Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


Paper mengenai Agregat Halus

PUTRA HARDA PRATAMA /


D111 13 536
KELAS A

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
`2018
Agregat Halus
Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm yang
didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam (natural sand) atau dapat juga
dengan memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya.
Syarat Agregat Halus
Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 33, syarat-syarat agregat halus (pasir) adalah sebagai berikut :
1. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras, bersifat kekal dalam arti tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap jumlah berat
agregat kering. Apabila kandungan lumpur lebih dari 5%, agregat halus harus dicuci
terlebih dahulu.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan–bahan organik terlalu banyak. Hal
demikian dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Harder dengan
menggunakan larutan NaOH.
4. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya dan apabila
diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1 (PBI 1971), harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
b. Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
c. Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat.
Pasir di dalam campuran beton sangat menentukan kemudahan pengerjaan (workability),
kekuatan (strengh), dan tingkat keawetan (durability) dari beton yang dihasilkan. Untuk
memperoleh hasil beton yang seragam, mutu pasir harus benar-benar dikendalikan. Oleh karena
itu, pasir sebagai agregat halus harus benar-benar memenuhi gradasi dan persyaratan yang
ditentukan.
Jenis Agregat Halus
- Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran
antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida,
tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.
Bentuk Geometris Agregat Halus
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara ukuran
no.4 dan no. 100 saringan standar Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik,
lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan no.100 atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak campuran beton. Contoh : pasir alami atau batuan. Variasi ukuran dalam suatu
campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari
ASTM (American Society of Testing and Materials). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja
halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
Adapun tipe daripada agregat halus tersebut adalah :
• Pasir Galian :
Pasir ini diperoleh lansung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali. Bentuk
pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam walaupun
biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu.
• Pasir Sungai :
Pasir ini diperoleh lansung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir halus, bulat-
bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak kurang karena bentuk butiran yang
bulat.
• Pasir Laut :
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan bulat karena
gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena mengandung banyak garam.
Garam ini menyerap kandungan air dari udara dan mengakibatkan pasir selalu agak
basah serta menyebabkan pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. Selain
dari garam ini mengakibatkan korosi terhadap struktur beton, oleh karena itu pasir laut
sebaiknya tidak dipakai.
Gradasi Agregat Halus Menurut BS dan SK. SNI T-15-1990-03
Kekasaran Pasir dikelompokkan menjadi 4 Zona
Zone/Daerah 1 : Pasir Kasar
Zone/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar
Zone/Daerah 3 : Pasir Agak Halus
Zone/Daerah 4 : Pasir Halus
Persyaratan Gradasi Agregat Halus

Lubang Persen Berat Tembus Kumulatif

Ayakan (mm) Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4

10 100 100 100 100


4,80 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,40 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,20 30 – 70 55 – 100 75 – 100 90 – 100
0,60 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,30 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
Agregat Halus Zone 1

Agregat Halus Zone 2


Agregat Halus Zone 3

Agregat Halus Zone 4


Uji Agregat Halus
Parameter Pemeriksaan Agregat Halus :
Berdasarkan SNI-03-2461-1991/2002; SII.0052.80; ASTM C-33)
1. Kadar Lumpur
- Maks. 3% berat kering (beton yang mengalami abrasi)
- Maks. 5% berat kering (beton yang tidak mengalami abrasi)
2. Kandungan Bahan Organik
- Warna Pembanding 1 & 2 -> dapat digunakan tanpa dicuci
- Warna Pembanding 3 & 4 -> harus dicuci terlebih dahulu
- Warna Pembanding 5 -> tidak boleh digunakan
Pengujian Metode Abrams-Harder:
- Agregat halus (± 130 m) direndam dengan larutan NaOH 3% (vol. Total = 220 ml)
- Dikocok selama 10 menit, lalu didiamkan selama 24 jam
- Dibandingkan warna dengan warna palet pembanding

3. Modulus Halus (Fineness Modulus):


= 1,5 – 3,8 [ASTM C-33 : 2,3 – 3,1]
Variasi modulus halus agregat halus yang digunakan dalam satu campuran
perencanaan beton (desain mix) tidak boleh lebih dari 7% (ASTM C-33 = 0,2)
4. Kekekalas (Soundness)
- 5 Siklus perendaman Natrium Sulfat (Na2SO4) = maks 10% loss
- 5 Siklus perendaman Magnesium Sulfat (MgSO4) = maks 15% loss
5. Indeks Kekerasan
= 2,2 (Standar Pasir Kuarsa Bangka)
6. Panyerapan Air (Water Absorbsion)
= maks. 2% [BS maks 3%; ASTM maks 2,3]
7. Hilang Pijar (Loss on Ignition) :
= 5%
8. Reaktifitass Alkali (AAR = Alkali Aggregate Reaction) :
8a. Reaktifitas Alkali – Silika (ASR = Alkali – Silica Reaction) : = negatif (untuk beton yang
berhubungan dengan air atau kelembaban)
Penggunaan agregat reaktif alkali- silika harus diawasi tenaga ahli
- Menggunakan semen rendah alkali [ ASTM C-150, kadar alkali maks 0,6% dihitung
sebagai kadar ekuivalen sodium oksida (Na2O + 0,658K2O) ]
- Menggunakan semen campur [blended cement : ASTM C-595, ASTM C-1157]
- Menggunakan bahan tambahan pozzolanic [siilica fume atau fly ash kelas F,N – fly
ash kelas C tidak boleh digunakan bersama agregat reaktif]
- Menggunakan bahan tambah ground slag [terak tanur tinggi]
- Menggunakan additive/bahan tambah berbasis senyawa lithium
8b. Reaktifitas Alkali – Karbon (ACR = Alkali-Carbonate Reaction) : = negatif (untuk
beton yang berhubungan dengan air atau kelembaban)
Penggunaan agregat reaktif alkali- silika harus diawasi tenaga ahli
- Mambatasi agregat reaktif maksimal 20% untuk beton yang tidak berhubungan
dengan air atau kelembaban
- Menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih kecil
- Menggunakan semen sangat rendah alkali [ ASTM C-150, kadar alkali maks 0,4%
dihitung sebagai kadar ekuivalen sodium oksida (Na2O + 0,658K2O) ]
- Pozzolan dan ground slag tidak efektif untuk penanganan ACR

Peraturan terkait dengan parameter-parameter yang harus dipenuhi terdapat pada :

 PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)


 SNI-03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung)
 SNI-03-2461-1991/2002 (Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Struktural)
 SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Besar Butir)
 SNI 03-1750-1990 ( Agregat beton, Mutu dan Cara Uji)
 SII.0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
 ASTM C-33 (Specification For Concrete Aggregates)
 ACI 318 (Building Code Requirements for Structural Concrete)

Peraturan terkait dengan pengujian agregat halus antara lain :

 SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)
 SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran
Mortar atau Beton)
 SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara Perendaman
Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat)
 SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Kekerasan)
 ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates)
 ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine Aggregates for
Concrete)
 ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine Aggregate)
 ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of Sodium
Sulfate or Magnesium Sulfate)
 ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in Aggregate)
 ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in
Mineral Aggregates by Washing)
 ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in
Aggregates)
 ASTM C128 (Standard Test Method for Density, Relative Density (Specific Gravity), and
Absorption of Fine Aggregate)
 ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of Aggregate
by Drying)
Referensi:
http://socasetiawanblog.blogspot.com/2011/10/agregat-halus.html
https://lauwtjunnji.weebly.com/agregat-halus--parameter.html
https://www.scribd.com/doc/75861716/Agregat-Halus

Anda mungkin juga menyukai