Anda di halaman 1dari 17

RENCANA KERJA & SYARAT (RKS)

TAHUN ANGGARAN : 2022


PEKERJAAN : Belanja Konstruksi Pembangunan Sistem Pengolahan Air
limbah Domestik - Terpusat Kel Kiduldalem RW 02
LOKASI : KELURAHAN KIDULDALEM RW. 02

PASAL 1
PEKERJAAN YANG AKAN DILAKSANAKAN

1. Lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana adalah :


Belanja Konstruksi Pembangunan Sistem Pengolahan Air
limbah Domestik - Terpusat Kel Kiduldalem RW 02
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN

Selain Pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor Pelaksana
juga dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam pasal-pasal
selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri dari :
1. Penyediaan tenaga.
2. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan.
3. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
4. Penyediaan peralatan.
5. Penyediaan bahan.
6. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan).
7. Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (As built Drawing).
8. Pembenahan/perbaikan kembali lingkungan sekitar dan pembersihan lokasi terdampak.

PASAL 3
PENYEDIAAN TENAGA

1. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai
untuk kegiatan ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. 1 (satu) orang Pelaksana Pekerjaan, SMU/SMK yang berpengalaman minimal 3 tahun yang selalu
ada dil lapangan, mempunyai SKT dan NPWP.
b. 1 (satu) orang tenaga K3 proyek, SMU/SMK yang berpengalaman 1 tahun.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, kontraktor harus menyediakan tenaga mandor, tukang dan
pekerja yang cukup terampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1 (satu) orang draftman bila diperlukan
untuk pembuatan shop drawing.
3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 dan 2 di atas
apabila diminta oleh pengawas berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis yang masuk akal.
Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan direksi.
4. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri dalam hal
pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya dan mengenai pembayaran, perumahan,
makan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus menjadi
haknya berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik Kegiatan selama masa
Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemilik Kegiatan.
6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus memberikan
prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi kegiatan.
7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi kegiatan fasilitas pertolongan pertama dalam
kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas pertolongan pertama,
sesuai dengan keinginan Direksi.
8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di lokasi atau
dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan. Kontraktor juga harus melaporkan kecelakaan
tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut disyaratkan oleh undang-undang.

PASAL 4
PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk barchart
dan Net Work yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir
komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana selambat-
lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud
ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
3. Bila selama waktu 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai Kontraktor Pelaksana belum dapat
menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka kontraktor pelaksana harus dapat menyajikan
jadual pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari
pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus
dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan dua mingguan ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

PASAL 5
PENYEDIAAN PERALATAN

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan alat dan
bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan dinilai oleh Direksi. Bila
Direksi menilai barak/gudang tersebut tidak layak layak dengan alasan-alasan teknis, maka Kontraktor
Pelaksana harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Kontraktor juga harus membuat papan nama kegiatan yang berisikan data/informasi mengenai kegiatan,
dan terbuat dari kayu dengan tulisan hitam warna dasar putih.
3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup ditempat pekerjaan untuk para pekerja, kotak obat
yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja. Bila terjadi
kecelakaan ditempat pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus segera mengambil tindakan penyelamatan.
Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana (dalam hal
ini Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengikuti ASTEK).
4. Semua material yang tersebutkan didalam butir 1, 2 dan 3 diatas setelah selesainya pelaksanaan
kembali menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari lapangan pekerjaan.

PASAL 6
PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan-bahan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu
dan jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan konstruksi sesuai dengan jadual
pelaksanaan.

2. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini. Sedangkan bahan-bahan
bangunan yang belum disebutkan di sini akan diisyaratkan langsung di dalam pasal-pasal mengenai
persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.

a. Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan penyiraman guna
pemeliharaannya harus air tawar yang bersih tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat
organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan pelaksanaan
konstruksi oleh laboratorium. Bila air yang digunakan dari sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan
rekomendasi laboratorium.

b. Semen Portland (PC)


Semen Portland yang digunakan adalah PC jenis I memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia)
harus satu merk untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum
mengeras sebagian atau seluruhnya. Penyimpanan harus dilakukan dengan cara dan didalam
tempat (gudang) yang memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan diatas.

c. Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur, asam, garam
dan bahan organis lainnya yang terdiri atas
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus , yang lazim disebut pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak
antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir pasang.
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi dari
laboratorium.

d. Kerikil (Kr)
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan bermutu baik
serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat tercantum dalam PBI 1971.

e. Batu bata
Batu bata untuk pekerjaan pasangan dinding dan lain-lain yang disebutkan didalam gambar, harus
menggunakan batubata merah yang memenuhi standart sebagai berikut :
1. Berukuran standart dan berwarna merah bata tua sebagai hasil dari pembakaran yang
sempurna/matang.
2. Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikopek dengan tangan, berpermukaan rata dan
tidak menampakkan retak-retak merugikan.
3. Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga
pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 50% permukaan bata tertutup oleh bercak-
bercak putih.

f. Batu Belah
Batu belah harus dari batu gunung yang keras, tidak porus berukuran berat sesuai yang disyaratkan
dalam gambar rencana dan minimal ketiga sisinya merupakan hasil pecahan.

g. Kayu Struktural
Kayu struktural yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah kayu mutu baik dan hanya memiliki
cacat maksimum sebagai berikut :
1. Mata kayu tidak lebih dari ¼ x lebar muka kayu.
2. Pingul maksimum 1/10 x lebar muka kayu.
3. Serat miring dengan tangen maksimum 1/7.
4. Retak radial maksimum 1/3 x tebal kayu dan retak tangensial maksimum ¼ x tebal kayu.
5. Lubang-lubang sampai dengan 1,55 mm maksimum 4 lubang/1000 cm2 1,5 mm s/d 3 mm
2 2
maksimum 3 lubang/100 cm , lebih dari itu maksimum 2 lubang/100 cm .
6. Cacat yang lain lebih dari 2 x lebar permukaan kayu dan dengan jumlah cacat komulatif tidak
melebihi satu cacat maksimum.

h. Kayu Non Struktural


Yang dimaksud dengan kayu non struktural disini adalah kayu mutu baik untuk selimar pintu dan
jendela. Kayu tersebut harus bergergaji mesin, lurus dan berkualitas baik, dengan cacat maksimum
yang diperkenankan adalah sebagai berikut :
1. Cacat maksimum 1% x lebar
2. Pingul maksimum 1% x lebar
3. Serat miring maksimum Tg=1/10
4. Ø mata kayu maksimum 1/6 x lebar retak dan retak tangensial maksimum 1/5 lebar muka kayu.
Pemakaian ukuran yang tercantum dalam gambar pelaksanaan dan Rencana Kerja dan Syarat
adalah mentah, belum diketam, dengan toleransi masing-masing maksimal 3 mm.

PASAL 7
PEMBUATAN SHOP DRAWING (GAMBAR KERJA)

1. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor Pelaksana sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan bila :
a. Gambar detail konstruksi yang tertuang dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai.
b. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan) pada
konstruksi yang mendahuluianya.
Misalnya : Gambar kerja untuk konstrusi kuda-kuda atap bila terjadi penyimpangan kedudukan kolom
tempat bertumpunya kuda- kuda tersebut.
c. Konsultan Pengawas memerintahkan secara tertulis, untuk itu demi kesempurnaan konstruksi.

2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum elemen konstruksi
yang bersangkutan dilaksanakan.

PASAL 8
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)

1. Sebelum penyerahan pekerjaan I, kontraktor pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan yang terdiri dari :
a. Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya
b. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar perubahan.

2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 diatas harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.

3. Gambar sesuai pelaksanaan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat
Penyerahan I. Kekurangan dalam hal ini akan berakibat Penyerahan Pekerjaan I tidak dapat
dilaksanakan.

PASAL 9
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI

1. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan kontraktor pelaksana meliputi:


a. Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan mengalami
kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar pekerjaan pokok yang
mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya : jalan, halaman dan lain
sebagainya).

2. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa pelaksanaan termasuk
bowkeet dan direksi keet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir.

PASAL 10
PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT

Peraturan Teknik yang dikeluarkan / ditetapkan oleh Pemerintah RI :


Apabila tidak disebutkan di dalam RKS dan gambar maka berlaku mengikat peraturan-peraturan di bawah ini
:

1. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPBB NI-3/56 1983)


2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961 (PKKI NI-5)
3. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
4. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
5. Peraturan –peraturan Pemerintah / PERDA Setempat
6. SKSNI-T-15-1991-03
7. Pedoman Perencanaan untuk struktur Beton Bertulang biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk
Gedung 1983.

PASAL 11
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS yang harus diikuti :


1. Apabila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar detail yang
diikuti.
2. Apabila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang diikuti,
kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan
ketidaksempurnaan/ketidaksesuain konstruksi harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas
terlebih dahulu.
3. Apabila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti, kecuali bila hal tersebut
terjadi karena kesalahan penulisan yang jelas mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus
mendapatkan keputuasan Konsultan Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi. Bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedangkan RKS tidak,
maka gambar yang harus diikuti, begitu juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan Gambar setelah mendapatkan
perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

PASAL 12
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban meneliti kembali seluruh Dokumen Pelaksanaan secara seksama
dan bertanggung jawab.
Apabila di dalam penelitian tersebut dijumpai :
a. Hal-hal yang disebutkan dalam sub pasal 11 diatas.
b. Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis yang bila dilaksanakan
dapat menimbulkan kerusakan atau kegagalan struktur.
Maka Kontraktor Pelaksana wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan
menangguhkan pelaksanaannya sampai memperoleh keputusan yang pasti dari Konsultan Pengawas.
2. Apabila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pemeriksaan Dokumen
Pelaksanaan tersebut yang menyebabkan terjadi ketidak sempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur
bangunan, Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah
dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan
Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

PASAL 13
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan, pembuatan dan kelalaian pegawai,
pekerja atau pun orang-orang yang mempunyai hubungan kerja dengannya.
2. Kontraktor akan menyediakan peralatan keselamatan seperti diharuskan oleh hukum, yang diperlukan
untuk keselamatan pegawai dan masyarakat (menyediakan helm dan sepatu lapangan standard proyek
untuk keperluan Direksi dan Konsultan Pengawas).
3. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala
kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
4. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan
bagi semua petugas dan pekerja yang ada dibawah perintah Kontraktor.
5. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagii semua
petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan didalam site, untuk para pekerja tidak
diperkenankan, kecuali untuk penjaga keamanan.
6. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh
Kontraktor sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
7. Kontraktor bertanggung jawab atas pembersihan kembali perlengkapan keselamatan kerja.
8. Kontraktor wajib menyediakan Direksi Keet untuk Konsultan Pengawas dengan kebutuhan ruang yang
cukup untuk :
a. Ruang Konsultan Pengawas.
b. Ruang Pertemuan/Rapat lengkap dengan meja besar dan panjang serta kursi, papan tulis (white
board dan spidol warna).

PASAL 14
PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Lingkup Pekerjaan

a. Hak bekerja di lapangan


Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada Kontraktor selama waktu
pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan pada waktu peninjauan.
Setiap kelambatan atas penyerahan lapangan ini dapat dipertimbangkan oleh Pengelola Kegiatan
sebagai perpanjangan masa pemeliharaan.
b. Pembangunan Direksi Kit
c. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank.
d. Pekerjaan Pembersihan lokasi (bongkaran bangunan lama yang ada di lokasi).
e. Pengadaan listrik dan air kerja di lapangan.
f. Pemasangan papan nama proyek.
g. Sarana prasarana mobilisasi alat.
h. Kontraktor harus menyediakan kotak obat/PPPK.

b. Bahan-bahan

Dolken kayu dia 8 cm


Portland Cement (PC)
Seng Gelombang kecil t= 2m
Pasir Cor
Batu pecah Tangan 2/3
Papan meranti 3/20 cm.
Kayu meranti 5/7 cm untuk tiang bouwplank.
Paku-paku.
Cat/meni untuk tanda perletakan as-as.
Pasir pasang
Balok
Bata merah 22x11x5
Atap seng gelombang
Multiplek 6mm
Grendel pintu
Engsel pintu ARCH 4”

c. Syarat – Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

a. Pembangunan direksikeet
Apabila Kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksikeet Gudang) maupun tempat
penimbunan bahan, maka kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu kepada pengelola
Kegiatan tentang penggunaan halaman ini
Merupakan Pembangunan Kantor sementara di dalam site yang menggunakan lantai plesteran.
b. Pekerjaan Pengukuran dan Pasang Bouwplank
 Unsur-unsur yang terkait untuk pengukuran dan pasang bouwplank adalah: Pihak Proyek
Universitas Brawijaya, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor.
 Dasar untuk pengukuran dan lay-out bangunan adalah gambar lay-out dari Konsultan
Perencana.
 Alat ukur yang digunakan adalah theodolith untuk menentukan letak sudut-sudut bangunan
dan benang untuk mengukur panjang dan as-as bangunan.
 Pemasangan bouwplank harus kuat, dengan mempergunakan papan meranti 3/20 cm dan
tiang meranti 5/7 yang dipancang kuat-kuat pada tanah. Semua titik as (sumbu-sumbu) harus
diberi tanda dengan cat dan tampak jelas, serta tidak mudah berubah-ubah.
 Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan dengan permukaan tanah yang
merupakan elevasi  0.00 m bangunan.
 Hasil pengukuran bouwplank harus dibuat Berita Acara Pengukuran yang disetujui oleh
Direksi.
 Pada bagian dalam bouwplank, dimana bangunan didirikan, tidak diijinkan untuk menumpuk
tanah, batu kali atau bahan lainnya.
c. Pekerjaan Pembersihan Lokasi
Lokasi perletakan bangunan harus bersih dan rata serta apabila masih ada bangunan di lokasi,
maka Kontraktor wajib untuk membongkar dan membersihkan.
d. Jalan masuk ketempat pekerjaan
1. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan serta akomodasi
tambahan diluar Daerah Kerja, menjadi tanggungan Kontraktor.
2. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan lainnya yang
disebabkan adanya pembangunan ini. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kembali,
selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.
3. Kontraktor diharuskan menyiapkan di Lokasi Kegiatan Alat-alat pengaman terhadap
kebakaran dan keamanan kerja lainnya.

PASAL 15
PEKERJAAN GALIAN

1. Galian dilaksanakan dengan kedalaman dan bentuk sesuai gambar rencana, pada tempat–tempat yang
berkaitan dengan gambar rencana tersebut.
2. Alat berat yang akan didatangkan terlebih dahulu harus mendapatkan ijin dari instansi yang terkait,
semisal DLLAJR dan Polisi.
3. Akses masuk alat berat ke lokasi proyek harus telah dipersiapkan oleh kontraktor, sehingga tidak
mengganggu aktivitas kegiatan di sekitar site.
4. Pembuangan galian dengan menggunakan dump-truck, Kontraktor hendaknya telah memperhitungkan
tingkat efisiensi serta durasi waktu antara pemuatan dan pembuangan, sehingga tidak terjadi
penumpukan dump-truck di lokasi proyek.
5. Tonase dump-truck yang dipakai hendaknya juga harus diperhatikan sehingga dapat meminimalkan
kerusakan akses jalan ke lokasi proyek.
6. Tanah bekas galian harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atau ditempatkan pada tempat yang
tidak mengganggu jalannya pekerjaan selanjutnya, atau ditempatkan pada tempat–tempat yang
direncanakan dan memerlukan timbunan tanah.
7. Sebelum pelaksanaan penggalian, harus diadakan koordinasi untuk mengantisipasi keberadaan jaringan
instalasi di seputar area galian.
8. Pelaksanaan penggalian harus dilaksanakan secara hati–hati agar tidak merusak jaringan/instalasi yang
ada.

PASAL 16
PEKERJAAN TANAH

3.1 Umum
(a) Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan tartah sebagaimana dituntut oleh gambar dan Dokumen
Kontrak yang berhubungan.
(b) Sebelum pekerjaan tanah dimulai Kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua Dokumen Kontrak
yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari kondisi pekerjaan, meninjau pekerjaan dan kondisi-
kondisi yang ada, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup
pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan kegiatan.Pengukuran harus
ditakukan dengan alat ukur Theodolit atau sejenisnya yang sobelum dipakai harus diperiksaldisetujui
Direksi Teknik.
(c) Kontraktor harus mempertimbangkan hambatan yang mungkin terjadi pada kondisi lapisan bawah
tanah, walaupun telah dilakukan penyelidikan tanah oleh Konsultan Perencana bilamana perlu,
berdasarkan pertimbangan dan tanggung jawabnya, Kontraktor diperkenankan untuk melaksanakan
penyelidikan tanah tambahan atas biaya sendiri dan melalui persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.
(d) Tanah atau site diserahkan kepada Kontraktor dalam rangka pelaksanaan pembangunan ini seperti
apa adanya seluruh pekerjaan pembersihan dan penyesuian ketinggian-ketinggian halaman/lantai,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

3.2 Uraian
(a) Pekerjaan Galian dan Pengeboran
(i) Galian tanah bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi air/listrik, sumun septictank dan
peresapan serta bagian-bagian yang ditunjukkan dalam gambar
(ii) Pengeboran untuk strauss pile dengan 30 cm.
(b) Pekerjaan Urugan Pada Bangunan.
(i) Urugan tanah bekas lubang galian dan dibawah lantai untuk peninggian permukaan.
(ii) Urugan pasir di bawah pondasi dan lantai.
(c) Pekerjaan Timbunan Tanah Diluar Bangunan.
Timbunan tanah diluar seluas (P + 10) x (L + 10) m dengan ketinggian peil lantai bangunan yang
ditentukan.

3.3 Bahan-Bahan
(a) Umurn
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir sebelum digunakan harus seijin
Direksi.
(b) Urugan Tanah
(i) Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan organisme lainnya yang
dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu sendiri.
(ii) Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian.
(c) Pasir Urug
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.

3.4 Syarat-Syarat Pelaksanaan


(a) Pekerjaan Galian.
(i) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus membersihkan atau meratakan tanah tersebut,
termasuk sebelumnya juga membersihkan kotoran-kotoran dan segala macam tanaman sampai
keakar-akarnya.
(ii) Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akan pokok kayu,
longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.
(iii) Pekerjaan penggalian untuk pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan dasar pelaksanaan
bauwplank terpasang
(iv) Galian tanah pondasi harus dibuang diluar bouwplank dan diratakan diluar sedernikian rupa
hingga tidak mudah gugur kembali ke dalam lubang parit pondasi.
(v) Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gamban atau telah mencapai tanah keras. Yang
2
dimaksud dengan tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya dukung 1 kg/cm , hal-
hal yang menyimpang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan lebih atau kurang
(vi) Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (v) belum mendapatkan tanah keras, maka
Kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya
(vii) Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada tanah keras lebih dalam,
dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan kedalaman yang dimaksud dalam
gamban maka Penyesuaian kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa
biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
(viii) Pada galian tanah yang mudah longsor Kontraktor harus mengadakan tindakan pencegahan
dengan memasang penahan atau cara lain yang disetujui Direksi.
(ix) Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam galian
harus dihindarkan dari genangan air Untuk itu Kontraktor harus menyediakan pompa air
dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
(b) Pekerjaan urugan/timbunan
(i) Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan bongkahan-
bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
(ii) Pengurugan dilaksanakan dengan menggunakan sirtu tanah urug, yang sudah ada/bekas
galian atau selapis demi selapis (25 cm) dilaksanakan dengan mesin pemadat dan dipadatkan
sampai mancapai kepadatan yang cukup sempurna dan disetujui Direksi sedangkan untuk
ketebalan masing-masing disesuaikan dengan gambar rencana, demikian juga untuk urugan
pasir di bawah lantai.
(iii) Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai, Kontraktor harus
memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai akibat
konsolidasi urugan.
(iv) Semua urugan termasuk sirtu dan pasir urug harus bebas dari batu-batuan dan benda lainnya
yang dapat merugikan.
(v) Semua urugan harus diambil samplenya guna mengetahui tingkat kepadatannya. Hasil
kepadatannya (CBR) harus mencapai nilai 100.
3
(vi) Pengukuran volume urugan harus sesuai dengan gambar rencana dalam satuan m .
Tanah urug yang tidak terpakai termasuk tanah bekas galian harus segera diratakan pada tempat yang
telah ditentukan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi.

PASAL 17
PEKERJAAN BATU, PASANGAN

1. Lingkup pekerjaan

a. Pasangan dinding bata merah


Dipasang sesuai dengan gambar yang menunjukkan dinding, dipasang di atas sloof, dan juga
dipasang sebagai dinding bangunan juga dipasang sebagai dinding septictank,bak kontrol, dan
saluran riol keliling tapak. Selain itu juga dipasang sebagai dinding sumur resapan, hanya saja
merupakan pasangan dinding bata merah kosong atau tanpa plesteran.
b. Pasangan dinding partisi
Dipasang sesuai dengan gambar yang menunjukkan dinding partisi, yakni pada dinding-dinding
pemisah ruang bagian dalam.
c. Pasangan batu andhesit
Di pasang pada bagian dinding eksterior, dipasang sesuai dengan dimensi dan bentuk yang tertera
dalam gambar.

2. Bahan – Bahan

Untuk pekerjaan pasangan bata merah, pasangan dinding partisi, dan pasangan batu andhesit, bahan-
bahan yang diperlukan :
a. Batu bata
 Bata merah harus berkualitas baik, ukuran minimal sesuai yang ada di pasaran.
 Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar, padat dan tidak menunjukkan
retak-retak.
 Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya pada rusuk yang panjang pada
bidang keras dan kasar sepanjang 1 m, maka panjangnya berkurang akibat aus maksimum 1 cm.
b. Semen Portland (PC)
Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk lain yang sekualitas dan yang
digunakan harus satu jenis merk pabrik.
c. Pasir pasang

3. Syarat – Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

a. Pasangan Dinding Bata merah


1. Pasangan dinding batu bata pada umumnya adalah pasangan batu bata ½ batu dengan
perekat (spesi) campuran 1 pc : 5 ps. Dilaksanakan pada seluruh bagian atau dinding kecuali
yang disebut sebagai pasangan trasraam di dalam sub bab berikut nanti.
2. Sebelum dipasang, batu bata harus direndam air hingga jenuh.
3. Seluruh pekerjaan pasangan harus dibuat lurus baik secara vertikal maupun horisontal,
sehingga menghasilkan bidang-bidang yang betul-betul rata.
2
4. Setiap luas pasangan dinding ½ bata termasuk pasangan trasramnya mencapai 12 m sudah
harus dipasang frame-frame yang berupa kolom-kolom beton praktis dan balok-balok ring
beton praktis.
5. Tinggi pasangan termasuk pasangan trasraamnya untuk setiap hari tidak boleh melebihi 1 m.
6. Pasangan dinding yang telah mengering harus selalu dipelihara dengan disiram air minimal 1
kali setiap 2 hari.
7. Menggunakan plinth kolt (ban-banan), ukuran dan bahan sesuai dengan gambar

PASAL 18
PEKERJAAN PLESTERAN

17.1. Plesteran Beton

1. Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata.
Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus dan rata,
maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan seperti yang
dimaksudkan di dalam Gambar Rancangan Pelaksanaan.
2. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih dahulu dengan pekerjaan
pendahuluan berurutan sebagai berikut :
 permukaan dibuat kasar dengan betel
 dibasahi dengan air
 disaput air semen (PC)
3. Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 pc : 3 ps yang diaduk secara benar hingga menjadi
homogen.
4. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 1,5 cm.
5. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC).
6. Termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah plesteran pada bagian dinding atau kolom beton
yang mengalami pembongkaran atau pemotongan.

17.2. Plesteran Dinding Batu Bata

1. Seluruh permukaan pasangan dinding batu bata yang tampak harus menghasilkan permukaan
yang halus dan rata dengan diplester hingga menghasilkan permukaan seperti yang
dimaksudkan di dalam Gambar Rancangan Pelaksanaan.
2. Sebelum plesteran dinding dilaksanakan, pekerjaan-pekerjaan yang tersebut di bawah ini harus
sudah selesai terlebih dahulu :
a. Siar-siar pasangan batu bata sudah merupakan alur hasil kerukan.
b. Seluruh jaringan perpipaan yang tertanam didalamnya telah terpasang sempurna.
c. Pasangan telah mengering.
d. Konstruksi yang menaunginya telah terpasang.
3. Sebelum diplester permukaan batu bata harus disiram air hingga jenuh.
4. Mortar plesteran harus dari campuran dengan perbandingan yang sama dengan spesi
pasangan dindingnya.
5. Plesteran harus menghasilkan bidang dinding yang benar-benar rata dan halus.
6. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC).
7. Termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah sisa bagian dinding yang mengalami pembongkaran,
pemotongan, atau perbaikan.
8. Campuran plesteran 1 Pc : 5 Ps

PASAL 19
PEKERJAAN BETON BERTULANG

19.1. Bekisting

1. Bahan untuk bekisting terdiri atas :


a. Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 9 mm.
b. Klem bekisting.
c. Perancah dan penyangga lainnya menggunakan kayu ukuran 5/7 atau menggunakan
scalfoding.
2. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
a. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau tekanan
lateralnya pada saat pengecoran.
b. Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting kolom
disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2 cm dari permukaan dasar yang telah
mengeras.
c. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi lain yang sudah selesai
dikerjakan.
Untuk dapat memenuhi hal ini, Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar pelaksanaan
(shop drawing) lebih dahulu beserta perhitungan konstruksinya, dan telah mendapatkan
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas sebelum pemasangan bekisting dilaksanakan.
3. Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali dengan ijin
Direksi/Konsultan Pengawas secara tertulis.
4. Bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan lain selain yang disebutkan di atas, boleh
dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
5. Apabila menginginkan hasil beton cor berbentuk bulat, disarankan menggunakan
bekisting/cetakan dari besi yang siap pakai dan telah mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.

19.2. Tulangan

1. Baja tulangan secara umum adalah baja tulangan polos Ø10 mm, Ø12 mm dan Ø8 mm dengan
mutu baja rencana fy 240 Mpa, didalam gambar perencanaan ditandai dengan Ø sebagai kode
diameternya untuk tulangan polos.
2. Baja tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya harus dilakukan pengujian
laboratorium lebih dahulu menurut prosedur teknis yang berlaku, dan biaya pengujian
sepenuhnya harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus dianggap telah termasuk
di dalam faktor-faktor penawaran.
3. Bila tulangan yang didatangkan di lapangan tidak diperkenankan langsung dikerjakan sebelum
mendapatkan pembenaran/persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
4. Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada/sulit dipasaran,
Kontraktor Pelaksana harus segera mengajukan permintaan ijin tertulis yang dilampiri dengan
rencana perubahan beserta perhitungan teknis dan waktu pelaksanaannya.
5. Bila Direksi/Konsultan Pengawas meluluskan, maka Kontraktor Pelaksana dapat
melaksanakannya sesuai dengan ijin Direksi.
6. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan, pemasangan tulangan
lewatan dan lain-lain) harus memenuhi standart yang telah disyaratkan di dalam SKSNI 03
2001, tentang tata cara pembetonan.
7. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton decking yang
jumlah, penempatan dan mutunya harus disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
8. Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran harus bebas dari
kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi daya rekat antara
campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
9. Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat (Rust Remover)
yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan.
10. Untuk penggunaan bahan kimia tersebut Kontraktor harus memperoleh petunjuk yang jelas dari
Produsen dan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.

19.3. Adukan Beton

1. Adukan beton harus memenuhi mutu karakteristik beton fc 30 Mpa sesuai dengan rekomendasi
di dalam SKSNI 03 2001.
2. Sebelum mix design dilakukan, Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian agregat di
laboratorium. Bahan agregat yang dipakai untuk perencanaan campuran beton (mix design)
harus telah mendapatkan rekomendasi dari laboratorium dan dipakai sebagai tolak banding
pemeriksaan dengan agregat yang didatangkan di lapangan.
3. Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman didalam pelaksanaan pekerjaan
ini harus dikalibrasikan dalam perbandingan campuran dengan satuan volume (bukan berat)
yang selanjutnya dinyatakan dalam takaran bahan di lapangan.
4. Kontraktor juga harus menyediakan beton molen dengan kapasitas memadai dan dalam kondisi
baik serta harus dijamin dapat berfungsi baik selama masa pelaksanaan pekerjaan. Bila terjadi
beton molen tidak dapat berfungsi dengan baik/rusak, maka kontraktor berkewajiban untuk
segera memperbaikinya atau mengganti dengan yang baru sepanjang tidak mengganggu jadual
waktu pelaksanaan pekerjaan pengecoran.
5. Penggunaan beton molen dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas. Penggunaan molen adalah apabila dianggap penggunaan ready mixed tidak
memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton di lokasi proyek, atau volume yang akan di
cor terlalu sedikit.

19.4. Pengecoran Beton

1. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka Kontraktor
harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi kapan pengecoran dilaksanakan.
2. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
a. Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan, bekisting serta pemasangan beton
decking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan persetujuan Direksi/Konsultan
Pengawas.
b. Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta dinyatakan
dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja.
c. Kontraktor telah membuat Schedule Rencana pengecoran dan strategi pengecoran berupa
gambar tataletak bahan serta arah pengecoran.
d. Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk pelaksanaan pekerjaan
pentahapan telah dipersiapkan dan dibuat terlebih dahulu.
e. Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut didalam sub butir a, b, c dan d di atas telah
mendapatkan pembenaran dari Direksi/Konsultan Pengawas. Seluruh persiapan di atas,
apabila telah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas berdasarkan hasil pemeriksaan dan
penilaian di lapangan pekerjaan, maka Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.
3. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen. Angka
kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan didalam SKSNI 03 2001.
serta harus sesuai dengan rekomendasi dari laboratorium yang telah ditunjuk.
b. Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton dengan rasio sesuai yang
diatur di dalam SKSNI 03 2001, maka rasio benda uji akan ditetapkan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Setelah pencapaian umur yang cukup, benda-benda uji ini harus ditestkan ke
laboratorium dengan biaya Kontraktor. Bila hasil laboratorium ternyata mutu beton yang telah
dilaksanakan tidak memenuhi syarat maka dilakukan test-test selanjutnya di lapangan sesuai
prosedur yang telah di atur di dalam SKSNI 03 2001. Bila test-test di lapangan ini masih
mendapatkan hasil mutu beton dibawah Fc 30 Mpa maka Kontraktor berkewajiban
membongkar pekerjaan ini dan melaksanakan kembali tanpa mendapatkan ganti rugi
apapun.
c. Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator. Pelaksanaannya harus dilakukan secara
semestinya yakni pencelupan vibrator harus diusahakan tegak lurus, secara perlahan-lahan,
demikian juga penarikan vibrator. Selama pengecoran, vibrator tidak boleh disentuhkan
tulangan dan bekisting. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) buah
vibrator cadangan selama pekerjaan pengecoran berlangsung.
d. Dalam hal menggunakan ready mix, maka harus mematuhi “retention time” yang telah
ditentukan.
4. Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, Konsultan
Pengawas/Direksi berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

19.5. Pemeliharaan Beton

1. Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar matahari
langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.
2. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan cara-
cara sebagai berikut :
a. Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara teratur
sampai dibongkar.
b. Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya permukaan plat
lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak saat pengecoran,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
3. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah bekisting
dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
4. Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau memakai bagian beton
sebagai tumpuan selama menurut Direksi/Konsultan Pengawas bahwa beton tersebut belum
cukup mengeras.

19.6. Pembongkaran Bekisting

1. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :


a. Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai SKSNI 03 2001.
b. Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban kerja di
atasnya bila hal tersebut akan dilaksanakan, atau bangunan akan difungsikan.
2. Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan ijin
pembongkaran secara lisan kepada Direksi/ Konsultan Pengawas. Namun sebelum Direksi
memberikan ijin secara tertulis (baik melalui surat resmi maupun tertulis dalam buku Direksi),
Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pembongkaran.
3. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa sehingga :
a. Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun konstruksi
lainnya.
b. Tidak membahayakan pekerja lain.
4. Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi dengan mortar
beton sesuai campuran asal.
5. Bahan-bahan bekisting bekas bongkaran harus dikumpulkan di suatu tempat atas petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas sehingga tidak menghambat jalannya pelaksanaan selanjutnya.
6. Akibat-akibat dari kekhilafan Kontraktor Pelaksana dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawabnya.

19.7. Pendimensian Struktur Beton

1. Yang dimaksud dengan beton-beton praktis adalah semua elemen konstruksi beton yang bukan
merupakan elemen struktural. Persyaratan campuran untuk beton-beton praktis ini adalah 1 pc :
2 ps : 3 kr atau minimal memenuhi mutu beton fc 175 Mpa.
2. Meskipun di dalam gambar perencanaan tidak menyebutkan beton-beton praktis seperti yang
disebutkan dibawah ini, tetapi tetap harus dilaksanakan dan dianggap sudah diperhitungkan
oleh Kontraktor Pelaksana di dalam penawaran pekerjaan ini. Beton-beton praktis tersebut
adalah :
a. Kolom-kolom praktis dan ring balok praktis, yang oleh sendirinya atau bersama-sama
dengan beton-beton struktur membentuk frame pasangan dinding batu bata untuk setiap
lembar bidang datar dinding batu bata (jadi pada setiap pertemuan dua bidang dinding
harus ada kolom praktisnya) atau pada dinding yang lebar dengan maksimum luas bidang
2
12 m . Dimensi kolom praktis 15 cm x 15 cm dengan penulangan 4 – Ø12 mm,
begel/sengkang Ø 10-15 cm.
b. Balok ring dengan dimensi 15/20, untuk konstruksi ringan atau tidak menopang sebagai
struktur utama.
3. Tebal plat untuk plat leuvel 10 cm tulangan engkel Ø12 – 150 mm.

PASAL 20
PEKERJAAN PENGECATAN

20.1. Pekerjaan Pengecatan Dinding


1. Bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi.
2. Bagian dinding luar menggunakan cat dinding watersheild sekualitas Mowilex atau Dulux,
sedangkan dinding bagian dalam menggunakan cat dinding sekualitas Catylax atau Decolith.
3. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding baru dalam gedung,
serta bagian-bagian cat gedung yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.
4. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah kering.
5. Sebelum pengecatan pada dinding, kolom dan balok di selasar luar gedung, terlebih dahulu
bidang-bidang tersebut dibersihkan dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan cara
menggosok dengan menggunakan kertas gosok.
6. Setelah dalam keadaan bersih, bidang-bidang yang akan dicat diplamur dengan bahan plamur
campuran antara 1 lem Plamur : 2 bungkus semen putih : 3 mill air.
7. Setelah plamur benar-benar kering pekerjaan dilanjutkan dengan menggosok plamur hingga
permukaan bidang yang akan dicat benar-benar rata dan halus.
8. Pekerjaan akhir adalah pengecatan pada bagian permukaan hingga pekat dan rata.

20.2. Pekerjaan Pengecatan Plafond


1. Cat yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi.
2. Seluruh permukaan yang akan dicat harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala jenis kotoran.
3. Setelah seluruh permukaan telah benar-benar bersih, dilanjutkan dengan memberi lapisan
primer menggunakan alkali resisting primer produk yang sama dengan cat yang dipakai atau
setara sebanyak 1 kali lapis atau sesuai petunjuk pemakaiannya.
4. Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-benar pekat dan
rata.
5. Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis pertama sudah mengering.

20.3. Pekerjaan Pengecatan Dinding Kolom dan Balok


1. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding, kolom, dan balok
beton/pasangan bata yang tampak dari luar gedung menggunakan jenis cat watersheild.
2. Pengecatan pada dinding dilakukan setelah plesteran dinding dan plamir benar-benar telah
kering. Pelaksanaan pengecatan tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi hujan atau gerimis.
3. Sebelum pengecatan dinding, kolom, dan balok yang tampak dari luar gedung terlebih dahulu
bidang-bidang tersebut dibersihkan dari kotoran dan jamur yang melekat serta dibuat rata
dengan cara digosok menggunakan kertas gosok.
4. Semua celah atau lubang yang ada harus diperbaiki terlebih dahulu hingga benar-benar rata
dan dibiarkan sampai benar-benar kering.
5. Beri lapisan alkali resisting primer secara merata sebanyak 1 lapis pada seluruh permukaan
yang akan di cat.
6. Untuk pengecatan menggunakan roll atau kuas, campurkan 10 bagian cat dengan 1 bagian air
bersih.
a. Bila menggunakan penyemprot konvensional, campurkan 3 bagian cat dengan 1 bagian air
bersih.
b. Untuk pengecatan semprot dengan airless spray tidak perlu campuran tambahan.
7. Pengecatan akhir harus dilakukan sebanyak minimal 3 lapis atau hingga benar-benar pekat dan
rata dengan interval 2 - 3 jam.

PASAL 21
PEKERJAAN PEMASANGAN LANTAI KERAMIK

1. .
2. Lantai keramik sekualitas Roman ukuran 40 x 40 cm dipasang di ruang-ruang sesuai gambar rancangan
pelaksanaan.
3. Type dan desain warna ditentukan kemudian dalam rapat Direksi.
4. Bagian-bagian lantai yang terpaksa harus menggunakan lempeng tegel yang tidak penuh,
pemotongannya harus menggunakan mesin potong dan harus menghasilkan tepian potongan yang
lurus dan halus.
5. Spesi perekat terhadap lantai strukturnya menggunakan mortar campuran 1 Pc : 3 Ps.
6. Pelaksanaan pemasangan harus sedemikian rupa hingga :
a. Seluruh bagian dibawah tegel terisi penuh dengan mortar spesi hingga tidak terdapat rongga udara
terjebak dibawah tegel.
b. Menghasilkan bidang lantai yang benar-benar datar dan rata air, kecuali untuk bagian-bagian lantai
pada daerah basah yang dikehendaki miring harus menghasilkan bidang miring sempurna yang
dapat mengalirkan air hingga kering ke lubang-lubang lantai (avour).
c. Nat antar lantai adalah 3 mm dan menghasilkan garis nat yang lurus sejajar garis dinding yang
melingkupinya.
7. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi penuh dengan adukan PC dan dikeruk
halus hingga menghasilkan permukaan nat yang sama dengan garis tepian tegel.
8. Noda adukan PC yang mengenai permukaan tegel harus segera dibersihkan dengan lap basah dan
dikeringkan seketika dengan lap kering.
9. Direksi berhak memerintahkan pembongkaran dan pembenahan kembali tanpa biaya tambah bila
persyaratan ayat 4 s/d 9 di atas tidak dapat dipenuhi.

PASAL 22
PEKERJAAN PERPIPAAN AIR BERSIH DAN KOTOR
22.1 Umum
(a) Instalasi Perpipaan Air Bersih.
(i) Pengadaan bahan, peralatan dan memasang semua sistem distribusi air bersih sumber air
atau dari sumur gali yang dibuat oleh Kontraktor
(ii) Yang dimaksud dengan peralatan adalah stopkran, sambungan, tikurgan serta peralatan
pelengkap lainnya dalam perpipaan air bersih.
(b) Instalasi Perpipaan Air Kotor
(i) Pengadaan bahan, peralatan dan memasang semua sistem perpipaan air kotor dan kotoran.
(ii) Yang dimaksud dengan peralatan adalah sambungan, tikungan serta peralatan pelengkap
lainnya dalam perpipaan air kotor dan kotoran
22.2 Bahan-Bahan
(a) Syarat Umum
(i) Bahan perpipaan, dan perlengkapannya harus dalam kondisi baru dengan identitas yang jelas.
(ii) Bahan dan peralatan sambungan dari mutu yang baik, kwalitas dan produksi sama dengan pipa
yang digunakan.
(iii) Bahan atau peralatan perpipaan yang tidak disebutkan dalam spesifikasi ini, Kontraktor harus
mengajukan contoh kepada Direksi untuk disetujui secara tertulis.
(iv) Pembiayaan yang timbul akibat kerusakan atau kehilangan dan beaya pengujian menjadi
tanggung jawab Kontraktor
(b) Instalasi Perpipaan Air Bersih
(i) Ukuran pipa dan sambungan disesuaikan dengan data perencanaan.
(ii) Bahan perpipaan air bersih digunakan GIP (pipa galvanis) atau pipa PVC type AW
(c) Instalasi Perpipaan Air Kotor dan Kotoran
(i) Ukuran pipa dan sambungan disesuaikan dengan yang telah direncanakan.
(ii) Lem PVC
(iii) Pipa PVC
22.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
(a) Pedoman dan dokumen pelaksanaan.
(i) Kontraktor harus mempelajari dokumen pelaksanaan guna mendapat rincian pekerjaan yang
harus dllaksanakan dan segera melakukan konsultasi kepada Direksi atas segala kekurangan
detail dari perencanaan.
(ii) Apabila dalam proses penelitian pelaksanaan Kontraktor mendapatkan perkiraan kendala,
selambat-lambatnya seminggu sebelum pelaksanaan harus melaporkan kepada Direksi guna
dikoordinasikan dengan pihak-pihak yang berwenang.
(iii) Apabila secara fungsiona! diperlukan agar seluruh instalasi perpipaan adanya beberapa
perlengkapan/alat dan didalam dokumen pelaksanaan tidak tercantum, maka Kontraktor tetap
harus memasangnya tanpa biaya tambahan
(iv) Mutu hasil ,pekerjaan perpipaan setelah diadakan uji coba, harus berfungsi dengan baik, tidak bocor,
bersih dan rapi.
(v) Hasil pemasangan akhir dari instalasi perpipaan harus membuat as built drawing sesuai dengan
instalasi perpipaan yang terpasang.
(vi) Kontraktor harus memberikan garansi tertulis tentang instalasi perpipaan yang dipasang kepada Pihak
Pemilik Proyek yang berlaku selama masa pemeliharaan
(b) Pelaksanaan pekerjaan
(i) Pemasangan perpipaan didalaml menembus dinding dilaksanakan sebelum pekerjaan plesteran
atau pelapis dinding.
(ii) Pemasangan perpipaan dibawah lantai dilaksanakan sebelum pemasangan tegel/rabatan/paving
stones, kecuali instalasi yang melewati "pipe duct" (saluran perpipaan).
(iii) Apabila Instalasi perpipaan lewat diatas plafon harus digantung pada plat beton dengan
menggunakan beugel plat besi dengan jarak maximum 150 cm
(c) Instalasi Perpipaan Air Bersih
(i) Penggunaan pipa untuk instalasi perpipaan air bersih disesuaikan dengan gambar rencana
dengan sambungan ulir (screw joint).
(ii) Pemasangan sambungan, tikungan dan bubungan dengan alat plambing/sanitasi harus dipakai
scaling tape atau rami diantara ulir pipa dengan socket.
(iii) Diusahakan dalam pemasangan instalasi perpipaan dihindari dengan banyak tikungan.
(d) Instalasi Perpipaan Air KotorlKotoran
(i) Kemiringan perpipaan air kotor/kotoran diusahakan agar air lancar dalam proses pembuangan,
minimal kemiringan 1 %.
(ii) Pada saluran air kotor/kotoran mendatar diluar gedung setiap panjang tertentu, ditikungan atau
pada pertemuan dipasang bak kontrol yang ditutup dengan plat beton sesuai dengan gambar
rencana.
(iii) Pada saluran air kotor/kotoran mendatar didalam gedung setiap panjang tertentu, ditikungan atau
pada pertemuan dipasang clean out dan GIP ditutup dengan dop dan tertanam dibawah lantai,
sesuai dengan gambar rencana
(iv) Lantai yang menutup clean out harus dapat dibuka dengan mudah.
(v) Pipa saluran air kotor/kotoran yang tegak melewati shaft harus dipasang pipa ventilasi
menembus sampai keatas plafon, dengan diameter sesuai dengan rencana / spesifikasi.
(vi) Perpipaan air kotor/kotoran pada tikungan harus menggunakan long elbow, sedang pada pertemuan 2
pipa atau clean out harus menggunakan TY 45
(vii) Pada pemasangan pipa pembuangan dari lantai atas yang menembus beton yang berhubungan
dengan alat plambing/sanitasi diatas lantai digunakan pipa GIP dengan diameter sama dengan
pipa PVC.
(viii) GIP yang akan dipasang menembus beton diberi plat baja tebal 6 mm dilas dengan pipanya.
Jarak tepi plat dengan tepi pipa yang paling pendek minimal 5 cm.
(ix) Pipa GIP yang dilengkapi plat dicor bersama waktu pelaksanaan pengecoran lantai dengan plat
tertanam dalam beton, sehingga pada saat terjadi penyusutan beton, bubungan beton dengan
pipa tidak terjadi kebocoran.
(x) Penyambungan dan pemasangan fitting PVC digunakan lem PVC.
(xi) Pelaksanaan pengeleman setelah ujung-ujung yang akan dipasang alat sambung/fitting
dibersihkan dari kotoran dan minyak setelah dikasarkan permukaannya dengan ampelas.
(xii) Setelah bersih, lem dioleskan pada fitting dan bagian yang akan disambung, kemudian
dipasangkan sampai lem mengeras.
(e) Pengujian
(i) Umum
 Setelah pemasangan perpipaan dan alat plambing selesai, rnaka sistem perpipaan
harus dilakukan uji coba untuk mengetahui kelayakan operasi dan tidak bocornya
perpipaan.
 Pengujian perpipaan yang ditempel di dinding maupun dibawah lantai sebaiknya
dilaksanakan sebelum ditutup dengan plester tegel atau urugan.
 Pengujian dilaksanakan oleh Pelaksana Ahli, dan disaksikan oleh pihak Proyek Direksi
dan pihak yang berwenang.
 Hasil pengujian dibuat Berita Acara Pengujian Perpipaan sebagai kelengkapan
Penyerahan Pekerjaan yang pertama
(ii) Pengujian instalasi perpipaan air bersih dengan pompa tekan
 Instalasi perpipaan sebelum dilakukan pengujian, semua lubang-!ubang yang
berhubungan dengan titik instalasi berupa kran. stop kran dll ditutup sampai rapat.
 Pengujian dilakukan dengan pompa tekan dengan tekanan 1,50 kali tekanan kerja
selama A jam tanpa ada penurunan tekanan pada manometer pengukur tekanan.
 Apabila selama waktu pengujian terjadi penurunan tekanan pada manometer pengukur
tekanan, maka jaringan perpipaan yang diuji terdapat kebocoran.
 Apabila instalasi perpipaan masih dalam keadaan terbuka (belum tertutup plester lantai
dan tanah). maka dapat dilakukan pengujian dengan pompa air listrik yang biasa untuk
menaikkan air dari sumur
(iii) Pengujian instalasi perpipaan air bersih dengan pompa air
 Pengujian dengan pompa air setelah semua titfk krao dan stop kran ditutup dan satu
ujungnya dlsambung dengan output pompa listrik yang untuk menguji dan pipa input
dihubungkan dengan sumber air
 Setelah dilakukan penekanan dengan menyalurkan airkedalam instalasi perpipaan oleh
pompa, maka apabila didalam instalasi perpipaan penuh dengan air pompa otomatis
akan mati. Berarti tekanan didalam instalasi perpipaan sangat tinggi dan akan
mematikan automatic switch.
 Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan instalasi perpiaanyang terbuka untuk pipa
yang bocor secara fisik.
 Kebocoran pipa dapat diketahui dengan mendeteksi nyala mati dan automatic switch.
Apabila selama waktu pengujian automatic switch menyala setidak-tidaknya satu kali,
maka dapat diperkirakan adanya kebocoran pada instalasi perpipaan, karena
menyalanya automatic switch disebabkan menurunnya tekanan pada instalasi
perpipaan.
(iv) Pengujian instalasi perpipaan air kotor
 Pengujian dilakukan setelah semua alat plambing/sanitasi terpasang, kemudian
dioperasikan dengan mengisi dengan air
 Apabila air tidak mengalir, maka ditandai dengan air pada alat plambing/sanitasi tidak
bergerak atau tetap pada keadaan semula.
 Apabila air terhambat, maka ditandai dengan air pada alat plambing/sanitasi lamban
gerak pengurasannya.
 Instalasi perpipaan bocor apabila dalam pengoperasiannya akan keluar air pada tempat-
tempat dimana air keluar
(v) Kegagalan pengujian
 Kegagalan pengujian secara umum adalah terjadi bocor atau/dan sumbatan pada
instalasi perpipaan yang diuji.
 Kegagalan pengujian, harus dllakukan pengujian ulang setelah penyebab kegagalan
diperbaiki, sampai hasil pengujian dinyatakan layak.
 Kerusakan sebelum dan sesudah pengujian, beaya untuk, perbaikannya menjadi
beban Kontraktor
 Kebocoran pada instalasl perpipaan tidak boleh ditambal dengan bahan apapun

PASAL 23
PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Sebelum penyerahan pertama, pemborong wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum
sempurna dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapi dan semua
barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.

2. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan bestek
dan gambar menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3. Selama masa pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat
yang timbul, sehingga sebelum penyerahan II dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna.

4. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam rapat
penjelasan (Aanwijzing).
PASAL 24
PENUTUP

1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang terlebih dahulu harus diajukan
contohnya untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

2. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas pada saat didatangkan di
lapangan.

3. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lama adalah 2 x 24
jam. Bila kontraktor tidak mengindahkan, Konsultan Pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya
Kontraktor.

4. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan di dalam RKS dan
gambar tetap harus diselenggarakan oleh Kontraktor.

5. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan di dalam RKS dan gambar tetap
harus diselenggarakan oleh Kontraktor dan pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan
Pengawas.

Malang, 2022
Konsultan Perencana
CV. WAHANA KREASI ENGINEERING

ULFA NUAMINATUN, ST
Direktur

Anda mungkin juga menyukai