Anda di halaman 1dari 41

Bahan Konstruksi Jalan

Perencanaan Campurran Beraspal Panas

Program Studi Teknik Sipil – Fakulktas Teknik


Universitas Lambung Mangkurat
Pendahuluan

1. Campuran beraspal panas merupakan kombinasi campuran antara agregat


dengan bahan pengikat ASPAL KERAS PEN 60 atau ASPAL YANG
DIMODIFIKASI ASPAL ALAM atau ASPAL POLIMER atau ASPAL
MULTIGRADE, dicampur di Unit Pencampur Aspal, dihampar dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.
2. Komposisi harus direncanakan sehingga setelah terpasang, campuran menjadi
perkerasan beraspal memenuhi kriteria:
 Kadar aspal yang cukup untuk menjamin keawetan dari perkerasan.
 Stabilitas yang cukup untuk menerima beban lalu-lintas tanpa terjadi
perubahan bentuk;
 Kadar rongga yang cukup untuk mengijinkan pemadatan tambahan akibat
lalu-lintas dan pengisian rongga oleh aspal akibat temperatur tanpa mengalami
bliding, flushing dan mengakibatkan hilangnya stabilitas;
 Kadar rongga maksimum campuran yang memberikan kekedapan terhadap air
dalam campuran;
 Proses pencampuran dan pemadatan dengan tingkat kemudahan yang cukup;
 Kekesatan yang cukup untuk dapat dilalui lalu-lintas dengan aman.
Pendahuluan

1. Pembuatan formula campuran kerja meliputi :

– Penentuan proporsi dari beberapa fraksi agregat


– Kombinasi antara agregat dan aspal keras dalam campuran
sedemikian rupa agar dapat memberikan kinerja perkerasan yang
awet.

2. Prosedur pembuatan campuran kerja mencakup beberapa tahapan:

– Penentuan gradasi agregat gabungan yang sesuai persyaratan.


– Membuat formula rancangan campuran rencana yang dilakukan
di laboratorium.
– Percobaan pencampuran dan percobaan pemadatan di lapangan.
– Apabila memenuhi persyaratan maka dapat disetujui sebagai
formula campuran kerja.
PEMBUATAN FORMULA CAMPURAN KERJA (FCK/JMF)

Tahap-tahap pembuatan campuran kerja yang perlu dilakukan


meliputi kegiatan – kegiatan :

Menentukan spesifikasi campuran beraspal yang digunakan.

Melakukan pengujian mutu aspal dari stockpile.

Melakukan pengujian mutu dan gradasi agregat dari stock pile


atau dari bin dingin.

Menentukan kombinasi beberapa fraksi agregat sehingga


memenuhi spesifikasi gradasi yang ditentukan.

Menentukan kadar aspal rencana perkiraan.


PEMBUATAN FORMULA CAMPURAN KERJA (FCK/JMF)

 Melakukan pengujian Marshall untuk mengetahui sifat-


sifat dari campuran beraspal.

 Mengevaluasi hasil pengujian Marshall dan menentukan


kadar aspal optimum dari campuran, formula hasil
evaluasi ini disebut formula campuran rencana
(FCR/JMF).

 Melakukan kalibrasi bukaan pintu bin dingin dan


menentukan besarnya bukaan sesuai dengan proporsi
yang diperoleh dari hasil pengujian Marshall.

 Melakukan pengujian gradasi agregat dari tiap bin panas.


PEMBUATAN FORMULA CAMPURAN KERJA (FCK/JMF)

 Menentukan kombinasi fraksi agregat yang diambil dari bin


panas sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang ditetapkan.

 Melakukan pengujian Marshall untuk mengetahui sifat-sifat dari


campuran beraspal.

 Mengevaluasi hasil pengujian Tes Marshall dan menentukan


kadar aspal optimum dari campuran.

 Melakukan percobaan pencampuran menggunakan unit


pencampur aspal (UPCA) dan mengevaluasinya.

