Anda di halaman 1dari 21

ASPHALT HOTMIX

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang tercakup dalam pasal ini terdiri dari penyediaan pekerjaan asphalt mixing plant,
equipment dengan material serta pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan pemasangan
dan penghamparan lapisan aspal hotmix sesuai dengan tebal lapisan sesuai dengan gambar,
ketentuan dan syarat kontrak serta sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Bahan
A. Aspal

Jenis aspal yang digunakan untuk pekerjaan landas pacu, taxiway dan apron sesuai dengan
kondisi iklim di Indonesia adalah AC 60/70 dengan kualitas import.

Prosentasi berat aspal yang dipergunakan pada campuran aspal hotmix harus berdasarkan
hasil analisa saringan agregat dan percobaan campuran sebagaimana yang termuat dalam
Job Mix Formula yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Jenis spesifikasi dan suhu campuran untuk aspal Kualitas Import adalah sebagai berikut :
Penetration grade 60 – 70
Spesification ASTM D 946
Kadar Parafin kurang dari 2 %
Mixing Temperature ditentukan berdasarkan tes viscositas atau biasanya 150° C -
160° C
Tabel Persyaratan Aspal Keras Pen 60

Spesifikasi
No Jenis Pengujian Metode Pengujian Satuan
min max

1. Penetrasi pada 25 º, 100 g, ASTM D 5-95 60 70 0,1 mm


5 detik
2. Titik Lembek ASTM D 36 - 86 48 56 ºC
3. Titik Nyala ( COC ) ASTM D 92 - 90 232 - ºC
4. Daktilitas pada 25 º C, ASTM D 113 – 86 100 - cm
5 cm/menit
5. Berat Jenis ASTM D 70 - 82 1,01 1,06 -
6. Kelarutan dalam C2HCl3 ASTM D 2042 99 - %
7. Kehilangan berat ( TFOT ) ASTM D 1754 - 94 - 0,2 %
8. Penetrasi setelah TFOT ASTM D 5-95 80 - % asli
9. Daktilitas setelah TFOT ASTM D 36 - 86 100 - cm
10 Kadar Parafin SNI 03-3639-1994 0 2 %

ASPAL HOTMIX-1
Dengan memperhatikan kondisi setempat, terutama iklim/ suhu untuk daerah-daerah yang
temperatur udaranya lebih rendah dari 25 º C, dapat digunakan alternatif bahan aspal
dengan nilai penetrasi yang lebih besar dari AC 60/70 dengan persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen.

Tabel Material Aspal Alternatif


Spesifikasi Grade
Penetration Viscosity Grade
Grade ASTM D 3381 Keterangan
ASTM D 946
40-50 AC-5 AR-1000 Aspal PG 60-70 pada umumnya cocok
60-70 AC-10 AR-2000 untuk kondisi iklim tropis. Namun
85-100 AC-15 AR-4000 dimungkinkan untuk menggunakan aspal
100-120 AC-20 AR-8000 dengan spesifikasi pada table ini dengan
120-150 AC-30 memperhatikan kondisi setempat,
AC-40 terutama iklim/ suhu.

B. Agregat

Agregat harus terdiri dari batu pecah, screenings, bahan lain, butiran-butiran, material-
material yang disetujui yang mempunyai sifat dan kualitas yang sama dan memenuhi semua
persyaratan bila dicampurkan dalam batas gradasi tersebut diatas. Agregat kasar harus
terdiri dari bahan yang bersifat tahan aus/keras dan bebas dari lapisan (coatings) yang
melekat dan sesuai ketentuan-ketentuan dari persyaratan A.S.T.M. D-692-79, A.S.T.M.D-693-
77. Course agregat bila di test berdasarkan Los Angeles Abrassion Test, harus tidak boleh
hilang lebih dari 25 %.
Untuk bandar udara yang direncanakan menampung pesawat terbang narrow body maka
untuk course agregat proses Pemecahan batu harus memenuhi syarat-syarat (tertinggal)
pada saringan No. 8 sebagai berikut :

1) Minimum 75 % dari berat butiran yang mempunyai bentuk minimum tiga muka bidang
pecah.

2) 100 % dari berat butiran dengan satu atau lebih muka bidang pecah.

3) Penelitian material sebagai berikut :

a) Sand equivalent minimum 65% bila diuji dengan ASTM D.2419-74


b) Kotoran organik maximum 3% bila diuji dengan ASTM C.40-79
c) Mix design aspal beton dengan methode marshall memenuhi syarat seperti ayat
23.1. bila diuji dengan ASTM D.1559-79
d) Tidak boleh menampakkan adanya tanda-tanda bercerai-berai / desintergration
bilamana diadakan percobaan lima kali dengan Sodium Sulphate Soundness
Test mempergunakan A.S.T.M C. 88 dengan jumlah kehilangan lebih besar dari 9
% dan bila diadakan Magnesium Sulphate Soundness Test pada material tidak
boleh lebih dari 12 %.

ASPAL HOTMIX-2
Bagian dari material yang tertinggal dari saringan No. 8 disebut Course agregat dan
bagian yang lewat saringan No. 8 disebut Fine Agregat, dan material lewat saringan
No. 200 disebut sebagai Filler.
Bagian dari fine agregat, termasuk Filler yang lewat saringan No. 40 harus
mempunyai plasticity Index tidak lebih dari 6%, seperti ditentukan A.S.T.M D. 424,
dan liquid limit tidak boleh lebih dari 25% bila diuji dengan A.S.T.M - D. 423.
Sebelum penerimaan terakhir dari agregat yang diinginkan sifat-sifat letak dari agregat
tersebut stripping harus ditentukan.

Dengan dilakukan persiapan dari paving mixture yang sesuai dengan spesifikasi
berikut. Sesudah pencampuran dilakukan lalu disebarkan / dipasang dalam lapisan
yang lepas dan tipis dan dibiarkan di udara selama 24 jam sebelum di test, ukuran
sample test tersebut dalam botol gelas bersih, ditutup dengan tutup yang rapat. Sample
test harus ditutupi seluruhnya, air distalasi dengan temperature antara 27 dan 28
derajat celcius. Botol dan isinya harus dibiarkan dalam waktu 24 jam, kemudian contoh
harus dikocok kuat - kuat untuk waktu 15 menit. Contoh campuran harus diuji untuk
strippingnya. Bila percobaan stripping terlihat adanya lapisan aspal terlepas dari
permukaan agregat, maka perlu penggunaan anti strip agens atau agregat tersebut
tidak boleh digunakan.
Tabel Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan Sodium ASTM C 88 Maks.10 %
Sulphate Soundness Test untuk surface course
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan Sodium ASTM C 88 Maks. 12 %
Sulphate Soundness Test untuk base course
Abrasi dengan mesin Los Angeles pada bandar udara ASTM C 131 Maks. 25 %
dengan berat pesawat lebih dari 28 ton
Abrasi dengan mesin Los Angeles pada bandar udara ASTM C 131 Maks. 40 %
dengan berat pesawat maksimum 28 ton
Partikel Pipih ASTM D 4791 Maks 25 %

