MATA KULIAH
PELABUHAN
Oleh :
DIBERIKAN UNTUK
MAHASISWA S1 TEKNIK SIPIL
Buku Ajar Pelabuhan 0-1
1. Deskripsi Singkat
Mata Kuliah Pelabuhan merupakan mata kuliah pilihan bagi mahasiswa program
strata I (S1) semester V Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam
Sultan Agung (Unissula) Semarang. Mata kuliah ini mencakup penjelasan tentang
artipenting pelabuhan, kriteria perencanaan, hidro-oceanografi dan model matematika.
Setiap pokok bahasan memiliki keterhubungan dan merupakan kesatuan dalam
memahami dan menerapkan teori-teori dasar hidrolika dalam perencanaan pelabuhan.
2. Relevasi (kegunaan)
Dalam proses perencanaan pelabuhan dan analisisnya diperlukan seorang
profesional peneliti, perencana dan kontraktor yang harus dapat memahami fenomena
pantai di satu sisi dan kebutuhan transportasi di sisi yang lain. Pelabuhan merupakan
prasarana transportasi intermoda dari darat ke laut (air) dan sebaliknya.
3. Standar Kompetensi
Mata Kuliah ini mendukung pencapaian kompetensi dalam sikap dan perilaku
berkarya dalam teknik keairan (Hidrolika) kurikulum Teknik Sipil FT Unissula.
Diharapkan mahasiswa yang telah menempuh kuliah ini akan mampu berpikir kritis,
mandiri, kreatif, inovatif dan tanggung jawab terhadap disiplin ilmunya dan
lingkungan. Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar teori gelombang, pasang surut
dan variabel teknik pantai serta analisisnya secara baik dan menempatkannya dalam
memecahkan persoalan pembangunan pelabuhan pada khususnya.
4. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan perkulihan ini, mahasiswa akan mampu:
menjelaskan arti penting pelabuhan dan jenis-jenis peruntukan Pelabuhan
Buku Ajar Pelabuhan 0-2
5. Indikator
Indikator keberhasilan mahasiswa dalam setiap pertemuan / bahasan adalah:
jika materi 1 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan arti penting pelabuhan
dan jenis-jenis peruntukan Pelabuhan secara benar 85%
jika materi 2 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan tahapan perencanaan
mulai dari survey yang harus dilakukan, analisis dan penggambarannya secara
benar 80%
jika materi 3 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan jenis kapal yang
berlabuh ke Pelabuhan, fungsi dan dimensinya secara benar 90%
jika materi 4 diberikan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari alur
pelayaran, kedalaman dan lebar yang diperlukan secara benar 90%
Buku Ajar Pelabuhan 0-3
1 Deskripsi Singkat
2 Relevasi (Kegunaan)
3 Standar Kompetensi
4 Kompetensi Dasar
5 Indikator
6 Susunan Bahan Ajar
Bab I : Pengertian Pelabuhan
Bab II : Perencanaan Pelabuhan
Bab III : Kapal
Bab IV : Alur Pelayaran
Bab V : Kolam Pelabuhan
Bab VI : Dermaga
Bab VII : Fender dan Alat Penambat
Bab VIII : Fasilitas Pelabuhan Umum
Bab IX : Fasilitas Pelabuhan Khusus
Bab X : Pasang Surut
Bab XI : Gelombang
Bab XII : Pemecah Gelombang
Bab XIII : Alat Pemandu pelayaran
Bab XIV : Simulasi Model Matematika
7 Petunjuk Bagi Mahasiswa
Daftar Isi
Bab I
Pengertian Pelabuhan
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi
1.1.2. Relevansi
1.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
1.2. Penyajian
1.2.1. Perkembangan dan Definisi Pelabuhan
1.2.1.1. Perkembangan Pelabuhan
1.2.1.2. Definisi Pelabuhan
1.2.1.3. Macam Pelabuhan
1.2.1.4. Pelabuhan di Indonesia
1.3. Penutup
1.3.1. Tes Formatif
1.3.2. Umpan Balik
1.3.3. Tindak Lanjut
1.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab II
Perencanaan Pelabuhan
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Deskripsi Singkat
2.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah )
2.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
2.2. Penyajian
2.2.1. Umum
2.2.2. Karakteristik Kapal Rencana
2.2.3. Karakteristik Hidrooseanografi
2.2.3.1 Pasang Surut
2.2.3.2 Gelombang Rencana
2.3. Penutup
2.3.1. Tes Formatif
2.3.2. Umpan Balik
2.3.3. Tindak Lanjut
2.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab III
Kapal
3.1. Pendahuluan
3.1.1. Deskripsi
3.1.2. Relevansi
3.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
3.2. Penyajian
3.2.1. Kapal
3.2.2. Jenis-jenis Kapal
3.2.2.1. Berdasarkan Tenaga Penggerak
3.2.2.2. Berdasarkan Fungsinya
3.2.3. Bagian-bagian Utama Kapal
3.2.3.1. Anjungan Kapal
3.2.3.2. Buritan
3.2.3.3. Geladak
3.2.3.4. Haluan
3.2.3.5. Jangkar
3.2.3.6. Kemudi
3.2.4. Karakteristik Kapal
3.2.5. Istilah-istilah yang Digunakan Dalam Praktek di Lapangan
3.3. Penutup
3.3.1. Tes Formatif
3.3.2. Umpan Balik
3.3.3. Tindak Lanjut
3.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab IV
Alur Pelayaran
4.1. Pendahuluan
4.1.1. Deskripsi
4.1.2. Relevansi
4.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
4.2. Penyajian
4.2.1. Prinsip Umum Alur Pelayaran
4.2.2. Bagian-bagian Alur Pelayaran
4.2.3. Arah Alur Pelayaran
4.2.4. Lengkungan / Tikungan Alur Pelayaran
4.2.5. Kedalaman Alur Pelayaran
4.2.6. Gerakan Kapal Karena Pengaruh Gelombang
4.2.7. Lebar Alur
4.2.8. Panjang Alur Pelayaran
4.3. Penutup
4.3.1. Tes Formatif
4.3.2. Umpan Balik
4.3.3. Tindak Lanjut
4.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab V
Kolam Pelabuhan
5.1. Pendahuluan
5.1.1. Deskripsi
5.1.2. Relevansi
5.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
5.2. Penyajian
5.2.1. Prinsip Umum Kolam Pelabuhan
5.2.2. Lokasi dan Area untuk Kolam Pelabuhan
5.2.3. Lebar Kolam di Depan Fasilitas Penambatan
5.2.4. Lebar Kolam Putar ( Turning Basin )
5.3. Penutup
5.3.1. Tes Formatif
5.3.2. Umpan Balik
5.3.3. Tindak Lanjut
5.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab VI
Dermaga
6.1. Pendahuluan
6.1.1. Deskripsi
6.1.2. Relevansi
6.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
6.2. Penyajian
6.2.1. Prinsip Umum
6.2.2. Rancangan Dermaga
6.2.3. Tipe Dermaga
6.2.4. Panjang Dermaga dan Kedalaman Air
6.3. Penutup
6.3.1. Tes Formatif
6.3.2. Umpan Balik
6.3.3. Tindak Lanjut
6.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab VII
Fender dan Alat Penambat
7.1. Pendahuluan
7.1.1. Deskripsi
7.1.2. Relevansi
7.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
7.2. Penyajian
7.2.1. Fender dan Alat Penambat
7.2.2. Fender
7.2.2.1. Fender Kayu
7.2.2.2. Fender Karet
7.2.2.3. Fender grafitasi
7.2.2.4. Tipe Fender Lainnya
7.2.3. Perencanaan Fender
7.2.4. Posisi Daerah yang Dilindungi
7.2.5. Alat Penambat
7.2.5.1. Bolder / Alat Pengikat
7.2.5.2. Dolphin
7.2.5.3. Pelampung Penambat ( mooring buoys )
7.3. Penutup
7.3.1. Tes Formatif
7.3.2. Umpan Balik
7.3.3. Tindak Lanjut
7.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab VIII
Fasilitas Pelabuhan Umum
8.1. Pendahuluan
8.1.1. Deskripsi
8.1.2. Relevansi
8.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
8.2. Penyajian
8.2.1. Fasilitasi Pelabuhan di Darat
8.2.2. Terminal Barang Potongan
8.2.3. Terminal Peti Kemas
8.3. Penutup
8.3.1. Tes Formatif
8.3.2. Umpan Balik
8.3.3. Tindak Lanjut
8.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab IX
Fasilitas Pelabuhan Khusus
9.1. Pendahuluan
9.1.1. Deskripsi Singkat
9.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah )
9.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
9.2. Penyajian
9.2.1. Pola Kegiatan Operasional
9.2.2. Pola Penanganan Ikan
9.2.3. Pola Pendaratan Ikan
9.2.4. Fasilitas Laut
9.2.5. Fasilitas Darat
9.3. Penutup
9.3.1. Tes Formatif
9.3.2. Umpan Balik
9.3.3. Tindak Lanjut
9.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab X
Pasang Surut
10.1. Pendahuluan
10.1.1. Deskripsi Singkat
10.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah )
10.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
10.2. Penyajian
10.2.1. Umum
10.2.2. Definisi Elevasi Muka Air
10.2.3. Tipe Pasang Surut
10.2.4. Pengamatan Pasang Surut
10.3. Penutup
10.3.1. Tes Formatif
10.3.2. Umpan Balik
10.3.3. Tindak Lanjut
10.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab XI
Gelombang
11.1. Pendahuluan
11.1.1. Deskripsi Singkat
11.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah )
11.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
11.2. Penyajian
11.2.1. Kondisi Gelombang di Laut Dalam
11.2.2. Deformasi Gelombang
11.3. Penutup
11.3.1. Tes Formatif
11.3.2. Umpan Balik
11.3.3. Tindak Lanjut
11.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab XII
Pemecah Gelombang
12.1. Pendahuluan
12.1.1. Deskripsi Singkat
12.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah )
12.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
12.2. Penyajian
12.2.1. Pengertian Pemecah Gelombang
12.2.2. Tipe Pemecah Gelombang
12.2.3. Analisa Pemecah Gelombang
12.3. Penutup
12.3.1. Tes Formatif
12.3.2. Umpan Balik
12.3.3. Tindak Lanjut
12.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab XIII
Alat Pemandu Pelayaran
13.1. Pendahuluan
13.1.1. Deskripsi
13.1.2. Relevansi
13.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
13.2. Penyajian
13.2.1. Pemandu Pelayaran Konstruksi Tetap
13.2.2. Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Terapung
13.2.3. Macam-macam Pelampung Tambat ( buoys )
13.3. Penutup
13.3.1. Tes Formatif
13.3.2. Umpan Balik
13.3.3. Tindak Lanjut
13.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab XIV
Simulasi Model
14.1. Pendahuluan
14.1.1. Deskripsi
14.1.2. Relevasi ( Mata Kuliah )
14.1.3. Tujuan Instruksional Khusus ( Kompetensi Dasar )
14.2. Penyajian
14.2.1. Tinjauan Umum
14.2.2. Metode Analisis
14.2.2.1. Gelombang Rencana
14.2.2.2. Analisis pola dan Besar Gelombang serta Arus
Bangkitannya
14.2.2.3. Analisis Perubahan Garis Pantai
14.2.3. Data
14.2.4. Pembahasan Hasil Perhitungan dan Simulasi
14.2.4.1. Gelombang Rencana
14.2.4.2. Analisis Pola Gelombag dan Arus
14.2.5. Analisis Perubahan Garis Pantai
14.3. Penutup
14.3.1. Tes Formatif
14.3.2. Umpan Balik
14.3.3. Tindak Lanjut
14.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
I. PENGERTIAN PELABUHAN
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai Pengertian pelabuhan ( BAB I dalam susunan pembahasan )
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi
1.1.2. Relevansi
Dengan diberikannya rincian materi tentang Perkembangan Pelabuhan, arti penting suatu
Pelabuhan, difenisi Pelabuhan, macam-macam Pelabuhan, dan Pelabuhan di Indonesia,
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengertian pelabuhan dengan benar (85 % )
1.2. PENYAJIAN
Pada masa yang lalu, Pelabuhan hanyalah suatu tempat di perairan seperti di muara
sungai, teluk atau pantai yang secara alamiah terlindung dari gempuran gelombang, sehingga
BUKU AJAR PELABUHAN 1-2
kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk melakukan kegiatan
bongkar muat barang maupun menaik turunkan penumpang dengan aman.
Dengan perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk di suatu daerah atau
negara, maka semua kebutuhan akan sandang, pangan dan fasilitas-fasilitas hidup lainnya akan
meningkat. Disamping itu hasil produksi baik berupa hasil bumi maupun industri juga semakin
meningkat. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana pengangkutan yang lebih memadai dalam
pemindahan atau pemasaran hasil produksi ke daerah/negara lain.
Sejalan dengan kemajuan zaman, Pelabuhan sebagai prasarana angkutan laut juga
mengalami kemajuan. Pelabuhan tidak lagi di perairan yang terlindungi secara alamiah, tetapi
bisa berada di laut terbuka sebagai Pelabuhan Samudra dengan perairan yang luas dan dalam,
dimana kapal-kapal yang beroperasi semula sederhana dan kecil, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan teknologi menjadi kapal-kapal dengan ukuran besar bahkan berkembang menjadi
kapal-kapal khusus yang disesuaikan dengan barang yang akan diangkut, misalnya kapal peti
kemas, kapal tanker, kapal penumpang, kapal ferry dll.
Perkembangan selanjutnya, Pelabuhan sekarang merupakan salah satu segmen mata-
rantai Transportasi dari kegiatan bisnis yang terlibat dalam proses Transportasi yang dimuai dari
asal barang (obyek transportasi) sampai pada tujuan akhir barang tersebut, sehingga peranan
Pelabuhan sebagai prasarana dapat menunjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
industri didaerah belakang pelabuhan ( hinterland ). Oleh karena itu Pelabuhan sebagai prasarana harus
selangkah lebih maju dari sektor yang ditunjang. Hal ini berarti bahwa setiap rencana pembangunan dan
pengembangan industri, perdagangan maupun pertanian di suatu daerah/negara seyogyanya didahului
atau bersama-sama dengan program pembangunan dan pengembangan Pelabuhan.
Pelabuhan merupakan salah satu prasarana ekonomi yang sangat penting bagi daerah atau
Negara, bahkan bagi Negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi laut merupakan tulang
punggung baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pemerintah maupun pertahanan/keamanan
nasional.
suatu titik Temu (interface) antara moda transportasi laut dan moda transportasi darat,
sebagai mata rantai (link) yang merupakan salah satu segmen dari keseluruhan rangkaian
transportasi,
pintu gerbang utama (gateway) arus keluar masuknya barang perdagangan dari atau ke
daerah belakang pelabuhan (hinterland) yang bersangkutan,
Industri estat (industry estate) untuk pengembangan industri di daerah pelabuhan yang
berorientasi ekspor.
Ditinjau dari aspek pelayanan, maka pelabuhan juga melayani, antara lain:
menyediakan fasilitas transit untuk tujuan daerah belakang atau daerah / negara tetangga,
menyediakan fasilitas pengembangan industri di sekitasr Pelabuhan bagi industri yang
berorientasi eksport.
Antara Pelabuhan dan hinterland terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dan saling
ketergantungan. Seperti suatu Pelabuhan tidak akan ada artinya bila tidak didukung oleh
hinterland yang berpotensi untuk berkembang, sebaliknya pada suatu daerah yang merupakan
hinterland dari suatu Pelabuhan akan terhambat perkembangan industri, pertanian dan
perdagangannya jika tidak ditunjang oleh suatu pelabuhan dengan fasilitas yang memadai
dengan tingkat keefesiensi yang tinggi.
Maka hinterland connection merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting bagi
insvertor untuk menaman modalnya di kawasan yang menjadi hinterland pelabuhan tersebut,
walaupun Pelabuhannya sudah cukup memadahi
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Hinterland connection berarti semua fasilitas yang
memungkinkan terlaksananya hubungan antara pelabuhan dengan seluruh lokasi industri,
BUKU AJAR PELABUHAN 1-4
pertanian dan perdagangan dalam arti luas yang berada di hinterland di mana pelabuhan tersebut
berada. Fasilitas yang dimaksud :
Kata Pelabuhan dapat diartikan dua istilah, yaitu Bandar dan Pelabuhan. Kedua istilah
tersebut masih rancu, sehingga banyak yang mengartikan sama. Sebenarnya arti kedua istilah
tersebut menurut bahasa Indonesia berlainan.
BUKU AJAR PELABUHAN 1-5
Bandar ( harbour ),
Bandar adalah suatu fasilitas di daerah per-air-an ( estuari atau muara sungai, teluk )
dengan kedalaman air yang memadai dan terlindung dari gempuran gelombang, angin
dan arus untuk berlabuh, bertambat maupun tempat singgah kapal untuk mengisi bahan
bakar, reparasi dan sebagainya.
Pelabuhan ( port ) adalah suatu daerah per-air-an ( di samudera, estuari/muara sungai, dan
teluk ) dengan kedalaman yang memadai dan terlindung dari gempuran gelombang, angin
dan arus, dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat
berlabuh atau bertambat, kran-kran untuk melakukan bongkar muat barang/hewan,
gudang untuk menyimpan barang-barang dalam jangka yang cukup lama selama
menunggu mengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. terminal darat untuk menaik
turunkan penumpang, mengisi BBM, dll. serta memiliki akses ke darat dengan
transportasi penghubung seperti kereta api dan truk. Dengan demikian daerah pengaruh
pelabuhan bisa sangat jaut dari pelabuhan tersebut (hinterland )
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelabuhan merupakan bandar
yang dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti bangunan-bangunan untuk pelayanan
muatan, penumpang seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, alur pelayaran dan
failitas-fasilitas fungsional dan pendukung lainnya.
Jadi suatu Pelabuhan tentu merupakan Bandar, tetapi suatu bandar belum tentu suatu
Pelabuhan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhan, disebutkan bahwa
definisi Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintah dan kegiatan Ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik/turun penumpang dan atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat berpindahnya intra dan antar moda transportasi.
BUKU AJAR PELABUHAN 1-6
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung dari sudut tinjauannya,
yaitu ditinjau dari segi penyelenggaraannya, segi kegunaan dan segi geografisnya.
Pelabuhan Umum
Pelabuhan Umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayaran masyarakat
umum. Penyelenggaraan umumnya dapat dilakukan oleh Pemerintah atau
Badan Usaha Milik Negara maupun oleh Swasta.
Pelabuhan Khusus
Pelabuhan Khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri dalam
menunjang kegiatan tertentu.Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin Pemilik
Pelabuhan.
Pelabuhan Ikan
Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang besar,
karena kapal-kapal yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Jenis
kapal ikan ini bervariasi, dari yang sederhana berupa jukung sampai kap[al
motor.
Jukung adalah perahu yang terbuat dari kayu atau fiberglass dengan lebar
sekitar 1m s/d 2-2,5 m dan panjang 6-7 m dan 8-12 m dengan tenaga
penmggerak dari layar atau motor tempel. Ada pula kapal yang lebih besar
dengan panjang mencapai 30 40 m.
BUKU AJAR PELABUHAN 1-7
Pelabuhan Barang
berat maks. 5 ton, 8x8x7 ft 3 -berat maks. 7 ton, 8x8x10 ft 3 -berat maks.
P P P P
Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan penumpang hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya berbeda
pada bangunan di belakang dermaga yaitu bangunan stasiun penumpang .
Stasiun Penumpang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan
kebutuhan orang bepergian, seperti kantor imigrasi, duane, keamanan, direksi
BUKU AJAR PELABUHAN 1-10
Pelabuhan Alam,
adalah daerah perairan yang terlindungi dari gelombang, angin dan arus
secara alamiah, misalmya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk,
estuari dan muara sungai. Didaerah ini pengaruh gelombang sangat kecil
sehingga kapal yang berlabuh dapat melakukan kegiatan bongkar muat
barang atau menaik turunkan penumpang dengan aman.
Contoh : pelabuhan Cilacap yang terletak di selat antara daratan Cilacap dan
pulau Nusakambangan, sehingga daerah perairan pelabuhan Cilacap
terlindung dari pengaruh gelombang secara alamiah oleh Pulau
Nusakambangan. contoh lain : pelabuhan belawan, Pontianak, Palembang.
Estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Pada saat pasang, air laut akan masuk ke hulu sungai, dan air sungai di hulu
terhalang tidak dapat langsung dibuang ke laut sehingga diestuari terjadi
BUKU AJAR PELABUHAN 1-11
penumpukan air dalam jumlah yang besar. Sedangkan pada saat surut, air
akan kelaut. Dengan volume air yang dikeluarkan sangat besar maka
kecepatan aliran menjadi sangat besar dan dapat mengerosi endapan dasar
sungai sehingga.
Karena adanya pasang surut tersebut maka kedalaman air di estuari cukup
besar, baik pada saat pasang maupun pada saat surut, sehingga
memungkinkan kapal-kapal untuk masuk ke daerah perairan tersebut. Di
estuari tidak dipengaruhi oleh gelombang tetapi pengaruh arus dan
sedimentasi cukup besar.
Contohnya
Pelabuhan Buatan
Pelabuhan yang ada di Indonesia kurang lebih 560 Pelabuhan terdiri dari Pelabuhan besar
dan Pelabuhan kecil,
110 pelabuhan relatif besar yang bersifat komersial, dan dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara (BUMN).
Ada ratusan pelabuhan dan dermaga yang bersifat khusus yang dikelola oleh Industri
untuk melayani usaha pokoknya
Sedangkan lainnya merupakan pelabuhan-pelabuhan kecil yang tersebar di pulau-pulau
terpencil di seluruh Nusantara dan bersifat tidak komersial namun fungsinya sangat
penting bagi prasarana umum guna melayani kebutuhan pokok masyarakat.
Ketiga jenis Pelabuhan tersebut mempunyai arti penting dan peranan yang berbeda-beda :
Pelabuhan Komersial, mempunyai arti penting sebagai penunjang langsung
pertumbuhan Industri, pertanian, perkebunan yang ber orientasi ekspor bagi daerah yang
bersangkutan.
BUKU AJAR PELABUHAN 1-13
Sesuai dengan kondisi jenis / ukuran kapal yang singgah di pelabuhan dan tingkat
perkembangan daerah yang tidak sama, maka Pemerintah telah melakukan kebijaksanaan
dalam pengembangan jaringan sistem pelayanan angkutan laut dan kepelabuhanan yang
didasarkan pada 4th Gate Way Ports System yaitu :
a. Gate way Port, yang terdiri dari Pelabuhan :
o Tanjung Priok
o Tanjung Perak
o Belawan
o Ujung Pandang
o Tanjung Mas
o Lembar
o Pontianak
o Cirebon
o Panjang
o Ambon
o Kendari
o Lhok Seumawe
o Sorong
o Bitung
c. Trunk Port, yang dibedakan menjadi 2 katagori :
o Kategori I :
o Banjarmasin
o Samarinda
o Meneng
o Cilacap
o Tarakan
o Donggala
o Tenau
o Ternate
o Krueng Raya
o Sibolga
o Jayapura
o Gorontalo
o Bengkulu
o Batam
o Kategori II :
o Kuala langsa
o Sampit
o Benoa
o Pekanbaru
o Jambi
o Pare-pare
BUKU AJAR PELABUHAN 1-15
o Sintete
o Biak
o Merauke
o Toli-Toli
o Kalianget
d. Feeder Port, pelabuhan ini merupakan pelabuhan kecil dan perintis yang jumlahnya lebih dari
250 buah di seluruh Indonesia. Pelabuhan ini melayani pelayaran di daerah-daerah terpencil
di Indonesia. Pelabuhan perintis ini dimaksudkan untuk membuka kegiatan ekonomi daerah
terpencil seperti di wilayah barat Sumatra, nusa Tenggara barat, Maluku dan Irian jaya
1.3. Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka
anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar
waktu kuliah.
1.3.4. Rangkuman
- Pelabuhan di Indonesia 4th Gate Way Ports System yaitu : Gate way Port, Regional
Collector Port, Trunk Port, Feeder Port, pelabuhan kecil (perintis)
U Daftar Pustaka
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes Numerical
Modeling System: Report 1: RCPWAVE A Linear Wave Propagation Model for
Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4. Mississippi: USAE Waterways Experiment
Station.
Gravens, M. B. 1991. Users Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction Report
CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Buku Ajar Pelabuhan 2-1
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini merupakan cakupan secara
menyeluruh aspek-aspek yang diperlukan dalam merencanakan Pelabuhan.
Perencanaan umum Pelabuhan dimulai dari pemahaman parameter parameter yang
mempengaruhinya, diantaranya pasang surut, gelombang, karakteristik tanah dan lain-
lain.
2.1. Pendahuluan
2.2 Penyajian
2.2.1 Umum
Salah satu aspek yang sangat penting dalam perencanaan pelabuhan perikanan ialah
aspek perencanaan teknik pelabuhan tersebut. Beberapa aspek perencanaan pelabuhan
yang penting adalah karakteristik kapal, elevasi pasang surut, gelombang. Untuk lebih
valid analisis hidrodinamika, juga diperlukan model matematika dan model fisik.
Fasilitas dermaga yang akan didesain direncanakan untuk menerima beban dengan
contoh desain kriteria data kapal pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
BT. 2 BT. 1
Patok
Peilschaal
Square. Hasil pencataan diambil dengan interval 1 jam sebagai input untuk Least
Square dan konstanta pasang surut. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada
proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:
K1 + O1
NF =
M2 + S2
M2 34.06 128.14
S2 22.91 97.44
N2 6.31 142.61
K2 16.16 -66.58
K1 6.77 77.84
O1 9.9 9.52
P1 9.68 -68.22
Buku Ajar Pelabuhan 2-5
M4 0.02 268.49
SO 19.74
dimana:
A : amplitudo,
g : beda fase,
M2 : komponen utama bulan (semi diurnal),
S2 : komponen utama matahari (semi diurnal),
N2 : komponen eliptis bulan,
K2 : komponen bulan,
K1 : komponen bulan,
O1 : komponen utama bulan (diurnal),
P1 : komponen utama matahari (semi diurnal),
M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal), dan
MS4 : komponen utama matahari-bulan.
Jumlah kejadian angin harian maksimum per arah disajikan dalam Tabel 2.4.
Sedangkan gambar windrose total disajikan pada Gambar 2.4.
Panjang fetch sedianya dihitung untuk 8 arah mata angin. Untuk kasus pelabuhan
Bengkunat, fetch efektif yang diperhitungkan hanya 5 (lima) arah tanpa arah utara,
arah timur laut dan arah timur, karena arah-arah tersebut merupakan pantai yang tidak
mempunyai daerah pembentukan gelombang. Panjang fetch efektif dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
Lf i =
Lf . cos
i i
cos i
Buku Ajar Pelabuhan 2-7
dimana:
i R R
= Sudut pengukuran fetch ke-i
Jumlah pengukuran i untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,5 searah jarum jam dan 22,5
berlawanan arah jarum jam dari masing-masing arah mata angin). Peta fetch untuk
contoh kawasan perairan Pelabuhan Bengkunat ditampilkan pada Gambar
2.3.Perhitungan panjang fetch efektif disajikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Perhitungan Fetch Efektif di Perairan Lepas Pantai Pelabuhan Bengkunat
0 0 0
-5 0 0
20 1.305.925.64 1.227.168.69
15 1.270.486.78 1.227.195.99
10 1.246.153.92 1.227.222.04
5 1.231.935.20 1.227.247.31
-5 1.231.985.15 1.227.297.07
20 1.231.985.15 1.157.687.35
15 1.246.255.77 1.203.790.63
10 1.270.644.57 1.251.340.62
Buku Ajar Pelabuhan 2-8
5 1.306.145.96 1.301.175.68
-5 1.417.321.50 1.411.928.16
20 1.354.291.39 1.272.617.63
15 1.417.321.50 1.369.027.44
10 1.498.465.86 1.475.700.8
5 1.565.172.21 1.559.216.26
-5 1.351.178.66 1.346.037.02
20 0 0
15 1.124.031.70 1.085.731.25
10 1.111.206.39 1.094.324.67
5 1.111.251.45 1.107.022.8
-5 1.146.122.27 1.141.760.93
Gambar 4.5 Peta fetch untuk contoh kawasan perairan Pelabuhan Bengkunat.
Buku Ajar Pelabuhan 2-10
BL U TL
40%
30%
20%
10%
0%
B T
BD S TG
Calm = 59.48% Tidak Tercatat = 0.11%
Tahun U TL T TG S BD B BL Max
2001 1.12 2.13 3.7 1.62 1.88 0 0 0 3.7
2002 2.46 1.93 2.63 1.93 1.18 0 0 0 2.63
2003 1.15 2.96 2.86 1.36 0.87 0 0 0 2.96
2004 0.52 1.61 2.57 0.88 0.87 0 0 0 2.57
2005 0.56 1.93 2.79 1.82 0.77 0 0 0 2.79
Max 2.46 2.96 3.7 1.93 1.88 0 0 0
Didapat nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang seperti yang disajikan pada
Tabel 4.24.
2.3 Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada
halaman berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
2.3.4. Rangkuman
Daftar Pustaka
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai Kapal ( BAB III dalam susunan pembahasan )
3.1. Pendahuluan
3.1.1. Deskipsi
Menjelaskan tentang Kapal meliputi pengertian kapal, jenis kapal, bagian-bagian kapal,
karakteristik kapal, istilah istilah kapal.
3.1.2. Relevansi
Dengan diberikannya rincian materi tentang jenis-jenis kapal, bagian utama kapal,
karakteristikkapal, istilah-istilah yang digunakan dalam praktek di lapangan. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang kapal rencana dengan benar (90% ).
3.2. Penyajian
3.2.1. Kapal
Sedangkan dalam istilah inggris , dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang
U U U U U U
lebih kecil.
Biasaannya kapal dapat membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal.
Sebuah perahu disebut kapal ditentukan oleh ukuran kapal, undang-undang dan peraturan
pemerintah atau kebiasaan setempat.
Untuk penggeraknya manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian angin dengan
U U
bantuan layar, mesin uap, setelah muncul revolusi Industri dengan mesin diesel serta
U U
Nuklir,
Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin yang berjalan mengambang diatas air
seperti Hovercraft dan Eakroplane. Serta kapal yang digunakan di dasar lautan yakni kapal
U U U
selam .
U
BUKU AJAR PELABUHAN 3-2
Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang sampai akhirnya
pada awal abad ke-20 ditemukan pesawat terbang yang mampu mengangkut barang dan
U U U U
penumpang dalam waktu singkat maka kapal pun mendapat saingan berat. Namun untuk
Kapal memiliki keunggulan dibandingkan alat angkut lain misal pesawat terbang, yakni
mampu mengangkut barang dengan tonase yang lebih besar sehingga lebih banyak
didominasi kapal niaga dan tanker sedangkan kapal penumpang banyak dialihkan
1TU U1T 1TU U1T
Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan yang
diawali oleh penemuan perahu.
Biasanya manusia pada masa lampau mengunakan kano , rakit ataupun perahu, semakin 1TU U1 TU U1TU U1T
besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang berukuran lebih
besar yang dinamakan kapal.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal pada masa lampau menggunakan
kayu, bambu dll, kemudian digunakan bahan bahan logam seperti besi/baja karena
kebutuhan manusia akan kapal yang kuat. Untuk menentukan arah, pada masa lalu kapal
berlayar tidak jauh dari benua atau daratan. Namun sesuai dengan perkembangan akhirnya
para awak kapal menggunakan bintang sebagai alat bantu navigasi dengan alat bantu U U
berupa kompas dan astrolabe serta peta. Ditemukannya jam pasir oleh orang-orang Arab
U U U U
juga ikut membantu navigasi ditambah dengan penemuan jam oleh John Harrison pada U U
abad ke-17. Penemuan telegraf oleh S.F.B Morse dan radio oleh C. Marconi , terlebih
U U U U U U U U
lebih penggunaan radar dan sonar yang ditemukan pada abad ke 20 membuat peranan
U U U U
navigator agak tergeser. Satuan kecepatan kapal dihitung dengan knot dimana 1 knot = U U
1,85200 km/jam.
Menjelang akhir abad ke-20 , navigasi sangat dipermudah oleh GPS , yang memiliki
U U U U
ketelitian sangat tinggi dengan bantuan satelit .Selain dari itu system komunikasi yangU U
sangat modern juga menunjang navigasi dengan adanya beberapa macam peralatan seperti
radar type Harpa memungkinkan para navigator / Mualim bisa melihat langsung keadaan
kondisi laut. Radar harpa ini adalah radar modern yang bisa mendeteksi langsung jarak
antara kapal dgn kapal, kapal dengan daratan , kapal dengan daerah berbahaya, kecepatan
kapal, kecepatan angin,dan mempunyai daya akurasi gambar yang jelas. Selain dari itu ada
lagi system GMDSS (Global Maritime Distress safety system) Suatu system keselamatan
pelayaran secara global. Kalau suatu kapal berada dalam kondisi berbahaya system ini
akan memancarkan berita bahaya yang berisi posisi kapal, nama kapal, jenis
marabahaya,tersebut secara otomatis, cepat, tepat , akurat. Untuk system komunikasi
lainnya ada INMARSAT (International Maritime satelite) Suatu system pengiriman berita
menggunakan E-Mail, Telephone, Telex, ataupun Faximile.
Kapal sulit untuk diklasifikasikan, terutama karena banyak sekali kriteria yang menjadi
dasar klasifikasi, antara lain :
BUKU AJAR PELABUHAN 3-3
Rakit
merupakan desain perahu yang paling sederhana.
U Kapal layar U
U Kapal uap U
U Kapal nuklir
Kapal Perang, adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau
1TU U1T 1TU U1T
angkatan bersenjata . Umumnya terbagi atas kapal induk , kapal kombatan , kapal
1TU U1T 1T U U1T 1TU U1T
patroli, kapal angkut , kapal selam dan di beberapa negara yang memiliki lautan yang
1TU U1T 1TU U1T
membeku pada musim tertentu seperti Rusia dan Finlandia misalnya, kapal pemecah 1TU
es juga digunakan.
U1T
Kapal selam adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air , umumnya
4T 4T U U
digunakan untuk tujuan dan kepentingan militer. Sebagian besar Angkatan Laut
memiliki dan mengoperasikan kapal selam sekalipun jumlah dan populasinya masing-
BUKU AJAR PELABUHAN 3-4
masing negara berbeda. Selain digunakan untuk kepentingan militer, kapal selam juga
digunakan untuk ilmu pengetahuan laut dan air tawar dan untuk bertugas di kedalaman
yang tidak sesuai untuk penyelam manusia.
Kapal selam militer digunakan untuk kepentingan perang atau patroli laut suatu U U
negara, berdasarkan jenisnya setiap kapal selam militer selalu dilengkapi dengan
senjata seperti meriam kanon, torpedo , rudal penjelajah / anti pesawat dan anti kapal
U U U U
Kapal penumpang, adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang. Untuk
meningkatkan effisiensi atau melayani keperluan yang lebih luas kapal penumpang 1T 1T
Kapal feri, adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang dengan
perjalanan pendek terjadwal. Feri mempunyai peranan penting dalam sistem
pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua
tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowong. U U
Feri pejalan kaki dengan banyak pemberhentian, seperti di Venesia , kadang kala U U
Berbagai macam kendaraan air digunakan sebagai feri, tergantung pada jarak
perjalanan, kapasitas kapal, kecepatan yang diperlukan dan keadaan air yang harus
dilalui. Hydrofoil digunakan karena kelebihannya untuk melaju pada kecepatan
0TU U0T
mudah, cepat dan ekonomis. Untuk Jarak yang dekat dapat digunnakan feri kabel,
dimana feri digerakkan dan di kendalikan dengan menggunakan kabel yang
disambung di kedua sisi. Kadangkala feri kabel digerakkan menggunakan tenaga
BUKU AJAR PELABUHAN 3-5
manusia. Feri arus adalah feri kabel yang menggunakan kekuatan arus sebagai sumber
energi. Feri rantai dapat digunakan di sungai yang berarus laju pada jarak pendek.
Kapal feri seringkali berlabuh di tempat yang dibuat khusus untuk meletakkan kapal
dengan cepat dan untuk penurunan dan pengisian yang mudah, dikenal sebagai slip
feri. Jika feri membawa kendaraan atau kereta, biasanya terdapat jambatan ( ramp ) 0T 0T
yang disebut apron yang merupakan bagian dari slip . Dalam kasus lain, jembatan
0T 0T 0T 0T
Kapal barang atau kapal kargo adalah segala jenis kapal yang membawa barang-
4T 4T U U
barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Ribuan kapal jenis ini
U U
perdagangan internasional .
U U
Kapal kargo pada umunya didesain khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan crane 0TU U 0T
dan mekanisme lainnya untuk bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran.
