Anda di halaman 1dari 38

J l . A IS N a s u t i o n R T . 0 3 R W .

0 1 K u a l a P e m b u a n g I I
KA BUPATEN SERU YAN

METODE KERJA

1. URAIAN PEKERJAAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Pembangunan Pintu Air meliputi

pekerjaan:

I. Pekerjaan Persiapan

1. Papan Nama Proyek


2. Pengukuran dan pemasangan 1 m’ Bouwplank
3. Pembersihan 1 m2 lapangan dan perataan
4. Pembuatan Kisdan

II. Pekerjaan Tanah dan Timbunan Lantai

1. Penggalian 1 m3 tanah biasa sedalam 1 m


Pekerjaan Sodetan
2. Penggalian 1 m3 tanah biasa sedalam 1 m
Pekerjaan Koker
3. Penggalian 1 m3 tanah biasa sedalam 1 m
Pekerjaan Galian Siring Pintu Air
4. Pengurugan kembali 1 m3 galian tanah
Bawah Plat Lantai; t=30 Cm
5. Pengurugan 1 m3 dengan pasir urug
Bawah Lantai Pintu Air; t=10 Cm
6. Pengurugan kembali 1 m3 galian tanah
Pekerjaan Penimbunan Kembali Sodetan
7. Pengurugan kembali 1 m3 galian tanah
Pekerjaan Penimbunan Kembali Siring
8. Pekeraan Pembongkaran/ Galian Kisdam

III. Pekerjaan Kayu

1. Cerucuk Galam kayu diameter 8-10/400 cm


2. Memancang Galam kayu diameter 8-10/400 cm

IV. Pekerjaan Beton (Membuat 1 m3 dinding beton bertulang (200 kg besi +

bekisting)

a. Plat Lantai Atas


b. Balok Lantai Atas
c. Filter Pintu
d. Dinding Tegak Pintu Air
e. Dinding Sayap Pintu Air
f. Dinding Siring Pintu Air
g. Plat Lantai Bawah Pintu Air
h. Plat Lantai Bawah Siring Pintu Air
i. Pengunci Plat Lantai Bawah
j. Pengunci Siring
k. Koker

V. Pekerjaan Plesteran (Pemasangan 1 m2 plesteran 1SP : 2PP tebal 15

mm).

a. Plat Lantai Atas


b. Balok Lantai Atas
c. Filter Pintu
d. Dinding Tegak Pintu Air
e. Dinding Sayap Pintu Air
f. Dinding Siring Pintu Air
g. Plat Lantai Bawah Pintu Air
h. Plat Lantai Bawah Siring Pintu Air

VI. Pekerjaan Pintu Air

1. Pekerjaan Balok uk. 8/8


2. Pegangan Skot Balok
3. Plat Besi Pengunci Skot Balok
4. Pekerjaan Pintu Air Plat Baja

VII. Pekerjaan Lain – Lain

1. Asbuilt Drawing
2. Pelaporan / Back Up / Dokumentasi

1.2. SARANA BEKERJA

Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan:

- Tenaga kerja/tenaga ahli yang memadai dengan jenis pekerjaan yang akan

dilaksanakan

- Alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

- Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan

yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.

1.3. CARA PELAKSANAAN


Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerjas dan Syarat-syarat (RKS), gambar

rencana, berita acara penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan

Pengawas Lapangan / Direksi.

2. PETUNJUK UMUM

2.1. SIFAT PEKERJAAN

Dalam pelaksanaan Pembangunan Pintu Air Sekunder VIII Kanan Mahang DIR

Pematang Limau Kota Kuala Pembuang Desa Pematang Limau Kec. Seruyan

Hilir Kab. Seruyan Tahun Anggaran 2019 yang sangat diperlukan perhatian

adalah masalah Konstruksi Bangunan, agar para pengguna bangunan ini

merasa aman dan nyaman.

Tercakup dalam pengertian pekerjaan struktur disini, adalah meliputi

pembangunan, penyelesaian, pemeliharaan pekerjaan, penyediaan tenaga

kerja, material, alat-alat pelaksanaan, pekerjaan sementara dan segala

sesuatu yang secara permanen atau temporer diperlukan dalam

pembangunan, penyelesaian dan pemeliharaan, ditentukan dalam Kontrak.

2.2. SYARAT UMUM PELAKSANA PEKERJAAN

Dalam pelaksaan pekerjaan proyek Pembangunan Pembangunan Pintu Air

Sekunder VIII Kanan Mahang DIR Pematang Limau Kota Kuala Pembuang

Kec. Seruyan Hilir Kab. Seruyan Tahun Anggaran 2019 ini, Penyedia wajib

memiliki Peralatan dan Pekerja, minimum peralatan yang menunjang dalam


pelaksaan pekerjaan pintu air dan pekerja yang telah ahli dalam bidangnya.

2.3. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT

Pihak-pihak yang terkait dalam Pelaksaan Proyek adalah sebagai berikut :

1. Owner, berarti Perusahaan/Badan atau perorangan sebagai Pemilik

Proyek (Pemerintah Kabupaten Seruyan).

