Oleh:
Elrido Gabariel Lumbantobing
104116008
i
SURAT KETERANGAN KERJA PRAKTIK
ii
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga
laporan kerja praktik dengan judul Metode Pekerjaan Perkerasan Struktural Runway Bandara
Soekarno-Hatta ini dapat terselesaikan. Laporan kerja praktik ini dibuat berdasarkan hasil
pengamatan dari pengerjaan proyek runway 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang yang dilakukan
selama melaksanakan kerja praktik. Kerja praktik adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus
diambil pada program studi Teknik Sipil Universitas Pertamina. Tujuan dari kerja praktik ialah untuk
memberikan gambaran dunia kerja kepada mahasiswa terkhusus dalam pengerjaan suatu proyek
konstruksi. Kerja praktik juga bertujuan agar mahasiswa dapat terjun langsung ke dalam proses
pengerjaan suatu proyek dan dapat berhadapan langsung dengan masalah-masalah yang ada dan
dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.
Dalam pengerjaan laporan kerja praktik ini saya dibantu oleh banyak pihak, oleh karena itu saya
ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Wirman Hidayat, M.T selaku dosen pembimbing selama melaksanakan kerja praktik
2. Bapak Evan Cornelius selaku pembimbing instansi di PT Ciriajasa CM.
3. Bapak Acmad Bilal selaku team leader dari PT Ciriajasa CM pada proyek runway 3 Bandara
Soekarno-Hatta.
4. Supervisor dan tenaga ahli yang telah membimbing di lapangan dan berbagi pengalaman
selama melaksanakan kerja praktik.
Dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu
diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata saya ucapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
setiap orang yang membaca terkhusus kalangan mahasiswa Teknik Sipil.
iii
Daftar Isi
iv
Daftar Tabel
v
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Tempat kerja praktik ...................................................................................................... 2
Gambar 2.1 Logo PT Ciriajasa CM ................................................................................................... 3
Gambar 2.2 Struktur organisasi PT Ciriajasa CM ............................................................................. 4
Gambar 2.3 Peta lokasi proyek.......................................................................................................... 5
Gambar 2.4 Sruktur Organisasi Proyek Runway 3 Bandara Soekarno-Hatta .................................... 6
Gambar 2.5 Struktur organisasi konsultan proyek ............................................................................. 6
Gambar 3.1 Coring aspal ................................................................................................................... 9
Gambar 3.2 Tes CBR lapangan ......................................................................................................... 9
Gambar 3.3 Tes Sand Cone ............................................................................................................. 10
Gambar 3.4 Tes DPT....................................................................................................................... 10
Gambar 3.5 Asphalt mixing plant (AMP) ....................................................................................... 11
Gambar 3 6 Tes Independent........................................................................................................... 11
Gambar 3.7 Meninput data dan jenis pesawat ................................................................................. 12
Gambar 3.8 Menginput ketebalan perkerasan ................................................................................. 13
Gambar 3.9 Hasil runing software................................................................................................... 14
Gambar 3.10 Rumah warga di tengah area proyek .......................................................................... 14
Gambar 3.11 Peralat rusak .............................................................................................................. 15
Gambar 3.12 Solar tumpah ke permukaan aspal ............................................................................. 15
Gambar 3.13 Kerusakan lapisan aspla akibat manufer alat berat..................................................... 15
Gambar 4.1 Motor grader ................................................................................................................ 16
Gambar 4.2 Finisher ........................................................................................................................ 16
Gambar 4.3 Sensor pada finisher..................................................................................................... 17
Gambar 4.4 Dump Truck ................................................................................................................ 17
Gambar 4.5 Water Tank .................................................................................................................. 17
Gambar 4.6 Vibratory Roller........................................................................................................... 18
Gambar 4.7 Sheep Foot Roller ........................................................................................................ 18
Gambar 4.8 Tandem roller .............................................................................................................. 19
Gambar 4.9 Pneumatic Tired Roller ................................................................................................ 19
Gambar 4.10 Penyemprotan dengan Truk Sprayer .......................................................................... 19
Gambar 4.11 Penyemprotan secara Manual .................................................................................... 20
Gambar 4.12 Desain perkerasan Runway........................................................................................ 20
Gambar 4.13 Pembersihan area kerja .............................................................................................. 22
Gambar 4.14 Penghamparan base course ........................................................................................ 23
Gambar 4.15 Penghamparan lapisan CTBC .................................................................................... 25
Gambar 4.16 Papper test ................................................................................................................. 26
Gambar 4.17 DT dengan terpal. ...................................................................................................... 28
Gambar 5.1 Lapisan penyusun perkerasan flexible ......................................................................... 30
Gambar 6.1 Tahapan metode kerja perkerasan ................................................................................ 32
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Banyak daerah di Indonesia
yang dibatasi oleh laut. Dengan kondisi geografis seperti ini maka sistem transportasi adalah salah
satu hal yang harus sangat diperhatikan. Karena transportasi merupakan hal utama yang dapat
memajukan perekonomian di suatu daerah. Moda transportasi udara dan laut adalah solusi dari
bentuk geografis kepulauan di Indonesia. Namun moda transportasi udara adalah moda yang lebih
efisien dibanding moda transportasi laut. Hal tersebut karena moda transportasi udara mampu
menempuh jarak yang jauh dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu penting untuk melakukan
pembangunan infrastruktur moda transportasi udara demi meningkatkan efisiensi dalam perpindahan
dari satu tempat ke tempat lain.
