Anda di halaman 1dari 78

BAB 2.

METODOLOGI PEKERJAAN

Guna menyelaraskan pekerjaan diperlukannya suatu rencana kerja yang dapat


dikerjakan secara terinci dan mudah dimengerti, dan rencana kerjanya adalah
sebagai berikut :

A. Metodologi
1. Apresiasi dan interpretasi terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan
2. Metode pelaksanaan pekerjaan
3. Bar chart, Time schedule, Jadwal pelaksanaan
4. Kesesuaian urutan pekerjaan dengan persyaratan teknis yang harus
dilaksanakan
5. Ketepatan menyusun pekerjaan yang bisa dilaksanakan secara simultan
6. Manajemen pengendalian mutu
7. Manajemen pengendalian waktu
8. Manajemen pengendalian teknis
9. Manajemen pengendalian biaya
10. Kesesuaian daftar peralatan dan dukungan peralatan yang digunakan
11. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
12. Kesesuaian spesifikasi teknis yang akan dilaksanakan dalam pekerjaan
13. Inovasi percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan
14. Menerapkan sistcm kendali mutu ISO (Kebijakan Mutu)
15. Sangat memperhatikan masalah-masalah K3

B. Personil/Tenaga Ahli
1. Kesesuaian personil/tenaga ahli yang diusulkan
2. Kesesuaian job description/uraian tugas dan tanggung jawab
3. Kelengkapan data-data administrasi personil/tenaga ahli

Disamping itu dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan kamiakan selalu menjaga


mutu dan kualitas hasilnya. Untuk mencapai hal tersebut diatas kami sampaikan
juga metoda pengendalian cacat baik dari sisi bangunan maupun material/bahan
kami juga akan selalu menjaga mutu dan kualitas hasilnya. Untuk mencapai hal
tersebut diatas kami sampaikan juga metoda pelaksanaan yang akan kami lakukan
secara rinci adalah tersebut dibawah ini.

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
Mobilisasi personil, peralatan dan material ke lokasi proyek akan diatur
sesuai dengan rencana dalam jadwal waktu pelaksanaan yang disepakati dan
metode pelaksanaan yang disetujui. Pada bagian awal akan didatangkan
peralatan untuk pekerjaan Persiapan, Pembuatan kantor Sementera &
Instalasi pekerjaan sementara dan pekerjaan struktur bawah (pondasi dan
galian tanah). Selanjutnya pendatangan peralatan disesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi akan
dikeluarkan dari lapangan.
Hal ini dibutuhkan untuk mengatur mobilitas alat di lapangan yang efisien.
Bahan yang didatangkan juga disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya
agar kerusakan bahan karena penyimpanan di lapangan yang terlalu lama
dapat dihindari. Hal ini juga disebabkan karena terbatasnya lahan
pekerjaan.
Pada pekerjaan bangunan temporary facility seperti bangunan untuk keet
kontraktor, los kerja, dan gudang, kami telah memiliki design khusus yang
praktis. Di samping itu, pengaturan tata letak bangunan tersebut harus
memperhatikan asfek kelancaran pekerjaan sehingga menjadi efektif dan
efisien.

1. Pemasangan Papan Nama Proyek


 Menyiapkan papan nama dari papan playwood 5 mm dicat warna
dasar putih dengan redaksi dan ukuran 1,50 m x 1,00 m.
 Menulis pada papan dengan tulisan warna hitam, teks sesuai
petunjuk Direksi.
 Pemasangan papan-papan nama dilengkapi tiang-tiang penyangga dan
pondasi yang cukup stabil dan dipasang di lokasi yang disetujui
direksi.

2. Mobilisasi personil
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan dimulai.
Personil yang akan digunakan dalam proyek ini antara lain:
1. Project Manager
2. Site engineer
3. Quantity Engineer
4. Quality Engineer
5. Drafter
6. Pelaksana Lapangan
7. Administrasi
8. Pekerja
9. Tukang Batu
10. Kepala Tukang
11. Mandor
12. Operator
13. Mekanik

3. Mobilisasi alat
Peralatan yang akan digunakan di lapangan harus dipersiapkan paling
lambat 3 hari sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan yang akan digunakan
dalam proyek ini antara lain:
 Hoist Crane / Alimak
 Dump Truck
 Scafolding
 Pompa Air
 Genset
 Theodolit
Semua peralatan utama merupakan milik sendiri. Mobilisasi peralatan
dapat dilakukan pada awal pekerjaan dan demobilisasi dilakukan pada
mingggu akhir pekerjan setelah pekerjaan selesai.

4. Mobilisasi bahan
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini seperti semen, pasir, krikil,
batu kali, baja tulangan, kawat beton, paku dan yang lainnya diangkut ke
tempat penyimpanan sesuai jadwal yang akan dipersiapkan.

5. Shop Drawing
Sebelum mengerjakan pekerjaan, terlebih dahulu membuat Gambar-
gambar kerja (shop drawing) yang acuannya dari Gambar Rencana yang
terakhir. Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan
sebenarnya di lapangan, maka yang dilaksanakan adalah keputusan yang
diberikan oleh Direksi. Selanjutnya melakukan penggambaran kembali
tapak proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Pada
keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana, akan
mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang
dipatok. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau
pendapat / revisi pada satu lembar gambar tersebut dan
mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, diajukan
kembali gambar yang Direksi diminta untuk direvisi. Gambar tersebut
akan digambar kembali diatas kertas A3 dan setelah disetujui oleh
Direksi, maka diserahkan kepada Direksi gambar asli dan 2 (Dua) lembar
hasil rekamannya.

6. Administrasi
Administrasi pada proyek ini meliputi, foto-foto proyek diambil dari
pertama proyek (yaitu foto 0 %) kemudian dilanjutkan dengan foto 50
% dan foto 100 %. Pada saat pengambilan foto harus disesuaikan arah
pengambilannya dari pertama hingga ke 100 %. Sedangkan untuk
administrasi dilakukan setiap hari dengan menghitung progress yang
telah dilakukan setelah membuat laporan harian pekerjaan yang harus
disesuaikan dengan rencana pekerjaan termasuk surat menyurat.

7. Penyediaan Air Bersih


Untuk pengadaan air bersih diperlukan satu buah mesin pompa untuk
distribusi air bersih. Pemasangan pompa air dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan pemantekan untuk mendapatkan sumber air, kemudian
dilakukan pemasangan pipa dan kran air. Air bersih ditampung dalam
toren air . Air bersih dapat juga diperoleh dari sumber existing yang
ada dengan penyambungan dan membayar sejumlah biaya yang telah
ditentukan. Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sebagai
berikut :
• Toilet di kantor proyek
• Base camp staf
• Barak pekerja
• Pencucian kendaraan proyek
• Perawatan beton, termasuk untuk benda uji beton
• Batching plan untuk pembuatan mortar
• Test peralatan mekanikal
• Perawatan plesteran dinding
• Keperluan lokasi-lokasi kerja lainnya

8. Kebutuhan Listrik Kerja


Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud adalah jumlah daya yang
diperlukan oleh kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi
selama pelaksanaan proyek. Kebutuhan tenaga listrik ini adalah daya
listrik untuk proyek bangunan gedung itu sendiri. Sumber daya listrik
biasanya diperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri,
tergantung penggunaannya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek,
meliputi :
Penerangan
 Air Conditioner (AC) di kantor
 Peralatan kerja
 Peralatan kantor
Jumlah daya listrik yang diperlukan, harus memenuhi berbagai
keperluan tersebut. Sedangkan besar kecilnya daya listrik yang
diperlukan tergantung pada besar kecilnya fasilitas kerja yang
dibutuhkan untuk bangunan kantor maupun sarana pendukung lainnya.

9. Pemasangan Bowplank
7.1. Pada setiap pembuatan bangunan dan bangunan, dipasang
bouwplank/profil danmencantumkan elevasi serta nama
bangunannya. Pemasangan bouwplank/ profil berdasarkan peil
elevasi ketinggian dari patok hasil pengukuran Uitzet dan
pemasangannya dapat dilaksanakan apabila pengukuran dinyatakan
selesai dan benar serta mendapat persetujuan dari Direksi.

7.2. Bouwplank dibuat dari papan kayu kelas III yang lurus dan rata,
untuk membimbing pelaksanaan dilapangan digunakan tarikan
benang dan kapur bangunan agar terlihat bentuk tanah yang akan
digali ataupun bangunan yang akan dipasang, untuk pekerjaan tanah
profil dipasang setiap jarak 25 m ataupun lebih rapat bila
diperlukan sehingga terlihat penampang yang harus digali ataupun
yang harus ditimbun.

8. Pembersihan Lahan dan Pembuangannya


Membersihkan lokasi / lapangan kerja bangunan dan bangunan yang akan
dikerjakan dari kotoran-kotoran, rerumputan, semak belukar,
pepohonan, tonggak-tonggak dan semua rintangan permukaan kecuali
bangunan-bangunan sampai permukaan tanahnya kelihatan. Hasil-hasil
dari pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-
tonggak dan sampah lainnya) akan dibakar sampai habis pada lokasi yang
aman, dijaga dan tidak membahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya.
Sisa pembakaran yang dipastikan tidak ada lagi api yang
menyala/membara ditanam dan diurug kembali secara rapi.

8.1. Pembersihan Selama Pelaksanaan


 Melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin bahwa
tempat kerja, struktur, kantor sementara, tempat hunian
dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah
dan kotoran lainnya yang diakibatkan oleh operasi-operasi di
tempat kerja dan memelihara tempat kerja dalam kondisi rapi
dan bersih setiap saat.
 Bilamana dianggap perlu, menyemprot bahan dan sampah yang
kering dengan air untuk mencegah debu atau pasir yang
beterbangan.
 Menyediakan drum di lapangan untuk menampung sisa bahan
bangunan, kotoran dan sampah sebelum dibuang.
 Membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah ditempat
yang telah ditentukan sesuai dengan Peraturan Pusat dan
Daerah dan Undang-undang Pencemaran Lingkungan yang
berlaku.

8.2. Pembersihan Akhir


Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja ditinggal dalam
keadaan bersih dan siap untuk dipakai dan mengembalikan bagian-
bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam dokumen
kontrak ke kondisi semula, membongkar bangunan-bangunan atau
fasilitas penunjang sementara yang dibangun.

9. Penerangan dan Keselamatan Kerja


a. Mengutamakan keselamatan kerja dengan menyediakan sarana
pengamanan kerja baik itu berupa helm, sepatu, pakaian pelindung dan
pengaman lain yang diperlukan.
b. Menyelenggarakan, membangun tanda-tanda bahaya dan isyarat-
isyarat yang sesuai dan cukup serta mengambil tindakan pencegahan
yang perlu untuk perlindungan pekerjaan dan keselamatan umum.
Jalan-jalan yang tertutup bagi lalulintas harus dilindungi dengan
perintang yang cukup, perintang tersebut diberi penerangan atau
lampu dan dinyalakan mulai sejak matahari terbenam hingga matahari
terbit.
c. Berkoordinasi dengan pihak keamanan setempat untuk menghindari
hal – hal yang tidak diinginkan.
d. Menjaga kebersihan agar menjamin kesehatan lingkungan.
e. Menyediakan kotak obat lengkap dengan obat-obatan untuk memberi
pertolongan darurat bila ada petugas/pekerja yang sakit.
f. Mengasuransikan tenaga kerja.
g. Penginapan untuk petugas/pekerja layak dan memenuhi syarat
kesehatan.
h. Menyediakan fasilitas sebagai berikut;
 Listrik dan penerangan untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan
dan keamanan.
 Air minum atau air bersih yang dapat diminum untuk semua
keperluan selama
 pelaksanaan pekerjaan dan semua petugas yang ada diproyek.
 Alat-alat pemadam kebakaran.
 Alat-alat P3K.
 Kamar mandi dan WC untuk pekerjaan lapangan termasuk
septictank sementara.
 Alat Komunikasi.
 Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
 Alat pengendalian dan pengamanan lalu lintas

10. Pemasangan Papan Nama Proyek


 Menyiapkan papan nama dari papan playwood 5 mm dicat warna dasar
putih dengan redaksi dan ukuran 1,50 m x 1,00 m
 Menulis pada papan dengan tulisan warna hitam, teks sesuai petunjuk
Direksi.
 Pemasangan papan-papan nama dilengkapi tiang-tiang penyangga dan
pondasi yang cukup stabil dan dipasang di lokasi yang disetujui
direksi.

11. Pengajuan Sampel material


Untuk semua bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini akan
mengikuti seperti yang diamanatkan pada jenis dan mutu dalam kontrak.
Serta untuk semua contoh bahan yang akan dipergunakan dalam
pekerjaan ini akan kami ajukan kepada Pemberi Tugas / MK untuk dapat
disetujui dan disantumkan tanda tangan.
Flow chart Pengajuan sampel material

12. Permohonan Ijin Kerja


Permohonan ijin Kerja sebagai kelengkapan dokumen administrasi akan
dilaksanakan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan.

