BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Abstrak
Pelaksanaan pembangunan selama ini selain telah mencapai tujuan dan sasaran – sasaran
yang telah ditetapkan, juga telah memberikan kesadaran kepada kita bahwa keberhasilan
pembangunan, tidak saja merupakan buah dari perencanaan dan pelaksanaan yang baik
tetapi juga peranan system pengawasan yang memadai.
Oleh karena itu tidak saja mutu perencanaan dan pelaksanaan harus ditingkatkan, tetapi
mutu pengawasan / pemeriksaan perlu ditingkatkan sejalan dengan tingkat perkembangan
pembangunan, agar pembangunan tidak saja mencapai sasaran, tetapi juga dilaksanakan
dengan cara efisien dan efektif.
Dengan demikian sangat diperlukan upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia
adalah salah satu kunci pokok untuk meningkatkan mutu hasil pengawasan. Upaya yang
dilakukan Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara Direktorat Bandar Udara ialah menyusun
Pedoman Teknis Pemeriksaan :
1. Mix Design Aspal Beton
2. Trial Mix Aspal Beton
3. Pelaksanaan Pekerjaan Aspal Beton
4. Evaluasi Kualitas Akhir Pekerjaan Aspal Beton
Disusunnya pedoman teknis pemeriksaan ini untuk melengkapi Buku Pedoman Standart
yang ada serta sebagai pegangan dari aparat pengawasan kualitas dalam menjalnkan
tugasnya, juga meningkatkan system pengawasan kualitas lingkungan Direktorat Bandar
Udara – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara – Kementerian Perhubungan.
BAB II
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
MIX DESIGN BETON ASPAL
2.1. Definisi
Lapisan Beton Aspal ( Hotmix ) adalah lapisan perkerasan lentur ( Fleksibel ) yang terdiri
dari campuran aspal dengan agregat ( batu pecah ) yang bergradasi , campuran ini
diproses melalui AMP ( Aspal Mixing Plant ) atau mesin pencampur aspal kemudian
campuran ini di hampar dan dipadatkan pada suhu ( temperatur ) tertentu.
C. PEMERIKSAAN ASPAL :
2.3. Pemeriksaan
Tahapan yang harus dilakukan pada pemeriksaan mix design adalah sebagai berikut :
2.3.1 Analisa dan Evaluasi Usulan Rancangan Campuran Beton Aspal ( AC/ATB )
2.3.1.1 Material
- Material yang digunakan untuk campuran beton aspal ( AC/ATB ) terdiri
dari :
Batu pecah ( Agregat ) berbutir kasar ( coarse agregat ) disebut CA
Batu pecah ( Agregat ) berbutir sedang ( medium agregat ) disebut MA
Batu pecah ( Agregat ) berbutir halus ( fine agregat ) disebut FA
Material pasir ( sand ) (hanya digunakan apabila direkomendasikan oleh
Direktorat Bandar Udara)
Material aspal keras ( AC penetrasi 60/70 ) kualitas import (memenuhi
standart ASTM) sesuai dengan spesifikasi Direktorat Bandar Udara dan
material aspal tersebut pernah digunakan di pekerjaan fasilitas sisi
udara
Material yang dipakai harus diuji secara laboratories sesuai standart
pengujian lab. ( standart ASTM, ASTHOO dan SNI ), serta hasilnya
memenuhi syarat – syarat sesuai standart uji tersebut.
Gradasi Aggregate yang disajikan dalam buku laporan terdiri dari Single Sieve dan Courbirse
Sieve dimana gradasi harus berada dalam batas – batas sebagai berikut :
% Passing by weight
No. Saringan ( ASTM ) Binder Course / ATB Surface Course / AC
( 1” inch max ) ( ¾ inch max )
1” 100 –
3/4” 82 – 100 100
1/2” 70 – 90 75 – 95
3/8” 60 – 82 60 – 82
4 42 – 70 42 – 70
10 30 – 60 30 – 60
40 15 – 40 15 – 40
80 8 – 26 8 – 26
200 3–8 3–8
1. Penetrasi ASTM D 5 10 mm 60 70
2. Titik Lembek ASTM D 92 C 48 56
3. Flash point ASTM D 113 F / C 450F / 232C -
4. Daktilitas ASTM D 2042 Cm 100 -
5. Solubility in % 99
Trichloroethylene ASTM D 1754 -
6. Thin film oven ASTM D 146 % 100 -
7. Daktilitas setelah TFOT ASTM D 36 - 86 mm 58 -
8. Penetrasi setelah TFOT ASTM D 5 - 95 % asli 80 -
9. Kehilangan Berat Setelah ASTM D 1754 - 94 % asli 0,2 -
TFOT
10. Kadar Parafin SNI 03-3639-1994 % 0 2
11. Sampling Bitumen Random
12. Viskositas F / C
2.3.3. Rancang campuran beton aspal dari material storage ( Mix Design Beton Aspal )
Material diambil dari storage material untuk masing – masing jenis agregat CA, MA,
FA.
