Anda di halaman 1dari 16

Spesifikasi Teknis

SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1.
JENIS PEKERJAAN
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : PEMBANGUNAN GEDUNG SMA KORPRI dengan jenis
pekerjaan sesuai dengan Bill Of Quantity (BOQ) Pekerjaan.

Pasal 2.
PENGGUNAAN SYARAT-SYARAT DAN TEKNIS
Penggunaan Syarat-syarat dan Teknis ini adalah :
a. Jika terdapat perbedaan antara Rencana Kerja dan Syarat-syarat dengan Gambar Kerja, maka yang
berlaku adalah ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat –syarat (RKS) dengan
persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
b. Jika ada perbedaan pada gambar-gambar atau ukuran-ukuran maka gambar dalam skala besar yang
harus diikuti, atau ada kemungkinan lain suatu pengecualian dengan Persetujuan Direksi.
c. Gambar Detail dan gambar penjelasan lainnya yang memungkinkan diperlukan pada pelaksanaan
pekerjaan ini harus dibuat oleh Kontraktor.
d. Untuk hal-hal yang menyangkut masalah Teknis yang belum jelas, Kontraktor diwajibkan berkonsultasi
dengan pihak Direksi dan tidak diperkenangkan mengambil keputusan tanpa persetujuan Direksi.

Pasal 3.
SYARAT-SYARAT UMUM
a. Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku dalam pekerjaan ini adalah :
Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB) tahun 1956
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961
Peraturan Konstruksi Baja Indonesia
Peraturan Instalasi Listrik Indonesia
Peraturan-peraturan Pemerintah setempat menyangkut pekerjaan ini.
b. Jika terdapat ketidak cocokan antara peraturan-peraturan tersebut dalam pasal “3 point a” dengan
Rencana Kerja dan Syarat serta tidak terdapat dalam Penawaran, maka harus di konsultasikan dengan
Direksi untuk mengambil Keputusan.

Pasal 4.
PENETAPAN SITE UKURAN-UKURAN DAN PERSIAPAN
a. Kontraktor harus membuat Gudang Bahan untuk penyimpangan Bahan dan Alat, sesuai kebutuhan
hingga selesainya pekerjaan.
b. Kontraktor harus menyiapkan kotak pertolongan kecelakaan P3K di kantor Direksi
c. Kontraktor harus menyediakan Konsumsi Direksi Pengawas selama masa pelaksanaan Kegiatan, dan
sewaktu-waktu Pejabat Pembuat Komitmen maupun Kuasa Pengguna Anggaran meninjau pekerjaan
atau tamu yang berkepentingan atas pelaksanaan pekerjaan.

1
Spesifikasi Teknis

d. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan, bentuk, ukuran – ukuran dan mutu yang
tercantum dalam rencana kerja dan syarat- syarat (RKS) pekerjaan.
e. Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran–ukuran satu sama lain dan segera memberitahukan
/berkonsultasi dengan Direksi bilamana terdapat perbedaan ukuran-ukuran satu sama lainnya.
f. Peil nol (0,00) ditetapkan sesuai gambar dilapangan serta kondisi dan keinginan pada waktu rencana
awal pelaksanaan dan dicantumkan dalam Berita Acara Peninjauan Lapangan.
g. Kontraktor diwajibkan membuat tetap untuk ukuran peil nol diatas patok yang kuat dan
pemeliharaannya selama waktu pekerjaan berlangsung dan patok tersebut telah disetujui oleh direksi.
h. Kontraktor diwajibkan menyediakan air bersih yang memenuhi syarat untuk kontruksi hingga
selesainya pekerjaan dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal 5.
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
a. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan Pembersihan / Mengupas Lapisan tanah
permukaan, meliputi segala macam tumbuhan dan tanaman, sampah dan bahan-bahan lain yang
dapat merusak bangunan.
b. Untuk tanah bekas galian pondasi dapat digunakan pada timbunan kembali.
c. Pekerjaan Urugan meliputi :
Urugan tanah dibawah Lantai setebal ± 10 CM
Urugan pasir dibawah Lantai setebal ± 5 CM atau disesuaikan Gambar Kerja sesuai timbunan dari
ketinggian rencana Peil Nol dari Bangunan.
d. Bahan dasar urugan pasir dari sungai / kali yang sudah bersih dan bebas dari zat organic lainnya dan
lumpur.
e. Pekerjaan pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan lapis demi lapis maksimum 20 CM, dengan
menggunakan mesin Soil Compactor (mesin stamper atau alat sederhana yang disetujui oleh
Pengawas) dan dibantu dengan air pada saat pemadatan.

Pasal 6.
PEKERJAAN GALIAN PONDASI
a Pekerjaan Galian Pondasi harus mengikuti kedalaman yang sesuai dengan Gambar.
b. Sebelum pekerjaan galian dimulai, Kontraktor diwajibkan mengadakan pengecekan AS Galian, letak
bangunan dengan bangunan sekitarnya, Siku bangunan dan lain-lain bersama-sama dengan
Pengawas Lapangan dan konsultan Perencana.

Pasal 7.
PEKERJAAN PASANGAN PONDASI
a. Sebelum pemasangan Pondasi, Kontraktor harus mengecek ulang posisi Bouwplank/patok tetap,
Kontraktor juga menyempurnakan Benang sebagai alat kontrol, menimbangdengan alat sederhana
seperti ( selang + air ) dan kontrol Siku dengan alat sederhanadari mistar segi tiga yang dibuat
dengan komposisi ( 100 x 80 x 60 ) CM.
b. Kontraktor harus betul-betul memperhatikan siku bangunan dan harus disetujui oleh Direksi.
c. Sebelum memasang Batu Kosong, Kontraktor diwajibkan konsultasi denganPengawas/Direksi tentang
benarnya kedalaman / lebar galian pondasi sesuai gambar.

2
Spesifikasi Teknis

d. Batu Gunung/Kali yang akan digunakan harus dibersihkan dari kotoran tanah dan Lumpursebelum
digunakan / dipasang.
e. Batu Gunung/Kali yang diizinkan untuk digunakan dengan ukuran maximum 15-25 CM.
f. Apabila menggunakan batu kali/sungai, sebelum dipasang terlebih dahulu harusdipecahkan agar
permukaan batu tersebut tidak licin.

Pasal 8.
PEKERJAAN BETON
1. Material Bahan Beton
a. S e m e n
Semen yang digunakan adalah terdiri dari suatu jenis Merk dan Mutu yang baik ataspersetujuan
Direksi, ditetapkan harus memakai produk Lokal (Ex. Tonasa) atau yangsetara. Kemudian Semen
yang tidak boleh digunakan adalah :
Semen yang telah mengeras sebahagian maupun seluruhnya
Kantong Zaknya telah sobek
Semen yang tertumpah
Semen yang telah dipakai untuk mencampur kering dan sudah bermalam
Semen yang sudah lama dijemur atau kena matahari.Keamanan tempat menyimpan semen
harus diusahakan sedemikian rupa sehinggabebas dari kelembaban lantai dan percikan air.

b. Pasir Beton
Pasir Urugan dan Pasir Pasangan yang digunakan adalah pasir dari jenis yangbaik serta bersih
dan tidak tercampur dengan tanah liat atau kotoran dan bahanorganis lainnya.
Pasir berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat -alat pemecahbatu.
Pasir untuk campuran Beton dipakai yang berbutir kasar dan bersih dari lumpurserta bahan
organis lainnya.
Pasir harus terhindar dari batu-batu tajam dan keras.Butir-butir halus bersifatkekal, tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap beratkering).
Pasir laut tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton. Selanjutnya pasir harusmemenuhi
syarat-syarat PBI 71 Bab. 3.3

c. Kerikil / Batu Pecah Beton


Kerikil dapat berupa krikil alam atau batuan-batuan yang diperoleh dari pemecahanbatu.
Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, bebas daribahan-bahan
yang dapat merusak fungsinya terhadap konstruksi.
Dalam segala hal, syarat-syarat ini disesuaikan dengan ketentuan dalam PBI 1971 Bab 3.
Krikil harus disimpan diatas permukaan besih dan keras serta dihindarkan terjadinya pengotoran
serta tercampur adukan.
Bahan untuk batu gunung kecuali dpersyaratkan lain, harus sesuai dengan PUBB 1977 NI-3.
Batu gunung / kali yang digunakan berukuran sesuai standar kebutuhan untuk pondasi dan
untuk pasangan batu kosong bawah pondasi harus berstruktur cukup kuat awet serta tidak
keropos.

3
Spesifikasi Teknis

Kerikil / Batu Pecah beton, sebelum digunakan harus dicuci dengan air sampai bersih.
Penumpukan bahan krikil /batu pecah beton harus dipisahkan dengan material lain.

d. A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan jernih tidak mengandung minyak, asam,
garam, alkohol atau bahan lain yang dapat merusak beton.

e. Takaran Material Beton


Takaran/ukuran perbandingan material beton tidak diperbolehkan hanya menggunakan
skop/diperkirakan saja. Takatan yang diperbolehkan adalah ukuran dan bahan yang sama,
antara lain seperti : ember, drum plastik atau tong dari kayu dengan standar yang telah
ditentukan yakni dengan ukuran K.175 atau K.225.
Testing dilakukan sesuai dengan PBI.1971 Bab. 4.7 termasuk slump test maupun compression
test. Bilamana beton tidak memenuhi slumptest maka seluruh adukan tidak boleh digunakan
dan harus dibuang keluar site oleh Kontraktor.
Apabila tidak memenuhi compression test maka prosedur PBI 1971 untuk perbaikanbeton yang
harus dilakukan. Mutu beton harus K.225 pemboran harus membuat mixed design untuk
ditujukan dan disetujui Direksi sebelum mulai dengan pengecoran dan pada tiap perubahan
sumber pengambilan agregat.

f. Besi Beton
Besi beton yang digunakan adalah mutu yang sesuai dengan spesifikasi dan kekuatan
konstruksi yang diperlukan yaitu Baja dengan mutu U-24 sesuai PBI 1971.
Besi beton harus bersih dari lapisan minyak lemak, karat dan bebas dari cacat-cacat seperti
serpih dan sebagainya, serta berpenampang bulat dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBI 1971.
Dimensi dan ukuran penampang, bulat besi beton harus sesuai dengan petunjuk gambar kerja
(FULL dan sesuai standar SII) memenuhi batas toleransi minimal seperti yang dipersyaratkan
PBI 1971.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dalam
waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi dan biaya menjadi tanggungan
Kontraktor.
Batang Baja/Besi Beton harus bebas dari karat dan cacat perubahan bentuk. Harus disimpan
terlepas dari tanah serta tidak diperbolehkan ditempat terbuka untuk jangka waktu panjang.
Besi Beton harus bersih dari lapisan minyak, karat dan bebas dari cacat seperti retak, bengkok-
bengkok dan lain-lain sebagainya serta harus berpenampang bulat dan memenuhi syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.

2. Pekerjaan Pembesian Beton


a. Pembesian atau rakitan besi beton dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan diukur dengan
mm (milimeter) untuk besaran diameternya ditetapkan berdasar kanalat ukur SIGMA.
b. Ikatan Besi Beton harus menjadi pembesian hingga tidak berubah tempat selama pengecoran
dan selimut betonnya harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam PBI 1971.

4
Spesifikasi Teknis

c. Besi beton yang dipasang lebih dari satu lapis harus diberi antara dengan potongan besi minimal
sama dengan diameter besi tersebut.
d. Jarak pemasangan besi beton harus dapat dilalui oleh material beton dengan standar PBI 1971
adalah minimal 2,5 CM antara besi.
e. Ketentuan-ketentuan lain adalah mengikuti syarat yang tercantum dalam PBI 1971.
f. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dalam
waktu 1 x 24 jam setelah adanya perintah tertulis dari Direksi.

3. Jenis dan Mutu Beton


a. Beton Bertulang K 175 , digunakan pada beton praktis seperti, Kolom praktis, Ringbalk, Plat atap,
plat strip. Dan K-225 untuk beton struktur.
b. Mutu beton yang digunakan adalah sesuai dipersyaratkan dengan standar komposisi bahan.

4. Pengecoran dan Perawatan Beton


a. Semua beton harus diaduk dalam beton molen, dengan Kapasitas diatas 250 L lebih disukai
molen yang bekerja berdasarkan perbandingan berat. Bila digunakan pengaduk berdasarkan
volume, maka Kontraktor harus menghitung perbandingan material dalam volume dengan
membagi berat tiap bahan oleh obsorpsi air dan kadar kelembaban.
b. Angker Untuk Dinding
Semua sambungan vertikal antara kolom beton dengan tembok harus dilengkapi dengan batang-
batang baja dia. 10 mm panjang 25 Cm ditekuk pada satu ujungnya dan dimasukkan kedalam
beton, yang lainnya dibiarkan berupa stok panjang 25 CM untuk penyambungan dengan dinding.
Angker-angker tersebut dipasang pada jarak 50 – 150 CM diatas sloef pondasi atau plat.
c. Lubang-lubang serta Klos Kayu dan lain-lain
Kontraktor harus menentukan tempat serta membuat lobang-lobang, klos-klos kayu, angker-
angker dan sebagaimana yang diperlukan untuk jalan pipa, pemasangan alat -alat penyambung
dan sebagainya. Apabila kemudian ternyata tempatnya tidak sesuai maka harus dipindahkan
sesuai dengan petunjuk Direksi dan perlengkapan lainnya harus dilakukan agar dicapai tujuan
yang disyaratkan.
d. T o l e r a n s i
1) Toleransi untuk beton kasar
Bagian-bagian pekerjaan beton harus tepat dengan toleransi hanya 1 CM dengan syarat
toleransi ini tidak boleh komulatif. Ukuran-ukuran bagian harus dalam batas ketelitian –0,3
dan +0,5 CM
2) Toleransi untuk beton dengan permukaan rata.
Toleransi untuk beton adalah 0,6 CM untuk penempatan bagian-bagian dan antara 0,0 dan
0,2 CM untuk ukuran-ukuran bagian Pergeseran bekesting pada sambungan-sambungan tidak
boleh melebihi 0,1 CM penyimpangan terhadap kelurusan bagian harus dalam batas 1% tetapi
toleransi ini tidak boleh komulatif.
e. Pemberitahuan sebelum pengecoran
Sebelum pengecoran beton untuk bagian-bagian yang penting Kontraktor diwajibkan
memberitahukan Direksi serta mendapatkan persetujuan.

5
Spesifikasi Teknis

Apabila hal ini dilalaikan atau pekerjaan persiapan untuk pengecoran tidak disetujui oleh Direksi,
maka Kontraktor diwajibkan membongkar beton yang sudah dicordengan biaya sendiri.

f. Pengangkutan dan pengecoran beton


Beton harus diangkut dengan menghindari terjadinya penguraian dari komponen komponennya
serta tidak diperkenangkan untuk dicor dari ketinggian melebihi 2 M kecuali disetujui Direksi.
Pada kolom yang panjang, pengecoran dilakukan lewat lubang pada bekesting dalam
menghindari hal tersebut.
Semua kotoran dan lain-lain harus dibersihkan sebelum pengecoran dimulai. Permukaan
bekesting yang menghadap beton harus dibasahi dengan air bersih segera sebelum pengecoran.
Semua peralatan yang bersangkutan harus bersih serta bebas dari beton keras, lunak dan
sebagainya.
Pengecoran beton
Pengecora Beton dalam bekesting harus diselesaikan sebelum beton mengeras, yaitu sebelum 30
menit pada keadaan normal.
Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu untuk satu bagian pekerjaan, pemberhentian
pengecoran tidak dibenarkan tanpa persetujuan Direksi.
Sambungan-sambungan pengecoran yang terjadi harus memenuhi persyaratan didalam PBI
1997. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu hujan kecuali apabila Kontraktor telah
mengadakan persiapan-persiapan untuk itu serta disetujui oleh Direksi.

5. Pemadatan Beton
Beton harus dipadatkan benar-benar dengan fibrator yang sudah disetujui dan mempunyai frekuensi
minimum 3000 putaran permenit. Tak ada bagian beton yang boleh dipadatkan lebih dari 20 detik,
kecuali disarankan oleh Direksi. Bagian beton yang telah mengeras tidak boleh digetarkan baik
langsung maupun melalui penulangan. Pemadatan beton harus memenuhi peraturan-peraturan dalam
PBI 1971.

6. Proses Pengerasan
Kontraktor wajib melindungi beton yang baru dicor terhadap matahari, angin dan hujan sampai beton
tersebut mengeras secara wajar dan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan cara
sebagai berikut :
a. Semua bekesting yang mengandung beton yang baru dicor harus dibasahi secara teratur sampai
dibongkar.
b. Semua permukaan beton tidak terlindungi harus dibasahi selama 2 (dua) minggu setelah
pengecoran.
c. Semua permukaan lantai beton harus dilindungi terhadap pengeringan dengan memberi penutup
yang basah.
d. Tidak dibenarkan untuk menimbun barang atau mengangkut barang diatas beton yang menurut
Direksi belum cukup mengeras.

7. Pembongkaran Bekisting

6
Spesifikasi Teknis

a. Tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting sebelum mencapai kekuatan sesuai PBI 1977 Bab 5
ayat 8 (hal 51).
b. Apabila pembongkaran bekisting menyebabkan sebagian pekerjaan beton mendapat tekanan
melebihi perhitungan, maka tidak dibenarkan untuk membongkar bekistingnya untuk jangka waktu
selama keadaan itu berlangsung. Harus ditekankan bahwa tanggung jawab terhadap keamanan
beton sepenuhnya pada Kontraktor serta harus memenuhi peraturan mengenai pembongkaran
bekisting padaPBI 1971.
c. Kontraktor wajib memberitahukan Direksi pada waktu akan membongkar bekisting bagian-bagian
pekerjaan beton yang penting serta mendapatkan persetujuan Direksi, tetapi hal ini tidak
mengurangi tanggung jawab atas hal tersebut.
d. Pembongkaran bekisting/mall beton dapat dibongkar setelah berumur 3 (tiga) minggu, kecuali
beton praktis, bila dianggap perlu dapat dibongkar setelah berumur 3 – 7 hari dengan persetujuan
Direksi.

Pasal 9.
PEKERJAAN DINDING BATU BATA
1. Semua dinding dibuat sebagai dinding tidak memikul beban dari pasangan 1/2 batu bata diperkuat
dengan kolom, sloof dan ring balok menurut petunjuk gambar.
2. Apabila tidak tercantum dalam gambar, maka untuk dinding tembok 1/2 batu bata setiap luas 9 M2
harus diperkuat dengan kolom praktis dan balok latey (latey) beton bertulang yang ukuran dan
tulangan disesuaikan dengan gambar bestek dan gambar detail.
3. Pemasangan dinding 1/2 batu bata dengan :
a. Adukan 1 pc : 3 ps dilaksanakan untuk semua pasangan dinding 1/2 batu bata kedap air dan
ditentukan 30 cm di atas beton sloof.
b. Adukan 1 pc : 5 ps dilaksanakan untuk semua pasangan dinding 1/2 batu bata diluar dinding
kedap air dan yang ditentukan dalam gambar bestek dan gambar detail.
4. Penyedia Jasa/Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh dinding 1/2 batu bata untuk disetujui Direksi
dan Direksi berhak menolak dinding 1/2 batu bata tersebut bila tidak memenuhi syarat :
a. Banyak mengandung retak-retak/keropos.
b. Bentuk tidak simetris/siku dan tidak rata.
c. Campuran batu bata tidak sesuai dengan persyaratan.
5. Untuk perkuatan antara dinding, dan kolom, maka pada kolom dipasang angker berupa besi beton Ø
10 mm panjang minimal 25 cm setiap jarak 100 cm, yang dipasang pada waktu pengecoran kolom.
6. Ukuran batu bata disesuaikan dengan tebal dinding bangunan yang sudah ada.

Pasal 10.
PEKERJAAN PLESTERAN/ACIAN
1. Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh permukaan pasangan bataco/bata cetak semen, beton
bertulang.
2. Sebelum diplester bidang tembok harus dibersihkan, dibasahi dengan air. Permukaan beton yang akan
diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat menyatu dengan baik.
3. Adukan plesteran pasangan kedap air 1 pc : 4 ps untuk semua dinding beton.

7
Spesifikasi Teknis

4. Ketebalan plesteran merata pada seluruh permukaan antara 1 cm – 1, 5 cm. Teknik perataan
plesteran dengan memakai mistar kayu yang digerakkan secara vertical dan horizontal.
5. Plesteran yang berombak sebaiknya diperbaiki secara spasial dengan membentuk segi empat
secukupnya pada daerah bergelombang dan diplester kembali.
6. Plesteran harus dipelihara kelembabannya selama kurang lebih 7 hari.
7. Setelah pekerjaan plesteran selesai, maka dapat dilanjutkan dengan acian dinding kemudian
diplamur.

Pasal 11.
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING
1. Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan yang tercantum dalam
gambar/BOQ.
2. Bahan Lantai :
 Lantai Keramik Ruang Kelas ukuran 40 x 40 cm, polish/halus
 Lantai Keramik Selasar/Teras ukuran 40 x 40 cm, unpolish/kasar
 Lantai Keramik KM/WC ukuran 20 x 20 cm, antislip
 Dinding + Bak KM/WC ukuran 20x25 cm
3. Pelaksanaan :
 Adukan untuk keramik 1 pc : 3 ps. dengan tebal 3 cm di atas lantai beton cor.
 Untuk lantai/dinding yang direhab bagian yang akan dipasang keramik terlebih dahulu dibersihan
dari keramik lama yang akan diganti.
 Adukan untuk lantai harus padat dan penuh tidak berongga untuk menghindari kerusakan
keramik , sambungan keramik harus pas lebarnya dan lurus serta diberi air semen untuk
pertemuannya agar tidak mengalami geseran, hasil pasangan harus rata dan tidak
bergelombang.
 Sebelum keramik dipasang harus direndam dulu agar terjadi perekatan antara adukan dan
keramik dengan baik.
 Siar-siar/nat harus membentuk garis lurus dan diisi dengan campuran semen/grout sampai jenuh
kemudian dibersihkan sampai noda-nodanya menghilang.
 Semua jenis bahan lantai harus diberikan contoh dan disetuji Direksi.

Pasal 12.
PEKERJAAN ATAP
Pekerjaan rangka atap bangunan menggunakan rangka baja ringan. Rangka Atap baja ringan adalah
pekerjaan pembuatan dan pemasangan struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan 
anti karat. Rangka batang berbentuk segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari :
1. Rangka utama atas (top chord)
2. Rangka utama bawah (bottom chord)
3. Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut menakik sendiri
(self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.
4. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan jarak sesuai
dengan ukuran jarak genteng.
Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:

8
Spesifikasi Teknis

1. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi


2. Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi),
3. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
4. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
5. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur rangka kuda-kuda
(truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang, ikatan angin dan bracing
(ikatan pengaku)
6. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)

Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:


1. Pemasangan penutup atap
2. Pemasangan kap finishing atap
3. Talang selain jurai dalam
4. Accesories atap

Persyaratan Material Rangka Atap


Material struktur rangka atap
Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)
 Baja Mutu Tinggi G 550
 Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
 Tegangan Maksimum 550 Mpa
 Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
 Modulus geser 80.000 Mpa

Lapisan anti karat :


Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis lapisan anti karat
(coating):
Galvanised (Z220)
 Pelapisan Galvanised
 Jenis Hot-dip zinc
 Kelas Z22
 katebalan pelapisan 220 gr/m2

9
Spesifikasi Teknis

 komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran


Galvalume (AZ100)
 Pelapisan Zinc-Aluminium
 Jenis Hot-dip-allumunium-zinc  
 Kelas AZ100
 katebalan pelapisan 100 gr/m2
 komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

Multigrip ( MG )

Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi untuk menahan gaya
lateral tiga arah, standart teknis sebagai berikut:
 Galvabond Z275
 Yield Strength 250 MPa
 Design Tensile Strength 150 MPa

Brace System (bracing)


 BOTTOM CHORD BRACING, Pengaku/ikatan pada batang tarik bawah (bottom chord) pada kuda-
kuda baja ringan.
 LATERAL TIE BRACING, Pengaku/bracing antara web pada kuda-kuda baja ringan,sekaligus
berfungsi untuk mengurangi tekuk lokal (buckling) pada batang tekan (web),standar teknis
mengacu pada desain struktur kuda-kuda tersebut.
 DIAGONAL WEB BRACING (IKATAN ANGIN), Pengaku/bracing diagonal antara web pada kuda-
kuda baja ringan dengan bentuk yang sama dan letak berdampingan.
 STRAP BRACE (PITA BAJA), Yaitu pengaku /ikatan pada top chord dan bottom chord kuda-kuda
baja ringan, Untuk kebutuhan strap brace berdasarkan perhitungan desain struktur. 

10
Spesifikasi Teknis

 Talang Jurai Dalam (Valley Gutter), Pertemuan dua bidang atap yang membentuk sudut tertentu,
pada pertemuan sisi dalam harus manggunakan talang dalam (Valley Gutter) untuk
mengalirkan air hujan. Ketebalan material jurai dalam minimal 0,45 mm dengan detail profil
seperti gambar diatas. 

Alat Sambung (Screw)

Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar elemen rangka atap
yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw sebagai berikut:
 Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
 Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
 Kepadatan Alur 16 alur/inci
 Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
 Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm
Kekuatan Mekanikal
 Gaya geser satu baut 5,10 KN
 Gaya aksial 8,60 KN
 Gaya Torsi 6,90 KN

Persyaratan Pra-Konstruksi
1.Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan rangka atap
baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan Syarat) .
2.Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan pada
dokumen tender.
3.Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan bertanggung
jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Dalam hal ini
meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat sambung pada setiap titik buhul.
4.Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan Pengawas, Konsultan
Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
5.Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop  permanen dengan
menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin keakurasian hasil perakitan (fabrikasi)

11
Spesifikasi Teknis

6.Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari Fabrikan penyedia jasa
Rangka Atap Baja ringan,
7.Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan dari badan akreditasi nasional
(instansi yang berwenang sesuai dengan kompetensinya).  

Persyaratan Pelaksanaan
1.Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan sesuai
gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja ringan sesuai
dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang berkompeten.
2.Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
3.Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan menggunakan mesin rakit
(Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin screw driver yang dilengkapi dengan
kontrol torsi.
4.Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata air
(waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
5.Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai untuk
tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga ahli berhak
meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
6.Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang akan dipakai
sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan dapat memasang reng
dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng tersebut sudah harus ada pada
saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
7.Jaminan Struktural 
Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi ketentuan maupun
keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan, meliputi kuda-kuda,
pengaku-pengaku dan reng. 
Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan Pembebanan
Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold
formed code for structural steel”(Australian Standard/New Zealand Standard 4600:1996)
dengan desain kekuatan strukural berdasarkan ”Dead and live loads Combination (Australian
Standard 1170.1 Part 1) & “Wind load” (Australian Standard 1170.2 Part 2) dan
menggunakan sekrup berdasarkan ketentuan “Screws-self drilling-for the building and
construction industries ”(Australian Standard 3566).

Pasal 13.
PEKERJAAN PLAFOND
Bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah memasang rangka plafond dan menutup semua
bidang bangunan baik ruang dalam maupun di luar ruangan serta List pada susut pertemuan dinding
dengan plafond.
a) Persyaratan Bahan :
 Rangka plafond memakai besi hollow galvanis ukuran 4/4, 4/2 cm kualitas baik.
 Untuk penutup rangka menggunakan Gypsum Board 9 mm dengan ukuran sesuai gambar
kerja.

12
Spesifikasi Teknis

b) Pelaksanaan :
 Rangka plafond utama dipasang dan digantung pada gapit kuda-kuda untuk lantai 2 dan pada
plat beton lantai 1 sebagai balok tarik. Rangka ini kemudian dipakai penggantung;
 Langit-langit dipasang tepat waterpas dan siar-siar membentuk garis lurus dan tegak lurus
satu sama lain.

Pasal 14.
PEKERJAAN KUSEN PINTU , JENDELA& VENTILASI
Lingkup pekerjaan meliputi :
1. Pembuatan Kusen Pintu, Jendela, Ventilasi dengan Alumenium 4’’ Powder Coating Brown dengan
ukuran disesuaikan dengan gambar yang ada.
2. Daun Pintu menggunakan double multipleks 9mm lapis HPL dan Jendela Kaca Bingkai
Alumenium ukuran sesuai gambar.
3. Daun Pintu KM/WC menggunakan Daun Pintu PVC dengan ukuran sesuai gambar kerja.

Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan :


1. Pekerjaan kosen.
a. Untuk semua pekerjaan kusen menggunakan Alumenium ukuran disesuaikan dan yang ditentukan
dan baik menurut penilaian Staf Teknis.
b. Penyetelan dijaga agar permukaan tidak cacat, pelaksanaannya dipasang setelah pekerjaan
dinding selesai diaci dan siap dicat.
c. Bagian tertentu harus diangkur agar kedudukannya kuat dan tidak goyah.
d. Setiap kusen yang berhubungan dengan dinding harus diberi angkur sebanyak 6 buah untuk
kusen pintu dan 4 buah untuk jendela/bovel light.
e. Kusen-kusen harus dilindungi supaya sudutnya tidak rusak selama waktu penyetelan sampai
pengecatan.
f. Semua kusen pintu, jendela, boven light setelah dipasang harus di waterpass.
g. Semua sambungan dibuat secara teknis, rapi, rapat dan kuat.

2. Pekerjaan dan Pemasangan Daun Pintu / Jendela dan Ventilasi dan Penggantung.
a. Untuk daun jendela/ventilasi menggunakan rangka Alumenium serta kaca polos 5 mm.
b. Pemasangan daun pintu harus tepat pertemuannya dengan kusen.
c. Pada tiap-tiap Daun Pintu dipasang Engsel 4” sebanyak 2 (dua) buah.
d. Pada tiap-tiap Bingkai Jendela Kaca di pasang Engsel 4” sebanyak 2 (dua) buah.
e. Semua engsel dipasangan dengan sekrup kembang, pemasangannya harus dengan mengebor
kusennya terlebih dahulu, tidak diperkenankan membuat lubang dengan paku.
f. Semua kunci tanam yang digunakan Kunci kualitas A, mengunci 2 kali putar, kunci harus asli,
dipasang kuat/kokoh dan berfungsi dengan baik. Khusus Pintu KM/WC menggunakan kunci putar
bulat kualitas A.
g. Untuk Pintu Double harus dipasang Espanyolet Tanam/Grendel Tanam pada bagian atas dan
bawah panjang 25 cm.
h. Semua bahan yang belum tercantum tapi dalam gambar terlukis, maka harus dilaksanakan
menurut ketentuan dan bentuknya.

13
Spesifikasi Teknis

i. Semua bahan penggantung dan pengunci sebelum dipasang harus ditunjukkan dulu kepada Staf
Teknis, dan baru boleh dipasang setelah mendapat persetujuan secara tertulis dari Staf Teknis.
j. Kunci dan alat penggantung yang sudah terpasang ternyata tidak berfungsi, harus dibongkar dan
diganti yang baru atas biaya Pemborong.

Pasal 15.
PEKERJAAN KACA
1. Semua kaca yang digunakan ukuran 5mm polos dan berkualitas baik tidak bergelombang, flat glass
bening dan dapat menahan angin 122 kg/m2.
2. Pemasangan kaca harus tepat masuk ke dalam rangkanya, setiap pemasangan kaca harus diberi list,
didempul dan difinis dengan rapi dan tidak menimbulkan bunyi bila tertiup angin.
3. Kaca dipasang sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi, bersih dan kokoh. Pemasangan kaca yang
retak atau ada goresan supaya dibongkar dan diganti baru atas biaya Pemborong.

Pasal 16.
PEKERJAAN INSTALASI AIR
1. Sistim Instalasi.
a. Sumber air didistribusi dari Bak Penampungan/disesuaikan yang sudah ada.
b. Sistim pembuangan air kotor ditentukan dengan jalan :
- Air cucian dari wastafel dan floor drain disalurkan ke saluran pembuangan air hujan dalam
tanah halaman melalui bak kontrol tertutup.
- Kotoran dari WC/Toilet disalurkan dengan pipa-pipa khusus menuju septiktank.
- Air limpahan dari septiktank dialirkan kebidang rembesan/resapan yang dibuat sesuai
petunjuk gambar detail.
- Kelancaran dari penyaluran kotoran dan air bekas cucian dalam pipa instalasi dijamin dengan
adanya pemasangan pipa udara.
- Pipa besi untuk lobang hawa diameter 1,5”.
- Pipa kotoran PVC diameter min 4“ atau sesuai gambar.
- Pipa air kotoran diameter min. 2” atau sesuai gambar.
c. Instalasi dalam :
- Closet Jongkok, mata kran, pipa inlet/outlet.

2. Material/bahan-bahan yang dipakai.


a. Untuk pipa-pipa instalasi air bersih yaitu memakai Pipa PVC ½” (sesuai gambar) atau
disetujui Direksi.
b. Pipa untuk air kotor, air buangan dari pipa PVC (sesuai gambar).

Pasal 17.
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Penjelasan
Pada gambar terlampir dijelaskan letak titik-titik lampu dalam dan luar KM/WC, stop kontak, saklar,
panel utama dan panel distribusi serta bagian kelompok titik penerangan.
2. Sumber daya listrik.

14
Spesifikasi Teknis

Sumber daya listrik direncanakan memperoleh distribusi dari PLN.


a. Syarat-syarat yang harus dipenuhi instalatir :
a. Harus memiliki ijin PLN setempat untuk pemasangan instalasi listrik serta surat-surat lain
yang menurut peraturan pemerintah harus ada.
b. Harus membuat rencana kerja yang disesuaikan dengan pembangunan gedung dari
kontraktor.
c. Harus menghubungi PLN setempat sehubungan adanya pekerjaan ini.
d. Tidak menyimpang/merobah rencana pemasangan dan penggunaan bahan instalasi yang
telah ditentukan.
e. Harus melengkapai semua peralatan instalasi dimana dalam syarat-syarat teknis pada
umumnya harus ada walaupun dalam bestek tidak disebutkan.
f. Gambar sesuai dengan instalasi terpasang (As Instalated Drawing) dan Surat Keer dari
PLN harus diserahkan pada waktu Penyerahan Pertama Pekerjaan kepada proyek.
b. Diskripsi Pekerjaan :
Jenis pekerjaan secara garis besar dibagi dalam beberapa bagian :
c. Pemasangan dan penyerahan armatur lampu sesuai yang telah ditentukan dari
pengawalan sampai titik-titik cahaya lampu, saklar, stop kontak, termasuk perlengkapan dalam
dan luar.

Pasal 18.
PEKERJAAN PENGECETAN
1. Cat Tembok :
Semua dinding termasuk beton yang tampak terlihat harus dicat dengan cat tembok sebanyak 1 x cat
dasar dan 2 x cat penutup. Warna cat disesuaikan dengan warna cat gedung lama (existing) atau
atas persetujuan Direksi/Pengawas lapangan.
2. Cat Minyak / Kilap :
Setelah bagian-bagian konstruksi yang dimenie sebanyak 2 kali, maka selanjutnya dicat dengan cat
minyak/kilap (untuk besi dengan cat besi & untuk kayu dengan cat kayu) sebanyak 3 kali yaitu 1 x cat
dasar dan 2 x cat panutup, sampai betul-betul merata. Untuk atap seng bagian luar dan talang datar
yang dicat minyak / cat besi hanya bagian luar saja.
3. Jenis & Warna Cat :
Digunakan cat berkualitas baik. Warna dan jenis cat ditentukan kemudian, terlebih dahulu contoh
diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi / Pengawas lapangan.
Untuk cat tembok dan plafond kualitas Baik.
Untuk cat kayu/besi cat kualitas Baik.
Untuk cat menie kayu dan besi kualitas Baik.
4. Pelaksanaan Pengecatan :
▪ Pekerjaan pengecatan dilakukan setelah pelaksanaan pemasangan plafond;
▪ Pekerjaan menie, residu harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2 kali;
▪ Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis setelah terlebih dahulu dimenie dan diplamur.
Aturan kerja sesuai keterangan pabrik;
▪ Urutan pengecatan kayu, 2 kali pengerjaan menie, 1 kali lapis pengisi dengan plamur kayu,
penghalusan setelah plamur dengan kertas gosok dan finishing dengan cat kayu;

15
Spesifikasi Teknis

▪ Pengecatan tembok dilakukan menurut proses sebagai berikut :


o Penggosokan dinding dengan amplas sampai rata dan halus. Setelah itu dilap dengan kain
hingga bersih;
o Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rat setelah kering digosok dengan
amplas halus dan silap;
o Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata diulang 2 kali dan hasil warna harus
merata;
o Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, seluruh bagian yang akan dicat terlebih dahulu
dibersihkan dari kotoran, debu, karat, sambungan las harus digosok dengan kertas pasir.
Sebelum dimenie terlebih dahulu celah-celah sambungan dan bagian yang berlubang harus
didempul sampai rata sehingga dapat dicat dengan baik Rekanan sebelum melaksanakan
pengecatan, harus melaporkan kepada Direksi / Pengawas lapangan.

Pasal 19.
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN PEMBERSIHAN
1. Setelah pelaksanaan pembangunan selesai dikerjakan, maka Kontraktor harus membersihkan semua
kotoran dan sisa-sisa material akibat kegiatan pelaksanaan tersebut.
2. Memperbaiki kembali semua kerusakan-kerusakan, baik jalanan, maupun fasilitas lainnya akibat
pekerjaan ini.
3. Dalam masa Pemeliharaan, pembersihan tersebut harus tetap dilaksanakan sampai Serah Terima
Kedua.

Pasal 20.
KETENTUAN TAMBAHAN
1. Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, semua ketentuan Administrasi, Pemeriksaan Bahan dan
Mutu Pelaksanaan serta Ketentuan Lain dari pemeriksaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan
ini, termasuk pula sebagai syarat-syarat yang harus dipenuhi dan ditaati.
2. Semua bahan yang akan digunakan harus melalui persetujuan Direksi dengan terlebih dahulu
menunjukkan contohnya atau menggunakan Surat Keterangan Persetujuan terutama bahan-bahan
Produksi Industri yang mempunyai banyak jenis Merk.
3. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan yang keliru, menjadi tanggung jawab Kontraktor.

MANADO, DESEMBER 2015

KONSULTAN PERENCANA
CV. GREMMY MANDIRI KONSULTAN

GRACE Z. S. WEKU, ST
Direktur

16

Anda mungkin juga menyukai