II. PEKERJAAN STUKTUR


1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
a. Setelah pekerjaan Pendahuluan dan pekerjaan pemancangan selesai
dilakukan, hal yang dilakukan selanjutnya yaitu pekerjaan galian
tanah pondasi. Galian tanah pondasi diperlukan untuk perletakan
pondasi plat.
b. Pengalian dilakukan sesuai dengan gambar rencana pondasi dan telah
mendapat persetujuan dari pengawas. Bidang horizontal galian tanah
harus mempunyai jarak yang lebih besar dari lebar pondasi, hal ini
berfungi untuk memungkinkan pemasangannya, penopangan dan lain-
lain. Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana.
c. Tanah hasil galian ditumpuk ditempat yang telah ditentukan oleh
pengawas, karena tanah tersebut akan dipakai kembali.

2. Pekerjaan Lantai Kerja


Setelah tanah digali dan diberikan urugan pasir, selanjutnya dibuat
lantai kerja dengan campuran beton 1Pc:3Ps:5Kr. Sebelum campuran
beton diletakkan, dasar tanah diratakan terlebih dahulu. Tebal dari
lantai kerja ini sekitar 5 cm, setelah lantai kerja mengeras barulah
diatasnya diletakkan pondasi Plat Setempat.

3. Peneyemprotan Anti Rayap

Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Daerah


– daerah yang disemprotkan antara lain seluruh lapisan bawah dan
dinding samping mat foundation. Penyemprotan anti rayap ini dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan penghalang kimia atara kontruksi
bangunan dan tanah, sehinga melindungi bangunan dari serangan rayap.
Material yang digunakan adalah STEDFAST 15 EC dengan komposisi
satu liter stedfast 15 EC dicampur dengan 50 liter air. Aplikasi untuk
1m memputuhkan lima liter campuran. Pada waktu penyemprotan anti
rayap ini kondisi tanah harus kering / tidak ada genangan air.

4. Pekerjaan Urugan Pasir


Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug,
kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat stamper. Urugan pasir
ini berfungsi untuk menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan
beban. Urugan Pasir dipadatkan perlapis hingga mencapai ketebalan
Urugan Pasir yang sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknis
yang ada yaitu sekitar 7 cm.
5. Pekerjaan Urugan Tanah
a. Pekerjaan urugan tanah dilakukan setelah pondasi selesai dan telah
mengeras. Tanah hasil galian dikembalikan lagi, dan digunakan untuk
menimbun pondasi. Tanah tersebut dipadatkan lapis demi lapis baik
dengan cara manual atau menggunakan alat stamper.

b. Selain itu urugan tanah juga dilakukan pada permukaan lantai.


Bagian lantai yang perlu ditinggikan di urug dengan tanah urug.
Tanah urug yang dipakai dapat berasal dari hasil galian ataupun
tanah urug yang didatangkan. Tanah dihamparkan kemudian
dipadatkan lapis demi lapis hingga didapatkan kepadatan dan
ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.

6. Pekerjaan Pondasi
Dalam Proyek ini pondasi yang digunakan yaitu Pondasi Plat Setempat.
Pondasi Plat Setempat dipakai pada bangunan Ruang Trafo dan Panel
Utama.
Adapun Pelaksanaan Pondasi Plat Setempat yaitu :

a. Pondasi Plat Setempat


Pondasi Plat Setempat terbuat dengan mutu beton K-300. Hal
pertama dilakukan yaitu merakit tulangan dan bekisting pondasi sesuai
dengan gambar kerja. Perakitan dan pembuatan mal ini dapat
dilakukan bersamaan dengan pengalian tanah pondasi. Setelah itu
bekisting diletakkan diatas lantai kerja dan besi tulangan dimasukkan
ke dalam bekisting. Sebelum besi tulangan diletakkan di dalam
bekisting, diatas lantai kerja di berikan beton tahu kira-kira
berukuran 2x2x2 cm dengan mutu beton yang sama. Beton tahu ini
berfungsi agar kedudukan tulangan pas berada di tengah dan
memberikan ruang untuk selimut beton yang cukup.
Jika tulangan dan bekisting telah dipasang maka campuran beton
dapat dituang. Ketinggian curahan harus diperhatikan agar seluruh
rongga dapat tertutupi oleh material. Bahan-bahan yang digunakan
dalam campuran beton harus sesuai dengan job mix design yang ada.
Bebas dari material organik, debu dan telah mendapat persetujuan
dari pengawas.

b. Pekerjaan Penulangan
Perakitan tulangan Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan
dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek agar setelah
dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat
berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan :
 Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat
diketahui dari ukuran pondasi setempat.
 Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat,
dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada
pada pondasi setempat tersebut.
 Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan
kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
Pemasangan Tulangan Setelah merakit tulangan pondasi setempat
maka untukpemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena
tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman
pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
 Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan
diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan bantuan
waterpass.
 Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan
dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm,
yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali
disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara
tulangan dan permukaan dasar tanah untuk
melindungi/melapisitulangan dengan beton (selimut beton) dan
tulangan tidak menjadi karat.
 Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka
dapat langsung melakukan pengecoran

c. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau
diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
 Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya
untuk penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya
diratakan dengan cetok (sendok spesi).
 Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu
membuat bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus
memenuhi persaratan tertentu.
 Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton
yang akan di cor.
 Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang
agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
 Papan cetakan tidak boleh bocor
 Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
 Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris
agar tidak terjadi retak.

d. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah:
 semen
 pasir
 kerikil/split
 Air
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat
beton dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu
sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji apakah
syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok
terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir
pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen
merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras.
Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian
pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir
dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.

Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu:


Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu
dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat
dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang
adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja
dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm. Mempersiapkan bahan-
bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir, split,
serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.

Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan


perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume
pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya.

Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan:


pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan
biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air
secukupnya Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang
lebih selama 4-10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan
kedalam kotak spesi. Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan
kedalam lubang galian tanah yang sudah diletakan tulangan dengan
bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan
bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan
kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk
kecelah-celah tulangan.

Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut


dibiarkan mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan
tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk sambungan kolom.

e. Tahap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan pengecoran

Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan
material yang akan digunakan untuk pengecoran dan ditempatkan di
daerah yang tidak terlau jauh dengan tempat galian pondasi/tempat
yang akan dicor.

Cara pengadukan
Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen/mixer,
maka pengadukan bahan material dimasukan kedalam sebuah tabung
mollen/mixer dengan urutan: pertama memasukan pasir, kedua
memasukan kerikil/split, ketiga memasukan semen dan biarkan
tercampur kering dahulu sesuai dengan perbandingan volume.

Cara pengecoran
Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering
kemudian tambahkan air secukupnya sampai merata, maka material
tersebut berubahdalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tuangkan
sedikit demi sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan
tulangan dan setelah pasta masuk kedalam galian pondasi pasta
tersebut yang diratakan dengan sendok spesi/cetok sesuai dengan
kemiringan dari bentuk pondasi

Cara pelaksanaan
Setelah semua material bahan pengecoran benar-benar tercampur
seluruhnya mulai dari pasir, kerikil/split serta semen dan air sebagai
bahan pengikat, maka cara pelaksanaan pengecoran pondasi setempat
dituangkan kedalam galian pondasi dengan cara bertahap sedikit demi
sedikit dengan bantuan sendok spesi/cetok agar semua material
bahan pengecoran dapat masuk ketempat pengecoran yang sudah
diletakkan tulangan dan tidak ada celah yang kosong dan lebih padat.

f. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


Metode pelaksanaan pekerjaan pasangan batu kali mengikuti
beberapa tahap, yaitu yang pertama adalah tahap persiapan. Dimana
pada proses persiapan ini, pelaksana melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan
pasangan batu kali.
 Approval material yang akan digunakan.
 Persiapan lahan kerja.
 Persiapan material kerja, antara lain: batu kali, semen PC, pasir
pasang, air, dll.
 Persiapan alat bantu kerja, antara lain: theodolith, waterpass,
meteran, benang, selang air, dll.
Setelah tahap persiapan selesai, maka tahap berikutnya yang
dilaksanakan dilapangan adalah tahap pekerjaan pengukuran
dengan mengikuti proses sebagai berikut:
 Sebelum pekerjaan pemasangan pasangan batu kali dimulai,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran dengan menggunakan
theodolith untuk mendapatkan level pasangan batu kali.
 Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang
diberi warna cat.

Apabilan proses persiapan dan pebgukuran telah dilaksanakan, maka


tahap selanjutnya adalah Pelaksanaan pekerjaan pasangan batu kali,
dengan mengikuti langkah pekerjaan sebagai berikut:
 Gali tanah untuk lubang pasanagan batu kali. Pastikan galian tanah
untuk pasangan batu kali, ukuran lebar dan kedalaman sudah
sesuai rencana.
 Pasang patok kayu dan benang sebagai acuan leveling pasangan
batu kali.
 Buat adukan untuk pasangan pondasi batu kali. Hamparkan pasir
urug dan ratakan.
 Basahi batu kali dengan air telebih dahulu sebelum dipasang.
Pasang batu aanstamping terllebih dahulu.
 Pasang batu kali di atas pasangan batu aanstamping dengan
menggunakan adukan yang merata mengisi rongga-rongga antar
batu kali.
 Batu kali disusun sedemikian rupa sehingga pasangan batu kali
tidak mudah retak/patah dan berongga besar.
 Cek elevasi pekerjaan pasangan batu kali apakah sudah sesuai
rencana.
 Pekerjaan akhir adalah finish pasangan batu kali dengan plesteran
siar.
 Demikian metode pelaksanaan pekerjaan pasangan batu kali yang
terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pengukuran dan tahap pelaksanaan pekerjaan fisik dilapangan.

III. PEKERJAAN ARSITEKTUR

1. Pekerjaan Dinding
Setelah pekerjaan struktur lantai satu selesai, maka pekerjaan
dinding dapat segera dimulai. Sebelum dinding dipasang, batu bata
yang digunakan terlebih dahulu di rendam di dalam air sebentar.
Adapun peralatan yang digunakan yaitu waterpass, skrop, ember,
benang, sipatan, pacul, dan cetok.
Proses Pengerjaan dinding bata ringan yaitu :
 Sebelum di lakukan pemasang pekerjaan dinding dilakukan
pengukuran bangunan (uit-zet) serta letak-letak dinding bata
yang akan dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar.
 Di dalam satu hari, pasangan batu tidak boleh lebih tinggi dari 2,5
meter dan pengakhirannya harus dibuat bertangga menurun dan
tidak tegak bergigi,untuk menghindari retak dinding dikemudian
hari.
 Pekerjaan pasangan dilaksanakan waterpas (horizontal) dengan
menggunakan benang dan tiap kali lantai diteliti kerataannya.
Pemasangan benang terhadap pasangan dibawahnya tidak boleh
lebih dari 30 cm.
 Pada semua pasangan setengah batu satu sama lain harus
terdapat pengikatan yang sempurna.
 Untuk pasangan batu bata maupun beton ringan aerasi (hebel)
tidak dibenarkan menggunakan batu bata ataupun hebel pecahan
separuh panjang, kecuali sesuai dengan peraturannya (di sudut).
 Lapisan yang satu dengan lapisan yang diatasnya harus dipasang
secara zig-zag (berselang-seling dengan perbedaan separuh
panjang).
 Pada pasangan satu batu dan pasangan yang lebih tebal (kalau
ada), maka pelaksanaan harus sesuai petunjuk / peraturan yang
disyaratkan (NI-3).
 Untuk dinding bata dan kolom harus diberi angkur 10 mm tiap 1 m
tinggi sedangkan dinding hebel diberi besi strip lebar 1”, tebal 3
mm tiap 60 cm tinggi.
 Demikian juga setiap luas dinding 12 m2 harus diberi penguat
kolom praktis dan balok. Khusus untuk dinding ruang genset,
setiap luas dinding 6 m² diberiperkuatan kolom praktis dan balok.
Semua pertemuan tegak lurus harusbenar-benar bersudut 90
derajat.
 Sebelum dimulai pemasangan hebel harus direndam lebih dahulu
di dalam air dan permukaan yang akan dipasangpun harus basah.
 Tebal siar pasangan batu hebel tidak boleh kurang dari 1 cm (10
mm) dan siarnya harus benar-benar terisi adukan.
 Gunakan alat roskam (trowel) bergigi yang sesuai dengan
ketebalan blok yang ditentukan pada gambar.
 Jaga kekentalan campuran, tutup sambungan antar blok yang
tidak merata dengan adukan Mortar agar tidak terlihat lobang-
lobang yang terdapat padadinding, sebelum plesteran dipasang.
 Bersihkan permukaan dari debu, minyak atau kotoran lain yang
dapat mengurangi efektifitas perekatan.
 Bilamana di dalam pasangan ternyata terdapat batu bata ataupun
batu hebel yang cacat atau tidak sempurna, maka wajib untuk
diganti Untuk pekerjaan rangka kayu / kosen, gunakan beton
ringan aerasi (hebel) Lintel pada ujung atas kusen, atau blok bata
tipe Ublok dan diisi oleh tulanganringan serta pasangan beton
ringan.
 Rangka kayu/kosen harus dipasang terlebih dahulu untuk dapat
melanjutkan pekerjaan pasangan.
 Rangka kayu/kosen, pemasangannya harus diperkuat dengan
angkur besi berbentuk L, yang ujungnya disekrup kedalam kosen,
sedangkan ujung bengkoknya ditanamkan ke dalam pasangan
dinding/kolom praktis. Panjang angkur terpasang tidak lebih dari
22,50 cm. Tiap-tiap angkur dipasang dengan jarak 60 cm satu
sama lainnya.
 Pekerjaan pemasangan pipa dan / atau alat-alat yang ditanam di
dalam dinding, maka harus dibuat pahatan dengan kedalaman yang
cukup pada pasangan dinding sebelum diplester. Pahatan tersebut
setelah dipasangnya pipa/alat-alat, harus ditutup dengan adukan
plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, yang dikerjakan
bersama-sama dengan plesteran seluruh dinding.
 Untuk lebar pahatan lebih dari 7 cm sebelum diplester harus
dipasang kawat ayam yang dipakukan pada dinding hebel, untuk
menghindari keretakan dikemudian hari.
 Sesudah pasangan bata hebel selesai dikerjakan, dan sudah
kering baru pekerjaan plesteran dimulai.
 Plesteran menggunakan adukan yang sama dengan adukan untuk
pasangan.
 Untuk pengakhiran sudut plesteran / dinding, hendaknya dibuat
dengan sudut tumpul.
 Untuk kolom dengan pipa-pipa air hujan, digunakan non shrink
concrete (beton non menyusut), bisa menggunakan Sika Grout 215
(new) adalah semen grouting siap pakai yang mempunyai
karakteristik tidak menyusut dengan waktu kerja yang sesuai
untuk temperature lokal. dan dapat mengalir sangat baik.

2. Pekerjaan Plesteran

Meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan dinding / bidang yang


akan diplester, serta pelaksanaan pekerjaan pemlesteran itu sendiri
pada dinding-dinding yang akan diselesaikan dengancat, sesuai dengan
yang tertera dalam gambar denah dan notasi di penyelesaian dinding.
Seluruh dinding pasangan bata baik yang terlihat ataupun tidak
terlihat (pasangan batu bata biasa atau beton ringan aerasi (hebel)
diatas plafond dan dinding shaft) harus tetap diplester.

1. Bahan
1.1. Untuk plesteran dinding batu bata biasa :
a. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
memenuhi persyaratan C sesuai NI-8.
b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus halus
dengan warna asli/ alami, sesuai NI-3 dan telah mendapat
persetujuan dari MK / Perencana /Pemberi Tugas.
c. Air untuk mengaduk kedua bahan tersebut diatas harus
sesuai NI-3 pasal 10.

1.2. Untuk plesteran dinding hebel (blok beton ringan aerasi)


a. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan plesteran blok
beton ringan aerasi ini harus memenuhi standar khusus /
mutu internasional (minimal telah lulus DIN 18555).
b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus halus
dengan warna asli/alami, sesuai NI-3 dan telah mendapat
persetujuan dari MK / Perencana /Pemberi Tugas.
c. Air untuk mengaduk bahan tersebut harus sesuai NI-3
pasal 10.

2. Jenis Pekerjaan
2.1. Jenis-jenis plesteran yang digunakan adalah sebagai berikut
:
a. Plesteran kedap air (1 PC : 3 Psr) digunakan untuk
menutup dinding-dinding kedap air (untuk pasangan batu
bata biasa). Sedangkan untuk pasangan blok beton aerasi
(hebel) menggunakan adukan PM 410.
b. Plesteran dinding-dinding sisi luar bangunan yang tidak
terlindung dipakai plesteran 1 PC : 3 Psr.
c. Plesteran beton (1 PC : 3 Psr), digunakan untuk menutup
dinding-dinding beton.
d. Plesteran biasa (1 PC : 5 Psr), digunakan untuk menutup
seluruh permukaan dinding selain dinding kedap air,
dinding sisi luar atau dinding beton untuk pasangan batu
bata biasa.
e. Plesteran biasa untuk dinding blok beton aerasi selain
daerah basah digunakan PM 200, setelah setelah itu
dilakukan pengacian dengan menggunakan PM 300, kecuali
jika ditentukan lain dalam gambar.
f. Plesteran sudut (1 PC : 3 Psr), digunakan untuk membuat
pengakhiran sudut dari bidang-bidang plesteran.

3. Persiapan Dinding yang akan diplester


3.1. Uraian Persiapan :
a. Semua siar dipermukaan dinding batu bata biasa maupun
blok beton aerasi (hebel) dikerok sedalam + 1 cm agar
bahan plesteran dapat lebih merekat.
b. Permukaan bidang yang akan diplester harus dibersihkan
dan disiram air sebelum bahan plester dimulai (permukaan
dinding harus basah pada waktu diplester).
c. Semua bidang plesteran harus dijaga kelembabannya
selama seminggu sejak penempelan plesterannya (dengan
jalan menyiramnya dengan air).
d. Untuk pekerjaan plesteran pada dinding beton, bidang
beton itu harus dikasarkan terlebih dahulu sebelum
pekerjaan plesteran dimulai.

4. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran

Antara lain harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

4.1. Adukan Plesteran

Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau


dengan tangan sesuai persyaratan MK/Perencana/Pemberi
Tugas. Apabila dipandang perlu dan sesuai dengan rencana,
Kontraktor diperkenankan menggunakan bahan-bahan kimia
sebagai campuran. Hanya semen yang baik yang boleh
dipergunakan.

4.2. Contoh-contoh
a. Kontraktor harus membuat contoh-contoh bidang
plesteran dari setiap macam pekerjaan plesteran sesuai
dengan yang diminta, sehingga jenis/macam pekerjaan
tersebut dapat diterima oleh Perencana/Pemberi Tugas.
Dan untuk seterusnya semua pekerjaan plesteran harus
sama dengan contoh yang dibuat.
b. Untuk dapat mencapai tebal plesteran yang rata,
sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang oleh
pelaksana dengan menggunakan garisan panjang yang
digerakkan secara vertikal dan horizontal (silang) dan
atau dengan alat bantu lainnya. Tebal plesteran harus
diukur supaya mendapatkan ketebalan yang sama pada
kedua muka dinding dan hasil akhir dari dinding tembok
setelah diplester adalah 15 cm kecuali ditentukan lain.
Setelah itu baru diadakan pengacian.

4.3. Sudut-sudut Plesteran

Semua sudut vertikal dan horizontal, luar dan dalam harus


dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku.

4.4. Perbaikan Bidang Plesteran

Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak


rata) harus diperbaiki secara sempurna. Bagian-bagian yang
akan diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur (dibuat
bobokan yang berbentuk segi empat) dan plesteran baru
harus rata dengan sekitarnya.

4.5. Naad Plesteran


1. Naad-naad harus dibuat sesuai dengan gambar rencana.
2. Besarnya naad akan ditentukan kemudian.
3. Pembuatan naad harus lurus dan rata baik horizontal
maupun vertikal, dan kedalamannya harus sama.
4. Pembuatan naad harus menggunakan list kayu (sesuai
ukuran naad) dan benang untuk mengukur kelurusan
horizontal/vertikal agar rapi.

3. Pekerjaan Keramik Dan Homogenous Tile


Pekerjaan ini Meliputi :
1. Keramik untuk lantai dan dinding, termasuk seperti nozing /
skirting
2. Additive dan grouting yang diperlukan
3. Bagian yang terkait :
 Pekerjaan Sealent
 Pekerjaan lantai beton
 Pekerjaan dinding batu bata
a. Umum
1. Pembuatan Layout / pola harus digelar untuk
memungkinkan pengaturan ubin dengan pemotongan yang
minimum. Ukuran-ukuran harus dikontrol untuk menghindari
pengaturan lebih kecil dari setengah (1/2) ukuran ubin.
2. Penempatan ubin : ubin-ubin harus dipasang sesuai gambar
untuk semua lantai dan area dinding, permukaan harus lurus
dan rata terhadap garis acuan yang diinginkan. Naad/siar-
siar harus saling tegak lurus.
3. Penempatan ubin harus sedapat mungkin mengurangi
pemotongan ke arah pasangan terbaik. Perubahan
fractional dalam ukuran-ukuran tanpa mengganggu kesatuan
hubungan lebar masih diijinkan. Bila dibutuhkan, ubin
dipotong dengan peralatan yang sesuai dan permukaan
harus dihaluskan. Ubin yang rusak dan jelek harus digantil.
4. Jangan memulai pekerjaan bila pekerjaan-pekerjaan lain
masih lalu-lalang didalam area pemasangan.

b. Ubin Keramik / homogenous tile untuk lantai


1. Ratakan permukaan yang kasar dan tidak rata dengan
peralatan plesteran.
2. Dengan hati-hati tempatkan ubin dengan benar dan rata
sesuai dengan yang diinginkan.
3. Dimana floor drain terjadi /ada, miringkan lantai untuk
mendapatkan drainage yang baik.

c. Ubin keramik / homogenous tile Dinding


1. Bersihkan debu-debu dan partikel-partikel lain, bersihkan
dengan sikat dan air bersih.
2. Ratakan dengan lapisan plesteran.
3. Tekanlah ke permukaan yang cukup dengan peralatan untuk
plester menempel pada dinding.
4. Finishing permukaan plester harus lurus dan benar untuk
menghasilkan kerataan pada jarak tertentu dan
memudahkan pemasangan ubin.

d. Adukan PC +pasir / Tile adhesive Mortar


1. Terapkan adukan dengan tekanan ke seluruh area yang
tidak lebih dari pada permukaan yang dapat ditutup oleh
ubin dimana adukan masih plastis.
2. Terapkan dengan rata tanpa berlubang.
3. Sisirlah / ratakan adukan tanpa menimbulkan lubang dalam
10 menit sebelum ubin dipasang.
4. Tebal bantalan adukan adalah sekitar 10 mm sampai 15
mm.
5. Rendam ubin yang akan dipasang agar ubin jenuh.
6. Tekan ubin dengan secukupnya pada adukan yang masih
plastis.
7. Ratakan ke arah permukaan yang benar.
8. Tekan dan ketok ubin untuk mendapatkan minimum 80%
permukaan adukan tertutup pada setiap unit ubin
tersebut.
9. Aturlah ubin sebelum pemasangan sehingga bagian sudut
setiap ubin rata dengan bagian sudut ubin disebelahnya.
10. Berilah adukan tambahan bila masih kurang rata, pengisian
dengan semen murni tidak diijinkan.

e. Grout
1. Penuhi naad dengan maksimum grout.
2. Sebelum grout diberi, goreslah naad-naad tersebut.
3. Isi naad/siar dengan grouting dan ratakan.
4. Grouting harus memiliki kesamaan warna, rata, tanpa
berlubang, dan sebagainya.
5. Grouting : AM 50, PM 810 atau setara
4. Pekerjaan Kusen Pintu Dan Jendela
A. Pekerjaan Kusen, Pintu/Jendela Aluminium
Meliputi penyediaan kusen-kusen, pintu-pintu/jendela aluminium
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi ini,
aksesori yang diperlukan untuk pemasangan dan kelengkapannya,
penyimpanan dan perawatan, serta pembangunannya sesuai yang
telah ditunjukkan dalam gambar. Bagian ini menjelaskan
“Commercial Quality” kosen dan pintu-pintu aluminium untuk pintu
dan bukaan-bukaan yang berhubungan, termasuk aluminium panels
dan louvres pada pintu-pintu dan frame tersebut.
Bagian yang terkait :
 Pekerjaan Pasangan Dinding
 Pekerjaan Pengecatan
 Pekerjaan Alat Penggantung dan Penguci
1. Persiapan
a. Sebelum fabrikasi kontraktor harus melakukan check di
site semua dimensi-dimensi dan kondisi project untuk
menghindari informasi yang terlambat.
b. Kontraktor harus mereview gambar-gambar dan kondisi
lapangan dengan cermat, ukuran-ukuran dan lubang-lubang,
persiapan mock-up sambungan detail dan profil aluminium
yang berhubungan langsung dengan material-material
struktural lain.
c. Proses fabrikasi harus diutamakan disiapkan sebelum mulai
pelaksanaan, dengan mempersiapkan shop drawings yang
menunjukkan lay-out, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan
dimensi sesuai yang diarahkan oleh MK dan Pemberi Tugas.
d. Semua frame-frame untuk partisi, jendela-jendela dan
pintu-pintu harus secara akurat di fabrikasi untuk
mengepaskan dengan pengukuran site.

2. Fabrication / Assembly
a. Shop Assembly
Dimana dimungkinkan harus siap dipasang di site proyek.
Bila tidak merupakan shop assembly, lakukan pra-
pengepasan di shop untuk memastikan assembly lapangan
yang baik dan tepat guna.
b. Sambungan-sambungan / Joints
1. Buatlah dengan hati-hati agar pekerjaan-pekerjaan
ekspose match untuk memberikan garis dan design yang
kontinyu. Pakailah perlengkapan mesin untuk
mengepaskan frame dengan kaku bersama-sama pada
titik-titik joints contact dengan hairline joints,
waterproof joints dari belakang dengan sealant.
2. Pemakaian sealant tidak diijinkan pada permukaan
ekspose.
3. Pemasangan
a. Erection Tolerances :
 Batas perbedaan tegak dan level :
3 mm dalam 3 m, secara vertikal (V)
3 mm dalam 6 m secara horizontal (H)
 Batas-batas perbedaan dari lokasi secara teoritis :
6 mm untuk setiap memberi pada setiap lokasi.

 Batasan perimbangan secara teoritis pada akhir-ke-


akhir dan akhir-ke-tepi sejajar dari permukaan
rata tidak lebih dari 50 mm terpisah atau out-of-
flush dengan lebih dari 6 m.
b. Set unit-unit dengan tegak, level dan garis yang
benar, tanpa terkelupas atau merusak frame.
c. Pasanglah anchor dengan kuat pata tempatnya,
memungkinkan untuk pergerakan, termasuk ekspansi
dan kontraksi.
d. Pisahkan material-material yang tidak sama pada
titik-titik hubungan, termasuk metal-metal yang
berhubungan dengan pasangan atau permukaan beton,
dengan cat bituminous atau preformed separators
untuk menghindari kontak dan korosi.
e. Set sill members pada bantalan sealant. Set member-
member lain dengan internal sealant dan baffles untuk
memberi konstruksi yang weathertight.
f. Pasanglah pintu-pintu dan hardware sesuai dengan
instruksi tertulis dari manufaktur.
g. Potongan aluminium profil harus dibuat dengan dasar
yang baik untuk menghindari kerusakan, tergores atau
rusak pada permukaannya; dan harus dijauhkan
arimaterial-material baja/besi untuk menghindari
debu-debu besi menempel padapermukaan aluminium.
h. Pengelasan diijinkan hanya dari bagian dalam,
menggunakan non activated gas (argon) dan tidak
boleh diekspose.
i. Buatlah match joints members dengan sekrup yang
cocok, rivets, las; untuk mendapatkan bentuk dan
kualitas yang dibutuhkan atau sesuai yang terlihat
dalam gambar.
j. Peralatan anchor untuk aluminium frame haruslah
dengan hot dip galvanized steel tebal 2-3 mm di set
pada interval 60 mm.
k. Fastener harus dari stainless steel atau material non
corrosive lain, concealed type. laskan frame bersama-
sama pada titik-titik contact joints dengan hairline
points,waterproof joints dari bagian belakang dengan
sealant untuk menahan (watertight) 1000 kg/cm².
l. Aluminium frame harus disiapkan untuk mengantisipasi
modifikasi-modifikasi berikut :
 Perubahan fixed-window
 Propel window, rotate window, etc.
 Pintu-pintu kaca frameless
 Movable partisi tanpa kerusakan pada lantai dan
ceiling
 Sediakan dengan aksesori-aksesori penunjang untuk
tujuan-tujuan diatas.
m. Paskan hardware dan material-material reinforcing
pada metal lain yang berhubungan langsung dengan
aluminium frame dan hubungan harus dengan
chromium coat pada permukaannya untuk menghindari
kontak korosif.
n. Toleransi pemasangan (erection) untuk aluminium
frame pada sisi dinding 10-15 mm harus diisi dengan
grouting.
o. Sebelum pemasangan aluminium frame, khususnya
pada propel window, upper dan lower window, sill harus
di check level dan waterpass pada bukaan-bukaan
dinding.
p. Untuk pemasangan (erection) frame pada area
watertight khususnya pada ruang dengan AC, harus
disediakan synthetic rubber atau synthetic resin
untuk swing door dan double door.
q. Tepi-tepi akhir frame pada dinding harus di set
dengan sealant untuk membuatnya sound proof dan
watertight.
r. Lower sill pada frame aluminium exterior harus diberi
flashing untuk menahan air hujan.

5. Adjusting
Test fungsi operasi pintu-pintu setelah operasi
penutupan daun pintu, latching speeds dan hardware-
hardware lain sesuai dengan instruksi manufaktur untuk
memastikan operasi daun pintu yang halus (smooth).

6. Protection
a. Semua aluminium harus dilindungi dengan tipe-tipe
proteksi atau material-material lain yang disetujui
oleh Owner saat diserahkan ke lapangan.
b. Protective material tersebut hanya boleh dibuka bila
diperlukan pada saat protective material akan dipakai
pada aluminium.
c. Tepi-tepi pintu harus dilindungi dengan plastic tape
atau zinc chromate primer (transparent varnish) pada
saat plasteran akan dilaksanakan. Bagian-bagian lain
harus tetap dilindungi dengan lacquer film sampai
seluruh pekerjaan selesai.

B. Pekerjaan Kusen, Pintu Hollow Metal/Baja


Meliputi penyediaan kosen-kosen, pintu-pintu/jendela baja sesuai
yang ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi ini, aksesori yang
diperlukan untuk pemasangan dan kelengkapannya, penyimpanan dan
perawatan, serta pembangunannya sesuai yang telah ditunjukkan
dalam gambar.
Bagian ini menjelaskan “Commercial Quality” kosen dan pintu-pintu
besi untuk pintu dan bukaan-bukaan yang berhubungan, termasuk
hollow metal panels dan louvres pada pintu-pintu dan frame tersebut.
Bagian yang terkait :
 Pekerjaan Pasangan Dinding
 Pekerjaan Pengecatan
 Pekerjaan Alat Penggantung dan Penguci

1. Pemasangan
a. Frames : pasang rangka baja customize untuk pintu-pintu,
transome, sidelights, borrowed lights, dan bukaan-bukaan
lainnya, dengan ukuran dan profil yang diindikasikan.
1. Pasanglah frame dan aksesori sesuai dengan instruksi
pemasangan dari manufaktur dan sesuai spesifikasi.
2. Setting Masonry Anchorage Devices : pasanglah
perlengkapan anchor untuk pasangan bata, dimana
ditunjukkan untuk mengencangkan kosen-kosen pada in-place
concrete atau konstruksi pasangan.
 Pastikan dan periksa bahwa dimana frame-frame pintu
akan dipasang terdapat pasangan dan jalur beton praktis
baik untuk sisi tegak kosen (jamb) maupun pada head
(palang atas pintu). Konfirmasikan dimensi dan perkuatan
beton praktis yang dibutuhkan kepada kontraktor
pekerjaan pasangan.
 Set perlengkapan/peralatan anchor berlawanan dengan
lokasi anchor, sesuai dengan detail-detail dari shop
drawing dan instruksi dari manufaktur peralatan
anchorage. Biarkan lubang drill yang kasar, tanpa
dilebarkan, dan bebas dari debu dan puing-puing.

3. Angker (anchor) pada lantai mungkin di set dengan fastener


powder actuated sebagai pengganti peralatan angker untuk
pasangan dan mesin sekrup, bila hal ini ditunjukkan dalam
shop drawings.
4. Penempatan frames : set frame dengan tepat pada posisinya,
tegak, sejajar, dan ganjallah/palanglah dengan kuat sampai
angker permanen dipasang. Setelah pasangan konstruksi
dinding selesai, pindahkan palang dan spreader, biarkan
permukaan dengan halus dan tidak cacat/rusak.
 Pada eksisting konstruksi beton atau pasangan bata, set
frame dan kencangkan pada tempatnya dengan mesin
sekrup dan peralatan angker untuk pekerjaan pasangan.
 Pada fire-rated openings, tempatkanlah frame sesuai
dengan ketentuan pada NFPA 80.
 Lakukan sambungan lapangan (field splice) hanya pada
lokasi-lokasi yang disetujui. Lakukanlah pengelasan,
pengamplasan, dan finishing sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk menyembunyikan (concealed) bekas
sambungan pada bagian-bagian yang diekspose.
 Pindahkan spreader bars hanya bila frame dan buck telah
di set dan dikencangkan dengan sempurna.
b. Pintu-pintu : pasanglah pintu-pintu non fire-rated dengan akurat
pada kosen/frame yang direncanakan, dengan clearance sebagai
berikut :
1. Jambs dan head : 3/32 inch (2 mm)
2. Pertemuan tepi-tepi, pintu-pintu berpasangan : 1/8 inch (3
mm)
3. Bawah : 3/8 inch (9 mm), dimana tidak ada treshold atau
karpet
4. Bawah : 1/8 inch (3 mm), bila ada treshold atau karpet
c. Pasanglah pintu-pintu fire-rated dengan clearance sesuai dengan
yang dispesifikasikan dalam NFPA 80.
d. Sesuaikan dengan NFPA 105 untuk pemasangan pintu-pintu
smoke-control (bila ada).

2. Penyetelan (adjusting) dan Pembersihan


a. Final adjustment : check dan setel kembali operasi item-item
hardware pada saat sebelum dilakukan final inspection. Biarkan
pekerjaan dalam kondisi operasi yang baik dan lengkap.
Pindahkan dan gantilah pekerjaan-pekerjaan yang cacat,
termasuk pintu-pintu dan frame-frame yang terkelupas,
bengkok/melengkung, atau akan diterima bila terjadi kondisi
sebaliknya (baik).
b. Tentukan pada lapisan dasar (Prime Coat Touchup) : segera
setelah terpasang, lakukanlah pengamplasan halus bila ada karat
atau bagian yang cacat/rusak dari prime coat dan terapkan
sentuhan primer cepat kering (air drying) yang cocok.

C. Pemasangan Kaca
Dengan sifat kaca yang sangat mudah pecah dan membutuhkan ekstra
hati-hati dalam penanganannya, sebaiknya perlu diperhatikan
beberapa
hal yang penting pada saat memasang kaca pada daun pintu/jendela.
Konstruksi pemasangan kaca pada daun pintu/jendela dapat dilakukan
dengan bermacam-macam metode, tergantung dari ukuran kayu,
material rangka daun intu/jendela, fungsi, dan ketebalan kaca. Apabila
kaca dengan tebal kurang dari 4 mm, sebaiknya gunakan sistem rangka
tempel, papan belakang yang sekaligus daun pintu/jendela berfungsi
sebagai penahan kaca agar stabil dan tidak pecah, kemudian
ditambahkan lis tempel di sekeliling kaca untuk menahan kaca tetap
pada posisinya. Bila tebal kaca lebih dari 5 mm, dapat digunakan
rangka
kayu solid, bagian dalam rangka perlu dibuat satu lajur takikan untuk
penempatan kaca. Kemudian kaca ditahan dengan lis kecil di sekeliling
rangka kayu.
Cara memasang kaca pada daun pintu/jendela adalah sebagai berikut:
1. Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada
bagian atas. Usahakan letakkan pada meja yang luasnya minimal
sama dengan luas daun pintu. Atau letakkan pada lantai yang
datar.
2. Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.
3. Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar
karton atau kain untuk memegang kaca.
4. Pasang paku pada list kayu sebelum dipasang pada keempat sisi
daun pintu/jendela.
5. Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.
6. Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang
sedang dipasang lis kayu. Ini untuk menghindari goresan pada
permukaan kaca karena gerakan martil.

D. Memasang Daun Pintu


Pintu terdiri dari kusen atau gawang dan daun pintu. Kusen dipasang
tetap atau mati di dalam tembok, sedang daunnya digantungkan pada
kusen dengan menggunakan engsel sehingga dapat berputar pada
engsel, berputar ke kiri atau ke kanan. Namun, daun pintu ada yang
tidak berputar pada engsel, melainkan bergeser di depan kusennya.
Pintu
tersebur dinamakan dengan pintu geser. Kedudukan daun pintu pada
saat ditutup melekat dengan sponing pada kusen pintu, kecuali pada
bagian bawah, kedudukannya dibuat beberapa cm di atas lantai.
Cara Pemasangan
1. Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
2. Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
3. Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
4. Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai
masuk dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah
lebar maupun kearah tinggi.
5. Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada
tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2
engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
6. Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen
pintu tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun
pintu.
7. Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
8. Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan
memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai
pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
9. Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
10. Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan
cara melepaskan pen.
11. Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.

E. Memasang Daun Jendela


Seperti halnya pintu, jendela terdiri atas kusen atau gawang dan daun
jendela. Kusen dipasang tetap atau mati di dalam tembok, sedang
daunnya digantungkan pada kusen dengan menggunakan engsel
sehingga dapat berputar pada engsel, berputar horizontal (ke kiri
danke
kanan) atau berputar ertikal (ke atas dan ke bawah). Namun, ada jenis
jendela yang tetap atau mati, biasa disebut jendela mati engan
tujuanuntuk penerangan. Kedudukan daun jendela pada saat ditutup
melekat dengan sponing pada kusen jendela.
Cara Pemasangan
1. Ukur lebar dan tinggi kusen jendela.
2. Ukur lebar dan tinggi daun jendela.
3. Ketam dan potong daun jendela (bila terlalu lebar dan terlalu
tinggi).
4. Masukkan/pasang daun jendela pada kusennya, stel sampai masuk
dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun
kearah tinggi.
5. Lepaskan daun jendela, pasang/tanam engsel daun jendela pada
tiang daun jendela (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah
15-20 cm dari bagian tepi (untuk putaran horizontal) atau engsel
ditanam pada bagian ambang atas daun jendela dengan jarak 15-
20 cm dari bagian tepi (untuk putaran vertikal).
6. Masukkan/pasang lagi daun jendela pada kusennya, stel sampai
baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang/ambang atas
jendela tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun
jendela.
7. Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun jendela dengan cara
melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang/ambang atas
kusen
8. Pasang kembali daun jendela pada kusennya dengan memasangkan
engselnya, kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga
terpasanglah daun jendela pada kusen jendelanya.
9. Coba daun jendela dengan cara membuka dan menutup.
10. Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun jendela dengan
cara melepaskan pen.
11. Stel lagi sampai daun jendela dapat membuka dan menutup
dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.

F. Pemasangan Kaca
Dengan sifat kaca yang sangat mudah pecah dan membutuhkan ekstra
hati-hati dalam penanganannya, sebaiknya perlu diperhatikan
beberapa
hal yang penting pada saat memasang kaca pada daun pintu/jendela.
Konstruksi pemasangan kaca pada daun pintu/jendela dapat dilakukan
dengan bermacam-macam metode, tergantung dari ukuran kayu,
material rangka daun intu/jendela, fungsi, dan ketebalan kaca. Apabila
kaca dengan tebal kurang dari 4 mm, sebaiknya gunakan sistem rangka
tempel, papan belakang yang sekaligus daun pintu/jendela berfungsi
sebagai penahan kaca agar stabil dan tidak pecah, kemudian
ditambahkan lis tempel di sekeliling kaca untuk menahan kaca tetap
pada posisinya. Bila tebal kaca lebih dari 5 mm, dapat digunakan
rangka
kayu solid, bagian dalam rangka perlu dibuat satu lajur takikan untuk
penempatan kaca. Kemudian kaca ditahan dengan lis kecil di sekeliling
rangka kayu.
Cara memasang kaca pada daun pintu/jendela adalah sebagai berikut:
1. Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada
bagian atas. Usahakan letakkan pada meja yang luasnya minimal
sama dengan luas daun pintu. Atau letakkan pada lantai yang
datar.
2. Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.
3. Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar
karton atau kain untuk memegang kaca.
4. Pasang paku pada list kayu sebelum dipasang pada keempat sisi
daun pintu/jendela.
5. Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.
6. Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang
sedang dipasang lis kayu. Ini untuk menghindari goresan pada
permukaan kaca karena gerakan martil.

G. Pekerjaan Plafond
Dalam proyek ini plafond yang digunakan ada dua jenis yaitu plafond
gypsum dan plafond beton ekspose. Plafond gypsum digunakan pada
bangunan Pos jaga, Gedung kantor, dan storage. Dimana rangka
plafond menggunakan rangka besi hollow. Sedangkan untuk plafond
beton ekspose digunakan pada bangunan Mekanikal & Elektrikal.
Adapun cara pelaksanaan Plafond Gypsum yaitu :
 Rangka hollow dipasang terlebih dahulu sesuai dengan gambar
kerja (Shop Drawing). Biasanya pemasangan rangka plafond ini
beriringan dengan pemasangan rangka atap baja ringan.
 Memperhatikan ruangan, dan mencari sisi dari ruang yang siku
terlebih dahulu.
 Pasang alat bantu (Scafolding), jika bisa scafolding yang
digunakan memiliki roda supaya tidak merusak keramik.
 Kemudian pasang papan gypsum sesuai dengan gambar kerja.
 Pemasangan diatur pertemuan antar papan pertigaan.
Sedangkan untuk plafond beton ekspose, dilakukan oleh orang yang
mengerti akan pekerjaan tersebut. Pekerjaan ini bertujuan
mempercantik tampilan dari beton, dengan menggunakan bahan semen
portland dan pasir pasang.

H. Pekerjaan Pengecatan
Pada permukaan dinding luar dan dalam, gypsum dilakukan pekerjaan
pengecatan dengan cat air dengan terlebih dahulu membersihkan
permukaan dari kotoran-kotoran, dinding-dinding
diratakan/dihaluskan dengan plamir, sebelum dicat dengan cat air
dilakukan pengecatan dengan cat dasar.

Untuk bahan-bahan dari kayu seperti : piri-piri, lisplank, Kozen kayu


dan Pintu panel dilakukan pengecatan dengan cat minyak, sebelum
dicat permukaan bahan -bahan tersebut dibersihkan terlebih dahulu
lalu diberi alkali kemudian dicat dengan cat dasar untuk kemudian
baru di cat dengan cat minyak.

Untuk bahan-bahan dari Besi seperti : railing tangga, penutup besi,


pagar, dan lain sebagainy.sebelum dicat permukaan bahan-bahan
tersebut dibersihkan terlebih dahulu lalu diberi minayk cat kemudian
dicat dengan cat dasar untuk kemudian baru di cat dengan cat
minyak.Jenis, mutu dan bahan cat serta pengerjaan pengecatan
disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan gambar-gambar rencana.

I. Pekerjaan Sanitair
Pekerjaan sanitair yang dilakukan meliputi pekerjaan pemasangan pipa
air bersih dan air kotor, pipa buangan air hujan, pemasangan kran air,
Floor Drain, Kloset, dan lain sebagainya. Pemasangan ini berdasarkan
persetujuan pemilik dan dilihat oleh konsultan pengawas.

J. Pekerjaan Alumunium Composit Panel (ACP)


Perispaan :
 Persiapan dan pengajuan shop drawing ACP
 Persetujuan dari bahan yang akan digunakan
 Persiapan lahan pekerjaan
 Persiapan materi seperti ACP, Alumunium Frame, baut dynabolt,
sekrup, sealant, dan lain-lain
 Persiapan alat kerja yaitu theodolit, meteran, waterpass, benang,
selang karet, pemotong, sealent gun, bor, steiger, dan lain-lain

Pengukuran :
 Lakukan pemeriksaan dan pengukuran di lapangan (menandai
area/marking) untuk daerah yang akan dipasang ACP

Pelaksanaan Pemasangan ACP :


 Buat Frame dan ACP dalam ukuran gambar kerja
 Melampirkan thread untuk referensi pemasangan frame dan ACP
 Pasang bingkai pemasangan ke daerah dengan baut penguat
dynabolt.
 Pasang bingkai alumunium pada prame pemasang
 Cek kerataan dan kerangka alumunium kesikuan diinstal
 Ganti panel alumunium komposit dalam bingkai dengan sekrup
penguat.
 Cek kerataan dan instalasi kesikuan ACP
 Nat perapihan antara ACP dengan sealant
 Setelah pekerjaan selesai, bersihkan lembar pelindung pada ACP

IV. PEKERJAAN ELEKTRIKAL & MEKANIKAL

 Sebelum pekerjaan elektrikal dilaksanakan, perlu ditunjukkan contoh-


contoh material, tipe dan juga merek yang akan digunakan untuk
mendapatkan persetujuan.
 Pengadaan material untuk pekerjaan elektrikal disimpan di sekitar lokasi
terdekat dengan area pekerjaan dan melindungi diri dari kemungkinan
kerusakan material menyebabkan benturan perangkat keras, sedangkan
material lain disimpan di gudang tertutup.
 Teknis pelaksanaan pekerjaan ini sesuai dengan gambar desain, RKS dan
spesifikasi teknis pekerjaan elektrikal dan mekanikal.
 Pelaksanaan pekerjaan elektrikal dan mekanikal sesuai dengan perencanaan
dan membutuhkan kontrol yang lebih lanjut, sehingga dikerjakan oleh
orang yang berkompeten di bidangnya.
 Untuk pekerjaan instalasi listrik, telepon, ducting, dan fire alarm
dilakukan sebelum plesteran dan dinding dan pemasangan plafond.
 Instalasi Stop Kontak dan Saklar-Saklar dipasang pada dinding dengan
rapi sesuai penempatannya pada gambar-gambar rencana, setelah semua
instalasi titik api dan instalasi stop kontak dan saklar terpasang barulah
diberi lampu-lampu sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar-gambar
rencana.
Siklus / flowchart pekerjaan Listrik
1. Pekerjaan Elektrikal Arus Kuat dan Arus Lemah
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal Arus Kuat dan Arus Lemah
adalah sebagai berikut:

Persiapan
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan elektrikal arus
kuat dan arus lemah.
 Approval material yang akan digunakan.
 Persiapan lahan kerja.
 Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan
alat bantu kerja disiapkan.

Pemasangan sparing kabel


 Sparing dipasang dulu apabila ada pengecoran beton lantai, untuk
menghindari bobokan beton pada saat penyambungan kabel antar lantai.

Pekerjaan Elektrikal Arus Kuat dan Arus Lemah

Pemasangan instalasi kabel


 Panel listrik dipasang pada dinding yang sudah di tentukan, rata dan
tidak miring
 Semua kabel yang masuk ke dalam panel listrik di beri tanda sesuai
dengan kegunaanya dan dilengkapi dengan ring karet supaya lubang
panel bagian atas dapat terlindung dari debu/kotoran. Khusus untuk
kabel dengan Ø 16 mm2 harus diberi sepatu kabel dalam panel.
 Pada sisi pintu panel bagian dalam harus di buat diagram instalasinya
termasuk daya cadangan yang sudah di rencanakan, hal ini perlu
untuk memudahkan bila ada perbaikan instalasi
Kabel vertical ditanam pada dinding dengan perlindungan pipa conduit,
dimana pipa tersebut harus ditanam dulu pada dinding bata sebelum
dinding diplester. Supaya tidak mudah bergerak pada saat dinding
diplester, maka pipa yang ditanam diberi klem dengan jarak sekitar 1 m.

Kabel horizontal dipasang pada plat lantai beton dengan menggunakan pipa
pelindung conduit yang diberi perkuatan klem dengan jarak sekitar 1 m, hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan maintenance. Pemasangan kabel
horizontal harus sejajar, tidak boleh saling melintas.

Pemasangan panel
Panel listrik dipasang pada dinding yang sudah ditentukan, rata dan tidak
miring.
Semua kabel yang masuk ke dalam panel listrik diberi tanda sesuai dengan
kegunaannya dan dilengkapi dengan ring karet supaya lubang panel bagian
atas dapat terlindung dari debu/kotoran. Khusus untuk kabel dengan Ø 16
mm2 harus diberi sepatu kabel dalam panel.

Pada sisi pintu panel bagian dalam harus dibuat diagram instalasinya
termasuk daya cadangan yang sudah direncanakan, hal ini perlu untuk
memudahkan bila ada perbaikan instalasi.

Pemasangan fitting dan armature Fitting dan armature dipasang setelah


kabel ditest ketahanannya, agar tidak terjadi bongkar/pasang armature.
Pemasangan saklar dan stop kontak Marking jalur conduit pada dinding dan
bobok dinding bata, jangan lupa gunakan cutter. Pasang conduit dan inbow
dos. Tunggu sampai plester dinding akhir. Sambungan saklar, stop kontak
dengan aslinya. Pasang saklar dan stop kontak, gunakan waterpass agar
rata. Testing dan commissioning Test tahanan kabel sebesar 2 ohm dan
grounding serta test fitting/armature selama ± 1 x 24 jam

Pemasangan Fitting dan Armature


 Fitting dan armature dipasang setelah kabel di test ketahanannya,
agar tidak terjadi bongkar / pasang armature
Pemasnagan saklar dan Stop Kontak
 Marking jaljur konduit pada dinding dan bobok dinding bata, jangan
lupa gunakan cutter
 Pasang conduit dan inbow dos
 Tunggu sampai plester dinding akhir
 Sambungan sklar, stop kontak dengan aslinya
 Pasang saklar dan stop kontak, gunakan waterpass agar rata

Testing dan Commisioning


 Test tahanan kabel sebesar 2 ohm dan grounding serta test
fitting/armature selama ± 1 x 24 jam

2. Pekerjaan Pemipaan Instalasi Air Bersih & Air Kotor


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pemipaan Instalasi Air Bersih & Air
Kotor, adalah sebagai berikut:

Persiapan
 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pemipaan
instalasi air bersih dan air kotor.
 Approval material yang akan digunakan.
 Persiapan lahan kerja.
 Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan
alat bantu kerja disiapkan.

Instalasi Air Bersih & Air Kotor

Pekerjaan pemasangan pompa dan tangki air


 Pemasangan package booster pump (pararel 3 pompa), kapasitas 120
ltr/mnt berikut accesoriesnya.
 Pemasangan roof tank modular sistem bahan FRP, kapasitas evektive 8
m3 berikut accesoriesnya.

Pekerjaan instalasi plumbing air bersih


 Tentukan dan beri tanda jalur instalasi dan titik outletnya.
 Pasang pipa PVC kelas AW (diameter sesuai gambar kerja) beserta gate
valve, fitting dan accessories lainnya sesuai dengan tanda yang sudah
dibuat.
 Untuk pipa yang melintasi lantai (terutama lantai dasar, maka kedalaman
pipa harus cukup, minimal 50 cm supaya tidak mudah pecah.
 Pipa yang akan disambung, bagian
ujungnya harus dibersihkan dengan ampelas supaya sambungan dapat
lengket dengan kuat.
 Khusus untuk sambungan ke sanitary (kran), pipa diberi soket draat luar
dan diberi lapisan seal tape baru disambungkan ke alat sanitair.

Pekerjaan Instalasi Plumbing Air Kotor, Air Bekas dan Vent


 Pipa air kotor menggunakan pipa PVC kelas AW yang tahan terhadap
tekanan 10 bar, penyambungan pipa menggunakan lem PVC yang kuat
sehingga tidak mudah bocor.
 Tentukan dan beri tanda jalur instalasi dan titik outletnya
 Pasang pipa PVC kelas AW (diameter sesuai gambar kerja) beserta gate
valve, fitting dan accessories lainnya sesuai dengan tanda yang dibuat.
 Pasangan clean out dan accessories lainnya
 Pipa PVC yang horizontal digantung pada plat lantai beton mengunakan
besi siku dan pipa diikat pada besi siku supaya tidak bergerak saat
menerima beban air.
 Pipa air kotor vertikal ditanam pada dinding, dikerjakan pada saat
dinding belum diplester aci. Pipa yang ditanam di dinding harus di klem
supaya tidak bergerak saat menerima beban air.
 Untuk pipa yang melintas lantai terutama lantai dasar, maka kedalaman
pipa harus cukup, minimal 50 cm supaya tidak mudah pecah.
 Pipa yang akan disambung, bagian ujungnyua harus dibersihkan dengan
ampelas supaya sambungan dapat lengket dengan kuat.
 Untuk lantai dasar, pipa air hujan diberi bantalan yang cukup kuat agar
sambungan tidak kendor akibat beban air hujan yang dapat
menyebabkan kebocoran.
 Pemasangan roof drain untuk instalasi pipa air hujan
 Buat sumur resapan dan bak kontrol

Testing dan Commissioning


 Sebelum disambung ke sanitair semua pipa plumbing harus di test dulu
dengan menggunakan tekanan hydrostatis sebesar 5 – 8 bar selama 24
jam, dimana pada saat itu tidak boleh menggunakan penurunan tanah.
 Khusus untuk instalasi air bersih, sebelum digunakan pipa dibersihkan
dahulu (Flushing) dari kotoran yang mungkin masih tersisa dalam pipa.
Pembersihan dapat melalui lubang clean out.
 Sebelum test commissioning terlebih dahulu dilakukan test intern yang
dimaksudkan apabila ada kegagalan fungsi dari instalasi dan peralatan
yang terpasang segeraditanggulangi/diperbaiki
 Test commissionig dari fungsi masing-masing peralatan yang terpasang.

3. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN UNIT LIFT


A. Metode pelaksanaan untuk pekerjaan pengadaan dan pemasangan unit
Lift:
a. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pelaksanaan persiapan pekerjaan pengadaan dan pemasangan Lift
meliputi
 Klasifikasi final Specifikasi Teknis unit Lift
 Membuat Shop Drawing untuk disetujui oleh pihak terkait
sebagai gambar pelaksanaan.
 Membuat schedule pelaksanaan pekerjaan.
 Monitoring Lapangan.

b. PABRIKASI
Pelaksanan pekerjaan pabrikasi, dapat dilaksanakan setelah Final
Specifikasi Teknis dan Shop Drawing disetujui bersama.

c. SHIPMENT
Pengiriman ( pengapalan ) dilaksanakan setelah seluruh kelengkapan
unit Lift selesai diproduksi, dan diperkirakan 1 ( satu ) minggu
setelah tiba di pelabuhan Tanjung Priok unit tersebut akan sampai
dilokasi proyek.

d. UNIT ONSITE.
Pengiriman unit dari pelabuhan Tanjung Priok ke lokasi proyek,
sesuai kondisi lapangan dengan menggunakan Truk Container.
Untuk kelancaran pekerjaan tersebut diatas, ada beberapa hal
yang harus dipersiapkan oleh pihak lain ( MK ) antara lain :
 Pengadaan lokasi penempatan unit onsite.
 Pengadaan jalan masuk kelokasi penempatan untuk akses Truk
Container dan Forklit

e. PEKERJAAN PEMASANGAN UNIT LIFT


Pekerjaan pemasangan Lift dapat dimulai setelah :
1. Hoistway Lift ( termasuk ruang mesin ) telah selesai
pengerjaannya
2. Unit Lift dan sudah masuk kelokasi proyek.

f. Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam


pembuatan Hoistway Lift antara lain :
 Ukuran bersih Hoistway Lift dan ketegak lurusannya.
 Kedalaman pith Lift .
 Tempat dudukan beam mesin Lift / dudukan ( reaction orce )
 Hoisting hook untuk pengangkatan mesin lift.
 Ketinggian over head dan ruang mesin Lift.
 Ring balok (kelipatan 2,5 M ) untuk pemasangan bracket
Main dan CWT Rail Lift.
 Tinggi dan lebar bersih kolom / balok praktis untuk
pemegang jamb ( kusen ) pintu Lift pada setiap lantai.
 Lubang sparing untuk Hall Button, Indicator dan Fireman
Switch.
Ukuran / dimensi dari hal tersebut diatas telah tercantum dalam
Shop Drawing Lift

B. TAHAPAN PEKERJAAN PEMASANGAN LIFT


1. Pemasangan Steger Bambu.
Adalah pemasangan perancang bambu guna pemasangan komponen
lift yang akan dipasang di area hoistway lift dan dapat
dilaksanakan setelah seluruh hoistway lift selesai dikerjakan.

2. Plumb / Centering
Adalah pelaksanaan pekerjaan untuk menentukan as pintu seluruh
lantai dan maju mundurnya posisi lift serta titik as seluruh
pemasangan komponen lift yang akan dipasang didalam hoistway
lift.

3. Pemasangan Bracket Main dan CWT rail.


Adalah pemasangan bracket pengikat / kedudukan rel yang terdiri
dari dua bagian pekerjaan :
 Pemasangan dynabolt untuk mengikat bracket (bila ring balok
dibuat dari bahan beton).
 Pengelasan bracket dudukan rel terhadap bracket yang telah
dipasang pada ring balok pada setiap jarak 2,5 meter dan
apabila ring balok terbuat dari baja maka langsung dilas ke ring
balok baja tersebut.

4. Pemasangan Main dan CW rail.


Adalah Penyusunan rel peluncur car lift dan beban
(CounterWeight) mulai dari bawah yang kemudian dilakukan
pengecekan untuk mencari ketegakan rel tersebut satu persatu
dengan acuan kawat plumb yang telah disiapkan.

5. Periksa QC
Pengechekan oleh Team QC dari Kantor pusat mengenai
pemasangan Rail dengan menggunakan form - form dari kantor
pusat.

6. Pengangkatan Mesin, Panel Kontrol Lift


Adalah Pemindahan mesin lift dari lantai penempatan sementara ke
ruang mesin lift dengan menggunakan alat pengangkat chain block
melalui lubang hoistway lift. Bisa juga diangkat dengan
menggunakan bantuan alat Tower Crane.

7. Pemasangan Sill, Jamb dan Header.


Adalah pemasangan komponen lift didaerah pintu lift. Pekerjaan ini
dapat dilaksanakan setelah as pintu lift ditentukan dan garis
pinjam finishing lantai (elevasi) tersedia didaerah sekitar pintu
lift.

8. Setting Mesin
Adalah proses pengesetan mesin lift dan panel lift di ruang mesin
dengan melakukan pengelotan as pulley mesin terhadap as car lift
dan as counter weight.

9. Assembling Sangkar.
Adalah pelaksanaan perakitan car lift, biasanya dilaksanakan
dilantai dasar.

10. Roping
Adalah Pelaksanaan pemasangan wire rope (seling) yang
menghubungkan antara car dan couhter weight.

11. Pemasangan Door dan Setting


Adalah Pemasangan pintu (Hall Door) pada setiap lantai dan
dilaksanakan mulai dari lantai atas. Pekerjaan ini dapat
dilaksanakan setelah penutupan celah didaerah sekitar pintu (sill,
jamb & pocket) lift selesai dikerjakan.

12. Wirring dan Koneksi Kabel


Adalah Pelaksanaan penyambungan kabel-kabel lift yang akan
dipasang didaerah hoistway lift, car lift dan ruang mesin dan
penurunan kabel kabel tail core serta pembuatan jalur kabel / tray
diruang mesin untuk koneksi dari panel ke mesin.

13. Slow Speed Test


Adalah Pelaksanaan Pengetesan untuk menjalankan lift secara
manual dan diteruskan dengan setting mekanik yang diperlukan
(terutama daerah pintu) dengan melakukan terlebih dahulu
pembongkaran steger bambu.
14. High Speed Test
Adalah Pelaksanaan Pengetesan fungsi seluruh sistem operasional
lift secara otomatis.

15. Reksa Uji


Proses pengajuan dan pemeriksaan kelayakan lift oleh pihak
depnaker sebelum lift dioperasikan.

16. ST 1
Proses penyerahan unit pertama ke pihak kedua sebagai syarat
bahwa unit telah terpasang dengan baik

17. Free Maintenance


Service rutin unit sesuai dengan bunyi yang tercantum dalam
kontrak yang telah disepakati bersama.

Pekerjaan pengangkatan mesin dan panel dapat dilaksanakan dengan


langkah- langkah sebagai berikut :

a. Pengangkatan dengan menggunakan tower crane


Mesin dan panel langsung diangkat ke ruang mesin dengan
menggunakan tower crane secara bertahap dari luar gedung,
dimana berat mesin adalah 2 ton, sehingga perlu diperhatikan
mengenai safety (letak tali tower crane)

b. Pengangkatan dengan menggunakan Chain Block (20 ton)


Metode ini akan dipakai seandainya pada saat pengangkatan tower
crane telah dibongkar atau tower crane tidak dapat
mengangkat(overload). Dalam hal ini mesin harus terlebih dahulu
didekatkan dengan lobang hoistway yang akan dilalui menuju ruang
mesin. Sebelumnya dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti
pemasangan chain block dan rantai untuk mengangkat mesin dan
panel tersebut serta hook atau balok / kolom diatap ruang mesin
sebagai tempat menggantungkan chain block tersebut. Setelah
segala persiapan selesai dilakukan maka akan dilakukan pengikatan
rantai ke mesin atau panel dan setelah dilakukan pengecehekan
semua safety maka mesin atau panel dapat dilakukan pengangkatan.
Selama perjalanan keatas akan dilakukan pengawalan mesin agar
rantai tidak terbelit atau mesin menabrak bibir lantai dan lain
lainnya.

18. Metode Pre - Commissioning Test.


Hal - hal yang perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan
Commisioning Test :
 Sub panel daya + grounding tersedia didalam ruang mesin Lift.
 Tegangan yang dibutuhkan adalah 380 VAC dengan daya sesuai
kebutuhan KW meter.
 Sistem penerangan dan pendingin ruang mesin lift sudah
terpasang
 Kebersihan ruang mesin
 Kebersihan hoistway lift
 Pintu lift pada setiap lantai sudah terpasang

19. Metode Commissioning Test.


Testing commisioning bisa dilakukan setelah persiapan test
terpenuhi dengan langkah- langkah sebagai berikut :
 Merger kabel kontrol
 Merger terminal RST dan VW pada control panel
 MCCB pada sub panel di on-kan
 Cek tegangan RST
 MCCB pada control panel lift di on-kan
 Cek tegangan komponen power suplay
 Nyalakan lampu pada sangkar Lift
 Fungsikan Interphone.
 Program slow speed
 Fungsikan gavenor safety
 Fungsikan Final limit up & down
 Balance sangkar lift
 Setting pintu pada seluruh lantai
 Program test high speed
 Setting level

4. PEKERJAAN DAN PEMASANGAN FIRE ALARM


A. Pelaksanaan instalasi Fire Alarm system dan pemilihan serta
penempatan jenis detector didasarkan pada :
1. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1735-200 tentang tata
cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan atau gedung.
2. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1735-200 tentang tata
cara perencanaan system proteksi pasif untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan atau gedung.
3. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-3985-200 tentang tata
cara perencanaan pemasangan dan pengujian system proteksi
pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan atau
gedung.
4. SKPT Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SKPT/2005, tentang
pencegahan dan penaggulangan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
5. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
6. Data Teknis dari produk di bidang peralatan Fire System yang di
buat oleh pabrik-pabrik dari berbagai negara. Garis besar lingkup
pekerjaan Instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Panel control MCPFA,
serta penggabungan (interkoneksi) dengan perangkat
management system bandara berupa software dan hardware.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian semua jenis detector,
manual call point station, dan indicator lamp
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian junction bos disetiap
lantai.
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk
keperluan monitor dan kontrol
e. Menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam sistem fire
alarm anatar lain:
 Sistem description dna prinsip operasi
 Instalasion and Insctruction
 Connecting diagram
 Testing and commissioning instruction
f. Pabrik harus memberikan garansi baik hardware maupun
software selama 1 tahun minimum tanpa ada tambahan biaya.
g. Mengurus dan menyelesaikan perizinan instalasi fire Alarm
dari instasi yang berwenang
h. Melakukan testing dan commissioning
i. Melaksanakan training, dan menyerahkan buku technical
manual
j. Menyerahkan 4 set gambar kerja(Shop Drawing) Instalasi
fire alarm.

B. URAIAN SISTEM KERJA FIRE ALARM


Bilamana salah satu detector, manual push button bekerja, maka
kontrol panel (MCPFA) akan menyala dan memberikan informasi
dimana titik peralatan menerima signal terjadi kebakaran.
Selanjutnya buzzer akan berbunyi sesuai dengan letak detector
area/point/titik lokasi dimana peralatan tersebut diatas bekerja,
serta mengaktifkan kamera CCTV yang berdekatan atau dalam satu
zone dimana detector tersebut bekerja.
Indikator lamp akan tetap menyala/flashing sampai system riset di
MCPFA ditekan oleh operator atau security pertanda keadaan
teratasi.
Apabila keadaan fire alarm tidak teratasi maka kita dapat
mengaktifkan general alarm secara manual, dimana seluruh indicator
lamp akan menyala.
C. PENGUJIAN
Pengujian terhadap sistem kerja peralatan harus dilakukan oleh pihak
agen tunggal penjualan peralatan dan pihak tersebut harus
menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang
berwenang

D. HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :


1. Peralatan Fire Alarm sesuai spesifikasi
2. Ukuran kapasitas pemadam harus sesuai keperluan.
E. LANGKAH KERJA PEMASANGAN FIRE ALARM
1. Pemasangan instalasi konduit
2. Pemasangan kabel instalasi fire alarm
3. Pemasangan instalasi rak kabel
4. Pemasangan terminal box
5. Pemasangan Detector
6. Pemasangan Peralatan utama

F. LANGKAH KERJA PEMASANGAN DETECTOR


1. Marking plafon denngan kapur / spidol
2. Tarik kabel instalasi ke luar plafon
3. Pasang Detector & sambung kabel instalasinya
4. Kencangkan detector dengan skrup
5. Lindungi detector dari kotoran cat & debu

D. LANGKAH KERJA
PEMASANGAN PEMADAM API RINGAN DI DALAM RUANGAN
E. Type Class A, B, C Fire Extinguisher
1. Tandai posisi gantungan
2. Pasang gantungan
3. Letakan fire extinguisher pada gantungan tersebut

5. Cara Kerja FM200 Fire Suppression System


Konsep dasar cara kerja FM-200 System adalah melalui proses INPUT >>
PROCESS >> OUTPUT. Dari masing-masing equipment yang terpasang di
dalam FM 200 Fire Suppression ini, memiliki 2 [dua] mekanisme
pengoperasian, yakni Mechanical dan Electrical. Artinya, perangkat
mechanical masih bisa dioperasikan dengan dan tanpa adanya aliran arus
listrik, sedangkan perangkat electrical bergantung pada adanya asupan
aliran arus listrik. Sehingga pada saat terjadinya kegagalan arus listrik,
salah satu keunggulan FM200 System ini masih bisa beroperasi secara
maksimal, tentunya dengan beberapa pengecualian.

PERANGKAT INPUT

1. Fire Alarm System

Fire Alarm System adalah salah satu bagian dari FM200 Fire
Suppression yang bekerja untuk mendeteksi adanya kemungkinan
indikasi asap yang disebabkan oleh kebakaran. Pada sistem fire alarm
ini, instalasi diaplikasikan menjadi 2 [dua] zone dan metode instalasi
yang digunakan adalah metode Cross-Zone. Pada saat terindikasi, fire
alarm dibedakan menjadi 2 [dua] jenis fase indikasi fire alarm, yaitu
fase Alarm-1 [Single-zone] dan fase Alarm-2 [Cross-zone].

Fase Alarm-1 [Single-zone]. Jika 1 detector di salah satu zone


mendeteksi adanya partikel asap [ALARM-1]. Efek dari fase ini adalah
Multi-tone akan mengeluarkan bunyi terputus-putus pendek dan lampu
tanda “Evacuate Area Immediately” akan menyala. Pada tahap ini FM-
200 clean agent gas suppression tidak akan release.

Fase Alarm-2 [Cross-zone]. Jika kemudian detector pada zone lainnya


juga mendeteksi adanya partikel asap, sehingga sekarang ada 2
detector atau lebih pada 2 zone yang aktif, maka kondisi ini disebut
juga dengan fase ALARM-2. Pada tahap ini, Multi-tone akan
mengeluarkan bunyi terputus-putus panjang dan lampu tanda “Evacuate
Area Immediately” akan menyala.

Selanjutnya Control panel akan mengirim signal untuk shutdown A/C,


demikian juga system akan mulai menghitung delay [count-down] selama
30 detik. *Kemudian gas FM-200 akan release bersamaan dengan Alarm
Bell yang berada di luar ruangan akan berbunyi dan lampu “Gas
Discharged” yang berada di luar ruangan juga akan menyala.

Namun, jika pada saat delay berlangsung, jika tombol "Abort" ditekan
dan ditahan, maka hitungan delay akan berhenti pada detik ke-10
menuju 0. *Sehingga gas belum akan release. Dan jika tombol "Abort"
dilepas, maka count-down akan menghitung mundur kembali, mulai dari
detik ke-10.

2. Manual Release Station

Perangkat input yang satu ini hanya digunakan saat dalam kondisi
darurat, misalnya pada saat sistem pendeteksi dini atau sistem fire
alarm mengalami gagal fungsi. Untuk mengoperasikan perangkat ini,
dibutuhkan seorang operator ataupun petugas yang sedang berjaga yang
menyadari keadaan darurat tersebut. Dan perangkat ini masih
membutuhkan sistem electrical untuk dapat beroperasi, artinya
perangkat ini hanya bisa bekerja saat Control Panel masih memiliki
asupan aliran arus listrik.

3. Lever Operated Control Head


In-case, saat terjadi pemadaman listrik dan battery
cadangan Control Panel juga sudah tidak mendukung untuk memberi
cadangan power listrik, dengan sangat menyesal system ini harus
dioperasikan secara manual. Dan satu-satunya cara untuk
mengoperasikan system ini untuk dapat segera discharge adalah dengan
menarik tuas "Lever Operated Control Head". Hanya dengan cara inilah,
clean agent yang terdapat di dalam cylinder dapat release dan
discharge dari cylinder penyimpanan untuk melakukan pemadaman
terdapat api. Untuk mengoperasikan perangkat ini, dibutuhkan seorang
operator ataupun petugas yang inisiatif dan tanggap untuk melakukan
tindakan tersebut.

4. Abort Switch Station

Perangkat ini berfungsi untuk membatalkan aktifitas


saat clean agent gas akan menjelang release/discharge. Dan perangkat
ini hanya dapat diaktifkan atau difungsikan disaat fire alarm memasuki
fase Alarm-2 atau pada saat count down delay 30 detik setelah Alarm-2
dan untuk menahan count down pada detik ke-10, seperti yang sudah
dijelaskan di atas [figure saat masuk kondisi Alarm-2]. Sehingga apabila
kebakaran yang terjadi di dalam ruangan yang diproteksi masih bisa
tangani oleh petugas untuk dapat dipadamkan menggunakan APAR [Alat
Pemadam Api Ringan] atau Fire Extinguisher. Tentunya akan lebih
efektif, tanpa harus kehilangan sebagian besar gas yang diinvestasikan
di dalam cylinder gas Fire Suppression System, mengingat cost/harga
isi ulang untuk clean agent gas tersebut masih relatif tinggi. Kami
menyarankan yang terbaik untuk pelanggan kami, sesuatu yang efektif
dan efisien.

5. Supervised Disconnect Switch


Perangkat ini berfungsi untuk menonaktifkan output control
unit [Selenoid] pada saat terjadi ALARM. Atau secara fungsi digunakan
untuk menonaktifkan selenoid saat melakukan maintenance atau saat
fire drilling dalam mode supervisory atau stand-by, agar pneumatic
tidak merespon dan bereaksi saat disengaja ataupun tidak disengaja,
apabila terjadi False alarm.

PERANGKAT PROCESS

Master Control Fire Suppression

Satu-satunya perangkat yang memproses segala aktifitas di dalam FM200


Fire Suppression disebut dengan Control Panel. Perangkat inilah yang
mengelola segala respon dari perangkat-perangkat input yang selanjutnya
diproses dan dikelola lalu memberikan reaksi berupa perintah dan tindakan
lanjutan kepada perangkat-perangkat output. Segala aktifitas yang
dilakukan Control Panel membutuhkan aliran arus listrik. Namun saat
Control Panel kehilangan power dari sumber tenaga utama, Control Panel
masih memiliki 2 [dua] battery kering sebagai cadangan. Sehingga apabila
terjadi pemadaman listrik, Control Panel masih bisa beroperasi untuk
melayani FM 200 Fire Suppression.

PERANGKAT OUTPUT

1. Multi-tone/Hornstrobo
Multi-tone/Hornstrobo ini terletak di dalam ruangan yang
diproteksi oleh Fire Suppression System. Perangkat ini beroperasi
dengan mengeluarkan bunyi putus-putus pendek saat sistem Fire Alarm
memasuki fase ALARM-1 dibarengi dengan kilatan cahaya. Lalu Multi-
tone/Hornstrobo ini akan mengeluarkan bunyi putus panjang saat
memasuki fase ALARM-2 dibarengi juga dengan kilatan cahaya.

2. Alarm Bell

Vibrating Bell atau Fire Alarm Bell bekerja dengan


cara memberikan signal berupa audio dengan kapasitas suara mencapai
94 db at 10 feet [3.1 meters]. Perangkat ini akan berbunyi disaat
memasuki fase Alarm-2 dan aktif juga bersamaan dengan lampu tanda
"Gas Discharge". Alarm Bell akan terus berbunyi bahkan saat FM200
clean agent gas suppression telah selesai discharge.

3. Lampu Tanda "Evacuate Area Immediately"

Perangkat ini bekerja berdasarkan instruksi dari


Control Panel FM-200 Suppression System yang beroperasi secara
otomatis. Sign Lamp ini akan menyala pada saat terjadi fase ALARM-1
atau saat salah satu pada 1 titik detector mengindikasi dan sebagai
peringatan untuk memberitahu petugas agar secepatnya segera
meninggalkan ruangan yang diproteksi FM 200 Fire Suppression. Lampu
"Evacuate Area Immediately" sign, berada di atas pintu keluar di dalam
ruangan yang diproteksi oleh FM200 Suppression.

4. Lampu Tanda "Gas Discharge"


Perangkat ini bekerja berdasarkan instruksi dari
Control Panel FM200 Suppression yang beroperasi secara otomatis.
Sign Lamp ini akan menyala pada saat gas FM-200 release dan discharge
serta untuk mengisyaratkan petugas agar tidak boleh lagi masuk ke area
yang diproteksi, selama FM 200 clean agent gas discharge. Equipment
ini berada di atas pintu masuk di luar ruangan yang diproteksi oleh
FM200 Suppression.

5. Electronic Control Head

Saat memasuki fase Alarm-2 dan saat Control Panel sudah


melakukan count-down 30 detik, apabila tidak ada pembatalan yang
direspon oleh equipment lainnya, maka Electronic Control Head akan
melakukan trigger pada head valve untuk membuka saluran secara
elektronik sesuai instruksi dari Control Panel. Perangkat ini terpasang
pada cylinder valve sebagai sarana untuk men-trigger gas FM-200 agar
release dan discharge secara elektronik.

6. Pressure Operated Switch

Equipment ini berfungsi sebagai sarana monitoring


[supervisory] untuk mengetahui clean agent gas discharge dari cylinder
dan untuk menonaktifkan output control unit [Selenoid] pada saat
terjadi ALARM dan memberi laporan kepada Control Panel FM 200
Suppression.

7. Discharge Nozzle
Fungsi sebagai sarana distribusi gas dari storage cylinder
ke dalam ruangan yang diproteksi. Sederhananya, perangkat ini
fungsinya sama seperti kran, namun discharge nozzle selalu standby
dalam posisi terbuka dan umumnya varian putarannya adalah 180° dan
360°.

6. Pekerjaan Instalasi Alat Pemadam Kebakaran

1. TUJUAN
Tujuan pekerjaan ini adalah pekerjaan instalasi mekanikal Hidrant &
Splinker keseluruhan yang meliputi pengadaan, transportasi,
pembuatan dan pemasangan peralatan dan bahan utama serta peralatan
bantu dan pengujian. Sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan
baik sesuai AML spesifikasi, gambar dan Bill of Quantity pada Proyek.

2. Dokumen Yang Terkait / Referensi


 SNI-03-1745-2000 tentang Pipa Tegak dan Silang.
 SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
 Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tanggal
30 Desember 2008 tentang Ketentuan Teknis Pengaman Terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

3. TANGGUNG JAWAB
- Construction Manager
Bertugas mengawasi proyek instalasi sistem Instalasi Hydrant dan
sprinkler di lokasi proyek
- Site Engineer
Bertugas merancang prosedur dan kualifikasi teknik sesuai dengan
spesifikasi dari client / owner
- Supervisor
Bertugas mengawasi parameter yang telah ditentukan pada
spesifikasi teknik
4. Eskripsi Metode Instalasi
1.1. Pedoman Umum Pelaksanaan Instalasi Hidran Dan Sprinkler
 Memeriksa dan memastikan status drawing (revision/approve
for construction).
 Review drawing dan survey lapangan untuk menentukan layout
of supportand piping sehingga mendapatkan centerlines yang
benar dengan toleransi yang di izinkan.
 Memeriksa posisi elevasi, dimensi pekerjaan sipil, kondisi pipa,
posisi pipaunderground atau di pipe rack atau diatas gantungan.
Tujuannya untuk dapat memodifikasi prosedur dan dokumen
erection, jika diperlukan setelah disetujui.
 Mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan seperti Bill of
Material dan lainnya.
 Memeriksa status packing list.
 Memeriksa wilayah kerja yang bersih dan bebas dari kondisi
lingkungan baik guna keamanan dan keselamatan.
1.2. Peralatan
Selain kunci-kunci yang sering/umum digunakan peralatan untuk
pekerjaan installasi diantaranya:
 APD (Alat Pelindung Diri)
 Travo Las.
 Cutting well
 Gurinda.
 Mesin bor.
 Cutting torch.
 Chain block – Vertikal.
 Stringging (Alat bantu pindah material)
1.3. FLOW CHART PEKERJAAN
1.4. URUTAN METODE INSTALASI
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan Pompa Hydrant dan Hydrant box
2. Pemasangan Pompa Hydrant dan Hydrant box
3. Testing & Commissioning.
b. Hydrant System
1. Berfungsi untuk supply air dar reservoir yang akan
digunakan untuk menanggulangi terjadinya kebakaran yang
lebih besar.
2. Komponen hydrant box antara lainbox, valve dan nozzle.
3. Type hydrant box Indoor dan Outdoor.
4. Siamese Connection adalah suatu inlet dengan dua atau
lebih penghubung ke selang sehingga air bisa dialirkan
mobil pemadam kebakaran ke bangunan.
5. Hydrant pillar berfungsi sebagai outlet yang biasanya
dihubungkan ke selang
c. Diagram Sistem Pemadam Kebakaran

d. Instalasi Pipa &Box Hydrant


1. Instalasi Pipa Hydrant
1.1. Pemasangan Pipa Outdoor
 Marking jalur pipa.
 Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai
elevasinya (± 60 cm) dari TOP
 Sambung pipa di atas galian
 Pipa dilapisi dengan zingkromat dan finish cat
flintkote.
 Lakukan test tekan pada pipa dengan tekanan
sesuai spesifikasi 15 kg/cm2 selama 18 jam kerja
 teknis yang berlaku.
 Beri lapisan pasir pada dasar galian.
 Turunkan pipa ke dalam galian.
 Lapis kembali galian dengan tanah.
 Urug galian

Pemasangan pipa outdoor

1.2. Pemasangan Pipa Indoor


 Marking jalur pipa sesuai shop drawing dan
koordinasikan dengan jalur. pekerjaan lain.
 Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan.
 Lapisi pipa cement lined dengan cat dasar
zingkromat finis dengan cat merah pipa-pipa ¾”
s/d 3”
 Setelah dicat dasar lapisi pipa dengan cat merah.
 Pasang gantungan maupun support pipa.
 Pasang pipa GSP dan Cement Lined sesuai ukuran
pada shopdrawing.
 Gunakan benang & waterpass untuk mengukur
kelurusan pipa.
 Lakukan pekerjaan pengecatan touch up untuk
daerahsambungan pipa.
 Lakukan test tekan pipa dengan tekanan secara
parsial.
Pemasangan pipa indoor

2. Instalasi Box Hydrant

 Marking lokasi penempatan indoor hydrant box


 Dengan ketinggian bagian atas 150 cm pada lokasi
 Sesuaikan dengan shopdrawing
 Sesuaikan pipa utama dan pipa droper yang telah
terpasang.
 Pasang dan letakkan indoor hydrant boxpada posisi
yang telah ditentukan.
 Bobok dinding bata sesuai ukuran marking.
 Sambung pipa dropper dengan indoor hydrant box
dengan cara dilas.
3. Lindungi indoor hydrant boxdari kotoran dan cat.

Coverindoor hydrant box


4. Pasang semua accessories indoor hydrant boxsetelah
kondisi proyek dinyatakan aman.

Accessories indoor hydrant box


5. Pillar Hydrant
Marking posisi bak kontrol gate valve sesuai dengan shop
drawing, dengan kondisi pipa utama hydrant telah
terpasang dengan baik.
Marking posisi dan penggalian posisi untuk pillar hydrant.

Gali lokasi yang telah di-marking sebagai lokasi


penempatan pillar hydrant dan jalur pipa yang menuju ke
posisi yang telah ditetapkan.

Cor bagian bak kontrol dan pondasi penempatan Hydrant


pillar.

- Sambung instalasi pipa yang menuju ke lokasi Hydrant


pillar lengkap dengan gate valve-nya.
- Pasang Hydrant pillar pada pondasi yang telah

disiapkan.
Penyambungan pipa dengan Gate valve dan pemasangan
Hydrant pillar

6. Siamase Connection
Gali lokasi yang telah di-marking sebagai lokasi
penempatan pillar hydrant dan jalur pipa yang menuju ke
posisi yang telah ditetapkan.

Cor bagian bak kontrol dan pondasi penempatan Siamase


Connection
 Sambung instalasi pipa yang menuju ke lokasi Siamase
Connection, Lengkap dengan Check Valvenya.
 Pasang Siamase Connection pada pondasi yang telah
disiapkan.

7. Pemasangan Head Sprinkler


1. Pemasangan dropper dilakukan jika plafon telah
terpasang
2. Gunakan seal tape untuk penyambungan sprinkler ke
pipa dropper
3. Lindungi head sprinklerdari kotoran dan cat.

8. Pemasangan Pompa
1. Marking lokasi penempatan pompa
2. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata
pondasi.
3. Pasang instalasi pasang pompa pompa terlebih dahulu,
serta pemipaan ruang dan valve - valve-nya
4. Sambung instalasi daya ke pompa

5. Atur Pressure Switch pompa sebagai berikut:


 Pompa Jockey 4 s/d 12 Bar.
 Pompa Electric 2 s/d 12Bar.
 Pompa Diesel 2 s/d 12 Bar.

6. Pemasangan pompa
Test &Commisioning
a. Test Hydrant
b. Tutup seluruh kran pada hydrant box dan hydrant
pillar.
c. Siapkan selang pemadam sesuai ukurannya.
d. Posisikan pengaturan pompa pada auto.
e. Buka valve pada hydrant box maupun hydrant pillar.

7. Test Sprinkler
 Buka valve pada instalasi fire sprinkler.
 Siapkan operator penutup valve pada lantai/zona
yang akan di-test.
 Posisikan pengatur pompa pada auto.
 Panasi head sprinkler dengan api.
 Setelah sprinkler pecah, dan test dinyatakan OK,
segera tutup valve pada instalasi yang menuju
daerah test
 Ganti head sprinkler yang pecah dengan
yang baru

7. PEKERJAAN BIO SEPTICTANK

Septic tank adalah satu tempat yang di gunakan untuk mengolah dan
menampung tinja yang wajib ada. Dengan septic tank yang berkualitas baik
akan memberikan anda banyak keuntungan salah satunya kualitas air lebih
baik. Namun, saat ini masih saja banyak orang yang salah pilih septic tank
yang menggunakan bahan yang kurang baik dan penggunaan system yang
kurang baik juga. Untuk itulah disini kami akan memberikan pengetahuan
untuk anda mengenai septic tank yang banyak di gunakan oleh banyak
orang. Berikut ini beberapa contoh dari perbedaan septic tank bio dengan
septic tank konvesional yang wajib anda ketahui untuk menambah
pengetahuan anda lebih baik:
 Septic tank konvesional akan mencemari lingkungan yang di
dapat dari rembesan yang akan masuk kedalam tanah yang akan
membuat lingkungan tercemar, bau, dan kualitas air dalam tanah
yang berkurang.
 Septic tank konvesional tidak di lengkapi dengan system filterisasi
yang baik untuk mengolah tinja di dalamnya.
 Septic tank konvesional di buat dengan bahan beton yang akan
membuat limbah tinja mengendap sehingga mencemari
lingkungan.
 Septic tank bio lebih ramah lingkungan karena limbah di olah
dengan media cell sehingga limbah menjadi cair dengan bio
flterisasi. Cara ini akan menjadi karena tanpa bau sehingga layak
buang tanpa mencemari lingkungan.
 Septic tank bio di buat dengan fiber yang kuat, tahan lama, anti
pecah dan kerosi. Ini akan memudahkan penggunaan untuk
hotel, apartemen, dan perumahan karena kapasitas yang di
gunakan lebih baik.
 Tidak seperti septic tank beton yang berat dan harus menunggu
kering, septic tank bio lebih mudah, hemat waktu dan cepat di
fungsikan. Selain itu septic tank bio tidak ada resapan dari bawah
dan bisa di pasang berdekatan.

8. METODE QUALITY CONTROL

Pengendalian quality proyek merupakan kunci utama dalam pencapaian


target mutu suatu perusahaan karena hal ini adalah suatu proses untuk
memberikan kepuasan bagi pelanggan yang nantinya akan berdampak
positif bagi citra perusahaan.nisasi pengendalian mutu proyek terlampir.
Berikut ini adalah flow chart kegiatan Quality Control :
Gambar . Flow chart Quality Control

Demi terwujudnya realisasi target mutu yang maka dibuat suatu rencana
target sebagai acuan dasar bagi perusahaan untuk menjalankan dan
menjamin mutu produk yang dihasilkan. Data mengenai project quality plan
terlampir.

Pelaksanaan quality prosedur yang merupakan alur kegiatan yang


ditetapkan dan harus dipenuhi untuk mencapai target kualiatas/mutu yang
dicita-citakan perusahaan. Data mengenai project quality prosedur.

Gambar. Standard Operational Procedure of Quality Control


9. METODE KESEHATAN KESELAMATAN KERJA dan LINGKUNGAN (K3L)
LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3L) dalam pelaksanaan pekerjaan.

PEDOMAN DAN STANDAR


1) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.Kep. 1135/MEN/1987 tentang
Bendera Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990
tentang Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KESELAMATAN KERJA
a. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan
keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta konstruksi.
b. Wajib menjaga keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi
dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu
- rambu, papan promosi keselamatan, dan lain - lain.
c. Wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan
memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang
berlaku (Jamsostek).
d. Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dari pekerja lapangan.
e. Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja
dan di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APO) berupa
safety belt, safety helmet, masker/kedok las terutama untuk
dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang
beresiko tertimpa benda keras.
f. Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di
lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali
atas ijin PPK.
g. Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada
Konsultan danmengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan
korban korban kecelakaan itu.

PROSEDUR OPERASI STANDAR (SOP) KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA (K3)
1) Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2) SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.
3) Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada Direktur Keselamatan,
Ditjen Perkeretaapian, Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian,
PPK, dan Konsultan.

MATRIK PROGRAM K3
a. Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan
setiap ada tamu ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja
proyek
b. Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk
sosialisasi dan pembahasan mengenai seluruh permasalahan penerapan
K-3L dan Lingkungan selama masa pelaksanaan proyek. Pelaksanaan
Safety talk setiap 1 minggu sekali
c. Safety Health and Environmental Patrol / Inspection Kegiatan ini
dilaksanakan secara rutin, bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-3L
di seluruh lingkungan proyek dan menjaga konsistensi pelaksanaan K-3L.
d. Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting
dilaksanakan seminggu sekali dimana dalam kegiatan ini membahas
permasalahan dan kejadian yang terjadi dan rencana tindak lanjut
untuk memperbaikinya serta membahas permasalahan yang mungkin
terjadi serta langkah-langkah pencegahannya.
e. Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan
insidental bertujuan untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan
dalam pelaksanaan standar K-3L di lingkungan proyek terhadap
peraturan yang diberlakukan dalam lingkungan perusahaan.
f. Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh
komponen proyek yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja
mengenai K-3L, P3K dan respon terhadap keadaan darurat
g. Housekeeping Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bertujuan untuk
menjaga kebersihan, kerapihan, kenyamanan di lingkungan kerja.
DIAGRAM ALIR K3
V. Metodologi percepatan pekerjaan
Guna mempercepat pekerjaan yang hanya memiliki waktu 180 Hari
Kalender maka diperlukan beberapa langkah, yaitu diantaranya adalah :
 Menempatkan tenaga kerja di setiap lantai.
 Pekerjaan dilakukan secara simultan baik itu pekerjaan Arsitektur
maupun MEP hal ini dikarenakan untuk struktur utama gedung sudah
jadi dan pekerjaan struktur ruang trafo yang tidak mengganggu proses
pekerjaan Arsitek dan MEP di gedung utama juga dapat dikerjakan
bersamaan dengan pekerjaan arsitek dan MEP gedung utama
 Melakukan lembur pekerjaan guna mengejar waktu pelaksanaan.
VI. Metodologi Mobilisasi Personil
Guna menyelesaikan pekerjaan diperlukannya beberapa personil yang
kompeten di bindangnya, oleh karena itu kami selaku kontraktor
pelaksana sebelum melakukan pekerjaan akan menghadirkan personil yang
akan menjalankan proyek ini yaitu :
1. Project Manager 1 orang
2. Site engineer 1 orang
3. Quantity Engineer
4. Quality Engineer 1 orang
5. Drafter 1 orang
6. Pelaksana Lapangan 3 orang ( Pelaksana Struktur, Arsitek, dan MEP)
7. Administrasi 1 orang
8. Pekerja akan menyesuaikan setiap lantainya
9. Tukang Batu 2 orang
10. Kepala Tukang 1 orang untuk masing – masing pekerjaan
11. Mandor 1 orang untuk masing – masing pekerjaan
12. Operator 2 orang untuk operator alimak / Hoist
13. Mekanik 2 orang

VII. Metode Metodologi Peralatan


Sesuai dengan persyaratan yang telah di tentuakan dan guna
mempercepat pekerjaan maka dengan ini kami akan mendatangkan
peralatan yang dapat membantu mobilisasi personil maupun material, hal
yang akan di datangkan diantaranya:
1. Theodolit sebanyak 1 Unit
2. Genset 10 KVa sebanyak 1 unit
3. Mobil Pick Up/Truck Engkel sebanyak 1 unit
4. Pompa Air sebanyak 1 Unit
5. Scafolding sebanyak 200 Unit
6. Bor Listrik sebanyak 1 Unit
7. Mesin Las Listrik sebanyak 1 Unit
8. Mesin Potong Keramik sebanyak 1 Unit

Anda mungkin juga menyukai