Anda di halaman 1dari 19

METODE PELAKSANAAN

Perbaikan Gedung/Ruang Rapat Balai KB Kecamatan Wanareja

A. Pelaksanaan pekerjaan meliputi :


Mendatangkan, pengolahan, pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga kerja,
pengadaan semua alat-alat bantu dan sebagainya. Yang pada umumnya langsung
atau tidak langsung termasuk didalam usaha penyelesaian dengan baik dan
menyerahkan pekerjaan dengan sempurna dan lengkap. Juga disini dimaksudkan
pekerjaan-pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang walaupun tidak disebutkan
didalam bestek tetapi masih berada didalam lingkungan pekerjaan haruslah
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.
B. Pekerjaan yang dilaksanakan ialah :
Perluasan Gedung Kantor KB,PP Dan PA Kecamatan Wanareja. Berlokasi di Kec.
Wanareja , yang selanjutnya akan ditunjukkan oleh Direksi.
C. Pekerjaan ini terletak di Kec. Wanareja.
D. Pekerjaan ini mengikat Rencana Kerja & Syarat-syarat (RKS) / Dokumen Lelang ini,
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Gambar Rencana yang menyatu menjadi
bestek.
E. Konstruksi bangunan secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Pondasi baru
3. Kolom / Sloof / ring balk
4. Dinding
F. Peraturan-peraturan pembangunan yang mengikat dalam pekerjaan ini,
antara lain adalah :
1. Peraturan Syarat-syarat Umum Pelaksana Pekerjaan Pemborong di Indonesia.
2. Spesifikasi Bahan Bangunan
3. Peraturan Beton Indonesia
4. Peraturan Besi Baja Indonesia.
5. Peraturan Kapur sebagai Bahan Bangunan
6. Peraturan Batu merah sebagai Bahan Bangunan
7. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan
8. Peraturan Kayu untuk Bahan Bangunan
9. Peraturan Batu alam untuk Bahan Bangunan
10. Peraturan Muatan Indonesia
11. Peraturan dari Dinas Teknis Kabupaten Cilacap
12. Peraturan Air Bersih/Minum
13. Peraturan dari Pemerintah Daerah setempat.
14. Peraturan lain yang relevan.
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. TEMPAT TITIK DUGA dan UKURAN-UKURAN
1. Tempat bangunan di Kec. Majenang.
2. Titik duga (0,00) permukaan lantai dari bangunan ditentukan dilapangan oleh
direksi/pengawas.
3. Ukuran-ukuran pada denah dan ukuran-ukuran tinggi, telah ditetapkan dalam
gambar dengan catatan, bahwa :
a) Jika terdapat ukuran-ukuran pada gambar, maka yang menentukan adalah
ukuran-ukuran pada gambar dengan skala lebih besar atau
menguntungkan negara.
b) Jika tidak terdapat kesesuaian antara gambar dan RKS, maka harus
dikonsultasikan dengan direksi/pengawas.
c) Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum/selama dan
sesudah pekerjaan menjadi tanggung jawab penyedia Jasa sepenuhnya.
d) Penetepan ukuran dan sudut-sudut siku agar tetap dijaga dan diperhatikan.
4. Penyedia Barang/Jasa harus membuat bangunan darurat untuk keperluan sendiri
sehubungan dengan pelaksanan pekerjaan ini berupa kantor Administrasi
Lapangan, Los kerja dan Gudang.
5. Penyedia Barang/Jasa harus membersihkan lapangan dari segala hal yang bisa
mengganggu pelaksanaan pekerjaan, serta mengadakan pengukuran untuk
membuat tanda tetap sebagai dasar ukuran ketinggian lantai dan bagian-bagian
bangunan yang lain.
6. Tanda tetap itu dibuat dari beton 20x20x150 cm, sebanyak 2 buah diujung-ujung
bangunan yang tempatnya akan ditentukan kemudian oleh pengawas lapangan
dan harus dijaga serta dipelihara selama waktu pelaksanaan hingga pekerjaan
selesai seluruhnya untuk penyerahan pekerjaan yang pertama.
7. Untuk dasar ukuran sumbu-sumbu bangunan harus dibuat papan dasar pelaksana
(bouwplank) yang harus dibuat dari bahan kayu meranti tebal minimum 3 cm
dengan permukaan atasnya diserut sipat dasar (Waterpass).
8. Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa
pelaksanaan berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila
dianggap perlu siap untuk mengadakan pengukuran ulang.

B. PERSIAPAN, ALAT BANTU / PERANCAH dan PAGAR PENGAMAN

1. Penyedia Jasa harus membuat/pengadaan perancah dan alat bantu untuk


membantu proses selama pekerjaan berlangsung. Hal ini dilakukan, untuk
memudahkan proses pelaksanaan pekerjaan.
2. Peracah yang digunakan harus mampu menjangkau seluruh bagian yang akan
dikerjakan. Faktor kenyamanan dan keselamatan pekerja harus diutamakan
sehingga pekerjaan dapat berlangsung dengan lancar.
3. Alat bantu/Perancah yang digunakan juga harus memperhitungkan faktor
pencapaian pekerjaan dan keselamatan pekerja.
4. Dibuat pagar pengaman pada bangunan yang dikerjakan guna memenuhi
keamanan sekitar bangunan.
5. Ijin mendirikan bangunan diurus, paling tidak saat bangunan diserah-terimakan
harus sudah selesai. 3
C. AIR KERJA
1. Penyedia Jasa harus memperhitungkan penyediaan air kerja untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, dengan sumur pompa atau cara lain yang memenuhi
persyaratan.
2. Air yang digunakan harus air tawar bersih yang bebas dari bahan organis, lumpur
dan bahan lain yang merusak mutu beton, dll. Harus memenuhi persyaratan air
bagi keperluan bangunan di Indonesia.
3. Selama pelaksanaan, supaya dibuatkan saluran pembuangan darurat untuk
menghindari gangguan air setempat.

D. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
1. Pada prinsipnya pekerjaan ini adalah membersihkan lingkungan yang
direkomendasi dalam rencana, guna dilakukan pekerjaan.
2. Pembersihan harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak merusak bagian
yang lain, yang tidak terkait pekerjan.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu areal dibersihkan dari akar-akaran
sehingga lingkungan tetap terjaga kerapihannya.

E. PAPAN NAMA PEKERJAAN dan BARAK KERJA


1. Penyedia jasa harus menyediakan Papan Nama Pekerjaan/Kegiatan sebagai
informasi kepada umum tentang adanya pekerjaan.
2. Barak kerja disediakan sebagai tempat untuk menyimpan material serta alat-alat
keperluan pekerjaan, juga apabila memungkinkan sebagai tempat pertemuan
lapangan.
3. Lokasi barak kerja harus mudah dijangkau dan luasannya harus cukup
representatif menurut Pengguna Jasa, sesuai petunjuk direksi.
4. Penyedia Jasa harus menempatkan minimal seorang petugas untuk menjaga
segala jenis material yang disimpan ditempat ini dan mencatat keluar masuknya
material keperluan pekerjaan.

F. PEKERJAAN GALIAN dan URUGAN


1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk didalam kegiatan ini adalah pengadaaan material bahan pengisi dan
mengangkutnya ke dalam lapangan serta menimbunnya di daerah lapangan
dengan pemadatan yang cukup seperti dicantumkan dalam syarat-syaratnya.
Persyaratan pekerjaan tersebut minimal seperti yang akan dijelaskan sebagai
berikut :
a). Pembongkaran dan memindahkan semua hal yang mungkin merintangi
jalannya pekerjaan.
b). Melindungi benda-benda berharga yang berada dilapangan dan benda-benda
berfaedah lainnya.
c). Pengeringan dan pengontrolan drainage.
d). Penggalian dan penimbunan (untuk penimbunan dengan tanah urug).
e). Pemadatan, dengan dibuktikan tes Standart Proctor di laboratorium (bila
diperlukan).
f). Menyediakan material-material pengisi yang baik.
2. Syarat-syarat pelaksanaan
A. Pemeriksaan Lapangan.
Penyedia Barang/Jasa harus mengadakan pemeriksaan dan pengecekan
langsung ke lapangan guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-
bahan yang kelak akan dijumpainya dan keadaan lapangan sekarang yang nanti
mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjaan.

B. Penggalian dan Pembersihan.


1). Seluruh rintangan yang ada dalam lapangan yang akan merintangi pekerjaan
harus disingkirkan, dan dibersihkan dari lapangan, kecuali hal-hal yang
mungkin akan ditentukan kemudian untuk dibiarkan tetap. Perlindungan
harus diberikan kepada hal-hal yang seperti itu.
2). Pelaksanaan penggalian pondasi plat lajur baru bisa dimulai setelah as-as
ditetapkan secara cermat dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
3). Apabila selama pelaksanaan penggalian terjadi kelongsoran tebing, Penyedia
Barang/Jasa harus mencegahnya misalnya dengan casing dan lain-lain
sehingga pekerjaan tetap lancar.
4). Pelaksanaan pekerjaan penggalian jalur pondasi, haruslah sedemikian rupa
sehingga menjamin barang-barang berharga yang mungkin berada
dilapangan terhindar dari kerusakan.
5). Reparasi kerusakan pada benda-benda milik kepentingan umum, didalam
atau diluar lapangan pekerjaan semuanya harus dipikul oleh Penyedia
Barang/Jasa.
6). Pemindahan semua material-material akibat penggalian dan semua benda-
benda yang merintangi pekerjaan, harus menurut petunjuk-petunjuk
Pengawas Lapangan.
7). Seluruh pohon-pohon, semak-semak, rumput-rumput, dan seluruh tumbuh-
tumbuhan yang semacam itu harus dipindahkan seluruhnya dari daerah
yang akan ditimbun, keluar lapangan.

C. Perlindungan Terhadap Benda-benda Berfaedah


1). Kecuali ditunjukkan untuk dipindahkan, seluruh barang-barang berharga
yang mungkin ditemui dilapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila
sampai menderita kerusakan harus direparasi/diganti oleh Penyedia
Barang/Jasa dengan tanggungan biayanya sendiri.
2). Bila sesuai alat/pelayanan dinas yang sedang bekerja ditemui dilapangan
dan hal tersebut tak dijumpai pada gambar, atau dengan cara lain yang dapat
diketahui oleh Penyedia Barang/Jasa dan ternyata diperlukan perlindungan
atau pemindahan, Penyedia Barang/Jasa harus bertanggung jawab untuk
mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin bahwa pekerjaan yang
sedang berlangsung tersebut tak terganggu.
3). Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan
Penyedia Barang/Jasa, Penyedia Barang/Jasa harus segera mengganti
kerugian-kerugian yang terjadi akibat pekerjaan Penyedia Barang/Jasa.
4). Sarana (utilitas) yang sudah tak bekerja lagi yang mungkin ditemukan
dibawah tanah dan terletak didalam lapangan pekerjaan harus dipindahkan
keluar lapangan ketempat yang disetujui oleh Pengawas Lapangan atau
tanggungan Penyedia Barang/Jasa. 5
D. Pemeriksaan Permukaan Tanah dan Air Tanah
1). Daerah disekitar bangunan-bangunan yang lebih rendah dari lapisan
sekelilingnya harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya bahaya erosi.
Untuk itu Penyedia Barang/Jasa harus mempersiapkan saluran pembuangan
yang cukup menghindari terjadinya bahan erosi tersebut.
2). Penyedia Barang/Jasa diminta untuk mengawasi hal-hal seperti dibawah ini :
(a). Tidak diperkenankan air tergenang didalam/sekitar lapangan pekerjaan
kontrak ini.
(b). Melindungi semua penggalian bebas dari seepage, overflow dan genangan
air.
(c). Lapisan Tanah Teratas (Top Soil)
Dalam daerah lapangan pekerjaan, top soil (lapisan tanah paling atas)
harus dikupas sampai kedalaman minimum 20 cm dan digunakan sebagai
bahan pengisi untuk daerah yang lain seperti yang akan ditentukan oleh
Pengawas Lapangan. Setelah top soil dikupas, daerah tersebut harus
dipadatkan sampai setebal 15 cm sebelum pengisian bahan pengisi
dilakukan.
e). Bahan Pengisi.
1). Bahan pengisi harus cukup baik, yaitu bahan yang telah disetujui
oleh Pengawas Lapangan yang diambil dari daerah lapangan atau
bahan yang telah disetujui oleh Pengawas Lapangan yang diambil
dari daerah diluar lapangan pekerjaan, dan merupakan bahan yang
kaya akan tanah berbatu kerikil (granular soil).
2). Bahan tersebut harus bebas dari akar-akar bahan-bahan organis,
barang-barang bekas/sampah-sampah.

E. Syarat-syarat Penimbunan dan Backfill.


1). Seluruh penimbunan harus dibawah pengawasan Pengawas Lapangan, dan
material bahan pengisi yang dipakai harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan terlebih dahulu. Pengawas Lapangan (bila dianggap
perlu) juga akan mempersiapkan test-test yang diperlukan yang meliputi tes
kepadatan yang terdiri atas lap.1-2 minimal 3 titik, lap.3-4 minimal 5 titik, lap.
5-6 minimal 7 titik, biaya Penyedia Barang/Jasa. Jika ternyata tidak memenuhi
syarat, maka pemadatan ulang akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan.
2). Penyedia Barang/Jasa harus menempatkan bahan penimbun diatas lapisan
tanah yang akan ditimbun lapis demi lapis dengan tebal max. 20 cm, dibasahi
seperti yang diharuskan, kemudian digilas atau dipadatkan sampai tercapai
kepadatan yang diijinkan. Untuk pemadatan sirtu dibawah pondasi dengan
stamper, sedangkan untuk pemadatan halaman parkir dengan mesin walles 4
sampai dengan 6 ton.
3). Penggilasan atau pemadatan seluruh daerah lapangan harus dapat mencapai
95% dari derajat kepadatan maximum Mod. Proctor. Bila ada material pengisi
yang tidak memuaskan sebagai bahan pemadatan, maka bahan tersebut harus
diganti dengan pasir.
4). Penyedia Barang/Jasa diharuskan menggunakan peralatan pemadatan dengan
mesin untuk seluruh pemadatan, atau mempergunakan stamper.
5). Pemadatan tangan atau dengan menggunakan timbris, sama sekali tidak
diperkenankan.
6). Pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis dan setiap “lapis jadi” tidak
lebih tebal dari 20 cm dibasahi dan dipadatkan merata sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan.
7). Pembersihan.
Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai buat penimbunan dan
penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa puing-puing, runtuhan-runtuhan,
sampah-sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya
untuk ini adalah tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.

F. PEKERJAAN PONDASI
1. Lingkup Pekerjaan.
a). Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan pondasi meliputi :
Pekerjaan pondasi batu kali
b). Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan Gambar-gambar
pelaksanaan yang telah disediakan untuk proyek ini.
2. Pedoman Pelaksanaan.
a). Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi Penyedia Barang/Jasa harus
mengadakan pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada
gambar konstruksi dan harus dimintakan persetujuan Pengawas Lapangan.
b). Penyedia Barang/Jasa wajib melaporkan kepada Pengawas Lapangan bila ada
perbedaan Gambar-gambar dari Konstruksi dengan Gambar-gambar
Arsitektur atau bila ada hal-hal yang kurang jelas.
3. Penggalian.
a). Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan sampai kedalaman dasar dan
dilapis pasir (sesuai gambar).
b). Jika pada kedalaman tersebut ternyata masih ditemukan lapisan tanah jelek,
maka perlu konsultasi dengan Perencana untuk mendapatkan pengarahan
lebih lanjut.
c). Lebar penggalian dibagian bawah minimal lebar pondasi ditambah 2x10cm.
d). Lebar penggalian disebelah atas disesuaikan dengan keadaan tanah, dengan
menghindari kelongsoran.
e). Tanah dasar pondasi harus dipadatkan dengan stamper atau vibro roller
hingga mencapai kepadatan 90% Standard Proctor.
f). Jika penggalian melampaui kedalaman yang ditentukan sedangkan lapis tanah
yang baik sudah dicapai pada peil yang ditentukan , maka galian yang terlalu
dalam tersebut harus ditimbun dengan pasir pasang dan dipadatkan hingga
kepadatan 95% atas beban Penyedia Barang/Jasa.
4. Pengurugan Kembali.
a). Semua bekas-bekas sumur harus diurug dengan pasir pasang.
b). Lapisan sirtu dibawah pondasi harus dipadatkan dengan vibro roller/stamper
sehingga mencapai kepadatan minimal 90%.
c). Pengurugan Kembali dengan Tanah
1). Tanah yang akan digunakan untuk pengurugan harus mendapat
persetujuan dari Pengawas.
2). Semua bahan-bahan organis, sisa-sisa bongkaran bekisting, puing,
sampah-sampah harus disingkirkan.
3). Bongkaran-bongkaran tanah harus dipecahkan menjadi komponen-
komponen yang kecil terlebih dahulu.
4). Pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis (max. 20 cm lapis jadi)
dengan vibro/stamper dengan memperhatikan kadar air tanah sehingga
memperoleh kepadatan minimal 90%.

5. Pelaksanaan Pondasi.
a). Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lubang pondasi kering.
b). Ketentuan mengenai struktur dan kualitas beton lihat Pasal pekerjaan beton
dalam buku spesifikasi ini dan gambar pondasi.
c). Stek kolom, stek kolom penguat, sparing-sparing yang diperlukan harus
terpasang bersamaan dengan pekerjaan pondasi.
d). Ketentuan mengenai pondasi batu kali, lihat ketentuan pasangan batu kali,
dengan catatan :
1). Tidak boleh ada rongga dalam pasangan tersebut.
2). Batu kali disusun satu persatu dengan penyangga mortar.
e). Pelaksanaan pondasi juga harus memperhatikan gambar Arsitek dan M.E, jika
ada kelainan/ketidakcocokan harus dikonsultasikan dengan Perencana.

6. Pondasi Pasangan Batu Kali


a). Kegiatan pekerjaan pasangan pondasi batu kali dilaksanakan pada pekerjaan
struktur dinding bata dalam bangunan, bak-bak bunga dan lain-lain sesuai
gambar rencana.
b). Bahan-bahan yang digunakan :
1). Batu kali (pecah) dan pasir, harus keras dan kekar serta bermutu kwartsa
yang disetujui Pengawas Lapangan dan Owner.
2). Semen, sesuai ketentuan Portland Cement Indonesia : NI 8 – 1972.
3). Air yang dipakai harus bersih yang dapat diminum/tawar.
c). Syarat Pelaksanaan :
1). Bentuk pasangan batu kali harus sesuai dengan gambar rencana.
2). Adukan mempunyai komposisi minimal 1pc : 6 psr dan diberaben dengan
adukan yang sama.

G. PEKERJAAN PASANGAN TEMBOK


1. Jenis Pasangan dan Penggunaannya.
a). Pasangan batu kali untuk pondasi, sedang pasangan bata merah dan bagian
lain seperti yang ada dalam gambar pelaksanaan.
b). Pasangan bata merah ½ bata untuk sebagian besar dinding yang ada dalam
bangunan ini seperti yang ada dalam gambar pelaksanaan. Pasangan bata
merah trasram untuk dinding-dinding ruang toilet, dinding-dinding luar
bangunan dan bagian-bagian lain seperti ditunjukkan dalam gambar
pelaksanaan.
2. Jenis Adukan Yang digunakan.
a). Adukan biasa dengan campuran 1pc : 6 psr. digunakan untuk seluruh pasangan
pondasi batu kali dan pasangan bata merah.
b). Adukan trasram dengan campuran 1pc : 6psr. digunakan untuk dinding-dinding
ruang toilet, seluruh dinding luar bangunan dan bagian-bagian lain seperti
ditunjukkan dalam gambar rencana.
3. Jenis Plesteran Yang Digunakan.
a). Plesteran biasa dengan campuran 1pc : 6 psr digunakan untuk permukaan-
permukaan dinding pasangan bata merah.
b). Plesteran trasram dengan campuran 1pc : 6 psr digunakan untuk permukaan
beton dinding ruang-ruang toilet, seluruh permukaan dinding pasangan
dibagian luar bangunan, dan seluruh dinding lantai dasar sampai setinggi +
30cm dari permukaan lantai.
4. Kualitas Bahan Yang Digunakan.
a). Bata Merah.
Batu bata yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1). Batu bata harus baru, dan terbuat dari campuran tanah liat yang
dibakar dan mencapai kematangan sesuai standard dan disetujui
pengawas.
2). Bilamana terdapat bahan yang tidak dapat sesuai standard tersebut
diatas maka Direksi dapat menentukan jenis-jenis lain yang ada
dipasaran lokal dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan.
3). Mempunyai sifat kondisi rendah, sifat isolasi suara dan penetrasi air
yang rendah.
4). Seluruh permukaan datar/rata tidak melengkung, tanpa
cacat/berlubang ataupun mengandung kotoran, sudut-sudutnya tidak
tumpul.
5). Ukuran seragam dengan standar nominal.
6). Mutu setaraf produksi/lokal dengan persetujuan Direksi.
b). Bahan untuk adukan, plesteran dan acian.
Bahan campuran (air, semen dan pasir) yang digunakan untuk adukan harus
memenuhi ketentuan seperti untuk bahan campuran beton dalam buku RKS ini
ataupun dalam SKSNI T-15-1991-03, yaitu pasir muntilan/sekualitas.
5. Contoh-contoh Bahan.
sebelum memulai pekerjaan pasangan, Penyedia Barang/Jasa terlebih dahulu harus
menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan (batu kali, bata merah,
kerikil, split dll). Bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus mendapat
persetujuan dari Pengawas Lapangan/ Perencana.
6. Syarat Pemasangan.
a). Pemasangan Batu Bata.
Pemasangan bata merah memperhatikan beberapa hal, antara lain :
1). Dinding harus dipasang/didirikan dengan ketebalan dan ketinggian sesuai
gambar rencana.
2). Masing-masing bata merah dipasang dengan nat/jarak : 1cm, diberi dasar
adukan pengikat dengan baik. 9
3). Pemasangan dinding tidak boleh diteruskan disatu bagian setinggi lebih
dari 1 meter.
4). Tidak diperbolehkan memakai potongan bata merah untuk bagian-bagian
dinding kecuali untuk bagian dinding yang terpaksa harus menggunakan
potongan, potongan yang diperbolehkan untuk maksud tersebut tidak
boleh lebih kecil dari ½ bata merah.
5). Menggunakan skim coat untuk finishing dinding sekualitas Samudra.
6). Semen mortar untuk plesteran dinding sekualitas Samudra.

b). Perlindungan.
Bagian dinding atau pasangan batu kali yang sudah terpasang dan terkena udara
terbuka, pada waktu hujan lebat harus diberi perlindungan dengan penutup
bagian atasnya dengan sesuatu yang memadai.
c). Perawatan.
Dinding pasangan blok beton ringan dan pasangan batu kali harus dibasahi terus
menerus selama paling sedikit 7 hari setelah didirikan.
d). Angkur-angkur dan Pengikat.
Setiap hubungan antara dinding bata merah dengan permukaan beton, harus
diberi angkur yang dibuat dari besi beton dengan bentuk, ukuran dan diameter
sesuai dengan kebutuhan. Permukaan beton yang berhubungan dengan dinding
bata harus dikasarkan dengan alat yang sesuai agar adukan dinding dapat
melekat.
e). Permukaan dinding yang dihasilkan oleh plesteran dan acian harus benar-benar
vertikal, datar, rata, tidak melengkung atau bergelombang.
f). Kolom Beton/Tulangan Praktis.
Untuk dinding dengan luasan minimal 10m2 diharuskan pelaksanaan dengan
perkuatan kolom beton praktis dengan tulangan pokok 4 o/ 12 dan begel o/ 6-
15cm.

H. PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan.
a). Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
Semua pekerjaan beton struktur yang ada dalam masing-masing jenis
pekerjaan yang tercantum dalam Pasal-pasal buku RKS ini antara lain yang
dikerjakan : Beton bertulang struktur rangka, beton praktis, untuk semua
kegiatan.
b). Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan gambar-gambar
pelaksanaan yang telah disediakan untuk proyek ini.
2. Pedoman Pelaksanaan.
Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti :
Semua ketentuan dalam SKSNI T-15-1991-03 terutama yang menyangkut
pekerjaan beton struktur.
3. Bahan-bahan Yang Digunakan.
a). Semen.
1). Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement jenis II
menurut NI 8 atau type I menurut ASTM, memenuhi S.400 menurut
Standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia.
2). Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa
persetujuan Pengawas Lapangan.
3). Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh
semen dari merk yang telah dipilih dan telah digunakan.
4). Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang
sudah digunakan harus disertai jaminan dari Penyedia Barang/Jasa yang
dilengkapi dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen
pengganti setaraf dengan mutu semen yang digantikannya.
5). Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus
disetujui oleh Pengawas Lapangan.

b). Aggregates.
Aggregates yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dalam SKSNI T-
15-1991-03, terdiri dari :
1). Pasir beton (aggregate halus). Kadar lumpur tidak boleh melebihi 4% berat
pasir beton.
2). Koral atau crushed stone (aggregate kasar) :
(a). Harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Dimensi maksimun 2,5cm, dan
tidak lebih seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan.
(b). Khusus untuk pekerjaan beton, diluar lapis pembesian yang berat batas
maksimum tersebut 3cm dengan gradasi baik.
(c). Pada bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet) digunakan
split pecah/giling mesin.

c). Besi Beton.


Besi beton yang digunakan ialah : besi beton polos mutu fy = 320 Mpa ex
Krakatau Steel/setara, untuk diameter lebih besar atau sama dengan 16mm
dan fy = 240 Mpa untuk diameter lebih kecil dari 13mm. Untuk mendapatkan
jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya certificate
untuk setiap jenis diameter dari pabrik, juga harus dimintakan certificate dari
laboratorium baik pada saat pendatangan secara periodik minimal 2 contoh
percobaan tarik (strees-strain) dan atau untuk setiap 20ton besi. Untuk
pemotong tulangan tidak boleh mempergunakan alat pemanas (las),
pemotongan dengan alat gunting atau besi cutter atau gergaji besi.

d). Admixture.
Pemakaian bahan tambahan untuk perbaikan mutu beton dari merk setara
Super Plastet SR (kedap air) dan plastet no.2 untuk beton biasa. Namun
sebelumnya Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mengajukan analisis kimia serta
test, dan juga bukti penggunaan selama 5 tahun di Indonesia. Penggunaan
harus sesuai dengan petunjuk teknis pabrik.
4. Tata Cara Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.
a). Pengiriman dan penyimpanan bahan pada umumnya harus sesuai dengan
jadwal pelaksanaan.
b). Penyimpanan Semen.
1). Semen harus didatangkan & disimpan dalam kantung/zak yang utuh.
Berat semen harus sama dengan yang tercantum dalam zak.
2). Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah.
3). Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras jika ada bagian yang
mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan
bebas (tanpa alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih
dari 5% berat semen.
4). Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen
dalam jumlah yang sama dengan syarat bahwa kualitas beton yang
dihasilkan harus sesuai dengan yang diminta perencana.
c). Penyimpanan Besi Beton.
1). Besi beton disimpan dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu
sehingga bebas dari tanah (minimal 20cm).
2). Beton harus disimpan bebas dari lumpur, minyak atau zat asing lainnya.
d). Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan
lain jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.
5. Bekisting Yang Digunakan.
a). Bekisting harus dibuat dari papan kayu kalimantan dengan rangka kayu yang
kuat tidak mudah berubah bentuk dan jika perlu menggunakan baja.
b). Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk
yang nyata dan harus dapat menampung bahan-bahan sementara sesuai dengan
jalannya kecepatan pembetonan.
c). Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan
bergeraknya bekisting selama dalam pelaksanaan dapat dihindarkan, juga harus
cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan (mortar leakage).
d). Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur sehingga
pengawasan atas kekurangannya dapat mudah dilakukan. Penyusunan bekisting
harus sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkarannya tidak akan
merusak dinding, balok atau kolom beton yang bersangkutan.
e). Pada bagian terendah pada setiap pashe pengecoran dari bekisting kolom atau
dinding, harus ada bagian yang mudah dibuka untuk Inspeksi dan pembersihan.
f). Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi air terlebih dahulu sebelum
pengecoran.
g). Air pembasahan tersebut harus diusahakan agar mengalir sedemikian rupa agar
tidak menggenangi sisi bawah dari bekisting.
h). Pemilihan susunan dan ukuran yang tepat dari penyangga-penyangga atau
silangan-silangan bekisting menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
i). Pembongkaran Bekisting :
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan khusus yang
cukup untuk memikul 2x beban sendiri. Bila akibat pembongkaran cetakan, pada
bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban
12
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut
berlangsung.
Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada Penyedia Barang/Jasa, dan perhatian Penyedia
Barang/Jasa mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke SKSNI T-15-1991-03
dalam Pasal yang bersangkutan.
Pembongkaran harus memberi tahu Pemberi Tugas/Arsitek bilamana ia
bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang
utama dan minta persetujuannya, tapi dengan adanya persejutuan itu tidak
berarti Penyedia Barang/Jasa terlepas dari tanggung jawabnya.
6. Pemasangan Pipa-pipa.
Pemasangan pipa dalam beton yang mungkin dilakukan tidak boleh merugikan
kekuatan konstruksi.
7. Kualitas Beton.
a). Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah dengan f „c = 22,5
Mpa. Sedang beton praktis dengan f „c = 17,5 Mpa. Evaluasi penentuan
karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam SKSNI T-
15-1991-03
b). Penyedia Barang/Jasa harus memberikan jaminan atas kemampuannya untuk
memenuhi kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan
dilain tempat atau dengan mengadakan Trialmix
c). Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang
disebut dalam SKSNI T-15-1991-03
d). Pada masa pemulaan pembetonan penyedia Barang/Jasa harus membuat
minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20
benda uji yang pertama. Pengambilan benda-benda uji harus dengan periode
antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan
e). Penyedia Barang/Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas
beton yang dibuat, laporan tersebut harus disahkan oleh pengawas lapangan dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristiknya.
f). Selama pelaksanaan (bila dianggap perlu) ada pengujian slump, minimum 7,5 cm
maximum 12,5 cm
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
1). Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan (beton)
(bekesting).
2). Cetakan slump dibasahi dan diterapkan diatas kayu yang rata atau plat
beton.
3). Cetakan diisi sampai kurang lebih 1/3 nya kali dengan besi diameter 16 mm
panjang 30 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru).
4). Pengisian dilakukan secara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu
lapis yang dibawahnya.
5). Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan, dan
diukur penurunannya (slumpnya).
g). Pengujian kubus atau silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh pengawas Lapangan.
h). Perawatan kubus atau silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi
tidak tergenang air, sekama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
i). Jika dianggap perlu, maka penyediaan Barang/Jasa harus mengadakan
percobaan silinder umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan-ketentuan hasilnya
tidak boleh kurang 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat
tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka
harus dilakukan pengujian beton ditempat dengan cara-cara yang ditentukan
dalam SKSNI T-15-1991-03 dengan biaya ditanggung penyedia Barang/Jasa.
j). Pengadukan beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen
beton.
i). Pemadatan beton harus menggunakan vibrator.
8. Siar-siar Kontruksi dan Pembongkaran Bekisting.
Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar, harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03.
Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
9. Penggantian Besi.
a). Penyedia Barang/Jasa harus mengusahakan agar besi yang dipasang benar
sesuai dengan apa yang tertera dalam gambar.
b). Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Barang/Jasa atau
pendapatnya mengalami kekeliruan, kekurangan atau perlu penyempurnaan
pembesian yang ada maka :
1). Penyedia Barang/Jasa dapat menambah extra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini
diberitahukan kepada Pengawas Lapangan untuk sekedar informasi.
2). Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Penyedia Barang/Jasa
sebagai kerja tambah, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan
setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana dan disetujui Pemberi
Tugas.
3). Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
Perencana Mengajukan usulan dalam rangka kejadian tersebut diatas
adalah merupakan juga kewajiban bagi Penyedia Barang/ Jasa.
c). Jika Penyedia Barang/Jasa tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter terdekat dengan syarat :
1). Harus ada persetujuan dari pengawas Lapangan.
2). Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam
gambar.
3). Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyatukan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
d) Toleransi besi

Diameter, ukuran sisi (atau jarak Vasiasi dalam berat Toleransi


antara dua permukaan yang yang diperbolehkan diameter
berlawanan)
Dibawah 10 mm ±7% ± 0,4%
10 mm sampai 16 mm (tapi tidak ± 5 % ± 0,4 %
termasuk & 16 mm)
16 mm sampai 28 mm ±5% ± 0,5 %
29 mm dan 32 mm ±4% -

10. Perawatan Beton.


a). Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat.
b). Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus
diperhatikan.
c). Beton harus dibasahi terus menerus selama minimal 10 hari sesudah
pengecoran.
11. Tanggung Jawab Penyedia Barang/Jasa.
a). Penyedia Barang/Jasa bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai
dengan ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi yang diberikan.
b). Adanya atau kehadiran Pengawas Lapangan selaku wakil Bouwher atau
Perencana yang sejauh melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasehat
tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut diatas.
c). Jika Pengawas Lapangan memberi ketentuan-ketentuan tambahan yang
menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan diatas atau yang telah
tertera dalam gambar, maka ketentuan tambahan tersebut menjadi tanggung
jawab Pengawas Lapangan, Ketentuan tambahan ini harus dibuat secara
tertulis.
12. Pekerjaan Stek Kolom.
Pekerjaan stek kolom, stek dinding dan stek kolom praktis :
a). Besi stek kolom harus memenuhi syarat spesifikasi.
b). Besi beton harus terpasang sesuai gambar rencana dan turut dicor pada waktu
sloof dicor sampai batas permukaan atas sloof.
c). Besi stek harus dijaga letaknya dan harus tetap lurus setelah selesai pekerjaan
sloof.
J. PEKERJAAN PLESTERAN
1. Semua pasangan batu bata merah yang kelihatan (karena dikupas/diperbaiki)
harus diplester. Plesteran digunakan adukan yang sama dengan adukan
pasangan batu bata merahnya sebelumnya.
2. Secara umum semua pekerjaan plesteran dilakukan untuk baru maupun tambal
sulam dengan adukan spesi 1pc : 6 psr, digunakan pada pasangan batu bata di
pekerjaan ini.
3. Plesteran trasram dengan adukan spesi 1Pc : 6 Psr.
4. Kupasan plesteran sebelumnya harus cukup kuat, sehingga penambahan
plesteran melekat/menyatu benar dengan pasangan tembok sebelumnya.
5. Semua pasangan yang akan diplester harus disiram dengan air (kalau
diperlukan dengan air semen) sampai basah dan bebas dari kotoran-kotoran.
Plesteran harus menghasilkan bidang yang rata dan lurus, serta sponengan
harus kelihatan rapi.
6. Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2 cm dan tidak boleh kurang dari 1 cm,
kecuali plesteran beton tebal maksimum1 cm.
7. Semua permukaan beton yag diplester, permukaannya harus dikasarkan
terlebih dahulu.
8. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian PC
sehingga tidak terjadi retak-retak dan pecah, dengan hasil rata dan halus.
9. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rapi, rata, vertikal, tidak
bergelombang dan tegak lurus dengan bidang lainnya. Sponeng/tali air harus
baik dan lurus.

K. PEKERJAAN CAT-CATAN
1. Lingkup pekerjaan meliputi :
a). Pengecatan cat pagar / tembok.
2. Bahan dan Peralatan :
a). Setelah kontrak ditandatangani, Penyedia Barang/Jasa harus
secepatnya, tapi tdak kurang dari 1 (satu) bulan sebelum memulai
pekerjaan pengecatan, mengajukan daftar dari semua bahan-bahan
yang akan dipakai untuk pekerjaan pengecatan dan dekorasi kepada
Pemberi Tugas. Semua bahan-bahan harus disetujui oleh Pemberi
Tugas.
b). Cat yang digunakan harus masih dalam keadaan baik, tertutup dan
sedapat mungkin menghindarkan bahan pengencer.
c). Cat, ampelas, plamur, dll perlengkapan mengecat harus berkualitas
baik dalam kondisi baik dan mendapat persetujuan direksi.
3. Pemilihan Warna:
Semua warna harus dipilih arsitek Perencana, Owner design Penyedia
Barang/Jasa harus mengadakan contoh warna-warna yand disetujui.
4. Persiapan Umum:
a). Sebelum meneruskan pekerjaan pengecatan dan plituran dan lain-lain
harus dicuci dan dijaga agar tidak ada debu beterbangan.
b). Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan cara
yang telah disetujui dan diuraikan dalam bab-bab yang relevan. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan banyak lap-lap bersih.
5. Pelaksanaan:
a). Penentuan warna sesuai dengan petunjuk direksi dan Pengguna Jasa,
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik serta peraturan
yang berlaku.
b). Pengecatan kayu, besi & listplank dicat minimal tiga kali, rata dan rapih.
Meni kayu dilakukan untuk semua permukaan kayu yang kelihatan
maupun yang tertanam/dilekatkan. Penghalusan dengan plamur dan
ampelas dilakukan hingga didapatkan permukaan yang rata dan halus
serta siap dilakukan pengecatan.
c). Pengecatan kayu dilakukan berulang-ulang hingga mengisi pori-
pori/lubang-lubang yang ada pada permukaan kayu dan mendapatkan
warna yang rata.
e). Pengecatan kayu, besi, tembok maupun plafond lama harus dilakukan
persiapan bidang pengecatan yang cukup (dibersihkan, dikerok) hingga
siap benar untuk ditimpa cat kembali.

6. Pengecatan tembok.
Terutama dikerjakan pada plesteran, baik bagian luar maupun dalam.

a). Persiapan.
Biarkan permukaan mengering sebaik mungkin, jika terdapat
pengkristalan/ pengapuran bersihkan dengan lap kering kemudian
dengan lap basah dan biarkan selama 48 jam. Bila pengkristalan/
pengapuran masih terjadi, ulangi lagi cara diatas sampai proses
pengkristalan/pengapuran tersebut berhenti. Bersihkan permukaan dari
debu, kotoran dan persikan plesteran dan sebagainya. Perbaiki retak-
retak serta kerusakan lainnya dan biarkan mengering.
b). Pelaksanaan.
Semua pengecatan tembok harus sesuai dengan cara dan prosedur dari
pabrik pembuat.

7. Pengecatan Besi.

a). Persiapan.
Biarkan permukaan mengering sebaik mungkin bersihkan permukaan
dari debu, kotoran dan sebagainya. Biarkan permukaan mengering sebaik
mungkin, jika terdapat pengkristalan/pengapuran bersihkan dengan lap
kering kemudian dengan lap basah dan biarkan selama 48 jam. Bila
pengkristalan/pengapuran masih terjadi, ulangi lagi cara diatas sampai
proses pengkristalan/pengapuran tersebut berhenti. Bersihkan
permukaan dari debu, kotoran dan persikan plesteran dan sebagainya.
Perbaiki retak-retak serta kerusakan lainnya dan biarkan mengering.
b). Pelaksanaan.
Semua pengecatan harus sesuai dengan cara dan prosedur dari pabrik
pembuat.
8. Keahlian:
a). Pekerjaan pengecatan hanya boleh dilaksanakan oleh orang-orang yang
sudah ahli dan berpengalaman dalam bidang ini.
b). Seorang mandor yang benar-benar cakap harus mengawasi ditempat
tersebut selama pekerjaan dilaksanakan.
c). Penyedia Barang/Jasa utama bertanggung jawab atas hasil pengecatan
yang baik dan harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pengerjaan dasar (under coats)
sampai dengan pengecatan akhir (finishing coats).
d). Pekerjaan pengecatan dianjurkan untuk dikerjakan oleh tenaga-tenaga
dari mana cat tersebut diproduksi atau ke painting khusus.
e). Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pengawas
dan pabrik pembuat cat tersebut, serta mendapat persetujuan pengawas.
9. Bahan yang harus disediakan untuk masa pemeliharaan.
a). Setelah pekerjaan pengecatan selesai, Penyedia Barang/Jasa harus
menyimpan sejumlah cat yang terpilih untuk persediaan jika ada
perbaikan-perbaikan yang dikehendaki selama masa pemeliharaan. Pada
waktu penyerahan pekerjaan kedua kalinya (final), Penyedia Barang/Jasa
harus menyerahkan kepada pemberi tugas cat-cat untuk finishing yang
dipakai.
b). Jumlah yang dikehendaki untuk tiap warna yang dipakai Cat tembok Cat
besi Cat untuk logam 5 liter 2kg 1kg atau sesuai dengan persetujuan/
pengaturan dalam aanwijzing
L. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Semua bahan yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari direksi
lapangan.
2. Jika terdapat perbedaan pendapat mengenai kualitas bahan bangunan antara
Penyedia Jasa dan pengawas, maka pengawas berhak meminta kepada
Penyedia Jasa untuk memeriksakan contoh bahan yang dimaksud, ditest di
laboratorium bahan, dengan biaya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Air untuk mengaduk spesi, beton dll, sedapat mungkin menggunakan air
tawar setempat, jernih dan harus diendapkan terlebih dahulu dari kotoran.
Bebas dari mineral zat organic, bebas lumpur, larutan air kali dan lain-lain.
4. Bambu hanya digunakan untuk perancah, bukan untuk profil-profil
pemasangan pekerjaan yang lain.
5. Batu bata yang digunakan harus berkualitas baik, cukup matang dibakar dan
prosentase pecah maksimum 20%, sebelum dipasang direndam dalam air.
6. Pasir cor maupun pasang yang digunakan tidak mengandung kotoran-kotoran
yang mengganggu campuran yang disyaratkan. Bila terdapat kotoran berlebih,
dapat diperintahkan untuk dicuci.
7. Split harus bebas dari pecahan dan bebas dari kotoran tanah atau lumpur
yang mengganggu.
8. Portland Cement digunakan dari segala merk, sekualitas Nusantara/ Holcim
dan harus diperhatikan syarat-syarat PBI 1971.
9. Besi beton yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan SK SNI 1991.
10. Cat yang digunakan adalah cat kayu, tembok maupun cat besi berkualitas baik,
produksi dalam negeri yang disetujui direksi. Warna cat akan ditentukan
kemudian dilapangan bersama Pengguna Jasa.
11. Peralatan air, baik air bersih maupun air kotor yang digunakan, harus
berkualitas baik. Diutamakan produksi dalam negeri, memenuhi standart air
bersih dan air kotor di Indonesia yang disetujui direksi.
12. Segala bahan bongkaran yang tidak direkomendasi untuk dipasang adalah
aset dari Pemilik Pekerjaan, jadi dilarang untuk digunakan oleh Penyedia Jasa
dan harus diserahkan kepada Pengguna Jasa.

M. BAHAN-BAHAN yang DINYATAKAN TIDAK MEMENUHI SYARAT

1. Bahan yang dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh direksi dan diakui
Penyedia Jasa, harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan selambat-lambatnya
2x24 jam sesudah pemeriksaan.
2. Jika Penyedia Jasa melalaikan peringatan tersebut diatas, maka bahan
tersebut akan dikeluarkan direksi dengan biaya Penyedia Jasa.
PENUTUP

a. Apabila dianggap perlu, seluruh pekerja memakai tanda pengenal kegiatan.


b. Semua bahan dan alat kelengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada
bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksakan dan diluluskan oleh
unsur terkait, baik secara lisan maupun tertulis.
c. Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat
seperti tersebut diatas akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah direksi dengan
segala resiko Penyedia Jasa.
d. Penyedia Jasa harus dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan
ketentuan yang telah ada dalam rencana/bestek dan petunjuk dari direksi.
e. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS, RAB dan Gambar Rencana dan
dianggap perlu, akan dicantumkan dalam risalah aanwijzing dan atau akan
dijelaskan oleh Pengawas/Direksi/Pengguna Jasa.

Anda mungkin juga menyukai