Anda di halaman 1dari 42

KERANGKA ACUAN KERJA

ARCHITECTURAL DESIGN

COMPETITION

LIXIL
WATER TECHNOLOGY
INDONESIA

INFILL AND ADAPTIVE REUSE:


PRACTICING SUSTAINABLE
MOVEMENT IN OBSOLETE
PUBLIC AND/OR TRANSIT HUB
IN THE CITIES

BOARD OF JURY :

ISANDRA MARTIN, IAI

KHARISMA N. MAULIDA, S.T

M. NOORZAMAN, IAI

AUGUST 2021

Penyelenggara Bekerja sama dengan

American Standard part of LIXIL Badan Penghargaan dan Sayembara


Karya Arsitektur
Ikatan Arsitek Indonesia

PT. KERETA API INDONESIA


KERANGKA ACUAN KERJA SAYEMBARA LIXIL 2021
SAYEMBARA GAGASAN IDE
“Infill and Adaptive Reuse : Practicing Sustainable Movement in
Obsolete Public and/or Transit Hub in the Cities - Lixil Architectural
Design Competition”
Mobilitas yang tinggi di perkotaan menuntut tersedianya sarana transportasi umum yang
handal. Di negara-negara maju, masyarakatnya mengandalkan transportasi umum sebagai
moda untuk mobilitas. Kendaraan pribadi untuk perjalanan jauh atau untuk liburan bersama
keluarga. Masyarakat di negara maju lebih memilih menggunakan transportasi umum karena
sistem transportasi umum cepat, nyaman, bersih, tepat waktu dan aman.
Kota-kota besar di Indonesia menuju kepada skala metropolitan bahkan sebagian menuju ke
megapolitan. Layanan transportasi publik dan fasilitasnya sangat didambakan untuk melayani
pengguna. Tujuan akhir hanya sebagian kecil yang menggunakan kendaraan pribadi sehingga
kualitas lingkungan juga terjaga.
Kota akan selalu berkembang, baik secara fisik bangunan, jaringan jalan-transportasi, dan
jaringan berkota maupun layanannya. Pemenuhan hal tersebut selalu ditingkatkan oleh
manajemen kota untuk warganya. Disisi lain, kota-kota di Indonesia sebagian besar juga
mempunyai peninggalan bangunan bersejarah/heritage yang berpotensi maupun mepunyai
kendala dan dilindungi oleh UU.
Potensi yang baik sebenarnya tidak hanya melihat sebagai bangunan heritage, tetapi bagai-
mana meningkatkan kegunaan bangunan secara mikro kawasan. Berkota adalah suatu meka-
nisme yang tidak hanya bangunan fisik, tetapi juga kehidupan kawasan, saling terkait satu
dengan yang lainnya.
Kawasan perkotaan semakin padat dan semakin tinggi tuntutan untuk berkota. Transit
Oriented Development (TOD), merupakan salah satu jawaban pendekatan pengembangan
perkotaan. TOD dapat dipandang sebagai upaya meningkatkan nilai suatu kawasan yang
diakibatkan oleh adanya pengaruh faktor transit dari berkembangnya infrastruktur yang
dikembangkan oleh pemerintah (pemda). TOD tidak hanya mengkombinasikan faktor transit
dengan sisi komersial tetapi harusnya juga menghadirkan bangkitan ekonomi, ruang terbuka
hijau, ruang terbuka publik dan terciptanya potensi – potensi pergerakan pejalan kaki di
kawasan tersebut bahkan pelestarian bangunan yang memenuhi kaidah-kaidah bangunan
hijau.
Kota-kota masa depan terdiri dari serangkaian pusat kota : pembangunan padat yang
dihubungkan dengan kereta api berkecepatan tinggi, bus antar kota, bus dalam kota, LRT-
MRT dan layanan transport public lainnya. Ekologi regional menentukan di mana dan
bagaimana hub tumbuh; pusat kota bergerak ke pedalaman, menjauhi pasang naik. Transit
oriented development terus digalakkan dan mencakup bangunan cagar budaya yang ada
dalam radius kawasan.
Dalam wilayah metropolitan terhubung dengan kereta api lokal, jalur bus, dan untuk antra
metropolitan ada kereta berkecepatan tinggi yang mampu mencapai kecepatan 600 km per
jam.
Masyarakat dan pekerjaan saling terhubung. Sebagian masyarakat tinggal di area peri-urban
dan sebagian besar masyarakat tinggal di area urban. Pusat kota padat yang dihubungkan
dengan rel berkecepatan tinggi, jalur transportasi darat lainnya yang menyatukan pusat-pusat
pekerjaan dan diharapkan mengurangi perluasan perkotaan. Sehingga jarak dan waktu
tempuh tidak terlalu menjadi kendala.

Maksud dan Tujuan :

Di Indonesia, PT. Lixil Indonesia dengan produk-produk unggulan yang tergabung dengan
LIXIL sudah menyebar di seluruh kawasan sejak tahun 2011. Salah satu Produknya adalah
sanitary fixtures dengan trade mark ― American Standard‖. Produk American Standard ini di
Indonesia bahkan sudah memasuki pasaran dari tahun 1960 lewat divisi pemasaran kawasan
Asia pasific dan berdiri di Indonesia di tahun 1983 dengan factory beralamat di PT American
Standard Indonesia Jl. Raya Narogong Km. 52, Desa Limusnunggal, Cileungsi, Bogor 16820,
INDONESIA . Tel: (62-21) 8230804 (hunting) Fax: (62-21) 8232284 / 8230805.

Kantor dan Showroom: PT. American Standard Indonesia : Palma Tower - Jl. T.B.
Simatupang II S/06 - Jakarta Selatan – Indonesia

Dengan sejarah operasional di Indonesia, Lixil American Standard bersama Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) dan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) bermaksud memberikan sumbangsih
untuk kepentingan kemajuan arsitektur di Indonesia dan masyarakat secara umum, khususnya
yang bergerak dalam bidang profesi arsitek dan pendidikan arsitektur untuk dapat
menggunakan gagasan desain dalam sayembara ini sebagai arena kompetisi dan pembelajaran
desain.
Ide gagasan bangunan yang didesain, diharapkan sejalan dengan visi dan misi, rencana
perusahaan yang berorientasi pada : bangunan yang mudah dikerjakan, dengan material yang
mudah didapat, kesehatan, kenyamanan, berwawasan lingkungan, ecoindustry, green building
dan meningkatkan kenyamanan dan kebutuhan pada area publick. Bangunan lama/ cagar
budaya di rancang renobvasinya menggunakan tema : ““Infill and Adaptive Reuse :
Practicing Sustainable Movement in Obsolete Public and/or Transit Hub in the Cities - Lixil
Architectural Design Competition” dimana, pembentukan desain bangunan lama tetap
mengedepankan syarat dan ketentuan bangunan cagar budaya serta boleh menambahkan
bangunan baru dengan tema yang di adaptasi dari lingkungan dan masih dalam satu kesatuan
dengan bangunan cagar budaya yang ada.

Tentang Sayembara :

Sayembara ini merupakan Sayembara Gagasan Ide, sumbangsih Lixil - American Standard
bersama IAI dan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) untuk kemajuan Arsitektur di Indonesia.

Lokasi :

Lokasi sayembara di urban Semarang dan Surabaya.

Bentuk lahan sesuai yang diberikan oleh PT. KAI dan aturan Tata Ruang adalah sebagai
berikut (hanya sebagai pembelajaran dalam sayembara) :

KDB : 65%
KLB :3
KDH : 20%
GSB :6m
GSS :4m
Maksimal : Jumlah Lantai bangunan baru maksimum 3 lantai, minimal 2 lantai

Basemen :

wajib, kebutuhan lapis basement sesuai analisa peserta (maksimum 2 lapis),


dihitung dari asumsi +/- 00.00 lantai utama ( asumsi peserta). Basemen
dapat diartikan sebagai bagian interkoneksi antara stasiun MRT (lihat
penjelasan dalam peta dan jalur MRT) dan kawasan stasiun yang akan
direnovasi
Fungsi Utama : lahan yang akan dikembangkan adalah lahan milik PT. KAI, di lokasi
Stasiun Semarang Tawang dan Stasiun Surabaya Gubeng. Pada lahan terdapat area bangunan
lama (bangunan stasiun kereta api milik PT. KAI) termasuk dalam bangunan CB atau diduga
CB dan dibangun pada masa kolonial.

