SPESIFIKASI TEKNIS
2. Bangunan Direksikeet.
Kontraktor wajib menyediakan ruang direksi, sesuai dengan kebutuhan di
lapangan. Bangunan tersebut dilengkapi dengan kotak obat P3K, meja dan kursi
tamu, papan kegiatan. Bangunan direksikeet ditempatkan pada daerah yang
tidak mengganggu kelancaran Kegiatan, dan apabila tidak ada boleh
menggunakan ruangan yang siap pakai.
b. Pekerjaan Galian
Umum
1) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah,
batu-batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek;
pembuangan lapisan tanah atas (top soil); pembuangan bekas-bekas pasangan;
grading site dan pekerjaan tanah lainnya yang kesemuanya disesuaikan
dengan Gambar dan Spesifikasi ini.
2) Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tanah sesuai
dengan Gambar-gambar dan Spesifikasi.
3) Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memberitahukan
Direksi Pekerjaan, sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat
dilakukan pada keadaan tanah belum terganggu. Demikian pula Kontraktor
harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah selesai kepada
Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan lanjutan dimulai.
4) Kesalahan dalam penggalian merupakan tanggungjawab Kontraktor untuk
menimbun kembali lobang galian hingga mencapai kepadatan yang setara
dengan kondisi tanah sebelum digali.
Prosedur Penggalian
1) Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan rumput, akar-akar dan kotoran-
kotoran lainnya harus dibersihkan dari permukaan dan bawah tanah (sub soil).
Kotoran-kotoran maupun bongkahan-bongkahan batu yang didapat dari
pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang sudah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, atas biaya Kontraktor.
2) Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan
sistem drainase yang baik, sehingga tidak becek.
3) Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-
tempat di mana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-
benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang
telah rampung. Dalam hal ini metode pekerjaan dengan tangan yang harus
dilaksanakan.
4) Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk
bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-
saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pekerjaan lapangan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab
Kontraktor
5) Galian untuk poer, balok sloof atau konstruksi lainnya harus digali sampai
pada batas-batas kemiringan dan peil yang tercantum pada gambar rencana
atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Galian tersebut harus mempunyai
ukuran yang cukup agar penempatan konstruksi dengan dimensi yang sesuai
dengan gambar rencana, dapat dengan mudah dikerjakan. Direksi Pekerjaan
dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dan dasar galian bila
dipandang perlu sesudah galian selesai dilaksanakan, Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan.
6) Kondisi Galian yang diharapkan
a) Kemiringan dinding galian harus dibuat seminimal mungkin, kecuali
diperlihatkan lain dalam - gambar, serta tidak terjadi longsor.
b) Dasar galian harus mencapai tanah keras sesuai yang dipersyaratkan dan
bersih dari segala kotoran serta tanah sisa-sisa galian.
c) Penggalian dibagi hanya dalam satu macam/jenis yaitu galian tanah biasa,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan kondisi di
lapangan.
c. Pekerjaan Timbunan
Umum
1) Pekerjaan timbunan tanah kembali pada galian pondasi atau grading meliputi
pekerjaan, pengangkutan lokal, penghamparan dan pemadatan yang
kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
2) Pekerjaan timbunan pasir, meliputi pengangkutan dari sumber bahan,
penghamparan dan pemadatan yang kesemuanya disesusikan dengan
Spesifikasi ini.
3) Penyediaan tenaga kerja, bahan timbunan, fasilitas pelaksanaan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
timbunan tanah / pasir sesuai dengan Gambar-gambar dan Spesifikasi ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor
Bahan
a. Bahan timbunan yang dipakai adalah Tanah bekas galian (lokal), atau Pasir
urug darat yang memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan. Lokasi
sumber jenis bahan timbunan tersebut di atas harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Tanah bekas galian pada umumnya
boleh di pakai lagi untuk bahan timbunan, kecuali apabila tanah tersebut
tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan dan harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
a. Semua bahan timbunan, harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan,
baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum
dibawa atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan. Sumber bahan timbunan
ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan
timbunan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
b. Bahan timbunan yang mengandung tanah organis, akar-akaran sampah dan
lain-lain tidak boleh dipergunakan untuk timbunan. Bahan-bahan seperti ini
harus dipindahkan dan harus ditempatkan pada daerah pembuangan yang
disetujui atau ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
c. Bahan-bahan timbunan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi
tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas
biaya sendiri paling lambat 3 x 24 .jam.
1) Uraian
Pekerjaan pasangan bataco meliputi semua pekerjaan dinding bataco yang
dipasang setebal setengah bataco, satu bataco atau peruntukan lain sesuai
dengan yang tertera dalam Gambar Kerja.
3) Semua bataco yang digunakan harus dari mutu kelas satu, press mesin, padat,
keras, persis ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan
Gambar dan Spesifikasi ini.
4) Semua bataco yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat produksi
untuk mendapatkan kualitas dan ukuran yang seragam serta harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekrjaan.
Pelaksanaan
1) Pada setiap pojok /ujung formasi dinding dibuat profil pasangan bataco terbuat
dari kayu usuk/papan dengan ukuran sesuai Gambar atau petunjuk Direksi
Pekerjaan.
2) Sebelum dipasang, bataco harus tidak cacat dan utuh, bersih dari bahan-bahan
yang dapat mengurangi kelekatan adukan, serta direndam dengan air sehingga
jenuh. Pasangan bata setengah ukuran hanya diperkenankan pada pasangan
ujung, sudut-sudut dan pertemuan.
3) Untuk pasangan bataco yang menempel kolom dan sloof beton bertulang harus
dilengkapi dengan angkur-angkur besi beton berdiameter minimal 12 mm
dengan jarak maksimal 80 cm kemudian dicor beton mutu K175 sehingga
terjangkar kuat pada beton kolom, sloof dan ring.
4) Setiap pasangan bataco yang langsung berdiri diatas landasan lembab sebagai
sumber resapan air, harus dipasang lapis pasangan bata kedap air, minimal
setinggi 2 lapis atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
5) Jarak celah antara bataco rata-rata 12,5 mm dengan toleransi 2,5 mm dan terisi
penuh dengan mortar, bagian bawah permukaan bata harus menempel merata
pada mortar.
e. Pekerjaan Plesteran
Umum
1) Uraian.
Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan plesteran dinding, kolom beton,
atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar Kerja.
2) Toleransi dimensi
a) Tebal plesteran rata-rata 15 mm untuk setiap lapis plesteran dengan
toleransi perbedaan ketebalan tidak lebih dari 5 mm setiap bidang plesteran.
b) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal plesteran adalah 1 mm per 1
m’ baik Tinggi atau Panjang per seribu.
1) Adukan plesteran
No. Jenis Keterangan Adukan Plesteran Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
5 A5 1 pc : 6 ps
- pc = portland cement
- ps = pasir pasang
2) Penggunaan Komposisi Campuran
- Plesteran dinding, kolom dan Pondasi menggunakan adukan A41Pc :5Ps.
Pelaksanaan
1) Membuat Campuran
a) Pasir harus bersih dari kotoran-kotoran dan diayak sesuai dengan
kebutuhan campuran.
b) Campuran harus dibuat secara homogeny dengan pemakaian air
secukupnya.
c) Campuran yang akan dipasang harus selalu baru, jangan biarkan adukan
membeku lebih dari satu jam.
2) Contoh Bidang Plesteran
Kontraktor harus membuat contoh bidang plesteran terlebih dahulu,
kemudian setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan plesteran harus
dilanjutkan sesuai dengan contoh.
a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat, atau tidak
memiliki permukaan akhir sebagai beton exposed, tidak memenuhi
campuran yang dipersyaratkan, terjadi retak atau rongga. Untuk
perbaikannya harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat mencakup :
i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dicor;
ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya
gagal;
iii) Melakukan injeksi dan/atau grouting pada bagian-bagian yang beton
yang retak atau berongga.
iv) Perkuatan atau melakukan pembongkaran menyeluruh dan
mengadakan penggantian pada bagian pekerjaan yang tidak
memenuhi syarat.
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan terhadap data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan
dapat meminta Kontraktor untuk melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah
dilaksanakan dapat dinilai dengan adil, atas biaya dan tanggung jawab
Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi ini.
Bahan
1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah semen portland type
I dari merk Gresik/Tiga Roda dan mendapat persetujuan Direksi dan
memenuhi syarat PBI - 1971. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi
Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung
udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek.
2) A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula, atau organik.
3) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri atas partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal
(boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil
dan pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
yang diberikan dalam tabel 3.1.2. (2) bila contoh-contoh diambil dan diuji
sesuai dengan prosedur SNI (AASHTO) yang berhubungan.
Campuran Beton
1) Untuk pekerjaan beton rabat menggunakan campuran 1 pc : 3 psr : 5 krl.
2) Untuk beton bertulang menggunakan campuran beton 1pc : 2 psr : 3 krl.
a) Direksi berhak memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan
perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian
kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor
harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan, tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada
waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian
yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan
perbaikan yang dipandang perlu.
b) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja,
terkecuali bila Kontrktor dan Direksi Pekerjaan keduanya sepakat dengan
perbaikan tersebut.
3) Penyesuaian campuran
a) Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
pekerjaan
4) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen bukan kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu
satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan di
pertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan
jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan
air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi
paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang
memadai dari tumpukan agregat .
5) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan aggregat dan semen
yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
di tambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus di
masukan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat
bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapsitas ¾ m 3 atau kurang
haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk setiap penambahan 0,5 m 3
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual,
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non struktural.
Pelaksanaan Pengecoran
a) Bagian atas plat lantai kedap air, permukaan lantai balkon, dan permukaan
horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan segera secara manual sampai halus dan rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau oleh
cara lain yang cocok, kemudian disiram campuran pasta semen dengan
lapisan ± 2 mm dan dipukul-pukul dengan sapu lidi hingga merata dan
semua pori tertutup, sebelum beton mulai mengeras.
b) Perataan permukaan horisontal yang tidak boleh menjadi licin, seperti
untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau
cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum beton mulai mengeras.
c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang
masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk mengerjakan
akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas
acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan
ini harus dibiarkan tertinggal ditempat.
4) Perawatan Dengan Pembasahan
a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang telalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaiman mestinya pada semen dan pengerasan
beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,
dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu
paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap
air harus ditindih atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang
diekspos dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu ,acuan tersebut harus dipertahankan
basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya
sambungan-sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh
diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton
dicor.
1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan rangka dinding dan atap, penutup dinding dan
penutup atap