1. URAIAN UMUM
A. LINGKUP DAN PERSYARATAN
a) Lingkup Kegiatan
Yang akan di laksanakan adalah Pembangunan Gedung Asrama Siswa,
Tahun Anggaran 2014 yang terdiri dari :
I. Pekerjaan Pendahuluan, terdiri dari :
1. Pengukuran
2. Pembersihan Awal
3. Air Kerja
4. Papan Proyek
5. Sewa Direksi keet/Gudang
6. Administrasi
7. Biaya Mobilisasi Bahan
c) Merek Dagang
Merekmerek dagang untuk bahan-bahan tertentu yang disebutkan dalam
persyaratan teknis ini dimaksudkan hanya sebagai bahan perbandingan dalam hal
bentuk, model , mutu, jenis dan sebagainya, sehingga tidak diartikan sebagai
persyaratan merek yang mengikat . Pemborong dapat mengusulkan merek dagang
lain yang setara (sekualitas) setelah mendapat persetujuan dari Penanggung jawab
Kuasa Pengguna Anggaran. Dalam hal ini disebutkan 3 (tiga) merek dagang
atau lebih untuk jenis bahan yang sama, maka pemborong diwajibkan untuk
menyediakan salah satu dari padanya sesuai dengan persetujuan Direksi
Pelaksana.
b) Ukuran
Ukuran / satuan yang digunakan semuanya dinyatakan dalam met r iks, kecual
i untuk /bahan-bahan ter tentu dinyatakan sesuai dengan kebutuhan.
PEKERJAAN PENDAHULUAN
A. PAPAN PROYEK
a. Sebelum memulai kegiatan dilapangan terlebih dahulu Pelaksana harus
memasang papan proyek yang memberi informasi tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan antara lain :
o Kuasa Pengguna Anggaran
o Nama Pekerjaan
o Lokasi Pekerjaan
o Nialai Kontrak
o Jangka Waktu Pelaksanaan
o Nama Pelaksana
o Nama Konsultan
b. Bahan yang digunakan untuk papan proyek menggunakan tripleks dengan ukuran
minimal 60 cm x 122 cm dengan menggunakan rangka balok 2/3 kayu kelas II
dengan tiang menggunakan balok 5/7 kayu kelas dua
c. Papan Proyek dipasang di lokasi kegiatan pada tempat yang mudah dilihat oleh
siapa saja.
B. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Pekerjaan Persiapan
a) Lingkup Pekerjaan
o Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat dan
pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
pembersihan seperti yang disyaratkan dalam gambar rencana dan spesifikasi ini.
o Meliputi pembersihan dalam lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan, sesuai yang
ditentukan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas.
b) Syarat-syarat Pelaksanaan
o Untuk Pembangunan gedung ini teras keliling beserta rumput sekitar bangunan agar
dibersihkan dengan penebasan/pembabatan yang dilaksanakan terhadap semua
belukar/semak sampai yang tertanam dan material lain yang tidak diinginkan berada
dalam daerah yang akan dikerjakan harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian
dibakar atau dibuang dengan cara yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
o Semua sisa tanaman seperti akar-akar, rumput dan sebagainya harus dihilangkan.
o Batu atau material yang sejenis jika ada harus pula dihilangkan, kecuali bila berada
pada dasar galian pondasi yang direncanakan, dan apabila batu tersebut pada
daerah taman bila dikehendaki dan sesuai persetujuan Direksi/Pengawas tidak perlu
dilakukan penghilangan.
o Semua daerah urugan harus dipadatkan baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan
atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan dikemudian hari.
o Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah, kecuali ditunjukkan untuk
dipindahkan seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui dilapangan
harus dilindungi dari kerusakan, dan bila sampai terjadi kerusakan harus
direparasi/diganti oleh Pelaksana atau tanggung sendiri.
.
2. Pengkuran Kembali
a) Pelaksana diwajibkan mengadakan pengukuran kembali lokasi pekerjaan Jika
terjadi perbedaan, maka Pelaksana dapat mengajukan gambar rencana sesuai
dengan keadaan berdasarkan hasil pengukurannya.
b) Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dengan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi
Proyek.
c) Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh
Direksi Pengawas.
