DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KUPANG
KONSULTAN PERENCANA
PASAL 1
PEKERJAAN YANG AKAN DILAKSANAKAN
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN
Selain Pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan,
Kontraktor Pelaksana juga dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung
yang diatur di dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri dari :
1. Penyediaan tenaga
2. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan
3. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan
4. Penyediaan peralatan
5. Penyediaan bahan
6. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan)
7. Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (As built Drawing)
8. Pembenahan/perbaikan kembali lingkungan sekitar dan pembersihan lokasi
PASAL 3
PENYEDIAAN TENAGA
1. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tenaga inti yang
cukup memadai untuk kegiatan ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. 1 (satu) orang project manager, Sarjana Arsitektur/ Teknik Sipil yang
berpengalaman minimal 7 tahun yang selalu ada dil lapangan, mempunyai SKA
dan NPWP.
b. 1 (satu) orang site manager, Sarjana Teknik Sipil yang berpengalaman minimal 5
tahun yang selalu ada dil lapangan, memiliki SKA dan NPWP.
c. 1 (satu) orang pelaksana, Sarjana Teknik Sipil, yang berpengalaman 5 tahun,
mempunyai SKA
d. 1 (satu) orang Quality Control, Sarjana Muda (D3) Teknik Sipil yang
berpengalaman 5 tahun, mempunyai SKT.
e. 1 (satu) orang tenaga administrasi proyek, Sarjana Muda (D3) berpengalaman 3
tahun.
f. 1 (satu) orang tenaga logistik proyek, STM yang berpengalaman 5 tahun.
g. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja)
dikeluarkan, kontraktor pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga
yang dipergunakan di atas lengkap dengan curriculum vitae nya serta bagan
organisasinya.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, kontraktor harus menyediakan tenaga
mandor, tukang dan pekerja yang cukup terampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1
(satu) orang draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing.
3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada
butir 1 dan 2 di atas apabila diminta oleh pengawas berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan
sanksi/denda kelalaian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan direksi.
4. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya
sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya dan
mengenai pembayaran, perumahan, makan, transportasi dan pembayaran yang harus
dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus menjadi haknya berdasarkan
perundang-undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik Kegiatan
selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemilik
Kegiatan.
6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat
lokasi kegiatan.
7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi kegiatan fasilitas
pertolongan pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus
mampu melakukan tugas pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi.
8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di
lokasi atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan. Kontraktor juga harus
melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan
tersebut disyaratkan oleh undang-undang.
PASAL 4
PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN
PASAL 5
PENYEDIAAN PERALATAN
Pick Up/Truck
10. 2 unit
Engkel
1. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor Pelaksana sebelum suatu
komponen konstruksi dilaksanakan bila :
a. Gambar detail konstruksi yang tertuang dalam dokumen kontrak tidak ada atau
kurang memadai.
b. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas teloransi yang
diijinkan) pada konstruksi yang mendahuluianya.
Misalnya : Gambar kerja untuk konstruksi kuda-kuda atap bila terjadi penyimpangan
kedudukan kolom tempat bertumpunya kuda- kuda tersebut.
c. Konsultan Pengawas memerintahkan secara tertulis, untuk itu demi kesempurnaan
konstruksi.
2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
PASAL 8
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)
PASAL 9
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI
PASAL 10
PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT
Peraturan Teknik yang dikeluarkan / ditetapkan oleh Pemerintah RI. Apabila tidak
disebutkan di dalam RKS dan gambar maka berlaku mengikat peraturan-peraturan di
bawah ini :
1. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPBB NI-3/56 1983)
2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961 (PKKI NI-5)
3. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
4. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
5. Peraturan – peraturan Pemerintah / PERDA Setempat
6. SKSNI-T-15-1991-03
7. Pedoman Perencanaan untuk struktur Beton Bertulang biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
PASAL 11
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
PASAL 12
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN
PASAL 13
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
PASAL 14
PEKERJAAN PERSIAPAN
PASAL 15
PEKERJAAN STRUKTUR
01.5 Iklan
Pemborong tidak diperbolehkan untuk menempelkan gambar apapun yang
dapat dianggap sebagai iklan pada tempat kerjanya tanpa seijin Konsultan
Pengawas.
02 BAHAN
02.1 Pasokan Bahan
Semua bahan sebelum dikerjakan/digunakan harus ditunjukkan kepada
Konsultan Pengawas, lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang
bersangkutan untuk mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Jika dipandang perlu untuk mengadakan penukaran/penggantian maka bahan-
bahan pengganti harus telah mendapat persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas.
03 TANAH
03.1 Laporan Penyelidikan Tanah
Konsultan Pengawas akan memberikan photocopy penyelidikan tanah yang
telah dilakukan kepada Pemborong untuk dipergunakan sebagai dasar
perencanaan pelaksanaan pekerjaan.
04 TOLERANSI PENGUKURAN
Pemborong harus melakukan pengukuran-pengukuran yang cermat dengan
peralatan-peralatan yang memadai untuk mencapai persyaratan toleransi yang
ditentukan.
05 METODE PELAKSANAAN
05.1 Metode Pelaksanaan yang Diatur
Pemborong harus mengikuti metode pelaksanaan yang diatur dalam syarat-
syarat ini.
06.3 Persetujuan
Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.
06.4 Perbedaan-Perbedaan
Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya,
pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan
dimulai.
Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal terdapat
kelainan/perbedaan seperti tersebut diatas.
07 GANGGUAN LINGKUNGAN DAN KERUSAKAN-KERUSAKAN
07.1 Gangguan Lingkungan
Pemborong harus dengan segala cara menjaga agar gangguan lingkungan
yang terjadi adalah seminimal mungkin.
08 PENGENDALIAN PEKERJAAN
08.1 Tenaga Ahli
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman. Apabila dipandang perlu, Pemborong dapat diminta untuk
mendapatkan nasehat dari tenaga ahli atas beban biaya pemborong sendiri.
08.2 Tanggung Jawab Penuh Pemborong
Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas pelaksanaan struktur.
Adanya atau hadirnya Konsultan Pengawas, Pengawas, Konsultan di lapangan
tidak mengurangi tanggung jawab Pemborong.
08.2 Bekisting
1. Bahan untuk bekisting terdiri atas :
a. Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 9 mm.
b. Klem bekisting.
c. Perancah dan penyangga lainnya menggunakan kayu ukuran 5/7 atau
menggunakan scalfoding.
2. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
a. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan
atau tekanan lateralnya pada saat pengecoran.
b. Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk
bekisting kolom disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2 cm
dari permukaan dasar yang telah mengeras.
c. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi lain yang
sudah selesai dikerjakan.
01.3 Pemadatan
Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat/compactor “vibrator type” yang disetujui Konsultan
Pengawas/Pengawas.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan tidak kurang
dari 90% dari kepadatan maksimum hasil laboratorium.
Kontraktor harus melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap
kadar air optimum (percobaan proctor), minimal satu kali untuk setiap jenis
tanah yang dijumpai di lapangan. Penelitian harus mengikuti prosedur
yang umum dipakai yaitu ASTM D-1557-70.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk
bukti penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh,
kepadatan kering maksimum dan kadar air optimumnya.
02.3 Pemadatan
Sebelum pengurugan perbaikan tanah dilakukan, tanah asal harus dipadatkan
dengan alat pemadat/compactor “vibrator type” yang disetujui oleh Pengawas.
Pengurugan dilakukan secara berlapis demikian rupa, sehingga dicapai lapisan
padat setebal 15 cm. Tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya
diuruk.
03.2 Pemadatan
Apabila kedalaman penggalian telah mencapai batas yang ditentukan, maka
permukaan dasar lubang galian diratakan dan dipadatkan sebelum diuruk sirtu
atau pasir uruk untuk perbaikan tanah.
04.2 Test
Pengawas harus diberitahukan bila penelitian di lapangan untuk menentukan
kepadatan relatif yang sebenarnya sudah dapat dilaksanakan.
Penentuan kepadatan di lapangan dapat mempergunakan salah satu dari
cara/prosedur di bawah ini :
1. “Density of soil in-place by sand-cone method”
AASHTO.T.191.
2. “Density of soil in-place by driven cylinder method”
AASHTO.T.204.
3. “Densiry of soil in-place by the rubber balloon method”
AASHTO.T.205.
atau cara-cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.
02 SEMEN PORTLAND
02.1 Jenis Semen
Kecuali ditentukan dalam Persyaratan Khusus, Semen Portland (PC) yang
digunakan adalah semen portland jenis II SII 0013-81 atau type I menurut
ASTM, produksi Semen Kupang, Bosowa, Tonasa atau PC lain, yang selain itu
juga harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada SNI 03-2847-2002.
Merk yang akan dipakai harus dirunding dan disetujui terlebih dahulu secara
tertulis oleh Konsultan Pengawas. Merk yang dipilih dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas tidak dapat ditukar dalam pelaksanaan kecuali dengan
persetujuan tertulis sebelumnya dari Konsultan Pengawas/Pengawas.
Dalam hal merk semen yang telah disetujui tidak terdapat di pasaran, merk
semen dapat diganti hanya bila Pemborong memberikan jaminan dengan data-
data teknis bahwa mutu semua semen penggantinya adalah setaraf dengan
mutu semen yang telah disetujui sebelumnya.
02.6 Uniformitas
Semen yang digunakan untuk satu macam pekerjaan harus keluaran pabrik
yang sama dan merupakan hasil produksi yang tidak berbeda lebih dari satu
bulan.
02.7 Kondisi Kantong Semen Sebelum Dipakai
Kondisi semen yang akan digunakan tidak boleh rusak jahitannya sebelum
sampai ke tempat pekerjaan.
03 AGREGAT
03.1 Jenis Agregat
Agregat harus merupakan bahan bangunan yang didapatkan dari alam, dan
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI 03-2847-2002, kecuali
ditentukan lain. Pemborong harus memberitahukan kepada Pengawas tempat
pengambilan agregat sebelum pekerjaan di mulai dan atas permintaan
Pengawas, menunjukkan bukti-bukti mengenai mutu dan ke konsistenan mutu
agregat tersebut.
Kandungan garam dalam agregat yang digunakan dalam Struktur Beton
Bertulang, yang dinyatakan dalam persentasi anhydrous calcium chloride
ekivalen terhadap berat semen yang akan digunakan harus kurang dari 1%.
Kandungan garam dalam agregat yang digunakan dalam Struktur Beton
Pratekan Pratarik (pre-tensioned), yang dinyatakan dalam persentasi
anhydrous calcium chloride ekivalen terhadap berat semen yang akan
digunakan harus kurang dari 0.1%. Batasan ini juga berlaku bagi Struktur Beton
Pratekan Pascatarik (post-tensioned) kecuali bila terdapat jaminan bahwa tidak
terjadi kebocoran pada selongsong yang digunakan dan dilakukan grouting.
Agregat yang didapat dari laut tidak dapat dipakai.
Bila penggunaan Additive yang mengandung Calsium Chloride disetujui, jumlah
additive yang digunakan harus dijaga agar syarat-syarat tersebut diatas dapat
dipenuhi.
03.2 Pasir
Pasir beton yang digunakan harus merupakan butir-butir yang bersih, kasar dan
tajam, tidak mengandung bahan-bahan organis dan memenuhi syarat-
syarat lain dalam SNI 03-2847-2002. Untuk pasir beton sama sekali tidak
boleh digunakan pasir laut.
04 AIR
04.1 Kualitas
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan. Bilamana mungkin harus digunakan air
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
04.2 Ketersediaan Air PDAM
Bila air PDAM tidak tersedia, maka air yang akan digunakan atas biaya
pemborong harus diperiksa terlebih dahulu dan dinyatakan memenuhi syarat
untuk diminum oleh laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
04.3 Kualitas Minimal
Air yang akan dipergunakan minimal harus memenuhi syarat-syarat dibawah
ini:
Kualitas Air
Item Syarat
Jumlah suspended solids 2g/l
Jumlah soluble evaporation residue 1g/l
Perbedaan waktu ikat dari semen waktu ikat awal tidak lebih dari 30
menit
waktu ikat akhir tidak lebih dari 60
menit
06 CAMPURAN BETON
06.1 Mutu Beton
Mutu Beton dinyatakan dalam kekuatan tekan karakteristik yang diperoleh dari
pemeriksaan benda silinder Ø15x h 30 cm pada umur 28 hari sesuai dengan
SNI 03-2847-2002.
06.5 Kelecakan
Kelecakan beton harus diukur dengan menggunakan “slump test” sesuai
dengan SNI 03-2847-2002.
Kelecakan harus diatur sedemikian rupa sehingga dengan metode pelaksanaan
yang dipilih dapat diperoleh beton yang monolit dan tidak berongga.
07 CAMPURAN PERCOBAAN
07.1 Umum
Bila tidak digunakan beton siap pakai maka harus dilakukan campuran
percobaan sesuai dengan SNI 03-2847-2002, kecuali terdapat data-data
autentik bahwa dengan campuran yang diusulkan dan bahan-bahan yang akan
dipakai serta metode yang digunakan, pemborong dapat menghasilkan beton
dengan mutu dan kelecakan yang disyaratkan.
Pembebasan dari pembuatan campuran percobaan harus diusulkan dan
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
09.2 Perencanaan
Pemborong harus merencanakan acuan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk dan cukup kuat menampung beban-beban sementara
maupun pelaksanaan.
Perencanaan acuan dan konstruksinya harus dapat menahan beban-beban,
tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan seperti pada “Recommended
Practice for Concrete Formwork” (ACI 347-68) dan peninjauan terhadap beban
angin dan lain-lain peraturan yang dikontrol terhadap Peraturan Pembangunan
Pemerintah Daerah Setempat.
Semua acuan harus diberi penguat datar silang sehingga kemungkinan
bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindarkan.
Acuan juga harus cukup rapat untuk mencegah kebocoran bagian cairan dari
adukan beton (mortar leakage).
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya kemudahan inspeksi oleh pengawas.
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian maupun
keseluruhan beton hasil pengecoran.
09.3 Pemeriksaan
Pada bagian terendah (dari setiap tahap pengecoran) dari acuan kolom atau
dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
09.5 Ketelitian
Pemborong bertanggung jawab penuh terhadap kekuatan acuan dan
penyanggahnya serta ketelitian penempatan dan dimensinya.
09.6 Toleransi
Toleransi dimensi untuk pemasangan acuan harus memenuhi syarat di bawah
ini :
Toleransi dari jarak datum line dari setiap lantai
sampai pada elemen beton yang di tuju. 3 cm
Toleransi penampang balok, kolom, dinding -0.5 + 2.0 cm
Toleransi ketebalan lantai dan atap beton -0.0 + 2.0 cm
09.7 Pembongkaran
Pembongkaran acuan sepanjang tidak ditentukan lain dalam gambar, harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas dan mengikuti
pasal 8.2 SNI 03-2847-2002
14.2 Pemadatan
Beton harus dipadatkan menggunakan jarum penggetar (needle vibrator) dan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak tulangan (pembesian)
dan acuan. Penggetar lain hanya dapat dipakai bila ada persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
Pemborong harus menyediakan vibrator yang cukup sehingga pemadatan
beton pada waktu pengecoran dapat terjamin efisiensinya.
14.4 Pemompaan
Penggunaan pompa beton dan cara penggunaannya harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
15.2 Temperatur
Agregat dan air yang digunakan harus mempunyai temperatur serendah
mungkin.
15.3 Admixture
Admixture harus digunakan untuk membantu memperlambat pengikatan dan
menambah sifat kelecakan beton, penggunaan jenis admixture harus mendapat
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Penggunaan “admixture” untuk menghindari kehilangan slump (“slump loss”)
selama pengangkutan harus mendapat persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas.
20 PERAWATAN BETON
20.1 Umum
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, pengaruh hujan dan dihindarkan
terjadinya proses penguapan kandungan airnya dalam kurun waktu yang cepat.
21 BIAYA PENGUJIAN
Seluruh biaya pengujian bahan baik beton maupun baja tulangan menjadi
tanggungan Pemborong.
22 SELIMUT BETON (“BETON DECKING”)
22.1 Selimut Beton Minimum
Beton decking (selimut beton) minimal yang diijinkan adalah 2.5 cm, kecuali
ditentukan lain dalam Syarat-Syarat Khusus.
01.2 Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara gambar pelaksanaan dengan syarat-
syarat khusus ini, maka Pemborong harus melaporkan perbedaan tersebut
kepada Konsultan Pengawas dan mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas sebelum melaksanakannya.
02 MUTU BETON
02.1 Mutu beton yang dipakai adalah sebagai berikut :
K-225 atau setara dengan fc’ = 19,3 MPa
06 GROUTING AGENT
06.1 Di tempat-tempat dimana diperlukan grouting misalnya pada angker-angker
kolom baja seperti terlihat dalam gambar pelaksanaan harus digunakan non
shrink grout, misalnya Sika Grout 215 atau yang sejenis.
06.2 Setelah kolom baja pada kedudukan yang tepat, dilakukan pembersihan lubang
yang akan digrouting dari debu dan kotoran lainnya.
06.4 Pemakaian bahan grouting harus sesuai dengan petunjuk teknis bahan grouting
yang digunakan.
06.5 Penuangan bahan grouting dengan dirojok memakai kabel atau alat bantu
lainnya agar diperoleh kepadatan yang baik.
07 BONDING AGENT
07.1 Pada penyambungan beton baru dan beton lama harus digunakan bonding
agent, epoxy base, misalnya Sikadur 723 atau yang sejenisnya.
07.2 Untuk menghilangkan bagian beton lama yang lemah sampai diperoleh
permukaan yang kuat harus dilakukan chipping.
07.3 Permukaan yang akan disambung harus dibersihkan dari debu dan kotoran
lainnya.
07.4 Pemakaian bonding agent harus sesuai dengan petunjuk teknis bahan bonding
yang digunakan.
08 WATER PROOFING
08.1 Umum
Bagian-bagian struktur yang berhubungan langsung dengan air dalam jangka
waktu yang relative lama harus dilindungi dengan bahan “water proofing”.
Pemborong dapat mengajukan sistim waterproofing yang akan digunakan
dengan tetap memberikan jaminan seperti diatur dalam ayat 085 untuk disetujui
secara tertulis oleh Konsultan Pengawas
08.5 Jaminan
Pemborong wajib memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap
kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama 10 (sepuluh) tahun
termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi,
disamping memberikan jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta
memberikan jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan
pemasangannya.
08.6 Peralatan
Pemborong harus menyediakan semua alat yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Bila digunakan alat pemanas bitumen,
alat tersebut harus selalu diberishkan. Semua ketel bitumen harus dilengkapi
dengan termometer mercury-in-steel yang cukup teliti dengan penunjuk
temperatur dengan diameter minimum 100 mm.
08.7 Persyaratan Kinerja dan Tanggung Jawab Umum
Meskipun konsultan memberikan detail indicative, Pemborong harus
bertanggung jawab penuh atas integritas dan kinerja Sistem Membran.
Sistem membran harus sepenuhnya dapat menahan penetrasi air. Ia juga harus
ulet dan kuat untuk menahan hal-hal berikut yang kemungkinan dapat
menyebabkan kebocoran/penetrasi air :
(1) Pergerakan struktur dasar karena retak-retak mikro dan kembang susut
karena panas
(2) Melorotnya membran yang dipasang pada bidang vertikal
(3) Kerusakan karena kegiatan pemborong lain.
Catatan :
Pemborong harus mengusulkan prosedur test yang dapat mendeteksi
kemungkinan-kemungkinan kegagalan membran seperti di atas.
Daftar di atas adalah sebagian dari kemungkinan penyebab kegagalan.
Pemborong harus mengantisipasi kemungkinan kegagalan-kegagalan lain.
Pemborong harus meyakinkan bahwa semua pekerjaan persiapan dan
penyelesaian telah dilakukan sesuai dengan spesifikasi pabrik, sehingga sistem
membran tetap berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Pemborong harus menyediakan semua flashing, caulking dan sealing dari
semua kerb, vent, stack, pipa, dll yang menembus atap serta semua flashing
dan capping di dinding, parapet, dll.
08.15 Siar
Pada daerah siar, Pemborong harus memasang membran dengan sangat
berhati-hati sedemikian rupa sehingga ketahanan cuaca dari siar betul-betul
dapat dicapai dan jaminan seperti disyaratkan dalam ayat 085 dapat dipenuhi.
08.17 Testing
Pemborong sesuai petunjuk Pengawas harus melakukan test air pada tiap-tiap
daerah tidak kurang dari 72 (tujuh puluh dua) jam untuk mencari kerusakan-
kerusakan sebelum dilakukan penyerahan. Semua outlets harus disumbat
dengan baik dan setiap daerah yang ditest harus diisi dengan air minimal
setinggi membran.
Test dari sistem membran multi layer harus dilakukan pada setiap lapisan dan
pada saat penyelesaian, setelah pemasangan lapisan pelindung.
Pemborong sebagai tambahan dari test air yang disyaratkan dapat melakukan
test vacuum/atau radio current detection.
08.19 Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat meminta dilakukan test bahan-
bahan yang akan dipakai di laboratorium yang ditunjuk oleh Konsultan
Pengawas. Pemborong harus menyerahkan sertifikat pabrik beserta spesifikasi
yang menunjukkan komposisi dari bahan-bahan yang akan dipakai.
08.20 Bahan-bahan water proofing harus dikirim/datang di lapangan dalam keadaan
tetap terbungkus dengan baik dan ditandai dengan tanda supplier/pabrik.
Bahan-bahan water proofing harus disimpan dalam gudang tertutup yang
bersih, kering dan tidak lembab.
Pemborong bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan bahan-bahan water
proofing selama penyimpanan dan pemasangan.
01 UMUM
01.1 Bahan dan Pekerjaan yang Dilakukan
Semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam Persyaratan Umum untuk Pekerjaan Struktur, Persyaratan Umum untuk
Pekerjaan Beton, Persyaratan Khusus Pekerjaan Beton dan syarat-syarat
khusus yang ada pada syarat-syarat ini serta syarat-syarat lain yang tertera
pada gambar-gambar pelaksanaan.
01.2 Ketidaksesuaian
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara gambar pelaksanaan dengan syarat-
syarat khusus ini, maka syarat-syarat yang terdapat dalam gambar
pelaksanaan harus diikuti.
02.2 Agregat
Diameter maksimum agregat ditentukan berdasarkan ukuran dan bentuk dari
penampang dan jarak bersih dari tulangan yang ada. Diameter maksimum yang
dipakai harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Temperatur
material yang dipakai untuk pekerjaan beton harus diusahakan serendah
mungkin.
02.3 Admixture
Admixture yang akan digunakan harus terlebih dahulu diajukan untuk disetujui
secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
Puzzolanic Admixture harus sesuai dengan BS atau SII.
Kecuali ditentukan lain, hanya boleh digunakan retarding type air-entraining and
water reducing agent atau retarding type water reducing agent dengan
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
03 CAMPURAN BETON
Campuran beton harus diusahakan agar menggunakan jumlah semen yang
minimum dalam batasan-batasan jumlah semen maksimum dan minimum yang
ditentukan dalam SNI 03-2847-2002. Penggunaan campuran tersebut harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Slump maksimum yang diperkenankan adalah 15 cm kecuali ditentukan lain.
04 PENGECORAN BETON
Temperatur beton pada saat pelaksanaan harus selalu dikontrol.
Rencana pengecoran dan temperatur beton yang direncanakan pada saat
penuangan dan kenaikan temperatur maksimum karena hidratasi harus
mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Luas penampang/tebal lapisan yang dicor dalam setiap penuangan harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga kenaikan temperatur karena hidratasi
tidak melampaui batas yang ditentukan.
Urutan pengecoran dan perbedaan waktu antara lapisan pengecoran harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga retak karena hidratasi seminimum
mungkin.
06 KUALITAS BETON
Bila campuran beton direncanakan berdasarkan mutu beton 28 hari,
pengetesan kuat tekan beton harus dilakukan pada umur 28 hari sesuai dengan
SNI 03-2847-2002. Beton dapat dianggap memenuhi bila kuat tekan rata-rata
tidak kurang dari mutu beton setelah dikoreksi dengan faktor temperatur. Dalam
hal demikian cara pemeliharaan yang dipakai harus dipakai sebagai cara
pemeliharaan standard.
Cara pemeliharaan untuk percobaan tekan untuk menentukan waktu
pembukaan cetakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bila digunakan semen abu terbang maka kekuatan beton didasarkan atas
kekuatan pada umur 56 hari dan pemeriksaannya ditentukan berdasarkan SNI
15.F. PERSYARATAN KHUSUS UNTUK PEKERJAAN BETON KEDAP AIR
01 UMUM
01.1 General
Semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam Persyaratan Umum untuk Pekerjaan Struktur, Persyaratan Umum untuk
Pekerjaan Beton, Persyaratan Khusus Pekerjaan Beton dan syarat-syarat
khusus yang ada pada syarat-syarat ini serta syarat-syarat lain yang tertera
pada gambar-gambar pelaksanaan.
Tangki Tandon Air (ground water reservoir dan clean water reservoir), settling
tank dan tangki air lain harus dibuat dengan beton kedap air.
01.2 Ketidak-sesuaian
Dalam hal terjadi ketidak-sesuaian antara gambar pelaksanaan dengan syarat-
syarat khusus ini, maka pemborong harus meminta petunjuk Konsultan
Pengawas sebelum melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan.
01.3 Persetujuan
Sebelum pekerjaan dimulai pemborong harus menyerahkan pada Konsultan
Pengawas, campuran beton, cara pencampurannya, pengangkutan, penuangan
pembuatan siar pelaksanaan (construction joint) dan pemeliharaan untuk
mendapat persetujuannya.
2 BAHAN
02.1 Semen
Semen yang dapat dipakai adalah semen portland Tipe 1, Tipe 2 dan semen
abu terbang (“fly ash cement”) sesuai dengan ASTM.
02.3 Admixture
Admixture yang boleh digunakan adalah jenis surface active agent, seperti
“water reducer”.
“High range water reducing dengan retarding agent” hanya dapat dipakai atas
persetujuan Konsultan Pengawas.
02 CAMPURAN BETON
Campuran beton harus dihitung sedemikian rupa agar jumlah air dan jumlah
semen yang dipakai seminimum mungkin sedangkan pemakaian agregat kasar
sebanyak mungkin, tetapi semua syarat-syarat kualitas betonnya tetap dapat
dijamin.
Penggunaan campuran tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Slump maksimum yang diperkenankan adalah 15 cm.
“Air Content” tidak boleh lebih besar dari 5%.
Faktor air semen tidak boleh lebih besar dari 0.5.
04 ACUAN
Ikatan-ikatan dan spacer yang digunakan dalam konstruksi acuan harus dari
jenis-jenis yang tidak mengakibatkan kebocoran-kebocoran pada waktu beton
sudah mengeras.
05 PENGECORAN
Beton harus dikerjakan sedemikian rupa agar jumlah construction joint
seminimum mungkin.
Bila suatu construction joint tidak dapat dihindari maka metode pembuatan joint
dan pengerjaan kekedapan airnya harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
06 PEMELIHARAAN
Pemeliharaan beton untuk construction joint ini harus dilakukan 2 (dua) hari
lebih dari konstruksi beton biasa.
10 PENGECATAN
10.1 Umum
Semua bahan konstruksi baja harus dilapisi cat. Kecuali baja yang akan
ditanam di dalam beton tidak boleh di cat.
11 GROUTING
Di bagian bawah dari base plate harus di grout dengan bahan setara “Master
Flow 713 Grout”, dengan tebal minimum 2.5 cm. Cara pemakaian harus sesuai
spesifikasi pabrik.
13.2 Keseluruhan
Toleransi keseluruhan tidak boleh lebih dari L/1000 untuk semua komponen.
14 CONTOH BAHAN
14.1 Persetujuan Contoh Bahan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh-
contoh material antara lain : baja profil, kawat las, cat dasar dan akhir, dan lain-
lain untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
15.2 Test
Bila tidak ada “Certificate Test”, atau mutu bahan diragukan oleh Konsultan
Pengawas, pemborong atas biaya sendiri harus melakukan pengujian atas baja
profil, baut, kawat las di laboratorium yang ditunjuk/disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
15.3 Pengujian Las
Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type pekerjaan pengelasan dan
tiap jenis dari bahan yang akan di las.
Pengujian yang bersifat merusak contoh dari prosedur dan kualifikasi
pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370.
16.2 Ultrasonik
Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” sesuai dengan lampiran C dari AWS D 1.0
atau persyaratan ASTM E114-75 : Ultrasonic Contact Method : E164-74 :
Ultrasonic Examination or Weldmends : E273-68 : Ultrasonic Inspection of
Longitudinal and Spiral Welds of Welded Pipe and Tubing (1974).
16.6 Pemeriksaan
Pemeriksaan visuil mutu pengelasan dilakukan ketika pelaksanaan pengelasan
berlangsung dan setelah tahap pekerjaan diselesaikan.
Bagian pengelasan yang telah diselesaikan, harus disikat dengan sikat kawat
sampai bersih sebelum Konsultan Pengawas melakukan pemeriksaannya.
Konsultan Pengawas akan memberikan perhatian pada permukaan yang
pecah-pecah, porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan
bawah, lewatan/overlap, kantong udara dan ukuran las. Pengelasan yang dinilai
rusak harus diperbaiki kembali sesuai dengan persyaratan AWS D 1.0.
17 HASIL PENGUJIAN
Hasil pengujian dari laboratorium/lapangan harus diserahkan pada Konsultan
Pengawas secepatnya.
Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan sebagainya,
menjadi tanggung jawab Pemborong.
01.2 Penyimpanan
Baja tulangan harus disimpan di tempat yang bersih sehingga pada waktu
pemasangan dan pelaksanaan pengecoran, bebas dari karat dan kotoran-
kotoran lainnya.
02.2 Pemotongan
Penulangan harus difabrikasi sesuai gambar kerja dan gambar pelaksanaan
dengan memperhatikan syarat-syarat pemotongan yang terdapat dalam SNI
03-2847-2002. Pemotongan harus dilakukan dengan shear cutter atau gergaji.
02.3 Pembengkokan
Pembengkokan tulangan tidak boleh dilakukan dengan pemanasan tanpa
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Pembengkokan tulangan yang telah tertanam dalam beton hanya dapat
dilakukan dengan jari-jari pembengkokan lebih besar dari 3 (tiga) diameternya.
02.4 Pemasangan Tulangan
Semua tulangan sebelum ditempatkan harus bersih, bebas dari oli, minyak
pelumas, kotoran yang dapat merusak ikatan antara beton dengan tulangan.
Bila penulangan dibiarkan di udara terbuka cukup lama setelah penempatannya
pada bekisting maka penulangan harus diperiksa ulang, dan bila perlu
dibersihkan kembali sebelum beton dicor.
Penulangan harus ditempatkan sesuai dengan gambar kerja dan gambar
pelaksanaan dan harus diikat dengan baik agar pada waktu pengecoran tidak
terjadi perubahan tempat dari penulangan.
Semua tulangan yang bersilangan harus diikat dengan baik dengan
menggunakan kawat pengikat (“bendrat”) yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Jarak-jarak penempatan penulangan minimum harus sesuai dengan syarat-
syarat SNI 03-2847-2002.
02.5 Toleransi
Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, toleransi ukuran fabrikasi
diberikan dalam tabel di bawah.
Toleransi penempatan duct, pipa dan sparing yang menembus beton dan
barang-barang lain yang ditanam dalam beton adalah 0.5cm. Barang-barang
ini harus diikatkan dengan kuat sehingga tidak bergeser pada waktu
pemasangan baja tulangan.
Tabel 1: Toleransi Dimensi dalam Fabrikasi
I t e m Toleransi (cm)
Sengkang, tulangan spiral 0.5
Dimensi Tulangan Tulangan polos dengan
fabrikasi lain dari diameter nominal 1.5
yang di 28mm.
atas Tulangan deform D25.
Tulangan polos sampai
32mm, deform D29 sampai 2.0
D41
Panjang total 2.0
02.6 Kait
Ujung dari baja tulangan yang dinyatakan dalam butir (1) sampai (5) di bawah
ini harus diberi kait.
(1) Tulangan Polos
(2) Sengkang
(3) Sisi ujung luar tulangan kolom dan balok
(4) Tulangan untuk cerobong asap
(5) Perletakan ujung balok, dan ujung tulangan atas balok kantilever serta plat
kantilever.
03.4 Toleransi
Toleransi berat dan diameter tulangan diatur dalam tabel di bawah.
Toleransi ukuran baja tulangan
Diameter Variasi dalam berat yang Toleransi diameter
diperbolehkan (mm)
Di bawah 10 mm +/- 7% +/- 0.4
Pasal 17.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN KONSTRUKSI PINTU DAN JENDELA
17.2.3. Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan kusen harus mengacu hal-hal sebagai
berikut:
a. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan
standart pengerjaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
/ Direksi.
b. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah.
c. Semua detail pertemuan harus runcing (adu manis) halus dan rata
bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan.
d. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan
pelaksanaan dan persyaratan teknis yang benar.
e. Pemasangan kusen dengan metode basah sehingga Ketika
pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila
kosen telah terpasang maka kosen tersebut harus dilindungi agar
kosen tetap terjamin kebersihannya.
17.4.3. Pelaksanaan.
1. Pelaksanaan daun jendela kayu mengacu pada persyaratan
pelaksanaan pekerjaan Kusen.
2. Seluruh daun jendela dilengkapi grendel.
3. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai gambar, baik
perletakan, bentuk masing-masing type serta ukurannya.
17.5. PEKERJAAN KACA
17.5.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi pintu dan jendela ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan pemasangan kaca pintu dan jendela.
17.5.3. Pelaksanaan.
1. Kaca dipasang pada pintu dan jendela sesuai gambar.
2. Kaca yang mengalami kerusakan selama masa pelaksanaan
konstruksi harus diganti oleh kontraktor pelaksana.
3. Pemotongan dan pemasangan kaca harus menggunakan tukang
yang ahli dalam bidangnya.
4. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai gambar, baik
perletakan, bentuk masing-masing type serta ukurannya.
Pasal 18.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN KONSTRUKSI PLAFOND
Pasal 19.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PEKERJAAN PLESTERAN dan BENANGAN
Pasal 20.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PEKERJAAN FINISHING LANTAI
Pasal 21.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PEKERJAAN PENGECATAN
Pasal 23.
SYARAT-SYARAT TEKNIK
PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENUTUP ATAP
23.2. BAHAN
Bahan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah :
- Reng Galvalum (disesuaikan dengan aplikator)
- Atap Genteng metalroof 0,30 mm setara suryatruss
- Bubungan Atap Genteng metalroof 0,30 mm setara suryatruss
23.3. PELAKSANAAN
1. Penutup atap baru boleh dipasang apabila semua pekerjaan rangka atap
selesai dikerjakan, dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
2. Pemasangan penutup atap harus dilaksanakan secara lurus dan rapi
hingga menghasilkan bidang yang benar-benar rata.
3. Sudut-sudut penutup atap pada jurai luar maupun yang dalam harus
dipotong dengan mesin pemotong dan harus dilaksanakan secara lurus
dan rapi.
4. Baut-baut harus menggunakan baut dengan penutup plastik.
5. Asesoris penutup atap untuk nok bubungan serta penutup akhir/awalan
pasangannya harus menggunakan produk yang sesuai dari produsen yang
sama dengan produsen genteng penutup atap.
Pasal 24.
SYARAT-SYARAT TEKNIK
PELAKSANAAN PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN
Pasal 25.
SYARAT-SYARAT TEKNIK
PELAKSANAAN PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL