SPESIFIKASI TEKNIS
LOKASI
KANTOR BPBD JEPARA
C. TEMPAT TITIK Titik duga (0,00) permukaan lantai dari bangunan ditentukan
DUGA DAN dilapangan oleh direksi. Ukuran-ukuran pada denah dan
UKURAN- ukuran-ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-gambar
UKURAN dengan catatan :
Jika terdapat perbedaan dalam gambar-gambar, maka yang
menentukan adalah ukuran-ukuran pada gambar dengan
skala lebih besar/gambar detail.
Jika terdapat ketidaksesuaian antara gambar dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS) maka harus dikonsultasikan
dengan direksi.
Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru
sebelum/selama dan sesudah pekerjaan dilaksanakan
menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
Penetapan ukuran dan sudut siku tetap dijaga dan
diperhatikan ketelitiannya.
PEKERJAAN LANTAI I
a. PEKERJAAN 1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor dapat
PERSIAPAN membuat Kantor Kontraktor, barak-barak untuk pekerja
atau gudang tempat penyimpanan bahan (Boukeet), yang
sebelumnya telah mendapat persetujuan dari Pihak
Direksi/ Pengawas , Tim Teknis berkenaan dengan
konstruksi atau penempatannya.
Semua Boukeet perlengkapan Pemborong dan
sebagainya, pada waktu pekerjaan berakhir (serah terima
kedua) harus dibongkar.
2. Membersihkan Lapangan dan Perataan
3. Mobilisai material ke lantai 2 dan 3
4. Pembuatan Steger/Andang dari Bambu
PENGECORAN BETON
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
perancah acuan pada pekerjaan persiapan yang
disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Direksi.
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat,
material, dan pekerjaan-pekerjaan harus ada di
tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam
keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah
dibersihkan dari bahan-bahan lepas, kotoran-kotoran
maupun potongan-potongan kawat besi. Acuan yang
terbuat dari kayu dan dimana dikhawatirkan adanya
pengisapan air oleh kayu, kayu harus dibasahi terlebih
dahulu oleh air sehingga jernih.
Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin
direksi mengenai penempatannya dan telah cukup
diberi beton deking sedemikian sehingga pengecoran
dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu
permukaan tulangan beton.
Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud
memudahkan pelepasan acuan setelah beton
mengeras telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan
dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu
dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jernih.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang
kontak beton lama tersebut harus disapu dengan spesi
mortal dengan campuran yang sesuai dengan
betonnya, atau diberi alur pengait beton lama dan
beton baru.
Bilamana pengecoran yang akan dilakukan
diperkirakan sampai malam hari, perlengkapan-
perlengkapan penerangan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan
dengan baik sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai
pengadukan dan sebelum beton mulai mengeras.
Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan
dalam waktu paling lama 20 menit sesudah keluar
dari mixer, kecuali bila diberikan bahan-bahan
pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses
pengerasan beton.
Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang
sudah selesai dicor itu.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5
meter, tidak diperkenankan menimbul beton dalam
jumlah banyak dalam suatu tempat dengan maksud
untuk kemudian meratakan sepanjang acuan.
Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, atau beton-beton dengan
persyaratan yang lebih tinggi pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara
berlapis horisontal setebal 30 cm, menerus seluruh
panjangnya sampai dengan pengakhiran yang
disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi
khusus (Construction joinis) seperti terlihat pada
gambar rencana.
Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol
keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuh
atau getaran yang dapat membahayakan daya
lekatnya beton.
Slump test harus sering diadakan selama pelaksanaan
pekerjaan beton, untuk menjamin agar nilai semen
tetap sesuai dengan beton yang telah diisyaratkan
kecuali ditetapkan lain oleh Direksi dengan mengingat
cuaca pada waktu pengecoran (kering atau lembab).
Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan
SKSNI 1991.
Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan
dengan pemadat (internal atau external vibrator)
mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara
pemadatan dengan tenaga manusia.
Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari
memukul-mukul acuan dari sebelah luar, menjorok
dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinue
(hal ini sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi
pokok pemadatan).
Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar
semua sudut-sudut dapat terisi, sela-sela diantara dan
di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser
kedudukan tulangan tersebut membuat agar
permukaan menjadi rata dan menjadi halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan
mengisi semua rongga.
Harus juga diperhatikan agar
penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan
yang dapat memisahkan bahan-bahan (segregation).
Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah
banyak dan pekerjaan harus dilaksanakan sesuai
petunjuk Direksi. Alat pemadat mekanis yang
digunakan harus mampu memberikan getaran paling
tidak 5000 per menit (RPM).
External vibrators harus diletakkan sedemikian pada
acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran
mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan
jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyebabkan kerusakan alat lainnya.
Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari
konstruksi yang disetujui oleh Direksi dan alat
penggetar yang dapat memberikan paling tidak 5000
getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau
pelat-pelat beton pemakaian eksternal vibrator yang
diletakkan pada acuan digunakan seijin Direksi.
Internal vibrator digunakan dengan cara memasukkan
alat-alat penggetar ke dalam adukan beton yang baru
dicor. Alat tersebut harus paling tidak memberikan
5000 getaran per menit bila dimasukkan ke dalam
adukan beton yang mempunyai nilai slump 2,5 cm,
yang akan memberikan daerah yang kelihatan
bergetar pada radius kurang dari 45 cm.
Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton
searah dengan as memanjang, sedalam menurut
perkiraan bahwa beton secara keseluruhan tingginya
telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-
lahan dan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi yang
lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak diperbolehkan
guna mendorong beton ke samping, dan selanjutnya
tidak boleh menumpu pada tulangan.
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk
memadatkan beton harus cukup dan paling sedikit
seperti daftar di bawah ini : Jumlah minimum internal
vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6
PERAWATAN BETON
Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus
dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta
kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam
keadaan lembab dengan cara menutupi dengan karung-
karung basah, pasir basah, atau menggenanginya
dengan air.
Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing surface)
selesai dan sesudah mengeras permukaannya harus
segera ditutup dengan karung-karung basah atau
bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan agar
tetap lembab dengan tiap kali menyiramnya dengan air
sampai beton mengeras dengan sempurna.
Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling
tidak setebal 5 cm secepatnya hal ini memungkinkan.
Pasir ini harus dijaga agar tetap lembab untuk selama
paling tidak 14 hari dan dibiarkan demikian selama 21
hari.
Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu lainnya harus diusahakan
pembersihan untuk selama minimum 14 hari.
Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat
kekuatan awal paling tinggi, atau beton yang
menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan minimum
test kubus beton dari macam-macam yang sama dan
berumur 28 hari.
19. Pembongkaran Acuan dan Perancah
Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk
dibuka kecuali dari direksi telah memberikan
persetujuannya. Direksi akan memperhitungkan
kekuatan kontruksi untuk menahan berat sendiri
dan dapat ditampung seluruhnya berdasarkan
kekuatan kubus test pada umur yang sama dengan
masa mulai selesainya pengecoran sampai waktu
pembongkaran acuan dan perancah.
Pada umumnya perancah dan acuan dapat
dibongkar setelah beton berumur 3 minggu.
Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan
perancah akan dilakukan secepatnya maka syarat-
syarat minimum di bawah ini harus dipenuhi.
Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini,
ketentuan yang sama dalam SKSNI 1991 harus
diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan,
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam hal ini harus seijin Direksi.
Pada pembongkaran acuan dan perancah harus
disaksikan oleh Direksi dan tempat-tempat yang
ternyata kropos tidak boleh segera ditutup semen
sebelum diadakan pemeriksaan.
PEMBESIAN
Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya
menurut persyaratan yang disebut dalam bagian II
“Material”. Besi-besi tersebut hendaknya bersih, bebas
dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas, gemuk,
minyak, cat, lumpur, bahan-bahan aduk ataupun
bahan-bahan lain yang menempel.
Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat
terlindung, ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan
dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena cuaca.
Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau
diluruskan secara hati-hati, terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali Direksi
menentukan lain, itupun harus dilaksanakan dengan
11 emperature yang serendah mungkin yang dapat
dipakai dan dalam daerah yang seminimal mungkin.
Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada
gambar rencana, maka pembengkokan besi tulangan
harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali
diameter tulangan yang bersangkutan (untuk besi-besi
dengan sifat getas).
Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan
gambar rencana dipegang teguh posisinya dan
didudukkan pada landasan yang dibuat dari adukan
semen dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran 1
pc : 3 pc, diikat antara sesamanya atau pada acuan
dengan kawat baja, atau cara-cara lain yang memenuhi
ketentuan Direksi.
Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada
bahan metal, atau tulangan duduk langsung pada
acuan yang akan menyebabkan bagian besi nanti
langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan
juga tidak boleh duduk pada kayu atau partikel
koral/agregat.
Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi
harus diberitahu dan dibiarkan waktu yang cukup
untuk melakukan pemeriksaan besi-besi tulangan.
Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh panjang
yang dibutuhkannya. Sambungan yang dilakukan harus
sesuai dengan dan pada tempat yang tertera pada
gambar rencana, kecuali atas ijin dan pengawasan
Direksi.
Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat
dengan tegangan maksimum dan sedapat mungkin
diselang-seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana
batang-batang saling memulai (over laping), diganjal
dengan potongan-potongan tulangan agar tidak saling
menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum
diduga tempat sambungan. Panjang sambungan harus
seperti yang diterangkan dalam gambar rencana.
Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka
panjang sambungan lewatan (over laping) harus sesuai
dengan SKSNI 1991.
Tulangan dengan kekuatan tinggi (baja keras) dan
tulangan-tulangan yang ditarik dalam keadaan dingin
tidak boleh dilas. Tulangan dengan mutu yang dapat
dilas, harus dilas dengan las listrik dan alat-alat yang
sesuai untuk itu atas sepengetahuan Direksi.
Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari
satu las, kecuali pada tualngan spiral dan tempatnya
akan ditentukan oleh Direksi.
Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar
rencana dan tidak atas kehendak Direksi dan dalam hal
kontraktor berpendapat lain, maka kontraktor harus
membuktikan bahwa las tersebut memang diperlukan.
Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih dari
minyak, karat atau bahan-bahan yang mudah lepas
lainnya yang akan mempengaruhi hasil las. Sebelum
dilaksanakan batang-batang harus ditahan kuat agar
setelah pengelasan selesai batang akan terletak pada
posisi yang dikehendaki lurus dan penampungnya tidak
menjadi berkurang.
Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak
hendaknya dibuat sebaik mungkin agar aliran listrik
dapat mengalir dengan baik.
Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli di
bawah pengawasan terus-menerus dari pengawas yang
ahli dalam bidang pengelasan.
Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan
kokoh, tidak tampak tanda-tanda retakan, lubang-
lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa las, tonjolan yang
tidak perlu di sekitar penyambung las harus sesuai
dengan persyaratan pada SKSNI 1991.
Pekerjaan Beton tidak Bertulang
Adapun beton tidak bertulang (beton tumbuk) adalah K.100
dipergunakan antara lain:
PENGECORAN BETON
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
perancah acuan pada pekerjaan persiapan yang
disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Direksi.
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat,
material, dan pekerjaan-pekerjaan harus ada di
tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam
keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah
dibersihkan dari bahan-bahan lepas, kotoran-
kotoran maupun potongan-potongan kawat besi.
Acuan yang terbuat dari kayu dan dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu,
kayu harus dibasahi terlebih dahulu oleh air
sehingga jernih.
Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin
direksi mengenai penempatannya dan telah cukup
diberi beton deking sedemikian sehingga pengecoran
dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau
terlalu permukaan tulangan beton.
Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud
memudahkan pelepasan acuan setelah beton
mengeras telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan
dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu
dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga
jernih.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-
bidang kontak beton lama tersebut harus disapu
dengan spesi mortal dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya, atau diberi alur pengait beton
lama dan beton baru.
Bilamana pengecoran yang akan dilakukan
diperkirakan sampai malam hari, perlengkapan-
perlengkapan penerangan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan
dengan baik sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah
selesai pengadukan dan sebelum beton mulai
mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit
sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan
bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton.
Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang
sudah selesai dicor itu.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5
meter, tidak diperkenankan menimbul beton dalam
jumlah banyak dalam suatu tempat dengan maksud
untuk kemudian meratakan sepanjang acuan.
Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, atau beton-beton dengan
persyaratan yang lebih tinggi pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara
berlapis horisontal setebal 30 cm, menerus seluruh
panjangnya sampai dengan pengakhiran yang
disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi
khusus (Construction joinis) seperti terlihat pada
gambar rencana.
Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol
keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuh
atau getaran yang dapat membahayakan daya
lekatnya beton.
Slump test harus sering diadakan selama
pelaksanaan pekerjaan beton, untuk menjamin agar
nilai semen tetap sesuai dengan beton yang telah
diisyaratkan kecuali ditetapkan lain oleh Direksi
dengan mengingat cuaca pada waktu pengecoran
(kering atau lembab).
Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan
SKSNI 1991.
Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan
dengan pemadat (internal atau external vibrator)
mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara
pemadatan dengan tenaga manusia.
Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari
memukul-mukul acuan dari sebelah luar, menjorok
dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinue
(hal ini sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi
pokok pemadatan).
Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar
semua sudut-sudut dapat terisi, sela-sela diantara
dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa
menggeser kedudukan tulangan tersebut membuat
agar permukaan menjadi rata dan menjadi halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan
mengisi semua rongga.
Harus juga diperhatikan agar
penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat memisahkan bahan-bahan
(segregation). Tenaga yang mengerjakan pekerjaan
ini harus telah banyak dan pekerjaan harus
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi. Alat pemadat
mekanis yang digunakan harus mampu memberikan
getaran paling tidak 5000 per menit (RPM).
External vibrators harus diletakkan sedemikian pada
acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran
mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan
jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyebabkan kerusakan alat lainnya.
Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari
konstruksi yang disetujui oleh Direksi dan alat
penggetar yang dapat memberikan paling tidak 5000
getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau
pelat-pelat beton pemakaian eksternal vibrator yang
diletakkan pada acuan digunakan seijin Direksi.
Internal vibrator digunakan dengan cara
memasukkan alat-alat penggetar ke dalam adukan
beton yang baru dicor. Alat tersebut harus paling
tidak memberikan 5000 getaran per menit bila
dimasukkan ke dalam adukan beton yang
mempunyai nilai slump 2,5 cm, yang akan
memberikan daerah yang kelihatan bergetar pada
radius kurang dari 45 cm.
Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton
searah dengan as memanjang, sedalam menurut
perkiraan bahwa beton secara keseluruhan tingginya
telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-
lahan dan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi
yang lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak
diperbolehkan guna mendorong beton ke samping,
dan selanjutnya tidak boleh menumpu pada
tulangan.
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk
memadatkan beton harus cukup dan paling sedikit
seperti daftar di bawah ini : Jumlah minimum
internal vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6
PERAWATAN BETON
Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus
dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta
kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam
keadaan lembab dengan cara menutupi dengan
karung-karung basah, pasir basah, atau
menggenanginya dengan air.
Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing
surface) selesai dan sesudah mengeras permukaannya
harus segera ditutup dengan karung-karung basah
atau bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan
agar tetap lembab dengan tiap kali menyiramnya
dengan air sampai beton mengeras dengan sempurna.
Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling
tidak setebal 5 cm secepatnya hal ini memungkinkan.
Pasir ini harus dijaga agar tetap lembab untuk selama
paling tidak 14 hari dan dibiarkan demikian selama
21 hari.
Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu lainnya harus diusahakan
pembersihan untuk selama minimum 14 hari.
Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai
sifat kekuatan awal paling tinggi, atau beton yang
menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan minimum
test kubus beton dari macam-macam yang sama dan
berumur 28 hari.
19. Pembongkaran Acuan dan Perancah
Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk
dibuka kecuali dari direksi telah memberikan
persetujuannya. Direksi akan memperhitungkan
kekuatan kontruksi untuk menahan berat sendiri
dan dapat ditampung seluruhnya berdasarkan
kekuatan kubus test pada umur yang sama
dengan masa mulai selesainya pengecoran
sampai waktu pembongkaran acuan dan
perancah.
Pada umumnya perancah dan acuan dapat
dibongkar setelah beton berumur 3 minggu.
Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan
perancah akan dilakukan secepatnya maka
syarat-syarat minimum di bawah ini harus
dipenuhi.
Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini,
ketentuan yang sama dalam SKSNI 1991 harus
diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan,
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam hal ini harus seijin Direksi.
Pada pembongkaran acuan dan perancah harus
disaksikan oleh Direksi dan tempat-tempat yang
ternyata kropos tidak boleh segera ditutup semen
sebelum diadakan pemeriksaan.
PEMBESIAN
Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya
menurut persyaratan yang disebut dalam bagian II
“Material”. Besi-besi tersebut hendaknya bersih, bebas
dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas,
gemuk, minyak, cat, lumpur, bahan-bahan aduk
ataupun bahan-bahan lain yang menempel.
Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat
terlindung, ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan
dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena
cuaca.
Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau
diluruskan secara hati-hati, terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali
Direksi menentukan lain, itupun harus dilaksanakan
dengan temperatur yang serendah mungkin yang
dapat dipakai dan dalam daerah yang seminimal
mungkin.
Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada
gambar rencana, maka pembengkokan besi tulangan
harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali
diameter tulangan yang bersangkutan (untuk besi-besi
dengan sifat getas).
Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan
gambar rencana dipegang teguh posisinya dan
didudukkan pada landasan yang dibuat dari adukan
semen dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran 1
pc : 3 pc, diikat antara sesamanya atau pada acuan
dengan kawat baja, atau cara-cara lain yang
memenuhi ketentuan Direksi.
Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada
bahan metal, atau tulangan duduk langsung pada
acuan yang akan menyebabkan bagian besi nanti
langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan
juga tidak boleh duduk pada kayu atau partikel
koral/agregat.
Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi
harus diberitahu dan dibiarkan waktu yang cukup
untuk melakukan pemeriksaan besi-besi tulangan.
Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh
panjang yang dibutuhkannya. Sambungan yang
dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang
tertera pada gambar rencana, kecuali atas ijin dan
pengawasan Direksi.
Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat
dengan tegangan maksimum dan sedapat mungkin
diselang-seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana
batang-batang saling memulai (over laping), diganjal
dengan potongan-potongan tulangan agar tidak saling
menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum
diduga tempat sambungan. Panjang sambungan harus
seperti yang diterangkan dalam gambar rencana.
Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka
panjang sambungan lewatan (over laping) harus
sesuai dengan SKSNI 1991.
Tulangan dengan kekuatan tinggi (baja keras) dan
tulangan-tulangan yang ditarik dalam keadaan dingin
tidak boleh dilas. Tulangan dengan mutu yang dapat
dilas, harus dilas dengan las listrik dan alat-alat yang
sesuai untuk itu atas sepengetahuan Direksi.
Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari
satu las, kecuali pada tualngan spiral dan tempatnya
akan ditentukan oleh Direksi.
Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar
rencana dan tidak atas kehendak Direksi dan dalam
hal kontraktor berpendapat lain, maka kontraktor
harus membuktikan bahwa las tersebut memang
diperlukan.
Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih
dari minyak, karat atau bahan-bahan yang mudah
lepas lainnya yang akan mempengaruhi hasil las.
Sebelum dilaksanakan batang-batang harus ditahan
kuat agar setelah pengelasan selesai batang akan
terletak pada posisi yang dikehendaki lurus dan
penampungnya tidak menjadi berkurang.
Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak
hendaknya dibuat sebaik mungkin agar aliran listrik
dapat mengalir dengan baik.
Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli
di bawah pengawasan terus-menerus dari pengawas
yang ahli dalam bidang pengelasan.
Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan
kokoh, tidak tampak tanda-tanda retakan, lubang-
lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa las, tonjolan yang
tidak perlu di sekitar penyambung las harus sesuai
dengan persyaratan pada SKSNI 1991.
PENGECORAN BETON
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
perancah acuan pada pekerjaan persiapan yang
disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Direksi.
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat,
material, dan pekerjaan-pekerjaan harus ada di
tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam
keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah
dibersihkan dari bahan-bahan lepas, kotoran-
kotoran maupun potongan-potongan kawat besi.
Acuan yang terbuat dari kayu dan dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu,
kayu harus dibasahi terlebih dahulu oleh air
sehingga jernih.
Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin
direksi mengenai penempatannya dan telah cukup
diberi beton deking sedemikian sehingga pengecoran
dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau
terlalu permukaan tulangan beton.
Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud
memudahkan pelepasan acuan setelah beton
mengeras telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan
dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu
dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga
jernih.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-
bidang kontak beton lama tersebut harus disapu
dengan spesi mortal dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya, atau diberi alur pengait beton
lama dan beton baru.
Bilamana pengecoran yang akan dilakukan
diperkirakan sampai malam hari, perlengkapan-
perlengkapan penerangan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan
dengan baik sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah
selesai pengadukan dan sebelum beton mulai
mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit
sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan
bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton.
Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang
sudah selesai dicor itu.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5
meter, tidak diperkenankan menimbul beton dalam
jumlah banyak dalam suatu tempat dengan maksud
untuk kemudian meratakan sepanjang acuan.
Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, atau beton-beton dengan
persyaratan yang lebih tinggi pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara
berlapis horisontal setebal 30 cm, menerus seluruh
panjangnya sampai dengan pengakhiran yang
disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi
khusus (Construction joinis) seperti terlihat pada
gambar rencana.
Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol
keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuh
atau getaran yang dapat membahayakan daya
lekatnya beton.
Slump test harus sering diadakan selama
pelaksanaan pekerjaan beton, untuk menjamin agar
nilai semen tetap sesuai dengan beton yang telah
diisyaratkan kecuali ditetapkan lain oleh Direksi
dengan mengingat cuaca pada waktu pengecoran
(kering atau lembab).
Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan
SKSNI 1991.
Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan
dengan pemadat (internal atau external vibrator)
mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara
pemadatan dengan tenaga manusia.
Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari
memukul-mukul acuan dari sebelah luar, menjorok
dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinue
(hal ini sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi
pokok pemadatan).
Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar
semua sudut-sudut dapat terisi, sela-sela diantara
dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa
menggeser kedudukan tulangan tersebut membuat
agar permukaan menjadi rata dan menjadi halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan
mengisi semua rongga.
Harus juga diperhatikan agar
penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat memisahkan bahan-bahan
(segregation). Tenaga yang mengerjakan pekerjaan
ini harus telah banyak dan pekerjaan harus
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi. Alat pemadat
mekanis yang digunakan harus mampu memberikan
getaran paling tidak 5000 per menit (RPM).
External vibrators harus diletakkan sedemikian pada
acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran
mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan
jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyebabkan kerusakan alat lainnya.
Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari
konstruksi yang disetujui oleh Direksi dan alat
penggetar yang dapat memberikan paling tidak 5000
getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau
pelat-pelat beton pemakaian eksternal vibrator yang
diletakkan pada acuan digunakan seijin Direksi.
Internal vibrator digunakan dengan cara
memasukkan alat-alat penggetar ke dalam adukan
beton yang baru dicor. Alat tersebut harus paling
tidak memberikan 5000 getaran per menit bila
dimasukkan ke dalam adukan beton yang
mempunyai nilai slump 2,5 cm, yang akan
memberikan daerah yang kelihatan bergetar pada
radius kurang dari 45 cm.
Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton
searah dengan as memanjang, sedalam menurut
perkiraan bahwa beton secara keseluruhan tingginya
telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-
lahan dan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi
yang lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak
diperbolehkan guna mendorong beton ke samping,
dan selanjutnya tidak boleh menumpu pada
tulangan.
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk
memadatkan beton harus cukup dan paling sedikit
seperti daftar di bawah ini : Jumlah minimum
internal vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6
PERAWATAN BETON
Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus
dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta
kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam
keadaan lembab dengan cara menutupi dengan
karung-karung basah, pasir basah, atau
menggenanginya dengan air.
Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing
surface) selesai dan sesudah mengeras permukaannya
harus segera ditutup dengan karung-karung basah
atau bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan
agar tetap lembab dengan tiap kali menyiramnya
dengan air sampai beton mengeras dengan sempurna.
Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling
tidak setebal 5 cm secepatnya hal ini memungkinkan.
Pasir ini harus dijaga agar tetap lembab untuk selama
paling tidak 14 hari dan dibiarkan demikian selama
21 hari.
Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu lainnya harus diusahakan
pembersihan untuk selama minimum 14 hari.
Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai
sifat kekuatan awal paling tinggi, atau beton yang
menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan minimum
test kubus beton dari macam-macam yang sama dan
berumur 28 hari.
19. Pembongkaran Acuan dan Perancah
Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk
dibuka kecuali dari direksi telah memberikan
persetujuannya. Direksi akan memperhitungkan
kekuatan kontruksi untuk menahan berat sendiri
dan dapat ditampung seluruhnya berdasarkan
kekuatan kubus test pada umur yang sama
dengan masa mulai selesainya pengecoran
sampai waktu pembongkaran acuan dan
perancah.
Pada umumnya perancah dan acuan dapat
dibongkar setelah beton berumur 3 minggu.
Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan
perancah akan dilakukan secepatnya maka
syarat-syarat minimum di bawah ini harus
dipenuhi.
Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini,
ketentuan yang sama dalam SKSNI 1991 harus
diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan,
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam hal ini harus seijin Direksi.
Pada pembongkaran acuan dan perancah harus
disaksikan oleh Direksi dan tempat-tempat yang
ternyata kropos tidak boleh segera ditutup semen
sebelum diadakan pemeriksaan.
PEMBESIAN
Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya
menurut persyaratan yang disebut dalam bagian II
“Material”. Besi-besi tersebut hendaknya bersih, bebas
dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas,
gemuk, minyak, cat, lumpur, bahan-bahan aduk
ataupun bahan-bahan lain yang menempel.
Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat
terlindung, ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan
dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena
cuaca.
Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau
diluruskan secara hati-hati, terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali
Direksi menentukan lain, itupun harus dilaksanakan
dengan temperatur yang serendah mungkin yang
dapat dipakai dan dalam daerah yang seminimal
mungkin.
Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada
gambar rencana, maka pembengkokan besi tulangan
harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali
diameter tulangan yang bersangkutan (untuk besi-besi
dengan sifat getas).
Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan
gambar rencana dipegang teguh posisinya dan
didudukkan pada landasan yang dibuat dari adukan
semen dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran 1
pc : 3 pc, diikat antara sesamanya atau pada acuan
dengan kawat baja, atau cara-cara lain yang
memenuhi ketentuan Direksi.
Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada
bahan metal, atau tulangan duduk langsung pada
acuan yang akan menyebabkan bagian besi nanti
langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan
juga tidak boleh duduk pada kayu atau partikel
koral/agregat.
Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi
harus diberitahu dan dibiarkan waktu yang cukup
untuk melakukan pemeriksaan besi-besi tulangan.
Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh
panjang yang dibutuhkannya. Sambungan yang
dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang
tertera pada gambar rencana, kecuali atas ijin dan
pengawasan Direksi.
Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat
dengan tegangan maksimum dan sedapat mungkin
diselang-seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana
batang-batang saling memulai (over laping), diganjal
dengan potongan-potongan tulangan agar tidak saling
menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum
diduga tempat sambungan. Panjang sambungan harus
seperti yang diterangkan dalam gambar rencana.
Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka
panjang sambungan lewatan (over laping) harus
sesuai dengan SKSNI 1991.
Tulangan dengan kekuatan tinggi (baja keras) dan
tulangan-tulangan yang ditarik dalam keadaan dingin
tidak boleh dilas. Tulangan dengan mutu yang dapat
dilas, harus dilas dengan las listrik dan alat-alat yang
sesuai untuk itu atas sepengetahuan Direksi.
Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari
satu las, kecuali pada tualngan spiral dan tempatnya
akan ditentukan oleh Direksi.
Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar
rencana dan tidak atas kehendak Direksi dan dalam
hal kontraktor berpendapat lain, maka kontraktor
harus membuktikan bahwa las tersebut memang
diperlukan.
Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih
dari minyak, karat atau bahan-bahan yang mudah
lepas lainnya yang akan mempengaruhi hasil las.
Sebelum dilaksanakan batang-batang harus ditahan
kuat agar setelah pengelasan selesai batang akan
terletak pada posisi yang dikehendaki lurus dan
penampungnya tidak menjadi berkurang.
Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak
hendaknya dibuat sebaik mungkin agar aliran listrik
dapat mengalir dengan baik.
Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli
di bawah pengawasan terus-menerus dari pengawas
yang ahli dalam bidang pengelasan.
Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan
kokoh, tidak tampak tanda-tanda retakan, lubang-
lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa las, tonjolan yang
tidak perlu di sekitar penyambung las harus sesuai
dengan persyaratan pada SKSNI 1991.
g). PEKERJAAN BESI 1. Pemasangan Railing tangga dengan besi Stainless Steel
DAN diameter 2" dan 1"
ALUMINIUM 2. Pasang Pengaman ruangan dengan besi stainless steel
diameter 2” dan 1”
3. Pemasangan rangka besi hollow 1x40.40.0,6 mm, modul
60 x 60 cm, plafon
4. Pasang Ornamen Alluminium Composite Panel (ACP)
- Pasang rangka besi hollow 50x50x2mm
- Pasang Ornamen Alluminium Composite Panel (ACP)
4. Pemasangan kusen alumunium
5. Pemasangan daun pintu dan jendela kaca aluminium
6. Pemasangan pintu alumunium strip lebar 8cm km/wc
7. Pasang rangka Hollow untuk partisi 40x40x0,6mm
8. Pasang Lantai ruang arsip dengan konstruksi baja IWF
- Pasang besi IWF 200x100x5,5x8 mm (lengkap)
- Pasang besi IWF 150x75x5x7 mm (lengkap)
- Pasang skur/plat rip segitiga IWF 200x100x5,5x8
mm(lengkap)
- Pasang plat landasan tebal 8 mm
- Pasang Angkur, mur, baut dan kelengkapannya
- Pasang Papan Kayu 3/20 cm kayu bengkirai
- Pasang karpet lantai
h). PEKERJAAN 1. Pemasangan kunci tanam pintu 2 kali putar
KUNCI, KACA 2. Pemasangan kunci tanam pintu 2 kali putar untuk km/wc
DAN ASSESORIS 3. Pemasangan engselpintu
4. Pemasangan engsel pintu sleding geser (lengkap)
5. Pemasangan engsel jendela
6. Pemasangan kait angin
7. Pemasangan kunci slot
8. Pemasangan handle jendela
9. Pemasangan handle pintu
10. Pemasangan kaca tebal 8 mm
11. Pemasangan Kaca warna stopsol tebal 8mm