Anda di halaman 1dari 10

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN DUIKER KARANGPLOSO


LOKASI : KEC. KARANGPLOSO KAB. MALANG

PASAL 1
PEKERJAAN YANG AKAN DILAKSANAKAN

Lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan adalah :

I. DIVISI 1 UMUM
a) Mobilisasi
b) Pemeriksaan Lapangan

II. DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH


a) Galian biasa +(buangan)
b) Galian batu /padas+(buangan)
c) Galian Struktur dengan kedalaman 0 – 2 meter
d) Timbunan Biasa dari selain Galian Sumber Bahan e) Timbunan Sirtu
f) Urugan pasir

III. DIVISI 7 STRUKTUR a) Pembongkaran Beton b) Beton K250


c) Baja tulangan U 24 polos d) Pasangan Batu (+siaran) e) Acuan Beton
f) Perancah
h) Bronjong

IV. DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI & PEKERJAAN MINOR


a) Patok pengarah
b) Pekerjaan Pengecatan

PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN

Selain Pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor
Pelaksana juga dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur
di dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri dari :
1. Penyediaan tenaga
2. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan
3. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan
4. Penyediaan peralatan
5. Penyediaan bahan
6. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan)
7. Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (As built Drawing)
8. Pembenahan/perbaikan kembali lingkungan sekitar dan pembersihan lokasi

PASAL 3
PENYEDIAAN TENAGA

1. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tenaga inti


yang cukup memadai untuk kegiatan ini .
2. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, kontraktor harus menyediakan tenaga
mandor, tukang dan pekerja yang cukup terampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1
(satu) orang draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing.
3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada
butir 1 dan 2 di atas apabila diminta oleh pengawas berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan
sanksi/denda kelalaian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan direksi.
4. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya
sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya dan

mengenai pembayaran, perumahan, makan, transportasi dan pembayaran yang harus


dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus menjadi haknya berdasarkan perundang-
undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik Kegiatan selama
masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemilik Kegiatan.

PASAL 4
PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam


bentuk barchart dan Kurva S yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
3. Pelaksanaan Pekerjaan diselesaikan dalam jangka waktu 180 hari.

PASAL 5
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI

1. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan meliputi:


a. Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar pekerjaan
pokok yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya : jalan, halaman
dan lain sebagainya).
2. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa pelaksanaan
termasuk bowkeet dan direksi keet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir.

PASAL 6
DIVISI 1 UMUM

1. Lingkup Pekerjaan a. Mobilisasi


Yang termasuk dengan pekerjaan ini adalah mempersiapkan mobilisasi personil, mobilisasi
peralatan, persiapan pengaturan lalu lintas, dan pengadaan fasilitas laboratorium
lapangan.
b. Pemeriksaan Lapangan
Yang termasuk pekerjaan pemeriksaan lapangan ini adalah memriksa keadaan lapangan dan
mengukur keadaan lapangan dengan disesuaikan pada gambar kerja dan spesifikasi teknik atau
yang disebut dengan uitzet.
2. Pengadaan dan Penyimpanan Bahan
a. Bahan yang akan didatangkan minimal sudah dipesankan sebelum tiba waktu penggunaan, hal
ini dilakukan guna menghindari keterlambatan bahan sehingga berdampak terlambatnya pekerjaan.
b. Bahan diangkuat menggunakan truck/pick up/dump truck sesuai persetujuan Direksi
Lapangan.
c. Bahan ataupun material yang didatangkan harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan
meneganai kualitas yang sudah tertera pada spesifikasi teknis
d. Pelaksana bertanggung jawab mengenai tempat yang aman dan mudah untuk bahan yang
sudah didatangkan, maksudnya bahan tersebut nantinya mudah untuk diambil oleh pekerja saat
membutuhkan dan sebisa mungkin dekat dengan lokasi pekerjaan
e. Pelaksana harus berkordinasi dengan bagian keamanan untuk memastikan keamanan bahan
tersebut
f. Bahan atau material proyek harus terlindungi dari hujan dan panas matahari secara langsung

PASAL 7
DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH

1. Lingkup pekerjaan
a. Galian Tanah
Galian tanah harus sesuai dengan ukuran dalam gambar pelaksanaan atau sampai tanah
keras. Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus
dipadatkan/ ditumbuk,dan dibuang pada tempat yang sudah sesuai dengan rencana kerja.
b. Galian Batu padas +(pembuangan)
Galian Batu harus sesuai dengan ukuran dalam gambar pelaksanaan atau sampai tanah
keras. Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik,dan dibuang sesuai
dengan rencana kerja yang sudah ditetapkan.
c. Galian struktur:
- Untuk galian lantai fondasi jembatan, tembok penahan tanah dan struktur pemikul
beban lainnya, harus dilakukan pemeriksaan tingkat konsistensi, dan informasi
kedalaman muka air tanah.
- Pekerjaan yang berhubungan dengan selokan yang tidak diperkeras sebaiknya dilakukan
analisa butiran tanah.
- Pekerjaan yang berhubungan dengan pemompaan, harus dilakukan pemeriksaan berkaitan
dengan kemungkinan bahaya “piping”, terutama data ketinggian muka air, jenis tanah tempat
pemompaan dan analisa butiran tanah.
- Pekerjaan yang berhubungan dengan galian buangan, lokasi tempat pembuangan, harus
dilakukan perencanaan kemiringan, dan perencanaan ketinggian timbunan untuk menjamin
kestabilan lereng dan pencegahan erosi.
d. TimbunanBiasa
- Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan
dalam pekerjaan permanen timbunan
- Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :

(a) Tanah yang mengandung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam system USCS, serta
tanah yang mengandung daun-daunan, rumput-rumputan, akar dan sampah.
(b) Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der
Merwe (Lampiran 3.1) dengan ciri-ciri adanya retak memanjang sejajar tepi perkerasan jalan.
(c) Tanah yang mempunyai nilai sensitivitas > 4.
(d) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan untuk memenuhi
toleransi kadar air pada pemadatan ( > OMC + 1%)
(e) Tanah jenis CH dalam sistem USCS dan tanah A-7-6 dalam sistem AASHTO sama sekali
tidak boleh digunakan untuk lapisan 20 cm di bawah dasar perkerasan atau bahu jalan atau
tanah dasar bahu jalan, kecuali bila diuji dengan SNI 03-1744-1989 memenuhi nilai CBR ≥
6% setelah perendaman 4 (empat) hari dan dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum
standar (SDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03- 1742-1989 atau 95% kepadatan kering
maksimum dari SNI 03-1743-1989.
- Material dari jenis GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM, dan SC dalam sistem USCS
dapat digunakan sebagai bahan timbunan sepanjang menurut Direksi Teknis tidak mempunyai
sifat-sifat yang khas yang menyulitkan pemadatan dan sifat-sifat lain yang merugikan.
e. Timbunan Sirtu
Sirtu harus keras dan awet dan disediakan dalam rentang ukuran yang memenuhi
ketentuan dibawah ini:
(1) Timbunan sebatas 60 cm di bawah perkerasan dapat digunakan material galian biasa atau
material galian batu dengan maksimum butiran tidak lebih dari 7,5 cm, dengan ketebalan lapis
padat tidak lebih dari 20 cm.
(2) Timbunan sebatas lebih dalam dari 60 cm di bawah dasar perkerasan, dapat digunakan
material dengan butiran lebih besar dari 15 cm, tetapi tidak boleh melampaui 25% berat.
Tebal material perlapisan tidak boleh lebih dari ukuran butir maksimum dan tidak lebih dari 60
cm, batuan harus tersebar merata pada permukaan yang rata, dan rongga-rongga celah
permukaan harus diisi dengan butir yang lebih kecil.
(3) Batuan dengan ukuran tidak lebih dari 120 cm dapat pula digunakan, sepanjang diletakkan dan
ditata secara hati-hati dan merata dengan sela-sela batuan diisi dengan butiran kecil sehingga
membentuk masa yang padat dan butiran-butiran tidak goyah satu dengan yang lain.
(4) Timbunan batu Butir (2) dan Butir (3) di atas harus dipadatkan minimal 5 (lima) lintasan
lengkap setiap lapis sampai tidak tampak gerakan butiran batu pada saat dipadatkan dengan:
(a) Tamping roller dengan tekanan minimum 45 kg/cm panjang roda roller.
(b) Steel Wheel roller statik dengan tekanan minimum 45 kg/cm panjang roda roller.
(c) Steel Wheel roller vibratory harus mempunyai berat minimum 6 ton.
Batuan besar pada setiap lapis tidak boleh menonjol keluar untuk membentuk pemadatan yang
merata.
(5) Untuk timbunan di dalam air dapat digunakan batuan Butir (2) dan Butir (3), jika alat pemadat
tidak dapat beroperasi tidak perlu dipadatkan.
f. Urugan Pasir
Urugan pasir dibawah pondasi dan lantai/ perkerasan, pekerjaan urugan dilakukan sesuai
dengan ketebalan dan kedalaman sesuai dengan gambar.
Bahan yang digunakan berupa pasir.
Pekerjaan urugan pasir digunakan sebagai penguat struktur tanah setelah timbunan biasa
terlebih dahulu sudah dilaksanakan.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuk
disetujui
2. Material dihampar dengan tenaga manusia.
3. Hamparan timbunan disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum pemadatan)
dan di padatkan lapis demi lapis dengan menggunakan vibratory roller atau stamper.
4. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapihkan tepi tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan alat bantu

PASAL 8
DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL

Lapis Perekat
Bahan
1. Bahan Lapis Perekat
Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO M20,
diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.

Pelaksanaan
1. Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal
- Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai
kompresor. Atau penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
- Pembersihan yang melebihi 20 cm dari tepi bidang akan disemprot.
- Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari
permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui sesuai
dengan perintah Direksi Pekerjaan.
- bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
- Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas, permukaan akhir yang telah disapu harus
rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus
tidak akan diterima.
- Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
2. Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal
- Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per meter persegi) dan percobaan
tersebut akan diulangi, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
- Suhu penyemprotan harus sesuai dengan ketentuan, kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan
3. Pelaksanaan Penyemprotan
- Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan
ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai
dengan cat atau benang.
- Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprotkan dengan
batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan.
- Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau setengah
lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi
lajur yang bersebelahan.
- Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap.
- Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur
dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.

Pekerjaan AC -WC
1. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus dipanaskan.
Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta
bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
2. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang lebih tinggi
bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
3. Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama penghamparan dan
pembentukan.
4. Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa campuran beraspal
harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang disyaratkan .
5. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak menyebabkan retak
permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan
penghamparan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan ditaati.
6. Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus
dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
7. Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan yang
tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin harus dihindari sebelum
pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan
bergradasi rapat.
8. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepitepi penampung alat
penghampar atau tempat lainnya.
9. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk setiap kali
pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan
akhir antara panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.
10. Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan dikendalikan
secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya
elevasi rancangan dan toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:
a) Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum dibolehkannya pemadatan
(diperlukan pemeriksaan secara manual)
b) Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin terpenuhinya lereng melintang dan
super elevasi yang diperlukan.
c) Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah dihampar sebelumnya, sebelum
dibolehkannya pemadatan.
d) Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan besi profil siku dengan
ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya.
e) Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan menggunakan batang
perata, kawat baja atau hasil penandaan survei.

PASAL 9
DIVISI 7 PEKERJAAN STRUKTUR

1. Lingkup Pekerjaan
A. Pembongkaran Beton
B. Beton K250
C. Baja tulangan U 24 polos D. Pasangan batu +(siaran) E. Acuan Beton
F. Perancah

1. Syarat-syarat Pelaksanaan
Pembongkaran Beton
Pekerjaan Beton adalah pekerjaan pembongkaran beton yang akan direhabilitasi dengan
menggunakan alat bantu yang dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari
Direksi.
Cara Pelaksanaan:
- Bongkaran yang dilaksanakan adalah pembongkaran beton
- Sampah bongkaran harus diatur dan dibuang disekitar lokasi yang dijamin tidak akan
mengganggu kegiatan pekerjaan. Pengaturan dari semua hasil bongkaran tersebut harus sesuai
petunjuk Direksi.
Mutu Beton
Mutu beton struktur untuk pondasi, balok, kolom, plat dan adalah Beton mutu fc’= 21,7
Mpa K-250 dengan slump ( 12 ± 2 ) cm dan disyaratkan menggunakan ready mix
concrete.
A. Baja Tulangan
a. Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan
Gambar dan memenuhi Tabel 7.3.2.(1) berikut ini :

Tabel 7.3.2.(1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan

Tegangan Leleh Karakteristik atau


Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0,2 (kg/cm2)

U24 Baja Lunak Baja 2.400


U32 Sedang Baja 3.200
U39 Keras Baja 3.900
U48 Keras 4.800

b. Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat digunakan.

B. Tumpuan untuk Tulangan


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak
dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, terkecuali
disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan
sebagai tumpuan.

C. Pengikat untuk Tulangan


Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI
07-6401-2000.

D. Bekisting
- Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering dengan tebal
minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal minimum 12 mm.
- Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai penyokong, penyangga
maupun pengikat, sehingga mampu mendukung tekanan beton pada saat pengecoran sampai
selesai proses pengikatan.
- Penyangga struktur lantai (balok, lantai, dll) dapat digunakan kayu dengan ukuran minimal 5/7
cm dengan jarak maksimum 50 cm dengan dialasi dengan papan kelas III antara tanah dan
penyangga (perancah).
- Sebagai perancah dapat digunakan scafolding baja

E. Ready Mix
Penggunaan ready mix (beton pabrik) diijinkan dengan campuran sesuai dengan yang telah
ditentukan.

2. Pelaksanaan Pengecoran
A. Pengecoran
a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuranbeton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa
acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk
memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai pengecoran,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir
untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak
di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai posisi akhir
dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek
sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan
karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan
tambahan (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari
campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada
posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran
yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan penulangan
yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak
melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang
seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48
jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-
bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memung- kinkan
pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton
terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan
beton yang telah dicor sebelumnya
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah
dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus terlebih
dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan
air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama
harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam waktu 24
jam setelah pengecoran.

B. Pemadatan
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah
disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus
disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat
dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu
titik ke titik lain di dalam cetakan.
b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut dan
di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan
setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pema- datan yang diperlukan
tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang- nya 5000 putaran per
menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan
getaran yang merata.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating (berdenyut) dan harus
mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang
mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara vertikal
sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan
menghasilkan kepadatan pada seluruh keda- laman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian
harus ditarik pelan-pelan
dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran
beton ke lokasi lain, serta tidak boleh
menyentuh tulangan beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
7.1.4.(1).

Tabel 7.1.4.(1) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) Jumlah Alat


4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

3. Pekerjaan Akhir
A. Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis
lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat,
balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling
sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan ornamen, sandaran
(railing), dinding pemisah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam
waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan
cuaca.
B. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah pembongkaran acuan.
Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah diguna- kan untuk memegang cetakan, dan cetakan
yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah
permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan
harus dibersihkan.
b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembong- karan acuan dan dapat
memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur
atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan adukan semen.

c) Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat
sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan
beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang
kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut
sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

C. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)


Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
a) Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk
serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara
manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang,
atau oleh cara lain yang cocok, sebelum beton mulai mengeras.
b) Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar
tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum beton mulai mengeras.
c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus
digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan
semen pada permukaannya. Adukan harus
terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk
pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan,
ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta
yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

D. Perawatan Dengan Pembasahan


a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, tempe- ratur yang terlalu
panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal
mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin
hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan menyelimutinya
dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air
harus dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada
setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan- sambungan dan pengeringan
beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton
dicor atau setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.
c) Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup
oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari atau setelah beton mencapai
kekuatan minimum yang disyaratkan.
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang
tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambahan (aditif), harus
dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau
setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.

Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan temperatur di
dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian atau balok harus dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena
langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.

Sandaran (Railing)
1. Melakukan pekerjaan persiapan dengan mengecek lokasi bebas dari gangguan saat proses
pekerjaan.
2. Mempersiapkan alat kerja, material dan rel pengaman yang akan dipasang.
3. Menentukan titik-titik yang akan dipasang dengan rel pengaman.
4. Menggali titik-titik tersebut.
5. Memasang post tepat di titik-titik dengan cara memukul bagian atas sampe ke kedalaman yang
diperlukan agar posisi post tegak lurus.
6. Beri angkur di bagian yang ditanam dengan cara dilas sebelum melakukan pengecoran.
7. Kemudian setel/pasang beam dengan cara membaut.
8. Lalu cor bagian dasar pondasi dengan urugan pasir.
9. Memasang bekisting pada bagian atas.
10.Menyiram lubang dengan air.
11.Pekerjaan finishing.
12.Pasang perlengkapan seperti reflector, tend kemudian mengelas baut-baut untuk menghindari
dari pencurian
PASAL 10
DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI & PEKERJAAN MINOR

1. Lingkup Pekerjaan
a. Patok pengarah
Pekerjaan ini harus dilakukan karena sudah tertera di rencana kerja memberikan patok
pengarah memudahkan pekerjaaan yang akan dilakukan.
b. Plesteran 1 Pc : 3 Psr
Plesteran dilakukan untuk melengkapi pekerjaan karena sudah tertera di rencana kerja.dan
harus sesuai ukuran yang sudah ditentukan digambar kerja.
c. Pekerjaan Pengecatan
Setelah percobaan warna disetujui oleh Direksi, maka dilakukan pengecatan dengan roller.
Untuk warna-warna sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor
pencampuran yang sama dari pabrik.
Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk harus utuh, tidak boleh belang- belang.

PASAL 13
PENUTUP

1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang terlebih dahulu harus
diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
2. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas pada saat
didatangkan di lapangan.
3. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lama
adalah 2 x 24 jam.

Malang, 01 Juli 2019


CV. TIGA ‘D’

DIMOK ANDRIKA
Direktur

Anda mungkin juga menyukai