Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS DAN RKS

PEKERJAAN : REHAB GEDUNG LAPAS KLS III SAROLANGUN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

SUMBER DANA : APBN

LOKASI : KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

TAHUN ANGGARAN : 2023

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS III SAROLANGUN


KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

TAHUN ANGGARAN
2023

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


RKS ( RENCANA KERJA DAN SYARAT )
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Direksi Keet dan Barak Pekerja
1.1. Pemborong diwajibkan membuat/menyediakan Barak pekerja, gudang dan ruang Direksi yang
pantas, cukup luas dilokasi pekerjaan dan tidak menempel pada bangunan yang sudah ada,
lengkap dengan peralatan yang diperlukan antara lain :
 Panel untuk menempel gambar kerja
 Meja untuk menggambar dan membeberkan gambar
 Lemari untuk menyimpan arsip
 Satu set meja kursi
 Papan tulis
 Peralatan tulis menulis kantor (mesin tik, pena, kertas dan sebagainya)
1.2. Pemborong wajib menyediakan akomodasi untuk pekerjanya.
1.3. Pemborong Harus menyediakan penerangan yang cukup.
1.4. Tempat dan luas dari bangunan ini ditentukan dengan persetujuan Direksi.
1.5. Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan dan berikut perlengkapannya.

1.2. Pembuatan Papan Nama Kegiatan


a. Pembuatan papan nama harus mendapat persetujuan Direksi untuk menentukan bahan, kata-kata ,
warna dan ukuran.
b. Pemasangan papan nama harus dapat terlihat oleh umum secara jelas.

1.3. Menentukan Titik Nol, Ukuran-Ukuran dan Bouplank


a. Sebelum pekerjaan dimulai, Direksi menentukan terlebih dahulu titik nol atau peil bangunan yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
b. Titik harus ditempatkan pada suatu tempat yang tidak akan terganggu selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.
c. Ukuran pokok dapat dilihat pada gambar konstruksi, sedangkan ukuran lain yang tidak tercantum
dalam atau kurang jelas akan ditentukan oleh Direksi.
d. Apabila terdapat perbedaan antara gambar dan persyaratan teknis ini, maka sebelum dilaksanakan
harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi.
e. Ukuran dalam detail lebih mengikat dari gambar lainnya.
f. Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemborong diwajibkan membuat gambar kerja yang akan
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Direksi.

1.4. Penyetokan Material dilokasi


a. Sebelum melakukan pekerjaan kontraktor harus meminta rekomendasi kepada direksi untuk
pemesananan material yang akan digunakan, akan diambil dari quari mana, dan dimana material
akan ditumpuk dilokasi kegiatan, agar mudah untuk dicek dan dan tempat penumpukannya tidak
menggangu aktifitas dilapangan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


b. Kontraktor harus mengecek material yang sudak distok agar sehingga sudah memenuhi persyaratan
untuk digunakan sebagai bahan kerja.
c. Seluruh material yang akan digunakan harus terlebih dahulu dicek oleh pihak direksi untuk
memastikan bahan layak digunakan atau tidak.
d. Semua bahan stok yang diambil dari pabrikasi harus disertai sertifikat Setandar Nasional
Indonesia/SNI petunjuk-petunjuk pelaksanaanya, dan spesifikasinya.
e. Apabila semua material yang sudah distok tidak memenuhi persyaratan, maka kontraktor wajib
mengembalikan material tersebut dan menggantinya dengan material yang lain yang memenuhi
persyaratan atas persetujuan direksi.
f. Segala biaya yang diakibatkan oleh pengembalian material ditanggung oleh kontraktor

1.5. M a t e r i a l
a. S e m e n
Semen yang diapakai adalah Portland Composit Cement (PCC) berkualitas sesuai dengan Standart
Industri Indonesia (SII). Semen yang digunakan harus semen yang baru dan tidak ada bagian
membatu, semen yang membatu dalam kantong baik sebagian maupun seluruhnya sama sekali
tidak boleh digunakan.
Apabila Direksi menganggap atau meragukan mutu semen tersebut tidak baik harus segera
dikeluarkan dari lokasi, dan dilakukan pengadaan semen kembali sesuai dengan ketentuan SNI dan
atas persetujuan pihak direksi.

b. B a t u
Batu untuk pasangan berasal dari batu kali, keras, padat dan bersih dari segala kotoran. Batu
diperoleh dari tempat pengambilan yang telah disetujui Direksi.
Apabila pihak direksi menganggap material yang ada kurang baik maka kontraktor wajib mengganti
dengan matrial yag baik atas persetujuan direksi pekerjaan.

c. Koral/krikil (agregat kasar)


Koral atau krikil untuk pekerjaan beton yang akan dipakai harus sesuai dengan persyaratan PBI 71
atau ASTM. Koral atau krikil harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpasir, tidak mengandung
Lumpur melebihi dari 1 % (satu persen).
Apabila pihak direksi menganggap material Koral/krikil (agregat kasar) kurang baik maka kontraktor
wajib mengganti dengan matrial yag baik atas persetujuan direksi pekerjaan.

d. P a s i r
Pasir pasangan harus berbutir tajam, keras dan bersih serta tidak mengandung debu, Lumpur atau
kotoran sesuai dengan PBI 7.
Tidak diperkenankan memakai pasir urug untuk pekerjaan pasangan.
Pasir dengan kadar garam tinggi (berasal dari laut) untuk adukan tidak diperkenankan sama sekali.
Apabila pihak direksi menganggap material Koral/krikil (agregat kasar) kurang baik maka kontraktor
wajib mengganti dengan matrial yang baik atas persetujuan direksi pekerjaan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


e. B e s i B e t o n
Besi beton yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI 71, ukuran-ukuran besi beton
harus sesuai dengan yang tertera dalam gambar.
Besi beton harus bersih dari kotoran-kotaran karat, minyak dan tidak boleh mempunyai cacat seperti
serpih, retak dan gelembung
Besi beton harus berdiameter sesuai dengan yang tertulis pada merek besi.
Apabila merek besi tidak setandar/sesuai dengan ukuran yang ada pada merek besi maka kontraktor
wajib mengganti atas persetujuan direksi.

f. Kawat Beton
Kawat pengikat besi beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm.
Kawat harus bersih dari karat dan kotoran.

g. A i r
Pemborong wajib menyediakan air kerja untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
Air yang digunakan untuk pekerjaan adukan harus bebas dari Lumpur dan tidak mengandung bahan
organik, akali, garam maupun hal-hal yang tidak baik, jika meragukan Direksi berhak memerintahkan
untuk memeriksa air yang dipakai kelaboratorium.
Dan apabila air tidak memenuhi standar kontraktor wajib mengganti bahan air sebagai bahan adukan
atas perintah pihak direksi.

h. Penggunaan bahan-bahan yang tidak tercantum dalam persyaratan ini harus mendapat persetujuan
dari Direksi.

2. PEKERJAAN TANAH DAN PEMBERSIHAN LAHAN


2.1 Galian Tanah
a. Galian tanah dilaksanakan pada semua bagian dari wilayah pekerjaan yang masuk dalam tanah dan
semua bagian tanah yang harus dibuang.
b. Galian tanah harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik mengenai lebar, panjang,
dalam, kemiringan dan sebagainya.
c. Kemiringan galian harus mempertimbangkan sifat tanah, untuk menghindari longsor, lebar dasar
galian dibuat ruang bebas, diperlukan untuk memudahkan pekerja dalam melakukan pekerjaan.
d. Tanah bekas galian harus ditempatkan pada daerah yang tidak menggangu jalannya pekerjaan,
kelebihan tanah galian yang tidak dipakai untuk timbunan harus dikeluarkan/diangkat dari lokasi
pekerjaan.
e. Untuk galian dibawah air atau dibawah permukaan air tanah harus digunakan kisdam/Pengeringan.
f. Untuk galian tanah gambut yang mengandung pasir dan air harus menggunakan mesin sedot air
(Water Pump) dan galian dilakukan seksama agar galian tidak melebar karena pengaruh sifat tanah
dan air.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


g. Kontraktor harus menjaga pada waktu pelaksanaan pekerjaan agar lubang galian tidak digenangi air
yang ditimbulkan oleh hujan ataupun yang dikeluarkan dari mata air. Kalau lubang galian digenangi
air, maka kontraktor harus mengeluarkan dengan jalan memompa, menimba ataupun mengalirkan
lewat parit-parit pembuang.

