Anda di halaman 1dari 24

SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

Pasal 1
JENIS PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan :


a. Pekerjaan : PEMBANGUNAN MASJID NURUL YAQIN DESA KALANG KECAMATAN BATU AMPAR

b. Pekerjaan terdiri dari :


I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
II. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
III. PEKERJAAN DINDING DAN BETON
IV. PEKERJAAN KUSEN
V. PEKERJAAN LANTAI
VI. PEKERJAAN KUBAH

c. Volume pekerjaan tersebut jika ada perubahan akan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.

2. Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan :


a. Tenaga kerja / tenaga ahli yang memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan
b. Alat-alat seperti pompa air dan lain-lain.

Pasal 2
STANDAR – STANDAR PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuanketentuan
yang tersebut di bawah ini dan dianggap pemborong telah mengetahui dan memahaminya
termasuk (apabila ada) segala perubahan dan tambahannya sampai saat ini, yaitu :

S p e s i fi k a s i T e k n i s 1 | 24
1. Perprs No.54 Tahun 2010 dan Perubahan-perubahannya.
2. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene Voorwaarden
Voor de Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werkwn (AV) 1941.
3. Peraturan Pembebanan Bangunan Indonesia ( PBBI )
4. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan ( PUBB – NI .3 )
5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI – NI . 5 )
6. Peraturan Ukuran Kayu bangunan (SKSNI S-05-1990-F).
7. Peraturan Pencegahan Rayap (SKSNI T-05-1990-F).
8. Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( PBI – 71 ) dan atau SNI Beton untuk Bangunan Gedung 1992 (
SKSNI T-15-1991-02 ).
9. Peraturan Perencanaan Perhitungan beton (SNI T-15-1991-03).
10. Peraturan Pembuatan campuran beton (SNI T-15-1990-03).
11. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
12. Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
13. Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
14. Peraturan Bata merah (SII 0021-78).
15. Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A).
16. Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
17. Peraturan Kran Rumah Tangga (SNI 0122-1987-A).
18. Peraturan Cat Emulsi (SNI 1253-1989-A).
19. Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
20. Peraturan Meni Besi (SNI 0503-1989-A).
21. Peraturan Dempul Kayu (SNI 0347-1989-A).
22. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-f).
23. ASTM C144 untuk aggregate, C150 untuk portlan cement
24. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah setempat, yang
berhubungan dengan permasalahan bangunan.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 2 | 24
Pasal 3
GAMBAR-GAMBAR DOKUMEN

1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang ada, maupun
perbedaan yang terjadi akibat keadaan di tapak, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut
kepada perencanan atau konsultan Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan
pelaksanaan di tapak setelah dilakukan pembahasan antara perencana dengan Pemberi Tugas dan
atau direksi teknis.
2. Semua ukuran yang tertera digambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan selesai terpasang.
3. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di
dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan konsultan pengawas. Bila hal tersebut terjadi,
segala akibat akan menjadi tanggung jawab kontraktor.
4. Kontarktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan, segala gambar,
spesifikasi teknis, gambar-gambar pelaksanaan. Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat
Konsultan Pengawas dan Direksi setiap saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah
terima kesatu, dokumen-dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

Pasal 4
GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH-CONTOH

1. Gambar-gambar pelaksanaan (Shop Drawing) adalah gambar-gambar, diagram, ilustrasi, jadwal,


brosur atau data yang disiapkan oleh Kontraktor.
2. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk menunjukkan bahan,
kelengkapan dan kualitas kerja.
3. Kontarktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan segera gambar
pelaksanaan dan contoh yang disyaratkan dalam dokumen kontrak.
4. Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau menyetujui gambargambar
pelaksanaan atau contoh-contoh secepatnya.
5. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh yang harus
disetujui oleh Pengawas dan perencana, tidak boleh dilaksanakan sebelum dapat persetujuan
tertulis dari Pengawas dan Perencana.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 3 | 24
6. Contoh-contoh yang disebutkan dalam spesifikasi teknis harus dikirimkan kepada konsultan
Pengawas dan Perencana.

Pasal 5
KOORDINASI PEKERJAAN

1. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yan terlibat di
dalam kegiatan proyek ini.
2. Untuk penyamaan persepsi, harus dilakukan rapat awal atau PCM (Pre Contraction Meeting)
3. Rapat koordinasi selanjutnya dilakukan minimum setiap 1 bulan sekali.

Pasal 6
JAMINAN KUALITAS

1. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua bahan dan
perlengkapan untuk pekerjaan adalah baru, kecuali ditentukan lain, serta kontrak menjamin bahwa
semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat teknis dan estetis serta
1. sesuai dengan dokumen kontrak.
2. Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa pekerjaan telah diselesaikan
dengan sempurna, maka semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

Pasal 7
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN

1. A i r
a. Air yang di pergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan
organis atau lainnya yang dapat merusak beton.
b. Air yang di pergunakan untuk adukan beton konstruksi harus menurut, sesuai dengan PBI – 1971
( bab 3 ayat 4 ) serta PUBI-9 standard untuk air agregat.
2. Pasir / Agregat Halus
a. Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari desintegrasi alami batuan atau dapat
berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.
S p e s i fi k a s i T e k n i s 4 | 24
b. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering)
yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm.
Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus dicuci.
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan 4
petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 5 | 24
3. Kerikil / Agregat kasar
a. Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud
dengan agregat kasar adalah agregat besar butir lebih dari 5 mm.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut
tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir Agregat kasar harus bersifat, kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ( ditentukan terhadap berat kering
yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm).
Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka aregat kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengadung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang
reaktif alkali.
e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak
bersih minimum diantara batang-batang atau bekas-bekas tulangan.
Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan apabila menurut penilaian pengawas ahli caracara
pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarangsarang
kerikil.
4. Semen
a. Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi ( Semen Type I ), berat dan volumenya
tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada zak semen. Pada umumnya tidak terjadi
pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.
b. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang memenuhi ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam NI.8
c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi atau berat.
Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.
5. Baja Tulangan
a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari kotoran-kotoran,
lemak, kulit giling, karat lepas dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat beton
terhadap baja tulangan.
S p e s i fi k a s i T e k n i s 6 | 24
b. Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang ditentukan dalam
gambar-gambar rencana atau gambar detail.
c. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter hasil dimaksudkan tidak sesuai dengan
diameter besi yang akan dipakai, maka pemakaiannya harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Konsultan Pengawas.
d. Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dinyatakan
tidak dapat di terima.
e. Mutu baja tulangan menggunakan fy 3900 untuk Ø > 13 mm dan fy 2400 untuk Ø < 13 mm.
6. Kayu
a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam
Peraturan Konstruksi kayu Indonesia ( PKKI – 1973 NI. 5 )
b. Kayu yang digunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak mempunyai cacat-cacat seperti
mata kayu, celah-celah susut pinggir dan cacat lainnya, tidak boleh menggunakan hati kayu.
c. Jenis dan ukuran kayu yang di gunakan antara lain :
 Untuk Bouwplank digunakan papan kayu meranti ukuran 2/20 cm.
 Untuk patok digunakan balok kayu meranti ukuran 5/7 cm.
 Untuk mal beton digunakan papan kayu meranti ukuran 2/20 cm.
 Untuk pengunci digunakan papan kayu meranti 5/7 cm.

7. Bahan-bahan lain
a. Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum di sebutkan disini akan ditentukan
pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
b. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus di tunjukan terlebih dahulu kepada
Pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin pemakaiannya.
c. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak di tunjukkan kepada Pengawas atau ditolak oleh
Pengawas, tidak dibenarkan pemakainnya dan harus dibawa keluar lokasi segera mungkin.
d. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus dibongkar dan
kerugian yang ditimbulkannya sepebuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
e. Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai di pasaran dengan ini dinyatakan
tidak dapat sebagai alasan terhentinya / tertundanya pelaksanaan pekerjaan.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 7 | 24
Pasal 8
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN

1. Bahan-bahan lain
Untuk penyimpanan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan cuaca sebaiknya
ditempatkan di gudang penyimpanan.

