Anda di halaman 1dari 13

Asphalt Treated Base (ATB)

Kondisi Atas yang Menggunakan Laston Atas (ATB)


Salah satu jenis dari Aspal beton campuran panas adalah campuran ATB (Asphalt Treated
Base). Campuran ATB (Asphalt Treated Base) adalah lapis pondasi atas (Laston Atas) yang
terletak di bawah lapis permukaan yang khusus diformulasikan untuk meningkatkan keawetan
dan ketahanan kelelahan.

BAHAN
a. Agregat :
Agregat yang dipergunakan untuk Laston Atas berupa sirtu hasil pecah mesin (crushed gravel)
atau batu pecah (chrused stone) yang bersih dari lempung, bahan-bahan organik dan bahan-
bahan lainnya yang tidak dikehendaki, serta memenuhi persyaratan berikut :
 Kehilangan berat akibat abrasi dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran : 40%
(MPJB.PB.0206 – 1976).
 Kelekatan agregat terhadap aspal 95% (MPJB.PB.0205 – 1976).
 Indeks kepipihan agregat maksimum 25% (BS)
 Minimum dari agregat kasar yang tertahan saringan no.4 harus mempunyai satu
bidang pecah.
 Peresapan agregat terhadap air maksimum 3% (MPJB.PB.0202 – 1976).
 Berat jenis semu (apparent) (MPJB.PB.0202 – 76) agregat minimum 2,50.
 Gumpalan lempung dalam agregat maksimum 25%.

Pasir untuk Laston Atas harus non-plastis, (MPJB.PB.0109 – 76 dan MPJB.PB.0111 – 76) bersih dari
bahan-bahan lempung, organik dan bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki serta mempunyai
Sand Equivalen minimum 50% (AASHTO T – 176).

b. Bahan Pengikat :
1. Aspal keras yang digunakan adalah dari jenis Penetrasi 60/70 atau penetrasi 80/100
yang memenuhi persyaratan.
2. Aspal cair yang digunakan untuk lapis resap pengikat (Prime Coat) terdiri dari jenis
MC-30, MC-70, MC-250, aspal emulsi dari jenis CMS atau MS yang memenuhi
persyaratan.
3. Aspal cair yang digunakan untuk lapisan pengikat (Tack Coat), adalah dari jenis RC-
70, RC-250, aspal emulsi jenis CRS atau RS yang memenuhi persyaratan.

PERALATAN
1. Peralatan Pencampur :
 Unit peralatan pencampur aspal (AMP)
 Shovel loader
 Sekop, pahat dan alat-alat bantu lainnya
2. Peralatan lapangan :
 Mesin penghampar (Asphalt Finisher)
 Mesin gilas tandem atau mesin gilas roda tiga 4 – 6 ton
 Dump Truck
 Mesin penyemprot aspal
 Kompresor
 Sekop, garu, sikat, balok kayu, gerobak dorong, dan alat-alat bantu lainnya.
3. Peralatan laboratorium lapangan, disesuaikan dengan jenis-jenis pengujian yang
dipersyaratkan.
CARA PELAKSANAAN
1. Produksi Campuran :
 Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan rencana campuran.
 Pencampuran harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sampai bahan tercampur
baik dan merata.
 Agregat dipanaskan maksimum 150º C. Temperatur aspal harus lebih rendah atau
sama dengan temperatur agregat, dengan perbedaan maksimum 15º C.
 Temperatur campuran ditentukan oleh jenis aspal yang dipergunakan, dengan
ketentuan sebagai berikut :
Untuk pen 60/70 : 130º C – 165º C
Untuk pen 80/100 : 124º C – 162º C

2. Persiapan Lapangan :
 Bentuk permukaan kearah memanjang dan melintang harus telah dipersiapkan
sesuaidengangambarrencana.
 Permukaan harus bebas lempung, bahan-bahan organis & bahan lainnya yang tidak
dikehendaki.
 Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus dibuat cukup lembab
(tidak terlalu kering). Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus kering
 Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat, harus diberi lapis pengikat
(primecoat),sebanyak0,6–1,5 l/m2.
 Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis pengikat (tack
coat), sebanyak maksimum 0,5 l/m2.

