Anda di halaman 1dari 24

BAB VI.

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1
Syarat-Syarat Khusus

1.1. Pelaksanaan Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan :

1.1.1. Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung SNI 1728-1989.


1.1.2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI
1727-1989-F.
1.1.3. Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding
Bertulang untuk Rumah dan Gedung SNI 1734-1989-F.
1.1.4. Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding
Bertulang untuk Rumah dan Gedung SNI 1734-1989-F.
1.1.5. Spesifikasi Bahan Bangunan SK SNI-04-1989-F, SK SNI-05-1989-F, dan SK
SNI-06-1989-F.
1.1.6. Tata Cara Pengecatan Kayu SK SNI-T-08-1990-F.
1.1.7. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok SK SNI T-11-1990-F.
1.1.8. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1977 yang diterbitkan oleh
Yayasan Normalisasi Indonesia.
1.1.9. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1961 yang diterbitkan
oleh Yayasan Normalisasi Indonesia.
1.1.10. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) tahun 1982
1.1.11. American Society For Testing & Materials (ASTM).
1.1.12. Standar Industri Indonesia (SII).
1.1.13. AV 1941/SU 41 Algemene Voorwarden Voor De Uitvoering Bij
Aannemening Van Openbare Werken.
1.1.14. American Institute of Steel Construction (AISC).
1.1.15. American Welding Society (AWS).
1.1.16. Petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal 2
Uraian Pekerjaan

2.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi namun tidak terbatas pada :

2.1.1. Pekerjaan Pembangunan Kantor DPRD Kabupaten Malaka


yang meliputi

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 1


a. Pekerjaan Clering
Meliputi pekerjaan pembersihan lahan dari tanaman-tanaman,
pemotongan batang-batang pohon. Kemudian membuangnya
keluar lokasi.
b. Pekerjaan Galian dan Timbunan
Semua item yang terdapat dalam gambar perencanaan.Yaitu
adanya pekerjaan turap beton, pondasi turap batu gunung dan
pondasi badan bangunan.
c. Pekerjaan Beton dan Pasangan
Semua item yang terdapat dalam gambar perencanaan.Yaitu
adanya pekerjaan Pondasi beton, kolom-kolom , Balok , Kolom
beton struktur atau kolom praktis

2.2. Sarana Bekerja dan Tata Cara Pelaksanaan.

2.2.1. Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan Personil


yang dianggap memadai sebagai penanggung jawab dan dengan
wewenang yang penuh dilapangan.

Site Manager tersebut harus memenuhi kualifikasi minimal sebagai


Tenaga Ahli dan mempunyai Sertifikat Keahlian.

Kontraktor harus mengajukan Curriculum Vitae Personil yang


bersangkutan untuk memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi.

2.2.2. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata


diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Direksi berhak meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan
peralatan pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk menjamin
kecepatan, mutu dan ketepatan pekerjaan.

Semua biaya sewa dan mobilisasi peralatan tersebut dianggap telah


diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.

Sebagai gambaran, peralatan minimal yang harus digunakan dalam


pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

a. Generator Set.
b. Beton molen
c. Mesin pemadat (Stamper)
d. Mesin penggetar beton (Vibrator)
e. Alat-alat Ukur (Theodolite – Level dll)
f. Bor Listrik
g. Ketam Listrik
h. Alat-alat pertungan sederhan wajib dimuliki oleh setiap tukang.
i. Excavator
j. Alat-alat lain yang diperlukan

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 2


2.2.3. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana,
Berita Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk
dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

Pasal 3
Ukuran – Ukuran

Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem millimeter ,centimeter dan


meter. Peil + 0,000 mengikuti peil bangunan yang sudah ada pada saat ini.

Pasal 4
Papan Nama Proyek

4.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor terlebih dahulu membuat papan


nama proyek.

4.2. Papan nama proyek dipasang sesuai dengan standar yang berlaku
berdasarkan petunjuk dari Direksi dan menjadi beban Kontraktor.

4.3. Papan nama proyek dimaksud harus dipasang dilokasi proyek dan harus
ditempat yang dapat dilihat dengan bebas.

Pasal 5
Pekerjaan Persiapan

5.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.


Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum pekerjaan
utama dimulai, sehingga semua kotoran, puing-puing, sampah, rumput,
batang kayu dan lain-lain tidak ada lagi di job site. Dengan demikian seluruh
area job site terlihat dengan jelas.

5.2. Selama Pekerjaan Berlangsung.

Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan job site selama pekerjaan


berlangsung. Kebersihan yang dimaksud disini meliputi :

5.2.1. Kebersihan terhadap kotoran-kotoran yang disebabkan oleh sisa-sisa


pembuangan berbagai jenis sampah.

5.2.2. Kebersihan terhadap kotoran-kotoran bekas bongkaran bongkaran


material bangunan.

5.3. Setelah Pekerjaan Selesai.


Setelah pekerjaan selesai dan sebelum diadakan penyerahan pekerjaan
kepada Pemilik, Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segala

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 3


macam kotoran, puing-puing dan semua peralatan yang digunakan selama
masa konstruksi. Kotoran-kotoran tersebut harus dikeluarkan dari job site atas
biaya Kontraktor.

Pekerjaan pembersihan merupakan bagian dari progress pekerjaan,


sehingga bila hal ini belum diselesaikan secara tuntas, maka pekerjaan tidak
akan dianggap selesai 100 (seratus) %.

5.4. Pengukuran Mutual Check ( MC )

Sebelum pekerjaan dilaksanakan, kontraktor harus melakukan pengukuran


di lapangan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai
semua dilaksanakan atau akhir pekerjaan finishing.

Pedoman utama pelaksanaan pekerjaan pengukuran di lapangan, adalah


patok beton yang merupakan titik tetap utama ( “ Bench Mark “ ) yang akan
ditentukan oleh Direksi pekerjaan. Patok dipasang minimal 2 (dua) buah
patok tambahan yang terbuat dari beton, yang akan dijadikan sebagai titik
bantu utama, diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana
bangunan, dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara
langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan untuk
lahan pekerjaan yang cukup panjang perlu ditambah patok beton sebagai
titik Bantu utama dengan jarak + 500 m atau , Sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan.

Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil pengukuran


sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disyahkan oleh Direksi
pekerjaan, dan selanjutnya dipakai sebagai pedoman untuk penggambaran
rencana gambar pelaksanaan (“Construction Drawing”). `

Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran, jalan dll. harus


dilaksanakan dengan jarak/ interval paling jauh setiap 50 m atau sesuai
instruksi Pengguna Jasa, khususnya pada lokasi tikungan, jarak tersebut harus
lebih dekat/ pendek yang dimulai dari titik awal tikungan, tengah-tengah
tikungan dan ujung akhir tikungan.

Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil pengukuran


harus disyahkan oleh Direksi pekerjaan, dan dari waktu ke waktu selama
masa pelaksanaan pekerjaan akan dipergunakan sebagai dasar
perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan.

Semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus disyahkan oleh Direksi
pekerjaan dan dipergunakan sebagai dasar acuan guna
mempersiapkangambar purna bangun (As built Drawing).

Mutual Check (MC-0%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang


dihitung oleh Penyedia Jasa berdasarkan gambar kerja dan disetujui
Pengguna Jasa. Perhitungan kuantitas pekerjaan tersebut harus disampaikan

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 4


oleh Penyedia Jasa paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum pekerjaan
tersebut dilaksanakan, kepada PPTK untuk mendapatkan persetujuan.

Penyedia Jasa tidak diperbolehkan melaksanakan pekerjaan bila Mutual


Check (MC-0%) pekerjaan bersangkutan belum mendapat persetujuan
Pengguna Jasa. Kegagalan Penyedia Jasa dalam mendapatkan
persetujuan dari Pengguna Jasa atas MC-0% yang ia sampaikan, tidak dapat
dipergunakan sebagai alasan Penyedia Jasa untuk mengusulkan
perpanjangan waktu pelaksanaan.

Pekerjaan dimaksud antara lain :


1.1. Pengukuran saluran untuk MC : pekerjaan saluran dan drainase
1.2. Pengukuran bangunan untuk MC : pekerjaan bangunan.
1.3. Pengukuran lokasi pek.untuk MC : pekerjaan parit/saluran, bangunan
lainnya yang sejenis, Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung
berdasarkan yang tertera dalam daftar kuantitas dan harga (bill of
Quantity).

5.5. Pembersihan Lokasi / land clearing sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan


tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua akar-akar tanaman /
tumbuhan Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak
belukar dan Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu,
semak belukar yang ada di lokasi pekerjaan.

Sisa akar-akar bekas pembersihan lapangan harus dibersihakan dan lubang-


lubang bekas bongkaran / galian harus diisi dengan tanah kemudian pohon
dan semak semak tadi dibuang dari tempat pekerjaan.

.
Pasal 6
Keamanan Proyek, Izin Membangun, Asuransi

6.1. Keamanan Proyek.

Selama berlangsung proyek, Kontraktor bertanggung jawab atas semua


personil yang ditempatkan, termasuk personil Direksi (Pengawas). Untuk itu
Kontraktor wajib memberikan daftar nama personil setiap hari sebelum
memulai pekerjaan kepada Direksi. Kontraktor harus menempatkan petugas
jaga/keamanan selama 24 jam untuk menjaga material/barang-barang milik
Kontraktor dilapangan, termasuk keamanan seluruh pekerjaan.

Kontraktor wajib menyediakan alat-alat pemadam kebakaran dan


bertanggung jawab atas kemungkinan terjadinya kebakaran selama masa
pelaksanaan hingga penyerahan terakhir (kedua) proyek ini kepada
Pemimpin Proyek.

6.2. Izin Membangun.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 5


Semua biaya yang timbul akibat izin-izin yang diperlukan dalam
pembangunan proyek ini, menjadi beban Kontraktor dan harus
diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.
Pemilik proyek membantu secara administrasi untuk memperoleh izin-izin
tersebut.

6.3. Asuransi dan Keselamatan Kerja.

Kontraktor harus mengasuransikan personil yang ditempatkan sesuai dengan


ketetapan Pemerintah yang berlaku, (Jamsostek, dll). Kontraktor harus
menjamin keselamatan kerja semua personil termasuk personil Direksi &
Konsultan sesuai dengan Peraturan Keselamatan Kerja termasuk pemakaian
alat-lat perlindungan kerja seperti helm, sepatu safety, kaos tangan, sabuk
pengaman dan lain-lain.

Kontraktor harus mengasuransikan seluruh pekerjaan/bangunan yang


dilaksanakan pada proyek ini (Construction All Risk) terhadap bahaya
kebakaran selama masa pelaksanaan hingga habisnya masa pemeliharaan.
Biaya yang timbul akibat asuransi ini menjadi beban Kontraktor, untuk itu
dianggap telah diperhitungkan didalam penawaran Kontraktor pada bagian
keuntungan dan resiko.

Polis dari asuransi CAR ini diserahkan kepada PPTK paling lambat sebelum
Angsuran I (Pertama) direalisir.
6.4. Direksi Keet.

Kontraktor harus menyediakan Keet untuk pengawas dan Direksi seluas 18 m2


sesuai kebutuhan dengan perlengkapan minimal :

6.4.1. 2 (dua) unit meja tulis (1/2 biro) lengkap dengan kursinya.
6.4.2. 1 (satu) unit komputer lengkap printer dan meja.
6.4.3. 1 (satu) White Board lengkap dengan spidol dan penghapus.
6.4.4. 1 (satu) buah buku tamu & 1 (satu) buah buku harian lapangan.

6.5. Gudang Meterial.

Kontraktor wajib membuat gudang material dan peralatan seluas minimal 18


m2. Gudang tersebut terutama dimaksudkan untuk penyimpanan material
atau peralatan yang memerlukan perlindungan terhadap alam ataupun dari
pencurian.

6.6. Generator Set & Penyediaan Air Sementara.

6.6.1. Gen-Set (kalau perlu).

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 6


Untuk keperluan perlengkapan pada malam hari dan untuk keperluan
bekerja, Kontraktor harus menyediakan dan mengoperasikan satu unit
generator dengan kapasitas minimal 10 (sepuluh) KVA.
Instalasi listrik yang dipasang untuk keperluan kelancaran pekerjaan ini
harus dipasang berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku
dan oleh Instalatur PLN setempat.

6.6.2. Penyediaan Air Sementara.

Untuk keperluan bekerja dan juga untuk Direksi Keet, Kontraktor wajib
menyediakan penampungan air yang memadai. Kualitas air harus
memenuhi syarat kesehatan standar WHO. Kontraktor bertanggung
jawab sepenuhnya atas akibat yang timbul dari pemakaian air yang
tidak memenuhi syarat. Tempat mandi dari pekerja harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak akan membuat lapangan/job site
menjadi becek dan kotor.

Pasal 7
Metode Pelaksanaan dan Gambar Kerja

7.1. Metode Pelaksanaan.

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor yang diwakili oleh Site


Manager harus memberikan rencana tertulis mengenai Metode
Pelaksanaan.
Metode pelaksanaan harus dipresentasikan dihadapan Direksi Lapangan,
dan Konsultan Perencana. Hasil dari presentasi metode pelaksanaan setelah
disetujui bersama oleh Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas
merupakan keputusan yang mengikat didalam pelaksanaan pekerjaan ini.

7.2. Gambar Kerja, Laporan Harian & Backup Data

7.2.1. Kontraktor wajib membuat gambar kerja/ shop drawing atas


rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan.

7.2.2. Kontraktor wajib membuat Laporan Harian atas pekerjaan


Yang telah dilaksanakan setiap harinya.

7.2.3. Setelah Pekerjaan dinyatakan selesai, kontraktor wajib membuat as


build drawing dan backup data.

7.2.2. Direksi Lapangan berhak memerintahkan Kontraktor untuk membuat


gambar kerja (shop drawing) diatas kertas kalkir atas bagian-bagian
pekerjaan yang memerlukan penjelasan lebih detail.

7.2.3. Pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud baru bisa dilaksanakan jika


shop drawing telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 7


Pengawas, yang ditandai dengan “tanda tangan” diatas kertas cetak
birunya (blue print).

Pasal 8
Pekerjaan Tanah
8.1. Umum.

8.1.1. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, perlengkapan, alat


pengangkutan dan alat lainnya yang diperlukan untuk pekerjaan
tanah.

8.1.2. Karena sifat galian berbeda, ada kemungkinan terjadi peerubahan


perancangan pada pelaksanaan pekerjaan untuk beberapa tahap.
Perubahan tersebut harus dilakukan seizin Direksi Lapangan. Demikian
semua penggalian, pengurugan dan cara pengurugan harus
mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan.

8.1.3. Terhadap terkumpulnya air atau lumpur yang berada dilapangan


maupun yang masuk dari tempat lain, maka Kontraktor harus selalu
menyiapkan pompa air/lumpur yang bila diperlukan dapat bekerja
terus menerus untuk menghindarkan genangan air/lumpur tersebut.

8.2. Penggalian.

8.2.1. Umum.

a. Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk juga pembuangan


semua benda dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu
pelaksanaan pekerjaan pembangunan.

b. Penggalian harus sesuai dengan garis dan peil yang tertera pada
gambar.

c. Kemiringan pada penggalian harus pada sudut kemiringan yang


aman.

d. Galian dan penyangga harus dibuat sedemikian rupa sehingga


terdapat ruang yang cukup baik untuk bekerja maupun untuk
meletakkan bekisting dan hal lainnya selain untuk pondasi.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 8


e. Kontraktor harus menyediakan, menempatkan memelihara dan
menjaga penyangga dan penumpukan yang mungkin diperlukan
untuk bagian samping bangunan.

8.2.1. Kelebihan Galian Tanpa Perintah.

Setiap kelebihan galian dibawah permukaan yang telah ditentukan


harus diurug kembali sampai permukaan semula dengan pasir. Pasir
tersebut harus dibasihi seperlunya dan dipadatkan dengan baik untuk
mencegah amblasnya bangunan yang akan dikerjakan. Pekerjaan
tersebut diatas dilaksanakan dengan biaya Kontraktor.

8.2.2. Kelebihan Galian Yang Diperlukan.

a. Atas perintah Direksi Lapangan, Kontraktor harus melakukan galian


lebih banyak. Setelah galian selesai permukaan tanah harus
diratakan dan dibasahi seperlunya dan dipadatkan dengan baik.

b. Lubang galian harus digali lebih dalam atas perintah Direksi


Lapangan sampai kedalaman yang ditentukan menurut ukuran
dalam, lebar dan sesuai dengan peil yang tercantum dalam
gambar.

8.3. Pengurugan Kembali.

8.3.1. Umum.

a. Pengurugan kembali tidak boleh dijatuhkan langsung pada


struktur atau pipa.
b. Bahan pengurugan kembali harus bahan terpilih, kecuali bila
dinyatakan lain.
c. Pengurugan kembali dilakukan sampai kepermukaan tanah asal
galian.
d. Bahan pengurugan kembali.

8.3.2. Bahan pengurugan kembali harus seperti apa yang diuraikan


dibawah ini :

a. Bahan terpilih.

Yang dimaksud dengan bahan terpilih adalah bahan galian


semula atau yang datangnya dari tempat lain yang terdiri dari
batu atau benda yang lebih besar dari 5 cm dan juga tidak
mengandung bahan organis, seperti rumput, akar atau tumbuhan
lainnya serta bersifat mudah memuai.

b. Pasir.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 9


Pasir untuk pengurugan kembali harus bersih, teratur dan halus
agak kasar, tidak menggumpal dan bebas dari tahi logam, arang,
abu, sampah atau bahan lainnya yang tidak dikehendaki oleh
Direksi lapangan. Pasir tersebut tidak boleh mengandung lebih dari
10 % (sepuluh sepersen) berat tanah liat. Pengurugan dengan pasir
laut tidak diizinkan.

Pasal 9
Pekerjaan Batu dan Plesteran

9.1. Umum.

Sebelum mengadakan pembelian/pengiriman/pemasangan, Kontraktor


harus menyerahkan contoh bahan kepada Direksi lapang untuk memperoleh
persetujuan. Contoh harus mencerminkan mutu, texture, warna dan
kekuatan yang akan digunakan dalam pekerjaan.

9.2. Persyaratan Bahan.

Semua bahan harus dari texture dan ukuran seperti contoh yang diajukan,
serta memenuhi syarat :

9.2.1. Batu Bata.

Semua batu bata harus dari mutu kelas satu, padat, keras matang
pembakarannya, benar dan seragam ukurannya, mempunyai ujung
persegi dan harus sesuai dengan Standar Industri setempat. Semua
batu bata untuk satu bangunan harus berasal satu pabrik ex local,
dengan ukuran minimal 8x8x18cm

9.2.2. Bahan Perekat.

Semen, pasir (agregat halus) dan air harus memenuhi ketentuan


dalam pekerjaan beton menurut SNI.T-15-1991-03.

9.3. Pemasangan Batu Bata.


9.3.1. Semua pekerjaan pemasangan batu bata harus dipasang tegak dan
mengikuti garis. Pemasangan harus seragam. Pemasangan tidak
boleh lebih dari 1 meter diatas bagian bawahnya sebelum kolom
praktis dicor, kecuali bila ada persetujuan dari Direksi Lapangan.
Tebal siar harus 1 (satu) cm.
Bila sudah agak mengeras, maka seluruh siar harus dikorek dengan
sendok bulat atau alat lain yang dibenarkan.

9.3.2. Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi terlebih dahulu dan bersih
dari kotoran (direndam dalam air sehingga buihnya habis). Batu bata
harus dipasang tegak lurus dengan bantuan bentangan benang yang

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 10


sipat datar. Pemasangan batu bata dilakukan dengan adukan 1pc : 4
Ps kecuali :

a. Dinding kedap air, yaitu dinding dibawah lantai mulai dari sloof
pondasi sampai atas lantai dan 20 cm diatas lantai, serta dinding
yang berhubungan dengan air (toilet) sampai dengan 150 cm
diatas latani, dilakukan dengan adukan 1pc : 2ps.
b. Semua ujung-ujung dinding, sudut-sudut, pinggiran, lubang dan
sebagainya dilakukan dengan adukan 1pc : 3ps.

9.3.3. Pasangan dinding bata dilaksanakan secara bertahap, setiap tahap


terdiri maximum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom
praktis setiap 12 m2. Pembuatan lubang pada pasangan bata untuk
steiger sama sekali tidak diperkenankan.
Pasangan batu bata yang berbatasan dengan kolom beton /baja
harus diberi angker besi dia. ½” minimal jarak 60 cm.

Setiap pertemuan tegak lurus dari dinding pasangan batu bata diberi
kolom praktis 11 x 11 cm dari beton bertulang K – 175 dengan
pembesian 4 dia. 10 cm dan beugel dia. 6 – 20 cm.

Pada setiap bagian kosen yang berhubungan langsung dengan


pasangan dinding batu bata harus diberi kolom praktis dan balok latei
beton praktis (balok latei) yang berfungsi sebagai penahan dinding
dari atas dan sekililingnya.

Semua angker, pipa-pipa, peralatan dan lain-lain yang akan ditanam


dalam dinding batu bata harus dipasang pada saat pekerjan
pasangan batu bata dilaksanakan.
Sisa-sisa adukan yang berserakan pada saat pemasangan harus
dibersihkan.

9.4. Plesteran atau Aci

9.4.1. Bahan.

a. Semen.
Semen harus Portland Cement (PC) sesuai dengan SNI.T-15-1991-03
dan pasal pekerjaan beton.

b. Pasir.
Agregat halus (pasir) harus bersih, keras dan awet, bebas dari
minyak, bahan organis dan unsur lain yang merusak dan harus
sesuai dengan ketentuan pasal pekerjaan beton.

c. Air.
Air unuk mencampur harus bersih, segar dan bebas dari bahan
yang merusak, seperti minyak, alkali, asam atau bahan nabati.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 11


9.4.2. Campuran dan Tebal.

a. Campuran.
Adukan plesteran harus dicampur dengan perbandingan sesuai
ketentuan yang telah ditentukan dalam tebal tersebut dibawah ini.

b. Tebal.
Semua plesteran harus dipasang menurut tebal berikut. Tebal
tambahan diperlukan menutup bagian yang tidak rata pada
beton atau permukaan pekerjaan pasangan.

Tebal standar dari ukuran yang dipasang pada dinding luar dan
dalam adalah 15 - 20 mm.

T E B A L (MM)
LPS LPS LPS TEBAL
KASAR SEDNG HALUS SELURUHNYA
Dinding Dalam 8 5 2 15
Dinding Luar 8 5 2 15
Bagian Lain 8 5 2 15

9.4.3. Penggunaan.

a. Lapisan Kasar.
Lapisan kasar harus menutupi seluruh bidang dinding. Sebelum
lapisan kasar mengeras, harus dibuat goresan melintang untuk
memperoleh ikatan mekanis bagian lapisan sedang. Lapisan ini
harus dibasahi selama tidak kurang dari 24 jam dan dibiarkan jenuh
sebelum lapisan sedang dipasang.
Lapisan kasar harus dipasang merata dan dengan cukup tekanan
untuk menghasilkan ikatan yang baik.

b. Lapisan Sedang.
Sebelum mulai memasang lapisan sedang, permukaan dari lapisan
kasar harus dibasahi.
Lapisan sedang harus dibentuk menjadi suatu permukaan yang
betul-betul rata, kemudian dibuat kasar dengan mistar kayu atau
dibuat goresan melintang untuk meperoleh letakan lapisan halus.
Lapisan ini harus tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan agar
mengering.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 12


c. Lapisan halus.
Lapisan halus tidak boleh dipasang sebelum lapisan sedang
menyesuaikan diri selama 7 (tujuh) hari. Sesaat sebelum lapisan
halus dipasang, lapisan sedang harus dibasahi lagi secara merata.

Kemudian disendok sedemikian rupa, sehingga butir pasir terpaksa


masuk kedalam plesteran dan dengan penyendokan terakhir
diperoleh permukaan yang licin dan bebas dari bidang yang
kasar, tanpa bekas sendok atau noda lainnya.
Lapisan halus dibasahi sekurang-kurangnya 2 (dua) hari dan
selanjutnya harus dilindungi terhadap pengeringan yang cepat
sampai mengeras dengan seksama dan sempurna.

Pasal 10
Pekerjaan Beton Bertulang

10.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan untuk pekerjaan atau struktur seperti


sloof, balok, kolom dan ring balk, dipasang pada bidang-bidang
sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar rencana pelaksanaan.

10.2. Persyaratan Material

10.2.1. Referensi

a. SKBI-2.3.53.1987
b. SNI 03-1727-1989
c. SNI 03-1728-1989
d. SNI 03-1736-1989
e. SNI 03-1750-1990
f. SNI 03-1756-1990
g. SNI 03-2461-1991
h. SNI 03-2495-1991
i. SNI 03-2834-1992
j. SNI 03-2847-1992
k. SNI 03-2854-1992
l. SNI 03-2914-1992
m. SNI 03-3976-1995
n. SK SNI S-36–1990–03
o. SK SNI T-28-1991-03
p. SK SNI T-15-1992-03

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 13


10.2.2. Persyaratan Material

a. Portland Cement (PC)


Semua PC yang digunakan harus PC dengan merk standar yang
disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan
PC tipe I sesuai spesifikasi yang termuat dalam SNI dan harus sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam merk. PC.
PC harus disimpan dengan baik, dihindarkan dari kelembaban
sampai tiba saatnya untuk dipakai.
PC yang telah mengeras atau membatu tidak boleh digunakan.
PC harus disimpan sedemikan rupa sehingga mudah untuk
diperiksa dan diambil contohnya.

b. Batu split/krikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta
tidak mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun
jumlah yang cukup banyak, yang dapat memperlemah kekuatan
beton.
Split/krikil harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI
1734-1989, atau daftar berikut ini:

Split/Krikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan Ayakan % Lewat Ayakan
(Berat Kering) (Berat Kering)
30 mm 100 10 mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
2.5 mm 0–5 0.6 mm 25 – 60
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10

c. Air.

Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan
kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar.
Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum.

d. Bahan Pembantu (Admixture).

Atas pilihan Kontraktor atau permintaan Direksi/Konsultan


Pengawas, bahan pembantu boleh ditambahkan pada campuran
beton untuk mengatur pengerasan beton, efek penggunaan air
atau penambahan mutu beton, biaya penambahan bahan
pembantu ditanggung oleh Kontraktor.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 14


Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan
dapat diterima dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas, dan
penggunaannya sesuai dengan petunjuk penggunaan dari produk
tersebut dan yang disyaratkan dalam “BAHAN PEMBANTU” sesuai
dengan SNI 03-2495-1991.

Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak


tergantung ada atau tidak adanya penggunaan bahan
pembantu dan pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk
dari pabrik.

e. Tulangan Baja

Tulangan baja harus mempunyai diameter yang sesuai dengan


gambar rencana dan bebas dari karat. Untuk tulangan baja
dengan diamater   13 mm menggunakan Baja Tulangan
Deform/ulir (U 32), dan untuk tulangan baja dengan diamater  <
13 mm menggunakan Baja Tulangan Polos (U24), dan dapat
ditunjukkan dengan sertifikasi dari pabrik.

Harus dilakukan pengujian minimum 2 sampel untuk tiap macam


diameter dari setiap 20 ton besi. Pengujian ini dilakukan pada
laboratorium yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas atas
biaya Kontraktor.
Semua pembengkokan, penyambungan dan panjang penyaluran
harus sesuai dengan SK SNI T-15-1992-03.

10.2.3 Kualitas beton yang diinginkan.

Dengan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas,


Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan cor beton dengan
menggunakan sistem beton siap pakai (ready mix concrete) yang
terlebih dahulu memberikan data spesifikasi mutu beton yang
dikehendaki kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan
pengecoran dilaksanakan.

10.3. Syarat Pelaksanaan dan Pengecoran.

Semua persyaratan bahan dan pelaksanaan harus memenuhi standar yang


berlaku di Indonesia dan merupakan pemilihan bahan yang terbaik dengan
pengawasan yang ketat dari Direksi/Konsultan Pengawas. Pemilihan bahan
dan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar pelaksanaan akan
mendapatkan hasil yang sempurna.

10.3.1. Rencana Kerja, Metode Pelaksanaan dan Ijin Pengecoran.

Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis rencana kerja dan


metode pelaksanaan pengecoran kepada Konsultan Pengawas untuk

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 15


mendapat persetujuan tertulis, sebelum pekerjaan pengecoran
dimulai.

Sebelum dilaksanakan pengecoran, dilaksanakan pemeriksaan


bersama Kontraktor dan Konsultan Pengawas dan apabila telah
memenuhi syarat ijin pengecoran dapat dikeluarkan.

10.3.2. Trial Mix Design dan Perbandingan Adukan

a. Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus


melaksanakan rencana pengadukan beton/trial mix design untuk
mendapatkan mutu beton yang dikehendaki. Untuk itu Kontraktor
perlu melakukan pengujian material di laboratorium yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas untuk semua material beton.

Berdasarkan analisa dan hasil tes sampel tersebut, laboratorium


akan merencanakan suatu campuran beton (mix design) dengan
slump yang telah disyaratkan.
Sebagai kontrol suatu campuran beton, data-data yang harus
tertulis dalam laporan mix design mencakup:

- Tipe dan gradasi material agregat


- Asal agregat
- Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat
isi agregat, modulus halus butir pasir, kadar lumpur, dll.
- Tipe dan merk PC
- Tipe, merk dan komposisi bahan additives (apabila digunakan)
- Komposisi takaran beton dan takaran dalam 1 m 3
- Keterangan tentang beton(kemudahan pekerjaan, segregasi
kohesi dan lain-lain
- Hasil tes silinder beton

b. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh
agregat) tidak boleh melampaui 0.50 (perbandingan berat).
Perbandingan campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan
untuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki dengan
kepadatan, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang lebih baik
dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang


disebabkan oleh perubahan tersebut di atas.

c. Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm 2 (MPa)


dibuat dengan percobaan beton silinder ( 15 cm tinggi 30 cm).
Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan SNI
03-2834-1992. Copy hasil tes harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 16


d. Percobaan yang dilakukan di lapangan, pengambilan contoh
campuran dan pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh
Konsultan Pengawas.

e. Suatu kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang dari
70% dari beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak
untuk memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC ke dalam
campuran beton. Dan apabila terdapat beton dengan umur 28
hari yang tidak mencapai mutu beton yang dikehendaki, maka
pengecoran selanjutnya harus dihentikan sampai persoalan
tersebut dapat diselesaikan oleh Kontraktor dan Konsultan
Pengawas.

f. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan adukan beton harus


cukup. Waktu pengadukan beton harus tetap dan normal
sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya
bahan-bahan yang terpisah satu dengan yang lainnya. Jumlah air
dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan melihat
perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan
(agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen,
kekentalan dan kekuatan beton yang dikehendaki.

g. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya


sesuai dengan SNI-3976-1995. Slump yang digunakan dalam proyek
ini adalah 7.5 – 10 cm sesuai yang ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas. Untuk maksud dan alasan tertentu, dengan persetujuan
Konsultan Pengawas dapat dipakai nilai slump yang menyimpang
dari ketentuan di atas asal dipenuhi hal-hal sebagai berikut:

- Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi


- Tidak terjadi pemisahan dari adukan
- Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability)

10.3.3. Persyaratan Bekisting

a. Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk


membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut
garis dan permukaan yang diinginkan. Kontraktor harus
bertanggungjawab atas perencanaan yang memadai untuk
seluruh bekisting.

b. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan


Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekisting.

c. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat


persetujuan dari Konsultan Pengawas.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 17


d. Papan bekisting harus terbuat dari plywood, papan yang
diserut/diketam rata dan halus, dalam keadaan baik
sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang
sempurna seperti terperinci dalam spesifikasi ini.

e. Toleransi yang diijinkan adalah  3 mm untuk garis dan permukaan.


Bekisting harus demikian kuat dan kaku terhadap beban dan
lendutan adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap
beban konstruksi. Bekisting harus tetap menurut garis dan
permukaan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
pengecoran.

f. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip
atau adukan kelur dari sambungan.

g. Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan


setara dengan umur beton 28 hari dan harus dengan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas. Pembongkaran dilaksanakan
dengan statis, tanpa goncangan atau kerusakan pada beton.

10.3.4. Pengecoran Beton

a. Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan


dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya
yang ditunjuk serta pengawas Kontraktor yang setaraf ada di
tempat kerja.

b. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk, panas


yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang
baik, seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

c. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke


dalam papan bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat
menyebabkan terlepasnya split/krikil dari adukan beton. Beton
juga tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton
yang sudah dicor.

10.3.5. Peralatan Ready Mix.

Kontraktor dapat menggunakan beton ready mix setelah mendapat


persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Semua data spesifikasi
dan peralatan yang akan digunakan harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas.
Peralatan yang digunakan seperti truk molen, concrete pump dan lain
lain harus dalam keadaan baik, terawat dan berfungsi dengan baik
apabila digunakan.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 18


10.3.6. Pemadatan dan Penggetaran

a. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai mencapai


kepadatan maksimum sehingga bebas dari kantong/sarang krikil
dan menutup rapat pada semua permukaan dari cetakan dan
material yang melekat.

b. Semua beton harus dipadatkan dengan vibrator dengan


kecepatan minimum 7000 rpm yang bergetar pada bagian dalam
(dari jenis alat “tenggelam”) dalam waktu maksimal 10 detik setiap
kali dibenamkan. Pada waktu yang sama dilakukan pengetukan
pada dinding bekisting sampai betul-betul mengisi pada bekisting
atau lubang galian dan menutupi seluruh permukaan bekisting.

c. Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau dengan


petunjuk dari Konsultan Pengawas dan tidak boleh mengenai
bekisting maupun penulangan.
10.3.7. Perawatan Beton

a. Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah


selama sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan
cara penyiraman air, karung goni basah, atau cara-cara lain yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

b. Air yang yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi


spesifikasi air untuk campuran beton.

Pasal 22
Pekerjaan Kayu

22.1. Lingkup Pekerjaan.

22.1.1. Pekerjaan Kayu Kasar.

1. Pekerjaan rangka atap (kaso-kaso dan reng) lengkap


yang tidak ditampakkan (unexposed).
2. Pekerjaan kayu kasar lainnya saperti tercantum dalam
gambar kerja.

22.1.2. Pekerjaan Kayu Halus.

1. List tepi langit-langit.


2. Pekerjaan kayu halus lainnya seperti tercantum dalam
gambar kerja.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 19


22.2. Persyaratan Bahan.

22.2.1. Mutu dan Kualitas Kayu.


Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan
yang terurai pada butir berikut ini. Semua kayu yang
dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus, tanpa cacat
mata kayu, tidak putih kayu dan tidak retak.

22.2.2. Pekerjaan Kayu Kasar.


Kayu Meranti dan Bangkirai sesuai dengan gambar.
Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu
kelas A, kelas keawetan II dan kelas kekuatan II.

22.2.3. Pekerjaan Kayu Halus.


Kayu Bangkirai, oven untuk listplank, kusen, list plafond
dan plint serta kayu halus lainnya.

22.2.4. Kelembaban.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 3 cm, disyaratkan
kelembaban kayu tidak lebih dari 14 % terpasang.
Untuk ketebalan kayu tidak lebih dari 7 cm, diijinkan
kelembaban kayu 25 % maximum.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 sampai 3 cm
diijinkan kelembaban kayu 18 % maximum.
Kelembaban kayu atau kadar air kayu (moisture
content) tersebut diatas diperiksa dengan alat pemeriksa
kelembaban kayu.

22.2.5. Pengawetan Kayu.


Semua kayu (terkecuali kayu lembaran) yang
dipergunakan harus sudah melalui proses pengeringan
(dry klin) dan harus sudah diberi bahan anti rayap
sebelum pelaksanaan finishing. Persyaratan pekerjaan
anti rayap sesuai dengan yang tercantum pada
pekerjaan perlindungan. Penimbunan kayu ditempat
pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan ini harus
diletakkan disuatu tempat, didalam ruangan yang kering
dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan harus dilindungi dari kerusakan. Timbunan
kayu tersebut harus diberi alas sehingga tidak langsung
terhampar dilantai.

22.2.6. Bahan dan Alat Bantu.


Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan
referensi SII 0282/80. Bahan perekat adalah lem putih
untuk kayu produk HENKEL atau yang setara. Semua

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 20


pangikat berupa paku, sekrup, bout, dynabolt, kawat
dan lain-lain harus digalvanisasi.

22.3. Persyaratan Pelaksanaan.

22.3.1. Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan Kayu.


Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, kepada
Kontraktor diwajibkan untuk :
1. Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara
pemasangan dan detail sesuai gambar kerja.
2. Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan
ketepatan pemasangan dilapangan.
3. Khususnya untuk pekerjaan kayu halus Kontraktor
harus membuat shop drawing untuk detail
pemasangan dan sistem perkuatan.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor
harus selalu mengkoordinasikan dengan paket
pekerjaan elektrikal, mekanikal, sanitasi khususnya
apabila didalam pekerjaan ini terdapat pemasangan
fixtures dan armatur maupun jalur-jalur dari pekerjaan
tersebut. Agar diusahakan pelaksanaan
pemasangan instalasi sebelum pelaksanaan kayu
sehingga tidak terjadi pembongkaran.

5. Kontraktor harus menyediakan manhole untuk


pemeliharaan/perawatan instalasi pekerjaan lain
tersebut yang tersembunyi di balik permukaan kayu
yang luas. Bentuk, ukuran, profil, pola, nat dan peil
yang tercantum dalam gambar kerja adalah hasil
jadi/finish. Bila ada penyimpangan tanpa persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus
membongkar dan memperbaiki kembali tanpa
mengurangi mutu yang disyaratkan. Biaya untuk hal
ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak
dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah.

6. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos,


baut, plat panggantung, angker, dynabolt, sekrup,
paku dan lem perekat harus sudah diberi lapisan anti
karat yang memenuhi parsyaratan dalam Pasal
Pekerjaan Pengecatan di buku ini. Khusus pada
permukaan bidang tampak/exposed tidak
diperkenankan pemasangan paku tetapi harus
disekrup atau cara lain yang disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas.
7. Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam
gambar dianggap kurang kuat oleh Kontraktor, maka
menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 21


menambahkannya setelah disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas.

8. Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat meng-klaim


sebagai pekerjaan tambah. Kontraktor harus
memperhatikan dan melaksanakan sesuai gambar
kerja atau petunjuk Direksi/ Konsultan Pengawas
untuk sambungan dan hubungan kayu dengan
bahan/material lain terutama pada pekerjaan kayu
halus.
9. Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan
halus. Setelah dempul kering kemudian digosok
dengan ampalas halus. Sebelum pemasangan untuk
semua logam yang melekat pada kayu, semua
logam tersebut harus sudah diberi lapisan
perlindungan atau lapisan cat seperti yang
diisyaratkan.

22.3.2. Pekerjaan Kayu Kasar.


a. Pemakaian bahan untuk pekerjaan kayu kasar
adalah sebagai berikut :
b. Kayu Bangkirai untuk rangka atap (kuda-kuda,
konsol, gording). Kayu meranti untuk kaso dan reng.

22.3.3. Pekerjaan Kayu Halus.


a. Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan
kayu yang akan diperlihatkan/ exposed dan
permukaan kayu yang akan dilapis/ditempel dengan
bahan/material finishing harus diserut halus dan rata.
Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu
halus harus menggunakan mesin tanpa kecuali dan
tidak diperkenankan mengerjakan di tempat
pemasangan. Persyaratan ini mencakup pula untuk
penyerutan. Setelah penyerutan mesin, baru
kemudian diperkenankan penyerutan tangan.
Sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan
ketelitian yang tepat dan rapih terutama pada
bagian yang diperlihatkan (exposed).
b. Sambungan list-list pada sudut harus berupa
sambungan adu manis dan siku. Sambungan antara
papan kearah memanjang harus berupa
sambungan ekor burung. Pekerjaan kayu ini harus
dilaksanakan menurut pola dan urutan pengerjaan
sesuai dengan yang ditentukan/disyaratkan dalam
gambar kerja atau oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 22


22.3.4. Perlindungan Terhadap Pekerjaan Kayu Yang
Tersembunyi.
a. Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi
dari segala kerusakan baik berupa benturan, pecah,
retak, noda dan cacat lainnya.
b. Apabila hal tersebut diatas ditemui, maka Kontraktor
harus membongkar dan mangganti tanpa
mengurangi mutu. Biaya untuk pekerjaan ini adalah
tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat diklaim
sebagai pekerjaan tambah.

22.3.5. Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) Kayu.


Pekerjaan “finishing” kayu lihat Pasal Pengecatan pada
buku ini.

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 23


Pasal 25
Penutup

25.1 Semua sisa-sisa bahan bangunan, alat-alat bantu harus dikeluarkan dari
Komplek SLBN, segera setelah pekerjaan selesai atas biaya Kontraktor. Untuk
itu Kontraktor harus memperhitungkan hal ini dalam penawarannya, khusus
mengenai mobilisasi dan demobilisasi peralatan.

25.2 Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam RKS ini namun memerlukan
penyelesaian dilapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian oleh
Direksi Lapangan, Konsultan Perencana dan Kontraktor serta
diketahui/disetujui oleh Pengguna Jasa.

Malaka , 2017

Dibuat oleh,
Disetujui oleh, Konsultan Perencana
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) PT. INTRA PERSADA KONSULTAN
BIDANG CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN

LUKAS JOSEF NAHAK, ST HASRI, ST


NIP. 19711018 2000003 1 003 DIREKTUR

Mengetahui,
KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN MALAKA

YOHANES NAHAK .ST


NIP. 1966231 200012 1 036

RKS PERENCANAAN TEKNIS KANTOR DPRD KABUPATEN MALAKA BAB VI 24

Anda mungkin juga menyukai