Anda di halaman 1dari 10

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur © Jurusan Arsitektur Itenas ǀ No.1 ǀ Vol.

III
ISSN: Juli 2018

Penerapan Arsitektur Sunda


pada Bangunan Stasiun Kereta Api Bandung
Muhammad Firdaus Alamsyah
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional Bandung
E-mail: alamsyahfirdaus0003@gmail.com

ABSTRAK

Sebagai salah satu kota yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, Kota Bandung terus melakukan upaya untuk
memperbaiki fasilitas termasuk pada jasa transportasi. Kereta api merupakan salah satu alat transportasi umum yang
digunakan, sehingga pada bangunan stasiunnya selain harus dapat memenuhi kebutuhan juga dapat memberikan kesan
pada penggunanya. Menarik untuk menerapkan arsitektur sunda pada bangunan stasiun, guna memberikan identitas
mengenai budaya jawa barat pada wisatawan yang tiba di Kota Bandung. Oleh sebab itu, Stasiun Kereta Api Bandung
dirasa cocok diambil sebagai sebuah kasus karena merupakan stasiun terbesar di Kota Bandung. Melalui analisis
tapak, kuantitatif, dan kualitatif dengan redesain Stasiun Kereta Api Bandung ini menjawab segala permasalahan yang
ada pada bangunan sebelumnya dan membuat pengunjung menjadi antusias untuk menggunakan transportasi umum
yang memiliki desain bangunan yang menceriminkan budaya setempat yaitu sunda. Penerapan Arsitektur Sunda
dilakukan pada rancangan atap memakai atap suhunan jolopong dengan bukaan fasad dominan memperlihatkan
pilotis pada bangunan dengan elemen air mengelilingi bangunan. Sehingga secara visual dan filosofi akan terlihat
penerapan arsitektur sunda pada bangunan
Kata kunci: Stasiun, Kereta Api, Bandung, Arsitektur Sunda

ABSTRACT

As one of the much visited by tourists, Bandung city continues to make a concerted effort to improve the facilities
including on transportation services. The train is one of the means of transport used, so common in buildings in addition
to the stations should be able to meet the needs can also give an impression on its users. It is interesting to apply the
Sundanese architecture on the station building, in order to provide the identity of culture in West Java on travelers who
arrived in the city of Bandung. Therefore, the Bandung train station where appropriate is taken as a case because it is
the largest station in the city of Bandung. Through the analysis of site, qualitative and quantitative, with redesign
Bandung train station that answer all the existing problems on the previous building and make visitors be enthusiastic
to use public transport have the building designs that represent the local culture that is Sundanese. The application of
Sundanese Architecture is on the roof design using the roof of the suhunan jolopong with the dominant facade opening
showing pilotis in buildings with water elements surrounding the building. So that visually and philosophy will be seen
the application of Sundanese architecture in buildings.

Keywords: Station, Railway, Bandung, Architecture Sundanese

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 1


Muhammad Firdaus Alamsyah

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bandung merupakan kota yang pertambahan jumlah penduduknya dan pertumbuhan ekonomi (industri dan
perdagangan) merupakan unsur utama perkembangan kota. Semakin tahun penduduknya semakin
bertambah. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi di satu sisi menuntut pelayanan jasa angkutan kota
ataupun antar kota yang memadai. Hal ini tentunya menambah beban pada sistem transportasi kota maupun
antar kota yang tersedia.
Meningkatnya beban pada sistem transportasi kota dan antar Kota Bandung ini menuntut diadakannya suatu
pemecahan, terutama yang berkaitan dengan sistem transportasi massal (Mass Rapid Transportation). Salah
satu sistem transportasi massal yang cukup potensial sebagai angkutan massal yang cepat, aman, lancar
adalah kereta api. Peranan kereta api inilah yang akan ditingkatkan sarana maupun prasarananya untuk
menanggulangi masalah transportasi kota dan antar kota tersebut.
Masyarakat Kota Bandung terkenal dengan kemampuan kreatifitas yang tinggi dan Kota bandung terkenal
dengan bangunan gedung sate dan budaya sunda. Sama halnya dengan Stasiun kereta api yang harus
memiliki ikon tertentu untuk membedakan antara stasiun yang ada di Indonesia, agar orang yang berkunjung
dapat dengan mudah membedakan dan mengenal kota yang dikunjungi melalui bentuk bangunan stasiun
sendiri atau dengan adanya ikon tertentu dalam unsur bangunan tersebut.
Oleh sebab itu, Stasiun kereta api Bandung yang ada sekarang harus mempunyai ciri khas dengan karakter
budaya lokal yaitu budaya sunda dan di kembangkan kembali untuk menyesuaikan sistem Stasiun terpadu
yang mempermudah pengunjung Kota Bandung dalam mengakses transportasi baru dan mengeksplorasi
Kota Bandung.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Eksplorasi Rancangan

Stasiun Kereta Api Bandung adalah bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat kedatangan dan
keberangkatan penumpang, informasi berbagai macam tentang perkeretaapian, dan juga sebagai tempat
komersil.
Perencanaan Stasiun Kereta Api Bandung mengambil tema “Penerapan Budaya Sunda sebagai Pendekatan
Desain”. Tema ini menampilkan keindahan estetika dan filosofi suatu fungsi transportasi yang dicapai
dengan menerapkan filosofi budaya sunda yaitu badan, kaki dan kepala dan penerapan bentuk atap dari
rumah adat sunda. Dengan adanya bangunan ini diharapkan dapat menjadi sarana transportasi yang nyaman,
aman dan efektif yang terdapat di Kota Bandung, sekaligus dapat menjadi ikon dan kebanggaan masyarakat
Kota Bandung.
2.2 Pemahaman Proyek
Kriteria atau standar yang akan dijabarkan adalah mengenai standar-standar pembangunan stasiun yang
diambil dari buku Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api Indonesia (2012) juga didapat dari UU RI
No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Berikut merupakan standar-standar nya berdasarkan :
aspek pembagian terbagi menjadi 3 aspek antara lain;
a. jenis standard pelayanan.
b. jenis standard perangkat.
c. jenis standard bangunan.

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 2


Penerapan Arsitektur Sunda Pada Bangunan Stasiun Kereta Api Bandung

2.3 Data dan Lokasi Tapak

Gambar 1. Lokasi tapak


Proyek bangunan stasiun ini diberi nama “ Stasiun Kereta Api Bandung” yang berlokasi di kawasan Kebon
Kawung, Kota Bandung, dengan sifat proyek semi nyata. Adapun owner proyek ini adalah pemerintah
dengan sumber dana yang berasal dari pemerintah juga. Proyek yang memiliki luas lahan sebesar 44.000 m2
ini memiliki regulasi sebagai berikut; KDB 70%, KLB: 1,4 , KDH: 20 %, GSB: 6.

Lokasi tapak berada di Kebon Kawung, Andir, kota Bandung. Stasiun Bandung ini berada diantara
perbatasan antara kelurahan Pasirkaliki dan Kebon Kawung. Stasiun Bandung merupakan stasiun terbesar
yang dikelola oleh DAOP II. Dengan tipe stasiun kelas A merupakan salah satu stasiun utama Kota Bandung.
Stasiun Bandung menjadi tampat moda transportasi kereta api sebagai tempat persinggahan, akhir dan awal
berada.

Tapak berada dilokasi padat penduduk dan juga dekat dengan berbagai area fungsi komersil. Stasiun ini
merupakan stasiun yang sudah direnovasi yang semula hanya memiliki satu muka yang berada di stasiun
selatan sekarang menjadi dua muka yang bertepatan di jalan kebon kawung.

2.4 Analisa Tapak

a. Tata guna lahan


Tata guna lahan di sekitar tapak merupakan pemukiman, komersil, perkantoran, dan pemerintahan. Hal
tersebut membuat keberadaan Stasiun Kereta Api Bandung menjadi strategis dan bisa digunakan oleh
seemua masyarakat baik yang bekerja, sekolah, wisata, dan lain-lain.

Gambar 2. Tata guna lahan

b. Analisa Interconnected (Penghubung)


Interconnected disini merupakan penghubung Stasiun Bandung bagian Utara dan Selatan. Karena keadaan
sekarang pengunjung sulit untuk menyebrang dari stasiun Utara menuju Selatan atau sebaliknya. Koneksi
antara stasiun bagian Utara dan bagian Selatan diperlukan untuk menjankau tempat-tempat tujuan yang ada
di utara maupun selatan, supaya penumpang mudah untuk menuju tempat tersebut.

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 3


Muhammad Firdaus Alamsyah

Pada Stasiun Bandung bagian selatan, terdapat pusat perbelanjaan (kawasan pasar baru) dan terminal
angkutan umum (Terminal Stasiun Hall) yang bisa menjadi titik potensial calon penumpang/ tempat tujuan
penumpang.
Di sebelah barat Stasiun Bandung terdapat Paskal Hyper square yang merupakan mall besar dan menjadi
titik potensial calon penumpang/ tempat tujuan penumpang.
Pada Stasiun Bandung bagian Utara, terdapat deretan hotel dan toko oleh-oleh yang bisa menjadi tempat
tujuan penumpang.

2.5 Perhitungan Luas Bangunan Berdasarkan Data Pengembangan dan Regulasi

Luas bangunan dihitung berdasarkan kebutuhan ruang dari pengembangan rencana dari Stasiun Kereta Api
Bandung. Hasil dari analisa data perkembangan penumpang hingga tahun 2048 didapat bahwa total
pengunjung peak hour terbesar pada jam 07:00 - 07:59 mencapai 2106 orang dan jika dengan kereta event
menjadi 2858 orang. dari jumlah total dibagin menjadi dua bagian jumlah kedatangan dan jumlah
keberangkatan dengan masing-masing memiliki presentasi 50,36% untuk keberangkatan dan 49,37% untuk
kedatangan. penentuan jumlah yang menjadi acuan adalah yang terbanyak yaitu 50,36% dengan jumlah
pengunjung 1447 orang. Dari data perhitungan jumlah penumpang difungsikan untuk luasan ruang hall pada
bangunan stasiun. jadi khusus untuk besaran hall sebesar 1447 m2 . jadi dengan akumalasi data standar dan
kebutuhan ruang luas bangunan Stasiun Kereta Api Bandung berkisar 16,150 m2.

2.6 Konsep Zoning Site dan Aksesibilitas


ZONA PUBLIK

ZONA PRIVAT
ZONA SEMI PRIVAT

ZONA SERVIS

Zona Publik

Zona Semi Publik

Zona Privat

Zona Servis

Gambar 3. Konsep zoning Site


Zoning pada tapak di bagi dalam 3 zona, yaitu : zona publik , zona semi publik, zona privat. Sesuai dengan
peraturan dengan peraturan kereta api di indonesia. Zona publik merupakan plaza dan skybrigde menuju
jalan stasiun selatan Zona semi publik ruang tunggu penumpang dan membeli tiket Zona privat area
penumpang bertiket dan siap berangkat.

Gambar 4. Konsep aksesibilitas

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 4


Penerapan Arsitektur Sunda Pada Bangunan Stasiun Kereta Api Bandung

Aksesibilitas bagi pengguna dibagi menjadi tiga, pertama akses pengunjung dengan kendaraan pribadi,
kedua akses pengunjung dengan berjalan kaki, ketiga akses servis dan privat. Akses pengunjung dengan
kendaraan pribadi, baik itu mobil, motor dan bis, servis dan privat memiliki akses yang sama yaitu di bagian
(I), sementara untuk akses keluar juga tetap satu akses yaitu di bagian (J), semua akses keluar dan masuk
hanya satu yang bertujuan untuk memaksimalkan keamanan dan monitor bila terjadi sesuatu

Untuk akses pengujung yang berjalan kaki, baik itu menggunakan kendaraan umum ataupun drop off, bisa
menggunakan jalan setapak yang disediakan di site, jalan setapak bisa diakses. Jalan setapak seluruhnya
mengarah ke entrance bangunan dari jalan kebon kawung bisa melalui plaza (F) dan dari jalan stasiun timur
bisa menggunakan (B).

Untuk akses pengguna stasiun, bisa menggunakan drop off dan masuk entrance (A) dan bisa menggunakan
lahan parkir kendaraan di gedung parkir yang disediakan di samping bangunan (G), dan untuk bagian
pengelola dan servis berada di belakang bangunan (I), Untuk akses pengguna yang ingin ke jalan stasiun
timur dari jalan kebon kawung bisa menggunakan skybridge (C).

2.7 Transformasi Bentuk

1 2 3
Gambar 5. Transformasi bentuk

Bentuk bangunan ini terbentuk dengan beberapa tahap yaitu; 1. berawal dari gubahan massa berbentuk kotak,
gubahan tersebut merupakan gubahan hitungan dari kebutuhan ruang hasil dari studi kelayakan ; 2. massa
merespon atap arsitektur sunda yaitu suhunan jolopong ; 3. Atap mengalami repitisi dari atap utama stasiun
utara yang berbentuk segitiga dengan pola sesuai lebar peron.

2.8 Aplikasi Tema pada Bangunan

Budaya sunda diaplikasikan pada Stasiun kereta api Bandung adalah filosofi badan, kaki, kepala. Salah satu
bentuk atap dari rumah adat sunda yaitu atap suhunan jolopong dan pembagian zoning rumah adat sunda
berdasarkan filosofi yaitu kepala, badan dan kaki yang dianalogikan ke dalam zoning stasiun. kepala yang
dianalogikan pada stasiun yaitu area ruang tunggu menuju boarding pass pada lantai 1 menunjukan area
utama pada bangunan, badan yang dianalogikan sebagai retail dan karyawan pada lantai dasar menunjukan
area penunjang pada fungsi utama bangunan dan kaki yang dianalogikan sebagai plaza dan drop off pada
bangunan.

Kepala

Badan

Kaki
Gambar 6. Atap suhunan jolopong

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 5


Muhammad Firdaus Alamsyah

3. HASIL RANCANGAN

Tema Penerapan Filosofi Budaya Sunda sebagai Pendekatan Desain diterapkan pada berbagai aspek
terutama sirkulasi didalam bangunan maupun diluar bangunan, pada tampak yang mendukung dari segi
estetika dan pembagian zoning rumah sunda yang diterapkan pada bangunan. Khusunya pada bangunan
Stasiun Kereta Api Bandung yang menjadi ikon utama di Kota Bandung. Maka dari itu tiga poin utama yang
menjadi pilar dari tema rancangan harus dapat dirasakan dari suasana maupun dari visual bangunan.

3.1 Zoning Tapak

Gambar 7. Siteplan Stasiun kereta api Bandung

Dapat disimpulkan bahwa bagian publik pada tapak meliputi fungsi yang dapat digunakan oleh masyarakat
umum seperti plaza dan skybridge menuju jalan stasiun timur.yang berfungsi sebagai respon masyarakat
umum dengan adanya plaza dan skybridge sebagai penghubung jalan kebon kawung dengan jalan stasiun
timur, lalu ruang terbuka hijau dan area penangkap air sebagai respon untuk lingkungan sekitar dan buffer
untuk bangunan utama agar suara dari jalan bisa diminimalisir untuk masuk ke dalam bangunan, dan juga
akses pejalan kaki diutamakan dengan memaksimalkan gedung parker.

Bagian semi publik merupakan bagian bangunan utama, karena fungsi di dalam bangunan merupakan area
menunggu sebelum masuk ke area peron dan area dengan fasilitas penunjang seperti hall, tempat oleh - oleh,
pusat informasi dan café. Untuk bagian privat merupakan area yang dapat diakses oleh pengguna dengan
membeli tiket. Area terbuka di bagian privat juga berfungsi sebagai tempat menunggu jika kereta datang.

3.2 Zoning Bangunan

1. Denah Stasiun Utara Lantai dasar


Pada lantai dasar di bagi menjadi 3 zona yaitu publik, privat, servis
a. Zona Publik
Zona publik pada lantai dasar adalah penunjang aktifitas pengunjung untuk lantai 1 pada Stasiun Utara
Kereta Api Bandung. Pada zona public lantai dasar meliputi ruang tunggu, parkir, dan retail pada
bangunan ditandai dengan warna kuning
b. Zona Privat
Zona privat pada lantai dasar Stasiun Utara Kereta Api Bandung adalah ruang vip, toilet vip, parkir vip,
ruang karyawan dan parkir karyawan, peletakan ruang vip pada lantai dasar dikarenakan menghindari

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 6


Penerapan Arsitektur Sunda Pada Bangunan Stasiun Kereta Api Bandung

padatnya pengunjung pada lantai 1 Stasiun Utara Kereta Api Bandungpada bangunan ditandai dengan
warna merah.
c. Zona Servis
Zona Servis pada lantai dasar pada Stasiun Utara Kereta Api Bandung adalah musholla, tangga
kebakaran dan toilet pada bangunan ditandai dengan warna coklat

Gambar 8. Denah lantai dasar Stasiun Utara

2. Denah Stasiun Utara Lantai 1


Pada lantai 1 dibagi menjadi 2 zona yaitu publik, semi publik, privat dan servis.

a. Zona Publik
Sebagai zona yang diperlukan menunjang aktifitas Stasiun Kereta Api Bandung dimana pada zona ini
merupakan zona utama dari Stasiun Kereta Api Bandung. Zona publik tersebut meliputi retail, area
kedatangan, ruang tunggu dan skybridge akses menuju jalan stasiun timur. Pada zoning denah, zona
publik ditandai dengan warna kuning.
b. Zona Privat
Zona semi publik meliputi area boarding pass, ruang tunggu peron, ruang karyawan. Pada zoning denah,
zona publik ditandai dengan warna merah.
c. Zona Servis
Zona servis meliputi toilet dan tangga kebakaran. Zona servis merupakan zona yang memfasilitasi
kebutuhan pengguna stasiun. zona servis ditandai dengan warna coklat.

Gambar 9. Denah lantai 1 Stasiun Utara

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 7


Muhammad Firdaus Alamsyah

3. Denah Stasiun Selatan Lantai Dasar


Pada lantai dasar dibagi menjadi 4 zona yaitu publik, semi publik, privat dan servis

a. Zona Publik
Zona publik pada lantai dasar merupakan untuk menunjang aktifitas pada Stasiun Selatan Kereta Api
Bandung dimana zona publik tersebut meliputi area tunggu, ruang duduk, dan retail. Pada zona denah
zona publik di tandai dengan warna kuning.
b. Zona Privat
Zona privat pada lantai dasar stasiun selatan merupakan boarding pass, area peron, ruang karyawan dan
loading dock. Pada zoning denah, zona privat ditandai oleh warna merah.
c. Zona Serivis
Zona servis pada lantai dasar adalah musholla dan toilet. Pada zoning denah, zona servis ditandai oleh
warna coklat.

Gambar 10. Denah lantai dasar stasiun selatan

3.3 Konsep Fasad

Gambar 11. Fasad Stasiun Utara


Fasad bangunan menggunakan atap yang menerus sebagai untuk memperkuat bentuk bangunan dengan
meneruskan repitisi ke area peron .atap menggunakan metal sheet dengan pola sirap untuk mencerminkan
material arsitektur sunda, fasad menggunakan curtain wall kaca pada area publik untuk menarik masyarakat
umum mengetahui aktifitas yang ada pada stasiun utara bandung.

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 8


Penerapan Arsitektur Sunda Pada Bangunan Stasiun Kereta Api Bandung

Gambar 12. Tampak Stasiun Utara

Gambar 13. Tampak Stasiun Selatan

Gambar 14. Perspektif mata burung Stasiun Utara

Atap pada Stasiun Utara menggunakan pelana yang menerus ke tanah, sedangkan atap pada bagian tengah
entrance dibuat lebih tinggi sebagai penanda entrance dan pembagian zona publik. Atap tersebut diambil
dari rumah adat sunda yaitu atap suhunan jolopong sebagai penanda bangunan publik.

Gambar 15. Perspektif mata manusia Stasiun Selatan

Atap suhunan jolopong merespon bangunan cagar budaya dengan menaungi tidak menutupi pada Stasiun
Selatan, atap pada entrance dibuat transparan merespon pintu masuk utama pada stasiun selatan. Pada
bangunan loading dock dibuat menyerupai stasiun selatan untuk menyelaraskan dan mempertahankan nilai
cagar budaya stasiun selatan.

Gambar 16. Interior Skybridge menuju Stasiun


Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 9
Muhammad Firdaus Alamsyah

Gambar 17. Interior retail pada Stasiun Utara

Interior Stasiun Utara didesain dengan menggunakan material beton unfinish yang diaplikasikan pada lantai,
dinding, kolom. dan plafond yang dilapisi oleh kayu untuk memperlihatkan budaya arsitektur sunda, selain
itu juga area retail dan furniture menggunakan kayu.

4. SIMPULAN

Bale Stasiun Kereta Api Bandung merupakan sebuah bangunan stasiun yang melayani kegiatan transportasi
kereta api, terletak di Jalan Kebon Kawung dan juga di Jalan Stasiun Barat. Salah satu sisi bangunan stasiun
ini merupakan bangunan cagar budaya kelas A. Bangunan dirancang dengan mengambil tema penerapan
arsitektur sunda. Pengambilan tema ini mempertimbangkan isu bangunan stasiun belum ada yang
memperlihatkan arsitektur nusantara hanya ada peninggalan jaman belanda maka dari itu dipilih tema
arsitektur sunda sebagai tema perencanaan. Namun, dalam proses pengembangan desain memperhatikan
bangunan cagar budaya kelas A pada stasiun selatan. Desain stasiun mengambil filosofi bentuk material pada
arsitektur sunda dengan Bentuk bangunan mengadopsi rumah suhunan jolopong dengan menggunakan
bentuk geometri dasar persegi panjang namun dengan atap miring pada sisi depan hingga stasiun selatan
supaya karakter arsitektur sunda dapat terlihat. Fasad bangunan dibungkus atap dan menggunakan kaca di
area public, atap menggunakan zinc alumn dengan rangkanya menggunakan flat truss system dengan plafond
kayu, untuk area interiornya digunakan keramik finishing beton untuk lantai dalam bangunan agar kesan
arsitektur sunda terlihat dominan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung 2011 – 2031.
[2] Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api Indonesia tahun 2012
[3] Salura, Purnama.2005. Sundanese Architecture. Jakarta: Gramedia.

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 10

Anda mungkin juga menyukai