Rancangan campuran beton aspal, rancang campuran dan combine sieve harus sesuai
dengan grading limit yang telah ditentukan.
Test material antara lain, sejenis agregat, mutu agregat, mutu aspal keras, jenis
pengisi ( filler ) harus memenuhi persyaratan teknis.
Direktorat Bandar Udara tidak merekomendasikan pemakaian pasir dalam campuran
beton aspal.
Didalam membuat beton aspal ( AC / ATB ) hindari pemakaian Filler, karena akan
mempersulit dalam pelaksanaan dan biaya akan bertambah mahal. Namun dalam
kondisi komposisi campuran tidak terpenuhi gradasi sesuai dalam spesifikasi
pemakaian, maka filler harus digunakan.
2.3.4. Rancang campuran beton aspal dari hasil Hot Bin AMP ( Job Mix Formula Beton Aspal )/
Kalibrasi Hot Bin dan Cold Bin
Setelah didapatkan komposisi Design Mix Formula, maka dari masing – masing
komposisi CA, MA dan FA ditempatkan dalam cold bin AMP.
Material dari tiap cold bin di keluarkan melalui conveyor belt satu per satu untuk
dilakukan kalibrasi guna menentukan bukaan tiap cold bin.
Setelah ditentukan bukaan tiap cold bin, maka AMP di operasikan sampai material
masuk di dalam tiap hot bin melalui screening di dalam AMP setelah melalui proses
pembakaran sesuai dengan suhu yang ditentukan.
Material diambil dari tiap hot bin, minimal untuk tiap hot bin ± 25 kg, dimasukkan
dalam karung/tempat yang terpisah untuk tiap hot bin dan diberi tanda. Selanjutnya
material di bawa ke laboratorium untuk dilakukan proses gradasi tiap sieve dan
gabungannya harus sesuai dengan grading limit yang telah ditentukan.
Kemudian dilakukan penentuan kadar aspal optimum dengan sebelumnya dilakukan
perhitungan berdasarkan gradasi agregat ( komposisi CA, MA dan FA) untuk
menentukan rentang kadar aspal ( 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 %, 7 % ) yang akan digunakan
untuk mencari kadar aspal optimum.
Setelah ditentukan rentang kadar aspal dalam mencari kadar aspal optimum, maka
selanjutnya dibuat minimal 3 benda uji aspal beton untuk tiap kadar aspal. Kemudian
dari masing – masing bendar uji dengan kadar aspal tersebut dilakukan Marshall test.
Dari hasil marshal test diketahui besaran rata – rata stabilitas, flow, VMA, VFWB dan
VIM dari tiap rentang kadar aspal. Selanjutnya dari masing – masing kadar aspal
tersebut dimasukkan dalam grafik/chart untuk mencari kadar aspal optimum dari
campuran beton aspal.
Membuat 3 benda uji berdasarkan kadar aspal optimum, selanjutnya dilakukan
marshall tes untuk mengetahui hasil rata – rata stabilitas, flow, VMA, VFWB dan VIM
apakah sesuai dengan spesifikasi Direktorat Bandar Udara. Apabila nilai – nilai
stabilitas, flow, VMA, VFWB dan VIM tersebut sudah sesuai, maka Job Mix Formula
sudah siap untuk diajukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen agar disyahkan.
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
2. Flow 2 – 4 mm 2 – 4 mm
2.3.6. Ekstraksi
Test ini dilakukan untuk memisahkan aspal dari aggregate sehingga diketahui kadar aspal
sesuai dengan perkiraan kadar aspal optimum dan hasil gradasi harus masuk grading limit.
Stability yang terlalu tinggi disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :
Kuat rangka aggregate karena eratnya hubungan antara batuan aggregate terutama
butiran kasarnya, Stability tinggi yang disebabkan hal seperti ini sangat disukai dan
tidak perlu ditetapkan batas atasnya. Keadaan ini dapat diketahui dengan campuran
tersebut sekali lagi dengan memakai aggregate halus mendekati batas minimum dan
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
% atas sedikit diatas nilai rata – ratanya, campuran ini mungkin kurang memenuhi
syarat kepadatan tetapi jika stability terlalu tinggi maka nilai stability campuran
semula yang terlalu tinggi itu dapat dipakai.
Nilai stability yang tinggi dapat pula disebabkan oleh kepadatan yang tinggi dan kadar
pori yang rendah ( VITM ), stability yang demikian ini tidak disukai karena
kegetasannya ( kerapuhan ) pada cuaca dingin dengan ketahanan yang relatif rendah
terhadap cracking ( keretakan ) dan reveling. Campuran semacam ini biasanya
mengandung filler yang terlalu banyak dan aspal yang kurang mencukupi, dengan
demikian perbaikan yang diperlukan adalah menurunkan kepadatan aggregate
sehingga dapat dipakai % aspal yang optimum tanpa mengisi pori yang terlalu banyak
hal ini dapat dicapai dengan mengurangi aggregate halus dan filler.
Catatan : Hal seperti 2.3.4 c, ini jarang sekali terjadi karena untuk pekerjaan di Bandar
Udara fraksi Gravel tidak diperkenankan untuk bahan campuran.
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
Pengajuan izin prinsip untuk persetujuan JMF oleh Direktorat Bandar Udara.
Minimum dibuat 2 atau 3 macam JMF beton aspal ( AC / ATB ) disertai data dukung
teknis.
Setelah mendapat persetujuan dari pusat maka dilaksanakan uji coba campuran beton
( Trial Mix ) diluar lokasi yang sesungguhnya.
Bila hasil trial mix disetujui oleh petugas pengawas kualitas dan Sub Direktorat
Prasarana Bandar Udara, Direktorat Bandar Udara maka harus dibuat berita acara trial
mix dan job mix tersebut siap dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Contoh
surat persetujuan JMF ( lihat lampiran ).
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
BAB III
Uji coba rancang campuran ( Trial Mix ) adalah suatu uji coba rancangan campuran beton aspal (
AC / ATB ) sebelum dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dan dicoba diluar area
sesungguhnya.
Alat – alat Bantu lainnya, seperti : kawat seling beserta tempat dudukan, sekop, garu,
thermometer, mistar, gerobak dorong, benang, straight edge, lampu penerangan (untuk
pekerjaan malam hari) dan lain – lain.
Setelah lokasi uji coba selesai diberi coating ( Prime atau Tack coat tergantung dari
kondisi lokasi ), maka penggelaran dapat dimulai dengan menggunakan finisher.
Teliti apakah pemadatan awal ( break down rolling ) dilakukan pada temperatur
minimum 115 C, Dengan menggunakan Tandem 6 – 8 ton dengan lintasan 2 – 4 kali
dengan kecepatan 2,5 km / jam, roda tandem harus selalui dibasahi untuk mencegah
pelekatan campuran pada roda mesin /gilas.
Segera sesudah pemadatan pertama selesai, dilakukan pemadatan tengah
( intermedite ) dengan menggunakan mesin gilas tired roller ( roda karet ) 12 – 14 ton,
pada saat temperatur 100 C – 90 C dengan kecepatan 2,5 – 5 km / jam.
Pemadatan akhir ( finishing rolling ) segera dilakukan sesudah pemadatan intermadite
dengan tandem roller 8 – 10 ton dengan kecepatan 2,5 – 5 km / jam pada saat suhu
50 C s/d 60 C atau sedikit diatas titik leleh aspal, berakhir sampai alur – alur bekas
roda pemadat hilang ( rata ), apabila pihak pelaksana mempunyai three axle maka
pemadatan akhir akan didapat hasil yang lebih baik.
Test core drill, setelah masing – masing section di core drill dan didapatkan hasil
density dilapangan berdasarkan hasil density, maka sebagai bahan acuan untuk
melaksanakan pekerjaan overlay dipilih hasil mix design yang memenuhi persyaratan
teknis baik lintasannya maupun density lapangan yang paling tinggi ( density lapangan
min 98 % ).
Apabila dalam hasil pelaksanaan trial mix diketahui kepadatan lapangan tidak tercapai
( density lapangan < 98 % ), maka beberapa hal yang harus dilakukan adalah :
mengevaluasi jumlah lintasan pemadat apakah sudah sesuai dengan jumlah
lintasan yang direncanakan
menambah jumlah lintasan pemadatan dengan TR
apabila jumlah lintasan dengan TR sudah maksimal, maka dilakukan cek terhadap
alat TR apakah tekanan roda sudah sesuai dengan spesifikasi (300 – 450 psi),
kondisi roda apakah masih layak pakai dan berat TR sesuai dengan spesifikasi
(12 Ton – 14 Ton)
Periksa Kerataan, Kerataan beton aspal ( AC / ATB ) harus diperiksa dengan
menggunakan mistar ukur kerataan ( straight edge ) panjang 3 m, kearah melintang
dan kearah memanjang, ketidakrataan tidak boleh melebihi toleransi 3 mm ( 0,30
cm ). Kalau hasil trial mix dinyatakan baik ( memenuhi persyaratan teknis ) maka
dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan, bila hasilnya tidak baik maka
harus diulang.
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
3.6.1. Perbedaan
Prime Coat : Bahan yang dipakai adalah aspal yang telah dicairkan dan disemprotkan
pada lapisan perkerasan pondasi ( base course ), hal ini hanya di gunakan pada
material batuan. Fungsinya sebagai peresap dan perekat material base dan campuran
aspal.
Tack Coat : Bahan yang dipakai adalah aspal yang telah dicairkan dan aspal
disemprotkan pada lapisan perkerasan yang sudah ada aspalnya seperti lapisan
penetrasi, kolakan, hotmix, jadi fungsinya hanya seperti perekat antara campuran
aspal dengan campuran aspal lainnya.
.6.2 Kegunaan
Menjaga kemungkinan terjadinya slip / tergelincir antara lapisan lama dan lapisan
baru.
Melindungi material yang telah mencapai kepadatan tertentu agar tertentu agar tidak
mudah terbongkar.
Menjaga agar tidak mudah rusak karena cuaca.
Menjaga kekompakkan aggregate / tidak terjadi segregasi.
Sebagai bahan pengikat antara lapis bawah dan atas.
Disarankan pemakaian prime coat, tidak memakai aspal murni, tetapi aspal yang telah
dicampur dengan kerosin ± 20 %.
Untuk mengetahui prosen susut aspal beton ( AC / ATB ), maka perlu dilakukan
pengukuran dengan water pass. Pengukuran tersebut antara lain :
- Tentukan lokasi titik core drill
- Ukur elevasi existing rencana titik core drill tersebut dengan memakai titik tetap
dimana saja.
- Ukur elevasi hamparan aspal beton ( AC / ATB ) pada rencana titik core drill ( tebal
gembur ).
- Ukur elevasi akhir setelah pemadatan aspal beton ( AC / ATB ) selesai ( tebal
padat ).
- Hitung prosen susut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Atau :
TG
Koef. =
TP
BAB IV
4.3.2. Lapangan
Hasil pelaksanaan pekerjaan hamparan dan pemadatan, agar memperhatikan hal – hal
sebagai berikut :
Tebal hamparan setelah dipadatkan harus sesuai dengan profil design.
Permukaan hasil pelaksanaan pekerjaan harus rata, apabila terjadi cekungan maka
harus dilakukan pengukuran dengan staight edge atau alat ukur water pass,
kedalaman cekungan tidak boleh lebih dari 0,30 cm.
Jumlah lintasan, sitem pemadatan, temperatur jenis alat pemadatan harus sesuai
dengan hasil trial mix.
Core drill, untuk menentukan field density dengan ketentuan sebagai berikut :
Field Density 98 % Terhadap Bulk Density
Field Density 95 % Terhadap Absolut Density
Perfomance dan warna dari beton aspal
Jumlah pemakaian Prime dan Tack Coat ditentukan oleh kondisi permukaan yang
akan dilapis.
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
BAB V
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
PENILAIAN AKHIR PEKERJAAN
( EVALUASI KUALITAS )
5.1. Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Laporan Teknis dari
Konsultan Suvervisi.
Teliti secara cermat laporan teknis konsultan, apakah sudah dilaksanakan pengawasan
kuantitas dan kualitas dengan baik dan benar, laporan harus berisi kegiatan selama
pekerjaan berlangsung sampai pekerjaan selesai 100 %.
b. Pemeriksaan kuantitas :
Pengukuran secara manual ( dengan roll meter ) terhadap luasan hasil
pekerjaan.
Dari hasil core drill terhadap ketebalan lapis konstruksi, dilakukan cross check
dengan hasil as built drawing.
Hal ini dilakukan apabila perlu ( karena para Pengawas/petugas masih ragu – ragu
akan hasilnya ). Pemeriksaan pengujian ini meliputi :
a. Core Drill :
- Density ( kepadatan )
- Ketebalan lapisan
b. Kerataan Permukaan :
- Dengan alat ukur staright edge sepanjang 3 meter ketidak rataan tidak
boleh melebihi 3 mm untuk lapisan permukaan ( surface course )
c. Ekstrasi, maksudnya untuk meneliti ulang :
- Kadar aspal
- Gradasi campuran
BAB VI
PENUTUP
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat –
Nya dalam menyelesaiakan penyusunan konsep pedoman ini.
Dengan penuh keyakinan bahwa penyajian konsep ini masih banyak sekali kekurangannya,
untuk melengkapi diharapakan masukkan dari rekan – rekan.
Dengan harapan semoga konsep pedoman ini dapat memberikan sumbangan yang berarti serta
bermanfaat bagi yang membutuhkan terutama untuk petugas pengawasan kualitas Sub
Direktorat Prasarana Bandar Udara.
Penyusun
LAMPIRAN - LAMPIRAN
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
LAMPIRAN I
PERSYARATAN KHUSUS
PEKERJAAN PENYELIDIKAN DAN STANDARISASI
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
PERSYARATAN KHUSUS
PEKERJAAN PENYELIDIKAN DAN STANDARISASI
2. PEKERJAAN SUBBASE :
3. PEKERJAAN BASE :
4. PEKERJAAN BINDER :
Penetrasi :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Kerataan permukaan dengan straight edge
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 – 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )
- Test Aspal
ATB :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Kerataan permukaan dengan straight edge
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Komposisi campuran
- Bentuk batuan ( visual ) - Kepadatan lapangan ( ASTM D1556, D 2167 )
- Soundness ( ASTM C 88 – 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )
- Test Aspal
- Kelekatan aspal pada batuan
- Mix Design dengan Metode Marshall
( ASTM D 1559 – 62 T, PC 0201 – 76 )
5. PEKERJAAN SURFACE :
Rigid Pavement :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Slump
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Compresive Strenght
- Bentuk batuan ( visual ) - Flexural Strenght
- Soundness ( ASTM C 88 – 76 ) - Bekisting
- Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 ) - Joint Sealant
- Kotoran Organik - Dowel
- Mutu Semen - Kerataan Permukaan
- Mutu Air
- Mix Design Beton
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
LAMPIRAN 2
KEMUNGKINAN – KEMUNGKINAN DAN SEBAB – SEBAB KERUSAKAN
PADA PELAKSANAAN BETON ASPAL
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
Sebab – sebab :
Sebab – sebab :
Sebab – sebab :
4. Pecah - pecah :
Sebab – sebab :
Sebab – sebab :
Sebab – sebab :
LAMPIRAN III
DAFTAR PERALATAN DAN MATERIAL PEKERJAAN PRASARANA SISI UDARA
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]
KET
NO JENIS PEKERJAAN JENIS MATERIAL JENIS PERALATAN
1. Galian Struktur - Excavator/Cangkul
KET
NO JENIS PEKERJAAN JENIS MATERIAL JENIS PERALATAN
9. Prime Coat - Aspal (Kg) - Truck
- Air Compressor
- Aspal sprayer
10. Lapisan Surface - Aspal (Kg) - Wheel loader
Aspal Beton (AC) - Course Aggregate - AMP
(m3) - Aspal finisher
- Fine Aggregate (m3) - Dump truck
- Filler (m3) - Tandem roller
- Pneumatic tire roller
11. Lapisan Surface - Aspal (Kg) - Wheel loader
Aspal Beton (ATB) - Course Aggregate - AMP
(m3) - Aspal finisher
- Fine Aggregate (m3) - Dump truck
- Filler (m3) - Tandem roller
- Pneumatic tire roller
12. Lapisan Surface - Aspal (Kg) - Wheel loader
Kolakan - Course Aggregate - Dump truck
(m3) - Steel wheel roller
- Fine Aggregate (m3) - Tandem roller
- Filler (m3)
13. Lapisan Surface - Aspal (Kg) - Wheel loader
Penetrasi - Course Aggregate - Dump truck
(m3) - Steel wheel roller
- Fine Aggregate (m3)
14. Structure Concrete - Gravel /split (m3) - Concrete mixer
- Sand/pasir (m3) - Concrete finisher
- Cement (kg) - Truck
- Vibrator
- Ready mix
15. Reinforcing Steel - Reinforcing (Kg) - Truck
- Re-wire (Kg) - Pemotong baja
16. Shoulder - Course Aggregate - Wheel loader
(m3) - Dump truck
- Fine Aggregate (m3) - Motor grader
- Roller
- Water tank truck
PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]