Bangunan lama tetap dengan fungsi stasiun kereta api (catatan : pola tatanan ruang dan
sirkulasi boleh dirubah) yang diadaptasi untuk digunakan fungsi tambahahn baru, yaitu
sebagai area transit hub. Bangunan transit hub ini (disini) merupakan bangunan yang
berfugnsi sebagai bangunan/ media perpindahan antar moda transportasi berbasis rel dan
darat.

Transit Hub secara bahasa dapat diartikan sebagai pusat persinggahan. (Sumber: kbbi.
kemendikbud.go.id) atau dapat diartikan sebagai tempat persinggahan dalam suatu perjalanan
untuk kelompok besar secara cepat dan efesien yang terintegrasi dengan transportasi publik
dengan berbagai fungsi dan aktivitas didalamnya. (menurut Vanessa Worrell. 2011. Thesis:
Inhabiting the Transitional A Transit Hub for Ottawa's Bayview Yards. Canada)

Ketentuan mengenai bangunan CB menyangkut cara-cara preservasi, penyelamatan dan


aturan lainnya mengenai bangunan CB menganut UU Arsitek dan UU CB.

Pada sekitar lahan (diasumsikan pada masa mendatang) terdapat berbagai layanan jalan/ line
untuk transportasi public yang akan disatukan dalam transit hub ini mengenai pergerakan
manusia dan barang bawaan. Transportasi publik tersebut adalah :

 layanan bus khusus antar kota antar provinsi


 layanan bus khusus antar kota dalam provinsi
 layanan bus kota regular
 layanan kereta api bandara (diasumsikan ada layanan ini ke Bandara Udara Ahmad
Yani Semarang dan Bandara Juanda Surabaya)
 layanan kereta api luar kota (sudah ada)
 layanan kereta api komuter line (sudah ada)
 layanan kereta api luar kota berkecepatan tinggi (600 km/ jam) diasumsikan layanan
ini sudah ada/ terjadi Kereta Api Cepat Jakarta-Surabaya, dimana stasiun Tawang
Semarang sebagai salah satu pemberhentian dan Stasiun Gubeng Surabaya sebagai
Tujuan Akhir.
 layanan MRT (akan diasumsikan daerah sekitar ada layanan MRT untuk melayani
area sub urban/ peri urban ke urban), layanan MRT pada area yang berdekatan dengan
stasiun yang dimaksud merupakan MRT di basemen 1 dan basemen 2 demikian juga
untuk stasiun MRT tersebut.
 layanan LRT 2 line (diasumsikan ada 2 line dikelola 1 line oleh badan usaha layanan
milik pemerintah daerah dan 1 line dikelola oleh swasta), layanan LRT merupakan
layanan LRT layang, baik rel maupun stasiunnya.

1. Stasiun Tawang Kota Semarang


Semarang merupakan kota pertama di wilayah Hindia Belanda (Indonesia) yang
menikmati/ di bangun jaringan rel untuk kereta api, setelah jaringan kereta api ada di
Negara-negara : Brazil, Chile, Argentina, India dan Australia.

Gambar : Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang masa lampau

Pada sejarah perkembangan kota Semarang, yaitu pada fase III (Pasca Benteng Kota),
merupakan fase yang lebih jelas, bagaimana upaya Pemerintah Hindia Belanda
mengembangkan kota Semarang. Dirintisnya jalur transportasi kereta api pertama,
yakni jalur Semaramg-Tanggoeng sepanjang 25 km yang perletakan batu pertamanya
dilakukan oleh Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele pada tanggal 17 Juni 1864,
adalah satu contoh bahwa Semarang adalah kota pilihan yang amat diperhitungkan dari
berbagai aspek. Sudah dapat dipastikan perkembangan ekonomi pada masa itu
menggerakkan sektor lain, termasuk permukiman dan kota.
Kapitalisasi dalam era global (saat itu) terjadi pasca Revolusi Industri, dampaknya bisa
dilihat melalui ide swasta Belanda yang berinvestasi di Nusantara (Hindia Belanda).
NIS (Netherlands Indische Spoorweg Maatschapij) adalah swasta pertama yang
membuat jaringan transportasi kereta api di desa Kemijen.

Jalur pertama yang dibuat adalah Kemijen – Tanggung sejauh +/- 17 km, dengan lebar
sepur 1435 mm berhasil dirampungkan pada 10 Agustus 1867. Selanjutnya, NISM
melanjutkan pembangunan jalur kereta api ke daerah Vorstenlanden (Yogyakarta dan
Surakarta) dan selesai tahun 1872.
Gambar : Peta Rekontruksi Prakiraan Bangunan Stasiun Samarang

Gambar : Letak Stasiun Samarang NIS ditandai lingkarang berwarna hijau sedangkan rencana lokasi
Stasiun Tawang ditandai lingkaran berwarna biru, peta tahun 1914. (Sumber: Colonialarchitecture.eu)

Pengangkutan kereta api oleh NISM lintas Semarang-Solo-Yogya ramai pengguna,


terutama diperuntukan bagi angkutan gula. Bisnis angkutan barang dari hasil panen
perkebunan di wilayah Vorstenlanden memberi pemasukan berlebih untuk NISM.
Kegiatan administrasi kantor pusat NISM di stasiun pun semakin sibuk. Stasiun
Samarang menjadi lebih ramai dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta
api. Karena selain untuk kereta api barang, Stasiun Samarang sejak awal juga melayani
penumpang antar kota. Sayangnya Stasiun Samarang dulu dibangun di bekas tanah
rawa. Genangan banjir sering melanda areal stasiun apabila terjadi pasang air laut.
Untuk mengatasi hal itu direksi sepakat memindahkan kantor pusat dan memisahkan
pelayanan penumpang dan barang melalui dua stasiun.

Pada 1911, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij mulai menyusun rencana


induk terhadap sistem perkeretaapian di jalur kereta api ruas Semarang–Solo–
Yogyakarta yang sebelumnya diresmikan pada 1873. Hal ini terjadi karena Stasiun
Samarang NIS—salah satu stasiun kereta api pertama di Indonesia—yang ditutup pada
enam tahun sebelumnya sudah tak memungkinkan lagi dioperasikan sebagai stasiun
pusat NIS apabila Semarang dilanda banjir rob.

Sebagai akhir rencana induk tersebut, NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di
wilayah Tawang—mulai dibangun pada 29 April 1911. Bangunan stasiun ini selesai
dan diresmikan pada 1 Juni 1914 serta digunakan untuk menggantikan Stasiun
Samarang NIS yang selalu terendam air jika laut Jawa mengalami pasang.

Kantor Pusat NISM yang baru dipilih pada lokasi sebidang tanah luas yang waktu itu
masih di pinggir kota. Untuk meningkatkan pelayanan serta menampung jumlah
penumpang lebih banyak, NISM membangun sebuah stasiun baru: Stasiun Tawang.
Stasiun ini nantinya diperuntukan bagi angkutan penumpang sedangakan Stasiun
Samarang kemudian dikhususkan sebagai stasiun bongkar muat barang.

Stasiun Tawang dirancang oleh arsitek Belanda Sloth-Blauwboer dan diresmikan pada
tanggal 1 Juni 1914. Sebelumnya, pada tahun 1911 dilakukan peletakan batu pertama
oleh Anna Wilhelmina van Lennep, putri Kepala Teknisi di NISM. Lokasi Stasiun
Tawang cukup strategis, terletak di sebelah utara kawasan Kota Lama Semarang yang
pada saat itu mejadi pusat perdagangan di Semarang. Kendati berlokasi strategis,
wilayah di utara Kota Lama Semarang masih berupa rawa dengan tanah yang labil.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebelum dilaksanakan pembangunan dilakukan
pemadatan tanah menggunakan lempengan pelat beton selama berbulan-bulan.
Stasiun Semarang Tawang (SMT), juga disebut Stasiun Tawang saat ini ada-
lah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Tanjung Mas, Semarang Utara,
Semarang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 meter dpl ini merupakan stasiun
utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi IV Semarang sekaligus
stasiun utama di Kota Semarang dan Jawa Tengah bagian utara. Stasiun ini merupakan
stasiun yang sangat sibuk karena hampir semua kereta penumpang yang melintasi jalur
utara berhenti di sini. Nama "Tawang" diambil dari nama kampung di dekat stasiun ini,
yaitu Tawangsari. Letak stasiun ini tidak terlalu jauh dari objek wisata Kota Lama dan
Pasar Johar.

Meskipun demikian, dahulu stasiun ini hampir selalu terendam air rob sehingga
ketinggian stasiun turun menjadi 0 m karena Laut Jawa yang pasang bercampur dengan
air hujan dan air limbah yang berasal dari saluran-saluran air di Kota Semarang. Oleh
karena itu, Pemerintah Kota Semarang mendirikan polder di depan stasiun ini—berupa
kolam raksasa yang dilengkapi dengan pompa—pada 1998-2000.

Bangunan dan Tata Letak

Stasiun Semarang Tawang awalnya memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 4
merupakan sepur lurus. Setelah jalur ganda mulai stasiun ini hingga Stasiun
Alastua (area Semarang) resmi dioperasikan pada awal Desember 2013 dan kemudian
hingga Stasiun Semarang Poncol pada awal Februari 2014, jumlah jalurnya bertambah
menjadi delapan dan jalur 5 juga dijadikan sebagai sepur lurus. Jalur 1 dan 2 digunakan
untuk pemberhentian kereta api jarak jauh atau menengah dalam menaik turunkan
penumpang di stasiun ini; jalur 3 digunakan untuk kedatangan dan keberangkatan
kereta api jarak jauh dan menengah yang berhenti di stasiun ini serta digunakan untuk
parkir maupun persiapan untuk keberangkatan kereta api antar kota jarak jauh.

Jalur 6 digunakan untuk persilangan maupun persusulan kereta api; serta jalur 7 dan 8
digunakan sebagai parkir kereta yang sedang tidak terpakai dan tempat pencucian
kereta. Di ujung timur jalur 6 dan 7—dekat dengan Jalan Ronggowarsito—terdapat
fasilitas bongkar muat peti kemas/kontainer.

Meskipun stasiun ini merupakan stasiun besar, stasiun ini masih menggunakan peron
rendah pada jalur-jalurnya. Peron tinggi hanya terdapat di jalur 1; digunakan untuk
mempermudah akses naik/turun penumpang pada kereta api dengan rangkaian kereta
yang panjang dan untuk mengakomodasi penumpang difabel.

Pada 2019, tata letak jalur di stasiun ini mengalami sedikit perombakan dan sistem
persinyalan elektrik yang lama telah diganti dengan yang terbaru produksi PT Len
Industri.

Bangunan stasiun didirikan menggunakan konstruksi beton bertulang. Bentuk bangunan


stasiun memanjang sekitar 168/175 meter, terdiri atas bagian utama di tengah sebagai
vocal point yang dibuat lebih tinggi. Bangunan utama tersebut memiliki kubah besar
berbentuk persegi yang atapnya ditutup dengan lapisan tembaga. Di dalam bangunan
utama stasiun merupakan hall dengan langit-langit tinggi yang di sangga oleh empat
kolom utama, sepintas mirip dengan bagian tengah pendopo joglo (rumah adat Jawa).

Interior hall dihiasi relief perunggu karya pemahat Willem Brouwer dari Leiderdorp. Di
dalam hall terdapat tiga buah konter loket guna penumpang membeli tiket kereta api.
NIS juga menyediakan sebuah kios besar yang menjual koran dan buku Disekeliling
atap kubah terdapat jendela yang memberikan pencahayaan untuk hall, sehingga
memperkuat kesan megah pada ruangan. Selain itu, jendela pada sekeliling kubah
digunakan juga sebagai ventilasi udara. Pencahayaan juga didapatkan dari jendela
pada fasad bangunan utama yang terpasang kaca dari perusahaan J. H. Schouten di Den
Haag.

Sementara itu, di kedua sisi bangunan utama terdapat konstruksi besi berbentuk pelana
buatan Werkspoor, Amsterdam. Atap bangunan tersebut ditutupi dengan genteng
buatan Stoom Pannen fabriek van Echt. Sayap bangunan bagian kanan merupakan
ruang tunggu kelas satu, ruang kepala stasiun, ruang sinyal serta ruang operasional.
Sedangkan sayap kiri digunakan sebagai ruang tunggu kelas dua dan tiga yang pada
masa kolonial diperuntukan bagi pribumi. Di ruang tunggu penumpang

Ciri Khas :

Ciri khas lain yang dimiliki oleh stasiun ini adalah adanya pemutaran lagu instrumental,
"Gambang Semarang"—yang dimainkan dalam bentuk ansambel jazz—setiap
kedatangan kereta api. Selain itu, di polder depan bangunan stasiun ini terdapat
monumen lokomotif D301 59 yang dihiasi dengan lampu berwarna-warni dan air
mancur menari (dancing fountain) di sekelilingnya.
Cagar Budaya :

Kategori : Bangunan

No. Regnas : RNCB. 20160711.02.001015

Tanggal SK : 1992 dan 2010

Pemilik : PT. Kereta Api Indonesia

Pengelola : PT. Kereta Api Indonesia

Gambar : Patung Loko Kereta Api, di area Polder


Gambar : Tampak Depan Stasiun Semarang Tawang

Gambar : Suasana Malam Hari Sta. Semarang Tawang


Gambar : Banjir Stasiun Tawang, Sumber Republika

Gambar : Stasiun Semarang Tawang sekitar Tahun Gambar : Peron Stasiun Tawang sekitar tahun 1920-
2020. (Sumber: PI. KAI) 1940. (Sumber: Tropenmuseum.nl)
Gambar : Stasiun Semarang Tawang sekitar Tahun Gambar : Stasiun Samarang NIS, stasiun pertama di
1910-1920. (Sumber: Tropenmuseum.nl) Indonesia. (Sumber: NVBS)

Gambar : Suasana ruang tunggu di Stasiun Tawang


Gambar : Rangkaian kereta api menenunggu penum-
sekitar tahun 1910-1920. (Sumber: Tropenmuseum.nl)
pang di Sta.Tawang Mei 1939. (Sumber: NVBS)

Gambar : Peron Stasiun Tawang


Gambar : Tampak Stasiun Tawang

Gambar : Susana Peron Stasiun Semarang


Gambar : Susana Peron Stasiun Semarang
Gambar : Area Kawasan Stasiun Tawang, yang dapat diusulkan sebagai bangkitan kawasan.

Gambar : Area Stasiun Tawang dan Area Polder yang merupakan satu kepengelolaan
Gambar : Peta Kota, Jaringan Jalan Darat, Jaringan Rel, MRT, LRT dan Area Perencanaan
Gambar : Posisi Jalur Rel dan Bangunan Stasiun Tawang

2. Stasiun Gubeng Kota Surabaya

Stasiun Surabaya Gubeng (SGU), lebih populer dengan nama Stasiun


Gubeng, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Pacar Keling,
Tambaksari, Surabaya; pada ketinggian +5 meter. Meskipun bernama "Gubeng",
stasiun ini secara administratif berada di sebelah utara Kecamatan Gubeng. Stasiun ini
merupakan stasiun utama di Surabaya dan Jawa Timur; berada dalam pengelolaan PT
Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VIII Surabaya.

Stasiun ini merupakan stasiun keberangkatan dan kedatangan utama kereta api dari
Kota Surabaya, terutama yang melalui jalur selatan dan timur Pulau Jawa. Untuk kereta
api yang melalui jalur utara, seperti kereta jurusan Jakarta melalui Semarang, sebagian
besar keberangkatan dan kedatangannya dilayani di Stasiun Surabaya Pasarturi. Dalam
sayembara ini, kereta api cepat Jakarta-Surabaya diasumsikan berakhir di Surabaya
Gubeng.

Stasiun Surabaya Gubeng dahulu memiliki banyak jalur kereta api, tetapi sejak
bangunan stasiun yang baru tersebut resmi digunakan, jumlah jalurnya berkurang
menjadi enam. Jalur 1 (paling barat) merupakan sepur lurus arah hilir yang biasanya
digunakan untuk keberangkatan kereta api ekonomi lokal/jarak dekat ke arah selatan;
jalur 2 merupakan sepur lurus arah hulu untuk kedatangan KA ekonomi jarak dekat dari
arah selatan; jalur 3 dan 4 biasanya untuk tempat singgah kereta api ekonomi selama
proses langsiran lokomotif, parkir lokomotif ataupun kereta/gerbong, dan sebagai jalur
berjalan langsung untuk kereta api barang; jalur 5 merupakan sepur lurus dari dan
ke Sidotopo-Benteng untuk kedatangan dan keberangkatan kereta api apabila di jalur 6
ada kereta api yang berhenti dan juga sebagai jalur berjalan langsung untuk kereta api
barang; serta jalur 6 (paling timur) untuk pemberangkatan dan kedatangan kereta api
jarak jauh kelas eksekutif, bisnis, ekonomi, dan campurannya. Di sebelah utara jalur 6
ada jalur yang bercabang menuju Balai Yasa (BY)/bengkel kereta api Surabaya
Gubeng.

Stasiun ini sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Stasiun kereta api ini terletak di
Jalan Gubeng Masjid, Kelurahan Gubeng, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Stasiun
paling besar dan utama di Kota Surabaya ini berada di bawah naungan PT. Kereta
Api (Persero) Daerah Operasi 8, di samping Stasiun Pasar Turi dan Stasiun
Kota. Stasiun Gubeng melayani keberangkatan kereta api dari Surabaya yang melewati
jalur selatan menuju ke Bandung maupun Jakarta.

Stasiun Gubeng memiliki sejarah yang cukup panjang hingga keberadaanya saat ini
Berdasarkan sejarah yang ada, Stasiun Gubeng Surabaya mulai dibangun sekitar tahun
1870 ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis.
Awalnya, pembangunan stasiun ini bertujuan untuk mengangkut hasil bumi dan
perkebunan dari daerah pelosok Jawa Timur, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan
Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu,

Pada tahun 1878, Stasiun Gubeng dibangun oleh perusahaan kereta api Staats
Spoorwagen (SS). Pada masa itu, stasiun ini dipergunakan untuk mengangkut tentara
Belanda yang akan dikirim ke berbagai daerah yang mengalami gejolak perlawanan
dari kaum pribumi khususnya di sekitar Surabaya dan Pulau Jawa. Stasiun ini kemudian
menjadi gerbang untuk memobilisasi tentara Belanda ke sejumlah daerah atau
mengirimkan bantuan pasukan untuk menghadapi pemberontakan.

Hingga pada tahun 1905, Surabaya menjadi kota dengan gelar Gemeente atau
Kotamadya. Maka dari itu, Stasiun Gubeng Surabya menjadi penunjang transportasi
yang sangat penting di Surabaya. Bangunan Stasiun Gubeng Lama ini pernah
mengalami beberapa kali renovasi. Yang pertama yaitu pada tahun 1905, renovasi
dilakukan pada atap peron. Dilanjutkan pada tahun 1928, renovasi dilakukan pada atap
bangunan lobby utama.
Pada tahun 1990, sebuah bangunan baru ditambahkan di sisi Timur rel yang lebih luas
dengan arsitektur yang lebih modern. Hal ini dilakukan agar stasiun dapat
menampung penumpang yang terus melonjak tiap tahunnya. Namun gedung stasiun
lama yang berada di sisi sebelah Barat tetap dipergunakan. Saat ini, bangunan stasiun
Gubeng lama dipergunakan bagi penumpang KA Ekonomi, sedangkan bangunan baru
diperuntukkan bagi penumpang KA Bisnis maupun Eksekutif.

Bangunan stasiun Gubeng sendiri juga memiliki arsitektur yang menarik untuk dibahas.
Bangunan Stasiun Gubeng lama menggunakan asitektur bergaya Indische. Gaya ini
ditandai dengan bangunan tembok tinggi kokoh yang pada pinggiran atapnya biasa
diberi ornamen besi tempa, serta menggunakan jendela yang besar-besar dan memakai
jalusi besi.

Karakter arsitektur bangunan pintu utama Stasiun Gubeng Lama tampak begitu kokoh
namun terkesan terbuka karena di sampingnya berjejer jendela-jendela lengkung yang
berderet di sepanjang teras. Jendela-jendela tersebut dihiasi jalusi dengan ornamen
berpola floral yang merupakan ciri seni dekorasi Art Noveau yang populer pada akhir
abad 18.

Gaya Indische Empire atau juga dsebut gaya imperial pertama kali dipopulerkan oleh
orang belanda bernama Daendles. Pada masa itu, gaya arsitektur ini memang sedang
berkembang di Surabaya yang dimulai dengan pembangunan gedung bekas tempat
―penguasa Jawa bagian Timur‖ (gezaghebber) di daerah Simpang (sekarang Jl.
Pemuda).

Setelah pembangunan gedung tersebut, ribuan bangunan di Surabaya dibangun dengan


gaya serupa. Diantaranya yaitu Gedung ―Raad van Justitie‖ yang dibangun pada tahun
1890 an yang merupakan gedung pemerintahan penting di Surabaya. Selain itu, dedung
pemerintahan lain yang menggunakan gaya arsitektu ini yaitu Kantor Pos & Tilgram24
lama yang dibangunpada tahun 1908 di Jl. Bibis no.60. Pengaruh gaya
arsitektur Indische Empire menjadi gaya yang sangat populer sepanjang abad ke 19.

Gaya arsitektur terebut merupakan hasil pengaruh dari arsitektur kolonial Belanda.
Sebagai salah satu negara yang pernah menduduki Indonesia selama 350 tahun, secara
langsung dan tidak langsung ciri arsitektur Indonesia terpengaruh oleh ciri arsitektur
Belanda. Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia hingga saat ini masih banyak
mendominasi pemandangan kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan
Surabaya.

Seiring berjalanya waktu, Stasiun Gubeng mengalami berbagai renovasi dan perubahan
hingga wujudnya saat ini. Stasiun Gubeng saat ini menjadi stasiun terbesar yang selalu
banyak dikunjungi masyarakat yang menggunakan transportasi kereta api di wilayah
Surabaya.

Cagar Budaya :

Stasiun Surabaya Gubeng di tetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya


Berdasarkan SK Walikota Surabaya No. 188.45/251/402.1.04/1996,26-09-1996 dan SK
Menbudpar No: PM. 23/PW.007/MKP/2007, 26 Maret 2007

Gambar : Tampak Stasiun Gubeng Lama

Gambar : Tampak Stasiun Gubeng Lama

Gambar : Tampak Stasiun Gubeng Lama

Gambar : Peron Stasiun


Gambar : Tampak Stasiun Gubeng Lama
Gambar : Tampak Stasiun Gubeng Lama

Gambar : Area Dalam Stasiun Gubeng Lama

Gambar :Co-working space pada Sta. Gubeng


Gambar : Tampak Sta. Gubeng Baru
Baru

Gambar : Café Loko pada Sta. Gubeng Baru Gambar : Café Loko pada Sta. Gubeng Baru
Gambar : Suasana Area Tunggu pada Sta. Gubeng
Baru

Gambar : Café Loko pada Sta. Gubeng Baru

Suasana Area Tunggu pada Sta. Gubeng Baru

Gambar : Taman pada Sta. Gubeng Baru

Gambar : Taman pada Sta. Gubeng Baru

Gambar : Tampak Stasiun Gubeng Baru

Gambar : Loko Café pada Stasiun Gubeng Baru


Gambar : Area Kawasan Stasiun Gubeng, yang dapat diusulkan sebagai bangkitan kawasan.

Gambar : Gambar : Posisi Jalur Rel dan Bangunan Stasiun Gubeng Lama dan Gubeng Baru
Gambar : Area Sekitar Stasiun Gubeng Baru dan Gubeng Lama
Gambar : Peta Kota, Jaringan Jalan Darat, Jaringan Rel, MRT, LRT Area Perencanaan
Perencanaan dan Perancangan yang diminta :
Peserta diminta untuk merancang usulan perubahan pada area stasiun, baik terhadap usulan
pada bangunan lama (sesuai aturan bangunan heritage/cagar budaya) dan tambahan
bangunan baru yang berfungsi sebagai bangunan transit hub, atau transit hub + stasiun kereta
api baru)

 Khusus untuk bangunan Semarang Tawang, peserta dapat memasukkan ide-ide


bagaimana operasional perjalanan kereta api dan bangunan tetap beroperasi kendati ada
banjir (rob) dan bangkitan (ekonomi) kawasan.
Pada stasiun Semarang Tawang, beberapa ide/ gagasan dapat dikembangkan, sebagai
contoh (catatan : hanya contoh, peserta dapat mengembangkannya dengan bentukan
yang lain)
- Di site Tawang bagian belakang (sepertinya) masih banyak (ruang) yang saat ini
tidak berfungsi
- Kereta Api Cepat Jakarta-Surabaya, Bandung-Semarang akan berhenti di Stasiun
Semarang Tawang, misalnya ruangan stasiun baru (bangunan baru) di
emplasemen belakang stasiun lama, yang pastinya dibutuhkan untuk kereta
cepat dan kereta lainnya serta (bangunan) transit hub
- Atau stasiunya pindah semua ke sisi yang baru, Stasiun Tawang-nya menjadi
area wisata (karena heritage), bangunan stasiun Tawang sendiri tidak boleh di
otak atik.
- Dan lain sebagainya (hanya ilustrasi)

Referensi :

- PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM


18 TAHUN 2019 TENTANG STANDAR TEMPAT DAN PERALATAN
PERAWATAN SARANA PERKERETAAPIAN
- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009
TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN
- PERATURAN DAERAH PROVINS! JAWA TENGAH NOMOR 5 'I'AEUN 2019
TENT ANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINS! JAWA TENGAH TAHUN 2018-2023
- PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN
2011 – 2031
- Rencana Induk Perkeretaapian Regional Jawa Tengah : JICA
- Jalur melayang atau elevated untuk kereta api (KA) merupakan solusi bagi Semarang,
Jawa Tengah. "Daripada bolak-balik kebanjiran terus," Menteri BKS pada (sumber :
Tempo, Jumat, 30 Januari 2014).
- Peninggian/ layang dari area stasiun Poncol-Tawang-Alas Tua, sehingga apabila ada
banjir tidak lagi menjadi masalah
- Menghidupkan kembali jalur ke Tawang Mas (Pelabuhan)
- Metropolitan Semarang : Pengembangan Angkutan Umum Massal Perkotaan
Berbasis Rel dan Penyiapan LRT Utara – Selatan (Menteri Perhubungan, Budi
Karya Sumadi dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Rabu (2/8/20))

 Khusus untuk bangunan Surabaya Gubeng, peserta dapat memasukkan ide-ide dan
bangkitan (ekonomi) kawasan.
- Stasiun Gubeng mempunyai 2 muka, Stasiun Lama melalui Jalan Gubeng Masjid
(untuk keberangkatan penumpang kelas ekonomi / kereta barang) dan Stasiun
Baru melalui Jalan Raya Gubeng (keberangkatan penumpang kelas bisnis dan
eksekutif)
 Metropolitan Surabaya
1. Pengembangan Angkutan Umum Massal Perkotaan Rel
2. Penyiapan LRT
3. Pengembangan Kereta Api Komuter Metropolitan Surabaya

- Youtube tentang drone area Stasiun Gubeng dan Stsiun Tawang

Building infill :

 Building infill didefinisikan sebagai pembangunan yang dilakukan dalam sebuah lahan
yang belum dikembangkan atau dianggap tidak menguntungkan yang di sekitarnya
terdapat bangunan-bangunan lain. Pendekatan Building infill sering juga didefinisikan
yaitu pembangunan yang dilakukan dengan mengisi celah lahan yang tersedia pada
lingkungan yang telah terbangun (Maryland Department of Planning, 2001).

 Building infill adalah metode mendirikan bangunan dengan mengisi small gap pada
wilayah yang sekelilingnya terdapat bangunan eksisting dan menitikberatkan pada
keselarasan antara hasil rancangan dan lingkungan sekitar.
Adaptive Reuse
 Menurut Burchell dan Listokin, adaptive reuse didefinisikan sebagai sebuah strategi
revitalisasi yang pekerjaannya terkait untuk merencanakan, memperoleh, mengolah,
dan menggunakan kembali sebuah bangunan terbengkalai. Adaptive reuse merupakan
penggunaan kembali suatu bangunan untuk menekan penyebaran pembangunan
ataupun untuk mengurangi biaya pembangunan. Menurut Kim Donghwan [6] definisi
adaptive reuse adalah bahwa ketika bangunan tua dan menjadi tidak sesuai untuk
penggunaannya karena perkembangan teknologi, kebijakan, dan pengembangan
ekonomi, maka adaptive reuse dianggap sebagai strategi berkelanjutan untuk
penggunaan kembali site atau bangunan.

 Adaptive reuse, menurut Bolack 2013, dalam Rethinking Revitalisasi Toserba Sarinah
di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat (Tesis, Liza Aulia Tambunan, Universitas
Tarumanagara 2021) dapat dikategorikan sebagai :
1. Insertions : karya yang baru menjadi bagian dari volume bangunan lama dengan
menggunakan struktur yang ada. Contoh : Museum Champollion di Fegeac,
Perancis.

2. Parasites : bangunan baru yang menempelkan diri pada bagian samping, atas atau
depan dari bangunan lama. Contoh : Stasiun Polisi dan Pemadam Kebakaran di
Berlin, Jerman.
3. Wraps : membungkus bangunan yang tua dengan bangunan baru, bentuknya bisa
menjadi atap yang melindungi struktur bangunan tua. Contoh : Le Fresnoy
National Studio for Contemporary art di Le Fresnoy.

4. Juxtapositions, menyandingkan bangunan baru yang berdiri di atas atau bersisian


dengan bangunan asli. Karya baru terintegrasi ke dalam fungsi bangunan asli dan
tidak mengganggu. Contoh : Gedung perpustakaan di Nembro, Italia.

5. Weavings, menjalin karya baru dengan memasukkan ke dalam bangunan asli.


Elemen arsitektur dan struktur yang lebih tua ditambah dengan elemen baru.
Contoh : Musium Mill City di Minneapolis, Minnesota.
KRITERIA PERANCANGAN

Desain diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan tuntutan desain yang terbagi sebagai
berikut :

Aspek Perencanaan Perkotaan / Urban Design Yang Meliputi :

1. Konsep penanganan bangunan heritage sesuai dengan tema


2. Konsep Arsitektur Kota; Konteks bangunan dengan Kawasan Beorientasi Transit /
Transit Oriented Development (TOD) desain mempertimbangkan adanya TOD.
3. Kesinambungan; Desain arsitektur bangunan baru diharapkan mengakomodir
kesinambungan dan keserasian dengan lingkungan sekitar kawasan. Dimana pada
kawasan tersebut terdapat bangunan cagar budaya (heritage).
4. Bangkitan ekonomi, sosisl, budaya sekitar kawasan, peserta dapat mengusulkan sebuah
ekosistem kawasan sekitar untuk menunjang keberadaan ber-kota area kawasan,
sehingga kawasan transit hub ini hidup dengan tetap konsentrasi utama pada bangunan
stasiun dan bangunan transit hub.
5. Konektivitas Kawasan; Perencanaan sirkulasi kawasan baik berupa sirkulasi pejalan
kaki dan sirkulasi kendaran bermotor dengan fokus utama kepada sirkulasi pejalan
kaki di kawasan tersebut dengan tidak terbatas pada aspek berikut ini :
a. Kesinambungan perencanaan konektivitas kawasan, perpindahan antar mode
kendaraan baik darat maupun rel.
b. Strategi perencanaan makro sirkulasi pejalan kaki yang tidak hanya terbatas pada
lahan perencanaan tetapi juga mempertimbangkan beberapa titik transit kawasan
seperti Stasiun KRL MRT, Stasiun MRT serta beberapa titik transport hub
lainnya yang tertera pada kawasan (area perencanaan) yang berada di radius inti
Kawasan Berorientasi Transit (400-500 meter).
c. Strategi perencanaan makro sirkulasi kendaraan bermotor yang mengacu kepada
strategi perencanaan sirkulasi kendaraan bermotor pada transportasi public.

Titik Transportasi Sekitar Stasiun Semarang Tawang (Google, 2021)


Titik Transportasi Sekitar Stasiun Surabaya Gubeng (Google, 2021)

Aspek Perencanaan Mikro Yang Meliputi :

1. Perencanaan Tapak; yang tidak terbatas pada :

a. Zoning tapak dan optimalisasi terhadap kondisi/bentuk lahan dengan ketersediaan


lahan yang bisa dibangun.

b. Memperhatikan karakteristik kondisi iklim tropis dan dapat mewakilkan citra


kawasan yang sesuai dengan visi dan misi layanan kota untuk warga.

c. Strategi perencanaan mikro sirkulasi pejalan kaki yang tidak terbatas pada aspek
sebagai berikut :

o Akses bagi pejalan kaki, dengan mempertimbangkan prinsip - prinsip sebagai


berikut : proximity (jarak tempuh), connectivity (jalur), convenience (kenya-
manan), security (kemanan) dan attractiveness (daya tarik) dan ramah
disabilitas.
o Sirkulasi pejalan kaki adalah memindahkan/ menampung pergerkan dengan
pola sirkulasi pejalan kaki dari satu titik ke titik lain dengan volume yang
tidak sedikit dan tidak ada hambatan yang berarti dengan konteks TOD
o Sirkulasi pejalan kaki harus mempertimbangkan kemudahan akses masuk dan
keluar ke dalam lahan perencanaan, kemudahan untuk berpindah antar
bangunan serta kemudahan untuk berpindah antar moda transportasi.
o Strategi sirkulasi pejalan kaki yang tidak bersinggungan dengan sirkulasi
kendaraan bermotor dalam lahan perencanaan pada khususnya dan kawasan
sekitar pada umumnya.
o Penyediaan aksesibilitas yang baik bagi para kaum difabel baik didalam lahan
perencanaan dan atau kawasan sekitar.
d. Strategi perencanaan mikro sirkulasi kendaraan bermotor di lahan perencanaan
dengan mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
 Area drop off untuk transportasi publik seperti bus kota dan taksi dengan
mempertimbangkan waktu tunggu yang terkontrol.
 Area drop off dan atau area tunggu untuk transportasi online (ride sharing)
seperti ojek online dan taksi online dengan mempertimbangkan area dan waktu
tunggu yang terkontrol.
 Area drop off untuk kendaraan pribadi dengan mempertimbangkan waktu
tunggu yang terkontrol yang mempertimbangkan prinsip – prinsip desain ―kiss
and ride‖.
 Sirkulasi masuk dan keluar lahan perencanaan dengan memperhatikan
sirkulasi lalu lintas eksisting. Sirkulasi masuk dan keluar lahan perencanaan
dengan memperhatikan kategori pengguna pada bangunan ―hub transit‖ baik
bangunan heritage yang sudah di preservasi maupun bangunan infill yang
menjadi kesatuan fungsi, seperti tamu, karyawan / pegawai baik untuk
transport hub ataupun fasilitas pendukung seperti area komersial dan
perkantoran, servis seperti kegiatan bongkar muat (loading dock) untuk area
komersial dan limbah seperti pengangkutan sampah.

Program Ruang pada Perencanaan Tata Ruang Luar; yang tidak terbatas pada :

a. Penyediaan ruang terbuka publik (RTP) dan hijau (RTH) dalam lahan perencanaan
yang mendukung desain dari bangunan transport hub secara keseluruhan (heritage dan
infill) dan dapat memfasilitasi segala kegiatan yang berhubungan dengan bangunan
transport hub.

b. Ruang terbuka publik dan hijau yang memiliki kesinambungan dengan kawasan
berorientasi transit / transit oriented development (TOD) di kawasan lahan perencanaan
contonhnya tanpa penggunaan pagar pembatas, penyediaan

c. Area pejalan kaki dan pesepeda yang memadai.

Bangunan Transport Hub dan Fasilitas Pendukung, baik pada bangunan renovasi (preservasi/
reuse adaption) maupun bangunan baru (infill) yang seimbang :

a. Program Ruang pada bangunan yang didesain harus dapat menampung seluruh kegiatan
operasional dan pendukung secara efisien dan terpadu antara lain :
 Fungsi transport hub, yang dapat menampung seluruh kegiatan utama operasional
transport hub seperti area drop off yang terkontrol, area menunggu yang
terkontrol serta :
 Penggunaan basemen, misal untuk jalur bus antar kota, bus kota ataupun
konektifitas dengan fungsi bangunan terminal (stasiun KRL/ MRT/ kereta
bandara) dan lainnya dapat juga diusulkan.
 Fasilitas pendukung dari fungsi transport hub, seperti : (persentase dari luas lantai
untuk aktifitas berikut, ditentukan oleh peserta)
= Area komersial (bersifat sewa) dan pendukunganya;
= Area perkantoran dan pendukungnya;
= Area penghubung antara transport hub dengan kawasan sekitar.
b. Ekspresi bangunan transport hub dan fasilitas pendukung yang memperhatikan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
 Arsitektur bangunan transport hub; bukan merupakan tiruan dari bangunan yang
telah ada dan dapat mempresentasikan bangunan transport hub dengan fasilitas
pendukungnya yang inovatif, bekarakter kuat, progresif dan adatatif terhadap
perkembangna arsitektur kedepan.
 Memperhatikan nilai – nilai budaya lokal pada area kota yang disusulkan dan
bangunan heritage kolonial pada umumnya.
 Memperlihatkan keterkaitan antar fungsi dan juga kawasan sekitar secara
arsitektural.
 Green building; merupakan upaya untuk mendukung praktik berkelanjutan yang
ramah lingkungan di kawasan berorientasi transit. Tujuannya adalah untuk dapat
mengurangi dampak jejak ekologis dengan menerapkan prinsip – prinsip
pembangunan berkelanjutan di setiap fungsi-nya, mempertimbangkan aspek iklim
tropis dan mendukung upaya penggunaan energy yang efisien serta pemanfaatan
maksimal potensi tata lingkungan secara cerdas.
 Memperhatikan pengolahan façade dengan melakukan pendekatan desain secara
arsitektural terhadap iklim dan kondisi setempat untuk kemudahan dalam
pemeliharaan dan sebagai upaya efisiensi energy (active design) yang tetap
mengedepankan bangunan heritage.
 Memperhatikan penggunaan material yang memudahkan dalam pemeliharaan
dan ketahanan terhadap iklim setempat, khususnya kota Semarang dan Surabaya
serta penggunaan material ―low embodied energy‖ dan ―low embodied carbon‖
 Rancangan mempertimbangkan kemudahaan pelaksanaan melalui metode
pelaksanaan konstruksi yang menggunakan energi yang rendah dalam proses
konstruksinya.
 Disain Tata Ruang Dalam; mencerminkan efisiensi penggunaan ruang, fleksibel
dengan desain Detail Teknis Bangunan, desain yang terintegrasi dengan sistem
struktur, mekanikal-elektrikal, tata lingkungan serta perawatan bangunan yang
tepat guna dan efisien bagi sebuah bangunan transport hub.
 Optimum Reliability; dengan memperhatikan durable design details, praktis dan
mudah dalam pemeliharaan.

Bentuk Lahan sesuai yang diberikan PT. KAI : dengan ketentuan :

1. Peserta pendaftar secara berturut-turut yang masuk mendaptar, akan dipilihkankan 1


diantara 2 lokasi dengan karakter lokal setempat (Semarang atau Surabaya)

2. Untuk peserta yang mendaftar kembali dengan nomor yang berbeda, diijinkan untuk
memilih sendiri lokasi diantara 2 lokasi yang lain.

Eksisting Bangunan (sesuai dari PT. KAI), berikut adalah ilustrasi untuk mennggambarkan
kebutuahn minimal data :

1. Peta kawasan yang telah dimodifikasi, dengan ilustrasi penambahan publick


transportation (nantinya akan di gambarkan di area lokasi stasiun milik PT. KAI
(stasiun Tawang dan Gubeng).

Pada tatanan peta ini diasumsikan terdapat/ berdekatan dengan :

 Stasiun MRT

 Stasiun LRT

 Jalur transportasi kota (bus)

Contoh :

Tema yang dikembangkan adala Reuse Adaptive and Infill, sehingga berbagai kemungkinan
dapat dikembangkan dalam sayembara gagasan ide/ perencanaan ini, diantaranya adalah
contoh sebagai berikut ini.
PERSYARATAN

1. Peserta Sayembara Profesional

a. Sayembara ini terbuka bagi Anggota IAI yang memiliki kompetensi dalam bidang
arsitektur dan ber-Sertifikat Keahlian Arsitektur (SKA) yang di assesment oleh IAI
minimal Muda yang masih berlaku; bagi peserta perorangan/ ketua kelompok.
b. Peserta dapat terdiri atas perseorangan, kelompok (Tim) maksimum 3 (tiga) orang
termasuk ketua kelompok.
c. Bagi peserta perorangan, wajib memiliki SKA dan NPWP
d. Bagi peserta yang kelompok, Ketua Kelompok wajib memiliki SKA yang masih
berlaku dan NPWP.
e. Setiap Peserta Perseorangan/ Kelompok boleh mengirimkan proposal/karya lebih
dari 1 (satu) alternatif namun dalam pendaftaran yang berbeda.
f. Bagi para Pemenang, proposal/karya yang diserahkan/dilombakan harus asli dan
bukan dari hasil plagiasi baik secara keseluruhan maupun sebagian dari hasil karya
orang lain
g. Pemenang Penghargaan 1 wajib melanjutkan pengembangan desain hasil karya
sayembaranya pada tahap selanjutnya untuk dapat siap digunakan untuk pembuatan
gambar detail/ kerja, kecuali dinyatakan lain dalam Perikatan/perjanjian yang dibuat
antara Pemenang Penghargaan 1 dan Pemrakarsa.
h. Seluruh peserta yang memasukan proposal/karya berhak mendapatkan sertifikat
sayembara.

2. Peserta Sayembara Mahasiswa dan Fresgraduate

a. Sayembara ini terbuka bagi lulusan perguruan tinggi bidang arsitektur dengan
maksimum masa kelulusan 2 tahun dengan bukti copi Ijasah.
b. Sayembara ini terbuka mahasiswa/ mahasiswi arsitektur aktif; minimal semester 5
(lima) dengan melampirkan copi kartu mahasiswa/wi dan Surat Keterangan dari
Jurusan Arsitektur.
c. Peserta dapat terdiri atas perseorangan, atau kelompok (Tim) maksimum 3 (tiga)
orang. Bagi peserta yang kelompok diperkenankan hanya bagi fresgraduate
maksimum 2 tahun, mahasiswa aktif atau gabungan antara mahasiswa aktif dan
freshgraduate.
d. Bagi peserta gabungan, baik mahasiswa, freshgraduate ataupun gabungan tidak
diharuskan berasal dari 1 almamater yang sama.
e. Setiap Peserta dalam Kelompok maksimum jumlah 3 (tiga) orang, (1 orang ketua
dan 2 anggota)
f. Setiap Peserta/Kelompok boleh mengirimkan proposal/karya lebih dari 1 (satu)
alternatif namun dalam pendaftaran yang berbeda.
g. Bagi para Pemenang, proposal/karya yang diserahkan/dilombakan harus asli dan
bukan dari hasil plagiasi baik secara keseluruhan maupun sebagian dari hasil karya
orang lain
h. Seluruh peserta yang memasukan proposal/karya berhak mendapatkan sertifikat
sayembara.
i. Pemenang Penghargaan 1 wajib melanjutkan pengembangan desain hasil karya
sayembaranya pada tahap selanjutnya untuk siap digunakan sebagai Desain
Development, kecuali dinyatakan lain dalam Perikatan/perjanjian yang dibuat antara
Pemenang Penghargaan 1 dan Pemrakarsa.
j. Keputusan Panitia Penyelenggara adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
serta tidak diadakan korespondensi terhadap penetapan pemenang sayembara
3. Persyaratan administrasi meliputi (peserta sayembara) :
Profesional :
1) Kartu Indentitas seluruh anggota kelompok (KTP/ SIM).
2) Scan Kartu Anggota IAI (aktif)/ SKA dan NPWP (khusus untuk profesional) bagi
perorangan dan ketua kelompok
3) Daftar nama anggota kelompok.

Mahasiswa/ Freshgraduate :
1) Kartu Indentitas seluruh anggota kelompok (KTP/KTM).
2) Scan Ijasah Kelululsan dan NPWP (khusus untuk freshgraduate) bagi perorangan
dan ketua kelompok
3) Scan Kartu Mahasiswa, Surat Keterangan Jurusan bagi perorangan dan Ketua
Kelompok
4) Daftar nama anggota kelompok.

4. Persyaratan penilaian :
1) Peserta memenuhi kelengkapan administrasi;
2) Peserta memenuhi persyaratan teknis pemasukan materi dan format penyajian
sayembara;
3) Peserta memasukan karya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

5. Peserta dinyatakan diskualifikasi, bila:

1) Peserta terbukti berafiliasi dengan Dewan Juri, baik secara pribadi maupun
hubungan kerja.
2) Peserta terbukti melakukan komunikasi mengenai substansi yang mempengaruhi
proses penilaian dalam bentuk apapun pada anggota Dewan Juri selama masa
penyelenggaraan penghargaan ;
3) Peserta membuka identitas dirinya dalam bentuk apapun yang akan
mempengaruhi proses penilaian juri.
4) Dokumen karya peserta mempunyai tanda/identitas lain diluar persyaratan;
5) Karya Peserta dinilai oleh Dewan Juri merupakan hasil plagiasi atau hasil karya
milik orang lain
6) Tidak memenuhi persyaratan administrasi.

TATA CARA PENILAIAN


Penghargaan ini merupakan penilaian 2 (dua) tahap, yaitu :
1. Peserta lolos dokumen administrasi : Identitas, NPWP, Anggota IAI (bagi peserta
perorangan dan ketua kelompok wajib men scan kartu anggota yang masih berlaku, dan
Ska yang masih berlaku), Scan Ijasah bagi Fresgraduate maksimum umur kelulusan 2
tahun. Untuk mahasiswa sesuai persyaratan.
2. Peserta dinilai oleh Dewan Juri (dari aspek keterbangunan bangunan dalam kawasan,
peraturan-peraturan pembangunan di perkotaan, keselamatan bangunan dan aspek
lainnya)
3. Peserta dinilai Tahap I oleh Dewan Juri untuk masuk nominasi 5 (lima) besar
4. Nominator 5 (lima) besar masing-masing kategori diminta untuk mempersiapkan
materi presentasi.
5. Penilaian Tahap II, nominator 5 (lima) besar masing-masing kategori presentasi dengan
materi presentasi di hadapan Dewan Juri, undangan dan publik (terbatas) untuk
menentukan Penghargaan 1, 2 dan 3 tiap kategori.

PANITIA dan DEWAN JURI


SUSUNAN PANITIA PENGARAH :

No. NAMA INSTITUSI

Rachmad Widodo, IAI PN IAI


Sugiharto, IAI IAI Jateng
Herry Kalsom, IAI IAI Jatim
SUSUNAN PANITIA PELAKSANA :

No. NAMA INSTITUSI

1 Toton Suhartanto PN IAI


2 Syaiful IAI
3 Tbc IAI-Jateng
4 Tbc IAI-Jatim
5 Sekretariat IAI Seknas

SUSUNAN JURI :

No. NAMA INSTITUSI

1 Kharisma N. Maulida, S.T Pemrakarsa


2 Isandra Martin, IAI IAI
3 M. Noorzaman, IAI IAI

PENGHARGAAN
Sayembara ini merupakan sumbangan pemikiran dan sebagai wujud apresiasi kepada
peserta oleh karena itu bagi Karya Terbaik akan diberikan penghargaan sebagai
berikut : dan pajak ditanggung oleh Pemrakarsa.
Kategori Profesional :
PEMENANG URAIAN JUMLAH
Penghargaan 1 Tunai Rp. 45.000.000,00
Penghargaan 2 Tunai Rp. 22.500.000,00
Penghargaan 3 Tunai Rp. 15.000.000,00
Penghargaan Nominasi
Favorit Audience Socmed Tunai Rp. 5.000.000,00
Lixil
Kategori Mahasiswa dan Freshgraduate :
PEMENANG URAIAN JUMLAH
Penghargaan 1 Tunai Rp. 25.000.000,00
Penghargaan 2 Tunai Rp. 17.500.000,00
Penghargaan 2 Tunai Rp. 12.500.000,00
Penghargaan Nominasi
Favorit Audience Socmed Tunai Rp. 5.000.000,00
Lixil
o Penghargaan 1 : Kunjungan ke Lixil Showroom dan INAX Museum
Nagoya (maksimum : 1 orang)
o Hadiah Penghargaan untuk pemenang favorit socmed Lixil

JADWAL

1 Juni – 13 Agustus 2021


1 Penggalian Data, Pembuatan KAK dan Materi Publikasi, MOU

15 Agustus – 20 September 2021


2 Pendaftaran, Download Dokumen

18 Agustus 2021
3 Penjelasan Sayembara (Aanwijzing), Workshop Heritage Building seminggu kemudian

26 September 2021
4 Batas Pemasukan Karya (Jam 23.59 WIB)

26 September – Maksimum 04 Oktober 2021


5 Administrasi dan Penjurian Tahap I (List Nominator)

07 Oktober 2021
6 Penjurian Tahap II (Presentasi di depan Juri)

15 – 17 Oktober 2021
7 IG Live/ Socmed Live

20 Oktober 2021
8 Pengumuman Pemenang Sayembara, Pameran Hasil Karya

- Pendaftaran dan Panel Karya dikirim hanya melalui email ke :


sayembaralixil2021@gmail.com
- Informasi Sayembara di : https://bit.ly/SayembaraArsitekturLixil2021
Jakarta, 15 Agustus 2021
Ikatan Arsitek Indonesia
Badan Penghargaan dan Sayembara Karya Arsitektur

Rachmad Widodo, IAI


Ketua Badan
LAMPIRAN :

Kaitan Lingkungan : Tertuang Perda Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011, tentang
RTRW Kota Semarang 2011-2031, Rencana Zonasi dan RTBL Kawasan Kota Lama

 Pusat (Pengembangan) pusat lingkungan juga terdapat di Kelurahan Tawangmas


dengan daerah pelayanan Kelurahan Tawangsari, Kelurahan Krobokan,
Kelurahan Tambakharjo dan Kelurahan Karangayu;
 Kawasan Transportasi :
- Rencana kawasan transportasi sebagaimana dimaksud dalam i meliputi :

a. peningkatan kualitas kawasan Bandar Udara Internasional Ahmad


Yani;
b. peningkatan kualitas kawasan Pelabuhan Tanjung Emas; dan
c. peningkatan kualitas kawasan Stasiun Kereta Api di Kecamatan
Semarang Utara dan Kecamatan Semarang Timur.
- Pengelolaan dan pembangunan kegiatan di kawasan transportasi harus tetap
memperhatikan keterpaduan dengan lingkungan sekitarnya dengan izin
Pemerintah Daerah, untuk ruang terbuka hijau kawasan stasiun kereta api
dengan luas kurang lebih 36 (tiga puluh enam) hektar;

 Rencana sistem angkutan umum dilakukan melalui pengembangan sistem


angkutan umum massal (SAUM) pada koridor-koridor jalan utama berbasis jalan
raya dan rel.
 Rencana pengembangan jaringan kereta api lintas kota, meliputi :

- peningkatan prasarana rel kereta api yang melewati wilayah Kecamatan


Tugu, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan
Semarang Timur, Kecamatan Genuk dan Kecamatan Pedurungan;
- peningkatan stasiun kereta api Tawang dan Poncol di Kecamatan Semarang
Utara, stasiun kereta api Alas Tuwo di Kecamatan Genuk dan stasiun kereta
api Tugu di Kecamatan Tugu;
- pengembangan stasiun kereta api Tugu sebagaimana dimaksud
direncanakan terpadu dengan pengembangan terminal angkutan penumpang
tipe A di Kelurahan Mangkang Kulon;
- pengoptimalan pelayanan kereta api komuter yang menghubungkan Kota
dengan daerah sekitar;
- pengaktifan kembali jalur kereta api Semarang – Demak;
- pengembangan jalur kereta api dalam pelabuhan laut Tanjung Emas; dan
- pengembangan sistem angkutan kereta api Semarang – Surakarta –
Yogyakarta.
 Rencana pengembangan sistem angkutan umum jalan raya diarahkan pada
pengembangan sarana angkutan umum massal yang melewati ruas-ruas jalan
utama yang meliputi : koridor V dengan rute Penggaron-Jl. Soekarno Hatta-Jl.
Pattimura-Bundaran Bubakan-Kota Lama-Stasiun Tawang-Terboyo-Jl. Kaligawe-
Jl. Raden Patah-Jl. MT Haryono-Bundaran Bubakan-Jl.Pattimura-Jl. Citarum-Jl.
Soekarno Hatta-Penggaron; dan
 Rencana pengembangan pelayanan angkutan jalan sekitar Stasiun Tawang
meliputi :
- Terboyo-Genuk-Banjardowo-Genuk-Kaligawe-Suprapto-Johar-Tawang-
Pengapon-Terboyo;
- Bukit Kencana-Mataram-Tawang-Pengapon-Kaligawe-Terboyo;
- Penggaron-Suprapto-Tawang-Pengapon-Terboyo;
- Mangkang-Tugu-Kalibanteng-Tugumuda-Imam Bonjol-Pemuda-Tawang-
Pengapon -Kaligawe-Terboyo;
- Penggaron-Kedungmundu-Simpanglima-Tawang-Terboyo;
- Sendangmulyo-Klipang-Pedurungan-Soekarno Hatta-Citarum-Tawang-
Kaligawe-Terboyo;
- Rowosari-Pucanggading-Plamongan-Sudiarto-Citarum-Tawang-Kaligawe-
Terboyo;
- Pelabuhan-Tantular-Tawang-Johar;

Catatan : Shelter Trans Jateng dan Trans Semarang ada disekitar Stasiun
Tawang

 Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi


(1) Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud meliputi :
a. Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi; dan
b. Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas.

(2) Rencana pengembangan kawasan pusat perdagangan dan jasa Peterongan –


Tawang – Siliwangi meliputi :
a. pengaturan kegiatan perdagangan dan jasa;
b. pengaturan tata bangunan dan lingkungan; dan
c. pengembangan fasilitas penunjang kegiatan perbelanjaan.

(3) Rencana pengembangan pusat perbelanjaan modern sebagaimana dimaksud


meliputi : pengembangan kawasan pusat perbelanjaan berkualitas
internasional di Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi;

 Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan perdagangan dan jasa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
- pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan dengan
koefisien dasar bangunan paling tinggi 80 % (delapan puluh persen);
- kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan skala regional,
nasional maupun internasional diarahkan di Kawasan Peterongan - Tawang
- Siliwangi;

 Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis pertumbuhan ekonomi


sebagaimana dimaksud meliputi :
- ketentuan umum peraturan zonasi pada Kawasan Peterongan - Tawang -
Siliwangi meliputi :
o mengembangkan kebijakan yang dapat menarik investasi besar;
o mengembangkan sistem prasarana dan sarana umum yang mampu
menunjang terwujudnya kawasan modern; dan
o mempertahankan keberadaan dan ciri pasar tradisional dengan
melakukan revitalisasi kawasan
- Rencana pengembangan sistem pusat pelayanan berdasarkan Perda RTRW Kota
Semarang tahun 2011-2031

Anda mungkin juga menyukai