4. Penyediaan Air
a) Air untuk bekerja harus disediakan oleh Pelaksana, dengan persyaratan air harus
bersih , bebas dari kotoran seperti lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya.
b) Apabila dianggap perlu selama masa pekerjaan, pelaksana harus menyediakan
reservoir atau bak penampungan air.
8. Keamanan Proyek
Kontraktor harus mempertimbangkan biaya untuk keamanan dengan menempatkan
petugas keamanan untuk menjaga barang milik kontraktor ataupun direksi.
PEKERJAAN TANAH
A. PEKERJAAN TANAH
a) Ruang Lingkup
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat dan
pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan tanah
seperti yang disyaratkan dalam gambar rencana dan spesifikasi ini.
2. Meliputi pekerjaan penimbunan dan pemadatan untuk peninggian lantai bangunan
sesuai dengan peil yang telah ditentukan serta urugan pasir dibawah lantai untuk
bangunan sesuai dengan gambar kerja atau petunjuk Direksi/Pengawas.
b) Syarat dan Peraturan
1. Pekerjaan Persiapan Pelaksana harus mengetahui kadaan lapangan yang nanti
mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjaan.
2. Pemeriksaan Permukaan Air Tanah
o Tidak diperkenankan air tergenang didalam/diluar/disekitar lokasi pekerjaan selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung
o Melindungi semua pekerjaan, bebas dari genangan air, juga oleh sumur-sumur
pompa, saluran pembuang dan hal-hal lain yang mungkin terjadi.
c) B a h a n
1. Bahan timbunan harus cukup baik, yaitu bahan timbunan yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas, yang diambil didaerah lapangan atau bahan yang diambil dari
daerah di luar lapangan pekerjaan dan merupakan tanah laterit, tanah kapur atau
pasir.
2. Bahan timbunan tersebut harus bebas dari akar-akar pohon yang besarnya lebih
besar dari 10 cm
d) Cara Pelaksanaan
1. Syarat-syarat Penimbunan
o Seluruh penimbunan harus dibawah pengawasan Direksi/konsultan,. Pelaksana
tidak diperkenankan melakukan penimbunan tanpa se izin dari Direksi/Konsultan.
o Pelaksana harus menempatkan bahan penimbunan di atas lapisan tanah yang akan
ditimbun, dibasahi, seperti yang diharuskan, kemudian dipadatkan/ditumbuk sampai
mencapai kepadatan yang diinginkan.. Pemadatan dilakukan lapis demi lapis setebal
10cm. Bila ada material pengisi yang tidak memuaskan sebagai bahan pemadatan,
maka bahan tersebut harus diganti dengan pasir.
2. Pembersihan
o Seluruh sisa penggalian juga seluruh sisa-sisa puing, reruntuhan-reruntuhan yang
tidak memenuhi syarat buat penimbunan dan sampah-sampah harus disingkirkan
dari lapangan pekerjaan.
C. PEKERJAAN PLESTERAN
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainya yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini hingga dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Meliputi seluruh plesteran Pondasi dan dinding batu bata/merah bagian dalam
bangunan serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar serta sesuai petunjuk
Direksi/ Pengawas.
a) Persyaratan Bahan
1. Semen yang digunakan harus dari satu merk produk dan memenuhi
persyaratan/SNI yang berlaku.
2. Air untuk adukan pasangan, harus air yang bersih, tidak mengandung
Lumpur/minyak/asam basa serta memenuhi persyaratan yang berlaku.
3. Air harus memenuhi persyaratan/SNI yang berlaku
4. Campuran (agregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan
bebas dari segala kotoran, harus diayak melalui ayakan dengan diameter lubang
1,6-2,0 mm.
b) Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Seluruh plesteran dinding batu bata dengan adukan campuran 1 PC : 5 Pasir,
kecuali pada dinding batu bata semen raam/kedap air.
2. Untuk plesteran pondasi dan Pasangan dinding saluran air hujan keliling bangunan
dengan adukan 1 PC : 3 Psr.
3. Untuk dinding batu bata kedap air diplester dengan aduk campuran
1 Pc : 3 Ps.
4. Semen Portland yang dikirim ke site harus dalam keadaan tertutup atau dalam
kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, tertera tipenya, dalam keadaan
utuh dan tidak cacat.
5. Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan dinding finish 15 cm atau sesuai
yang ditunjukkan dalam detail gambar.
6. Plesteran halus (acian) digunakan PC dan Kapur sampai mendapatkan campuran
yang homogen, acian dikerjakan pada seluruh permukaan plesteran.
D. PEKERJAAN LANTAI
Pekerjaan Sub Lantai
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini hingga dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Untuk Lantai baru pekerjaan sub lantai dilakukan pekerjaan rabat beton dibawah
lapisan finishing lantai pada lantai bawah/dasar serta pada seluruh detail yang
disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar.
b) Persyaratan Bahan
1. Semen Portland harus memenuhi NI-8, SII 0013-81 dan ASHTM-C 150-78A.
2. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PBBI 82 pasal 11 dan SII
0404-80.
3. Kerikil/split harus memenuhi PBBI 82 pasal 12 dan SII
0079-79/008-75/0075-75.
4. Air harus memenuhi persyaratan yang memenuhi dalam PBBI 82 pasal 9.
5. Mutu beton sub lantai yang disyaratkan K-125 dan pengendalian seluruh bahan
dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971 (NI-2),
PBBI 1982 dan (NI-8).pp
c) Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contohnya kepada
Direksi/pengawas.
2. Lapisan sub lantai dilakukan setelah lapisan pasir urug di bawahnya telah selesai
dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan dan memenuhi
ketebalannya), rata permukaannya dan telah mempunyai daya dukung maksimal.
3. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara PC, pasir beton dan split/kerikil
dengan perbandingan 1 : 3 : 5 bagian.
4. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 3 cm tanpa penulangan, kecuali bila
disebutkan lain atau sesuai yang ditentukan/disyaratkan dalam detail gambar.
5. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata/waterpas, kecuali pada ruangan-ruangan
yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu, supaya diperhatikan mengenai
kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi
Pengawas.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu diserahkan
contohnya kepada Direksi/Pengawas untuk diminta persetujuan.
2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan
tidak bernoda.
3. Adukan pengikat dengan campuran 1 PC : 3 Pasir sesuai dengan yang disyaratkan
4. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata. Jarak antara
unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar) harus sama lebar
maksimum 4 mm dan kedalaman maksimum 2 mm, atau sesuai gambar serta
petunjuk Direksi/Pengawas yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang
sama lebar dan sama dalamnya untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk
sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
5. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi grouting sesuai ketentuan persyaratan, warna
bahan pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasangnya.
6. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong keramik khusus
sesuai persyaratan dari pabrik yang bersangkutan.
7. Bahan yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada
permukaan hingga betul-betul bersih.
8. Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu unit-unit keramik direndam dalam air
sampai jenuh.
9. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama
1x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaannya.
B. PEKERJAAN KUSEN
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainya yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini hingga dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan pembuatan kosen kayu meliputi seluruh detail yang digunakan dalam
bangunan ini yang ditunjukkan dalam gambar dan petunjuk Direksi/Pengawas.
b) Persyaratan Bahan
1. Bahan kosen dari kayu yang telah dikeringkan, kelas I jenis Bayam
2. Bahan Jalusi dari kayu yang telah dikeringkan . kelas I
3. Ukuran-ukuran kosen dan jalusi sesuai detai gambar.
4. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan /SNI yang berlaku.
5. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan permukaan rata,
6. bebas dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat lainnya.
7. Accessories :
Angker, sekrup, plat dan baut harus dari bahan yang tidak berkarat.
Untuk angker dipakai besi baja beton diameter 10 mm untuk plat baja dipakai
ketebalan 2 mm.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pelaksana diwajibkan meneliti gambar-gambar
yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk pola layout/penempatan, cara pemasangan, mekanisme, dan
detail-detail sesuai gambar.
2. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut, angker-
angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak
boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
3. Semua kayu yang tampak harus diserut halus, rata, lurus, dan siku-siku satu sama
lain sisi-sisinya dan di lapangan sudah dalam keadaan siap untuk
penyetelan/pemasangan, kecuali bila ditentukan lain.
4. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
5. Kosen yang terpasang harus sesuai petunjuk gambar dan diperhatikan ukuran, type
kosen, dan arah pembukaan pintu/jendela.
6. Pembuatan dan penyetelan/pemasangan kosen-kosen harus lurus dan siku,
sehingga mekanisme pembukaan pintu/jendela bekerja dengan sempurna.
7. Kosen tidak diperkenankan dipulas dengan cat, vernis, meni atau finishing lainnya
sebelum diperiksa dan diteliti oleh Direksi/Pengawas.
8. Semua kosen yang melekat pada dinding beton/bata diberi penguat angker
diameter minimum 10 mm. Pada setiap kosen pintu yang tegak dipasang 3 angker
dan untuk sisi kosen jendela 2 angker.
9. Pemasangan tiang kusen yang langsung di atas lantai (kosen pintu) dibuat neud
tinggi 10 cm. Bahan dari beton adukan 1 PC : 2 Ps : 3 Kr.
C. PEKERJAAN DAUN PINTU dan JENDELA
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainya yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini hingga dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan daun pintu dan daun jendela dipasang pada seluruh detail dalam
bangunan ini yang ditunjukkan dalam gambar/sesuai petunjuk Direksi/ Pengawas.
b) Persyaratan Bahan
1. Daun Pintu dan Rangka Jendela dibuat dari Kayu Kelas I yang telah dikeringkan,
dengan ukuran sesuai dengan detail gambar.
2. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan/SNI yang berlaku.
3. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering, dengan permukaan rata, bebas
dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat lainnya.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pelaksana diwajibkan meneliti gambar-gambar
yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk pola layout/penempatan, cara pemasangan, mekanisme, dan
detail-detail sesuai gambar.
2. Rangka daun pintu dibuat dengan ukuran jadi tebal 2.5 cm dan lebar 10 cm,
sedangkan untuk daun pintu terbuat dari papan ukuran 2,0 cm, sedangkan untuk
daun jendela dibuat dengan ukuran tebal 2.5 cm dan lebar 7 cm. Pasangan kaca
pada daun jendela digunakan kaca polos tebal 6 mm.
3. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka kayu dan penguat lain
agar tetap terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapihan, tidak
boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
4. Penyambungan rangka daun pintu harus digunakan sistem lubang dengan pasak
kayu.
5. Daun pintu dan jendela setelah dipasang harus rata, tidak bergelombang, tidak
melintir, dan semua peralatan dapat berfungsi dengan baik dan sempurna.
D. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG & KUNCI
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainya yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini hingga dicapai hasil
pekerjaan yang bernutu baik dan sempurna.
2. Meliputi pemasangan seluruh alat-alat yang dipasang pada daun pintu dan daun
jendela serta seluruh detail dalam bangunan in yang ditunjukkan dalam
gambar/sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
b) Persyaratan Bahan
1. Semua hardware dalam pekerjaan ini dari produk yang bermutu baik, seragam
dalam pemilihan warnanya serta dari bahan-bahan yang telah disetujui Direksi
teknik.
2. Kunci pintu digunakan merk Series 2x putar atau yang setara ukuran besar atau
sejenis, yang dipasang kuat pada rangka daun pintu. Seluruh kunci yang dipasang,
lengkap dengan anak kunci masing-masing minimal 2 (dua) buah anak kuncinya.
3. Engsel pintu yang dipakai adalah jenis cabut H, panjang 6 merk setara Arch
ukuran 2 x 3 . Sedangkan untuk jendela dipasang engsel 2 buah ukuran sedang.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Semua peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum dipasang
terlebih dahulu diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi/Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
2. Setiap daun pintu memakai 3 buah engsel yang dipasang tidak lebih dari 28 cm (as)
dari sisi atas pintu ke bawah. Engsel bawah tidak lebih dari 32 cm (as) dari
permukaan lantai ke atas. Engsel tengah dipasang pada sisi atas antara kedua
engsel tersebut. Untuk daun jendela dipasang masing-masing 2 buah engsel.
3. Gerendel jendela digunakan gerendel tanam kualitas baik.
c) Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Cat Kayu
o Bahan sebelum digunakan, terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya
kepada Direksi/Pengawas, minimal 2 (dua) jenis hasil produk yang berlainan, untuk
mendapatkan persetujuan.
o Bidang permukaan pengecatan harus diratakan/dihaluskan dengan bahan ampelas
yang bermutu baik, sampai merupakan bidang permukaan pengecatan yang halus
dan licin, segala persiapan pengecatan telah memenuhi persyaratan dengan baik
dan telah disetujui Direksi/Pengawas.
o Bidang permukaan pengecatan dibersihkan dari debu, serbuk gergaji,, benar-benar
bebas dari minyak, dan sebagainya serta benar-benar kering.
o Harus dihindarkan adanya celah-celah/pori-pori serat kayu pada permukaan
pengecatan.
o Pengecatan dilakukan minimal 2 (dua) lapis atau hingga dicapai hasil pengecatan
yang tebal, rata dan sama warnanya. Lapis pengulangan dilakukan setelah minimum
4 jam kemudian dan maksimum 2 hari dari
pengecatan awal.
2. Cat Dinding/Plafond
o Bahan sebelum digunakan, terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya
kepada Direksi/Pengawas.
o Sebelum pengecatan dimulai permukaan bidang pengecatan harus rata, kering dan
bersih dari segala kotoran, minyak dan debu.
o Sebelum pengecatan dilakukan, plesteran harus benar-banar kering, tidak ada
retak-retak dan telah disetujui Direksi/Pengawas.
o Pengecatan disyaratkan menggunakan roller. Untuk permukaan dimana pemakaian
roller tidak memungkinkan, dipakai kuas yang baik/halus.
o Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan benda-
benda dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2 jam.
PEKERJAAN AKHIR
A. PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR
a) Pembersihan Lokasi Kegiatan
Semua bahan sisa atau bahan yang tidak dimanfaatkan lagi digedung ini agar
dibersihkan dan dihilangkan keluar dari gedung ini sehingga tidak ada satupun
menjadi kotoran.
b) Pembersihan Keramik Lantai dan Dinding
Semua jenis keramik lantai dan dinding yang sudah terpasang harus dibersihkan
dari bahan sisa dengan menggunakan pembersih lantai yang aman untuk bahan
sehingga lantai dan dinding bersih dan mengkilap.
c) Pekerjaan Karpet lapis underlayer digunakan dan dipasang dilantai kamar tidur tamu
sekolah, karpet direkatkan diatas lantai keramik dengan menggunakan bahan perekat
sehingga menyatu dengan lantai keramik. Karpet harus dipasang dengan baik dan kuat serta
rapih, dan harus dikerja oleh tukang khusus, dan kontraktor harus berkonsultasi dengan
Direksi/Konsultan Pengawas sebelum mengerjakannya.
d) Dinding untuk kamar tidur tamu harus dilapis dengan wall paper, dikerja dengan baik rapih
dan kuat dan harus dikerja oleh tukang ahli khusus dan kontraktor harus berkonsultasi dengan
Direksi/Konsultan Pengawas sebelum mengerjakannya.
B. ASBUILT DRAWING
Setelah pekerjaan dianggap selesai maka kontraktor harus membuat backup data
akhir dan dibuatkan gambar Asbuilt Drawing atau Gambar sesuai Hasil Pekerjaan
dilapangan.
MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI
Cahyo Kuncoro*
Abstrak
Resiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami
atau kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan
ancaman terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.
Manajemen risiko merupakan Pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu
dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek. Hasil
studi menunjukkan bahwa manajemen risiko sangat penting dilakukan
bagi setiap proyek konstruksi untuk menghindari kerugian atas
biaya, mutu dan jadwal penyelesaian proyek. Melakukan tindakan penanganan
yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi (respon risiko) dengan cara :
menahan risiko (risk retention), mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko
(risk transfer), menghindari risiko (risk avoidance).
