Anda di halaman 1dari 23

URAIAN SINGKAT BPEKERJAAN

PEKERJAAN PERSIAPAN
Mobilisasi Alat, Bahan Dan Tenaga
Mobilisasi adalah pekerjaan untuk menyiapkan sumber daya yang akan digunakan
di lapangan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan. Sumber daya yang harus
dipersiapkan berupa tenaga kerja, alat dan bahan.
1.1 Mobilisasi Alat
Alat berat maupun ringan yang akan digunakan harus sudah dipersiapkan di
lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Untuk lebih efisien, terlebih
dahulu harus dibuat daftar kebutuhan alat yang diperlukan selama pelaksanaan
proyek serta jadwal pelaksanaannya. Pengadaan alat didasarkan atas tingkat
kebutuhan alat dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Peralatan tersebut dapat
berupa barang investasi kontraktor maupun peralatan yang diperoleh dari hasil
sewa.
1.2 Mobilisasi Bahan
Persiapan bahan dilaksanakan menurut jadwal kebutuhannya. Bahan-bahan yang
akan digunakan disiapkan terlebih dahulu (untuk bahan yang perlu dilakukan
pengujian, minimal didatangkan satu minggu sebelum bahan dipakai) dan
ditempatkan sesuai dengan tingkat ketahanannya terhadap cuaca. Bahan yang
tidak tahan terhadap cuaca dapat diletakkan di lokasi dekat proyek berlangsung
asalkan tidak mengganggu kegiatan lalu lintas maupun kegiatan lainnya.
1.3 Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan dimulai. Dalam
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor harus menyiapkan tenaga kerja
menurut tingkat kebutuhan dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Sebagian
tenaga kerja untuk suatu proyek biasanya merupakan penduduk setempat,
sehingga tidak membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaannya. Sedangkan
untuk tenaga ahli didatangkan secara khusus dari luar proyek (bukan penduduk
setempat).
1.4 Papan Nama Proyek dan Papan Peringatan
papan nama poyek yang penempatannya diawal proyek, selain itu dibuatkan dua
papan peringatan. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan papan nama
proyek dan papan peringatan adalah papan kayu ukuran 2/20 dan balok 5/7.

Pada pembuatan papan nama digunakan pondasi untuk menopang tiang papan
nama, berikut adalah bentuk galian dan pasangan batu kali pondasi umpak :
B. Pengukuran & Pemasangan Bouwplank
1. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti kelas III ukuran 3/20 diserut halus
bagian atas, dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
2. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah
sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah.
3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali
dikehendaki lain oleh konsultan.

4. Setelah selesai pemasangan papan ukur, Kontraktor harus melaporkan kepada


pengawas untuk dimintakan persetujuannya, serta harus menjaga dan
memelihara keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak
diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan pengawas.

C. Alat, Perlengkapan Pekerjaan dan Tenaga Lapangan


1. Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan
pelaksanaan dalam proyek ini, harus menyeidakan alat-alat dan pekerjaannya
sesuai dengan bidangnya masing-masing, seperti:
 Alat-alat ukur (teodolit, waterpas dan lain-lain)
 Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
 Topi pengaman dan sepatu lapangan

PERALATAN UTAMA
Nama Peralatan Utama Kapasitas Jumlah
No

1 Penggaris Timbangan 1 meter 1 unit


air/Water Pass

2. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus


diadakan oleh Kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel,
meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu
pekerjaan selesai adalah beban Kontraktor.
3. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan
didapatkan dari sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan tersebut.

Kontraktor harus memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain pekerjaan


untuk mengalirkan air dan mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan
selesai. Biaya untuk pekerjaan pengadaan air sementara adalah beban
Kontraktor.
4. Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung dan menghisap air dari saluran
induk dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari
Pemilik Proyek atau Pengawas.
5. Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan),
buku petunjuk alat-alat yang akan dipakai, rencana kerja dan menempatkan
tenaga-tenaga lapangan yang bertanggung jawab penuh untuk memutuskan
segala sesuatunya di lapangan dan bertindak atas nama kontraktor.

D Penyimpanan Bahan Dan Material


1. Kontraktor wajib membuat gudang sementara tempat penimbunan material
seperti pasir, koral, besi beton dan lain-lain. Material harus terlindung dengan
baik. Gudang dilengkapi dengan pintu serta kunci secukupnya. Gudang
semen, lantainya dibuat bebas dari kelembaban udara minimal 30 cm diatas
permukaan lantai plesteran. Gudang dibongkar setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas

2. Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material


pelaksanaan baik diluar (terbuka) ataupun didalam gudang-gudang sesuai
dengan sifat-sifat barang dan material tersebut dengan persetujuan Konsultan
Pengawas, sehingga akan menjamin keamanannya dan terhindar dari
kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.
3. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak
simpan dengan pagar dari papan, sehingga masing-masing bahan tidak
tercampur dengan lainnya.
4. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan
langsung pada pekerjaan yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk
disimpan didalam site.
E. Pembersihan Halaman
1. Kontraktor diwajibkan menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan
barang-barang dan material sedemikian rupa sehingga :
2. Memudahkan pekerjaan
3. Menjaga kebersihan sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-
puing), air yang menggenang
4. Tidak menyumbat saluran-saluran air.

G. Fasilitas Lapangan
Seluruh fasilitas di lapangan pada saat kegiatan disediakan oleh kontraktor :
1. Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di Proyek
2. Alat-alat pemadam kebakaran ringan
3. Alat-alat PPPK
4. Air kerja, dan lain-lain yang menunjang kelancaran pekerjaan.

PASAL II
BIAYA SMKK

1. Umum
1. Uraian Pekerjaan
a. Seksi ini mencakup ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi dan Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), meliputi komponen kegiatan
penerapan SMKK yang merupakan penjelasan pengelolaan SMKK paling sedikit terdiri
atas Risiko Keselamatan Konstruksi, Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) dan Biaya
Penerapan SMKK berikut di bawah ini:
1. Penyiapan dokumen penerapan SMKK;
2. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
3. Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri;
4. Asuransi dan perizinan;
5. Personel Keselamatan Konstruksi;
6. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
7. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas);
8. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi;
9. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan
Konstruksi, termasuk biaya pengujian/pemeriksaan lingkungan.

b. Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung


Pekerjaan Konstruksi dalam pemenuhaa mewujudkan Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan yang menjamin keselamatan keteknikan
Rencana Kerja dan
konstruksi, Syarat-syarat
keselamatan dan(RKS) 3
kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
keselamatan lingkungan, sebagaimana yang diuraikan dalam Pasal 1 Ayat (39) dalam
Polejiwa
Kabupaten Barru Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 1 Ayat (11) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 17 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas, dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:
Per.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan Standar Kesehatan Kerja diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NomorPER.15/MEN/VIII/2008 tentang
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Ketentuan-ketentuan yang
terkait dengan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya Pesawat
Angkat dan Angkut diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2020
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Angkut. Ketentuan-
ketentuan yang terkait dengan Standar Lingkungan Hidup, khususnyaBaku Mutu Air
Nasional dan Baku Mutu Udara Ambien diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Ketentuan-ketentuan terkait lainnya dari peraturan dan perundang-undangan lain
yang berhubungan dengan keselamatan konstruksi harus berlaku.
c. Ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diuraikan dalam Seksi 1.8 Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas, Seksi 1.17 Pengamanan Lingkungan Hidup, Seksi 1.19
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Seksi 1.21 Manajemen Mutu, pada
dasarnya telah diakomodasi dalam ketentuan-ketentuan dari 9 komponen biaya
penerapan SMKK yang disebutkan dalam Pasal
d. Penyedia Jasa harus melaporkan pelaksanaan RKK, RMPK, RKPPL, dan RMLLP kepada
Pengguna Jasa sesuai dengan kemajuan pekerjaan, dengan masing-masing ketentuan
sebagaimana yang diuraikan dalam Seksi 1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Seksi 1.21 Manajemen Mutu, Seksi 1.17 Pengamanan Lingkungan Hidup, dan Seksi 1.8
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas. Ketentuan-ketentuan dari 9 komponen biaya
penerapan SMKK di atas di luar Seksi 1.8, 1.17, 1.19 dan 1.21 akan disyaratkan dalam
Seksi ini sebagai pelengkap.
2. Kebutuhan Jumlah Personel Keselamatan Konstruksi dan Unit Keselamatan Konstruksi
a. Untuk Risiko Keselamatan Konstruksi Kecil: Perbandingan jumlah personel Keselamatan
Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi berupa 1:60 (satu banding enam
puluh) dengan paling sedikit 1 (satu) Petugas Keselamatan Konstruksi dalam tiap
Pekerjaan Konstruksi
b. Untuk Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
Perbandingan jumlah personel Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja
konstruksi berupa 1:50 (satu banding lima puluh) dengan paling sedikit 1 (satu) ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan/atau ahli Keselamatan Konstruksi
muda dalam tiap Pekerjaan Konstruksi.
c. Untuk Risiko Keselamatan Konstruksi Besar: Perbandingan jumlah personel Keselamatan
Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi berupa 1:40 (satu banding empat
puluh) dengan paling sedikit 1 (satu) ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi/Keselamatan Konstruksi Muda dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga)
tahun dalam tiap Pekerjaan Konstruksi. Bilamana Penyedia Jasa mempekerjakan lebih
dari 100 (seratus) tenaga kerja harusmempunyai personel Keselamatan Konstruksi paling
sedikit terdiri atas 2 orang tenaga ahli berikut ini
i. 1 (satu) orang ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi utama, Ahli
Keselamatan Konstruksi Utama atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 4
Konstruksi Madya dengan
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun, atau ahli
Polejiwa Keselamatan Konstruksi madya dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga)
Kabupaten Barru
tahun;

ii. 1 (satu) orang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi muda, atau
Ahli Keselamatan Konstruksi muda, masing-masing dengan pengalaman paling
singkat 3 (tiga) tahun; dan
iii. Untuk setiap penambahan tenaga kerja sampai 40 (empat puluh) orang
diperlukan tambahan 1 (satu) orang Petugas Keselamatan Konstruksi atau
Petugas K3 Kontruksi.
d. Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) Sesuai dengan Pasal 35 sampai 37 tentang Unit
Keselamatan Konstruksi (UKK) dari Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang
Penerapan SMKK, Penyedia Jasa harus membentuk Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
yang bertanggung jawab kepada unit yang menangani Keselamatan Konstruksi di
bawah pimpinan tertinggi Penyedia Jasa. UKK terdiri atas pimpinan dan anggota.
Tanggung jawab penerapan pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi melekat pada
pimpinan tertinggi Penyedia Jasa dan pimpinan UKK. Pimpinan UKK harus memiliki
kompetensi kerja yang dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi Kerja di bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi/Keselamatan Konstruksi. Pimpinan UKK
berkoordinasi dengan Kepala Pelaksana (General Superinten-dent). Untuk Pekerjaan
Konstruksi berisiko Keselamatan Konstruksi kecil, Kepala Pelaksana (General
Superintendent) dapat merangkap sebagai pimpinan UKK. Untuk Pekerjaan Konstruksi
berisiko Keselamatan Konstruksi sedang atau besar, Penyedia Jasa harus membentuk
UKK yang terpisah dari struktur organisasi Pekerjaan Konstruksi. Persyaratan pimpinan UKK
dituangkan dalam persyaratan personel manajerial untuk Keselamatan Konstruksi.
Anggota UKK terdiri dari ahli Keselamatan Konstruksi/Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi, dan harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan
kepemilikan Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi, sebagaimana dengan ketentuan
yang berlaku.
IDENTIFIKASI BAHAYA
No Uraian Pekerjaan Identifikasi Keterangan
Bahaya

1 Pekerjaan Pagar Terjepit


besi
Pagar

3. Pekerjaan Pengadaan Langsung dan/atau Padat Karya Untuk pekerjaan dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi kecil melalui pengadaan langsung dan/atau padat karya,
biaya penerapan SMKK paling sedikit meliputi: penyediaan APD/APK; sarana dan
prasarana kesehatan terkait protokol kesehatan; dan rambu keselamatan sesuai
kebutuhan sehubungan dengan lingkup pekerjaan.
4. Pekerjaan Seksi Lain dalam Spesifikasi Umum yang Berkaitan dengan Seksi Ini
a. Mobilisasi Seksi 1.2
b. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya Seksi 1.3
c. Fasilitas dan Layanan Pengujian Seksi 1.4
d. Transportasi dan Penanganan Seksi 1.5
e. Manajemen
Rencana dan Keselamatan
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) Lalu Lintas Seksi 1.8 5
f. Bahan
Pembangunan dan Peyimpanan
/ Pembuatan Pagar PPI Seksi 1.11
Polejiwa
g. Pekerjaan
Kabupaten Barru Pembersihan Seksi 1.16
h. Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
j. Manajemen Mutu : Seksi 1.21
k. Semua Seksi dari Divisi 2 sampai dengan Divisi 10
5. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 0111:2009 : Sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi.
SNI 06-0652-2005 : Sarung tangan dari kulit sapi untuk kerja berat.
SNI 06-1301-1989 : Sarung tangan karet.
SNI 08-6113-1999 : Sarung tangan kerja dari karet rajut.
SNI 7037:2009 : Sepatu pengaman dari kulit dengan sistem Goodyear welt.
SNI 7079:2009 : Sepatu pengaman dari kulit dengan sol poliuretan dan termoplastik
poliuretan sistem cetak injeksi.
SNI 8604:2018 : Metode pengujian perangkat penahan jatuh perorangan dalam
pekerjaan pada ketinggian.
SNI ISO 3873:2012 : Helm keselamatan industri. ANSI (American National Standard
Institute) / ISEA (International Safety Equipment Association): ANSI S3.19-1974 : Method
for the Measurement of Real-Ear Protection of Hearing Protectors and al Attenuation of
Earmuffs.
ANSI/ISEA Z87.1:2020 : American National Standard For Occupational And Educational
Personal Eye And Face Protection Devices.
ISO (International Organization for Standardization):
ISO 16321-1:2021 : Eye and face protection for occupational use - Part 1: General
requirements.
ISO 19818-1:2021 : Eye and face protection - Protection against laser radiation - Part 1:
Requirements and test methods.
ISO 16321-2:2021 : Eye and face protection for occupational use —2: Additional
requirements for protectors used during welding and related techniques.
ISO 16972:2020 : Respiratory protective devices — Vocabulary and graphical symbols.
ISO 16024:2005 : Personal protective equipment for protection against falls from a height
— Flexible horizontal lifeline systems.
ISO 10333-2:200 : Personal fall-arrest systems — Part 2: Lanyards and energy absorbers.
PERSONIL MANAJERIAL

No Tingkat Pendidikan Posisi Pengalaman Jumlah


Kerja (Thn)
Minimal SMK/Sederajat Pelaksana 1 tahun 1 Orang
1
Lapangan

Minimal SMK/Sederajat Pelaksana K3 1 tahun 1 Orang


2
konstruksi

2. KOMPONEN KEGIATAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI


Komponen Kegiatan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), paling
sedikit terdiri atas Risiko Keselamatan Konstruksi, Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) dan Biaya
Penerapan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi mencakup 9 komponen di bawah ini:
1. Penyiapan Dokumen Penerapan SMKK:
Penyiapan dokumen penerapan SMKK, antara lain namun tidak terbatas pada:
a. Pembuatan dokumen RKK, RMPK, RKPPL (apabila ada) dan RMLLP (apabila ada);
b. Pembuatan prosedur dan instruksi kerja; dan
c. Penyusunan
Rencana pelaporan
Kerja dan penerapan
Syarat-syarat (RKS) SMKK (harian, mingguan, bulanan, akhir). 6
Pembuatan
Pembangunan dokumen
/ Pembuatan Pagar termasuk
PPI prosedur dan instruksi kerja untuk Penyiapan RKK
Polejiwa
(Rencana
Kabupaten Barru Keselamatan Konstruksi), RKPPL (Rencana Kerja Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup); RMLLP (Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan)
sebagaimana yang diuraikan masing-masing dalam Pasal 1.19.2, Pasal 1.17.1.f), dan
Pasal 1.8.2.1) dari Spesifikasi Umum. Pembuatan dokumen termasuk prosedur dan
instruksi kerja untuk RMPK (Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi) sebagaimana diuraikan
dalam Pasal 1.21.1 dan Pasal 1.21.2 dari Spesifikasi Umum harus berlaku. Dalam RMPK
tersebut perlu disusun PMPM (Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu) Pekerjaan
Konstruksi sesuai dengan Sublampiran B – PMPM dari Lampiran Permen PUPR Nomor 10
Tahun 2021. Penyusunan RMLLP dapat merujuk pada dokumen hasil Analisa Dampak
Lalu Lintas (ANDALALIN) jika ada, sebagaimana yang diuraikan dalam Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Analisis
Dampak Lalu Lintas
2. Sosialisasi, Promosi, dan Pelatihan: Sosialisasi, promosi, dan pelatihan, antara lain namun
tidak terbatas pada:
a. Induksi Keselamatan Konstruksi (Safety Induction) untuk pekerja tamu dan staf
b. Pengarahan Keselamatan Konstruksi (Safety Briefing)
c. Pertemuan keselamatan (Safety Talk dan/atau Tool Box Meeting)
d. Pelatihan Keselamatan Konstruksi, antara lain:
i. Bekerja di ketinggian;
ii. Penggunaan bahan kimia (Material Safety Data Sheet (MSDS));
iii. Analisis keselamatan pekerjaan;
iv. Perilaku berbasis keselamatan (Budaya berkeselamatan konstruksi); dan
v. P3K.
e. Sosialisasi/penyuluhan HIV/AIDS Ketentuan teknis dapat merujuk pada Surat Edaran
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/SE/M/2012.
f. Simulasi Keselamatan Konstruksi
g. Spanduk (Banner)
h. Poster/leaflet
i. Papan Informasi Keselamatan Konstruksi
3. Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri:
Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD) termasuk barang habis pakai.
a. Alat Pelindung Kerja (APK), antara lain namun tidak terbatas pada:
i. Jaring pengaman (Safety Net)
ii. Tali keselamatan (Life Line);
iii. Penahan jatuh (Safety Deck);
iv. Pagar pengaman (Guard Railling);
v. Pembatas area (Restricted Area);
vi. Pelindung jatuh (Fall Arrester); dan
vii. Perlengkapan keselamatan bencana
Perlengkapan keselamatan bencana paling tidak mencakup: tandu; lampu darurat;
sirene; dan kantong jenazah. Ketentuan Alat Pelindung Kerja (APK) yang diuraikan
dalam Pasal 1.19.4 dari Spesifikasi Umum harus berlaku.
b. Alat Pelindung Diri (APD), antara lain namun tidak terbatas pada:
a. Topi pelindung (safety helmet);
b. Pelindung mata (goggles, spectacles);
c. Tameng muka (face shield);
d. Masker selam (breathing apparatus);
e. Pelindung telinga (ear plug, ear muff);
f. Pelindung pernafasan dan mulut (masker, masker respirator);
g. Sarung tangan (safety gloves);
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 7
h. Sepatu keselamatan (safety shoes, rubber safety shoes and toe cap);
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa
i. Penunjang seluruh tubuh (full body harness);
Kabupaten Barru
j. Jaket pelampung (life vest);
k. Rompi keselamatan (safety vest);
l. Celemek (apron/coveralls); dan
m. Pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness),
karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali
(rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall
arrester), dan lain-lain, sesuai dengan butir 8 pada Lampiran Permen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
Ketentuan Alat Pelindung Diri (APD) yang diuraikan dalam Pasal 1.19.6.1) dari
Spesifikasi Umum harus berlaku.
4. Asuransi dan Perizinan:
Asuransi dan perizinan, antara lain namun tidak terbatas pada:
a. Asuransi (Construction All Risks/CAR)
b. Asuransi pengiriman peralatan
c. Uji Riksa Peralatan
Asuransi (Construction All Risks/CAR) yang mencakup: Pekerjaan itu sendiri dan
asuransi pihak ketiga, sebagaimana yang disyaratkan dalam Syarat-syarat Umum
Kontrak (SSUK) harus berlaku. Asuransi pengiriman peralatan digunakan untuk
pekerjaan yang memerlukan mobilisasi alat berat. Uji riksa peralatan (pemeriksaan atau
pengujian kelaikan alat berat untuk mendapatkan izin alat berat) sebelum alat berat
digunakan harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut. Uji riksa peralatan dapat meliputi: pesawat uap dan
bejana tekan (PUBT); pesawat angkat-angkut (PAA); pesawat tenaga dan produksi
(PTP); instalasi listrik dan penyalur petir; serta instalasi proteksi kebakaran, sesuai dengan
kebutuhan peralatan yang akan digunakan.
Personel Keselamatan Konstruksi:

5. Personel Keselamatan Konstruksi, antara lain namun tidak terbatas pada:


a. Ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi (sebagai pimpinan UKK/personel
manajerial)
b. Ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi
c. Petugas Keselamatan Konstruksi, Petugas K3 Konstruksi
d. Petugas Pengelolaan Lingkungan

e. Petugas tanggap darurat/ Petugas pemadam kebakaran Petugas P3K

PASAL III
PEKERJAAN S T R U K T U R / B E T O N

1. Ketentuan umum
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
persyaratan teknis ini. Segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur
beton harus sesuai dengan standar-standar yang berlaku, yaitu:
1) Tata-cara perencanaan struktur beton untuk bangunan Gedung (SNI 03 –
2847 - 2002).
2) Kerja
Rencana Peraturan Umum Beton
dan Syarat-syarat Indonesia (PUBI, 1982),
(RKS) 8
3) Standard
Pembangunan Industri
/ Pembuatan PagarIndonesia
PPI (SII),
Polejiwa
Kabupaten4) Barru
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
5) Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung ( SNI 03
– 1726 - 2002),
6) American Society of Testing Material (ASTM),

b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar
rencana, dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Direksi teknis dan
pengawas.
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material
yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
d. Sebelum melakukan pengecoran, kontraktor wajib melakukan pengujian mutu
beton dan melaporkan kepada direksi teknis.
e. Apabila telah memenuhi syarat dan telah disetujui oleh direksi teknis, maka
pekerjaan pengecoran boleh dilaksanakan dan biaya dibebankan oleh
kontraktor.
f. Seluruh material yang dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh direksi teknis dan
pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan
digunakan kembali.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh
pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana.

b. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk


di dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan bantu yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
c. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan
(reinforcement) dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam
beton.
d. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
perawatan beton dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan
beton.
3. Pengukuran
a. Ukuran-ukuran dan ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-gambar.
b. Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar-gambar utama dengan gambar-
gambar perincian, maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar
utama, Namun demikian hal-hal tersebut harus dilaporkan segera kepada Direksi
Lapangan/pengawas.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan
pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor sepenuhnya.
d. Ketidakcocokan yang mungkin ada mengenai perbedaan-perbedaan antara
gambar dan kenyataan, kontraktor harus segera membuat soft drawing dan
melaporkan kepada Direksi teknis dan pengawas, untuk diproses secara tertulis.

4. Bahan-bahan
a. Semen Portland
 PC/semen : digunakan satu jenis semen sekualitas Semen Tonasa atau
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 9
yang memenuhi persyaratan dalam peraturan Portland Cement Indonesia
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa NI-8 atau ASTM C-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
Kabupaten Barru
 Penggunaan Semen Tonasa atau sekualitas tersebut diartikan bahwa
semen merek lain dapat digunakan jika terjadi kelangkaan semen tonasa
dipasaran atau terdapat hal lain yang dianggap bahwa Semen Tonasa
tidak dapat digunakan. Penggunaan semen merek lain harus setara
kualitas, mutu dengan semen tonasa dan mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas.
 Semen disimpan sedemikian rupa hingga mencegah terjadinya kerusakan
bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus

b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini:
1) Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalam SII
0052-80, maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23
"Specification/or Concrete Aggregates".
2) Atas persetujuan pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir
(a), dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus
dan atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang
kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
3) Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus
tidak melebihi syarat - syarat berikut:
- seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
- sepertiga dari tebal pelat.
- 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang
tulangan.

4) Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian


tenaga ahli, kemudahan pekerjaan, dan metode konsolidasi beton adalah
sedemikian hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.
5) Pasir Beton harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang bersih dan bebas dari
bahan - bahan organis,Lumpur dan lain sebagainya,serta memenuhi komposisi
butir dan kekerasan seperti yang tercantum dalam NI - 2 PBI 1971.
6) Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi
dan kekerasan sesuai persyaratan yang tercantum dalam NI-2 PBI 1971 ,koral
yang digunakan ukuran 2/3 cm

c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan berikut ini:
1) Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya
menurut tujuan pemakaiannya.
2) Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.
3) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter.
4) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai S03) tidak
lebih dari 100 ppm.
5) Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak
Rencana Kerja
lebih dan
dari Syarat-syarat
10%. (RKS) 1
0
Pembangunan
6) Air/yang
Pembuatan Pagar PPI
digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak
Polejiwa
Kabupaten Barru
,asam,garam alkalis serta bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat
merusak beton.
7) Apabila dipandang pertlu Pengawas dapat meminta kepada pemborong
supaya air yang dipakai diperiksa dilaboratorium pemerisaan bahan yang
resmi atas biaya pemborong.

d. Besi Beton
1) Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syara-syarat :
- Peraturan beton Insonesia ( NI 2 – 1971)
- Bebas dari kotoran-kotoran, laposan minyak-minyak, karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu F’Y 240 Mpa = BJTP 24 untuk diameter
diameter 10 s/d 12 mm dan F’Y 400 Mpa = BJTD 40 untuk diameter 13 s/d
22 (ulir)
- Mempunyai penampang yang sama rata.
- Ukuran disesuaiakan dengan gambar-gambar
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dan ketentuan-ketentuan di
atas, harus mendapat persetujuan Direksi teknis dan Pengawas.
3) Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak
dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber besi
beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
4) Kontraktor wajib mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Pengawas, serta menyertakan data
teknis dari pabrik pembuat baja tulangan. Batang percobaan diambil
dibawah kesaksian CM.
5) Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Pengawas. Semua biaya percobaan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
6) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Pengawas. Untuk hal itu sebelumnya kontraktor harus membuat
gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan
kepada Direksi teknis dan Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
7) Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan
kawat beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton
dan bebas dari lantai kerja atau papan acuan.
8) Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet
lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton
harus dipasang pada posisi yang tepat.

e. Admixture
1) Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan maupun untuk maksud-maksud lain dapat dipakai bahan
admixture. Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi teknis dan Pengawas.
2) Pemakaian bahan tambahan kimiawi (Concrete admixture / Additives)
kecuali yang disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seijin tertulis
dari Konsultan Pengawas/Direksi.
3) Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set) tidak
boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah (hydrostatic
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 1
1
pressure) tidak boleh
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI bahan kedap air yang mengandung garam stearate.
Polejiwa
4) Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim tropis dan
Kabupaten Barru
memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus sebagai
pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal.
5) Semua Admixture yang akan digunakan, ditentukan berdasarkan hasil
pekerjaan benda uji / contoh-contoh yang dibuat dan telah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi.

6) Untuk penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton


dipakai bahan perekat CALBOND sebelum dicor dengan beton baru, serta
permukaannya harus dikasarkan.
7) Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3 liter calbond dicampur dengan
larutan semen/PC sekitar 25% nya dengan cara ditaburkan.
f. Mutu Beton
1) Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat PBI – 1971 dan NI 2. Beton harus
mempunyai kekuatan karakteristik Fc 24,9 Mpa = K-300 untuk pekerjaan struktur
utama (lihat gambar), Fc 18,7 Mpa = K-225 untuk pekerjaan plat beton (lihat
gambar) dan Fc 14,5 Mpa = K-175 untuk pekerjaan beton praktis (lihat gambar).
2) Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes) untuk
mengontrol daya kerjanya sehingga tidak ada kelebihan pada permukaan
ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan (segregation) dari agregat.
Percobaan slump diadakan menurut syarat-syarat dalam Peraturan Beton
Bertulang Indoneesia (NI 2-1971).
3) Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mixes) tersebut diatas harus
dilakukan untuk menentukan beton yang baru dimulai
4) Adukan beton yang dibuat setempat (site mixing) harus memenuhi syarat-
syarat :
- Membuat mix design
- Semen diukur menurut volume
- Agregat diukur menurut volume.
- Pasir diukur menurut volume
- Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (batch
mixer)
- Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
- Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin pengaduk.
- Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan
lebih dulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
g. Faktor Air Semen
1) Agar dihasilkan suatu konstruksi beban yang sesuai dengan yang
direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :

- Faktor air semen untuk kolom, balok, sloof dan pondasi poer maksimum 0,60.
- Faktor air semen untuk konstruksi tangga pelat atap dan tempat-tempat
basah lainnya maksimum 0,55.
2) Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan
suatu mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton
dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai plasticizer sebagai
bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus
mendapat persetujuan dari Direksi teknis dan Pengawas

h. Test Kubus/Silinder beton


1) Kerja
Rencana Pengawas berhak meminta
dan Syarat-syarat (RKS) setiap saat kepada kontraktor unuk membuat
1
2
Pembangunankubus/silinder coba
/ Pembuatan Pagar PPIdari adukan beton yang dibuat.
Polejiwa
Kabupaten2) Barru
Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji, sesuai
dengan PBI 1971 NI 2 atau SNI 1991 dengan nomor urut yang menerus.
3) Cetakan kubus/silinder coba harus berbentuk bujur sangkar dalam segala
arah, dan memenuhi syarat-syarat dalam peraturan beton Indonesia (NI 2 –
1971).Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15x15 cm3.
4) Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus
dibawah pengawasan.
5) Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam peraturan beton Indonesia
(NI 2 –1971).
6) Kubus/silinder coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu code yang
dapat menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang
bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat.
7) Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971, bab 4,7,
termasuk juga pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian
tekanan.Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka
kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan
kontraktor harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
8) Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur-prosedur PBI, untuk perbaikan semua biaya untuk
pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab
kontraktor.
9) Semua kubu/silinder coba jika perlu akan dicoba dalam laboratorium yang
berwenang, dan disetujui Direksi teknis dan Pengawas. Laporan hasil
percobaan harus disertahkan kepada Pengawas segera sesudah selesai

percobaan, paling lambat 7 hari sesudah pengecoran, dengan


mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran
adukan berat kubus benda uji tersebut dan data-data lain yang diperlukan.
10) Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa mutu beton yang
dibuat seperti yang ditunjukkan oleh kubus cobanya gagal memenuhi syarat
spesifikasi, maka Pengawas berhak meminta kontraktor supaya mengadakan
percobaan-percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan
mengadakan percobaan destructif.
11) Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonsesia (NI.2-1971)Apabila gagal, maka bagian
pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan
petunjuk Pengawas.
12) Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor. Kontraktor juga diharuskan
mengadakan slump test menurut syara-syarat dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (NI.2- 1971). Slump beton berkisar antara 8 cm sampai 12
cm.

i. Cetakan Beton/Bekisting
1) Persyaratan Penggunaan Bahan.
- Tidak mengalami deformasi.
- Bekisting harus cukup tebal (Papan 3 cm dan dilapisi tripleks 3 mm) atau
Rencana Kerjamultipleks
dan Syarat-syarat (RKS) dengan penguat penyokong dari kayu1 kelas II
12 mm dibantu
3
Pembangunan / Pembuatan
5/7 atau Pagar
5/10 PPI
dan terikat kuat menahan beton dan beban sementara
Polejiwa
Kabupaten Barru lainnya.

- Paku, angkur dan sekrup-sekrup ukuran sesuai dengan keperluan dan


cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan
pengecoran.Kedap air, dengan metutup semua celah dengan “tape”,
sehingga dijamin tidak timbul sirip atau adukan keluar pada sambungan
atau cairan keluar dari cetakan beton.Tahan terhadap getaran vibrator
dari luar maupun dari dalam bekisting.
2) Syarat Pelaksanaan Pemasangan.
- Tentukan jarak, level dan ukuran sebelum memulai pekerjaan .
- Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai
design dan standard yang telah ditentukan, sehingga bisa dipastikan akan

menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan akan


bentuk, kelurusan dan dimensi.
- Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus, dan harus dibuat
kedap air untuk mencegah keborcoran adukan atau kemungkinan
deformasi bentuk beton . Hubungan-hubungan ini harus diusahakan
seminimal mungkin.
- Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus
dibuang.
3) Perkuatan pada bukaan di bagian-bagian yang struktural yang tidak
diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan
persetujuan dari Direksi.
4) Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pingulan-pingulan
(chamfer strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horisontal) dari balok,
kolom dan dinding.
5) Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :
- Deviasi garis vertikal dan horisontal :
6 mm, pada jarak 3.000 mm
10 mm, pada jarak 6.000 mm
20 mm, pada jarak 12.000 mm
- Deviasi pada pemotongan melintang dari dimensi kolom atau balok atau
ketebalan plat maksimal sebesar 6 mm.
6) Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik. Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi
beton, angkur-angkur dan bahan-bahan tempelan (embedded item)
lainnya. Bahan yang dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan
karat atau mempengaruhi warna permukaan beton.
7) Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena
bahan pelepas acuan, bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai. Untuk itu,
dalam hal bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai, sisi dalam bekisting
harus dibasahi dengan air bersih. Dan permukaan ini harus dijaga selalu basah
sebelum pengecoran beton. Sisipan (insert), rekatan (embedded) dan
bukaan (opening).
8) Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits,
sleeves dan pekerjaan lain yang akan merekat pada atau melalui /
merembes beton.

9) Koordinasi bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika membentuk /


Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 1
menyediakan bukaan, slots, recessed, sleeves, nolts, angkur dan4 sisipan -
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa sisipan lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara jelas /
Kabupaten Barru
khusus ditunjukkan pada gambar yang berhubungan.
10) Sediakan bukaan sementara pada cetakan beton dimana diperlukan guna
pembersihan dan inspeksi. Tempatkan bukaan di bagian bawah bekisting
guna memungkinkan air pembersih keluar dari bekisting.
11) Penutup bukaan sementara ini harus dengan bahan yang memungkinkan
merekat rapat, rata dengan permukaaan dalam bekisiting, sehingga
sembungannya tidak akan tampak pada permukaan beton ekspose.
12) Kualitas
- Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan
bentuk beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatannya guna
memastikan bahwa pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekisting,
wedgeeties, dan bagian-bagian lainnya aman.
- Informasikan pada Direksi Lapangan jika bekisting telah dilaksanakan, dan
telah dibersihakan, guna pelaksanaan pemeriksa. Mintakan persetujuan
Direksi terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum dilaksanakan
pengecoran beton.
- Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2
(dua) kali tidak diperkenankan.
- Penambahan pada bekisting, juga tidak diperkenankan kecuali pada
bukaan sementara yang diperlukan.
- Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Direksi teknis dan pengawas.
13) Pembersihan
- Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda
yang tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari
bagian dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan
tinggi, guna membuang benda-benda asing yang masih tersisa pastikan
bahwa air dan puing-puing tersebut telah mengalir.
- Buka bekisting secara kontinyu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau kedidak seimbangan
beban yang terjadi pada struktur.
- Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-
peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.

- Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka


harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terdahap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.
- Dimana diperlukan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen
struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan
konstruksi sehingga pekerjaan –pekerjaan konstruksi di lantai-lantai
diatasnya bisa dilanjutkan.
- Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah beton
mempunyai 75% dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength) yang
diperlukan.
- Bekisting-bekisting yang dipakai yntuk mematangkan (curing) beton, tidak
boleh dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh direksi teknis dan
pengawas.

j. Pengecoran Beton
a. Kerja
Rencana Sebelum melaksanakan
dan Syarat-syarat pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian
(RKS) 1
5
Pembangunanutama dari Pagar
/ Pembuatan pekerjaan,
PPI kontraktor harus memberitahukan Direksi teknis dan
Polejiwa
Pengawas dan mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada persetujuan, maka
Kabupaten Barru

kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan / membongkar beton


yang sudah dicor tanpa persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri.
b. Pengadukan dari tiap molen harus terus menerus dan tidak kurang dari 2
menit sesudah seluruh bahan termasuk air berada didalam moleen, selama
itu molen harus terus berputar pada kecepatan yang akan menghasilkan
adukan dengan kekentalan merata pada akhir waktu pengadukan
c. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul pada
permukaan dalam molen.
d. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan
beton yang sebagian telah mengeras.
e. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan
menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran -
kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat pengangkutan
mesin haruslah mendapat persetujuan Pengawas, sebelum alat-alat tersebut
didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkutan yang
digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang
mengeras.

f. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan


besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan dari Direksi teknis
dan Pengawas.
g. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih
dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu,
tanah dan lain-lain) dan dibasahi dengan air semen.
h. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan
menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian, yang akan
menyebabkan pengendapan agregat.
i. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran
digunakan vibrator (beton triller), pemadatan dengan tongkat atau jika perlu
dengan tangan untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi kantong udara dan
sarang koral. Ujung beton triller tidak boleh sampai mengenai bekisting
maupun pembesian. Harus pula diperhatikan jangan sampai terjadi
penggetaran berlebihan ataupun dikerjakan sedemikian rupa sehingga
menyebabkan pemisahan bahan beton ataupun gejala timbulnya banyak
air pada permukaan beton.
j. Pengecoran dilakukan secara terus menerus (kontinyu / tanpa berhenti).
Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit
setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah
selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
k. Pada penyambungan beton lama dan baru, maka permukaan beton lama
terlebih dahulu harus dipotong sampai menemukan besi lama kemudian
dibersihkan dan dikasarkan.
l. Apabila perbedaan waktu pengecoran kurang atau sama dengan 1 (satu)
hari maka harus digunakan bahan additive untuk penyambungan beton
lama dan beton baru.
m. Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat persetujuan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 1
Direksi teknis dan Pengawas. 6
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa
Kabupaten Barru
k. Curing dan Perlindungan Atas Beton
1) Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap
: matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengerasan
secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
2) Untuk perawatan Beton, Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
kerusakan akibat panas yang berlebihan, kurangnya pembasahan,

tegangan yang berlebihan atau hal lain, sampai saat penyerahan pekerjaan
oleh Kontraktor pada Pemberi Tugas.
3) Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai
mengering dan menghindarkan permukaan beton menjadi kasar atau rusak.
4) Untuk bahan curing dapat dipakai sealbond produksi conspec atau setara
sebanyak 1 liter tiap 6m2. Pemakaian bahan curing harus disetujui oleh
Pengawas.
5) Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki atau
dibongkar dan diganti dengan beton yang dapat disetujui oleh Direksi, semua
biaya yang timbul ditanggung oleh Kontraktor. Beton yang dimaksud tersebut
diatas adalah :
- Ternyata rusak (honey comb, keropos, retak, pecah dll).
- Sejak semula cacat, cacat sebelum penyerahan pertama.
- Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan.
- Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syaratt (RKS).
l. Pembongkaran Catakan Beton
1) Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971 9NI.2 – 1971), dimana
bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
2) Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui
sebelumnya oleh Direksi teknis dan Pengawas.
3) Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton
yang kropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan
konstruksi tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada
Direksi teknis dan Pengawas, untuk meminta persetujuan mengenai cara
pengisian, perbaikan atau menutup nya. Semua resiko yang terjadi sebagai
akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya pengisian dan perbaikan atau
penutupan bagian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4) Meskipun hasil pnegujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut :
- Konstruksi beton sangat kropos.
- Konstruksi beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisi-posisinya tidak seperti yang ditunjuk gambar.
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
- Konstruksi beton retak, pecah

m. Penyelesaian Permukaan Beton


1) Permukaan bagian latas beton harus rapi, licin, merata dan keras.
Selama beton masih elastis, tidak diizinkan adanya benjolan yang berlebihan
(gelembung) pada permukaan. Semua permukaan harus dicor secara
monolitas dengan beton dasarnya.
Dilarang menaburkan semen kering dan pasir daiatas permukaan beton untuk
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 1
menghisap air yang berlebihan. Bagian permukaan beton pelat, 7 bal ok
dinding,
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa
yang exposed harus dirapikan dengan menggunakan sendok aduk dari baja.
Kabupaten Barru
2) Perbaikan Cacat Permukaan.
Segera setelah cetakan dilepaskan, semua permukaan “exposed” (terbuka)
harus diperiksa secara teliti dan bagian yang tidak rata harus segera digosok
atau diisi dengan baik agar diperoleh suatu permukaan yang licin, seragam
dan merata.
Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi
Lapangan, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk-
petunjuk Direksi teknis dan pengawas.
3) Beton yang menunjukkan rongga-rongga, lobang, keropok atau caacat sejenis
lainnya harus dibongkar dan diganti. Semua perbaikan dan penggantian
sebagaimana diuraikan disini harus dilaksanakan secepatnya oleh Kontraktor
atas biaya sendiri.
4) Lobang bekas kerucut batang pengikat harus dihaluskan sedemikian rupa
sehingga permukaan dari lobang menjadi bersih dan kasar. Kemudian lobang
ini harus diperbiki dengan suatu cara yang dapat disetujui dengan
menggunakan “aduk kering” (dry packed mortar).
5) Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa, sehingga
pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan ketentuan pasal ini, tidak akan
mengganggu pengikatan, menyebabkan penurunan atau retak mendatar.
n. Pekerjaan Pembesian
1)Umum
- Ruang Lingkup.
Semua pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk penyanggah, beton
dekking dan segala hal yang perlu untuk menghasilkan pekerjaan beton
sesuai daengan pengalaman teknik yang terbaik.

- Gambar Kerja.
Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, Kontraktor harus terlebih
dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembengkokan
besi dan menyerahkannya pada Pengawas.
Persetujuan atas Gambar Kerja oleh Direksi teknis dan pengawas terbatas
pada pelaksanaan secara umum sesuai dengan gambar sebagai lampiran
Surat Perjanjian.
- Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran dan
detail.
- Standard.
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraaturan atau
standar yang disetujui oleh Direksi teknis dan Pengawas.
2) Pekerjaan Pembengkokan Besi Beton.
- Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti
sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar dan atau sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
- Harus diperhatikan khusus pada pembuatan beugel sehingga diperoleh
ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar dari beton dekking yang semestinya.
- Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian rupa
sehingga rusak atau cacat. Dilarang membengkokkan besi beton dengan
cara pemanasan.
- Bengkokan atau haak harus dibengkokan melingkari sebuah pasak dengan
diameter tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali untuk besi
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 1
beton yang lebih besar dari 25 mm, pasak yang digunakan harus 8 tidak
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa kurang dari 8 kali diameter besi beton, kecuali pula bila ditentukan lain.
Kabupaten Barru
- Beugel dan batang pengikat harus dibengkokkan melingkari sebuah pasak
dengan diameter tidak kurang dari 2 kali diameter minimum besi beton.
Semua pembesian harus mempunyai haak pada kedua ujungnya,
bilamana tidak ditentukan lain.
- Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar -gambar konstruksi
Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan dingin,pemanasan dari
besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan
disetujui oleh konsultan pengawas
3) Pemasangan.
- Pembersihan
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan
lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran
beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali dan dibersihkan.
- Pemasangan.
Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus
ditunjang oleh penumpu beton atau logam, dan penggantung logam.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada
bekisting. Kawat beton harus dibengkokkan ke arah dalam bekisting,
sehingga diperoleh beton dekking yang telah ditentukan.
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai
untuk memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai
ketentuan berikut :
a) Dalam pelat, batang tegak berdiameter 12 mm dengan jarak 80cm –
100cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.
b) Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, pembagi jarak (spacer)
berbentuk U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 – 200 cm.
- Beton Dekking.
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus
dipasangkan dengan celah untuk beton dekking sebagai berikut :
a) Beton yang dicor pada tanah 8cm
b) Semua bidang yang kena air atau tanah 5cm

c) Bagian atas pelat bawah saluran yang tertutup, balok dan kolom yang
tidak kena tanah atau air 4cm
d) Bidang yang kena udara dan semua bidang interior 2,5cm
- Toleransi
Toleransi pada pemasangan penulangan adalah :
a) Untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau kurang:  0,6 cm
b) Untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau lebih  1,2 cm
- Sambungan
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat
dengan “overlap” minimum 40 kali diameter penulangan.
Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus
didasarkan pada diameter yang besar. (panjang penyambungan sesuai
pedoman yang berlaku).
- Persetujuan dari Direksi Lapangan.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pemasangan (RKS) harus diperiksa oleh Direksi teknis dan pengawas
penulangan 1
9
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran, untuk itu perlu pemberi
Kabupaten Barrutahuan bila penulangan sudah siap untuk diperiksa.

o. Pemasangan Alat di dalam Beton


1) Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau
memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seijin
Pengawas.
2) Pemasangan sparing untuk pelat dan dinding yang dilubangi sebesar diameter
10 cm atau 8x8 cm tidak perlu perkuatan, apabila lebih dari ukuran tersebut
maka pelat dan dinding perlu dipasang perkuatan, pekerjaan ini menjadi
tanggung jawab kontraktor dan dikoordinasikan dengan Kontraktor terkait dan
mendapatkan persetujuan Direksi teknis dan Pengawas.
PASAL IV
PEKERJAAN P L E S T E R A N D A N A C I A N

A. Plesteran
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang, dan dinding .
2. Persyaratan Bahan
Bahan-bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal
beton betulang.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Dinding dan Kolom dibersihkan dari semua kotoran.
 Dinding dibasahi dengan air.
 Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm.
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat
merekat dengan baik.
b. Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 4 Ps,
sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps.
c. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama dan tidak
diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal.
d. Ketabalan yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk
mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 2
vertikal. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
0
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki
Kabupaten Barru
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan
plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
permulaan plesterannya.

B. Acian
a. Semua bidang plesteran yang akan dicat, sebelum dicat tembok harus diaci
dengan adukan 1 PC : 8 Kpr.
b. Dinding yang telah diaci harus digosok sampai rata dan licin.
PASAL V
PEKERJAAN P A G A R

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pasangan Pagar Brc dilakukan pada seluruh Ruas Kolom/Tiang yang sudah
terpasqng .
2. Persyaratan Bahan
Bahan-bahan Pabrikasi dengan ukuran yang sudah ditentukan dalampersyaratan yang telah
digariskan
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum melakukan pemasangan pagar BRc terlebih dahulu kesiapan kolom kolom
Beton sebagai media untuk menggantung Besi pagar telah terpasng dan memenuhi
ukuran ukuran yang sesuai dengan dimensi Pagar Brc.
b. Koneksi Besi untuk menggantung pagar pada kolom sudah tersedia
c. Pemasangan Pagar BRc terlebih dahulu kelurusan tiap lembar Pagar dengan
waterpass.
4. Spesifikasi Bahan
1. Ukuran Pagar untuk tiap Lebar adalah 120 x 240 x Dia 8 mm

PASAL V
PEKERJAAN P E G E C A T A N

KETENTUAN UMUM

1. LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat, peralatan, dan perlengkapan
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan pengecatan pada seluruh detail yang
disebutkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Pengawas.

2. BAHAN-BAHAN

1. Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau sesuai dengan
spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.
2. Pelaksana wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut mengenai hal- hal
yang menunjukkan kemurnian cat yang digunakan, antara lain :
- segel kaleng
- test laboratorium
- hasil akhir pengecatan
Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen
un tuk diketahui Pengawas. Biaya test tersebut menjadi tanggungan Pelaksana.

3. . CONTOH-CONTOH

Sebelum memulai pengecatan, Pelaksana wajib menyerahkan 1 contoh bahan


yang masih dalam kaleng, 3 contoh bahan yang telah dicatkan pada permukaan
plywood ukuran 40 x 40 cm, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik.

4. . PELAKSANAAN

1. Umum
a. Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Pengawas
beserta ketentuan/persyaratan/jaminan pabrik untuk mendapatkan
persetujuannya. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian, bahan pengganti
harus disetujui oleh Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Pelaksana.
c. Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan dalam keadaan cuaca
lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu, yang akan mengurangi kualitas
pengecatan. Bilamana waktu mendesak, harap dilakukan pengecatan dalam
keadaan terlindung dari basah dan lembab ataupun debu.
d. Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah dipersiapkan untuk
pengecatan, sesuai persyaratan pabrik dipersiapkan untuk pengecatan, sesuai
persyaratan pabrik cat dan bahan yang bersangkutan. Permukaan yang akan
dicat harus benar-benar kering, bersih dari debu, lemak/minyak dan noda-noda
yang melekat.
e. Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat
persetujuan dari Pengawas. Sebelum memulai pengecatan, Pelaksana wajib
melakukan percobaan untuk disetujui Pengawas.
f. Pelaksana tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
g. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya, maka
Pelaksana harus segera melaporkannya kepada Pengawas.
h. Pelaksana wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya Pelaksana,
selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
2. Teknis
a. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan
tebal lapisan penutup minimal sama dengan persyaratan pabrik. Pengecatan
harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas- bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, semprotan dan roller.b. Sapuan semua dasar
dengan cat memakai kuas, penyemprotan hanya diijinkan dilakukan bila
disetujui Pengawas.
c. Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang
menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana
ditunjukkan oleh Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang
dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
d. Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan, pekerjaan termasuk
penggunaan ongkos, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain
kering.
e. Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang.
Pekerjaan yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan
Pelaksana.

B. PEKERJAAN CAT DINDING

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengecatan dinding (bagian dalam dan luar), atau seperti yang
dinyatakan dalam gambar dan petunjuk Pengawas.

2. BAHAN-BAHAN

1. Bahan cat yang digunakan adalah merk ICI atau yang setara dan sesuai dengan
petunjuk Pengawas.
2. Pemakaian cat untuk dinding bagian luar menggunakan cat ICI dengan type
“Weather Shield” sedangkan untuk bagian lainnya harus disesuaikan dengan
spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.

3. PELAKSANAAN

1. Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan dinding tersebut, maka harus


diperhatikan permukaan plesterannya dari :
- Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan peil-peil
yang ditentukan.

- Permukaan plesteran harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang telah
ditentukan.
- Permukaan plesteran telah diberi lapisan aci dengan hasil yang rata dan halus.
- Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda atau kotoran/debu.
2. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka Pelaksana
harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah bersih dari noda, seperti yang
disyaratkan.
3. Setelah permukaan dinding siap untuk dicat, dilakukan pengecatan menurut petunjuk
dari pabrik cat.
4. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1,5 sampai 1 jam.
5. Pengecatan akhir harus dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua)
jam kemudian.

C. PEMBERSIHAN AKHIR
1) Pembersihan Kembali Lokasi Proyek
Setelah semua pekerjaan selesai,lokasi proyek dibersihkan dan dirapikan kembali.
Pekerjaan pembersihan meliputi pembersihan seluruh lokasi lapangan dan bekas galian,
material, bekas bongkaran konstruksi dan semua sisa-sisa kotoran pekerjaan.
2) Demobilisasi
Demobilisasi adalah pengembalian alat-alat yang disewa atau dimiliki sendiri dari lokasi
pekerjaan kecuali peralatan yang masih dipergunakan selama masa pemeliharaan.
Dalam hal ini pengeluaran peralatan dari lokasi pekerjaan harus dengan
sepengetahuan dan seijin direksi. Pengembalian peralatan dapat dilakukan
secara bersama-sama atau bertahap.
3) Catatan
Apabila ada kekurangan atau rencana kerja yang tidak tercantum dalam RKS ini,
diharapkan kontraktor untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada konsultan pengawas
atau pemilik pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dalam melaksanakan
pekerjaan.
Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang
belum sempurna, dan harus segera diperbaiki, semua ruangan harus bersih, halaman
harus ditata rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari
proyek. Pemberesan halaman ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan
pengawas.
Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan gambar kerja dan bestek menjadi tanggung jawab Pelaksana, untuk itu
Pelaksana/pemborong harus menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin.

Anda mungkin juga menyukai