Anda di halaman 1dari 21

1

SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1
LAPANGAN PEKERJAAN

Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada saat penawaran, termasuk segala sesuatu yang berada di
lapangan, diserahkan tanggungjawabnya kepada Kontraktor dengan Berita Acara Serah Terima.

PASAL 2
LINGKUP UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1. Pada intinya pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah meliputi semua jenis
pekerjaan yang secara tersendiri ataupun bersama-sama tercantum dalam : Dokumen Kontrak
Pelaksanaan.

2.2. Secara teknis, pekerjaan yang harus dilaksanakan Kontraktor dalam BIAYA
PEMBANGUNAN DAPUR GIZI, LAUNDRY DAN GUDANG DI PUSKESMAS
AWA'AI (DAU) sebagai berikut :
 PEK. PERSIAPAN
 PEK. TANAH / URUGAN
 PEK. BETON, BATU DAN PLASTERAN
 PEK. KAYU
 PEK. ELEKTRIKAL
 PEK. SANITARI PLUMBING
2.3. Volume pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Bill of Quantity (terlampir).

Spesifikasi Teknis
2

PASAL 3
LINGKUP PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. Kontraktor sebelum memulai pekerjaan harus melakukan Pengadaan, Pengelolaan,


mendatangkan, pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga kerja,
mobilisasi/demobilisasi peralatan personil, papan nama proyek, pengukuran, dan sebagainya
yang pada umumnya langsung dan tidak langsung termasuk dalam usaha. menyelesaikan dan
menyerahkan pekerjaan dengan baik, sempurna dan lengkap sesuai dengan gambar rencana,
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi. Untuk keperluan persiapan dan perlengkapan
guna pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor berkewajiban :
a) Pembersihan Lokasi dan Perataan
b) Pembuatan Gudang Semen dan Peralatan
c) Pemasangan Bowplank dan pengukuran
d) Foto dokumentasi & pelaporan
e) Papan Pengenal Proyek

Kontraktor wajib mentaati dan melaksanakan pekerjaan persiapan yang menjadi tanggung
jawabnya berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

PASAL 4
PEMBERSIHAN LAPANGAN

4.1. Sebelum pengukuran dan dimulainya pelaksanaan pekerjaan, tapak proyek/lokasi harus
dibersihkan dari segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu jalannya
pekerjaan.
4.2. Semua benda yang tercantum dalam pasal 4 ayat 1 diatas harus dikeluarkan dari tapak
proyek/lokasi proyek ke tempat yang telah disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas,
selambat-lambatnya sebelum pekerjaan dimulai.

PASAL 5
PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK

Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tapak proyek/Lokasi yang


akan dibangun/dikerjakan untuk mengetahui batas-batas tapak/lokasi, peil ketinggian tanah dan
bangunan yang tidak dibongkar (jika ada) yang disaksikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran adalah Selang Air, Water Pass dan Meteran yang
disediakan oleh kontraktor. Jika terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan keadaan
lapangan yang sebenarnya, maka Konsultan Pengawas dan Direksi akan mengeluarkan keputusan
tentang hal tersebut. Kontraktor wajib melaksanakan penggambaran kembali tapak proyek,

Spesifikasi Teknis
3

lengkap dengan elevasi/peil ketinggian tanah, batas-batas dan sebagainya yang diperlukan.
Ukuran–ukuran elevasi elevasi dari pekerjaan dapat dilihat pada gambar rencana. Ukuran yang
tidak jelas atau tidak tercantum dapat dikonsultasikan dan dengan Konsultan Pengawas/Direksi.
Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak memberitahukan kepada Kontraktor dan
merubah ketinggian berdasarkan persetujuan Direksi dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

PASAL 6
PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON

6.1. STANDAR

Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 (PBI 1971 - NI 8), terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan lain oleh
Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka ketentuan
ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu memberitahu dan memintakan ijin dari
Pengawas. Adapun ketentuan-ketentuan tadi adalah sebagai berikut :

 ASTM C 150 Portland Cement

 ASTM C 33 Concrete Agregates

 ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete

 ASTM A 615 Deformed and Plain Reinforcing Bars for Concrete Reinforcement

 ASTM A 185 Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement

 JIS G 3536 Prestressed Concrete Steel Wire

6.2. SEMEN

Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu
sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau menolak semen-semen tersebut.
Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik
sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang
merusak, teutama sekali lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari
permukaan tanah. Dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.
Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan
penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan
penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.

Spesifikasi Teknis
4

Bila terdapat keraguan kwalitas semen maka dapat dilakukan pengujian, bila ternyata hasil test
dari semen-semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat,
Kontraktor harus dengan segera menyingkirkan semen-semen yang ditolak tadi keluar areal kerja dan
areal penyimpanan dengan biayanya sendiri.

6.3. AIR UNTUK ADUKAN

Air untuk Adukan


a) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting, bahan
pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt
(lanau).
b) Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang berlumpur,
ataupun air laut. Tempat pengambilan harus dapat menjaga. kemungkinan terbawanya
material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0.5 meter
dari dari permukaan atas air kesisi tempat pengambilan tadi.
c) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas.

