Anda di halaman 1dari 30

Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

BAB 1 : UMUM

1.1. Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor wajib memberitahukan kepada Direksi/ Pengawas,
mengenai jadwal pematokan dan pekerjaan persiapan.
1.2. Kontraktor wajib menyiapkan rencana jadwal pelaksanaan, buku tamu, Buku Direksi dan buku
catatan harian lainnya dilapangan.
1.3. Kontraktor Wajib mengajukan ijin (request) kepada Direksi / Konsultan Pengawas setiap kali
memulai suatu item pekerjaan.
1.4. Demi kelancaran dan baiknya pelaksanaan pekerjaan, maka tenaga pelaksana yang diberi tugas
oleh Pemborong di lapangan, harus memilliki kualifikasi dan pengalaman yang cukup dibidangnya.
Direksi/Pengawas berhak menolak petugas pelaksana tersebut, jika dipandang tidak cakap dan
atau tidak menguasai bidang yang dikerjakan.
Dalam hal ini Kontraktor harus segera menyediakan seorang petugas sebagai General
Superintedent (GS) yang memiliki kualifikasi yang dibuktikan dengan Sertifikat Keahlian yang
dikeluarkan oleh Lembaga sertifikasi, yang juga dibantu oleh pelaksna lapangan, dengan personil
yang lebih cakap/berkualitas cukup baik, dan diterima oleh Direksi atau Pengawas.
1.5. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Kontrak, Gambar Rencana, RKS dan Risalah Aanwijzing
serta ketentuan-ketentuan yang dibuat selama pelaksanaan, yang telah disetujui oleh Direksi
(Pemimpin Proyek, Pengelola Teknik Proyek dan Konsultan Pengawas).
1.6. Segala penyimpangan yang dilakukan oleh Pihak Kontraktor, tanpa seijin Direksi, harus dibongkar
dan disesuaikan dengan rencana semula. Segala biaya akibat kelalaian tersebut adalah menjadi
tanggungan Pemborong.
1.7. Setiap perintah Direksi, kepada Pemborong yang menyimpang harus disampaikan secara tertulis
dengan sepengetahuan Pemberi Tugas.
1.8. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan, harus diadakan pekerjaan tambah kurang, hal ini harus
dengan ijin tertulis dari Pemimpin Proyek/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen
atau Pihak yang ditunjuk secara resmi.
1.9. Selain instalasi listrik dan instalasi air sebagian atau seluruh pekerjaan, tidak boleh diborongkan
kepada Pihak Ketiga (Sub Kontraktor) dengan alasan apapun, kecuali dengan persetujuan terlebih
dahulu dari Pemimpin Proyek. Semua hasil pekerjaan dari Pihak Ketiga tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor yang menandatangani Kontrak.
1.10. Selama tidak bertentangan dengan RKS ini, peraturan-peraturan lain yang juga berlaku adalah
sebagai berikut.

i. Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941
(AV.41) yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18
Mei 1941, dan tambahan Lembaran Negara Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-
syarat umum untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan atau disingkat dalam
Bahasa Indonesia : SU.41
ii. Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan
bangunan di Indonesia atau disingkat :PUBB 1956 NI.3.
iii. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961 NI.5)
iv. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971 dan SKSNI T-10 1991
v. Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL NI.6)
vi. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
vii. Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
viii. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas
selama pelaksanaan pekerjaan.

BAB 2 :
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. Selambat - lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Kerja ditanda tangani/ dikeluarkan,
Kontraktor harus sudah mulai dengan kegiatan nyata dilapangan.
2.2. Pemborong wajib membuat papan nama proyek dan dipasang pada lokasi pekerjaan, dilengkapi
dengan tulisan warna hitam diatas dasar warna putih dan cukup jelas untuk dibaca, memakai papan
tebal 2 cm seperti contoh dibawah ini :

1-1
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

PROYEK :____________________________
TAHUN ANGGARAN :____________________________
PEKERJAAN :____________________________
WAKTU PELAKSANAAN :____________________________
KONTRAKTOR :____________________________
KONSULTAN PERENCANA :____________________________
KONSULTAN PENGAWAS :____________________________
NILAI KONTRAK : ____________________________

2.3. Los kerja dan Direksi Keet

2.3.1. Pemborong wajib membangun los kerja termasuk Direksi Keet sebagai berikut :
 Satu ruang Direksi ukuran Minimum 3,5 x 4,50 M
 Satu ruang untuk tempat penyimpanan bahan-bahan bangunan/alat (gudang)
 Sebuah wc darurat untuk para pekerja
2.3.2. Bangunan los kerja dibangun dengan bahan-bahan :
 Dinding bebak/tripleks
 Rangka kayu kelas II
 Atap seng BJLS 0.20
2.3.3. Diruang Direksi Keet dilengkapi dengan :
 Satu meja tulis berlaci dapat dikunci
 Empat buah kursi kerja dan kursi tamu
 Panil untuk menempel gambar-gamba kerja
2.3.4. Biaya pembuatan Direksi Keet/los kerja ini tidak boleh dimasukkan dalam penawaran
2.3.5. Pemborong harus mengurus dan memelihara bangunan tersebut bersama alat-alat untuk
inventarisnya, serta selalu menyediakan air bersih untuk para pekerja, juga obat-obatan
P3K.
2.3.6. Bangunan yang dibuat harus dijaga sedemikian rupa agar bahan-bahan bangunan
tersebut dapat dipakai dengan baik, serta keamanannya terjamin dan selalu terhindar dari
hujan, angin dan panas matahari secara langsung.
2.3.7. Tempat/letak dari bangunan los kerja dan Direksi Keet tersebut akan ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas lapangan.

BAB 3 :
PERSIAPAN LOKASI DAN PEMATOKAN

3.1. Pembersihan lokasi :


3.1.1. Pembersihan lokasi termasuk pembersihan tanaman/pemotongan rumput, menutup
lubang dan membuang tanah humus dan tanah yang mengandung bahan organis (top
soil)
3.1.2. Pohon-pohon dilokasi pekerjaan yang tidak terkena bangunan atau tidak mengganggu
bangunan nantinya tidak perlu dipotong.
3.2. Pemagaran sementara :
3.2.1. Pemagaran sementara untuk sekeliling daerah kerja proyek apabila dianggap perlu untuk
menghindari segala gangguan terhadap aktifitas pelaksanaan pekerjaan bagi para pekerja
yang terlibat dalam pekerjaan ini.
3.2.2. Segala biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan pagar sementara ini tidak termasuk
dalam anggaran proyek ini

3.3. Pengukuran :
3.3.1. Pengukuran titik duga (peil ± 0,00) adalah ditentukan bersama-sama antara Direksi dan
Kontraktor dengan penyesuaian terhadap gambar kerja.
3.3.2. Apabila tidak dinyatakan lain (peil ± 0,00) adalah 60 cm diatas permukaan tanah tertinggi
dan merupakan titik patokan sementara.

3.4. Pematokan dan Pemasangan Papan Bouwplank :


3.4.1. Patok-patok dibuat cukup kokoh dari kayu/balok ukuran 5/7 cm sedangkan papan
bouwplank dibuat dari papan kayu klas II ukuran 2/20 cm pada bagian atas papan tersebut
harus diserut dan waterpass.

1-2
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

3.4.2. Jarak patok dengan galian pada asnya adalah 1,50 m sedangkan jarak dari as ke as patok
maximal 2,00 m.
3.4.3. Semua titik-titik sumbu bangunan harus diabadikan dengan cat menie dan paku ukuran 7
cm pada papan bouwplank.
3.4.4. Kontraktor berkewajiban menjaga semua patok, tanda-tanda yang penting dan harus selalu
dalam keadaan baik seperti pada keadaan semula

3.5. Jalan Sementara (Temporary Road)


Pembuatan jalan sementara (jika dianggap perlu) untuk keluar masuk ke lokasi pekerjaan dan untuk
keluar masuknya kendaraan pengangkut bahan-bahan, alat-alat ke lokasi pekerjaan disiapkan oleh
Kontraktor, biaya pembuatan jalan sementara ini tidak termasuk dalam anggaran proyek ini.

3.6. Penyaluran air hujan :


Kontraktor/Pemborong harus menyiapkan saluran penyalur air hujan sementara sehingga air hujan tidak
mengganggu aktifitas pelaksanaan pekerjaan. Biaya pembuatan saluran air hujan ini tidak termasuk dalam
anggaran proyek ini.

BAB 4
PEKERJAAN GALIAN TANAH

4.1. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau
batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan
dalam Kontrak ini.
4.2. Galian tanah :
4.2.1. Yang termasuk dalam pekerjaan galian tanah ini adalah :
Galian Tanah termasuk galian tanah cadas untuk semua kebutuhan yang ada hubungannya
dengan pekerjaan membuat lubang ditanah untuk pondasi, septictank, sumur peresapan,
dll.

4.2.2. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan galian :


 Sebelum galian tanah dimulai, sudah harus ditentukan titik referensi untuk
menentukaan kelandaian akhir dan informasi sesudah galian dilaksanakan. tanah harus
diratakan terlebih dahulu dengan jalan dipotong dan diurug dengan bekas galian tanah
yang di gali.
 Galian tanah untuk semua lubang pondasi baru boleh dimulai setelah papan
bouwplank dengan tanda as ke as selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
 Lubang dasar galian minimal 20 cm lebih lebar dari dasar pasangan pondasi dan tanah
galian dibuang keluar bouwplank.
 Kedalaman galian dilakukan sesuai dengan gambar, baik untuk galian pondasi maupun
untuk saluran pembuangan air hujan.
 Bila lubang galian didalamnya terdapat banyak air genangan karena hujan, maka
sebelum pasangan pondasi dimulai terlebih dahulu air tersebut harus
disedot/dikuras/dikeringkan.
 Bila Pemborong melakukan penggalian yang melebihi dari ukuran yang telah
ditetapkan, pemborong harus menutupi kelebihan dengan urug pasir yang dipadatkan
dengan disiram air setiap ketinggian 15 cm sampai padat dan keras.

4.2.3. Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan :


 Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Pasal ini, sebelum memulai
pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil
penampang, memasang patok – patok batas galian, dan penggalian yang akan
dilaksanakan.
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, metode kerja dari
pelaksanaan galian ini berikut gambar detil dan usulan-usulan galian atau yang
diperintahkan untuk dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus memperoleh
persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian.
 Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk tanah
dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan. Pemasangan pondasi dan bahan
landasan atau bahan lainnya tidak boleh dilaksanakan sebelum kedalaman galian, sifat
dan kekerasan bahan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

1-3
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

Galian yang dilaksanakan diluar garis yang ditunjuk dalam profil dan penampang melintang yang distetujui
tidak akan dimasukan dalam volume yang diukur untuk pembayaran.

BAB 5
PEKERJAAN URUGAN
5.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan dari material atau bahan
yang distetujui untuk pembuatan timbunan leveling lantai untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai garis, kelandaian dan elevasi lantai bangunan.
5.2. Persyaratan pekerjaan urugan
- Urugan tanah peninggian lantai menggunakan sirtu yang berkualitas baik dan tidak
mengandung bahan organis, dan dipadatkan lapis demi lapis setiap 20 cm atau batu karang
dicampur pasir sampai mencapai ketinggian yang diinginkan. Material urugan dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat stamper
- Dibawah pondasi harus diurug dengan pasir urug dengan ketebalan setelah padat minimal 5 cm
atau sesuai dengan gambar kerja.
- Urug pasir dibawah lantai disiram dengan air sampai padat supaya tidak ada lagi rongga-rongga
yang terbuka.
- Elevasi akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari
permukaan sloof pondasi.
5.3. Pengajuan Kesiapan Kerja
 Untuk setiap pekerjaan Urugan yang dibayar menurut Pasal ini, sebelum memulai pekerjaan,
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil penampang melintang
yang menunjukan permukaan yang telah disiapkan untuk penghamparan timbunan.
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, metode kerja dari pelaksanaan
Urugan.
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada direksi 50 Kg contoh material timbunan berikut
pernyataan tentang komposisi materal timbunan. Contoh material tersebut akan disimpan oleh
Direksi sebagai rujukan selama periode kontrak.

BAB 6
PEKERJAAN ANSTAMPING

6.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup pemasangan batu kososng pada dasar pondasi yang telah disipakan
sebagaimana ditunjukan dalam gambar.
6.2. Persyaratan Bahan
Batu
a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang
diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau
lemah.
b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.

6.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Lubang galian pondasi sudah disetujui oleh direksi pekerjaan.


2. Lubang galian harus terbebas dari material organik lainya dan telah dihampar pasir dengan
ketebalan 10 Cm.
3. Batu harus ditanamkan secara kokoh pada dasar galian pondasi yang telah disiapkan dan
dipadatkan sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang berdekatan sampai membentuk
ketebalan pasangan batu kosong yang diperlukan.
4. Celah-celah antar batu dapat diisi sebagaian dengan batu biji atau batu-batu kecil sedemikian
sehinnga sisa dari rongga-rongga tersebut harus terisi dengan campuran sampai padat dan
rapih.
6.4. Pengajuan Kesiapan Kerja

1. Untuk setiap pekerjaan Anstamping yang dibayar menurut Pasal ini, sebelum memulai pekerjaan,
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil penampang melintang
yang menunjukan permukaan yang telah disiapkan untuk pemasangan batu kosong/anstamping.
2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, metode kerja dari pelaksanaan
Pasangan Anstamping.

1-4
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

BAB 7
PEKERJAAN PONDASI
7.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup pembuatan Pondasi sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang dibuat dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus
meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan
dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara
tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
7.2. Persayaratan Bahan
1. Batu
a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang
diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau
lemah.
b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan
yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang
yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
2. Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI
1971
3. Semen
a) Semen yang digunakan haruslah dari jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85.
Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, penggunaan bahan tambahan (aditif) yang
dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat
dipergunakan dalam proyek.
4. Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih,
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air
akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang
sama.
7.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
7.3.1. Persayaratan Galian
 Semua pekerjaan pasangan pondasi baru boleh dikerjakan bila galian tanah pondasi
sudah diperiksa dan disetujui oleh direksi.
 Sebelum pekerjaan pondasi dimulai, lubang-lubang galian harus kering, bersih dan
memiliki kepadatan yang memadai.
 Pada bagian dasar galian pondasi harus terlebih dahulu diurug dengan pasir dengan
ketebalan 10 cm, kemudian dipasang batu kosong/anstmping dari batu kali/gunung
tebal 20 cm. Lebar urugan pasir dan pasangan batu kosong/anstampin disesuiakan
dengan gambar detail.
7.3.2. Persayaratan Campuran
 Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat
pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang merata,
kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
 Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang
digunakan.
 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan
langsung. Bilamana diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam
waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu
tersebut tidak diperbolehkan. Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit
setelah air ditambahkan harus dibuang.
 Pasangan pondasi batu gunung/batu Kali ini dibuat dengan adukan spesies 1pc : 4psr
 Setinggi 20 cm dibawah sloof pasangan pondasi dibuat dengan adukan 1pc : 3psr dan
diberi angker double untuk mengikat sloof dengan pondasi dengan jarak tiap 1,5 m
menggunakan besi beton 12 Ø mm

1-5
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

7.3.3. Pemasangan Batu Gunung/Kali


 Batu/kali/gunung yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus dibersihkan
dari kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis atau lempung atau bahan
terkontaminasi lainya dan telah dibasahi sampai merata sebelum adukan semen di
tempatkan. Air yang tergenang pada permukaan harus dikeringkan sebelum
penempatan adukan semen.
 Landasan Adukan semen diletakan diatas permukaan anstamping dan disebar merata,
dengan ketebalan paling sedikit 3 cm, harus dipasang pada pondasi yang telah
disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapis pertama. Batu
besar pilihan harus digunakan pada lapis pertama/dasar dan pada sudut-sudut.
Perhatian harus diberikan untuk menghindari pengelompokan batu yang berukuran
sama.
 Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak
harus dipasang sejajar dengan muka didnding dari batu yang terpasang.
 Landasan yang akan menerima juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari
adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan
dipasang. Tebal dari landasan adukan harus rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu
yang dipasang terisi penuh
 Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk pemasangan batu
yang lebih besar dari ukuran yang tidak bisa ditangani oleh dua orang. Menggelinding
atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
 Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dbatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Bilamana batu menjadi longgar atau lepas seelah adukan mencapai pengerasan awal,
maka batu tersebut harus dibongkar dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut
dipasang kembali dengan adukan baru
 Semua bidang permukaan pondasi bagian luar diatas tanah yang kelihatan harus
diplester/diberaben dengan adukan 1pc : 3psr kemudian diaci dengan saus semen
sampai kedalaman minimal 15 cm dibawah permukaan tanah asli.
7.3.4. Pekerjan Akhir Pasangan Pondasi Batu Kali
 Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.
 Permukaan yang telah selesai harus dirawat Segera setelah pemasangan, Pasangan
Pondasi harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan
gangguan mekanis. Pasangan pondasi harus dijaga agar kehilangan kadar air yang
terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu
yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan pasangan batu.
 Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu yang
tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan
kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
7.3.5. Ketentuan Lubang dan Delatasi
 Pada ruang yang menghedakai adanya lubang untuk instalasi air bersih atau air kotor
atau saluran pipa, ke saluran pembuangan yang berhubungan dengan Dinding dari
pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang. Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar
atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang dibuat dari pipa PVC tebal 5 mm
dengan diameter 100 mm.
 Pada pondasi dengan model dena yang memyngkinkan adanya pemisahan struktur,
maka delatasi harus dibentuk dengan lebar 30 mm dan harus diteruskan sampai
seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan untukpembentukan sambunagnharus
dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan
dimensi yang disyaratkan.
 Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan yang berbutir kasar dengan gradasi
menerus yang dipilih sedemikian sehingga tanah yang ditahan tidak dapat bergeser dan
menjadi pondasi untuk lantai diatasnya.

