Disusun Oleh :
CHANDRA DWI WAHYUDI
3506200209
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas segala nikmat, karunia
dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan
salah satu syarat guna memperoleh nilai tugas akhir di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan. Adapun judul proposal adalah “Kinerja Dinas
infrastruktur jalan di Kabupaten Ciamis”. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini
kemampuan yang ada untuk menyusun tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya, maka dari
Ciamis, 2022
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tuntutan terhadap otonomi daerah dan keinginan untuk adanya suatu pemerintahan
yang baik (Good Governance) di era reformasi disebabkan terjadinya krisis nasional yang
multidimensional yang dihadapi bangsa Indonesia dipenghujung abad ke-20. Krisis
multidimensional tersebut telah mendorong perubahan untuk dimulainya suatu yang baik
dan benar yaitu melaksanakan reformasi disegala bidang baik dalam kebijakan, ataupun
kelembagaan termasuk manajemen organisasi instansi pemerintah. Namun, para birokrat
dalam berbagai instansi pemerintahan selama ini dinilai masih gagal dalam
mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembagunan yang
bersih dan bertanggungjawab sebagai cerminan good governance. Berbagai predikat
dalam instansi pemerintah Indonesia seperti korupsi, kolusi dan nepotismme demikian
sangat menonjol sehingga mengakibatkan instansi-instansi pemerintah yang ada tidak
mampu berpihak pada kepentingan masyarakat tetapi lebih mementingkan pada
sekelompok orang atau organisasi. Dengan reformasi diharapkan dapat merubah atau
membantu instansi pemerintah beradaptasi secara baik dengan meningkatkan kinerja dan
kepercayan publik.
Infrastruktur jalan adalah kebutuhan yang mutlak dalam sebuah system angkutan
jalan raya. Kinerja dari sebuah sistem transportasi jalan raya yang dapat disediakan dalam
mencapai sebuah sasaran – sasaran pokok di suatu system transportasi. Peranan
infrastruktur jalan menjadi sangat vital di kalangan masyarakat karena jalan merupakan
alat yang mempunyai fungsi untuk memberikan konektivitas antara masyarakat yang satu
dengan yang lainnya, pekerjaan yang satu dengan lainnya melalui jalur darat.
1
utama aktifitas yang ada di jalan. Infrastruktur jalan merupakan sebuah bagian dari suatu
sistem transportasi yang mempunyai peranan atau fungsi penting termasuk untuk
mendukung bidang budaya, lingkungan dan sosial serta ekonomi yang dikembangkan
dengan menggunakan pendekatan pengembangan wilayah supaya dapat tercapai
pemerataan pembangunan antar daerah dan kestabilan, memperkuat dan membentuk
kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan nasional dan keamanan, serta
membentuk atau membuat struktur ruang dengan maksud untuk mencapai serta
mewujudkan suatu sasaran pembangunan nasional.
Pembangunan Daerah adalah proses merubah kondisi daerah menjadi lebih baik
dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan daerah merupakan perwujudan dari pelaksanaan urusan
pemerintahan yang telah diserahkan ke daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 258 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Daerah melaksanakan pembangunan untuk
peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan
berusaha, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah.
Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan Kabupaten Ciamis, seusuai
dengan Peraturan Bupati Ciamis Nomor 42 Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Unsur Organiasasi Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan,
mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah Ciamis meliputi
sebagian urusan wajib bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan pertanahan seuai asas
otonomi dan tugas pembantuan.
Untuk Tahun Anggaran 2021, pencapaian kinerja dalam melaksanakan tugas, fungsi
dan peranan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan Kabupaten Ciamis
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur telah dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta hasil dari pembangunan ini telah
dapat dirasakan oleh masyarakat.
2
Untuk penanganan masalah – masalah yang muncul akibat terlalu padatnya mobilitas
yang dilaksanakan oleh masyarakat, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
mempunyai tugas dalam memelihara, merawat dan memperhatikan infrastruktur jalan
secara berkala. Seperti yang tedapat dalam pasal 13 Undang-Undang No.38 tahun 2004
memiliki kewajiban untuk memprioritaskan atau mendahulukan pemeriksaan, perawatan
dan pemeliharaan, (inspeksi) jalan secara berkala agar dapat mempertahankan tingkat
pelayanan jembatan dan jalan sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan, dan juga
tertuang dalam pasal 17 tentang pengaturan jalan umum meliputi pengaturan jalan
kabupaten, pengaturan jalan kota, pengaturan jalan provinsi, pengaturan jalan nasional,
dan pengaturan jalan secara umum.
Kinerja merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh seluruh
manajemen, baik pada tingkatan organisasi kecil maupun besar. Hasil kerja yang dicapai
oleh organisasi atau karyawan adalah bentuk pertanggungjawaban kepada organisasi dan
publik. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu
berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan tingkat besaran imbalan yang
diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu Maka
dari itu penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang Kinerja Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang dalam perbaikan infrastruktur jalan di Kabupaten Ciamis.
Penelitian ini tergolong pada jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yang berarti penelitian yang menggambarkan suatu fenomena atau
kejadian yang nyata. Informan pada penelitian ini sebanyak 6 orang sebagai informan
kunci. Data-data penelitian diperoleh dari berbagai sumber data yaitu data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, sajian data dan
verifikasi. Teknik pengabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber, teknik
dan waktu.
3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Akuntabilitas Dinas Pekerjaan umum dan penataan ruang terhadap
kurangnya sarana untuk pengujian kualitas hasil pelaksanaan kegiatan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui akuntabilitas Dinas Pekerjaan umum dan penataan ruang
terhadap kurangnya saran untuk pengujian kualitas hasil pelaksanaan kegiatan
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan
bermanfaat dalam pengembangan peranan akuntabilitas khususnya dalam ilmu
pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan Peranan Akuntabilitas Kepala
Dinas.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta pengalaman dan
kemampuan mempraktekkan teori-teori yang didapat di bangku kuliah agar
dapat melakukan riset ilmiah dan menyajikannya dalam bentuk tulisan dengan
baik.
b. Bagi Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Sebagai bahan informasi atau masukan sekaligus pertimbangan bagi Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam Pengembangan Saran Dan
Prasarana Pengujian Kualitas, dengan cara meningkatkan Akuntabilitas
kualitas sarana dan prasana pengujian hasil kegiatan.
c. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian yang ada kaitannya
dengan Peranan Akuntabilitas sarana dan prasarana.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
berbasis kualitatif dari jawaban Departemen
aplikasi wawancara Pekerjaan Umum
dan Penataan
Ruang Kota Batu
telah Melakukan
bantuan untuk
masalah lubang
melalui
pembuatan
aplikasi yang
dapat diunduh
melalui playstore
yang disebut
lubang laporan,
yang memiliki
telah
disosialisasikan
dan disadari.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
6
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kinerja
Kinerja merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh seluruh manajemen,
baik pada tingkatan organisasi kecil maupun besar. Hasil kerja yang dicapai oleh organisasi atau
karyawan adalah bentuk pertanggungjawaban kepada organisasi dan publik. Kinerja dalam
menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja
karyawan dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan dan sifat-sifat individu. Pengaruh kinerja individu dan kelompok terhadap kinerja
organisasi disajikan pada gambar :
7
Menurut Moeheriono (2012:95), kinerja atau performance merupakan sebuah penggambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan dalam suatu perencanaan
strategis suatu organisasi.
Menurut Mangkunegara (2017:67) “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.”
Menurut Fahmi (2017:188) “Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur
selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan
sebelumnya.”
Menurut pendapat lain, Simamora (2015:339) “Kinerja mengacu pada kadar pencapian tugas-
tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa baik karyawan
memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Sering disalah tafsirkan sebagai upaya, yang
mencerminkan energiyang dikeluarkan, kinerja diukur dari segi hasil.
Menurut Torang (2014:74) “Kinerja adalah kuantitas atau kualitas hasil kerja individu atau
sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman
pada norma, standard operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang
berlaku dalam organisasi.
Menurut Levinson dalam Marwansyah (2012:229) “Kinerja adalah pencapaian/prestasi
seseorang berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya”. Sedangkan menurut
Sudarmanto (2011:9) “Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan dapat di
observasi. Dalam pengertian ini, kinerja mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan
dengan tujuan organisasi.
Dari teori-teori yang diketahui diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa kinerja
adalah suatu proses atau hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai melalui beberapa aspek yang harus
dilalui serta memiliki tahapan-tahapan untuk mencapainya dan bertujuan untuk meningkatkan
kinerja pegawai itu sendiri. Maka dari itu kinerja merupakan elemen yang penting dalam maju
mundurnya suatu organisasi. Karena kinerja merupakan cerminan bagaimana suatu organisasi itu
berjalan ke arah yang benar atauhanya berjalan ditempat saja.
2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja dalam suatu organisasi memiliki standart kerja yang berbeda tergantung dari
kebijakan perusahaannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dikembangkan beragam dengan
sudut pandang masing-masing. Menurut Prawirosento dalam Sutrisno (2016:9), faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas dan Efesiensi
2. Otoritas dan Tanggung Jawab
3. Displin
8
4. Inisiatif”
Berikut penjelasan dari masing-masing komponen kierja adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas dan Efesiensi
Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur
oleh efektivitas dan efesiensi. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efesien bila
hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas dari apakah efektif atau
tidak.
2. Otoritas dan Tanggung Jawab
Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik,
tanpa adanya tumpang-tindih tugas. Masing masing karyawan yang ada dalam organisasi
mengetahui apa yang menjadi
haknya dan tanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan wewenang
dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja karyawan
tersebut.
3. Displin
Secara umum, displin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat pada diri karyawan
terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Displin meliputi ketaatan dan hormat terhadap
perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan pegawai.
4. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. “Setiap inisiatif sebaiknya
mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan, kalau memang dia atasan yang baik.
Menurut pendapat lain, Keith Davis dalam Mangkunegara (2012:13) faktorfaktor yang
mempengaruhi kinerja ada dua, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor kemampuan (Ability)
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Berikut adalah penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, adalah :
1. Faktor kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan, potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ
diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
9
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan sebagai sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi
kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Situasi kerja yang dimaksud mencakup Antara
lain hubungan kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan, pola kerja dan
kondisi kerja.
Dari uraian diatas, peneliti memiliki tanggapan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai. Faktor tersebut dapat diketahui dari partisipasi pegawai
dalam menyelesaikan suatu tugas. Memberika pelayanan yang prima kepada masyarakat,
serta menjaga kedisiplinan dengan tidak pergi keluar kantor saat jam kerja sedang
berlangsung
2.2.1.3. Dimensi Yang Menunjang Kinerja
Kinerja juga memiliki dimensi yang dapat menunjang kinerja pegawai dalam
mencapai tujuan organisasi. Dimensi dalam hal ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap
objek yang akan diteliti. Bila dipakai secara baik dapat mempercepat pencapaian tujuan bagu
organisasi. Menurut John Miner dalam Fahmi (2017:134), untuk mencapai atau menilai
kinerja, ada dimensi yang menjadi tolak ukur, yaitu :
1. Kualitas, yaitu tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.
2. Kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan pekerjaan yang dihasilkan.
3. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu tingkat ketidakhadiran, keterlambatan, waktu
kerja efektif/jam kerja hilang.
4. Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja.
2.2.1.4. Indikator Kinerja
Dalam suatu organisasi terdapat indikator kinerja yang dapat menjadi sumber acuan
dari kinerja pegawai. Menurut Sedarmayanti (2014:198) “Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung
dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik
dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun kegiatan selesai dan berfungsi.
Sebagai kunci penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, pengelolaan
sumber daya manusia menjadi perioritas pemerintah. UU No. 5/2014 entang aparatur sipil
negara atau ASN dijalankan berdasarkan asas
Profesionalisme, Proporsional, Akuntabel, serta Efektif dan Efesien agar peningkatan
kinerja birokrasi dapat tercapai. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator
yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah:
1. Profesionalisme
2. Proporsional
3. Akuntabel
10
4. Efektif dan Efesien
Secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan kegiatan dilaksanakan
2. Menciptakan konsesus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk
menghindari kesalahan interprestasi selama pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan
dalam menilai kinerjanya.
3. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi/unit
kerja.
2.2.1.5. Evaluasi Kinerja
Untuk mencapai kinerja yang optimal, diperlukan evaluasi kinerja. Evaluasi
dilakukan guna mengetahui seberapa jauh kinerja pegawai tersebut sudah dilaksanakan.
Menurut Hamali (2016:110) evaluasi kinerja terdapat delapan evaluasi kinerja yaitu :
1. Penilai
2. Mengumpulkan informasi
3. Kinerja
4. Ternilai
5. Dokumentasi
6. Membandingkan kinerja ternilai dengan standar atasannya
7. Dilakukan secara periodic
8. Pengambilan keputusan manajemen SDM
Berikut adalah penjelasan dari evaluasi kinerja diatas :
1. Penilai
Penilai adalah karyawan yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menilai kinerja
ternilai. Hak dan kewajiban penilai untuk menilai kinerja karyawan ternilai umumnya
ditentukan oleh peraturan perusahaan, deskripsi kerja, dan undang-undang ketenagakerjaan.
2. Mengumpulkan Informasi
Evaluasi kinerja merupakan proses mengumpulkan informasi mengenai kinerja ternilai.
Evaluasi kinerja merupakan bagian ilmu penelitian, oleh karena itu proses pengumpulan
informasi mengenai kinerja ternilai harus dilakukan dengan menggunakan kaidah-kaidah
ilmu penelitian atau riset.
3. Kinerja
11
Keluaran kerja ternilai yang disyaratkan oleh organisasi tempat kerja ternilai yang
dapat terdiri dari hasil kerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang ada hubungannya dengan
pekerjaan.
4. Ternilai
Adalah karyawan dinilai oleh penilai. Ternilai adalah seorang karyawan, kelompok
karyawan, atau tim kerja.
5. Dokumentasi
Dokumentasi kinerja adalah apa saja yang ditulis pada manajer dan supervisor dalam
meneliti bawahannya yang melukiskan, mengevaluasi, dan mengomentari apa yang
dilakukan bawahannya dan bagaimana melakukannya dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaannya.
6. Membandingkan Kinerja Ternilai Dengan Standar Atasannya
Standar kinerja adalah ukuran, tolak ukur untuk mengukur baik buruknya kinerja
karyawan ternilai. Evaluasi kinerja tidak mungkin dilaksanakan tanpa standar kinerja
karyawan.
