PEKERJAAN PERSIAPAN
Mobilisasi Alat, Bahan Dan Tenaga
Mobilisasi adalah pekerjaan untuk menyiapkan sumber daya yang akan digunakan
di lapangan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan. Sumber daya yang harus
dipersiapkan berupa tenaga kerja, alat dan bahan.
1.1 Mobilisasi Alat
Alat berat maupun ringan yang akan digunakan harus sudah dipersiapkan di
lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Untuk lebih efisien, terlebih
dahulu harus dibuat daftar kebutuhan alat yang diperlukan selama pelaksanaan
proyek serta jadwal pelaksanaannya. Pengadaan alat didasarkan atas tingkat
kebutuhan alat dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Peralatan tersebut dapat
berupa barang investasi kontraktor maupun peralatan yang diperoleh dari hasil
sewa.
1.2 Mobilisasi Bahan
Persiapan bahan dilaksanakan menurut jadwal kebutuhannya. Bahan-bahan yang
akan digunakan disiapkan terlebih dahulu (untuk bahan yang perlu dilakukan
pengujian, minimal didatangkan satu minggu sebelum bahan dipakai) dan
ditempatkan sesuai dengan tingkat ketahanannya terhadap cuaca. Bahan yang
tidak tahan terhadap cuaca dapat diletakkan di lokasi dekat proyek berlangsung
asalkan tidak mengganggu kegiatan lalu lintas maupun kegiatan lainnya.
1.3 Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan dimulai. Dalam
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor harus menyiapkan tenaga kerja
menurut tingkat kebutuhan dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Sebagian
tenaga kerja untuk suatu proyek biasanya merupakan penduduk setempat,
sehingga tidak membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaannya. Sedangkan
untuk tenaga ahli didatangkan secara khusus dari luar proyek (bukan penduduk
setempat).
1.4 Papan Nama Proyek dan Papan Peringatan
papan nama poyek yang penempatannya diawal proyek, selain itu dibuatkan dua
papan peringatan. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan papan nama
proyek dan papan peringatan adalah papan kayu ukuran 2/20 dan balok 5/7.
Pada pembuatan papan nama digunakan pondasi untuk menopang tiang papan
nama, berikut adalah bentuk galian dan pasangan batu kali pondasi umpak :
B. Pengukuran & Pemasangan Bouwplank
1. Papan untuk bouwplank adalah kayu meranti kelas III ukuran 3/20 diserut halus
bagian atas, dipasang 100 cm dari tepi bangunan.
2. Papan bouwplank dipasang pada patok yang kuat, tertancap di tanah
sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah.
3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu sama yang lain, kecuali
dikehendaki lain oleh konsultan.
PERALATAN UTAMA
Nama Peralatan Utama Kapasitas Jumlah
No
G. Fasilitas Lapangan
Seluruh fasilitas di lapangan pada saat kegiatan disediakan oleh kontraktor :
1. Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di Proyek
2. Alat-alat pemadam kebakaran ringan
3. Alat-alat PPPK
4. Air kerja, dan lain-lain yang menunjang kelancaran pekerjaan.
PASAL II
BIAYA SMKK
1. Umum
1. Uraian Pekerjaan
a. Seksi ini mencakup ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi dan Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), meliputi komponen kegiatan
penerapan SMKK yang merupakan penjelasan pengelolaan SMKK paling sedikit terdiri
atas Risiko Keselamatan Konstruksi, Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) dan Biaya
Penerapan SMKK berikut di bawah ini:
1. Penyiapan dokumen penerapan SMKK;
2. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
3. Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri;
4. Asuransi dan perizinan;
5. Personel Keselamatan Konstruksi;
6. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
7. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas);
8. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi;
9. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan
Konstruksi, termasuk biaya pengujian/pemeriksaan lingkungan.
ii. 1 (satu) orang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi muda, atau
Ahli Keselamatan Konstruksi muda, masing-masing dengan pengalaman paling
singkat 3 (tiga) tahun; dan
iii. Untuk setiap penambahan tenaga kerja sampai 40 (empat puluh) orang
diperlukan tambahan 1 (satu) orang Petugas Keselamatan Konstruksi atau
Petugas K3 Kontruksi.
d. Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) Sesuai dengan Pasal 35 sampai 37 tentang Unit
Keselamatan Konstruksi (UKK) dari Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang
Penerapan SMKK, Penyedia Jasa harus membentuk Unit Keselamatan Konstruksi (UKK)
yang bertanggung jawab kepada unit yang menangani Keselamatan Konstruksi di
bawah pimpinan tertinggi Penyedia Jasa. UKK terdiri atas pimpinan dan anggota.
Tanggung jawab penerapan pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi melekat pada
pimpinan tertinggi Penyedia Jasa dan pimpinan UKK. Pimpinan UKK harus memiliki
kompetensi kerja yang dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi Kerja di bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi/Keselamatan Konstruksi. Pimpinan UKK
berkoordinasi dengan Kepala Pelaksana (General Superinten-dent). Untuk Pekerjaan
Konstruksi berisiko Keselamatan Konstruksi kecil, Kepala Pelaksana (General
Superintendent) dapat merangkap sebagai pimpinan UKK. Untuk Pekerjaan Konstruksi
berisiko Keselamatan Konstruksi sedang atau besar, Penyedia Jasa harus membentuk
UKK yang terpisah dari struktur organisasi Pekerjaan Konstruksi. Persyaratan pimpinan UKK
dituangkan dalam persyaratan personel manajerial untuk Keselamatan Konstruksi.
Anggota UKK terdiri dari ahli Keselamatan Konstruksi/Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi, dan harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan
kepemilikan Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi, sebagaimana dengan ketentuan
yang berlaku.
IDENTIFIKASI BAHAYA
No Uraian Pekerjaan Identifikasi Keterangan
Bahaya
3. Pekerjaan Pengadaan Langsung dan/atau Padat Karya Untuk pekerjaan dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi kecil melalui pengadaan langsung dan/atau padat karya,
biaya penerapan SMKK paling sedikit meliputi: penyediaan APD/APK; sarana dan
prasarana kesehatan terkait protokol kesehatan; dan rambu keselamatan sesuai
kebutuhan sehubungan dengan lingkup pekerjaan.
4. Pekerjaan Seksi Lain dalam Spesifikasi Umum yang Berkaitan dengan Seksi Ini
a. Mobilisasi Seksi 1.2
b. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya Seksi 1.3
c. Fasilitas dan Layanan Pengujian Seksi 1.4
d. Transportasi dan Penanganan Seksi 1.5
e. Manajemen
Rencana dan Keselamatan
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) Lalu Lintas Seksi 1.8 5
f. Bahan
Pembangunan dan Peyimpanan
/ Pembuatan Pagar PPI Seksi 1.11
Polejiwa
g. Pekerjaan
Kabupaten Barru Pembersihan Seksi 1.16
h. Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
i. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
j. Manajemen Mutu : Seksi 1.21
k. Semua Seksi dari Divisi 2 sampai dengan Divisi 10
5. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 0111:2009 : Sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi.
SNI 06-0652-2005 : Sarung tangan dari kulit sapi untuk kerja berat.
SNI 06-1301-1989 : Sarung tangan karet.
SNI 08-6113-1999 : Sarung tangan kerja dari karet rajut.
SNI 7037:2009 : Sepatu pengaman dari kulit dengan sistem Goodyear welt.
SNI 7079:2009 : Sepatu pengaman dari kulit dengan sol poliuretan dan termoplastik
poliuretan sistem cetak injeksi.
SNI 8604:2018 : Metode pengujian perangkat penahan jatuh perorangan dalam
pekerjaan pada ketinggian.
SNI ISO 3873:2012 : Helm keselamatan industri. ANSI (American National Standard
Institute) / ISEA (International Safety Equipment Association): ANSI S3.19-1974 : Method
for the Measurement of Real-Ear Protection of Hearing Protectors and al Attenuation of
Earmuffs.
ANSI/ISEA Z87.1:2020 : American National Standard For Occupational And Educational
Personal Eye And Face Protection Devices.
ISO (International Organization for Standardization):
ISO 16321-1:2021 : Eye and face protection for occupational use - Part 1: General
requirements.
ISO 19818-1:2021 : Eye and face protection - Protection against laser radiation - Part 1:
Requirements and test methods.
ISO 16321-2:2021 : Eye and face protection for occupational use —2: Additional
requirements for protectors used during welding and related techniques.
ISO 16972:2020 : Respiratory protective devices — Vocabulary and graphical symbols.
ISO 16024:2005 : Personal protective equipment for protection against falls from a height
— Flexible horizontal lifeline systems.
ISO 10333-2:200 : Personal fall-arrest systems — Part 2: Lanyards and energy absorbers.
