Anda di halaman 1dari 12

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1

PENGADAAN DAN PEMASANGAN LAMPU PJU

Pekerjaan Jalan PJU, adapun uraian pekerjaan sebagai berikut.

1. Pekerjaan Pendahuluan

Semua pekerjaan yang ada hubungannya dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, termasuk

mobilisasi dan demobilisasi.

2. Struktur Beton Bertulang utk Landasan Mutu beton adalah k 250- k 300 Bentuk beton adalah

umpak dan plat bertulang

3. Lampu LED 100 Whatt

- LED 30 W, 50 W, 100 W

- Voltage 220 v – 240 v

- Cool Daylight

- Besaran Cahaya 2700lm, 4500lm, 9000lm

- IP Rating IP 65

- Beam Angle 100

- Dimansion 55x144x282mm, 67x190x383mm, 92x232x453mm

- Warranty 2 Years

4. Tiang PJU

- Tinggi 9 Meter ( Single )

- Type oktagonal

- Tiang Utama 5 Inci

- Tebal 3 mm

- Base Plate 300x300x12mm, Hole 4 x 22mm

- Anchor Bolt 500×100 mm, ring M 19mm, 2 nut 19mm

- Terdapat anti climb/ penghalang panjat.

- Rip Plate 120x60x6mm

-Jarak Ornamen Ke Tiang Utama 1, 5 - 2 Meter


1. Lingkup Pekerjaan dan Persyaratan
a) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada kegiatan ini adalah Pekerjaan Pembangunan Ipju
Kab. Mamuju
b) Persyaratan dan Peraturan
Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan teknis yang tertera dalam masyarakat normalisasi Indonesia (SII), peraturan
nasional maupun peraturan setempat lain yang berlaku atas jenis bahan tersebut,
peraturan tersebut antara lain ;
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia, NI-2 1971.
 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, NI-3 1970.
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI-5 1961.
 Peraturan Semen Portland Indonesia, NI-8
 Peraturan Plumbing Indonesia
 Peraturan Umum Instalasi Listrik
 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam standar nasional lainnya, mka di
berlakukan standar internasional atau persyaratan teknis / produsen bahan yang
bersangkutan.
c) Merek Dagang
Merek-merek dagang untuk bahan tertentu yang disebutkan dalam persyaratan teknis ini
dimaksudkan hanya sebagai bahan perbandingan dalam hal model, mutu, jenis, dan
sebagainya, sehingga tidak diartikan sebagai persyaratan merek yang mengikat.
Pemborong dapat mengusulkan merek dagang lain yang setaraf (sekualitas) setelah
mendapat persetujuan dari direksi pelaksana.
2. Pemahaman Situasi Dan Ukuran
a) Situasi
Pemborong wajib meneliti situasi terutama keadaan tanah bagunan, sifat dan luasnya
pekerjaan yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
b) Ukuran / situasi yang digunakan semua dinyatakan dalam metriks, kecuali untuk
pekerjaan bahan-bahan tertentu dinyatakan sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 2
Pekerjaan Persiapan

1. Pembersihan Lapangan
a) Sebelum pengukuran / dimulainya pekerjaan, tapak proyek harus dibersihkan dari sisa-
sisa bangunan lama, rumput, semak, lumpur, akar pohon, tanah humus, puing-puing, dan
segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu jalannya pekerjaan.

b) Segala macam barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari tapak proyek selambat-
lambatnya sebelum pekerjaan galian tanah dimulai, dan tidak diperkenankan untuk
menimbunkan diluar pagar proyek.
2. Pengukuran
a) Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tahap proyek dengan teliti,
disaksikan oleh pengawas lapangan untuk mengetahui batas-batas tapak, peil /
ketinggian tanah, letak pohon-pohon bangunan yang tidak akan dibongkar ( jika ada),
dengan menggunakan alat-alat waterpass dan theodolite.
b) Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan sebenarnya, maka
pengawas lapangan akan mengeluarkan keputusannya tentang hal tersebut. Dan
pemborong wajib melakukan penggambaran kembali ditempat proyek, lengkap dengan
keterangan mengenai peil/ketinggian tanah, batas-batas, letak pohon-pohon dan
sebagainya.
c) Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan dapat dilihat dalam gambar.
d) Ukuran-ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera
dilaporkan kepada pengawas lapangan. Apabila dianggap perlu, pengawas lapangan
berhak memerintahkan kepasda pemborong untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran
suatu bagian pekerjaan.
e) Semua ketepatan pekerjaan pengukuran dan sudut siku-siku harus terjamin dan
diperhatikan ketelitian yang sebenarnya dengan menggunakan alat-alat waterpass dan
theodolite.
Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru, adalah menjadi tanggung jawab
pemborong sepenuhnya.

