Anda di halaman 1dari 44

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN KANTOR BPBD

KEGIATAN PEMBANGUNAN KECIPTAKARYAAN

LOKASI
KANTOR BPBD JEPARA

TAHUN ANGGARAN 2020


SPESIFIKASI TEKNIS

A. PERATURAN- Peraturan-peraturan pembangunan yang mengikat dalam


PERATURAN pekerjaan ini, adalah sebagai berikut:

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
 Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah
Nomor: 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesla Nomor 29 Tahun
2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
61/KPTS/1981 Tentang Prosedur Pokok Pengadaan
Bangunan Gedung Negara
 Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F
 Paku dan kawat paku SNI 03-0323-1989
 Batu alam untuk bahan bangunan SNI 03-0394-1989
 Agregat beton SNI 03-1750-1990
 Pasir untuk adukan dan beton SNI 03-1756-1990
 Pedoman mendirikan bangunan SNI 03-1728-1989
 Tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat emulsi
SNI 03-2410-1991
 Semen Portland NI.8.
 Bata merah sebagai bahan bangunan NI.10.

B. JENIS Jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada pelelangan ini adalah:


PEKERJAAN
LANJUTAN PEMBANGUNAN KANTOR BPBD

C. TEMPAT TITIK Titik duga (0,00) permukaan lantai dari bangunan ditentukan
DUGA DAN dilapangan oleh direksi. Ukuran-ukuran pada denah dan
UKURAN- ukuran-ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-gambar
UKURAN dengan catatan :
 Jika terdapat perbedaan dalam gambar-gambar, maka yang
menentukan adalah ukuran-ukuran pada gambar dengan
skala lebih besar/gambar detail.
 Jika terdapat ketidaksesuaian antara gambar dan rencana
kerja dan syarat-syarat (RKS) maka harus dikonsultasikan
dengan direksi.
 Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru
sebelum/selama dan sesudah pekerjaan dilaksanakan
menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
 Penetapan ukuran dan sudut siku tetap dijaga dan
diperhatikan ketelitiannya.

 PEKERJAAN LANTAI I
a. PEKERJAAN 1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor dapat
PERSIAPAN membuat Kantor Kontraktor, barak-barak untuk pekerja
atau gudang tempat penyimpanan bahan (Boukeet), yang
sebelumnya telah mendapat persetujuan dari Pihak
Direksi/ Pengawas , Tim Teknis berkenaan dengan
konstruksi atau penempatannya.
Semua Boukeet perlengkapan Pemborong dan
sebagainya, pada waktu pekerjaan berakhir (serah terima
kedua) harus dibongkar.
2. Membersihkan Lapangan dan Perataan
3. Mobilisai material ke lantai 2 dan 3
4. Pembuatan Steger/Andang dari Bambu

b. PEKERJAAN 1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor. Air harus


PENYEDIAAN bersih, bebas dari debu, bebas dari lumpur, minyak dan
AIR DAN DAYA bahan-bahan kimia lainnya yang merusak.Penyediaan air
LISTRIK UNTUK harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi/
BEKERJA Pengawas.
2. Segala biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah
beban Kontraktor.

c. PEKERJAAN 1. Menggali Tanah untuk Pasangan Pondasi


TANAH 2. Pemborong harus melaporkan pada direksi dan dimintakan
persetujuan keputusannya, sebelum pekerjaan dimulai
3. Pengurugan Kembali
4. Sedangkan untuk pekerjaan hurugan tanah peninggian peil
bangunan, tanah hurugan harus dipadatkan lapis per lapis
menggunakan alat bantu stamper sehingga benar benar
padat
5. Urugan pasir urugbawah Lantai untuk oprit
6. Urugan pasir urug bawah paving

d. PEKERJAAN 1. Pasang pondasi batu belah 1 SP : 6 PP Pasir beton


PASANGAN 2. Pasang batu merah sekualitas kalipucang tebal ½ bata,
DINDING dengan campuran 1SP : 6 PP Pasir muntilan
3. Perbaikan dinding yang retak sebagimana gambar kerja

e. PEKERJAAN 1. Pemasangan Plesteran 1 Pc : 4 Pp Tebal 15 mm Pasir


DINDING DAN Muntilan
PLESTERAN 2. Pemasangan acian
f. PEKERJAAN 1. Semua pekerjaan beton bertulang dengan campuran sesuai
BETON dengan RAB.
2. Kwalitas beton yang digunakan pada pekerjaan ini
sebagaimana dalam RAB.
3. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang adalah
yang tertera pada gambar konstruksi lazimnya dibuat
konstruksi beton bertulang, seperti kolom dan pengaku
dinding, balok latiu dan lain-lain. Pada garis besarnya
konstruksi beton bertulang ini adalah :
 Rangkaian sloof serta balok-balok latiu.
 Rangkaian kolom tiang/kolom merupakan skalte bangunan
 Konstruksi pengaku (balok ring dan kolom praktis)
 Tutup bak 4empera dan septictank
 Dan lain-lain pekerjaan yang dianggap perlu menurut
syarat pelaksanaan yang baik dan sempurna, harus
dikerjakan dan dibuat dari konstruksi beton campuran 1Pc :
2 Ps : 3Kr, sedang untuk pelaksanaannya harus disesuaikan
dengan gambar.
4. Mutu beton yang dipakai sesuai standart PBI 1971 dan
khusus untuk bangunan lantai 2 kualitas mutu beton
ditentukan dengan tes kubus per 5 m3, dengan nilai Slump
(penurunan) sebesar 1/3.
5. Besi beton dipakai dari mutu U.24 sesuai PBI 1971
penampang tekuk 180, bila diragukan kemampuannya dan
kwalitasnya akibat dari pabrikasi, angkutan selisih ukuran
(dimensi) dan lain-lain. Pemakainnya hanya diijinkan bila
ada sertifikasi dari laboratorium penyelidikan dan ada
petunjuk dari direksi.
6. Bahan-bahan tambahan (admixture) dapat dipergunakan
untuk memudahkan pekerjaan pengecoran dengan
mengadakan konsultasi dengan direksi
7. Bekisting dibuat dari kayu sengon tebal 2-3 cm sebelum
dicor kayu begesting dibersihkan dari kotoran-kotoran dan
disiram dengan air hingga basah semua.
8. Tulangan dan sengkangan/beugel tidak boleh melekat pada
begesting atau tumpuan lain, untuk itu harus dibuat ganjal-
ganjal beton balok dengan syarat pemasangan tebal sesuai
PBI 1971
9. Sebelum pengecoran dilakukan, pemborong diwajibkan
melapor pada direksi untuk diperiksa penulangan dan
mendapatkan persetujuannya.
10. Bahan beton yang digunakan adalah pasir yang bersih dan
atau yang tidak mengandung lumpur.
11. Semua penulangan-penulangan dan ukuran-ukuran beton
harus disesuaikan gambar detail (tidak ada ukuran besi
kurus/gemuk)
12. Balok lantiu digunakan diatas kosen pada bentang-bentang
yang lebih dari 1,20 m.
13. Penyambungan pengecoran dilakukan apabila diperlukan
dan harus mendapat persetujuan dari direksi. Permukaan
yang terdahulu kemudian disiram dengan air secukupnya
beserta semen kental sebelum dilakukan pengecoran
selanjutnya. Panjang sambungan besi beton minimal 15x2
atau 40 cm.
14. Penggunaan vibrator utnuk mendapatkan beton yang
kompak dan kedap maka diperlukan penggunaan vibrator
yang kontinyu dan batasan tata cara penggunaan
disesuaikan dengan penggunaan yang berlaku.
15. Perawatan beton dilakukan agar mendapatkan hasil yang
baik, beton yang baru dicor dapat terlindungi dari panas
dan suhu yang mendadak, sehingga pengeringan dan
penguapan yang terlalu cepat dari beton dapat diatasi
dengan perawatan dengan dibasahi secara terus menerus
selama 14 hari.
16. Penjagaan dan membuat beton basah (curig), disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku (PBI 1971), kerusakan dari
pekerjaan beton, pasangan dan plesteran jika 5emper ada
bagian yang lepas atau retak-retak sebagai akibat dari
tidak/kurang dibasahi.
17. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai
sesuatu kekuatan yang dapat menahan beban 2 x berat
beton itu sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban yang tinggi dari
beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama
keadaan tersebut berlangsung.
18. Pengadukan Beton
 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dan mengaduk
sampai perawatannya hendaknya sesuai dengan yang
disyaratkan SKSNI 1991.
 Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton
sebaiknya dilaksanakan pada cuaca yang baik. Bila hari
hujan atau panas, maka harus dilakukan usaha-usaha
untuk melindungi alat-alat pengadukan/pengerjaan
pengadukan, pengangkutan sedemikian sehingga
didapat jaminan bahwa nilai air semen tidak akan
berubah karenanya.
 Bila di dalam hal ini Direksi berpendapat usaha-usaha
untuk melindungi pengadukan, pengangkutan dan
pengecoran beton itu tidak cukup atau dalam beberapa
hal tidak dapat dijamin nilai air semen dapat
dipertahankan, Direksi dapat memutuskan untuk
menunda pengecoran sampai pada cuaca yang lebih
baik, akibat penundaan ini tidak boleh dijadikan alasan
bagi Kontraktor untuk menuntut ganti rugi, karena
sudah harus diperhitungkan pada saat mengajukan
harga penawaran.
 Beton terutama untuk mutu fc = 25 Mpa, fy = 240 Mpa
ke atas harus dicampur dengan alat pengaduk mekanis
(beton molen). Untuk beton mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, peralatan hendaknya dari tipe
yang sesuai guna mengerjakan beton denan nilai air
semen yang rendah.
 Kecuali akan ditentukan oleh Direksi, terutama untuk
ketelitian dalam pengontrolannya, maka beton-beton
dengan mutu lebih besar dari fc = 25 Mpa, fy = 240
Mpa, harus diaduk di tempat pekerjaan.
 Alat-alat tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara
dengan baik. Terutama container harus tetap bersih dari
material-material atau bekas-bekas beton yang
mengeras, dimana untuk itu Direksi akan melakukan
pemeriksaan dalam waktu-waktu tertentu, paling tidak
sebelum / sesudah pekerjaan pengadukan, beton, alat
tersebut harus dibersihkan.
 Beton harus diaduk di lapangan atau pada central
mixing plant, dengan alat-alat yang sesuai dimana akan
didapatkan hasil adukan yang homogen dimana semen
ditakar dalam jumlah zaknya maka harus diusahakan
sedemikian agar campuran terdiri dari jumlah semen
bulan dalam zak. Kapasitas maksimum mesin pengaduk
hendaknya tidak dilampaui.
 Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh daari 1
menit, dihitung dari saat tercampurnya semua bahan-
bahan termasuk air. Untuk mixer dengan kapasitas
lebih tinggi dari 1 m3 waktu minimum itu dapat
diperlama sesuai dengan ketentuan Direksi. Sebelum
waktu minimum itu dapat diperlama sesuai dengan
ketentuan Direksi. Sebelum waktu minimum
pengadukan itu berakhir tidak diperbolehkan
menghentikan mesin dan atas mengambil sebagian
isinya.
 Putaran mesin itu hendaknya selalu diperiksa agar tetap
kontinyu sesuai dengan rekomendasi dari pabriknya.
 Pada permulaan pengadukan jumlah semen, pasir, dan
air dari adukan itu akan menempel pada dinding
container, karena itu hendaknya pada pengadukan
pertama diperhitungkan sedemikian sehingga hasil dari
adukan yang pertama itu jumlahnya semen, pasir, dan
air tidak kurang dari persyaratan yang sebenarnya.
 Sebelum membuat adukan yang baru, adukan yang
lama harus seluruhnya telah dikeluarkan dari container,
harus selalu disediakan di tempat pekerjaan sebuah
ayau beberapa mixer yang selalu siap dapat digunakan
bila dibutuhkan antara lain dalam keadaan dimana
segera dibutuhkan antara lain dalam keadaan dimana
segera dibutuhkan adukan beton, untuk mengisi
kembali bagian-bagian yang rusak.
 Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai
mengeras tidak diperbolehkan beton di dalam keadaan
seperti itu, bila dianggap rusak harus
dibuang/disingkirkan dari tempat pekerjaan. Dimana
kekuatiran adanya keterlambatan dalam pengecoran
beton, pengadukan dapat dilanjutkan sampai 10 menit
kemudian.
 Untuk jangka waktu yang lebih lama yaitu 1,5 jam,
beton pada waktu-waktu tertentu harus dibalik-balik
seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
 Pengangkutan adukan dari tempat pengadukan ke
tempat pengecoran khusus dilakukan dengan cara-cara
dimana dapat dicegah segregasi dan kehilangan bahan-
bahan (air, semen, atau butir-butir halus).
 Cara pengangkutan adukan beton harus lancar
sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan
yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor.
 Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan
ke tempat pengecoran dengan perantara talang-talang
miring hanya dilakukan setelah disetujui oleh Direksi.
 Dalam hal ini Direksi mempertimbangkan persetujuan
penggunaan talang miring ini telah mempelajari usul
dari Kontraktor mengenai konstruksi, kemiringan, dan
panjang talang itu.
 Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam
waktu satu jam setelah pengadukan air dimulai. Jangka
waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu
pengangkutan yang panjang. Jangka waktu itu dapat
diperpanjang sampai dua jam, apabila adukan beton
digerakkan kontinyu secara mekanis.
 Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang
lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
penggunaannya harus seijin Direksi.

PENGECORAN BETON
 Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
perancah acuan pada pekerjaan persiapan yang
disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Direksi.
 Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat,
material, dan pekerjaan-pekerjaan harus ada di
tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam
keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
 Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah
dibersihkan dari bahan-bahan lepas, kotoran-kotoran
maupun potongan-potongan kawat besi. Acuan yang
terbuat dari kayu dan dimana dikhawatirkan adanya
pengisapan air oleh kayu, kayu harus dibasahi terlebih
dahulu oleh air sehingga jernih.
 Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin
direksi mengenai penempatannya dan telah cukup
diberi beton deking sedemikian sehingga pengecoran
dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu
permukaan tulangan beton.
 Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud
memudahkan pelepasan acuan setelah beton
mengeras telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
 Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan
dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu
dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jernih.
 Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang
kontak beton lama tersebut harus disapu dengan spesi
mortal dengan campuran yang sesuai dengan
betonnya, atau diberi alur pengait beton lama dan
beton baru.
 Bilamana pengecoran yang akan dilakukan
diperkirakan sampai malam hari, perlengkapan-
perlengkapan penerangan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan
dengan baik sebelumnya.
 Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai
pengadukan dan sebelum beton mulai mengeras.
Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan
dalam waktu paling lama 20 menit sesudah keluar
dari mixer, kecuali bila diberikan bahan-bahan
pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses
pengerasan beton.
 Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang
sudah selesai dicor itu.
 Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5
meter, tidak diperkenankan menimbul beton dalam
jumlah banyak dalam suatu tempat dengan maksud
untuk kemudian meratakan sepanjang acuan.
 Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, atau beton-beton dengan
persyaratan yang lebih tinggi pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
 Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara
berlapis horisontal setebal 30 cm, menerus seluruh
panjangnya sampai dengan pengakhiran yang
disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi
khusus (Construction joinis) seperti terlihat pada
gambar rencana.
 Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol
keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuh
atau getaran yang dapat membahayakan daya
lekatnya beton.
 Slump test harus sering diadakan selama pelaksanaan
pekerjaan beton, untuk menjamin agar nilai semen
tetap sesuai dengan beton yang telah diisyaratkan
kecuali ditetapkan lain oleh Direksi dengan mengingat
cuaca pada waktu pengecoran (kering atau lembab).
 Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan
SKSNI 1991.
 Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan
dengan pemadat (internal atau external vibrator)
mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara
pemadatan dengan tenaga manusia.
 Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari
memukul-mukul acuan dari sebelah luar, menjorok
dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinue
(hal ini sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi
pokok pemadatan).
 Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar
semua sudut-sudut dapat terisi, sela-sela diantara dan
di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser
kedudukan tulangan tersebut membuat agar
permukaan menjadi rata dan menjadi halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan
mengisi semua rongga.
 Harus juga diperhatikan agar
penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan
yang dapat memisahkan bahan-bahan (segregation).
Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah
banyak dan pekerjaan harus dilaksanakan sesuai
petunjuk Direksi. Alat pemadat mekanis yang
digunakan harus mampu memberikan getaran paling
tidak 5000 per menit (RPM).
 External vibrators harus diletakkan sedemikian pada
acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran
mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan
jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyebabkan kerusakan alat lainnya.
 Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari
konstruksi yang disetujui oleh Direksi dan alat
penggetar yang dapat memberikan paling tidak 5000
getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau
pelat-pelat beton pemakaian eksternal vibrator yang
diletakkan pada acuan digunakan seijin Direksi.
 Internal vibrator digunakan dengan cara memasukkan
alat-alat penggetar ke dalam adukan beton yang baru
dicor. Alat tersebut harus paling tidak memberikan
5000 getaran per menit bila dimasukkan ke dalam
adukan beton yang mempunyai nilai slump 2,5 cm,
yang akan memberikan daerah yang kelihatan
bergetar pada radius kurang dari 45 cm.
 Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton
searah dengan as memanjang, sedalam menurut
perkiraan bahwa beton secara keseluruhan tingginya
telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-
lahan dan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
 Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi yang
lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak diperbolehkan
guna mendorong beton ke samping, dan selanjutnya
tidak boleh menumpu pada tulangan.
 Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk
memadatkan beton harus cukup dan paling sedikit
seperti daftar di bawah ini : Jumlah minimum internal
vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat

4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6

Diharuskan untuk menyediakan alat internal vibrator


secukupnya agar apabila terjadi kerusakan alat
pekerjaannya tidak tertunda.

PERAWATAN BETON
 Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus
dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta
kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam
keadaan lembab dengan cara menutupi dengan karung-
karung basah, pasir basah, atau menggenanginya
dengan air.
 Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing surface)
selesai dan sesudah mengeras permukaannya harus
segera ditutup dengan karung-karung basah atau
bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan agar
tetap lembab dengan tiap kali menyiramnya dengan air
sampai beton mengeras dengan sempurna.
 Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling
tidak setebal 5 cm secepatnya hal ini memungkinkan.
Pasir ini harus dijaga agar tetap lembab untuk selama
paling tidak 14 hari dan dibiarkan demikian selama 21
hari.
 Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu lainnya harus diusahakan
pembersihan untuk selama minimum 14 hari.
 Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat
kekuatan awal paling tinggi, atau beton yang
menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan minimum
test kubus beton dari macam-macam yang sama dan
berumur 28 hari.
19. Pembongkaran Acuan dan Perancah
 Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk
dibuka kecuali dari direksi telah memberikan
persetujuannya. Direksi akan memperhitungkan
kekuatan kontruksi untuk menahan berat sendiri
dan dapat ditampung seluruhnya berdasarkan
kekuatan kubus test pada umur yang sama dengan
masa mulai selesainya pengecoran sampai waktu
pembongkaran acuan dan perancah.
 Pada umumnya perancah dan acuan dapat
dibongkar setelah beton berumur 3 minggu.
 Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan
perancah akan dilakukan secepatnya maka syarat-
syarat minimum di bawah ini harus dipenuhi.
 Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini,
ketentuan yang sama dalam SKSNI 1991 harus
diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan,
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam hal ini harus seijin Direksi.
 Pada pembongkaran acuan dan perancah harus
disaksikan oleh Direksi dan tempat-tempat yang
ternyata kropos tidak boleh segera ditutup semen
sebelum diadakan pemeriksaan.
PEMBESIAN
 Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya
menurut persyaratan yang disebut dalam bagian II
“Material”. Besi-besi tersebut hendaknya bersih, bebas
dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas, gemuk,
minyak, cat, lumpur, bahan-bahan aduk ataupun
bahan-bahan lain yang menempel.
 Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat
terlindung, ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan
dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena cuaca.
 Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau
diluruskan secara hati-hati, terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
 Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali Direksi
menentukan lain, itupun harus dilaksanakan dengan
11 emperature yang serendah mungkin yang dapat
dipakai dan dalam daerah yang seminimal mungkin.
 Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada
gambar rencana, maka pembengkokan besi tulangan
harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali
diameter tulangan yang bersangkutan (untuk besi-besi
dengan sifat getas).
 Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan
gambar rencana dipegang teguh posisinya dan
didudukkan pada landasan yang dibuat dari adukan
semen dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran 1
pc : 3 pc, diikat antara sesamanya atau pada acuan
dengan kawat baja, atau cara-cara lain yang memenuhi
ketentuan Direksi.
 Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada
bahan metal, atau tulangan duduk langsung pada
acuan yang akan menyebabkan bagian besi nanti
langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan
juga tidak boleh duduk pada kayu atau partikel
koral/agregat.
 Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi
harus diberitahu dan dibiarkan waktu yang cukup
untuk melakukan pemeriksaan besi-besi tulangan.
 Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh panjang
yang dibutuhkannya. Sambungan yang dilakukan harus
sesuai dengan dan pada tempat yang tertera pada
gambar rencana, kecuali atas ijin dan pengawasan
Direksi.
 Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat
dengan tegangan maksimum dan sedapat mungkin
diselang-seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
 Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana
batang-batang saling memulai (over laping), diganjal
dengan potongan-potongan tulangan agar tidak saling
menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum
diduga tempat sambungan. Panjang sambungan harus
seperti yang diterangkan dalam gambar rencana.
 Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka
panjang sambungan lewatan (over laping) harus sesuai
dengan SKSNI 1991.
 Tulangan dengan kekuatan tinggi (baja keras) dan
tulangan-tulangan yang ditarik dalam keadaan dingin
tidak boleh dilas. Tulangan dengan mutu yang dapat
dilas, harus dilas dengan las listrik dan alat-alat yang
sesuai untuk itu atas sepengetahuan Direksi.
 Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari
satu las, kecuali pada tualngan spiral dan tempatnya
akan ditentukan oleh Direksi.
 Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar
rencana dan tidak atas kehendak Direksi dan dalam hal
kontraktor berpendapat lain, maka kontraktor harus
membuktikan bahwa las tersebut memang diperlukan.
 Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih dari
minyak, karat atau bahan-bahan yang mudah lepas
lainnya yang akan mempengaruhi hasil las. Sebelum
dilaksanakan batang-batang harus ditahan kuat agar
setelah pengelasan selesai batang akan terletak pada
posisi yang dikehendaki lurus dan penampungnya tidak
menjadi berkurang.
 Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak
hendaknya dibuat sebaik mungkin agar aliran listrik
dapat mengalir dengan baik.
 Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli di
bawah pengawasan terus-menerus dari pengawas yang
ahli dalam bidang pengelasan.
 Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan
kokoh, tidak tampak tanda-tanda retakan, lubang-
lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa las, tonjolan yang
tidak perlu di sekitar penyambung las harus sesuai
dengan persyaratan pada SKSNI 1991.
Pekerjaan Beton tidak Bertulang
Adapun beton tidak bertulang (beton tumbuk) adalah K.100
dipergunakan antara lain:

 Lantai kerja konstruksi beton bertulang.


 Landasan atau umpk-umpak (neut) dari kosen-kosen pintu
kayu
 Pipa saluran air hujan yang terbuka setengah lingkaran
 Dan lain-lain pekerjaan dimana menurut syarat
pelaksanaan yang baik dan sempurna, menurut petunjuk
direksi harus dikerjakan dan dibuat dari beton tumbuk.
g. PEKERJAAN 1. Pemasangan kusen jendela allumunium
KUSEN DAN 2. Pemasangan jendela kaca rangka allumunium
JENDELA 3. Pemasangan pintu aluminium strip lebar 8 cmuntuk km/wc

h. PEKERJAAN 1. Pemasangan rangka besi hollow 1x40.40.0,6 mm, modul 60


LANGIT- x 60 cm, plafon
LANGIT 2. Memasang Langit-langit Gypsum Board, Ukuran (120x240)
tebal 9 mm
3. Pasang List Langit-Langit Gypsum
i. PEKERJAAN BESI 1. Pemasangan Railing tangga dengan besi Stainless Steel
diameter 2" dan 1"
2. Pasang Folding door (pintu lipat)
3. Pasang pintu besi rangka hollow 40x40x2mm
4. Pasang kanopi rangka besi hollow 40X40X2mm untuk atap
parkir
5. Pasang atap galvalum dengan tebal 0,3mm untuk atap
parkir

j. PEKERJAAN 1. Pasang kloset jongkok


SANITASI 2. Pasang floor drain
3. Pasang kran diameter ½” untuk air bersih
4. Pasang pipa PVC diameter ½” untuk air bersih
5. Pasang ember dang gayung

k. PEKERJAAN 1. Pasang kunci tanam pintu 2 kali putar


KUNCI DAN 2. Pasang kunci tanam pintu 2 kali putar untuk km/wc
KACA 3. Pasang engsel pintu
4. Pasang engsel jendela
5. Pasang kait angin jendela
6. Pasang kunci slot pintu dan jendela
7. Pasang hendle jendela
8. Pasang hendle pintu
9. Pasang kaca warna stopsol tebal 8mm

k. PEKERJAAN 1. Pekerjaan lantai menggunakan ubin granitile dengan


PENUTUP ukuran 60x60 warna untuk ruang logistik dengan
LANTAI DAN kwalitas baik dan mendapat persetujuan direksi
DINDING 2. Pekerjaan lantai menggunakan ubin granitile dengan
ukuran 60x60 warna kasar untuk parkir dengan kwalitas
baik dan mendapat persetujuan direksi
3. Pekerjaan lantai menggunakan keramik dengan ukuran
30x30 warna untuk tangga dengan kwalitas baik dan
mendapat persetujuan direksi
4. Pekerjaan lantai menggunakan keramik dengan ukuran
25x25 warna untuk km/wc dengan kwalitas baik dan
mendapat persetujuan direksi
5. Pekerjaan dinding menggunakan keramik dengan ukuran
25x40 warna untuk km/wc dengan kwalitas baik dan
mendapat persetujuan direksi
6. Pasang abu batu bawah paving
7. Pasang Lantai paving tebal 8cm dengan mutu k-300
8. Keramik dan granit yang dipasang sudah melalui proses
pemilihan/seleksi yang mana bentuk dan ukuran sama,
tidak ada bagian gempil/cacat, retak dan mendapat
persetujuan direksi secara tertulis (dengan lapisan arus
minimal 2 mm)
9. Setelah keramik terpasang, nad-nadnya harus betul-betul
lurus, bidang permukaan lantai keramik harus rata
waterpass dan tidak ada bagian yang bergelombang.
10. Setelah pemasangan keramik selesai dengan rapi dan telah
dilaporkan kepada direksi untuk pemeriksaan dan
persetujuannya kemudian dilakkukan pengecoran lobang
antara masing-masing unit dengan menggunakan semen
yang sesuai dengan warna keramiknya.
10. Seluruh permukaan lantai harus dibersihkan
sehingga permukaan keramik bebas dari noda-noda semen
dan seluruh permukaan menjadi bersih dan rata
k. PEKERJAAN 1. Pasang jaringan instalasi listrik
INSTALASI a. Instalasi lampu listrik dikerjakan secara tertanam
LISTRIK (ingebouwb) dan digunakan schakelar serta stop kontak
tanam dari ebonite berwarna putih merk Broco.
b. Semua lampu-lampu harus dilengkapi dengan bolam SL
11 watt beserta fitting, lampu sekualitas philips
bergaransi minimal 1 tahun.
c. Semua lampu-lampu harus dilengkapi dengan bolam SL
21 watt beserta fitting, lampu sekualitas philips
bergaransi minimal 1 tahun.
d. Pelaksanaan dari pekerjaan listrik harus dilaksnakan
oleh badan usaha yang telah terdaftar sebagai instalator
yang telah mendapatkan pengesahan dari PLN
e. Banyaknya lampu dan stopkontak periksa dalam
gambar bestek terlampir.
f. Instalasi tersebut dilengkapi dengan dak standart dan
zekeringkastnya yang sesuai dengan banyaknya lampu
dan stopkontak.
g. Saluran instalasi tersebut harus disesuaikan dengan
tegangan baru 220 volt.
h. Instalsi penyambungan aliran arus listrik tidak termasuk
dalam pekerjaan ini.
i. Instalasi listrik harus menggunakan kabel yang bisa
distandarisir oleh Perusahaan Umum Listrik Negara.
j. Kabel-kabel listrik sebelum dipasang harus ditunjukkan
kepada konsultan pengawas dan PTP terlebih dahulu
untuk mendapatkan persetujuan.
k. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang disebutkan VDE/DIN dan peraturan
Umum Instalasi Listrik yang dikeluarkan oleh PLN.
l. Penilaian baik terhadap hasil pekerjaan diputuskan oleh
hasil pemeriksaan direksi.
m. Pemborong diwajibkan menyediakan gambar-gambar
kerja (shop drawing) dan gambar hasil akhir
pemasangan gambar revisi sesuai dengan standart PLN
setelah terlebih dahulu disetujui direksi.
n. Untuk instalasi listrik/titik lampu/stop kontak bisa
digunakan kabel jenis dan ukuran sesuai dengan
gambar serta memenuhi persyaratan untuk tegangan
220 volt.
o. Stop kontak dan schakelar digunakan merk dan kwalitas
yang baik dan disetujui oleh direksi. Dipasang pada
ketinggian 1,50 m dari muka lantai.
p. Semua untuk setiap group dipasang dengan ukuran
minimal 1,5 m.

2. Kabel dan lampu.


a. Kabel sebelum dipasang harus ditest dengan merger
1000 volt dan tahanan harus 50 M ohm, sesudah
dipansang harus sama tahanannya.
b. Untuk instalasi penerangan pada setiap lantai
digunakan kabel NYM (SPLN 251) ukuran minimal 1,5
mm dengan cara diklem pada kerangka langit-langit
tiap jarak 30 cm, klem tersebut dari PVC (klem khusus
untuk NYM).
c. Penyambungan kabel ditempat-tempat yang diperlukan
dilakukan didalam doos bakelite yang dilengkapi
penyambung jepit/sekrup.
d. Kabel didalam dinding harus dilindungi dengan pipa
PVC sebesar maksimal diameter ¾ “ dimana sebelum
diplester pipa tersebut harus diklem pada dindig kuat-
kuat, klem khusus dari plat besi, dilengkapi tule pada
ujung-ujung pipa.
e. Pemasangan kabel wiring dari panel hingga persakelar,
stop kontak dan armatoor.
f. Penyambungan kabel didalam armatoor
mempergunakan kurtien/kontak sekrup.
g. Penyambungan kabel harus dilebihkan panjangnya
seperlunya, tidak boleh pas.
h. Dalam ruang kerja lampu yang dipergunakan adalah
lampu watt dalam negeri dengan daya untuk sesuai
dengan gambar, sedangkan stop kontak dan schakelar
dengan merk Broco. Khusus untuk selasar dan emperan
diguanakan lampu pijar merk Philips.
3. Saklar
a. Saklar dipasang inbouw pada dindidng dengan
menggunakan doos PVC pada kolom beton atau dinding
tembok, dan pada dinding partisi menggunakan logam.
b. Saklar rata-rata dipasang pada dinding dekat pintu
dibawah kaca atau sesuai petunjuk gambar.
4. Stop kontak
a. Digunakan stop kontak inbouw 250 volt 15 ampere,
dilengkapi tutup putar dan kawat pentangan warna
putih, dipasang dalam doos dengan syarat seperti doos
schaklar di atas.
b. Pemasangan setinggi 30 cm dipermukaan lantai kecuali
ruangan-ruangan dilantan bawah setinggi 150 cm.
c. Kabel stop kontak menurun dari atas plafond kebawah
melalui pipa PVC diameter ¾” dalam kolom, kemudian
baru dimasuki dinding partisi. Sistem pentangan
dihubungkan sampai ke pentangan panel yang
bersangkutan dimana selanjutnya akan dihubungkan
dengan pentangan dipanel utama.
5. Pasang box sekreng dengan MCB 3 fase 20 A

i. PEKERJAAN 1. Mengompon dak Langit-langit


PENGECATAN 2. Pengecatan dak langit-langit Plafond dengan cat sekualitas
Mowilex luar sebanyak 3X sampai baik menurut penilaian
3. Pengecat Kolom dan Balok dengan cat sekualitas mowilex
luar ruangan minimal tiga kali sampai baik menurut
penilaian

 PEMBANGUNAN GEDUNG Lt. II


A. PEKERJAAN 1. Pemasangan Dinding Bata merah ½ bata dengan
DINDING campuran 1Pc : 6 Ps

B. PEKERJAAN 1. Pemasangan Plesteran 1 Pc : 3 Pp Tebal 15 mm Pasir


PLESTERAN Muntilan
2. Pemasangan Plesteran 1 Pc : 6 Pp Tebal 15 mm Pasir
Muntilan
3. Pasang plesteran skonengan
4. Pemasangan acian

C. PEKERJAAN 1. Semua pekerjaan beton bertulang dengan campuran


BETON sesuai dengan RAB.
2. Kwalitas beton yang digunakan pada pekerjaan ini
sebagaimana dalam RAB.
3. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang adalah
yang tertera pada gambar konstruksi lazimnya dibuat
konstruksi beton bertulang, seperti kolom dan pengaku
dinding, balok latiu dan lain-lain. Pada garis besarnya
konstruksi beton bertulang ini adalah :
 Rangkaian sloof serta balok-balok latiu.
 Rangkaian kolom tiang/kolom merupakan skalte
bangunan
 Konstruksi pengaku (balok ring dan kolom praktis)
 Tutup bak kontrol dan septictank
 Dan lain-lain pekerjaan yang dianggap perlu menurut
syarat pelaksanaan yang baik dan sempurna, harus
dikerjakan dan dibuat dari konstruksi beton campuran
1Pc : 2 Ps : 3Kr, sedang untuk pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan gambar.
4. Mutu beton yang dipakai sesuai standart PBI 1971 dan
khusus untuk bangunan lantai 2 kualitas mutu beton
ditentukan dengan tes kubus per 5 m3, dengan nilai
Slump (penurunan) sebesar 1/3.
5. Besi beton dipakai dari mutu U.24 sesuai PBI 1971
penampang tekuk 180, bila diragukan kemampuannya
dan kwalitasnya akibat dari pabrikasi, angkutan selisih
ukuran (dimensi) dan lain-lain. Pemakainnya hanya
diijinkan bila ada sertifikasi dari laboratorium
penyelidikan dan ada petunjuk dari direksi.
6. Bahan-bahan tambahan (admixture) dapat dipergunakan
untuk memudahkan pekerjaan pengecoran dengan
mengadakan konsultasi dengan direksi
7. Bekisting dibuat dari kayu sengon tebal 2-3 cm sebelum
dicor kayu begesting dibersihkan dari kotoran-kotoran
dan disiram dengan air hingga basah semua.
8. Tulangan dan sengkangan/beugel tidak boleh melekat
pada begesting atau tumpuan lain, untuk itu harus dibuat
ganjal-ganjal beton balok dengan syarat pemasangan tebal
sesuai PBI 1971
9. Sebelum pengecoran dilakukan, pemborong diwajibkan
melapor pada direksi untuk diperiksa penulangan dan
mendapatkan persetujuannya.
10. Bahan beton yang digunakan adalah pasir yang bersih dan
atau yang tidak mengandung lumpur.
11. Semua penulangan-penulangan dan ukuran-ukuran
beton harus disesuaikan gambar detail (tidak ada ukuran
besi kurus/gemuk)
12. Balok lantiu digunakan diatas kosen pada bentang-
bentang yang lebih dari 1,20 m.
13. Penyambungan pengecoran dilakukan apabila diperlukan
dan harus mendapat persetujuan dari direksi. Permukaan
yang terdahulu kemudian disiram dengan air secukupnya
beserta semen kental sebelum dilakukan pengecoran
selanjutnya. Panjang sambungan besi beton minimal 15x2
atau 40 cm.
14. Penggunaan vibrator utnuk mendapatkan beton yang
kompak dan kedap maka diperlukan penggunaan vibrator
yang kontinyu dan batasan tata cara penggunaan
disesuaikan dengan penggunaan yang berlaku.
15. Perawatan beton dilakukan agar mendapatkan hasil yang
baik, beton yang baru dicor dapat terlindungi dari panas
dan suhu yang mendadak, sehingga pengeringan dan
penguapan yang terlalu cepat dari beton dapat diatasi
dengan perawatan dengan dibasahi secara terus menerus
selama 14 hari.
16. Penjagaan dan membuat beton basah (curig), disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku (PBI 1971), kerusakan
dari pekerjaan beton, pasangan dan plesteran jika misal
ada bagian yang lepas atau retak-retak sebagai akibat dari
tidak/kurang dibasahi.
17. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai
sesuatu kekuatan yang dapat menahan beban 2 x berat
beton itu sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban yang tinggi
dari beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar
selama keadaan tersebut berlangsung.
18. Pengadukan Beton
 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dan mengaduk
sampai perawatannya hendaknya sesuai dengan yang
disyaratkan SKSNI 1991.
 Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton
sebaiknya dilaksanakan pada cuaca yang baik. Bila
hari hujan atau panas, maka harus dilakukan usaha-
usaha untuk melindungi alat-alat
pengadukan/pengerjaan pengadukan, pengangkutan
sedemikian sehingga didapat jaminan bahwa nilai air
semen tidak akan berubah karenanya.
 Bila di dalam hal ini Direksi berpendapat usaha-usaha
untuk melindungi pengadukan, pengangkutan dan
pengecoran beton itu tidak cukup atau dalam beberapa
hal tidak dapat dijamin nilai air semen dapat
dipertahankan, Direksi dapat memutuskan untuk
menunda pengecoran sampai pada cuaca yang lebih
baik, akibat penundaan ini tidak boleh dijadikan
alasan bagi Kontraktor untuk menuntut ganti rugi,
karena sudah harus diperhitungkan pada saat
mengajukan harga penawaran.
 Beton terutama untuk mutu fc = 25 Mpa, fy = 240
Mpa ke atas harus dicampur dengan alat pengaduk
mekanis (beton molen). Untuk beton mutu lebih besar
dari fc = 25 Mpa, fy = 240 Mpa, peralatan hendaknya
dari tipe yang sesuai guna mengerjakan beton denan
nilai air semen yang rendah.
 Kecuali akan ditentukan oleh Direksi, terutama untuk
ketelitian dalam pengontrolannya, maka beton-beton
dengan mutu lebih besar dari fc = 25 Mpa, fy = 240
Mpa, harus diaduk di tempat pekerjaan.
 Alat-alat tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara
dengan baik. Terutama container harus tetap bersih
dari material-material atau bekas-bekas beton yang
mengeras, dimana untuk itu Direksi akan melakukan
pemeriksaan dalam waktu-waktu tertentu, paling
tidak sebelum / sesudah pekerjaan pengadukan, beton,
alat tersebut harus dibersihkan.
 Beton harus diaduk di lapangan atau pada central
mixing plant, dengan alat-alat yang sesuai dimana
akan didapatkan hasil adukan yang homogen dimana
semen ditakar dalam jumlah zaknya maka harus
diusahakan sedemikian agar campuran terdiri dari
jumlah semen bulan dalam zak. Kapasitas maksimum
mesin pengaduk hendaknya tidak dilampaui.
 Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh daari 1
menit, dihitung dari saat tercampurnya semua bahan-
bahan termasuk air. Untuk mixer dengan kapasitas
lebih tinggi dari 1 m3 waktu minimum itu dapat
diperlama sesuai dengan ketentuan Direksi. Sebelum
waktu minimum itu dapat diperlama sesuai dengan
ketentuan Direksi. Sebelum waktu minimum
pengadukan itu berakhir tidak diperbolehkan
menghentikan mesin dan atas mengambil sebagian
isinya.
 Putaran mesin itu hendaknya selalu diperiksa agar
tetap kontinyu sesuai dengan rekomendasi dari
pabriknya.
 Pada permulaan pengadukan jumlah semen, pasir, dan
air dari adukan itu akan menempel pada dinding
container, karena itu hendaknya pada pengadukan
pertama diperhitungkan sedemikian sehingga hasil
dari adukan yang pertama itu jumlahnya semen, pasir,
dan air tidak kurang dari persyaratan yang
sebenarnya.
 Sebelum membuat adukan yang baru, adukan yang
lama harus seluruhnya telah dikeluarkan dari
container, harus selalu disediakan di tempat pekerjaan
sebuah ayau beberapa mixer yang selalu siap dapat
digunakan bila dibutuhkan antara lain dalam keadaan
dimana segera dibutuhkan antara lain dalam keadaan
dimana segera dibutuhkan adukan beton, untuk
mengisi kembali bagian-bagian yang rusak.
 Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai
mengeras tidak diperbolehkan beton di dalam keadaan
seperti itu, bila dianggap rusak harus
dibuang/disingkirkan dari tempat pekerjaan. Dimana
kekuatiran adanya keterlambatan dalam pengecoran
beton, pengadukan dapat dilanjutkan sampai 10 menit
kemudian.
 Untuk jangka waktu yang lebih lama yaitu 1,5 jam,
beton pada waktu-waktu tertentu harus dibalik-balik
seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
 Pengangkutan adukan dari tempat pengadukan ke
tempat pengecoran khusus dilakukan dengan cara-
cara dimana dapat dicegah segregasi dan kehilangan
bahan-bahan (air, semen, atau butir-butir halus).
 Cara pengangkutan adukan beton harus lancar
sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan
yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan
yang akan dicor.
 Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan
ke tempat pengecoran dengan perantara talang-talang
miring hanya dilakukan setelah disetujui oleh Direksi.
 Dalam hal ini Direksi mempertimbangkan persetujuan
penggunaan talang miring ini telah mempelajari usul
dari Kontraktor mengenai konstruksi, kemiringan, dan
panjang talang itu.
 Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor
dalam waktu satu jam setelah pengadukan air dimulai.
Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka
waktu itu dapat diperpanjang sampai dua jam, apabila
adukan beton digerakkan kontinyu secara mekanis.
 Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang
lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
penggunaannya harus seijin Direksi.

PENGECORAN BETON
 Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
perancah acuan pada pekerjaan persiapan yang
disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Direksi.
 Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat,
material, dan pekerjaan-pekerjaan harus ada di
tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam
keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
 Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah
dibersihkan dari bahan-bahan lepas, kotoran-
kotoran maupun potongan-potongan kawat besi.
Acuan yang terbuat dari kayu dan dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu,
kayu harus dibasahi terlebih dahulu oleh air
sehingga jernih.
 Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin
direksi mengenai penempatannya dan telah cukup
diberi beton deking sedemikian sehingga pengecoran
dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau
terlalu permukaan tulangan beton.
 Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud
memudahkan pelepasan acuan setelah beton
mengeras telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
 Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan
dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu
dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga
jernih.
 Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-
bidang kontak beton lama tersebut harus disapu
dengan spesi mortal dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya, atau diberi alur pengait beton
lama dan beton baru.
 Bilamana pengecoran yang akan dilakukan
diperkirakan sampai malam hari, perlengkapan-
perlengkapan penerangan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan
dengan baik sebelumnya.
 Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah
selesai pengadukan dan sebelum beton mulai
mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit
sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan
bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton.
 Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang
sudah selesai dicor itu.
 Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5
meter, tidak diperkenankan menimbul beton dalam
jumlah banyak dalam suatu tempat dengan maksud
untuk kemudian meratakan sepanjang acuan.
 Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, atau beton-beton dengan
persyaratan yang lebih tinggi pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
 Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara
berlapis horisontal setebal 30 cm, menerus seluruh
panjangnya sampai dengan pengakhiran yang
disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi
khusus (Construction joinis) seperti terlihat pada
gambar rencana.
 Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol
keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuh
atau getaran yang dapat membahayakan daya
lekatnya beton.
 Slump test harus sering diadakan selama
pelaksanaan pekerjaan beton, untuk menjamin agar
nilai semen tetap sesuai dengan beton yang telah
diisyaratkan kecuali ditetapkan lain oleh Direksi
dengan mengingat cuaca pada waktu pengecoran
(kering atau lembab).
 Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan
SKSNI 1991.
 Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan
dengan pemadat (internal atau external vibrator)
mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara
pemadatan dengan tenaga manusia.
 Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari
memukul-mukul acuan dari sebelah luar, menjorok
dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinue
(hal ini sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi
pokok pemadatan).
 Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar
semua sudut-sudut dapat terisi, sela-sela diantara
dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa
menggeser kedudukan tulangan tersebut membuat
agar permukaan menjadi rata dan menjadi halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan
mengisi semua rongga.
 Harus juga diperhatikan agar
penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat memisahkan bahan-bahan
(segregation). Tenaga yang mengerjakan pekerjaan
ini harus telah banyak dan pekerjaan harus
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi. Alat pemadat
mekanis yang digunakan harus mampu memberikan
getaran paling tidak 5000 per menit (RPM).
 External vibrators harus diletakkan sedemikian pada
acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran
mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan
jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyebabkan kerusakan alat lainnya.
 Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari
konstruksi yang disetujui oleh Direksi dan alat
penggetar yang dapat memberikan paling tidak 5000
getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau
pelat-pelat beton pemakaian eksternal vibrator yang
diletakkan pada acuan digunakan seijin Direksi.
 Internal vibrator digunakan dengan cara
memasukkan alat-alat penggetar ke dalam adukan
beton yang baru dicor. Alat tersebut harus paling
tidak memberikan 5000 getaran per menit bila
dimasukkan ke dalam adukan beton yang
mempunyai nilai slump 2,5 cm, yang akan
memberikan daerah yang kelihatan bergetar pada
radius kurang dari 45 cm.
 Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton
searah dengan as memanjang, sedalam menurut
perkiraan bahwa beton secara keseluruhan tingginya
telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-
lahan dan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
 Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi
yang lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak
diperbolehkan guna mendorong beton ke samping,
dan selanjutnya tidak boleh menumpu pada
tulangan.
 Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk
memadatkan beton harus cukup dan paling sedikit
seperti daftar di bawah ini : Jumlah minimum
internal vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat

4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6

Diharuskan untuk menyediakan alat internal


vibrator secukupnya agar apabila terjadi kerusakan
alat pekerjaannya tidak tertunda.

PERAWATAN BETON
 Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus
dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta
kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam
keadaan lembab dengan cara menutupi dengan
karung-karung basah, pasir basah, atau
menggenanginya dengan air.
 Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing
surface) selesai dan sesudah mengeras permukaannya
harus segera ditutup dengan karung-karung basah
atau bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan
agar tetap lembab dengan tiap kali menyiramnya
dengan air sampai beton mengeras dengan sempurna.
 Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling
tidak setebal 5 cm secepatnya hal ini memungkinkan.
Pasir ini harus dijaga agar tetap lembab untuk selama
paling tidak 14 hari dan dibiarkan demikian selama
21 hari.
 Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu lainnya harus diusahakan
pembersihan untuk selama minimum 14 hari.
 Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai
sifat kekuatan awal paling tinggi, atau beton yang
menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan minimum
test kubus beton dari macam-macam yang sama dan
berumur 28 hari.
19. Pembongkaran Acuan dan Perancah
 Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk
dibuka kecuali dari direksi telah memberikan
persetujuannya. Direksi akan memperhitungkan
kekuatan kontruksi untuk menahan berat sendiri
dan dapat ditampung seluruhnya berdasarkan
kekuatan kubus test pada umur yang sama
dengan masa mulai selesainya pengecoran
sampai waktu pembongkaran acuan dan
perancah.
 Pada umumnya perancah dan acuan dapat
dibongkar setelah beton berumur 3 minggu.
 Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan
perancah akan dilakukan secepatnya maka
syarat-syarat minimum di bawah ini harus
dipenuhi.
 Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini,
ketentuan yang sama dalam SKSNI 1991 harus
diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan,
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam hal ini harus seijin Direksi.
 Pada pembongkaran acuan dan perancah harus
disaksikan oleh Direksi dan tempat-tempat yang
ternyata kropos tidak boleh segera ditutup semen
sebelum diadakan pemeriksaan.
PEMBESIAN
 Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya
menurut persyaratan yang disebut dalam bagian II
“Material”. Besi-besi tersebut hendaknya bersih, bebas
dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas,
gemuk, minyak, cat, lumpur, bahan-bahan aduk
ataupun bahan-bahan lain yang menempel.
 Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat
terlindung, ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan
dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena
cuaca.
 Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau
diluruskan secara hati-hati, terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
 Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali
Direksi menentukan lain, itupun harus dilaksanakan
dengan temperatur yang serendah mungkin yang
dapat dipakai dan dalam daerah yang seminimal
mungkin.
 Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada
gambar rencana, maka pembengkokan besi tulangan
harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali
diameter tulangan yang bersangkutan (untuk besi-besi
dengan sifat getas).
 Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan
gambar rencana dipegang teguh posisinya dan
didudukkan pada landasan yang dibuat dari adukan
semen dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran 1
pc : 3 pc, diikat antara sesamanya atau pada acuan
dengan kawat baja, atau cara-cara lain yang
memenuhi ketentuan Direksi.
 Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada
bahan metal, atau tulangan duduk langsung pada
acuan yang akan menyebabkan bagian besi nanti
langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan
juga tidak boleh duduk pada kayu atau partikel
koral/agregat.
 Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi
harus diberitahu dan dibiarkan waktu yang cukup
untuk melakukan pemeriksaan besi-besi tulangan.
 Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh
panjang yang dibutuhkannya. Sambungan yang
dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang
tertera pada gambar rencana, kecuali atas ijin dan
pengawasan Direksi.
 Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat
dengan tegangan maksimum dan sedapat mungkin
diselang-seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
 Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana
batang-batang saling memulai (over laping), diganjal
dengan potongan-potongan tulangan agar tidak saling
menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum
diduga tempat sambungan. Panjang sambungan harus
seperti yang diterangkan dalam gambar rencana.
 Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka
panjang sambungan lewatan (over laping) harus
sesuai dengan SKSNI 1991.
 Tulangan dengan kekuatan tinggi (baja keras) dan
tulangan-tulangan yang ditarik dalam keadaan dingin
tidak boleh dilas. Tulangan dengan mutu yang dapat
dilas, harus dilas dengan las listrik dan alat-alat yang
sesuai untuk itu atas sepengetahuan Direksi.
 Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari
satu las, kecuali pada tualngan spiral dan tempatnya
akan ditentukan oleh Direksi.
 Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar
rencana dan tidak atas kehendak Direksi dan dalam
hal kontraktor berpendapat lain, maka kontraktor
harus membuktikan bahwa las tersebut memang
diperlukan.
 Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih
dari minyak, karat atau bahan-bahan yang mudah
lepas lainnya yang akan mempengaruhi hasil las.
Sebelum dilaksanakan batang-batang harus ditahan
kuat agar setelah pengelasan selesai batang akan
terletak pada posisi yang dikehendaki lurus dan
penampungnya tidak menjadi berkurang.
 Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak
hendaknya dibuat sebaik mungkin agar aliran listrik
dapat mengalir dengan baik.
 Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli
di bawah pengawasan terus-menerus dari pengawas
yang ahli dalam bidang pengelasan.
 Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan
kokoh, tidak tampak tanda-tanda retakan, lubang-
lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa las, tonjolan yang
tidak perlu di sekitar penyambung las harus sesuai
dengan persyaratan pada SKSNI 1991.

Pekerjaan Beton tidak Bertulang

Adapun beton tidak bertulang (beton tumbuk) adalah K.100


dipergunakan antara lain:

 Lantai kerja konstruksi beton bertulang.


 Landasan atau umpk-umpak (neut) dari kosen-kosen
pintu kayu
 Pipa saluran air hujan yang terbuka setengah lingkaran
 Dan lain-lain pekerjaan dimana menurut syarat
pelaksanaan yang baik dan sempurna, menurut petunjuk
direksi harus dikerjakan dan dibuat dari beton tumbuk.

D. PEKERJAAN 1. Memasang Langit-langit Gypsum Board, Ukuran


LANGIT-LANGIT (120x240) tebal 9 mm
2. Pasang List Langit-Langit Gypsum

E. PEKERJAAN 1. Pemasangan Kloset duduk mono blok


SANITASI 2. Pemasangan kloset jongkok
3. Pemasangan floor drain
4. Pemasangan kran diameter ½” untuk air bersih
5. Pemasangan pipa pvc diameter ½” untuk air bersih
6. Pemasangan pipa PVC diameter 2’’ untuk air dari wastafel
7. Pemasangan pipa PVC diameter 3” untuk air kotor
8. Pemasangan pipa PVC diameter 4” untuk air tinja
9. Pasang ember dan gayuh untuk air bersih

E. PEKERJAAN BESI 1. Pemasangan Railing tangga dengan besi Stainless Steel


DAN diameter 2" dan 1"
ALUMINIUM 2. Pemasangan rangka besi hollow 1x40.40.0,6 mm, modul
60 x 60 cm, plafon
3. Pasang Ornamen Alluminium Composite Panel (ACP)
- Pasang rangka besi hollow 50x50x2mm
- Pasang Ornamen Alluminium Composite Panel (ACP)
4. Pemasangan kusen alumunium
5. Pemasangan daun pintu dan jendela kaca aluminium
6. Pemasangan pintu alumunium strip lebar 8cm km/wc

G. PEKERJAAN 1. Pasang kunci tanam pintu 2 kali putar


KUNCI DAN 2. Pasang kunci tanam pintu 2 kali putar untuk km/wc
KACA 3. Pasang engsel pintu
4. Pasang engsel pintu sleding geser (lengkap)
5. Pasang engsel jendela
6. Pasang kait angin jendela
7. Pasang kunci slot pintu dan jendela
8. Pasang hendle jendela
9. Pasang hendle pintu
10. Pasang kaca warna stopsol tebal 8mm

H. PEKERJAAN 1. Pekerjaan lantai menggunakan ubin granitile dengan


PENUTUP ukuran 60x60 warna dengan kwalitas baik dan
LANTAI DAN mendapat persetujuan direksi
DINDING 2. Pekerjaan lantai menggunakan keramik dengan ukuran
25x25 warna untuk km/wc dengan kwalitas baik dan
mendapat persetujuan direksi
3. Pekerjaan dinding menggunakan keramik dengan ukuran
25x40 warna untuk km/wc dengan kwalitas baik dan
mendapat persetujuan direksi
4. Pekerjaan lantai menggunakan keramik dengan ukuran
30x30 warna untuk lantai tangga dengan kwalitas baik
dan mendapat persetujuan direksi
5. Keramik dan granut yang dipasang sudah melalui proses
pemilihan/seleksi yang mana bentuk dan ukuran sama,
tidak ada bagian gempil/cacat, retak dan mendapat
persetujuan direksi secara tertulis (dengan lapisan arus
minimal 2 mm)
6. Setelah keramik terpasang, nad-nadnya harus betul-betul
lurus, bidang permukaan lantai keramik harus rata
waterpass dan tidak ada bagian yang bergelombang.
7. Setelah pemasangan keramik selesai dengan rapi dan
telah dilaporkan kepada direksi untuk pemeriksaan dan
persetujuannya kemudian dilakkukan pengecoran lobang
antara masing-masing unit dengan menggunakan semen
yang sesuai dengan warna keramiknya.
8. Seluruh permukaan lantai harus dibersihkan sehingga
permukaan keramik bebas dari noda-noda semen dan
seluruh permukaan menjadi bersih dan rata
I. PEKERJAAN 1. Pengecatan Plafond dengan cat sekualitas Mowilex 3X
PENGECATAN sampai baik menurut penilaian
2. Pengecat Tembok Baru dengan cat sekualitas mowilex
luar ruangan minimal tiga kali sampai baik menurut
penilaian

J. PEKERJAAN 1. Pasang jaringan instalasi listrik


INSTALASI LISTRIK a. Pemasangan lampu TL RMI 2x18 watt sekualitas
Philips
b. Instalasi lampu listrik dikerjakan secara tertanam
(ingebouwb) dan digunakan schakelar serta stop
kontak tanam dari ebonite berwarna putih merk
Broco.
c. Semua lampu-lampu harus dilengkapi dengan bolam
SL 11 watt beserta fitting, lampu sekualitas philips
bergaransi minimal 1 tahun.
d. Pelaksanaan dari pekerjaan listrik harus dilaksnakan
oleh badan usaha yang telah terdaftar sebagai
instalator yang telah mendapatkan pengesahan dari
PLN
e. Banyaknya lampu dan stopkontak periksa dalam
gambar bestek terlampir.
f. Instalasi tersebut dilengkapi dengan dak standart dan
zekeringkastnya yang sesuai dengan banyaknya lampu
dan stopkontak.
g. Saluran instalasi tersebut harus disesuaikan dengan
tegangan baru 220 volt.
h. Instalsi penyambungan aliran arus listrik tidak
termasuk dalam pekerjaan ini.
i. Instalasi listrik harus menggunakan kabel yang bisa
distandarisir oleh Perusahaan Umum Listrik Negara.
j. Kabel-kabel listrik sebelum dipasang harus
ditunjukkan kepada konsultan pengawas dan PTP
terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.
k. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang disebutkan VDE/DIN dan peraturan
Umum Instalasi Listrik yang dikeluarkan oleh PLN.
l. Penilaian baik terhadap hasil pekerjaan diputuskan
oleh hasil pemeriksaan direksi.
m. Pemborong diwajibkan menyediakan gambar-gambar
kerja (shop drawing) dan gambar hasil akhir
pemasangan gambar revisi sesuai dengan standart PLN
setelah terlebih dahulu disetujui direksi.
n. Untuk instalasi listrik/titik lampu/stop kontak bisa
digunakan kabel jenis dan ukuran sesuai dengan
gambar serta memenuhi persyaratan untuk tegangan
220 volt.
o. Stop kontak dan schakelar digunakan merk dan
kwalitas yang baik dan disetujui oleh direksi. Dipasang
pada ketinggian 1,50 m dari muka lantai.
p. Semua untuk setiap group dipasang dengan ukuran
minimal 1,5 m.
2. Kabel dan lampu.
a. Kabel sebelum dipasang harus ditest dengan merger
1000 volt dan tahanan harus 50 M ohm, sesudah
dipansang harus sama tahanannya.
b. Untuk instalasi penerangan pada setiap lantai
digunakan kabel NYM (SPLN 251) ukuran minimal
1,5 mm dengan cara diklem pada kerangka langit-
langit tiap jarak 30 cm, klem tersebut dari PVC (klem
khusus untuk NYM).
c. Penyambungan kabel ditempat-tempat yang
diperlukan dilakukan didalam doos bakelite yang
dilengkapi penyambung jepit/sekrup.
d. Kabel didalam dinding harus dilindungi dengan pipa
PVC sebesar maksimal diameter ¾ “ dimana sebelum
diplester pipa tersebut harus diklem pada dindig kuat-
kuat, klem khusus dari plat besi, dilengkapi tule pada
ujung-ujung pipa.
e. Pemasangan kabel wiring dari panel hingga
persakelar, stop kontak dan armatoor.
f. Penyambungan kabel didalam armatoor
mempergunakan kurtien/kontak sekrup.
g. Penyambungan kabel harus dilebihkan panjangnya
seperlunya, tidak boleh pas.
h. Dalam ruang kerja lampu yang dipergunakan adalah
lampu watt dalam negeri dengan daya untuk sesuai
dengan gambar, sedangkan stop kontak dan schakelar
dengan merk Broco. Khusus untuk selasar dan
emperan diguanakan lampu pijar merk Philips.
3. Saklar
a. Saklar dipasang inbouw pada dindidng dengan
menggunakan doos PVC pada kolom beton atau
dinding tembok, dan pada dinding partisi
menggunakan logam.
b. Saklar rata-rata dipasang pada dinding dekat pintu
dibawah kaca atau sesuai petunjuk gambar.
4. Stop kontak
a. Digunakan stop kontak inbouw 250 volt 15 ampere,
dilengkapi tutup putar dan kawat pentangan warna
putih, dipasang dalam doos dengan syarat seperti doos
schaklar di atas.
b. Pemasangan setinggi 30 cm dipermukaan lantai
kecuali ruangan-ruangan dilantan bawah setinggi 150
cm.
c. Kabel stop kontak menurun dari atas plafond kebawah
melalui pipa PVC diameter ¾” dalam kolom,
kemudian baru dimasuki dinding partisi. Sistem
pentangan dihubungkan sampai ke pentangan panel
yang bersangkutan dimana selanjutnya akan
dihubungkan dengan pentangan dipanel utama.
5. Pasang box sekreng dengan MCB 3 fase 20 A
6. Pemasangan kabel NYM 3 x 2,5 mm untuk intalasi AC

 PEKERJAAN LANTAI III


a). PEKERJAAN 1. Pemasangan Dinding Bata merah ½ bata dengan
DINDING campuran 1Pc : 6Ps
b).PEKERJAAN 1. Pemasangan Plesteran 1Pc:3Pp Tbl 15 mm Pasir
PLESTERAN 2. Pemasangan Plesteran 1Pc:6Pp Tbl 15 mm Pasir
Muntilan
3. Pasang plesteran skonengan
4. Pemasangan Acian

c). PEKERJAAN 1. Semua pekerjaan beton bertulang dengan campuran sesuai


BETON dengan RAB.
2. Kwalitas beton yang digunakan pada pekerjaan ini
sebagaimana dalam RAB.
3. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang adalah
yang tertera pada gambar konstruksi lazimnya dibuat
konstruksi beton bertulang, seperti kolom dan pengaku
dinding, balok latiu dan lain-lain. Pada garis besarnya
konstruksi beton bertulang ini adalah :
 Rangkaian sloof serta balok-balok latiu.
 Rangkaian kolom tiang/kolom merupakan skalte
bangunan
 Konstruksi pengaku (balok ring dan kolom praktis)
 Tutup bak kontrol dan septictank
 Dan lain-lain pekerjaan yang dianggap perlu menurut
syarat pelaksanaan yang baik dan sempurna, harus
dikerjakan dan dibuat dari konstruksi beton campuran
1Pc : 2 Ps : 3Kr, sedang untuk pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan gambar.
4. Mutu beton yang dipakai sesuai standart PBI 1971 dan
khusus untuk bangunan lantai 2 kualitas mutu beton
ditentukan dengan tes kubus per 5 m3, dengan nilai
Slump (penurunan) sebesar 1/3.
5. Besi beton dipakai dari mutu U.24 sesuai PBI 1971
penampang tekuk 180, bila diragukan kemampuannya
dan kwalitasnya akibat dari pabrikasi, angkutan selisih
ukuran (dimensi) dan lain-lain. Pemakainnya hanya
diijinkan bila ada sertifikasi dari laboratorium
penyelidikan dan ada petunjuk dari direksi.
6. Bahan-bahan tambahan (admixture) dapat dipergunakan
untuk memudahkan pekerjaan pengecoran dengan
mengadakan konsultasi dengan direksi
7. Bekisting dibuat dari kayu sengon tebal 2-3 cm sebelum
dicor kayu begesting dibersihkan dari kotoran-kotoran
dan disiram dengan air hingga basah semua.
8. Tulangan dan sengkangan/beugel tidak boleh melekat
pada begesting atau tumpuan lain, untuk itu harus dibuat
ganjal-ganjal beton balok dengan syarat pemasangan tebal
sesuai PBI 1971
9. Sebelum pengecoran dilakukan, pemborong diwajibkan
melapor pada direksi untuk diperiksa penulangan dan
mendapatkan persetujuannya.
10. Bahan beton yang digunakan adalah pasir yang bersih dan
atau yang tidak mengandung lumpur.
11. Semua penulangan-penulangan dan ukuran-ukuran
beton harus disesuaikan gambar detail (tidak ada ukuran
besi kurus/gemuk)
12. Balok lantiu digunakan diatas kosen pada bentang-
bentang yang lebih dari 1,20 m.
13. Penyambungan pengecoran dilakukan apabila diperlukan
dan harus mendapat persetujuan dari direksi. Permukaan
yang terdahulu kemudian disiram dengan air secukupnya
beserta semen kental sebelum dilakukan pengecoran
selanjutnya. Panjang sambungan besi beton minimal 15x2
atau 40 cm.
14. Penggunaan vibrator utnuk mendapatkan beton yang
kompak dan kedap maka diperlukan penggunaan vibrator
yang kontinyu dan batasan tata cara penggunaan
disesuaikan dengan penggunaan yang berlaku.
15. Perawatan beton dilakukan agar mendapatkan hasil yang
baik, beton yang baru dicor dapat terlindungi dari panas
dan suhu yang mendadak, sehingga pengeringan dan
penguapan yang terlalu cepat dari beton dapat diatasi
dengan perawatan dengan dibasahi secara terus menerus
selama 14 hari.
16. Penjagaan dan membuat beton basah (curig), disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku (PBI 1971), kerusakan
dari pekerjaan beton, pasangan dan plesteran jika misal
ada bagian yang lepas atau retak-retak sebagai akibat dari
tidak/kurang dibasahi.
17. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai
sesuatu kekuatan yang dapat menahan beban 2 x berat
beton itu sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban yang tinggi
dari beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar
selama keadaan tersebut berlangsung.
18. Pengadukan Beton
 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dan mengaduk
sampai perawatannya hendaknya sesuai dengan yang
disyaratkan SKSNI 1991.
 Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton
sebaiknya dilaksanakan pada cuaca yang baik. Bila
hari hujan atau panas, maka harus dilakukan usaha-
usaha untuk melindungi alat-alat
pengadukan/pengerjaan pengadukan, pengangkutan
sedemikian sehingga didapat jaminan bahwa nilai air
semen tidak akan berubah karenanya.
 Bila di dalam hal ini Direksi berpendapat usaha-usaha
untuk melindungi pengadukan, pengangkutan dan
pengecoran beton itu tidak cukup atau dalam beberapa
hal tidak dapat dijamin nilai air semen dapat
dipertahankan, Direksi dapat memutuskan untuk
menunda pengecoran sampai pada cuaca yang lebih
baik, akibat penundaan ini tidak boleh dijadikan
alasan bagi Kontraktor untuk menuntut ganti rugi,
karena sudah harus diperhitungkan pada saat
mengajukan harga penawaran.
 Beton terutama untuk mutu fc = 25 Mpa, fy = 240
Mpa ke atas harus dicampur dengan alat pengaduk
mekanis (beton molen). Untuk beton mutu lebih besar
dari fc = 25 Mpa, fy = 240 Mpa, peralatan hendaknya
dari tipe yang sesuai guna mengerjakan beton denan
nilai air semen yang rendah.
 Kecuali akan ditentukan oleh Direksi, terutama untuk
ketelitian dalam pengontrolannya, maka beton-beton
dengan mutu lebih besar dari fc = 25 Mpa, fy = 240
Mpa, harus diaduk di tempat pekerjaan.
 Alat-alat tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara
dengan baik. Terutama container harus tetap bersih
dari material-material atau bekas-bekas beton yang
mengeras, dimana untuk itu Direksi akan melakukan
pemeriksaan dalam waktu-waktu tertentu, paling
tidak sebelum / sesudah pekerjaan pengadukan, beton,
alat tersebut harus dibersihkan.
 Beton harus diaduk di lapangan atau pada central
mixing plant, dengan alat-alat yang sesuai dimana
akan didapatkan hasil adukan yang homogen dimana
semen ditakar dalam jumlah zaknya maka harus
diusahakan sedemikian agar campuran terdiri dari
jumlah semen bulan dalam zak. Kapasitas maksimum
mesin pengaduk hendaknya tidak dilampaui.
 Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh daari 1
menit, dihitung dari saat tercampurnya semua bahan-
bahan termasuk air. Untuk mixer dengan kapasitas
lebih tinggi dari 1 m3 waktu minimum itu dapat
diperlama sesuai dengan ketentuan Direksi. Sebelum
waktu minimum itu dapat diperlama sesuai dengan
ketentuan Direksi. Sebelum waktu minimum
pengadukan itu berakhir tidak diperbolehkan
menghentikan mesin dan atas mengambil sebagian
isinya.
 Putaran mesin itu hendaknya selalu diperiksa agar
tetap kontinyu sesuai dengan rekomendasi dari
pabriknya.
 Pada permulaan pengadukan jumlah semen, pasir, dan
air dari adukan itu akan menempel pada dinding
container, karena itu hendaknya pada pengadukan
pertama diperhitungkan sedemikian sehingga hasil
dari adukan yang pertama itu jumlahnya semen, pasir,
dan air tidak kurang dari persyaratan yang
sebenarnya.
 Sebelum membuat adukan yang baru, adukan yang
lama harus seluruhnya telah dikeluarkan dari
container, harus selalu disediakan di tempat pekerjaan
sebuah ayau beberapa mixer yang selalu siap dapat
digunakan bila dibutuhkan antara lain dalam keadaan
dimana segera dibutuhkan antara lain dalam keadaan
dimana segera dibutuhkan adukan beton, untuk
mengisi kembali bagian-bagian yang rusak.
 Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai
mengeras tidak diperbolehkan beton di dalam keadaan
seperti itu, bila dianggap rusak harus
dibuang/disingkirkan dari tempat pekerjaan. Dimana
kekuatiran adanya keterlambatan dalam pengecoran
beton, pengadukan dapat dilanjutkan sampai 10 menit
kemudian.
 Untuk jangka waktu yang lebih lama yaitu 1,5 jam,
beton pada waktu-waktu tertentu harus dibalik-balik
seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
 Pengangkutan adukan dari tempat pengadukan ke
tempat pengecoran khusus dilakukan dengan cara-
cara dimana dapat dicegah segregasi dan kehilangan
bahan-bahan (air, semen, atau butir-butir halus).
 Cara pengangkutan adukan beton harus lancar
sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan
yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan
yang akan dicor.
 Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan
ke tempat pengecoran dengan perantara talang-talang
miring hanya dilakukan setelah disetujui oleh Direksi.
 Dalam hal ini Direksi mempertimbangkan persetujuan
penggunaan talang miring ini telah mempelajari usul
dari Kontraktor mengenai konstruksi, kemiringan, dan
panjang talang itu.
 Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor
dalam waktu satu jam setelah pengadukan air dimulai.
Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka
waktu itu dapat diperpanjang sampai dua jam, apabila
adukan beton digerakkan kontinyu secara mekanis.
 Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang
lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
penggunaannya harus seijin Direksi.

PENGECORAN BETON
 Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
perancah acuan pada pekerjaan persiapan yang
disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Direksi.
 Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat,
material, dan pekerjaan-pekerjaan harus ada di
tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam
keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
 Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah
dibersihkan dari bahan-bahan lepas, kotoran-
kotoran maupun potongan-potongan kawat besi.
Acuan yang terbuat dari kayu dan dimana
dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu,
kayu harus dibasahi terlebih dahulu oleh air
sehingga jernih.
 Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin
direksi mengenai penempatannya dan telah cukup
diberi beton deking sedemikian sehingga pengecoran
dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau
terlalu permukaan tulangan beton.
 Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud
memudahkan pelepasan acuan setelah beton
mengeras telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
 Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan
dengan beton yang akan dicor, harus terlebih dahulu
dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga
jernih.
 Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-
bidang kontak beton lama tersebut harus disapu
dengan spesi mortal dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya, atau diberi alur pengait beton
lama dan beton baru.
 Bilamana pengecoran yang akan dilakukan
diperkirakan sampai malam hari, perlengkapan-
perlengkapan penerangan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini telah dipersiapkan
dengan baik sebelumnya.
 Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah
selesai pengadukan dan sebelum beton mulai
mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit
sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan
bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton.
 Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang
sudah selesai dicor itu.
 Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5
meter, tidak diperkenankan menimbul beton dalam
jumlah banyak dalam suatu tempat dengan maksud
untuk kemudian meratakan sepanjang acuan.
 Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc =
25 Mpa, fy = 240 Mpa, atau beton-beton dengan
persyaratan yang lebih tinggi pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
 Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara
berlapis horisontal setebal 30 cm, menerus seluruh
panjangnya sampai dengan pengakhiran yang
disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi
khusus (Construction joinis) seperti terlihat pada
gambar rencana.
 Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol
keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuh
atau getaran yang dapat membahayakan daya
lekatnya beton.
 Slump test harus sering diadakan selama
pelaksanaan pekerjaan beton, untuk menjamin agar
nilai semen tetap sesuai dengan beton yang telah
diisyaratkan kecuali ditetapkan lain oleh Direksi
dengan mengingat cuaca pada waktu pengecoran
(kering atau lembab).
 Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan
SKSNI 1991.
 Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan
dengan pemadat (internal atau external vibrator)
mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara
pemadatan dengan tenaga manusia.
 Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari
memukul-mukul acuan dari sebelah luar, menjorok
dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinue
(hal ini sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi
pokok pemadatan).
 Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar
semua sudut-sudut dapat terisi, sela-sela diantara
dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa
menggeser kedudukan tulangan tersebut membuat
agar permukaan menjadi rata dan menjadi halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan
mengisi semua rongga.
 Harus juga diperhatikan agar
penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat memisahkan bahan-bahan
(segregation). Tenaga yang mengerjakan pekerjaan
ini harus telah banyak dan pekerjaan harus
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi. Alat pemadat
mekanis yang digunakan harus mampu memberikan
getaran paling tidak 5000 per menit (RPM).
 External vibrators harus diletakkan sedemikian pada
acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran
mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan
jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak
menyebabkan kerusakan alat lainnya.
 Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari
konstruksi yang disetujui oleh Direksi dan alat
penggetar yang dapat memberikan paling tidak 5000
getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau
pelat-pelat beton pemakaian eksternal vibrator yang
diletakkan pada acuan digunakan seijin Direksi.
 Internal vibrator digunakan dengan cara
memasukkan alat-alat penggetar ke dalam adukan
beton yang baru dicor. Alat tersebut harus paling
tidak memberikan 5000 getaran per menit bila
dimasukkan ke dalam adukan beton yang
mempunyai nilai slump 2,5 cm, yang akan
memberikan daerah yang kelihatan bergetar pada
radius kurang dari 45 cm.
 Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton
searah dengan as memanjang, sedalam menurut
perkiraan bahwa beton secara keseluruhan tingginya
telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-
lahan dan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
 Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi
yang lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak
diperbolehkan guna mendorong beton ke samping,
dan selanjutnya tidak boleh menumpu pada
tulangan.
 Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk
memadatkan beton harus cukup dan paling sedikit
seperti daftar di bawah ini : Jumlah minimum
internal vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat

4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6

Diharuskan untuk menyediakan alat internal


vibrator secukupnya agar apabila terjadi kerusakan
alat pekerjaannya tidak tertunda.

PERAWATAN BETON
 Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus
dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta
kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam
keadaan lembab dengan cara menutupi dengan
karung-karung basah, pasir basah, atau
menggenanginya dengan air.
 Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing
surface) selesai dan sesudah mengeras permukaannya
harus segera ditutup dengan karung-karung basah
atau bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan
agar tetap lembab dengan tiap kali menyiramnya
dengan air sampai beton mengeras dengan sempurna.
 Permukaan itu kemudian ditutup dengan pasir paling
tidak setebal 5 cm secepatnya hal ini memungkinkan.
Pasir ini harus dijaga agar tetap lembab untuk selama
paling tidak 14 hari dan dibiarkan demikian selama
21 hari.
 Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak
memakai bahan pembantu lainnya harus diusahakan
pembersihan untuk selama minimum 14 hari.
 Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai
sifat kekuatan awal paling tinggi, atau beton yang
menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan minimum
test kubus beton dari macam-macam yang sama dan
berumur 28 hari.
19. Pembongkaran Acuan dan Perancah
 Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk
dibuka kecuali dari direksi telah memberikan
persetujuannya. Direksi akan memperhitungkan
kekuatan kontruksi untuk menahan berat sendiri
dan dapat ditampung seluruhnya berdasarkan
kekuatan kubus test pada umur yang sama
dengan masa mulai selesainya pengecoran
sampai waktu pembongkaran acuan dan
perancah.
 Pada umumnya perancah dan acuan dapat
dibongkar setelah beton berumur 3 minggu.
 Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan
perancah akan dilakukan secepatnya maka
syarat-syarat minimum di bawah ini harus
dipenuhi.
 Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini,
ketentuan yang sama dalam SKSNI 1991 harus
diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan,
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam hal ini harus seijin Direksi.
 Pada pembongkaran acuan dan perancah harus
disaksikan oleh Direksi dan tempat-tempat yang
ternyata kropos tidak boleh segera ditutup semen
sebelum diadakan pemeriksaan.
PEMBESIAN
 Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya
menurut persyaratan yang disebut dalam bagian II
“Material”. Besi-besi tersebut hendaknya bersih, bebas
dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas,
gemuk, minyak, cat, lumpur, bahan-bahan aduk
ataupun bahan-bahan lain yang menempel.
 Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat
terlindung, ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan
dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena
cuaca.
 Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau
diluruskan secara hati-hati, terutama pada besi
tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
 Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali
Direksi menentukan lain, itupun harus dilaksanakan
dengan temperatur yang serendah mungkin yang
dapat dipakai dan dalam daerah yang seminimal
mungkin.
 Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada
gambar rencana, maka pembengkokan besi tulangan
harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali
diameter tulangan yang bersangkutan (untuk besi-besi
dengan sifat getas).
 Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan
gambar rencana dipegang teguh posisinya dan
didudukkan pada landasan yang dibuat dari adukan
semen dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran 1
pc : 3 pc, diikat antara sesamanya atau pada acuan
dengan kawat baja, atau cara-cara lain yang
memenuhi ketentuan Direksi.
 Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada
bahan metal, atau tulangan duduk langsung pada
acuan yang akan menyebabkan bagian besi nanti
langsung berhubungan dengan udara luar. Tulangan
juga tidak boleh duduk pada kayu atau partikel
koral/agregat.
 Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi
harus diberitahu dan dibiarkan waktu yang cukup
untuk melakukan pemeriksaan besi-besi tulangan.
 Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh
panjang yang dibutuhkannya. Sambungan yang
dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang
tertera pada gambar rencana, kecuali atas ijin dan
pengawasan Direksi.
 Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat
dengan tegangan maksimum dan sedapat mungkin
diselang-seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
 Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana
batang-batang saling memulai (over laping), diganjal
dengan potongan-potongan tulangan agar tidak saling
menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum
diduga tempat sambungan. Panjang sambungan harus
seperti yang diterangkan dalam gambar rencana.
 Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka
panjang sambungan lewatan (over laping) harus
sesuai dengan SKSNI 1991.
 Tulangan dengan kekuatan tinggi (baja keras) dan
tulangan-tulangan yang ditarik dalam keadaan dingin
tidak boleh dilas. Tulangan dengan mutu yang dapat
dilas, harus dilas dengan las listrik dan alat-alat yang
sesuai untuk itu atas sepengetahuan Direksi.
 Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari
satu las, kecuali pada tualngan spiral dan tempatnya
akan ditentukan oleh Direksi.
 Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar
rencana dan tidak atas kehendak Direksi dan dalam
hal kontraktor berpendapat lain, maka kontraktor
harus membuktikan bahwa las tersebut memang
diperlukan.
 Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih
dari minyak, karat atau bahan-bahan yang mudah
lepas lainnya yang akan mempengaruhi hasil las.
Sebelum dilaksanakan batang-batang harus ditahan
kuat agar setelah pengelasan selesai batang akan
terletak pada posisi yang dikehendaki lurus dan
penampungnya tidak menjadi berkurang.
 Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak
hendaknya dibuat sebaik mungkin agar aliran listrik
dapat mengalir dengan baik.
 Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli
di bawah pengawasan terus-menerus dari pengawas
yang ahli dalam bidang pengelasan.
 Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan
kokoh, tidak tampak tanda-tanda retakan, lubang-
lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa las, tonjolan yang
tidak perlu di sekitar penyambung las harus sesuai
dengan persyaratan pada SKSNI 1991.

Pekerjaan Beton tidak Bertulang


Adapun beton tidak bertulang (beton tumbuk) adalah K.100
dipergunakan antara lain:

 Lantai kerja konstruksi beton bertulang.


 Landasan atau umpk-umpak (neut) dari kosen-kosen
pintu kayu
 Pipa saluran air hujan yang terbuka setengah lingkaran
 Dan lain-lain pekerjaan dimana menurut syarat
pelaksanaan yang baik dan sempurna, menurut petunjuk
direksi harus dikerjakan dan dibuat dari beton tumbuk.

d) PEKERJAAN 1. Merapikan genteng lama


PENUTUP ATAP 2. Pasang genteng jatiwangi besar untuk perapian
e). PEKERJAAN 1. Memasang langit-langit gypsum board ukuran (120X240)
LANGIT-LANGIT tebal 9mm
2. Memasang langit-langit kalsiboard ukuran (120X240)
tebal 3,5mm untuk tritisan
3. Pasang list langit-langit gypsum

f). PEKERJAAN 1. Pemasangan Kloset duduk mono blok


SANITASI 2. Pemasangan kloset jongkok
3. Pemasangan floor drain
4. Pemasangan kran diameter 3/4” untuk air bersih
5. Pemasangan pipa pvc diameter ¾” untuk air bersih
6. Pasang ember dan gayuh untuk air bersih
7. Pasang kran Otomtis untuk tandon
8. Pasang mesin pompa air sistem dorong untuk tandon

g). PEKERJAAN BESI 1. Pemasangan Railing tangga dengan besi Stainless Steel
DAN diameter 2" dan 1"
ALUMINIUM 2. Pasang Pengaman ruangan dengan besi stainless steel
diameter 2” dan 1”
3. Pemasangan rangka besi hollow 1x40.40.0,6 mm, modul
60 x 60 cm, plafon
4. Pasang Ornamen Alluminium Composite Panel (ACP)
- Pasang rangka besi hollow 50x50x2mm
- Pasang Ornamen Alluminium Composite Panel (ACP)
4. Pemasangan kusen alumunium
5. Pemasangan daun pintu dan jendela kaca aluminium
6. Pemasangan pintu alumunium strip lebar 8cm km/wc
7. Pasang rangka Hollow untuk partisi 40x40x0,6mm
8. Pasang Lantai ruang arsip dengan konstruksi baja IWF
- Pasang besi IWF 200x100x5,5x8 mm (lengkap)
- Pasang besi IWF 150x75x5x7 mm (lengkap)
- Pasang skur/plat rip segitiga IWF 200x100x5,5x8
mm(lengkap)
- Pasang plat landasan tebal 8 mm
- Pasang Angkur, mur, baut dan kelengkapannya
- Pasang Papan Kayu 3/20 cm kayu bengkirai
- Pasang karpet lantai
h). PEKERJAAN 1. Pemasangan kunci tanam pintu 2 kali putar
KUNCI, KACA 2. Pemasangan kunci tanam pintu 2 kali putar untuk km/wc
DAN ASSESORIS 3. Pemasangan engselpintu
4. Pemasangan engsel pintu sleding geser (lengkap)
5. Pemasangan engsel jendela
6. Pemasangan kait angin
7. Pemasangan kunci slot
8. Pemasangan handle jendela
9. Pemasangan handle pintu
10. Pemasangan kaca tebal 8 mm
11. Pemasangan Kaca warna stopsol tebal 8mm

i). PEKERJAAN 1. Pekerjaan lantai menggunakan ubin granitile dengan


PENUTUP ukuran 60x60 warna dengan kwalitas baik dan
LANTAI DAN mendapat persetujuan direksi
DINDING 2. Pekerjaan Pemasangan lantai menggunakan keramik
dengan ukuran 25x25 warna untuk km/wc dengan
kwalitas baik dan mendapat persetujuan direksi
3. Pekerjaan Pemasangan dinding menggunakan keramik
dengan ukuran 25x40cm warna untuk km/wc dengan
kwalitas baik dan mendapat persetujuan direksi
4. Pekerjaan lantai menggunakan keramik dengan ukuran
40x40 warna untuk teras dengan kwalitas baik dan
mendapat persetujuan direksi
5. Keramik dan granit yang dipasang sudah melalui proses
pemilihan/seleksi yang mana bentuk dan ukuran sama,
tidak ada bagian gempil/cacat, retak dan mendapat
persetujuan direksi secara tertulis (dengan lapisan arus
minimal 2 mm)
6. Setelah keramik terpasang, nad-nadnya harus betul-betul
lurus, bidang permukaan lantai keramik harus rata
waterpass dan tidak ada bagian yang bergelombang.
7. Setelah pemasangan keramik selesai dengan rapi dan
telah dilaporkan kepada direksi untuk pemeriksaan dan
persetujuannya kemudian dilakkukan pengecoran lobang
antara masing-masing unit dengan menggunakan semen
yang sesuai dengan warna keramiknya.
8. Seluruh permukaan lantai harus dibersihkan sehingga
permukaan keramik bebas dari noda-noda semen dan
seluruh permukaan menjadi bersih dan rata
i). PEKERJAAN 1. Memasang closet duduk
SANITASI 2. Pemasangan floordrain
3. Pemasangan kran diameter ¾
4. Pemasangan pipa PVC tipe AW diameter ¾ untuk air
bersih
5. Pemasangan pipa PVC tipe AW diameter 3” untuk air
kotor
6. Pemasangan pipa PVC tipe AW diameter 4” untuk air
limbah
7. Pasang ember air plastik beserta Gayung
8. Pasang assesoris/pegangan stainlesteel diameter 2"
9. Pasang Tandon Air fiber kapasitas 300lt
10. Pasang Kran Otomatis untuk tendon
11. Memasang Mesin Pompa Air "sistem Dorong" untuk
tendon

j). PEKERJAAN 1. Pengecatan Plafond dengan cat sekualitas Mowilex 3X


PENGECATAN sampai baik menurut penilaian
2. Pengecat Tembok Baru dengan cat sekualitas mowilex
luar ruangan minimal tiga kali sampai baik menurut
penilaian

k). PEKERJAAN 1. Pemasangan jaringan Intalasi listrik sebagai berikut :


INSTALASI LISTRIK a. Instalasi lampu listrik dikerjakan secara tertanam
(ingebouwb) dan digunakan schakelar serta stop
kontak tanam dari ebonite berwarna putih sekualits
merk Broco.
b. Pemasangan lampu TL RMI 2x18 watt sekualitas philip
c. Semua lampu-lampu harus dilengkapi dengan bolam
SL 11 watt beserta fitting, lampu sekualitas philips
bergaransi minimal 1 tahun.
d. Pelaksanaan dari pekerjaan listrik harus dilaksnakan
oleh badan usaha yang telah terdaftar sebagai
instalator yang telah mendapatkan pengesahan dari
PLN
e. Banyaknya lampu dan stopkontak periksa dalam
gambar bestek terlampir.
f. Instalasi tersebut dilengkapi dengan dak standart dan
zekeringkastnya yang sesuai dengan banyaknya lampu
dan stopkontak.
g. Saluran instalasi tersebut harus disesuaikan dengan
tegangan baru 220 volt.
h. Instalsi penyambungan aliran arus listrik tidak
termasuk dalam pekerjaan ini.
i. Instalasi listrik harus menggunakan kabel yang bisa
distandarisir oleh Perusahaan Umum Listrik Negara.
j. Kabel-kabel listrik sebelum dipasang harus
ditunjukkan kepada konsultan pengawas dan PTP
terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.
k. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang disebutkan VDE/DIN dan peraturan
Umum Instalasi Listrik yang dikeluarkan oleh PLN.
l. Penilaian baik terhadap hasil pekerjaan diputuskan
oleh hasil pemeriksaan direksi.
m. Pemborong diwajibkan menyediakan gambar-gambar
kerja (shop drawing) dan gambar hasil akhir
pemasangan gambar revisi sesuai dengan standart PLN
setelah terlebih dahulu disetujui direksi.
n. Untuk instalasi listrik/titik lampu/stop kontak bisa
digunakan kabel jenis dan ukuran sesuai dengan
gambar serta memenuhi persyaratan untuk tegangan
220 volt.
o. Stop kontak dan schakelar digunakan merk dan
kwalitas yang baik dan disetujui oleh direksi. Dipasang
pada ketinggian 1,50 m dari muka lantai.
p. Semua untuk setiap group dipasang dengan ukuran
minimal 1,5 m.
2. Kabel dan lampu.
a. Kabel sebelum dipasang harus ditest dengan merger
1000 volt dan tahanan harus 50 M ohm, sesudah
dipansang harus sama tahanannya.
b. Untuk instalasi penerangan pada setiap lantai
digunakan kabel NYM (SPLN 251) ukuran minimal
1,5 mm dengan cara diklem pada kerangka langit-
langit tiap jarak 30 cm, klem tersebut dari PVC (klem
khusus untuk NYM).
c. Penyambungan kabel ditempat-tempat yang
diperlukan dilakukan didalam doos bakelite yang
dilengkapi penyambung jepit/sekrup.
d. Kabel didalam dinding harus dilindungi dengan pipa
PVC sebesar maksimal diameter ¾ “ dimana sebelum
diplester pipa tersebut harus diklem pada dindig kuat-
kuat, klem khusus dari plat besi, dilengkapi tule pada
ujung-ujung pipa.
e. Pemasangan kabel wiring dari panel hingga
persakelar, stop kontak dan armatoor.
f. Penyambungan kabel didalam armatoor
mempergunakan kurtien/kontak sekrup.
g. Penyambungan kabel harus dilebihkan panjangnya
seperlunya, tidak boleh pas.
h. Dalam ruang kerja lampu yang dipergunakan adalah
lampu watt dalam negeri dengan daya untuk sesuai
dengan gambar, sedangkan stop kontak dan schakelar
dengan merk Broco. Khusus untuk selasar dan
emperan diguanakan lampu pijar merk Philips.
3. Saklar
a. Saklar dipasang inbouw pada dindidng dengan
menggunakan doos PVC pada kolom beton atau
dinding tembok, dan pada dinding partisi
menggunakan logam.
b. Saklar rata-rata dipasang pada dinding dekat pintu
dibawah kaca atau sesuai petunjuk gambar.
4. Stop kontak
a. Digunakan stop kontak inbouw 250 volt 15 ampere,
dilengkapi tutup putar dan kawat pentangan warna
putih, dipasang dalam doos dengan syarat seperti doos
schaklar di atas.
b. Pemasangan setinggi 30 cm dipermukaan lantai
kecuali ruangan-ruangan dilantan bawah setinggi 150
cm.
c. Kabel stop kontak menurun dari atas plafond kebawah
melalui pipa PVC diameter ¾” dalam kolom,
kemudian baru dimasuki dinding partisi. Sistem
pentangan dihubungkan sampai ke pentangan panel
yang bersangkutan dimana selanjutnya akan
dihubungkan dengan pentangan dipanel utama.
d. Pemasangan fuse box/sekreng dan MCB 3 fase 20 A
e. Pemasangan kabel NYM 3x2,5mm untuk instalasi Ac

l). PEKERJAAN 1) Pemasangan Sambungan Baru Jaringan Air Bersih (PDAM)


LAIN-LAIN 2) Pemasangan Sambungan Baru Jaringan PLN 33000 KVa (3
Phase)
3) Pasang AC 2 PK
m). BAHAN BAHAN 1. Ketentuan umum
DAN ALAT a. Semua bahan yang diperlukan harus dengan ketentuan
PBI 1971 atau ketentuan yang sudah dianjurkan dalam
bidang pembangunan pada umumnya.
b. Semua bahan-bahan atau perlengkapan yang dipasang
atau dikerjakan dalam pembangunan ini harus seijin
dengan direksi.
c. Bahan alat-alat dan perlengkapan yang telah dibeli oleh
pemborong untuk pekerjaan ini diletakkan pada tempat
yang mudah diperiksa oleh direksi. Untuk pemborong
wajib mempersiapkan segalanya agar pemeriksaan
tersebut terlaksana.
2. Air untuk bangunan
Air untuk bangunan, air yang digunakan haruslah air
tawar yang bersih dan bebas dari mineral, zat organik,
bebas lumpur, larutan air kali dan lain-lain.

3. Untuk beton struktur dipakai semen sekwalitas yang


memenuhi persyaratan NI8.
4. Pasir, split dan bekesting
a. Pasir harus bersih, bebas kotoran, tercuci
b. Split harus pecahan dan bebas dari kotoran.
c. Kayu bekesting dari kayu, sedemkian rupa sesuai
dengan PBI-1971, kuat dan cukup tebal sehingga
gejala melengkung tidak terjadi.
5. Semua bahan dipakai dalam pekerjaan ini dapat bersifat
pabrikasi yang dimaksud adalah sekwaliltas, semua bahan-
bahan yang bersifat pabrikasi besi pipa stainleesteel/PVC
dimensi yang dipakai sesuai yang ada dan beredar
diperdagangan umum, toleransi sesuai yang tertera di SII
(Standart Industri Indonesia).
n). PEMERIKSAAN a. Sebagai peraturan dalam pelaksanaan ditetapkan bahwa
BAHAN-BAHAN sebelum mengerjakan bahan-bahan yang dimaksud,
pemborong harus memberikan contoh-contoh lebih dulu
kepada direksi.
b. Semua bahan-bahan yang ditolak oleh direksi karena
menurut pendapatnya kurang/tidak memenuhi syarat-
syarat, maka dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam
terhitung mulai saat penolakan, harus telah disingkirkan
keluar dari halaman pekerjaan atas biaya pemborong.
c. Jika pemborong tidak menaati tersebut ayat 2 ini, bahan-
bahan yang ditolak direksi tersebut akan diangkut keluar
oleh direksi atas biaya pemborong. Sedang jika bahan-
bahan / barang-barang tersebut ada yang rusak atau
hilang, menjadi resiko pemborong.
d. Pemeriksaan bahan-bahan didasarkan atas pemeriksaan
umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada
penyelenggaraan lain dalam bestek.
e. Untuk bahan-bahan beton bertulang didasarkan atas
peraturan beton bertulang untuk Indonesia 1971.
f. Semua bahan-bahan yang telah ada dalam pekerjaan dan
telah diterima baik dari direksi, tidak boleh dipindah-
pindahkan, ditukar atau diangkut ketempat lain, tanpa
ijin tertulis dari direksi.
o). LAIN-LAIN g. Semua bahan-bahan dan alat perlengkapan yang akan
diperoleh atau dipasang pada bangunan ini sebelum
dipergunakan harus diperikasakan dan diluluskan oleh
direksi
h. Pemasangan dan penggunaan yang tidak sesuai dengan
syarat-syarat tersebut akan ditolak atau dikeluarkan atas
perintah direksi dengan segala resiko pemborong
i. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas
bahan maka biaya pemeriksaan ditanggung pemborong
j. Meskipun dalam bestek ini Pada uraian pekerjaan dan
urutan bahan tidak dinyatakan tetapi disebutkan dalam
penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) mengenai suatu
bagian pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Penyedia
Barang/Jasa, maka bagian pekerjaan tersebut dianggap
ada dan dimuat dalam bestek ini
k. Pekerjaan yang nyata menjadi bagian dari pekerjaan
bangunan ini. Tetapi tidak diuraikan dan tidak dimuat
dalam bestek ini tetap diselenggarakan dan diselesaikan
oleh Penyedia Barang/Jasa

Anda mungkin juga menyukai