Anda di halaman 1dari 7

METODE PELAKSANAAN

1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pekerjaan Persiapan meliputi :
a. Papan Nama Proyek
Papan nama proyek akan dibuat sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu 75 x 120 cm,
dipasang pada lokasi yang strategis dan mudah utuk dilihat dan dibaca oleh umum. Papan nama
proyek berisikan : Nama Kegiatan Pekerjaan, Jenis Pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan, Pengguna Jasa,
Biaya Pekerjaan, Waktu pelaksanaan Pekerjaan, dan Sumber Dana.
b. Pembersihan Lokasi
Lokasi pekerjaan akan dipelihara bebas dari timbunan material sisa, sampah, dan kotoran lainnya,
pada tahap pekerjaan selesai (100%) semua material sisa maupun bongkaran akan dikeluarkan dari
lokasi dan dibuang pada lokasi yang telah ditentukan dan mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan.
c. Pengukuran dan Pematokan
Sebelum pengukuran dan pematokan dilaksanakan penyedia jasa akan memberitahukan kepada
Direksi, patok-patok dibuat dengan jelas kuat dan berada pada posisi tetap (tidak berubah).
Patok-patok akan dibuat dari kayu kelas II 5/7 cm dan dicat dengan warna merah, tidak mudah
tercabut, tinggi patok minimal 20 cm dari permukaan tanah dengan jarak patok 50 M
d. Rambu Pengaman
Membuat rambu-rambu pengaman sesuai dengan petunjuk Direksi yang dituangkan dalam gambar
mengacu pada Kep.Hub.No.KM.61 Tahun 1993 dan dipasang pada lokasi untuk menjaga ketertiban
dan kelancaran serta keamanan lalu lintas selama pekerjaan berlangsung.
e. Sosialisasi
Sebelum pekerjaan dilaksanakan penyedia jasa didukung oleh pihak proyek akan melakukan
sosialisasi dengan masyarakat setempat dan instansi terkait seperti PLN, Telkom, PDAM , hal ini
dimaksudkan agar kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sebagai mana mestinya.
f. Kantor dan Gudang Sementara
Menyewa rumah penduduk yang dekat dengan lokasi proyek untuk dijadikan kantor dan gudang
sementara yang dilengakapi dengan peralatan kantor untuk memback up administrasi dan logistik
selama proyek berjalan.
g. Mobilisasi dan Demobilisasi
Untuk mobilisasi dan demobilisasi alat, matreial dan tenaga kerja akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dilapangan atau dengan skala prioritas.

2. PEKERJAAN RABAT BETON


I. Pekerjaan Tanah Galian
A. Uraian
i) Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah
atau batu ataupun bahan-bahan lainnya dari jalan kendaraan dan sekitarnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan kontrak yang memuaskan.
ii) Pekerjaan ini biasanya diperlukan untuk pembuatan jalan dan untuk pembuangan bahan-
bahan yang tidak cocok sepeti tanah selimut (bagian atas). Pada umumnya tanah galian
digunakan kembali untuk pembentukan daerah jalan, sesuai dengan spesifikasi ini dan
dalam pemenuhan yang sangat bertanggungjawab terhadap garis batas, kelandaian dan
potongan melintang yang ditunjukkan pada gambar rencana atau seperti diperintahkan oleh
Direksi Teknik.

iii) Terkecuali untuk tujuan pembayaran, persyaratan bab ini berlaku untuk semua pekerjaan
galian yang dilaksanakan dalam hubungan dengan kontrak, termasuk pekerjaan-pekerjaan
yang berkaitan dalam bab-bab lain, dan semua galian diklasifikasikan dalam satu atau dua
kategori :
1) Galian Biasa
2) Galian Batu

B. Toleransi Ukuran
Kelandaian, garis batas dan formasi akhir setelah penggalian tidak boleh berbeda dari yang
ditentukan untuk lebih besar 2 cm pada setiap titik. Pekerjaan yang tidak memenuhi toleransi ini
harus diperbaiki.

C. Pemeriksaan Di Lapangan
i) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar di bawah Bab ini, ketinggian dan garis batasnya
harus disetujui oleh Direksi Teknik, sebelum Kontraktor memulai pekerjaan.
ii) Sesudah masing-masing penggalian untuk lapis tanah dasar, formasi atau pondasi
dipadatkan, Kontraktor harus memberitahukan hal tersebut kepada Direksi Teknik, dan
tidak ada bahan alas dasar atau bahan lainnya yang boleh dipasang sampai Direksi Teknik
menyetujui kedalaman penggalian dan kualitas serta kekerasan bahan pondasi

D. Penggunaan dan Pembuangan Bahan-bahan Galian


i. Semua bahan-bahan yang cocok untuk digali di dalam batas-batas dan lingkup kerja proyek,
dimana mungkin akan digunakan dengan cara yang paling efektif, untuk pembuatan formasi
badan jalan atau untuk urugan kembali.
ii. Bahan-bahan galian yang berisikan tanah-tanah sangat organis, gambut, berisikan akar-akar
atau barang-barang tumbuhan yang banyak, dan juga tanah yang mudah mengembang, yang
menurut Direksi Teknik akan menghalangi pemadatan bahan lapisan di atasnya atau dapat
menimbulkan penurunan yang tidak dikehendaki atau kehancuran, akan diklasifikasikan
sebagai tidak cocok digunakan sebagai urugan dalam pekerjaan permanen.

E. Pengamanan Pekerjaan Penggalian Badan Jalan


i) Selama pekerjaan penggalian, kemiringan galian yang stabil yang mampu menyangga
bangunan-bangunan, struktur atau mesin-mesin disekitarnya harus dijaga sepenuhnya.
Serta harus dipasang penyangga dan penguat yang memadai bila permukaan galian yang
tidak ditahan dengan cara lain dapat menjadi tidak stabil. Bila diperlukan, Kontraktor harus
menopang struktur-struktur disekitarnya yang mungkin menjadi tidak stabil atau menjadi
berbahaya oleh pekerjaan galian.
ii) Semua galian terbuka harus dipasang penghalang yang memadai untuk menghindari tenaga
kerja atau lain-lainnya jatuh dengan tidak sengaja ke dalam galian dan setiap galian terbuka
di dalam daerah badan jalan atau bahu jalan, sebagai tambahan harus diberi marka/tanda
peringatan pada malam hari dengan drum di cat putih (atau semacamnya) dengan lampu
merah, sehingga memuaskan Direksi Teknik.
iii) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengadakan perlindungan bagi setiap pipa
bawah tanah yang berfungsi, kabel-kabel, atau struktur lainnya di bawah permukaan yang
ditemukan dan harus bertanggung jawab untuk biaya perbaikan setiap kerusakan yang
disebabkan oleh operasinya.

2. URUGAN
a. Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, mengangkut, penempatan dan memadatkan tanah atau bahan
berbutir yang disetujui untuk pembangunan bahu jalan, kemiringan dan ketinggian penampang
melintang yang ditentukan atau disetujui.
b. Bila terjadi penimbunan maka rumput–rumput dan akar–akar pada permukaan tanah yang akan
ditimbun dikeluarkan lalu pekerjaan penimbunan dilaksanakan.
c. Ketinggian dan kemiringan akhir pematang tanah dasar dan bahu jalan, setelah pemadatan tidak boleh
ada dua sentimeter lebih tinggi atau tiga sentimeter lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
d. Semua permukaan akhir urugan yang nampak keluar harus cukup halus dan seragam, dan mempunyai
kemiringan yang cukup menjamin limpasan air permukaan yang bebas.
e. Urugan pasir dilakukan setelah kondisi tanah rata dan padat.
f. Urugan pasir yang terpasang harus sesuai dengan spesifiksi yang telah ditentukan pada dokumen
gambar sesuai dengan petunjuk teknis.

3. PEKERJAAN BEKISTING
i) Pekerjaan Bekesting Kanstin
a) Galian tanah untuk kanstin dikerjakan sesuai dengan petunjuk teknis dan gambar kerja dengan
kedalaman dan tebal kanstin yang telah ditentukan.
b) Bekesting menggunakan kayu kelas IV berbentuk papan dengan permukaan yang rata dan lurus,
dengan ukuran tinggi sesuai dengan gambar rencana dengan panjang sesuai dengan panjang
kanstin dan tebal kanstin yang akan dibuat.
c) Bekesting dipasang kanan dan kiri badan jalan.
d) Setelah Bekesting dibuat dilakukan pengecoran dengan campuran beton 1:3:5 sesuai dengan
dokumen gambar dan petunjuk teknis yang telah ditentukan.
e) Pembongkaran Bekesting kanstin dilakukan setelah pengecoran kering, atau menurut petunjuk
direksi teknis, dengan cara membongkar bekesting dalam dari badan jalan.

ii) Pekerjaan Bekesting Badan Jalan


a) Pekerjaan bekesting dilakukan setelah pekerjaan urugan sirtu atau pasir dianggap padat dan rata.
b) Bekesting menggunakan kayu kelas IV berbentuk papan dengan permukaan yang rata dan lurus,
dengan ukuran tinggi sesuai dengan gambar rencana dengan panjang sesuai dengan panjang yang
direncanakan.
c) Bekesting dipasang pada bagian sisi kanan dan kiri kemudian dipasang penyangga (stut) pada
setiap beberapa meter agar bekesting dapat berdiri tegak dan lurus, diusahakan agar tidak
terdapat celah/lubang yang akan membuat campuran dapat keluar.
d) Asumsi pemakaian bekesting sebanyak 2 kali pemakaian.

4. RABAT BETON.
Beton 1 : 3 : 5 dipasang secara bersama-sama dengan ukuran dan model disesuikan dengan gambar
rencana.
1) Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, cetakan atau mall harus dibuat dari kayu yang
mempunyai permukaan yang halus dan rata serta kuat sehingga dapat dipergunakan berulang – ulang.
2) Beton 1 : 3 : 5 Jenis semen yamg memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan
(semen : pasir : Kerikil) yang digunakan untuk pengecoran Cansting dengan ukuran disesuaikan
dengan gambar rencana. Pengadukan campuran menggunakan alat mekanis (Molen)
3) Pengecoran rabat beton dilakukan setelah urugan pasir dilapisi pelastik beton dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk teknis.
4) bahan – bahan :
Semua material yang dibutuhkan untuk mengahsilkan beton dengan mutu yang ditentukan harus
mengikuti syarat-syarat dibawah ini :
a) Semen
Untuk Konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak tahan terhadap sulfat dan
panas hidrasi yang sedang maka pakai semen portlan jenis II. Semua portlan standar harus
memenuhi persyaratan kimia dan fisik.

b) Aggregat Halus (Pasir).


Aggregat halus untuk beton dapat pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa pasir batuan yang dihasilkan olah alat pemecah batu. Aggregat halus untuk beton
dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasialami dari batu-batuan berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Aggregat halus tidak boleh mengandung Lumpur
lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan Lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 milimeter. Apabila kadar Lumpur melampaui 5% maka
aggregat halus harus dicuci. Aggregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu
banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABKAMS Harder (dengan larutan
NaOH). Aggregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna inidapat juga dipakai asal
kekuatan tekan adukan aggregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari
kekuatan adukan aggregat yang sama tetapi dicuci hingga bersi dengan air pada umur yang sama.
Aggregat halus terdiri dari butiran–butiran yang beraneka ragam besar dan apabila diayak harus
memenuhi syarat – syarat berikut ini : Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai aggregat untuk
semua mutu beton.

c) Aggregat kasar ( kerikil tersaring )


Aggregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu –
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh daripemecahan batu. Pada umumnya yang
dimaksud dengan aggregat kasar adalah aggregat dengan besar butiran lebih dari 5 mm. Aggregat
harus terdiri dari butiran-butiran yang keras tidak berpori. Aggregat yang mengandung butir-
butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butirannya tidak melampaui dari berat aggregat
seluruhnya. Butiran-butiran aggregat kasar harus bersifat kekal. Artinya tidak pecah ataupun
hancur oleh pengaruh – pengaruh cuaca seperti air hujan dan terik matahari. Aggregat kasar tidak
boleh mengandung Lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering) yang diartikan
dengan Lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui 0.063 mm apabila kadar lumpurnya
melalui aggregat kasar harus dicuci. Aggregat kasar harus tidak boleh mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali. Besar butir aggregat maksimum tidak boleh
lebih dari seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan sepertiga dari tebal
plat atau tiga perempat dari jarak maksimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan. Desain campuran. Campuran beton harus direncanakan untuk mendapatkan kombinasi
yang paling ekonomis dan praktis dari material yang tersedia agar dapat menghasilkan
kemudahan pengejaran (workability) yang baik dalam pembuatan beton baru dan memenuhi
sifat – sifat yang diisyaratkan pada beton.
d) Air.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak asam, alkalin, garam
bahan-bahan organic atau bahan-banahan lain yang merusak dan atau baja tulangan. Dalam hal
ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

5) Pelaksanaan
a. Pergudangan dan penyimpanan material.
i) Semen harus disimpan dengan teratur dengan rapi menurut urutan datangnya sehingga
pemakaian dapat diusahakan sedikian agar tidak ada semen yang terlalu lama berada dalam
ii) Semen yang telah mengumpal tidak boleh dipakai dalam pekerjaan konstruksi. Pergudangan
material tersebut hendaknya disesuaikan dengan keadaan untuk menghindari kemacetan
pekerjaan yang diakibatkan keterlabatan pengiriman material.
b. Pengadukan beton.
Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dari mengaduk sampai perawatan hendaknya sesuai dengan
yang diisyaratkan. dengan syarat-syarat dibawah ini.
o Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton sebaiknya dilaksanakan pada cuaca yang
baik.
o Mutu beton dan metode pelaksanaan harus disetujui oleh pengawas lapangan.
o Beton terutama untuk campuran 1:3:5 keatas harus dicampur dengan alat pengaduk mekanis
(molen)
o Beton harus diaduk dilapangan dengan mengunakan molen atau alat-alat yang sesuai dimana
akan didapatkan hasil adukan yang homogen. Dimana semen ditakar dengan jumlah sesuai
speksifikasi yang ditentukan, maka harus diushakan sedemikian agar campuran terdiri dari
jumlah semen bulat dalam zak.
o Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai mengeras tidak diperbolehkan.
c. Pengecoran
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah acuan dan pekerjaan persiapan
yang disebutkan pada spesifikasi ini telahsempurna dikerjakan.
o Sebelum pengecoran dimulai semua alat-alat material dan pekerjaan harus sudah berada
ditempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
o Permukaan sebelah dalam dari bekesting harus sudah dibersihkan dari bahan-bahan lepas,
kotoran-kotoran maupun
o Bekesting yang terbuat dari kayu dan dimana dikuatirkan adanya pengisapan air kayu, harus
terlebih dahulu disahi dengan air hingga jernih.
o Pengecoran hanya diperbolekan pada siang hari. Pengecoran sebaiknya dilakukan segera
setelah selesai pengaduan dan sebelum beton mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam
hal ini masih diizinkan dalam batas dimana beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan
air.
o Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar
dari mixer, kecuali bilah diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton.
o Cara pengerjan hendaknya dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregasi) dan pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor itu.
o Adukan tidak boleh dijatuhkan melebihi tinggi 1 ½ meter dan tidah diperkenankan menimbun
beton dalam jumlah banyak disuatu tempat dengan maksud untuk kemudian meratakanya
sepanjang acuan.
o Lubang-lubang untuk pengaliran air, atau keperluan lainnya, dapat dibuat dari bambu-bambu
atau batang-batang pisang dengan maksud untuk memudahkan pengambilanya pada waktu
pembongkaran acuan.
d. Pemadatan.
o Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari memukul-memukul dari sebelah luar, dan
menusuk-nusuk adukan beton secara kontinyu.
o Ketelitian dalam hal ini sangat perlu untuk diperhatikan agar semua sudut-sudut terisi, sela-
sela diantara dan disekeliling terpenuhi tanpa mengeser menjadi rata dan halus,
mengeluarkan gelembung – gelembung udara dan mengisi semua rongga.
o Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah memiliki pengalaman.

6). Permukaan beton jadi.


o Semua permukaan jadi dari semua pekerjaan beton harus rata, lurus tidak nampak bagian-bagian
yang keropos atau bagian-bagian yang membekas pada permukaan ujung-ujung atau sudut-sudut
harus dibentuk penuh dan tajam. Setelah pembongkaran bekesting, bagian-bagian yang rapuh,
kasar lubang-lubang dan bagian-bagian yang tidak memenuhi syarat-syarat harus segera
diperbaiki dengan cara pemahatan dan mengisi kembali dengan adukan semen yang sesuai baik
kekuatan maupun warnanya, untuk kemudian diratakan dengan kayu perata.
o Pekerjaan – pekerjaan itu sebaiknya diselesaikan secepat mungkin dan tidak lebih dari maksimum
2 hari setelah pembongkaran acuan.

7). Perawatan beton


Pada umumnya beton baru selesai di cor harus dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta
kerusakan – kerusakan lainnya yang disebabkan oleh gaya – gaya sentuhan sampai beton telah
menjadi keras.

3. DOKUMENTASI DAN PELAPORAN


Selama berlangsung pekerjaan, Penyedia Jasa akan menyiapkan dan melaksanakan pendokumentasian
seluruh pekerjaan utama.
Posisi dan jumlah lokasi yang akan didokumentasikan berdasarkan perintah/petunjuk dari Direksi atau
Pengawas Lapangan.
Pada umumnya Pendokumentasian pekerjaan meliputi sebelum, sedang dan sesudah pekerjaan selesai
dilaksanakan.

Laporan pendokumentasian ini akan diberikan dalam bentuk hasil cetakan (hard copy).
Laporan dibuat untuk mengetahui kemajuan/prestasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan, adapun
bentuk laporan sebagai berikut :
Laporan Harian
 Laporan Harian berfungsi sebagai catatan terhadap pelaksanaan pekerjaan harian.
 Laporan Harian berisi catatan-catatan tentang kondisi pekerjaan yang dilakukan setiap hari,
misalnya tentang catatan peralatan, personil, jenis pekerjaan yang dilaksanakan, kondisi cuaca
dan lain sebagainya.

Laporan Mingguan
 Laporan Mingguan berfungsi sebagai Laporan Kemajuan Pekerjaan dalam kurun waktu mingguan.
 Laporan Mingguan memuat rangkuman laporan harian dalam kurun waktu seminggu
 Laporan Mingguan dapat juga berisi catatan-catatan penting lainnya.
 Laporan Mingguan dijadikan dasar evaluasi dalam Rapat Rutin Mingguan
Laporan Kemajuan Bulanan
 Laporan Bulanan dibuat sebagai Laporan Kemajuan ekerjaan dalam kurun waktu bulanan
 Laporan Bulanan dijadikan dasar evaluasi dalam Rapat Rutin Bulanan
 Loporan Bulanan dapat dijadikan dasar pembayaran

Demikianlah Metode Pelaksanaan Pekerjaan ini kami buat secara garis besar.

Pontianak, 21 September 2020


CV. GLOBAL KHATULISTIWA KONSULTAN

KURNIAWAN RUSNIAR
Direktur

Anda mungkin juga menyukai