PERSONIL MANAJERIAL
PASAL III
PEKERJAAN S T R U K T U R / B E T O N
1. Ketentuan umum
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
persyaratan teknis ini. Segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur
beton harus sesuai dengan standar-standar yang berlaku, yaitu:
1) Tata-cara perencanaan struktur beton untuk bangunan Gedung (SNI 03 –
2847 - 2002).
2) Kerja
Rencana Peraturan Umum Beton
dan Syarat-syarat Indonesia (PUBI, 1982),
(RKS) 8
3) Standard
Pembangunan Industri
/ Pembuatan PagarIndonesia
PPI (SII),
Polejiwa
Kabupaten4) Barru
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
5) Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung ( SNI 03
– 1726 - 2002),
6) American Society of Testing Material (ASTM),
b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar
rencana, dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Direksi teknis dan
pengawas.
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material
yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
d. Sebelum melakukan pengecoran, kontraktor wajib melakukan pengujian mutu
beton dan melaporkan kepada direksi teknis.
e. Apabila telah memenuhi syarat dan telah disetujui oleh direksi teknis, maka
pekerjaan pengecoran boleh dilaksanakan dan biaya dibebankan oleh
kontraktor.
f. Seluruh material yang dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh direksi teknis dan
pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan
digunakan kembali.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh
pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana.
4. Bahan-bahan
a. Semen Portland
PC/semen : digunakan satu jenis semen sekualitas Semen Tonasa atau
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 9
yang memenuhi persyaratan dalam peraturan Portland Cement Indonesia
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa NI-8 atau ASTM C-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
Kabupaten Barru
Penggunaan Semen Tonasa atau sekualitas tersebut diartikan bahwa
semen merek lain dapat digunakan jika terjadi kelangkaan semen tonasa
dipasaran atau terdapat hal lain yang dianggap bahwa Semen Tonasa
tidak dapat digunakan. Penggunaan semen merek lain harus setara
kualitas, mutu dengan semen tonasa dan mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas.
Semen disimpan sedemikian rupa hingga mencegah terjadinya kerusakan
bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus
b. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini:
1) Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalam SII
0052-80, maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23
"Specification/or Concrete Aggregates".
2) Atas persetujuan pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir
(a), dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus
dan atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang
kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
3) Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus
tidak melebihi syarat - syarat berikut:
- seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
- sepertiga dari tebal pelat.
- 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang
tulangan.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan berikut ini:
1) Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya
menurut tujuan pemakaiannya.
2) Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya,
yang dapat dilihat secara visual.
3) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter.
4) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan
clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai S03) tidak
lebih dari 100 ppm.
5) Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling,
maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak
Rencana Kerja
lebih dan
dari Syarat-syarat
10%. (RKS) 1
0
Pembangunan
6) Air/yang
Pembuatan Pagar PPI
digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak
Polejiwa
Kabupaten Barru
,asam,garam alkalis serta bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat
merusak beton.
7) Apabila dipandang pertlu Pengawas dapat meminta kepada pemborong
supaya air yang dipakai diperiksa dilaboratorium pemerisaan bahan yang
resmi atas biaya pemborong.
d. Besi Beton
1) Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syara-syarat :
- Peraturan beton Insonesia ( NI 2 – 1971)
- Bebas dari kotoran-kotoran, laposan minyak-minyak, karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu F’Y 240 Mpa = BJTP 24 untuk diameter
diameter 10 s/d 12 mm dan F’Y 400 Mpa = BJTD 40 untuk diameter 13 s/d
22 (ulir)
- Mempunyai penampang yang sama rata.
- Ukuran disesuaiakan dengan gambar-gambar
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dan ketentuan-ketentuan di
atas, harus mendapat persetujuan Direksi teknis dan Pengawas.
3) Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak
dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber besi
beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
4) Kontraktor wajib mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Pengawas, serta menyertakan data
teknis dari pabrik pembuat baja tulangan. Batang percobaan diambil
dibawah kesaksian CM.
5) Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Pengawas. Semua biaya percobaan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
6) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Pengawas. Untuk hal itu sebelumnya kontraktor harus membuat
gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan
kepada Direksi teknis dan Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
7) Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan
kawat beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton
dan bebas dari lantai kerja atau papan acuan.
8) Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet
lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton
harus dipasang pada posisi yang tepat.
e. Admixture
1) Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan maupun untuk maksud-maksud lain dapat dipakai bahan
admixture. Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi teknis dan Pengawas.
