Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM EKSITASI GENERATOR PADA POWER HOUSE


PUSAT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) DI PT INDONESIA
POWER UNIT PEMBANGKITAN SAGULING

02 JULI 2019 – 02 AGUSTUS 2019

Oleh:

DENNY MUHARAFA
1604105010084

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH

AGUSTUS 2019
ii
iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan berkah, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “SISTEM EKSITASI GENERATOR
PADA POWER HOUSE PUSAT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) DI PT
INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SAGULING”.
Kerja Praktek ini merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa
Universitas Syiah Kuala Jurusan Teknik Elektro & Komputer. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang dengan tulus mendidik dan
membimbing serta do’anya kepada penulis.
2. Bapak Mahdi Syukri, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
3. Bapak Prof. Dr. Nasaruddin, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro & Komputer Unsyiah.
4. Bapak Zulhelmi, S.T., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro.
5. Bapak Aulia Rahman, S.T., M.Sc selaku Pembimbing Akademik.
6. Bapak Ahmad Ramdani selaku Pembimbing Lapangan dan seluruh Karyawan
PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 dan seluruh mahasiswa Teknik
Elektro serta seluruh pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan terdapat banyak kekurangan dan


berharap Laporan Kerja Praktek ini akan sangat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
bagi kita semua.

Banda Aceh, November 2019

Denny Muharafa
NIM : 1604105010084

iv
DAFTAR ISI

JUDUL .......... .................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN .......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI .......................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................. 2
1.4 Tempat Pelaksanaan ........................................................2
1.5 Metode Penulisan ............................................................ 2
1.6 Sistematika Penulisan ..................................................... 3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ...................................................... 5

2.1 Sejarah Perusahaan ......................................................... 5


2.1.1 Sejarah Umum PT Indonesia Power ...................... 5
2.1.2 Sejarah Umum PT Indonesia Power UP Saguling . 7
2.2 Lokasi PT Indonesia Power UP Saguling ....................... 6
2.3 Arti Logo PT Indonesia Power ....................................... 9
2.4 Visi dan Misi PT Indonesia Power .................................. 10
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan ...................................... 8
2.6 Kegiatan Operasional PT Indonesia Power Unit
Pembangkitan Saguling................................................... x

v
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10

3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air ....................................... 10


3.2 Generator ........................................................................ 11
3.3 Automatic Voltage Regulator (AVR) ............................... 12
3.4 Sistem Eksitasi ................................................................ 13
3.5 Excitation Transformer ................................................... 14
3.6 Rectifier .......................................................................... 14
3.7 Field Breaker ...................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 17

4.1 Service atau Layanan Divisi Government Service (DGS)17


4.2 Registrasi Akun WiFi Station .......................................... 18
4.2.1 Registrasi WiFi Station Pihak Pelanggan ....... 18
4.2.2 Validasi oleh Tele Account Management ....... 23

4.3 Tahapan Provisioning ...................................................... 27

BAB V KESIMPULAN ....................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Regional 1

Sumatera ............................................................................................ 6

Gambar 2.3 Logo PT Telekomunikasi Indonesia.................................................. 8

Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan Wireless ............................................................. 10

Gambar 3.2 Struktur Penampang Fiber Optic.............................................. 13

Gambar 3.3 Topologi Jaringan FTTH .......................................................... 14

Gambar 3.4 Optical Line Terminal .............................................................. 15

Gambar 4.1 Registrasi Account Digital Touch Point (DTP) ........................ 18

Gambar 4.2 Menu Registrasi Pelanggan ...................................................... 19

Gambar 4.3 Pengisian Data Pelanggan ........................................................ 20

Gambar 4.4 Unggah Dokumen Pelanggan ................................................... 21

Gambar 4.5 Ketersediaan Jaringan WiFi Pada Lokasi Pelanggan ............... 22

Gambar 4.6 Pemilihan Paket oleh Pelanggan .............................................. 22

Gambar 4.7 Daftar Order Pelanggan ............................................................ 23

Gambar 4.8 Pengecekan Data Perusahaan Pelanggan .......................................... 24

Gambar 4.9 Submit Orderan Pelanggan................................................................ 25

Gambar 4.10 Persetujuan E-kontrak ....................................................................... 25

Gambar 4.11 Data Detail Order .............................................................................. 26

Gambar 4.12 Tahapan Provisioning ....................................................................... 27

Gambar 4.13 Sampel Data Pelanggan ..................................................................... 28

vii
DAFTAR SINGKATAN

WiFi : Wireless Fidelity

DGS : Divisi Government Service

WiSta : WiFi Station

WiCo : WiFi Corner

SSID : Service Set Identifier

AP : Access Point

FO : Fiber Optic

FTTH : Fiber To The Home

VAS : Value Added Services

TAM : Tele Account Management

DTP : Digital Touch Point

UBIS : Unit Bisnis

EBIS : Enterprise and Business

ODC : Optical Distribution Cabinet

ODF : Optical Distribution Frame

ODN : Optical Distribution Network

ODP : Optical Distribution Point

OLT : Optical Line Terminal

viii
ONT : Optical Network Terminal

ONU : Optical Network Unit

OTP : Optical Termination Premises

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi khususnya energi listrik merupakan hal yang sangat


penting bagi kehidupan manusia saat ini, karena hampir seluruh peralatan yang
digunakan manusia menggunakan daya listrik sebagai sumbernya. Berbagai
perangkat yang mempermudah kehidupan menggunakan energi listrik sebagai
sumber daya untuk bisa digunakan. Sehingga perusahaan yang bergerak dibidang
pembangkitan listrik sangatlah perlu diperhatikan karena ia memegang peran
penting dalam pengadaan energi listrik.

PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Saguling merupakan salah satu


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di Indonesia yang membantu
menyediakan pasokan listrik untuk kawasan Jawa-Bali dengan kapasitas terpasang
sebesar 797,36 MW, dengan daya terpasang 4 x 175 MW (700 MW). Beberapa
keunggulan dari PLTA adalah pengoperasiannya yang sangat cepat ( Butuh waktu
15 menit untuk mengoperasikan unitnya) untuk bisa menghasilkan daya yang
akan disalurkan ke konsumen.

Salah satu peralatan yang sangat utama fungsinya pada PLTA Saguling
adalah Sistem Eksitasi, yang mana sistem eksitasi tersebut adalah pemberian arus
listrik untuk membuat kutub magnit pada generator. Dengan mengatur besar kecil
arus listrik tersebut, kita dapat mengatur besar tegangan output generator atau
dapat juga mengatur besar daya reaktif yang diinginkan pada generator yang
sedang pararel dengan sistem jaringan besar (infinite bus).

Pada PLTA Saguling menggunakan sistem eksitasi (penguatan medan) statik.


Yang mana sistem eksitasi statik adalah sistem eksitasi generator tersebut disuplai
dari eksiter yang bukan mesin bergerak, yaitu dari sistem penyearak (rectifier)
yang sumbernya disuplai dari output generator itu sendiri atau sumber lain dengan
melalui transformator.

1
1.2 Rumusan Masalah

Laporan Kerja Praktek ini dilaksanakan untuk mengetahui sistem eksitasi


generator pada Power House serta mengetahui mengetahui pengaturan arus
eksitasi untuk mengatur tegangan keluaran generator.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan dengan baik salah satu mata kuliah wajib yakni Kerja
Praktek (KP) sebagai syarat untuk memenuhi syarat kurikulum Program
Studi Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala.
2. Menambah kemampuan beradaptasi, berkomunikasi, dan memahami lebih
dalam tentang tugas sebagai individu dan kelompok.
3. Memberikan pengalaman nyata tentang kondisi secara kongrit, sehingga
memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja secara nyata.
4. Mengetahui cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Aitr (PLTA), dan
sistem operasinya.
5. Mempelajari tentang sistem eksitasi generator dan juga komponen-
komponen pendukung sistem eksitasi tersebut.
1.4 Tempat Pelaksanaan
Kerja praktek dilaksanakan pada 02 Juli 2019 – 02 Agustus 2019 di Power
House PT Indonesia Power UP Saguling
1.5 Metode Penelitian

Adapun metode-metode yang digunakan dalam penulisan laporan kerja


praktek ini yaitu:
a. Studi literatur, yaitu dengan membaca buku-buku text book, artikel-artikel,
referensi, serta bahan-bahan yang berhubungan dengan sistem eksitasi, dan
generator.
b. Konsultasi, yaitu melakukan tanya jawab dengan pembimbing kerja
praktek mengenai proses eksitasi generator dan kontrol pengaturan arus
eksitasi.

2
c. Metode Pengamatan Lapangan, yaitu dilaksanakan dengan pengamatan
secara langsung keadaan dan kegiatan di Power House PT Indonesia
Power UP Saguling Bandung.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini membahas penjelasan mengenai latar belakang masalah,


identifikasi permasalahan, batasan permasalahan, tujuan, tempat,
dan waktu pelaksanaan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan yang menggambarkan secara umum bab-bab yang ada di
dalam laporan kerja praktek ini.

BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN

Membahas secara singkat sejarah PT Indonesia Power, struktur


organisasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Saguling,
visi, misi, arti logo PT Indonesia Power dan lokasi perusahaan.

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan penjelasan tentang landasan teori yang berkaitan dengan


PLTA, Generator, Automatic Voltage Regulator(AVR), Excitation
Transformer.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan betapa pentingnya sistem eksitasi


pada generator PLTA dan membahas jenis-jenis komponen yang
digunakan serta sistem kerjanya.

BAB 5 PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran


untuk penulisan laporan kerja praktek ini.

3
DAFTAR PUSTAKA

Pada bab ini berisikan buku-buku rujukan dan referensi lainnya


untuk penulisan laporan kerja praktek.

4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


2.1.1 Sejarah Umum PT Indonesia Power
Pada tahun 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan
perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah
deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta 1, yang
kemudian dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No.37
Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber daya swasta melalui
pembangkit-pembangkit listrik swasta.
Kemudian pada akhir tahun 1993, Menteri Pertambangan dan
Energi menerbitkan kerangka besar kebijakan (sasaran dan kebijakan
pengembangan sub sektor ketenaga listrikan) yang merupakan pedoman
jangka panjang restruturisasi sektor kete naga listrikan. Sebagai penerapan
tahapan awal pada tahun 1994, PLN diubah statusnya dari Perum menjadi
Persero.
Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 3 Oktober 1995, PT PLN
(Persero) membentuk dua anak perusahaan yang bertujuan untuk
memisahkan antara misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Salah satu anak dari
perusahaan tersebut adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali 1
atau yang dikenal dengan nama PLN Pembangkit Jawa-Bali 1.
Anak Perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial
pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.
Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima,
manajemen perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN
Pembangkitan Jawa-Bali 1 menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama
ini merupakan untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam
bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan
yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

5
Meskipun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan
yang baru didirikan pada pertengahan tahun 1990-an, PT Indonesia Power
mewarisi berbagai aset berupa pembangkit dan komponen-komponen
pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi
modern berbasis komputer dengan menggunakan berbagai energi primer
seperti air, batubara, panas bumi, dan sebagainya.
Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut terdapat
pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan,
PLTA Ketenger, PLTA Ubrug, dan sejumlah PLTA lainnya yang
dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa secara sejarah usia PT Indonesia Power
sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.
Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh PT Indonesia Power
dikelola dan dioperasikan oleh 5 Unit Pembangkitan, yaitu Suralaya,
Saguling, Semarang, Mrica, dan Bali. Secara keseluruhan, PT Indonesia
Power memiliki daya mampu sebesar 9040 MW.
Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT Indonesia Power
menjalankan bisnis pembangkitan tenaga listrik sebagai bisnis utama di
Jawa dan Bali. Pada tahun 2004, PT Indonesia Power telah memasok
44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi sistem Jawa-Bali.
Dengan faktor kapasitas rata-rata 58% maupun daya mampu
pembangkit, dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT Indonesia
Power dalam menopang sistem ketenagalistrikan pada sistem JAMALI (
Jawa, Madura, Bali). Daya yang dibangkitkan pembangkit dari masing-
masing unit ditunjukan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Daya yang dibangkitkan pembangkit PT Indonesia Power


Unis Bisnis Pembangkit Kapasitas (MW)

Surayala 3400
Saguling 797
Mrica 310

6
Semarang 1409
Bali 557
Total 6473

2.1.2 Sejarah Umum Unit Pembangkitan Saguling


Pada periode tahun 1985/1986, karena adanya pertumbuhan
ekonomi dan industri diseluruh pulau Jawa, maka diperkirakan jumlah
kebutuhan listrik di pulau jawa meningkat menjadi 2849 MW, untuk itu
pada awal agustus 1981 dimulai pembangunan proyek PLTA Saguling
yang dimaksudkan sebagai salah satu pemasuk utama bagi kebutuhan
beban tenaga listrik seluruh Jawa, yang diperkirakan melalui satu jaringan
interkoneksi pada tahun 1985 dan dibangun atas kerjasama Perusahaan
Umum Listrik Negara dengan Mitsubishi Coorporation. PLTA Saguling
dibangun pada tahun 1981, telah dapat beroperasi penuh sebesar 700 MW
pada akhir mei 1986.
PLTA Saguling terletak di area pegunungan pada hulu Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citarum di desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat. Aliran sungai Citarum mempunyai debit
tahunan sebesar 80 m3/s sehingga berpotensi besar untuk dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik. Sepanjang sungai Citarum terdapat PLTA
lainnya yaitu PLTA Cirata kemudian PLTA Jatiluhur.
Unit Pembangkitan Saguling adalah unit pembangkit yang
menggunakan tenaga air sebagai penggerak utama (prime mover).
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan
perwujudan upaya pemerintah untuk melakukan diversifikasi tenaga listrik
dan konversi minyak bumi.
PLTA Saguling dioperasikan untuk mensuplai beban saat keadaan
jam-jam beban puncak di daerah bagian barat pulau Jawa melalui saluran
interkoneksi Jawa-Bali. Hal ini dikarenakan karakteristik PLTA yang
mampu beroperasi dengan cepat (untuk unit pembangkit di Saguling
mampu beroperasi kurang lebih 15 menit sejak start sampai masuk
jaringan interkoneksi). Selain itu berfungsi sebagai pengatur frekuensi

7
sistem dengan menggunakan peralatan Load Frequency Control (LFC) dan
dapat melakukan pengisian tenaga (line charging) pada saat terjadi black
out pada saluran interkoneksi 500kV Jawa-Bali.
Generator di PLTA Saguling terdiri dari 4 unit generator
berkapasitas 175,18 MW. Unit 1 mulai beroperasi pada 12 Oktober 1985.
Unit 2 mulai beroperasi pada 28 November 1985. Unit 3 mulai beroperasi
pada 3 April 1986. Unit 4 mulai beroperasi pada 29 Mei 1986. Peresmian
mulai berfungsinya PLTA Saguling pada tanggal 24 Juli 1986 oleh
Presiden Soeharti. Total produksi unit-unit di PLTA Saguling adalah 798
MW atau 9,3% dari total produksi. PT Indonesia Power UP Saguling juga
mempunyai beberapa sub-unit yang tersebar di wilayah Jawa Barat, seperti
ditunjukan pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Daya terpasang pada sub-unit PLTA Saguling

JML TAHUN DAYA TOTAL


No. PLTA
MESIN OPERASI TERPASANG (MW)
1 Saguling 4 1985 , 1986 4 x 175,18 700,72
2 Kracak 3 1927 , 1958 3 x 6,30 18,90
3 Ubrug 3 1924 2 x 5,94 18.36
1950 1 x 6,48
4 Plengan 5 1922 3 x 1,08 6,87
1962 1 x 2,02
1996 1 x 1,61
5 Lamajan 3 1925, 1934 3 x 6,52 19,56
6 Cikalong 3 1961 3 x 6,40 19,20
7 Bengkok & Dago 4 1923 3 x 1,05 3, 85
1 x 0,70
8 Parakan Kondang 4 1955 2 x 2,49 9,90
2 x 2,46
JUMLAH 29 797,36

2.2 Lokasi PT Indonesia Power

8
2.3 Arti Logo PT Indonesia Power
Secara keseluruhan nama Indonesia Power merupakan nama yang kuat
untuk melambangkan lingkup usaha perusahaan sebagai Power Utility
Company di Indonesia.

9
2.3.1 Bentuk
a. Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan
dengan menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat yaitu
FUTURA BOOK/REGULAR dan FUTURA BOLD.
b. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan
“TENAGA LISTRIK” yang merupakan usaha utama perusahaan.
c. Titik ini merupakan simbol yang digunakan disebagian besar materi
komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan
identitas perusahaan dapat langsung terwakili.
2.3.2 Warna
a. Warna merah diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukan
identitas yang kuat dan kokoh sebagai milik sumber daya untuk
memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga
diluar negri.
b. Warna biru diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bi
c. jaksana, dengan aplikasi kata POWER, maka warna ini menunjukan
produk tenaga listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri
yaitu berteknologi tinggi, efisien, aman, dan ramah lingkungan.

2.3 Visi dan Misi PT Indonesia Power

2.4.1 Visi Perusahaan


Menjadi Perusahaan Energi Terpecaya yang Tumbuh
Berkelanjutan.
2.4.2 Misi Perusahaan
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa
terkait yang bersahabat dengan lingkungan

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan

10
2.5 Kegiatan Operasional PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan salah satu
pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan berupa air. Salah
satu keunggulan dari pembangkit ini adalah responnya yang cepat sehingga
sangat sesuai untuk kondisi beban puncak maupun saat terjadi gangguan di
jaringan. Selain kapasitas daya keluarannya yang paling besar diantara energi
terbarukan lainnya, pembangkit listrik tenaga air ini juga telah ada sejak
dahulu kala. Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai pembangkit
listrik tenaga air serta keberadaan potensi energi air yang masih belum
digunakan.
Tenaga air telah berkontribusi banyak bagi pembangunan
kesejahteraan manusia sejak beberapa puluh abad yang lalu. Beberapa catatan
sejarah mengatakan bahwa penggunaan kincir air untuk pertanian, pompa dan
fungsi lainnya telah ada sejak 300 SM di Yunani, meskipun peralatan-
peralatan tersebut kemungkinan telah digunakan jauh sebelum masa itu. Pada
masa-masa antara jaman tersebut hingga revolusi industri, aliran air dan angin
merupakan sumber energi mekanik yang dapat digunakan selain energi yang
dibangkitkan dari tenaga hewan. Perkembangan penggunaan energi dari air
yang mengalir kemudian berkembang secara berkelanjutan sebagaimana
dicontohkan pada desain tenaga air yang menakjubkan pada tahun 1600-an
untuk istana Versailles dibagian luar Paris, Prancis. Sistem tersebut memiliki
kapasitas yang sepadan dengan 56 kW energi listrik.
Sistem tenaga air mengubah energi dari air yang mengalir menjadi
energi mekanik dan kemudian biasanya menjadi energi listrik. Air mengalir
melalui kanal (penstock) melewati kincir air atau turbin dimana air akan
menabrak sudu-sudu yang menyebabkan kincir air ataupun turbin berputar.
Ketika digunakan untuk membangkitkan energi listrik, perputaran turbin
menyebabkan perputaran poros rotor pada generator. Energi yang

12
dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam baterai
ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan.
Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan sumber listrik bagi
masyarakat yang memberikan banyak keuntungan terutama bagi masyarakat
pedalaman di seluruh Indonesia. Disaat sumber energi lain mulai menipis dan
memberikan dampak negatif, maka air menjadi sumber yang sangat penting
karena dapat dijadikan sumber energi pembangkit listrik yang murah dan
tidak menimbulkan polusi. Selain itu, Indonesia kaya akan sumber daya air
sehingga sangat berpotensial untuk memproduksi energi listrik yang
bersumber daya air. Di Indonesia terdapat banyak sekali sungai-sungai besar
maupun kecil yang terdapat di berbagai daerah. Hal ini merupakan peluang
yang bagus untuk pengembangan energi listrik di daerah khususnya daerah
yang belum terjangkau energi listrik [1].

3.2 Generator

Task dapat diartikan sebagai tugas ataupun suatu pekerjaan, sedangkan


provisioning dapat diartikan sebagai proses penyediaan suatu layanan. Dalam
teknologi telekomunikasi istilah Task provisioning merupakan pekerjaan
penyediaan atau pemasangan jaringan untuk memperluas cakupan suatu service
atau produk yang dimiliki PT Telekomunikasi Indonesia, yaitu seperti permintaan
pemasangan WiFi atau WiFi.id.

Fokus dari provisioning yaitu pada konfigurasi sumber daya jaringan


untuk dapat mendukung layanan yang diberikan. Seperti contoh yang paling
utama yang harus dilakukan untuk membangun sebuah jaringan yaitu pengaturan
pada jaringan sehingga pelanggan mendapatkan layanan yang diinginkan.