Partikel Lonjong ASTM D 4791 Maks 10 %

Tabel Ketentuan Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai

Material Lolos Saringan No. 200 ASTM C. 40-79 Maks. 3 %


Plasticity index ASTM D 4318 Maks 6 %
Liquiid limit ASTM D 4318 Maks 25 %

Agregat halus tidak boleh mengandung pasir alami lebih dari 15 persen teerhadap total
berat agregat. Jika digunakan, pasir alami harus memenuhi persyaratan ASTM D 1073 dan

ASPAL HOTMIX-3
harus memiliki plasticity index maksimum 6 % dan liquid limit maksimum 25 % bila diuji
sesuai dengan ASTM D 4318.
Agregat halus harus memiliki nilai sand equivalent minimum 65 % bila diuji sesuai dengan
ASTM D 2419. Agregat halus tidak boleh mengandung pasir alami lebih dari 15 % terhadap
total berat agregat sesuai persyaratan ASTM D 1073. Kotoran organik maximum 3% bila
diuji dengan ASTM C.4079
C. Filler

Bila filler merupakan tambahan yang diperlukan pada agregat yang ada maka harus terdiri
dari debu batu pecah. Portland cement atau bahan lain yang disetujui. Material Filler harus
memenuhi persyaratan dari A.S.T.M D. 242.
D. Stockpiling Agregat

Agregat disimpan sedemikian rupa sehingga mencegah adanya segregasi dan longsoran.
Stockpiling Agregat diatur sedemikian rupa hingga lapisan - lapisan tidak melebihi satu
meter, diatas dasar yang keras dan bersih dengan tidak lebih dari 5 prosen kemiringan.

Course agregat dan fine agregat di tempat penimbunan dipisahkan oleh sekat atau alat lain
dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen dan sekeliling timbunan dibuat drainage
yang baik. Bagian tengah dasar dari tempat penyimpanan agregat merupakan titik tertinggi
untuk pengeringan kadar air yang berkelebihan. Agregat yang menjadi segregasi atau kotor
dengan bahan dipindahkan atau diproses lagi, atau dipisahkan dari material berkualitas
yang dapat diterima atas biaya kontraktor.
E. Gradasi Agregat
Gradasi agregat untuk aspal hotmix harus berada dalam batas - batas dalam tabel berikut :
Tabel Gradasi Agregat AC dan ATB

Lolos Saringan Persentase

Saringan A.S.T.M Terhadap Berat

ATB AC
Max. 1” Max. 3/4”
1” (25.0 mm) 100 100
¾” (19.0 mm) 82 – 100 100
½” (12.5 mm) 70 – 90 75-95

3/8” (9.5 mm) 60 – 82 60 – 82

No.4 (4.75 mm) 42 – 70 42 – 70

No. 10 30 – 60 30-60
No. 40 15 – 40 15-40
No. 80 8 – 26 8 – 26
No. 200 3–8 3–8

ASPAL HOTMIX-4
1) Bituminous percent

Stone gravel 5.5 - 6.5 5.5 - 7


Kadar Bitumen dari mixture diperhitungkan dari berat mixture seluruhnya, untuk
persyaratan Gradasi agregat dan kadar bitumen disamping hal - hal tersebut, dapat
pula dipakai komposisi lain sesuai dengan persyaratan Teknis yang berlaku umum
(A.S.T.M) tebal lapisan yang dilaksanakan, serta atas persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen.

2) Gradasi

Dalam tabel tadi menunjukan batas - batas yang akan menentukan agregat yang
dipersyaratkan untuk dapat dipakai dari sumber pengadaan.

Gradasi yang ditentukan terakhir di dalam batas yang ditetapkan dalam tabel tersebut
harus dipilih merata dari yang course sampai fine dan tidak boleh dari batas terendah
dari suatu sieve sampai batas tertinggi dari sieve - sieve yang berdekatan atau
sebaliknya.

Untuk mengetahui prosentasi dari seluruh material yang lolos saringan No. 200, suatu
sample dari course agregat dan fine agregat harus dicuci. Dari jumlah material yang
lolos saringan No. 200 minimum separuhnya harus lolos saringan No. 200 dengan dry
sieving.

Meskipun diatur dengan komposisi limit yang , telah ditetapkan masih perlu juga
pengawasan teliti terhadap bahan - bahan yang dipakai untuk pelaksanaan disesuaikan
dengan Job Mix Formula.
3. Job Mix Formula / Syarat Campuran

Tidak diperkenankan mulai pekerjaan, sebelum kontraktor menyelesaikan suatu formula Job
mix yang memuaskan berdasarkan Marshall Test Method yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai dengan Petunjuk dan pelaksanaan tentang pekerjaan aspal beton yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bandar Udara sebagaimana ditentukan dalam Marshall Method
Mixtures. Kontraktor harus melaporkan Formula Job Mix kepada Pejabat Pembuat Komitmen
dengan memberitahukan prosentasi yang pasti bagi tiap fraksi saringan dari pada agregat, dan bagi
aspal serta temperature yang dimaksudkan dari hasil campuran yang dihasilkan dari mixer.
4. Marshall Method Mixture
A. Laporan Design Mixture
Kontraktor harus mengerjakan Job Mix Formula menurut metode marshall dengan
ketentuan dan batas seperti berikut :

ASPAL HOTMIX-5
Tabel Persyaratan Hasil Uji Marshall

Test Property ATB AC


Number of blows 75 75
Stability (MIN) 1800 lbs 2200 lbs
Flow (MAX) 4 mm 4 mm
Flow (MIN) 2 mm 2 mm
Voids total Mix % 3–5 3–4
Voids Filled With Bitumen % 76 – 82 76 – 82

Jika sudah melewati mixing plant hasil Marshall Design Mixture gagal membuat trial area
yang memuaskan, grading dan perbandingan susunan mixture dapat diganti seperlunya atas
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen dan dalan ketentuan-ketentuan bagi lapisan
tersebut, untuk mendapatkan suatu mixture yang dapat dikerjakan dengan baik dan dapat
diterima sebagai permukaan /surface yang memenuhi syarat.

Sesudah adanya persetujuan atas trial area oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Mixture
tersebut ditetapkan sebagai " Job Mix " dan kemudian menjadi approved mixture yang
disetujui.

B. Temperatur
Temperatur untuk mixing dan pemadatan pada prinsipnya didapatkan dari hasil tes
viscositas aspal, secara umum untuk AC 60/70 temperatur mixing dan pemadatan sebagai
berikut :
Mixing temperature : Aspal cement 149° C - 160° C.
: Agregat 160° C - 170° C. Temperature agregat
tak boleh lebih dari 14° C diatas temperature
aspal cement.
Laying temperature : Antara 135° C - 155° C
Rolling temperature : Seperlunya untuk memperoleh field density
yang dimaksud tetapi tidak boleh kurang dari 122° C
. (sesuai hasil trial compaction).

Berikut Toleransi yang diberikan terhadap Job Mix Formula telah disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.

Tabel Job Mix Toleransi

Toleransi Plus atau Minus


 Agregat passing sieve No. 8 to 100
4%
 Agregat passing sieve No. 4 and large
7%
 Agregat passing sieve No. 100 and No. 200
2%

ASPAL HOTMIX-6
 Aspal cement
0,4 %
 Temperatures of mixing
14° C

C. Kepadatan / Density
Kepadatan dari lapisan Bituminous yang dipadatkan dari semua campuran yang
direncanakan dalam penyesuaian dengan metode marshall dapat dihubungkan dengan "Job
Mix Density", apabila tidak lebih darl 10 % berat dari jumlah agregat telah tertahan pada
saringan 1 inch.
"Job Density" dilaksanakan dengan pembuatan darl contoh - contoh "Job mix" yang
disetujui 6 standard Marshall Specimen, menentukan beratnva titik berat khusus masing-
masing dan membandingkan dengan arti nilai dari keenam. Tiap hasil yang berbeda lebih
darl 0,015 sebanyak max 2 hasil percobaan dan persyaratan maka harus ditolak dan hasil-
hasil sisa lainnya menjadi "Job Mix Density" Absolute density ditentukan sebagai berikut :

10
Absolute density = % Agg. By weight + % Bituminous. By weight
SP.gr.agg.SP.Gr.bit

Ini semua harus tunduk pada Pejabat Pembuat Komitmen dan metode penggilasan yang
telah disetujui sebelum pencampuran mixing atau laying dilanjutkan. Density control dari
lapisan marshall method didapatkan dengan pengambilan dua contoh dari tiap base dan
surface cource paling sedikit satu kali setiap 4 jam dan tidak kurang dari dua kali sehari, dan
kepadatannya ditentukan.

Nilai rata-rata ddapatkan dari dua contoh dari daerah yang sama diambil sebagai field
density dari lapisan yang dipadatkan. Field density harus sedemikian rupa sehingga dari dua
puluh deretan nilai rata – rata dimaksud, harus tidak lebih dari tiga hasil dibawah 98 % dari
Job Mix Density atau 94 % dari absolute density. Bahan yang tidak memenuhi persyaratan
harus dibuang dan diganti. Contoh-contoh boleh juga dipakai untuk menentukan
ketebalannya.
5. Trial Compaction
Sebelum dilaksanakan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus melakukan uji pemadatan di luar
area yang akan dikerjaan dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen. Uji pemadatan
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah lintasan optimum sehingga tercapai nilai kepadatan
lapangan sesuai dengan yang disyaratkan. Luas area untuk uji pemadatan minimal 3 m x 30 m yang
dibagi menjadi 3 segmen, dimana perbedaan tiap segmen adalah pada jumlah lintasan pemadatan.
Selanjutnya dari hasil uji pemadatan apabila sudah memenuhi persyaratan, maka dijadikan dasar
dalam pelaksanaan. Namun apabila hasil uji pemadatan tidak memenuhi persyaratan, maka uji
pemadatan dapat di ulang kembali.

Setelah "Job Mix" mendapatkan persetujuan, harus dilaksanakan uji coba/trial compaction di
daerah yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan menggunakan
campuran ini untuk menetapkan method penggilasan (rolling) yang dikehendaki untuk

ASPAL HOTMIX-7
menghasilkan kepadatan yang di persyaratkan. Daerah percobaan minimum seluas 3 m x 30 m.
Tiga contoh harus diambil dari daerah percobaan yang dipadatkan dan kepadatan yang
dipersyaratkan untuk setiap contoh tidak kurang dari 99 % dari "Job Mix Density" atau tidak
kurang dari 95 % dari Absolute density.
Apabila kepadatan lapangan / field density yang diperlukan tidak memenuhi prosedur pemadatan
yang harus disyaratkan daerah-daerah percobaan selanjutnya disediakan dan dilakukan pengujian
sampai hasil memenuhi persyaratan.
6. Pembatasan Berkenaan Dengan Cuaca
Setiap lapisan dapat dilaksanakan hanya apabila kondisi permukaan dalam keadaan kering dan
apabila cuaca tidak hujan basah.
7. Bituminous Batch Mixing Plant
Daerah penyimpanan yang cukup disediakan untuk masing - masing ukuran dari pada agregat
yang mempunyai ukuran berbeda harus tetap dipisahkan sampai di bawa ke cold elevator yang
menuju ke drier lapangan untuk menyimpan harus rapih dan teratur dan Stockpiles yang terpisah
mudah dicapai mendapatkan sample. Plants yang dipergunakan untuk menyiapkan Bituminous
mixture berupa batch mixing plants.

A. Persyaratan bagi semua plant


Mixing plant dan peralatan pendukung lainnya harus mempunyai kapasitas kerja
seluruhnya disesuaikan dengan scope pekerjaannya dan diatur dapat melayani pekerjaan
konstruksi bitumen yang dimaksudkan, dan peralatan tersebut harus dikalibrasi terlebih
dahulu oleh pemberi pekerjaan untuk menghasilakan kualitas maupun kuantitas yang
optimal.
1) Skala Timbangan
Skala ketetapan harus sampai 0.5 % dari pada beton yang diperlukan. Alat penimbang /
timbangan harus dipasang teguh supaya Pejabat Pembuat Komitmen menganggap
perlu kontraktor harus mempunyai minimum sepuluh mata timbangan 50 pound
untuk melakukan test skala.
2) Equipment untuk Bituminous material
Tangki - tangki untuk memanasi dan menampung material yang diinginkan dengan
cara telah ditentukan sedemikian rupa sehingga nyala api tidak sampai menjilat tangki.
Sistem sirkulasi Bituminous material diatur agar kelancaran dan kelanjutan pekerjaan
yang terjamin baik. Diharuskan menakar dan mengadakan sampling dalam tangki -
tangki penyimpanan.
3) Pengisian Drier
Plant harus dilengkapi dengan alat mekanis yang dengan cermat menuangkan agregat
ke dalam drier agar hasilnya sama begitu pula temperaturnya.
4) Drier
Plants disertai satu atau beberapa drier selang yang selalu mengaduk agregat selama
proses heating dan drying.
Drier harus dibuat sedemikian rupa sehingga granulars serta contentnya lebih rendah
dan mempunyai angka lebih kecil 0,5 % dan untuk menaikan granular ke temperatur
yang tetap bagi pemanasan binder. Setiap kali diadakan pencegahan adanya
temperature yang melebihi dan selalu dihindari setiap resiko pembakaran.
5) Screens
Dalam hal ini harus disediakan plant screen yang dapat memisahkan / menyaring
semua agregat baik proporsi dan ukuran yang telah ditentukan dan mempunyai

ASPAL HOTMIX-8
kapasitas normal lebih besar dari kapasitas maksimum mixer screen untuk aspal
hotmix maximum 1".
6) Bins
Plant harus dilengkapi dengan storage bins yang berkapasitas cukup melayani mixer
yang sedang berkerja dengan kapasitas maximal. Bins harus diatur agar tiap macam
agregat tersimpan cukup dan terpisah.
Bila mempergunakan filler hydrated line, harus disediakan dry storage khusus dan
plant harus dilengkapi dengan alat untuk mengisi material semacam itu ke dalam
mixer, setiap bins harus diberi penyalur keluar yang ukuran dan letaknya akan
menyebabkan menumpuknya material ke compartment atau bins yang lainnya.
Tiap compartment harus diberi cutlot gate agar tidak bocor, gates harus terbuka
sepenuhnya dan secepatnya, bins dibuat sedemikian rupa hingga sample dapat diambil
segera.
Bins harus diberi tongkat penunjuk angka / tool - tale devices yang menunjukan
banyaknya agregat di dalam bins pada titik seperempat bagian bawah.
7) Unit Bituminous Control
Harus diusahakan sebaik-baiknya untuk menentukan persentase aspal dan pada
campuran dengan cara menimbang ataupun mengukurnya. Harus diusahakan
mengatur banyaknya atau mengalir bahan aspal ke dalam mixer/ bacth.
8) Termometric Equipment
Sebuah thermometer khusus dengan skala yang cukup harus ditempatkan di pipa
pengaliran aspal dekat pipa pengisisi / charging valve dari mixer unit. Plant juga harus
dilengkapi dengan alat pengukur panas yang ditempatkan pada katup pembuka dari
drier untuk mengetahui temperature yang dipanasi.
Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan penggantian thermometer yang ada
dengan alat pencatatan panas yang disetujui agar temperature campuran dapat diatur
dengan baik.
9) Dust Collector
Plant harus dilengkapi dengan suatu dust collector untuk mengalirkan atau
mengembalikan dengan teratur semua atau sebagian bahan ke dalam hot elevator.
10) Persyaratan Keamanan
Harus disediakan tenaga yang cukup aman ke mixer platform dan sampling point dan
tangga berpagar ke bagian plant unit yang lain harus dipasang di tempat -tempat yang
diperlukan pada waktu plant bekerja. Agar Pejabat Pembuat Komitmen mengambil
sample dan dapat mengetahui data temperature campuran, disediakan alat yang
diperlukan untuk dengan cepat mencapai atas truck.
Harus dilengkapi alat untuk mengukur skala alat penera, alat sampling dan sejenisnya
yang ditempatkan di sekitar mixer platform.
Semua gerigi, roda, rantai, gigi dan bagian bergerak lainya yang membahayakan harus
ditutup seluruhnya.
Dalam atau disekitar tempat truck memuat, setiap saat harus dijaga cukup lapang dan
terhalang, dan bersih dari ceceran berasal dari mixer platform.

B. Persyaratan bagi batching plant

1) Weight box atau hopper

Alat ini harus dilenkkapi dengan alat penimbang yang teliti untuk setiap jenis ukuran
agregat dalam suatu weight box atau hopper yang cukup besarnya untuk menampung

ASPAL HOTMIX-9
satu bacth penuh. Pintu penutup/ gate harus rapat agar tidak adanya material yang
lolos ke mixer selama proses penimbangan.

2) Bituminous Control

Alat pengukur bahan aspal harus mempunyai ketelitian sampai dengan 0,5 %.

Bucket aspal harus kuat/kokoh dengan tutupnya dari metal dan terpisah dan dapat
dibuka. Panjang katup penuang atau bar penyemprot/spray bar tidak boleh kurang
dari tiga perempatnya panjang mixer dan harus dapat menuang langsung ke mixer.

Katup pembuka dan bar penyemprot/spray bar bucket aspal harus dipanasi
seperlunya.

Jika dipergunakan selubung uap, harus dialirkan dengan baik dan sambungannya harus
dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu proses penimbangan.

Kapasitas bucket aspal minimum 15 % lebih berat dari pada berat aspal yang
diperlukan satu bacth. Pada plant harus dilengkapi suatu charging value yang tak
bocor, yang Cepat terbuka jika kena panas secukupnya yang ditempatkan tepat diatas
bucket aspal.

Jarum penunjuk / indicator dial dapat menunjukan minimum 15 % lebih berat bahan
aspal yang dipergunakan setiap bacth.

Alat pengontrol harus dipasang ditiap dial setting yang dengan otomatis kembali ke
tanda semula pada tiap - tiap bacth bahan aspal yang ditambahkan. Jarum penunjuk
harus dapat dilihat jelas oleh operator. Setelah periode dry mixing selesai, pengaliran
bahan aspal harus dikontrol.

Setelah secara otomatis pengaliran seluruh bahan bitumen yang dipakai dalam satu
bacth dituangkan dalam waktu lebih dari 15 detik. Besar kecilnva lubang spray bar
harus memungkinkan untuk pemakaian bahan aspal dengan merata keseluruh ruangan
mixer. Bagian pengatur aspal diantara katup pengisi dan spray bar harus berkatup dan
berlubang untuk memeriksa pengukur, bila alat pengukur dipasang pada bucket bahan
aspal.

3) Mixer
Bacth mixer harus dari type yang mengaduk secara merata /homogen sesuai job mix
tolerance. Jika mixer tidak berselubung, mixer box harus dilengkapi dengan pelindung
debu/dust hood. Blade clearance dan bagian yang berputar maupun yang tetap tidak
boleh lebih dari 1 inch.

ASPAL HOTMIX-10
4) Pengawasan waktu pengadukan/control of mixing time.
Untuk mengawasi pekerjaan dalam suatu proses pengadukan / mising cycle, harus
dipasang suatu time lock yang teliti yang akan menutup terus weight box gate. sampai
mixer gate terbuka pada waktu proses selesai satu proses.

Time lock juga menahan terus bucket bahan aspal selama periode dry mix dan
menahan mixer gate selama periode dry mix dan hot mix. Periode yang dry mix adalah
waktu antara terbukanya weight box dan tertuangnya bahan aspal. Periode hot mix
adalah waktu antara terbuangnya bahan aspal dan terbukanva mixer gate. Timing
control harus dapat disetel selama satu siklus 3 menit.

Satu batch counter sebagai bagian dari pengatur waktu harus dipasang dan khusus
untuk mencatat batch batch yang teraduk baik. Penyetelan time interval ditentukan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya akan mengunci kotak yang menutup
pengatur waktu sampai diadakan suatu perubahan tentang timing period.

5) Bahan Bakar
Bahan bakar yang dipergunakan batching plant dalam memproduksi campuran aspal
hotmix harus menggunakan bahan bakar minyak / tidak diperbolehkan
menggunakan bahan bakar batu bara.
8. Bituminous Pavers / Aspal Finisher

Bituminous pavers harus mempunyai tenaga penggerak sendiri dan dilengkapi dengan screed atau
strike off bilamana perlu dilengkapi dengan alat pemanas dan dilengkapi automatic level serta Alat
ini harus dapat menebarkan dan meratakan lapisan - lapisan Bituminous plant mix material sesuai
tebal, kemiringan, kerataan yang ditentukan.

Alat tersebut harus mempunyai hopper yang dapat menampung kapasitas cukup sehingga dapat
mcnghasilkan pemeliharan, yang merata / homogen. Hopper harus dilengkapi dengan sistim
distribusi untuk mengatur adukan yang merata dimuka screed.

Pemasangan screed atau strike off sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan secara effektif
pekerjaan yang sempurna (tidak tearing, shoving, pouging). Aspal Finisher harus mampu berjalan
dengan lancar sambil menghamparkan adukan memuaskan.
9. Rollers

Rollers harus dalam keadaan baik dapat bergerak ke muka dan ke belakang dengan kecepatan
yang dapat diatur agar adukan aspal hotmix tidak bergerak / dispavement.

Jumlah, type dan berat dari rollers harus cukup untuk memadatkan aspal hotmix sampai pada
kepadatan yang disyaratkan selama campuran masih dalam keadaan dapat dikerjakan.

Rollers yang harus disediakan adalah three wheel rollers, dual tandem rollers, three axle wheel
rollers, pneumatic tire rollers. Tidak diijinkan pemakaian alat yang mengakibatkan pecahnya
agregat secara berlebihan.

ASPAL HOTMIX-11
10. Persiapan Bahan Agregat

Agregat untuk campuran hot mix harus dikeringkan dan dipanasi di plant sebelum dimasukan ke
mixer. Bila mulai dituang di mixer campuran agregat kadar airnya tidak boleh lebih 0,5%. Air
dalam agregat dihilangkan dengan memanasinya sampai tidak terjadi penguapan.

Sebelum bahan tersebut dituangkan, agregat harus dipanaskan hingga mencapai temperature yang
ditentukan pada Job Formula terdapat dalam Job Tolerance yang ditetapkan. Temperatur tertinggi
dan pemanasannya harus diatur agar tidak mengakibatkan kerusakan pada agregat.

Harus diperhatikan agar agregat yang banyak mengandung calcium dan magnesium tidak rusak
karena panas. Agregat harus dipisahkan sesuai jenis ukurannya dan dimasukkan ke bin – bin yang
terpisah siap untuk dicampurkan dengan bahan aspal. Plant harus dilengkapi dengan Peralatan
mekanis yang teliti yang dengan teratur menuangkan agregat dalam drier sehingga siperoleh hasil
yang sejenis dengan temperature yang sama. Bila diperlukan untuk mengaduk bahan - bahan
maka harus dilengkapi Compartments feeders.
11. Persiapan Bituminous Mixture

Sebelum dibawa ke lokasi penghamparan, agregat harus dicampur dengan bahan aspal di mixing
plant. Campuran adukan dilaksanakan pada temperature yang ditetapkan dalam Marshall method
mixtures.

Agregat kering yang telah disiapkan tersebut diatas, harus dicampur dalam plant dengan
perbandingan yang disyaratkan untuk tiap jenis agregat yang diperlukan untuk mendapatkan
gradasi yang ditetapkan. Banyaknya agregat pada setiap bacth harus ditentukan ditimbang dan
dimasukan ke dalam mixer.

Dalam penakaran volume menurut bagian - bagiannya ukuran terbukanya katup harus ditentukan
dan katup harus dikunci pada tempatnya. Material aspal harus dicairkan didalam ketel atau tangki
pemanas yang diatur hingga pemanas seluruh isinya merata.

Jumlah material aspal pada tiap bacth atau jumlah yang ditera untuk continous mixer harus
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen dan ditimbang serta dituang kedalam mixer pada
temperature yang telah ditetapkan yang bertahan pada batas terendah untuk dapat mencampur
dan menghampar secukupnya.

Untuk bacth mixer semua bahan agregat harus sudah di dalam mixer sebelum material aspal
ditambahkan kedalamnya. Temperatur yang dapat dalam batas-batas yang telah ditentukan harus
rnendapatkan persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen. Tidak diperkenankan menuangkan
agregat kedalarn mixer pada temperature lebih dari 14 derajat celcius diatas temperature
material aspal.

Pencampurannya harus berlangsung terus sampai pada waktu yang ditetapkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan agregat dilapisi oleh aspal.

ASPAL HOTMIX-12
Jangka waktu ini tergantung pada mix design dan mixing plant yang dipergunakan. Cara
menghitung mixing time dalam continous mixer adalah membagi berat isi seluruh mixer selagi
bekerja dengan berat mixer yang dihasilkan tiap detiknya.

Pugmil dead capacity in kilogram


Mixing time ini seconds
Pugmil output in kilogram persiapan

12. Pengangkutan Dan Penyimpanan / Delivery Aspal Hotmix

Mengangkut hot mix dari mixing plant ke tempat pelaksanaan pekerjaan harus menggunakan truk
yang baknya dari metal, kokoh, bersih dan tidak terdapat bahan lainnya. Setiap kali dimuati harus
ditutup dengan kanvas atau semacamnya yang cukup ukuran dan tebalnya untuk menghindari
debu ataupun pengaruh cuaca. Campuran aspal hotmix harus dihamparkan pada temperature
antara 140 °C - 160 °C atau sesuai dengan hasil uji viscositas campuran aspal hotmix harus sampai
di tempat pelaksanaan pada temperature dalam tolerance yang diijinkan dalam Job Mix Formula
yang telah disetujui.
13. Penghamparan Dan Pelaksanaannya

A. Persiapan dan Pelaksanaan

Sebelum campuran aspal hotmix dihamparkan, maka permukaan lapisan yang ada harus
dibersihkan dari material yang terlepas dengan sweeper yang dilengkapi blower atau sapu
lidi sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen. Hanya diijinkan menghampar campuran
aspal hotmix di atas lapisan yang kering, yang dalam keadaan baik dan hanya pada waktu
cuaca baik.
Tidak diijinkan menghampar campuran aspal hotmix bila temperatur tidak
memenuhi syarat.
Grade control antara pinggiran runway, taxiway atau shoulders harus dengan tongkat -
tongkat grade atau paku - paku baja yang dipasang pada garis sejajar dengan center line, dan
jarak tiap tongkat atau paku tersebut cukup dekat untuk merentangkan tali. Penghamparan
harus dimulai pada tempat terjauh dari mixing plant dan terus menuju kearah mixing plant,
kecuali bila diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen .

Tidak diperkenankan melewati material yang sudah dihamparkan, sampai material


dipadatkan dengan cara yang telah ditetapkan dan sudah mendingin sama dengan
temperature sekitarnya.

B. Machine Spreading

Setelah sampai ditempat pelaksanaan hotmix dimasukan/ dituang kedalam bituminous


paver dan segera dihamparkan selebar yang telah ditetapkan. Selanjutnya digilas dengan
tinggi lapisan yang merata sehingga bila pekerjaan selesai akan memenuhi tebal yang
ditetapkan dan sesuai dengan grade dan surface contour yang ditetapkan. Kecepatan paver
harus diatur agar campuran aspal hotmix tidak melesak dan terkoyak (pulling dan tearing).

ASPAL HOTMIX-13
Campuran aspal hotmix harus dihamparkan memanjang dengan minimum 3 m.
Penghamparan dimulai dari sepanjang sumbu runway atau taxiway pada bagian yang
tertinggi dengan slope searah, untuk menjamin drainage yang baik, strip selebar 15 cm,
didekat tempat dimana material nantinya dihamparkan tapi tidak boleh dibiarkan tanpa
digilas 2 jam sesudah dihampar. Setelah jalur pertama dipadatkan, diikuti yang kedua
kemudian dipadatkan seperti jalur hamparan yang pertama, kecuali jika penggilasan
diperlebar sampai meliputi 15 cm dari jalur terdahulu sebelum dipadatkan.

Sekiranya jalur hamparan disampingnya atau yang kedua tidak dapat dihamparkan dalam
waktu 2 jam, 15 cm dari jalur hamparannya yang pertama tadi harus digilas. Sesudah jalur
hamparan kedua dihamparkan dan digilas harus dipasang Satu penggaris lurus yang,
panjangnya paling sedikit 3 m. Melintang sambungan memanjang / longitudinal joint untuk
memeriksa kemiringan dan contour dari permukaan tersebut. Bidang tepi lurus dari jalur
hamparan permukaan harus bersih dari debu atau kotoran lainnya sebelum ada campuran
aspal hotmix yang dihamparkan disebelahnya.

Jika bidang permukaan sambungan telah kering dan berdebu, maka bidang permukaan
tersebut harus disikat aspal. Selain dengan menyikat aspal persetujuan Pemimpin Proyek.
Jika selagi pekerjaan spreading machine perlu dialihkan dari jajaran yang berdekatan, maka
tempat yang tidak terisi harus diisi dengan campuran aspal hotmix yang baru diambil dari
hopper pada spreading machine atau dari truck. Tidak diperkenankan mengambil campuran
aspal hotmix yang sudah dihamparkan untuk mengisi jalur tersebut, ditempat - tempat yang
ada obstacle nya yang tidak dapat dihindarkan atau sulit mempergunakan mesin untuk
penghamparan dan penyelesaiannva penghamparan dapat dilakukan denyan tangan. Jika
diperkenankan menghampar dengan campuran aspal hotmix ditimbun diatas dump sheets
diluar tempat yang dihampiri dan dihamparkan merata dengan sekop panas.
Menghamparkan dalam lapisan yang tipis dan rata sampai dipenuhi lebar dan tinggi yang
ditentukan dengan menggunakan garu yang panas, hingga pada saat pekerjaan selesai akan
diperoleh tebal yang ditentukan dan menurut grade serta surface contour yang tertera pada
recana.
14. Pemadatan

Sesudah penghamparan yang telah mendapatkan persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen hot
mix harus dipadatkan seluruhnya dan merata dengan mesin gilas. Penggilasan dimulai segera
setelah penghamparan, hingga tidak menyebabkan displacement atau retak rambut. Pada jalur
hamparan pertama penggilasan dimulai pada kedua tepinya dan diteruskan kearah tengah jalur.
Pada jalur yang dihamparkan berikutnva, penggilasan dimulai dari sisi sebelah luar menuju ke
arah jalur yang telah selesai dipadatkan.

Selanjutnya sisi lainnya digilas dan diteruskan menuju ketengah jalur tersebut. Pemadatan
pertama / initial rolling harus dilaksanakan memanjang, dengan steel wheel rollers berat total

ASPAL HOTMIX-14
8 - 10 ton. tidak boleh lebih dari 10 ton, roller harus dipadatkan dengan lintasan berulang - ulang /
panjang lintasan bolak - balik dari rollers senantiasa harus cukup lambat untuk menghindarkan
terjadinya displacement dari hotmix dengan kecepatan max 2.5 Km/ jam.

Setiap terjadi displacement akibat membaliknya arah rollers atau sebab lain, harus dikembalikan
dengan menggunakan garu, dan bila perlu dengan campuran aspal hotmix yang baru. Bila
diperlukan penggilasan arah diagonal dapat dilaksanakan atas persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen. Harus cukup tersedia rollers untuk mengimbangi hotmix plant. Penggilasan harus
kontinyu sampai semua bekas penggilasan hilang, sampai texture permukaannya sama dengan
grade penampungannya tetap serta mencapai density yang disyaratkan. Harus dilakukan field
density test paling sedikit 2 kali sehari dan field density ditetapkan menurut A.S.T.M. Mencegah
melekatnya aspal pada rollers maka roda-rodanya harus dibasahi dengan teratur namun
kebanyakan air maupun oli juga tidak diperbolehkan.

Rollers harus dirawat dengan baik dan dijalankan oleh pengemudi yang cakap dan berpengalaman.
Rollers harus dijalankan terus sedapat mungkin sehingga semua bagian pavement mendapat
cukup tanpa menunjukan perpindahan secepat mungkin dimana temperatur campuran aspal
hotmix masih panas, Intermediate rolling diikuti alat pneumatic rollers dengan operaring,
weight tiap ban sebesar 300 psi sampai 450 psi dan berat total minimum 10 ton, dengan gilasan
paling sedikit 8 gilasan.

Final rolling dikerjakan dengan two wheel tandem atau three axle tandem sewaktu aspal
concrete masih cukup panas untuk menghilangkan jejak dari rollers. Berat steel wheel rollers
minimum 12 ton dan digilas sampai permukaan menunjukan texture yang uniform, rapat dan
licin. Pada tempat - tempat yang tak dapat dilalui rollers, campuran aspal hotmix harus dipadatkan
sepenuhnya dengan hand stampers.
15. Joint

A. Umum

Mixtures pada joint harus sesuai dengan persyaratan surface dan mempunyai texture,
kepadatan, kelicinan sama dengan hagian - bagian lain yang ada. Dalam pelaksanaan semua
joint, harus diusahakan untuk menyatukan dengan jalur yang berdekatan setinggi yang telah
ditetapkan dari jalur itu.

Pelaksanaan penyambungan / joint harus dilaksanakan dengan cara memotong kembali


dari pada hasil pelaksanaan sebelumnya, sehingga menunjukan tebal lapisan penuh dan
bidang pemotongan tersebut harus disikat aspal secukupnya bila dipandang perlu.
Campuran yang baru pada joint tersebut harus digaru, dipadatkan dengan penggilasan.

ASPAL HOTMIX-15
B. Transerve

Pelaksanaan jalur sedapat mungkin / continue. Rollers hanya akan melewati bagian yang
tidak tertutup dan tranverse joint jika penghamparan jalur terputus. Pada sambungan
melintang dipadatkan 2 arah (melintang dan memanjang) supaya tidak terjadi gelombang.

C. Longitudinal Joint

Joint - joint pada longitudinal joint type hot joint, maka untuk maksud ini pemadatan setiap
jalur harus disiapkan selebar 30 cm, pada tepinya sepanjang jalur yang akan dihubungkan
dengan jalur lainnya yang berdekatan, pada daerah ini pemadatan dilaksanakan bersama-
sama jalan berikutnya yang berdekatan.
16. Membuat Edges / Shaping Edges

Selama permukaan dipadatkan dan diratakan, kontraktor harus melaksanakan seteliti mungkin,
bagian luar dari pinggiran pavement sesuai persyaratan.

Pinggiran tersebut harus dibentuk sama tinggi waktu campuran aspal hotmix masih panas dengan
garu atau besi yang rata dan dipadatkan dengan taper / penumbuk atau dengan lain metode yang
memenuhi syarat.

Pada Bandar udara yang sedang beroperasi semua penghentian penghamparan / overlay baik
memanjang maupun melintang harus diadakan tappering. Slope tappering memanjang 1 % dan
slope tapering melintang 2,5 % selisih tinggi perkerasan dengan shoulder tidak boleh lebih dari 3
cm.

Tappering memanjang harus dibongkar pada saat dimulai kembali pekerjaan atau berdasarkan
petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen terdapat metode lain.
17. Surface Test

Test untuk memenuhi kemiringan yang ditetapkan harus dilaksanakan oleh kontraktor segera
setelah dimulainya pemadatan dan perbedaannya harus diperbaiki dengan menyingkirkan atau
menambah material dan melanjutkan menggilas.

Permukaan yang sudah selesai tidak diperkenankan berbeda lebih dari 3 mm, untuk campuran
aspal hotmix sebagai konstrusi surface course jika ditest dengan tongkat lurus / straight edge yang
sejajar atau tegak lurus pada centre line sepanjang 3 m, setelah penggilasan terakhir selesai,
kehalusan jalur harus dites lagi. Gundukan atau lekukan yang melebihi toleransi atau air yang
menggenang dipermukaan harus segera diperbaiki dengan membongkar dan mengganti dengan
hot mix sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen dan pembiayaannya dibebankan
kontraktor.

ASPAL HOTMIX-16
18. Sampling Pavement

Komposisi kepadatan dan kerapatan / density pavement ditentukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, kontraktor harus mengambil sample yang cukup dari pavement yang sudah selesai
dengan menggunakan coredrill.

Setiap hari harus mengambil sample, kontraktor harus mengganti bagian pavement yang diambil
samplenya dan perbaikannya dilaksanakan oleh kontraktor tanpa memungut biaya. Jika
komposisi dan kepadatan tidak memenuhi batas-batas toleransi yang ditentukan, harus diadakan
perbaikan sedemikian rupa sehingga persyaratan terpenuhi.
19. Tanggung Jawab Kontraktor Atas Bahan Aspal Dan Agregat

Samples dari bahan aspalt dan agregat yang akan dipergunakan oleh kontraktor, serta keterangan
tentang sumbernya dan sifatnya harus diserahkan dan mendapatkan persetujuan sebelum mulai
dipergunakan.

Kontraktor harus mempunyai data-data teknis mengenai bahan aspal dan agregat dari pabrik /
perusahaan /leveransir sesuai ketentuan yang tercantum dalam RKS. Hanya material yang sudah
terbukti ditest memuaskan untuk keperluan tersebut dapat diterima.

Untuk memeriksa bahwa cukup tersedia peralatan yang dipergunakan, keadaan dan bekerjanya
plant, pengawasan berat atau perbandingan, jenis material, dan atau menentukan, meneliti
temperature pada waktu mempersiapkan campuran aspal hotmix, Pejabat Pembuat Komitmen /
Petugas yang ditunjuk setiap saat dapat memasuki ke semua bagian paving plant.
20. Sampling Dan Testing

Kontraktor diharuskan melakukan semua sampling dan testing yang dianggap perlu guna
menjamin tercapainva pengawasan yang teliti dari material dan campuran aspal hotmix. Bilamana
kontraktor mengambil samples untuk testing, dia diharuskan mengambil duplikasi samples itu bila
diperintahkan dan menyerahkannya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

Samples tersebut dipak dengan baik dan ditandai dengan terang agar mudah dibandingkan dengan
samples yang disimpan kontraktor. Melakukan sampling dan testing tiap material dan campuran
aspal hotmix harus menurut A.S.T.M test dengan cara yang telah ditetapkan. Untuk tiap pengiriman
aspal harus didapat surat pernyataan suppliernya.

Setiap lebih kurang 4 (empat) jam dalam mixing periodes, suatu sample dari agregat diambil dari
tiap hot bin dan gradingnya ditentukan bersama combined grading. Combined grading ini
diperiksa menurut grading "Job mix" yang ditetapkan. Tambahan sample dari bahan adukan mixed
material diambil ditempat mixing setiap paling sedikit 4 (empat) jam dan sekurang-kurangnya 2
kali sehari untuk percobaan Marshall Speciment.

Grading analysis dari agregat dan bitument content determination (penentuan kadar bitumen)
dilaksanakan pada material yang diambil dari sample yang sama. Hasil setiap analisa harus

ASPAL HOTMIX-17
diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dalam 4 (empat) jam sampling dalam setiap
penyesuaian yang ternyata diperlukan harus dilaksanakan segera atas persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen. Diijinkan untuk melanjutkan, membawa mixed materials dari plant setelah
adanya adjustment dan pernyataan hasilnya diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

20. Pengendalian Mutu


A. Umum
Kontraktor harus mengembangkan Program Pengendalian Mutu. Program tersebut meliputi
elemen-elemen yang berpengaruh terhadap mutu perkerasan yang diantaranya adalah :
rancangan campuran, gradasi agregat, kualitas material, manajemen material, proporsi
pencampuran dan transportasi, penghamparan dan penyelesaian, sambungan, kompaksi,
kerataan permukaan, tenaga kerja, dan rencana penghamparan.
Kontraktor melaksanakan pengendalian mutu pada sampling, pengujian, dan inspeksi
selama tahap pekerjaan dan harus menunjukkan hasil yang sesuai dengan persyaratan
kontrak, dengan jumlah pengetesan minimum. Kontraktor harus menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas bahwa semua peralatan yang digunakan sudah dikalibrasi dan akan
memenuhi prosedur yang ditentukan dalam spesifikasi pengujian.
A. Pengujian Permukaan Perkerasan
1) Permukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter, yang
disediakan oleh Kontraktor, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan
sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas untuk memeriksa seluruh
permukaan perkerasan.
2) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus dilaksanakan
segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan
membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan
dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini
harus diperiksa kembali dan setiap ketidakrataan permukaan yang melampaui batas-
batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau
komposisi harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas.

B. Ketentuan Kepadatan
1) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 98 % untuk semua campuran aspal
lainnya.
2) Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di laboratorium
masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-2489-1991 untuk
ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581 untuk ukuran maksimum 50 mm.
3) Kontraktor dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan campuran
aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari
nilai-nilai yang diberikan. Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang
ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang
diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus
dibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.

ASPAL HOTMIX-18
Tabel Ketentuan Kepadatan

Kepadatan yang Jumlah benda uji Kepadatan Nilai minimum seti


disyaratkan perpengujian Minimum Rata- ap pengujian tunggal
(% JSD) rata (% JSD) (% JSD)
98 3-4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8

C. Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal


1) Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal
Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal AMP, tetapi
Pejabat Pembuat Komitmen dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi
penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan
penghamparan campuran aspal.
2) Pengendalian Proses
Frekuensi minimum pengujian yang diperlukan dari Kontraktor untuk maksud
pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini atau
sampai dapat diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Contoh yang diambil dari penghamparan campuran aspal setiap hari harus dengan cara
yang diuraikan di atas. Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda
uji harus dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dan dalam jumlah tumbukan
yang disyaratkan. Kepadatan benda uji rata-rata dari semua cetakan Marshall yang
dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Konsultan Pengawas harus memerintahkan Kontraktor untuk mengulangi proses
campuran rancangan dengan biaya Kontraktor sendiri bilamana Kepadatan Marshall
Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1
% dari Kepadatan Standar Kerja (JSD).
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian,
Kontraktor dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang lebih panjang
(yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan.
Tabel Pengendalian Mutu

Pengujian Frekwensi pengujian


Aspal :
Aspal berbentuk drum ³√ Dari jumlah drum
Aspal curah Setiap tangki aspal
Jenis Pengujian aspal drum dan curah mencakup
:
Penetrasi dan Titik Lembek

Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke 1000 m3
tumpukan

ASPAL HOTMIX-19
Pengujian Frekwensi pengujian
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot 250 m3 (min. 2 pengujian
bin) per hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m3
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan Setiap batch dan
pengiriman
- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian
per hari)
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo- 200 ton (min. 2 pengujian
tient, rongga dalam campuran pd. 75 per hari)
tumbukan
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Setiap 3000 ton
Membal
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
agregat/rancangan

3) Pemeriksaan dan Pengujian Rutin


Pemeriksaan dan pengujian rutin akan dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah
pengawasan Konsultan Pengawas untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesaikan
sesuai toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan dan setiap ketentuan
lainnya yang disebutkan dalam Seksi ini.
Setiap bagian pekerjaan, yang menurut hasil pengujian tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga setelah diperbaiki, pekerjaan
tersebut memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan, semua biaya pembongkaran,
pembuangan, penggantian bahan maupun perbaikan dan pengujian kembali menjadi
beban Kontraktor.
4) Pengambilan Benda Uji Inti Lapisan Beraspal
Kontraktor harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang mampu
memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun 6” pada lapisan beraspal yang telah
selesai dikerjakan. Biaya ekstraksi benda uji inti untuk pengendalian proses harus
sudah termasuk ke dalam harga satuan Kontraktor untuk pelaksanaan perkerasan lapis
beraspal dan tidak dibayar secara terpisah.

D. Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Aspal


1) Kontraktor harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan tersebut harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas tanpa keterlambatan.
2) Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas hasil dan catatan
pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi
penghamparan yang sesuai :
a) Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari setiap
penampung panas.
b) Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalasi pencampur aspal
(AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).

ASPAL HOTMIX-20
c) Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang diperiksa.
d) Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan
relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda
uji inti (core).
e) Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh.
f) Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal
paling sedikit dua contoh. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka
koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.

E. Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Aspal


Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran aspal
yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran aspal dari rumah
timbang sesuai dengan Spesifikasi ini.
21. Pengukuran
Jumlah besarnya biaya untuk surface course akan ditentukan dengan menghitung jumlah meter
persegi dari dimensi pada gambar - gambar yang dipergunakan / disetujui.
Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya AC dan ATB) jumlah meter kubik dari bahan yang telah
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi dan tebal yang diterima.
Pejabat Pembuat Komitmen dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang kurang
berdasarkan pertimbangan teknis maka pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan
luas atau volume hamparan yang dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini :

Tebal nominal yang diterima

Ct = -----------------------------------

Tebal nominal design/rancangan

Bilamana Pejabat Pembuat Komitmen menerima setiap campuran aspal dengan kadar aspal rata-
rata yang lebih rendah dari kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus perbandingan campuran.
Pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan luas atau volume hamparan yang
dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini. Tidak ada penyesuaian yang akan
dibuat untuk kadar aspal yang dilampaui nilai yang disyaratkan dalam rumus Perbandingan
Campuran.

Kadar aspal rata-rata yang diperoleh dari hasil ekstraksi

Cb = -----------------------------------------------------------------------------

Kadar aspal yang ditetapkan dalam Rumus Perbandingan Campuran

Luas atau volume yang digunakan untuk pembayaran adalah:


Luas atau volume x Ct x Cb
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan
pengukuran.

ASPAL HOTMIX-21

Anda mungkin juga menyukai