BAB IV
SPESIFIKASI TEKNIS
4. Ketentuan-ketentuan Lain
Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang mengikuti
didalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. Gambar
Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan ini.
Gambar Detail yang diserahkan oleh Pemberi Tugas/Direksi.
b. Petunjuk
Petunjuk atau keterangan yang diberikan dalam Rapat Penjelasan (Aanwijzing) yang
tercantum didalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
Petunjuk, syarat-syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh Pemberi
Tugas/Direksi, Konsultan Perencana dan Instansi terkait, Dinas Tata Kota maupun
Dinas Keselamatan Kerja.
c. Peraturan
Semua Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku untuk semua
pelaksanaan penyediaan.
Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan penyediaan dari Dirjen Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah kecuali
dinyatakan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini.
Khusus untuk beton, jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan disesuaikan dengan
jenis pekerjaan beton atau dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat serta harus
dilakukan setepat-tepatnya.
Kerikil atau Batu Pecah harus keras, bersih serta sesuai butiran dan gradasinya
bergantung pada penggunaannya.
Kerikil/Batu Pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1% (satu persen).
C. Pekerjaan
1. Persiapan
- Pekerjaan ini meliputi penyedian, pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan pada proyek
ini.
- Bagian ini meliputi pembersihan lokasi, pemasangan bowplank, Barak Kerja dan Gudang
Material, penyediaan air kerja, pembuatan papan proyek, administrasi dan dokumentasi,
dan penyiapan listrik kerja.
3. Barak Kerja
Untuk daerah yang ditentukan sesuai dengan Bill of Quantity (BQ) :
Kantor Direksi Lapangan cukup representatif dan memiliki tempat penyimpanan
peralatan dan bahan untuk bekerja selama pelaksanaan proyek.
Luas dan peralatan yang disediakan untuk Kantor Direksi minimal harus memenuhi
persyaratan.
Pada tahap ini yang dibutuhkan adalah penyempurnaan- penyempurnaan terhadap Direksi
Keet yang telah ada dimana dilaksanakan pada tahap sebelumnya.
5. Rapat Lapangan
Sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu diadakan Rapat Lapangan (Site
Meeting) di Ruang Rapat di Kantor Direksi yang dipimpin langsung oleh Direksi.
Pokokpokok pembicaraan dalam rapat ini antara lain :
Kemajuan Pekerjaan (Progress Report) dan hal-hal yang tercantum dalam Laporan
Mingguan, dan lain-lain.
Perihal Administrasi Proyek
Hal-hal teknis (penjelasan gambar/spesifikasi serta instruksi Direksi dan Pemberi Tugas)
Koordinasi Pekerjaan
Seluruh Hasil Rapat ditulis dalam suatu Risalah Rapat dan masing-masing peserta rapat
menerima satu berkas risalah rapat yang dapat dijadikan acuan dan kontrol bagi
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
6. Laporan-Laporan
Kontraktor harus membuat catatan-catatan berupa laporan harian yang memberikan gambaran
dan catatan singkat dan jelas mengenai :
Taraf berlangsungnya pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor bawahan.
Catatan dari Pemberi Tugas / Direksi / Konsultan Pengawas yang telah disampaikan secara
tertulis maupun lisan.
Hal ikhwal mengenai bahan-bahan, peralatan/mesin yang masuk.
Keadaan Cuaca.
Hal ikhwal mengenai pekerja.
Hal ikhwal mengenai pekerjaan tambah kurang.
Hal ikhwal mengenai kesulitan-kesulitan atau gangguan yang mungkin ada
Setiap laporan harian pada hari dan tanggal yang sama diperiksa dan disetujui
kebenarannya oleh Pengawas Harian dan Konsultan Pengawas. Perselisihan mengenai hal
ini mengakibatkan pekerjaan dihentikan untuk diadakan opname. Dan berdasarkan laporan
harian ini, oleh kontraktor disusun laporan mingguan yang minimal berisikan.
Jumlah hasil pekerjaan yang diperoleh dalam waktu 1 (satu) minggu serta perbandingannya
dengan schedule yang disepakati
Prestasi fisik yang dicapai, dibandingkan dengan program, dan dibandingkan dengan
minggu sebelumnya dalam suatu Curva "S"
Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga, bahan dan peralatan serta rencana
penanggulangannya
Catatan-catatan mengenai ada tidaknya pekerjaan tambah/kurang.
Instruksi-instruksi, tegoran-tegoran dan sebagainya yang telah diterima oleh Kontraktor
dan Pemberi Tugas, Direksi dan Konsultan pengawas dan solusinya.
b. Adukan yang dipergunakan untuk pasangan pondasi batu gunung adalah 1 pc : 4 Pasir.
Syarat pelaksanaan :
1. Air yang dipergunakan harus bersih dari asam alkali atas bahan kimia yang dapat
merusak mutu pondasi.
2. Pasir pasang yang dipergunakan pasir yang tidak mengandung tanah dan air laut.
3. Sebelum pemasangan pondasi dimulai harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Lapangan.
4. Kontraktor harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom, stek tulangan ke sloof
dan sparing pipa plumbing yang menembus pondasi.
10. Pekerjaan Beton Bertulang (Pondasi, Sloof, Kolom, Balok, dan Ringbalk)
a. Beton Cor Di Tempat
1) Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain
sehubungan dengan pekerjaan beton biasa, beton bertulang dan lain-lain sesuai
dengan gambar-gambar persyaratan teknis ini.
Dalam hal ini Penyedia yang harus menyediakan tenaga, peralatan seperti Lift/Crane
berikut Concrete Mixer dan peralatan-peralatan lain yang harus selalu berada di
lapangan sesuai dengan standard dan kapasitas untuk pekerjaan tersebut.
2) Pengendalian Pekerjaan
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuanketentuan seperti tertera dalam : - SK SNI T-15-1991-03 - NI-2-PBI-1971,
NI-3-1970
NI-5-1961
NI-8-1974 - SKTM-JLS G 3445.
3) Syarat-Syarat Pelaksanaan
a) Untuk Pekerjaan Struktur Sloof dan Kolom Bangunan digunakan Beton Cor
dengan ketentuan harus memenuhi Spesifikasi Beton dengan mutu (f’c) = 20
MPa (K 225) cara pelaksanaannya harus rnenggunakan adukan beton seperti
molen (conrete mixer).
b) Pengujian slump
- Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama
1” 25,00 mm 100
¾” 20,00 mm 90 – 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No. 4 04,76 mm 0 - 10
b) Agregat Halus
Agregat Halus dapat menggunakan pasir alam yang berasal dari Quarry
yang telah disepakati pihak Pengawas.
Pasir harus bersih dari zat organis, zat alkali tanah dan substansi lain yang
dapat merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung substansi tersebut
lebih dari 5%.
Pasir Laut tidak boleh digunakan untuk beton
Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras
Cara dan penyimpanan harus baik agar menjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan menjaga tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.
Gradasi
5) PC (Portland Cement)
Semen yang dipakai harus dari mutu yang diisyaratkan dalam Nl-8 Bab 3.2.
Kontraktor harus mengusahakan agar semen yang dipakai untuk seluruh pekerjaan
beton berasal dari satu merk saja. Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam
zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan
urutan pengirimannya.
Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai
terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengiriman. Semen yang rusak atau tercampur
apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
6) Pembesian
Besi tulangan harus memenuhi persyaratan PBI NI – 2 1971 dengan tegangan
leleh
(σ = 3.200 kg/cm2 ) atau Baja U-32.
Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa,
sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran
masingmasing. Besi penulangan rata maupun besi penulangan bergelombang
(Deformed Bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7, yang
dinyatakan sebagai U-24 seperti dinyatakan dalam gambar-gambar dengan
persyaratan sebagai berikut : U-24 untuk diameter lebih kecil dari 16 mm
Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off” yang
disetujui Pengawas.
Direksi/Pengawas berhak memerintahkan untuk menambah besi tulangan di
tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari tulangan yang ada di
tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya
tambahan.
7) Kawat Pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti diisyaratkan dalam Nl-2 Bab 3.7.
8) Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.6. Sebelum
air untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih dahulu disetujui Pengawas
dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor. Dan Kontraktor harus
menyediakan air atas biayanya sendiri
9) Pelaksanaan
a) Pengecoran Beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat izin secara
tertulis dari Pengawas. Permohonan izin rencana pengecoran harus diserahkan
paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya. Sebelum pengecoran dimulai,
Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh steak-steak maupun anker-anker
dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balokbalok beton
untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding belah maupun pekerjaan
instalasi. Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker
dipasang dengan jarak setiap 1 (satu) meter.
Memberitahukan Direksi selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam
sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
Persetujuan Direksi ini berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan
pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan
pengecoran tanpa gangguan.
Persetujuan di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas
pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan
waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi menganggap perlu didasarkan
pada kondisi tertentu.
Beton harus dicor sebagaimana mestinya sehingga menghindari terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penulangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya
dan harus mendapat persetujuan dari Direksi.
Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boieh
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 (dua) meter. Selama
dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan baru yang dituang
Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
"intialset" atau yang telah mengeras dalam belah dimana akan terjadi plastis
karena getaran
Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah
harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan
dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah
Bila pengecoran harus berhenti untuk sementara sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari air semen
(laitances) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang
cukup sampai tejadi beton yang padat.
Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat
pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
b) Pemadatan Beton
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk
mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar
didapat beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting.
Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak
berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi
pengantongan beton-beton tidak akan diterima
Penggetaran tidak boleh dilakukan bila dengan maksud untuk mengalirkan
beton.
Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan
penggetar dengan frekwensi tinggi 0,2 cm, agar dijamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan
terlatih.
2) Bahan-bahan
1. Bahan pelepas acuan (Realising Agent) harus sepenuhnya digunakan pada
semua acuan untuk pekerjaan beton.
2. Bahan cetakan harus dibuat dari multiplex dengan diberi penguat secukupnya
sehingga keseluruhan form work dapat berdiri stabil dan tidak terpengaruh
oleh desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta dapat menghasilkan
konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan belahs-belahs yang
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
3. Pada cetakan kolom, balok, harus diadakan perlengkapan dan peralatan khusus
untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kawat
pengikat dan lain-lain.
4. Apabila acuan harus memikul beban yang besar atau bentang-bentang yang
besar serta memerlukan bentuk yang khusus, maka harus dibuat
perhitunganperhitungan dan gambar kerja, guna mengetahui beban
pelaksanaan, termasuk beban vertikal dan horizontal dan kegiatan-kegiatan
serta faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi.
5. Sebelum beton dituang, konstruksi cetakan harus diteliti untuk memastikan
sehingga dapat terjamin kedudukan yang tepat, kokoh, rapat, tidak terjadi
penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang serta bersih dan segala
benda dan kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Permukaan cetakan harus
diberi minyak yang biasa diperdagangkan (Form Oil) untuk mencegah lekatnya
beton pada cetakan. Pelaksanaannya dilakukan di tempat pabrikasi bekisting.
6. Sebelum pengecoran dimulai, permukaan cetakan harus dibasahi terlebih
dahulu dengan rata agar tidak terjadi penyerapan air beton yang harus dituang.
7. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi atau
jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Bagian sisi balok : 48 jam
Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
Pelat Lantai/Atap : 21 hari
Dengan persetujuan Direksi, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal
benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah
mencapai kekuatan pada umur 28 hari. Segala izin yang diberikan oleh Direksi
sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/ membebaskan
tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul
akibat pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton tersebut
harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton dan tetap menghasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak
pecah.
c. Perawatan
Beton harus dilindungi dari hujan lebat, aliran air hujan dan dari kerusakan yang
disebabkan oleh alat-alat. Semua beton harus dalam keadaan basah, paling sedikit 7 hari.
d. Siar Muai
Siar muai harus dibuat pada lokasi dan dimensi tepat seperti gambar- gambar rencana.
Penulangan tidak boleh menerus melalui sambungan.
a. Lingkup Pekerjaan
1. Lantai yang digunakan Tegel Keramik Polished Warna Pitih Polos ukuran 60 x 60
cm, Plint 10 x 60 cm
2. bahan yang dipakai dan dipergunakan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan
Direksi.
3. Adukan sebagai perekat lantai menggunakan 1 PC : 3 Ps dengan tebal minimum 45
mm.
b. Pelaksanaan Pekerjaan Lantai
1. Dasar untuk lantai yang terdiri dari pasir urug setebal 5 cm yang dipadatkan merata,
setelah terlebih dahulu diteliti ketepatan terhadap peil yang telah ditentukan.
2. Tegel Keramik yang dipergunakan baik motif, warna maupun ukuran disesuaikan
dengan petunjuk gambar kerja atau sesuai dengan persetujaun direksi teknik.
3. Sebelum pemasangan tegel keramik harus dibersihkan dari debu bagian bawahnya.
4. Tegel Keramik yang dipergunakan adalah Keramik dengan kwalitas baik.
5. Nat antara tegel yang satu dengan tegel yang lain maximal 1 mm.
6. Kerataan dan kesikuan pasangan tegel harus benat-benar terjaga sehingga hasil
pekerjaan dapat maksimum.
7. Pengecoran Nat/Siar-siar dengan air semen dapat dilakukan setelah pasangan agak
kering dibersihkan dari kotoran.
2. Bila dalam pasangan terdapat cacat maka bahan dinding ini harus diganti atas
beban pelaksana.
3. Semua sambungan harus terisi penuh oleh adukan dengan jarak siar yang
seragam.
4. Jarak siar rata - rata 12,5 mm dengan toleransi 2,5 mm.
5. Dalam 1 hari pasangan tidak boleh lebih tinggi dari 2 m.
6. Pengakhiran pasangan itu harus dibuat bertangga menurun dan tidak bergigi
untuk untuk menghindari retak kemudian hari.
7. Pasangan dinding diatas kusen atau bidang terbuka lainnya harus dipasang
berdiri (Pasangan Rolag).
8. Baik tertera dalam gambar atau tidak, dinding tembok harus diperkuat dengan
kolom atau ring beton praktis pada luas paling besar 12 m2 atau paling jauh
setiap jarak 4 m1.
9. Pada tempat yang akan terdapat rangka kayu atau Kusen, Pasangan Dinding
hendaknya ditinggalkan sampai kusen tersebut terpasang dengan baik.
10. Semua angker - angker kusen dan lain - lain harus ditunjukkan dulu kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi sebelum pekerjaan dilanjutkan. Alur-alur
tersebut harus diisi penuh dengan adukan dan angker - angker ditanam dengan
beton campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krk didalam tembok.
11. Semua pasangan harus rapi, rata, baik horisontal maupun vertikal. Penjepitan
dengan benang harus dilakukan tiap-tiap jarak tidak lebih dari 30 cm. Semua
pertemuan agak lurus harus benar-benar bersudut 90 derajat.
c) Pelaksanaan Acian :
1. Setelah pekerjaan plesteran selesai, lakukan penyiraman permukaan
secukupnya agar tidak terjadi retakan pada permukaan.
2. Siapkan peralatan acian dan mortar acian yaitu campuran semen dan air.
3. Sebelum mengaci usapkan permukaan plesterandengan air, agar
permukaan plesteran dapat menyerap air adukan campuran semen
dengan baik.
4. Lalu laburkan mortar acian di permukaan plesteran usapkan dengan rata
dengan peralatan.
5. Haluskan permukaan acian setelah kering dengan mengamplas
permukaan hingga rata dan halus.
c. Pelaksanaan
1. Kusen dipasang sebelum tembok dikerjakan atau sebagian tembok dikerjakan.
2. Sebelum menggunakan bahan Kontraktor harus memperlihatkan bahan – bahan kayu
yang akan digunakan kepada konsultan pengawas dan direksi teknis, bahwa bahan
yang digunakan sesuai spesifikasi yang tertera dalam perencanaan.
3. Pekerjaan kusen, daun pintu, jendela dan jalusi, kayu tersebut harus diketam rapi dan
diprofil yang sama. Kusen, daun pintu,daun jendela dan jalusi dibuat rapi, tidak
baling dan siku pada sudut-sudutnya.
4. Ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan ketentuan gambar kerja.
5. Semua kayu harus dikerjakan dengan rapi, bagian yang nampak harus diserut dan
diamplas halus.
6. Semua kusen harus mempunyai alur dan diberi angker besi diameter 10 mm tiap jarak
vertikal 60 cm.
7. Semua kusen harus menempel pada beton yang sudah jadi.
8. Untuk mencegah gangguan rayap, maka bagian kayu yang menempel pada dinding
dan lantai harus dimenie.
9. Selama pekerjaan berlangsung, kusen - kusen harus dilindungi dari benturanbenturan
benda keras. Kerusakan atau cat -cat harus diganti oleh Pemborong dengan biaya
sendiri.
10. Pegangan kunci dipasang sesuai dengan gambar. Kalau tidak disebutkan lain, maka
tinggi pegangan kunci adalah 90 cm dari lantai.
11. Rangka kayu tidak boleh disambung bertepatan dengan penanaman badan pengunci.
12. Kaca dipasang setelah daun jendela terpasang pada kusen, Serta Bahan Yang
Digunakan Sesuai gambar rencana atau yang di tentukan konsultan pengawas dan
direksi lapangan.
13. Kaca yang dipasang baik untuk pemasangan kaca mati, jendela kaca, pintu kaca yang
terdiri dari kaca bening tebal 5 mm dan untuk pintu kaca tebal 12 mm atau dengan
mengacu pada ukuran ketebalan mengikuti gambar kerja.
14. Pemasangan kaca bagian dalam dipoleskan plamur kayu, pemasangan kaca harus rata
dan tidak dapat kemungkinan menggelembung dan menyusut akibat perubahan
temperatur.
15. Semua pemasangan kaca dilengkapi dengan list kaca ukuran 1 x 1 cm, dari kayu klas
I yang diserut rata dan tidak mempunyai cacat.
c. Pemasangan yang tidak baik, goyah atau mudah lepas di bongkar dan diperbaiki atas
biaya pelaksana.
b. Persyaratan Pra-Konstruksi
1. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan
rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan Syarat) .
2. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan
pada dokumen tender.
3. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar
kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat sambung
pada setiap titik buhul.
4. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis.
c. Persyaratan Pelaksanaan
1. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan
sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan
baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang
berkompeten.
2. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
3. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan menggunakan
mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin screw driver yang
dilengkapi dengan kontrol torsi.
4. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi
rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem
rangka atap.
5. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang
dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan
ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan
kuda-kuda.
6. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang akan
dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan dapat
memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng
tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
7. Jaminan Struktural yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
8. Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia.
b. Penutup Plafond
1. Bahan penutup plafond yang digunakan adalah Multiplex tebal 5 mm dengan pola
pemasangan sesuai dengan gambar.
2. Multiplekx harus dengan kualitas baik menurut standarisasi
departemen perdagangan.
2) Syarat-syarat Pelaksanaan
Bahan-bahan yang dipergunakan, sebelum digunakan terlebih dahulu diserahkan
contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas atau
direksi teknis.
Penyedia harus menyerahkan 2 (dua) copy yang berisikan ketentuan dan
persyaratan teknis operatif dari pabrik dan contoh percobaan warna cat kepada
Konsultan Pengawas.
Sebelum pengecatan dimulai, permukaan bidang pengecatan harus rata, kering
dan bersih dari segala kotoran, minyak dan debu.
Bidang pengecatan siap dicat setelah diplamur terlebih dahulu.
Lapisan plamur dibuat sampai membentuk bidang yang rata.
Setelah pelamuran dan sudah disetujui oleh Konsultar Pengawas, bidang
pelamuran diamplas yang halus kemudian dibersihkan sampai bersih.
Sebelum pengecatan dilakukan, Penyedia diwajibkan membuat contoh-contoh
warna, untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pengecatan disyaratkan dengan menggunakan kuas. Untuk permukaan dimana
pemakaian roller tidak memungkinkan, dipakai kuas halus/baik.
Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan
benda-benda dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2 (dua)
jam.
d. Pengecatan Kayu
1) Lingkup pekerjaan
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alatatat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksaan, hingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2) Persyaratan Bahan
- Digunakan Bahan Buatan Dalam Negeri dari mutu terbaik serta disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
- Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
NI4 serta sesuai ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
- Bidang permukaan pengecatan harus diratakan/dihaluskan dengan bahan/ alat
mesin amplas elektrik yang bermutu baik, sampai permukaannya halus dan licin,
segala persiapan pengecatan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dan
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Uraian dan syarat-syarat ini meliputi
pengecatan listplank dan lain-lain yang ditentukan dalam detail gambar.
- Bidang permukaan pengecatan dibersihkan dan debu, serbuk gergaji, bebas dari
minyak kering dan sebagainya.
- Harus dihindarkan adanya celah/pori-pori kayu pada permukaan pengecatan -
Aduk bahan dengan sempurna sebelum pemakaian.
- Digunakan bahan campuran yang bermutu baik serta disetujui oleh Pengawas.
- Penggunaan alat sprayer dari mutu yang diisyaratkan serta disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
- Pengecatan harus dilakukan sejauh mungkin dari pengaruh pekerjaan lain serta
jauh dari tumbuh-tumbuhan.