Task provisioning tak luput dari manajemen bisnis PT Telekomunikasi


Indonesia, salah satunya manajemen jaringan yang mempunyai 4 fungsi, yaitu:
a. Manajemen Kesalahan, yaitu menyediakan fasilitas administrator jaringan
untuk dapat mengetahui kesalahan pada perangkat yang dikelola.
b. Manajemen Konfigurasi, yaitu untuk memonitor informasi jaringan agar
dampak dari perangkat yang digunakan dapat dikelola dengan baik.

13
Contohnya dapat menginisialisasi, pengoperasian, konfigurasi ulang, dan
mematikan perangkat.
c. Manajemen Performa, yaitu mengukur dari kinerja jaringan termasuk salah
satunya pengumpulan dan analisis data statistik yang dipertahankan level
tertentu.
d. Manajemen Keamanan, yaitu untuk mengatur akses jaringan agar informasi
yang didapatkan mempunyai izin [4].

3.3 Sistem Eksitasi


Untuk membangkitkan medan magnit pada rotor, maka diperlukan
arus searah (DC) yang umumnya disebut penguat. Perangkat yang
berfungsi untuk mensupplai arus penguat ini disebut eksiter (Exciter) / sistem
eksitasi.
Saat generator diputar, Pilot Exciter yang memiliki permanent magnet
pada rotor (field) coilnya akan membangkitkan tegangan AC. Power ini
kemudian akan menjadi sumber power untuk AVR (Automatic Voltage
Regulator). Oleh AVR tegangan AC tersebut disearahkan menjadi tegangan
DC dan diatur besar arusnya untuk kemudian disalurkan ke AC Exciter field
(stator) coil. Arus yang mengalir di field coil membangkitkan AC 3-phase di
armature coil AC Exciter. Tegangan AC itu kemudian disearahkan oleh dioda
silikon yang terdapat di rangkaian rotating rectifier menjadi tegangan DC.
Arus yang dihasilkan oleh rotating rectifier kemudian akan disalurkan ke field
coil dari generator.

14
Gambar . Exciter

Gb Diagram sistem eksitasi

Output AC Exciter yang berupa tegangan AC kemudian disearahkan


oleh Rotating Rectifier yang kemudian diumpankan ke field coil dari
generator. Konstruksi ini tidak membutuhkan injeksi arus melalui komponen
sliding yang menggunakan komutator, carbon-brush dan slip ring.
3.3.1 Jenis-jenis sistem eksitasi
Secara umum sistem eksitasi dibagi menjadi sistem eksitasi statik
dan sistem eksitasi dinamik.
a. Sistem eksitasi statik
Pada sistem eksitasi tersebut disuplai dari eksiter yang bukan mesin
bergerak, yaitu dari sistem penyearah yang sumbernya disuplai dari

15
output generator itu sendiri atau sumber lain dengan melalui

transformer.
4 Gb Sistem eksitasi statik
5 Sistem eksitasi dinamik
6 Sistem Eksitasi dinamik adalah sistem eksitasi tersebut disuplai dari eksiter
yang merupakan mesin bergerak. Sebagai eksiternya merupakan generator DC
atau dapat juga menggunakan generator AC yang kemudian disearahkan
menggunakan rectifier. Urutan sistem eksitasi dinamik yaitu PMG (Permanen
magnet generator), mengghasilkan arus eksitasi AC yang disearahkan
menggunakan rectifier pada stator AC exsiter kemudian arus keluaran pada
generator AC eksiter di searahkan menggunakan rotating rectifier. Hasilnya
digunakan untuk memberikan arus eksitasi pada generator utama. Jika
tegangan sudah mencapai nilai yang diinginkan untuk menjaga tegangan agar
berada pada nilai nominalnya menggunakan AVR (Automatic Voltage
Regulator) yang digunakan untuk memerintahkan PMG menaikkan atau
menurunkan arus eksitasinya.

16
7 Gb Sistem eksitasi
dinamik
8 Brushless excitation
9 Brushless excitation adalah sistem eksitasi tanpa sikat, yang maksudnya
adalah pada sistem tersebut untuk menyalurkan arus eksitasi ke rotor generator
utama, maupun untuk eksitasi eksiter tanpa melalui media sikat arang. Adapun
diagram prinsip kerjanya adalah sebagai berikut

10 Gb
Brushless excitation
11 Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa untuk eksitasi generator disuplai
dari generator AC eksiter dengan melalui penyearah (rectifier wheel) yang
terpasang pada poros, sehingga arus eksitasi langsung terhubung dengan rotor
generator. Kemudian untuk eksitasi eksiter disuplai dari Pilot Exciter dengan
kemagnitan tetap atau biasa disebut PMG (Permanent Magnet Generator).
12 Output dari pilot eksiter tersebut adalah arus bolak balik 3 phasa, kemudian
dengan melalui penyearah pada regulator arus eksitasi eksiter diatur besar

17
kecilnya, sehingga dengan mengatur sistem eksitasi eksiter, maka tegangan
output generator utama akan mengalami perubahan secara langsung.

12.3 Automatic Voltage Regulator (AVR)

Fiber Optic (FO) merupakan media transmisi yang berfungsi untuk


menyalurkan informasi yang mempunyai kapasitas besar dengan kehandalan yang
tinggi. Berbeda dengan media transmisi lainnya, maka pada FO gelombang
pembawa bukan merupakan gelombang elektromagnet atau listrik, akan tetapi
merupakan sinar atau cahaya laser. FO merupakan media transmisi data yang
terbuat dari serat kaca atau plastik. Sumber cahaya yang biasa digunakan pada FO
adalah laser dan LED.

Cahaya yang ada dalam FO tidak akan keluar karena indeks bias pada kaca
lebih besar dari pada indeks bias pada udara. Keunggulan penggunaan FO
dibanding kabel lainnya adalah dapat menghasilkan pelemahan (attenuation)
kurang dari 20 decibels (dB)/km dan bandwith yang lebih besar sehingga mampu
mentransmisikan data lebih banyak dan cepat. Keunggulan lainnya ialah memiliki
ukuran kabel yang relatif lebih kecil sehingga lebih fleksibel dalam proses
instalasi [5].

Gambar 3.2 Struktur Penampang Fiber Optic [5].

18
Seperti yang terlihat pada Gambar 3.2 struktur penampang FO terdiri dari :
1. Jacket, yaitu pelindung utama atau lapisan terluar dari kabel FO, berfungsi
sebagai pelindung inti kabel FO dari gangguan secara langsung.
2. Buffer, yaitu mantel dari FO yang berfungsi sebagai lapisan untuk
melindungi segala gangguan fisik permukaan kabel seperti lengkungan pada
kabel.
3. Cladding, yaitu komponen yang terbuat dari kaca dan memiliki fungsi
sebagai pelindung inti FO dan pemancar cahaya dari luar kepada inti FO.
4. Core, yaitu bagian inti dari FO yang terbuat dari silikon dan memiliki fungsi
untuk mentransmisikan gelombang cahaya pada serat kaca.

12.4 Transformator Eksitasi (Excitation Transformer)

12.5 Rectifier

12.6 Field Breaker

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 SERVICE ATAU LAYANAN DIVISI GOVERNMENT SERVICE (DGS)

Divisi Government Service (DGS) merupakan bagian dari unit bisnis yang
disediakan PT Telekomunikasi indonesia dengan tujuan memberikan jasa
pelayanan kepada pelanggan Pemerintahan dan Lembaga yang menggunakan
APBN/APBD dalam opwerasionalnya. Unit DGS ini memberikan service atau
layanan WiFi menggunakan produk WiFi Station (WiSta). WiSta merupakan
suatu jasa layanan internet WiFi dedicated dengan Value Added as a Service

19
(VAS) yaitu layanan nilai tambah yang artinya layanan ini melengkapi layanan
berbasis jaringan telekomunikasi yang telah ada, ditujukan kepada pelaku bisnis
yang diselenggarakan oleh PT Telekomunikasi dengan skema berlangganan
secara tetap.

WiSta memberikan layanan internet WiFi managed service bagi para pelaku
bisnis di berbagai segmen mulai dari sekolah, kampus, pusat perdagangan serta
kantor-kantor instansi pemerintahan. Layanan ini memberikan akses WiFi yang
cepat dengan harga terjangkau, sehingga pemilik usaha atau pemilik kantor
mampu memberikan akses WiFi gratis kepada para pelanggan atau pegawai. Pada
akses WiFi Station menggunakan FO, dengan spesifikasi produk WiFi Station
yaitu :

1. Paket Silver dengan 1 SSID Venue, Speed tersedia dalam up to 20 Mbps,


Value Added Services (VAS) tersedia 4 VAS, dengan biaya per bulan Rp.
470.000,00 /AP.
2. Paket Gold dengan 1 SSID Venue, Speed tersedia dalam up to 50 Mbps,
Value Added Services (VAS) tersedia 4 VAS, dengan biaya per bulan Rp.
950.000,00 /AP.
3. Paket Platinum dengan 1 SSID Venue, Speed tersedia dalam up to 100
Mbps, Value Added Services (VAS) tersedia 4 VAS, dengan biaya per bulan
Rp. 1.500.000,00 /AP.

Periode kontrak untuk setiap paket adalah minimum 1 tahun, dan biaya
instalasi per AP adalah Rp. 500.000,00.

4.2 REGISTRASI AKUN WIFI STATION


Pemesanan atau registrasi akun WiSta dapat dilakukan melalui Aplikasi
MyWiFiStation. Registrasi WiSta dibagi menjadi dua bagian dimana yang
pertama registrasi dari pihak pelanggan dan yang kedua validasi data registrasi
pelanggan dari pihak perusahaan atau penyedia layanan yaitu PT Telekomunikasi
Indonesia regional 1 Sumatera.

4.2.1 Registrasi WiFi Station Pihak Pelanggan

20
Registrasi dari pihak pelanggan dapat dilakukan menggunakan aplikasi
MyWiFiStation. Berikut prosedur dalam registrasi layanan WiSta:

Gambar 4.1 Registrasi Account Digital Touch Point (DTP)

Pada Gambar 4.1 merupakan tampilan awal aplikasi MyWiFiStation.


Pelanggan dapat mendaftar akun untuk permintaan pemasangan WiFi dengan
mengisikan data sesuai dengan kolom yang telah tersedia yaitu Nama, Email, No
Handphone, dan juga Password. Setelah proses pendaftaran diverifikasi maka
pelanggan dapat mengakses menu registrasi.

21
Gambar 4.2 Menu Registrasi Pelanggan

Berdasarkan Gambar 4.2 pelanggan dapat memilih menu registrasi sesuai


dengan kebutuhan. Terdapat tiga pilihan paket yang tersedia yaitu paket Silver,
paket Gold dan paket Platinum yang dapat dipilih setelah mengisi data registrasi
pelanggan. Pada menu registrasi ini juga pelanggan dapat melihat progres pasang
dan melapor gangguang yang terjadi pada layanan WiFi yang telah dipasang.

22
Gambar 4.3 Pengisian Data Pelanggan

Setelah masuk ke menu registrasi maka pelanggan dapat mengisi data


perusahaan yang didaftarkan untuk dipasang jaringan WiFi. Berdasarkan Gambar
4.3 pelanggan dapat mengisi data perusahaan yaitu Nama Perusahaan, Nama
Pemilik, Nomor Telepon Perusahaan, Kota Perusahaan, Alamat Perusahaan,
Nama Kontak Person, Nomor Telepon dan juga Email.

23
Gambar 4.4 Unggah Dokumen Pelanggan

Pada Gambar 4.4 pelanggan mengunggah dokumen terkait perusahaan yang


didaftarkan. Dokumen dapat diunggah setelah data registrasi perusahaan diisi,
dokumen yang diunggah yaitu KTP Pemilik Usaha, NPWP setra SIUP/izin usaha.
Setelah dokumen selesai diunggah maka data pelanggan akan diproses oleh
petugas dari pihak PT Telekomunikasi Indonesia regional 1 Sumatera.

24
Gambar 4.5 Ketersediaan Jaringan WiFi pada Lokasi Pelanggan

Pada Gambar 4.5 pelanggan dapat melakukan pengecekan ketersediaan


layanan WiFi Station pada lokasi yang didaftarkan oleh pelanggan.

Gambar 4.6 Pemilihan Paket oleh Pelanggan

Pelanggan dapat memilih paket berlangganan yaitu paket Silver, paket Gold
dan paket Platinum. Berdasarkan Gambar 4.6 paket berlangganan yang dipilih
yaitu paket Gold dengan speed 50 Mbps, harga paket perbulan Rp.950.000.

25
Setelah registrasi layanan WiFi Station dilakukan, maka progres permintaan
dapat dipantau melalui aplikasi MyWiFiStation hingga dapat di tandatangani
secara digital.

4.2.2 Validasi oleh Tele Account Management (TAM)

Validasi dari pihak perusahaan dapat dilakukan melalui website


http://fcc.telkom.co.id/tam/fcc. Berikut prosedur dalam validasi layanan WiFi
Station :

1. Login pada Website http://fcc.telkom.co.id/tam/fcc


2. Memvalidasi dengan mengecek status order :

Gambar 4.7 Daftar Order Pelanggan

Berdasarkan Gambar 4.7 data order pelanggan mempunyai status order


waiting, yaitu order yang pertama kali masuk ke FCC yang diinputkan oleh
aplikasi WiCo atau WiSta. Terdapat beberapa jenis status order, yaitu:

a. Waiting (New Order) merupakan order yang pertama kali masuk ke FCC
yang sebelumnya diinputkan oleh aplikasi WiCo atau WiSta.
b. Inprogress merupakan order yang telah di pick up oleh agent FCC dengan
status pelanggan tidak dapat dihubungi.
c. Follow Up merupakan order yang sudah di pick up oleh agent dengan status
pelanggan dapat dihubungi.
d. Uncontacted merupakan order yang sudah di caring oleh agen akan tetapi
berstatus tidak terhubung.

26
3. Pengecekan data perusahaan

Gambar 4.8 Pengecekan Data Perusahaan Pelanggan

Berdasarkan Gambar 4.8 pihak TAM melakukan pengecekan terhadap data


perusahaan pelanggan yang telah diunggah yaitu KTP Pemilik Usaha, NPWP
setra SIUP/izin usaha.

27
Gambar 4.9 Submit Order Pelanggan

Berdasarkan Gambar 4.9 pihak TAM akan menginput data pemasangan


permintaan pelanggan. Setelah itu submit data pelanggan berhasil dan pelanggan
melakukan tandatangan digital.

4. Persetujuan e-Kontrak oleh Pelanggan

Gambar 4.10 Persetujuan E-kontrak

28
Pada Gambar 4.10 pelanggan akan mendapatkan lampiran ketentuan dan
syarat-syarat berlangganan. Kemudian pelanggan dapat melakukan tandatangan
digital pada e-kontrak.

5. Verifikasi data alamat pada https://starclick.telkom.co.id/backend/public/,


yaitu aplikasi yang dapat menampilkan gambar yang sudah terpasang jalur
FO di lokasi tersebut.

Gambar 4.11 Data Detail Order

Berdasarkan Gambar 4.11 melalui aplikasi Starklik pihak TAM dapat melihat
lokasi yang sudah terpasang jalur FO dan mendapat data detail suatu order.

6. Status order menjadi tahapan Provisioning.

Setelah proses registrasi pelanggan dan validasi oleh pihak TAM selesai,
maka permintaan pemasangan oleh pelanggan akan masuk ke dalam tahapan
provisioning.

29
4.3 TAHAPAN PROVISIONING
Setelah registrasi selesai maka status order menjadi provisioning. Proses
tahapan provisioning ditunjukkan pada Gambar 4.12

Gambar 4.12 Tahapan Provisioning

Berdasarkan Gambar 4.12 menjelaskan tahapan dalam provisioning setelah


proses registrasi WiSta dan persetujuan order selesai, setelah itu akan dilakukan
penarikan dropcore (ONT) dan aktivasi ONT. Kemudian akan dilakukan instalasi
AP dan aktivasi SSID (Service Set Identifier) yaitu mengisikan nama dari AP
yang akan disetting. Setelah aktivasi ONT dan SSID selesai dilanjutkan dengan
tagihan sesuai paket yang sudah dipilih dalam akun venue DTP (Digital Touch
Point).

30
Gambar 4.13 Sampel Data Pelanggan

Setiap permintaan pasang baru (registrasi venue) mempunyai waktu usia


order hingga >14 hari. Berdasarkan Gambar 4.13 dapat diketahui permasalahan
terkini yang terjadi pada pemasangan order khusus nya pada unit bisnis Divisi
Government Service (DGS). Ada beberapa permasalahan yang terjadi saat proses
provisioning diantaranya :

1. ALOKASI NTE, yaitu proses pemasangan modem pada pelanggan.


2. WAIT INSTALASI AP, yaitu proses instalasi pemasangan AP pada
pelanggan.
3. WAIT FOR AP ACT, yaitu melakukan pengecekan terhadap AP yang
dipasang sudah dalam keadaan aktif dan terbaca oleh sistem.
4. WAIT SO SURVEY LME, yaitu proses penarikan jaringan ke pelanggan.

Dalam proses provisioning terdapat beberapa macam GROUPSTATUS,


diantaranya yaitu :
1. In Progress, yaitu provisioning sedang dalam tahap pengerjaan.
2. Pending BASO, yaitu provisioning dalam penundaan instalasi AP.
3. Pending Billing Approval, yaitu provisioning dalam penundaan tagihan
karena belum ada persetujuan finance.
4. Complete, yaitu provisioning telah selesai hingga tahap akhir.

Sebagai contoh permasalahan dari data pada Gambar 4.13 yaitu pada UBIS
(Unit Bisnis) DGS dengan GROUPSTATUS In Progress yang artinya sedang
dalam tahap pengerjaan, PROJECTNAME yaitu PT.PINS yang artinya nama
perusahaan pelanggan, AMOUNT_PRICE yaitu harga total pemasangan WiFi,

31
GROUP_UBIS yaitu EBIS (Enterprise and Business), TASK_NAME
menunjukkan update permasalahan terkini yang terjadi pada pemasangan order
dimana permasalahannya adalah ALOKASI NTE yaitu proses pemasangan
modem pada pelanggan, dan TASK_NAME_DATE menunjukkan waktu
selesainya provisioning yaitu pada tanggal 21 November 2018.

32
BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil kerja praktek ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :

1. Task provisioning merupakan suatu layanan pemasangan WiFi dari


pelanggan kepada penyedia layanan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia.
2. Unit Divisi Government Service (DGS) memberikan layanan WiFi
menggunakan produk WiFi Station (WiSta) yaitu suatu jasa layanan
internet WiFi dedicated dengan Value Added as a Service (VAS) untuk
pelaku bisnis.
3. Registrasi WiSta dibagi menjadi dua bagian dimana yang pertama
registrasi dari pihak pelanggan dan yang kedua validasi data registrasi
pelanggan dari pihak Tele Account Management (TAM).

33
DAFTAR PUSTAKA

[1] Telkom Indonesia, "Profil dan Riwayat Singkat PT Telekomunikasi


Indonesia Indonesia", 2018. [online]. Available:
https://beta.telkom.co.id/servlet/tk/about/id_ID/stocklanding/profil-
dan-riwayat-singkat.html.

[2] Telkom Indonesia, “Restrukturisasi Internal Telkom”, 2018. [online].


Available : https://Portal.Telkom.co.id

[3] E.B. Purnomowati, “Integrasi Wireless Fidelity(Wi-Fi) pada jaringan


Universal Mobile Telecommunication System (UMTS)”, Jurnal EECCIS,
vol.II, No.1, Juni 2008.

[4] G. Juve, E. Deelman, K. Vahi, G. Mehta, “Experiences with resource


provisioning for scientific workflows using Corral”, Information Sciences
Institute, Univeraity of Southern California, 2010.

[5] Alamsyah, “Perancangan Jaringan Fiber to the Home (FTTH)


Berteknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON)”, Palu:
Universitas Tadulako, 2014.

[6] Sugito, “Perancangan Jaringan Akses Fiber to the Home (FTTH) Dengan
Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) Di Private Village
Cikoneng”, Bandung: Universitas Telkom, 2015.

[7] A. Diwa, “Evaluasi Jaringan Metro Ethernet Dan Metro FTTH Pada Area
Sudirman”, Depok: Universitas Indonesia, 2012.

[8] Bima Adhiguna, “Fiber To The Home (FTTH)”, 2015. [online]. Available:
http://accessbima.blogspot.co.id/2015/07/fiber-to-home-ftth.html.

34

Anda mungkin juga menyukai