Anda di halaman 1dari 349

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN UDARA

PERATURAN KEPALA STAF ANGKATAN UDARA


NOMOR 19 TAHUN 2016
TENTANG
PENERAPAN RENCANA KERJA SYARAT-SYARAT TEKNIS
PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN FASILITAS KONSTRUKSI
DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA STAF ANGKATAN UDARA,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan


fasilitas dan konstruksi tepat kualitas, kuantitas, tepat waktu, dan tepat
administrasi, maka perlu diatur dengan Peraturan Kasau tentang
Penerapan Rencana Kerja Syarat-syarat Teknis Pada Kegiatan
Pembangunan dan Pemeliharaan Fasilitas Konstruksi di Lingkungan
TNI Angkatan Udara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3833);

2. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan


Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

3. Keputusan Presiden Nomor 01/TNI/Tahun 2015 tentang


Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Staf Angkatan Udara;

4. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 17 Tahun 2013 tentang


Pedoman Pelaksanaaan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan
Kementrian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia;

5. Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 60 Tahun 2009


tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Konstruksi
di Lingkungan TNI Angkatan Udara;
2

6. Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 32 Tahun 2013


tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi dan Konsultasi di Lingkungan TNI Angkatan Udara.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA STAF ANGKATAN UDARA TENTANG


PENERAPAN RENCANA KERJA SYARAT-SYARAT TEKNIS PADA
KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN FASILITAS
KONSTRUKSI DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN UDARA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara ini, yang dimaksud dengan:

1. Bangunan TNI Angkatan Udara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas
TNI Angkatan Udara yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara seperti:
gedung kantor, gedung Base Ops, Hanggar, Runway, Taxiway, Apron, gedung
rumah sakit, gudang , rumah negara, dan Fasilitas Umum serta Fasilitas di
lingkungan TNI Angkatan Udara. diadakan dengan sumber pembiayaan yang
berasal dari dana APBN, dan/atau perolehan lainnya yang sah.

2. Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang


diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan
pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan
bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan
gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).

3. Bouwplank adalah patok kayu sementara yang dibuat untuk meletakkan titik-titik as
bangunan sesuai dengan gambar denah bangunan yang ada.

4. Direksi Keet adalah bangunan sementara dan sederhana dengan ukuran luas
(biasanya) 4m x 6m yang terbuat dari kaso berdinding triplek dan beratap seng
yang berada dalam sebuah proyek pekerjaan konstruksi yang digunakan sebagai
tempat koordinasi dan diskusi antara konsultan pengawas, kontraktor pelaksana
dan pemilik (pemberi pekerjaan atau owner).

5. Sistem plumbing adalah suatu pekerjaan yang meliputi system pembuangan


limbah/air buangan (air kotor dan air bekas), system venting, air hujan dan
penyediaan air bersih.

6. Sistem Ducting AC adalah sebagai alat penghantar udara yang telah dikondisikan
dari sumber dingin ataupun panas ke ruang yang akan dikondisikan.
3

BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 2

Pekerjaan Persiapan Lokasi. Pekerjaan yang harus dipersiapkan pada lokasi pekerjaan
(site project) adalah:

a. pembersihan/Clearing, membersihkan pohon-pohon, tanaman atau kayu-kayu


belukar, dan benda-benda lain yang menghambat pekerjaan pada objek atau lokasi
pekerjaan;

b. penggusuran/Grubbing. Jika terdapat bekas pohon-pohon, tunggul kayu harus


dibongkar sampai bersih dan lubang-lubang bekasnya harus ditimbun kembali
sehingga mencapai kepadatan seperti tanah disekitarnya. Kalau perlu
penimbunan tersebut secara lapis demi lapis dan di trimbris agar memenuhi
kepadatan yang dipersyaratkan; dan

c. pematokan. Penyedia jasa konstruksi harus membuat patok duga di luar


bangunan dari patok beton 20 x 20 Cm 2, tinggi patok ± 1,00 meter, diberi tanda ±
0,00 yaitu lantai bangunan terhadap jalan. Patok tersebut harus dijaga dan tidak
hilang selama proses pembangunan.

Pasal 3

(1) Pekerjaan Pengukuran. Pekerjaan pengukuran meliputi:

a. penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan pengukuran dan pemasangan


patok titik nol sebagai dasar awal pekerjaan yang telah disetujui oleh direksi
lapangan;

b. menyediakan semua bahan, peralatan, dan tenaga kerja termasuk para juru
ukur (surveyor) yang dibutuhkan dalam pengukuran dan pematokan
tersebut; dan

c. penyedia jasa konstruksi wajib memelihara patok-patok hasil ukur tersebut


selama masa pembangunan berjalan.

(2) Pekerjaan bouwplank. Pekerjaan bouwplank meliputi:


a. patok harus ditanam dalam tanah sampai kuat/ tifdak goyang sehingga tidak
mudah dicabut dan menggunakan kayu minimal ukuran 5/7 cm;

b. jarak patok dari sisi galian pondasi minimum 30 cm, sedang jarak antar
patok minimum 2 m;
c. papan bouwplank menggunakan kayu kelas III dengan ukuran 2x20 cm dan
pada bidang sebelah atas harus diserut sampai rata;
4

d. penentuan ketinggian papan bouwplank dari tanah dengan jarak 30 cm atau


ditentukan lain atas persetujuan direksi lapangan; dan
e. pemasagan bouwplank harus benar-benar siku atau ditentukan lain atas
persetujuan direksi.

Pasal 4

(1) Pembuatan Direksi Keet.

a. penyedia jasa konstruksi wajib membangun direksi keet seluas 24 m2


termasuk kamar mandi/WC yang akan digunakan sebagai ruang direksi
lapangan maupun ruang rapat berikut perlengkapannya;
b. perlengkapan-perlengkapan direksi keet adalah:
1. meja dan kursi untuk bekerja ( terdiri dari satu buah meja tulis dan
dua buah kursi kerja );

2. meja dan kursi untuk keperluan rapat;

3. papan tulis/Whiteboard besertsa perlengkapannya;

4. perlengkapan lapangan seperti sepatu safety, helm untuk kerbutuhan


pengawas atau wakil-wakilnya, minimum 5 pasang;

5. lemari atau rak besi untuk penempatan barang contoh;

6. lemari arsip;

7. komputer lengkap dan printer;

8. peralatan gambar;

9. air conditioning;

10. alat komunikasi atau radio HT;

11. buku direksi lapangan, buku tamu, laporan harian dan mingguan,
grafik S dan curah hujan, serta foto pelaksanaan ( sebelum, saat, dan
sesudah ); dan

12. APAR (alat pemadam api ringan).

c. setelah proyek selesai seluruh bangunan direksi keet tetap menjadi milik
pengguna jasa.

(2) Gudang materiel.


a. penyedia jasa konstruksi diwajibkan untuk menempatkan peralatan kerja
dan materiel-materiel untuk kebutuhan pelaksanaan baik di luar (terbuka)
5

ataupun di dalam gudang, sesuai dengan sifat peralatan kerja dan materiel
tersebut, atas persetujuan direksi lapangan; dan
b. materiel-materiel yang ditolak untuk dipakai supaya segera dikeluarkan dari
gudang selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah pemberitahuan penolakan.

Pasal 5

(1) Penyediaan Tenaga Kerja. Penyedia jasa konstruksi wajib menyediakan tenaga
kerja sebagai berikut:
a. tenaga Ahli/Skill;
b. tenaga Menengah; dan
c. tenaga Pekerja/Pelaksana.
(2) Penyediaan Peralatan. Penyedia jasa konstruksi wajib menyediakan segala
peralatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan proyek tersebut;
(3) Penyediaan Air Kerja. Penyedia jasa konstruksi wajib menyediakan sumber air
sebagai dukungan pada pelaksanaan pembangunan proyek tersebut; dan
(4) Penyediaan Listrik Kerja. Penyedia jasa konstruksi wajib menyediakan listrik
sebagai sumber daya dalam pemakaian peralatan listrik dan penerangan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan proyek tersebut.

BAB III
PEKERJAAN KONSTRUKSI

Pasal 6

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara penyiapan lahan tanah bangunan, peralatan,
serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan tanah sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Ketentuan Pekerjaan Tanah. Penyedia jasa konstruksi wajib mengerjakan setiap
pekerjaan tanah yang ada sangkut-pautnya dengan pelaksanaan pembangunan
ini. Ketentuan pekerjaan tanah pada garis besarnya sebagai berikut:
a. tempat dimana bangunan akan didirikan harus dibersihkan dari segala
macam kotoran, tanaman, akar-akar, dan lain-lain kecuali pohon-pohon
yang ditentukan oleh direksi tidak boleh ditebang;
b. apabila keadaan tanah berhumus/berlumpur, maka humus dan lumpur
tersebut harus dihilangkan/digusur;

c. pengurugan atau pemotongan tanah yang diperlukan untuk pelaksanaan


pekerjaan sehingga didapat peil yang diminta;
6

d. galian-galian pondasi dan lain-lain yang diperlukan untuk membuat


konstruksi dari bagian-bagian yang termasuk dalam penyedia jasa
konstruksian ini;

e. semua lubang yang ada dan tidak diperlukan harus diurug dengan tanah
urug/pasir pada semua lubang-lubang yang ada dan tidak diperlukan,
sehingga didapat halaman yang rata dan rapi;

f. brongkalan-brongkalan, kotoran, akar-akaran, dan lain-lain harus


disingkirkan sebelum pekerjaan urugan dilakukan; dan

g. pekerjaan urugan harus dilakukan selapis demi selapis, dibasahi, dan


dipadatkan/ditimbris. Khusus untuk pekerjaan urugan tanah padat, maka
urugan harus dilakukan lapis demi lapis maksimal 20 cm, dibasahi, dan
dipadatkan menggunakan khusus alat pemadat dan setelah betul-betul
memadat dilanjutkan kembali lapisan berikutnya dengan persyaratan yang
sama.

Pasal 7

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan cerucuk, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan. Kerjaan cerucuk
merupakan upaya untuk meningkatkan daya dukung tanah dengan cara
memasang kayu khusus sedalam 4 sd 12 meter pada titik dan jarak yang telah
ditentukan, sehingga diharapkan daya dukung tanah tersebut bertambah dan
mampu menahan beban struktur di atasnya.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah jenis kayu yang biasa dipakai untuk
pembuatan cerucuk dengan diameter minimal 10 Cm dengan panjang 4 s/d 12 m,
jarak pemancangan 40 s/d 60 Cm;

(3) Pelaksanaan.

a. kayu dipancang ke dalam tanah sepanjang 4 s/d 12 meter;

b. jarak antara satu titik dengan titik pancang lainnya ± 40 s/d 60 cm;

c. bagian atas kepala cerucuk dipasang papan yang berfungsi untuk


peletakkan
geotextille;

d. di atas geotextille dilapisi tanah urug yang dipadatkan setebal 60 s/d 100 cm
atau sesuai dengan petunjuk direksi lapangan; dan

e. di atas tanah urug yang dipadatkan dilapisi lapisan cleanset 120 kg semen
per m3.

(4) Setelah dilaksanakan pemasangan cerucuk selanjutnya dilakukan test sondir untuk
menentukan daya dukung tanah yang dipersyaratkan.
7

Pasal 8

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan galian tanah pondasi, bahan dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan.

(2) Peralatan.  Peralatan yang digunakan adalah:

a. exsavator;
b. backhoeloader;
c. cangkul; dan
d. dumptruck.

(3) Pelaksanaan.

a. galian tanah pondasi dilaksanakan menurut ukuran yang sesuai peil-peil


yang tercantum dalam gambar rencana detail pondasi;

b. apabila terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon, dan lain-lain


yang masih digunakan, maka secepatnya memberitahukan kepada
pengawas atau instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk
seperlunya. Penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab atas segala
kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut;

c. apabila penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka


penyedia jasa harus mengisi atau mengurug daerah galian tersebut dengan
bahan-bahan pengisian untuk pondasi yang sesuai dengan spesifikasi; dan

d. penyedia jasa konstruksi harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi


bebas dari longsoran tanah disetiap sisinya, sehingga pekerjaan pondasi
dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.

Pasal 9

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan urugan pasir, peralatan yang
dipersiapkan, serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
urugan pasir sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana dan
memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(2) Pekerjaan Urugan Pasir yang Dilaksanakan:

a. urugan pasir di bawah lantai; dan

b. urugan pasir di bawah pondasi.


8

(3) Bahan. Pasir urug yang dipakai adalah pasir urug ex sungai dan atau darat yang
dapat disetujui direksi.

(4) Pelaksanaan. Ketentuan yang harus diikuti pada pelaksanaan pekerjaan urugan
pasir adalah:

a. urugan pasir untuk bawah lantai dilaksanakan sesuai dengan gambar


rencana, dan disiram dengan air kemudian dipadatkan/ditimbris;

b. apabila urugan pasir lebih dari 20 cm, maka harus dilakukan selapis demi
selapis dengan ketebalan maximum 20 cm, kemudian dibasahi air dan
dipadatkan, setelah itu dilakukan penimbunan lapisan berikutnya;

c. di samping urugan pasir di bawah lantai, juga termasuk urugan pasir di


bawah pondasi dan lain-lain jenis pekerjaan, yang ditentukan pada gambar
kerja (bestek);

d. pasir laut tidak diizinkan untuk urugan di bawah pondasi, bawah lantai; dan

e. pasir pasang dari jenis yang kasar dapat dipakai sebagai pasir urug dengan
gradasi min. Ø 0,35.

Pasal 10

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pondasi batu kali, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pondasi batu kali sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen Ex Gresik, Tiga Roda, atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dari segala kotoran
dan memenuhi standart nasional Indonesia;

c. air. Air yang digunakan adalah air tawar, bersih, dan bebas dari kotoran
maupun minyak; dan

d. batu Kali. Batu kali adalah batu belah yang keras dan tidak rapuh.

(3) Adukan.

a. adukan untuk pasangan pondasi batu kali ditentukan 1 Pc : 4 Ps;

b. penggunaan terlalu banyak adukan untuk penutup rongga atau celah tidak
dibenarkan; dan

c. daya dukung yang diijinkan dari pasangan batu kali yang sudah selesai
dikerjakan adalah 50 kg/ cm2 .
9

(4) Pelaksanaan.

a. sebelum memasang pondasi batu kali, lebih dahulu diberi pasangan


yang menumpang di atas pasir urug yang dipadatkan;

b. antara tiap-tiap batu belah tidak boleh kosong, harus ada adukan dan antara
tiap-tiap batu tidak boleh bersentuhan; dan

c. jika pekerjaan pasangan batu kali terpaksa dihentikan, maka permukaan


perhentian harus bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan
yang kokoh.

Pasal 11

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pondasi beton, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pondasi beton sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen adalah portland semen yang telah disetujui oleh direksi
yang memenuhi syarat S-400 menurut standart semen Indonesia (NI-8-
1972), misalnya Semen Gresik, Cibinong, dan lain-lain;
b. pasir. Adalah pasir beton alam yang mempunyai modulus kehalusan butir 2
sampai 32 sesuai PBI 1971;

c. kerikil/Koral. Adalah kerikil/koral sungai yang bersih dan bebas dari bagian-
bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang panjang-panjang, serta
bersih dari bahan alkali, organis dan bahan-bahan lain yang dapat merusak;

d. aggregate kasar. Adalah batuh ex pecah (tangan/stone crusher) harus


bergradasi baik, dengan ukuran butir 5 mm - 25 mm dan harus sesuai
persyaratan dalam NI-2 PBI 1971; dan

e. air. Air harus bersih, bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam,
dan kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut
harus sesuai ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton.

(3) Mutu Beton. Mutu beton yang dipakai adalah:

a. untuk struktural biasa adalah K-175; dan

b. untuk nonstruktural seperti rabat adalah K-80-100.

Semuanya harus sesuai PBI 1971 dan melalui test labs.

(4) Begisting. Mutu begisting harus dapat menjamin sehingga hasil kontruksi beton
sesuai dengan ukuran dan mutu yang ditentukan. Oleh karena itu dapat dari kayu
bermutu kelas IV. Untuk mempermudah pembukaan pelapis cetakan dapat
10

digunakan dengan merk yang disetujui direksi. Minyak pelumas tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan ini.

(5) Komposisi/Adukan. Komposisi/adukan diatur sebagai berikut:

a. beton struktural biasa K-175 dengan 1 PC : 2 PS : 3 KR; dan

b. beton nonstruktural K-80-100 dengan 1PC : 3PS : 5KR.

(6) Nilai Slump. Nilai slump harus lebih dari 9.

(7) Pengaduk Beton. Dipersyaratkan setiap pengadukan beton dapat menggunakan


Mixer atau dengan pengadukan tenaga manusia dengan kapasitas yang
mencukupi untuk maksud pekerjaan tersebut.

(8) Penggunaan. Beton digunakan untuk pondasi, kolam, sloof, ring balk, dan lain-
lain. Khusus untuk pondasi, maka pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. pekerjaan pondasi dimulai setelah seluruh galian tanah diperiksa dan


disetujui direksi untuk pelaksanaan pekerjaan pondasi;

b. bila ada air dalam lubang pondasi, maka air tersebut harus dipompa keluar
dan dikeringkan;

c. pelaksanaan pembuatan pondasi harus sesuai gambar rencana;

d. pada lokasi penghentian pondasi, maka ujung penghentian harus dibuat


bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan
sempurna, serta tidak boleh ada rongga atau celah; dan

e. Semua pondasi beton harus dicor di atas lantai kerja yang telah kering dicor
di atas pasir padat.

Pasal 12

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pondasi batu karang, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan pondasi batu karang sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen Ex Gresik, Tiga Roda, atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dari segala kotoran
dan memenuhi standart nasional Indonesia;

c. air. Air yang digunakan adalah air tawar, bersih, dan bebas dari kotoran
maupun minyak; dan
11

d. batu karang. Adalah batu karang yang dibelah dan yang keras tidak rapuh.

(3) Adukan.

a. adukan untuk pasangan pondasi batu karang ditentukan 1 Pc : 4 Ps;

b. penggunaan terlalu banyak adukan untuk penutup rongga atau celah tidak
dibenarkan; dan

c. daya dukung yang diijinkan dari pasangan batu karang yang sudah selesai
dikerjakan adalah 50 kg/ cm2.

(4) Pelaksanaan.

a. sebelum memasang pondasi batu karang lebih dahulu diberi pasangan batu
kosong yang menumpang di atas pasir urug yang dipadatkan;

b. antara tiap-tiap batu karang tidak boleh kosong, harus ada adukan, dan
antara tiap-tiap batu tidak boleh bersentuhan; dan

c. jika pekerjaan pasangan batu karang terpaksa dihentikan, maka permukaan


perhentian harus bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan
yang kokoh.

Pasal 13

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pondasi batu batu kali diikat kawat
bronjong, bahan, dan peralatan yang akan digunakan, serta ketentuan
pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan pondasi batu kali diikat kawat
bronjong sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan dan Peralatan.

a. batu kali yang dipergunakan adalah batu belah yang keras, berkualitas baik,
dan bersudut-sudut serta tidak boreus; dan

b. kawat pembungkus batu kali digunakan kawat wire mesh diameter 6 mm


dengan jarak kawat 15 cm. Adapun mutu baja wire mesh digunakan U 50.

(3) Pelaksanaan.
a. galian untuk pondasi bronjong harus mencapai elevasi yang telah ditentukan
dalam gambar pelaksanaan. Dasar galian harus bebas dari lumpur humus.
Lebar dasar galian pondasi minimum 20 cm lebih besar dari dasar pondasi
minimum 20 cm lebih besar dari dasar pondasi dengan talud tebing harus
cukup landai berbanding 1 : 3 untuk mengurug kembali bekas galian.
Urugan dilakukan lapis setebal 20 cm yang ditumbuk padat;
12

b. batu kali disusun dengan rapi dan padat. Wire mesh harus diikatkan dengan
kokoh untuk menahan susunan batu agar susunan batu tidak goyah lubang;
c. pemasangan bronjong kawat harus diarahkan dengan arah yang benar
sesuai gambar pelaksanaan. Arah bronjong (groin) ini mempengaruhi
efektifitas dalam melindungi bangunan di sekitar pantai; dan

d. panjang, lebar, tinggi serta jarak antara bronjong (groin) harus sesuai
dengan gambar pelaksanaan. Hal ini harus diperhatikan, mengingat ukuran-
ukuran tersebut sangat berpengaruh terhadap efektifitas bronjong/groin
untuk melindungi bangunan di sekitar pantai.

Pasal 14

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan beton bertulang, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan beton bertulang sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen adalah portland semen yang telah disetujui oleh direksi
yang memenuhi syarat S-400 menurut standart semen Indonesia (NI-8-
1972) misalnya Semen Gresik, Cibinong, dan lain-lain;

b. pasir. Adalah pasir beton alam yang mempunyai modulus kehalusan butir 2
sampai 32 sesuai PBI 1971;

c. kerikil/Koral. Adalah kerikil/koral sungai yang bersih dan bebas dari bagian-
bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang panjang-panjang, serta
bersih dari bahan alkali, organis, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak;

d. aggregate kasar. Adalah batu ex pecah (tangan/ston crusher), harus


bergradasi baik, dengan ukuran butir 5 mm - 25 mm dan harus sesuai
persyaratan dalam NI-2 PBI 1971;

e. besi Tulangan. Adalah baja tulangan beton dari mutu dan ukuran sesuai
NI-2 PBI-1971. Baja tulangan ini harus bersih dari serpih-serpih karat,
minyak, gemuk, dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya
lekat dalam beton. Baja tulangan harus dapat di bengkokkan sesuai bentuk
dan ukuran-ukuran dalam gambar. Baja tulangan tidak boleh diluruskan atau
dibengkok kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya mutu besi
beton U-22 atau U-24; dan

f. air. Air harus bersih, bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam,
dan kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut
harus sesuai ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton.

(3) Mutu beton. Mutu beton yang dipakai adalah:


13

a. untuk struktural berat adalah K-225;

b. untuk struktural biasa adalah K-175; dan

c. untuk nonstruktural seperti rabat adalah K-80-100.

Semuanya harus sesuai PBI 1971 dan melalui test lab.

(4) Begisting. Mutu begisting harus dapat menjamin sehingga hasil kontruksi beton
sesuai dengan ukuran dan mutu yang ditentukan. Oleh karena itu dapat dari kayu
bermutu kelas IV. Untuk mempermudah pembukaan pelapis cetakan, dapat
digunakan dengan merk yang disetujui direksi. Minyak pelumas tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan ini.

(5) Komposisi/Adukan. Komposisi/adukan diatur sebagai berikut:

a. beton struktural K 225 dengan 1 PC : 2 PS : 3 KR dan 1 PC : 1,5 PS : 2,5


KR (untuk plat atap);

b. beton struktural biasa K-175 dengan 1 PC : 2 PS : 3 KR; dan

c. beton nonstruktural K-80-100 dengan 1PC : 3PS : 5KR.

(6) Nilai Slump. Nilai slump harus lebih dari 9.

(7) Pengaduk Beton. Dipersyaratkan setiap pengadukan mortal beton harus dengan
Concrete Mixer dengan kapasitas yang mencukupi untuk maksud pekerjaan
tersebut.

(8) Pelaksanaan Pengecoran. Hal-hal yang perlu diparhatikan adalah:


a. beton tidak boleh dicor sebelum cetakan, penulangan, dan pemasangan
instalasi-instalasi yang harus ditanam, pengikatan telah selesai, serta telah
diperiksa direksi dengan bukti izin pengecoran;
b. permukaan yang harus dicor bersih dan tidak ada air menggenang. Permukaan
begisting yang dapat menyerap banyak air harus dibasahi dahulu;
c. transportasi pengecoran dapat dengan cara memakai ember dan tenaga
manusia; dan
d. pengecoran tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter dan tidak boleh
sewaktu hujan.

(9) Pembukaan Cetakan. Pembukaan cetakan bagi kontruksi yang menerima muatan
beban/bergetar/bergerak setelah umur 21 hari, sedangkan yang tidak cukup 7-10
hari.

(10) Curing. Konstruksi beton harus dirawat (cured) dengan disiram air sampai beton
telah mengeras benar (± 14 hari).

(11) Perlindungan. Perlu melindungi semua konstruksi beton terhadap kerusakan-


kerusakan.
14

(12) Perbaikan Beton. Bila ada kerusakan beton, maka harus diperbaiki dengan cara
mengasari permukaan, pengeleman dengan bahan aditive, baru dilaksanakan
pengecoran lagi dan atau pemelesteran.

(13) Penggunaan. Beton digunakan untuk pondasi, kolom, sloof, ring balk, dan lain-
lain. Khusus untuk pondasi, maka pelaksanaannya sebagai berikut:
a. pekerjaan pondasi dimulai setelah seluruh galian tanah diperiksa dan
disetujui Direksi untuk pelaksanaan pekerjaan pondasi;

b. bila ada air dalam lubang pondasi, maka air tersebut harus dipompa keluar
dan dikeringkan;

c. pelaksanaan pembuatan pondasi harus sesuai gambar rencana;

d. pada lokasi penghentian pondasi, maka ujung penghentian pondasi harus


dibuat bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh
dan sempurna, serta tidak boleh ada rongga atau celah; dan

e. semua pondasi beton harus dicor di atas bidang kerja yang telah kering
dicor di atas pasir padat.

Pasal 15

(1) Umum. Semua pekerjaan untuk beton pratekan mengikuti persyaratan yang


disebut pada pasal di atas yang bersifat umum untuk beton maupun yang khusus
untuk beton pratekan.

(2) Dimensi. Pengertian beton pratekan menuntut persyaratan yang tinggi, ketelitian,


dan kecermatan pengukuran dimensi-dimensi sedemikian sehingga sejauh
mungkin sesuai dengan syarat-syarat yang tertera pada gambar rencana. Harus
dipertimbangkan bahwa dimensi, taraf, dan bentuk konstruksi pada keadaan hanya
dibebani dengan berat sendiri. Dalam hal tertentu bila perlu, dimensi, taraf, dan
bentuk hendaknya disesuaikan dengan diformasi-diformasi yang mungkin timbul
agar bentuk akhir dapat dicapai sesuai dengan rencana dan keindahan. Usaha
penyedia jasa konstruksi untuk keperluan itu sebelumnya harus diajukan kepada
direksi dan pengerjaan perancah serta acuan sehubungan dengan itu tidak boleh
dimulai sebelum mendapat persetujuan direksi.

(3) Toleransi yang Diperbolehkan Beton Cast-In-Place. Kecuali ditentukan khusus,


selisih dimensi di bawah ini diizinkan untuk terjadi pada pekerjaan beton pratekan
setelah selesai diberikan gaya pratekan. Bila ternyata selisih dimensi itu lebih
besar, maka direksi dapat memerintahkan pembongkaran atau penggantian
konstruksi itu. 

a. penampang melintang. Dimensi penampang melintang sampai ukuran 2


meter harus teliti sampai 3 mm dan untuk dimensi yang lebih besar, teliti
sampai 6 mm;
 
15

b. bentang. Panjang total dan bentang antara as perletakan tidak boleh


berbeda dengan maksimum 0,06 dari panjang yang telah ditentukan, dan
tidak boleh melebihi 2 Cm;
 
c. penampang Memanjang. Pelendutan positif (ke bawah) terhadap
kedataran yang telah ditentukan tidak diizinkan. Tetapi pelendutan negatif
(ke atas) dari kedataran yang ditentukan sampai 0,1 % dari bentang, bisa
disetujui. Harus diperhatikan bahwa railling, kerb, dan sebagainya menuruti
kedataran yang ditentukan yaitu dengan cara mengerjakannya sesudah
perberian gaya pratekan selesai dikerjakan; dan

d. variasi Dimensi ke Arah Mendatar. Variasi dimensi dari bagian-bagian


pratekan ke arah horizontal (mendatar) dibatasi maksimum 1 Cm atau 0,04
% dari bentangnya, dipilih dari yang paling besar.

(4) Landasan Acuan. Abutment dan landasan untuk keperluan penampungan gaya-
gaya pratekan pada waktu melakukan gaya pratekan harus kokoh. Abutment
harus dikonstruer sedemikian hingga apabila terjadi slip pada angker tidak akan
menjadi rusak. Landasan acuan harus cukup kuat dan tidak melendutkan waktu
menerima beban mati yaitu gaya berat sendiri dari konstruksi yang ditanggungnya
serta gaya-gaya pratekan yang bekerja padanya. Harus disiapkan konstruksi-
konstruksi yang memudahkan proses pemendekan beton pada saat menderita
gaya-gaya pratekan tanpa melemahkan penyokong itu sendiri. Pemakaian alat-
alat vibrator juga harus diperhitungkan dan konstruksi acuan/perancah di design
sehubungan dengan itu (antara lain pemasangan bantalan-bantalan karet bila
perlu) agar tidak terjadi perubahan bentuk dari acuan.

(5) Lubang-Lubang Pengaliran Air. Bila tertera pada gambar adanya lubang-lubang
pengaliran air, maka letak dan jumlahnya harus sesuai dengan yang direncanakan.
Pada waktu pengecoran dan pemadatan harus diperhatikan agar lubang-lubang
tersebut tidak tergeser, rusak atau berubah bentuk.

(6) Anker-Anker, Perlengkapan dan Benda-Benda Lain. Anker-anker, perlengkapan-


perlengkapan dan benda-benda lain untuk keperluan konstruksi yang terbenam
dalam beton hendaknya diusahakan kokoh penempatannya, pada posisi yang
tepat sesuai dengan rencana agar pada saat pengecoran dan pemadatan tidak
tergeser, rusak atau berubah bentuknya.

(7) Pemeriksa Sebelum Pengecoran. Sebelum dilakukan pengecoran, penyedia jasa


konstruksi harus memeriksa dengan teliti terlebih dahulu, as memanjang, jarak
antara sumbu perletakan panjang total, lebar, posisi anker, tendon, selongsong
tendon sumbangan-sumbangannya, pembesian, perletakan, dowel, kekokohan
acuan/perancah agar setelah pengecoran dan pemadatan akan didapat bentuk
yang sama dengan yang tertera pada gambar rencana. Pengecoran tidak boleh
dimulai sebelum mendapat izin direksi.

(8) Pemberian Tanda-Tanda Untuk Beton Prescast. Tanggal pembuatan acuan dan
perancah, panjang konstruksi, dan hal-hal yang perlu dan diminta oleh direksi
untuk dicantumkan pada konstruksi, harus dilaksanakan umumnya pada salah satu
bidang tegak dari konstruksi yang dikerjakan.
16

(9) Pengangkatan dan Penempatan Beton Prescast. Pada umumnya pengangkatan,


pengangkutan, pergeseran, dan penempatan kembali beton postensional dilakukan
sesudah semua tendon ditarik atau bila disebutkan secara detail pada gambar
rencana beberapa tendon yang sudah harus terlebih dahulu ditarik serta sebaiknya
7 hari sesudah dilakukan grouting pada seluruh/sebagian tendon-tendon yang
diisyaratkan. Bila penyedia jasa konstruksi karena suatu sebab yang mendesak
mengajukan usul-usul untuk melakukan pengangkatan, pengangkutan, pergeseran,
atau penempatan kembali beton posttensioned sebelum dilakukan grouting maka
harus dilakukan persiapan seperlunya sehubungan dengan itu dimana tendon-
tendon harus diberi tanda untuk dapat memeriksa terjadi pada anker-anker. Bila
ternyata akhirnya terjadi slip, maka harus dilakukan penarikan kembali sesuai
dengan petunjuk direksi atau bila direksi berpendapat slip ankernya itu berbahaya
bagi konstruksi, maka tendon tadi harus diganti. Seluruh pembayaran
sehubungan dengan penarikan kembali atau penggantian tendon tadi, sepenuhnya
menjadi tanggungan penyedia jasa konstruksi. Pada pengangkatan,
pengangkutan, penggeseran, atau penempatan kembali balok-balok beton
pratekan post-tensioned harus diusahakan agar balok tetap dalam posisi berdiri.
Pembebanan yang berarah lain terhadap beban-beban yang diperhitungkan pada
perencanaan sama sekali harus dihindari. Bila direksi menghendaki sebelum
dilakukan pengangkatan maka pada balok-balok tersebut dilakukan perkuatan
(brancin) untuk menghindarkan balok dari kerusakan untuk menghindarkan balok
dari kerusakan yang mungkin terjadi akibat gaya-gaya lain yang bekerja selama
pengangkatan, pengangkutan, pergeseran, atau penempatan kembali balok-balok
tersebut. Harus diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan pada sayap-sayap/lantai
(flanges) yang umumnya dengan pembesian sangat minim. Pengangkatan dan
pengangkutan balok-balok atau konstruksi lain harus dilakukan dengan cermat dan
hati-hati sesuai dengan yang disebutkan pada gambar rencana. Percobaan
pembebanan pada gelagar-gelagar (precast) jembatan.

a. umum. Percobaan pembebanan dilakukan pada jumlah 5% dari gelagar


yang dibuat, atau setidak-tidaknya satu buah gelagar, sebagai syarat yang
perlu untuk diterimanya pekerjaan itu. Gelagar-gelagar yang dicoba
hendaknya dipilih oleh direksi sedemikian agar mewakili kelompok dengan
macam tipe yang sama, juga harus ditinjau rumus campuran/kelas beton,
cara-cara perawatan, tendon, dan besarnya gaya pratekan, dan sebagainya.
Pelaksanaan percobaan pembebanan dilakukan oleh penyedia jasa
konstruksi dengan dihadiri oleh direksi atau wakil yang ditunjuk olehnya.
Sebaiknya percobaan pembebanan dilakukan pada beton dengan umur
tidak kurang dari 28 hari, atau apabila penyedia jasa konstruksi pada
membuktikan bahwa betonnya telah mencapai kekuatan kubus yang sama
dengan beton umur 28 hari. Seluruh pembayaran percobaan pembebanan
termasuk pengangkutan/pengangkatan gelagar adalah menjadi tanggungan
penyedia jasa konstruksi;

b. dasar-dasar penilaian percobaan pembebanan. Untuk menentukan beban


yang akan diberikan pada percobaan pembebanan, dianggap bahwa berat
jenis beton adalah berat jenis rata-rata dari kubus test yang didapat.
Kehilangan gaya pratekan ditentukan dengan petunjuk spesifikasi
sehubungan dengan cara memberikan tegangan tarik di tengah bentang
sebesar 6 VFc Kg/Cm² atau tegangan tekanan ditengah bentang seharga
0,75 Fc Kg/Cm². Beban yang kedua diberikan sampai suatu jumlah yang
17

akan menyebabkan terjadinya tegangan utama sebesar 2 VFc Kg/Cm² pada


as dari suatu penampang yang berjarak sama dengan tinggi gelagar dari
suatu penampang yang berjarak sama dengan tinggi gelagar dari ujung
gelagar. Tempat dan sebesarnya beban akan ditentukan oleh Direksi atau
sesuai gambar rencana;

c. rangka-rangka (frame) dan alat-alat untuk keperluan test. Penyedia jasa


konstruksi harus mengajukan kepada direksi design rangka-rangka (frame)
untuk keperluan percobaan pembebanan. Alat-alat ukur yang digunakan
harus dikalibrasikan dan beton sebenarnya yang diberikan kepada gelagar
dihitung dari grafik kalibrasi. Gelagar ditumpu dengan landasan yang
memungkinkan gelagar berputar (angular deflection) dan harus dicegah
terjadinya puntir tumpuan tersebut harus cukup tinggi kira-kira 1 meter di
atas tanah;

d. prosedur. Gelagar yang telah disiapkan untuk percobaan pembebanan,


harus terlebih dahulu diperiksa, bila terlihat adanya retakan-retakan harus
terlebih dahulu diberi tanda agar tidak menimbulkan keragu-raguan dengan
retak-retak yang timbul selama percobaan. Penempatan beban-beban
percobaan harus sesuai dengan gambar atau petunjuk-petunjuk direksi.
Pembebanan dilakukan berangsur-angsur dengan kenaikan yang diingini
oleh direksi sampai beban sepenuhnya ditanggung oleh gelagar; dan

e. kegagalan konstruksi. Gelagar atau konstruksi yang setelah di tes


menunjukkan retak-retak besar, slip pada anker, lendutan yang kembalinya
tidak mencapai 90 % dari lendutan maksimum atau kerusakan lainnya
dianggap bahwa gelagar atau konstruksi tersebut dapat diulang atas biaya
dari penyedia jasa konstruksi. Pada test ulangan ini, grafik beban lendutan
harus tercatat, untuk kemudian dapat dihitung pada beban berapa tepi
bahwa gelagar mendapat tegangan nol. Perhitungan gaya pratekan sesuai
dengan data tersebut akan menentukan bahwa bila gaya pratekan kurang
dari 95 % dari yang diharuskan atau kembalinya lendutan kurang dari 95 %
dari lendutan maksimum yang tercatat, gelagar tersebut dinyatakan gagal.
Bila salah satu gelagar gagal selama diadakan test, maka kelompok yang
diwakilinya dengan sendirinya dinyatakan tidak memenuhi syarat. Dalam
hal tertentu dimana penyedia jasa konstruksi dapat memberikan alasan
kegagalan test tersebut dan direksi menyetujui, maka dapat dilakukan test
lagi terhadap gelagar dari kelompok tersebut yang dipilih oleh direksi. Bila
hasil test baik, maka seluruh kelompok selebihnya dianggap memenuhi
syarat, tapi bila salah satu gelagar yang yang di test gagal maka seluruh
kelompok dinyatakan gagal, kecuali bila penyedia jasa konstruksi bersedia
untuk test masing-masing gelagar dimana kemudian tiap gelagar dianggap
berdiri sendiri yaitu bila test berhasil baik dapat dipakai dan bila test gagal
tidak akan digunakan dalam pekerjaan. Pada pelaksanaan test terhadap
tiang pancang dimana tiap tiang pancang tersebut harus di test secara in-
dividual, maka direksi dapat menentukan cara-cara menumpu sedemikian
sehingga akibat berat sendiri tiang pancang telah dapat menyebabkan
timbulnya tegangan yang diisyaratkan untuk dicapai. Agar timbul getaran-
getaran atau sentuhan-sentuhan, maka cara menumpu tersebut dapat
dilaksanakan dengan dongkrak terhadap kedudukan tiang pancang dalam
posisi penyimpangannya.
18

(10) Percobaan Pembebanan Lantai-lantai Beton Precast. Umumnya dilakukan test


pembebanan pada lantai beton precast satu dari jumlah 200 buah, tapi untuk tiap
jembatan minimum 2 buah lantai precast harus di test. Cara dan ketentuan seperti
yang telah disebut dalam pasal sebelumnya harus juga berlaku untuk lantai beton
precast kecuali beberapa hal yang akan disebut di bawah ini. Lantai precast
dalam 3 tahap sesuai dengan yang tertera pada gambar rencana untuk masing-
masing kedudukan beban yang berbahaya. Dalam tiap retak-retak yang timbul,
slip dari anker, lendutan dan kerusakan lainnya. Bila sebuah lantai gagal dalam
test, maka dua buah lantai akan di test dan kedua-duanya harus berhasil agar
kelompok yang diwakilinya dapat dinyatakan sebagai memenuhi syarat. Jika
salah satu dari kedua lantai tersebut gagal dalam test maka seluruh kelompok yang
diwakilinya dapat dinyatakan gagal seluruhnya kecuali penyedia jasa konstruksi
mendesak meneruskan test-test tersebut atas tanggungan pembayarannya dan
atas persetujuan direksi. Lantai beton yang telah di test tidak boleh digunakan
dalam konstruksi dan harus diganti dalam mutu dan jumlah yang sama oleh
penyedia jasa konstruksi.

(11) Penyerahan Beton Precast.


a. persetujuan. Tidak satupun konstruksi precast yang telah selesai boleh
diangkut ke lapangan kerja sebelum mendapat persetujuan direksi secara
tertulis dan resmi. Pengeluaran surat persetujuan direksi tergantung dari
hasil pemeriksaan mutu beton (kubus test), pekerjaan penyelesaian, batas
toleransi yang dicapai pada dimensi-dimensinya gaya pratekan, dan hasil-
hasil test pembebanan;

b. hal-hal khusus untuk penyerahan beton. Apabila penyedia jasa konstruksi


menginginkan pekerjaannya diserahkan sebelum 28 hari dari saat
pengecoran beton, maka hal-hal khusus di bawah ini harus diikuti:

1. telah dilaksanakan pembebanan pada beton dengan umur yang


dikehendaki oleh penyedia jasa konstruksi dan atas izin direksi;

2. konstruksi-konstruksi yang dapat di test setelah umur 28 hari harus


tetap disiapkan di tempat acuannya;

3. dalam hal ini terjadi kegagalan dalam test yang menyebabkan


konstruksi hancur, maka penyedia jasa konstruksi bersedia
menggantinya dengan yang baru;

4. konstruksi tersebut harus disimpan di dekat tempat pemasangan agar


pemeriksaan ukuran, dan lain sebagainya dapat dilakukan tanpa
menggeser/mengangkatnya;

5. konstruksi yang telah ditolak, harus segera disingkirkan dari


lapangan; dan

6. dalam hal ini penyedia jasa konstruksi menginginkan penyerahan


beton sebelum 28 hari, maka angka perbandingan kekuatan beton
pada berbagai-bagai umur.

UMUR BETON (Hari)


19

3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland
0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Biasa
Semen Portland
dengan kekuatan 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
awal yang tinggi

c. transport. Selama pengangkutan gelagar atau konstruksi-konstruksi


tersebut harus ditumpu hanya pada tempat-tempat yang telah ditentukan,
tetap dalam posisi berdiri sesuai dengan gambar rencana, terhindar dari
kerusakan atau puntir, serta sentuhan-sentuhan yang mungkin akan
membahayakan. Sebelum pengangkutan dilaksanakan, penyedia jasa
konstruksi diharuskan mengajukan secara detail cara-cara yang akan
dipakainya, peralatan-peralatan, serta persiapan-persiapan yang akan
dilakukan untuk maksud itu.
d. tiang pancang. Tiang pancang dari beton pratekan hendaknya tidak
dipancang sebelum mencapai 28 hari terhitung dari saat selesai dicor,
kecuali bila dalam 7 hari telah dicapai kekuatan spesifik yang ditentukan
(dengan aplikasi bahan-bahan pembantu atau sistem perawatan/curing)
dimana dalam hal itu tiang pancang boleh dipancang sesudah umur 21 hari,
atau akan ditentukan oleh direksi.

(12) Beton Pre-tensioned.

a. pemberian gaya pratekan.

1. persyaratan kekuatan beton. Tendon-tendon tidak diperkenankan


untuk dilepas sebelum beton mencapai kekuatan minimum yang
dihitung untuk dapat menerima gaya pratekan. Untuk menentukan
apakah ketentuan tersebut telah tercapai, penyedia jasa konstruksi
akan mengusahakan testing sekelompok benda uji yang telah
dipersiapkannya. Bila hasil tes tersebut memuaskan dan
mempunyai hasil modulus elastisitas yang cukup agar perubahan
bentuk tidak terlalu besar, maka pelepasan tendon akan diizinkan.
Bila hasil tes tidak memuaskan penyedia jasa konstruksi dapat
menunggu, atas seizin direksi, sampai benda uji mencapai umur 28
hari. Bila tes tetap tidak dapat mencapai yang diharuskan, maka
tendon segera dilepaskan dan beton tersebut dibuang dan diganti
dengan yang lain; dan

2. prosedur. Sebelum dilakukan pelepasan tendon, tendon-tendon


tersebut harus diperiksa apakah tidak ada yang kendor. Bila ada
tendon-tendon yang kendor, harus segera dilaporkan kepada direksi
yang akan memeriksa dan menentukan apakah bagian konstruksi
tersebut dapat dipakai terus atau harus diganti. Semua tendon harus
ditandai pada ujung-ujung balok pretensioned agar dapat dilakukan
pencatatan bila ada slip atau draw in. Pelepasan tendon harus
secara berangsur-angsur dan tidak terhenti di tengah waktu
pelaksanaannya. Pelepasan tendon dapat dilakukan dengan
pemanasan, dengan persyaratan di bawah ini dipenuhi:
20

a) penyedia jasa konstruksi harus melaporkan kepada direksi


detail tentang letak-letak tendon, panjang bebas masing-
masing tendon, dan tempat-tempat dimana akan diberikan
pemanasan; dan

b) alat-alat pemanas cara-cara memanaskan tendon harus


disetujui terlebih dahulu oleh direksi. Pemanasan harus
dilaksanakan merata pada seluruh panjang tendon yang
terletak di luar beton, dan dipanaskan sedemikian sehingga
dianggap bahwa tendon tersebut telah relax sepenuhnya
sebelum dilakukan pemotongan. Beton tidak boleh mendapat
panas yang berlebihan dan tidak diperbolehkan memanasi
secara langsung tempat-tempat pada tendon yang berjarak
kurang dari 10 Cm terhadap bidang muka beton. Pelaksanaan
pelepasan tendon dengan sistem pemanasan tersebut harus
dihadiri oleh direksi atau wakilnya yang ditunjuk olehnya. Bila
gaya pratekan telah seluruhnya dipindahkan kepada beton,
maka dapat dilakukan pemotongan tendon yang dimulai dari
tempat-tempat yang dekat dengan pelepasan (pemanasan)
berurutan ke tengah. Pemotongan dilakukan sesuai dengan
ketentuan pada gambar rencana dan dilakukan dengan alat-
alat yang bekerja sempurna antara lain dengan disc grinder;

3. batas-batas yang diizinkannya tendon tertarik masuk (draw-in).


Batas maksimum panjang strand yang tertarik masuk (draw-in) harus
tidak lebih dari 3 mm pada tiap ujungnya. Batas maksimum panjang
HT wire yang tertarik masuk (draw-in) adalah 1 Cm pada tiap
ujungnya. Batas maksimum panjang adalah 2,5 Cm pada tiap ujung
untuk 15 stand atau 10 Cm untuk 45 HT wire. Sebelum dilepaskan
tiap tendon harus diperiksa apakah ada yang kendor. Bila ada, maka
batas maksimum panjang total draw-in yang diizinkan harus dikurangi
dalam proporsi tendon yang kendor terhadap tendon yang keras.
Bagian-bagian yang menunjukkan draw-in melebihi batas yang telah
ditentukan atau adanya tendon-tendon yang sangat kendor sebelum
dilipaskan, dapat menyebabkan ditolaknya pekerjaan tersebut oleh
direksi.

(13) Beton Post-tensioned.

a. pemilihan cara pratekan bila tidak disebutkan dalam gambar tentang cara
pratekan maka penyedia jasa konstruksi bebas menentukan sistem pratekan
yang dikehendaki, untuk mana harus diajukan kepada direksi, cara, dan
rencana pelaksanaannya secara detail. Sehubungan dengan cara yang
telah dipilih, penyedia jasa konstruksi dapat merubah bentuk konstruksi
dalam batas-batas tertentu untuk menyesuaikannya asalkan bentuk utama
dan tingginya tidak berubah;

b. penempatan Anker-Anker Semua anker-anker harus ditempatkan tegak


lurus terhadap garis kerja gaya pratekan, dan diperhatikan agar tidak
begeser pada waktu pengecoran. Bila ditentukan dalam gambar rencana
bahwa digunakan plat baja, maka bidang permukaan beton yang
berhubungan dengan plat baja tersebut harus licin tidak rapuh dan pada
21

bidang tegak lurus terhadap garis kerja gaya pratekan. Dalam hal ini yang
dianggap perlu plat baja anker dapat didudukan pada aduk tipis untuk
mengatur kerataannya sesuai dengan petunjuk direksi. Sesudah selesai
pekerjaan pratekan dan grouting pada waktu yang disetujui oleh direksi,
anker-anker ditutup dengan beton paling sedikit setebal 3 cm;

c. lubang grout harus disediakan lubang grout pada masing-masing ujung


selongsong tendon dengan lubang grout tersebut harus dilengkapi dengan
alat penutup yang tahan menerima tekanan 8 Kg/Cm² kedap udara, dan air;

d. blok-blok ujung yang diprecast bila ditentukan demikian pada gambar


rencana, blok ujung dibuat dari beton precast. Blok ujung tersebut
terpasang dengan anker, kaitan-kaitan untuk keperluan pengangkatan dowel
dan atau konstruksi lainnya serta bagian-bagian lain seperti yang
diterapkan. Blok ujung itu akan dibuat dari beton yang sesuai kelas dan
mutunya seperti yang diisyaratkan. Sebelum beton mengeras, permukaan
beton yang nantinya akan berhubungan dengan beton lain harus dibentuk
sesuai dengan persyaratan untuk tercapainya kerja sama beton yang baik.
Perawatan blok ujung harus diperhatikan secara istimewa mengingat
kekuatan beton yang umumnya disyaratkan sangat tinggi pada bagian itu.
Blok ujung precast tidak boleh digunakan/disambung/dicor dengan bagian
konstruksi sebelum kekuatan kubus test 28 hari seperti yang disyaratkan
dapat dicapai, atau bagaimanapun tidak akan digunakan sebelum berumur 2
hari bila dilakukan perawatan dengan uap. Blok ujung harus ditahan teguh
pada tempatnya pada waktu dilakukan pengecoran konstruksi selebihnya;

e. kekuatan beton yang harus dicapai dan umur beton yang disyaratkan untuk
pemberian gaya pratekan belum boleh diberikan kepada beton sebelum
kekuatan beton mencapai kekuatan seperti yang diisyaratkan pada gambar
rencana, dan tidak boleh lebih cepat dari 14 hari terhitung dari saat selesai
pengecoran  (bila dilakukan perawatan dengan pembahasan) atau tidak
lebih cepat dari 2 hari terhitung dari saat selesainya pengecoran (bila
dilakukan perawatan uap). Untuk menentukan umur beton dan saat
pemberian gaya pratekan sehubungan dengan itu harus juga mempertim-
bangkan modulus elastisitas dari beton yang bersangkutan. Variasi cuaca,
temperatur, kelembaban dan sebagainya dapat mempengaruhi nilai
modulus elastisitas yang akan mengakibatkan deformasi pada beton.
Karena itu pemeriksaan modulus elastisitas dimaksudkan untuk menentukan
saat pemberian gaya pratekan sedemikian agar deformasi yang
diakibatkannya tidak terlalu jauh melesat dari yang diperhitungkan. Untuk
menentukan saat pemberian gaya pratekan yang dihubungkan dengan umur
beton, maka penyedia jasa konstruksi hendaknya mengirimkan benda-
benda uji untuk masing-masing bagian konstruksi. Harus disediakan benda
uji secukupnya untuk di test pada umur kurang dari 28 hari. Bila test inipun
tidak memenuhi syarat, harus ditunggu hasil test benda-benda uji yang
berumur 28 hari. Bila test inipun tidak memenuhi syarat, maka direksi akan
mengambil langkah-langkah seperlunya sebelum akhirnya, apabila memang
demikian keadaannya, diputuskan untuk menolak bagian konstruksi itu; dan

f. grouting dan finishing Setelah Pratekan Usaha untuk menjaga keselamatan


pekerjaan selama grouting harus diperhatikan sebagaimana juga dilaksana-
kan pada waktu pemberian gaya pratekan (penarikan tendon). Tendon-
22

tendon harus di grout dalam waktu 24 jam sesudah penarikan tendon


selesai dilakukan kecuali bila ditentukan lain. Grouting harus diberikan
sebelum konstruksi diangkat/dipindahkan kecuali hal-hal khusus seperti
yang disebut pada pasal 0.06.0 mengenai besarnya gaya penarikan yang
dikehendaki. Bila tendon tidak diberi selongsong (sheath) lubang diisi
dengan air bertekanan 8 Kg/Cm² paling tidak selama satu jam, sebelum
dilakukan grouting. Dekat sebelum grouting lubang-lubang harus disembur
dengan air bersih dan kemudian dengan tekanan udara sedemikian agar
semua partikel-partikel yang lepas terhembus keluar. Grouting kemudian
dilakukan dengan pompa-pompa tekanan sistem piston, screw atau impeller.
Aliran yang tetap kontinu dari bahan grout harus diusahakan selama
grouting berlangsung sampai dengan bahan grout keluar melewati lubang-
lubang keluar yang telah ditentukan dan juga harus diperhatikan agar udara
yang mungkin terbawa masuk telah seluruh keluar. Alat-alat penutup
kemudian secara berangsur-angsur ditutup sehingga seluruh sistem
tersebut telah dipenuhi dengan bahan grout. Tekanan bahan grout
kemudian dipertahankan sebesar 8 Kg/Cm² untuk paling sedikit 1 menit baru
kemudian lubang-lubang pemasukan grout ditutup keras. Cara grouting
sebaiknya diberikan dari lubang yang terletak paling rendah. Jumlah bahan
grout hendaknya diusahakan sedemikian agar grouting tidak terhenti
ditengah jalan. Kawat-kawat atau batang-batang bagian dari tendon
hendaknya tidak diganggu/ dipotong selama 7 hari sesudah grouting selesai.
Ujung-ujung tendon yang menonjol harus dipotong atau dibengkokkan
sedemikian agar pembetonan anker itu kemudian akan menutupi anker
dengan tebal paling sedikit 3 Cm, atau dalam keadaan lain dapat dicor
secara monolit dengan bagian lain dari konstruksi beton (misalnya beton
lantai);

(14) Tendon.

a. suplai materiel. Kawat-kawat baja mutu tinggi atau batang-batang mutu


tinggi yang akan digunakan dalam pekerjaan/pratekan harus didatangkan
dalam gulungan-gulungan yang berdiameter cukup besar agar sifat-sifat
yang diperlukan tetap dapat dipertahankan dan bila dibuka dari gulungan
akan berbentuk kira-kira mendekati lurus. Harus diperhatikan bahwa
bahan-bahan tersebut tidak cacat, tertekuk atau bengkok. Bahan-bahan
tersebut harus bebas dari karat, kotoran, bahan-bahan lain yang lepas,
minyak, gemuk, cat, lumpur, atau bahan-bahan lainnya yang tidak
dikehendaki tetapi juga tidak berbentuk licin karena digosok;

b. pemberian tanda-tanda. Tendon-tendon yang dipersiapkan sebelum


dipakai, hendaknya digolong-golongkan sesuai dengan ukuran dan
panjangnya, diikat, dan diberi label yang yang menyebutkan tentang ukuran-
ukurannya;

c. penggudangan. Bahan-bahan untuk tendon, kawat, batang-batang baja,


anker selongsong-selongsong harus disimpan di bawah atap yang kedap
air, diletakkan terpisah dari tanah dan dilindungi dari pengaruh-pengaruh
yang merusak;

d. penempatan.
23

1. pretensioned tendon. Tendon harus ditempatkan/dipasang sesuai


dengan gambar rencana dan harus diusahakan sedemikian agar
selama pengecoran tendon tersebut tidak bergeser. Pada
penempatan tendon agar diperhatikan supaya tidak terkena bidang
acuan yang telah dilapisi gemuk/minyak. Bila terlihat tanda-tanda
minyak pada tendon, maka harus segera dibersihkan dengan
menggunakan kain yang dibasahi minyak atau alat-alat lain yang
sesuai. Dimana mungkin penarikan tendon hendaknya dilaksanakan
sebelum memberi minyak pada permukaan acuan. Letak anker-
anker harus pada posisi yang dikehendaki dan tidak bergeser karena
pengecoran selimut beton bila tidak ditentukan lain, tebal selimut
beton tidak boleh kurang dari 2 (dua) kali diameter tendon atau 3 Cm
mana yang terbesar. Batasan di atas harus ditambah dengan 1½
Cm untuk konstruksi yang terletak di tanah atau di dalam air dan
ditambah dengan 3 Cm untuk konstruksi yang terletak pada air asin;

2. post tensioned tendon pada selongsong yang dibentuk dengan


sheath. Bila tidak ditentukan lain, tendon yang dilindungi dengan
sheath tadi harus diikat pada sengkang-sengkang atau konstruksi-
konstruksi khusus agar letaknya, kelengkungannya dan kelurusannya
dapat dijamin selama pengecoran dan pemadatan beton.
Sambungan-sambungan sheath yang rapat harus cukup disediakan,
penggunaan pita-pita perekat untuk kebocoran yang mungkin terjadi
harus dilaksanakan sebaik-baiknya sesuai dengan keperluannya.
Lubang-lubang anker harus ditutup agar tidak kemasukkan adukan
atau material lain selama pengecoran. Secepat mungkin sesudah
pengecoran dan pemadatan beton stand (batang-batang baja, kawat-
kawat baja) harus ditarik keluar masuk selongsong beberapa kali
sedemikian agar bila ada adukan yang memasuki sheath dapat
terlepas dan tidak ada hambatan/gangguan terhadap pelaksanaan
penarikan kabel pada selongsong yang dibentuk dengan cetakan.
Pada keadaan konstruksi-konstruksi precast bentang pendek dan
pada keadaan-keadaan yang dikehendaki oleh perencana atau
direksi selongsong tendon dapat dari cetakan. Cetakan tersebut
harus diusahakan (dengan bahan pembantu tepat) agar bila dicabut
tidak merusak beton sekelilingnya. Dalam hal sambungan-
sambungan harus juga diperhatikan agar dicegah kebocoran yang
mungkin terjadi. Pipa-pipa yang dipompa bila pemakaiannya
diizinkan oleh direksi harus disokong di beberapa tempat yang perlu
agar tidak terapung atau terdesak ke samping selama proses penge-
coran. Untuk menempatkan tendon pada selongsong yang telah
dibuat itu dapat digunakan kabel penuntun untuk menarik tendon
masuk ke selongsong. Alat-alat pembantu yang digunakan harus
diperhatikan agar tidak merusak tendon atau selongsong. Bila
batang-batang baja mutu tinggi tersebut penempatannya pada tendon
menggunakan helix, direksi dapat saja mengizinkan tidak dipa-
sangnya helix itu apabila dipandang tidak merupakan keharusan
konstruksi dan bila tendon berbentuk lurus, namun diusahakan
sebaik-baiknya agar batang-batang baja tersebut menempati
kedudukannya dan tidak terputar; dan
24

3. selimut beton. Selimut beton-beton untuk beton apabila tidak


disebutkan dengan nyata pada gambar rencana, hendaknya sesuai
dengan persyaratan minimum untuk tiap jenis sistem 15 Cm pada
arah bidang gaya. Untuk konstruksi-konstruksi yang terletak pada
tanah atau di air tebal selimut tersebut ditambah 1½ Cm dan 2½ Cm
untuk konstruksi yang terkena air laut (asin).

e. penarikan tendon.

1. keselamatan Kerja. Keselamatan kerja harus diperhatikan umumnya


pada seluruh pekerjaan dan khususnya pada waktu penarikan
tendon. Jack harus ditempatkan kokoh dan cermat pada
kedudukannya dan dimuka jack dengan jarak 2 meter dilengkapi
dengan penahanan yang cukup kuat, agar bila terjadi tendon putus
satu lepas, tidak membahayakan jiwa seseorang. Selama proses
penarikan, tidak diperbolehkan seorang berdiri di muka jack.
Pengukuran-pengukuran atau operasi dari jack harus dilakukan dari
samping atau dari tempat yang tidak berbahaya. Dekat waktu
penarikan tendon, tanda-tanda yang cukup jelas harus sudah
terpasang pada kedua ujung dari konstruksi untuk memperingatkan
orang agar tidak terlalu dekat dengan tempat itu;

2. alat-alat. Alat-alat yang dipakai harus terlebih dahulu diperiksa,


dikalibrasi, atau bila direksi memandang perlu dicoba terlebih dahulu,
dekat sebelum pekerjaan penarikan sebenarnya dilaksanakan.
Peningkatan tegangan yang dihasilkan oleh alat-alat itu hendaknya di
stel agar sesuai dengan persyaratan bahan yang dipakai.
Dynometer dan alat ukur lainnya harus memberikan ketelitian sampai
2%. Alat-alat ukuran tekanan harus diperhatikan dan diatur agar
dengan persyaratan yang dianjurkan oleh pabriknya. Alat-alat ukur
tekanan ini juga harus diperlengkapi sedemikian agar bila terjadi
penurunan tegangan secara tiba-tiba tidak menjadi rusak. Untuk
maksud melakukan pengecekan bila dipandang perlu dapat dipasang
lebih dari satu alat ukur;

3. besarnya gaya penarikan yang dikehendaki:


a) pre-tensioned kecuali ditentukan lain, gaya penarikan yang
dikehendaki adalah besarnya gaya rata-rata pada beton
segera setelah dilepas. Gaya penarikan sebenarnya, besarnya
harus sedemikian agar pengurangan gaya akibat slip pada
anker dan draw-in yang terjadi sebuah tendon dilepas, dapat
diatasi. Pada umumnya pengurangan gaya akibat beda
temperatur dan geseran diabaikan. Pada keadaan dimana
tendon melengkung. Penyedia jasa konstruksi harus
mengajukan perhitungan tentang cara-cara menentukan
penguluran tendon (elongation) dan gaya yang diperlukan
pada waktu penarikan agar dicapai harga yang disyaratkan
untuk gaya pratekan. Perhitungan tersebut harus sudah
diperiksa dan disetujui oleh direksi sebelum dilakukan
penarikan. Mengukur besarnya gaya penarikan sebaliknya
25

dilakukan dengan dynamometer dan dicek dengan pengukuran


penguluran. Cara lain, yaitu dengan menekankan kepada
pengukuran penguluran, hanya boleh dilaksanakan bila direksi
setelah memeriksa perhitungan dari penyedia jasa konstruksi
menganggap cukup memenuhi syarat untuk mengutamakan
pada pengukuran penguluran berbeda lebih dari 3 %, direksi
harus diberitahu sebelum dimulainya pengecoran dan bila
perlu diadakan test untuk tendon yang bersangkutan dan alat-
alat dikalibrasikan sesuai dengan petunjuk direksi; dan

b) post-tensioned. Pengukuran gaya penarikan untuk post-


tensioned dilakukan dengan cara mengukur langsung tekanan
jack dan pengukuran tidak langsung dari pengukur. Bila tidak
ditentukan secara pasti pada gambar rencana cara-cara yang
harus dipakai maka direksi akan menentukan setelah
mempelajari situasi dan ketelitian yang dapat dicapai oleh
kedua cara tersebut, satu cara untuk menetapkan besarnya
gaya penarikan dan cara lain untuk checking. Cara
pengukuran menunjukkan harga rata-rata dari besarnya gaya
penarikan setelah berkurang karena pengaruh geseran tendon
dan anker slip yang tentunya akan berbeda dengan cara
mengukur tekanan jack.
Direksi akan menetapkan perkiraan besarnya penguluran dan
tekanan jack sedemikian yang menampung pengaruh draw-in
dari tendon nanti setelah jack dilepaskan. Cara pengukuran
penguluran hanya diizinkan bila direksi merasa yakin akan
garansi dari penyedia jasa konstruksi bahwa secant modulus
akan diusahakan bervariasi hanya dalam batas-batas tertentu.
Bila variasi dari secant modulus melebihi 3%, penguluran
harus diatur agar sesuai. Semua usaha harus dikenakan
untuk mencapai nilai yang pasti dari besarnya gaya pada
tendon dengan disyaratkan. Toleransi sebesar 5% diizinkan
untuk masing-masing tendon tapi secara keseluruhan tidak
boleh lebih atau kurang dari 2% dari besarnya gaya yang
disyaratkan. Pada keadaan dimana kekuatan jack maksimum
telah dicapai, sedang pengukuran penguluran menunjukkan
gaya pada tendon belum mencapai 95% dari yang diharuskan,
cara dibawah ini dapat dipakai bila disetujui oleh direksi. Jack
dapat dilepas dan tendon ditarik lagi (secant modulus untuk
tarikan ulangan dapat ditentukan). Minyak yang dapat larut
dalam air dimasukkan kedalam tendon sebagai minyak
pelincir. Bila tadinya hanya digunakan satu jack, maka dapat
dilaksanakan dengan 2 jack. Bila tendon terdiri dari baja-baja
alloy, penarikan dapat dibiarkan selama 1 minggu baru
kemudian dilaksanakan penarikan kembali. Setelah penarikan
selesai, minyak pelicin dibersihkan dengan semburan air. Bila
pada akhir proses penarikan (gaya pratekan telah mencapai
yang disyaratkan), alat-alat ukur menunjukan harga harus 5%
dari yang sebenarnya, maka alat-alat tersebut harus
dikalibrasikan dan tendon di test lagi sesuai dengan petunjuk
direksi.
26

4. Prosedur.

a) pre-tensioned. Pelaksanaan penerikan tendon harus dikerjakan


oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman. Gaya pratekan harus
diberikan secara lancar, kenaikan yang rata, dan besarnya ditentukan
dengan seteliti mungkin. Untuk memberikan kesempatan kepada
tendon menduduki posisinya, pengukuran penguluran hendaknya
dimulai pada pemberian gaya 100 kg untuk tiap tendon, kecuali
ditentukan lain oleh direksi. Gaya yang mula-mula diberikan ini (100
Kg) harus juga diperhitungkan sebagai sebagian dari gaya pratekan.
Tendon harus diberi tanda pada kedua ujung, ujung di tarik dan ujung
mati agar bila terjadi slip dapat dicatat. Bila terjadi slip pada salah
satu tendon dari suatu group tendon yang ditarik secara bersama-
sama maka seluruh tendon tersebut harus dikendorkan tendon-
tendon diatur lagi dan baru group tendon tersebut ditarik lagi; dan

b) post-tensioned. Semua pelaksanaan penarikan tendon harus


dihadiri oleh direksi atau wakil yang ditunjuk olehnya. Pekerjaan
penarikan tendon hanya boleh dikerjakan bila kekuatan beton telah
mencapai persyaratan yang disebutkan dalam gambar rencana atau
spesifikasi lain sehubungan dengan hal itu. Pekerjaan penarikan
tendon hanya boleh dikerjakan oleh orang-orang yang
berpengalaman cukup dan terlatih untuk bekerja sama merupakan
team work yang efisien dan cermat.

(15) Batang Tulangan Untuk Beton. 

a. batang tulangan biasa. Batang tulangan biasa harus memenuhi syarat-


syarat dari batang tulangan untuk beton seperti tersebut;

b. batang tulangan pratekan. Batang tulangan pratekan dapat berbentuk:

1. kawat baja bertegangan tinggi (high tensile wire) harus memenuhi


syarat-syarat ASTM A 421;

2. kawat baja halus (high tensile wire strand) harus memenuhi syarat
ASTM A 416; dan

3. batang baja campuran bertegangan tinggi (high tensile alloy bars)


harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) batang bersangkutan harus "stess relieved" dan kemudian


setelah ditarik secara dingin sampai minimum 130.000 psi
masih mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1) tegangan ulimate minimum 10.200 Kg/Cm;

2) tegangan leleh 9.140 Kg/Cm;

3) modulus elastisited minimum 2,5 x 10;


27

4) pertambahan panjang setelah runtuh dihitung rata-rata


terhadap 20 batang. Percobaan minimum 4%; dan

5) toleransi diameter ± 0.03" - 0.01", kawat baja harus


mulus, dan mempunyai permukaan yang halus.

(16) Pemeriksaan. Untuk keperluan pengangkutan dan penyimpanan di tempat


pekerjaan, batang-batang tulangan, dan anker beserta perlengkapannya masing-
masing harus diberi tanda-tanda dan nomor pengenal. Contoh-contoh yang
diberikan untuk pemeriksaan harus dikirim sebelum pengiriman materiel, dan atas
biaya pabrik. Bila diminta, oleh direksi pemilihan dan pengambilan contoh dapat
dilakukan di pabrik. Contoh yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:

a. sistem pre-tension. Contoh dengan panjang 2,135 meter (feet) harus


disiapkan dari setiap ukuran "strand". Contoh diambil pada ujung-ujung
setiap gulungan (coil); dan

b. sistem post-tension. Perlu disiapkan contoh dengan panjang sebagai


berikut: Untuk kawat yang memerlukan kepala 9 heading 1,525 (5 feet).
Untuk kawat yang tidak memerlukan kepala, diambil sedemikian sehingga
diperoleh panjang ke satuan 1,525 meter (5 feet) diambil di antara near ends
of fitting. Untuk batang dengan ujung berserat dan mur 1,525 meter (5 feet)
diambil diantara serat-serat ujung. Perlengkapan anker, bila perlengkapan
anker ini tidak menjadi satu dengan contoh-contoh batang tulangan maka
diperlukan dua buah perlengkapan anker lengkap dengan plat distribusi dari
masing-masing ukuran dan type.

(17) Perlengkapan Anker (Anchorage Device). Perlengkapan anker harus dapat


memikul gaya-gaya sebesar paling sedikit 95% tegangan ultimate minimum dari
tendon yang dipergunakan tanpa mengalami kerusakan ataupun deformasi yang
berlebihan. Penggunaan perlengkapan anker yang rusak tidak diperbolehkan.
Semua bagian-bagian beton harus dilindungi dari kemungkinan pecah dan retak
demikian pula baja terhadap karat. Semua bagian-bagian yang terserat harus
dilindungi dengan pembungkus yang diberi pelumas dan semua lubang-lubang
ditutup sementara sampai tiba saatnya digunakan. Perlengkapan anker harus
dijaga agar tidak terkena kotoran-kotoran seperti adukan beton, minyak lumas,
lumpur, dan lain-lain.

(18) Sheathing.

a. untuk sistem post-tension Sheathing yang dipergunakan harus disetujui oleh


pihak Direksi, serta cukup kuat terhadap pemasangan dan pengecoran
beton tanpa mendapat kerusakan ataupun deformasi. Ukuran diameter
dalam luar harus sesuai gambar rencana. Sheath harus merupakan satu
kesatuan antara kedua ujung anker dan kedap adukan. Sheath harus dilapis
seng (galvanished) atau timah hitam; dan

b. untuk sistem pre-tension, apabila diperlukan sheating untuk mencegah


adanya ikatan pada ujung tendon, maka sheathing harus dibuat dari plastik
atau bahan-bahan lain sejenis dengan diameter dan tebal yang disetujui
oleh pihak direksi sheathing harus dipasang menerus dan menutup ujung-
ujung tendon paling sedikit 2,5 Cm.
28

Pasal 16

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan beton apron, pekerjaan dowel,
pekerjaan joint sealent, pengecatan marking dan bahan, peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan beton
apron sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana. Pada dasarnya
pekerjaan yang dilaksanakan adalah pembuatan apron beton untuk melengkapi
prasarana yang diperlukan dalam pembangunan ini.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. pasir. Pasir yang digunakan harus dari daerah tertentu yang sudah
disetujui direksi dan memenuhi persyaratan dalam NI-3 PBI 1970 dan NI-2
PBI 1971. Syarat mutu agregat menurut SII 0052-80 adalah sebagai
berikut:

1. susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,5


sampai 3,8;

2. kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum
5 %;

3. kadar zat organik ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika


dibandingkan warna/pembanding tidak lebih tua dari pada warna
standart/pembanding;

4. kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir


pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan
angka hasil bagi tidak lebih dari 2,20; dan

5. sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat:

a) jika dipakai NaSO4 bagian yang hancur max 10%; dan

b) jika dipakai MgS04 bagian yang hancur max 15%.

b. batu steenslag dan spleet. Batu yang dimaksud adalah hasil pecahan
dengan stone crusher dari batu kualitas sesuai dengan persyaratan. Dengan
demikian batu pecah yang menghasilkan batu yang rapuh, kropos bila digiling
dengan mesin giling akan hancur tidak boleh digunakan. Steenslag dari hasil
ketukan tangan masih bisa di tolerir sepanjang kualitas batunya sesuai
persyaratan dan mempunyai gradasi yang bermacam-macam ukuran. Spleet
dari pecahan tangan tidak boleh digunakan. Split harus dari bekas pecah
dengan Stone Crusher. Dengan persyaratan sebagi berikut:

1. susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,00 sampai


7,10;

2. kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 1 %;
29

3. kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga,


maximum 5 %;

4. sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat:

a) jika dipakai NaSO4 bagian yang hancur max 12%; dan

b) jika dipakai MgSO4 bagian yang hancur max 18%.

5. tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini
menggunakan semen yang yang kadar alkali sebagi Na 2O lebih besar dari
0,6 %;

6. tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat ;
dan

7. kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudeloff dan dengan bejana


Los Angeles adalah sebagai berikut :

Kekerasan dengan
Kekerasan dengan
bejana geser Los
KELAS DAN MUTU bejana Rudelof, Bagian
Angeles, Bagian hancur
BETON hancur menembus
menembus ayakan 1,7
ayakan 2 mm, max, %
mm, max, %
Fraksi butir Fraksi butir
19 – 30 mm 9,5 – 19 mm
Beton Klas I dan mutu
B0 serta B1 22 – 30 24 - 32 40 – 50
Beton Klas II dan atau
beton mutu K-125, K- 14 – 22 16 - 24 27 – 40
175 dan K-225
Beton Klas III dan
atau beton mutu
Kurang Kurang dari
diatas K-225/beton Kurang
dari 16 27
pratekan dan 14

c. portland cement (PC). Semen yang digunakan harus PC yang sesuai dengan
spesifikasi NI-8 atau ATSM, C 150 type I dan memenuhi persyaratan PBI 1971.
Semen yang harus disimpan 6 bulan atau lebih harus diuji kembali oleh
Penyedia jasa konstruksi di bawah pengawasan direksi. Penyiapan semen
harus dalam gudang yang cocok untuk keperluan tersebut, tempat ini harus
benar-benar kering, serta cukup peredaran udara;

d. air.   Air harus bersih, bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam, dan
kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut harus
sesuai ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton. Air yang akan
dipakai untuk membuat campuran beton dan juga untuk pemeliharaan beton
yang telah mengeras harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
30

1. air tawar yang dapat di minum;

2. air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton yang di
dalamnya akan tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion Chlorida dalam
jumlah yang membahayakan. Jumlah Ion Chlorida maximum untuk
perlindungan terhadap korosi.

Jumlah Max. Ion Chlorida yang


Jenis Komponen Struktur
Larut Dalam Air (Cl -) Dalam Beton
Beton
Persen Dalam Semen
Beton Pratekan 0,06
Beton bertulang berhubungan
0,15
dengan Clhorida
Beton bertulang yang selalu
kering atau terlindung dari 1,00
lembab
Beton bertulang lainnya 0,30

Air tidak boleh mengandung ion (Cl-) lebih besar 500 mg per liternya;

3. air yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk pembuatan beton
kecuali bila kekentuan berikut dipenuhi sebagai berikut:

a) pemilihan campuran beton harus didasarkan pada campuran beton


yang menggunakan air dari sumber yang sama; dan

b) hasil pengujian usia 7 dan 28 hari dari kubus adukan yang dibuat
dengan air campuran yang tidak dapat diminum paling tidak harus
mencapai 90% dari kekuatan spesimen serupa yang dibuat dengan
air yang dapat diminum. Perbandingan uji kuat harus dilakukan
untuk adukan serupa kecuali penggunaan air pencampurannya yang
dibuat dan diuji berdasarkan "Test Method for Compressive Strength
of Hydraulic Cement Mortars (Using 50 mm Spesimen" (ASTM
C109);
4. air yang bereaksi netral terhadap lakmus;

5. apabila terdapat keragu-raguan terhadap pemakaian air, dianjurkan untuk


mengirim contoh air tersebut ke lembaga pemeriksaan air untuk
mengetahui sejauh mana zat-zat kimia di dalamnya dapat merusak
beton/baja tulangan. Dari penyelidikan kimia harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a) air tidak boleh mengandung sulfat lebih dari 5 gr per liter yang
dihitung sebagai SO3 ;

b) air tidak boleh mengandung clorida lebih dari 15 gram per liter yang
dihitung sebagai Cl-;
31

c) air yang tidak memerlukan Kalium Permanganat (KMnO4) lebih dari


1 gram per liter untuk mengoksidasi zat-zat organis di dalamnya;
dan

d) reaksi (PH) nilainya antara : 6 - 8.

6. persyaratan bahan air untuk membuat beton menurut British Standart (BS
3148 : 1980).
          
a) garam-Garam Organik. Ion-ion utama yang biasanya terdapat
dalam air adalah : Kalsium, Magnesium, Kalium, Bikarbonat, Sulfat,
Chlorida, Nitrat dan kadang-kadang Karbonat.  Air yang
mengandung Ion-ion tersebut dalam jumlah gabungan tidak boleh
lebih besar dari 2000 mg per liter;

b) garam-garam chlorida. Adanya garam Chlorida di dalam beton


dapat merusak atau menimbulkan korosi pada logam yang tertanam
dalam beton. Kadar Chlorida (Cl-) dalam air tidak boleh melebihi
500 mg per liter.   Air laut tidak boleh dipergunakan untuk membuat
beton bertulang dan beton pratekan;

c) garam-garam Sulfat. Kadar Sulfat (SO 3–) dalam air tidak boleh
melebihi 1000 mg per liter. Kadar sulfat dalam beton tidak boleh
melebihi 4 % SO3– terhadap berat semen; dan

d) alkali Karbonat dan Bikarbonat. Air yang mengandung Alkali


Karbonat dan Bikarbonat akan mempengaruhi waktu pengikatan
semen dan kekuatan beton disamping itu adanya resiko terjadinya
reaksi Alkali agregat dalam beton. Jumlah garam Karbonat dan
Bikarbonat tidak boleh melebihi 1000 mg per liter air.

(3) Pekerjaan Dowel. Pada dasarnya kualitas dari besi dowel sama dengan besi beton
U-24 harus memenuhi persyaratan PBI 1971 NI-2. Pemasangan dowel dari Ø 1"
dengan panjang 40 Cm dan jarak 30 Cm sesuai gambar rencana. Ujung dowel
pada satu sisi harus dibungkus dengan kapsule plastik yang di dalamnya diisi kertas
lunak agar dapat bergerak bila terjadi pemuaian atau penyusutan dan dilumuri
dengan vet.

(4) Pekerjaan Sealant. Sealant yang dipergunakan dari merek SIKA FLEX-T68 HM
berkualitas terbaik untuk pekerjaan apron dan pelaksanaannya sesuai petunjuk
pabrik dan gambar detail.

(5) Pekerjaan Marking. Cat yang dipergunakan adalah cat khusus untuk pekerjaan cat
pada runway /apron /road line panit sejenis Marinal ICI road Paint atau yang
memenuhi syarat kualitas dan pelaksanaannya harus sesuai petunjuk pabrik dan
direksi.

Pasal 17
32

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan Pembuatan Konstruksi Beton /Slab
Concrete, bahan dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan,
sehingga diharapkan pekerjaan pembuatan konstruksi Beton /Slab Concrete sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Mutu beton. Mutu beton adalah K-350 sesuai standard PBI-1971 NI-2. Test kubus
beton harus diadakan minimum 15 buah ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm diuji pada
umur 20 hari. Perhitungan karakteristik beton dipakai rumus-rumus yang terdapat
pada peraturan beton Indonesia (PBI) 1971-NI-2.

(3) Karakteristik beton harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. ukuran agregate = 0,075 - 1 mm


1 - 5 mm
5 - 14 mm
14 - 20 mm
20 - 31,5 mm;

b. water cement ratio = 0,40 - 0,50;

c. nilai slump = 3 – 5;

d. compress strengh = 350 Kg/cm² ; dan

e. flexural streght = utk. 7 hari min. 200 PSI untk 28 hr min. 750 PSI.

(4) Komposisi Campuran. Untuk menentukan campuran beton, digunakan "komposisi


rencana" komposisi rencana didapatkan dari percobaan-percobaan sehingga
menghasilkan kekuatan beton sesuai rencana persyaratan di atas. Jumlah PC yang
digunakan dalam satu meter kubik beton diperkirakan berkisar 360 - 440 kg.

a. proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan:

1. kelecakan (Workability) dan konsistensi yang memungkinkan pengerjaan


beton (penuangan, perataan dan pemadatan) secara mudah ke dalam
acuan dan kesekitar tulangan tanpa menimbulkan kemungkinan segregasi
agregat dan terpisahnya air (beeding) secara berlebihan;

2. ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus seperti yang disyaratkan;


dan

3. memenuhi persyaratan uji kuat tekan.

b. bila pada bagian yang berbeda dari pekerjaan konstruksi akan digunakan
bahan yang berbeda pula, maka untuk setiap kombinasi bahan yang akan
digunakan harus diadakan penilaian secara terpisah;

c proporsi campuran beton, termasuk campuran air semen, harus ditentukan


berdasarkan pangalaman lapangan, dan atau campuran coba dengan bahan-
bahan yang akan digunakan di lapangan kecuali mengikuti persyaratan
33

penentuan proporsi campuran beton berdasarkan nilai faktor air semen atau
memenuhi persyaratan untuk kondisi lingkungan khusus;

d. untuk beton dengan nilai fc di atas 20 MPa, proporsi campuran coba serta
pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada tehnik penakaran berat
(Weight Batching);

e. untuk beton dengan nilai fc hingga 20 MPa, pelaksanaan produksinya boleh


menggunakan tehnik penakaran volume (Volume batching ASTM C 685).
Penakaran volume ini harus berdasarkan pada perhitungan proporsi campuran
berat yang dikonversikan ke dalam volume; dan

f. khusus untuk beton fc tidak lebih dari 10 MPa, bila pertimbangan praktis dari
kondisi setempat memungkinkan produksi beton dengan tehnik penakaran
volume, boleh juga digunakan perbandingan volume : 1 bagian semen, 2
bagian pasir, 3 bagian agregat kasar dan slump beton yang dihasilkan tiadak
boleh melebihi 100 mm. Bila beton tersebut digunakan untuk komponen
struktur yang harus kedap air, boleh digunakan perbandingan volume  : 1
bagian semen, 1,5 bagian  pasir,  dan  2,5 bagian agregat kasar.

(5) Pembersihan Permukaan. Permukaan yang akan dibuat pelat beton bertulang
harus bersih dari bahan-bahan yang lepas, lumpur, kotoran lain selanjutnya
permukaan lantai kerja yang ada disiram air sampai kenyang betul.

(6) Bekisting/Acuan. Persyaratan sesuai NI-2 dan NI-3 pada umumnya.   Bekisting ini
dibuat dari besi yang diperkuat dengan profil dan dipasang sebagai bantalan roda
concreate finisher sehingga tidak akan melengkung pada saat pengecoran
dilakukan.  Bekisting perlu dilapisi dengan bahan pelumas atau bahan lain sehingga
pada saat pembukaan bekisting tidak menempel pada adukan beton. Bekisting
dikonstruksi demikian sehingga adanya dowel tidak mengakibatkan timbulnya
kesulitan pada waktu pembukaan bekisting.

(7) Pengadukan dan Penuangan Beton Apron/Slab Concrette. Pelat beton bertulang


harus memenuhi persyaratan bahan-bahan mutu, karakteristik dan komposisi
campuran sesuai penjelasan di depan. Bahan-bahan yang akan digunakan harus
dipersiapkan dan dibersihkan dari segala kotoran. Pembuatan pelat beton sesuai
kotak-kotak papan catur. Tidak diperkenankan menghentikan pekerjaan pengecoran
sebelum 1 (satu) kotak selesai. Finishing permukaan harus dilaksanakan sebelum
adukan mengering. Secara terperinci pembuatan konstruksi tersebut adalah:

a. persiapan peralatan dan tempat penuangan. Sebelum penuangan beton


dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan persiapan yang menyangkut
beberapa hal sebagai berikut:

1. semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus


bersih;

2. semua ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran;
34

3. untuk memudahkan pembukaan bekisting, permukaan dalam bekisting


boleh dilapisi dengan bahan khusus seperti lapisan tipis kimia (Form
release agent) atau lembaran Polyurethane;

4. tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan
penutup yang dapat merusak beton atau mengurang lekatan antara beton
dan tulangan;

5. air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi beton harus dibuang,
kecuali apabila penuangan dilakukan menggunakan tremil atau bila di
ijikan pengawas ahli; dan

6. semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada
permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum kotoran
yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah mengeras
tersebut.

b. percampuran mortal/adukan. Bahan-bahan termasuk PC akan diaduk/dicampur


harus dalam keadaan bersih.   Perbandingan campuran sesuai dengan hasil
percobaan yang memenuhi persyaratan terhadap kekuatan /mutu beton. Alat
untuk ukuran percampuran terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan
direksi. Untuk itu diperlukan izin tertulis dari direksi terhadap pelaksanaan
pekerjaan;

c. pengadukan mortal/adukan. Pengadukan mortal harus menggunakan concrette


Mixer dengan kapasitas atau jumlah alat demikian sehingga pada saat
pengecoran tidak sampai mortal kekeringan. Mortal yang dihasilkan harus
mempunyai slump maximum 5 dan dengan water cement ratio 0,40 - 0,45.
Lama bekerja concrette mixer harus menjamin bahwa adukan benar-benar
matang untuk itu diperlukan minimum 2,5 menit. Apabila menggunakan mixer
yang lebih besar maka waktu perlu ditambah. Perhitungan waktu teresebut
diatas setelah semua material/bahan termasuk air sudah didalam concrette
mixer/ beton mollen. Cara memasukkan material adukan dimulai terlebih
dahulu dengan air dan bahan pasir, split, screen, serta semen. Penambahan
air sedapat mungkin dihindari. Penempatan Concrette Mixer/Beton Mollen
harus sedekat mungkin dengan daerah pengecoran, kecuali memakai
concrette mixing plant beserta Truck mixer untuk mengangkut adukan beton.
Beton siap pakai harus diaduk dan diangkut mengikuti persyaratan dari
"Specification for Ready Mixed Concrete" ASTM C94 atau "specification for
Concrete Made by Volumetrick Batching and Continous Mixing" ASTM C685.
Pengadukan beton molen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1. pengadukan harus dilakukan di dalam suatu mesin pengaduk dari tipe


yang disetujui;

2. mesin pengaduk harus berputar pada kecepatan yang direkomendasikan


oleh pabrik pembuat mesin tersebut;

3. pembetonan harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan penuangan


plastis dan dapat mengalir dengan mudah kedalam rongga diantara
tulangan.   Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori
35

oleh material asing tidak boleh dituang dalam struktur.   Beton setengah
mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali setelah
mengalami pengerasan awal tidak boleh dipergunakan kecuali bila
disetujui oleh pengawas ahli.  Setelah penuangan beton dimulai,
pelaksanaanya harus dilanjutkan tanpa berhenti hingga selesainya
penuangan suatu panel, penampang atau bagian yang dibentuk oleh
batas-batas elemennya atau batas penghentian penuangan yang telah
ditentukan, bila diijinkan atau dilarang oleh ketentuan tentang siar
pelaksanaan. Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertikal
pada umumnya harus rata terisi beton. Bila dapat ditunjukkan/dibuktikan
bahwa suatu waktu pengadukan yang lebih pendek memberikan hasil
yang memuaskan dan memenuhi pengujian keseragaman pengadukan
yang ditetapkan dalam "Specification for Ready Mixed Concrete" ASTM
C94;

4. penanganan materiel, batching dan pengadukan harus memenuhi bagian


ketentuan yang berlaku dari "ASTM C94”; dan

5. harus dilakukan suatu pendataan yang rinci untuk mencatat:

a) jumlah Batch yang dihasilkan;

b) proporsi dari materiel yang digunakan;

c) perkiraan lokasi dari penuangan akhir pada struktur; dan

d) waktu dan tanggal pengadukan dan penuangan.

d. pengangkutan mortal. Alat untuk   pengangkutan mortal beton dapat


menggunakan kereta beton, ember, atau alat lain dengan jaminan bahwa
adukan beton yang dituangkan di tempat pengecoran mempunyai kekentalan
dengan slump 0,40 - 0,50 oleh karena itu harus sependek mungkin waktu yang
dipergunakan untuk pengangkutan. Saat pengangkutan tidak boleh terjadi
proses   pemisahan antara mortal halus/spesi dengan butiran batu.
Pengangkutan dengan concrette mixing truck adalah sangat baik;

e. pengecoran mortal dan finishing. Pekerjaan pengecoran mortal dilaksanakan


setelah semua cetakan, dowel dan dasar daerah pengecoran telah siap baik
dengan izin/keterangan Direksi. Saat pelaksanaan pengecoran tidak boleh
waktu hujan. Adukan  /spesi beton saat pengecoran harus tetap pada slump
0,4  - 0,5 dan tidak terjadi pemisahan antara mortal halus dengan butiran batu
besar. Mortal yang telah dicorkan harus dipadatkan dengan menggetarkan
yaitu memakai Vibrator Trailler.   Lama penggetaran tidak boleh terlalu lama
sehingga proses pemisahan adukan halus dengan buturan-butiran batu serta
airnya. Suhu pada saat pengecoran tidak boleh melebihi 32C, selesainya
pengecoran tiap 1 (satu) kotak adukan harus tetap dalam kondisi belum kering.
Pekerjaan penyelesaian /finishing dengan cara menambal sama sekali tidak
diperkenankan. Arah serat pada permukaan harus dibuat sejajar keseluruhan
dengan menggunakan sikat dari ijuk kasar atau plastik/kawat baja halus.
Permukaan pengecoran beton slab tersebut harus rata/halus benar dengan
kemiringan sesuai petunjuk direksi yaitu 1,5% max. Permukaan harus dijaga
36

tidak boleh melengkung dibagian tengah. Oleh karena itu penggaris perataan
harus benar-benar lurus dan rata serta tidak mengalami lenturan karena berat
sendiri. Pada setiap pengecoran 1 (satu) kotak atau sekali bekerja harus
dibuat kubus test laboratorium, sehingga akan dapat diketahui strength
/kekuatan beton tersebut dan harus mutu /kekuatan dibawah persyaratan,
maka slab beton harus dibongkar dan diganti baru.   Penempatan tulangan
pelat, dowel harus sesuai dengan gambar perencanaan dan harus diketahui
direksi;

f. perawatan beton slab. Slab beton yang sudah dicor dan di finishing harus tetap
dijaga/dirawat dengan tetap membuat kondisi basah dapat dengan cara
menyiram dengan air atau menutup permukaan dengan karung baah selama
minimum 7 hari. Permukaan slab beton yang sudah jadi harus tetap dijaga
kebeersihannya dengan tidak boleh menempatkan bahan material atau alat
peralatan. Setiap terjadi tumpahan mortal dipermukaan yang sudah jadi harus
dibeersihkan. Pengeringan slab beton harus berjalan lambat sehingga
diperlukan usaha-usaha perawatan/curing tersebut diatas;

g. pembukaan cetakan beton. Pembukaan cetakan beton slab tersebut dapat


dilakukan setelah ada keyakinan tidak merusak /menggerakkan slab beton
tersebut. Pelaksanaan pembukaan cetakan ini harus tidak boleh merusak
pinggaran slab beton. Waktu pembukaan cetakan tidak perlu menunggu
keringnya beton. Umur 1 (satu) hari sudah memungkinkan cetakan beton
tersebut dibuka;

h. perlindungan slab beton. Slab beton yang sudah jadi tetap harus diadakan
perlindungan oleh Penyedia jasa konstruksi, sampai pekerjaan tersebut
diserahkan kepada Bouwheer. Apabila proses pengeringan diperkirakan
sangat cepat karena teriknya matahari maka Penyedia jasa konstruksi
melindungi permukaan beton dengan bahan kimia curing compound dari
cormix CM 75 W dan rite cure;

i. perbaikan beton. Apabila terjadi kerusakan beton disaat pembukaan cetakan


maka dapat segera diadakan perbaikan dengan menambahkan bahan
admixture khusus untuk dipakai sebagai perekat seperti plamix, tricosal atau
bahan-bahan tambahan lain yang cocok untuk itu. Direksi berhak menentukan
jenis admixture. Perbaikan pada permukaan slab beton setelah kering tidak
diperkenankan;

j. nat/dummy joints. Pembuatan nat-nat pada pelat beton Apron dilaksanakan


dengan cara menggergaji memakai Concrete Saw sehingga didapatkan kotak-
kotak slab beton yang lurus sesuai ukuran gambar rencana.   Pemotongan nat-
nat beton harus memperhatikan faktor kekerasan dengan harapan hasil
pemotongan tidak terjadi gumpilan/retakan yang mengakibatkan terjadinya
awal kerusakan yang lebih besar;

k. persyaratan untuk cuaca panas. Selama iklim panas perlu diberikan perhatian
khusus pada bahan dasar campuran beton, cara produksi, penanganan dan
pengangkutan, perlindungan, dan perawatan untuk mencegah suhu beton atau
penguapan air yang mungkin dapat mengurangi kekuatan atau tingkat laik
pakai dari beton;
37

l. percepatan yang dipercepat. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap


bertekanan atmosfirik, pemanasan, dan pelembaban atau proses lain yang
dapat diterima boleh digunakan untuk mempercepat pencapaian kekuatan dan
mengurangi waktu perawatan. Perawatan yang dipercepat harus mampu
menghasilkan suatu kuat tekan beton pada tahap penbebanan yang ditinjau
paling sedikit sama dengan kuat tekan beton rencana yang diperlukan pada
tahap pembebanan tersebut.   Proses perawatan harus sedemikian hingga
mampu menghasilkan beton dengan suatu ketegaran (durability) paling sedikit
ekivalent dengan hasil perawatan normal. Uji kuat tambahan berdasarkan
perawatan dilapangan, mungkin diperlukan untuk menjamin bahwa perawatan
yang diperlukan telah memuaskan; dan

m. cara pembayaran. Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja


yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.

Pasal 18

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan batu bata, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pasangan batu bata sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen. Semen Ex Gresik, Tiga Roda, dan Kujang atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan harus bersih dari segala kotoran, merupakan pasir
pasang, dan memenuhi standar normalisasi Indonesia;

c. air. Air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak, dan
memenuhi standard Normalisasi Indonesia; dan

d bata. Bata yang digunakan harus berkualitas baik, keras, tidak rapuh, dibakar
matang atau sesuai standar nasional Indonesia dan disetujui direksi.

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 1 PC : 2 PS dan 1 PC : 4 PS.

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pasangan bata adalah 1 bata sampai di atas langit-
langit (sesuai gambar rencana). Hal-hal yang ditentukan:

a. bata sebelumnya disiram/direndam air dan bata yang pecah kurang dari separo
tidak boleh digunakan kecuali untuk hubungan batu; dan

b. setelah pasangan dinding selesai, maka seminggu harus dalam keadaan


basah (dibasahi). Pasangan bata untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata
(eod), setiap pasangan tidak boleh lebih dari 1 meter baru boleh dilanjutkan
setelah betul-betul telah mengeras adukannya.
38

(5) Bingkai Beton.

a. setiap pasangan dinding bata seluas maksimal 12 M² harus dipasang bingkai


beton;

b. pada tempat-tempat tertentu yang memerlukan kolom-kolom praktis sebagai


sekatan; dan

c. pada sopi-sopi pasangan dinding bata diberi balok beton dengan tulangan
praktis.

(6) Hal-Hal Lain. Pada suatu konstruksi pondasi yang terdiri dari pasangan bata, maka
ditentukan hal-hal sebagai berikut:

a. adukan. Adukan tetap 1 PC : 2 PS dan 1 PC : 4 PS; dan

b. pelaksanaan. Pondasi bata harus didasari pasir urug yang dipadatkan


sehingga tebal 10 Cm atau sesuai dengan gambar rencana. Bata sebelum
digunakan harus direndam air dahulu dan bata yang pecah kurang dari ½ tidak
boleh digunakan kecuali untuk ujung dinding yang sepasinya pas dengan
ukuran batu yang pecah.

Pasal 19

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan bata hebel, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pasangan bata hebel sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen MU 301;

b. bata Hebel. Bata Hebel yang memenuhi standar normalisasi Indonesia; dan

c. air. Air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak, dan
memenuhi standar normalisasi Indonesia.

(3) Alat Kerja.

a. sendok semen;

b. palu karet;

c. gergaji hebel;

d. waterpass; dan
39

e. bak adukan.

(4) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 6 MU 301 : 1 Air.

(5) Pelaksanaan.

a. masukkan adukan kering mu 301 kedalam bak adukan dan tuangkan air
sebanyak 6 sampai 6,5 liter untuk tiap kantong mu (40 kg);

b. aduk campuran diatas hingga rata dan homogen;

c. pemasangan bata dilakukan secara manual sebagaimana umumnya dengan


tebal spesi yang dianjurkan 10 mm (1 cm);

d. pemberian angkur untuk pemasangan bata hebel disesuaikan dengan jenis


bata yang digunakan;

e. khusus untuk pemasangan bata pada pertemuan kolom utama dapat diberi
larutan mu l500 atau adukan mu 830, sedangkan pada pertemuan dengan
balok dapat diberi media penghantar yang fleksibel seperti styrofoam atau yang
sejenis; dan

f. setelah bata selesai dipasang, disempurnakan dengan memplester dinding


bata tersebut dengan menggunakan mu 301.

Pasal 20

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan batako, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pasangan batako sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen. Semen Ex Gresik, Tiga Roda dan Kujang atau Tonasa;

b. pasir.  Pasir yang digunakan harus bersih dari segala kotoran merupakan pasir
pasang dan memenuhi standar normalisasi Indonesia;

c. air. Air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak, dan
memenuhi standar normalisasi Indonesia; dan

d. batako.  Batako yang digunakan harus berkualitas baik, keras, tidak rapuh,


atau sesuai standar  nasional Indonesia dan disetujui direksi.

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 1PC : 4PS.


40

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pasangan batako adalah batako sampai diatas langit-


langit (sesuai gambar rencana). Hal-hal yang ditentukan:

a. batako sebelumnya disiram air dan batako yang pecah kurang dari separuh
tidak boleh digunakan kecuali untuk hubungan batu.

b. setelah pasangan dinding selesai maka seminggu harus dalam keadaan basah
(dibasahi).

c. pasangan batako untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata (eod), setiap
pasangan tidak boleh lebih dari 1.00 m, baru boleh dilanjutkan setelah betul-
betul telah mengeras adukannya.

(5) Bingkai Beton.   Pembingkaian dengan beton bertulang diperlukan pada:

a. pasangan batako untuk dinding setiap luas 12 m;

b. pada tempat-tempat tertentu yang memerlukan kolom-kolom praktis sebagai


sekatan; dan

c. pada sopi-sopi pasangan dinding batako diberi balok beton dengan tulangan
praktis.

Pasal 21

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan Pasangan Bata Tela, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan Pasangan Bata Tela sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Bahan yang digunakan.

a. semen. Semen Ex Gresik, Tiga Roda, dan Kujang atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan harus bersih dari segala kotoran merupakan pasir
pasang dan memenuhi standard Normalisasi Indonesia;

c. air. Air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak dan
memenuhi standard Normalisasi Indonesia; dan

d. bata Tela. Bata tela yang digunakan harus berkualitas baik, keras, tidak rapuh
dibakar matang atau sesuai standar nasional Indonesia dan disetujui direksi.

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 1 PC : 4 PS.

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pasangan bata tela adalah 1 bata sampai di atas langit-
langit (sesuai gambar rencana). Hal-hal yang ditentukan:

a. bata tela sebelumnya disiram/direndam air dan bata tela yang pecah kurang
dari separo tidak boleh digunakan kecuali untuk hubungan batu; dan
41

b. setelah pasangan dinding selesai maka seminggu harus dalam keadaan basah
(dibasahi). Pasangan bata tela untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata
(eod), setiap pasangan tidak boleh lebih dari 1 meter baru boleh dilanjutkan
setelah betul-betul telah mengeras adukannya.

(5) Bingkai Beton. Pembingkaian dengan beton bertulang diperlukan pada:

a. pasangan bata untuk dinding setiap luas maksimal 12 M²;

b. pada tempat-tempat tertentu yang memerlukan kolom-kolom praktis sebagai


sekatan; dan

c. pada sopi-sopi pasangan dinding bata tela diberi balok beton dengan tulangan
praktis.

(6) Hal-Hal Lain. Pada suatu konstruksi pondasi yang terdiri dari pasangan bata tela,
maka ditentukan hal-hal sebagai berikut:

a. adukan. Adukan tetap 1 PC : 4 PS; dan

b. pelaksanaan. Pondasi bata tela harus didasari pasir urug yang dipadatkan
sehingga tebal 10 Cm atau sesuai gambar rencana. Bata tela sebelum
digunakan harus direndam air dahulu dan bata yang pecah kurang dari ½ tidak
boleh digunakan kecuali untuk ujung dinding.

Pasal 22

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan trasram, bahan dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pasangan trasram sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen Ex Gersik, Kujang dan Tiga Roda, Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dari segala kotoran dan
memenuhi standar nasional Indonesia;

c. air. Air yang digunakan adalah air tawar, bersih, dan bebas dari kotoran
maupun minyak; dan

d. batu bata. Batu bata yang digunakan harus berkualitas baik, keras, tidak r
apuk dibakar matang, memenuhi standard nasional.

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah 1 PC : 2 PS, untuk plesterannya juga 1
PC : 2 PS.
42

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pembuatan trasraam adalah untuk semua dinding


mulai dari 30 Cm di bawah ± 0 (lantai) sampai dengan:

a. untuk dinding biasa sampai 20 Cm di atas lantai; dan

b. untuk dinding kamar mandi sampai setinggi 2 meter di atas ± 0 (lantai).

Pasal 23

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan dinding keramik, bahan dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan Pasangan dinding keramik sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. pasir. Harus bersih, tajam tidak mengandung lumpur, tanah, bahan organik
lainnya. Harus diayak lewat lubang 2 mm untuk adukan;

b. semen. Setara Tiga Roda, Gresik sesuai dengan PBI 1971 dan NI-8 tahun
1969;

c. air. Harus bersih, tawar, dan bebas dari bahan-bahan asam, alkali, dan bahan
organik lainnya; dan

d. keramik. Digunakan ukuran 10 x 20 Cm untuk KM/WC merk IKAD atau


sekualitas.

(3) Pelaksanaan. Persyaratan pada pelaksanaan diatur sebagai berikut:

a. pemasangan dinding keramik dengan mortal 1 PC : 3 PS dan atau 1 PC : 2


PS untuk bagian-bagian yang sering kena air/berhubungan dengan air;

b. siar-siar keramik harus lurus, baik horizontal maupun vertikal dan dengan nat
maximum 2 mm;

c. pemasangan keramik yang dimaksud pada pasal ini termasuk bak-bak mandi;
dan

d. hasil pemasangan keramik harus mendapatkan bidang yang rata, rapi, dan
tidak cacat.

Pasal 24

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan plesteran, bahan, dan peralatan yang
43

akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan


plesteran sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana. Pada dasarnya
pekerjaan plesteran merupakan campuran semen, pasir, dan air dengan takaran
atau perbandingan tertentu, kemudian diaduk sehingga mendapatkan adonan untuk
plesteran, adapun campuran dimaksud sebagai berikut:

a. adukan plesteran biasa 1 Semen/PC : 4 Pasir untuk dinding bagian dalam;

b. adukan acian adalah 1 PC;

c. adukan plesteran kedap air adalah 1 PC : 2 PS; dan

d. adukan plesteran sudut-sudut dan beton adalah 1 PC: 3 PS.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen sesuai SNI; dan

b. pasir bersih tidak mengandung lumpur.

(3) Pelaksanaan. Pelaksanaan Pemlesteran dipersyaratkan sebagai berikut:

a. sebelum diadakan plesteran semua permukaan harus dibasahi sehingga


kenyang air;

b. tebal plesteran dinding bata adalah 1½ Cm;

c. plesteran dilakukan setelah seluruh jaringan instalasi pipa-pipa telah ditanam


pada tembok bata;

d. plesteran harus rata, halus, lod, siku-siku oleh karena itu harus dilaksanakan
oleh tenaga-tenaga tukang batu yang ahli; dan

e. penggosokannya harus cukup kuat dan kontinue.

Pasal 25

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Anti rayap merupakan bahan campuran cair berfungsi
untuk mematikan rayap dengan tujuan konstruksi berbahan kayu bisa terhindar dari
rayap dan materiel/konstruksi dapat tahan lama, sebelum melaksanakan pekerjaaan
anti rayap pelaksana atau penyedia jasa konstruksi menyediakan, melengkapi
semua alat peralatan, perlengkapan semua bahan materiel serta tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan anti rayap, sehingga sesuai dengan
persyaratan dan gambar- gambar yang sah.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. obat anti rayap merk dildreen atau menurut petunjuk direksi; dan

b. minyak tanah.
44

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. pekerjaan urugan tanah pondasi baru dapat dilaksanakan setelah seluruh


permukaan pondasi dibasahi obat anti rayap;

b. setelah plat beton alas lantai dilaksanakan, permukaan pasir urug disiram obat
anti rayap; dan

c. untuk pekerjaan kayu yang diawetkan dengan meresidu, campuran obat rayap
dengan minyak tanah, dengan perbandingan 1 : 15, dapat campurkan pada
residu sebelum pekerjaan residu dilaksanakan. Pelaksanaan pekerjaan dapat
dengan dikeraskan sampai rata atau direndam.

Pasal 26

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan kuda-kuda dan rangka atap merupakan
bagian sangat penting pada suatu konstruksi bangunan, kuda-kuda merupakan
konstruksi yang menahan beban mati atau beban hidup yang bekerja di atasnya.
Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis tentang tata cara
pekerjaan kuda-kuda, dan rangka atap kayu, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan dimaksud
sesuai persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. kayu Borneo super ukuran 8/15, 6/12, 5/7 dan papan-papan sesuai keperluan;

b. baut/angker Ø 16 mm s/d Ø 22 mm dan pelat-pelat pengikat besi, sesuai


kebutuhan; dan

c. paku-paku dan lem sesuai kebutuhan.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan. Pelaksanaan pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan


kerangkan atap diatur sebagai berikut:

a. pekerjaan kuda-kuda:

1. bahan yang digunakan adalah kayu borneo super atau setara;

2. pemakaian kayu harus benar-benar kering dan tidak cacat serta lurus
(tidak lerlampau bengkok);

3. pada setiap sambungan, coakan, lubang-lubang harus terlebih dahulu


diberi meni kayu sebelum penyambungan/pasangan;

4. kontruksi kuda-kuda sebelum dikerjakan harus dibuat gambar kerja


dahulu yang disetujui direksi;

5. gambar kuda-kuda pada perencanaan harus dijadikan pedoman dasar


kecuali ada instruksi perubahan dari direksi; dan
45

6. hasil pembuatan dan pemasangan harus menjamin kerapian, kokoh dan


tidak melentur.

b. Pekerjaan gording:

1. bahan yang digunakan kayu borneo super 8/15;

2. jarak pemasangan maksimum 175 cm; dan

3. kayu yang digunakan harus lurus, kering dan tidak cacat.

c. pekerjaan kaso:

1. bahan yang digunakan kayu borneo super 5/7;

2. jarak pemasangan maximum 45 cm;

3. kayu yang digunakan harus lurus, kering, dan tidak cacat; dan

4. jenis kayu adalah kayu borneo super berkualitas baik.

d. pekerjaan reng (apabila menggunakan genteng sebagai bahan atap):

1. bahan yang digunakan adalah kayu borneo super ukuran kayu 3/4;

2. kayu harus lurus kering dan tidak cacat; dan

3. jarak pemasangan ± 23 cm (disesuaikan dengan ukuran genting).

(4) Semua kayu-kayu harus dilabur dengan residu.

Pasal 27

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Sama seperti halnya pada pasal di atas sebelum
pelaksanaan pekerjaan kuda-kuda dan rangka atap baja ringan, pelaksana
pekerjaan agar menyediakan, semua alat-peralatan/perlengkapan, bahan, dan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
pembuatan/pemasangan kuda-kuda dan kerangka atas dari baja ringan, sehingga
pekerjaan tersebut sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar yang sah.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. baja ringan yang sesuai merk yang dipersyaratkan SNI; dan

b. ukuran baja ringan sesuai kebutuhan atas dasar hasil perhitungan dimensi.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan. Pelaksanaan pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan


kerangka atap diatur sebagai berikut:
46

a. bahan yang digunakan adalah baja ringan;

b. pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus


dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi
khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu
pada standar peraturan yang berkompeten;

c. semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja;

d. perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan


menggunakan mesin rakit (jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan
mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi;

e. pihak penyedia jasa konstruksi harus menyiapkan semua struktur balok


penopang dengan kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda
sesuai dengan desain system rangka atap;

f. pihak penyedia jasa konstruksi harus menjamin kekuatan dan ketahanan


semua struktur yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. berkenaan dengan hal
itu, pihak konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai
reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda; dan

g. pihak penyedia jasa konstruksi bersedia menyediakan minimal 8 (delapan)


buah genteng yang akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia
konstruksi baja ringan dapat memasang reng pada saat kuda-kuda tiba di
lokasi proyek.

Pasal 28

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan struktur baja dapat berupa tiang/kolom dan
balok yang berfungsi untuk menahan dan menyalurkan beban yang bekerja di
atasnya oleh karena itu dalam pekerjaan struktur baja, penyedia jasa konstruksi agar
memperhatikan tata cara pelaksanaan pekerjaan struktur baja dan melengkapi
semua alat-peralatan, materiel tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan
semua pekerjaan struktur baja, sehingga dapat sesuai dengan gambar dan
persyaratan yang ditentukan sebagai berikut:

a. semua pelaksanaan pekerjaan pemasangan bagian-bagian konstruksi baja,


seperti plat-plat, profil-profil, rivet-rivet, baut-baut, angker-angker yang
bentuknya tergantung dari tebal bagian yang akan disambung dan lain-lain
menurut kebutuhan yang sesuai dengan gambar kerja dan uraian pelaksanaan
dan persyaratan pekerjaan tersebut;

b. semua pelaksanaan pemasangan bagian-bagian konstruksi baja, seperti


sambungan-sambungan, pengelasan baik las sudut maupun las tumpul dan
lain-lain sesuai dengan gambar kerja, uraian pelaksanaan dan persyaratan
pekerjaan tersebut; dan

c. semua palaksanaan pekerjaan pemasangan dan penyelesaian konstruksi baja,


seperti pemasangan dudukan semua pada pelat dasar, pemasangan semua
47

elemen-elemen rangka baja, termasuk ikatan-ikatan angin maupun kabel baja


sling dan kerangka/struktur pendukung sesuai dengan gambar kerja dan uraian
pelaksanaan serta persyaratan pekerjaan tersebut.

(2) Pedoman Pelaksanaan. Pada pelaksanaan konstruksi baja perlu pedoman-


pedoman sebagai berikut:

a. semua peraturan-peraturan/normalisasi-normalisasi yang dipakai harus berlaku


di Indonesia yaitu PBBI, PMI, dan PBI'71;

b. semua pelaksanaan pekerjaan las harus mengikuti american welding socienty


code for are welding in building construction section atau peraturan pengelasan
di Indonesia;

c. semua pelaksanaan pekerjaan baut (bolt) pada bangunan ini juga harus
memenuhi syarat dari AISC specification for struktural joints atau yang berlaku
di Indonesia;

d. semua pelaksanaan pekerjaan rivet pada bangunan ini harus memenuhi syarat
specification for struktural rivet atau peraturan rivet di Indonesia; dan

e. semua pekerjaan erection harus memenuhi syarat peraturan direksi konstruksi


baja di Indonesia atau AISC specification for fabrication and erection 12
Pebruari 1969.

(3) Persaratan dan Ketentuan Umum. Persyaratan dan ketentuan umum diatur sebagai
berikut:

a. penyedia jasa konstruksi wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab


terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar design;

b. perhitungan detail dan sambungan bagian-bagian konstruksi baja yang tidak


tercantum dalam gambar design harus dilengkapi oleh penyedia jasa
konstruksi dan harus dinyatakan pada gambar pelaksanaan/shop drawing.
Untuk itu penyedia jasa konstruksi harus meminta persetujuan direksi sebelum
memulai pekerjaan tersebut;

c. perubahan bahan atau perubahan detail berhubung alasan-alasan tertentu


yang berat dan dapat diterima harus diajukan dan diusulkan untuk
mendapatkan persetujuan dari direksi dan perencana.  semua perubahan-
perubahan yang disetujui ini dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan
yang mempengaruhi kontrak.  kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan
pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang;

d. penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-


kesalahan detailing, leveling, dan ketepatan-ketepatan
penyetelan/pemasangan semua bagian-bagian konstruksi baja;

e. plat dasar kolom baja harus diletakkan diatas beton dengan tempat sesuai
gambar kerja;
48

f. ketinggian dasar kolom telah ditentukan dan ketinggian daerah-daerah lainnya


harus diukur dengan theodolite oleh penyedia jasa konstruksi dan disetujui oleh
direksi;

g. semua rivet dan baut, baik yang dikerjakan di workshop maupun dilapangan


harus selalu memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada
lubang rivet tersebut; dan

h. pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan dilapangan pada waktu


pemasangan yang diakibatkan oleh kurang teliti atau kelalaian penyedia jasa
konstruksi, harus dilaksanakan atas biaya penyedia jasa konstruksi.

(4) Persyaratan Bahan.

a. umum.  Yang dimaksud bahan di sini adalah terbatas hanya bahan baja
misalnya profil-profil baja, plat baja, rivet, baut, angker, kontramur, cable sling
yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembuatan struktur konstruksi baja.
Semua bahan tersebut harus berkualitas baik dan memenuhi persyaratan
PUBB, PBI 1971, AV, dan lain-lainnya yang telah disebutkan di depan;

b. persyaratan bahan. Baja yang digunakan ialah:

1. profil baja ASTM A 36/JIS G 3101 mutu SS 41 dengan tegangan leleh


minimum 2.500 Kg/Cm;

2. elektroda las AVS E 6010 dengan diameter lebih besar dari dari 4 mm;

3. baut hitam dan high strength bolt ASTM A 325/JIS b. 1186 Type F 10 bila
diperlukan;

4. unfinished bolt ATSM A 307 atau yang setaraf dengan itu, dengan
persetujuan tertulis dari direksi;

5. semua baja yang dipergunakan baru boleh dipasang setelah direksi


menyetujui gambar kerja dengan persetujuan tertulis;

6. Semua baja yang akan dipasang harus disertai dengan sertifikat dari
pabrik pembuatan;

7. Semua elemen-elemen baja harus mempunyai daya pikul yang sama


pada semua potongan; dan

8. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru,


yaitu bahan yang belum pernah dipakai untuk konstruksi lain sebelumnya,
kecuali pekerjaan pemindahan konstruksi baja.

(5) Persyaratan Peralatan;

a. umum. Peralatan yang digunakan adalah yang mutlak dan penting serta perlu
diadakan dalam rangka melaksanakan pekerjaan struktur baja. Peralatan-
49

peralatan pembantu tidak diuraikan namun tetap perlu disediakan agar dapat
memperlancar pekerjaan tersebut.

b. persyaratan las dan alat-alat:

1. alat las. Yang dipergunakan harus type yang sesuai dengan kebutuhan,
sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan. Mesin las
tersebut harus mencapai kapasitas 25-40 Volt dan 200-400 Ampere;

2. alat penggunting baja. Untuk menggunting baja yang kecil/besi beton,


besi strip, dan lain-lain;

3. semi automatic cutting machine misalnya VIC-2 single head operated


flame cutting machine atau yang setaraf, power supply AC 100 V - 200 V
dan motor  = 15 W DC. Alat ini digunakan untuk memotong baja yang
ketebalan 35 mm;

4. magnetic drill press misalnya mach 35 untuk membuat lubang-lubang


baut pada plat/profil-profil;

5. hydraulic punchers, alat untuk pembersih lubang-lubang baut sampai


dengan 30 mm;

6. lider hydraulic pumps, alat untuk pengencang baut sampai dengan


tekanan 700 kg/cm;

7. t a k e l;

8. l e e r; dan

9. boom dan lain-lain yang dibutuhkan atau atas petunjuk direksi.

(6) Pelaksanan Pekerjaan Struktur Baja. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. pengaturan.  Baja yang dipergunakan harus lurus dengan toleransi yang
diijinkan adalah:
(1) batang profil tekan/kolom adalah L/1;000;

(2) batang-batang lainnya adalah L/500; dan

(3) batang profil harus bebas puntiran, lubang-lubang atau bengkokan-


bengkokan.

b. pemotongan. Pemotongan dapat dengan alat pemotong gunting maupun


dengan oksigen namun harus dengan mesin standar.

c. pengelasan. Persyaratan pengelasan adalah sebagai berikut:


50

1. pengelasan harus dikerjakan dengan tenaga ahli dan berpengalaman.


penyedia jasa konstruksi wajib menyerahkan sertifikat keahlian dari
masing-masing tukang lasnya. Sertifikat kelas A untuk tenaga ahli yang
mengerjakan bagian-bagian utama konstruksi. Sertifikat kelas B untuk
tenaga ahli yang mengerjakan bagian-bagian sekunder konstruksi;

2. semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi tanpa


menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya;

3. elektrode las yang diperlukan harus disimpan pada tempat yang tetap
menjamin posisi dan sifat-sifat dari elektrode tersebut selama masa
penyimpanan;

4. pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektrode


tersebut;

5. cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan


kualitas dari las yang dikerjakan;

6. permukaan daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran, cat,
minyak, karat, dan kotoran dalam ukuran kecil harus dibersihkan. Teruta-
ma kotoran yang memberi pengaruh besar pada kawat listrik. Permukaan
yang akan dilas juga harus bersih dari aspal;

7. pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal rendah
dari 0F pada temperatur sekitar 0F sampai 32F, permukaan las dari
titik dimulainya las sampai dengan sejauh 7,5 Cm juga harus dijaga
temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan; dan

8. pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin
tidak akan berputar atau membengkok.  Setelah pengelasan maka sisa-
sisa/kerak-kerak las harus dibersihkan dengan baik.
d. penyambungan las lumer.

1. permukaan yang akan dilas harus bebas dari segala kotoran minyak, cat,
dan lain-lain;

2. cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku dan


atau disetujui direksi pengawas;

3. pada waktu pengelasan profil-profil tidak boleh termakan oleh las


sehingga luas profil tidak berkurang akibat pengelasan;

4. pengelasan diatas harus dilaksanakan pada saat konstruksi-konstruksi


telah dalam keadaan diam (tidak berubah lagi);

5. las yang dipakai yaitu las sudut dan las tumpul;

6. mutu las minimal harus sama dengan mutu dari profil-profil yang


bersangkutan; dan
51

7. pekerjaan pengelasan yang akan kelihatan harus dihaluskan sehingga


sama dengan permukaan sekitarnya;

e. penyambungan dengan baut.

1. baut yang digunakan adalah baut hitam, dengan kekuatan minimum sama
dengan kekuatan baut profil yang digunakan (sesuai ASTM A-307) namun
bila diperlukan dapat memakai baut high tensile bolts sesuai ASTM A 325
atau JIS B 1186 Type F 10  T Bolts;

2. lubang untuk sambungan baut harus dibor;

3. selisih diameter lubang dengan diameter baut tidak boleh lebih dari 2 mm;
dan

4. joints baut. Pada pekerjaan penyambungan profil/pada buhul-buhul


konstruksi utama/struktur utama, menggunakan baut-baut ex import.
Penggolongan jenis baut adalah sebagai berikut:

a) baut hitam.  Digunakan pada sambungan konstruksi/sambungan


profil pada umumnya dan harus memenuhi ATSM A-307; dan
b) high tensile bolt. Digunakan pada sambungan
konstruksi/sambungan profil-profil portal kolom, balok portal,
buhul, profil, penyangga bangunan/ikatan angin dan lain-lain atas
petunjuk direksi.
f. ketentuan penyambungan.
1. sambungan-sambungan yang dibaut harus dapat memikul gaya-gaya
yang bekerja, selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk
menahan lenturan batang;
2. lubang baut harus lebih besar 1-2 mm dari diameter luar baut. Jika baut
dikerjakan di shop, maka cara melubangi boleh langsung dengan
magnetic drill press. Jika baut dilaksanakan dilapangan, cara melubangi
harus dengan melubangi sebagian di shop dilanjutkan di lapangan
dengan alat penggerak. Semua pengeboran/pelubangan untuk baut ketat
harus dapat dikerjakan sesudah bagian-bagian/profil-profil, yang akan
berhubungan tersebut dikerjakan;
3. daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang rivet/baut
dan baut/rivet itu sendiri harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat
dengan cepat meneruskan gaya tersebut;
4. khusus untuk lubang baut dengan bentuk oval, harus dijamin dapat terjadi
penggeseran ke arah horizontal akibat gaya vertical; dan

5. untuk sambungan-sambungan baut dan las dilaksanakan pemeriksaan


visual.
(7) Dimensi. Dimensi pekerjaan struktur baja harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar perencanaan dan sebelum pekerjaan pabrikasi harus dibuat gambar kerja
52

dahulu yang setelah mendapatkan persetujuan baru dilaksanakan pabrikasi.


Dimensi-dimensi tersebut pada garis besarnya adalah sebagai berikut.

a. demensi kolom dan balok portal dan pelat-pelat serta baut-baut:


1. profil kolom baja adalah WF 200 x 100;

2. profil portal adalah WF 200 x 100 dan profil konsol WF 150 x 100;

3. pelat-pelat buhul pada kolom tersebut tebal 10 mm;


4. baut-baut sambungan kolom adalah Ø 22 mm, sedang baut sambungan
kolom dan balok portal adalah Ø 20 mm;
5. angker pondasi kolom portal adalah Ø 22 mm panjang 35 Cm;
6. pelat-pelat pengaku pada kolom adalah tebal 10 mm; dan

7. pelat dudukan kolom utama 10 mm.

b. dimensi ikatan angin/trekstang dan gording:

1. ikatan angin L 50 x 50 x 50 x 5;

2. trekstang Ø 10 mm; dan


3. gording kanal C 100, C 125 dan C 150.

Pasal 29

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan atap genteng pelentong atau setara
dan tata cara pemasangan, serta materiel/bahan yang digunakan, agar pelaksanaan
pekerjaan lancar dan sesuai yang dipersyaratkan, maka pelaksana jasa konstruksi
harus menyiapkan terlebih dahulu peralatan bahan materiel serta tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan penutup atap, sehingga pekerjaan
dimaksud sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar yang sah.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. genting pelentong setara jati wangi;

b. untuk nok digunakan nok genteng setara jati wangi;

c. pasir pasang yang memenuhi syarat;

d. semen yang memenuhi syarat; dan

e. koral yang memenuhi syarat.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.


53

a. pemasangan genting harus harus mendapatkan alur-alur yang rata dan lurus;

b. overlaping antara genteng harus sesuai dengan syarat pemasangan yang


dikeluarkan oleh genting plentong;

c. genting yang terpasang adalah genting yang utuh dan tidak boleh cacat;

d. warna genting harus sama;

e. hubungan nok dan genting harus rapih dengan adukan kedap air dan tidak
boleh bocor;

f. penyelesaian genting tepi menggunakan bahan untuk genting tepi; dan

g. untuk nok, digunakan nok genting plentong, cara pemasangan harus sesuai
dengan syarat pemasangan yang dikeluarkan oleh perusahaan genting
tersebut.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 30

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan atap genteng kodok atau setara dan
tata cara pemasangan, serta materiel/bahan yang digunakan, agar pelaksanaan
pekerjaan lancar dan sesuai yang dipersyaratkan, maka pelaksana jasa konstruksi
harus menyiapkan terlebih dahulu peralatan bahan materiel serta tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan penutup atap, sehingga pekerjaan
dimaksud sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. genting kodok setara;

b. untuk nok digunakan nok genting kodok setara;

c. pasir pasang yang memenuhi syarat;

d. semen yang memenuhi syarat; dan

e. koral yang memenuhi syarat.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. pemasangan genting kodok harus harus mendapatkan alur-alur yang rata dan
lurus;
54

b. overlaping antara genting kodok harus sesuai dengan syarat pemasangan


yang dikeluarkan oleh genting kodok setara;

c. genting yang terpasang adalah genting yang utuh dan tidak boleh cacat;

d. warna genting kodok harus sama;

e. hubungan nok dan genting kodok harus rapih dengan adukan kedap air dan
tidak boleh bocor;

f. penyelesaian genting tepi menggunakan bahan untuk genting kodok tepi; dan

g. untuk nok, digunakan nok genting kodok setara jati wangi, cara pemasangan
harus sesuai dengan syarat pemasangan yang dikeluarkan oleh perusahaan
genting kodok setara jati wangi.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 31

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini sama seperti
pada pasal sebelumya akan tetapi bahan yang digunakan adalah genteng beton.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. genteng beton pres;

b. untuk nok digunakan nok genteng beton pres;

c. pasir pasang yang memenuhi syarat;

d. semen yang memenuhi syarat; dan

e. koral yang memenuhi syarat.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. pemasangan genteng harus harus mendapatkan alur-alur yang rata dan lurus;

b. overlaping antara genting harus sesuai dengan syarat pemasangan yang


dikeluarkan oleh genting beton pres;

c. genteng yang terpasang adalah genting yang utuh dan tidak boleh cacat;

d. warna genteng harus sama;


55

e. hubungan nok dan genting harus rapih dengan adukan kedap air dan tidak
boleh bocor;

f. penyelesaian genteng tepi menggunakan bahan untuk genteng tepi; dan

g. untuk nok, digunakan nok genteng beton pres, cara pemasangan harus sesuai
dengan syarat pemasangan yang dikeluarkan oleh perusahaan genting beton
pres.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 32

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Sama seperti halnya pada pasal sebelumnya, bahan
yang digunakan adalah genteng morando glazur.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. genteng morando glazur produksi pabrik dengan kualitas baik atau dengan
persetujuan direksi;

b. untuk nok digunakan nok genting morando glazur;

c. pasir pasang yang memenuhi syarat;

d. semen yang memenuhi syarat; dan

e. koral yang memenuhi syarat.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. pemasangan genting harus harus mendapatkan alur-alur yang rata dan lurus;

b. overlaping antara genting harus sesuai dengan syarat pemasangan yang


dikeluarkan oleh genting morando glazur;

c. genting yang terpasang adalah genting yang utuh dan tidak boleh cacat;

d. warna genting harus sama;

e. hubungan nok dan genting harus rapih dengan adukan kedap air dan tidak
boleh bocor;

f. penyelesaian genting tepi menggunakan bahan untuk genting tepi; dan


56

g. untuk nok, digunakan nok genting morando glazur, cara pemasangan harus
sesuai dengan syarat pemasangan yang dikeluarkan oleh perusahaan genting
morando glazur.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 33

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Sama seperti halnya pada pasal sebelumnya, bahan
yang digunakan adalah genteng keramik.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. genteng keramik produksi pabrik dengan kualitas baik atau dengan persetujuan
direksi;
b. untuk nok, digunakan nok genteng keramik produksi/merk sejenis dengan
gentingnya;

c. pasir pasang yang memenuhi syarat;

d. semen yang memenuhi syarat; dan


e. koral yang memenuhi syarat;

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. pemasangan genting harus harus mendapatkan alur-alur yang rata dan lurus;
b. overlaping antara genting harus sesuai dengan syarat pemasangan yang
dikeluarkan oleh genting keramik tersebut;
c. genting yang terpasang adalah genting yang utuh dan tidak boleh cacat;
d. warna genting harus sama;

e. hubungan nok dan genting harus rapih dengan adukan kedap air dan tidak
boleh bocor;

f. penyelesaian genting tepi menggunakan bahan untuk genting tepi dengan


merk sejenis; dan

g. untuk nok digunakan nok genting keramik cara pemasangan harus sesuai
dengan syarat pemasangan yang dikeluarkan oleh perusahaan genting
keramik.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
57

cara menyemprotkan air ke seluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 34

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Bagian pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan
tentang tata cara pemasangan atap asbes gelombang dan materiel/bahan yang
digunakan serta tenaga kerja yang dibutuhkan.

(2) Bahan. Bahan utama yang digunakan adalah:

a. asbes gelombang besar ex jabesmant sesuai petunjuk;

b. untuk nok asbes gelombang yang sekualitas; dan

c. kait baja lengkap dengan karet seal dan ring.

(3) Pelaksanaan Pemasangan Penutup Atap. Asbes sebelumnya di persiapkan di atas


dengan semua rusuk luar atau rusuk dalam semuanya menghadap kearah yang
sama, supaya lebih memudahkan pemasangan. Tumpangan samping yang benar
adalah rusuk dengan jalur anti kapiler (rusuk dalam). Lebar tumpangan akhir
dipersyaratkan sesuai brosur pemasangan dari pabrik. Untuk pengikat dipergunakan
paku atap asbes gelombang yang sesuai. Untuk menghindari kebocoran bahan
yang dipergunakan tidak boleh cacat.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 35

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
menyediakan, melengkapi semua alat-peralatan perlengkapan semua bahan
materiel serta tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan penutup
atap, serta yang ada hubungannya dengan pekerjaan tersebut, sehingga sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar yang sah.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. bahan baku zincalume clean colorbond dengan ketebalan 0,35 mm;

b. untuk nok digunakan nok zincalume clean colorbond dengan ketebalan 0,35
mm;

c. pasir pasang yang memenuhi syarat;


58

d. semen yang memenuhi syarat; dan

e. koral yang memenuhi syarat;

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. pemasangan multi roof harus mendapatkan alur-alur yang rata dan lurus;

b. overlaping antara multi roof harus sesuai dengan syarat pemasangan yang
dikeluarkan oleh atap multi roof;

c. multi roof yang terpasang adalah multi roof yang utuh dan tidak boleh cacat;

d. warna multi roof harus sama;

e. hubungan nok dan multi roof harus rapih dengan adukan kedap air dan tidak
boleh bocor;

f. penyelesaian multi roof tepi menggunakan bahan untuk multi roof tepi; dan

g. untuk nok digunakan nok multi roof zincalume clean colorbond cara
pemasangan harus sesuai dengan syarat pemasangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan tersebut.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi

Pasal 36

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan tentang tata cara pekerjaan pemasangan penutup atap dengan bahan
atau material atap dari polycarbonate, sebelum melaksanakan pekerjaan atap
polycarbonate pelaksana penyedia jasa konstruksi menyiapkan peralatan,
perlengkapan pendukung, bahan materiel serta tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan dimaksud, sehingga sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar yang sah.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. bahan baku polycarbonat dengan ketebalan 0,5 mm;

b. list alumunium;

c. paku skrup;

d. sealant; dan

e. rangka besi (4 unit).


59

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. pemasangan polycarbonat harus mendapatkan alur-alur yang rata dan lurus;

b. overlaping antara polycarbonat harus sesuai dengan syarat pemasangan yang


dikeluarkan;

c. polycarbonat yang terpasang adalah polycarbonat yang utuh dan tidak boleh
cacat;

d. warna polycarbonat harus sama; dan

e. hubungan list dan polycarbonat harus rapih dengan adukan kedap air dan tidak
boleh bocor.
(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 37

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Bagian pekerjaan pada pasal ini adalah penjelesan
teknis tentang tata cara pemasangan atap seng gelombang dan penjelasan bahan
serta ukuran seng yang akan digunakan serta bahan, dengan tujuan agar
pemasangan seng gelombang sesuai dengan aturan yang dipersyaratkan.

(2) Bahan. Bahan utama yang digunakan adalah:

a. seng gelombang besar jenis bjls 30 kualitas baik dan baru tidak ada karat atau
rusak atau sesuai dengan petunjuk direksi;

b. untuk nok seng gelombang yang sekualitas; dan

c. kait baja lengkap dengan karet seal dan ring.

(3) Pelaksanaan Pemasangan Penutup Atap. Seng gelombang sebelumnya di


persiapkan di atas dengan semua rusuk luar atau rusuk dalam semuanya
menghadap kearah yang sama, supaya lebih memudahkan pemasangan.
Tumpangan samping yang benar adalah rusuk dengan jalur anti kapiler (rusuk
dalam). Lebar tumpangan akhir dipersyaratkan sesuai brosur pemasangan dari
pabrik. Untuk pengikat dipergunakan paku atap seng gelombang yang sesuai.
Untuk menghindari kebocoran bahan yang dipergunakan tidak boleh cacat. Setelah
atap seng gelombang terpasang dengan rapi maka permukaan atas seng
gelombang harus dicat dengan cat zincromate warna sesuai dengan petunjuk
direksi.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
60

cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 38

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan
teknis tentang tata cara pemasangan atap spandek, ukuran ketebalan bahan yang
digunakan, serta menyiapkan alat-alat bantu yang akan digunakan dan menyiapkan
tenaga manusia yang akan mengerjakan penutup atap yang dimaksud, sehingga
sesuai dengan persyaratan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan utama yang digunakan adalah:

a. besi kanal c 125 x 75 x 2 atau ukuran sesuai dengan gambar rencana;

b. besi siku 50 x 50 x 6 untuk dudukan gording;

c. baut hitam untuk membuat gording dan besi siku;

d. bahan spandek adalah zingalume G-550 High Tensile product (minimum


tegangan leleh 550 Mpa) sesuai standart ASTM A 792 dengan ketebalan
minimum 0,4 mm, dengan bahan zincalum atau galvanis jenis anti karat dan
dengan warna menyesuaikan lapangan atau menurut petunjuk direksi;

e. nok spandek merk dan jenis serupa dengan spandek nya; 

f. besi beton ø 10 mm untuk pengaku/trackstang; dan

g. besi siku l 50 x 50 x 5 dan besi beton ø 16 mm untuk ikatan angin.

(3) Pelaksanaan Pemasangan Penutup Atap.

a. Pemasangan kerangka atap/gording dari kanal C yang dibuat 2 buah pada sisi
besi siku L 50 x 50 x 5 yang dilas pada balok portal setiap jarak maximum 1,5
meter dan diberi trackstang Ø 10 mm sesuai gambar rencana.
Disarankan untuk melaksanakan penyambungan gording pada tiap balok
portal, namun apabila tidak, maka penyedia jasa konstruksi harus membuat
konstruksi penyambungan gording dan mengajukan rencana kepada direksi.
Pelaksanaan pemasangan dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
direksi; dan

b. Pemasangan atap spandek dipersiapkan di atas dengan semua rusuk luar atau
rusuk dalam semuanya menghadap kearah yang sama, supaya lebih
memudahkan pemasangan. Tumpangan samping yang benar adalah rusuk
dengan jalur anti kapiler (rusuk dalam). Lebar tumpangan akhir dipersyaratkan
sesuai brosur pemasangan dari pabrik.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
61

cara menyemprotkan air ke seluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.

Pasal 39

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup Bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pemasangan penutup atap trimdek dan ukuran
dan bahan yang akan digunakan serta serta penyiapan segala peralatan yang
dibutuhkan selama proses pemasangan penutup atap trimdek sehingga pekerjaan
tersebut sesuai dengan persyaratan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan utama yang digunakan adalah:

a. Besi Kanal C 125 x 75 x 2 atau ukuran sesuai dengan gambar rencana;

b. Besi siku 50 x 50 x 6 untuk dudukan gording;

c. Baut hitam untuk membuat gording dan besi siku;

d. Bahan trimdek adalah zingalume colourbond TCT dengan ketebalan minimum


0,4 mm dan dengan warna menyesuaikan lapangan atau menurut petunjuk
direksi;

e. Nok trimdek merk dan jenis serupa dengan trimdek nya; 

f. Besi beton Ø 10 mm untuk pengaku/trackstang; dan

g. Besi siku L 50 x 50 x 5 dan besi beton Ø 16 mm untuk ikatan angin.

(3) Pelaksanaan Pemasangan Penutup Atap.

a. pemasangan kerangka atap/gording dari kanal C yang dibuat 2 buah pada sisi
besi siku L 50 x 50 x 5 yang dilas pada balok portal setiap jarak maximum 1,5
meter dan diberi trackstang Ø 10 mm sesuai gambar rencana.
Disarankan untuk melaksanakan penyambungan gording pada tiap balok
portal, namun apabila tidak maka Penyedia jasa konstruksi harus membuat
konstruksi penyambungan gording dan mengajukan rencana kepada direksi.
Pelaksanaan pemasangan dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
direksi; dan

b. pemasangan atap trimdeck dipersiapkan di atas dengan semua rusuk luar atau
rusuk dalam semuanya menghadap kearah yang sama, supaya lebih
memudahkan pemasangan. Tumpangan samping yang benar adalah rusuk
dengan jalur anti kapiler (rusuk dalam). Lebar tumpangan akhir dipersyaratkan
sesuai brosur pemasangan dari pabrik.

(4) Setelah pekerjaan penutup atap selesai atau pekerjaan secara keseluruhan selesai
100 %, penyedia jasa konstruksi wajib melaksanakan uji fungsi kebocoran dengan
cara menyemprotkan air keseluruh bidang atap dan pastikan bahwa penutup atap
tidak bocor dan dibuatkan berita acara uji fungsi.
62

Pasal 40

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pemasangan pekerjan kusen dan bahan yang akan digunakan
serta peralatan, pelaksana atau penyedia jasa konstruksi terlebih dahulu
menyiapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan, serta tukang yang ahli
dalam pemasangan kusen pintu sehingga sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan material yang digunakan adalah:

a. kayu kamper samarinda 6/15 atau yang setara, yang kering/dikeringkan, dan
diawetkan dengan bahan kimia/anti rayap; dan

b. paku-paku, sekrup angker ø 1”, besi secukupnya.

(3) Pelaksanaan Pembuatan/Pembuatan Pekerjaan Kusen.

a. pembuatan kusen kayu harus sesuai dengan gambar rencana, setiap


hubungan harus benar-benar siku-siku, rapat, serta pemasangan tiang harus
vertikal;

b. pembuatan dan pemasangan harus dilakukan oleh tenaga kerja/tukang yang


ahli;

c. penguat kusen pintu jendela dengan angker besi minimum 3 atau 2 buah
sesuai petunjuk direksi; dan

d. hasil pembuatan dan pemasangan kusen harus siku-siku, rata, dan rapi serta
tidak cacat.

Pasal 41

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan ini adalah sama seperti
halnya pemasangan kusen kayu yaitu tentang penjelasan teknis yang berubungan
dengan pemasangan kusen aluminium, sehingga sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan materiel yang digunakan adalah:

a. alumunium 5/10 (anodized/colour bond), tidak cacat, tidak bengkok-bengkok


atau penyok, berkualitas baik atau menurut persetujuan direksi;

b. kusen bv besi c 150;65;20;3,2, tidak cacat, berkarat, berkualitas baik atau


menurut persetujuan direksi;

c. sekrup angker standar produksi alkan indonesia; dan


63

d. dprofil daun pintu dan jendela alumunium mengikuti standar produksi alkan
indonesia.

(3) Pelaksanaan Pembuatan Pekerjaan Kusen:

a. pembuatan kusen alumunium dan besi harus sesuai dengan gambar rencana,
setiap hubungan harus benar-benar siku-siku, rapat, serta pemasangan tiang
harus vertikal;

b. pembuatan dan pemasangan harus dilakukan oleh tenaga kerja/tukang yang


ahli;

c. penguat kusen pada dinding/lantai dengan baut angker minimum tiap 50 cm


atau sesuai petunjuk direksi; dan

d. hasil pembuatan dan pemasangan kusen harus siku-siku, rata dan rapi serta
tidak cacat.

Pasal 42

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan ini adalah penjelsan teknis
tentang tata cara pemasangan kusen pintu besi dan dimensi besi yang digunakan
serta peralatan, untuk itu penyedia jasa konstruksi agar menyiapkan peralatan,
bahan materiel serta tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pembuatan/pemasangan kusen tersebut sehingga sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan material yang digunakan adalah:

a. besi C 150 x 65 x 20 x 3,2 tidak cacat, tidak bengkok-bengkok atau penyok,


berkualitas baik atau menurut persetujuan direksi;

b. sekrup angker standar produksi KS Indonesia; dan

c. profil daun pintu mengikuti standar produksi KS Indonesia.


(3) Pelaksanaan Pembuatan Pekerjaan Kusen.

a. pembuatan kusen besi harus sesuai dengan gambar rencana, setiap hubungan
harus benar-benar siku-siku, rapat, serta pemasangan tiang harus vertikal;

b. pembuatan dan pemasangan harus dilakukan oleh tenaga kerja/tukang yang


ahli;

c. penguat kusen pada dinding/lantai dengan baut angker minimum tiap 50 cm


atau sesuai petunjuk direksi; dan

d. hasil pembuatan dan pemasangan kusen harus siku-siku, rata, dan rapi serta
tidak cacat.
64

Pasal 43

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pemasangan daun pintu dan daun jendela kayu,
ukuran dan bahan yang akan digunakan, peralatan, sehingga diharapkan
pemasangan daun pintu dan daun jendela kayu yang sesuai dengan persyaratan
dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. kerangka kayu kamper tebal 5 cm lebar 10, 12 atau 15 cm sesuai kebutuhan


dan petunjuk direksi;

b. papan ukuran tebal 2 cm lebar 30 cm;

c. teakwood tebal 3 mm, kualitas yang terbaik;

d. tripleks tebal 3 cm;

e. formika putih/biru atau warna lain yang sesuai; dan

f. lem aica aibon;

(3) Pelaksanaan Pembuatan/Pemasangan.

a. kerangka pintu dan jendela dibuat dari kayu kamper yang kering/dikeringkan
dengan sambungan pantek/baji demikian rupa sehingga pintu tidak
sender/meleot;

b. kerangka pintu dan jendela harus benar-benar siku dan rata atau dengan
kerangka mendatar; ukuran disesuaikan dengan gambar;

c. pasangan teakwood pada kerangka pintu dilakukan dengan lem (tidak boleh
dipaku) untuk semua pintu pada dua muka; sedangkan untuk pintu kamar
mandi/wc bagian muka-belakang/dalam dilapis almunium;

d. pembuatan dan pemasangan pintu dan jendela harus benar-benar kokoh, rapi,
berbidang rata, siku-siku, dan menempel pada sekonengan pintu dengan
toleransi renggang maximum 2 mm;

e. setiap daun jendela dipasang 1 (satu) grendel dan 1 (satu) hak angin; dan

f. fpintu panel terbuat dari papan/panel ukuran 3/30 dengan kerangka tiang
ukuran 4/12 ambang bawah 4/20, sambungan panel luar dalam diberi alur
dengan jarak yang sama kedalaman alur 1 cm lebar 1 cm.

Pasal 44

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pemasangan daun pintu aluminium, ukuran, dan
65

bahan yang akan digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan daun


pintu dan daun jendela kayu yang sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Bahan. Semua bahan yang dipergunakan harus bebas dari segala kotoran
termasuk karat dan tidak cacat. Adapun bahan yang digunakan:

a. rangka almunium colour bond 5/10; dan

b. angkur baut hitam;

(3) Pelaksanaan.

a. daun pintu dibuat dari rangka almunium colour bond 5/10 harus siku dan rata;

b. rangka almunium dipasang sistem paku rivet yang sebelumnya


diterapkan/disetel;

c. pemasangan engsel pintu harus sesuai dengan gambar bestek;

d. pemasangan kunci pintu dipasang menurut gambar rencana; dan

e. ukuran pintu; lebar 90, 85, 75 cm, tinggi 210 cm terdiri dari dua, satu daun
pintu dilengkapi dengan engsel pintu.

Pasal 45

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pemasangan daun pintu baja, ukuran dan bahan
yang akan digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan daun bajayang
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Semua bahan yang dipergunakan harus bebas dari segala kotoran
termasuk karat. Adapun bahan yang digunakan:

a. rangka baja L 60 x 60 x 6 atau sesuai dengan gambar rencana;

b. plat baja tebal 1 mm; dan

c. angkur baut hitam.

(3) Pelaksanaan.

a. daun pintu dibuat dari rangka L 60 x 60 x 6; harus siku dan rata;

b. rangka diagonal dipasang kolom setiap 2,80 m² dari besi L 60 x 60 x 6;

c. plat dipasang sistem las yang sebelumnya diterapkan/disetel dengan baut;

d. bila semua sudah terpasang pintu supaya dicat besi dengan prosedur
pengecatan seperti tercantum pada poin pengecatan; dan
66

e. pemasangan roda pintu sesuai dengan gambar bestek.

(4) Ukuran Pintu. Lebar 140 cm tinggi 200 cm terdiri dari dua daun pintu dilengkapi
dengan roda atas dan roda bawah.

Pasal 46

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan penggantung, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan penggantung yang sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan/peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. angker/baut/sekrup; dan

b. engsel nylon hing berkualitas baik;

(3) Pelaksanaan Pemasangan Penggantung:

a. tiap pintu dipasang pada kozijn dengan 3 (tiga) buah engsel;

b. tiap jendela dipasang 2 (buah) engsel, untuk jendela membuka ke luar/jungkit;

c. pemasangan peralatan penggantung harus benar-benar rapih serta setiap


sekrup yang disediakan oleh pabrik harus dipasang; dan

d. dihindarkan pemasangan ulang alat-alat penggantung sebab akan


melemahkan.

Pasal 47

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan kunci, bahan yang akan digunakan,
peralatan, sehingga diharapkan pemasangan kunci yang sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan/materiel yang digunakan pada pekerjaan kunci adalah:

a. pintu ke luar/ke dalam. Semua pintu keluar/kedalam digunakan kunci tanam


merk solid double slaang;

b. pintu kamar mandi/wc. Pintu kamar mandi/WC digunakan kunci merk Tisa
yang khusus untuk toilet;dan

c. semua handle merk solid.

(3) Pemasangan.

a. sebelum pemasangan kunci, daun pintu harus sudah disetel dan di lot secara
baik;
67

b. pemasangan kunci harus menggunakan perlengkapan (accesories) kunci


tersebut dari pabrik; dan

c. tidak boleh ada kesalahan pada pemasangan kunci tersebut.

Pasal 48

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan acoustic tile, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan acoustic tile yang sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Pengendalian Pekerjaan. NI-3-1970. NI-5-1961. ASTM. JIS. Standar spesifikasi


dari pabrik pembuatnya dan persyaratan ini.

(3) Bahan-Bahan.

a. mineral fiber;

b. tebal 12 mm;

c. ukuran 50 x 120 cm; dan

d. tidak mudah terbakar (non combustible).

(4) Produksi.

a. nittobo;

b. national;

c. armstrong.

(5) Tipe.

a. system lay in; dan

b. tegular reveal edge.

(6) Persyaratan.

a. noise reduction coeffcient : 50 – 60;

b. sound transmission class : 40 – 44;

c. light reflectance : 75 %;

d. flame spread : 0 – 25 test methode ASTM;


68

e. humidty : temperatur 30C mencapai 85% dalam 24


jam;

f. rangka penggantung plafond dari bahan metal galvanis dan almunium; dan

g. penyedia jasa konstruksi harus menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan


digunakan kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.

(7) Pelaksanaan.

a. penyedia jasa konstruksi harus menyerahkan gambar rencana pemasangan


kepada pengawas dalam skala 1 : 50 dan detail skala 1 : 5 dan 1 : 3,
memperlihatkan detail-detail pemasangan langit-langit yang berhubungan
dengan lampu-lampu, pinggiran-pinggiran, dan sebagainya untuk disetujui;
b. acoustic tile yang dipasang adalah acoustic tile yang telah dipilih dengan baik,
bentuk dan ukuran setiap unit sama, tidak ada bagian yang retak dan cacat.
pemasangan dilakukan oleh tenaga-tenaga yang terampil/ahli khusus untuk
pekerjaan ini dengan menunjukan surat keterangan/referensi pekerjaan sejenis
yang sudah pernah dikerjakan;

c. sebelum pemasangan langit-langit, pekerjaan lain yang terletak di atasnya


harus sudah terpasang dengan sempurna;

d. bila gambar rencana pemasangan M & E tidak tercantum dalam gambar


rencana langit-langit/ceiling plan, maka Penyedia jasa konstruksi harus meneliti
lebih dulu pada gambar instalasi tersebut dan berkonsultasi kepada Pengawas;
dan

e. hasil pekerjaan langit-langit harus rapih dan tidak ada flek, kotor, gompal serta
sambungan antara unit acoustic merupakan garis lurus.  Hasil pemasangan
permukaan langit-langit acoustic memenuhi persyaratan standar toleransi
antara 1-2 mm/m.

Pasal 49

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan plafond, bahan yang akan digunakan,
peralatan, sehingga diharapkan pemasangan plafond yang sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Sebagai bahan utama yang digunakan adalah:

a. asbes yang digunakan tebal 5 mm, dimensi potongan sesuai gambar atau atas
petunjuk direksi;

b. list plafond menggunakan asbes berkualitas baik, motif menyesuaikan atau


menurut petunjuk direksi;

c. frame penggantung terbuat dari rangka hollow dengan ukuran 3 x 4 cm dan 4 x


4 cm dengan penggantung besi beton.
69

d. rangka hollow di cat meni ICI Chromate untuk baja yang tidak di galvanish;

e. mur khusus asbes dengan ukuran menyesuaikan;

f. kasa khusus sambungan asbes kualitas baik; dan

g. dempul asbes dengan merk/kualitas terbaik sehingga tidak menimbulkan


pecah-pecah.

(3) Pelaksanaan Pembuatan/Pemasangan Plafond.


a. Kerangka plafond digantung pada besi beton/profil sehingga bisa dijamin
kekakuannya pada arah horizontal maupun vertikal;

b. Hubungan klos-klos penguat harus rapih dan lurus, sudut pertemuan harus
siku-siku dan sambungan tidak boleh melendut;

c. Kerangka pembagi dibuat modul ukuran 60 x 120 cm;

d. Pemasangan plafond asbes dengan cara di mur pada rangka plafond atau
hollow dan mur ditutup dengan dempul khusus asbes sehingga tidak tampak
murnya;

e. Pemasangan penutup plafond harus rapi dan presisi sehingga tidak terlihat
sambungan antara asbes yang terlihat menjadi saatu kesatuan plafond tanpa
sambungan;

f. Penyambungan plafond antara asbes dengan asbes menggunakan kasa


sambungan asbes dan di dempul dengan bahan khusus dempul asbes
sehingga tidak terlihat sambungan/nat pada plafond asbes;

g. List plafond dipasang setelah plafond terpasang dan di dempul hingga menjadi
satu kesatuan dengan plafond; dan

h. Pekerjaan plafond asbes harus dikerjakan oleh ahli di bidangnya.

Pasal 50

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan plafond eternit, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan plafond yang sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.
(2) Bahan. Sebagai bahan utama yang digunakan adalah:

a. kayu bengkirai. Untuk konstruksi kerangka, pengaku plafond, kayu yang


digunakan 6/10, 5/7 dan 6/12 sesuai kebutuhan;
b besi beton ø 6 mm dan ø 8 mm. digunakan untuk penggantung kerangka
plafond;
70

c. plafond eternit. Eternit yang digunakan tebal 5 mm, dimensi potongan sesuai
gambar atau atas petunjuk direksi;

d. plafond multiplek. Multiplek yang digunakan tebal 6 mm, dimensi potongan


sesuai gambar atas petunjuk direksi; dan

e. list ornamen plafond. List ornamen dari bahan kayu kamper.

(3) Pelaksanaan Pembuatan/Pemasangan Plafond.


a. kerangka plafond dari kayu bengkirai dengan balok 6/10 sebagai balok
kerangka induk, 5/7 balok kerangka pembagi dan klos-klos serta penggantung
kerangka dapat dari kayu 5/7 atau besi beton ø 6 mm dan ø 8 mm sesuai
kebutuhan, sehingga dapat menjamin kerangka benar-benar rata, kokoh, dan
horizontal;

b. hubungan klos-klos pengikat harus rapi dan lurus, sudut pertemuan harus siku-
siku dan sambungan tidak boleh melendut;

c. kerangka pembagi dibuat dengan modul utama 100 x 100 cm. jarak antara
kotak/nat adalah 5 mm atau yang ditentukan oleh direksi;

d. pemasangan penutup harus rapi dan mendapatkan garis-garis nat yang lurus
dan tiap pertemuan benar-benar siku-siku; dan

e. pemasangan list ornamen plafond harus rapih dan mendapatkan garis sesuai
dengan petunjuk direksi.

Pasal 51

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan plafond gypsum, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan plafond gypsum yang
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Sebagai bahan utama yang digunakan adalah:

a. bahan penutup plafon gypsum acustic tebal 10 mm berukuran 60 x 120 cm


berkualitas baik;

b. list plafond menggunakan gypsum berkualitas baik, motif menyesuaikan atau


menurut petunjuk direksi;

c. frame penggantung terbuat dari rangka hollow dengan ukuran 3 x 4 cm dan


4 x 4 cm dengan penggantung besi beton;

d. rangka hollow di cat menie ici chromate untuk baja yang tidak digalvanis;

e. mur khusus gypsum dengan ukuran menyesuaikan;

f. kasa khusus sambungan gypsum kualitas baik; dan


71

g. dempul gypsum dengan merk/kualitas terbaik sehingga tidak menimbulkan


pecah-pecah.

(3) Pelaksanaan Pembuatan/Pemasangan Plafond.

a. kerangka plafond digantung pada besi beton/profil sehingga bisa dijamin


kekakuannya pada arah horizontal maupun vertikal;

b. hubungan klos-klos penguat harus rapih dan lurus, sudut pertemuan harus
siku-siku dan sambungan tidak boleh melendut;

c. kerangka pembagi dibuat modul ukuran 60 x 120 cm;

d. pemasangan plafond gypsum dengan cara di mur pada rangka plafond atau
hollow dan mur ditutup dengan dempul khusus gypsum sehingga tidak tampak
murnya;

e. pemasangan penutup plafond harus rapi dan presisi sehingga tidak terlihat
sambungan antara gypsum, yang terlihat menjadi satu kesatuan plafond tanpa
sambungan;

f. penyambungan plafond antara gypsum dengan gypsum menggunakan kasa


sambungan gypsum dan di dempul dengan bahan khusus dempul gypsum
sehingga tidak terlihat sambungan/nat pada plafond gypsum;

g. list plafond dipasang setelah plafond terpasang dan di dempul hingga menjadi
satu kesatuan dengan plafond; dan

h. pekerjaan plafond gypsum harus dikerjakan oleh ahli dibidangnya.

Pasal 52

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan plafond kalsiboard, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan plafond kalsiboard yang
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Sebagai bahan utama yang digunakan adalah:

a. bahan penutup plafon kalsiboard acustic tebal 10 mm berukuran 60 x 120 cm


berkualitas baik;

b. list plafond menggunakan kalsiboard berkualitas baik, motif menyesuaikan atau


menurut petunjuk direksi;

c. frame penggantung terbuat dari rangka metalfuring dengan ukuran


menyesuaikan lapangan atau gambar rencana sehingga kokoh dengan
penggantung besi beton;
72

d. rangka metalfuring harus di galvanish;

e. mur khusus kalsiboard dengan ukuran menyesuaikan;

f. kasa khusus sambungan kalsiboard kualitas baik; dan

g. dempul kalsiboard dengan merk/kualitas terbaik sehingga tidak menimbulkan


pecah-pecah.

(3) Pelaksanaan Pembuatan/Pemasangan Plafond.

a. kerangka plafond digantung pada besi beton/profil sehingga bisa dijamin


kekakuannya pada arah horizontal maupun vertikal;

b. hubungan klos-klos penguat harus rapih dan lurus, sudut pertemuan harus
siku-siku dan sambungan tidak boleh melendut;

c. kerangka pembagi dibuat modul ukuran 60 x 120 cm;

d. pemasangan plafond kalsiboard dengan cara di mur pada rangka plafond atau
hollow dan mur ditutup dengan dempul khusus kalsiboard sehingga tidak
tampak murnya;

e. pemasangan penutup plafond harus rapi dan presisi sehingga tidak terlihat
sambungan antara kalsiboard, yang terlihat menjadi satu kesatuan plafond
tanpa sambungan;

f. penyambungan plafond antara kalsiboard dengan kalsibord menggunakan


kasa sambungan kalsiboard dan di dempul dengan bahan khusus dempul
kalsibord sehingga tidak terlihat sambungan/nat pada plafond kalsiboard;

g. list plafond dipasang setelah plafond terpasang dan di dempul hingga menjadi
satu kesatuan dengan plafond; dan

h. pekerjaan plafond kalsiboard harus dikerjakan oleh ahli dibidangnya.

Pasal 53

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan plafond triplek, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan plafond yang sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Sebagai bahan utama yang digunakan adalah:

a. kayu bengkirai. Untuk konstruksi kerangka, pengaku plafond, kayu yang


digunakan 6/10, 5/7 dan 6/12 sesuai kebutuhan;

b. besi beton Ø 6 mm dan Ø 8 mm. Digunakan untuk penggantung kerangka


plafond;
73

c. plafond triplek. Triplek yang digunakan tebal 4 mm, dimensi potongan sesuai
gambar atau atas petunjuk direksi; dan

d. list ornamen plafond. List ornamen dari bahan kayu kamper.

(3) Pelaksanaan Pembuatan/Pemasangan Plafond.

a. kerangka plafond dari kayu bengkirai dengan balok 6/10 sebagai balok
kerangka induk, 5/7 balok kerangka pembagi dan klos-klos serta penggantung
kerangka dapat dari kayu 5/7 atau besi beton ø 6 mm dan ø 8 mm sesuai
kebutuhan, sehingga dapat menjamin kerangka benar-benar rata, kokoh dan
horizontal;

b. hubungan klos-klos pengikat harus rapi dan lurus, sudut pertemuan harus siku-
siku dan sambungan tidak boleh melendut;

c. kerangka pembagi dibuat dengan modul utama 100 x 100 cm. jarak antara
kotak/nat adalah 5 mm atau yang ditentukan oleh direksi;

d. pemasangan penutup harus rapi dan mendapatkan garis-garis nat yang lurus
dan tiap pertemuan benar-benar siku-siku; dan

e. pemasangan list ornamen plafond harus rapih dan mendapatkan garis sesuai
dengan petunjuk direksi.

Pasal 54

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan listplank, bahan yang akan digunakan,
peralatan, sehingga diharapkan pemasangan listplank yang sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. papan kayu kamper tebal minimum 3 cm tinggi sesuai gambar (± 30 cm);

b. skrup dan baut sesuai kebutuhan; dan

c. paku-paku sesuai kebutuhan.

(3) Pelaksanaan. Pemasangan litsplank harus dipaku dan dibaut pada kloos/pelat-
pelat simpul yang telah dipersiapkan pada kuda-kuda/gording/batang pemaku.
Hasil pemasangan harus datar/lurus dan rapi serta tidak boleh ada cacat.

Pasal 55

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan kalsiplank, bahan yang akan
74

digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan kalsiplank yang sesuai


dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. grc tebal minimum 1 cm tinggi sesuai gambar (± 30 cm);

b. skrup dan baut sesuai kebutuhan; dan

c. paku-paku sesuai kebutuhan.

(3) Pelaksanaan. Pemasangan kalsiplank harus dipaku dan dibaut pada kloos/pelat-
pelat simpul yang telah dipersiapkan pada kuda-kuda/gording/batang pemaku.
Hasil pemasangan harus datar/lurus dan rapi serta tidak boleh ada cacat.

Pasal 56

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan kaca, bahan yang akan digunakan,
peralatan, sehingga diharapkan pemasangan kaca yang sesuai dengan persyaratan
dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. kaca biasa/jernih tebal 5 mm rata dan tidak menggelombang; dan

b. lem, plamur dan dempul.

(3) Pelaksanaan Pemasangan Kaca.

a. pemotongan kaca harus siku dengan ukuran sesuai gambar rencana ukuran
diberikan toleransi 2 mm;

b. pemasangan tidak boleh terlalu keras/kaku harus diberikan kelonggaran


dengan ganjal plamur/dempul;

c. untuk safety sebelum memotong kaca harus dilakukan pengukuran-


pengukuran pada bidang-bidang yang akan dipasang kaca dengan teliti; dan

d. hasil pemasangan kaca harus rapi tidak terlalu keras/kencang dan sesuai
dengan persyaratan-persyaratan dan gambar-gambar rencana.

Pasal 57

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan lantai keramik, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan lantai keramik yang sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:


75

a. pasir. Harus bersih, tajam tidak mengandung lumpur, tanah, bahan organik
lainnya. Harus diayak lewat lubang 2 mm untuk adukan;

b. semen. Setara Tiga Roda, Gresik sesuai dengan PBI 1971 dan NI-8 Tahun
1969;

c. air. Harus bersih, tawar dan bebas dari bahan-bahan asam, alkali dan bahan
organik lainnya; dan

d. keramik. Keramik yang dipasang merk IKAD atau yang sekualitas, dengan
ukuran 10/20, 20/20, dan 30/30 cm.

(3) Pelaksanaan Pemasangan. Pelaksanaan pekerjaan diatur sebagai berikut:

a. sebelum pemasangan keramik, harus dilakukan pembuatan plat beton atau


lantai kerja dengan ketebalan 5 – 7 cm atau pelaksanaan disesuaikan dengan
gambar;

b. semua pekerjaan instalasi pipa-pipa harus ditanam dahulu dengan baik;

c. pemasangan dengan adukan 1 pc : 4 pasir sebagai alas dan diaci pc untuk nat-
natnya;

d. sebelum dipasang keramik harus direndam dalam air minimum 6 jam, untuk
mencegah pemuaian dari keramik pada pasca pemasangan;

e. hasil pemasangan keramik/plint harus benar-benar waterpas dan dengan nat


yang lurus dan rapi serta di finishing teak oil;

f. demikian setelah selesai harus segera dibersihkan dan digosok sehingga


mengkilat; dan

g. untuk lantai keramik sebelum dipasang harus dibuat lantai pengerasan lebih
dulu dari bahan beton plat slab.

Pasal 58

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan lantai beton, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan lantai keramik yang sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen adalah portland cement yang telah disetujui oleh direksi yang
memenuhi syarat S-400 menurut standar semen Indonesia (NI-8-1972),
misalnya Semen Gresik, Cibinong, dan lain-lain;
76

b. pasir. Adalah pasir beton alam yang mempunyai modulus kehalusan butir 2
sampai 32 sesuai PBI-1971;

c. kerikil/koral. Adalah kerikil/koral sungai yang bersih dan bebas dari bagian-
bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang panjang-panjang serta bersih
dari bahan alkali, organis, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak;

d. aggregate kasar. Adalah batu ex pecah (tangan/stone crusher) harus


bergradasi baik, dengan ukuran butir 5 mm - 25 mm dan harus sesuai
persyaratan dalam NI-2 PBI 1971; dan

e. air. Air harus bersih bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam dan
kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut harus
sesuai ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton.

(3) Mutu beton. Mutu beton yang dipakai adalah untuk nonstruktural seperti rabat
adalah K-80/K-100, harus sesuai PBI 1971 dan melalui test labs.

(4) Begisting. Mutu begisting harus dapat menjamin sehingga hasil kontruksi beton
sesuai dengan ukuran dan mutu yang ditentukan. Oleh karena itu dapat dari kayu
bermutu kelas IV.

(5) Komposisi/Adukan. Adukan beton nonstruktural K-80-100 dengan 1 PC : 3 PS : 5


KR dan 1 PC : 2 PS : 3 KR.

(6) Nilai Slump. Nilai slump harus lebih dari 9.

(7) Pengaduk Beton. Dipersyaratkan setiap pengadukan mortal beton harus dengan
Concrete Mixer dengan kapasitas yang mencukupi untuk maksud pekerjaan
tersebut.

(8) Pelaksanaan Pengecoran. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. beton tidak boleh dicor sebelum cetakan, pemasangan instalasi-instalasi yang


harus ditanam, pengikatan telah selesai serta telah diperiksa direksi dengan
bukti izin pengecoran;

b. permukaan yang harus dicor bersih dan tidak ada air menggenang.
permukaan begisting yang dapat menyerap banyak air harus dibasahi dahulu;

c. transportasi pengecoran dapat dengan cara memakai ember dan tenaga


manusia; dan

d. pengecoran tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter dan tidak boleh
sewaktu hujan.

(9) Curing. Konstruksi beton harus dirawat (cured) dengan disiram air sampai beton
telah mengeras benar (14 hari).

(10) Perlindungan. Perlu melindungi semua konstruksi beton terhadap kerusakan-


kerusakan.
77

(11) Perbaikan Beton. Bila ada kerusakan beton maka harus diperbaiki dengan cara
mengasari permukaan, pengeleman dengan bahan aditive, baru dilaksanakan
pengecoran lagi dan atau pemelesteran.

Pasal 59

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan lantai homogenous, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan lantai homogenous yang
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. jenis homogenous tile produksi Essenza, GRANITO TM, ukuran 40 x 40 cm;

b. finish permukaan halus (polish); dan

c. bahan perekat Mortar flex MU-450, PM410(exterior&wet interior), PM420


(interior) ,AM 30.

(3) Pelaksanaan Pemasangan. Pelaksanaan pekerjaan diatur sebagai berikut:

a. homogenous tile dipasang dengan menggunakan bahan perekat, nad serapat


mungkin, maksimum 1 mm. pada bagian-bagian yang dipasang vertikal harus
diperkuat dengan kaitan-kaitan dari pelat baja st. steel yang dipaku kuat
kepada dinding;

b. setelah homogenous tile harus sama membentuk garis lurus bidang


permukaan lantai harus rata dan waterpass serta tidak ada bagian-bagian yang
bergelombang celah-celah antara masing-masing unit dicor dengan air semen
kental yang diberi cat warna sama dengan granitnya, dilakukan sedemikian
rupa sehingga seluruh celah terisi padat;

c. setelah itu dipoles dengan mesin poles sehingga betul-betul rata dan dikilapkan
dengan wax khusus untuk keperluan tersebut atau rubbing compound; dan

d. pemotongan homogenous tile harus dilakukan dengan baik dan rapi, dikerjakan
oleh orang-orang yang ahli untuk itu dengan menggunakan mesin pemotong
homogenous tile. bahan-bahan yang dapat mengakibatkan noda-noda pada
lantai seperti minyak, residu, teak oil dan lain-lain harus dijauhkan dari
permukaan lantai.

Pasal
60

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pengecatan, bahan yang akan
digunakan, dan peralatan, sehingga diharapkan pemasangan pengecatan yang
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.
78

(2) Bahan. Bahan cat yang digunakan adalah sebagai berikut:


a. untuk cat kayu digunakan cat lumina, atau yang setara yang ditunjuk direksi;
b. untuk cat tembok bagian dalam warna krem, plafond dan cat kusen kayu
digunakan cat lumina atau atau cat lain yang setara dan disetujui direksi;

c. untuk cat dinding bagian luar bangunan menggunakan cat warna biru langit
merk lumina atau cat lain yang setara warna biru langit dengan weather shield
dan disetujui direksi;
d. untuk cat besi digunakan cat lumina atau cat-cat lain yang setaraf dan disetujui
direksi;

e. untuk cat marking digunakan cat merk lumina atau yang setaraf dan disetujui
direksi; dan
f. bahan pelitur dan teak oil digunakan bahan-bahan pelitur yang baik atas
petunjuk dan persetujuan direksi.

(3) Pelaksanaan Pengecatan.

a. sebelum dilakukan pengecatan dasar, maka bidang yang akan dicat harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan alat pembersih misalnya ampelas,
kain pembersih, dan lain-lain. tidak diperkenankan menggunakan alat
pembersih yang merusakkan struktur bahan;

b. permukaan bidang yang akan dicat harus diratakan benar termasuk


menggunakan plamur, dempul yang khusus sesuai persyaratan bahan yang
akan dicat;

c. proses/tahapan pengecatan harus dilaksanakan secara berurutan dan harus


mempunyai tenggang waktu yang cukup untuk proses pengeringan dari tiap
lapisan cat;

d. pengecatan untuk materi kayu/plywood paling tidak pengampelasan


ke-i/pembersihan kotoran, plamuran, pengampelasan ke-ii/perataan, 1 x cat
dasar, baru 2 x cat penutup/warna. sedangkan untuk bidang yang selalu kontak
dengan air seyogyanya ditambahkan proses pengecatan, cat waterproof,
emulsi, oil base setelah melalui proses pekerjaan plamur, pengampelasan, 1 x
cat dasar dan kemudian 2 x cat penutup;

e. setiap pekerjaan kayu yang bersinggungan dengan pekerjaan beton/tembok


harus dimeni sekurang-kurangnya 2 x (sampai rata) terlebih dahulu sebelum
dipasang;

f. pelaksana pengecatan dapat menggunakan kuas, sprayer atau roller, yang


kesemuanya harus dikerjakan sesuai peraturan-peraturan yang berlaku yaitu
sesuai ni-3 dan ni-4;

g. seluruh hasil pekerjaan pengecatan harus rata, berwarna yang merata pula
tanpa noda/cacat;
79

h. pelaksanaan pekerjaan plituran/teak oil hanya pada bidang teakwood/


plywood/pada pintu/dinding plywood/teakwod atau yang akan ditunjukkan
direksi; dan
j. urutan pekerjaan plituran/teak oil pada dasarnya sampai dengan pengecatan
hanya finishingnya secara berulang-ulang dengan bahan pelitur/teak oil
sehingga mendapat bidang yang halus, licin, jernih, dan bercahaya.

Pasal 61

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan sanitasi, bahan yang akan digunakan,
peralatan, sehingga diharapkan pemasangan sanitasi yang sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. closet jongkok dan closet duduk/monoblock ex toto, warna akan ditentukan


oleh direksi;

b. floor drain dan kran-kran digunakan kualitas terbaik, sesuai petunjuk direksi;

c. bak kamar mandi fibreglass kualitas terbaik warna akan ditentukan oleh direksi;

d. septicktank dan rembesan. Materiel untuk pekerjaan tersebut ialah:

1. pasir (pasang, beton, urug) semen, air, bata;

2. bahan-bahan beton konstruksi berkualitas baik;

3. batu kali/batu bronjol dan kerikil;

4. ijuk harus berserat yang tidak terlalu besar, bersih dari kotoran-kotoran
yang melekat;

5. pipa tanah/keramik yang dibakar, baik berlubang maupun yang tidak


lengkap dengan mof/fitting; dan

6. pipa pvc/pipa besi/leiding ø 2" untuk pembuangan udara/venting.

(3) Pelaksanaan Pemasangan/Pembuatan.

a. Pemasangan closet dilaksanakan sebagai berikut:

1. seluruh pekerjaan tersebut harus dipasang pada lokasi/point sesuai


gambar dan atau atas petunjuk direksi;

2. setiap pemasangan harus sesuai brosur pemasangan peralatan tersebut


di atas;
80

3. setiap sistem pembuangan air/afvoer harus benar-benar menjamin


pengaliran airnya keseluruh pembuangan induk; dan

4. hasil pemasangan harus benar-benar rapih, tidak cacat dan sesuai


gambar dan atau atas petunjuk direksi.

b. Pembuatan Septicktank dan Rembesan.

1. semua pasangan bata harus trasraam dengan mortal 1 PC : 2 PS,


termasuk plesteran;

2. Semua konstruksi beton pada bangunan septicktank harus dengan 1 PC :


1,5 PS : 2,5 KR;

3. Penarikan/pemasangan pipa keramik harus benar benar memenuhi


kemiringan dan pada peil-peil yang tertentu sesuai gambar rencana;
4. Perlu dibuat bak-bak kontrol dengan persyaratan seperti pada pekerjaan
septicktank nya;

5. Pipa rembesan dipakai pipa tanah/keramik yang berlubang-lubang,


sambungan dengan mof dan tanpa diisi adukan;

6. Sebelum dipasang, kerikil/koral/batu bronjol/injuk harus dicuci terlebih


dahulu; dan
7. Hasil pekerjaan pembuatan/pemasangan septicktank/rembesan ini harus
baik, sesuai gambar, dan persyaratan yang diminta.

Pasal 62

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan drainase, bahan yang akan
digunakan, peralatan, sehingga diharapkan pemasangan drainase sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Persyaratan Bahan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan drainage pasangan


batu kali adalah sebagai berikut:
a. batu belah/batu kali. Adalah untuk pasangan padat dari batu kali yang dibelah
3 sisi bekas belahan dan tidak keropos mempunyai warna kebiru-biruan;
 
b. batu koral. Yang digunakan adalah batu dari sungai atau ex stone Crusher
dari jenis yang keras tidak rapuh dan mempunyai gradasi Ø ½ - 3 Cm (teratur).
Batu ini harus bersih dari segala kotoran. Syarat-syarat lain harus memenuhi
peraturan dalam PBI-1971;
 
c. pasir.  Ketentuan untuk pemakaian pasir sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pasir pada Concrete Slab/Apron Rigid Pavement;
 
81

d. portland cement. Persyaratan PC harus NI-8 atau ATSM, C-150 type I dan


memenuhi persyaratan PBI-1971. Ketentuan lain sesuai dengan ketentuan
pada Apron Rigid Pavement;

e. AIR. Air dipergunakan untuk adukan pasangan batu kali, plesteran dan mortal
beton serta untuk penyiraman, bila diperlukan air harus bersih tidak
mengandung lumpur, asam, atau minyak. Persyaratan harus sesuai dengan
ketentuan PBI-1971; dan

f. profillering. Begisting untuk membuat gorong-gorong dapat menggunakan


kayu dolken/bambu dan papan begisting dari kayu meranti atau kayu hutan
lain, namun kekuatan harus diperhitungkan sesuai kebutuhan.

(3) Pekerjaan Persiapan. Dalam melaksanakan pembuatan saluran batu kali dan
gorong-gorong perlu melakukan:
a. pematokan. Patok duga dibuat diluar bangunan yang akan dibuat dari patok
kayu yang kuat dan diberi peil  ± 0,00 M'. Patok ini harus dijaga jangan
sampai dan tidak berubah serta dibongkar setelah pelaksanaan pekerjaan ini
selesai; dan

b. profillering.  Penyedia jasa konstruksi harus membuat profil-profil bentuk


saluran/drainage dengan kemiringan dasar yang menjamin lancarnya aliran air
dan sesuai dengan gamb
ar rencana/gambar untuk kerja.

(4) Pekerjaan Tanah. Pelaksanaan pekerjaan galian tanah harus sesuai dengan profil-
profil yang telah  dibuat berdasarkan  rencana kerja. Pekerjaan galian dapat
dilakukan dengan Excavator/Backhoe atau dengan tenaga manusia. Kedalaman
dan kemiringan harus disesuikan dengan gambar rencana yang telah disetujui oleh
direksi. Pelaksanaan pekerjaan galian harus dalam kondisi kering sehingga
memungkinkan pekerjaan pasangan batu kali dapat dilaksanakan tanpa gangguan.
Tanah bekas galian dapat dibuang untuk mengurug maupun untuk dipakai sebagai
bahu drainage sebelah luar.

(5) Pekerjaan Pengurugan. Pekerjaan pengurugan dilakukan pada bagian drainage


yang mana untuk mencapai pembuatan dasar drainage masih memerlukan
pengurugan tanah dahulu. Pada bagian ini harus benar dipadatkan sehingga
kemungkinan penurunan  dikemudian  hari dapat dicegah. Pekerjaan pembuatan
dasar drainage dari pasangan dari bagian ini baru dilakukan setelah mengalami
masa 45 hari setelah  dipadatkan  benar. Proses pemadatan harus dalam kondisi
lembab, oleh karena  itu perlu dibasahi dengan air.

(6) Urugan Pasir.  Setelah profil galian sesuai rencana maka pasir diurugkan dengan
ketebalan sesuai gambar. Pelaksanaan pengurugan pasir harus dibasahi dengan
air sehingga mencukupi kebutuhan dan dipadatkan dengan cara menumbuk
(timbris).

(7) Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan. Pekerjaan pasangan terdiri dari batu kali/batu
belah dengan adukan 1 Pc : 4  Ps. Adukan ini harus matang benar dan disarankan
dengan beton mixer/mollen.  Pemasangan harus sesuai profil pada gambar rencana.
Pada celah antara batu belah diberi siar-siar permukaan dengan adukan 1 Pc : 2 Ps.
82

(8) Pembuatan siar harus rapih, kemiringan pasangan drainage/saluran batuan harus


benar-benar sesuai dengan gambar atau dibuat 0,01 - 0,005 mengarah kesaluran
pembuangan air yang  ada didaerah yang ditentukan. Hasil pembuatan drainage
harus dapat menjamin pengaliran air. Oleh karena itu Penyedia jasa konstruksi
harus mencoba mengalirkan air pada drainage tersebut sebelum dilakukan serah
terima.

(9) Pekerjaan Finishing. Pekerjaan finishing disini meliputi pembuatan siar-siar pada
celah hubungan batu belah dengan adukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr. sesuai dengan
gambar rencana. Disamping itu membuat kemiringan bagian permukaan tanah
diatas ketinggian drainage dengan sudut 45, dipadatkan dan ditanami rumput.

Pasal 63

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan batu belah, bahan yang akan
digunakan, dan peralatan, sehingga diharapkan pemasangan saluran batu belah
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen Ex Gresik, Tiga Roda, atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dari segala kotoran dan
memenuhi standar nasional Indonesia;

c. air. Air yang digunakan adalah air tawar, bersih, dan bebas dari kotoran
maupun minyak; dan

d. batu kali. Adalah batu belah yang keras tidak rapuh.

(3) Adukan Untuk Pasangan. Digunakan adukan dengan perbandingan 1 PC : 3 PS


dan plesteran digunakan pula 1 PC : 3 PS.

(4) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. kedalaman saluran disesuaikan dengan gambar dengan kemiringan 1 - 2 %


kearah daerah yang terlandai atau 1 - 2 % ke arah saluran pembuangan;

b. urugan pasir setebal 15 cm digelar pada galian yang telah dibuat;

c. antara tiap-tiap batu belah tidak boleh kosong, harus ada adukan, dan antara
tiap-tiap batu tidak boleh bersentuhan; dan

d. kedalaman saluran dari permukaan tertinggi adalah 80 cm dari muka tanah


dengan kemiringan 1 - 2 % ke arah daerah yang terlandai atau 1 - 2 % ke arah
saluran pembuangan kota. tebal pasangan batu adalah 20 cm diberi
bingkai/ban pada bagian atas pasangan batu.

Pasal 64
83

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan saluran buis beton, bahan yang akan
digunakan, dan peralatan, sehingga diharapkan pemasangan saluran buis beton
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. semen. Semen ex Gresik, Kujang, Tiga Roda;

b. pasir.  Pasir yang digunakan adalah yang bersih bebas dari segala kotoran;

c. batu bata.  Batu bata yang digunakan harus berkualitas baik, keras dan tidak
rapuh, serta memenuhi standart Nasional;

d. buis beton. Buis beton yang digunakan Ø 20 dan Ø 30 berkualitas baik, lurus
dan tidak keropos serta memenuhi standar nasional; dan

e. air.  Air yang digunakan adalah air tawar bersih, bebas dari kotoran, dan
minyak.

(3) Adukan Untuk Pasangan. Digunakan adukan dengan perbandingan 1 PC : 2 PS


dan plesteran digunakan pula 1 PC : 2 PS.

(4) Pelaksanaan.  Kedalaman saluran dari permukaan tertinggi adalah 20 s/d 40 cm


dari muka tanah dengan kemiringan 1–2% ke arah daerah yang terlandai atau 1–
2% ke arah saluran pembuangan kota. Pasangan bata adalah pasangan 1/2 batu
dan diplester, tebal plesteran 1 cm setiap 3 m, diberi bingkai beton, dan bagian atas
pasangan bata diberi sloof beton/ring balok ukuran 10 x 15 cm.

Pasal 65

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan batu adukan saluran, bahan
yang akan digunakan, dan peralatan, sehingga diharapkan pemasangan pasangan
batu adukan saluran sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana,
meliputi:

a. pekerjaan tersebut juga meliputi pembangunan lubang sulingan air, termasuk


penyediaan dan pemasangan acuan lubang sulingan air atau pipa; dan

b. pada umumnya batu adukan tidak akan digunakan untuk bangunan-bangunan


yang menahan beban seperti gorong-gorong plat, tembok penahan tanah
sepanjang jalur lalu lintas, atau tembok kepala gorong-gorong pada gorong-
gorong pelat.

(2) Toleransi Dimensi.

a. permukaan setiap pasangan batu tidak akan berbeda lebih dari 30 mm


terhadap profil permukaan rata-rata pasangan batu disekitarnya;
84

b. untuk pasangan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata yang
dibentuk dengan pasangan batu tidak boleh berbeda lebih dari 20 mm terhadap
profil lantai dasar saluran yang ditentukan atau disetujui. juga tidak berbeda
lebih dari 50 mm terhadap profil penampang melintang yang ditentukan akan
disetujui;

c. ketebalan minimum setiap pasangan batu adukan harus 100 mm; dan

d. profil akhir untuk bangunan kecil yang tidak menahan beban seperti kantung
lumpur dan lantai tidak boleh berbeda lebih dari 20 mm terhadap yang
ditentukan atau disetujui.

(3) Pengajuan Persetujuan.

a. sebelum memulai pekerjaan, penyedia jasa konstruksi harus mengajukan


kepada kepala pelaksana kegiatan dua contoh seberat 50 kg yang masing-
masing mewakili batu yang diusulkan untuk digunakan. salah satu dari contoh
ini akan ditahan oleh pelaksana kegiatan untuk rujukan selama perioda
kontrak. hanya batu yang disetujui oleh pelaksana kegiatan akan digunakan di
dalam pekerjaan; dan

b. pekerjaan pasangan batu adukan tidak boleh dimulai sampai pelaksana


kegiatan telah menyetujui penyiapan pembentukan dimana pekerjaan tersebut
ditempatkan.

(4) Penjadualan Kerja.

a. jumlah pasangan batu adukan yang dilaksanakan pada suatu waktu tertentu
harus dibatasi sesuai dengan kecepatan pemasangan untuk menjamin agar
semua batu ditempatkan dengan adukan; dan

b. bila pasangan batu adukan akan dipasang pada lereng atau sebagai pasangan
selokan, maka pembentukan harus dipersiapkan dalam tahap pertama seperti
tidak akan ada pasangan. pembentukan terakhir sampai garis yang diperlukan
harus dibuat segera sebelum pemasangan pasangan batu.

(5) Kondisi Tempat Kerja.

a. mempertahankan suatu tempat kerja secara terus menerus kering dan


menjamin fasilitas sanitasi yang layak, dengan menyediakan peralatan dan
tenaga kerja untuk pengeringan, pengalihan saluran air, dan pembangunan
saluran sementara, menjamin tidak ada gangguan dalam kontinuitas prosedur
pengeringan; dan

b. bila pekerjaan sedang dilaksanakan pada saluran yang ada atau daerah lain
dimana aliran bawah tanah dapat tercemar, maka penyedia jasa konstruksi
harus memelihara sepanjang waktu pada tempat pekerjaan yang sebenarnya
suatu persediaan air dari kualitas air minum untuk digunakan oleh para
pekerjaan untuk mencuci, bersama dengan persediaan secukupnya dari sabun
dan disinfektan.
85

(6) Perbaikan pekerjaan yang kurang memuaskan antara lain pekerjaan pasangan batu
yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan. Harus diperbaiki oleh penyedia jasa
konstruksi atas biayanya sendiri dengan cara yang diarahkan oleh pelaksana
kegiatan. Penyedia jasa konstruksi harus bertanggung jawab untuk kestabilan dan
keutuhan semua pekerjaan yang telah diselesaikan. Ia harus mengganti dengan
biayanya sendiri setiap pekerjaan yang menjadi rusak atau terlantar karena
kecerobohan atau kelalaian pada pihaknya menurut pendapat pelaksana kegiatan.
Tetapi penyedia jasa konstruksi tidak akan bertanggung jawab untuk kerusakan
yang timbul dari alam seperti angin topan atau dari pergeseran lapisan tanah yang
tidak dapat dihindari ditempat pekerjaan tersebut, dengan syarat bahwa pekerjaan
yang rusak tersebut telah diterima sebelumnya secara tertulis dengan hasil
memuaskan dan lengkap oleh pelaksana kegiatan.

(7) Bahan-Bahan Konstruksi Pasangan Batu Adukan.

a. batu.

1. batu harus terdiri dari batu alam atau batu galian yang kasar, kuat/keras,
liat, tahan lama, padat, tahan terhadap pengaruh udara, dan air, serta
cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dituju;

2. kualitas dan ukuran batu harus disetujui oleh pelaksana kegiatan sebelum
digunakan. batu untuk pasangan selokan dan saluran air dan harus
sedapat mungkin empat persegi bentuknya; dan

3. kecuali ditentukan tidak seperti didalam gambar atau spesifikasi, maka


setiap batu harus berbobot lebih dari 6 kg.

b. adukan. Adukan haruslah adukan semen sesuai dengan persyaratan dari


spesifikasi ini.

c. konstruksi pasangan batu adukan.

1. persiapan pembentukan atau pondasi. pembentukan untuk lapisan


pasangan adukan harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan seksi
selokan disaluran air;

2. pondasi atau parit untuk tembok kepala atau bangunan dari pekerjaan
pasangan batu adukan harus dipersiapkan sesuai dengan ketentuan;

3. persiapan batu. batu–batu harus dibersihkan dari cacat dan bahan-bahan


yang merusak, yang dapat mengganggu ikatan dengan adukan; dan

4. sebelum pemasangan, maka batu harus dibasahi seluruhnya dan


diberikan waktu yang cukup untuk menyerap air sampai jenuh.
d. penempatan lapisan batu.

1. suatu alas dari adukan baru paling sedikit setebal 30 cm harus


ditempatkan pada bentuk yang dipersiapkan. alas adukan ini harus
86

dibentuk sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga batu-batu


permukaan tersebut selalu tertanam dalam adukan sebelum mengeras;
2. batu–batu harus tertanam dengan kuat satu dengan lainnya untuk
mendapatkan ketebalan lapisan yang diperlukan, diukur tegak lurus
terhadap lereng. adukan tambahan harus ditempatkan untuk mengisi
semua ruang antara batu-batu dan harus diselesaikan hampir sama rata
dengan permukaan lapisan tetapi tidak menutupi batu – batu;
3. pekerjaan harus dilanjutkan dari dasar lereng menuju ke atas, dan
permukaan harus diselesaikan segera setelah pengerasan awal dari
adukan dan menyapunya dengan sebuah sapu kaku;

4. permukaan yang diselesaikan harus dirawat; dan

5. lereng dan batu–batu yang berdampingan harus dirapikan dan


disempurnakan untuk menjamin pertemuan yang halus dan rata dengan
pekerjaan pasangan batu adukan yang memungkinkan drainase yang
lancar dan mencegah penggerusan pada tepi–tepi pasangan.

e. pembangunan struktur pasangan batu adukan.

1. tembok kepala yang akan dibangun dalam parit atau bangunan lainnya
dengan menggunakan dukungan tanah atau acuan, harus dibangun
dengan pengisian parit atau acuan dengan adukan setebal 60 % dari
ukuran maksimum batu–batu dalam adukan yang belum mengeras.
adukan tambahan kemudian harus diberikan dan diproses tersebut
diulangi sampai acuan itu terisi penuh. adukan berikutnya ditambahkan
kemudian sampai bagian atas untuk memperoleh suatu permukaan atas
yang rata halus; dan

2. bila bentuk batu adalah sedemikian sehingga saluran mengunci dengan


cukup kuat, dan bila suatu adukan digunakan maka bangunan
pekerjaan pasangan batu adukan dapat juga dibangun tanpa acuan.

BAB IV
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIK

Pasal 66

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan instalasi air, bahan dan peralatan yang
akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan. Instalasi air yang akan dibahas pada
bagian ini adalah jaringan pemipaan air bersih, pembuatan torn air, pembuatan
sumur, jaringan pemipaan air kotor, sehingga diharapkan pekerjaan Instalasi yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Persyaratan Umum Pelaksanaan. Pada pelaksanaan pekerjaan instalasi air adalah
sebagai berikut:
87

a. pelaksanaan pekerjaan plumbing harus mengikuti persyaratan yang tercantum


dalam pedoman plumbing indonesia 1979, serta persyaratan yang ditentukan
oleh pam dan instansi lain yang berwenang;

b. sebelum mulai dengan pekerjaan instalasi plumbing, penyedia jasa konstruksi


harus membuat shop drawing yang diajukan kepada direksi untuk
mendapatkan persetujuan;

c. penyedia jasa konstruksi pekerjaan plumbing harus membuat gambar-gambar


revisi (as built drawings) dan pada penyerahan pertama menyerahkan kepada
direksi dalam rangkap tiga, demikian juga gambar rencana yang diperlukan
untuk mendapatkan ijin yang dibutuhkan;

d. penyedia jasa konstruksi pekerjaan plumbing harus bekerja sama dengan


penyedia jasa konstruksi pekerjaan lain dalam melaksanakan fungsinya, agar
seluruh pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai jadwal yang ditetapkan;

e. gambar rencana instalasi plumbing hanya menunjukkan garis besar letak


peralatan instalasi dan routing pipa. pemasangan harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kondisi setempat di proyek dan atas petunjuk direksi. gambar
rencana dan persyaratan saling melengkapi dan sama mengikat;

f. penyedia jasa konstruksi plumbing harus menggunakan tenaga yang ahli


dalam bidangnya agar memberikan hasil maksimum;

g. setelah semua pekerjaan plumbing ini selesai, maka perlu dilakukan tes uji atas
seluruh bagian pekerjaan;

h. semua kekurangan dan kebocoran harus diperbaiki sehingga seluruh sistem


dapat bekerja dengan baik;

i. masa pemeliharaan pekerjaan instalasi plumbing adalah 3 (tiga) bulan terhitung


mulai penyerahan pertama. selama masa itu, penyedia jasa konstruksi wajib
memperbaiki segala kekurangan serta kerusakan; dan

j. selama masa pemeliharaan tersebut di atas penyedia jasa konstruksi masih


harus menyediakan tenaga yang mungkin diperlukan dan masih bertanggung
jawab penuh terhadap seluruh instalasi plumbing yang telah dilaksanakan.

(3) Bahan.

a. bahan yang digunakan harus baru, tidak ada yang cacat, dan berkualitas serta
memenuhui persyaratan kerja;

b. diutamakan buatan dalam negeri dan berkualitas baik;

c. floor drain digunakan ex jepang atau merk sun-ei, yang setara;

d. pipa GIP medium ø 1" s/d ø 11" kualitas terbaik;

e. kran air ø 1" merk sun-ei; dan


88

f. sumber air berasal dari sumber air yang sudah ada.

(4) Pelaksanaan Pemasangan Instalasi Air.

a. jaringan pipa air minum:

(1) pemasangan pipa-pipa tidak boleh dibengkokkan, tetapi dengan


menggunakan konstruksi fitting tertentu;

(2) pemasangan pipa didalam bangunan harus horizontal dan arah ke atas
atau ke bawah harus vertikal;

(3) bagian uliran atau draad pada kedua ujung pipa harus diberi meni encer
selapis demi selapis sebanyak 3 lapisan. pekerjaan pengecatan ini
termasuk pada pola atau sistem pada bagian-bagian sambungan (fitting)
yang terdapat uliran;

(4) bila dalam pengerjaan pipa terjadi kerusakan akibat kunci atau alat
penampang pipa sehingga ada cat yang terkelupas, maka bagian tersebut
harus dicat kembali; dan

(5) untuk pipa yang di galvanizir pada sambungan dan fitting serta untuk
meratakan diberi tali hennep (manila touw).

b. jaringan pipa air kotor/bekas:

1. yang dimaksud air kotor atau bekas adalah air buangan atau bekas dari
kamar mandi, tempat cuci, wastafel, pelimpahan dan lain-lain yang
mengandung kotoran ringan;

2. pemasangan pipa tersebut tidak boleh ada yang horizontal, harus dibuat
miring ke arah pembuangan minimum 1 : 100 dan untuk penyaluran ke
bawah harus vertikal;

3. untuk memperoleh kemiringan belokan atau bila menjumpai kesulitan lain,


tidak diperkenankan diatasi dengan jalan bengkokkan pipa. pembelokan
hanya digunakan konstruksi belok bagian sambungan yang sesuai; dan

4. pipa pembuangan bak pencuci dibuat konstruksi dua kali membelok.


konstruksi dibuat dari tipe mudah dibuka dan dipasang kembali untuk
memungkinkan pembuangan endapan.

(5) Jaringan Pembuangan Kotoran Faeces.

a. yang dimaksud adalah pemasangan pembuangan dari Closet/WC sampai ke


septicktank dan resapan;

b. pipa tersebut dapat dibuat dari pipa tanah dibakar/beton dan atau pipa bahan
PVC;
89

c. pada jaringan dalam bangunan dari closet sampai dengan bak kontrol pertama
di luar bangunan dapat dari jaringan PVC yang sesuai;

d. untuk diluar bangunan dari bak kontrol pertama sampai bak kontrol terakhir
(setelah septicktank) dapat dari pipa tanah dibakar dan diglazur;

e. sambungan pipa PVC dengan perapat dengan lem PVC (Sovent Cement) dari
pabrik yang sama dari pipa; dan

f. pemasangan pipa tidak boleh ada yang horizontal harus miring 1 : 100 ke arah
pembuangan.

(6) Pemasangan Water Torn.

a. tiang water toren dibentuk sedemikaian rupa. tiang berdiri di atas pondasi
setempat/beton cor 1:2:3 dengan kedalaman sesuai gambar rencana;

b. tiang water toren terbuat dari besi siku dengan ketinggian 4 s/d 12 meter atau
sesuai dengan gambar rencana dan dibaut dengan menggunakan plat simpul;

c. sebelum water toren terpasang harus dipersiapkan tatakannya dari besi plat
bordes, untuk menghidari tiang mudah berkarat maka tiang agar dicat dengan
cat yang khusus untuk itu;

d. water toren dilengkapi dengan pelampung dipasang secara hati-hati agar tidak
rusak; dan

e. kapasitas tangki toren 1000 s/d 5000 liter atau sesuai dengan kebutuhan.

(7) Pekerjaan Pengeboran Sumur.

a. pengeboran ø 4" dengan kedalaman sekurang-kurangnya 40 meter hingga


didapatkan debit air yang memenuhi syarat;

b. pelaksanaan pengeboran agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


keselamatan kerja serta keamanan lingkungan pekerjaan yang sedang
berlangsung;

c. apabila sumur telah selesai dibor/dikerjakan, maka uji coba pemompaan harus
dilakukan untuk mengukur debit air dalam sumur. dalam hal ini laju
aliran/debit air yang dihasilkan harus ditentukan dan tidak boleh melebihi
kapasitas sumur;

d. selama uji coba pemompaan dan pembersihan sumur harus digunakan pompa
khusus; dan

e. setelah sumur dibersihkan sumur didiamkan untuk beberapa waktu 2 - 3 hari


agar air menjadi tenang dan bersih.

(8) Pemasangan Pipa Casing.


90

a. pemasangan pipa casing pada sumur yang baru selesai dikerjakan sedalam 40
meter dengan pipa casing ø 4";

b. pipa casing dipasang dan dilakukan uji coba untuk menentukan laju aliran atau
debit air yang dihasilkan. hal ini untuk menentukan panjang masing-masing
pipa casing yang akan digunakan;

c. penyambungan pipa casing dilakukan dengan las dan menggunakan verlop


shock yang ukurannya disesuaikan dengan pipa yang digunakan;

d. pipa casing yang berada di bawah permukaan air atau yang berdiameter yang
lebih kecil harus dipasang saringan air johnson screen yang jumlahnya 3 buah
atau ditentukan sesuai kedalaman air sumur dan kualitas air sumur; dan

e. setelah pipa casing terpasang tepat pada tempatnya yang dikehendaki, maka
disekeliling pipa casing tersebut ditaburi semen grout untuk memperkokoh
dudukan casing sumur.

(9) Pemasangan Pompa Sanyo.

a. pelaksanaan pengeboran agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


keselamatan kerja serta keamanan lingkungan pekerjaan yang sedang
berlangsung;
b. sebelum pompa dipasang, penyedia jasa konstruksi harus melaksanakan
galian sumur pada lokasi yang telah ditentukan, ø 4" sampai dengan ø 3"
dengan kedalaman ± 60 m atau hingga mencapai mata air yang memenuhi
syarat;

c. pemasangan pompa dilaksanakan pada lokasi yang telah ditentukan, pada


bagian bawah/flans pompa dipasang di atas pasangan lantai beton tumbuk dan
diangker sehingga kokoh. pipa hisap dipasang sampai ketinggian 1 meter di
atas dasar sumur dan bagian bawah dilengkapi dengan saringan.
pemasangan pompa harus rata-rata air dan rapi serta tidak bocor;

d. apabila sumur telah selesai dibor/dikerjakan, maka uji coba pemompaan harus
dilakukan untuk mengukur debit air dalam sumur. dalam hal ini laju
aliran/debit air yang dihasilkan harus ditentukan dan tidak boleh melebihi
kapasitas sumur. jika air yang dipompa melebihi kapasitas sumur akan
berkaitan dengan memperpendek usia pakai sumur;

e. pemasangan pompa harus mengikuti peraturan-peraturan yang telah


ditentukan oleh pabrik pembuatnya dan dipasang oleh ahlinya;
f. pompa setelah terpasang, penyedia jasa konstruksi harus menguji, apabila
pompa berjalan tidak sesuai dengan ketentuan, maka penyedia jasa konstruksi
harus segera memperbaiki;
g. selama uji coba pemompaan dan pembersihan sumur harus digunakan pompa
khusus;
h. setelah sumur dibersihkan sumur didiamkan untuk beberapa waktu 2 - 3 hari
agar air menjadi tenang dan bersih; dan
91

i. dalam melaksanakan pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh direksi.

Pasal 67

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan instalasi listrik, bahan dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
instalasi listrik sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Instalasi listrik.

a. persyaratan umum. Persyaratan umum yang diwajibkan bagi pelaksanaan


pekerjaan instalasi listrik adalah:

1. pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar bestek dan uraian


ini;

2. menurut peraturan-peraturan yang berlaku pada saat ini, serta


standardisasi PLN;

3. seluruh pekerjaan harus diserahkan pada direksi dalam keadaan selesai


dan dapat digunakan;

4. dalam pekerjaan listrik, hendaknya dalam pelaksanaan pekerjaan ini,


harus dikoordinasi dengan pekerjaan-pekerjaan bidang lainnya agar
seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu
yang ditetapkan; dan

5. tegangan listrik yang digunakan adalah 220/380 volt, 50 hz, atau sesuai
dengan kebutuhan.

b. persyaratan bahan.

1. lemari pembagi.

a) komponen lemari pembagi menggunakan buatan negara eropa barat


atau USA;

b) pabrikasi lemari pembagi menggunakan mesin, dibuat oleh


perusahaan panel yang terkenal;

c) lemari pembagi terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, dicat
warna abu-abu;

d) lemari pembagi utama (MDP) dan lemari pembagi (DP)


menggunakan type "free standing" sedangkan lemari pembagi
tenaga (PP) menggunakan "wall mounted"; dan

e) lemari pembagi dilengkapi:


92

1) nama perusahaan pembuatnya;

2) nama lemari pembagi;

3) diagram lemari pembagi; dan

4) nama-nama pemakai yang tercantum dalam diagram.

2. Kabel.

a) menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Susaco,


Kabelindo, Kabel Metal, Trangka atau merk lain yang mutunya sama
yang telah disetujui oleh LMK-SPLN.

b) menggunakan jenis NYY dan NYFGby untuk instalasi tenaga dan


toevoer.

c) menggunakan jenis NYM untuk instalasi penerangan dalam.

3. Saklar/Stop kontak.

a) menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Broco, Vimar dan


dipasang inbow atau merk lain yang mutunya sama dan memiliki
standar SPLN, SLI, SNI;

b) warna disesuaikan dengan warna dinding atau warna putih;

c) untuk stop kontak 1 phase harus menggunakan arde (pertanahan);


dan

d) untuk stop kontak 3 phase digunakan merk Broco dan Vimar


dilengkapi dengan klem serta pentahan (arde).

4. Lampu yang digunakan harus memenuhi persyaratan:

a) intesitas cahaya sesuai yg diinginkan (watt kecil cahaya terang);

b) lampu dianjurkan menggunakan lampu hemat listrik (led) seperti


merk soluxima atau merk lain setara; dan

c) jangka waktu penggunaan (umur pakai) lama.

c. cara memasang lemari pembagi.

1. panel dan lemari pembagi dipasang secara free standing dan semi inbow
atau inbow sesuai dengan besar panel;

2. semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan sistem


hantaran tanah menggunakan bc draad 50 mm² atau sesuai dengan
kebutuhan; dan
93

3. pekerjaan lemari pembagi dinyatakan selesai apabila semua saklar, circuit


breaker, fuse dan pilot lamp telah berfungsi dengan baik.

d. cara pemasangan kabel.

1. kabel yang berada diluar gedung ditanam sedalam 60 cm dengan


susunan sebagai berikut:

a) alas pasir tebal 5 cm;

b) kabel;

c) urugan pasir tebal 5 cm di atas kabel;

d) batu merah dipasang melintang setelah urugan pasir dilaksanakan;

e) urugan tanah; dan

f) pemberian patok tanda kabel tanam pada daerah-daerah yang


terlintasi oleh kabel tanam.

2. pemasangan kabel yang melintasi atau tertanam pada betonan dan


dinding harus di beri sparing;

3. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi menggunakan


sepatu kabel yang dipasang dengan cara press; dan

4. pemasangan kabel dinyatakan selesai setelah diadakan pengetesan


dengan hasil yang baik.

(3) Pelaksanaan Instalasi Listrik Luar HA.

a kabel yang berada di luar gedung ditanam sedalam 60 cm dengan susunan


sebagai berikut:

1. alas pasir tebal 5 cm;

2. kabel;

3. urugan pasir tebal 5 cm di atas kabel;

4. batu merah dipasang melintang setelah urugan pasir dilaksanakan;

5. urugan tanah; dan

6. pemberian patok tanda kabel tanam pada daerah-daerah yang terlintasi


oleh kabel tanam.

b. tiang listrik digunakan tiang beton dengan tinggi 12 meter dan perlengkapan
instalasi lainnya disesuaikan dengan peraturan yang ada.
94

1. kabel yang digunakan adalah NYFGby 4 x 6 mm² untuk kabel yang


ditanam dan untuk yang di atas kabel Twisted 4 x 35 mm² dan 2 x 16
mm²;

2. penerangan jalan digunakan tipe Stog 120 120 watt dengan solar sel; dan

3. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi menggunakan


sepatu kabel yang dipasang secara pres.

(4) Pelaksanaan Instalasi Listrik Dalam.

a. kabel-kabel yang turun ke bawah harus menggunakan pipa "naad loos";

b. pemasangan pipa-pipa pada prinsipnya ditanam dalam tembok sedemikian


rupa sehingga bila ditutup (diplester) tidak nampak dari luar;

c. pemasangan pipa-pipa tersebut diikat sekuat-kuatnya dengan bindrad pada


tulangan beton bila dalam konstruksi beton;

d. pipa yang digunakan pipa naad loos yang ditutup/dicat dengan menie/loodwit;

e. sambungan pipa dengan pipa harus kuat dan rapi dan harus menjamin
pengaliran aliran listriknya;
f. trek-doos harus dipasang pada tiap jarak 8 meter memanjang (sesudah 3
bocht);
g. dimana pasangan pipa ada kemungkinan uap air berkumpul supaya dipasang
"inspeksi-stuk";

h. jumlah pasangan penarikan kawat di dalam pipa harus sesuai dengan tabel
sebagai pedoman yang masih berlaku di indonesia atau yang dipersyaratkan
dalam gambar rencana;
i. setiap tarikan kabel yang berada di dalam pipa tidak boleh ada sambungan
sama sekali;

j. untuk semua penyambungan kabel-kabel harus dipergunakan terminal box;

k. pemasangan kabel-kabel diatas plafond harus tersusun rapi dan harus diklem
pada rak-rak kabel/trunking;

l. stop kontak biasa dan daya yang dapat dipergunakan pada prinsipnya jenis
inbow dan harus digrounded, buatan vimar/mk atau equivalent yang dapat
disetujui;

m. untuk stop kontak yang dipasang kira-kira 40 cm dari permukaan lantai dan
diruangan-ruangan yang basah harus dari jenis water dicht (WD);
95

o. saklar-saklar yang dapat digunakan pada prinsipnya jenis inbow merk vimar,
mk england atau equivalent yang dapat disetujui. saklar-saklar dipasang
dengan ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ubin;

p. satu group/golongan penerangan maksimum diperkenankan 10 (sepuluh) titik


sambungan/nyala; dan

q. lampu penerangan dianjurkan menggunakan lampu hemat listrik ( led ) merk


soluxima atau setara.

Pasal 68

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan air condition window,
bahan dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan Pasangan air condition sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar, adapun pekerjaan dalam lingkup ini adalah pemasangan AC
window dan pemasangan instalasi tenaga 16 A.

(2) Persyaratan Umum Pelaksanaan. Pada pelaksanaan pekerjaan AC ini adalah:

a. pelaksanaan pekerjaan Instalasi harus mengikuti peraturan-peraturan yang


tercantum dalam PUIL, serta persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh
PLN dan instansi-instansi yang berwenang;

b. sebelum memulai dengan pekerjaan instalasi listrik dan AC, penyedia jasa
konstruksi harus membuat Shop Drawing yang diajukan kepada direksi untuk
mendapatkan persetujuan;

c. penyedia jasa konstruksi pekerjaan harus membuat gambar-gambar revisi (As


Built Drawing) dan pada penyerahan pertama menyerahkan kepada direksi
dalam rangkap tiga, demikian juga gambar-gambar rencana yang diperlukan
untuk mendapatkan ijin-ijin yang dibutuhkan;

d. penyedia jasa konstruksi pekerjaan harus bekerja sama dengan penyedia jasa
konstruksi-penyedia jasa konstruksi pekerjaan lain dalam melaksanakan
tugasnya agar seluruh pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu
yang ditetapkan;

e. gambar-gambar rencana instalasi listrik hanya menunjukkan secara garis besar


letak dari peralatan instalasi.  Pemasangan harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kondisi setempat di proyek dan atas petunjuk direksi.
Gambar-gambar rencana dan persyaratan saling melengkapi dan saling
mengikat;

f. penyedia jasa konstruksi AC harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli


dalam bidangnya agar dapat memberikan hasil yang baik dan rapi;

g. setelah semua pekerjaan AC ini selesai, maka perlu dilakukan pengujian atas
seluruh bagian dari pekerjaan ini;
96

h. semua kekurangan harus diperbaiki sehingga seluruh sistim dapat bekerja


dengan baik;
 
i. masa pemeliharaan pekerjaan instalasi listrik dan AC selama 6 (enam) bulan
terhitung mulai saat penyerahan pertama, pada 3 bulan pertama penyedia jasa
konstruksi diwajibkan untuk melakukan perawatan ringan dan memperbaiki
segala kekurangan, serta kerusakan-kerusakan; dan 

k. selama masa pemeliharaan tersebut di atas Penyedia jasa konstruksi masih


harus menyediakan tenaga-tenaga yang mungkin diperlukan. Dalam masa itu,
penyedia jasa konstruksi masih bertanggung jawab penuh terhadap seluruh
instalasi listrik yang telah dilaksanakan.

(3) Instalasi Listrik Tenaga.

a. umum.
 
1. bahan yang dipergunakan harus baru, tidak cacat dan berkualitas baik
serta memenuhi  persyaratan kerja yang ditentukan;

2. bahan-bahan yang dipersyaratkan harus mempunyai kualifikasi tertentu,


mengingat sifat pekerjaannya perlu dilengkapi dengan surat ijin (sertifikat)
dari pabrik pembuatnya;

3. penyedia jasa konstruksi harus dapat menunjukkan contoh bahan/barang


yang dimaksud kepada direksi guna mendapatkan penelitian/uji kualitas
dan  mendapatkan persetujuannya; dan

4. penggunaan barang/bahan produksi dalam negeri lebih diutamakan dan


berkualitas baik.

b. Persyaratan Bahan.
 
1. air conditioning type window.

a) komponen Air Conditoner menggunakan buatan negara eropa barat,


Jepang atau USA;

b) untuk kusen AC terbuat dari kayu kamper berkualitas dengan ukuran


serta ketebalan yang telah ditentukan serta diopen untuk menjaga
dimakan rayap;

c) untuk kabel instalasi digunakan terutama buatan dari pabrik 4 besar


seperti Sucaco, Kabelindo, Tranka, serta kabel Metal; dan

d) untuk Spesifikasi AC harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai


berikut:

1) nama perusahaan pembuatnya;

2) lebel daya, voltage, RPM;


97

3) gambar diagram air condition; dan

4) nama-nama pemakai yang tercantum dalam diagram.

2. kabel instalasi.

a) menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Susaco,


Kabelindo, Kabel Metal, atau Tranka;

b) menggunakan jenis NYY dan NYFGbY untuk Instalasi tenaga dan


toevoer (hantaran pengisi); dan

c) menggunakan jenis NYM untuk instalasi tenaga dengan ukuran 3 x 4


mm².

3. saklar/stop kontak.

a) menggunakan buatan pabrik dalam Negeri seperti Vimar/MK dan


dipasang inbow atau merk lain yang kualitas (mutunya) sama;

b) warna disesuaikan dengan warna dinding atau warna putih; dan

c) untuk stop kontak 3 phase digunakan buatan MK/Legrand dilengkapi


dengan pentahan (arde).

c. cara pemasangan kabel.

1. kabel yang berada di luar gedung ditanam dan diberi pelindung pipa GIP
MED atau dibuatkan ducting kabel dari beton cor;

2. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi menggunakan


sepatu kabel yang dipasang dengan cara press;

3. kabel di dalam dinding menggunakan pipa pelindung PVC yang sesuai


dengan besar kabel, sehingga kabel tidak sesak dan rusak produk Circle
Ark;

4. kabel untuk instalasi AC digunakan jenis NYM 3 x 2 di pasang inbow; dan

5. setiap penyambungan diberi pelindung tee-dost PVC produk Circle Ark


diisolasi dan ditutup lasdop.

d. cara pemasangan stop kontak tenaga 16 A.

1. untuk pemasangan stop kontak didekatkan dengan AC untuk


memudahkan penyambungan kabel Instalasinya; dan

2. stop kontak dipasang inbow tinggi rata dengan tinggi casing AC.

e. pengujian. Setelah pekerjaan AC dan Instalasi tenaga sudah selesai maka


diadakan pengetesan baik instalasinya ataupun AC-nya sendiri, hingga
98

mendapatkan kedinginan sesuai ketentuan, dengan Rh yang diinginkan.


Pengetesan ini harus diketahui oleh direksi untuk mengetahui alat-alat dan
komponennya telah bekerja sesuai dengan karakteristik masing-masing.

Pasal 69

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan AC split, bahan dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pasangan AC split sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Pekerjaan AC Split. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan AC split
secara lengkap dengan instalasinya termasuk perlengkapan dan sarana-sarana
penunjangnya secara garis besar pekerjaan ini meliputi:

a. pengadaan dan pemasangan instalasi listrik untuk keperluan sistem


pengkondisian udara termasuk panel-panel pembagi;

b. pengadaan dan pemasangan pondasi dan peredam getaran untuk mesin-


mesin yang dipasang dalam instalasi ini;

c. pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pengujian condensing dan


evaporator blower unit;

d. mengadakan perbaikan dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh


pekerjaan instalasi AC;

e. Menyelenggarakan pengujian dan balancing secara try and run terhadap


seluruh sistem;

f. mendidik para operator yang ditunjuk mengenai tata cara operasi service dan
maintenance system;

g. pengadaan dan pemasangan pipa air pembuangan dari unit-unit mesin sampai
ke tempat pembuangan; dan

h. memberikan gambar instalasi yang terpasang, buku petunjuk cara operasi,


service, dan maintenance dalam bahasa Indonesia.

(3) Persyaratan Umum. Yang diwajibkan pihak Penyedia jasa konstruksi dalam
pelaksanaan adalah:

a. pelaksana harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam syarat-syarat Umum


(AV) 1941 dan AVE;

b. pelaksanaan harus menurut peraturan umum instalasi listrik (puil), peraturan-


peraturan yang dikeluarkan oleh pln serta petunjuk direksi/pengawas;

c. pelaksanaan pekerjaan sesuai gambar bestek dan uraian  ini serta petunjuk
dari direksi/ pengawas pekerjaan;
99

d. mengadakan pengujian dari instalasi listrik dan air conditioning yang telah
terpasang, sehingga siap untuk mendapatkan sumber tenaga;

e. pekerjaan harus selesai tepat pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam


surat perjanjian/surat perintah dan seluruh pekerjaan diserahkan kepada
direksi dalam keadaan dapat dipergunakan; dan

f. memberikan jaminan masa pemeliharaan sekurang-kurangnya tiga bulan.

(4) Persyaratan Pemakaian Bahan.

a. air conditioning.

1. mesin ac yang dipakai adalah type ac split (wall mounted) buatan jepang
merk daikin/sanyo atau yang setara sesuai dengan persyaratan yang
sesuai dengan brosur pabrik pembuat;

2. mesin ac yang dipasang, dalam keadaan baru dan tidak cacat serta
sesuai standar industri indonesia (sii);

3. sebelum ac dipasang terlebih dahulu ditunjukkan kepada direksi untuk


mendapatkan persetujuannya; dan

4. mesin-mesin ac harus dilengkapi dengan spesifikasi teknik yang


dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

b. pemakaian alat-alat instalasi listrik.

1. kabel antara power panel ke unit ac digunakan jenis nym dengan


diameter kabel sesuai gambar bestek;

2. kabel-kabel yang digunakan diutamakan dari pabrik kabelindo, kabel


metal, sucaco, tranka, dan memiliki sertifikat spln; dan

3. panel-panel serta alat-alat listrik lainnya diutamakan merk yang sudah


terkenal dengan dan berkualitas baik.

(5) Pemasangan Kabel Distribusi.

a. bahan.   Kabel dipersyaratkan buatan  pabrik  kabel dalam negeri yang telah
terdaftar di LMK, seperti Sucaco, Kabel Metal, Kabel Indo, Tranka, dan
sebagainya;

b. Cara pemasangan kabel.

1. kabel antara panel utama gardu dengan panel utama dengan panel
pembagi dalam gedung dipasang dalam pipa galvanis yang tertanam; dan

2. kabel antara panel pembagi gedung dengan panel tenaga  dipasang


dalam pipa galvanis yang  tertanam di dalam  dinding  atau dipasang
dengan klem  dalam saluran kabel (cable shaft yang disediakan).
100

c. penyambungan kabel. Penyambungan kabel dengan terminal dalam panel


harus mengadakan sepatu kabel (cable schoen) yang dipasang dengan cara di
press;

d. kabel yang digunakan keluaran pabrik seperti halnya pada kabel distribusi;

e. stop kontak untuk ac digunakan jenis inbow merk mk, siemen atau legrand; dan

f. semua kabel dipasang inbow/tertanam dalam pipa merk union atau setara yang
tertanam dalam tembok.

(6) Pemasangan Hantaran Tanah.

a. hantaran tanah menggunakan bc ø 50 mm² atau sesuai kebutuhan yang


dipersyaratkan dan ditanam ke dalam tanah sehingga mencapai tahanan
maximum 2 ohm;

b. semua panel utama/pembagi dihubungkan langsung dengan hantaran tanah


menggunakan BC ø 50 mm² atau sesuai kebutuhan yang dipersyaratkan;

c. untuk panel tenaga dihubungkan dengan hantaran tanah lewat panel pembagi
gedung menggunakan BC ø 25 mm² atau sesuai kebutuhan yang
dipersyaratkan; dan

d. semua stop kontak untuk ac dihubungkan dengan hantaran tanah lewat panel
tenaga menggunakan kabel yang penampangnya sama dengan penampang
kabel yang menuju ke stop kontak tersebut.

(7) Pemasangan Air Condition.

a. outdoor unit (kompressor) ditetapkan di luar gedung sehingga berhubungan


dengan udara luar, dipasang di atas pondasi atau lantai dengan menggunakan
angkur yang kuat atau sesuai dengan petunjuk direksi;

b. indoor unit (blower) menggunakan wall mounted;

c. pipa freon antara inbow dan outdoor unit dipasang secara outbow;

d. saklar untuk menghidupkan/mematikan ac dipasang dalam ruangan dan


ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau; dan

e. air yang disebabkan kondensasi disalurkan ke dalam sistem saluran


pembuangan gedung menggunakan pipa pvc aw inbow.

(8) Peredam Getaran.

a. seluruh mesin/peralatan yang menimbulkan getaran harus diberi landasan atau


penggantung peredam getaran (vibrition eliminator) yang sesuai dengan
persyaratan pabrik;
b. peralatan yang diletakkan diberi landasan peredam getaran jenis kinetic
neoprene isolator; dan
101

c. peralatan yang digantung harus dipasang peredam getaran jenis kinetic glass
hanger.

(9) Pengujian.

a. sistem instalasi ac. Sistem instalasi AC termasuk peralatannya yang telah


selesai dipasang harus diuji, balancing dan adjusting, sehingga persyaratan-
persyaratan pengkondisian udara dapat dicapai. Pelaksanaan pengujian
disaksikan oleh pengawas atau direksi lapangan.

1. penyediaan peralatan untuk pengujian;

2. pengujian sistem pemipaan;

3. balancing saluran udara; dan

4. pengujian sistem keseluruhan.

b. persyaratan pengujian.

1. pengujian harus disaksikan oleh pengawas/direksi;


2. pengujian sistem keseluruhan baru boleh dilaksanakan setelah sistem
bekerja dengan baik selama 7 x 24 jam;

3. selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum dilaksanakan, penyedia


jasa konstruksi harus mengajukan prosedur pengujian kepada direksi
pengawas dan perencana untuk dimintakan persatuan;

4. start-up unit mesin AC hanya boleh dilakukan oleh yang ditunjuk oleh
dealer unit mesin AC tersebut;

5. semua peralatan pengujian dan pengukuran harus ditera sebelum dan


setelah dipergunakan; dan

6. alat-alat untuk pengujian harus disediakan oleh penyedia jasa konstruksi.

c. pengujian sistem keseluruhan.

1. setelah sistem bekerja dengan lancar, selama 6 x 24 jam, yaitu


pengukuran-pengukuran langsung terhadap kondisi ruangan;

2. setelah seluruh gedung/ruangan diisi dengan peralatan, selama 6 x 24


jam, monitor kondisi temperatur ruangan dengan menggunakan
thermograph; dan

3. apabila pada pengujian terdapat hasil yang menyimpang dari persyaratan,


maka penyedia jasa konstruksi harus mencari sebab-sebabnya dan
melakukan perbaikan.

d. service dan maintenance. Selama masa pemeliharaan, Penyedia jasa


konstruksi harus:

1. membersihkan filter minimal 2 bulan sekali;


102

2. mengukur dan menyetel aliran udara, suhu dan kelembaban udara dari
mesin, kuat arus, tegangan dan rpm mesin, tekanan mesin dan lain-lain;
dan

3. pemeliharaan untuk seluruh sistem selama 6 (enam) bulan.

e. pengujian. Seluruh pekerjaan elektrikal dan mekanikal harus diadakan


pengujian keseluruhan sistem untuk meyakinkan sistem dapat bekerja dengan
baik dengan menggunakan alat ukur serta alat bantu lainnya dan pengujian ini
disaksikan oleh direksi/pengawas dan penyedia jasa konstruksi. Pengujian
dinyatakan selesai apabila seluruh sistem bekerja dengan baik dan dinyatakan
dalam berita acara uji fungsi.

Pasal 70

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pasangan AC sentral, bahan dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan. Pekerjaan instalasi
meliputi seluruh pekerjaan, pengadaan dan pemasangan instalasi tata udara (Air
Conditioning) secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjang,
sehingga diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan
seksama dan siap untuk dipergunakan. Lingkup pekerjaan ini secara garis besar
adalah sebagai berikut:

a. pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pengujian unit ac;

b. pengadaan, pemasangan, pengaturan pengujian seluruh instalasi ducting


supply dan return beserta deffuser dan grille;

c. pengadaan, pemasangan, seluruh instalasi pemipaan refrigrant, air


pengembunan (condenset) ac split;

d. perbaikan kembali semua kerusakan dan finishing yang diakibatkan oleh


pekerjaan instalasi;

e. mendidik petugas pemilik (owner) yang ditunjuk mengenai cara-cara


menjalankan dan memelihara instalasi ini;

f. menyerahkan gambar-gambar buku petunjuk cara menjalankan, dan


memelihara, serta data teknis lengkap peralatan instalasi yang terpasang;

g. mengadakan pemeliharaan instalasi ini secara berkala selama masa


pemeliharaan;

h. memberikan garansi terhadap mesin/peralatan yang terpasang;

i. melakukan pekerjaan atau ketentuan lain yang tercantum dalam dokumen ini
beserta addendumnya; dan

j. pengujian. seluruh pekerjaan ac sentral harus diadakan pengujian keseluruhan


sistem untuk meyakinkan sistem dapat bekerja dengan baik dengan
103

menggunakan alat ukur serta alat bantu lainnya dan pengujian ini disaksikan
oleh direksi/pengawas dan penyedia jasa konstruksi. pengujian dinyatakan
selesai apabila seluruh sistem bekerja dengan baik dan dinyatakan dalam
berita acara uji fungsi.

(2) Pemasangan Air Cooled Split AC.

a. persyaratan umum. Indoor unit dan outdoor unit yang berpasangan harus tipe
yang sesuai baik kapasitas, tekanan, pemasangan dan lain-lain seperti yang
direkomendasikan oleh pabriknya. Kapasitas yang ditawarkan harus
diperhitungkan friction lost dari pipa refrigrant, dimana panjang equivalentnya
dapat dihitung dari gambar yang bersangkutan. Kedua unit harus dirakit
termasuk internal wiring ke terminal, diisi dengan R-22 dan di test dipabriknya
sebelum dikirimkan. Sistem kontrol harus dipergunakan micro proccesor,
mempergunakan remote control dengan kabel. Spesifikasi teknis yang akan
diuraikan di bawah ini adalah sebagai ketentuan dasar yang harus dipenuhi.
Sedangkan ketentuan-ketentuan spesifik terhadap kemampuan unit
(performance) dapat dilihat pada lembar gambar "Daftar Peralatan" yang
menyertai dokumen ini.

b. spesifikasi teknis.

1. indoor unit.

a) susunan. Indoor unit minimum harus terdiri direct expansion coil,


thermostatic expansion valve, filter, drain fan, fan beserta motornya
dan peralatan bantu lainnya, tertutup dalam suatu kabinet untuk
pemasangan didalam ruangan sesuai dengan tipe-tipe yang diminta;

b) cooling coil. Direct expansion coil tersebut harus dari pipa-pipa


tembaga dengan alumunium fins yang terpasang secara mekanis.
Peraturan aliran refrigrant dengan expansion valve yang dipasang
pada distributor dari cooling coil dan sensor dilekatkan pada pipa
suction;

c) fan. Fan harus dari tipe sentrifugal, double inlet, double switch
dengan design bladeforward curve, terbuat dari alumunium atau
galvanis sheet dan di cat. Fan dikopel langsung ke motor dan harus
balans baik statis maupun dinamis. Rumah fan dari galvanis sheet
steel. Fan harus bekerja dengan halus sesuai dengan Noise
Criteria yang disebut dalam Equipment Schedule;

d) motor fan.

1) motor fan harus dari tipe 3 speed shaded pole dengan


pelumasan bantalan yang permanen, harus ada perlindungan
terhadap beban lebih dengan reset outomatic. Motor harus
dapat bekerja pada karakteristik supply tenaga listrik yang
disediakan; dan
104

2) boster fan. Dipasang khusus pada ducting untuk ruang


operasi, untuk mengetahui friksi dari Hepa filter. Boster fan
harus dari tipe khusus yang mempunyai static perssure tinggi
dengan mengunakan speed control serta low noise.

e) drain fan. Drain fan untuk air embunan harus diisolasi sedemikian
rupa sehingga tidak akan terjadi kondensasi. Hubungan ke pipa
drain minimal harus dapat 2 sisi, dimana sisi yang tak terpakai dapat
ditutup;

f) filter. Filter dari alumunium yang dapat dicuci. Posisi filter harus
sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dilepas dan dipa-
sang kembali setelah bersih. Khusus pada unit ruang operasi ada
beberapa jenis filter antara lain:

1) pre filter dengan efficiensy 25%;

2) medium filter, dengan efficiensy 90%-95%; dan

3) hepa filter, dengan efficiensy 99,9%.

2. Outdoor Unit.

a) susunan. Outdoor unit minimun harus terdiri dari compressor, air


cooled condenser, condenser fan beserta motornya dan peralatan
bantu lainnya yang memungkinkan alat ini bekerja sempurna,
tertutup dalam suatu kabinet tahan cuaca;

b) compressor. Compressor harus dari tipe hermetic/semihermetic


dan terpasang diatas vibration isolator pada suatu compartment
yang terpisah dari kabinet. Unit ini harus dilengkapi dengan
pengaman thermal maupun arus listrik terhadap beban lebih, harus
diperlengkapi dengan suction dan discharge valve untuk keperluan
service;

c) condenser. Aircooled condenser harus terbuat dari pipa-pipa


tembaga dengan alumunium fins yang terpasang secara mekanis;

d) fan condenser. Fan condenser harus tipe propeler. Fan dikopel


langsung ke motor dan harus balans baik secara statis maupun
dinamis; dan

e) motor fan condenser. Motor harus dari tipe Totally Enclosed Fan
Cooled dan Weather Proof dilengkapi dengan peralatan pengaman
yang sesuai. Motor harus dapat bekerja pada karakteristik supply
tenaga listrik yang disediakan.

(3) Pekerjaan Pemasangan Ducting.


105

a. pemasangan ducting lengkap dengan isolasi/tanpa isolasi, damper, grilles,


register berikut alat-alat bantu yang menunjang pekerjaan tersebut seperti pada
gambar rencana.

b. publikasi, standart yang digunakan.

1. ASHRAE, the Guide and Data Book; dan

2. SMACNA, (sheet Metal and Air Conditioning Contractor National


Association).

c. persyaratan umum:

1. jika tidak diterangkan secara khusus istilah ducting secara umum berarti
pekerjaan duct, fitting, damper, support, dan lain-lain komponen/acces-
sories yang diperlukan untuk melengkapi instalasi ini;

2. jalur-jalur ducting yang terlihat pada gambar rencana adalah gambar


dasar yang menunjukkan route dan ukuran ducting. penyedia jasa
konstruksi wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing)
dan dengan jalur-jalur instalasi lainnya, berikut detail atau potongan yang
diperlukan dan mendapatkan persetujuan dari sireksi/konsultan sebelum
dilaksanakan;
3. ukuran seperti yang ditunjukkan pada gambar adalah ukuran bersih dan
penampang laluan udara. jika diperlukan internal insulation untuk ukuran
duct tersebut, berarti penampang harus diperbesar sesuai ketebalan
internal insulation tersebut; dan

4. bahan duct dari bjls merk lokton, zucalm, atau yang setaraf.
d. konstruksi duct.
1. konstruksi duct adalah untuk low velocity (low pressure duct) dengan
static pressure didalam duct sampai 3" wg;

2. konstruksi duct harus mengikuti standart SMACNA, kecuali kalau


ditentukan hal-hal yang harus dipenuhi diluar standart tersebut;

3. semua sambungan menlintang duct untuk ukuran diatas 24" harus


memakai sambungan flens dari besi siku dengan memakai rubber packing
tebal 2 mm;
4. hubungan antara dimensi duct dengan pemakaian sheet metal adalah
sebagai berikut:

a) Sampai dengan 12" BJLS 50;

b) 13” sampai dengan 30" BJLS 60;

c) 31” sampai dengan 54" BJLS 80; dan

d) 54" keatas BJLS 100.


106

5. semua sambungan ducting (sambungan flange, slip joint, pitsburg lock


seam, dan lain-lain) harus betul-betul rapat udara dengan menggunakan
sealant yang mencegah terjadinya kebocoran udara;

6. percabangan (take off) harus memakai aplitter damper yang dapat diatur
dan dikunci pada kedudukannya;

7. reduser (transition), kemiringan duct dibuat tidak lebih dari 14 derajat;

8. lubang pengetesan. pada main supply dan return duct harus dibuat
lobang pengetesan untuk mengukur temperatur serta static dan valocity
pressure;

9. penguatan duct. Semua duct yang berukuran lebih besar 20"


permukaannya harus dibuatkan crossbroken (patah silang).

10. penggantung duct. Cara menggantung duct harus sedemikian rupa


sehingga praktis tidak terjadi lendutan-lendutan getaran-getaran dan
deformasi.

11. persyaratan penggantungan harus mengikuti:

Ukuran duct penggantung Trapese besi siku jarak:

a) 1” s/d 18" iron rod 25 x 25 x 3 2m Ø 5/10";

b) 19" s/d 30" iron rod 25 x 25 x 3 2 m Ø 5/10";

c) 31” s/d 32" iron rod 30 x 30 x 3 1,5 m Ø 3/8”;

d) 43" s/d 60" iron rod 30 x 30 x 3 1,5 m Ø 1/2"; dan

e) Elbow, dibuat sesuai gambar spesifikasi atau gambar detail.

12. Semua elbow harus dari tipe full radius elbow, jari-jari dalam (R-t) sama
dengan lebar duct. Untuk keadaan dimana harus menggunakan short
radius elbow (R-t lebih kecil dari lebar duct) harus memakai turning vanes.
Turning vanes jumlah dan posisinya ditentukan dengan chart logaritma
atas dasar (R-T) / (RH). Untuk elbow tegak lurus harus memakai
guidevanes double thickness, sesuai gambar detail. Untuk mengikat
konstruksi penggantung ke beton dipergunakan ramset/dinabolt.

e. grille, register, diffuser.

1. diffuser, grille dan register harus terbuat dari bahan alumunium anodized
profils dan ex lokal. Pemasangan diffuser/grille ke plafond harus
memakai rubber eponge tebal 6 mm; dan

2. damper dari diffuser adalah galvanized iron sheet BJLS 60 type :


"Opposed blade damper". Finishing di cat hitam. Konstruksi hendaknya
107

cukup kukuh dan tidak bergetar karena aliran udara, serta dapat dikunci
pada kedudukan yang dikehendaki.

f. plenum.

1. plenum sesuai dengan dimensinya menggunakan material sesuai dengan


ketentuan yang tersebut terdahulu; dan

2. seluruh sisi plenum diperkuat dengan besi siku 30 x 30 x 3 dan kalau


perlu memakai bracing pada sisi yang paling panjang.

g. persyaratan lain khusus ruang operasi. Selain adanya booster dan filter-filter
yang sudah disebutkan diatas ketentuan lain yang menjadi persyaratan:

1. air flow all fresh air. Dalam arti dalam ruangan tidak ada udara balik
(return air) yang masuk kembali ke indoor Unit. Dipasang exhaust fan
untuk membuang udara tersebut keluar ruangan, yang kapasitasnya
diperhitungkan sedemikian rupa untuk menjamin temperatur ruangan
tetap memenuhi persyaratan; dan

2. ruangan harus positif pressure. Dengan diperhitungkan kapasitas in door


unit serta exhaust fan sedemikian rupa sehingga tercapai pertukaran
udara yang sesuai dan menghasilkan positif pressure udara dalam
ruangan tersebut. Pada saat AC jalan tidak boleh ada udara luar yang
masuk kedalam ruangan, baik melalui celah-celah atau pada waktu pintu
dibuka.
(4) Pekerjaan Pemipaan.

a. pada bagian ini penjelasan tentang tata cara pemipaan lengkap dengan fitting,
alat-alat bantu, dengan isolasi atau tanpa isolasi sesuai sebagaimana dalam
gambar rencana;

b. persyaratan Umum. Seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar rencana,


jalur-jalur pipa yang tercantum adalah gambar dasar yang menunjukkan route
dan ukuran pipa. Penyedia jasa konstruksi wajib menyesuaikan dengan
keadaan setempat (Shop Drawing) dan dengan jalur-jalur instalasi lainnya,
berikut detail atau potongan-potongan yang diperlukan dan mendapat
persetujuan dari direksi sebelum dilaksanakan;

c. pemipaan refrigrant dan drain. Pipa Refrigrant : Pipa tembaga Pipa


condensasi : Pipa PVC klas AW;

d. konstruksi pemasangan pipa.

1. hendaknya semua pipa refrigrant harus dikerjakan dengan hati-hati dan


serapi mungkin, sebelum dipasang semua bagian harus sudah bersih,
kering dan bebas dari debuan kotoran dan hendaknya dipasang sependek
mungkin;
108

2. pipa tembaga dari jenis ACR yang dehydrated dan sealed. diameter pipa
yang dipakai harus diperhitungkan kembali sesuai dengan kapasitas
pendingin dan panjang equivalen pipa;

3. perbedaan tinggi antara outdoor unit dan indoor unit serta panjang
equivalent perlu diperhatikan jangan sampai melebihi rekomendasi dari
pabrik pembuat. kalau perlu dimintakan saran/pendapat dari pabriknya;

4. sambungan pipa jenis "harddraw tubing" harus disambung dengan


perantara wrought copper fitting atau non porous brass fitting dan
dianjurkan dipakai solder perak dengan meniupkan gas mulia misalnya
nitrogen kering ke dalam pipa yang sedang disambung untuk menghindari
terbentuknya kerak oksida di dalam pipa;

5. pipa jenis "soft draw tubing" dapat disambung dengan solder, nyala api
atau yang lainnya yang sesuai untuk pipa refrigrant;

6. pipa jenis "precharge refrigrant lines" yang disediakan oleh pabrik maka
harus dipasang sesuai dengan persyaratan pabrik; dan

7. pipa refrigrant harus dipasang sesuai dengan persyaratan ASHRAE guide


book dan atau persyaratan pabrik.

e. alat-alat bantu. Alat-alat bantu seperti filter, dryer, sight glass, penunjuk
kelembaban pada pipa refrigrant harus asli dari pabriknya.

(5) Pekerjaan Isolasi.

a. lingkup pekerjaan. Lingkup pekerjaan untuk isolasi ini adalah pengadaan dan
pemasangan isolasi untuk pipa refrigerant dan pipa condesat, juga isolasi
dalam ducting sebagai peredam suara dimana diperlukan, seperti terlihat pada
gambar.

b. materiel.

1. isolasi dalam ducting Glasswool tebal 1" density 3 lb/cuft;

2. isolasi pipa refrigerant : Thermaflex, thermal conductivity 0,25 BTU In/hr


sq.ft of dencity 2.5 lbs/cu.ft; dan

3. isolasi pipa condensate : Thermaflex, thermal conductivity 0,25 BTU in/hr


sq.ft of dencity 2.5 lbs/cu.ft

c. isolasi pipa.

1. pipa yang disolasi adalah pipa refrigerant dan pipa condensat;

2. ketebalan isolasi pipa refrigerant adalah tebal 15 - 20 mm; dan

3. ketebalan isolasi pipa condensat dia s/d 2"= 20 mm.


109

(6) Pekerjaan Lain-Lain.

a. pondasi.

1. semua pondasi yang diperlukan untuk mesin-mesin pendingin termasuk


dalam pekerjaan penyedia jasa konstruksi ac. pondasi peralatan-
peralatan lainnya harus mengikuti petunjuk/pedoman pabrik pembuat
peralatan-peralatan tersebut;

2. penyedia jasa konstruksi ac harus menyediakan dan memasang peredam


getaran (vibration aliminatore) untuk melindungi, bangunan dari suara
berisik dan getaran yang ditimbulkan oleh mesin-mesin;

3. penyedia jasa konstruksi ac harus menyediakan dan memasang (sesuai


dengan gambar rencana atau gambar kerja yang disetujui) semua
dudukan (support) atau penggantung (hanger) untuk mesin-mesin, alat-
alat pipa kabel dan duct yang diperlukan;

4. semua penggantung harus dipasang pada balok atau pada rangka baja
dan harus berkonsutasi dengan direksi dan penyedia jasa konstruksi sipil;

5. penyedia jasa konstruksi ac harus menjamin bahwa instalasi yang


dipasangnya tidak akan menyebabkan penerusan suara dan getaran
(vibration dan noise transmission) didalam ruangan-ruangan yang dihuni;
dan

6. penyedia jasa konstruksi harus bertanggung jawab atas modifikasi-


modifikasi yang perlu untuk memenuhi syarat tersebut.

b. testing adjusting dan balancing.

1. lingkup pekerjaan. Lingkup pekerjaan ini adalah pelaksanaan testing,


adjusting dan balancing untuk seluruh sistem tata udara dan ventilasi
mekanis sehingga didapatkan besaran-besaran pengukuran yang sesuai
seperti yang terlihat dalam gambar-gambar rencana sehingga sistem
betul-betul dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan rencana.

2. persyaratan umum. Pelaksanaan TAB (testing adjusting dan balancing)


secara mendasar maksimal harus mengikut standard yang berlaku secara
umum seperti standard NEBB, ASHRAE dan SMACNA dengan
menggunakan peralatan-peralatan ukur yang memenuhi untuk
pelaksanaan TAB tersebut.

3. peralatan ukur. Minimal peralatan ukur seperti di bawah ini harus dimiliki
oleh penyedia jasa konstruksi yang bersangkutan, antara lain:

a) pengukuran laju aliran udara.

1) pitot tube dengan inclined manometer;

2) anemometer dan sejenisnya; dan


110

3) hood untuk mengukur udara di diffuser.

b) pengukuran temperatur udara/air.

1) sling psychometric; dan

2) thermometer.

c) pengukuran putaran (rpm).

1) techometer atau sejenisnya.

d) pengukuran listrik.

1) voltmeter; dan

2) amperemeter/ampere-tang

e) pengukuran tekanan.

1) barometer/pressure gauge.

(7) Pengujian. Pekerjaan AC sentral harus diadakan pengujian keseluruhan sistem


untuk memastikan sistem dapat bekerja dengan baik dengan menggunakan alat
ukur serta alat bantu lainnya dan pengujian ini disaksikan oleh direksi/pengawas dan
penyedia jasa konstruksi. Pengujian dinyatakanselesai apabila seluruh sistem
bekerja dengan baik dan dinyatakan dalam berita acara uji fungsi.

Pasal 71

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan sumur artesis, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan, serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pasangan sumur artesis sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Persyaratan Umum. Persyaratan umum yang diwajibkan bagi pelaksana pekerjaan,
Penyedia jasa konstruksi harus mengikuti pedoman sebagai berikut:

a. pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar bestek dan uraian ini;

b. menurut peraturan-peraturan yang berlaku pada saat ini, serta persyaratan-


persyaratan yang dikeluarkan oleh PDAM setempat, PUIL, AVE, PUBI, dan
Pedoman Plumbing Indonesia 1979, jawatan keselamatan kerja;

c. seluruh pekerjaan harus selesai tepat pada waktunya yang ditentukan dalam
surat perjanjian/surat perintah dan harus diserahkan pada direksi dalam
keadaan selesai/dapat digunakan; dan
111

d. selama masa pemeliharaan apabila terjadi kerusakan, penyedia jasa konstruksi


bertanggung jawab penuh terhadap seluruh pekerjaan sumur artesis yang telah
dilaksanakan.

(3) Syarat-syarat Pemakaian Bahan.

a. bahan yang dipergunakan harus baru, tidak cacat, dan berkualitas baik serta
memenuhi persyaratan kerja yang ditentukan;

b. bahan-bahan yang dipersyaratkan harus berkualitas baik, mengingat sifat


pekerjaannya perlu dilengkapi dengan surat ijin (sertifikat) dari pabrik
pembuatnya;

c. penyedia jasa konstruksi harus dapat menunjukkan contoh bahan barang yang
dimaksud kepada direksi guna mendapatkan penelitian/uji kualitas baik lebih
diutamakan;

d. penggunaan barang/bahan produksi dalam negeri yang bekualitas baik lebih


diutamakan;

e. pipa yang digunakan adalah pipa putih GIP (Medium) dan Gate-valve buatan
ex Jepang yaitu Kitazawa atau yang setaraf/atas petunjuk direksi;

f. untuk alat bantu instalasi seperti penyambungan pipa (fitting), valve (katup) dan
alat-alat bantu lain ditentukan buatan Jepang (merk Kitazawa) atau merk lain
yang setingkat dalam kualitas;

g. pompa dipilih buatan pabrik yang terkenal seperti : Franklin, GAE, Ebara atau
yang sederajat baik mutu dan kualitasnya;

h. pompa yang dipasang/digunakan tipe pompa Submersible dan Multi-stage;

i. untuk panel pompa harus dilengkapi dengan komponen pengaman dengan


WLC doble action, proteksi hilang tengangan dan pilot lamp; dan

j. tandon air dibuat dari bak konstruksi beton dan di water proof kapasitas 5m
atau sesuai dengan gambar.

(4) Persyaratan Lemari Pembagi.

a. komponen lemari pembagi menggunakan buatan negara eropa barat atau


USA;

b. pabrikasi lemari pembagi menggunakan mesin, dibuat oleh perusahaan panel


yang terkenal;

c. lemari pembagi terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, dicat warna abu-abu;

d. lemari pembagi utama (MDP) dan lemari pembagi (DP) menggunakan tipe
"free standing" sedangkan lemari pembagi tenaga (PP/LP) menggunakan "wall
mounted"; dan
112

e. lemari pembagi dilengkapi:

1. nama perusahaan pembuatnya;

2. nama lemari pembagi;

3. diagram lemari pembagi; dan

4. nama-nama pemakai yang tercantum dalam diagram.

(5) Persyaratan Kabel.

a. menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Susaco, Kabelindo, Kabel


Metal, Trangka, atau merk lain yang mutunya sama yang telah disetujui oleh
LMK-SPLN;

b. menggunakan jenis NYY dan NYFGbY untuk Instalasi tenaga dan toevoer;

(6) Syarat Pemakaian Pompa.

a. submersible pump atau depp well pump dan pompa distribusi atau pompa
tekan dorong yang digunakan harus baru dari merk KSB, SIHI, FAIRBANK atau
merk lain yang setingkat dalam kualitasnya serta harus disertai spesifikasi yang
memuat antara lain:

1. nama pabrik pembuatnya;

2. tipe/nomor seri;

3. daya motor penggerak;

4. tegangan yang diperlukan;

5. kapasitas pompa;

6. total head;

7. dimer pompa sedot/riser pipe; dan

8. tahun pembuatan.

b. pompa dimaksud harus dilengkapi dengan perlengkapan standart yang


ditentukan antara lain:

1. untuk depp well.

a) panel pompa (WD Panel);

b) power cable;

c) well seal;

d) electroda water level control; dan

e) kabel electroda.
113

2) untuk pompa tekan/dorong.

a) panel control;

b) power cable; dan

c) rumah dan pondasi pompa.

(7) Pekerjaan Pengeboran Sumur.

a. sebelum melaksanakan pengeboran sumur, penyedia jasa konstruksi wajib


melaksanakan uji geolistrik untuk mendapatkan jenis tanah yang mengandung
debit air (aquifer), guna menentukan titik lokasi pengeboran sumur;

b. pengeboran ø 10" dengan kedalaman sekurang-kurangnya 100 meter atau


menurut kondisi lapangan hingga didapatkan debit air yang memenuhi syarat
dan atas petunjuk dan persetujuan direksi;

c. pelaksanaan pengeboran agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


keselamatan kerja serta keamanan lingkungan pekerjaan yang sedang
berlangsung;

d. apabila sumur telah selesai dibor/dikerjakan maka uji coba pemompaan harus
dilakukan untuk mengukur debit air dalam sumur dalam hal ini laju aliran/debit
air yang dihasilkan harus ditentukan dan tidak boleh melebihi kapasitas sumur.
jika air yang dipompa melebihi kapasitas sumur akan berkaitan dengan
memperpendek usia pakai sumur;

e. selama uji coba pemompaan dan pembersihan sumur harus digunakan pompa
khusus; dan

f. setelah sumur dibersihkan, sumur didiamkan untuk beberapa waktu 2 - 3 hari


agar air menjadi tenang dan bersih.

(8) Pemasangan Pipa Casing.

a. pemasangan pipa casing pada sumur yang baru selesai dikerjakan sedalam
100 meter dengan pipa casing ø 8", ø 6" dan ø 4”;

b. pipa casing dipasang dan dilakukan uji coba untuk menentukan laju aliran atau
debit air yang dihasilkan. hal ini untuk menentukan panjang masing-masing
pipa casing yang akan digunakan;
c. penyambungan pipa casing dilakukan dengan las dan menggunakan verlop
shock yang ukurannya disesuaikan dengan pipa yang digunakan;

d. pipa casing yang berada di bawah permukaan air atau yang berdiameter yang
lebih kecil harus dipasang saringan air johnson screen yang jumlahnya 3 buah
atau ditentukan sesuai kedalaman air sumur dan kualitas air sumur; dan

e. setelah pipa casing terpasang tepat pada tempatnya yang dikehendaki, maka
disekeliling pipa casing tersebut ditaburi kerikil jagung, gravel pack, semen
grout untuk memperkokoh dudukan casing sumur.
114

(9) Pemasangan Pompa Artesis 5 PK, serta kelengkapan instalasinya, terdiri atas:

a. 1 unit pompa 5 PK;

b. 1 unit panel control;

c. 1 unit check valve 3";

d. 1 Ea well seal 6”;

e. 2 Ea elektroda water level control;

f. 90 meter special cable untuk elektroda; dan

g. Cable power NYY 4 x 6 mm.

(10) Pelaksanaan Instalasi Listrik Pompa.

a. lemari pembagi.

1. panel dan lemari pembagi dipasang secara free standing, semi inbow
atau inbow sesuai dengan besar panel dan tinggi panel  175 cm, diambil
dari as panel tersebut ke lantai;

2. semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan sistem


hantaran tanah menggunakan BC Draad Ø 25 mm; dan

3. pekerjaan lemari pembagi dinyatakan selesai apabila semua saklar, circuit


breaker, NH Fuse, Pilot-lamp, alat ukur telah berfungsi dengan baik.

b. cara pemasangan kabel.

1. kabel yang berada di luar gedung ditanam dan diberi pelindung pipa GIP
MED atau dibuatkan ducting kabel dari beton cor;

2. kabel yang berada di dalam air diberi water proof cabel;

3. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi menggunakan


sepatu kabel yang dipasang; dan

4. kabel untuk instalasi pompa digunakan NYY 4 x 6 mm.

(11) Pekerjaan Finishing.

a. setelah pompa terpasang harus diadakan pengujian agar dapat dipastikan


bahwa pompa dan instalasinya dapat berfungsi dengan baik atau tidak ada
kebocoran dan apabila pompa tidak berjalan sesuai dengan ketentuan maka
penyedia jasa konstruksi harus segera memperbaiki;

b. untuk memastikan kesehatan air sumur, maka perlu diadakan pengujian air
yang dihasilkan, sehingga kandungan mineralnya dapat terkontrol secara
cermat; dan
115

c. untuk keamanan pompa perlu dimaksukkan di dalam rumah pompa yang


terbuat dari plat besi dengan menggunakan pintu yang dilengkapi dengan
kunci, rumah pompa berdiri di atas plat beton dan dipasang permanen.

(12) Pengujian Seluruh Pekerjaan. Seluruh pekerjaan electrikal dam mekanikal akan
diadakan pengujian keseluruhan sistem untuk meyakinkan sisten dapat bekerja baik
dengan menggunakan alat ukur serta alat bantu lainnya dan pengujian ini disaksi kan
oleh Direksi. Pengujian dinyatakan selesai apabila seluruh sistem bekerja dengan
baik dan dinyatakan dalam berita acara uji fungsi.

Pasal 72

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan sumur pompa submersible, bahan,
dan peralatan yang akan digunakan, serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan Pasangan sumur pompa submersible sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Persyaratan Umum. Persyaratan umum yang diwajibkan bagi pelaksana pekerjaan,
Penyedia jasa konstruksi harus mengikuti pedoman sebagai berikut:

a. pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar bestek dan uraian ini;

b. menurut peraturan-peraturan yang berlaku pada saat ini, serta persyaratan-


persyaratan yang dikeluarkan oleh PDAM setempat, PUIL, AVE, PUBI, dan
pedoman plumbing Indonesia 1979, jawatan keselamatan kerja;

c. seluruh pekerjaan harus selesai tepat pada waktunya yang ditentukan dalam
surat perjanjian/surat perintah dan harus diserahkan pada direksi dalam
keadaan selesai/dapat digunakan; dan

d. selama masa pemeliharaan tersebut diatas penyedia jasa konstruksi masih


harus menyediakan tenaga-tenaga yang mungkin diperlukan. dalam masa itu
penyedia jasa konstruksi masih bertanggung jawab penuh terhadap seluruh
instalasi plumbing yang telah dilaksanakan.

(3) Syarat-syarat Pemakaian Bahan.

a. bahan yang dipergunakan harus baru tidak cacat  dan berkualitas  baik serta
memenuhi persyaratan kerja  yang ditentukan;

b. bahan-bahan yang dipersyaratkan harus berkualitas baik, mengingat sifat


pekerjaannya perlu dilengkapi dengan surat ijin (sertifikat) dari pabrik
pembuatnya;

c. penyedia jasa konstruksi harus dapat menunjukkan contoh bahan barang yang
dimaksud kepada direksi guna mendapatkan penelitian/uji kualitas baik lebih
diutamakan;

d. penggunaan barang/bahan produksi dalam negeri yang bekualitas baik lebih


diutamakan;
116

e. pipa yang digunakan adalah pipa putih GIP (Medium) dan Gate-valve buatan
ex Jepang yaitu Kitazawa atau yang setaraf/atas petunjuk direksi;

f. untuk alat bantu instalasi seperti penyambungan pipa (fitting), Valve (katup)
dan alat-alat bantu lain ditentukan buatan Jepang (merk Kitazawa), atau merk
lain yang setingkat dalam kualitas;

g. pompa dipilih buatan pabrik yang terkenal seperti : Franklin, GAE, Ebara, atau
yang sederajat baik mutu  dan kualitasnya;

h. pompa yang dipasang/digunakan type pompa Subersible dan Multi-stage;

i. untuk panel pompa harus dilengkapi dengan komponen pengaman dengan


WLC doble action, proteksi hilang tegangan dan pilot lamp; dan
j. tandon air dibuat dari bak fiberglass yang mutunya tinggi dengan kapasitas 5
m atau sesuai dengan gambar.

(4) Persyaratan Lemari Pembagi.

a. komponen lemari pembagi menggunakan buatan negara eropa barat atau


USA;

b. pabrikasi lemari pembagi menggunakan mesin, dibuat oleh perusahaan panel


yang terkenal;

c. lemari pembagi terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, dicat warna abu-abu;

d. lemari pembagi utama (MDP) dan lemari pembagi (DP) menggunakan type
"free standing" sedangkan lemari pembagi tenaga (PP/LP) menggunakan "wall
mounted"; dan

e. lemari pembagi dilengkapi:

1. nama perusahaan pembuatnya;

2. nama lemari pembagi;

3. diagram lemari pembagi; dan

4. nama-nama pemakai yang tercantum dalam diagram.

(5) Persyaratan Kabel.

a. menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Susaco, Kabelindo, Kabel


Metal, Trangka, atau merk lain yang mutunya sama yang telah disetujui oleh
LMK-SPLN; dan

b. menggunakan jenis NYY dan NYFGbY untuk Instalasi tenaga dan toevoer.

(6) Syarat Pemakaian Pompa.

a. submersible pump atau depp well pump dan pompa Distribusi atau pompa
tekan dorong yang digunakan harus baru dari merk KSB, SIHI, FAIRBANK,
117

atau merk lain yang setingkat dalam kualitasnya, serta harus disertai spesifikasi
yang memuat antara lain:

1. nama pabrik pembuatnya;

2. type/nomor seri;

3. daya motor penggerak;

4. tegangan yang diperlukan;

5. kapasitas pompa;

6. total head;

7. dimer pompa sedot/riser pipe; dan

8. tahun pembuatan.

b. pompa dimaksud harus dilengkapi dengan perlengkapan standart yang


ditentukan antara lain:

1. untuk depp well.

a) panel pompa (WD Panel);

b) power cable;

c) well seal;

d) electroda water level control; dan

e) kabel electroda.

2. untuk pompa tekan/dorong.

a) panel kontrol;

b) power cable;

c) rumah dan pondasi pompa.

(7) Pekerjaan Pengeboran Sumur.

a. sebelum melaksanakan pengeboran sumur, penyedia jasa konstruksi wajib


melaksanakan uji geolistrik untuk mendapatkan jenis tanah yang mengandung
debit air (aquifer), guna menentukan titik lokasi pengeboran sumur;

b. pengeboran ø 10" dengan kedalaman sekurang-kurangnya 80 meter hingga


didapatkan debit air yang memenuhi syarat;

c. pelaksanaan pengeboran agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


keselamatan kerja serta keamanan lingkungan pekerjaan yang sedang
berlangsung;
118

d. apabila sumur telah selesai dibor/dikerjakan maka uji coba pemompaan harus
dilakukan untuk mengukur debit air dalam sumur. Dalam hal ini laju
aliran/debit air yang dihasilkan harus ditentukan dan tidak boleh melebihi
kapasitas sumur. jika air yang dipompa melebihi kapasitas sumur akan
berkaitan dengan memperpendek usia pakai sumur;

e. selama uji coba pemompaan dan pembersihan sumur harus digunakan pompa
khusus; dan

f. setelah sumur dibersihkan sumur didiamkan untuk beberapa waktu 2 - 3 hari


agar air menjadi tenang dan bersih.

(8) Pemasangan Pipa Casing.

a. pemasangan pipa casing pada sumur yang baru selesai dikerjakan sedalam 80
meter dengan pipa casing ø 8" dan ø 6";

b. pipa casing dipasang dan dilakukan uji coba untuk menentukan laju aliran atau
debit air yang dihasilkan. hal ini untuk menentukan panjang masing-masing
pipa casing yang akan digunakan;

c. penyambungan pipa casing dilakukan dengan las dan menggunakan verlop


shock yang ukurannya disesuaikan dengan pipa yang digunakan;

d. pipa casing yang berada di bawah permukaan air atau yang berdiameter yang
lebih kecil harus dipasang saringan air johnson screen yang jumlahnya 3 buah
atau ditentukan sesuai kedalaman air sumur dan kualitas air sumur; dan

e. setelah pipa casing terpasang tepat pada tempatnya yang dikehendaki, maka
disekeliling pipa casing tersebut ditaburi kerikil jagung, gravel pack, semen
grout untuk memperkokoh dudukan casing sumur.

(9) Pemasangan Pompa.

a. pemasangan pompa summersible 5 PK, di sumur berserta kelengkapan


instalasinya, terdiri atas:

1. 1 unit pompa 5 PK;

2. 1 unit panel control;

3. 1 unit check valve 3";

4. 1 Ea well seal 6";

5. 2 Ea elektroda water level control;

6. 90 meter special cable untuk elektroda atau sesuai kedalaman


permukaan air; dan

7. Cable power NYY 4 x 6 mm.

b. Pelaksanaan pemasangan pompa submersible.


119

1. pompa submersible dipasang pada casing sumur dengan cara digantung


dengan sling;

2. pipa sedot dilengkapi dengan check valve yang besarnya sesuai dan di


ikat dengan well cover atau klem pada landasan sumur untuk
menghindarkan/mencegah pompa jatuh ke dalam sumur;

3. sebagai kontrol terhadap tinggi muka air dalam sumur dipasang elektroda
water level control, dimana hal ini dimaksud untuk mencegah terbakarnya
elektro motor dari pompa apabila air dalam sumur turun permukaan
airnya;

4. pemasangan  pompa harus mengikuti peraturan-peraturan  yang telah


ditentukan oleh  pabrik  pembuatnya dan dipasang oleh ahlinya;

5. pompa setelah terpasang oleh penyedia jasa konstruksi harus menguji,


apabila pompa berjalan tidak sesuai dengan ketentuan maka penyedia
jasa konstruksi harus segera memperbaiki; dan

6. dalam melaksanakan pengujian harus disaksikan oleh direksi.

(10) Pelaksanaan Instalasi Listrik Pompa.

a. lemari pembagi.

1. panel dan lemari pembagi dipasang secara free standing, semi inbow
atau inbow sesuai dengan besar panel dan tinggi panel  175 Cm, diambil
dari as panel tersebut ke lantai;

2. semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan sistem


hantaran tanah menggunakan BC Draad Ø 25 mm; dan

3. pekerjaan  lemari pembagi dinyatakan selesai apabila semua saklar,


circuit breaker, NH Fuse, Pilot-lamp, alat ukur telah berfungsi dengan
baik.

b. cara pemasangan kabel.

1. kabel yang berada di luar gedung ditanam dan diberi pelindung pipa GIP
MED atau dibuatkan ducting kabel dari beton cor;

2. kabel yang berada didalam air diberi water proof cabel;

3. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi menggunakan


sepatu kabel yang dipasang; dan

4. kabel untuk instalasi pompa digunakan NYY 4 x 6 mm.

(11) Pekerjaan Finishing.

a. setelah pompa terpasang harus diadakan pengujian agar dapat dipastikan


bahwa pompa dan instalasinya dapat berfungsi dengan baik atau tidak ada
kebocoran dan apabila pompa tidak berjalan sesuai dengan ketentuan, maka
120

penyedia jasa konstruksi harus segera memperbaiki;

b. untuk memastikan kesehatan air sumur, maka perlu diadakan pengujian air
yang dihasilkan, sehingga kandungan minralnya dapat terkontrol secara
cermat; dan

c. untuk keamanan pompa perlu dimaksukkan di dalam rumah pompa yang


terbuat dari plat besi dengan menggunakan pintu yang dilengkapi dengan
kunci, rumah pompa berdiri di atas plat beton dan dipasang permanen.

(12) Pengujian Seluruh Pekerjaan. Seluruh pekerjaan electrikal dam mekanikal akan
diadakan pengujian keseluruhan sistem untuk memastikan sistem dapat bekerja baik
dengan menggunakan alat ukur serta alat bantu lainnya dan pengujian ini disaksi kan
oleh direksi. Pengujian dinyatakanselesai apabila seluruh sistem bekerja dengan
baik dan dinyatakan dalam berita acara uji fungsi.

Pasal 73

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan sumur resapan, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
Pasangan sumur resapan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. batu kali/batu bronjol dan kerikil yang keras tidak rapuh;

b. ijuk harus berserat yang tidak terlalu besar, bersih dari kotoran-kotoran yang
melekat; dan

c. pipa PVC AW Ø 2” dan berlubang pada sisi-sisi pipa untuk peresapan air.

(3) Pelaksanaan Pembuatan.

a. penarikan/pemasangan pipa harus benar benar memenuhi kemiringan dan


pada peil-peil yang tertentu sesuai gambar rencana;

b. sebelum dipasang kerikil/koral/batu bronjol/ijuk harus dicuci terlebih dahulu;


dan

c. hasil pekerjaan pembuatan resapan air ini harus baik, sesuai gambar dan
persyaratan yang diminta.

Pasal 74

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan Genset, material, peralatan, dan
bangunan penunjang yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan Genset sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.
121

(2) Pekerjaan Pemasangan Genset.

a. pengadaan, pemasangan, pengujian/test dan commissioning generator


cadangan lengkap dengan panel kontrol dan switchgear sesuai dengan
gambar, rangkaian proteksi, sistim kontrol interlocking, meskipun tidak
digambarkan secara lengkap tetapi diperlukan untuk operasi yang maka
penyedia jasa konstruksi juga harus melengkapinya;

b. penyedia jasa konstruksi harus bertanggung jawab bahwa generator yang


dipasang harus bisa diletakkan pada ruang genset melalui pintu yang tersedia;

c. secara umum Diesel Generator Set harus mampu mencatu daya yang
dibutuhkan pada temperatur 42C maksimum;

d. generator set harus direncanakan sebagai stand by unit dengan operasi paralel
atau single pada tegangan 380 Volt 50 Hz 3 Phasa 4 kawat dengan solid
grounding;

e. persyaratan bagi penyedia jasa konstruksi pelaksana.

1. pelaksanaan pekerjaan harus memiliki pas PLN dengan kelas yang


sesuai dengan persyaratan bagi pekerjaan ini, serta surat-surat ijin yang
diperlukan;

2. penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab atas kelancaran


pelaksanaan sampai semua instalasi genset berfungsi sesuai dengan
perencanaan. urusan perijinan dengan pln adalah termasuk dalam
lingkup ini;

3. penyedia jasa konstruksi dapat menyerahkan pekerjaan bila pekerjaan


telah memenuhi semua persyaratan-persyaratan teknis, fungsi,
keselamatan, efisiensi, dan lain-lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku;

4. penyedia jasa konstruksi wajib melengkapi peralatan-peralatn bantu


tertentu yang menurut persyaratan konstuksi yang baik, peralatan itu
harus ada, meskipun hal ini tidak tercantum dalam gambar perencanaan
maupun dalam uraian pekerjaan; dan

5. penyedia jasa konstruksi harus membuat rencana jadwal kerja dan


rencana pemakaian tenaga pelaksana yang dikepalai oleh seorang ahli
tetap di lapangan.

f. referensi. Pekerjaan ini harus berdasarkan pada standart:

1. IEC (Internasional Elctro Technical Commision);


2. VDE (Vereinig Deutcher Elektrotechniker);
3. PUIL 87 dan PUIL 2000 (Peraturan Umum Instalasi Listrik); dan
122

4. ISO 024/1980 (International Standart Organisation).

g. persyaratan umum pekerjaan elektrikal.


1. persyaratan-persyaratan. Persyaratan dalam kontrak ini berlaku untuk
hal-hal meliputi pengadaan semua tenaga, bahan suplay, ijin-ijin,
peralatan, perlengkapan, serta pengerjaan-pengerjaan yang perlu untuk
pemasangan genset yang lengkap;
2. gambar-gambar. Gambar-gambar genset menunjukkan secara umum
tata letak dari peralatan instalasi, sedangkan pemasangan harus
dikerjakan menurut kondisi dari proyek. Gambar arsitektur dan
struktur/civil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail
"finishing" dari proyek, sedang gambar-gambar dari kontrak lain harus
diambil sebagai referensi untuk detail-detail yang berhubungan dengan
pekerjaan yang bersangkutan;
3. bahan dan pengerjaan. Semua perlengkapan bahan dan barang-barang
yang dipakai dalam pekerjaan ini harus baru dan sesuai dengan yang
dimaksudkan. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh
orang-orang yang ahli. Dimana pelaksanaan ini memerlukan latihan atau
pengalaman khusus, penyedia jasa konstruksi harus memberikan surat
pernyataan yang membuktikan bahwa tukang-tukangnya yang
melaksanakan pekerjaan tersebut memang mempunyai pengalaman dan
kecakapan tersebut;
4. daftar bahan. Dalam waktu 60 hari setelah menerima pemberitahuan
untuk meneruskan pekerjaan, penyedia jasa konstruksi harus
menyerahkan daftar lengkap dari bahan-bahan yang akan dipakai dalam
pekerjaan ini. Daftar ini harus dibuat dalam rangkap 4 (empat) dan
menerangkan nama dan alamat manufacturer, nomor katalog dan
keterangan dari produk-produk tersebut. Daftar ini harus lengkap, daftar
yang hanya sepotong-sepotong tidak akan dipertimbangkan. Persetujuan
atas bahan akan didasarkan atas data manufacturer yang diterbitkan,
penyerahan gambar-gambar kerja yang lengkap dan bersesuaian dengan
dokumen kontrak;
5. gambar-gambar kerja. Setelah persetujuan atas daftar bahan, penyedia
jasa konstruksi harus menyerahkan gambar-gambar kerja untuk disetujui
oleh direksi. Gambar-gambar ini harus lengkap menjelaskan katalog dari
manufacturer, data-data, literatur yang discriptife, diagram-diagram
hubungan, data dimensi, data-data performance nama dan alamat dari
badan usaha terdekat yang men-service dan menjual  "spare part".
Disamping itu pada gambar-gambar kerja ini harus dicantumkan cacatan
dari penyedia jasa konstruksi bahwa penyerahan adalan sesuai dengan
persyaratan dan cocok untuk alokasi yang tesedia; dan
6. penggantian. Walaupun perencanaan ini didasarkan atas IEC, PUIL,
VDE, dan ISO, perlengkapan-perlengkapan yang direncanakan
berdasarkan standar-standar Internasional lainnya yang memenuhi
kriteria perencanaan dan persyaratan performance yang termaktub
didalamnya dapat juga diterima. Penerimaan perlengkapan-
perlengkapan semacam itu tidak membebaskan penyedia jasa konstruksi
123

dari tanggung jawabnya dalam kontrak ini dari berbagai macam garansi
yang ada.
a) peralatan yang Disebut Dengan Merk Pabrik. Dimana bahan,
perlengkapan, aparatur, "accessory" atau peralatan lain
disebut/dipersyarat dengan nama dalam persyaratan ini, maka
penyedia jasa konstruksi harus menyediakan/mengadakan peralatan
tersebut sesuai denga nama/merk yang disebut. Penyedia jasa
konstruksi boleh menggunakan peralatan dengan nama/merk lain
untuk menggantikannya dan harus diajukan pada ahli/Direksi untuk
mendapat persetjuan; dan

b) peralatan yang Tidak Disebut Dengan Nama.  Bahan, perlengkapan


aparatur, "accessory" atau produk lain yang tidak
disebut/dipersyaratkan dengan nama atau merk, harus diserahkan
lengkap dengan keterangan-keterangan mengenai nama-nama
pabrik, nomor katalog dan data-data discritif yang menjelaskan
peralatan ini memenuhi semua persyaratan yang dipersyaratkan.
Peralatan yang berbeda dalam hal-hal yang kecil dari persyaratan
dapat diusulkan setelah pemberian kontrak, asal saja pengusulan ini
disertai dokumen yang dengan jelas menyatakan semua
perubahan/perbedaan yang ada.

h. perlindungan. Penyedia jasa konstruksi harus melindungi semua barang dan


perlengkapan dengan cukup dan pantas sebelum, selama dan setelah
pemasangannya. Bahan-bahan dan perlengkapan yang rusak sebagai akibat
kurangnya perlindungan ini tidak akan diterima;

i. pengecatan. dimana perlengkapan-perlengkapan sudah "di finish" dipabrik


dan pengecatan tambahan di lapangan tidak dipersyaratkan, maka semua
permukaan yang lecet/cacad harus "di finish" pabrik dan persyaratan adanya
"finish" di lapangan, maka pengecatan di lapangan harus sesuai dengan
persyaratan-persyaratan;

j. pelat nama dan pengenal.

1. tanda pengenal. Semua "feeder conduit" harus diberi tanda pengenal


untuk menjelaskan penggunaan dan tujuannya. Tanda-tanda pengenal
ini harus memakai kode nama, dan dipasang pada setiap tempat masuk
atau keluar dimana "conduit" ini menembus dinding atau lantai.
Disamping huruf-huruf itu pada tanda pengenal harus digambarkan anak-
anak panah yang menunjukkan arah-arah, yang dipasang sedemikian
rupa sehingga mudah terbaca dari ketinggian lantai; dan

2. pelat nama. Pada semua kabinet-kabinet, tempat kontrol, panel board,


"circuit" tombol-tombol dan barang-barang perlengkapan lain, kecuali
tercatat lain harus dipasng pelat nama yang menerangkan
penggunaannya. Pelat nama dibuat dari formika double site, double
weight yang digrafir secara masinal.

k. gambar-gambar as built. Penyedia jasa konstruksi harus membuat suatu set


lengkap gambar-gambar dimana ditandai letak yang tepat dari semua cabinet,
124

perlengkapan dan lain-lain, dengan dimensi-dimensi yang diambil dari as


kolom. Satu set gambar-gambar asli harus diserahkan pada pemilik pada
waktu selesainya proyek;

l. percobaan. Penyedia jasa konstruksi harus melakukan semua percobaan


untuk memperoleh performance (unjuk kerja) dan mendemontrasikan cara
kerja dari segenap sistim. Semua bahan dan perlengkapan yang perlu untuk
percobaan tersebut merupakan tanggung jawab penyedia jasa konstruksi.
Perlatan bahan dan pengerjaan yang tidak baik harus diganti dan diperbaiki
hingga baik kenbali, lalu dicoba dan didemontrasikan kembali. Penyedia jasa
konstruksi menyediakan semua fasilitas dan  perlengkapan yang diperlukan
guna melaksanakan percobaan-percobaan ini dan memberitahu ahli 2 x 24 jam
sebelum percobaan ini dilakukannya;

m. informasi mengenai spare part. Begitu keadaan memungkinkan setelah


disetujuinya daftar perlengkapan penyedia jasa konstruksi harus memberikan
informasi mengenai "spare part" dari semua perlengkapan dalam daftar di atas
dan barang lain yang ada dalam kontrak ini yang dimintakan oleh ahli.
Informasi ini harus meliputi:

1. daftar lengkap dari spare part dan supply dengan daftar harga terakhir
dan sumber penjualannya;

2. daftar dan spare part yang biasanya diberikan cuma-cuma dalam


pembelian perlengkapan atau yang dipersyaratkan disini untuk diadakan
sebagai bagian dari kontrak; dan

3. daftar dan spare part tambahan yang diajukan oleh manufacturer untuk
menjamin operasi yang efisien dan kontinu dalam waktu satu tahun.
Informasi di atas tidak membebaskan penyedia jasa konstruksi dari
tanggung jawab maupun dalam garansi pada persyaratan ini. Sebuah
pertemuan/rapat yang membahas masalah asal spare part ini akan
diadakan antara pemilik dan penyedia jasa konstruksi dalam mana pemilik
akan memutuskan, nama-nama dari spare part tersebut harus disedia-
kan. Spare part ini tidak termasuk dalam penawaran penyedia jasa
konstruksi.

n. pencegahan karat. Dalam hal dimana suatu lapisan pencegahan karat atau
"hot digalvanising" dipersyaratkan, maka sistim perlindungan yang kini sudah
dipakai oleh manufacturer perlengkapan untuk maksud yang sama dan bisa
memenuhi syarat-syarat percobaan bisa juga diterima;

o. persesuaian dengan persyaratan. Dimana bahan atau perlengkapan


dipersyaratkan untuk memenuhi persyaratan dalam VDE, PUIL, ISO, atau
badan-badan lain semacam itu penyedia jasa konstruksi harus menyerahkan
bukti-bukti mengenai persesuaian tersebut. Label atau daftar dari badan-
badan di atas cukup merupakan bukti. Selain itu penyedia jasa konstruksi
boleh memasukkan pernyataan tertulis dari bahan percobaan baik nasional
maupun internasional yang kompeten untuk melaksanakan percobaan-
percobaan di atas yang menyatakan bahwa barang-barang tadi telah dicoba
dan memenuhi persyaratan di samping menjelaskan cara-cara percobaan
125

dilakukan. Persesuaian dengan persyaratan suatu badan, tidak berarti barang


tersebut sudah memenuhi persyaratan lain dalam pernyataan ini;

p. manual dan instruksi. Penyedia jasa konstruksi harus memberikan manual


mengenai operasi dan pemeliharaan serta instruksi lisan.

1. manual. Manual mengenai operasi dan pemeliharaan mengenai


perlengkapan-perlengkapan harus disampaikan pada pemilik dalam waktu
60 hari sebelum dimulainya operasi oleh pemilik. Manual ini harus
lengkap dengan petunjuk-petunjuk mendetail untuk pemeliharaan dan
operasi dari perlengkapan-perlengkapan serta sistem-sistem harus
lengkap meliputi informasi yang perlu untuk memulai menyetel, menjalan-
kan operasi yang kontinu untuk jangka panjang, pembongkaran, dan
pemasangan kembali dari unit-unit yang lengkap dan komponen sub
asembly. Manual ini harus menjelaskan model yang tepat, style dan
ukuran dari perlengkapan dan sistem yang dipakai. Manual yang
menjelaskan perlengkapan yang serupa, tapi dari mode, style dan ukuran
lain tidak akan diterima. Manual ini harus diserahkan dalam 4 rangkap;
dan

2. instruksi. Pembongkaran harus menyediakan wakil-wakil dari


manufacturer yang ahli dan terlatih untuk memberikan instruksi yang
mendetail kepada personil-personil yang ditunjuk oleh pemilik untuk
menjalankan serta memelihara perlengkapan-perlengkapan itu.
Pemberian instruksi ini harus diatur menurut jadwal pemilik dan dilakukan
dalam jam kerja biasa.

q. pengukuran tegangan pembumian. Setelah semua kabel dialiri aliran,


penyedia jasa konstruksi harus memeriksa perbedaan tegangan antara ground
dari sistem-sistem. Kalau percobaan-percobaan menurut ahli, menunjukkan
bahwa perbedaan tersebut adalah cukup berarti, maka sistim grounding harus
diubah menurut petunjuk ahli untuk mencegah elektrilisa dan interferensi
dengan electrinic circuitry dan instrumentasi;

r. garansi. Semua pekerjaan bahan dan perlengkapan harus digaransi selama


setahun sejak penerimaan kedua, selama masa ini, semua perlengkapan
bahan dan pengerjaan yang tidak baik harus secepatnya diganti atau
diperbaiki oleh penyedia jasa konstruksi tanpa biaya dari pemilik;

s. semua bahan, peralatan, cara pelaksanaan, dan  pemasangan-pemasangan


harus sesuai dengan peraturan-peraturan berikut:

1. peraturan-peraturan terakhir dari peralatan, listrik untuk bangunan yang


diterbitkan oleh IEE dan NEC;

2. persyaratan-persyaratn yang sesuai dengan standart dari British Standart


Association (BS);

3. persyaratan-persyaratan, yang mutakhir dari Japan Industrial Standart


(JIS);
126

4. persyaratan-persyaratan yang mutakhir dari German Standart (VDE);

5. International Standard Organisation (ISO); dan

6. persyaratan dari PLN dan jawatan keselamatan kerja.

t. diesel engine.

1. manufacturer: DEUTZ, MWM, CATERPILAR, MERCEDES;

2. type: Water Cooled, V-type, Four Cycle Multi Cylinder, Common Base
Skid Mounted Package Unit;

3. speed: 1.500 rpm;

4. output: 250 kVA (Electric Output, at Stand By in Site Conditions);

5. fuel comsumption: 220 gram/kWH (Max);

6. cooling system: Water Cooled With Radiator for 4 max of 42 C Ambient


Temperature;

7. fuel system: Injection System;

8. governor: Mechanic Fuel Control Governor;

9. starting system: Electrical 24 Volt DC;

10. air cleaner: Dry Type;

11. panel mesin diesel: Harus terdiri dari penumpukan tekanan olie,
temperature olie, battery Charge (Arus dan Teggangan), Tachometer
Lampu Alarm untuk over Speed Hight Coolant Temperature,  low  oil
Presure, over cranking digital fault indication; dan

12. kontrol pengaman: Terhadap low oil presure higt coolant temperature,
over speed over cranking, fuel blocked.

u. generator.

1. manufacturer: A Van Kick, Siemens or Caterpilar;

2. interpole brushless, self regulated, self excited, single bearing type, self
ventilated, drip water proof type;

3. insulation class: F;

4. 250 kVA  2,5 % Output capacity for continuous duty;

5. 220/380 Volt, 3 Phase four wirws star connection with neutral solidly
earthed;
127

6. 50 Hz Frequency;

7. 0,8 Power Factor; dan

8. solid state automatic voltage regulator dengan semi conduktor thyristor


circuit, 15 % voltage adjustability.

v. generator control panel (autimatic main failure system).

1. generator control panel harus mempunyai kelengkapan untuk kontrol dan


circuit breaker dengan perlengkapan proteksinya;

2. panel generator kontrol terdiri dari:

a) main circuit breaker; dan

b) fuses and protection devises.

3. automatic voltage regulator;

4. rectifier for initial excitation;

5. protection and control relays for over current, over voltage, voltage
detection and power reverse;

6. alat ukur yang terdiri dari voltmeter, volt selection switch, ammeter kwh
meter, power factor meter, frequency meter, dan hour counter;

7. voltage transformers;

8. current transformers;

9. voltage adjustment hand trimmer untuk avr;

10. operation mode selector switch untuk test, manual automatic dan off;

11. engine manual control switch;

12. control switch and indicator untuk:

a) main circuit breaker;

b) lubrication oil system;

c) circulation cooling water system;

13. indicator lamp dan reset push button untuk:

a) normal power available status;


128

b) stand-by power available status;

c) stand-by on load status;

d) starting retardation;

e) low oil presure tripped;

f) high water temperature tripped;

g) overload tripped;

h) fuel oil level low warning;

i) fuel blockage; dan

j) overcracking.

14. battery charger unit untuk floating dan quick charge, lengkap dengan alat
ukurnya.

a) components data.

1) pemutus daya.

aa. mccb harus dilengkapi dengan selenoid 220 volt untuk


remote off;

bb. mccb harus dilengkapai dengan shunt trip mekanis


dengan auxilinary contact yang menunjukkan status on/off
dan contact interlocking;

cc. kapasitas pemutusan 15 ka; dan

dd. jumlah kutub --> 3 kutub.

2) alat ukur.

aa. voltmeter: ukuran 97 x 97, hitam kelas 1,5 daerah ukur 0


- 500 Volt.
overload bisa bertahan 120 %;

bb. ammeter: ukuran 97 x 97, hitam kelas 1,5, arus sekunder


5 a overload 300 %;

cc. kwh type induksi 3 ph. unbalanced load kelas 1,5; dan

dd. frequency meter kelas 1,5 %, tegangan 220 volt dan


daerah kerja : 45/50/55 Hz.
129

3) komponen dalam pada generator control harus siemens, AEG,


MG atau setara dan harus ada  persetujuan ahli.

4) pelengkapan lain, 1 set standard tral dan spare part antara lain:

aa. 1 set gasket; dan

bb. 1 set turning gear.

w. sistim exhaust.

(1) pipa exhaust harus dari pipa baja karbon;

(2) exhaust silencer harus dipasang diruangan dengan penyangga yang


kokoh dan bisa meredusir suara  menjadi 70 db yang diukur 1 meter dari
exhaust pipe silecer;

(3) flexible connection untuk penyambungan dari mesin ke silencer harus


dipasang untuk mencegah adanya  rambatan gelombang dari mesin ke
silencer; dan

(4) bila panas dari silencer merambat ke ruang genset maka harus
diusahakan adanya isolasi panas pada silencer tersebut.

x. fuel system.

1. fuel system harus terdiri dari antara lain:

a) fuel injection yang diatur oleh governor;

b) flow filter yang elemen filternya bisa diganti-ganti;

c) fuel selenoid valve elektris;

d) daily fuel tank 1 x 500 liter;

f) pemipaan bahan bakar; dan

g) pompa tangan untuk bahan bakar.

2. pipa harus terbuat dari hevy duty block steel atau seamless steel buatan
manesman dicat dengan iron primer dan dicat kuning.

y. battery system.

1. battery sistem tiap generator harus terdiri dari battery timah yang tertutup
dan bebas perawatan yang dipasang ke panel generator dengan
penumpukan tegangan dan arus sebagainya;

2. kapasitas battery harus memenuhi untuk starting minimum 4 (empat) kali.


130

z. Testing dan Acceptance Test.

1. setelah pemasangan selesai dilaksanakan penyedia jasa konstruksi harus


melaksanakan pengujian untuk menjalankan dan membebani generator
acceptance test harus atas dasar iso 024 tahun 1980 antara lain:
pengujian 50 % selama 1 jam pengujian 75 % selama 2 jam, pengujian
100 % selama 1 jam, pengujian 110 % selama 1 jam, pengujian 100 %
selama 3 jam. bila pabrik tidak memberi ijin dibebani 110 %, maka
genset harus mampu bekerja selama 4 jam pada beban 100 % secara
terus menerus;

2. pengujian harus tidak mempengaruhi beban yang ada yaitu dengan


menggunakan dummy load baik secara water resistance atau bahan lain.

a) cara pemasangan.
1) generator set harus diletakkan pada spring monuts vibration
absorber yang sesuai untuk kapasitas tersebut sesuai dengan
petunjuk pabrikan;
2) vibration absorber tersebut di atas harus mempunayai effisiensi
tidak kurang dari 95 %;

3) pipa exhaust silencer harus diisolasi dengan tali asbes


(rockwool) setiap 5 cm dengan dencity 160 kg/m atau lebih, di
luarnya harus dilapisi dengan pelat aluminium setebal 0,3 mm;

4) pada hubungan antara pipa-pipa (exhaust pipe, fuel pipe dan


sebagainya harus diberi flexible coupling;

5) noise level & vibration harus ditekan sedemikian rupa sehingga


noise levelnya mencapai 65 db pada jarak 3 meter dari
exhaust;

6) agar supaya bias berhasil mengurangi noise dari mesin diesel


coaling fan, untuk udara harus dilengkapi dengan sound
proafing;

7) semua peralatan harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak


menimbulkan interfensi radio; dan

8) genset harus di test sesuai dengan iso 024 tahun 1980 di lokasi
sebelum diserahkan kepada pemilik.

b) pekerjaan penggantian trafo tiang.

Syarat-Syarat Teknis :

1) penggantian trafo tiang step up 50 kva 220/380v/ 6 kv, dan


trafo tiang step down 50 kva 6kv / 220/380v; dan
131

2) trafo yang digunakan merk unindo dan atau yang setara dalam
hal kualitasnya.

c) pemasangan trafo tiang.

1) pembongkaran trafo tiang lama; dan

2) trafo baru dipasang pada tiang lama di tempat trafo lama yang
dibongkar, tempatnya disesuaikan dengan gambar.

Pasal 75

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan gardu, bahan, dan peralatan yang
akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
gardu sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Syarat-Syarat Pemakaian Bahan Instalasi Distribusi Daya.

a. Kabel:

1. menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti sucaco, kabel metal,


terangka atau merk lain yang setara mutunya; dan

2. menggunakan jenis nyy dan nyfgby atau setara.

b. Lemari Pembagi:
1. komponen lemari pembagi menggunakan buatan eropa barat atau
Amerika Serikat;
2. pabrikasi lemari pembagi menggunakan mesin, dibuat oleh perusahaan
panel yang terkenal;
3. bahan lemari pembagi dari besi pelat dengan tebal 2 mm, dicat bakar
warna abu-abu; dan

4. Lemari pembagi dilengkapi:


a) nama perusahaan pembuatnya;

b) nama lemari pembagi;


c) diagram lemari pembagi; dan
d) nama-nama pemakai yang tercantum dalam diagram.

(3) Macam Pekerjaan.

a. lemari pembagi utama: pemasangan lemari pembagi utama (MDP) alat ukur,
dan pilot lamp serta pentanahannya dengan saklar induk MCCB dan NFB; dan
132

b. pemasangan kabel antara LV MDP dengan pengguna menggunakan kabel


NYFGbY 4x120 mm, 4x70 mm, 4x50 mm dan 4x35 mm.

(4) Cara Pemasangan. Cara Pemasangan Lemari Pembagi:

1. rak gardu tm, mdp, dp1 dan dp2 dipasang secara free standing di atas lantai
ruangan yang bersangkutan;

2. lp1, lp2, lp3, pp1 dan pp2 dipasang pada ketingian 200 cm antara as lemari
pembagi dengan lantai di bawahnya;

3. semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan instalasi


pentanahan gedung menggunakan bc draad ø 50 mm untuk rak tr gardu, mdp,
dp1 dan dp2, menggunakan bc draad ø 25 mm untuk lp1, lp2, lp3, pp1 dan
pp2; dan

4. pekerjaan pemasangan lemari pembagi dinyatakan selesai apabila semua


saklar, circuit breaker, meter, dan pilot lamp telah berfungsi dengan baik.
(5) Cara Pemasangan Kabel Tanah.
a. kabel dipasang secara tertanam sedemikian rupa sehingga kabel cukup
terlindungi terhadap kerusakan mekanis dan kimiawi yang mungkin timbul pada
tanah tepat dimana kabel tersebut dipasang. Letak kabel tanah harus ditandai
dengan patok tanda kabel yang kuat, jelas dan tidak rusak atau hilang;

b. kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah pada tempat diluar bangunan
harus dilindungi dengan pipa atau selubung dari baja atau dari bahan yang
cukup kuat, tahan lama, dan tahan api. Perlindungan ini harus menjorok
sekurang-kurangnya ½ meter dari kedua ujung;

c. pembuatan lubang galian, pertama-tama diberi tanda dengan kapur


permukaannya.  Galian dilakukan secara tegak lurus sehingga mencapai
permukaan yang diinginkan.  Apabila perlu dindingnya ditopang agar tepinya
terhindar dari longsoran. Dasar lubang galian harus diratakan dan diusahakan
supaya tidak merusak kabel; dan

d. kabel listrik yang ditemukan selama penggalian atau sambungannya (kotak


sambung/junction boxes) agar diusahakan:

1. pindahkan/letakkan kabel-kabel itu pada bagian sisi galian, usahakan


jangan sampai bergerak dengan cara yang kiranya tidak akan sampai
merusak kabel (tali, papan yang ditopang dan sebagainya);

2. kotak sambungan/junction boxes diangkat dari tanah dengan hati-hati dan


segera ditopang;

3. memindahkan dan menopang kabel harus dikerjakan sedemikian rupa


sehingga apabila tertekan secara bagaimanapun, bagian alat-alat
sambungan kabel itu tidak akan lepas/copot;
133

4. selama berlangsungnya pekerjaan, harus dilakukan pencegahan jangan


sampai kotak sambung/junction boxes itu tergoncang sedikitpun;

5. apabila menyeberangi kabel atau pipa yang sudah ada, penggalian harus
lewat di bawah jaringan yang ada dengan jarak ruang 20 Cm atau turun
sedikit secara miring sehingga kabel tidak melengkung melampaui batas
yang ditentukan;

6. Penggelaran pasir di dalam galian menggunakan pasir urug, dilakukan


sepanjang atas sebelah dalam galian yang sudah diratakan dengan
tebal 10 Cm dan lebar sesuai dengan lebar galian;

7. pasir urug digunakan pasir urug yang berkualitas terbaik untuk menjaga
terhindarnya kerusakan kabel;

8. kabel dilepas dari haspelnya, diletakkan di atas tanah di luar galian


sebagaimana cara melepas gulungan kabel. Pekerjaan ini hanya
dilaksanakan oleh pekerja yang ahli dan di bawah pengawasan
mandor/pengawas;

9. dalam melaksanakan pekerjaan ini jangan sampai kabel melintir ketika


ditarik ke dalam galian;

10. pekerjaan penggelaran/penarikan kabel:

a) kabel dilepas dari rol/haspelnya, ditarik dan digelar secara hati-hati


jangan sampai melilit dan menyatu;

b) radius lengkungan kabel selama pelaksanaan penggelaran harus


selalu lebih dari 20 kali diameter kabelnya;

c) kabel ditarik oleh pekerja-pekerja yang berdiri dengan jarak teratur


sepanjang penggalian (1 orang, 1 roller setiap kurang dari 3 m);

d) kabel ditarik dengan sentakan-sentakan beruntun;

e) setiap pekerja menarik kabel itu pada saat terdengar aba-aba


(komando, suara) yang diberikan oleh pengawas;

f) panjangnya kabel yang harus ditarik pada satu tarikan kurang lebih
0,70 m; dan

g) apabila kabel yang harus ditarik itu di dalam pipa, maka tali
penariknya diikatkan pada grip penariknya dan tangki penarik hanya
akan dipakai untuk menarik tali ini.

11. dalam pelaksanaan pemasangan kabel apabila pekerjaan yang


menyeberangi jalan raya, maka kabel harus melintasi/menyeberangi jalan
secara tegak lurus dengan garis tegak lurus;

12. dalam pelaksanaan menyeberangi jalan dengan galian terbuka, lubang


galian harus terdiri dari bagian-bagian (tiga bagian untuk badan jalan yang
lebar) yang satu sama lain dibatasi oleh satu atau dua blok tanah asal
134

yang harus disisakan untuk referensi permukaan badan jalan dan


mempertahankan daya tahan mekanis terhadap tekanan akibat lalu lintas;

13. pada lintasan-lintasan penyeberangan jalan, kabel akan dilindungi dengan


pipa gip ø 3". pipa-pipa pelindung harus dilebihkan panjangnya melebihi
badan jalan minimum 0,50 m;

14. pada pertemuan/sambungan kabel, maka ujung yang akan disambung


harus dilebihkan satu dari yang lainnya sepanjang satu meter dan kabel
pada setiap sisi kotak sambungan tidak dilebihkan ujungnya. Cara
penyambungan harus dilaksanakan dengan selongsong, diskrup atau
dipres, dan ditutup dengan kotak sambungan (mof);

15. kabel dalam lubang galian baik sesudah maupun sebelum diurug harus
dipasang tutup/dop pada ujungnya sebagaimana mestinya atau diperiksa
apakah sudah benar pemasangannya.   dalam hubungan ini perlu
diperhatikan agar di antara ujung kabel dengan tutup/dop ujung kabel
harus ada bagian kabel yang dikupas bersih;

16. jarak antara kabel harus dipasang minimum 0,20 cm sama sekali tidak
boleh menempel bahkan juga pada waktu masuk ke dalam gardu, apabila
tidak mungkin diberi petunjuk di atas maka antara kabel-kabel harus diberi
isolasi/pelindung sesuai dengan petunjuk direksi, untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kabel berhimpit bila bersilangan satu sama lain;

17. pekerjaan urugan:

a) pengurugan setelah kabel digelar, diurug dengan pasir urug setebal


10 Cm, pasir yang digunakan adalah pasir urug yang berkwalitas
terbaik untuk menjaga terhindarnya kerusakan kabel;

b) tanda peringatan dipergunakan dari batu peringatan/batu bata


seperti pada gambar bestek. Batu peringatan/batu batas dipasang
berderet di atas lapisan pasir; dan

c) pengurugan kembali di atas batu peringatan setebal kira-kira 10 cm


dengan bagian-bagian tanah galian yang telah dibersihkan dari
unsur-unsur/benda (batu/logam) yang mungkin bisa merusak kabel.
Pengurugan dilanjutkan kembali dengan lapisan tanah setebal 10
Cm yang dipadatkan dengan hati-hati.   Pada lapisan tanah liat
sekurang- kurangnya harus 10 Cm di bawah permukaan tanah
biasa, pengurugan kembali disarankan memakai batu-batu puing,
bagian atasnya diurug kembali harus menonjol lebih tinggi dari
permukaan tanah.

18. pengujian kabel harus dilakukan pada saat pekerjaan pemasangan telah
selesai yang dinyatakan oleh direksi.

(6) Instalasi Tegangan Menengah (TM). Bahan untuk instalasi tegangan menengah:

a. kabel tm. Menggunakan kabel XLPE ukuran 3x150 mm 20 KV buatan Sucaco,


Kabel Indo, Kabel Metal atau Tranka;
135

b. pemakaian tranformator.

1. tranformator yang digunakan harus dari jenis "non-burning liquid


insulated" dengan merk Trafindo, Unindo Centrada, atau merk lain yang
setaraf sesuai standard PLN;

2. tranformator ini harus mempunyai syarat-syarat Rating sebagai berikut:

a) Fase – Tiga;

b) Suhu keliling - 40C;

c) Kenaikan suhu - max. 55C - 65C;

d) Frekuensi - 50 cycle;

e) Voltage primer - 6 KV/20KV;

f) Voltage sekunder - 133/231V dan 231/400V; dan

g) Sistim Tapping - 5 tap yang mempunyai rating 5%.

3. accessories transformator harus dilengkapi peralatan-peralatan sebagai


standard:

a) saluran pengisian minyak;

b) saluran pengosongan minyak;

c) thermometer;

d) gelas penduga level minyak;

e) kuping pengangkat;

f) bushing tegangan tinggi dan tegangan rendah;

g) komutator (tap changer);

h) roda yang dipasang pada alas; dan

i) plat nama lengkap dengan diagram hubungan belitan.

Semua bahan isolasi, minyak, kertas, dan label-label harus tahan panas
dan sesuai dengan standard kenaikan temperatur sebesar 65 C.

c. pemakaian panel LV-MDP.

1. kabinet panel LV-MDP dibuat dari plat baja dengan ukuran profesional
seperti untuk panel LV-MDP yang besarnya menurut kebutuhan sehingga
untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak terlalu sesak;
136

2. kabinet dan pintu-pintu untuk panel harus dibuat tahan karat dengan
ketebalan plat 2 mm; dan

3. setiap kabinet harus dilengkapi dengan kombinasi "catch and flat key lock"
dan disediakan anak kunci.

d. pemakaian kabel tm/tr, grounding, instalasi penerangan dan perlengkapan


lainnya.

1. kabel yang digunakan diutamakan buatan Kabelindo, Kabel Metal,


Supreme, dan Tranka standart PLN;

2. kabel TM yang dipakai dari jenis XLPEAL 20 KV dengan ukuran 3x150


mm², NZXSY 1x35 mm², sedangkan kabel TR dari jenis NYFGbY dengan
ukuran 4x70 mm², 4x50 mm², 4x35 mm², 4x25 mm², 4x16 mm², 4x10 mm
serta NYY 1x240 mm²;

3. kawat grounding menggunakan jenis BC draad Ø 50 mm;

4. komponen menggunakan buatan eropa barat atau lisensinya di Indonesia;

5. Pabrikasi menggunakan mesin;

6. Panel dilengkapi dengan:

a) diagram 1 phasa; dan

b) nama-nama pemakai.

7. rel daya dicat warna merah, kuning, biru dam hitam sesuai dengan urutan
phasa R-S-T dan V.

e. pemakaian cubicle tm 20 kv.

1. agar standar dengan PLN dan untuk keseragaman dari masing-masing


gardu maka cubicle yang digunakan adalah merk Merlin, Gerin, dan
Fluokit serta AEG;

2. spesifikasi cubicle TM (Tegangan Menengah).

a) persyaratan Umum. Spesifikasi switch gear ini berhubung dengan 20


KV single busbar indoor IP 205 switch gear. Peralatan tersebut
sesuai dengan persyaratan utama sebagai berikut:

1) menjamin kelangsungan pelayanan dan keselamatan staf;

2) memberikan kemudahan dan pemeliharaan yang minimum;

3) menjamin kemudahan instalasi dan menyederhanakan


pekerjaan sipil; dan

4) mudah disesuaikan dengan penambahan dan perluasan


lanjutnya. Panel tm harus disusun seperti single line. pemasok
harus mampu membuktikan dan mempunyai pengalaman yang
137

luas dalam bidang panel listrik tegangan menengah dan akan


memberikan keterangan bahwa pemasok telah memasok dan
membuat peralatan tipe serupa yang mana telah berhasil
dalam operasi komersial selama 8 tahun terakhir di indonesia.
Daftar referensi untuk hal tersebut harus dilampirkan.

b) standard. Panel TM harus memenuhi persyaratan terakhir dari


standard IEC. Sejauh karakteristik dari disain dan
konstruksi, kapasitas, dan prosedur pengetesan diperhatikan, switch
gear harus sesuai dengan rekomendasi IEC sebagai berikut:

1) switch gear assemblies IEC 298;


2) circuit breakers IEC 56;
3) current transformers IEC 185;
4) voltage transformers IEC 186;
5) relays IEC 225; dan

6) lv cables IEC 695.

Switch gear harus standart :

1) british standards BS 2631;

2) PLN standards PUIL 1977; dan

3) german standards VDE 0670.


c) kapasitas tegangan dan tingkat gangguan switch gear. Panel TM
harus sesuai untuk pelayanan system 20 KV, sistem 50 Hz.
Tegangan kerja minimum 24 KV dan switch gear akan mampu
terhadap ketahanan thermal maksimum 500 MVA/20 KV atau 14,5
Ka rms 1 sec.  Ketahanan thermal maksimum untuk arus hubungan
singkat yang diijinkan pada jaringan dalam sistem yang ada harus
tahan untuk 1 second.

d) insulation level. Panel TM mempunyai rated surge impulse level


125 KV rated 1 menit 50 Hz insulation level 50 V sesuai dengan
prosedur pengetesan IEC. Ketentuan ini digunakan untuk Panel
complete.  Sertifikat tipe test dari laboratorium LMK harus
disediakan.

e) pemakaian bahan.

1) umum. Panel TM merupakan indoor type panel merupakan


metal enclosed sesuai dengan IEC 298. Ruang untuk circuit
Breaker, Current Transformer dan HV cable connection,
busbar, akan disusun dalam 3 bagian yang dipisah dengan
metal atau isolator pemisah. Ruang tegangan rendah terpisah
dari ruang tegangan tinggi dengan sekat metal.   Desain
modular dari Panel TM memungkinkan penggantian atau
138

perluasan panel TM disisi lain.

2) panel. Panel TM terdiri dari ruangan panel yang terpisah,


circuit breaker yang dapat ditarik, kombinasi pemutus beban,
dan fuse serta harus membentuk sebuah panel metal enclosed
yang dapat diperluas. Panel harus bisa dipasang diatas lantai.
Tingkat perlindungan paling rendah yang dapat diterima harus
IP 205 sesuai dengan standard IEC. Switchboard mempunyai
persyaratan operasi yang aman yang dijamin oleh suatu
kombinasi mekanikal interlock. Untuk mengurangi pekerjaan
sipil, luas kubikal harus dikurangi sejauh masih memungkinkan,
dengan syarat bahwa tidak ada operasi khusus diperluasan
untuk menghubungkan kabel dengan terminasi kabel standard.
Dimensi yang dianjurkan untuk panel 630 A adalah:

aa. 500 mm untuk lebar panel;

bb. 1500 mm untuk tinggi panel; dan

cc. 920 mm untuk kedalaman panel. Panel-panel harus


direncanakan untuk mencegah jalan masuk kebeberapa
bagian yang bertegangan selama pelayanan, dan juga
selama operasi perbaikan. Panel-panel yang
membentuk bagian dari switchboard harus dipasang pada
lantai sederhana dengan atau tanpa penutup pelindung
sesuai dengan penampang kabel dan tipenya. Pabrik
panel harus memberikan buku pedoman teknis. Sejauh
materiel yang merupakan pendukung diperhatikan,
penyimpangan dari standard IEC harus dihindarkan.
Sebagai catatan umum, semua perintah operasi untuk
pengoperasian harus dilakukan dari depan panel.
Potensial tester dari kabel HV harus disediakan dan
ditunjukkan sehingga kelihatan di depan panel.

f) fasilitas pertanahan.

1) bagian pertanahan logam. Seluruh panel harus terhubung


dengan jaringan pertanahan metal sepanjang switch board.
Diameter dari tembaga harus didisain untuk tahan terhadap
arus hubungan singkat dari panel TM selama 1 detik sesuai
dengan IEC 298;

2) pertanahan jaringan. Pertanahan dari kabel adalah dengan


menggunakan saklar pertanahan dari tipe "Quick mode" yang
dapat ditanahkan dengan kabel yang bila rangkaian tersebut
dalam posisi terbuka.
Untuk mempersingkat periode perbaikan, harus memungkinkan
untuk membumikan secara serentak feeder-feeder yang
berbeda. Saklar pertanahan ditempatkan pada ruang kabel
dan dioperasikan dari depan panel. Kecepatan gerak dari
saklar tidak tergantung dari operator. Fasilitas untuk Padlock
dilengkapi untuk memungkinkan kontak pertanahan dikunci
139

pada kedua posisi. Posisi dari kontak pertanahan harus


tampak jelas dari depan panel. Mekanikal interlock harus
dilengkapi untuk menghindari kesalahan operasi seperti:

aa. menutup kontak pertanahan bila CB atau LBS atau


disconnector dalam posisi pelayanan; dan

bb. memasukkan CB atau menutup LBS atau disconnector


bila kontak pertanahan dalam posisi tertutup. Capasitor
voltage devider akan dipasang dekat kontak pertanahan.
Capasitor devider akan dihubungkan ke lampu indikator
dari potential tester yang ditempatkan di bagian depan
panel.

g) fasilitas Isolating (untuk drawout CB Circuit breaker adalah dari tipe


withdrawable dan menjamin pemisahan antara busbar dan circuit
pada saat diputus. Untuk mencegah sentuhan pada fixed   contact,
salah satu dari dua shutter pengaman metal akan digerakkan secara
otomatis oleh circuit breaker selama withdrawl.   Shutter akan
menutup tiap 3 phase dari fixed contact pada busbar dan bagian
circuit, pada saat circuit breaker dikeluarkan.

h) circuit breaker. Circuit breaker merupakan tipe SF6.  Circuit breaker


tidak memerlukan perawatan khusus, dan mempunyai ketahanan
listrik yang tinggi. Semua circuit breaker dari tipe dan rating yang
sama dapat saling tukar. Circuit beraker terdiri dari 2 tipe, tipe
vertical withdrawable atau tipe tetap. Circuit breaker harus dari tipe
mekanikal dan elektrikal tripfree. Interlock yang sudah terpasang
akan mencegah kesalahan operasi dan perlengkapan untuk
keylocking harus dilengkapi. Poles atau enclosure dari ruang
pemutusan harus dari jenis sealed for life, seperti disebutkan dalam
IEC 56. Kebocoran yang diijinkan harus kurang dari 0,1 % per
tahun. Ketahanan yang diharapkan paling sedikit 20 tahun. Poles
akan dipasang dipabrik dengan metode yang disebutkan dalam
dokumen IEC (pengukuran akumulasi kebocoran). Disain circuit
breaker memungkinkan kondisi pemeriksaan arcing contact tanpa
membuka poles dari CB. Enclosure harus dari bahan isolator.
Ketahanan mekanik, 10.000 openings. Circuit breaker harus
dilengkapi dengan sertifikat test yang dikeluarkan oleh testing
authority yang diakui seperti anggota STL (Short Circuit Testing
Liasion) diakui oleh Badan Internasional. Circuit breaker harus
dilengkapi dengan mekanisme pengoperasian manual atau elctrical
spring energy operating mechanism yang minimum meliputi:

1) 1 motor listrik, untuk charging dari mekanisme per;

2) 1 anti-pumping realy untuk mencegah closing oil diberi


tegangan secara kontinyu. Sebagai tambahan, circuit breaker
harus dilengkapi dengan operation counter. Pada plate bagian
depan indikasi circuit breaker dan control devices harus
dilengkapi sebagai berikut;
140

3) Indikasi mekanik dari posisi circuit breaker, digerakkan secara


positif pada kedua posisi, terbuka dan tertutup;

4) Indikasi mekanik dari keadaan motor charged spring, ini akan


terlihat jelas apakah spring diisi atau tidak;

5) Local manual spring release;

6) Emergency Hand Operated Local Spring Charging Device.


Provision harus dilengkapi untuk lokal manual tripping dan
closing dari breaker dan plate pada bagian depan cubicle harus
dapat menahan semua indikasi dan kontrol device yang perlu
untuk normal service operation. Circuit breaker dilengkapi
dengan auxiliary switches yang digerakkan dalam kedua posisi
dan disusun untuk memudahkan perbaikan dan inspeksi.
Peralatan yang mempunyai contact surface harus mempunyai
perlakuan terhadap korosi;

Data circuit breaker:

Rated normal current 630 A


Rated voltage Un 24 KV

Symmetrical breaking capasity at Un 12,5 KA

Asymmetrical breaking capacity at Un 13,5 KA

Service voltage Us 20 KV

Symmetrical breaking capacity at Us 14,5 KA


Asymmetrical breaking capacity at Us 16 KA

Making capacity 37 KA peak

Short-time (one second) withstand current 14,5 KA rms

Transformer off-load breaking capacity 16 KA

Arcing time at Isc 15 ms

Arcing time at 10 % of Isc (mean) 10 ms

Arcing time at critical current 15 ms at-100 A

Mechanical endurance 10000 cycles

Electrical endurance at Isc 40

Opening time 45 to 60 ms

Break time at Isc 60 to 80 ms

Closing time 70 to 90 ms
141

Dead time (during auto reclosing) 120 ms

Operating sequence 0,35-CO-15s-CO

Type of operating GMh

Type of arcing contacts Butt contact

Type of main contacts Sliding multi finger spot


Contact
Material of arcing contacts without pressure switch Cupro
Tungstene

i) switch disconnector dan load break switch LBS dan Disconnector


dari tipe SF6.

LBS dan disconnector tidak merupakan perawatan khusus, dan


harus mempunyai ketahanan listrik yang tinggi. Enclosure harus
dari jenis selaed for life, seperti disebutkan dalam standard IEC.
Rate yang diijinkan untuk kebocoran harus dibawah 0,1 % pertahun.

LBS dan disconnector harus dilengkapi dengan mekanisme


pengoperasian manual atau dengan mekanisme pengoperasian
listrik sebagai option. LBS akan diberikan indikasi positif break
seperti disebutkan dalam IEC 129.

Data load break switch:

Rated normal current 630 A

Rated voltage Un 24 KV

Service voltage Us 20 KV

Hort time (one second) withstand current 14,5 KA rms

Electrodynamic withstand 36,5 KA rms

Breaking Capacity (LBS) 400 A

Opening time 50 ms

Closing time 85 ms

Arcing time 12 ms

Mechanical endurance 1000 operating as per standar

Electrical   endurance a) 100 breaking operation at In, PF = 0,7

b) 3 breaks at 7x fuse rated current PF=0,2

j) busbar. Busbar compartment harus mempunyai disain modulator


yang memungkinkan beberapa penggantian atau pengembangan
142

switchboard.   Menurut tingkat isolasi yang dibutuhkan, busbar yang


berisolasi dapat diterima asal memenuhi standard IEC akan efek
panas dari busbar. Ruang busbar harus terpisah dari compartement
yang lain, kecuali pada perbatasan dengan ruang busbar dari panel
yang lain, sehingga membentuk distribution Jtrunking sepanjang
switchboard;

k) fsilitas Terminasi Kabel. Panel TM harus didisain untuk koneksi


pada bagian depan switchboard. Bagian dasar dari compartment
harus dari metal. Plate dasar ini harus dilengkapi dengan conical
rubber glands dan cable clamps;

l) current transformer. Current transformer merupakan tipe resin cast


dan harus memenuhi spesifikasi mengenai ratio. Akurasi dan
keluaran dari setiap current transformer akan dipilih untuk menjamin
suatu operasi yang baik dari relay, instrument dan meter. Current
trasformer agar diberi nama secara individu dan sertifikat test;

m) voltage transformer pada panel matering voltage transformer


merupakan tipe disconnectable. Voltage transformer harus
terlindung pada sisi utama oleh fuses tegangan tinggi. Hal ini
memungkinkan untuk menempatkan kembali fuses dengan mudah
pada saat panel dioperasikan. Pengoperasian ini dilakukan dari
depan. Voltage transformer merupakan cast resin. Voltage
transformer dari tipe satu phase yang dihubungkan ketanah.
Belitan sekunder harus diisolasikan oleh fuse HRC. Hubungan ke
fuse LV hanya mungkin bila disconnector terbuka;

n) auxiliaries tegangan rendah. Setiap Panel TM dilengkapi dengan


compartment tegangan rendah yang berisikan seluruh peralatan
tegangan rendah. Semua relay, instrument, meter, live part dari
indikasi dan control device akan ditempatkan pada compartment ini
dan apabila perlu, indikasi dapat terlihat dari depan. Compartment
tegangan rendah akan ditempatkan pada suatu ketinggian dengan
demikian semua indikasi dapat dilihat dengan mudah oleh staf
pengoperasi. Panel TM dilengkapi dengan satu set tiga voltage
indicating neon lamp, indikator-indikator ini akan ditempatkan
didepan cubicle dan harus terlihat jelas apakah sirkuit dihidupkan
atau tidak. Indikator-indikator ini diberi tegangan oleh kapasitif
divider yang ditempatkan di cable compartment. Sebagai tambahan,
panel dilengkapi dengan:

1) terminal block;

2) heating resistor. Control wiring, digunakan di dalam


compartment tegangan rendah harus mempunyai luas penam-
pang yang tidak kurang dari:

aa. 2,5 sqmm untuk circuit yang dihubungkan ke current


transformer; dan
143

bb. 1,5 sqmm untuk circuit-circuit yang lain. Control wiring


diberi nomor yang sesuai pada setiap ujung dengan
demikian setiap pengecekan wiring yang dilakukan dapat
dilaksanakan dengan mudah. Semua device akan
dikontrol dan dioperasikan dari bagian depan
switchboard.

o) relay. Relay harus memenuhi standart IEC 255.   Relay dari jenis
static. Instrument dan meter dari tipe flush mounted;

p) circuit label. Setiap cubicle dilengkapi dengan label circuit dari


ukuran yang sesuai yang ditunjukkan dengan jelas fungsi panel;

q) pengecatan. Semua metal part dilindungi dari korosi. Final coat


dari heavyduty finishing paint akan ditutup seluruh bagian luar
switchboard;

r) tipe pengetesan. Tipe test certificate seperti di bawah ini akan


dilengkapi.

Untuk complete panel:

1) impulse level test;

2) power frequency test;

3) temperature rise test;

4) short time current test; dan

5) mechanical operation test. Dilengkapi dengan deliveri order


dan sertifikat jaminan dengan jangka waktu 1 tahun dari pabrik
yang harus diserahkan kepada direksi /pengawas.

(7) Cara Pemasangan Kabel TM:

a. jarak aman dengan instalasi lain:

1. jarak aman dengan kabel TM lain atau pipa air sekurang-kurangnya 20


cm;

2. jarak aman dengan kabel TR sekurang-kurangnya 10 Cm;

3. jarak aman dengan kabel telekomunikasi sekurang-kurangnya 50 Cm;


dan

4. jarak aman dengan beton pondasi sekurang-kurangnya 50 Cm, khusus


untuk beton pondasi yang penting sekurang-kurangnya 150 Cm.
(Gambar cara pemasangan kabel TM yang berkaitan dengan instalasi lain
periksa gambar detail).

b. pekerjaan sebelum penanaman kabel:


144

1. penentu jalannya lintasan kabel:

a) kabel tm sedapat mungkin dipasang di tepi jalan, di bawah trotoar


jalan setapak; dan

b) pada belokan dibuat radius lengkungan sekurang-kurangnya 15 kali


diameter keseluruhan dari kabel yang bersangkutan.

2. Pekerjaan galian sebelum penanaman kabel:

a) ukuran lubang galian:

1) Kedalaman:

aa. 0,90 meter di bawah trotoir; dan

bb. 1,20 meter di bawah jalan kendaraan. Ukuran-ukuran


tersebut dapat berkurang apabila dalam pemasangan
kabel diberikan perlindungan mekanis berupa pipa,
saluran beton, dan lain-lain.

2) lebar galian.   Lebar galian sekurang-kurangnya 0,45 Cm, bila


akan dipasang lebih dari satu kabel, lebar galian sebagai
berikut.

JUMLAH KABEL LEBAR GALIAN (METER)


1–2 0,45
3 0,80
4 1,10
5 1,40
6 1,70

Ukuran-ukuran tersebut di atas dapat berkurang, akan tetapi


harus dilakukan tindakan-tindakan penanganan secara khusus
pada waktu menggelar kabel.

3. ukuran lubang galian:

a) lintasan kabel diberi tanda terlebih dahulu menggunakan kapur


setelah permukaannya sudah diratakan. Apabila permukaan
lintasan tidak rata, tanda lintasan kabel menggunakan tali yang
dipasang menggunakan pasak;

b) lapisan permukaan dikupas secara hati-hati untuk membersihkan


lapisan permukaan yang terdiri atas aspal, bituman, semen, bata,
ubin dll;

c) pembuatan lubang galian-galian secara tegak lurus sehingga


mencapai permukaan yang ditentukan;

d) apabila perlu, dindingnya ditopang agar tepiannya terhindar dari


longsor;
145

e) pada saat melakukan penggalian agar diusahakan supaya bekas


galian tidak menutup saluran air atau mengganggu lalu lintas;

f) apabila menemukan kabel listrik atau sambungan (junction box)


selama penggalian, maka cara penggalian sebagai berikut:

1) memindahkan/meletakkan kabel-kabel itu pada bagian sisi


galian dan usahakan jangan sampai merusak kabel;

2) memindahkan dan menopang kabel harus dikerjakan


sedemikian rupa sehingga apabila tertekan secara
bagaimanapun, bagian alat-alat sambungan kabel itu tidak
akan lepas/copot;

3) kotak-kotak sambung (junction box) diangkat dari tanah dengan


hati-hati dan segera ditopang dengan cermat;

4) selama berlangsungnya pekerjaan, harus dilakukan


pencegahan jangan sampai kotak-kotak sambung (junction
box) itu tergoncang sedikitpun; dan

5) Apabila galian itu diurug kembali, maka kabel-kabel itu berikut


peralatannya ditempatkan kembali pada kedudukannya
semula, batu-batu pelindung diletakkan pada tempatnya
kembali.

g) apabila menyeberangi kabel atau pipa yang sudah ada, penggalian


yang harus lewat dibawah jaringan yang ada dengan jarak ruang 20
Cm, harus turun sedikit-sedikit secara miring sehingga kabelnya
tidak melengkung melampaui batas yang ditentukan (bending
radiusnya).

h) apabila melewati lalu-lintas pejalan kaki dan kendaraan, maka:

1) Jalan masuk ke bangunan-bangunan, toko-toko, dan garasi


harus tetap disediakan;

2) Lintasan dengan jalan masuk ke garasi harus dilaksanakan


dengan pipa beton;

3) Galian harus diurug kembali dengan segera setelah pipa beton


dipasang; dan

4) Dasar lubang galian harus diratakan dan dihaluskan supaya


tidak merusak kabel. Sebelum kabel-kabel digelar, dasar
lubang galian harus diberi lapisan pasir setebal 0,10 meter.

(8) Pekerjaan-Pekerjaan Khusus:

a. menyeberangi jalan dengan galian terbuka. Lubang galian harus terdiri dari
bagian-bagian (tiga bagian untuk badan jalan yang lebar) yang satu sama lain
dibatasi oleh satu atau dua blok tanah asal yang harus disisakan untuk
referensi permukaan badan jalan dan mempertahankan daya tahan mekanis
146

terhadap tekanan akibat lalu lintas;

b. menyeberangi jalan dengan menggunakan mesin bor. Mesin bor akan


ditempatkan/dipasang di bagian pinggiran jalan atau pada suatu tempat yang
terpusat untuk dua jalan besar atau jalan raya dengan cara dipendam
secukupnya;

c. perlindungan terhadap kabel:

1. pada lintasan-lintasan penyeberangan jalan, kabel akan dilindungi dengan


pipa beton atau PVC berdiameter dalam 15 Cm;

2. pada umumnya pipa-pipa itu akan dibenamkan di dalam adukan beton


seperti ditunjukkan pada gambar. Sekurang-kurangnya harus dipasang
dua pipa;

3. tergantung pada banyaknya pipa dan tempat yang tersedia, pipa-pipa


disusun secara teratur dengan satu atau dua deretan bertingkat. ukuran
blok-blok beton dinyatakan pada gambar;

4. perlindungan terhadap kabel-kabel yang sudah digelar dilaksanakan


dengan menggunakan dua pipa paruhan/belahan berdiameter dalam 15
cm didempetkan secara diikatkan dengan kawat besi dan dilapisi beton;

5. pipa-pipa pelindung harus dilebihkan panjangnya melebihi badan jalan


paling tidak 50 cm. Akan tetapi, pipa itu harus berakhir pada trotoar
apabila arah kabel itu akan membelok setelah menyeberangi jalan;

6. ujung-ujung pipa cadangan harus ditutup dengan penyumbat terbuat dari


beton tipis;. dan

7. pada setiap pipa harus ada tangkai besi yang digalvanisir, bergaris tengah
6 mm, untuk memudahkan penarikan kabel.

d. Penggelaran kabel:

1. kabel harus ditarik di atas truk dalam keadaan terikat dan diberi ganjal
untuk menghindari kabel menggelinding jika truk berjalan;

2. cara menaikkan kabel ke atas truk dengan kran, harus memakai besi
penyangga untuk menghindari kerusakan haspel;

3. cara pengangkutan yang lebih baik dengan menggunakan trailler kabel


(trailler tersebut dapat dilihat di PLN Prolis DKI Jaya);

4. Cara pemindahan kabel:

a) jika jarak pemindahan kabel tersebut pendek (s/d 20 meter), maka


haspel dapat digelindingkan/didorong dengan tangan yang arah
menggelindingkannya sama dengan arah panah yang terletak pada
haspel;

b) jika berlawanan dengan arah panah, belilit kabel akan mengendor


hingga ada kemungkinan akan saling melilit sehingga akan merusak
147

kabel tersebut;

c) jalan dimana haspel tersebut akan menggelinding harus dibersihkan,


bebas dari batu-batu dan rintangan-rintangan lain;
 
d) jika tanahnya lembek harus dilapisi dengan pelat besi (6 s/d 10 mm)
untuk memudahkan menggelindingnya haspel;

e) kabel yang akan diangkat haspelnya harus dalam keadaan baik;

f) kabel yang (s/d 25 m) dapat diangkut tanpa haspelnya, dalam hal ini
kabel dibentuk menyerupai coil, tiap-tiap coil saling diikat sedikitnya
pada 4 (empat) tempat;

g) dilarang menjatuhkan kabel dari atas truk dengan begitu saja;

h) penanganan dan pengangkutan haspel:

1) haspel harus digerakkan dengan tangan secara hati-hati;

2) haspel harus digusur atau digelindingkan;

3) haspel tidak boleh diikat dengan rantai, kabel, atau tambang


seputarnya karena akan menekan bagian luar kabel; dan

4) haspel sama sekali tidak boleh dilemparkan ke tanah dari atas


truk atau trailler.

5. peralatan untuk suatu tim penggelaran kabel terdiri atas:

a) 2 dongkrak rol haspel;

b) 1 poros baja;
c) 1 tambang penarik;

d) 1 set grip penarik;

e) 1 set roller untuk menarik lurus;

f) 1 set roller untuk tarikan membelok; dan

g) 1 set tangkai pipa untuk menarik/memasukkan kabel ke dalam pipa.

6. penarikan kabel:

a) kabel dilepaskan dari rol/haspelnya, ditarik dan digelar secara hati-


hati jangan sampai melilit dan menyatu, dan sebagainya;

b) radius lengkungan kabel selama pelaksanaan penggelaran harus


selalu lebih dari 20 kali diameter kabelnya;
 
c) kabel ditarik dengan tangan oleh pekerja-pekerja yang berdiri
dengan jarak yang teratur sepanjang penggalian (1 orang, 1 roller,
setiap kurang lebih 3 meter);
148

d) kabel ditarik dengan sentakan-sentakan beruntun;

e) setiap pekerja menarik kabel itu pada saat terdengar aba-aba


(komando, suara) yang diberikan oleh pengawas;

f) panjangnya kabel yang ditarik pada satu kali tarikan kurang lebih
0,70 meter;

g) apabila kabel yang harus ditarik itu di dalam pipa, maka tali
penariknya diikatkan pada grip penarik dan tangkai penarik hanya
akan dipakai untuk menarik tali ini; dan

h) Harus lebih berhati-hati lagi apabila kabel ditarik di bawah pipa yang
sudah ada yang menyeberanginya/melintasi galian.

7. melepas gulungan kabel:

a) apabila perlu, boleh tidak seperti biasanya, kabel dilepas dari


haspelnya, diletakkan di atas tanah di luar galian (cara melepas
gulungan kabel);

b) pekerjaan yang rumit ini harus dilaksanakan hanya oleh para pekerja
yang ahli dan di bawah pengawasan mandor/pengawas; dan

c) harus ditempuh segala upaya untuk mencegah jangan sampai kabel


melintir ketika ditarik ke dalam (galian).

8. penyambungan kabel:

a) apabila dua kabel akan disambung, maka kedua ujung yang akan
disambung itu harus dilebihkan satu dari yang lainnya sepanjang 1
meter; dan

b) sebagai ketentuan umum, kabel pada setiap sisi kotak sambungan


tidak dilebihkan panjangnya.

9. tutup/dop ujung kabel:

a) kabel di dalam lubang galian, baik sesudah maupun sebelum diurug,


harus dipasangkan tutup/dop ujungnya sebagaimana mestinya atau
diperiksa apakah betul sudah baik pemasangannya; dan

b) dalam hubungan ini perlu diperhatikan, agar di antara ujung kabel


dengan tutup/dop, ujung kabel harus ada bagian kabel yang dikupas
bersih.

10. jarak antar kabel di dalam satu galian:

a) jarak antar kabel harus paling tidak 0,20 m sama sekali tidak boleh
saling menempel bahkan juga pada waktu masuk ke dalam gardu;

b) apabila tidak mungkin diberi jarak sesuai dengan ketentuan tersebut


di atas, maka di antara kabel-kabel itu harus diberi isolasi pelindung
149

(misalnya bata dimiringkan); dan

c) untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kabel berhimpit apabila


bersilangan satu sama lain, maka di antara kabel-kabel itu harus
diberi isolasi pelindung (batu beton).

(9) Pelaksanaan Pekerjaan Gardu TM 20 KV.

a. pemasangan/penyetelan cubicle tm.

1. cubicle disetel dengan susunan yang sudah ditentukan sesuai dengan


type gardu dan dipasang di atas lobang saluran kabel dengan
menggunakan angkur pada lobang yang sudah disiapkan;

2. pemasangan cubicle harus water pas, kuat, dan lurus;

3. penggandengan cubicle harus rapat, kuat, dan waterpas; dan

4. pemasangan rel busbar harus memenuhi syarat, terutama pada


pemasangan baut-baut busbar harus tepat dan digunakan kunci pas
(tidak dibenarkan menggunakan tang kombinasi), untuk perhatian bahwa
baut-baut tersebut mudah pecah. Pengencangan baut-baut tersebut
harus menggunakan ukuran (kunci pas ukur).

b. pemasangan rak tr. Rak TR dipasang tepat pada tempat yang telah disediakan
dengan menggunakan mur baut harus rapi, kuat, dan water pas. Bagian atas
diperkuat dengan expanded anchor yang dibor pada dinding gardu, netral
ditambahkan terminal arde yang tersedia. Terminal Single Core harus
sempurna tidak menimbulkan loss contact;

c. pemasangan trafo dan perlengkapannya. Transformator ditempatkan sesuai


dengan type gardu dengan jarak cukup terhadap dinding gardu (20 Cm). Strip
connector harus disiapkan/dibor untuk penyambungan kabel TR, netral-trafo
ditanahkan bersama dengan netral pada rak TR melalui instalasi pertanahan
yang tersedia.  Pemasangan trafo harus waterpas, siku dengan bangunan dan
tidak boleh mudah didorong;

d. pemasangan Kabel TM/TR, Grounding, Fault Indikator Instalasi Penerangan


dan Perlengkapannya. 

1. pemasangan kabel tunggal tm 3 x 1 x 25/35 mm (mv single core).


Pemasangan dilaksanakan sehingga tidak menimbulkan gangguan   jika
jaringan tersebut diberi tegangan/beroperasi terutama pada montage
terminalnya. Kabel TM dipasang diantara sel pengaman trafo. Kabel TM
dari sel pengaman melalui saluran kabel untuk kemudian menuju ke trafo
melalui bracket TM diterminasi pada sel pengaman trafo. Pada sisi
primer trafo, kabel TM dimontage dan dilengkapi dengan bushing yang
merupakan pasangan dari terminal primer trafo. Pemasangan harus
diperhatikan radius lengkung kabel. Setiap ujung single core dipasang
sepatu kabel yang sesuai dan harus dipres dengan alat khusus yang
sesuai dengan ukuran sepatu kabelnya menggunakan hydrolic Handpres;
150

2. pemasangan kabel tunggal tr 7 x 1 x 240 mm. kabel tr dipasang diantara


terminal sekunder trafo dan saklar utama pada Rak TR melalui bracket TR
yang tersedia. Ujung-ujung kabel TR dipasang sepatu kabel dengan
menggunakan pres hydrolic. Pengaturan kabel TR pada bracket harus
rapi, lurus dengan memperhatikan urutan fase; dan

3. pemasangan fault indikator. Trafo harus dipasang pada kabel TM keluar.


Kabel indikator ditarik dari trafo arus ke relay yang disuplay dari tegangan
yang tersedia dari Rak TR, lampu fault indikator harus jelas terlihat dari
luar. Sekeliling lampu diberi cat hitam.

e. pemasangan instalasi listrik dalam gardu:

1. kabel-kabel yang turun ke bawah harus menggunakan pipa pvc;

2. pemasangan pipa-pipa pada prinsipnya ditanam dalam tembok


sedemikian rupa sehingga bila ditutup (diplester) tidak nampak dari luar;

3. pemasangan pipa-pipa tersebut diikat sekuat-kuatnya dengan bindraad


pada tulangan beton bila dalam konstruksi beton;

4. pipa yang digunakan pipa pvc yang dipasang sebelum dinding diplester
agar tidak menimbulkan cacat;

5. sambungan pipa dengan pipa harus kuat dan rapih, serta harus menjamin
pengaliran aliran listriknya;

6. trek-doos harus dipasang pada tiap jarak 8 meter memanjang (sesudah 3


bocht);

7. dimana pasangan pipa ada kemungkinan uap air berkumpul, supaya


dipasang "inspeksi-stuk";

8. jumlah pasangan penarikan kawat didalam pipa harus sesuai dengan


tabel sebagai pedoman yang masih berlaku di Indonesia;

9. setiap tarikan kabel yang berada didalam pipa tidak boleh ada
sambungan sama sekali;

10. untuk semua penyambungan kabel-kabel harus dipergunakan terminal


box dan diisolasi;

11. pemasangan kabel-kabel di atas plafond harus tersusun rapih dan harus
diklem pada rak-rak kabel/trunking;

12. stop kontak biasa dan daya yang dapat dipergunakan pada prinsipnya
jenis inbow dan harus digrounded, buatan vimar/mk atau equivalent yang
dapat disetujui;

13. untuk stop kontak yang dipasang kira-kira 40 cm dari permukaan lantai
dan di ruangan-ruangan yang basah harus dari jenis water dicht (wd);
151

14. saklar-saklar yang dapat digunakan pada prinsipnya jenis inbow merk
vimar, mk england atau equivalent yang dapat disetujui. saklar-saklar
dipasang dengan ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ubin; dan

15. satu group/golongan penerangan maksimum diperkenankan 10 (sepuluh)


titik sambungan/nyala.

f. instalasi grouding/pentanahan/arde. Bagian bagian metal yang tidak


bertegangan dihubungkan pada terminal grounding yang tersedia dengan
menggunakan strip/round copper yang dipasang dengan baik.   Pemasangan
instalasi harus kuat, lurus, rapi dan pada lekukan-lekukan harus benar-benar
memenuhi syarat, dimana setiap pembobokan harus dengan bor listrik;

g. Pemasangan Support Kabel TM.


1. sebelum kabel tm diterminal terlebih dahulu dipasang support kabel tm
yang tersedia;

2. pemasangan support kabel tm dengan cara membobok saluran kabel di


bawah cubicle sedemikian rupa sehingga kedudukan kabel akan tepat
pada posisi di bawah klem pemisah tm;

3. setelah pengecoran kembali menjadi kering dan support kabel tidak akan
berubah kedudukannya, barulah kabel tm dipasang pada support kabel
dengan menggunakan klem/ beugel; dan

4. pekerjaan akhir (finishing). seluruh sisa-sisa pekerjaan harus dibersihkan


dari lokasi pekerjaan. pekerjaan dinyatakan selesai dengan baik setelah
ada pernyataan dari direksi pengawas.

h. pemasangan Panel LV-MDP dan DP.

1. panel LV-MDP dan DP dipasang dengan type "free standing";

2. panel LV-MDP harus dihubungkan dengan sistem pembumian dengan


menggunakan BC draad Ø 50 mm; dan

3. setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur, saklar pindah untuk
amperemeter.  Meter-meternya adalah dari type "moving iron vone type"
khusus untuk panel dalam kotak tahan getaran. Posisi saklar putar untuk
Voltmeter dan Amperemeter harus ditandai dengan jelas.

i. pekerjaan pemasangan grounding.

(1) semua terminal dibuatkan box bak kontrol sebagai pelindung;

2. hubungan plat tembaga dengan besi dikeling/dibaut dengan baut anti


karat minimal 2 buah dan dikeliling dengan aspal panas;

3. bc draad ø 50 mm² tertanam dalam tanah disekeliling bangunan sedalam


minimal 1 meter;
152

4. bc draad ø 50 mm² dihubungkan dengan batang tembaga panjang 1 m,


yang dimasukkan dalam pipa gip tertanam dalam tanah hingga air tanah;

5. pengukuran grounding dipersyaratkan 2 ohm diukur pada saat 3 hari


musim kemarau;

6. ruang dimana akan ditempatkan peralatan elektric maupun mecanical


harus disediakan suatu terminal earthing dari plat tembaga;

7. pemasangan terminal pembumian dari plat tembaga bagi semua


konstruksi dari besi harus dipasang menggunakan skrup-skrup;

8. pembumian netral dari transformator harus dipisahkan dengan


pembumian pengaman;

(10) Uji Fungsi.

a. uji fungsi. Penyedia jasa konstruksi harus melakukan semua percobaan untuk
memperoleh performance mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem.
Semua tenaga, bahan, dan perlengkapan yang diperlukan untuk percobaan
tersebut merupakan tanggung jawab penyedia jasa konstruksi. Peralatan
bahan, dan pengerjaan yang tidak baik harus diganti dan diperbaiki oleh
penyedia jasa konstruksi untuk dicoba dan didemonstrasikan kembali.
Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan semua fasilitas percobaan-
percobaan ini dan memberitahu direksi 2 x 24 jam sebelum percobaan
dilakukan;

b. manual dan instruksi. Penyedia jasa konstruksi harus memberikan manual


mengenai operasi dan pemeliharaan, serta instruksi lisan.

1. manual. Manual mengenai operasi dan pemeliharaan mengenai


perlengkapan-perlengkapan harus disampaikan pada direksi. Manual ini
harus lengkap dengan petunjuk-petunjuk mendetail untuk pemeliharaan
dan operasi dari perlengkapan-perlengkapan.

2. instruksi. Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan wakil-wakil dari


pabrik yang ahli untuk memberikan instruksi yang mendetail kepada
personel-personel yang ditunjuk oleh TNI-AU untuk mengoperasikan,
serta memelihara perlengkapan-perlengkapan itu.

c. Garansi. Semua pekerjaan, bahan, dan perlengkapan antara lain:

1. kabel tm dan tr harus sudah lulus uji dari laboratorium PLN disertai s
sertifikat dari pabrik; dan

2. masing-masing trafo dan cubicle harus dilengkapi dengan sertifikat uji


laboratorium sesuai dengan nomor serinya dan dilengkapi sertifikat
garansi selama 1 tahun dari pabrik yang memproduksi.

d. pengujian. Seluruh pekerjaan pemasangan instalasi tegangan menengah


akan diadakan pengujian keseluruhan sistem dengan menggunakan alat ukur
serta alat bantu lainnya dan disaksikan oleh direksi dan dinyatakan dalam
berita acara pengujian.
153

Pasal 76

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan cubicle bahan dan peralatan yang
akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
cubicle sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Persyaratan Umum. Persyaratan umum yang diwajibkan bagi pelaksana pekerjaan
cubicle/Panel Box adalah:

a. pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar bestek dan uraian ini;

b. menurut segala petunjuk dari direksi/pengawas pekerjaan;

c. menurut peraturan-peraturan yang berlaku pada saat ini, serta standardisasi


PLN;

d. seluruh pekerjaan harus selesai tepat pada waktunya yang ditentukan dalam
surat perjanjian/surat perintah; dan

e. seluruh pekerjaan harus diserahkan pada direksi dalam keadaan selesai dan
dapat digunakan.

(3) persyaratan pelaksanaan. Persyaratan untuk pelaksanaan pekerjaan cubicle/Panel


Box diatur sebagai berikut:

a. pekerjaan cubicle/panel box untuk proyek ini dilaksanakan oleh suatu penyedia
jasa konstruksi Pekerjaan Listrik yang terdaftar di PLN dan memiliki surat
ijin/pas dari PLN, yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;

b. pelaksanaan pekerjaan cubicle/panel box ini pada dasarnya harus memenuhi


peraturan PUIL serta peraturan-peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh PLN
dan instalasi berwenang lainnya; dan

c. penyedia jasa konstruksi pekerjaan listrik harus membuat gambar-gambar


revisi (as built drawings) dan pada Penyerahan Pertama dan menyerahkan
kepada direksi dalam rangkap tiga, demikian juga gambar-gambar rencana
yang diperlukan untuk mendapatkan ijin dari PLN serta untuk semua material
yang terpasang harus memiliki daftar catalog.

(4) Syarat-syarat teknik pekerjaan ini sebagai berikut:

a. untuk pekerjaan cubicle/panel box dibuat untuk tegangan 400 volt dan sesuai
dengan PUIL 1987 dan IEC 439, dan cocok untuk temperatur sekeliling 40c
serta memenuhi IP 31 menurut IEC 144;

b. cubicle/panel box type standing free dengan bahan plat ukuran tebal minimal 2
mm dan tahan karat;
c. semua bahan dan peralatan dalam cubicle harus dalam keadaan baru, kondisi
prima, dan tanpa cacat sedikitpun dalam keadaan terpasang adapun alat dan
bahan yang dimaksud adalah:
154

1. busbar. Terbuat dari bahan tembaga dan di cat dengan ukuran busbar
sesuai dengan gambar rencana. Rel busbar harus tahan terhadap gaya
elektro mekanik akibat hubung singkat sesuai dengan aturan PUIL 1987
dan mempunyai Earthing Busbar maupun Netral Busbar yang ukurannya
sama dengan busbar phrasenya;
2. pemutus daya; dan
3. pemisah/disconecting switch (peralatan pengaman).
d. dalam pekerjaan Cubicle penyedia jasa konstruksi harus menyediakan
peralatan tersebut sesuai dengan nama yang tercantum dalam uraian dan
syarat-syarat tekhnis ini atau sudah memiliki sertifikat SNI yang terlebih dahulu
harus mendapatkan persetujuan dari Owner pekerjaan/ direksi serta pada
bagian depan panel harus diberi wiring diagram yang menerangkan susunan
system peralatan dalam panel logam.

(5) Persyaratan Bahan.


a. komponen cubicle/panel box menggunakan buatan negara eropa barat atau
USA.

b. pabrikasi cubicle/panel box menggunakan mesin, dibuat oleh perusahaan


panel yang terkenal.

c. cubicle/panel box terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, dicat warna abu-
abu.

d. cubicle/panel box dilengkapi:

1. nama perusahaan pembuatnya;

2. nama lemari pembagi;

3. diagram lemari pembagi; dan

4. nama-nama pemakai yang tercantum dalam diagram.

e. cara memasang cubicle/panel box.

(1) panel dan lemari pembagi dipasang secara free standing dan semi inbow
atau inbow sesuai dengan besar panel;

(2) semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan sistem


hantaran tanah menggunakan bc draad 50 mm²; dan

(3) pekerjaan lemari pembagi dinyatakan selesai apabila semua saklar, circuit
breaker, fuse dan pilot lamp telah berfungsi dengan baik.

Pasal 77
155

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pemasangan kabel TM tranformer
bahan dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan pemasangan kabel TM tranformer sesuai dengan persyaratan
dan gambar-gambar rencana.

(2) Kabel TM berikut perlengkapannya yang akan dipergunakan mengikuti standar


VDE/DIN serta mengikuti peraturan IEC dan PUIL serta peraturan lain yang berlaku
di Indonesia.

(3) Kabel tegangan menengah yang dipakai adalah:

a. Karakteristik listrik:

1. jenis kabel : lihat gambar


2. penampang kabel : lihat gambar
3. tegangan kerja antara phase dengan phase : 20 kv
4. frekuensi : 50 kv
5. tegangan uji ac (3x5 mnt) : 30 kv
6. tegangan uji : 70 kV

b. penghubung antara panel tm ke sisi tm dari transformer dipakai kabel dengan


type dan diameter sesuai gambar (kabel dengan isolasi poliethylene); dan

c. sebelum pemesanan, maka kabel serta peralatan bantu lainnya yang akan
dipergunakan harus diajukan sertifikat pengujiannya terlebih dahulu kepada
direksi/ construction management.

(4) Transformer. Transformer yang akan dipasang dengan persyaratan sebagai berikut:

a. standar transformer didisain, dibuat, dan dites berdasarkan:

1. IEC 76 : International;

2. VDE/DIN : Jerman;

3. NEMA : USA;

4. BS : British;

5. SPLN 50/82 : Indonesia; dan 

6. UTE : Perancis.

b. kondisi kerja. Transformer akan dipasang pada tempat dengan ketinggian


tidak lebih dari 1000 M di atas permukaan laut dan max. ambien temperatur
tidak melebihi 40C;

c. type hermatically sealed tank;

d. rating.
156

(1) jumlah phase : 3;

(2) frekuensi : 50 hz;

(3) kapasitas : sesuai gambar;

(4) bahan kumparan : copper;

(5) pendinginan : minyak trafo;

(6) tegangan:

a) primer : 20.000 V; dan

b) sekunder : 380/220 V

7. tapping voltage : 2 x 2,5%;

8. vektor group : Dyn 5; dan

9. karakteristik listrik:

a) insulation class : primary voltage 24 kV;

b) basic impulse voltage : primary voltage 25 kV;

c) test voltage for 1 minute:

1) primary winding : 50 kV; dan

2) secondary winding : 1 kV.

d) isolasi : klas b;

e) kenaikan temperatur pada winding oil : max. 65/55 c;

f) no. load losses : max. 0.5%;

g) load losses : max. 2%;

h) impadance voltage : 6%; dan

i) noise level : according to NEMA.

Pasal 78

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pemasangan kabel TM bahan dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
157

pekerjaan pemasangan kabel TM sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar


rencana.

(2) Kabel TM berikut perlengkapannya yang akan dipergunakan mengikuti standar


VDE/DIN serta mengikuti peraturan IEC dan PUIL serta peraturan lain yang berlaku
di Indonesia.

(3) Kabel tegangan menengah yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. karakteristik listrik:

1. jenis kabel : lihat gambar;

2. penampang kabel : lihat gambar;

3. tegangan kerja antara phase dengan phase : 20 kV;

4. frekuensi : 50 kV;

5. tegangan uji AC (3x5 mnt) : 30 kV; dan

6. tegangan uji : 70 kV.

b. penghubung antara panel TM ke sisi TM dari transformer dipakai kabel dengan


type dan diameter sesuai gambar (kabel dengan isolasi Poliethylene); dan

c. sebelum pemesanan, maka kabel serta peralatan bantu lainnya yang akan
dipergunakan harus diajukan sertifikat pengujiannya terlebih dahulu kepada
direksi/ construction management.

Pasal 79

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pemasangan panel TM, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pemasangan panel TM sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Panel tegangan menengah harus mengikuti standart VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL.

(3) Panel tersebut harus dibuat dari plat baja yang digalvanisasi (Galvanized sheet steel)
dengan tebal minimum 2 mm dengan rangka besi serta dilengkapi dengan diagram
dan dicat bakar warna abu-abu. Tipe free standing harus dapat dilayani dari depan
dan pintu-pintu harus dilengkapi dengan handle yang dapat dikunci.

(4) Panel TM harus sesuai dengan spesifikasi minimum sebagai berikut:


158

a. tegangan kerja : 20 kV;

b. nominal insulation voltage : 24 kV;

c. rated Insulation Level for 1 min : 50 kV;

d. impulse with stand voltage : 125 kV;

e. frequency : 50 Hz;

f. busbar normal current rating : 400;

g. short circuit breaking capacity (peak)

h. short time circuit rating 1 second : 14.5 kA; dan

i. system fault level : 500MVA

(5) Panel-panel tersebut terdiri dari satu atau beberapa unit yang masing-masing
mempunyai satu ukuran standart yang sama serta mudah untuk dapat disatukan
dengan lainnya. Ukuran maximum dari masing-masing unit adalah:

a. tinggi;

b. lebar; dan

c. tebal.

(6) Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat pengetesan dari pabrik
pembuat serta harus diserahkan kepada direksi/manajemen Konstruksi sebelum
dipasang.

(7) Unit-unit cubicle terdiri dari unit-unit:

a. perlengkapan pada panel pengaman trafo : 1 (satu) set 3 poles 630A, 40 KA


peak current, 24 KV, load break switch, manual drive dilengkapi dengan:

1. o/c dan e/f protection relay;

2. ammeter lengkap dengan selector switch;

3. 1 set indicator light R, S, T;

4. on-off pushbutton;

5. spring loaded driving mechanical unit;

6. 4 poles auxiliary switch;

7. HRC fuses 20 KV;


159

8. automatic tripping Mechanism Facilities jika fuse putus Open circuit


release off for DGPT-2; dan

9. 1 (satu) set 3 poles, 24 KV earthing switch, manual drive, mechanical


interlocked ke load break switch dan pintu 3 (tiga) set induction type
voltage indicator 1 (satu) set heating resistor.

b. perlengkapan pada panel incoming sistem radial : 1 (satu) set 3 poles, 400 A,
40 KA peak current, 24 KV load break switch manual drive dilengkapi dengan:

1. spring loaded driving mechanism unit;

2. 4 poles auxiliary switch; dan

3. 1 (satu) set 3 poles 24 kv earthing switch, manual drive mechanical


interlocked ke load break switch dan pintu 3 (tiga) set inducting type
voltage indicator.

c. 1 (satu) set 3 poles, 630 A, 40 kA peak current 24 kV LBS.

1. 1 (satu) set, insulated voltage transformer 20.000/110 volt class 1,50 VA;

2. 1 (satu) set 3 phase, kWH meter (digital) 110 volt, 5 A;

3. 1 (satu) set 3 phase, KVAR meter 110 volt, 5 Amper;

4. 3 (tiga) set A meter 0 - 100 A;

5. 1 (satu) set volt meter 110 volt complete with selector switch; dan

6. 6 (enam) CT 400/5 A/.

d. load break switch. Menggunakan gas SF-6 sebagai isolasi dan pemadam
busur api pada waktu switching.

e. perlengkapan pada panel arrestor.

1. 3 buah arrester 24 kV; dan

2. 1 set 3 poles disconecting switch.

f. interlock.

1. untuk masing-masing unit panel TM harus dilengkapi dengan sistem


interlock antara load break switch pintu panel dan earthing switch; dan

2. bila transformer mengalami panas berlebihan (over load), maka load


break switch harus terbuka secara otomatis.
160

g. sebelum melaksanakan pembuatan panel-panel perlu dibuat gambar kerja dari


pabrik pembuat panel dan diajukan kepada direksi/construction management
untuk mendapat persetujuan.

(8) Pengujian. Seluruh pekerjaan pemasangan instalasi tegangan menengah akan


diadakan pengujian keseluruhan sistim dengan menggunakan alat ukur serta alat
bantu lainnya dan disaksikan oleh Direksi dan dinyatakan dalam berita acara
pengujian.

Pasal 80

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan trafo bahan dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan trafo
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Macam Pekerjaan. Pekerjaan instalasi distribusi daya terdiri atas pemasangan:

a. transformator dengan daya sesuai kebutuhan;

b. automatic main failure (amf);

c. lemari pembagi utama (mdp);

d. lemari pembagi (dp);

e. lemari pembagi penerangan (lp) dan tenaga (pp); 

f. kabel antara sisi tr trafo dengan mdp;

g. kabel antara mdp dengan dp; dan

h. kabel antara dp ke lp dan pp.

(3) Transformator.

a. kondisi kerja. Transformator akan bekerja normal dan efisien pada ketinggian
maximum 1.000 meter di atas permukaan air laut, suhu keliling maximum 40C
dan suhu keliling rata-rata harian tidak melebihi 30C;

b. kapasitas nominal. Trafo harus di disain untuk menghantar KVA nominal 105
% tegangan nominal dan faktor kerja 80% (0,8) tanpa melalui batas kenaikan
suhu maksimum yang diijinkan;

c. konstruksi:

1. inti trafo tersebut dari Grain Oriented Silicon Steel Sheet dengan metoda
"O" Core membentuk Sirkuit Magnetik tertutup, hal ini untuk mengurangi
rugi-rugi basi;
161

2. kumparan didisain agar dapat memberikan proteksi terhadap impulse


voltage; dan

3. bushing isolator terbuat dari porcelin di montage dengan kedap udara.

d. Karaktristik Trafo.
 
1. rating = 400 kva;
 
2. fase = 3;
 
3. io = 1,9%;

4. zcs = 5 %;
 
5. kenaikan suhu = 55ø c;
 
6. jenis = oil;

7. tegangan primer = 12/20 kva;


 
8. tegangan sekunder = 220/380 v 5%; dan

9. merk = trafindo/unindo atau merk lain yang sesuai spesifikasi


transformator distribusi pln  (spln) no.50 tahun 1892.

e. Perlengkapan trafo yang menyertai setiap trafo adalah:

1. nama plat lengkap diagram koneksinya;


 
2. gelas penduga level minyak;

3. thermometer tanpa alarm kontak;

4. breaker dengan sili cegal;

5. kuping pengikat;
 
6. komonitator;

7. oil sampling valve;

8. dan perlengkapan lain-lain.

(4) Pemasangan AMF.

a. pemasangan AMF terdiri atas sebuah lemari pembagi dengan ukuran 2.000 x
800 x 600 mm dengan komponen sebagai berikut:

1. MCCB 4 pole sesuai dengan kebutuhan, lengkap dengan under voltage


coil, auxiliry switch, motor operated;
162

2. 1 buah AMF module;

3. 1 buah auto battery charger 24 VDC, 10 A;

4. 3 buah A meter 0-600 A/5 A lengkap dengan trafo arus 600/5 A;

5. 1 buah V meter 0-500 V dan selektor switch;

6. 1 buah A meter DC 0-20 A;

7. 1 buah F meter 47-50-53 Hz;

8. 1 buah V meter DC 0-30 V;

9. 1 buah Volt Adjuster/Rheostat;

10. 2 buah Power Relay 220 V AC;

11. 3 buah Auxilirary Relay 220 V AC;

12. 4 buah Relay 24 V DC;

13. 1 buah Speed Adjust switch;

14. 1 buah Hour Counter;

15. 1 buah Key Switch test failure;

16. 1 buah Horn 24 V DC; dan

17. 1 set Busbar.

b. panel dipasang secara free standing di dalam ruang panel;

c. sambungan antara kabel dari trafo dan genset dengan terminal panel AMF
menggunakan sepatu kabel yang dipasang dengan di press;

d. pekerjaan pemasangan panel AMF dinyatakan selesai setelah diadakan


pengetesan dengan cara memutuskan aliran listrik dari trafo, AMF berfungsi
dengan baik (terlihat pada meter-meter yang terpasang); dan

e. hasil pengetesan dinyatakan dalam berita acara yang ditanda tangani oleh
wakil-wakil penyedia jasa konstruksi, direksi dan konsultan.

(5) Cara Pemasangan Lemari Pembagi.

a. lemari pembagi utama (MDP) menggunakan circuit breaker jenis MCCB.


Masing-masing "out going feeder" dipasang time delay contactor;

b. MDP dipasangan free standing, sekurang-kurangnya 40 Cm dari dinding


dibelakangnya;
163

c. lemari pembagi distribusi (DP), feeder untuk AHU dan AC split menggunakan
circuit breaker jenis MCCB dilengkapi dengan time delay contactor, lainnya
menggunakan MCB; 

d. panel dp dipasang free standing di atas raised floor;

e. panel lp dan pp dipasang inbow pada ketinggian 200 cm antara lemari pembagi
dengan lantai dibawahnya;

f. semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan sistem pentanahan


gedung; dan

g. pekerjaan pemasangan lemari pembagi dinyatakkan selesai apabila semua


peralatan lemari pembagi telah berfungsi dengan baik (terlihat pada meter-
meter).

(6) Cara Pemasangan Kabel.

a. kabel di luar gedung ditanam sedalam  60cm dengan susunan sebagai


berikut:

1. alas pasir setebal 5 cm;

2. urugan pasir setebal 5 cm;

3. batu bata pelindung kabel dipasang melintang; dan

4. urugan tanah.

b. kabel yang berada di dalam gedung antara dp dengan lp/pp dipasang di bawah
raised floor diatas lantai beton, sedangkan dari raised floor sampai dengan
lp/pp kabel di dalam pipa galvanized;

c. kabel yang berada di dalam rumah mesin dipasang dalam parit kabel (cable
duct) yang telah disediakan;

d. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi menggunakan


sepatu kabel; dan

e. pemasangan kabel dinyatakan selesai setelah diadakan pengukuran dengan


megger dan hasilnya baik yang disaksikan oleh penyedia jasa konstruksi dan
direksi.

Pasal 81

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan dalam pasal ini adalah
meliputi menyediakan, melengkapi semua alat-peralatan, perlengkapan, dan semua
bahan/materiel serta tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
earthing sistem dan lain-lain pekerjaan yang ada hubungannya dengan penyelesaian
164

pekerjaan tersebut sehingga sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar yang


sah.

(2) Bahan.

a. plat tembaga (30 x 2) mm;

b. batang tembaga ø sesuai kebutuhan;

c. pipa galvanish ø 50" sebagai selubung;

d. aspal panas sebagai pelindung sambungan antara 2 jenis materiel terhadap


korosi; dan

e. kawat bc drad ø sesuai dengan kebutuhan.


(3) Pelaksanaan Pekerjaan.
a. semua terminal dibuatkan box bak kontrol sebagai pelindung;
b. hubungan plat tembaga dengan besi beton tulangan dikeling/baut dengan baut
anti karat minimal 2 buah dan dikelilingi dengan aspal panas;
c. bc drad tertanam dalam tanah di sekeliling bangunan sedalam 1 meter;

d. bc drad dihubungkan dengan batang tembaga panjang 2 meter yang


dimasukkan dalam pipa tembaga tertanam dalam tanah;

e. seluruh batang tembaga harus tertanam sampai dengan air tanah pada waktu
musim kemarau dengan tahanan 5 ohm;

f. setiap ruangan dimana akan ditempatkan baik peralatan electronik maupun


mekanikal disediakan suatu terminal earthing dari plat tembaga; dan

g. pemasangan terminal earthing dari plat tembaga bagi semua konstruksi dari
besi sesuai petunjuk direksi.

Pasal 82

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pemasangan penangkal petir, bahan
dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan pemasangan penangkal petir sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Macam Pekerjaan.

a. pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal petir termasuk alat bantu


lainnya; dan

b. pengujian dan pengukuran dari semua system instalasi penangkal petir.


165

(3) Syarat-Syarat Teknik Pekerjaan. 

a. sistem instalasi penangkal petir ini mempunyai sistim pentanahan sendiri,


tahanan pentanahan maksimum 4 ohm;

b. tempat-tempat sambungan elektrode pentanahan harus dibuatkan bak control


dari bak beton;

c. sambungan antara elektrode dengan kawat bc harus dapat dilepas dan


dipasang kembali dengan mudah;

d. penghantar untuk instalasi penangkal petir digunakan kawat tembaga bc,


penampang minimal ø 50 m²;

e. cara penyambungan antara kawat bc harus dilaksanakan dengan disolder.


sebelum disolder harus dililit rapat dengan kawat bc ukuran 1 mm;

f. jarak antara klem-klem penyangga kawat bc maksimum 1 meter. klem


penyangga kawat bc dibuat dari bahan besi strip, sebelum dipasang harus
dimensi terlebih dahulu, dan kemudian dicat besi anti karat sebanyak 2 (dua)
kali;

g. elektrode pentanahan dipakai pelindung pipa galvanized berdiameter minimum


1”;

h. pada ujung bawah pipa harus dipasang copper rod (splitzer) yang dibuat
runcing; dan

i. elektroda pentanahan yang dipantek dalam tanah sampai mencapai air tanah.

(4) Pengujian. Seluruh pekerjaan instalasi penangkal petir akan diadakan pengujian
keseluruh sistem dengan menggunakan alat ukur serta alat bantu lainnya,
disaksikan dan disahkan oleh direksi pengawas lapangan dan penyedia jasa
konstruksi.

Pasal 83

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pemasangan penangkal petir sistem
300, bahan, dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan,
sehingga diharapkan pekerjaan pemasangan penangkal petir sistem 3000 sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Macam pekerjaan.

a. pemasangan lightning protection dengan teknologi early strenmen emission;

b. pemasangan lightning event counter eritech system dynasphare;

c. pemasangan termination kits;


166

d. pemasangan tiang penangkal petir;

e. pemasangan kabel penghantar arus  petir (ericore cable ø 50 mm/36 mm);

f. pembuatan bak control;

g. pembuatan sumuran grounding; dan

h. pemasangan splitzen ø 5/8".

(3) Syarat Teknis Pekerjaan.

a. bahan.

1. Splitzen Ø 5/8" dengan bahan cooper.

2. Kabel penghantar khusus yang memiliki isolasi tegangan tinggi menerima


tegangan hingga 250 KV jenis Erico Cable tegangan tinggi bersifat:

a) menyalurkan efek listrik terhadap obyek sekitar;

b) mencegah adanya induksi;

c) mencegah adanya lompatan arus listrik; dan

d) memiliki 2 penghantar inner dan outer diameter ø 50 mm/ 36


mm .
3. Lightning Protection memiliki sifat:

a) penyaluran arus petir yang kedap atau tertutup terhadap obyek


sekitar;

b) menciptakan elektron bebas atau emisi lebih awal;

c) berisolasi tegangan tinggi;

d) mengantisipasi secara dini sambaran petir, dengan  aktif-reaktif


sesuai dengan teknologi early streamer emission;

e) tidak menggunakan radio elemen, battery atau solar cells, capacitor,


diode maupun electric resistance;

f) nonradioaktif;

g) mampu menerima sambaran petir hingga 15 ka; dan

h) mampu memberikan efek radius proteksi cukup luas minimal 100.


 
4. termination kits yang dipasang harus mampu untuk menghindari
kebocoran arus pada sambungan penangkal petir;
167

5. lightning event counter mulai bekerja pada arus 1.500 amper dalam 1,5
micro secon pulse bisa menghitung hingga 999,999 kali;

6. penangkal petir yang dipasang dalam keadaan baru dan tidak cacat, serta
dilengkapi dengan certificate warranty dan nomor seri yang dikeluarkan
oleh agen resmi/pabrik pembuat;

7. sebelum dipasang, terlebih dahulu ditunjukkan kepada direksi untuk


mendapatkan persetujuan;

8. penangkal petir eritech system dynasphare yang dipasang harus


dilengkapi dengan spesifikasi teknik yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat;

9. penangkal petir yang digunakan adalah eritech system dynasphare;

10. tiang penangkal petir terbuat dari besi galvanis ø 4”, ø 3”, ø 2", diletakkan
minimum 5 meter di atas bangunan tertinggi; dan

11. Pondasi terbuat dari beton 1: 2 : 3 K 225.

b. cara pemasangan.

1. sumuran.

a) sumuran dengan ø 2" dengan kedalaman 30 m;

b) arde menggunakan bahan penghantar elektric noncorosive cooper


dipasang pada ujung sumuran dimasukkan pada pipa ø 1";

c) hantaran tanah menggunakan bc drad ø 50 mm hingga air tanah;

d) besaran tahanan arde diukur maximum 4 ohm dalam keadaan tanpa


hujan (kemarau) 3 hari;

e) besar tahanan pengukuran arde (ohm) harus mendapat persetujuan


dari agen/pabrik pembuat, dan dilengkapi  dengan  berita acara
(ba)  pemasangan/pengukuran;

f) lightning terminal minimum setinggi 5 meter dipasang di atas level


tertinggi dari obyek yang dilindungi;

g) lightning event counter dipasang pada tempat yang terlindungi dan


mudah di control; dan

h) kabel penghantar arus petir dipasang dengan rapi diberi klem tiap
jarak 1 meter.

Pasal 84

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan fire alarm, bahan, dan peralatan yang
168

akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan fire


alarm sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Persyaratan Umum. Persyaratan umum yang diwajibkan bagi pelaksana pekerjaan
Fire Alarm adalah:

a. pelaksana pekerjaan/penyedia jasa konstruksi wajib memenuhi semua


persyaratan yang ada sesuai dengan gambar bestek dan uraian ini, serta
syarat- syarat yang dikeluarkan oleh owner pekerjaan;

b. sebelum penyedia jasa konstruksi melaksanakan pekerjaan penyedia jasa


konstruksi wajib membuat gambar instalasi yang diperlukan untuk diperiksa
dan di syahkan oleh dinas pemadam kebakaran atau suatu badan lain yang
berwenang yang ditunjuk oleh pemberi tugas (sertifikat);

c. menurut peraturan-peraturan yang berlaku pada saat ini, serta standardisasi


SNI yang ada dan tidak menyalahi ketentuan jawatan keselamatan kerja
indonesia maupun dari pemberi tugas;

d. seluruh pekerjaan harus selesai tepat pada waktunya yang ditentukan dalam
surat perjanjian/surat perintah; dan

e. seluruh pekerjaan harus diserahkan pada direksi dalam keadaan selesai dan
dapat digunakan.

(3) Persyaratan Pelaksanaan. Persyaratan untuk pelaksanaan pekerjaan fire alarm


diatur sebagai berikut:

a. pekerjaan fire alarm untuk proyek ini dilaksanakan oleh suatu penyedia jasa
konstruksi dan harus memiliki kualifikasi serta mengikuti standard yang ada;

b. pelaksanaan pekerjaan fire alarm ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan
yang dikeluarkan oleh instalasi berwenang lainnya;

c. penyedia jasa konstruksi pekerjaan harus membuat gambar-gambar revisi (as


built drawings) dan pada penyerahan pertama dan menyerahkan kepada
direksi dalam rangkap tiga, demikian juga gambar-gambar rencana yang
diperlukan untuk mendapatkan ijin dari dinas kebakaran serta untuk semua
materiel yang terpasang harus memiliki daftar catalog;

d. setelah pemasangan system selesai penyedia jasa konstruksi wajib


mengadakan pengetesan/percobaan untuk menunjukkan bahwa system
terpasang dengan baik; dan

e. penyedia jasa konstruksi wajib mengajarkan/melatih tenaga maintenance dari


pemberi tugas serta membuat buku petunjuk operasi, sehingga pemakai bias
menggunakan system dalam keadaan puncak.

(4) Bahan dan Peralatan.


169

a. FACP (Fire Alarm Control Panel) Diperlengkapi Digital Monitoring Circuit.


Digital output control dan detector reset output sesuai dengan kebutuhan setiap
lantai bangunan. Digunakan peralatan-peralatan dengan system module
standard yang dipakai sehingga membentuk FACP dan ditempatkan dalam
enclosure. Kabel untuk merangkai module harus buatan pabrik dan
hubungannya tanpa solder. FACP dapat bekerja secara silencable maupun
nonsilencable untuk alarm signal dan trauble signal output. Wiring kesemua
initiating devices alarm devices dan realising devices harus dilengkapi dengan
alat - alat supervisi secara digital untuk melihat adanya bahaya yang terjadi.
Bahaya yang perlu dideteksi adalah short circuit FACP diperlengkapi digital
monitoring circuit., open circuit dan ground fault TBF dan harus mampu
melayani detector yang ada dan beberapa jumlah initiating devices lainnya;
b. power supply primary supply menggunakan sitim tegangan 220 volt -Ac 50 Hz
single phase dengan sistem 3 kawat dan dilengkapi dengan voltage stabilizer
electronic (10 % - 20 %) MCPdilengkapi dengan stand by battery (24V DC) dari
jenis Nickel Cadmium Battery rechargeable lengkap dengan cargernya.Dari
FACP pengisian battery bisa di atur secara normall maupun equalize jika
primary mengalami kegagalan, secara automatis beban (Fire Alarm System)
dilayani oleh Stand By battery (nondelayed). Stand by battery harus mampu
melayani Fire Alarm System selama 24 jam dalam normal operator dan
ditambah 30 menit dalam keadaan alarm;

c. lampu indikator dan kontrol di FACP harus ditambahkan lampu lampu indikator
untuk memberitahu kepada operator yang terjadi. Lampu indikator berwarna
merah: Menandakan adanya initiating device yang aktif. Dari lampu indikator
yang menyala juga dapat diketahui initiating device di zone mana yang aktif
menandakan bahwa alarm devices dimana zone tersebut (diketahui tiap alarm
zone) berada juga telah berbunyi / menyala. Lampu Indikator Kuning:
Menandakan adanya trouble seperti disebut pada butir Disini juga bisa
diketahui wiring mana yang mengalami trouble. Menandakan tegangan stand
by battery lebih rendah dari harga yang di ijinkan. Menandakan primary supply
mengalami kegagalan. Lampu indikator bewarna hijau menandakan bahwa
primary supply dalam keadaan normal. Fire alarm basic transporder harus
mempunyai switch switch control untuk riset, silent switch, alarm lamp test
switch, AC filure silence switch. Battery equaliser normal switch dan beberapa
switch control yang tidak disebut disini. Konstruksi Khusus untuk switch switch
control diberi pintu dilengkapi dengan kunci, sehingga jika akan dilakukan
pengontrolan dari switch control tidak perlu membuka seluruh pintu enclosure.
Enclosure FACP harus dilapisi dengan cat dasar dan diberi cat akhir dengan
warna merah enamel. Pemasangan enclosure pada dinding dengan cara semi
flus mounted in wall. Ketinggian pemasangan (bagian teratas enclosure)
maximum 2 meter dari lantai. Initiating Devides;

d. initiating devices yang digunakan terdiri dari automatic initiating devices dan
manual initiating devices, dimana : Automatic initiating devices yang digunakan
terdiri dari ionnization smoke detector, fixed temperature detector dan
combination rate of rise & fixed temperature detector. Manual initiating devices
yang digunakan jenis break glass dan fIre signal alarm. Automatic initiating
devices yang digunakan jenis ceiling mounting dan surface mounting (untuk
ruang tanpa celling) pemasangan devices initiating devices harus
menggunakan doos (elektrikal box) sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
170

pembuat fire alarm system yang dipilih. Rangkaian initiating devices harus
menggunakan end of line resistor (EOLR), untuk EOLR yang ditempatkan di
luar, panel control FACP harus ditempatkan dalam elektrikal box (doos);

e. heat detector. Heat detektor yang digunakan adalah jenis yang mempunyai
prinsip operasi “Fixed Temperature Detektor “ dan Fixed Heat Detector,
Ionazation smoke detector “ heat detector ini harus mampu derah kebakaran
minimal seluas 40 m² dengan ketinggian celling 4 m dengan maksimum
temperatur 65° dan seluas minimal 35 m² dengan maksimum temperatur 75;
f. Manual Initiating devices (MID). Manual initiating devices atau disebut manual
fire alarm station yang digunakan jenis free signal alarm, dimana MID ini juga
dilengkapi kunci untuk general alarm. Penyedia jasa konstruksi juga harus
menyediakan general alarm key. Didalam kabinet yang sama (seperti dalam
gambar) dipasang juga fire telephone. MID yang digunakan jenis pulling handle
dengan memecah glass rod, atau jenis lain yang sesuai dengan merk yang
dipilih. Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan glass rod sebanyak 20 %
dari MID yang terpasang untuk spare. MID harus tetap bisa dioperasikan
dengan baik pada temperatur operasi -34° C s/d 66°C dan pada relative
humidity 0 s/d 95 % MID dari bahan baja dan dipinish cat merah dan putih
menurut zone sesuai gambar rencana. Masing-masing zone harus ditandai
dengan jelas, sehingga apabila dalam suatu zone ada kebakaran, lokasinya
diketahui. Setiap lampu zone lengkap dengan test switch ini dipasang terkunci
di dalam cabinet; dan

g. Vibrating alarm bel terminal box dibuat dari bahan plat besi dengan tebal 1,7
mm (minimum) dan diberi cat dasar anti karat dengan cat akhir bewarna merah
seperti panel control FACP. Semua terminal box mempunyai pintu yang
dipasang kunci dimana digunakan anak kunci yang bisa untuk membuka
semua terminal bok yang ada di bangunan. Penghantar yang menuju terminal
tripping box terlebih dahulu harus melalui terminal box yang ditempatkan
didekat panel control FACP dan diatur (shop drawing) sehingga cukup jika
FACP mengalami penambahan module-module pada masa mendatang .
Semua hubungan dalam terminal box harus “solder less” dan terminal diberi
penandaan dengan jelas untuk circuit mana terminal tersebut terhubung.
Pengkabelan Kabel yang digunakan adalah jens NYA yang berukuran
minimum 1,5 mm² dan ditempatkan dalam kondoit EGA yang sesuai dengan
ukuran kabelnya.

(5) Pengujian alarm, dimana salah satu initiating device aktif/diaktifkan, maka Alarm
devices (dimana initiating devices yang aktif berada) akan berbunyi menyala.Audible
alarm signal dan visual alarm signal di local master fire alarm control ,juga aktif dan
secara manual bisa diatur untuk silenciable maupun unsilenciable. Jika diinginkan
general alarm bisa dilakukan secara manual dari manual initiating devices.Untuk
keperluan lain sound system bisa “ambil alih” untuk keperluan “emergency - call”.
Untuk hal ini, penyedia jasa konstruksi fire protection system harus
mengkoodinasikan dengan system komunikasi, sehingga system beroperasi dengan
sempurna dan pengujian dinyatakan dalam berita acara pengujian.
171

Pasal 85

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan lift, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan lift sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Syarat-Syarat Teknis.

a. type lift yang digunakan adalah type bed lift atau yang setara yang dapat
mengangkat orang sakit;

b. dimensi dalam lift minimal 1300 x 2300 mm;

c. pintu panel mempunyai dua panel sliding side;

d. control system harus dengan distribution inventer control;

e. tegangan power supplay AC 380 V 3 PH 50 Hz dan Pencahayaan dengan AC


220 V, 1 PH 50Hz;

f. kapasitas muat mampu mengangkat kuat 750 kg (11 orang);

g. mempunyai safety sadd yang ditanam dengan aturan akan berbunyi apabila
kapasitas angkat lebih berat dari kapasitas maksimum;

h. apabila terjadi trouble emergency care akan berfungsi dengan memaanfaatkan


power dari toick changer sehingga lift dapat berfungsi sampai pada door lift
yang terdekat;

i. dalam keadaan power mati sampai dengan fan akan tetap berfungsi dengan
memanfaatkan changer; dan

j. naik turun dengan menggunakan panel operating care yang di dalam.

Pasal 86

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan CCTV, bahan, dan peralatan yang
akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
CCTV sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan dan Materiel yang Diperlukan.

a. satu buah pc/laptop yang akan digunakan untuk host, dan apabila akan
digunakan selama 24 jam dibutuhkan kapasitas harddisk yang besar untuk
mengcapture semua aktivitas;

b. kamera cctv yang digunakan disarankan yang memiliki tingkat pencahayaan


yang baik atau yang memiliki fitur night vision;
172

c. kabel yang digunakan cctv, dapat menggunakan kabel rg59 siamese (atau
yang setara) yang terdiri dari kabel video dan kabel power (positif dan negatif).
kabel rg59 siamese merupakan kabel standard yang sering digunakan untuk
instalasi cctv atau sesuai dengan kontrak;

d. obeng, baik berbentuk min ataupun plus digunakan untuk memasangkan cctv
di dinding ataupun di langit-langit;

e. konektor bnc yang digunakan untuk memudahkan penyambungan kabel


dengan cctv dan dvr (apabila kita menggunakan dvr);

f. stop kontak untuk mengalirkan listrik ke cctv, namun apabila cctv memiliki fitur
poe (power over ethernet) maka dapat listrik langsung disuplay melalui fitur
tersebut; dan

g. bor diperlukan untuk melubangi dinding atau langit-langit saat akan


memasangkan cctv.

(3) Pemasangan CCTV.

a. pilih lokasi penempatan CCTV. Lokasi pemasangan CCTV bisa ditentukan


berdasarkan jarak pandang yang hendak dimonitoring (apakah dekat atau jauh)
dan apakah untuk keadaan gelap atau terang. Dari situ baru ditentukan titik
pemasangan kamera CCTV;

b. prioritaskan penempatan kamera CCTV di bawah atap/tempat terlindung


terutama untuk pemasangan CCTV di rumah, prioritaskan letak posisi kamera
CCTV di bawah atap karena bisa melindungi kamera CCTV dari hujan, angin,
dan sebagainya. Selain itu, penempatan di bawah atap juga biasanya
memberikan tampilan view yang lebih baik dan mudah untuk menarik kabel
jaringan;

c. setelah menentukan titik pemasangan CCTV, berikutnya adalah mencari titik


masuk untuk menarik kabel RG56 dari luar ke dalam, lalu sambungkan CCTV
ke computer, lalu sambungkan pula ke alat perekam menggunakan DVR.
Lakukan konfigurasi sesuai keperluan anda; dan

d. penempatan monitor dan dvr. Monitor dan DVR adalah alat-alat yang
melengkapi sistem CCTV. Jika kamera CCTV biasanya ditempatkan di luar,
maka DVR dan monitor digunakan untuk membantu pemantauan dari dalam
ruangan. Tentukan tempat dimana monitor dan DVR akan diletakkan.

Pasal 87

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan UPS, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan UPS
sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Spesifikasi Teknis UPS PILLER 160 KVA.


173

a. sistem.

rated power ( kva ) : 160;

output active power ( kw ) : 128;

output power in function of the load cos phi

0,5 - 0,8 induktif : 100%;

0,8 – 1 induktif : 100-80%;

1 : 80%;

0,8 – 1 capasitif : 80%;

0,5 – 0,8 capasitif : 70%; dan

computer : 80%

b. efisiensi (operasional normal).


beban 100% : 93%;

beban 50% : 92%;

efficiency ( standby-on ) : load 0 – 100% : 98%;

loss power with battery charge : load 100% : 10/5,8 kw;

leakage current ( ma ) max. : 100;

standby-on eco mode : standard;

mtbf : 200.000 hours;

remote signalling : three tension free contacts;

remote command : epo e bypasss;

computer interface : rs232/c;

operating temperature : 0± 40 degree celcius;

relative humidity : 95%;

cooling : fan speed function of the load;

maximum operating altitude : 1000 mtr at rated power;

level noise : 60 – 65 dB(A);


174

Degree of protection : IP20;

cabinet colour : RAL 7035 Grey light;

cable input : bottom /rear; dan

applicable standards safety : EN50091-1-2.

c. rectifier input.

rated power ( kva ) : 160;

rated voltage ( v ) : 400 v/ 3 phase;

voltage tolerance : ± 20%; dan

rated frequency ( hz ) : 50 / 60 hz auto learning.

d. frequency tolerance (hz). : 45 – 65 hz;

soft start : 0 – 100% 10 sec;

max. input current : 245; dan

power factor : 0,8;

e. rectifier output.

battery rated voltage : 480 v;

maintenance voltage ( 20 deg. c)

battery type 1 and 2 : v = 543 vdc ( 2,26 x el. );

charge voltage

battery type 1 and 2 : v ( % charge < 95% ) = 555 vdc;

max. charge voltage : 566 vdc;

ripple voltage : < 1%; dan

rated current ( battery in fully charged state ) : 250 a.

f. battery.

standard battery type : sealed lead acid (maint. free);

blocks/element number : 40 / 240;

end discharge voltage


175

battery type 1, 2 : vmin = 432; dan

recharge current micro setting ( a ) : 0,2 x c10.

g. Inverter Output.

rated power ( kVA ) : 160;

active power ( kW ) : 128;

rated voltage ( V ) : 400 3 phase + N;

rated current ( A ) : 230;

phase voltage setting : 200 – 244 (control panel);

load crest factor at rated power ( ipeak/irms ) : 3 : 1; dan

wave form : sinusoidal.

h. distortion With Linier Load. : 2%

voltage phase shift, with balanced load (deg) : ± 1; dan

voltage phase shift, with unbalanced load (deg) : ± 2.

i. phase voltage dissimetry with balanced load : ± 1%;

line voltage dissimetry with 100% unbal. load : ± 3%; dan

distortion with non linier load ( peak factor 3:1) : 8%

j. Stability Voltage at Steady State. : ± 1%

stability voltage at transient state : ± 5% into 10 ms

rated frequency : the same of the input


frequency stability
w/o synchronisation : ± 0,05%
w synchronisation : ± 2%
( set ± 1-5% on the control panel )
k. Overload. : 110/125/150% rated
current 300’/10’/1’
Short circuit current for 0,1 sec. : 2 x In
176

l. Inverter Efficiency %, Load 100%. : 94


m. Bypass Line.

Rated Power ( kVA ) : 160;

Rated output current ( A ) : 232;

Rated voltage ( V ) : 400, 3 phase + N;

Input voltage tolerance : ±15% ( adjus. ±10%, 25%


from control panel);

Rated frequency ( Hz ) : 50 / 60;

Frequency tolerance : ± 2% (adjus.±5%


from control panel);

Stand-by On ( from bypass to inverter ) transfer


switch time : 2 – 5 msec;

Inverter/bypass transfer switch time, overload : 0 msec / 1 mse;

Overload capacity % In : 150/175/200% per


0’/1’/18”

560% per 1 sec;

860% per 20 msec;

1000% per 10 msec; dan

Standard : backfeed
protection,
bypass line saparability.

Pasal 88

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan instalasi angin, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
instalasi angin sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Macam Pekerjaan.

a. pemasangan 1 unit kompresor dan kelengkapannya dalam satu ruangan;

b. pemasangan 1 buah air receiver (tangki angin) di gedung armament centre;

c. pipa instalasi antara rumah mesin dengan hangar;


177

d. pipa instalasi antara rumah mesin dengan armament centre;

e. pemasangan outlet (kran angin) sesuai dengan kebutuhan di dalam hangar;

f. pemasangan outlet sesuai kebutuhan dengan regulator di dalam hangar; dan

g. pemasangan outlet sesuai kebutuhan di dalam gedung armament centre.

(3) Persyaratan Bahan.

a. kompresor dipersyaratkan dengan data teknis sebagai berikut:

1. working pressure = 7 bar;

2. free air delivery at 7 bar 155-160 l/sec;

3. power motor = 55 kw (75 hp);

4. power supply = 220/380 v, 50 hz;

5. merk = atlas copco/broon wade; dan

6. jaminan = 1 tahun.

b. kelengkapan kompresor:

1. air driyer 155-160 l/sec at inlet pressure 7 bar.;

2. pre filter 155-160 l/sec at line pressure 7 bar. particle down to 1 micron,
removal of liquid water, and max remaining oil content of 0,5 ppm;

3. after filter 155-160 l/sec at line pressure 7 bar. particle removal down
0,01 micron and maximum remaining of content of 0,01 ppm;

4. air receiver 1500 l lengkap dengan safety valve, pressure gauge, drain
valve, dan test certificate dari depnaker;

5. pipa antar komponen (kelengkapan) kompresor; dan

6. kabel antara mdp dengan panel kompresor.

c. pipa antara ruang kompresor ke hanggar dan gedung armament centre


menggunakan pipa galvanis medium ø 3";

d. pipa distribusi antara pipa instalasi dengan outlet menggunakan pipa galvanis
medium ø 2" dan ø ¾”;

e. outlet ke pemakai berukuran 3/4" dilengkapi dengan ball valve dan filter;
178

f. outlet ke pemakai dengan regulator berukuran 3/4" dilengkapi dengan shut off
valve, filter, lubricator dan pressure regulator with gauge; dan

g. kabel antara mdp dengan panel compressor menggunakan kabel nyy 4 x 50


mm.

(4) Cara Pemasangan.

a. kompresor dan kelengkapannya ditempatkan di ruang kompresor dalam satu


ruangan, menggunakan mur baut bawaan mesin;

b. kompresor dengan kelengkapannya dihubungkan dengan pipa galvanis yang


ukurannya sesuai dengan manual mesin tersebut;

c. kompresor dihubungkan dengan sumber listrik pada panel MDP menggunakan


kabel NYY dengan ukuran sesuai kebutuhan yang dipasang di dalam parit
kabel (cable duct). Kabel dalam cable duct diklem pada dinding cable duct;

d. kompresor melalui air receiver 1500 L disambung dengan pipa instalasi  3"
untuk hangar;

e. kompresor sebelum dihubungkan dengan air receiver 1500 L, dihubungkan


juga dengan pipa instalasi 3" menuju gedung armament centre;
f. kompresor melalui " air driyer " dihubungakn dengan pipa drain yang dialirkan
sampai ke saluran pembuangan air hujan bangunan rumah mesin;

g. pipa instalasi untuk hanggar dihubungkan dengan pipa distribusi 2" dan pipa
3/4" ke outlet 3/4";

h. pipa instalasi untuk armament centre dihubungkan dengan air receiver 1000 L,
kemudian di distribusikan ke outlet-outlet menggunakan pipa 2" dan 3/4";
i. pipa instalasi angin antara ruang kompresor dengan bangunan
hanggar/armament centre dipasang tertanam sedalam 60 Cm dibawah
permukaan tanah. Pemasangan pipa antara rumah mesin dengan armament
centre perlu ditambah cerucuk penahan setiap jarak 3 m. Cerucuk tersebut
untuk penahan agar pipa tidak terangkat, karena berada dalam tanah gambut;

j. pipa distribusi dalam bangunan dipasang secara outbow menggunakan klem


pipa yang ukurannya sesuai. Klem pipa dipasang pada jarak 1 m. Pipa dalam
ruangan dicat dengan warna kuning;

k. pada pipa distribusi dalam hanggar dipasang 4 buah katup drain dan dalam
armament centre 2 buah katup drain. Masing-masing katup drain dihubungkan
dengan pipa 3/4" menuju saluran pembuangan di luar bangunan;

l. outlet angin dipasang pada ketinggian 1 m dari lantai atau disesuaikan petunjuk
direksi di lapangan. Outlet yang dipasang dimungkinkan untuk pemakaian
slang angin ukuran 3/4"; dan
179

m. pekerjaan instalasi angin dinyatakan selesai setelah diadakan pengetesan 3 x


24 jam kompresor dan kelengkapannya berfungsi dengan baik, pipa tidak
bocor, outlet menghasilkan angin dengan tekanan 7 bar dan 5,5 bar untuk kran
dengan regulator. Hasil pengetesan dinyatakan dalam Berita Acara. Pada
saat penyerahan pekerjaan dilengkapi dengan sertifikat/jaminan produk 1
tahun.

BAB IV
PEKERJAAN PRASARANA

Pasal 89

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan gorong-gorong, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
gorong-gorong yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana

(2) Persyaratan Bahan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong


adalah sebagai berikut:

a. batu belah/batu kali. Adalah untuk pasangan padat dari batu kali yang dibelah
3 sisi bekas belahan dan tidak keropos mempunyai warna kebiru-biruan;

b. batu koral. Batu koral yang digunakan adalah batu dari sungai atau ex stone
Crusher dari jenis yang keras tidak rapuh dan mempunyai gradasi 3
Cm (teratur). Batu ini harus bersih dari segala kotoran. Syarat-syarat lain
harus memenuhi peraturan dalam PBI-1971;

c. pasir.  Ketentuan untuk pemakaian pasir sesuai dengan ketentuan-ketentuan


pasir beton bersih dari segala kotoran;

d. portland cement. Persyaratan PC harus NI-8 atau ATSM, C-150 type I dan


memenuhi persyaratan PBI-1971;

e. besi beton. Persyaratan besi beton dan bindraad harus sesuai PBI 1971 dan
NI-2 serta mempunyai mutu U-22 atau U-24;

f. air. Air dipergunakan untuk adukan pasangan batu kali, plesteran, dan mortal
beton serta untuk penyiraman bila diperlukan air harus bersih tidak
mengandung lumpur, asam atau minyak. Persyaratan harus sesuai dengan
ketentuan PBI-1971; dan

g. begisting/acuan. Begisting untuk membuat gorong-gorong dapat menggunakan


kayu dolken dan papan begisting  dari kayu meranti atau kayu hutan lain
namun kekuatan harus diperhitungkan sesuai PBI-1971.
(3) Pekerjaan Persiapan. Dalam melaksanakan pembuatan drainage/saluran batu kali
dan gorong-gorong perlu melakukan:
180

a. pematokan. Patok duga dibuat di luar bangunan yang akan dibuat dari patok
kayu yang kuat dan diberi peil 0,00 M'. Patok ini harus dijaga jangan  sampai
berubah serta dibongkar setelah pelaksanaan pekerjaan ini selesai; dan
b. profillering.  Penyedia jasa konstruksi harus membuat profil-profil bentuk
saluran/drainage dengan kemiringan dasar yang menjamin lancarnya aliran air
dan sesuai dengan gambar rencana/gambar untuk kerja.

(4) Pekerjaan Galian Tanah. Pelaksanaan pekerjaan galian tanah harus sesuai dengan
profil-profil yang telah dibuat berdasarkan gambar rencana. Kedalaman galian dan
kemiringan harus sesuai dengan gambar dan keyakinan terhadap lancarnya
pengaliran air. Pelaksanaan pekerjaan galian harus dalam  kondisi kering sehingga
memungkinkan pekerjaan pasangan batu kali dapat dilaksanakan tanpa gangguan.
Bila ada air dalam parit galian maka harus dipompa keluar.

(5) Urugan Pasir. Setelah profil galian sesuai rencana maka pasir diurugkan
dengan ketebalan sesuai gambar. Pelaksanaan pengurugan pasir harus dibasahi
dengan air sehingga mencukupi kebutuhan dan dipadatkan dengan cara menumbuk
(timbris).

(6) Pekerjaan Gorong-gorong Konstruksi Beton Bertulang. Pembuatan gorong-gorong


harus sesuai dengan profil beserta ukuran-ukuran tinggi, lebar, panjang dan
ketebalan sesuai gambar rencana. Persyaratan pembuatan gorong-gorong diatur
sebagai berikut:

a. mutu. Kualitas/mutu beton yang dipersyaratkan adalah K 225;

b. komposisi mortar. Komposisi mortar beton 1 Pc  : 1½ Ps : 2½ Kr;

c. Nilai slump. Nilai slump dipersyaratkan maximum 5;

d. water ratio.   Water ratio dipersyaratkan  0,40 - 0,60;

e. penulangan. Pekerjaan penulangan besi beton sesuai gambar rencana dan


harus memenuhi persyaratan PBI-1971; dan

f. pelaksanaan pengecoran. Sebelum penyedia jasa konstruksi melaksanakan


pengecoran gorong-gorong maka harus diberitahukan direksi terhadap
penulangan gorong-gorong tersebut dan setelah izin pengecoran diberikan
direksi, maka pengecoran baru dapat dilaksanakan sesuai persyaratan PBI
1971 atau  atas petunjuk direksi. Setelah selesainya pengecoran maka proses
pengeringan harus dijaga dalam keadaan basah. Seluruh pekerjaan
pengecoran harus dengan menggunakan molen/concrete mixer,
vibration/trailler untuk alat pemadatan. Disamping itu Penyedia jasa konstruksi
dapat menggunakan bahan yang disetujui direksi.

Pasal 90

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar bata, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
pagar bata yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.
181

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen. Semen Ex Gersik, Tiga Roda, dan Kujang atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan harus bersih dari segala kotoran, merupakan
pasir pasang, dan memenuhi standar normalisasi Indonesia;

c. batu kali. Adalah batu belah yang keras tidak rapuh;

d. bata. Bata yang digunakan harus berkualitas baik, keras, kering, dan dibakar
matang, tidak rapuh atau sesuai standar nasional Indonesia dan disetujui
direksi; dan

e. air. Air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak dan
memenuhi standar normalisasi Indonesia.

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 1 PC : 4 PS untuk tembok dan
campuran 1PC : 3 PS untuk pondasi batu kali.

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pembuatan pagar bata dengan di atasnya diberi pagar
kawat duri (sesuai gambar rencana) adalah sebagai berikut: 

a. pekerjaan galian pondasi.


1. pengurugan atau pemotongan tanah dilaksanakan hingga tercapai pile
yang diperlukan;
2. semua lubang yang ada dan tidak diperlukan harus diurug dengan tanah
urug/pasir sehingga didapat permukaan galian yang rata dan rapi; dan
3. urugan tanah yang digunakan adalah tanah yang baik, tanah dipadatkan
lapis demi lapis setebal 20 cm, dengan kepadatan CBR 5%. Tanah urug
bila perlu harus diambil dari luar proyek dan atau petunjuk direksi.

b. pekerjaan pondasi.

1. urugan pasir bawah pondasi setebal 5 cm dengan pasir urug yang


berkualitas baik; dan

2. pelaksanaan. Antara tiap-tiap batu belah tidak boleh kosong harus ada
adukan dan antara tiap-tiap batu tidak boleh bersentuhan. Sebelum
memasang pondasi batu kali lebih dahulu diberi pasangan batu kosong
yang menumpang di atas pasir urug yang dipadatkan.

c. pekerjaan dinding bata.

1. bata sebelumnya disiram air dan yang pecah kurang dari separuh tidak
boleh digunakan kecuali untuk hubungan batu;

2. setelah pasangan dinding selesai maka seminggu harus dalam keadaan


basah (dibasahi); dan
182

3. pasangan bata untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata (Eod), setiap
pasangan tidak boleh lebih dari 1.00 m baru boleh dilanjutkan setelah
betul-betul telah mengeras adukannya.

d. bingkai beton. Pembingkaian dengan beton bertulang diperlukan pada:

1. pasangan bata untuk dinding setiap luas max 12 M²; dan

2. pada tempat-tempat tertentu yang memerlukan kolom-kolom praktis


sebagai sekatan.

e. plesteran. Pelaksanaan Plesteran dipersyaratkan sebagai berikut:

1. sebelum diadakan plesteran, semuan permukaan harus dibasahi


sehingga kenyang air;

2. tebal plesteran dinding bata adalah 1,5 cm;

3. plesteran harus rata, halus, eod, siku-siku, oleh karena itu harus
dilaksanakan oleh tenaga-tenaga tukang batu yang ahli; dan

4. penggosokannya harus cukup kuat dan kotinue.

Pasal 91

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar bata dan kawat duri, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pagar bata dan kawat duri yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan
dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen. Semen Ex Gersik, Tiga Roda, dan Kujang atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan harus bersih dari segala kotoran, merupakan
pasir pasang, dan memenuhi standard normalisasi Indonesia;

c. batu kali. Adalah batu belah yang keras tidak rapuh;

d. batu bata. Batu Bata yang digunakan harus berkualitas baik, keras, tidak
rapuh, dibakar matang, atau sesuai standard nasional Indonesia dan disetujui
direksi;

e. kawat duri. Kawat duri adalah terbuat dari besi yang tahan karat;

f. air. Air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak, dan
memenuhi standar normalisasi Indonesia; dan

g. besi siku. Terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat.


183

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 1 PC : 4 PS untuk tembok dan
campuran 1PC : 5 PS untuk pondasi batu kali.

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pembuatan pagar bata dengan di atasnya diberi pagar
kawat duri (sesuai gambar rencana) sebagai berikut:

a. pekerjaan galian pondasi.

1. pengurugan atau pemotongan tanah dilaksanakan hingga tercapai pile


yang diperlukan;

2. semua lubang yang ada dan tidak diperlukan harus diurug dengan tanah
urug/pasir sehingga didapat halaman yang rata dan rapi; dan

3. urugan tanah yang digunakan adalah tanah yang baik, tanah dipadatkan
lapis demi lapis setebal 20 cm, dengan kepadatan CBR 5%. Tanah urug
bila perlu harus diambil dari luar proyek dan atau petunjuk direksi.

b. pekerjaan pondasi.

1. urugan pasir bawah pondasi setebal 5 cm dengan pasir urug yang


berkualitas baik; dan

2. pelaksanaan. Antara tiap-tiap batu belah tidak boleh kosong harus ada
adukan, dan antara tiap-tiap batu tidak boleh bersentuhan. Sebelum
memasang pondasi batu kali lebih dahulu diberi pasangan batu kosong
yang menumpang di atas pasir urug yang dipadatkan.

c. pekerjaan dinding bata.

1. batu bata sebelumnya disiram air dan yang pecah kurang dari separuh
tidak boleh digunakan kecuali untuk hubungan batu;

2. setelah pasangan dinding selesai, maka seminggu harus dalam keadaan


basah (dibasahi); dan

3. pasangan batu bata untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata (eod),
setiap pasangan tidak boleh lebih dari 1.00 m baru boleh dilanjutkan
setelah betul-betul telah mengeras adukannya.

d. bingkai beton. Pembingkaian dengan beton bertulang diperlukan pada:

1. pasangan batu bata untuk dinding setiap luas max 12 m²; dan

2. pada tempat-tempat tertentu yang memerlukan kolom-kolom praktis


sebagai sekatan.

e. pekerjaan tiang pagar kawat duri.


184

1. tiang pagar dari besi siku L 50 x 50 x 5 dan jarak sela satu tiang sesuai
dengan gambar rencana;

2. cara pemasangan tiang pada tembok bata sedemikian sehingga setelah


mengeras, tiang tetap berdiri tegak lurus;

3. bilamana setelah mengeringnya tembok bata terdapat tiang yang tidak


tegak lurus, maka tiang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali;

4. tiang-tiang sebelum dipasang harus dimeni dengan meni besi kualitas


baik pada seluruh permukaannya;

5. pada tiang diberi kait dari besi beton 6 mm yang dilaksanakan pada tiang-
tiang sesuai dengan gambar rencana; dan

6. penempatan kait-kait sedemikian sehingga jarak kawat duri sesuai


dengan gambar rencana.

f. pekerjaan kawat duri.

1. kawat duri dipasang pada besi siku L 50 x 50 x 5 sesuai dengan gambar


rencana;

2. kawat duri dipasang dengan kencang pada kait-kait, dan setelah mana
kait dilengkungkan dengan palu/martil sedemikian sehingga kait betul-
betul mengunci;

3. kawat duri silang (diagonal) dipasang antara dua tiang bagian bawah
maupun atas dan pada setiap pertemuan diikat dengan kawat ikat;

4. tiang-tiang, skor dan kawat duri harus baru dan tidak berkarat;

5. tiang-tiang, skor dan kawat duri dicat dengan cat kualitas terbaik dan
warna akan ditentukan kemudian; dan

6. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan direksi dan materiel yang ditolak harus segera disingkirkan
dari site.

Pasal 92

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar batako dan kawat duri, bahan,
dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan pagar batako dan kawat duri yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen. Semen Ex Gresik, Tiga Roda, dan Kujang atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan harus bersih dari segala kotoran, merupakan
pasir pasang dan memenuhi standart normalisasi Indonesia;
185

c. batu kali. Adalah batu belah yang keras tidak rapuh;

d. batako. Batako yang digunakan harus berkualitas baik, keras, tidak rapuh,
atau sesuai standart nasional Indonesia dan disetujui direksi;

e. kawat duri. Kawat duri adalah terbuat dari besi yang tahan karat;

f. air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak dan
memenuhi standart normalisasi Indonesia; dan

g. besi siku. Terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat.

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 1 PC : 4 PS untuk tembok dan
campuran 1PC : 3 PS untuk pondasi batu kali.

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pembutan pagar batako dengan di atasnya diberi pagar
kawat duri (sesuai gambar rencana) adalah sebagai berikut:

a pekerjaan galian pondasi.

1. pengurugan atau pemotongan tanah dilaksanakan hingga tercapai pile


yang diperlukan;

2. semua lubang yang ada dan tidak diperlukan harus diurug dengan tanah
urug/pasir sehingga didapat halaman yang rata dan rapi; dan

3. urugan tanah yang digunakan adalah tanah yang baik, tanah dipadatkan
lapis demi lapis setebal 20 cm, dengan kepadatan CBR 5%. Tanah urug
bila perlu harus diambil dari luar proyek dan atau petunjuk direksi.

b. pekerjaan pondasi.

1. urugan pasir bawah pondasi setebal 5 cm dengan pasir urug yang


berkualitas baik; dan

2. pelaksanaan. Antara tiap-tiap batu belah tidak boleh kosong harus ada
adukan dan antara tiap-tiap batu tidak boleh bersentuhan. Sebelum
memasang pondasi batu kali lebih dahulu diberi pasangan batu kosong
yang menumpang di atas pasir urug yang dipadatkan.

c. pekerjaan dinding batako.

1. batako sebelumnya disiram air dan yang pecah kurang dari separuh tidak
boleh digunakan kecuali untuk hubungan batu;

2. setelah pasangan dinding selesai, maka seminggu harus dalam keadaan


basah (dibasahi); dan
186

3. pasangan batako untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata (eod),
setiap pasangan tidak boleh lebih dari 1.00 m baru boleh dilanjutkan
setelah betul-betul telah mengeras adukannya.

d. bingkai beton. Pembingkaian dengan beton bertulang diperlukan pada:

1. pasangan batako untuk dinding setiap luas maksimum 12 M²; dan

2. pada tempat-tempat tertentu yang memerlukan kolom-kolom praktis


sebagai sekatan.

e. pekerjaan tiang pagar kawat duri.

1. tiang pagar dari besi siku L 50 x 50 x 5 dan jarak sela satu tiang sesuai
dengan gambar rencana;

2. cara pemasangan tiang pada tembok batako sedemikian sehingga


setelah mengeras, tiang tetap berdiri tegak lurus;

3. bilamana setelah mengeringnya tembok batako terdapat tiang yang tidak


tegak lurus, maka tiang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali;

4. tiang-tiang sebelum dipasang harus dimeni dengan meni besi kualitas


baik pada seluruh permukaannya;

5. pada tiang diberi kait dari besi beton Ø 6 mm yang dilaksanakan pada
tiang-tiang sesuai dengan gambar rencana; dan

6. penempatan kait-kait sedemikian sehingga jarak kawat duri sesuai


dengan gambar rencana.

f. pekerjaan kawat duri.

1. kawat duri dipasang pada besi siku l 50 x 50 x 5 sesuai dengan gambar


rencana;

2. kawat duri dipasang dengan kencang pada kait-kait, dan setelah mana
kait dilengkungkan dengan palu/martil sedemikian sehingga kait betul-
betul mengunci;

3. kawat duri silang (diagonal) dipasang antara dua tiang bagian bawah
maupun atas dan pada setiap pertemuan diikat dengan kawat ikat;

4. tiang-tiang, skor dan kawat duri harus baru dan tidak berkarat;

5. tiang-tiang, skor dan kawat duri dicat dengan cat kualitas terbaik dan
warna akan ditentukan kemudian; dan

6. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan direksi dan materiel yang ditolak harus segera disingkirkan
dari site.

Pasal 93
187

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar beton, dan kawat duri, bahan
dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan pagar beton dan kawat duri yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen. Semen adalah portland semen yang telah disetujui oleh Direksi yang
memenuhi syarat S-400 menurut standart semen Indonesia (NI-8-1972)
misalnya Semen Gresik, Cibinong, dan lain-lain;
b. pasir. Adalah pasir beton alam yang mempunyai modulus kehalusan butir 2
sampai 32 sesuai PBI 1971;
c. kerikil/Koral. Adalah kerikil/koral sungai yang bersih dan bebas dari bagian-
bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang panjang-panjang, serta bersih
dari bahan alkali, organis, dan bahan-bahan lain yang dapat merusak;
d. aggregate Kasar. Adalah batu ex pecah (tangan/ston crusher) harus
bergradasi baik, dengan ukuran butir 5 mm - 25 mm dan harus sesuai
persyaratan dalam NI-2 PBI 1971;
e. besi Tulangan. Adalah baja tulangan beton dari mutu dan ukuran sesuai NI-2
PBI-1971. Baja tulangan ini harus bersih dari serpih-serpih karat, minyak,
gemuk, dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya lekat dalam
beton. Baja tulangan harus dapat dibengkokkan sesuai bentuk dan ukuran-
ukuran dalam gambar. Baja tulangan tidak boleh diluruskan atau dibengkok
kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya mutu besi beton U-24;

f. air harus bersih bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam, dan
kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut harus
sesuai ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton;

g. kawat Duri. Kawat duri adalah terbuat dari besi yang tahan karat; dan

h. beton. Mutu beton yang dipakai adalah K-225 dengan komposisi 1 PC : 2 PS :


3 KR

(3) Pelaksanaan. Pelaksanaan pembuatan pagar beton dengan di atasnya diberi pagar
kawat duri (sesuai gambar rencana) adalah sebagai berikut:

a. pekerjaan galian pondasi.

1. pengurugan atau pemotongan tanah dilaksanakan hingga tercapai pile


yang diperlukan;

2. semua lubang yang ada dan tidak diperlukan harus diurug dengan tanah
urug/pasir sehingga didapat halaman yang rata dan rapi; dan

3. urugan tanah yang digunakan adalah tanah yang baik, tanah dipadatkan
lapis demi lapis setebal 20 cm, dengan kepadatan CBR 5%. Tanah urug
bila perlu harus diambil dari luar proyek dan atau petunjuk direksi.
188

b. pekerjaan pondasi.

1. urugan pasir bawah pondasi setebal 5 cm dengan pasir urug yang


berkualitas baik; dan

2. pelaksanaan. Antara tiap-tiap batu belah tidak boleh kosong harus ada
adukan, dan antara tiap-tiap batu tidak boleh bersentuhan. Sebelum
memasang pondasi batu kali lebih dahulu diberi pasangan batu kosong
yang menumpang di atas pasir urug yang dipadatkan.

c. pekerjaan tiang pagar kawat duri.

1. tiang pagar dari besi siku L 50 x 50 x 5 dan jarak sela satu tiang sesuai
dengan gambar rencana;

2. cara pemasangan tiang pada tembok bata sedemikian sehingga setelah


mengeras, tiang tetap berdiri tegak lurus;

3. bilamana setelah mengeringnya tembok bata terdapat tiang yang tidak


tegak lurus, maka tiang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali;

4. tiang-tiang sebelum dipasang harus dimeni dengan meni besi kualitas


baik pada seluruh permukaannya;

5. pada tiang diberi kait dari besi beton 6 mm yang dilaksanakan pada tiang-
tiang sesuai dengan gambar rencana; dan

6. penempatan kait-kait sedemikian sehingga jarak kawat duri sesuai


dengan gambar rencana.

d. pekerjaan kawat duri.

1. kawat duri dipasang pada besi siku L 50 x 50 x 5 sesuai dengan gambar


rencana;

2. kawat duri dipasang dengan kencang pada kait-kait, dan setelah mana
kait dilengkungkan dengan palu/martil sedemikian sehingga kait betul-
betul mengunci;

3. kawat duri silang (diagonal) dipasang antara dua tiang bagian bawah
maupun atas dan pada setiap pertemuan diikat dengan kawat ikat;

4. Tiang-tiang, skor, dan kawat duri harus baru dan tidak berkarat;

5. tiang-tiang, skor, dan kawat duri dicat dengan cat kualitas terbaik dan
warna akan ditentukan kemudian; dan

6. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan direksi dan materiel yang ditolak harus segera disingkirkan
dari site.

Pasal 94
189

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar kawat BRC, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pagar Kawat BRC yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Pekerjaan Persiapan. Pekerjaan persiapan yang dimaksud adalah pekerjaan


pengukuran dan menempatkan patok-patok/profil-profil dari kayu atau bambu guna
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

(3) Pekerjaan Pondasi Tiang Pagar.

a. pekerjaan galian untuk pondasi tiang sesuai dengan gambar rencana;

b. pondasi pagar adalah pondasi setempat tiang-tiang dan skur-skur adalah dari


beton tumbuk yang dicetak dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan yang
telah ada;

c. pondasi tiang harus diurug dengan tanah sedemikian rupa sehingga tiang
tertanam kuat dan tidak goyah; dan

d. komposisi adukan ditentukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.

(4) Pekerjaan Tiang Pagar.

a. tiang pagar dari pipa BRC Ø 2" dengan jarak  tiang ke tiang sesuai dengan
gambar rencana;

b. cara pemasangan tiang pada pondasi sedemikian sehingga setelah beton


mengeras, tiang tetap berdiri tegak lurus;

c. bilamana setelah mengeringnya beton terdapat tiang yang tidak tegak lurus,
maka tiang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali;

d. tiang-tiang sebelum dipasang harus di meni dengan meni besi kualitas baik
seluruh permukaannya; dan

e. pada tiang dipasang kupingan, ukuran, dan jarak kupingan sesuai dengan


pagar BRC yang dipasang.

(5) Pekerjaan Kawat/Pagar BRC.

a. pagar BRC yang dipasang dengan 8 mm ukuran disesuaikan dengan gambar


rencana;

b. pagar BRC dipasang dengan kencang pada kupingan-kupingan dengan


skrup/mur kelengkapan dari pagar BRC;

c. jenis kawat BRC yang digunakan adalah jenis tahan karat;


190

d. tiang-tiang, pagar BRC harus baru dan tidak berkarat; dan

e. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan Direksi dan material yang ditolak harus segera disingkirkan dari
site.

(6) Pekerjaan Pembuatan Pintu.

a. pintu dibuat dengan konstruksi besi yang sesuai gambar dan cukup kuat; dan

b. pintu harus dipasang pada tiangnya sedemikian rupa sehingga mudah


pengoperasiannya.

Pasal 95

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar kawat duri, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pagar kawat duri yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Pekerjaan Persiapan. Pekerjaan persiapan yang dimaksud adalah pekerjaan


pengukuran dan menempatkan patok-patok/profil-profil dari kayu atau bambu guna
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

(3) Pekerjaan Pondasi Tiang Pagar.

a. pekerjaan galian untuk pondasi tiang sesuai dengan gambar rencana;

b. pondasi pagar adalah pondasi setempat tiang-tiang dan skur-skur adalah dari
beton tumbuk yang dicetak dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan yang
telah ada;

c. pondasi tiang harus diurug dengan tanah sedemikian rupa sehingga tiang
tertanam kuat dan tidak goyah pada waktu dilakukan pemasangan/penarikan
kawat duri; dan

d. Komposisi adukan ditentukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.

(4) Pekerjaan Tiang Pagar.

a. tiang pagar dari besi siku 50.50.5 dan demikian skornya. skor dipasang pada
kanan-kiri tiang  dengan jarak sela satu tiang sesuai dengan gambar rencana;

b. cara pemasangan tiang pada pondasi sedemikian rupa sehingga setelah beton
mengeras, tiang tetap berdiri tegak lurus;

c. bilamana setelah mengeringnya beton tumbuk terdapat tiang yang tidak tegak
lurus, maka tiang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali;

d. tiang-tiang dan skor sebelum dipasang harus dimeni dengan meni besi kualitas
baik seluruh permukaannya;
191

e. pada tiang diberi kait dari besi beton ø 6 mm yang dilaksanakan pada tiang-
tiang sesuai dengan gambar rencana;dan

f. penempatan kait-kait sedemikian sehingga jarak kawat duri sesuai dengan


gambar rencana.

(5) Pekerjaan Kawat Duri.

a. kawat duri dipasang pada besi siku 50.50.5 sesuai dengan gambar rencana;

b. kawat duri dipasang dengan kencang pada kait-kait, dan setelah mana kait
dilengkungkan dengan palu/martil sedemikian sehingga kait betul-betul
mengunci;

c. kawat duri silang (diagonal) dipasang antara dua tiang bagian bawah maupun
atas dan pada setiap pertemuan diikat dengan kawat ikat;

d. jenis kawat duri yang digunakan adalah jenis tahan karat;

e. tiang-tiang, skor, dan kawat duri harus baru dan tidak berkarat;

f. tiang-tiang, skor, dan kawat duri dicat dengan cat kwalitas terbaik dan warna
akan ditentukan kemudian; dan

g. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan direksi dan materiel yang ditolak harus segera disingkirkan dari
site.

(7) Pekerjaan Pembuatan Pintu.

a. pintu dibuat dengan konstruksi besi yang sesuai gambar dan cukup kuat; dan

b. pintu harus dipasang pada tiangnya sedemikian rupa sehingga mudah


pengoperasiannya.

Pasal 96

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar wiremesh dan kawat duri,
bahan dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan pagar wiremesh dan kawat duri yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Pekerjaan Persiapan. Pekerjaan persiapan yang dimaksud adalah pekerjaan


pengukuran dan menempatkan patok-patok/profil-profil dari kayu atau bambu guna
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

(3) Pekerjaan Pondasi Tiang pagar.

a. pekerjaan galian untuk pondasi tiang sesuai dengan gambar rencana;


192

b. pondasi pagar adalah pondasi setempat tiang-tiang dan skur-skur adalah dari


beton tumbuk yang dicetak dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan yang
telah ada atau menurut gambar rencana;

c. pondasi tiang harus diurug dengan tanah sedemikian rupa sehingga tiang
tertanam kuat dan tidak goyah; dan

d. komposisi adukan ditentukan 1 pc : 2 ps : 3 kr.

(4) Pekerjaan Tiang Pagar.

a. tiang pagar dari besi siku 50 x 50 x 5 dan demikian skornya. skor dipasang
pada kiri, kanan tiang pagar. jarak tiang ke tiang sesuai dengan gambar
rencana;

b. cara pemasangan tiang pada pondasi sedemikian sehingga setelah beton


mengeras, tiang tetap berdiri tegak lurus;

c. bilamana setelah mengeringnya beton terdapat tiang yang tidak tegak lurus,
maka tiang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali;

d. tiang-tiang dan skor sebelum dipasang harus di meni dengan meni besi
kualitas baik seluruh permukaannya; dan

e. pada tiang dipasang kupingan, ukuran dan jarak kupingan sesuai dengan


pagar wire mesh yang dipasang.

(5) Pekerjaan Kawat/Pagar Wire Mesh.

a. pagar wire mesh yang dipasang ø 8 grid 10 x 10 cm dengan ukuran tinggi 2,5
m atau disesuaikan dengan gambar rencana;

b. pagar wiremesh dipasang dengan kencang pada kupingan-kupingan dengan


skrup/mur kelengkapan dari pagar wiremesh;

c. jenis wiremesh yang digunakan adalah jenis tahan karat;

d. tiang-tiang, pagar wiremesh harus baru dan tidak berkarat;

e. jenis kawat duri yang digunakan adalah jenis tahan karat;

f. kawat duri dipasang pada bagian atas pagar wire mesh secara horizontal atau
sesuai dengan gambar;

g. kawat duri dipasang pada besi siku 50.50.5 sesuai dengan gambar rencana;

h. kawat duri dipasang dengan kencang pada kait-kait, dan setelah mana kait
dilengkungkan dengan palu/martil sedemikian sehingga kait betul-betul
mengunci;

i. kawat duri silang (diagonal) dipasang antara dua tiang bagian bawah maupun
atas dan pada setiap pertemuan diikat dengan kawat ikat;
193

j. tiang-tiang, skor, wiremesh dan kawat duri dicat dengan cat kualitas terbaik dan
warna akan ditentukan kemudian; dan

k. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan direksi dan materiel yang ditolak harus segera disingkirkan dari
site.

(6) Pekerjaan Pembuatan Pintu.

a. pintu dibuat dengan konstruksi besi yang sesuai gambar dan cukup kuat; dan

b. pintu harus dipasang pada tiangnya sedemikian rupa sehingga mudah


pengoperasiannya.

Pasal 97

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan pagar kawat harmonika, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan pagar kawat harmonika yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Pekerjaan Persiapan. Pekerjaan persiapan yang dimaksud adalah pekerjaan


pengukuran dan menempatkan patok-patok/profil-profil dari kayu atau bambu guna
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

(3) Pekerjaan Pondasi Tiang Pagar.

a. pekerjaan galian untuk pondasi tiang sesuai dengan gambar rencana;

b. pondasi pagar adalah pondasi setempat tiang-tiang dan skur-skur adalah dari


beton tumbuk yang dicetak dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan yang
telah ada;

c. pondasi tiang harus diurug dengan tanah sedemikian rupa sehingga tiang
tertanam kuat dan tidak goyah; dan

d. komposisi adukan ditentukan 1 pc : 2 ps : 3 kr.

(4) Pekerjaan Tiang Pagar.

a. tiang pagar dari pipa besi ø 2,5” tinggi 4 meter dengan jarak  tiang ke tiang
sesuai dengan gambar rencana;

b. cara pemasangan tiang pada pondasi sedemikian sehingga setelah beton


mengeras, tiang tetap berdiri tegak lurus;

c. bilamana setelah mengeringnya beton terdapat tiang yang tidak tegak lurus,
maka tiang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali;

d. tiang-tiang sebelum dipasang harus di meni dengan meni besi kualitas baik
seluruh permukaannya; dan
194

e. pada tiang dipasang kupingan, ukuran dan jarak kupingan sesuai dengan


pagar harmonik yang dipasang.

(5) Pekerjaan Kawat/Pagar Harmonika.

a. pagar harmonika yang dipasang dengan ukuran disesuaikan dengan gambar


rencana;

b. pagar harmonika dipasang dengan kencang pada kupingan-kupingan dengan


skrup/mur kelengkapan dari pagar harmonik;

c. jenis kawat harmonika yang digunakan adalah jenis tahan karat;

d. tiang-tiang pagar harmonika harus baru dan tidak berkarat; dan

e. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan direksi dan materiel yang ditolak harus segera disingkirkan dari
site.

(6) Pekerjaan Pembuatan Pintu.

a. pintu dibuat dengan konstruksi besi yang sesuai gambar dan cukup kuat; dan

b. pintu harus dipasang pada tiangnya sedemikian rupa sehingga mudah


pengoperasiannya.

Pasal 98

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan pagar jalan dan parkir hotmix, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
jalan dan parkir hotmix yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Pekerjaan Persiapan. Pekerjaan persiapan yang dimaksud adalah pekerjaan


pengukuran dan menempatkan patok-patok/profil-profil dari kayu atau bambu guna
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

(3) Lapis Jalan/Parkir. Konstruksi jalan/parkir terdiri dari:

a. lapisan Sub Base kelas B;

b. lapisan Sub Base Course kelas A; dan

c. lapisan Penutup hotmix tebal 3 Cm.

(4) Syarat Teknis Lapisan.

a. tempat di mana jalan/parkir akan dibuat harus dibersihkan dari segala kotoran,
akar-akaran.
195

b. galian.

1. kedalaman galian stripping harus sesuai gambar dan tanah bekas galian
harus dibuang sesuai petunjuk direksi; dan

2. bila terdapat air menggenang dalam galian, harus dibuang keluar sampai
kering.

c. urugan.

1. urugan tanah yang digunakan adalah tanah yang baik. Tanah dipadatkan
lapis demi lapis setebal 20 Cm, dengan kepadatan CBR 5% dan
kemiringan jalan 1% ke arah saluran; dan

2. jika terdapat bekas galian pada badan jalan, maka harus segera diurug
dan dipadatkan lebih dahulu hingga mencapai kepadatan yang
disyaratkan. Bila perlu pemadatan dilakukan dengan pemberian air
secukupnya. Sebelum pengurugan lapisan pasir, pail rencana harus
sudah dipasang yang akurat.

d. syarat teknis lapisan pasir.

1. pasir yang digunakan harus pasir bersih, yang bebas dari lumpur, kotoran,
humus, dan lain-lain; dan

2. lapis-lapis dilaksanakan sedemikian rupa sehingga setelah dipadatkan


mempunyai ketebalan sesuai gambar.

e syarat teknis lapisan base course.

1. bahan. Kerikil pecah atau batu pecah untuk lapisan base klas B yang
terdiri dari campuran kerikil dan kerikil pecah dengan berat jenis yang
seragam dan dengan pasir, lanau, atau lempung dengan persyaratan di
bawah ini:

a) gradasi butiran.

STANDAR SARINGAN ASTM % BERAT LOLOS


1½” 100
1” 60 – 100
¾” 55 – 85
No. 4 35 – 60
No. 10 25 – 50
No. 40 15 – 30
No. 100 8 – 15

b) partikel yang mempunyai Ø < 0,02 Mm harus tidak lebih dari 3% dari
berat total. Prosentase berat butir yang lewat dapat dikoreksi oleh
direksi bila aggregate terdiri dari bahan dengan berat jenis yang
beragam.
196

c) 1) batas cair (AASHTO T89) max. 25;

2) index plastis (AASHO T91) 4 – 5;

3) kadar lempung (AASHO T176) min. 50;

4) prosentase aggregate yang mempunyai paling sedikit 1 bidang


pecah harus paling tidak berjumlah 80% dari berat materiel
yang tertinggal pada ayakan; dan

5) CBR (AASHTA T180) min 60%.

2. metode kerja.

a) persiapan lapangan. Sebelum penghamparan dilaksanakan


permukaan yang akan dilapis harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:

1) bentuk permukaan kearah memanjang dan melintang harus


telah dipersiapkan sesuai dengan perencanaan;
2) permukaan harus bebas dari bahan-bahan yang tidak
dikehendaki misalnya debu dan bahan-bahan lainnya; dan

3) permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus


cukup lembab (tidak terlalu kering dan diberi lapis resap
pengikat (prime coat) sebanyak minimum 0.5 L/M².

b) penghamparan dan pemadatan. Pekerjaan penghamparan dan


pemadatan dapat dilakukan baik secara mekanik atau manual.

c) mekanik.

1) truk/pengangkut aggregate bergerak melalui jalan yang sudah


disiapkan sambil menghampar aggregate pokok dengan
kecepatan sedemikian rupa sehingga jumlah persatuan luas
yang direncanakan terpenuhi;

2) aggregat pokok dipadatkan dengan mesin gilas besi roda tiga,


6 - 8 ton dengan kecepatan ± 3 km/jam sampai kedudukan
aggregate menjadi rata dan stabil (jumlah lintasan min. adalah
6 lintasan);

3) penyemprotan asphalt pada aggregate pokok harus dijaga


temperaturnya agar tetap pada temperatur yang disyaratkan;

4) kecepatan asphalt distributor dan daya semprot harus diatur


sedemikian rupa agar jumlah asphalt/M² yang direncanakan
tercapai; dan
197

5) penebaran dan pemadatan aggregate pengunci dilakukan


setelah penyemprotan asphalt dengan cara seperti penebaran
dan pemadatan aggregate pokok.

d) manual.

1) penebaran aggregate dapat dilakukan dengan pengki


sedemikian rupa sehingga merata dan sesuai dengan jumlah
aggregate per satuan luas yang direncanakan;

2) pemadatan aggregate pokok dilakukan sebagaimana


pemadatan aggregate pokok pada cara mekanik;

3) penyemprotan asphalt dapat dilakukan dengan ember semprot


pada temperatur yang disyaratkan sedemikian rupa sampai
merata dan jumlah /M² yang direncanakan tercapai;

4) penebaran aggregate pengunci dilakukan setelah


penyemprotan asphalt, dengan cara seperti penebaran
aggregate pokok; dan

5) aggregate pengunci dipadatkan dengan mesin gilas 6 - 8 ton


dengan kecepatan ± 3 Km/jam sampai kedudukan aggregate
pengunci tertanam dengan baik.

f syarat teknis lapisan hotmix.

1. komposisi materiel hotmix.

PROSENTASE
METAL CAMPURAN SURFACE
BINDER COURSE
COURSE
1. Pasir beton/sand 10 % 10 %
2. Fine aggregate 25 % 75 %
3. Course aggregate 65 % 15 %
4. Asphalt cement 5% 6,6 %
5. Temperature of mixing 140 C 140 C

2. pelaksanaan. Permukaan yang telah diprime coating dihampar materiel


hotmix atau binder course dapat menggunakan asphalt finishing atau
dihampar dengan tangan bagi daerah yang tidak memungkinkan dengan
finishing di atas. Pelaksanaan pekerjaan leveling harus seteliti mungkin
mengingat ketebalan yang berbeda-beda pada setiap titik pada daerah
198

yang dilevelling. Oleh karena itu perlu dibedakan cara-cara


penghamparan sebagai berikut:

a) tebal levelling < 2 Cm dapat dihampar dengan tangan menggunakan


material screen sheet;

b) tebal levelling > 2 Cm < 7,5 Cm dapat dihampar dengan asphalt


finisher dan menggunakan hotmix; dan

c) tebal levelling > 7,5 Cm dapat dihampar dengan tangan


menggunakan kolakan asphalt dan aggregate.

Apabila segala cara di atas tidak memungkinkan maka untuk < 2 C, dapat
menggunakan cara penetrasi dengan kadar asphalt ± 6% dari berat
mixture seluruhnya. Penyempurnaan perataan dengan penambahan
bahan sejenis dan penggilasan untuk mencapai kelicinan dan kerataan
serta kepadatan yang homogen untuk seluruh permukaan dan mencapai
grade overlay akan diuraikan pada pasal berikut ini; dan

3. toleransi. Toleransi grade permukaan levelling yang disyaratkan adalah


tidak lebih dari perbedaan tinggi 10 mm. Jika diperiksa dengan batang
panjang 5 m ke segala arah. Bila sampai perbedaan tinggi > 10 mm,
maka harus dilakukan penimbunan pada daerah tersebut dengan bahan
sejenis yang dikerjakan.

Pasal 99

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan pagar jalan beton, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan jalan beton
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Pasir. Pasir yang digunakan harus dari daerah tertentu yang sudah disetujui direksi
dan memenuhi persyaratan dalam NI-3 PBI 1970 dan NI-2 PBI 1971. Syarat mutu
agregat menurut SII 0052-80 sebagai berikut:

a. susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,5 sampai 3,8;

b. kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 5 %;

c. kadar zat organik ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika dibandingkan


warna/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standart/pembanding;

d. kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding


yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka hasil bagi tidak lebih
dari 2,20; dan
e. sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat:

1. jika dipakai NaSO4 bagian yang hancur max 10%; dan


199

2. jika dipakai MgS04 bagian yang hancur max 15%.

(3) Batu Steenslag dan Spleet. Batu yang dimaksud adalah hasil pecahan dengan
stone crusher dari batu kualitas sesuai dengan persyaratan. Dengan demikian batu
pecah yang menghasilkan batu yang rapuh, keropos bila digiling dengan mesin giling
akan hancur tidak boleh digunakan. Steenslag dari hasil ketukan tangan masih bisa
ditolerir sepanjang kualitas batunya sesuai persyaratan dan mempunyai gradasi
yang bermacam-macam ukuran. Spleet dari pecahan tangan tidak boleh
digunakan. Spleet harus dari bekas pecah dengan stone crusher. Dengan
persyaratan sebagai berikut:

a. susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,00 sampai 7,10;
b. kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 1 %;
c. kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, maximum 5
%;

d. sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat:

1) Jika dipakai NaSO4 bagian yang hancur max 12%; dan

2) Jika dipakai MgSO4 bagian yang hancur max 18%.

e. tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini
menggunakan semen yang kadar alkali sebagi Na 2O lebih besar dari 0,6 %;

f. tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat; dan

g. kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudeloff dan dengan bejana Los
Angeles adalah sebagai berikut :

Kekerasan dengan
Kekerasan dengan
bejana geser Los
KELAS DAN MUTU bejana Rudelof, Bagian
Angeles, Bagian hancur
BETON hancur menembus
menembus ayakan 1,7
ayakan 2 mm, max, %
mm, max, %
Fraksi butir
Fraksi butir
19 – 30
9,5 – 19 mm
mm
Beton Klas I dan mutu B0
22 - 30 24 - 32 40 – 50
serta B1
Beton Klas II dan atau
beton mutu K-125, K-175 14 - 22 16 - 24 27 – 40
dan K-225
Beton Klas III dan atau
beton mutu diatas Kurang Kurang
Kurang
K-225/beton pratekan dan dari 16 dari 27
14
200

(4) Portland Cement (PC). Semen yang digunakan harus PC yang sesuai dengan
spesifikasi NI-8 atau ATSM, C 150 type I dan memenuhi persyaratan PBI 1971.
Semen yang harus disimpan 6 bulan atau lebih harus diuji kembali oleh penyedia
jasa konstruksi di bawah pengawasan direksi. Penyiapan semen harus dalam
gudang yang cocok untuk keperluan tersebut, tempat ini harus benar-benar kering
serta cukup peredaran udara.

(5) Air.   Air harus bersih, bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam, dan
kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut harus sesuai
ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton. Air yang akan dipakai untuk
membuat campuran beton dan juga untuk pemeliharaan beton yang telah mengeras
harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. air tawar yang dapat diminum;

b. air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton yang di
dalamnya akan tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion Chlorida dalam jumlah
yang membahayakan. Jumlah Ion Chlorida maximum untuk perlindungan
terhadap korosi.

Jumlah Max. Ion Chlorida yang Larut


Jenis Komponen Struktur Beton Dalam Air (Cl -) Dalam Beton Persen
Dalam Semen
Beton Pratekan 0,06
Beton bertulang berhubungan dengan
0,15
Chlorida
Beton bertulang yang selalu kering
1,00
atau terlindung dari lembab
Beton bertulang lainnya 0,30

Air tidak boleh mengandung ion (Cl-) lebih besar 500 mg per liternya;

c. air yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk pembuatan beton
kecuali bila kekentuan berikut dipenuhi sebagai berikut:

1. pemilihan campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang


menggunakan air dari sumber yang sama; dan

2. hasil pengujian usia 7 dan 28 hari dari kubus adukan yang dibuat dengan
air campuran yang tidak dapat diminum paling tidak harus mencapai 90%
201

dari kekuatan spesimen serupa yang dibuat dengan air yang dapat
diminum. Perbandingan uji kuat harus dilakukan untuk adukan serupa
kecuali penggunaan air pencampurannya yang dibuat dan diuji
berdasarkan "Test Method for Compressive Strength of Hydraulic Cement
Mortars (Using 50 mm Spesimen" (ASTM C109).
d. air yang bereaksi netral terhadap lakmus;
e. apabila terdapat keragu-raguan terhadap pemakaian air, dianjurkan untuk
mengirim contoh air tersebut ke lembaga pemeriksaan air untuk mengetahui
sejauh mana zat-zat kimia didalamnya dapat merusak beton/baja tulangan.
Dari penyelidikan kimia harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. air tidak boleh mengandung sulfat lebih dari 5 gr per liter yang dihitung
sebagai SO3.-;

2. air tidak boleh mengandung clhorida lebih dari 15 gram per liter yang
dihitung sebagai Cl-;
3. air yang tidak memerlukan kalium permanganat (KMnO 4) lebih dari
1 gram per liter untuk mengoksidasi zat-zat organis di dalamnya; dan

4. reaksi (PH) nilainya antara : 6 - 8.

f. persyaratan bahan air untuk membuat beton menurut british standart (BS
3148 : 1980).
          
1) garam-garam organik. Ion-ion utama yang biasanya terdapat dalam air
adalah kalsium, magnesium, kalium, bikarbonat, sulfat, chlorida, nitrat dan
kadang-kadang karbonat.  Air yang mengandung ion-ion tersebut dalam
jumlah gabungan tidak boleh lebih besar dari 2000 mg per liter;

2) garam-garam chlorida. Adanya garam Chlorida di dalam beton dapat


merusak atau menimbulkan korosi pada logam yang tertanam dalam
beton. Kadar Chlorida (Cl-) dalam air tidak boleh melebihi 500 mg per
liter.   Air laut tidak boleh dipergunakan untuk membuat beton bertulang
dan beton pratekan;

3) garam-garam sulfat. Kadar sulfat (SO3–) dalam air tidak boleh melebihi
1000 mg per liter. Kadar sulfat dalam beton tidak boleh melebihi 4 % SO 3–
terhadap berat semen; dan

4) alkali karbonat dan bikarbonat. Air yang mengandung Alkali Karbonat dan


Bikarbonat akan mempengaruhi waktu pengikatan semen dan kekuatan
beton disamping itu adanya resiko terjadinya reaksi Alkali agregat dalam
beton. Jumlah garam Karbonat dan Bikarbonat tidak boleh melebihi 1000
mg per liter air.

(6) Pekerjaan Marking. Cat yang dipergunakan adalah cat khusus untuk pekerjaan cat
pada runway/apron/road line panit sejenis marinal ICI road paint atau yang
memenuhi syarat kualitas dan pelaksanaannya harus sesuai petunjuk pabrik dan
direksi.
202

(7) Pembuatan Konstruksi Beton/Slab Concrete.

a. mutu beton. Mutu beton adalah K-225 sesuai standard PBI-1971 NI-2. Test
kubus beton harus diadakan minimum 15 buah ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm
diuji pada umur 20 hari. Perhitungan karakteristik beton dipakai rumus-rumus
yang terdapat pada peraturan beton Indonesia (PBI) 1971-NI-2.

b. karakteristik beton harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. ukuran agregate = 0,075 - 1 mm


1 - 5 mm
5 - 14 mm
14 - 20 mm
20 - 31,5 mm;

2. water cement ratio = 0,40 - 0,50;

3. nilai slump = 3 – 5;

4. compress.streght = 225 Kg/cm²; dan

5. flexural streght = utk. 7 hari min. 200 PSI untk 28 hr min. 750 PSI.

c. komposisi campuran. Untuk menentukan campuran beton, digunakan


"komposisi rencana". Komposisi rencana didapatkan dari percobaan-
percobaan sehingga menghasilkan kekuatan beton sesuai rencana persyaratan
di atas. Jumlah PC yang digunakan dalam satu meter kubik beton
diperkirakan berkisar 360 - 440 kg.

1. proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan:

a) kelecakan (workability) dan konsistensi yang memungkinkan


pengerjaan beton (penuangan, perataan, dan pemadatan) secara
mudah ke dalam acuan dan kesekitar tulangan tanpa menimbulkan
kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air (beeding)
secara berlebihan;

b) ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus seperti yang


disyaratkan; dan

c) memenuhi persyaratan uji kuat tekan.

2. bila pada bagian yang berbeda dari pekerjaan konstruksi akan digunakan
bahan yang berbeda pula, maka untuk setiap kombinasi bahan yang akan
digunakan harus diadakan penilaian secara terpisah.

3. proporsi campuran beton, termasuk campuran air semen, harus


ditentukan berdasarkan pangalaman lapangan dan atau campuran
dengan bahan-bahan yang akan digunakan di lapangan, kecuali
mengikuti persyaratan penentuan proporsi campuran beton berdasarkan
203

nilai faktor air semen atau memenuhi persyaratan untuk kondisi


lingkungan khusus.

4. untuk beton dengan nilai fc di atas 20 MPa, proporsi campuran coba serta
pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada tehnik penakaran berat
(Weight Batching).

5. untuk beton dengan nilai fc hingga 20 MPa, pelaksanaan produksinya


boleh menggunakan tehnik penakaran volume (Volume batching ASTM C
685). Penakaran volume ini harus berdasarkan pada perhitungan
proporsi campuran berat yang dikonversikan ke dalam volume.

6. khusus untuk beton fc tidak lebih dari 10 MPa, bila pertimbangan praktis
dari kondisi setempat memungkinkan produksi beton dengan tehnik
penakaran volume, boleh juga digunakan perbandingan volume : 1 bagian
semen, 2 bagian pasir, 3 bagian agregat kasar dan slump beton yang
dihasilkan tidak boleh melebihi 100 mm. Bila beton tersebut digunakan
untuk komponen struktur yang harus kedap air boleh digunakan
perbandingan volume  : 1  bagian semen, 1,5 bagian  pasir  dan  2,5
bagian agregat kasar.

d. pembersihan permukaan. Permukaan yang akan dibuat pelat beton bertulang


harus bersih dari bahan-bahan yang lepas, lumpur, kotoran lain, selanjutnya
permukaan lantai kerja yang ada disiram air sampai kenyang betul;

e. bekisting/acuan. Persyaratan sesuai NI-2 dan NI-3 pada umumnya.   Bekisting


ini dibuat dari besi yang diperkuat dengan profil dan dipasang sebagai bantalan
roda concrete finisher sehingga tidak akan melengkung pada saat pengecoran
dilakukan.  Bekisting perlu dilapisi dengan bahan pelumas atau bahan lain
sehingga pada saat pembukaan bekisting tidak menempel pada adukan beton.
Bekisting dikonstruksi demikian sehingga adanya dowel tidak mengakibatkan
timbulnya kesulitan pada waktu pembukaan bekisting;

f. pengadukan dan penuangan beton/slab concrete. Pelat beton bertulang harus


memenuhi persyaratan bahan-bahan mutu, karakteristik, dan komposisi
campuran sesuai penjelasan didepan. Bahan-bahan yang akan digunakan
harus dipersiapkan dan dibersihkan dari segala kotoran. Pembuatan pelat
beton sesuai kotak-kotak papan catur. Tidak diperkenankan menghentikan
pekerjaan pengecoran sebelum 1 (satu) kotak selesai. Finishing permukaan
harus dilaksanakan sebelum adukan mengering. Secara terperinci pembuatan
konstruksi tersebut adalah:

1. persiapan peralatan dan tempat penuangan. Sebelum penuangan beton


dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan persiapan yang menyangkut
beberapa hal sebagai berikut:

a) semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus


bersih;

b) semua ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari
kotoran;
204

c) untuk memudahkan pembukaan bekisting, permukaan dalam


bekisting boleh dilapisi dengan bahan khusus seperti lapisan tipis
kimia (form release agent) atau lembaran polyurethane;

d) tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan
penutup yang dapat merusak beton atau mengurang lekatan antara
beton dan tulangan;

e) air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi beton harus
dibuang, kecuali apabila penuangan dilakukan menggunakan tremil
atau bila diijinkan pengawas ahli; dan
f) semua kotoran, serpihan beton, dan materiel lain yang menempel
pada permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang
sebelum kotoran yang baru dituangkan pada permukaan beton yang
telah mengeras tersebut.

2. percampuran mortal/adukan. Bahan-bahan termasuk PC akan


diaduk/dicampur harus dalam keadaan bersih.   Perbandingan campuran
sesuai dengan hasil percobaan yang memenuhi persyaratan terhadap
kekuatan/mutu beton.   Alat untuk ukuran percampuran terlebih dahulu
harus mendapatkan persetujuan direksi. Untuk itu diperlukan izin tertulis
dari direksi terhadap pelaksanaan pekerjaan;

3. pengadukan mortal/adukan.  Pengadukan mortal harus menggunakan


concrette Mixer dengan kapasitas atau jumlah alat demikian sehingga
pada saat pengecoran tidak sampai mortal kekeringan. Mortal yang
dihasilkan harus mempunyai slump maximum 5 dan dengan water cement
ratio 0,40 - 0,45. Lama bekerja concrette mixer harus menjamin bahwa
adukan benar-benar matang untuk itu diperlukan minimum 2,5 menit.
Apabila menggunakan mixer yang lebih besar maka waktu perlu
ditambah. Perhitungan waktu teresebut di atas setelah semua
material/bahan termasuk air sudah didalam concrette mixer/beton mollen.
Cara memasukkan material adukan dimulai terlebih dahulu dengan air
dan bahan pasir, spleet, screen serta semen. Penambahan air sedapat
mungkin dihindari. Penempatan Concrete Mixer/Beton Mollen harus
sedekat mungkin dengan daerah pengecoran, kecuali memakai concrette
mixing plant beserta Truck mixer untuk mengangkut adukan beton.
Beton siap pakai harus diaduk dan diangkut mengikuti persyaratan dari
"Specification for Ready Mixed Concrete" ASTM C94 atau "specification
for Concrete Made by Volumetric Batching and Continuous Mixing" ASTM
C685. Pengadukan beton molen harus mengikuti ketentuan sebagai
berikut:

a) pengadukan harus dilakukan di dalam suatu mesin pengaduk dari


tipe yang disetujui;

b) mesin pengaduk harus berputar pada kecepatan yang


direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin tersebut;
205

c) pembetonan harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan


penuangan plastis dan dapat mengalir dengan mudah kedalam
rongga di antara tulangan.   Beton yang telah mengeras sebagian
atau yang telah dikotori oleh materiel asing tidak boleh dituang
dalam struktur.   Beton setengah mengeras yang ditambah air atau
beton yang diaduk kembali setelah mengalami pengerasan awal
tidak boleh dipergunakan kecuali bila disetujui oleh pengawas ahli.
Setelah penuangan beton dimulai, pelaksanaannya harus
dilanjutkan tanpa berhenti hingga selesainya penuangan suatu
panel, penampang, atau bagian yang dibentuk oleh batas-batas
elemennya atau batas penghentian penuangan yang telah
ditentukan, bila diijinkan atau dilarang oleh ketentuan tentang siar
pelaksanaan. Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara
vertikal pada umumnya harus rata terisi beton. Bila dapat
ditunjukkan/dibuktikan bahwa suatu waktu pengadukan yang lebih
pendek memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi
pengujian keseragaman pengadukan yang ditetapkan dalam
"specification for ready mixed concrete" ASTM C94;

d) penanganan materiel, batching, dan pengadukan harus memenuhi


bagian ketentuan yang berlaku dari "ASTM C94”; dan

e) harus dilakukan suatu pendataan yang rinci untuk mencatat:

1) jumlah batch yang dihasilkan;

2) proporsi dari materiel yang digunakan;

3) perkiraan lokasi dari penuangan akhir pada struktur; dan

4) waktu dan tanggal pengadukan dan penuangan.

4. pengangkutan mortal.   Alat untuk   pengangkutan mortal beton dapat


menggunakan kereta beton, ember atau alat lain dengan jaminan bahwa
adukan beton yang dituangkan ditempat pengecoran mempunyai
kekentalan dengan slump 0,40 - 0,50 oleh karena itu harus sependek
mungkin waktu yang dipergunakan untuk pengangkutan. Saat
pengangkutan tidak boleh terjadi proses pemisahan antara mortal
halus/spesi dengan butiran batu. Pengangkutan dengan concrete mixing
truck adalah sangat baik;

5. pengecoran mortal dan finishing. Pekerjaan pengecoran mortal


dilaksanakan setelah semua cetakan, dowel dan dasar daerah
pengecoran telah siap baik dengan izin/keterangan direksi. Saat
pelaksanaan pengecoran tidak boleh waktu hujan. Adukan/spesi beton
saat pengecoran harus tetap pada slump 0,4  - 0,5 dan tidak terjadi
pemisahan antara mortal halus dengan butiran batu besar. Mortal yang
telah dicorkan harus dipadatkan dengan menggetarkan yaitu memakai
vibrator trailler.  
Lama penggetaran tidak boleh terlalu lama sehingga proses pemisahan
adukan halus dengan buturan-butiran batu serta airnya. Suhu pada saat
206

pengecoran tidak boleh melebihi 32 C, selesainya pengecoran tiap 1


(satu) kotak adukan harus tetap dalam kondisi belum kering. Pekerjaan
penyelesaian/finishing dengan cara menambal sama sekali tidak
diperkenankan. Arah serat pada permukaan harus dibuat sejajar
keseluruhan dengan menggunakan sikat dari ijuk kasar atau plastik/kawat
baja halus. Permukaan pengecoran beton slab tersebut harus rata/halus
benar dengan kemiringan sesuai petunjuk direksi yaitu 1,5% max.
Permukaan harus dijaga tidak boleh melengkung di bagian tengah.
Oleh karena itu penggaris perataan harus benar-benar lurus dan rata
serta tidak mengalami lenturan karena berat sendiri. Pada setiap
pengecoran 1 (satu) kotak atau sekali bekerja harus dibuat kubus test
laboratorium, sehingga akan dapat diketahui strength/kekuatan beton
tersebut dan harus mutu /kekuatan dibawah persyaratan, maka slab beton
harus dibongkar dan diganti baru.   Penempatan tulangan pelat, dowel
harus sesuai dengan gambar perencanaan dan harus diketahui direksi;
6. perawatan beton slab. Slab beton yang sudah dicor dan difinishing harus
tetap dijaga/dirawat dengan tetap membuat kondisi basah dapat dengan
cara menyiram dengan air atau menutup permukaan dengan karung baah
selama minimum 7 hari. Permukaan slab beton yang sudah jadi harus
tetap dijaga kebersihannya dengan tidak boleh menempatkan bahan
materiel atau alat peralatan. Setiap terjadi tumpahan mortal dipermukaan
yang sudah jadi harus dibersihkan. Pengeringan slab beton harus
berjalan lambat sehingga diperlukan usaha-usaha perawatan/curing
tersebut di atas;

7. pembukaan cetakan beton. Pembukaan cetakan beton slab tersebut


dapat dilakukan setelah ada keyakinan tidak merusak/menggerakkan slab
beton tersebut. Pelaksanaan pembukaan cetakan ini harus tidak boleh
merusak pinggaran slab beton. Waktu pembukaan cetakan tidak perlu
menunggu keringnya beton. Umur 1 (satu) hari sudah memungkinkan
cetakan beton tersebut dibuka;

8. perlindungan slab beton. Slab beton yang sudah jadi tetap harus
diadakan perlindungan oleh penyedia jasa konstruksi, sampai pekerjaan
tersebut diserahkan kepada Bouwheer. Apabila proses pengeringan
diperkirakan sangat cepat karena teriknya matahari maka penyedia jasa
konstruksi melindungi permukaan beton dengan bahan kimia curing
compound dari cormix CM 75 W dan rite cure;

9. perbaikan beton. Apabila terjadi kerusakan beton disaat pembukaan


cetakan, maka dapat segera diadakan perbaikan dengan menambahkan
bahan admixture khusus untuk dipakai sebagai perekat seperti plamix,
tricosal atau bahan-bahan tambahan lain yang cocok untuk itu. Direksi
berhak menentukanjenis admixture. Perbaikan pada permukaan slab
beton setelah kering tidak diperkenankan;

10. nat/dummy joints. Pembuatan nat-nat pada pelat beton dilaksanakan


dengan cara menggergaji memakai Concrete Saw sehingga didapatkan
kotak-kotak slab beton yang lurus sesuai ukuran gambar rencana.  
Pemotongan nat-nat beton harus memperhatikan faktor kekerasan
207

dengan harapan hasil pemotongan tidak terjadi gumpilan/retakan yang


mengakibatkan terjadinya awal kerusakan yang lebih besar;

11. persyaratan untuk cuaca panas. Selama iklim panas perlu diberikan
perhatian khusus pada bahan dasar campuran beton, cara produksi,
penanganan dan pengangkutan, perlindungan, dan perawatan untuk
mencegah suhu beton atau penguapan air yang mungkin dapat
mengurangi kekuatan atau tingkat laik pakai dari beton; dan

12. percepatan yang dipercepat. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi,


uap bertekanan atmosfirik, pemanasan, dan pelembaban atau proses lain
yang apat diterima boleh digunakan untuk mempercepat pencapaian
kekuatan dan mengurangi waktu perawatan. Perawatan yang dipercepat
harus mampu menghasilkan suatu kuat tekan beton pada tahap
pembebanan yang ditinjau paling sedikit sama dengan kuat tekan beton
rencana yang diperlukan pada tahap pembebanan tersebut.   Proses
perawatan harus sedemikian hingga mampu menghasilkan beton dengan
suatu ketegaran (durability) paling sedikit ekivalent dengan hasil
perawatan normal. Uji kuat tambahan berdasarkan perawatan di
lapangan, mungkin diperlukan untuk menjamin bahwa perawatan yang
diperlukan telah memuaskan.

Pasal 100

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan overlay, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan overlay yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Perbaikan Konstruksi Jalan. Jalan yang akan di overlay harus dibersihkan dulu dari
segala macam kotoran yang dapat merusak konstruksi atau hotmix. Jalan tersebut
konstruksinya harus diperbaiki lebih dahulu dengan menambah material untuk
perkuatan konstruksi jalan dan di leveling sehingga mendapatkan konstruksi jalan
yang kuat. Setelah jalan mendapatkan konstruksi yang kuat dan mendapatkan
kemiringan yang diinginkan baru dapat di laksanakan pekerjaan overlay.

(3) Syarat Teknis Lapisan Hotmix.

a. komposisi material hotmix.

PROSENTASE
METAL CAMPURAN SURFACE
BINDER COURSE
COURSE
1. Pasir beton/sand 10 % 10 %
2. Fine aggregate 25 % 75 %
3. Course aggregate 65 % 15 %
4. Asphalt cement 5% 6,6 %
5. Temperature of mixing 140 C 140 C
208

b. pelaksanaan.

(4) Toleransi. Toleransi grade permukaan levelling yang disyaratkan adalah tidak lebih
dari perbedaan tinggi 10 mm. Jika diperiksa dengan batang panjang 5 m ke segala
arah. Bila sampai perbedaan tinggi > 10 mm, maka harus dilakukan penimbunan
pada daerah tersebut dengan bahan sejenis yang dikerjakan.

(5) Metode Kerja.

a. persiapan lapangan. Sebelum penghamparan dilaksanakan, permukaan yang


akan dilapis hotmix harus memenuhi ketentuan sebagai berikut

1. bentuk permukaan ke arah memanjang dan melintang harus telah


dipersiapkan sesuai dengan perencanaan;

2. permukaan harus bebas dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki


misalnya debu dan bahan-bahan lainnya; dan

3. permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus cukup lembab


(tidak terlalu kering dan diberi lapis resap pengikat/prime coat sebanyak
minimum 0.5 l/m².

b. penghamparan dan pemadatan. Pekerjaan penghamparan dan pemadatan


dapat dilakukan baik secara mekanik atau manual.

c. mekanik.

1. dump truck pengangkut aspal mengisi bak asphalt finisher, selanjutnya


aspal dihamparkan pada lokasi yang telah ditentukan, dengan kecepatan
sedemikian rupa sehingga jumlah persatuan luas yang direncanakan
terpenuhi;

2. aspal terhampar dipadatkan dengan mesin gilas besi roda tiga, 6 - 8 ton
dengan kecepatan ± 3 km/jam sampai kedudukan agregat menjadi rata
dan stabil (jumlah lintasan min. adalah 6 lintasan);

3. penyemprotan aspal pada agregat pokok harus dijaga temperaturnya agar


tetap pada temperatur yang disyaratkan; dan

4. kecepatan aspal distributor dan daya semprot harus diatur sedemikian


rupa agar jumlah aspal/m² yang direncanakan tercapai.

d. manual.

1. penebaran aggregate dapat dilakukan dengan pengki sedemikian rupa


sehingga merata dan sesuai dengan jumlah aggregate per satuan luas
yang direncanakan;

2. pemadatan aggregate pokok dilakukan sebagaimana pemadatan


aggregate pokok pada cara mekanik;
209

3. penyemprotan asphalt dapat dilakukan dengan ember semprot pada


temperatur yang disyaratkan sedemikian rupa sampai merata dan
jumlah /m² yang direncanakan tercapai;

4. penebaran aggregate pengunci dilakukan setelah penyemprotan asphalt,


dengan cara seperti penebaran aggregate pokok; dan

5. aggregate pengunci dipadatkan dengan mesin gilas 6 - 8 ton dengan


kecepatan ± 3 km/jam sampai kedudukan aggregate pengunci tertanam
dengan baik.

Pasal 101

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan lapis macadam, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan lapis
macadam yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Persyaratan Umum.

a. uraian. Lapis penetrasi (lapen) merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dan agregat pengunci dengan gradasi terbuka yang diikat oleh
aspal dengan cara di semprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis
apabila akan digunakan sebagai lapis permukaan, harus diberikan aspal
dengan agregat penutup. Dilaksanakan dengan cara sedang dan peralatan
terbatas;

b. sifat. Sebagai lapisan pekerasan jalan, lapen mempunyai sifat-sifat

1. mempunyai nilai structural;

2. tidak kedap air;

3. kenyal dan mempunyai permukaan kasar;

4. dapat dipergunakan untuk lalu lintas ringan sampai sedang; dan

5. kekuatan utama didapat dari saling mengunci antara agregat pokok dan
agregat pengunci.

(3) Bahan. Penyedia jasa konstruksi harus menggunakan bahan yang memerlukan
persyaratan dalam spesifikasi, kecuali apabila direksi menentukan lain.

a. agregat. agregat yang digunakan terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci
dan agregat penutup yang bersih, keras mempunyai bidang pecah, bersudut,
dan bebas lempung, bahan-bahan organis dan bahan lainnya yang tidak
dikehendaki dengan persyaratan gradasi sesuai dengan petunjuk direksi; dan
210

b. bahan pengikat. bahan pengikat yang digunakan adalah aspal keras pen 60
atau pen 70 atau pen 80/100 yang memenuhi syarat dalam spesifikasi standar
ini.

(4) Pelaksanaan.

a. umum. Penyedia jasa konstruksi harus mengusahakan pelaksanaan yang


sebaik-baiknya agar diperoleh mutu hasil pekerjaan yang memenuhi
persayaratan dan disetujui direksi;

b. peralatan. Apabila direksi menentukan lain, penyedia jasa konstruksi harus


menggunakan peralatan sebagaimana di bawah ini:

1. peralatan yang dipergunakan di tempat penimbunan bahan terdiri dari :

a) truk;

b) ketel aspal; dan

c) mesin pemuat (loader).

2. peralatan yang digunakan di tempat pekerjaan terdiri dari :

a) mesin penyemprot aspal;

b) mesin penebar agregat;

c) mesin gilas roda besi 6-8 ton;

d) mesin gilas roda karet (jika diperlukan);

e) tangki air (jika diperlukan); dan

f) gerobak dorong, skop, tengki, emrat, dan alat-alat bantu lainnya.

3. cara pelaksanaan.

a) permukaan yang akan dilapis lapen harus bersih, bebas dari


lempung, debu bahan-bahan organis, bahan-bahan lainnya yang
tidak dikehendaki, lobang-lobang harus diperbaiki/ditambal;

b) permukaan yang sudah beraspal harus kering dan diberi lapis resap
pengikat (tack coat) sebaiknya RC - 250 sebanyak 0,5 liter/ m²;

c) penebaran agregat pokok dilakukan dengan mesin penebar agregat


sedemikian rupa sehingga jumlah yang dikehendaki persatuan luas
dipenuhi, dan mempunyai kemiringan melintang sebesar 2%;

d) pemadatan agregat pokok dilakukan dengan mesin gilas roda besi


6-8 ton dengan kecepatan 3 km/jam sebanyak 6 lintasan;
211

e) penyemprotan aspal pada agregat pokok dilakukan dengan mesin


penyemprot aspal sedemikian rupa agar merata dan jumlah yang
dikehendak persatuan ruas terpenuhi selama penyemprotan,
temperatur aspal harus dijaga antara 135 - 160 C;

f) penebaran agregat pengunci dilakukan segera setelah


penyemprotan aspal pada agregat pokok;

g) pemadatan agregat pengunci dilakukan dengan mesin gilas roda


besi 6-8 ton dengan kecepatan 3 km/jam sampai kedudukan agregat
pengunci tertanam dengan baik (tidak goyang); dan

h) apabila lapen, digunakan sebagai lapis permukaan kemudian


dilakukan pekerjaan sebagai berikut : Penyemprotan aspal pada
agregat pengunci dilakukan dengan emrat, secara merata dengan
jumlah aspal sesuai kebutuhan pada temperatur 135-160 C.
Penebaran agregat penutup dilakukan segera setelah penyemprotan
aspal pada agregat pengunci selesai. Pemadatan agregat penutup
dilakukan dengan mesin gilas 6-8 ton sebanyak 6 lintasan.

(5) Petunjuk Direksi.

a. direksi dapat memberikan petunjuk-petunjuk tambahan;

b. mutu dan jumlah bahan yang dipergunakan harus disetujui direksi. Mutu hasil
pekerjaan harus disetujui berdasarkan hasil pemeriksaan dengan jumlah dan
cara yang ditetapkan; dan

c. bila terjadi ketidaksesuaian dengan persyaratan ataupun ketentuan-ketentuan


yang telah ditetapkan, penyedia jasa konstruksi diwajibkan untuk memper-
baiki/menyempurnakannya sesuai petunjuk direksi. Segala biaya dan resiko
sebagai akibat perbaikan penyempurnaan tersebut menjadi tanggung jawab
penyedia jasa konstruksi.

Pasal 102

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan bahu jalan, bahan,dan peralatan yang akan digunakan
serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan bahu jalan yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bahan. Bahu jalan adalah bagian badan jalan yang terletak antara tepi luar jalur
lalu lintas dan garis potong antar bidang-bidang permukaan atas dan bidang lereng
badan jalan. Bahu jalan harus dibuat dari bahan yang mempunyai ketahanan lebih
besar terhadap pengrusakan oleh lalu lintas dibanding dengan persayaratan yang
biasa untuk bahan urugan, kecuali diisyaratkan lain, maka bahan untuk bahu jalan
harus sejenis dengan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah, dengan atau
tanpa ditambah perkerasan (surface trefment).

(3) Pelaksanaan.
212

a. bahu jalan harus dikerjakan sesuai dengan persyaratan pekerjaan untuk lapis
pondasi bawah dan dengan tanpa lapis penutupan (surface trefment); dan

b. petunjuk direksi.

1. direksi dapat memberikan petunjuk-petunjuk tambahan.

2. mutu dan jumlah yang dipergunakan harus disetujui direksi. Mutu hasil
pekerjaan harus disetujui berdasarkan hasil pemeriksaan dengan jumlah
dan cara yang ditetapkan.

3. bila terjadi ketidaksesuaian dengan persyaratan ataupun ketentuan-


ketentuan yang ditetapkan, penyedia jasa konstruksi diwajibkan untuk
memperbaiki/menyempurnakan sesuai petunjuk direksi. Segala biaya dan
resiko sebagai akibat perbaikan penyempurnaan tersebut menjadi tang-
gung jawab penyedia jasa konstruksi.

(4) Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah Kelas C.

a. umum.

1. uraian. Lapis pondasi bawah agregat adalah bagian konstruksi


perkerasan jalan yang terletak antara tanah dasar dan pondasi atas, yang
terdiri batu karang/ karang kasar yang mempunyai persyaratan tertentu;
dan

2. sifat. Dalam kedudukannya sebagai bagian konstruksi perkerasan jalan,


pondasi bawah agregat mempunyai nilai struktural.

b. bahan.

1. Sumber Bahan. Penawar harus sudah menentukan sendiri lokasi, jumlah


mutu, dan gradasi bahan yang akan digunakan untuk pondasi bawah
agregat. Segala biaya yang berhubungan dengan pengambilan,
pengangkutan, penyaringan dan pemecahan harus sudah tercakup dalam
harga satuan pondasi bawah agregat selambat-lambatnya 30 hari
sebelum dimulainya pekerjaan pondasi bawah agregat, penyedia jasa
konstruksi harus sudah melaporkan kepada direksi mengenai tempat asal
dan mutu bahan yang akan digunakan sebagai pondasi agregat dan
bahan tersebut harus persyaratan yang telah ditetapkan sebagai pondasi
bawah agregat;

2. Mutu Bahan. Apabila gradasi atau mutu bahan yang dikirim ke lapangan
tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan, direksi berhak untuk menolak
bahan tersebut dan penyedia jasa konstruksi harus segera menyingkirkan
dari lapangan. Penyedia jasa konstruksi wajib mengijinkan setiap perwaki-
lan direksi yang ditunjuk untuk melaksanakan pemeriksaan bahan yang
digunakan atau yang direncanakan akan digunakan pada setiap saat
selama atau setelah pekerjaan selesai, Penyedia jasa konstruksi wajib
menyediakan dan mengatur semua bahan, tenaga, peralatan untuk
keperluan pemeriksaan tersebut;
213

3. Penggudangan dan Penyimpanan Bahan. Penggudangan dan


penyimpanan bahan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

4. Persyaratan Bahan. Persyaratan bahan yang digunakan untuk pondasi


bawah agregat harus memenuhi persyaratan kelas C sebagaimana yang
tercantum dalam gambar rencana atau petunjuk direksi. Bahan pondasi
bawah agregat harus bebas dari kotoran bahan organik dan bahan-bahan
lain yang tidak dikehendaki, serta harus sedemikian rupa sehingga
memberikan lapisan yang kuat dan mantap. Bahan pondasi bawah
agregat berasal dari bahan galian karang kasar yang bergradasi sesuai
petunjuk direksi.

c. pelaksanaan.

1. sebelum penghamparan agregat dimulai, terlebih dulu tanah dasar harus


sudah siap sebagaimana dipersyaratkan dalam gambar rencana;

2. bahan lapis pondasi bawah harus dihampar dan dipadatkan lapis demi
lapis sedemikian rupa sehingga dengan alat-alat yang tersedia dapat
dicapai kepadatan maksimum yang diisyaratkan tebal lapisan tidak boleh
lebih dari 25 Cm apabila diperlukan dilaksanakan setelah lapis terdahulu
selesai dipadatkan dan dibentuk;

3. penghamparan bahan harus dimulai tempat yang ditunjuk oleh direksi dan
harus menggunakan alat yang dapat memberikan hasil penghamparan
seragam; dan

4. penempatan bahan yang akan dilakukan perataan dan pemadatan dapat


mencapai tebal yang sesuai dengan persyaratan dalam gambar rencana.
apabila dilakukan pembongkaran lapisan pada pada suatu tempat yang
telah sesuai dipadatkan, pembongkaran tersebut harus dilakukan pada
seluruh lebar dan tebal lapisan agar tidak menimbulkan kepadatan yang
tidak seragam.

Pasal 103

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan base A, bahan dan peralatan yang akan digunakan serta
ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan base A yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Base A (Lapisan Perkerasan Atas) Adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi bawah dan lapisan permukaan. Fungsi dari lapis pondasi atas ini
antara lain yaitu:

a. sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda;

b. sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah; dan


214

c. memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.

(3) Bahan yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah jenis bahan yang
cukup kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya
menggunakan materiel dengan nilai CBR > 50 % dan plastisitas Index ( PI ) < 4%.
Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen
(soil cement base) dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas. Material yang umum
digunakan di lndonesia untuk lapisan pondasi atas sesuai dengan jenis
konstruksinya adalah:

a. tanah campur semen (soil cement base);

b. aggregat kelas a (sistim podasi aggregate); dan

c. kerikil (pondasi macadam).

Tabel Persyaratan Lapis Agregat Pondasi Atas

(4) Metode pelaksanaan.

a. pemadatan. Pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari


jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung
tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm;
215

b. kadar air. Untuk memperoleh kepadatan maximum; diperlukan kadar air yang
optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering
maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan
: standard proctor compaction test; dan modified compaction test;

c. pemadatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mekanis dan manual, yaitu:

1. secara mekanis.

a) penggilas getar (vibration roller). Alat pemadat ini mempunyai


effesiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan
secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek yang
diakibatkan oleh penggilas getar ini adalah gaya dinamis terhadap
tanah; butir-butir tanah cederung mengisi bagian-bagian kosong
yang terdapat di antara butiran-butirannya, sehingga akibat getaran
ini tanah menjadi padat dan dengan susunan yang lebih kompak;
dan

b) penggilas besi berpermukaan halus (smooth steel roller). Roda


pemadat ini adalah silinder baja yang berpermukaan rata (halus).
Alat ini cocok digunakan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada
tanah pasir/lempung. Penggilasan dengan memakai alat dari type ini
tidak dianjurkan untuk pekerjaan yang menginginkan tingkat
pemadatan yang tinggi pada lapisan yang tebal .

2. secara manual. Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga


manusia/hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih
lambat dan hasil pemadatan kurang.

d. ketebalan. Tebal lapisan aggregate base harus ditetapkan oleh test depth atau
cores yang diadakan pada jarak tertentu sehingga setiap test yang diadakan
tidak melebihi 250 meter persegi. Apabila kesusutan base lebih dari 10 mm,
penyedia jasa konstruksi harus memperbaiki daerah-daerah itu dengan cara
mengupas menambah campuran base yang memadai, menggilas, membuat
bentuk kembali dan menyelesaikan sesuai dengan persyaratan teknis
pelaksanaan ini. Penyedia jasa konstruksi harus mengganti atas biayanya, atas
bahan base ditempat-tempat yang dibor untuk keperluan pengetesan; dan

e. perlindungan/protection. Pekerjaan pada lapisan aggregate base tidk boleh


dilakukan apabila subgradenya basah. Pada umumnya, peralatan untuk
keperluan perbaikan kecil boleh jalan melalui bagian-bagian lapisan aggregate
base yang telah selesai, asal tidak menimbulkan kerusakan dan perlengkapan
semacam itu berjalan melalui seluruh lebar lapisan aggregate base untuk
menghindari roda kendaraan, kepadatan yang tidak rata, akan tetapi pejabat
pembuat komitmen akan berwenang penuh untuk memberhentikan semua
perbaikan kecil yang meliputi lapisan-lapisan aggregate yang sudah selesai
atau yang sebagian selesai apabila, menurut pendapatnya perbaikan semacam
itu menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang ditimbulkan pada lapisan
aggregate base karena kegiatan alat perlengkapan melalui base course itu
harus diperbaiki oleh penyedia jasa konstruksi melalui biaya sendiri.
216

(5) Peralatan. Peralatan yang digunakan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan
umumnya ada dua jenis yaitu alat mekanik dan manual sebagai berikut:
a. macam-macam alat mekanis sebagai berikut:

1. three wheel roller. Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac
Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha
pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah
silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda
silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir. Pada
umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton; dan

2. tandem roller. Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan


permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja
dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan
menambahkan zat cair.

b. macam-macam peralatan manual sebagai berikut:

1. alat pemadat tangan. Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi
tangkai untuk menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan
dipadatkan; dan

2. alat pemadat silinder beton. Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder
terbuat dari beton cor. Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik
dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga
mempergunakan kendaraan bermotor sebagai penariknya.

(6) Menguji Permukaan/Surface Test. Setelah course dipadatkan dengan sempurna,


permukaan harus ditest mengenai kerataan serta ketetapan gradasi maupun
ketinggian, dan apabila sebagian terdapat kurang dalam tebal sebagai yang
diperlukan atau kurang sesuai mengenai ketetapan gradasi dengan bahan
aggregate base yang baik kemudian dipadatkan kembali dan dilaksanakan secara
lain seperti yang diperintahkan oleh pejabat pembuat komitmen sampai diperoleh
kerataan serta ketepatan yang disyaratkan permukaan yang sudah selesai tidak
boleh lebih dari 10 mm dari tongkat tegak lurus padanya.

(7) Pemeliharaan.

a. setelah lapisan aggregate base selesai, penyedia jasa konstruksi harus


melakukan semua pekerjaan pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga
agar lapisan aggregate base tetap dalam keadaan yang memuaskan untuk
priming;

b. setelah priming maka permukaan harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari
bahan yang tidk diinginkan. lapisan aggregate base harus dalam keadaan
kering setiap saat;

c. apabila pembersihan dianggap perlu atau apabila prime coat terganggu, maka
pekerjaan yang bersifat memulihkan harus diadakan atas biaya penyedia jasa
konstruksi sendiri;
217

d. sebelum persiapan dimulai untuk penggunaan lapisan berikutnya, lapisan


aggregate base harus dibiarkan mengering hingga kadar air rata-rata pada
keseluruhan dalam lapisan aggregate base kurang dari 80% dari kadar air
optimum campuran aggregate base;

e. pengeringan tidak boleh berlangsung sedemikian lamanya hingga permukaan


lapisan aggregate base menjadi berdebu dengan akibat kehilangan unsur
pengikat; dan

f apabila selama masa pemulihan, permukaan lapisan aggregate base


mongering, itu harus dijaga agar tetap basah dengan menambah air sampai sat
prime coat digunakan.

Pasal 104

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan base B, bahan dan peralatan yang akan digunakan serta
ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan base B yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Base B ( Lapis Pondasi Bawah ). Adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi atas dan tanah dasar. Fungsi dari lapis pondasi bawah ini antara lain:

a. sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda;

b. mencapai effisiensi penggunaan material yang relatip murah agar lapisan-


lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi);

c. untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi;

d. sebagai lapisan peresapan (drainage blanket sheet) agar air tanah tidak
mengumpul dipondasi maupun di tanah dasar; dan

e. sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. hal ini
sehubungan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda
alat berat atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup
tanah dasar dari pengaruh cuaca.

(3) Bahan yang Digunakan. Materiel yang umum digunakan untuk lapisan pondasi
bawah sesuai dengan jenis konstruksinya adalah:

a. batu belah dengan balas pasir (sistem telford);

b. tanah campur semen (soil cement base); dan

c. aggregate kelas b (sistem podasi aggregate)

Tabel Persyaratan Agregate Lapis Pondasi Bawah


218

Tabel Persyaratan Agregate Lapis Pondasi Bawah

(4) Metode pelaksanaan.

a. pemadatan. Pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari


jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung
tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm;

b. kadar air. Untuk memperoleh kepadatan maximum; diperlukan kadar air yang
optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering
maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan
standard proctor compaction test; dan modified compaction test;

c. pemadatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mekanis dan manual, yaitu:

1. secara mekanis.

a) penggilas getar (vibration roller). Alat pemadat ini mempunyai


effesiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan
secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek yang
diakibatkan oleh penggilas getar ini adalah gaya dinamis terhadap
tanah; butir-butir tanah cederung mengisi bagian-bagian kosong
yang terdapat di antara butiran-butirannya, sehingga akibat getaran
ini tanah menjadi padat dan dengan susunan yang lebih kompak;
dan

b) penggilas besi berpermukaan halus (smooth steel roller). Roda


pemadat ini adalah silinder baja yang berpermukaan rata (halus).
219

Alat ini cocok digunakan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada


tanah pasir/lempung. Penggilasan dengan memakai alat dari type ini
tidak dianjurkan untuk pekerjaan yang menginginkan tingkat
pemadatan yang tinggi pada lapisan yang tebal .

2. secara manual. Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga


manusia/hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih
lambat dan hasil pemadatan kurang.

d. ketebalan. Tebal lapisan aggregate base harus ditetapkan oleh test depth atau
cores yang diadakan pada jarak tertentu sehingga setiap test yang diadakan
tidak melebihi 250 meter persegi. Apabila kesusutan base lebih dari 10 mm,
penyedia jasa konstruksi harus memperbaiki daerah-daerah itu dengan cara
mengupas menambah campuran base yang memadai, menggilas, membuat
bentuk kembali, dan menyelesaikan sesuai dengan persyaratan teknis
pelaksanaan ini. Penyedia jasa konstruksi harus mengganti atas biayanya, atas
bahan base ditempat-tempat yang dibor untuk keperluan pengetesan.
e. perlindungan/protection. Pekerjaan pada lapisan aggregate base tidk boleh
dilakukan apabila subgradenya basah. Pada umumnya, peralatan untuk
keperluan perbaikan kecil boleh jalan melalui bagian-bagian lapisan aggregate
base yang telah selesai, asal tidak menimbulkan kerusakan dan perlengkapan
semacam itu berjalan melalui seluruh lebar lapisan aggregate base untuk
menghindari roda kendaraan, kepadatan yang tidak rata, akan tetapi pejabat
pembuat komitmen akan berwenang penuh untuk memberhentikan semua
perbaikan kecil yang meliputi lapisan-lapisan aggregate yang sudah selesai
atau yang sebagian selesai apabila, menurut pendapatnya perbaikan semacam
itu menimbulkan kerusakan.
Setiap kerusakan yang ditimbulkan pada lapisan aggregate base karena
kegiatan alat perlengkapan melalui pitu harus diperbaiki oleh Penyedia jasa
konstruksi melalui biaya sendiri.

(5) Peralatan. Peralatan yang digunakan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan
umumnya ada dua jenis yaitu alat mekanik dan manual sebagai berikut:

a. macam-macam alat mekanis sebagai berikut:

1. three wheel roller. Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac
Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha
pemadatan materiel berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah
silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini, maka roda
silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir. Pada
umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton; dan

2. tandem roller. Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan


permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja
dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan
menambahkan zat cair.

b. macam-macam peralatan manual sebagai berikut:


220

1. alat pemadat tangan.Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi
tangkai untuk menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan
dipadatkan.

2. alat pemadat silinder beton. Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder
terbuat dari beton cor. Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik
dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga
mempergunakan kenderaan bermotor sebagai penariknya.

(6) Pengujian Permukaan/Surface.

Sesudah lapisan itu sama sekali padat, maka permukaan harus diuji untuk kerataan
serta ketepatan kemiringan dan tinggi tiap bagian yang terdapat kurang rata maupun
kemiringan atau ketinggian kurang tepat harus digaru tanahnya, dibangun kembali,
dipadatkan lagi, sampai diperoleh kerataan serta kemiringan dan ketinggian yang
diperlukan. Permukaan yang sudah selesai tidak boleh selisih lebih dari 12 mm jika
ditest dengan tongkat lurus dari 3 meter yang dilaksanakan sejajar serta tegak lurus
dengan garis tengah.

Pasal 105

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan base C, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan base C yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bahan Sub Base C.

a. bahan subbase dengan komposisi pasir + 60% dan batu pecah + 40% dapat
berupa campuran dari pasir dan batu pecah yang telah diuji. Gradasi dari
campuran aggregate kering harus memenuhi suatu persyaratan dibawah ini:
Kelas C Subbase terdiri dari pasir dan kerikil dengan gradasi baik menuruti
persyaratan dibawah ini:

ASTM Standard Sieve Prosentase Berat Butir Yang


Lewat
1½” 100 Max.
No. 10 80 Max.
No. 200 15 Max.
Kadar lempung (T176) 25 Min.
kehilangan berat akibat abrasi
dari partikel tertinggal pada
ayakan ASTM No.12
(AASHO T96) 40 Max.
Kepadatan kering maksimum Min. 2,0 Gr/cu. Cm
(AASHO T180)
221

Gradasi dalam daftar di atas menggambarkan batas- batas yang akan


menentukan apakah agregat yang dipakai dari sumber pengadaanya. Hasil
akhir dari penyusunan/penggabungan gradasi dengan memakai dasar gradasi
limit tersebut, harus masuk dalam batas grading limit hingga
penyusunan/penggabungan gradasi tersebut harus mempunyai susunan
uniform dari course aggregate sampai ke fine aggregate.

b. bahan subbase dari sirtu alam.

nominal size aggregate yang paling besar (max) 3” dan semua materiel sirtu
alam tersebut harus bersih dari Lumpur serta materiel lain yang tidak
memenuhi syarat seperti kayu, akar dll. Fraksi agregat lewat saringan yang
harus memenuhi liquid limit tidak lebih dari 25% dan Plasticity Indexnya tidak
lebih dari 60% (standar ASTM D-423; D-242).

Sand Equivalent > 95%.

CBR min sub base di sirtu alam harus lebih besar dari 20 %.

(3) cara-cara penyusunan. Subbase course harus ditempatkan sesuai dengan


ketentuan dalam gambar. Bahannya harus diberi bentuk serta dipadatkan benar-
benar menurut toleransi yang ditentukan. Subbase yang dikarenakan atau bentuk
tidak cukup kuat dan stabil tanpa gerakan peralatan konstruksi, harus distabilkan
secara mekanis sampai pada titik kedalaman yang diperlukan untuk memberikan
kestabilan tertentu menurut petunjuk pejabat pembuat komitmen. Kestabilan secara
mekanis itu meliputi penambahan butiran-butiran halus (fine graneid) untuk mengikat
butir-butir daripada bahan subbase secara memuaskan guna melengkapi daya
tahan, sehingga lapisan itu tidak akan menjadi cacat di bawah lalin peralatan
konstruksi. Tambahan pengikat untuk bahan subbase itu tidak boleh menyimpang
batas-batas persyaratan yang telah ditentukan Pelaksana Kegiatan/Pejabat
Pembuat Komitmen.

(4) Pelaksanaan Pada Pits (lubang-lubang). Semua pekerjaan yang menyangkut


pembersihan serta pengupasan lubang-lubang/pits dan penanganan bahan-bahan
yang tidak diinginkan harus dilaksanakan oleh Penyedia jasa konstruksi atas biaya
sendiri. Bahan didalam lubang-lubang digali dan ditangani sedemikian rupa sehingga
diperoleh suatu hasil yang seragam serta memuaskan.

(5) Cara Penghamparan. Lapisan subgrade harus disusun berlapis-lapis tidak boleh
kurang dari 7,5 cm dan tidak boleh lebih dari 20 cm tebalnya setelah dipadatkan.
Karena bahan itu dibentangkan rata, maka harus mempunyai ketebalan yang sama
222

dan tidak diperkenankan adanya tempat-tempat yang mengalami segregation.


Subbase tidak boleh dihamparkan lebih dari 2.000 m² sebelum digilas, kecuali
dinyatakan lain oleh pejabat pembuat komitmen. Tiap percikan air yang diperlukan
harus dijaga dalam batas-batas yang dipersyaratkan. Bahan subabase tidak boleh
ditempatkan di atas lapisan yang lunak atau berlumpur. Sebelum penempatan &
penghamparan berlangsung, tindakan-tindakan pencegahan di laksanakan untuk
menjaga agar bahan-bahan yang tidak diinginkan tidak tercampur ke dalam
campuran lapisan subbase.

(6) Penyelesaian dan Pemadatan.

a. pemadatan dilakukan menggunakan alat vibratory rollers seberat 4 ton lalu


smooth wheel rollers dengan berat minimum 12 ton;

b. bila lokasi sulit diperoleh peralatan tersebut (vibrator), dapat diganti peralatan
lain dengan persetujuan pejabat pembuat komitmen, tetapi tidak mengurangi
mutu;

c. penggilasan harus berlangsung tahap demi tahap dari dan ke arah jalur yang
sedang disusun, dan tiap-tiap jalur dengan arah longitudinal harus digilas
secara berlapis (overlapping), paling sedikit setengah lebar unit penggilasan.
Banyaknya gilasan yang diperlukan minimum 6 gilasan (passes) atau lebih
sehingga permukaan lower subbase memiliki nilai CBR minimum 25 %;

d. penggilasan harus berlangsung sampai bahan itu tersusun dan stabil benar-
benar, serta bahan subbase telah dipadatkan sehingga kepadatannya 95%
kepadatan maksimum pada kadar air optimum sebagai yang ditetapkan oleh
ASTM D-1557; dan

e. jika penggilasan menghasilkan ketidakrataan yang melebihi 12 mm apabila diuji


dengan tongkat lurus dari 3 meter, maka permukaan yang tidak rata harus
digusur untuk kemudian ditimbun kembali dengan bahan yang sama seperti
yang dipakai dalam menyusun lapisan itu & digilas lagi seperti tersebut di atas.

(7) Pengujian Permukaan/Surface. Sesudah lapisan itu padat, maka permukaan harus
diuji untuk kerataan serta ketepatan kemiringan dan tinggi tiap bagian yang terdapat
kurang rata maupun kemiringan atau ketinggian kurang tepat harus di garu
tanahnya, dibangun kembali, dipadatkan lagi, sampai diperoleh kerataan serta
kemiringan dan ketinggian yang diperlukan. Permukaan yang sudah selesai tidak
boleh selisih lebih dari 12 mm jika ditest dengan tongkat lurus dari 3 meter yang
dilaksanakan sejajar serta tegak lurus dengan garis tengah.

Pasal 106

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan asphalt, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
sertaketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan asphalt yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.
223

(2) Asphalt Cement (AC 06/70). Asphalt Cement yang digunakan setara dengan AC
60/70 kualitas import yang disetujui dengan penetrasi 60/70 yang ditentukan oleh
kuasa pengguna anggaran & persetujuan Dinas Fasilitas dan Konstruksi TNI AU,
dan harus memenuhi syarat A.S.T.M spesifikasi D-946-82 (revisi terbaru) serta
persyaratan persyaratan lain yang berlaku di Indonesia. Serta tidak diperbolehkan
menggunakan Asphalt Lokal (Pertamina) yang mempunyai kadar parafin tinggi,
karena dapat membahayakan keselamatan penerbangan.

(3) Cut Back Asphalt. Cut Back Asphalt yang digunakan untuk pekerjaan ini harus
dari jenis medium curing.

Jenis Spesifikasi Suhu aplikasi Peruntukkan

MC – 30 Astm D 2027 30° - 55°C Base course yang sangat


padat (verydense)

MC – 70 Astm D 2027 50° - 75°C Base course padat ( dense )

(4) Aspal Emulsi. Adalah aspal emulsi dengan persyaratan sebagai berikut:

Jenis Spesifikasi Suhu aplikasi

SS-1; SS-1h Astm D 977 25° - 55°C

CSS-1; CSS-1h Astm D 2027 25° - 55°C

Pasal 107

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan Pekerjaan asphalt treated base (ATB), bahan dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan asphalt treated base (ATB) yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan
dan gambar rencana.

(2) Bahan.

a. asphalt. Prosentasi berat asphalt yang digunakan pada campuran dengan


aggregate halus sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pejabat pembuat
komitmen, berdasarkan hasil percobaan campuran dan analisa saringan dari
aggregate dan harus memenuhi persyaratan yang termuat dalam tabel
Mixnformula/syarat campuran. Jenis spesifikasi dan suhu campuran untuk
asphalt kualitas import adalah sebagai berikut:

Penetration grade 60 – 70
224

Specification A.S.T.M D 946 – 82

Mixing temperatur 1490 C – 1600 C

Kadar paraffin tidak boleh lebih dari 2 % (< 2 %)

Aspal properties:

Metode Spesifikasi
No Jenis Pengujian Satuan
Pengujian Min Max
1 Penetrasi pada 250, ASTM D 5 –
100 g, 5 detik 95 60 70 0,1 mm

2 Titik Lembek ASTM D 36 –


0
86 48 70 C

3 Titik Nyala ASTM D 92 –


0
90 232 - C

4 Daktilitas pada 250 ASTM D 113 –


>10
C, 5 cm/menit 86 - Cm
0
5 Berat Jenis ASTM D 70 –
1,01 - -
82
6 Kelarutan dalam ASTM D 2024
C2HCl3 >99 - %

7 Kehilangan berat ASTM D 1754


<
(TFOT) – 94 - %
0,2
8 Penetrasi setelah ASTM D 5 –
TFOT 95 80 - % asli

9 Daktilitas setelah ASTM D 36 –


0
TFOT 86 48 56 C

10 Kadar Parafin SNI 03-3639


0 2 %
1994

job mix formula/syarat campuran tidak diperkenankan mulai pekerjaan, juga


campuran dan akan diterima sebelum penyedia jasa konstruksi menyelesaikan suatu
formula Job mix yang memuaskan berdasarkan marshal test method yang disetujui
oleh pejabat pembuat komitmen sebagaimana ditentukan dalam marshall method
mixtures. Penyedia jasa konstruksi harus melaporkan formula job mix kepada
pejabat pembuat komitmen dengan memberitahukan prosentasi yang pasti bagi tiap
fraksi saringan dari pada aggregate dan bagi asphalt serta temperatur yang
dimaksudkan dari hasil campuran yang dihasilkan dari mixer. Tidak diperkenankan
melaksanakan ATB/BINDER sebelum formula job mix disetujui oleh pejabat
225

pembuat komitmen. Materiel yang disediakan harus sesuai formula job mix yang
telah disetujui dalam toleransi yang ditentukan sebagai berikut.

Job Mix Tolerences Plus atau Minus


 Aggregate passing sieve No. 8
4%
to 100
 Aggregate passing sieve No. 4
7%
and large
 Aggregate passing sieve No.
2%
100 and No. 200
 Asphalt cement 0,4 %
 Temperature of mixing 14

b. Aggregate

1. aggregate harus terdiri dari batu pecah, screenings, pasir bahan


mempunyai sifat dan kualitas yang sama dan memenuhi semua
persyaratan bila dicampurkan dalam batas gradasi tersebut di atas.
Course aggregate harus terdiri dari bahan yang bersifat tahan aus/keras
dan bebas dari lapisan (coatings) yang melekat dan sesuai ketentuan-
ketentuan dari persyaratan A.S.T.M.D-692-79, A.S.T.M.D-693-77. Course
aggregate bila di test berdasarkan los angeles abrassion test, harus tidak
boleh hilang lebih dari 25 %. Untuk lapisan ATB/BINDER yang
direncanakan menampung pesawat terbang dan tanker-tanker bahan
bakar maka untuk course aggregate proses Pemecahan batu harus
memenuhi syarat-syarat (tertinggal) pada saringan No. 8 sebagai berikut:

a) minimum 75 % dari berat butiran yang mempunyai bentuk dua muka


bida ng pecah;

b) 100 % dari berat butiran dengan satu atau lebih muka bidang pecah;
dan

c) penelitian materiel sebagai berikut:

1) sand equivalent minimum 65 % bila diuji dengan ASTM D.


2419 – 74;

2) kotoran organik maximum 3 % bila diuji dengan ASTM C. 40 –


79; dan

3) mix design aspal beton dengan methode marshall memenuhi


syarat seperti ayat 23.1 bila diuji dengan ASTM D. 1559 – 79.

2) untuk lapisan ATB/BINDER yang direncanakan menampung lalu lintas


biasa, base course dan leveling course, maka untuk course aggregate,
proses pemecahan batu harus memenuhi syarat–syarat (tertinggal pada
saringan No. 8) sebagai berikut:
226

Minimum 60 % dari berat butiran dengan tiga atau lebih muka bidang
pecah. Course aggregate tidak boleh menampakkan adanya tanda-tanda
bercerai-berai/ desintergration dan bilamana diadakan percobaan lima kali
dengan Sodium Sulphate Soundness Test mempergunakan A.S.T.M C.
88 tidak boleh menampakkan jumlah kehilangan lebih besar dari 9 %
untuk surface course dan bila diadakan Magnesium Sulphate Soundness
Test pada material surface course tidak boleh lebih dari 12 %.
Bagian dari materiel yang tertinggal dari saringan No. 8 disebut course
aggregate dan bagian yang lewat saringan No. 8 disebut fine aggregate,
dan materiel lewat saringan N0. 200 disebut sebagai Filler. Material
campuran harus memenuhi susunan (grading limit) seperti tercantum
dalam tabel gradasi aggregate memakai A.S.T.M Test C 117 dan C 136.
Fine aggregate terdiri dari bahan yang tahan ausan bebas dari sejumlah
tanah liat dan lain-lain bahan diinginkan dan memenuhi ketentuan-
ketentuan A.S.T.M spesifikasi D. 1073.
Bagian dari fine aggregate, termasuk filler yang lewat saringan No.40
harus mempunyai plasticity Index tidak lebih dari 6 %, seperti ditentukan
A.S.T.M D. 423. Sebelum penerimaan terakhir dari aggregate yang
diinginkan sifat-sifat letak dari aggregate tersebut stripping harus
ditentukan.
Dengan dilakukan persiapan dari paving mixture yang sesuai dengan
spesifikasi berikut. Sesudah pencampuran dilakukan lalu
disebarkan/dipasang dalam lapisan yang lepas dan tipis dan dibiarkan di
udara selama 24 jam sebelum di test, ukuran sample test tersebut dalam
botol gelas bersih, ditutup dengan tutup yang rapat. Sample test harus
ditutupi seluruhnya, air distalasi dengan temperatur antara 27 dan 28
derajat celcius. Botol dan isinya harus dibiarkan dalam waktu 24 jam,
kemudian contoh harus dikocok kuat-kuat untuk waktu 15 menit. Contoh
campuran harus diuji untuk strippingnya. Bila percobaan stripping terlihat
adanya lapisan asphalt terlepas dari permukaan aggregate, maka perlu
penggunaan anti strip agens atau aggregate tersebut tidak boleh
digunakan.

c. filler. Bila filler merupakan tambahan yang diperlukan pada aggregate yang ada
maka harus terdiri dari debu batu pecah. Portland cement atau bahan lain yang
disetujui. Materiel Filler harus memenuhi persyaratan dari A.S.T.M D. 242;

d. stockpilling aggregate. Aggregate disimpan sedemikian rupa sehingga


mencegah adanya segregasi dan longsoran. Stockpilling Aggregate diatur
sedemikian rupa hingga lapisan-lapisan tidak melebihi satu meter, di atas dasar
yang keras dan bersih dengan tidak lebih dari 5 prosen kemiringan.
Course aggregate dan fine aggregate di tempat penimbunan dipisahkan oleh
sekat atau alat lain dengan persetujuan pejabat pembuat komitmen dan
sekeliling timbunan dibuat drainage yang baik. Bagian tengah dasar dari
tempat penyimpanan aggregate merupakan titik tertinggi untuk pengeringan
kadar air yang berlebihan. Aggregate yang menjadi segregasi atau kotor
dengan bahan dipindahkan atau diproses lagi, atau dipisahkan dari material
berkulaitas yang dapat diterima atas biaya penyedia jasa konstruksi;

e. gradasi aggregate. Gradasi aggregate harus berada dalam batas-batas


berikut:
227

Maximum size segregate adalah berukuran ½ dari tebal konstruksi.

LOLOS SARINGAN PERSENTASE


SARINGAN A.S.T.M TERHADAP BERAT
2” 1.5” 1”
2” (50.0 mm) 100 100 100
1 ½ “ (37.0 mm) 95-100 100 100
1” (25.0 mm) 75-95 95-100 100
¾ “ (19.0 mm) 55-85 55-85 95-100
½ “ (12.5 mm) - - 68-86
3/8 “ (9.5 mm) - - 56-78
No.4 (4.75 mm) 30-60 30-60 38-60
No.8 (2.36 mm) - 26.8-30.8 27-47
No.16 (1.18 mm) - 18,1-24,1 18-37
No. 30 (0.600 mm) 12-30 12-35 11-28
No. 50 (0.300 mm) - 11,4 10-20
No.100 (0.075 mm) 0-8 0-8 4-9

1. bituminous percent.

Stone gravel 4,5 – 7 5 – 7.0 5,5 – 8

Kadar Bitumen dari mixture diperhitungkan dari berat mixture


seluruhnya, untuk persyaratan gradasi aggregate dan kadar bitumen
disamping hal-hal tersebut, dapat pula dipakai komposisi lain sesuai
dengan persyaratan teknis yang berlaku umum (A.S.T.M) tebal lapisan
yang dilaksanakan, serta atas persetujuan pejabat pembuat komitmen.

2. gradasi. Dalam tabel tadi menunjukkan batas-batas yang akan


menentukan aggregate yang dipersyaratkan untuk dapat dipakai dari
sumber pengadaaan. Gradasi yang ditentukan terakhir di dalam batas
yang ditetapkan dalam tabel tersebut harus dipilih merata dari yang
course sampai fine dan tidak boleh dari batas terendah dari suatu sieve
sampai batas tertinggi dari sieve-sieve yang berdekatan atau sebaliknya.
Untuk mengetahui prosentasi dari jumlah material yang lolos saringan
No. 200, suatu sample dari course aggregate dan fine aggregate harus
dicuci. Dari jumlah materiel yang lolos saringan No. 200 minimum
separuhnya harus lolos saringan No. 200 dengan dry sieving. Meskipun
diatur dengan komposisi limit yang telah ditetapkan, masih perlu juga
pengawasan teliti terhadap bahan-bahan yang dipakai untuk
pelaksanaan disesuaikan dengan job mix formula.

f. pembatasan berkenaan dengan cuaca setiap lapisan dapat dilaksanakan


hanya apabila kondisi permukaan dalam keadaan kering dan apabila cuaca
tidak hujan basah. Temperatur yang telah dipersyaratkan dapat menyimpang
atas persetujuan dan petunjuk pejabat pembuat komitmen;

g. bituminous batch Mixing Plant. Daerah penyimpanan yang cukup disediakan


untuk masing-masing ukuran dari pada aggregate yang mempunyai ukuran
berbeda harus tetap dipisahkan sampai di bawa ke cold elevator yang menuju
228

ke drier lapangan untuk menyimpan harus rapih dan teratur dan Stockpiles
yang terpisah mudah dicapai mendapatkan sample. Plants yang dipergunakan
untuk menyiapkan Bituminous mixture berupa batch mixing plants. Plants
untuk menyiapkan Bituminous mixture harus memenuhi semua persyaratan,
dikecualikan hanya persyaratan skala, yang berlaku bila proportioning weight
dipergunakan. Selanjutnya bacth mixing plants harus menuruti persyaratan,
secara umum untuk pemakaian plant secara terus menerus dianjurkan
memakai tipe yang sama.

1. mixing plant dan peralatan pendukung lainnya harus mempunyai


kapasitas kerja seluruhnya disesuaikan dengan scope pekerjaannya dan
diatur dapat melayani pekerjaan konstruksi bitumen yang dimaksudkan,
dan peralatan tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu oleh pemberi
pekerjaan untuk menghasilkan kualitas maupun kuantitas yang optimal.

a) skala timbangan. Skala ketetapan harus sampai 0.5 % dari pada


beton yang diperlukan. Alat penimbang/timbangan harus dipasang
teguh supaya pejabat pembuat komitmen menganggap perlu
penyedia jasa konstruksi harus mempunyai minimum sepuluh mata
timbangan 50 pound untuk melakukan test skala;

b) equipment untuk bituminous materiel. Tangki-tangki untuk memanasi


dan menampung materiel yang diinginkan dengan cara telah
ditentukan sedemikian rupa sehingga nyala api tidak sampai menjilat
tangki. Sistim sirkulasi Bituminous materiel diatur agar kelancaran
dan kelanjutan pekerjaan yang terjamin baik. Diharuskan menakar
dan mengadakan sampling dalam tangki-tangki penyimpanan;

c) pengisian drier plant harus dilengkapi dengan alat mekanis yang


dengan cermat menuangkan aggregate ke dalam drier agar hasilnya
sama begitu pula temperaturnya;

d) drier plants disertai satu atau beberapa drier selang yang selalu
mengaduk aggregate selama proses heating dan drying. Drier harus
dibuat sedemikian rupa sehingga granulars serta contentnya lebih
rendah dan mempunyai angka lebih kecil 0,5 % dan untuk
menaikkan granular ke temperatur yang tetap bagi pemanasan
binder. Setiap kali diadakan pencegahan adanya temperatur yang
melebihi dan selalu dihindari setiap resiko pembakaran;

e) screens. Dalam hal ini harus disediakan plant screen yang dapat
memisahkan/menyaring semua aggregate baik proporsisi dan
ukuran yang telah ditentukan dan mempunyai kapasitas normal lebih
besar dari kapasitas maksimum mixer screen untuk ATB/BINDER
COURSE maximum 1”;

f) bins. Plant harus dilengkapi dengan storage bins yang berkapasitas


cukup melayani mixer yang sedang bekerja dengan kapasitas
maximal. Bins harus diatur agar tiap macam aggregate tersimpan
cukup dan terpisah. Bila mempergunakan filler hydrated line, harus
disediakan dry storage khusus dan plant harus dilengkapi dengan
229

alat untuk mengisi materiel semacam itu ke dalam mixer, setiap bins
harus diberi penyalur keluar yang ukuran dan letaknya akan
menyebabkan menumpuknya materiel ke compartment atau bins
lainnya. Tiap compartment harus diberi cutlot gate agar tidak bocor,
gates harus terbuka sepenuhnya dan secepatnya, bins dibuat
sedemikian rupa hingga sample dapat diambil segera. Bins harus
diberi tongkat penunjuk angka/tool-tale devices yang menunjukkan
banyaknya aggregate di dalam bins pada titik seperempat bagian
bawah;

g) unit bituminous control. Harus diusahakan sebaik-baiknya untuk


menentukan persentase asphalt dan pada campuran dengan cara
menimbang ataupun mengukurnya. Harus diusahakan mengatur
banyaknya atau mengalir bahan asphalt ke dalam mixer/bacth;

h) termometric equipment. Sebuah thermometer khusus dengan skala


yang cukup harus ditempatkan di pipa pengaliran asphalt dekat pipa
pengisi/charging valve dari mixer unit. Plant juga harus dilengkapi
dengan alat pengukur panas yang ditempatkan pada katup pembuka
dari drier untuk mengetahui temperatur yang dipanasi. pejabat
pembuat komitmen memerintahkan penggantian thermometer yang
ada dengan alat pencatatan panas yang disetujui agar temperatur
campuran dapat diatur dengan baik;

i) dust collector. Plant harus dilengkapi dengan suatu dust collector


untuk mengalirkan atau mengembalikan dengan teratur semua atau
sebagian bahan ke dalam hot elevator; dan

j) persyaratan keamanan. Harus disediakan tenaga yang cukup


aman ke mixer platform dan sampling point dan tenaga berpagar ke
bagian plant unit yang lain harus dipasang di tempat-tempat yang
diperlukan pada waktu plant bekerja. Agar pejabat pembuat
komitmen mengambil sample dan dapat mengetahui data
temperatur campuran, disediakan alat yang diperlukan untuk dengan
cepat mencapai atas truck. Harus dilengkapi alat untuk mengukur
skala alat penera, alat sampling dan sejenisnya yang ditempatkan di
sekitar mixer platform. Semua gerigi, roda, rantai, gigi dan bagian
bergerak lainnya yang membahayakan harus ditutup seluruhnya.
Dalam atau disekitar tempat truck memuat, setiap saat harus dijaga
cukup lapang dan terhalang, dan bersih dari ceceran berasal dari
mixer platform.

2. Persyaratan Bagi Batching Plant.

a) weight box atau bopper. Alat ini harus dilengkapi dengan alat
penimbang yang teliti untuk setiap jenis ukuran aggregate dalam
suatu weight box atau hopper yang cukup besarnya untuk
menampung satu bacth penuh. Pintu penutup/gate harus rapat agar
tidak adanya materiel yang lolos ke mixer selama proses
penimbangan;
230

b) bituminous control. Alat pengukur bahan asphalt harus mempunyai


ketelitian sampai dengan 0,5 %. Bucket asphalt harus kuat/kokoh
dengan tutupnya dari metal dan terpisah dan dapat dibuka. Panjang
katup penuang atau bar penyemprot/spray bar tidak boleh kurang
dari tiga perempatnya panjang mixer dan harus dapat menuang
langsung ke mixer. Katup pembuka dan bar penyemprot/spray bar
bucket asphalt harus dipanasi seperlunya. Jika dipergunakan
selubung uap, harus dialirkan dengan baik dan sambungannya
harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu proses
penimbangan. Kapasitas bucket asphalt minimum 15 % lebih berat
dari pada berat asphalt yang diperlukan satu bacth. Pada plant
harus dilengkapi suatu charging value yang tak bocor, yang cepat
terbuka jika kena panas secukupnya yang ditempatkan tepat diatas
bucket asphalt. Jarum penunjuk/indicator dial dapat menunjukkan
minimum 15% lebih berat bahan asphalt yang dipergunakan setiap
bacth. Alat pengontrol harus dipasang ditiap dial setting yang
dengan otomatis kembali ke tanda semula pada tiap-tiap bacth
bahan asphalt yang ditambahkan. Jarum penunjuk harus dapat
dilihat jelas oleh operator. Setelah periode dry mixing selesai,
pengaliran bahan asphalt harus dikontrol. Setelah secara otomatis
pengaliran seluruh bahan bitumen yang dipakai dalam satu bacth
dituangkan dalam waktu lebih dari 15 detik. Besar kecilnya lubang
spray bar harus memungkinkan untuk pemakaian bahan asphalt
dengan merata keseluruh ruangan mixer. Bagian pengatur asphalt
diantara katup pengisi dan spray bar harus berkatup dan berlubang
untuk memeriksa pengukur, bila alat pengukur dipasang pada
bucket bahan asphalt;

c) mixer. Bacth mixer harus dari type yang mengaduk secara


merata/homogen sesuai job mix tolerance. Jika mixer tidak
berselubung, mixer box harus dilengkapi dengan pelindung
debu/dust hood. Blade clearence dan bagian yang berputar maupun
yang tetap tidak boleh lebih dari 1 inch;

d) pengawasan waktu pengadukan/control of mixing time. Untuk


mengawasi pekerjaan dalam suatu time lock yang teliti yang akan
menutup terus weight box gate sampai mixer gate terbuka pada
waktu proses selesai satu proses. Time lock juga menahan terus
bucket bahan asphalt selama periode dry mix dan menahan mixer
gate selama periode dry mix dan hot mix.

Periode yang dry mix adalah waktu antara terbukanya weight box.
Periode yang dry mix adalah waktu antara terbukanya weight box
dan tertuangnya bahan asphalt. Periode hot mix adalah waktu
antara terbuangnya bahan asphalt dan terbukanya mixer gate.
Timing control harus dapat disetel selama satu siklus 3 menit. Satu
bacth counter sebagai bagian dari pengatur waktu harus dipasang
dan khusus untuk mencatat bacth yang teraduk baik. Penyetelan
time interval ditentukan oleh pejabat pembuat komitmen yang
selanjutnya akan mengunci kotak yang menutup pengatur waktu
sampai diadakan suatu perubahan tentang timing period.
231

h. bituminous pavers/finisher. Bituminous pavers harus mempunyai tenaga


penggerak sendiri dan dilengkapi dengan screed atau strike off bilamana perlu
dilengkapi dengan alat pemanas. Alat ini harus dapat menebarkan dan
meratakan lapisan-lapisan Bituminous plant mix materiel sesuai tebal,
kemiringan, kerataan yang ditentukan. Alat tersebut harus mempunyai hopper
yang dapat menampung kapasitas cukup sehingga dapat menghasilkan
pemeliharaan, yang merata/homogen. Hopper harus dilengkapi dengan system
distribusi untuk mengatur adukan yang merata dimuka screed. Pemasangan
screed atau strike off sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan secara
efektif pekerjaan yang sempurna (tidak tearing, shoving, pouging). Paver harus
mampu berjalan dengan lancar sambil menghamparkan adukan memuaskan.

i. rollers. Rollers harus dalam keadaan baik dapat bergerak ke muka dan ke
belakang dengan kecepatan yang dapat diatur agar adukan ATB dari hotmix
tidak bergerak/dispavement. Jumlah, type dan berat dari rollers harus cukup
untuk memadatkan ATB dari hot mix sampai pada kepadatan yang diisyaratkan
selama ATB dari hot mix masih dalam keadaan dapat dikerjakan. Rollers yang
harus disediakan adalah three wheel rollers, dual tandem rollers, three axle
wheel rollers, pneumatic tire rollers. Tidak diijinkan pemakaian alat yang
mengakibatkan pecahnya aggregate secara berlebihan;

j. persiapan bahan aggregate. Aggregate untuk ATB/BINDER campuran hot


mix harus dikeringkan dan dipanasi di plant sebelum dimasukkan ke mixer. Bila
mulai dituang di mixer campuran aggregate kadar airnya tidak boleh lebih 0,5
%. Air dalam aggregate dihilangkan dengan memanasinya sampai tidak terjadi
penguapan. Sebelum bahan tersebut dituangkan, aggregate harus dipanaskan
hingga mencapai temperatur yang ditentukan pada Job Formula terdapat
dalam Job Tolerance yang ditetapkan. Temperatur tertinggi dan
pemanasannya harus diatur agar tidak mengakibatkan kerusakan pada
aggregate. Harus diperhatikan agar aggregate yang banyak mengandung
calcium dan magnesium tidak rusak karena panas. Aggregate harus dipisahkan
sesuai jenis ukurannya dan dimasukkan ke bin-bin yang terpisah siap untuk
dicampurkan dengan bahan asphalt. Plant harus dilengkapi dengan Peralatan
mekanis yang teliti yang dengan teratur menuangkan aggregate dalam drier
sehingga diperoleh hasil yang sejenis dengan temperatur yang sama. Bila
diperlukan untuk mengaduk bahan-bahan maka harus dilengkapi
Compartments feeders;

k. persiapan bituminous mixture. Sebelum dibawa ke runway, taxiway, shoulders


ataupun apron, aggregate harus dicampur dengan bahan asphalt di mixing
plant. Campuran adukan dilaksanakan pada temperatur yang ditetapkan dalam
Marshall method mixtures. Aggregate kering yang telah disiapkan tersebut
diatas, harus dicampur dalam plant dengan perbandingan yang diisyaratkan
untuk tiap jenis aggregate yang diperlukan untuk mendapatkan gradasi yang
ditetapkan. Banyaknya aggregate pada setiap bacth harus ditentukan
ditimbang dan dimasukkan ke dalam mixer. Dalam penakaran volume menurut
bagian-bagiannya ukuran terbukanya katup harus ditentukan dan katup harus
dikunci pada tempatnya. Material asphalt harus dicairkan didalam ketel atau
tangki pemanas yang diatur hingga pemanas yang diatur hingga pemanas
seluruh isinya merata.
232

Jumlah materiel asphalt pada tiap bacth atau jumlah yang ditera untuk
continous mixer harus disetujui pejabat pembuat komitmen dan ditimbang serta
dituang kedalam mixer pada temperatur yang telah ditetapkan yang bertahan
pada batas terendah untuk dapat mencampur dan menghampar secukupnya.
Untuk bacth mixer semua bahan aggregate harus sudah di dalam mixer
sebelum materiel asphalt ditambahkan kedalamnya. Temperatur yang dapat
dalam batas-batas yang telah ditentukan harus mendapatkan persetujuan dari
pejabat pembuat komitmen. Tidak diperkenankan menuangkan aggregate ke
dalam mixer pada temperatur lebih dari 14 derajat celcius di atas temperatur
materiel asphalt. Pencampurannya harus berlangsung terus sampai pada
waktu yang ditetapkan oleh pejabat pembuat komitmen sedemikian rupa
sehingga seluruh permukaan aggregate dilapisi oleh asphalt. Jangka waktu
tergantung pada mix design dan mixing plant yang dipergunakan. Cara
menghitung mixing time dalam continous mixer adalah membagi berat isi
seluruh mixer selagi bekerja dengan berat mixer yang dihasilkan tiap detiknya.
1. persiapan dan pelaksanaan. Sebelum ATB (hot mix) dihamparkan,
maka permukaan lapisan yang ada harus dibersihkan dari materiel yang
terlepas dengan sweeper yang dilengkapi blower atau sapu lidi sesuai
petunjuk pejabat pembuat komitmen. Hanya diijinkan menghampar ATB
(hot mix) di atas lapisan yang kering, yang dalam keadaan baik dan hanya
pada waktu cuaca baik. Tidak diijinkan menghampar ATB (hot mix) bila
temperatur tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan. Grade control
antara pinggiran runway, taxiway atau shoulders harus dengan tongkat-
tongkat grade atau paku-paku baja yang telah dipasang pada garis sejajar
dengan center line, dan jarak merentangkan tali. Penghamparan harus
dimulai pada tempat terjauh dari mixing plant dan terus menuju kearah
mixing plant, kecuali bila diperintahkan lain olehpPejabat pembuat
komitmen.
Tidak diperkenankan melewati materiel yang sudah dihamparkan, sampai
material dipadatkan dengan cara yang telah ditetapkan dan sudah
mendingin sama dengan temperatur sekitarnya; dan
2. machine spreading. Setelah sampai ditempat pelaksanaan hot mix
dimasukkan/dituang kedalam bituminous paver dan segera dihamparkan
selebar yang telah ditetapkan. Selanjutnya digilas dengan tinggi lapisan
yang merata sehingga bila pekerjaan selesai akan memenuhi tebal yang
ditetapkan dan sesuai dengan grade dan surface contour yang
ditetapkan. Kecepatan paver harus diatur agar ATB (hot mix) tidak
melesak dan terkoyak (pulling dan tearing). Hot mix harus dihamparkan
memanjang dengan minimum 3 m. Penghamparan dimulai dari
sepanjang sumbu runway atau taxiway pada bagian yang tertinggi dengan
sumbu runway atau taxiway pada bagian yang tertinggi dengan slope
searah, untuk menjamin drainage yang baik, strip selebar 15 cm, di dekat
tempat dimana materiel nantinya dihamparkan tapi tidak boleh dibiarkan
tanpa digilas 2 jam sesudah dihampar. Setelah jalur pertama dipadatkan,
diikuti yang kedua kemudian dipadatkan seperti jalur hamparan yang
pertama, kecuali jika penggilasan diperlebar sampai meliputi 15 cm dari
jalur terdahulu sebelum dipadatkan.
Sekiranya jalur hamparan disampingnya atau yang kedua tidak dapat
dihamparkan dalam waktu 2 jam, 15 cm dari jalur hamparannya yang
pertama tadi harus digilas. Sesudah jalur hamparan kedua dihamparkan
dan digilas. Sesudah jalur hamparan kedua dihamparkan dan digilas
233

harus dipasang satu penggaris lurus yang panjangnya paling sedikit 3 m.


Melintang sambungan memanjang/longitudinal joint untuk memeriksa
kemiringan dan contour dari permukaan harus bersih dari debu atau
kotoran lainnya sebelum ada ATB (hot mix) yang dihamparkan
disebelahnya. Jika bidang permukaan sambungan telah kering dan
berdebu, maka bidang permukaan tersebut harus disikat asphalt. Selain
dengan menyikat asphalt persetujuan pemimpin proyek. Jika selagi
pekerjaan spreading machine perlu dialihkan dari jajaran yang
berdekatan, maka tempat yang tidak terisi harus diisi dengan ATB (hot
mix) yang baru diambil dari hopper pada spreading machine atau dari
truck. Tidak diperkenankan mengambil ATB (hot mix) yang sudah
dihamparkan untuk mengisi jalur tersebut, ditempat-tempat yang ada
obstaclenya yang tidak dapat dihindarkan atau sulit mempergunakan
mesin untuk penghamparan dan penyelesaiannya penghamparan dapat
dilakukan dengan tangan. Jika diperkenankan menghampar dengan ATB
(hot mix) ditimbun di atas dump sheets diluar tempat yang dihampiri dan
dihamparkan merata dengan sekop panas. Menghamparkan dalam
lapisan yang tipis dan rata sampai dipenuhi lebar dan tinggi yang
ditentukan dengan menggunakan garu yang panas, hingga pada saat
pekerjaan selesai akan diperoleh tebal yang ditentukan dan menu.

Pugmil dead capacity in kilogram


Mixing time seconds
Pugmil output in kilogram persiapan

l. pengangkutan dan penyimpangan/delivery ATB (hotmix). Mengangkut hot mix


dari mixing plant ke tempat pelaksanaan pekerjaan harus menggunakan truk
yang baknya dari metal, kokoh, bersih, dan tidak terdapat bahan lainnya.
Setiap kali dimuati harus ditutup dengan kanvas atau semacamnya yang cukup
ukuran dan tebalnya untuk menghindari debu ataupun pengaruh cuaca. ATB
(Hot Mix) harus sampai di tempat pelaksanaan pada temperatur dalam
tolerance yang diijinkan dalam job formula yang telah disetujui;
m. pemadatan. Sesudah penghamparan yang telah mendapatkan persetujuan dari
pejabat pembuat komitmen hot mix harus dipadatkan seluruhnya dan merata
dengan mesin gilas. Penggilasan dimulai segera setelah penghamparan,
hingga tidak menyebabkan displacement atau retak rambut. Pada jalur
hamparan pertama penggilasan dimulai pada kedua tepinya dan diteruskan
kearah tengah jalur. Pada jalur yang dihamparkan berikutnya, penggilasan
dimulai dari sisi sebelah luar menuju ke arah jalur yang telah selesai
dipadatkan.

Selanjutnya sisi lainnya digilas dan diteruskan menuju ke tengah jalur tersebut.
Pemadatan pertama/initial rolling harus dilaksanakan memanjang, dengan steel
wheel rollers berat total 8 – 10 ton tidak boleh lebih dari 10 ton, rollers harus
dipadatkan dengan lintasan berulang-ulang/panjang lintasan bolak-balik dari
rollers senantiasa harus cukup lambat untuk menghindarkan terjadinya
displacement dari hotmix dengan kecepatan max 2.5 Km/jam. Setiap terjadi
displacement akibat membaliknya arah roller atau sebab lain, harus
234

dikembalikan dengan menggunakan garu, dan bila perlu dengan ATB (hot mix)
yang baru. Bila diperlukan penggilasan arah diagonal dapat dilaksanakanatas
persetujuan pejabat pembuat komitmen. Harus cukup tersedia rollers untuk
mengimbangi hotmix plant. Penggilasan harus kontinyu sampai semua bekas
penggilasan hilang, sampai texture permukaannya sama dengan grade
penampungannya tetap serta mencapai density yang diisyaratkan. Harus
dilakukan field density test paling sedikit 2 kali sehari dan field density
ditetapkan menurut A.S.T.M. Mencegah melekatnya asphalt pada rollers maka
roda-rodanya harus dibasahi dengan teratur namun kebanyakan air maupun oli
juga tidak diperbolehkan. Rollers harus dirawat dengan baik dan dijalankan
oleh pengemudi yang cakap dan berpengalaman. Rollers harus dijalankan
terus sedapat mungkin sehingga semua bagian pavement mendapat culup
tanpa menunjukkan perpindahan secepat mungkin dimana temperatur ATB
(hotmix) masih panas, Intermediate rolling diikuti alat pneumatic rollers dengan
operaring weight tiap ban sebesar 300 psi sampai 450 psi dan berat total
minimum 10 ton, dengan gilasan paling sedikit 8 gilasan. Final rolling
dikerjakan dengan two wheel tandem atau three axle tandem sewaktu asphalt
concrete masih cukup panas untuk menghilangkan jejak dari rollers. Berat steel
wheel rollers minimum 12 ton dan digilas sampai permukaan menunjukkan
texture yang uniform, ATB (hot mix) harus dipadatkan sepenuhnya dengan
hand stampers. Berat hand stampers tidak boleh kurang dari 225 cm persegi;

n. joint

1. umum. Mixture pada joint harus sesuai dengan persyaratan surface dan
mempunyai texture, kepadatan, kelicinan sama dengan bagian-bagian
lain yang ada. Dalam pelaksanaan semua joint, harus diusahakan untuk
menyatukan dengan jalur yang berdekatan setinggi yang telah ditetapkan
dari jalur itu.
Pelaksanaan penyambungan/joint harus dilaksanakan dengan cara
memotong kembali dari pada hasil pelaksanaan sebelumnya, sehingga
menunjukkan tebal lapisan penuh dan bidang pemotongan tersebut harus
disikat aspal seculupnya bila dipandang perlu. Campuran yang baru pada
joint tersebut harus digaru, dipadatkan dengan penggilasan;

2. transerve. Pelaksanaan jalur sedapat mungkin/continue. Rollers hanya


akan melewati bagian yang tidak tertutup dan tranverse joint jika
penghamparan jalur terputus. Pada sambungan melintang dipadatkan 2
arah (melintang dan memanjang) supaya tidak terjadi gelombang; dan

3. longitudinal joint. Joint-joint longitudinal joint type hot joint, maka untuk
maksud ini pemadatan setiap jalur harus disiapkan selebar 30 cm, pada
tepinya sepanjang jalur yang akan dihubungkan dengan jalur lainnya yang
berdekatan, pada daerah ini pemadatan dilaksanakan bersama-sama
jalan berikutnya yang berdekatan.

o. membuat edges/shaping edges. Selama permukaan dipadatkan dan diratakan,


Penyedia jasa konstruksi harus melaksanakan seteliti mungkin, bagian luar dari
pinggiran pavement sesuai persyaratan. Pinggiran tersebut harus dibentuk
sama tinggi waktu ATB (hot mix) masih panas dengan garu atau besi yang rata
dan dipadatkan dengan taper/penumbuk atau dengan lain metode yang
235

memenuhi syarat. Semua penghentian penghamparan/overlay baik


memanjang maupun melintang harus diadakan tapering. Slope tapering
memanjang 1 % dan slope tapering melintang 2,5 % selisih tinggi perkerasan
dengan shoulder tidak boleh lebih dari 3 cm;

p. surface test. Test untuk memenuhi kemiringan yang ditetapkan harus


dilaksanakan oleh Penyedia jasa konstruksi segera setelah dimulainya
pemadatan dan perbedaannya harus diperbaiki dengan menyingkirkan atau
menambah materiel dan melanjutkan menggilas. Permukaan yang sudah
selesai tidak diperkenankan berbeda lebih dari 3 mm, untuk AYB sebagai
konstruksi surface course dan tidak lebih dari 5 mm bagi base course jika ditest
dengan tongkat lurus/straight edge yang sejajar atau tegak lurus pada centre
line sepanjang 3 mm, setelah penggilasan terakhir selesai, kehalusan jalur
harus ditest lagi. Gundukan atau lekukan yang melebihi toleransi atau air yang
mengenang dipermukaan harus segera diperbaiki dengan membongkar dan
mengganti dengan hot mix sesuai dengan petunjuk pejabat pembuat komitmen
dan pembiayaanya dibebankan Penyedia jasa konstruksi;

q. sampling pavement. Komposisi kepadatan dan kerapatan/density pavement


ditentukan oleh pejabat pembuat komitmen, penyedia jasa konstruksi harus
mengambil sample yang cukup dari pavement yang sudah selesai dengan
menggunakan coredrill. Setiap hari harus mengambil sample, penyedia jasa
konstruksi harus mengganti bagian pavement yang diambil samplenya dan
perbaikannya dilaksanakan oleh Penyedia jasa konstruksi tanpa memungut
biaya. Jika komposisi dan kepadatan tiadak memenuhi batas-batas toleransi
yang ditentukan, harus diadakan perbaikan sedemikian rupa sehingga
persyaratan terpenuhi;

r. tanggung jawab penyedia jasa konstruksi atas bahan asphalt dan aggregate.
Samples dari bahan dan aggregate yang akan dipergunakan oleh penyedia
jasa konstruksi, serta keterangan tentang sumbernya dan sifatnya harus
diserahkan dan mendapatkan persetujuan sebelum mulai dipergunakan.
Penyedia jasa konstruksi harus mempunyai data-data teknis mengenai bahan
asphalt dan aggregate dari pabrik/perusahaan/leveransir sesuai ketentuan
yang tercantum dalam RKS. Hanya materiel yang sudah terbukti ditest
memuaskan untuk keperluan tersebut dapat diterima. Untuk memeriksa bahwa
cukup tersedia peralatan yang dipergunakan, jenis materiel, dan atau
menentukan, meneliti temperatur pada waktu mempersiapkan ATB (hot mix),
pejabat pembuat komitmen/Petugas yang ditunjuk setiap saat dapat memasuki
ke semua bagian paving plant;

s. sampling dan testing. Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan melakukan semua


sampling dan testing yang dianggap perlu guna menjamin tercapainya
pengawasan yang teliti dari materiel dan hotmix (ATB). Bilamana penyedia jasa
konstruksi mengambil samples untuk testing, dia diharuskan mengambil
duplikasi samples itu bila diperintahkan dan menyerahkannya kepada pejabat
pembuat komitmen. Samples tersebut dipak dengan baik dan ditandai dengan
terang agar mudah dibandingkan dengan dengan samples yang disimpan
penyedia jasa konstruksi. Melakukan sampling dan testing tiap materiel dan
hotmix (ATB) harus menurut A.S.T.M test dengan cara yang telah ditetapkan.
236

Untuk tiap pengiriman asphalt harus didapat surat pernyataan suppliernya.


Setiap lebih kurang 2 (dua) jam dalam mixing periodes, suatu sample dari
aggregate diambil dari tiap hot bin dan gradingnya ditentukan bersama
combined grading. Combined grading ini diperiksa menurut grading”Job Mix”
yang ditetapkan. Tambahan sample dari bahan adukan mixed materiel diambil
ditempat mixing setiap paling sedikit 4 (empat) jam dan sekurang-kurangnya 2
kali sehari untuk percobaan Marshall Speciment dan ditentukan stabilitynya,
flow unit weight dari presentase fill bitument voids. Grading analysis dari
aggregate dan bitument content determination (penentuan kadar bitumen)
dilaksanakan pada material yang diambil dari sample yang sama. Hasil setiap
analisa harus diberikan kepada pejabat pembuat komitmen dalam 4 (empat)
jam sampling dalam setiap penyesuaian yang ternyata diperlukan harus
dilaksanakan segera atas persetujuan pejabat pembuat komitmen. Diijinkan
untuk melanjutkan, membawa mixed materials dari plant setelah adanya
adjustment dan pernyataan hasilnya diterima oleh pejabat pembuat komitmen;

t. marshall method mixture.

1. laporan design mixture. Penyedia jasa konstruksi harus mengerjakan


design hot mix untuk ATB/BINDER menurut metode marshall dengan
ketentuan dan batas seperti berikut:

Test property Pavement ATB / BINDER


Number of blows 75
Stability (MIN) 1800 lbs
Flow (MAX) 4 MM
Flow (MIN) 2 MM
Voids total Mix % 3–5
Voids Filled With Bitumen % 76 – 82

Jika sudah melewati mixing plant hasil marshall design mixture gagal
membuat trial area yang memuaskan, grading dan perbandingan susunan
mixture dapat diganti seperlunya atas persetujuan pejabat pembuat
komitmen dan dalam ketentuan–ketentuan bagi lapisan tersebut, untuk
mendapatkan suatu mixture yang dapat dikerjakan dengan baik dan dapat
diterima sebagai permukaan/ surface yang memenuhi syarat.

Sesudah adanya persetujuan atas trial area oleh pejabat pembuat


komitmen, Mixture tersebut ditetapkan sebagai “Job mix“ dan kemudian
menjadi approved mixture yang disetujui.

2. plant mixture . Seri Mixture dari mixing plant selama produksi rutin yang
normal dinyatakan “ plant mixture “ dan batas-batas yang mengatur
perbedaan yang diperbolehkan antara “plant mixture“ dan “Job Mix“
adalah sebagai berikut:
237

Material Tolerance : Job mix formula / syarat campuran dari spesifikasi ini
Voids in the total

Mixture : Plus or minus 1 % dari J M F

Bitumen : Plus or minus 1 % dari J M F

Stability : Not less than 1800 Lbs ( Airport pavement )

3. temperatur.

Mixing temperature : Asphalt cement 149º C - 177º C


: Agreggate 160º C - 175º C. Temperature
agreggate tak boleh lebih dari 14º C di atas temperature asphalt cement.

Laying temperature : Antara 135º C - 173º C

Rolling temperature : Seperlunya untuk memperoleh field density yang


dimaksud tetapi tidak boleh kurang dari 122º C ( sesuai hasil trial mix ).

4. kepadatan/density

a) Kepadatan dari lapisan Bituminous yang dipadatkan dari semua


campuran yang direncanakan dalam penyesuaian dengan metode
marshall dapat dihubungkan dengan “Job Mix Density“, apabila
tidak lebih dari 10% berat dari jumlah agreggat telah tertahan pada
saringan 1 inch. “Job Density“ dilaksanakan dengan pembuatan dari
contoh–contoh “Job mix“ yang disetujui 6 standard marshall
spesimen, menentukan beratnya titik berat khusus masing–masing
dan membandingkan dengan arti nilai dari keenam.
Tiap hasil yang berbeda lebih dari 0,015 sebanyak max 2 hasil
percobaan dan percobaan dan persyaratan maka harus ditolak dan
hasil–hasil sisa lainnya menjadi “Job Mix Density“ Absolute density
ditentukan sebagai berikut :

10

absolute density = % Agg. By weight + % Bitumenous. By


Weight

SP. Gr agg.SP.Gr.bit
238

b) setelah “Job Mix“ mendapatkan persetujuan daerah–daerah


percobaan. Harus menggunakan campuran ini untuk menetapkan
method penggilasan (rolling) yang dikehendaki untuk menghasilkan
kepadatan yang dipersyaratkan. Daerah percobaan minimum seluas
3 m x 30 m. Tiga contoh harus diambil dari daerah percobaan yang
dipadatkan dan kepadatan yang dipersyaratkan untuk setiap contoh
tidak kurang dari 99% dari “job Mix Density“ atau tidak kurang dari
95% dari absolute density. Apabila kepadatan lapangan/field density
yang diperlukan tidak memenuhi prosedur pemadatan yang harus
dipersyaratkan daerah-daerah percobaan, selanjutnya disediakan
dan dilakukan pengujian sampai memenuhi persyaratan yang
dikeluarkan oleh pejabat pembuat komitmen dan metode
penggilasan yang telah disetujui sebelum pencampuran mixing atau
laying dilanjutkan. Density control dari lapisan marshal method
didapatkan dengan pengambilan dua contoh dari tiap base dan
surface course paling sedikit satu kali setiap 4 jam dan tidak kurang
dari dua kali sehari, dan kepadatannya ditentukan.
Nilai rata-rata didapatkan dari dua contoh dari daerah yang sama
diambil sebagai field density dari lapisan yang dipadatkan. Field
density harus sedemikian rupa sehingga dari dua puluh deretan nilai
rata-rata dimaksud, harus tidak lebih dari tiga hasil di bawah 98%
dari Job Mix Density atau 94% dari absolute density. Bahan yang
tidak memenuhi persyaratan harus dibuang dan diganti. Contoh-
contoh boleh juga dipakai untuk menentukan ketebalannya.
u. penyelesaian. Dalam tambahan pada surface test spesifikasi ketentuan-
ketentuan berikutnya untuk ketelitian permukaan harus digunakan. Permukaan
yang selesai dari surface course sedemikian rupa sehingga apabila dites
dengan tongkat lurus/straight edge 3 m ke segala arah diatas permukaan,
harus tidak ada celah yang lebih besar dari 3 mm diantara straight edge. Untuk
mencapai maksud ini, toleransi dari permukaan dimana ATB/BINDER course
diletakkan adalah menjadi sedemikian rupa bahwa ketebalan yang dipadatkan
dari ATB/BINDER course yang tidak kurang dari ketentuan dan tidak akan lebih
besar dari 0,5 cm diatas persyaratan spesifikasi. Toleransi dari permukaan
dimana ATB/BINDER course diletakkan menjadi demikian sehingga tebal yang
dipadatkan dari ATB/BINDER course tidak kurang dari persyaratan dan
ditentukan oleh straight edge 3 m.

v. tambahan Persyaratan.

1) persyaratan yang dilengkapi pada alat-alat pengukur, mixing plant harus


merupakan kesatuan pada control panel. Semua system observasi dan
arvimetric ganging system seyogyanya dilengkapi dengan recorder/soked
sehingga memudahkan enginer memasang recorder. Semua peralatan
yang berfungsi seyogyanya dilengkapi dengan peralatan keamanan
sedemikian rupa sehingga gangguan yang terjadi dari salah satu
peralatan tersebut dapat menghentikan fungsi tetapi gangguan dari
peralatan keseluruhan, tidak menghentikan dryer system pengamanan
harus bekerja terpisah. Sonorous dan luminous alarm system berbunyi
apabila gangguan dari fungsi peralatan terjadi; dan
239

2) Tempat finisher dengan tempat mixing plant sebaliknya dapat


dihubungkan dengan walky talky.

Pasal 108

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan pekerjaan paving, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan paving
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Pekerjaan Tanah.

a. pembersihan/pengupasan:

1. tempat dimana paving block akan dibuat harus dibersihkan dari segala
kotoran, tanaman akar, dan akar-akar pohon; dan
 
2. apabila keadaan tanah berhumus/berlumpur, maka tanah tersebut harus
dibuang.

b. galian. Kedalaman galian stripping harus sesuai dengan gambar dan tanah
bekas galian harus dibuang sesuai dengan petunjuk direksi; dan

c. urugan. Pada pekerjaan ini agar diperhatikan hal berikut:

1. pengurugan tanah harus dilakukan secara baik, sehingga peil dapat


dicapai sesuai dengan yang diminta;
 
2. pengurugan harus dilakukan selapis demi selapis setebal maximum 20
cm, disiram air dan dipadatkan; dan

3. tanah  urugan bila perlu harus  diambil dari luar proyek dan atau petunjuk
direksi.

(3) Lapis-Lapis. Setelah galian incasing selesai dilakukan, lapis paving block dapat
dimulai:

a. lapisan pasir. Lapis-lapis dilaksanakan sedemikian rupa sehingga setelah


dipadatkan mempunyai ketebalan sesuai gambar. Pasir yang digunakan
harus pasir bersih dari lumpur dan kotoran-kotoran, humus, dan lain-lain; dan

b. lapisan paving block. Setelah lapisan pasir selesai dilaksanakan dan benar-
benar padat, lapis Paving Block bisa dimulai.

1. paving block dipasang sesuai dengan type dan petunjuk direksi dengan


persyaratan kuat tekan 300-400 kg/cm;

2. pemasangan paving harus rapat  antara  satu dengan yang lainnya;


240

3. permukaan paving harus rata air serta miring kekiri dan kekanan 2%; dan

4. celah/nat diisi dengan pasir urug dan disiram dengan air yang memenuhi
syarat, sehingga sampai terjadi rongga.

Pasal 109

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan kansteen, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan kansteen yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. beton kansteen sesuai persyaratan di atas; dan

b. pasangan campuran 1 : 4.

(3) Pelaksanaan. Dipasang tegak lurus sehingga tidak mudah goyah yang diakibatkan
oleh gerakan-gerakan kendaraan. Kansteen harus berfungsi disamping sebagai
pembatas antara jalan dan juga untuk menahan longsoran perkerasan permukaan
jalan sehingga memperlambat terjadinya kerusakan jalan.

Pasal 110

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan kansteen bata, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan kansteen
bata yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bahan yang Digunakan.

a. semen. Semen Ex Gersik, Tiga Roda, dan Kujang atau Tonasa;

b. pasir. Pasir yang digunakan harus bersih dari segala kotoran, merupakan
pasir pasang dan memenuhi standard Normalisasi Indonesia;

c. air. Air yang digunakan harus bersih, tawar, tidak mengandung minyak dan
memenuhi standard normalisasi Indonesia; dan

d. bata. Bata yang digunakan harus berkualitas baik, keras, tidak rapuh, dibakar
matang, atau sesuai standard nasional Indonesia dan disetujui direksi.

(3) Adukan. Adukan yang digunakan adalah campuran 1 PC : 2 PS.

(4) Pelaksanaan. Pelaksanaan pasangan kansteen bata (sesuai gambar rencana).


Hal-hal yang ditentukan:

a. bata sebelumnya disiram/direndam air dan bata yang pecah kurang dari
separuh tidak boleh digunakan kecuali untuk hubungan batu;
241

b. bata dipasang tegak lurus dan di plester serta diaci sehingga kokoh, tidak
mudah goyah yang diakibatkan oleh gerakan-gerakan kendaraan: dan

c. kansteen bata harus berfungsi disamping sebagai pembatas antara jalan dan
juga untuk menahan longsoran perkerasan permukaan jalan sehingga
memperlambat terjadinya kerusakan jalan

Pasal 111

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan turap, bahan, dan peralatan yang akan digunakan serta
ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan turap yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bahan.

a. untuk tiang turap, balok kayu ulin ukuran 10/10;

b. untuk papan turap digunakan kayu ulin 3/20;

c. batu kali/batu karang; dan

d. tanah urug setara lempung tanah liat.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan. Ketentuan yang harus diikuti pada pelaksanaan pekerjaan
ini adalah sebagai berikut:

a. balok ulin 10/10 ujungnya dilancipkan dipancang dalam  tanah 1/5 batang
dengan sudut miring 70 terhadap garis horizontal;

b. ujung bekas pukulan pancang dipotong dengan gergaji sehingga rapi;

c. papan dipasang ditiang dan dipaku dengan jarak 2 cm antara papan yang
berfungsi sebagai lubang air;

d. batu kali/batu karang disusun sedemikian rupa sehingga merupakan filter; dan

e. tanah urug dipadatkan lapis demi selapis dengan alat timbris.

Pasal 112

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan turap batu kali, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan turap batu
kali yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bahan.
242

a. batu kali/batu karang untuk pondasi;

b. pekerjaan beton bertulang untuk dinding turap, dimensi menurut gambar


rencana;

c. pipa pvc wavin ø 2” untuk resapan air tanah; dan

d. tanah urug setara lempung tanah liat.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan. Ketentuan yang harus diikuti pada pelaksanaan pekerjaan
ini adalah sebagai berikut:

a. persiapan pekerjaan turap adalah mempersiapkan lahan untuk turap dimana


tanah yang akan diturap harus dipotong, diratakan atau ditambah dengan
tanah urug hingga sesuai dengan kemiringan yang sudah ditentukan atau
gambar rencana;
b. galian tanah untuk pondasi dibuat dengan kedalaman dan lebar sesuai gambar
rencana;

c. pondasi turap menggunakan pondasi batu kali ukuran dan dimensi sesuai
dengan gambar rencana, syarat pekerjaan sesuai dengan pekerjaan pondasi
batu kali;
d. di atas pondasi dibuat slop beton untuk perkuatan dengan ukuran dan
penulangan sesuai gambar rencana;

e. dinding turap menggunakan pasangan batu kali 1 : 4 yang disusun sedemikian


rupa hingga mempunyai kekuatan yang kokoh hingga dapat menahan tanah
hingga tidak longsor atau sesuai dengan gambar rencana;

f. pasangan batu kali di ikat dengan balok beton sesuai gambar rencana;

g. di belakang turap batu kali dipasang ijuk dengan ketebalan sesuai gambar
rencana fungsinya untuk menyaring atau menampung air tanah;

h. dinding turap harus ada saluran resapan air tanah dengan menggunakan pipa
PVC Wavin Ø 2” dengan jarak sesuai gambar rencana;

i. diatas turap batu kali di berikan rabat beton 1:2:3; dan

j. dinding turap batu kali di plester dengan adukan 1:2.

Pasal 113

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan enkamat dan coconut turap, bahan, dan peralatan yang
akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
enkamat dan coconut turap yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar
rencana.
243

(2) Mutu Materiel.

a. enkamat. Dari bahan mono filament polymide 6 polimer density 1140kg/m3


yang tidak mudah terbakar (melting point 218º C) mempunyai UV stabilisasi,
sangat tahan terhadap panas (-30 C s.d 100 C) tidak beracun, mempunyai kuat
tarik 1,8 kN/m; dan
b. coir blanket. Dari bahan Biodegradible yang dapat menyimpan air dan
menjaga kelembaban udara sekitar tanaman sehingga bibit tanaman akan
mudah tumbuh dalam rentang waktu 6 bulan coir blanket akan hancur menjadi
humus sehingga kesuburan tanah meningkat.

(3) Komposisi.

a. enkamat. Merupakan lembaran 3 dimensi dengan ketebalan 18 mm menjadi


satu kesatuan secara menyilang dengan ruang terbuka lebih 95 % dengan
ukuran 1x120 m2 (1 rool); dan

b. coir blanket. Bahan yang ramah lingkungan terbuat dari serabut kelapa
(coconut mesh) yang dipintal dan diperkuat dengan anyaman serabut kelapa.
Berat 600gr/m2, mesh 25x25 mm, lebar 1,2 m panjang 50 m.

(4) Fungsi. Pemasangan enkamat harus berfungsi dalam sistem pengendalian erosi
berupa Permanent erosion Control untuk mengatasi erosi dan sedimentasi
disamping itu pula dapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman/rumput/perdu
pada tanah yang kandungan unsur hara sangat sedikit. Enkamat memiliki sifat
fleksibel, seragam, porous, duability, ramah lingkungan serta mempunyai fungsi
sebagai sistem akar buatan, dapat menjaga partikel tanah dan akar, dapat
mengurangi kecepatan air dan angin, memperkuat akar tanaman vegetasi dan
sebagai proteksi seiring berjalannya waktu terhadap permukaan. Pemakaian
Coconut Coir Blanket merupakan unsur hara yang sangat disarankan pada lereng
didominasi tanah urugan. Untuk mempercepat tumbuhnya vegetasi dilakukan
pembibitan pada awal pematangan enkamat.

(5) Pelaksanaan.

a. penggalian. Kemiringan harus dibuat rata, bebas dari tanaman, akar, batu-
batuan dan sebagainya, kemudian timbun bagian yang kosong/berlubang.
Kemiringan haruslah stabil dan benar-benar padat, terutama pada timbunan.
Gali parit untuk meletakkan angkur/pin pada bagian dasar dan tepi atas/bank,
dengan kedalaman tidak boleh kurang dari 300 mm. Jika tanah mempunyai
kualitas kurang baik, lapisan atas harus diperbaiki dengan penambahan tanah
yang mempunyai kepadatan cukup baik;

b. pemasangan. Tempatkan ujung enkamat pada salah satu parit, kemudian


pasang pin sedalam 1 m pada bagian tengah parit, buka gulungan enkamat
dengan sedikit diregangkan. Enkamat 7018 haruslah dipasang mundur
kebawah. Pekerjaan pemasangan ini baik dengan cara dari atas ke dasar atau
dari dasar ke atas, disarankan agar berlawanan dengan pemasangan
memanjang pada kemiringan yang curam. Kemudian potong sesuai dengan
panjang yang diperlukan dan pasang pin pada bagian tengah parit yang lain;
244

c. penimbunan parit. Setelah enkamat selesai dipasang parit tempat pin berada
agar ditimbun kembali dan kemudian dipadatkan. Penting : Konsentrasi
run off/pelimpasan air permukaan harus dicegah dari aliran yang melewati
permukaan enkamat yang baru, salah satunya dengan dialihkan sepanjang tepi
atas atau dialihkan melalui got atau pipa sepanjang permukaan kemiringan.
Angkur bagian atas bisa menggunakan pin jika mencukupi, tanpa parit;

d. keamanan pada sambungan. Pada anak sungai, overlap pada sambungan


harus dibuat minimal 150 mm, dengan cara potongan upstream diletakkan di
atas potongan bagian downstream. Semua sambungan harus diberi pin
sedalam 0,2–0,5 m pada bagian tengah sambungan. Pada kondisi tertentu,
penambahan pin sedalam 0,5 – 1 m sangat direkomendasikan. Pada kondisi
kemiringan kering overlap 100 mm dibolehkan;

e. pemasangan pin pada permukaan enkamat. Adalah sangat perlu untuk


memastikan enkamat benar-benar terpasang menempel pada tanah.
Pemasangan pin pada bagian-bagian tertentu dengan jarak yang sama adalah
sangat diperlukan pada kondisi pembebanan yang tinggi. Dengan enkamat ini
kemiringan ideal yang diharapkan adalah rata mendekati cembung.
Pada slope yang cenderung cekung pemasangan pin diharuskan dengan grid 1
m. Pemasangan pin pada kemiringan/slope idealnya adalah 1 pin pada luasan
± 2 – 3 m2, atau pin dapat dipasang dengan jarak H horizontal = 1m dan
vertical = 2 m. Penting : Pemasangan pin pada slope/kemiringan pada
beberapa permukaan yang tidak rata harus bisa membuat enkamat menempel
penuh pada tanah di bawahnya. Bagaimanapun, yang paling baik adalah
dengan menimbun atau meratakan permukaan yang tidak rata atau berongga;

f. Keamanan Tepi Parit. Tepi parit, contohnya pada parit bagian atas, haruslah
cukup aman, koneksi dengan struktur atau revetment yang keras, sangat
diperlukan perhatian khusus;

g. Penghijauan. Penghijauan lereng dapat secara pembibitan pada permukaan


enkamat/material erosion control dapat dilakukan dengan menebar 20g/m 2 bibit
asli, dan tanaman rhizome atau tanaman air. 2/3 dari bibit ditempatkan pada
enkamat yang terbuka, sedangkan sisanya atau 1/3 ditaburkan pada lapisan
paling atas. Penghijauan dapat juga menggunakan sistem Hydroseeding,
yaitu suatu proses penghijauan yang mencampur secara langsung dalam suatu
tangki biji tanaman, pupuk, tanah humus, air, dan perekat, kemudian
disemprotkan dengan spraying hose di atas material erosion control pada
lereng yang akan dihijaukan; dan

h. Penimbunan Lapisan Atas. Setelah enkamat dipasang, kemudian di atas


enkamat di tutup dengan tanah dengan ketebalan antara 10-20mm. Lapisan
tanah penutup yang direkomendasikan akan berakibat pada timbunan yang
optimal pada enkamat setelah pemadatan alami.

Pasal 114

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan tanggul, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
245

serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan tanggul yang


dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bahan.

a. untuk perkuatan tanah dipakai batang cerucuk kayu ø 10 cm;

b. geotextile sesuai dengan spesifikasi yang sudah terpakai pada bangunan lain;

c. tanah urug setara lempung tanah liat;

d. kawat ram yang digunakan adalah jenis tahan karat, baru dan tidak berkarat;

e. rumput yang jenisnya ditentukan direksi; dan

f. segala macam bahan-bahan sebelum digunakan harus mendapatkan


persetujuan direksi dan materiel yang ditol
ak harus segera disingkirkan dari site.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan. Ketentuan yang harus diikuti pada pelaksanaan pekerjaan
ini adalah sebagai berikut:

a. balok ulin 10/10 ujungnya dilancipkan dipancang dalam tanah 1/5 batang
dengan sudut miring 70 terhadap garis horizontal;

b. ujung bekas pukulan pancang dipotong dengan gergaji sehingga rapi;

c. geotextile dibentang seluas tanggul di atas cerucuk;

d. di atas geotextile ditimbun tanah urug yang dipadatkan dengan ketentuan pada
setiap lapisan tebal 30 cm dilakukan pemadatan dan dilakukan lapis demi lapis
samp
ai ketinggian yang direncanakan;

e. kawat ram di pasang diseluruh permukaan timbunan tanah; dan

f. sebagai finishing pada permukaan tanggul ditanami rumput.

Pasal 115

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan bronjong kawat, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan bronjong
kawat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Fungsi Bronjong Kawat. Untuk menahan tanah agar tidak terjadi longsor maka
digunakan sistem penahan tanah dengan menggunakan bronjong hal ini banyak
digunakan pada tebing-tebing, juga tebing sungai pada pelaksanaan pekerjaan
normalisasi sungai atau untuk mengatasi gerusan air sungai yang deras.
246

(3) Materiel dan Spesifikasi Bronjong Kawat

a. harus terbuat dari bahan baja karbon rendah berlapis galvanis tebal, minimum
untuk kawat anyaman harus 0, 26 kg/ m2, untuk kawat tulangan tepi harus 0,
275 kg/ m2, untuk kawat pengikat harus 0, 24 kg/ m2, yang memenuhi BS
1052/ 80 dan BS 443/ 82.

b. karakteristik Bronjong Kawat Pabrikasi adalah:

Karakteristik
Heavy, Galvanized dan LapisPVC

Tulangan tepi , diameter4,4 mm


Anyaman, diameter 3,7 mm

Pengikat, diameter 3,00 mm


Kuat Tarik Kawat 41 – 51 kg/mm2
Perpanjangan diameter: 12% (maksimum)

(4) Pemasangan.

a. anyaman harus merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan tiga lilitan
dengan bukaan lubang kira-kira 80 mm x 110 mm ( toleransi ± 10% ) , dengan
kuat tarik anyaman sebesar 42 – 50 kN/ m. Keliling tepi dari anyaman kawat
harus diikat pada kerangka bronjong sehingga sambungan-sambungan yang
diikatkan pada kerangka harus sama kuatnya seperti pada badan anyaman;

b. keranjang harus merupakan unit tunggal dengan dimensi yang disyaratkan


dalam Gambar dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim ke lapangan
sebelum diisi dengan batu; dan

c. tiap bronjong kawat pabrikasi harus diberi diaphragma/sekat setiap jarak 1


meter. Sekat ini harus disatukan dengan cara dililit dengan kawat pengikat
pada bagian dasar bronjong.

Pasal 116

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan bronjong angkur, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan bronjong
angkur yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Bronjong Angkur.

a. Ketentuan.

1. Bronjong Angkur merupakan kombinasi dari system angkur (tile mesh)


dan facing bronjong. Tinggi facing bronjong untuk setiap unitnya adalah 0,
5 m atau 1, 0 m. Fungsi utama dari bronjong angkur adalah sebagai
system perkuatan tanah, karena tile (angkur) di desain untuk dapat
247

memotong garis keruntuhan sehingga tanah menjadi stabil, memenuhi


syarat sebagai bahan konstruksi jalan dan jembatan (BBA 93/ R075-1998
dan BBA 00/ R119-2000);

2. Tiap bagian keranjang dari bronjong angkur harus diberi diaphragma/


sekat setiap jarak 1 meter. Sekat ini harus dilekatkan pada bagian dasar
bronjong dengan kawat spiral;

3. Kawat pengikat adalah kawat yang dipakai untuk merakit bronjong


angkur, mengikat antar unit Bronjong Angkur dan digunakan sebagai
bracing untuk mencegah menggelembungnya keranjang bronjong;

4. Spasi kawat pengikat tidak boleh lebih dari 150mm. Prosedur untuk
menggunakan kawat pengikat terdiri dari pemotongan kawat dengan
panjang secukupnya dan pelilitan kawat pengikat ke anyaman kawat.
Mulai dengan mengikat dengan dua lilitan atau satu lilitan melalui setiap
lubang anyaman dan terakhir, ikatkan kawat pengikat ke anyaman kawat.
Tempatkan diafragma dalam posisi vertical, dan ikat ke sisi panel dengan
cara yang sama;

5. Semua kawat baja yang dipakai dalam pembuatan bronjong angkur harus
sesuai dengan ketentuan dalam BS 1052/ 80, dan BS 443/ 82. Kuat tarik
dari kawat baja = 41 – 51 kg/ mm2. Lapisan galvanis pada kawat harus
tetap melekat meskipun kawat tersebut dililit melingkar sebanyak 6(enam)
kali pada batang uji dan tidak mengelupas atau retak bila digosok dengan
jari-jari telanjang;

6. Lapisan plastic PVC yang melindungi kawat baja memenuhi syarat


ketebalan lapisan minimal harus 0.5 mm dengan toleransi 0.05 mm (SNI
03-3046-1992 dan ASTM A-975 – 1997);

7. Anyaman kawat harus dibuat dengan mesin penganyam, membentuk


segi enam yang masing-masing sama ukurannya, dengan cara melilitkan
setiap pasangan kawat sebanyak 3(tiga) lilitan (double twist) , dengan
kuat tarik anyaman minimal sebesar 42 kN/ m;

8. Semua ujung anyaman yang terpotong kecuali ujung bawah dari


penyekat, harus terikat kuat pada kawat sisi yang mempunyai diameter
paling sedikit 0.70 mm lebih besar dari kawat anyamannya ( = 4, 4
mm) .Bagian sisi anyaman harus dianyam menyatu dengan keranjang
anyaman sebagaimana dijelaskan di paragraph 7) di atas, dengan kawat
sisi paling sedikit 0.70 mm lebih besar untuk keranjang bronjong angkur
berlapis PVC;

9. Bagian atas dan sisi vertical dari ujung panel harus terikat dengan kawat
sisi sedangkan diapraghma/sekat harus terikat pada semua bidang
sisinya sebagaimana dijelaskan di paragaraph 8) Ujung panel harus
dipasang dengan melilitkan ujung kawat anyaman pada kawat sisi bagian
bawah keranjang bronjong angkur. Dengan cara yang sama, penyekat
harus dililit dengan kawat berlapis galvanis dan PVC pada dasar
keranjang bronjong angkur. Kekuatan yang diperlukan untuk memisahkan
248

panel dari dasarnya harus tidak boleh kurang dari yang diperlukan untuk
memutuskan anyaman kawat pada panelnya;

10. Panel anyaman angkur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keranjang bronjong angkur, yaitu panel angkur harus dibentuk dengan
anyaman panel yang tidak terputus, membentuk bagian muka dan atas
dari keranjang bronjong angkur; dan

11. Kawat pengikat dan penyambung harus juga terbuat dari heavy
galvanized dengan lapisan PVC serta cukup tersedia untuk keranjang-
keranjang bronjong angkur, agar perakitan keranjang bronjong angkur
pada pekerjaan konstruksi bisa sempurna. Diameter kawat pengikat harus
3.00 mm dan berlapis PVC. Toleransi untuk semua ukuran keranjang
bronjong angkur adalah ± 3%.

(3) Materiel Batu Yang Digunakan. Materiel batu yang akan dipakai untuk bronjong
kawat pabrikasi dan bronjong angkur harus terdiri dari batu yang bersih, keras, dan
dapat tahan lama, berbentuk bulat atau persegi. Ukuran batu yang diijinkan untuk
digunakan adalah antara 15 cm – 25 cm (toleransi 5%) dan sekurang-kurangnya
85% dari batuan yang digunakan harus mempunyai ukuran yang sama atau lebih
besar dari ukuran tersebut serta tidak boleh ada batuan yang diijinkan melewati
lubang anyaman.

(4) Materiel Timbunan. etanah timbunan yang digunakan pada pemasangan bronjong
kawat pabrikasi dan bronjong angkur harus memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan dalam desain. Idealnya tanah timbunan yang digunakan adalah SIRTU
atau dapat juga menggunakan timbunan pilihan dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. granular dan porous;

b. persentase materiel yang ukuran butirannya lebih kecil dari 75 micron, tidak
boleh lebih dari 15%;

c. persentase materiel yang ukuran butirannya lebih kecil dari 100 mm, minimal
harus 90%; dan

d. pemadatan minimal mencapai 90 % standar proctor.

Pasal 117

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan gabion, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan gabion yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.

(2) Spesifikasi Bahan.

a. definisi. Gabion didefinisikan sebagai kawat baja yang dilapisi galvanis (atau
PVC dilapisi galvanis) berbentuk keranjang kotak dengan berbagai
ukuran. Keranjang tersebut diisi di lapangan dengan batu keras yang bersih.
249

Bagian pinggiran dari gabion merupakan permeter tebal dan kabel bagian
ujung dimana wire mesh diikat untuk menahan daya tarik mendadak atau
tarikan bertahap dari segala arah. Diafragma adalah partisi wire mesh bagian
dalam yang membagi gabion menjadi ukuran sel-sel dengan ukuran yang
sama. Kawat pengikat dan penguat adalah kawat yang dipergunakan untuk
merakit dan menggabungkan unit-unit gabion. Kawat penghubung adalah
kawat internal yang dipergunakan untuk mencegah gabion-gabion tersebut
menggembung selama proses pengisian;

b. gambaran umum. Gabion dengan tipe mesh "8 x 10" yang merupakan


jalinan kawat bergalvanis dengan atau tanpa kotak wire mesh PVC dengan
ukuran sebagaimana ditentukan dalam gambar kontrak. Kotak harus dibagi
oleh diafragma menjadi sel dengan panjang 1 m, atau seperti yang ditunjukkan
pada kontrak. Arah anyaman wire mesh horizontal sepanjang Gabion. Ujung
panel dari semua gabion secara mekanis berakhir dtepi tenunan yg dianyam ke
dasar Gabion. Diafragma harus dihubungkan ke dasar
dengan mempergunakan kawat spiral yang melewati bukaan pada dasar
gabion dan tiap bukaan panel diafragma; dan

c. kawat baja.

1. umum. Semua kawat baja yang digunakan dalam fabrikasi gabion dan
dalam operasi kabel selama konstruksi harus BS 1052, memiliki kekuatan
tarik tidak kurang dari 380 N/mm2 dan tidak melebihi 550N/mm2.

2. diameter kawat. Diameter kawat diameter dan toleransi yang relevan


harus sesuai dengan tabel berikut. Beberapa diameter kawat
dipergunakan untuk bagian utama dan beberapa sebagai tali pengikat
mengikat, tepi rangkaian dan ujung rangkaian.  Diameter kawat pada tepi
tenunan dan ujung anyaman tergantung pada jenis mesh, diameter kawat
bagian utama yang dipilih, dan jika unit yang gabion yang dipergunakan
diselubungi oleh PVC atau seng saja. Tidak semua diameter kawat yang
digunakan dalam setiap jenis gabion. Pemilihan kawat sesuai dengan
tabel di bawah ini:

Diameter Diameter kawat yang Diameter kawat yang Toleransi


kawat (mm) dipergunakan untuk unit dipergunakan untuk (mm)
ZINC unit PVC
2.20 Kawat pengikat Kawat pengikat ± 0.06
2.70 Kawat utama Kawat utama ± 0.08
3.00 Kawat utama - ± 0.08
3.40 Kawat Kawat ± 0.10
penganyam/Kawat penganyam/Kawat
ujung ujung
4.00 Kawat ujung - ± 0.10

3. lapisan seng. Semua kawat yang digunakan dalam fabrikasi gabion dan
dalam operasi kabel selama konstruksi haruslah merupakan kawat
bergalvanis akan sangat galvanis dengah kekuatan melampaui BS 443,
massa minimum lapisan seng harus sesuai dengan angka yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
250

Diameter kawat Massa lapisan


(mm) (g/m2)
2.20 240
2.70 260
3.00 275
3.40 275
4.00 290

Adhesi/daya lekat dari lapisan seng untuk kawat harus sedemikian


sehingga ketika kawat digulung enam kali pada empat buah kawat
dengah ukuran mandrel namun tidak akan hancur atau retak sehingga
pada kondisi tertentu kandungan sengnya dapat dihilangkan.

4. lapisan PVC . Pada saat PVC Coated Gabion dicantumkan dalam


gambar kontrak, maka gabion harus dipabrikasi dimana kawat baja
dibungkus dengan PVC sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Semua
kawat yang dipergunakan dalam pembuatan Gabion berlapis PVC dan
dalam pekerjaan kawat selama konstruksi haruslah diekstrusi ke atasnya
(setelah pelapisan dengan seng sesuai dengan yang sebelumnya
spesifikasi) lapisan Vinyl Chloride Poli, jika tidak disebut sebagai "PVC"
atau plastik lainnya bahan yang memiliki karakteristik unggul dari PVC
karena kalau tidak disetujui. Lapisan harus rata-rata ketebalan 0.50 mm
dengan toleransi ± 0.05 mm, dan tempat akan kurang dari 0.40 mm
tebal. PVC yang dipergunakan haruslah yang berwarna abu-abu. PVC
harus mampu menahan efek buruk dari paparan cuaca, pengaruh
perendaman air garam dan tidak menunjukkan adanya perbedaan
material dengan karakteristik materi awalnya yaitu:

a) berat jenis. Harus 1,30-1,35 sesuai dengan ASTM D 792-91;

b) kekerasan durometer. Harus 50 sampai 60 pantai D, sesuai dengan


ASTM D 2240-91 (ISO 868-1985);

c) volatile rugi. Pada suhu 105 ° C selama 24 jam - tidak akan menjadi
lebih besar dari 5%. Sesuai dengan ASTM D 2287-92 E2. Abu sisa
harus kurang dari 2% menurut ASTM D2124-62T;

d) gaya tarik. Tidak boleh kurang dari 210 kg / cm 2 sesuai dengan


ASTM D 412-92;

e) pemanjangan. Tidak boleh kurang dari 200% dan tidak lebih besar
dari 280% sesuai dengan ASTM D 412-92;

f) modulus elastisitas pada 100% dari pemanjangan. Tidak boleh


kurang dari 190 kg / sq.cm sesuai dengan ASTM D 412-87;

g) ketahanan abrasi. Hilangnya volume harus kurang dari 0.30 cm 3


sesuai dengan ASTM D 1242-56; dan
251

h) merayap korosi. Penetrasi Maksimum korosi dari inti kawat dari


ujung potong persegi tidak akan lebih besar dari 25 mm ketika
spesimen telah direndam selama 2000 jam dalam larutan 50% HCL
(Asam klorida 12 BE).

5. pengujian terhadap kerusakan adalah sebagai berikut. Variasi


karakteristik awal yang diperbolehkan, sebagaimana tercantum berikut,
adalah pada saat spesimen diajukan untuk test berikut:

a) garam Semprot. Menurut ASTM B 117-90


Periode uji = 1500 jam;

b) paparan Cahaya Ultraviolet. Menurut ASTM D 1499-92 dan ASTM G


23 (93) aparatus jenis E.Periode uji = 2000 jam pada 63 ° C;

c) paparan pada Suhu Tinggi. Menurut ASTM, D 1203-89 (ISO 176-


1976) dan ASTM D 2287 - (92) E2. Periode uji = 240 jam pada 105 °
C; dan

d) kerapuhan Suhu : tikungan dingin kurang dari -30 ° C metode uji


BS2782-104A; dingin kurang fleksibel dari +15 ° C sesuai dengan
BS2782-151A (84).

6. Setelah tes di atas telah dilakukan, lapisan PVC akan menunjukkan sifat-
sifat berikut:

a) tampilan. Lapisan vinil tidak akan retak, melepuh atau split dan tidak
akan menunjukkan perubahan yang nyata pada warna;

b) berat Jenis. Tidak menunjukkan perubahan yang lebih tinggi dari 6%


dari nilai awalnya;

c) kekerasan durometer;
Tidak menunjukkan perubahan yang lebih tinggi dari 10% dari nilai
awalnya;

d) gaya tarik. Tidak menunjukkan perubahan yang lebih tinggi dari 25%
dari nilai awalnya;

e) pemanjangan. Tidak menunjukkan perubahan yang lebih tinggi dari


25% dari nilai awalnya;

f) resistensi terhadap abrasi. Tidak menunjukkan perubahan yang


lebih tinggi dari 10% dari nilai awalnya; dan

g) kerapuhan suhu. Dingin-tekuk tidak melebihi -20° C; dingin-flex tidak


melebihi 18°

d. wire mesh. Wire mesh haruslah secara mekanis dipabrikasi sehingga memilihi
jalinan heksagonal yang seragam dimana sendinya terbentuk dengan
memelintir tiap pasang kawatnya sebanyak tiga setengah putaran (umumnya
252

dikenal sebagai putaran ganda), sedemikian rupa sehingga pelintiran tidak


lepas.  Kawat dengan jalinan ganda terlihat seperti gambar berikut:

Kekuatan ikatan sendi harus sedemikian rupa sehingga kekuatannya tidak


kurang dari 1,7 kN sehingga apabila kita menarik satu kawat untuk
memisahkan dari kawat lainnya, masing-masing kawat tidak terurai dan masih
tetap pada bidang yang sama. Diameter kawat inti standar wajib sebagai
berikut:

Tipe Kawat Diameter Kawat Diamater Kawat PVC


Seng Utama
8 x 10 2.7 dan 3.0 2.70

Beberapa ukuran kawat tertentu dapat digunakan jika gambar kontrak dan atau
perancang memperbolehkan beberapa alternatif ukuran memungkinkan. 
Ukuran wire mesh adalah sebagai berikut :

Tipe Kawat X (mm) Y (mm) % toleransi


8 x 10 82 118 ±5%

Dimensi di atas selaras dengan diferensiasi kecil dengan toleransi tergantung


pada diameter kawat, dan jika kawat seng hanya atau PVC dilapisi.

e. pinggiran jalinan kawat. Potongan ujung-ujung dari semua jaring yang


dipergunakan dalam pembangunan Gabion, kecuali ujung tepi bawah akhir
panel dan diafragma, haruslah erat teranyam dengan kawat yang memiliki
diameter seperti yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
253

Setiap sisi pinggir yang dianyam harus secara terpadu teranyam dengan kawat
utama sebagaana dijelaskan di atas. Diameter kawat tepi jalinan yg dianyam
ditunjukkan dalam tabel. Bila tepi tenunan yang dianyam tidak terikat secara
keseluruhan dengan anyaman, tepi tenunan tersebut haruslah diikatkan pada
ujung ayaman. Dan harus terikat secara mekanis pada ujung kawat ayaman
dengan terjalin sebanyak dua setengah putaran pada ujung kawat atau dengan
mempergunakan metoda yang disetujui lainnya sehingga mampu menahan
kekuatan tidak kurang dari 8.5 kN seperti yang diberikan pada anyaman dan
pada titik tertentu harus disisakan kawat sekitar satu meter;

f. diafragma dan panel akhir. Bagian ujung panel dan diafragma haruslah berada
di sisi atas dan vertical sebagaimana digambarkan sebelumnya. Bagian ujung
panel haruslah terkait secara mekanis pada bagian bawah panel ke ujung
kawat pada dasar gabion. Demikian pula, diafragma harus dihubungkan ke
dasar dengan melewati kawat spiral pada gilirannya melalui jala bukaan dasar
dan setiap mesh panel diafragma. Kawat untuk spiral harus dari jenis yang
sama dari kawat, tapi diameter harus 2,20 mm. Dalam setiap kasus gaya yang
dibutuhkan untuk memisahkan panel dari dasar harus tidak kurang dari itu
diperlukan untuk istirahat mesh lebih panjang yang sama;

g. hantaman dan kawat penguat. Diameter dari hantaman dan kawat penguat
harus 2,20 mm. Biasanya hantaman kawat tersedia dalam kuantitas 3% dari
berat total Gabion mengaktifkan hantaman dan menguatkan yang akan
dilakukan;

h. ukuran box. Gabions harus mekanis pra-pabrikasi sedemikian rupa


sehingga sisi, ujung, tutup dan diafragma dapat dirakit di lokasi konstruksi ke
dalam keranjang persegi panjang dari ukuran standar ditunjukkan di bawah
atau sebagai ditentukan dan ditunjukkan dalam gambar kontrak.

Tipe mesh Diafrakma Panjang (L) Lebar (W) Kedalaman (D)


8 x 10 2m, 3m, dan 4m 1m atau 2m 0,5m dan 1m setiap 1m

Dimensi ini tidak akan selalu tepat ketika unit diukur baik sebelum atau setelah
instalasi, dan bervariasi dalam keterbatasan toleransi 5% dari ukuan yang
dianjurkan. Untuk satuan non-standar dimensi panjang nominal, lebar atau
kedalaman dapat bervariasi luar toleransi batasan dari ukuran nominal yang
ditunjukkan dalam gambar kontrak; dan

i. batu isian. Bahan yang digunakan untuk mengisi gabion harus bersih, keras,
padat, dan batu tahan lama, bulat atau tidak bersudut. Tidak ada batu akan
melebihi 250 mm dan setidaknya 85% dari berat batu harus memiliki ukuran
yang sama atau lebih besar dari 100 mm. Tidak ada batu akan melewati mesh.

(3) Tambahan.
a. geotextile. Non-woven geotextile sebagaimana ditentukan dalam gambar harus
ditempatkan di belakang dan di bawah gabion semua lapisan untuk mencegah
254

migrasi denda seperti yang ditunjukkan dalam gambar kontrak atau seperti
yang dipersyaratkan oleh Insinyur;
b. peregangan. Akhir peregangan kotak gabion dilakukan menggunakan pull-
angkat setidaknya satu ton kapasitas, tegas dijamin ke ujung bebas dari kotak
gabion dirakit. Sementara di bawah tegangan, kotak gabion akan aman
dicampur bersama semua sisi (atas, bawah, dan samping) dan pada titik-titik
diafragma, untuk semua kotak yang berdekatan;
c pengisian. Pengisian dilakukan sementara kotak gabion berada di bawah
ketegangan. Bagian depan dan semua bagian lain yang bersentuhan harus
diselesaikan satu persatu sehingga menghasilkan gabion yang rapi, bebas, dari
tonjolan yang berlebihan, dan bagian yang kosong. Kabel penguat bagian
dalam harus disediakan pada sisi terbuka di tingkat pusat 4/cu.m di 330 mm
untuk mencegah distorsi unit gabion selama pengisian dan dalam struktur
selesai. Ini menguatkan kabel harus dibungkus sekitar dua dari kawat mesh
dan memperpanjang dari depan ke belakang. Tambahan kabel penguat harus
disediakan pada ujung terbuka pada tingkat 4/sq.m. Peralatan mekanik
mengisi dapat digunakan dengan persetujuan direksi dan memberikan yang
memadai tindakan pencegahan yang diambil untuk melindungi lapisan PVC
dari abrasi selama proses pengisian. Semua gabion harus terisi penuh dengan
menggunakan batu datar setebal 25 mm untuk memungkinkan penyelesaian
kecil dan untuk memberikan tingkat permukaan untuk lapisan berikutnya; dan

d. final hantaman. Penutupan box dan mengikat tali ke bawah dari tutup akan
dilakukan sesegera mungkin setelah proses pengisian batu terutama jika
terkena kemungkinan badai atau banjir selama konstruksi. Ujung dari semua
kabel akan diikat dan dikuatkan sehingga membentuk kotak gabion.

Pasal 118

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan tiang pancang, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan tiang
pancang yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Uraian.

a. yang dimaksud dengan pondasi tiang adalah komponen struktur berupa tiang
yang terinteraksi langsung dengan tanah yang berfungsi sebagai penopang
akhir dan menyalurkan beban dari struktur jembatan ke tanah.;

b. pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup tiang pancang yang
disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai dengan gpesifikasi ini dan
sedapat mungkin mendekati gambar menurut penetrasi atau kedalamannya
sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi teknis. tiang pancang uji dan/atau
pengujian pembebanan diperlukan untuk menentukan jumlah dan panjang
tiang pancang yang akan dilaksanakan;

c. pekerjaan ini mencakup jenis-jenis tiang pancang berikut ini;


255

d. tiang kayu, termasuk cerucuk; dan

e. jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.

(3) Persyaratan

a. standart rujukan.

1. Standart Nasional Indonesia (SNI):

a) SNI 03-4434-1997 : Spesifikasi tian pancang beton pracetak untuk


pondasi jembatan ukuran (300x300, 350x350, 400x400 )mm 2
panjang 10-20 meter dengan baja tulangan BJ 24 dan BJ 40; dan

b) SNI 03-4434-1997 : Tata cara penyambungan tiang pancang beton


pracetak penampang persegi dengan sistem monolit bahan epoxy.

2. AASHTO:

a) AASHTO M183-90 : Standart Specification for Structural Steel;

b) AASHTO M202M-02 : Steel Sheet Piling;

c) AASHTO M168 – 84 : Wood Products; dan

d) AASHTO M133 - 86 : Preservatives and Pressure Treatment


Process for Timber.

3. ASTM:

a) ATSM A252 : Steel Pipe;

b) Pekerjaan seksi lain yang berkaitan dengan seksi ini:

1) Galian : Seksi 3.1; dan

2) Urugan : Seksi 3.2.

c) Toleransi.

1) lokasi kepala tiang pancang. tiang pancang harus ditempatkan


sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar. penggeseran
lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak
boleh melampaui 75 mm dalam segala arah; dan

2) kemiringan tiang pancang. penyimpangan arah vertikal atau


kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih melampaui 20
mm per meter (yaitu 1 dalam 50).

d) Persyaratan bahan
256

1) kayu. Kayu untuk tiang turap, kecuali ditunjukkan lain dalam


Gambar, harus diberi bahan pengawet. Tiang turap harus
terbuat dari kayu yang digergaji atau ditebang, dengan sudut-
sudut persegi. Kayu untuk tiang pancang penahan beban
(bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan
dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak
lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus
sesuai bentuk asligya. Selanjutnya semua kulit kayu harus
dibuang. Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound)
dan bebas dari kerusakan mata kayu, bagian yang tidak keras
atau akibat serangan serangga. Pengawetan harus sesuai
dengan AASHTO M133 - 86. Cerucuk kayu harus terbuat dari
jenis, diameter, dan mutu, yang ditunjukkan dalam gambar; dan

2) sepatu dan Sambungan Tiang Pancang. Sepatu dan


sambungan tiang pancang harus seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang disetujui oleh direksi
teknis.

e) persyaratan kerja. Pengajuan Kesiapan kerja sebelum memulai


suatu Pekerjaan pemancangan, penyedia Jasa harus mengajukan
kepada direksi teknis hal-hal sebagai berikut:

1) program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan;

2) rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau


penurunan tiang bersama dengan peralatan, yang akan
digunakan;

3) perhitungan rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang


menunjukkan kapasitas tiang pancang. apabila penumbukan
menggunakan peralatan yang, diusulkan oleh penyedia jasa;
4) usulan untuk pengujian pembebanan tiang pancang. Usulan ini
mencakup metode pemberian beban, pengukuran beban dan
penurunan serta penyajian data yang diusulkan; dan
5) persetujuan tertulis dan direksi teknis. untuk pengajuan
tersebut di atas harus diperoleh terlebih dahulu sebelum
memulai setiap pekerjaan pemancangan.

(4) Pelaksanaan.

a. tiang pancang kayu .

1. umum. Semua tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu


sebelum dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu
tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan;

2. kepala Tiang Pancang. Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan


kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini
257

dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai


penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya
dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode
lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang pancang
harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu
yang keras dan diberli bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Apabila tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen
dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian
khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut
telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah
yang diperkirakan. Apabila digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala
tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan kedalaman yang cukup
sehingga. dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang
pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk
mencegah terjadinya keretakan;

3. sepatu Tiang Pancang. Tiang pancang harus dilengkapi dehgan sepatu


yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali
apabila seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu
harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang
pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak
antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang
berlebihan selama pemancangan;

4. pemancangan. Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang


pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus
dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan
pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya
tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus
diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang
pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus
terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi
yang relatif pada tempatnya; dan

5. penyambungan. Apabila diperlukan untuk menggunakan tiang pancang


yang terdiri dari dua batang atau lebih permukaan ujung tiang pancang
harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin
bidang kotak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang
pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu
atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil
siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk
memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus
diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang
mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

b. pemancangan.

1. umum. Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu asalkan
tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang
telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan tanpa
kerusakan. Apabila elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah
258

permukaan tanah asli, maka bahan harus dilaksanakan terlebih dahulu


sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar
pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang
ditunjukkan dalam gambar. Kepala tiang pancang baja harus dilindungi
dengan bantalan topi atau mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi
dengan cincin besi tempa atau besi non-magnetik sebagaimana yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan
tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak
dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang
miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam
posisi yang tepat semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh
direksi teknis atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan
dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dan Direksi
Teknis atau wakilnya. Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi
maksimum atau penetrasi tertentu. Sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Teknis, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai
mencapai kedalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari
dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-
kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang
tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam gambar atau
sebagaimana yang dipenintahkan oleh direksi teknis setelah
pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika
disetujui oleh direksi teknis. Apabila ketentuan rancangan tidak dapat
dipenuhi, maka direksi teknis dapat memerintahkan untuk menambah
jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang
dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya
dukung yang aman, atau Direksi Teknis dapat mengubah rancangan
bangunan bawah jembatan Apabila dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis drop hammer, diesel atau
hidraulik. berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya. Sedangkan untuk diesel
hammer berat palu tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang
total beserta topi pancangnya ditambah 500 Kg dan minimum 2.2 Ton.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Teknis. Alat pancang dengan jenis Drop
Hammer, diesel atau hidroulik yang disetujui, harus mampu memasukkan
tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 150 mm
dan akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan
sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui,
yang digunakan oleh Penyedia Jasa. Energi total alat pancang tidak boleh
kurang dari 970 kgm per pukulan. Kecuali untuk tiang pancang beton
sebagaimana disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang drop hammer , diesel atau hidraulik yang dipakai
memancang tiang pancang beton harus mempunyai energi per pukulan
untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635 kg.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang
dijatuhkan harus dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter.
Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil harus digunakan
apabila terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini
adalah kondisi yang dimaksud:
259

a) apabila terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang


harus ditembus pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang
yang panjang;

b) apabila terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga


penetrasi yang dalam terjadi dalam setiap penumbukan; dan

c) apabila tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan


mendapat penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak
dapat ditembus lainnya. Apabila serangkaian penumbukan tiang
pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang
memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan
dengan hati-hati dan pemancangan yang terus menerus setelah
tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama
jika digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan
yang lengkap harus dilakukan sesuai dengan yang dijelaskan.
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang
tidak dapat dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah
tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila
memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m
dari beton yang berumur kurang dari 7 hari. Apabila pemancangan
dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan minimum,
tidak dapat memenuhi spesifikasi, maka penyedia jasa harus
menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan water
jet atas biaya sendiri.

2. penghantar tiang pancang (leads).


Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan
bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau
palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama
pemancangan. Kecuali jika tiang pancang dipancang dalam air,
penghantar tiang pancang, sebaiknya mempunyai panjang yang cukup
sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang tidak
diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk
pemancangan tiang pancang miring;

3. bantalan topi tiang pancang paniang (followers). Pemancangan tiang


pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat mungkin
harus dihindari dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari
direksi teknis;

4. tiang pancang yang naik . Apabila tiang pancang mungkin naik akibat
naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala tiang pancang harus diukur
dalam interval waktu dimana tiang pancang yang berdekatan sedang
dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai alat pemancangan tiang
pancang yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai kedalaman
atau ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali
pada tiang pancang yang berdekatan menunjukkan bahwa pemancangan
ulang ini tidak diperlukan;
260

5. pemancangan dengan pancar air (water jet)


Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin direksi teknis
dan dengan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengurangi
kapasitas daya dukung tiang pancang yang telah selesai dikerjakan,
stabilitas tanah atau keamanan setiap struktur yang berdekatan.
Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel semprot
haruslah sekedar cukup untuk melonggarkan bahan yang berdekatan
dengan tiang tersebut dan bukan untuk membongkar bahan tersebut.
Tekanan air harus 5 kg/cm2 sampai 10 kg/cm2 tergantung pada
kepadatan tanah. Perlengkapan harus dibuat, jika diperlukan, untuk
mengalirkan air yang tergenang, pada permukaan tanah. Sebelum
penetrasi yang diperlukan tercapai, maka pancaran harus dihentikan dan
tiang pancang dipancang dengan palu sampai penetrasi akhir. Lubang-
lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi dengan
adukan semen setelah pemancangan selesai;

6. tiang pancang yang cacat. Prosedur pemancangan tidak mengijinkan


tiang pancang mengalami tegangan yang berlebihan sehingga dapat
mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton, pembelahan,
pecahnva dan kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang
pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang
sebagaimana mestinya, menurut pendapat direksi teknis, adalah
keterlaluan, dan tak akan diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus
diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa sebagaimana disyaratkan dan
sebagaimana yang disetujui oleh direksi teknis. Apabila pemancangan
ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak memungkinkan, tiang
pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi semula, atau
tiang pancang tambahan harus dipancang sebagaimana yang
diperintahkan oleh direksi teknis;

7. catatan pemancangan (calendering)


Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus
disimpan oleh Direksi Teknis dan Penyedia Jasa harus membantu direksi
teknis dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang
pancang, posisi, jenis, ukuran panjang actual, tanggal pemancangan,
panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan
terakhir, energi pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang
pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar; dan

8. rumus dinamis untuk perkiraan kapasitas tiang pancang kapasitas dari


dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan rumus
disimpan. Penyedia Jasa dapat mengajukan rumus lain untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis.

erWH W + n2 ℘
Pu=
C 1+ C 2+C 3
S+ W +℘
2

Pu
PA =
N
261

Dimana:
Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)
Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
er = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol
W: Berat palu atau ram (ton)
WP : Berat tiang pancang (ton)
n: Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H: Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H' untuk palu diesel (H' = tinggi jatuh ram)
S: Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau "set" (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : Tekanan s cmentara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang
tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gcmpa pada lapangan (in)
N: Faktor Keamanan
Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama pemancangan.

Tabel Nilai Palu (ef)

Jenis Palu Efisiensi (ef)


Drop Hammer 0,75 - 1,00
Single acting Hammer 0,75 - 0,85
Doble acting Hammer 0,85
Diesel Hammer 0,85 - 100

Tabel Nilai Koefisien Restitusi (n)

Materiel n
Tiang Pancang kayu 0,25
Bantalan kayu di atas tiang pancang baja 0,32
Bantalan kayu pada tiang pancang baja 0,4
Tiang pancang baja tanpa bantalan kayu tiang beton 0,5
dengan bantalan
Palu besi cor di atas tiang pancang beton tanpa topi 0,4

Tabel tegangan pemancangan pada tiang pancang

Tiang atau pipa baja 3,5 7,0 10,5 14,0


N/ mm2 N/ mm2 N/ mm2 N/ mm2
Langsung pada kepala tiang baja 0 0 0 0
Langsung pada Kepala Tiang 1 1 3 5
Kayu
Tiang pancang beton pra cetak 3 6 9 12,5
dengan topi setebal (75-100)mm
Topi baja yang mengandung 1 2 3 4
paking kayu untuk tiang baja H
atau tiang baja pipa
262

Cap Blok terdiri dari 5 mm bahan 0,5 1 1,5 2


fiber d iantara dua pelat baja 10
mm

Pasal 119

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan penghijauan, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
penghijauan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Pekerjaan Penghijauan.

a. penyedia jasa konstruksi harus melaksanakan penghijauan pada daerah yang


kemungkinan dapat terjadi erosi dan mencegah terjadinya longsoran tanah;
dan

b. pekerjaan penanaman pohon dan rumput.

1. pohon-pohon semak, rumput yang ditanam harus tanaman yang sehat


dan tidak terserang penyakit;

2. penyedia jasa konstruksi harus membuat taman-taman kecil dan besar


yang sebelumnya penyedia jasa konstruksi harus membuat gambar
modul taman dan harus mendapat persetujuan direksi;

3. penyedia jasa konstruksi harus melaksanakan pemupukan, baik pupuk


kandang maupun pupuk kimia agar tanaman dapat tumbuh subur;

4. pohon-pohon rindang/besar, semak, rumput jenis-jenis pohon yang


ditanam harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam gambar bila
ada perubahan jenis tanaman penyedia jasa konstruksi harus meminta
persetujuan direksi;

5. jika dalam masa jaminan pemeliharaan ada pohon-pohon, semak atau


rumput-rumput yang mati penyedia jasa konstruksi harus menganti
dengan tanaman yang sesuai atas biaya penyedia jasa konstruksi; dan

6. selama pekerjaan belum diterima atau belum dinyatakan selesai penyedia


jasa konstruksi harus melakukan perawatan.

Pasal 120

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan jogging track, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan jogging
track yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.
263

(2) Pekerjaan Jogging Track.

a. bahan. Jogging Track harus dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas baik
dan mempunyai ketahanan yang baik/stabil sehingga tidak akan bergelombang
setelah dipergunakan sekian lama.

b. pelaksanaan:

1. jogging track dikerjakan sesuai dengan persyaratan dari Pekerjaan Unum


dengan mengacu kepada Peraturan Pembuatan Prasarana Olah Raga
sehingga mendapatkan mutu yang baik dan berkualitas.

2. petunjuk direksi.

a) direksi dapat memberikan petunjuk-petunjuk tambahan;

b) mutu dan jumlah yang dipergunakan harus disetujui direksi. mutu


hasil pekerjaan harus disetujui berdasarkan hasil pemeriksaan
dengan jumlah dan cara yang ditetapkan; dan

c) bila terjadi ketidaksesuaian dengan persyaratan ataupun ketentuan-


ketentuan yang ditetapkan, penyedia jasa konstruksi diwajibkan
untuk memperbaiki/menyempurnakan sesuai petunjuk direksi.
segala biaya dan resiko sebagai akibat perbaikan penyempurnaan
tersebut menjadi tanggung jawab penyedia jasa konstruksi.

c. pekerjaan lapis pondasi bawah kelas c.

1. umum.

a) uraian. lapis pondasi bawah agregat adalah bagian konstruksi


perkerasan jalan yang terletak antara tanah dasar dan pondasi atas,
yang terdiri batu karang/karang kasar yang mempunyai persyaratan
tertentu; dan

b) sifat. dalam kedudukannya sebagai bagian konstruksi perkerasan


jalan, pondasi bawah agregat mempunyai nilai struktural.

2. Bahan.

a) sumber bahan. Penawar harus sudah menentukan sendiri lokasi,


jumlah mutu dan gradasi bahan yang akan digunakan untuk pondasi
bawah agregat. Segala biaya yang berhubungan dengan
pengambilan, pengangkutan, penyaringan dan pemecahan harus
sudah tercakup dalam harga satuan pondasi bawah agregat
selambat-lambatnya 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan pondasi
bawah agregat, Penyedia jasa konstruksi harus sudah melaporkan
kepada Direksi mengenai tempat asal dan mutu bahan yang akan
digunakan sebagai pondasi agregat dan bahan tersebut harus
persyaratan yang telah ditetapkan sebagai pondasi bawah agregat.
264

b) mutu bahan. Apabila gradasi atau mutu bahan yang dikirim ke


lapangan tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan, direksi berhak
untuk menolak bahan tersebut dan penyedia jasa konstruksi harus
segera menyingkirkan dari lapangan. Penyedia jasa konstruksi wajib
mengijinkan setiap perwakilan direksi yang ditunjuk untuk
melaksanakan pemeriksaan bahan yang digunakan atau yang
direncanakan akan digunakan pada setiap saat selama atau setelah
pekerjaan selesai, Penyedia jasa konstruksi wajib menyediakan dan
mengatur semua bahan, tenaga, peralatan untuk keperluan pemerik-
saan tersebut;

c) penggudangan dan penyimpanan bahan. Penggudangan dan


penyimpanan bahan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
dan

d) persyaratan bahan. Persyaratan bahan yang digunakan untuk


pondasi bawah agregat harus memenuhi persyaratan Kelas C
sebagaimana yang tercantum dalam gambar rencana atau petunjuk
Direksi. Bahan pondasi bawah agregat harus bebas dari kotoran
bahan organik dan bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, serta
harus sedemikian rupa sehingga memberikan lapisan yang kuat dan
mantap. Bahan pondasi bawah agregat berasal dari bahan galian
karang kasar yang bergradasi sesuai petunjuk Direksi.

3. Pelaksanaan.

a) galian pondasi lintasan dibuat sedemikian rupa sehingga


mempunyai kedalaman yang dipersyaratkan.

b) setelah galian pondasi jogging track selesai dengan ketentuan


kedalaman dan lebar yang dipersyaratkan maka lapisan pertama di
bawah pondasi diberikan urugan pasir dengan ketebalan yang
dipersyaratkan;

c) pembuatan pondasi jogging track terbuat dari lapisan batu dengan


gradasi yang paling bawah dengan menggunakan ukuran 5/7 dan
dipadatkan selapis demi selapis hingga mencapai ketebalan yang
sudah ditentukan;

d) setelah batu pondasi paling bawah terpasang dengan baik sehingga


mempunyai kekuatan yang ditentukan maka dilanjutkan dengan
lapisan kedua dengan ukuran gradasi 3/5 dan dipadatkan sehingga
mencapai kekuatan yang dipersyaratkan, demikian pula untuk
lapisan ke tiga dengan gradasi 2/3 dan dipadatkan kembali sehingga
mencapai kekuatan dan ketebalan yang dipersyaratkan;

e) pembuatan lapisan finishing dibuat setelah lapisan pondasi selesai


dan telah disetujui oleh direksi, lapisan finisihing terbuat dari semen
merah atau batu merah khusus untuk pembuatan lintasan jogging
track;
265

f) kansteen jogging track dibuat dengan bahan khusus untuk kansteen


jogging track atau bahan lain yang disetujui oleh direksi, dibuat pada
pinggir lintasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

g) kansteen setelah terpasang harus di finishing dengan cat khusus


untuk kasteen; dan

h) lintasan jogging track dinyatakan selesai bila telah diuji dan


disyahkan oleh direksi dan digaransi oleh penyedia jasa konstruksi
pelaksana dengan masa garansi sesuai yang berlaku.

Pasal 121

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan topsoiling, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan topsoiling yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Materiel

a. topsoil.

1. topsoil yang dimaksud adalah lapisan permukaan tanpa campuran bahan


yang tidak baik atau yang menghambat pertumbuhan tanaman dan tidak
boleh bercampur dengan tanah di bawahnya (subsoil) dan tunggak kayu,
akar, semak, batu (diameter  50 mm), gumpalan lempung, atau
sejenisnya;

2. semak atau vegetasi lainnya yang tidak akan dicampurkan dengan topsoil
selama pelaksanaan pekerjaan harus dipotong dan dibuang;

3. lempengan rumput liar, alang-alang, atau tumbuhan lain yang


pertumbuhannya dapat mengalahkan rumput yang ditanam harus
dibuang;

4. topsoil atau campuran tanah, kecuali disyaratkan lain, harus mempunyai


ph antara 5,5 sampai 7,6;

5. kandungan organik tidak boleh kurang dari 3% dan tidak boleh lebih dari
20% yang ditentukan dengan metoda wet-combustion (chromic acid
reduction);

6. apabila dites dengan astm c 117 materiel yang lolos saringan # 200 tidak
boleh kurang dari 20% dan tidak boleh lebih dari 80%; dan

7. topsoil asli mungkin dapat dicampurkan ke materiel yang sudah disetujui


untuk memenuhi spesifikasi.

b. Inspeksi dan Tes.


266

1. penyedia jasa konstruksi harus memberitahu pemberi tugas dalam waktu


yang cukup darimana topsoil akan diambil;

2. topsoil akan diperiksa dan dites untuk menentukan apakah memenuhi


persyaratan serta untuk menentukan sampai kedalaman berapa topsoil
boleh digali; dan

3. pada saat itu penyedia jasa konstruksi mungkin diminta untuk mengambil
sampel tanah dari beberapa lokasi untuk diuji sesuai spesifikasi dan
penentuan kedalaman yang boleh digali.

(3) Metoda Pelaksanaan

a. peralatan. peralatan yang memadai yang diperlukan untuk penyiapan dan


penanganan permukaan tanah, stripping topsoil, serta penanganan dan
penempatan semua materiel yang dibutuhkan harus ada, dalam kondisi baik
dan disetujui pemberi tugas sebelum berbagai kegiatan topsoilling
dilaksanakan; dan

b. penyiapan tanah permukaan.

1. tepat sebelum topsoil ditumpahkan dan dihamparkan pada setiap area,


permukaannya harus digemburkan dengan garu atau alat lain yang
disetujui pemberi tugas sampai kedalaman minimal 50 mm agar topsoil
dapat menyatu dengan tanah subgrade di bawahnya;

2. permukaan area yang akan ditopsoil harus bersih dari batu-batu dengan
diameter  50 mm dan semua kotoran dan materiel lain yang dapat
mengganggu ikatan topsoil dengan tanah di bawahnya, kapilaritas atau
pertumbuhan dari tanaman yang akan ditanamnya;

3. area yang terlalu padat untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus digaru
secara khusus; dan

4. kerataan dan kemiringan area yang akan ditopsoil sesuai gambar harus
dijaga kondisinya. bila kerataan dan kemiringan belum tercantum dalam
gambar, maka area tersebut harus diratakan sehingga permukaannya
halus dan permukaan tersebut harus dipadatkan untuk mencegah
terjadinya kantung-kantung air atau bagian rendah yang memungkinkan
air akan menggenang.

c. Penyediaan Topsoil
1. sebelum melaksanakan stripping di area yang sudah disetujui, semua
vegetasi, tanaman berduri, tonggak, akar besar, sampah, atau batu yang
terdapat diarea tersebut yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan
pekerjaan, harus dibuang dulu dengan metoda yang telah disetujui
pemberi tugas. rumput tebal atau penutup tanah yang tidak dapat
dicampurkan ketanah topsoil harus diambil dulu;
267

2. kalau tanah topsoil yang layak terdapat dilokasi proyek, penyedia jasa
konstruksi harus mengambil material ini dari lokasi yang ditunjuk sampai
kedalaman sesuai dengan petunjuk pemberi tugas;

3. topsoil harus dihampar pada area yang sudah diratakan dengan


kemiringan sesuai gambar serta telah disetujui pemberi tugas, atau
disisihkan (stockpiled) diarea yang sudah disetujui pemberi tugas;

4. lokasi untuk stockpile dan area yang berdampingan yang rusak karena
operasi penyedia jasa konstruksi harus diratakan/diperbaiki kembali, dan
bilamana perlu areal tersebut agar dapat dipakai sebagai tempat
penyemaian atau penanaman bibit;

5. bila topsoil yang dapat digunakan lagi ditempatkan di luar area bandar
udara, maka penyedia jasa konstruksi harus menempatkan dan
mengambil, di tempat yang sudah disetujui pemberi tugas. penyedia jasa
konstruksi harus memberitahu pemberi pugas sebelumnya dengan
tenggang waktu cukup untuk mengadakan pengukuran dan pengujian;
dan

6. topsoil harus diangkut ke lokasi pekerjaan dan dihampar atau ditempatkan


untuk dihampar kemudian sesuai persyaratan.

d. penghamparan topsoil.
1. topsoil harus dihampar merata pada area yang sudah disiapkan dengan
tebal 20 cm sesudah pemadatan. Penghamparan tidak boleh
dilaksanakan bila kondisi tanah dasar ataupun topsoil sangat basah, atau
dalam kondisi yang dapat merusak pekerjaan. Penghamparan harus
dilakukan sedemikian sehingga pekerjaan penanaman rumput dapat
dilaksanakan tanpa harus melakukan penyiapan tanah lagi atau kalaupun
ada harus seminimal mungkin;

2. sesudah penghamparan, semua gumpalan tanah yang besar, yang keras


serta gumpalan lempung harus dihancurkan dengan alat penghancur
(pulverizer) atau peralatan lain yang efektif, dan semua batu atau batu
batuan (diameter  50 mm), akar, sampah, atau semua materiel lain yang
tidak sesuai dengan spesifikasi tanah topsoil harus dibuang;

3. sesudah penghamparan selesai, topsoil harus dipadatkan secukupnya


dengan cultipacker atau peralatan lain yang disetujui pemberi tugas;

4. permukaan topsoil harus sesuai dengan persyaratan garis, kemiringan,


dan potongan melintangnya; dan

5. setiap ceceran topsoil atau kotoran yang jatuh di jalan atau pavement,
sebagai akibat opersai ini, harus dibersihkan oleh penyedia jasa
konstruksi.

Pasal 122
268

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan gebalan rumput, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan gebalan
rumput yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.
(2) Bahan-Bahan.
a. rumput. Rumput dalam lempengan yang akan digunakan pada suatu
tempat/lokasi harus mampu menstabilisir lereng-lereng secara efektif dan harus
merupakan jenis-jenis yang berasal dari daerah tersebut, serta harus disetujui
oleh pelaksana kegiatan. Lempengan rumput ini harus tidak berbahaya dan
tidak menusuk pada orang atau binatang, dan tidak dari suatu jenis yang diakui
sebagai suatu gangguan terhadap pertanian. Ini harus bebas dari penyakit,
rumput berbahaya, dan harus berakar dalam; dan

b. pupuk. Pupuk harus merupakan suatu campuran yang disetujui dari bahan-
bahan penyubur tanaman.

(3) Pelaksanaan.

a. persiapan.

1. daerah-daerah yang akan diberi lempengan harus diratakan sampai suatu


permukaan yang seragam dari bahan permukaannya digemburkan;

2. permukaan tanah harus terdiri dari tanah humus (top soil) sedemikian
rupa hingga lempengan (rumput) dan tanah humus membentuk suatu
ketebalan yang sempurna minimum 15 cm;

3. setelah persiapan permukaan, maka pupuk harus disebarkan secara


merata di atas seluruh permukaan yang akan diberi lempengan, pada
suatu ukuran dari 4 kg persiapan 100 meter persegi. pupuk harus
dicampur ke dalam permukaan semacam itu dengan
penggarukan/discing, atau penggarukan. pupuk harus digunakan tidak
lebih dari 48 jam sebelum lempengan di tempatkan; dan

4. lempengan-lempengan harus dipotong dengan sistem akarnya utuh telah


dialiri secara buatan. lempengan harus ditumpuk pada rak-rak dalam
lapisan-lapisan bersama dengan sebanyak mungkin uap lembab.
Lempengan-lempengan tersebut harus dilindungi dari matahari dan
angina, serta diberi air setiap 4 jam. Lempengan-lempengan tersebut
harus ditanam dalam waktu 2 (dua) hari setelah dipotong.

b. penerapan. Penanaman lempengan tidak akan diperkenankan selama hujan


besar, periode cuaca panas, atau angin kering panas.

Pasal 123

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Pekerjaan pada pasal ini adalah penjelasan teknis
tentang tata cara pekerjaan gren golf, bahan, dan peralatan yang akan digunakan
269

serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan gren golf yang


dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Bahan. Bahan yang digunakan adalah:

a. pasir;

b. bahan organik/pupuk;

c. batu bata;

d. pipa; dan

e. rumput golf bermuda twift 419, atau juga evergreen, atau juga pasf palum.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan.

a. lahan atau lokasi dibersikan, tanah asli dikupas, digemburkan, sehingga thatch
pada lapisan di atas tanah yang terdiri dari batang dan akar rumput yang masih
hidup maupun yang sudah mati hilang;

b. tanah yang sudah bersih dicampur dengan campuran media tanah (pasir dan
bahan organik);

c. tanah dibentuk elips tidak beraturan dengan luas antara 450 - 700 m2;

d. pembuatan drainase dengan sistem drainase dengan ketebalan 20 - 30 cm


terdiri atas batu-bata dan pipa;

e. tanah yang sudah dicampur diambil untuk diuji laboratorium (misal untuk green
setiap tahun;

f. benih rumput/rumput yang sudah disiapkan ditanam dengan jarak yang tidak
terlalu rapat juga tidak terlalu jauh, antara 10 - 15 cm;

g. rumput yang sudah ditanam dipadatkan/digilas (dengan mini roller) agar akar
rumput melekat pada tanah dan merata kemudian dilakukan penyiraman; dan

h bahan tambahan yang diberikan ke tanah harus disebar dan dicampur rata
agar efektif dan menghindari kemungkinan munculnya rumput yang kurang
seragam.

BAB VI
PEKERJAAN PRASARANA DUKUNGAN PENERBANGAN

Pasal 124

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan taxi way, bahan, dan peralatan yang
270

akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan taxi


way yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana

(2) Pembuatan taxi way dengan mutu yang baik perlu dipersyaratkan bahan-bahannya
antara lain:

a. pasir. Pasir yang digunakan harus dari daerah tertentu yang sudah disetujui
Direksi dan memenuhi persyaratan dalam NI-3 PBI 1970 dan NI-2 PBI 1971.
Syarat mutu agregat menurut SII 0052-80 sebagai berikut:

1. susunan besar butir mempunyai kehalusan antara 2,5 sampai 3,8;

2. kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 5 %;

3. kadar zat organik ditentukan dengan larutan natrium sulfat 3 %, jika


dibandingkan warna/pembanding tidak lebih tua dari pada warna
standard/pembanding;

4. kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir


pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka
hasil bagi tidak lebih dari 2,20;

5. Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat yaitu:

a) jika dipakai NaSO4 bagian yang hancur max 10 %; dan

b) jika dipakai MgSO4 bagian yang hancur max 15 %.

b. ac/60/70. Asphalt cement yang digunakan harus berkualitas baik yaitu


penetrasi 60/70, memenuhi persyaratan ASTM spesifikasi D 946-63 T, serta
persyaratan lain yang berlaku di Indonesia;

c. air. Pengadaan air harus cukup baik untuk keperluan konstruksi maupun
keperluan lain dengan menggunakan peralatan-peralatan dan perlengkapan
yang digunakan untuk menyediakan air yang berkapasitas cukup besar dan
dapat menjamin keseragaman pemakaian air. Kualitas air harus cukup, air
tidak mengandung kotoran-kotoran, garam, asam dengan kadar yang tinggi,
sehingga dapat merusak konstruksi;

d. asphalt cement. Asphalt cement digunakan AC/penetrasi 60-70 yang


memenuhi syarat-syarat ASTM spesifikasi D946-63 T (revisi baru) serta
persyaratan lain yang berlaku di Indonesia. Asphalt dipakai produksi
ESSO/SHELL;

e. cut back asphalt. Cut Back Asphalt yang digunakan adalah jenis Rapid Curing
2 atau 6 dan memenuhi AC 85/100, 60/70 yang disetujui oleh direksi secara
tertulis. Asphalt yang dipakai setara produksi ESSO/SHELL;

f. bahan agregate. Terdiri dari materiel batu pecah ex stone crusher yang terdiri
dari : course agregate, fine agregate, filler, dust. Material tersebut harus cukup
271

keras, tahan lama tidak rapuh/perobus bersegi-segi (Granuler) dan tidak


mengandung kotoran. Persyaratan harus ausan 45 pada 500 putaran
(AASHOT Los Angeles Abration Test) dan telah dinyatakan tertulis dari direksi;

g. sand/pasir. Materiel pasir harus bersih dari segala kotoran/benda asing


maupun lumpur. Persyaratannya tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5% (terhadap berat kering) dan memenuhi PBI 1971. Sedang yang diartikan
lumpur adalah yang dapat lolos dari ayakan 0,063 mm. Kadar lebih dari 5%
harus dicuci;

h. lingkup pekerjaan. Lingkup pekerjaan dalam pasal ini adalah menyediakan


semua mesin, alat peralatan, tenaga kerja dan bahan/materiel serta
pelaksanaan semua kegiatan yang berhubungan dengan pemasangan
konstruksi leveling (binder course) yang termasuk pekerjaan pada proyek
tersebut sesuai persyaratan dan gambar-gambar yang sah;

i. bahan. Bahan materiel yang dibutuhkan/digunakan adalah sesuai dengan


butir 6 yang telah disebutkan di depan;

j. persyaratan gradasi aggregate. Gradasi aggregate yang dipersyaratkan pada


pekerjaan leveling adalah maximum (setengah) dari tebal jadi konstruksi
leveling tersebut;

k. pelaksanaan. Permukaan yang telah di teak coating dihampar materiel hotmix


atau binder course dapat menggunakan asphalt paver (asphalt finisher) atau
dihampar dengan tangan bagi daerah-daerah yang tidak memungkinkan
dengan finisher tersebut di atas. Pelaksanaan pekerjaan leveling harus seteliti
mungkin mengingat ketebalan yang berbeda-beda pada setiap titik pada
daerah yang dileveling. Oleh karena itu perlu dibedakan cara-cara
penghamparan sebagai berikut:

1. tebal leveling < 2 cm dapat dihampar dengan tangan menggunakan


materiel screen sheet;

2. tebal leveling > 2 cm < 7 ½ cm dapat dihampar dengan asphalt finisher


dan menggunakan hotmix; dan

3. tebal leveling > 7 ½ cm dapat dihampar dengan tangan menggunakan


kolakan asphalt dan aggregate. apabila segala cara di atas tidak
memungkinkan maka untuk < 2 cm dapat menggunakan cara penetrasi
dengan kadar asphalt ± 6 % dari berat mixture seluruhnya.
penyempurnaan peralatan dengan penambahan bahan sejenis dan
penggilasan untuk mencapai kelicinan dan kerataan serta kepadatan yang
homogen untuk seluruh permukaan dan mencapai grade overlay akan
diuraikan pada pasal-pasal berikut ini.

l. toleransi. Toleransi grade permukaan levelling yang disyaratkan adalah tidak


lebih perbedaan tinggi 10 mm jika diperiksa dengan batang panjang 5 meter ke
segala arah. Bila sampai perbedaan tinggi > 10 mm maka harus dilakukan
penimbunan pada daerah tersebut dengan bahan sejenis yang dikerjakan.
Komposisi material hotmix:
272

PROSENTASE
MATERIEL CAMPURAN BINDER COURSE SURFACE
COURSE
1. Pasir beton/sand 10 % 10 %
2. Fine Agregate (F.A.) 25 % 75 %
3. Course Agregate (C.A.) 65 % 15 %
4. Asphalt Cement (AC 60/70) 5% 6,6 %
5. Temperatur of mixing 140 C 140 C

(3) Pekerjaan Asphalt Concrete Pavement.

a. lingkup bagian pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini terdiri dari
penyediaan tenaga kerja, AMP, equipment, dan alat-peralatan perlengkapan
serta materiel dan lain-lain pekerjaan yang berhubungan dengan pemasangan
dan penghamparan lapisan asphalt concrete/hotmix asphalt concrete pavement
untuk taxyway terdiri dari surface course dan binder course termasuk prime
coating sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat kontrak, serta gambar-
gambar yang sah yang telah disetujui oleh direksi;

b. bahan. Penggunaan bahan materiel sesuai uraian di pasal terdahulu dengan


tambahan kejelasan sebagai berikut:

1. asphalt cement. Prosentase berat Asphalt Cement yang diperlukan pada


campuran dengan aggregate harus seperti yang telah ditetapkan oleh
direksi proyek, berdasarkan percobaan campuran dan analisa saringan
dari aggregate dan harus memenuhi persyaratan yang termuat dalam
tabel job mix formula. Jenis spesifikasi dan suhu campuran untuk asphalt
cement adalah sebagai berikut:

a) penetrasi grade adalah 60 – 70;

b) spesifikasi ASTM D-946-63T; dan

c) mixing Temperatur adalah 145° - 160° C.

2. job mixing formula/syarat campuran. Tidak diperkenankan memulai


pekerjaan, juga campuran tidak akan diterima sebelum penyedia barang
dan jasa menyelesaikan suatu formula job mixing yang memuaskan,
berdasarkan marshall test method yang disetujui oleh pemimpin proyek.
Penyedia barang dan jasa harus melaporkan formula job mixing kepada
direksi proyek dengan memberikan prosentase yang pasti bagi tiap-tiap
fraksi saringan aggregate dan asphalt cement serta temperatur yang
ditentukan dari hasil campuran yang dihasilkan dari mixer. Tidak
diperkenankan melaksanakan overlay aspal sebelum formula job mixing
disetujui oleh direksi proyek. Materiel yang disediakan harus sesuai
dengan formula job mixing yang telah disetujui dalam toleransi yang
ditentukan sebagaimana dibawah ini:

JOB MIX TOLERANCES PLUS / MIN


1. Agregate Pasing Sieve No.8 to 100 (Inchi) 4%
273

2. Agregate Pasing Sieve No.4 and larger 7%


3. Agregate Pasing Sieve No.100 and No.200 2%
4. Asphalt Cement 0,4 %
5. Temperature of Mixing 140 C

Hasil dari gradasi tidak melampaui batas-batas toleransi dari spesifikasi


ini.

3. aggregate. Aggregate harus dari batu pecah, kerikil pecah, screening,


materiel-materiel yang disetujui yang mempunyai sifat dan kualitas yang
sama memenuhi semua persyaratan bila dicampurkan dalam batas-batas
gradasi tersebut di atas. course aggregate harus terdiri dari bahan yang
bersifat tahan aus, keras, dan bebas dari lapisan-lapisan (coating yang
melekat), dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari persyaratan ASTM
692. Untuk surfase course yang direcanakan menampung pesawat
terbang dan tanker-tanker bahan bakar, maka untuk course aggregate
proses pemecahan batu harus memenuhi syarat-syarat (tertinggal pada
saringan No.8) sebagai berikut:

a) minimum 75 % dari berat butiran yang mempunyai 2 muka bidang


pecah;

b) 100 dari berat butiran dengan satu atau lebih muka bidang pecah.

course aggregate tidak boleh menampakkan adanya tanda cerai-


berai/disintregration dan bilamana diadakan percobaan 5 x dengan
sedium surface soundness test, mempergunakan astm c 88 tidak
boleh menampakkan jumlah kehilangan > 9 % untuk surface course,
12 % untuk binder course, dan bila diadakan magnesium soundness
lost test pada materiel surface course tidak boleh lebih dari 12 %.
bagian materiel yang tertinggal pada saringan no. 8 disebut course
aggregate/aggregate kasar, bagian yang lewat no. 8 disebut fine
aggregate dan materiel yang lewat saringan no. 200 disebut sebagai
filler. materiel campuran harus memenuhi susunan (grading limit)
seperti tercantum dalam tabel memakai astm c 117 dan c 136. fine
aggregate terdiri dari bahan yang tahan ausan, bebas dari sejumlah
tanah liat, dan lain-lain bahan yang tidak diinginkan dan memenuhi
ketentuan-ketentuan astm spesifikasi d 1073. bagian dari fine
aggregate, termasuk filler yang lewat saringan no. 40 harus
mempunyai plasticity index tidak lebih dari astm d 424 dan liquid limit
tidak lebih dari 25 % seperti ditentukan dalam astm d 423. sebelum
penerimaan terakhir dari aggregate tersebut, stripping harus diten-
tukan. dengan dipekerjakan persiapan sampel, test dari paving
mixture yang sesuai dengan spesifikasi berikut:

1) sesudah pencampuran dilakukan kemudian dihampar dengan


lapisan yang lepas dan tipis dan dibiarkan selama 24 jam
sebelum di test;

2) sample test dalam botol gelas bersih ditutup rapat;


274

3) sample test ditutup seluruhnya dengan air destilasi bersuhu


27°- 38°c. botol dan isinya harus diberikan selama 24 jam;

4) contoh dikocok kuat-kuat selama 15 menit, selanjutnya diuji


untuk strippingnya; dan

5) bila terlihat adanya lapisan asphalt terlepas dari permukaan


aggregate maka perlu menggunakan anti strip agents dan
aggregate tidak boleh digunakan;

4. filler. Bila filler merupakan tambahan yang diperlukan pada aggregate


yang ada, maka harus terdiri dari debu batu pecah, PC atau bahan lain
yang disetujui. Materiel filler harus memenuhi persyaratan ASTM D 242;

5. stockpilling aggregate. Aggregate-aggregate disimpan sedemikian rupa


sehingga mencegah segregation dan pengotoran. Stockpile aggregate
diatur sedemikian rupa sehingga lapisan-lapisan tidak melebihi 1 m di
atas dasar yang keras yang bersih dengan tidak melebihi dari 5%
kemiringan.
Course aggregate dan fine aggregate di tempat penimbunan dipisahkan
oleh sekat atau oleh alat lain dengan persetujuan direksi proyek dan
sekeliling timbunan drainage yang baik. Aggregate yang menjadi kotor
karena bahan-bahan asing selama disimpan atau dalam pelaksanaan
akan ditolak, harus disingkirkan, dipisahkan dari materiel yang dapat
diterima, diproses lagi atas biaya penyedia barang dan jasa.

6. gradasi aggregate. Gradasi aggregate harus berada dalam batas-batas


sebagai berikut:

BLACK BINDER COURSE SURFACE


SIEVE SIZE BASE / ATB COURSE
1” Max ½” Max
½” Max ¾” MAX
1” 75 – 100 100 - 100
0,75” 60 – 85 81 – 96 - 100
0,50” - 69 – 89 100 82 – 96
0,375” 40 – 65 62 – 81 78 – 95 75 – 90
No. 4 30 – 50 48 – 66 59 – 80 60 – 73
No. 8 20 – 50 37 – 53 45 – 60 45 – 60
No. 16 - 28 – 43 34 – 52 34 – 48
No. 30 5 – 20 20 – 33 25 – 40 24 – 48
No. 50 3 – 12 14 – 24 17 – 29 15 – 28
No. 100 2–8 8 – 16 11 – 19 8 – 17
No. 200 1–4 3–7 4–9 3–6

Gradation dalam tabel tadi menunjukkan batas-batas yang akan


menentukan aggregate yang dipersyaratkan untuk dapat dipakai sumber
pengadaan. gradation yang ditentukan terakhir di dalam batas-batas
yang ditempatkan dalam tabel tersebut harus dipilih merata dari yang
course sampai fine dan tidak boleh berbeda dari sieve sampai batas
tertinggi dari sieve-sieve yang berdekatan atau sebaliknya.
275

Untuk mengetahui prosentase dari seluruh materiel yang lolos saringan


No.200, suatu sampel dari aggregate dan fine aggregate harus dicuci.
Dari jumlah materiel yang lolos dari saringan No.200, minimum selu-
ruhnya harus lolos saringan No.200 dengan dry sieving. Meskipun diatur
dengan komposisi limit yang telah ditetapkan masih perlu juga
pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipakai untuk
pelaksanaan disesuaikan dengan suatu job mix formula.

7. bituminous percent.

a) stone of gravel 4,5 % - 7% - 5,5 - 8%

b) slag ,0 - 9% 7 - 10 %

Kadar bituminous dari mixture diperhitungkan dari berat mixture


seluruhnya, untuk persyaratan gradasi Agregate dan kadar bituminous
disamping hal-hal tersebut di atas dapat pula dipakai komposisi lain
sesuai persyaratan teknis yang berlaku umum (ASTM) tebal lapisan yang
dilaksanakan, serta atas persetujuan direksi setelah melalui laboratorium
test dan percobaan-percobaan.

c. pembatasan-pembatasan berkenaan dengan cuaca. Setiap lapisan dapat


dilaksanakan hanya apabila kondisi permukaan dalam keadaan kering dan
cuaca tidak hujan. Temperatur yang telah dipersyaratkan dapat menyimpang
atas persetujuan dan petunjuk direksi proyek;

d. bituminous mixing plant. Daerah penyimpanan yang cukup, perlu disediakan


untuk masing-masing ukuran daripada aggregate. Aggregate yang mempunyai
ukuran yang berbeda harus tetap dipisahkan sampai dibawa ke cold elevator
yang menuju drier. Lapangan untuk menyimpan harus rapih dan teratur dan
stockpiles yang terpisah mudah tercapai untuk mendapatkan sample. Plant
untuk menyiapkan bituminous mixture harus memenuhi semua persyaratan di
bawah ini, dikecualikan hanya persyaratan skala, yang berlaku bila
proportioning weight diperlihatkan. Bituminous mixing plant dapat berjenis:

1. batch mixing plant; dan

2. continous mixing plant.

e. persyaratan bagi semua plant. Mixing plant harus memenuhi kapasitas kerja
seluruhnya disesuaikan dengan scope pekerjaannya dan diatur supaya dapat
melayani pekerjaan konstruksi yang dimaksud. Persyaratan peralatan pada
plant sebagai berikut:
1. skala timbangan. Skala ketepatannya harus sampai daripada beban yang
diperlukan. Alat penimbangan/timbangan harus dipasang teguh supaya
tidak goyah. Skala diperiksa ketepatan dan bila direksi proyek
menganggap perlu penyedia barang dan jasa harus mempunyai minimum
10 mata timbangan 50 pound untuk mengetes skala;
276

2. equipment untuk bituminous materiel. Tanki-tanki disediakan untuk


memanasi dan menampung material pada temperatur yang diinginkan
dengan cara yang telah ditentukan sedemikian rupa sehingga nyala api
tidak sampai menjilat tanki. Sistim sirkulasi bituminous materiel diatur
agar kelancaran dan kelanjutan pekerjaan terjamin baik. Diharuskan
menakar dan mengadakan sampling dari materiel dalam tanki-tanki
penyimpanan;

3. pengisian drier. Plant harus dilengkapi dengan alat mekanis yang


dengan cermat menuangkan aggregate ke dalam drier agar hasilnya
sama, begitu pula temperaturnya;
4. drier. Plant disertai atau beberapa drier yang selalu mengaduk aggregate
selama proses heating dan drying. Drier dibuat sedemikian rupa
sehingga granilair serta contentnya lebih rendah dan mempunyai angka
lebih kecil 0,5 %;
5. screens. Dalam hal ini harus disediakan plant screen yang dapat
memisahkan/menyaring semua aggregate baik proporsi dan ukuran yang
telah ditentukan dan mempunyai kapasitas normal lebih besar dari
kapasitas maximum mixer;
6. bins. Plant harus dilengkapi dengan strorage bins yang berkapasitas
cukup melayani mixer yang sedang bekerja dengan kapasitas maximal.
Bins harus diatur agar tiap macam aggregate tersimpan cukup dan
terpisah. Bila mempergunakan filler dari hydrated line harus disediakan
dry storage khusus dan plant harus dilengkapi dengan alat bins harus
diberi penyalur ke luar yang ukuran dan letaknya tidak akan
menyebabkan menumpuknya materiel ke compartement harus diberi out
gate, agar tidak bocor. Atas harus terbuka sepenuhnya dan secepatnya.
Bins harus diberi tongkat petunjuk angka/tell table devices yang
menunjukkan banyaknya aggregate di 3 dalam bins pipe, titik ½ bagian
bawah;

7. unit bituminous control. Harus diusahakan sebaik-baiknya untuk


menentukan prosentase asphalt dan pada campuran dengan cara
menimbang atau mengukurnya. Harus diusahakan mengatur banyaknya
atau mengalirnya bahan asphalt ke dalam mixer/batch;

8. thermometric equiment. Semua thermometric khusus dengan skala yang


cukup harus ditempatkan pada pipa pengalir asphalt dengan pipa
pengisi/charging valve dari mixer unit. Plant harus dilengkapi dengan alat
pengukur panas yang ditempatkan pada katub pembuka dari drier untuk
mengetahui temperatur aggregate yang dipanasi. Direksi proyek dapat
menambah thermometer yang ada dengan alat pengatur panas yang
disetujui agar temperatur campuran dapat diatur dengan baik;

9. dust collector. Plant harus dilengkapi dengan dust collector untuk


mengalirkan atau mengembalikan dengan teratur semua atau sebagian
bahan ke dalam Hot Elevator; dan
277

10. persyaratan keamanan. Harus disediakan tangga yang cukup aman ke


mixer platform dan sampling plants serta tangga berpagar ke bagian plant
unit yang lain harus dipasang di tempat-tempat yang dipasang/diperlukan
pada waktu plant bekerja. agar direksi proyek mengambil sample dan
dapat mengetahui data temperaturnya, disediakan alat yang diperlukan
untuk dengan cepat mencapai bagian atas truck. Harus dilengkapi alat
untuk mengatur skala alat penala, alat sampling dan sejenisnya yang
ditempatkan di sekitar tempat truck memuat, setiap saat dijaga agar
cukup lapang, tidak terhalang, dan bersih dari ceceran yang berasal dari
mixing Platform.

f. persyaratan bagi batch mixing plants. Persyaratan untuk batch mixing plants
harus mempunyai:

1. weightbox atau hopper. Alat ini harus dilengkapi dengan penimbang yang
teliti untuk setiap jenis ukuran aggregate dalam suatu weightbox atau
hopper yang cukup besarnya untuk menampung satu batch penuh. Pintu
penutup atau gate harus rapat agar tidak ada material yang lolos ke mixer
proses penimbunan;

2. bituminous control. Alat pengukur asphalt harus mempunyai ketelitian


sampal dengan ± ½ m'. Bucket asphalt harus/kokoh dengan tutupnya dari
metal dan terpisah serta dapat dibuka. Panjang tutup penuang atau bar
penyemprot/spraybar tidak boleh kurang dari 3/4 panjang mixer dan harus
dapat menuang langsung ke mixer. Katub pembuka dan bar
penyemprot/spraybar bucket asphalt harus dipanasi seperlunya. Jika
dipergunakan selubung uap, harus dialirkan dengan baik dan
sambungannya harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu
proses penimbangan. Kapasitas bucket asphalt minimum 1½ berat bahan
Asphalt yang diperlukan untuk suatu batch. Pada plant harus dilengkapi
suatu charging value yang tidak bocor, yang dapat terbuka bila kena
tekanan secukupnya yang ditempatkan tepat diatas bucket asphalt. Jarum
penunjuk/indicator dial dapat menunjukkan minimum 15 % lebih berat dari
bahan asphalt yang digunakn setiap batch. Alat pengontrol harus
dipasang ditiap dial catting yang dengan otomatis kembali ke tanda
semula pada tiap batch bahan asphalt yang ditambahkan. Jarum penun-
juk harus dilihat jelas oleh operator. Setelah periode dry mixing selesai,
pengaliran bahan asphalt harus dikontrol. Setelah itu secara otomatis
pengaliran seluruh bahan bituman yang dipakai dalam satu batch harus
dituangkan dalam waktu lebih dari 15 detik. Besar-kecilnya lubang
spraybar harus memungkinkan untuk pemakaian bahan asphalt harus
dengan merata ke seluruh ruangan mixer. Bagian pengatur asphalt di
antara katub pengisi dan spraybar harus berkatub dan berlubang
pembuangan dan untuk memeriksa pengukur bila alat pengukur dipasang
pada bucket bahan asphalt; dan

3. mixer. Batch mixer harus dari tipe yang dapat mengaduk secara
merata/homogen sesuai jobmix tolerance. Jika mixer tidak berselubung,
mixer hot harus dilengkapi dengan pelindung debu. Blade cleareance dari
bagian yang berputar maupun yang tetap tidak boleh lebih dari 1". Feeder
berbentuk persegi panjang yang dapat diatur panjang atau lebarnya saja
278

dengan alat mekanis dan ada kuncinya. Tanda penunjuk dipasang ditiap
pintu penutup untuk menunjukkan ukuran lebar pintu penutup dalam cm.

g. persyaratan bagi continous mixing plant. Persyaratan bagi Continous Mixing


Plant antara lain sebagai berikut:

1. perbandingan/proporsi bahan adukan. Di dalam plant harus dilengkapi


alat pengatur untuk perbandingan setiap jenis ukuran aggregate secara
teliti dan harus ada feeder yang dipasang di bawah compartement bins
serta dilengkapi sebuah pintu penutup yang merupakan lubang untuk
penakar aggregate yang diambil dari tiap compartement. Feeder
berbentuk persegi panjang yang dapat diatur panjang atau lebarnya saja
dengan alat mekanis yang dilengkapi dengan kunci. Tanda penunjuk
dipasang di tiap pintu penutup untuk menunjukkan ukuran lebar pintu
penutup dalam cm;

2. peneraan berat aggregate yang tertuang. Harus dilengkapi alat penara,


pembukaan lubang pintu penutup dengan menimbang test sample. Harus
dilaksanakan supaya aggregate yang ke luar dari tiap lubang dapat
diteruskan ke Testboxnya masing-masing. Plant harus dapat
mengerjakan dengan baik tiap test sample yang tidak kurang dari 100 kg.
Penyedia barang dan jasa harus menjamin bahwa skalanya cukup teliti
untuk penimbangan test sample tersebut;

3. sinkronisasi penuangan aggregate dan bahan asphalt. Harus dipasang


alat yang mengatur supaya penuangan aggregate bins dan penuangan
bahan asphalt dari mixer serasi/synchron. Hal tersebut dijalankan dengan
susunan alat-alat mekanis atau cara lain yang dapat disetujui oleh
pemimpin proyek; dan

4. plant. Plant harus dilengkapi dengan suatu continous mixer yang selalu
jobmix dengan dump gates untuk memungkinkan menuang adukan
dengan tepat. Pedal-pedal harus dapat diatur agar jari-jarinya membentuk
sudut tajam dam dapat diputar kembali untuk membalikkan aliran adukan.
Pada mixer harus terdapat tanda penunjuk isi bersih mixer pada tiap-tiap
titik ketinggian tertentu yang harus tertera pada tanda. Harus disediakan
gambar grafik yang menunjukkan banyaknya setiap aggregate yang
dipergunakan tiap menit.

h. bituminous pavers. Bituminous pavers harus mempunyai tenaga penggerak


sendiri dan dilengkapi dengan screed atau strike off bilamana perlu dilengkapi
dengan alat pemanas. Alat ini harus dapat menebarkan dan meratakan
lapisan-lapisan bitumious plant mix materiel sesuai dengan tebal, kemiringan,
keberatan yang ditentukan. Alat tersebut harus mempunyai hopper yang
dapat menampung kapasitas cukup sehingga dapat menghasilkan penaburan
yang merata/homogen. Hopper harus dilengkapi dengan sistem distribusi untuk
mengatur adukan dengan merata dimuka screed. Pemasang screed atau
strike off sedemikian rupa sehingga clapat menghasilkan secara efektif
pekerjaan yang sempurna (tidak tearing, shoving, gouging). Paver harus
nampu berjalan dengan lancar sambil menghamparkan adukan dengan lancar
sambil menghamparkan adukan dengan memuaskan;
279

i. rollers. Rollers harus dalam keadaan baik dapat bergerak ke muka dan ke
belakang dengan kecepatan yang dapat diatur agar adukan hotmix tidak
bergerak/terjadi displacement, jumlah, tipe dan berat dari rollers harus cukup
mendapatkan hotmix sampai pada kepadatan yang diisyaratkan selama hotmix
masih dalam keadaan dapat dikerjakan. Rollers yang harus disediakan ialah
three wheel rollers, dual tandem rollers, three axle wheel rollers, pneumatic
tired rollers. Tidak diizinkan pemakaian alat yang mengakibatkan pecahnya
aggregate secara berlebihan;

j. persiapan bahan aggregate. Aggregate untuk hotmix harus dikeringkan dan


dipanasi di plant sebelum dimasukkan ke mixer. Bila mulai dituang di mixer,
campuran aggregate kadar airnya tidak bolah lebih dari 0,5%. Air dalam
aggregate dihilangkan dengan memanasinya sampai tidak terjadi penguapan.
Sebelum bahan tersebut dituangkan, aggregate harus dipanaskan, hingga
mencapai temperatur yang ditentukan pada job formula, terdapat dalam job
tolerance yang ditetapkan. Temperatur tertinggi dan pemanasannya harus
diatur agar tidak mengakibatkan kerusakan pada aggregate. Harus
diperhatikan agar aggregate yang banyak mengandung calcium dan
magnesium tidak rusak karena ukurannya dimasukkan kedalam bins-bins yang
terpisah siap untuk dicampurkan dengan bahan asphalt. Plant harus dilengkapi
dengan peralatan mekanis yang teliti yang dengan teratur menuangkan
aggregate ke dalam drier sehingga diperoleh hasil yang sejenis dengan
temperatur yang sama. Bila diperlukan untuk mengaduk bahan-bahan, maka
harus dilengkapi coinpartement dan feeders; dan

k. persiapan bituminnous mixture. Sebelum dibawa ke taxiway aggregate harus


dicampur dengan bahan asphalt di mixing plant. Campuran adukan
dilaksanakan pada temperatur yang ditetapkan oleh marshal metode mixture.
Agregate kering telah disiapkan seperti tersebut di atas dicampur dalam plant
dengan perbandingan yang disyaratkan gradasi yang telah ditetapkan.
Banyaknya agregate pada setiap batch harus ditentukan, ditimbang, dan
dimasukkan ke dalam mixer. Dalam penakaran volume menurut bagian-
bagiannya, ukuran terbukanya katup harus ditentukan dan katup dikunci pada
tempatnya. Materiel asphalt harus dicairkan dalam ketel dan tanki pemanas
yang diatur hingga pemanas seluruh isinya merata. Jumlah materiel asphalt
pada tiap batch harus jumlahnya ditar untuk continous mixer harus disetujui
oleh pemimpin proyek dan ditimbang serta dituang kedalam mixer, temperatur
yang telah ditetapkan yang bertahan pada batas terendah untuk dapat
mencampur dan menghampar secukupnya. Untuk batch mixer semua bahan
agregat harus sudah didalam mixer sebelum material asphalt ditambahkan
kedalamnya. Temperatur yang tepat dalam batas-batas yang telah ditentukan
harus mendapat persetujuan dari direksi proyek.
Tidak diperkenankan menuangkan aggregate ke dalam mixer pada temperatur
lebih dari 140°C di atas temperatur materiel asphalt. Penyampuran harus
berlangsung terus sampai pada waktu yang ditetapkan oleh direksi proyek
sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan aggregate dilapisi oleh asphalt.
waktu ini tergantung pada mix design dan mixing plant yang dipergunakan.
Cara menghitung mixing time dalam continous mixer adalah membagi berat isi
seluruh mixer selagi bekerja dengan berat mixer yang dihasilkan tiap detiknya;
dan
280

Pugmill dead capacity in kilograms


Mixing Time in seconds =
Pugmill output in kg per second

l. pengangkutan dan penyampaian/delivery hotmix. Mengangkut hotmix dari


mixing plant ke tempat pelaksanaan pekerjaan harus mempergunakan truck
yang baknya dari metal, kokoh, bersih, dan tidak terdapat bahan lainnya.
Setiap kali dimuati harus ditutupi dengan kanvas atau semacamnya yang
cukup ukuran dan tebalnya, untuk menghindari debu ataupun cuaca. Hotmix
harus sampai di tempat pelaksanaan pada temperatur dalam toleransi yang
diizinkan dalam job formula yang disetujui.

(4) Penghamparan dan Pelaksanaan Overlay.

a. persiapan pelaksanaan. Sebelum hotmix diletakkan maka permukaan lapisan


yang ada harus dibersihkan dari materiel lepas lainnya dengan menggunakan
sweeper yang dilengkapi dengan blower atau sapu lidi bila perlu, sesuai
dengan direksi proyek. Hanya diizinkan menghampar hotmix di atas lapisan
yang kering, yang dalam keadaan baik dan hanya pada waktu cuaca baik.
Tidak diizinkan menghampar hotmix bila temperatur tidak mengizinkan
meneruskan pekerjaan tersebut diatas sampai hotmix yang masih dalam plant
pada waktu itu habis, asal temperaturnya hotmix masih dalam batas-batas
yang telah ditentukan. Grade kontrol antara pinggiran taxiway harus dengan
tongkat grade atau paku-paku baja yang dipasang pada garis sejajar dengan
line dan jarak tiap tongkat atau paku tersebut cukup dengan untuk
merentangkan tali.
Penghamparan harus dimulai pada tempat atau tempat-tempat terjauh dari
mixing plant dan terus menuju ke arah plant, kecuali bila diperintahkan
melalui/hauling materiel yang sudah dihamparkan, sampai material dipadatkan
dengan cara yang telah ditetapkan dan sudah mendingin sama dengan
temperatur sekitarnya;

b. machine sipreading/bituminous pavers. Setelah sampai di tempat pelaksanaan


Hotmix dimasukkan/dituangkan ke dalam Bituminous Paver dan segera
dihamparkan selebar yang telah ditetapkan. Selanjutnya digilas dengan tinggi
lapisan yang merata sehingga bila pekerjaan selesai, akan memenuhi tebal
yang ditetapkan dan sesuai dengan grade dan surtace yang ditetapkan.
Kecepatan Paver harus diatur agar Hotmix tidak melesak dan terkoyak (pulling
& tearing). Hotmix harus dihamparkan memanjang dengan lebar paling sedikit
2 meter. Penghamparan dimulai dari sepanjang sumbu Taxy Way pada bagian
tertinggi dengan slope searah, untuk menjamin drainge yang baik. Strip
selebar 15 cm di dekat tempat-tempat dimana materiel nantinya dihamparkan
tetapi tidak boleh dibiarkan tanpa digilas 2 jam sesudah dihampar. Setelah
jalur hamparan yang pertama dipadatkan, diikuti yang kedua kemudian
dipadatkan seperti jalur hamparan yang pertama, kecuali jika penggilasan
diperlebar sampai meliputi 15 cm dari jalur yang terdahulu yang belum
dipadatkan. Sekitarnya jalur hamparan disampingnya atau yang kedua jalur
hamparan yang pertama tadi harus digilas. Sesudah jalur hamparan yang
kedua dihamparkan dan digilas harus dipasang suatu penggaris lurus yang
panjangnya paling sedikit 3 m' melintang sambungan memanjang/longitudinal
281

joint untuk memeriksa permukaan tersebut. Bidang tepi tegak lurus jalur
hampran yang permukaannya dari debu atau kotoran lainnya sebelum ada
Hotmix yang dihamparkan disebelahnya harus dibersihkan dahulu.
Jika bidang permukaan sambungan telah kering dan berdebu, maka bidang
permukaan tersebut harus disikat dengan asphalt. Selain dengan menyikat
asphalt pada bidang permukaan, penyedia barang dan jasa dapat
mempergunakan joint sealer atas persetujuan direksi proyek. Jika selagi
bekerja Spreading Machine perlu dialihkan dari jajaran yang berdekatan, maka
tempat yang tidak terisi harus diisi dengan hotmix baru yang diambil dari
hamparan pada spreading machine atau dari truck. Tidak diperkenankan
mengambil hotmix yang sudah dihamparkan untuk mengisi jalur tersebut.
Ditempat-tempat yang ada obstacklenya dapat dilakukan dengan tangan. Jika
diperkenankan menghampar dengan tangan, Hotmix ditimbun diatas
Dumpsheet diluar tempat menghampar dan dihamparkan merata dengan
sekop yang panas. Menghamparkan dalam lapisan yang tipis yang rata sampai
dipenuhi lebar dan tinggi yang ditentukan dengan mempergunakan sekop yang
panas hingga pada saat pekerjaan selesai akan diperoleh tebal yang
ditentukan dan menurut grade serta surface yang direncanakan;

c. pemadatan hotmix. Sesudah penghamparan mendapatkan persetujuan dari


direksi proyek, Hotmix harus dipadatkan seluruhnya dan merata dengan mesin
penggilas. Penggilasan Hotmix dinilai segera setelah penghamparan hingga
tidak menyebabkan displacement atau patah rambut. Pada jalur hamparan
yang pertama penggilingan yang dimulai pada kedua tepinya dan teruskan
kearah tengah jalur. Pada jalur yang dihamparkan berikutnya, penggilasan
dimulai dari sisi sebelah luar menuju ke arah yang telah dipadatkan.
Selanjutnya sisi lainnya digilas dan diteruskan menuju ketengah jalur tersebut.
Pemadatan pertama atau Initial rolling harus dilaksanakan memanjang dengan
Steel Wheel Roller berat total 8-10 Ton, tidak boleh lebih dari 10 Ton. Roller
harus memadatkan dengan lintasan yang berulang-ulang. Panjang lintasan
bolak-balik senantiasa harus cukup lambat untuk menghindari terjadinya
displacement dari Hotmix, tidak boleh lebih dari 2,5 km/jam. Setiap terjadinya
displacement akibatnya membalik arahnya Roller atau sebab lain, harus
dikembalikan dengan menggunakan garpu, dan bila perlu dengan Hotmix yang
baru. Bila diperlukan penggilasan arah diagonal dapat dilakukan atas persetu-
juan direksi proyek. Harus tersedia cukup Rollers untuk mengimbangi hasil
Hotmix dari Plant. Penggilasan harus continue sampai semua bekas
penggilasan hilang sampai texture sama dengan grade penampang tetap serta
mencapai density yang disyaratkan. Untuk mencegah melekatnya Hotmix,
roda-roda rollers harus dibasahi dengan teratur, namun kebanyakan air
ataupun olie juga tidak diperbolehkan. Roller harus, dijalankan terus sedapat
mungkin, sehingga semua bagian pavement mendapatkan cukup kepadatan
yang merata dan tidak terdapat bekas-bekas roda Rollers. Setelah dicapai
kepadatan yang cukup tanpa menunjukkan perpindahan, secepat mungkin
dimana temperatur Hotmix masih panas diikuti alat Pneumatic Roller dengan
Operating Weight tiap ban sebesar 300 psi, dengan gilasan paling sedikit 12
gilasan. Final rolling dikerjakan dengan Two Wheel Tandem Roller atau Three
Axle Tandem Roller, sewaktu asphalt concrete masih cukup panas untuk
menghilangkan jejak dari roda-roda rollers. Berat Steel Wheel Rollers
minimum 12 ton dan digilas sampai permukaan menunjukkan texture yang
uniform rata dan licin. Pada tempat-tempat yang tidak dapat dilalui Roller,
282

hotmix harus dipadatkan sepenuhnya dengan Hand-tamper. Luas Hand-tamper


tidak kurang dari 225 cm². Permukaan Hotmix sesudah pemadatan harus halus
dan memenuhi persyaratan. Setiap Hotmix yang terlepas dan pecah, atau
bercampur dengan tanah ataupun rusak, harus disingkirkan dan diganti dengan
Hotmix baru yang harus segera dipadatkan sesuai dengan tempat sekitarnya,
seluruhnya atas pembiayaan Penyedia barang dan jasa. Skin Patching pada
suatu tempat yang sudah digilas tidak diperbolehkan;

d. joint.

1. umum. Mixture pada joint harus sesuai dengan persyaratan surface dan
mempunyai texture, kepadatan kelicinan sama dengan bagian-bagian lain
yang ada. Dalam melaksanakan semua joint harus dipisahkan untuk
menyatukan dengan jalur itu. Pelaksanaan penyambungan/joint harus
dilaksanakan dengan cara memotong kembali dari pada hasil
pelaksanaan sebelumnya, sehingga menunjukkan tebal lapisan penuh
dan bidang pemotong tersebut harus disikat asphlat secukupnya dan
harus digaru, dipadatkan dengan gilasan; dan

2. transverse. Pelaksanaan jalur sedapat mungkin bersambung/continue.


Roller hanya akan melewati bagian yang tidak tertutup dan transverse
joint jika penghamparan jalur diputus.

e. membuat edges/shapping edges. Selama permukaan dipadatkan dan


diratakan, penyedia barang dan jasa harus melaksanakan seteliti mungkin,
bagian dari pinggiran pavement sesuai persyaratan. Pinggiran tersebut harus
dibentuk sama tinggi sewaktu Hotmix masih panas dengan garpu atau besi
yang rata dan dipadatkan dengan Tamper/Penumbuk atau lain metode yang
memenuhi persyaratan;

f. surface test. Test untuk kemiringan yang ditetapkan harus dilaksanakan oleh
Penyedia barang dan jasa segera setelah dimulainya pemadatan dan
perbedaannya harus diperbaiki dengan menyingkirkan atau menambah
material dan selanjutnya menggilas. Permukaan yang sudah selesai tidak
diperkenankan berbeda lebih 3 mm untuk surface course. Jika ditest dengan
tongkat/straight edge atau tegak lurus pada center line sepanjang 3 m'. Setelah
penggilasan yang terakhir, kehalusan jalur ditest lagi. Gundukan atau lekukan
yang melebihi toleransi atau air yang menggenang di dipermukaan harus
segera diperbaiki dengan membongkar dan mengganti dengan Hotmix, sesuai
dengan petunjuk direksi proyek dan pembiayaan tersebut ditanggung oleh
penyedia barang dan jasa;

g. sampling pavement. Komposisi kepadatan dan kerapatan pavement


ditentukan oleh direksi proyek, penyedia barang dan jasa harus mengambil
sampel yang cukup dari pavement yang sudah selesai dengan menggunakan
core drill. Setiap hari harus mangambil sampel, penyedia barang dan jasa
harus mengganti bagian pavement yang diambil sampelnya dan perbaikannya
dilaksanakan oleh penyedia barang dan jasa tanpa memungut biaya. Jika
komposisi dan kepadatan tidak memenuhi batas-batas toleransi yang telah
ditentukan harus diadakan perbaikan sehingga memenuhi persyaratan;
283

h. tanggung jawab penyedia barang dan jasa atas bahan aggregate. Sampel dari
bahan agregate yang akan dipergunakan oleh penyedia barang dan jasa, serta
keterangan tentang sumbernya dan sifatnya harus diserahkan dan
mendapatkan persetujuan sebelum dimulai dipergunakan. penyedia barang
dan jasa harus mempunyai data-data teknis mengenai bahan aspal dan
aggregate dari Pabrik/Perusahaan/laveransir sesuai ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam surat perjanjian penyedia barang dan jasaan ini.
Hanya materiel yang sudah terbukti ditest memuaskan untuk keperluan
tersebut dapat diterima. Untuk memeriksa bahwa cukup tersedia peralatan
yang dipergunakan, keadaan dan pekerjanya plant, pengawasan berat atau
perbandingan, jenis materiel dan atau menentukan, meneliti temperatur pada
waktu mempersiapkan Hotmix, direksi proyek/petugas yang ditunjuk olehnya
setiap saat dapat memasuki kesemua bagian Paving Plant; dan

i. sampling dan testinct. Penyedia barang dan jasa diharuskan melakukan


semua sampling dan testing yang dianggap perlu guna menjamin tercapainya
pengawasan yang teliti atas materiel dan Hotmix. Bilamana penyedia barang
dan jasa mengambil sampel untuk testing, diharus mengambil duplikasi sampel
itu bila diperintahkan dan menyerahkan kepada direksi proyek.
Sampel tersebut harus dipakai dengan baik dan ditanda tangani dengan terang
agar mudah dibedakan dengan sampel yang disimpan penyedia barang dan
jasa. Melakukan sampling dan Testing tiap materiel dan Hotmix harus menurut
ASTM test dengan cara yang telah ditetapkan. Untuk tiap pengiriman aspal
harus didapat surat pernyataan hasil test laboratorium dari supliernya. Setiap ±
2 jam dalam mixing periode, suatu sampel dari aggregate diambil dari tiap Hot
bin dan gradingnya ditentukan bersama-sama dengan Combined Grading.
Combined Grading ini diperiksa menurut grading "Jobmix" ditetapkan materiel
diambil ditempat mixing setiap paling sedikit 4 (empat) jam dan sekurang-
kurangnya 2 x sehari untuk percobaan Marshall Speciments dan ditentukan
stabilitetnya, flow, unit weight dan voids. Grading analysis dari aggregate dan
bituman content determination (Penentuan kadar bituman) dilaksanakan pada
materiel yang diambil dari sampel yang sama. Hasil analisa harus diberikan
kepada direksi proyek dalam 4 jam sampling dan setiap penyesuaian yang
ternyata diperlukan harus dilaksanakan segera atas persetujuan direksi proyek.
Diizinkan untuk melanjutkan, membawa mixed materiel dari plant setelah
adanya adjustment dan pernyataan hasilnya yang diterima oleh direksi proyek.

(5) marshall method mixtures.

a. laboratory design mixture. Penyedia barang dan jasa harus mengerjakan


design hotmix untuk surface course menurut metode dengan ketentuan dan
data seperti berikut ini:

AIRPORT PAVEMENT
TEST PROPERTY SURFACE COURSE BASE COURSE
GREATER 30.000 LBS TEST 30.000 LBS
Number of Blows 75 75
Stability (Min) 1.800 Lbs 1.800 Lbs
Flow (Max) 4 mm 4 mm
Flow (Min) 2 mm 2 mm
Voids Total Mix 3–4 3–5
284

Voids Filled With 76 – 82 % 76 – 77 %

Jika sesudah melewati mixing plant hasil marshall design mixture gagal
membuat materiel area yang memuaskan, grading dan perbandingan susunan
mixture dapat sedikit diganti seperlunya atas persetujuan direksi proyek dan
dalam ketentuan-ketentuan bagi lapisan tersebut, untuk mendapatkan suatu
mixture yang dapat dikerjakan dengan baik dan dapat diterima sebagai
permukaan/surface oleh direksi proyek, mixture tersebut ditetapkan sebagai
"jobmix" dan kemudian menjadi aproved yang disetujui.

b. plant mixture. Serie mixture dari mixing plant selama produksi routine yang
normal dinyatakan "plant mixture" dan batas-batas yang mengatur perbedaan
yang diperoleh antara "plant mixture" dan "jobmix" adalah sebagai berikut:

1. material tolerance : ayat dari spesifikasi ini;

2. voids in the total mixture : plus or minus 1 %;

3. voids filled wiyh bitumen : plus or minus 5 %;

4. stability : not less than 2200 ibs (airport pave


ment); dan

5. flow : not more than 4 mm.

c. temperatur.

1. mixing temperature.

a) Asphalt Cement 149° - 177°C;

b) Aggregate 160° - 175°C; dan

c) Temperatur Aggregate tidak boleh lebih dari 140°C di atas


temperatur asphalt.

2. laying temperature antara 135°c - 163°C; dan

3. rolling temperature seperlunya untuk memperoleh filled density yang


dimaksud, tetapi tidak boleh kurang dari 122° C.

d. kepadatan/density. Kepadatan dari lapisan Bitumios yang dipadatkan dari


semua campuran yang direncanakan dalam penyelesaian dalam metode
marshall design dapat dihubungkan dengan "jobmix design" apabila tidak lebih
dari 10 % berat dari jumlah aggregate yang tertahan pada saringan inch. Job
density dilaksanakan dengan pembuatan contoh-contoh Jobmix yang disetujui,
6 standart marshall specement, menentukan beratnya titik berat khusus
masing-masing dan membandingkannya dengan maksimum seperti nilai ke 6.
Tiap hasil yang berbeda lebih dari 0,015 sebanyak maksimum 2 kali hasil sisa
lainnya menjadi jobmix density. Absolute density ditentukan sebagai berikut:
100
285

1. absolute density =
1 Agr by weight + % Bit by weight
Sp. Gr. Agr. Sp. Gr. Agr.

2. setelah jobmix mendapatkan persetujuan daerah-daerah percobaan harus


menggunakan campuran ini untuk menetapkan penggilasan (rolling) yang
dikehendaki untuk menghasilkan kepadatan yang dipersyaratkan. Tiga
contoh harus diambil dari daerah percobaan yang dipadatkan dan
kepadatan yang dipersyaratkan untuk setiap contoh tidak kurang dari 99
% dari jobmix density, atau tidak kurang dari 95 % dari absolute density.
Apabila kepadatan lapangan/field density yang diperlukan tidak memenuhi
proses pemadatan yang harus dipersyaratkan, daerah-daerah percobaan
selanjutnya disediakan dan dilakukan pengujian sampai hasil-hasil
memenuhi persyaratan. Ini semua harus tunduk kepada direksi proyek
dan metode penggilasan yang disetujui sebelum percampuran mixing
atau laying dilanjutkan; dan

3. density control dari lapisan marshall method didapatkan dengan


pengambilan dua contoh dari tiap base surface course paling sedikit 1 kali
setiap 4 jam dan tidak kurang dari 2 kali sehari dan kepadatannya
ditentukan. Nilai rata-rata dipadatkan dari 2 contoh dari daerah yang sama
diambil field density dari lapisan yang dipadatkan. Field density harus
sedemikian rupa sehingga dari 20 deretan nilai rata-rata dimaksud, harus
tidak lebih dari tiga hasil di bawah 98 % dari jobmix density atau 94 % dari
absolute demnsity. Bahan yang tidak memenuhi persyaratan harus
dibuang dan diganti. Contoh-contoh juga boleh dipakai untuk menentukan
ketebalannya.

e. pekerjaan penyelesaian/finishing. Dalam tambahan pada surface test


spesifikasi ketentuan-ketentuan berikutnya untuk ketelitian permukaan harus
dipergunakan. Permukaan yang selesai dari binder course adalah sedemikian
sehingga apabila ditest dengan tongkat lurus/straight edge 3 m' kesegala arah
di atas permukaan, harus tidak ada celah yang lebih besar dari 3 mm di antara
straight edge;

f. pengukuran. Jumlah besarnya biaya untuk bituminous surface course dan


binder course akan ditentukan dengan menghitung jumlah meter persegi dari
dimensi-dimensi pada gambar- gambar yang dipergunakan/disetujui;

g. pembayaran. Pembayaran untuk jumlah-jumlah yang dimaksud akan


dilaksanakan atas dasar harga satuan kontrak/kontrak unit price tiap meter
persegi untuk bituminous surface ini tercakup untuk penyediaan dan
pemasangan materiel-materiel dan untuk semua pekerjaan, perlengkapan, alat-
alat dan keperluan-keperluan lainnya yang tak terduga untuk penyelesaian
pekerjaan tersebut;

h. tambahan persyaratan. Peralatan yang dilengkapi pada alat-alat pengukur,


mixing plant harus merupakan kesatuan pada ganging system seyogyanya
dilengkapi dengan Recorder/soket peralatan yang berfungsi seyogyanya
dilengkapi dengan peralatan keamanan sedemikian sehingga gangguan yang
terjadi dari salah satu peralatan tersebut dapat menghentikan fungsi tetapi
286

gangguan dari peralatan secara keseluruhan, tidak menghentikan drier system


pengamanan harus bekerja terpisah. Sonorous dan laminous alarm system
berbunyi apabila gangguan dari fungsi peralatan terjadi. Tempat finisher
dengan tempat mixing plant sebaiknya dapat dihubungkan dengan walky talky;

i. pembuangan materiel. Semua bahan yang dinyatakan tidak baik dipakai dan
semua bahan/material yang tidak diperlukan harus dibuang/dibawa jauh keluar
site pembangunan atau menurut petunjuk direksi; dan

j. pekerjaan sub grade. Permukaan grade untuk konstruksi baru taxiway


didapatkan dengan menggali konstruksi lama taxiway sampai peil untuk sub
grade sesuai rencana pada gambar. Permukaan sub grade dari hasil pekerjaan
penggalian harus dipadatkan dengan vibrator compactor (vibromag) atau walls
bobot 10 - 20 ton. Jumlah lintasan pemadatan harus menghasilkan CBR lebih
besar dari 6% sampai dengan CBR 12 %. compacted Sub grade disarankan
mempunyai:

1. cohesive compaction 90 %; dan


2. cohesionless compection 95 %.

Pasal 125
(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan apron, bahan, dan peralatan yang
akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan apron
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Persyaratan Bahan.

a. bahan cerucuk yang digunakan untuk melaksanakan stabilisasi menggunakan


kayu yang biasa dipakai untuk pembuatan cerucuk dengan ø 10 cm;

b. kondisi tanah yang kurang baik perlu diadakan stabilisasi dengan


menggunakan semen, sehingga memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam
pembangunan apron (CBR 6 %);

c. bahan base yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan harus memenuhi


syarat-syarat yang tercantum dalam peraturan-peraturan perencanaan jalan
raya Direktorat Jenderal Bina Marga;

d. bahan-bahan bangunan yang ditolak direksi dalam waktu 2 x 24 jam, harus


disingkirkan dari lapangan pekerjaan dan tidak boleh dipergunakan lagi; dan

e. bahan bangunan harus disimpan dengan baik agar mutunya tidak berubah.

(3) Pekerjaan Tanah.

a. pembersihan/pengupasan:
287

1. tempat dimana jalan/parkir akan dibuat harus dibersihkan dari segala


kotoran, tanaman akar, dan akar-akar pohon; dan

2. apabila keadaan tanah berhumus/berlumpur, maka tanah tersebut harus


dibuang.

b. galian. Kedalaman galian stripping harus sesuai dengan gambar dan tanah
bekas galian harus dibuang sesuai dengan petunjuk direksi.

c. urugan:

1. pengurugan tanah harus dilakukan secara baik, sehingga peil dapat


dicapai sesuai dengan gambar rencana atau sesuai petunjuk direksi;

2. pengurugan harus dilakukan selapis demi selapis setebal 20 cm, disiram


air dan dipadatkan; dan

3. tanah urugan bila perlu harus diambil dari luar proyek dan atau petunjuk
direksi.

(4) Lapisan Subgrade.

a. urugan tanah yang digunakan dalah tanah yang baik. Tanah dipadatkan lapis
demi lapis setebal 20 Cm, dengan kepadatan CBR 6% dan kemiringan jalan
1% ke arah saluran; dan

b. jika terdapat galian bekas pada badan jalan, maka bekas galian tersebut harus
diurug dan dipadatkan terlebih dahulu hingga mencapai kepadatan yang
disyaratkan. Bila perlu pemadatan, dilakukan pemberian air secukupnya.
Sebelumnya pengurugan lapis pasir, dilakukan pada badan jalan dan
pengontrolan peil-peil rencana.

(5) Base Course. Adalah bagian dari perkerasan runway yang terletak diantara
subbase dan lapisan penutup. Agregate untuk base harus memenuhi persyaratan
untuk bahan base course Class A, B atau C. Atau yang tersebut pada spesifikasi
khusus. Semua agregate untuk base course harus terdiri dari bahan-bahan yang
bersih, keras, awet, bersudut tajam, tidak banyak tercampur dengan bentuk-bentuk
yang pipih atau memanjang, dan dalam batas tertentu tidak banyak mengandung
batu-batu yang lunak, yang mudah hancur, kotoran atau bahan-bahan lain yang
mudah membusuk/tidak dikehendaki. Kerikil pecah atau batu pecah untuk lapisan
Base Class A, B, C hendaknya terdiri dari hasil pemecahan kerikil atau batu. Bila
ditentukan demikian oleh direksi, maka untuk bahan kerikil sebelumnya harus diayak
terlebih dahulu sehingga agregate hasil dari pemecahan kerikil itu tidak kurang dari
50% beratnya terdiri dari partikel yang mempunyai sekurang-kurangnya satu bidang
pecahan.

a. base course class a. Terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang
memenuhi persyaratan dibawah ini:

ASTM Standard Sieve Persentase Berat Butir yang Lewat


2½” 100
2” 90 – 100
1½” 35 – 70
1” 0 – 15
½” 0–5
288

Materiel campuran untuk bahan kelas A ini harus terdiri dari meteriel alam yang
diayak halus atau pasir yang mempunyai daya ikat cukup menurut pendapat
direksi. Materiel campuran harus bersih dari bahan-bahan organis, kotoran-
kotoran, gumpalan-gumpalan lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki
dan harus memenuhi persyaratan di bawah ini:

ASTM Standard Sieve Persentase Berat Butir yang Lewat


3/8” 100
No.4 85 – 100
No. 100 10 – 30
IP (AASHO T91) Max. 6
Kadar Lempung (T 176) Min. 30

b. base course class b. Terdiri dari campuran dari kerikil dan kerikil pecah
dengan berat jenis yang seragam dan dengan pasir, lanau atau lempung
dengan yang memenuhi persyaratan di bawah ini:

ASTM Standard Sieve Persentase Berat Butir yang Lewat


1½” 100
1” 60 – 100
¾” 55 – 85
No. 4 35 – 60
No. 10 25 – 50
No. 40 15 – 30
No. 200 8 – 15

Partikel yang mempunyai diameter yang kurang dari 0,02 mm harus tidak lebih
dari 3% dari berat total contoh bahan yang diuji. Persentase berat butir yang
lewat dapat dikoreksi oleh direksi bila agregate terdiri dari bahan-bahan dengan
berat jenis yang berlain-lainan:

1. batas cair (AASHO T89) Max 25

2. indek plastis (AASHO T91) 4–8

3. kadar lempung (AASHO T176) Min 50

Persentase agregate yang mempunyai paling sedikit bidang pecah harus paling
tidak berjumlah 80% dari berat materiel yang tertinggal pada ayakan No.4.

(6) Sub Base. Adalah bagian dari perkerasan runway yang terletak diantara subgrade
dan base. Agregate untuk sub base harus memenuhi persyaratan untuk bahan sub
base course class A, B atau C. Semua aggregate untuk sub base course harus
terdiri bahan-bahan yang bersih dari kotoran-kotoran, bahan-bahan organik dan
289

bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Adapun klasifikasi dari bahan-bahan


tersebut sebagai berikut:

a. sub base course class a. Terdiri dari batu pecah, kerikil pecah dengan kualitas
seperti yang disebutkan dalam AASHO M147.

ASTM Standard Sieve Persentase Berat Butir yang Lewat


1½” 100
1” 60 – 100
¾” 55 – 85
No. 4 35 – 60
No. 10 25 – 50
No. 40 15 – 30
No. 200 8 – 15
Sand E (AASHO T-176) Kehilangan Min. 25
berat akibat abrasi dari partikel yang
tertinggal pada ayakan
ASTM No.12 AASHO T-96 Max. 40

Bila menggunakan kerikil pecah tidak kurang dari 50 % berat partikel yang
tertinggal pada ayakan harus mempunyai 1 bidang pecahan. Kecuali
ditentukan lain, persentase yang lewat ayakan No. 200 harus tidak lebih 2/3
dari persentase yang lewat ayakan No.40.

b. sub base course class b. Terdiri dari campuran kerikil, pecahan batu yang
mempunyai berat jenis yang seragam dengan pasir lanau atau lempung yang
memenuhi persyaratan dibawah ini:

ASTM Standard Sieve Persentase Berat Butir yang Lewat


2” 100
1½” 70 – 100
1” 55 – 85
¾” 50 – 80
3/8” 40 – 70
No. 4 30 – 60
No. 10 20 – 50
No. 40 10 – 30
No. 200 5 – 15

Persentase berat yang lewat untuk masing-masing ayakan dapat dikoreksi oleh
direksi bila digunakan batu pecah dengan bermacam-macam berat jenis.

1. batas cair (AASHO T89) : 25 Max;

2. index plastis (AASHO T91) : 6 Max;

3. kadar lempung (AASHO T176) : 25 Max;

4. kehilangan berat dari partikel yang tertinggal pada


ayakan ASTM No.12 (AASHO T96) : 40 Max; dan
290

5. CBR direndam yang ditest pada density yang dikehendaki (100% dari
kepadatan kering maksimum menurut (AASHO T180) : 60 Max.

c. sub base course class c. Kelas C subbase terdiri dari pasir dan kerikil dengan
gradasi baik menuruti persyaratan dibawah ini:

ASTM Standard Sieve Persentase Berat Butir yang Lewat


1½” 100 Max.
No. 10 80 Max.
No. 200 15 Max.
Kadar lempung (T176) kehilangan 25 Min.
berat akibat abrasi dari partikel
tertinggal pada ayakan ASTM No.12
(AASHO T96) 40 Max.
Kepadatan kering maksimum Min. 2,0 Gr/cu. Cm
(AASHO T180)

(7) Pekerjaan Apron Beton.

a. lingkup pekerjaan. Pada dasarnya pekerjaan yang dilaksanakan adalah


pembuatan apron beton untuk melengkapi prasarana yang diperlukan dalam
pembangunan ini. Syarat Pemakaian Bahan/materiel sebagai berikut:

b. pasir. Pasir yang digunakan harus dari daerah tertentu yang sudah disetujui
direksi dan memenuhi persyaratan dalam NI-3 PBI 1970 dan NI-2 PBI 1971.
Syarat mutu agregat menurut SII 0052-80 sebagai berikut:

1. susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,5 sampai


3,8;

2. kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 5%;

3. kadar zat organik ditentukan dengan larutan na-sulfat 3%, jika


dibandingkan warna/pembanding tidak lebih tua dari pada warna
standart/pembanding;

4. kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir


pembanding yang berasal dari pasir kuarsa bangka memberikan angaka
hasil bagi tidak lebih dari 2,20; dan

5. sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat:

a) jika dipakai NaSO4 bagian yang hancur max 10%; dan

b) jika dipakai MgS04 bagian yang hancur max 15%.

c. batu steenslag dan spleet. Batu yang dimaksud adalah hasil pecahan dengan
stone crusher dari batu kualitas sesuai dengan persyaratan. Dengan demikian
batu pecah yang menghasilkan batu yang rapuh, kropos bila digiling dengan
mesin giling akan hancur tidak boleh digunakan. Steenslag dari hasil ketukan
tangan masih bisa ditolerir sepanjang kualitas batunya sesuai persyaratan dan
291

mempunyai gradasi yang bermacam-macam ukuran. Spleet dari pecahan


tangan tidak boleh digunakan. Spleet harus dari bekas pecah dengan Stone
Crusher. Dengan persyaratan sebagai berikut:

1. susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,00 sampai


7,10;

2. kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 1%;

3. kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga,


maximum 5 %;

4. sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam sulfat:

a) jika dipakai NaSO4 bagian yang hancur max 12%;

b) jika dipakai MgSO4 bagian yang hancur max 18%.

5. tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini
menggunakan semen yang yang kadar alkali sebagi Na 2O lebih besar dari
0,6 %;

6. tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat;
dan

7. kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudeloff dan dengan bejana


Los Angeles adalah sebagai berikut:

Kekerasan dengan
Kekerasan dengan
bejana geser Los
bejana Rudelof,
KELAS DAN MUTU Angeles, Bagian
Bagian hancur
BETON hancur menembus
menembus ayakan 2
ayakan 1,7 mm,
mm, max, %
max, %
Fraksi butir Fraksi butir
19 – 30 mm 9,5 – 19 mm
Beton Klas I dan mutu B0
22 - 30 24 - 32 40 – 50
serta B1
Beton Klas II dan atau
beton mutu K-125, K-175 14 - 22 16 - 24 27 – 40
dan K-225
Beton Klas III dan atau
beton mutu diatas Kurang Kurang dari
Kurang
K-225/beton pratekan dan dari 16 27
14

d. portland cement (pc). Semen yang digunakan harus PC yang sesuai dengan
spesifikasi NI-8 atau ATSM, C 150 type I dan memenuhi persyaratan PBI 1971.

Semen yang harus disimpan 6 bulan atau lebih harus diuji kembali oleh
penyedia barang dan jasa di bawah pengawasan direksi. Penyiapan semen
292

harus dalam gudang yang cocok untuk keperluan tersebut, tempat ini harus
benar-benar kering serta cukup peredaran udara.
e. air.   Air harus bersih bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik garam, dan
kotoran-kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusakkan, air tersebut harus
sesuai ketentuan dalam PBI 1971 untuk campuran beton. Air yang akan
dipakai untuk membuat campuran beton dan juga untuk pemeliharaan beton
yang telah mengeras harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. air tawar yang dapat diminum; dan

2. air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton yang di
dalamnya akan tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion chlorida dalam
jumlah yang membahayakan. Jumlah ion chlorida maximum untuk
perlindungan terhadap korosi.

Jumlah Max. Ion Chlorida yang


Jenis Komponen Struktur Beton Larut Dalam Air (Cl -) Dalam Beton
Persen Dalam Semen
Beton Pratekan 0,06
Beton bertulang berhubungan
0,15
dengan Clhorida
Beton bertulang yang selalu kering
1,00
atau terlindung dari lembab
Beton bertulang lainnya 0,30

Air tidak boleh mengandung ion (Cl-) lebih besar 500 mg per liternya.
3. air yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk pembuatan beton
kecuali bila kekentuan berikut dipenuhi sebagai berikut:

a) pemilihan campuran beton harus didasarkan pada campuran beton


yang menggunakan air dari sumber yang sama; dan

b) hasil pengujian usia 7 dan 28 hari dari kubus adukan yang dibuat
dengan air campuran yang tidak dapat diminum paling tidak harus
mencapai 90% dari kekuatan spesimen serupa yang dibuat dengan
air yang dapat diminum. Perbandingan uji kuat harus dilakukan
untuk adukan serupa kecuali penggunaan air pencampurannya yang
dibuat dan diuji berdasarkan "Test Method for Compressive Strength
of Hydraulic Cement Mortars (Using 50 mm Spesimen" (ASTM
C109).
4. air yang bereaksi netral terhadap lakmus. Apabila terdapat keragu-
raguan terhadap pemakaian air, dianjurkan untuk mengirim contoh air
tersebut ke lembaga pemeriksaan air untuk mengetahui sejauh mana zat-
zat kimia di dalamnya dapat merusak beton/baja tulangan. Dari
penyelidikan kimia harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) air tidak boleh mengandung sulfat lebih dari 5 gr per liter yang
dihitung sebagai SO3- ;
293

b) air tidak boleh mengandung clhorida lebih dari 15 gram per liter yang
dihitung sebagai Cl-;

c) air yang tidak memerlukan kalium permanganat (KMnO 4) lebih dari 1


gram per liter untuk mengoksidasi zat-zat organis di dalamnya; dan

d) reaksi (PH) nilainya antara : 6 - 8.

f. persyaratan bahan air untuk membuat beton menurut british standart (BS
3148 : 1980).
          
1. garam-garam organik. Ion-ion utama yang biasanya terdapat dalam air
adalah Kalsium, Magnesium, Kalium, Bikarbonat, Sulfat, Chlorida, Nitrat
dan kadang-kadang Karbonat.  Air yang mengandung ion-ion tersebut
dalam jumlah gabungan tidak boleh lebih besar dari 2000 mg per liter;

2. garam-garam chlorida. Adanya garam Chlorida didalam beton dapat


merusak atau menimbulkan korosi pada logam yang tertanam dalam
beton. Kadar chlorida (Cl-) dalam air tidak boleh melebihi 500 mg per
liter.   Air laut tidak boleh dipergunakan untuk membuat beton bertulang
dan beton pratekan;

3. garam-garam sulfat. Kadar sulfat (SO 3–) dalam air tidak boleh melebihi
1.000 mg per liter. Kadar sulfat dalam beton tidak boleh melebihi 4 %
SO3– terhadap berat semen; dan

4. alkali karbonat dan bikarbonat. Air yang mengandung alkali karbonat dan


bikarbonat akan mempengaruhi waktu pengikatan semen dan kekuatan
beton disamping itu adanya resiko terjadinya reaksi alkali agregat dalam
beton. Jumlah garam karbonat dan bikarbonat tidak boleh melebihi 1.000
mg per liter air.

g. dowel. Pada dasarnya kualitas dari besi dowel sama dengan besi beton U-24
harus memenuhi persyaratan PBI 1971 NI-2. Pemasangan dowel dari Ø 1"
dengan panjang 40 Cm dan jarak 30 Cm sesuai gambar rencana. Ujung
dowel pada satu sisi harus dibungkus dengan kapsul plastik yang didalamnya
diisi kertas lunak agar dapat bergerak bila terjadi pemuaian atau penyusutan
dan dilumuri dengan vet;

h. pekerjaan sealant. Sealant yang dipergunakan dari merek SIKA FLEX-T68 HM


berkualitas terbaik untuk pekerjaan apron dan pelaksanaannya sesuai petunjuk
pabrik dan gambar detail; dan

i. pekerjaan marking. Cat yang dipergunakan adalah cat khusus untuk pekerjaan
cat pada runway/Apron/Road Line Panit sejenis Marinal ICI road paint atau
yang memenuhi syarat kualitas dan pelaksanaannya harus sesuai petunjuk
pabrik dan direksi.

(8) Pembuatan Konstruksi Beton/Slab Concrete.


294

a. mutu beton. Mutu beton adalah K-350 sesuai standard PBI-1971 NI-2. Test
kubus beton harus diadakan minimum 15 buah ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm
diuji pada umur 20 hari. Perhitungan karakteristik beton dipakai rumus-rumus
yang terdapat pada peraturan beton Indonesia (PBI) 1971-NI-2.

b. karakteristik beton harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) ukuran agregate: 0,075 - 1 mm


1 - 5 mm
5 - 14 mm
14 - 20 mm
20 - 31,5 mm

2) water cement ratio = 0,40 - 0,50

3) nilai slump = 3-5

4) compress.streght = 350 kg/cm²

5) flexural streght = utk. 7 hari min. 200 PSI untk 28 hr min.


750 PSI

c. komposisi campuran. Untuk menentukan campuran beton, digunakan


"komposisi rencana". Komposisi rencana didapatkan dari percobaan-
percobaan sehingga menghasilkan kekuatan beton sesuai rencana persyaratan
di atas. Jumlah PC yang digunakan dalam satu meter kubik beton
diperkirakan berkisar 360 - 440 kg.

1. proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan:

a) kelecakan (workability) dan konsistensi yang memungkinkan


pengerjaan beton (penuangan, perataan, dan pemadatan) secara
mudah kedalam acuan dan kesekitar tulangan tanpa menimbulkan
kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air (beeding)
secara berlebihan;

b) ketahanan terhadap kondisi lingkuangan khusus seperti yang


disyaratkan; dan
c) memenuhi persyaratan uji kuat tekan.

2. bila pada bagian yang berbeda dari pekerjaan konstruksi akan digunakan
bahan yang berbeda pula, maka untuk setiap kombinasi bahan yang akan
digunakan harus diadakan penilaian secara terpisah;

3. proporsi campuran beton, termasuk campuran air semen, harus


ditentukan berdasarkan pangalaman lapangan dan atau campuran coba
dengan bahan-bahan yang akan digunakan di lapangan kecuali bila
mengikuti persyaratan penentuan proporsi campuran beton berdasarkan
nilai faktor air semen atau memenuhi persyaratan untuk kondisi
lingkungan khusus;
295

4. untuk beton dengan nilai fc di atas 20 MPa, proporsi campuran coba serta
pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada tehnik penakaran berat
(weight batching);

5. untuk beton dengan nilai fc hingga 20 MPa, pelaksanaan produksinya


boleh menggunakan tehnik penakaran volume (volume batching ASTM C
685). Penakaran volume ini harus berdasarkan pada perhitungan
proporsi campuran berat yang dikonversikan kedalam volume; dan

6. khusus untuk beton fc tidak lebih dari 10 MPa, bila pertimbangan praktis
dari kondisi setempat memungkinkan produksi beton dengan tehnik
penakaran volume, boleh juga digunakan perbandingan volume : 1 bagian
semen, 2 bagian pasir, 3 bagian agregat kasar dan slump beton yang
dihasilkan tidak boleh melebihi 100 mm. Bila beton tersebut digunakan
untuk komponen struktur yang harus kedap air, boleh digunakan
perbandingan volume  : 1  bagian semen, 1,5 bagian  pasir  dan  2,5
bagian agregat kasar.

d. pembersihan permukaan. Permukaan yang akan dibuat plat beton bertulang


harus bersih dari bahan-bahan yang lepas, lumpur, kotoran, lain selanjutnya
permukaan lantai kerja yang ada disiram air sampai kenyang betul;

e. bekisting/acuan. Persyaratan sesuai NI-2 dan NI-3 pada umumnya. bekisting


ini dibuat dari besi yang diperkuat dengan profil dan dipasang sebagai bantalan
roda concreate finisher sehingga tidak akan melengkung pada saat
pengecoran dilakukan.  Bekisting perlu dilapisi dengan bahan pelumas atau
bahan lain sehingga pada saat pembukaan bekisting tidak menempel pada
adukan beton. Bekisting dikonstruksi demikian sehingga adanya dowel tidak
mengakibatkan timbulnya kesulitan pada waktu pembukaan bekisting;

f. pengadukan dan penuangan beton apron/Slab Concrette. Plat beton bertulang


harus memenuhi persyaratan bahan-bahan mutu, karakteristik dan komposisi
campuran sesuai penjelasan di depan. Bahan-bahan yang akan digunakan
harus dipersiapkan dan dibersihkan dari segala kotoran. Pembuatan pelat
beton sesuai kotak-kotak papan catur. Tidak diperkenankan menghentikan
pekerjaan pengecoran sebelum 1 (satu) kotak selesai. Finishing permukaan
harus dilaksanakan sebelum adukan mengering. Secara terperinci pembuatan
konstruksi tersebut adalah:

1. persiapan peralatan dan ttempat penuangan. Sebelum penuangan beton


dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan persiapan yang menyangkut
beberapa hal sebagai berikut:

a) semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus


bersih;

b) semua ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari
kotoran;
296

c) untuk memudahkan pembukaan bekisting, permukaan dalam


bekisting boleh dilapisi dengan bahan khusus seperti lapisan tipis
kimia (form release agent) atau lembaran polyurethane;

d) tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan
penutup yang dapat merusak beton atau mengurang lekatan antara
beton dan tulangan;

e) air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi beton harus
dibuang, kecuali apabila penuangan dilakukan menggunakan tremil
atau bila diijinkan pengawas ahli; dan

f) semua kotoran, serpihan beton, dan materiel lain yang menempel


pada permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang
sebelum kotoran yang baru dituangkan pada permukaan beton yang
telah mengeras tersebut.

2. percampuran mortal/adukan. Bahan-bahan termasuk PC akan


diaduk/dicampur harus dalam keadaan bersih.   Perbandingan campuran
sesuai dengan hasil percobaan yang memenuhi persyaratan terhadap
kekuatan/mutu beton.   Alat untuk ukuran percampuran terlebih dahulu
harus mendapatkan persetujuan direksi. Untuk itu diperlukan izin tertulis
dari direksi terhadap pelaksanaan pekerjaan;

3. pengadukan mortal/adukan.  Pengadukan mortal harus menggunakan


concrette mixer dengan kapasitas atau jumlah alat demikian sehingga
pada saat pengecoran tidak sampai mortal kekeringan. Mortal yang
dihasilkan harus mempunyai slump maximum 5 dan dengan water cement
ratio 0,40 - 0,45. Selama bekerja concrette mixer harus menjamin bahwa
adukan benar-benar matang untuk itu diperlukan minimum 2,5 menit.
Apabila menggunakan mixer yang lebih besar maka waktu perlu
ditambah. Perhitungan waktu teresebut diatas setelah semua
materiel/bahan termasuk air sudah didalam concrette mixer/beton molen.
Cara memasukkan material adukan dimulai terlebih dahulu dengan air
dan bahan pasir, spleet, screen, serta semen. Penambahan air sedapat
mungkin dihindari.
Penempatan concrette mixer/beton molen harus sedekat mungkin dengan
daerah pengecoran, kecuali memakai concrette mixing plant beserta truck
mixer untuk mengangkut adukan beton. Beton siap pakai harus diaduk
dan diangkut mengikuti persyaratan dari "specification for ready mixed
concrete" ASTM C94 atau "specification for concrete made by volumetrick
batching and continous mixing" ASTM C685. Pengadukan beton molen
harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a) pengadukan harus dilakukan di dalam suatu mesin pengaduk dari


tipe yang disetujui;

b) mesin pengaduk harus berputar pada kecepatan yang


direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin tersebut;
297

c) pembetonan harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan


penuangan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam
rongga di antara tulangan.   Beton yang telah mengeras sebagian
atau yang telah dikotori oleh materiel asing tidak boleh dituang
dalam struktur. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau
beton yang diaduk kembali setelah mengalami pengerasan awal
tidak boleh dipergunakan kecuali bila disetujui oleh pengawas ahli.
Setelah penuangan beton dimulai, pelaksanaanya harus dilanjutkan
tanpa berhenti hingga selesainya penuangan suatu panel,
penampang atau bagian yang dibentuk oleh batas-batas elemennya
atau batas penghentian penuangan yang telah ditentukan, bila
diijinkan atau dilarang oleh ketentuan tentang siar pelaksanaan.

Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertikal pada


umumnya harus rata terisi beton. Bila dapat ditunjukkan/dibuktikan
bahwa suatu waktu pengadukan yang lebih pendek memberikan
hasil yang memuaskan dan memenuhi pengujian keseragaman
pengadukan yang ditetapkan dalam "Specification for Ready Mixed
Concrete" ASTM C94;

d) penanganan materiel, batching dan pengadukan harus memenuhi


bagian ketentuan yang berlaku dari "ASTM C94”;

e) harus dilakukan suatu pendataan yang rinci untuk mencatat:

1) jumlah batch yang dihasilkan;

2) proporsi dari materiel yang digunakan;

3) perkiraan lokasi dari penuangan akhir pada struktur; dan

4) waktu dan tanggal pengadukan dan penuangan.

4. pengangkutan mortal.   Alat untuk   pengangkutan mortal beton dapat


menggunakan kereta beton, ember atau alat lain dengan jaminan bahwa
adukan beton yang dituangkan ditempat pengecoran mempunyai
kekentalan dengan slump 0,40 - 0,50 oleh karena itu harus sependek
mungkin waktu yang dipergunakan untuk pengangkutan. Saat
pengangkutan tidak boleh terjadi proses   pemisahan antara mortal
halus/spesi dengan butiran batu. Pengangkutan dengan concrete mixing
truck adalah sangat baik;

5. pengecoran mortal dan finishing. Pekerjaan pengecoran mortal


dilaksanakan setelah semua cetakan, dowel, dan dasar daerah
pengecoran telah siap baik dengan izin/keterangan direksi. Saat
pelaksanaan pengecoran tidak boleh waktu hujan. Adukan/spesi beton
saat pengecoran harus tetap pada slump 0,4  - 0,5 dan tidak terjadi
pemisahan antara mortal halus dengan butiran batu besar. Mortal yang
telah dicorkan harus dipadatkan dengan menggetarkan yaitu memakai
vibrator trailler. Lama penggetaran tidak boleh terlalu lama sehingga
proses pemisahan adukan halus dengan buturan-butiran batu serta
298

airnya. Suhu pada saat pengecoran tidak boleh melebihi 32 C,


selesainya pengecoran tiap 1 (satu) kotak adukan harus tetap dalam
kondisi belum kering. Pekerjaan penyelesaian/finishing dengan cara
menambal sama sekali tidak diperkenankan. Arah serat pada permukaan
harus dibuat sejajar keseluruhan dengan menggunakan sikat dari ijuk
kasar atau plastik/kawat baja halus. Permukaan pengecoran beton slab
tersebut harus rata/halus benar dengan kemiringan sesuai petunjuk
direksi yaitu 1,5% max. Permukaan harus dijaga tidak boleh melengkung
dibagian tengah. Oleh karena itu penggaris perataan harus benar-benar
lurus dan rata serta tidak mengalami lenturan karena berat sendiri. Pada
setiap pengecoran 1 (satu) kotak atau sekali bekerja harus dibuat kubus
test laboratorium, sehingga akan dapat diketahui strength/kekuatan beton
tersebut dan harus mutu/kekuatan dibawah persyaratan, maka slab beton
harus dibongkar dan diganti baru. Penempatan tulangan pelat, dowel
harus sesuai dengan gambar perencanaan dan harus diketahui direksi;

6. perawatan beton slab. Slab beton yang sudah dicor dan difinishing harus
tetap dijaga/dirawat dengan tetap membuat kondisi basah dapat dengan
cara menyiram dengan air atau menutup permukaan dengan karung
basah selama minimum 7 hari. Permukaan slab beton yang sudah jadi
harus tetap dijaga kebersihannya dengan tidak boleh menempatkan
bahan material atau alat peralatan. Setiap terjadi tumpahan mortal
dipermukaan yang sudah jadi harus dibersihkan. Pengeringan slab beton
harus berjalan lambat sehingga diperlukan usaha-usaha perawatan/curing
tersebut diatas;
7. pembukaan cetakan beton. Pembukaan cetakan beton slab tersebut
dapat dilakukan setelah ada keyakinan tidak merusak/menggerakkan slab
beton tersebut. Pelaksanaan pembukaan cetakan ini harus tidak boleh
merusak pinggaran slab beton. Waktu pembukaan cetakan tidak perlu
menunggu keringnya beton. Umur 1 (satu) hari sudah memungkinkan
cetakan beton tersebut dibuka;
8. perlindungan slab beton. Slab beton yang sudah jadi tetap harus
diadakan perlindungan oleh penyedia barang dan jasa, sampai pekerjaan
tersebut diserahkan kepada bouwheer. Apabila proses pengeringan
diperkirakan sangat cepat karena teriknya matahari maka penyedia
barang dan jasa melindungi permukaan beton dengan bahan kimia curing
compound dari cormix CM 75 W dan rite cure;

9. perbaikan beton. Apabila terjadi kerusakan beton disaat pembukaan


cetakan maka dapat segera diadakan perbaikan dengan menambahkan
bahan admixture khusus untuk dipakai sebagai perekat seperti plamix,
tricosal atau bahan-bahan tambahan lain yang cocok untuk itu. direksi
berhak menentukan jenis admixture. Perbaikan pada permukaan slab
beton setelah kering tidak diperkenankan;

10) nat/dummy joints. Pembuatan nat-nat pada plat beton apron


dilaksanakan dengan cara menggergaji memakai concrete saw sehingga
didapatkan kotak-kotak slab beton yang lurus sesuai ukuran gambar
rencana.   Pemotongan nat-nat beton harus memperhatikan faktor
kekerasan dengan harapan hasil pemotongan tidak terjadi
299

gumpilan/retakan yang mengakibatkan terjadinya awal kerusakan yang


lebih besar;

11. persyaratan untuk cuaca panas. Selama iklim panas perlu diberikan
perhatian khusus pada bahan dasar campuran beton, cara produksi,
penanganan dan pengangkutan, perlindungan, dan perawatan untuk
mencegah suhu beton atau penguapan air yang mungkin dapat
mengurangi kekuatan atau tingkat laik pakai dari beton; dan

12. percepatan yang dipercepat. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi,


uap bertekanan atmosfirik, pemanasan dan pelembaban atau proses lain
yang dapat diterima boleh digunakan untuk mempercepat pencapaian
kekuatan dan mengurangi waktu perawatan. Perawatan yang dipercepat
harus mampu menghasilkan suatu kuat tekan beton pada tahap
pembebanan yang ditinjau paling sedikit sama dengan kuat tekan beton
rencana yang diperlukan pada tahap pembebanan tersebut.   Proses
perawatan harus sedemikian hingga mampu menghasilkan beton dengan
suatu ketegaran (durability) paling sedikit ekivalent dengan hasil
perawatan normal. Uji kuat tambahan berdasarkan perawatan
dilapangan, mungkin diperlukan untuk menjamin bahwa perawatan yang
diperlukan telah memuaskan.

Pasal 125

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan taxiway light, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
taxiway light yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Pekerjaan Taxiway Light. meliputi

a. pemasangan tiang taxiway light dimensi atau ukuran taxiway light yang
dipasang seperti yang ditunjukkan pada gambar perencanaan;

b. pembuatan pondasi tiang taxiway light dengan ke dalaman 2 meter, lebar 0,6
meter;

c. taxiway light yang dipasang adalah jenis low intencity omny directional 6.6/6,6
amp, 30/45 watt produksi adb/siemens company atau soluxima atau sederajat;

d. ICAO : Annex 14, volume I, paragraph 5.3.5 for use on a precision


instrument runway and volume II for helipead lighting; dan

e. FAA : L-860, L-860E, L-861E, L-861SE, L861T Specification, AC


150/5345-46A.

(3) Persyaratan Bahan.

a. lemari pembagi.
300

1. lemari pembagi terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, dicat warna
abu-abu;

2. komponen lemari pembagi menggunakan buatan negara eropa barat atau


USA;

3. pabrikasi lemari pembagi menggunakan mesin, dibuat oleh perusahaan


panel yang terkenal;

4. lemari pembagi dilengkapi dengan:

a) nama lemari pembagi;

b) wiring diagram;

c) nama-nama pemakaian yang tercantum dalam diagram;

d) kunci;

e) pilot lamp (untuk lemari pembagi pp/lp); dan

f) alat ukur (v-meter, a-meter) dan pilot lamp.

5. lemari pembagi utama (MDP) dan lemari pembagi (DP) menggunakan


type "free standing" sedangkan lemari pembagi tenaga (PP/LP)
menggunakan "wall mounted".

b. kabel:

1. menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti susaco, kabelindo,


kabel metal, atau tranka;

2. menggunakan jenis NYY dan NYFGby untuk Instalasi tenaga dan toevoer
(hantaran pengisi); dan

3. menggunakan jenis NYM untuk instalasi penerangan.

(4) Pemasangan Microprocessor Controlled Regulator (MCR).

a. controlled current regulator (ccr) yang dipasang mempunyai kapasitas 6 kva;

b. controlled current regulator (ccr) yang dipasang harus baru, penyedia barang
dan jasa pelaksana pekerjaan harus menunjukkan sertifikat garansi/surat
jaminan kualitas dan keaslian ccr yang akan dipasang dari pabrik pembuat dan
menunjukkan surat jaminan dan keaslian yang asli kepada direksi pengawas
pekerjaan;

c. controlled current regulator (ccr) yang dipasang harus memenuhi standart


sebagai berikut:
301

1. FAA : AC 150/5345 – 10 E

2. ICAO : Aerodroem Design Manual Parts 5, Paragraph 3.2.1.4 to


3.2.1.6.

3. CENELEC : ENV 50231 (Mendapat rekomendasi dari pabrik


pembuat CCR).

d. konstruksi harus memenuhi:

1. dimensi controlled current regulator (ccr) adalah sebagai berikut:

a) tinggi kotak controlled current regulator (ccr) adalah ….. mm (lihat


gambar terlampir);

b) lebar kotak controlled current regulator (ccr) adalah ….. mm; dan

c) tebal kotak controlled current regulator (ccr) adalah ….. mm (lihat


gambar terlampir).

2. compartement teganagan rendah yang terdiri dari power modul, control


modul, dan sekring input switch; dan

3. compartement tegangan tinggi yang terdiri output transformer, pengukur


arus dan tegangan serta proteksi terhadap petir.

e. warna dan jenis cat. Controlled current regulator (CCR) yang dipasang harus
menggunakan cat dasar dengan warna : epoxy powder coating, warna : light
grey ral 7052.

(5) Pemasangan Taxiway Light.

a. taxiway light yang dipasang harus baru, penyedia barang dan jasa pelaksana
pekerjaan harus menunjukkan sertifikat garansi/surat jaminan kualitas dan
keaslian Taxiway light yang akan dipasang dan pabrik pembuat dan
menunjukkan surat Jaminan dan keaslian yang asli kepada direksi pengawas
pekerjaan;

b. taxiway light yang dipasang harus memenuhi standart sebagai berikut:

1. ICAO : Annex 14, volume I, paragraph 5.3.5 for use on a precision


instrument runway and volume II for helipead lighting;

2. FAA : L-860, L-860E, L-861E, L-861SE, L861T specification, AC


150/5345-46A;

3. Taxiway light yang dipasang adalah jenis low intencity omny directional
6.6/6,6 Amp, 30/45 watt produksi ADB/siemens company; dan

4. Dimensi/ukuran taxiway light yang dipasang seperti yang ditunjukkan


pada gambar perencanaan.
302

(6) Pemasangan Isolating Transformer.

a. isolating transformer yang dipasang mempunyai kapasitas 30/45 watt, 6.6/6,6


Amp.

b. isolating transformer yang dipasang harus baru, penyedia barang dan jasa
pelaksana pekerjaan harus menunjukkan sertifikat garansi/surat jaminan
kualitas dan keaslian isolating transformer yang akan dipasang dan pabrik
pembuat dan menunjukkan surat jaminan dan keaslian yang asli kepada direksi
pengawas pekerjaan.

c. isolating transformer yang dipasang harus memenuhi standart sebagai berikut:

1. FAA : L-830 and L-831 (AC 150 / 5345-47A);

2. IACO : Aerodrome Design Manual, Part 5 Paragraph 3.2.1.7a;

3. MIL : MIL-T-27535A;

4. CSA : C22.2 No. 180-M1983; dan

5. Dimensi/ukuran isolating transformer yang dipasang seperti yang


ditunjukkan pada gambar perencanaan (gambar terlampir).

Pasal 126

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan aproach light, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan
approach light yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Pekerjaan Aproach Light.

a. pemasangan tiang aproach light lengkap dengan tangga dan bordes;

b. pembuatan pondasi tiang aproach light dengan kedalaman 2 m, lebar 0,6 m;

c. pemasangan lampu halogen 500 W/220 V; dan

d. pemasangan panel pembagi berikut kabel feedernya.

(3) Persyaratan Bahan.

a. tiang aproach light.

1. bahan/materil yang akan digunakan mempunyai kualitas yang baik dan


telah teruji pada kondisi operasi yang sama;
303

2. bahan tiang, base plate dari baja yang mempunyai karakteristik mekanis
yang sesuai dengan standart ASTM A-36 atau 5541;

3. baut dan material untuk penyambungan harus sesuai dengan revisi


terakhir dari spesifikasi ASTM;

4. material las untuk pengelasan harus sesuai dengan material induk,


bagaimana yang terdefinisi dalam AWS;

5. setiap tiang harus dirancang dengan maksimum 2 (dua) bagian;

6. seluruh design harus sesuai dengan gambar;

7. tegangan yang diizinkan adalan tegangan leleh minimum dari materiel


bahan seperti yang ditetapkan dalam spesifikasi ASTM;

8. defleksi maksimum pada puncak tiang dihitung faktor terbesar 5% setara


tinggi tiang;

9. tiang lengkap braketnya sebelum dipasang harus digalvanis terlebih


dahulu untuk menghidari karat; dan

10. tiang dan braket harus dibuat oleh pabrik yang khusus membuat tiang
antara lain Hutama Karya, Waskita Karya, Jaya Kontruksi.

b. lemari pembagi.

1. lemari pembagi terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, dicat warna
abu-abu.

2. komponen lemari pembagi menggunakan buatan negara eropa barat atau


USA.

3. pabrikasi lemari pembagi menggunakan mesin, dibuat oleh perusahaan


panel yang terkenal.

4. lemari pembagi dilengkapi dengan:

a) nama lemari pembagi;

b) wiring diagram;

c) nama-nama pemakaian yang tercantum dalam diagram;

d) kunci;

e) pilot lamp (untuk lemari pembagi pp/lp); dan

f) alat ukur (v-meter, a-meter) dan pilot lamp.


304

5. lemari pembagi utama (MDP) dan lemari pembagi (DP) menggunakan


type "free standing" sedangkan lemari pembagi tenaga (PP/LP)
menggunakan "wall mounted".

c. Kabel.

1. menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Sucaco, Kabelindo,


Kabel Metal, atau Tranka;

2. menggunakan jenis FLYCY 1 x 6 mm², NYHBY 2 x 2,5 mm², NYFGby,


TWAVB 10 x 2 x 0.8 mm² untuk instalasi tenaga dan toevoer (hantaran
pengisi); dan

3. menggunakan jenis NYM untuk instalasi penerangan.

(4) Cara dan Syarat Pemasangan Tiang Aproach Light.

a. tiang harus diberdirikan di atas pondasi dengan konstruksi beton dengan


angkur. Tegangan tekan minimum dari beton pada umur 28 hari harus
mencapai 250 Kg/Cm²;

b. pelat dasar tiang harus kokoh duduk dengan rata-rata air pada pondasi.
ketebalan plat dasar harus sesuai untuk panjang yang dibutuhkan dan
kekuatan dari tiang;

c. tiang harus dilengkapi dengan tangga dan berdiri tegak lurus;

d. klem atau mur grounding yang sesuai untuk kawat grounding yang digalvanis
harus disediakan pada puncak dan dasar tiang;

e. semua komponen tiang aproach light harus digalvanis dari pabrik.


penggalvanisan dengan celupan ganda tidak diizinkan;

f. seluruh pengelasan harus dilakukan oleh operator yang berpengalaman,


menggunakan prosedur menurut aws d1.1; dan

g. bordes dudukan armatur harus pada posisi tegak lurus pada bidang yang akan
disinari.

(5) Pemasangan Armathur Aproach Light.

a. instalasi aproach light harus dilengkapi saklar otomatis (foto-cell atau time-
switch); dan

b. kedudukan armatur agar diatur sedemikian rupa sehingga sinarnya menyebar


dengan merata diatas bidang, sehingga sinar aproach light yang lain dapat
bertemu satu sama lainnya.

(6) Pemasangan Lemari Pembagi.


305

a. panel dan lemari pembagi dipasang secara free standing, semi inbow atau
inbow sesuai dengan besar panel dan tinggi panel ± 175 cm, diambil dari as
panel tersebut ke lantai;

b. semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan sistem hantaran


tanah menggunakan bc draad ø 50 mm;

c. untuk pemasangan kabel feeder (toevoer) harus dibuat sling yang letaknya
dekat lemari pembagi atau penyambungan kabel;

d. dalam penyambungan dengan komponen-komponen (dalam lemari pembagi)


harus menggunakan sepatu kabel; dan

e. pekerjaan lemari pembagi dinyatakan selesai apabila semua saklar, circuit


breaker, nh fuse, pilot-lamp, alat ukur telah berfungsi dengan baik.

(7) Pemasangan Kabel.

a. kabel tegangan rendah harus ditanam sedalam 60 cm dan kabel tegangan


menengah ditanam sedalam 80 cm;

b. kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah pada tempat di luar bangunan,
harus dipasang pipa pelindung atau selubung dari baja atau dari beton tahan
lama dan api atau cuaca. perlidungan ini harus menjorok tertanam sekurang-
sekurangnya 50 cm dari kedua ujung pelindung tersebut;

c. pembuatan lubang galian, pertama-tama diberi tanda dengan kapur


permukaannya setelah diratakan dan memakai pasak aspal, semen dan
sebagainya, lapisan permukaan dikupas/digali secara hati-hati. galian digali
secara tegak lurus sehingga mencapai permukaan yang ditandai, apabila perlu
dinding-dindingnya ditopang agar tepinya terhindar dari longsoran, dasar
lubang galian harus diratakan dan diusahakan supaya tidak merusak kabel
serta diusahakan agar pembuangan galian jangan sampai menyumbat saluran
air got;

d. kabel yang ditemukan selama penggalian atau sambungan (kotak


sambung/"junction box") agar diusahakan:

1. pindahkan/letakkan kabel-kabel itu pada bagian sisi galian dan usahakan


jangan sampai bergerak dengan cara yang kiranya tidak akan sampai
merusak kabel, ikatlah dengan tali pada papan penopang;

2. kotak sambung (junction box) diangkat dari tanah dengan hati-hati dan
segera diberi alat penopang;

3. memindahkan dan menopang kabel harus dikerjakan sedemikian rupa


sehingga apabila tertekan secara bagaimanapun, bagian alat-alat
sambungan/"junction" tidak akan rusak; dan

4. selama berlangsungnya pekerjaan, harus dilakukan pencegahan jangan


sampai kotak sambungan itu tergoncang sedikitpun.
306

e. penyeberangan kabel atau pipa pelindung yang sudah ada, penggalian harus
dilewatkan di bawah jaringan yang sudah ada dengan jarak ruang 20 cm, dan
harus turun sedikit dan agak miring, dan kabel tidak melengkung melampaui
batas yang ditentukan.

f. pekerjaan menggelar pasir di dalam galian dengan pasir urug/pasang.

1. penggelaran pasir di dalam galian dengan pasir urug dilakukan sepanjang


atas sebelah dalam galian yang sudah diratakan dengan ketebalan 10 cm
dan lebar sesuai lebar galian, setelah kabel diletakkan di atas pasir
kemudian diurug kembali dengan pasir urug tebal 10 cm, lalu dipasang
bata pelindung dengan posisi melintang; dan

2. pasir digunakan pasir urug yang berkualitas dan halus untuk menjaga
kerusakan kabel.

g. pekerjaan melepas gulungan kabel.

1. kabel dilepas dari haspelnya, diletakkan di atas tanah di luar galian


sebagaimana cara melepas gulungan kabel. pekerjaan ini hanya
dilaksanakan oleh pekerja yang ahli dan diawasi oleh mandor/pelaksana
lapangan; dan

2. dalam melaksakan pekerjaan ini jangan sampai kabel melintir ketika


ditarik kedalam galian.

h. pekerjaan penggelaran/penarikan kabel.

1. kabel dilepas dari rolnya, ditarik dan digelar secara hati-hati jangan
sampai melilit dan menyatu;

2. radius lengkungan kabel selama pelaksanaan penggelaran harus selalu


lebih dari 20 kali diameter kabel yang digelar;

3. kabel ditarik oleh pekerja-pekerja yang berdiri dengan jarak teratur


sepanjang penggalian (setiap 1 orang satu roller, jarak max 3 m);

4. kabel ditarik dengan sentakan sentakan beruntun;

5. setiap pekerja menarik kabel itu pada saat terdengar aba-aba (komando
suara) dari pengawas;

6. panjang kabel yang ditarik satu tarikan kurang lebih 70 Cm; dan

7. apabila kabel yang harus ditarik itu di dalam pipa, maka tali penarik
diikatkan pada grip penarik dan tanki penarik hanya akan dipakai untuk
menarik tali itu.

i. pekerja pemasangan kabel.


307

1. menyeberangi jalan raya. Dalam pelaksanaan pemasangan kabel apabila


terdapat pekerjaan yang menyeberangi jalan raya, maka kabel harus
meliputi/menyeberangi jalan secara tegak lurus dengan garis tengah
jalan;

2. menyeberang jalan dengan galian terbuka. Lubang harus terdiri dari


bagian-bagian (tiga bagian untuk badan jalan yang lebar) yang satu sama
lain dibatasi oleh satu atau dua balok tanah asal yang harus disisakan
untuk refrensi permukaan badan jalan dan mempertahankan daya tahan
mekanis terkadap tekanan akibat lalu lintas; dan

3. perlindungan terhadap kabel. Pada lintasan-lintasan penyeberangan


jalan, kabel akan dilindungi dengan pipa GIP dengan Ø 6". Pipa
pelindung harus dilebihkan panjangnya, melebihi badan jalan minimum 50
Cm kanan-kiri jalan.

j. pengujian kabel.

1) pekerjaan kabel dinyatakan selesai apabila kabel telah diberi tegangan


bebas dan berfungsi dengan baik; dan

2) pengujian Harus Disaksikan oleh Pengawas Lapangan dan Direksi.


Seluruh pekerjaan instalasi akan diadakan pengujian seluruh sistem
dengan menggunakan alat ukur serta alat bantu lainnya, disaksikan oleh
direksi lapangan dan penyedia barang dan jasa.

Pasal 127

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan flood light, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan flood light yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Pekerjaan Flood Light.

a. pemasangan tiang flood light lengkap dengan tangga dan bordes;

b. pembuatan pondasi tiang flood light dengan kedalaman 2 meter, lebar 0,6
meter;

c. pemasangan lampu halogen 1000 w/220v;

d. pemasangan lampu mercurry 400w/220v lengkap dengan ballasnya


220v/50hz;

e. pemasangan panel pembagi berikut kabel feedernya; dan

f. pemasangan penangkal petir.


308

(3) Persyaratan Bahan.

a. tiang flood light.

1. bahan/materiel yang akan digunakan mempunyai kualitas yang baik


dan telah teruji pada kondisi operasi yang sama;

2. bahan tiang, base plate dari baja yang mempunyai karakteristik


mekanis yang sesuai dengan standart ASTM A-36 atau 5541;

3. baut dan materiel untuk penyambungan harus sesuai dengan revisi


terakhir dari spesifikasi ASTM;

4. materiel las untuk pengelasan harus sesuai dengan materiel induk,


bagaimana yang terdefinisi dalam AWS;

5. setiap tiang harus dirancang dengan maksimum 2 (dua) bagian;

6. seluruh design harus sesuai dengan gambar rencana atau menurut


petunjuk direksi;

7. tegangan yang diizinkan adalan tegangan leleh minimum dari


materiel bahan seperti yang ditetapkan dalam spesifikasi ASTM;

8. defleksi maksimum pada puncak tiang dihitung faktor terbesar 5 %


setara tinggi tiang;

9. tiang lengkap breketnya sebelum dipasang harus digalvanis terlebih


dahulu untuk menghindari dari karat; dan

10. tiang dan breket harus dibuat oleh pabrik yang khusus membuat tiang
antara lain Hutama Karya, Waskita Karya, Jaya Kontruksi.

b. lemari pembagi.

1. lemari pembagi terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm, dicat warna
abu-abu;

2. komponen lemari pembagi menggunakan buatan negara eropa barat


atau USA;

3. pabrikasi lemari pembagi menggunakan mesin, dibuat oleh


perusahaan panel yang terkenal;

4. lemari pembagi dilengkapi dengan:

a) nama lemari pembagi;

b) wiring diagram;

c) nama-nama pemakaian yang tercantum dalam diagram;


309

d) kunci;

e) pilot lamp (untuk lemari pembagi pp/lp); dan

f) alat ukur (v-meter, a-meter) dan pilot lamp.

5. lemari pembagi utama (MDP) dan lemari pembagi (DP)


menggunakan type "free standing" sedangkan lemari pembagi tenaga
(PP/LP) menggunakan "wall mounted".

c. kabel:
1. menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Sucaco, Kabelindo,
Kabel Metal, atau Tranka;

2. menggunakan jenis NYY dan NYFGby untuk instalasi tenaga dan


toevoer (hantaran pengisi); dan

3. menggunakan jenis NYM untuk instalasi penerangan.

d. penangkal petir:
1. kabel yang digunakan adalah Jenis kawat BC drad Ø 50 mm dan Ø
25 mm;

2. sebagai pelindung kabel dan tiang splitzer menggunakan pipa


galvanis Ø 1"; dan

3. splitzer yang digunakan dari bahan tembaga/kuningan dengan Ø 3/4".

(4) Cara dan Syarat Persyaratan.

a. pemasangan tiang flood light.

1. tiang harus diberdirikan di atas pondasi dengan konstruksi beton


dengan ankor. Tegangan tekan minimum dari beton pada umur 28
hari harus mencapai 250 kg/cm;

2. pelat dasar tiang harus kokoh duduk dengan rata-rata air pada
pondasi. Ketebalan pelat dasar harus sesuai untuk panjang yang
dibutuhkan dan kekuatan dari tiang;

3. tiang harus dilengkapi dengan tangga dan berdiri tegak lurus;

4. klem atau mur grounding yang sesuai untuk kawat grounding yang
digalvanis harus disediakan pada puncak dan dasar tiang;

5. semua komponen tiang flood light harus digalvanis dari pabrik.


penggalvanisan dengan celupan ganda tidak diizinkan;
310

6. seluruh pengelasan harus dilakukan oleh operator yang


berpengalaman, menggunakan prosedur menurut AWS D1.1; dan

7. bordes dudukan armathur harus pada posisi tegak lurus pada bidang
yang akan disinari.

b. pemasangan armathur flood light.

1. instalasi flood light harus dilengkapi sakelar otomatis (foto-cell atau


time switch); dan

2. kedudukan armathur agar diatur sedemikian rupa sehingga sinarnya


menyebar dengan merata diatas bidang apron atau taxiway, sehingga
sinar flood light yang lain dapat bertemu satu sama lainnya.

c. pemasangan lemari pembagi.

1. panel dan lemari pembagi dipasang secara free standing, semi inbow
atau inbow sesuai dengan besar panel dan tinggi panel 175 cm,
diambil dari as panel tersebut ke lantai;

2. semua bagian logam lemari pembagi dihubungkan dengan sistem


hantaran tanah menggunakan BC Draad Ø 50 mm;

3. untuk pemasangan kabel feeder (toevoer) harus dibuat sling yang


letaknya dekat lemari pembagi atau penyambungan kabel;

4. dalam penyambungan dengan komponen-komponen (dalam lemari


pembagi) harus menggunakan sepatu kabel; dan

5. pekerjaan lemari pembagi dinyatakan selesai apabila semua saklar,


circuit breaker, NH fuse, pilot-lamp, alat ukur telah berfungsi dengan
baik.

d. pemasangan kabel.

1. kabel tegangan rendah harus ditanam sedalam 60 cm dan kabel


tegangan menengah ditanam sedalam 80 cm;

2. kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah pada tempat di luar
bangunan, harus dipasang pipa pelindung atau selubung dari baja
atau dari beton tahan lama dan api atau cuaca. perlindungan ini
harus menjorok tertanam sekurang-kurangnya 50 cm dari kedua
ujung pelindung tersebut;

3. pembuatan lubang galian, pertama-tama diberi tanda dengan kapur


permukaannya setelah diratakan dan memakai pasak aspal, semen
dan sebagainya, lapisan permukaan dikupas/digali secara hati-hati.
galian, digali secara tegak lurus sehingga mencapai permukaan yang
ditandai, apabila perlu dinding-dindingnya ditopang agar tepinya
terhindar dari longsoran, dasar lubang galian harus diratakan dan
311

diusahakan supaya tidak merusak kabel serta diusahakan agar


pembuangan galian jangan sampai menyumbat saluran air got.
kabel yang ditemukan selama penggalian atau sambungan (kotak
sambung/"junction box") agar diusahakan:

a) pindahkan/letakkan kabel-kabel itu pada bagian sisi galian dan


usahakan jangan sampai bergerak dengan cara yang kiranya
tidak akan sampai merusak kabel, ikatlah dengan tali pada
papan penopang;

b) kotak sambung (junction box) diangkat dari tanah dengan hati-


hati dan segera diberi alat penopang;

c) memindahkan dan menopang kabel harus dikerjakan


sedemikian rupa sehingga apabila tertekan secara
bagaimanapun, bagian alat-alat sambungan/ "junction" tidak
akan rusak; dan

d) selama berlangsungnya pekerjaan, harus dilakukan


pencegahan jangan sampai kotak sambung itu tergoncang
sedikitpun.

4. penyeberangan kabel atau pipa pelindung yang sudah ada,


penggalian harus dilewatkan di bawah jaringan yang sudah ada
dengan jarak ruang 20 cm, dan harus turun sedikit dan agak miring
dan kabel tidak melengkung melampaui batas yang ditentukan;

5. pekerjaan menggelar pasir di dalam galian dengan pasir


urug/pasang.

a) penggelaran pasir didalam galian dengan pasir urug dilakukan


sepanjang atas sebelah dalam galian yang sudah diratakan
dengan ketebalan 10 cm dan lebar sesuai lebar galian, setelah
kabel diletakkan di atas pasir kemudian diurug kembali dengan
pasir urug tebal 10 cm, lalu dipasang bata pelindung dengan
posisi melintang; dan
b) pasir digunakan pasir urug yang berkualitas dan halus untuk
menjaga kerusakan kabel;

6. Pekerjaan melepas gulungan kabel.

a) kabel dilepas dari haspelnya, diletakkan diatas tanah di luar


galian sebagaimana cara melepas gulungan kabel. pekerjaan
ini hanya dilaksanakan oleh pekerja yang ahli dan diawasi oleh
mandor/pelaksana lapangan atau direksi; dan

b) dalam melaksanakan pekerjaan ini jangan sampai kabel


melintir ketika ditarik kedalam galian.

7. pekerjaan penggelaran/penarikan kabel.


312

a) kabel dilepas dari rolnya, ditarik dan digelar secara hati-hati


jangan sampai melilit dan menyatu;

b) radius lengkungan kabel selama pelaksanaan penggelaran


harus selalu lebih dari 20 kali diameter kabel yang digelar;

c) kabel ditarik oleh pekerja-pekerja yang berdiri dengan jarak


teratur sepanjang penggalian (setiap 1 orang satu roller, jarah
max 3 meter);

d) kabel ditarik dengan sentakan sentakan beruntun;


e) setiap pekerja menarik kabel itu pada saat terdengar aba-aba
(komando suara) dari pengawas;

f) panjang kabel yang ditarik satu tarikan kurang lebih 70 cm;


dan

g) apabila kabel yang harus ditarik itu di dalam pipa, maka tali
penarik diikatkan pada grip penarik dan tanki penarik hanya
akan dipakai untuk menarik tali itu.
8. pekerja pemasangan kabel.

a) menyeberangi jalan raya. dalam pelaksanaan pemasangan


kabel apabila terdapat pekerjaan yang menyeberangi jalan
raya, maka kabel harus meliputi/menyeberangi jalan secara
tegak lurus dengan garis tengah jalan;
b) menyeberang jalan dengan galian terbuka. lubang harus
terdiri dari bagian-bagian (tiga bagian untuk badan jalan yang
lebar) yang satu sama lain dibatasi oleh satu atau dua balok
tanah asal yang harus disisakan untuk refrensi permukaan
badan jalan dan mempertahankan daya tahan mekanis
terkadap tekanan akibat lalu lintas; dan

c) perlindungan terhadap kabel. pada lintasan lintasan


penyeberangan jalan, kabel akan dilindungi dengan pipa gip
dengan ø 6". pipa pelindung harus dilebihkan panjangnya,
melebihi badan jalan minimum 50 cm kanan kiri.

9. pengujian kabel.

a) pekerjaan kabel dinyatakan selesai apabila kabel telah diberi


tegangan bebas dan berfungsi dengan baik;

b) pengujian harus disaksikan oleh pengawas lapangan dan


direksi; dan

c) pemasangan penangkal petir.

1) sumuran pentanahan dibuat sedalam 21 meter;


313

2) electrode pentanahan dipakai pipa galvanis ø 1" yang


diselubungi pipa galvanis ø 1,5";

3) pada ujung bawah pipa harus dipasang ground copper


rod yang runcing dengan ø 1" panjang 30 cm;

4) penghatar untuk instalasi penangkal petir digunakan


kawat BC draad berpenampang Ø 50 mm;

5) penyambungan antar kawat bc sesudah dililit keras-


keras menggunakan kawat bc ø 1,5 mm lalu disolder;

6) jarak antara kawat penyangga kawat BC maksimum 40


Cm. Klem penyangga kawat dibuat dari besi plat strip 3
x 3 mm, sebelum dipasang harus di meni terlebih
dahulu dan baru dicat besi untuk menjaga adanya karat
sambungan antara elektrode dengan kawat bc harus
dapat dilepas dan dipasang kembali dengan mudah;

7) tempat-tempat electrode pentanahan harus dibuat bak


kontrol dari beton, dilengkapi tutupnya;

8) sistem instalasi penangkal petir ini mempunyai sistem


pentanahan sendiri, besar tahanan harus 2 ohm di ukur
minimum 3 hari setelah tidak turun hujan; dan

9) pengujian. seluruh pekerjaan instalasi penangkal petir


akan diadakan pengujian seluruh sistem dengan
menggunakan alat ukur serta alat bantu lainnya, dan
disaksikan oleh direksi lapangan dan penyedia barang
dan jasa.

Pasal 128

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan Pemasangan carbon hybrid hanggar
di Lanud Ranai, bahan dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan
pelaksanaan, sehingga diharapkan pekerjaan Pemasangan carbon hybrid hanggar
di Lanud Ranai yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
rencana.

(2) Pemasangan Struktur Carbon Hybrid Hanggar dan Cover Fabric.

a. pemasangan struktur carbon hybrid hanggar dan asesoris

1. penyedia barang dan jasa wajib mengadakan struktur carbon hybrid


hanggar dan accessories;
2. struktur carbon hybrid hanggar dan accesories harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
314

a) umum. Struktur mobile hanggar berukuran 20 mx30 m dibuat


dari profil aluminium dan baja galvanis. Profil aluminium
diperkuat dengan memasukkan serat karbon (alumunium
carbon hybrid). Cover atap dan dinding samping menggunakan
bahan PVC anti UV dipasang ke dalam profil aluminium dan
terbuka pada sisi depan dan belakang.Struktur mobile hangar
profil alumunium carbon bersifat modular sehingga ringan dan
kuat, mudah diangkut, dirakit, serbaguna dalam penggunaan,
dan mudah dalam instalasi;

b) produk struktur carbon hybrid hanggar dan accesories


dirancang dan dibangun harus memenuhi standar dan
peraturan sebagai berikut:

1) peraturan dan regulasi pedoman yang dikeluarkan uni


eropa. Pembuatan profil aluminum carbon hybrid harus
sesuai dengan sertifikasi uni eropa;

2) UNI EN 13782:2006 “temporary structures, tents and


safety”;

3) UNI EN 1991-1-1 EUROCODE 1 Actions on structure


Part 1-1: Actions in general - Weights per unit of
volume, actual weights and overloadsfor buildings;

4) UNI EN 03/01/1991 EUROCODE 1 Actions on structure


Part 1-3: Actions in general - Snow loads;

5) UNI EN 04/01/1991 EUROCODE 1 Actions on structure


Part 1-4: Actions in general - Wind action;

6) UNI EN 1993 EUROCODE 3 Design of steel structures;

7) UNI EN 1999 EUROCODE 9 Design of aluminium


structures; dan

8) CNR-DT 202/2005 Instructions for Static Consolidation


Procedures for Metal Structure Using Fibre-Reinforced
Composite Materials.
c) persyaratan teknis struktur carbon hybrid hanggar. persyaratan
yang dinyatakan dalam dokumen ini menjelaskan spesifikasi
teknis umum untuk struktur profil alumunium carbon.

1) system modular memungkinkan adanya


penambahan panjang mobile hangar sesuai
dengan panjang yang dibutuhkan. Dimensi
mobile hangar sebagai berikut:
aa. lebar : 20,00 meter;
315

bb. panjang : 30,00 meter;

cc. tinggi samping : 4,40 meter;

dd. tinggi tengah :10,40 meter;

ee. jarak antar tiang kolom : 5,00 meter;

ff. luas area : 600,00 m²;

gg. beban angin : 100 km/jam;


dan

hh. temperature operasional: - 400 celcius s.d.


+800 celcius.

2) Spesifikasi bahan baku struktur yang digunakan


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Alumunium
Aluminium alloy EN AW-6005/A
Mechanical properties EN 755-2
Heat treatment T6
Colour Grey
Chemical properties EN 573-3

Carbon
Materiel CFK carbon fibre slats
Elastic modulus 160,000 MPa
Ultimate tensile
stren 1,750 MPa
gth
Ultimate compressive
stren 700 MPa
gth

Base Plates
Materiel S275JR EN 10027-1 steel
Surface protection Galvanised

Class 8.8
Surface protection Galvanised

d) Pemasangan.

1) lingkup pekerjaan pemasangan adalah pemasangan


struktur carbon hybrid hanggar di atas struktur apron
existing dengan baik.
316

2) penyedia barang dan jasa harus mempersiapkan dan


menyediakan peralatan yang digunakan dalam
melaksanakan pemasangan yaitu sebagai berikut:

aa. mesin bor beton;

bb. kunci-kunci;

cc. angkur tiang utama ex hilti-his (n) atau setara


dan baut serta penutup sleeve dengan diameter
angkur 32 mm dan panjang 205 mm;

dd. angkur tiang penyangga ex HILTI-HIS (N) atau


setara dan baut serta penutup sleeve dengan
diameter angkur 28 mm dan panjang 170 mm;
dan

ee. peralatan lainnya.

3) penyedia barang dan jasa melaksanakan pemasangan


carbon hybrid hanggar dengan metode sebagai berikut:

aa. melaksanakan pengukuran secara teliti


penempatan titik angkur;

bb. melaksanakan pengeboran beton dengan


peralatan bor pada titik angkur yang telah
ditentukan;

cc. melaksanakan pemasangan angkur tiang utama


dan tiang penyangga pada lobang bor beton dan
memberikan bahan chemical di antaranya untuk
memperkuat kedudukan angkur; dan

dd. melaksanakan pemasangan struktur profil


alumunium carbon hanggar dengan baik dan
kuat.

b. cover fabric membrane pvc dengan uv protection.

1. cover terbuat dari bahan membrane PVC dengan UV protection.


Bahan membran harus memiliki kekuatan yang cukup agar
terintegritas dengan kekuatan struktur profil alumunium carbon
sehingga kekuatan mobile hangar dapat optimal di segala kondisi
cuaca.

2. cover penutup harus bersifat modular dan individual agar dalam


proses penggantian cover tidak mempengaruhi struktur. Bahan
membrane yang digunakan sebagai cover penutup harus sesuai
dengan spesifikasi minimum sebagai berikut:
317

Total weight EN ISO 650 g/m2


2286-2
Outside colour Green RAL 6031
Inside colour White
Weft tensile strength EN ISO 2500 N/5 cm
1421/met. 1
Warp tensile strength EN ISO 2500 N/50 mm
1421/V1
Weft tear resistance DIN 53363 250 N
Warp tear resistance DIN 53363 255 N
Impermeability EN20811 Impermeable
BS 7837, California T 19.
D.M. 26.08.84 (UNI 9177):
CL.2, DIN 4102: B1, NFP
Burning behaviour 92507:
M2, NFPA 701 Test 2, EN
13501-1:
B-s2-d0

(3) Pekerjaan Packaging Individual Trailer Box.

a. seluruh komponen hangar harus tersimpan dengan baik dalam satu


individual trailer box yang dapat memudahkan dan mengoptimalkan fungsi
mobile hangar tersebut;

b. individual trailer box harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. trailer box almunium [1 axle]

a) sisi kiri : 2 compartment. (buka ke atas 2/3 dan buka


ke bawah 2/3);

b) sisi kanan : 2 compartment. (buka ke atas 2/3 dan


buka ke bawah 2/3);

c) pintu belakang : standard swing;

d) ukuran luar : P.6500 x L.2500 x T.2500 mm; dan

e) ukuran dalam : P.6350 x L.2400 x T.2350 mm.

2. spesifikasi umum:

a) lantai : phc bordes 4 mm;

b) chasis : wf 450;

c) frame : unp 200;

d) crossmember : wf 200;
318

e) axle : fuwa kap 14 mt, 10 stud;

f) landing gear : atlas 2 speed;

g) twist lock : 4 buah;

h) king pin : 2” sae standard;

i) breaking syst : air brake [double line system];

j) lines connector : iso air coupling;

k) chamber : 6 x 24, relay + emergency valve;

l) suspensi : fuwa, standard md, type tandem


spring indospring;

m) ban : gt 1000 ;

n) sistem tarik : knockdown & adjustable;

o) warna : green army;

p) Panel Dinding : SPHC 2 mm;


Depan/Belakang

q) panel dinding l / r (atas) almunium extrusion ca hollow 2 mm;

r) panel dinding l / r (bawah) almunium extrusion ca hollow 2 mm;

s) engsel pintu bawah : sphc 3 mm;

t) mekanisme : gas spring;

u) panel atap : galvanis 1.2 mm;

v) tiang pojokan : sphc hollow 5 mm;

w) rangka atap : sphc 2 mm;

x) interior atap : melamin;

y) pengelasan : co welding;

z) pengecatan : dasar – epoxy, finishing – dana + pernis;


dan

aa) Penerangan : Lampu dalam x 1 buah


Lampu luar x 4 buah
Lampu Samping x 8 buah
319

(4) Pekerjaan Instalasi Listrik.

a. pekerjaan sistem penerangan.

1. penerangan menggunakan lampu standar militer dan teknologi hemat


energi. ini adalah lampu yang biasa digunakan pada hanggar, tenda
pasukan, dll. Standar materiel yang digunakan merupakan standar
militer sehingga memiliki life time lebih lama dan lebih kuat.Lampu
mudah dibongkar pasang;

a) Data Teknik:

Deskripsi Value
Illuminants TCL/840 2x55 W
Ballast electronic
Luminous flux Approx 9600 Lm
Operating current 0,50 A
Burning Lifetime 20.000 hours.
Dimensions. L x W x H 610 x 145 x 190 mm
Weight approx.: 3,2 kg
Operating Voltage 230 V/AC/50Hz
Brightness in 1 m/2 m 1200/410 Lx
Color temperature 4000K
Operating temperature -25 – +55°C

b) Deskripsi umum:

Deskripsi Jml Keterangan


Barang
HTS  L1000  light   12  L1000  per  bay,
(2x55w) Each  light  has  a  5m  cable  with  
complete  with  ny a  plug  and a socket,
lon  fixing (water each  other  to  form  a  line  of  lig
proofing light) ht
Electrical  distribu 1 6 x  16A  230/400V  sockets  with  
tion  Box safety fuses
Type  D16A
Cable  extension   3 Cable  reel  type  with  2/3  socket
leads 25m s  &  safety cut-off
Electrical  cabling   1
&  fixings
320

2. kabel.

a) menggunakan buatan pabrik dalam negeri seperti Susaco,


Kabelindo, Kabel Metal, Trangka atau merk lain yang mutunya
sama yang telah disetujui oleh LMK-SPLN; dan

b) menggunakan jenis NYFGby untuk instalasi tenaga dan


toevoer.

b. cara pemasangan kabel:

1. kabel yang berada di luar gedung ditanam sedalam 60 cm dengan


susunan sebagai berikut:

a) alas pasir tebal 5 cm;

b) kabel;

c) urugan pasir tebal 5 cm di atas kabel;

d) batu merah dipasang melintang setelah urugan pasir


dilaksanakan;

e) urugan tanah; dan

f) pemberian patok tanda kabel tanam pada daerah-daerah yang


terlintasi oleh kabel tanam.

2. pemasangan kabel yang melintasi atau tertanam pada betonan dan


dinding harus di beri sparing;

3. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi


menggunakan sepatu kabel yang dipasang dengan cara press; dan

4. pemasangan kabel dinyatakan selesai setelah diadakan pengetesan


dengan hasil yang baik.

c. pelaksanaan instalasi listrik luar.

1. kabel yang berada di luar gedung ditanam sedalam 60 cm dengan


susunan sebagai berikut:

a) alas pasir tebal 5 cm;

b) kabel;

c) urugan pasir tebal 5 cm di atas kabel;

d) batu merah dipasang melintang setelah urugan pasir


dilaksanakan; dan
321

e) urugan tanah.

2. tiang listrik digunakan tiang beton dengan tinggi 12 meter dan


perlengkapan instalasi lainnya disesuaikan dengan peraturan yang
ada;

3. kabel yang digunakan adalah NYFGby 4 x 25 mm²;

4. penerangan jalan digunakan tipe son 70 dengan foto ceel; dan

5. sambungan antara kabel dengan terminal lemari pembagi


menggunakan sepatu kabel yang dipasang secara pres.

BAB VII
PEKERJAAN BONGKARAN

Pasal 129

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar atap, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar atap yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. tangga. Digunakan sebagai alat bantu menaiki dan menuruni atap;

b. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

c. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran berlansung


untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja;

e. hammer. Digunakan sebagai alat bantu membongkar konstruksi atap


kayu;

f. tang. Digunakan sebagai alat bantu mencabut paku-paku yang tentanam


pada rangka kayu; dan

g. tali pengaman. Wajib digunakan saat membongkar rangka kuda-kuda,


untuk menghindari resiko terjatuh.

(3) Tahapan pelaksanan bongkaran atap dan konstruksi kuda-kudanya diantaranya:

a. pembongkaran penutup atap;


322

b. pembongkaran nok bubung;

c. pembongkaran kayu reng, kaso dan listplang; dan

d. pembongkaran balok gordeng dan balok kuda-kuda.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa konstruksi.

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 130

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar atap beton, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar atap beton yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. tangga. Digunakan sebagai alat bantu menaiki dan menuruni atap;

b. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

c. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlansung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

e. hammer. Digunakan sebagai alat bantu membongkar konstruksi atap


beton;

f. plastik pengaman. Digunakan untuk menutupin struktur beton yang akan


dihancurkan; dan

g. gergaji besi dan atau mesin las. Digunakan untuk memotong atau
membongkar rangka besi yang terdapat dalam konstruksi atap beton.

(3) Tahapan pelaksanan bongkaran atap beton diantaranya:

a. sebelum dibongkar sebaiknya beton yang akan dibongkar diberi cairan


penghancur beton guna mempermudah penghancuran beton bongkaran;
323

b. gunakan perlengkapan keselamatan sebelum memulai pembongkaran atap


dak beton;

c. tutupi beton dengan lembaran plastik untuk menampung debu dan


mencegah pecahan beton berhamburan saat dihancurkan;

d. gunakan alat bantu seperti stone breaker, martil atau linggis untuk
mempercepat pembongkaran atap dak beton; dan

e. mulai pembongkaran atap dak beton pada salah satu sisi dengan tetap
memperhatikan faktor keselamatan kerja.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa konstruksi.

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 131

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar plafond, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar atap plafond yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. excavolding. Digunakan sebagai alat bantu menaiki dan menuruni rangka


plafond;

b. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

c. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlansung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

e. hammer. Digunakan sebagai alat bantu membongkar rangka plafond; dan

f. tang. Digunakan sebagai alat bantu mencabut paku-paku yang tertanam


pada rangka kayu.
324

(3) Tahapan pelaksanan bongkaran plafond diantaranya:

a. sebelum pembongkaran plafond dilaksanakan, pastikan semua aliran listrik


sudah terputus sesuai petunjuk direksi;
b. laksanakan pembongkaran instalasi kabel yang menempel pada rangka
plafond terlebih dahulu;

c. pembongkaran penutup plafond;

d. pembongkaran rangka list plafond; dan

e. pembongkaran rangka plafond.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa.

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 132

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar kuda-kuda baja ringan,
bahan, dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan bongkar kuda-kuda baja ringan yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. kunci pas. Digunakan untuk melepas baut-baut yang terpasang pada


rangka baja ringan;

b. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

c. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. sepatu kerja.Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja; dan

e. tali tampar atau yang sejenisnya. Digunakan untuk menurunkan rangka baja
ringan setelah dilepas dari rangka lainnya agar kondisi rangka baja ringan
tersebut tidak rusak.
325

(3) Pekerjaan pembongkaran rangka baja ringan dilaksanakan sesuai petunjuk pihak
direksi dan menyesuaikan dengan gambar perubahan pada gambar rencana.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa.

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 133

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar dinding bata, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar dinding bata yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.
(2) Peralatan yang Digunakan.

a. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

b. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran berlangsung


untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja;

c. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran berlansung


untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja;

d. hammer dengan ukuran besar. Digunakan sebagai alat bantu membongkar


dinding bata; dan

e. masker. Wajib digunakan selama pembongkaran dinding berlangsung agar


pekerja terhindar dari ISPA akibat debu yang berasal dari bongkaran.

(3) Sebelum melaksanakan pembongkaran sebaiknya dinding disiram air terlebih


dahulu untuk mengurangi timbulnya debu. Pekerjaan pembongkaran dinding
diutamakan pada dinding yang memiliki ukuran paling tinggi, karena dinding tidak
memiliki elemen penahan maka resiko dapat roboh dan jatuh dengan sendirinya.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa.

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 134
326

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar dinding partisi, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar dinding partisi yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

b. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

c. sepatu kerja.Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran berlansung


untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja;

d. mesin bor. Digunakan sebagai alat bantu membongkar rangka alumunium


yang terpasang; dan

e. obeng. Digunakan untuk melepas baut yang terpasang pada dinding partisi.

(3) Tahapan pelaksanaan pembongkaran dinding partisi:

a. membuka semua klem atau frame yang terdapat pada bagian luar dinding
partisi;

b. pekerjaan pembongkaran dinding partisi harus dilaksanakan secara hati-hati


sehingga tidak mengalami kerusakan; dan

c. pembongkaran rangka dinding partisi dilaksanakan sesuai petunjuk direksi.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa.

(5) Material bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 135

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar plesteran, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar plesteran yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.
327

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

b. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

c. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran berlansung


untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja;

d. hammer ;

e. excavolding atau tangga; dan

f. betel/pahat besi.

(3) Tahapan pelaksanaan pembongkaran plesteran:

a. mengupas bagian-bagian plester hingga terlihat lapisan dasar pada dinding;

b. pastikan semua permukaan dinding sudah bersih dari lapisan plestrean


lama; dan

c. pekerjaan pembongkaran plester pada dinding diperlukan ketelitian agar


tidak merusak struktur dinding.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa.

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 136

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar lantai, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar lantai yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. pisau dempul/scrab. Digunakan untuk membantu melepaskan keramik dari


ikatan adukan semen dan membersihkan lapisan perekat lama;
328

b. sarung tangan. Digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

c. gerinda. Digunakan untuk memotong nut keramik; dan

d. hammer.

(3) Tahapan pelaksanaan pembongkaran lantai:

a. melepaskan nut keramik pada sisi bagian keramik yang akan dibongkar.
pemisahan nut dari keramik merupakan hal yang utama dilakukan untuk
mendapatkan ruang sehingga pemisahan keramik dari ikatan semen akan
lebih mudah;

b. melepaskan keramik dari lapisan semen dengan pisau scrab atau pisau
dempul secara perlahan; dan

c. pastikan bahwa lapisan adukan semen lama (lantai kerja) benar-benar


bersih, sehingga tercapai keterikatan antara lantai kerja lama dengan lantai
kerja baru.

(4) Material bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 137

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar instalasi listrik, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar instalasi listrik yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. obeng. Berfungsi untuk mengendurkan sekrup yang terpasanga pada


saklar atau material instalasi listrik;

b. tang. Digunakan untuk memotong kabel instalasi yang akan dibongkar;

c. testpen. Digunakan untuk memastikan tidak adanya arus listrik dalam


instalasi listrik yang akan dibongkar;

d. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko tersengat arus listrik saat bekerja; dan

e. excavolding atau tangga. Digunakan untuk pekerjaan pembongkaran


instalasi listrik bagian atas.

(3) Tahapan pelaksanaan pembongkaran instalasi listrik:


329

a. pastikan arus listrik pada semua jaringan listrik telah terputus;

b. urutkan jalur instalasi yang akan dibongkar sehingga tidak terjadi kesalahan
jalur apabila akan memasang kembali instalasi tersebut; dan

c. pembongkaran fitting lampu,saklar, stop kontak, dan peralatan lainnya yang


berhubungan dengan pekerjaan instalasi listrik.

(4) Material bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 138

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar instalasi air, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar instalasi air yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. hammer ukuran kecil;

b. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

c. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlansung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. kunci pas. Digunakan untuk membuka sambungan pipa apabila


menggunakan pipa besi; dan

e. excavolding atau tangga. Digunakan untuk pekerjaan pembongkaran


instalasi air bagian atas.

(3) Pekerjaan pembongkaran rangka instalasi air dilaksanakan sesuai petunjuk pihak
Direksi dan menyesuaikan dengan gambar perubahan pada gambar rencana.

(4) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 139

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar kusen , bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar kusen yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.
330

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. hammer ukuran kecil;

b. tatah kayu;

c. linggis; dan

d. gergaji.

(3) Pekerjaan pembongkaran kusen dilaksanakan sesuai petunjuk pihak direksi dan
menyesuaikan dengan gambar perubahan pada gambar rencana.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 140

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar beton dan beton bertulang ,
bahan, dan peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga
diharapkan pekerjaan bongkar beton dan beton bertulang yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. Ekscavolding. Digunakan sebagai alat bantu meraih posisi beton yang


cukup tinggi;

b. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

c. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlansung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

e. hammer. Digunakan sebagai alat bantu membongkar beton dan beton


bertulang;
331

f. gergaji besi dan atau mesin las. Digunakan untuk memotong atau
membongkar rangka besi yang terdapat dalam beton bertulang; dan

g. linggis. Digunakan untuk alat bantu membongkar beton dan beton


bertulang.

(3) Pekerjaan pembongkaran struktur beton dilaksanakan sesuai petunjuk pihak


direksi dan menyesuaikan dengan gambar perubahan pada gambar rencana.

(4) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 141

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar lapisan asphalt, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar lapisan asphalt yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. Sarung Tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

b. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

c. sepatu kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlansung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. asphalt cutter machine. Mesin yang digunakan sebagai alat bantu untuk
memotong lapisan asphalt yang keras;

e. motor grader. Alat berat yang hanya digunakan apabila luasan


bongkaran lapisan asphalt cukup luas dan untuk mendorong dan
mengumpulkan hasil pembongkaran lapisan asphalt;

f. dump truck/alat angkut. Digunakan untuk mengangkut bongkaran lapisan


asphalt; dan

g. kompresor. Digunakan untuk membersihkan sisa-sisa debu yang dihasilkan


oleh bongkaran lapisan asphalt.

(3) Tahapan pelaksanaan pembongkaran lapisan asphalt:

a. kenakan perlengkapan keselamatan bagi setiap pekerja;


332

b. pasang rambu peringatan atau barikade di sekitar lokasi pekerjaan;

c. beri tanda batas berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang pada
bagian permukaan perkerasan yang akan dibongkar menggunakan cat atau
kapur, salah satu sisi tanda batas harus sejajar dengan sumbu jalan;

d. bongkar perkerasan beraspal secara manual dengan menggunakan alat


bantu asphalt cutter, namun bila luas pembongkaran cukup luas dapat
digunakan motor grader dengan mengatur ketinggian pisau grader sesuai
dengan kedalaman lapisan asphalt yang akan dibongkar; dan

e. pastikan area permukaan dalam keadaan bersih setelah pembongkaran


dengan menggunakan kompresor.

(4) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 142

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar pagar, bahan, dan peralatan
yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar pagar yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan gambar-
gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. Hammer;

b. betel /pahat besi;

c. linggis;

d. gergaji; dan

e. alat las.

(3) Pekerjaan pembongkaran pagar dilaksanakan sesuai petunjuk pihak direksi dan
menyesuaikan dengan gambar perubahan pada gambar rencana.

(4) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa.

(5) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.
333

Pasal 143

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar saluran, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar saluran yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang digunakan.

a. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

b. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

c. sepatu kerja.Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran berlansung


untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja;

d. hammer dan linggis. Digunakan sebagai alat bantu membongkar saluran


bata, batukali, buis beton, dan culvert; dan

e. masker. Wajib digunakan selama pembongkaran berlangsung agar pekerja


terhindar dari ISPA akibat debu yang berasal dari bongkaran.

(3) Pelaksanaan pembongkaran saluran.

a. pembongkaran dilakukan sesuai dengan jenis konstruksi existing dan


disesuaikan dengan gambar rencana kerja; dan

b. pembongkaran berupa saluran batukali, bata, buis beton, dan culvert


dilaksanakan sesuai dengan petunjuk direksi.

(4) Selama pekerjaan bongkaran berlangsung tetap perhatikan faktor keselamatan


kerja.

(5) Benda-benda bekas bongkaran yang akan digunakan kembali harus melalui
persetujuan dari direksi atau pengawas lapangan. Segala yang mengakibatkan
kerugian yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
penuh penyedia jasa.

(6) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 144

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar sanitasi, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
334

pekerjaan bongkar sanitasi yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan


gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

b. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

c. Sepatu Kerja. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlansung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;

d. hammer dan linggis. Digunakan sebagai alat bantu membongkar saluran


bata, batukali, buis beton, dan culvert; dan

e. masker. Wajib digunakan selama pembongkaran berlangsung agar pekerja


terhindar dari ISPA akibat debu yang berasal dari bongkaran.

(3) Pelaksanaan pembongkaran sanitasi meliputi:

a. pembongkaran wastafel, closet, dan urinoir;

b. pembongkaran pipa pembuangan air kotor; dan

c. pembongkaran septictank.

(4) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

Pasal 145

(1) Lingkup Bagian Pekerjaan. Lingkup bagian pekerjaan pada pasal ini adalah
penjelasan teknis tentang tata cara pekerjaan bongkar lapisan cat, bahan, dan
peralatan yang akan digunakan serta ketentuan pelaksanaan, sehingga diharapkan
pekerjaan bongkar lapisan cat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
gambar-gambar rencana.

(2) Peralatan yang Digunakan.

a. sarung tangan safety. Wajib digunakan selama pekerjaan pembongkaran


dilaksanakan agar mengurangi resiko terluka saat bekerja;

b. helm safety. Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran


berlangsung untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan
kerja;
335

c. sepatu kerja.Wajib dikenakan selama pekerjaan pembongkaran berlansung


untuk menghindari dan mengurangi resiko akibat kecelakaan kerja;

d. capi/scrub;

e. excavolding atau tangga; dan

f. amplas.

(3) Tahapan pelaksanaan pembongkaran lapisan cat.

(4) Mengupas lapisan cat lama pada bidang kerja menggunakan scrub tanpa merusak
permukaan material/bidang kerja.

(5) Menggosok lapisan bidang kerja dengan menggunkaan amplas sehingga benar-
benar bersih

(6) Pastikan bahwa permukaan bidang kerja benar-benar bersih dan halus.

(7) Materiel bekas bongkaran yang tidak terpakai agar dibuang keluar bangunan atau
tempat yang telah ditentukan sesuai arahan direksi.

BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 146

(1) Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan dinding partisi
gypsum. termasuk pemasangan rangka sesuai yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar dan sesuai petunjuk konsultan pengawas.

(2) Persyaratan Bahan.

a. rangka. Rangka vertical dari besi hollow 4 x 4 cm/ 2 x 4 cm, tebal pelat besi
hollow minimal 0,3 mm dan diberi meni. Rangka horizontal atas dan bawah
dari metal runner berbahan steel galvanized, berupa profil kanal C (C-
Channal);

b. penutup partisi. Digunakan Gymsum Board yang bermutu baik produk


JAYA plasterboard atau produk lain yang setara, tebal = 12 mm;

c. bahan penutup sambungan partisi. Compound atau bahan plester ex UB400


atau produk lain yang setara. Paper tape yang berpori/berlubang dan
bergaris tengah, serta corner bead berbahan metal, yaitu untuk penutup
bagian sudut dinding partisi;

d. bahan insulin glasswool, tebal 4 cm density 28kg/m3; dan

e. ke semua bahan di atas harus disetujui oleh konsultan pengawas,


perencanaan dan pemberi tugas.
336

(3) Syarat-syarat Pelaksanaan.

a. sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti


gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil),
termasuk mempelajari bentuk, pola lay-out/penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detail-detail sesuai gambar. Juga terlebih dahulu harus
memeriksa untuk dikoordinasikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang terkait
dengan partisi gymsum, diantaranya adalah:

1. pekerjaan instalasi pada dinding; dan

2. pekerjaan kosen, dan lain sebagainya yang terkait dalam


terlaksananya pekerjaan ini.

b. gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah dipilih
dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian
yang retak, gompal, atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas;

c. sebelum pemasangan metal runner, dibuat tanda/marking terlebih dahulu di


atas bidang lantai sesuai gambar rencana dan diajukan untuk diperiksa
terlebih dahulu olek konssultan pengawas dan perencana;

d. modul rangka vertical besi hollow adalah setiap berjalak per as = 60 cm;

e. rangka besi hollow dan metal runner harus siku, tegak, kaku, dan kuat,
kecuali bila dinyatakan lain, missal permukaan mnerupakan bidang miring
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar;

f. bahan penutup langit-langit adaalah gypsum dengan mutu bahan seperti


yang telah dipersyaratkan dengan pola pemasangan sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar. gypsum board dipasang dengan sekrup khusus,
dengan menggunakan alat bor listrik dan setiap pemasangan masing-
masing sekrup sejajar minimal berjarak 300 mm;

g. kepala sekrup yang terlihat diberi compound agar tertutup dan diamplas;

h. sambungan partisi gypsum board diberi compound dengan sebelumnya


diberi paper type khusus gypsum. setelah compound kering, diamplas
sampai rata dan garis sambungan setiap unit gypsum board hilang;

i. bagian sudut partisi gypsum board yang tidak terlindung oleh materiel lain,
diberi corner bead dan dicompund dan diamplas dengan baik;

j. setelah panel gypsum board terpasang, bidang permukaan partisi harus


rata, lurus dan siku, dan antara unit-unit gypsum board tidak terlihat
bergelombang dan sambungan. kecuali bila dinyatakan lain, missal
permukaan merupakan bidang miring atau melengkung sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar; dan
337

k. untuk menguji kesikuan/kerataan bidang partisi gypsum, dilakukan dengan


menggunakan waterpass khusus, dan diperiksa bersama-sama konsultan
pengawas/mk.

Pasal 147

(1) Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan panel


kayu/plywood veneer dan panel MDF pada partisi gypsum dan plafon/celling/langit-
langit, juga panel back-dropped sesuai yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar
dan sesuai petunjuk konsultan pengawas/MK.

(2) Persyaratan Bahan.


a. Bahan panel kayu/plywood veneer yang digunakan pada partisi adalah:

1. plywood veneer nyatoh dan mega sungkai tebal 3-4 mm bermutu


baik;

2. MDF tebal minimal 9 mm sebagai backing atau alas/dasar plywood


veneer;

3. rangka plywood atau mdf sebagai penebal dan pengaku;

4. bahan perekat adalah lem putih setara rakol atau di-stapler; dan

5. kayu solid sungkai yang kering dan bermutu baik untuk edging
sekeliling panel.

b. bahan panel kayu MDF yang digunakan adalah:

1. MDF dengan tebal 12 mm yang bermutu baik;

2. rangka plywood atau MDF sebagai penebal dan pengaku; dan

3. kayu solid sungkai yang kering dan bermutu baik untuk edging
sekeliling panel.

c. bahan panel back-dropped adalah polyester resin ketebalan 10 mm motif


alabaster.

(3) Syarat-Syarat Pelaksanaan.

a. alas backing dasar untuk dipasangi panel, baik partisi maupun plafon/ceiling,
harus merupakan permukaan yang bersih dan rata.

b. bahan plywood veneer harus diplih motif yang rata-rata sama dan tidak ada
cacat serta bebas dari mata kayu.

c. panel kayu/plywood adalah di finish dengan melamic (lihat pasal melamic),


sedangkan panel MDF di Finish wall cover).
338

d. panel kayu/plywood setelah selesai di finish, diberi perlindungan agar tidak


rusak/cacat oleh pekerjaan lainnya.

e. panel polyester resin untuk back-dropped harus dikerjakan oleh tenaga yang
ahli dan berpengalaman.

f. panel polyester resin tidak terlalu pekat dan masih bias ditembus oleh sinar
cahaya lampu.
Pasal 148

(1) Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan wall cover pada
bidang partisi, panel, dan plafon/ceiling sesuai yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar dan sesuai petunjuk konsultan pengawas/MK.

(2) Persyaratan Bahan.

a. bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe GE 3014, untuk tipe WC.1;

b. bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe AZ 119 SU, untuk tipe WC.2;

c. bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe PE 4006 Marco, untuk tipe
WC.3.3;

d. bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe Symphoni Intermezzo AZ 506921


MZ, untuk tipe WC 5;

e. bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe GU 2536 Leather, untuk tipe
WC.6;

f. bahan wall cover adalah ex Goodrich, tipe Symphoni etude AZ 51004 ET,
untuk tipe WC.7; dan

g. bahan wall cover adalah ex MATCH atau setara, untuk tipe WC.8.

(3) Syarat-Syarat Pelaksanaan.

a. pada permukaan dinding yang akan dilapisi wall covering, permukaanya


harus rata, kering, dan bersih (bebas debu dan kotoran lainya);

b. harus mengikuti aturan/persyaratan pabrik dalam mencampur dan


menggunakan bahan pelapis dan perekat.YT;

c. sebelum pemotongan pola dan warna harus diperiksa dan dicocokkan


dengan contoh yang telah disetujui konsultan pengawas/MK, dan
perencana;

d. semua bagian wall cover, terutama pada bagian tepi dan antar sambungan
vertical dengan wall cover selanjutnya, terpasang sama rekat dan hasilnya
tidak bergelembung;
339

e. pemotongan wall cover harus dilakaukan secara hati-hati dan rapih dengan
menggunakan alat potong (cutter) yang tajam; dan

f. awal pemasangan dan sisa buangan harus dikoordinasikan dan disetujui


oleh konsultan pengawas/MK.

Pasal 149

(1) Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan ini dilakukan meliputi area seluruh lantai beton
yang tidak rata/level dan rusak sesuai yang disebut/ditujukan dalam gambar atau
sesuai petunjuk konsultan pengawas/MK.

(2) Persyaratan. Bahan semen portland (PC) yang bermutu I dan dari satu produk.
Pasir bermutu baik dan air pencampur/pelarut/pengencer yang disetujui oleh
konsultan pengawas/MK.

(3) Syarat-Syarat Pelaksanaan.

a. screeding lantai dilakukan bila dasar lantai yang merupakan beton plat
lantai, dibersihkan dari segala bongkaran, kotoran, debu, dan bebas dari
pengaruh pekerjaan yang lain;

b. bahan screeding merupakan campuran dari bahan pc dan pasir yang sudah
diayak halus dan dilarutkan dengan air;

c. tebal screeding disesuaikan dengan finishing pelapis lantai yang ditunjukkan


oleh gambar rencana. dan tergantung dari toleransi kerataan keseluruhan
lantai beton;

d. sebelum dilakukan screeding, alas/dasar lantai harus dibersihkan dengan air


bersih. setelah dibersihkan, lalu disiram dengan cairan air semen
maksimum ditunggu selama 20 menit, setelah itu baru dilakukan pekeerjaan
screeding;

e. pekerajaan dilakukan secara sekaligus pada masing-masing lokasi


pemasangan/ruangan;

f. permukaan lapisan screed harus dibasahi selama beberapa hari untuk


kesempurnaan pengeringan; dan

h. untuk pemasangan bahan-bahan finishing lantai dapat dilakukan setelah


screeding benar-benar kering atau setelah mendapat persetujuan konsultan
pengawas/MK.

Pasal 150

(1) Lingkup Pekerjaan. Definisi pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan
pada berbagi materiel untuk maksudd-maksud perlindungan, pemberian warna,
pemberian teksture. Penggunaan:
340

a. untuk interior (permukaan dinding, kolom-kolom, atau sesuai petunjuk pada


gambar kerja);

b. untuk plafond dan plester/aci halus (skim coat) yang ditujukan dalam
gambar kerja; dan

c. untuk pengecatan kembali acoustic ceiling existing.

(2) Persyaratan Bahan.

a. bahan yang digunakan adalah cat lumina;

b. tipe atau jenis yang dipilih ditentukan kemudian atau yang sudah ditunjuk
pada gambar kerja;

c. pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 DAN NI-4 atau
sesuai dengan spesifikasi dari pabrik cat yang digunakan;

d. standar dari bahan prosedur cat ditentukan pabrik pembuat cat dan kontrak
tidak dibenarkan merubah standar dengan jalan mencampur dan
mencairkan yang tidak sesuai dengan instruksi pabrik atau tanpa ijin dari
konsultan pengawas; dan

e. kontraktor diwajibkan membuat mock up cat yang akan dipakai pada semua
penggunaanya, yaitu pada bidang yang lebih besar disalah satu ruangan
proyek, dan harus diajukan serta disetujui oleh konsultan pengawas/MK,
perencana dan pemberi tugas.

(3) Syarat-Syarat Pelaksanaan.

a. plamur yang digunakan adalah plamur tembok dan palmur wall putty 550-
1967 merk danapaint;

b. sebelum dinding palmur, plesteran sudah haraus betul-betul kering, tidak


ada retak-retak dan kontraktor meminta persetujuan kepada konsultan
pengawas/MK;

c. pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan
lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata;

d. sesudah plamur kering, diamplas, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam


sampai bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller;

e. lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 3 (tiga) lapis dengan


kekentalan cat sebagai berikut:

1. lapisan i encer yaitu dengan tambahan 20% air bersih; dan

2. lapisan ii dan iii kental yaitu dengan tambahan 10% air bersih.
341

f. setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding dan plafond merupakan


bidang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang, dan bidang dinding
dijaga terhadap pengotoran-pengotoran; dan

g. untuk pengecatan acoustic ceiling existing, kontraktor wajib memperhatikan


metode kerja yang akan digunakan dan sudah disetujui oleh MK. Semua
komponen/armature di luar acoustic yang terdapat pada permukaan/bidang
ceiling harus terhindar dari akibat pekerjaan pengecatan acoustic ceiling
selesai, semua komponen/armature tersebut harus bersih dari hasil
pekerjaan pengecetan. Komponen/armature tersebut adalah: rangka plafond
(main tee dan cross tee), komponen fire fighting (sprinkler, smoke detector,
dsb), armature penerangan/lighting existing dan baru, grill/diffuser AC,
komponen indoor antenna.

Pasal 151

(1) Lingkup Pekerjaan. Digunakan pada semua finishing kayu pintu/jendela, panel-
panel atau pada bagian-bagian sesuai yang ditunjukkan pada gambar kerja untuk
pelaksanaan.

(2) Persyaratan Bahan.

a. wood filler, stain, base coat dan top coat : ex IMPRA atau produk lain yang
setara;

b. thinner dengan kualitas no.1;

c. warna dari mellamic adalah ditentukan dalam tabel/skema materiel yang


ditunjukkan oleh perencana;

d. tingkat kilap dari mellamic adalah semi gloss (tidak terlalu mengkilap); dan

e. kontraktor wajib membuat contoh/sample mellamic diatas materiel yang


akan dipakai dalam proyek ini dan diajukan dan disetujui konsultan
pengawas/MK, perencana dan pemberi tugas.

(3) Syarat-Syarat Pelaksanaan.

a. mellamic harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yanga terampil dalam


pkerjaan ini dan pekerjaan ini harus dipimpin oleh seorang mandor yang
betul-betul ahli dan berpengalaman;

b. sebelum pekerjaan finishing mellamic/polyurethane dimulai harus dipastikan


bahwa tersedia ventilasi/sirkulasi udara bersih dalam ruangan yang akan
dicat;

c. permukaan kayu yang retak-retak, lubang-lubang atau bercelah harus


digosok dengan amplas kayu, dicat dasar, didempul, kemudian diamplas
kembali sehingga benar-benar halus permukaanya;
342

d. permukaan plywood veneer sebaiknya diamplas secukupnya agar serat


kayu pada lembaran veneer tidak habis dan serat masih terlihat baik;

e. setiap mata kayu yang besarnya lebih dari 1 cm harus dipotong dan diganti
dengan kayu yang mulus, atau permukaanya diperbaiki dengan potongan
kayu;

f. mata kayu yang besarnya kurang dari 1 cm cukup diberi 2 lapis plamir yang
tipis;

g. setiap lubang paku dan lubang-lubang atau cacat-cacat lainya harus


didempul;

h. semua permukaan kayu/plywood yang hendak dimellamic dibersihkan dari


debu minyak dan kotoran yang mungkin melekat disitu;

i. apabila seluruh permukaan kayu/plywood sudah licin, pori-pori kayu harus


ditutup dengan wood filler secukupnya dengan menggunakan kape, sampai
pori-pori tertutup sempurna. bab vi. spek tek b1. interior vi-b.1-10;

j. k. permukaan kayu/plywood yang telah diplamur dengan wood filler


tersebut, setelah kering dihaluskan dengan amplas duco yang halus,
kemudian debu bekas amplas tersebut dibersihkan;

k. setelah bersih permukaan kayu/plywood diberi stain (pewarna), demgan


menggunakan spray gun atau kuas, dan diratakan dengan kain bal setelah
kurang lebih 30 detik mongering. warna akan ditentukan kemudian oleh
perencana;

l. setelah itu diberi base coat/cat dasar atau sanding sealer. dibutuhkan
minimal 2 lapis cat dasar setiap lapisan, dan setiap lapisan harus diamplas
sempurna sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata;

m. lapis pertama top coat/cat diulaskan dengan rata sampai sempurna dan
diamplas sempurna, kemudian ulaskan top coat lapis ke 2 dan yang terakhir
lapis 3 adalah lapisan finished tidak perlu diamplas;

n. hasil pekerjaan mellamic ini harus merupakan suatu hasil pekerjaan yang
rata dan jelas menunjukkan serat kayunya serta tidak cacat;

o. setelah pekerjaan mellamic kayu selesai harus dijaga terhadap


kemungkinan kerusakan terkena benda lain atau noda-noda dan
sebagainya; dan

p. lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau materiel lain yang dekat
dengan pekerjaan ini seperti fitting-fitting, kusen-kusen, dan sebagainya
dengan cara menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan
pengecatan berlangsung.

Pasal 152
343

(1) Lingkup Pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, disiapkan untuk
membuat custom made furniture, seperti yang dispesifikasikan dan tertera dalam
gambar desain.

(2) Produk.

Bahan/Materiel.

a. jenis. Jenis bahan/materiel yang digunakan dalam pembuatan furniture


adalah sebagai berikut:

1. bahan utama 1 : plywood veneer dan kayu padat.

2. bahan utama 2 : plywood dan MDF untuk finishing dengan HPL.

3. bahan pengikat & perekat.

4. bahan finishing 1: mellamic.

5. bahan finishing 2: high pressure laminate (HPL).

6. bahan finishing 3: pelapis kain/kulit (upholstery).

a) bahan pelengkap/hardware; dan

b) bahan/materiel lain seperti yang tercantum dalam gambar


rancangan/desain, seperti : marmer ex impor tipe nero
marquina dan serpegiante, kaca bening tebal minimal 8mm,
dan stainless steel (baik pelat maupun profil).

b. persyaratan. Pemilihan jenis bahan/materiel dan sumbernya harus sesuai


dengan spesifikasi.

c. pengajuan alternatif. Apabila Karena suatu hal, pelaksana akan mengganti


jenis bahan/materiel atau sumber yang telah dispesifikasikan, pengajuan
alternative tersebut harus memenuhi persyaratan yang ada dan mendapat
persetujuan konsultan pengawasan/MK dan perencana.

(3) Syarat Pelaksanaan.

a. plywood veneer dan kayu padat.

1. persyaratan. Jenis plywood veneer yang dipakai adalah plywood


nyatoh dan plywood mega sungkai atau sesuai yang tercantum
dalam gambar desain;

2. kayu padat/solid yang dipakai adalah sama/sejenis dengan polywood


veneer yang dipakai dalam satu barang/item tersebut;
344

3. ukuran-ukuran yang tertera pada gambar desain adalah ukuran jadi


artinya ukuran kayu sesudah diserut dan diproses atau diberi
finishing; dan

4. kedap air. Kayu harus melalui proses tertentu supaya mempunyai


kedap air yang cukup, terutama bila digunakan untuk jenis furniture
sebagai berikut:

b. kualitas/mutu kayu. kayu yang digunakan harus memiliki kualitas/mutu


yang sesuai standard. yang ada dan sesuai dengan tujuan penggunaanya.

1. kelembaban kayu. Persyaratan kelembaban kayu yang dipakai


harus memenuhi syarat NI-5 (PPKI tahun 1961). Untuk pekerjaan
ini, kelembaban kayu yang dijinkan, baik kayu padat maupun kayu
lapis tidak boleh melebihi 12% WMC. Khusus untuk kayu kamper
atau kayu kapur tidak diperkenankan melebihi 10% WMC;

2. pola serat kayu. Harus diperhatikan pola serat kayu pada pekerjaan
kayu dekoratif baik yang bersifat “veneer matching”, “cross veneer
inlay”, ataupun “banding”, harus sesuai dengan desain dan pola yang
tertera pada gambar desain, serta sesuai contoh warna pada materiel
color board. Pekerjaan harus dilakukan sebaik-baiknya Bab VI. Spek
Tek B2. Furniture VI –B.2 - 2 sehingga menghasilkan permukaan
dekoratif yang betul-betul rata, sejajar, halus dan menghasilkan
daerah-daerah pertemuan yang rapi; dan

3. metode. Semua pekerjaan kayu di tempat pengerjaan harus sebaik


mungkin, dalam ruang yang kering , sirkulasi uadara baik dan dijaga
agar tidak terkena cuaca/udara langsung. Pencegahan kerusakan
oleh benturan amat mutlak, baik sebelum maupun sesudah
terpasang.

c. alat pengikat & bahan perekat –meja.

1. alat pengikat. Sediakan alat-alat pengikat kayu yang diperlukan


seperti angkur, paku, sekrup, baut dan jenis lain yang disetujui.
Penggunaam pengikat ini harus tampak rapi, tidak menimbulkan
keretakan dan harus menunjang konstruksi furniture agar kuat dan
kokoh. Bila perlu kayu harus dibor agar permukaannya tidak retak;

2. metode. Pembuatan, persiapan, dan pemasangan alat-alat pengikat


yang terbuat dari logam /”iron monger” pada kayu harus dikerjakan
dengan mesin kayu sehingga tercapai kerapian dan ketepatan yang
setinggi-tingginya; dan

3. bahan perekat. Perekat yang digunakan harus disetujui dan tidak


berpengaruh bagi kesehatan. Penggunaan perekat ini harus
menunjang konstruksi furniture agar kuat dan kokoh, permukaan kayu
harus tampak rapid an tidak meninggalkan noda (terutama bila
dispesifikasikan bahwa permukaan kayu diberi “clear/transparent
finish”)
345

d. bahan finishing 1- melamic

1. persyaratan : finishing melamic yang dipakai adalah warna yang


sesuai dengan skema warna dan materiel yang dikeluarkan oleh
Perencanaan dengan syarat intensitas warna sama antara masing-
masing bagian bidang permukaan kayu/plywood. Contoh warna
melamic, harus diajukan terlebih dulu oleh kontraktor, untuk disetujui
Konsultan Pengawas/MK dan Perencana;

2. lapisan akhir : seluruh kayu/plywood bagian top harus diberi lapisan


akhir dengan jenis polyrenthane, atau sesuai dengan ditunjukan
dalam gambar rencana;

3. semua bagian kayu yang terlihat (exposed) harus difinish, termasuk


semua permukaan yang terlihat bila pintu dan laci dibuka dan ditutup;
dan

4. pekerjaan finishing kayu harus dilaksanakan sebagai berikut:


Digosok dengan amplas no.2 sampai 0 . Diberi wood filler, ICI atau
Nippon paint dan dikerjakan spray gun. Digosok dengan amplas
duco. Diberi bahan pewarna (wood stain) dengan tehnik spray gun
sesuai dengan warna yang ditentukan Perencana. Bahan pewarna :
IMPRA, NIPPON PAINT atau sejenis. Sanding sealer dengan spray
gun. Bahan sanding sealer: IMPRA, NIPPON PAINT atau sejenis.
Digosok atau amplas ducco – Melamic coating dengan spray gun,
ICI, NIPPON PAINT atau sejenis.

e. bahan finishing 2- HPL

1. persyaratan. High Pressure Laminate (HPL) yang dipakai adalah ex


grassmerino motif kayu dan warna solid atau setara warna sesuai dengan
skema warna dan materiel yang dikeluarkan oleh perencana;

2. tebal HPL yang disyaratkan adalah minimum 0,8 mm. Untuk finishing HPL
dengan profil post forming adalah dengan ketebalan maksimal 0,8 mm;

3. proses laminasi sebaiknya dipress secara hydrolis (high pressure system)


di bengkel/work shop kontraktor;

4. arah serat dari HPL, sesuai dengan ditunjukkan dalam gambar


rencana/desain;

5. permukaan HPL dilarang keras diamplas2; dan

6. bagian tepi (edging) dari daun pintu, bidang atas/top meja/credenza,


diberi edging berbahan PVC tebal minimal 2mm. Warna disesuaikan
dengan warna HPL nya atau sesuai petunjuk gambar rencana/desain.

f. bahan finishing 3- pelapis/upholstery


346

1. persyaratan. Tekstur bahan pelapis harus konsisten, polanya rapid


dan teratur tidak bercacat. Kondisinya harus kuat, tidak menyusut.
Mempunyai warna yang awet, tidak luntur/colorfast, dan mempunyai
daya tahan terhadap sinar matahari/UV resistant. BAB VI. Spek Tek
B2. Furniture VI-B.2-;

2. tahan api. Harus mempunyai daya tahan terhadap api dan


memenuhi standard keselamatan. 3.5.3; dan

3. anti noda. Bahan pelapis tersebut harus sudah diberi lapisan anti
noda yang sesuai dan memenuhi standard.

g. bahan pelengkap/hardware.

1. jenis. Bahan pelengkap/hardware yang digunakan untuk furniture ini


adalah produk hafele ex Jerman, blum ex Austria atau Stanley;

2. untuk handel laci/pintu lemari digunakan ex Vogel atau setara,


metal/besi dengan diameter handle 12mm panjang+15cm, kecuali
disebutkan lain dalam gambar rencana/desain (misal dengan finger
pull, dll);

3. glides untuk kaki meja/kursi/sofa/credenze. Berbahan plastic atau


karet keras harus berasal dari sumber yang disetujui perencana/kp
dan dianggap memenuhi persyaratan penggunaan setelah pihak
pelaksana mengajukan contohnya;

4. tacon. Bila digunakan plastic dalam bentuk tacon ex Jerman atau


setara untuk bahan penutup permukaan bagian bawah meja, lemari
simpan dan lain-lain, dipersyaratkan dengan kualitas yang baik dan
warna merata;

5. hardware. Pemasangan rel laci, engsel, handle, dan kunci dll, harus
kuat dan tepat, sehingga mudah digunakan dan mudah dibuka-tutup;
dan

b. elemen lepasan. Pemasangan elemen lepasan harus tepat dan


sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Kesalahan dalam
ukuran yang berakibat pada kerpihan bentuk dan desain harus
dihindari. Bila hal itu terjadi, pelaksana harus mengganti sebagian
atau seluruh bagian yang tidak sesuai.

h. mock up.

1. penyerahan. Bila jenis furniture yang dibuat berjumlah 10 (sepuluh)


buah/unit atau lebih, maka dalam pelaksanaanya diwajibkan untuk
membuat 1 (satu) contoh/mock up;

2. penilaian. Mock up tersebut dinilai dan diuji oleh perencana dan


konsultan pengawas/MK. Hasil penilaian mengikat didalam proses
pengerjaan selanjutnya; dan
347

3. revisi. Bila diperlukan, maka revisi yang menyangkut pekerjaan


konstruksi, metode pelaksanaan atau ukuran-ukuran masih dapat
dilaksanakan oleh pelaksana, dengan mempertimbangkan penilaian
dan pengarahan dari perencana dan konsultan pengawas/MK.

i. penyesuaian dan pembersihan.

1. penyesuaian. Sebelum dan setelah pengiriman ke site, perlu


dilakukan penyesuaian/penyetelan untuk menguatkan konstruksi
furniture yang sudah dibuat.

2. pembersihan. Setelah penyetelan selesai dilakukan dan sebelum


penyerahan barang, pelaksana harus membersihkan seluruh noda,
bekas goresan maupun kotoran bekas tangan pekerja. Penyerahan
furniture harus dalam kondisi yang baik dan sempurna.

(4) Syarat Pemeliharaan.

a. perbaikan. Pelaksana diwajibkan memperbaiki furniture yang rusak, cacat,


atau ternoda;

b. pengamanan. Harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena


pekerjaan lain yang mungkin dapat menyebabkan rusaknya furniture;

c. pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh


furniture, sebelum dilakukan penyerahan resi kepada pihak pemberi tugas;
dan

d. finishing ulang. Adanya perbedaan suhu dibengkel dan diproyek/site akan


mempengaruhi kadar kelembaban dan finishing dari furniture. Apabila
setelah ditempatkan di site diperlukan finishing kembali, maka biaya yang
timbul ditanggung oleh pelaksana.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 152

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


348

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2016

KEPALA STAF ANGKATAN UDARA,

AGUS SUPRIATNA
MARSEKAL TNI
349

NO PEJABAT PARAF
1 WAKASAU
2 ASLOG KASAU
3 KADISFASKONAU
4 KADISKUMAU
5 KASETUMAU

6 KASUBDIS RANKON

Anda mungkin juga menyukai