Pasal 9
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan Pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke lokasi proyek
untuk mempermudah pemasukan bahan bangunan ke lokasi proyek.

2. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, maka Pemborong harus terlebih dahulu merundingkan
pembagian halaman kerja untuk tempat mendirikan kantor, gudang, dan los kerja, tempat
penimbunan bahan-bahan dan lain sebagainya.

3. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan di lokasi, maka Pemborong harus menyediakan kantor
dengan perlengkapannya, gudang tempat penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat bekerja serta los
kerja tempat mengerjakan bahan-bahan.
4. Kantor, gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100 % dan
pembongkarannya mendapat persetujuan dari Pengawas
5. Pembersihan tapak proyek
 Lapangan harus terlebih dahulu dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar pohon dll.
 Segala macam sampah dan barang bongkaran harus dikeluarkan dari tapak proyek, dan tidak
dibenarkan ditimbun di luar pagar proyek walaupun untuk sementara
6. Pekerjaan penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di tapak proyek
atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu, lumpur, minyak dan bahan kiamia
lainnya yang merusak.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari sambungan PLN setempat
selama masa pelaksanaan, atau menggunakan diesel .
c. Segala biaya atas pemakaiandaya listrik dan air adalah beban kontraktor.
7. Penyediaan alat pemadam kebakaran
S p e s i fi k a s i T e k n i s 8 | 24
a. Selama pembangunan berlangsung kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran
b. Apabila pelaksanaan pembangunan telah berakhir, maka alat pemadam kebakaran menjadi
milik pemberi tugas.
8. Drainase tapak
a. Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada.
b. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan konsultan
pengawas.

Pasal 10
PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Pemborong harus membersihkan lokasi pekerjaan yang telah selesai dikerjakan seluas yang
ditentukan pada waktu pekerjaan dilapangan.
2. Pemborong harus memperbaiki kerusakan-kerusakan pada daerah–daerah yang dilalui dimana
kerusakan yang diakibatkan saat pelaksanaan pekerjaan.

3. Pekerjaan yang belum tercantum pada spesifikasi umum ini secara terperinci dan khusus akan
dibuat dalam spesifikasi khusus yang merupakan bagian II dari spesifikasi ini.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 9 | 24
S p e s i fi k a s i T e k n i s 10 | 24
SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS

Pasal 1
PENJELASAN UMUM

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


PEMBANGUNAN MASJID NURUL YAQIN DESA KALANG KECAMATAN BATU AMPAR

Pasal 2
PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Sebelum memulai pekerjaan pemborong harus memberitahu pengawas lapangan / Direksi Teknis
yang telah ditunjuk.
2. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik dan rapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
spesifikasi ini / syarat-syarat teknis / gambar rencana, serta mengikuti petunjuk dari Direksi Teknis
dan Konsultan Supervisi. Semua ukuran dan persyaratan bahan yang ditentukan dalam bestek ini
harus dipenuhi oleh Pemborong.
3. Mobilisasi alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilaksanakan dengan
baik.
4. Pemborong harus menyediakan Direksi Keet dengan ketentuan sebagaimana dalam spesifikasi
umum dan serta dilengkapi dengan buku-buku Direksi / perintah, buku tamu, buku bahan dan Time
Schedule.
5. Pekerjaan pasang papan nama proyek.
a. Pemborong harus membuat papan nama proyek yang ditetapkan pada bagian depan bangunan
dan dapat dilihat dengan jelas.
b. Bahan yang digunakan adalah papan dengan dilapisi seng yang diberi warna cat dasar putih dan
diberi tulisan dengan warna hitam.
c. Tulisan yang tercantum adalah sebagai berikut :
 Nama Proyek
 Nama Pekerjaan
 Harga Borongan
 Jangka Waktu Pelaksanaan
S p e s i fi k a s i T e k n i s 11 | 24
 Konsultan Pengawas / Direksi
 Waktu Mulai Pelaksanaan
d. Papan tersebut dipasang pada dua buah tiang kayu ukuran 5/7 cm,yang ditanam kuat dalam
tanah.

Pasal 3
PEKERJAAN PEMASANGAN BOWPLANK DAN PEIL BANGUNAN

1. Pengukuran
a. Letak dinding disesuaikan dengan gambar kerja.
b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan.
c. Ukuran ketinggian lantai ± 0.00 dalam gambar kerja ditetapkan bersama-sama di lapangan.
2. Bowplank
a. Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dipakukan pada patok kayu
persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.
b. Bagian atas papan bowplank harus waterpass dan siku.
c. Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari as bangunan

Pasal 4
PEKERJAAN BETON

A. Bahan
1. Kerikil yang digunakan kerikil sungai yang memenuhi syarat SKSNI S-04-1988-F.
2. Pasir yang dipakai adalah pasir sungai yang memenuhi SKSNI S-04-1989-F.
3. Semen yang dipakai adalah Portland Cement memenuhi SKNI 0013-81.
4. Air yang digunakan diperoleh dari PAM atau sumur gali dengan syarat bahwa air tersebut harus
memenuhi persyaratan dalam SKNI S-04-1989-F.4.1.
5. Baja tulang harus memenuhi persyaratan.
6. Papan cetakan/mal beton kayu kelas II sejenis Meranti.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 12 | 24
B. Pelaksanaan
1. Pekerjaan Balok
 Pekerjaan balok sloof,ring balok dan balok latei didalam pemasangan perancah supaya kuat
dan kokoh menggunakan kayu bulat diameter 7,5 cm
 Bentuk, ukuran, dan diameter besi sesuai dengan gambar bestek
 Adukan beton 1Pc:2psr:3krl.
2. Pekerjaan kolom
 Pekerjaan kolom utama dalam pemasangan perancah supaya kuat dan kokoh menggunakan
kayu 15/15 sebagai pengunci.
 Adukan beton untuk kolom 1Pc:2psr:3krl
 Bentuk, ukuran, dan diameter besi sesuai dengan gambar detail

C. Hasil Akhir yang Dikehendaki


1. Peil sesuai dengan gambar
2. Pekerjaan pondasi harus siku
3. Acuan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk menurut gambar
4. Mutu beton sesuai dengan yang diharapkan
5. Rapi, bersih, dan waterpass

PASAL 5
PEKERJAAN DINDING

I. Dinding Batu Bata


1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan
pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS.
2. Bahan-bahan :
 Semen
Semen untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya seperti semen yang ditentukan untuk
pekerjaan beton.
 Pasir

S p e s i fi k a s i T e k n i s 13 | 24
Pasir untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya dengan pasir yang ditentukan untuk
pekerjaan beton. Gradasi pasir yang dipakai minimum 0,35 mm. Kadar Lumpur maksimum 5 %.
 Air
Air yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum
dalam pekerjaan beton.
 Bata
Bata harus bata biasa dari tanah liat, hasil produksi lokal dengan ukuran 10x5x20 cm yang
dibakar dengan baik dan bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran
tersebut diatas harus diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut
dan minimum harus mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm.
Bata yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Kualitas baik
b. Pembakaran matang
c. Warna merah (merah merata)
d. Sisi dengan permukaan rata, tegak lurus runcing
e. Keras dan tidak mudah patah
f. Tidak terlihat garis-garis retak dan lubang-lubang
g. Harus satu ukuran dan satu kualitas (kalau ada perbedaan tidak boleh lebih besar dari 3 mm)
h. Memenuhi syarat-syarat PUBI 1982
• Pemborong harus menyerahkan sample bata yang akan dipakai untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan, batu bata yang ternyata tidak
memenuhi syarat-syarat harus segera dikeluarkan dari site.
Komposisi adukan :
- Pasangan ; 1 pc : 5 ps
- Plesteran ; 1 pc : 5 ps
• Adukan yang tumpah kebawah pada waktu pemasangan, bata bekas dan yang sudah
ditinggalkan lebih dari 2 jam tidak boleh dipakai, atau dicampurkan dengan yang baru.
Metoda Pelaksanaan :
• Cara dan perlengkapan untuk pengangkutan bata atau adukan harus sedemikian rupa
sehingga tidak merusak bata atau menunda pemakaian beton.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 14 | 24
• Setelah permukaan pondasi disiapkan dengan baik, batu bata dipasang dengan adukan
setebal antara 1.5 – 2.5 cm.
• Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan lama atau hujan besar. Adukan yang hanyut
karena hujan harus segera disingkirkan.
• Tidak diperkenankan berdiri diatas pekerjaan bata sebelum pasangan mengeras.
• Pada waktu pemasangan bata tersebut harus bebas dari air yang melekat.
• Bata harus dipasang dengan baik, rata, horizontal, dikerjakan dengan alat-alat pengukur
datar ataupun tegak, “lot”, dan sebagainya, sambungan sama rata, sudut persegi, nada
tegak tidak segaris (silang) permukaan baik dan rata, “bergiri” (tiap sambungan saling
menutup).
• Pada hubungan-hubungan dengan tiang-tiang beton atau pada ujung pasangan harus
bergerigi.
• Pada penghentian-penghentian pasangan harus dipakai penggigian miring.
• Setiap hari hanya diperkenankan memasang ketinggian hingga 1 m.
• Jika setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada bata yang menonjol atau tidak rata,
maka bagian-bagian ini harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas biaya Pemborong.
• Pemasangan bata harus dirawat / disirami dengan air sesuai dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
• Sebelum pemasangan, semua bata harus dibasahi dengan air bersih sampai jenuh atau
direndam dengan air.
• Bata yang pecah dengan ukuran yang kurang dari setengah tidak dibenarkan untuk
dipakai. Untuk yang patah dua tidak boleh melebihi 5%.
i. Penguatan untuk pasangan bata dilakukan menurut kebutuhannya atau atas petunjuk
Pengawas Lapangan. Kolom - kolom praktis untuk penguat pasangan bata harus dibuat
sedemikian rupa sehingga maksimum setiap luas 12 m² pasangan bata harus dikelilingi oleh
penguat-penguat (kolom-kolom praktis) tersebut. Pada sisi tegak yang berhubungan dengan
beton / kolom harus dipasang angkur dia 3/8” dan sepanjang sisi tegak tersebut harus dicor
dengan adukan 1 pc : 2 ps dengan tulang kawat ayam selebar minimum 30 cm (15 cm ke
beton dan 15 cm ke bata).
j. Penguatan beton juga diberikan pada daerah-daerah pembukaan seperti bagian atas pintu /
jendela dan lubang-lubang lainnya menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 15 | 24
k. Pemasangan yang terhenti, harus dilindungi dari kerusakkan-kerusakkan dari air hujan dan
sebagainya. Segera sesudah pemasangan selesai maka adukan-adukan yang menempel pada
bata dan bagian luar dari voeg yang tidak dipakai harus segera dibuang.

Pasal 6
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

a. Lingkup Pekerjaan
 Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahanbahan,
peralatan termasuk alat-alat dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
 Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan luar serta
seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

b. Pekerjaan Bahan
 Semen Portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh Pekerjaan).
 Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
 Air harus memenuhi NI-3 pasal 10
 Penggunaan adukan plesteran :
- Adukan 1 pc : 4 pasir dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
- Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan pc.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
 Plesteran dilaksanakan sesuai spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai petunjuk dan
persetujuan perencana / MK dan persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan ini.
 Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau pasangan
dinding batu bata telah disetujui oleh perencana / MK sesuai uraian dan syarat pekerjaan yang
tertulis dalam buku ini.
 Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal / tinggi /
peil dan
bentuk profilnya.
S p e s i fi k a s i T e k n i s 16 | 24
d. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara pembuatannya
menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan dengan udara
luar dan semua pasangan batu bata di bawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm.
 Untuk adukan kedap air, harus ditambah dengan daily bond, dengan perbandingan 1 bagian pc :
1 bagian daily bond.
 Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir.
 Plesteran halus (acian) dipakai campuran pc dan air sampai mendapatkan campuran yang
homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk
adukan plesteran finishing harus ditambah dengan additive plamix dengan dosis 200-250 gram
plamix untuk setiap 40 kg semen.
 Semua jenis aduk perekat tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu
dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk
perekat tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan
kedap air.

e. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik
dan plumbing untuk seluruh bangunan.

f. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting dan
kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu dengan yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaan diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih
baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.

g. Pasangan kepala plesteran dibuat jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan kepingkeping
plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang.

h. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom yang dinyatakan dalam
gambar atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum 1,5 cm, jika ketebalan
melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam yang membantu dan memperkuat daya lekat dari
plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan Perencana / MK.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 17 | 24
i. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu bidang datar, harus
diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm kecuali bila ada petunjuk lain di
dalam gambar.

j. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan kontraktor.

k. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba,
dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi daya tarik panas
matahari langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.

l. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus dibongkar kembali
dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Perencana / Konsultan Pengawas dengan
biaya atas tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai kontraktor harus
selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurangkurangnya 2 kali setiap hari.

m. Selama pemasangan dinding batu bata belum difinish, kontraktor wajib memelihara dan
menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang
terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor dan wajib diperbaiki.

Pasal 7
PEKERJAAN LANTAI

a. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, dan dinyatakan dalam gambar bestek. Finishing
lantai dipakai Keramik yang ukuran disesuai kan dengan gambar bestek atau ditentukan lain oleh
direksi/pengawas lapangan.

b. Pekerjaan Bahan
 Pasir Urug
 Coran dasar lantai dengan mutu beton K-175
 setebal 7- 8 cm
 Granit 60 x 60 cm Granito
S p e s i fi k a s i T e k n i s 18 | 24
 Untuk penempatan/pemasangan material tersebut diatas disesuaikan dengan gambar bestek serta
petunjuk direksi dan pengawas lapangan.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pada lantai baru dihampar Pasir urug setebal 10 cm disiram dengan air dan dipadatkan pakai stamper
pemadat.
2. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua pasangan pipa-pipa, saluran-saluran dan lain
sebagainya yang harus sudah terpasang dengan baik sebelum pemasangan lantai dimulai.
3. Adukan
 Untuk perataan lantai lantai Dicor dengan beton mutu K-175 setebal 7 – 8 cm.
 Adukan untuk Granit 1 PC : 3 Ps
 Adukan untuk pemasangan Granit yaitu semen dicampur air, sehingga didapat campuran yang plastis.
4. Pemasangan
 Adukan perekat untuk Granit harus betul-betul padat/penuh agar tidak terdapat rongga-rongga
dibawah keramik/granit tersebut yang dapat melemahkan konstruksi. Sambungan antara keramik/granit
dengan keramik lainnya harus sama lebarnya, lurus dan harus diisi dengan air semen (tepung AFA) yang
warnanya disesuaikan dengan warna keramik atau ditentukan kemudian oleh direksi teknis. Hasil
pasangan akhir harus rata dan waterpass dan tidak bergelombang
 Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi cacat
pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus dibongkar sampai berbetuk bujur sangkar dan pasangan
baru harus rata dengan sekitarnya.
 Permukaan pasangan keramik harus datar dan waterpass

Pasal 8
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Lingkup Pekerjaan :
1.1 Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan
pengecatan ( sesuai dengan gambar kerja dan RKS ).
1.2 Pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan sebaik-baiknya, dengan hasil yang tidak
menggelombang, mengelupas atau cacat lainnya.
S p e s i fi k a s i T e k n i s 19 | 24
1.3 Apabila terjadi hal-hal seperti diatas maka pemborong harus mengadakan perbaikan /
pengecatan ulang hingga disetujui Konsultan Pengawas, dan biaya perbaikan tersebut diatas
menjadi beban Pemborong.
2. Bahan-bahan :
2.1 Sifat Umum
3. Tahan terhadap pengaruh cuaca
4. Tahan terhadap gesekan dan mudah dibersihkan
5. Mengurangi pori-pori dan tembus uap air
6. Tidak berbau
7. Daya tutup cukup tinggi
8. Cat dinding /tembok menggunakan cat setara wheather shield
9. Cat plafong menggunakan cat setara Nippon
2.2 Data Teknis pada Suhu 200 C.
- Berat jenis rata-rata : 1,35 gr/cm3.
- Kepadatan rata-rata : 37 %
- Tebal pada lapisan kering : 2 (dua) kali lapisan (70 micron).
2.3 Aplikasi dengan roll atau kuas (untuk bidang kecil) pengencer dengan air bersih sebesar 0 – 5 %
dari volume cairan cat.
2.4 Kaleng cat yang digunakan masih disegel, tidak pecah atau bocor dan mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas. Pengiriman cat harus disertakan sertifikat dan dijamin keasliannya.
Pemborong bertanggung jawab, bahwa bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai dengan RKS.
2.5 Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum pengerjaan pengecatan, Pemborong harus
mengajukan daftar bahan cat kepada Konsultan Pengawas, kemudian atas persetujuan /
diketahui oleh Pemberi Tugas. Maka Pemborong harus menyiapkan bahan cat dan bidang

S p e s i fi k a s i T e k n i s 20 | 24
pengecatan untuk dijadikan contoh warna yang akan disetujui / digunakan atas biaya
Pemborong.
3. Pelaksanaan :
3.1 Sebelum diadakan pengecatan dasar maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Dinding dan bagian yang akan dicat harus bebas dari retak-retak, pecah atau kotoran yang
menempel harus dibersihkan.
- Permukaan dinding sudah rata / kering dan halus serta rapih, dianggap wajar oleh konsultan
Pengawas untuk dilapisi dengan cat.
- Semua proses pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat cat tersebut.

3.2 Pelaksanaan Pengecatan Untuk Tembok


- Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering, setelah
permukaan tembok kering / setelah diaci rapih, maka persiapan dilakukan dengan
membersihkan permukaan tembok dari pengapuran / pengkristalan yang biasa terjadi pada
tembok-tembok baru, dengan amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.
- Kemudian dilapisi dengan cat dasar .
- Kemudian dicat dengan lapisan kedua dan seterusnya.
- Cat tembok menggunakan cat air kalkarium wheater shield /setara ( 3 lapis )

3.3 Cat Lisplank menggunakan cat minyak setara platone

PASAL 9
DOKUMENTASI PROYEK

1. Pengambilan photo rekaman proyek diambil pada saat pertama kali pekerjaan dimulai hingga
pekerjaan selesai.
2. Tahapan pengambilan dokumen rekaman proyek diatur sedemikian rupa sehingga point-point
pekerjaan penting tidak terlewatkan.
3. Pengambilan photo rekaman proyek juga dilakukan setiap bulannya sebagai lampiran kelengkapan

S p e s i fi k a s i T e k n i s 21 | 24
administrasi pada saat pengajuan laporan bulanan.
4. Photo rekaman proyek disusun sedemikian rupa dan dijadikan sebuah album lengkap dengan
keterangannya.
5. Semua klise photo (negatifnya) dari rekaman proyek tersebut dikumpulkan dan dikirim ke Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
6. Photo yang diambil harus mencakup / menggambarkan kegiatan pelaksanaan pada saat : 0%, 30% ,
60% , 80% dan 100%.

Pasal 10
ADMINISTRASI PROYEK

1. Laporan fisik proyek berupa : Laporan Harian, Laporan Mingguan & Laporan Bulanan dikumpulkan
pada setiap akhir bulan.
2. Direksi / Pengawas akan memeriksa kebenaran laporan yang diserahkan.
3. Laporan fisik proyek harus dilampirkan pada saat setiap pengambilan Termin.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 22 | 24
Pasal 11
PEKERJAAN UKURAN

1. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut ukuran yang
tercantum didalam gambar rencana serta Spesifikasi Khusus ini, Pemborong juga berkewajiban
memberitahukan kepada Direksi setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan.
2. Pemborong berkewajiban mencocokan ukuran-ukuran satu sama yang lainnya dengan segera
memberitahukan kepada Direksi setiap selisih volume pelaksanaan dengan rencana pekerjaan yang
ada pada gambar rencana maupun syarat teknis.
3. Semua peralatan serta alat-alat pengukuran yang dipergunakan disediakan oleh pemborong untuk
keperluan Direksi Teknis maupun keperluan pemborong sendiri.
4. Direksi dapat memberikan perintah kepada pemborong, tanpa mengganti kerugian atau ongkos
untuk pelaksaan pengukuran-pengukuran guna kepentingan pekerjaan.

Pasal 12
HALAMAN KERJA

1. Pembagian halaman kerja dan penempatan bahan-bahan harus diselenggarakan atas persetujuan
Direksi / Pengawas.

Pasal 13
PEMELIHARAAN DAN PEMBERSIHAN

1. Selama pekerjaan berlangsung, kontraktor harus memelihara kebersihan baik lingkungan proyek
atau jalan dari hal-hal yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas jalan atau ketertiban umum.
2. Pada penyerahan pertama pekerjaan, keadaan bangunan harus bersih dan rapi.

Pasal 14
PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan seluruhnya harus sudah diserahkan secara lengkap dan baik kepada Direksi Teknis
sebagaimana tercantum didalam surat perjanjian pekerjaan ini.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 23 | 24
2. Penyerahan pertama pekerjaan (Fisik Proyek telah mencapai 97,25 %), harus melewati pemeriksaan
/ penelitian dari Team PHO yang telah ditunjuk oleh Panitia/Tim.
3. Penyerahan kedua pekerjaan (Fisik Proyek telah mencapai 100 %), dan telah melewati masa
pemeliharaan proyek, harus melewati pemeriksaan / penelitian dari Team FHO yang telah ditunjuk
dari Tim Panitia.
4. Penyerahan pertama dan kedua pekerjaan dapat diterima setelah semua prosedur Persyaratan
Teknis dan Administrasi telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam kontrak dan
bestek.

Pasal 15
PENUTUP

1. Semua syarat-syarat yang tercantum didalam bestek ini harus dilaksanakan dengan baik dan benar
oleh kontraktor serta mengikuti petunjuk-petunjuk Teknis dari Direksi Teknis / Pengawas Lapangan.
2. Semua ketentuan–ketentuan yang belum tertuang dalam bestek ini akan diatur pada waktu
Aanweijzing, Petunjuk Teknis lainnya yang dianggap perlu, akan dijelaskan oleh Pengawas / Direksi
Teknis pada saat mulai pelaksanaan dan sedang berlangsung kegiatan pekerjaan.
3. Walaupun Bestek ini tidak lengkap dicantumkan satu persatu mengenai bahan dan lain-lain, tapi
tercantum dalam Aanweijzing, maka pekerjaan tersebut harus dikerjakan dan bukan merupakan
pekerjaan tambahan.

S p e s i fi k a s i T e k n i s 24 | 24

Anda mungkin juga menyukai