2.2 T i m b u n a n
a. Sebelum Kontraktor Melakukan Pekerjaan Di atas Lahan yang telah di tentukan, kontraktor harus
menimbun lokasi pekerjaan sesuai dengan rencana.
b. Timbunan dilaksanakan semua pada bekas lubang galian, semua bagian yang harus ditinggikan
dengan jalan menimbun, urugan tanah dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang ditetapkan,
juga termasuk pertanaman dan penyelesaian tanah halaman dan sekitarnya.
c. Semua bahan timbunan (didatangkan) harus disetujui oleh Direksi yang dihamparkan dalam lapisan-
lapisan dengan ukuran per lapis 15 cm dan dipadatkan dalam keadaan cukup basah (kalau perlu
diberi air secukupnya), Pemadatan dilakukan dengan pemberat yang ditentukan oleh Direksi.
d. Bahan-bahan timbunan yang berisikan tumbuh-tumbuhan lapuk, bahan-bahan organik serta galian
yang dapat membusuk lainnya, atau batu-batu besar yang berdiameter lebih dari 100 mm tidak boleh
digunakan untuk timbunan.
e. Bilamana timbunan lokal yang sesuai tidak tersedia cukup, maka kekurangan harus ditambah
dengan timbunan yang didatangkan dengan bahan yang disetujui Direksi yang harus diusahakan
kontraktor dan dibawa kelokasi.

2.3 Pembersihan Lahan


a. Pembersihan lahan lokasi pekerjaan merupakan pembersihan semak belukar yang harus ditebas.
b. Perataan Tanah lokasi pekerjaan yang kurang dari 30 cm kontraktor wajib melakukan land clearing.
c. Tidak diperkenankan menebang pohon dengan diamater batang lebih besar dari 15 cm tanpa seizin
Direksi, kecuali pohon tersebut terletak dilokasi yang akan dibangun.
d. Sampah dan bahan buangan lainnya hasil dari pembersihan lahan harus dibuang pada tempat
pembuangan yang telah ditentukan.
e. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk kisdam/pengeringan Jika
Diperlukan.
f. Jika Harus ada Air yang dibuang dalam Pekerjaan ini tidak boleh menimbulkan gangguan pada
fasilitas umum yang sudah ada serta tidak boleh mengganggu jalannya pekerjaan.
g. Tanaman tumbuh yang masih dapat digunakan harus dipindahkan sebelum melakukan
pembersihan atas persetujuan direksi.

3. PEKERJAAN PASANGAN
3.1 Pasangan Batu Kali
a. Sebelum melakukan pasangan batu kali, galian yang sudah disiapkan dan telah disetujui direksi,
ditimbun dengan pasir urug, kemudian batu kosong disusun terlebih dahulu sepanjang galian
dengan dimensi batu 15 cm s/d 25 cm.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


b. Setelah selesai penyusunan batu kosong yang telah disetujui oleh direksi selanjutnya pasangan
batu kali boleh dipasang.
c. Untuk menggunakan pasangan batu, mengenai tinggi dan tebalnya pasangan sesuai dengan
gambar.
d. Sebelum pasangan batu kali dikerjakan harus mendapat persetujuan Direksi dan begitu pula
dimensi kualitas batu yang dipasang harus disetujui Direksi.
e. Batu untuk pekerjaan pasangan harus dipasang satu demi satu dan diberi perekat diantaranya, tidak
diperkenankan adanya batu yang saling menyinggung.
f. Untuk Saluran Air pasangan batu kali yang dipasang adalah 1 : 2

3.2 Plasteran
a. Sebelum melakukan plasteran, permukaan pasangan harus disiram pakai air
b. Gunakan benang per 1 m’ agar permukaan terkontrol ketebalan dan kerataan permukaanya.
c. Bahan yang digunakan harus bersih, dan harus melalui persetujuan direksi.
d. Plasteran Harus diperhitungkan Benar benar rata, Tidak boleh menggelombang
e. Seluruh permukaan pasangan Yang terlihat Harus Diplester dan diaci
f. Plasteran yang dianjurkan pada pekerjaan ini adalan plasteran dengan tebal 1.5 cm

Bahan bahan yang digunakan pada pekerjaan pasangan harus bermutu baik dan bersih
diantaranya:
1. Semen
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan pasangan harus mempunyai kualitas yang sama
dengan pekerjaan beton. Semen yang digunakan adalah setara dengan semen padang.
2. Pasir
 Pasir untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi persyaratan P.P.B.B-N.I.3
 Pasir harus bersih dari segala jenis kotoran seperti ranting kayu, daun-daunan.
 Butiran pasir harus padat dan tajam seperti kualitas pasir untuk pekerjaan beton.
3. Air
 Air yang digunakan sama seperti untuk pekerjaan beton
 Tidak diperkenankan dari sumber air laut dan rawa yang pekat (banyak mengandung
asam)
4. Batu kali
 Batu kali yang dipakai harus mempunyai permukaan kasar/tidak licin, isinya padat/keras
dan tidak retak serta mempunyai berat maksimal.
 Batu kali harus berukuran antara 15 s/d 25 cm.
5. Batu Bata
 Batu bata yang digunakan adalah batu bata tanah liat biasa, produksi lokal dengan
ukuran standar sesuai persetujuan direksi.
 Pembakaran bata harus sempurna, sisi bata harus mulus tanpa retak dan tanpa bercak
campuran kotoran
 Ukurannya harus seragam,tidak boleh bervariasi dan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


 Kerusakan akibat pengangkutan tidak boleh melebihi 20 %
 Apabila kerusakan mencapai 20% maka dapat dikategorikan batu bata tersebut tidak
baik. Dan harus diganti atas persetujuan direksi

6. Ketentuan lain pada pekerjaan pasangan


 Campuran 1 PCC : 2 PSR Untuk Trasram
 Campuran 1 PCC : 4 PSR Untuk Pasangan Dinding
 Cara Mengaduk harus dilaksanakan dengan concrete mixer (mesin molen)
 Adukan yang mulai mengeras sebelum pasangan tidak boleh digunakan, harus dibuang
ditempat yang ditentukan.
 Ketentuan yang tidak terdapat dalam spesifikasi ini harus melalui persetujuan direksi.

4. PEKERJAAN BETON
Beton harus merupakan campuran dari semen, pasir, agregat kasar dan air,Dengan perbandingan adukanya
sesuai dengan mutu beton yang ditetapkan. Dalam spesifikasi ini beton yang digunakan adalah :
4.1 Beton yang dipakai dalam spesifikasi ini adalah :
1. Beton Mutu fc 7,4 MPa (K100) adalah dari semen, pasir, agregat kasar dan air dengan ketentuan
per M3 betonnya adalah :
4.1. Semen : 247 kg  247/50 = 5 zak semen
4.2. Pasir Beton : 869 kg  869/1400 = 0.621 m3
4.3. Agregat Kasar : 999 kg  999/1350 = 0.74 m3
4.4. Air : 215 liter
Catatan :
a. Berat isi Pasir : 1400 kg/m3
b. Berat Isi agregat : 1350 kg/m3
c. Bacling factor pasir : 20 %

2. Beton mutu fc 19,3 MPa (K225) adalah dari semen, pasir, agregat kasar dan air dengan ketentuan
per M3 betonnya adalah :
a. Semen : 371 kg  276/50 = 5.5 zak semen
b. Pasir Beton : 698 kg  698/1400 = 0.499 m3
c. Agregat Kasar : 1047 kg  1012/1350 = 0.776 m3
d. Air : 215 liter
Catatan :
a. Berat isi Pasir : 1400 kg/m3
b. Berat Isi agregat : 1350 kg/m3
c. Bacling factor pasir : 20 %

Hasil akhir pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan dan
sifat-sifat lain sebagaimana yang dipersyaratkan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


Bahan yang digunakan harus sudah dicek dan dipastikan sudah tidak mengandung kotoran dan air yang
mengandung asam dan karat.

Apabila bahan ditemukan belum memenuhi persyaratan maka kontraktor wajib mengganti bahan
tersebut dengan persetujuan direksi.

4.2 Bahan Bangunan Secara Umum


Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai dengan peraturan umum bahan
bangunan Indonesia. Seluruh material untuk beton termasuk semen, tulangan, pasir, agergat dan air
akan disesuaikan dengan syarat dari ketentuan dalam pasal 1 ayat 5 tentang bahan-bahan (material).
1. Pengukuran Bahan-Bahan Beton
 Kontraktor wajib dan harus membuat takaran adukan yang mudah dimengerti dan atas
persetujuan direksi.
 Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proposinya dengan pengukuran volume yaitu
menakar material dengan takaran kotak kayu.
 Penggunaan kotak ini harus mendapat persetujuan Direksi untuk menentukan ukuran dan
jenis bahannya.
 Masing-masing kotak hanya boleh digunakan untuk satu jenis bahan, tidak boleh ditukar.

2. Pengadukan Beton
 Beton harus ditempatkan yang sedekat mungkin dengan pengecoran, agar cepat untuk
melakukan penuangan supaya beton tidak kadaluarsa.
 Pengadukan harus memakai mesin pengaduk campuran beton (mollen).
 Pengatur, penganggutan, pengukuran dan pengadukan bahan beton harus mendapat
persetujuan Direksi. dan bila mungkin harus diatur sedemikian rupa sehingga seluruh operasi
dapat dilihat dari satu titik dan diawasi, dicek oleh seorang pengawas.

3. Pengangkutan Beton dan Pengecoran Beton


 Pengecoran beton dibagian manapun tidak boleh dimulai sebelum Direksi memeriksa dan
menyetujui bekisting, penulangan, anker-anker dan lain-lain, dimana beton akan dicor.
 Beton harus diangkut dalam ember yang bersih dan tidak tembus air atau gerobak dorong.
 Metode pengangkutan yang lain dapat dipakai asalkan sudah mendapat persetujuan dari
Direksi dan harus tepat mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan oleh Direksi.
 Alat-alat yang dipakai untuk mengangkut dan mengecor beton harus dibersihkan dan dicuci
setiap hari setelah selesai bekerja dan bilamana pengecoran dihentikan selama lebih dari 30
menit.

4. Pemadatan Beton
 Beton harus dipadatkan seluruhnya dengan memakai Vibrator Mekanis.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


 Hasil pekerjaan harus serupa, masa yang seragam, bebas dari rongga atau sarang laba-
laba agar beton sempurna dan memperlihatkan permukaan yang rata ketika bekisting
dibuka.
 Vibrator tidak boleh langsung mengenai penulangan terutama jika penulangan lurus pada
beton yang sudah mulai mengeras.

5. Lantai Kerja
 Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung diatas permukaan tanah kecuali jika
ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja berupa beton tumbuk 1:3:5 tebal 10 cm, yang
sebelumnya harus disiram dengan pasir urug, agar seluruh pekerjaan beton tidak langsung
mengenai permukaan tanah yang mengandung kelembapan cukup tinggi.

6. Perlindungan dan Pengeringan Beton


 Semua permukaan yang terbuka harus dilindungi dari sinar matahari, dan semua beton
harus dijaga tetap lembab dan dibasahi selama 7 hari sekurang-kurangnya setelah
plesteran.
 Permukaan-permukaan yang baru saja dicor harus dilindungi dari hujan atau pengaruh-
pengaruh lain yang dapat merusak permukaan yang lunak sebelum terjadi pengerasan,
kontraktor harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi beban yang
intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan.
 Hasil pengecoran beton yang tidak sempurna akibat kelalaian kontraktor harus dibongkar
dan diganti atas persetujuan direksi

7. Bekisting
 Semua bekisting harus dirancang dan dibuat sehingga dinilai memuaskan oleh Direksi, dan
diperkuat dengan balok kecil yang harus kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar
tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras.
 Bekisting dari kayu dan triplek yang dibuat sambungan harus sudah tersambung dengan
rapat dan kuat, agar setelah memulai pekerjaan pengecoran tidak terjadi kebocoran.
 Bekisting pada permukaan beton yang bakal kelihatan harus distel sedemikian rupa
menggunakan triplek agar permukaan rata.
 Setelah bekisting siap untuk dituangi cor maka permukaan mal bagian dalam di lumuri
dengan menggunakan minyak bekisting.
 Takaran lumuran minyak bekisting harus persetujuan pihak direksi.
 Stek-stek beton kolom sloof dan gantungan plafon harus sudah posisi siap dan sesuai
dengan petunjuk direksi teknis.

8. Pembukaan Bekisting
 Pembukaan bekisting harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada beton.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


 Bekisting tidak boleh terbuka sebelum beton mencapai kekuatan untuk menahan tegangan
yang timbul akibat pembukaan-pembukaan yang dilakukan dan jika diperlukan kontraktor
harus membuktikannya sehingga dinilai memuaskan oleh Direksi.
 Setelah struktur selesai, semua bekisting harus dibongkar seluruhnya, namun demikian
pembongkaran tidak boleh dilakukan tanpa adanya persetujuan Direksi.
 Pembukaan bekisting untuk kolom dan sloof sekurang-kurangnya 7 hari setelah melakukan
pengecoran.
 Apabila dalam pembongkaran terjadi keropos pada beton, kontraktor harus segera
menapal dengan adukan yang ditentukan oleh direksi.

9. Penulangan
 Semua baja tulangan harus dalam keadaan baru bebas dari kotoran karat, minyak, gemuk
dan lapisan yang akan merusak atau mengurangi mutu dan zat lainnya yang dapat
menggangu perekatan yang sesungguhnya antara tulangan dan beton.
 Penulangan dilaksanakan dengan jarak cincin 15 cm.
 Dimensi struktur tulangan harus sesuai dengan gambar rencana
 Apabila dalam gambar penulangan beton terdapat ketidak serasian maka kontraktor wajib
mengkoordinasikannya kepada pihak direksi secepatnya.

10. Pembengkokan
 Tulangan yang dibengkokkan atau dibentuk dengan tepat menurut ukuran yang
ditunjukkan pada gambar-gambar yang dilakukan agar konstruksi harus diselesaikan oleh
kontraktor.
 Tulangan jangan dibengkokkan atau diluruskan kembali dengan cara yang merusak
bahan.
 Bengkokan untuk cincin sekurang kurangnya harus 45º dengan panjang sekurang-
kurangnya 5 cm
 Bengkokan untuk overstek harus dengan perlakuan 40 X diameter besi yang dipakai, dan
dengan bengkokan kuku sama dengan pembengkokan cincin.

11. Pemasangan
 Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar dan
harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai beton cetak yang disediakan atau
gantungan logam menurut kebutuhan, dan pada persilangan-persilangan diikat dengan
kawat baja, sebelum pengecoran seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dan
beton yang sudah mengering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran
sebelumnya. Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian
pekerjaan harus disetujui oleh Direksi.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


12. Plasteran Beton
 Bahan
 PCC, pasir dan air harus memenuhi persyaratan mutu beton
 Agregat kasar yang digunakan harus sudah dibersihkan
 Perbandingan Adukan
 Adukan biasa 1 pcc: 4 dan adukan kuat 1Pcc : 2 Psr
 Cara mengaduk sesuai seperti pekerjaan beton dengan catatan diaduk kering sampai
rata sebelum diberi air.
 Persiapan Permukaan
 permukaan yang telah disiapkan harus dibasahi agar kelembaban terjaga sebelum
melakukan plasteran beton
 Pastikan permukaan beton sudah rata dan bersih dari serpihan-serpihan kotoran.
 Pelaksanaan
 Tebal plester rata-rata 1.5 cm, minimum 1 cm dan harus menghasilkan permukaan
yang sesuai sesuai persetujuan direksi.
 Plester diratakan dengan menggunakan plat kayu lurus, minimal panjangnya 1 m.
 Plesteran harus dibasahi minimal sampai 7 hari setelah pemasangan.
 Pada keadaan cuaca kering dan panas plesteran harus dilindungi terhadap
pengeringan yang tidak merata atau berlebihan.
 Memperbaiki dan membersihkan
 Kontraktor wajib memperbaiki plesteran dinding yang kurang sempurna dengan cara
membuang bagian-bagian tersebut dengan bentuk memanjang, serta dibentuk
kembali.
 Pekerjaan plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak, noda dan cacat lain.

13. Pekerjaan Acian


 Pekerjaan acian harus dilakukan dengan semen tanpa campuran material lain dengan
ditambahkan air, yang takaran atau campuran adukan harus sesuai dengan anjuran direksi.
 Dalam pengacian permukaan plasteran haruslah bersih dan rata.
 Bila pelasteran ditemukan tidak/belum rata maka haruslah melakukan perataan terhadap
permukaan plasteran.
 Tebal acian harus tidak kurang dari 3 mm.

5. PEKERJAAN BESI DAN ALUMUNIUM


5.1. Kualitas
1. Semua bahan Besi dan alumunium yang digunakan harus dari bahan yang berkualitas baik dan tidak
cacat saat keluar dari pabrik
2. Bahan Besi dan alumunium harus mempunyai sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) atas
produksi pabriknya.
3. Spesifikasinya harus jelas dari pabrik yang memproduksi

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


4. Apabila bahan Besi dan alumunium terdapat cacat saat diperiksa oleh direksi, maka kontraktor harus
mengembalikan dan mengganti dengan yang baru yang memenuhi persyratan atas persetujuan
direksi.
5. Biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan bahan yang dipesan menjadi tanggungan kontraktor.

5.2. Pelaksanaan
1. Kontraktor wajib mengecek kembali keadaan fisik Besi dan alumunium yang telah dipesan
2. Apabila mengalami cacat harus dikembalikan atas persetujuan direksi
3. Kontraktor wajib menyediakan alat-alat yang diperlukan dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan
dengan bahan Besi dan alumunium
4. Bentuk dan ukuran Besi Pagar yang akan menggunakan bahan Besi dan alumunium harus
disesuaikan dengan gambar rencana.
5. Dalam pengerjaan Besi Pagar dengan menggunakan besi Hollow, kontraktor harus melindungi
permukaan bahan Besi dan alumunium jangan sampai terkena goresan yang akan membuat cacat
Pada Bahan.
6. Pemotongan-pemotongan yang dilakukan harus hati hati agar rata dan lurus suku.
7. Asesoris yang digunakan untuk Besi Pagar dan merek Nama kantor serta lambang kantor BPN
harus terbuat dari bahan Besi dan Plat besi yang dcetak timbul dan dicat seluruhnya sesuai dengan
gambar rencana.

5.3. Perbaikan
1. Semua yang terbuat dari bahan besi dan besi plat untuk lambang kantor BPN sesuai dengan warna
pada gambar rencana (shop drawing) dan harus mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan dan
harus dapat berfungsi dengan maksimal.
2. Apabila terjadi pembengkokan dan keretakan atau cacat pada batang Besi dan alumunium dan
sambungan sebelum masa pemeliharaan, maka pemborong wajib membongkar dan memperbaiki
semua kerusakan atas biaya sendiri.

5.4. Pembersihan
1. Sisa-sisa seperti potongan Bahan Besi dan alumunium dan serbuk halus yang dihasilkan dari bahan
besi dan alumunium, pecahan dan lain-lain sebagainya harus dibersihkan secara periodik dan
setelah pekerjaan selesai semua sisa ini harus diangkut atau dimusnahkan.
2. Seluruh pekerjaan yang telah selesai harus rapi dan bersih tidak ada noda cat ataupun dari bahan
kotoran lainya.

