METODOLOGI PEKERJAAN
A. Metodologi
1. Apresiasi dan interpretasi terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan
2. Metode pelaksanaan pekerjaan
3. Bar chart, Time schedule, Jadwal pelaksanaan
4. Kesesuaian urutan pekerjaan dengan persyaratan teknis yang harus
dilaksanakan
5. Ketepatan menyusun pekerjaan yang bisa dilaksanakan secara simultan
6. Manajemen pengendalian mutu
7. Manajemen pengendalian waktu
8. Manajemen pengendalian teknis
9. Manajemen pengendalian biaya
10. Kesesuaian daftar peralatan dan dukungan peralatan yang digunakan
11. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
12. Kesesuaian spesifikasi teknis yang akan dilaksanakan dalam pekerjaan
13. Inovasi percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan
14. Menerapkan sistcm kendali mutu ISO (Kebijakan Mutu)
15. Sangat memperhatikan masalah-masalah K3
B. Personil/Tenaga Ahli
1. Kesesuaian personil/tenaga ahli yang diusulkan
2. Kesesuaian job description/uraian tugas dan tanggung jawab
3. Kelengkapan data-data administrasi personil/tenaga ahli
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
Mobilisasi personil, peralatan dan material ke lokasi proyek akan diatur
sesuai dengan rencana dalam jadwal waktu pelaksanaan yang disepakati dan
metode pelaksanaan yang disetujui. Pada bagian awal akan didatangkan
peralatan untuk pekerjaan Persiapan, Pembuatan kantor Sementera &
Instalasi pekerjaan sementara dan pekerjaan struktur bawah (pondasi dan
galian tanah). Selanjutnya pendatangan peralatan disesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi akan
dikeluarkan dari lapangan.
Hal ini dibutuhkan untuk mengatur mobilitas alat di lapangan yang efisien.
Bahan yang didatangkan juga disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya
agar kerusakan bahan karena penyimpanan di lapangan yang terlalu lama
dapat dihindari. Hal ini juga disebabkan karena terbatasnya lahan
pekerjaan.
Pada pekerjaan bangunan temporary facility seperti bangunan untuk keet
kontraktor, los kerja, dan gudang, kami telah memiliki design khusus yang
praktis. Di samping itu, pengaturan tata letak bangunan tersebut harus
memperhatikan asfek kelancaran pekerjaan sehingga menjadi efektif dan
efisien.
2. Mobilisasi personil
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan dimulai.
Personil yang akan digunakan dalam proyek ini antara lain:
1. Project Manager
2. Site engineer
3. Quantity Engineer
4. Quality Engineer
5. Drafter
6. Pelaksana Lapangan
7. Administrasi
8. Pekerja
9. Tukang Batu
10. Kepala Tukang
11. Mandor
12. Operator
13. Mekanik
3. Mobilisasi alat
Peralatan yang akan digunakan di lapangan harus dipersiapkan paling
lambat 3 hari sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan yang akan digunakan
dalam proyek ini antara lain:
Hoist Crane / Alimak
Dump Truck
Scafolding
Pompa Air
Genset
Theodolit
Semua peralatan utama merupakan milik sendiri. Mobilisasi peralatan
dapat dilakukan pada awal pekerjaan dan demobilisasi dilakukan pada
mingggu akhir pekerjan setelah pekerjaan selesai.
4. Mobilisasi bahan
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini seperti semen, pasir, krikil,
batu kali, baja tulangan, kawat beton, paku dan yang lainnya diangkut ke
tempat penyimpanan sesuai jadwal yang akan dipersiapkan.
5. Shop Drawing
Sebelum mengerjakan pekerjaan, terlebih dahulu membuat Gambar-
gambar kerja (shop drawing) yang acuannya dari Gambar Rencana yang
terakhir. Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan
sebenarnya di lapangan, maka yang dilaksanakan adalah keputusan yang
diberikan oleh Direksi. Selanjutnya melakukan penggambaran kembali
tapak proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Pada
keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana, akan
mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang
dipatok. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau
pendapat / revisi pada satu lembar gambar tersebut dan
mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, diajukan
kembali gambar yang Direksi diminta untuk direvisi. Gambar tersebut
akan digambar kembali diatas kertas A3 dan setelah disetujui oleh
Direksi, maka diserahkan kepada Direksi gambar asli dan 2 (Dua) lembar
hasil rekamannya.
6. Administrasi
Administrasi pada proyek ini meliputi, foto-foto proyek diambil dari
pertama proyek (yaitu foto 0 %) kemudian dilanjutkan dengan foto 50
% dan foto 100 %. Pada saat pengambilan foto harus disesuaikan arah
pengambilannya dari pertama hingga ke 100 %. Sedangkan untuk
administrasi dilakukan setiap hari dengan menghitung progress yang
telah dilakukan setelah membuat laporan harian pekerjaan yang harus
disesuaikan dengan rencana pekerjaan termasuk surat menyurat.
9. Pemasangan Bowplank
7.1. Pada setiap pembuatan bangunan dan bangunan, dipasang
bouwplank/profil danmencantumkan elevasi serta nama
bangunannya. Pemasangan bouwplank/ profil berdasarkan peil
elevasi ketinggian dari patok hasil pengukuran Uitzet dan
pemasangannya dapat dilaksanakan apabila pengukuran dinyatakan
selesai dan benar serta mendapat persetujuan dari Direksi.
7.2. Bouwplank dibuat dari papan kayu kelas III yang lurus dan rata,
untuk membimbing pelaksanaan dilapangan digunakan tarikan
benang dan kapur bangunan agar terlihat bentuk tanah yang akan
digali ataupun bangunan yang akan dipasang, untuk pekerjaan tanah
profil dipasang setiap jarak 25 m ataupun lebih rapat bila
diperlukan sehingga terlihat penampang yang harus digali ataupun
yang harus ditimbun.
6. Pekerjaan Pondasi
Dalam Proyek ini pondasi yang digunakan yaitu Pondasi Plat Setempat.
Pondasi Plat Setempat dipakai pada bangunan Ruang Trafo dan Panel
Utama.
Adapun Pelaksanaan Pondasi Plat Setempat yaitu :
b. Pekerjaan Penulangan
Perakitan tulangan Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan
dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek agar setelah
dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat
berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan :
Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat
diketahui dari ukuran pondasi setempat.
Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat,
dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada
pada pondasi setempat tersebut.
Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan
kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
Pemasangan Tulangan Setelah merakit tulangan pondasi setempat
maka untukpemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena
tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman
pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan
diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan bantuan
waterpass.
Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan
dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm,
yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali
disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara
tulangan dan permukaan dasar tanah untuk
melindungi/melapisitulangan dengan beton (selimut beton) dan
tulangan tidak menjadi karat.
Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka
dapat langsung melakukan pengecoran
c. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau
diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya
untuk penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya
diratakan dengan cetok (sendok spesi).
Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu
membuat bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus
memenuhi persaratan tertentu.
Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton
yang akan di cor.
Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang
agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
Papan cetakan tidak boleh bocor
Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris
agar tidak terjadi retak.
d. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah:
semen
pasir
kerikil/split
Air
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat
beton dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu
sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji apakah
syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok
terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir
pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen
merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras.
Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian
pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir
dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan
material yang akan digunakan untuk pengecoran dan ditempatkan di
daerah yang tidak terlau jauh dengan tempat galian pondasi/tempat
yang akan dicor.
Cara pengadukan
Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen/mixer,
maka pengadukan bahan material dimasukan kedalam sebuah tabung
mollen/mixer dengan urutan: pertama memasukan pasir, kedua
memasukan kerikil/split, ketiga memasukan semen dan biarkan
tercampur kering dahulu sesuai dengan perbandingan volume.
Cara pengecoran
Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering
kemudian tambahkan air secukupnya sampai merata, maka material
tersebut berubahdalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tuangkan
sedikit demi sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan
tulangan dan setelah pasta masuk kedalam galian pondasi pasta
tersebut yang diratakan dengan sendok spesi/cetok sesuai dengan
kemiringan dari bentuk pondasi
Cara pelaksanaan
Setelah semua material bahan pengecoran benar-benar tercampur
seluruhnya mulai dari pasir, kerikil/split serta semen dan air sebagai
bahan pengikat, maka cara pelaksanaan pengecoran pondasi setempat
dituangkan kedalam galian pondasi dengan cara bertahap sedikit demi
sedikit dengan bantuan sendok spesi/cetok agar semua material
bahan pengecoran dapat masuk ketempat pengecoran yang sudah
diletakkan tulangan dan tidak ada celah yang kosong dan lebih padat.
1. Pekerjaan Dinding
Setelah pekerjaan struktur lantai satu selesai, maka pekerjaan
dinding dapat segera dimulai. Sebelum dinding dipasang, batu bata
yang digunakan terlebih dahulu di rendam di dalam air sebentar.
Adapun peralatan yang digunakan yaitu waterpass, skrop, ember,
benang, sipatan, pacul, dan cetok.
Proses Pengerjaan dinding bata ringan yaitu :
Sebelum di lakukan pemasang pekerjaan dinding dilakukan
pengukuran bangunan (uit-zet) serta letak-letak dinding bata
yang akan dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar.
Di dalam satu hari, pasangan batu tidak boleh lebih tinggi dari 2,5
meter dan pengakhirannya harus dibuat bertangga menurun dan
tidak tegak bergigi,untuk menghindari retak dinding dikemudian
hari.
Pekerjaan pasangan dilaksanakan waterpas (horizontal) dengan
menggunakan benang dan tiap kali lantai diteliti kerataannya.
Pemasangan benang terhadap pasangan dibawahnya tidak boleh
lebih dari 30 cm.
Pada semua pasangan setengah batu satu sama lain harus
terdapat pengikatan yang sempurna.
Untuk pasangan batu bata maupun beton ringan aerasi (hebel)
tidak dibenarkan menggunakan batu bata ataupun hebel pecahan
separuh panjang, kecuali sesuai dengan peraturannya (di sudut).
Lapisan yang satu dengan lapisan yang diatasnya harus dipasang
secara zig-zag (berselang-seling dengan perbedaan separuh
panjang).
Pada pasangan satu batu dan pasangan yang lebih tebal (kalau
ada), maka pelaksanaan harus sesuai petunjuk / peraturan yang
disyaratkan (NI-3).
Untuk dinding bata dan kolom harus diberi angkur 10 mm tiap 1 m
tinggi sedangkan dinding hebel diberi besi strip lebar 1”, tebal 3
mm tiap 60 cm tinggi.
Demikian juga setiap luas dinding 12 m2 harus diberi penguat
kolom praktis dan balok. Khusus untuk dinding ruang genset,
setiap luas dinding 6 m² diberiperkuatan kolom praktis dan balok.
Semua pertemuan tegak lurus harusbenar-benar bersudut 90
derajat.
Sebelum dimulai pemasangan hebel harus direndam lebih dahulu
di dalam air dan permukaan yang akan dipasangpun harus basah.
Tebal siar pasangan batu hebel tidak boleh kurang dari 1 cm (10
mm) dan siarnya harus benar-benar terisi adukan.
Gunakan alat roskam (trowel) bergigi yang sesuai dengan
ketebalan blok yang ditentukan pada gambar.
Jaga kekentalan campuran, tutup sambungan antar blok yang
tidak merata dengan adukan Mortar agar tidak terlihat lobang-
lobang yang terdapat padadinding, sebelum plesteran dipasang.
Bersihkan permukaan dari debu, minyak atau kotoran lain yang
dapat mengurangi efektifitas perekatan.
Bilamana di dalam pasangan ternyata terdapat batu bata ataupun
batu hebel yang cacat atau tidak sempurna, maka wajib untuk
diganti Untuk pekerjaan rangka kayu / kosen, gunakan beton
ringan aerasi (hebel) Lintel pada ujung atas kusen, atau blok bata
tipe Ublok dan diisi oleh tulanganringan serta pasangan beton
ringan.
Rangka kayu/kosen harus dipasang terlebih dahulu untuk dapat
melanjutkan pekerjaan pasangan.
Rangka kayu/kosen, pemasangannya harus diperkuat dengan
angkur besi berbentuk L, yang ujungnya disekrup kedalam kosen,
sedangkan ujung bengkoknya ditanamkan ke dalam pasangan
dinding/kolom praktis. Panjang angkur terpasang tidak lebih dari
22,50 cm. Tiap-tiap angkur dipasang dengan jarak 60 cm satu
sama lainnya.
Pekerjaan pemasangan pipa dan / atau alat-alat yang ditanam di
dalam dinding, maka harus dibuat pahatan dengan kedalaman yang
cukup pada pasangan dinding sebelum diplester. Pahatan tersebut
setelah dipasangnya pipa/alat-alat, harus ditutup dengan adukan
plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, yang dikerjakan
bersama-sama dengan plesteran seluruh dinding.
Untuk lebar pahatan lebih dari 7 cm sebelum diplester harus
dipasang kawat ayam yang dipakukan pada dinding hebel, untuk
menghindari keretakan dikemudian hari.
Sesudah pasangan bata hebel selesai dikerjakan, dan sudah
kering baru pekerjaan plesteran dimulai.
Plesteran menggunakan adukan yang sama dengan adukan untuk
pasangan.
Untuk pengakhiran sudut plesteran / dinding, hendaknya dibuat
dengan sudut tumpul.
Untuk kolom dengan pipa-pipa air hujan, digunakan non shrink
concrete (beton non menyusut), bisa menggunakan Sika Grout 215
(new) adalah semen grouting siap pakai yang mempunyai
karakteristik tidak menyusut dengan waktu kerja yang sesuai
untuk temperature lokal. dan dapat mengalir sangat baik.
2. Pekerjaan Plesteran
1. Bahan
1.1. Untuk plesteran dinding batu bata biasa :
a. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
memenuhi persyaratan C sesuai NI-8.
b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus halus
dengan warna asli/ alami, sesuai NI-3 dan telah mendapat
persetujuan dari MK / Perencana /Pemberi Tugas.
c. Air untuk mengaduk kedua bahan tersebut diatas harus
sesuai NI-3 pasal 10.
2. Jenis Pekerjaan
2.1. Jenis-jenis plesteran yang digunakan adalah sebagai berikut
:
a. Plesteran kedap air (1 PC : 3 Psr) digunakan untuk
menutup dinding-dinding kedap air (untuk pasangan batu
bata biasa). Sedangkan untuk pasangan blok beton aerasi
(hebel) menggunakan adukan PM 410.
b. Plesteran dinding-dinding sisi luar bangunan yang tidak
terlindung dipakai plesteran 1 PC : 3 Psr.
c. Plesteran beton (1 PC : 3 Psr), digunakan untuk menutup
dinding-dinding beton.
d. Plesteran biasa (1 PC : 5 Psr), digunakan untuk menutup
seluruh permukaan dinding selain dinding kedap air,
dinding sisi luar atau dinding beton untuk pasangan batu
bata biasa.
e. Plesteran biasa untuk dinding blok beton aerasi selain
daerah basah digunakan PM 200, setelah setelah itu
dilakukan pengacian dengan menggunakan PM 300, kecuali
jika ditentukan lain dalam gambar.
f. Plesteran sudut (1 PC : 3 Psr), digunakan untuk membuat
pengakhiran sudut dari bidang-bidang plesteran.
4.2. Contoh-contoh
a. Kontraktor harus membuat contoh-contoh bidang
plesteran dari setiap macam pekerjaan plesteran sesuai
dengan yang diminta, sehingga jenis/macam pekerjaan
tersebut dapat diterima oleh Perencana/Pemberi Tugas.
Dan untuk seterusnya semua pekerjaan plesteran harus
sama dengan contoh yang dibuat.
b. Untuk dapat mencapai tebal plesteran yang rata,
sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang oleh
pelaksana dengan menggunakan garisan panjang yang
digerakkan secara vertikal dan horizontal (silang) dan
atau dengan alat bantu lainnya. Tebal plesteran harus
diukur supaya mendapatkan ketebalan yang sama pada
kedua muka dinding dan hasil akhir dari dinding tembok
setelah diplester adalah 15 cm kecuali ditentukan lain.
Setelah itu baru diadakan pengacian.
e. Grout
1. Penuhi naad dengan maksimum grout.
2. Sebelum grout diberi, goreslah naad-naad tersebut.
3. Isi naad/siar dengan grouting dan ratakan.
4. Grouting harus memiliki kesamaan warna, rata, tanpa
berlubang, dan sebagainya.
5. Grouting : AM 50, PM 810 atau setara
4. Pekerjaan Kusen Pintu Dan Jendela
A. Pekerjaan Kusen, Pintu/Jendela Aluminium
Meliputi penyediaan kusen-kusen, pintu-pintu/jendela aluminium
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi ini,
aksesori yang diperlukan untuk pemasangan dan kelengkapannya,
penyimpanan dan perawatan, serta pembangunannya sesuai yang
telah ditunjukkan dalam gambar. Bagian ini menjelaskan
“Commercial Quality” kosen dan pintu-pintu aluminium untuk pintu
dan bukaan-bukaan yang berhubungan, termasuk aluminium panels
dan louvres pada pintu-pintu dan frame tersebut.
Bagian yang terkait :
Pekerjaan Pasangan Dinding
Pekerjaan Pengecatan
Pekerjaan Alat Penggantung dan Penguci
1. Persiapan
a. Sebelum fabrikasi kontraktor harus melakukan check di
site semua dimensi-dimensi dan kondisi project untuk
menghindari informasi yang terlambat.
b. Kontraktor harus mereview gambar-gambar dan kondisi
lapangan dengan cermat, ukuran-ukuran dan lubang-lubang,
persiapan mock-up sambungan detail dan profil aluminium
yang berhubungan langsung dengan material-material
struktural lain.
c. Proses fabrikasi harus diutamakan disiapkan sebelum mulai
pelaksanaan, dengan mempersiapkan shop drawings yang
menunjukkan lay-out, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan
dimensi sesuai yang diarahkan oleh MK dan Pemberi Tugas.
d. Semua frame-frame untuk partisi, jendela-jendela dan
pintu-pintu harus secara akurat di fabrikasi untuk
mengepaskan dengan pengukuran site.
2. Fabrication / Assembly
a. Shop Assembly
Dimana dimungkinkan harus siap dipasang di site proyek.
Bila tidak merupakan shop assembly, lakukan pra-
pengepasan di shop untuk memastikan assembly lapangan
yang baik dan tepat guna.
b. Sambungan-sambungan / Joints
1. Buatlah dengan hati-hati agar pekerjaan-pekerjaan
ekspose match untuk memberikan garis dan design yang
kontinyu. Pakailah perlengkapan mesin untuk
mengepaskan frame dengan kaku bersama-sama pada
titik-titik joints contact dengan hairline joints,
waterproof joints dari belakang dengan sealant.
2. Pemakaian sealant tidak diijinkan pada permukaan
ekspose.
3. Pemasangan
a. Erection Tolerances :
Batas perbedaan tegak dan level :
3 mm dalam 3 m, secara vertikal (V)
3 mm dalam 6 m secara horizontal (H)
Batas-batas perbedaan dari lokasi secara teoritis :
6 mm untuk setiap memberi pada setiap lokasi.
5. Adjusting
Test fungsi operasi pintu-pintu setelah operasi
penutupan daun pintu, latching speeds dan hardware-
hardware lain sesuai dengan instruksi manufaktur untuk
memastikan operasi daun pintu yang halus (smooth).
6. Protection
a. Semua aluminium harus dilindungi dengan tipe-tipe
proteksi atau material-material lain yang disetujui
oleh Owner saat diserahkan ke lapangan.
b. Protective material tersebut hanya boleh dibuka bila
diperlukan pada saat protective material akan dipakai
pada aluminium.
c. Tepi-tepi pintu harus dilindungi dengan plastic tape
atau zinc chromate primer (transparent varnish) pada
saat plasteran akan dilaksanakan. Bagian-bagian lain
harus tetap dilindungi dengan lacquer film sampai
seluruh pekerjaan selesai.
1. Pemasangan
a. Frames : pasang rangka baja customize untuk pintu-pintu,
transome, sidelights, borrowed lights, dan bukaan-bukaan
lainnya, dengan ukuran dan profil yang diindikasikan.
1. Pasanglah frame dan aksesori sesuai dengan instruksi
pemasangan dari manufaktur dan sesuai spesifikasi.
2. Setting Masonry Anchorage Devices : pasanglah
perlengkapan anchor untuk pasangan bata, dimana
ditunjukkan untuk mengencangkan kosen-kosen pada in-place
concrete atau konstruksi pasangan.
Pastikan dan periksa bahwa dimana frame-frame pintu
akan dipasang terdapat pasangan dan jalur beton praktis
baik untuk sisi tegak kosen (jamb) maupun pada head
(palang atas pintu). Konfirmasikan dimensi dan perkuatan
beton praktis yang dibutuhkan kepada kontraktor
pekerjaan pasangan.
Set perlengkapan/peralatan anchor berlawanan dengan
lokasi anchor, sesuai dengan detail-detail dari shop
drawing dan instruksi dari manufaktur peralatan
anchorage. Biarkan lubang drill yang kasar, tanpa
dilebarkan, dan bebas dari debu dan puing-puing.
C. Pemasangan Kaca
Dengan sifat kaca yang sangat mudah pecah dan membutuhkan ekstra
hati-hati dalam penanganannya, sebaiknya perlu diperhatikan
beberapa
hal yang penting pada saat memasang kaca pada daun pintu/jendela.
Konstruksi pemasangan kaca pada daun pintu/jendela dapat dilakukan
dengan bermacam-macam metode, tergantung dari ukuran kayu,
material rangka daun intu/jendela, fungsi, dan ketebalan kaca. Apabila
kaca dengan tebal kurang dari 4 mm, sebaiknya gunakan sistem rangka
tempel, papan belakang yang sekaligus daun pintu/jendela berfungsi
sebagai penahan kaca agar stabil dan tidak pecah, kemudian
ditambahkan lis tempel di sekeliling kaca untuk menahan kaca tetap
pada posisinya. Bila tebal kaca lebih dari 5 mm, dapat digunakan
rangka
kayu solid, bagian dalam rangka perlu dibuat satu lajur takikan untuk
penempatan kaca. Kemudian kaca ditahan dengan lis kecil di sekeliling
rangka kayu.
Cara memasang kaca pada daun pintu/jendela adalah sebagai berikut:
1. Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada
bagian atas. Usahakan letakkan pada meja yang luasnya minimal
sama dengan luas daun pintu. Atau letakkan pada lantai yang
datar.
2. Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.
3. Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar
karton atau kain untuk memegang kaca.
4. Pasang paku pada list kayu sebelum dipasang pada keempat sisi
daun pintu/jendela.
5. Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.
6. Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang
sedang dipasang lis kayu. Ini untuk menghindari goresan pada
permukaan kaca karena gerakan martil.
F. Pemasangan Kaca
Dengan sifat kaca yang sangat mudah pecah dan membutuhkan ekstra
hati-hati dalam penanganannya, sebaiknya perlu diperhatikan
beberapa
hal yang penting pada saat memasang kaca pada daun pintu/jendela.
Konstruksi pemasangan kaca pada daun pintu/jendela dapat dilakukan
dengan bermacam-macam metode, tergantung dari ukuran kayu,
material rangka daun intu/jendela, fungsi, dan ketebalan kaca. Apabila
kaca dengan tebal kurang dari 4 mm, sebaiknya gunakan sistem rangka
tempel, papan belakang yang sekaligus daun pintu/jendela berfungsi
sebagai penahan kaca agar stabil dan tidak pecah, kemudian
ditambahkan lis tempel di sekeliling kaca untuk menahan kaca tetap
pada posisinya. Bila tebal kaca lebih dari 5 mm, dapat digunakan
rangka
kayu solid, bagian dalam rangka perlu dibuat satu lajur takikan untuk
penempatan kaca. Kemudian kaca ditahan dengan lis kecil di sekeliling
rangka kayu.
Cara memasang kaca pada daun pintu/jendela adalah sebagai berikut:
1. Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada
bagian atas. Usahakan letakkan pada meja yang luasnya minimal
sama dengan luas daun pintu. Atau letakkan pada lantai yang
datar.
2. Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.
3. Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar
karton atau kain untuk memegang kaca.
4. Pasang paku pada list kayu sebelum dipasang pada keempat sisi
daun pintu/jendela.
5. Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.
6. Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang
sedang dipasang lis kayu. Ini untuk menghindari goresan pada
permukaan kaca karena gerakan martil.
G. Pekerjaan Plafond
Dalam proyek ini plafond yang digunakan ada dua jenis yaitu plafond
gypsum dan plafond beton ekspose. Plafond gypsum digunakan pada
bangunan Pos jaga, Gedung kantor, dan storage. Dimana rangka
plafond menggunakan rangka besi hollow. Sedangkan untuk plafond
beton ekspose digunakan pada bangunan Mekanikal & Elektrikal.
Adapun cara pelaksanaan Plafond Gypsum yaitu :
Rangka hollow dipasang terlebih dahulu sesuai dengan gambar
kerja (Shop Drawing). Biasanya pemasangan rangka plafond ini
beriringan dengan pemasangan rangka atap baja ringan.
Memperhatikan ruangan, dan mencari sisi dari ruang yang siku
terlebih dahulu.
Pasang alat bantu (Scafolding), jika bisa scafolding yang
digunakan memiliki roda supaya tidak merusak keramik.
Kemudian pasang papan gypsum sesuai dengan gambar kerja.
Pemasangan diatur pertemuan antar papan pertigaan.
Sedangkan untuk plafond beton ekspose, dilakukan oleh orang yang
mengerti akan pekerjaan tersebut. Pekerjaan ini bertujuan
mempercantik tampilan dari beton, dengan menggunakan bahan semen
portland dan pasir pasang.
H. Pekerjaan Pengecatan
Pada permukaan dinding luar dan dalam, gypsum dilakukan pekerjaan
pengecatan dengan cat air dengan terlebih dahulu membersihkan
permukaan dari kotoran-kotoran, dinding-dinding
diratakan/dihaluskan dengan plamir, sebelum dicat dengan cat air
dilakukan pengecatan dengan cat dasar.
I. Pekerjaan Sanitair
Pekerjaan sanitair yang dilakukan meliputi pekerjaan pemasangan pipa
air bersih dan air kotor, pipa buangan air hujan, pemasangan kran air,
Floor Drain, Kloset, dan lain sebagainya. Pemasangan ini berdasarkan
persetujuan pemilik dan dilihat oleh konsultan pengawas.
Pengukuran :
Lakukan pemeriksaan dan pengukuran di lapangan (menandai
area/marking) untuk daerah yang akan dipasang ACP
Persiapan
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan elektrikal arus
kuat dan arus lemah.
Approval material yang akan digunakan.
Persiapan lahan kerja.
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan
alat bantu kerja disiapkan.
Kabel horizontal dipasang pada plat lantai beton dengan menggunakan pipa
pelindung conduit yang diberi perkuatan klem dengan jarak sekitar 1 m, hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan maintenance. Pemasangan kabel
horizontal harus sejajar, tidak boleh saling melintas.
Pemasangan panel
Panel listrik dipasang pada dinding yang sudah ditentukan, rata dan tidak
miring.
Semua kabel yang masuk ke dalam panel listrik diberi tanda sesuai dengan
kegunaannya dan dilengkapi dengan ring karet supaya lubang panel bagian
atas dapat terlindung dari debu/kotoran. Khusus untuk kabel dengan Ø 16
mm2 harus diberi sepatu kabel dalam panel.
Pada sisi pintu panel bagian dalam harus dibuat diagram instalasinya
termasuk daya cadangan yang sudah direncanakan, hal ini perlu untuk
memudahkan bila ada perbaikan instalasi.
Persiapan
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pemipaan
instalasi air bersih dan air kotor.
Approval material yang akan digunakan.
Persiapan lahan kerja.
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan
alat bantu kerja disiapkan.
b. PABRIKASI
Pelaksanan pekerjaan pabrikasi, dapat dilaksanakan setelah Final
Specifikasi Teknis dan Shop Drawing disetujui bersama.
c. SHIPMENT
Pengiriman ( pengapalan ) dilaksanakan setelah seluruh kelengkapan
unit Lift selesai diproduksi, dan diperkirakan 1 ( satu ) minggu
setelah tiba di pelabuhan Tanjung Priok unit tersebut akan sampai
dilokasi proyek.
d. UNIT ONSITE.
Pengiriman unit dari pelabuhan Tanjung Priok ke lokasi proyek,
sesuai kondisi lapangan dengan menggunakan Truk Container.
Untuk kelancaran pekerjaan tersebut diatas, ada beberapa hal
yang harus dipersiapkan oleh pihak lain ( MK ) antara lain :
Pengadaan lokasi penempatan unit onsite.
Pengadaan jalan masuk kelokasi penempatan untuk akses Truk
Container dan Forklit
2. Plumb / Centering
Adalah pelaksanaan pekerjaan untuk menentukan as pintu seluruh
lantai dan maju mundurnya posisi lift serta titik as seluruh
pemasangan komponen lift yang akan dipasang didalam hoistway
lift.
5. Periksa QC
Pengechekan oleh Team QC dari Kantor pusat mengenai
pemasangan Rail dengan menggunakan form - form dari kantor
pusat.
8. Setting Mesin
Adalah proses pengesetan mesin lift dan panel lift di ruang mesin
dengan melakukan pengelotan as pulley mesin terhadap as car lift
dan as counter weight.
9. Assembling Sangkar.
Adalah pelaksanaan perakitan car lift, biasanya dilaksanakan
dilantai dasar.
10. Roping
Adalah Pelaksanaan pemasangan wire rope (seling) yang
menghubungkan antara car dan couhter weight.
16. ST 1
Proses penyerahan unit pertama ke pihak kedua sebagai syarat
bahwa unit telah terpasang dengan baik
D. LANGKAH KERJA
PEMASANGAN PEMADAM API RINGAN DI DALAM RUANGAN
E. Type Class A, B, C Fire Extinguisher
1. Tandai posisi gantungan
2. Pasang gantungan
3. Letakan fire extinguisher pada gantungan tersebut
PERANGKAT INPUT
Fire Alarm System adalah salah satu bagian dari FM200 Fire
Suppression yang bekerja untuk mendeteksi adanya kemungkinan
indikasi asap yang disebabkan oleh kebakaran. Pada sistem fire alarm
ini, instalasi diaplikasikan menjadi 2 [dua] zone dan metode instalasi
yang digunakan adalah metode Cross-Zone. Pada saat terindikasi, fire
alarm dibedakan menjadi 2 [dua] jenis fase indikasi fire alarm, yaitu
fase Alarm-1 [Single-zone] dan fase Alarm-2 [Cross-zone].
Namun, jika pada saat delay berlangsung, jika tombol "Abort" ditekan
dan ditahan, maka hitungan delay akan berhenti pada detik ke-10
menuju 0. *Sehingga gas belum akan release. Dan jika tombol "Abort"
dilepas, maka count-down akan menghitung mundur kembali, mulai dari
detik ke-10.
Perangkat input yang satu ini hanya digunakan saat dalam kondisi
darurat, misalnya pada saat sistem pendeteksi dini atau sistem fire
alarm mengalami gagal fungsi. Untuk mengoperasikan perangkat ini,
dibutuhkan seorang operator ataupun petugas yang sedang berjaga yang
menyadari keadaan darurat tersebut. Dan perangkat ini masih
membutuhkan sistem electrical untuk dapat beroperasi, artinya
perangkat ini hanya bisa bekerja saat Control Panel masih memiliki
asupan aliran arus listrik.
PERANGKAT PROCESS
PERANGKAT OUTPUT
1. Multi-tone/Hornstrobo
Multi-tone/Hornstrobo ini terletak di dalam ruangan yang
diproteksi oleh Fire Suppression System. Perangkat ini beroperasi
dengan mengeluarkan bunyi putus-putus pendek saat sistem Fire Alarm
memasuki fase ALARM-1 dibarengi dengan kilatan cahaya. Lalu Multi-
tone/Hornstrobo ini akan mengeluarkan bunyi putus panjang saat
memasuki fase ALARM-2 dibarengi juga dengan kilatan cahaya.
2. Alarm Bell
7. Discharge Nozzle
Fungsi sebagai sarana distribusi gas dari storage cylinder
ke dalam ruangan yang diproteksi. Sederhananya, perangkat ini
fungsinya sama seperti kran, namun discharge nozzle selalu standby
dalam posisi terbuka dan umumnya varian putarannya adalah 180° dan
360°.
1. TUJUAN
Tujuan pekerjaan ini adalah pekerjaan instalasi mekanikal Hidrant &
Splinker keseluruhan yang meliputi pengadaan, transportasi,
pembuatan dan pemasangan peralatan dan bahan utama serta peralatan
bantu dan pengujian. Sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan
baik sesuai AML spesifikasi, gambar dan Bill of Quantity pada Proyek.
3. TANGGUNG JAWAB
- Construction Manager
Bertugas mengawasi proyek instalasi sistem Instalasi Hydrant dan
sprinkler di lokasi proyek
- Site Engineer
Bertugas merancang prosedur dan kualifikasi teknik sesuai dengan
spesifikasi dari client / owner
- Supervisor
Bertugas mengawasi parameter yang telah ditentukan pada
spesifikasi teknik
4. Eskripsi Metode Instalasi
1.1. Pedoman Umum Pelaksanaan Instalasi Hidran Dan Sprinkler
Memeriksa dan memastikan status drawing (revision/approve
for construction).
Review drawing dan survey lapangan untuk menentukan layout
of supportand piping sehingga mendapatkan centerlines yang
benar dengan toleransi yang di izinkan.
Memeriksa posisi elevasi, dimensi pekerjaan sipil, kondisi pipa,
posisi pipaunderground atau di pipe rack atau diatas gantungan.
Tujuannya untuk dapat memodifikasi prosedur dan dokumen
erection, jika diperlukan setelah disetujui.
Mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan seperti Bill of
Material dan lainnya.
Memeriksa status packing list.
Memeriksa wilayah kerja yang bersih dan bebas dari kondisi
lingkungan baik guna keamanan dan keselamatan.
1.2. Peralatan
Selain kunci-kunci yang sering/umum digunakan peralatan untuk
pekerjaan installasi diantaranya:
APD (Alat Pelindung Diri)
Travo Las.
Cutting well
Gurinda.
Mesin bor.
Cutting torch.
Chain block – Vertikal.
Stringging (Alat bantu pindah material)
1.3. FLOW CHART PEKERJAAN
1.4. URUTAN METODE INSTALASI
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan Pompa Hydrant dan Hydrant box
2. Pemasangan Pompa Hydrant dan Hydrant box
3. Testing & Commissioning.
b. Hydrant System
1. Berfungsi untuk supply air dar reservoir yang akan
digunakan untuk menanggulangi terjadinya kebakaran yang
lebih besar.
2. Komponen hydrant box antara lainbox, valve dan nozzle.
3. Type hydrant box Indoor dan Outdoor.
4. Siamese Connection adalah suatu inlet dengan dua atau
lebih penghubung ke selang sehingga air bisa dialirkan
mobil pemadam kebakaran ke bangunan.
5. Hydrant pillar berfungsi sebagai outlet yang biasanya
dihubungkan ke selang
c. Diagram Sistem Pemadam Kebakaran
disiapkan.
Penyambungan pipa dengan Gate valve dan pemasangan
Hydrant pillar
6. Siamase Connection
Gali lokasi yang telah di-marking sebagai lokasi
penempatan pillar hydrant dan jalur pipa yang menuju ke
posisi yang telah ditetapkan.
8. Pemasangan Pompa
1. Marking lokasi penempatan pompa
2. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata
pondasi.
3. Pasang instalasi pasang pompa pompa terlebih dahulu,
serta pemipaan ruang dan valve - valve-nya
4. Sambung instalasi daya ke pompa
6. Pemasangan pompa
Test &Commisioning
a. Test Hydrant
b. Tutup seluruh kran pada hydrant box dan hydrant
pillar.
c. Siapkan selang pemadam sesuai ukurannya.
d. Posisikan pengaturan pompa pada auto.
e. Buka valve pada hydrant box maupun hydrant pillar.
7. Test Sprinkler
Buka valve pada instalasi fire sprinkler.
Siapkan operator penutup valve pada lantai/zona
yang akan di-test.
Posisikan pengatur pompa pada auto.
Panasi head sprinkler dengan api.
Setelah sprinkler pecah, dan test dinyatakan OK,
segera tutup valve pada instalasi yang menuju
daerah test
Ganti head sprinkler yang pecah dengan
yang baru
Septic tank adalah satu tempat yang di gunakan untuk mengolah dan
menampung tinja yang wajib ada. Dengan septic tank yang berkualitas baik
akan memberikan anda banyak keuntungan salah satunya kualitas air lebih
baik. Namun, saat ini masih saja banyak orang yang salah pilih septic tank
yang menggunakan bahan yang kurang baik dan penggunaan system yang
kurang baik juga. Untuk itulah disini kami akan memberikan pengetahuan
untuk anda mengenai septic tank yang banyak di gunakan oleh banyak
orang. Berikut ini beberapa contoh dari perbedaan septic tank bio dengan
septic tank konvesional yang wajib anda ketahui untuk menambah
pengetahuan anda lebih baik:
Septic tank konvesional akan mencemari lingkungan yang di
dapat dari rembesan yang akan masuk kedalam tanah yang akan
membuat lingkungan tercemar, bau, dan kualitas air dalam tanah
yang berkurang.
Septic tank konvesional tidak di lengkapi dengan system filterisasi
yang baik untuk mengolah tinja di dalamnya.
Septic tank konvesional di buat dengan bahan beton yang akan
membuat limbah tinja mengendap sehingga mencemari
lingkungan.
Septic tank bio lebih ramah lingkungan karena limbah di olah
dengan media cell sehingga limbah menjadi cair dengan bio
flterisasi. Cara ini akan menjadi karena tanpa bau sehingga layak
buang tanpa mencemari lingkungan.
Septic tank bio di buat dengan fiber yang kuat, tahan lama, anti
pecah dan kerosi. Ini akan memudahkan penggunaan untuk
hotel, apartemen, dan perumahan karena kapasitas yang di
gunakan lebih baik.
Tidak seperti septic tank beton yang berat dan harus menunggu
kering, septic tank bio lebih mudah, hemat waktu dan cepat di
fungsikan. Selain itu septic tank bio tidak ada resapan dari bawah
dan bisa di pasang berdekatan.
Demi terwujudnya realisasi target mutu yang maka dibuat suatu rencana
target sebagai acuan dasar bagi perusahaan untuk menjalankan dan
menjamin mutu produk yang dihasilkan. Data mengenai project quality plan
terlampir.
KESELAMATAN KERJA
a. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan
keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta konstruksi.
b. Wajib menjaga keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi
dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu
- rambu, papan promosi keselamatan, dan lain - lain.
c. Wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan
memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang
berlaku (Jamsostek).
d. Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dari pekerja lapangan.
e. Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja
dan di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APO) berupa
safety belt, safety helmet, masker/kedok las terutama untuk
dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang
beresiko tertimpa benda keras.
f. Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di
lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali
atas ijin PPK.
g. Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada
Konsultan danmengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan
korban korban kecelakaan itu.
MATRIK PROGRAM K3
a. Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan
setiap ada tamu ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja
proyek
b. Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk
sosialisasi dan pembahasan mengenai seluruh permasalahan penerapan
K-3L dan Lingkungan selama masa pelaksanaan proyek. Pelaksanaan
Safety talk setiap 1 minggu sekali
c. Safety Health and Environmental Patrol / Inspection Kegiatan ini
dilaksanakan secara rutin, bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-3L
di seluruh lingkungan proyek dan menjaga konsistensi pelaksanaan K-3L.
d. Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting
dilaksanakan seminggu sekali dimana dalam kegiatan ini membahas
permasalahan dan kejadian yang terjadi dan rencana tindak lanjut
untuk memperbaikinya serta membahas permasalahan yang mungkin
terjadi serta langkah-langkah pencegahannya.
e. Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan
insidental bertujuan untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan
dalam pelaksanaan standar K-3L di lingkungan proyek terhadap
peraturan yang diberlakukan dalam lingkungan perusahaan.
f. Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh
komponen proyek yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja
mengenai K-3L, P3K dan respon terhadap keadaan darurat
g. Housekeeping Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bertujuan untuk
menjaga kebersihan, kerapihan, kenyamanan di lingkungan kerja.
DIAGRAM ALIR K3
V. Metodologi percepatan pekerjaan
Guna mempercepat pekerjaan yang hanya memiliki waktu 180 Hari
Kalender maka diperlukan beberapa langkah, yaitu diantaranya adalah :
Menempatkan tenaga kerja di setiap lantai.
Pekerjaan dilakukan secara simultan baik itu pekerjaan Arsitektur
maupun MEP hal ini dikarenakan untuk struktur utama gedung sudah
jadi dan pekerjaan struktur ruang trafo yang tidak mengganggu proses
pekerjaan Arsitek dan MEP di gedung utama juga dapat dikerjakan
bersamaan dengan pekerjaan arsitek dan MEP gedung utama
Melakukan lembur pekerjaan guna mengejar waktu pelaksanaan.
VI. Metodologi Mobilisasi Personil
Guna menyelesaikan pekerjaan diperlukannya beberapa personil yang
kompeten di bindangnya, oleh karena itu kami selaku kontraktor
pelaksana sebelum melakukan pekerjaan akan menghadirkan personil yang
akan menjalankan proyek ini yaitu :
1. Project Manager 1 orang
2. Site engineer 1 orang
3. Quantity Engineer
4. Quality Engineer 1 orang
5. Drafter 1 orang
6. Pelaksana Lapangan 3 orang ( Pelaksana Struktur, Arsitek, dan MEP)
7. Administrasi 1 orang
8. Pekerja akan menyesuaikan setiap lantainya
9. Tukang Batu 2 orang
10. Kepala Tukang 1 orang untuk masing – masing pekerjaan
11. Mandor 1 orang untuk masing – masing pekerjaan
12. Operator 2 orang untuk operator alimak / Hoist
13. Mekanik 2 orang