2) Pemakaian bahan tambahan kimiawi (Concrete admixture / Additives)
kecuali yang disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seijin tertulis
dari Konsultan Pengawas/Direksi.
3) Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set) tidak
boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah (hydrostatic
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 1
1
pressure) tidak boleh
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI bahan kedap air yang mengandung garam stearate.
Polejiwa
4) Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim tropis dan
Kabupaten Barru
memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus sebagai
pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal.
5) Semua Admixture yang akan digunakan, ditentukan berdasarkan hasil
pekerjaan benda uji / contoh-contoh yang dibuat dan telah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi.
- Faktor air semen untuk kolom, balok, sloof dan pondasi poer maksimum 0,60.
- Faktor air semen untuk konstruksi tangga pelat atap dan tempat-tempat
basah lainnya maksimum 0,55.
2) Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan
suatu mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton
dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai plasticizer sebagai
bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus
mendapat persetujuan dari Direksi teknis dan Pengawas
i. Cetakan Beton/Bekisting
1) Persyaratan Penggunaan Bahan.
- Tidak mengalami deformasi.
- Bekisting harus cukup tebal (Papan 3 cm dan dilapisi tripleks 3 mm) atau
Rencana Kerjamultipleks
dan Syarat-syarat (RKS) dengan penguat penyokong dari kayu1 kelas II
12 mm dibantu
3
Pembangunan / Pembuatan
5/7 atau Pagar
5/10 PPI
dan terikat kuat menahan beton dan beban sementara
Polejiwa
Kabupaten Barru lainnya.
j. Pengecoran Beton
a. Kerja
Rencana Sebelum melaksanakan
dan Syarat-syarat pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian
(RKS) 1
5
Pembangunanutama dari Pagar
/ Pembuatan pekerjaan,
PPI kontraktor harus memberitahukan Direksi teknis dan
Polejiwa
Pengawas dan mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada persetujuan, maka
Kabupaten Barru
tegangan yang berlebihan atau hal lain, sampai saat penyerahan pekerjaan
oleh Kontraktor pada Pemberi Tugas.
3) Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai
mengering dan menghindarkan permukaan beton menjadi kasar atau rusak.
4) Untuk bahan curing dapat dipakai sealbond produksi conspec atau setara
sebanyak 1 liter tiap 6m2. Pemakaian bahan curing harus disetujui oleh
Pengawas.
5) Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki atau
dibongkar dan diganti dengan beton yang dapat disetujui oleh Direksi, semua
biaya yang timbul ditanggung oleh Kontraktor. Beton yang dimaksud tersebut
diatas adalah :
- Ternyata rusak (honey comb, keropos, retak, pecah dll).
- Sejak semula cacat, cacat sebelum penyerahan pertama.
- Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan.
- Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syaratt (RKS).
l. Pembongkaran Catakan Beton
1) Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971 9NI.2 – 1971), dimana
bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
2) Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui
sebelumnya oleh Direksi teknis dan Pengawas.
3) Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton
yang kropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan
konstruksi tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada
Direksi teknis dan Pengawas, untuk meminta persetujuan mengenai cara
pengisian, perbaikan atau menutup nya. Semua resiko yang terjadi sebagai
akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya pengisian dan perbaikan atau
penutupan bagian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4) Meskipun hasil pnegujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut :
- Konstruksi beton sangat kropos.
- Konstruksi beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisi-posisinya tidak seperti yang ditunjuk gambar.
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
- Konstruksi beton retak, pecah
- Gambar Kerja.
Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, Kontraktor harus terlebih
dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembengkokan
besi dan menyerahkannya pada Pengawas.
Persetujuan atas Gambar Kerja oleh Direksi teknis dan pengawas terbatas
pada pelaksanaan secara umum sesuai dengan gambar sebagai lampiran
Surat Perjanjian.
- Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran dan
detail.
- Standard.
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraaturan atau
standar yang disetujui oleh Direksi teknis dan Pengawas.
2) Pekerjaan Pembengkokan Besi Beton.
- Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti
sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar dan atau sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
- Harus diperhatikan khusus pada pembuatan beugel sehingga diperoleh
ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar dari beton dekking yang semestinya.
- Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian rupa
sehingga rusak atau cacat. Dilarang membengkokkan besi beton dengan
cara pemanasan.
- Bengkokan atau haak harus dibengkokan melingkari sebuah pasak dengan
diameter tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali untuk besi
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 1
beton yang lebih besar dari 25 mm, pasak yang digunakan harus 8 tidak
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa kurang dari 8 kali diameter besi beton, kecuali pula bila ditentukan lain.
Kabupaten Barru
- Beugel dan batang pengikat harus dibengkokkan melingkari sebuah pasak
dengan diameter tidak kurang dari 2 kali diameter minimum besi beton.
Semua pembesian harus mempunyai haak pada kedua ujungnya,
bilamana tidak ditentukan lain.
- Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar -gambar konstruksi
Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan dingin,pemanasan dari
besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan
disetujui oleh konsultan pengawas
3) Pemasangan.
- Pembersihan
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan
lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran
beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali dan dibersihkan.
- Pemasangan.
Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus
ditunjang oleh penumpu beton atau logam, dan penggantung logam.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada
bekisting. Kawat beton harus dibengkokkan ke arah dalam bekisting,
sehingga diperoleh beton dekking yang telah ditentukan.
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai
untuk memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai
ketentuan berikut :
a) Dalam pelat, batang tegak berdiameter 12 mm dengan jarak 80cm –
100cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.
b) Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, pembagi jarak (spacer)
berbentuk U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 – 200 cm.
- Beton Dekking.
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus
dipasangkan dengan celah untuk beton dekking sebagai berikut :
a) Beton yang dicor pada tanah 8cm
b) Semua bidang yang kena air atau tanah 5cm
c) Bagian atas pelat bawah saluran yang tertutup, balok dan kolom yang
tidak kena tanah atau air 4cm
d) Bidang yang kena udara dan semua bidang interior 2,5cm
- Toleransi
Toleransi pada pemasangan penulangan adalah :
a) Untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau kurang: 0,6 cm
b) Untuk bagian konstruksi berukuran 60 cm atau lebih 1,2 cm
- Sambungan
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat
dengan “overlap” minimum 40 kali diameter penulangan.
Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus
didasarkan pada diameter yang besar. (panjang penyambungan sesuai
pedoman yang berlaku).
- Persetujuan dari Direksi Lapangan.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pemasangan (RKS) harus diperiksa oleh Direksi teknis dan pengawas
penulangan 1
9
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran, untuk itu perlu pemberi
Kabupaten Barrutahuan bila penulangan sudah siap untuk diperiksa.
A. Plesteran
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang, dan dinding .
2. Persyaratan Bahan
Bahan-bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal
beton betulang.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
Dinding dan Kolom dibersihkan dari semua kotoran.
Dinding dibasahi dengan air.
Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm.
Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat
merekat dengan baik.
b. Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 4 Ps,
sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps.
c. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama dan tidak
diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal.
d. Ketabalan yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk
mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 2
vertikal. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
0
Pembangunan / Pembuatan Pagar PPI
Polejiwa memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki
Kabupaten Barru
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan
plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
permulaan plesterannya.
B. Acian
a. Semua bidang plesteran yang akan dicat, sebelum dicat tembok harus diaci
dengan adukan 1 PC : 8 Kpr.
b. Dinding yang telah diaci harus digosok sampai rata dan licin.
PASAL V
PEKERJAAN P A G A R
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pasangan Pagar Brc dilakukan pada seluruh Ruas Kolom/Tiang yang sudah
terpasqng .
2. Persyaratan Bahan
Bahan-bahan Pabrikasi dengan ukuran yang sudah ditentukan dalampersyaratan yang telah
digariskan
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum melakukan pemasangan pagar BRc terlebih dahulu kesiapan kolom kolom
Beton sebagai media untuk menggantung Besi pagar telah terpasng dan memenuhi
ukuran ukuran yang sesuai dengan dimensi Pagar Brc.
b. Koneksi Besi untuk menggantung pagar pada kolom sudah tersedia
c. Pemasangan Pagar BRc terlebih dahulu kelurusan tiap lembar Pagar dengan
waterpass.
4. Spesifikasi Bahan
1. Ukuran Pagar untuk tiap Lebar adalah 120 x 240 x Dia 8 mm
PASAL V
PEKERJAAN P E G E C A T A N
KETENTUAN UMUM
1. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat, peralatan, dan perlengkapan
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan pengecatan pada seluruh detail yang
disebutkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Pengawas.
2. BAHAN-BAHAN
1. Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau sesuai dengan
spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.
2. Pelaksana wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut mengenai hal- hal
yang menunjukkan kemurnian cat yang digunakan, antara lain :
- segel kaleng
- test laboratorium
- hasil akhir pengecatan
Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen
un tuk diketahui Pengawas. Biaya test tersebut menjadi tanggungan Pelaksana.
3. . CONTOH-CONTOH
4. . PELAKSANAAN
1. Umum
a. Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Pengawas
beserta ketentuan/persyaratan/jaminan pabrik untuk mendapatkan
persetujuannya. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian, bahan pengganti
harus disetujui oleh Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Pelaksana.
c. Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan dalam keadaan cuaca
lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu, yang akan mengurangi kualitas
pengecatan. Bilamana waktu mendesak, harap dilakukan pengecatan dalam
keadaan terlindung dari basah dan lembab ataupun debu.
d. Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah dipersiapkan untuk
pengecatan, sesuai persyaratan pabrik dipersiapkan untuk pengecatan, sesuai
persyaratan pabrik cat dan bahan yang bersangkutan. Permukaan yang akan
dicat harus benar-benar kering, bersih dari debu, lemak/minyak dan noda-noda
yang melekat.
e. Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat
persetujuan dari Pengawas. Sebelum memulai pengecatan, Pelaksana wajib
melakukan percobaan untuk disetujui Pengawas.
f. Pelaksana tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
g. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya, maka
Pelaksana harus segera melaporkannya kepada Pengawas.
h. Pelaksana wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya Pelaksana,
selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
2. Teknis
a. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan
tebal lapisan penutup minimal sama dengan persyaratan pabrik. Pengecatan
harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas- bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, semprotan dan roller.b. Sapuan semua dasar
dengan cat memakai kuas, penyemprotan hanya diijinkan dilakukan bila
disetujui Pengawas.
c. Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang
menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana
ditunjukkan oleh Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang
dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
d. Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan, pekerjaan termasuk
penggunaan ongkos, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain
kering.
e. Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang.
Pekerjaan yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan
Pelaksana.
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengecatan dinding (bagian dalam dan luar), atau seperti yang
dinyatakan dalam gambar dan petunjuk Pengawas.
2. BAHAN-BAHAN
1. Bahan cat yang digunakan adalah merk ICI atau yang setara dan sesuai dengan
petunjuk Pengawas.
2. Pemakaian cat untuk dinding bagian luar menggunakan cat ICI dengan type
“Weather Shield” sedangkan untuk bagian lainnya harus disesuaikan dengan
spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.
3. PELAKSANAAN
- Permukaan plesteran harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang telah
ditentukan.
- Permukaan plesteran telah diberi lapisan aci dengan hasil yang rata dan halus.
- Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda atau kotoran/debu.
2. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka Pelaksana
harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah bersih dari noda, seperti yang
disyaratkan.
3. Setelah permukaan dinding siap untuk dicat, dilakukan pengecatan menurut petunjuk
dari pabrik cat.
4. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1,5 sampai 1 jam.
5. Pengecatan akhir harus dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua)
jam kemudian.
C. PEMBERSIHAN AKHIR
1) Pembersihan Kembali Lokasi Proyek
Setelah semua pekerjaan selesai,lokasi proyek dibersihkan dan dirapikan kembali.
Pekerjaan pembersihan meliputi pembersihan seluruh lokasi lapangan dan bekas galian,
material, bekas bongkaran konstruksi dan semua sisa-sisa kotoran pekerjaan.
2) Demobilisasi
Demobilisasi adalah pengembalian alat-alat yang disewa atau dimiliki sendiri dari lokasi
pekerjaan kecuali peralatan yang masih dipergunakan selama masa pemeliharaan.
Dalam hal ini pengeluaran peralatan dari lokasi pekerjaan harus dengan
sepengetahuan dan seijin direksi. Pengembalian peralatan dapat dilakukan
secara bersama-sama atau bertahap.
3) Catatan
Apabila ada kekurangan atau rencana kerja yang tidak tercantum dalam RKS ini,
diharapkan kontraktor untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada konsultan pengawas
atau pemilik pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dalam melaksanakan
pekerjaan.
Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang
belum sempurna, dan harus segera diperbaiki, semua ruangan harus bersih, halaman
harus ditata rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari
proyek. Pemberesan halaman ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan
pengawas.
Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan gambar kerja dan bestek menjadi tanggung jawab Pelaksana, untuk itu
Pelaksana/pemborong harus menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin.