PEKERJAAN STRUKTUR
PROYEK :
2012
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN STRUKTUR
SANTOSA CITY HOTEL DENPASAR
I.
PEKERJAAN GALIAN
A. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau
pembuangan tanah; batu-batuan atau material lain yang tidak
berguna dari tempat proyek; pembuangan lapisan tanah atas (top
soil); pembuangan akar-akar pohon atau material keras lainnya;
grading site dan pekerjaan tanah lainnya yang kesemuanya
disesuaikan dengan Gambar dan Spesifikasi ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan Lantai
Basement, Pondasi Struktur, saluran drainage,
Ground
Tank/Sumpit/Septictank, dan bangunan lain yang membutuhkan
galian tanah.
c) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini belaku
untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan
Kontrak, dan pekerjaan galian dapat berupa :
- Galian Biasa;
- Galian Batu;
- Galian Struktur.
d) Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi
sebagai galian batu dan galian struktur dan tidak lebih dalam dari 1
(satu) meter.
e) Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume
1 (satu) meter kubik atau lebih yang tidak dapat dilakukan dengan
tata-cara dan waktu galian tanah biasa.
f) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam
batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk
keperluan Struktur Pondasi Beton. Setiap galian yang didefinisikan
sebagai galian Biasa dan Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam
Galian Struktur.
b)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
c)
d)
e)
6) Jadwal Kerja
a)
b)
a)
b)
Apabila pekerjaan sedang dilaksanakan pada tempattempat dimana air tanah/rembesan mungkin sudah tercemari, maka
Kontraktor harus senantiasa memelihara kondisi tempat kerja dengan
memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air
cuci lengkap dengan sabun dan disinfektan yang memadai.
b)
b)
c)
b)
B. PROSEDUR PENGGALIAN
1) Prosedur Umum
a) Kontraktor terlebih dahulu harus mengajukan rencana kerja dan
metode galian sesuai dengan kondisi tanah dan kondisi lingkungan
(bangunan di bawah tanah ataupun dipermukaan tanah; sumur,
saluran drainage; instalasi listrik/telepon/PDAM) sekitar area yang
akan digali, serta kondisi musim pada saat penggalian. Rencana
Kerja dan Metode yang diajukan tersebut dapat dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Pengamanan
Santosa City Hotel Jl. Patih Jelantik, Denpasar, Bali
PEKERJAAN TIMBUNAN
A. UMUM
1) Pekerjaan timbunan Tanah kembali pada galian pondasi atau grading
meliputi pekerjaan pengangkutan lokal, penghamparan dan pemadatan
yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
2) Pekerjaan timbunan Pasir, Limestone atau Pasir Batu (Sirtu) meliputi
pengangkutan dari sumber bahan, penghamparan dan pemadatan yang
kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
3) Penyediaan tenaga kerja, bahan timbunan, fasilitas pelaksanaan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan timbunan Tanah/Pasir/Limestone sesuai dengan Gambargambar dan Spesifikasi ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
B. BAHAN
1) Bahan timbunan yang dipakai adalah Tanah bekas galian (lokal) yang
disetujui, campuran Tanah, Pasir dan Batu (tasirtu) atau pasir urug darat
yang memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan. Lokasi sumber
jenis bahan timbunan tersebut di atas harus mendapatkan persetujuan
dari Pengawas Pekerjaan. Tanah bekas galian hanya boleh di pakai lagi
untuk bahan timbunan, memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan
dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas Pekerjaan.
2) Semua bahan timbunan, harus mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan, baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu
sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan.
3) Bahan timbunan yang mengandung tanah organis, akar-akaran sampah
dan lain-lain tidak boleh dipergunakan untuk timbunan. Bahan-bahan
seperti ini harus dipindahkan dan harus ditempatkan pada daerah
pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Pengawas Pekerjaan.
4) Bahan-bahan timbunan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan
tetapi tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh
Kontraktor atas biaya sendiri paling lambat 3 x 24 jam.
C. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN
1) Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan
dikeruk, sebelum pekerjaan penimbunan dimulai. Pada saat pengerukan
dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan dan dibersihkan dari
segala kotoran-kotoran yang bersifat menggangu.
2) Sebelum penimbunan kembali lubang Pondasi, obat anti rayap dengan
jenis yang disyaratkan oleh Pengawas Pekerjaan maupun perlengkapan
lain, sudah ditebar/dipasang sebelum dilakukan penimbunan.
3) Penghamparan timbunan harus dilakukan lapis demi lapis dengan
ketebalan tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm, kemudian
dipadatkan dengan alat mekanis.
4) Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan
pemadatan bahan-bahan timbunan dan juga memperbaiki kekurangankekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
a) Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang
paling sesuai untuk pemadatan bahan timbunan yang ada. Alat-alat
pemadatan ini harus mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan.
b) Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
tiap lapisan maksimum 20 (dua puluh) cm dan dipadatkan sampai
mencapai paling sedikit 95% (Modified Proctor) dari kepadatan kering
maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO- T99.
Santosa City Hotel Jl. Patih Jelantik, Denpasar, Bali
D. GRADING
Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan dan penggalian yang telah
dilakukan harus mencapai elevasi yang tercantum di dalam Gambar
rencana/gambar kerja atau petunjuk Pengawas Pekerjaan, sehingga air
dapat mengalir kearah yang telah ditentukan.
III.
Jaminan Mutu
a) Mutu bahan yang dipasok dan campuran yang dihasilkan, cara kerja
dan hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang
disyaratkan dalam Standar Rujukan.
b) Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas
beton yang dibuat dengan disahkan oleh Pengawas Pekerjaan dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium.
Penunjukan Laboratorium Pengujian harus dengan persetujuan
Pengawas Pekerjaan.
c) Karakteristik Mutu Beton Struktur adalah sbb :
1. Mutu beton fc = 21 Mpa; Kekuatan tekan beton karakteristik () =
250 kg/cm2
2. Lentur tanpa dan/atau dengan gaya normal :
Tekan ( )
= 85 kg/cm2
Tarik ( )
= 85 kg/cm2
3. Geser oleh lentur atau puntir :
Tanpa tulangan geser ( )
Dengan tulangan geser ( )
4.
= 7,5 kg/cm2
= 18 kg/cm2
4) Toleransi
1.
2.
3.
Toleransi Dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m
+ 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m
+10 mm
Panjang balok, plat dek, kolom dinding
- 0 dan +5 mm
Toleransi Bentuk :
Persegi (selisih dalam panjang diagonal)
5 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang
dimaksud) untuk panjang s.d. 3 m
10 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m
15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m
27 mm
Toleransi dari kedudukan (dari titik patokan)
Kedudukan Kolom dari rencana
10 mm
4.
5.
6.
7.
8)
9)
B. BAHAN
1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen
portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA DAN
IV. Terkecuali diperkenankan oleh Pengawas Pekerjaan, bahan
tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam
campuran tidak boleh digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh Pengawas Pekerjaan, hanya satu
merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek.
2) A i r
19
35-70
90-100
100
12,7
25-60
90-100
3/8
9,5
100
10-30
20-55
40-70
No.4
4,75
95-100
0-5
0-10
0-10
0-15
No.8
2,36
0-5
0-5
0-5
No.16
1,18
45-80
No.50
0,300
10-30
No.100
0,150
2-10
4) Pemilihan Gradasi Agregat
Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih dari dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara
baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton
harus di cor.
Santosa City Hotel Jl. Patih Jelantik, Denpasar, Bali
5) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri atas partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau
berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
dari kerikil dan pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya yang diberikan dalam Tabel 2 bila contoh-contoh diambil dan
diuji sesuai dengan prosedur SNI (AASHTO) yang berhubungan.
Tabel 2 Sifat-sifat Agregat
Sifat-sifat
Metode Pengujian
Keausan
Agregat
SNI 03-2417-1991
dengan Mesin
Los Angeles
pada
500 putaran
Kekekalan
Bentuk SNI 03 3407-1994
Batu terhadap
larutan Natrium Sulfat
atau
Magnesium
Sulfat
setelah 5 siklus
Gumpalan
lempung SK SNI M-01-1994-03
dan Partikel
yang Mudah pecah
Bahan yang lolos SK SNI M-02-1994-03
Ayakan No.200
10 %
12 %
0,5 %
0,25 %
3%
1%
Ukuran Agregat
Maks. (mm)
K 275
37
25
19
-
0,50
0,50
0,50
0,57
0,60
290
310
340
300
250
K 175
K 125
Mutu Beton
K275
K175
K125
250
175
125
150
95
70
210
145
105
20-50
30-60
20-50
50-100
50-100
50-100
b)
c)
d)
e)
b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk
permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi untuk Beton
Exposed digunakan multiplex lapis film tebal 15 mm dibuat serapi
mungkin untuk menghasilkan kualitas performance beton yang
bagus. Seluruh
penyelesaian sudut-sudut tajam harus sesuai
gambar rencana.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.
5) Bagian Pekerjaan Lain Terkait
a) Pegangan penggantung plafond dipasang pada saat sebelum
pengecoran beton dan penggantung harus dikaitkan pada tulangan
pelat atau balok (hal ini harus dipadukan dengan gambar arsitektur).
b) Setiap dinding bata yang bertemu dengan kolom harus diadakan
penjangkaran dengan jarak antara rata-rata 10 lapis bata merah,
panjang jangkar minimum 30 cm, diameter 12 mm, dengan minimum
15 cm tertanam dalam beton.
c) Pemasangan kolom praktis dan balok praktis sehubungan dengan
luas maksimum bidang dinding bata harus sesuai dengan yang
tertera dalam Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Bertulang Biasa dan Struktur tembok Bertulang untuk gedung 1983,
bab 4.10.
d) Untuk kebutuhan support/bantalan alat-alat mekanikal dan elektrikal
dibuat bantalan beton untuk pondasi yang ukuran, rencana dan
tempatnya berdasarkan gambar-gambar rencana mekanikal dan
elektrikal. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan
penghalusan permukaannya.
6) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Pengawas Pekerjaan secara
tertulis paling lambat 3x24 jam sebelum memulai pengecoran beton,
atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton
telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.
Pengawas Pekerjaan akan memberi tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan
dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk
memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Santosa City Hotel Jl. Patih Jelantik, Denpasar, Bali
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Jenis
Jumlah hari
setelah pengecoran
--------------------------------------------------------------------------------------------Kolom
21
Balok
28
Pelat
28
Dinding
21
--------------------------------------------------------------------------------------------6) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau
logam yang telah digunakan untuk memegang cetakan, dan cetakan
yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali
paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan
harus dibersihkan.
b) Pengawas Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera
setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan
atas kekurang sempurnaan walaupun tidak akan mempengaruhi
struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus
meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan
semen.
c) Bilamana Pengawas Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar
akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang utuh
(sound), membentuk permukan yang tegak lurus terhadap
permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan
semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada
permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk
dengan adukan yang kental yang terdiri atas satu bagian semen dan
dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut sebelumnya dengan
campuran kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
7) Perawatan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir
berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan :
a) Bagian atas plat lantai kedap air, permukaan lantai balkon, dan
permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk
memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah
pengecoran beton dan harus diselesaikan segera secara manual
sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu secara
memanjang dan melintang, atau oleh cara lain yang cocok, kemudian
disiram campuran pasta semen dengan lapisan 2 mm dan dipukulpukul dengan sapu lidi hingga merata dan semua pori tertutup,
sebelum beton mulai mengeras.
b) Perataan permukaan horisontal yang tidak boleh menjadi licin,
seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan
penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau
yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang
agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen
pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk
mengerjakan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai
seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang dan
seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta
yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal
ditempat.
8) Perawatan Dengan Pembasahan
a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan
dini, temperatur yang telalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal
mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu
yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaiman mestinya
pada semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai
mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau
lembaran bahan penyerap air harus ditindih atau diikat ke bawah
untuk mencegah permukaan yang diekspos dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu ,acuan tersebut harus
dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk
sebagaimana
ditentukan
oleh
Pengawas
4.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencangkup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan sesuai dengan spesifikasi dan gambar, atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
2) Standar Rujukan
A.C.I.315
AASHTO M31 90
Toreransi diameter
permukaan yang
berlawanan)
di bawah 10 mm
+/- 7%
+/- 0.4 mm
10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk
diameter 16 mm)
+/- 5%
+/- 0.4 mm
16 mm sampai 28 mm
(tapi tidak temasuk
diameter 28 mm)
+/- 4%
28 mm sampai dengan 32 mm
+/- 0.5. mm
+/- 2%+/- 0.6 mm
4.2 BAHAN
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang
dapat mengurangi lekatnya pada beton.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi stara produk
Krakatau Steel atau setara dengan kualifikasi BJTP. 24 untuk
diameter < = dengan 13 mm dan besi dari jenis BJTD.32 untuk
diameter > 12 mm.
b) Perlengkapan baja tulangan, meliputi semua peralatan yang
diperlukan untuk mengatur jarak tulangan/baja tulangan dan mengikat
tulangan-tulangan pada tempatnya. Besi tulangan harus terpasang
dengan kokoh sehingga tidak terjadi pergerakan/pergeseran pada
saat pengecoran, ukuran, bentuk dan posisi spacer harus
memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan
dimulai.
4.3 PEMBUATAN DAN PENEMPATAN
1) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Pengawas Pekerjaan seluruh baja
tulangan harus dibengkokan secara dingin dan sesuai dengan
prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus
dan bebas dari lekukan-lekukan, pembengkokan atau kerusakan.
b) Batang tulangan dengan diamter 16 mm dan lebih besar harus
dibengkokan dengan mesin pembengkok.
2) Penempatan dan Pengikatan
5.1 UMUM
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemancangan tiang
pancang precast , pengadaan, mobilisasi dan setting alat pada lokasi
proyek.
Kontaktor harus menggunakan tiang pancang beton yang dibuat oleh
pabrik tiang pancang yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor
harus memberikan semua detail dari tiang seperti; dimensi, kekuatan,
penulangan, data pengetesan dan sebagainya sesuai dengan
permintaan Direksi Pekerjaan guna memenuhi kualitas yang disyaratkan
dalam Spesifikasi ini.
5.2..SPESIFIKASI TIANG
d) Tidak ada metode perbaikan dari posisi tiang yang bergeser yang
diizinkan.
e) Semua tiang yang rusak oleh karena kesalahan pada waktu
pemancangan seperti pemancangan yang tidak tepat pada posisi
lokasi, toleransi maxsimum untuk kemiringan tiang Pancang : 1%;
dan untuk pergeseran : 75 mm, atau tiang yang kurang panjang
akibat salah potong, harus diganti oleh Kontraktor tanpa penambahan
biaya, dengan cara sebagai berikut :
Tiang tersebut harus dicabut dan dilakukan pemancangan ulang,
kalau perlu dengan tiang yang baru atau lebih panjang. Lubang
bekas tiang yang dicabut harus diisi kembali dengan bahan yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, atau
Dilakukan pemancangan tiang tambahan dengan jumlah dan
lokasi yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Semua tiang yang mengalami kenaikan dari posisi semula setelah
pemancangan, harus dipancang ulang.
2) Persiapan Pemancangan
a) Penutup Kepala Tiang/helmet Tiang Pancang harus terbuat dari baja
dan dilengkapi bantalan (cushion). Penutup ini harus bisa
menyalurkan energi pemancangan ketiang dan berbentuk sedemikian
rupa sehingga simetris dengan tiang serta pas. Bantalan kepala
tiang harus terbuat dari bahan yang bisa melindungi tiang dan pada
waktu pemancangan dan menyalurkan energi pemancangan.
b) Sambungan dari Tiang Pancang harus dibuat sesuai dengan
ketentuan pabrikasi /gambar/petunjuk dari Direksi Pekerjaan. Kaki
Tiang Pancang harus dibungkus dengan plat baja.
3) Peralatan Pemancangan
a) Sebelum mulai melakukan pemancangan, kontraktor harus
mengajukan data lengkap mengenai : jenis, ukuran, jumlah dan
kondisi dari peralatan yang akan dipergunakan, cara pelaksanaan
prosedur kerja termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan
dipergunakan dilapangan dan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Pekerjaan.
b) Cara pelaksanaan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan
pada tiang, ukuran alat pancang harus dipakai yang sesuai dengan
ukuran atau Spesifikasi Tiang dan sifat tanah.
c) Kondisi lapangan harus diperiksa untuk menyiapkan penempatan
peralatan pemancangan.
VI.
PEKERJAAN WATERPROOFING
6.1 LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada
permukaan plat beton atap, plat lantai beton basement, tempat daerah
Santosa City Hotel Jl. Patih Jelantik, Denpasar, Bali
basah (toilet) dan tanki / ground reservoar penampungan air atau sesuai
dengan gambar kerja.
6.2 BAHAN
1. Standar Mutu Bahan Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP I 803
DAN 407.
2. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan
sebagainya menggunakan Produk setara Awazseal, Sintaproof,
Isobond, Bituthene 2000 atau sejenisnya.
3. Bahan Utama
Jenis bahan yang digunakan adalah jenis waterproofing membran dari
Produk Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara. Jenis bahan
membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan
kepadatan yang merata dan konstan.
- Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan
disusun overlapping nanti.
- Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
- Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
4. Pengujian
a) Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum
dipasang, pada laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum
dimulai pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan sertifikat
keaslian barang dari supplier disertai data-data teknis komposisi
unsur material pembentuknya.
b) Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan
jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor,
pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk
mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu
material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pelaksanaan pemasangannya.
c) Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan
melakukan
penyemprotan
langsung
dengan
air
serta
menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi
lapisan/additive kedap air.
5. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan