure


4.4.1 Analisa Arsitektural
A. Analisa Bentuk Dasar Bangunan
Analisa bentuk dasar bangunan merupakan analisa pemilihan bentuk
bangunan yang sesuai dengan pola kegiatan, bentuk tapak bangunan dan
efisiensi ruang. Bentuk fisik massa bangunan dihadirkan melalui permainan
bentuk-bentuk dasar geometris. Secara umum, bentuk dasar bangunan yang
sering digunakan adalah:
Bentuk Dasar
No Kelebihan Kekurangan
Bangunan
1 - Bentuk halus - Sulit dikembangkan
- Orientasi ruang memusat dan - Fleksibilitas ruang rendah
statis - Sulit digabungkan dengan
- Indah dilihat dari luar bentuk lain
Lingkaran/tabung - Layout ruang sulit
2 - Bentuk stabil & berkarakter kuat - Kurang efisien
- Mudah digabungkan dengan - Fleksibilitas ruang kurang
bentuk lain - Layout ruang sulit
- Orientasi ruang pada tiap-tiap
Segitiga/prisma sudutnya
3 - Bentuk statis - Bangunan cenderung kaku
- Mudah dikembangkan
- Orientasi ruang pada keempat
sisi pembatasnya
Bujursangkar/kubus - Layout ruang baik

Universitas Sriwijaya
132

- Ruang memiliki efisiensi yang


tinggi, mudah digabungkan
dengan bentuk lain
Tabel 4.16 Bentuk Dasar Bangunan
Sumber: Ching, 2008. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan

Sintesa:
Pusat Komunitas ini terdiri dari 3 massa yang saling berhubungan yaitu Massa Seni
& Hobi, Massa Olahraga & Komersil, serta Massa Pengelola.

Bentukan merupakan gabungan dan pengembangan dari bentuk dasar bangunan yang
di tata berdasarkan konsep Simbiosis oleh Kisho Kurokawa pada filosofi Simbiosis
Masa Depan dan Masa Lalu  Motif Songket Palembang.

Bentukan tersebut lalu di sesuaikan dengan bentuk tapak.

B. Material Bangunan
Pemilihan material dengan pertimbangan berikut:
1. Memperhitungkan fungsi dan kebutuhan ruang.
2. Mencapai konsep yang diinginkan
3. Mendukung kesan visual yang ingin ditampilkan.
Material Aplikasi Penggunaan
Kaca Pada ruang antara, mendukung kesan transparansi bangunan,
memberi kesan kemenerusan visual pada area transisi dari ruang
dalam menuju ruang luar.
Louver Panel sebagai racana dinding, berfungsi sebagai secondary skin dan
berfungsi sebagai dinding bernafas, memasukkan cahaya namun
menghalau panas matahari, mengalirkan angin, aksen arsitektural.

Universitas Sriwijaya
133

4.4.2 Struktural
Menurut Jams C. Snyder (1984) aspek yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan sistem struktur pada bangunan adalah keamanan struktur,
kemudahan konstruksi, daya tahan, ketersediaan bahan, skala, ketegaran dan
ekonomis.
a. Stuktur Atas (Upper Structure)
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi
sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan
hujjan sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan.
Untuk struktur atas bangunanada yang memakai struktur bentang
lebar dan ada yang memakai atap dak beton.
Bentuk Struktur Penyaluran Gaya Jenis Struktur Analisa
Struktur Rangka Melalui satu Grid sempit, grid Sederhana, mudah
dimensi penahanan lebar dikerjakan
gaya vertikal
Struktur Melalui 2 dimensi, Penopang berdiri Terkesan ringan,
Penopang penahan gaya bebas, rangka idak berfungsi
vertikal dan kayu, stadion sebagai pengaku
horizontal
Strukur Ruang Penyaluran gaya Rangka ruang Terkesan ringan,
menyeluruh 3 (spaceframe, fleksibel,
dimensi, kesegala lipatan, cangkang, bangunan bentang
arah. kabel, jaringan dan lebar
truss)
Sumber: Struktur Konstruksi, 1998

Beberapa pertimbangan/syarat untuk penutup atap:


o Penutup atap harus dapat bersifat isolasi yang cukup terhadap panas,
dingin dan bunyi.
o Harus rapat terhadap air huja dan tidak tembus air.
o Tidak mengalamai perubhan bentuk jika terjadi perubahan cuaca.
o Tidak mudah terbakar.
o Bobotnya cukup ringan dan tahan lama.

Universitas Sriwijaya
134

Sintesa:
 Grand Teater dan aula olahraga membutuhkan ruang bebas kolom.
Maka akan menggunakan atap bentang lebar.
 Sedangkan pada massa pengelola dan selasar menggunakan dak
beton bertulang.

b. Struktur Badan (Middle Structure)


Secara garis besar, Pusat Komunitas Palembang ini adalah bangunan
bertingkat sedang. Struktur tengah sebagai penopang yang disesuaikan
dengan kebutuhan ruang berdasarkan aktivitas ruang, juga ditentukan dari
tinggi lebar bangunan.
Analisa :
 Struktur tengah harus kuat karena menopang struktur atap.
 Struktur memiliki grid agar mudah dalam penghitungan dan peletakan
ruang.
 Sistem rangka menggunakan dua balok yakni balok anak dan balok
induk yang digunakan pada bangunan dengan bentang tidak terlalu
lebar
Jenis Struktur Pertimbangan Pemakaian
Dinding masif Dinding masif bersifat permanen dan cocok untuk ruangan yang
tidak memerlukan fleksibelitas yang tinggi. Bahan yang sering
digunakan adalah batu bata
Dinding partisi Dinding partisi bersifat tidak permanen dan pemilihan bahan lebih
bervariasi, selain itu dinding partisi cocok untuk ruang yang
memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi. Bahan yang sering
digunakan antara lain kaca, alumunium, kayu dan lain-lain.

