Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN 1. A. Latar belakang Adil terdiri dari dua suku kata, tapi berjuta kesulitan untuk melaksanakannya.

B ahkan penulis katakan bahwa hampir tidak ada manusia yang bisa melaksanakan adil dengan sempurna. Entah kenapa adil sangat sulit dilakukan. Islam sangat menjunjung tinggi keadilan dalam setiap aspek kehidupan. Keadilan m erupakan ciri atau kunci ajaran Islam. Setiap kaum muslimin memperoleh hak dan k ewajiban yang sama. Hak disini dimaknai bahwa setiap muslim akan mendapatkan kea dilan hukum yang sama. Dengan keadilan, orang akan merasa aman dan nyaman. Keadilan ini tersurat dalam landasan hukum Islam baik alQuran maupun hadits. Kea dilan kehidupan sosial, politik, keamanan dan lainnya. Banyak di dalam sendi keh idupan kita harus meletakkan keadilan seperti pernikahan, perceraian, rujuk, men etapkan putusan dan lain-lain. Tidak bisa dibayangkan jika didunia ini tanpa ada keadilan. Semua manusia akan s aling curiga dimana tidak ada orang yang bisa dipercaya. Akhirnya sebuah kekacau an akan terjadi. Peran seorang pemimpin dalam memimpin kepemimpinannya akan diuj i apakah pemimpin itu adil atau tidak. 1. B. Rumusan masalah: 2. Apakah pengertian keadilan itu sendiri? 3. Bagaimana islam menunjang keadilan dalam aspek kehidupan? 4. Apa sajakah keadilan yang terkandung dalam hokum islam, Al-Quran, dan ha dist? 1. C. Tujuan: 2. Agar mengetahui pengertian keadilan itu sendiri. 3. Agar mengetahui islam menunjang keadilan dalam aspek kehidupan. 4. Agar mengetahui keadilan yang terkandung dalam hukum, Al-Quran, dan hadi st.

BAB II PEMBAHASAN ADIL DALAM SEGALA SENDI KEHIDUPAN 1. A. Pengertian Adil Secara etimologis, al-adl berarti tidak berat sebelah, tidak memihak atau menyama kan yang satu dengan yang lain. Istilah lain dari al-adl adalah al-qist, al-misl. Secara terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak bera t sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Ketidakadilan saat seseorang tidak m enempatkan sesuatu pada tempatnya. Pengertian ini semakna jika seseorang menempa tkan kebenaran diposisi yang salah, dan menempatkan kezaliman diposisi yang bena r. Imam Syafii berpendapat bahwa adil berarti dapat dipercaya dalam bidang-bidang ag ama, benar dalam berbicara dan tidak pernah berbohong. Hal ini bukan berarti ora ng yang memiliki sifat adil bebas dari dosa karena tidak ada manusia yang sedemi kian terjaga Sehingga dapat disimpulkan bahwa adil itu seperti berikut ini : 1). Adil jika seseorang telah menyamakan sesuatu dengan yang lain dan 2) Adil jika telah memutuskan suatu perkara dengan landasan kebenaran. B. Kandungan Makna Adil dalam al-Quran dan as-Sunnah 1. Al Quran b) !$# Bt A y9$$/ |mM}$#ur !$tG )ur 4 n1 )9$# 4 sSZt ur t Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelaj aran.(QS.ann-nahl : 90)

Makna al-adl di ayat ini ada yang mengatakan sebagai tauhid. Ada juga yang mengat akan adil jika kita meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tulis al-Ghazali, bahwa j angan duga penganiayaan adalah gangguan dan keadilan memberi manfaat kepada manu sia. Maksudnya disini bahwa kadang penganiayaan juga merupakan keadilan begitu j uga sebaliknya. Makna al-ikhsan, menurut al-Harrali adalah puncak kebaikan amal perbuatan. Pemberian kepada sanak saudara telah dicakup dalam makna adil dan ikhsan diatas. Inilah kenapa ditekankan disini, karena sementara orang mengabaikan hak keluarg a atau lebih senang membantu orang lain yang bukan keluarganya. Padahal, al-Qura n menjelaskan sasaran utama tentang nafkah dan sedekah adalah kedua orang tua ke mudian kerabat. tRq=to #s $tB tbq)Z ( @% !$tB OF)xRr& iB 9 yz y 9uq==s t/t 215. Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-an ak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. dan ap a saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya. r#y t $R) y7oY=yy_ Zpx =yz F{$# Lln$$s tt/ $Z9$# d,pt:$$/ w 26. Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bum i, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Ses ungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat , Karena mereka melupakan hari perhitungan.( QS. Ashad :26 ) Turunnya ayat ini sebagai teguran kepada Nabi Daud yang mengambil keputusan sebe lum mendengar semua pihak yang berselisih karena ini merupakan bentuk ketidakadi lan. Hikmah teguran ini agar dalam mengambil keputusan tidak boleh tergesa-gesa dan mengikuti nafsu karena akan menyesatkan kita dari kebenaran. $pk rt %!$# (#qYtB#u (#qRq. Bqs% ! u!#y pk )9$$/ ( wur N6Z 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu men egakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekal i-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adi l. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah ke pada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. AlMaidah :28) $pk rt t%!$# (#qYtB#u (#qRq. tBqs% )9$$/ u!#y pk ! qs9ur # n?t (#q=s? rr& (#q ? b*s !$# tb%x. $yJ/ tbq=yJs? #Z 6yz Artinya: Wahai orang oaring yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia ( yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka allah lebih tau kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah mengikuti hawa nafsu karena ingi n menyimpang kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan( kata-kata) atau enggan me njadi saksi, maka ketahuilah allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. ( QS. An-nisa :135) Surah An-nisa memiliki redaksi yang serupa dengan ayat Al Maidah ini, namun terd apat perbedaan redaksi al-qisth dan suhada . ada yang berpendapat An Nisa berada dalam konteks kewajiban berlaku adil terhadap diri, kedua orang tua dan kerabat sehingga wajar jika kata al-qisth didahulukan. Sedang, dalam surah al Maidah ber ada dalam konteks permusuhan dan kebencian sehingga lebih dahulu diingatkan adal ah keharusan melaksanakan sesuatu karena Allah SWT sehingga mendorong untuk meni nggalkan permusuhan dan kebencian. Adil lebih dekat dengan takwa yang menunjukan substansi ajaran Islam. Islam tidak menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi karena dapat berdampak buruk. Jika seseorang ingin berlaku kasih maka dengan be rlaku adil kita dapat mencurahkan kasih sayang kita. * b) !$# N. Bt br& (#r xs? MuZtBF{$# # n<) $yg=dr& #s )ur OFJs3ym tt/ Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak m enerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supay a kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik -baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S An Nisa: 58) Apabila ia seorang kepala negara, maka rakyat merupakan amanat Allah. Dan Kepala Negara jangan menyerahkan segala urusan kepada yang bukan ahlinya. Dan Allah me

merintahkan berbuat adil dalam setiap urusan, ucapan, pekerjaan dan budi pekerti . Dengan amanat dan adil inilah akan tercipta masyarakat yang saling percaya dan sejahtera. Jika tidak berbuat demikian sesungguhnya Allah melihat dan mendengar orang yang teraniaya. w) t%!$# (#qZtB#u (#q=Hxur Mys=9$# Ogn=s _r& x 5bqYxE Artinya Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi me reka pahala yang tiada putus-putusnya. (Q.S At Tin: 6) Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa untuk mempertahankan keunggulan manusia hanya ada satu jalan, yaitu beriman dan beramal sholeh yang terus ditingkatkan. Denga n cara ini hidup manusia akan terbina dan terarah tidak larut kedalam kelezatan duniawi saja tapi dapat menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan tuntutan roh ani. Mereka kembali pada Tuhannya bukan dalam kehinaan seperti yang lalai, tetapi dis ongsong ridho Allah dengan mendapatkan pahala yang terus mengalir, suatu kemurah an dan rahmat Allah yang sangat besar kepada manusia. 2. Hadits Hadits Qudsi yang mengharamkan kedzaliman Orang yang tidak adil bisa dikatakan telah berbuat zalim baik bagi dirinya sendi ri maupun terhadap orang lain dan hal ini termasuk dosa besar. Orang yang tidak adil akan diancam dengan siksa yang berat di akherat. Dari Abi Dzar al-Ghifari semoga Allah meridoinya- dari Nabi saw., menyampaikan ap a yang diterimanya dari Rabbnya, bersabda, Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.(H.R.Muslim) Hadis Qudsi di atas merupakan penggalan dari hadis panjang yang diriwayatkan ole h Imam Muslim dari Said Bin Abdil Aziz dari Rabiah Bin Zaid, dari Abi Idris dari Abu Dzar al-Ghifari. Selain Imam Muslim, Imam Ahmad juga meriwayatkan hadis tersebu t. Dalam hadits itu Allah SWT menegaskan bahwa dia mengharamkan dirinya berbuat zal im, mustahil dirinya berbuat zalim kepada makhlukNya. Padahal Allah Maha Kuasa m elakukan apapun yang dikehendaki. Secara garis besar, kezaliman dapat dibagi pada dua kategori, yakni: 1. Pertama : zhulmun-nafs (kezaliman terhadap diri sendiri). Puncak kezalim an terhadap diri sendiri adalah al-isyraku billah (menyekutukan Allah). Karena o rang yang menyekutukan Allah telah menempatkan makhluk pada posisi Al-Khaliq ser aya memuja, menyembah, dan mengabdi kepadanya. Dan itulah perilaku menempatkan s esuatu bukan pada tempatnya yang paling buruk dan paling dahsyat. Dan kebanyakan julukan zhalimin (orang-orang yang zalim) dalam Al Quran ditujukan kepada orang -orang musyrik. 2. Kedua : zhulmul-abdi lighairihi (kezaliman seorang hamba terhadap orang l ain). Kezaliman banyak macamnya, jika dikaitkan dengan adil maka kezaliman disin i adalah jika seseorang tidak berbuat adil baik itu terhadap dirinya, orang tua, kerabat ataupun kaum tertentut : Dari Abdullah bin masud ia berkata: ketika turun ayat ini oaring-orang yang berim an dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman, mereka itulah oari ng-orang yang mendapaykan keamanan dan mereka itulah yang mendapatkan petunjuk.ha l itu dirasakan sangat berat oleh para sahabat rasulullah maka mereka (berkata): siapakah diantara mereka yang belun pernah mendzalimi dirinya sendiri? Kemudian allah menurunkan ayat sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kedzaliman yan g besar (QS.Luqman :13) dalam riwayat lain: rasulullah SAW bersabda: tidak sepert i yang kalian katakana itu, ( mereka tidak mencampur adukkan iman mereka dengan k edzaliman) itu maksudnya kemusyrikan. Tidak pernakah kalian mendengar perkataan luqman kepada anaknya: wahai anakku janganlah engkau menyekutukan allah C. Urgensi Adil dalam Segala Aspek Kehidupan Adil dalam banyak terlihat di segala sendi kehidupan kita. Dalam bidang hukum Is lam seperti dalam ilmu fiqh merupakan syarat bagi orang yang akan bertindak seba gai, 1. Saksi dalam segala perkara,

seperti dalam masalah pernikahan, pencatatan hutang, dan perkara hukum. 2. Hakim. 3. Penguasa. Dalam hal ini, adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, be rpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, tidak sewenang-wenang d an tidak dzalim. Seperti contoh dalam hal waris, sebagaimana dikemukakan oleh Ha sanain Mohammad Makhluf (Ahli Fiqh Kontemporer Mesir), Islam menyariatkan aturan hukum yang adil karena menyangkut penetapan hak milik seseorang yakni hak yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai ahli waris dengan sebab meninggalnya seseo rang yang lain atau keluarganya. Dalam ilmu hadits, adil menjadi syarat bagi seorang periwayat dalam meriwayatkan hadits. Tidak bisa periwayat yang tidak adil meriwayatkan sebuah hadits, karena diragukan keshahihan hadits tersebut. Dalam hal ini, adil dalam arti berpihak pada suatu kebenaran. Dalam perkawinan, berlaku adil lebih dititkberatkan bagi suami yang berpoligami. Untuk berpoligami diberikan oleh al-Quran yang ketat untuk berlaku adil terhada p istri-istrinya. Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Tabari (ahli tafsir klasik dari Baghdad) mengatakan bahwa seorang suami tidak akan sanggup berlaku adil terhada p istri-istrinya dalam segala hal termasuk dalam mencintai mereka meski suami be rusaha menyamaratakannya. Namun, Allah tetap member peluang bagi yang mampu. Men urutnya keadilan disini mencakup sama dalam cinta dan pemberian nafkah (lahir da n batin). Dalam perceraian, merupakan hak suami sebagai tanda berakhirnya hubungan suami i stri juga disyariatkan untuk berlaku adil, dalam arti melakukan perceraian secar a baik dan disaksikan pula oleh dua orang saksi yang adil. Bahkan berdasarkan ha dits yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij, mufasir Ibnu Katsir mengatakan bahwa pe rkawinan, menjatuhkan talaq dan rujuk tidak boleh dilaksanakan tanpa disaksikan oleh saksi yang adil. Dalam peradilan juga juga disyariatkan oleh Allah untuk berlaku adil. Imam Abu H anifah dan Imam SyafeI menggaris bawahi kewajiban hakim untuk berlaku adil dianta ra dua orang pihak yang berperkara. Baik dalam ucapan, tindak tanduk dan keduduk an. Dalam kesaksian, sebagian ulama sepakat menjadikan adil sebagai salah satu syara t bagi seorang saksi. Khusus dalam perkara tuduhan zina diperlukan empat saksi y ang adil. D. Keadilan Sebagai Rukun Islam Menurut kami, rukun Islam itu ada lima: Tauhid, Al-Adl (Keadilan), Nubuwwah (Ken abian), Imamah dan Maad (Hari Kebangkitan). Dua yang terakhir tentunya termasuk p erspektif Islam. Keduanya merupakan rukun agama juga. Jelas, bahawa keadilan, da lam Madzhab dan Tariqah, juga merupakan rukun yang sangat penting, dan bukan sek adar masalah etika. Kerana itu saya gunakan kesempatan ini untuk membahas, sedap at mungkin rukun dan sejarahnya yang berkaitan dengan persoalan-persoalan sekara ng. Saya akan memulai dengan membahas keadilan menurut Imam Yang Adil; contoh te ladan bagi keadilan dan persamaan, yang hidup kebenaran dan keadilan, contoh yan g sempurna bagi kecintaan manusia, juga bagi rahmat, mahabbah dan ihsan; pemimpi n orang-orang bertaqwa. Orang-orang berkata mengenai dirinya: Dia dibunuh dimihr abnya kerana sangat adilnya. Dialah Imam Ali bin Abi Talib AS. Sungguh Imam Ali al-Murtadha merupakan penjelmaan keadilan dan contoh teladan ba gi rahmat, mahabbah dan ihsan. Pada suatu malam, tokoh keadilan ini ditetak deng an pedang kerana keteguhannya yang tidak berbelah bagi dalam mempertahankan kebe naran dan keadilan dalam memenuhi hak manusia. Tetakan itu sungguh merupakan buk ti kepahitan, mujahadah derita dan duka nestapa yang ditanggungnya. Tetakan yang menghamburkan darah ketika manusia tersebut sedang melaksanakan kewajipannya. T etakan itulah yang memisahkannya dari dunia ini. Tetakan inilah yang menimbulkan kesedihan sepanjang abad, iaitu pemergian Imam Yang Adil (Imam Ali AS). Aduhai..(alangkah bahagianya) seandainya pemerintahannya dalam menegakkan contoh teladan bagi masyarakat Islam yang bersinar berjalan lebih panjang. Ungkapan bahawa beliau itu beristirehat dari kehidupan dunia, sungguh telah kelu ar dari lisannya. Setelah tetakan maut itu, di atas pembaringannya beliau AS ber kata: Tidak lain aku ini kecuali seperti orang yang bergerak kepada suatu yang ha

mpir telah sampai, dan pencari yang menemukan (apa yang dicarinya). E. Kebaikan dan Keadilan Dalam Pandangan Etika Individual Para ahli etika berpendapat bahawa kebaikan (al-jud) lebih mulia dari keadilan. Sebaliknya Imam Ali AS dengan jelas mengatakan dengan hujah-hujah tertentu bahaw a keadilan lebih tinggi dari kebaikan. Kedua, pandangan ini muncul dari dua arah pandangan yang berbeza. Sekiranya kita memandang masalah dari segi pandangan et ika individual, maka kebaikan atau itsar itu berkedudukan lebih tinggi dari kead ilan. Dikatakan demikian, karena seseorang yang adil itu dipandang adil karena t elah sampai batas kesempurnaan insani seperti tidak melanggar hak-hak orang lain , tidak merampas harta orang lain dan tidak mencari nama di mata manusia. Orang yang berbuat baik dan itsar di samping tidak tamak terhadap harta seseorang, jug a berbuat baik kepada orang-orang lain dengan harta dan kesusahan. Orang ini tidak mengambil hak orang lain tetapi ia memberikan haknya kepada oran g lain. Ia tidak melukai seseorang yang luka dan sakit, ia juga tidak menjenguk orang-orang yang terluka dan sakit di medan pertempuran, di rumah-rumah sakit, d i rumah-rumah orang, dan memberikan ubat-ubatan, membungkus lukanya dan merawatn ya tanpa mengharapkan balasan. Ia bukan sahaja tidak menumpahkan darah orang lai n tetapi juga ia bersedia untuk menumpahkan darahnya sendiri sebagai satu khidma t kepada kebaikan sosial. Dengan demikian, dari segi sifat-sifat etika individu, kebaikan itu lebih tinggi daripada keadilan atau mungkin sekali mempunyai persamaan. F. Dunia Keadilan Yang Luas dan Dunia Kezaliman Yang Sempit Sesungguhnya di dalam keadilan itu terdapat keluasan dan siapa yang baginya kead ilan itu sempit maka kezaliman pun baginya lebih sempit. Sesungguhnya keadilan mencapai dan mencakup semua. Lingkungan yang satu-satunya dapat mengumpulkan manusia adalah keadilan. Manusia yang tamak dan rakus tidak a kan pernah berasa puas dengan haknya yang memang terbatas. Maka ia berasakan kea dilan itu sempit dan menindasnya sehingga tidak ragu lagi bahawa sempitnya penin dasan dan kezaliman baginya, terasa lebih berat. b)ur b$tGx!$s z B tZBsJ9$# (#q=tGtG%$# (#qs=rs $yJks] t/ ( .b*s Mt ] t/ A y9$$/ (#q%r&ur ( b) !$# =t )J9$# Artinya dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang maka damaikanlah ant ara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat dzalim terhadap golongan yan g lain, maka perangilah yang berbuat dzalim itu, sehingga golongan itu kembali k epada perintah allah. Jika golongan itu telah kembali kepada perintah allah, mak a damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlakulah adil. Sungguh, allah me ncintai orang-orang yang berbuat adil. ( QS. Al-Hujurat:9) Penindasan yang diderita oleh manusia terdiri di atas dua perkara: Pertama: yang disebabkan oleh lingkungan dan masyarakat, yang bersifat fizikal, seperti pecutan atas kulit, atau pengasingan ke penjara. Kedua: yang menimpa ruhani manusia dalam bentuk kejahatan hasad dengki, iri hati , balas dendam, tamak, dan rakus. Sekiranya dia dalam masyarakat di tegakkan keadilan, nescaya manusia akan aman d ari kejahatan fizikal, kerana seseorang tidak akan boleh melanggar hak orang lai n. Dengan demikian, sekaligus orang tidak akan menindas dan meyempitkan ruh oran g lain. Adapun apabila keadilan tidak ditegakkan, maka yang terjadi adalah hukum rimba, kezaliman, kekejian dan perampasan. Sesiapa berasa puas dalam penindasan unsur-unsur ruhaniah dalam ketamakan dan kerakusan maka ketamakan mereka itu a kan bertambah sejalan dengan bertambahnya penindasan unsur-unsur ruhaniah mereka .

BAB III PENUTUP Kesimpulan: Adil mempunyai banyak kandungan makna, ada yang berpendapat jika adil adalah men yamaratakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan, jika adil dat ang disaat kita bisa meletakkan segala sesuatu dengan semestinya.

Allah melalui firman dan sunnah Rosul memerintahkan agar kita berbuat adil kepad a sesama manusia dalam setiap interaksi dengan manusia. Jangan karena kita membe nci suatu kelompok sehingga kita tidak menjadi berbuat adil. Jika kita tidak bis a adil maka kita telah berbuat aniaya, Allah sangat melarang manusia berbuat ani aya dan diancam oleh dosa yang besar.

DAFTAR PUSTAKA Barri, Fathul. 2008. Penjelasan Kitab shahih Al Bukhari. Jakarta selatan. Pustak a Azzam. Abu, Sayyid, Salafudin. 2006. Syarah Hadist Arbain. Solo. Pustaka Arafah. Hajar, Ibnu. 2007. Terjemah Bulughul Maram. Jakarta. Pustaka Imam Adz-dzahabi.

Anda mungkin juga menyukai