Anda di halaman 1dari 88

PEMERINTAH KABUPATEN KUPANG

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KUPANG

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)

INSTANSI : DINAS KESEHATAN KAB. KUPANG


PROGRAM : PENGADAAN, PENINGKATAN, DAN PERBAIKAN
SARANA PRASARANA PUSKESMAS/ PUSKESMAS
PEMBANTU DAN JARINGANNYA
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN PUSKESMAS OEMASI, BAUN,
BAUMATA, PAKUBAUN
LOKASI : BAUMATA, KECAMATAN TAEBENU KABUPATEN
KUPANG
THN. ANGGARAN : 2017

KONSULTAN PERENCANA
PASAL 1
PEKERJAAN YANG AKAN DILAKSANAKAN

Lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana adalah :


Pembangunan sarana dan prasarana puskesmas Baumata, Kecamatan Taebenu
Kabupaten Kupang.

PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN

Selain Pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan,
Kontraktor Pelaksana juga dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung
yang diatur di dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri dari :
1. Penyediaan tenaga
2. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan
3. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan
4. Penyediaan peralatan
5. Penyediaan bahan
6. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan)
7. Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (As built Drawing)
8. Pembenahan/perbaikan kembali lingkungan sekitar dan pembersihan lokasi

PASAL 3
PENYEDIAAN TENAGA

1. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tenaga inti yang
cukup memadai untuk kegiatan ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. 1 (satu) orang project manager, Sarjana Arsitektur/ Teknik Sipil yang
berpengalaman minimal 7 tahun yang selalu ada dil lapangan, mempunyai SKA
dan NPWP.
b. 1 (satu) orang site manager, Sarjana Teknik Sipil yang berpengalaman minimal 5
tahun yang selalu ada dil lapangan, memiliki SKA dan NPWP.
c. 1 (satu) orang pelaksana, Sarjana Teknik Sipil, yang berpengalaman 5 tahun,
mempunyai SKA
d. 1 (satu) orang Quality Control, Sarjana Muda (D3) Teknik Sipil yang
berpengalaman 5 tahun, mempunyai SKT.
e. 1 (satu) orang tenaga administrasi proyek, Sarjana Muda (D3) berpengalaman 3
tahun.
f. 1 (satu) orang tenaga logistik proyek, STM yang berpengalaman 5 tahun.
g. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja)
dikeluarkan, kontraktor pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga
yang dipergunakan di atas lengkap dengan curriculum vitae nya serta bagan
organisasinya.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, kontraktor harus menyediakan tenaga
mandor, tukang dan pekerja yang cukup terampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1
(satu) orang draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing.
3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada
butir 1 dan 2 di atas apabila diminta oleh pengawas berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan
sanksi/denda kelalaian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan direksi.
4. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya
sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya dan
mengenai pembayaran, perumahan, makan, transportasi dan pembayaran yang harus
dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus menjadi haknya berdasarkan
perundang-undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik Kegiatan
selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemilik
Kegiatan.
6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat
lokasi kegiatan.
7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi kegiatan fasilitas
pertolongan pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus
mampu melakukan tugas pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi.
8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di
lokasi atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan. Kontraktor juga harus
melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan
tersebut disyaratkan oleh undang-undang.
PASAL 4
PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan


dalam bentuk barchart dan Net Work yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang
direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan
penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
3. Bila selama waktu 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai Kontraktor
Pelaksana belum dapat menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka
kontraktor pelaksana harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal
untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan
dua mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

PASAL 5
PENYEDIAAN PERALATAN

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang


penyimpanan alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang
kelayakannya akan dinilai oleh Direksi. Bila Direksi menilai barak/gudang tersebut tidak
layak layak dengan alasan-alasan teknis, maka Kontraktor Pelaksana harus melakukan
perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan/mendirikan barak Direksi (Direksikeet) yang
dilengkapi :
a. Meja rapat dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup
b. Meja, kursi kerja berlaci dan berkunci
c. 1 set dokumen kontrak
Direksi keet tersebut harus dibangun dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Atap : seng gelombang BJLS 0.20 mm
b. Dinding : Dinding tripleks dengan rangka kayu
c. Pondasi : Pasangan pondasi batu kali setempat untuk kolom
d. Lantai : rabat beton dan acian saos semen
e. Dilengkapi pula kamar kecil (1,5 x 2 m) beserta penyediaan air bersih dan saluran
pembuangan air kotornya untuk keperluan Direksi dan tamu-tamu Direksi.
3. Kontraktor harus membuat pagar pembatas dan pengaman sekeliling lokasi kegiatan.
Selain itu kontraktor juga harus membuat papan nama kegiatan yang berisikan
data/informasi mengenai kegiatan, dan terbuat dari kayu dengan tulisan hitam warna
dasar putih.
4. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup ditempat pekerjaan untuk para
pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan
keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan, Kontraktor Pelaksana
harus segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana (dalam hal ini Kontraktor
Pelaksana diwajibkan mengikuti ASTEK).
5. Semua material yang tersebutkan didalam butir 1, 2 dan 3 diatas setelah selesainya
pelaksanaan kembali menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari
lapangan pekerjaan.
6. Daftar Peralatan yang harus dimiliki untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah:
No. Jenis alat Jumlah No Jenis alat Jumlah

1. Scafolding 250 – 300 unit 12. Pompa air 1 unit


2. Molen 350 kg 2 unit 13. Generator 1 unit
Tower Crane/mobil Stamper 2 unit
3. 1 unit 14.
crane
4. Theodolith 1 set 15. Excavator 1 Unit
5. Grounding test 1 set
6. Vibrator 2 unit
7. Bar Cuter 1 unit
8. Barbending 1 unit
9. Kompresor 1 unit

Pick Up/Truck
10. 2 unit
Engkel

11. Dump Truck 3 unit


PASAL 6
PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan-bahan bangunan yang memenuhi


persyaratan mutu dan jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan
konstruksi sesuai dengan jadual pelaksanaan.
2. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini.
Sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan di sini akan diisyaratkan
langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen
konstruksi di belakang.
a. Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaannya harus air tawar yang bersih tidak mengandung
minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi
syarat sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium. Bila
air yang digunakan dari sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
b. Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah PC jenis I memenuhi SNI (Standar
Nasional Indonesia) harus satu merk untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu
satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau seluruhnya.
Penyimpanan harus dilakukan dengan cara dan didalam tempat (gudang) yang
memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan diatas.
c. Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam dan bahan organis lainnya yang terdiri atas
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir
urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir
pasang.
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
d. Kerikil (Kr)
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih
dan bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-
syarat tercantum dalam PBI 1971.
PASAL 7
PEMBUATAN SHOP DRAWING (GAMBAR KERJA)

1. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor Pelaksana sebelum suatu
komponen konstruksi dilaksanakan bila :
a. Gambar detail konstruksi yang tertuang dalam dokumen kontrak tidak ada atau
kurang memadai.
b. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas teloransi yang
diijinkan) pada konstruksi yang mendahuluianya.
Misalnya : Gambar kerja untuk konstruksi kuda-kuda atap bila terjadi penyimpangan
kedudukan kolom tempat bertumpunya kuda- kuda tersebut.
c. Konsultan Pengawas memerintahkan secara tertulis, untuk itu demi kesempurnaan
konstruksi.
2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.

PASAL 8
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)

1. Sebelum penyerahan pekerjaan I, kontraktor pelaksana sudah harus menyelesaikan


gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri dari :
a. Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya
b. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 diatas harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
3. Gambar sesuai pelaksanaan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan
pada saat Penyerahan I. Kekurangan dalam hal ini akan berakibat Penyerahan
Pekerjaan I tidak dapat dilaksanakan.

PASAL 9
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI

1. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan kontraktor pelaksana


meliputi:
a. Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar
pekerjaan pokok yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi
(misalnya : jalan, halaman dan lain sebagainya).
2. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksi keet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir.

PASAL 10
PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT

Peraturan Teknik yang dikeluarkan / ditetapkan oleh Pemerintah RI. Apabila tidak
disebutkan di dalam RKS dan gambar maka berlaku mengikat peraturan-peraturan di
bawah ini :
1. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPBB NI-3/56 1983)
2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961 (PKKI NI-5)
3. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
4. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
5. Peraturan – peraturan Pemerintah / PERDA Setempat
6. SKSNI-T-15-1991-03
7. Pedoman Perencanaan untuk struktur Beton Bertulang biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.

PASAL 11
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS yang harus diikuti :


1. Apabila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
2. Apabila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuain konstruksi harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
3. Apabila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti, kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputuasan Konsultan
Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi. Bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedangkan RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, begitu juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan Gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan.

PASAL 12
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban meneliti kembali seluruh Dokumen Pelaksanaan


secara seksama dan bertanggung jawab.
Apabila di dalam penelitian tersebut dijumpai :
a. Hal-hal yang disebutkan dalam sub pasal 11 diatas.
b. Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis yang
bila dilaksanakan dapat menimbulkan kerusakan atau kegagalan struktur.
Maka Kontraktor Pelaksana wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas secara
tertulis dan menangguhkan pelaksanaannya sampai memperoleh keputusan yang pasti
dari Konsultan Pengawas.
2. Apabila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pemeriksaan
Dokumen Pelaksanaan tersebut yang menyebabkan terjadi ketidak sempurnaan
konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut
dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Konsultan
Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

PASAL 13
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan, pembuatan dan


kelalaian pegawai, pekerja atau pun orang-orang yang mempunyai hubungan kerja
dengannya.
2. Kontraktor akan menyediakan peralatan keselamatan seperti diharuskan oleh hukum,
yang diperlukan untuk keselamatan pegawai dan masyarakat (menyediakan helm dan
sepatu lapangan standard proyek untuk keperluan Direksi dan Konsultan Pengawas).
3. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan
pekerja lapangan.
4. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada dibawah perintah
Kontraktor.
5. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagii semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan didalam site, untuk
para pekerja tidak diperkenankan, kecuali untuk penjaga keamanan.
6. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib
diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
7. Kontraktor bertanggung jawab atas pembersihan kembali perlengkapan keselamatan
kerja.
8. Kontraktor wajib menyediakan Direksi Keet untuk Konsultan Pengawas dengan
kebutuhan ruang yang cukup untuk :
a. Ruang Konsultan Pengawas.
b. Ruang Pertemuan/Rapat lengkap dengan meja besar dan panjang serta kursi,
papan tulis (white board dan spidol warna).

PASAL 14
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Hak bekerja di lapangan


Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada Kontraktor selama
waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan pada waktu peninjauan.
Setiap kelambatan atas penyerahan lapangan ini dapat dipertimbangkan oleh
Pengelola Kegiatan sebagai perpanjangan masa pemeliharaan.
2. Pembagian halaman untuk bekerja
Apabila Kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksi-keet Gudang)
maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus merundingkan terlebih
dahulu kepada pengelola Kegiatan tentang penggunaan halaman ini
3. Kontraktor harus menyediakan kotak obat/PPPK.
4. Jalan masuk ketempat pekerjaan
a. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan serta
akomodasi tambahan diluar Daerah Kerja, menjadi tanggungan Kontraktor.
b. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan
lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini. Kontraktor berkewajiban
memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.
c. Kontraktor diharuskan menyiapkan di Lokasi Kegiatan Alat-alat pengaman
terhadap kebakaran dan keamanan kerja lainnya.

PASAL 15
PEKERJAAN STRUKTUR

15.A. PERSYARATAN UMUM UNTUK PEKERJAAN STRUKTUR


01 PERSYARATAN UMUM
01.1 Peraturan dan Standard-Standard
Peraturan dan standard-standard yang dipergunakan harus merupakan
peraturan dan standard yang berlaku di Indonesia, antara lain :
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-
2847-2002
2. Standard Industri Indonesia, SII 0013-81, SII 0052-80, SII 0136-84
3. Standard Mutu Bahan Bangunan Indonesia 1986
4. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBBI-1982 NI-3)
5. Tata Cara Perencanan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI
03-1726-2002
6. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8)
7. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
8. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983
9. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas.
Dalam persyaratan ini, Konsultan Pengawas, Direksi atau Pengawas Proyek
yang ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk bertindak sebagai Pengawas untuk
kepentingan pelaksanaan kontrak pekerjaan.

01.2 Peraturan dan Standard Lain


Peraturan dan standard lain dapat dipergunakan bila disebutkan secara explisit
di dalam syarat-syarat ini, gambar pelaksanaan, atau setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
01.3 Perhatian Pemborong Pada Gambar-Gambar Pemborong Lain
Pemborong, sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, harus memperhatikan
gambar-gambar Pemborong lain yang berhubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan, sehingga kepentingan semua pihak dapat dilindungi.

01.4 Pagar Sementara


Pemborong harus menyediakan semua pagar-pagar sementara yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

01.5 Iklan
Pemborong tidak diperbolehkan untuk menempelkan gambar apapun yang
dapat dianggap sebagai iklan pada tempat kerjanya tanpa seijin Konsultan
Pengawas.

01.6 Perlengkapan Keselamatan Kerja


Pemborong harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja
maupun perlengkapan-perlengkapan pertolongan pertama.

01.7 Laporan Kemajuan Kerja


Pemborong harus membuat laporan kerja mingguan pada tiap-tiap permulaan
minggu atau hari lain sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

01.8 Kamar Kecil


Pemborong harus menyediakan dan memelihara kamar kecil untuk pekerja-
pekerjanya, sesuai dengan syarat-syarat kesehatan yang layak.

01.9 Penyimpanan Bahan yang Mudah Terbakar


Pemborong harus menyimpan semua bahan yang mudah terbakar seaman
mungkin, sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

02 BAHAN
02.1 Pasokan Bahan
Semua bahan sebelum dikerjakan/digunakan harus ditunjukkan kepada
Konsultan Pengawas, lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang
bersangkutan untuk mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Jika dipandang perlu untuk mengadakan penukaran/penggantian maka bahan-
bahan pengganti harus telah mendapat persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas.

02.2 Pergantian Pemasok Bahan


Tempat asal/merk pabrik bahan yang digunakan tidak dapat diganti tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas.

02.3 Bahan yang Ditolak


Bahan yang ditolak harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

02.4 Kerusakan Bahan yang Disimpan


Pemborong bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang
disimpannya, baik sebelum atau selama pelaksanaan.

03 TANAH
03.1 Laporan Penyelidikan Tanah
Konsultan Pengawas akan memberikan photocopy penyelidikan tanah yang
telah dilakukan kepada Pemborong untuk dipergunakan sebagai dasar
perencanaan pelaksanaan pekerjaan.

03.2 Keadaan Tanah yang Tidak Sesuai


Pemborong wajib untuk segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas, bila
dalam pelaksanaan pekerjaan, Pemborong menemukan keadaan yang menurut
pendapatnya tidak sesuai dengan keadaan yang dapat diharapkan dari hasil
penyelidikan tanah yang telah dilakukan.

04 TOLERANSI PENGUKURAN
Pemborong harus melakukan pengukuran-pengukuran yang cermat dengan
peralatan-peralatan yang memadai untuk mencapai persyaratan toleransi yang
ditentukan.
05 METODE PELAKSANAAN
05.1 Metode Pelaksanaan yang Diatur
Pemborong harus mengikuti metode pelaksanaan yang diatur dalam syarat-
syarat ini.

05.2 Metode Pelaksanaan Lain


Metode pelaksanaan lain dari yang ada dalam syarat-syarat ini, atau metode
yang tidak disebutkan dalam syarat-syarat ini dapat digunakan setelah terlebih
dahulu diajukan dan disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

06 GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN/”SHOP DRAWING”


06.1 Gambar Detail Pelaksanaan Sesuai Keadaan Lapangan
Pemborong wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk
memperjelas detail-detail khusus yang diperlukan pada saat pelaksanaan di
lapangan.

06.2 Data-Data yang Penting


Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan,
keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus.

06.3 Persetujuan
Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.

06.4 Perbedaan-Perbedaan
Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya,
pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan
dimulai.
Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal terdapat
kelainan/perbedaan seperti tersebut diatas.
07 GANGGUAN LINGKUNGAN DAN KERUSAKAN-KERUSAKAN
07.1 Gangguan Lingkungan
Pemborong harus dengan segala cara menjaga agar gangguan lingkungan
yang terjadi adalah seminimal mungkin.

07.2 Kerusakan Bangunan Sekeliling


Pemborong harus bertanggung jawab akan kerusakan-kerusakan yang
mungkin terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan ini pada bangunan-bangunan
maupun “property” lain sekeliling tempat pekerjaan.

07.3 Perkuatan Sementara dan Perbaikan


Bila dalam pelaksanaan pekerjaan, Pemborong memperkirakan akan terjadi
kerusakan-kerusakan tertentu pada bangunan maupun “property” lain, sebelum
memulai pekerjaan, Pemborong wajib untuk membicarakan cara-cara
menghindari maupun usul-usul perbaikannya kepada Konsultan Pengawas.

07.4 Kerusakan Pekerjaan Lain


Pemborong harus melakukan segala usaha agar tidak terjadi kerusakan pada
struktur ataupun pekerjaan lain yang telah selesai dibuat.
Untuk menghindari segala kemungkinan kerusakan, Pemborong harus
menyampaikan usul urut-urutan pelaksanaan pekerjaan untuk disetujui
Konsultan Pengawas.

07.5 Tanggung Jawab Penuh Pemborong


Persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan ayat 073 dan 074 di atas tidak
membebaskan tanggung jawab pemborong terhadap kerusakan yang terjadi,
meskipun pelaksanaan pekerjaan dilakukan sesuai dengan usul yang telah
disetujui Konsultan Pengawas.

08 PENGENDALIAN PEKERJAAN
08.1 Tenaga Ahli
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman. Apabila dipandang perlu, Pemborong dapat diminta untuk
mendapatkan nasehat dari tenaga ahli atas beban biaya pemborong sendiri.
08.2 Tanggung Jawab Penuh Pemborong
Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas pelaksanaan struktur.
Adanya atau hadirnya Konsultan Pengawas, Pengawas, Konsultan di lapangan
tidak mengurangi tanggung jawab Pemborong.

08.2 Bekisting
1. Bahan untuk bekisting terdiri atas :
a. Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 9 mm.
b. Klem bekisting.
c. Perancah dan penyangga lainnya menggunakan kayu ukuran 5/7 atau
menggunakan scalfoding.
2. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
a. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan
atau tekanan lateralnya pada saat pengecoran.
b. Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk
bekisting kolom disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2 cm
dari permukaan dasar yang telah mengeras.
c. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi lain yang
sudah selesai dikerjakan.

15.B. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI DANGKAL

01 PEMOTONGAN DAN PEMINDAHAN/PENGURUGAN TANAH


01.1 Pemotongan
Pekerjaan pemotongan (penggalian) tanah baru dapat dimulai setelah
pekerjaan pengukuran disetujui oleh Manajemen Konstruksi (Konsultan
Pengawas). Pekerjaan pengukuran sepenuhnya merupakan tanggung jawab
pemborong.
Pemotongan (penggalian) mencakup pemindahan tanah serta batu-batuan dan
bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaan.
Sebelum pekerjaan pemotongan dan pemindahan (pengurugan) tanah
dilakukan, tanah yang akan digali atau diuruk harus dibersihkan dari sisa-sisa
akar dan pepohonan serta sampah-sampah organik lain.
Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan kembali, serta
puing-puing dan sampah-sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan.
01.2 Pengurugan
Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu
yang besar bersarang menjadi satu. Semua rongga harus diisi dengan batu-
batu kecil dan tanah yang dipadatkan.
Jika material galian tidak cukup, material tambahan untuk urugan harus
didatangkan dari tempat lain, tanpa tambahan biaya.
Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis sedemikian,
sehingga dicapai suatu lapisan setebal 15 cm dalam keadaan padat. Tiap
lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diuruk.

01.3 Pemadatan
Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat/compactor “vibrator type” yang disetujui Konsultan
Pengawas/Pengawas.
Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan tidak kurang
dari 90% dari kepadatan maksimum hasil laboratorium.
Kontraktor harus melaksanakan penelitian kepadatan maksimum terhadap
kadar air optimum (percobaan proctor), minimal satu kali untuk setiap jenis
tanah yang dijumpai di lapangan. Penelitian harus mengikuti prosedur
yang umum dipakai yaitu ASTM D-1557-70.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk
bukti penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh,
kepadatan kering maksimum dan kadar air optimumnya.

02 PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN UNTUK PERBAIKAN TANAH


02.1 Galian
Pekerjaan galian harus dilakukan sesuai dengan gambar perencanaan.
Tanah yang berasal dari pekerjaan galian setelah mencapai jumlah tertentu
sesuai dengan petunjuk pengawas/Konsultan Pengawas harus dikeluarkan dari
halaman pekerjaan, kecuali tanah galian tersebut dapat digunakan untuk
pekerjaan lansekap yang tidak disyaratkan untuk mempunyai daya dukung
tertentu.
02.2 Urugan
Material yang dipakai untuk pengurugan adalah pasir uruk. Kontraktor harus
memberikan contoh pasir urug yang akan dipakai untuk disetujui dan disimpan
oleh Konsultan Pengawas.
Material yang tidak sesuai dengan contoh yang diberikan kepada Konsultan
Pengawas dapat ditolak dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan.

02.3 Pemadatan
Sebelum pengurugan perbaikan tanah dilakukan, tanah asal harus dipadatkan
dengan alat pemadat/compactor “vibrator type” yang disetujui oleh Pengawas.
Pengurugan dilakukan secara berlapis demikian rupa, sehingga dicapai lapisan
padat setebal 15 cm. Tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya
diuruk.

03 PEKERJAAN GALIAN PONDASI DAN URUGAN BAWAH PONDASI/LANTAI


03.1 Galian
Penggalian tanah harus dilakukan sesuai dengan gambar kerja pondasi dan
harus cukup lebar untuk memperoleh medan kerja yang baik bagi para pekerja,
sehingga pekerjaan dapat berlangsung dengan lancar, dan tanah galian tidak
mudah longsor.
Semua bekas akar pohon yang terdapat di bagian pondasi yang akan
dilaksanakan harus dibuang.

03.2 Pemadatan
Apabila kedalaman penggalian telah mencapai batas yang ditentukan, maka
permukaan dasar lubang galian diratakan dan dipadatkan sebelum diuruk sirtu
atau pasir uruk untuk perbaikan tanah.

03.3 Genangan Air


Untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air
atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus.
03.4 Kerusakan Bangunan Lain
Kontraktor wajib mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap bangunan
lain yang berada dekat dengan lubang galian yaitu dengan memberikan
penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin
bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.

03.5 Tanah Galian yang Tidak Digunakan


Semua tanah galian yang tidak dapat digunakan untuk pengurugan atau
pekerjaan lansekap, setelah mencapai jumlah tertentu sesuai petunjuk
pengawas, harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu.

03.6 Lapisan Beton Rabat dan Urugan Pasir


Di bawah plat-plat beton bertulang, dan pondasi dangkal harus diberikan beton
rabat sebagai lantai kerja.
Lapisan-lapisan di bawah lantai kerja ditunjukkan dalam gambar detail. Bila
tidak dicantumkan dalam gambar detail, di bawah lantai kerja harus diberikan
urugan pasir padat setebal minimum 5 cm.

03.7 Pengurugan Kembali (Back Filling)


Pengurugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah pondasi, poer dan sloof
dicor.
Pengurugan ini diijinkan memakai tanah bekas galian dan harus dipadatkan
sesuai dengan butir 023. Sebelum dilakukan pengurugan papan bekisting
bekas cetakan plat pondasi maupun sloof harus dikeluarkan terlebih dahulu.

04 PERLINDUNGAN TERHADAP AIR DAN PENGUJIAN MUTU PEKERJAAN


04.1 Genangan Air
Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang
disetujui Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan air yang
dapat mengganggu/merusak pekerjaan galian ataupun urugan.

04.2 Test
Pengawas harus diberitahukan bila penelitian di lapangan untuk menentukan
kepadatan relatif yang sebenarnya sudah dapat dilaksanakan.
Penentuan kepadatan di lapangan dapat mempergunakan salah satu dari
cara/prosedur di bawah ini :
1. “Density of soil in-place by sand-cone method”
AASHTO.T.191.
2. “Density of soil in-place by driven cylinder method”
AASHTO.T.204.
3. “Densiry of soil in-place by the rubber balloon method”
AASHTO.T.205.
atau cara-cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

05 PONDASI BATU KARANG


05.1 Persyaratan
Pondasi menerus dari batu karang.
Persyaratan pelaksanaan pekerjaan pondasi menerus:
Semua pekerjaan pasangan pondasi baru boleh dikerjakan bila galian tanah
sudah diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Sebelum Pekerjaan pondasi dimulai lubang-lubang galian harus kering dan
bersih.
Pondasi menerus :
o Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diurug dengan pasir kemudian
dengan batu kosong/aanstamping dari batu karang/gunung/kali setebal 20
cm lebar disesuaikan dengan gambar detail.
o Batu karang/kali/gunung yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang
harus dibersihkan dari kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis.
o Pasangan pondasi batu karang ini dibuat dengan adukan spesies 1 PC : 5
pasir.
o Semua bidang permukaan pondasi bagian luar diatas tanah yang kelihatan
harus diplester/diberaben dengan adukan 1 PC : 4 pasir kemudian di aci
dengan saus semen sampai kedalaman minimal 15 cm di bawah permukaan
tanah asli.
o Pasir yang dipakai adalah pasir lokal yang telah dicuci.
06 PONDASI PELAT BETON
Pondasi Pelat Beton
o Pondasi Pelat Beton dibuat dari campuran PC, pasir dan batu pecah hingga
mencapai mutu K.175 Bentuk dan ukuran serta penulangan sesuai gambar
rencana. Sebelum pondasi Pelat Beton di cor lapisan dasar harus diurug
dengan pasir dengan ketebalan minimum 10 cm setelah padat, selanjutnya
dicor lantai kerja dengan campuran 1 PC : 3 pasir : 5 batu pecah tebal 5 cm.

15.C. PERSYARATAN UMUM UNTUK PEKERJAAN BETON


01 UMUM
01.1 Persyaratan Umum dari SNI 03-2847-2002
Semua bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-
2002, Persyaratan Umum untuk Pekerjaan Struktur, syarat-syarat dalam bagian
ini dan dalam Persyaratan Khusus yang ada pada syarat-syarat ini.
Pada dasarnya Persyaratan Umum ini mengacu pada SNI 03-2847-2002 yang
meletakkan tanggung jawab perencanaan, pengetesan dan pengendalian mutu
beton yang di produksi pada pemasok beton. Tetapi untuk menjamin bahwa
tanggung jawab tersebut dilaksanakan dengan baik, Persyaratan Umum ini
menentukan persyaratan-persyaratan tambahan sebagai berikut :
1. Perencanaan Mutu (Mix Design), termasuk karakteristik bahan harus
diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi dan disetujui
2. Hasil Pengetesan harus diserahkan untuk dievaluasi oleh pihak (konsultan)
independen
3. Jumlah test minimum adalah 15 contoh, sedikit lebih banyak dari jumlah
yang disyaratkan di SNI 03-2847-2002
4. SNI 03-2847-2002 mensyaratkan kuat tekan rata-rata perlu, fcave
berdasarkan kuat tekan yang disyaratkan fc sebagai berikut:
Terdapat 15 contoh
fcave = fc + 7.0 untuk fc < 21 MPa
fcave = fc + 8.5 untuk fc 21 MPa sampai 35 MPa
fcave = fc + 10.0 untuk fc > 35 MPa
Terdapat lebih dari 15 contoh, diambil yang terbesar dari:
fcave = fc + 1.16x1.34Sd atau fcave = fc +1.16x2.33Sd-3.5 untuk 15 contoh
fcave = fc + 1.08x1.34Sd atau fcave = fc +1.08x2.33Sd-3.5 untuk 20 contoh
fcave = fc + 1.03x1.34Sd atau fcave = fc +1.03x2.33Sd-3.5 untuk 25 contoh
fcave = fc + 1.00x1.34Sd atau fcave = fc +1.00x2.33Sd-3.5 untuk ≥ 30 contoh
5. Sebagian dari test harus dilakukan di laboratorium independen untuk
mengecek hasil test dari pemasok beton
6. Pemborong harus menunjuk seorang “Concrete Quality Controller” (CQC)

01.2 Penunjukkan Concrete Quality Controller (Concrete Acceptor)


Pemborong harus menunjuk seorang Concrete Quality Controller yang bertugas
secara penuh (full time). CQC harus secara pribadi maupun melalui orang lain
yang berada di dalam wewenangnya, memeriksa setiap truk beton sebelum
dicurahkan atau pada permulaan pencurahan. CQC harus mengetahui
sebelumnya persyaratan, volume keseluruhan dan volume kedatangan beton
yang akan digunakan dan harus memeriksa docket pengiriman. CQC harus
cakap melakukan test kelecakan dan pemenuhan kelecakan sesuai dengan
syarat yang ditentukan.
Concrete Quality Controller harus bertanggung jawab atas jumlah test yang
harus dilakukan dan bertanggung jawab bahwa semua contoh test yang
disimpan di lapangan dipelihara dengan baik.

01.3 Penunjukkan Consulting Concrete Technologist


Bila dipandang perlu Konsultan Pengawas akan menunjuk Consulting Concrete
Technologist (OCT) untuk melakukan evaluasi mutu beton dan atau hasil test
maupun laporan yang disampaikan oleh pemborong.

02 SEMEN PORTLAND
02.1 Jenis Semen
Kecuali ditentukan dalam Persyaratan Khusus, Semen Portland (PC) yang
digunakan adalah semen portland jenis II SII 0013-81 atau type I menurut
ASTM, produksi Semen Kupang, Bosowa, Tonasa atau PC lain, yang selain itu
juga harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada SNI 03-2847-2002.
Merk yang akan dipakai harus dirunding dan disetujui terlebih dahulu secara
tertulis oleh Konsultan Pengawas. Merk yang dipilih dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas tidak dapat ditukar dalam pelaksanaan kecuali dengan
persetujuan tertulis sebelumnya dari Konsultan Pengawas/Pengawas.
Dalam hal merk semen yang telah disetujui tidak terdapat di pasaran, merk
semen dapat diganti hanya bila Pemborong memberikan jaminan dengan data-
data teknis bahwa mutu semua semen penggantinya adalah setaraf dengan
mutu semen yang telah disetujui sebelumnya.

02.2 Penyimpanan Semen


Penyimpanan semen harus dilakukan sebaik mungkin sehingga terhindarkan
dari kemungkinan kerusakan karena hidratasi atau pengotoran bahan asing
lainnya.

02.3 Semen dalam Bungkus Kantong


Semen dalam bungkus kantong harus disimpan dalam gudang tertutup,
terhindar dari basah atau kemungkinan menjadi lembab, terjamin tidak akan
rusak dan atau tercampur dengan bahan lain.
Penyimpanan semen dari berbagai jenis harus dikelompokkan sedemikian rupa
hingga mencegah kemungkinan tertukarnya satu jenis semen dengan jenis
yang lainnya.
Urutan penyimpanan di gudang harus diatur agar semen yang lebih dahulu
masuk gudang dipakai lebih dahulu pula.

02.4 Semen Curah


Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton,
dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lain.

02.5 Kualitas Semen yang Disimpan


Apabila semen telah tersimpan lama dan mutunya diragukan, maka sebelum
diberikan ijin untuk dipakai harus dibuktikan terlebih dahulu bahwa semen
tersebut masih memenuhi syarat standard.

02.6 Uniformitas
Semen yang digunakan untuk satu macam pekerjaan harus keluaran pabrik
yang sama dan merupakan hasil produksi yang tidak berbeda lebih dari satu
bulan.
02.7 Kondisi Kantong Semen Sebelum Dipakai
Kondisi semen yang akan digunakan tidak boleh rusak jahitannya sebelum
sampai ke tempat pekerjaan.

03 AGREGAT
03.1 Jenis Agregat
Agregat harus merupakan bahan bangunan yang didapatkan dari alam, dan
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI 03-2847-2002, kecuali
ditentukan lain. Pemborong harus memberitahukan kepada Pengawas tempat
pengambilan agregat sebelum pekerjaan di mulai dan atas permintaan
Pengawas, menunjukkan bukti-bukti mengenai mutu dan ke konsistenan mutu
agregat tersebut.
Kandungan garam dalam agregat yang digunakan dalam Struktur Beton
Bertulang, yang dinyatakan dalam persentasi anhydrous calcium chloride
ekivalen terhadap berat semen yang akan digunakan harus kurang dari 1%.
Kandungan garam dalam agregat yang digunakan dalam Struktur Beton
Pratekan Pratarik (pre-tensioned), yang dinyatakan dalam persentasi
anhydrous calcium chloride ekivalen terhadap berat semen yang akan
digunakan harus kurang dari 0.1%. Batasan ini juga berlaku bagi Struktur Beton
Pratekan Pascatarik (post-tensioned) kecuali bila terdapat jaminan bahwa tidak
terjadi kebocoran pada selongsong yang digunakan dan dilakukan grouting.
Agregat yang didapat dari laut tidak dapat dipakai.
Bila penggunaan Additive yang mengandung Calsium Chloride disetujui, jumlah
additive yang digunakan harus dijaga agar syarat-syarat tersebut diatas dapat
dipenuhi.

03.2 Pasir
Pasir beton yang digunakan harus merupakan butir-butir yang bersih, kasar dan
tajam, tidak mengandung bahan-bahan organis dan memenuhi syarat-
syarat lain dalam SNI 03-2847-2002. Untuk pasir beton sama sekali tidak
boleh digunakan pasir laut.

03.3 Batu Pecah


Untuk pekerjaan beton dapat digunakan batu pecah dengan ukuran sesuai
“mix design” dengan ukuran tidak lebih dari 3.0 cm dan tidak lebih dari
seperempat tebal beton yang terkecil dari bagian struktur yang bersangkutan
serta memenuhi syarat-syarat lain dalam SNI 03-2847-2002.
Batu pecah harus dicuci agar bersih dari bahan organis dan kotoran-kotoran
lain.

03.4 Penyimpanan Agregat


Agregat yang dipakai harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak kotor.
Agregat dari jenis dan ukuran berbeda harus disimpan di tempat yang terpisah.

04 AIR
04.1 Kualitas
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan. Bilamana mungkin harus digunakan air
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
04.2 Ketersediaan Air PDAM
Bila air PDAM tidak tersedia, maka air yang akan digunakan atas biaya
pemborong harus diperiksa terlebih dahulu dan dinyatakan memenuhi syarat
untuk diminum oleh laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
04.3 Kualitas Minimal
Air yang akan dipergunakan minimal harus memenuhi syarat-syarat dibawah
ini:
Kualitas Air
Item Syarat
Jumlah suspended solids  2g/l
Jumlah soluble evaporation residue  1g/l
Perbedaan waktu ikat dari semen waktu ikat awal tidak lebih dari 30
menit
waktu ikat akhir tidak lebih dari 60
menit

Perbedaan kekuatan lentur tidak


dan kurang dari 90% pada usia 7 hari
tekan dari mortar dibandingkan
dengan control mortar
05 “ADMIXTURES” DAN “ADDITIVES”
Kecuali ditentukan dalam Persyaratan Khusus, pada umumnya dengan
pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur dan mengaduk yang
baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu
bahan “admixture” maupun “additive”.
Jika penggunaan “admixture” maupun “additive” masih dianggap perlu,
pemborong harus terlebih dahulu mengajukan contoh untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Untuk itu pemborong mengusulkan
nama dan jenis admixture atau additive disertai keterangan tujuan penggunaan,
data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentahnya, cara-cara
pemakaian dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

06 CAMPURAN BETON
06.1 Mutu Beton
Mutu Beton dinyatakan dalam kekuatan tekan karakteristik yang diperoleh dari
pemeriksaan benda silinder Ø15x h 30 cm pada umur 28 hari sesuai dengan
SNI 03-2847-2002.

06.2 Kadar Semen


Campuran beton harus mempunyai kadar semen minimum 300 kg/m 3 beton,
tetapi tidak boleh melebihi 550 kg/m3 beton.

06.3 Beton Struktural


Beton yang digunakan untuk elemen struktur adalah beton siap pakai (“ready
mix concrete”)
Bila karena suatu dan lain hal mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas, pemborong tidak dapat menggunakan beton siap pakai, pemborong
harus membuat campuran percobaan (“trial mix”) dengan bahan-bahan yang
akan dipakai dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, untuk menunjukkan
bahwa mutu beton dan kelecakan (“workability”) yang disyaratkan dapat dicapai
dengan campuran yang direncanakan.
06.4 Beton Non Struktural
Beton non struktural diperbolehkan memakai campuran dengan mesin
pengaduk, tetapi dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan memakai
campuran yang diaduk secara manual.

06.5 Kelecakan
Kelecakan beton harus diukur dengan menggunakan “slump test” sesuai
dengan SNI 03-2847-2002.
Kelecakan harus diatur sedemikian rupa sehingga dengan metode pelaksanaan
yang dipilih dapat diperoleh beton yang monolit dan tidak berongga.

07 CAMPURAN PERCOBAAN
07.1 Umum
Bila tidak digunakan beton siap pakai maka harus dilakukan campuran
percobaan sesuai dengan SNI 03-2847-2002, kecuali terdapat data-data
autentik bahwa dengan campuran yang diusulkan dan bahan-bahan yang akan
dipakai serta metode yang digunakan, pemborong dapat menghasilkan beton
dengan mutu dan kelecakan yang disyaratkan.
Pembebasan dari pembuatan campuran percobaan harus diusulkan dan
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

07.2 Campuran Percobaan Pendahuluan


Bila disyaratkan sehubungan dengan ayat 071, sebelum melakukan
pengecoran Pemborong harus melakukan campuran percobaan pendahuluan
dalam keadaan produksi sesungguhnya, atau bila hal ini tidak memungkinkan,
melakukan percobaan di laboratorium yang disetujui Konsultan Pengawas
dengan contoh yang cukup untuk mewakili agregat dan semen yang akan
digunakan. Kecuali disetujui lain, untuk tiap mutu beton harus dibuat 9 kubus
percobaan, 3 untuk pengetesan pada umur 3 hari, 3 tujuh hari dan 3 untuk 28
hari.

07.3 Campuran Percobaan Pada Masa Pengerjaan


Bila campuran percobaan disyaratkan setelah pekerjaan dimulai, maka
campuran percobaan harus dilakukan dalam keadaan produksi sesungguhnya
sesuai dengan prosedur yang diatur dalam ayat 072.
07.4 Kelecakan
Kelecakan beton harus diukur dengan slump test sesuai dengan SNI 03-2847-
2002, sedangkan Mortar Factor dan Mix Suitability Factor harus diperhatikan.
Kelecakan harus sedemikian rupa, sehingga dengan cara pelaksanaan yang
disetujui dapat dilakukan pengecoran beton dengan mudah sehingga dapat
dihasilkan beton yang monolit tanpa keropos.

07.5 Standard Penerimaan


Bila tidak ditentukan lain, maka standard penerimaan campuran percobaan
adalah sesuai dengan SNI 03-2847-2002.

07.6 Perubahan Campuran


Bila suatu campuran telah disetujui, tidk boleh dilakukan perubahan-perubahan
dalam perbandingan campuran, asal semen dan agregat, jenis, ukuran ataupun
grading. Bila karena sesuatu hal harus dilakukan perubahan, test baru dapat
diminta untuk dilakukan.

08 PEMERIKSAAN MUTU BETON DAN MUTU PELAKSANAAN


08.1 Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh beton harus dilakukan dengan cara dan dalam jumlah
yang sesuai dengan SNI 03-2847-2002.
Mengingat W/C factor yang sesuai disini adalah sekitar 0.50-0.55 maka
pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan menurut SNI 03-
2847-2002 tanpa menggunakan penggetar.
Pada tahap awal pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji
per 5 m3 volume adukan beton hingga diperoleh 15 benda uji yang pertama
sesuai dengan syarat SNI 03-2847-2002.

08.2 Contoh Beton Kerja


Pemborong harus melakukan pengetesan contoh beton yang diambil pada
laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
termasuk nilai karakteristiknya dengan disertai/dilampiri sertifikat pengujian dari
laboratorium.
Pemborong harus menyimpan semua hasil pengetesan mutu beton maupun
mutu bahan dengan catatan yang jelas untuk lokasi yang mana beton/bahan
tersebut dipakai.

08.3 Standard Penerimaan


Standard penerimaan mutu beton dan mutu pelaksanaan adalah sesuai dengan
SNI 03-2847-2002.

08.4 Test Kelecakan/Slump Test


Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, persyaratan nilai minimum
adalah 10 cm dan maksimum adalah 20 cm
Slump lebih besar dari 20 cm dapat diterima bila diberikan persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.

09 PEKERJAAN ACUAN (BEKISTING)


09.1 Bahan
Acuan yang dipergunakan dapat dibuat dari kayu, beton, baja atau pasangan
bata diplester.

09.2 Perencanaan
Pemborong harus merencanakan acuan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk dan cukup kuat menampung beban-beban sementara
maupun pelaksanaan.
Perencanaan acuan dan konstruksinya harus dapat menahan beban-beban,
tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan seperti pada “Recommended
Practice for Concrete Formwork” (ACI 347-68) dan peninjauan terhadap beban
angin dan lain-lain peraturan yang dikontrol terhadap Peraturan Pembangunan
Pemerintah Daerah Setempat.
Semua acuan harus diberi penguat datar silang sehingga kemungkinan
bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindarkan.
Acuan juga harus cukup rapat untuk mencegah kebocoran bagian cairan dari
adukan beton (mortar leakage).
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya kemudahan inspeksi oleh pengawas.
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian maupun
keseluruhan beton hasil pengecoran.

09.3 Pemeriksaan
Pada bagian terendah (dari setiap tahap pengecoran) dari acuan kolom atau
dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.

09.4 Pembersihan Sebelum Pengecoran


Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dulu sebelum pengecoran. Harus
diadakan tindakan untuk menghindarkan terkumpulnya air pembasahan
tersebut pada sisi bawah.

09.5 Ketelitian
Pemborong bertanggung jawab penuh terhadap kekuatan acuan dan
penyanggahnya serta ketelitian penempatan dan dimensinya.

09.6 Toleransi
Toleransi dimensi untuk pemasangan acuan harus memenuhi syarat di bawah
ini :
Toleransi dari jarak datum line dari setiap lantai
sampai pada elemen beton yang di tuju.  3 cm
Toleransi penampang balok, kolom, dinding -0.5 + 2.0 cm
Toleransi ketebalan lantai dan atap beton -0.0 + 2.0 cm

09.7 Pembongkaran
Pembongkaran acuan sepanjang tidak ditentukan lain dalam gambar, harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas dan mengikuti
pasal 8.2 SNI 03-2847-2002

10 BAHAN-BAHAN LAIN UNTUK ACUAN


10.1 Alat Penyambung
Alat-alat penyambung yang dipakai harus memenuhi syarat tegangan yang
ditentukan oleh pabrik pembuatnya dengan pembuktian test kekuatan.
10.2 Release Agent
Untuk mempermudah pembongkaran acuan, dapat digunakan “release agent”.
“Release agent” yang dipakai tidak boleh memberi pengaruh buruk pada
kwalitas beton atau mempengaruhi ikatan antara beton dengan material-
material finishing dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

10.3 Lantai Kerja


Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung di atas tanah,
harus dibuatkan lantai kerja dari beton lunak dengan campuran perbandingan
volume semen : pasir : koral = 1:3:5.

11 SPARING, CONDUIT, PIPA-PIPA DAN DETAIL PERTEMUAN DENGAN


DINDING BATA
11.1 Penempatan
Letak dari sparing, conduit, pipa-pipa disyaratkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu/mengurangi kekuatan struktur dan tidak diizinkan
berpotongan dengan besi tulangan.
Tempat lokasi dari sparing, conduit, pipa-pipa harus sesuai dengan gambar dan
bilamana belum dicantumkan ataupun menyimpang dari gambar, Pemborong
harus memberitahukan dan mengusulkan serta minta persetujuan tertulis
sebelumnya dari Konsultan Pengawas.
Semua sparing, conduit, dan pipa harus dipasang sebelum pengecoran dan
kedudukannya harus cukup kuat sehingga tidak akan bergeser pada saat
pengecoran beton.

11.2 Penulangan Praktis untuk Dinding Bata


Penulangan kolom praktis dan balok praktis untuk dinding bata harus dihitung
berdasarkan ”face load” yang diterima dinding tersebut akibat beban gempa
dan beban angin.
Sedikitnya setiap 9 m2 dinding harus dikelilingi oleh kolom dan balok praktis.
Dinding tersebut harus dijangkarkan dengan jarak antara 75 cm, dan panjang
jangkar minimum 30 cm dengan diameter 8 mm.
12 PENIMBANGAN BETON (BATCHING)
12.1 Umum
Kecuali ditentukan lain, persyaratan dalam ayat 122, 123 dan 124 harus
dipenuhi.

12.2 Ketelitian Timbangan dan Alat Ukur


Timbangan dan alat ukur air harus dipelihara setiap waktu sehingga tercapai
batas ketelitian tertentu yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

12.3 Toleransi Berat


Berat tiap-tiap ukuran agregat dan semen tidak boleh lebih atau kurang dari 2%
dari berat masing-masing setelah memperhitungkan kandungan air dalam
agregat.

12.4 Kadar Air Agregat


Kadar air agregat harus diukur sesaat sebelum pencampuran agregat dan
harus selalu dilakukan untuk menjamin konsistensi campuran.

13 PENCAMPURAN BETON (MIXING)


13.1 Jenis Mixer
Mixer harus dari jenis batch kecuali ditentukan lain dan ditunjukkan bahwa
mixer yang lain tersebut dapat memenuhi kinerja yang dikehendaki.

13.2 Toleransi Kisi Pengaduk


Kisi pengaduk harus selalu dipelihara sehingga toleransi yang ditentukan oleh
pabrik pembuatnya dapat selalu dipenuhi. Kisi pengaduk harus segera diganti
bila toleransi tersebut tidak dapat dipenuhi lagi.

13.3 Pembersihan Kisi Pengaduk


Mixer yang tidak dapat dipakai lebih dari 30 menit harus segera dicuci bersih-
bersih sebelum dapat dipakai mengaduk batch yang lain.
14 PENGECORAN DAN TRANSPORTASI BETON
14.1 Persetujuan Pengecoran
Pengecoran beton baru boleh dilakukan setelah Konsultan Pengawas
memeriksa seluruh pembesian struktur yang akan dicor saat itu dan
memberikan persetujuan tertulis kepada Pemborong.

14.2 Pemadatan
Beton harus dipadatkan menggunakan jarum penggetar (needle vibrator) dan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak tulangan (pembesian)
dan acuan. Penggetar lain hanya dapat dipakai bila ada persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
Pemborong harus menyediakan vibrator yang cukup sehingga pemadatan
beton pada waktu pengecoran dapat terjamin efisiensinya.

14.3 Cara Transportasi


Cara transportasi beton harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas. Beton harus dikirimkan dalam container kedap air sedemikian rupa
sehingga kehilangan material dan segregasi dapat dihindarkan.

14.4 Pemompaan
Penggunaan pompa beton dan cara penggunaannya harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

15 PENGECORAN BETON PADA TEMPERATUR TINGGI


15.1 Penggunaan Semen Temperatur Tinggi
Semen dengan temperatur tinggi tidak boleh digunakan.

15.2 Temperatur
Agregat dan air yang digunakan harus mempunyai temperatur serendah
mungkin.

15.3 Admixture
Admixture harus digunakan untuk membantu memperlambat pengikatan dan
menambah sifat kelecakan beton, penggunaan jenis admixture harus mendapat
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Penggunaan “admixture” untuk menghindari kehilangan slump (“slump loss”)
selama pengangkutan harus mendapat persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas.

15.4 Campuran Beton


Campuran beton untuk pengecoran pada temperatur tinggi harus dipilih dengan
memperhatikan percampuran, pengangkutan dan pemadatan dengan
menggunakan air semen serendah mungkin.
Proporsi campuran harus direncanakan dengan melakukan campuran
percobaan dan baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan tertulis
oleh Konsultan Pengawas.

15.5 Keadaan Acuan


Pada pekerjaan pengecoran acuan harus dibasahi agar air dalam beton tidak
terserap.

15.6 Temperatur Beton


Temperatur beton waktu penuangan tidak boleh lebih tinggi dari 30C.

16 SIAR PELAKSANAAN (“CONSTRUCTION JOINT”)


16.1 Letak dan Detail
Letak dan detail “construction joint” harus sesuai dengan apa yang
direncanakan.
Bila tidak ditentukan dalam gambar kerja, maka “construction joint” harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga program pelaksanaan dan letak
“construction joint” tersebut tidak menyebabkan berkurangnya kekuatan,
daktilitas dan penampilan struktur yang dibuat.
Rencana pembuatan “construction joint” harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

16.2 Syarat Lain


Suatu “construction joint” hanya boleh dibuat pada suatu posisi dimana gaya
gesernya minimum.
“Construction joint” harus tegak lurus dengan arah kerja gaya tekan pada
penampang beton.
Pada perencanaan “construction joint” harus juga diperhatikan retak-retak
akibat temperatur dan “drying shrinkage”.

17 SIAR PELAKSANAAN (“CONSTRUCTION JOINT”) HORIZONTAL


17.1 Umum
“Construction joint horizontal” harus diusahakan sehorizontal mungkin.

17.2 Pembersihan Siar Pelaksanaan


Sebelum penempatan beton segar untuk melanjutkan pekerjaan pembetonan,
permukaan dari beton yang ada harus dibersihkan dari kotoran, beton dengan
mutu yang jelek, partikel-partikel agregat yang terlepas, dikasarkan dengan
melakukan “chipping” atau “scraping” serta dibasahi secukupnya dan dilapisi
pasta semen, mortar atau epoxy resin.

17.3 Pengecoran Beton


Sebelum menempatkan beton segar yang baru, acuan harus diikat kembali
dengan kuat.
Selama penuangan beton harus dilakukan pemadatan yang cukup agar
terdapat ikatan yang kuat antara beton yang baru dengan beton yang lama.

18 SIAR PELAKSANAAN (“CONSTRUCTION JOINT”) VERTIKAL


18.1 Acuan untuk Siar Pelaksanaan Vertikal
Selama pengerjaan dari construction joint vertikal acuan dari joint harus
diikatkan secara kokoh dan beton segar yang dituangkan di dekat joint tersebut
harus dipadatkan dengan cukup dengan menggunakan vibrator.

18.2 Pembersihan Siar Pelaksanaan


Sebelum penempatan beton segar untuk melanjutkan pekerjaan pembetonan,
permukaan dari beton yang ada harus dibasahi secukupnya dan dilapisi pasta
semen, mortar atau epoxy resin setelah dilakukan pengasaran pada permukaan
beton dengan melakukan chiping atau scraping.
18.3 Pengecoran Beton
Setelah penuangan beton segar harus dilakukan pemadatan agar dicapai
ikatan yang sangat baik pada beton yang lama. Juga disarankan setelah
penuangan beton segar dilakukan vibrasi kembali pada saat yang tepat.

19 SIAR PELAKSANAAN (“CONSTRUCTION JOINT”) SISTEM PLAT


19.1 Umum
Construction Joint untuk sistem plat lantai harus dilakukan di tengah-tengah
bentang plat maupun balok.

19.2 Siar Pelaksanaan Balok Induk


Bila terdapat balok anak melintang (“joist”) pada tengah-tengah bentang, maka
construction joint dari balok induk harus diletakkan di luar “joist” sejauh 2 kali
lebar “joist” tersebut.

20 PERAWATAN BETON
20.1 Umum
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, pengaruh hujan dan dihindarkan
terjadinya proses penguapan kandungan airnya dalam kurun waktu yang cepat.

20.2 Waktu Perawatan


Hasil pengecoran beton harus sering dibasahi paling sedikit untuk selama 10
hari berturut-turut setelah selesainya pengecoran.

20.3 Curing Compound


Penggunaan “Curing Compound” harus dikonsultasikan kepada dan mendapat
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.

21 BIAYA PENGUJIAN
Seluruh biaya pengujian bahan baik beton maupun baja tulangan menjadi
tanggungan Pemborong.
22 SELIMUT BETON (“BETON DECKING”)
22.1 Selimut Beton Minimum
Beton decking (selimut beton) minimal yang diijinkan adalah 2.5 cm, kecuali
ditentukan lain dalam Syarat-Syarat Khusus.

22.2 Tahu Beton


Untuk mendapatkan beton decking yang ditentukan, besi beton yang terdekat
dengan acuan harus diganjal dengan tahu beton.
Pemasangan tahu beton ini harus diikat dengan kuat dengan menggunakan
bendrat yang tertanam dengan baik pada tahu beton, pada besi tulangan.

22.3 Ukuran Tahu Beton


Ukuran tahu beton ini adalah 5cm x 5cm x 2.5cm, terbuat dari campuran 1PC :
4Pasir.

23 STEK UNTUK PENYAMBUNGAN TULANGAN


23.1 Umum
Baja tulangan yang dipakai untuk stek harus mempunyai penampang dan
jumlah sama dengan tulangan yang disambung.

23.2 Panjang Stek Minimum


Panjang stek minimal 40 x penampang baja tulangan utama untuk panjang
penerusan.
Perletakan baja stek harus dijaga agar tetap lurus dan tidak dapat digerak-
gerakkan agar tidak merusak struktur.

24 TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas hasil konstruksi.
Adanya persetujuan atau hadirnya Konsultan Pengawas, Pengawas atau
Konsultan Perencana di lapangan selaku wakil dari Pemberi Tugas tidaklah
mengurangi tanggung jawab Kontraktor.
15. D. PERSYARATAN KHUSUS UNTUK PEKERJAAN BETON
01 UMUM
01.1 Semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam Persyaratan Umum untuk Pekerjaan Struktur, Persyaratan Umum untuk
Pekerjaan Beton dan syarat-syarat khusus yang ada pada syarat-syarat ini
serta syarat-syarat lain yang tertera pada gambar-gambar pelaksanaan.

01.2 Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara gambar pelaksanaan dengan syarat-
syarat khusus ini, maka Pemborong harus melaporkan perbedaan tersebut
kepada Konsultan Pengawas dan mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas sebelum melaksanakannya.

02 MUTU BETON
02.1 Mutu beton yang dipakai adalah sebagai berikut :
K-225 atau setara dengan fc’ = 19,3 MPa

02.2 Kelecakan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :


Untuk poer : slump antara 75 - 125 mm
Untuk sloof : slump antara 100 - 175 mm
Untuk balok dan kolom : slump antara 100 - 200 mm
Untuk plat lantai : slump antara 100 - 175 mm
Untuk plat atap : slump antara 75 - 125 mm
Untuk balok prategang : slump antara 75 - 125 mm

03 MUTU BAJA TULANGAN


Mutu baja tulangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Untuk baja tulangan diameter lebih besar dari 12 mm digunakan baja ulir
dengan mutu BJTD 35, tegangan leleh minimum fy = 400 MPa.
Untuk baja tulangan diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm digunakan
baja polos dengan mutu BJTP 24, tegangan leleh fy = 240 MPa.

04 TEBAL PENUTUP BETON


Untuk poer : 5 cm (khusus bagian bawah : 7 cm)
Untuk sloof : 4 cm
Untuk plat dan dinding : 2 cm
Untuk balok dan kolom : 4 cm
05 ADMIXTURE
05.1 Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak
diperlukan penggunaan sesuatu bahan admixture.

05.2 Jika penggunaan admixture dianggap perlu, pemborong diharuskan untuk


terlebih dahulu mengajukan contoh admixture yang akan dipakai untuk disetujui
secara tertulis oleh Konsultan Pengawas. Untuk itu pemborong mengusulkan
nama dan jenis material admixture disertai keterangan tujuan penggunaan,
data-data bahan, nama pabrik produsen, jenis bahan mentahnya, cara-cara
pemakaian dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

06 GROUTING AGENT
06.1 Di tempat-tempat dimana diperlukan grouting misalnya pada angker-angker
kolom baja seperti terlihat dalam gambar pelaksanaan harus digunakan non
shrink grout, misalnya Sika Grout 215 atau yang sejenis.

06.2 Setelah kolom baja pada kedudukan yang tepat, dilakukan pembersihan lubang
yang akan digrouting dari debu dan kotoran lainnya.

06.3 Pengadukan bahan grouting disarankan sebaiknya memakai mixer.

06.4 Pemakaian bahan grouting harus sesuai dengan petunjuk teknis bahan grouting
yang digunakan.

06.5 Penuangan bahan grouting dengan dirojok memakai kabel atau alat bantu
lainnya agar diperoleh kepadatan yang baik.

07 BONDING AGENT
07.1 Pada penyambungan beton baru dan beton lama harus digunakan bonding
agent, epoxy base, misalnya Sikadur 723 atau yang sejenisnya.

07.2 Untuk menghilangkan bagian beton lama yang lemah sampai diperoleh
permukaan yang kuat harus dilakukan chipping.
07.3 Permukaan yang akan disambung harus dibersihkan dari debu dan kotoran
lainnya.

07.4 Pemakaian bonding agent harus sesuai dengan petunjuk teknis bahan bonding
yang digunakan.

08 WATER PROOFING
08.1 Umum
Bagian-bagian struktur yang berhubungan langsung dengan air dalam jangka
waktu yang relative lama harus dilindungi dengan bahan “water proofing”.
Pemborong dapat mengajukan sistim waterproofing yang akan digunakan
dengan tetap memberikan jaminan seperti diatur dalam ayat 085 untuk disetujui
secara tertulis oleh Konsultan Pengawas

08.2 Sistem Membran


Suatu sistem membran untuk water proofing harus terdiri atas lapisan sebagai
berikut:
a. Suatu sistem membran di atas fall screed yang dipasang di atas sistem
struktur dengan tujuan mengalirkan air dengan lancar.
b. Suatu lapisan pelindung di atas sistem membran tersebut. Semua bahan
yang digunakan harus kompatibel satu dengan yang lainnya.

08.3 Jenis Sistem Membran


Jenis sistem membran yang digunakan adalah :
1. Tipe 1 adalah 3 lapis lembaran solid bitumous sheet, torch on atau self
addesive.
2. Tipe 2 adalah 3 lapis lembaran solid bitumous sheet, torch on atau self
addesive untuk planter box.
3. Tipe 3 adalah water based liquid applied membrane
4. Tipe 4 adalah non toxic cementitious based material.
Pemborong dapat mengajukan sistem membran lain asalkan didukung dengan
bukti-bukti keberhasilan sistem tersebut serta tetap memberikan jaminan seperti
diatur dalam ayat 085. Sistem tersebut dapat dipakai setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
08.4 Tempat-Tempat yang Harus di “Water Proofing”
Bagian-bagian yang harus di “water proofing” ialah :
Tempat Sistem
1. Semua plat atap beton tipe 1
2. Daerah KM dan daerah basah lainnya yang berada di tipe 4
dalam ruang
3. Ground reservoir, reservoir air bersih tipe 1/2 luar tipe 4 dalam
settling tank dan reservoir lain
4. Kolam renang tipe 1/2 luar
tipe 4 dalam
5. Bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar

Untuk tempat-tempat tertentu seperti kolam renang, ground reservoir dan


reservoir air bersih, dimana dituntut “water proofing agent” yang tidak beracun,
harus digunakan “water proofing agent” yang terbuat dari “cementitious based
material” yang non toxic (tidak beracun) seperti Sikatop 107 Seal atau
sejenisnya.

08.5 Jaminan
Pemborong wajib memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap
kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama 10 (sepuluh) tahun
termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi,
disamping memberikan jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta
memberikan jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan
pemasangannya.

08.6 Peralatan
Pemborong harus menyediakan semua alat yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Bila digunakan alat pemanas bitumen,
alat tersebut harus selalu diberishkan. Semua ketel bitumen harus dilengkapi
dengan termometer mercury-in-steel yang cukup teliti dengan penunjuk
temperatur dengan diameter minimum 100 mm.
08.7 Persyaratan Kinerja dan Tanggung Jawab Umum
Meskipun konsultan memberikan detail indicative, Pemborong harus
bertanggung jawab penuh atas integritas dan kinerja Sistem Membran.
Sistem membran harus sepenuhnya dapat menahan penetrasi air. Ia juga harus
ulet dan kuat untuk menahan hal-hal berikut yang kemungkinan dapat
menyebabkan kebocoran/penetrasi air :
(1) Pergerakan struktur dasar karena retak-retak mikro dan kembang susut
karena panas
(2) Melorotnya membran yang dipasang pada bidang vertikal
(3) Kerusakan karena kegiatan pemborong lain.
Catatan :
Pemborong harus mengusulkan prosedur test yang dapat mendeteksi
kemungkinan-kemungkinan kegagalan membran seperti di atas.
Daftar di atas adalah sebagian dari kemungkinan penyebab kegagalan.
Pemborong harus mengantisipasi kemungkinan kegagalan-kegagalan lain.
Pemborong harus meyakinkan bahwa semua pekerjaan persiapan dan
penyelesaian telah dilakukan sesuai dengan spesifikasi pabrik, sehingga sistem
membran tetap berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Pemborong harus menyediakan semua flashing, caulking dan sealing dari
semua kerb, vent, stack, pipa, dll yang menembus atap serta semua flashing
dan capping di dinding, parapet, dll.

08.8 Struktur Dasar


Pemborong harus memeriksa semua struktur dasar (termasuk semua fitting,
fixture, dll) dimana membran harus dipasang. Bila ada permukaan struktur
dasar, fitting, fixture, dll yang kurang baik sehingga tidak dapat diterima untuk
pemasangan membran, pemborong harus segera melaporkan dan mengajukan
usul perbaikan kepada Konsultan Pengawas.
Pemborong sepenuhnya bertanggung jawab atas kelayakan struktur dasar
untuk pemasangan membran.
Semua permukaan dimana akan dipasang membran harus bersih, halus, kering
dan tidak berdebu, tanpa goresan benda tajam dan hal-hal lain yang dapat
mengurangi rekatan membran. Membran harus diurai dari gulungan dan
dibiarkan beberapa saat sebelum dipasang untuk menghilangkan kelengkungan
yang ada.
Permukaan beton horizontal dapat dihaluskan dengan Steel Float atau trowel
sedangkan permukaan vertikal harus merupakan permukaan yang langsung
dibuka dari bekisting (off-form). Keduanya harus telah mengalami pemeliharaan
selama 28 hari sebelum dapat dipasang membran.
Struktur dasar beton harus di test kelembaban (Moisture testing) pada saat-saat
berikut:
a. Sebelum dimulainya pemasangan membran di suatu bagian tertentu.
b. Pada setiap permulaan hari kerja.
c. Pada permulaan kerja setelah dihentikan karena cuacu buruk.
Pengetesan kelembaban harus dilakukan dengan menuangkan minimum 4
(empat) buah “pancakes” bitumen panas diameter 150 mm langsung dari ketel
pemanas pada tempat-tempat yang dipilih untuk mewakili daerah yang akan
ditest. Permukaan masih terlalu lembab bila ternyata setelah dingin “pancakes”
tersebut dapat dikupas dengan tangan.
Setelah pengetesan semua “pancakes” bitumen harus dibersihkan agar daerah
tersebut dapat disiapkan untuk pemasangan membran.

08.9 Bahan yang Dipakai


Membran dan peralatannya harus sesuai dengan spesifikasi pabrik. Semua
perekat, solvent, gum tape, flashing tape, sealant, dll harus dibuat atau
memenuhi spesifikasi dari pabrik pembuat membran, dan harus sesuai
(compatible) dengan bahan-bahan lain yang dipakai dan berhubungan
dengannya.
Tender harus disertai dengan Data Teknis/Instruction Manual terakhir dari
pabrik pembuatnya. Bila diperlukan tambahan dan perubahan harus diserahkan
ke Konsultan Pengawas sebelum dimulainya pekerjaan. Dokumen-dokumen ini
harus menjadi dasar pembuatan gambar detail pada setiap pemasangan.

08.10 Fall Screeds


Fall Screeds di atas struktur harus dibuat dengan campuran volume 3 pasir
terhadap 1 semen. Fall screed harus dipasang pada permukaan yang bersih
dan bebas dari bagian-bagian yang lepas dan telah dibasahi.
08.11 Aplikasi
Pekerjaan harus dilakukan hanya oleh pekerja yang telah berpengalaman
dalam pemasangan membran.

08.12 Pemeriksaan Membran


Sebelum pemasangan material lain, membran harus diperiksa dengan teliti dan
dinyatakan oleh pemborong dalam keadaan baik, bebas dari cacat dan
kerusakan.

08.13 Pemasangan Membran


a. Membran harus dipasang rata, bebas dari lipatan dan lekukan dll.
Pemborong harus membuat semua outlet sump, turn-up, flashing, over-
flashing, fastening, dll sesuai dengan gambar kerja dan sesuai dengan data
teknis/Instruction Manual dari pabrik. Membran harus dipotong dan
dibentuk dengan rapi pada semua upstand dan penetration, dll untuk
mendapatkan pemasangan yang kedap air.
Membran tidak boleh dipasang dalam keadaan cuaca atau keadaan
lainnya yang memungkinkan terperangkapnya air antara lapisan pertama
dengan struktur dasar atau dengan lapisan-lapisan berikutnya.
Luasan membran yang akan dipasang dalam satu hari harus diatur
sedemikian rupa agar dapat diselesaikan dan dilindungi pada hari itu juga.
Pemasangan lapisan selanjutnya pada hari berikutnya tidak diperbolehkan.
Pemasangan membran tidak boleh dilakukan sebelum kelembaban struktur
dasar memenuhi syarat atau pada saat dimana diperkirakan akan terjadi
keadaan cuaca buruk. Pemasangan harus dimulai dari titik terendah dari
suatu bagian tertentu. Sambungan pada akhir hari kerja harus dilakukan
pada titik-titik tinggi. Pada akhir hari kerja atau penghentian pemasangan
karena sebab lain, bagian ujung dari membran yang telah dilekatkan harus
dilindungi dengan baik sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat
membran.
b. Dalam pemasangan membran yang menggunakan bahan pelekat panas
(hot bonding compounds) Pemborong dengan persetujuan Konsultan
Pengawas harus menentukan seorang pengawas untuk melakukan
pencatatan temperatur bitumen dalam semua ketel pada saat dipakai.
Pembacaan temperatur harus dilakukan pada saat permulaan kerja dan
tiap-tiap dua jam selama pekerjaan berlangsung. Temperatur bitumen
dalam ketel harus dipertahankan setinggi 220C dengan maksimum 230C.
Temperatur pada saat pelekatan harus di antara 180C dan 210C.
c. Dalam setiap fase pemasangan membran harus selalu dilindungi. Pekerja-
pekerja lain tidak diperbolehkan memasuki daerah pemasangan membran
sampai lapisan pelindung telah dipasang. Bila lalu lintas pekerja lain tidak
dapat dihindarkan, paling sedikit harus diberi plywood setebal 13 mm untuk
melindungi membran tersebut.
Semua saluran keluar (outlet) harus ditutup/dilindungi agar tidak ada
kotoran yang masuk. Pemborong harus memasang pagar sementara untuk
menghindarkan lalu lintas yang tidak diperlukan.

