terbagi menjadi tiga yaitu; Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet,SS), Lapis Tipis Aspal Beton
(Hot Rolled Sheet, HRS) dan Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)
Latasir bisa diproduksi secara manual ataupun mekanis dengan menggunakan AMP
dan metode pengerjaan dilapanganpun bisa dilakukan dengan cara manual
menggunakan penghampar tenaga kerja manusia ataupun dengan menggunakan
metode mekanis menggunakan alat penghampar yaitu finisher, tergantung volume
pekerjaan dan ijin direksi lapangan.
1) Latasir kelas B atau SS-B
a. Metode pelaksanaan
Agregat dan Aspal digoreng atau dicampurkan terlebih dahulu
dengan cara dipanaskan sesuai dengan suhu yang memenuhi
persyaratan teknis agar material tidak rusak. misalnya aspal apabila
terlalu panas suhu yang digunakan untuk menggoreng aspal maka
aspal akan mengalami pemuaian atau hidrasi sehingga dapat
membuat aspal menjadi getas/kaku.
Permukaan badan jalan yang akan di latasir terlebih dahulu
dibersihkan dan disemprotkan dengan aspal cair
(primecoat/tackcoat).
Latasir dihamparkan ke badan jalan yang sudah disiapkan
Pemadatan menggunakan alat pemadat roda besi dan roda karet.
Tahapan Pelaksanaan
Keausan agraget bila diperiksa dengan mesin Los Angels pada putaran 500
(PB.0206-76), maksimum 40 %.
Kelekatan terhadap aspal (PB. 025-76), maksimum 95 %.
Agregat yang digunakan berpasir, screening (hasil mesin pemecah batu) atau
campuran dari kedua bahan tersebut yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
2. Aspal Keras
Aspal keras yang digunakan dapat berupa aspal keras Pen 60 atau Pen 80 yang harus
memenuhi persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini :
B, Campuran
Cara marshall dilakukan terhadap mortar (campuran agregat halus filter, dan aspal) dengan 2
x 50 tumbukan sehingga didapatkan hasil-hasil sebagai berikut :
Dimana :
C. Peralatan
1. Peralatan Pencampur
2. Peralatan Lapangan
Mesin gilas
D. Produksi Campuran
5. Temperatur aspal harus lebih kecil atau sama dengan temperatur agregat, dengan
perbedaan maksimum 15 ° C. Temperatur campuran ditentukan oleh jenis aspal yang
digunakan, dengan ketentuan sebagai berikut :
E. Persiapan Lapangan
1. Permukaan jalan lama harus rata, bila terdapat lubang harus ditutup, permukaan yang
tidak rata harus diberi lapisan perata (leveling) dan dipadatkan.
2. Permukaan harus bersih, bebas dari debu dan kotoran lainnya serta kering
3. Permukaan harus diberi lapisan pengikat (tack coat) sebanyak 0,35 – 0,55 l/m² sesuai
dengan kondisi jalan yang ada dan untuk bahan lapisan pengikat digunakan aspal
emulsi atau aspal cair.
F. Pengangkutan
1. Pengangkutan harus dilakukan dengan truck, yang baknya terbuat dari metal, rapat
bersih dan telah disemprotkan dengan air sabun/fuel oil/larutan kapur, untuk
mencegah melekatnya aspal pada bak truck.
G. Penghamparan
1. Penghamparan hendaknya dimulai dari posisi terjauh dari kedudukan unit pencampur
aspal (AMP) dan berakhir diposisi terdekat dengan unit pencampur aspal (AMP).
H. Pemadatan
3. Pada bagian yang lurus penggilasan dimulai dari tepi hamparan sejajar as jalan menuju
kebagian yang tinggi.
4. Pada bagian tikungan, penggilasan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju
kebagian yang tinggi.
5. Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan
menuju kebagian yang tinggi
6. Jumlah lintasan pada tiap tahap pemadatan ditentukan berdasarkan penggilasan percobaan.
7. Tebal pada yang dihasilkan harus sesuai dengan Gambar Rencana dengan toleransi sesuai
dengan petunjuk.
3. Lapis Aspal Beton
Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari
campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded) dicampur,
dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Jenis agregat
yang digunakan terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan filler, sedangkan aspal
yang digunakan sebagai bahan pengikat untuk lapis aspal beton harus terdiri dari salah
satu aspal keras penetrasi 40/50, 60/70 dan 80/100 yang seragam, tidak mengandung
air bila dipanaskan sampai suhu 175°C tidak berbusa dan memenuhu persyaratan
sesuai dengan yang ditetapkan. Pembuatan Lapis Aspal Beton (Laston) dimaksudkan
untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara (binder) pada
perkerasan jalan yang mampu memberikan sumbangan daya dukung yang terukur
serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi
dibawahnya (Bina Marga, 1987). Menurut Sukirman, S (2003) menjelaskan bahwa
lapis aspal beton (Laston) digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat,
laston juga dikenal dengan nama AC (Asphalt Concrete).
Ada tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh aspal beton sebagai
berikut: 1. Tahan tehadap tekanan (stability)
Tahan tehadap tekanan adalah kemampuan dari suatu perkerasan jalan menerima
beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti 15 gelombang, alur dan
bleeding. Jalan yang melayani volume lalu lintas yang tinggi dan dominan terdiri dari
kendaraan berat, membutuhkan suatu perkerasan jalan dengan stabilitas yang tinggi.
Faktor yang dapat mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah gesekan internal
dan kohesi.
2. Keawetan (durabilty)
Keawetan adalah kemampuan beton aspal untuk menerima repetisi beban lalu lintas
seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta
menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air atau perubahan
temperatur. Durabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal,
banyaknya pori dalam campuran, kepampatan dan kedap airnya campuran. Semakin
tebal film aspal akan mengakibatkan mudah terjadi bleeding yang akan menyebabkan
jalan semakin licin.
3. Kelenturan (flexibility)
Kelenturan adalah kemapuan dari beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat
penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar,
tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat repetisi beban lalu lintas, ataupun
penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli.
Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan mempergunakan agregat yang bergradasi
terbuka dengan kadar aspal yang tinggi. 16
4. Ketahanan terhadap kelelehan (fatigue resistance)
Ketahanan terhadap kelelehan adalah suatu kemampuan dari beton aspal untuk
menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelehan berupa
alur dan retak.
5. Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance)
Kekesatan atau tahanan geser adalah kemampuan permukaan beton aspal terutama
pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga roda
kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip. Selain itu agregat yang digunakan tidak saja
harus mempunyai permukaan yang kasar, tetapi juga harus mempunyai daya tahan
untuk permukaannya tidak mudah menjadi licin akibat repetisi kendaraan.
6. Kedap air (impermeable)
Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki oleh air ataupun
udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapat menyebabkan terjadinya
percepatan proses penuaan aspal, dan pengelupasan film/selimut aspal dari permukaan
agregat. Tingkat impermebilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat
durabilitasnya.
7. Mudah dilaksanakan (workability)
Workability adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan
dipampatkan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses
penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap
perubahan temperatur gradasi serta kondisi agregat