Anda di halaman 1dari 15

URAIAN PEKERJAAN

PAKET PENGADAAN Belanja Modal Bangunan Gedung Instalasi - Pembuatan Green


House BPP Seririt
PA Ir. I Made Sumiarta

SPESIFIKASI FUNGSI UMUM Belanja Modal Bangunan Gedung Instalasi


- Pembuatan Green House BPP Seririt

SPESIFIKASI TEKNIS

A. Uraian Spesifikasi Teknis


1. Spesifikasi Peralatan Kontruksi dan Peralatan Bangunan:
Peralatan Konstruksi dan Peratatan Bangunan yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini
adalah :
a. Mobil Pick –up Kapasitas minimal 1.300 cc sebanyak 1 Unit

2. Spesifikasi Progres Kegiatan :


a. Pekerjaan Persiapan
1. Papan Nama Proyek
Papan Nama Proyek akan dibuat dan dipasang pada awal pelaksanaan kegiatan.
Papan Nama Proyek ini dibuat dari Triplek t. 6 mm, seng plat atau bisa memakai
bahan digital printer dengan ukuran 90 x 80 cm, ditopang kayu kaso (5/7) kelas
2 dengan tinggi 250 cm dari permukaan tanah dan dicat dasar warna yang sesuai
dan huruf cetak berwarna hitam yang berisi informasi mengenai cakupan
kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain :
a. Nama Kegiatan
b. Pemilik Kegiatan
c. Lokasi Kegiatan
d. Jumlah biaya (kontrak)
e. Nama Konsultan Perencana
f. Nama Pelaksana (Kontraktor)
g. Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun
h. Jangka Waktu Pelaksanaan Proyek

2. Bangunan Direksikeet.
Kontraktor wajib menyediakan ruang direksi, sesuai dengan kebutuhan di
lapangan. Bangunan tersebut dilengkapi dengan kotak obat P3K, meja dan kursi
tamu, papan kegiatan. Bangunan direksikeet ditempatkan pada daerah yang
tidak mengganggu kelancaran Kegiatan, dan apabila tidak ada boleh
menggunakan ruangan yang siap pakai.

b. Pekerjaan Galian
Umum
1) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah,
batu-batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek;
pembuangan lapisan tanah atas (top soil); pembuangan bekas-bekas pasangan;
grading site dan pekerjaan tanah lainnya yang kesemuanya disesuaikan
dengan Gambar dan Spesifikasi ini.
2) Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tanah sesuai
dengan Gambar-gambar dan Spesifikasi.
3) Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memberitahukan
Direksi Pekerjaan, sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat
dilakukan pada keadaan tanah belum terganggu. Demikian pula Kontraktor
harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah selesai kepada
Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan lanjutan dimulai.
4) Kesalahan dalam penggalian merupakan tanggungjawab Kontraktor untuk
menimbun kembali lobang galian hingga mencapai kepadatan yang setara
dengan kondisi tanah sebelum digali.
Prosedur Penggalian
1) Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan rumput, akar-akar dan kotoran-
kotoran lainnya harus dibersihkan dari permukaan dan bawah tanah (sub soil).
Kotoran-kotoran maupun bongkahan-bongkahan batu yang didapat dari
pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang sudah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, atas biaya Kontraktor.
2) Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan
sistem drainase yang baik, sehingga tidak becek.
3) Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-
tempat di mana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-
benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang
telah rampung. Dalam hal ini metode pekerjaan dengan tangan yang harus
dilaksanakan.
4) Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk
bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-
saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pekerjaan lapangan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab
Kontraktor
5) Galian untuk poer, balok sloof atau konstruksi lainnya harus digali sampai
pada batas-batas kemiringan dan peil yang tercantum pada gambar rencana
atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Galian tersebut harus mempunyai
ukuran yang cukup agar penempatan konstruksi dengan dimensi yang sesuai
dengan gambar rencana, dapat dengan mudah dikerjakan. Direksi Pekerjaan
dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dan dasar galian bila
dipandang perlu sesudah galian selesai dilaksanakan, Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan.
6) Kondisi Galian yang diharapkan
a) Kemiringan dinding galian harus dibuat seminimal mungkin, kecuali
diperlihatkan lain dalam - gambar, serta tidak terjadi longsor.
b) Dasar galian harus mencapai tanah keras sesuai yang dipersyaratkan dan
bersih dari segala kotoran serta tanah sisa-sisa galian.
c) Penggalian dibagi hanya dalam satu macam/jenis yaitu galian tanah biasa,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan kondisi di
lapangan.
c. Pekerjaan Timbunan
Umum
1) Pekerjaan timbunan tanah kembali pada galian pondasi atau grading meliputi
pekerjaan, pengangkutan lokal, penghamparan dan pemadatan yang
kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
2) Pekerjaan timbunan pasir, meliputi pengangkutan dari sumber bahan,
penghamparan dan pemadatan yang kesemuanya disesusikan dengan
Spesifikasi ini.
3) Penyediaan tenaga kerja, bahan timbunan, fasilitas pelaksanaan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
timbunan tanah / pasir sesuai dengan Gambar-gambar dan Spesifikasi ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor
Bahan
a. Bahan timbunan yang dipakai adalah Tanah bekas galian (lokal), atau Pasir
urug darat yang memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan. Lokasi
sumber jenis bahan timbunan tersebut di atas harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Tanah bekas galian pada umumnya
boleh di pakai lagi untuk bahan timbunan, kecuali apabila tanah tersebut
tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan dan harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
a. Semua bahan timbunan, harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan,
baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum
dibawa atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan. Sumber bahan timbunan
ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan
timbunan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
b. Bahan timbunan yang mengandung tanah organis, akar-akaran sampah dan
lain-lain tidak boleh dipergunakan untuk timbunan. Bahan-bahan seperti ini
harus dipindahkan dan harus ditempatkan pada daerah pembuangan yang
disetujui atau ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
c. Bahan-bahan timbunan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi
tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas
biaya sendiri paling lambat 3 x 24 .jam.

Penghamparan dan Pemadatan Timbunan


1. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan
dikeruk, sebelum pekerjaan penimbunan dimulai. Pada saat
pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan dan
dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang bersifat mengganggu.
2. Penghamparan timbunan tanah & Sirtu harus dilakukan lapis demi
lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm,
kemudian dipadatkan dengan alat mekanis.
3. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan
pemadatan bahan-bahan timbunan dan juga memperbaiki
kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
d. Pasangan Bataco
Umum

1) Uraian
Pekerjaan pasangan bataco meliputi semua pekerjaan dinding bataco yang
dipasang setebal setengah bataco, satu bataco atau peruntukan lain sesuai
dengan yang tertera dalam Gambar Kerja.

2) Toleransi dan Dimensi


a) Ukuran bataco harus seragam dengan toleransi perbedaan dimensi tidak
lebih dari 5mm untuk ukuran tiga dimensional.
b) Sisi muka masing-masing bataco dari permukaan pasangan bataco dengan
mortar tidak boleh melebihi 1,5 mm dari profil permukaan rata-rata
pasangan bataco dengan mortar disekitarnya.
c) Untuk pasangan bataco jarak siar horisontal dan vertikal rata-rata 12,5 mm
dengan toleransi 2,5 mm.Toleransi kemiringan vertikal dan horisontal
pasangan bataco adalah 1 mm per 1 m’ atau satuan tinggi atau panjang per
seribu.
3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat
a) Sebelum memulai pasangan bataco yang diusulkan dengan mortar,
kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan contoh pasangan
bataco untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan bataco dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum
Direksi Pekerjaan menyetujui formasi/kedudukan pasangan bataco untuk
setiap bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun kontrktor tetap bertanggung
jawab terhadap ketepatan dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi harus segera
diperbaiki atas biaya dan tanggung jawab kontrktor hingga dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.
Bahan
1) Adukan
No Jenis keterangan adukan Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
5 A5 1 pc : 6 ps
- pc = Portland Cement
- ps = Pasir Pasang
2) Semen yang digunakan adalah merek Gersik/Tiga Roda, pasir dan air pasangan
adalah kualitasnya sama dengan yang ditentukan dalam pekerjaan beton
penggunaan adukan :
A5 = Digunakan untuk pasangan bata secara umum atau sesuai dengan
gambar rencana.

3) Semua bataco yang digunakan harus dari mutu kelas satu, press mesin, padat,
keras, persis ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan
Gambar dan Spesifikasi ini.
4) Semua bataco yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat produksi
untuk mendapatkan kualitas dan ukuran yang seragam serta harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekrjaan.
Pelaksanaan

1) Pada setiap pojok /ujung formasi dinding dibuat profil pasangan bataco terbuat
dari kayu usuk/papan dengan ukuran sesuai Gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, bataco harus tidak cacat dan utuh, bersih dari bahan-bahan
yang dapat mengurangi kelekatan adukan, serta direndam dengan air sehingga
jenuh. Pasangan bata setengah ukuran hanya diperkenankan pada pasangan
ujung, sudut-sudut dan pertemuan.
3) Untuk pasangan bataco yang menempel kolom dan sloof beton bertulang harus
dilengkapi dengan angkur-angkur besi beton berdiameter minimal 12 mm
dengan jarak maksimal 80 cm kemudian dicor beton mutu K175 sehingga
terjangkar kuat pada beton kolom, sloof dan ring.
4) Setiap pasangan bataco yang langsung berdiri diatas landasan lembab sebagai
sumber resapan air, harus dipasang lapis pasangan bata kedap air, minimal
setinggi 2 lapis atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
5) Jarak celah antara bataco rata-rata 12,5 mm dengan toleransi 2,5 mm dan terisi
penuh dengan mortar, bagian bawah permukaan bata harus menempel merata
pada mortar.

e. Pekerjaan Plesteran
Umum
1) Uraian.
Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan plesteran dinding, kolom beton,
atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar Kerja.

2) Toleransi dimensi
a) Tebal plesteran rata-rata 15 mm untuk setiap lapis plesteran dengan
toleransi perbedaan ketebalan tidak lebih dari 5 mm setiap bidang plesteran.
b) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal plesteran adalah 1 mm per 1
m’ baik Tinggi atau Panjang per seribu.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat


a) Sebelum memulai pekerjaan plesteran, Kontraktor harus mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan contoh bidang plesteran untuk setiap jenis adukan
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan plesteran tidak boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan
menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang plesteran untuk setiap
bagian pekerjaan sesuai Gambar, namun Kontraktor tetap bertanggung
jawab atas ketepatan dan presisi pekerjaan.
c) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana
Gambar dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya
dan tanggung jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
4) Jadwal Kerja
a) Jumlah pekerjaan plesteran yang dilaksanakan setiap satuan waktu haruslah
dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pekerjaan plesteran untuk
menjamin agar seluruh pekerjaan plesteran hanya digunakan adukan plester
baru.
b) Setiap memulai pekerjaan plesteran harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Pekerjaan.
Bahan

1) Adukan plesteran
No. Jenis Keterangan Adukan Plesteran Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
5 A5 1 pc : 6 ps
- pc = portland cement
- ps = pasir pasang
2) Penggunaan Komposisi Campuran
- Plesteran dinding, kolom dan Pondasi menggunakan adukan A41Pc :5Ps.

Pelaksanaan
1) Membuat Campuran
a) Pasir harus bersih dari kotoran-kotoran dan diayak sesuai dengan
kebutuhan campuran.
b) Campuran harus dibuat secara homogeny dengan pemakaian air
secukupnya.
c) Campuran yang akan dipasang harus selalu baru, jangan biarkan adukan
membeku lebih dari satu jam.
2) Contoh Bidang Plesteran
Kontraktor harus membuat contoh bidang plesteran terlebih dahulu,
kemudian setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan plesteran harus
dilanjutkan sesuai dengan contoh.

3) Persiapan pada Bidang yang Akan Diplester


Semua bidang yang akan diplester harus disikat atau disapu sampai bersih dan
dibasahi hingga jenuh sebelum diplester.
4) Sudut-Sudut dan Bidang Plesteran
Semua sudut-sudut harus tegas tajam dan bidang-bidang plesteran harus rata
tidak bergelombang.

5) Kerataan Bidang Plesteran


Untuk dapat mencapai permukaan yang rata dari suatu plesteran sebaiknya
diadakan pemeriksaan dengan garisan panjang, baik horisontal maupun
vertikal yang berpedoman kepada plesteran kepala.

6) Perbaikan Bidang Plesteran


Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diperbaiki secara
keseluruhan. Bagian-bagian yang diperbaiki, harus dibobok terlebih dahulu
dengan baik, bobokan dibuat dalam bidang segi empat kemudian diplester
rata dengan sekitarnya.

7) Bidang Plesteran Tebal


Tebal plesteran tidak kurang dari 1,5 cm dan tidak lebih dari 2 cm. Dipasang
merata toleransi 1 mm setiap meter panjang. Untuk plesteran lebih dari 20
mm dan kurang dari 40 mm, sebelum lapisan tahap pertama kering benar
permukaannya di garis silang-silang untuk mengikat lapisan berikutnya.
Permukaan harus dibasahi secara berkala dan dilindungi dari terik matahari
atau hujan.

8) Plesteran Finishing Cat


Untuk plesteran yang difinishing cat terlebih dahulu di bersihkan dari debu
agar cat bisa merekat dengan baik. dan disetujui Direksi Pekerjaan.

9) Hasil Akhir yang Dikehendaki :


a) Bidang plesteran yang halus, rata atau tidak bergelombang, dan tidak
retak-retak
b) Alur-alur lurus dengan ukuran yang sama dan lurus
c) Sudut-sudut tajam dan rapih.

f. Pekerjaan Beton Bertulang


Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan
seluruh pekerjaan Struktur Beton, acuan, persiapan dan pemeliharaannya.
b) Pekerjaan ini juga mencakup semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar
Konstruksi, Spesifikasi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
tambahan dari Direksi Pekerjaan.
c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan
dalam kontrak harus sesuai dengan yang ditunjukkan pada
Gambarrencana ( Beton mutu K175 ) atau sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2) Penerbitan Gambar Kerja / Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)

Kontraktor wajib membuat gambar-gambar kerja/detail pelaksanaan (shop


drawing) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan. Gambar-gambar detail
Pelaksanaan ini akan digunakan sebagai dasar Variasi Pekerjaan.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja Detail untuk seluruh


pekerjaan perancah dan acuan yang digunakan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai.
b) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
lambat 3 x 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan
pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton.
c) Pengecoran beton hanya boleh dilakukan setelah seluruh pekerjaan acuan
dan pembesian diperiksa serta mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.

4) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan

Untuk penyimpanan semen Kontraktor harus menyediakan tempat


penyimpanan yang tahan cuaca, kedap udara dengan lantai yang tidak
lembab. Besi beton agar dicegah tidak karatan dan semua agregat tetap bersih
dari lumpur serta tidak tercampur antara yang satu dengan.yang lainnya.

5) Kondisi Tempat Kerja


Panitia swaklola harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat
kasar dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan selalu
dijaga agar selalu di bawah 30º C sepanjang waktu pencampuran atau
pengecoran. Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bilamana :
▪ Jika turun hujan atau udara berdebu atau tercemar.
▪ Acuan beton masih kotor dan pekerjaan persiapan belum tuntas.

6) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang cacat

a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat, atau tidak
memiliki permukaan akhir sebagai beton exposed, tidak memenuhi
campuran yang dipersyaratkan, terjadi retak atau rongga. Untuk
perbaikannya harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat mencakup :
i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dicor;
ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya
gagal;
iii) Melakukan injeksi dan/atau grouting pada bagian-bagian yang beton
yang retak atau berongga.
iv) Perkuatan atau melakukan pembongkaran menyeluruh dan
mengadakan penggantian pada bagian pekerjaan yang tidak
memenuhi syarat.
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan terhadap data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan
dapat meminta Kontraktor untuk melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah
dilaksanakan dapat dinilai dengan adil, atas biaya dan tanggung jawab
Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi ini.

Bahan

1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah semen portland type
I dari merk Gresik/Tiga Roda dan mendapat persetujuan Direksi dan
memenuhi syarat PBI - 1971. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi
Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung
udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

2) A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula, atau organik.

3) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri atas partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal
(boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil
dan pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
yang diberikan dalam tabel 3.1.2. (2) bila contoh-contoh diambil dan diuji
sesuai dengan prosedur SNI (AASHTO) yang berhubungan.
Campuran Beton
1) Untuk pekerjaan beton rabat menggunakan campuran 1 pc : 3 psr : 5 krl.
2) Untuk beton bertulang menggunakan campuran beton 1pc : 2 psr : 3 krl.
a) Direksi berhak memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan
perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian
kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor
harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan, tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada
waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian
yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan
perbaikan yang dipandang perlu.
b) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja,
terkecuali bila Kontrktor dan Direksi Pekerjaan keduanya sepakat dengan
perbaikan tersebut.
3) Penyesuaian campuran

a) Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
pekerjaan

b) Penyesuaian Untuk bahan-bahan Baru


Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa peberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak
boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut
secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil
pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor

4) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen bukan kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu
satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan di
pertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan
jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan
air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi
paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang
memadai dari tumpukan agregat .
5) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan aggregat dan semen
yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
di tambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus di
masukan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat
bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapsitas ¾ m 3 atau kurang
haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk setiap penambahan 0,5 m 3
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual,
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non struktural.

Pelaksanaan Pengecoran

1) Penyiapan Tempat Kerja


a) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
mengubah formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi dan harus membersihkan dan meratakan tempat disekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas, sehingga dapat menjamin dicapainya
seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus di sediakan jika
diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat
diperiksa dengan mudah dan aman.
b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti angker/jangkar,
pipa/conduit, atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran .
c) Seluruh telapak/poer pondasi, sloof dan galian untuk pekerjaan beton
harus dijaga agar senantiasa kering dan bersih, beton tidak boleh di cor di
atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas
persetujuan Direksi beton dapat di cor di dalam air dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran.
d) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan
pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk mmastikan cukup tidaknya daya dukung dari
tanah di bawah pondasi.
e) Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan ditempat
yang lunak serta memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan
stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2) Perancah
a) Perancah harus dibuat dengan terencana sehingga tidak
mengganggu/menghambat aliran air.
b) Perancah harus dibuat di atas pondasi yang kuat dan kokoh serta terhindar
dari bahaya penggerusan dan penurunan.
c) Konstruksi perancah harus kokoh terhadap pembebanan yang akan
dipikulnya. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-
langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan pelendutan perancah.
d) Konstruksi perancah harus menjamin bahwa permukaan dan bentuk
konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang
seharusnya menurut Gambar Rencana.
e) Perancah harus dibuat dari baja dan atau kayu. Pemakaian bambu untuk
hal ini tidak diperbolehkan.
f) Bila perancah terpasang sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton
berlangsung menunjukkan tanda-tanda adanya penurunan sehingga
menurut pendapat Direksi Pekerjaan itu akan menyebabkan kedudukan
(peil) akhir tidak akan dapat dicapai sesuai dengan gambar rencana atau
penurunan tersebut akan sangat membahayakan dari segi konstruksi,
maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk membongkar
pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan Kontraktor
untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat.
Akibat dari semua ini menjadi tanggung jawab Kontraktor
g) Gambar Kerja perancah dan sistim pondasinya, secara detail harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui.
h) Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan sebelum gambar kerja
tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat dan kokoh
untuk dipergunakan.
i) Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai (dengan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan) maka perancah harus dibongkar dan
diangkut keluar proyek.
j) Kegagalan pelaksanaan konstruksi perancah, seluruhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
3) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus di
bentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas
secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah
yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan
selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk
permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi untuk “Beton
Exposed” digunakan multiplex lapis film tebal 15 mm dibuat serapi
mungkin untuk menghasilkan kualitas performance beton yang bagus.
Seluruh penyelesaian sudut-sudut tajam harus sesuai gambar rencana.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.
4) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
paling lambat 3x24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda
lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan
persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan
seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk
memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan
bilamana Direksi pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak khusus (form oil)
yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak di
cor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan
karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai sambungan
konstruksi (construction joint ) yang telah di setujui sebelumnya atau
sampai pekerjaan selesai.
f) Beton harus di cor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi
partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus di cor dalam cetakan
sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk
mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat
awal pengecoran.
g) Bilamana beton di cor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk
yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus di cor dalam
lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak melampaui 15 cm. Untuk
dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh
keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih
dari 150 cm. Beton tidak boleh di cor langsung dalam air.
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa, sehingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis agar dapat menyatu dengan
campuran beton yang baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan
yang lepas dan rapuh dan disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat
sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama
harus disapu/dilepa dengan adukan semen dengan campuran air
secukupnya.
k) Permukaan beton tidak boleh digenangi air dalam waktu 24 jam setelah
pengecoran.
Pengerjaan Akhir
1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal dari 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah plat, gelegar atau struktur
busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet) dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih 30 jam, tergantung pada
keadaan cuaca.
c) Acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut telah
mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Tidak diperkenankan
mempergunakan kembali hasil pembongkaran begesting yang telah
lapuk.
d) Kecuali ditentukan lain, maka waktu minimum yang dibutuhkan untuk
pembongkaran acuan/cetakan adalah sebagai berikut :
Sisi - sisi balok, kolom dan dinding : 3 hari.
Tiang - tiang penyanggah pelat beton : 21 hari
Tiang - tiang penyanggah balok - balok : 21 hari
Tiang - tiang penyanggah overstek : 28 hari
2) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati
badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm
di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya
yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan walaupun tidak akan mempengaruhi struktur atau
fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian
lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
c) Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang utuh (sound),
membentuk permukan yang tegak lurus terhadap permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan
air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus
selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri
atas satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut
sebelumnya dengan campuran kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

3) Perawatan (Pekerjaan Akhir Khusus)


Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut
ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :

a) Bagian atas plat lantai kedap air, permukaan lantai balkon, dan permukaan
horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan segera secara manual sampai halus dan rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau oleh
cara lain yang cocok, kemudian disiram campuran pasta semen dengan
lapisan ± 2 mm dan dipukul-pukul dengan sapu lidi hingga merata dan
semua pori tertutup, sebelum beton mulai mengeras.
b) Perataan permukaan horisontal yang tidak boleh menjadi licin, seperti
untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau
cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum beton mulai mengeras.
c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang
masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk mengerjakan
akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas
acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan
ini harus dibiarkan tertinggal ditempat.
4) Perawatan Dengan Pembasahan
a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang telalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaiman mestinya pada semen dan pengerasan
beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,
dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu
paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap
air harus ditindih atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang
diekspos dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu ,acuan tersebut harus dipertahankan
basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya
sambungan-sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh
diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton
dicor.

g. Pemasangan rangka baja ringan, dinding dan atap


Umum

1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan rangka dinding dan atap, penutup dinding dan
penutup atap

2) Toleransi dan Dimensi


a) Untuk dimensi baja ringan yang digunakan adalah Type C 75_0.75
Bahan
1) Untuk rangka menggunakan baja ringan C 75_0.75, untuk penutup dinding
menggunakan insecnet / screen net dan atap menggunakan plastic UV 14% 200
micron
Pelaksanaan

1) Pada setiap kolom baja ringan menggunakan perkuatan cor beton.


2) Untuk setiap pertemuan / sambungan baja ringan menggunakan baut dengan
jumlah baut tiap sambungan sebanyak 3 buah

B. Keterangan Gambar (Terlampir)


Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan harus ditetapkan oleh Pengguna Anggaran
(PA) secara terinci, lengkap dan jelas, antara lain :
1. Peta Lokasi
2. Site Plan
3. Denah
4. Tampak Depan
5. Tampak Samping
6. Potongan memanjang
7. Potongan melintang
C. Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi
perancangan dan/atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi dalam menetapkan uraian
pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi pada
Pekerjaan Konstruksi. Dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap RKK dan
penerapan SMKK, Pengguna Jasa dapat dibantu oleh Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas
Keselamatan Konstruksi.

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 60


INFORMASI LAINNYA
(enam puluh) hari kalender

Anda mungkin juga menyukai