3. Pengangkutan :
 Pengankutan dilakukan dengan dump truck yang baknya terbuat dari metal, rapat,
bersih dan disemprot dengan air sabun, fuel oil, parafin oil, atau larutan kapur untuk
mencegah melekatnya adspal di bak dump truck.
 Selama pengangkutan, sebaiknya campuran di tutup dengan terpal, untuk
melindunginya dari pengaruh cuaca

4. Penghamparan :
 Penghamparan hendaknya dimulai dari posisi tarjauh dari kedudukan unit peralatan
campuran aspal ( AMP – Aspahalt Mixing Plent ) dan berakhir di posisi terdekat,
sesuai yang direncanakan.
 Campuran harus dihampar pada temperatur 115º C.

5. Pemadatan :
 Pemadatan awal ( break down rolling ) dilakukan pada temperatur minimum 80º c
dengan menggunakan mesin gilas roda besi tandem atau mesin gilas roda tiga ( 4-
6 ton ) sebanyak 2-4 lintasan pada kecepatan 5-10 Km/Jam.
 Segara sesudah pemadatan awal selesai, dilakukan pemadatan antara ( Intermediate
rolling ), dengan menggunakan mesin gilas roda karet ( 10-12 ton ) dengan
tekaqnan ban 70-80 psi, pada kecepatan 5-10 km/jam.
 Terakhir, Pemadatan akhir ( finishing rolling ) dilakukan dengan mesin gilas besi
tandem ( 4-6 ton ) segera sesudah pemadatan antara berkhir sebnayk 4-6 lintasan,
pada kecepatan 5-8 km/jam. Pada temperatur minimum 60º C atau sedikit di atas
titik lelah aspal yang digunakan pemadatan harus sudah berakhir.
6. Cara Pemadatan :
 Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari jalan tepi perkerasan sejajar as jalan
menuju ketengah.
 Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejara jalan menuju
kebagian yang tinggi.
 Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian yang rendah sejajar as
jalan menuju kebagian yang tinggi.
Baca : Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan.
 Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama ditempatkan dimuka
 Pada waktu pemadatan roda mesin gilas harus di basahi dengan air.
 Laston atas dapat dibuka untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah setelah
pemadatan akhir selesai, dan temperatur sudah turun sampai dibawah titik lembek
aspal (setalah ± 2 jam). Dapat dibuka untuk lalu lintas penuh setelah empat jam.

PENGUJIAN MUTU
1. Pengujian Permukaan dari Perkerasan :
 Permukaan harus diuji dengan mal permukaan dan penggaris lurus 4 m, yang
disediakan oleh kontraktor, yang diletakkan masing masing tegak lurus dan sejajar
sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa pegawainya untuk
menggunakan mal dan penggaris sesuai perintah Direksi dalam memeriksa seluruh
permukaan. Mal permukaan Harus sesuai dengan penampang melintang yang di
tunjukkan dalam gambar.
 Variasi permukaan dari tepi penguji mal prmukaan atau penggaris antara dua titik
kontak dengan permukaan harus tidak melebihi 3 mm, dan permukaan akhir dari
Laston Atas/ATB harus tidak lebih dari satu cm diatas atas di bawah ketinggian
rencana pada tiap titik.
 Pengujian untuk memenuhi bentuk permukaan dan kelandaian yang dipersyaratkan
harus dilakukan segera setelah pemandatan awal, dan variasi harus dikoreksi
dengan membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan. Penggilasan
selanjutnya harus dilanjutkan sebagaimana dipersyaratkan.
 Setelah panggilasan akhir, kehalusan dari lapisan harus di periksa kembali dan
setiap ketidakrataan dari permukaan yang melewati batas yang disebutkan diatas,
serta lokasi yang rusak teksturnya, koposisinya harus diperbaiki sebagaimana di
perintahkan oleh direksi.
2. Kebutuhan Pemadatan :
 Kerapatan dari campuran yang telah di padatkan, seperti ditentukan oleh ASTHO
T-166, harus tidak kurang dari 98% dari kerapatan contoh yang dipadatkan di –
labolatorium dari material yang sama juga dalam proporsiya
 Cara pengambilan material dan pemadatan dari contoh harus sesuai masing-masing
dengan AASHTO T-168 dan ASSTHO T-245

Pengambilan contoh untuk pengendalian kualitas campuran :


1. Contoh sebagai berikut harus di ambil untuk pengujian harian
o Agregat dari penampung panas untuk gradasi hasil pencucian
o Gabungan agregat panas untuk gradasi hasil pencucian.
o Campuran agregat dan aspal dalam keadaan lepas untuk ekstraksi dan
stabilitas marshall.
2. Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja (job mix formula)
atau dari waktu kewaktu sebagaimana di perintahkan oleh direksi, tambahan
contoh dari (i), (ii) (iii) akan di ambil untuk memungkinkan penentuan berat
jenis gabungan agregat dari penampng panas dan kerapatan teoritas maksimum
campuran aspal (AASHTO T209-74).

Pengujian untuk Pengendalian Kualitas Campuran :


1. Kontraktor harus menyimpan rekaman dari seluruh pengujian & rekaman ini
harus dikirim ke dereksi secara terus menerus tanpa ada kelambatan.
2. Kontraktor harus menyediakan bagi direksi hasil serta rekaman pengujian yang
berikut yang dilaksanakan pada tiap hari produksi bersama sama dengan lokasi
yang tepat dari produksi tersebut ditempatkan.
1. Analisa saringan (metode pencucian ) untuk paling sedikit dua contoh dari
gabungan agerat panas.
2. Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh dipusat pencampur
dan diatas jalan (setiap satu jam).
3. Kerapatan dari campuran yang dipadatkan dilabolatorium ( Kerapatan marshall
) paling sedikit untuk dua contoh.
4. Kerapatan dari pemadatan dan presentase pemadatan dari campuran terhadap
kerapatan marshall di labolatorium paling sedikit untuk dua contoh.
5. Stabilitas Marsall serta lelah (flow)nya dan hasil angka perbandingan Marshall
seperti didefinisikan dalam spesifikasi paling sedikit untuk dua contoh.
6. Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti ditetapkan dengan
pengujian ekstraksi aspal paling sedikit untuk dua contoh.
7. Pori udara dalam campuran, sebagaimana dihitung secara kira-kira
menggunakan berat jenis dari agregat paling sedikit untuk dua contoh.
8. Aspal yang di absorbsi oleh agregat sebagaimana dihitung secara kira-kira
menggunakan berat jenis agregat paling sedikit untuk dua contoh.
3. Dari waktu kewaktu, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi, kontraktor harus
mengirim pula hasil pengujian untuk pori udara dan absorbsi aspal, yang dihitung
secara lebih teliti atas dasar berat jenis maksimum dan campuran aspal untuk
perkerasan (AASHTO T209-74 ), dan untuk penetrasi & titik pelunakkan (Ring and
Ball) dan contoh aspal yang diekstraksi dari campuran yang telah selesai di pasang.
5. Dukungan terhadap pengendalian kualitas dengan perimbangan campuran :
1. Berat dari campuran yang ditempatkan harus selalu dimonitor dengan karcis
pengiriman muatan dari penimbangan truck.
2. Penentuan dilaboratorium dan kadar aspal campuran kerja harus dilaksanakan paling
sedikit satu kali perhari bila campuran diproduksi dan satu contoh disetiap 200 ton
campuran yang diproduksi. Contoh dan campuran kerja (job mix) harus diambil
dibawah pengawasan direksi.
DIMENSI
Dari pengalaman perencanaan tebal lapisan perkerasan Laston Atas/ATB (Asphalt Treated
Base) berkisar antara 5 – 10 cm. Cara menentukan tebal perkerasan Laston Atas/ATB akan
dibicarakan khusus pada uraian terpisah mengenai perencanaan tebal perkerasan.
PERBAIKAN KESALAHAN
Lokasi dari ATB dengan tebal atau kerapatan atau berat yang kurang dari batas toleransi yang
diberikan dalam spesifikasi, harus diperbaiki seperti diperintahkan oleh direksi.
Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dari penggantian, penambahan dari lapisan
tambahan Laston Atas/ATB dan atau tindakan yang dipandang perlu oleh direksi.
PEMELIHARAAN
Kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan bertanggung jawab memelihara pekerjaan selama
periode pemeliharaan atau sampai dengan saat pekerjaan lapisan penutup akan dikerjakan. Jika
ada kerusakan dalam periode pemeliharaan maka kontraktor wajib melakukan perbaikan
pengawasan pihak direksi.

Yang dimaksud perkerasan lentur {flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya
menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir
sebagai lapisan di bawahnya. Sehingga lapisan perkerasan tersebut mempunyai
flexibilitas/kelenturan yang dapat menciptakan kenyaman kendaraan dalam melintas
diatasnya. Perlu dilakuan kajian yang lebih intensif dalam penerapannya dan harus juga
memperhitungkan secara ekonomis, sesuai dengan kondisi setempat, tingkat keperluan,
kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, sehingga konstruksi jalan yang
direncanakan itu adalah yang optimal.

A. Komponen Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) terdiri atas:

1. Tanah Dasar (sub grade)

Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah
timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
perkerasan lainnya.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat dan
daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut:

a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat
beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan.

2. Lapis Pondasi Bawah (sub base course)

Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah
dasar.

Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:

a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda
alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah
dasar dari pengaruh cuaca.

Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari
tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar
dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

3. Lapis Pondasi (base course)

Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis
pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).

Fungsi lapis pondasi antara lain:

a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,


b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai
bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya
sehubungan dengan persyaratan teknik.

Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah
dengan semen atau kapur.

4. Lapis Permukaan (surface course)

Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan antara
lain:

a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda


b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus (wearing course).

Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi,
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik,
yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.

Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta
pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang
dikeluarkan.

B. Jenis-jenis Lapis Permukaan (surface course)

Jenis lapis permukaan terdapat bermacam-macam yaitu:

a. Lapis Aspal Beton (LASTON)


Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras, yang dicampur, dihampar dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.

b. Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN)

Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila
akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.

c. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG)

Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan) yang dicampur, dihampar
dan dipadatkan secara dingin.

d. Hot Rolled Asphalt (HRA)

Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat
bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.

e. Laburan Aspal (BURAS)

Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dengan ukuran butir
maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.

f. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)

Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam. Tebal maksimum 20 mm.

g. Laburan Batu Dua Lapis

Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Tebal maksimum 35 mm.

h. Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS)

Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah merupakan pondasi perkerasan yang
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu, dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas.

i. Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH)

Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya merupakan lapis
perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri dari
campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada
temperatur tertentu.
j. Lapis Tipis Aspal Beton

Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan
tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Tebal
padat antara 25 sampai 30 mm.

k. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)

Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran
pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.

l. Aspal Makadam

Aspal Makadam adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan/atau
agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yang dicampur dengan aspal cair, diperam
dan dipadatkan secara dingin.

Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi: lapis pondasi bawah (sub base course), lapis
pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).
lapis Perekat (Take Coat) terbuat dari campuran aspal padat (Pen.80/100 atau Pen.60/70) dan
korosen (minyak tanah), atau murni aspal emulsi tanpa campuran apapun. Lapis Perekat (Take
Coat) digunakan sebagai bahan perekat atara aspal lama dengan perkerasan aspal baru.

Spesifikasi Bahan:
a. Aspal Emulsi
Bila bahan Lapis Perekat (Take Coat) menggunakan aspal emulsi tanpa campuran harus
menggunakan jenis Aspal Emulsi Rapid Setting dan memenuhi ketentuan spesifikasi
AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208). Bahan dapat dicampur dengan air
dengan melalui persetujuan direksi (Supervisi dan Owner), dimana perbandingan campuran
adalah 1:1.

b. Campuran Aspal Padat dan Korosen


Bila bahan Lapis Perekat (Take Coat) menggunakan Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100
harus memenuhi ketentuan AASHTO M20, dapat diencerkan dengan komposisi 25 sampai 30
bagian minyak tanah per 100 bagian aspal..

Spesifikasi Proses Penghamparan


Tack coat hanya dapat dihamparkan / disemprotkan pada permukaan base course bila:

1. Tidak terdapat kerusakan pada bahu / badan jalan yang akan disemprot.
2. Tidak ada aktivitas pekerjaan lainya pada bahu jalan.
3. Setiap kerusakan yang ada pada permukaan jalan lama dan pada bahu jalan harus
diperbaiki terlebih dahulu.
4. Mendapatkan persetujuan dari Direksi terkait metode pekerjaan perkerasan asapal
(Pengaspalan)
5. Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai
sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana penggunaan
peralatan ini belum dapat memberikan hasil permukaan yang benar-benar bersih, maka
pekerjaan penyapuan tambahan harus dilakukan dengan cara manual memakai alat sikat
kaku.
6. Pemanasan aspal yang dilakukan berulang-ulang tidak diperbolehkan, karena akan
mengurangi daya ikat dari aspal.
7. Apabila ditemukan bahan aspal berlebihan ketebalananya pada saat disemprot, harus
ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) sebelum penghamparan lapis
berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah
penyemprotan Lapis Resap Pengikat dilakukan.
8. Area yang telah disemprotkan Take Coat hanya bisa dilalui dan dilanjutkan pada
pekerjaan berikutnya pelapisan perkerasan aspal (Hotmix) setelah 4 jam dari proses
penyemprotan dengan catatan kondisi cuaca cerah.
9. Volume Penggunaan Take Coat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Volume Pemakaian Lapis Perekat (Prime Coat)
Takaran (liter/m2)
Permukaan Permukaan
Jenis Bahan Baru atau Porous
Take Coat Permukaan (berpori) dan
Aspal Lama Terekspos
yang Licin Cuaca
Aspal Cair
(Campuran
0.15 0.15 – 0.35
Aspal Padat +
Korosen)

Aspal Emulsi 0.20 0.20 – 0.50

Aspal Emulsi
0.40 0.40 – 1.00 *
yang diencerkan

10. *) Takaran pemakaian yang berlebih akan mengalir pada bidang permukaan yang
terjal, lereng melintang yang besar atau permukaan yang tidak rata.

Tabel 2. Suhu Penyemrotan Lapis Perekat (Take Coat)


Suhu
Jenis Bahan Take Coat
Penyemprotan
Aspal cair, 25 pph minyak
110 ± 10 0C
tanah
Aspal cair, 50 pph minyak
70 ± 10 0C
tanah (MC-70)
Aspal cair, 100 pph minyak
45 ± 10 0C
tanah (MC-30)
Aspal cair, 100 pph minyak
30 ± 10 0C
tanah
Aspal cair, ≥ 100 pph minyak Tidak
tanah dipanaskan
Aspal emulsi atau aspal emulsi Tidak
yang dicairkan dipanaskan
Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) terbuat dari campuran aspal padat (Pen.80/100 atau Pen.60/70)
dan korosen (minyak tanah), atau murni aspal emulsi tanpa campuran apapun. Lapis Resap
Pengikat (Prime Coat) digunakan sebagai bahan perekat antara Base Course dengan lapisan
perkerasan aspal yang baru.

Spesifikasi Bahan:
a. Aspal Emulsi
Bila bahan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) menggunakan aspal emulsi tanpa campuran
harus memenuhi ketentuan spesifikasi AASHTO M140, atau spesifikasi Pd S-01-1995-03
(AASHTO M208). Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi
(aspal dan pelarut) tidak kurang dari 50 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari
80/100. Aspal emulsi untuk Lapis Resap pengikat ini tidak boleh diencerkan di lapangan.

b. Campuran Aspal Padat dan Korosen


Bila bahan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) menggunakan asapl padat (Pen.60/70 atau
Pen.80/100) dan korosen, harus memenuhi spesifikasi AASHTO M20, diencerkan dengan
minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan harus diketahui dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai
dengan Proporsi (Takaran) Penggunaan Bahan, dibawah ini.

Kecuali diperintah oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan
pertama harus dari 80 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph kurang lebih ekivalen
dengan viskositas aspal cair hasil akhir minyak bumi jenis MC-30).

Spesifikasi Proses Penghamparan


Prime coat hanya dapat dihamparkan / disemprotkan pada permukaan base course bila:

1. Tidak terdapat kerusakan pada bahu / badan jalan yang akan disemprot.
2. Tidak ada aktivitas pekerjaan lainya pada bahu jalan.
3. Mendapatkan persetujuan dari Direksi terkait metode pekerjaan perkerasan asapal
(Pengaspalan)
4. Permukaan LPA (Lapisan Pondasi Agregat) atau base course harus rata dan padat.
5. Pengujian Sandcone / CBR pada base course telah memenuhi spesifikasi SNI 03-1743-
1989 dan SNI 03-2827-1992
6. Permukaan base corse telah bersih dari sampah, baik material organik, plastik dan
material penggangu lainya.
7. Volume penggunaan Prime Coat per merter perseginya dapat dilihat Tabel 1.
8. Pemanasan aspal yang dilakukan berulang-ulang tidak diperbolehkan, karena akan
mengurangi daya ikat dari aspal.
9. Apabila ditemukan bahan aspal berlebihan ketebalananya pada saat disemprot, harus
ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) sebelum penghamparan lapis
berikutnya. Bahan penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah
penyemprotan Lapis Resap Pengikat dilakukan.
10. Area yang telah disemprotkan Prime Coat hanya bisa dilalui dan dilanjutkan pada
pekerjaan berikutnya pelapisan perkerasan aspal (Hotmix) setelah 4 jam dari proses
penyemprotan dengan catatan kondisi cuaca cerah.
Proporsi (Takaran) Penggunaan Bahan
Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan,
untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter/m2) dan percobaan tersebut akan diulangi,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan
disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan
akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :
0,4 sampai 1,3 liter/m2 untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A 0,2 sampai 1,0 liter/m2 untuk
Lapis Pondasi Semen Tanah.

Tabel 1. Volume Pemakaian Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)


Takaran (liter/m2)
Permukaan Permukaan
Jenis Bahan Baru atau Porous
Prime Coat Permukaan (berpori) dan
Aspal Lama Terekspos
yang Licin Cuaca
Aspal Cair
(Campuran
0.15 0.15 – 0.35
Aspal Padat +
Korosen)

Aspal Emulsi 0.20 0.20 – 0.50

Aspal Emulsi
0.40 0.40 – 1.00 *
yang diencerkan

*) Takaran pemakaian yang berlebih akan mengalir pada bidang permukaan yang terjal,
lereng melintang yang besar atau permukaan yang tidak rata.
Tabel 2. Suhu Penyemrotan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Suhu
Jenis Bahan Prime Coat
Penyemprotan
Aspal cair, 25 pph minyak
110 ± 10 0C
tanah
Aspal cair, 50 pph minyak
70 ± 10 0C
tanah (MC-70)
Aspal cair, 100 pph minyak
45 ± 10 0C
tanah (MC-30)
Aspal cair, 100 pph minyak
30 ± 10 0C
tanah
Aspal cair, ≥ 100 pph minyak Tidak
tanah dipanaskan
Aspal emulsi atau aspal emulsi Tidak
yang dicairkan dipanaskan

Anda mungkin juga menyukai