 Melakukan percobaan pemadatan di lapangan dan


membandingkannya dengan kepadatan laboratorium serta
mengevaluasinya,formula hasil evaluasi ini disebut formula
campuran kerja (FCK)
Bagan alir pembuatan FCK (JMF)

Mulai

Evaluasi jenis
campuran dan
persyaratannya

Kesesuaian
mutu bahan dengan tidak Ganti bahan
spesifikasi

ya

Kesesuaian
Perbaikan alat
peralatan dengan standar tidak
atau ganti alat uji
pengujian

ya

Pembuatan FCR untuk mengetahui


karakteristik campuran dari bin dingin

Kesesuaian Perbaikan gradasi,


karaktristik campuran tidak jika perlu ganti
dengan spesifikasi bahan

ya
Bagan alir pembuatan FCK (JMF)
Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan
bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh
dari bin panas dan diuji gradasinya

Penentuan komposisi tiap bin sesuai gradasi rencana,


selanjutnya pembuatan FCR untuk mengetahui karakteristik
campuran. Hasil yang diperoleh dievaluasi untuk
menentukan kadar aspal optimum

Uji coba pencampuran di AMP untuk melihat


kesesuaian operasional dengan rencana
(sebelumnya periksa kondisi AMP)
Jika perlu atau jika
terjadi banyak
Sesuai dengan rencana tidak
overflow lakukan
perubahan gradasi
ya

Uji coba pemadatan di lapangan untuk


menentukan jumlah lintasan pemadat.

Perubahan gradasi atau


Campuran beraspal
tidak penambahan pasir pada
mudah dipadatkan
proporsi yang diijinkan

ya
Pengesahan FCR
menjadi FCK
(Selesai)
PROSEDUR
PERENCANAAN CAMPURAN
CAMPURAN BERASPAL PANAS
JENIS CAMPURAN

Jenis campuran beraspal serta peruntukkannya di


lokasi penghamparan di lapangan yang dapat
dipertimbangkan yang disesuaikan dengan spesikasi
yang akan digunakan

• Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir, Sand Sheet )

• Lapis Tipis Beton Aspal (Lataston, HRS)

• Lapis Beton Aspal (Laston, AC)


PERSYARATAN LATASIR  LL < 0,5 JUTA ESA
Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Penyerapan Aspal (%) Max 2,0

Jumlah tumbukan per bidang 50

Min 3,0
Rongga dalam campuran (%) (3)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 20
Rongga terisi aspal (%) Min 75
Stabilitas Marshall (%) Min 200
Min 2
Pelelehan (mm)
Max 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min 75
perendaman selama 24 jam, 60 °C (4)
PERSYARATAN LATASTON  LL < 1 JUTA ESA
Lataston
Sifat-sifat Campuran
WC BC
Penyerapan Aspal (%) Max 1,7

Jumlah tumbukan per bidang 75

Min 3,0
Rongga dalam campuran (%) (3)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min 68
Stabilitas Marshall (kg) Min 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa (kg) setelah
Min 75
perendaman selama 24 jam, 60 °C (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2)
Min 2
Kepadatan membal (refusal)
PERSYARATAN LASTON
Laston
Sifat-sifat Campuran
WC BC Base
Penyerapan Aspal (%) Max 1,2
Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)

Min 3,5
Rongga dalam campuran (%) (3)
Max 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60
Min 800 1500(1)
Stabilitas Marshall (kg)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 5(1)
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min 75
perendaman selama 24 jam, 60 °C (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2)
Min 2,5
Kepadatan membal (refusal)
PERSYARATAN LASTON MODIFIKASI
Laston
Sifat-sifat Campuran
WC BC Base
Mod Mod Mod
Penyerapan Aspal (%) Max 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)

Min 3,5
Rongga dalam campuran (%) (3)
Max 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60
Min 1000 1800(1)
Stabilitas Marshall (kg)
Max - -
Min 3 5(1)
Pelelehan (mm)
Max - -
Marshall Quotient (kg/mm) Min 300 350
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman Min 75
selama 24 jam, 60 °C(4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2) kepadatan Min 2,5
membal (refusal)
Stabilitas Dinamis, Lintasan / mm(5) Min 2500
TAHAPAN KEGIATAN
1. Hasil Pengujian Mutu Bahan
• Kumpulkan Data hasil pengujian MUTU aspal dan Agregat
• Check terhadap spesifikasi
• Siapkan data gradasi agregat

KARAKTERISTIK AGREGAT YANG PERLU DIKETAHUI :


• Kekerasan
• Penyerapan
• Kelekatan terhadap aspal
• Ukuran butir
• Gradasi
• Bentuk partikel
• Tekstur permukaan
• Kebersihan 
JENIS PENGUJIAN DAN PERSYARATAN KUALITAS BAHAN
AGREGAT
Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai


Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40 %
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Angularitas agregat kasar SNI 03-6877-2002 95/90(*)
Partikel Pipih dan Lonjong(**) RSNI T-01-2005 Maks. 10 %
Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Ketentuan Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50 %
Material Lolos Saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8 %
Angularitas SNI 03-6877-2002 Min 45
ASPAL
Jenis Pengujian dan Spesifikasi Aspal Keras pen 60
No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 – 79


2. Titik Lembek; ºC SNI 06-2434-1991 48 – 58
3. Titik Nyala; ºC SNI 06-2433-1991 Min. 200
4. Daktilitas, 25 ºC; cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99
7. Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8
8. Penetrasi setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2456-1991 Min. 54
9. Daktilitas setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50
10. Uji bintik (spot Tes) AASHTO T. 102 Negatif
- Standar Naptha
- Naptha Xylene
- Hephtane Xylene
Catatan :
Penggunaan pengujian spot tes adalah pilihan (optional). Apabila disyaratkan direksi dapat
menentukan pelarut yang akan digunakan, naptha, naptha xylene atau heptane xylane.
Jenis Pengujian dan Spesifikasi Aspal Polimer
No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 50 – 80

2. Titik Lembek; ºC SNI 06-2434-1991 Min. 54

3. Titik Nyala; ºC SNI 06-2433-1991 Min. 225

4. Daktilitas, 25 ºC; cm SNI 06-2432-1991 Min. 50

5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

6. Kekentalan pada 135: cSt SNI 06-6721-2002 300-2000

7. Stabilitas Penyimpanan pada 163 oC selama 48 SNI 06-2434-1991 Maks. 2


jam - Perbedaan Titik Lembek;ºC
8. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99

9. Penurunan Berat (dengan TFOT); berat SNI 06-2440-1991 Max. 1,0

10 Pebedaan Penetrasi setelah TFOT; % asli SNI 06-2456-1991 Maks. 40

11 Perbedaan Titik Lembek setelah TFOT; % asli SNI 06-2434-1991 Maks. 6,5

12 Elastic recovery pada 25 ºC; % Min. 30


Jenis Pengujian dan Spesifikasi Aspal Yg Dimodifikasi Aspal Alam
No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 – 55

2. Titik Lembek; ºC SNI 06-2434-1991 Min. 55

3. Titik Nyala; ºC SNI 06-2433-1991 Min. 225

4. Daktilitas, 25 ºC; cm SNI 06-2432-1991 Min. 50

5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat SNI 06-2438-1991 Min. 90

7. Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat SNI 06-2440-1991 Max. 2

8. Penetrasi setelah kehilangan berat; % asli SNI 06-2456-1991 Min. 55

9. Daktilitas setelah TFOT; % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50

10 Mineral Lolos Saringan No. 100; % * SNI 03-19681990 Min.90


Jenis Pengujian dan Spesifikasi Aspal Multigrade

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 50 – 70

2. Titik Lembek; ºC SNI 06-2434-1991 Min 55

3. Titik Nyala; ºC SNI 06-2433-1991 Min. 225

4. Daktilitas, 25 ºC; cm SNI 06-2432-1991 Min. 100

5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99

7. Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8

8. Penetrasi setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2456-1991 Min. 60

9. Daktilitas setelah penurunan berat; % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50


2. Penyesuaian Gradasi Agregat Campuran (Gabungan)
• Tentukan jenis campuran beraspal yang akan
digunakan sesuai rencana
• Gabungkan beberapa fraksi agregat, mineral Asbuton
dengan cara analitis, Grafis, atau menggunakan
komputer
• Sesuaikan dengan spesifikasi campuran dan gradasi
agregat gabungan dapat lewat di atas atau memotong
kurva fuller
PERSYARATAN GRADASI AGREGAT GABUNGAN
Ukuran % Berat Yang Lolos
Ayakan Latasir (SS) Lataston (HRS) LASTON (AC)
ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC BC Base
1½” 37,5 100
1” 25 100 90 - 100
¾” 19 100 100 100 100 100 90 - 100 Maks.90
½” 12,5 90 - 100 90 - 100 90 - 100 Maks.90

3/8” 9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 100 Maks.90


No.8 2,36 75 - 100 50 - 72 35 - 55 28 - 58 23 - 49 19 - 45
No.30 0,600 35 - 72 15 - 35
No.200 0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 12 2-9 4 - 10 4-8 3-7
DAERAH LARANGAN
No.4 4,75 39,5
No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8
No.16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1
No.30 0,600 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6 - 17,6
No.50 0,300 15,5 13,7 11,4
Gradasi campuran agregat untuk laston
N o .2 0 0 N o .8 3/8" 1/ 2 " 3/4" 1"
100
90
80 Titik Kontrol
PER SEN L O L O S

70
60
50 Daerah
40 Larangan

30
Kurva Fuller

20
10
0
0.01 0.1 1 10 100
UKURAN SARINGAN (m m )

kurva Fuller P = 100 ( d/D ) 0,45


Contoh gradasi campuran agregat berada diatas kurva Fuller

100
90
80 Gradasi Agregat
70
Prosen Lolos (%)

60 Kurva Fuller
50
40
30
20
10 Daerah TerLarang
0
0,075 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75 9,5 12,7 19,0
Ukuran Saringan (mm)
Gradasi agregat campuran memotong kurva Fuller

100
90
80 Gradasi Agregat
70
60 Kurva Fuller
Prosen Lolos (%)

50
40
30
20
Daerah TerLarang
10
0
0,075 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75 9,5 12,7 19,0
Ukuran Saringan (mm)
Bagan alir perencanaan campuran beraspal
Mulai

Buat benda uji Marshall dengan perkiraan K. Asp.


Opt., Pb
Benda uji: - 1 %, - 0,5 %, Pb, +0,5 %, +1 % dan + 1,5 %

Persyaratan Marshall, VMA,


VIM, VFB, Ms, Mf, Mq,
Bandingkan dengan
Spesifikasi

Tentukan kadar aspal pada VIM 5 % (Kasp)

Buat benda uji Marshall pada kadar aspal - 0,5 %,


- Kasp, +0,5%
Minimum 2 buah untuk tiap kadar aspal dan padatkan mencapai kepadatan mutlak

Kepadatan Mutlak, VIM


prd > persyaratan

Stop
3. Campuran Rancangan
TENTUKAN
Kadar aspal optimum perkiraan dengan persamaan:

Pb = 0,035 (% AK) + 0,045 (% AH) + 0,18 (%F) + K

Keterangan :

Pb : Kadar aspal total optimum perkiraan


AK : Agregat kasar ( tertahan # 2,36 mm)
AH : Agregat Halus ( lolos # 2,36 mm tertahan # 0,075 mm)
F : Filler (lolos # 0,075)
K : Nilai konstanta 0,5 sampai 1,0 untuk Laston (AC)
4. Pembuatan Benda Uji
• Buat benda uji dengan minimum lima
kadar aspal
• Pada dua kadar aspal diatas nilai Pb
• Satu pada kadar aspal Pb
• Pada dua kadar aspal dibawah nilai Pb
5. Uji Berat Jenis Maksimum Campuran

Lakukan pengujian berat


jenis maksimum
Campuran (Gmm) pada
kadar aspal perkiraan
(Pb) sesuai dengan
AASHTO T-209-1990.

Alat untuk uji Gmm


6. Pengujian Marshall
Lakukan pengujian dengan menggunakan alat
Marshall sesuai dengan SNI 06-2489-1991

Alat uji Marshall


7. Pengujian Kepadatan Mutlak
• Buat minimum 3 (tiga) buah
benda uji tambahan dengan
satu diatas, satu dibawah dan
satu pada kadar aspal yang
memberikan nilai VIM 5%
• Masing-masing kadar aspal
dibuat minimum 2 (dua) buah
benda uji.
• Padatkan sampai mencapai
kepadatan mutlak
ALAT PEMADAT
UNTUK UJI KEPADATAN MUTLAK
8. Hitung Rongga Dalam Campuran
- Rongga diantara mineral agregat (VMA)
- Rongga dalam campuran (VIM)
- Rongga terisi aspal (VFB)
9. Buat Grafik hubungan kadar aspal vs parameter
Marshall dan rongga pada kepadatan mutlak
- Kepadatan (gr/cc)
- Stabilitas (kg), Flow (mm)
- Marshall kuosien (kg/mm)
- VMA) (%);
- VIM Marshal (%) dan VIM PRD (%)
- VFB (%)
GRAFIK PERCOBAAN M A R S HA L L
SPESIFIKASI ACWC1

2.380 20.0
2.360
19.0

Ke pa da ta n ( g r/cc )
2.340

VMA (%)
2.320 18.0

2.300 17.0
2.280
16.0
2.260

2.240 15.0
2.220
14.0
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
Kadar aspal ( % )
Kadar aspal ( % )

100 12
90 11
10
80
9
V FB (%)

VIM (%)
70 8
7 V IM Marshall
60
6
50
5
40
4
30 3 VIM PRD

20 2
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5

Kadar aspal ( % ) Kadar aspal ( % )

1500 5.5

1400 5.0
S ta bi l i ta s ( Kg r )

Ke l e l e h a n ( m m )
1300 4.5

1200 4.0

1100 3.5

1000 3.0

900 2.5

800 2.0

700 1.5
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5

Kadar aspal ( % ) Kadar aspal ( % )


Ma rs h a l l Q u i ti e n t ( Kg r/m m )

600

550
V IM
VIM PRD
500
VMA
450
VFB
400
Stabilitas
350 Kelelehan
300 MQ
250

200
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5

Kadar aspal ( % ) Kadar aspal ( % )

KADAR ASPAL OPT : 5.8 %


10. Rentang Kadar Aspal
• Pada grafik tersebut (point 9) gambarkan
rentang kadar aspal yang masing-masing
parameter memenuhi persyaratan spesifikasi
• Tentukan bahwa kadar aspal rencana berada
pada titik tengah dari rentang kadar aspal yang
memenuhi seluruh rentang kadar aspal
Rentang kadar aspal yang memenuhi
Sifat-sifat campuran
Spesifikasi
4 5 6 7 8

Kepadatan (gr/cc)
Rongga diantara Agrgat (%)
(VMA)
Rongga terisi aspal (%)
(VFB)
Rongga dalam campuran (%)
(VIM Marshall)
Rongga dalam campuran (%)
pada kepadatan mutlak
Rentang
Stabilitas (kg) yang
m em enuhi
Kelelehan (mm) param eter
Cam puran
Beraspal
Hasil bagi Marshall (kg/mm)

Kadar aspal Rencana


UJI KEDALAMAN ALUR DENGAN ALAT
WHEEL TRACKING MACHINE

Untuk Mensimulasikan Alur Bekas Roda


Akibat Kendaraan Berat Pada
Temperatur Tinggi
• Benda Uji Ukuran 5 Cm Tebal, Lebar X
Panjang (30 X 30) Cm Pada Nilai
Kepadatan Sesuai Hasil Uji Marshall
• Lakukan Pengujian Dengan Menjalankan
Roda Pada Kecepatan 42 Lintasan Per
Menit
• Hitung Stabilitas Dinamis, Kecepatan
Penurunan Serta Kedalaman Alur Yang
Terjadi

Alat Wheel Tracking Machine


untuk menentukan Deformasi Permanen
(Kedalaman Alur) dan Stabilitas Dinamis
Pengesahan Formula Campuran Kerja (FCK)

• Setelah dilakukan Percobaan pencampuran di Unit


Pencampur Aspal (UPA).
• Penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan
Rancangan Campuran Kerja (RCK) dapat disetujui sebagai
Formula Campuran Kerja (FCK)..
• Harus melaksanakan penghamparan percobaan paling
sedikit 50 ton untuk setiap jenis campuran beraspal panas
dengan menggunakan UPA, penghamparan, peralatan
dan prosedur pemadatan yang diusulkan.
Pengesahan Formula Campuran Kerja (FCK)

• Harus menunjukkan setiap alat penghampar (Paver)


mampu menghampar campuran sesuai tebal rencana
tanpa segregasi, tergores dsb dan kombinasi alat
pemadat mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan
dengan waktu yang tersedia untuk pemadatan selama
penghamparan produksi normal.

• Contoh campuran harus dibawa ke Laboratorium dan


membuat benda uji Marshall dan kepadatan membal
(refusal density). Hasil pengujian harus sesuai spesifikasi
yang telah ditentukan.
Pengesahan Formula Campuran Kerja (FCK)

• Bilamana percobaan percobaan tersebut gagal


memenuhi spesifikasi pada salah satu ketentuan maka
perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus
diulangi kembali.
• Rancangan Campuran Kerja (RCK) belum disetujui sebagai
Formula Campuran Kerja (FCK) sebelum penghamparan
percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan
spesifikasi.
• Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat
dimulai sebelum diperoleh Formula Campuran Kerja
(FCK) yang memenuhi persyaratan spesifikasi.
Pengesahan Formula Campuran Kerja (FCK)

• Mutu campuran harus dikendalikan terutama dalam


toleransi yang diijinkan.
• Duabelas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap
jenis campuran pada penghamparan percobaan. Contoh
dapat diambil dari Instalasi Pencampur (UPA) atau dari
Truk di UPA.
• Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang
diambil dari penghamparan percobaan yang memenuhi
ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job
Standar Density), yang harus menjadi pembanding
terhadap kepadatan campuran aspal terhampar dalam
pekerjaan selanjutnya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai