Anda di halaman 1dari 22

SPESIFIKASI UMUM

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud dalam uraian ini adalah :


PEMBANGUNAN TEMPAT WUDHU MASJID JAMI AL-HIDAYAH, TOAPAYA SELATAN,
KABUPATEN BINTAN

PASAL. 1
JENIS PEKERJAAN

1. Pekerjaan Pembangunan ini harus dilaksanakan sesuai dengan :


a. Syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang tercantum didalam
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT pekerjaan ini :
b. Gambar – gambar yang dilampirkan pada RENCANA KERJA DAN SYARAT –
SYARAT.
c. Keterangan keterangan dan gambar yang diberikan oleh Konsultan kepada
Pemborong pada waktu Rapat Penjelasan Pekerjaan / Risalah Aanwijzing
yang termuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan pekerjaan / Risalah
Aanwijzing.
d. Petunjuk petunjuk atau saran – saran yang diberikan oleh Direksi pada waktu
pekerjaan.

2. Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus menyediakan :


a. Tenaga kerja / ahli yang cukup memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan.
b. Peralatan ynag cukup untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan
c. Bahan – bahan bangunan jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
PASAL. 2
STANDAR – STANDAR PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuan – ketentuan yang tersebut dibawah ini dan dianggap Pemborong telah
mengetahui dan memahami termasuk ( apabila ada ) segala perubahan dan
tambahannya sampai saat ini yaitu :

1. Peraturan Pamasangan Pemadam Api Ringan ( SKBI 3.4.53.1967 )


2. Peraturan keselamatan Kerja Konstruksi ( SNI 0231 – 1967 – E )
3. Peraturan Instalasi Listrik ( SNI 0225 87 – D )
4. Peraturan Penangkal Petir ( SKBI 1.3.53.1987 )
5. Peraturan Perencanaan Perhitungan Beton ( SNI T – 15 – 1991 – 03 )
6. Peraturan Pembuatan Campuran Beton ( SNI T – 15 – 1991 – 03 )
7. Peraturan Baja Tulang Beton ( SII 01236 – 84 )
8. Peraturan Kawat Pengikat Beton ( SNI 0040 – 87 – A )
9. Peraturan Baja Lapis Seng Bergelombang ( SII 0137 – 87 )
10. Peraturan Ukuran Kayu Bangunan ( SKSNI S – 05 – 1990 – F )
11. Peraturan Pengawetan Kayu ( SKBI 3.6.53.1967 )
12. Peraturan Pencegahan Rayap ( SKSNI T – 05-1990-F )
13. Peraturan Paku dan Kawat Paku Grendel ( SNI 0323-89-A )
14. Peraturan Pipa PVC untuk Air Kotor ( SNI 0162 – 1987 – A )
15. Peraturan Sambungan Pipa PVC untuk Air Kotor ( SNI 0178-1987-A )
16. Peraturan Kaca Bening ( SNI 0047 – 1987 - A )
17. Peraturan Kran Rumah Tangga ( SNI 0047 – 1987 – A )
18. Peraturan Cat Emulsi ( SNI 1253 – 1989 – A )
19. Peraturan Plamur Tembok ( SII 0548 – 81 )
20. Peraturan Meni Besi ( SNI 0347 – 1989 – A )
21. Peraturan Dempul Kayu ( SNI 0347 – 1989 – A )
22. Peraturan Plamur Kayu ( SII 0773 – 83 )
23. Peraturan Cat Besi dan Tutup Kayu ( SP4 74 – 1977 )
24. Peraturan Pelitur ( SII 1262 – 85 )
25. Peraturan Kabel Listrik NYM ( SII 0209 – 78 )
26. Peraturan Kabel Listrik NYY ( SII 0210 – 78 )
27. Peraturan Sakelar ( SII 0578 – 81 )
28. Peraturan Stop Kontak ( SII 0580 – 81 )
29. Peraturan Tata Cara Pengecata Kayu ( SKSNI T – 08 – 1990 – F )
30. Peraturan Tata Cara Pengecatan Logam ( SKSNI – 09 – 1990 – F )
31. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok ( SKSNI T-10-1990 – F )
32. Peraturan Portland Cement ( SII 0013 – 81 )
33. Peraturan Bata Merah ( SII 0021 – 78 )
34. Peraturan Keramik Indonesia ( NI – 19 )
35. Peraturan : a. Batu Alam untuk bahan Bangunan.
a. Kerikil
b. Pasir.
b. ( SKSNI S – 04 –1989 – F )

PASAL. 3
PERSYARAT BAHAN – BAHAN

1. Air.
a. Air yang digunakan adalah air yang tidak mengandung minyak, asam, alkali,
garam – garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau
baja tulangan.
b. jika ada keragu – raguan dalam penentuan kualitas, maka Pemborong diminta
untuk memeriksa contoh air ke Laboratorium resmi yang ditunjuk guna diselidiki
lebih lanjut.
c. Air yang digunakan untuk adukan beton konstruksi harus sesuai dengan SNI
1971 – 1990 F.
2. Tanah Timbun / Tanah Urug
Tanah yang digunakan untuk pekerjaan timbunan harus bersih dari tanah humus
maupun akar – akar kayu serta rumput, bebas sampah dan bebas bahan – bahan
organis.

3. Aggregat Halus ( Pasir )


a. Aggregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus butir keras,
bersih dari kotoran – kotoran dan zat – zat kimia atau un – organik yang dapat
mengurangi mutu beton maupun baja tulangan.
b. Bahan pasir dapat berupa pasir alam hasil dari disintegrasi alami batuan atau
dapat berupa pasir dari pemecahan batu dari alat mekanis.
c. Bahan pasir harus berbutir keras dan tajam, butir – butir pasir harus bersifat
kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari
dan hujan serta memenuhi persyaratan SNI 03-1756-1990.
d. Pasir harus bersih tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % dan apabila kadar
lumpur melebihi dari 5 % maka aggregat halus harus dicuci.

/ Saringan ( mm )

////////Ukuran Saringan 10 5 2,5 1,2 0,6


0,3 0,15

/
Prosentase ( % ) 100 90-100 80-90 50-90 25-65 10–35 2-10

4. Kerikil / Aggregat Kasar.


a. Aggregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil granit sebagai hasil disintegrasi
alami batuan – batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan
batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan Aggregat Kasar adalah Aggregat
besar butir lebih 5 mm.
b. Aggregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
Aggregat yang mengandung butir – butir pipih hanya dapat dipakai, apabila
jumlah butir – butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat aggregat
seluruhnya. Butir - butir aggregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh – pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
c. Aggregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ( ditentukan
terhadap berat kering ) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian – bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 MM. Apabila kadar lumpur melampaui 1 %
maka aggregat kasar harus dicuci.
d. Aggregat kasar tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat merusak beton,
seperti zat – zat yang reaktif alkali.
e. Besar butir Aggregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkecil antara bidang – bidang samping dari cekatan, sepertiga dari tebal plat
atau tiga perempat dari jarak bersih minimun diantara batang – batang atau
berkas – berkas tulangan. Penyimpangan dari batasan ini diizinkan apabila
menurut penilalain pengawas ahli cara – cara pengecoran beton adalah
sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang – sarang kerikil.

5. Semen ( Portland Cement )


a. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah
Portland Cement Type I yang memenuhi ketentuan – ketentuan dan syarat –
syarat dalam SII 0013-81.
b. Semen yang didatangkan ke Proyek harus dalam keadaan utuh dan baru.
Kantong – kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobek – sobek.
c. Semen yang dipakai sebelumnya harus diperiksa oleh Konsultan. Semen yang
mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari Proyek. Urutan pemakain semen
harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut dilapangan, sehingga untuk itu
Pemborong diharuskan menumpuk berkelompok menurut urutan tibanya
dilapangan.
6. Kayu
a. Kayu yang digunakan harus berkualitas baik, tidak mempunyai cacat seperti
mata kayu, celah sudut pinggir dan cacat lainnya.
b. Kayu yang digunakan harus yang bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala
sifat dan kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya, tidak akan
merusak atau mengurangi nilai konstruksi.
c. Kwalitas dan ukuran yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja yang
ada. Demikian pula mutu dan kelas kuat dan ketentuan – ketentuan lain, maka
harus mengikuti syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan dalam SNI 03-3527-
1994.
d. Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk bahan yang
mempunyai ketebalan ≤ 1” dan 15 % untuk ketebalan ≥ dari 1“.

7. Triplek
a. Triplek yang digunakan adalah hasil produksi dalam negeri yang berkualitas baik.
b. Ukuran tebal triplek adalah minimal tebal 3,60 MM.

8. Cat / Residu
a. Cat yang akan digunakan adalah cat hasil produksi dalam negeri dari satu pabrik
yang sana.
b. Cat yang digunkan harus dikualitas baik dan memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam SNI 1253-1989-A.
c. Cat yang kalengnya pecah/rusak dan cat sudah kadaluarsa tidak dibenarkan
untuk dipakai.
d. Cat menie dan Residu digunakan sesuai dengan yang diisyaratkan.

9. Baja Tulangan
a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari
kotoran-kotoran, lemak, kulit gilingan, karat lepas, dan bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
b. Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambar rencana atau gambar detail.
c. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter baja yang dimasukkan
tidak sesuai dengan diameter baja yang akan dipakai, maka pemakaiannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan pengawas.
d. Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku dinyatakan tidak dapat diterima.

10. Kawat Ikat


a. Terbuat dari baja lunak yang telah dipijarkan terlebih dahulu.
b. Tidak bersepuh seng
c. Diameter minimum 1 mm.
d. Memenuhi persyaratan SNI 0040-87-A.

11. Bahan – bahan lainnya.


a. Semua bahan – bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan disini
akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
b. Semua bahan – bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus ditunjukan terlebih
dahulu kepada Konsultan untuk diperiksa guna mendapatkan izin persetujuan /
pemakainannya.
c. Semua bahan – bahan bangunan yang tidak ditunjuk kepada Konsultan / ditolak
oleh Direksi tidak dibenarkan pemakaiannya dan harus dibawa keluar lokais
sesegera mungkin.
d. Pemakaian bahan – bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkan sepenuhnya menjadi tanggungan
Pemborong.
e. Tidak tersedianya bahan – bahan bangunan yang dipakai dipasaran, dengan ini
dinyatakan tidak dapat dijadikan alasan terhentinya atau tertundanya
pelaksanaan pekerjaan.

PASAL. 4
PENYIMPANAN BAHAN – BAHAN

1. Semen Portland
a. Penyimpanagan semen harus dilakukan didalam gudang tertutup dan harus
terlindung dari pengaruh hujan serta lembab udara dan tanah. Penumpukan
semen dalam gudang harus diatas lantai panggung kayu setinggi minimal 30 Cm
diatas tanah. Tinggi penumpukan maksimum adalah 15 lapis.
b. Semen yang akan dipakai sebelumnya harus selalu diperiksa oleh Konsultan dan
semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari Proyek. Sehingga
untuk itu Pemborong diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut
urutan tibanya digudang.
c. Semen yang sudah tersimpan lama diragukan mutunya, maka sebelum dipakai
harus diperksa dulu kepada pengawas.
d. Kadar Alkali Maksimun 0,04 % dan teknik penyimpanan harus mengukuti
ketentuan – ketentuan PBI 1971.

2. Aggregat.
a. Tempat penumpukan aggregat harus bersih dan rata.
b. Antara aggregat halus dan aggregat kasar penyimpangannya harus terpisah
sehingga tidak tercampur.
c. Jika tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebagai
penempatannya harus didasari alas papan atau terpal.

3. Kayu
a. Kayu harus ditumpuk pada tempatnya yang rata dan diberi alas / ganjal balok –
balok kayu.
b. Untuk kayu – kayu Konstruksi tidak dibenarkan menumpuk langsung diatas
permukaan tanah dalam waktu lama.
c. Penumpukan kayu harus tersusun rapi dan teratur, guna menghindari kayu dari
sifat melengkung.

4. Baja Tulangan
Baja tulangan tidak boleh disimpan / ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi diberi
alas / ganjal berupa balok – balok. Penimbunan ditempat terbuka dalam waktu lama
harus dihindarkan.

5. Bahan – Bahan lain.


Untuk penyimpanan bahan – bahan lain berupa bahan – bahan yang tidak tahan
cuaca sebaiknya ditempatkan digudang penyimpanan.
PASAL. 5
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke


lokasi proyek, untuk memasukkan bahan bangunan ke lokasi proyek.

2 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, maka Pemborong harus


merundingkannya dengan Konsultan Pengawas mengenai pembagian halaman kerja
untuk tempat mendirikan gudang, los kerja dan tempat penumpukan bahan – bahan
dan lain sebagainya.

3 Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dilokasi, maka Pemborong dengan biaya


sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapannya, gudang tempat
penyimpanan bahan – bahan dan alat – alat pekerjaan serta los kerja tempat
mengerjakan bahan – bahan.

4 Untuk menjamin keamanan proyek dari perbuatan sabotase maupun pencurian


barang milik Pemborong sendiri, maupun barang milik pemberi tugas. Untuk itu
Pemborong harus menetapkan penjaga / petugas keamanan selama 24 jam setiap
hari, sampai proyek diserah terimakan untuk kedua kalinya kepada pemberi tugas.

5 Kantor, gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100%
dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari pengawas.

PASAL. 6
PEMASANGAN BOUWPLANK DAN PEIL BANGUNAN

1. Pengukuran
a. Letak pondasi dan kedudukan bangunan disesuaikan dengan gambar kerja
bangunan, pemasangan papan bouwplank harus benar – benar kuat, waterpass
dan siku.
b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan dari bahan
beton berukuran 10 x 10 cm.
c. Ukuran ketinggian lantai dari titik kurang dari 0.00 ditentukan dalam gambar.

2. Bouwplank
a. Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dipakukan pada
kayu persegi 5/7 cm dan tertanam dalam tanah cukup kuat.
b. Bagian atasnya dari papan baowuplank harus waterpass ( horizontal dan siku ).
c. Pemasangan papan bouplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As bangunan.
d. Papan Bouwplank baru dapat dibuka seelah pekerjaan pemasangan lantai
bangunan.

PASAL. 7
PEKERJAAN GALIAN TANAH

1. Sebelum memulai pekerjaan galian tanah lokasi pekerjaan sudah siap dibersihkan
terlebih dahulu dan dibuang ketempat yang ditentukan.

2. lebar dan bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut ukuran yang
tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail pondasi.

3. Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi.

4. Tanah hasil galian yang tidak dipergunakan untuk menimbun lobang – lobang harus
dibuang pada tempat yang ditentukan oleh pengawas lapangan.
5. Pemakaian tanah bekas galian untuk penimbunan kembali harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Pengawas Lapangan.
PASAL. 8
PEKERJAAN PONDASI

1. Sebelum memulai pekerjaan pondasi, maka semua galian harus mendapatkan


persetujuan dari pengawas mengenai ketepatan ukuran dan bentuknya, sebelum
mendapat persetujuan dari pengawas maka pelaksanaan pekerjaan pondasi belum
bisa dilaksanakan.

2. Apabila dalam galian yang akan dipasang terdapat genangan air, maka air tersebut
harus dipompakan keluar lubang terlebih dahulu dan dialirkan ketempat yang
ditentukan oleh pengawas.

3. Dasar galian diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan.

PASAL. 9
PEKERJAAN CAMPURAN BETON

1. Pelaksanaan pekerjaan beton harus berpedoman pada persyaratan dan ketentuan


yang tercantum dalam standarisasi SNI – T – 15 –1990 – 03.
2. Bahan – bahan pembuatan beton :
a. Semen untuk konstruksi beton harus bertulang dipakai jenis – jenis semen yang
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam peraturan beton
bertulang Indonesia ( SNI – 1734 – 1989 F ).
b. Pasir beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir – butir yang
keras, kadar Lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak
mengandung bahan – bahan organic dan mempunyai butir yang beraneka ragam
yang besarnya antara 0 – 1mm.
c. Kerikil beton untuk konstruksi beton bertulang terdiri dari butir – butir yang keras
dan tidak berpori, kadar Lumpur maksimum 1 % apabila kadar Lumpur
melampaui kadar maksimum maka kerikil beton harus dicuci, berukuran 1 – 3
cm. Kerikil tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat merusak beton seperti
zat reaktif alkali.
d. Batang tulangan yang digunakan harus bebas dari kotoran lemak, kulit giling,
karat lepas serta bahan – bahan yang mengurangi daya tahan beton.
e. Air yang digunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur, minyak dan kotoran
lainnya penggunaan air sumur dan air kali harus mendapat izin dari pengawas
lapangan.

3. Kelas dan mutu beton


a. Beton Kelas 1 Mutu BO
a. Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non konstruksi.
b. Pelaksanaannya tidak memerlukan keahlian khusus.
c. Pengawasan ringan trhadap mutu bahan-bahan.
d. Tanpa pengawasan terhadap kekuatan beton.
b. Beton Kelas 2 Mutu B1
a. Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil.
b. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus.
c. Pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan.
d. Tanpa pengawasan terhadap kekuatan beton.
c. Beton kls II mutu K175, K225
a. Digunakan untuk pekerjaan struktur.
b. Pelaksanaan dibawah pimpinan tenaga ahli
c. Pengawasan ketat terhadap mutu bahan.
d. Pemeriksaan yang kontinue terhadap kekuatam beton .

4. Campuran Beton
a. Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut “ adukan “ jumlah semen
yang dipakai dalam setiap campuran ditentukan dengan ukuran isi, sebagai
berikut :
 Adukan 1 : 2 untuk adukan kedap air.
Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir.
 Adukan 1 : 3 untuk afwerking beton
Berarti menggunakan 1 Zak semen : 3 zak pasir.
 Adukan 1 : 4 untuk adukan biasa
Berarti mengguanakan 1 zak semen : 4 zak pasir.
b. Pekerjaan campuran semen, pasir, kerikil dan air yang disebut beton, jumlah
semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton ditentukan dengan
ukuran isi atau direncanakan sebagai berikut :
 Untuk beton 1 : 3 : 5
Berarti menggunakan 1 Zak semen : 3 Zak pasir : 5 Zak kerikil
 Untuk beton 1 : 2 : 3
Berarti menggunakan 1 Zak semen : 2 Zak pasir : 3 Zak kerikil
c. Pengadukan beton diaduk dengan menggunakan mesin pengaduk.
d. Untuk beton mutu BO dipakai campuran yang biasa dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan non strukturil dengan perbandingan 1 : 2,5 : 5 dalam perbandingan
isi.
e. Untuk beton mutu B1 dan K125 dipakai campuran nominal semen, pasir dan
kerikil dalam perbandingan 1 : 2 : 3.
f. Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.

5. Kekentalan adukan beton


a. Kekentalan ( konsistensi ) adukan harus disesuaikan dengan cara transpot, cara
pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan. Jumlah
semen minimum dan nilai factor air semen maksimum harus memperhatikan
syarat-syarat dan ketentuan SNI-15-1990-03.
b. Untuk mencegah penggunaan adukan terlalu kental atau terlalu encer, maka
campuran beton harus memperhatikan nilai-nilai slump yang tercantum dalam
SNI 1972-1990 F.

6. Cetakan dan acuan


a. Cetakan dan acuan harus kokoh rapat sehingga tidak terjadi kebocoran yang
dituangkan kedalam cetakan.
b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuk yang kuat serta tetap.
c. Cetakan harus terbuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mudah meresap air
dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pada waktu Pembongkaran cetakan
tidak terjadi kerusakan pada beton.
d. Pada pelaksanaan beton kelas 3, air beton tidak boleh benar-benar terserap oleh
cetakan, oleh sebeb itu cetakan harus dilapisi plastik atau bahan sejenis.

7. Pemasangan tulangan
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum atau selama
pengecoran tidak berubah tempat, kawat ikat dipakai mutu SNI 0040-87-A.
b. Untuk ketepatan tebal penutup beton, tulangan harus dipasang dengan penahan
jarak yang terbuat dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu yang akan
dicor.
c. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan
perencanaan beton bertulang dan struktur dinding bertulang ( SNI 1734 – 1989
F ).
d. Besi beton yang digunakan dengan mutu sesuai gambar kerja dan diuji pada
laboratorium uji bahan yang ditunjuk sebelum pekerja dimulai. Pengujian
dilaksanakan atas semua ukuran dari setiap pabrik.
e. Substitusi pembesian dapat dilakukan hanya atas persetujuan Direksi Lapangan.

8. Pengadukan Beton
a. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali beton Kelas I mutu BO harus
dilakukan dengan mesin pengaduk.
b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi.
c. Apabila karena sesuatu hal, adukan beton tidak memenuhi syarat minimum
seperti terlalu encer karena pemberian jumlah air pencampur, sudah mengeras
sebagian atau terlalu tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini
tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari temapt pelaksanaannya.

9. Pengecoran dan pemadatan


a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan
beton harus dipadatkan selama pengecoran, pemadatan dapat dilakukan dengan
menumbuk-numbuk atau dengan memukul-mukul cetakan dengan menggunakan
alat pemadat mekanis / penggetar.
b. Pemadatan dengan menggunakan alat mekanis / penggetar harus mengikuti
ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI-
1971 ).
c. Sebelum dilaksanakan pengecoran beton bertulang cheeped, pemborong
diwajibkan mengambil contoh aggregat halus dan aggregat kasar untuk
dilakukan pengujian permula campuran beton bertulang dilaboratorium ( mix
design ) sesuai mutu beton yang dikehendaki yaitu K.175
d. Konstruksi beton dibuat sesuai dengan ukuran – ukuran, termasuk besi
penulangan dan sangkangannya, yang tertera dalam gambar – gambar Rencana
Pelaksanaan dan Detail Struktur Beton, Apabila terdapat perbedaan ukuran –
ukuran pada gambar rencana arsitektural dan gambar rencana struktur beton,
pemborong diwajibkan memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Lapangan
dan meminta keputusannya sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut.
e. Pemborong diwajibkan membuat pola rancana pengecoran, mulai dari pondasi
beton, hingga seluruh pekerjaan beton selesai dengan diberi catatan – catatan
mengenai bagian yang dicor, tanggal, kode kubus test, jam pengecoran dan lain
– lain.
f. Pada setiap sambungan pengecoran diharuskan menggunakan “additive”
( bahan tambahan ) yang khusus untuk itu, Penggunaannya harus memenuhi
persyaratan. Penggunaan “additive” untuk tujuan mempercepat pengeringan
beton, dapat dilakukan tanpa mengurangi mutu dan kekuatan beton.
g. Pengujian mutu beton dilaksanakan dilaboratorium dengan mengacu pada mix
design yang dibuat khusus untuk proyek ini. Pengujian kekuatan beton ini
dilakukan dengan cara test silinder beton. Untuk itu Kontraktor mengambil satu
sample untuk setiap 5 ( lima ) m 3 adikan beton. Pada setiap sample harus
dicantumkan tanggal dan penggunaan adukan yang segera dikirim
kelaboratorium pengujian untuk penentuan nilai kekuatan karekteristik beton
yang dicapai.
h. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat – syarat seperti sudah mengeras
sebagian, tercampur dengan bahan – bahan asing atau terlalu encer tidak boleh
dipergunakan.
i. Melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram
cekatan – cekatan, pemeriksaan ukuran – ukuran dan ketinggian pemeriksaan
penulangan dan penempatan penahan jarak – jarak.
j. Alat penggetar harus digunakan berdiri 90 derajat, hanya dalam keadaan khusus
diperkenankan menyentuh tulangan. Ujung penggetar harus diangkat dari dalam
adukan apabila adukan terlihat mulai mengkilap disekitar ujung penggetar, atau
kurang lebih sebelum detik.
k. Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat – tempat yang disetujui
Direksi Lapangan didalam pola rencana Pengecoran.
10. Penutup Beton
Tebal penutup beton minimum ( tidak termasuk plesteran ) sebagai berikut :
a. 1.5 cm untuk plat.
b. 2.5 cm untuk kolom dan balok
c. 3.0 cm untuk pondasi atau pekerjaan lain yang berhubungan langsung dengan
tanah.

11. Perawatan Beton


Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat, paling sedikit beton selama dua
minggu, beton harus disiram terus menerus.
12. Pembongkaran cetakan beton
a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat dan beban-beban pelaksanaan lain yang bekerja padanya.
b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana Pembongkaran cetakan akan bekerja
beban yang lebih tinggi daripada beban rencana dan akan terjadi keadaan yang
lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

13. Penolakan pekerjaan Beton


Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, pemberi tugas
berwenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti :
a. Konstruksi beton keropos.
b. Konstrukssi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak seperti yang ditentukan dalam gambar.
c. Konstruksi tidak tegak lurus seperti yang sdirencanakanKonstruksi beton yang
berisikan kayu atau benda lainnya.

PASAL. 10
BAJA TULANGAN

1. Baja tulangan yang digunakan harus mengikuti spesifikasi ini dalam pasal 3
persyaratan bahan dan memenuhi ketentuan SII 01236-84.

2. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,


pembengkokan, sambungan dan penghentian, sebelum pelaksanaan terlebih dahulu
diajukan oleh pemborongan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Semua
detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja
dan syarat-syarat yang harus diikiti menurut SII 1236-84.
3. Diameter-diameter pengenal harus sama denga persyaratan dalam gambar kerja
dan bilamana diameter tersebut akan diganti, maka jumlah luas penampang
tulangan persatuan volume beton minimal harus sama dengan jumlah luas
penampang rencana semula, sebelum melakukan perubahan-perubahan pemborong
harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari direksi.

4. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan sebelum penyetelan / penempatan


tidak diperkenankan membekokan tulangan bila ditempat / setelah pengecoran
beton, kecuali apabila hal itu telah direncanakan sebelumnya atau terpaksa dan
sudah mendapatkan persetujuan Direksi.

5. Penulangan baja sebelum ditempatkan harus dibersihkan dari karat yang lepas,
minyak lapisan atau bahan lain yang dapat menghancurkan atau mengurangi
pelekatan dengan beton. Tebal selimut beton untuk memberi perlindungan kepada
tulangan adalah 2,5 cm- 3,5 cm.

6. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus
dijaga jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut
beton. Untuk itu pemborong harus mempergunakan penyekat dari blok-blok beton
dengan syarat mutu beton harus minimal sama dengan beton yang bersangkutan.

7. Semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak
bergeser pada waktu pengecoran. Kawat yang berlebihan harus dibengkokan dalam
beton.

8. Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa


untuk memasukan jumlah dan ukurannya ketelitian penempatannya kebersihan
untuk mendapatkan perbaikan bilamana diperlukan.Pengecoran tidak diperlukan
apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
PASAL 11
PEKERJAAN LAIN - LAIN

1. Pemborong harus membersihkan lokasi yang telah selesai dikerjakan seluas yang
telah ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan dilapangan.

2. Pemborong harus memperbaiki kerusakan – kerusakan pada jalan – jalan, saluran –


saluran halaman dan lain sebagainya akibat dari pelaksanaan pekerjaan.

3. Pekerjaan yang belum tercantum dala spesifikasi umum ini secara terperinci dan
khusus akan dibuat dalam spesifikasi khusus yang merupakan bagian II dari
spesifikasi ini.

Anda mungkin juga menyukai