2. Direksi Teknis, berarti Perusahaan/Badan atau perorangan yang

merupakan anggota dari Pemilik Proyek (Dinas PUPR Kabupaten

Seruyan).

3. Konsultan perencana, berarti Perusahaan/Badan atau perorangan yang

ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk melakukan perencanaan pada proyek

ini, khususnya dalam hal ini adalah Perencanaan Konstruksi.

4. Konsultan Pengawas, berarti Perusahaan/Badan yang ditunjuk oleh

Pemilik Proyek untuk melakukan Pengawasan atau menjadi Management

Konstruksi untuk pekerjaan pembangunan proyek ini.

5. Penyedia, berarti Perusahaan/Badan yang ditunjuk oleh Pemilik Proyek

untuk mengerjakan pembangunan proyek ini.

3. PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

Jika diperlukan pemborong mengadakan pengujian atas mutu pekerjaan

ataupun atas pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan kebutuhannya

masing – masing, dan semua biaya – biaya yang timbul untuk kebutuhan

tersebut ditanggung oleh Pemborong yang bersangkutan, misalnya :


1. Pengujian mutu beton,

2. Pengujian baja tulangan.

4. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

4.1. ACUAN PENGENDALIAN SELURUH PEKERJAAN

Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana

Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan beberapa acuan pengandalian

seluruh pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. Seluruh pelaksanaan pembangunan proyek ini harus mengacu pada

standar dan peraturan-peraturan sebagai berikut :

- Peraturan-peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI).


- Peraturan Semen Portland Indonesia, 1972, NI. No-8.

- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.


- Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborongan

Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan


Lembaran Negara No. 1457.
- Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis

yang diberikan Perencana/M.K.


- Peraturan Beton Indonesia ( NI.2-1971 )
- Bahan-bahan dalam segala hal harus memenuhi ketentuan –

ketentuan PBI 1971.

Dan peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan

berdasarkan bangunan perumahan di Indonesia yang belum tercantum di


atas, serta mendapat persetujuan Perencana dan Pengawas.

2. Penyedia harus melaksanakan seluruh pekerjaan menurut dokumen

kontrak, instruksi-instruksi tertulis dari Perencana.

3. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia.

Pada setiap saat, kelalaian Perencana dalam pengontrolan/pengawasan

Terhadap kesalahan yang dilakukan Penyedia. Penyedia tetap

bertanggung jawab untuk memperbaiki sampai dengan disetujui Perencana

dengan seluruh biaya ditanggung Penyedia.

4. Pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat peleksanaan (spesifikasi)

atau gambar-gambar dan instruksi tertulis dari Perencana atau

Pengawas harus diperbaiki dengan semua biaya yang diperlukan untuk

ini menjadi tanggung jawab Penyedia.

5. Semua bahan yang akan dipakai atau digunakan untuk proyek ini harus

mendapat persetujuan dari Perencana.

6. Ukuran yang tertera dan terulis pada gambar dan spesifikasi ini adalah

ukuran jadi, bukan ukuran bahan baku.

7. Apabila terdapat perbedaan antara gambar dengan spesifikasi ini maka,

Penyedia wajib melaporkannya dengan tertulis kepada Perencana untuk

dibuatkan putusannya. Penyedia tidak diperkenankan mengambil

keputusan sendiri.
5. KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN

1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjukkan seorang kuasa


Kontraktor atau biasa disebut pelaksana yang cakap untuk memimpin

pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari


kontraktor, berpendidikan minimum Sarjana Teknik Sipil atau sederajat
dengan pengalaman minimum 3 (tiga) tahun atau SMA dengan

pengalaman minimum 7 (tujuh) tahun.


2. Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada TIM Pengelola Teknis

dan Pengawas Lapangan / Direksi, nama dan jabatan pelaksana untuk


mendapat persetujuan.
3. Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung

jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.


4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Tim Pengelola Teknis dan
Pengawas Lapangan/Direksi Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup

cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor


secara tertulis untuk mengganti pelaksana.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan,

Kontraktor harus menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri


(Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin
pelaksanaan.

6. PEKERJAAN PERSIAPAN

6.1 PEMBERSIHAN LAPANGAN

Pembersihan lapangan harus segera dilaksanakan dengan cara membersihkan

site yang akan dibangun dari rumput/ tanaman/ pohon/sampah organic/non

organic sehingga dapat merusak konstruksi dengan luasan ± 200 m2. Sebelum
pekerjaan ini dimulai, penyedia harus menyiapkan semua kebutuhan yang

diperlukan dilapangan atas biaya sendiri untuk menunjang terlaksanya

pekerjaan ini antara lain sebagai berikut:

1. Pada tahap persiapan Pelaksana sudah harus segera memobilisasi

peralatan kerja dan semua bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan

dilapangan.

2. Peralatan kerja harus sudah siap, setelah kontrak ditanda tangani atau

sebelum Surat Perintah Kerja diterbitkan, dimana sebelumnya akan

diperiksa oleh direksi tentang persiapan tersebut.

6.2 PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK (Setting Out)

6.2.1. Pengukuran

- Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa

pelaksanaan berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila

dianggap perlu siap untuk mengadakan pengukuran ulang.

- Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-

alat waterpass / theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung-

jawabkan.

- Pengukuran sudut siku prisma atau benang secara azas segitiga

phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui

oleh Direksi Pengawas.

- Letak dinding disesuaikan dengan gambar kerja.


- Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan.

- Ukuran ketinggian lantai ± 0.00 dalam gambar kerja ditetapkan bersama-

sama di lapangan.

6.2.2. Bouwplank

- Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dibagikan

pada patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.

- Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak maksimum 1,5

m satu sama lain.

- Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dibuat dan Kayu Kelas III

(sembarang Keras atau Sejenisnya ) , dengan ukuran tebal 3 cm, Iebar 20

cm.

- Pemasangan harus kuat dan menggunakan sipat datar (waterpass)

- Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda

yang menyatakan as-as dan atau level/peil-peil dengan wama yang jelas

dan tidak mudah hilang jika terkena air/hujan.

- Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya,

kecuali dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.

- Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar galian

tanah pondasi.

- Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan Kontraktor harus

melaporkan kepada Direksi Pengawas.


6.3 PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Sebelum memulai pekerjaan pemborong harus memberitahu pengawas

lapangan / Direksi Teknis yang telah ditunjuk.

2. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik dan rapi sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini / syarat-syarat teknis / gambar

rencana, serta mengikuti petunjuk dari Direksi Teknis dan Konsultan

Supervisi. Semua ukuran dan persyaratan bahan yang ditentukan dalam

bestek ini harus dipenuhi oleh pemborong.

3. Mobilisasi alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan

dilapangan dilaksanakan dengan baik.

4. Pekerjaan pasang papan proyek

a. Pemborong harus membuat papan nama proyek yang ditetapkan pada

bagian depan bangunan dan dapat dilihat dengan jelas.

b. Bahan yang digunakan adalah papan dengan dilapisi seng yang diberi

warna cat dasar putih dan diberi tulisan dengan warna hitam.

c. Tulisan yang tercantum adalah sebagai berikut:

- Nama Proyek

- Nama Pekerjaan

- Harga Borongan

- Jangka Waktu Pelaksanaan

- Konsultan Pengawas

- Waktu Mulai Pelaksanaan


d. Papan tersebut dipasang pada dua buah tiang kayu ukuran 5/7 cm

yang ditanam kuat dalam tanah.

7. PEKERJAAN TANAH

7.1 PEKERJAAN GALIAN

1. Galian tanah untuk pondasi dan galian lainnya harus dilakukan menurut

ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan elevasi seperti yang tercantum di

dalam gambar rencana.

2. Akar pohon-pohon yang terdapat di bagian pondasi harus dibongkar dan

dibuang, begitu juga bila terdapat bahan atau benda lain yang akan

mengganggu pekerjaan pondasi.

3. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali dengan

material yang disetujui oleh Direksi/KonsultanPengawas sehingga

mencapai kerataan yang ditetapkan dan urugan harus dipadatkan secara

mekanis.

4. Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut

bebas dari longsoran-longsoran tanah dikiri dan dikanannya (bila perlu

dilindungi dengan konstruksi penahan tanah) dan bebas dari genangan air

(bila perlu dipompa) sehingga pekerjaan pondasi dapat dilaksanakan

dengan baik sesuai dengan spesifikasi.


5. Tanah sisa galian yang tidak dipakai harus di angkut dan di buang

terutama ketempat yang telah disiapkan atas petunjuk Direksi/Konsultan

Pengawas/Manajemen Konstruksi.

6. Toleransi yang dapat diterima untuk galian adalah ±10 mm terhadap

kerataan yang ditentukan.

7. Pekerjaan galian mencakup galian pondasi Foot Plate,Sloff dan lain-lain

sesuai yang tercantum dalam gambar rencana.

8. Kontraktor wajib mempelajari semua gambar Struktur yang berhubungan

dengan pekerjaan-pekerjaan dibawah permukaan tanah.

9. Elevasi galian pada pondasi dan sarana-sarana lain seperti tercantum

dalam gambar.

7.2. PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PASIR

1. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, penangkutan, penghamparan dan

pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk bahan urugan,

urugan kembali tanah hasil galian.

2. Bahan hasil galian pondasi dapat dipergunakan, apabila memenuhi syarat

sebagai bahan urugan.

3. Jenis bahan urugan biasa adalah tanah berbutir atau sirtu yang disetujui

pengawas. Bahan Urugan pasir adalah menggunakan pasir yang telah

disetujui Direksi Keet/Konsultan Pengawas harus bersih dari humus dan

tumbuh-tumbuhan, serta bahan lain yang menganggu.


4. Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis ( maksimum 30 cm) sambil

disiram dengan air dan dipadatkan dengan alat pemadat roller vibrator atau

stamper.

5. Urugan Pasir biasa diperuntukan urugan pada galian pondasi, urugan

penggalian lantai dan urugan lainnya yang diperlukan.

6. Urugan npasir diperuntukan pada urugan bawah pondasi , dibawah lantai

kerja dan urugan lainnya yang diperlukan.

7. Elevasi ketinggian level urugan sesuai yang ditunjuk dalam gambar

rencana. Semua pekerjaan urugan harus dipadatkan sesuai syarat-syarat

pemadatan.

7.3. PEMADATAN URUGAN

1. Pemadatan urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maximum

30 cm, nilai kepadatan sekurang-kurangnya mencapai ± 90% dari optimum

dry density.

2. Pemadatan dapat dilakukan dengan mesin gilas dan stamper. Bagian-

bagian yang dianggap dapat merusak saluran atau pekerjaan – pekerjaan

lain sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, tidak diizinkan memakai mesin

penggilas.

3. Pemadatan pada pondasi dimana dasar pondasi harus diurug dulu maka

syarat pengurugan seperti diatas harus di penuhi dengan kepadatan 95 %

dari optimum dry density.


8. PEKERJAAN BETON

Pekerjaan beton meliputi seluruh material, tenaga dan peralatan yang diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaan beton. beberapa Material seperti Semen, Pasir,

Koral / Split, Air dan Besi Beton.

8.1. SEMEN

Bahan baku semen untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus memenuhi

beberapa kriteria umum:

1. Semen yang dipergunakan untuk pekerjaan beton harus semen Portland

yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila

menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung

udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%,

dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

2. Dalam satu campuran, hanya satu merk semen Portland yang boleh

digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika dalam satu proyek

digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus

mengajukan kembali rancangan beton sesuai dengan merk semen yang

digunakan.

8.2. AIR

1. Air yang dipergunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian

lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti

minyak, garam, asam, basa, gula atau organis.


2. Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI

03-6817-2002, air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.

3. Jika timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti

diatas tidak dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat

tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan

dengan memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat

tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum

90% kuat tekan mortar dengan air suling pada periode perawatan yang

sama.

8.3. AGREGAT (PASIR DAN KORAL /SPLIT)

1. Semua pemakaian koral ( kerikil ), batu pecah ( agregat kasar ) dan pasir

beton, harus memenuhi syarat – syarat :

- Peraturan umum pemeriksaan bahan bangunan ( NI.3-1956 )

- Peraturan beton Indonesia ( NI.2-1971 )

- Tidak mudah hancur ( tetap keras ), tidak porous

- Bebas dari tanah / tanah liat ( tidak bercampur dengan tanah / tanah

liat atau kotoran–kotoran lainnya.

2. Kekerasan dari butir–butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji

dari Rudelaff dengan beban penguji 20 ton, agregat kasar harus memenuhi

syarat sebagai berikut :

- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24%


- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% atau

dengan mesin pengaus Los Angelos dimana tidak terjadi kehilangan

berat lebih dari 50%.

- Koral ( kerikil ) dan batu pecah ( agregat kasar ) yang mempunyai

ukuran lebih besar dari 25 mm, untuk penggunaannya harus dapat

persetujuan Konsultan Pengawas.

- Gradisi dari agregat–agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat

menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja

yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan

dipakai.

- Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor untuk

mengadakan test kwalitas dari agregat–agregat tersebut dari tempat

penimbunan yang ditunjuk oleh Konsultan Pengawas, setiap saat

dalam laboratorium yang diakui atas biaya Kontraktor.

- Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut

disuplay, maka Kontraktor diwajibkan untuk memberitahukan kepada

Konsultan Pengawas.

- Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras

permukaannya dan dicegah supaya tidak pencampuran satu sama lain

dan terkotori.
8.4. BESI BETON

Besi tulangan adalah hot rolled steel bar, cold reduced steel wire atau steel

fabric yang mempunyai komposisi, manufaktur, sifat kimia dan fisik yang sesuai

dengan SNI (Standart Nasional Indonesia).

8.4.1. Besi (Tulangan)

Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat – syarat :

- Peraturan beton Indonesia ( NI.2-1971 )

- Bebas dari kotoran–kotoran, lapisan minyak- minyak, karat dan tidak

cacat ( retak– retak, mengelupas dan luka sebagainya ).

- Dari jenis baja dengan mutu SNI.

- Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan –

ketentuan PBI 1971.

- Mempunyai penampang yang sama rata

- Ukuran disesuaikan dengan gambar–gambar yaitu SNI Ø 10 mm dan

14 mm

8.4.2. Penyediaan dan Pengujian

- Sumber besi tulangan yang akan dipakai harus mendapatkan

persetujuan dari Direksi Teknis dan pengawas lapangan setara

dengan Krakatau steel dengan berlabel SNI.

- Semua besi tulangan yang dikirim kelapangan berasal dari satu

sumber.
- Selain mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis dan Pengawas

lapangan atas sumber besi tulangan, Penyedia jasa juga bertanggung

jawab pada pemenuhan spesifikasinya.

- Semua material yang tidak memenuhi syarat karena kwalitasnya tidak

sesuai dengan spesifikasi ( RKS ) diatas, harus segera dikeluarkan

dari lapangan setelah mendapat instruksi tertulis dari Konsultan

Pengawas, dalam waktu 2 x 24 jam.

- Setelah diserahkan ke Direksi Teknis dan Pengawas lapangan

segera dapat dilaksanakan pembangunan sesudah penandatanganan

kontrak.

8.4.3. Perlengkapan

- Sediakan penjaga jarak dak dudukan untuk menahan tulangan agar

tetap dalam posisinya.

- Beton : dibuat dengan agregat 10 mm, digunakan dalam pekerjaan

ekspose.

- Mortar : dibuat dari semen-pasir dengan perbandingan 1 : 2

8.4.4. Keahlian (Umum)

Bagian lain : Bagian ini terkait dengan semua bagian lain yang

berhubungan dengan konstruksi beton cor ditempat.

- Penyimpangan tulangan diletakkan dengan tidak menyentuh muka

tanah dan harus dicegah kontaminasi oleh material lain.


- Kebersihan : pada waktu pengecoran beton, tulangan harus bersih

dari kotoran dan bebas bintik karat, serpihan besi lepas, karat lepas,

minyak, kulit giling dan bahan – bahan lain yang dapat menyebabkan

pengaruh negatif pada tulangan, beton atau ikatan diantaranya.

- Semua besi beton harus dipasang pada posisi yang tepat

- Noda karat : mencegah kontak tulangan dari cuaca yang dapat

menyebabkan noda karat pada muka beton. Ekspose.

8.4.5. Pemotongan dan Pembengkokan

- Pembengkokan tulangan tanpa cara pemanasan (cold bending):

membengkokkan tulangan dengan alat pembengkok yang disetujui

konsultan pengawas.

- Penyesuaian: Sediakan fasilitas alat pembengkok manual di lapangan

untuk melakukan penyesuaian–penyesuaian ditempat.

- Tulangan yang menunjukkan tanda–tanda retak tidak boleh

digunakan.

- Pembengkokan tulangan dengan cara pemanasan ( hot bending )

tidak diijinkan.

- Stek tulangan yang terpasang tidak boleh dibengkokkan tanpa

pesetujuan Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

- Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar–gambar

atau mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Pengawas

lapangan.
8.4.6. Bahan Tambahan (Admixture)

Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka penyedia jasa harus

mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran

tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan

kebenarannya melalui pengujian campuran laboratorium. Ketentuan

mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.

8.4.7. Mutu Beton

- Adukan ( adonan ) beton harus memenuhi syarat – syarat PBI 1971-

NI beton dibuat dari campuran semen, air dan agregat dengan suatu

perbandingan tepat sehingga diperoleh suatu bahan yang padat

kokoh dan awet sehingga mencapai kekuatan tekan karakteristik yang

diinginkan.

- Penyedia Jasa diharuskan mengajukan rencana perbandingan /

campuran beton yang berisikan perbandingan agregat kasar dan

halus, berat semen dan nilai air semen sesuai syarat–syarat dalam

spesifikasi teksnis ini serta mengajukan cara–cara metode

pelaksanaan pekerjaan beton dan harus mendapat persetujuan

Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

- Penyedia Jasa diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes)

untuk mengontrol daya kerjanya sehingga tidak ada kelebihan pada

permukaan ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan

(segregation) dari agregat.


- Cara - cara mempersiapkan benda uji, jumlah dan hasil–hasil

percobaan pendahuluan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi

teknis ini. Bila hasil percobaan pendahuluan ternyata memenuhi

persyaratan, maka rencana campuran dan metode kerja yang

diajukan dapat disetujui untuk digunakan pada pekerjaan–pekerjaan

yang sesuai.

- Jika dalam masa pelaksanaan pekerjaan beton ternyata hasil

pekerjaan tidak dapat mencapai persyaratan, Direksi Teknis dan

Pengawas lapangan berhak merubah perbandingan campuran beton

tersebut.

- Adukan beton yang dibuat setempat ( site mixing ) dengan adukan

beton harus memenuhi syarat–syarat :

a. Semen diukur menurut volume

b. Agregat diukur menurut volume

c. Pasir diukur menurut volume

d. pengadukan harus benar- benar tercampur semua bahan yang

berada dalam satu tempat/ wadah sehingga tidak langsung

beuhubungan dengan tanah.

e. Campuran untuk semua pekerjaan Beton bertulang, antara lain :

Balok Sloof, Pondasi Stempat, Kolom, Balok Struktur, Koker dll.

adalah : 1PC : 2Ps : 3Kr (C2)


8.4.8. Faktor Air Semen

- Agar dihasilkan konstruksi beton yang sesuai dengan yang

direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :

- Faktor air semen untuk, balok sloof, dan plat pondasi maksimum

0,55 mm.

- Faktor air semen untuk kolom, balok, pelat lantai , dinding, beton,

relief maksimum 0,60 mm.