7. Dilakukan Secara Periodik
Waktu pelaksanaan penilaian kinerja bergantung pada jenis pekerjaan dan
organisasinya. Penilaian kinerja pada pekerjaan pemasaran, contohnya, dilaksanakan secara
rutin dalam waktu pendek (target penjualan, enam bulanan, dan tahunan)
8. Pengambilan Keputusan Manajemen SDM
Hasil evaluasi kinerja adalah informasi mengenai kinerja karyawan. Informasi ini
digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan tentang ternilai. Evaluasi kinerja hanya
merupakan tujuan antara dan bukan tujuan akhir. Nilai evaluasi kinerja yang baik digunakan
untuk memberikan promosi, sedangkan kinerja yang buruk untuk memberikan demosi.
12
2.2.2. Infrastruktur Jalan
2.2.2.1.. Pengertian Infrastruktur
Infrastruktur adalah seluruh struktur dan juga fasilitas dasar, baik itu fisik maupun sosial,
misalnya saja bangunan, pasokan listrik, jalan, dan lainnya yang dibutuhkan untuk operasional
aktivitas masyarakat maupun perusahaan.
Adapun pendapat lain yang mengungkapkan bahwa infrastruktur merupakan segala jenis
fasilitas yang diperlukan oleh masyarakat umum guna mendukung berbagai aktivitas masyarakat
dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan arti lain, infrastruktur merupakan semua fasilitas, entah itu
fisik ataupun non fisik yang dibangun oleh pihak pemerintah atau perorangan guna memenuhi
keperluan dasar masyarakat dalam lingkup ekonomi dan sosial.
Umumnya, infrastruktur merujuk pada pembangunan secara fisik untuk fasilitas umum,
misalnya jalan raya, pelabuhan, sekolah, rumah sakit, pengolahan limbah, air bersih, bandar udara,
dan masih banyak lagi. Selain itu, infrastruktur juga bisa merujuk pada hal-hal yang teknis seperti
mendukung kegiatan ekonomi dengan cara menyediakan moda transportasi, distribusi barang dan
juga jasa, dan lain sebagainya.
Infrastruktur menurut Grigg (1998) merupakan proses fisik yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam sosial maupun ekonomi, seperti menyediakan transportasi, jalan,
drainase, pengairan, bangunan gedung dan fasilitas umum lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Infrastruktur sebagai proses juga merupakan bagian seperti sarana prasarana yang saling
berhubungan.
Menurut American Public Work Assosiation (Stone, 1974:12), infrastruktur dijelaskan
sebagai fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh pelaku dalam pembangunan infrastruktur yang
digunakan untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam pengadaan kebutuhan masyarakat, seperti
penyediaan air, transportasi, pembuangan limbah, tenaga listrik, dalam pelayanan umum untuk
memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat.
Menurut Moteff (2003), infrastruktur tidak hanya mengurus dalam hal ekonomi maupun
sosial, tetapi infrastruktur juga mengurus terhadap masalah pertahanan dan keberlanjutan dalam
pemerintah. Dan juga menjelaskan bahwa ini tidak hanya fokus terhadap pemenuhan kebutuhan
masyarakat seperti masalah ekonomi dan sosial.
Menurut N. Gregory Mankiw, dalam ilmu ekonomi, yaitu sebuah wujud modal publik atau
public capital yang terdiri dari jembatan, jalanan umum, sistem saluran pembuangan, dan lainnya
sebagai salah satu investasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Menurut Robert J. Kodoatie, Infrastruktur adalah suatu sistem yang menunjang sistem
ekonomi dan sosial yang sekaligus menjadi perantara sistem lingkungan. Dimana sistem tersebut
dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam mengambil kebijakan.
Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam penyediaan infrastruktur mendefinisikan infrastruktur merupakan fasilitas fisik, teknis,
perangkat keras dan lunak serta sistem yang dibutuhkan untuk mendukung jaringan struktur dan
13
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat agar pertumbuhan sosial dan ekonomi masyarakat
bisa berjalan dengan lebih baik.
2.2.2.2. Jenis – Jenis Infrasatruktur
Setelah memahami apa itu infrastruktur yang ditinjau dari definisi dan pendapat para
ahli. Sekarang kita akan membahas mengenai jenis-jenis infrastruktur untuk bisa memiliki
sebuah pembahasan yang lebih komprehensif. Memahami apa saja jenis infrastruktur bisa
memberikan kita sebuah penjelasan yang lebih detail dalam memahami apa itu infrastruktur
yang sebenarnya.
Jika mengacu pada pengertian infrastruktur sebagai aset yang berupa fisik ataupun non-fisik
dan bisa menunjang kehidupan masyarakat secara umum dalam segi sosial dan juga ekonomi.
Perlu kamu pahami juga bahwa infrastruktur juga dibedakan menjadi beberapa jenis. Berikut
ini adalah beberapa jenis infrastruktur yang perlu kamu pahami:
a. Infrastruktur Keras
Jenis infrastruktur keras merupakan infrastruktur yang bisa kita lihat dari segi fisiknya
yang berupa bentuk secara nyata. Bisanya jenis infrastruktur ini mencakup jalan raya,
pelabuhan bandara, saluran irigasi, dan jenis fasilitas umum lain.
c. Infrastruktur Lunak
Jenis infrastruktur lunak merupakan semua hal yang berperan sebagai penunjang
kelancaran berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat luas. Dimana hal itu tidak
terlihat bentuk fisik dan wujudnya secara kasat mata. Umumnya, hal tersebut bergerak di
dalam suatu aturan, sistem, dan juga norma yang disediakan oleh pihak pemerintah
maupun pihak NGO lain. Contohnya saja, penerapan etika kerja yang baik dan benar,
layanan publik, peraturan yang dibuat oleh pemerintah mencakup undang-undang yang
berisi mengenai aturan hukum perdagangan dan lainnya.
2.2.2.3. Komponen Infrastruktur
Infrastruktur juga mempunyai beberapa jenis komponen yang ada di dalamnya. Yang
dimaksud komponen dalam hal ini termasuk ke dalam bagian infrastruktur itu sendiri.
Apabila mengacu pada American Public Works Associations, komponen infrastruktur
sebenarnya mencakup semua jenis fasilitas publik yang dibutuhkan masyarakat maju dalam
kehidupan sehari-harinya. Misalnya saja, pengadaan air bersih beserta pengelolaannya atau
water treatment, pengadaan pengendalian banjir, sistem pengaturan air limbah, penyediaan
fasilitas navigasi lintas air. Selain itu, ada juga pembangunan kemajuan transportasi yang
14
mencakup fasilitas umum berupa transportasi air, udara, dan laut. Kemudian juga berbagai
komponen pendukung lain untuk kemajuan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat secara
umum. Jika ditinjau dari peraturan kebijakan tersebut, komponen infrastruktur dibedakan
menjadi tiga jenis kelompok, yaitu:
A. Komponen Infrastruktur yang Mempunyai Input
Karakteristik dari komponen jenis ini berfokus pada jenis infrastruktur yang bisa
memberikan hasil atau masukan untuk kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.
Misalnya saja, pasokan sumber air bersih dan sumber listrik dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat secara umum.
B. Komponen Karakteristik Infrastruktur yang Mengambil Output
Karakteristik dari komponen jenis ini berfokus pada pengambilan output yang
diperoleh dari kegiatan masyarakat umum. Misalnya saja, sistem pembuangan
sampah dan limbah, sistem pendukung drainase atau saluran air, dan lain
sebagainya.
C. Komponen Infrastruktur Gabungan dari Keduanya
Karakteristik dari komponen jenis ini biasanya berfokus pada gabungan dari dua
jenis komponen di atas. Dimana komponen yang satu ini berfokus pada proses
pemberian dan juga pengambilan suatu hal dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Misalnya saja penggunaan jaringan telekomunikasi dan lainnya.
b. Jalan Provinsi
merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota dan
jalan strategis provinsi.
c. Jalan Kabupaten/Kota
15
yaitu merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan
yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dengan ibukota kecamatan, antar ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten/kota dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupatenkota, dan jalan strategis kabupaten/kota.
d. Jalan Desa
adalah jalanan umum yang menghubungkan antar permukiman di dalam desa, serta jalan
lingkungan. Jalan desa adalah suatu jalan raya yang berskala sempit di daerah
perkampungan atau desa. Biasanya infrastruktur jalan desa tersebut dibangun sebagai
jalan satu lajur (yaitu, jalan beraspal untuk dilalui kendaraan satu arah).
Jalan merupakan sebuah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian – bagian
jalan, termasuk didalamnya bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan rel. Penyebab
kerusakan jalan merupakan masalah penting dalam melakukan perbaikan. Perbaikan dan
pembangunan jalan provinsi, jalan nasional, maupun jalan kabupaten/kota serta jalan desa saat ini
masih banyak mengalami kendala – kendala, baik kendala yang bersifat kelembagaan maupun
kendala yang bersifat teknis.
Kerusakan secara detail dibutuhkan sebagai bagian dari perencanaan dan perancang proyek
rehabilitasi. Survei kerusakan perkerasan adalah kompilasi dari berbagai tipe kerusakan, tingkat
keparahan kerusakan, lokasi, dan luas penyebarannya. Perhatian harus diberikan terhadap konsistensi
dari personil penilai kerusakan baik secara individual maupun kelompok-kelompok yang melakukan
survei. Tujuan dilakukannya survei kinerja perkerasan, adalah untuk menentukan perkembangan dari
kerusakan perkerasan, sehingga dapat dilakukan estimasi biaya pemeliharaan. Informasi ini sangat
berguna untuk instansi yang terkait dalam pengalokasian dana untuk pemeliharaan. Pekerjaan ini
sangat penting dan umumnya diprioritaskan sehingga banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan dapat diestimasikan dari tahun ke tahun. Selain itu, survei kinerja perkerasan juga
berguna untuk menentukan sebab-sebab dan pengaruh dari kerusakan perkerasan. Penentuan sebab-
sebab kerusakan harus diketahui sebelum penanganan pemeliharaan yang memadai dapat dilakukan.
Demikian pula penyebab kegagalan perkerasan harus juga diketahui, sehingga hal ini dapat
diperhitungkan dalam perancangan di kemudian hari.
Secara garis besar kerusakan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan struktural,
mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang
mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi menanggung beban lalu lintas; dan kerusakan fungsional
yang mengakibatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya
operasi kendaraan semakin meningkat. (Sulaksono, 2001).
Menurut Bintoro (1997:16), penyebab dari kerusakan jalan dapat dikategorikan ke dalam 2
jenis, yaitu:
a) Bersifat Teknis
16
1. Jalan berlubang yang diakibatkan oleh beban muatan yang berlebihan (overloading) dari
angkutan yang membawa beban muatan yang melebihi kapasitas beban jalan yang telah
disediakan.
2. Sistem drainase (saluran) air, sehingga yang mengakibatkan perkerasan jalan mudah
mengalami dan keretakan menjadi lentur.
3. Mutu konstruksi, adalah mutu beban atau bahan material yang dapat digunakan dalam
pembangunan jalan yang tidak memenuhi kelas atau standar jalan yang sesuai dengan kontur
lahan atau wilayah.
b) Bersifat Kelembagaan
1. Perencanaan, adalah sebuah langkah pertama dalam kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
jalan. Perencanaan yang sedikit atau kurang diperhatikan bisa menimbulkan proses perbaikan
jalan hanya akan mengalami persoalan yang sama dimasa mendatang.
2. Pemrograman, yaitu sebuah tahapan yang akan dilakukan dalam pemeliharaan jalan.
Program-program yang dilakukan harus memperhatikan dengan ketat kondisi jalan sehingga
perbaikan kembali jalan-jalan yang sudah rusak dapat berjalan sesuai target pembangunan.
3. Penganggaran, dalam sebuah pembangunan infrastruktur terutama perbaikan jalan,
ketersediaan anggaran harus dapat diselaraskan dengan kontur jalan yang akan dibenahi.
Masalah yang muncul justru ketersediaan dana yang kurang dalam pemeliharaan
infrastruktur jalan sehingga menyebabkan perbaikan jalan dilakukan dengan memakai
material konstruksi yang tidak sesuai dengan standar dan kelayakan sehingga menimbulkan
kerusakan jalan terus terjadi.
4. Kurangnya koordinasi lintas sektoral antara lembaga-lembaga yang berwenang dalam
mengatasi suatu masalah perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur jalan.
Dalam UU No. 38/2004 tersebut diatur bahwa penyelenggaraan jalan merupakan kegiatan
yang meliputi :
a. Pengaturan jalan, yaitu penyusunan peraturan perundang-undangan jalan dan perumusan
kebijakan dalam perencanaan umum.
b. Pembinaan, merupaka kegiatan penyusunan pedoman dan standar pelayanan,
pemberdayaan sumber daya manusia, teknis, serta penelitian dan pengembangan jalan.
c. Pembangunan jalan, yaitu penganggaran dan pemrogaman, pelaksanaan konstruksi,
perencanaan teknis, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan.
d. Pengawasan jalan, merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka untuk
mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.
17
2.2.2.5. Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan Kabupaten Ciamis, seusuai dengan
Peraturan Bupati Ciamis Nomor 42 Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unsur
Organiasasi Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan, mempunyai tugas
melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah Ciamis meliputi sebagian urusan wajib bidang
pekerjaan umum, penataan ruang dan pertanahan seuai asas otonomi daan tugas pembantuan. Untuk
itu seluruh program kerja Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan didasarkan pada tujuan,
sasaran strategis dan target kinerja yang tertuang dalam Perubahan/Revisi Renstra Dinas Pekerjaan
Umum Penataan Ruang dan Pertanahan Tahun 2019 – 2024 dan Perjanjian Kinerja Tahun 2021.
Untuk Tahun Anggaran 2021, pencapaian kinerja dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
peranan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan Kabupaten Ciamis dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, serta hasil dari pembangunan ini telah dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah sebagaimana diperjelas dengan Peraturan Presiden Republik Indoinesia
Nomor 29 tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dalam
Rangka mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepada Bupati Ciamis,
Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan Kabupaten Ciamis menyusun Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) tahun 2021.
18
2.3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan variabel penelitian “ Kinerja Dinas Pekerjaan umum dan penataan ruang dalam
Perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan di Kabupaten Ciamis “. Kemudian diukur dengan
teori yang dijadikan indikator serta fenomena yang terjadi, maka penulis menjelaskan hubungan
unsur-unsur peranan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ciamis dalam
gambaran alur penelitian yang dapat dlilihat pada gambar dibawah ini :
19
2.4. Proposisi
Berdasarkan bagan kerangka pikir yang terkait dengan penelitian Kinerja Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang dalam perbaikan infrastruktur jalan di Kabupaten Ciamis maka yang
menjadi fokus penelitian yaitu :
Deskripsi Proposisi
1. Efektivitas dan Efesien. Kinerja ini berkaitan dengan melakukan suatu pekerjaan dengan
tepat dan mampu mengerjakan secara cermat dan berdaya guna. Sedangkan efektif adalah
sebuah usaha untuk mencapai tujuan, hasil dan target yang diharapkan secara tepat waktu
2. Otoritas dan Tanggung Jawab. Kinerja ini Berkaitan dengan kekuasaan dan kemampuan
seorang pemimpin dalam membuat keputusan untuk mempengaruhi perilaku
bawahan, untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan visi dan misi suatu pekerjaan.
3. Disiplin, Kinerja ini berkaitan dengan usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun
pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan.
4. Inisiatif, Kinerja ini berkaitan dengan melakukan sesuatu atau bekerja tanpa harus diberi tahu
terlebih dahulu apa yang harus dilakukan.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tahap Pra-lapangan
Beberapa kegiatan dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan. Masing-masing adalah:
(1) Penyusunan rancangan awal penelitian, (2) Pengurusan ijin penelitian, (3) Penjajakan
lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian,(4) Pemilihan dan interaksi dengan
subjek dan informan, dan (5) Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan lapangan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Konsep sampel dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana memilih informan atau
situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi mantap dan terpercaya mengenai
unsur-unsur pusat perhatian penelitian. Pemilihan informan mengikuti pola bola salju (snow
ball sampling). Bila pengenalan dan interaksi sosial dengan responden berhasil maka
ditanyakan kepada orang tersebut siapa-siapa lagi yang dikenal atau disebut secara tidak
langsung olehnya
Dalam mengungkap tema-tema budaya, peneliti menggunakan saran yang diberikan oleh
Bogdan dan Taylor (1975:82-93). Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (1) membaca
secara cermat keseluruhan catatan lapangan, (2) memberikan kode pada topik-topik
pembicaraan penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca kepustakaan yang terkait dengan
masalah dan konteks penelitian
Menurut Sugiyono (2012:31) definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang
akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara
tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan
bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik. Sedangkan menurut Nani Darmayanti
(dalam Mushlihin 2013) definisi operasional adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri
21
suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan dan penelitian karya ilmiah Jadi, dapat disimpulkan
operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati.
Operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan. Operasional
bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel
penelitian dan halhal yang dianggap penting.
Konsep Konsep Yang diamati dalam penelitian ini dioperasionalisasikan adalah sebagai berikut :
1. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah salah satu Lembaga pemerintah yang
mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang Pekerjaan
Umum dan Urusan Pemerintahan bidang Penataan Ruang yang menjadi kewenangan Daerah
dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah
2. Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang efektivitas dan Efisien, otoritas
dan Tanggung Jawab, Disiplin, dan Inisiatif
3. Infrastruktur jalan adalah alat untuk menggambarkan bagaimana kinerja Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang menciptakan, memberikan dan menangkap suatu nilaitambah (
value )
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang didapatkan melalui kegiatan wawancara
dengan subjek penelitian dan dengan melakukan observasi atau pengamatan
langsung di lapangan. Dalam penelitian ini data primer berupa catatan hasil
wawancara dan hasil pengamatan langsung ketika berada di lapangan yang
didapatkan melalui wawancara dengan Kepala Bidang Jalan dan Jembatan, Kepala
Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan, Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan,
dan masyarakat Kabupaten Ciamis khususnya pengguna jalan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data
22
sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang didapatkan dari sumber data
primer yaitu dari dokumen, bahan pustaka, literatur – literatur, buku, laporan –
laporan, penelitian terdahulu dan catatan perkuliahan yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
Teknik pengumpulan data adalah suatu langkah yang sangat strategis dalam sebuah
penelitian, sebab tujuan utama dari sebuah penelitian yaitu untuk memperoleh data yang paling
akurat. Untuk mendapatkan data yang tepat maka pengumpulan data dilakukan melalui metode
wawancara dan observasi serta dokumentasi.
1) Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mencatat secara
sistematis dan mengamati fenomena – fenomena yang diselidiki. Penelitian ini menggunakan
teknik obsevasi non partisipatif, dimana pada pelaksanaannya peneliti tidak terlibat langsung
dengan aktivitas – aktivitas orang yang diamati, dan hanya sebagai pengamat independen.
2) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai
sebagai orang diberikan pertanyaan. Metode wawancara dilakukan untuk memperoleh data
tentang strategi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam memperbaiki
infrastruktur jalan. Penelitian ini memakai wawancara semi terstruktur yang berarti
wawancara dalam pengimplementasiannya lebih longgar dibanding dengan memakai
wawancara terstruktur. Pewawancara memberikan pertanyaan kepada informan namun dapat
berkembang dan lebih bebas sesuai dengan informasi dan situasi yang diperlukan oleh
informan. Wawancara semi terstruktur bertujuan untuk mendapatkan masalah – masalah
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai ide – ide dan pendapatnya.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan tatap muka dengan informan, mengenai strategi
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam memperbaiki infrastruktur jalan desa di
Kabupaten Ciamis
3) Dokumentasi
23
Dokumentasi ialah tahap dalam mengumpulkan data yang dilaksanakan dengan cara
mendatangi Kantor Dinas Pekerjaan dan Penataan Ruang Kabupaten Ciamis untuk mengkaji
atau menganalisis dokumen-dokumen baik berupa referensi, buku, pasal maupun peraturan
yang memiliki keselarasan dengan penelitian ini dengan bermaksud menyempurnakan data-
data yang dibutuhkan serta telaah pustaka dan cara pengumpulan data, seperti
dokumendokumen yang bisa menunjang dan terkait dengan masalah baik berupa literatur,
buku, laporan dan lain sebagainya.
Analisis data adalah sebuah langkah penting dalam rangka mendapatkan penemuan-
penemuan hasil penelitian. Oleh karena itu, data akan menuntun kearah temuan ilmiah apabila
dianalisis. Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk melakukan pengolahan data dari hasil
penelitian menjadi data, dimana data yang telah diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian
rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif
(interactive model). Dalam model ini terdapat tiga komponen pokok. Menurut Miles da Huberman
dalam Sugiono (2013) ketiga komponen tersebut ialah:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian paling utama analisis data untuk membuat fokus, memperpendek,
mempertegas, serta membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa
sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan.
2. Sajian Data Sajian data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna
peristiwanya menjadi lebih muda dipahami.
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus
mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat peraturan-peraturan sebab
akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.
24
3.6. Jadwal Penelitian
Jadwal Waktu
5 Seminar Hasil
25
DAFTAR PUSTAKA
Alfabeta.
Akib, H. (2010). Implementasi Kebijakan : Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Jurnal Administrasi
Publik
Astunik. Watik. (2015). Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang Dalam
Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Jalan. Diss. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Choirul Ikhwan, Dr, and M. Si Suswanta. Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kotawaringin Barat dalam Pembangunan
Fahmy, Nadya Zelinda. (2019). Strategi Perbaikan Jalan Berbasis Aplikasi (Studi pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Batu). Diss. University of Muhammadiyah Malang.
Peraturan Bupati Ciamis Nomor 42 Tahun 2016, tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Unsur
Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan Kabupaten Ciamis merupakan
salah satu unsur dalam pelaksanaan otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Peraturan Bupati Ciamis Nomor 42 Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unsur
Organiasasi Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan, mempunyai tugas
melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah Ciamis meliputi sebagian urusan wajib bidang
pekerjaan umum, penataan ruang dan pertanahan seuai asas otonomi daan tugas pembantuan
26
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2104 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
https://www.dqlab.id/jenis-teknik-analisis-data-kualitatif-paling-sering-digunakan
https://www.materibelajar.id/2016/04/teori-kinerja-pengertian-pengukuran.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja
https://repository.uin-suska.ac.id/15705/7/7.%20BAB%20II_2018122ADN.pdf
https://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125998-6699-Pengaru%20infrastruktur-Literatur.pdf
http://repository.uinsu.ac.id/7114/1/SKRIPSI%20SAYA-dikonversi.pdf
http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/168/4/BAB%20II.pdf
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-infrastruktur/
27
Lampiran :
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi
Fasilitas
28
Waktu Pengerjaan
Kepuasan Masyarakat
29
A. PEDOMAN WAWANCARA KEPALA DINAS
Nama:
Tgl/hari:
30
B. PEDOMAN WAWANCARA SEKBID INFRASTRUKTUR JALAN
Nama:
Tgl/hari:
31
3. Bagaimana peran kepala dinas dalam peningkatan infrastruktur jalan?
Pernyataan narasumber:
5. Apakah ada pihak lain yang membantu dalam peningkatan infrastruktur jalan?
Pernyataan narasumber:
32
C. PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT
Nama:
Tgl/Hari:
33
2. Apakah saudara dapat merasakan hasil dari peningkatan infrastruktur jalan?
Pernyataan narasumber:
3. Apa saja yang dapat dirasakan dari hasil peningkatan infrastruktur jalan?
Pernyataan narasumber:
5. Apa yang dapat anda simpulkan dari peningkatan infrastruktur jalan ini?
Pernyataan narasumber:
34