6. PEKERJAAN CAT
6.1. PEKERJAAN CAT
 Bahan Serta Syarat Umum
 Semua bahan cat harus dari penyalur yang disetujui oleh direksi.
 Penggunaan cat dinding dalam dan luar menggunakan cat setara metrolite.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


 Pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk-petunjuk dari pabrik yang bersangkutan.
 Plamur serta cat dasar sesuai rekomendasi dari pabrik catnya.
 Sebelum pelaksanaan maka cat harus diaduk secara seksama sebelum dituang kedalam
tempat cat yang telah disediakan.
 Setiap pengecatan harus dilakukan 3 kali lapisan pengecatan, cat dasar cat pewarnaan
dan perataan/finishing.

 Bahan-bahan khusus cat Tembok


 Cat tembok Setara METROLITE
 Sebelum melakukan pengecatan finishing, kontraktor harus melakukan pengecatan dasar
pada permukaan yang telah diaci.
 Kontraktor harus melakukan pendempulan terlebih dahulu apabila permukaan tembok
masih berongga.
 Setelah melakukan pengecatan dasar kontraktor melakukan pelapisan cat warna tahap
pertama, kemudian melakukan pengecatan tahap kedua secara merata warna dan
tebalnya.
 Apabila masih terdapat bagian cat tembok yang belum rata maka kontraktor harus
mengulang pengecatan sesuai dengan petunjuk direksi.
 Daftar Bahan
 Paling Lambat 2 Bulan Sebelum Pengecatan Pemborong Wajib Menyerahkan kepada
direksi daftar bahan yang akan dipergunakan untuk pengecatan, semua bahan harus
disetujui oleh pihak direksi terlebih dahulu
 Pilihan Warna
 Semua jenis warna yang dipakai akan ditentukan Kemudian, atas persetujuan direksi dan
instansi yang terkait sesuai ketentuan yang berlaku

7. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
7.1. Peraturan Pemasangan
1. Petunjuk dari pabrik pembuat pelataran
2. Peraturan dari instansi yang terkait sesuai dengan kebutuhan

7.2. Gambar-gambar
1. Gambar-gambar rencana dan spesifikasi ini merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi
dan sama mengikatnya
2. Gambar-gambar system ini menunjukan secara umum tata letak dari peralatan, sedang
pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada
3. sebelum pekerjaan dimulai, pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada direksi
untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .


7.3. Bahan-bahan
1. Kabel yang digunakan Jenis NYM dibungkus dengan pipa PVC, untuk didalam kolom tembok
bangunan dengan ukuran yang disesuaikan (1/2”)
2. Kabel yang digunakan harus menggunakan kabel buatan pabrik kabel metal, kabel indo atau
supreme
3. Apabila bahan-bahan yang digunakan dianggap tidak standar/tidak memenuhi syarat maka
kontraktor harus mengganti bahan tersebut atas persetujuan direksi

8. PEKERJAAN LAIN-LAIN
8.1. Ketika pekerjaan menurut kontrak telah diselesaikan, kontraktor harus memindahkan semua fasilitas
alat kerja dan perlengkapan dari tempat kerja yang tidak menjadi bagian dari pekerjaan-pekerjaan
permanen, bahan-bahan yang tidak digunakan dan segala macam fasilitas.
8.2. Seluruh bangunan harus dalam keadaan bersih, rapi dan seluruh fasilitas yang dibuat berfungsi secara
optimal.
8.3. Apabila terjadi kekurangan-kekurangan kontraktor harus menanggulanginya sebelum penyerahan
pekerjaan dilakukan.
8.4. Hasil pembongkaran seperti gudang, barak pekerja, direksi keet, dan papan-papan bekisting.

9. PENUTUP
Ketentuan ketentuan lain yang tidak terdapat dalam spesifikasi teknis ini dapat dilakukan dengan pertimbangan
teknis dan atas persetujuan dari pihak direksi.

Demikianlah Spesifikasi teknis ini dibuat agar dapat sebagai pedoman ketentuan dalam pelaksanaan pekerjaan
REHABILITASI GEDUNG LAPAS KELAS III SAROLANGUN.

Muara Rupit, 2023

Dibuat Oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Lapas Kelas III Sarolangun
Kabupaten Musi Rawas Utara

MURMAN,SH.
NIP. 19681205 199003 1 001

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) .

Anda mungkin juga menyukai