Balok dan  Kolom dan balok bertulang merupakan bahan bangunan yang
kolom dengan paling banyak dipakai karena pengerjaannya relatif murah,
bahan beton tahan lama, serta kuat terhadap gaya tarik dan tekan
bertulang
 Kekurangan beton bertulang yaitu beban beton bertulang
yang berat dan ukuran elemen konstruksi yang memakan

Universitas Sriwijaya
135

tempat dalam ruang, tidak begitu menguntungkan

Balok dan  Kolom dan balok dengan bahan baja biasanya memiliki
kolom dengan dimensi yang lebih kecil dari kolom beton bertulang.
bahan baja
 Ukuran dimensi baja yang dipakai biasanya sudah ditentukan
oleh pabrik

 Kerugian pemakaian kolom dan balok baja yaitu tidak tahan


terhadap panas pada suhu tertentu dan perlu perlindungan
terhadap karat

Sintesa:
 Sistem struktur rangka kaku (balok dan kolom)/sistem two ways ribs
yaitu sistem rangka dengan menggunakan dua balok, yaitu balok anak
dan balok induk.
 Penggunaan struktur beton bertulang, struktur ini lebih mudah dalam
pengerjaan dan kuat serta tahan lama meskipun konvensional.
 Pusat komunitas ini membutuhkan penghawaan yang baik maka
struktur dinding yang di gunakan yaitu dari batu bata. Selain dinding
masif bata, ada juga yang akan menggunakan dinding partisi (Kayu,
kaca, multiplek) untuk area/ ruang dalam tertentu. Serta ada juga yang
menggunakan penutup dinding berupa Alumunium Composit Panel
(ACP).

c. Struktur Bawah (Pondasi)


Struktur bawah bangunan / pondasi bangunan yang memiliki fungsi
sangat vital sebagai penahan bangunan untuk selanjutnya diteruskan
menuju tanah. Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih
jenis pondasi yang tepat yaitu:
 Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yang
kokoh untuk mendukung beban bangunan diatas nya.
 Beban dari keseluruhan bangunan.

Universitas Sriwijaya
136

 Keadaan/ kondisi dari daya dukung tanah.


 Pondasi harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah
hancur sehingga kerusakan pondasi ditak mendahului kerusakan
bagian bangunan lainnya.
 Pondasi harus terletak diatas tanah dasar yang cukup keras sehingga
kedudukan pondasi tidak mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke
bawah (turun) atau mengguling.
No. Jenis Pondasi Kelebihan Kelemahan
1. Pondasi Langsung
 Pondasi batu bata,  Sederhana, tidak  Beban yang dapat
batu kali menggunakan diterima relatif keil
teknologi tinggi. (rumah tidak
bertingkat)
 Pondasi plat  Dapat menerima  Pembuatannya relatif
setempat/ foot plat beban lebih besar lebih rumit dan teliti.
 Dapat digunakan
untuk bangunan
bertingkat maks 3
lantai.

2. Pondasi Tiang  Dapat menerima  Pelaksanaan harus


Pancang atau Bore beban bangunan menggunakan banyak
Pile tingakat tinggi lebih jenis alat berat.
dari 4 lantai.  Pada proses
 Merupakan jenis pemancangan
pondasi dalam. menimbulkan polusi
udara dan getaran di
sekitar tapak.
Tabel Jenis-jenis pondasi yang digunakan pada tanah keras.
Sumber: analisa, 2016

Universitas Sriwijaya
137

Sintesa:
Dari jenis-jenis pondasi yang ada dan disesuaikan dengan kondisi tanah
pada lokasi tapak memiliki tanah keras yang cukup dalam, daya dukung
yang berbeda-beda serta efisiensi dan kemampuan yang cukup, maka
digunnakan pondasi foot plat yang dikombinasikan dengan tiang
pancang.

4.4.3 Utilitas
1. Pencahayaan
Efisiensi pencahayaan pada siang hari menjadi hal yang utama dalam
perencanaan desain Pusat Komunitas ini. Jam operasi perpustakaan
selama hampir 12 jam, dari pukul 08.00- 20.00 menuntut penggunaan
pencahayaan buatan pada waktu – waktu tertentu.
Sirkulasi didalam bangunan ditempatkan pada sekeliling lobby,
karena aktifitas yang paling tinggi perolehan panas tubuh manusia pada
adalah berjalan (290 – 410 watts) maka buangan panas akibat aktifitas
tersebut bisa berhubungan langsung dengan isolator panas, yaitu udara
luar yang suhunya lebih dingin. Sedangkan aktifitas yang paling banyak
adalah duduk dan membaca yang hanya berkisar 130 – 160 watts
perolehan panasnya.
Penggunaan jenis lampu pada bangunan:
No Jenis Lampu Kelebihan Peletakan
1 Lampu Pijar - Cahaya yang dihasilkan oleh pemanasan -
filamen secara elektris
- Semakin besar filamen semakin besar
cahaya yang dihasilkan, semakin tinggi suhu
dan warnanya, umur lampu berkurang
2 Lampu TL -Berbentuk memanjang -Hampir diseluruh
-7.000 - 15.00 jam menyala ruang

3 Lampu SL - Suhu hangat 2.000 - 5.000K -Toilet


- 7.000 sampai 10.000 jam menyala -Servis dan ME

Universitas Sriwijaya
138

Tabel Analisa Pencahayaan


Sumber: Prasasto Fisika Bangunan, Hal.199

Untuk menyalakan lampu, digunakan pendeteksi ada dan tidaknya


orang dalam ruangan yang menggunakan sensor inframerah. Jika sensor
mendeteksi ada satu orang dalam ruangan maka sistem dari mikrokontroler
akan mengaktifkan relay untuk menyalakan lampu.

Gambar Analisa Detektor Lampu


Sumber: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-10408-detection-system-of-people-in-room-to-
control-lamp-of-classroom-that-monitoring-as-centrally-in-cont.pdf
Sumber daya listrik berasal dari gardu PLN dengan penurunan
tegangan ditrafo didistribusikan melalui panel utama dan sub panel, sebagai
cadangan generator listrik yang bekerja secara otomatis bila aliran PLN
terputus. Peletakan trafo dan generator diletakan sejauh mungkin dari
aktivitas perpustakaan dan lainnya serta ruang trafo dan generator yang
dilapisi penyerap suara.

Universitas Sriwijaya
139

Gambar Analisa Listrik

Sintesa:
- Pengoptimalan pencahayaan alami dari orientasi massa bangunan dan
pengaturan zonasi ruang dalam dan ruang luar
- Bukaan yang banyak terdapat pada semua sisi bangunan sehingga
ruang dalam mendapatkan penghawaan alami.
- Memaksimalisasi skylight sehingga cahaya alami dapat membantu
penerangan.
- Pencahayaan Alami Mengoptimalkan masuknya sinar matahari
kedalam bangunan, dengan cara memainkan bentuk bangunan, berupa
memiringkan fasad, memajukan fasad, dan membuat bangunan
dengan bentuk yang ramping .

2. Penghawaan
Analisa :
- Mengintegrasikan udara ruang dalam dan ruang luar, udara berprinsip
bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke tekanan rendah dengan
kecepatan angin rata-rata 2,5km/jam dari timur

- Pengoptimalan penghawaan alami dari tata massa yang ditinjau melalui


bentuk bukaan, dimensi bukaan dan letak inlet serta outlet sangat perlu

Universitas Sriwijaya
140

diperhatikan dalam pengolahan tata massa untuk dapat menerima dan


menangkap angin lebih banyak dan merata

Tabel Pola Tata Massa


Jenis Pola Tata Massa Penjelasan
Berderet tidak Kecapatan aliran udara tidak dapat masuk merata
dalam bangunan. Udara akan masuk dari sisi depan
berjarak
dan belakang bnagunan saja karena tidak ada jarak
yang membantu pergerakan udara.
Berderet Aliran udara sudah menyebar karena jarak yang
cukup sehingga kecepatan angin yang ditangkap dapat
dengan jarak
lebih merata
Tidak berderet Aliran udara dapat mengalir lebih mudah daripada
tata masa berderet. Namun kecepatan angin tidak
tidak berjarak
merata karena tak berjarak.
Tidak berderet Merupakan pola tata masa majemuk paling baik
karena kecepatan angin dapat mengalir dan dapat
dengan jarak
ditangkap lebih banyak merata.
sumber : Silviananda,2013

Tabel Bukaan Pola pada Massa


Jenis Pola Tata Massa Penjelasan
Tegak Lurus Angin mengikuti tegak lurus dan tidak merata ke
seluruh ruangan.

Berdekatan Dengan pergerakan angin miring dari arah datang


angin maka banyak ruang kosong yang tidak dialiri
angin, namun bila angin bergerak tegak lurus lalu
membelok makan angin dapat merata

Letak +/- Letak inlet pada area + dan outlet pada area - dengan
perbandingan 1:2 maka pergerakan angin dapat
memecah dalam ruangan

Beda bukaan Bukaan outlet lebih besar daripada inlet makan udara
dapat mengalir merata

sumber : Silviananda,2013

Sintesa:
- Pola Bukaan Tata Massa yang terpilih pola massa berderet dengan jarak dan tidak
berderet dengan jarak sehingga menghasilkan kombinasi

Universitas Sriwijaya
141

Gambar 4. Analisa Pola Tata Massa Majemuk sumber: analisa pribadi, 2016

- Bukaan yang terpilih letak inlet lebih kecil daripada outlet dan letak inlet:outlet 1:2

Gambar 4 Analisa Bukaan terpilih sumber: analisa pribadi, 2015

- Penghawaan buatan menggunakan AC Central digunakan pada massa pengelola,


massa olahraga, Komersil, Grand Teater, Massa Seni & Hobi.

Roof Tank Chiller

Ground Tank AHU Ducting Outlet

Bagan Analisa Penghawaan Buatan


sumber : Anlisa Pribadi, 2016
3. Akustika Ruang
Akustika ruang diperlukan untuk beberapa ruang-ruang tertentu seperti teater,
studio musik, Grand Teater. Aspek yang harus diperhatikan yakni waktu
bunyi susulan, bidang absorbsi, dan gema. (Data Arsitek Jilid 1 (1996:201).
Jenis pantulan suara terbagi tiga, dibedakan saat ada suara yang mengarah
pada dinding tersebut.

Universitas Sriwijaya
142

Tabel Jenis Pantulan Suara


Reflector Absorber Diffuser
Memantulkan suara karena menyerap suara karena menyebarkan suara karena
dibuat dari permukaan yang dibuat dari permukaan permukaan yang tidak rata.
keras sebagaimana bola yang yang lembut
memantul di dinding.

Sintesa :
Ruang dengan langit-langit yang tinggi dan dengan dinding yang
merefleksi secara difusi mempunyai sifat akustik ruang yang baik.

Volume ruang tergantung sasaran, untuk mendengar dialog dibutuhkan


4m3/orang dan untuk konser dibutuhkan 10m3/orang.

Bidang yang sejajar sangat dibutuhkan untuk mencegah gema

4. Sistem Transportasi Bangunan


Pertimbangan pemilihan sirkulasi vertikal didasarkan pada kemudahan,
kelancaran, keamanan, dan efisiensi penggunaan ruang.
Sistem Transportasi Vertikal
Jenis Pertimbangan
Tangga Tangga digunakan disetiap massa bangunan sebagai jalur sirkulasi
vertikal dan juga sebagai jalur evakuasi darurat. Persyataran tangga
secara umum:
1. Minimal dapat dilalui oleh 2 orang saat berpapasan.
2. Mudah dijangkau dan dilihat oleh pengguna/pengunjung.
3. Jumlah dan lebar tangga berdasarkan oleh daya tampung dan
ketentuan.
4. Terdapat handrall untuk pegangan dan keamanan.
5. Anak tangga di lengkapi karet anti slip.
6. Jarak antar anak tangga min 15cm maksimal 18cm tapakan 22-
25cm dan kemiringan tangga kurang dari 60o.

Universitas Sriwijaya
143

Ramp 1. Kemiringan ramp didalam bangunan tidak boleh melebihi 7º (


tidak termasuk awalan atau akhiran ramp) sedangkan
kemiringan ramp yang ada di luar bangunan tidak boleh
melebihi 6º.
2. Panjang mendatar dari satu ramp tidak boleh lebih dari 900 cm.
3. Lebar minimum dari ramp adalah 95cm tanpa tepi pengaman
dan 120 cm dengan tepi pengaman.
4. Bordes pada awalan atau akhiran suatu ramp harus bebas, datar,
dan tidak licin sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya
untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum 160 cm.
5. Lebar tepi pengaman ramp 10cm, dirancang untuk menghalangi
kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp.
6. Ramp harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup hingga
dapat digunakan pada malam hari.
7. Ramp harus dilangkapi dengan pegangan/handrail dengan tinggi
65-80 cm.

5. Plumbing dan Sanitasi


a. Air Bersih
Mekanisme sistem distribusi penyediaan air dapat dilakukan 2 sistem
yaitu:
Tabel 4. Sistem Saluran Air Bersih
Sistem Kelebihan Kekurangan
UP feed  Tidak memerlukan banyak  Beban kerja pompa lebih besar
jaringan sehingga pompa bekerja dengan
 Tidak membutuhkan tambahan keras
bangunan untuk upper tank  Tenaga listrik tinggi
 Memudahkan dalam perawatan  Beban pipa besar sehingga
karena jaringan sederhana mudah rusak
Down  Pompa lebih awet  Membutuhkan jaringan yang
feed  Hemat listrik lebih kompleks
 Pipa lebih awet  Perawatan lebih sulit
 Penyelesaian struktur/ tampilan
lebih rumit
Sumber: Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
144

Sintesa:
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka pendistribusian air bersih
menggunakan sistem up-feed, karena bangunan Pusat Komunitas ini bukan
termasuk bangunan tinggi sehingga masih memungkinkan untuk
menggunakan sistem ini. Sistem up-feed dengan pendistribusian air dari
reservoir menuju ruang-ruang.

Meteran Pompa Ruang- Ruang

PDAM Ground Tank

Air Hujan Kolam Retensi Sungai

Bagan Analisa Distribusi Air Bersih


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

b. Air Bekas
Air bekas dimanfaatkan untuk menyirami rumput di taman dan juga
menyirami vegetasi sekitar.
Sintesa:
Meteran Bak Pengolahan Air Pipa Shaft

Air Siram Tanaman

Riol Kota Selokan Tertutup Saluran Buang

Bagan Analisa Distribusi Air Bekas


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
145

c. Air Kotor
Air kotor diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, sebagai berikut:

Septitank Selokan Tertutup Air Siram Tanaman

Urinoir/kloset Saluran Buang Riol Kota

Bagan Analisa Distribusi Air Bekas


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

6. Distribusi Listrik
Sistem distribusi listrik dengan sumber utama dari PLN, dibantu dengan
tenaga pasokan dari genset.
a. PLN
Listrik dialirkan ke gardu utama kemudian memalui ruang
tansformasi, didistribusikan ke panel-panel yang ada di tiap lantai dan massa
dibawah kontrol panel.

b. Genset
Generator berfungsi sebagai sumber tenaga cadangan bila aliran
listrik pada dan akan bekerja otomatis yang digerakkan dengan bantuan
mesin diesel. Generator umumnya menghasilkan polusi udara untuk itu
diletakkan pada ruangan kedap suara.
Sintesa:

PLN Power Utama Panel Utama

Meteran
Trafo Penerangan
AC
Genset Pompa

Bagan Analisa Distribusi Genset


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
146

6. Proteksi Kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan terhadap kondisi darurat / bahaya
kebakaran dibedakan atas dua sistem, yaitu:
a. Pencegahan dan penanggualangan aktif: bangunan dilengkapi smoke
detector, sprinkle, hydrant, dan pasokan air.

b. Pencegahan dan penanggulangan pasif: memungkinkan penyelamatan


melalui jalur evakuasi, konstruksi tahan api.

Tahapan pengamanan kebakakaran :


a. Pencegahan: pencegahan pertama smoke detector mampu mendeteksi
asap pada temperatur 40-50ºC dan heat detector pada suhu 60-70ºC.

b. Penyelamatan:
 Tabung pemadam : diletakkan tiap jarak 20m dengan luas area 200m2
 Hydrant : diletakkan di dalam dan ruang luar dengan jangkauan
selang 30m dan jarak efektif semburan gas 5m
 Sprinkle : bekerja otomatis dengan air, gas dan busa. Jarak sprinkle
4m dengan jangkauan area 25m2/unit.

Sintesa : Jenis proteksi yang digunakan aktif dan pasif

Roof Tank Sprinkle

PDAM Meteran Pompa Hydrant Box

Kolam Retensi Ground Tank Hydrant Pipe

Bagan Analisa Proteksi Kebakaran


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
147

7. Penangkal Petir
Penangkal petir sistem faraday adalah sebuah jalur rangkaian kabel tembaga
yang difungsikan sebagai jalan atau aliran bagi petir menuju ke permukaan
bumi atau ground, sehingga petir tidak akan merusak benda-benda yang
dilewatinya. Ada 3 bagian utama pada penangkal petir sistem faraday:
a. Batang penangkal petir sistem faraday
b. Kabel konduktor penangkal petirsistem faraday
c. Tempat pembumian untuk penangkal petir sistem faraday.

Sintesa : Menggunakan sistem faraday dengan diameter jalinan kabel


konduktor tembaga ini sekitar 1- 2 cm. Batang pembumian terbuat dari bahan
tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 - 3 m

8. Saluran Komunikasi
Sistem komunikasi pada bangunan disebut komunikasi internal sedangakan
eksternal merupakan dari luar/ dalam bangunan.
a. Komunikasi Internal
Merupakan komunikasi yang dilakukan dalam kawasan youth centre antar
sesama pengelola dengan menggunakan sistem line telpon paralel
sedangkan untuk computer menggunkan sistem Local Area Network
(LAN). Selain itu juga menggunakan intercom dan loudpspeaker untuk
informasi penting bagi pengelola maupun pengguna atau peringatan
bahaya gedung
b. Komunikasi Eksternal
Dengan menggunakan e-mail, telepon umum, fax, ataupun ponsel dengan
system PABX (private automatice Branch Exchange) maupun langsung
Sintesa:

TELKOM PABX Panel Telepon Ruang-ruang

Operator Panel Telepon Ruang-ruang

Universitas Sriwijaya
148

Bagan Analisa Saluran Komunikasi


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

9. Pembuangan Sampah
Sampah dikumpulkan dari kotak sampah yang telah dipisahkan organik dan
anorganik kemudian diangkut gerobak sampah dikumpulkan pada bak
sampah.
Sintesa:

Sampah Ruang

Sampah Area Bak Sampah Truk Sampah

Organik/anorganik Gerobak Sampah Tempat Pembuangan Akhir

Bagan Analisa Pembuangan Sampah


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
149

BAB V
KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar Perancangan


Pusat Komunitas di Kota Palembang / Palembang Community Centre
dihadirkan sebagai sebuah tempat yang dapat mewadahi beberapa komunitas yang
ada di Kota Palembang untuk saling berinteraksi dalam satu tempat yang sama dan
multifungsi, yakni sebagai wadah rekreasi, edukasi, olahraga dan seni, sekaligus
komersil. Wadah tersebut berfungsi sebagai wadah atau pusat kegiatan beberapa
komunitas guna untuk menyalurkan minat dan bakat serta tempat bersosialisasi
masyarakat, untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang lebih positif.
Tema yang diangkat dalam Pusat Komunitas Palembang yaitu Simbiosis
dalam Arsitektur oleh Kisho Kurokawa. Di mana aktivitas komunitas dalam Pusat
Komunitas Palembang/ Palembang Community Center yang beragam membutuhkan
suatu ikatan sehingga terjadinya interaksi antar sesama komunitas yang diaplikasikan
pada ruang. Sehingga perlu untuk mewujudkan interaksi ruang dalam bentuk
kesatuan antar ruang (dalam maupun ruang luar) dan antar massa yang saling
terhubung membentuk ruang komunal.

PUSAT DI IMPLEMENTASI KAN KE:

KOMUNITAS  Bentuk Ruang & Massa

DI KOTA  Pola Ruang & Tata Massa INTERMEDIARY SPACE


 Organisasi Ruang & Massa
PALEMBANG
 Sirkulasi Ruang & Massa

Universitas Sriwijaya
150

5.2 Konsep Perancangan Tapak


5.2.1 Konsep Zonasi Tapak

Komunitas Seni, Hobi & Grand


Teater
Pengelola

Komunitas Olahraga & Komersil

Plaza & Lobby (sebagai penghubung)

Parkir Mobil Pengunjung

Parkir Motor

Selasar Taman (sbg penghubung)

Skate Park

Area Servis

U
Gambar 5.1 Konsep Zonasi Tapak Parkir Pengelola

Taman
Zona bangunan di bagi menjadi 3 massa (Massa Seni
& Hobi, Massa Olahraga & Komersil, serta Massa
Memperbanyak vegetasi serta meletakkan
Pengelola) yang masing-masing massa di hubungkan
bagian servis di bagian barat site
oleh Zona antara (intermediate zone).

U
Gambar 5.2 Konsep Zonasi Tapak

Zona Parkir pengunjung di letakkan di depan


Skate park di letakkan di bagian depan dan bangunan, dan parkir pengelola di sebelah
berdekatan dengan massa olahraga dan terletak di bangunan pengelola, sedangkan parkir servis di
di Timur Site sehingga tidak terlalu panas. letakkan di bagian belakang bangunan.

Universitas Sriwijaya
151

Zona bangunan di bagi menjadi 4


massa (Massa Seni, Hoby dan
Grand Teater, Massa Komersil,
Massa Komunitas Olahraga, serta
Massa Pengelola) yang masing-
masing massa di hubungkan oleh
Zona antara (intermediate zone).

Universitas Sriwijaya
152

5.2.2 Sirkulasi dan Pencapaian


Akses utama menuju tapak yaitu melalui jalan Basuki Rahmat.
Akses ini dilalui oleh kendaraan umum seperti angkutan umum, transmusi, bus, ojek,
dan taksi. Serta bisa di lalui oleh kendaraan pribadi seperti mobil dan motor.

Jalur pedestrian dari halte dibuat Pemisahan jalur servis dan pengguna agar
efisien agar pengunjung nyaman untuk tidak mengganggu sirkulasi umum saat
berjalan kaki dengan akses yang memasuki bangunan dan juga tidak
mudah. menggangu jalur servis.

Gambar 5.3 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian

Untuk parkir pengunjung dan pengelola Penggunaan jalur keluar pada jalan
dibuat area terpisah agar sirkulasi sisi yang berbeda agar sikulasi dalam
masing-masing tidak terganggu. tapak jelas.

Untuk pengunjung, setelah parkir akan di Untuk pengelola, setelah parkir akan
arahkan ke bangunan utama. diarahkan langsung ke massa
pengelola

Universitas Sriwijaya
153

5.2.2 Tata Massa

ZONASI TAPAK  KONSEP TATA MASSA  berdasarkan Filosofi


Simbiosis Kisho Kurokawa : Simbiosis Masa Depan dan Masa Lalu.
Simbiosis Masa Depan dan Masa Lalu yaitu berhubungan dengan budaya dan sejarah
dari suatu wilayah tertentu, nyata sejarah, diwujudkan dalam bentuk arsitektural, motif
hias, dan simbol warisan masa lalu.

Pusat Komunitas  Bangunan yang mewadahi berbagai komunitas yang berbeda


dan beragam komunitas dan aktivitas didalam nya, sesuai dengan karakter banyak
komunitas yang aktif, bebas dan interaktif. Maka massa majemuk yang dipilih.

Motif Songket Palembang :


Lepus Bintang

Bentukan merupakan gabungan dan pengembangan dari bentuk dasar bangunan yang
di tata berdasarkan motif songket palembang yaitu motif lepus bintang. Lalu
bentukan tersebut di sesuaikan dengan bentuk tapak.

Pola Radial: Pusat Orientasi : Amphiteater


Orientasi dari Amphiteater lalu Sebagai ruang perantara
menyebar melalui pedestrian sebagai antar komunitas
ruang perantara

Di buat lengkung menjadikan bentuk lebih dinamis dan aktif untuk komunitas.

Universitas Sriwijaya
154

5.2.3 Tata Hijau

U
Gambar 5.5 Konsep Tata Hijau
Keterangan : Vegetasi Pengarah
Vegetasi Peneduh

Vegetasi Estetika

Jenis Vegetasi Tata Letak Vegetasi


Pengarah
 Palem Pohon palem dan pohon glodokan
diletakkan mengikuti jalur sirkulasi
digunakan sebagai pengarah. Selain itu,
pohon palem berfungsi untuk membatasi
 Pohon Glodokan ruang/ elemen pemisah ruang.

Peneduh
 Pohon Flamboyan Pohon peneduh dan pengatap pada tapak
agar melindungi dari sinar matahari, yaitu
di perbanyak di bagian barat site, yaitu
bagian yang terkena sinar matahari siang
dan sore.

Universitas Sriwijaya
155

 Pohon Ketapang Pohon ketapang bisa diletakkan di bagian


parkir.
Pohon flamboyan, ketapang, bintaro, dan
mangga sebagai:
 Pohon Bintaro - Elemen peneduh
- Aksentuasi tapak
- Keindahan lingkungan
- Sebagai elemen pengontrol angin

 Pohon Mangga  Diletakkan di bagian barat, selatan


dan timur site
 Diletakkan di parkiran mobil

Estetika
 Perdu
Pohon sebagai Estetika dan ornamen
pengisi ruang yaitu asoka, bougenville,
pergola, tanaman rambat, perdu pendek
euporbia tujuan utamanya yaitu sebagai
 Asoka
display penghias landscape.

 Diletakkan di bagian depan di dekat

 Bougenville pedestrian & taman

Universitas Sriwijaya
156

5.3 Konsep Perancangan Arsitektur


5.3.1 Konsep Gubahan Massa
Pusat Komunitas ini terdiri dari 4 massa yang saling berhubungan yaitu
Massa Seni & Hobi, Massa Olahraga, Massa Komersil, serta Massa Pengelola.
Bentukan merupakan gabungan dan pengembangan dari bentuk dasar
bangunan yang di tata berdasarkan konsep Simbiosis oleh Kisho Kurokawa pada
filosofi Simbiosis Masa Depan dan Masa Lalu  Motif Songket Palembang.

Bentukan tersebut lalu di sesuaikan dengan bentuk tapak.


Bentukan berawal dari acuan bentuk yang dinamis, interaktif untuk komunitas
dengan memadukan/ mensimbiosis kan bentukan modern dan masa lalu.

Bentukan tersebut merupakan gabungan dan pengembangan dari bentuk dasar


bangunan yang di tata berdasarkan motif songket palembang yaitu motif lepus
bintang. Lalu bentukan tersebut di sesuaikan dengan bentuk tapak.

MASSA PENGHUBUNG
Massa di pecah berdasarkan fungsi masing- Bangunan merupakan massa majemuk yang
masing secara radial dan memusat di satu membutuhkan suatu penghubung antar bangunan
titik yaitu di amphiteater sebagai sehingga antar massa terdapat jembatan
intermediary space nya (zona antara) penghubung sebagai intermediary space nya

5.3.2 Fasade Bangunan

Universitas Sriwijaya
157

Bagian Enterance
Berdasarkan bentuk dasar tumpal songket yang di transformasikan ke bentuk kaca pada
bagian enterance bangunan

Ukiran Khas Palembang


Di transformasikan ke bagian enterance bangunan, bagian belakang, dan pada bagian
samping tangga

5.3.3 Tata Ruang Dalam

TATA RUANG DALAM : berdasarkan Filosofi Simbiosis Kisho Kurokawa :


 Simbiosis Interior dan Eksterior
 Zona Suci & Zona Antara (Intermeditery Space)
 Pembagian massa berdasarkan fungsi bangunan tersebut.
 Massa satu dan massa lain yang merupakan fungsi yang berbeda, sehingga
simbiosis antar bangunan dibutuhkan sebuah ruang perantara antar massa bangunan.
 Menghubungkan bagian dalam dan luar bangunan dengan selasar dan plaza yang
saling berhubungan dan menguntungkan (simbiosis).

Universitas Sriwijaya
158

Ruang perantara
(intermediete zone)

RUANG PERANTARA BERUPA:


- Jembatan Penghubung antar massa bangunan
- Amphiteater sebagai tempat berukumpul semua komunitas

Zona Perantara (Intermediary Space)


Zona antara tidak hanya pada bagian luar bangunan namun juga pada bagian dalam
bangunan yaitu terlihat pada LOUNGE setiap komunitas, sehingga
pengunjung/komunitas tidak bingung untuk masuk kedalam komunitas yang
diinginkan.

S TU DIO
M ODEL LING

S TU DIO
C OSPLAY
S TU DIO
M USIK

V OID

S TU DIO
TEA TER

S TU DIO
S ENI TARI

Universitas Sriwijaya
159

5.4 Konsep Perancangan Struktur


5.4.1 Sistem Stuktur

Struktur Atas
• Pada Massa Komunitas Seni, Hobi, dan Grand teater menggunakan atap
Space Truss.
• Pada Massa Komersil, Massa Komunitas Olahraga, dan Massa Pengelola
menggunakan atap truss.
• Dan selasar/penghubung antar bangunan menggunakan atap dak beton.

Struktur Bawah
• Dari jenis-jenis pondasi yang ada dan disesuaikan dengan kondisi tanah pada
lokasi tapak memiliki tanah keras dan bangunan terletak di tengah kota,
sehingga struktur pondasi yang terbaik untuk bangunan yaitu menggunakan
pondasi borepile.

Struktur Badan (Middle Structure)


• Sistem struktur rangka kaku (balok dan kolom)/sistem two ways ribs yaitu
sistem rangka dengan menggunakan dua balok, yaitu balok anak dan balok
induk.
• Penggunaan struktur beton bertulang, struktur ini lebih mudah dalam
pengerjaan dan kuat serta tahan lama meskipun konvensional.
• Pusat komunitas ini membutuhkan penghawaan yang baik maka struktur
dinding yang di gunakan yaitu dari batu bata. Selain dinding masif bata, ada

Universitas Sriwijaya
160

juga yang akan menggunakan dinding partisi (Kayu, kaca, multiplek) untuk
area/ ruang dalam tertentu. Serta ada juga yang menggunakan penutup
dinding berupa Alumunium Composit Panel (ACP).

5.4.2 Material
MATERIAL BANGUNAN  berdasarkan Filosofi Simbiosis Kisho Kurokawa :
Simbiosis Arsitektur dan Alam
 Penghematan energi dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan dan pemilihan
material.
 Memperhatikan keuntungan matahari
 Meminimalkan bukaan/bidang terhadap matahari
 Pencahayaan alami direspon untuk meminimalisir penggunaan lampu
.
Penggunaan Louver Panel Penggunaan Kaca
Sebagai racana dinding, berfungsi sebagai Pada ruang antara, mendukung kesan
secondary skin dan berfungsi sebagai transparansi bangunan, memberi kesan
dinding bernafas, memasukkan cahaya kemenerusan visual pada area transisi dari
namun menghalau panas matahari, ruang dalam menuju ruang luar. Dengan
mengalirkan angin, aksen arsitektural. penggunaan material double glass, maka
panas akan diredam dan hanya cahaya yang
akan dimasukkan.
5.5 Konsep Perancangan Utilitas
5.5.1 Tata Air (Plumbing dan Sanitasi)
A. Konsep Distribusi Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari PDAM yang kemudian ditampung dalam ground
tank. Dapat digunakan untuk hydrant dan sprinkler. Untuk kebutuhan kamar
mandi dan cuci, air ditampung di roof tank dan kemudian disalurkan ke seluruh
bangunan.

B. Konsep Distribusi Air Bekas

Universitas Sriwijaya
161

Air bekas dimanfaatkan untuk menyirami rumput di taman dan juga


menyirami vegetasi sekitar.
Sintesa:
Meteran Bak Pengolahan Air Pipa Shaft

Air Siram Tanaman

Riol Kota Selokan Tertutup Saluran Buang

Bagan Analisa Distribusi Air Bekas


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

C. Konsep Distribusi Air Kotor

Bagan Analisa Distribusi Air Kotor


Sumber : Anlisa Pribadi, 2016

5.5.2 Tata Cahaya (Pencahayaan alami dan buatan)


 Optimalisasi bukaan (jendela) dan skylight (atap) pada massa bangunan.
 Orientasi massa dengan permukaan sisi panjang menghadap sumbu utara-
selatan dan sisi pendek menghadap timur dan barat.
 Matahari pukul 10.00 (suhu sedang) datang dengan sudut 6-10o. Dinding
rooster bata tebal 9cm dan jendela krepyak sudut 60o memasukkan cahaya
tanpa penas kedalam ruang dalam
 Menerapkan sistem balkon dan teras, merespon sinar sebelum masuk
kedalam bangunan.
 Cahaya dimasukkan melalui sisi tepi dinding.
Universitas Sriwijaya
162

 Pada lansekap: vegetasi di perbanyak (pohon, perdu, rumput) maka tidak


banyak pantulan matahari kebangunan.
 Grand Teater cahaya di depan memiliki kekuatan 50lux sedangkan di
belakkang 500 lux.
 Dilihat dari efisiensi maka lamu yang di gunakan jenis LED lamps.
 Wall washer dengan cahaya kekunignan akan memberikan kesan glow pada
lukisan.
 Spotlight memberikan kesan untuk leih mengutkan karakter display.
 Down light – pencahayaan menyeluruh – dengan led armatur inbow (bohlam
masuk dalam plafond) – pada ruang studio, loby, pengelola.

5.5.3 Tata Udara


Penghawaan buatan menggunakan AC Central digunakan pada massa
pengelola, massa seni dan hobi, massa olahraga, dan grand teater .

5.5.4 Tata Suara


Penggunaan Raised Floor dan vertical garden pada ruang yang
membutuhkan ketenangan seperti ruang yoga, seni dan ruang lainnya sangat
membantu mengurangi kebisingan.

5.5.5 Transportasi
Transportasi vertikal bangunan menggunakan tangga, eskalator dan
ramp. Eskalator di gunakan di bagian dari lobby langsung menuju grand
teater, ramp di gunakan di bagian massa olahraga dan komersil. sedangkan
tangga berada disetiap zona.

Universitas Sriwijaya
163

5.5.6 Sampah
Konsep pembuangan sampah menggunakan sistem tradisional yaitu dengan
cara yang paling sering digunakan yaitu Carry Out. Sampah dibersihkan dan
dikumpulkan oleh petugas kebersihan.
Tempat sampah disediakan disetiap ruangan dan sepanjang koridor

Pada ruang luar, kotak sampah diletakkan dengan jarak ideal 50 meter
disetiap perlintasan manusia

Kotak sampah dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kotak sampah organik


dan kotak sampah non organik

Setelah sampah terkumpul, setiap harinya akan di ambil dan


dikumpulkan oleh cleaning service dan dikumpulkan di bak sampah pusat
bangunan

Selanjutnya akan dibawa oleh mobil bak sampah kota dan dikumpulkan
di Tempat Sampah Akhir

5.5.6 Pencegahan Kebakaran


Pusat Komunitas Palembang (Palembang Community Centre) memliki
ketinggian lantai maksimal tiga lantai dan tergolong ke dalam bangunan
bertingkat rendah. Untuk proteksi kebakaran digunakan proteksi pasif berupa
penggunaan tangga darurat pada massa yang memiliki ketinggian 3 lantai,
serta proteksi aktif berupa kotak hydrant dan sprinkler.
Tabung pemadam kebakaran kimia, yang diletakkan pada setiap jarak
kira-kira 20m dengan luas area 200m²

Hydrant diletakkan didalam dan luar bangunan disetiap 50m, dengan


jangkauan selang 30m dan jangkauan semburan gas 5m.

Sprinkler sensitif terhadap asap dan titik api. Bekerja otomatis


menggunakan air, gas/busa. Jarak sprinkler 4m dengan daya jangkau
25m²/unit

Universitas Sriwijaya
164

5.5.7 Penangkal Petir


Sistem Faraday dipilih sebagai sistem penangkal petir di bangunan
Pusat Komunitas Palembang (Palembang Community Centre) karena
pertimbangan sistem tersebut lebih efisien dan lebih aman. Konsep
penangkalan petir yakni melindungi bangunan dari sambaran petir yang dapat
menyebabkan konsleting listrik dan kebakaran. Bangunan Pusat Komunitas
di Kota Palembang berpola massa majemuk, dengan massa paling tinggi
yang akan dipasang penangkal petir dengan jangkauan radius 45°, jika massa
bangunan lain berada diluar dari 45° tersebut, maka akan dipasang penangkal
petir lainnya. Pemasangan penangkal peitr dilakukan secara berjajar lalu
dialirkan ke tanah melalui pengebumian. Menggunakan sistem faraday
dengan diameter jalinan kabel konduktor tembaga ini sekitar 1- 2 cm. Batang
pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5
cm dan panjang sekitar 1,8 - 3 m.

5.5.8 Komunikasi Listrik


Panel kontrol utama listrik diletakkan di bangunan terpisah untuk
menghindari terjadinya perambatan jika terjadi konsleting listrik. Sistem
jaringan listrik dibuat melalui jalur dibawah tanah. Pada setiap massa
bangunan terdapat panel kontrol tersendiri yang mengatur sistem jaringan
listrik pada bangunan tersebut. Ruang generator berada pada massa
penunjang (servis) untuk menghindari kebisingan dan getaran.

Gambar Skema Distribusi Listrik


Sumber: Analisa Pribadi, 2016

Universitas Sriwijaya
165

DAFTAR PUSTAKA

Dalton, J.H., Elias, Mautice J., & Wandersman, A. (2007). Community Psychology:
Linking Individuals and Communities, Second Edition. Canada : Thomson
Wadsworth.

Crow, G. and Allan, G. (1994). Community Life: an introduction to local social


relations. Hemel Hempstead: Harvester Wheatsheaf

William A Shrode, Dan Voich, Jr ( 1974 ) Organization and management : Basic


System Concepts. Florida State Univ. Florida

Hendriansyah, Endang. 2005. ‘Community Center di Tangerang’. Tugas Akhir Pada


Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP, Semarang.

Fisabila, Rizkya & Murni Rachmawati. 2013. ‘Multifungsi Graha Remaja dengan
Representasi Tema Pelangi’, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, vol.02, no.02

Nursanti, Atika. 2009. ‘Gelanggang Remaja di Yogyakarta’. Tugas Akhir Pada


Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Municha, Regina Tri, Pedu Aldy & Mira Dharma S. 2014. ‘Pekan baru Youth
Center dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku’, Universitas Riau, vol.1, no.1

RTRWK Kota Palembang Tahun 2004-1014. Bappeda

Badan Pusat Statistik Kota Palembang

Rencana Pembangunan Rangka Panjang kota Palembang 2005-2025

Paero, Julius, AIA, Asid. (1979). Human Dimension and Interior Space : Dimensi
Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga

Universitas Sriwijaya
166

Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek (Jilid 1 dan 2). Jakarta : Erlangga

Ching, Francis D.K. (2008). Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan. Jakarta :
Erlangga.

Satwiko, Prasasto. (2008). Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi.

Ningsar, Dedy Erdiono. 2013. Jurnal: Komparasi Konsep Arsitektur Hibrid dan
Arsitektur Simbiosis. Jurusan Arsitektur Unsrat.

Putri, Mahyndrana Cahyaning & Baskoro W Isworo. 2013. Jurnal Sains dan Seni
Vol. 2, No.2 : Penerapan Tema Simbiosis dalam Akses Rancangan Redesain Taman
Hiburan Rakyat Surabaya. Surabaya: Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Seuluh
November.

Wuaten, Leonardi, Frits Siregar, & Esli Takumansang. 2013. Graha Pencinta Alam
‘Simbiosis dalam Arsitektur, Kisho Kurokawa’. Jurusan Arsitektur Universias Sam
Ratulangi.

Karwur, Indah Prilia, Judu O Waani. Redesain Kawasan Wisata Kinilow di Tomohon
(Arsitektur Simbiosis). Jurusan Teknik Arsitektur UNSRAT.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai