Oleh:
DENNY MUHARAFA
1604105010084
AGUSTUS 2019
ii
iii
KATA PENGANTAR
1. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang dengan tulus mendidik dan
membimbing serta do’anya kepada penulis.
2. Bapak Mahdi Syukri, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
3. Bapak Prof. Dr. Nasaruddin, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro & Komputer Unsyiah.
4. Bapak Zulhelmi, S.T., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro.
5. Bapak Aulia Rahman, S.T., M.Sc selaku Pembimbing Akademik.
6. Bapak Ahmad Ramdani selaku Pembimbing Lapangan dan seluruh Karyawan
PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 dan seluruh mahasiswa Teknik
Elektro serta seluruh pihak yang telah membantu.
Denny Muharafa
NIM : 1604105010084
iv
DAFTAR ISI
v
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31
vi
DAFTAR GAMBAR
Sumatera ............................................................................................ 6
vii
DAFTAR SINGKATAN
AP : Access Point
FO : Fiber Optic
viii
ONT : Optical Network Terminal
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu peralatan yang sangat utama fungsinya pada PLTA Saguling
adalah Sistem Eksitasi, yang mana sistem eksitasi tersebut adalah pemberian arus
listrik untuk membuat kutub magnit pada generator. Dengan mengatur besar kecil
arus listrik tersebut, kita dapat mengatur besar tegangan output generator atau
dapat juga mengatur besar daya reaktif yang diinginkan pada generator yang
sedang pararel dengan sistem jaringan besar (infinite bus).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan dengan baik salah satu mata kuliah wajib yakni Kerja
Praktek (KP) sebagai syarat untuk memenuhi syarat kurikulum Program
Studi Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala.
2. Menambah kemampuan beradaptasi, berkomunikasi, dan memahami lebih
dalam tentang tugas sebagai individu dan kelompok.
3. Memberikan pengalaman nyata tentang kondisi secara kongrit, sehingga
memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja secara nyata.
4. Mengetahui cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Aitr (PLTA), dan
sistem operasinya.
5. Mempelajari tentang sistem eksitasi generator dan juga komponen-
komponen pendukung sistem eksitasi tersebut.
1.4 Tempat Pelaksanaan
Kerja praktek dilaksanakan pada 02 Juli 2019 – 02 Agustus 2019 di Power
House PT Indonesia Power UP Saguling
1.5 Metode Penelitian
2
c. Metode Pengamatan Lapangan, yaitu dilaksanakan dengan pengamatan
secara langsung keadaan dan kegiatan di Power House PT Indonesia
Power UP Saguling Bandung.
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 5 PENUTUP
3
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
Meskipun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan
yang baru didirikan pada pertengahan tahun 1990-an, PT Indonesia Power
mewarisi berbagai aset berupa pembangkit dan komponen-komponen
pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi
modern berbasis komputer dengan menggunakan berbagai energi primer
seperti air, batubara, panas bumi, dan sebagainya.
Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut terdapat
pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan,
PLTA Ketenger, PLTA Ubrug, dan sejumlah PLTA lainnya yang
dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa secara sejarah usia PT Indonesia Power
sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.
Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh PT Indonesia Power
dikelola dan dioperasikan oleh 5 Unit Pembangkitan, yaitu Suralaya,
Saguling, Semarang, Mrica, dan Bali. Secara keseluruhan, PT Indonesia
Power memiliki daya mampu sebesar 9040 MW.
Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT Indonesia Power
menjalankan bisnis pembangkitan tenaga listrik sebagai bisnis utama di
Jawa dan Bali. Pada tahun 2004, PT Indonesia Power telah memasok
44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi sistem Jawa-Bali.
Dengan faktor kapasitas rata-rata 58% maupun daya mampu
pembangkit, dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT Indonesia
Power dalam menopang sistem ketenagalistrikan pada sistem JAMALI (
Jawa, Madura, Bali). Daya yang dibangkitkan pembangkit dari masing-
masing unit ditunjukan pada tabel 2.1.