3. Pembagian Halaman Dan Pagar Sementara.


a) Pemborong harus merundingkan terlebih dahulu dengan direksi lapangan, mengenai
pembagian halaman pekerjaan untuk tempat penimbunan barang-barang, ruangan direksi
bangsal kerja dan sebagainya.
b) Pemborong harus menyediakan jalan masuk dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan.
c) Pemborong harus mendirikan pagar sementara pada batas-batas yang mengelilingi
tapak, dengan tinggi 2.00 meter terbuat dari seng dipasang pada tiang dan rangka kayu
kelas II ukuran 6/12.
d) Pagar tersebut harus diperlihatkan keutuhanyya selama pembangunan dan dibongkar
hanya atas persetujuan pengawas lapangan, untuk selanjutnya menjasi milik proyek.
4. Pengadaan Utilitas
a) Pemborong harus mengadakan sumber air bersih untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, termasuk pompa dan reservoir / bak air berukuran sekurang-kurangnya 600
liter yangsenantiasa berisi penuh. Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak dan
bahan-bahan kimia lainnya yang merusak.
b) Pemborong harus mengadakan fasilitas listrik dengan daya sekurang-kurangya 1 (satu)
KVA yang berasal dari PLN atau Generator.
c) Pemborong harus membuat saluran pembuangan air hujan, wadah septick tank
sementara dan lampu-lampu penerangan.
d) Semua biaya pengadaan utilitas, dan lain-lain menjadi tanggungan pemborong.

5. Foto – Foto Dkumen Berkala


Kontraktor harus memperhitungkan biaya dokumentasi berupa foto berwarna yang diambil
secara berkala dari seluruh pelaksanaan pekerjaan.

6. P3K
Kontraktor selama pekerjaan harus menyediakan obat-obatan untuk Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan.
7. Kantor dan Gedung Pelaksanaan
Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan Kantor dan Gedung untuk Kontraktor.
8. Keamanan proyek
Kontraktor harus memperhitungkan biaya untuk keamanan dengan menempatkan petugas
keamanan untuk menjaga barang milik kontraktor maupun direksi.
9. Asuransi proyek
Kontraktor harus memperhitungkan biaya asuransi dari permulaan pelaksanaaan proyek
hingga selesai. Perhitungan asuransi ( ASTEK ) yaitu pada perum Astek.
10. Pembersihan Lapangan
Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembersihan lapangan, pengeluaran segala alat-
alat, puing serta barang-barang bekas pembongkaran dari proyek dan lain sebagainya.
11. Masa Pemeliharaan
Kontraktor harus memperhitungkan biaya masa pemeliharaan selama 3 (tiga) bulan + 14
(empat belas) hari kalender, memperbaiki segala kerusakan-kerusakan dan kekurangan-
kekurangan dan bertanggung jawab atas kerusakan akibat kesalahan teknis.
Pasal 3
Syarat-Syarat Teknis Bahan

1. Air
Air yang tidak mengandung minyak dan alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-
bahan lain yang merusak bangunan, memenuhi PUBI-1970 / NI-3.
2. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan harus lebih bersih dan keras. Pasir laut dapat digunakan dengan
syarat-syarat harus dicuci dulu sehingga memenuhi syarat dalam PUBI-1970 / NI-3.
3. Pasir Pasangan
a) Pasir untuk adukan pasangan, plesteran harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBBI-1971 / NI – 2 : yaitu butir-butir harus tajam dan keras, tidak dapat
dihancurkan dengan jari.
b) Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5 %
c) Pasir laut tidak boleh digunakan.
4. Pasir Beton
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhu syarat-syarat yang ditentukan dalam PUBI-
1970 / NI-3. antara lain yang penting :
a) Butir-butir tajam, tidak dapat dihancurkan dengan jari dan pengaruh cuaca.
b) Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %
c) Pasir laut tidak boleh dipergunakan

5. Batu Gunung / Kali


a) Batu gunung / kali harus keras, padat dan tidak boleh mengandung tanah
b) Bentuk batu harus dipilih dan tidak boleh memperlihatkan bentuk tanda-tanda lapuk dan
berpori.