Pendahuluan
A. Risiko
Risiko merupakan variasi dalam hal ini yang mungkin terjadi
secara alami didalam suatu situasi (Fisk,1997). Risiko adalah ancaman terhadap
kehidupan properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi
(Duffield & Trigunarsyah, 1999). Secara umum risiko dikaitkan dengan
kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan
(Soeharto, 1995).
Jadi risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara
alami atau kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang
diharapkan yang merupakan ancaman terhadap properti dan keuntungan
finansial akibat bahaya yang terjadi. Secara umum risiko dapat
diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang tergantung dari
kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001) :
1. Resiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) yaitu dimana
risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan
adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni
kecelakaan kerja di proyek. Karena itu risiko murni dikenal dengan nama
risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian (loss)
dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko dinamis.
Contoh risiko spekulatif pada perusahaan asuransi jika risiko yang dijamin
terjadi maka pihak asuransi akanmengalami kerugian karena harus
menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang terjadi tetapi
bila risiko yang dijamin tidak terjadi maka perusahaan akan meperoleh
keuntungan.
2. Resiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah
risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko
terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti risiko
hari tua, kematian dan sebagainya.
3. Resiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk)
adalah risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul
pada hampir sebagian besar anggota Masyarakat dan tidak dapat disalahkan
pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko
fundamental : bencana alam, peperangan. Risiko khusus adalah
risiko yang bersumber dari peristiwa peristiwa yang mandiri dimana sifat
dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau
umumnya dapat diasuransikan.
Contoh risiko khusus : jatuhnya kapal terbang, kandasnya kapal dan
sebagainya.
B. Jenis resiko
Resiko-resiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun tidak
semua resiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu
proyek karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak
pihak didalam proyek kontruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko-
risiko yang penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan
proyek.
Menurut (Wideman, 1992) risiko-risiko tersebut adalah:
1. Resiko External, tidak dapat diprediksi (tidak dapat dikontrol) yaitu :
a. Perubahan peraturan perundang- undangan,
b. Bencana alam : badai, banjir, gempa bumi,
c. Akibat kejadian pengrusakan dan sabotase,
d. Pengaruh lingkungan dan sosial, sebagai akibat dari proyek,
e. Kegagalan penyelesaian proyek External, dapat diprediksi (tetapi tidak
dapat dikontrol) contohnya :
a) Resiko pasar,
b) Operasional (setelah proyek selesai),
c) Pengaruh lingkungan,
d) Pengaruh sosial,
e) Perubahan mata uang,
f) Inflasi,
g) Pajak
2. Resiko Internal, non teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol) yaitu :
a) Manajemen,
b) Jadwal yang terlambat,
c) Pertambahan biaya,
d) Cash flow,
e) Potensi kehilangan atas manfaat dan keuntungan teknik (dapat dikontrol)
misalnya:
(a) Perubahan teknologi,
(b) Resiko-resiko spesifikasi atas teknologi proyek,
(c) Desain
(d) Hukum, timbulnya kesulitan akibat dari :
Lisensi,
Hak paten,
Gugatan dari luar,
Gugatan dari dalam,
Hal-hal tak terduga
C. Proyek konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek serta jelas waktu
awal dan akhir kegiatannya. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu
proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan
berupa bangunan.
Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan
pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
Ervianto ( 2002), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat
dipandang secara tiga dimensi yaitu :
1. Bersifat unik : tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis
(tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek
bersifat sementara dan selalu melibatkan buruh / pekerja yang berbeda-
beda.
2. Dibutuhkan sumber daya : setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber
daya yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material.
3. Organisasi : setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya
terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyatukan fisi menjadi satu
tujuan yang ditetapkan organisasi dalam proses mencapai
batasan/kendala yaitu (triple constraint) diantaranya besar biaya (anggaran)
dan yang dialokasikan, mutu dan jadwal yang harus dipenuhi.
Kesimpulan
1. Dalam setiap proyek konstruksi sangat penting dilakukan manajemen risiko
untuk untuk menghindari kerugian atas biaya, mutu dan jadwal proyek.