8.4.9. Pengecoran Beton

1. Penyedia Jasa harus memberitahukan rencana pengecoran

kepada Direksi Teknis dan Pengawas lapangan selambat–

lambatnya 24 jam sebelum rencana pengecoran dilaksanakan dan

mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan Pengawas

lapangan, pengecoran tidak boleh dimulai sebelum pekerjaan

perancah, acuan dan pekerjaan persiapan sebagaimana

disebutkan dalam spesifikasi teknis ini telah sempurna dikerjakan

dan disetujui oleh Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

2. Jika tidak ada persetujuan Direksi Teknis dan Pengawas lapangan,

maka penyedia jasa dapat diperintahkan untuk membongkar beton

yang sudah dicor tanpa persetujuan atas biaya penyedia jasa

sendiri.

3. Persiapan pekerjaan pengecoran : Sebelum pekerjaan pengecoran

dimulai, maka semua peralatan, material harus sudah siap dan


berada ditempat dimana seharusnya dan alat – alat dalam keadaan

bersih serta siap untuk digunakan. Permukaan acuan disebelah

dalam harus bersih dari bahan–bahan lepas, kotoran ataupun

potongan kawat besi.

4. Pelaksanaan pengecoran

- Pengecoran harus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

telah disetujui Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

Rencana tersebut harus disiapkan untuk menyelesaikan

suatu struktur secara menyeluruh sesuai dengan gambar

rencana.

- Adukan beton harus secepatnya dibawah ketempat

pengecoran dengan menggunakan cara (metode) yang

sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya

pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran – kotoran

atau bahan lain dari luar.

- Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak

dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari

suatu ketinggian, yang akan menyebabkan pemisahan

agregat.

- Pengecoran dilakukan secara terus menerus ( continue tanpa

berhenti ). Adukan yang tidak dicor ( ditinggalkan dalam

waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari adukan beton,


dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan ), tidak

diperkenankan untuk dipakai lagi.

- Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus

mendapat persetujuan Direksi Teknis dan Pengawas

lapangan.

- Penambahan campuran tambahan harus disetujui Direksi

Teknis dan Pengawas lapangan.

8.4.9.10. Pemadatan

- Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan

cara manual. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan yang

cukup untuk mengangkut dan menuangkan beton dengan

konsisten cukup sehingga dapat diperoleh beton padat tanpa perlu

mengetarkan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi

pemisahan bahan ( segregation ) beton.

- Pelaksanaan pemadatan / penggetaran ini harus dilaksanakan oleh

pekerja – pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan

sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Direksi Teknis dan

Pengawas lapangan.

8.4.9.11. Penyelesaian Permukaan Beton

- Hasil dari pekerjaan beton harus rata, lurus tidak tampak bagian–

bagian yang keropos, melendut atau bagian–bagian yang


membengkak pada permukaannya. Ujung–ujung atau sudut–sudut

harus berbentuk penuh dan tajam.

- Segera setelah acuan dibongkar, semua bagian–bagian yang

rapuh, kasar, lubang-lubang dan bagian–bagian yang tidak

memenuhi persyaratan harus diperbaiki dengan cara memahatnya

dan mengisinya kembali dengan adukan semen yang sesuai baik

kekuatan maupun Warnanya untuk kemudian diratakan

(digrouting). Bila diperlukan seluruh permukaan beton dihaluskan

dengan ampelas, carborundum atau gerinda. Perbaikan ini

dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi Teknis dan

Pengawas lapangan.

8.4.9.12. Perawatan Dan Perlindungan Beton

1. Adukan beton harus dilindungi dari panas berlebihan atau

pengeringan yang terlalu dini akibat penguapan air yang

berlebihan. Untuk daerah yang berangin kencang, harus dibuat

pelindung angin sesuai dengan pengarah dan petunjuk Direksi

Teknis dan Pengawas lapangan.

2. Selama yang baru selesai harus dilindungi terhadap hujan, panas

matahari serta kerusakan–kerusakan lain yang disebabkan gaya–

gaya sentuhan sampai beton mencapai kekerasan dan kekuatan

sebagaimana disyaratkan.
3. Permukaan beton harus dilindungi terus menerus setelah

pengecoran dengan cara menutupnya dengan karung–karung

basah atau bekas bungkus sak semen basah.

4. Cara lain melindungi beton harus mendapat persetujuan Direksi

Teknis dan Pengawas lapangan dan sesuai dengan PBI 1971.

5. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama

7 hari dengan menyemprotkan air.

8.4.10. Penolakan Hasil Pekerjaan.

Direksi Teknis dan Pengawas lapangan berhak menolak dan

memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika pekerjaan

beton tersebut menunjukkan hasil yang tidak memenuhi persyaratan

teknis antara lain :

1. Porous, segregasi atau berlubang–lubang

2. Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara–cara yang

tidak sesuai dengan rencana.

3. Letak / posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan

rencana) selama dan setelah penecoran.

4. Penyimpangan–penyimpangan hasil pelaksanaan sudah diluar

toleransi yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.

5. Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.


8.4.11. Cetakan Beton / Bekisting

1. Bahan

a. Bekisting beton biasa (ekspose )

b. Papan kayu ukuran 1” x 9” inchi.

c. Paku, angkur form ties dan sekrup-sekrup : ukuran sesuai

dengan keperluan dan cukup kuat dan untuk menahan

bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran.

2. Pelaksanaan

a. Pemasangan bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan

diusahakan sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran

dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat gelombang

maupun perubahan bentuk ukuran.

b. Tentukan jarak dan level sebelum memulai pekerjaan

pastikan ukuran–ukuran ini sudah sesuai dengan gambar.

c. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat ( bracing

), sesuai dengan design dan standard yang telah ditentukan :

sehingga bisa dipastikan akan menghasilkan beton yang

sesuai dengan kebutuhan–kebutuhan akan berbentuk,

kelurusan dan dimensi.

d. Sambungan–sambungan antar papan bekisting harus lurus

dan harus dibuat kedap air, untuk mencegah kebocoran

adukan atau kemungkinan deformasi bentuk beton.


Hubungan–hubungan ini harus diusahakan seminimal

mungkin.

e. Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang

pada kedua sisinya.

f. Semua bekisting yang tidak mungkin dibongkar / lay in

formwork menggunakan pasangan bata untuk bekisting

pondasi harus atas seijin Direksi Teknis dan Pengawas

lapangan.

g. Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran

harus dibuang.

h. Perkuatan–perkuatan pada bukaan–bukaan di bagian–bagian

yang structural yang tidak diperlihatkan pada gambar harus

mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari direksi.

i. Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut

: Deviasi garis vertikal dan horizontal :

- 6 mm, pada jarak 3000 mm

- 10 mm, pada jarak 6000 mm

- 20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih

j. Dimana permukaan yang akan dilapisi bahan dapat rusak

akibat pemakaian bahan pelepas acuan maka bahan pelepas

acuan tidak boleh dipakai. Untuk itu, sisi dalam bekisting


harus dibasahi dengan air bersih. Dan permukaan ini harus

dijaga selalu basah sebelum pengecoran beton.

k. Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk

pipa, conduits, slevees dan pekerjaan lain yang akan merekat

pada atau melalui / menembus beton.

l. Pasang langsung pada bekisting alat–alat atau pekerjaan lain

yang akan dicor langsung pada beton.

m. Pemasangan water stops harus kontinyu ( tidak terputus dan

tidak mengubah letak besi beton ).

n. Sediakan bukaan sementara pada beton dimana diperlukan

guna pembersihan dan inspeksi. Tempat bukaan sementara

ini harus dengan bahan yang memungkinkan merekat rapat,

rata dengan permukaan dalam bekisting, sehingga

sambungannya tidak akan tampak pada permukaan beton

ekspose.

8.4.12. Kontrol Kualitas.

1. Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai

dengan bentuk beton yang diinginkan, dan perkuatan–

perkuatannya guna memastikan bahwa pekerjaan telah sesuai

dengan rancangan bekisting, wedgeeties, dan bagian–bagian

lainnya aman.
2. Informasikan pada Direksi Teknis dan Pengawas lapangan jika

bekisting telah dilaksanakan, dan telah dibersihkan, guna

pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan persetujuan Direksi Teknis

dan Pengawas lapangan terhadap bekisting yang telah

dilaksanakan sebelum dilaksanakan pengecoran beton.

3. Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan

persetujuan sebelumnya dari Direksi Teknis dan Pengawas

lapangan.

8.4.13. Pembersihan.

1. Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda–

benda yang tidak perlu. Buang bekas–bekas potongan, kupasan

dan puing dari bagian bekisting. Siram dengan air, menggunakan

air bertekanan tinggi, guna membuang benda–benda asing yang

masih tersisa pastikan bahwa air dan puing–puing tersebut telah

mengalir keluar melalui lubang pembersih yang disediakan.

2. Buka bekisting secara kontinyu dan sesuai dengan standard yang

berlaku sehingga tidak terjadi beban kejut ( shock load ) atau

tidak seimbang beban yang terjadi pada struktur.

3. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati–hati, agar

peralatan–peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak

permukaan beton.
4. Untuk yang dipakai kembali, bekisting–bekisting yang telah dibuka

harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan

terhadap permukaan yang akan kontak dengan beton tidak

mengalami kerusakan.

5. Dimana diperlukan perkuatan–perkuatan pada komponen–

komponen struktur yang telah dilaksana kan guna memenuhi

syarat pembebanan dan konstruksi sehingga pekerjaan–

pekerjaan konstruksi dilantai–lantai diatasnya bisa dilanjutkan.

8.4.14. Pembongkaran Cetakan Beton

1. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971 ( NI.2-1971 ),

dimana bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus

dapat memikul berat sendiri dan beban–beban pelaksanaannya .

2. Cetakan beton baru dibongkar bila bagian tersebut untuk : Sisi

balok / kolom setelah berumur 3 hari .

3. Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui

sebelumnya oleh Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

4. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian–

bagian beton yang kropos atau cacat lainnya, yang akan

mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka Kontraktor

harus segera memberitahukan kepada Direksi Teknis dan

Pengawas lapangan, untuk meminta persetujuan mengenai cara


pengisian atau menutupnya. Semua resiko yang terjadi akibat

pekerjaan tersebut dan biaya – biaya pengisian atau penutupan

bagian tersebut menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

9. PEKERJAAN LANTAI

9.1 LANTAI BETON COR

Pengecoran dilakukan diatas lapisan pasair urug bawah lantai. Berikut spesifikasi

lantai beton cor :

1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus

diserahkan contoh-contohnya, untuk mendapatkan persetujuan Direksi

Pengawas.

2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi

dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian dalam pekerjaan ini, harus

barn, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi Pengawas.

3. Pasangan sub lantai dilakukan langsung diatas tanah, maka sebelum

pasangan sub lantai dilaksanakan terlebih dahulu lapisan urug dibawahnya

harus sudah dikerjakan dengan sempuma (telah dipadatkan sesuai

persyaratan), rata permukaannya dan telah mempunyai daya dukung

maksimal.

4. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara PC, pasir beton dan

kerikil atau split dengan perbandingan 1:3:5.


5. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 5 cm atau sesuai yang disebutkan /

disyaratkan dalam detail.

6. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata/waterpas, kecuali pada lantai

ruangan-ruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu, supaya

diperhatikan mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar

dan sesuai petunjuk Direksi Pengawas.

10. PEKERJAAN DINDING

10.1. LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan

dengan pekerjaan pasangan dan plesteran seperti yang tercantum dalam

spesifikasi dan gambar.

10.2. PERSYARATAN BAHAN

1. Semen, Pasir, dan Air

Semen, Pasir dan Air harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada

pekerjaan beton

2. Batu Bata

Batu bata harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran,

dapat digunakan produksi local dengan ukuran 6 x 12 x 24 cm dan ukuran

diusahakan tidak jauh menyimpang. Bata yang dipakai harus bata kualitas

nomor satu, tanpa cacat atau mengandung kotoran.


10.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan Pasangan Bata

a. Adukan harus diaduk dengan mesin pengaduk seperti yang

dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.

b. Sebelum dipasang, batu bata tersebut harus dibasahi dengan air. Bata

yang lebarnya kurang tidak boleh dipergunakan.

c. Benda-benda yang tertanam seperti besi tulangan,baut-baut, angkur

sparing-sparing dan barang-barang yang diperlukan untuk pekerjaan

lain dipasang ditempat yang tekah ditentukan.

d. Sebelum diplester pasangan batu bata harus dibasahi terlebih dahulu.

2. Pekerjaan Plesteran

a. Seluruh material kecuali air harus dicampur,baik dalam kotak yang

rapat atau dalam alat pencampur yang disetujui, hingga campuran

telah berwarna rata, baru sesudahnya air ditambahkan dan

pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah

air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan

konsisten (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melibihi 70%

dari berat semen yang digunakan.

b. Adukan dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk

penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali

dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.

Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.


c. Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan

harus dibuang.

d. Plesteran semen portland harus dijaga agar permukaan yang baru

diplester tetap basah selama 48 jam. Basahilah secukupnya tiap-tiap

plesteran, bila plesteran tersebut mulai mengeras untuk mencegah

retak-retak. Lindungilah plesteran dari penguapan yang berlebihan

selama udara panas dan kering. Penyiraman juga harus rata, sudut-

sudutnya harus baik tanpa cacat.

e. Tutup bagian-bagian yang masih terdapat pekerjaan lain dengan

kantong atau penutup lain.

11. PEKERJAAN LAIN-LAIN

11.1. LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi pekerjaan pasangan besi steanless pagar & tangga, pasangan batu

alam dinding, pasangan kubah utama enamel, pasangan kubah kecil enamel,

pasangan menara enamel, pengadaan dan pemasangan penangkal petir,

pekerjaan ornament.

11.2. BAHAN-BAHAN

Semua jenis material yang dipakai harus disetujui oleh Direksi Pengawas

lapangan dan sesuai dengan petunjuk gambar rencana.


11.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan pasangan besi teanless pagar & tangga, pasangan batu alam

dinding, pasangan kubah dan pemasangan penangkal petir harus sesuai

dengan yang ada digambar rencana atau petunjuk dari Direksi/Pengawas

Lapangan.

2. Ornamen dan motif harus mengikuti seperti yang ada digambar rencana.

Ukiran harus dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya dan mampu

membaca gambar rencana dan menuangkannya dalam ukiran. Ukiran

timbul ini dicat dan warna harus disesuaikan dengan warna pada gambar

rencana atau petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan.

12. PENUTUP

12.1. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semuan bagian

pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua item pekerjaan

harus ditata rapid an semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari

lokasi pekerjaan.

12.2. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan

dari ketentuan rencana dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu

pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.

12.3. Selama masa pemeliharaan kontraktor wajid merawat, mengamankan,

memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua

dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah sempurna.


12.4. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari bangunan ini, tetapi tidak

diuraikan atau dimuat dalam RKS, harus tetap dikerjakan dan diselesaikan oleh

kontraktor, untuk penyelesaian yang lengkap dan sempurna menurut

pertimbangan Direksi Teknik.

12.5. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan

kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).

Kuala Pembuang, 01 Juli 2019


Hormat saya
Penawar
CV. ANTANG SERUYAN,

FIRMANSYAH
Direktur

Anda mungkin juga menyukai