Pekerjaan Aspal
Ashadi Putrawirawan
(BITUMINOUS PLANT MIX MATERIAL)
1. Uraian
• Pekerjaan ini meliputi pencampuran agregat dan aspal
(bitumen) pada instalasi pencampur, penghamparan dan
pemadatannya pada permukaan yang telah dipersiapkan
menurut Spesifikasi Teknis dan sesuai dengan garis,
kelandaian, ketebalan dan bentuk tampak melintang yang
tercantum pada Gambar atau instruksi Konsultan
Pengawas.
• Jenis campuran aspal panas harus seperti yang ditentukan
dalam Spesifikasi Teknis atau seperti yang ditentukan
oleh Konsultan Pengawas. Dalam hal ini campuran aspal
yang dipakai untuk keperluan pekerjaan perkerasan
adalah Asphalt Concrete-Base Course (AC-Base), Asphalt
Concrete-Binder Course (AC-BC) dan Asphalt Concrete-
Wearing Course (AC-WC).
Material
(a) Komponen Campuran
• Campuran aspal harus tersusun dari campuran agregat,
filler, aspal dan bahan anti pengelupasan dan/atau
modifier. Beberapa macam fraksi agregat harus berukuran
dan berkualitas merata dan dicampurkan dengan proporsi
tertentu sehingga hasil campuran sesuai dengan formula
campuran kerja (jobmix formula) dan dengan indeks
kekuatan menurut AASHTO T 245 untuk AC-WC dan
AC-BC, dan ASTM D5581 untuk AC-Base
• Beberapa fraksi agregat dan filler untuk campuran harus
diukur, digolongkan dan dicampurkan dengan proporsi
tertentu sehingga hasil campuran sesuai dengan ketentuan
gradasi.
1. Grade A digunakan untuk Asphalt Concrete Base Course
(AC-Base).
1. Grade B digunakan untuk Asphalt Concrete Binder Course
(AC-BC)
1. Grade C digunakan untuk Asphalt Concrete Wearing Course
(AC-WC)
(b) Agregat Kasar
• Agregat kasar (tertahan saringan No.4 / 4,75 mm) harus
terdiri dari pecahan-pecahan yang bersih, keras dan awet,
tidak terlalu rata, tidak lunak, tidak pipih, tidak
memanjang, dan bebas dari batu yang terlapisi kotoran dan
lain-lain.
• Kelekatan agregat kasar terhadap aspal menurut AASHTO
T 182, agregat tersebut harus memiliki permukaan yang
terselimuti aspal tidak kurang dari 95%.
• Agregat kasar harus terdiri dari batu atau kerikil pecah
mesin dan disediakan dalam ukuran nominal tunggal.
Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan
menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds)
yang terpisah dengan ukuran nominal
(c) Agregat halus
• Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari
pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan
yang lolos ayakan No.4 (4,75 mm)
• Pasir alam dapat digunakan dalam campuran Aspal Beton
(AC) sampai suatu batas yang tidak melampaui 15% terhadap
berat total campuran
(d) Filler
• Bila diperlukan filler harus terdiri dari debu batu kapur,
Portland cement atau bahan mineral non-plastis lainnya dari
sumber yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Filler
tambahan harus terdiri dari semen, abu batu kapur,
hydratelime, dolomite dust, cement kiln dust atau fly ash dari
sumber yang disetujui Konsultan Pengawas
• Filler dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total
campuran aspal. Campuran beraspal harus mengandung
bahan pengisi sekurang-kurangnya 1%.
(e) Aspal Keras (Asphalt Cement)
• Aspal keras harus penetration grade AC-20 (setara
dengan Pen. 60-70)
• Pihak produsen aspal harus telah memiliki/menjamin
Sertifikat mutu Internasional (ISO 9002)
(f) Bahan Anti Pengelupasan (Anti Stripping Agent)
• Bahan anti pengelupasan hanya digunakan jika
stabilitas Marshall sisa (percentage refusal
density/PRD/kepadatan mutlak) campuran beraspal
sebelum ditambah bahan anti pengelupasan
minimum 90%.
• Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus
ditambahkan dalam bentuk cairan di timbangan aspal
AMP dengan mengunakan pompa penakar (dozing
pump) sesaat sebelum dilakukan proses pencampuran
basah di pugmil.
• Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam
rentang 0,2% - 0,4% terhadap berat aspal.
• Jenis bahan anti pengelupasan yang digunakan
haruslah yang disetujui Konsultan Pengawas
Pelaksanaan Aspal di lapangan
Uraian Pekerjaan
• Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan aspal
beton yang tersusun dari agregat dan material aspal yang
dicampur di pusat pencampuran serta menghampar dan
memadatkan campuran tersebut di atas suatu dasar (pondasi)
yang telah disiapkan dan sesuai dengan persyaratan ini yang
memenuhi bentuk sesuai dalam Gambar dalam hal elevasi
(ketinggian), penampang memanjang dan melintangnya atau
sesuai dengan yang diperintahkan Konsultan Pengawas.
• Pekerjaan ini juga akan mencakup peningkatan dan
perbaikan perkerasan aspal jalan lama, beserta penyediaan
dan penghamparan konstruksi perkerasan baru untuk
membuat perkerasan yang sempurna, sesuai dengan Gambar
dan instruksi Konsultan Pengawas
Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan Persiapan
1. Peralatan
• Instalasi pencampur dan alat pengangkut dan
penghampar campuran aspal harus memenuhi
ketentuan. Kontraktor harus melakukan pemeliharaan
yang tepat agar alat-alat kecil selalu bersih dari
material bitumen yang melekat
• Juga harus tersedia selalu penutup atau terpal, bila
diperintahkan Konsultan Pengawas, untuk keadaan
darurat seperti hujan, angin dingin, atau bila harus ada
penundaan, untuk menutupi atau melindungi material
yang sudah dihamparkan tapi belum dipadatkan.
2. Penyiapan Material Bitumen (Aspal)
• Material bitumen harus dipanaskan sampai suhu yang
ditentukan dan tidak boleh ada kelebihan suhu secara lokal, dan
harus menjamin pengiriman material itu secara menerus ke
mixer dalam suhu yang tetap dan merata.
• Aspal beton harus tidak boleh digunakan kalau masih berbuih
atau suhunya melebihi dari 175 derajad C
3. Penyiapan Agregat
• Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan
pada suhu tertentu. Api untuk pemanasan itu harus diatur
sehingga tidak menyebabkan agregat rusak. Setelah dipanaskan
dan dikeringkan, agregat harus segera disaring menjadi tiga
macam fraksi atau lebih sebagaimana ketentuan, dan dibawa ke
penyimpanan (compartment) masing-masing untuk segera
dicampur dengan material bitumen
• Saat aspal semen digunakan, suhu agregat pada waktu masuk
ke mixer, dengan batas toleransi yang dibolehkan oleh job-
mixformula
4. Pencampuran
• Agregat yang sudah kering harus dicampurkan ke dalam mixer
dengan jumlah setiap fraksi agregat sesuai dengan ketentuan job-
mixformula. Material bitumen harus diukur dan dimasukkan ke
dalam mixer dengan ketentuan yang sama dengan Job Mix Formula.
5. Pengangkutan, penghamparan dan penyelesaian
• Campuran (aspal beton) harus diangkut dari instalasi pencampur ke
tempat pekerjaan sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
• Pengangkutan material jangan sampai terlambat sehingga
menghambat penyelesaian pekerjaaan pada siang hari, kecuali bila
Konsultan Pengawas mengijinkan kerja malam dan disediakan
penerangan yang memadai
• Setiap kendaraan pengangkut harus ditimbang setelah dimuati, dan
harus ada catatan mengenai berat kotor, berat bersih, berat
kendaraan, suhu dan waktu operasi pengangkutan
• Suhu campuran aspal saat dimasukkan ke alat penghampar minimum
130C dan saat digilas pertama kali (Initial Rolling) suhu minimum
125 C.
• Campuran (aspal beton) harus dihamparkan pada permukaan
yang telah disetujui, diratakan dan ditempa sesuai dengan
kelandaian dan elevasi yang ditentukan. Untuk
menghamparkan campuran, harus digunakan paver, baik
pada seluruh lebar atau sebagian lebar jalan yang masih
memungkinkan
• Sambungan longitudinal pada satu lapisan harus menggeser
dari sambungan pada lapisan di bawahnya kira-kira 15 cm.
Namun sambungan pada lapisan teratas harus pada sumbu
(centre line) jalan bila jalan terdiri dari dua lajur, atau pada
garis lajur bila jalan mempunyai lebih dari 2 lajur, kecuali
bila ditentukan lain.
• Pada daerah di mana ada rintangan yang tidak dapat
dihindarkan atau keadaan yang tidak teratur, maka campuran
harus dihamparkan, dan dikerjakan dengan alat yang
digerakkan dengan tangan; sampai ketebalan yang
ditentukan
6. Pemadatan
• Setelah campuran aspal dihamparkan, ditempa dan permukaan yang
tidak rata diperbaiki, maka harus dipadatkan secara merata dengan
digilas.
• Specific gravity sesuai ketentuan AASHTO T 230, tidak boleh
kurang dari 98% specific gravity material contoh laboratorium yang
tersusun dari material yang sama, dengan proporsi yang sama pula
• Jumlah, berat dan jenis roller harus memadai untuk menghasilkan
kepadatan yang ditentukan, pada saat campuran dalam keadaan yang
dapat dikerjakan (workable). Urutan operasi penggilasan dan
pemilihan jenis roller harus sesuai dengan kepadatan yang
dikehendaki dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
• Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi pelaksanaan
yang terpisah sebagai berikut :
1. Penggilasan awal (break down)
2. Penggilasan sekunder (intermediate)
3. Penggilasan akhir (finishing)
• Penggilasan awal dan akhir seluruhnya harus dilaksanakan dengan
mesin gilas beroda baja. Penggilasan sekunder harus dikerjakan
dengan mesin gilas yang beroda bertekanan angin. Mesin gilas untuk
penggilasan awal harus beroperasi dengan depan (drive roll) sedekat
mungkin dengan mesin penghampar (paver).
• Penggilasan sekunder harus dilaksanakan secepat mungkin setelah
penggilasan awal dan harus dikerjakan sementara campuran masih
pada suatu temperatur yang akan menghasilkan suatu pemadatan yang
maksimum.
• Penggilasan akhir harus dikerjakan sementara bahan yang
bersangkutan masih berada dalam suatu kondisi yang cukup dapat
dikerjakan sehingga semua bekas jejak roda mesin gilas dapat
dihilangkan.
• Permukaan harus digilas pada saat campuran dalam kondisi yang
tepat, tidak memungkinkan terjadi lapisan lepas (terkelupas), retak
atau bergeser.
• Kecepatan mesin gilas tidak boleh lebih dari 4 km/jam untuk mesin
gilas beroda baja dan 6 km/jam untuk mesin yang menggunakan ban
bertekanan angin.
• Setiap saat mesin gilas tersebut harus cukup lambat untuk
menghindari terjadinya perpindahan (displacement)
campuran panas. Jalur penggilasan tidak boleh diubah
dengan tiba-tiba begitu pula arah penggilasan tidak diputar
balik dengan tiba-tiba, cara mana dapat menimbulkan
perpindahan/bergesernya campuran
• Penggilasan harus berlanjut secara terus menerus selama
waktu yang diperlukan untuk memperoleh pemadatan yang
seragam sementara campuran yang bersangkutan berada
dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua bekas
jejak roda mesin gilas dan ketidakrataan lainnya dihilangkan
Contoh Overlay
Pengujian Kualitas
• Material contoh untuk laboratorium perlu dilakukan, terdiri dari
material campuran yang diambil dari instalasi pencampuran
atau lapangan yang dipadatkan dengan prosedur AASHTO T
245. Untuk agregat yang mengandung butir-butir dengan
diameter lebih dari 1 inchi, maka akan digunakan ASTM D
5581
Material-material contoh berikut harus diambil untuk pengujian
produksi harian:
1.Agregat dari penampung agregat panas (hot bin) dan
gabungannya untuk pengujian gradasi secara basah.
2.Campuran bitumen dalam keadaan lepas untuk pengujian
ekstraksi dan stabilitas Marshall. Bila rumus campuran kerja
(job mix formula) diubah atau sebagaimana diarahkan oleh
Konsultan Pengawas, maka contoh-contoh tambahan untuk (1)
dan (2) akan diambil untuk memungkinkan penentuan berat
jenis (bulk specific gravity) menyeluruh agregat dari campuran
bitumen (AASHTO T 209-74)
• Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan
Pengawas hasil-hasil dan catatan-catatan yang diperoleh
dari hasil pengujian-pengujian yang dilaksanakan untuk
setiap produksi harian bersama-sama dengan lokasi
penghamparannya yang tepat untuk setiap produksi harian
dalam pekerjaan yang diselesaikan
• Agar Pengguna Jasa dapat memonitor daya tahan
perkerasan jalan dalam jangka waktu yang panjang, maka
Konsultan Pengawas dari waktu ke waktu harus
mengarahkan Kontraktor untuk menyerahkan hasil-hasil
pengujian penetrasi dan titik lembek dari contoh-contoh
bitumen yang digunakan
• Pengontrolan kualitas campuran, pengambilan sampel dan
pengujian material harus dilakukan sesuai dengan
prosedur-prosedur yang dipakai dan sesuai dengan
instruksi Konsultan Pengawas
Frekuensi Pengujian
• Pengendalian Kualitas campuran aspal dan benda uji dan
pengujian yang disetujui harus dilaksanakan sesuai dengan Tabel
dibawah ini dan berdasarkan perintah Konsultan Pengawas
Tabel Pengendalian Campuran Benda uji
Pengujian Extraksi Aspal
• Tujuan dari pengujian ekstraksi adalah untuk menentukan
nilai kadar aspal yang terdapat dalam campuran (Mix
Design)
• Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk
menguji kandungan kadar aspal dalam campuran (Mix
Design) adalah dengan menggunakan metode Ekstraksi
menurut prosedur pemeriksaan AASTHO (T – 164 – 80)
• Pengujian Ekstraksi menunjukan bahwa gradasi agregat
berubah menjadi lebih halus dari gradasi semula
perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran,
beberapa partikel agregat ini menaikan volume rongga
udara dalam campuran yang menghasilkan penurunan
kepadatan serta peningkatan VIM dan VMA
Contoh
Extraksi
Pengujian Core Drill
Tujuan Core Drill adalah untuk menentukan/mengambil sample perkerasan
di lapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk
mengetahui karakteristik campuran perkerasan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Pelaksanaan
Core Drill
Contoh data
Core Drill
Solusi seperti apa
yang harus dilakukan
ketika melihat
proyek seperti ini?
TERIMA KASIH
Ternyata kalau ingin menangkap ayam, jangan dikejar nanti kita akan lelah
dan ayam pun makin menjauh. Berikanlah ia beras dan makanan, nanti
dengan mudah ia datang dengan rela
Begitulah rezeki…
Keluarkanlah sedekah, nanti rezeki akan datang menghampiri tepat waktu
Kalau ingin memelihara kupu-kupu, jangan tangkap kupu-kupunya, pasti ia
akan terbang
Tetapi tanamlah bunga, maka kupu-kupu akan datang sendiri dan
membentangkan sayap-sayapnya yang indah.
Bahkan bukan kupu-kupu yang datang, tetapi kawanan yang lain juga
datang: lebah, capung dan lain-lainnya juga akan datang menambah warna
warni keindahan
Sama halnya dalam kehidupan dunia ini, ketika kita menginginkan
kebahagiaan dan keberuntungan, tanamlah kebaikan, kejujuran demi
kejujuran, maka kebahagiaan dan keberuntungan akan datang karena
dianugerahkan oleh Tuhan
Oleh karena itu, selagi kita masih diberi hidup, mari kita membangun taman-
taman bunga kita yaitu bunga kebajikan...!!!!