Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN II

LAMBUNG KAPAL CEPAT

Program Studi : Teknik Sistem Perkapalan


Nama mata kuliah/Kode : Propulsi Kapal Cepat
Jumlah SKS : 3 sks
Pengajar : 1. Andi Haris Muhammad, ST, MT., PhD
2. -
Sasaran Belajar : : Mahasiswa mampu memahami definisi dan
karakteristik kapal cepat, katogori dan fungsi kapal
cepat, penentuan tahanan dan propulsi kapal cepat,
menganalisa data hasil pengujian dan perancangan
propulsi kapal cepat

Mata kuliah Prasyarat : 1) Tahanan Kapal; 2) Propulsi kapal


Deskripsi mata Kuliah : Mata kuliah ini merupakanpPengenalan kapal cepat
(definisi kapal cepat, Tipe kapal cepat, Tipe sistem
penggerak kapal cepat), Model lambung kapal cepat
(planing, katamaran, swath dan hidrofoil), Prediksi
tahanan kapal cepat (metode Satvisky dan pengujian
towing tank), Alat penggerak kapal cepat, definisi
daya dan efisiensi propulsi, geometri baling-baling
sekrup dan pengambaran, Teori momentum baling-
baling, Model tes dan hukum perbandingan baling-
baling, Sistem propulsi waterjet.

I. PENDAHULUAN

Matakuliah propulsi kapal cepat merupakan matakuliah kekhususan pada


konsentarasi propulsi kapal yang disajikan pada semester tujuh pada
Program Studi Teknik Sistem Perkapalan Universitas Hasanuddin, melalui
pendalaman tentang perancangan propulsi kapal cepat akan membantu
mahasiswa setelah tamat dapat menyelesaikan pekerjaan desain, khususnya
propulsi kapal non konvensi. Untuk mencapai kemampuan keterampilan
mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang
inovatif bernuansa learning. Bentuk pembelajaran pada modul ini dalam
bentuk kuliah Kuliah interaktif dengan indikator penilaian kejelasan dan
ketelitian uraian.

1.1. Ruang lingkup Materi :


1) Lambung planing
2) Spray deflector
3) Katamaran
4) Swath

1.2. Sasaran pembelajaran Modul :


Mahasiswa mampu mengenali lambung kapal cepat

1.3. Prilaku Awal Mahasiswa


Untuk dapat pelajaran ini dengan baik mahasiswa harus telah
memahami dasar-dasar lambung kapal planning hull. Kemampuan
yang diperoleh dari pelajaran ini dapat digunakan sebagai
pengetahuan dasar dalam perancangan propulsi kapal cepat.

1.4. Manfaat
Materi ini diberikan kepada mahasiswa diharapkan agar setiap
mahasiswa mengetahui
1) Pentingnya mengetahui bentuk lambung kapal cepat untuk
dipelajari dan
2) syarat-syarat perancangan lambung pada kapal cepat.
3) Sasaran penting yang harus dicapai dalam perancangan lambung
kapal cepat.

1.5. Urutan Pembahasan


1) Lambung planing
2) Spray deflector
3) Katamaran
4) Swath

1.6. Petunjuk Belajar


5) Mahasiswa mengikuti kuliah pengantar dari dosen
6) Masing-masing mahasiswa mencatat/mencermati uraian materi
yang diberikan.
7) Melakukan aktifitas pembelajaran mandiri dari sumber-sumber
belajar (Bahan Ajar, Jurnal, Referensi, dan lain-lain), baik yang
sudah disiapkan oleh dosen maupun dari perpustakaan.
8) Mahasiswa harus mengikuti tes tulis
9) Menjawab pertanyaan yang telah disiapkan oleh dosen untuk
memperoleh prosentase nilai dari kompetensi ini.
10) Masing-masing mahasiswa menyerahkan lembar jawaban dari
tes tulis yang telah dilakukan.

II. PENYAJIAN
2.1. Materi Pembelajaran

Lambung Planing
Papanikolaou (2005) menerangkan pada modul ini bahwa 22.1%
dari kapal cepat yang beroperasi didunia mengunakan lambung
planing. Kapal jenis ini umumunya digunakan pada jenis kapal patrol
boats, sport fishing vessels, service craft, ambulance craft,
recreational craft, dan sport competitions (Faltinsen, 2005). Sebagian
besar dari kapal tersebut memiliki kecepatan yang sangat tinggi
hingga angka froude, Fn=6.0 (Ikeda, 2000) namun dengan kecepatan
yang sangat tinggi tersebut kapal akan sulit dikendalikan (Coccoli dan
Scamardella, 2004).

Lambung planing memiliki ciri sbb (Ventura, 2009) sbb:

1. Sepanjang lambung kapal ditandai dengan hard chine, kapal


jenis ini dapat pula disebut bentuk lambung jenis V-shape.
2. Dengan bentuk lambung jenis V-shape kapal memilik luas bidang
basah yang lebih kecil dibanding kapal konvensional pada
displasmen yang sama. Saat dioperasi luas bidang basah kapal
dapat berkurang hingga 60% atau lebih dari seharusnya.
3. Pada alas lambung terdapat deadrise (β), deadrise yang
didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk antara baseline
dengan alas lambung kapal secara horisontal pada bagian
belakang kapal.

Ditinjau dari sudut deadrise kapal lambung planing dapat


dikelompokan dari segi wilayah pengoperasianya atau sudut deadrise
(β) ditunjukan sbb (Potgieter, 2006):

1. Inshore craft (dekat pantai), deadrise 10 – 12°


2. Coastal craft (kawasan pantai), deadrise 15° – 20°
3. Offshore craft (lepas pantai), deadrise 20 – 25°
4. Very high speed offshore boats, deadrise 26 – 30°
Rasio perbandingan panjang (L) dengan lebar (B) kapal lambung
planing

1. L/B = 2 ~ 5(Lee, 1995)


2. L/B = 3 ~ 6(Faltinsen, 2005)
3. L/B = 2 ~ 5,5(Radojcic, 1985)

Pengaruh L/B :

1. L/B yang besar berpengaruh hambatan dan manuver kapal pada


displasmen konstan.
2. L/B yang kecil berpengaruh stabilitas kapal pada displasmen
konstan. Karena perubahan lebar (B) akan berpengaruh terhadap
letak pergeseran titik tekan kapal (φB).
3. Rasio perbandingan lebar maksimum chine pada Transom (Bpt)
dengan Lebar maksimum chine (Bpx) : Bpt / Bpx = 0,64 ~ 0,8
(Radojcic, 1985)

Spray Defelektor

Spray-deflector atau sebuah strip membujur yang dipasang


sepanjang permukaan alas lambung kapal. Tujuan utama
pemasangan spray-deflector pada kapal planing hull adalah untuk
mengurangi bidang basah lambung dikarenakan semprotan (spray)
yang bersumber dari alas kapal, dilain sisi pemasangan spray-
deflector menambah gaya angkat kapal, khususnya pada bagian
haluan kapal. Saat ini dikenal sejumlah spray-deflector antara lain: i)
Spray-strip, ii) Spray-rail, dan iii) Spray-strake.

Spray-strip
Model spray-strip telah digunakan oleh Clement (1964) pada
pengujian tahanan kapal. Model spray-strip yang dipergunakan pada
pengujian towing tank tersebut, khusus posisi melintang dipasang
berdasarkan pendekatan ¼, ½, dan ¾ separuh lebar kapal dari garis
pusat kapal. Selanjutnya untuk posisi memanjang bermula dari ujung
haluan sampai dengan stagnation line (pada Fn=0.5). Hasil pengujian
tahanan tersebut disimpulkan bahwa dengan pengunaan spary-strip
dapat mengurangi tahanan total kapal sebesar 15%.

Spary-strake

Model spray-strake yang dikembangkan oleh Condega dan Lewis


(1997) dalam pengujian natural period kapal. Spray-strake memiliki
penampang segitiga dengan dasar konstan. deadrise () adalah
sudut antara bagian bawah strake dan garis horizontal adalah 0, dan
=90. Hasil pengujian menunjukan bahwa spray-strake memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan natural period kapal
dan hal tersebut bergantung pada posisi dan jumlah spray-strakes
yang dipergunakan.

Untuk kasus manuver kapal lambung planing, pengunaan spray-


strake pada lambung planing dapat mengurangi manuver kapal
(Muhammad, 2008), Dari tiga model spray- strake yang diuji pada
tangki percobaan menunjukan bahwa spray-strake yang dipasang
bagian tengah kapal hingga haluan kapal dapat meningkatkan
kemamapuan manuver (turning circle) sekitar 3% dibandingkan
dengan lambung kapal tanpa spray-strake. Menurutnya parameter
utama spray-strake yang mempengaruhi kualitas manuver
diidentifikasikan sbb: i) lokasi spray-strake (XSS), ii) lebar strake
(BSS) dan iii) luasan permukaan spray-strake (ASS)
Spray-rail

Desain geometri spray-rail pada lambung semi-displasmen hasil


pengujian (Muller-Graf, 1991). Spray-rail memiliki bentuk segitiga
dengan penampang bagian dasar adalah konstan dan lebar spray-
rail, BSR = 0,0055 LWL. Kemiringan tranversal spray-strake (β), atau
kemiringan antara penampang bagian dasar spray-rail dan garis
horizontal adalah 0< β < 45. Sudut kemiringan spray-rail terhadap
lambung kapal, ζ > 90 derajat. Dia menyimpulkan bahwa pengunaan
spray-rail dapat meningkatkan kualitas tahanan dan seakeeping
kapal semi-displacement. Selain dapat mengurangi tahanan kapal,
spray-rail yang dilekatkan pada bagian haluan kapal tersebut juga
dapat meningkatakan kestabilan kapal cepat (Utama, 2006)

Katamaran

Lambung katamaran atau dikenal dengan lambung ganda,


dimana bentuk lambung 1 sama dengan bentuk lambung lainnya.
Kapal dengan lambung katamaran umumnya digunakan sebagai
kapal angkutan penumpang berkecepatan tinggi yang mana
pengunaanya telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Papanikolaou et al. (2005) menerangkan bahwa 34.1% dari kapal
cepat yang beroperasi didunia mengunakan katamaran namu
demikian upaya untuk meningkatkan kemampuan kapal tersebut
terus ditingkatkan, khusunya dalam meningkatkan efisiensi lambung
kapal, efisiensi pengurangan daya dorong serta kemampuan kapal
beroperasi dalam gelombang.

Banyak negara di Asia seperti halnya Indonesia, Cina dan


Jepang, kapal tipe ini telah digunakan sebagai moda transportasi
penyeberangan antar-pulau. Dengan desain geladak yang relatif luas
dan biaya operasi yang rendah, katamaran feri dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga akan tampil dengan kecepatan yang
diperlukan dengan pengunaan daya penggerak kapal yang minimal.
Sejumlah keuntungan yang dimiliki kapal lambung katamaran
dibandingkan kapal lambung tunggal diantaranya adalah katamaran
memiliki volume kapal bagian dalam yang besar, daerah bagian
geladak yang luas, memiliki stabilitas tranversal yang baik.

Sejumlah upaya telah dilakukan para peneliti untuk meningkatkan


kemampuan operasi kapal dengan lambung katamaran adalah
dengan malakukan kajian sejumlah parameter yang dapat
mempengaruhi karakteristik kapal, seperti halnya kecepatan kapal,
bentuk lambung (simetris dan asimetris), jarak rentang antar lambung
katamaran (S/L), pengaruh kedalaman dan lebar perairan operasi
kapal serta pengaruh pemasangan bulbous.

Setiawan et al. (2010) berdasarkan pengujiannya menuliskan


bahwa katamaran (dengan S/L=0,2 s.d 0,4) memiliki tahanan yang
lebih rendah dibanding kapal monohull dengan lambung hard chine
maupun model round pada kecepatan 10 knot (Fn=0.478).
Selanjutnya untuk mengurangi tahanan dan meningkatkan kwalitas
seakeping kapal hal tersebut dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan jarak rentang antar lambung katamaran (S/L) (Insel
et al., 1992) dan (Wellicome et al., 1995).

Selain katamaran dengan lambung simetrik saat ini telah pula


dikembangkan katamaran dengan lambung asimetrik (lihat gambar
2.6), Jamaluddin et al. (2010) menuliskan sebuah kajian secara
eksperimental pengaruh bentulk lambung katamaran (simetrik dan
asimetrik) terhadap pengurangan tahanan total kapal, khusunya pada
rentang S/L=0,2 s.d 0,4 dan rentang Fn=0.19 s.d 0.65. Berdasarkan
pengujiannya tersebut menunjukan bahwa katamaran dengan
lambung asimetrik memiliki tahanan total (CT) yang lebih rendah
dibanding kapal katamaran dengan lambung simetrik pada setip
rentang Fn yang diuji. Selanjutnya pada paper yang sama
menjelaskan pula pengaruh staggered (R/L) terhadap tahanan total
kapal katamaran pada kedua bentuk lambung (simetrik dan
asimetrik), hasilnya menunjukan bahwa katamaran dengan lambung
asimetrik memiliki tahanan total (CT) yang lebih rendah dibanding
dengan lambung simetrik.

Paper lainnya, Jamaluddin et al. (2012) menuliskan sebuah


kajian secara numerik dan eksperimental pengaruh jarak rentang
antar lambung (S/L) kapal katamaran (lambung simetrik dan
asimetrik) terhadap pengurangan tahanan total kapal pada rentang
S/L= 0,2 s.d 0,4 dengan rentang Fn=0.19 s.d 0.65. Berdasarkan
eksperimen dan analisa CFD yang dilakukannya menunjukan bahwa
penurunan tahanan total terjadi seiring dengan penambahan lebar
jarak antar lambung katamaran, selanjutnya tahanan total yang
dihasilkan kapal katamaran dengan lambung asimetrik memiliki
tahanan yang lebih rendah dibanding katamaran dengan lambung
simetrik, perbedaaan yang sangat signifikan terjadi utamanya pada
rentang Fn = 0.4 s.d 0.5, menurutnya hal tersebut terjadi dikarenakan
pengaruh interaksi antar badan kapal katamaran.

Papanikolaou et al. (2001) menuliskan sebuah kajian secara


numerik dan eksperimental pengaruh bentulk lambung asimetrik
terhadap pengurangan tahanan kapal dan peningkatan kwalitas
pergerakan kapal pada gelombang (seakeeping). Papanikolaou
menyimpulkan dengan cara mengoptimalkan jarak rentang antar
lambung katamaran dapat memperbaiki karakteristik hidrodinamik
kapal, khususnya terhadap tahanan total kapal. Pada kecepatan
rendah, kapal katamaran dengan lambung asimetrik menghasilkan
wake wash yang rendah (Yaakob, 2007) Dengan kwalitas gelombang
yang dihasilkan lebih kecil, hal tersebut dapat mengurangi terjadinya
bahaya erosi pada daerah perairan dimana kapal tersebut
dioperasikan. Sedangkan untuk kajian manuver jenis kapal ini sangat
sedikit

SWATH

Kapal dengan lambung SWATH (Small Waterplane Area Twin


Hull) adalah kapal berlambung ganda, bentuk badan menyerupai
torpedo, dihubungkan ke geladak oleh penyangga atau strut, karena
gerakan vertikalnya relatif besar khusunya pada perairan
bergelombang kapal SWATH juga dilengkapi Fin stabilizer. Karena
letak lambung kapal relatif jauh dari permukaan air, pengaruh ombak
hampir nihil. Disamping itu bentuk strut didesian dengan penampang
elips hal tersebut akan berkontribusi kecil terhadap tahanan
gelombang.

Materi ini penting untuk dipelajari karena:

1) Merupakan dasar dalam pengenalan lambung kapal cepat


2) Merupakan dasar bagi perancangan
3) Diperlukan untuk pembuatan desain lambung.
Penguasaan atas materi lambung kapal cepat akan sangat
membantu tidak hanya dalam pelaksanaan pekerjaan desain setelah
lulus kuliah tetapi akan memberikan pengetahuan mendalam tentang
lambung kapal cepat, khususnya lambung planing, katamaran dan
swath untuk kapal non-konvensi
Sasaran penting yang harus dicapai adalah ;

1) Ketepatan (Accuracy), dengan didasarkan pada hasil penelitian


yang dikembangkan sejumlah peneliti, khususnya kharaktersitik
lambung kapal cepat diharapkan dapat memberikan pemahaman
yang maksimal dalam perancangan lambung kapal cepat.
2) Kecepatan (Speed), dengan didasarkan pada wawasan dan
keterampilan, khususnya dalam perancangan lambung kapal cepat
diharapkan dapat memberikan kecepatan dalam pemahaman
dalam pemilihan lambung kapal cepat yang sesuai dengan
kecepatan yang diperlukan
Ada beberapa syarat untuk membuat suatu desain yang baik:
1) Pemilihan bentuk lambung sesuai dengan desain kecepatan
2) Penentuan berbandingan dimensi kapal desain.
3) Memprediksi terhadap propulsi yang akan digunakan
4) Memprediksi seberapa power yang diperlukan sesuai dengan
bentuk lambung..
2.2. Lingkup penghiliran/penerapan
Desain yang dibuat oleh perancang dan diproduksi oleh sipembuat
tanpa melalui tatap muka. Karena itu desain dalam bentuk gambar
kerja ataupun analisis perhitungan / pengujian diperlukan ketelitian
dan kebenaran.

2.3. Latihan
2.4. Tugas Mandiri
Mahasiswa wajib menjawab soal – soal yang diberikan sesuai
pencapaian sasaran pembelajaran
III. PENUTUP

3.1. Rangkuman
1) Lambung kapal cepat tipe planing memiliki ciri sbb i) Sepanjang
lambung kapal ditandai dengan hard chine, ii) kapal memilik luas
bidang basah yang lebih kecil dibanding kapal konvensional pada
displasmen yang sama; iii) Pada alas lambung terdapat deadrise
(β).
2) Spray-deflector atau sebuah strip membujur yang dipasang
sepanjang permukaan alas lambung kapal yang bertujuan untuk
mengurangi bidang basah lambung dikarenakan semprotan (spray)
yang bersumber dari alas kapal, dilain sisi pemasangan spray-
deflector menambah gaya angkat kapal. Jenis spray-deflector
antara lain: i) Spray-strip, ii) Spray-rail, dan iii) Spray-strake.
3) Lambung katamaran atau dikenal dengan lambung ganda, dimana
bentuk lambung 1 sama dengan bentuk lambung lainnya. Kapal
dengan lambung katamaran umumnya digunakan sebagai kapal
angkutan penumpang berkecepatan tinggi.
4) Lambung SWATH (Small Waterplane Area Twin Hull) adalah kapal
berlambung ganda, bentuk badan menyerupai torpedo,
dihubungkan ke geladak oleh penyangga atau strut. Kelemahan
kapal ini adalah memiliki gerakan vertikalnya relatif besar khusunya
pada perairan bergelombang.

3.2. Soal – Soal Formatif

1) Jelaskan keungulan antara kapal dengan lambung tunggal


(planning hull) dan lambung ganda (katamaran) dari segi tahanan
dan stabilitas kapal
2) Sebut dan jelaskan jenis kapal dengan lambung ganda (katamaran,
dan Swath) serta keungulannya dari masing-masing jenis kapal
tersebut

3.3. Umpan Balik


1) Mahasiswa dapat bertanya apabila ada materi uraian yang tidak
jelas
2) Pertanyaan mahasiswa dapat dialihkan ke mahasiswa lain untuk
menguji kemampuannya.
3) Dosen menjelaskan kembali jika diperlukan

3.4. Daftar Pustaka

1) Faltinsen (2005). Hydrodynamics of High-Speed Marine Vehicles.


Cambridge University Press
2) Papanikolaou, A. (2005). Review of Advance Marine Vehicle
Concepts. Proceeding of 7th International High Speed Marine
Conference (HSMV05). Naples, Italy
3) Clement, E. P. (1964). Effects of Longitudinal Bottom Spray Strips
on Planing Boat Resistance. DTMB; Department of the Navy. USA.
Report No. 1818.
4) Condega, L. and Lewis, J.A. (1997). Case Study of Dynamic
Instability in a Planing Hull; Journal of Marine Technology, SNAME.
Vol. 24, No.2: 143-163.
5) Muller-Graf, B. (1991). The Effect of an Advanced Spray Rail
System on Resistance and Development of Spray of Semi-
Displacement Round Bilge Hulls; Proceeding Fast Sea
Transportation (FAST’91). Trondheim. Vol.1: 125-142.
6) Utama, I.K.A.P. (2006). Kajian Experimental Pengaruh
Pemasangan Spray-strip Pada Kapal Cepat; Jurnal Marine. Vol
2, No. 3 (in Indonesia).
7) Ikeda, Y., Katayama, T. and Okumura, H. (2000). Characteristics of
Hydrodynamic Derivatives in Maneuvering Equations for Super
High-Speed Planing Hulls. Proceedings of 10th International
Offshore and Polar Engineering Conference, May 28- June 2.
Seatle, USA.Vol. 4: 434-444.
8) Coccoli, D. and Scamardella, A. (2004). High Speed Craft
Manoeuvring Sea Trials. Proceeding on the 9th Symposium on
Practical Design of Ships and Other Floating Structures.
September 12-17. Luebeck-Travemuende, Germany.
9) Lewis, E. V. ed. (1989). Principles of Naval Architecture, Volume 3;
Jersey City, USA
10) Setyawan, D., Utama, I.K.A.P., Murjianto, Sugiarso, A., and
Jamaluddin, A.,(2010) Development of Catamaran Fishing Vesssel,
IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 21 Number
4, Nov 2010
11) Insel, M. and Molland, A.F., (1992) An Investigation into the
Resistance Components of High Speed Displacement Catamarans,
Trans. Royal Institution of Naval Architects, Vol. 134, pp 1-20, 1992
12) Wellicome, J.F., Temarel, P, Molland, A.F., and Hudson, D.A.,
(1995) Theoretical prediction of the seakeeping characteristics of
fast displacement catamarans, Southampton, UK, University of
Southampton, 22pp., 1995 (Ship Science Reports, 93)
13) Jamaluddin, A., Utama, and Moland, A.F., (2010) Eksperimental
Investigation into the drag characteristics of the symmerical and
ansymmerical staggered and unstaggered catamaran, ISCOT
Indonesia 2010, RINA Internasional Series Conferences. Surabaya
Indonesia, 11-12 November.
14) Jamaluddin, A., Utama, and Moland, A.F., (2012) Numerical
Simulation into the drag characteristics of the symmerical and
ansymmerical catamaran with Various Demihull Separations,
ISCOT Indonesia 2012, RINA Internasional Series Conferences.
Ambon Indonesia, 7 -8 November.
15) Zaraphonitis, G., Spanos, D., Papanikolaou, A., (2001) Numerical
and Experimental Study on the Wave Resistance of Fast
Displacement Asymmetric Catamaran, Proc. HIPER Int.
Conference, Hamburg, May 2001.
16) Yaakob, O., Afifi, M., Nasiruddin, A., and Arizam, M., (2007) Hull
Form Configuration Study of a Low Wake Wash Catamaran Leisure
Boat, Proc. 2nd Int. Conference on Marine Research and
Transportation, Italy, Jun 2007

Anda mungkin juga menyukai