Bongkar muat barang dilakukan dengan dua cara yaitu secara vertikal ( lift on-lift off /
Lo-Lo ) dan horizontal ( Roll on Roll off / Ro-Ro )
Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk
1TU U1T 1TU U1T
kedalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga
sehingga disebut sebagai kapal roll on - roll off disingkat Ro-Ro, untuk itu kapal
dilengkapi dengan ramp door yang dihubungkan dengan moveble bridge atau
1TU U1T 1TU U1T
dermaga apung ke dermaga.Kapal Roro selain digunakan untuk angkutan truk juga 1TU U1T
digunakan untuk mengangkut mobil penumpang, sepeda motor serta penumpang 1TU U1T 1TU U1T 1TU U1T
jalan kaki. Angkutan ini merupakan pilihan populer antara Jawa dengan Sumatera di 1TU U1T 1TU U1T
Merak - Bakauheni , antara Jawa dengan Madura dan antara Jawa dengan Bali .
1TU U1 T 1TU U1T 1TU U1 T 1TU U1T
BUKU AJAR PELABUHAN 3-6
Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal yang
memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan . Kapal ini dibuat untuk
1T 1T 1T 1T
memenuhi kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas
pantai, agar dapat bekerja sebagaimana halnya alat-alat levelling yang ada di darat
1T 1T
Kapal pandu , adalah kapal yang memandu kapal besar masuk kedalam pelabuhan
4T 4T U U U U
melalui alur yang berbahaya dan ramai sampai sandar di dermaga . Merupakan salah
U U
satu jabatan tertua yang sangat penting untuk meningkatkan keselamatan pelayaran . U U
BUKU AJAR PELABUHAN 3-7
Seorang pandu sedang menaiki kapal yang akan dipandu yang sedang berlayar
Kapal tunda adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan manuver /
4T 4T U U
pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan , laut lepas
U U
atau melalui sungai atau terusan. Kapal tunda digunakan pula untuk menarik tongkang,
kapal rusak, dan peralatan lainnya.
Kapal tunda memiliki tenaga yang besar bila dibandingkan dengan ukurannya. Kapal
tunda zaman dulu menggunakan mesin uap, saat ini menggunakan mesin diesel. Mesin
Induk kapal tunda biasanya berkekuatan antara 750 sampai 3000 tenaga kuda (500 s.d.
U U
2000 kW), tetapi kapal yang lebih besar (digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan
sampai 25 000 tenaga kuda (20 000 kW). Kebanyakan mesin yang digunakan sama
dengan mesin kereta api , tetapi di kapal menggerakkan baling-baling . Dan untuk
U U U U
Kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi, tergantung dari unit
penggerak. Kapal Tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling di
belakang, efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Jenis
penggerak lainnya sering disebut Schottel propulsion system ( azimuth thruster/Z-
0T
peller ) di mana baling-baling di bawah kapal dapat bergerak 360 atau sistem propulsi
0T
Kapal peti kemas ( Inggris : containership) adalah kapal yang khusus digunakan
1TU U1T 1TU U1T
untuk mengangkut peti kemas yang standar. Peti kemas diangkat ke atas kapal di
1TU U1T
terminal peti kemas dengan menggunakan kran khusus, yang dapat dilakukan dengan
1TU U1T
cepat.
Kapal tongkang / Ponton adalah suatu kapal yang dengan lambung datar atau suatu
U U
kotak besar yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang dan ditarik dengan
kapal tunda atau digunakan untuk mengakomodasi pasang-surut seperti pada dermaga
U U U
apung .U
Ponton digunakan juga untuk mengangkut mobil menyeberangi sungai , didaerah yang U U U U
belum memiliki jembatan . Sangat banyak digunakan pada tahun 1960an, 70an dan
U U
80an di jalur lintas Sumatera , Kalimantan , Sulawesi , Papua . Sekarang sebagian besar
U U U U U U U U
kestabilan kapal biasanya digunakan dua ponton yang digabungkan secara paralel . U U
kapal ponton boat kecil untuk wisata Ponton di dermaga apung Kamal , U U
dari antara dua ponton yang dipadukan Jawa Timur yang dibangun
U U
3.2.3.1. Anjungan kapal, atau Inggrisnya Bridge adalah ruang komando kapal dimana
U U U U U U
ditempatkan roda kemudi kapal, peralatan navigasi untuk menentukan posisi kapal
U U U U
berada dan biasanya terdapat kamar nahkoda dan kamar radio . Anjungan biasanya U U U U
ditempatkan pada posisi yang mempunyai jarak pandang yang baik kesegala arah U U
Alat-alat yang melengkapi anjungan modern antara lain: Roda kemudi , Radar , U U U U
Global Positioning Satelite atau dikenal sebagai GPS , Radio komuniasi , Perangkat U U U U
3.2.3.2. Buritan adalah bagian belakang dari kapal . Di bagian buritan terdapat instrumen
4T 4T U U
pengendali ( rudder dan lain sebagainya). Bagian buritan dari kapal perang dipakai
U U U U
3.2.3.3. Geladak dalam bahasa Inggrisnya deck adalah lantai kapal , nama - nama geladak ini
4T 4T U U U U
tergantung dari banyaknya geladak yang ada dikapal tersebut . pada umumnya
geladak yang berada dibawah sendiri dinamakan geladak dasar serta geladak yang
diatas dinamakan geladak atas atau geladak utama ( main deck ) Bila antara geladak 0T 0T
dasar dan geladak atas terdapat geladak lagi , maka geladak tersebut dinamakan
geladak antara.
BUKU AJAR PELABUHAN 3-10
Memuat
Mobil ke geladak kapal Ro-Ro
U U
3.2.3.4. Haluan adalah bagian depan dari badan kapal . Haluan kapal dirancang untuk
4T 4T U U
mengurangi tahanan ketika haluan kapal memecah air dan harus cukup tinggi untuk
U U
mencegah air masuk kedalam kapal akibat ombak atau belahan air saat kapal
U U U U
berlayar. Untuk kapal dengan kecepatan tinggi biasanya haluan dibuat lancip
sehingga gesekan antara air dengan haluan bisa dikurangi sekecil mungkin seperti
pada kapal perang , sedang kapal dengan kecepatan rendah seperti pada kapal tangker
U U U U
3.2.3.5. Jangkar adalah perangkat penambat kapal ke dasar perairan , di laut , sungai ataupun
4T 4T U U U U U U U U
danau sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan angin , arus ataupun
U U U U U U
gelombang . Jangkar dihubungkan dengan rantai yang terbuat dari besi ke kapal dan
U U U U U U
dengan tali pada kapal kecil, perahu. Jangkar didesain sedemikian sehingga dapat
U U
tersangkut di dasar perairan. Jangkar biasanya dibuat dari bahan besi cor . U U
Jangkar ini merupakan perangkat yang menjadi simbol dari hampir semua kegiatan U U
Cara kerja jangkar, jangkar yang diturunkan kedasar laut menggigit dasar laut seperti
ditunjukkan dalam gambar berikut. Penting sekali bahwa jangkar beserta rantainya
cukup berat untuk bisa tertancap didasar laut dan tidak akan terlepas dari asar laut
kecuali ditarik keatas kapal.
3.2.3.6. Kemudi atau Inggrisnya rudder adalah perangkat untuk merubah arah kapal dengan
4T 4T U U U U
merubah arah arus cairan yang mengakibatkan perubahan arah kapal. Kemudi
ditempatkan diujung belakang lambung kapal / buritan dibelakang baling-baling
U U U U
digerakkan secara mekanis atau hidrolik dari anjungan dengan menggerakkan roda
U U U U U
kemudi . U
Daerah yang diperlukan untuk pelabuhan tergantung pada karakteristik kapal yang akan
berlabuh. Pengembangan pelabuhan di masa mendatang harus meninjau daerah perairan
untuk alur, kolam putar, kolam pelabuhan, penambatan, dermaga, tempat untuk
membuang hasil pengerukan, daerah dataran yang diperlukan untuk penempatan,
penyimpanan dan pengangkatan barang-barang.
Kedalaman dan lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan
pelabuhan tersebut.
Luas kolam pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran
kapal terbesar yang akan berlabuh
Untuk keperluan perencanaan pelabuhan, diberikan karakteristik kapal secara umum,
sebagai berikut :
3.2.5. Istilah istilah yang digunakan dalam praktek di lapangan, antara lain :
BUKU AJAR PELABUHAN 3-13
Draft, Sarat
adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan maksimum, atau jarak
antara garis air pada beban yang direncanakan (design load water line) dengan titik
terendah kapal
Length overall, L oa ( Panjang total )
R R
adalah panjang kapal dihiting dari ujung depan ( haluan ) sampai ujung belakang (buritan
)
Length between perpendiculars, L PP ( panjang garis air )
R R
3.3. Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
BUKU AJAR PELABUHAN 3-14
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
3.3.4. Rangkuman
- Dimensi Kapal dan sarana yang ada dalam kapal dipergunakan dalam menentukan kedalaman
alur pelayaran dan kolam pelabuhan,
U Daftar Pustaka
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes Numerical
Modeling System: Report 1: RCPWAVE A Linear Wave Propagation Model for
Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4. Mississippi: USAE Waterways Experiment
Station.
Gravens, M. B. 1991. Users Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction Report
CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline
Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System Users Manual. Technical Report
CERC-89-19.Missisip-pi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Gene ralized Model for Simulating Shore-line
Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways
Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
Triatmadja R, 2001, Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara Sungai dan
Alur Pelayaran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT-UGM, pp. 94
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota
Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang,
Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
IV. ALUR PELAYARAN
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai Alur Pelayaran ( BAB IV dalam susunan pembahasan )
4.1. Pendahuluan
4.1.1. Deskipsi
Menjelaskan Alur Pelayaran meliputi prinsip Umum Alur Pelayaran, Bagian-bagian alur
pelayaran, arah alur pelayaran, kedalaman alur pelayaran, gerakan kapal karena
gelombang, lebar dan panjang alur pelayaran.
4.1.2. Relevansi
4.2. Penyajian
Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk dan keluar
pelabuhan. Untuk menjamin keselamatan kapal dalam perjalanannya masuk ke pelabuhan
melalui di alur pelayaran sampai kemudian berhenti di dermaga dibutuhkan perairan di
alur pelayaran dan kolam pelabuhan yang cukup tenang dan terlindung terhadap
gempuran gelombang dan arus, sehingga kapal dapat berlabuh dan melakukan kegiatan
bongkar muat barang dengan aman.
untuk mendapatkan navigasi yang aman dan memudahkan dalam mempertahankan alur,
dalam perencanaan alur pelayaran harus mengusahakan agar alur pelayaran tidak terjadi
pendangkalan karena sedimentasi. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan
ditentukan oleh kapal terbesar yang akan masuk ke pelabuhan untuk itu perlu survey tipe
dan jumlah kapal yang keluar-masuk Pelabuhan, kondisi meteorologi terutana arah dan
kecapatan angin, kondisi laut meliputi batimetri, oseanografi terutama arah dan tinggi
gelombang,
BUKU AJAR PELABUHAN 4-2
Kapal dalam perjalanan masuk ke kolam pelabuhan melalui alur Pelayaran , akan
mengurangi kecepatannya sampai kemudian berhenti di Dermaga.
Alur ini ditandai oleh alat bantu pelayaran yang berupa pelampung atau lampu-lampu.
Secara umum ada beberapa daerah yang dilewati selama perjalanan tersebut yaitu : a).
Daerah tempat kapal melempar sauh letaknya di luar Pelabuhan, b). Daerah Pendekatan
terletak di luar alur masuk, c). Daerah Alur masuk letaknya di luar pelabuhan tetapi
berada didalam daerah terlindung dan d). Daerah kolam putar
U Layout Alur Pelayayaran U
Dalam perencanakan arah alur pelayaran yang harus memperhatikan, yaitu : Alur
pelayaran harus dibuat selurus mungkin, Arah alur pelayaran dibuat sedemikian rupa
sehingga searah dengan arah angin dan gelombang dominan.Hal ini untuk memudahkan
kapal melewatinya dengan aman dan lancar.Pada alur pelayaran dekat alur masuk dibuat
bersudut tertentu ( 30 o 60 o ) terhadap arah angin dan gelombang dominan, hal ini untuk
P P P P
Meskipun lebih baik mempunyai alur yang lurus, pembuatan tikungan sering kali
diperlukan dalam kaitannya dengan perencanaan layout dermaga dan kebutuhan untuk
ketenangan kolam pelabuhan.
Dalam pembuatan tikungan, sudut persinggungan dari garis tengah alur harus tidak boleh
lebih dari 30 o atau radius lengkung sekitar 4 kali atau lebih dari panjang keseluruhan
P P
kapal
Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur pelayaran harus
cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah (LWL) dengan
kapal bermuatan maksimum atau kedalaman alur harus lebih besar dibandingkan dengan
batas muatan kapal terbesar yang melewatinya, disamping itu kedalam alur Pelayaran
harus memperhatikan jarak toleransi dari gerakan kapal yang disebabkan oleh
gelombang, angin dan arus
Kedalaman alur pelayaran secara umum dapat ditentukan sbb :
o H=d+G+R+P+S+K
BUKU AJAR PELABUHAN 4-4
Dengan :
d = draft kapal
G = gerak vertikal kapal karena gelombang
R = ruang kebebasan unt.
Kolam 7%-15% dari draft kapal unt. Alur
10%-15% dari draft kapal
P = Ketelitian pengukuran
s = Pengendapan sedimen antara
pengerukan
K = toleransi pengerukan
Gerakan kapal relatif terhadap posisinya pada saat tidak bergerak di air diam adalah
paling penting didalam perencanaan alur pelayaran dan muliut pelabuhan.
Gerakan vertikal kapal digunakan untuk menentukan kedalaman alur, sedangkan gerakan
horizontal kapal terhadap sumbu alur untuk menentukan lebar alur
Beberapa gerakan kapal karena pengaruh gelombang, yaitu heaving (angkatan), pitching
(anggukan), rolling ( oleng), swaying ( goyangan), surging (sentakan) dan yawing (oleng
kesamping).
Kenaikan draf kapal yang disebabkan oleh gerakan tersebut kadang-kadang sangat besar
misalnya pada kapal-kapal yang besar, pengaruh rolling sangat besar, terutama bila
frekwensi rolling kapal sama dengan frekwensi gelombang.
BUKU AJAR PELABUHAN 4-5
Lebar alur dapat ditetapkan dengan berdasarkan pada lebar kapal. Untuk lebar alur
pelayaran satu jalur (tidak ada persimpangan) adalah tiga sampai empat kali lebar kapal,
sedangkan untuk lebar alur dengan dua jalur (ada persimpangan) adalah enam sampai
tujuh kali lebar kapal.
Panjang alur pelayaran dari alur masuk sampai dengan Kolam Pelabuhan atau tempat
tambat untuk jangkar, berdasarkan potensial setiap kapal.
Kapal yang masuk Pelabuhan tanpa bimbingan kapal penarik (kapal tandu) dengan
kecepatan relatif tinggi (6 knot), akan menempuh 4 kali panjangnya sampai benar-benar
berhenti.
Dengan adanya penambahan panjang kapal dan jarak berhenti maka panjang alur dari
alur masuk sampai dengan kolam atau tempat tambat memerlukan lebih dari empat kali
panjang kapal
4.3. Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
4.3.4. Rangkuman
- Lebar dan kedalaman alur pelayaran disesuaikan dengan dimensi kapal yang akan dilayani
- Gelombang yang ada dalam alur pelayaran diusahakan rendah atau dibawah 50 cm.
U Daftar Pustaka
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota
Pekalongan
V. KOLAM PELABUHAN
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai KOLAM PELABUHAN ( BAB V dalam susunan pembahasan )
5.1. Pendahuluan
5.1.1. Deskipsi
5.1.2. Relevansi
Dengan diberikannya pengetahuan mengenai prinsip umum kolam pelabuhan, lokasi dan
area untuk kolam pelabuhan, lebar kolam di depan fasilitas penambatan, lebar kolam
putar. Mahasiswa mampu menjelaskan menganai jenis, dimensi luasan kedalaman kolam
yang biasa dipergunakan dengan benar (85%)
5.2. Penyajian
Prinsip dasar untuk rencana Kolam Pelabuhan ( Basin ) adalah : Manufer dan
penjangkaran kapal dengan aman
Kolam yang ideal harus memiliki area air yang cukup luas dan tenang.
Kedalaman air harus dapat mencukupi untuk manuver kapal, penjangkaran dan
pengerjaan cargo dengan aman dan lancar,
Kolam Pelabuhan harus ditempatkan pada area yang tenang dari pengauh gelombang,
angin dan arus,
hal ini untuk memudahkan keluar-masuk kapal, membuat manuver serta pengangkutan
cargo dengan aman dan lancar.
o Swinging mooring, tambatan dengan sangkutan jangkar dan berat rantai dari
sebuah jangkar yang dijatuhkan dari haluan kapal ke dasar laut, sehingga kapal
dapat menahan kekuatan angin, arus dan gelombang yang dapat menghayutkan
kapal.
o Mooring head in, yaitu methode pamanbatan dengan cara kapal memasuki
tempat penambatan dengan haluannya pada arah yang berlawanan dengan jalan
masuk ke palabuhan.
Haluan kapal bergerak maju ke arah sisi yang benar pada saat akan berhenti.
BUKU AJAR PELABUHAN 5-3
Sudut arah masuk pada pemanbatan model menyamping lebih besar dari
penambatan model Stanbourt mooring
Luas area perairan untuk manuver kapal diperlukan bebih besar apabila terdapat
angin, gelobang dari arah haluan kapal.
o Mooring Head out, yaitu suatu metode penambatan dengan cara kapal memasuki
tempat penambatan dengan haluannya searah dengan jalan masuk ke Pelabuhan.
Dengan metode ini, kapal akan ditambatkan dengan bagian belakangnya
terdorong oleh angin dan arus serta gelombang yang datang dari arah laut.
5.2.4. Lebar Kolam Putar ( Turning basin ), adalah area kolam yang dipergunakan
BUKU AJAR PELABUHAN 5-4
untuk memutar haluan kapal. Area standart untuk kolam putar sbb :
CONTOH :
5.3. Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini. Periksa
jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajar
selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman
tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
10.3.4. Rangkuman
- Fungsi kolam pelabuhan yaitu untuk memfasilitasi kapal bongkar muat di dermaga, manuver kapal
- Luas dan kedalaman kolam pelabuhan tergantung dari dimensi kapal yang berlabuh, jumlah kapal yang
bongkar, muat dan sandar.
U Daftar Pustaka
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline Change:
GENESIS:, Report 2: Workbook and System Users Manual. Technical Report CERC-89-
19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore -line Change:
Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways Experiment
Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways Experiment
Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang, J.
Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota
Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang, Prosiding
Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
VI. DERMAGA
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai DERMAGA ( BAB VI dalam susunan pembahasan )
6.1. Pendahuluan
6.1.1. Deskipsi
Menjelaskan tentang Dermaga meliputi prinsip dasar dermaga, Rancangan dermaga, tipe
dermaga dan panjang dermaga.
6.1.2. Relevansi
Dengan diberikannya rincian materi tentang Prinsip umum dermaga, rancangan dermaga,
tipe dermaga, panjang dermaga dan kedalaman dermaga. Mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai dermaga dengan benar (85 % )
6.2. Penyajian
Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas
distribusi pisik di Pelabuhan, antara lain :
o menaik turunkan penumpang dengan lancer,
o mengangkut dan membongkar cargo yang terjamin aman dan lancar,
o menghubungakan angkutan dari-ke darat atau dari-ke laut,
o merapat, menambatkan dan melepaskan kapal,
o tempat penyimpanan yang efektif,
o gudang
o fasilitas yang berhubungan dengan lalu-lintas darat
o Dimensi dermaga ditentukan oleh jenis, ukuran dan jumlah kapal yang
menggunakannya
o Daerah perairan disekelilingnya harus tenang, dan tidak mudah mengalami
pendangkalan.
o Ditempatkan pada daerah yang tidak terhalang angin pada saat kapal memasuki /
meninggalkan Pelabuhan,
o Ditempatkan pada daerah yang memungkinkan kapal dapat beroperasi dengan
lancar dari alur masuk pelabuhan sampai ke dermaga yang bersangkutan,
o Lokasi Dermaga harus berada dalam koordinasi dengan rencana pemanfaatan
lahan untuk area-area disekelilingnya
o Dermaga harus ditempatkan pada area dengan akses lalu lintas darat dan fasilitas
penyimpanan yang baik
o Dermaga harus dikonstruksikan dengan cara yang mudah, kuat dan murah
o Lokasi Dermaga harus memungkinkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
lebih lanjut.
o Tipe Pier
Dermaga yang dibangun menjorok ke arah laut, tegak lurus atau membentuk
sudut terhadap garis pantai.
BUKU AJAR PELABUHAN 6-3
Panjang Dermaga ditentukan dengan panjang kapal ditambah dengan lebar kapal.
Panjang tambahan sekitar 30 meter harus ditambahkan di kedua sisi dermaga
Kedalaman air pada bagian muka Dermaga ditentukan sama dengan kedalaman kolam
pelabuhan.
Contoh :
6.3. Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
10.3.4. Rangkuman
- Dermaga merupakan fasilitas utama pelabuhan yang dipergunakan untuk bongkar, muat dan
berlabuh kapal
- Panjang dan lebar dermaga ditentukan oleh jenis kapal yang dilayani dan jumplahnya
- Sesuai dengan fungsinya s=dermaga dapat berbentuk jetty (tegak lurus dengan pantai) atau
wharf (sejajar) pantai.
U Daftar Pustaka
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
BUKU AJAR PELABUHAN 6-5
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline
Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System Users Manual. Technical Report
CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore -line
Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways
Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota
Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang,
Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
VII FENDER DAN ALAT PENAMBAT
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai Fender dan Alat Penambat ( BAB VII dalam susunan pembahasan )
7.1. Pendahuluan
7.1.1. Deskipsi
7.1.2. Relevansi
Dengan diberikannya rincian materi tentang jenis-jenis fender, perencanaan fender, posisi
daerah yang dilindungi, jenis-jenis alat penambat. Mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai fender dan alat penambat dengan benar (80 % )
7.2. Penyajian
Kapal yang akan merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang digerakan
oleh mesinnya sendiri ( untuk kapal kecil ), maupun yang ditarik oleh kapal tinda ( untuk
kapal besar ), sehingga pada saat kapal merapat terjadi benturan antara kapal dan dermaga
Walaupun kecepatan kapal kecil tetapi massanya sangat besar akan mengakibatkan
benturan yang besar, dan energi yang terjadi akibat benturan tersebut juga besar.
Untuk menghindari kerusakan pada kapal maupun dermaga karena benturan, maka
didepan dermaga diberi bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan.
Bantalan yang ditempatkan didepan dermaga disebut dengan FENDER.
Pada saat kapal melakukan bongkar muat barang atau selama menunggu di perairan
pelabuhan, kapal harus tetap berada ditempatnya dengan tenang. Untuk itu kapal harus
diikat pada alat penambat. Gerak kapal dapat disebabkan oleh gelombang, arus dan angin
BUKU AJAR PELABUHAN 7-2
yang dapat menimbulkan gaya tarikan kapal ke alat penambat. Alat penambat harus
mampu menahan gaya tarik yang ditimbulkan oleh kapal.
Contoh :
Fender kayu yang berupa tiang pancang yang dilengkapi dengan balok
memanjang. Tiang kayu dipasang pada setiap seperempat bentang.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-3
Fender kayu yang pasang pada tiang pancang dari besi profil. Dibelakang
tiang besi juga dipasang balok profil memanjang. Antara tiang dan sisi atas
dermaga diberi bantalan kayu. Penyerapan energi diperoleh dari fender
kayu dan defleksi tiang dan balok besi. I depan fender ditempatkan balok
apung yang berfungsi untuk menahan kapal tetap didepan dermaga dan
membantu mendistribusikan beban disepanjang sistem fender. Balok
apung diikatkan pada fender dengan menggunakan kabel baja.
Bentuk paling sederhana dari fender karet yang banyak digunakan berupa ban-
ban luar mobil yang dipasang pada sisi depan disepanjang dermaga. Fender ban
mobil digunakan untuk kapal-kapal kecil
Bebrapa bentuk-bentuk fender karet antara lain : fender karet tabung silinder dan
segiempat, fender karet raykin, fender karet Seibu V
b. Fender karet Raykin, terdiri dari plat-plat baja yang dibuat berlapis dengan
karet
c. Fender karet Seibu tipe V, sesuai dengan perkembangan kapal tanker dengan
ukuran yang sangat besar, telah dikembangkan pula fender karet Seibu tipe V
yang dapat menahan benturan kapal tanker besar.
Untuk menahan energi yang lebih besar dapat dilakukan dengan memasang
dua fender Seibu menjadi satu. Dengan cara seperti itu penyerapan energi
dapat menjadi dua kali lipat tanpa terjadi peningkatan gaya reaksi
BUKU AJAR PELABUHAN 7-5
Fender grafitasi yang digantung sepanjang dermaga dan dibuat dari tabung baja
yang diisi dengan beton dan sisi depan diberi pelindung kayu dengan berat 15 ton.
Apabila terbentur kapal, fender akan bergerak kebelakang dan keatas, sehingga
kecepatan kapal dapat dikurangi, karena untuk menggerakan kebelakang
dibutuhkan tenaga yang cukup besar.
Selain beberapa tipe fender yang telah disebutkan diatas masih banyak tipe tipe
fender lainnya, seperti :
Types Of Fender
General Gravity
Cargo Berth Type Quarry
Container Caisson
Berth Jetty
Ore Berth Pier
Oil Berth Dolphin
LPG, LNG Jacket
Berth
Shipyard
RO/RO Berth
Bridge
Protection
General Gravity
Cargo Berth Type Quarry
Container Caisson
Berth Jetty
Ore Berth Pier
Oil Berth Dolphin
LPG, LNG Jacket
Berth
Shipyard
RO/RO Berth
Bridge
Protection
General Gravity
Cargo Berth Type Quarry
Container Caisson
Berth Jetty
Ore Berth Pier
Oil Berth Jacket
Shipyard
RO/RO Berth
Bridge
Protection
Tower
Protection
General Gravity
Cargo Berth Type Quarry
Container Caisson
Berth Jetty
Ore Berth Pier
Oil Berth Jacket
Shipyard
RO/RO Berth
Bridge
Protection
Tower
Protection
General Gravity
Cargo Berth Type Quarry
Fishing Port Caisson
Jetty
Pier
CYLINDRICAL FENDER
SMALL CRAFT
FENDERING
Dalam perencanaan fender dianggap bahwa kapal bermuatan penuh dan merapat
ke dermaga membentuk sudut 100 terhadap sisi depan dermaga.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-8
Pada saat merapat sisi depan kapal membentur fender, dan hanya dari bobot
kapal yang secara efektif menimbulkan energi benturan yang diserap oleh fender
dan dermaga.
Karena benturan tersebut fender memberikan gaya reaksi F, apabila d adalah
defleksi fender, maka terdapat hubungan :
1 1
E = Fd
2 2
1W 2 1
V = Fd
2 g 2
W 2
F= V
2 gd
dengan :
F : gaya bentur yang diserap system fender
d : defleksi fender
V : komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga
W : bobot kapal bermuatan penuh.
Tipe dan penempatan fender pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi dan
menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai
elevasi muka air.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-9
Dalam arah horizontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa
sehingga dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dermaga.
L = 2 r 2 ( r h) 2
Dengan :
L : jarak maksimum antar fender (m)
r : jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h : tinggi fender
Alat penambat ini dapat diletakkan di darat / dermaga dan didalam air.
Menurut macam konstruksinya alat penambat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
digunakan sebagai tambatan kapal yang berlabuh dengan mengikatkan tali yang di
pasang pada haluan, buritan dan badan kapal ke dermaga.
Bolder diletakan pada sisi dermaga dengan jarak antara bolder 15 25 meter
BUKU AJAR PELABUHAN 7-10
7.2.5.2. Dolphin
Suatu konstruksi untuk menambat kapal tangker berukuran besar, biasanya
digunakan bersama-sama dengan pier dan wharf untuk nenperpendek panjang
bangunan tersebut.
Dolphin ini banyak digunakan pada pelayanan bongkar muat barang curah
a. Dolphin lentur
terdiri dari sekelompok tiang dari kayu, besi, beton (3,7,19 atau lebih) yang
diikat menjadi satu dengan menggunakan kabel baja.
BUKU AJAR PELABUHAN 7-11
b. Dolphin kaku
terdiri dari tiang-tiang pancang kayu, baja, beton atau sel turap dan dilengkapi
denga fender.
Apabila kapal yang bertambat cukup besar, maka digunakan tambatan kapal
yang dibuat dari plat beton tebal yang didukung oleh tiang-tiang baja yang
dipancang secara vertikal dan miring
Pelampung penambat berada di dalam kolam Pelabuhan atau di tengah laut. Kapal-
kapal yang akan melakukan bongkat muat barang tidak selalu dapat langsung
merapat di dermaga karena dermaga sedang dipergunakan / penuh, diperbaiki.
Jika kapal berada di luar lindungan pemecah gelombang, kapal dapat berlabuh
dengan cara membuang jangkarnya sendiri tetapi tidak selalu tenang, oleh karena
itu kapal dianjurkan berlabuh didalam lindungan pemecah gelombang.
Mengingat luas daerah lindungan pemecah gelombang terbatas, maka kapal yang
berlabuh menggunakan jangkarnya sendiri dapat mengganggu kapal lain, karena
kapal akan berputar 360o .
BUKU AJAR PELABUHAN 7-12
Selain sebagai pengikat kapal, dapat juga berfungsi sebagai penolong untuk
berputar kapal dan membantu pengereman
Penambatan kapal dapat dilakukan dengan jangkarnya sendiri atau dengan sebuah
pelampung, atau sekelompok pelampung maupun kombinasi dari keduanya. Jumlah
pelampung tergantung dari ukuran kapal angin, arus, gelombang dan keadaan dasar
laut serta pertimbangan ekomoni.
7.3. Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
7.3.4. Rangkuman
Fender merupakan fasiliatas pelabuhan yang menyatu dengan dermaga digunakan untuk
menahan benturan kapal ke dermaga.
Daftar Pustaka
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline
Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System Users Manual. Technical Report
CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore-line
Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways
Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota
Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang,
Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
VIII. FASILITAS PELABUHAN UMUM
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai FASILITAS PELABUHAN DI DARAT (BAB VIII dalam susunan pembahasan )
8.1. Pendahuluan
8.1.1. Deskipsi
8.1.2. Relevansi
8.2. Penyajian
Terminal merupakan tempat untuk pemindahan muatan diantara sistem pengangkutan yang
berbeda yaitu dari angkutan darat ke laut dan sebaliknya.
BUKU AJAR PELABUHAN 8-2
Masing masing terminal mempunyai bentuk dan fasilitas yang berbeda. Misalnya pada
terminal barang potongan ( general cargo terminal ) harus mempunyai fasilitas bongkar
muat untuk berbagai jenis barang seperti crane-crane.
Terminal barang curah biasanya direncanakan hanya untuk melayani satu macam barang
saja, sehingga fasilitas yang tersedia hanya untuk barang curah tersebut.
Demikian juga dengan terminal peti kemas khusus menangani muatan yang dimasukan
dalam peti kemas.
Berbagai jenis termial tersebut dapat berada dalam satu lingkungan pelabuhan, dan letak
antara terminal satu dengan lainnya dapat berdampingan.
Fasilitas fasilitas yang ada di dalam terminal barang potongan antara lain Kantor, Apron,
lapangan penumpukan terbuka, gudang, parkir mobil dan truk, gudang laut, jalan / jalan
KA, seperti pada gambar berikut :
a. Apron
Apron adalah halaman di atas dermaga yang terbentang dari sisi muka dermaga
sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka.
Apron digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikkan ke kapal atau
barang yang baru diturunkan dari kapal. Bentuk apron tergantung dari jenis barangnya
apakah barang potongan, curah atau peti kemas.
Lebar apron tergantung dari fasilitasnya, seperti jalan untuk truk dan/atau KA, kran,
alat pengangkut lainnya seperti forklift, kran mobil, gerbong yang ditarik traktor, dan
sebagainya. Biasanya lebar apron adalah antara 15 sampai dengan 25 meter.
Gudang laut disebut juga gudang pabean, gudang linie ke I, gudang transit adalah
gudang ada ditepi perairan pelabuhan dan hanya dipisahkan dari laut oleh dermaga
pelabuhan. Gedung ini menyimpan barang-barang yang baru turun/akan naik dari/ke
kapal yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca ( hujan dan sinar matahari ),
sedangkan untuk barang-barang yang tidak memerlukan perlindungan, seperti mobil,
besi beton dan sebagainya dapat ditempatkan pada lapangan penumpukan terbuka.
Masa penyimpanan barang di gudang laut maksimum 15 hari untuk barang yang akan
ke luar pelabuhan ( dengan angkutan darat ), dan maksimum 30 hari untuk barang-
barang yang akan diteruskan ke pelabuhan lain dengan kapal lain. Apabila sampai
batas waktu tersebut belum dapat dikirim ke tujuan akhir, maka barang harus
dipindahkan ke gudang linie II ( werehouse ). Untuk pemakaian fasilitas yang ada di
gudang laut selama 3 sampai 5 hari tidak dipungut biaya, selebihnya akan dikenai
biaya sesuai tarip yang berlaku.
Panjang gudang laut tergantung pada panjang tempat tambatan pada dermaga. Panjang
minimum adalah sama dengan jarak antara palka (hatch) depan dan belakang.
c. Gudang
BUKU AJAR PELABUHAN 8-4
Gudang digunakan untuk menyimpan barang dalam waktu lama, Gudang ini dibuat
agak jauh dari dermaga. Hal ini mengingat beberapa hal berikut ini :
Ruang didepan dermaga terbatas dan hanya untuk bongkar muat barang
Pengoperasian gudang laut sangat berbeda dengan gudang
Ada beberapa macam alat yang dipergunakan untuk melakukan bongkar muat barang
potongan, antara lain :
Derek Kapal
Alat ini digunakan untuk mengangkat muatan yang tidak terlalu berat dengan
radius kecil antara 6 meter dari lambung kapal
Derek kapal ini terdiri dari lengan, kerekan dan kabel baja yang digerakan (
dilepas dan ditarik ) dengan bantuan winch. Pada sebuah kapal biasanya terdapat
beberapa buah derek kapal dengan kapasitas 0.5 ton, 2.5 ton, 5 ton yang
tergantung dari besar kecilnya kapal.
Kran darat
Krat darat adalah alat untuk bongkar muat dengan lengan yang cukup panjang
yang ditempatkan di atas dermaga pelabuhan, dipinggir permukaan perairan
pelabuhan. Kran ini mempunyai roda dan dapat berpindah sepanjang rek kereta
api. Daya angkut kran darat bermacam-macam, yaitu : 2.5 ton, 5 ton, 10 ton, atau
lebih.
Pengiriman barang dengan menggunakan peti kemas telah banyak dilakukan, dan
volumenya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penangana bongkar muat di terminal peti kemas dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu lift on / lift off ( Lo/Lo ) dan roll on / roll off ( Ro/Ro ). Pemakaian
kedua cara tersebut tergantung pada cara kapal memuatai dan membongkar
muatannya.
-Kapal menggunakan krannya untuk mengangkat peti kemas dari dan ke kapal.
cara ini sudah titinggalkan.
-Menggunakan peralatan ( gantry crane ) yang berupa crane raksasa dan dipasang
diatas rel di sepanjang dermaga untuk bongkar muat peti kemas dari dan ke
kapal.
Methode Ro / Ro
Peti kemas diatas chasis truk atau trailer yang ditarik traktor masuk ke kapal.
Trailer dan peti kemas kemudian dilepaskan dari traktor dan ditempatkan di
geladak kapal. selanjutnya traktor akan kembali ke darat untuk mengambil trailer
yang lain. Bongkar muat dilakukan secara simultan. Kapal tipe Ro/Ro mempunyai
geladak yang bertingkat. Keluar masuk truk ke kapal melalui semacam jembatan
BUKU AJAR PELABUHAN 8-6
yang disebut rampa yang biasanya berada di buritan, haluan atau samping kapal.
peti kemas ditempatkan di tingkat bawah, tengah atau atas sesuai dengan tujuan
pengirimannya. Kelebihan dari pengoperasian Ro/Ro adalah : dapat memuat jenis
muatan lain seperti pipa, baja, mobil dan lain sebagainya dan mempunyai tingkat
pembongkaran dan pemuatan yang tinggi, dan tidak memerlukan kran-kran darat
yang mahal.sedangkan kekurangan dari metode ini adalah banyaknya ruang
kosong yang tidak dimanfaatkan, mengingat peti kemas berada di atas chasis,
sehingga mengurangi kapasitas kapal.
o Dermaga
o Apron
Apron terminal peti kemas lebih besar dibandingkan dengan terminal lainnya,
biasanya berukuran dari 20 m sampai 50 m. Apron ini ditempatkan peralatan
bongkar muat peti kemas.
Adalah lapanga penumpukan peti kemas yang berisi muata FCL dan peti kemas
kosong yang akan dikapalkan. Lapangan ini berada di daratan dan
permukaannya diberi perkerasan agar dapat mendukung peralatan
pengangkatan/pengangkutan dan beban mati peti kemas.
o Menara pengawas
c. Peti kemas
Peti kenas (Ingggris: ISO container) adalah peti atau kotak yang memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan International Organization for Standardization
(ISO) sebagai alat atau perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan
diberbagai moda, mulai dari moda jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan
kapal petikemas laut.
Berat maksimum peti kemas muatan kering 20 kaki adalah 24,000 kg, dan untuk
40 kaki (termasuk high cube container), adalah 30,480 kg. Sehingga berat muatan
bersih/payload yang bisa diangkut adalah 21,800 kg untuk 20 kaki, 26,680 kg
untuk 40 kaki.
Standar Ukuran peti kemas, standar yang digunakan ditampilkan dalam tabel
berikut :
Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah intermodalitynya dimana peti
kemas bisa diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal petikemas. Hal
inilah yang menyebabkan peralihan angkutan barang umum menjadi angkutan
barang dengan menggunakan peti kemas yang menonjol dalam beberapa dekade
terakhir ini.
8.3. Penutup
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
7.3.4. Rangkuman
- Fasilitas yang ada didarat seperti gudang laut, gudang, bangunan pendingin, gedung
administrasi, gedung perkantoran pemerintah maupun swasta pengelola pelabuhan, kantor
polisi, kantor keamanan, ruang untuk buruh / pekerja pelabuhan, bengkel, garasi, rumah
pemadam kebakaran, elevator dan sebagainya.
Daftar Pustaka
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline
Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System Users Manual. Technical Report
CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore -line
Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways
Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota
Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang,
Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
Buku Ajar Pelabuhan 9-1
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok
bahasan mengenai fasilitas fasilitas pelabuhan khusus diantaranya pelabuhan ikan.
9.1 Pendahuluan
Menjelaskan tentang beberapa fasilitas yang perlu dimiliki untuk jenis pelabuhan
khusus. Dimana dalam bab ini lebih banyak menjelaskan tentang pelabuhan ikan.
9.2 PENYAJIAN
Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang selanjutnya disortir dan dipak
untuk kemudian dipasarkan atau diolah lebih lanjut. Kegiatan ini biasanya
dilakukan di dalam ruangan gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Pengolahan (Processing)
Kegiatan pengolahan meliputi pendinginan / pembekuan di dalam cold
storage atau freezer, pengawetan dan cara pengeringan (drying) atau
penggaraman (salting), pemindangan, pengalengan (cannig) dan sebagainya.
Pengangkutan (Transportation)
Sarana penghubung yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas
sarana darat, laut dan udara, sarana darat berupa jalan-jalan dan jembatan
dengan fasilitas kendaraan roda 2 dan kendaraan roda 4 cukup memadai.
Sarana angkutan air dilakukan oleh kapal motor berukuran kecil (2 - 5 GT),
kapal penumpang se-kelas KM-Unsini yang merapat di pelabuhan umum
Aggrek kearah timur dari Kwandang. Angkutan udara dilakukan dengan
pesawat terbang.
Pemasaran (Marketing)
Pemasaran hasil produksi ikan laut di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri
atas pemasaran ikan basah dan pemasaran ikan olahan. Penyalur ikan basah
(ikan laut) mulai dari nelayan sebagai produsen sampai kepada konsumen
melalui berbagai cara. Di PPP Kwandang pemasaran produksi ikan yang
didaratkan, dilaksanakan dengan cara lelang oleh KUD setempat.
Buku Ajar Pelabuhan 9-4
Penangkapan Di Laut Pendaratan Pelelangan Cold Storage Pengolahan Pemasaran Antar Pulau
Tambat / Istirahat
Pembersihan
Pemeliharaan
Istirahat
Dalam penanganan ikan perlu diperhatikan usaha untuk mempertahankan mutu ikan hasil
tangkapan sejak dari penangkapan, penyimpanan dan pengangkutan sampai ke tangan
konsumen. Kegiatan penanganan ikan meliputi : seperti terlihat pada.
Penanganan Ikan di Laut.
Penanganan ikan yang baik yaitu dengan menjaga agar ikan tetap segar setelah
ditangkap. Untuk itu ikan hasil tangkapan disimpan dalam palkah (fish hold)
dan diawetkan dengan es. Dengan demikian ikan tersebut tetap dingin dan
segar selama perjalanan di laut. Untuk itu kapal penangkap ikan yang akan
berlayar juga harus dibekali dengan es yang cukup untuk menjaga agar mutu
ikan selama operasi penangkapan tetap terjaga.
Dengan adanya Rencana Pengembangan PPI Gentuma, maka pola pendaratan ikan dalam
produksi dan pemasarannya akan diubah dan direncanakan sebagai seperti pada Gambar
0-1.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa kapal yang berukuran besar (> 5 GT), akan
mendaratkan ikannya di dermaga, sebagian masuk ke TPI, diolah ke industri pengemasan
dan pengolahan ikan. Dari hasil pengolahan dan pengemasan tersebut akan dipasarkan ke
pabrik tepung, pemasaran antar pulau atau eskport. Sebagian lagi hasil ikan ini dilelang
untuk kebutuhan lokal termasuk pengolahan tradisional.
Sedangkan kapal motor yang berukuran kecil (< 5 GT) akan mendaratkan ikannya di
dermaga , dan dibawa ke TPI. Di TPI ini ikan dilelang untuk kebutuhan lokal termasuk
pengolahan tradisional.
Buku Ajar Pelabuhan 9-7
Pelayanan
Suplai Air
Suplai BBM
Suplai Maakanan Freezer Pemasaran Lokal
Pembersihan Transportasi Darat
Packing Tabur Es
Perbaikan / Perawatan
Kapal
Mesin
Alat
Tambat / Istirahat
Pembersihan
Pemeliharaan
Istirahat
Penggaraman
Penyimpanan
Pengeringan
Pengelengan Penyimpanan
> 5 GT Di daratkan
dalam keranjang Pembersihan Pendinginan Konsumen
Pedagang
Siklus 1 hari dengan es curai Cold Storage
Filleting Pembekuan
Tepung Ikan
Minyak Ikan Penyimpanan
Krupuk Ikan dalam Silo
File: Drawing2
Produk Ikan
Fasilitas laut meliputi dermaga (dermaga bongkar dan muat), kolam pelabuhan, alur
pelayaran, dan bangunan pelindung pelabuhan/breakwater. Dasar pertimbangan bagi
perencanaan fasilitas laut adalah sebagai berikut:
1. Dermaga
Pada sisi depan berdekatan dengan dermaga muat disediakan lahan untuk fasilitas
perbaikan kapal yaitu (docking Facility) yang dilengkapi dengan sistem derek kapal
dan bengkel kapal. Selain itu juga terdapat rumah mesin sebagai tempat penyimpanan
mesin-mesin kapal.
1. Lahan Darat
Lahan fasilitas darat dihasilkan dari reklamasi sampai elevasi + 2 m terhadap LLWL
yang memiliki luas 3 Ha.
Perencanaan tata ruang area darat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
Lokasi area darat sebagai tempat dermaga dan beraktivitas perikanan ini merupakan
hasil dari reklamasi pantai yang direncanakan meliputi 3 ruang dermaga yaitu
dermaga untuk bongkar, dermaga muat dan dermaga untuk industri yang mampu
menampung kebutuhan zona yang direncanakan. Konsep perincian fasilitas yang
direncanakan untuk setiap zona disajikan pada Tabel 3.1 dan perubahan yang ada
disesuaikan dengan kondisi dan pertimbangan-pertimbangan agar fasilitas yang
diberikan benar-benar terpenuhi dan memberikan manfaat yang optimal di PPI
Gentuma.
Kawasan Rincian
TPI merupakan pusat kegiatan PPI di darat, yaitu tempat melelang ikan hasil
tangkapan. Tempat ini merupakan pertemuan antara penjual dengan pembeli.
Lokasi TPI diusahakan sedekat mungkin dengan dermaga.
Kebutuhan luas TPI pada dasarnya dipengaruhi oleh jumlah ikan produksi
yang akan dilelang di tempat ini. Kebutuhan luasan tersebut untuk proses
pelelangan ikan diantaranya mulai dari ruang penimbangan, ruang lelang
(auction hall) dan penyimpanan sementara (sebelum diangkut). Proporsi
kebutuhan ruang penimbangan, ruang lelang (auction hall) dan penyimpanan
sementara tersebut diperkirakan sebesar 1:3:1. Namun demikian untuk
menghitung kebutuhan luas TPI tersebut pendekatan atau formulasi yang
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
NxP
S=
R
Dimana;
= 0,3
b. Gudang TPI
c. Cold Storage
d. Area parkir
2) Zona Pemukiman
Area perkantoran dan sosial ditempatkan pada lokasi yang dapat menjangkau
pemantauan semua kawasan pelabuhan terutama untuk memantau lalu-lintas
kapal di pelabuhan, yang terdiri dari bangunan-bangunan sebagai berikut:
b. Stasiun SSB
c. Koperasi
d. Klinik Kesehatan
Buku Ajar Pelabuhan 9-14
e. Pemadam Kebakaran
Perlu direncanakan pula suatu areal untuk dijadikan sebagai areal niaga,
yaitu pertokoan dan kios-kios yang menjual kebutuhan hidup sehari-hari
maupun kebutuhan nelayan untuk melaut.
h. Sarana OLahraga
i. Area Parkir
Zona perbekalan, Bengkel dan Docking ditempatkan dekat dermaga muat. Zona
perbekalan merupakan kegiatan pendukung bagi terselenggaranya kegiatan
penangkapan di laut. Fasilitas pada zona perbekalan terdiri dari:
a. SPBU
c. Rumah Mesin
5) Zona Industri
9.3 Penutup
a. Bagaimana pola operasi di laut untuk jenis pelabuhan ikan dan infrastruktur apa
perlu dipersiapkan
b. Bagaimana pola operasi di darat dan apa saja infrastruktur yang perlu dipersiapkan.
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman
berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
9.3.4. Rangkuman
- Fasiliats infrastruktu di laut dibuat untuk memfasilitasi pola oparasi kapal dan
angkutannya saat berapda di laut
- Fasiliats infrastruktur di darat dibuat berdasarkan atas pola operasi barang ketika
berada di darat. Untuk itu perlu zonasi kebutuhan-ebutuhannya.
Daftar Pustaka
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota
Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1
s/d A13-6
X. PASANG SURUT
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu
pokok bahasan mengenai fenomena pasang surut, cara pengukuran dan analisisnya.
10.1 Pendahuluan
10.2 Penyajian
10.2.1. Umum
Pasang surut (pasut) pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya air
laut (sea level) secara berkala yang ditimbulkan adanya gaya tarik dari benda benda
angkasa, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Elevasi muka air
tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-
bangunan pelabuhan. Untuk menentukan elevasi puncak bangunan pemecah
gelombang, dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya ditentukan oleh muka air pasang
sedangkan kedalaman alur pelayaran / pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
Pengetahuan tentang waktu, ketinggian dan arus pasang surut sangat penting dalam
aplikasi praktis yang begitu luas seperti dalam navigasi, dalam pekerjaan rekayasa
kelautan (pelabuhan, bangunan penahan gelombang, dok, jembatan laut, pemasangan
pipa bawah laut, dll), dalam penentuan chart datum bagi hidrografi. Dapat dikatakan
semua perencanaan bangunan pantai harus diperhitungkan terhadap berbagai keadaan
elevasi muka air laut. Muka air laut berfluktasi dengan periode yang lebih besar dari
periode gelombang angin.
Elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi
yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, menurut US Army (1984) beberapa
elevasi itu adalah:
a. Muka air tinggi (high water level, HWL)
Yaitu muka air tertinggi yang dicapai pada saat pasang dalam satu siklus pasang
surut.
b. Muka air rendah (low water level, LWL)
Yaitu kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam suatu siklus
pasang surut.
c. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL)
Yaitu rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
d. Muka air laut rendah rerata (mean lo water level, MLWL)
Yaitu rerata dari muka air rendai selama periode 19 tahun.
e. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL)
Yaitu muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
f. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL)
Yaitu air tertinggi dapat saat pasang surut purnama atau bulan mati.
g. Air rendah terendah (lowest low water level, LLWL)
Yaitu air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
h. Higher high water level,
Yaitu air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam pasang surut
tipe campuran.
i. Lower low water level,
Yaitu air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Secara khusus angka elevasi rata-rata muka air saat purnama (spring), yaitu
MHWS dan MLWS diperoleh dari merata-ratakan pasang tertinggi dan surut terendah
setiap periode waktu purnama (pada umumnya terjadi satu kali dalam kurun waktu
selama 15 hari).
6.35 m BM-01
600 m
4.52 m
4.00 m
1.84 m
3.18 m MHWS
2.51 m MLW
2.32 m MLWS
200 m
1.83 m + 0.00 m LLWL
1.00 m
0.00 m
Jadi dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Keadaan ini
terjadi apabila poros perputaran bumi tegak lurus pada garis yang
menghubungkan pusat bumi dan bulan.
bulan bumi
b. Diurnal Tide
Jadi dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Keadaan ini
terjadi apabila poros perputaran bumi tidak tegak lurus pada garis yang
menghubungkan pusat bumi dan bulan
Bumi bulan
Tipe pasang surut suatu perairan ditentukan dengan nilai Formzahl (F) dalam
Otto S.R. (1999), yang diklasifikasikan menjadi :
1) Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) atau pasang ganda jika F < .
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode
pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di
selat Malaka sampai laut Andaman.
2) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) atau pasang tunggal jika F > 3.
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang
surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat
Karimata.
3) Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevalling
semidiurnal) atau pasang campuran dominasi ganda jika < F < 1.
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan
periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia
Timur.
4) Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevalling diurnal)
atau pasang campuran dominasi tunggal jika 1 < F < 3.
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-
kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan
tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di selat
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Penentuan tipe pasang surut berdasarkan data pengamatan pasang surut dari
hasil survey lapangan.
Alat yang digunakan adalah 1 (satu) buah Peil Scale dan alat penunjang seperti
kayu kruing untuk penyangga Peil Scale ditancapkan di tepi pantai atau menempel
pada bangunan sedemikian rupa sehingga dibuat kedudukannya kuat tahan gerakan
dari pada gelombang maupun arus. Dan yang lebih penting adalah agar Peil Scale
tersebut dapat untuk membaca pada saat air laut pasang maupun surut.
BT. 2 BT. 1
Patok
Peilschaal
.
Berdasar teori perhitungan pasang surut air laut, dengan sistem Doodson
Rouster, maka pengamatan tersebut dilakukan selama 9 (sembilan) seri yang berarti
9 X 38 jam atau selama kurang lebih 15 (lima belas) hari secara terus-menerus.
Pembacaan dilakukan pada setiap 1 (satu) jam sekali, dicatat waktu dan tinggi air laut
selama kurang lebih 15 (lima belas) hari selama terus-menerus.
Hasil data pengamatan pasang surut tersebut dipakai untuk bahan perhitungan
Air Pasang (HWL), Air Surut (LWL) dan Duduk Tengah (MSL). Untuk analisa
pasang surut menggunakan metode pasang surut dan aplikasi perangkat lunak yaitu :
a) Metode Doodson Rouster
Metode ini untuk mengetahui nilai rata-rata kedudukan air laut,
b) Metode Admiralty
Sebagai pembanding dan mengetahui parameter-parameter/konstanta
pasang surut serta mengetahui sifat/tipe pasang surut,
c) Program Dina tide
Mengetahui parameter/konstanta pasang surut termasuk tipe pasut di lokasi
pekerjaan dan melakukan peramalan selama periode waktu tertentu serta
mengetahui nilai probabilitas terlampaui untuk setiap elevasi penting
pasut.
Data Pasut
Least Square
Peramalan Pasang
Peramalan Pasang
Surut 20 Tahun
Surut 15 Hari
(Faktor Bacaan )
MSL =
(Faktor )
ARR = MSL - Zo
ATR = MSL + Zo
Dimana :
MSL = Duduk tengah suatu air laut
Faktor = Konstanta pengali (Jawatan Hidro-oseanografi
Jakarta)
Bacaan = Tinggi bacaan / pengamatan pasang surut
ARR = Air rendah rerata
ATR = Air tinggi rerata
Zo = Elevasi muka air pada duduk tengah (MSL)
b. Metode Admiralty
DATA
PENGAMATAN
Data
Pengamatan 2 Tabel 2
Disusun
Skema
4 Tabel
Skema
8
Skema 5
& 1
Skema 6 0
9
Tabel 40,41,42
1
1
Skema 7
: Hasil Pekerjaan
: Tabel
: Garis kerja
: Garis konfirmasi dengan Tabel
Gambar Skema Perhitungan Pasang Surut Dengan Metode Admiralty
0 0
Posisi : Lintang : 07 32' - 08 15' LS Bulan : 3 - 18 April 2006
Bujur : 110 041' - 111018' BT Waktu Tolak : GMT + 7,00
Tabel 1. Penyusunan Hasil Pengamatan Data Pasang Surut Tabel 2. Penyusunan Hasil Penghitungan Harga X1, Y1, X2, Y2, X4 DAN Y4 Dari Skema 4
Bacaan Skala Pada Jam X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 X0 X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4 Tanggal
No 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 + - + - + - + - + - + - +2000 +1000 +1000 +1000 +1000 +1000
1 150 140 120 90 70 60 60 80 110 140 170 190 200 180 160 120 90 60 50 50 60 80 100 120 1550 -1100 1260 -1230 1390 -910 1200 -1450 870 -770 1330 -1320 2650 2450 1030 1480 750 1100 1010 4 Mei 2005
2 130 130 120 100 90 70 70 80 100 130 150 170 180 180 160 140 110 90 70 60 60 70 90 100 1470 -1090 1270 -1240 1260 -950 1210 -1350 900 -760 1260 -1300 2560 2380 1030 1310 860 1140 960 5 Mei 2005
3 110 110 110 110 100 90 90 90 100 120 130 150 160 160 160 150 130 110 100 80 80 80 80 90 1480 -1130 1490 -1200 1190 -1170 1420 -1270 900 -770 1350 -1340 2690 2350 1290 1020 1150 1130 1010 6 Mei 2005
4 90 100 100 100 100 100 100 100 110 110 120 130 140 140 150 140 140 130 120 110 100 90 80 80 1530 -1150 1510 -1170 1070 -1310 1420 -1260 890 -740 1350 -1330 2680 2380 1340 760 1160 1150 1020 7 Mei 2005
5 80 80 90 100 100 110 110 120 120 120 120 120 120 120 130 130 130 140 130 130 120 100 90 80 1480 -1190 1500 -1190 990 -1430 1370 -1320 890 -760 1360 -1330 2690 2290 1310 560 1050 1130 1030 8 Mei 2005
6 70 70 80 90 100 110 120 130 130 120 120 110 100 100 100 110 120 130 140 140 140 120 110 90 1400 -1240 1480 -1180 910 -1510 1280 -1380 870 -770 1330 -1330 2660 2160 1300 400 900 1100 1000 9 Mei 2005
7 70 70 70 80 90 110 130 140 140 140 120 110 90 80 80 90 110 130 140 150 150 140 120 100 1370 -1280 1450 -1200 860 -1570 1180 -1470 870 -780 1330 -1320 2650 2090 1250 290 710 1090 1010 10 Mei 2005
8 80 60 60 70 90 110 130 150 160 150 140 110 90 70 70 70 90 110 130 150 160 150 140 110 80 -1310 1420 -1230 880 -1580 1060 -1590 860 -810 1320 -1330 2650 770 1190 300 470 1050 990 11 Mei 2005
9 90 70 60 60 80 100 130 160 170 170 150 120 90 70 50 50 70 90 120 150 160 160 150 120 1310 -1330 1370 -1270 890 -1560 950 -1690 880 -820 1330 -1310 2640 1980 1100 330 260 1060 1020 12 Mei 2005
10 90 70 50 50 70 100 130 160 180 180 170 140 100 70 50 40 50 70 100 130 160 160 160 130 1310 -1210 1310 -1300 950 -1490 850 -1810 850 -830 1300 -1310 2610 2100 1010 460 40 1020 990 13 Mei 2005
11 110 80 60 50 60 90 120 160 180 190 180 160 120 80 50 30 30 50 80 120 150 150 150 140 1310 -1260 1260 -1310 1020 -1360 760 -1810 490 -420 1300 -1270 2570 2050 950 660 -50 1070 1030 14 Mei 2005
12 120 80 60 50 50 80 110 150 180 200 200 180 140 100 60 30 20 40 60 100 130 160 160 150 1360 -1250 1270 -1340 1140 -1280 740 -1870 860 -850 1300 -1310 2610 2110 930 860 -130 1010 990 15 Mei 2005
13 130 90 70 50 50 70 100 140 180 200 210 190 160 120 80 40 20 30 50 80 110 140 160 150 1420 -1200 1270 -1350 1240 -1170 770 -1850 870 -850 1300 -1320 2620 2220 920 1070 -80 1020 980 16 Mei 2005
14 140 110 80 50 50 60 90 120 160 200 210 210 180 140 100 60 30 20 40 60 100 130 150 150 1470 -1170 1300 -1340 1340 -1060 830 -1810 880 -850 1310 -1330 2640 2300 960 1280 20 1030 980 17 Mei 2005
15 140 120 90 60 50 50 70 110 140 180 200 210 190 160 120 80 50 130 130 50 80 110 130 140 1700 -1090 1510 -1280 1370 -1150 1110 -1680 970 -810 1300 -1490 2790 2610 1230 1220 430 1160 810 18 Mei 2005
Tabel 3. Penyusunan Hasil Penghitungan Harga X dan Y Indeks Ke Dua Dari Skema 4 jumlah 39710 32240 16840 12000 7540 16260 14830
Indeks
Tanda
Besarnya Tabel 4. Penyusunan Hasil Penghitungan Besaran X dan Y dari Konstanta - konstanta Pasut untuk 15 Piantan
X Y
X Y X00 = 39710 39710 - - - - - - -
0 + 39710 - 39710 - X10 = 2240 22,4 -22,4 22,4 67,2 2240 -156,8 22,4 - Tabel 6. Hubungan W, f , V, u, A dan g terhadap konstanta - konstanta Pasut
10 + 32240 16840 - 1840 X12 - Y1b = -5010 100,2 -450,9 50,1 450,9 450,9 -5010 100,2 -100,2 1. Besaran W untuk M2, O1, dan M4 3. Besaran f dan u untuk N2 dan MS 4 5. Besaran V MS 4
- -30000 -15000 2240 - X13 - Y1C = -5010 -200,4 350,7 -50,1 -651,3 -1002 2955,9 -150,3 - W. M2 = W . O1 = W.M4 = 0 fN2 = f MS4 = fM2 VMS4 = V M2
+ 13440 8110 -3360 - X20 = -3000 30 450 -3000 -870 -30 - -60 - uN2= uMS4 = uM2
12 - -18800 -8730 - 380 X22 - Y2b = -10770 -107,7 -10770 -1507,8 6569,7 -215,4 323,1 -323,1 107,7 6. Besaran A dan g untuk K2
+ 2000 1000 - - X23 - Y2c = -4400 88 2860 22 -4400 -132 - 220 44 2. Besaran f, V dan u untuk S 2 4. Besaran f, V dan u untuk M4 AK 2 = (AS 2)* 0.27
.2
1b + 13650 7520 - - X12 - Y4b = -3400 - -34 - -34 - - -340 -3400 fS2 =1 fM4 = (fM2) gK 2 = (gS2 )
- -12760 -5870 -630 1650 X44 - Y4d = 2370 - -23,7 23,7 47,4 - - 2393,7 -118,5 VS2 = 0 VM4 = VM2.2 7. Besaran A dan g untuk P1
+ 9100 5850 -4040 - Kostanta Harmonik S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 u S2 = 0 uM4 = uM2.2 A P1 = (AK1) * 0.33
13 - -23140 -10990 - -140 Y10 = 1840 - - -18,4 36,8 1858,4 -147,2 18,4 18,4 g P1 = gK1
+ 10000 5000 - - Y12 + X1b = -250 - -12,5 -2,5 12,5 30 -262,5 7,5 -2,5
1c + 16050 8310 630 - Y13 + X1C = 490 - -9,8 -9,8 44,1 117,6 -318,5 19,6 9,8 F = 0,439595533 : Pasut Campuran Dominan Ganda Parameter Pasut Yang Dicari
- -15420 -7340 - 970 Y20 = -7460 - 1193,6 -7460 -2238 74,6 -149,2 223,8 75
20 + 12000 7540 - - Y22 + X2b = -100 - -104 15 64 -2 10 -4 2 Bila F < 0,25 : Pasut Ganda Zo = 39,672 cm
- -15000 -15000 -3000 -7460 Y23 + X2c = 1680 - -1176 436,8 1730,4 -50,4 151,2 -117,6 -50,4 Bila 0,25 < F < 1,5 : Pasut Campuran Dominan Ganda HWL = 197,58 cm
+ 3000 3380 - 220 Y42 + X4b = 840 - 16,8 - - - - 92,4 840 Bila 1,5 < F < 3 : Pasut Campuran Dominan Tunggal MSL = 132,06 cm
22 - -9000 -4160 -5000 - Y44 + X4d = 380 - -11,4 3,8 19 - - 380 -22,8 Bila F> 3 : Pasut Tunggal LWL = 65,519 cm
+ 1000 1000 - - SKEMA 5 39642,5 -7640,3 -4439,7 1179,9 1311,5 -1887,8 1862,9 -3467
2b + 4340 5830 -320 5770 SKEMA 6 0 -103,3 -7035,1 -331,2 2028,2 -716,2 620,1 869,1
- -4660 -60 - -
+ 1780 2380 -3440 2220 Tabel 5. Penyusunan Hasil Perhitungan Skema 7 untuk besaran - besaran V, V1, PR, P f, V', V",V"', u, p, r , w,
o
23 - -10220 -5160 - - (1 + W ), g, A dan g Dari konstanta Pasut
+ 5000 5000 - - So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 Perhitungan besaran - besaran w dan (1+W)
2c + 5580 4190 -540 960 V : PR Cos r 39642,5 -7640,3 -4439,7 1179,9 1311,5 -1887,8 1862,9 -3467 dari kostanta -konstanta Pasut
- -6120 -3230 - - V1 : PR Sin r 0 -103,3 -7035,1 -331,2 2028,2 -716,2 620,1 869,10 w dan (1 + W) untuk S2 , MS4
+ 7520 7070 - 310 PR 39642,5 7641,00 8318,87 1225,50 2415,29 2019,09 1963,40 3574,27 VII : K1 : V = 301,6
42 - -8740 -7760 -220 - Tabel 3b : P 360 175 214 166 217 156 273 280 VII : K1 : u = -6,5
+ 1000 1000 - - Tabel 5 : f 0 0,979 1 0,979 1,075 1,121 0,958 0,979 Jumlah V + u =
295,1
4b + 6740 6030 - 40 Tabel 37 : 1+ W 0 1 3,5 0,2 0,8 1 1 15,8
- -6210 -5990 530 - Tabel 6 : V' 0 195,6 0 356,5 9,8 143,7 0 0 Tabel 10 : S2 : w/f = -0,186
+ 6210 3500 1420 460 Tabel 7 : V" 0 183,9 0 217,1 269,1 274,8 0 0 Tabel 10 : S2 : W/f = -0,186
44 - -5790 -4040 - - Tabel 8 : V"' 0 159,2 0 218,7 22,7 136,6 0 0 Tabel 5 : K1 f = 1,075
+ 1000 1000 - - V = V' + V" + V"' 0 538,7 0 792,3 301,6 555,1 993,2 496,6 w= -0,2
4d + 4460 2470 -80 -950 Tabel 9 : u 0 -1,8 0 -1,8 -6,5 7,6 -3,6 -1,8 W= -0,2
- -4540 -3420 - - Tabel 37 : w 0 0 2,5 -0,8 -0,2 0 0 14,8 (1 + W) = 0,8
Tabel 3b: p 0 985 735,8 327 173 160 307 316 w dan (1 + W) untuk K1
Tabel 4 : r 0 239 8 59 197 273 64 142 VII : K1 : 2V = 603,2
g 0 1760,9 13206,2 1175,7 664,9 995,7 1360,6 967,6 VII : K1 : u = -6,5
0
kelipatan dari 360 0 720 360 720 360 720 1080 720 Jumlah 2V + u = 596,7
A (amplitudo) cm 110,12 44,60 11,11 37,70 12,94 11,55 7,51 0,83
go 360 1040,9 12846,2 455,7 304,9 275,7 280,6 247,6 Tabel 10 : K1 : w*f = 2,258
Tabel 10 : K1 : W*f = -0,215
Penyusunan Hasil untuk Besaran A (Amplitudo) Cm dan g 0 Dibulatkan Tabel 5 : K1 f = 1,075
Konstanta Pasut S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1 w= 2,1
A (Amplitudo) Cm 110,12 44,60 11,11 37,70 12,94 11,55 7,51 0,83 2,9988 4,271 W= -0,2
0
g 360 1040,9 12846 455,7 304,9 275,7 280,6 247,6 12846 455,7 ( 1 + W) = 0,8
w dan (1 + W) untuk N2
VII : M2 : 3V = 1616
VII : N2 : 2V = 1585
Jumlah M2 - N2 = 31,5
Tabel 10 : N2 : w = -0,8
Tabel 10 : N2 : (1 + W) = 0,2
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A (cm) 95.43 6.03 4.06 1.44 54.42 21.24 0.43 0.43 5.88 8.47
g (0) 0 54.01 -22.3 14.31 255.7 233.83 -13.05 -79 27.59 231.79
Dimana :
A = amplitude
g = beda fase
S0 = elevasi muka air laut rata-rata terhadap nol rambu ukur
M2 = komponen utama bulan (semi diurnal)
S2 = komponen utama matahari (semi diurnal)
N2 = komponen eliptis bulan
K2 = komponen bulan
K1 = komponen bulan
O1 = komponen utama bulan (diurnal)
P1 = komponen utama matahari (semi diurnal)
M4 = komponen utama bulan (kuarter diurnal)
Ms4= komponen utama matahari-bulan
K 1 + O1
F=
M 2 + S2
K1 + O1 54,42 + 21,24
F= = = 7,50 3,0
M 2 + S2 6,03 + 4,06
Sehingga didapatkan tipe pasut di lokasi adalah diurnal (dalam 1 hari terjadi 2
kali pasang dan 2 kali surut atau pasang harian ganda).
c. Dina-Tide Program
Meramal pasang surut dalam waktu 20 tahun yaitu modul program Dina-
Ramal.exe
200
TINGGI AIR (cm)
150
100
50
0
0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336
WAKTU (jam)
120.00
110.00
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-
01/Dec/06 00 06/Dec/06 00 11/Dec/06 00 16/Dec/06 00 21/Dec/06 00 26/Dec/06 00 31/Dec/06 00
0.8
HHWL = 0.52m
0.5
MHWS = .38m
MSL = 0.00m
0.0
MLWS = -1.05m
-0.5
LLWL = -1.47m
-0.8
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Probabilitas Terlampaui (%)
10.3 Penutup
10.3.4. Rangkuman
- Fenomena pasang surut menjadi parameter dominan dalam menentukan elevasi
infrastruktur di Palabuhan
- Elevasi pasang surut yang paling sering digunakan adalah duduk bawah (LWS),
duduk tengah (MSL) dan duduk atas (HWS)
- Analisis dengan menggunakan Metode Doodson Ruster, metode Admiralty dan
program DinaTide
Daftar Pustaka
XI. GELOMBANG
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu
pokok bahasan mengenai fenomena gelombang, cara pengumpulan data sekunder dan
primer dan metode analisisnya.
11.1. Pendahuluan
11.2. Penyajian
1/ 3
gTp gF
2
= 0.2857 2
UA U A
2/3
gt d gF
2
= 68,8 2
UA U A
gH mo
= 0 . 243
U A2
gTp
= 8.13
UA
gTd
= 7.15 x104
UA
Buku Ajar Pelabuhan 11-3
dimana:
Start
Yes 2/3
gF
2/3
gF U gt
te =68.8 2 A t = 68.8 2
(Non Fully
U g
7.15x104
A
Developed)
UA U
A
No
No Fully Developed
(Duration Limited)
3/ 2
Yes gt UA
2
1/ 2 2
UA
2
gF UA
Hm0 = 0.0016 2 F = Fmin
Hm 0 = 0.243
g U g
A 2
UA
1/3 Tp = 8.134
2
UA gF g
Tp = 0.2857 2
g U
A
Finish
Finish
Peramalan Gelombang
2. Arah angin
Dari data kecepatan dan data arah angin dibuat penggolongan kecepatan
berdasarkan jumlah kecepatan dan arah angin untuk selanjutnya dicari
prosentase arah angin dan ditabelkan. Memudahkan pembacaan dan
mengetahui data arah angin dominan dibuat gambar Windrose. Berikut
diberikan contoh tabel dan gambar data arah angin (prosentase) berdasarkan
kecepatan.
Lf i . cos i
Lf i =
cos i
Dimana
angin. Panjang fetch pada contoh perhitungan ini diperhitungkan untuk arah
Utara.
Dari hasil penggambaran didapatkan jarak fetch dan dimasukkan dalam tabel
seperti contoh tabel berikut.
Garis Xi (Km)
0 0 1 377.53 377.53
Feff =
XiCos = 5836,74 = 434,831 km
Cos 13,423
Setelah panjang fetch effective diketahui, maka tinggi gelombang (H) dan
periode gelombang (T) dihitung dengan menggunakan grafik dari Shore
Protection Manual (SPM).
2.0
1.5
RL=UW/UL
1,0
0.5
(Sumber:
0.0 5 Pelabuhan,
10 Bambang
15 Triatmodjo,1996)
20 25 m/dt
Keterangan :
Buku Ajar Pelabuhan 11-9
Arah Utara untuk U = 10 Knot = 5,15 m/det, dari grafik didapat RL = 1,4;
maka UW = 1,4 x 5,15 = 7,21 m/det.; UA = 8,06 m/dt dengan Fetch eff =
434.831 km ; dari grafik SPM didapat :
H = 1,50 m dan
T = 7,0 detik
Lo = 1.56 x T2
Co = Lo / T
1 = 22,64
Kr = (cos o / cos 1)
H1 = Ks . Kr . H
= 1,06 x 0.766 x 1.5 = 1,218 m.
H1 = Ks . Kr . H
= 1,06 x 0.766 x 3,5 = 2,84 m
H1 = 1.22 m
Ho = 1.50 m.
Gelombang Rencana
Tahun U TL T TG S BD B BL Max
2001 1.12 2.13 3.7 1.62 1.88 0 0 0 3.7
2002 2.46 1.93 2.63 1.93 1.18 0 0 0 2.63
2003 1.15 2.96 2.86 1.36 0.87 0 0 0 2.96
2004 0.52 1.61 2.57 0.88 0.87 0 0 0 2.57
2005 0.56 1.93 2.79 1.82 0.77 0 0 0 2.79
Max 2.46 2.96 3.7 1.93 1.88 0 0 0
4.0
Teluk Bengkunat
3.8
3.6
3.4
Tinggi Gelombang (m)
3.2
3.0
2.8
2.6
Probabilitas Weibull
Sehingga dari didapat nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang seperti
yang disajikan pada berikut.
Shoaling
Refraksi
Ks = koefisien pendangkalan
Kr = koefisien refraksi
Dimana :
C go
Ks =
Cg
bo
Ks =
b
Sementara tinggi gelombang yang terjadi pada perairan dangkal (H) dapat
dihitung sebagai berikut :
H = H0.Ks.Kr
Buku Ajar Pelabuhan 11-14
Difraksi
A
P
HA = KD x HP
dengan :
Refleksi
Hr = Kr x Hi
Dengan:
10.3 Penutup
1. Pada Prediksi gelombang angin dikenal istilah sebagai berikut, dan jelaskan
dengan sketsa
a. Gelombang SEA dan SWELL
b. Panjang Fetch
c. Tinggi dan Periode Gelombang
10.3.4. Rangkuman
- Fenomena gelombang laut menjadi parameter dominan dalam menentukan dimensi
dan kekuatan infrastruktur di Palabuhan
- Parameter gelombang yang sering digunakan adalah tinggi gelombang dan periode
gelombang
- Gelombang mengalami deformasi ketika menuju ke pantai diantaranya: Shoaling,
Refraksi, Defraksi dan gelombang pecah
Buku Ajar Pelabuhan 11-17
Daftar Pustaka
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu
pokok bahasan mengenai fenomena gelombang, cara meredam gelombang,
infrastruktur yang dapat digunakan untuk memecah gelombang sehingga gelombang
dapat teredam di lokasi yang perludiamankan.
12.1. Pendahuluan
12.2. Penyajian
daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak
dipengaruhi oleh gelombang besar dilaut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut
oleh mutu pelabuhan dengan lebar tertentu, dan kapal keluar / masuk pelabuhan
melalui celah tersebut .Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah pelabuhan
menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah.
Gelombang yang datang dengan membentuk sudut terhadap garis pantai dapat
menimbulkan arus sepanjang pantai. Kecepatan arusyang besar akan bisa
mengangkut sedimen dasar dan membawa searah dengan arus tersebut. Mulut
pelabuhan yang menghadap arus tersebut akan memungkinkan masuknya sedimen
kedalam perairan pelabuhan yang berakibat terjadinya pendangkalan.
Ada beberapa macam pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan
bangunan yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat
dibedakan menjadi gelombang sisi miring,sisi tegak dan sisi campur. Pemecah
gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap, dan
sebagainya.
Termasuk dalam kelompok pertama adalah pemecah gelombang dari tumbukan batu
alam, balok beton, gabungan antara batu pecah dan blok beton, batu buatan dari
beton dengan bentuk khusus seperti tetrapod, quadripods, tribars, dolod, dan
sebagainya. Sebagian atas pemecah gelombang tipe ini biasanya juga dilengkapi
dengan dinding beton yang berfungsi menahan limpasan air diatas bangunan.
Sedang yang termasuk dalam tipe kedua adalah dinding blok beton massa yang
disusun secara vertikal, kaison beton, sel turap baja yang didalamnya disisi batu,
dinding turap baja atau beton dan sebagainya. Selain kedua tipe tersebut pada
kedalaman air yang besar, dimana pembuatan pemecah gelombang sisi miring atau
vertikal tidak ekonomis, dibuat pemecah gelombang tipe campuran yang merupakan
gabungan dari tipe pertama dan tipe kedua. Gambar 2 menunjukkan beberapa
contoh ketiga tipe pemecah gelombang. Gambar 3 adalah pemecah adalah
pemecah gelombang sisi miring, yang terdiri dari tumpukan batu dibagian dalamnya
sedang lapis luarnya dapat berupa batu dengan ukuran besar atau beton beton
dengan bentuk tertentu. Lapis luar ( lapis pelindung ) ini harus mampu menahan
serangan gelombang. Gambar 4 adalah pemecah gelombang sisi tegak dari kaison
beton. Tanah dasar laut dikeruk dan diganti dengan batu yang berfungsi sebagai
pondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi, maka dibuat pelindung kaki
yang terbuat dari blok beton. Bagian dalam kaison diisi dengan pasir. Sedang
gambar 5 adalah pemecah gelombang campuran. Bagian bawah terdiri bawah terdiri
XII. Pemecah Gelombang 12-4
dari tumpukan batu sedang bagian atas terbuat kaison beton yang didalamnya diisi
pasir.
Batu adalah salah batu bahan utama yang digunakan untuk membangun pemecah
gelombang. Mengingat jumlah yang diperlukan sangat besar maka keterbatasan
batu disekitar lokasi pekerjaan harus diperhatikan. Ketersediaan batu dalam jumlah
besar dan biaya angkutan dari lokasi batu keproyek yang ekonomis akan
mengarakan pada pemilihan pemecah gelombang tipe tumpukan batu.
Selain itu kedalaman air juga penting terutama didalam analisa stabilitas
bangunan. Didaerah pantai yang dalam dimensi pemecah gelombang sisi miring (
trapesium ) menjadi dasar yang berarti dibutuhkan bangunan yang sangat banyak
sehingga harga bangunan pemakaian pemecah gelombang sisi miring tidak
ekonomis. Dalam hal ini pemecah gelombang sisi tegak.
Tabel 1.
Keuntungan dan kerugian dari ketiga tipe pemecah gelombang
Formula yang dipakai untuk menentukan berat batu setiap satuan, lebar puncak dan
tebal lapis lindung sebagai berikut (SPM, 1984).
r .h3
W=
( K .( r / a ) 1)3. cot
d
Dimana :
W = berat batu pelindung (ton)
r = berat jenis batu lindung (ton/m3)
a = berat jenis air laut (ton/m3)
h = tinggi gelombang rencana (m)
= sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
Kd = koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu
pelindung, kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya.
Berat yang dihitung di atas merupakan berat batu pada lapisan luas. Untuk lapis
dibawahnya merupakan batu yang dimensinya lebih kecil sesuai dengan
ketentuan SPM,1984.
1
W 3
B = n K
r
XII. Pemecah Gelombang 12-8
dimana:
B = Lebar puncak
n = jumlah butir batu (minimum = 3)
K = koefisien lapis pelindung
W = berat butir batu pelindung (ton)
r = berat jenis batu (ton/m3)
1
W 3
T = n K
r
dimana:
t = tebal lapis pelindung (m)
n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
K = koefisien lapis pelindung
W = berat butir batu pelindung (ton)
t = berat jenis batu (ton/m3)
Berdasarkan rumus di atas dan data-data yang ada dapat dilakukan perhitungan
untuk mendesain breakwater yang terbuat dari tetrapod sebagai lapis lindung dan
lapis batu inti dari batu belah untuk meratakan tekanan digunakan lapis geotextile
non woven (tidak berlubang).
a) Data dan ketentuan
Data gelombang dan koefisien yang dipakai dalam perhitungan
meliputi:
H = 2,763 m
Kd = 6 (gelombang tidak pecah)
Kd = 7 (gelombang pecah)
a = 1,030 t/m3
XII. Pemecah Gelombang 12-9
r = 2,650 t/m3
K = 1,04 (porositas 50%)
n = 2
m = 1,5 =
A = 10 m2
Selanjutnya proses perhitungan untuk untuk mendapatkan besaran
parameter-parameter dalam desain breakwater diberikan berikut ini.
b) Perhitungan Lapis Lindung dari Tetrapod
Pada desain lapis lindung (tetrapod) perhitungan meliputi 2 (dua)
bagian yaitu bagian ujung (head) dan bagian lengan (trunk) yang
masing-masing menggunakan koefisien yang berbeda sehingga
didapatkan besar tetrapod yang berbeda pula.
Lapis lindung bagian ujung (W 1) diperoleh sebesar :
2,65.(2,763)3
W1 = = 1,596 1,60 t/bh
2,65
6( 1) .1,5
3
1,03
sedangkan besar lapis lindung bagian lengan (W2) sebesar :
2,65.(2,763)3
W2 = = 1,368 1,40 t/bh
2,65
7( 1)3 .1,5
1,03
1,60 1 / 3
B1 = 3.1,04( ) = 2,64 3,0 m
2,65
1,40 1 / 3
B2 = 3.1,04( ) = 2,52 2,50 m
2,65
d) Tebal Lapis Lindung
Direncanakan dengan jumlah lapis batu dalam lapis pelindung (n)
sebanyak 2 buah dengan tebal untuk tiap bagian yaitu :
1,60 1 / 3
t1 = 2.1,04( ) = 1,75 m
2,65
1,40 1 / 3
t 2 = 2.1,04( ) = 1,70 m
2,65
e) Jumlah Tetrapod pada Lapis Lindung Breakwater
XII. Pemecah Gelombang 12-
10
2
P r 3
N = A n K 1
100 W
Dari besar tetrapod yang diketahui dapat didesain dimensi lapis lindung
tersebut yang diberikan pada gambar di bawah ini.
Tipe.1 (W1) r2
3
r1 = 0.225 m Bj.Con. = 2.400 t/m r1
2
r2 = 0.275 m A1 = 0.159 m
2
L1 = 0.780 m A2 = 0.237 m
2
L2 = 1.055 m A = 0.198 m
3
L3 = 1.382 m Vol = 0.155 m
L4 = 2.006 m
L4
L5 = 0.963 m
L6 = 1.784 m
L7 = 1.784 m L1
L2
Tipe.2 (W2)
3
r1 = 0.225 m Bj.Con. = 2.400 t/m
2 L3
r2 = 0.275 m A1 = 0.159 m
2
L1 = 0.650 m A2 = 0.237 m
2
L2 = 0.925 m A = 0.198 m
3
L3 = 1.142 m Vol = 0.129 m
L4 = 1.798 m
(a)
L5 = 0.833 m
L6 = 1.654 m
L7 = 1.654 m
L1
L5
L6
L6
L4 L7
( b ) depan ( c ) samping
g 2
L0 = T = 9,81/2 . 3,14 (2,9864)2 = 13,932 m
2
Direncanakan kemiringan sisi breakwater 1 : 1,5 dimana nilai Run-
up(Ru) diperoleh dari penguraian Bilangan Irribaren dengan
rumus:
Tg 1,5
Ir = = = 3,368
(H Lokasi Lo )0.5
(2,763 / 13,932)1 / 2
Dari grafik perbandingan run-up dan run-down dengan = 1,5
Ru
didapat = 0,85 (diketahui data awal tinggi gelombang =
H
2,763 sehingga diperoleh nilai Ru = 0,85 (1/2 . 2,763) = 1,170 m.
3.0
1.5
1
Lapis
batu
inti
W=25-75kg/bt
Lapis Geotextile
12.3 Penutup
Apa keuntungan dan kekurangan ketiga jenis tipe pemecah gelombang yang
ada?
Dengan tinggi gelombang 1,5 m, kedalaman pemecah gelombang ada di 5,5 m
tentukan dimensi dan jenis pemecah gelombang yang diperlukab
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada
halaman berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
Jawaban yang benar
TingkatPen guasaan = x100%
2
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% - 79% : cukup
60% 69% : kurang
0% - 59% : gagal
10.3.4. Rangkuman
- Fenomena gelombang laut menjadi parameter dominan dalam menentukan dimensi
dan kekuatan pemecah gelombang di Palabuhan
XII. Pemecah Gelombang 12-
13
Daftar Pustaka
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai Alur Pelayaran ( BAB XIII dalam susunan pembahasan )
13.1. Pendahuluan
13.1.1. Deskripsi
Menjelaskan Alat Pemandu Pelayaran meliputi prinsip Umum Alur Pelayaran, Bagian-
bagian alur pelayaran, arah alur pelayaran, kedalaman alur pelayaran, gerakan kapal
karena gelombang, lebar dan panjang alur pelayaran.
13.1.2. Relevansi
13.2. Penyajian
Alat pemandu pelayaran dengan konstruksi tetap dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Rambu pelayaran pada pier, wharf, dolphin,
Rambu ini untuk mengetahui batas-batas dari pier, wharf, dolphin penambat dan
bangunan-bangunan pantai lainnya. Rambu suar ditempatkan di ujung
Bangunan tersebut.
c. Mercu suar
Mercu suar adalah banguan menara yang tinggi dengan lampu suar di puncak menara.
Bangunan ini didirikan di suatu titik di pantai guna memandu kapal yang akan menuju
ke pelabuhan.
Alat pemandu tipe ini berupa pelampung (buoy) yang diletakan disuatu tempat tertentu.
Pelampung ini diberi alat pemberi tanda peringatan berupa lampu, pemantul gelombang
radar, bel, atau bunyi peringatan lain, yang tergantung dari penggunaannya. Sumber cahaya
dapat dari listrik atau gas.
13. 3 Penutup
a. Bagaimana pola operasi di laut untuk jenis pelabuhan ikan dan infrastruktur apa perlu
dipersiapkan
b. Bagaimana pola operasi di darat dan apa saja infrastruktur yang perlu dipersiapkan.
Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada halaman berikut ini.
Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.
Rumus:
0% - 59% : gagal
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 70%, maka anda harus
mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk
mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.
13.3.4. Rangkuman
- Fasiliats infrastruktu di laut dibuat untuk memfasilitasi pola oparasi kapal dan angkutannya saat
berapda di laut
BUKU AJAR PELABUHAN 7
- Fasiliats infrastruktur di darat dibuat berdasarkan atas pola operasi barang ketika berada di
darat. Untuk itu perlu zonasi kebutuhan-ebutuhannya.
Daftar Pustaka
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating Shoreline
Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System Users Manual. Technical Report
CERC-89-19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS Generalized Model for Simulating Shore-line
Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways
Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA Kota
Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang,
Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d A13-6
Buku Ajar Pelabuhan 14-1
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok
bahasan mengenai simulasi model matematika, data input, keluarannya. Model
matematika ini dapat membuat isualisasi fenomena pantai karena ada pembangunan
fasilitas pelabuhan utamanya breakwater dan groin.
14.1 Pendahuluan
14.2. PENYAJIAN
1
Buku Ajar Pelabuhan 14-2
fenomena alam tersebut harus diinvestigasi secara mendalam untuk memperoleh hasil
perencanaan yang memuaskan, memprediksikan dampak-dampak yang mungkin timbul,
hingga menemukan mekanisme antisipasi atas dampak-dampak negatif yang mungkin
timbul tersebut. Investigasi untuk keperluan itu dilakukan melalui analisis hidro-
oseanografi dan sedimentasi pantai yang dikaji lebih lanjut dalam bagian ini.
2
Buku Ajar Pelabuhan 14-3
Transformasi tinggi gelombang air dalam ke air dalam ekivalen dilakukan dengan
persamaan:
dengan H '0 adalah tinggi gelombang laut dalam ekivalen, K ' adalah koefisien difraksi,
K r adalah koefisien refraksi, dan H 0 adalah tinggi gelombang laut dalam.
Gelombang pecah pada lokasi dengan kedalaman tertentu di air dangkal dihitung
dengan persamaan:
Hb 1
= 3
......... (1.2)
H '0 H'
3,3 0
L0
db 1
= ......... (1.3)
Hb aH
b 2b
gT
(
a = 43,75 1 e 19 m dan )
1,56
b= ......... (1.4)
(1 + e 19,5 m )
dengan: Hb adalah tinggi gelombang pecah, H '0 adalah tinggi gelombang laut dalam
ekivalen, L0 adalah panjang gelombang di laut dalam, db adalah kedalam air saat
3
Buku Ajar Pelabuhan 14-4
gelombang pecah, m adalah kemiringan dasar laut, g adalah percepatan gravitasi, dan
T adalah periode gelombang.
......... (1.5)
dengan: (x,y) adalah estimasi elevasi permukaan air di titik (x,y), adalah sudut
phase gelombang, C(x,y) adalah cepat rambat gelombang di titik (x,y), Cg(x,y) adalah
cepat rambat grup gelombang di titik (x,y), dan k(x,y) angka gelombang di titik (x,y).
4
Buku Ajar Pelabuhan 14-5
Mulai
Jalankan Model
Ubah faktor
kemiringan
Kalibrasikan Model terhadap Hasil gelombang (c)
Pengukuran Arus di Lapangan atau spasi 1-d
Ya
Simulasikan Model untuk Seluruh Arah Dominan
Gelombang Datang
Selesai
Gambar 1.1. Bagan Alur Pemodelan Matematik Pola Gelombang dan Arus
5
Buku Ajar Pelabuhan 14-6
6
Buku Ajar Pelabuhan 14-7
Mulai
Jalankan Model
Ubah nilai K1
Kalibrasikan Model terhadap Hasil dan K2
Investigasi Lapangan (yang ada):
Tinggi dan Kedalaman Gelombang
Pecah serta Debit Sedimen
Selesai
7
Buku Ajar Pelabuhan 14-8
Elevasi pantai berada dalam kisaran berm height DB dan closure depth DC,
keduanya diukur dari datum misalnya muka air laut rata-rata (MSL, mean sea level) atau
muka air laut rendah terendah (MLWL, mean low water level atau MLLW, mean lowest
low water level).
y 1 Q . . . . . . . . . (1.11)
= q = 0
t ( DB + DC ) x
8
Buku Ajar Pelabuhan 14-9
Term Q/x dalam persamaan tersebut diselesaikan dengan skema numerik implisit
Crank-Nicholson, yang dikembangkan berbasis solusi beda hingga (finite difference
solution scheme). Selanjutnya, term y/t dalam persamaan juga diselesaikan dengan
skema beda hingga y/t, dengan nilai-nilai variabel q, DB, DC, dan t merupakan data
yang telah diketahui (ditetapkan senbelum simulasi). Sistem persamaan aljabar linier
yang terbentuk lebih lanjut diselesaikan secara numeris memakai algoritma sapuan
ganda (double-sweep algorithm). Skema persamaan ini dapat dirujuk pada pustaka
numerik lanjut.
Tampak dalam Gambar 14.4, dari sejumlah N pias hitungan (cell walls), pias
hitungan nomor-i didefinisikan dengan lebar pias x dan posisi garis pantai yi. Volume
sedimen pada pias tersebut akan mengalami perubahan volume sedimen Vi dan posisi
garis pantai yi, yang dihitung dalam setiap interval waktu t.
Perubahan volume sedimen Vi pada setiap pias dihitung dari volume bersih
sedimen yang masuk atau keluar melalui keempat sisi pias hitungan dengan formula:
Vi = x yi ( DB + DC ) . . . . . . . . . (1.12)
Perubahan tersebut hanya terjadi jika ada perubahan laju transpor sedimen Qi (=Qi ),
akibat beda laju transpor sedimen pada pias i-1 dan i+1 (Qi-1 dan Qi+1).
9
Buku Ajar Pelabuhan 14-
10
Laju transpor sedimen sejajar pantai akibat gelombang pecah dihitung dengan
Formula CERC dalam SPM (1984), yaitu:
H
( b
)
Q = H 2Cg q a1 sin 2 bs a2 cos bs
x b
. . . . . . . . . (1.13)
K1 . . . . . . . . . (1.14)
a1 =
16 s 1 (1 p )(1, 416 )
52
K2 ......... (5)
a2 =
8 s 1 (1 p ) tan (1, 416 )
72
dengan:
K1, K2 = variabel kalibrasi non dimensi untuk,
Cg = kecepatan grup gelombang (m/s),
Cg = kecepatan grup gelombang (m/s),
H = tinggi gelombang (m),
Cg = kecepatan grup gelombang (m/s),
b = subskrip menyatakan keadaan gelombang pecah,
bs = sudut gelombang pecah terhadap garis pantai setempat,
s = rapat massa pasir (diambil 2,65x103 kg/m3 untuk quartz sand),
= rapat massa air laut (diambil 1,03x103 kg/m3),
p = porositas butiran pasir di dasar perairan (diambil 0,4), dan
tan = kemiringan rata-rata dasar perairan mulai dari dari garis pantai sampai
kedalaman perairan di mana transpor sedimen sejajar pantai aktiv.
10
Buku Ajar Pelabuhan 14-
11
Dalam persamaan (5), faktor 1,416 dipakai untuk mengkonversi tinggi gelombang
signifikan (Hs), tinggi gelombang hasil analisis statistik yang diperlukan sebagai data
oleh GENESIS, menjadi tinggi gelombang root-mean-square (Hrms). Koefisien K1 dan
K2 dalam persamaan disebut parameter transformasi, nilainya harus ditentukan degan
cermat. Kedua parameter tersebut digunakan untuk kalibrasi model, yaitu untuk
mengontrol skala waktu dalam simulasi perubahan garis pantai dan besar laju transpor
sedimen sejajar pantai yang dinyatakan dengan term faktor l/(DB+DC) dalam persamaan
(1). Nilai K1 dapat diambil dalam selang antara 0,58 sampai 0,77. Dalam simulasi kali
ini, digunakan K1 = K2 = adalah 0,58.
14.2.3 DATA
Untuk pelaksanaan kedua analisis tersebut diperlukan data teknis mencakup:
(1) kondisi morfologi; (2) profil pantai, garis pantai, dan batimetri zone litoral;
(3) gelombang dan arus bangkitannya, (4) karakteristik material pantai, (5) konfigurasi
struktur, dan (6) kondisi batas daerah hitungan.
11
Buku Ajar Pelabuhan 14-
12
Gambar 14.13. Daerah hitungan Model Pola Gelombang dan Arus (tanpa skala)
12
Buku Ajar Pelabuhan 14-
13
Mencermati pola gelombang di perairan lepas pantai, lihat Gambar 14.11, perletakan
mulut pelabuhan perlu diarahkan ke arah timur laut, di mana pada arah tersebut kondisi angin
dan gelombang adalah paling tidak dominan. Upaya tersebut ditujukan untuk mengurangi atau
mereduksi masuknya gelombang maupun arus ke kolam pelabuhan hingga sekecil mungkin
sehingga pemecah gelombang dapat berfungsi efektif melindungi kapal-kapal yang bersandar,
bertambat, maupun bongkar muat di kolam pelabuhan. Pilihan tersebut juga didasarkan pada
pertimbangan bahwa di daerah pantai setempat gelombang datang dari arah timur maupun utara
memiliki dominansi berimbang yang menyebabkan letak mulut pelabuhan tidak mudah di
sembunyikan di balik pemecah gelombang. Selain itu, pilihan perletakan mulut yang
tersembunyi juga menyulitkan navigasi kapal saat masuk pelabuhan karena harus kapal harus
mengantisipasi gelombang dari samping kapal. Sebagai misal, di mana gelombang dari arah
utara lebih moderat daripada arah timur, letak mulut ke arah utara akan memudahkan masuknya
gelombang dan arus dari arah tersebut. Kapal juga tidak mudah masuk pelabuhan karena harus
mengantisipasi gelombang dari arah dominan timur yang menghantam sisi kiri kapal.
Perlindungan daerah kolam pelabuhan terhadap gelombang dan arus bangkitannya,
bagian ujung dari pemecah gelombang dapat diperpanjang atau dibesarkan dimensinya sehingga
gelombang dan arus makin tidak mudah masuk kolam pelabuhan. Upaya demikian secara
langsung akan memperpanjang lintasan hidraulik oleh arus yang membawa sedimen sehingga
akan mengantisipasi masuknya sedimen ke kolam pelabuhan.
Pada Gambar 14.13, divisualisasikan daerah hitungan berbentuk semi-lingkaran
dengan jari-jari 972,9 m. Bathimetri setempat diakomodasikan pada setiap elemen
segitiga dalam daerah hitungan. Dalam hal ini, daerah kolam pelabuhan disimulasikan
dengan kedalaman 3,5 m yang diperoleh melalui pengerukan (dregging), termasuk
ruangan pada sisi utara dan selatan dermaga.
Gambar 14.14. Daerah hitungan Model Pola Gelombang dan Arus (tanpa skala)
13
Buku Ajar Pelabuhan 14-
14
Daerah hitungan simulasi model matematik perubahan garis pantai
Dalam simulasi model matematik perubahan garis pantai memakai GENESIS,
hanya struktur bangunan pemecah gelombang yang disimulasikan. Tata letak sruktur
bangunan pantai tersebut divisualisasikan dalam bentuk daerah hitungan model
matematik pada Gambar 14.14.
Tampak pada Gambar 14.14, grid hitungan berupa cell atau pias-pias dengan
jumlah pias terpakai adalah 32 pias. Lebar setiap pias sejajar garis pantai (dx) adalah
100 m sehingga panjang daerah hitungan adalah 3.200 m (3,2 hm). Sedangkan lebar
tegak lurus garis pantai adalah 2.000 m (2 hm). Jadi, daerah hitungan berukuran 6,4 ha
(= 3,2 x 2 hm). Masing-masing pias diberi nomor urut 1 hingga 32. Pemecah gelombang
disimulasikan menjorok ke laut melebihi zone gelombang pecah memakai jetty panjang.
Di sini, JU mewakili pemecah gelombang utara BWU dan JS mewakili pemecah
gelombang selatan BWS. Panjang JU dan JS adalah sama yaitu 320 m dari garis pantai
dan diposisikan secara berurutan pada pias nomor 15 dan 18.
i. Kondisi Batas
Kedua domain model matematik yang digunakan, CGWAVE dan GENESIS,
memakai kondisi batas tetap (Dirclet problems). Namun, kondisi batas tetap pada
kedua model matematik tersebut tidak sama.
Pada simulasi model matematik memakai CGWAVE, di sisi daratan dipakai
kondisi batas berupa nilai-nilai kecepatan (u,v), elevasi (h), koefisien refleksi (Kr) pada
setiap koordinat (x,y) di mana garis pantai dan tepi-tepi struktur bangunan pantai
berada. Pada dasar seluruh daerah hitungan diakomodasikan pula kedalaman dasar
perairan (x,y,z) berdasar data bathimetri perairan. Di sisi laut dipakai kondisi batas
berupa karakteristik gelombang rencana di perairan transisi, baik kedalaman air (d),
tinggi gelombang (H), periode gelombang (T), dan arah datang gelombang (). Kondisi
batas lautan itu diletakkan pada koordinat garis lengkung (kurva) setengah lingkaran.
Sedangkan pada simulasi model matematik memakai GENESIS, di sisi daratan
akan digunakan kondisi batas berupa nilai-nilai levasi bahu pantai pada setiap koordinat
(x,y) di mana garis pantai berada. Di sisi laut diakomodasikan karakteristik gelombang
terjadi (incident wave) di perairan transisi, baik kedalaman air (d), tinggi gelombang
(H), periode gelombang (T), dan arah datang gelombang ().
14
Buku Ajar Pelabuhan 14-
15
Gelombang representatif, (HS)10th, juga ditranformasikan menuju pantai dengan
kedalaman 6,2 m untuk masukan simulasi model matmatik pola gelombang dan arus. Nillai HD
pada kedalaman tersebut adalah 1,10 m. Kondisi gelombang di sini adalah pada gelombang di
perairan transisi.
Berlainan dengan 2 keperluan terdahulu, untuk data simulasi perubahan garis pantai,
seluruh data gelombang signifikan (tinggi, periode, dan arah) hasil hindcasting pada arah timur,
timur laut, dan utara. Jumlah gelombang tersebut adalah 1911 gelombang di antara 2649
gelombang pada delapan penjuru arah mata angin.
Darah sekitar dermaga atau rencana kolam pelabuhan merupakan daerah yang memiliki
perbedaan pola gelombang dan arus paling kontras antara sebelum dan setelah pelabuhan
dibangun. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan pemecah gelombang, yang
difungsikan untuk mereduksi tinggi gelombang di daerah tersebut. Pada keadaan sebelum
pelabuhan dibangun, gelombang di daerah sekitar dermaga dapat mencapai tinggi 1,5 m baik
pada keadaan pecah atau beberapa saat sebelum pecah, lihat Gambar 14.15. Sedangkan pada
keadaan setelah pemecah gelombang dibangun tinggi gelombang antara 0,01 hingga 0,26 m,
lihat Gambar 14.16. Dengan demikian, tinggi gelombang di kolam pelabuhan telah memenuhi
persyaratan kurangdari 0,4 m dan nyaman untuk bongkar muat ikan hasil tangkapan.
15
Buku Ajar Pelabuhan 14-
16
Gambar 14.15. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang dari Timur Sebelum
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gambar 14.16. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang Timur dari Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
16
Buku Ajar Pelabuhan 14-
17
Gambar 14.17. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang dari Utara Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gelombang pada daerah kolam pelabuhan, lihat Gambar 14.16 dan 14.17, tampak lebih
tinggi di sisi utara kolam daripada di sisi selatan kolam pada saat gelombang datang dari arah
timur. Fenomena demikian terjadi ketika musim timur. Sedangkan pada saat gelombang datang
dari arah utara, gelombang di sisi selatan kolam akan lebih tinggi di sisi utara. Fenomena ini
terjadi saat berlangsung musim pancaroba dari muson timur ke muson barat atau sebaliknya.
Keadaan ini menguntungkan kapal yang bongkar muat di depan dermaga karena gelombang di
lokasi ini relatif lebih rendah/tenang daripada daerah lainnya pada kolam pelabuhan.
Dil luar pemecah gelombang, gelombang dari arah timur pada msim timur membentur
pemecah gelombang selatan dengan energi relatif lebih tinggi daripada gelombang yang
membentur pemecah gelombang sisi utara pada saat musim pancaroba. Kondisi tersebut dapat
dicermati dari tinggi gelombang dalam dua keadaan tersebut. Dengan demikian, perencanaan
dimensi pemecah gelombang selatan perlu mendapat perhatian agar mampu menerima atau
mentransfer energi tersebut ke dasar pantai.
Pola arus bangkitan gelombang pada keadaan gelombang datang dari timur setelah
pemecah gelombang dibangun ditunjukkan pada Gambar 14.18. Pola arus tersebut sesuai
dengan pola gelombang dalam Gambar 14.16. Tampak dari ukuran vektor kecepatan partikel air
dalam gambar, daerah di sisi barat kolam pelabuhan lebih dinamik daripada di sisi selatan
kolam pelabuhan. Sedangkan pada keadaan gelombang datang dari utara setelah pelabuhan
dibangun akan terjadi dinamika gerak partikel air berlawanan, pola arus demikian ini dapat
dicermati dari Gambar 14.19 yang sesuai dngan pola gelombang dalam Gambar 14.17. Tampak
dari ukuran vektor kecepatan partikel air dalam gambar, daerah di sisi selatan kolam pelabuhan
lebih dinamik daripada di sisi utara kolam pelabuhan.
Hempasan arus di dalam kolam pelabuhan, baik akibat gelombang datang dari arah
timur maupun selatan pada keadaan pemecah gelombang talah dibangun berpotensi mengikis
material pantai di sisi-sisi dalam pemecah gelombang. Namun demikian, erosi pada daerah
tersebut tidak berbahaya bagi stabilitas pemecah gelombang karena relatif kecil. Selain itu, arus
tersebut akan cenderung kembali dinormalkan oleh sisi-sisi kapal yang bersandar di daerah
kolam pelabuhan.
17
Buku Ajar Pelabuhan 14-
18
Gambar 14.18. Pola Arus pada Arah Datang Gelombang dari Timur Setelah Pemecah
Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gambar 14.19. Pola Arus pada Arah Datang Gelombang dari Utara Setelah Pemecah
Gelombang Dibangun t = 8,5 s
18
Buku Ajar Pelabuhan 14-
19
Guna lebih menjamin ketenangan permukaan air di kolam pelabuhan sehingga lebih
meningkatkan keamanan dan kenyamanan bongkar muat, tinggi gelombang dan arus dalam
kolam pelabuhan dapat lebih diminimalkan dengan menambah panjang bagian ujung pemecah
gelombang atau memperbesar dimensi bagian ujung tersebut 50 m. Fenomena hasil keluaran
model atas upaya ini ditunjukkan dalam Gambar 14.20 dan 14.21, di mana tampak tinggi
gelombang dalam gambar lebih rendah daripada dalam Gambar 14.16 dan 14.17. Upaya
tersebut skaligus akan berfungsi memperkuat stabilitas ujung pemecah gelombang dari
hempasan gelombang.
Gambar 14.20. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang Timur dari Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
Gambar 14.21. Pola Gelombang pada Arah Datang Gelombang Timur dari Setelah
Pemecah Gelombang Dibangun t = 8,5 s
19
Buku Ajar Pelabuhan 14-
20
20
Buku Ajar Pelabuhan 14-
21
dipicu oleh pola gelombang yang berimbang pada arah timur dan utara. Sementara, kedua arah
gelombang datang tersebut tepat membentuk sudut dalam kisaran -45 hingga 45o.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (d)
21
Buku Ajar Pelabuhan 14-
22
Gambar 14.22 Perubahan Garis Pantai pada Kondisi yang Ada (Existing)
Tabel 14.5 Perubahan Garis Pantai Sebelum dan Setelah Pelabuhan Dibangun
Perubahan Garis Pantai pada Akhir Simulasi (m) Deviasi Perubahan Garis Pantai
No.
Sebelum Pelabuhan Dibangun (Existing) Ketika dan Setelah Pelabuhan Dibangun Sebelum dan Setelah pelabuhan Dibangun
Pias
1 th 2 th 3 th 1 th 2 th 3 th 1 th 2 th 3 th
Keterangan: dx = 100 m; total x = 3200 m; jetty pada nomor pias 15 dan 18; besar erosi dalam huruf warna beru cetak tebal;
EM : erosi maksimal; AM: akresi maksimal; dan deviasi dalam nilai absolut.
22
Buku Ajar Pelabuhan 14-
23
gelombang akan membagi sistem imbangan sedimen setempat dari 1 sistem menjadi 2 sub
sistem akibat material sedimen sulit melintasi pemecah gelombang baik dari utara ke selatan
atau sebaliknya. Dengan demikian, sebelum pemecah gelombang dibangun (existing), sistem
imbangan transpor sedimen setempat yang dikatakan sebagai Sistem Imbangan Transpor
Sedimen Daerah Pantai Serang, setelah pemecah gelombang dibangun menjadi lebih detil
sebagai Sistem Imbangan Transpor Sedimen Daerah Pantai Serang di Utara PPI Sarang dan
Sistem Imbangan Transpor Sedimen Daerah Pantai Serang di Selatan PPI Sarang.
Perubahan sitem inbangan sedimen antara sebelum dan setelah pemecah gelombang
dibangun dapat dicermati dalam Tabel 14.5, pada pias nomor 1 hingga 10, pemecah gelombang
akan meningkatkan laju akresi. Pada pias nomor selanjutnya, nomor 11 hingga 14, pemecah
gelombang akan mereduksi erosi yang terjadi di zone tersebut dan selanjutnya merubah kondisi
setempat menjadi akresi. Jadi pada pias-pias ini, pemecah gelombang merubah pola yang
semula erosi menjadi akresi. Pias nomor 15 hingga 18 tidak dikaji. Berikutnya, ias nomor 21
hingga hingga 29, pemecah gelombang akanmeningkatkan laju erosi. Sedangkan pada pias
nomor 30 hingga 32, pemecah gelombang akan meereduksi laju akresi.
Profil garis pantai di sisi utara pemecah gelombang cenderung mengalami akresi dan
sebagian besar material erosi tertahan tepat di sisi utara pemecah gelombang. Material akresi ini
dimungkinkan berasal dari zone di sebelah utaranya. Sedangkan profil pantai di sisi selatan
pemecah gelombang cenderung tererosi terutama tepat di sisi selatan pemecah gelombang. Erosi
ini perlu dikendalikan, terutama erosi tepat pada sisi selatan kaki pemecah gelombang.
Secara teknik, resiko perubahan pola transpor sedimen dapat dikendalikan dengan
membangn bangunan penahan erosi pantai maupun akresi, sebagai misal adalah membangun
revetment pada garis pantai tepat di sisi selatan pemecah gelombang selatan guna mengatasi
erosi pada zone tersebt. Namun demikian, pokok tersebut di luar kajian kali ini, sehingga tidak
dibahas lebih lanjut.
Adapun total volume transpor sedimen sebelum maupun setelah pemecah gelombang
dibangun dari hasil simulasi dimuat dalam Tabel 14.6 berikut. Pada keadaan sebelum pemecah
gelombang dibangun sluruh daerah hitungan mengalami akresi hingga akhir tahun pertama
sebesar +1,63x102 m3. Pada akhir tahun kedua, fenomena akresi tersbut berubah menjadi erosi
hingga mencapai angka -4,0x104 m3. Erosi di seluruh kawasan cenderung pula meningkat
hingga -7,9x104 m3 pada akhir tahun ketiga.
Existing:
Erosi - -4,03 x 10 4 -7,9 x 10 4
2
Akresi +1,63 x 10 - -
+ Breakwater
4 4
Erosi - -4,17 x 10 -8,29 x 10
1
Akresi +5,24 x 10 - -
Deviasi:
3 3
Erosi - -1,4 x 10 -3,9 x 10
2
Akresi +1,106 x 10 - -
23
Buku Ajar Pelabuhan 14-
24
-1,4x103 m3 sehingga erosi di seluruh daerah pantai mencapai angka -4,17x104 m3. Sedangkan
di akhir tahun ketiga erosi di seluruh kawasan cenderung pula meningkat -3,9x104 m3 sehingga
mencapai -8,29x104 m3.
14.3 Penutup
14.3.4. Rangkuman
- Simulasi matematik dibuat dengan menggunakan differensial finit dan elemen finit
24
Buku Ajar Pelabuhan 14-
25
Untuk simulasi gelombang, arus dan sedimen salah satu program yang dapat digunakan
adalah SMS BOSS untuk menu RMA dan SED2.
Untuk simulasi perubahan garis pantai bisa digunakan SMS Genesis
Hasil simulasi tersebut dapat dijadikan dasar perencanaan infrastruktur pelabuhan
utamanya break water, groin dan revetment.
DAFTAR PUSTAKA
Dean, R.G. dan R.A. Dalrymple. 1984. Water Waves Mechanics for Engineers and
Scientist. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc.
Gravens, M. B. 1991. Users Guide to the Shore-line Modelling System (SMS).
Instruction Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment
Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS: Generalized Model for Simulating
Shoreline Change, Report 1: Technical Reference. Technical Report CERC-89-
19. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. GENESIS: Generalized Model for
Simulating Shoreline Change, Report 2: Workbook and System Users Manual.
Technical Report CERC-89-19. Mississippi: USAE Waterways Experiment
Station.
Horikawa, K. 1984. Coastal Processes. Tokyo: Tokyo University Press.
Shore Protection Manual Vol. I. 1984. Coastal Engineering Research Center US Army
Engineer Waterways Experiment Station. Washington DC.
Shore Protection Manual Vol. II. 1984. Coastal Engineering Research Center US Army
Engineer Waterways Experiment Station. Washington DC.
25