Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis
kontrak pengadaan jasa konsultan perencana antara CV. DYNAMIC dengan Dinas PUTR Kota
Tasikamalaya.

Laporan Pendahuluan ini dimaksudkan sebagai bahan informasi kepada pemilik


pekerjaan mengenai konsep dan metodologi teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur
organisasi konsultan perencana serta rencana kerja yang akan dilaksanakan.

Laporan Pendahuluan ini secara garis besar berisi tentang uraian umum lingkup
pekerjaan jasa konsultan perencana, lingkup kegiatan, gambaran umum , metodologi dan
organisasi, landasan konseptual.

Demikian laporan ini disampaikan, atas kerja sama dan kepercayaannnya,


diucapkan terima kasih.

Konsultan Perencana

CV. DYNAMIC

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1-1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1-1

1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 1-2

1.3 Ruang Lingkup ........................................................................................................ 1-2

1.4 Lokasi Studi ............................................................................................................ 1-3

1.5 Sistematika Penyajian Laporan............................................................................... 1-4

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ................................................................. 2-1

2.1 Profil Wilayah ...................................................................................................... 2-1

2.2 Kondisi Geografis ................................................................................................. 2-1

2.3 Kondisi Topografis ............................................................................................... 2-4

2.4 Kondisi Geohidrologi ........................................................................................... 2-5

2.5 Kependudukan .................................................................................................... 2-11

2.6 Perekonomian ..................................................................................................... 2-15

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI ..................................................................... 3-1

3.1 Pendekatan Penanganan ..................................................................................... 2-1

3.2 Metode Pelaksanaan ........................................................................................... 3-2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Tasikmalaya merupakan kota yang sedang berkembang. Tasikmalaya juga menjadi salah satu
kota perdagangan utama di wilayah priangan timur. Hal ini manjadikan kota Tasikmalaya sebagai
daerah tarikan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan lalu lintas yang terjadi di Tasikmalaya semakin
meningkat.

Keberadaan infrastruktur prasarana transportasi yang handal akan dapat mendukung


perkembangan dan pertumbuhan pada suatu wilayah. Kehandalan jaringan jalan sebagai bagian dari
prasarana transportasi akan menjadi dasar yang baik untuk mendukung aktifitas masyarakat,
ekonomi wilayah serta perkembangan wilayah yang serta merta akan memberikan dampak pada
kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Secara makro, keberadaan sistem jaringan jalan dan sistem transportasi merupakan bagian dari
perencanaan regional wilayah. Keberadaan jaringan jalan yang merupakan penghubung pusat-pusat
pertumbuhan wilayah sebagai komponen utama di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

Disamping itu juga perkembangan ekonomi disuatu daerah sangat ditunjang oleh jenis, kualitas
dan kuantitas kegiatan yang terdapat di daerah tersebut beserta ketersediaan sarana dan
prasarananya. Pertumbuhan ekonomi yang baik memerlukan juga ketersediaan akan prasarana dan
sarana yang dapat mendistribusikan hasil/produk kegiatan tersebut dari daerah produksi menuju
daerah yang membutuhkannya.

Sistem prasarana jalan yang baik adalah sistem prasarana yang mampu mendistribusikan segala
bentuk barang dan jasa ke tempat/wilayah yang memerlukannya. Pendistribusian yang Jika
ditunjang oleh kualitas dari transportasi itu sendri yang dapat menyalurkan barang secara cepat dari
suatu wilayah produksi ke wilayah konsumsi atau dari suatu daerah penghasil bahan dasar ke daerah
produksi.

Studi kelayakan jalan ini menganalisis penghubung antara ruas Jl. Letnan Harun dengan Jl.
Mangin yang bertujuan untuk jalur alternative anatara dua ruas jalan tersebut. Dengan demikian,
jalan alternative ini diharapkan dapat mengurangi travel time dan travel cost perjalanan barang dan
jasa disekitarnya.

1-1 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Keberhasilan program pembangunan di Indonesia ditandai dengan peningkatan standar
kehidupan masyarakat. Pengaruhnya pada sektor transportasi, terutama jalan raya adalah pada
peningkatan pergerakan yang berakibat pada kebutuhan jalan dan jembatanbaru. Untuk
mengembangkan dan pembuatan jalan baru diperlukan suatu studi untuk melakukan studi
kelayakan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan jalan. Dengan adanya studi kelayakan
diharapkan diperoleh semua analisis yang berhubungan dengan teknis, dan ekonomi serta pekerjaan
yang berhubungan dalam rangka melakukan studi dan perencaan. Hasil keluaran studi ini adalah
untuk suatu rencana penanganan/pembangunan berdasarkan strategi pelaksanaan yang paling
sesuai dari sisi teknis dan ekonomi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan studi kelayakan ini merupakan suatu studi yang bertujuan untuk
menganalisa pengembangan jalan penghubung antara jalan Mangin dengan jalan Letnan Harun
ditinjau dari beberapa aspek dan kepentingan.

Tujuan dari studi kelayakan itu adalah untuk mengkaji kemungkinan pembangunan ruas jalan
yang dapat menghubungkan jaringan jalan yang ada dengan sarana yang tersedia/akan dibuat.
Kajian yang dilakukan meliputi kelayakan teknis, ekonomi dan ketersinambungan (interkoneksi)
jaringan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup “Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Mangin – Lt Harun adalah seperti berikut:

1.3.1 Lingkup Wilayah Kajian

Lingkup wilayah dari Studi Kelayakan Jalan Mangin – Lt Harun adalah di Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya.

1.3.1 Lingkup Wilayah Kajian

Lingkup pekerjaan yang nantinya akan dilakukan oleh konsultan sebagai tahapan dalam
menyusun studi tersebut adalah:

1-2 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


a. Menginventarisir dan mengumpulkan data-data yang merupakan data primer dan
sekunder yang akan digunakan dalam proses analisis.
b. Melakukan pengembangan trace/jaringan jalan alternatif yang meliputi pemilihan
alternatif lintas terhadap trase jalan awal awal dan identifikasi kebutuhan simpul
sehingga diharapkan para pengembang dan pengelola dapat memaksimalkan potensi
jalan yang ada.
c. Mendeteksi permasalahan awal jaringan dan kondisi eksisting badan jalan serta
kebutuhan angkutan barang dan penumpang berupa analisis kondisi wilayah,
analisispergerakan barang.
d. Deteksi permasalahan awal angkutan barang ini dapat menggunakan data spasial
yangkemudian dikompilasikan dengan data lain, misal: kepadatan lalu lintas, kelas
jalan danlain-lain.
e. Melakukan penilaian analisa manfaat proyek yang meliputi aspek kinerja lalu lintas,
ekonomi dan lingkungan.

1.4 Lokasi Studi

Studi Kelayakan Jalan Mangin – Lt Harun ini difokuskan pada ruas jalan yang menghubungkan
jalan Mangin dan jalan Letna Harun yang berada di Kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya.

Gambar 1.1 Lokasi Studi

1-3 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


1.5 Sistematika Penyajian Laporan

Untuk menguraikan laporan Pendahuluan Studi Kelayakan Jalan Mangin – Lt Harun, maka
laporan ini disusun menjadi 5 (lima) bab/bagian yang terdiri atas:

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang studi, maksud dan tujuan studi, ruang lingkup dan
sistematika penyajian laporan.

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini berisi tentang profil wilayah studi yang meliputi kondisi geografi, topografi, iklim dan
cuaca, administrasi dan kependudukan, serta potensi wilayah dan kependudukan. Pada bab ini
dibahas juga mengenai pengembangan wilayah serta arah pembangunan daerah.

III. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bab ini berisi tentang pendekatan penanganan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan
studi; metode pelaksanaan yang akan diterapkan mulai dari tahap persiapan studi, survey
pengumpulan data, analisis data, sampai dengan pelaporan.

IV. PRESENTASI DATA

Bab ini menjabarkan data mengenai kondisi eksisting jarigan jalan yang dikumpulkan dari
kegiatan survey lapangan.

V. ANALISIS KELAYAKAN JALAN

Bab ini berisi tentang analisis untuk mengetahui kelayakan pembangunan suatu prasrana
infrastruktur, termasuk jalan, dua komponen besar yang perlu diperhitungkan adalah komponen
biaya dan komponen manfaat.

1-4 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1 Profil Wilayah


Kota Tasikmalaya menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 memiliki Wilayah seluas
17.156,20 Hektar yang terbagi kedalam 10 (sepuluh) Kecamatan, terdiri dari 15 Kelurahan dan 54
Desa. Seiring perkembangan Kota Tasikmalaya dan adanya tuntutan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, sejak tahun 2008 Kota Tasikmalaya menjadi 10 (sepuluh) Kecamatan dan 69 Kelurahan
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan
Bungursari dan Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031, luas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya
adalah 18.385,07 ha (183,85 Km2). Hal ini tidak berarti ada penambahan wilayah, seluas 1.229,07 Ha
(12,29 Km2) dari sebelumnya 17.156 Ha (171,56 Km2) akan tetapi menyangkut metodologi
pengukuran yang dilakukan Bakosurtanal pada tahun 2010.

2.2 Kondisi Geografis


Kota Tasikmalaya secara geografis memiliki posisi yang strategis, yaitu berada pada 108 o 08' 38" -
o o o
108 24' 02" BT dan 7 10' - 7 26' 32" LS di bagian Tenggara wilayah Propinsi Jawa Barat.
Kedudukan atau jarak dari Ibukota Propinsi Jawa Barat, Bandung +105, wilayah Kota Tasikmalaya
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis (dengan batas sungai Citanduy)
Sebelah Barat : Kab. Tasikmalaya
Sebelah Timur : Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis
Sebelah Selatan : Kab. Tasikmalaya (batas sungai Ciwulan)
Jarak Ibukota Kota Tasikmalaya dengan ibukota kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan
Gambar 2.1.

2-1 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Tabel 2.1
Jarak Ibukota Kota Tasikmalaya dengan Ibukota Kecamatan

Mangkubumi
Cibeureum

Bungursari
Tamansari

Purbaratu

Cihideung

Indihiang

Cipedes
Tawang
Kawalu
KECAMATAN

010. Kawalu ~ 5 12,5 11.75 6.5 9.25 3.75 14.5 13.5 11

020. Tamansari 5 ~ 6.25 7.5 6.625 11.5 8.75 16.25 15.5 12.25

030. Cibeureum 12.5 6.25 ~ 3.75 5.5 11 15.5 14.25 13.75 12

031. Purbaratu 11.75 7.5 3.75 ~ 5.5 7.375 8.5 13.875 13.5 7.375

040. Tawang 6.5 6.625 5.5 5.5 ~ 5.25 15.5 11.75 11.25 7

050. Cihideung 9.25 11.5 11 7.375 5.25 ~ 4.625 5.4 5.65 4.25

060. Mangkubumi 3.75 8.75 15.5 8.5 15.5 4.625 ~ 9.25 9.5 10.25

070. Indihiang 14.5 16.25 14.25 13.875 11.75 5.4 9.25 ~ 7.125 5

071. Bungursari 13.5 15.5 13.75 13.5 11.25 5.65 9.5 7.125 ~ 8

080. Cipedes 11 12.25 12 7.375 7 4.25 10.25 5 8 ~

2-2 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Gambar 2.1.
Peta Orientasi Kota Tasikmalaya

2-3 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


2.3 Kondisi Topografis
Berdasarkan bentang alamnya, Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam kategori dataran sedang,
dengan ketinggian wilayah berada pada kisaran 201 mdpl (terendah, di Kelurahan Urug
Kecamatan Kawalu) sampai dengan 503 mdpl (tertinggi, di Kelurahan Bungursari Kecamatan
Indihiang). Dilihat dari kemiringan lahannya (kelerengan) terdapat beberapa wilayah yang
memiliki kemiringan lahan cukup tinggi, di antaranya di Kecamatan Kawalu dan Kecamatan
Cibeureum, sehingga perkembangan kegiatan perkotaan pada dua kecamatan tersebut perlu
dilakukan secara selektif dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan gambar 2.2.

Tabel 2.2
Kondisi Kemiringan Lereng Kota Tasikmalaya
Kelas Lereng Keterangan Luas (Hektar) % Luas

0–3 Datar 8.640,95 50,37

3–9 Landai 3.640,85 21,22

9 – 17 Sedang 3.012,54 17,56

17 – 45 Curam 1.861,86 10,85

Total 17.156,20 100,00


Sumber : RPJP Kota Tasikmalaya, 2005-2025 dan Evaluasi RTRW Kota Tasikmalaya,

2.4 Kondisi Geohidrologi


Litologi Kota Tasikmalaya terbentuk dari material dasar berupa batuan induk vulkanik. Jenis tanah
yang mendominasi permukaan adalah jenis tanah asosiasi regosol kelabu, regosol kelabu coklat,
litosol, dan latosol kemerah-merahan. Kondisi potensi sumber daya air, selain potensi air
permukaan, Kota Tasikmalaya pun memiliki potensi kandungan air tanah yang relatif dangkal.
Kondisi geohidrologi Kota Tasikmalaya yang terdiri dari :
- Kondisi Air Permukaan
- Kondisi Air Tanah
- Kondisi Klimatologi
dapat dilihat pada Gambar 2.3.

2-4 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


2-5 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in
1. Kondisi Air Permukaan

Bentuk air permukaan di Kota Tasikmalaya meliputi


sungai, air dalam cekungan (danau/situ) dan air hujan.
Jumlah air permukaan jenis air hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk sumber daya air setempat cukup
besar. Di Kecamatan Tamansari potensi air tersebut

e
2-6 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in
mencapai 49 – 416 juta m3/hari, sementara di Kecamatan Mangkubumi mencapai 59 – 501 juta
m3/hari.

Sedangkan untuk sungai, air dalam cekungan (danau/situ) dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan
Tabel 2.4

Tabel 2.3.
Daftar DAS/Sub DAS di Kota Tasikmalaya

No. Nama DAS Sub DAS Luas (km2)

1 Ciwulan Cikunir, Cilumajang 1.165 km2


2 Citanduy Cipedes, Ciloseh, Cikalang,
Cibadodon, Cimulu, Cikunten II,
Leuwimunding, Cihideung,
Ciromban

Sumber : Masterplan Drainase Kota Tasikmalaya

2-7 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Gambar 2.1.2. Peta Daerah Aliran Sungai

2-8 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Tabel 2.4.
Danau, Rawa, Situ, Telaga, dan Waduk Kota Tasikmalaya

Lokasi
No. Nama Perairan Luas (Ha)
Kelurahan Kecamatan
1 Situ Gede 47 Mangkubumi Mangkubumi
2 Situ Cicangri 3 Tamanjaya Tamansari
3 Situ Rusdi 3 Tamanjaya Tamansari
4 Situ Cibeureum 7 Tamanjaya Tamansari
5 Situ Cipajaran 0,92 Tamanjaya Tamansari
6 Situ Malingping 3,5 Tamanjaya Tamansari
7 Situ Bojong 3,43 Tamanjaya Tamansari
Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya, 2004

2. Air Tanah
Salah satu sumber air tanah dalam bentuk mata air yang terdapat di Kecamatan Bungursari –
mata air Cibunigeulis – memiliki kapasitas produksi / debit sebesar 15,00 liter perdetik sampai
60,00 liter per detik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5
Kawasan Sekitar Mata Air Di Kota Tasikmalaya

NO NAMA MATA DEBIT LOKASI KETERANGAN


AIR (L/DTK)

MAKS MIN DESA KECAMATA


N

1. Cibunigeulis 60 15 Cibunigeulis Bungursari Dimanfaatkan PDAM (sebagai air


baku)

2. Cibangbay 81 50 Setiawangi Tamansari Belum dimanfaatkan

3. Cianjur II 65 18 Linggajaya Mangkubumi Lahan milik perorangan

Sumber: Revisi RTRW Kota Tasikmalaya 2010-2030

2-9 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Tabel 2.6.
Daftar Cekungan Air Tanah di Kota Tasikmalaya

CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) WILAYAH ADMINISTRASI JUMLAH AIR TANAH


LITOLOGI PERINGKAT (juta m³/th)
NO. NAMA LUAS KABUPATEN PROVINSI AKUIFER PENYELIDIK BEBAS (Q₁) TERTEKAN
(Km²) /KOTA AN (Q₂)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Cekungan Kota Jawa Barat 731.400.000
Air Tanah Tasikmalaya
Tasikmala , Kabupaten
ya Tasikmalaya
, Kabupaten
Garut,
Kabupaten
Majalengka,
Kabupaten
Ciamis
Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan, Pertambangan dan Energi Kota Tasikmalaya, 2010

3. Klimatologi
Sebagai kota yang terletak di kawasan beriklim tropis, Kota Tasikmalaya bulan basah
biasanya terjadi pada bulan Januari - April, September, Oktober dan Desember. Sedangkan
pada bulan Mei - Agustus dan bulan November bertiup ke arah Barat Laut yang biasanya
berkaitan dengan musim kemarau yang biasa disebut sebagai bulan kering. Dengan suhu
rata-rata 25,70 C, dengan kisaran antara 21,10 C (terendah) dan 27,90 C (tertinggi).

a. Curah Hujan
Curah hujan di Kota Tasikmalaya untuk tahun 2009 dan 2010 rata-rata memiliki nilai
275 mm per tahun, ini menunjukan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan daerah yang
memiliki curah hujan yang sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7.
Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Tasikmalaya (mm)

Tahun
NO. BULAN 2009 2010
CH HH CH HH

1 Januari 633 25 573 20


2 Februari 571 18 568 17
3 Maret 525 16 538 17
4 April 368 12 228 15
5 Mei 258 17 197 11
6 Juni 215 9 232 15
7 Juli 54 3 196 13
8 Agustus 0 0 312 15
9 September 10 2 - 0
10 Oktober 378 18 - 0

2-10 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Tahun
NO. BULAN 2009 2010
CH HH CH HH

11 November 358 13 - 0
12 Desember 316 12 - 0
Jumlah 3686 145 2844 123
Rata-rata 307.17 12.08 237.00 10.25
Sumber : BPSDA Provinsi Jawa Barat (Stasiun Cimulu), 2011 dalam SLHD Kota Tasikmalaya,

b. Suhu udara
Suhu udara di Kota Tasikmalaya selama tahun 2002-2006 memiliki nilai rata-rata antara
25 – 26 oC. hal ini menunjukan bahwa suhu di Kota Tasikmalaya termasuk dalam katagori
sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.8.

Tabel 2.8.
Suhu Maksimum, Rata-rata, dan Minimum Bulanan Rata-rata

TAHUN RATA-
RATA
2002 2003 2004 2005 2006
MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN
29,70 24,50 28,90 23,40 26,50 23,30 28,90 23,10 30,30 22,00 26,06

30,90 24,60 30,00 25,50 28,40 23,50 28,90 23,30 30,40 22,40 26,79

30,60 24,90 28,60 24,20 27,90 23,50 29,10 23,80 30,90 22,20 26,57

28,90 24,80 29,30 24,60 29,20 23,80 28,90 24,00 30,90 22,70 26,71

29,00 24,60 28,90 24,00 29,50 23,20 28,90 23,50 30,40 22,20 26,42

30,20 25,30 29,00 23,70 28,40 22,50 28,60 23,20 29,70 20,60 26,12

27,50 23,90 28,80 23,10 27,50 22,50 28,80 22,80 27,60 19,10 25,16

27,40 22,70 27,30 23,30 28,00 22,50 28,50 22,60 29,00 18,50 24,98

29,20 24,20 28,60 23,40 28,90 22,90 28,80 22,80 28,60 20,80 25,82

29,30 24,40 28,40 23,20 27,00 22,50 27,70 22,60 27,60 21,80 25,45

28,80 24,50 27,70 23,30 28,10 22,60 28,00 22,40 28,50 22,40 25,63

29,10 24,40 29,00 23,70 29,00 22,50 28,60 22,20 29,30 22,30 26,01

29,22 24,40 28,71 23,78 28,20 22,94 28,64 23,03 29,43 21,42 25,98

Sumber : Stasiun Meteorologi Lanud Wiriadinata,

2.5 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan tahun
2009, maka ada pertambahan sebesar 1,64% atau 10.254 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah
penduduk Kota Tasikmalaya sebanyak 635.464 jiwa, terdiri dari 321.460 jiwa penduduk
laki-laki dan 314.004 jiwa penduduk perempuan. Perkembangan penduduk Kota
Tasikmalaya dari tahun 2002 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.10,
sedangkan untuk proyeksi pertumbuhan penduduk sampai 5 tahun 2016 dapat dilihat
pada Tabel 2.11.
Tabel 2.10

2-11 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Kota Tasikmalaya, 2006-2010
Uraian
Penduduk LPP Rumah Tangga
Tahun
(1) (2) (3) (4)

2002 546.871 1,96 143.117

2003 557.909 1,98 145.747

2004 568.889 1,93 148.427

2005 579.671 1,86 151.155

2006 591.320 1,97 153.934

2007 603.449 2,01 156.763

2008 615.011 1,88 159.645

2009 625.210 1,66 162.580

2010 635.464 1,64 165.568

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya

Tabel 2.11
Proyeksi Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Sampai Tahun 2028 (Jiwa)

Kecamatan / Tahun Proyeksi


No.
Kelurahan 2013 2018 2023 2028

1 Kec. Indihiang 58.680 75.350 96.768 124.291

  Kel. Indihiang 9.885 12.691 16.296 20.928

  Kel. Sirnagalih 6.853 8.801 11.305 14.522

  Kel. Parakannyasag 10.222 13.126 16.857 21.652

  Kel. Panyingkiran 10.236 13.143 16.878 21.677

  Kel. Sukamaju Kaler 12.464 16.005 20.556 26.404

  Kel. Siukamaju Kidul 9.021 11.584 14.877 19.108

2 Kec. Bungursari 57.798 74.218 95.316 122.427

  Kel. Bantarsari 11.125 14.282 18.339 23.551

  Kel. Cibunigeulis 7.343 9.435 12.124 15.582

  Kel. Sukarindik 10.761 13.819 17.747 22.795

  Kel. Sukamulya 7.428 9.538 12.249 15.733

  Kel. Sukajaya 5.852 7.512 9.643 12.380

2-12 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Kecamatan / Tahun Proyeksi
No.
Kelurahan 2013 2018 2023 2028

  Kel. Bungursari 7.338 9.421 12.098 15.538

  Kel. Sukalaksana 7.951 10.211 13.116 16.848

3 Kec. Cibeureum 67.581 77.835 89.647 103.254

  Kel. Kersanagara 8.723 10.046 11.570 13.326

  Kel. Kota Baru 14.397 16.583 19.100 22.001

  Kel. Awipari 6.057 6.976 8.034 9.254

  Kel. Setianagara 5.581 6.428 7.403 8.527

  Kel. Ciherang 8.201 9.445 10.879 12.530

  Kel. Ciakar 6.314 7.272 8.375 9.646

  Kel. Margabakti 4.069 4.687 5.398 6.218

  Kel. Setiajaya 6.421 7.396 8.519 9.812

  Kel. Singkup 7.817 9.002 10.368 11.940

4 Kec. Purbaratu 43.474 50.069 57.666 66.417

  Kel. Purbaratu 6.636 7.643 8.803 10.139

  Kel. Sukanagara 8.514 9.805 11.293 13.006

  Kel. Sukaasih 6.447 7.425 8.552 9.850

  Kel. Sukajaya 6.235 7.180 8.270 9.524

  Kel. Setiaratu 7.580 8.730 10.055 11.581

  Kel. Sukamenak 8.062 9.285 10.693 12.316

5 Kec. Cihideung 75.286 87.717 102.320 119.492

  Kel. Yudanagara 6.594 7.674 8.941 10.429

  Kel. Nagarawangi 8.351 9.723 11.334 13.226

  Kel. Cilembang 15.144 17.648 20.590 24.050

  Kel. Argasari 13.042 15.201 17.738 20.722

  Kel. Tugujaya 11.113 12.955 15.120 17.668

  Kel. Tuguraja 21.042 24.516 28.597 33.396

6 Kec. Cipedes 91.712 114.559 143.110 178.796

  Kel. Panglayungan 23.648 29.538 36.897 46.095

  Kel. Cipedes 18.897 23.605 29.489 36.843

  Kel. Nagarasari 21.630 27.016 33.747 42.159

  Kel. Sukamanah 27.537 34.400 42.977 53.698

7 Kec. Tawang 63.377 74.056 86.574 101.253

2-13 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Kecamatan / Tahun Proyeksi
No.
Kelurahan 2013 2018 2023 2028

  Kel. Tawangsari 6.086 7.108 8.306 9.711

  Kel. Empangsari 8.224 9.608 11.229 13.131

  Kel. Lengkongsari 15.522 18.141 21.212 24.814

  Kel. Cikalang 13.298 15.538 18.164 21.244

  Kel. Kahuripan 20.248 23.661 27.661 32.353

8 Kec. Kawalu 103.575 129.634 162.286 203.206

  Kel. Kersamenak 18.312 22.917 28.686 35.914

  Kel. Cilamajang 9.346 11.700 14.650 18.348

  Kel. Gunung Tandala 9.889 12.377 15.493 19.398

  Kel. Urug 10.049 12.579 15.749 19.722

  Kel. Tanjung 8.484 10.620 13.296 16.651

  Kel. Cibeuti 11.504 14.395 18.017 22.554

  Kel. Karang Anyar 11.499 14.390 18.012 22.551

  Kel. Talagasari 7.585 9.495 11.889 14.890

  Kel. Leuwiliang 7.403 9.266 11.600 14.524

  Kel. Gunung Gede 9.503 11.896 14.894 18.652

9 Kec. Tamansari 61.232 63.142 65.132 67.203

  Kel. Tamansari 7.936 8.182 8.438 8.705

  Kel. Mugarsari 4.853 5.005 5.163 5.328

  Kel. Tamanjaya 8.221 8.478 8.745 9.023

  Kel. Sumelap 4.369 4.504 4.645 4.792

  Kel. Setiawargi 10.438 10.762 11.101 11.453

  Kel. Mulyasari 11.765 12.130 12.511 12.907

  Kel. Sukahurip 7.314 7.545 7.786 8.036

  Kel. Setiamulya 6.338 6.537 6.743 6.959

10 Kec. Mangkubumi 77.983 81.696 86.299 91.883

  Kel. Mangkubumi 12.550 13.145 13.884 14.781

  Kel. Cigantang 8.659 9.081 9.602 10.232

  Kel. Karikil 7.389 7.744 8.184 8.717

  Kel. Linggajaya 14.763 15.475 16.356 17.423

  Kel. Cipawitra 6.384 6.683 7.055 7.507

2-14 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Kecamatan / Tahun Proyeksi
No.
Kelurahan 2013 2018 2023 2028

  Kel. Sambongpari 7.742 8.113 8.574 9.132

  Kel. Sambongjaya 12.964 13.567 14.317 15.228

  Kel. Cipari 7.533 7.887 8.328 8.863

Total 700.699 828.277 985.117 1.178.222


Sumber : RP4D Tahap II Kota Tasikmalaya, 2008

Gambar 2.5.
Perkembangan Penduduk Di Kota Tasikmalaya

2.5

1.5 LPP

0.5

0
2003

2004

2006

2009
2002

2005

2007

2008

2010

2.6 Perekonomian
Kinerja laju pertumbuhan ekonomi nasional dan Provinsi Jawa Barat yang begitu fluktuatif
dalam periode tiga tahun terakhir, LPE Kota Tasikmalaya justru tampak stabil dan
terkendali seperti diperlihatkan dalam Grafik 4.1. Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi
Kota Tasikmalaya sempat terjadi pada tahun 2008, tetapi relatif tidak lebih besar
dibandingkan dengan kondisi nasional dan Provinsi Jawa Barat pada umumnya. Berbagai
tekanan ekonomi yang dihadapi pemerintah Indonesia dan Provinsi Jawa Barat selama 3
(tiga) tahun belakangan ini tampaknya tidak menimbulkan dampak yang berarti terhadap
perekonomian di Kota Tasikmalaya. Kinerja ekonomi Kota Tasikmalaya mengalami
pertumbuhan positip dengan LPE di kisaran angka 5,7 persen. Hal ini dikarenakan
perekonomian Kota Tasikmalaya utamanya ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran dan sektor industri pengolahan terutama industri kecil dan menengah yang
cukup maju dengan dukungan sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.
Pertumbuhan industri kecil dan menengah biasanya relatif stabil dan tidak mudah

2-15 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


terguncang oleh krisis global. Selain itu, keberadaannya yang relatif cepat berkembang
dengan orientasi pemenuhan pasar lokal telah mampu memajukan sektor industri
pengolahan secara keseluruhan dan menopang pertumbuhan sektor-sektor dominan
lainnya seperti sektor perdagangan dan jasa-jasa.

Grafik 2.1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Jawa Barat dan Kota Tasikmalaya
Tahun 2006-2010

6.48
6.28 6.21
6.02 6.06 6.10
6.09
5.98
5.7 5.72 5.73
5.50
5.11

4.50
4.19

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Barat dan BPS Kota Tasikmalaya

Tabel 2.26
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(jutaan rupiah) Kota Tasikmalaya Tahun 2006 – 2010

Tahun
No Lapangan Usaha
2005 2007 2008 2009 2010
Sektor Primer 493.933,18 519.974,01 541.974,04 564.551,56
1 Pertanian 493.576,64 519.583,01 541.561,03 564.114,73
2 Pertambangan &
356,54 391,00 413,01 436,83
Penggalian
Sektor Sekunder 1.713.963,44 1.957.807,80 2.150.169,27 2.364.373,24
3 Industri Pengolahan 926.367,68 1.024.660,99 1.116.396,52 1.218.452,56
4 Listrik, Gas & Air
125.496,56 134.175,38 146.283,06 159.504,72
Bersih
5 Bangunan 662.099,20 798.971,43 887.489,69 986.415,96
Sektor Tersier 4,146,014.13 4.673.140,66 5.077.538,30 5.540.111,14
6 Perdag., Hotel &
1.903.703,00 2.214.921,03 2.473.419,35 2.747.793,42
Restoran
7 Pengangkutan &
885.013,74 982.506,62 1.023.726,61 1.085.815,65
Komunikasi
8 Keu., Persewaan &
569.455,02 627.296,54 677.459,82 734.715,32
Jasa Perusahaan

2-16 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


9 Jasa-jasa 787.842,37 848.416,47 902.932,52 971.786,75
PDRB 6.353.910,75 7.150.922,46 7.769.681,60 8.469.035,94
Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Dan Data Pokok Kota Tasikmalaya

Tabel 2.27
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2007-2010

Tahun
No Lapangan Usaha
2006 2007 2008 2009 2010
Sektor Primer 294.925,93 295.400,96 297.299,01 300.582,49
1 Pertanian 294.732,38 295.204,03 297.098,93 300.380,14
2 Pertambangan &
193,55 196,93 200,08 202,35
Penggalian
Sektor Sekunder 968.582,38 1.038.741,30 1.112.719,17 1.188.325,67
3 Industri Pengolahan 591.910,42 621.586,84 653.935,23 685.918,42
4 Listrik, Gas & Air
53.883,98 57.112,97 61.088,95 64.158,75
Bersih
5 Bangunan 322.787,98 360.041,49 397.695,00 438.348,50
Sektor Tersier 2.019.747,50 2.136.099,64 2.258.610,02 2.389.715,21
6 Perdag., Hotel &
954.786,44 1.036.979,45 1.122.539,13 1.215.773,81
Restoran
7 Pengangkutan &
299.567,51 306.170,95 313.552,15 321.258,72
Komunikasi
8 Keu., Persewaan &
345.678,99 365.102,47 385.273,79 406.033,52
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 419.714,56 427.846,77 437.244,95 446.649,18
PDRB 3.283.255,8
3.470.241,90 3.668.628,20 3.878.723,40
1
Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Dan Data Pokok Kota Tasikmalaya

2-17 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Gambar 2.6
Laju Pertumbuhan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapngan
Usaha (Persen) KotaTasikmalaya Tahun 2006 - 2009

Bangunan; 11.54

10.36 10.46 10.22

Listrik,Gas & Air 8.61 Perdagangan, Hotel & Restoran;


8.08 8.31
8.25

6.77 6.96
Keu,Persew&
PDRB; 5.98 5.99
Jasa Perush 5.7
5.62 5.72
5.52 5.73
Industri Pengolahan; 5.2 5.39
5.01 5.03
4.89
3.99
Persen

2.41 2.46
Pengangkutan& 2.2 2.2 2.15
Jasa-jasa;
1.75 1.94
Komunikasi
Pertamb&Penggalian 1.6
1.4
1.14
1.1
Pertanian; 0.640000000000001
0.16
2007 2008 2009 2010*)
Tahun

Pertanian Pertambangan dan Penggalian


Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan,Persewaan& Jasa Perusahaan
Jasa-jasa PDRB

Struktur perekonomian menunjukkan besarnya kontribusi masing-masing sektor


ekonomi di suatu daerah. Pergeseran struktur perekonomian menarik untuk diamati,
dengan melihat seberapa jauh program dan sasaran yang telah dicapai pada satu tahu
tertentu.
Dengan mengamati struktur perekonomian dapat dilihat seberapa besar kebijakan
yang telah dilakukan tepat sasaran. Dengan kata lain, analisis ini penting karena dapat
digunakan sebagai ukuran kemajuan dan keberhasilan pembangunan suatu daerah.
Adanya perbedaan sifat dan permasalahan masing-masing sektor mengakibatkan
berbedanya respon yang terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi setiap sektor dalam
upaya pembangunan. Sektor-sektor yang mengalami laju pertumbuhan di atas laju

2-18 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


pertumbuhan rata-rata, yaitu laju pertumbuhan PDRB, akan meningkatkan kontribusi
sektor tersebut dalam pembentukan PDRB, demikian pula sebaliknya.
Tabel 2.30
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota
Tasikmalaya Tahun 2008-2009

Lapangan Usaha 2008 2009 2010

[1] [2] [3] [4]

519.974,01 541.974,04 564.551,56


I. Primer
1.Pertanian 519.583,01 541.561,03 564.114,73

2.Pertambangan dan Penggalian 391,00 413,01 436,83

1.957.807,80 2.150.169,27 2.364.373,24


II. Sekunder
3.Industri Pengolahan 1.024.660,99 1.116.396,52 1.218.452,56

4.Listrik Gas dan Air Bersih 134.175,38 146.283,06 159.504,72

5.Bangunan 798.971,43 887.489,69 986.415,96

4.673.140,66 5.077.538,30 5.540.111,14


III. Tersier
6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.214.921,03 2.473.419,35 2.747.793,42

7.Pengangkutan dan Komunikasi 982.506,62 1.023.726,61 1.085.815,65

8.Keuangan, Persewaan dan Jasa


627.296,54 677.459,82 734.715,32
Perusahaan

9.Jasa-jasa 848.416,47 902.932,52 971.786,75

PDRB 7.150.922,46 7.769.681,60 8.469.035,94

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya 2010

Berdasarkan harga berlaku, PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2010 mencapai 8.469,04
milyar rupiah, atau mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 7.769,68 milyar rupiah.
Sistem ekonomi suatu wilayah biasanya sangat dipengaruhi oleh potensi sumber
daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki dan berbeda-beda di tiap
wilayah. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur
ekonomi suatu wilayah adalah kontribusi/distribusi persentase sektoral terhadap
pembentukan PDRB.
Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan komposisi dan peranan masing-
masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar
persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam
perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga dapat memperlihatkan

2-19 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak
sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang
bersangkutan. Lebih jauh lagi, distribusi persentase juga bisa memperlihatkan ada
tidaknya pergeseran komposisi/struktur perekonomian daerah.
Grafik 4.2. memperlihatkan struktur ekonomi Kota Tasikmalaya pada tahun 2008
sampai tahun 2010 menurut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Dalam kurun
waktu tersebut, tampak bahwa sektor tersier merupakan sektor yang terus berkontribusi
dominan dalam penciptaan nilai tambah di Kota Tasikmalaya. Sektor sekunder yang masih
merupakan sektor dominan kedua, pada tahun 2010 perannya mengalami sedikit
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan peran dan pertumbuhan sektor
primer terus mengalami penurunan karena kegiatannya semakin ditinggalkan. Dengan
demikian tampak jelas adanya pergeseran struktur ekonomi di Kota Tasikmalaya menuju
berbasis sektor tersier dalam tiga tahun terakhir. Proses pergeseran struktur ekonomi dari
sektor primer ke sektor-sektor lainnya (sektor sekunder dan tersier) merupakan fenomena
yang terjadi hampir di setiap wilayah yang mengalami perubahan status dari daerah
pedesaan menjadi daerah perkotaan.

Grafik 2. Struktur Ekonomi Kota Tasikmalaya


Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2008 – 2010

Primer Sekunder Tersier


Tahun

27.92 65.42

6.67
2010

27.67 65.35
6.98
2009

7.28 27.38 65.35


2008

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sumber: BPS Kota Tasikmalaya

2-20 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penanganan


Pendekatan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan “Studi Kelayakan Jalan
Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mangin” diawali dengan melakukan identifikasi
terhadap sasaran/tujuan yang hendak dicapai dari pekerjaan ini. Langkah berikut
setelah diketahui sasaran/tujuan yang hendak dicapai, dilakukan identifikasi
kebutuhan data lapangan yang dilakukan melalui survai data sekunder.
Suatu konsep akan menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam
menyelesaikan masalah. 0leh sebab itu, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan Studi Kelayakan Jalan, yaitu:
a. Arah Pembangunan Sistem Tranportasi Nasional
b. Kebijakan Daerah dalam Pengembangan Sistem Transportasi
c. Konsep Pengembangan Sistem Transportasi

Lepas dari pendekatan yang digunakan, Studi Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan
Letnan Harun - Mangin akan ditujukan untuk:
a. Mendukung potensi daerah dan perkembangan wilayah-wilayah andalan
perekonomian.
b. Mendukung perkembangan industri dan sektor perekonomian.
c. Memenuhi kebutuhan pengembangan transportasi jalan di masa mendatang.
d. Memberikan kemudahan akses bagi pemerintah dan masyarakat untuk
melaksanakan fungsi-fungsi sosial, administrasi dan pertahanan keamanan.
e. Sebagai moda angkutan masa mendatang

Kebutuhan data guna menunjang analisis untuk aspek lalu lintas, kondisi jalan,
geometrik jalan, struktur jalan, daya dukung tanah, maupun kebutuhan pembebasan
lahan akan dilakukan pengumpulan data dengan melakukan survai
Investigasi/lapangan. Data yang terkumpul akan digunakan untuk membuat
pemodelan transportasi dengan mempertimbangkan sosial ekonomi masyarakat.
Pemedolen dilakukan untuk melakukan peramalan permintaan transportasi pada
masa mendatang dengan melakukan berbagai asumsi-asumsi.

3-1 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Pengembangan jaringan jalan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan
multi kriteria dengan mempertimbangkan seluruh aspek yang akan dipertimbangkan
termasuk evaluasi ekonomi. Hasil proses multi kriteria akan dilakukan proses prioritas
dengan memberikan penilaian pembobotan untuk mengetahui perankingan pada
masing-masing alternatif. Alternatif yang mendapatkan skala prioritas, akan dilakukan
penyusunan program pentahapan pembangunannya.