6.4. AGREGAT HALUS (PASIR)

a) Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir hasil pemecahan
batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir
yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan harus terdiri dari
butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain.
b) Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam
membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting, pasir tidak dapat digunakan
sebelum mendapat persetujuan Pengawas menge-nai mutu dan jumlahnya.
c) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis, bahan-bahan
organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak
boleh lebih dari 5%.
d) Tidak diperbolehkan menggunakan material Pasir Laut

6.5. AGREGAT KASAR (KERIKIL SUNGAI TERSARING UK. 0,5 – 2 CM)

a) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sungai disaring uk. 0.5 – 2 cm dari alam,
batu pecah, atau campuran dari keduanya. Kerikil yang dipakai harus mempunyai kadar air
yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak porous, dan
tidak terselaput material lain.
b) Kerikil yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan
dari Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.

Spesifikasi Teknis
5

c) Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan, baik


dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu beton yang direncanakan,
dan memberikan kepadatan maximum.
d) Tidak diperbolehkan menggunakan material Kerikil Laut

6.6. BAHAN CAMPURAN (ADMIXTURE)

a) Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas,
dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari adukan beton yang dibuat.
b) Biaya tambahan akibat penggunaan bahan-bahan pencampur (admixture) menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

6.7. BAJA TULANGAN

a) Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
(PBI 71), dengan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik = 2400 kg/cm2) untuk diameter
lebih kecil / sama dengan 12 mm. Berat besi dapat diperhitungkan dengan menggunakan
nominal diameter.
b) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Bebas
dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak bercacat seperti retak dll.
c) Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan, pembengkokan,
sambungan dan penghentian harus dibuat dan disampaikan oleh Pemborong kepada
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua
detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan
syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971, NI 2. Diameter-diameter pengenal
harus sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan bilamana diameter tersebut akan
diganti maka jumlah luas penampang persatuan lebar beton minimal harus sama dengan
luas penampang rencana.Sebelum melakukan perubahan-perubahan Pemborong harus
meminta persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.

d) Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI 71. Besi
beton harus dipasang sebagaimana pada gambar rencana atau seperti yang diinstruksikan
Pengawas. Terkecuali sebagaimana yang dinyatakan pada gambar atau diinstruksikan
Pengawas, pengukuran pada pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari
besi tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai ukuran, bentuk, panjang, posisi,
dan banyaknya, dan akan diperiksa setelah kondisi terpasang.

e) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat, kotoran,
lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi beton tadi dan dapat
mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi beton. Dan kebersihan ini
harus tetap dijaga sampai proses pengecoran beton.

Spesifikasi Teknis
6

f) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi sesuai gambar
rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Kontraktor dan disetujui Konsultan
Pengawas. Semua proses pembengkokkan harus dilakukan dengan cara lambat, tekanan
yang konstan. Kesemua ujung-ujung pembesian harus mempunyai kait sebagaimana
ditentukan dalam PBI 71.

g) Besi tulangan tidak boleh dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan kerusakan
pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau dibengkok dengan
tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.

h) Tidak diperkenankan membengkok tulangan bila sudah ditempatkan, kecuali apabila hal itu
terpaksa dan sudah mendapat persetujuan dari Pengawas.

i) Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga agar
jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut beton (beton
deking) minimal 2.50 cm sebagaimana pada gambar rencana atau sebagaimana ditentukan
Pengawas. Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 2.50 cm.
Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana, dan harus
diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan didudukkan pada support dari
beton atau besi ataupun dengan hanger agar posisinya tidak berubah selama proses
pemasangan dan pengecoran. Pengikat dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh
bidang bekisting dalam hal beton yang dicor adalah beton exposed.
Bila besi tulangan didudukkan pada blok beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang
mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya harus menjamin didapatnya
permukaan beton yang baik. Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar
tidak berubah bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian tadi.
Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan tidak
diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton, Kontraktor harus
menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus mengawasi dan memperbaiki pembesian
dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk karena hal-hal yang mungkin timbul; dan
hal-hal tadi harus cepat diperbaiki sebelum pengecoran mencapai daerah tersebut.
Pemasangan besi beton harus mengingat syarat jarak bersih antar tulangan, atau antar
tulangan dan angkur, atau antara benda-benda metal tertanam, dengan tidak boleh kurang
dari 40 mm atau sebagaimana yang ditentukan dalam PBI 71. Sebelum melakukan
pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa untuk memastikan penelitian
penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bilaman perlu. Tulangan
yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamana dianggap Pengawas akan
melemahkan konstruksi. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan
disetujui oleh Pengawas.

Spesifikasi Teknis
7

j) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana, instruksi Pengawas, atau minimal
mengikuti ketentuan dalam PBI 71.

k) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain dari posisi
pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh Pengawas. Sambungan ini tidak
diperkenankan diletakkan pada lokasi tegangan yang maximum, dan penyambungan pada
besi beton yang letaknya bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya
(staggered). Bila-mana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari
batang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan
panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71, terkecuali ditentukan
lain.

l) Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian
sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang
diisyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan terhadap bidang
horizontalnya adalah 4 mm.

6.8. TRANSPORTASI DAN PENIMBUNAN MATERIAL

a) Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung dari lembab
dan sinar matahari. Semen harus dikirim ke lapangan dalam jumlah yang harus mendapat
ijin dari Pengawas terlebih dahulu, dengan memperhatikan kemajuan pekerjaan beton.

b) Segera setelah tiba dilapangan, Semen harus disimpan dalam tempat penyimpanan yang
kering, terlindung, bebas pengaruh cuaca, mempunyai ventilasi baik. Lantai tempat
penimbunan sedikitnya harus berada 500 mm diatas tanah. Semua kelengkapan dari tempat
penyimpanan harus mendapat persetujuan Pengawas dan memungkinkan dilakukannya
pemeriksaan dengan mudah.

c) Semen dalam kantung-kantung harus ditumpuk dengan tinggi tumpukan tidak lebih dari 13
kantung untuk periode sampai dengan 30 hari, atau tinggi tumpukan maximumnya 7 untuk
periode-periode yang lebih panjang. Semen harus secepatnya digunakan segera setelah tiba
dilapangan, dan pengambilannya dari tempat penyimpanannya harus berurutan hingga
dapat dihindari tersimpannya semen secara lama. Semen yang sudah rusak atau terkena
lembab harus dengan segera disingkirkan dari lapangan.

d) Agregat yang berbeda harus disimpan secara terpisah dengan memper-timbangkan


kemungkinan terkena kotoran.

e) Agregat yang telah tercemar ataupun berubah gradasinya akibat transportasi, harus
disingkirkan dan diganti dengan material yang baik atas biaya Kontraktor.

Spesifikasi Teknis
8

f) Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarinya baja tulangan
mengenai tanah. Bila baja tulangan telah mengalami kemun-duran dalam mutu akibat dari
karat ataupun hal-hal lain akibat transportasi atau penyimpanan, maka baja tadi tidak dapat
digunakan. Batang baja dengan mutu dan ukuran yang berbeda harus disimpan secara
terpisah.

6.9. PERBAIKAN ADUKAN

a) Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya, dan harus
merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai yang diminta dalam
Spesifikasi.
b) Sedikitnya 3 (tiga) hari sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton, Kontraktor harus
mengajukan usulan komposisi adukan yang akan digunakannya kepada Pengawas. Asal-
usul dan gradasi dari agregat, komposisi adukan, metoda pengadukan yang dipakai, metoda
pengecoran, harus turut diberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah itu
Kontraktor harus mengadakan trial test (percobaan pendahuluan), dengan membuat suatu
percobaan adukan yang hasilnya dapat diketahui sebelum pelaksanaan pekerjaan
pengecoran. Test yang diadakan harus dilakukan dengan diawasi Pengawas dan
menggunakan peralatan, bahan, metoda yang sesuai dengan kondisi yang akan dipakai
nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan.
c) Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak Direksi/Konsultan
Pengawas puas dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang digunakan akan
menghasilkan beton dengan kekuatan dan kondisi sesuai dengan Spesifikasi yang diminta.
Kekuatan dari beton yang disyaratkan harus dibuktikan dengan mengambil kubus test
untuk ditest di laboratorium, yang kesemuanya harus memenuhi ketentuan ketentuan dalam
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Tidak satupun komposisi adukan beton yang
dapat digunakan dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas. Untuk
selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus berdasar pada hasil adukan
percobaan yang telah disetujui.
d) Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh Pengawas
dengan berdasar.
e) Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten, harus diterapkan agar tercapai
hal-hal sbb :
Kekuatan beton rencana. Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca
dan lingkungan.Pengaruh Kembang Susut yang kecil.

Spesifikasi Teknis
9

6.10. TESTING

Testing mutu beton harus dilakukan Kontraktor dengan diawasi Pengawas. Kontraktor harus
menyiapkan segalanya agar semua proses pengawasan dan pengambilan sample dapat diawasi
Pengawas selama periode proyek. Pengambilan sample harus sesuai dan mengikuti ketentuan-
ketentuan dalam P.B.I.'71. Benda uji yang dipergunakan dapat berupa kubus 15 X 15 X 15 cm 3 atau
slinder  20 cm dimana cetakan untuk benda uji ini harus terbuat dari besi sehingga bisa didapat benda
uji yang sempurna.
Evaluasi dari kwalitas beton akan dilakukan oleh Pengawas untuk dapat dinyatakan suatu
pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi, dan juga untuk menolak pekerjaan beton yang
sudah dilakukan, dan termasuk menentukan perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton
Penggujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing test). Test ini dapat
mengikuti ketentuan dalam PBI 1971 atau PBI 1989. Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan
pengambilan kubus test, selain mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PB.I 71 atau PBI 89, juga dapat
dilakukan bila dianggap perlu oleh Pengawas demi pertimbangan kondisi pelaksanaan. Semua hasil
pemeriksaan kubus (crushing test) harus sesegera mungkin disampaikan kepada Pengawas.

a) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang disyaratkan,
maka Pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal sbb. :
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam PBI 71 harus
tetap diikuti. Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,
dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka Pengawas
berhak memerintahkan pembongkaran beton yang dinyatakan tidak memenuhi syarat tadi
sesegera mungkin.
b) Semua biaya pengambilan sample, pemeriksaan, pembongkaran, pekerjaan perbaikan, dan
pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang dibongkar tadi, sepenuhnya menjadi
beban Kontraktor.
c) Testing mutu beton dengan mesin kuat tekan apabila dalam satu item pekerjaan volume
beton yang dikerjakan melebihi dari 5 M3 campuran

6.11. PENGADUKAN

Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk mekanis (beton
mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga dapat dihasilkan mutu adukan yang
homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum
dimasukkan kedalam alat pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume. Pengadukan
beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai kapasitas minimum 0.2 m3 dengan
waktu tidak kurang dari 1½ menit setelah semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera,
kecuali air yang dapat dimasukkan sebagian lebih dahulu. Pengawas berhak untuk memerintahkan
memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan yang ada gagal menunjukkan beton yang
homogen seluruhnya, dan kekentalannya tidak merata.

Spesifikasi Teknis
10

Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan
kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.
Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu pengadukan dengan
kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses pengeluaran dari adukan yang dapat
dilakukan berangsur-angsur. Penam-bahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga
kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan.
Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau
diganti dengan yang baik lainnya. Alat pengaduk (beton mollen) harus benar-benar kosong dan bersih
sebelum diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih setelah selesai
mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang pertama pada suatu pengecoran
dengan beton mollen yang sudah bersih, pengadukan yang pertama harus mengandung kerikil dengan
jumlah perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga adanya material
halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam beton mollen. Juga lama pengadukan
dengan kondisi pertama ini harus dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu
pengadukan normal. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata Pemborong harus
memakai mesin pengaduk yang baik. Mesin pengaduk harus cukup untuk melayani volume pekerjaan
yang direncanakan. Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari pengotoran
minyak, sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk dalam pengaduk sehingga
merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali mencampur.
Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk suatu jumlah
yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand mixing) ini harus dilakukan pada suatu platform yang
mempunyai tepi-tepi penghalang. Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk harus
diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan, untuk kemudian air
pencampurnya disemprotkan dengan selang air atau takaran satuan ember, dan setelah itu dilakukan
pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai didapat suatu adukan yang
benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali ini kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen,
serta tidak diperkenankan melakukan pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah yang lebih dari
1/2 m3 diaduk sekaligus.

6.12. TRANSPORTASI

a) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat pengecoran
dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodanya harus mendapat persetujuan
Pengawas terlebih dahulu. Metoda yang dipakai harus menjaga jangan sampai terjadi
pemisahan bahan-bahan campuran beton (segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya,
dan harus dapat menjaga tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya
temperatur ataupun berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya
untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut, serta pula penuangan adukan tidak
diperkenankan dengan menjatuh bebaskan adukan dengan tinggi jatuh lebih dari satu meter.

Spesifikasi Teknis
11

b) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari material,
permukaannya halus dan kedap air.
c) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-benar merata
(homogen).

6.13. PENGECORAN

Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari bekisting
atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekas-bekas
beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan harus segera
dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah dengan mengadakan
drainage yang baik atau dengan metoda lain yang disetujui Pengawas, untuk mencegah jangan sampai
beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicorkan, kondisi
permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian selesai
diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah diperiksa dan disetujui Pengawas,
maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai
selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui, terkecuali dengan seijin Pengawas.
Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga pelaksananya yang
berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksa-na ini harus hadir, mengawasi, dan
bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran. Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan
oleh tenaga-tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan
pengecoran yang dilakukan. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan, material serta tenaga yang
diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang
sebelumnya disetujui Pengawas. Tulangan, jarak, bekisting dan lain-lain, harus dijaga dengan baik
sebelum dan selama pelaksanaan pengecoran.
Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan dengan alat
sederhana.
Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton yang
bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil dari Pengawas (Inspector). Kontraktor harus
mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar didapat suatu rangkaian kecepatan
baik mengangkut, meratakan, dan memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan
menerus.
Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak diperkenankan. Adukan
beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan, harus segera dibuang. Seluruh
pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan betonnya mulai mengeras. Dan
segala langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat
beton belum mengeras.

Spesifikasi Teknis
12

Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan suatu
pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Kontraktor harus segera memadatkan adukan
yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton
masih dalam keadaan plastis.
Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam
keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan
adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras
yang ditentukan oleh pihak Pengawas.
Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempat-tempat yang diperhitungkan
aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
Penghentian maksimum 2 jam.Untuk menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus
dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungan-nya dan
sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang akan disambung harus disiram dengan air semen
dengan campuran 1 pc : 0,5 air.
Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat sinar
matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah dicor harus
ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Pengawas terhitung mulai pengecorannya.
Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik
untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa
dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan
yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan Pengawas. Selama waktu
pengerasan, beton harus dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan karung-karung yang
seniantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.
Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar pengecoran tetap
harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan alat pelindung/terpal yang cukup untuk
melindungi tempat yang sudah/akan dicor.Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika
suhu udara naik diatas 32 C.
Pemborong diwajibkan membuat sample kubus/silinder untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PBI 1971/PB 89 (SK-SNI „91).
Pengambilan-pengambilan contoh diatas dilakukan atas petunjuk Pengawas.
Kubus-kubus/silinder yang telah diambil harus dijaga dapat mengeras dengan baik. Demikian pula
kubus/silinder beton yang diambil selama pengecoran harus diuji kuat tekannya di laboratorium yang
telah disetujui Pengawas dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Pengawas untuk dievaluasi.
Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari K-175 untuk beton pondasi dan untuk
bagian struktur lainnya sesuai yang direncanakan, Pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana
perbaikan/penanggulangan kepada Pengawas dan mengadakan perkuatan/penyempurnaan konstruksi
dengan biaya Pemborong apabila hal tersebut dipandang perlu oleh Pengawas.

Spesifikasi Teknis
13

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai K (kuat tekan
karakteristik) yang diisyaratkan, Pemborong harus mengambil cube-sample dari bagian-bagian
konstruksi yang diragukan. Jumlah cube-sample untuk tiap pemeriksaan adalah 3 buah, dan selanjutnya
akan diperiksa di Laboratorium dengan petunjuk Pengawas. Hasilnya akan dievaluasi Pengawas dan
apabila ternyata nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, Pemborong harus melakukan
perbaikan bagian konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.

6.14. MUTU BETON


a) Mutu beton yang dilaksanakan harus mempunyai kokoh kubus pada umur 28 hari sebesar
175 kg/cm2 dan 125 kg/cm2

b) Hal tersebut diatas harus dibuktikan dengan contoh-contoh kubus beton sesuai menurut PBI
1971 Bab 4.7 dan SKSNI T - 15 - 1991 - 03.

c) Ukuran Kubus Beton sesuai dengan PBI (NI-2) 1971 ditetapkan memakai ukuran 15x15x 15
cm dan slinder 15 x 30 cm.

d) Jika dianggap perlu Direksi bisa meminta pemeriksaan kubus untuk suatu pekerjaan.
e) Pondasi Tapak 100 x 100 x 30
Dengan mutu dan kekuatan beton K-175 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  14 mm dengan sengkang  8 mm. Besi tulangan yang
digunakan mempunyai standard SNI.
f) Pendestal 25 x 25
Dengan mutu dan kekuatan beton K-175 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  14 mm dengan sengkang  8 mm. Besi tulangan yang
digunakan mempunyai standard SNI.
g) Balok Sloof 40 x 25
Dengan mutu dan kekuatan beton K-175 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  14 mm dengan sengkang  8 mm. Besi tulangan yang
digunakan mempunyai standard SNI.
h) Balok Sloof 20 x 20
Dengan mutu dan kekuatan beton K-125 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  12 mm dengan sengkang  6 mm. Besi tulangan yang
digunakan mempunyai standard SNI.
i) Kolom Utama 25 x 25
Dengan mutu dan kekuatan beton K-175 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  14 mm dengan sengkang  8 mm. Besi tulangan yang
digunakan mempunyai standard SNI.
j) Ring Balok 25 x 40
Dengan mutu dan kekuatan beton K-175 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  14 mm dengan sengkang  8 mm. Besi tulangan yang
digunakan mempunyai standard SNI.

Spesifikasi Teknis
14

k) Plat Atap Beton Bertulang, t = 15 cm


Dengan mutu dan kekuatan beton K-175 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  10 mm. Besi tulangan yang digunakan mempunyai standard
SNI.
l) Listplank Beton Bertulang, t = 8 cm
Dengan mutu dan kekuatan beton K-125 sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton.
Gunakan tulangan  8 mm. Besi tulangan yang digunakan mempunyai standard
SNI.
m) Beton mutu K-125 s/d K-175 yang dipakai untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat
dipakai/diperkirakan dengan dengan campuran 1PC: 3 Pasir : 5 kerikil tersaring 0,5 – 2
cm atau dipakai 1 PC : 2 pasir : 3 kerikil tersaring 0,5 – 2 cm
n) Angkur Gunakan angkur besi beton  8 mm jarak 60 cm, untuk memperkuat hubungan
antara batako / batu lega dengan kolom beton dan Pondasi Batu Kali dengan sloof.

6.15. PEMADATAN ADUKAN BETON

Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum sehingga didapat
beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara celah-celah kerikil, gelembung udara, dan
adukan tadi harus benar-benar memenuhi ruang yang dicor dan menyeliputi seluruh benda yang
seharusnya tertanam dalam beton. Kekentalan adukan beton dan lama proses pemadatan harus diatur
sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari rongga, pemisahan unsur-unsur pembentuk beton.
Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai penge-coran dengan sedikitnya
selama 10 (sepuluh) hari. Pembasahan harus dilaku-kan dengan menutup permukaan beton dengan kain
atau material lain yang basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus sama
mutunya dengan air untuk bahan adukan beton.

6.16. PERBAIKAN BETON

a) Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Pengawas. Bila dianggap
oleh Pengawas perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan atau pembongkaran, maka
langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas beban biaya Kontraktor.

b) Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli. Hal-
hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-hal yang kurang baik pada
permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing. Kecuali dinyatakan lain, maka
pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam semenjak
pembukaan bekisting. Tonjolan-tonjolan pada permukaan beton harus dihilangkan
c) Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan dan
permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah dibongkarnya beton tadi
untuk kemudian dilakukan pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-batas daerah yang
harus dibongkar tadi akan ditentukan oleh pihak Pengawas; begitu juga langkah
pengecoran dan material yang akan digunakan.

Spesifikasi Teknis
15

6.17. BEKISTING (ACUAN BETON)

a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas semua perhitungan dan gambar rencana
bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Pengawas, sebelum pekerjaan
dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini, walaupun Pengawas telah menyetujui untuk
digunakannya suatu rencana bekisting dari Kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan
oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b) Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang disetujui
Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan
untuk bentuk, ukuran, kwalitas dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata,
dan sesuai dimensi yang direncanakan.

c) Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan beton
tidak hilang atau berkurang. Pengerjakan bekisting harus sedemikian rupa sehingga
hubungan papan bekisting terjamin rapat dan tidak akan menimbulkan kebocoran.
Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan pengaku-pengaku (bracing) dan
pengikat (ties) untuk mencegah terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang
diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan
antara bagian bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat
bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan
horizontal dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembukaan
tanpa memukul atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan
batang besi dan murnya.

d) Bila diperkirakan akan terendam air, Pemborong harus membuat bekisting kedap air
dengan melapisinya menggunakan bahan yang tidak tembus air sesuai petunjuk
Pengawas.

e) Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan dengan
teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan berulang kali dan
kondisinya sudah tidak dapat diterima Pengawas, harus segera disingkirkan untuk tidak
dapat dipergunakan lagi atau bilamana mungkin diperbaiki agar kembali sempurna
kondisinya. .

f) Bila dipakai bekisting multiplek atau tripleks maka permukaan harus cukup rata dan
tebal yang dipakai minimal adalah 12 mm dengan perkuatan balok kayu 5/7 cm dengan
jarak maksimal 40 cm dan pemakaiannya maksimum 3 kali. Kayu yang dipakai adalah
kayu kelas II yang sesuai dengan persyaratan PPKI 1970 atau kayu lokal yang setaraf.
Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar
harus ditakik 25 mm.

Spesifikasi Teknis
16

g) Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang


memerlukan perhitungan harus diajukan dan disetujui Pengawas.

h) Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-staining mineral
oil dengan sepengetahuan Konsultan Pengawas. Pelumasan tadi harus dilakukan
dengan hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga
pembesian.

i) Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus dibasahi
hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.

j) Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari kotoran dan
kering dari air.

k) Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa hingga terjamin mutu beton yang
diharapkan dan untuk jaminan bahwa bagian dalam bekisting betul-betul kering harus
digunakan kompresor. Finishing beton bertulang sejauh mungkin dihindari dan
perataan permukaan beton harus dilakukan sesuai petunjuk Pengawas.

6.18. PEMBONGKARAN BEKISTING

a) Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Pengawas, semua bekisting harus
disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak terganggunya
kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan bila perlu,
bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah beton mempunyai kekerasan dan
kekuatan seperlunya. Bekisting untuk bagian atas dari bidang beton yang miring, harus
segera dibongkar segera setelah beton mempunyai kekakuan untuk mencegah
berubahnya bentuk permukaan beton. Bilamana diperlukan perbaikan pada bidang atas
beton yang miring, maka perbaikan tadi harus sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan
langkah-langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).

b) Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai umur


sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton mengeras untuk
menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran bekisting harus dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada beton. Bilamana timbul
kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikannya
harus sesegera mungkin dilakukan. Pembongkaran bekisting beton tidak boleh
dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut PBI 1971 dipenuhi,

Spesifikasi Teknis
17

dan juga harus mengikuti daftar berikut mengenai ketentuan diperkenankannya


pembukaan suatu bekisting bila diihitung sejak selesai pengecoran :
Sisi-sisi balok yang tidak dibebani 3 hari
Plat beton (penyangga tidak dibuka) 7 hari
Tiang-tiang penyangga plat bila plat tidak mendapat beban 21 hari
Tiang-tiang penyangga balok yang tidak dibebani 28 hari
Tiang-tiang penyangga cantilever 28 hari
Dalam segala kemungkinan, beban yang akan bekerja serta umur beton yang terbebani
harus ditinjau dan penyangganya harus dengan persetujuan Pengawas.

6.19. VOLUME PEMBAYARAN

a) Volume untuk pembayaran dinyatakan dalam meter kubik yang diukur berdasar gambar
rencana atau yang disetujui Pengawas, untuk semua bagian beton dalam Bill of
Quantities.
b) Pembayaran didasarkan pada harga satuan yang tercantum pada Bill of Quantities untuk
beton yang tertera dalam gambar rencana, dan harga tadi harus sudah mencakup semua
biaya untuk mengadakan bahan-bahan, pengecoran, pemadatan, curing, perbaikan dan
memfinish permukaan beton.
c) Secara umum harga satuan tadi harus sudah mencakup supply dan penyimpanan semen,
pasir, kerikil, air untuk adukan, bahan campuran (admixtures), pengadaan, pemasangan,
dan pembongkaran bekisting, tenaga kerja untuk pengadukan; persiapan permukaan
bidang yang akan dicor, pengangkutan adukan, pemadatan, dan finishing perbaikan
beton untuk kondisi yang tidak memenuhi spesifikasi, dewatering areal kerja,
pekerjaan.
d) Harga satuan beton juga harus sudah mencakup biaya-biaya test untuk material dan
kubus beton yang secara periodik harus dilakukan sesuai PBI 71 atau sebagaimana
diinstruksikan Pengawas. Juga harus mencakup biaya yang harus dikeluarkan
kontraktor yang diakibatkan pekerjaan perbaikan atau pembongkaran yang diakibatkan
oleh pengecoran beton yang tidak memenuhi spesifikasi.
e) Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan besi beton harus didasarkan pada berat
teoritis dari besi tulangan yang tercantum dalam gambar rencana atau yang
diinstruksikan Pengawas. Tidak ada penambahan pembayaran untuk pekerjaan
pembuatan dan pemasangan besi beton atau material lainnya yang diperlukan untuk
tujuan pemasangan besi beton dan untuk tambahan pada construction joints.
f) Pembayaran pekerjaan besi beton akan didasarkan pada harga satuan pada Bill of
Quantities, yang mana harga satuan ini sudah harus mencakup supply, pengangkutan,
pemotongan,

Spesifikasi Teknis
18

PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN BATAKO / BATA LEGA

7.1. UMUM
A. Material
1. Digunakan Batako/Batu Lega yang tidak keropos, tidak boleh pecah-pecah melebihi
5% dari total penggunaan pasangan. Penggunaan batu bata ini harus mendapatkan
persetujuan dari Pengawas.
2. Batako / Batu Lega langsung cetak dilokasi pekerjaan 7 (tujuh) hari sebelum
pelaksanaan pekerjaan.
3. Adukan pasangan dan plesteran adalah campuran 1 Ps : 4 Psr untuk pasangan batu
dan untuk Pasangan Batu Trassram mengunakan Campuran 1 Ps : 3 Psr
B. Angkur Gunakan angkur besi beton  8 mm jarak 60 cm, untuk memperkuat hubungan
antara batako / batu lega dengan kolom beton dan Pondasi Batu Kali dengan sloof.

7.2. PERSYARATAN PELAKSANAAN

A. Pemeriksaan Lapangan

Perhatikan keadaan struktur yang akan mendukung / dibebani pasangan batako. Bila ada
struktur pendukung yang belum sempurna maka pemasangan batako harus ditunda dahulu.
Dalam hal penundaan dan rencana dimulainya pekerjaan harus disampaikan/ diberitahukan
secara tertulis.

B. Persiapan Pekerjaan

1. Permukaan bidang kerja harus dibersihkan dari segala kotoran dan benda-benda lain
yang akan mengurangi kualitas pekerjaan.

2. Berikan perlindungan terhadap batako pada saat persiapan pemasangan maupun pada
saat dilaksanakan pemasangan.

C. Pembuatan dan Penggunaan Adukan

Lakukan seperti yang dijelaskan pada spesifikasi adukan pasangan dan plesteran.

D. Pemasangan

1. Batako / Batu Lega

Dipasang batako / Batu Lega yang utuh, tidak retak atau cacat lainnya untuk membuat
dinding pasangan sesuai dengan yang direncanakan. Tidak diperkenankan
mempergunakan bahan yang patah, hanya keadaan tertentu seperti pada sudut atau
perpotongan dengan bahan/pekerjaan lain batu diijinkan mempergunakan batako yang
patas tetapi tidak melebihi 50%. Sebelum dipasangkan bidang batako / batu lega yang
akan menerima pekerjaan/pemasangan harus terlebih dahulu dibasahi agar dapat
dihindari penyerapan air semen dari adukan secara berlebihan.

Spesifikasi Teknis
19

Sebelum menambahkan/melanjutkan pasangan baru di atas pasangan lama, yang


terhenti sekurang-kurangnya selama 12 jam, maka pasangan lama harus dibersihkan
dahulu, kedudukan batako yang longgar/lepas harus diganti dan mortar yang lepas agar
ditambal. Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk spesi datar dan 1,5 cm untuk
spesi tegak, kecuali jika ditentukan lain. Mortar/spesi datar dan tegak harus penuh dan
padat. Lakukan koordinasi dan sediakan tempat atau lubang-lubang untuk pekerjaan
koordinasi lainnya yang belum dilaksanakan. Agar didapat kekuatan pasangan yang
sama dan merata disetiap sisi sebaiknya melakukan pengecekan kedataran dan
ketegakkan dengan hand waterpass. Setiap tahap pemasangan batako tidak boleh lebih
tinggi dari 1,40 m.

2. Plesteran

Lakukan seperti yang telah dijelaskan pada spesifikasi pekerjaan plesteran.

3. Pemasangan Angkur

Pasangkan angkur pada hubungan kolom ke dinding batako / batu lega atau balok sloof
ke pasangan pondasi batu kali menerus dengan cara ditanamkan pada setiap jarak 60
cm untuk kolom, panjang angkur efektif 30 cm dan setiap jarak 60 cm juga untuk
Pasangan pondasi batu kali menerus dengan panjang angkur efektif 55 cm.

E. Pembersihan dan Perlindungan Bersihkan bagian-bagian yang terkena adukan dengan


segera kemudian berikan perlindungan atau hindari pasangan dari benturan-benturan keras
selama sekurang-kurangnya 3 hari setelah seluruh dari sebuah bidang kerja selesai
terpasang.

PASAL 8
PEKERJAAN PLESTERAN

8.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan plesteran untuk pasangan biasa dan pasangan trasram.

8.2. BAHAN
PC, pasir dan air harus memenuhi persyaratan sesuai dengan pasal 8 ayat 1,2,3, dan 4 PBI 1
971.

8.3. PERBANDINGAN
Adukan 1 pc : 4 ps untuk pelesteran biasa, 1pc : 3 ps untuk pleseteran trasram.

8.4. PERSIAPAN PERMUKAAN


Permukaan yang akan diplester harus bersih. Untuk mencegah mengeringnya plesteran
sebelum waktunya permukaan yang telah disiapkan harus dibasahi.

Spesifikasi Teknis
20

8.5. PELAKSANAAN
Tebal plesteran rata-rata 1,5 cm dan harus menghasilkan permukaan yang rata atau sesuai
dengan persetujuan Direksi. Harus dipasang adukan-adukan patokan untuk mendapatkan
permukaan yang rata. Plesteran harus diratakan dengan menggunakan alat kayu yang lurus,
minimal sepanjang 1 m (satu meter). Plesteran harus dibasahi untuk mencegah cacat-cacat.
Pada keadaan cuaca kering dan panas plesteran harus dilindungi terhadap pengeringan yang
tidak merata atau berlebihan.

8.6. MEMPERBAIKI DAN MEMBERSIHKAN


Kontraktor wajib memperbaiki plesteran dinding yang kurang sempurna dengan cara
membuang bagian-bagian tersebut dengan bentuk memanjang, memakai alat serta diplester
kembali. Pekerjaan plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak, noda dan cacat lainnya.
Pada waktu-waktu tertentu selama pelaksanaan, dan bila pekerjaan telah selesai, semua
plesteran yang tampak harus dibersihkan dari kotoran-kotoran.

PASAL 9
PEKERJAAN KAYU

Lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :


1.1. Penyediaan alat bantu untuk pengangkutan, penyimpanan dan pelaksanaan.
1.2. Pemesanan dan penyimpanan bahan-bahan.
Persyaratan Bahan
1. Kozen pintu dan kozen jendela berbahan kayu, dipakai kayu kelas I yaitu : Simalambuo
yang cukup kering dan baik dan diketam rapi.
2. Ukuran kozen disesuaikan dengan gambar rencana dan merupakan ukuran yang sudah
diketam / jadi.

PASAL 10
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK.

Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi listrik / elektrikal adalah pemasangan instalasi pipa conduit
dan kabel pada bangunan. Kabel yang digunakan harus mempunyai standard dari PLN. Kabel yang
digunakan setara dengan supreme, indocabel, extrana. Ukuran yang dipakai adalah NYM 2 x 2.5 mm.

Spesifikasi Teknis
21

PASAL 11
PEKERJAAN ALAT – ALAT SANITASI

Mutu pipa yang digunakan Kelas AW untuk pipa PVC dia. 4”,3”,2”, khusus pada pipa ¾” air
bersih kamar mandi menggunakan bahan GALVANIS. Kran dan semua bahan yang dipakai harus
bermutu baik dan mempunyai standard SNI serta mendapat persetujuan dari direksi/pengawas.
Jumlah kebutuhan dari pemasangan instalasi air bersih dan air kotor disesuaikan dengan gambar
rencana dan daftar quantity.
PASAL 16
PENUTUP

1. Semua item pekerjaan harus diselesaikan secara baik dan disesuaikan dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Pekerjaan yang tidak rapi, harus diperbaiki sampai
diperoleh hasil yang memenuhi syarat (maksimal).

2. Segala jenis pekerjaan yang belum tercantum secara jelas dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS), pelaksanaannya harus mendapat persetujuan/petunjuk dari Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas / Pejabat Pembuat Komitmen

3. Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) maka halaman (lokasi) pekerjaan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan
dan diratakan sebaik mungkin.

4. Kontraktor diwajibkan melunasi seluruh Pajak sesuai peraturan PERDA daerah yang
berlaku dan Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK).

Spesifikasi Teknis

Anda mungkin juga menyukai