08.14 Pemasangan Peralatan di Sistem Membran


Bila pemasangan peralatan harus dipasang menembus sistem membran,
pemasangan tersebut hanya dapat dilakukan dengan persetujuan pengawas
dan sesuai instruksi pabrik produsen membran atau pemborong pemasangan
membran harus diikuti dengan ketat.
Semua penetrasi harus mendapat ijin tertulis Konsultan Pengawas.
Pemasangan paku, baut, sekrup dll tidak diperbolehkan kecuali telah tergambar
dengan jelas dalam gambar detail. Penetrasi yang telah diijinkan oleh
Konsultan Pengawas/Pengawas harus ditutup kembali untuk menjamin
kehandalan sistem membran. Pada sekeliling penetrasi, pemasangan membran
harus diteruskan ke atas sesuai dengan rekomendasi dari manual
pabrik/pemasok membran untuk mendapatkan penyekat air yang sempurna.

08.15 Siar
Pada daerah siar, Pemborong harus memasang membran dengan sangat
berhati-hati sedemikian rupa sehingga ketahanan cuaca dari siar betul-betul
dapat dicapai dan jaminan seperti disyaratkan dalam ayat 085 dapat dipenuhi.

08.16 Penebalan dan Perkuatan


Sistem membran harus dipertebal dan diperkuat pada daerah-daerah berikut
ini:
dimana kontinuitas membran terputus karena fase konstruksi
a. semua dinding, kolom, parapet, upstand, fixing, dll.
b. semua sudut dalam maupun luar
c. dimana dianggap perlu dan/atau direkomendasikan oleh pabrik pembuat
membran, atau hal-hal lain pada saat pelaksanaan pekerjaan untuk
menjamin kekedapan sistem membran.
Dalam hal instalasi multi layer, perkuatan terdiri dari 2 (dua) lapisan turn-ups
dari membran yang dijepit (sandwiched) secara menerus diantara lapisan
membran utama. Turn-ups harus menerus ke arah horizontal minimum 150 mm
dan ke arah vertikal setinggi upstands.
Dalam instalasi single layer, perkuatan merupakan penebalan membran.
Perkuatan harus dikerjakan sesuai dengan persyaratan pabrik/supplier dari
membran yang bersangkutan.
Penebalan minimum harus 25 mm melewati pinggir perkuatan dan ditipiskan
secara halus.

08.17 Testing
Pemborong sesuai petunjuk Pengawas harus melakukan test air pada tiap-tiap
daerah tidak kurang dari 72 (tujuh puluh dua) jam untuk mencari kerusakan-
kerusakan sebelum dilakukan penyerahan. Semua outlets harus disumbat
dengan baik dan setiap daerah yang ditest harus diisi dengan air minimal
setinggi membran.
Test dari sistem membran multi layer harus dilakukan pada setiap lapisan dan
pada saat penyelesaian, setelah pemasangan lapisan pelindung.
Pemborong sebagai tambahan dari test air yang disyaratkan dapat melakukan
test vacuum/atau radio current detection.

08.18 Internal Angle Fillets


Pemasangan internal angle fillets bila disyaratkan oleh pabrik, harus
ditunjukkan dengan jelas dalam gambar detail yang dibuat oleh pemborong.

08.19 Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat meminta dilakukan test bahan-
bahan yang akan dipakai di laboratorium yang ditunjuk oleh Konsultan
Pengawas. Pemborong harus menyerahkan sertifikat pabrik beserta spesifikasi
yang menunjukkan komposisi dari bahan-bahan yang akan dipakai.
08.20 Bahan-bahan water proofing harus dikirim/datang di lapangan dalam keadaan
tetap terbungkus dengan baik dan ditandai dengan tanda supplier/pabrik.
Bahan-bahan water proofing harus disimpan dalam gudang tertutup yang
bersih, kering dan tidak lembab.
Pemborong bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan bahan-bahan water
proofing selama penyimpanan dan pemasangan.

15.E. PERSYARATAN KHUSUS UNTUK PEKERJAAN BETON MASIF


(“MASS CONCRETE”)

01 UMUM
01.1 Bahan dan Pekerjaan yang Dilakukan
Semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam Persyaratan Umum untuk Pekerjaan Struktur, Persyaratan Umum untuk
Pekerjaan Beton, Persyaratan Khusus Pekerjaan Beton dan syarat-syarat
khusus yang ada pada syarat-syarat ini serta syarat-syarat lain yang tertera
pada gambar-gambar pelaksanaan.

01.2 Ketidaksesuaian
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara gambar pelaksanaan dengan syarat-
syarat khusus ini, maka syarat-syarat yang terdapat dalam gambar
pelaksanaan harus diikuti.

01.3 Beton Masif (Mass Concrete)


Yang dimaksud dengan “mass concrete” adalah plat beton lebar yang
mempunyai tebal lebih dari 80 cm, dinding dengan tebal lebih dari 50 cm atau
plat beton pratekan dengan tebal plat lebih dari 60 cm.

01.4 Proporsi Campuran


Pemborong sebelum melakukan pekerjaan harus menentukan dan
mengusulkan proporsi campuran, cara pencampuran, transportasi, pengecoran,
cara pengontrolan temperatur dan pemeliharaan beton kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
02 BAHAN
02.1 Semen
Semen yang dapat dipakai adalah semen Portland Tipe I, Tipe II dan semen
abu terbang (“Fly Ash Cement”) sesuai dengan ASTM.

02.2 Agregat
Diameter maksimum agregat ditentukan berdasarkan ukuran dan bentuk dari
penampang dan jarak bersih dari tulangan yang ada. Diameter maksimum yang
dipakai harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Temperatur
material yang dipakai untuk pekerjaan beton harus diusahakan serendah
mungkin.

02.3 Admixture
Admixture yang akan digunakan harus terlebih dahulu diajukan untuk disetujui
secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
Puzzolanic Admixture harus sesuai dengan BS atau SII.
Kecuali ditentukan lain, hanya boleh digunakan retarding type air-entraining and
water reducing agent atau retarding type water reducing agent dengan
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.

03 CAMPURAN BETON
Campuran beton harus diusahakan agar menggunakan jumlah semen yang
minimum dalam batasan-batasan jumlah semen maksimum dan minimum yang
ditentukan dalam SNI 03-2847-2002. Penggunaan campuran tersebut harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Slump maksimum yang diperkenankan adalah 15 cm kecuali ditentukan lain.

04 PENGECORAN BETON
Temperatur beton pada saat pelaksanaan harus selalu dikontrol.
Rencana pengecoran dan temperatur beton yang direncanakan pada saat
penuangan dan kenaikan temperatur maksimum karena hidratasi harus
mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Luas penampang/tebal lapisan yang dicor dalam setiap penuangan harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga kenaikan temperatur karena hidratasi
tidak melampaui batas yang ditentukan.
Urutan pengecoran dan perbedaan waktu antara lapisan pengecoran harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga retak karena hidratasi seminimum
mungkin.

05 PEMELIHARAAN DAN PENGATURAN TEMPERATUR


Setelah beton ditempatkan, permukaan beton harus dijaga agar perbedaan
temperatur antara permukaan beton dengan bangian dalam tidak lebih dari
20°C.
Untuk mengetahui secara pasti kenaikan temperatur beton dan mengawasi
pemeliharaan beton maka perlu diukur temperatur bagian dalam dan
temperatur permukaan beton serta temperatur udara setelah beton
ditempatkan.
Bila temperatur bagian dalam beton meningkat, beton harus dipelihara
sedemikian rupa agar kenaikan tersebut tidak terlalu cepat, dan perbedaan
dengan temperatur luar tidak terlalu tinggi.
Bila temperatur dalam beton mencapai maksimum permukaan beton harus
diberi penutup agar tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar antara
bagian luar dan dalam atau penurunan temperatur dalam dengan cepat.

06 KUALITAS BETON
Bila campuran beton direncanakan berdasarkan mutu beton 28 hari,
pengetesan kuat tekan beton harus dilakukan pada umur 28 hari sesuai dengan
SNI 03-2847-2002. Beton dapat dianggap memenuhi bila kuat tekan rata-rata
tidak kurang dari mutu beton setelah dikoreksi dengan faktor temperatur. Dalam
hal demikian cara pemeliharaan yang dipakai harus dipakai sebagai cara
pemeliharaan standard.
Cara pemeliharaan untuk percobaan tekan untuk menentukan waktu
pembukaan cetakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bila digunakan semen abu terbang maka kekuatan beton didasarkan atas
kekuatan pada umur 56 hari dan pemeriksaannya ditentukan berdasarkan SNI
15.F. PERSYARATAN KHUSUS UNTUK PEKERJAAN BETON KEDAP AIR
01 UMUM
01.1 General
Semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam Persyaratan Umum untuk Pekerjaan Struktur, Persyaratan Umum untuk
Pekerjaan Beton, Persyaratan Khusus Pekerjaan Beton dan syarat-syarat
khusus yang ada pada syarat-syarat ini serta syarat-syarat lain yang tertera
pada gambar-gambar pelaksanaan.
Tangki Tandon Air (ground water reservoir dan clean water reservoir), settling
tank dan tangki air lain harus dibuat dengan beton kedap air.

01.2 Ketidak-sesuaian
Dalam hal terjadi ketidak-sesuaian antara gambar pelaksanaan dengan syarat-
syarat khusus ini, maka pemborong harus meminta petunjuk Konsultan
Pengawas sebelum melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan.

01.3 Persetujuan
Sebelum pekerjaan dimulai pemborong harus menyerahkan pada Konsultan
Pengawas, campuran beton, cara pencampurannya, pengangkutan, penuangan
pembuatan siar pelaksanaan (construction joint) dan pemeliharaan untuk
mendapat persetujuannya.

2 BAHAN
02.1 Semen
Semen yang dapat dipakai adalah semen portland Tipe 1, Tipe 2 dan semen
abu terbang (“fly ash cement”) sesuai dengan ASTM.

02.2 Gradasi Agregat


Gradasi agregat harus termasuk gradasi yang sangat baik dan persentasi dari
solid volume agregat kasarnya harus memenuhi syarat dalam tabel di bawah
ini:
Persentasi “Solid Volume” dari Agregat Kasar
Diameter maksimum agregat (mm) % Agregat kasar
40  63%
25  60%
20  57%

02.3 Admixture
Admixture yang boleh digunakan adalah jenis surface active agent, seperti
“water reducer”.
“High range water reducing dengan retarding agent” hanya dapat dipakai atas
persetujuan Konsultan Pengawas.

02 CAMPURAN BETON
Campuran beton harus dihitung sedemikian rupa agar jumlah air dan jumlah
semen yang dipakai seminimum mungkin sedangkan pemakaian agregat kasar
sebanyak mungkin, tetapi semua syarat-syarat kualitas betonnya tetap dapat
dijamin.
Penggunaan campuran tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Slump maksimum yang diperkenankan adalah 15 cm.
“Air Content” tidak boleh lebih besar dari 5%.
Faktor air semen tidak boleh lebih besar dari 0.5.

04 ACUAN
Ikatan-ikatan dan spacer yang digunakan dalam konstruksi acuan harus dari
jenis-jenis yang tidak mengakibatkan kebocoran-kebocoran pada waktu beton
sudah mengeras.

05 PENGECORAN
Beton harus dikerjakan sedemikian rupa agar jumlah construction joint
seminimum mungkin.
Bila suatu construction joint tidak dapat dihindari maka metode pembuatan joint
dan pengerjaan kekedapan airnya harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
06 PEMELIHARAAN
Pemeliharaan beton untuk construction joint ini harus dilakukan 2 (dua) hari
lebih dari konstruksi beton biasa.

10 PENGECATAN
10.1 Umum
Semua bahan konstruksi baja harus dilapisi cat. Kecuali baja yang akan
ditanam di dalam beton tidak boleh di cat.

10.2 Cat Dasar


Cat dasar adalah jenis zink chromate setaraf ICI atau Danapaints dan
pelaksanaan pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali di lapangan.

10.3 Sambungan dengan Baut


Untuk lubang baut kekuatan tinggi (high strength bolt) permukaan baja tidak
boleh dicat. Pengecatan harus dilakukan setelah baut selesai dipasang.

10.4 Cat Akhir


Cat akhir adalah jenis gloss enamel paint setaraf ICI atau Danapaint dan
dilakukan 2 kali di lapangan kecuali bila dinyatakan lain dalam gambar atau
persyaratan teknis Bab Arsitektur.

11 GROUTING
Di bagian bawah dari base plate harus di grout dengan bahan setara “Master
Flow 713 Grout”, dengan tebal minimum 2.5 cm. Cara pemakaian harus sesuai
spesifikasi pabrik.

12 PEMASANGAN AKHIR/FINAL ERECTION


12.1 Peralatan dan Perlengkapan Kerja
Peralatan untuk pemasangan akhir harus sesuai dan sebanding dengan
pekerjaannya dan dalam kondisi kerja yang baik.

12.2 Bagian yang Tidak Pas


Bila dijumpai bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat dipasang atau
ditempatkan sebagaimana mestinya sebagai akibat dari kesalahan fabrikasi
atau perubahan bentuk maka keadaan itu harus segera dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk memperoleh cara perbaikannya.

12.3 Perbaikan Bagian yang Tidak Pas


Perbaikan kesalahan harus dilakukan di hadapan Konsultan Pengawas, dan
pekerjaan perbaikan tersebut adalah menjadi tanggungan Kontraktor.

12.4 Peralatan yang Diperlukan


Pemborong harus selalu menyediakan peralatan pemasangan dalam jumlah
yang cukup.
Termasuk sebagai peralatan pemasangan adalah sabuk pengaman dan tali-tali
harus digunakan oleh para pekerja khususnya pada saat bekerja di tempat
yang tinggi, di samping pengaman yang berupa “platform” atau jaringan (“net”).

12.5 Pemberian Kode (Marking)


Untuk kemudahan pemasangan, setiap komponen di beri kode/marking yang
sesuai dengan gambar pemasangan.

12.6 Ikatan-Ikatan Sementara


Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara
harus digunakan untuk mencegah terjadinya tegangan-tegangan yang melewati
tegangan izin. Ikatan-ikatan itu tetap dipasang sampai keseluruhan konstruksi
selesai.

12.7 Sambungan Sementara


Sambungan-sambungan sementara berupa las maupun baut harus diberikan
kepada bagian konstruksi untuk menahan beban mati, angin dan tegangan-
tegangan selama pembangunan.

12.8 Persediaan Bahan


Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus
telah disediakan dengan lengkap dan siap di pasang sebagaimana mestinya
sesuai dengan gambar.
Baut kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci torsi (torque wrench).
13 TOLERANSI
13.1 Kolom
Penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari 1/500 dari tinggi
vertikal kolom.

13.2 Keseluruhan
Toleransi keseluruhan tidak boleh lebih dari L/1000 untuk semua komponen.

14 CONTOH BAHAN
14.1 Persetujuan Contoh Bahan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh-
contoh material antara lain : baja profil, kawat las, cat dasar dan akhir, dan lain-
lain untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

14.2 Standard Penerimaan


Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standard/pedoman untuk pemeriksaan/penerimaan material yang
dikirim oleh Pemborong ke lapangan.

14.3 Penyimpanan Contoh Bahan


Pemborong diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh material
yang telah disetujui tersebut dalam Bangsal Pengawas/Direksi Keet.

15 PENGUJIAN MUTU BAHAN


15.1 Sertifikat Pabrik
Sebelum dilaksanakan fabrikasi/pemasangan, Pemborong diwajibkan
memberikan pada Konsultan Pengawas “Certificate Test” bahan baja profil,
baut-baut, kawat las, cat dari produsen/pabrik.

15.2 Test
Bila tidak ada “Certificate Test”, atau mutu bahan diragukan oleh Konsultan
Pengawas, pemborong atas biaya sendiri harus melakukan pengujian atas baja
profil, baut, kawat las di laboratorium yang ditunjuk/disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
15.3 Pengujian Las
Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type pekerjaan pengelasan dan
tiap jenis dari bahan yang akan di las.
Pengujian yang bersifat merusak contoh dari prosedur dan kualifikasi
pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370.

16 PENGUJIAN YANG TIDAK MERUSAK


16.1 Umum
Khusus untuk bagian-bagian konstruksi dengan ketebalan bagian yang di las
tidak lebih dari 2 cm, pemeriksaan mutu pengelasan dilakukan secara visuil,
bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji
dengan cara-cara seperti di bawah ini dan sesuai standard AWS D 1.0.

16.2 Ultrasonik
Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” sesuai dengan lampiran C dari AWS D 1.0
atau persyaratan ASTM E114-75 : Ultrasonic Contact Method : E164-74 :
Ultrasonic Examination or Weldmends : E273-68 : Ultrasonic Inspection of
Longitudinal and Spiral Welds of Welded Pipe and Tubing (1974).

16.3 Magnetik Particle


Cara pemeriksaan dengan “Magnetic Particle” harus sesuai dengan ASTM
E109.

16.4 Liquid Penetrant


Cara pemeriksaan dengan “Liquid Penetrant” harus sesuai dengan ASTM
E109.

16.5 Titik dan Jumlah Test


Titik-titik/bagian konstruksi yang akan dilakukan pengujian dan jumlah
pengujian ditentukan/dipilih oleh Konsultan Pengawas.

16.6 Pemeriksaan
Pemeriksaan visuil mutu pengelasan dilakukan ketika pelaksanaan pengelasan
berlangsung dan setelah tahap pekerjaan diselesaikan.
Bagian pengelasan yang telah diselesaikan, harus disikat dengan sikat kawat
sampai bersih sebelum Konsultan Pengawas melakukan pemeriksaannya.
Konsultan Pengawas akan memberikan perhatian pada permukaan yang
pecah-pecah, porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan
bawah, lewatan/overlap, kantong udara dan ukuran las. Pengelasan yang dinilai
rusak harus diperbaiki kembali sesuai dengan persyaratan AWS D 1.0.

17 HASIL PENGUJIAN
Hasil pengujian dari laboratorium/lapangan harus diserahkan pada Konsultan
Pengawas secepatnya.
Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan sebagainya,
menjadi tanggung jawab Pemborong.

18 TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas hasil konstruksi.
Adanya persetujuan atau hadirnya Konsultan Pengawas, Pengawas atau
Konsultan Perencana di lapangan selaku wakil dari Pemberi Tugas tidaklah
mengurangi tanggung jawab Kontraktor.

15.H. PERSYARATAN UNTUK PEKERJAAN BAJA TULANGAN


01 UMUM
01.1 Mutu Baja Tulangan
Mutu baja dinyatakan dalam tegangan leleh karakteristik atau tegangan
karakteristik yang memberikan regangan tetap sebesar 0.2%, sesuai dengan
PBI 71.

01.2 Penyimpanan
Baja tulangan harus disimpan di tempat yang bersih sehingga pada waktu
pemasangan dan pelaksanaan pengecoran, bebas dari karat dan kotoran-
kotoran lainnya.

01.3 Pengetesan Mutu Baja Tulangan


Mutu baja harus dinyatakan dengan sertifikat dari pabrik pembuatnya.
Bila terdapat keragu-raguan mengenai mutu baja yang akan dipakai, maka
harus dilakukan pemeriksaan pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Untuk baja dengan diameter d20mm, pengetesan dilakukan tiap-tiap 30 ton,
untuk baja dengan diameter d20mm, tiap-tiap 50 ton. Jumlah pengetesan
minimum adalah 3 buah test untuk masing-masing mutu, diameter dan pabrik.

01.4 Baja Tulangan Bekas


Penulangan bekas atau cacat tidak boleh digunakan.

01.5 Baja Tulangan Deform


Semua baja tulangan untuk struktur beton bertulang dengan diameter lebih
besar dari 12 mm (12mm) adalah Baja Tulangan Deform (ulir) dengan mutu
BJTD35, tegangan minimum fy = 400 Mpa.
Semua tulangan polos hanya dapat digunakan untuk penulangan dengan
diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm (12mm).

02 FABRIKASI BAJA TULANGAN


02.1 Penulangan Dalam Gulungan (Coil)
Penulangan dalam bentuk gulungan (coil) harus diluruskan lebih dahulu dengan
alat-alat pelurus.

02.2 Pemotongan
Penulangan harus difabrikasi sesuai gambar kerja dan gambar pelaksanaan
dengan memperhatikan syarat-syarat pemotongan yang terdapat dalam SNI
03-2847-2002. Pemotongan harus dilakukan dengan shear cutter atau gergaji.

02.3 Pembengkokan
Pembengkokan tulangan tidak boleh dilakukan dengan pemanasan tanpa
persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Pembengkokan tulangan yang telah tertanam dalam beton hanya dapat
dilakukan dengan jari-jari pembengkokan lebih besar dari 3 (tiga) diameternya.
02.4 Pemasangan Tulangan
Semua tulangan sebelum ditempatkan harus bersih, bebas dari oli, minyak
pelumas, kotoran yang dapat merusak ikatan antara beton dengan tulangan.
Bila penulangan dibiarkan di udara terbuka cukup lama setelah penempatannya
pada bekisting maka penulangan harus diperiksa ulang, dan bila perlu
dibersihkan kembali sebelum beton dicor.
Penulangan harus ditempatkan sesuai dengan gambar kerja dan gambar
pelaksanaan dan harus diikat dengan baik agar pada waktu pengecoran tidak
terjadi perubahan tempat dari penulangan.
Semua tulangan yang bersilangan harus diikat dengan baik dengan
menggunakan kawat pengikat (“bendrat”) yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Jarak-jarak penempatan penulangan minimum harus sesuai dengan syarat-
syarat SNI 03-2847-2002.

02.5 Toleransi
Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, toleransi ukuran fabrikasi
diberikan dalam tabel di bawah.
Toleransi penempatan duct, pipa dan sparing yang menembus beton dan
barang-barang lain yang ditanam dalam beton adalah 0.5cm. Barang-barang
ini harus diikatkan dengan kuat sehingga tidak bergeser pada waktu
pemasangan baja tulangan.
Tabel 1: Toleransi Dimensi dalam Fabrikasi
I t e m Toleransi (cm)
Sengkang, tulangan spiral 0.5
Dimensi Tulangan Tulangan polos dengan
fabrikasi lain dari diameter nominal  1.5
yang di 28mm.
atas Tulangan deform  D25.
Tulangan polos sampai
32mm, deform D29 sampai 2.0
D41
Panjang total 2.0
02.6 Kait
Ujung dari baja tulangan yang dinyatakan dalam butir (1) sampai (5) di bawah
ini harus diberi kait.
(1) Tulangan Polos
(2) Sengkang
(3) Sisi ujung luar tulangan kolom dan balok
(4) Tulangan untuk cerobong asap
(5) Perletakan ujung balok, dan ujung tulangan atas balok kantilever serta plat
kantilever.

02.7 Panjang Penjangkaran dan Sambungan Lewatan


Penempatan dan cara pembuatan sambungan lewatan harus sesuai dengan
Gambar Standard dan Persyaratan-persyaratan dalam SNI 03-2847-2002 dan
ditunjukkan dalam gambar kerja (shop drawing).
Perubahan penempatan atau penambahan sambungan lewatan tidak boleh
dilakukan bila tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Panjang penjangkaran dan panjang sambungan lewatan harus sesuai dengan
Gambar Standard dan Persyaratan-persyaratan SNI 03-2847-2002 kecuali
ditentukan lain dalam gambar perencanaan.
Sambungan selain sambungan lewatan atau gas pressure welding harus
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Panjang pengangkeran dari welded wire fabric harus diukur dari penulangan,
yang paling sedikit harus 5 cm lebih panjang dari jarak antar tulangan, tetapi
tidak boleh lebih kecil dari 15 cm.
Dalam hal penulangan spiral hal-hal di bawah ini harus dipenuhi :
(1) Ujung tulangan spiral harus diputar 1.5 lingkaran dan diberi kait dengan
sudut 135 sepanjang minimal 6d.
(2) Sambungan lewatan tidak boleh kurang dari 50d, atau 30 cm yang mana
yang besar, dan harus diberi kait dengan sudut 90 sepanjang 12d, atau
kait dengan sudut 135 sepanjang 6d.
(3) Sambungan selain sambungan lewatan harus mendapat ijin tertulis dari
Konsultan Pengawas.
02.8 Persetujuan
Penempatan penulangan harus diperiksa dan disetujui secara tertulis oleh
Konsultan Pengawas sebelum pengecoran dilakukan.

03 PENGGANTIAN BAJA TULANGAN


03.1 Diameter yang Ditentukan
Pemborong harus menggunakan baja tulangan dengan diameter sesuai
ketentuan gambar.

03.2 Penggantian Tulangan


Jika karena suatu alasan yang dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas
pemborong tidak berhasil mendapat diameter baja tulangan yang sesuai, maka
dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas baja tulangan dapat
diganti dengan tulangan lain dengan diameter yang terdekat dengan
memperhatikan ayat 033.

03.3 Tulangan Pengganti


Tulangan pengganti harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini :
Jumlah luas baja tulangan pada suatu potongan tertentu tidak boleh kurang dari
jumlah luas yang tertera dalam gambar.
Penggantian tidak mengakibatkan keruwetan peletakan penulangan di tempat
tersebut ataupun di daerah “overlapping”nya, sehingga menyulitkan
pengecoran atau pemakaian alat penggetar (vibrator).

03.4 Toleransi
Toleransi berat dan diameter tulangan diatur dalam tabel di bawah.
Toleransi ukuran baja tulangan
Diameter Variasi dalam berat yang Toleransi diameter
diperbolehkan (mm)
Di bawah 10 mm +/- 7% +/- 0.4

10 mm sampai 16 mm +/- 5% +/- 0.4


(tidak termasuk 16 mm)

lebih besar dari 16 mm +/- 4% +/- 0.5


Pasal 16.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN KONSTRUKSI DINDING

16.1. LINGKUP PEKERJAAN


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi ini adalah juga pekerjaan-
pekerjaan persiapan guna pelaksanaan pasangan dinding, penyediaan tenaga,
bahan material, dan peralatan untuk pekerjaan pemasangan dinding sisi luar
setiap bangunan. Lingkup pekerjaan konstruksi pasangan dinding ini meliputi :
Pekerjaan Pasangan Dinding Batu Bataco

16.2. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATU BATACO


16.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan pasangan dinding batu bataco
ini penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pasangan dinding batu bata pada
dinding ruang-ruang KM/WC atau sesuai gambar rencana. Pasangan
dinding dimaksud terdiri atas :
1. Pasangan dinding batu bataco pada umumnya
2. Pasangan dinding batu bataco trasraam
16.2.2. Bahan yang Digunakan.
Bahan utama yang digunakan dalam pekerjaan pasangan dinding
Bataco ini adalah :
1. Batu Bataco ukuran standar, mutu baik
2. Semen type I
3. Pasir pasang
16.2.3. Pelaksanaan Pasangan Dinding Batu Bataco Pada Umumnya.
1. Pasangan dinding batu bataco pada umumnya adalah pasangan
batu bata 1/2 batu dengan perekat (spesi) campuran 1PC : 5Ps.
Dilaksanakan pada seluruh bagian dinding yang disebutkan dalam
gambar rencana, kecuali yang disebut sebagai pasangan
trasraam.
Pasangan bata 1PC : 3PS dilakukan pada :
a. Setinggi 40 cm dari muka lantai setempat pada dinding gedung
utama, kecuali dinding km/wc.
b. Setinggi 150 cm dari muka lantai setempat pada dinding km/wc
c. Seluruh dinding power house.
Pasangan bata 1PC : 5PS dilaksanakan pada selain tersebut
diatas.
2. Seluruh pekerjaan pasangan harus dibuat lurus baik secara
vertikal maupun secara horisontal, sehingga menghasilkan bidang-
bidang yang betul-betul rata.
3. Setiap luas pasangan dinding 1/2 bata termasuk pasangan
trasraamnya mencapai 12 m² sudah harus dipasang frame-frame
yang berupa kolom-kolom beton praktis dan balok-balok beton
praktis.
4. Tinggi pasangan termasuk pasangan trasraamnya untuk setiap
hari pelaksanaan tidak boleh melebihi 1 m.
5. Pasangan dinding yang telah mengering harus selalu dipelihara
dengan disirami air minimal 1 kali setiap 2 hari.

Pasal 17.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN KONSTRUKSI PINTU DAN JENDELA

17.1. LINGKUP PEKERJAAN


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi ini adalah juga pekerjaan-
pekerjaan persiapan guna pelaksanaan pintu dan jendela, penyediaan tenaga,
bahan material, dan peralatan. Secara keseluruhan lingkup pekerjaan
konstruksi pasangan pintu dan jendela ini meliputi :
a. Pekerjaan Kusen
b. Pekerjaan Pintu
c. Pekerjaan Jendela
d. Pekerjaan Kaca

17.2. PEKERJAAN KUSEN


17.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi pintu dan jendela ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan pemasangan Kusen.
17.2.2. Bahan yang Digunakan.
a. Bahan yang dipakai untuk kusen gedung secara umum
maupun untuk KM/WC serta untuk Daun pintu/jendela adalah
menggunakan Jati Lokal dengan kualitas yang baik (Kering
atau bebas dari kadar air) dan tanpa cacat.
b. Ukuran kusen sesuai dengan gambar rencana

17.2.3. Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan kusen harus mengacu hal-hal sebagai
berikut:
a. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan
standart pengerjaan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
/ Direksi.
b. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah.
c. Semua detail pertemuan harus runcing (adu manis) halus dan rata
bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan.
d. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan
pelaksanaan dan persyaratan teknis yang benar.
e. Pemasangan kusen dengan metode basah sehingga Ketika
pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila
kosen telah terpasang maka kosen tersebut harus dilindungi agar
kosen tetap terjamin kebersihannya.

17.3. PEKERJAAN PINTU


17.3.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi pintu dan jendela ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan pemasangan pintu Kayu Jati untuk pintu pada umumnya

17.3.2. Bahan yang Digunakan.


Bahan yang dipakai untuk Daun pintu terdiri atas :
1. Kayu kusen jati lokal dengan ukuran sesuai gambar
2. Pintu Panil kayu jati dengan ukuran rangka sesuai gambar
3. Daun Pintu dobel Teak wood lapis aluminium.
17.3.3. Pelaksanaan.
1. Pintu Kayu :
a. Pelaksanaan daun pintu kayu mengacu pada persyaratan
pelaksanaan pekerjaan Kusen Pasal 21. Sub pasal 21.2.
diatas.
b. Engsel untuk daun pintu menggunakan Engsel kupu-kupu.
c. Seluruh daun pintu dilengkapi kunci pintu silinder 2 x putar,
dan untuk pintu dobel dilengkapi pula dengan slot pengunci.
d. Handel pintu atau handel tarik menggunakan pegangan pintu
untuk pintu kayu.
e. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai gambar, baik
perletakan, bentuk masing-masing type serta ukurannya.

17.4. PEKERJAAN JENDELA


17.4.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi jendela ini
penyediaan tenaga, bahan material kayu dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pemasangan Daun Jendela.

17.4.2. Bahan yang Digunakan.


1. Bahan yang dipakai untuk daun Jendela adalah kayu jati lokal
sehingga menggunakan Engsel dan Hak angin. Kayu kusen jati
lokal dengan ukuran sesuai gambar
2. Rangka Panil jendela kayu jati sesuai gambar

17.4.3. Pelaksanaan.
1. Pelaksanaan daun jendela kayu mengacu pada persyaratan
pelaksanaan pekerjaan Kusen.
2. Seluruh daun jendela dilengkapi grendel.
3. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai gambar, baik
perletakan, bentuk masing-masing type serta ukurannya.
17.5. PEKERJAAN KACA
17.5.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi pintu dan jendela ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan pemasangan kaca pintu dan jendela.

17.5.2. Bahan yang Digunakan.


Bahan yang digunakan adalah Kaca Ice dan Polos
t=5mm.(disesuaikan dengan Gambar)

17.5.3. Pelaksanaan.
1. Kaca dipasang pada pintu dan jendela sesuai gambar.
2. Kaca yang mengalami kerusakan selama masa pelaksanaan
konstruksi harus diganti oleh kontraktor pelaksana.
3. Pemotongan dan pemasangan kaca harus menggunakan tukang
yang ahli dalam bidangnya.
4. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan sesuai gambar, baik
perletakan, bentuk masing-masing type serta ukurannya.

Pasal 18.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN KONSTRUKSI PLAFOND

18.1. LINGKUP PEKERJAAN


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi plafond ini adalah juga
pekerjaan-pekerjaan persiapan guna pelaksanaan pasangan plafond,
penyediaan tenaga, bahan material, dan peralatan. Secara keseluruhan lingkup
pekerjaan plafond ini meliputi:
a. Pekerjaan Plafond
b. Pekerjaan List Plafond

18.2. PEKERJAAN PLAFOND


18.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan plafond ini penyediaan tenaga,
bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
pemasangan plafond pada ruangan dan KM/WC.
18.2.2. Bahan yang Digunakan.
Bahan utama yang digunakan dalam pekerjaan plafond ini adalah:
1. Calsiboard 3,5 mm, untuk semua ruangan dan KM/WC.
2. Rangka Hollow Galfalun :
- Rangka Utama 4x4 cm,
- Penggantung 4 x 4 Cm,
- Rangka Pembagi 2x 4 Cm

18.2.3. Pelaksanaan Plafond Calsiboard


1. Papan Calsiboard di pasang pada rangka Hollow galfalum
mempergunakan sekrup sesuai yang direkomendasikan produsen
pembuat Calsiboard.
2. Rangka induk dipasang berjarak maximum 120 cm sesuai gambar
rancangan, sedangkan untuk rangka pembagi berjarak maksimum
60 cm sesuai petunjuk pemasangan dari produsen dan gambar
rancangan pelaksanaan.
3. Pemasangan sekrup harus diberi jarak 10 mm (minimal) dan
maksimal 16 mm dari pinggir Calsiboard.
4. Jarak antara sekrup pada bagian tepi Calsiboard berjarak 30 cm
sedangkan pada bagian tengah Calsiboard jarak antara sekrup
adalah 30 cm.
5. Sambungan pada pemasangan antara satu dengan lainnya adalah
serapat mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan
secara zig-zag.
6. Untuk mendapatkan hasil permukaan yang benar-benar rata pada
setiap sambungan harus dilapisi dengan base bond dan paper
tape dari perusahaan yang sama dengan pembuat papan
Calsiboard nya, yang berlubang dan bergaris tengah pelaksanaan
sesuai petunjuk pemasangannya.
7. Pekerjaan plafond dengan menggunakan Calsiboard flat (datar)
tanpa nat tersebut dilaksanakan pada seluruh plafond bangunan.
18.3. PEKERJAAN LIST PLAFOND.
18.3.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan list plafond ini penyediaan
tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan pemasangan List Plafond Aluminium Profil U Ukuran 1 Cm
pada ruang-ruang pada umumnya sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar.

18.3.2. Bahan yang Digunakan.


Bahan utama yang digunakan dalam pekerjaan plafond ini adalah List
Plafond Aluminium Profil U Ukuran 1 Cm.

18.3.3. Pelaksanaan List Plafond.


1. List plafond dipasang pada setiap pertemuan antara dinding dan
plafond dengan cara pemasangan menggunakan sekrup
sedemikian rupa sehingga pangkal sekrup dapat masuk ke dalam
list Plafon.
2. Lubang bekas sekrup harus ditutup dengan plamir Calsiboard
sampai tak terlihat bekas lubang.

Pasal 19.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PEKERJAAN PLESTERAN dan BENANGAN

19.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan plesteran dan benangan ini adalah juga
pekerjaan-pekerjaan persiapan guna pelaksanaan plesteran dan benangan
gedung, sehingga secara keseluruhan lingkup pekerjaan Plesteran ini meliputi :
a. Pekerjaan plesteran beton
b. Pekerjaan plesteran dinding
c. Pekerjaan benangan.
19.2. PEKERJAAN PLESTERAN BETON
19.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan plesteran beton ini penyediaan
tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan
plesteran beton pada seluruh permukaan beton yang tampak.

19.2.2. Bahan Yang Digunakan.


Bahan untuk plesteran beton ini terdiri atas :
a. Semen
b. Pasir

19.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan
permukaan yang halus dan rata. Bila pelaksanaan pekerjaan
beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus dan rata,
maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan
permukaan seperti yang dimaksudkan di dalam Gambar
Rancangan Pelaksanaan.
2. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih
dahulu dengan pekerjaan pendahuluan berurutan sebagai berikut:
- permukaan dibuat kasar dengan betel
- dibasahi dengan air
- disaput air semen (PC)
3. Mortar untuk pleseran adalah campuran 1 Pc : 4 Ps yang diaduk
secara benar-benar homogen.
4. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 1,5 cm.
5. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen
(Pc).

19.3. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING BATACO


19.3.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan plesteran dinding batu bata ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan plesteran dinding batu bata pada seluruh permukaan
pasangan dinding batu bata yang tampak.
19.3.2. Bahan Yang Digunakan.
Bahan untuk plesteran beton ini terdiri atas :
a. Semen
b. Pasir

19.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Seluruh permukaan pasangan dinding batu bata yang tampak
harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata dengan
diplester hingga menghasilkan permukaan seperti yang
dimaksudkan di dalam Gambar Rancangan Pelaksanaan.
2. Sebelum plesteran dinding dilaksanakan, pekerjaan-pekerjaan
yang tersebut dibawah ini harus sudah selesai terlebih dahulu :
a. Siar-siar pasangan batu bata sudah merupakan alur hasil
kerukan.
b. Seluruh jaringan perpipaan yang tertanam didalamnya telah
terpasang sempurna.
c. Pasangan telah mengering.
d. Konstruksi yang menauinginya telah terpasang.
3. Sebelum diplester permukaan pasangan batu bata harus disiram
air hingga jenuh.
4. Mortar plesteran harus dari campuran dengan perbandingan yang
sama dengan spesi pasangan dindingnya.
5. Plesteran harus menghasilkan bidang dinding yang benar-benar
rata.
6. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen
(PC).
7. Plesteran 1PC : 4PS dilaksanakan pada pasangan batako dengan
spesi 1PC : 5PS, sedangkan plesteran 1PC : 4PS dilaksanakan
pada pasangan bata dengan spesi 1PC : 5PS.

19.4. PEKERJAAN BENANGAN


19.4.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan benangan ini penyediaan
tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan
benangan pada seluruh akhiran dinding, kolom, dan balok yang
tampak dan siku bagian luar.

19.4.2. Bahan Yang Digunakan.


Bahan untuk plesteran beton ini terdiri atas :
a. Semen
b. Pasir

19.4.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Seluruh akhiran dinding, kolom dan balok yang tampak (siku
bagian luar) harus menghasilkan akhiran yang benar-benar siku,
lurus dan rapi sehingga menghasilkan akhiran dinding, kolom dan
balok seperti yang dimaksud pada gambar rancangan
pelaksanaan. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah benangan
untuk ornamen gedung.
2. Mortar untuk pekerjaan benangan ini adalah campuran 1 Pc : 4 Ps
yang diaduk secara benar-benar homogen.
3. Pekerjaan benangan dilaksanakan bersama dengan pekerjaan
acian halus dengan menggunakan bahan dari adukan air semen (
PC ).
4. Pekerjaan benangan harus menghasilkan akhiran yang benar-
benar siku dan lurus.
5. Termasuk untuk nat-nat dinding dibuat dengan lebar 3 cm.

Pasal 20.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PEKERJAAN FINISHING LANTAI

20.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan plesteran dan benagan ini adalah juga
pekerjaan-pekerjaan persiapan guna pelaksanaan finishing lantai bangunan.
Secara keseluruhan lingkup pekerjaan finishing lantai ini meliputi: Pekerjaan
Finishing Lantai Keramik
20.2. PEKERJAAN FINISHING LANTAI KERAMIK
20.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan lantai keramik ini penyediaan
tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan
finishing lantai keramik pada seluruh permukaan lantai di dalam
gedung yang dinyatakan dalam gambar menggunakan keramik.

20.2.2. Bahan Yang Digunakan.


Bahan untuk finishing lantai keramik ini terdiri atas :
a. Semen
b. Pasir
c. Keramik 20 x 20, Asia Tile setara.
d. Keramik 20 x 40, Asia Tile setara untuk tangga
e. Keramik Stepnozing tangga 10 x 40, Asia Tile setara untuk tangga
f. Keramik 40 x 40, Asia Tile setara.
g. Plint Keramik 10 x 40, Asia Tile setara
h. Penggunaan semua jenis keramik di atas disesuaikan dengan
gambar rencana masing-masing bangunan.

20.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Lantai keramik Asia Tile atau yang setara, kwalitas/mutu 1 20 x 20
cm dilaksanakan di seluruh lantai KM/WC dan daerah basah
lainnya atau sesuai gambar, dan ukuran 40 x 40 cm dilaksanakan
untuk ruang-ruang pada umumnya.
Type dan warnanya ditentukan kemudian dalam rapat Direksi.
2. Bagian-bagian lantai yang terpaksa harus menggunakan lempeng
tegel yang tidak penuh, pemotongannya harus menggunakan
mesin potong dan harus menghasilkan tepian potongan yang lurus
dan halus.
3. Spesi perekat terhadap lantai strukturnya menggunakan mortar
campuran 1PC : 3Ps.
4. Pelaksanaan pemasangan harus sedemikian rupa hingga :
a. Seluruh bagian di bawah tegel terisi penuh dengan mortar
spesi hingga tidak terdapat rongga udara terjebak di bawah
tegel.
b. Menghasilkan bidang lantai yang benar-benar datar dan rata
air, kecuali untuk bagian-bagian lantai pada daerah basah
yang dikehendaki miring harus menghasilkan bidang miring
sempurna yang dapat mengalirkan air hingga kering ke
lubang-lubang lantai ( avour ).
c. Nat antar tegel adalah 3 mm dan menghasilkan garis nat yang
lurus sejajar garis dinding yang melingkupinya.
5. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi
penuh dengan adukan PC dan dikeruk halus hingga menghasilkan
permukaan nat yang sama dengan garis tepian tegel.
6. Noda adukan PC yang mengenai permukaan tegel harus segera
dibersihkan dengan lap basah dan dikeringkan seketika dengan
lap kering.
7. Direksi berhak memerintahkan pembongkaran dan pembenahan
kembali tanpa biaya tambah bila persyaratan pada ayat 4,5 dan 6
di natas tidak dapat dipenuhi.

Pasal 21.
SYARAT-SYARAT TEKNIK PEKERJAAN PENGECATAN

21.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan pengecatan ini adalah juga pekerjaan-
pekerjaan persiapan guna pelaksanaan pengecatan gedung, sehingga secara
keseluruhan lingkup pekerjaan pengecatan ini meliputi Pekerjaan Cat Emulsi.
Semua pekerjaan pengecatan di atas pada prinsipnya harus dilaksanakan
dengan hati-hati. Apabila dalam pelaksanaannya terjadi kecerobohan sehingga
pengecatan mengotori pekerjaan yang sebenarnya tidak harus terkena cat,
maka menjadi kewajiban Kontraktor untuk membersihkannya, atau bahkan
menggantinya apabila ternyata tidak dapat dibersihkan.

21.2. PEKERJAAN CAT EMULSI


21.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan pengecatan cat emulsi ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan pengecatan dengan hasil akhir matt/doff menggunakan cat
emulsi pada seluruh permukaan dinding, pasangan batu bata, partisi
dan plafond untuk semua ruangan dan KM/WC.

21.2.2. Bahan Yang Digunakan.


Bahan untuk pengecatan cat emulsi ini terdiri atas : Cat Emulsi water-
based dengan pengikat akrilik eks. Matex, Catylac, Vinilex/Decolith
atau yang setara

21.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan
dinding dan plafond yang terletak di dalam gedung (interior).
2. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah
kering.
3. Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di
cat dibersihkan dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan
cara menggosok dengan menggunakan kertas gosok.
4. Setelah dalam keadaan bersih, bidang-bidang yang akan dicat di
beri lapisan Acrylic Water-based Alkali Resisting Wall Sealer
sebanyak 1 kali lapis atau sesuai petunjuk pemakaiannya.
5. Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau
sampai benar-benar pekat dan rata menggunakan.
6. Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis
sebelumnya telah mongering.

21.3. PEKERJAAN CAT WEATHERSHIELD


21.3.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan cat weathershield (cat emulsi
acrylic) ini penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan pengecatan dengan hasil akhir tahan jamur
dan lumut, dengan menggunakan cat weathershield (cat emulsi acrylic)
pada seluruh permukaan dinding dan plafond yang ada di luar gedung
(eksterior).
21.3.2. Bahan Yang Digunakan.
Bahan untuk pengecatan emulsi acrylic ini menggunakan Cat
weathershield Eks. Matex, Catylac, Vinilex/Decolith atau yang setara.

21.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan
dinding, kolom, dan balok beton / pasangan bata yang tampak
dari luar gedung.
2. Pengecatan pada dinding dilakukan setelah plesteran dinding
benar-benar telah kering. Pelaksanaan pengecatan tidak boleh
dilaksanakan dalam kondisi hujan atau gerimis.
3. Sebelum pengecatan pada dinding, kolom dan balok yang tampak
dari luar gedung terlebih dahulu bidang-bidang tersebut
dibersihkan dari kotoran dan jamur yang melekat serta dibuat rata
dengan cara menggosok dengan menggunakan kertas gosok.
4. Semua celah atau lubang yang ada harus diperbaiki terlebih
dahulu hingga benar-benar rata dan dibiarkan sampai benar-benar
kering.
5. Beri lapisan Acrylic Water-based Alkali Resisting Wall Sealer
secara merata sebanyak 1 lapis pada seluruh permukaan yang
akan di cat.
6. Untuk pengecatan menggunakan roll atau kuas, campurkan 10
bagian cat dengan 1 bagian air bersih.
- Bila menggunakan penyemprot konvensional, campurkan 3
bagian cat dengan 1 bagian air bersih.
- Untuk pengecatan semprot dengan airless spray tidak perlu
campuran tambahan.
7. Pengecatan akhir harus dilakukan sebanyak minimal 2 lapis atau
hingga pekat dan rata dengan interval 2-3 jam.
Pasal 22.
SYARAT-SYARAT TEKNIK
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

22.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan pengecatan ini adalah juga pekerjaan-
pekerjaan persiapan guna pelaksanaan pelapisan dinding gedung, sehingga
secara keseluruhan lingkup pekerjaan pelapis dinding ini meliputi: Pekerjaan
Pelapis Dinding Keramik.

22.2. PEKERJAAN PELAPIS DINDING KERAMIK


22.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan pelapis dinding keramik ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan pelapisan dinding gedung dengan keramik pada bagian-
bagian dinding KM/WC, dan dinding lainnya yang dinyatakan dalam
gambar dilapisi dengan keramik.

22.2.2. Bahan Yang Digunakan.


Bahan untuk pelapis dinding keramik ini terdiri atas :
a) Keramik 20 x 25, Asia Tile setara untuk dinding.
b) Keramik Dekoratif 10x20, Asia Tile setara
c) Keramik dinding bermotif 30x30 setara Asia Tile

22.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Pelapis dinding dilaksanakan pada seluruh daerah basah yang
ditunjuk didalam gambar rancangan pelaksanaan dengan
menggunakan keramik Asia Tile Kwalitas/mutu 1 ukuran sesuai
gambar. Tipe dan warnanya ditentukan kemudian dalam rapat
Konsultan Pengawas Direksi.
2. Spesi perekat menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut :
- Dinding yang telah siap dilapisi keramik dibasahi dengan air
hingga jenuh.
- Spesi perekat diplesterkan secara rata dan datar setebal +
1½ cm,
- Sebelum mengering, plesteran spesi perekat dikeruk dengan
senky gergaji ke arah horisontal.
- Keramik dipasang secara rapi dalam susunan tegak sesuai
gambar rancangan pelaksanaan dengan jarak (nat) 3 mm.
3. Setelah spesi perekat mengering, nat-nat antara tile diisi dengan
adukan PC, dan noda-noda yang diakibatkannya pada permukaan
tile harus langsung dibersihkan dengan lap basah dan lap kering
hingga benar-benar bersih.

Pasal 23.
SYARAT-SYARAT TEKNIK
PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENUTUP ATAP

23.1. LINGKUP PEKERJAAN


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan konstruksi penutup atap ini adalah
pelaksanaan konstruksi penutup atap gedung yang dinyatakan menggunakan
penutup atap, yang meliputi :
a. Rangka Atap menggunakan Galvalum
b. Reng menggunakan Galvalum
c. Pekerjaan Penutup Atap Genteng Metalroof 0,30 mm
d. Pekerjaan Penutup Bubungan Bubungan Genteng Metalroof 0.30 mm

23.2. BAHAN
Bahan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah :
- Reng Galvalum (disesuaikan dengan aplikator)
- Atap Genteng metalroof 0,30 mm setara suryatruss
- Bubungan Atap Genteng metalroof 0,30 mm setara suryatruss

23.3. PELAKSANAAN
1. Penutup atap baru boleh dipasang apabila semua pekerjaan rangka atap
selesai dikerjakan, dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
2. Pemasangan penutup atap harus dilaksanakan secara lurus dan rapi
hingga menghasilkan bidang yang benar-benar rata.
3. Sudut-sudut penutup atap pada jurai luar maupun yang dalam harus
dipotong dengan mesin pemotong dan harus dilaksanakan secara lurus
dan rapi.
4. Baut-baut harus menggunakan baut dengan penutup plastik.
5. Asesoris penutup atap untuk nok bubungan serta penutup akhir/awalan
pasangannya harus menggunakan produk yang sesuai dari produsen yang
sama dengan produsen genteng penutup atap.

Pasal 24.
SYARAT-SYARAT TEKNIK
PELAKSANAAN PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR BUANGAN

24.1. LINGKUP PEKERJAAN


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Air Buangan ini
adalah juga pekerjaan-pekerjaan persiapan, penyediaan tenaga, bahan material,
dan peralatan guna pelaksanaan pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Air Buangan
gedung, sehingga secara keseluruhan lingkup pekerjaan Instalasi Air Bersih dan
Air Buangan ini meliputi :
a. Pekerjaan Jaringan Instalasi Air Bersih
b. Perlengkapan suplay Air Bersih
c. Pekerjaan Jaringan Instalasi Air Buangan
d. Perlengkapan Pembuangan Air Buangan

24.2. PEKERJAAN JARINGAN INSTALASI AIR BERSIH


24.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan jaringan instalasi air bersih ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan jaringan instalasi air bersih gedung.

24.2.2. Bahan Yang Digunakan.


a. Pipa PVC AW tanpa timbal
b. Perlengkapan Pipa
- Perlengkapan-perlengkapan sambungan pipa, terdiri atas
knee, sok, elbow, socket , Stop Kran.
24.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan.
1. Pipa PVC AW dipasang pada tempat sesuai gambar rancangan
pelaksanaan.
2. Pipa utama Ø ½” disambungkan pada jaringan instalasi air PDAM
atau pada sumber air lainnya sesuai arahan Konsultan Konsultan
Pengawas / direksi.
3. Pipa dengan diameter 1" atau ukuran lain sesuai gambar dipasang
pada semua jaringan air bersih kecuali pada sambungan dengan
kran air. Pada sambungan tersebut, kran air diameter 1/2"
disambung dengan faucet sock, disambung dengan reducing
sock/reducing sock dan Tee 1" - 1/2".
4. Pada setiap belokan, digunakan knee atau elbow sesuai dengan
kebutuhan. Demikian juga pada setiap sambungan pipa digunakan
socket dan di lem.
5. Pada penyambungan harus diberi lem pipa khusus pipa PVC
pada sambungan tersebut.
6. Pipa yang terletak pada dinding harus masuk ke dalam batu bata
minimal 2,5cm, dan diklem (secukupnya).
7. Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan plesteran.
8. Sebelum plesteran dikerjakan terlebih dahulu dilakukan tes
kebocoran.
9. Pekerjaan plesteran (khususnya yang dilalui pipa) baru dapat
dilakukan apabila telah tidak terdapat kebocoran.

24.3. PERLENGKAPAN SUPLAY AIR BERSIH


24.3.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan perlengkapan suplay air bersih
ini penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan pemasangan perlengkapan suplay air bersih
gedung.

24.3.2. Bahan Yang Digunakan.


a. Kran washtafel menggunakan kran stailiesteel
b. Kran dinding handel pada bak air dank ran luar gedung
c. Kran menggunakan kran stailiesteel.
d. Floor Drain Dia. 2" stainless steel
24.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan.
1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan
digunakan, terlebih dahulu harus diajukan contohnya untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Konsultan Pengawas /
Direksi.
2. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan
dari lapangan paling lama dalam 2 x 24 jam. Bila kontraktor tidak
mengindahkan, Konsultan Konsultan Pengawas / Direksi berhak
menyelenggarakan atas biaya Kontraktor.
3. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi
tidak disebutkan di dalam RKS dan gambar tetap harus
diselenggarakan oleh Kontraktor.

24.4. PEKERJAAN JARINGAN INSTALASI AIR BUANGAN.


24.4.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan jaringan instalasi air buangan ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan
pekerjaan jaringan instalasi air buangan gedung.

24.4.2. Bahan Yang Digunakan.


a. PVC Ø 2", 4",type AW.
b. Saluran Pasangan Beton Cor sesuai gambar
c. Floor Drain

24.4.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Semua saluran air buangan yang tertanam pada dinding harus
mengikuti gambar yang ada serta memperhatikan ketebalan
dinding dibandingkan dengan besar diameter pipa.
Hal tersebut dilakukan agar plesteran dinding dirasa cukup
sehingga tidak mengurangi kekuatan konstruksi.
2. Tata cara penyambungan baik antara pipa dengan pipa maupun
pipa dengan perlengkapannya mengikuti tata cara pemasangan
jaringan pipa air bersih.
3. Kemiringan pipa horisontal untuk air kotor minimal - 1%
4. Untuk pipa saluran air buangan yang tertanam dalam tanah
disyaratkan minimal 50 cm dari permukaan tanah paling atas.
Apabila tepat di atas saluran air buangan yang tertanam dalam
tanah tersebut dilalui oleh jalur kendaraan maka harus dibuatkan
perkuatan, walaupun hal tersebut tidak terdapat dalam gambar
rancangan pelaksanaan.
5. Septicktank terbuat dari beton bertulang dengan bentuk dan
dimensi seperti dalam gambar rancangan pelaksanaan.
6. Pelaksanaan pekerjaan beton, galian dan lain-lain pekerjaan yang
menyertainya harus dilakukan dengan mengacu persyaratan
teknik pelaksanaan pekerjaan yang berkesesuaian di dalam RKS
ini.
7. Sumur resapan terbuat dari pasangan batu bata tanpa spesi di
bagian bawah dan berspesi trasraam 1 PC : 3 Ps di bagian atas
dengan tutup sumur terbuat dari plat beton bertulang. Bentuk,
susunan konstruksi serta isian galian di bagian luar dinding sumur
resapan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar Rancangan
Pelaksanaan. Persyaratan pelaksanaan harus mengacu
persyaratan pelaksanaan pekerjaan yang berkesesuaian di dalam
RKS ini.
8. Bak-bak kontrol di buat dari pasangan batu bata dengan dasar
rabat beton. Masing-masing dilengkapi dengan tutup bak kontrol
terbuat dari beton dengan tulangan praktis.

24.5. PERLENGKAPAN PEMBUANGAN AIR BUANGAN


24.5.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan perlengkapan pembuangan air
buangan ini penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan pemasangan perlengkapan pembuangan air
buangan gedung.

24.5.2. Bahan Yang Digunakan.


a. zink Stainless steel
b. Klosed jongkok EKS TOTO.
c. Washtafel lengkap aksesoris eks TOTO
24.5.3. Pelaksanaan Pekerjaan.
1. Pemakaian semua komponen pelengkap untuk bahan tersebut di
atas harus dari pabrik yang sama. Apabila di dalam pelaksanaan
terdapat kekurangan/hilang tidak boleh diganti dengan komponen
dari pabrik lain, kecuali ada keterangan dari pabrik yang
mengeluarkan.
2. Pemilihan warna untuk semua bahan tersebut di atas akan
ditentukan dalam rapat Konsultan Konsultan Pengawas / Direksi.
3. Pemasangan harus dilaksanakan sesuai petunjuk
pemasangannya.
4. Semua bahan yang cacat dalam pekerjaan ini harus diganti
dengan yang baru.

Pasal 25.
SYARAT-SYARAT TEKNIK
PELAKSANAAN PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

25.1. LINGKUP PEKERJAAN


Termasuk di dalam lingkup pekerjaan Mekanikal & Elektrikal (M/E) ini adalah
juga pekerjaan-pekerjaan persiapan guna pelaksanaan pekerjaan M/E gedung,
sehingga secara keseluruhan lingkup pekerjaan M/E ini meliputi: Pekerjaan
Instalasi Listrik

25.2. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


25.2.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan instalasi listrik ini penyediaan
tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan
instalasi listrik hingga menyala. Sehingga secara keseluruhan lingkup
pekerjaan M/E ini meliputi:
a. Pekerjaan Panel Listrik
b. Pekerjaan Kabel Instalasi
c. Pekerjaan Lampu & Kotak Kontak
d. Pekerjaan Pentanahan / Grounding
e. Pekerjaan Pengujian
25.2.2. PEKERJAAN PANEL LISTRIK
25.2.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan panel listrik ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan panel listrik hingga berfungsi.

25.2.2.2. Bahan Yang Digunakan.


Panel MCB sesuai yang disetujui Konsultan Pengawas/
Direksi.

25.2.2.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Panel menggunakan box hanger lengkap dengan
komponen-komponennya, termasuk MCB eks Philips
dan accescories lainnya, MCB untuk tegangan 220 volt -
50 HZ dan 380 / 400 volt – 50 Hz.
2. Semua komponen panel yang dibuat harus baru dan
dalam kondisi baik tanpa cacat dengan kualitas baik.

25.2.3. PEKERJAAN KABEL INSTALASI


25.2.3.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan kabel instalasi ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan kabel instalasi hingga seluruh
instalasi terpasang pada tempatnya sesuai rencana dan
berfungsi secara andal.

25.2.3.2. Bahan Yang Digunakan.


Kabel Instalasi, bila tidak disebutkan lain dalam gambar,
harus menggunakan merk setara eternal
Jenis kabel yang digunakan adalah tipe NYY dan NYM
sesuai gambar rencana.

25.2.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Yang digunakan pada instalasi ini adalah kabel yang
sudah direkomendasi LMK menurut standart PLN
(SPLN).
2. Kabel NYY/NYFGbY digunakan untuk instalasi kabel
tenaga dari panel asal di gedung panel induk. Kabel
NYA digunakan untuk instalasi lampu penerangan dan
kotak kontak umum (KKB).
3. Kabel-kabel yang dipasang harus disusun,
dibundel/diikat yang rapi dan diberi label menurut nomer
groupnya masing-masing.
4. Semua kabel dimasukkan dalam pipa conduit.
5. Penyambungan kabel dalam conduit tidak dibenarkan.
Semua penyambungan kabel di terminal panel harus
menggunakan sepatu kabel dan setiap group diberi
label dan diikat yang rapi.
6. Konduit PVC yang dipakai untuk instalasi ini adalah dari
jenis/type E (electrical Conduit) ex. Clipsal, lengkap
dengan assesorisnya.
7. Pemasangan conduit dan assesorisnya harus lurus
terhadap garis lurus bangunan dan diklem rapi dengan
jarak max 100 cm dan menggunakan fisher yang sesuai.
8. Semua pemasangan konduit yang masuk ke panel,
harus menggunakan bushinglock nut (waltermeer/ karet
kedap) sehingga bisa kedap terhadap uap air, rapi, kuat
dan tidak tajam terhadap isolasi kabel.
9. Untuk kabel yang tertanam dalam tanah harus ditanam
sedalam sesuai gambar rencana.
10. Ujung kabel tertanam dalam tanah dibuatkan bak kontrol
yang cukup untuk menggulung kabel sebagai spare
sepanjang 2 m untuk mengantisipasi penurunan tanah.
11. Ujung kabel tertanam dalam tanah serta pada titik
belokannya harus diberi penanda tiang beton cor ukuran
15 x 15 cm dengan gambar penanda listrik di cat warna
merah.

25.2.4. PEKERJAAN LAMPU dan KOTAK KONTAK


25.2.4.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan lampu dan kotak
kontak ini penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan
untuk pelaksanaan pekerjaan hingga terpasang dan
berfungsi dengan baik, andal, aman.

25.2.4.2. Bahan Yang Digunakan.


a. Stop kontak : Menggunakan merk Philips
b. Skakelar :
- Pada umumnya menggunakan merk Philips
- Skakelar handel untuk lampu penerangan mercury /
halogen di luar gedung serta lampu penerangan
lingkungan.
c. Lampu :
- Lampu XL phillips 18 watt dan 14 watt, Fitting philips
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.

25.2.4.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Sakelar dan kotak kontak adalah untuk pemasangan
dalam, sesuai gambar atau atas petunjuk Direksi.
2. Pemasangan lampu adalah untuk pemasangan dalam
(inbouw).
3. Pemasangan saklar dan stop kontak tertanam di
dinding, kecuali untuk saklar handel.
4. Seluruh pemasangan harus dilaksanakan secara rapi.

25.2.5. PEKERJAAN PENTANAHAN


25.2.5.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan pentanahan ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini hingga terpasang dan berfungsi
melindungi gedung dengan baik.

25.2.5.2. Bahan Yang Digunakan.


a. Pipa galvanis Ø 1½
b. Kabel BC 50 mm²
25.2.5.3. Pelaksanaan Pekerjaan.
1. Sistem pentanahan yang digunakan adalah type
"Elektrode" dengan pipa galvanis Ø1½", dan BC
ditanam sehingga mencapai muka air tanah atau hingga
dicapai tahanan 2 ohm.
2. Setiap elektrode harus dibuatkan bak kontrol pasangan
batu merah (400 x 400 x 500 cm) ditutup dengan plat
beton (400 x 400 x 60 cm) untuk pengukuran tahanan
tanah tiap elektrode (maksimum diijinkan 2 ohm).

25.2.6. PEKERJAAN PENGUJIAN


25.2.6.1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan pengujian ini
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini hingga sistem yang di uji
berfungsi dengan baik.

25.2.6.2. Bahan Yang Digunakan.


a. Alat uji Meger 1000 V
b. Alat uji dan alat bantu lainnya.

25.2.6.3. Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Seluruh instalasi yang telah selesai dipasang, harus diuji
untuk menentukan apakah kerjanya telah sempurna,
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam
gambar, spesifikasi dan peraturan yang telah berlaku.
Pengujian instalasi meliputi :
a. Pengujian isolasi
b. Pengujian kontinuitas
2. Bila dijumpai bagian-bagian yang tidak memenuhi syarat
teknis, Kontraktor wajib membongkar,
memperbaiki/mengganti dan menguji kembali sampai
dinyatakan, memenuhi syarat oleh Direksi.
3. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan,
walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam
spesifikasi ini, harus disediakan Kontraktor, sehingga
instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
4. Kontraktor harus memberikan contoh material apabila
diminta oleh Pengawas Lapangan sebelum pelaksanaan
untuk disetujui dan apabila ditolak harus mengganti
yang baru, semua biaya yang diperlukan ditanggung
oleh Kontraktor.
5. Pekerjaan yang tercakup dalam bidang ini meliputi :
penyediaan material, perlengkapan dan pelaksanaan
seluruh sistem listrik, sehingga dapat bekerja secara
sempurna. Spesifikasi ini dan gambar-gambar adalah
merupakan bagian-bagian yang saling melengkapi dan
sesuatu yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar
adalah mengikat.
6. Seluruh pekerjaan instalasi harus dikerjakan menurut
Peraturan Umum Instalasi Listrik/Peraturan PLN edisi
terakhir sebagai petunjuk dan juga peraturan yang
berlaku pada daerah setempat dan standard yang ada
(SII, SNI, SPLN, LMK, dll).
7. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus diadakan
koordinasi terlebih dahulu dari seluruh bagian yang
terlibat di dalam kegiatan proyek ini, agar gangguan dan
konflik antara satu dengan yang lain dapat dihindarkan
dengan mengalokasi/memperinci setiap pekerjaan
sampai detail untuk menghindari gangguan dan konflik
dan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.
8. Seluruh material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
harus baru dan tahan terhadap iklim tropis dan
dilindungi terhadap kemungkinan korosi.
9. Kontraktor harus menyerahkan daftar dan brosur-
brosur/petunjuk perencanaan dari material/peralatan
yang akan dipasang pada proyek. Daftar material berisi
antara lain : nama pabrik dan alamat, no. katalog, nama
merk penjualan, uraian dan standard penggunaan.
10. Daftar tersebut diwajibkan diserahkan lengkap, tidak
sebagian-sebagian.
11. Kontraktor harus menyerahkan shop drawing untuk
disetujui Konsultan Pengawas sebelum dimulainya
pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik selambat-
lambatnya 30 hari setelah menerima Surat Perintah
Kerja.
12. Sekring MCB panel disesuaikan dengan kapasitas
(group).
13. Untuk setiap panel harus disediakan group cadangan
(spare) minimal 3 x 6 A atau sesuai gambar.
14. Kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan instalasi
listrik harus memiliki Surat Ijin Kerja sebagai berikut :
a. Mempunyai surat ijin instalasi listrik (SIKA) tahun
kerja yang berlaku
b. Mempunyai Sertifikat dari Asosiasi untuk tahun
kerja yang berlaku.
c. Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan
surat kemampuan / pengalaman kerja dalam
mengerjakan pekerjaan yang sejenis.

Ditetapkan dan di Syahkan oleh: Dibuat Oleh: Konsultan Perencanaan


Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan
CV. SAINS GROUP CONSULTAN
Kabupaten Kupang

dr. DESEMIYETY NGATRIANY IGNATIUS DAPA, BE


NIP. 19771229 201001 2 010 Direktur

Anda mungkin juga menyukai