Anda di halaman 1dari 30

SPESIFIKASI TEKNIS

BAGIAN I
SPESIFIKASI UMUM

PASAL 1
JENIS PEKERJAAN

1. Lingkup Pekerjaan dan Lokasi

1.1 Nama Pekerjaan : PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI DESA


MENGKIRAU
1.2 Lokasi Pekerjaan : KECAMATAN TASIK PUTRI PUYU

PASAL 2
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
2. Pekerjaan Yang Dikerjakan
" PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI DESA MENGKIRAU "
2.1 Pekerjaan harus diserahkan oleh pemborong dalam keadaan selesai
termasuk menyingkirkan bahan-bahan bekas bongkaran, runtuhan dan
sebagainya dan lain hal atas petunjuk dan perundingan Pelaksana Kegiatan
Poyek.
a. Sarana Pekerjaan
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus
menyediakan.:
• Tenaga kerja (Labour) yang ahli dan terampil untuk setiap bagian
pekerjaan
• Peralatan (Equipment) yang memadai dan baik untuk melaksanakan
pekerjaan
• Bahan-bahan (material) yang digunakan baik mutunya (sesuai
stndarisasinya), cukup jumlahnya dan terjamin pendistribusiannya
b. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi
Teknis
3. Untuk Kelancaran Pelaksanaan, Pemborong Harus Menyediakan
3.1 Jenis dan mutu bahan yang dipakai harus mengutamakan produksi dalam
negeri, kecuali yang telah diatur dalam spesifikasi teknis
3.2 Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam standart, harus
mendapat persetujuan Pelaksana Kegiatan Proyek sebelum digunakan
3.3 Apabila diminta oleh Pelaksana Kegiatan Proyek, Kontraktor harus dapat
menunjukan sertifikat agen/distributor yang menjual atau dari pabrik yang
memproduksi bahan tersebut.
3.4 Sebelum dikirim ke lokasi pekerjaan Kontraktor harus menunjukan contoh dari
semua bahan yang dipesan kepada Pelaksana Kegiatan Proyek untuk diperiksa
dan diteliti mengenai jenis mutu, dan sifat penting lain dari bahan tersebut.

PASAL 3
STANDART-STANDART PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan dalam pelaksanaan, pemborong harus mengetahui dan


memahami perturan-peraturan / ketentuan-ketentuan yang mengikat sebagai berikut:
1. Tentang tata cara penanggulangan gempa ( SN1 1726-1989 F )
2. Tentang tata cara pembebanan untuk gedung ( SNI 1727-1989 F )
3. Tentang pelaksanaan mendirikan bangunan gedung (SNI 1728-1989 F )
4. Tentang beton bertulang dan struktur dinding bertulang (SNI 1734-1989 F)
5. Tentang tata cara penerangan alami siang hari ( SK SNI T-05-1989 F )
6. Tentang spesifikasi Kayu Awet (SKBI 4.3.53.1987)
7. Tentang spesifikasi bahan bangunan dari besi/baja (SK- SNI 5-05-1989 F)
8. Tentang spesifikasi bahan bangunan ( SK SNI 5-05-1989 F )
9. Tata cara Perencanaan Bangunan Baja untuk gedung ( SNI-1729-F )
10. Peraturanperaturan pembangunan daerah setempat.

Untuk bahan-bahan yang tidak/belum ada peraturannya di Indonesia, maka dipakai


syarat-syarat yang ditentukan oleh pabrik dari bahan tersebut. Sebelum pemborong
melaksanakan penggunaan bahan tersebut, maka syarat-syarat dari pabrik tersebut harus
diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan,

PASAL 4
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN
1. A i r.
a. Air yang dipergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam-garam, bahan organis lainnya yang dapat merusak beton.
b. Air yang dipergunakan untuk adukan beton konstruksi harus menurut,
sesuai dengan PBI-1971 ( bab 3 ayat 4 ).

2. Tanah timbun / Tanah urug.


Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan harus bersih dari tanah
humus maupun akar kayu serta rumput, bebas sampah dan bebas dari bahan-
bahan organis.

3. Pasir / Agregat Halus.


a. Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam dari hasil desintegrasi
alami batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat
mekanis.
b. Agregat halu harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,083 mm. Apabila kadar lumpur melebihi 5%
maka agregat halus harus dicuci.
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan
bahan-bahan yang diakaui.

4. Kerikil / Agregat Kasar.


a. Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah
agregat besar butir lebih dari 5 mm.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat
seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat, kekal artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm) Apabila kadar lumpur melampaui 1%,
maka agregat kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkalin.
e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkicil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat
atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau
bekas-bekas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan
apabila menurut penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang
kerikil.

5. Semen.
a. Semen yang dipergunakan harus semen yang bermurtu tinggi
( Semen Type I ) berat dan volumenya tidak kurang dari ketentuan yang
tercantum pada zak semen. Pada umumnya tidak terjadi pembatuan atau
bongkahan-bongkahan kecil.
b. Semen untuk Konstruksi bertulang dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang di tentukan dalam
NI.8.
c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran
isi atau berat Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari
2,5%.

6. Baja Tulangan.
a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari
kotoran-kotoran, lemak, kulit giling, karat lepas dan bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
b. Diameter baja tulangan yag dipakai harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail.
c. Jika dalam pemeriksaan pengawas, diameter hasil dimaksudkan tidak
sesuai dengan diameter besi yang akan dipakai, maka pemakaiannya
harus dikonsultasikan dahulu dengan Konsultan Pengawas.
d. Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku dinyatakan tidak dapat diterima.

7. Kayu.
a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi syarat seperti yang
tercantum dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PPKI-1973 NI.5 ).
b. Kayu yang dipergunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak
mempunyai cacat-cacat seperti mata kayu, celah-celah susut pinggir dan
cacat lainnya, tidak boleh menggunakan hati kayu.
c. Jenis dan ukuran kayu yang digunakan antara lain :
▪ Untuk Bouwplank digunakan papan kayu meranti ukuran 2/20cm.
▪ Untuk Patok digunakan balok meranti ukuran 5/7 cm.
▪ Untuk Mal beton digunakan papan kayu meranti ukuran 2,5/20cm.
▪ Untuk Pengunci digunakan papan kayu meranti 5/7 cm.

8. Bahan-bahan lain.
a. Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan
disini akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
b. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus di tunjukan
terlebih dahulu kepada Pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin
pemakaiannya.
c. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak ditunjukan kepada Pengawas
atau ditolak oleh Pengawas, tidak dibenarkan pemakaiannya dan harus
dibawa keluar lokasi segera mungkin.
d. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemborong.
e. Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai di pasaran
dengan dinyatakan tidak dapat sebagai alasan terhentinya / tertundanya
pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 5
PENYIMPANAN BAHAN

5.1 SEMEN PORTLAND:


a. Memenuhi Persyaratan-persyaratan SII 0013-81
b. Apabila diperlukan jenis semen lain yang tersebut diatas, maka dapat dipaki
jenis-jenis semen seperti : semen Portland, semen alunina, semen tahan
sulfat dan lain-lain, dalam hal ini pelaksanaan diharuskan untuk meminta
pertimbangan-pertimbangan dari lembaga-lembaga bahan yang diakui.
c. Semen harus ditempatkan dalam gudang tertutup, kering tidak muda rusak
dan tidak bercampur dengan bahan - bahan lain.
d. Untuk semen yang tersimpan lama dan diragukan mutunya maka pengunanya
harus dengan persetujuan Pelaksana Kegiatan Proyek.

5.2 AGREGAT HALUS (PASIR)


Tempat agregat kasar dan agregat halus harus dipisah. Jika tempat dasar selalu
basah maka penempatan agregat harus dialas atau ditinggikan.
5.3 BATU-BATA
- Batu bata harus ditumpuk diatas tempat yang rata dan disusun rapi
sehingga tidak mudah pecah.
- tumpukkan bata harus ditutup untuk melindunginya dari hujan dan diatasnya
tidak boleh dibebani oleh barang-barang yang dapat merusak batu bata.

5.4 BAJA TULANGAN


Baja tulangan tidak boleh ditumpuk langsung diatas tanah, tapi harus
ditinggikan dengan menggunakan ganjal/balok Penumpukan ditempat terbuka
untuk jangka waktu yang lama harus dihindarkan.

5.5 BAHAN-BAHAN LAIN


Untuk menyiapkan bahan-bahan lain yang tidak tahan cuaca atau mudah
pecah harus ditempatkan dalam gudang tertutup .

PASAL 6
PERSIAPAN PEKERJAAN
6.1 Sebelum memulai pekerjaan , terlebih dahulu dilakukan pengupasan tanah
humus dan dibuang ke tempat yang ditentukan pengawas .
6.2 Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus meyediakan dengan
biaya sendiri kantor di lapangan dengan perlengkapannya , gudang
penyimpanan bahan dan peralatan kerja serta los kerja untuk pengerjaan
bahan-bahan.
6.3 Kontraktor harus memasang papan nama proyek sesuai ketentuan.
6.4 Pengurusan IMB merupakan tanggung jawab Kontraktor dan seluruh biaya
pengurusan merupakan tanggungan Kontraktor.
6.5 Menyusun program kerja, yang meliputi jadwal waktu pelaksanaan pen gadaan
bahan jadwal penggunaan tenaga kerja dan jadwal penggunaan peralatan berat.

PASAL 7
PEMASANGAN BOUWPLANK DAN PEIL BANGUNAN

7.1 Pemasangan bouwplank dilaksanakan pada jarak 1,50 - 2,50 m dari as


bangunan Untuk tiang dipakai kayu 5/7 dan papan 3/20 . Pemasangan
bouwplank tersebut harus kokoh, waterpas dan siku.
7.2 Ketinggian permukaan papan bouwplank dibuat sesuai dengan tinggi
permukaan lantai ruangan - 0,00 m atau sesuai dengan jenis bangunan dalam
gambar.
7.3 Peil bangunan ( permukaan lantai ) bangunan ditetapkan dalam gambar yang
telah diratakan dan dinyatakan dengan suatu patok tetap yang tertanam kuat di
tanah di tempat yang aman dan mudah terlihat.
7.4 Bouwplank baru dibuka setelah pekerjaan lantai dasar selesai dilaksanakan.

PASAL 8
GALIAN TANAH
8.1 Sebelum memulai pekerjaan galian tanah , maka tempat masing - masing tapak
bangunan diratakan sesuai dengan ukuran seperti dalam gambar.
8.2 Lebar dalam dan bentuk galian tanah dikerjakan menurut ukuran yang
tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail.
8.3 Bila galian tanah cukup dalam, maka harus diperhatikan kemiringan gahan
sehingga tidak terjadi keruntuhan yang akan mengganggu pekerjaan tersebut.
8.4 Pekerjaan galian ini dilakukan untuk pekerjaan pondasi , saluran , septictank ,
peresapan dan lain -lain.
8.5 Tanah sisa galian ini digunakan atas persetujuan Pengawas , selebihnya harus
dibuang pada tempat yang ditentukan Pengawas Lapangan.

PASAL 9
PEKERJAAN CAMPURAN
9.1 Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut mortar (adukan)
dilaksanakan sesuai ketentuan. Perbandingan campuran yang digunakan
sesuai dengan keperluan sbb :
- Adukan 1: 2 dipakai untuk bagian yang memerlukan kedap
air.
- Adukan 1: 3 dipakai untuk afwerking beton.
- Adukan 1: 3 dipakai untuk adukan biasa.
- Adukan 1: 4 dipakai untuk pasangan lantai dan dinding.
- Adukan 1: 3 : 5 dipakai untuk lantai kerja
- Adukan 1: 2 : 3 atau K -225 dipakai untuk cor beton bertulang.
9.2 Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut beton ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
- Untuk mutu beton Bo, B1 dan K 125 dilaksanakan dengan suatu ukuran isi,
pencampuran sedapat mungkin diusahakan menggunakan mesin
pengaduk.
- Untuk beton K 225 keatas ditentukan dengan suatu ukuran berat yang
dibuktikan dengan percobaan labor (mix design) , pencampuran adukan
harus menggunakan mesin pengaduk.
9.3 Penyimpangan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan hasil pekerjaan
dinyatakan ditolak dan harus dibongkar Segala biaya yang ditimbulkan
sepenuhnya menjadi baban kontraktor .

PASAL 10
PEKERJAAN PASANGAN BATU
10.1 Batu bata yang dipergunakan dalam pekerjaan ini ialah batu bata yang
memenuhi ketentuan dalam NI 10 ukuran 5 x 11 x 23 cm batu bata harus
sempurna pembuatan rusuk - rusuknya tajam serta ukurannya sama besar.
10.2 Sebelum pengiriman batu bata, kontraktor harus memberikan contoh batu
bata untuk mendapat persetujuan Direksi . Bilamana pada pengirirnan batu
bata tidak sama dengan contohnya / terdapat penyimpangan, maka batu bata
akan ditolak.
10.3 Sebelum batu bata dipasang harus direndam terlebih dahulu sampai
gelembung udara tidak terlihat lagi. Batu bata yang dipasang harus utuh,
kecuali untuk las-lasan.
10.4 Untuk semua dinding mulai dari permukaan sloof sampai setinggi 20 cm
diatas permukaan lantai dalam ruangan digunakan adukan 1 pc : 2 pasir .
Demkikian juga untuk dinding yang selalu berhubungan dengan air seperti
kamar mandi & WC mulai permukaan sloof sampai setinggi 1,5 m digunakan
adukan 1 pc : 2 pasir . Adukan untuk pasangan lain 1 pc : 4 pasir.
10.5 Kontraktor akan mengerjakan pengukuran bangunan (uitzet) secara teliti dan
sesuai gambar setelah dinding dipasang. Dalam satu hari pemasangan batu
bata tidak boleh lebih tinggi dari 1 (satu) meter dan pengakhiran pemasangan
pada satu hari harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak bergigi untuk
menghindari retaknya dinding dikemudian hari,semua pemasangan harus rata
(horizontal) dan tiap-tiap kali diukur rata lantai dengan menggunakan benang
tidak boleh lebih dari 30 cm diatas pasangan bawahnya.
10.6 Pada semua pasangan ½ dan 1 batu bata, satu sama lain harus dapat
mengikat dengan sempurna , tidak dibenarkan menggunakan batu pecahan
kecuali untuk las-lasan dibawah sudut / tepi.
10.7 Pada pasangan bata satu batu dan pasangan yang lebih tebal harus disusun
sesuai dengan petunjuk atau peraturan yang seharusnya.
10.8 Pada tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pemasangan yang sempurna
kecuali ditiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-tiang beton merupakan
bingkai.
10.9 Pemasangan dinding bata dilaksanakan bertahap setiap harinya diikuti
dengan cor kolom praktis .
10.10 Bidang dinding bata ½ dan 1 batu yang luasnya lebih dari 8 m2 harus
ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis dengan ukuran 13x13
cm dan 20x20 cm dengan tulangan sesuai gambar.
10.11 Semua pasangan baru , harus dijaga jangan terkena sinar matahari
langsung dan kontraktor berkewajiban menyediakan karung-karung yang
digunakan untuk menutup serta keadaannya harus basah , selain karung
goni juga dapat digunakan karung bagir atau lainnya untuk menutup
pasangan tersebut.
10.12 Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap pekerjaan
bagian beton (kolom , balok , listplank , beton dan lain-lain) harus diberi
stek-stek besi beton diameter 8 mm , 12 cm , yang terlebih dahulu
ditanam dengan baik /dicor bersaman pengecoran beton dan bagian yang
tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 20 cm kecuali
ditentukan lain
10.13 Bilamana dibutuhkan adanya pasangan terbuka ( telanjang ) maka siarnya
harus dikerok sedalam 12 cm sehingga adukan akan cukup mengikat
plesteran yang dipasang .
10.14 Lubang-lubang untuk listrik / pipa :
a. Dimana diperlukan pasangan pipa / alat-alat yang ditanam pada
dinding , maka harus dibuat pahatan secukupnya.
b. Pemasangan pipa listik / air dilakukan sebelum dinding diplaster.

PASAL 11
PEKERJAAN PLESTERAN

11.1 Persiapan dinding yang akan diplester,


Bahan yang digunakan adalah pasir pasang dan semen portland , semua
bahan plesteran harus diaduk dengan mesin / tangan sesuai persyaratan
Direksi , semen yang masih baik saja yang boleh dipakai.
11.2 Syarat adukan.
Kontraktor harus membuat kotak dengan ukuran sesuai persyaratan untuk
ukuran pasir , semen dan split:
a. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai , batu bata yang akan diplester
terlebih dahulu disiram air sampai merata semua . Batu bata yang akan
diplester selalu basah begitu juga plesteran yang akan diaci.
b. Sebelum plesteran dilaksanakan terlebih dahulu harus membuat kepala
plasteran sehari sebelum plasteran dimulai agar tidak bergelombang.
c. Kontraktor harus membuat contoh plasteran dari setiap macam
plasteran sesuai yang diininta pemilk, sehingga jerus / macam pekerjaan
dapat dicapai.
b. Semua plasteran yang berhubungan dengan air seperti KM / WC,
pantry dibuat plasteran trasram dengan adukan 1 pc : 2 psr setinggi 150
cm dari peil lantai
c. Dinding bata diatas plafond yang tidak terlihat diberaben.
f. Plasteran dinding sudah dapat dimulai apabila atap telah dipasang

11.3 Sudut-sudut plasteran


Semua sudut horizontal , luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam
pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna tegak dan siku,
sudut luar hendaknya dibuat agak bulat.

11.4 Perbaikan bidang plasteran.


Bilamana terdapat bidang plasteran yang berbelombang harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan . Bagian - bagian yang harus diperbaiki
hendaknya dibobok secara teratur (dibuat bobokan yang berbentuk segi
empat ) dan plasteran baru harus rata dengan sekitarnya.

11.5 Profil plasteran (Relief) pada dinding dan sopi-sopi harus dikerjakan rapi dan
baik oleh orang yang berpengalaman dengan memperlihatkan segi kekuatan
dan menghindari kemungkinan retak.

Pasal 12
PERCOBAAN BAHAN DAN CAMPURAN BETON
12.1 Umum.
Test bahan : sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan
untuk test berikut , sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan
kestandard referensi untuk menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk
membuat campuran yang diperlukan.

12.2 Semen berat jenis semen.

12.3 Agregat analisa tapis , berat jenis , persentasi dari void (kekosongan)
penyerapan dan kelembaban dari agregat kasar dan halus . Berat kering
dari agregat kasar dan halus . Berat kering dari agregat kasar . Modulus
terhalus dari agregat halus .

12.4 Adukan / Campuran Beton.


1. Adukan beton didasarkan pada trial mix dan design mix masing-masing
untuk ur 3, 7 , 14 , 21, dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20
hasil pengujian atau lebih sedimikian rupa sehingga hasil uji tersebut
dapat disetejui oleh Pengawas yang ditunjuk.
2. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus diserahkan selambat-
lambatnya 6 (enam) minggu sebelum pekerjan dimulai, dan disamping
itu mutu betonpun harus sesuai dengan mutu standard PBI 1971 , K-225
(fc' 18.675 Mpa) pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa
Pengawas yang ditunjuk tentang kekuatan / kebersihannya . Semua
pembuatan dan pengujiannya trial mix dan design mix serta
pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai
diambil dari sumber yang berlainan, merk semen yang berbeda atau
suplier beton yang lain.
3. Ukuran-ukuran.
4. Campuran design dan campuran percobaan harus proporsional semen
terhadap agregat berdasarkan berat priporsi yang cocok dari ukuran
untuk rencana proporsi / perbandingan yang harus oleh pengawas yang
ditunjuk .
5. Percobaan adukan untuk berat normal beton.
6. Untuk rincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan
kekuatan dari berat normal beton, dibuat 4 (empat) adukan campuran
dengan memakai nilai faktor air semen yang berbeda-beda .
7. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji
silinder beton-beton 15 x 30 cm sesuai PBI 1971 atau ACI . 304-73 , ACI
Committee - 304 , ASTM C 94-78a.
8. Benda uji dari satu adukan dipilih secara acak yang mewakili suatu
volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum
(diambil yang volumenya kecil), disamping itu jumlah maksimum dari
beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah
30 m3 , kecuali bila ditentukan lain oleh Pengawas
9. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 14
dan 28 hari
10. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI 1971 , dilakukan di
lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Pengawas yang ditunjuk.
Apabila pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala
macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang
diperoleh dari ujung pipa "concrete pump" pada lokasi yang akan
dilaksanakan.
11. Pengujian bahan dan beton dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam
Standard Industri Indonesia (SSI) dan PBI 1971 Nl-2 atau metoda uji
beban yang disetujui oleh pengawas
12. Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan
disimpan dengan baik oleh tenaga pengawas ahli , dan selalu tersedia
untuk keperluan pemeriksaan selama 5 (lima) tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.

12.5 Pengujian slump.


1. Kekuatan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI 1971, ASTM
C 143 dan ASTM C. 231, pada saat yang sama percobaan cylinder
dibuka kecuali ditentukan lain oleh Pelaksana Kegiatan Proyek.
2. Pemborong harus menjamin 'bahwa ia mampu dengan slump berikut,
beton dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan
menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos, atau berongga-rongga.
Pelaksanaan bertanggung jawab
untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian
yang memenuhi syarat batas slump. Bila dipakai pompa, slump harus
didasarkan pada pengukuran dipelepasan pipa bukan ditruk mixer.
Maksimum slump harus 100 mm sampai 150 mm.

3. Rekomendasi slump untuk variasi konstruksi pada keadaan/kondisi slump


pada:
a. Dinding pelat pondasi dan pondasi tapak bertulang maksimum 12,5 dan
minimum 7,5 cm.
b. Pondasi tapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi dibawah tanah
maksimum 17,5 cm dan minimum 12.5 cm
c. Pelat, balok,kolom dan dinding maksimum 14,5 cm dan minimum 10 cm
d. Pembeton masal maksimum 7,5 cm dan minimum 2,5 cm.
Untuk beton dengan bahan plasticizer, nilai salump dapat dinaikan sampai
maksimum 1,5 cm diatas harga maksimum.

12.6 Percobaan Tambahan

1. Pemborong, tanpa membebankan biaya kepada Pelaksana Kegiatan


Proyek, harus mengadakan percobaan laboratorium selaku percoabaan
tambahan pada bahan-bahan beton dan membuat design adukan baru bila
sifat atau pemilihan bahan diubah atau apabila beton yang ada ddak dapat
mencapai kekuatan spesifikasi.

2. Hasil Pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahap pelaksanaan


akan dilakukan yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
pelepasan perancah dan peharikan baja prategang sesuai yang dijelaskan
pada bab 4 sedangkan untuk pengujian diluar, ketentuan pekerjaan tersebut
harus diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk dalam jangka waktu tidak
lebih dari 3 ( tiga ) hari setelah pengujian dilakukan.

PASAL 13
PEKERJAAN BETON
Pelaksanaan pekerjaan beton harus berpedoman pada persyaratan-persyaratan dan
semua ketentuan yang tercantum dalam Standart Konstruksi Beton (SKB-92) dan (PBI-71)

13.1 Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Pemborong harus menyediakan semua bahan untuk pekerjaan beton dan
harus membuat bekisting mengaduk beton. Mengecor beton, memeiihara,
memperbaiki menyelesaikan dan mengerjakan semua pekerjaan tambahan
dari seluruh pekerjaan beton.
b. Standart Pekerjaan
Semua bahan dan Konstruksi jika tidak ditentukan secara khusus, harus
memenuhi standart yang umum dipakai di Indonesia , Jika persyaratan
tersebut diatas tidak dapat dipenuhi, maka konstruksi harus disesuaikan
dengan standart yang disetujui Pelaksana Kegiatan Proyek. Mutu beton
tersebut harus dibuktikan oleh pemborong dengan membuktikan mengambil
benda-benda uji berupa beton/ slinder beton yang pembuatannya, harus
disaksikan oleh Direksi Proyek dan diperiksa dilaboratorium konstruksi beton
yang disetujui Pelaksana Kegiatan Proyek. Jumlah yang diuji sesuai dengan
ketentuan dalam PBI 1971

13.2 Bahan-Bahan Pembuatan Beton


a. Semen untuk konstr-uksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang
Memenuhi Standart Konstruksi Beton 1992 dan (PBI-71).
b. Pasir untuk konstruksi beton harus terdiri dari butiran yang keras dan tajam
dengan kadar Lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak
mengandung bahan-bahan organic dan gradasi butiran antara 1 mm - 4 mm.
c. Kerikil beton terdiri dari butiran keras dan tidak berpori dengan kadar Lumpur
maksimum 1 %, dimana bila kadar Lumpur ternyata > 1 % maka kerikil harus
dicuci. Gradasi kerikil antara 1 cm - 4 cm. Kerikil tidak boleh mengandung zat-
zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif alkali.
d. Besi tulangan yang digunakan sesuai ukuran yg ditentukan dalam gambar
dengan nilai toleransi 0.02 mm dari setiap dimensi yg ditentukan. Besi juga
harus bebas dari kotoran dan karatan serta bahan lain yang dapat mengurangi
daya lekat adukan beton.
e. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan
kotoran lain. Air sumur atau air permukaan yang dipakai harus mendapat izin
dari Pengawas Lapangan.

13.3 Kelas dan mutu beton


a. Beton kelas 1 mutu Bo
- Digunakan untuk pekerjaan beton non struktur
- Pelaksanaan tidak memerlukan keahlian khusus
- Pengawas ringan terhadap mutu bahan
- Tanpa pengawasan untuk kekuatan tekan
b. Beton kelas II mutu B1
- Digunakan untuk pekerjaan struktur
- Pelaksanaan memerlukan keahlian yang cukup
- Pengawasan sedang terhadap mutu
- Tanpa pengawasan terhadap kuat tekan
c. Beton kelas II mutu K 225 dst
- Digunakan untuk pekerjaan struktur
- Pelaksanaannya dibawah pimpinan tenaga ahli
- Pengawasan ketat terhadap mutu bahan
- Pemeriksaan yang kontinyu terhadap kekuatan beton.
13.4 Campuran Beton
a. Untuk beton Bo dipakai campuran yang biasa digunakan untuk pekerjaan non
struktur dengan perbandingan 1 : 3 : 5
b. Untuk beton B1 dan K125 menggunakan campuran dengan perbandingan
isi, semen,pasir dan kerikil 1 : 2 : 3 atau 1 : 1.5 : 2.5
c. Untuk mutu beton K175 keatas dipakai campuran beton dengan ukuran
berat
d. Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan > 2.5 %

13.5 Kekentalan adukan beton


a. Kekentalan adukan beton disesuaikan dengan cara transport, pemadatan,
jenis konstruksi dan kerapatan tulangan.
b. Untuk mencegah adukan terlalu kental atau terlalu encer, maka campuran
diuji dengan mengunakan slump test.

13.6 Perbandingan Adukan.


a. Umum
Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan pembantu ( Admixture),
pasir, koral dan air kualitas bahan tersebut harus memenuhi syarat yang
ditentukan Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan
beton yang berhasil harus ditentukan oleh kontraktor berdasarkan hasil
kubus beton dan diperlihatkan kepada pemilik proyek, maka beton
tersebut dapat dipakai untuk pekerjaan yang dimaksud.
Secara umum adukan beton harus direncanakan untuk menghasilkan
beton yang sedemikian rupa, sehingga diperoleh kepadatan maksimum
dan penvusutan minimum. Jika diperlukan perbandingan adukan dapat
diubah sesuai dengan pendapat pemilik proyek.
Didalam membuat campuran beton, jumlah semen dan agregat akan
diukur menurut berat, kecuali dalam hal khusus dan atas persetujuan
pemilik proyek, pengukuran material dengan pengukuran volume bukan
berdasarkan atas berat bagi beton yang akan dipakai untuk bangun-
bangunan struktur yang kecil. Semua volume dan berat agregat, semen
dan air harus ditakar dengan seksama. Bilamana proporsi-proporsi yang
disyaratakan tidak dilaksanakan kontraktor, maka konstruksi beton yang
sudah dicor akan diperintahkan untuk disingkirkan.
b. Perbandingan Air dan Semen dan Kekuatan Tekanan
Kekuatan tekanan minimum dan banyaknya PC yang terdapat dalam
beton tidak kurang dari daftar yang tertera pada table kebutuhan PC.
Perbandingan maksimum air dan semen (PC) pada setiap pekerjaan
beton. Penambahan semen jika diperintahkan harus disediakan oleh
kontraktor dan tanpa adanya tambahan biaya.

13.7 Bahan
a. Mutu Bahan
 Portland Cement (PC)
Semua merk PC yang digunakan harus Portlant Cement merk standart
yang telah disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi
persyaratan Portland Cement klass I-2475 (PBI 1971, Ni- Seluruh
pekerjaan harus menggunakan I (satu) merk PC
 Koral dan Pasir (Agregat)
Koral dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung
bahan dalam bentuk apapun dengan jumlah yang cukup banyak yang akan dapat
merusak dan memperlemah kekuatan beton pada setiap umur, termasuk daya
tahannya terhadap karat dan baja tulangan.
 Air yang dipakai untuk pekerjaan pembetonan tidak boleh mengandung
mulyak asam, alkali, garam,bahan-bahan organic atau bahan-bahan lain yang
dapat merusak beton/baja tulangan dan tidak mempengaruhi daya lekat semen

 Bahan Pembantu ( Admixture)


Untuk menningkatakan mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipaki dengan
menambahkan bahan-bahan pernbantu. Biaya yang timbul atas penambahan
bahan tersebut ditanggung oleh Pemborong.
Bahan pembantu yang digunakan dapat berupa sejenis asam " hydroxylated
carbonxylic" atau sejenis " lignin-sulfonate" tetapi tidak boleh mengandung
calsium chlorida. Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan
disetujui pemilik proyek dan penggunaannya harus sesuai dengan "Bahan
Pembantu" ( Pasal 3 PBI-1971 - NI )
Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada
atau tidak adanya pengguna bahan pembantu. Rencana pencampurannya harus
sesuai dengan petunjuk dari pabrik
b. Pengujian Laboratorium
Pelaksana Kegiatan Proyek dapat meminta kontraktor untuk mengirim contoh
koral,pasir dan PC yang akan dipergunakan kelaboratorium yang telah disetujui
oelh Pemilik Proyek atas biaya kontraktor berdasarkan analisa atau hasil test
contoh tersebut Pemilik Proyek berhak menolak bahan-bahan yang tidak
memenuhi persayaratan.
Syarat-syarat koral dan pasir sesuai Pasal 3 PBI 1971, NI-2
c. Penyimpanan Dan Pengangkutan Bahan Portland Cement
Dalam pengangkutan PC harus terlindung dari hujan dan harus terbungkus
dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat.
PC harus disimpan digudang yang cukup ventilasinva dan tidak kena air.
Diletakan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 m dari lantai. Zak-zak
semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tinggi melampaui 2 meter dan
setiap adanya pengiriman yang baru agar dipisahkan dan ditandai dengan
maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya. Setiap
semen yang rusak kena air atau yang tidak memenuhi syarat dan pembungkus-
pembungkus semen yang rusak akan ditolak dan harus segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan . Semen yang telah disimpan dalam satu bulan dalam musim
hujan atau semen yang disimpan selam tiga bulan lebih meskipun pada waktu
musim kering tidak boleh dipakai.
Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran antara yang satu dengan yang
lainnya.

13.8 Cetakan dan Acuan


a. Cetakan dan acuan harus kokoh,rapat dan tidak bocor
b. Cetakan diberi skor dan ikatan-ikatan secukupnya sehingga dijamin tidak
mengalami perubahan bentuk dan kedudukan bila adukan dituang
kedalamnya
c. Cetakan dibuat dari bahan yang baik dan tidak mudah meresap air. Cetakan
dipasang sedemikian rupa sehingga saat pembongkaran beton tidak terjadi
kerusakan pada beton.

13.9 Penulangan
a. Penulangan harus sesuai dengan gambar, dibuat sedemikian sehingga tidak
berubah pada saat pengecoran
b. Untuk menjamin tulangan berada didalam beton, maka pada bagian tertentu
diberi penahan antara tulangan dengan mal . Penahan tulangan ini dibuat
dari campuran pasir dan semen diikat kuat sehingga letaknya tidak berubah
saat pengecoran.

13.10 Pengadukan Beton


a. Pengadukan beton K175 dan K225 keatas harus mengunakan mesin
pengaduk
b. Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan harus diawasi
c. Bila karena suatu hal adukan yang tidak memenuhi syarat kekentalan sudah
mengeras sebahagian atau bercampur dengan bahan-bahan asing, maka
adukan tidak dapat dipakai dan harus dibongkar dan disingkirkan dari
lapangan.

13.11 Pengecoran Pemadatan dan Pengambilan Sampel Beton Untuk Pengujian


a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil,
selama pengecoran adukan beton harus dipadatkan dengan cara
menumbuk atau memukul-mukul cetakan atau menggunakan pemadat
mekanis / penggetar
b. Pemadatan mekanis harus mengacu pada SKB 1992 dan (F'BI-7)

13.12 Penutup Beton


Tebal penutup beton minimum (tidak termasuk plesteran) sbb.:
- 1.5 cm untuk plat
- 2.5 cm untuk kolom dan balok
- 3.0 cm untuk pondasi dan pekerjaan lain yang berhubungan langsung
dengan tanah.

13.13 Perawatan Beton


Untuk mencegah pengeringan beton yang terlalu cepat paling sedikit beton
harus disiram 1 x sehari selama dua minggu terus menerus.

13.14 Pembongkaran Cetakan Beton


a. Cetakan tidak boleh dibuka sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat dan beban lain yang bekerja padanya.
b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akan bekerja beban yang lebih
tinggi dari beban rencana atau akan terjadi keadaan yang
membahayakan, cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut
tetap berlangsung.

13.15 Pelaksanaan Pekerjaan Beton


a. Pekerjaan Pondasi Dan Sloof
- Ukuran harus sesuai gambar dan detail
- Diameter besi tulangan harus dengan gambar detail
b. Pekerjaan kolom konstruksi dan kolom praktis
- Ukuran harus sesuai gambar detail
- Untuk kolom praktis sesuai ketebalan bata
- Untuk kolom-kolom yang berhubungan dengan bata harus diberi Stek-
stek besi
- Diameter dan tulangan sesuai gambar detail
c. Pekerjaan beton ring balok
- Ukuran sesuai gambar detail
- Tinggi dan letaknya sesuai dengan gambar rencana
- Diameter besi dan penulangan sesuai gambar detail

13.16 Persiapan Pengecoran Beton


a. Umum
Sebelum pekerjaan beton dimulai maka 24 jam sebelumnya kontraktor
harus membuat laporan tertulis kepada Pemilik Proyek yang
menyebutkan.:
- Jumlah volume beton yang akan dicor.
- Jumlah alat-alat pengecoran antara lain Mixer, Vibrator yang tersedia
di lapangan.
- Jumlah Portland Cement yang tersedia di lapangan
- Jumlah koral / kerikil yang tersedia di lapangan
- Jumlah air yang tersedia unutk pembetonan.
- Jumlah cetkan-cetakan kubus yang tersedia di lapangan
- Jumlah tenaga kerja yang ada di lapangan
- Perbandingan campuran beton sesuai dengan hasil test laboratorium
- Time schedule pelaksanaan pengecoran
- Skema jalannya pengecoran sampai selesai
- Pengawas ahli dari kontraktor yang ditugaskan dilapangan
Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persyaratan tersebut diatas
terpenuhi, dan disetujui oleh Pelaksana Kegiatan Proyek.
b. Pencegahan Korosi
Pipa-pipa listrik, angker dan bahan-bahan lain yang terbuat dari besi yang
akan ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum
pelaksanaan pengecoran beton, kecuali jika ada perintah lain dari pemilik
proyek. Jarak antara bahan tersebut dengan setiap bagian pembesian
sekurang-kurangnya harus 5 cm. Cara yang dibenarkan untuk mengikat
bahan itu pada kedudukan yang benar adalah dengan kawat atau
mengelaskannya ke besi beton.
c. Mempersiapkan permukaan yang akan dicor beton Sebelum pengecoran
beton dilaksanakan, semua ruang yang akan diisi dengan beton harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan
pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh.
Permukaan tanah atau lantai kerja harus dibasahi dengan siraman air
sebelum pengecoran, permukaan tersebut harus tetap basah dengan
penyiraman air sebelum pengecoran dilaksanakan. Bagaimanapun juga
permukaan tersebut harus bebas dari air yang tergenag dan juga bebas
dari Lumpur serta kotorankotoran pada saat pengecoran beton
dilaksanakan.
d. Sambungan Beton
Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan beton
baru dan bila perlu juga bidang-bidang akhir dari beton pada siar
pelaksanaan,harus cukup dikasarkan dulu, kemudian bidang-bidang
tersebut harus dibersihkan dari segala kotoran dan benda-benda lepas,
setelah itu harus dibasahi dengan air sampai jenuh. Permukaan
sambungan beton yang horizontal harus diratakan dengan kayu untuk
memperoleh permukaan yang cukup rata. Permukaan yang berisi koral
dalam jumlah yang besar harus dihindarkan. Permukaan sambungan
harus dibersihakan dari semua kotoran bahan yang terlepas atau beton
yang cacat dan benda asing lainnya. Pembersihannya harus
dilaksanakan dengan compressor diikuti dengan air, Semua genangan air
harus dihilangkan dari permukaan sambungan beton sebelum beton yang
baru akan dicor. Setelah permukaan dinyatakan slap atas persetujuan
Pelaksana Kegiatan Proyek maka sesaat sebelum beton yang baru akan
dicor semua permukaan sambungan beton yang horizontal harus dilapis
dengan lapisan aduk setebal 25 mm atau dengan cairan Calbond atau
sejenisnya.
Lapisan aduk tersebut mempunyai campuran semen dan pasir yang sama
dengan campuran beton biasa, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh
Pelaksana Proyek. Perbandingan air semen pada lapisan aduk tersebut
tidak boleh melebihi beton baru yang kan dicor diatasnya dan kekentalan
dari lapisan aduk tersebut harus cukup untuk pengecoran sesuai dengan
syarat ditetapkan . Lapisan aduk tersebut harus dihamparkan secara
merata dan harus dikerjakan denga benar sampai mengisi kedalam
seluruh liku-liku permukaan beton lama yang tidak rata, sedapat mungkin
harus meggunakan sapu kawat untuk menyisipkan lapisan aduk tersebut
kedalam celah permukaan beton lama Beton baru segera dicor diatas
lapisan aduk yang baru ditempatakan diatas beton yang lama.

PASAL 14
MUTU MATERIAL BAJA
14.1 Mutu Baja Tulangan
Pada umumnya setiap pabrik baja mempunyai standart mutu dan jenis baja,
sesuai dengan yang berlaku dinegara yang bersangkutan. Namun demikian
pada umumnya baja tulangan yang terdapat dipasaran Indonesia dapat
dibagi dalam mutu-mutu yang tercantum dibawah ini.
a. Mutu Baja U - 222 Baja lunak tegangan karakteristik yang memeberikan
tegangan tetap 02 % (00.2) (kg/cm2) sebesar 2.200
b. Mutu Baja U - 24 Baja lunak tegangan karaktrisitknya 2.400
c. Mutu Baja U - 32 Baja sedang tegangan karakteristiknya 3.200
d. Mutu Baja U - 39 Baja keras tegangan karakteristiknya 3.900
e. Mutu Baja U - 48 Baja keras tegangan karakteristiknya 4.800

SPESIFIKASI KHUSUS
BAGIAN II
SPESIFIKASI KHUSUS

Pasal 1
PEKERJAAN TANAH
1.1 Pekerjaan pemotongan dan pembuangan tanah humus
a. Pada umumnya tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Penebasan/
pembabatan harus dilaksanakan terhadap semua ex bangunan lama yang
tidak bermanfaat lagi, belukar, sampah yang tertanam material lainnya yang
tidak diinginkan berada dalam tanah daerah yang dikerjakan harus
dihilangkan. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput
dan sebagainya harus dihilangkan.
b. Semua galian/ pemotongan tanah harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar dan syarat-syarat yang ditentukan Spesifikasi Teknis dan atau
petunjuk pemilik proyek.
c. Semua hasil galian pemotongan setelah mencapai jumlah tertentu harus
disingkirkan dan dibuang pada tempat yang aman sesuai dengan petunjuk
Pemilik Proyek

1.2 Pekerjaan Penimbunan dan Pemadatan


a. Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis
sedemikian sehingga dicapai suatu lapisan setebal 15 cm dalam keadaan
padat. Tiap lapis harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diurug.
b. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat/compactor "Stamper/Vibrator Type" yang disetujui oleh Pemilik
Proyek. Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan
tidak kurang dari 95 % dari kepadatan maksimum hasil laboratorium (bila
dianggap perlu).

Pasal 2
PEK. URUGAN PASIR
2.1 Pekerjaan urugan pasir dilaksanakan di bawah pondasi pasangan bata, di
bawah lantai kerja, dan di bawah lantai dengan ketebalan 5 cm.
2.2 Sebelum dilaksanakan pekerjaan selanjutnya urugan pasir harus diratakan
dan dipadatkan.

Pasal 3
PEKERJAAN PASANGAN
3.1 Pekerjaan pasangan batu bata 1 batu dikerjakan pada kerjaan pondasi batu
bata dengan campuran spesi 1 semen : 4 pasir dengan perbandingan volume.
Sedangkan dinding bata menggunakan pasangan batu bata ½ batu dengan
campuran spesi 1 semen : 2 pasir dengan perbandingan volume sampai dengan
ketinggian 30 cm diatas sloof.
3.2 Tebal spesi antar pasanga bata setebal 15-20 mm. Semua rongga antar
pasangan bata harus terisi penuh dengan spesi.
3.3 Pada sambungan vertikal antara pasangan bata denga kolom beton dipasang
besi angker dia 8 mm dengan panjang 25 cm dengan jarak vertikal 50 cm yang
tertanam pada dinding sepanjang 15 cm dan kolom beton dengan panjang 10 cm.
3.4 Pasangan bata diatas kusen dan pasangan pondasi bata bagian atas
menggunakan pasangan rolaag.
3.5 Bata yang di pakai dalam pekerjaan pasangan adalah bata dengan ukuran 5
cm x 10 cm x 20 cm atau yang mendekati ukuran tersebut dari produksi lokal
dengan mutu baik, matang pembakarannya, utuh dan tid ak cacat.

Pasal 4
PEKERJAAN BETON
4.1 Semen yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah Semen type I seperti Semen
Padang atau Tiga Roda
4.2 Mutu beton untuk semua bangunan adalah perbandingan campuran 1 : 2 : 3
yang sesuai dengan hasil percobaan beton yang telah dilaksanakan (apabila
ada).

Pasal 5
PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON
5.1 Penyelesaian Permukaan
Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara
cermat sesuai dengan bentuk garis kemiringan dan potongan sebagaimana
tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Pelaksana Kegiatan Proyek
Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan permukaan
yang seragam, kecuali bila ditentukan lain. Selama beton masih plastik tidak
diizinkan adanya benjolan yang berlebihan pada permukaan. Semua permukaan
harus dicor secara monolitis dengan beton dasar.
5.2 Perbaikan cacat permukaan harus dilakukan segera setelah cetakan dilepas
semua permukaan " EXPOSED" (terbuka) harus dibuka secara teliti, bagian
yang tidak rata harus segera digosok atau diisi secara baik agar diperoleh suatu
permukaan yang licin seragam dan merata
Perbaikan hanya boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari pemilik proyek.
Pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk Pelaksana
Kegiatan Proyek. Semua perbaikan dan penggantian sebagaimana diuraikan
disini harus dilaksanakan secepatnya oleh kontraktor atas biaya sendiri. Beton
yang menunjukan adanya rongga-rongga lubang keropos atau cacat sejenis
lainnya harus dibongkar dan diganti lubang bekas kerucut batang pengikat harus
dihaluskan sedemikian rupa, sehingga permukaan lubang menjadi bersih dan
kasar. Kemudian lubang ini harus diperbaiki dengan suatu cara yang dapat
disetujui dengan menggunakan "aduk kering"

Pasal 6
PEKERJAAN PEMBESIAN
6.1 Besi yang dipakai besi polos dengan mutu baja U24 untuk besi tulangan utama
dengan jumlah yang sesuai gambar rencana dan sengkang/ beugel besi
diameter 8 mm yang dirangkai dengan besi tulangan dan diikat dengan kawat
beton diameter 1mm dengan penutup / selimut beton setebal 2,5 - 3 cm.
6.2 Tulangan pondasi dipakai besi polos dengan mutu baja U24, yang dirangkai
dengan kawat beton menjadi satu kesatuan.
6.3 Syarat-syarat sambungan bengkokan dan lain-lain harus mengikuti PBI -1971

Pasal 7
PEKERJAAN PLESTERAN
7.1 Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, semua pipa-pipa instalasi ruang akan
dipasang tertanam dalam dinding harus sudah tertanam dengan baik.
7.2 Sebelum memulai pekerjaan plesteran, permukaan dinding harus bersih dan
disiram dengan air sampai benar-benar basah.
7.3 Untuk mendapatkan ketebalan dan kerataan plesteran terlebih dahulu dibuat
kepalaan dengan jarak masing-masing 2 m.
7.4 Plesteran dinding pada pasangan bata hingga ketinggian 30 cm diatas sloof dan
pada pasangan dinding di sekeliling KM/WC sampai ketinggian 150 cm
menggunakan adukan campuran 1:2/kedap air.
7.5 Untuk Afwerking beton dan plesteran pada sudut-sudut luar bangunan
menggunakan plesteran campuran 1:3.
7.6 Plesteran pasangan bata selain poin diatas menggunakan adukan 1:4.
7.7 Plesteran harus rapi dan rata permukaannya.
7.8 Acian pada permukaan plesteran menggunakan campuran air semen,
dilaksanakan setelah plesteran keras/mengering, minimum 1 hari setelah
pekerjaan plesteran dilaksanakan.

Pasal 8
PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP
8.1 Untuk bangunan ini, sebelum pemasangan atap terlebih dulu rangka kayu
8.2 Pemasangan atap dimulai dari arah bawah disusun secara horizontal untuk penutup
samping pada bagian atap tertentu digunakan list tepi atap seng gelombang. Atap
Seng Gelombang,
8.3 Perabung atap seng.
8.4 Pemasangan atap, nok atau perabung dan list tepi atap disesuaikan dengan petunjuk
teknis pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik.
8.5 Pemasangan atap dimulai dari arah bawah disusun secara horizontal untuk penutup
samping pada bagian atap tertentu digunakan list tepi atap seng.
8.6 Perabung atap atau nok atap seng.
8.7 Pemasangan atap, nok atau perabung dan list tepi atap disesuaikan dengan petunjuk
teknis pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik.
Pasal 9
PEKERJAAN KUSEN KAYU, PINTU DAN JENDELA
9.1 Kusen pintu dan jendela dari kayu mutu Klas I ( Kulim, laban dan sejenisnya )
dengan ukuran jadi tebal 5 cm dan lebar 13 cm.
9.2 Pada permukaan kusen diketam halus dan rata, siku pada setiap sudutnya.
9.3 Tidak diperbolehkan adanya cacat, retak, dan mata kayu.
9.4 Pada sisi bidang permukaan yang berhubungan langsung dengan pasangan
dinding dicat dengan cat menie, dan dipasang angker dari besi dia 8 mm
sepanjang 10 cm.
9.5 Pada bagian bawah kusen yang langsung berhubungan langsung dengan
pantai dipasang neut kusen dari beton camp 1 : 3 :5 setinggi 10 cm.
9.6 Kunci Tanam 2 x slag untuk masing-masing unit pintu panil.
9.7 Engsel dipasang 3 buah untuk setiap daun pintu panil dan 2 buah untuk daun
jendela panil.
9.8 Grendel dipasang 2 buah untuk setiap daun pintu panil dan 1 buah untuk 1
daun jedela panil berikut hak anginnya.
9.9 Bahan yang digunakan untuk bidang pintu panel dan jendela dari kayu Klas I
( tembusu / sejenis ).

Pasal 10
PEKERJAAN PLAFOND
10.1 Plafond bagian dalam bangunan dan teras (entarnce) menggunakan plafond
triplek tebal 3 mm. Pada pertemuan plafond dengan dinding dipasang list/profil.
Sedangkan palfond bagian luar bangunan menggunakan plafond piri-piri dari
papan 2/10 diketam 4 sisi
10.3 Kerangka plafond dari kayu meranti kelas 2, kerangka induk 5/10 dan pembagi 5/7.
Pasal 11
PEKERJAAN PENGECATAN
11.1 Komponen-komponen bangunan yang dicat minyak : Kozen, dan daun pintu,
jendela, Lisplank, piri-piri dan List plafond.
11.2 Pada bidang-bidang permukaan kayu yang akan dicat digosok dengan kertas
gosok sampai halus dan didompol untuk menutupi pori-pori kayu dan digosok
sampai halus.
11.3 Pengecatan dilakukan sebanyak 3 kali sapuan atau sampai tekstur permukaan
kayu tidak terlihat.
11.4 Direksi pengawas menentukan warna pilihannya, kontraktor menyiapkan bahan
dan contoh atas biaya kontraktor.
11.5 Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plasteran
bangunan dan / atau bagian yang ditentukan gambar.
11.6 Untuk dinding luar bangunan menggunakan cat air khusus tembok luar
Wallsealer dari bahan Acrylic Emulsion dan dinding dalam bangunan
menggunakan cat air merk Catylac atau setara dengan pilihan warna ditentukan
oleh Direksi Pengawas.
11.7 Pekerjaan cat langit-langit / plafond dari cat air sebanyak 3 kali sapuan / sampai
tekstur plafond tidak terlihat.

Pasal 12
PEKERJAAN LANTAI
12.1 Lantai bangunan adalah plat beton bertulang 1 : 2 : 3 tebal 10 cm.
12.2 Selama pengerasan 3 x 24 jam setelah bahan lantai dipasang, bidang lantai
boleh dipergunakan, diinjak atau diberi beban apapun.
12.3 Bahan-bahan yang dapat merusak unit lantai seperti : minyak residu, teak oil
dan lain-lain harus dijauhkan dari permukaan lantai.

Pasal 13
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING
13.1 Lantai bangunan cor beton tebal 7cm.

Pasal 14
PEKERJAAN SANITARY
14.1 Pemborong  harus  menyerahkan contoh - contoh  dari  seluruh material untuk
mendapatkan persetujuan  sebelumnya,  seluruh biaya ditanggung oleh
pemborong.
14.2 Barang/Alat sanitary merk American Standar dan Fiber (local Manufacture)
14.3 Pipa air bersih PCV dia1/2 - 3/4
14.4 Air Kotor KM/WC (floor drain) dibuang ke saluran yang ada dengan mengguna-
kan pipa PVC dia. 2".
14.5 Air Kotor KM/WC (Closet) dibuang menuju septictank dan peresapan mengguna-
kan pipa PVC dia. 3".
14.6 Pemasangan closed jongkok
14.7 Barang/Alat Sanitary harus diuji fungsinya seperti kebocoran maupun rusak
sebelum dilakukan serah terima pekerjaan dari pemborong.

Pasal 15
PEKERJAAN LISTRIK
Lingkup pekerjaan adalah :
Pengadaan dan pemasangan material dan peralatan dan pemeliharaan, testing,
pemasangan system listrik yang lengkap sesusi dengan gambar perencanaan/shop drawing
dan dokumen pelaksanaan.
 Pengadaan dan pemasangan kabel distribusi tegangan rendah (TR) dari panel utama
(LVMDP/MDP) ke pabel-panel penerangan, peralatan (SDP)
 Melaksanakan testing commitioning dan pemeliharaan untuk seluruh peralatan instalasi
sesuai dengan RKS dan standarisasi lainnya.
 Semua material yang disuplay dan dipasang oleh pemborong harus baru dan material
tersebut harus cocok untuk dipasang didaerah tropis. Material-material haruslah dari
produk dengan kualitas baik dan produksi terbaru. Untuk material-material yang disebut
baik dan baru adalah dengan menunjukan surat order pengiriman dari dealer/agen
(pabrik).
 Peralatan panel ; switch, circuit breaker, relay-relay dan konduktor
 Peralatan lampu ; armature, bola lampu, ballast dan kapasitor
 Peralatan instalasi ; stop kontak dan saklar
 Kabel dan peralatan listrik lainnya.
 Pemborong harus memberikan fotocopy dari pemesanan material yang diimport pada
keagenan ataupun importir lainnya, yang menyatakan bahwa material-material tersebut
telah dipesan (order import)
 Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh seluruh material untuk mendapatkan
persetujuan sebelumnya. Material dan peralatan yang mengalami kerusakan sebagai
akibat pemasangan dan proteksi tidak memadai tidak dapat diterima untuk instalasi
pada proyek.
 Pemborong harus menyerahkan kepada pengawas daftar lengkap dari suku cadang
(spare parts) dan tambahannya.
 Penghantar  yang digunakan adalah kabel standar PLN  dan disyahkan LMK (Prima,
Pulung atau sederajad). Semua kawat penampang 16 mm2 keatas haruslah terbuat
secara terpilin (stranded)
 Tidak diperkenankan adanya sambungan (splice) baik dalam feeder maupun cabang-
cabang kecuali pada outlet. Sambungan kabel pada circuit cabang harus dibuat secara
mekanis dan harus teguh secara electric dengan cara-cara “solderless connector”.
Dalam membuat splice connector harus disambungkan pada sambung, tidak ada
kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak dapat lepas karena adanya getaran.
 Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes,
gleas, tape sintetis, resin, splice compocition dan lain-lain harus dari type yang disetujui
untuk penggunaan, lokasi, tegangan dan lain-lain tertentu harus dipasang memakai
cara yang disetujui menurut perwakilan pemerintah atau manufacture.
 Setiap saluran kabel dalam bangunan diperguankan pipa conduit minimum 5/8”
diameternya. Setiap percabangan atau pengambilan keluar harus mengunakan
junction box yang sesuai dengan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan
terminal strip didalam junction box kualitas MK, tenby atau setaraf.
 Saklar-saklar dengan rating 10A/13A, 250 V pada umumnya dipasang inbow kecuali
disebutkan laian pada gmbar. Jika tidak ditentukan lain, saklar-saklar tersebut dipasang
poada tembok dengan ketinggian adalah 150 cm dari muka lantai 0,0. Stop kontak
dengan type memakai earthing contact dengan rating 13A, 250V AC. Semua pasangan
stop kontak dengan tegangan 250 AC harus dipasang rata dengan permukaan dinding
dengan ketinggian 150 cm dari muka lantai 0,0.
 Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan plang nama pada pintu
pemutusan dan dapat dilihat dengan mudah. Cara-cara pemberian nama harus
menunjukkan dengan jelas rangkaian dari pemutusan daya atau alat-alat yang
disambung padanya.
 Bus bar (rel) minimal harus dari bahan tembaga, dengan ukuran sesuai dengan
kemampuan 150 % dari arus beban terpasang yang ukurannya disesuaikan dengan
PUIL (daftar no 630 – DI – D4/PUIL 1987). Semua bus bar harus dicat dengan bahan
yang tahan lama dan sampai 75  C, dipegang oleh beban isolator dengan kuat dan
baik ke rangka panel. Bus bar disusun dan dipegang oleh isolator dengan baik untuk
system 3 phase 4 kawat seperti ditunjuk dalam gambar.Setiap panel harus mempunyai
bus netral yang diisolir terhadap tanah, dan sebuah bus pembumian selanjutnya diklem
dengan kuat pada frame dan panel serta dilengkapi dengan klem utnuk pembumian
(grounding) dari peralatan yang perlu dibumukan ( 5 ohm RT, 0.5 ohm
Telekomunikasi,0.2 ohm alat medis kesehatan).
 Trafo arus adalah dari type kering dalam ruangan type jendela dengan perbandingan
kumparan-kumparan yang sesuai dengan ketelitian 0.3 (standar VDE). Pada waktu
terjadi hubungan singkat 100 KA, trafo arus untuk ampere meter juga boleh
dipergunakan bersamaan dengan KWJ meter asalkan ketelitiannya masih baik.
 Peralatan listrik
 Sakelar ; system rating 10 A, 220 volt AC type switch and two way switch,
push-push, flush, segi empat. Bentuk modul-white, merk clipsal/MK/legrand atau
setara
 Kotak kontak type dinding (flush type) ; terminal 1 p+e, 220 volt AC, 15 A.
Bentuk persegi/ modul white merk Clipsal atau setara
 Kotak kontak type dinding (flush type) ; terminal 2 p+e, 220 volt AC, 32 A.
Bentuk persegi/ modul white merk Clipsal,
 Kotak kontak type dinding (flush type) ; terminal 3 p+e, 220 volt AC, 30 A.
Bentuk persegi/ modul white Merk Clipsal atau setara
 Armature dan lampu/fixture TL 1x36 W, Down Light 1x18 W dan Pijar 1x25 W
 Housing : bahan plat besi 0.8 mm, pembuatan harus dengan mesin dan
peralatan lampu built in.
 Reflector ; bahan plat besi 0.8 mm
 Semua komponen listrik bebas dalam rumahan/housing (built in) lengkap
dengan reflector.
 Memakai twin lamp holder yang merupakan kesatuan dari 2 buah lampu TL
 Lampu TL 2x36 watt dan Lampu Pijar 25 watt Merk National atau setara
 Ballast
 Ballast harus leak proof, mempunyai tempratur kerja rendah, noise less,
ballast dengan rumahan dari bahan polyester. Untuk lampu TL dengan 2 lampu
disusun/digunakan “twin lamp ballast” duc ballast (anti stroboscopic). Rated
tegangan 220 volt
 Ballast harus dilengkapi dengan connection terminal merk Philips, ATCO atau
setara.
 Lamp Holder dan starter Holder (sochets)
 Lamp holder dan starter dari material white plastic. Dapat proteksi,
Unobtrusive dan touchproof. Lamp holder dan starter holder anti vobrator contact.
Rating lock lamp holder type dengan atau tanpa starter. Rating starter disesuaikan
dengan lampu TL, merk philps atau setara.
 Instalasi Hubungan pembumian (grounding)
Cara penyelenggaran instalasi hubungan pembumian harus disesuaikan dengan
peraturan PLN yang ada (PUIL) yaitu
 Grounding/arde Rumah tangga dan bangunan standar adalah 5 ohm
 Box Hagger harus baru dengan merk Clipsal atau setara

Pasal 16
PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN SYARAT PENYERAHAN PEKERJAAN
15.1 Lokasi pekerjaan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan yang tidak terpakai.
Bangunan dan halaman harus sudah dalam keadaan siap dipaki, baru
penyerahan bangunan kepada pemilik dapat dilaksanakan :
15.2 Seluruh bangunan pagar selesai assesories sudah terpasang pada tempatnya
lantai dan kaca-kaca, atap dan pekerjaan lain harus sudah dibersihkan. Instalasi
listrik telah diuji dan siap disambung. Pintu dan jendela sudah terpasang dan
dapat dipergunakan dengan baik.
15.3 Apabila penyerahan pertama dapat dilaksanakan, maka dibuat suatu Berita Acara
Serah Terima Pertama Pekerjaan dilengkapi dengan tanda terima untuk :
 Setengah Set Kunci Pintu
 Surat Kir Instalasi Listrik
 IMB ( Izin Mendirikan Bangunan )
15.4 Serah Terima Pekerjaan Kedua (terakhir) dapat dilaksanakan dengan syarat :
 Semua pekerjaan, penyempurnaan, pembersihan dan perapian
 Pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik dan sempurna.
 Sisa setengah set kunci diserahkan kepada Direksi
 Buku Direksi dan buku tamu diserahkan Direks

Pasal 17
PENUTUP

Meskipun bestek ini sudah diusahakan selengkap mungkin namun bila persyaratan lain
tercantum dalam SNI atau memperkuat konstruksi, maka pekerjaan tersebut harus tetap
dikerjakan oleh kontraktor dan bukan merupakan pekerjaan tambah.
Semua pekerjaan yang tercantum didalam bestek, rencana anggaran biaya gambar-
gamba.r dan risalah-risalah adalah satu kesatuan pekerjaan yang wajib ditawar dan
dilaksanakan dengan baik sempurna oleh kontraktor/pemborong

Anda mungkin juga menyukai