Pasal 5
PEKERJAAN BETON BERTULANG
5.1. Lingkup Pekerjaan
Beton bertulang dengan perbandingan 1 PC : 2 PS : 3 Kr dengan Beton Mutu f’c = 14,5 MPa (K 175)
dibuat untuk :
5.1.1. Poer, Sloof, Kolom praktis, Ring Balk.
5.1.2. Tempat-tempat yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar rencana.
5.2. Persyaratan Bahan
5.2.1. Semen
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI - 8 tahun 1972 dan memenuhi S - 400
menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8
tahun 1972).
Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak
diperkenankan pemakaiannnya sebagai bahan campuran.
Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar
semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan
tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen
yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
5.2.2. Pasir beton.
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur
dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam SK SNI 1991.
6.3.3. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai gambar, dengan
syarat :
Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus dilakukan dengan
benang.
Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 30
cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
6.3.4. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata di atasnya harus berbeda setengah panjang bata.
Bata setengah tidak dibenarkan digunakan di tengah pasangan bata, kecuali pasangan pada
sudut.
6.3.5. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan tidak
tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat-tempat tertentu sesuai
gambar diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan dengan tebal dinding.
6.3.6. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam dinding, harus dibuat pahatan
secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester ). Pahatan tersebut setelah dipasang
pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna,
dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.
6.3.7. Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat harus diberi
perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok dengan sesuatu penutup yang sesuai
(plastik). Dinding yang telah terpasang harus diberi perawatan dengan cara membasahinya
secara terus menerus paling sedikit 7 hari setelah pemasangannya.
.
Pasal 7
PEKERJAAN PLESTERAN
7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata
7.2. Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal beton bertulang.
7.3. Pedoman Pelaksanaan
7.3.1. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
Dinding dibersihkan dari semua kotoran
Dinding dibasahi dengan air
Permukaan beton yang diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat merekat dgn baik.
Rencana Kerja Dan Syarat - Syarat
(dengan Pascakualifikasi)
7.3.2. Adukan plesteran pasangan bata dipakai campuran 1 PC : 3 PS.
7.3.3. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan tidak
diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal. Ketebalan yang diperbolehkan
berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya
diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang yang
digerakkan secara horizontal dan vertikal.
7.3.4. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaikinya secara
keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat
bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
7.3.5. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak permulaan
plesteran.
7.3.6. Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap selesai dipasang
dan setelah pipa-pipa listrik selesai dipasang.
Pasal 8
PEKERJAAN RANGKA ATAP
Pasal 11
PEKERJAAN LANTAI
11.1. Lingkup Pekerjaan
11.1.1. Lantai bangunan menggunakan cor beton campuran 1 : 2 : 4.
11.2. Persyaratan Bahan
11.2.1. Semen
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI - 8 tahun 1972 dan memenuhi S - 400
menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8
tahun 1972).
Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak
diperkenankan pemakaiannnya sebagai bahan campuran.
Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar
semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan
tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen
yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
11.2.2. Pasir beton.
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur
dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam SK SNI 1991.
11.2.3. Split/Batu Pecah.
Split/Batu Pecah ukuran 2/3 cm yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam SK SNI 1991. Penimbunan
bahan Split/Batu Pecah dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak
tercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.
11.2.4. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
11.2.5. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan untuk lantai adalah perbandingan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.
Pasal 12
PEKERJAAN PINTU, KUNCI
12.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Kozen pintu, jelusi dan pasangan panil pintu, jendela, dan jelusi. Pekerjaan pengunci dan
penggantung dipasang pada semua daun pintu dan jendela, selanjutnya pada pintu dan jendela dipasang
engsel.
12.2. Persyaratan Bahan
132.2.1. Kozen pintu, jendela dan jelusi dibuat dari kayu Ulin 5x10 cm dengan ukuran kayu dipasaran
berkualitas baik dan tidak cacat.
12.2.1. Daun pintu panil, dibuat dari kayu klas II (disesuaikan dengan gambar/penawaran) berkualitas
baik dan tidak cacat.
12.2.2. Kaca untuk jendela dibuat dari kayu plepek/k. keras dengan kaca bening tebal 5 mm,
disesuaikan dengan gambar detail. Pasangan kaca harus memperhatikan muai susut baik dari
kozen, maupun bahan kaca tersebut.
12.2.3. Engsel-engsel pintu digunakan dengan jenis kupu-kupu 4” atau yang setara dengan RCH,
warna Kuning. Kunci pintu tanam.
12.3. Pedoman Pelaksanaan
12.3.1. Kozen pintu, jendela, jelusi, daun pintu panil, bingkai jendela dan jelusi disyaratkan agar
Penyedia jasa konstruksi memesan langsung pada tempat khusus pembuat pintu atau toko
meubel. Tidak dibenarkan Penyedia jasa konstruksi membuat sendiri di lapangan pekerjaan.
12.3.2. Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar, ikatan perkuatan harus menggunakan
pen kayu keras yang sebelumnya bidang sambungan ini harus dilumuri dengan lem kayu, agar
sambungannya dapat melekat dengan baik.
12.3.3. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 ( dua ), warna disesuaikan atau atas persetujuan
direksi, yang berkualitas baik.
12.3.4. Engsel pintu dipasang 3 (tiga) buah setiap lembaran daun pintu dan 2 (dua) buah pada setiap
lembar daun jendela. Pemasangan dilakukan dengan mur khusus untuk pintu, tidak
dibenarkan melengketkan engsel ke pintu dan ke kusen dengan menggunakan paku.
Penguncian mur harus dilakukan dengan memutarnya dengan obeng, sehingga seluruh
batang masuk dan menempel kuat ke kayu yang dipasang.
12.3.5. Untuk alat-alat tersebut di atas sebelum dipasang Penyedia Jasa Konstruksi wajib
memperlihatkan contoh terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan Direksi atau Pemberi
Tugas.
............................................
Direktur