Sekarang ini mulai banyak proyek bandara yang sedang berjalan. Baik bandara yang sedang
dalam proses pembangunan maupun dalam proses peningkatan. Mulai dari pemanjangan runway,
perluasan terminal dan banyak lagi. Beberapa proyek bandara yang baru-baru ini dilaksanakan
diantaranya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati, Bandara New
Yogyakarta International Airport (NYIA) atau Bandara Kulon Progo, Bandara Baru di Bali dan juga
Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta Tangerang.
Salah satu infrastruktur utama dari moda transportasi udara adalah bandara. Bandara
merupakan fasilitas dimana pesawat melakukan pendaratan dan lepas landas dan juga tempat
terjadinya proses transaksi yang berkaitan dengan transportasi udara. Fasilitas bandara dibagi lagi
menjadi dua bagian. Yang pertama sisi darat dan yang kedua adalah sisi udara. Yang termaksud
dalam sisi udara adalah runway atau lintasan pesawat, apron dan taxiway. Sedangkan untuk sisi darat
adalah terminal, hanggar dan tempat parkir kendaraan. Runway merupakan salah satu fasilitas udara
yang paling krusial karena digunakan sebagai landasan pesawat pada saat take off maupun pada saat
landing. Sehingga beban yang diterima oleh runway cukup besar dan harus direncanakan dengan
matang karena menyangkut keselamatan penumpang pesawat. Oleh karena itu pengerjaan konstruksi
dari runway harus dikerjakan dengan baik demi keselamatan pengguna pesawat udara.
1
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PT. Ciriajasa Cipta Mandiri (CCM) adalah salah satu perusahaan swasta yang bekerja dalam
bidang jasa konstruksi dalam suatu proyek. PT Ciriajasa Cipta Mandiri menawarkan jasa
konsultasi profesional dalam bidang manajemen konstruksi dan juga manajemen proyek. Pada
awalnya Ciriajasa Cipta Mandiri adalah salah satu divisi dari perusahaan PT. Ciriajasa Konsultan
& Perencana. Namun pada tanggal 15 Agustus 1991 CCM memisahkan diri dan membentuk
perusahaan sendiri. Sejak berpisah dengan perusahaan PT Ciriajasa Konsultan & Perencanaan,
CCM berkembang dengan pesat. Hal tersebut dikarenakan pengalaman yang banyak sudah
didapatkan selama menjadi divisi di PT Ciriajasa Konsultan & Perencanaan.
• Kantor pusat Bank Indonesia di Jakarta. Owner: Bank Indonesia. Pekerjaan berakhir
Desember 1996.
3
• Gedung Parlemen Republik Indonesia. Owner: Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia. Pekerjaan dimulai November 1993 dan berakhir pada Desember 1997.
• Queen Victoria Apartment di Batam. Owner: PT. Sinar Geliga Bestari (swasta). Pekerjaan
dimulai September 2005 dan berakhir April 2007.
• Jakarta Eye Center. Owner: PT. Nitra Sanata Dharma (swasta). Pekerjaan dimulai Desember
2009 dan berakhir pada Desember 2011
• Aston Hotel di Magelang. Owner: PT. Paramount Land Development. Pekerjaan dimulai pada
April 2011 dan berakhir pada Desember 2012.
• Sun Heritage Condotel di Bali. Owner: PT. Sun Heritage Gapuraprima (swasta). Pekerjaan
dimulai pada Agustus 2011 dan berakhir pada Maret 2013.
• Bandara Internasional Sepinggan di Balikpapan. Owner: PT. Angkasa Pura I (Persero).
Pekerjaan dimulai pada Juli 2011 dan selesai pada Juli 2014
• Pusat kesehatan ibu dan anak RSUD Cipto Mangunkusumo tahap II – V di Jakarta. Owner:
Menteri Kesehatan masyarakat. Pekerjaan dimulai pada Maret 2012 dan berakhir pada
Desember 2014
Total dari pengerjaan proyek dari Ciriajasa CM sebagai berikut: 500 Proyek Hotel, 420
Proyek apartemen dan perkantoran, 200 rumah sakit dan 350 proyek infrastruktur dan bandara.
Perusahaan Ciriajasa Cipta Mandiri memiliki kantor operasional pusat yang terletak di Jalan.
Kerinci IX No.14 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120. Sedangkan alamat badan usaha terletak
di Jalan Ciputat Raya No. 7 RT.006/008 Kel. Kebayoran Lama, Kecamatan Kebayoran Lama.
Dalam perusahaan PT Ciriajasa Cipta Mandri memiliki struktur organisasi sebagai berikut:
Struktur organisasi tertinggi pada PT Ciriajasa CM dipegang oleh dewan direksi. Dewan
direksi membawahi sekretaris, penasihat ahli, manajer dan asisten direksi. Manajer dibagi
menjadi beberapa bagian diantaranya: manajer representatif, manajer umum, manajer operasi
dan manajer pemasaran. Manajer umum dibagi menjadi 3 bagian yaitu KABAG keuangan,
KAUR SDM dan KAUR umum. Setiap bagian-bagian tersebut memiliki staf yang sesuai
dengan bidangnya. Manajer pemasaran membawahi staf pemasaran. Pada struktur organisasi
perusahaan ini terdapat 3 manajer operasi. Manajer operasi membawahi manajer konstruksi.
4
Manajer konstruksi membawahi tim proyek. Tim proyek dibentuk berdasarkan proyek yang di
dapatkan oleh PT CCM.
Posisi dari runway 3 sesuai dengan gambar yang berwarna merah. Panjang runway rencana
yang akan dibuat yaitu sepanjang 3000 meter. Runway 2 dan 3 ini akan dihubungkan oleh
5
taxiway yang berwarna kuning. Sehingga pesawat yang mendarat atau lepas landas pada runway
3 akan menggunakan terminal 2 atau 3 untuk menaik-turunkan penumpang.
Dalam suatu Proyek akan memiliki struktur organisasi. Setiap stakeholder memiliki peran
yang berbeda-beda. Pada proyek pembangunan runway 3 terdapat beberapa stakeholder
diantaranya Owner, Konsultan dan Kontraktor. Berikut merupakan struktur organisasi dalam
proyek Runwway 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Owner
(Angkasa Pura 2)
Konsultan
Konsultan MK Perencana Kontraktor
(PT Ciriajasa CM) (PT Nur Straits (PT PP Persero)
Engineering)
Sub Kontraktor
Sedangkan untuk struktur organisasi pada konsultan (MK) pada proyek runway 3
sebagai berikut:
Team Leader
ADMIN
TENAGA AHLI QS
Supervisor
Team leader
Team leader adalah ketua atau pemimpin dari suatu tim proyek. Tugas dari team leader
adalah memimpin dan mengkordinir setiap anggota tim. Selain itu tugas dari seorang team
6
leader adalah menentukan dan memutuskan suatu keputusan dari pelaksanaan proyek
tersebut, melakukan rapat koordinasi terhadap owner, kontraktor dan konsultan dan
melakukan evaluasi.
Co leader adalah wakil dari team leader. Tugas dari co-leader adalah menggantikan
posisi team leader ketika ada kesibukan lain. Dalam proyek ini Co-team leader merangkap
menjadi tenaga ahli.
Admin
Tugas dari admin proyek berhubungan dengan dokumen-dokumen pada proyek tersebut.
Dokumen yang dimaksud diantaranya adalah gambar desain, surat-surat, laporan bulanan
dan absensi pekerja.
1. Memberikan saran yang berkaitan pengendalian biaya proyek agar tidak melebihi
rencana anggaran yang ditetapkan.
2. Menangani aspek legal pelaksanaan proyek
Pada proyek ini tenaga ahli atau engineering proyek dibagi menjadi beberapa bagian
tergantung dengan keahlian masing-masing. Diantaranya adalah: tenaga ahli geoteknik,
perkerasan, sipil, MEP, geodesi dan otoritas bandara. Tugas dari tenaga ahli adalah:
Supervisor
Supervisior adalah stakeholder yang terjun langsung kelapangan untuk mengamati dan
melaporkan progres atau kendala dalam pelaksanaan konstruksi. Tugas dari supervisor
diantaranya:
7
3. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas lapangan sehingga sesuai dengan biaya,
mutu dan tepat waktu pengerjaannya sesuai dengan yang telah direncanakan.
4. Sesuai dengan kondisi dan progres di lapangan, supervisor harus mengadakan evaluasi
dan pembuatan laporan kepada atasannya yaitu tenaga ahli (engineering)
8
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
JUNI
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
JULI
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
8
Untuk pekerjaan perkerasan diantaranya lapisan sub grade, base course, CTBC, prime coat, tack
coat, AC-BC dan AC-WC. Setiap lapisan memiliki standar tersendiri dan spesifikasi sendiri.
Beberapa pekerjaan yang perlu diawasi diantaranya adalah pengetesan kuat lapisan
perkerasan. Untuk lapisan base course dan CTBC dilakukan 3 jenis tes untuk menghitung kuat
tanah. Diantaranya adalah uji CBR lapangan, DPT, dan uji sandcone. Pengujian tersebut
dilakukan untuk mendapatkan nilai CBR dari lapisan-lapisan tersebut. Sehingga dapat
ditentukan apakah pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan standar yang ada pada RKS. Untuk
lapisan base course nilai CBR yang harus dipenuhi adalah 80 % sedangkan untuk CTBC adalah
100%. Sedangkan untuk pengetesan lapisan aspal AC-BC dan AC-WC dilakukan dengan
mengambil sampel dari lapisan yang sudah jadi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
pengeboran menggunakan core drill. Benda uji yang telah diambil kemudian diukur
ketebalannya agar dapat melihat apakah tebal aspal tersebut sudah sesuai dengan desain yang
telah dibuat. Kemudian sampel tersebut dibawa ke lab untuk diuji oleh setiap kontraktor atau
sub kontraktor. Di lab akan dilakukan pengujian densitas.
9
Gambar 3.3 Tes Sand Cone
Setiap pengetesan yang dilakukan harus diawasi oleh konsultan. Setiap pengetesan juga
harus memiliki data yang lengkap contohnya seperti lokasi pengetesan, terletak pada STA
berapa, pihak yang melakukan pengetesan dan juga harus dilengkapi dengan dokumentasi. Hal
tersebut dilakukan agar tidak terjadi kecurangan atau manipulasi data.
Material aspal yang digunakan pada proyek ini didapatkan dari Asphalt Mixing Plant (AMP).
Untuk menjaga kualitas dari aspal yang dihasilkan maka harus dilakukan pengawasan.
Pekerjaan yang dilakukan di AMP diantaranya melakukan ceklist kelengkapan AMP untuk
memastikan AMP dapat berproduksi dengan baik. Hal-hal yang perlu dicek adalah komponen-
komponen dari AMP, pengecekan suhu agregat dan pengecekan suhu aspal. Di AMP konsultan
juga harus mengawasi proses produksi aspal, apakah sudah sesuai dengan JMF (Job Mix
Formula) yang dapat dilihat pada ruang operator. Selain itu dilakukan juga pengawasan
terhadap jumlah truk yang membawa campuran aspal menuju ke lapangan beserta dengan berat
aspal yang dibawa. Seperti yang dijelaskan sebelumnya benda uji yang telah diambil dari aspal
kemudian diuji di lab AMP. Selain pengujian sampel yang berasal dari hasil core drill, setiap
kali produksi di AMP akan membuat sampel briket dari hasil produksi harian, sehingga dapat
menjaga kualitas campuran aspal.
10
Gambar 3.5 Asphalt mixing plant (AMP)
Selain pengawasan terhadap pekerjaan yang berada di lapangan, kegiatan yang dilakukan
adalah mengawasi pengujian-pengujian yang dilakukan, baik pengujian beton maupun
pengujian aspal. Pengujian yang dilakukan dilaksanakan mengikuti ketentuan yang ada.
Dilakukan dua bentuk pengujian yaitu pengujian internal dan pengujian independen. Pengujian
internal adalah pengujian yang dilakukan oleh kontraktor atau sub kontraktor yang melakukan
pekerjaan. Contohnya PT PP Presisi melakukan pengaspalan pada STA tertentu. Kemudian hasil
pengaspalan tersebut kemudian dilakukan tes yang diuji oleh PT PP Presisi. Sedangkan
pengujian independen dilakukan oleh lembaga atau perusahaan di luar dari kontraktor dan sub
kontraktor yang ada. Hal ini dilakukan agar hasil pengetesan lebih dapat dipercaya karena
dilakukan oleh pihak luar.
Selain pengawasan, kegiatan yang dilakukan pada saat kerja praktik yaitu melakukan analisis
dari perkerasan runway dan connecting dengan menggunakan software. Software yang
digunakan adalah Comfaa. Aplikasi ini akan membandingkan nilai PCN (Pavement
Classification Number) dan ACN (Aircraft Classification Number) dari desain perkerasan dan
pesawat rencana yang telah dibuat sebelumnya. Nilai PCN adalah nilai kuat dari perkerasan
untuk menahan beban dari pesawat rencana. Sedangkan nilai ACN adalah beban pesawat
rencana terebut. Nilai PCN harus lebih besar dibanding nilai ACN. Untuk mengoperasikan
Comfaa dilakukan dengan cara berikut:
11
1. Menginput data pesawat rencana. Comfaa sudah menyediakan jenis pesawat, tipe ban,
tekanan angin ban dan juga berat kotor pesawat (Gross Weight). Sehingga cukup memilih
jenis pesawat dan menambahkan data annual departure.
12
Gambar 3.8 Menginput ketebalan perkerasan
3. Nilai tersebut kemudian akan diinput lagi ke Comfaa yang kemudian akan langsung di
run sesuai dengan jenis perkerasan yang digunakan.
4. Kemudian setelah di Run maka hasilnya dapat dilihat pada spreadsheet. Hasil yang
didapat berupa grafik. Grafik tersebut menunjukkan nilai PCN dan ACN. Apabila nilai
PCN lebih besar dari nilai ACN maka desain perkerasan dapat menahan beban yang di
berikan oleh pesawat rencana. Namun jika sebaliknya, berarti desain perkerasan tersebut
tidak kuat untuk menahan beban pesawat yang ada, dan harus dilakukan desain ulang.
13
Gambar 3.10 Hasil runing software
14
2. Alat berat rusak
Salah satu penghambat jalannya pekerjaan proyek adalah terjadinya kerusakan alat.
Sempat beberapa kali terdapat alat yang rusak yang mengakibatkan terhambatnya pekerjaan.
Contohnya seperti finisher yang rusak, vibro roller dan juga Tandem roller.
Kerusakan aspal juga dapat disebabkan akibat manuver dari alat berat seperti finisher,
vibro roller atau alat berat lain. Akibatnya akan terdapat bekas dan kerusakan akibat dari
manuver tersebut.
15
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
1. Motor grader
Motor grader adalah alat berat yang digunakan untuk meratakan permukaan tanah
sesuai dengan elevasi yang diinginkan. Alat ini juga digunakan untuk menghampar lapisan
CTBC dan lapisan base course. Namun bila menggunakan motor grader elevasi yang
dihasilkan kemungkinan tidak rata. Sehingga harus dilakukan pengecekan dengan
menggunakan alat leveling.
2. Finisher
Finisher adalah alat yang digunakan untuk menghampar material aspal atau material
lainnya. Alat ini dilengkapi dengan wadah yang berguna untuk tempat material yang akan
dihampar. Bisanya finisher memiliki sensor yang berguna untuk mengatur elevasi sesuai
dengan yang direncanakan. Sensor tersebut terhubung dengan sling yang elevasinya sudah
diatur sama dengan elevasi rencana. Elevasi yang dihasilkan dari finisher terbilang rata
namun tetap harus dilakukan pengecekan dengan alat leveling.
16
Gambar 4.3 Sensor pada finisher
4. Water Tank
Water Tank adalah alat berat yang digunakan untuk mengangkut air. Selain untuk
mengangkut air WT juga digunakan untuk menyirami lapisan perkerasan baik itu lapisan
base course dan lapisan CTBC. Selain untuk membasahi lapisan perkerasan, WT juga
digunakan untuk menyiram jalan akses ke proyek sehingga mengurangi debu yang ada.
5. Vibratory Roller
17
Vibratory roller adalah alat berat yang digunakan untuk memadatkan lapisan
perkerasan. Lapisan yang dipadatkan dengan menggunakan vibro adalah lapisan sub grade,
base course dan lapisan CTBC. Sesuai dengan namanya, pada saat melakukan pemadatan
alat ini menghasilkan getaran. Getaran ini berfungsi untuk membuat butir-butiran agregat
mengisi bagian kosong pada lapisan tersebut sehingga hasil pemadatan lebih baik.
18
Gambar 4.8 Tandem roller
19
Gambar 4.11 Penyemprotan secara Manual
1. Sub Grade
Tahapan pengerjaan lapisan Sub Grade:
Perbaikan Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar perkerasan dilakukan perbaikan tanah dengan menggunkan
beberapa metode. Metode pertama adalah dengan menggunakan PVD (Prefabricated
Vertical Drain). Metode ini digunakan untuk mempercepat terjadinya konsolidasi pada
tanah. Metode kedua adalah Stone Column, Stone column dilakukan dengan memasukkan
campuran agregat ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kekuatan tanah.
Trial compaction
20
Sebelum dilakukan pekerjaan sub grade, harus dilakukan trial compaction terlebih
dahulu. Trial compaction adalah proses melakukan percobaan pemadatan dari suatu lapisan
yang dilakukan di luar area pekerjaan. Tujuan dilakukannya trial compaction adalah untuk
menentukan jumlah passing atau jumlah lintasan alat berat yang harus diberikan untuk
mendapatkan spesifikasi yang sesuai dengan RKS. Trial compaction dilakukan dengan
membuat 3 segmen, yang tiap segmen berukuran 3m x 30m. Pada saat pemadatan tiap segmen
akan diberikan jumlah passing atau lintasan yang berbeda. Kemudian setelah dilakukan
pemadatan hasil pemadatan tersebut kemudian diuji. Dari hasil pengujian maka dipilih jumlah
passing yang paling optimum yang hasil pengujiannya memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Jumlah passing tersebutlah yang digunakan pada pekerjaan perkerasan di
lapangan.
Pelaksanaan Lapangan
Pada pekerjaan lapisan sub grade pelaksanaan lapangan dibagi menjadi 2 tahapan yaitu
tahap penghamaran dan tahap pemadatan.
• Tahap peghamparan
Setelah dilaksanakan pemilihan material, pengetesan dan trial compaction maka
selanjutnya dilakukan penghamparan material di area kerja. Penghamparan dilakukan
dengan menggunakan motor grader.
• Tahap pemadatan
Pemadatan lapisan sub grade menggunakan beberapa jenis alat berat yaitu Tandem
roller, vibro roller dan PTR.
2. Base Course
Tahapan pengerjaan lapisan Base course:
1. Pemilihan Material di Quarry
Dalam pemilihan material yang digunakan pada lapisan base course mengikuti kriteria
yang ada pada RKS. Pada proyek runway 3 Bandara Soekarno-Hatta menggunakan jenis fine
agregat (batu pecah). Batu pecah yang digunakan berasal dari batu gunung, batu kali yang
dipecah sedemikian sehingga butirannya memiliki ukuran yang sesuai dengan persyaratan
dan harus bebas dari kelebihan bahan-bahan yang gepeng, panjang, lunak atau hancur, kotor
dan bahan lainnya yang tidak diinginkan. Gradasi agregat yang digunakan harus memenuhi
persyaratan gradasi seperti tabel di bawah.
Tabel 4.1Gradasi agregat lapisan Base course
21
2. Uji Lab
Setelah dilakukan pemilihan material maka material tersebut kemudian diuji
laboratorium. Metode pengujian yang dilakukan untuk lapisan base course adalah pengujian
los angles, dan CBR test. Dari hasil pengujian laboratorium berikut adalah syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh material pada lapisan base course.
Tabel 4.2 Kondisi Kualitas untuk bahan base course
3. Trial compaction
Sama seperti pada lapisan Sub grade, pada lapisan Base course juga dilakukan trial
compaction. Dari hasil trial compaction akan didapatkan jumlah passing dari alat pemadat.
Alat yang digunakan pada saat pemadatan lapisan base course diantaranya adalah Tandem
roller, vibro roller dan PTR . Masing-masing memiliki jumlah passing yang berbeda-beda
sesuai dengan hasil trial compaction. Tahapan pelaksanaan trial compaction untuk lapisan
base course sama dengan pelaksanaan trial compaction pada lapisan sub grade.
4. Pelaksanaan Lapangan
Pada tahapan pelaksanaan lapangan dibagi menjadi 2 yaitu tahap penghamparan dan
tahap pemadatan.
• Tahap penghamparan
Pekerjaan awal sebelum penghamparan material adalah membersihkan area kerja.
Pembersihan area kerja menggunakan kompresor sehingga pasir dan sampah pada area
kerja dapat bersih.
22
Ada 2 cara penghamparan yang dapat dilakukan yaitu menggunakan motor grader dan
menggunakan finisher. Material yang dibawa menggunakan dump truck dihamparkan
pada area kerja. Kemudian untuk meratakan dan mengatur elevasinya menggunakan
grader. Namun untuk mendapatkan elevasi yang baik dapat menggunakan finisher.
Ketebalan rencana lapisan base course pada proyek ini adalah sebesar 42 cm. Namun
untuk penghamparan tidak dapat dilakukan penghamparan langsung setebal 42 cm.
Maksimal ketebalan dalam menghampar lapisan base course adalah setebal 15 cm.
Sehingga harus dilakukan 2 kali penghamparan. Dalam penghamparan ketebalan material
juga tidak boleh sesuai dengan ketebalan rencana karena ketebalan lapisan akan turun
ketika dipadatkan. Oleh sebab itu pada saat penghamparan ketebalan lapisan dilebihkan
sebanyak 5 cm dari ketebalan rencana. Hal tersebut dilakukan agar pada saat pemadatan
ketebalan lapisan akan turun sesuai dengan ketebalan rencana.
• Tahap Pemadatan
Dalam tahapan pemadatan peralatan yang digunakan adalah Tandem roller, vibro
roller dan PTR. Jumlah passing dari setiap alat ditentukan pada saat trial compaction.
Penambahan air dapat dilakukan namun tidak ada material lain yang berada pada air
tersebut. Penambahan air digunakan untuk mengurangi segregasi. Karena dengan
melakukan penambahan air butiran kecil akan naik ke permukaan dan mengisi ruang
kosong pada lapisan-lapisan tersebut. Setelah dilakukan pemadatan maka lapisan base
course kemudian di uji. Pengujian ini dilakukan dengan 3 metode yaitu CBR lapangan,
DPT dan juga dengan Sandcone. Dari pengujian tersebut akan didapatkan nilai dari CBR
lapisan tersebut. Untuk lapisan ini nilai CBR rencana sebesar 6 %.
23
Tabel 4 3 Gradasi agregat pada lapisan CTBC
Dalam memproduksi batu pecah harus dapat menghasilkan produksi yang konsisten.
Gradasi harus sesuai dengan tabel apabila diuji dengan metode ASTM C 136 dan ASTM
D 75. Sedangkan untuk semen menggunakan semen Portland yang memenuhi persyaratan
STM 150. Penambahan pozzolan pada campuran semen tidak lebih dari 30% berat. Kadar
semen yang digunakan berdasarkan hasil trial mix hasil laboratorium.
2. Uji Lab
Setelah material agregat dipilih kemudian material tersebut diuji laboratorium yang
harus memenuhi persyaratan seperti pada tabel bawah.
Tabel 4.4 Syarat-syarat kualitas agregat CTBC
3. Trial compaction
Trial compaction untuk lapisan ini sama dengan trial compaction dari lapisan lain.
Tujuan dari trial compaction adalah untuk menentukan banyak lintasan yang digunakan
untuk pemadatan. Untuk pemadatan lapisan CTBC menggunakan Tandem roller, vibro
roller dan PTR. Tahapan pelaksanaan trial compaction pada lapisan CTBC sama dengan
lapisan lainnya.
4. Pelaksanaan Lapangan
Dalam pelaksanaan lapangan pada lapisan ini terdapat 2 tahapan yaitu
penghamparan dan pemadatan.
• Tahap Penghamparan
24
Truk yang digunakan untuk membawa material harus dilengkapi dengan terpal.
Tahap penghamparan dilakukan menggunakan finisher yang dihubungkan dengan
dump truck. Dalam penghamparan material maksimal setebal 25 cm per layer. Jika
melebihi batas maksimum maka penghamparan dilakukan 2 tahap dengan ketebalan
dibagi rata per layer. Pada saat penghamparan elevasi atau ketinggian material yang
dihampar harus lebih tebal dari ketebalan rencana sebesar + 5 cm. Hal tersebut
dilakukan karena elevasi akan turun pada saat dilakukan pemadatan. Untuk
penghamparan lapisan berikutnya dapat dilakukan 24 jam setelah pemadatan lapisan
awal.
• Tahap pemadatan
Pemadatan lapisan CTBC dilakukan maksimal 45 menit setelah penghamparan
material. Untuk pemadatan lapisan CTBC menggunakan alat berat berupa vibro
roller, PTR dan Tandem roller. Jumlah lintasan yang digunakan dalam pemadatan
berdasarkan hasil dari trial compaction. Setelah dilakukan pemadatan maka
selanjutnya dilakukan curing. Curing pada lapisan CTBC dilakukan dengan
menyemprotkan air ke permukaan CTBC.
4. Prime coat
Sebelum lapisan AC-BC dihampar, lapisan CTBC terlebih dahulu dilapisi oleh prime
coat. Fungsi dari prime coat ini adalah untuk peresap dan pengikat antara lapisan CTBC dan
lapisan AC-BC. Jenis aspal untuk prime coat ini adalah Asphalt Cement 60/70 komposisi
sesuai hasil tes viskositas, perihal bahan-bahan dilaksanakan dengan memakai pressure
distributor yang memenuhi syarat. Pelapisan prime coat menggunakan alat penyemprot. Ada
2 metode yang dapat digunakan yaitu menggunakan truk penyemprot atau dilakukan secara
manual. Ketebalan dari prime coat juga telah diatur pada RKS. Untuk melihat apakah
ketebalan prime coat sudah sesuai dengan desain yang ada maka dilakukan paper test. Kertas
uji diletakkan di lintasan yang akan dilewati oleh truk penyemprot. Kemudian kertas tersebut
akan ikut terlapisi oleh prime coat. Selanjutnya kertas diambil kemudian ditimbang dan akan
mendapatkan ketebalan dari prime coat. Untuk penyemprotan prime coat tidak dapat
dilakukan apabila angin kencang dan pada saat hujan.
25
Gambar 4.16 Paper test
Berdasarkan tabel di atas agregat dari AC-BC memiliki ukuran lebih besar dibanding
AC-WC. Jenis spesifikasi dan suhu campuran untuk aspal adalah sebagai berikut:
a. Penetration grade 60 – 70
b. Spesification ASTM D 946 atau atau ASTM D6373 Performance Grade
c. Kadar Parafin kurang dari 2 %
d. Mixing Temperature ditentukan berdasarkan tes viscositas atau biasanya 150° C -
160° C
26
2. Uji Lab
Sebelum memulai pekerjaan, setiap material di uji lab terlebih dahulu. Pengujian lab
dilakukan terhadap jenis aspal dan juga agregat campuran aspal. Pengujian yang
dilakukan sesuai dengan tabel di bawah.
Tabel 4.6 Persyaratan hasi uji laboratorium
3. Trial compaction
Tahapan pelaksanaan trial compaction sama dengan lapisan lain. Alat berat yang
digunakan berupa Tandem roller dan PTR.
4. Pelaksanaan Lapangan
Dalam pekerjaan lapangan ada 2 tahapan yaitu penghamparan dan pemadatan.
• Tahap penghamparan
Tahap penghampaan dilakukan menggunakan asphalt finisher. Dengan
menggunakan asphalt finisher maka hasil penghamparan akan menghasilkan elevasi
yang konstan. Syarat ketebalan hampar maksimum dari material aspal AC-BC adalah
sebesar 8 cm, sedangkan tebal lapisan rencana adalah 12 cm. Sehingga dilakukan 2 kali
penghamparan lapisan satu dan lapisan dua. Dalam penghamparan suhu material harus
135˚C - 155˚C. Jika suhu tidak sesuai, maka material tersebut dapat ditolak. Karena
apabila suhu lebih rendah dari pada suhu tersebut maka hasil pemadatannya akan tidak
optimal. Sedangkan apabila di atas suhu tersebut maka material dari campuran aspal
akan rusak. Oleh sebab itu menjaga suhu tetap berada pada rentang tersebut adalah hal
yang harus diperhatikan. Untuk menjaga suhu material yang dibawa dari AMP menuju
lapangan dump truck maka material tersebut ditutup dengan terpal seperti pada gambar
di bawah. Selain untuk menjaga suhu tetap stabil, terpal juga digunakan untuk
mengantisipasi material tidak terjatuh saat di perjalanan menuju lokasi proyek.
27
Gambar 4.17 DT dengan terpal.
• Tahap pemadatan
Dalam tahap pemadatan dilakukan dengan beberapa alat berat diantaranya adalah
Tandem roller dan PTR. Jumlah lintasan atau passing alat berat berdasarkan dari hasil
trial compaction. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan
pemadatan diantaranya: melakukan pembersihan area kerja, melakukan cutting pada
joint secara vertikal. Namun joint tidak perlu dilakukan cutting apabila melakukan
penghamparan dengan menggunakan metode hot joint. Hot joint dilakukan dengan
menggunakan 2 finisher sekaligus secara berdampingan. Jarak dari finisher satu
dengan yang lain kira-kira 10-15 meter. Kompaksi dilakukan dari joint (pertemuan
aspal dengan aspal lain). Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan gelombang
pada joint.
6. Tack coat
Jenis aspal untuk coating menggunakan Asphalt Cement 60/70 perihal bahan-bahan
dilaksanakan dengan memakai pressure distributor yang memenuhi syarat. Hampir sama
dengan prime coat, tack coat juga berfungsi untuk menghubungkan antara lapisan
perkerasan. Perbedaannya dengan prime coat adalah tack coat digunakan untuk
menghubungkan atau merekatkan lapisan aspal dengan aspal lainnya. Untuk ketebalan dari
tack coat lebih kecil dibanding dengan prime coat. Pelaksanaan pekerjaan juga sama dengan
prime coat. Pengetesan menggunakan prime coat juga tetap dilakukan menggunakan paper
test. Penghamparan lapisan selanjutnya dapat dilakukan setelah 30 menit tack coat
disemprotkan.
28
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
Bandara merupakan salah satu komponen utama dari moda transportasi udara. Fasilitas
bandara dibagi menjadi 2 yaitu fasilitas sisi darat dan fasilitas sisi udara. Pada sisi darat terdapat
terminal penumpang dan parkir kendaraan. Sedangkan pada sisi udara terdapat apron, runway,
taxiway dan air traffic control. Runway merupakan salah satu fasilitas yang krusial di bandara.
Runway merupakan fasilitas yang berupa suatu perkerasan yang disiapkan untuk pesawat
melakukan kegiatan pendaratan dan tinggal landas.
29
Terdapat 2 jenis perkerasan yaitu perkerasan lentur (flexible) dan perkerasan kaku
(rigid). Perkerasan flexibel adalah tipe perkerasan yang menggunakan bahan campuran aspal
sebagai lapisan permukaan dan bahan berbutir sebagai lapisan bawahnya. Sehingga lapisan
perkerasan tersebut memiliki kelenturan atau flexibelitas atau kelenturan. Beberapa
komponen umum yang biasa digunakan pada perkerasan flexibel sebagai berikut:
Tanah dasar adalah permukaan tanah yang menjadi dasar dari perkerasan. Tanah dasar dapat
berupa tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan.
Kekuatan dan keawetan perkerasan sangat tergantung dari sifat dan daya dukung tanah dasar.
Permasalahan yang sering terjadi pada tanah dasar adalah:
a. Perubahan bentuk tetap atau deformasi permanen akibat beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata karena jenis tanah yang berbeda sifat dan
kedudukannya.
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan antara lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi
lapis pondasi bawah adalah:
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan selebihnya
dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
Lapis pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis
pondasi bawah atau tanah dasar yang memiliki fungsi sebagai berikut:
30
a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,
Bahan-bahan yang digunakan harus kuat dan awet sehingga dapat menahan beban roda.
Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan
penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik bahan
yang dapat digunakan antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen
atau kapur.
Lapisan ini merupakan lapisan paling atas dari perkerasan yang memiliki fungsi:
b. Sebagai lapisan rapat air yang berfungsi untuk melindungi dari kerusakan akibat cuaca.
Bahan yang digunakan untuk lapisan permukaan sama dengan bahan untuk lapis pondasi
dengan persyaratan lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal dilakukan agar lapisan dapat bersifat
kedap air, di samping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik. Pemilihan
bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan
konstruksi sehingga dapat dihasilkan lapisan yang kuat dan optimal.
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Dalam pengerjaan suatu pekerjaan harus dilakukan sesuai metode kerja yang ada. Sehingga
dapat memenuhi standar-standar yang ada. Metode kerja yang dilakukan pada pekerjaan
perkerasan memiliki kemiripan pada setiap lapisan perkerasan. Secara umum metode
pelaksanan kerja perkerasan runway sebagai berikut:
Pemilihan Material
Uji
Laboratorium
Trial Compaction
Pekerjaan Lapangan
Penghamparan Pemadatan
Quality Control
2. Dari kerja praktik yang telah dilakukan hal-hal yang didapatkan diantaranya adalah:
• Dapat melihat langsung kondisi dan kegiatan pekerjaan perkerasan.
• Mengetahui dan merasakan secara langsung lingkungan pekerjaan.
• Pengambilan keputusan yang tegas, cepat dan seefisien mungkin.
6.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan selama melaksanakan kerja praktik adalah:
1. Setiap pekerja harus menjaga kebersihan dari area proyek sehingga dapat bekerja dengan
nyaman dan efisien.
2. Untuk pekerja yang baru bergabung ke dalam proyek sebaiknya diberikan pengarahan atau
pembekalan terlebih dahulu.
3. Pihak MK sebaiknya lebih tegas dalam mengawasi pekerjaan yang ada di lapangan agar
semua pekerjaan dapat sesuai dengan desain yang direncanakan.
4. Pembebasan lahan sebaiknya segera dilaksanakan agar tidak mengganggu pekerjaan yang
berlangsung
5. Sebaiknya dilakukan pengecekan elevasi setiap lapisan perkerasan sehingga dapat sesuai
dengan desain yang telah dibuat.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
Dokumentasi selama kegiatan kerja praktik
34
DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK
35
36
37
SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTIK
38
LEMBAR BIMBINGAN INSTANSI
39