D. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
1. Pada prinsipnya pekerjaan ini adalah membersihkan lingkungan yang
direkomendasi dalam rencana, guna dilakukan pekerjaan.
2. Pembersihan harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak merusak bagian
yang lain, yang tidak terkait pekerjan.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu areal dibersihkan dari akar-akaran
sehingga lingkungan tetap terjaga kerapihannya.
F. PEKERJAAN PONDASI
1. Lingkup Pekerjaan.
a). Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan pondasi meliputi :
Pekerjaan pondasi batu kali
b). Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan Gambar-gambar
pelaksanaan yang telah disediakan untuk proyek ini.
2. Pedoman Pelaksanaan.
a). Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi Penyedia Barang/Jasa harus
mengadakan pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada
gambar konstruksi dan harus dimintakan persetujuan Pengawas Lapangan.
b). Penyedia Barang/Jasa wajib melaporkan kepada Pengawas Lapangan bila ada
perbedaan Gambar-gambar dari Konstruksi dengan Gambar-gambar
Arsitektur atau bila ada hal-hal yang kurang jelas.
3. Penggalian.
a). Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan sampai kedalaman dasar dan
dilapis pasir (sesuai gambar).
b). Jika pada kedalaman tersebut ternyata masih ditemukan lapisan tanah jelek,
maka perlu konsultasi dengan Perencana untuk mendapatkan pengarahan
lebih lanjut.
c). Lebar penggalian dibagian bawah minimal lebar pondasi ditambah 2x10cm.
d). Lebar penggalian disebelah atas disesuaikan dengan keadaan tanah, dengan
menghindari kelongsoran.
e). Tanah dasar pondasi harus dipadatkan dengan stamper atau vibro roller
hingga mencapai kepadatan 90% Standard Proctor.
f). Jika penggalian melampaui kedalaman yang ditentukan sedangkan lapis tanah
yang baik sudah dicapai pada peil yang ditentukan , maka galian yang terlalu
dalam tersebut harus ditimbun dengan pasir pasang dan dipadatkan hingga
kepadatan 95% atas beban Penyedia Barang/Jasa.
4. Pengurugan Kembali.
a). Semua bekas-bekas sumur harus diurug dengan pasir pasang.
b). Lapisan sirtu dibawah pondasi harus dipadatkan dengan vibro roller/stamper
sehingga mencapai kepadatan minimal 90%.
c). Pengurugan Kembali dengan Tanah
1). Tanah yang akan digunakan untuk pengurugan harus mendapat
persetujuan dari Pengawas.
2). Semua bahan-bahan organis, sisa-sisa bongkaran bekisting, puing,
sampah-sampah harus disingkirkan.
3). Bongkaran-bongkaran tanah harus dipecahkan menjadi komponen-
komponen yang kecil terlebih dahulu.
4). Pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis (max. 20 cm lapis jadi)
dengan vibro/stamper dengan memperhatikan kadar air tanah sehingga
memperoleh kepadatan minimal 90%.
5. Pelaksanaan Pondasi.
a). Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lubang pondasi kering.
b). Ketentuan mengenai struktur dan kualitas beton lihat Pasal pekerjaan beton
dalam buku spesifikasi ini dan gambar pondasi.
c). Stek kolom, stek kolom penguat, sparing-sparing yang diperlukan harus
terpasang bersamaan dengan pekerjaan pondasi.
d). Ketentuan mengenai pondasi batu kali, lihat ketentuan pasangan batu kali,
dengan catatan :
1). Tidak boleh ada rongga dalam pasangan tersebut.
2). Batu kali disusun satu persatu dengan penyangga mortar.
e). Pelaksanaan pondasi juga harus memperhatikan gambar Arsitek dan M.E, jika
ada kelainan/ketidakcocokan harus dikonsultasikan dengan Perencana.
b). Perlindungan.
Bagian dinding atau pasangan batu kali yang sudah terpasang dan terkena udara
terbuka, pada waktu hujan lebat harus diberi perlindungan dengan penutup
bagian atasnya dengan sesuatu yang memadai.
c). Perawatan.
Dinding pasangan blok beton ringan dan pasangan batu kali harus dibasahi terus
menerus selama paling sedikit 7 hari setelah didirikan.
d). Angkur-angkur dan Pengikat.
Setiap hubungan antara dinding bata merah dengan permukaan beton, harus
diberi angkur yang dibuat dari besi beton dengan bentuk, ukuran dan diameter
sesuai dengan kebutuhan. Permukaan beton yang berhubungan dengan dinding
bata harus dikasarkan dengan alat yang sesuai agar adukan dinding dapat
melekat.
e). Permukaan dinding yang dihasilkan oleh plesteran dan acian harus benar-benar
vertikal, datar, rata, tidak melengkung atau bergelombang.
f). Kolom Beton/Tulangan Praktis.
Untuk dinding dengan luasan minimal 10m2 diharuskan pelaksanaan dengan
perkuatan kolom beton praktis dengan tulangan pokok 4 o/ 12 dan begel o/ 6-
15cm.
H. PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan.
a). Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
Semua pekerjaan beton struktur yang ada dalam masing-masing jenis
pekerjaan yang tercantum dalam Pasal-pasal buku RKS ini antara lain yang
dikerjakan : Beton bertulang struktur rangka, beton praktis, untuk semua
kegiatan.
b). Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan gambar-gambar
pelaksanaan yang telah disediakan untuk proyek ini.
2. Pedoman Pelaksanaan.
Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti :
Semua ketentuan dalam SKSNI T-15-1991-03 terutama yang menyangkut
pekerjaan beton struktur.
3. Bahan-bahan Yang Digunakan.
a). Semen.
1). Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement jenis II
menurut NI 8 atau type I menurut ASTM, memenuhi S.400 menurut
Standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia.
2). Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa
persetujuan Pengawas Lapangan.
3). Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh
semen dari merk yang telah dipilih dan telah digunakan.
4). Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang
sudah digunakan harus disertai jaminan dari Penyedia Barang/Jasa yang
dilengkapi dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen
pengganti setaraf dengan mutu semen yang digantikannya.
5). Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus
disetujui oleh Pengawas Lapangan.
b). Aggregates.
Aggregates yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dalam SKSNI T-
15-1991-03, terdiri dari :
1). Pasir beton (aggregate halus). Kadar lumpur tidak boleh melebihi 4% berat
pasir beton.
2). Koral atau crushed stone (aggregate kasar) :
(a). Harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Dimensi maksimun 2,5cm, dan
tidak lebih seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.
(b). Khusus untuk pekerjaan beton, diluar lapis pembesian yang berat batas
maksimum tersebut 3cm dengan gradasi baik.
(c). Pada bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet) digunakan
split pecah/giling mesin.
d). Admixture.
Pemakaian bahan tambahan untuk perbaikan mutu beton dari merk setara
Super Plastet SR (kedap air) dan plastet no.2 untuk beton biasa. Namun
sebelumnya Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mengajukan analisis kimia serta
test, dan juga bukti penggunaan selama 5 tahun di Indonesia. Penggunaan
harus sesuai dengan petunjuk teknis pabrik.
4. Tata Cara Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.
a). Pengiriman dan penyimpanan bahan pada umumnya harus sesuai dengan
jadwal pelaksanaan.
b). Penyimpanan Semen.
1). Semen harus didatangkan & disimpan dalam kantung/zak yang utuh.
Berat semen harus sama dengan yang tercantum dalam zak.
2). Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah.
3). Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras jika ada bagian yang
mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan
bebas (tanpa alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih
dari 5% berat semen.
4). Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen
dalam jumlah yang sama dengan syarat bahwa kualitas beton yang
dihasilkan harus sesuai dengan yang diminta perencana.
c). Penyimpanan Besi Beton.
1). Besi beton disimpan dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu
sehingga bebas dari tanah (minimal 20cm).
2). Beton harus disimpan bebas dari lumpur, minyak atau zat asing lainnya.
d). Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan
lain jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.
5. Bekisting Yang Digunakan.
a). Bekisting harus dibuat dari papan kayu kalimantan dengan rangka kayu yang
kuat tidak mudah berubah bentuk dan jika perlu menggunakan baja.
b). Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk
yang nyata dan harus dapat menampung bahan-bahan sementara sesuai dengan
jalannya kecepatan pembetonan.
c). Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan
bergeraknya bekisting selama dalam pelaksanaan dapat dihindarkan, juga harus
cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan (mortar leakage).
d). Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur sehingga
pengawasan atas kekurangannya dapat mudah dilakukan. Penyusunan bekisting
harus sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkarannya tidak akan
merusak dinding, balok atau kolom beton yang bersangkutan.
e). Pada bagian terendah pada setiap pashe pengecoran dari bekisting kolom atau
dinding, harus ada bagian yang mudah dibuka untuk Inspeksi dan pembersihan.
f). Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi air terlebih dahulu sebelum
pengecoran.
g). Air pembasahan tersebut harus diusahakan agar mengalir sedemikian rupa agar
tidak menggenangi sisi bawah dari bekisting.
h). Pemilihan susunan dan ukuran yang tepat dari penyangga-penyangga atau
silangan-silangan bekisting menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
i). Pembongkaran Bekisting :
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan khusus yang
cukup untuk memikul 2x beban sendiri. Bila akibat pembongkaran cetakan, pada
bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban
12
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut
berlangsung.
Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada Penyedia Barang/Jasa, dan perhatian Penyedia
Barang/Jasa mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke SKSNI T-15-1991-03
dalam Pasal yang bersangkutan.
Pembongkaran harus memberi tahu Pemberi Tugas/Arsitek bilamana ia
bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang
utama dan minta persetujuannya, tapi dengan adanya persejutuan itu tidak
berarti Penyedia Barang/Jasa terlepas dari tanggung jawabnya.
6. Pemasangan Pipa-pipa.
Pemasangan pipa dalam beton yang mungkin dilakukan tidak boleh merugikan
kekuatan konstruksi.
7. Kualitas Beton.
a). Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah dengan f „c = 22,5
Mpa. Sedang beton praktis dengan f „c = 17,5 Mpa. Evaluasi penentuan
karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam SKSNI T-
15-1991-03
b). Penyedia Barang/Jasa harus memberikan jaminan atas kemampuannya untuk
memenuhi kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan
dilain tempat atau dengan mengadakan Trialmix
c). Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang
disebut dalam SKSNI T-15-1991-03
d). Pada masa pemulaan pembetonan penyedia Barang/Jasa harus membuat
minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20
benda uji yang pertama. Pengambilan benda-benda uji harus dengan periode
antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan
e). Penyedia Barang/Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas
beton yang dibuat, laporan tersebut harus disahkan oleh pengawas lapangan dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristiknya.
f). Selama pelaksanaan (bila dianggap perlu) ada pengujian slump, minimum 7,5 cm
maximum 12,5 cm
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
1). Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan (beton)
(bekesting).
2). Cetakan slump dibasahi dan diterapkan diatas kayu yang rata atau plat
beton.
3). Cetakan diisi sampai kurang lebih 1/3 nya kali dengan besi diameter 16 mm
panjang 30 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru).
4). Pengisian dilakukan secara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu
lapis yang dibawahnya.
5). Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan, dan
diukur penurunannya (slumpnya).
g). Pengujian kubus atau silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh pengawas Lapangan.
h). Perawatan kubus atau silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi
tidak tergenang air, sekama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
i). Jika dianggap perlu, maka penyediaan Barang/Jasa harus mengadakan
percobaan silinder umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan-ketentuan hasilnya
tidak boleh kurang 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat
tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka
harus dilakukan pengujian beton ditempat dengan cara-cara yang ditentukan
dalam SKSNI T-15-1991-03 dengan biaya ditanggung penyedia Barang/Jasa.
j). Pengadukan beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen
beton.
i). Pemadatan beton harus menggunakan vibrator.
8. Siar-siar Kontruksi dan Pembongkaran Bekisting.
Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar, harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03.
Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
9. Penggantian Besi.
a). Penyedia Barang/Jasa harus mengusahakan agar besi yang dipasang benar
sesuai dengan apa yang tertera dalam gambar.
b). Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Barang/Jasa atau
pendapatnya mengalami kekeliruan, kekurangan atau perlu penyempurnaan
pembesian yang ada maka :
1). Penyedia Barang/Jasa dapat menambah extra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini
diberitahukan kepada Pengawas Lapangan untuk sekedar informasi.
2). Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Penyedia Barang/Jasa
sebagai kerja tambah, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan
setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana dan disetujui Pemberi
Tugas.
3). Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
Perencana Mengajukan usulan dalam rangka kejadian tersebut diatas
adalah merupakan juga kewajiban bagi Penyedia Barang/ Jasa.
c). Jika Penyedia Barang/Jasa tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter terdekat dengan syarat :
1). Harus ada persetujuan dari pengawas Lapangan.
2). Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam
gambar.
3). Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyatukan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
d) Toleransi besi
K. PEKERJAAN CAT-CATAN
1. Lingkup pekerjaan meliputi :
a). Pengecatan cat pagar / tembok.
2. Bahan dan Peralatan :
a). Setelah kontrak ditandatangani, Penyedia Barang/Jasa harus
secepatnya, tapi tdak kurang dari 1 (satu) bulan sebelum memulai
pekerjaan pengecatan, mengajukan daftar dari semua bahan-bahan
yang akan dipakai untuk pekerjaan pengecatan dan dekorasi kepada
Pemberi Tugas. Semua bahan-bahan harus disetujui oleh Pemberi
Tugas.
b). Cat yang digunakan harus masih dalam keadaan baik, tertutup dan
sedapat mungkin menghindarkan bahan pengencer.
c). Cat, ampelas, plamur, dll perlengkapan mengecat harus berkualitas
baik dalam kondisi baik dan mendapat persetujuan direksi.
3. Pemilihan Warna:
Semua warna harus dipilih arsitek Perencana, Owner design Penyedia
Barang/Jasa harus mengadakan contoh warna-warna yand disetujui.
4. Persiapan Umum:
a). Sebelum meneruskan pekerjaan pengecatan dan plituran dan lain-lain
harus dicuci dan dijaga agar tidak ada debu beterbangan.
b). Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan cara
yang telah disetujui dan diuraikan dalam bab-bab yang relevan. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan banyak lap-lap bersih.
5. Pelaksanaan:
a). Penentuan warna sesuai dengan petunjuk direksi dan Pengguna Jasa,
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik serta peraturan
yang berlaku.
b). Pengecatan kayu, besi & listplank dicat minimal tiga kali, rata dan rapih.
Meni kayu dilakukan untuk semua permukaan kayu yang kelihatan
maupun yang tertanam/dilekatkan. Penghalusan dengan plamur dan
ampelas dilakukan hingga didapatkan permukaan yang rata dan halus
serta siap dilakukan pengecatan.
c). Pengecatan kayu dilakukan berulang-ulang hingga mengisi pori-
pori/lubang-lubang yang ada pada permukaan kayu dan mendapatkan
warna yang rata.
e). Pengecatan kayu, besi, tembok maupun plafond lama harus dilakukan
persiapan bidang pengecatan yang cukup (dibersihkan, dikerok) hingga
siap benar untuk ditimpa cat kembali.
6. Pengecatan tembok.
Terutama dikerjakan pada plesteran, baik bagian luar maupun dalam.
a). Persiapan.
Biarkan permukaan mengering sebaik mungkin, jika terdapat
pengkristalan/ pengapuran bersihkan dengan lap kering kemudian
dengan lap basah dan biarkan selama 48 jam. Bila pengkristalan/
pengapuran masih terjadi, ulangi lagi cara diatas sampai proses
pengkristalan/pengapuran tersebut berhenti. Bersihkan permukaan dari
debu, kotoran dan persikan plesteran dan sebagainya. Perbaiki retak-
retak serta kerusakan lainnya dan biarkan mengering.
b). Pelaksanaan.
Semua pengecatan tembok harus sesuai dengan cara dan prosedur dari
pabrik pembuat.
7. Pengecatan Besi.
a). Persiapan.
Biarkan permukaan mengering sebaik mungkin bersihkan permukaan
dari debu, kotoran dan sebagainya. Biarkan permukaan mengering sebaik
mungkin, jika terdapat pengkristalan/pengapuran bersihkan dengan lap
kering kemudian dengan lap basah dan biarkan selama 48 jam. Bila
pengkristalan/pengapuran masih terjadi, ulangi lagi cara diatas sampai
proses pengkristalan/pengapuran tersebut berhenti. Bersihkan
permukaan dari debu, kotoran dan persikan plesteran dan sebagainya.
Perbaiki retak-retak serta kerusakan lainnya dan biarkan mengering.
b). Pelaksanaan.
Semua pengecatan harus sesuai dengan cara dan prosedur dari pabrik
pembuat.
8. Keahlian:
a). Pekerjaan pengecatan hanya boleh dilaksanakan oleh orang-orang yang
sudah ahli dan berpengalaman dalam bidang ini.
b). Seorang mandor yang benar-benar cakap harus mengawasi ditempat
tersebut selama pekerjaan dilaksanakan.
c). Penyedia Barang/Jasa utama bertanggung jawab atas hasil pengecatan
yang baik dan harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pengerjaan dasar (under coats)
sampai dengan pengecatan akhir (finishing coats).
d). Pekerjaan pengecatan dianjurkan untuk dikerjakan oleh tenaga-tenaga
dari mana cat tersebut diproduksi atau ke painting khusus.
e). Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pengawas
dan pabrik pembuat cat tersebut, serta mendapat persetujuan pengawas.
9. Bahan yang harus disediakan untuk masa pemeliharaan.
a). Setelah pekerjaan pengecatan selesai, Penyedia Barang/Jasa harus
menyimpan sejumlah cat yang terpilih untuk persediaan jika ada
perbaikan-perbaikan yang dikehendaki selama masa pemeliharaan. Pada
waktu penyerahan pekerjaan kedua kalinya (final), Penyedia Barang/Jasa
harus menyerahkan kepada pemberi tugas cat-cat untuk finishing yang
dipakai.
b). Jumlah yang dikehendaki untuk tiap warna yang dipakai Cat tembok Cat
besi Cat untuk logam 5 liter 2kg 1kg atau sesuai dengan persetujuan/
pengaturan dalam aanwijzing
L. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Semua bahan yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari direksi
lapangan.
2. Jika terdapat perbedaan pendapat mengenai kualitas bahan bangunan antara
Penyedia Jasa dan pengawas, maka pengawas berhak meminta kepada
Penyedia Jasa untuk memeriksakan contoh bahan yang dimaksud, ditest di
laboratorium bahan, dengan biaya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Air untuk mengaduk spesi, beton dll, sedapat mungkin menggunakan air
tawar setempat, jernih dan harus diendapkan terlebih dahulu dari kotoran.
Bebas dari mineral zat organic, bebas lumpur, larutan air kali dan lain-lain.
4. Bambu hanya digunakan untuk perancah, bukan untuk profil-profil
pemasangan pekerjaan yang lain.
5. Batu bata yang digunakan harus berkualitas baik, cukup matang dibakar dan
prosentase pecah maksimum 20%, sebelum dipasang direndam dalam air.
6. Pasir cor maupun pasang yang digunakan tidak mengandung kotoran-kotoran
yang mengganggu campuran yang disyaratkan. Bila terdapat kotoran berlebih,
dapat diperintahkan untuk dicuci.
7. Split harus bebas dari pecahan dan bebas dari kotoran tanah atau lumpur
yang mengganggu.
8. Portland Cement digunakan dari segala merk, sekualitas Nusantara/ Holcim
dan harus diperhatikan syarat-syarat PBI 1971.
9. Besi beton yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan SK SNI 1991.
10. Cat yang digunakan adalah cat kayu, tembok maupun cat besi berkualitas baik,
produksi dalam negeri yang disetujui direksi. Warna cat akan ditentukan
kemudian dilapangan bersama Pengguna Jasa.
11. Peralatan air, baik air bersih maupun air kotor yang digunakan, harus
berkualitas baik. Diutamakan produksi dalam negeri, memenuhi standart air
bersih dan air kotor di Indonesia yang disetujui direksi.
12. Segala bahan bongkaran yang tidak direkomendasi untuk dipasang adalah
aset dari Pemilik Pekerjaan, jadi dilarang untuk digunakan oleh Penyedia Jasa
dan harus diserahkan kepada Pengguna Jasa.
1. Bahan yang dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh direksi dan diakui
Penyedia Jasa, harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan selambat-lambatnya
2x24 jam sesudah pemeriksaan.
2. Jika Penyedia Jasa melalaikan peringatan tersebut diatas, maka bahan
tersebut akan dikeluarkan direksi dengan biaya Penyedia Jasa.
PENUTUP