Surayala 3400
Saguling 797
Mrica 310
6
Semarang 1409
Bali 557
Total 6473
7
sistem dengan menggunakan peralatan Load Frequency Control (LFC) dan
dapat melakukan pengisian tenaga (line charging) pada saat terjadi black
out pada saluran interkoneksi 500kV Jawa-Bali.
Generator di PLTA Saguling terdiri dari 4 unit generator
berkapasitas 175,18 MW. Unit 1 mulai beroperasi pada 12 Oktober 1985.
Unit 2 mulai beroperasi pada 28 November 1985. Unit 3 mulai beroperasi
pada 3 April 1986. Unit 4 mulai beroperasi pada 29 Mei 1986. Peresmian
mulai berfungsinya PLTA Saguling pada tanggal 24 Juli 1986 oleh
Presiden Soeharti. Total produksi unit-unit di PLTA Saguling adalah 798
MW atau 9,3% dari total produksi. PT Indonesia Power UP Saguling juga
mempunyai beberapa sub-unit yang tersebar di wilayah Jawa Barat, seperti
ditunjukan pada tabel 2.2 berikut :
8
2.3 Arti Logo PT Indonesia Power
Secara keseluruhan nama Indonesia Power merupakan nama yang kuat
untuk melambangkan lingkup usaha perusahaan sebagai Power Utility
Company di Indonesia.
9
2.3.1 Bentuk
a. Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan
dengan menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat yaitu
FUTURA BOOK/REGULAR dan FUTURA BOLD.
b. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan
“TENAGA LISTRIK” yang merupakan usaha utama perusahaan.
c. Titik ini merupakan simbol yang digunakan disebagian besar materi
komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan
identitas perusahaan dapat langsung terwakili.
2.3.2 Warna
a. Warna merah diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukan
identitas yang kuat dan kokoh sebagai milik sumber daya untuk
memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga
diluar negri.
b. Warna biru diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bi
c. jaksana, dengan aplikasi kata POWER, maka warna ini menunjukan
produk tenaga listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri
yaitu berteknologi tinggi, efisien, aman, dan ramah lingkungan.
10
2.5 Kegiatan Operasional PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam baterai
ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan.
Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan sumber listrik bagi
masyarakat yang memberikan banyak keuntungan terutama bagi masyarakat
pedalaman di seluruh Indonesia. Disaat sumber energi lain mulai menipis dan
memberikan dampak negatif, maka air menjadi sumber yang sangat penting
karena dapat dijadikan sumber energi pembangkit listrik yang murah dan
tidak menimbulkan polusi. Selain itu, Indonesia kaya akan sumber daya air
sehingga sangat berpotensial untuk memproduksi energi listrik yang
bersumber daya air. Di Indonesia terdapat banyak sekali sungai-sungai besar
maupun kecil yang terdapat di berbagai daerah. Hal ini merupakan peluang
yang bagus untuk pengembangan energi listrik di daerah khususnya daerah
yang belum terjangkau energi listrik [1].
3.2 Generator
13
Contohnya dapat menginisialisasi, pengoperasian, konfigurasi ulang, dan
mematikan perangkat.
c. Manajemen Performa, yaitu mengukur dari kinerja jaringan termasuk salah
satunya pengumpulan dan analisis data statistik yang dipertahankan level
tertentu.
d. Manajemen Keamanan, yaitu untuk mengatur akses jaringan agar informasi
yang didapatkan mempunyai izin [4].
14
Gambar . Exciter
15
output generator itu sendiri atau sumber lain dengan melalui
transformer.
4 Gb Sistem eksitasi statik
5 Sistem eksitasi dinamik
6 Sistem Eksitasi dinamik adalah sistem eksitasi tersebut disuplai dari eksiter
yang merupakan mesin bergerak. Sebagai eksiternya merupakan generator DC
atau dapat juga menggunakan generator AC yang kemudian disearahkan
menggunakan rectifier. Urutan sistem eksitasi dinamik yaitu PMG (Permanen
magnet generator), mengghasilkan arus eksitasi AC yang disearahkan
menggunakan rectifier pada stator AC exsiter kemudian arus keluaran pada
generator AC eksiter di searahkan menggunakan rotating rectifier. Hasilnya
digunakan untuk memberikan arus eksitasi pada generator utama. Jika
tegangan sudah mencapai nilai yang diinginkan untuk menjaga tegangan agar
berada pada nilai nominalnya menggunakan AVR (Automatic Voltage
Regulator) yang digunakan untuk memerintahkan PMG menaikkan atau
menurunkan arus eksitasinya.
16
7 Gb Sistem eksitasi
dinamik
8 Brushless excitation
9 Brushless excitation adalah sistem eksitasi tanpa sikat, yang maksudnya
adalah pada sistem tersebut untuk menyalurkan arus eksitasi ke rotor generator
utama, maupun untuk eksitasi eksiter tanpa melalui media sikat arang. Adapun
diagram prinsip kerjanya adalah sebagai berikut
10 Gb
Brushless excitation
11 Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa untuk eksitasi generator disuplai
dari generator AC eksiter dengan melalui penyearah (rectifier wheel) yang
terpasang pada poros, sehingga arus eksitasi langsung terhubung dengan rotor
generator. Kemudian untuk eksitasi eksiter disuplai dari Pilot Exciter dengan
kemagnitan tetap atau biasa disebut PMG (Permanent Magnet Generator).
12 Output dari pilot eksiter tersebut adalah arus bolak balik 3 phasa, kemudian
dengan melalui penyearah pada regulator arus eksitasi eksiter diatur besar
17
kecilnya, sehingga dengan mengatur sistem eksitasi eksiter, maka tegangan
output generator utama akan mengalami perubahan secara langsung.
Cahaya yang ada dalam FO tidak akan keluar karena indeks bias pada kaca
lebih besar dari pada indeks bias pada udara. Keunggulan penggunaan FO
dibanding kabel lainnya adalah dapat menghasilkan pelemahan (attenuation)
kurang dari 20 decibels (dB)/km dan bandwith yang lebih besar sehingga mampu
mentransmisikan data lebih banyak dan cepat. Keunggulan lainnya ialah memiliki
ukuran kabel yang relatif lebih kecil sehingga lebih fleksibel dalam proses
instalasi [5].
18
Seperti yang terlihat pada Gambar 3.2 struktur penampang FO terdiri dari :
1. Jacket, yaitu pelindung utama atau lapisan terluar dari kabel FO, berfungsi
sebagai pelindung inti kabel FO dari gangguan secara langsung.
2. Buffer, yaitu mantel dari FO yang berfungsi sebagai lapisan untuk
melindungi segala gangguan fisik permukaan kabel seperti lengkungan pada
kabel.
3. Cladding, yaitu komponen yang terbuat dari kaca dan memiliki fungsi
sebagai pelindung inti FO dan pemancar cahaya dari luar kepada inti FO.
4. Core, yaitu bagian inti dari FO yang terbuat dari silikon dan memiliki fungsi
untuk mentransmisikan gelombang cahaya pada serat kaca.
12.5 Rectifier
BAB IV
Divisi Government Service (DGS) merupakan bagian dari unit bisnis yang
disediakan PT Telekomunikasi indonesia dengan tujuan memberikan jasa
pelayanan kepada pelanggan Pemerintahan dan Lembaga yang menggunakan
APBN/APBD dalam opwerasionalnya. Unit DGS ini memberikan service atau
layanan WiFi menggunakan produk WiFi Station (WiSta). WiSta merupakan
suatu jasa layanan internet WiFi dedicated dengan Value Added as a Service
19
(VAS) yaitu layanan nilai tambah yang artinya layanan ini melengkapi layanan
berbasis jaringan telekomunikasi yang telah ada, ditujukan kepada pelaku bisnis
yang diselenggarakan oleh PT Telekomunikasi dengan skema berlangganan
secara tetap.
WiSta memberikan layanan internet WiFi managed service bagi para pelaku
bisnis di berbagai segmen mulai dari sekolah, kampus, pusat perdagangan serta
kantor-kantor instansi pemerintahan. Layanan ini memberikan akses WiFi yang
cepat dengan harga terjangkau, sehingga pemilik usaha atau pemilik kantor
mampu memberikan akses WiFi gratis kepada para pelanggan atau pegawai. Pada
akses WiFi Station menggunakan FO, dengan spesifikasi produk WiFi Station
yaitu :
Periode kontrak untuk setiap paket adalah minimum 1 tahun, dan biaya
instalasi per AP adalah Rp. 500.000,00.
20
Registrasi dari pihak pelanggan dapat dilakukan menggunakan aplikasi
MyWiFiStation. Berikut prosedur dalam registrasi layanan WiSta:
21
Gambar 4.2 Menu Registrasi Pelanggan
22
Gambar 4.3 Pengisian Data Pelanggan
23
Gambar 4.4 Unggah Dokumen Pelanggan
24
Gambar 4.5 Ketersediaan Jaringan WiFi pada Lokasi Pelanggan
Pelanggan dapat memilih paket berlangganan yaitu paket Silver, paket Gold
dan paket Platinum. Berdasarkan Gambar 4.6 paket berlangganan yang dipilih
yaitu paket Gold dengan speed 50 Mbps, harga paket perbulan Rp.950.000.
25
Setelah registrasi layanan WiFi Station dilakukan, maka progres permintaan
dapat dipantau melalui aplikasi MyWiFiStation hingga dapat di tandatangani
secara digital.
a. Waiting (New Order) merupakan order yang pertama kali masuk ke FCC
yang sebelumnya diinputkan oleh aplikasi WiCo atau WiSta.
b. Inprogress merupakan order yang telah di pick up oleh agent FCC dengan
status pelanggan tidak dapat dihubungi.
c. Follow Up merupakan order yang sudah di pick up oleh agent dengan status
pelanggan dapat dihubungi.
d. Uncontacted merupakan order yang sudah di caring oleh agen akan tetapi
berstatus tidak terhubung.
26
3. Pengecekan data perusahaan
27
Gambar 4.9 Submit Order Pelanggan
28
Pada Gambar 4.10 pelanggan akan mendapatkan lampiran ketentuan dan
syarat-syarat berlangganan. Kemudian pelanggan dapat melakukan tandatangan
digital pada e-kontrak.
Berdasarkan Gambar 4.11 melalui aplikasi Starklik pihak TAM dapat melihat
lokasi yang sudah terpasang jalur FO dan mendapat data detail suatu order.
Setelah proses registrasi pelanggan dan validasi oleh pihak TAM selesai,
maka permintaan pemasangan oleh pelanggan akan masuk ke dalam tahapan
provisioning.
29
4.3 TAHAPAN PROVISIONING
Setelah registrasi selesai maka status order menjadi provisioning. Proses
tahapan provisioning ditunjukkan pada Gambar 4.12
30
Gambar 4.13 Sampel Data Pelanggan
Sebagai contoh permasalahan dari data pada Gambar 4.13 yaitu pada UBIS
(Unit Bisnis) DGS dengan GROUPSTATUS In Progress yang artinya sedang
dalam tahap pengerjaan, PROJECTNAME yaitu PT.PINS yang artinya nama
perusahaan pelanggan, AMOUNT_PRICE yaitu harga total pemasangan WiFi,
31
GROUP_UBIS yaitu EBIS (Enterprise and Business), TASK_NAME
menunjukkan update permasalahan terkini yang terjadi pada pemasangan order
dimana permasalahannya adalah ALOKASI NTE yaitu proses pemasangan
modem pada pelanggan, dan TASK_NAME_DATE menunjukkan waktu
selesainya provisioning yaitu pada tanggal 21 November 2018.
32
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil kerja praktek ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
33
DAFTAR PUSTAKA
[6] Sugito, “Perancangan Jaringan Akses Fiber to the Home (FTTH) Dengan
Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) Di Private Village
Cikoneng”, Bandung: Universitas Telkom, 2015.
[7] A. Diwa, “Evaluasi Jaringan Metro Ethernet Dan Metro FTTH Pada Area
Sudirman”, Depok: Universitas Indonesia, 2012.
[8] Bima Adhiguna, “Fiber To The Home (FTTH)”, 2015. [online]. Available:
http://accessbima.blogspot.co.id/2015/07/fiber-to-home-ftth.html.
34