1-6
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

BAB 8
PEKERJAAN BETON

8.1. Umum
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton,
sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang
ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering.
c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam Kontrak
adalah:
 Beton sloof, kolom, Ring Balk menggunakan mutu beton K-275
 Balok late dan plat atap teras menggunakan mutu beton K-175
8.2. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;
a) Peraturan-peraturan/standar yang biasa dipakai
b) Peraturan-peraturan Beton Bertulang SK-SNI T-15-1991
c) Peraturan Beton Indonesia PBI 1971
d) Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-8
e) Peraturan pembangunan Daerah Setempat
f) American Society for Testing and material (ASTM)
g) American Concrete Institure (ACI)
8.3. Pengajuan kesiapan Kerja
a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan dengan data
pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu beton yang
diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.
c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu tersedia atau bila
diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi pengujian kuat tekan
beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.
e) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah
dimulai.
f) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton.
8.4. Bahan
a) Semen
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland yang
memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh
Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara
dalam campuran tidak boleh digunakan
 Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang
dapat digunakan di dalam proyek
b) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih,
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik.
Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan
atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang
sama.
c) Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI
1971

1-7
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

d) Batu Pecah
 Gradasi agregat kasar/Batu pecah harus memenuhi ketentuan yang diberikan Atau
berukuran 2/3, terdiri dari partikel yang keras, bersih, kuat, yng diperoleh dari hasil olahan
pemecahan batu (rock).
 Tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila
Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan memenuhi
sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan.
8.5. Pencampuran dan Penakaran
8.5.1. Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang
disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan
8.5.2. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan
membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan,
yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan
untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat
campuran yang disyaratkan.
8.5.3. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran
 Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
"slump" yang dibutuhkan.
 Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan
ringan. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
 Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan
yang disyaratkan, maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut
sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28
hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang tidak sebagai
pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki
sebagaimana disyaratkan.
 Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas
dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi
Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan
dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil
pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, terkecuali bila Kontraktor dan Direksi
Pekerjaan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.
8.5.4. Penyesuaian Campuran
 Penyesuain Sifat Kelecakan (workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula
dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada
berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air
atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.

1-8
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

 Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar semen
harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Penyesuaian Untuk Bahan-Bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru
yang dilakukan oleh Kontraktor.
8.5.5. Penakaran Agregat
 Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
 Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan, dengan
menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran,
agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin
pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
8.5.6. Pencampuran
 Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh
bahan.
 Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
 Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
 Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu
pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu
harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
 Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada
beton non-struktural.
8.6. Pelaksanaan Pengecoran
8.6.1. Penyiapan Tempat Kerja
a) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan harus membersihkan dan
menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat
menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus
disediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat
diperiksa dengan mudah dan aman.
b) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur atau
bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran atau cofferdam.
c) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan
diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
d) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan
e) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh persiapan sebelum menyetujui pemasangan
acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton.

1-9
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

8.6.2. Acuan
a) Acuan harus dipasang sesui dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan dimensi
beton yang akan dikerjakan.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus
digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam Acuan
harus dibulatkan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
8.6.3. Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis
maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu
yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang
digunakan, kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
selesai.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30
cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka
beton harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana
bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang
cukup sehingga memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi
penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik Tremi atau Drop-Bottom-
Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor
sebelumnya.
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang
baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini,
bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya.

1-10
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.
8.6.4. Sambungan Konstruksi (Contruction Joint)
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi
pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.
b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat
yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian
sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang
lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
e) Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang
diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton
atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah (aditif) dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan
pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air
tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.

8.6.5. Konsolidasi
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah
disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali
pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada
suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran
beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
8.7. Pekerjaan Akhir
8.7.1. Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur
yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh
perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar
hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton telah dicapai.

1-11
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan


ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan permukaan vertical yang
terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan
tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.
8.7.2. Permukaan Pekerjaan
a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan
untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati badan beton, harus dibuang
atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan
mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus
dibersihkan.
b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan minor yang
tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan
harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
c) Bilaman Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan
yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan
adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan
lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut
sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
d) Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, yaitu:
 Bagian atas, permukaan dan permukaan horisontal lainnya yang terekspos,
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar
bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera
setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai halus dan
rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau
oleh cara lain yang cocok, sebelum beton mulai mengeras.
 Perataan permukaan horisontal harus merata dengan penyapuan, atau cara lain
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai
mengeras.
 Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan
untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh
tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus
dibiarkan tertinggal di tempat.
8.7.3. Perawatan Beton
a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperature
yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar
air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperature yang relatif tetap dalam
waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air
ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat
atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat ke bawah untuk
mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara. Bilamana digunakan acuan
kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar,
untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
Pembebanan yang berlebihan tidak boleh diperkenankan melewati permukaan beton
dalam 7 hari setelah beton dicor.
c) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau
beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah (aditif), harus
dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur
28 hari.

1-12
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

8.8. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi


 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan
atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak
memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi :Perubahan proporsi campuran
beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan;
 Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal;
 Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang
dipandang tidak memenuhi ketentuan;
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan dari
data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta Kontraktor melakukan pengujian
tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan
dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai dengan ketentuan
atau yang diperintahkan oleh direksi.
8.9. Pengujian Atas Kuat Tekan
a) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan untuk setiap 60
meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian untuk
setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari
pengecoran. Setiap pengujian harus minimum harus mencakup empat benda uji, yang pertama
harus diuji pembebanan kuat tekan sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari, yang ketiga
sesudah 14 hari dan yang keempat sesudah 28 hari.
b) Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40 meter kubik dan
frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di atas hanya menyediakan kurang dari lima
pengujian untuk suatu mutu beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan
mengambil contoh paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak (random).
c) Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu
bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
 Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji lainnya;
 Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
 Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
 Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
8.9.1. Pembesian :
- Pembuatan tulang-tulang untuk batang yang lurus atau yang dibengkokan, sambungan
kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai dengan
persayaratan.
- Pemasangan dan penggunaan tulangan beton, harus disesuaikan dengan gambar
kontruksi.
- Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
tempat selama pengecoran dan harus bebas tidak berubah tempat selama pengecoran
dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan SK-SNI T-15 1991
- Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari pengawas.
- Apabila terdapat tulangan memanjang pada balok yang terdiri dari 2 (dua) Lapis maka
kontraktor harus membuat sengkang tambahan sebagai dudukan tulagan.
8.9.2. Cara Pengaduan :
- Cara Pengadukan harus menggunakan beton molen
- Takaran untuk Semen Portland, pasir dan split dan faktor Air Semen harus disetujui
terlebih dahulu oleh pengawas dan selalu berpatokan pada hasil pengujian
laboratorium
- Selama pengaduan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa
slup, minimum 5 cm maksimum 10 cm.
8.9.3. Pengecoran Beton :
- Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan memebersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian.
Pemeriksaaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis dari direksi.
- Sebelum Pengecoran Beton Foot Plat dimulai, terlebih dahulu melakukan pengerjaan
Lantai Kerja dari Rabat Beton dengan perbandingan komposis 1:3:5

1-13
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

- Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat


penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat
pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah
konstruksi.
- Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya maka
tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh direksi.
8.9.4. Pekerjaan Acuan/Bekisting :
- Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
- Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga perkuatan-perkuatan cukup kokoh
dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
- Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas kotoran-kotoran (tahi gergaji),
potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan dan
harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
- Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split, pasir dan
Semen Portland) kepada direksi, untuk mendapat persetujuan sebelum pekerjaan
dilakukan.
- Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.
- Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
diameter pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam SK-SNI T-15 1991
- Kontraktor wajib menyiapkan pelindung Beton dari pengaruh panas, hingga tidak
terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan,
harus diperhatikan.
- Kontraktor wajib melakukan perawatan Beton dengan cara dibasahi paling sedikit
selama sepuluh hari setelah pengecoran.
8.9.5. Pekerjaan pembongkaran Acuan/Bekisting :
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari direksi.
Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan
beton tanpa persetujuan dari direksi.

8.9.6. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan


- Beton yang telah dicor dihindari dari benturan benda keras selama 3x24 jam setelah
pengecoran.
- Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan
lain.
- Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya memperbaiki menjadi tanggungjawab
Kontraktor.
- Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air
terus-menerus selama 1 minggu atau lebih (sesuai ketentuan).

BAB 9
BAJA TULANGAN

11.1. Umum

11.1.1. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
11.1.2. Standart Rujukan
a) A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Concrete Structures,
American Concrete Institute.
b) AASHTO M31M - 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Reinforcement.
c) AASHTO M32 - 90 : Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement.
d) AASHTO M55 - 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete Reinforcement.
e) AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway
11.1.3. Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian
luar baja tulangan adalah sebagai berikut :

1-14
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air
tanah atau terhadap bahaya kebakaran;
 Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 9.1.3 untuk beton yang terendam/tertanam
atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat
diamati untuk pemeriksaan;
 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bias dicapai, atau
untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja
tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton
yang ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang
berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.

Tabel 9.1.3
Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk
Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai
Ukuran Batang Tulangan yang akan Tebal Selimut Beton Minimum
diselimuti (CM)

Batang 16 mm dan lebih kecil 3,5


Batang 19 mm 5,0
Batang 25 mm dan lebih besar 6,06

11.1.4. Penyimpanan dan Penanganan


a) Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi
lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
b) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk
mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.
11.1.5. Pengajuan Kesiapan kerja
a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram pembengkokan harus
disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan
tidak ada bahan yang boleh dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram
pembengkokan disetujui.
b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan kepada
Direksi Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik baja yang memberikan berat satuan
nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman
baja dilas yang akan digunakan dalam pekerjaan.
11.1.6. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal tidak
membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari
daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan
diagram, untuk memenuhi rancangan dalam Gambar, harus atas biaya Kontraktor.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan :
 Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang
disyaratkan dalam ACI 315;
 Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja
Akhir (Final Shop Drawing);
 Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh
sebab lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan
tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan
atau yang sedemikian sehingga akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan
kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui
lain oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan
kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada
Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau
bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus
diperbaiki dengan mengganti seluruh batang tersebut dengan batang baru yang
dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.

1-15
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan


pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah
dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan persediaan (stok) batang lurus
yang cukup di tempat, untuk pembengkokan sebagaimana yang diperlukan dalam
memperbaiki kesalahan atau kelalaian.
11.1.7. Penggantian Ukuran Batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama
dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.
11.2. Bahan
11.2.1. Baja Tulangan
Baja tulangan harus baja polos Mutu U24, yang mempunyai tegangan leleh Karakteristik
2400 kg/cm².
11.2.2. Tumpuan Untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton
pracetak dengan mutu K250 disyaratkan, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan.
Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
11.2.3. Pengikat Untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi
persayaratan
11.3. Pembuatan dan Penempatan
11.3.1. Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang
yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokanbengkokan atau
kerusakan.
Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan
pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu
berubah banyak.
b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokkan
dengan mesin pembengkok.
11.3.2. Penempatan dan Pengikatan
a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat
mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebutuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat
(stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada
Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan
pada titik dengan tegangan tarik minimum.
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang
tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait
pada ujungnya.
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman
harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan
pada sambungan antara pelat.

1-16
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian
(semen dan air saja).
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau
beban konstruksi lainnya.

BAB 10:
PEKERJAAN PASANG DINDING, PLESTERAN DAN ACCIAN

11.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dinding tembok dari pasangan bata/batako dan Pekerjaan
Plesteran sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, penyiapan dan seluruh pekerjaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pasangan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis,
ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
11.2. Bahan
5. Bata
d) Bata/batako harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari
jenis yang diketahui awet.
e) Batu harus rata, ukuran sesuai standart atau yang disetujui oleh direksi.
6. Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI
1971
7. Semen
c) Semen yang digunakan haruslah dari jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85.
Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, penggunaan bahan tambahan (aditif) yang
dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
d) Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat
dipergunakan dalam proyek.
8. Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih,
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air
akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan
atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang
sama.
11.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan Dinding
11.3.1. Persayaratan Pondasi/Sloof
 Semua pekerjaan pasangan dinding baru boleh dikerjakan bila pekerjaan Pondasi dan
beton sloof sudah diperiksa dan disetujui oleh direksi.
 Sebelum pekerjaan pasangan didndingi dimulai, permukaan sloof harus kering, bersih
dan memiliki permukaan yang dapat menjamin rekatan antara campuran pasangan
dinding dan beton sloof.
 Pada bagian permukaan sloof, harus dibasahi dengan air terlebih dahulu, seelum
dikerjakan pasangan dinding.
11.3.2. Persayaratan Campuran
 Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat
pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang merata,
kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
 Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang
digunakan.

1-17
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan
langsung. Bilamana diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam
waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu
tersebut tidak diperbolehkan. Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit
setelah air ditambahkan harus dibuang.
 Pasangan dinding transram dengan adukan 1pc : 3psr, dipasang pada setiap kaki
dinding mulai dari sloof sampai ketinggian 30 cm di tas permukaan lantai.
 Pasangan dinding biasa dibuat dari pasangan batu merah/batako dengan adukan 1pc :
4psr.
 Semua permukaan pasangan batu bata yang kelihatan, diplester dengan adukan 1pc :
4psr untuk plesteran biasa, 1pc : 3psr untuk tembok trastram dan kolom serta pondasi
selanjutnya diaci dengan saus semen.
11.3.3. Pemasangan Dinding, Plesteran dan Accian
 Batumerah/batako yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus
dibersihkan dari kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis atau lempung
atau bahan terkontaminasi lainya dan telah dibasahi sampai merata sebelum adukan
semen di tempatkan.
 Landasan Adukan semen diletakan diatas permukaan sloof dan disebar merata, dengan
ketebalan paling sedikit 3 cm, harus dipasang pada sloof yang telah disiapkan sesaat
sebelum penempatan masing-masing bata merah/batako pada lapis pertama.
 Landasan yang akan menerima juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari
adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan
dipasang.
 Bata Merah/batako harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau
memindahkan bata merah/batako yang telah terpasang. Meletakn beban pada
pasangan dinding pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
 Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dbatasi sehingga bata merah/batako hanya dipasang pada adukan baru yang belum
mengeras. Bilamana Bata Merah/batako menjadi longgar atau lepas seelah adukan
mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar dan adukannya
dibersihkan dan dipasang kembali dengan adukan baru
 Semua permukaan pasangan batu bata yang kelihatan, diplester dengan adukan 1pc :
4psr untuk plesteran biasa, 1pc : 3psr untuk tembok trastram dan kolom.
 Semua bidang permukaan pondasi bagian luar diatas tanah yang kelihatan harus
diplester/diberaben dengan adukan 1pc : 3psr.
 Untuk permukaan pasangan dinding yang akan diplester permukaannya harus dibuat
kasar terlebih dahulu dan disiram dengan air secukupnya
 Semua permukaan pasangan termasuk kolom yang telah diplester harus diaci dengan
adukan 1pc :20kpr atau saus semen lalu diplamur kecuali bagian permukaan pondasi.
 Untuk tembok atau beton yang plesterannya kropos, sebelum diplester harus dikupas
selanjutnya disiram air semen dan kemudian diplester 1pc : 3psr dan diaci saus semen.
11.3.4. Pekerjan Akhir Pasangan Dinding
Permukaan yang telah selesai harus dirawat Segera setelah pemasangan, Pasangan dinding
harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Pasangan dinding harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal
mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan pasangan batu.

11.3.5. Ketentuan Lubang dan Delatasi


 Pada ruang yang menghedakai adanya lubang untuk instalasi air bersih, atau air kotor
atau saluran pipa atau kabel listrik atau jaringan utilitas lainnya, harus disiapkan
dengan lubang dengan diameter disesuaikan dengan lubang instalasi yang masuk atau
melewati dinding.
 Pada pondasi dengan model dena yang memungkinkan adanya pemisahan struktur,
maka pasangan dinding harus dibentuk sesui delatasi pada pondasi dan harus
diteruskan sampai seluruh tinggi dinding.
 Lubang pada delatasi diisi dengan bahan adukan 1pc : 5psr.

1-18
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

BAB 11 : PEKERJAAN LANTAI

11.1. Umum
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan
Lantai dan Pelapis Dinding.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan dan pemasangan, penyiapan seluruh pekerjaan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan lantai dan memenuhi garis, ketinggian,
potongan dan dimensi seperti yang ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan secara tertulis oleh direksi.

11.2. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;
a) Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941 (AV.41)
yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18 Mei 1941,
dan tambahan Lembaran Negara Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-syarat umum
untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan atau disingkat dalam Bahasa Indonesia :
SU.41
b) Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan bangunan
di Indonesia atau disingkat :PUBB 1956 NI.3.
c) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
d) Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
e) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas
selama pelaksanaan pekerjaan.

11.3. Pengajuan kesiapan Kerja


a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan untuk
pekerjaan dalam bab ini.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi
untuk disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan
spesifikasi.
c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode
pelaksanaannya, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan dimulai.

11.4. Bahan
a) Keramik
 Keramik harus dari kualitas baik yang disetujui oleh direksi
 Ukuran keramik adalah 40 x 40 untuk lantai, 30 x 30 untuk tanggatai KM/WC ntatuk
dinding KM/WC.
b) Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI
1971
c) Semen
 Semen yang digunakan haruslah dari jenis semen portland yang memenuhi AASHTO M85.
Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, penggunaan bahan tambahan (aditif) yang
dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
 Terkecuali diperkenankan oleh direksi pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang dapat
dipergunakan dalam proyek.
 Saus semen untuk nat antara keramik harus sewarna dengann keramik
d) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih,
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air
akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan
atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang
sama.

1-19
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

11.5. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Lantai


11.5.1. Persayaratan Tanah Dasar
 Semua pekerjaan pasangan Lantai Keramik baru boleh dikerjakan bila pekerjaan urugan
dan pemadatan tanah dasar dalam bangunan sudah diperiksa dan disetujui oleh
direksi.
 Sebelum pekerjaan pasangan Lantai dimulai, permukaan urugan harus berupa sirtu,
memiliki permukaan menampakan mosaik batu yang tertanam rata dan terbebas dari
tanah humus dan material organis lannya
 Permukaan urugan harus dibasahi sampai merata, sebelum dihampar adukan 1 pc : 3
psr.
11.5.2. Persayaratan Campuran
 Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat
pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang merata,
kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
 Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang
digunakan.
 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan
langsung. Bilamana diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam
waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu
tersebut tidak diperbolehkan. Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit
setelah air ditambahkan harus dibuang.
 Pasangan adukan pada lantai dengan adukan 1pc : 3psr, dipasang pada setiap kali
pemasangan keramik.
 Pada nat tepi keramik diisi saus semen dengan warna yang sama dengang keramik.
 Pasangan dinding biasa dibuat dari pasangan batu merah/batako dengan adukan 1pc :
4psr.
11.5.3. Pemasangan Lantai dan Dinding Keramik
 Pemasangan keramik pada lantai dan didnding diletakan di atas adukan 1Pc : 3Psr
setebal ±5 cm. Keramik dipakai tidak keropos dan tidak cacat. Keramik harus direndam
dalam air terlebih dahulu sebelum dipasang.

 Landasan Adukan semen diletakan diatas permukaan urugan yang sudah dipadatkan
dan sudah disetujui direksi. Permukaan urugan dari material sirtu, membentuk mosaik
batu tang tertanam rata yang telah dibasahi.
 Pemasangan keramik harus disiku dan lurus antara keramik diberi nat 2mm-4mm,
sebelum dipangsang keramik harus direndam pada air hingga jenuh . Keramik yang
dipakai dari kualitas baik atau harus dengan persetujuan Direksi.
11.5.4. Pekerjan Akhir Pasangan Dinding
Pekerjaan keramik yang telah selesai dalam satu tahapan pemasangan harus diperiksa
untuk mengecek kerataan, simetris dan siku. Jika tidak memenuhi maka harus dibongkar
dan dikerjakan kembali mulai dasu landasan.
11.5.5. Ketentuan Lubang dan Delatasi
 Pada ruang yang menghedakai adanya lubang untuk instalasi air bersih, atau air kotor
atau saluran pipa atau kabel listrik atau jaringan utilitas lainnya, harus disiapkan
dengan lubang pada keramik dengan diameter disesuaikan dengan lubang instalasi
yang masuk atau melewati dinding.
 Lubang pada keramik untuk kepentingan utilitas, harus dibuat rapi dan tidak
menimbulkan cacat dan retak pada keramik.

BAB 12
PEKERJAAN ELEKTRIKAL/LISTRIK

12.1. Umum
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan
elektrikal/listrik.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan dan pemasangan, penyiapan seluruh pekerjaan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
c) Pemasangan instalasi listrik harus dilakukan oles instalatur yang memiliki Surat Ijin Kerja
Instalatur (SIKI) dari PLN dan dapat menunjukkan bukti pengalaman kerja dibidangnya

1-20
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

d) Khususnya untuk pekerjaan pemasangan listrik instalasi listrik dapat diserahkan kepada pihak
ketiga (sub Kontraktor) namun Kontraktor menanda tangani kontrak sepenuhnya bertanggung
jawab terhadap baik buruknya pekerjaan Pihak Ketiga tersebut harus mendapat ijin
persetujuan tertulis dari Pengawas/Direksi Lapangan.
e) Setelah pasangan instalasi listrik selesai, Kontraktor harus menyerahkan gambar instalasi yang
telah disahkan oleh PLN bahwa pemasangan instalasi telah dikerjakan dengan baik dan
memenuhi persyaratan PLN yang berlaku.
f) Pekerjaan instalasi listrik yang menjadi kewajiban Kontraktor dalam pekerjaan ini adalah
pemasangan instalasi dalam saja dan sampai menyalah
12.2. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan ;
a) Algemene Vooewarden Voor de Uitvoering bij Aanneming van Openbare Werken 1941 (AV.41)
yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9 tanggal 18 Mei 1941,
dan tambahan Lembaran Negara Nomor : 14571. Terjemahan AV diatas: syarat-syarat umum
untuk pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan atau disingkat dalam Bahasa Indonesia :
SU.41
b) Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan bangunan
di Indonesia atau disingkat :PUBB 1956 NI.3.
c) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1987.
d) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
e) Peraturan-peraturan lain yang berlaku berkenan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
f) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis dari Direksi/ Pengawas
selama pelaksanaan pekerjaan.
12.3. Pengajuan kesiapan Kerja
a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan untuk
pekerjaan dalam bab ini. Jika bahan-bahan adalah material pabrikan maka kontraktor wajib
menyerahkan contoh dan jenis bahan dalam bentuk brosur.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi
untuk disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan
spesifikasi.
c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode
pelaksanaannya, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan dimulai.
12.4. Bahan
a) Lampu
Lampu yang digunakan adalah sesuai dengan BOQ, dengan kualitas setara Philips
Kunci pintu yang digunakan adalah jenis kunci tanam yang berkualitas baik lengkap dengan
armaturenya.
b) Saklar, Stop kontak dan Box sekring
Saklar, stop kontak dan box sekring harus dari jenis yang berkualits baik dan dietujui oleh direksi
Saklar dan stop kontak yang dipakai dari jenis tanam warna putih dan untuk listrik yang
bertegangan tinggi 220 Volt
c) Kabel
Kabel dari jenis NYM 3 x 4 mm, dari meteran ke box sekring, dan kabelNYM 2 x 4 mm yang
digunakan untuk sambungan aliran ke setiap titik lampu
d) Pipa paralon
Pipa paralon sebagai pembungkus kabel dari bahan ynag berkualitas baik Ø 3/8”.
12.5 Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan
12.1.1. Persayaratan Lubang
 Sebelum dipasang lubang tempat penempatan pipa paralon, stop kontak, saklar dan
box sekring sudah harus disiapkan dan disetujui direksi..
 Ukuran lubang harus benar-benar pas agar tidak menampakan sisa dari lubang.
 Titik-titik lampu sudah ditentukan dan pembuatan lubang pada plafon harus
sedemikian agar tidak menimbulkan retak atau kerusakan pada plafond.
12.1.2. Pemasangan
 Semua jaringan listrik yang tertanam dalam tembok harus dimasukkan dalam pipa PVC
Ø 3/8” yang dipasang tertanam ketembok. Tembok harus dipelester kembali seperti
aslinya dan tidak bileh menampakan gelembung atau tidak rata.
 Penempatan titik lampu, saklar, stop kontak dan sekring cast harus disesuaikan dengan
gambar rencana

1-21
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

 Kabel aliran penyambung arde menggunakan kabel BC 15 dimana ujung arde harus
ditanam sedikitnya 4 m dibawah tanah sampai kedalam yang selalu basah, ujung arde
tersebut dihubungkan dengan elektroda tanah yang terbuat dari batangan tembaga
ukuran Ø 1,5 dengan panjang 1,2m dan digabungkan dengan pipa galvanis ukuran Ø
1,5”.
12.1.3. Pekerjan Akhir
Pekerjaan yang telah selesai harus dilakukan uji coba untuk mengetes aliran listrik.

BAB 13
PEKERJAAN PENGECATAN

13.1. Umum
Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pekerjaan
pengecatan pada dinding tembok/partisi, kayu, plafond dan residu kap atap.
13.2. Pengajuan kesiapan Kerja
a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan untuk
pekerjaan dalam bab ini. Jika bahan-bahan adalah material pabrikan maka kontraktor wajib
menyerahkan contoh dan jenis bahan dalam bentuk brosur.
b) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi
untuk disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan
spesifikasi.

c) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode
pelaksanaannya, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan dimulai.
13.3. Bahan
a) Cat Tembok
b) Plamir tembok
c) Cat Kayu / Besi
d) Dumpul
e) Residu
Semua bahan harus dari kualitas baik, dan disetujui direksi.
13.4. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan
13.4.1. Persayaratan Permukaan Bidang
 Sebelum dilakukan pengecatan, permukaan/bidang yang terkena cat harus benar-
benar rata, tidak menunjukan adanya retak-ratak dan bersih.
 Bidang tembok yang akan dicat terlebih dahulu diplamur supaya permukaannya rata
kemudian diamplas.
 Bidang kayu kusen, list kaca dan listplank yang baru sebelum dicat harus dimenie
dahulu selanjutnya didempul, diplamir dan diamplas sampai rata, halus dan baik.
 Bahan-bahan menie, dempul, plamur untuk pekerjaan ini harus dikhususkan untuk
diperuntukkannya.
13.4.2. Pelaksnaan Pengecatan
 Pengecatan Bidang tembok, kayu kosen, list kaca dan Listplank, setelah semua bidang
telah mendapat persetujuan dari direksi untuk boleh melakukan pengencatan.
 Pengecatan bidang tembok, kayu kosen, list kaca dan Listplank dilakukan sampai 3 (tiga)
kali sapuan.
 Meredusi kayu kap dilakukan sebelum kerangka kap distel dan dipasangkan/ dinaikkan.
 Untuk daun pintu diplitur atau diteacoil minimal 3 x jalan sampai rata dan mengkilap
13.4.3. Pekerjan Akhir
Pekerjaan yang telah selesai harus menampakan bidang dengan warna cat yang merata
tanpa meninggalkan bercak bercak.

1-22
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

BAB 14 :
MATERIAL DAN INSTALASI

14.1. Umum

Pekerjaan yang disyaratkan dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan seluruh Pengadaan Mesin Mesin
dan Prinsip Instlasi , Material Pabrikasi sebagaimana yang ditunjukan dalam gambar atau seperti yang
diperintahkan direksi.

SISTEM REVERSE OSMOSIS KHUSUS DIRANCANG UNTUK PENGOLAHAN AIR MINUM

Sistem Reverse Osmosis


 Mulai dari ukuran 1 GPM (1440 GPD) hingga 500 GPM (720.000 GPD) yang dapat menghilangkan hingga
99,5% garam terlarut dan hampir semua koloid dan zat tersuspensi dari air umpan yang paling menantang
termasuk aplikasi air kota, payau, dan air laut. Unit RO menghasilkan hasil air berkualitas tinggi dengan
biaya rendah dibandingkan dengan proses pemurnian lainnya.
Sistem Reverse Osmosis Industri ini dirancang khusus untuk kebutuhan pengolahan air

1-23
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

Apa itu Reverse Osmosis? 


Reverse Osmosis / RO adalah teknologi yang digunakan untuk menghilangkan padatan terlarut dan kotoran
dari air menggunakan membran RO semi-permeabel yang memungkinkan lewatnya air tetapi meninggalkan
sebagian besar padatan terlarut dan kontaminan lainnya. Membran RO membutuhkan air berada di bawah
tekanan tinggi (lebih besar dari tekanan osmotik) untuk melakukan ini. Air yang melewati membran RO
disebut sebagai "permeat" dan garam terlarut yang ditolak oleh membran RO disebut sebagai
"konsentrat". Sistem RO yang dijalankan dengan benar dapat menghilangkan hingga 99,5% garam dan
kotoran terlarut yang masuk
Apa itu Reverse Osmosis ? Reverse Osmosis adalah teknologi yang digunakan untuk menghilangkan
sebagian besar kontaminan dari air dengan mendorong air di bawah tekanan melalui membran semi-
permeabel.
pengertian Reverse Osmosis
Reverse Osmosis, biasa disebut sebagai RO, adalah proses di mana Anda melakukan demineralisasi atau
deionisasi air dengan mendorongnya di bawah tekanan melalui Membran Reverse Osmosis semi-
permeabel.
Osmosa
Untuk memahami tujuan dan proses Reverse Osmosis Anda harus terlebih dahulu memahami proses alami
dari Osmosis .
Osmosis adalah fenomena yang terjadi secara alami dan salah satu proses terpenting di alam.  Ini adalah
proses di mana larutan garam yang lebih lemah akan cenderung bermigrasi ke larutan garam yang
kuat. Contoh osmosis adalah ketika akar tanaman menyerap air dari tanah dan ginjal kita menyerap air dari
darah kita.
Di bawah ini adalah diagram yang menunjukkan cara kerja osmosis. Suatu larutan yang konsentrasinya
kurang akan memiliki kecenderungan alami untuk berpindah ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi. Misalnya, jika Anda memiliki wadah berisi air dengan konsentrasi garam rendah dan wadah lain
berisi air dengan konsentrasi garam tinggi dan dipisahkan oleh membran semi-permeabel, maka air dengan
konsentrasi garam lebih rendah akan mulai bermigrasi. menuju wadah air dengan konsentrasi garam yang
lebih tinggi.

Sebuah membran semipermeabel adalah membran yang akan memungkinkan beberapa atom atau molekul
untuk lulus tetapi tidak yang lain. Contoh sederhana adalah pintu kasa. Ini memungkinkan molekul udara
untuk melewatinya tetapi bukan hama atau apa pun yang lebih besar dari lubang di pintu kasa.  Contoh lain
adalah kain pakaian Gore-tex yang mengandung film plastik yang sangat tipis di mana miliaran pori-pori
kecil telah dipotong. Pori-porinya cukup besar untuk membiarkan uap air masuk, tetapi cukup kecil untuk
mencegah air cair lewat.
Reverse Osmosis adalah proses Osmosis secara terbalik . Sedangkan Osmosis terjadi secara alami tanpa
energi yang dibutuhkan, untuk membalikkan proses osmosis Anda perlu menerapkan energi ke larutan
yang lebih asin. Sebuah membran reverse osmosis adalah membran semi-permeabel yang memungkinkan
lewatnya molekul air tetapi tidak sebagian besar garam terlarut, organik, bakteri dan pirogen.  Namun, Anda
perlu 'mendorong' air melalui membran reverse osmosis dengan menerapkan tekanan yang lebih besar dari
tekanan osmotik alami untuk desalinasi (demineralisasi atau deionisasi) air dalam proses, memungkinkan
air murni melalui sambil menahan mayoritas dari kontaminan.
Di bawah ini adalah diagram yang menguraikan proses Reverse Osmosis. Ketika tekanan diterapkan pada
larutan pekat, molekul air dipaksa melalui membran semi-permeabel dan kontaminan tidak diizinkan
masuk.

Bagaimana cara kerja Reverse Osmosis?


Reverse Osmosis bekerja dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi untuk meningkatkan tekanan di
sisi garam RO dan memaksa air melintasi membran RO semi-permeabel, meninggalkan hampir semua
(sekitar 95% hingga 99%) garam terlarut di dalam penolakan. sungai kecil. Jumlah tekanan yang dibutuhkan
tergantung pada konsentrasi garam dari air umpan. Semakin pekat air umpan, semakin banyak tekanan
yang dibutuhkan untuk mengatasi tekanan osmotik.
Air desalinasi yang didemineralisasi atau dideionisasi, disebut air permeat (atau produk). Aliran air yang
membawa kontaminan pekat yang tidak melewati membran RO disebut aliran reject (atau konsentrat).

1-24
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

Saat air umpan memasuki membran RO di bawah tekanan (tekanan yang cukup untuk mengatasi tekanan
osmotik), molekul air melewati membran semi-permeabel dan garam serta kontaminan lainnya tidak boleh
lewat dan dibuang melalui aliran penolakan (juga dikenal sebagai konsentrat atau aliran air asin), yang
mengalir ke saluran pembuangan atau dapat diumpankan kembali ke pasokan air umpan dalam beberapa
keadaan untuk didaur ulang melalui sistem RO untuk menghemat air. Air yang melewati membran RO
disebut permeat atau air produk dan biasanya memiliki sekitar 95% hingga 99% garam terlarut yang
dihilangkan darinya.
Penting untuk dipahami bahwa sistem RO menggunakan filtrasi silang daripada filtrasi standar di mana
kontaminan dikumpulkan dalam media filter. Dengan filtrasi silang, larutan melewati filter, atau melintasi
filter, dengan dua saluran keluar: air yang disaring mengalir ke satu arah dan air yang terkontaminasi
mengalir ke arah lain. Untuk menghindari penumpukan kontaminan, filtrasi aliran silang memungkinkan air
untuk menyapu kontaminan yang menumpuk dan juga memungkinkan turbulensi yang cukup untuk
menjaga permukaan membran tetap bersih.
Apa yang akan dihilangkan Reverse Osmosis dari air?
Reverse Osmosis mampu menghilangkan hingga 99%+ garam terlarut (ion), partikel, koloid, organik, bakteri
dan pirogen dari air umpan (walaupun sistem RO tidak dapat diandalkan untuk menghilangkan 100%
bakteri dan virus ). Membran RO menolak kontaminan berdasarkan ukuran dan muatannya. Setiap
kontaminan yang memiliki berat molekul lebih besar dari 200 kemungkinan ditolak oleh sistem RO yang
berjalan dengan baik (sebagai perbandingan, molekul air memiliki MW 18). Demikian juga, semakin besar
muatan ionik kontaminan, semakin besar kemungkinan tidak dapat melewati membran RO. Misalnya, ion
natrium hanya memiliki satu muatan (monovalen) dan tidak ditolak oleh membran RO seperti halnya
kalsium misalnya yang memiliki dua muatan. Juga, inilah mengapa sistem RO tidak menghilangkan gas
seperti CO2 dengan sangat baik karena mereka tidak sangat terionisasi (bermuatan) saat dalam larutan dan
memiliki berat molekul yang sangat rendah. Karena sistem RO tidak menghilangkan gas, air permeat dapat
memiliki tingkat pH sedikit lebih rendah dari normal tergantung pada tingkat CO2 dalam air umpan karena
CO2 diubah menjadi asam karbonat.
Reverse Osmosis sangat efektif dalam mengolah air payau, permukaan dan air tanah baik untuk aplikasi
aliran besar maupun kecil. Beberapa contoh industri yang menggunakan air RO termasuk farmasi, air
umpan boiler, makanan dan minuman, finishing logam dan manufaktur semikonduktor untuk beberapa
nama.
Kinerja Reverse Osmosis & Perhitungan Desain
Ada beberapa perhitungan yang digunakan untuk menilai kinerja sistem RO dan juga untuk pertimbangan
desain. Sistem RO memiliki instrumentasi yang menampilkan kualitas, aliran, tekanan, dan terkadang data
lain seperti suhu atau jam operasi. Untuk mengukur kinerja sistem RO secara akurat, Anda memerlukan
minimal parameter operasi berikut:
1. Tekanan umpan
2. Tekanan tembus
3. Tekanan konsentrat
4. Konduktivitas umpan
5. Permeasi konduktivitas
6. Aliran umpan
7. Aliran meresap
8. Suhu

% Penolakan Garam
Persamaan ini memberi tahu Anda seberapa efektif membran RO menghilangkan kontaminan. Ini tidak
memberi tahu Anda bagaimana kinerja masing-masing membran, melainkan bagaimana kinerja sistem
secara keseluruhan secara rata-rata. Sistem RO yang dirancang dengan baik dengan membran RO yang
berfungsi dengan baik akan menolak 95% hingga 99% sebagian besar kontaminan air umpan (dengan
ukuran dan muatan tertentu). Anda dapat menentukan efektifitas membran RO dalam menghilangkan
kontaminan dengan menggunakan persamaan berikut:
Semakin tinggi penolakan garam, semakin baik kinerja sistem. Penolakan garam yang rendah dapat berarti
bahwa membran memerlukan pembersihan atau penggantian.
Bagian Garam %
Ini hanyalah kebalikan dari penolakan garam yang dijelaskan dalam persamaan sebelumnya. Ini adalah
jumlah garam yang dinyatakan sebagai persentase yang melewati sistem RO. Semakin rendah bagian
garam, semakin baik kinerja sistem. Saluran garam yang tinggi dapat berarti bahwa membran memerlukan
pembersihan atau penggantian.

1-25
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

Feed Water Source Gfd


Sewage Effluent 5-10
Sea Water 8-12
Brackish Surface Water 10-14
Brackish Well Water 14-18
RO Permeate Water 20-30

Water Filter – Filter Air

1-26
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

Reverse Osmosis ( WRO )

Produk Reverse Osmosis RO

1-27
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

REVERSE OSMOSIS (RO)


14.1.1 secara ideal unit penjernih dengan teknologi RO merupakan bagian yang integral dari suatu
system air bersih & air minum di suatu lingkungan yang terbatas (rumah, kantor, dan lain-
lain).dewasa ini sumber air bersih yang lazim digunakan masyarakat adalah air ledeng (pam),
dalam penggunaan sistim air bersih di suatu lingkungan (rumah, kantor, dan lain sebagainya)
pada umumnya adalah berupa sumur atau sumber air, pompa hisap-tekan, serta menara air
dan tanki penampung.air yang keluar dari tanki penampung ini belum merupakan air yang siap
minum. masih diperlukan beberapa upaya seperti menyaring atau memasak air itu terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi. dengan menempatkan unit penjernih RO ini di lokasi yang
diinginkan, sistim air bersih dan air minum sudah merupakan sistim yang lengkap dan
sempurna. lnilah lifestyle masa kini : teknologi untuk berbagai kemudahan yang berorientasi
pada peningkatan kualitas air minum berkualitas seyogianyalah memenuhi persyaratan pokok :
jernlh, sehat, dan tidak mengandung bahan klmia.fungsi utama unit penjernih air RO adalah
guna memproses berbagai jenis air baku di atas yang digunakan sebagai input, dalam rangka
menghasilkan sebagai outputnya air berkualitas yang memenuhi persyaratan pokok tersebut.
14.2 cara kerja/proses penjernihan
secara prinsip, proses penjernihan air dilakukan secara bertahap, dimana air dialirkan melalui
kombinasi sejumlah filter sebagai berikut :

filter sedimen 5 mikron. filter dengan ukuran ini efektif untuk menyingkirkan kotoran, karat
dan partikel pasir, yang mempengaruhi rasa, bau dan warna air.

filter sedimen 1 mikron. penggunaan filter ini adalah guna melindungi membran reverse
osmosis dan secara efektif mening-katkan kemampuannya dalam menyingkirkan/ menolak 95
o/o tds (total disolve solids).

filter granular/block activated carbon.filter ini mampu untuk menyingkirkan 99% chlorine dan
bahan kimia yang bersifat organik. juga berfungsi baik dalam mengurangi rasa, bau dan
warna yang mengganggu.menyingkirkan fungisida, pestisida, insectisida, dan herbisida.
membran reverse osmosis. Berupa membran thin film composite (tfc), membran berkualitas
tinggi yang mampu mengalirkan 50 galon air minum berkualitas per hari. membran ini
mampu menyingkirkan kontaminan berbahaya seperti lead, cooper, barium, chromium,
mercury, sodium, cadnium, fluoride, nitrite, nitrate, dan selenium. menyingkirkan bakteria,
e.coli, giardia, cryptosporodium, dan lain-lain. post carbon fiiter. filter ini membuang semua
rasa dan bau yang tidak diinginkan dan meningkatkan kualitas air minum yang dihasilkan.fiiter
ultra-violet water sterilizer uv yang merupakan bagian alamiah dari matahari secara luas
diterima sebagai metoda disinfeksi air yang handal, efislen, dan akrab lingkungan. lampu uv ini
menggunakan panjang gelombang 254 nm yang menyebabkan pembasmian secara cepat atas
mikro-organisme dan mencegah kemampuan mereka untuk bereproduksi.sinar uv membasmi
99. 99o/o bakteria dan virus. fiiter infra-red. filter ini berfungsi untuk mengaktifkan molekul
air dan memperbaiki tingkat oksigen dalam tubuh, menghangatkan dan mengeliminir lemak,
bahan kimia dan racun dari dalam darah sehingga memperlancar jalannya darah, mengurangi
tingkat keasaman di dalam tubuh, memperbaiki fungsi sistim syaraf.

fiiter mineral. filter ini berfungsi untuk memperbaiki kualitas air minum yang dihasilkan
dengan menambahkan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan, seperti
calsium, magnesium, sodium, dan potassium yang umum ditemui pada air murni dari alam.
14.3 Bahan baku produk
bahan baku unit penjernih air terdiri dari kombinasi besi plat untuk bracket, dan keran,
plastik untuk sebagian besar komponen ( housing, tubing, fittings) serta bahan khusus untuk
bermacam filter yang digunakan.
14.4 Teknis pemasangan
seperti disebutkan diatas, mengingat penggunaannya untuk rumah, kantor, dan lain
sebagainya, alat sudah didesain untuk kemudahan bagi para pemakainya (user
friendly).menyangkut teknis pemasangan ini, yang penting adalah bahwa alat diterima
konsumen sudah dalam keadaan terpasang. assembling dilakukan oleh fabrik dengan kontrol
kualitas dan kontrol terhadap aspek kesehatan yang tinggi.pemasangan yang perlu dilakukan
konsumen terbatas pada menghubungkan Pipa input ke sumber air, Pipa output ke keran
khusus, dan Pipa ke tanki air khusus.

1-28
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

keseluruhan pemasangan ini dapat dilakukan dengan sangat mudah karena didukung oleh
desain yang sempurna.memerlukan tukang atau teknisi khusus dalam pemasangan alat ini.
berbagai komponen alat didesain secara khusus yang membuat pekerjaan pemasangan dan
membukanya menjadi sangat mudah tanpa rlslko kebocoran sama sekali.housings untuk
filter dan membrane RO pun didesain dengan ulir yang memudahkan buka pasang, serta
penyediaan kunci khusus yang memudahkan bongkar pasang pada waktu proses penggantian
filter kelak.
14.5 Perawatan alat
perawatan alat terbatas pada penggantian filter secara berkala.umur filter sangat ditentukan
oleh waktu penggunaan alat (beberapa jam sehari atau sepanjang hari) dan kualitas air
input.lamanya penggunaan alat akan menentukan kotoran yang menyangkut di filter,
sebagaimana juga halnya air yang mengandung banyak partikel padat akan lebih cepat
menyumbat pori-pori pada filter.rekomendasi fabrik menyebutkan ada filter yang harus
diganti setiap 6 bulan, 12 bulan,24 bulan dan 36 bulan, tergantung dari jenis masing-masing
filter. teknis penggantian filter ini dapat dilakukan dengan sangat mudah.
14.6 Sumber air
sumber air input diambil dari air sumur pada hakekatnya air dengan berbagai tingkat
kekeruhan dapat disaring secara baik tapi makin keruh air input ini konsekwensinya filter
akan lebih sering diganti.dengan kata lain, seyogianya air input ini adalah berupa air baku yang
sudah relatif jernih secara visual.
Kualitas air yang dihasilkan sebagaimana disebutkan diatas, secara umum, syarat pokok air
minum yang berkualitas adalah air yang tldak tercemar, yaitu air yang jernlh, sehat, dan bebas
bahan kimia.jika diminum , air yang berkualitas ini berslh dan aman untuk diminum ( potable),
dan dengan rasa yang segar dan menyenangkan (palatable).secara kuantitatif, salah satu
parameter yang digunakan guna mengukur kualitas air ini adalah suatu angka besaran yang
lazim disebut total dissolve solid (tds), yaitu kandungan partikel padat terlarut yang terdapat
dalam air. tds ini dapat diukur secara mudah dengan menggunakan tds meter digital.besaran
angka tds ini dinyatakan dalam ppm (parts per million).unit -penjernih RO qwater
menyingkirkan 96% partikel padat dari air yang diprosesnya.dari pengamatan yang yang
dilakukan, tds dari air sumur di kawasan jakarta berkisar antara 80 ppm-300 ppm.jika diukur
dengan tds meter, sejumlah air kemasan dan air isi ulang menunjukkan angka tds sekitar 80
ppm.output dari unit qwater menunjukkan tds yang berkisar antar 4-10 ppm, walau air input
berupa air dengan tds 300 ppm.dengan demikian output air ini sudah aman untuk langsung
diminum tanpa dimasak.terlebih dahulu

FIRE HIDRAN
Hydrant Pillar Two Ways

Spestfikasi fire hydrant pillar yang paling mendasar terbuat dari besi, pada bagian ujung (nozzle)
terbuat dari bahan Brass. Memiliki pembuka katub ke arah kiri dengan ditandai anak panah.Spesifikasi fire
hydrant pillar mengacu pada standar NFPA spesifikasi fire hydrant pillar dibagi dalam empat kategori:

1. Fire hydrant dengan kapasitas pompa lebih dari 1500 gpm masuk sebagai katagori kelas AA,
biasanya ditandai dengan cap berwarna biru.
2. Fire hydrant dengan kapasitas pompa antara 1000 sampai 1499gpm digolongkan katagori A,
ditandai dengan cap berwarna hijau.
3. Fire hydrant dengan kapasitas pompa antara 500 hingga 999 gpm digolongkan katagori B, ditandai
dengan cap hydrant berwana orange.
4. Fire hydrant katagori C kapasitaspompa antara O hingga 499 gpm, ditamdai dengan bagian cap
berwarna merah.

1-29
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung

Hal ini berfungsi untuk membantu petugas kebakaran menentukan berapa banyak konsumsi air yang
tersedia, sehingga petugas pemadam kebakaran dapat menentukan penambahan suplai air.lnstalasi fire
hydrant terpasang terpendam di dalam tanah dan diatas tanah. Pemasangan di dalam tanah( inbow)
memiliki keuntungan instalasi terlihat rapi namun susah dalam perawatan, sedangkan instalasi diluar tanah
( outbow) terkesan kurang rapi namun memudahkan kita dalam perawatan, saat instalasi mengalami
kebocoran dapat segera diketahui dan mudahdalam perbaikan

SPESIFIKASI FIRE HYDRANT PILLAR BERDASARKAN TYPE

Spesifikasi Fire hydrant pillar type One Way memiliki lubang inlet 3 inchi dengan 1 outlet 2,5 inchi,
bagaimana hydrant pillar one way terhubung dengan jaringan pipa utama ? Tergantung seberapa besar
ukuran jaringan pipa utama yang tersedia, 6 inchi 4 inchi atau 3 inchi. Jikainchi 4 inchi atau 3 inchi. Jika
jaringan utama lebih besar dari inlet hydrant pillar two way di butuhkan penyesuaian agar dapat
terhubung dengan baik.Pada spesifikasi hydrant pillar type Two Way memiliki spesifikasi inlet dengan
diameter 4 inchi dan masih masing outlet berdiameter 2 inchi, untuk menghubungkan hydrant pillar type
two ke jalur instalasi utama pada prinsipnya sama dengan hydrant pillar one way. lnstalasi pada
jaringanutama minimal berdiameter sama atau lebih besar dari inlet fire hydrant two way, tidak disarankan
terpasang pada jaringan utama yang lebih kecil dari ukuran inlet hydrant pillar typetwo way.
Spesifikasi hydrant pillar type tree way dengan ukuran inlet lebih besar dibandingkan dengan
hydrant pillar type one way maupun two way, prinsip yang sama dengan beberapa type hydrant
pillar lain bahwa tidakdisarankan dipasang pada instalasidisarankan dipasang pada instalasi hydrant
berdiameter di lebih kecil dari inlet. Untuk diketahui ukuran inlet dan outlet fire hydrant pillar tree
way adalah 6 inch x 2,5 inch x 2,5 inch.

Coupling tersedia dalam 2 varian machino coupling dan VDH


MENENTUKAN SPESIFIKASI FIRE HYDRANT PILLAR
Bagaimana menentukan spesifikasihydrant pillar yang tepat untuk kebutuhan sistem kebakaran
Anda? Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan spesifikasi fire hydrant pillar
• Luas area dan resiko yang akan kita proteksi dari bahaya kebakaran.
• Luas area dan resiko menentukan ukuran pipa utama.
• Kedua hal diatas akan menentukan seberapa besar kebutuhan pompa
hydrant yang harus kita gunakan.pasang sistem kebakaran dengan benar, kesalahan menentukan
spesifikasi dapat berakibat sistem tidak bekerja secara maksimal bahkan beresiko tidak dapat di
digunakan. Jangan sampai investasi yang sudah Anda keluarkan menjadi sia sia

14.2. Pengajuan kesiapan Kerja Dan Porses Uji Coba

a) Kontraktor harus mengajukan secara tertulis setiap bahan yang akan digunakan kepada direksi
untuk disetujui. Direksi berhak menolak apabila bahan yang diajukan tidak sesuai dengan
spesifikasi.
b) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh pekerjaan berikut metode
pelaksanaannya, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan dimulai.
c) Pada Saat Ujioba Harus Sesuai dengan Standar Operasional Yang ketat, dan Pelatihan
Maintenace dan Opersional

14.3. Bahan
1. Pipa Instalasi
Pipa Instalasi Menggunakan Pipa Gip / SNI beserta Acsesoris dengan ketebalan sesuai Sepesifikasi
Standart Pabrik
2. Bahan Harus Berkualitas (SNI )
14.4. Syarat – Syarat Pelaksananan Pekerjaan

Persayaratan
Semua pekerjaan instalasi wajib Menggunakan Tenaga Ahli yang Mengerjakan Prinsip Instalas
Pemipaan dan perpompaan

1-30

Anda mungkin juga menyukai