6. Kerikil Dan Batu Pecah


a) Kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
PBI 1971/NI-2 dan PUBI-1970 / NI-3.
b) Kerikil dan batu pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
c) Kerikil dan batu pecah harus bersih
7. Split
a) Split untuk beton harus memenuhi syarat dalam PBI – 1971 / NI-2.
b) Split harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
c) Ukuran split untuk pekerjaan ini 2x3 cm
8. Portland Cement
a) Portland cement (PC) yang digunakan harus PC yang sejenis ( NI-8) dan masih dalam
kantong yang utuh atau baru serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI-
1971/NI-2.
b) Bila menggunakan PC yang disimpan lama harus diadakan pengujian lebih dahulu
dilaboratorium.
c) Tidak diperkenankan menggunakan PC type M ( Mansonry ).
9. Kayu
a) Kayu harus memenuhi syarat-syarat dalam PKKI-1961.
b) Harus kering udara ( kadar lengas 5 % )
c) Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar balok dan tidak boleh lebih dari 3,5 cm.
d) Patok dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/6 tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran, tidak boleh melebihi 1/5 tebal kayu.
10. Kayu Lapis.
a) Teakwood harus berkualitas baik corak maupun serat harus terpilih dan warnanya
merata, yang dihasilkan dari kayu jati terpilih yang baik.
b) Multipleks/tripleks harus berkualitas baik corak maupun serat harus terpilih dan warnanya
merata dengan susunan lapisan yang padat.
11. Baja Tulangan Beton Dan Kawat Pengikat
a) Jenis baja besi tulangan harus dihasilkan dari pabrik-pabrik baja yang dikenal dan
berbentuk batang-batang polos, harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam PBI
1970 / NI-2.
b) Mutu baja besi tulangan yang dipakai U 24 da seterusnya tergantung ditentukannya yang
penting harus dinyatakan oleh laboratorium yang bekompeten dan biaya ditanggung oleh
pemborong.
c) Kawat pengikat harus tebuat dari baja besi lunak dengan diameter minimum 2mm yang
telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh dengan seng.
PASAL 4
Pekerjaan Bouwplank

1) Sebelum pekerjaan bouwplank dimulai, tanah harus diratakan bersih dari semak-semak dan
kotoran-kotoran lain dalam areal bangunan.
2) Patok-patok bouwplank dipakai kayu kelas II, ukuran 5/5.
3) Papan bouwplank dipakai kayu kelas III, ukuran 2/20.
4) Papan bouwplank diserut rata pada bagian atasnya dan harus waterpass.
5) Hubungan patok bouwplank dan papan diperkuat dengan paku biasa 5 dan 7 cm.
6) Pemasangan bouwplank harus kokoh dan kuat agar selama pekerjaan berlangsung titik patok
tetap tidak bergeser.

PASAL 5
Pekerjaan Galian Tanah

1) Galian tanah untuk semua pekerjaan tanah harus mencapai kedalaman yang tercantum
dalam gambar kerja.
2) Kecuali hal lain seperti tidak tercantum dalam gambar, maka kedalaman galian harus
mencapai tanah keras yang harus disetujui oleh konsultan pengawas.
3) Lebar dasar galian pondasi minimum 20 cm lebar dari dasar pondasi.
4) Tebing galian harus cukup landai sehingga tidak mulai longsor. ( miring berbanding 1:5 ) atau
sesuaikan dengan detail galian.

PASAL6
Pekerjaan Tanah ( uraian pekerjaan )

1) PENJELASAN UMUM
Penjelasan ini meliputi pekerjaan penggalian ( cut ) dan penimbunan ( fill ). Untuk
penimbunan dan pemadatan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil yang telah
ditentukan.
2) RUANG LINGKUP
Dibawah rencana lantai bangunan, penimbunan dan pemadatan lapis perlapis sehingga peil
setinggi yang ditentukandalam gambar.
3) KETENTUAN-KETENTUAN DALAM MELAKSANAKAN PEKERJAAN
a) Pembongkaran dan pemindahan seluruh hal-hal yang memungkinkan perintangan
pekerjaan.
b) Melindungi benda-benda berharga yang berada dilapangan dan benda-benda berfaedah
lainnya.
c) Penggalian dan penimbunan
d) Pemadatan
e) Pemindahan material-material yang tidak berguna.
f) Menyediakan material-material pengisi yang baik.
4) SYARAT-SYARAT UMUM.
a) Pemeriksaan Lapangan
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan / pengukuran dan pengecekan langsung ke
lapangan guna dengan mnentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-bahan yang
kelak dijumpai dan keadaan lapangan sekarang yang nanti mungkin akan mempengaruhi
jalannya pekerjaan.

b) Pemeriksaan Pekerjaan Tanah


Pekerjaan tanah dimana termasuk pula pekerjaan pemadatan tanah, harus mendapat
persetujuan Direksi dan konsultan pengawas.
5) LAPIS TANAH TERATAS ( TOP SOIL )
Dalam daerah lapangan pekerjaan, top soil ( lapisan tanah paling atas / lumpur ) harus
dibuang sampai kedalaman 10 cm atau lebih dari tanah asli atau ditentukan lain dalam
peninjauan lapangan pada waktu penjelasan pelelangan dengan cara ketempat yang disetujui
oleh direksi.
Kemudian lapisan dibawahnya harus dipadatkan dan diratakan minimal dengan 6 kali
lintasan, minimal menggunakan vibro roller, sebelum pengurugan dimulai.
6) BAHAN URUGAN
a) Bahan urugan berupa tanah merah harus cukup baik, diambil dari daerah yang disetujui
direksi diluar lapangan. Untuk jenis tanah ini harus mendapat persetujuan dari Direksi /
Konsultan pengawas.
b) Bahan urugan harus tidak mengandung lumpur dan bahan organik. Kadar lempung tidak
boleh terlampau tinggi ( 7 % ) dan bahan urugan harus mudah didapatkan.
7) SYARAT-SYARAT PENIMBUNAN
a) Seluruh penimbunan harus dibawah pengawasan Direksi / Konsultan pengawas, yang
harus menyetujui seluruh bahan pengisi lebih dahulu sebelum digunakan. Direksi juga
akan mempersiapkan test-test yang diperlukan dan menyediakan yang dibutuhkan.
Kontraktor tidak diperkenankan mengadakan penimbunan tanpa kehadiran dari petugas
Direksi / Konsultan pengawas.
b) Kontraktor harus menempatkan bahan penimbun diatas lapisan tanah yang akan
ditimbun. Dibasahi seperti yang diharuskan, kemudian digilas sampai tercapai kepadatan
yang diinginkan. Pemadatan lapis-perlapis setebal 20 cm.
Pada tepi-tepi urugan yang telah padat, bila dipandang perlu, direksi dapat
memerintahkan kontraktor untuk membuat tanggul-tanggul sementara untuk mencegah
erosi.
Kontraktor harus menaggung kerusakan / penurunan derajat kepadatan tanah urug
tersebut yang rusak akibat kelalaian kontraktor.
c) Pemadatan tangan atau menggunakan timbris, alat-alat pemadatan mesin ringan ( light
mechanical stampers ), dilakukan berulang kali sampai padat.
d) Dalam melaksanakan pemadatan tanah secara keseluruhan, kontraktor harus
menempatkan tenaga-tenaga pengawas pelaksana yang betul-betul ahli dalam bidang
pemadatan tanah.
e) Kadar air dari bahan urugan dikontrol selama pemadatan, kadar air harus mendekati
kadar air optimum. Apabila kadar air lebih rendah kadar optimum, maka ditambahkan air
pada bahan urugan dengan jalan penyiraman. Apabila kadar air lebih tinggi dari kadar
optimum, maka bahan urugan harus dikeringkan.
f) Permukaan tanah yang sedang dikerjakan pemadatannya harus dilindungi dari segala
macam genangan air. Untuk melindungi tanah dari air hujan dilakukan penutupan dengan
lapisan plastik.
Terhadap genangan air pada umumnya harus dibuatkan saluran drainase sementara.

8) PEMERIKSAAN JENIS TANAH URUGAN


Jenis tanah urugan yang dipakai yaitu jenis tanah merah dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Sebelum pekerjaan pengurugan dilaksanakan, kontraktor harus mengajukan contoh
tanah urugan kepada direksi/konsultan pengawas dan disetujui untuk dipergunakan.
b) Sebelum persetujuan mengenai bahan tanah urugan diberikan oleh direksi lapangan,
kontraktor tidak boleh memulai pekerjaan pengurugan tersebut.
c) Direksi lapangan sewaktu-waktu dapat mengambil sample / contoh tanah dilapangan
untuk diperiksa. Apakah bahan tanah urugan yang dipakai sesuai dengan bahan tanah
urugan yang disetujui direksi sebelumnya.
d) Bilamana bahan tanah urugan yang dipakai dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan
contoh tanah yang sudah di setujui sebelumnya. Direksi berhak untuk menolak bahan
tanah urugan tersebut dan bahan tanah urugan yang ditolak Direksi harus dikelurarkan
dari lokasi proyek.
e) Diluar jam-jam kerja normal, truk-truk pengangkut tanah diperbolehkan masuk proyek
akan tetapi bahan tanah urugan tidak boleh ditimbun berdekatan dengan lokasi
pemadatan. Penimbunan harus jauh dari lokasi pemadatan. Mengenai disetujui atau
tidaknya pemakaian tanah urugan tersebut akan ditentukan pada keesokan harinya oleh
direksi lapangan. Bilamana jenis tanah tidak sesuai dengan contoh tanah yang telah
disetujui sebelumnya, maka bahan tanah urugan tersebut harus segera dikeluarkan dari
lokasi proyek.
9) PENGETESAN KEPADATAN TANAH
Pemeriksaan yang dimaksud untuk menentukan kepadatan ditempat dari lapisan tanah atau
perkerasan yang telah dipadatkan, dengan mendapat persetujuan dari direksi / konsultan
pengawas.
10) PENIMBUNAN BAHAN TANAH URUGAN
a) Bahan tanah urugan tidak boleh ditimbun di area pemadatan
b) Bahan tanah urugan harus di timbun ditempat dimana tanah aslinya sudah dikupas.
c) Lokasi penimbunan akan ditentukan kenudian oleh direksi lapangan / konsulta
pengawas.
PASAL 12
Pekerjaan Beton
1. Lingkup Pekerjaan
a) Semua pekerjaan sloef
b) Semua pekerjaan kolom
c) Semua pekerjaan ring balk
d) Dan lain-lain yang ditunjuk dalam detail gambar kerja
2. Bahan
a) Semen
- semen produksi Tonasa berkualitas 1 ( bukan kualitas M )
b) Pasir
- Pasir beton ( sesuai persyaratan teknik bahan di pasal 3 )
c) Split / chipping
- Split / chipping harus sesuai dengan persyaratan teknik bahan pada pasal 3.
d) Air
- Air harus sesuai dengan persyaratan teknik bahan pada pasal 3.
e) Besi penulangan
- Besi penulangan dari baja mutu U. 24
- Besi penulangan memakai besi polos ( tidak berulir ) produksi berkualitas krakatau steel
atau setara yang disetujui Direksi.
- Besi penulangan harus dites laboratorium baja yang telah disetujui oleh konsultan
pengawas untuk mengetahui mutu yang di persyaratkan.
- Biaya pengetesan besi penulangan ditanggung oleh pemborong.
- Besi penulangan harus memakai persyaratan teknik bahan pada pasal 3.
f) Bekisting
- Multipleks tebal minimal 6 mm.
- Kayu kelas II minimal 5/7, untuk rangka dan eross
- Kayu dilken/schapolding untuk penyangga.
g) Mutu Beton
- Semua konstruksi beton memakai mutu K 175
h) Komposisi Beton
- Komposisi adukan beton ditentukan hasil pengujian Mix Design dari laboratorium yang
disetujui oleh Direksi.
3. Pedoman Pelaksanaan
a) Persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia ( PUBI-1982 ) NI-3.
b) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2)
c) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5)
d) Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8)
e) Petunjuk Perencana Beton Bertulang 1987.
f) ASTM C-33 “Standard Specification For Concrete Agregates”
g) Pedoman perencana bangunan baja untuk gedung tahun 1987.
h) Peraturan perencana bahan gempa Indonesia untuk gedung tahun 1983.
i) Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
j) Peraturan Bangunan Nasional tahun 1978.
k) American Society For Testing and Material (ASTM)
l) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan oleh
Direksi.
m) Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan kontraktor di site.

.
4. Pelaksanaan
a) Sebelum dilakukan pengecoran semua penulangan harus dipasang kokoh.
b) Bekisting harus dengan konstruksi kuat dan ditopang dengan kayu balok dan schapolding.
c) Permukaan beton yang menghadap kebeton harus dibasahi air bersih sebelum
pengecoran.
d) Pengadukan beton memakai alat molen yang telah disetujui oleh konsultan pengawas.
e) Semua bahan pasir, split / chipping, semen dari air harus diukur secara teliti.
f) Semua sambungan vertikal antara kolom beton dengan tembok harus dilengkapi dengan
stek besi diameter 8 mm panjang 40 mm ditekuk pada satu ujungnya yang dimasukkan
kedalam beton.
g) Sebelum pengecoran beton dilaksanakan kontraktor diwajibkan menyampaikan kepada
Direksi untuk mendapat persetujuan.
h) Apabila pengecoran dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan tanpa persetujuan
dari konsultan pengawas, maka pemborong harus membongkar dan menyingkir seluruh
pekerjaan beton yang telah di cor tersebut dengan biaya sendiri.
i) Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu untuk satu bagian pekerjaan, pemberhentian
pengecoran tidak dibenarkan tanpa persetujuan Direksi.
j) Pemadatan beton dilakukan dengan vibrator.
k) Pemborong wajib melindungi beton yang baru di cor terhadap sinar matahari, angin dan
hujan.
l) Semua permukaan beton yang tak terlindungi harus dibasahi setiap hari / sampai dengan
14 kali setelah pengecoran.
m) Tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting sebelum beton mencapai kekuatan sesuai
dengan P.B.I. 1071 bab 6 ayat 8 ( hal 52 ).
n) Pembongkaran bekisting baru baru boleh dilakukan minimal 3minggu setelah pengecoran.
o) Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-ketentuan yang
disebut dalam pasal 4. 7 dan 4. 9 dari P. B. I. 1971. 1
p) Pada masa-masa percobaan pendahuluan harus dibuat minimum 20 buah benda uji tiap 3
m3 beton.
q) Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat
dengan disahkan oleh direksi dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya, laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium.
r) Penunjukan laboratorium harus sesuai persetujuan direksi
- Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump minimal 7 cm dan 12 cm.
- Pengujian kubus percobaan harus dilakukan laboratorium yang disetujui direksi.
- Setiap tahapan pengecoran harus dibuat kubus beton dengan jumlah satu kubus beton
setiap 3 m3 beton.
- Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 5 menit terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer.
- Penyampaian beton ( adukan ) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen
beton.
- Pengadukan tidak boleh lebih dari 2 jam sejak keluar dari Banching Plan dan mesin
pengaduk harus jalan terus.
- Bila dianggap perlu adukan beton boleh menggunakan bahan additive, merek dan
jenisnya tegantung dari persetujuan direksi.
- Sebelum melanjutkan pengecoran beton yang telah dicor maka terlebih dahulu beton
lama dibasahi air, di campur dengan bahan additive yang disetujui direksi.
5. Penggantian Besi
Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan
atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada maka ;
- Kontraktor dapat menambah extra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar : secepatnya hal ini diberitahukan pada direksi untuk selanjutnya
disampaikan kepada konsultan perencana.
- Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjaan lebih, maka
penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
konsultan perencana.
- Jika kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang
ditetapkan dala gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter yang terdekat dan
lebih besar, dengan catatan :
 Harus ada persetujuan dari Direksi
 Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalam gambar ( dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas )

PASAL 21
Pekerjaan Lain-Lain

1. Yang dimaksud dengan pekerjaan lain-lain adalah segala macam pekerjaan yang tidak

dapat diklasifikasikan kedalam pos-pos pekerjaan dalam rekapitulasi biaya yang harus

dimasukkan kedalam penawaran untuk memenuhi semua yang tertera dalam dokumen

tertulis maupun gambar.

2. Kelalaian dalam perhitungan point 1 diatas, sepenuhnya resiko kontraktor.

3. Pekerjaan penanaman pohon dan rumput gajah mengikuti analisa pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai