Anda di halaman 1dari 11

SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan :
Pembangunan Stasiun Meteorologi Maritim Bitung
Tahap I, 1 Paket

Tahun 2021
SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1. JENIS PEKERJAAN

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


o PEMBANGUNAN GEDUNG STASIUN METEOROLOGI MARITIM BITUNG TAHAP I
dengan jenis pekerjaan sesuai dengan Bill Of Quantity (BOQ) Pekerjaan.

Pasal 2 . PENGGUNAAN SYARAT-SYARAT DAN TEKNIS

Penggunaan Syarat-syarat dan Teknis ini adalah :


a. Jika ada perbedaan pada gambar-gambar atau ukuran-ukuran maka gambar dalam skala
besar yang harus diikuti, atau ada kemungkinan lain suatu pengecualian dengan
Persetujuan Direksi.
b. Gambar Detail dan gambar penjelasan lainnya yang memungkinkan diperlukan pada
pelaksanaan pekerjaan ini harus dibuat oleh Kontraktor.
c. Untuk hal-hal yang menyangkut masalah Teknis yang belum jelas, Kontraktor diwajibkan
berkonsultasi dengan pihak Direksi dan tidak diperkenangkan mengambil keputusan
tanpa persetujuan Direksi.

Pasal 3. SYARAT-SYARAT UMUM

a. Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku dalam pekerjaan ini adalah :


 Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB) tahun 1956
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961
 Peraturan Konstruksi Baja Indonesia
 Peraturan Instalasi Listrik Indonesia
 Peraturan-peraturan Pemerintah setempat menyangkut pekerjaan ini.

b. Jika terdapat ketidak cocokan antara peraturan -peraturan tersebut dalam pasal “3 point a”
dengan Rencana Kerja dan Syarat serta tidak terdapat dalam Penawaran, maka harus di
konsultasikan dengan Direksi untuk mengambil Keputusan.

Pasal 4 . PENETAPAN SITE UKURAN-UKURAN DAN PERSIAPAN

a. Kontraktor harus membuat Gudang Bahan untuk penyimpangan Bahan dan Alat, sesuai
kebutuhan hingga selesainya pekerjaan.
b. Kontraktor harus menyiapkan kotak pertolongan kecelakaan P3K di kantor Direksi
c. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan, bentuk, ukuran – ukuran dan
mutu yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat- syarat (RKS) pekerjaan.
d. Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran – ukuran satu sama lain dan segera
memberitahukan / berkonsultasi dengan Direksi bilamana terdapat perbedaan ukuran –
ukuran satu sama lainnya.

e. Peil nol (0,00) ditetapkan sesuai gambar dilapangan serta kondisi dan keinginan pada
waktu rencana awal pelaksanaan dan dicantumkan dalam Berita Acara Peninjauan
Lapangan.
f. Kontraktor diwajibkan membuat tetap untuk ukuran peil nol diatas patok yang kuat dan
pemeliharaannya selama waktu pekerjaan berlangsung dan patok tersebut telah diset ujui
oleh direksi.
g. Kontraktor diwajibkan menyediakan air bersih yang memenuhi syarat untuk kontruksi
hingga selesainya pekerjaan dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal 5. PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

a. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan Pembersihan / Mengupas Lapisan


tanah permukaan, meliputi segala macam tumbuhan dan tanaman, sampah dan bahan-
bahan lain yang dapat merusak bangunan.
b. Untuk tanah/pasir bekas galian pondasi dapat digunakan pada timbunan kembali.
c. Bahan dasar urugan pasir dari sungai / kali yang sudah bersih dan bebas dari zat orga n- ik
lainnya dan lumpur.
d. Pekerjaan pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan lapis de mi lapis maksimum 20
CM, dengan menggunakan mesin Soil Compactor (mesin stamper atau alat sederhana
yang disetujui oleh Pengawas) dan dibantu dengan air pada saat pemadatan.

Pasal 6. PEKERJAAN GALIAN PONDASI

a. Pekerjaan Galian Pondasi meliputi Galian Untuk Pondasi Telapak dan Galian untuk
Pasangan Batu Belah selanjutnya harus mengikuti ukuran Panjang lebar dan
kedalaman yang sesuai dengan Gambar rencana.
b. Sebelum pekerjaan galian dimulai, Kontraktor diwajibkan mengadakan pengecekan AS
Galian, letak bangunan dengan bangunan sekitarnya, Siku bangunan dan lain -lain ber-
sama-sama dengan Pengawas Lapangan, Konsultan Perenca na dan Direksi.

Pasal 7 . PEKERJAAN PASANGAN PONDASI

a. Sebelum pemasangan Pondasi, Kontraktor harus mengecek ulang posisi Bouwplank /


patok tetap, Kontraktor juga menyempurnakan Benang sebagai alat kontrol, menimbang
dengan alat sederhana seperti ( selang + air ) dan kontrol Siku dengan alat sederhana dari
mistar segi tiga yang dibuat dengan komposisi ( 100 x 80 x 60 ) CM.
b. Kontraktor harus betul-betul memperhatikan siku bangunan dan harus disetujui oleh
Direksi
c. Sebelum memasang Batu Kosong, Kontraktor diwajibka n konsultasi dengan
Pengawas/Direksi tentang benarnya kedalaman / lebar galian pondasi sesuai gambar.
d. Batu Gunung/Kali yang akan digunakan harus dibersihkan dari kotoran tanah dan Lu m-
pur sebelum digunakan / dipasang.
e. Batu Gunung/Kali yang diizinkan untuk digunakan dengan ukuran maximum ±15 -25 CM.
f. Apabila menggunakan batu kali/sungai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
dipecahkan agar permukaan batu tersebut tidak licin.

Pasal 8. PEKERJAAN BETON

1. Material Bahan Beton

a. S e m e n
Semen yang digunakan adalah terdiri dari suatu jenis Merk dan Mutu yang baik atas
persetujuan Direksi, ditetapkan harus memakai produk Lokal (Ex. Tonasa) atau yang
setara. Kemudian Semen yang tidak boleh digunakan adalah :
 Semen yang telah mengeras sebahagian maupun seluruhnya
 Kantong Zaknya telah sobek
 Semen yang tertumpah
 Semen yang telah dipakai untuk mencampur kering dan sudah bermalam
 Semen yang sudah lama dijemur atau kena matahari.
Keamanan tempat menyimpan semen harus diusahakan sedemi kian rupa sehingga
bebas dari kelembaban lantai dan percikan air.

b. Pasir Beton
 Pasir Urugan dan Pasir Pasangan yang digunakan adalah pasir dari jenis yang
baik serta bersih dan tidak tercampur dengan tanah liat atau kotoran dan bahan
organis lainnya.
 Pasir berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat -alat pemecah
batu.
 Pasir untuk campuran Beton dipakai yang berbutir kasar dan bersih dari lumpur
serta bahan organis lainnya.
 Pasir harus terhindar dari batu-batu tajam dan keras. Butir-butir halus bersifat
kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
 Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering).
 Pasir laut tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton. Selanjutnya pasir harus
memenuhi syarat-syarat PBI 71 Bab. 3.3

c. Krikil / Batu Pecah Beton


 Krikil dapat berupa krikil alam atau batuan-batuan yang diperoleh dari pemecahan
batu.
 Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, bebas dari
bahan-bahan yang dapat merusak fungsinya terhadap konstruksi.
 Dalam segala hal, syarat-syarat ini disesuaikan dengan ketentuan dalam PBI 1971
Bab 3.
 Krikil harus disimpan diatas permukaan besih dan keras serta dihindarkan
te rjadinya pengotoran serta tercampur adukan.
 Bahan untuk batu gunung kecuali dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan PUBB
1977 NI-3.
 Batu gunung / kali yang digunakan berukuran sesuai standar kebutuhan untuk
pondasi dan untuk pasangan batu kosong bawah pondasi harus berstruktur cukup
kuat awet serta tidak keropos.
 Krikil / Batu Pecah beton, sebelum digunakan harus dicuci dengan air sampai be rsih.
Penumpukan bahan krikil / batu pecah beton harus dipisahkan dengan mat erial lain.

d. A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan jernih tidak mengandung min-
yak, asam, garam, alkohol atau bahan lain yang dapat merusak beton.
e. Takaran Material Beton
 Takaran/ukuran perbandingan material beton tidak diperbolehkan hanya
menggunakan skop/diperkirakan saja. Takaran/campuran harus sesuai SNI agar
bisa tercapai dengan mutu beton yang disyaratkan, Yakni Mutu beton K-300 untuk
struktur. Disarankan untuk penyedia menggunakan beton Mollen tapi tetap sesuai
dengan arahan dan persetujuan Konsultan pengawas dan Direksi.
 Testing dilakukan sesuai dengan PBI. 1971 Bab. 4.7 termasuk slump test maupun
compression test. Bilamana beton tidak memenuhi slumptest maka seluruh adukan
tidak boleh digunakan dan harus dibuang keluar site oleh Kontraktor.
 Apabila tidak memenuhi compression test maka prosedur PBI 1971 untuk perba i
kan beton yang harus dilakukan. Mutu beton harus K.300 pemboran harus
membuat mixed design untuk ditujukan dan disetujui Direksi sebelum mulai
dengan pengecoran dan pada tiap perubahan sumber pengambilan agregat.

f. Besi Beton
 Besi beton yang digunakan adalah mutu yang sesuai dengan spesifikasi dan
kekuatan konstruksi yang diperlukan yaitu Baja dengan mutu >BJ U-32 sesuai
PBI 1971.
 Besi beton harus bersih dari lapisan minyak lemak, karat dan bebas dari cacat -
cacat seperti serpih dan sebagainya, serta berpenampang bulat dan memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971.
 Dimensi dan ukuran penampang, bulat besi beton harus sesuai dengan petunjuk
gambar kerja (FULL dan sesuai standar SII) memenuhi batas toleransi minimal
seperti yang dipersyaratkan PBI 1971.
 Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi dan
biaya menjadi tanggungan Kontraktor.
 Batang Baja/Besi Beton harus bebas dari karat dan cacat perubahan bentuk. Ha-
rus disimpan terlepas dari tanah serta tidak diperbolehkan ditempat terbuka u n-
tuk jangka waktu panjang.
 Besi Beton harus bersih dari lapisan minyak, karat dan bebas dari cacat seperti
retak, bengkok-bengkok dan lain-lain sebagainya serta harus berpenampang bu-
lat dan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 1971.
2. Pekerjaan Pembesian Beton
a. Pembesian atau rakitan besi beton dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan
diukur dengan mm (melimeter) untuk besaran diameternya ditetapkan berdasarkan
alat ukur SIGMA.
b. Ikatan Besi Beton harus menjadi pembesian hingga tidak berubah tempat selama
pengecoran dan selimut betonnya harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam
PBI 1971.
c. Besi beton yang dipasang lebih dari satu lapis harus diberi antar a dengan potongan
besi minimal sama dengan diameter besi tersebut.
d. Jarak pemasanagan besi beton harus dapat dilalui oleh material beton dengan
standar PBI 1971 adalah minimal 2,5 CM anatara besi.
e. Ketentuan-ketentuan lain adalah mengikuti syarat yang tercantum dalam PBI 1971
f. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi peke r-
jaan dalam waktu 1 x 24 jam setelah adanya perintah tertulis dari Direksi.

3. Jenis dan Mutu Beton


a. Beton Bertulang K 175 , digunakan pada beton praktis seperti, Kolom praktis, Ring-
balk, kuda-kuda beton dan Plat atap, plat strip dan Beton K 225, digunakan untuk
Pondasi Poer Plat, Kolom Utama, Sloof, Balok Lantai, Plat Lantai dan Tangga.
b. Beton tidak bertulang 1Pc : 3Ps : 5 Kr, digunakan untuk lantai kerja Poer Plat, Rabat
beton bawah overstek keliling bangunan.

c. Mutu beton yang digunakan adalah sesuai dipersyaratkan dengan standar komposisi
bahan.

4. Pengecoran dan Perawatan Beton

a. Semua beton harus diaduk dalam beton molen, dengan Kapasitas diatas 250 L lebih
disukai molem yang bekerja berdasarkan perbandingan berat. Bila digunakan pengaduk
berdasarkan volume, maka Kontraktor harus menghitung perbandingan mat erial dalam
volume dengan membagi berat tiap bahan oleh obsorpsi air dan kadar kelembaban.

b. Angker Untuk Dinding


Semua sambungan vertikal anatara kolom beton dengan tembok harus dilengkapi
dengan batang-batang baja dia. 10 mm panjang 50 Cm ditekuk pada satu ujungnya
dan dimasukkan kedalam beton, yang lainnya dibiarkan berupa stok panjang 25 CM
untuk penyambungan dengan dinding.
Angker-angker tersebut dipasang pada jarak 50 – 150 CM diatas sloof pondasi atau
plat.
c. Lubang-lubang serta Klos Kayu dan lain-lain
Kontraktor harus menentukan tempat serta membuat lobang -lobang, klos-klos kayu,
angker-angker dan sebagaimana yang diperlukan untuk jalan pipa, pemasangan alat -
alat penyambung dan sebagainya. Apabila kemudian ternyata tempatnya tidak sesuai
maka harus dipindahkan sesuai dengan petunjuk Direksi dan perlengkapan lainnya
harus dilakukan agar dicapai tujuan yang disyaratkan.

d. Toleransi
1) Toleransi intuk beton kasar
Bagian-bagian pekerjaan beton harus tepat dengan toleransi hanya 1 CM dengan
syarat toleransi ini tidak boleh komulatif.
Ukuran-ukuran bagian harus dalam batas ketelitian –0,3 dan +0,5 CM
2) Toleransi untuk beton dengan permukaan rata.
Toleransi untuk beton adalah 0,6 CM untuk penempatan bagian -bagian dan anta-
ra 0,00 dan 0,2 CM untuk ukuran-ukuran bagian.
Pergeseran bekesting pada sambungan-sambungan tidak boleh melebihi 0,1 CM
penyimpangan terhadap kelurusan bagian harus dalam batas 1% tetapi toleransi
ini tidak boleh komulatif.

e. Pemberitahuan sebelum pengecoran

Sebelum pengecoran beton untuk bagian-bagian yang penting Kontraktor diwajibkan


memberitahukan Direksi serta mendapatkan perstujuan.
Apabila hal ini dilalaikan atau pekerjaan persiapan untuk pengecoran tidak disetujui
oleh Direksi, maka Kontraktor diwajibkan membongkar beton yang sudah dicor
dengan biaya endiri.

g. Pengangkutan dan pengecoran beton

Beton harus diangkut dengan menghindari terjadinya penguraian dari komponen -


komponennya serta tidak diperkenangkan untuk dicor dari ketinggian melebihi 2 M
kecuali disetujui Direksi. Pada kolom yang panjang, pengecoran dilakukan lewat lubang
pada bekesting dalam menghindari hal tersebut.
Semua kotoran dan lain-lain harus dibersihkan sebelum pengecoran dimulai. Permukaan
bekesting yang menghadap beton harus dibasahi dengan air bersih seg era sebelum
pengecoran.
9

Semua peralatan yang bersangkutan harus bersih serta bebas d ari beton keras,
lunak dan sebagainya.
Pengecoran beton
Pengecoran Beton dalam bekesting harus diselesaikan sebelum beton mengeras,
yaitu sebelum 30 menit pada keadaan normal.
Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu untuk satu bagian pekerjaan,
pembe rhentian pengecoran tidak dibenarkan tanpa persetujuan Direksi.
Sambungan-sambungan pengecoran yang terjadi harus memenuhi persyaratan
did a- lam PBI 1997.
Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu hujan kecuali apabila Kontraktor
telah mengadakan persiapan-persiapan untuk itu serta disetujui oleh Direksi.

5. Pemadatan Beton

Beton harus dipadatkan benar-benar dengan fibrator yang sudah disetujui dan
memp u- nyai frekuensi minimum 3000 putaran permenit. Tak ada bagian beton
yang boleh dip a- datkan lebih dari 20 detik, kecuali disarankan oleh Direksi.
Bagian beton yang telah mengeras tidak boleh digetarkan baik langsung maupun
melalui penulangan. Pemadatan beton harus memenuhi peraturan-peraturan dalam
PBI 1971.

6. Proses Pengerasan

Kontraktor wajib melindungi beton yang baru dicor terhadap matahari, angin dan
hujan sampai beton tersebut mengeras secara wajar dan menghidarkan pengeringan
yang te r- lalu cepat dengan cara sebagai berikut :

a. Semua bekesting yang mengandung beton yang baru dicor harus dibas ahi
secara ter- atur sampai dibongkar.
b. Semua permukaan beton tidak terlindungi harus dibasahi selama 2 (dua)
minggu setelah pengecoran.
c. Semua permukaan lantai beton harus dilindungi terhadap pengeringan dengan
me m- beri penutup yang basah.
d. Tidak dibenarkan untuk menimbun barang atau mengangkut barang diatas
beton
yang menurut Direksi belum cukup mengeras.

SPESIFIKASI TEKNIS
10

7. Pembongkaran Bekisting

a. Tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting sebelum mencapai kekuatan


sesuai PBI 1977 Bab 5 ayat 8 (hal 51).
b. Apabila pembongkaran bekisting menyebabkan sebagian pekerjaan beton
mendapat tekanan melebihi perhitungan, maka tidak dibenarkan untuk
membongkar bekistingnya untuk jangka waktu selama keadaan itu berlangsung.
Harus ditekankan bahwa tanggung jawab terhadap keamanan beton sepenuhnya
pada
Kontraktor serta harus memenuhi peraturan mengenai pembongkaran bekisting
pada PBI 1971.
c. Kontraktor wajib memberitahukan Direksi pada waktu akan membongkar bekisting
b a- gian-bagian pekerjaan beton yang penting serta mendapatkan persetujuan
Direksi, tetapi hal ini tidak mengurangi tanggung jawab atas hal tersebut.
d. Pembongkaran bekisting /mall beton dapat dibongkar setelah berumur 3 (tiga)
minggu, kecuali beton praktis, bila dianggap perlu dapat dibongkar setelah
berumu r 3 – 7 hari dengan persetujuan Direksi.

Pasal 9. PEKERJAAN DINDING

1. Pasangan Tembok
a. Bahan pasangan tembok adalah Batu Bata ukuran minimal 50 x 100 x 200 MM
yang berkualitas baik, terbakar matang, cukup keras dan tidak keropos serta
tidak pecah-pecah melebihi 5%, mempunyai kekuatan tekan 60 – 80 Kg/CM2
b. Pasangan trasram dengan campuran 1 Pc : 3 Ps, digunakan untuk kaki tembok
m ulai dari pasangan diatas Sloof beton sampai 20 CM diatas permukaan lantai
dan semua pasangan batu bata yang berhubungan langsung dengan tanah.
c. Pasangan tembok adukan 1 Pc : 5 Ps, digunakan untuk pasangan tembok yang
tidak termasuk pada point “2” tersebut diatas.
d. Semua batu bata harus direndam atau disiram sebelum dilakukan pemasangan
e. Semua pasangan harus tegak lurus, rata secara horizontal maupun vertikal, dan
di l- akukan dengan menggunakan tarikan benang yang dipasang tidak lebih dari
30 cm diatas pasangan sebelah bawahnya dan batu bata yang patah tidak boleh
digunakan.
f. Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk yang datar dan 1,5 cm untuk
tegak, kecuali jika ditentukan lain.
g. Setiap pasangan seluas 9 m 2 atau dinding dengan lebar 3 m harus diberi kolom
pra ktis dengan ukuran sesuai dengan gambar kerja; demikian juga halnya dengan
pertemuan antara pasangan atau pada dinding yang berdiri bebas.

SPESIFIKASI TEKNIS
11

Pasal 10. PEKERJAAN PLESTERAN

1. Plesteran adukan 1 Pc : 3 Ps, digunakan untuk :


a. Tembok trasram pada point “2” pasal 9 diatas.
b. Sloof luar, Kolom dan Balok beton yang nampak dan muncul.
c. Atap plat beton, Lesplank beton dan Sunscreen.
d. Pondasi yang muncul diatas permukaan tanah
2. Plesteran adukan 1 Pc : 4 Ps, digunakan untuk seluruh pasangan tembok
termasuk kolom dan balok beton yang rata dengan tembok/dinding.
3. Sebelum melaksanakan pekerjaan plesteran terlebih dahulu diadakan penyiraman
sampai jenuh pada daerah yang akan diplester.

Pasal 11 PEKERJAAN LAIN – LAIN DAN PEMBERSIHAN

1. Setelah pelaksanaan pembangunan selesai dikerjakan, maka Kontraktor harus


membersihkan semua kotoran dan sisa-sisa material akibat kegiatan pelaksanaan tersebut.
2. Memperbaiki kembali semua kerusakan-kerusakan, baik jalanan, maupun fasilitas lainnya
akibat pekerjaan ini.

Pasal 12 KETENTUAN TAMBAHAN

1. Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, semua ketentuan Administrasi,


Pemeriksaan Bahan dan Mutu Pelaksanaan serta Ketentuan Lain dari pemeriksaan
yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk pula sebagai syarat-syarat
yang harus dipenuhi dan ditaati.
2. Semua bahan yang akan digunakan harus melalui persetujuan Direksi dengan terlebih
dahulu menunjukkan contohnya atau menggunakan Surat Keterangan Persetujuan
terutama bahan-bahan Produksi Industri yang mempunyai banyak jenis Merk.
3. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan yang keliru, menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

SPESIFIKASI TEKNIS

Anda mungkin juga menyukai