Anda di halaman 1dari 57

Laporan Pendauluan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Buton Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia yang sangat potensial untuk terus memacu tumbuh dan terus
berkembangnya kabupaten Buton Utara. Salah satu Bukti perkembangan yang semakin nampak
adalah pembangunan sarana-sarana Infrastruktur yang dapat memberikan pelayanan pada
kebutuhan dasar masyarakat di kabupaten buton utara, yakni sala satunya pelayanan pada akses
air minum yang layak bagi warga.
Pekerjaan pembangunan sarana air minum bagi masyarakat bertujuan untuk
mempermudah masyarakat pedesaan mendapatkan air minum yang memadai serta sesuai dengan
komitmen pemerintah untuk mencapai target seratus persen akses air minum (100%) layak.
Pada proses pelaksanaannya tentunya di butuhkan kehadiran Konsultan Pengawas guna
dapat membantu PPK maupun PPTK sehingga proses pekerjaan dapat selesai dalam batasan
waktu serta dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi, adanya pengendalian Keuangan Proyek,
Teknis/Mutu, Jadwal Pelaksanaan dan Kontrak kerja serta memberikan advis kepada pihak
Pelaksana pekerjaan, dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan tertib dan
sesuai dengan ketentuan kontrak antara Dinas Pekerjaan Umum dan Pentaan Ruang Kab. Buton
Utara dengan Pihak Pelaksana Pekerjaan, sehingga tujuan proyek dapat tercapai. Konsultan
pengawas/supervise yang bertugas sebagai Direksi Teknis bertanggungjawab dalam pemberian
arahan dan pengawasan kegiatan pekerjaan di lapangan selama jangka waktu 180 (Seratus
Delapan Puluh) hari kalender.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pekerjaan Umum dan Pentaan RuangKab.
Buton Utara melaksanakan paket pekerjaan Jasa Pengawasan ………………………………
yang dibiayai dengan sumber dana APBD Tahun Anggaran 2019.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan ini sebagai salah satu kewajiban konsultan supervisi
CV. ARTMA Consultan berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak dengan Nomor:
................................. tanggal ……………….. untuk pekerjaan Pengawasan
………………………….. Tahun Anggaran 2019.

Laporan Pengawasan 1
Laporan Pendauluan

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk melaporkan kepada Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kab. Buton Utara melalui Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) terkait perkembangan proyek secara berkala/perbulan mengenai Progress
Kemajuan Pekerjaan, Progress Monitoring Report, Summary Progress Report, Summary
Sertifikat Pembayaran, Quality Control Report, Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan, dan
Laporan Pemantauan Dampak Lingkungan dalam bentuk buku Laporan Pendahuluan.

BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Tugas Dan Tanggung Jawab Konsultan Pengawas


1. Tugas Operasional Konsultan Pengawas

Laporan Pengawasan 2
Laporan Pendauluan

Konsultan pengawas harus membuat uraian kegiatan secara rinci yang sesuai dengan
setiap bagian pekerjaan pengawasan pelaksanaan yang dihadapi di lapangan, yang
secara garis besar adalah sebagai berikut :
Pekerjaan Persiapan
a) Menyusun program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pengawasan.
b) Memeriksa dan menyetujui Time Schedule/Bar Chart, S-Curve, Net Work
Planning dan Shop Drawing serta struktur organisasi kerja di proyek yang
diajukan oleh kontraktor pelaksana untuk selanjutnya diteruskan kepada owner
guna mendapatkan persetujuan.
c) Memberikan format-format standart (SOP) untuk pelaksanaan konstruksi seperti :
izin memulai pelaksanaan pekerjaan (Ijin untuk Pekerjaan), persetujuan
penggunaan material (Persetujuan Material/peralatan/Sub-Kontraktor) dll.
d) Semua pekerjaan persiapan ini dilakukan pada saat kick off meeting Bersama
owner, konsultan pengawas dasn kontraktor pelaksana.

2. Uraian Teknis Pekerjaan Pengawasan Lapangan


a) Melaksanakan pekerjaan pengawasan secara umum, pengawasan lapangan,
koordinasi dan inspeksi kegiatan-kegiatan pembangunan agar pelaksanaan teknis
maupun administrasi teknis yang dilakukan dapat secara terus menerus sampai
dengan pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya.
b) Mengawasi kebenaran ukuran, kualitas dan kuantitas dari bahan atau komponen
bangunan, peralatan dan perlengkapan selama pekerjaan pelaksanaan di lapangan
atau ditempat kerja lainnya.
c) Mengawasi kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan menerbitkan laporan prestasi
pekerjaan (weekly progress) untuk dapat diketahui oleh owner serta mengambil
tindakan yang tepat dan cepat dalam pengendaliannya sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam spesifikasi teknis, agar batas waktu pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dalam master schedule yang disetujui
d) Memberikan masukan pendapat teknis tentang penambahan atau pengurangan
biaya dan waktu pekerjaan serta berpengaruh pada ketentuan kontrak, untuk
mendapatkan persetujuan dari owner.
e) Memberikan petunjuk, perintah sejauh tidak mengenai pengurangan dan
penambahan biaya dan waktu pekerjaan serta tidak menyimpang dari kontrak,
dapat langsung disampaikan kepada pemborong, dengan pemberitahuan tertulis
kepada owner.
Selain dari pada itu, konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut :
a) Memperingatkan atau menegur pihak kontraktor pelaksana jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja (dilakukan dengan melayangkan surat
teguran kepada kontraktor yang bersangkutan).
b) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika kontraktor pelaksana tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan (baik itu teguran lisan oleh pengawas
lapangan maupun surat resmi dari team leader konsultan pengawas)
c) Memberikan tanggapan atas usul pihak kontraktor pelaksana (usulan dilapangan,
usulan disaat weekly meeting maupun surat usulan dari kontraktor pelaksana).

Laporan Pengawasan 3
Laporan Pendauluan

d) Konsultan pengawas berhak memeriksa, mengoreksi dan menyetujui shop


drawing yang diajukan kontraktor pelaksana sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan(sesuai dengan SOP yang telah disampaikan).
e) Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana agar sesuai
dengan kontrak kerja.
f) Menerapkan program K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan)
dengan mematuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku.

3. Konsultasi
a) Melakukan konsultasi kepada owner untuk membahas segala masalah dan
persoalan yang timbul selama masa pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan
oleh kontraktor pelaksana.
b) Mengadakan rapat di lapangan secara berkala, dalam satu bulan dilaksanakan
sebanyak empat kali (weekly meeting), setiap weekly meeting pada minggu
pertama setiap bulannya, merupakan bagian dari monthly meeting. Rapat
rutin ini dilaksanakan bersama owner dan kontraktor pelaksana dengan tujuan
untuk membicarakan masalah dan persoalan yang timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan, untuk kemudian membuat risalah rapat (MoM) dan mengirimkan
kepada semua pihak yan bersangkutan, serta sudah diterima paling lambat 1
hari kemudian.
c) Mengadakan rapat diluar jadwal rutin tersebut apabila dianggap mendesak.
d) Mengendalikan kegiatan konstruksi yang meliputi pengawasan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dari segi kuantitas dan kualitas, serta mengusulkan
kepada Owner jika terjadi perubahan-perubahan seta penyesuaian di lapangan
untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi
berlangsung.
e) Membantu Owner untuk memeriksa dan memberi keyakinan jika kontraktor
pelaksana ingin mengajukan value engineering (VE).
f) Pengendalian biaya, mutu dan waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
g) Melakukan Koordinasi yang bai kantar institusi yang terlibat di dalam proyek.
h) Melakukan pemeriksaan dan persetujuan tagihan (progress payment) yang
disampaikan oleh kontraktor untuk dievaluasi sebelum diteruskan kepada
owner untuk pembayaran.
4. Laporan
a) Memberikan Laporan dan pendapat teknis administrasi dan teknis kepada
owner, mengenai volume, prosentase dan nilai bobot bagian-bagian pekerjaan
yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
b) Melaporkan kemajuan pekerjaan (progress report) yang nyata dilaksanakan
dilapangan secara berkala (weekly progress report dan monthly progress
report) dan dibandingkan dengan jadwal yang telah disetujui (master time
schedule).
c) Melaporkan bahan-bahan bangunan yang dipakai, jumlah tenaga kerja dan
alat yang digunakan (disampaikan dalam lampiran monthly progress report).
d) Memeriksa gambar-gambar kerja tambahan yang dibuat oleh kontraktor
pelaksana (shop drawing) untuk dievaluasi sebelum diteruskan ke owner
untuk mendapat persetujuan.

Laporan Pengawasan 4
Laporan Pendauluan

e) Menyampaikan laporan bulanan tentang aktifitas dan perkembangan


kemajuan pekerjaan masing-masing kontraktor pelaksana yang bekerja di
proyek JIIPE kepada direksi PT. Berkah Kawasan Manyar Sejahtera.
5. Dokumen
a) Menerima dan menyiapkan berita acara sehubungan dengan penyelesaian
pekerjaan di lapangan, serta untuk keperluan pembayaran angsuran.
b) Memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan, serta
penambahan atau pengurangan pekerjaan guna keperluan pembayaran.
c) Mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan dan bulanan, berita acara
kemajuan Pekerjaa, Penyerahan Pertama dan Kedua sera formulir-formulir
lainnya yang diperlukan untuk kebutuhan dokumen pembangunan, serta
keperluan pendaftaran sebagai bagunan gedung negara.

B. Tugas Dan Tanggung Jawab Personil


1. Team Leader/Inspector Lapangan
Langkah pertama yang efektif adalah dapat menciptakan perbedaan diantara tim,
terkadang perbedaan itu bisa baik atau tidak. Tidak dijelasnya maksud dari tim
merupakan penyebab utama dari kegagalan dan masalah tim. Demi terwujudnya
keberhasilan suatu pekerjaan maka diperlukannya team leader yang dapat mengatur
dan bertanggung jawab sepenuhnya.
Tugas dan Tanggung Jawab Team Leader
a) Menyiapkan rencana kerja pelaksanaan proyek
b) Menyiapkan SOP pengawasan (untuk masing-masing jenis pekerjaan dan lain-
lain)
c) Berkoordinasi dengan owner di lapangan dan instansi yang terkait untuk
kelancaran pekerjaan di lapangan.
d) Menghadiri pertemuan/rapat yang dilakukan owner untuk presentasi kemajuan
kerja kontraktor (progress, solusi dan rencana kerja kedepannya)
e) Memimpin rapat internal mingguan dan briefing di kantor, guna mengidentifikasi
masalah dan kemajuan pelaksanaan kerja.
f) Menyusun laporan kemajuan (mingguan, bulanan, akhir proyek) dan invoice
kontraktor berdasarkan laporan pekerjaan yang disiapkan oleh Construction
Engineer dan Sr. QA/QS.

C. Lingkup Kegiatan
jasa supervisi (pengawasan) masuk dalam kegiatan proyek pada tahap Konstruksi dan
tahap Pemeliharaan. Adapun lingkup kerja supervisi (pengawasan) secara detailnya akan
kami uraikan di bawah ini.

1. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


 Mengendalikan dan mengevaluasi program pelaksanaan yang disusun oleh
Kontraktor, terdiri atas program pencapaian sasaran fisik proyek mingguan dan
bulanan, program penyediaan dan penggunaan peralatan mingguan dan bulanan
dan program penyediaan dan penggunaan biaya mingguan dan bulanan.

Laporan Pengawasan 5
Laporan Pendauluan

 Melakukan pengawasan kualitas atas bagian - bagian pekerjaan sesuai dengan


kesepakatan kerja sama yang telah disetujui.
 Mengawasi ketepatan waktu dan biaya pelaksanaan konstruksi fisik.
 Melakukan pengawasan kualitas terhadap bahan/material, tenaga kerja, peralatan,
hasil pekerjaan, waktu dan metode pelaksanaan.
 Mengawasi dan meneliti perubahan - perubahan dan penyesuaian - penyesuaian
yang terjadi selama pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik.
 Menetapkan koreksi teknis dengan persetujuan pihak yang berwenang (Pemimpin
Proyek) bila terjadi penyimpangan.
 Membuat laporan dan menyerahkannya kepada pihak yang berwenang
(Pemimpin Proyek) apabila pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor tidak
sesuai dengan kesepakatan kerja sama yang telah disetujui.
 Memberi instruksi - instruksi lisan dan tertulis kepada Kontraktor sejauh tidak
menimbulkan pekerjaan tambah dan/atau perpanjangan waktu pelaksanaan.
 Mengevaluasi pekerjaan tambah kurang dari segi keteknikan.
 Memberikan masukkan dalam pencatatan dan penghitungan semua pekerjaan
tambah, perluasan pekerjaan dan pengurangan pekerjaan.
 Mengawasi pengadaan pekerja, material dan peralatan dari Kontraktor.
 Memeriksa material yang masuk ke dalam lokasi proyek.
 Membuat laporan/teguran kepada Kontraktor dan memberitahukan kepada yang
berwenang (Pemimpin Proyek) apabila pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
Kontraktor tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati.
 Membuat Laporan harian dan menyerahkannya kepada Pemimpin Proyek
mengenai kegiatan di lapangan.
 Melaksanakan dan membuat laporan chek list lapangan secara rutin sebagai
masukkan bagi laporan kepada Pemimpin Proyek.
 Membuat berita acara, meliputi kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran
dan penyelesaian dan penyerahan pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik (Serah
Terima Pertama)
 Menyelenggarakan surat menyurat lapangan untuk hal - hal dan masalah -
masalah lapangan yang perlu diberitahukan kepada Pemimpin Proyek dan/atau
pihak lainna dalam Team Proyek.
 Membuat laporan berkala kepada Pemberi Tugas (yaitu laporan harian, laporan
migguan dan laporan bulanan) yang berisi kegiatan pengawasan yang telah
dilaksanakan dan pengukuran kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Kontraktor.
 Menyelenggarakan rapat - rapat lapangan secara berkala dan menerbitkan risalah
rapat sebagai masukkan untuk evaluasi pekerjaan.
 Membuat foto - foto dokumentasi mengenai pelaksanaan pembangunan proyek.
 Memeriksa gambar - gambar kerja (shop drawing) yang dibuat oleh Kontraktor.
2. Tahap Pemeliharaan Pekerjaan

 Membuat daftar kekurangan dan cacat (Defect ListI selama masa pemeliharaan.
 Mengawasi perbaikan dan rehabilitasi atas kekurangan dan cacat dalam
bangunan.
 Membuat laporan atas pekerjaan perbaikan dan rehabilitasi yang telah
dilaksanakan.

Laporan Pengawasan 6
Laporan Pendauluan

 Menerbitkan Berita Acara Serah Terima Kedua.


 Memeriksa As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor untuk tujuan inspeksi
terhadap bangunan, perawatan bangunan dan pengoperasian bangunan.
 Mengkoordinasi pengadaan ‘Operational Manual’ dari peralatan penting yang
sesuai dengan spesifikasi.
 Menyusun dan menyerahkan Laporan Akhir Pelaksanaan Proyek.

1. Mengumpulkan data yang akan didesain


2. Melakukan Koordinasi dan konfirmasi dengan Instansi terkait termasuk juga
mengumpulkan informasi harga satuan/upah untuk disekitar lokasi proyek terutama
proyek yang sedang berjalan
3. Hal-hal lain yang diuraikan dalam data Perencanaan.
D. Out Put (Keluaran)
1. Laporan Kegiatan Harian berisi tentang (tenaga, bahan-bahan, alat-alat pekerja
yang dikerjakan dan waktu pelaksanaan pekerjaan).
2. Laporan mingguan, sebagai resume dari laporan dan berisi kemajuan
pelaksanaan pekerjaan per minggu, sebagai bahan rapat diskusi dengan
PPK dan kontraktor, yang berisi ringkasan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan
kendala /permasalahan yang dihadapi di lapangan serta estimasi progress yang
dicapai.
3. Laporan bulanan sebagai resume dari laporan harian, biasanya sebanyak 5 eksemplar
tergantung permintaan, juga berisi laporan rapat dilapangan (Site Meeting).
4. Foto dokumentasi dibuat untuk kemajuan pekerjaan sebelum, yang sedang dan telah
dilaksanakan untuk masing-masing lokasi pekerjaan yang diawasi.
5. Berita acara kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran.
6. Laporan pengujian kwalitas bahan dan kwalitas pekerja.
7. Surat perintah perubahan pekerjaan dan berita acara pemeriksaan pekerjaan tambah
dan kurang kurang.
8. Justifikasi teknis, alasan perubahan kontrak kerja atau contract change order (CCO).
9. Laporan akhir pekerjaan pengawasan, yang dibuat dalam rangkap 5 (lima) atau lebih.
Semua laporan dibuat dalam format kertas A4 dan A3 (untuk gambar dan peta).
E. Waktu Pelaksanaan
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jasa Konsultasi Pengawas (Supervisi) waktu pelaksanaan akan disesuaikan dengan
jangka waktu perencanaan konstruksi yang tercantum dalam kontrak. Jadwal pelaksaan

Laporan Pengawasan 7
Laporan Pendauluan

yang disusun dalam usulan teknis ini adalah berdasarkan perkiraan kebutuhan
bulan/orang yang disampaikan dalam rapat penjelasan pekerjaan dan secara umum
jadwal pelaksanaan pekerjaan ini akan mencakup :
1. Mobilisasi Personil
Pada tahap ini akan dilakukan Mobilisasi Personil Pelaksana yang akan
melaksanakan pekerjaan Teknis. Pengadaan tenaga pelaksana pekerjaan dilakukan
dengan cara :
a. Koordinator Pengawas akan dimobilisasi CV. ARTMA CONSULTANT
b. Tenaga Ahli akan dimobilisasi CV. ARTMA CONSULTANT
c. Tenaga Asisten Tenaga Ahli adalah tenaga lokal didaerah tempat kegiatan

dilaksanakan.

d. Tenaga pendukung/Suopporting Staf adalah tenaga lokal

2. Pekerjaan Pengawasan

a. Kegiatan pengawasan pada tahap setelah mobilisasi personil.

b. Yaitu Kegiatan pengaswasan teknis untuk semua kegiatan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dilapangan selama pelaksanaan pekerjaan fisik.
3. Mobilisasi Personil Konsultan
Kegiatan demobilisasi personil konsultan pada waktu setelah berakhirnya jasa
layanan keahlian.

III
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Metodologi
Metodologi mengandung makna tentang proses atau cara-cara yang akan mulai dari
persiapan kegiatan sampai dengan pelaksanaan kegiatan agar tujuan dan sasaran
pelaksanaan kegiatan dapat terwujud.

Laporan Pengawasan 8
Laporan Pendauluan

Dalam pelaksanaan tugas Konsultan CV. ARTMA CONSULTANT Melakukan


metodologi sebagai berikut:
a. Studi Leteratur
b. Penelaah materi
c. Pemahaman criteria dan standar-standar ruang
d. Persiapan Teknis dan koordinasi dengan instansi tekait
e. Survey lapangan:
 Survey Pengukuran
 Survey SPAM Eksisting
 Survey Keadaan Air Tanah
 Peruntukan Tanah
 Survey Lokasi Sasaran Kegiatan
Secara umum untuk memperoleh hasil perencanaan yang optimal, terpadu dan
dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan fisiknya maka
pelaksanaan perencanaan teknisnya akan disusun secara professional dalam suatu metode
dengan program kerja yang terarah dan terkoordinasi serta mempertimbangkan segala
aspek yang berhubungan dengan obyek desain. Program pelaksanaan perencanaan
disusun sesuai dengan lingkup dan materi pekerjaan seperti yang telah dijelaskan dalam
Spesifikasi Teknis.

B. Pelaksanaan dan Pemberian Tugas Personil


1. Uraian Tugas Pelaksanaan Perencana
Sebagaimana hubungan kerja konsultan dengan pemilik kegiatan yang bersangkutan,
maka untuk menggambarkan tanggung jawab masing-masing tenaga ahli dan
hubungan kerja antara tenaga ahli dalam melaksanakan tugasnya diperlukan adanya
suatu Struktur Organisasi Konsultan.

2. Uraian Tugas Tenaga Ahli Konsultan


Sesuai dengan ketentuan didalam kerangka Acuan Tugas, yang mana jabatan/posisi
personil dan keahlian yang diperlukan, serta tugas dan tanggung jawabnya dalam
melaksanakan Jasa Layanan Keahlian, yaitu sebagai berikut :
a. Team Leader (Koordinator Perencana)

Laporan Pengawasan 9
Laporan Pendauluan

Dalam Pekerjaan Perencana Team Leader Bertugas Selama 30 (Tiga Puluh) hari
Kelender.Jangka waktu Kontrak hingga selesai dan berkedudukan di
kantor/studio perwakilan di daerah tempat kegiatan berlangsung.
Team Leader sebagai pemimpin Tim Konsultan atau Wakil Direksi Pekerjaan
atau tanggung jawab langsung kepada pemilik kegiatan dimana timnya
ditugaskan untuk melaksanakan Jasa Layanan Keahlian.
Team Leader yang akan ditugaskan CV. ARTMA CONSULTANTdalam
melaksanakan jasa keahlian untuk melaksanakan pengawasan teknis pekerjaan
ini adalah seorang sarjana teknik Sipil/Arsitektur yang memiliki Pengalaman
minimal 3 tahun atau dalam bidang perencanaan.
Tugas-tugas Team Leader nantinya akan Meliputi,tetapi tidak terbatas pada hal-
hal tersebut dibawah ini :
 Merencanakan,Mengkoordinasikan dan Mengendalikan semua kegiatan dan
personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan dapat
diselesikan dengan baik serta mencapai hasil yang diharapkan.
 Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap
pengumpulan data, pengolahan dan kajian akhir dari hasil keseluruhan
pekerjaan.
b. Tenaga Ahli Sipil/struktur
Tenaga ahli yang memiliki pengalaman di bidangnya bertugas selam 30 (tiga
puluh) hari kelender atau selama jangka waktu kontrak hingga selesai dan
berkeduddukan dikantor/studio perwakilan di daerah tempat kegiatan
berlangsung.
c. Tenaga Estimator
Tenaga ahli yang memiliki pengalaman dalam estimasi biaya bertugas selam 30
(tiga puluh) hari kelender atau selama jangka waktu kontrak hingga selesai dan
berkeduddukan dikantor/studio perwakilan di daerah tempat kegiatan
berlangsung.
d. Drafter Ahli Dalam bidang Gambar Teknik
Dalam pekerjaan perencanaan ini Tenaga Drafter bertugas selam 30 (tiga puluh)
hari kelender atau selama jangka waktu kontrak hingga selesai dan
berkeduddukan dikantor/studio perwakilan di daerah tempat kegiatan
berlangsung.

Laporan Pengawasan 10
Laporan Pendauluan

e. Operator Komputer
Sebagai Orang yang ahli dibidang administrasi bertugas selam 30 (tiga puluh)
hari kelender atau selama jangka waktu kontrak hingga selesai dan
berkeduddukan dikantor/studio perwakilan di daerah tempat kegiatan
berlangsung.
f. Tenaga Surveyor
Tenaga ahli dan berpengalaman dalam bidang pengukuran bertugas selam 30
(tiga puluh) hari kelender atau selama jangka waktu kontrak hingga selesai dan
berkeduddukan dikantor/studio perwakilan di daerah tempat kegiatan
berlangsung.

C. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan.


Untuk menghasilkan laporan pekerjaan yang baik, maka diperlukan perangkat organisasi
dan tata laksana kerja, baik kaitannya dengan pemberi tugas maupun interen pihak
pelaksana (konsultan). Tata laksana kerja tersebut memiliki struktur organisasi
pelksanaan seperti disajikan pada Gambar i.1 yang terdiri dari :
 Pihak Pemberi kerja
 Pihak pelaksana
 Pihak instansi

Struktur organisasi tersebut menyangkut hubungan kerja antara pemberii tugas dalam hal
ini adalah pemberi pekerjaan yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Buton Utara dan Pelaksana Pekerjaan CV. DIGITAL ENGINEERING
Consultant, serta pihak instansi dan stoke holder terkait dalam proyek ini. Berikut ini
diuraikan Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas :

Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan :

TEAM LEADER

(To Be Name)

Laporan Pengawasan 11
Laporan Pendauluan

TENAGA AHLI

TENAGA SIPIL
TENAGA PENDUKUNG
(To Be Name)

SURVEYOR
ESTIMATOR
(To Be Name)
(To Be Name)

OPERATOR KOMPUTER
DRAFTER (To Be Name)
(To Be Name)

Konsultan Perencana
CV. ARTMA CONSULTANT
D. Rencana Kerja
Untuk menyelesaikan pekerjaan Perencanaan Pradesain yang akan menjadi tolak ukur
pembuatan Detail engineering Desai (DED) akan membutuhkan waktu 1 (Satu) Bulan
atau 30 (Tiga Puluh) hari kalender dihitung sejak penandatanganan Kontrak pekerjaan
ini. Keseluruhan program dan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan ini disusun seperti
pada table III.1, yaitu keseuaian jadwal dengan program kegiatan.

Tabel III.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Perencanaan Pradesain Normalisasi Sungai Walue

Laporan Pengawasan 12
Laporan Pendauluan

BAB IV
PENDEKATAN METODOLIGI DAN PROGRAM KERJA

PENDEKATAN METODOLIGI DAN PROGRAM KERJA

UMUM

Tugas pokok Konsultan, sesuai ketentuan yang digariskan Kerangka Acuan Kerja, adalah jasa
konsultan Pengawasan ……………………………………………………

Fungsi Konsultan Pengawas


Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu :

a. Fungsi administratif

1. Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan


hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan
kewajiban dan tugas Penyedia Jasa Pemborongan.

Laporan Pengawasan 13
Laporan Pendauluan

2. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas pekerjaan


konstruksi saluran saluran dan koker untuk jenis penanganan (peningkatan
pemeliharaan/perbaikan, pembangunan baru).
3. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto yang
dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang berjalan dan pekerjaan selesai,
serta kejadian di lapangan lainnya.
4. Menyiapkan dokumendasi sehubungan dengan Contract Change
Order dan Addendum sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat
dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.
5. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.

b. Fungsi pengawasan (supervisi)

1. Membantu Pengguna Jasa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam


mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat diselesaikan sesuai desain,
persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu
yang telah ditetapkan.
2. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci untuk
mendukung review design (bila ada), dan membantu Pengguna Jasa agar perubahan
desain tersebut dapat dilaksanakan.
3. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan perhitungan volume
pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran, sehingga semua pengukuran
pekerjaan, perhitungan volume dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
4. Meninjau pengadaan personil dan peralatan Penyedia Jasa Pemborongan sesuai dengan
kebutuhan yang dipersyaratkan.
5. Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk sertifikasi
“Monthly Certificate (MC)”.
6. Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana (as built drawing).
7. Membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan pelaksanaan Provisional Hand
Over (PHO).
8. Membantu Pengguna Jasa dalam pengawasan pekerjaan pada periode pemeliharaan.

c. Tanggung Jawab Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Pekerjaan bahwa hasil
pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa Pemborongan benar-benar sesuai ketentuan
kontrak pemborongan. Konsultan akan memberikan jaminan segala ijin kerja, persetujuan
dari setiap jenis/langkah pelaksanaan dan persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan.
Untuk memperjelas uraian tersebut, pada Gambar C.2 dijelaskan mengenai Kegiatan
Pengawasan Pekerjaan, dari tahap awal sampai tahap akhir pekerjaan.

Tugas Konsultan Pengawas

Tugas konsultan pengawas secara garis besar akan meliputi :

Laporan Pengawasan 14
Laporan Pendauluan

a) Pengendalian teknis;

b) Pengendalian atas proses koordinasi terkait;

c) Pengendalian administrasi kegiatan;

d) Evaluasi rencana kegiatan;

e) Value engineering; dan

f) Pelaporan.

d. Lingkup Kegiatan Pengawasan

1. Pengendalian Teknis

Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan pelaksanaan fisik
pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan pada saat pre-
audit, monitoring dan post-audit, meliputi :

 Aspek mutu hasil pekerjaan;

 Aspek volume pekerjaan;

 Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;

 Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum
dalam kontrak pemborongan.

a) Rentang kendali pre-audit

Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-audit” adalah
seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :

o Pengumpulan dan analisa terhadap data;

o Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi lapangan;

o Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan, yang meliputi material,


peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.

Laporan Pengawasan 15
Laporan Pendauluan

Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan akan
menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :

o Jenis pekerjaan;

o Kuantitas pekerjaan;

o Kualitas yang dipersyaratkan;

o Schedule pelaksanaan;

o Schedule pembayaran.

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan ke


lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai dengan kondisi
yang ada. Apabila ternyata dari hasil pengecekan hasil design tidak sesuai dengan
kondisi lapangan, konsultan team supervisi akan membuat alternatif lain yang sesuai
untuk diajukan kepada Pengguna Jasa.

Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan diperiksa
terlebih dahulu oleh konsultan, sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.

Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih dahulu
apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan
perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan mengerjakannya serta alat yang akan
digunakan. Apabila menurut analisa tidak seimbang antara volume dengan tenaga kerja
dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka konsultan akan menyarankan kepada
Penyedia Jasa Pemborongan untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang
memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.

Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan tambahan


sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan. Agar tidak
terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan menggantikan nilai pekerjaan
tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak
memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat
peretujuan dari Pemimpin Kegiatan. Dalam hal ini, konsultan berupaya menghindari
pekerjaan tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi
teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.

b) Rentang kendali monitoring

Kegiatan pengendalian teknis rentang monitoring adalah kegiatan-kegiatan yang


dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan pengawas telah
melakukan pre-audit namun setiap langkah pelakanaan pekerjaan akan terus dimonitor

Laporan Pengawasan 16
Laporan Pendauluan

agar kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat diluruskan kembali sesuai
petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi
terhadap progres dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.

Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga sebaik-
baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehingga kerugian
yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil pekerjaan
dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain mengawasi pekerjaan fisik konsultan
pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar kegiatan, agar jangan sampai
pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak
flora dan fauna yang ada.

Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan
peraturan-peraturan yang berlaku.

c) Rentang kendali post-audit

Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi Penyedia
Jasa Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk kemajuan pembayaran senilai
hasil kerjanya. Namun Penyedia Jasa Pemborongan tidak bisa menyajikan permintaan
pembayaran sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil
pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.

d) Pengendalian Atas Koordinasi Terkait

Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut di


atas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu dilakukan oleh pihak lain
(khususnya oleh Pengguna Jasa). Koordinasi dengan instasi terkait, antara lain dilakukan
dengan :

 Pemimpin kegiatan fisik;

 Konsultan lain yang terkait;

 Instansi terkait lainnya.

e) Pengendalian Administrasi Kegiatan

Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta


mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi kegiatan yang diawasinya,
yaitu mencakup antara lain : surat, memorandum, risalah, laporan, contoh barang, foto,
berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak, addendum dan lain-lain yang dianggap
perlu. Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk
maksud tersebut adalah :

Laporan Pengawasan 17
Laporan Pendauluan

o Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas maksud


dari surat masuk maupun keluar;

o Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas


konsultan;

o Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan yang


ditetapkan baik kualitas dan kuantitas;

o Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan;

o Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar sebelum


maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan;

o Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap perlu dalam


penyelesaian pekerjaan.

f) Evaluasi Rencana

Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyesuaian rencana yang perlu
dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan kegiatan.

 Verifikasi Hasil Pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan=

Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa


hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan telah memenuhi segala persyaratan
untuk proses selanjutnya, yaitu persetujuan Pengguna Jasa.

 Kontrol Sistimatik terhadap Kegiatan Lapangan

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol
manajemen kegiatan konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa
dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah
atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan mengakibatkan hasil kerja yang
tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, Pengawas lapangan perlu
menerapkan sistim kontrol yang sistimatik di lapangan.

 Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu :

o Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang
kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan, maka harus dikembangkan
sasaran jangka pendek dan program kerja untuk

Laporan Pengawasan 18
Laporan Pendauluan

o Memastikan bahwa pekerjaaan pengawasan berjalan secara benar sehingga


peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
o Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh kegiatan tidak di-
lampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.
Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan, yaitu :

 Pencapaian target kemajuan fisik.


 Pencapaian target keuangan
 Pengadaaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kerja
lapangan.
 Pemantapan kerja sama antar pekerja kegiatan dari seluruh bagian/divisi.
 Hubungan dengan pihak pemilik.

Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau
menunjukan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui keadaan dan
situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya
akan lebih cepat dan efektif.

Kunjungan Lapangan/Site Visit


Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan, sifatnya
dapat secara harian, mingguan. Frekwensi kunjungan dapat bergantung pada tahapan dari
pemimpin kegiatan yang mengelolanya beserta para anggota tim sesuai urgensinya.

Pengontrolan Kegiatan
Merencanakan dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis, dan yang
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network/scurve chart yang telah
disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanan harus secara periodik atau sesuai kondisi
dicheck kembali :
o Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati;
o Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera;
o Nantinya akan ditepati (jangka panjang).

Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya kegiatan seperti
yang dikehendaki.
a) Jarak waktu control

Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi dua macam rentang waktu yaitu :

o 1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu;

o 2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.

b) 2) Cara mengontrol

Laporan Pengawasan 19
Laporan Pendauluan

Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :

— Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.2.

— Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.3.

— Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai :

Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti pada Gambar C.4.

Sistim Informasi Manajemen Kegiatan


Sistim informasi manajemen kegiatan pada hakekatnya adalah suatu sistim untuk mendukung
pihak Pimpinan Kegiatan dalam memantau dan mengendalikan kegiatan. Tujuan sistim ini untuk
digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan informasi kegiatan setiap saat atau secara berkala,
cepat dan akurat. Sistim ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan
kondisi yang dihadapi di lapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari pihak
Pemimpin Kegiatan yang mewakili pihak Pengguna Jasa tentang apa-apa yang mau dimonitor
dan dikendalikan.

Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan supaya
perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam besaran
uang dan besaran waktu.

Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi manajemen kegiatan
hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas
khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur
pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).

Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau dimonitor
dimana perkembangan suatu kegiatan selalu diikuti oleh perkembangan data kegiatannya.
Volume data kian hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna Jasa, karena
masih belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan yang telah dikumpulkan secara periodik
kemudian diolah/diproses untuk dijadikan informasi kegiatan (laporan kegiatan). Artinya, dari
laporan kegiatan dapat diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual).
Dari laporan kegiatan ini Pemimpin Kegiatan baru dapat mengevaluasi perkembangan
kegiatannya dengan cara memperbandingkannya terhadap rencana.

Laporan Pengawasan 20
Laporan Pendauluan

Pemimpin kegiatan mengendalikan kegiatannya dengan keputusan-keputusan yang dibuat dan


diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya menciptakan data kegiatan baru
dan dengan demikian siklus project management control system berulangkali. Siklus ini baru
berhenti apabila kegiatan telah selesai.

Pengendalian Mutu
Selama periode kontruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan, arahan,
bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin
bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian
mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah
ini namun tidak terbatas pada :

 Peralatan laboratorium
 Penyimpanan bahan/material
 Cara pengangkutan material yang akan digunakan.
 Pengujian material yang akan digunakan
 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
 Test lapangan
 Administrasi dan formulir-formulir
Laboratorium dan Personil
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan konstruksi beton yang tidak
bisa dilakukan di lapangan. Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup
berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.

Penyimpanan Bahan/Material
Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :

 Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk menjamin
perlindungan kualitas.
 Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat
diperiksa oleh konsultan.
 Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan mempunyai drainase yang
lancar.
 Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh digunakan dalam
pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan
suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
 Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk mencegah
segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi
maksimum tumpukan 5 m.
Cara Pengangkutan Material/Campuran
Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan terhadap
setiap jalan atau struktur yang ada di sekitar pekerjaan. Bilamana terjadi gangguan di antara
operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan
Penyedia Jasa Pemborongan dalam menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna
mempercepat penyelesaian seluruh pekerjaan.

Laporan Pengawasan 21
Laporan Pendauluan

Pengujian Material yang Akan Digunakan


Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspesikan oleh konsultan. Staf anggota
team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk menginspeksi material yang akan
digunakan berdasarkan atas jadwal kerja Penyedia Jasa Pemborongan. Walaupun bahan-bahan
yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest
kembali oleh konsultan. Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk
mendapat persetujuan dari konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi.

Job Mix Formula


Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi, sebelum
pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang disetujui konsultan,
antara lain untuk pekerjaan Beton.
Pengujian Rutin Laboratorium
Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau campuran-
campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama pekerjaan berlangsung guna
menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan. Jenis dan frekuensi/jumlah test rutin ini seperti
yang disebutkan dalam spesifikasi.

Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu pengujian/tes lapangan. Gambar
C.5 memperjelas uraian di atas.

Administrasi Pekerjaan dan Formulir-Formulir


Gambar C.6. menunjukkan kelengkapan administrasi pekerjaan yang umum digunakan. Contoh
form-form yang diperlukan pekerjaan antara lain sebagai berikut di bawah ini dapat dilihat pada
Lampiran. Form-form contoh ini dapat dimodifikasi/ sesuai dengan keperluan pekerjaan. Form-
form yang dimaksud antara lain :

 Buku direksi
 Time schedule
 Mco (Mutual Check Awal)
 Request dan shop drawing
 Laporan mingguan
 Record cuaca
 Photo dokumentasi
 Change order
 Addendum
 Monthly certificate (MC)
 PHO (Provisional Hand Over)
 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

Pengendalian Kuantitas

Laporan Pengawasan 22
Laporan Pendauluan

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan/campuran yang


ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan atau yang terpasang.
Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan :
 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
 Metode perhitungan
 Lokasi kerja
 Jenis pekerjaan
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan, baik kualitas maupun kuantitas, dan
persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan
teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur
dan dibayar oleh konsultan dan mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Beberapa pengukuran
pekerjaan tersebut antara lain :

1) Pengukuran meter persegi (m2)


Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan lebar, setelah
ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau toleransi yang digunakan dan spesifikasi.

2) Pengukuran meter panjang (m’)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah penampang suatu konstruksi
sesuai dengan gambar (dimensinya).

3) Pengukuran meter kubik (m3)


Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan lebar. Sedangkan
untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan
volume yang akurat.

4) Pengukuran berat (ton)

Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

— Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan.

— Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut (berat jenis
dapat diketahui dari laboratorium).

Gambar C.7. menunjukan diagram pengendalian volume pekerjaan guna memperjelas uraian di
atas.

Pengendalian Waktu
Di dalam pekerjaan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari adalah sangat erat
sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Berikut ini dijelaskan
bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu
yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

Laporan Pengawasan 23
Laporan Pendauluan

Schedule Penyedia Jasa Pemborongan


Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang dibuat
Penyedia Jasa Pemborongan. Apakah rencana kerja progres pekerjaan yang ditargetkan sudah
layak dan realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan
pada musim kemarau untuk pekerjaan saluran dengan kondisi kerja yang sama. Kemudian dicek
juga apakah construction methode dan urutan kerja Penyedia Jasa Pemborongan sudah
sistematis, konsepsional dan benar ?
Selanjutnya, berdasarkan schedule Penyedia Jasa Pemborongan yang sudah disetujui, konsultan
pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut. Time schedule ini bisa dijabarkan ke
dalam target harian, sehingga setiap hari dapat dicek apakah target volume tersebut bisa tercapai
atau tidak ? Bila target tidak tercapai, maka selisih volume diprogramkan/dikejar untuk schedule
hari berikutnya.

Bila time schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya dan
dikendalikan dengan baik, maka diharapkan pekerjaan bisa diselesaikan “on schedule”.
Alat Berat (Heavy Equipment)
Untuk mengerjakan pekerjaan yang tingkat kesulitannya besar, dalam artian kalau tidak
menggunakan alat berat tidak efesien dan efektif, bisa kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah
alat yang mencukupi.

Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu kombinasi,
maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil. Dari alat tersebut dihitung produksi
nyata per jam, kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.

Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut menghasilkan produk
sesuai volume yang ditargetkan ? Bila tidak tercapai, perlu diambil tindakan-tindakan, antara
lain : menambah jumlah alat atau menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga
volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

Tenaga Kerja
Demikian juga tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja yang mencukupi,
sehingga pekerjaan akan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja sesuai dengan jadwal/waktu yang
ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkiraan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu
ditambah atau kerja dua shift atau kerja lembur/over time. Dengan tenaga kerja yang cukup dan
jam kerja yang cukup/efektif, maka pelaksanaan pekerjaan diharapkan bisa tepat waktu sesuai
yang ditargetkan.

Jumlah Jam Kerja


Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung pada jam kerja per hari. Jumlah jam kerja yang
sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil dibandingkan bila jam kerja per harinya lebih
banyak.

Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian rupa sehingga
volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa
diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja malam/ over time.

Laporan Pengawasan 24
Laporan Pendauluan

Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara optimal, maka
konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh Network Planning yang umumnya telah
dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan dengan metode lintas kritis (Critical Path
Methode/CPM).
Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka
konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning” tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/S-curve” yang biasa
dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat
mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi
atau STA, sedangkan arah “ordinat” menggambarkan waktu.
Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
Di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :

 Biaya pekerjaan
 Estimated Quantity/Volume Pekerjaan
 Harga satuan pekerjaan
Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan antara
sebagai berikut :

 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar sehingga
kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana. Dengan demikian volume dalam
kontrak tidak dilampaui yang pada akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan
yang dianggarkan.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
pengukuran/kwantitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-benar untuk pekerjaan
yang sudah memenuhi spesifikasi.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya pekerjaan dibayarkan sesuai dengan
item pekerjaan yang ada di kontrak.
Pemeriksaan Sertifikat Bulanan (MC)
Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang
dilaksanakan kepada Resident Engineer pada setiap akhir bulan yang berjalan, yang selanjutnya
disebut sebagai “sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC)”. Format sertifikat bulanan harus
sesuai dengan standart atau diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pengguna
Jasa. Resident Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada sertifikat
bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah terjadi di lapangan,
selanjutnya dapat disetujui untuk menandatangani bersama oleh wakil Penyedia Jasa
Pemborongan, konsultan, dan Pemimpin Pekerjaan. Prosedur pembuatan MC dapat dilihat pada
Gambar C.7.
Pemeriksaan Pembayaran Akhir
Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu. Apabila
terdapat kesalahan, pembayaran terdahulu yang sudah disetujui masih dapat dikoreksi pada
pembayaran berikutnya.

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang telah dibayar
sebelumnya, sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam pembayaran akhir merupakan final
quantity yang benar.

Laporan Pengawasan 25
Laporan Pendauluan

Prosedur Perubahan (Contract Change Order)


Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Penyedia Jasa Pemborongan
dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditanda-tangani oleh kedua belah
pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut
menyajikan suatu perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu
perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak, maka Perintah Perubahan harus
dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.

Sertifikat Penyelesaian Akhir


Bila Penyedia Jasa Pemborongan menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua
kewajiban pada Perioda Jaminan, maka ia harus membuat permohonan untuk serah terima
pertama. Setelah pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima selesai dilakukan,
yang dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan
membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.

Pernyataan Perhitungan Akhir


Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan akhir,
bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan oleh engineer. Setelah
peninjauan kembali oleh engineer dan jika diperlukan amandemen oleh Penyedia Jasa
Pemborongan, engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui
untuk pembayaran oleh Pengguna Jasa.

Addendum Penutup
Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan Akhir. Setelah
memperoleh tanda tangan Penyedia Jasa Pemborongan, engineer akan menyampaikan addendum
penutupan tersebut kepada Pemberi Pekerjaan untuk ditandatangani bersama-sama dengan
Pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui.

Dokumen Catatan Pekerjaan


Penyedia Jasa Pemborongan harus memelihara catatan yang cermat tentang semua perubahan
dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan.

Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja


Bila pekerjaan ini berada di lokasi atau menimbulkan volume lalu lintas yang cukup padat,
diperlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada
saat pelaksanaan pekerjaan survey maupun pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksinya, agar
lalu lintas yang ada tetap terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman
melewatinya. Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama
pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik pula.

Situasi seperti itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang diakibatkan
oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat pelaksanaan pembangunan itu
sendiri. Oleh sebab itu, penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal
dan sedikit mungkin akibat buruknya.

Laporan Pengawasan 26
Laporan Pendauluan

Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah dengan penanganan
yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi pekerjaan. Tidak
kalah pentingnya dari penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi
pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan lingkungan. Tanah yang dimuat di atas
Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer di atas permukaan jalan yang ada, sebab
bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada
gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Dalam pelaksanaan “Traffic Management”
untuk pekerjaan ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2 (dua) bagian :
 Pelayanan umum; dan
 Keselamatan kerja.
1) Pelayanan umum

Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas sistim informasi


Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama pelaksanaan yang
tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada pekerjaan pembangunan. Sistim ini dapat
diwujudkan melalui :

è Media cetak yang bersifat pengumuman.

è Pembagian “pamflet”

1. Mengurangi kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan perambuan sementara
selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.

2) Keselamatan kerja

Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :

1. Disiplin kerja :
è Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus menerus dimonitor dengan
perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan cepat.

è Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan lapangan yang mencakup
seluruh aspek terkait.

1. Peniadaan kecelakaan fatal :


è Perambuan sesuai dengan standar perambuan.

è Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan kerapihan kerja
sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi lampu agar mudah terlihat pada malam
hari.

Laporan Pengawasan 27
Laporan Pendauluan

Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait, antara lain :

— Faktor perambuan darat

— Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan.

— Atribut pada tenaga kerja.

— Astek

— Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani dan
melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja dari pada semua eksponen
terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progres yang hendak dicapai.

1. Perambuan darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap pelaksanaanpun mempunyai
andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan
pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah perambunan. Rambu-rambu darurat yang
diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan
serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta
jaraknya, seperti ditunjukan pada keperluan “rambu darurat”.

Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang beroperasi yang
diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan warna crossing “kuning-biru”
dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila
kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.
2. Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan
Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

è Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja ditentukan, rute perjalanan
pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah
“crossing” sehingga tidak ada konflik. Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri
dan berderet ke belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.
è Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan penutup bak belakang.
Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer di muka jalan, sebab tanah yang
tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan
kecelakaan fatal.

è Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan dari peralatan
maupun operatornya, dan bila perlu minta bantuan pengawal dari pihak kepolisian.

3. Atribut pada tenaga kerja

Laporan Pengawasan 28
Laporan Pendauluan

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat dari jarak
yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi refleksionis warna orange
yang harus dikenakan pada saat melaksanakan tugas.

Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi keletihan
akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan yang
padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi akurasi.

4. Astek (Asuransi tenaga kerja)


Jaminan pelindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi adalah
mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang
lebih dikenal dengan Astek.

Quality Assurance
Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi. Juga diperlukan
supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih besar), standarisasi test dan
pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan) serta kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi
yang diijinkan). Diperlukan pula guideline yang spesifik untuk supervisor dan client atau pihak
ketiga (seperti konsultan atau team audit teknis).
Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah kecermatan rancangan.
Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak
akurat cenderung mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan
yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan di lapangan.

Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus pengawasan juga berdasarkan
kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan banyaknya perbaikan yang diperlukan sebagai akibat
tidak akuratnya rancangan. Perbaikan administratif ini juga memakan banyak waktu dan usaha
Penyedia Jasa Pemborongan dan supervisor sehingga mereka hampir tidak mempunyai waktu
untuk pemeriksaan mutu.

Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan Penyedia Jasa
Pemborongan mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua pengetesan harus dibayarkan oleh
Pengguna Jasa (kecuali kontrak tersebut secara spesifik menetapkan yang sebaiknya), dengan
kata lain : cadangan anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat
mutu.

Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan) dan bentuk-bentuk
kontrak lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada paket yang lebih besar yang lebih
mudah dilaksanakan dan pada pencantuman per-syaratan testing serta kekerapan testing (yang
harus dikeluarkan dari kontrak) di dalam surat kontrak. Persyaratan testing dan kekerapannya
pada dasarnya berarti pergeseran tanggung jawab, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan harus
membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya supervisor harus
membuktikan bahwa pekerjaan ada di bawah standard. Memulai dan membentuk perubahan
tanggung jawab ini bukanlah praktek yang mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah
terbentuk harus dibuang; praktek dan prosedur baru harus diambil tetapi input-input seperti
pengauditan teknis, evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan lain-lain
cenderung mempunyai dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-tama perlu untuk

Laporan Pengawasan 29
Laporan Pendauluan

memberi jalan pada publik luas dalam pemerintah untuk melihat hasil perhitungan teknis. Yang
kedua, alternatif untuk format kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu ditentukan, ditest dan
dibentuk.

Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut melalui saran-
saran yang sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang berhubungan dengan evaluasi
yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan, saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

g) Value Engineering

Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang menggunakan
pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian rupa untuk menganalisa fungsi
suatu item/masalah atau sistem dengan tujuan untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan
biaya kepemilikan total yang paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan
penampilan, rahabilitasi, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan suatu pekerjaan.
Program value engineering, mencari kemampuan manajemen seseorang untuk mengadakan
perubahan yang berarti dengan cara agar dapat menemukan biaya yang tidak berguna dan
menghilangkannya.

Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama siklus pelaksanaan
pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai untuk dikerjakan, langsung
dilakukan studi value engineering.

Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value engineering untuk
membantu Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif yang lebih baik dan lebih murah atas
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pada pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain
dapat berupa :

1. a) Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih mudah dan
lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi konstruksi.
Dalam perioda pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan review design untuk
penyesuaian-penyesuaian lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi
lapangan.

1. b) Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat, sehingga


didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, efisien. Dengan cara ini diharapkan
diperoleh biaya yang lebih murah dan waktu pelaksanaan bisa dipercepat.
Dengan adanya analisa yang baik dalam construction method diharapkan peralatan yang
dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani suatu pekerjaan.
Untuk mendapatkan hasil optimal dan efisien, diperlukan suatu rencana/metode kerja yang tepat.
Kebutuhan peralatan dan pengendalian biaya pekerjaan dapat ditentukan dari metode kerja yang
dipakai.

Rencana kerja value engineering adalah sebagai berikut :

— Phase pemilihan (seleksi)

Laporan Pengawasan 30
Laporan Pendauluan

Memilih pekerjaan : Apa yang dipelajari (studi) ? Siapa akan melaksanakan ? Apa yang perlu
diketahui untuk mulai studi tersebut ?

— Informasi (investigasi)

Periksa pekerjaan : Pekerjaan apakah itu ? Apa masalahnya ? Berapa biayanya ? Apa saja yang
telah dilaksanakan ? Apa saja yang harus dilaksanakan ?

Analisa fungsi dan biaya : Apa basic fungsinya ? Apa fungsi keduanya ? Berapa biayanya ?

— Spekulasi

Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana saja yang ada ? Bagaimana
fungsi akan tampil ?

— Evaluasi

Evaluasi alternatif : Apakah tiap ide dapat berjalan ? Berapa biayanya ? Apakah tiap ide
memenuhi fungsi dasar ? Alternatif mana yang terbaik ?

1. c) Pendekatan kondisi kerja


Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan kondisi
sebagai berikut :

— Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target
penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau kondisi khusus.

— Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan.

— Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan over time.

1. d) Analisa waktu penyelesaian


Total volume pekerjaan = V (ton)

Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)

Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)

1. e) Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasi alat berat


Analisis efesiensi alat berat pekerjaan pengaspalan pekerjaan jalan berdasar kerangka pemikiran
sebagai berikut :

— Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya dalam rangka
efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

Laporan Pengawasan 31
Laporan Pendauluan

— Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang digunakan, dan
biaya alat.

— Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan pembangunan, jenis alat,


kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan
penghematan biaya operasi alat.

— Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat merupakan salah satu
komponen untuk value engineering, selain komponen pekerjaan lainnya.
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan analisa dari
berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin.
Secara garis besar, aspek-aspek yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat
dikelompokkan menjadi empat tahapan kegiatan, yaitu :

 Tahapan Studi;
 Tahapan Perencanaan;
 Tahapan Pelaksanaan;
 Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.
Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan untuk
mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Secara makro rekayasa, penjabaran dari kegiatan-
kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar C.8.

Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah dijelaskan di atas,
pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka dalam menyiapkan
rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan yang optimal,
ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pekerjaan ini, pihak konsultan akan menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan
dari masing-masing kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan.

Lingkup pelaksanaan serta metode yang digunakan di setiap tahapan digambarkan dalam
Gambar C.9. Lingkup kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan.
2. Tahapan Koordinasi.
3. Tahapan Pengawasan Lapangan.
4. Tahapan Penyerahan Hasil.

Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan peralatan.

Laporan Pengawasan 32
Laporan Pendauluan

1. Penyelesaian Administrasi
Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi kontrak dan
legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini, baik di lingkungan
intern konsultan maupun untuk berhubungan dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan


Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan mobilisasi personil dan
peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Kemudian setelah semua personil dimobilisir,
dilakukan rapat koordinasi untuk menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan
pengawasan ini agar didapatkan hasil kerja yang maksimal.

Tahapan Koordinasi

Tujuan

Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan
pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia Jasa Pemborongan, Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas serta pihak-pihak lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-
sama melakukan koordinasi sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

Ruang Lingkup

1. Rapat Koordinasi Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi


Untuk kelancaran pelaksanaan konstuksi, pihak-pihak yang terkait, yaitu Penyedia Jasa
Pemborongan, Pengguna Jasa, Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana perlu mengadakan
pertemuan guna mencari solusi dari setiap permasalah yang ditemui di lapangan baik
menyangkut bahan, metode kerja maupun volume pekerjaan. Hasil keputusan dari pertemuan ini
yang akan diterapkan di lapangan guna mengatasi masalah-masalah tersebut. Pertemuan-
pertemuan atau koordinasi ini akan kontinu dilakukan selama masa pelaksanaan konstruksi.

2. Penentuan Patok-patok Referensi dan Elevasi Titik Kontrol


Dalam setiap awal pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, Konsultan Pengawas akan
memberikan petunjuk secara tertulis kepada Penyedia Jasa Pemborongan mengenai lokasi dan
elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi berupa patok beton untuk keperluan survey dan
pengukuran pelaksanaan pekerjaan.

Output

 Notulen rapat koordinasi;


 Surat Perjanjian Perubahan Kontrak (adendum).
C.2.3. Tahapan Pengawasan Lapangan

Pengendalian Mutu Pelaksanaan

1. Tujuan

Laporan Pengawasan 33
Laporan Pendauluan

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis, gambar kerja
dan kesepakatan yang telah disetujui oleh semua pihak.

1. Ruang Lingkup
— Pengendalian Mutu Bahan;

— Pengendalian Metode Kerja;

— Pengendalian Volume dan Gambar.

1. Metodologi
Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :

1. Pengendalian Mutu Bahan


Pengendalian mutu bahan menyangkut jenis dan spesifikasi bahan-bahan yang digunakan untuk
konstruksi baik itu bahan bangunan maupun bahan pompa. Sebelum digunakan, bahan-bahan ini
akan diuji kualitasnya oleh Konsultan Pengawasan.

Penjelasan pengujian bahan selengkapnya telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya

2. Pengendalian Metode Kerja


Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, metode kerja yang digunakan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan harus sesuai dengan yang telah diberikan pada spesifikasi teknis. Konsultan akan
mengawasi cara-cara yang digunakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan tersebut dan
memberikan masukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan apabila tidak begitu mengerti tentang
metode yang ada di dalam spesifikasi teknis.

3. Pengendalian Volume dan Gambar


Volume dan gambar merupakan dasar bagi pelaksanaan konstruksi yang utama di lapangan. Oleh
karenanyas menjadi tugas Konsultan Pengawas untuk mengecek apakah pelaksanaan yang ada
sudah sesuai dengan apa yang tercantum pada gambar rencana dengan volume yang sesuai.

Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Pengawas akan memberikan laporan
kepada Pengguna Jasa secara berkala sesuai dengan perkembangan di lapangan.

Pada pengendalian mutu ini, tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan yang akan
timbul di lapangan yang disebabkan kondisi lokasi setempat baik mengenai metode kerja dan
gambar rencana. Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian (revisi) terhadap sistem
pengendalian di atas selama tidak menyimpang dan kesepakatan awal dan spesifikasi yang ada.
Hasil revisi ini akan dicatat oleh Konsultan Pengawas dan terhadap perubahan-perubahan yang
ada oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan dari perubahan
tersebut.

Laporan Pengawasan 34
Laporan Pendauluan

Mengenai perubahan gambar rencana dan metode pembuatan gambar perubahannya (as
built drawing) dapat dilihat pada Data Teknis E.
1. Output
2. Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan.
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode pekerjaan.
5. Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).
6. Perjanjian perubahan kontrak (adendum).
Pengendalian Waktu Pelaksanaan

1. Tujuan
Tujuannya adalah agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung seperti yang telah
direncanakan atau tidak melebihi waktu batas akhir kegiatan.

1. Ruang Lingkup
Pembuatan diagram jaringan (network diagram) dan jadwal kerja pelaksanaan.

1. Metodologi
Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan permulaan tanggal dini
atau lambat dari masing-masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis
(critical path). Juga dibuat sub jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari
keseluruhan jadwal konstruksi.
Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu perlu dibuat juga jadwal
kerja dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari :

1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi


Pembuatan jadwal ini yang mengacu pada jadwal kegiatan Penyedia Jasa Pemborongan dibuat
untuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan agar kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat
dievaluasi ketepatan waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan berbagai aktivitas
pekerjaan.

2. Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan


Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan
dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan,
rencana produksi bahan di pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian,
pengambilan sampel dan persetujuan dari Pengguna Jasa.

3. Jadwal Penggunaan Tenaga Kerja


Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia Jasa Pemborongan
pelaksana di lapangan. Dari sini nantinya akan dilihat perkembangan dan kecenderungan
kebutuhan tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan.

4. Jadwal Penggunaan Peralatan Konstruksi.


Untuk membantu pelaksanan konstruksi, biasa digunakan berbagai peralatan baik itu peralatan
ringan maupun alat-alat berat. Untuk itu, sangat perlu dilakukan penjadwalan atas penggunaan
alat-alat yang ada untuk melihat tingkat efisien alat-alat tersebut.

Laporan Pengawasan 35
Laporan Pendauluan

Secara berkala pengawas akan memperbarui jadwal-jadwal di atas yang disesuaikan dengan
jadwal-jadwal Penyedia Jasa Pemborongan untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan
pekerjaan secara aktual sampai hari terakhir bulan yang bersangkutan.

1. Output
2. Diagram jaringan (network diagram).
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi aktual.
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan bangunan.
5. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.
6. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.
Pengendalian Biaya Pelaksanaan

1. Tujuan
Pengawasan terhadap keadaan arus uang (cash flow) kegiatan agar dapat memaksimalkan
keuangan kegiatan yang ada untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan.
1. Ruang Lingkup
Pengontrolan biaya melalui kurva S yang dikembangkan dari Bar Chat/Giant Chart.

1. Metodologi
Seperti diketahui, kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan pekerjaan dengan waktu
yang direfleksikan terhadap bobot penyerapan biaya.

Pengawasan kegiatan dilakukan dengan membandingkan kurva S rencana (yang dibuat Penyedia
Jasa Pemborongan) dengan kurva S aktual sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan terlambat,
sesuai atau mendahului jadwal rencana. Dari sini kemudian dapat dilihat bobot biaya yang telah
dikeluarkan Penyedia Jasa Pemborongan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi sampai
dengan kemajuan yang ada. Dengan kurva S ini, Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengajukan
pembayaran yang akan diterima sesuai dengan hasil kerja yang dilakukan.

1. Output
2. Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana.
3. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia Jasa Pemborongan.
4. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada perubahan pekerjaan.
Penyerahan Hasil

1. Tujuan
Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan terhadap pelaksanaan
konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

1. Ruang Lingkup
— Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan kelengkapan hasil
pengawasan.

— Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.

Laporan Pengawasan 36
Laporan Pendauluan

— Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.

1. Output
— Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.

— Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.

PEDOMAN PENGAWASAN PEKERJAAN

Evaluasi Gambar Kerja

Dalam evaluasi gambar kerja, beberapa hal yang dijadikan perhatian adalah :

1. Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib
menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan Pengawas.
2. Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan persyaratan
pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis. Ketentuan tersebut berlaku bila tidak
ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguraguan di
antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus
melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas, dan Konsultan Pengawas
memberikan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding
dengan Konsultan Perencana.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk
mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.

Pembuatan Shop Drawing

1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat kontraktor
berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan dengan keadaan lapangan
dan/atau persyaratan pabrik dan bahan yang dipakai.
2. Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang
sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
4. Pada dasarnya kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada persyaratan
khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum tercakup

Dokumentasi Pelaksanaan Konstruksi

1. Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan yang sedang
dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang diminta oleh
Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh foto harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas
Lapangan pada akhir setiap bulan. Ukuran foto sekurang-kurangnya ukuran postcard dan

Laporan Pengawasan 37
Laporan Pendauluan

dipasang pada album. Keterangan yang menyebutkan kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal
pengambilan harus disertakan ukuran masing-masing foto.
2. Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus membuat foto
dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.
3. Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi milik Pemberi Tugas atau Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan untuk membuat cetakan dan negatif tanpa
persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan untuk
diserahkan kepada siapa pun.

Mobilisasi dan Demobilisasi


Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi mencakup :

1. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan dan


peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi kegiatan bersih dan teratur kembali dan
diterima baik oleh Pengawas.
2. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor
harus memasukkan rencana kepada Konsultan Pengawas/ Pengawas Lapangan mengenai
prosedur mobilisasi.
3. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10 (sepuluh)
hari setelah Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan memberikan nota dimulainya
pekerjaan, peralatan harus sudah berada di lokasi kegiatan sesuai dengan jadwal
dibutuhkannya alat-alat tersebut.
4. Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dalam hal fungsi dalam pekerjaan,
kapasitas, jumlah, tahun pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di
tempat pekerjaan. Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya
sesuai dengan jadwal pemakaian.
5. Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat
tersebut sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan tanpa persetujuan
Pengawas Lapangan.
6. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan tiap-tiap bagian/komponen/tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut
dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan persiapannya harus terlebih dahulu
mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas.
Material/Bahan Bangunan

1. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada Pengawas untuk
mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam bahan bangunan yang dipesan
untuk digunakan dalam pekerjaan, yaitu : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke
lapangan.
3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah
disetujui Pengawas.
4. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan kepada
Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland cement dari produsen/pabrik.

Laporan Pengawasan 38
Laporan Pendauluan

5. Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :


6. Portland cement :
è Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V yang memenuhi Standard
Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150.

è Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.

è Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.

è Kadar alkali maksimum 0,40%.

2. Agregat :
è Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium dan
mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-33. Agregat kasar harus mempunyai
susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu,
agregat beton yang digunakan haruslah bersih, uncoated, keras dan terbebas dan lumpur, garam,
partikel pipih dan material-material merusak lainnya seperti alkali, organik dan bahan-bahan
lunak & ekspansif.

è Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Konsultan


Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran dari
sumber pengambilan agregat yang akan digunakan untuk disetujui pengawas. Jika pengawas
memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka pemeriksaan tersebut
sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.

è Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan sesuai dengan ASTM
Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).

è Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan bahan-bahan organik,
tanah lempung dan sebagainya.

3. Air :
è Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali, garam, dan bahan organik atau bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan dan
sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.

è Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai
diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

4. Baja tulangan :
è Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi lekatannya pada beton dan harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.

Laporan Pengawasan 39
Laporan Pendauluan

è Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai dengan dokumen
lelang.

è Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai kekuatan dan ukuran baja
tulangan.

è Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya
sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat
pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress
strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium-
laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.

5. Admixture :
è Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor diminta terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal tersebut.

è Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut


dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu.

è Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion nitrat dan unsur-unsur
lainnya yang dapat merusak bahanbahan beton dan tulangan baja tidak boleh digunakan pada
pekerjaan ini.

è High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai dengan persyaratan
ASTM C494 type F atau G.

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan mobilisasi peralatan
dan material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan pengukuran kembali (setting out).
Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Material/Bahan

Kotraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan, lampu untuk penerangan, rambu-
rambu pengamanan, pekerjaan sementara, suku cadang, tenaga kerja dan orang-orang termasuk
segala sesuatau yang diperlukan untuk melaksana-kan pekerjaan dengan baik dan selalu siap
selama pekerjaan berlangsung.

Pekerjaan persiapan ini juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor dan Direksi, barak
untuk tempat tinggal karyawan Kontraktor, lapangan untuk persiapan (work-yards), pengadukan
beton (batch plant), bengkel, depot dan gudang. Kegiatan ini juga termasuk pekerjaan asembling
dan pemuatan untuk transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau tempat dimana
peralatan tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun material dan suku
cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasanga sehingga siap pakai semua peralatan,

Laporan Pengawasan 40
Laporan Pendauluan

material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasangan sehingga siap pakai
semua peralatan, material dan suku cadang termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk
melakasanakan pekerjaan.
Papan Nama Proyek

Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang mudah terlihat, di sekitar
jalan masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dipasang pada balok kayu dengan mutu yang
baik, yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.

Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan, meliputi :

v Nama dan nomor kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.

v Identitas pemilik pekerjaan.

v Identitas pelaksana pekerjaan.

v Waktu pelaksanaan pekerjaan.

v Nilai pekerjaan yang dilaksanakan.

Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat dari papan dengan ukuran
tebal 3 cm, lurus dan diserut rata. Papan nama proyek dipasang tegak (tidak miring), tinggi sisi
atas papan nama proyek harus sama satu dengan lainnya.

Pengukuran Kembali

Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memastikan lokasi tapak pekerjaan serta situasi lokasi
pekerjaan, agar didapat gambaran yang jelas (dalam bentuk peta situasi) untuk pelaksanan
pekerjaan.

1. Persyaratan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk mengadakan pengukuran dan
penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah
ditera kepresisiannya.

Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya
harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan keputusannya.

Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan alat-alat


waterpas/theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.

Laporan Pengawasan 41
Laporan Pendauluan

Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang melayaninya untuk


kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama pelaksanaan pekerjaan/proyek.

Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras hanya diperkenankan
untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik acuan. Untuk patok
pekerjaan, kontaktor juga harus memasang patok-patok penuntun dan papan dasar pelaksanaan.

1. Tugu patokan dasar (bench mark)


Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20×20 cm, tertancap
kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah sekurang-
kurangnya setinggi 40 cm.

Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Direksi Pengawas, minimal diperlukan 2 buah
tugu patokan dasar.

Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga
keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi Pengawas untuk membongkarnya.

Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan), Kontraktor
wajib membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan lapangan.

1. Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dan patok pekerjaan


Papan dasar pelaksanaan dipasang pada sepasang patok kayu ukuran 5/7 cm dengan mutu yang
baik. Patok kayu tersebut tertancap dalam tanah dan tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-
ubah posisinya, dengan jarak satu sama lain maksimum 1,50 meter.

Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu yang baik yang disetujui
Direksi Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi
sebelah atasnya.

Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh
Direksi Pengawas.

Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi pekerjaan.

Setelah selesai pemasangan papan dasar peleksanaan, Kontraktor harus melaporkannya kepada
Direksi Pengawas.

Pekerjaan Beton

Persyaratan

Laporan Pengawasan 42
Laporan Pendauluan

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk membuat mix


design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah memenuhi persyaratan dengan
pelaksanaannya mengikuti Standar Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.
2. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada Pengawas
untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan bangunan acuan dan perancah
tidak diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk disetujui Pengawas.
3. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara–cara dan
persiapan pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.
4. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan
angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang
dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik,
kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.
5. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa
diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan
secara kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas.
6. Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa
menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan gambar
kerja.
7. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang telah
berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Pengawas.

Pemeriksaan Mutu Beton

1. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini
dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat lain atau dengan mengadakan trial
mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh Pengawas.
2. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia
1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan diberi tanggal dan nomor urut yang menerus. Pengambilan
benda uji dilakukan atas persetujuan Pengawas.
3. Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
4. Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil pelaksanaan
pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan.
Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi
teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28
hari. Kriteria penerimaan hasil pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI 1971.

Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan beton hasil
pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan
ini dapat diterima oleh Pengawas. Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI
1971. Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar perencanaan atau
petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbarui
kembali sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dokumen
kontrak.

Laporan Pengawasan 43
Laporan Pendauluan

Penolakan Hasil Pekerjaan Beton

Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika
pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :

1. Porous, segregasi atau berlubang-lubang.


2. Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak sesuai dengan
rencana.
3. Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana) selama dan setelah
pengecoran.
4. Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas toleransi yang dapat
diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
5. Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.
6. Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya tidak dapat
memenuhi persyaratan pada PB 1971 (N I-2).
7. Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.
Pekerjaan Mekanikal (Pompa)

Bahan Baku (Materil)

1. Material (bahan baku) yang digunakan harus baru dan mempunyai nilai kualitas nomor
satu bebas dari cacat dan ketidak sempurnaan, serta sesuai dengan tingkatan klasifikasi pada
desain.
2. Semua pengadaan komponen ukuran, dimensi dan spesifikasinya harus sesuai dengan
gambar desain yang telah disetujui pemilik proyek. Untuk semua komponen mekanik
lainnya seperti ulir baut, mur dan pipa harus dalam ukuran matriks.
3. Semua hasil pengecoran harus memenuhi persyaratan ketebalan, bebas terhadap porosity,
blow holes, shrinkage, crack dan lain-lain. Kesalahan pengecoran tidak boleh diperbaiki
dengan cara penambahan atau pengelasan tanpa ijin dari Pemilik Proyek.
Pabrikasi

Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang jelas untuk mendapatkan
persetujuan dari Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan fabrikasi dimulai, baik
untuk pekerjaan yang perlu difabrikasi di luar area proyek maupun di dalam area proyek. Hasil
pekerjaan fabrikasi tersebut, akan diperiksa oleh Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan untuk
mendapat persetujuan sebelum dikirim ke lokasi/pemasangan.

Pengelasan

Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui oleh pihak proyek
sama dengan yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las yang dibutuhkan harus
diperlihatkan dalam gambar kontraktor.

Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus mempunyai kartu
rekam (pass) selama 6 bulan sesuai dengan JIS Z 3801 atau yang setara. Kontraktor harus
menyerahkan (3) tiga salinan sertifikat laporan hasil tes las specimen pada tes kualifikasi. Bila

Laporan Pengawasan 44
Laporan Pendauluan

pihak proyek meragukan sertifikat para operator las yang diajukan kontraktor maka pihak
proyek berhak untuk meminta tes kualifikasi ulang. Semua biaya tersebut ditanggung oleh
kontraktor.

Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low hidrogen type
covering atau yang setara. Kawat las tahan karat (stainless) yang digunakan pada bagian di
dalam air untuk pelindung atau penyambungan harus menggunakan chromium nickel. Tipe,
komposisi kimia dan JIS atau acuan standar untuk kawar las yang akan digunakan harus
mendapat persetujuan dari pihak proyek.

Pengecatan

Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek dan kontraktor harus
mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan contoh warna termasuk spesifikasi cat
untuk setiap lapisan sampai dengan lapisan cat terakhir.

PROGRAM KERJA
Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu program kerja yang
konsepsional, efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk mencapai target sukses
pekerjaan dapat terprogram dengan baik. Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan
dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms of Reference (TOR).
Penyusunan program kerja ini dilakukan berdasarkan :

 Ruang lingkup pekerjaan;


 Volume pekerjaan;
 Batas waktu;
 Keahlian personil;
 Jumlah personil;
 Peralatan yang dipakai;
 Schedule mobilisasi;
 Arahan Pengguna Jasa;
 Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya.
Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan, maka program
kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan
waktu pelaksanaannya. Untuk mendapatkan efektivitas yang tinggi atas input konsultan, dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan
pelaksanaan sistem layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini kualitas maupun
kuantitas pekerjaan dapat dikontrol, seraya menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup
besar. Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengenalan
terhadap pekerjaan. Aktivitas yang mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan diupayakan
untuk dihindari.

Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai berikut :

 Persiapan awal, studi terdahulu;


 Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Pekerjaan;

Laporan Pengawasan 45
Laporan Pendauluan

 Koordinasi dengan unsur pekerjaan;


 Koordinasi team konsultan;
 Koordinasi dengan instansi terkait;
 Tahap pengawasan teknik.
Persiapan Awal dan Studi Terdahulu
Persiapan awal
Setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader telah dimobilisasi, kemudian
disusul dengan mobilisasi personil yang lain sesuai Manning Schedule dan kebutuhan aktivitas
pekerjaan, team konsultan segera mengadakan persiapan awal untuk pekerjaan ini, yang
kegiatannya antara lain meliputi :

 Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor, dan lain-lain.


 Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.
 Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan pihak-pihak
terkait.
 Penyiapan format/form-form standar yang akan diperlukan/digunakan selama periode
pekerjaan.
 Pengumpulan data yang tersedia.
 Studi/analisa data yang tersedia.
 Field reconnaisance/site visit.
 Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.
C.4.1.2 Studi terdahulu
Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan konstruksi adalah
berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-spesifikasi, baik teknis maupun umum yang akan
dikumpulkan/dicari konsultan pengawas untuk dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Data
tersebut umumnya dapat diperoleh dari Pengguna Jasa.

Koordinasi

Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan koordinasi secara
rutin dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan, instansi terkait dan koordinasi intern
konsultan.

1. Pemimpin Pekerjaan
Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan dengan frekwensi yang
cukup.

2. Unsur Pekerjaan
Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting” antara Konsultan,
Penyedia Jasa Pemborongan dan Pemimpin Pekerjaan, di sini bisa dievaluasi, dimonitor dan
dibahas hal-hal antara lain :
— Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-raguan atau
kesalahan dalam pelaksanaan.

— Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

Laporan Pengawasan 46
Laporan Pendauluan

— Kemajuan pekerjaan.

— Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa Pemborongan dan atau
sebaliknya.

— Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya.

— Rencana kerja Penyedia Jasa Pemborongan untuk bulan berikutnya.

Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu dilaksanakan
dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan secara periodik
(mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang 2 – 3 harian.
3. Instansi Terkait
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu melakukan koordinasi
dengan instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan dengan scope pekerjaan.

4. Intern Konsultan
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya sesuai
dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara Team Leader dengan stafnya, seperti
antara lain dan tidak terbatas pada :
1. a) Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
è Laporan bulanan.

è Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.

è Masalah lapangan dan pemecahannya.

è Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.

1. b) Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau secara berkala
ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
2. c) Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk meyakinkan bahwa
material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai dengan dokumen kontrak dalam hal
mutu, volume dan waktu.
3. d) Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau antar staf
Konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan, agar terjadi komunikasi,
koordinasi, informasi yang baik.
Tahap Pengawasan
Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan, bimbingan dan instruksi
yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan
berdasarkan dokumen kontrak dan petunjuk teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan meliputi
melakukan sertifikasi atas pekerjaan ini yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan.
Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap supervisi adalah :

Laporan Pengawasan 47
Laporan Pendauluan

1. Masa Konstruksi/ Masa Perbaikan :


2. Mengecek data titik survey di lapangan
3. Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk mendapatkan kepastian
bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan di dalam dokumen kontrak.
4. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga material yang
akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan kepastian sudah sesuai dengan
persyaratan.
5. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, meevaluasi rencana kemajuan
pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain yang digunakan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disetujui.
6. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan, penyesuaian design bila diperlukan, agar sesuai dengan
kebutuhan teknis/lapangan.
7. Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas pekerjaan yang sudah
di test termasuk penggunaan material, dengan menggunakan bentuk yang sudah disetujui
oleh Pengguna Jasa.
8. Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan
rekomendasi pemecahan permasalahan.
9. Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan membantu Pengguna
Jasa pada saat dilakukan negosiasi harga dan biaya konstruksi terhadap perubahan kontrak
tersebut (bila ada).
10. Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pengguna Jasa dalam
bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan, penambahan lingkup pekerjaan kontrak
dan perubahan-perubahan lain di luar lingkup pekerjaan yang tercantum dalam dokumen
kontrak.
11. Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran bulanan yang akan disertifikasikan oleh
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin Pekerjaan.
12. Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi Penyedia Jasa Pemborongan
di dalam semua masalah yang ada hubungannya dengan dokumen kontrak, pengecekan
terhadap survey tanah dasar, test pengawasan mutu dan masalah lain yang berhubungan
dengan dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.
13. Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap semua jaminan yang
diperlukan di bawah syarat-syarat yang tercantum di dalam dokumen kontrak, untuk material
dan peralatan yang digunakan di pekerjaan. Semua material yang digunakan di pekerjaan
termasuk sumbernya juga harus disetujui terlebih dahulu.
14. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pengguna Jasa, menghadiri dan mencatat
semua rapat/pertemuan dengan Penyedia Jasa Pemborongan, Pemimpin Pekerjaan dan
Instansi pemerintah lain serta menyediakan bantuan teknis bila dan kapan diperlukan dalam
kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan dan masalah-masalah kontrak.
15. Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, peralatan Penyedia Jasa Pemborongan dan
personil di lapangan serta peristiwa/kejadian yang bisa mengakibatkan keterlambatan, dan
langkah-langkah yang diambil untuk mencegah keterlambatan tersebut.
16. Memberikan bantuan advis kepada Pemimpin Pekerjaan di dalam menyusun kebijakan
dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
17. Membuat laporan bulanan, laporan teknik/khusus dan laporan akhir pekerjaan seperti
yang dikehendaki oleh Pengguna Jasa.
18. Pemeriksaan Serah Terima Sementara, termasuk penyiapan laporan dan Berita Acara
Serah Terima Sementara yang diperlukan, serta menyiapkan Sertifikat Penerimaan
Sementara (Certificate of Provisional Acceptance).

Laporan Pengawasan 48
Laporan Pendauluan

Secara ringkas, semua aktivitas di lapangan dirangkum di bawah ini :

1. 1. Persiapan lapangan
Pada tahap persiapan di lapangan, tim konsultan akan mengawasi dan mencek aktivitas-aktivitas
konstruksi seperti yang dijabarkan berikut ini :

 Memeriksa kualitas semua bahan yang akan digunakan untuk konstruksi.


 Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (job mix formula) untuk beton dan lain-lain.
 Lokasi letak bahan-bahan.
 Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.
 Jumlah dan kondisi semua peralatan.
 Jumlah personil Penyedia Jasa Pemborongan.
 Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
 Kondisi cuaca.
 Prosedur administrasi Penyedia Jasa Pemborongan.
 Form/formulir kerja.
 Persiapan form-work.
 Mengecek jadual Penyedia Jasa Pemborongan.
 Persiapan konstruksi.
2. 2. Pekerjaan konstruksi/ Perbaikan
Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan selesai dan diperiksa oleh konsultan dan Pemimpin
Pekerjaan, maka Penyedia Jasa Pemborongan akan diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan
konstruksi. Team konsultan akan mengecek langsung hal-hal berikut ini :

 Metoda pekerjaan konstruksi;


 Penggunaan bahan;
 Pengecekan jadwal;
 Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan pekerjaan;
 Pengambilan contoh (sampling).
Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Penyedia Jasa Pemborongan mengajukan “Request” terlebih
dahulu, yang berisi antara lain :
 Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;
 Lokasi pekerjaan;
 Peralatan yang akan digunakan;
 Estimasi volume pekerjaan;
 Material yang akan digunakan;
 Rencana jam kerja.
4. Pengawasan mutu
Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan membuat suatu
permohonan tertulis kepada konsultan untuk prosedur konstruksi dan persetujuan pekerjaan.
Konsultan akan :

 Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.


 Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
 Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
 Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.

Laporan Pengawasan 49
Laporan Pendauluan

 Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-sampel yang diambil


dari lokasi kerja.
 Memeriksa/menginstruksikan test yang lain sesuai spesifikasi.
5. Pengawasan kuantitas
Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang ditempatkan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses bahan-bahan dan produk fisiknya
berdasarkan atas :
 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi
 Metoda perhitungan.
 Lokasi kerja.
 Jenis pekerjaan (work item).
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
6. Catatan-catatan teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk memberikan petunjuk-
petunjuk kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik,
metode kerja/construction methode dan lain-lain.

Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk pekerjaan yang hasilnya


tidak sesuai dengan spesifikasi.

1. Fase value engineering :


Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain sebagai berikut :

— Memeriksa original design, untuk mengetahui apakah dimungkinkan dilakukan redesign


untuk penghematan sesuai usulan Penyedia Jasa Pemborongan.

— Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan diperoleh penghematan


biaya konstruksi.

Pelaporan
Selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan akhir dari pelaksanaan pekerjaan, maka
konsultan akan membuat laporan, yaitu : laporan pendahuluan, laporan mingguan, laporan
bulanan dan laporan akhir.

Laporan mingguan/bulanan berisi tentang progres fisik pekerjaan dan kendala-kendala selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung untuk setiap minggu/bulannya. Proses penyusunan laporan
mingguan/bulanan akan mengacu kepada laporan dari field engineer dan pengawas lapangan
untuk setiap lokasi yang akan diawasi. Sebelumnya diarsipkan maka perlu dilakukan
pembahasan bersama-sama dengan direksi.

Sedangkan laporan Akhir berisikan tentang perhitungan volume akhir pekerjaan dan evaluasi
pelaksanaan pekerjaan. Laporan tersebut akan dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi yang
bedasarkan prosentase kemajuan pekerjaan (0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %). Secara rinci, isi
laporan adalah sebagai berikut :
1. Laporan Bulanan = 2 (dua) buku/bulan

Laporan Pengawasan 50
Laporan Pendauluan

Merupakan resume Laporan Mingguan per bulan, yang berisi antara lain : permasalahan yang
terjadi di lapangan perbulan, usulan pemecahan dan tindak lanjut, kemajuan pekerjaan
konstruksi di lapangan tiap akhir bulan. Laporan ini diserahkan kepada Pemberi Tugas setiap
akhir bulan.

1. Laporan Akhir = 3 (tiga) buku


Berisi uraian lengkap mengenai kegiatan pengawasan, dengan lampiran :

1. Buku Harian Lapangan (BHL).


2. Addendum Surat Perjanjian (Kontrak) tentang perpanjangan waktu dan Perubahan Tata
Cara Pembayaran (kalau ada).
3. Surat Pernyataan selesai pekerjaan.
4. Foto Dokumen Lapangan sebanyak 1 exemplar/minggu.
5. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan I (PHO).
Laporan ini diserahkan di akhir pelaksanaan pekerjaan.

ORGANISASI DAN PERSONIL

Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan metodologi dan pendekatan penanganan pekerjaan sebagaimana telah diuraikan,


maka disusun organisasi pelaksana pekerjaan dalam rangka koordinasi, pertukaran informasi,
evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan secara makmimal serta struktur organisasi tim
konsultan. Untuk itu, sistem koordinasi pekerjaan ini dengan struktur organisasi seperti
diperlihatkan pada Gambar C.10. dan Gambar C.11, yang mempunyai sasaran pokok sebagai
berikut :
Sasaran eksternal

Dalam arti tujuan koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan
pekerjaan antara Tim Konsultan dengan Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Kota Adminstrasi
Jakarta Selatan.

Sasaran internal

Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim Konsultan sendiri,
baik dalam tahap persiapan maupun tahap pengawasan. Koordinasi dilakukan antara anggota tim
dan angota tim dengan ketua tim sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.

Adapun mekanisme pelaksanaan penyusunan pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. PPK.
 Dalam hal ini Pemimpin Pekerjaan, bertindak sebagai penanggung jawab pekerjaan dan
akan mempunyai peran dalam hal koordinasi khususnya secara administratif dan teknis.
1. Konsultan

Laporan Pengawasan 51
Laporan Pendauluan

 Direktur Perusahaan, bertanggung jawab atas masalah kontrak, manajemen personil dan
pembiayaan pekerjaan secara keseluruhan.
 Spesial Technician, secara umum bertanggung jawab dalam hal-hal manajerial dan
koordinasi Tim maupun koordinasi terhadap seluruh pekerjaan seperti menyiapkan program
kerja, memberikan arahan dan petunjuk dalam melaksanakan pekerjaan, memimpin tim
dalam setiap diskusi dan koordinasi dengan Pengguna Jasa, bertanggung jawab terhadap
hasil pekerjaan tim, serta secara khusus bertanggung jawab terhadap materi yang terkait
bidang keahliannya.
 Inspektor, akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan bidang ilmunya masing-masing
sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing item pekerjaan. Selain tenaga ahli, pekerjaan ini juga akan
dibantu tenaga pendukung lainnya, yaitu :
1. Narasumber
Narasumber yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah, pihak-pihak yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung yang dapat memberikan data/ informasi dan masukan yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Penugasan Personil
Uraian tugas dan tangung jawab masing-masing tenaga ahli untuk pelaksanaan pekerjaan adalah
sebagai berikut :

Spesial Technician

1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan lapangan;


2. Mengkoordinasi dan mengelola kegiatan sehari-hari dari Tim Konsultan;
3. Menyiapkan program kerja dan pelaksanaan;
4. Memobilisasi dan mengontrol tim serta mengkoordinir semua kegiatan;
5. Membantu tugas-tugas Pemberi Pekerjaan dalam menjamin terlaksananya pekerjaan
sesuai dengan dokumen kontrak;
6. Membantu Pemberi Tugas bila terjadi/adanya perubahan/modifikasi desain dalam
pekerjaan;
7. Menjembatani koordinasi antara instansi terkait dengan pemberi tugas dan kontraktor
pelaksana;
8. Menelaah dan mengevaluasi program, jadwal dan kemajuan pekerjaan serta kinerja
Penyedia Jasa Pemborongan;
9. Melaporkan untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) terhadap Critical Patch,
mengevaluasi penyebab-penyebab terjadinya keterlambatan dan memberikan saran tindakan
yang harus diambil agar kemajuan kegiatan tetap terjaga;
10. Menelaah gambar dan desain yang ada dan memantau penerapannya;
11. Mengesahkan semua pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan;
12. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam perubahan pekerjaan (contract
change order’s) dengan pihak perencana untuk mendapat persetujuan dalam bentuk
Justifikasi Teknis;
13. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas keberatan, permintaan perubahan dan
klaim pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan dalam bentuk Justifikasi
Teknis;

Laporan Pengawasan 52
Laporan Pendauluan

14. Menelaah, mengevaluasi dan merekomendasikan persetujuan terhadap usulan


penggunaan bahan, peralatan dan pekerjaan yang disubkontrakkan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan;
15. Mempersiapkan notulen rapat;
16. Membantu dan membuat rekomendasi tanggal PHO dan FHO setelah masa Jaminan
Pemeliharaan serta mempersiapkan daftar kekurangan dan kerusakan .
1. Mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan yang di Jasa Pemborongan;
2. Mengkoordinasikan Penyedia Jasa Pemborongan berkaitan dengan masalah utilitas
umum dan jenis tanah;
3. Membuat sistem pengarsipan yang baik, antara lain : menyimpan tanda terima, dan
memeliharanya sebagai catatan tetap, jaminan yang dibutuhkan menurut syarat kontrak yang
ada dalam kegiatan;
4. Mempersiapkan As Built Drawing semua pekerjaan sipil termasuk detail-detailnya;
5. Melakukan survey selama pelaksanaan berlangsung bekerja sama dengan Spesial
Technician untuk mengkonfirmasikan hasil survey dari Penyedia jasa Pemborongan;
6. Mencatat jadwal progres yang up to date dan membantu Pejabat Pembuat Komitmen
dengan data pembayaran dan fisik pada saat diperlukan;
7. Mengawasi pekerjaan pembangunan dan perbaikan, dan lain-lain dan membantu
mengambil keputusan yang cepat dan tepat apabila terjadi penyimpangan;
8. Melaksanakan dan melaporkan tentang PHO.

Peralatan Pendukung
Konsultan akan menyediakan peralatan kantor dan lapangan selama periode kontrak, yang
digunakan untuk kelancaran operasional pekerjaan. Peralatan itu antara lain :

 Personal computer,
 Meja Gambar,
 Printer,
 Kamera/ Video Kamera,
 Alat komunikasi (telepon dan Fax), serta
 Alat tulis kantor (ATK).
Untuk menujang kelancaran dan efektifitas kerja, Konsultan juga sudah memiliki fasilitas,
peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai seperti yang dapat dilihat pada Tabel C.1.
Data Peralatan Dan Perlengkapan Kantor.

Metode kerja yang dilaksanakan oleh konsultan Perencanaan melalui beberapa tahapan
minimal meliputi :
B. Tahap Konsep Rencana Teknis.

Laporan Pengawasan 53
Laporan Pendauluan

1. Konsep penyiapan Rencana Teknis, termasud konsep organisasi, jumlah dan


kualifikasi tim perencana, metode pelaksana, dan tanggung jawab waktu
perencanaan.
2. Konsep skematis rencana teknis, termasud program tata ruang, tata lingkungan, dll.
3. Gambar Rencana dan Detail
4. Rencana Anggaran Biaya
5. Garis besar rencana kerja dengan pemda setempat
6. Laporan data dan informasi lapangan
C. Tahap Pengembangan Rencana
1. Uraian Konsep rencana dan perhitungan yang diperlukan
2. Draf Rencana Anggaran Biaya (RAB)
3. Draf Rencana Kerja dan Syarat-syarat/Spesifikasi Teknis
D. Tahap Rencana Detail
1. Gambar Teknis
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat/Spesifikasi Teknis
3. Rencana Kegiatan dan volume pekerjaan (BO)
4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
E. Sistem Pelaporan
1. Laporan Pendahuan
Didalam buku laporan Pendahuluan ini memuat antara lain ; Latar belakang
pekerjaan, Ruang lingkup kegiatan, Pembahasan dan Metode kerja.
2. Laporan Akhir
Didalam buku laporan Antara ini memuat antara lain ; Latar belakang pekerjaan,
Survey pendahuluan, Survey topografi

F. Tahap Final

Merupakan tahap penyerahan seluruh hasil akhir pekerjaan Perencanaan Teknis

Pengembangan Jaringan Perpipaan SPAM Desa Bone Lipu Untuk Desa Bone Lipu

Kec. Kulisusu Kab. Buton Utara Lingkup Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan

Ruang Kabupaten Buton Utara.

Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Tim Konsultan

nantinya dapat dilihat pada bagan alur seperti berikut:

Analisa

Data Primer/Sekunder
Peta Tematik Kawasan
Literatur Problem/Permasalahan Penyusunan
Laporan Pengawasan Kegiatan 54
Laporan Pendauluan

Justifikasi

BAGAN ALIR PELAKSANAAN PERENCANAAN

Justifikasi

Penyusunan Struktur Dasar Daftar


Metode Rencana Pertanyaan
Format - Format

Evaluasi Hasil
Identifikasi
Data Pokok
Yang Sudah Ada

Studi Leteratur
Laporan Pengawasan 55
IDENTIFIKASI
Progrm Kerja
YANG ADA
Mobilisai
Laporan Pendauluan

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam hal perencanaan pekerjaan yang harus diperhatikan adalah :
1. Penyediaan tenaga/personil perusahaan
2. Penyediaan Alat Pendukung kegiatan
3. Penyediaan data pendukung lapangan
4. Koordinasi dengan instansi teknis yang terkait

Hal tersebut dilaksanakan agar pelaksanaan perencanaan dapat terstruktur dengan baik
sehingga keluaran atau produk yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan

B. Saran-Saran
Untuk keberlanjutan kegiatan diperlukan adanya pekerjaan pra desain sehingga pada saat
perencanaan dan pengusulan biaya dapat disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.

Laporan Pengawasan 56
Laporan Pendauluan

Dengan adanaya par desain tersebut pada saat perencanaan sudah dapat diketahui
seberapa besar kebutuhan yang akan dikerjakan.

Untuk instansi terkait dan pemerintah daerah perlu dipikirkan jangka waktu pelaksanaan
perencanaan, sebab waktu perencanaan yang diberikan dalam pelaksanaan tahun ini
sangatlah singkat (satu Bulan). Sementara untuk melakukan semua kegiatan yang sesuia
dengan spesifikasi teknis dan kerangka acuan kerja yang ditawarkan membutuhkan
waktu yang agak lama. Sehingga disarankan untuk pelaksanaan perencanaan mendatang
diperpanjang jangka waktu pelaksanaannya hingga 3 (tiga) Bulan atau lebih.

Laporan Pengawasan 57

Anda mungkin juga menyukai