Gambar 3.1 Pendekatan penanganan Pekerjaan

3.1 Metode Pelaksanaan


Secara umum pekerjaan dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Tahap-tahap tersebut
menunjukkan urutan waktu serta lingkup aktivitas yang harus dikerjakan. Setiap
tahapan memiliki target pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan memperhatikan

3-2 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


keterbatasan waktu yang diberikan serta karakteristik dari pekerjaan yang harus
dilakukan, maka target target tersebut dapat dicapai secara paralel tanpa mengurangi
kualitas hasil pekerjaan.

3.2.1 Tahap 1: Persiapan


Langkah pertama didalam melaksanakan pekerjaan ini adalah mengadakan
pertemuan awal untuk membahas koordinasi kerja. Jadwal pelaksanaan pekerjaan,
koordinasi dan diskusi penting sebelum konsultan melaksanakan pekerjaannya lebih
lanjut.
Konsultan akan mengkaji laporan-laporan studi terdahulu dan mengumpulkan
bahan-bahan serta informasi tambahan, mengenai data sekunder yang akan
dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan ini. Oleh karena itu, Konsultan pada
tahap persiapan ini akan melaksanakan pengumpulan data mencakup kegiatan-
kegiatan data sekunder, review dan klarifikasi data dan studi yang terkait, antara lain:

• PROPEDA (Program Pembangunan Daerah);


• RTRW, RURTK, RIK (Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten, Rencana Induk
Kecamatan);
• Peta Topografi skala terbesar;
• Peta Geologi skala terbesar;
• Peta Tata Guna Lahan;
• Data Perhitungan Lalu Lintas / LHR;
• Data Survey Asal Tujuan /OD, baik Nasional maupun Lokal;
• Laporan studi / proyek-proyek sejenis yang definitif.

Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan-kegiatan mobilisasi tenaga ahli, persiapan
fasilitas perkantoran, menyusun program kerja, persiapan survai lapangan dan
menyelesaikan masalah teknis dan administratip.

3.2.2 Tahap 2: Srvey Pengumpulan data


Bertujuan mengumpulkan data awal dengan melakukan Survey Pendahuluan
kelapangan dan kunjungan ke instansi terkait agar memperoleh gambaran labih jelas
mengenai keadaan wilayah studi.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam survai pendahluan ini, meliputi :
3-3 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in
• Tinjauan ulang semua data yang ada yang berkaitan dengan usulan proyek tersebut
termasuk aspek teknik, sosial ekonomi dan lingkungan.
• Pengumpulan data fisik, ekonomi dan sistem pengoperasian yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan pra studi kelayakan tersebut.
• Melakukan indikasi awal adanya manfaat dari usulan proyek tersebut, baik terhadap
pengguna jalan/jembatan berupa peningkatan aksesibilitas, penurunan biaya
transport serta manfaat bagi lingkungan yang lebih baik.

Paralel dengan survai pendahuluan, Konsultan akan mengumpulkan data


sekunder berupa:
• data jaringan jalan yang ada dan rencana pengembangannya;
• kondisi jaringan jalan;
• data sosial-ekonomi dan sosial budaya;
• volume lalu lintas;
• pengangkutan barang-barang;
• kondisi topografi/geologi/hidrologi;
• utilitas bawah tanah yang ada;
• statistik regional;
• tata guna lahan; dan data terkait lainnya.

Berdasarkan hasil survai pendahuluan, Konsultan akan melakukan evaluasi


singkat data sekunder yang terkumpul serta menyusun langkah-langkah selanjutnya
untuk tahap analisa lebih lanjut. Uraian ringkas akan disajikan di dalam Laporan
Pendahuluan yang melaporkan mengenai kondisi umum lokasi proyek dan metodologi
tahapan-tahapan pekerjaan di dalam Studi Kelayakan.

3.2.2.1 Survei Lalu Lintas


Survai Lalu lintas akan dilaksanakan berdasarkan hal-hal berikut ini:
• Perhitungan lalu-lintas selama 1 x 16 jam pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan
dan disetujui oleh Pemberi Kerja
• Survai Inventarisasi / kondisi jalan
• Survai terkait lainnya yang diperlukan untuk menyiapkan Desain Teknis Awal
(Preliminary Engineering Desin) di dalam Studi Kelayakan ini.

3-4 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


a. Survai Perhitungan Lalu lintas (LHR)
Suvai ini dilakukan untuk mendapatkan data lalulintas (LHR) pada ruas
jalan/jembatan yang disurvai, yaitu pada lokasi yang diusulkan oleh konsultan dan
disetujui oleh Pemberi Kerja. Data yang diperoleh dari pelaksanaan survai tersebut
meliputi:
- Volume kendaraan
- Klasifikasi kendaraan
- Frekuensi kendaraan
- Arah perjalanan
Perhitungan lalu lintas dilakukan dengan cara mencacah/menghitung kendaraan
yang lewat pada pos-pos survai yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Pengelompokan jenis kendaraan dalam pelaksanaan survai lalu lintas meliputi jenis
kendaraan yang dijabarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pembagian Jenis Kendaraan

No Jenis Deskripsi
1. Mobil Kendaraan bermotor beroda empat yang dipergunakan
Penumpang sebagai angkutan penumpang dengan maksimum 10 orang
termasuk pengemudi, seperti sedan, stasion wagon, jeep,
combi.oplet, mini bus dan suburban.
2. Mini Bus & Bus Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan yang
digunakan sebagai angkutan penumpang dengan jumlah
tempat duduk yang disediakan untuk 20 orang atau lebih
termasuk supir.
3. Pick Up & Mobil Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
Hantaran bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai untuk
angkutan barang berat total < 2,5 Ton
4. Truck Sedang Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat (kecuali Truck) yang dipakai sebagai
angkutan barang dengan tonase < 2,5 Ton
5. Truck Yang termasuk golongan ini adalah semua kendaraan
bermotor roda empat atau lebih dengan tonase > 2,5 Ton
(Truck dengan 2 as, 3 as, dan truk tangki) .
6. Sepeda Motor Adalah kendaraan bermotor roda 2 (dua)

Survai perhitungan lalulintas dilakukan selama 1 x 16 jam. Periode waktu


pengamatan sebagai berikut :
Periode I : Jam 06.00 – 14.00
Periode II : Jam 14.00 – 22.00
b. Survai Inventarisasi / Kondisi Jalan
Survai Inventarisasi/Kondisi Jalan dilakukan untuk mengidentifikasi dan
menginformasikan kondisi jalan eksisting, terutama mengenai geometrik jalan,

3-5 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


struktur perkerasan, lapisan permukaan, bahu, saluran samping, dan lain sebagainya.
Kegiatan survey ini akan dilengkapi dengan foto dokumentasi jalan yang diambil
sesuai dengan kebutuhan informasi.

c. Survai Kecepatan Perjalanan


Survai ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menginformasikan kecepatan
perjalanan, dengan demikian maka dapat diketahui kelancaran pergerakan lalu lintas
pada suatu kota. Dengan melihat kolerasi terhadap volume lalu lintas, dapat diketahui
tingkat pelayanan jalan/jembatan yang merupakan informasi mendasar perlunya
langkah pengembangan sistem jaringan jalan/jembatan.

3.2.2.2 Survei Topografi


Survai topografi dilakukan terhadap lokasi yang masih terbatas jaringan jalannya
dengan menggunakan peta skala 1:25.000 dan akan diperbesar menjadi skala 1:5.000

3.2.2.3 Survei Tanah dan Material


Survai tanah dan material dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah disekitar
lokasi rencana jaringan jalan dan untuk mengetahui lokasi sumber material yang ada
disekitar lokasi proyek beserta perkiraan jumlahnya.

3.2.2.3 Survei Lingkungan


Survai lingkungan difokuskan pada data komponen lingkungan yang berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap proyek, meliputi:
a. Survai Inventarisasi Penggunaan Lahan
Sasaran survai inventarisasi penggunaan lahan adalah untuk memperjelas
penggunaan lahan yang sekarang dan Daerah Milik Jalan (Damija) yang ada untuk
menghitung area dan biaya untuk pembebasan lahan sesuai kebutuhan potongan
melintang yang diperlukan untuk Preliminary Engineering Design.

b. Survai Sosial-Budaya
Survai Sosial Budaya dilaksanakan dengan wawancara dan penelitian untuk
memperoleh informasi berikut tetapi tidak terbatas pada:
- kepekaan hidup masyarakat terhadap gangguan adanya kegiatan proyek jalan,
- masyarakat dan ekonomi lokal,
3-6 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in
- persepsi masyarakat lokal terhadap perencanaan proyek jalan, dan
- nilai ekonomi yang mungkin berkurang dengan adanya pelaksanaan proyek
jalan.

3.2.3 Tahap III: Analisis


Tahap ini terdiri dari beberapa bagian, yakni: analisis awal, prediksi permintaan
perjalanan, penyusunan rencana pengembangan jaringan transportasi jalan Kota
tasikmalaya, dan penyusunan rekomendasi. Berikut disampaikan detail bahasan untuk
setiap item yang termasuk dalam tahapan ini.
3.2.3.1 Analisis Awal
Analisis awal merupakan kegiatan untuk menginterpretasi sejumlah data yang
diperoleh dari survey. Kegiatan ini dilakukan untuk:
1) Memverifikasi kualitas dan jenis data yang diperoleh; sebagai awal untuk
memodelkan sistem jaringan jalan do Kota Tasikmalaya;
2) Mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang ada di dalam sistem jaringan jalan
di Kota Tasikmalaya, yang dituangkan dalam bentuk numerik, uraian, ataupun
visual/gambar;
3) Membentuk basis data yang operatif untuk digunakan dalam proses pemodelan
dan analisis;
4) Melakukan pre-analisis untuk membentuk konsep pengembangan jaringan jalan
di Pulau Nias.

3.2.3.2 Prediksi Permintaan Transportasi Jalan


Untuk menyusun rencana jaringan jalan, salah satu pertimbangan adalah
besarnya jumlah permintaan perjalanan yang diprediksi akan menggunakan jaringan
tersebut pada kurun waktu mendatang. Pola permintaan perjalanan di suatu wilayah
umumnya tergantung dari skenario tata ruang (RTRW) yang akan dikembangkan dan
tingkat ekonomi di wilayah tersebut.
Untuk mengaitkan berbagai faktor pengaruh dalam interaksi transportasi
umumnya digunakan model untuk merepresentasikan kondisi saat ini dan prediksinya
di masa yang akan datang. Dalam berbagai studi umumnya digunakan model
perencanaan transportasi empat tahap, karena selain kemudahannya juga
kemampuannya dalam menggambarkan berbagai interaksi antara sistem transportasi
dan tata ruang di wilayah studi. Secara umum model ini merupakan gabungan dari
3-7 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in
beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara berurutan, yakni:
bangkitan perjalanan, sebaran perjalanan, pemilihan moda, pemilihan rute.
Data jaringan jalan dan data sistem zona merupakan masukan utama dalam
model transportasi empat tahap. Data jaringan jalan merepresentasikan suplai dan
kinerja jaringan jalan di wilayah studi, sedangkan data sistem zona merepresentasikan
karakteristik tata ruang di wilayah studi dan karakteristik sosio-ekonomi populasi yang
ada di dalam tata ruang tersebut. Interaksi antara kedua sistem tersebut akan menjadi
bagian utama yang dianalisis dalam model.
Aspek multi-moda secara umum akan dipisahkan pemodelannya setelah tahap
pemilihan moda, di mana proses pemilihan rute untuk setiap moda (jalan, rel, udara,
dan air) memiliki karakteristik yang berbeda. Sedangkan dalam proses analisis
selanjutnya, moda-moda tersebut akan dilihat keterpaduannya secara kualitatif dan
kuantitaf melalui besaran kinerja yang ditetapkan. Hasil pemodelan jaringan jalan
berupa indikator lalulintas (arus lalulintas, kecepatan, waktu perjalanan, V/C)
dianalisis lebih lanjut dengan model biaya dan model nilai waktu untuk mendapatkan
besaran ekonomi berupa biaya perjalanan, penggunaan nilai waktu, dan biaya operasi
kendaraan.
Selanjutnya indikator lalu lintas dan indikator ekonomi ini akan dianalisis lebih
lanjut dalam konteks efisiensi dan efektifitas kinerja sistem jaringan transportasi yang
diusulkan. Setiap usulan pengembangan sistem transportasi dari daerah akan
diperiksa kinerjanya secara teknis dengan model perencanaan transportasi ini.

3-8 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Gambar 3.2 Bagan Alir Pemodelan Transportasi Empat Tahap

3.2.3.3 Penyusunan Kebutuhan Penanganan Jaringan Jalan


A. Tujuan Kegiatan Penanganan Jaringan Jalan
Tujuan penanganan jalan adalah untuk menjaga kinerja jalan sehingga fungsinya
dalam sistem infrastruktur jalan (atau lebih dikenal sebagai jaringan jalan) dapat
berjalan sebagai mana mestinya. Dengan kata lain, secara lebih spesifik dapat
dikatakan bahwa tujuan penanganan jalan adalah untuk menjaga kondisi fisik dan
operasional dari jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik sehingga dapat
dioperasikan atau memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.

A.1 Kemantapan Jalan


Dalam hal ini Departemen Kimpraswil memiliki definisi mengenai tujuan
penanganan jalan yakni 100 % jalan mantap. Tingkat kemantapan jalan ditentukan
oleh dua kriteria, yakni mantap secara konstruksi dan mantap dalam layanan
lalulintas. Adapun definisi dari masing-masing istilah kemantapan jalan tersebut
adalah sebagai berikut:
(1) Kemantapan Konstruksi Jalan
a. Jalan Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi konstruksi di dalam koridor
“mantap” yang mana untuk penanganannya hanya membutuhkan pemeliharaan
berkala dan bertujuan tidak untuk menambah nilai rutin atau maksimum struktur
konstruksi yang ada.
b. Jalan Tak Mantap Konstruksi adalah jalan dengan kondisi di luar koridor “mantap” yang
mana untuk penanganan minimumnya adalah pemeliharaan berkala dan maksimum
peningkatan jalan dengan tujuan untuk menambah nilai struktur konstruksi.

(2) Kemantapan Layanan Lalulintas Jalan


a. Jalan Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas dalam koridor “mantap”
yang mana untuk penanganannya tidak diperlukan penambahan lebar jalan.
b. Jalan Tak Mantap Layanan adalah jalan dengan kondisi lalulintas di luar konridor
“mantap” yang mana untuk penanganannya diperlukan penambahan lebar jalan.

3-9 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


A.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan
Untuk menjamin tersedianya pelayanan publik bagi masyarakat, maka dalam PP No. 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom, pada pasal 3 butir (3) disebutkan bahwa “Daerah wajib melaksanakan pelayanan
minimal”. Dalam hal ini standar pelayanan minimal merupakan kewenangan dari pemerintah
pusat (pasal 2 ayat 4 butir b.). Untuk bidang jalan, Dep. PU telah mengeluarkan draft Standar
Pelayanan Minimum bidang Jalan seperti yang disampaikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Standar Pelayanan Minimal Jalan

3-10 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut pandang publik sebagai pengguna
jalan, dimana ukurannya merupakan common indicator yang diinginkan oleh pengguna.
Basis SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar para pengguna jalan, yakni:
(1) kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang)
(2) tidak macet (lancar sepanjang waktu), dan

3-11 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


(3) dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu musim hujan)
Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus mengakomodir tuntutan publik terhadap SPM
dengan mengikuti norma/kaidah/aspek di bidang investasi jalan, yang meliputi aspek:
efisiensi, efektifitas, ekonomi investasi, dan aspek kesinambungan. Pada dasarnya item
dalam SPM jalan hampir sama dengan kriteria kemantapan jalan di mana tujuannya adalah
memelihara jalan minimal dalam kondisi fisik yang sedang (indikator IRI), tidak macet (VCR <
0,8), lebar cukup, dan jumlah panjang jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas
dan mobilitas).

A.3 Akomodasi terhadap Pengembangan Wilayah


Namun demikian untuk menetapkan kebutuhan pembangunan dan pengembangan
jaringan jalan tidak hanya didasarkan kepada kebutuhan untuk mencapai 100% jalan mantap
ataupun SPM jalan, namun juga terkait dengan kebutuhan jalan bagi pengembangan
wilayah, dukungan bagi sektor dan kawasan andalan, prediksi kebutuhan lalulintas di masa
yang akan datang.

B. Jenis Kebutuhan Penanganan Jaringan Jalan


Dalam terminologi umum, maka jenis penanganan jalan di Indonesia yang harus
dilakukan meliputi kegiatan:
• Pemeliharaan kerusakan jalan yang diakibatkan oleh pengaruh cuaca, waktu, dan
kelelahan akibat beban lalulintas.
• Penyesuaian lebar jalan untuk memenuhi peningkatan volume lalulintas.
• Penyesuaian kekuatan struktur jalan untuk memenuhi tuntutan perkembangan beban
lalulintas dan teknologi kendaraan angkutan barang.
• Pembuatan jalan baru untuk meningkatkan aksesibilitas untuk wilayah yang
berkembang cepat maupun untuk daerah yang masih terisolir.

3.2.3.4 Analisis Multi Kriteria (AMK)

A. Konsep AMK
Pengambilan keputusan dalam perencanaan sistem transportasi jalan akan
dihadapkan kepada sejumlah variabel yang kompleks sesuai sifat ke-multi-an dari
sistem transportasi jalan itu sendiri. Setidaknya keputusan yang diambil harus mampu
mencerminkan adanya kompromi, di mana kehendak (aspirasi) masyarakat, Daerah
3-12 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in
(Kabupaten/Kota) harus dipadukan dengan kebutuhan Propinsi untuk menyelaraskan
aspirasi tersebut secara lintas daerah dan lintas sektoral. Hal ini menjadi lebih
kompleks karena Propinsi mengemban tugas dari pusat untuk mengkoordinasikan
pengembangan sistem transportasi di daerah sehingga menjalin sistem jaringan jalan
di Propinsi yang terpadu.
Selain batasan normatif di atas terdapat juga batasan teknis yang harus
dipertimbangkan seperti kebutuhan perjalanan, biaya penyediaan/konstruksi/operasi,
dan besarnya manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari usulan-usulan pengembangan
yang diajukan. Di samping itu, dalam konteks pengembangan wilayah, system
transportasi harus pula dilihat kinerjanya dalam mendukung pengembangan kawasan
andalan dan core business yang ditetapkan.
Analisis Multi Kriteria (Multi Criteria Analysis) merupakan alternatif teknik yang
mampu menggabungkan sejumlah kriteria dengan besaran yang berbeda (multi-
variable) dan dalam persepsi pihak terkait yang bermacam-macam (multi-facet).
Dalam penelitian ini teknik analisis multi kriteria digunakan untuk menganalisis dan
melakukan prioritasi terhadap sejumlah usulan pengembangan sistem transportasi
yang digali dari daerah. Bagan alir analisis multi kriteria ini disampaikan pada Gambar
3.3.
Alternatif usulan pengembangan diperoleh dari hasil survey ke Daerah Kab/Kota,
Masyarakat, dan Propinsi, yang kemudian dengan model transportasi akan
diperkirakan kinerjanya sepanjang waktu tinjauan. Tampilan kinerja tersebut akan
dinilai oleh para pakar (expert judgement) terhadap kriteria pengembangan yang
disarikan dari konsep pengembangan jaringan jalan, seperti dari SISTRANAS, RTRW,
dan kebijakan lainnya. Kriteria pengembangan dipersepsikan kepada para pengambil
keputusan di daerah untuk menghasilkan bobot relatif tingkat kepentingan antar
kriteria. Melalui proses analisis multi kriteria akan diperoleh perangkingan antar
prioritas sesuai dengan kemampuannya dalam memenuhi tingkat kepentingan kriteria
yang dikembangkan. Lebih detail setiap tahap dalam model analisis multi kriteria ini
disampaikan pada beberapa sub bab berikut ini.

3-13 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


Gambar 3.3 Proses Analisis Multi Kriteria

B. Kriteria Pengembangan Jaringan Jalan


Kriteria pengembangan sistem jaringan jalan dapat dispesifikasi dari sasaran
pengembangan sistem tersebut. Dalam hal ini, sasaran pengembangan system
jaringan jalan di Pulau Nias adalah untuk menciptakan sistem transportasi yang
terpadu, efisien dan efektif dalam menunjang perkembangan wilayah.
Dalam sasaran tersebut kata terpadu dapat diartikan sebagai keterpaduan
antarmoda, antar-daerah, antar-institusi penyelenggara dalam hirarki yang sesuai.
Kata efisien dapat diterjemahkan menjadi biaya penyediaan dan operasional yang
murah namun kapasitas tetap mencukupi kebutuhan perjalanan saat ini dan masa
yang akan datang. Sedangkan efektif dalam menunjang perkembangan wilayah
diterjemahkan dalam konteks pemerataan aksesibiltas/koneksitas ke seluruh wilayah,
menunjang pengembangan kawasan andalan dan core business.
Dari sasaran tersebut dapat dikembangan sejumlah kriteria yang berkenaan
dengan pengembangan sistem jaringan jalan di Pulau Nias, seperti yang disampaikan
pada Tabel 3.4.
3-14 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in
Tabel 3.4 Kriteria Pengembangan Jalan

C. Prioritasi dan Penyusunan Program Pengembangan Jaringan Jalan


Dengan menggunakan kriteria-kriteria tersebut, beberapa usulan pengembangan
jaringan jalan dapat dinilai kinerjanya secara komprehensif. Penilaian dilakukan
dengan memberikan nilai untuk masing-masing usulan terhadap kriteria tersebut.
Penilaian ini diberikan oleh beberapa pakar (expert) yang memiliki pengetahuan dan

3-15 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in


pengalaman dalam perencanaan dan dianggap mampu memberikan penilaian secara
obyektif.
Adapun perbandingan bobot relatif (relative weighting) antar kriteria dihasilkan
dari survey wawancara kepada wakil dari instansi-instansi terkait dengan
perencanaan wilayah dan sistem transportasi.

3.2.3.5 Analisis Lanjutan


Tujuan dari analisis lanjut ini adalah menyediakan tampilan hasil analisis dan
perhitungan ke dalam format yang komunikatif dan mengarah kepada penyusunan
rekomendasi sesuai dengan maksud dan tujuan dari studi. Bentuk penyajian dapat
berupa tabel dan gambar, serta sejumlah uraian mengenai temuan yang diperoleh.
Dalam analisis lanjutan ini akan dibahas keterkaitan antara beberapa variabel
yang diperoleh sebelumnya, khususnya dalam kaitannya dengan penyediaan data dan
tampilan grafis mengenai:
a. Analisis fungsi simpul kegiatan dan struktur tata ruang
b. Perkiraan dampak pengembangan tata ruang terhadap ekonomi dan sistem
jaringan jalan
c. Prediksi kebutuhan pergerakan/perjalanan di masa datang sesuai dengan
scenario pengembangan wilayah dan trend perkembangan yang ada.
d. Analisis kapasitas dan pembebanan lalu lintas jaringan jalan dikaitkan dengan
kebutuhan yang diprediksi dari butir c.
e. Analisis kebutuhan penanganan dan pengembangan sistem jaringan jalan.

3.2.4 Tahap IV: Finalisasi Studi


Tahap ini merupakan tahap akhir dari studi penyusunan Rencana Pengembangan
Jaringan Jalan Letnan Harun - Mangin, di mana berbagai masukan dari sejumlah pihak
dari rangkaian presentasi yang dilakukan akan menjadi masukan untuk melakukan
perbaikan pelaporan dan menyusun kesimpulan serta rekomendasi hasil studi ini.
Diharapkan rekomendasi yang dihasilkan dapat digunakan/dimanfaatkan sebagai
pegangan untuk arahan kebijakan pengembangan Jaringan Jalan, khususnya untuk
untuk instansi-instansi seperti Bappeda, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum.

3-16 | S t u d i Kelayakan Jalan Akses Jalur Jalan Letnan Harun - Mang in

Anda mungkin juga menyukai