Anda di halaman 1dari 77

TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan karunia-Nya
tugas ini dapat terselesaikan. Tugas ini merupakan tugas terstruktur yang harus dipenuhi oleh
setiap mahasiswa Teknik Jurusan Sipil Universitas Brawijaya sebagai syarat mengikuti ujian
semester mata kuliah Sistem Bangunan Irigasi pada semester IV (genap).

Sistem Bangunan Irigasi merupakan bagian yang penting dalam teknik sipil, karena
dengan Sistem Bangunan Irigasi kita bisa merencanakan Bangunan Irigasi sesuai dengan
standar di Negara kita, dalam hal ini Kriteria Perencanaan. Di samping itu, kita juga dapat
memahami fungsi setiap bagian dari bangunan irigasi. Pembuatan laporan tugas ini pada
dasarnya tidak hanya bertujuan untuk menunjang teori, tetapi juga untuk memberikan
pengenalan secara mendalam kepada mahasiswa tentang masalah yang berhubungan dengan
bangunan Irigasi yang kelak akan dihadapi mahasiswa saat terjun langsung di dunia kerja
sehingga mahasiswa tidak hanya mengerti secara teori ,tetapi dapat mempraktikkannya
langsung di lapangan.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada :

 Ir. Pudyono, MT. dan Dr. Eng Indradi Wijatmiko, ST., M.Eng (Prac.) selaku Dosen
mata kuliah Sistem Bangunan Irigasi atas bimbingannya selama kuliah maupun selama
mengerjakan tugas
 Adi Nugroho selaku asisten tugas yang telah memabantu dalam penyelesaian laporan
tugas ini

Saya selaku penyusun menyadari sepenuhnya akan kekurangan dalam pembuatan


laporan tugas ini. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penyusunan tugas ini dimasa mendatang.

Akhir kata penyusun berharap semoga laporan tugas ini dapat berguna di masa
mendatang. Amin

Malang, 4 Maret 2019

Penyusun

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Tujuan .......................................................................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI ............................................................................................................. 6
2.1 Peta Jaringan Irigasi ..................................................................................................... 6
2.2 Metode Penman Monteith .......................................................................................... 12
2.3 Bangunan Pengelak .................................................................................................... 13
2.4 Bendung Tetap ........................................................................................................... 14
2.5 Bangunan Pengambilan ............................................................................................. 15
2.6 Bangunan Pembilas.................................................................................................... 17
2.7 Kantong Lumpur ........................................................................................................ 19
2.7.1 Penetapan Lokasi Kantong Lumpur ................................................................... 19
2.7.2 Data Perencanaan Kantong Lumpur ................................................................... 20
2.8 Bangunan Pengambilan Bebas ................................................................................... 20
BAB III PEMBAHASAN PERENCANAAN .......................................................................... 24
3.1 Perencanaan Petak ..................................................................................................... 24
3.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi ........................................................................... 28
3.2.1 Menghitung Besarnya Evapotranspirasi Tanaman Pada Daerah Irigasi dengan
Metode Penman ................................................................................................................ 28
3.2.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi .................................................................... 31
3.3 Perencanaan Bendung Tetap ...................................................................................... 39
3.3.1 Elevasi Puncak Mercu ........................................................................................ 39
3.3.2 Profil Bendung.................................................................................................... 41
3.3.3 Profil Aliran ........................................................................................................ 50
3.3.4 Kolam Olakan ..................................................................................................... 53
3.3.5 Struktur Bawah ................................................................................................... 55
3.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pembilas................................. 56
3.4.1 Bangunan Pengambilan ...................................................................................... 56
3.4.2 Bangunan Pembilas ............................................................................................ 61
3.4.3 Kantong Lumpur ................................................................................................ 64

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3.5 Analisis Stabilitas ...................................................................................................... 66


3.5.1 Stabilitas Terhadap Rembesan ........................................................................... 66
3.5.2 Tekanan Air Banjir ............................................................................................. 67
3.5.3 Tekanan Tanah Aktif .......................................................................................... 68
3.5.4 Stabilitas Terhadap Geser ................................................................................... 68
3.5.5 Stabilitas Terhadap Guling ................................................................................. 70
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. 75
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 75
4.2. Saran .......................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 77
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 77

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyempitnya lahan pertanian akibat pemenuhan kebutuhan yang lain bukan berarti
tidak memerlukan bangunan irigasi lagi. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
menyebabkan peningkatan kebutuhan pangan, sehingga pengembangan jaringan irigasi suatu
lahan mutlak diperlukan untuk perbaikan sistem pertanian di masa yang akan datang.
Kebutuhan bahan pangan khususnya beras di Indonesia setiap tahunnya selalu
meningkat. Hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk dan makin meningkatnya
konsumsi beras di Indonesia perkapitanya. Salah satu usaha yang ditempuh adalah
meningkatkan bahan pangan dalam negeri melalui sektor pertanian yaitu usaha Intensifikasi,
Ekstensifikasi, dan Diversifikasi.
Perencanaan jaringan irigasi merupakan wujud dari salah satu usaha Intensifikasi,
yaitu dengan meningkatkan dan merehabilitasi yang telah ada maupun membuka daerah
irigasi baru. Dengan adanya irigasi, maka tanah yang semula tidak produktif akan dapat
diusahakan menjadi berdaya guna semaksimal mungkin.

1.2 Tujuan
Mengingat pentingnya irigasi bagi kehidupan manusia, maka dibutuhkan adanya
pengaturan irigasi, dimana perlu dibangun beberapa bangunan yang dapat menunjang proses
irigasi tersebut.Perancangan yang didasarkan keahlian serta pengelolaan yang seksama
merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tingkat efisiensi pemanfaatan air yang
dibutuhkan di masa mendatang. Perancangan memerlukan adanya konsepsi, rencana
konstruksi, dan operasi serta sarana pemanfaatan air.
Melihat dari pembatasan masalah yang telah dibahas sebelumnya, pengerjaan tugas ini
yaitu dalam perencanaan saluran irigasi (bendung tetap) sesuai dengan tahap-tahap
perencanaan bendung tetap saluran irigasi sesuai KP-O2 yaitu standart peraturan perencanaan
saluran irigasi. Yang kedua melalui analisa perhitungan terhadap langkah-langkah
perencanaan dapat diketahui apakah bangunan ini aman terhadap gaya gaya V sekitar yang
bekerja.
Dan tidak kalah pentingnya yaitu sketsa gambar dimana gambar-gambar ini adalah
tahap akhir perencanaan saluran irigasi hasil dari perhitungan yang telah dilaksanakan sesuai
standart perencanaan saluran irigasi.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

1.3 Pembatasan Masalah


Mengingat luasnya masalah yang dihadapi dalam perencanaan sistem irigasi, serta
keterbatasan penulis maka pembahasan ini perlu kami batasi agar dapat terhindar dari masalah
yang terlalu meluas dari yang akan kami kemukakan. Ruang lingkup masalah yang dimaksud
adalah :
1. Bagaimana merencanakan bendung irigasi tersebut?
2. Apakah bangunan tersebut aman terhadap gaya-gaya?
3. Bagaimana sketsa bangunan-bangunan tersebut beserta denah dan potongannya?
Adapun analisa perhitungan dengan menggunakan rumus tertentu seperti rumus
Strickler atau perhitungan grafis. Selanjutnya hasil-hasil perhitungan akan dicantumkan dalam
tabel-tabel untuk mempermudah pemahaman dan perencanaan gambar-gambar.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

BAB II DASAR TEORI

2.1 Peta Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya. Berkaitan dengan sistem irigasi yang telah dibahas pada bab 1, maka
jaringan irigasi yang akan dibahas pada bab initermasuk sistem irigasi permukaan.
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier.
Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan
tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan
wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan daerah irigasi. Suatu
jaringan irigasi membutuhkan peta maupun data topografi dari suatu tempat yang akan diteliti.
Berikut merupakan data – data topografi yang diperlukan atau harus dibuat adalah :
a. Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi dengan
skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000.
b. Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2000 dengan garis-garis ketinggian pada interval
0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah berbukit-bukit.
c. Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 200 (atau skala
1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan).
d. Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200 (atau 1 : 100 untuk
saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan
interval 25 m pada bagian tikungan.
e. Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi benchmark.
Berikut merupakan gambar peta jaringan irigasi:

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan petagaris) yang dilengkapi
dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata letak dari trase
saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta baku/peta dasar. Perkembangan
teknologi photo citra satelit kedepan dapat dipakai dan dimanfaatkan untuk melengkapi dan
mempercepat proses perencanaan jaringan irigasi. Banyak informasi lain yang dapat dipakai
sebagai pelengkap perencanaan jaringan irigasi antara lain sebagai cross check untuk
perencanaan jaringan irigasi. Data-data pengukuran topografi dan saluran yang disebutkan di
atas merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran.
Letak trase saluran sering baru dapat ditetapkan setelah membanding-bandingkan
berbagai alternatif. Informasi yang diperoleh dari pengukuran trase saluran dapat dipakai
untuk peninjauan trase pendahuluan, misalnya pemindahan as saluran atau perubahan
tikungan saluran. Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang (alamiah) sering
sulit ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi sebelum diadakan
pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan silang tersebut hanya dapat
ditentukan berdasarkan survei lapangan (dengan skala 1: 200 atau 1: 500). Lokasi trase
saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan topografi setempat daripada
saluran yang mengikuti punggung medan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Saluran – saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran trase


untuk saluran tipe ini dapat dibatasi sampai pada lebar 75 m yang memungkinkan penempatan
as saluran dan perencanaan potongan melintang dengan baik. Untuk saluran garis tinggi, lebar
profil yang serupa cukup untuk memberikan perencanaan detail Akan tetapi, karena
menentukan as saluran dari sebuah peta topografi sebelum pengukuran saluran lebih sulit,
pengukuran peta trase umumnya ditentukan dengan as saluran yang ditentukan di lapangan.
 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan
irigasi sederhana, (2) jaringan irigasi semi teknis, dan (3) jaringan irigasi
teknis.
1. Jaringan Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh
suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun
kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang
sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi
air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut
pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini
masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, (1) terjadi pemborosan air
karena banyak air yang terbuang, (2) air yang terbuang tidak selalu
mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan (3) bangunan
penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

2. Jaringan Irigasi Semi Teknis.


Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang
permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah
dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran
sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya
belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum
mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian
biasanya lebih rumit.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3. Jaringan Irigasi Teknis


Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.
Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur.
Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang.
Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke
petak tersier.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu
organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter
dan petak sawah sebagai satuan terkecil.
1. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung
air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran
primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari
saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah
saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada
urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak
sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang
bersangkutan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di


sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya.
Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi
lereng lereng medan yang lebih rendah.
3. Petak Tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang
lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di
petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak
yang bersangkutan dibawah bimbingan pemeintah. Petak tersier sebaiknya
mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas
lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa
faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain
jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Apabila kondisi topografi
memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat.
Hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang
efisien.
Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau
saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara
langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan
saluran muka tersier yang mebatasi petak-petak tersier lainnya.

2.2 Metode Penman Monteith


Evapotranspirasi adalah merupakan gabungan dari penguapan air secara bebas
(evaporasi) dan penguapan melalui tanaman (transpirasi) yang dapat digunakan.
Evapotranspirasi potensial atau disebut juga evapotranspirasi acuan (ETo) adalah besarnya
evapotranspirasi dari tanaman hipotetik (teoritis) dengan ciri ketinggian 12 cm, tahanan
dedaunan yang telah ditetapkan 70 detik/m dan albedo (pantulan radiasi) 0.23, mirip dengan
evapotranspirasi pada tanaman rumput hijau luas dengan ketinggian yang seragam, tumbuh
subur, menutup tanah dengan sepenuhnya dan tak kekurangan air. ETo diantaranya dapat
dihitung dengan data meteorologi.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Berikut adalah rumus evapotranspirasi metode Penman-Monteith :

Keterangan :
ETo : Evapotranspirasi acuan(mm/hari),
Rn : Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m2/hari),
G : Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
T : Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC),
u2 : Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s),
es : Tekanan uap jenuh (kPa),
ea : Tekanan uap aktual (kPa),
D : Kurva kemiringan tekanan uap (kPa/oC),
g : Konstanta psychrometric (kPa/oC).
Metode Penman-Monteith merupakan metode penduga evapotranspirasi terbaik yang
direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode pendugaan lain baik
digunakan dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007; Smith 1992). Metode ini
merupakan metode yang diadopsi dari metode Penman yang dikombinasikan dengan tahanan
aerodinamik dan permukaan tajuk. Metode Penman mengalami berbagai perkembangan
sehingga dapat digunakan untuk menduga evapotranspirasi pada permukaan yang ditanami
dengan menambahkan faktor tahanan permukaan (rs) dan tahanan aerodinamik (ra).
Persamaan ini terdapat parameter penentu pertukaran energi dan berhubungan dengan fluks
bidang tanaman (Allenet al.1998). Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada
lokasi luas dan memiliki data yang lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan
kesalahan mimimum untuk tanaman acuan.

2.3 Bangunan Pengelak


Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun di dalam air.
Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai kejaringan irigasi,
dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar
sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah (bottom rack weir ).

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Bangunan pengelak sendiri memiliki fungsi sebagai berikut; pada debit kecil
bangunan pengelak harus menutup sungai dan menaikan muka air, dan pada debit besar
sebagian saja air diambil dan sebagian besar akan melintasi punggung bangunan pengelak,
sehingga bendung seperti ini berfungsi sebagai peluap.

2.4 Bendung Tetap


Bendung tetap adalah suatu bangunan peninggi muka air yang terdapat di
sungai. Jenis ini selain meninggikan muka air, juga melemparkan air banjir kehulu
suatu bendungan, biasanya dilengkapi dengan pintu pembilas yang berfungsi untuk
membuang endapan di depan pintu pengambilan (intake storage).
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
- Bendung harus stabil terhadap guling, geser maupun perlokasi
- Cukup lebar sehingga waktu banjir tidak membahayakan sekelilingnya
- Lebar pintu pembilas 1/5 sampai dengan 1/10 lebar bendung
- Untuk sungai yang membawa batu, sisi belakang dibuat tegak untuk menghindari
gesekan batu.
- Pintu pengambilan dan pintu pembilas harus direncanakan transmisinya sehingga
pengoperasiannya mudah.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Ada beberapa macam bendung tetap yang perlu diketahui, yaitu :


- Bendung buatan penduduk
Bendung jenis ini biasanya sangat sederhana, dan tidak tahan lama. Bendung
ini dibuat dari bahan-bahan yang ada disekitar tempat tersebut, dan sering kali hanya
bermanfaat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan akan hancur.

- Bendung permanen
Untuk bendung permanent yang lebih kokoh, banyak terdapat di pulau jawa,
dan pada umumnya dibangun oleh pemerintah, karena bendung-bendung ini
kanstruksinya sukar, dan memerlukan biaya yang mahal. Beberapa diantaranya adalah
warisan dari pemerintah Belanda, ban berusia sangat tua.

- Bendung tumpah dengan loncatan


Bendung ini bermanfaat pada daerah kemiringan yang besar. Ciri-ciri bendung
ini adalah, airnya mengalir melalui dinding miring dengan kecepatan yang tinggi dan
kemudian (karena bidang tumpah membelok vertical kebawah dengan tiba-tiba)
Meloncat horizontal atau bahkan sedikit keatas untuk akhirnya jatuh ketanah
agak jauh dari kaki bendung.

- Bendung dari beton bertulang


Keistimewaan dari bendung tipe ini adalah di belakang tubuh bendung dibuat
lubang-lubang di antara sekat-sekat pelat beton, hal ini dibuat agar air dapat masuk
kedalam tubuh bendung untuk menjaga stabilitas bendung.

2.5 Bangunan Pengambilan


Pengambilan adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap
aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar
sungai dan sampah masuk ke Pengambilan, terletak di bagian sisi bendung, di tembok
pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan pembangun pembilas, pengambilan dibagi
menjadi :
1. Pengambilan Biasa
Pengambilan dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan
pintu dinding banjir, dan perlengkapan lainnya. Lebar satu pintu tidak lebih dari 2,5 m

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

dan diletakkan di bagian udik. Pengaliran melalui pintu bawah. Besarnya debit diatur
melalui tinggi bukaan pintu.

2. Pengambilan Gorong-Gorong
Pengambilan dengan pintu berlubang lebih dari satu dengan lebar masing-
masing kurang 2,5 m dan diletakkan di bagian hilir gorong-gorong. Pengoperasian
pintu pengambilan dilakukan secara mekanis.

3. Pengambilan Frontal
Pengambilan diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan
pembilas/bendung. Arah aliran sungai dari udik frontal terhadap mulut pengambilan
sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran. Tetapi angkutan sedimen relatif

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

banyak masuk ke intake, yang ditanggulangi dengan sand ejector dan kantong
sedimen.

4. Dua Pengambilan di Satu Sisi Bendung


Pintu pengambilan untuk sisi yang diletakkan di pilar pembilas bendung.
Pengaliran ke sisi yang lain itu melalui gorong-gorong di dalam tubuh bendung.
Jumlah gorong-gorong dapat dua buah. (Alfabeta, Desain Hidraulik Bnedung Tetap
untuk Irigasi 2002)

2.6 Bangunan Pembilas


Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak di
dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan
muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke
Pengambilan. Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan
volume angkutan muatan sedimen dasar relatif besar, yang dikhawatirkan mengganggu
pengaliran ke Pengambilan. Tinggi tekan yang cukup diperlukan untuk efektivitas pembilasan
sehingga penentuan elevasi mercu bendung perlu mempertimbangkan hal ini. Selain itu perlu
pula diusahakan pengaliran dengan sifat aliran sempurna melalui atas pintu bilas.
Juga harus mempertimbangkan tidak akan mengakibatkan penggerusan setempat hilir
bangunan yang akan membahayakan bangunan. Bangunan pembilas dibedakan menjadi :
1. Bangunan pembilas konvensional terdiri satu dan dua lubang pintu, umumnya
dibangun pada bendung-bendung kecil dengan batang sekitar 20 m.
2. Bangunan pembilas dengan undersluice ditempatkan pada bentang di bagian sisi yang
arahnya tegak lurus sumbu bendung.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan pada bendung di sungai ruas hulu,
untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat lainnya terhadap bangunan.

(gambar bangunan pembilas) (gambar pintu saluran pembilas)


Komponen bangunan pembilas terdiri dari pintu pembilas, pilar penempatan pintu,
tembok baya-baya, jembatan pelayan, rumah pintu, sponeng pintu, sponengcadangan, tembok
pangkal, tangga. (Alfabeta, Desain Hidraulik Bendung Tetapuntuk Irigasi Teknis, 2002).
Pintu pembilas merupakan bagian dari bendung, pada umumnya dipilih jenis sorong
dari kayu dengan rangka baja, atau plat besi dengan rangka baja. Dapat dibuat satu pintu atau
dua pintu (pintu atas dan pintu bawah)
Fungsi pintu pembilas:
1. Pintu bawah untuk pembilas sedimen yang terdapat di dalam, di udik, dan di sekitar
underslice. Pengoperasian pintu dengan cara mengangkat pintu.
2. Pintu atas untuk menghanyutkan benda-benda padat yang terapung di udik pintu.
Pengoperasian pintu dengan cara menurunkan pintu.
Dalam mendesain pintu, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah beban yang
bekerja pada pintu, alat pengangkat (tenaga manusia atau mesin),sistem kedap air, bahan
bangunan. Sedangkan untuk ukuran pintu adalah :
1. Untuk satu lubang/ruang pintu sorong yang dioperasikan dengan tenaga manusia,
lebar maksimum 2,50 m. Sedangkan ukuran untuk satu balok kayu pintu harus
dihitung; biasanya berukuran 0,2 × 2,5 m.
2. Untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dapat dibuat lebih lebar 2,5 m tapi
tidak lebih dari 5 m. ketinggian mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi yang
terakhir ini umumnya yang digunakan dan ketentuan ini untuk pembilas tanpa
dinding banjir.
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan kasar
didepan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalan
membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat di

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

depan pengambilan. Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang
sudah dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas :
a. Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 -1/10 dari
lebar bersih bendung, untuk sungai-sungai yang lebarnya kuramg dari 100m
b. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-
pilar.

2.7 Kantong Lumpur


Kantong Lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi
sediment yang lebih besar dan fraksi halus (0.06-0.07 mm) agar tidak masuk jaringan dan
biasanya ditempatkan disebelah hilir bangunan pengambilan (intake).
Meskipun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan pengambilan dan
pengelak sediment yang dapat mencegah masuknya sediment kedalam jaringan irigasi, namu
masih ada partikel-partikel halus yang masuk jaringan tersebut. Untuk mencegah agar
sediment ini idak mengendap disaluran irigasi, bagian awal dari saluran primer persis di
sebelah belakangnya direncanakan untuk berfungsi sebagai kantong Lumpur.
Bahan – bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong Lumpur biasa
dan harus diangkat melalui jaringan saluran kesawah – sawah. Bahan yang telah mengendap
di kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan biasanya dilakukan dengan
menggunakan aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke
sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan dilakukan dengan cara yang lain, yaitu dengan
jalan mengeruk.

2.7.1 Penetapan Lokasi Kantong Lumpur


Keadaan topografi tepi sungai maupun kemiringan sungai akan
mempengaruhi perencanaan kantong lumpur. Kemiringan sungai harus cukup
curam untuk menciptakan kehilangan energi yang diperlukan untuk pembilasan
disepanjang kantong lumpur. Kantong lumpur dan bangunan-bangunan pelengkap
bendung memerlukan banyak ruang, oleh karena itu kemungkinan penempatannya
harus ikut dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bangunan utama. Apabila
diperlukan dua bangunan pengambilan maka juga diperlukan dua buah kantong
lumpur. Bangunan kantong lumpur selalu dilengkapi pintu pembilas yang
diperlukan untuk menguras sediment bila kantong lumpur dalam keadaan penuh.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

2.7.2 Data Perencanaan Kantong Lumpur


Beberapa data yang digunakan perncanaan kantong lumpur, yaitu:
 Data topografi untuk penempatan kantong lumpur.
 Kemiringan yang memadai guna pekerjaan penggelontoran sediment di
kantong lumpur.
 Data sediment meliputi : Diameter sediment, volume sediment (diasumsikan
sebesar 0.5 permil dari volume air yang mengalir dari kantong lumpur), serta
kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan (intake).

2.8 Bangunan Pengambilan Bebas


Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dapat langsung diambil air sungai. System
pengambilan air seperti ini disebut pangambilan bebas. Pengambilan bebas dapat dilakukan
apabila :
a. Debit andalan memenuhi debit kebutuhan sekurang-kurangnya debit andalan 1.2
debit kebutuhan.
b. Elevasi muka air normal, saat sungai mengalirkan debit andalan cukup untuk
mengalirkan air secara gravitasi ke lokasi lahan pertanian.
c. Elevasi muka air rencana pada bangunan pengambilan tergantung pada :
- Elevasi muka air yang diperlukan untuk irigasi (eksploitasi normal)
- Beda tinggi energi pada kantung Lumpur yang diperlukan untuk membilas
sediment dari kantung
- Beda tinggi energi pada bangunan pembilas yang diperlukan untuk membilas
sediment dekat pintu pengambilan
- Beda tinggi energi yang diperlukan untuk meredam energi pada kolam olak.
Untuk elevasi muka air yang diperlukan, tinggi, kedalaman air, dan kehilangan tinggi
energi berikut harus dipertimbangkan :
a. Elevasi sawah yang diairi
b. Kedalaman genangan air sawah
c. Kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
d. Kehilangan tinggi energi di saluran dan box tersier
e. Variasi muka air untuk eksploitasi dijaringan primer
f. Panjang dan kemiringan saluran primer

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

g. Kehilangan tinggi pada bangunan-bangunan di jaringan primer sipon, pengatur,


flume, dsb.
h. Kehilangan tinggi energi di bangunan utama.
Dari uraian diatas maka bangunan pengambilan bebas sangat langka dibangun, karena
persyaratan untuk berfungsinya bangunan tersebut dengan baik sangat sulit untuk dipenuhi.
Persyaratan ini adalah :
a. kebutuhan pengambilan lebih kecil dibandingkan dengan debit sungai andalan
b. keadalaman dan selisih energi yang cukup untuk penelakan pada aliran normal
c. bahan dasar yang kecil pada pengambilan dan sedikit bahan laying

a. Persyaratan lokasi dan tempat kedudukan


Pengambilan dibuat ditempat yang tetap sehingga dapat mengambil air dengan
baik dan sedapat mungkin menghindari mesuknya sediment kebangunan pengambilan
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Sedapat mungkin bangunan berada pada tikungan luar sungai
- Mengatur sudut masuk antara pengambilan dan sungai
- Penggunaan dan ketinggian ambang penahan sediment (skimming wall)

b. Perencanaan bangunan
Umumnya pintu pengambilan digunakan pintu sorong yang terbuat dari bahan
kayu atau baja. Jika air didepan pintu sangat dalam, maka eksploitasi (pengoperasian)
pintu sorong relatif sulit. Sehingga dapat digunakan pintu radial atau otomatis. (KP-02
hal 95)

c. Tinggi muka air di bangunan pengambilan


Bangunan penganbilan di saluran primer direncanakan dengan tinggi muka air
lebih tinggi dari 0.10 m, dan muka air di kantung Lumpur dalam keadaan penuh. Hal
ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

d. Debit rencana pengambilan


Besarnya debit rencana penganbilan adalah :
Qrencana = 1.2 x Qkebutuhan
Keterangan :
Qrencana = Debit rencana dipintu pengambilan (m3/detik)
Qkebutuhan = Debit kebutuhan irigasi (m3/detik)
e. Dimensi bangunan pengambilan
Umumnya bangunan pengambilan merupakan gabungan antara bangunan pintu
dan ambang. Pintu yang sering digunakan adalah jenis pintu sorong. Terdapat 2
bentuk (tipe) pintu pengambilan yaitu pintu tenggelam, dan pintu tidak tenggelam.
- Pintu tidak tenggelam
Rumus :

Q = l.b.a. (2.g.z)
Keterangan :
Q = Debit (m3/detik)
l = Koefisien debit
b = Lebar bukaan pintu (m)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan pintu (m)
- Pintu tenggelam
Rumus :

Q = k.l.b.a. (2.g.z)
Keterangan :
Q = Debit (m3/detik)
K = Faktor aliran tenggelam
l = Koefisien debit
b = Lebar bukaan pintu (m)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan pintu (m)

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

f. Elevasi ambang aliran pengambilan


Elevasi ambang bangunan pengambilan direncanakan berdasarkan jenis
sediment di sungai, yaitu :
- 0.50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
- 1.00 m jika sungai mengangkut lanau, pasir, dan kerikil
- 1.50 m jika sungai mengandung batu-batu bongkah
Kriteria tersebut berlaku jika bangunan pengambilan yang digabung dengan
pintu pembilas terbuka, buka pembilas bawah. Bila dilengkapi (digabung) dengan
pintu-pintu pembilas bawah maka ambang pengambilan (p) direncanakan setinggi
0<p<20 cm diatas penutup saluran pembilas bawah.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

BAB III PEMBAHASAN PERENCANAAN

3.1 Perencanaan Petak


Lay Out jaringan irigasi adalah suatu cara yang membedakan bagian-bagian yang
terdapat dalam irigasi bentuknya serupa Lay Out Map. Lay Out Map berisi skema jaringan
irigasi. Tujuan pembuatan skema jaringan irigasi adalah mengetahui jaringan irigasi,
bangunan irigasi, serta daerah-daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit.
1. Bangunan utama (head work)
2. Sistyem saluran pembawa (irigasi)
3. Sistem saluran pembuang (drainase)
4. Primer unit, sekunder unit, tersier unit.
5. Lokasi bangunan irigasi
6. Sistem jalan
7. Non irigated area (lading)
8. Non irigatable area (tidak dapat dialiri)
9. Misalnya :
a. daerah dataran tinggi
b. rawa (daerah yang tergenang)
Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari bangunan utama ke
petak-petak sawah. Ada empat macam saluran pembawa, yaitu saluran primer, sekunder,
tersier, dan kuarter.
Prinsip pembuatan saluran primer adalah direncanakan bedasarkan titik elevasi
tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. Jika daerah yang dialiri diapit oleh dua buah sungai,
maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran sekunder direncanakan melalui
punggung kontur.
Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran pembuang. Saluran
pembuang dibuat untuk menampung buangan (kelebihan) air dari petak sawah. Sistem
pembuangan ini disebut sistem drainase. Tujuan sistem drainase adalah mengeringkan sawah,
membuang kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuangan di
buat di lembah kontur.
 Tata warna peta adalah :
 Biru untuk jaringan irigasi
 Merah untuk jaringan pembuang
 Cokelat untuk jaringan jalan
 Kuning untuk daerah yang tidak dialiri

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

 Hijau untuk perbatasan Kabupaten, Kecamatan, desa dan kampung


 Merah untuk tata nama bangunan
 Hitam untuk jalan kereta api
 Skala Lay Out Map
 General Lay Out Map dan Topographic map adalah 1 : 5000
 Skema irigasi adalah 1 : 10000
 Skema unti tersier adalah 1 : 5000 atau 1 : 2000
 Standarisasi jaringan ukuran gravitasi :
 Ukuran petak tersier 50 – 100 Ha
 Ukuran petak kuartier adalah 8 – 15 Ha
 Panjang saluran tersier adalah 1500 km
 Panjang saluran kuartier adalah 500 km
 Jarak saluran kuartier ke pembangan adalah 300 km
Dasar perencanaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier. Petak tersier adalah
petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan air irigasi dari suatu bangunan sadap
tersier dan dilayani suatu suatu jaringan tersier. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam pembuatan Lay Out tersier adalah :
1. Luas petak tersier
2. Batas-batas petak
3. Bentuk yang optimal
4. Kondisi medan
5. Jaringan irigasi yang ada
6. Eksploitasi jaringan

Batas-batas untuk perencanaan lahan untuk daerah irigasi


1. Batas alam
 Topografi (puncak gunung)
 Sungai
 Lembah

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

2. Batas Administrasi
Untuk perencanaan detail jaringan pembawa dan pembuang diperlukan peta topografi
yang akurat dan bisa menunjukkan gambarangambaran muka tanah yang ada. Peta topografi
tersebut bisa dieroleh dari hasil pengukura topografi atau dari foto udara. Peta teesebut
mencakup informasi yang berhubungan dengan :
 Garis kontur dengan interval
 Batas petak yang akan dicat
 Tata guna tanah, saluran pembuang dan jalan yang sudah ada serta bangunannya
 Tata guna tanah administratif
Garis kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan direncanakan.
Topografi suatu daerah akan menentukan Lay 0ut serta konfigurasi yang paling efektif untuk
saluran pembawa atau saluran pembuang. Dari kebanyakan tipe medan Lay Out yang cocok
digambarkan secara sistematis. Tiap peta tersier yang direncanakan terpisah agar sesuai
dengan batas alam dan topografi. Dalam banyak hal biasanya dibuat beberapa konfigurasi Lay
Out jaringan irigasi dan pembuang.
Klasifikasi tipe medan sehubungan dengan perencanaan daerah irigasi:
1. Medan terjal kemiringan tanah 2 %
medan terjal dimasna tanahnya sedikit mengandung lempun rawan erosi karena aliran
yang tidak terkendali. Erosi terjadi jika kecepatan air pada saluran lebih batas ijin.hal ini
menyebabkan berkurangnya debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang.
Lay Out untuk daerah semacam ini dibuat dengan dua alternatif.
Kemiringan tercuram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang saluran tersier
menggambil air dari saluran primer di kedua sisi saluran sekunder. Saluran tersier pararel
dengan saluran sekunder pada satu sisi dan memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi,
melalui boks bagi kedua sisinya.

2. Medan gelombang, kemiringan 0,25-2,3%


Kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran sekunder yang
akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi. Batas untuk sisi yang lainnya adalah
saluran primer. Jika batas-batas alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan ditentukan
oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang. Umumnya saluran yang mengikuti
lereng adalah saluran tersier. Biasanya saluran tanah dengan bangunan terjun di tempat-
tempat tertentu. Saluran kuarter akan memotong lereng tanpa bangunan terjun dan akan

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

memberikan air karena bawah lereng. Kemungkinan juga untuk memberikan air ke arah
melintang dari sawah satu ke sawah yang lain.

3. Medan berombak, kemiringan tanahnya 0,25-2% umumnya kurang dari 1%


Saluran tersier diatur letaknya di kaki bukit dan memberikan air dari salah satu sisi.
Saluran kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua sisi saluran kuarter yang mungkin
mengalir ke bawah punggung medan. Saluran pembuang umumnya merupakan saluran
pembuang alami yang letaknya cukup jauh dari saluran irigasi. Saluran pembuang alami
biasanya akan dilengkapi sistem punggung medan dan sistem medan. Situasi dimana saluran
irigasi harus melewati saluran pembuang sebaiknya harus dihindari.
4. Medan sangat datar, kemiringan tanah 0,25%
Bentuk petak irigasi direncanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang karena bentuk yang
memanjang harus dibuat saluran tersier yang panjang akan menyulitkan
pemeriksaan pemberian air dan pemeliharaan juga menyebabkan banyaknya air
yang hilang karena rembesan ke dalam tanah dan bocoran keluar saluran.
b. Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah-tengah petak tidak memberi
cukup kesempatan pada air untuk meresap kedalam tanah karena jarak
pengangkut yang terlalu pendek.
c. Tiap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar tidak terjadi
keraguan dalam pemberian air.
d. Tiap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan membuang air yang
sudah tidak berguna lagi.
e. Letak petak berdekatan dengan tempat-tempat pintu pengambilan. Maksudnya
agar pemeriksaan pemberian air pada intake tersier mudah dijalani petugas.
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang, diperlukan peta
topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran muka tanah yang ada. Untuk masing-
masing jaringan irigasi dan digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.
Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi (metode terestris)
atau dari foto udara (peta ortofoto). Peta-peta ini harus mencakup informasi yang berkenaan
dengan:
 Garis-garis kontur
 Batas-batas petak sawah
 Tata guna lahan
 Saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang ada beserta bangunannya

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

 Batas-batas administratif (desa, kampung)


 Rawa dan kuburan
 Bangunan
Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan topografi:
Tabel definisi Medan untuk Topografi Makro
Kontur Medan Kemiringan Medan Skala Interval
Sangat Datar <0,25 % 1: 5000 0,25
Datar 0,25 - 1,0 % 1 : 5000 0,5
Bergelombang 1-2% 1 : 2000 0,5
Terjal >2 % 1 : 2000 1,0

Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik-titik di petak-petak
sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan.
Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala 1 : 25000 dengan lay out jaringan utama
dimana petak tersier terletak. Peta ini harus mencakup trase saluran pembuang, batas-batas
petak tersier dan sebagainya. Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai pengukuran dan
pemetaan, lihat persyaratan teknis untuk Pemetaan Terestris dan pemetaan ortofoto.

3.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi


3.2.1 Menghitung Besarnya Evapotranspirasi Tanaman Pada Daerah Irigasi
dengan Metode Penman
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai “jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman)
tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang
tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai
potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu”.

Untuk menghitung ET-tanaman direkomendasikan suatu prosedur tiga tahap,


yaitu:
a. Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh ETo
(evapotranspirasi tanaman referensi), yaitu “laju evapotranspirasi dari permukaan
berumput luas setinggi 8-15 cm, rumput hijau yang tingginya seragam, tumbuh
aktif, secara lengkap menaungi permukaan tanah dan tidak kekurangan air”.
Empat metode yang dapat digunakan adalah Blaney-Criddle, Radiasi, Penman

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

dan Evaporasi Panci, dimodifikasi untuk menghitung ETo dengan menggunakan


data iklim harian selama periode 10 atau 30 hari.
b. Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh
koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara ETo dan ET tanaman
(ETtanaman = kc.ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase
pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada.
c. Pengaruh kondisi lokal dan praktek pertanian terhadap kebutuhan air tanaman,
termasuk variasi lokal cuaca, tinggi tempat, ukuran petak lahan, adveksi angin,
ketersediaan lengas lahan, salinitas, metode irigasi dan kultivasi tanaman.
Kebutuhuan air tanaman berhubungan dengan Penggunaan Konsumtif.
Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang dikonsumsi tanaman
untukpenguapan (evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Kadang-
kadang istilah itu disebut juga sebagai evapotranspirasi tanaman. Jumlah
evapotranspirasi kumulatif selama pertumbuhan tanaman yang harus dipenuhi oleh air
irigasi, dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistim irigasi, lamanya
pertumbuhan, hujan dan faktor lainnya. Jumlah air yang ditranspirasikan tanaman
tergantung pada jumlah lengas yang tersedia di daerah perakaran, suhu dan
kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas dan lama penyinaran, tahapan
pertumbuhan, tipe dedaunan.
Secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik berdasarkan data
unsurcuaca, pertama perlu menduga nilai evapotranspirasi tanaman acuan1 (ETo).
ETo adalahjumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanaman rumputan dengan
tinggi 15~20 cm, tumbuh sehat, menutup tanah dengan sempurna, pada kondisi cukup
air. Ada berbagai rumus empirik untuk pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan
(ETo) tergantung pada ketersediaan data unsur cuaca.

Akhir-akhir ini (1999) FAO merekomendasikan metoda Penman-Monteith untuk


digunakan jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian, jam penyinaran rerata
harian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin rerata harian. Selain itu
diperlukan juga data letak geografi dan elevasi lahan di atas permukaan laut.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai ET tanaman tertentu maka ETo dikalikan
dengannilai Kc yakni koefisien tanaman yang tergantung pada jenis tanaman dan
tahappertumbuhan. Nilai Kc tersedia untuk setiap jenis tanaman.
ETc = Kc x ETo

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Keperluan air untuk ETc ini dipenuhi oleh air hujan (efektif) dan kalau tidak
cukup oleh air irigasi. Keperluan air irigasi atau KAI dinyatakan dengan persamaan:
KAI = ETc - He
He = Hujan efektif adalah bagian dari total hujan yang digunakan untuk
keperluan tanaman.
Data dengan daerah irigasi
Unsur Klimatologi Satuan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Temp. Maks. Rata-rata C 27,8 28,7 28,4 28,7 28,5 28 26,9 27,3 28,4 29,9 28,6 27,2
Temp. Min. Rata-rata C 21,5 21,2 20,9 21,5 21,1 20,8 19,3 17,8 18,5 19,9 20,6 20,6
Lembab Nisbi Rata-rata % 86 83 84 83 82 84 80 75 71 72 81 87
Lembab Nisbi Maks. % 97 95 95 96 94 97 95 91 88 90 95 85
Lembab Nisbi Min. % 58 57 52 54 55 60 57 30 23 34 40 49
Penyinaran Matahari % 35 53 59 60 61 60 66 81 88 76 54 35
Kecepatan Angin Km/jam 6,3 6,3 6,1 6,1 6,5 6 7,6 8,8 9,1 9,2 6,8 5,8

Rumus : ETc = kc x ETo

 Menghitung EToaqq

ETo yang maksimum = 5,27 mm/hari

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Diambil Harga Koefisien Tanaman (Kc) setiap 2 bulan FAO Untuk Varietas Unggul = 1,33
ETc = Kc x ETo
ETc = 1,33 x 5,27 = 7,0091 mm/hari

3.2.2 Menentukan Kebutuhan Air Irigasi


Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
tersebut yaitu dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan parameter
lain, selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan beberapa
jenis lisimeter (Allenet al.1998). Kelemahan utama dalam metode ini adalah
membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti suhu, kelembaban,
kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa stasiun cuaca yang
menyediakan data tersebut dalam per jam dan harian (Irmaket al.2003). Penghitungan
evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-Monteith (Monteith, 1965)
adalah :

Keterangan :
ETo : Evapotranspirasi acuan(mm/hari),
Rn : Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m2/hari),
G : Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
T : Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC),
u2 : Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s),
es : Tekanan uap jenuh (kPa),
ea : Tekanan uap aktual (kPa),
D : Kurva kemiringan tekanan uap (kPa/oC),
g : Konstanta psychrometric (kPa/oC).

Rn dihitung dengan rumus :

R n dihitung dengan rumus :

Rn  Rns  Rnl ................................................................................................. (2)


Dengan pengertian :

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Rns adalah radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari).

Rnl adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).

Besarnya Rns adalah :

Rns  ( 1  α) Rs ................................................................................................. (3)


Dengan pengertian :
α adalah koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23 (nilai koefisien ini dipengaruhi oleh
kondisi tanaman penutup lahannya, pada beberapa literature menggunakan kisaran nilai
0,23 – 0,25).

Rs adalah radiasi matahari, (MJ/m2/hari).

dan Rs dihitung dengan :

n
R s  ( 0 ,25  0 ,5 ) Ra ........................................................................................ (4)
N

Dengan pengertian :
n adalah lama matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
N adalah lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
Ra adalah radiasi matahari ekstraterestrial, (MJ/m2/hari).

besarnya Ra adalah :

Ra  37 ,6 d r (ωs sin  sin δ  cos cos δ sin ωs ) ......................................... (5)


dengan pengertian :

d r adalah jarak relatif antara bumi dan matahari.


δ adalah sudut deklinasi matahari, (rad).
 adalah letak lintang, (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya positif, pada lintang
selatan nilainya negatif.

ωs adalah sudut saat matahari terbenam, (rad).

dan ωs dihitung dengan :

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

ωs  arccos (  tan  tan δ) .................................................................................. (6)


dengan pengertian :
δ adalah deklinasi matahari, (rad).
 adalah letak lintang, (rad).

dan d r dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie & Beckman, 1980) :


d r  1  0,033 cos ( J)  1  0,033 cos ( 0,0172 J) ..................... (7)
365
besarnya δ dihitungdengan (Duffie& Beckman, 1980) :


δ  0 ,409 sin ( J  1,39 )  0 ,409 sin ( 0 ,0172 J  1,39 ) ...................................... (8)
365
Dengan pengertian :
J adalah nomor urut hari dalam setahun (harijulian)

Nilai ( 0,0172 J ) pada persamaan (7) dan ( 0,0172 J  1,39 ) pada persamaan (8) dalam
satuan radian.
Besarnya nilai J secara matematis dapat dihitung dengan :

a. Untuk J Bulanan (Gommes, 1983):

J = Integer (30,42 M  15,23) ................................................................. (8a)


b. Untuk J Harian (Craig, 1984):
M
J = integer ( 275  30  D )  2 ............................................................................ (8b)
9
Dengan pengertian :
M adalah bulan (1-12)
D adalah hari dalam bulan (1 - 31)
Jika tahun normal dan M < 3, nilai J ditambah nilai 2
Jika tahun kabisat dan M > 2, J ditambah nilai 1, tahun kabisat adalah tahun yang habis
dibagi dengan angka 4.
Untuk melakukan penghitungan dengan periode 10 harian, maka nilai J diperoleh dari
persamaan (8b) dengan D sama dengan 5, 15, dan 25 pada setiap bulannya.
Besarnya N dihitung dengan rumus:

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

24
N ωs ................................................................................................................ (9)
π
dan Rnl dihitung dengan:

Rnl   Rld   Rlu   f (ε a  εvs ) σ Tk4 .................................................................. (10)

Dengan pengertian :
Rnl adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).

Rlu  adalah radiasi termal yang dipancar kan oleh tanaman dan tanah ke atmosfer

(MJ/m2/hari).
Rld  adalah radiasi gelombang panjang termal yang dipancar kan dari atmosfer dan awan

masuk ke permukaan bumi (MJ/m2/hari).


f adalah faktor penutupan awan, tanpa dimensi.

εa adalah emisivitas efektif atmosfer.

ε vs adalah nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah  0,98 (Jensen dkk., 1990).

σ adalah nilai konstanta Stefan-Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K4/hari.


Tk adalah suhu udara rata-rata, (K).

Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977):
n
f  0 ,9  0 ,1 .......................................................................................................... (11)
N

Emisivitas ( ε , ) dihitung dengan rumus (Jensen dkk. ,1990) :

ε ,  (ε a  εvs )  (ar  br ea )  ( 0,34  0,14 ea .....................................................(12)

Dengan pengertian :
ε , adalah emisivitas atmosfer

ea adalah tekanan uap air aktual (kPa).


a r adalah 0,34 - 0,44.

br adalah negatif 0,25 - negatif 0,14.


Kecepatan angin pada ketinggian 2 m adalah:

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

 4,87 
U 2  U z   ..................................................................................... (13)
 ln ( 67 ,8 z  5,42 ) 
Dengan pengertian :
U 2 adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m, (m/s).

U z adalah kecepatan angin pada ketinggian z m, (m/s).


z adalah ketinggian alat ukur kecepatan angin, (m).
Tekanan uap jenuh ( e s ) besarnya (Tetens, 1930):

 17 ,27 T 
e s  0,611 exp   ......................................................................................... (14)
 T  237 ,3 
Tekanan uap aktual ( e a ) dihitung dengan:

ea  e s x RH ...........................................................................................................(15)

Dengan pengertian :
RH adalah kelembaban relatif rata-rata, (%).

Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan (Murray, 1967):
4098 e s
 ...................................................................................................... (16)
(T  237 ,3 ) 2

Dengan pengertian :
 adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/o C).
T adalah suhu udara rata-rata, (o C).
e s adalah tekanan uap jenuh pada suhu T , (kPa).

Konstanta psikrometrik () dihitung dari (Brunt, 1952) :


cpP
10 3  0 ,00163
P
γ .................................................................................................. (17)
ελ λ
dengan pengertian :
 adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
cp adalah nilai panas spesifik udara lembap sebesar 1,013 kJ/kg/o C.
P adalah tekanan atmosfer, (kPa).
 adalah nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622.
 adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Tekanan atmosfer (P) dihitung dari (Burman dkk.,1987):


g
 T  τ (z  z o )  τ R
P  Po  ko  .............................................................................................. (18)
 Tko 
 
Dengan pengertian :
P adalah tekanan atmosfer pada elevasi z, (kPa).
Po adalah tekanan atmosfer pada permukaan laut, (kPa).
z adalah elevasi, (m).
zo adalah elevasi acuan, (m).
g adalah gravitasi = 9,8 m/s2.
R adalah konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K.
Tko adalah suhu pada elevasi zo, (K).
 adalah konstanta lapse rate udara jenuh = 0,006 5 K/m.
Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi
Tko = 293 K untuk T = 20o C dan Po = 101,3 kPa pada zo = 0.

Panas laten untuk penguapan () dihitung dengan rumus (Harrison, 1963):

λ  2,501  ( 2,361 x 10 3 )T ............................................................................... (19)

dengan pengertian :
 adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
T adalah suhu udara rata-rata, (o C).

Rumus : NFR = ETc + P + WLR – Re

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Dimana :
NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)
ETc = kebutuhan air tanaman (consumptive use) (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm/hari)

 WLR

Pergantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari
selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi (KP-01, 1986). WLR =
3,3 mm/hari

 P (Perkolasi)
Diambil : Tekstur Tanah ringan (lempung kepasiran)
P = 3-6 mm/hari
P = 3 mm/hari

 Re

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Re = 3,733

NFR = ETc + P + WLR – Re

= 7,0091 mm/hari + 3 mm/hari + 3,3 mm/hari – 3,733 mm/hari


= 9,342mm/hari
= 0,009342 m/hari
= 93,42 Ha/hari

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3.3 Perencanaan Bendung Tetap


3.3.1 Elevasi Puncak Mercu
Elevasi puncak mercu direncanakan dari elevasi sawah tertinggi. Perencanaan
elevasi puncak mercu direncanakan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti
kehilangan energy dan jenis material yang terbawa. Perhitungan elevasi puncak mercu
dengan asumsi kehilangan energy dan tekanan jika dijumlahkan sebesar 1,5 m.
Kehilangan energi tersebut terdiri dari:
- Dari Sal. Tersier Ke Sawah = 0,1 m
- Dari Sal. Sekunder Ke Tersier = 0,1 m
- Dari Sal. Induk Ke Sekunder = 0,1 m
- Akibat Kemiringan Saluran = 0,15 m
- Akibat Bangunan Ukur = 0,4 m
- Dari Intake Ke Saluran Induk = 0,2 m
- Kantong Sendimen = 0,1 m
- Tinggi Genangan = 0,15 m
- Eksploitasi = 0,1 m
Kemudian elevasi puncak yang direncanakan dikontrol dengan hasil perhitungan
antara elevasi dasar saluran dekat pintu pengambilan dengan elevasi ambang dari jenis
material yang terbawa, seperti lanau, memiliki elevasi ambang 0,5 m (KP-02, Hal 86)
serta tinggi bukaan maximum dari pintu pengambilan dan tinggi minimum pintu dari
puncak. Kedua elevasi puncak yang didapat dibandingkan dengan pertimbangan agar
sungai yang dibendung dapat mengaliri keseluruhan daerah irigasi sampai ke area
terjauh. Selain itu juga memperhitungkan dampak dari material yang terbawa oleh air
pada saluran.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Elevasi Puncak Mercu


1. Elevasi sawah tertinggi = 350 m
2. Tinggi genangan = 0.150 m
3. Kehilangan energy
- dari sal. tersier ke sawah = 0.100 m
- dari sal. sekunder ke tersier = 0.100 m
- dari sal. induk ke sekunder = 0.100 m
- akibat kemiringan saluran = 0.150 m
- akibat bangunan ukur = 0.400 m
- dari intake ke saluran induk = 0.200 m

- kantong sendimen = 0.100 m


4. Eksploitasi = 0.100 m
Elevasi Mercu Bendung = 351.400 m

Jadi elevasi puncak bendung tetap direncanakan +351,4 meter. Dengan


pertimbangan agar sungai yang dibendung dapat mengaliri keseluruhan daerah irigasi
sampai ke area terjauh. Selain itu juga memperhitungkan dampak dari material yang
terbawa oleh air pada saluran.
Perhitungan di atas dapat dimasukkan kedalam sebuah sketsa penampang
bendung beserta elevasi puncak bendung yang telah direncanakan, yang disajikan dalam
Gambar 3.1. Elevasi dasar saluran dekat pintu pengambilan adalah 348 m

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

H1 = 1,5741

P = 3,4

Gambar 3.1 Sketsa Penampang Bendung

3.3.2 Profil Bendung


a. Menghitung B Efektif / Lebar Mercu Efektif
Lebar efektif bendung diperkirakan dengan memperhatikan kontraksi aliran
pada pilar dan pangkal bendung. Gambar 3.2 direncanakan dalam KP-02,
menyajikan mengenai perencanaan lebar efektif bendung dan perencanaan seperti
apa saja yang seharusnya diberikan. Perhitungan lebar efektif bendung dapat
dihitung dengan Persamaan 3.1.

B ' eff  B  2(n.K p  K a ).H


…1 (3.1)

Dimana :
N = jumlah pilar tengah (Direncanakan 2 buah dengan lebar
pilarmasing - masing 1 m)
Kp = koefisien kontraksi pilar (KP – 02 hal 40)
= 0,01 (Direncanakanpilar berujung bulat)
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,1
H1 = Tinggi energi (m)

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

B = lebar mercu bruto / lebar mercu yang sebenarnya (m)

Gambar 3.2 Sketsa Perencanaan Lebar Bendung


𝑩𝒆𝒇𝒇 = 𝑩 − 𝟎, 𝟐𝟒(𝑯𝒅)
= 19 – 0,24(1,5183)
= 18,6356 m ≈ 18,60 m

b. Menghitung Tinggi Energi dari Puncak Mercu (H1)


(Hd) merupakan tinggi permukaan air dihitung dari puncak mercu. (Hd)
dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 3.2 yang juga merupakan Rumus
debit yang melimpah diatas mercu.

3
Q  Cd 2
3
g 23 B 'eff H1 2 …(3.2)

Dimana:
Q = Debit banjir rancangan (direncanakan 370 m3/dt)
Cd = 1,33 (Asumsi koefisien debit rancangan)
B’eff = lebar efektif bendung
Hd = Tinggi energy dari puncak mercu
35,281 = 18 Hd^1.5 0,24 Hd^2.5
Hd

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

1 = 18,760
1,5 = 34,6396
1,5183 = 35,2811
2 = 53,455
Tabel 3.1 Perhitungan Nilai Hd

Kemudian dengan cara Numerik Metode Newton-Rhapson untuk mendapatkan


Hd, nilai Hd sembarang dimasukkan kedalam persamaan sampai mendapatkan
hasil yang sesuai.
Hasil perhitungan Hd ditampilkan yang memaparkan perhitungan Numerik
Metode Newton-Rhapson dan disebutkan hasil Hd direncanakan sebesar 1,5741 m
dari puncak mercu.

c. Menghitung Koefisien Limpahan Mercu


Koefisien limpahan mercu direncanakan dengan menggunakan cara coba –
coba dengan menyamakan hasil koefisien limpahan desain (Cd) pada Persamaan
3.3 dengan koefisien limpahan actual (C) yang didapat dari Persamaan 3.4.
Berikut perhitungan koefisien limpahan mercu.

0 , 99
H 
C d  2,20  0,0416 1 
 p  …(3.3)

  h 
1  2a 
 1 
H
C  1,6 
  h 
1  a  …(3.4)
  1 
H

Dimana:
p = Tinggi bendung yang direncanakan (m)
h = Tinggi energy dari puncak mercu
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu
(Diasumsikan H1=h ; dan Cd = C)

Menghitung Tinggi Bendung

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

P = Elevasi puncak mercu – Elevasi dasar sungai


= 351,4 – 348
= 3,4 m

Menghitung Koefisien Limpahan Desain (Cd)


𝑯𝒅
𝑪𝒅 = 𝟐, 𝟐 − 𝟎, 𝟎𝟒𝟏𝟔( 𝑷 )𝟎,𝟗𝟗

= 2,2 – 0,0416(1,5183/3,4)0,99
= 2,1813

Keterangan:
Cd = Koefisien Limpasan pada saat h =Hd
P = Tinggi Bendung
Hd = Tinggi Energi di Atas Mercu

Menghitung Koefisien Limpahan Mercu Aktual (C) Dengan Asumsi h-Hd = 0,001
𝒉
𝟏 + (𝟐 𝒙 𝒂 𝒙 )
𝑯𝒅
𝑪 = 𝟏, 𝟔 𝒙 𝒉
𝟏 + (𝒂 𝒙 )
𝑯𝒅

a = 0,5707

2,1813 = C
a
0,5000 = 2,1333
0,5100 = 2,1404
0,5200 = 2,1474
0,5300 = 2,1542
0,5400 = 2,1610

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

0,5500 = 2,1677
0,5600 = 2,1744
0,5700 = 2,1809
0,5707 = 2,1814
Tabel 3.2 Perhitungan Nilai A dengan Metode Newton Raphson

Kemudian dengan cara Numerik Metode Newton-Rhapson untuk


mendapatkan a, nilai a sembarang dimasukkan kedalam persamaan sampai
mendapatkan hasil yang sesuai. Hasil perhitungan a ditampilkan yang
memaparkan perhitungan Numerik Metode Newton-Rhapson dan disebutkan hasil
a direncanakan sebesar 0,5707 m.

d. Rating Curve Diatas Mercu


Rating curve merupakan perhitungan debit yang melimpah diatas mercu
bendung. Perhitungan rating curve dapat menggunakan Persamaan 3.5. Didalam
menghitung ating curve ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu nilai tinggi
tekanan (H1), lebar efektif bendung dan nilai koefisien limpahan actual yang
sudah direncanakan.

3 …(3.5)
Q  C.B' eff .H 1 2
Dimana:
Q = Debit Aliran diatas Mercu (m3/dt)
C = Koefisien Limpahan Actual
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)
Beff = Lebar Mercu Efektif (m)

Hd C Q h = 2/3Hd Elevasi
0,000 1,600 0,000 0,000 351,400
0,100 1,658 0,975 0,067 351,467
0,200 1,712 2,848 0,133 351,533
0,300 1,762 5,386 0,200 351,600
0,400 1,809 8,513 0,267 351,667
0,500 1,853 12,186 0,333 351,733
0,600 1,894 16,377 0,400 351,800

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

0,700 1,933 21,060 0,467 351,867


0,800 1,970 26,218 0,533 351,933
0,900 2,004 31,833 0,600 352,000
1,000 2,037 37,890 0,667 352,067
1,100 2,068 44,377 0,733 352,133
1,200 2,097 51,281 0,800 352,200
1,300 2,125 58,591 0,867 352,267
1,400 2,152 66,295 0,933 352,333
1,500 2,177 74,385 1,000 352,400
1,518 2,181 75,910 1,012 352,412
Tabel 3.3 Perhitungan Debit dan El. Debit di Atas Bendung

352.6
352.4
352.2
352.0
elevasi (m)

351.8
351.6
351.4
351.2
0 20 40 60 80 100
Debit (m^3/s)
Gambar 3.3 Perbandingan antara Elevasi dan Debit pada Bendung

Menghitung Profil Mercu

Profil mercu yang digunakan adalah tipe Ogee. Direncanakan mercu


tipe ogee dengan kemiringan permukaan hulu vertical k = 1,939 dam n = 1,81. Sketsa
penampang mercu tipe ogee disajikan dalam Gambar 3.4 dan disebutkan bahwa mercu
tersebut memiliki dua buah jari-jari yaitu R1 dan R2 beserta jarak antara puncak mercu
dengan jari-jari tersebut (X1 dan X2).

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Berikut perhitungan jari-jari pada mercu tipe ogee dan perhitungan jaraknya.
R1 = 0.5*Hd 0,7592 m
Profil Mercu R2 = 0.2*Hd 0,3037 m
Lengkung hulu X1 = 0.175*Hd 0,2657 m
X2 = 0.282*Hd 0,4282 m

Lengkung Hulu 1
Mercu tipe ogee memiliki dua jari-jari lingkaran sehingga dihitung untuk tiap
lingkarannya. Menghitung lingkaran yang pertama atau disebut juga dengan lengkung
hulu satu. Menentukan koordinat pusat dari lengkung hulu satu yang juga merupakan
pusat lingkaran dari lingkaran pertama.
X1=0
Y1=EI Puncak - R1
= 351,4 – 0,7592
= +350,64 m
Jadi dari perhitungan didapat hasil ( 0 ; +350,64) dengan jari-jari sebesar 0,7592 m.

Lengkung Hulu 2
Menghitung lingkaran yang kedua atau disebut juga dengan lengkung hulu dua.
Menentukan koordinat pusat dari lengkung hulu dua yang juga merupakan pusat
lingkaran dari lingkaran kedua.
Y1 =EI Puncak - R1 + (R1-R2) x sin (sudut)
= 351,4 – 0,7592 + (0,7592 - 0,3037) x sin (1,21322)
= +351,06 m
Pusat Lingkaran = -0,159 ; 351,06
Jari –Jari = 1,213
Jadi dari perhitungan didapatkan pusat lingkaran (-0,159 ; 351,06) dengan jari jari
sebesar 1,213 m.

Lengkung Hilir
Menghitung lengkung hilir pada mercu. Lengkung hilir merupakan bentuk
lengkungan yang nantinya akan dilewati oleh debit yang melimpah diatas mercu. Dalam
menghitung elevasi lengkungan di hilir dimulai dari titik x=0 atau pada posisi puncak
mercu. Dan kemudian secara bertahap menambahkan jarak untuk mendapatkan nilai Y.
Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 3.4 dan Gambar 3.4

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

X Y
lengkung
-0,4439 351,2019
2
-0,4239 351,2348
-0,4039 351,2607
-0,3839 351,2818
-0,3639 351,2996
-0,3439 351,3146
-0,3239 351,3273
-0,3039 351,3380
-0,2839 351,3469
lengkung
-0,2755 351,3502
1
-0,2555 351,3574
-0,2355 351,3639
-0,2155 351,3699
-0,1955 351,3753
-0,1755 351,3802
-0,1555 351,3845
-0,1355 351,3883
-0,1155 351,3915
-0,0955 351,3942
-0,0755 351,3964
-0,0555 351,3980
-0,0355 351,3992
-0,0155 351,3998
0,0045 351,4000
0,0245 351,3996
0,0445 351,3987
0,0645 351,3974
0,0845 351,3954
0,1045 351,3930
lengkung
0,0000 351,4
hilir
0,1000 351,3952

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

0,2000 351,3827
0,3000 351,3633
0,4000 351,3376
0,5000 351,3057
0,6000 351,2679
0,7000 351,2242
0,8000 351,175
0,9000 351,1202
1,0000 351,06
1,1000 350,9944
1,2000 350,9236
1,3000 350,8476
1,4000 350,7664
1,5000 350,6801
1,6000 350,5888
1,7000 350,4926
1,8000 350,3914
1,9000 350,2853
2,0000 350,1743
2,1000 350,0585
2,2000 349,9379
2,3000 349,8126
2,4000 349,6826
2,5000 349,5479
2,6000 349,4085
2,7000 349,2645
2,8000 349,1158
2,9000 348,9626
3,0000 348,8049
3,1000 348,6426
3,2000 348,4758
3,3000 348,3045
3,4000 348,1287
3,4717 348,000

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Tabel 3.4 Perhitungan Lengkung

Tabel 3.4 Perhitungan Lengkung Mercu

3.3.3 Profil Aliran


a. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran digunakan untuk merencanakan nilai hz. hz diperoleh
dengan cara coba-coba dengan menyamakan kedua persamaan dibawah ini,
yaitu Persamaan 3.6 dan Persamaan 3.7. merupakan rumus yang digunakan
untuk menghitung kecepatan aliran. Dengan data masukan sebagai berikut:
Hd = Tinggi energi di puncak mercu (m)
Ep = Elevasi Puncak (m)
Q = Debit banjir rencana (m3/dt)
g = Percepatan Gravitasi (m/dt2)
Leff = Lebar efektif mercu (m)
Data tersebut kemudian dimasukkan kedalam Persamaan 3.6 dan
Persamaan 3.7, seperti yang dibawah ini. Persamaan tersebut digunakan untuk
mencari hz.
hz dicari untuk setiap elevasi mercu yang sudah direncanakan (Y), sampai
mendapatkan nilai pada Persamaan 3.6 dan Persamaan 3.7 yang mendekati
sama.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Vz  2.g z  H1  hz   1 …(3.6)

 2
Q …(3.7)
Vz 
Beff .hz

Dimana:
Vz = Kecepatan aliran (m/dt)
Q = Debit banjir rancangan (m3/dt)
hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)
Beff = Lebar Mercu Efektif (m)
z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.
G = Percepatan gravitasi (m/dt2)

b. Froud Number
Menghitung froud number, froud number atau bilangan froud dicari
untuk mengetahui kriteria aliran seperti apa yang melimpah diatas mercu.
Terdapat tiga kriteria atau kondisi aliran pada umumnya yaitu, sub-kritis, kritis
dan super kritis. Bilangan froud dapat dicari menggunakan Persamaan 3.8,
dengan data masukan berupa kecepatan aliran (Vz), tinggi elevasi muka air
dari mercu (hz), dan percepatan gravitasi (g).

Vz
FR 
g.hz
…(3.8)
Dimana:
Fz = Bilangan froud
Vz = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Kecepatan Aliran
Elevasi Bendung Elevasi Muka Air Garis Energi Froude
X (m) z hz Jenis Aliran
(m) (m) (m) Number
1 2

-0,4439 351,2019 0,20 1,200 352,600 352,97 3,79 3,35 0,98 sub kritis
-0,4239 351,2348 0,17 1,200 352,600 352,97 3,79 3,25 0,95 sub kritis
-0,4039 351,2607 0,14 1,200 352,600 352,97 3,79 3,17 0,93 sub kritis
-0,3839 351,2818 0,12 1,200 352,600 352,97 3,79 3,11 0,91 sub kritis
-0,3639 351,2996 0,10 1,200 352,600 352,97 3,79 3,05 0,89 sub kritis
-0,3439 351,3146 0,09 1,200 352,600 352,97 3,79 3,00 0,88 sub kritis
-0,3239 351,3273 0,07 1,200 352,600 352,97 3,79 2,96 0,86 sub kritis
-0,3039 351,3380 0,06 1,200 352,600 352,97 3,79 2,93 0,85 sub kritis
-0,2755 351,3502 0,05 1,200 352,600 352,97 3,79 2,88 0,84 sub kritis
-0,2555 351,3574 0,04 1,200 352,600 352,97 3,79 2,86 0,83 sub kritis
-0,2355 351,3639 0,04 1,200 352,600 352,97 3,79 2,84 0,83 sub kritis
-0,2155 351,3699 0,03 1,200 352,600 352,97 3,79 2,82 0,82 sub kritis
-0,1955 351,3753 0,02 1,200 352,600 352,97 3,79 2,80 0,82 sub kritis
-0,1755 351,3802 0,02 1,200 352,600 352,97 3,79 2,78 0,81 sub kritis
-0,1555 351,3845 0,02 1,200 352,600 352,97 3,79 2,76 0,81 sub kritis
-0,1355 351,3883 0,01 1,200 352,600 352,97 3,79 2,75 0,80 sub kritis
-0,1155 351,3915 0,01 1,200 352,600 352,97 3,79 2,74 0,80 sub kritis
-0,0955 351,3942 0,01 1,200 352,600 352,97 3,79 2,73 0,80 sub kritis
-0,0755 351,3964 0,00 1,200 352,600 352,97 3,79 2,72 0,79 sub kritis
-0,0555 351,3980 0,00 1,200 352,600 352,97 3,79 2,72 0,79 sub kritis
-0,0355 351,3992 0,00 1,200 352,600 352,97 3,79 2,71 0,79 sub kritis
0,0000 351,4000 0,00 1,049 352,449 352,97 4,33 3,21 1,00 kritis
0,1000 351,3952 0,00 0,900 352,295 352,97 5,05 3,65 1,23 super kritis
0,2000 351,3827 0,02 0,900 352,283 352,97 5,05 3,68 1,24 super kritis
0,3000 351,3633 0,04 0,900 352,263 352,97 5,05 3,73 1,26 super kritis
0,4000 351,3376 0,06 0,900 352,238 352,97 5,05 3,80 1,28 super kritis
0,5000 351,3057 0,09 0,900 352,206 352,97 5,05 3,88 1,31 super kritis
0,6000 351,2679 0,13 0,900 352,168 352,97 5,05 3,98 1,34 super kritis
0,7000 351,2242 0,18 0,900 352,124 352,97 5,05 4,08 1,37 super kritis
0,8000 351,1750 0,23 0,900 352,075 352,97 5,05 4,20 1,41 super kritis
0,9000 351,1202 0,28 0,900 352,020 352,97 5,05 4,33 1,46 super kritis
1,0000 351,0600 0,34 0,900 351,960 352,97 5,05 4,46 1,50 super kritis
1,1000 350,9944 0,41 0,900 351,894 352,97 5,05 4,60 1,55 super kritis
1,2000 350,9236 0,48 0,900 351,824 352,97 5,05 4,75 1,6 super kritis
1,3000 350,8476 0,55 0,900 351,748 352,97 5,05 4,91 1,65 super kritis
1,4000 350,7664 0,63 0,900 351,666 352,97 5,05 5,07 1,70 super kritis
1,5000 350,6801 0,72 0,900 351,580 352,97 5,05 5,23 1,76 super kritis
1,6000 350,5888 0,81 0,900 351,489 352,97 5,05 5,40 1,82 super kritis
1,7000 350,4926 0,91 0,900 351,393 352,97 5,05 5,57 1,87 super kritis
1,8000 350,3914 1,01 0,900 351,291 352,97 5,05 5,75 1,93 super kritis
1,9000 350,2853 1,11 0,900 351,185 352,97 5,05 5,92 2,0 super kritis
2,0000 350,1743 1,23 0,900 351,074 352,97 5,05 6,11 2,05 super kritis
2,1000 350,0585 1,34 0,900 350,959 352,97 5,05 6,29 2,12 super kritis
2,2000 349,9379 1,46 0,900 350,838 352,97 5,05 6,47 2,18 super kritis
2,3000 349,8126 1,59 0,900 350,713 352,97 5,05 6,66 2,24 super kritis
2,4000 349,6826 1,72 0,900 350,583 352,97 5,05 6,85 2,31 super kritis
2,5000 349,5479 1,85 0,900 350,448 352,97 5,05 7,04 2,37 super kritis
2,6000 349,4085 1,99 0,900 350,308 352,97 5,05 7,23 2,43 super kritis
2,7000 349,2645 2,14 0,900 350,164 352,97 5,05 7,42 2,50 super kritis
2,8000 349,1158 2,28 0,900 350,016 352,97 5,05 7,62 2,56 super kritis
2,9000 348,9626 2,44 0,900 349,863 352,97 5,05 7,81 2,63 super kritis
3,0000 348,8049 2,60 0,900 349,705 352,97 5,05 8,01 2,70 super kritis
3,1000 348,6426 2,76 0,900 349,543 352,97 5,05 8,21 2,76 super kritis
3,2000 348,4758 2,92 0,900 349,376 352,97 5,05 8,40 2,83 super kritis
3,3000 348,3045 3,10 0,900 349,204 352,97 5,05 8,60 2,89 super kritis
3,4000 348,1287 3,27 0,900 349,029 352,97 5,05 8,80 2,96 super kritis
3,4717 348,0000 3,40 0,900 348,900 352,97 5,05 8,94 3,01 super kritis

Tabel 3.5 Perhitungan z, hz, dan Jenis Aliran

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3.3.4 Kolam Olakan


Perencanaan kolam olakan diambil dari KP-02 dengan merencanakan jenis aliran
tenggelam (y2> 2/3 H1). Pada Gambar 3.4 disajikan sketsa perencanaan penampang
kolam olakan pada umumnya.

Gambar 3.5 Sketsa Penampang Kolam Olakan Secara Umum

a. Kecepatan Awal Loncatan


Kecepatan awal loncatan direncanakan dengan menggunakan
Persamaan 3.9, dimana data masukannya berupa percepatan gravitasi (g),
tinggi energi (H1), dan selisih anatar elevasi puncak mercu dengan elevasi
mercu yag sudah direncanakan (z). Berikut Hasil perhitungan menggunakan
Persamaan 3.9 yang juga merupakan rumus kecepatan awal loncatan.

V1  2.g (0,5.H1  z ) …(3.9)

Dimana:
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)
z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

𝑉1 = √2. 𝑔(0,5. 𝐻𝑑 + 𝑧)

𝑉1 = √2.9,81(0,5. 1,574 + 3,4)

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

𝑉1 = 9,06365 𝑚/𝑑𝑒𝑡
b. Kedalaman Konjugasi
Kedalaman konjugasi direncanakan dengan menggunakan Persamaan
3.10, dimana data masukannya berupa bilangan froud (Fz), dan kedalaman air
di awal loncatan (yu). Dan sebelum kita dapat menentukan nilai kedalaman
konjugasi (y2) terlebih dahulu harus menentukan kedalaman air di awal
loncatan (yu) dengan menggunakan Persamaan 3.11, dengan data masukan
seperti percepatan gravitasi (g), Kecepatan awal loncatan (V1) dan bilangan
froud (Fz). Berikut Hasil perhitungan menggunakan Persamaan 3.11 yang
juga merupakan rumus untuk menentukan yu dan juga Persamaan 3.10 yang
digunakan untuk menentukan y2.

V  1
2

yu   1    …(3.11)
 Fr   g 
yu
y2  ( 1  8.Fr  1)
2 …(3.10)
Dimana:
y2 = Kedalaman konjugasi (m) Fz = Bilangan froud
V1 =Kecepatan awal loncatan g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
(m/dt)
𝑉1 2 1
𝑦𝑢 = ( ) ( )
𝐹𝑟 𝑔
9,0637 2 1
𝑦𝑢 = ( ) ( )
3,01 9,81
𝑦𝑢 = 0,92495 𝑚

𝑦𝑢
𝑦2 = (√1 + 8. 𝐹𝑟 2 − 1
2
0,92495
𝑦2 = (√1 + 8. 3,012 − 1
2
𝑦2 = 1,8532 m

Kontrol : y2 > 2/3 Hd


1,8532 > 1,049 OK!

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

c. Panjang Kolam Olakan


Panjang kolam olakan dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.12,
dengan data masukan seperti kedalaman konjugasi (y2) dan tinggi ambang rencana
(n). Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan Persamaan 3.12.

Lj = 5.(n + y2) … (3.12)

Dimana:
L = Panjang kolam olakan (m)
n = Tinggi ambang (m)
y2 = Kedalaman konjugasi

Lj = 5.(n + y2)
Lj = 5(0,5 + 1,8532)
Lj = 11,75696 m

3.3.5 Struktur Bawah


a. Pondasi
Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di
atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap
beratnya sendiri, beban – beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar seperti:
tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan level
melebihi batas yang diijinkan.

Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban
bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi merupakan bagian
struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya adalah menopang
bangunan diatasnya, maka proses pembangunannya harus memenuhi persyaratan
utama sebagai berikut:
1. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak)

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3. Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca


4. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia

b. Galian Tanah
Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada gambar. Semua bekas-
bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar pohon yang terdapat pada bagian pondasi yang
akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang. Bekas-bekas pipa saluran yang tidak dipakai
harus disumbat.
Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air, pipa gas, pipa-
pipa pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih dipergunakan,
maka secepatnya diberitahukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau instansai yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan-
kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila ternyata penggalian melebihi
kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor harus mengisi/ mengurangi daerah
tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang
sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi
tersebut bebas dari longsoran-longosoran tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi
oleh alat-alat penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila perlu dipompa), sehingga
pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis, sambil
disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya
boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan tanahnya maupun jenis tanah
bekas galian tersebut

3.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pembilas


Bangunan pengambilan dan pembilas merupakan bangunan utama dalam perencanaan
bendung. Kedua bangunan tersebut dilengkapi pintu yang bagian depannya terbuka, dan
besaran bukaan pintu tersebut bergantung pada kecepatan aliran yang dizinkan (KP-02, hal.
84).
3.4.1 Bangunan Pengambilan

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Perencanaan pintu pengambilan dalam KP-02 harus didasarkan pada


kebutuhan pengambilan untuk keseluruhan area irigasi. Kapasitas pengambilan harus
sekurang – kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna menambah
fleksibilitas dan memenuhi kebutuhan lebih tinggi (KP-02, hal. 84). Dari perencanaan
sebelumnya telah direncanakan beberapa data.
Luas daerah irigasi ( netto ) = 650 Ha
Kebutuhan air sawah ( q ) = 1,83288 lt/dt/Ha
Effisiensi Irigasi = 86 %
El. dasar sungi dekat pintu pengambilan = 348 meter
El. muka tanah pada tepi sungai ( tanggul sungai ) = 353 meter
El. Sawah tertinggi = 350,00 meter
v (kecepatan air di saluran primer) = 2,00 m/det
t( kehilangan tinggi energi di muka pintu KP-02:158 ) = 0,1 m

Sketsa Perencanaan pintu pengambilan ini dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Pada gambar tersebut dijelaskan bahwa ada dua tipe perencanaan pintu pengambilan,
bergantung dari jenis alirannya, yaitu aliran tidak tenggelam dan aliran tenggelam.
Dan pada perencanaan ini direncanakan menggunakan tipe aliran tenggelam.

Gambar 3.6 Sketsa Perencanaan Pintu Pengambilan


(a) Aliran Tidak Tenggelam ; (b) Aliran Tenggelam

a. Perhitungan Debit yang Dibutuhkan untuk Pengambilan

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Debit yang dibutuhkan untuk pengambilan direncanakan dengan


mengalikan luas daerah irigasi dengan kebutuhan air perluasan daerah.
Persamaan 4.17 dapat menjelaskan perhitungan tersebut.

Aq
Qp  … (3.13)
Dimana : Eff
Qp = Debit pengambilan (m3/dt)
A = Luas daerah irigasi (ha)
Eff = Efisiensi irigasi (80%)

Qkebutuhan = A (luas daerah) x q


= 650 x 1,83288
= 1191,372 lt/dt
= 1,191372 m3/dt

Qrencana = Qkebutuhan x 1,2 : Efisiensi Irigasi


= 1,42965 : 86 %
= 1,66238 m3/dt

Jadi debit yang dibutuhkan untuk pengambilan direncanakan 1,66238


m3/dt, debit tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pengambilan yang
lebih tinggi.

b. Perencanaan Dimensi Pintu dan Pilar


Perencanaan dimensi pintu dan pilar meliputi lebar dan jumlah yang
nantinya akan digunakan dalam bangunan pengambilan. Dalam perencanaan
sebelumnya direncanakan aliran tenggelam pada bangunan pengambilan, hal
tersebut dikarenakan untuk mengantisipasi tinggi muka air yang berubah –
ubah (KP-02, hal 71).
Dan untuk merencanakan lebar pintu atau bukaan pada bangunan
pengambilan digunakan rumus debit untuk aliran tenggelam pada Persamaan
3.14.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Q  .a.b 2.g.z ...(3.14)

Dimana :
Q = Debit pengambilan (m3/dt)
 = Koefesien debit direncanakan 0,8 (KP 02, hal 85)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
g = Percepatan grafitasi (m/dt2)
b = Lebar pintu (m)
z = Kehilangan tinggi energi (KP 02, hal 85)

Hasil perhitungannya sebagai berikut:


a = 0,5695 m
µ = 0,8
g = 9,81 KN/m3
H1 = 1,5741 m
H2 = 1,4741 m

𝑄 = 𝜇. 𝑎. 𝑏√2. 𝑔. 𝑧

1,6624 = 0,8 . 0,5695 . 𝑏 √2𝑥9,81𝑥0,1


1,664 = 0,6382 b
b = 2,6048 m
b ≈ 2,7 m
Perencanaan Pintu Pengambilan 1 pilar + 2 pintu = 3,7 m
total = 3,7 m

Jadi dapat direncanakan bangunan pengambilan memiliki 1 buah pilar dengan


lebar 1 meter dan 2 buah pintu dengan lebar 1,35 meter untuk 1 buahnya. Jadi lebar
total bangunan pengambilan adalah 3,7 meter. Sketsa tampak atas dari bangunan
pengambilan disajikan pada Gambar 3.6

1,35 m

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Gambar 3.7 Sketsa Tampak Atas Dari Bangunan Pengambilan

c. Perhitungan Dimensi Saluran Primer


Merencanakan dimensi saluran primer didasarkan pada luasan daerah
irigasi dan debit pengambilan yang telah direncanakan. Direncanakan
menggunakan saluran berbentuk trapesium. Perhitungan dapat dilakukan
dengan Persamaan 3.15.

Q  AV …(3.15)

Dimana:
A = Luas saluran ( m2 )
V = Kecepatan air pada saluran primer (1 - 2 m/dt )
direncanakan 2 m/dt (KP-02, hal.84)
Dimensi Saluran Primer
A (saluran) = Qrencana / v
2
= 0,831189767 m

b :h = 1:1
b = 1 h

A (saluran) = (b+mh) h
0,831 = (h + h ) h
0,831 = 2 h2
h = 0,64 ≈ 1 m
b = 0,64 ≈ 1 m

M.A.N ( Muka Air Normal ) = El Dasar Sungai + 3,4 tinggi bendung (P)
= 348,00 + 3,4
= 351,40 m

M.A.P ( Muka Air Primer ) = M. A. N - t - n


= 351,4 - 0,1 - 0,1
= 351,2

Elevasi dasar saluran primer = M.A.N - h


= 351,40 - 1,00
= 350,40

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3.4.2 Bangunan Pembilas


Perencanaan bangunan pembilas juga harus didasarkan KP-02. Seperti yang
sudah kita ketahui, fungsi dari bangunan pembilas adalah membilas sedimen –
sedimen yang menumpuk dengan cara membuka pintu pembilas secara berkala. Data
yang dibutuhkan dalam merencanakan bangunan pembilas hampir sama dengan yang
digunakan untuk merencanakan bangunan pengambilan.
 Lebar Pintu Pembilas (KP-02, Hal.88): 45% Lebar Pintu Pengambilan
Jadi perhitungan perencanaan bangunan pembilas sebagai berikut, terdiri dari
perencanaan kecepatan aliran pada bangunan pembilas dengan Persamaan 3.16 dan
lebar bangunan pembilas dengan Persamaan 3.17.

a. Kecepatan Aliran pada Pintu Pembilas

Vc  2.g.h …(3.16)
Dimana:
g = Percepatan grafitasi (m/dt2)
h = Direncanakan 0,8 dari beda tinggi antara puncak mercu dan dasar
sungai kemudian kecepatan aliran tersebut dikontrol terhadap kecepatan izin
yang harus dialirkan.
>> Kecepatan Aliran pada Pintu Pembilas

Q pembilas = Q pengambilan = 1.6624 m3 /dt


Koefisien endapan material [C] :( 3.2-5.5 ) = 3
Diameter maksimum = 0.015 m
>> Kecepatan pembilas yang diperlukan
Vc = 1.5 x C x √ (d)
Vc = 0.551 m/det
>> Lebar Pintu Pembilas
Bp = 45 % Lebar pintu pengambilan
= 0.61 m dianjurkan
>> Perencanaan : 2 buah pilar = 2 m
3 𝑞2 2 buah pintu = 3 0,5172 1.22 m
𝑉𝑐 = √ (𝐾𝑃 − 02 ℎ𝑎𝑙 63) = √ 3.22 m
𝑔 9,81
>> Kecepatan Kritis
q = Qpembilas
Bp
Vc = 1,7185 m/det = 1.6624
3.22
= 0.517 m2 /det

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

>> Kontrol
Vc kritis > Vc pembilas
1.7185 > 0.5511 OK !!

1/10 Lebar normal sungai < 3.22 < 1/6 Lebar normal sungai
2.00 < 3.22 < 3.33333 OK !!

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Jadi kecepatan aliran pada pintu pembilas direncanakan 0,551 m/dt.


Dan perhitungan lebar pintu pembilas direncanakan. Dan dari hasil
perhitungan direncanakan bangunan pembilas (Bp) memiliki 2 buah pintu
dengan lebar 0,61 meter pada kedua pintu dan memiliki 2 buah pilar dengan
lebar 1 meter pada kedua pilar. Jadi lebar bangunan pembilas direncanakan
3,22 meter. Perencanaan tersebut sudah dikontrol dengan beberapa criteria
yang seharusnya dan hasilnya perencanaan tersebut memenuhi criteria yang
direncanakan. Sketsa penampang melintang dari bangunan pembilas disajikan
pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 Sketsa Dari Bangunan Pembilas dan Bangunan Pengambilan


>> Kecepatan Aliran pada Pintu Pembilas

b. Lebar Pintu Pembilas ( Bp ) (KP 02 hal.88)


Q pembilas = Q pengambilan = 1.6624 m3 /dt
KoefisienBp = 45%
endapan x Lebar
material [C] :( Total
3.2-5.5Bangunan
) Pengambilan
= …(3.17)
3
Diameter maksimum = 0.015 m
>> Kecepatan Kontrol
pembilasLebar Pintu Pembilas= 1/10 B bendung
yang diperlukan ≤ B ≤ 1/6 B bendung (KP 02
hal. 88) Vc = 1.5 x C x √ (d)
Vc = 0.551 m/det
>> Lebar Pintu Pembilas
Bp = 45 % Lebar pintu pengambilan
= 0.61 m dianjurkan
>> Perencanaan : 2 buah pilar = 2 m
2 buah pintu = 1.22 m
>> Kontrol
3.22 m
Vc kritis > Vc pembilas
>> Kecepatan Kritis
1.7185
Kontrol > 0.5511 OK !!
q = Qpembilas
1/10 Lebar normal sungai < 3.22 < 1/6 LebarBp
normal sungai
2.00 < 3.22 = < 1.6624
3.33333 OK !!
3.22
= 0.517 m2 /det

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3.4.3 Kantong Lumpur


Kantong Lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan
fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dan fraksi halus (<0.06-0.07 mm)
agar tidak masuk jaringan dan biasanya ditempatkan disebelah hilir
bangunan pengambilan (intake).
Meskipun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan
pengambilan dan pengelak sedimen yang dapat mencegah masuknya
sedimen ke dalam jaringan irigasi, namu masih ada partikel-partikel halus
yang masuk jaringan tersebut. Untuk mencegah agar sedimen ini tidak
mengendap disaluran irigasi, bagian awal dari saluran primer persis di
sebelah belakangnya direncanakan untuk berfungsi sebagai kantong
Lumpur.
Bahan – bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong
Lumpur biasa dan harus diangkat melalui jaringan saluran ke sawah –
sawah. Bahan yang telah mengendap di kantong kemudian dibersihkan
secara berkala. Pembersihan biasanya dilakukan dengan menggunakan
aliran air yang deras untuk mengahanyutkan bahan endapan tersebut
kembali ke sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan dilakukan dengan
cara yang lain, yaitu dengan jalan mengeruk.
a. Penetapan Lokasi Kantong Lumpur
Keadaan topografi tepi sungai maupun kemiringan sungai akan
mempengaruhi perencanaan kantong Lumpur. Kemiringan sungai harus
cukup curam untuk menciptakan kehilangan energi yang diperlukan untuk
pembilasan di sepanjang kantong Lumpur. Kantong Lumpur dan
bangunan–bangunan pelengkap bendung memerlukan banyak ruang, oleh
karena itu kemungkinan penempatannya harus ikut dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi bangunan utama. Apabila diperlukan dua bangunan
pengambilan maka juga diperlukan dua buah kantong lumpur dalam
keadaan penuh.
b. Dua Perencanaan Kantong Lumpur
Beberapa data digunakan untuk perencanaan kantong Lumpur, antara
lain data topografi untuk penempatan kantong Lumpur.
Kemiringan yang memadai guna pekerjaan penggelontoran sedimen
di kantong Lumpur.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Data sedimen meliputi diameter sedimen :


1. Volume sedimen (diasumsikan sebesar 0.5 ml dari volume air yang mengalir dari
kantong Lumpur).
2. Kebutuhan irigasi di pintu pengambilan

Gambar 3.9 Tipe Tata Letak Kantong Lumpur

Data :
ukuran butir tanah yang mengendap di atas kantong lumpur = 0,2 mm
kecepatan endap (W) = 0,02 m/det
Q pengambilan rencana = 1,662379535 m3/det
Dalam perencanaan ini diasumsikan air dari pintu pengambilan membawa sedimen dengan konsentrasi 0,1% yang harus diendapkan
Direncanakan interval waktu pembilas T= 1 minggu T (7 x 24 x 3600) = 604800 det

Perhitungan :
1) Volume sedimen yang harus ditampug (Vs)
Vs = 0.0001. T . Q
= 100,5407 m3
2). Luas Saluran yang diperlukan
L. B = Q = 1,662379535 = 83,119 m
W 0,02
3). Lebar Kantong Lumpur ditetapkan (B) > 8 m = 10 meter
sehingga panjang kantong lumpur minimal :
L (L.B/B) = 8,31 m
4). Kecepatan aliran di kantong lumpur direncanakan ( v ): 0,4 m/det
sehingga luas tampang melintang aliran dikantong lumpur dapat dihitung :
A= Q = 1,662379535 = 4,156 m2
v 0,4
5). Kedalaman Aliran dihitung saat kantong sedimen dalam keadaan penuh.
h = A = 4,156 = 0,416 m
B 10
6). Kedalaman sedimen pada saat kantong penuh
hs = Vs = 100,5407143 = 1,2096 m
L.B 83,11897674
7). Kemiringan dasar kantong sedimen direncanakan dengan koefisien kekasaran stickler ks 40
=

v 2
is  2 / 3
iz = 0,001547 m
k s .( B .h )
0,4 2
is 
40 .( 10 . 1, 453 ) 2 / 3
MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010
TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3.5 Analisis Stabilitas


Analisis stabilitas pada bendungan merupakan perhitungan gaya – gaya yang bekerja
pada bendungan tersebut. Gaya – gaya yang bekerja pada bendungan diantaranya tekanan air
aktif maupun pasif, gaya gempa, berat bangunan, dan beberapa gaya yang berpengaruh
lainnya.
Analisa stabilitas dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi normal (tidak ada aliran
diatas mercu) dan kondisi extreme (kondisi pada saat banjir rencana maksimum dan kondisi
saat gempa).

3.5.1 Stabilitas Terhadap Rembesan


Analisa stabilitas terhadap rembesan direncanakan menggunakan metode Lane
seperti yang diperlihatkan Persamaan 3.18 merupakan perbandingan antara panjang
jalur rembesan dibawah bangunan dengan beda tinggi muka air. Metode Lane memiliki
nilai minimum untuk angka rembesan yang kita rencanakan nanti, seperti yang
disajikan pada Tabel 3.6.
1
Lv   Lh
3 …(3.18)
Cw 
H

Dengan mengasumsikan menggunakan material dasar untuk


bendungan berupa kerikil halus dengan angka rembesan 4 , sehingga kontrol
stabilitas rembesan adalah sebagai berikut
1
Σ𝐿𝑣 + Σ 3 𝐿ℎ
𝐶𝑤 =
Δ𝐻
16,5 + 6,127
𝐶𝑤 = = 6,285
3,6
𝐶𝑤 Izin kerikil halus 4 maka 6,285 > 4 memenuhi syarat OK!!
Jadi material dasar berupa kerikl sudah cukup aman terhadap bahaya
rembesan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Tabel 3.6 Harga Minimun Angka Rembesan Lane

3.5.2 Tekanan Air Banjir


Tekanan air banjir direncanakan guna mendapatkan gaya – gaya yang bekerja
akibat tekanan air dibawah tubuh bendungan. Tekanan air banjir direncanakan dengan
menggunakan Persamaan 3.19(a) untuk merencanakan beda tinggi antara masing –
masing gaya dan Persamaan 3.19(b) untuk merencanakan besarnya gaya – gaya yang
bekerja.
Persamaan 3.23:
Pi = Hi - ∆Hi …(a)
∆Hi = Lw/Cw …(b)
Elevasi Dasar = 348 m
Elevasi Puncak = 351,40 m
P = 3,40 m

Elevasi Muka Air Hulu = 352,50 m


Elevasi Muka Air Hilir = 348,90 m
Z = 3,600 m
X (degradasi) = 0,50 m

Titik Lv (m) Lh (m) 1/3 Lh (m) Lw (m) ∆H (m) H (m) P (m)


A 0,000 4,685 4,685
B 2 0,167 2,167 0,345 6,685 6,340
C 0,5 2,167 0,345 6,685 6,340
D 1,5 0,500 4,167 0,663 5,185 4,522
E 1,5 4,167 0,663 5,185 4,522
F 2 0,148 6,315 1,005 7,185 6,180
G 0,4439 6,315 1,005 7,185 6,180
H 2 0,567 8,881 1,413 5,185 3,772
I 1,7 8,881 1,413 5,185 3,772
J 2 0,591 11,472 1,825 7,185 5,360
K 1,7717 11,472 1,825 7,185 5,360
L 2 3,922 17,394 2,767 5,185 2,418
M 11,766 17,394 2,767 5,185 2,418
N 2 0,233 19,627 3,123 7,185 4,062
O 0,7 19,627 3,123 7,185 4,062
P 3 22,627 3,600 4,185 0,585
Jumlah 16,5 6,127

Tabel 3.7 Perhitungan Tekanan Air Banjir

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

3.5.3 Tekanan Tanah Aktif


Tekanan tanah aktif merupakan gaya yang dihasilkan oleh tanah disekitar tubuh
bendungan. Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.20

…(3.20)

Dimana:
Fa = gaya tekan tanah aktif (kN)
γ' = berat volume tanah terendam (kN/m3) = 10 kN/m3 (KP 02, hal 117)
h = Kedalaman tanah (m)
φ = sudut gesek internal tanah (derajat) (Direncanakan 30o)
Perhitungan tekanan tanah aktif
h1 = y1 = 2,00 m
h2 = y8 = 3,00 m
 = 30 (direncanakan)
sin  = 0,5
1 - sin  = 0,5
1 + sin  = 1,5
 = 10 kN/m^3 (Kp-02)

Fa1 = 6,67 kN

Fa2 = 15,00 kN

3.5.4 Stabilitas Terhadap Geser


Analisa stabilitas terhadap geser merupakan perhitungan untuk mengontrol
apakah tubuh bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya geser atau horizontal
akibat tekanan tanah di sekitar tubuh bendungan. Umumnya untuk mengontrol tubuh
bendungan terhadap gaya geser digunakan Persamaan 3.21, dimana persamaan
tersebut merupakan perbandingan antara gaya – gaya yang bekerja yang kemudian
diberikan faktor gesekan sesuai dengan material dasar bendungan yang digunakan.
Tabel 3.9 menyajikan harga – harga perkiraan untuk koefisien gesekan.
Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dulu kita harus mengetahui gaya-
gaya yang bekerja pada tubuh bendungan maupun di sekitar tubuh bendungan. Tabel
3.8 menyajikan perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada bendungan dan Gambar
3.9 dan 3.10 menyajikan sketsa gaya yang terjadi pada tubuh bendungan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Tabel gaya-gaya yang bekerja


B L W (kN/m) V (kN/m) H (kN/m)
W1 3,2019 1,1893 91,392
W2 3,2019 2,7263 104,752
W3 0,5 0,4 2,400
W4 0,5 0,3 3,600
W5 0,5 18,3793 220,552
W6 1,5 0,5 18,000
W7 2 0,4439 21,307
W8 2 1,7717 85,042
W9 2 0,7 33,600

V1 6,340 0,500 3,170


V2 4,522 1,500 6,783
V3 6,180 0,444 2,743
V4 3,772 1,700 6,412
V5 5,360 1,772 9,496
V6 2,418 11,766 28,446
V7 4,062 0,700 2,844

H1 3,400 6,685 111,486


H2 2,000 1,655 16,236
H3 2,000 4,685 91,920
H4 1,500 4,522 -66,541
H5 1,500 1,818 -13,376
H6 2,000 1,658 16,265
H7 2,000 4,522 88,722
H8 2,000 3,720 -72,981
H9 2,000 2,408 -23,622
H10 2,000 1,588 15,578
H11 2,000 3,772 74,007
H12 2,000 2,418 -47,441
H13 2,000 2,942 -28,861
H14 2,000 1,644 16,128
H15 2,000 2,418 47,441
H16 3,000 4,522 -133,082
H17 3,000 1,818 -26,752

Fa1 6,667 2 65,400


Fa2 15,000 3,000 -220,725
JUMLAH TOTAL 580,645 59,895 90,200

Tabel 3.8 Gaya-gaya yang bekerja

Jadi perhitungan stabilitas terhadap geser adalah sebagai berikut, dengan data
masukan, jika direncanakan menggunakan pasangan batu kali sebagai material dasar
dengan berat volume = 22 kN/m3 (KP-02 hal.187) dengan factor keamanan untuk
kondisi normal sebesar 1,5 dan pada kondisi banjir sebesar 1,25.

Tabel 3.8 Harga-harga Perkiraan Untuk Koefisien Gesekan

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

f .(W  V ) …(3.21)
S
H

S < 4,330
1,25 < 4,330  AMAN!!!

Perencanaan tubuh bendungan terhadap stabilitas geser sudah memenuhi


angka keamanan yang telah ditentukan sehingga perencanaan tubuh bendung tersebut
dapat digunakan.

3.5.5 Stabilitas Terhadap Guling


Analisa stabilitas terhadap guling merupakan perhitungan untuk mengontrol
apakah tubuh bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya dorong atau momen
akibat tekanan tanah ataupun air dengan pusat guling pada titik J. Umumnya untuk
mengontrol tubuh bendungan terhadap gaya guling digunakan Persamaan 3.22,
dimana persamaan tersebut merupakan perbandingan antara gaya - gaya penahan guling
dengan gaya penyebab guling. Analisis stabilitas terhadap guling memiliki faktor
keamanan pada kondisi normal sebesar 1,5 dan pada kondisi banjir sebesar 1,25.

momen penahan guling


S
momen guling …(3.22)

Tabel 3.9 disajikan perhitungan gaya-gaya penahan guling dan gaya-gaya


penyebab guling dan Gambar 3.9, Gambar 3.10, dan Gambar 3.11 menyajikan
sketsa gaya yang terjadi pada tubuh bendungan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

W1

W2

W3 W4
W5

W6
W7 W8 W9
o
V4 V6
V1 V7
V2 V3
V5

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Gambar 3.9 Sketsa gaya W dan V yang terjadi pada tubuh bendungan.

H1

a
d
e h i L M
H3 H16
H4
H2 H5 H15 H17
H14
b c
f g j k n
o

e h

H7 H8
H9
H6

f g

i L

H11 H12
H13
H10
j k

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

Gambar 3.10 Sketsa gaya H yang terjadi pada tubuh bendungan.

p
0.3571
0.7500
a

d e h i L Fa2
Fa1 M

b c
f g j k n
o

Gambar 3.11 Sketsa gaya Fa dan Fb yang terjadi pada tubuh bendungan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

B L Gaya Lengan M. Pengguling M. Penahan


W1 3,202 1,189 91,392 3,3209 303,505
W2 3,202 2,726 104,752 1,6920 177,241
W5 0,500 18,379 220,552 2,9578 652,348
W6 1,500 0,500 18,000 5,6652 101,974
W7 2,000 0,444 21,307 3,6936 78,700
W8 2,000 1,772 85,042 0,8858 75,330

V1 6,340 0,500 3,170 5,6656 17,961


V2 4,522 1,500 6,783 4,6656 31,647
V3 6,180 0,444 2,743 3,6936 10,133
V4 3,772 1,700 6,412 2,6217 16,811
V5 5,360 1,772 9,496 0,8858 8,412

H1 3,400 6,685 111,486 1,6855 187,909


H2 2,000 1,655 16,236 1,4147 22,968
H3 2,000 4,685 91,920 1,2500 114,900
H4 1,500 4,522 -66,541 1,4340 95,420
H5 1,500 1,818 -13,376 0,3276 4,382
H6 2,000 1,658 16,265 1,9510 31,733
H7 2,000 4,522 88,722 1,5000 133,082
H8 2,000 3,720 -72,981 1,5000 109,471
H9 2,000 2,408 -23,622 1,7506 41,354
H10 2,000 1,588 15,578 1,9316 30,091
H11 2,000 3,772 74,007 1,5000 111,010
H12 2,000 2,418 -47,441 1,5000 71,162
H13 2,000 2,942 -28,861 1,6525 47,693

Fa1 6,667 2,000 65,400 0,750 49,050


Fa2 15,000 3,000 -220,725 0,357 78,821
JUMLAH TOTAL 765,708 1389,097

Tabel 3.9 Gaya-gaya yang Bekerja Terhadap Guling

Jadi perhitungan stabilitas terhadap geser adalah sebagai berikut, dengan data
masukan, jika direncanakan menggunakan pasangan batu kali sebagai material dasar
dengan berat volume = 22 kN/m3 (KP-02 hal.117). dengan faktor keamanan untuk
kondisi normal sebesar 1,5 dan pada kondisi banjir sebesar 1,25.
∑𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛_𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛_𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔
≥𝑆
∑𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛_𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔
S  1,814134
1.25  1,814134 OK!!!!!

Perencanaan tubuh bendungan terhadap stabilitas guling sudah memenuhi


angka keamanan yang ditentukan. Sehingga perencanaan tubuh bending tersebut dapat
digunakan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Secara umum jenis bangunan utama dibagi menjadi 5 macam, yaitu :
1. Bangunan pengelak
Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun
dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke
jaringan irigasi.
2. Bangunan pengambilan
Bangunan pengambilan adalah suatu bangunan berupa sebuah pintu air, air irigasi dari
sungai dibelokkan di bangunan ini.
3. Bangunan pembilas
Bangunan pembilas adalah banguan yang dibuat dengan tujuan untuk mencegah
masuknya bahan sedimen kasar kedalam jaringan saluran irigasi.
4. Kantong lumpur
Kantong lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi yang
lebih besar dan fraksi halus (0,06 – 0,07 mm) agar tidak masuk ke jaringan irigasi
biasanya ditempatkan di hilir bangunan pengambilan (intake).
5. Bangunan pengambilan bebas
Bangunan pengambilan bebas ini dibuat untuk memungkinkan dibelokannya air dari
sungai ke jarinagan irigasi tanpa merubah kondisi sungai tersebut.

Adapun hal-hal yang perlu direncanakn dalam perencanaan bendung adalah sebagai
berikut :
1. Pintu pengambilan

Dalam perencanaan pintu pengambilan ini perlu direncanakan debit bair yang
mengalir pada pintu pengambialn, elevasi muak air dan dimensi pintu pengambilan.
2. Dimensi Bendung
Dimensi bendung yang dimaksudkan adalah lebar bendung efektif yang disesuaikan
dengan debit yang mengalir pada jaringan irigasi tersebut.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

4.2. Saran
Tugas Sistem Bangunan Irigasi ini merupakan salah satu bentuk perencanaan
yang ketentuannya telah diatur dalam buku Kriteria Perencanaan (KP) yang diterbitkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum. Untuk itu, baik sebelum maupun pada saat
mengerjakan tugas ini, hendaknya mahasiswa membaca ketentuan-ketentuan yang ada
dalam buku tersebut, terutama KP-02.
Sebaiknya dalam perencanaan bendung, diperlukan suatu perhitungan yang
benar-benar teliti, agar dalam perencanaan bendungnya mulai dari perhitungan awal
(Saluran Primer ) sampai Perhitungan Volume dapat dirancang sesuai dengan
perencanaan yang akan kita buat. Dan Dimensi dari perencanaan bendung tersebut dapat
direncanakan dengan memperhatikan angka keamanan dan tegangan ijinnya, agar
Perencanaan Bendung yang direncanakan lebih aman, efektif dan efisien. Sehingga
dapat bermanfaat untuk berbagai hal mengenai sistem pengairan dan irigasi.
Hasil dari penganalisaan dan pengolahan data dan dimensi bendung yang
direncanakan tersebut , kemudian akan kita plotkan pada gambar yang merupakan
media visual 2 dimensi mengenai perencanaan bendung . Sehingga bentuk dari
perencanaan bendung dapat dilihat secara detail, dimana gambar itulah yang akan
digunakan ( atau dengan kata lain dapat digunakan sebagai patokan ) dalam proyek
dalam pembangunan bendung.
Mengenai waktu pengerjaan, mahasiswa diharapkan melakukan asistensi dan
komunikasi dengan asisten sesering mungkin. Karena dengan adanya asisten,
diharapkan kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa selama mengerjakan tugas
dapat langsung terselesaikan sehingga tugas dapat terselesaikan.

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010


TUGAS BESAR SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

MUHAMMAD FAIZ R / 175060100111010

Anda mungkin juga menyukai