DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Tujuan dan Sasaran
1.3Manfaat
1.4Ruang Lingkup
1.5Metode Pembahasan
1.5.1 Metode Deskriptif
1.5.2 Metode Dokumentatif
1.5.3 Metode Komparatif
1.6Sistematika Pembahasan
1.7Alur Pikir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Umum Stasiun Kereta
2.1.1
efinisi Stasiun Kereta
2.1.2
jarah dan Perkembangan Stasiun Kereta
2.1.3
pologi dan Jenis Stasiun Kereta
2.1.4
doman Perencanaan Stasiun Kereta
2.1.5
nalisa Pengunjung
2.1.6
nalisa Aktifitas
2.1.7
nalisa Fasilitas
2.1.8
ganisasi Ruang
2.2Tinjauan Penekanan Desain
2.2.1
ngertian Hi-Tech
2.2.2
nsip Hi-Tech
2.3Studi Banding
2.3.1
asiun Ambarawa
2.3.2
asiun Cirebon
2.3.3
asiun Pasar Senen
BAB III TINJAUAN LOKASI
TUGAS AKHIR 135 | MONALISA SAPUTRI - 21020112130141 | REVITALISASI
KAWASAN STASIUN BRINGIN
3
4
4
4
4
4
4
4
5
6
7
7
D
7
Se
7
Ti
7
Pe
8
A
9
A
9
A
9
Or
10
11
Pe
11
Pri
11
11
St
11
St
12
St
15
17
17
Ti
17
18
21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 The Seamless Journey
10
Gambar 2.2 Organisasi kegiatan menggunakan kereta api
10
Gambar 2.3 Museum Kereta Api Ambarawa
12
Gambar 2.4 Peron Kereta Api Ambarawa
12
Gambar 2.5 Perencanaan Stasiun Cirebon
13
Gambar 2.6 Bird Eye Perencanaan Stasiun Cirebon
13
Gambar 2.7 Perspektif Perencanaan Stasiun Cirebon
14
Gambar 2.8 Detail Tampak Perencanaan Stasiun Cirebon
14
Gambar 2.9 Perspektif Depan Stasiun Pasar Senen
15
Gambar 2.10 Emplasemen Stasiun Pasar Senen
15
Gambar 2.11 Suasana Peron Jalur 4 Stasiun Pasar Senen
16
Gambar 3.1 Data Wisatawan Kabupaten Semarang tahun 2014
19
Tabel 3.2 Rekapitulasi Data Wisatawan (Wisata Buatan) Kabupaten Semarang
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semakin disadari bahwa moda transportasi massal yang paling efektif
hingga saat ini merupakan kereta. Dengan mengingat begitu besar jumlah
penduduk di Indonesia, terkhusus di Pulau Jawa ini. Sehingga dalam
sejarahnya, NIS pun pada jamannya untuk pertama kalinya yang
mempelopori pembangunan perkeretaapian di Jawa, sebagai moda
transportasi angkutan umum dan barang.
Di atas semua itu, pembangunan kereta cepat adalah bagian dari visimisi Presiden dalam Nawacita untuk meningkatkan daya saing bangsa
melalui pembangunan infrastruktur transportasi modern, yang akan
mempercepat mobilitas warga. Kereta cepat adalah juga salah satu
jawaban bagi upaya untuk melakukan efisiensi energi di masa depan
sebab melalui moda transportasi massal berbasis rel, terdapat kesempatan
untuk menekan pemborosan energi fosil seperti yang terjadi dengan bus
kota atau pesawat terbang.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap warisan sejarah, PT KA (Persero)
membentuk Unit Pusat Pelestarian dan Benda Bersejarah. Unit semacam ini
merupakan yang pertama dibentuk oleh sebuah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan PT KAI (Persero) menjadi pelopor dalam megupayakan
pelestarian aset perkeretaapian baik yang bersifat aset peninggalan
berwujud maupun aset yang tidak berwujud. Tujuannya agar dapat
dimanfaatkan sekaligus mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya serta
pendidikan secara berkesinambungan. Melalui perbaikan dan perawatan
aset-aset bersejarah, usaha tersebut juga merupakan investasi untuk
membangun pencitraan perusahaan. Selama kurun waktu 2009 hingga
2015, unit ini sudah memugar lebih dari 100 stasiun besar yang bernilai
sejarah.
Berdasarkan rekomendasi stategis 2015 - 2019 Pembangunan
Perkeretaapian antar Kota Pulau Jawa 2015 2019 termasuk didalamnya
yaitu akan diadakan kegiatan lanjutan reaktivasi jalur KA antara Kedungjati
Tuntang dan peningkatan jalur KA antara Tuntang Ambarawa.
Antara jalur Kedungjati Tuntang inilah terdapat stasiun Bringin yang
dibangun hampir bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api
Ambarawa-Kedungjati tahun 1873. Stasiun Bringin berada di tengah kedua
stasiun besar tersebut. Jalur itu dibangun untuk kepentingan pengangkutan
hasil bumi dan keperluan militer karena tepat di depan Stasiun Bringin ini
terdapat Pasar Bringin yang menjadi pusat keramaian Namun saat ini
kondisinya sudah tidak terawat dan mulai dijadikan sarang burung walet
semenjak tidak digunakan lagi mulai dari tahun 1976.
Mengingat pentingnya dan bersejarahnya Stasiun Bringin ini
sebenarnya, maka dibutuhkan revitalisasi (perencanaan dan perancangan)
terhadap stasiun ini agar dapat digunakan kembali. Jalur Kedungjati
Ambarawa dibangun pada bulan November 1868 dan mulai dibuka untuk
umum pada tanggal 21 Mei 1873. Pada tahun 1976 jalur lintas Kedungjati
1.3
Manfaat
1.3.1 Subyektif
Memenuhi syarat mengikuti mata kuliah Tugas Akhir pada Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dan semakin
mendalami ilmu Arsitektur langsung dengan praktik mendesain.
1.3.2 Obyektif
Desain kawasan dan Stasiun Bringin dapat menjadi suatu masukan
dan pemecahan masalah yang dapat digunakan sebagai bahan
rekomendasi perencanaan yang lebih matang bagi Pemerintah
Daerah, PT KAI dan stakeholder lainnya selaku pengelola dan
penanggungjawab
dalam
memenuhi
kebutuhan
masyarakat
Kabupaten Semarang.
1.4
Ruang Lingkup
1.4.1 Substansial
Ruang lingkup pemahasan secara substansial meliputi aspek-aspek
arsitektural perencanaan dan perancangan Kawasan dan Stasiun
Bringin. Masalah yang berada di luar lingkup arsitektural akan
dibahas seperlunya dengan batasan sepanjang hal tersebut masih
dianggap relevan.
1.4.2 Spasial
Ruang lingkup pembahasan secara spasial merupakan pemilihan
lokasi/tapak perencanaan dan perancangan Kawasan dan Stasiun
Bringin direncanakan berada di Kabupaten Semarang, Kecamatan
Bringin.
1.5
Metode Pembahasan
1.5.1 Metode Deskriptif
Metode yang dilakukan dengan pengumpulan data. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara : studi pustaka/studi literatur, data dari
instasi terkait, observasi lapangan serta pengumpulan data melalui
media internet.
1.5.2 Metode Dokumentatif
Metode yang dilakukan dengan mendokumentasikan data yang
menjadi bahan penyusunan laporan ini. Cara pendokumentasian data
adalah dengan memperoleh gambar visual melalui foto-foto yang
dihasilkan.
1.5.3 Metode Komperatif
Metode yang dilakukan dengan mencari preseden yang relevan dan
dipelajari untuk memperoleh referensi pemecahan masalah kemudian
dijadikan pembanding dengan Stasiun yang telah berhasil
direvitalisasi sebelumnya.
1.6
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dan penyusunan Kawasan dan Stasiun Bringin ini
adalah sebagai berikut :
Bab I
PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang
lingkup
pembahasan,
metode
pembahasan,
sistematika
pembahasan yang mengungkapkan permasalahan secara garis
besar serta alur pikir dalam penyusunan Landasan Program
Perencanaan dan Perancangan (LP3A)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang tinjauan umum Kawasan dan Stasiun Bringin,
tinjauan fasilitas wisata, tinjauan penekanan desain pada filosofi
desain High Tech, teori-teori dan studi banding yang digunakan
untuk mendukung perencanaan dan perancangan Kawasan dan
Stasiun Bringin beserta kesimpulannya
BAB III
TINJAUAN LOKASI
Membahas tentang tinjauan Kecamatan Bringin berupa data-data
fisik dan nonfisik seperti letak dan kondisi geografis, potensi
wisata dan kebijakan yang berlaku dalam tata ruang wilayah di
Kabupaten Semarang.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.7
1.7
Alur Pikir
AKTUALITA :
- Stasiun Bringin merupakan bangunan warisan kolonial Belanda yang
mengandung nilai historis yang dapat menjadi potensi wisata
- Stasiun Bringin terletak di sekitar pusat keramaian Kecamatan
Bringin (dekat dengan Pasar Bringin)
- Stasiun Bringin yang terletak di Kecamatan Bringin yang memiliki
potensi wisata dalam bentuk agrowisata
URGENSI :
- Bangunan stasiun Bringin kini mulai dijadikan sarang bagi burung
walet dan mulai tergusur keberadaan kawasannya oleh keramaian
pasar
- Dibutuhkan perbaikan dan tambahan sarana akomodasi kawasan
stasiun Bringin untuk mendukung pengembangan pariwisata di
Kabupaten Semarang
ORIGINALITAS :
perencanaan dan perancangan revitalisasi kawasan stasiun Bringin yang
mampu meningkatkan pelayanan fasilitas agrowosata dan dapat
TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP
F
E
E
D
B
A
C
K
DATA LAPANGAN
DATA
:
STUDI
STUDI PUSTAKA :
- Tinjauan Stasiun BANDING
- :Tinjauan Stasiun
Kereta
- Stasiun Ambarawa,
Kereta
- Tinjauan Rencana Tuntang,
Tata
- Pasar
Tinjauan
Agrowisata
Senen
- Tinjauan
High Tech
Ruang Wilayah dan JR Kyoto
Station
- Tinjauan Site - Referensi
Design
ANALISA :
- Kebutuhan Revitalisasi Kawasan Stasiun Bringin
- Pelaku dan aktifitas dalam Revitalisasi Kawasan Stasiun Bringin
- Kebutuhan Ruang dan fasilitas berdasarkan standar perencanaan
dan perancangan
- Pengolahan tapak (sirkulasi, perparkiran)
- Pendekatan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang
mengacu pada aspek-aspek kontekstual, fungsional, arsitektural,
kompilasi data dari seluruh tinjauan yang berisi kesimpulan dan batasan
mengenai revitalisasi kawasan stasiun bringin
DESAIN REVITALISASI KAWASAN STASIUN BRINGIN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
- Drainase
b. Bangunan stasiun
- Gedung
- Instalasi pendukung
- Peron
Stasiun penumpang dikelompokkan dalam :
a. Kelas besar, jumlah angka kredit lebih dari 70
b. Kelas sedang, jumlah angka kredit lebih dari 50 s/d 70
c. Kelas kecil, jumlah angka kredit kurang dari 50
Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas:
Pelataran parkir di muka stasiun
Tempat penjualan tiket, dan loket informasi
Peron atau ruang tunggu
Ruang kepala stasiun, dan
Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta
peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur),
telepon, telegraf, dan lain sebagainya.
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak
daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang
maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu (VIP ber
AC), restoran, toilet, mushola, area parkir, sarana keamanan
(Polsuska), sarana komunikasi, dipo lokomotif, dan sarana pengisian
bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada
zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian ratarata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di
bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.
Dipo lokomotif (KBBI: depot lokomotif) adalah tempat menyimpan,
menyiapkan, melakukan pemeriksaan, memelihara, dan perbaikan
ringan agar lokomotif siap untuk melakukan tugasnya menarik
rangkaian kereta api. Untuk melakukan semua kegiatan itu, dipo
dilengkapi dengan bangunan, jalan rel khusus untuk pemeliharaan
dan pencucian, gudang persediaan suku cadang atau komponen,
fasilitas pendukung, dan pegawai pengelola dipo. Dipo Lokomotif
Ambarawa, ABR, Daop IV Semarang, Kereta wisata uap
2.1.4 Pedoman Perencanaan Stasiun Kereta
Adapun faktor penentu Perancangan dalam pendekatan ini adalah
sebagai berikut :
a. Adanya potensi lokasi yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan fasilitas Penumpang kereta api di Stasiun
Bringin
b. Lokasi perancangan disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah
Kabupaten Semarang dalam perencanaan pembangunan.
c. Pemilihan tapak untuk Stasiun Kereta api adalah pencapaian
harus mudah dan dapat dilalui oleh kendaraan baik roda 2,
roda 4 ataupun lebih
TUGAS AKHIR 135 | MONALISA SAPUTRI - 21020112130141 | REVITALISASI
KAWASAN STASIUN BRINGIN
1
0
- Hall
- Peron/Ruang tunggu
- Restaurant
- Cafe Coffee
- Musholla
- Lavatory
- Lahan Parkir
b. Fasilitas Service
Fasilitas yang digunakan untuk memanajemen Kawasan Stasiun
Bringin guna mendukung dalam melayani tamu dan wisatawan.
Fasilitas tersebut antara lain :
- Ruang administrasi
- Kitchen
- Pergudangan
- ME Room
2.1.8 Organisasi Ruang
1
1
2.2
1
2
daripada arsitek manapun dalam cara penyelesaian dengan ideide cemerlangnya yang mengembangkan suatu rancangan sesuai
dengan zamannya sehingga kegunaan dan tampak dari bangunan
tersebut merupakan suatu mekanisme yang sempurna.
c. Transparan, pelapisan dan pergerakan.
Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara jelas
tanpa terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang
transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran,
tangga dan struktur, serta penekanan pada escalator dan lift
sebagai suatu unsur yang bergerak merupakan karateristik dari
bangunan high-tech.
d. Pewarnaan yang cerah dan merata.
Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas
mengenai jenis struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah
para
teknisi
dalam
membedakannya
dan
memahami
penggunaannya secara efektif. Pada karya Richard Rogers yaitu
bangunan Pampidou Center dan Inmos Factory menggunakan
warna-warna yang cerah.
e. A light weight filigree of tensile members.
Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari bangunan
Hi-tech , sekelompok kabelkabel baja penopang dapat membuat
mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran
gaya-gaya pada struktur.
f. Optimistic confidence in a scientific cultural
Bangunan Hitech dapat mewakili kebudayaan/peradaban masa
depan yang serba scientific, sehingga pada saat itu tetap bisa
dipakai dan tidak ketinggalan zaman. Hasilnya lebih mendalam
pada suatu metode kerja, perlakuan pada material, warna-warna
dan pendapatan, dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi.
2.3
1
3
1
4
1
5
1
6
1
8
BAB III
TINJAUAN LOKASI
3.1 Tinjauan Umum Lokaasi
Kabupaten Semarang dilintasi jalan negara yang menghubungkan
Yogyakarta dan Surakarta dengan Kota Semarang atau lebih dikenal
dengan "JOGLOSEMAR". Angkutan umum antarkota dilayani dengan bus
dengan terminal Sisemut (Ungaran), Bawen, dan Ambarawa. Beberapa
rute angkutan regional adalah jurusan Semarang - Solo, Semarang Yogyakarta, dan Semarang - Purwokerto. Beberapa rute lokal adalah
jurusan Semarang - Ambarawa, Semarang - Salatiga, dan Salatiga Ambarawa.
Jarak dari Kabupaten Semarang ke :
a. Keadaan Geografis
Kabupaten Semarang secara geografis berada pada jalur lintas
pariwisata JOGLOSEMAR (JOGJA-SOLO-SEMARANG) dengan batas
wilayah sebelah timur Kabupaten Temanggung dan Kabupaten
Kendal, sedang sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang.
KOORDINAT : 110 14' 54,74" - 110 39' 3" BT dan 7 3 57
7 30 0 LS
LUAS DAERAH : 996,09 Km2
b. Keadaan Topografi
Wilayah Kabupaten Semarang merupakan wilayah dataran rendah
dengan perbukitan dan pegunungan berada pada ketinggian ratarata 636 m diatas permukaan air laut. Titik tertinggi berada pada
1459 m yaitu pada kecamatan Getasan dan terendah pada 31 m di
kecamatan Ungaran.
c. Keadaan Klimatologis
Curah hujan rata-rata mencapai 2,288 mm dan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan April dengan
suhu berkisar pada 23 C sampai 26 C.
3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi
1
9
2
0
2
1
Jumlah Wisatawan
Buatan Kabupaten
Semarang
(2014)
Target Wisatawan
Buatan Kabupaten
Semarang
Wism
an
2985
4477
Wisnus
Jumlah
Wisataw
an
Jumlah
Wisataw
an /hari
Jumlah
Wisatwan /
Destinasi
Wisata (13)
2.052.9
27
2.055.91
2
5632
433
3.079.3
90
3.083.86
8
8448
650
2
2
(2030)
Tabel 3.2 Rekapitulasi Data Wisatawan (Wisata Buatan)
Kabupaten Semarang
Sumber : Laporan Kunjungan Wisatawan Tahun 2014 DINAS
PEMUDA OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
2
3
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Amtrak Station Program and Planning Guidelines, 2013, Mei
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun 2014.
Kabupaten Semarang : DINAS PEMUDA OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA KABUPATEN SEMARANG
Departernen Perhubungan Ditjen Perhubungan Darat Tahun 1995
2
4