Anda di halaman 1dari 49

RENCANA KERJA dan SYARAT - SYARAT

( R - K - S )

URAIAN /PENJELASAN UMUM

Pasal - 1
PENJELASAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan memahami dengan sebaik-baiknya
seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama
seluruh Gambar kerja serta Rencana Kerja dan Syarat- syarat Teknis seperti yang
akan diuraikan dalam buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan, dan atau
kesimpang-siuran informasi di dalam
pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan
dan direksi untuk mendapatkan kejelasan pelaksanaan.

 LINGKUP PEKERJAAN
Nama pekerjaan untuk proyek ini adalah PEMBANGUNAN RUMAH
TINGGAL.
Dengan ruang lingkup pekerjaan yang mencakup antara lain serta tidak
terbatas :

NO URAIAN PEKERJAAN
I PEKERJAAN PENDAHULUAN
II PEKERJAAN GALIAN TANAH PONDASI
III PEKERJAAN PASANGAN, PLESTERAN
IV PEKERJAAN BETON BERTULANG
V PEKERJAAN LANTAI KERAMIK
VI PEKERJAAN KUDA – KUDA DAN ATAP
VII PEKERJAAN PLAFOND
VIII PEKERJAAN KUSEN , DAUN PINTU DAN JENDELA
IX PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
X PEKERJAAN SANITASI AIR
XI PEKERJAAN INSTALASI AIR
XII PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
XIII PEKERJAAN PENGECATAN
XIV PEKERJAAN PEMBERSIHAN

-1-
Pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan oleh Kontraktor
meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta
buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini. Termasuk di dalam lingkup
pekerjaan ini adalah :
 Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan peralatan berikut
alat Bantu yang lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan
serta mengadakan pengamanan, pengawasan, dan pemeliharaan
terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama
masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai
dengan sempurna sampai dengan diserahterimakannya pekerjaan
tersebut kepada Pemberi Tugas.
 Semua bagian pekerjaan yang merupakan satu kesatuan dengan
pekerjaan yang disebut dalam buku ini, menjadi lingkup pekerjaan
yang tidak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan oleh Kontraktor,
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/ Direksi.

 SARANA BEKERJA
1. Tenaga Kerja / Tenaga ahli
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman
dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Peralatan Bekerja
Menyediakan alat-alat Bantu seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat
pengangkat, dan pengangkut serta peralatan-peralatan yang benar-benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
3. Bahan-bahan Bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk
setiap jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

 PERSYARATAN PELAKSANAAN
Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti
petunjuk dan syarat pekerjaan,
peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai
dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis dan atau petunjuk yang
diberikan oleh Konsultan Pengawas. Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan
di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja
dengan pekerjaan lain menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur dan
mendapat izin dari Konsultan Pengawas.

-2-
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, calon pemborong harus
menyediakan :
 Wakil, sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli
di bidangnya selamapelaksanaan pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
 Buku harian untuk :
Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungnnya dengan proyek.
Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan, dan detail
pekerjaan.
 Dan menyediakan peralatan yang senantiasa diperlukan dalam kegiatan ini.

 STANDAR YANG DIPERGUNAKAN


Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi
Indonesia, Standard Industri
Kontruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya
dengan pekerjaan, antara lain :
- NI-2(PUBI-1971) : Peraturan Beton Indonesia (1971).
- PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan
Indonesia.
- NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia
- NI-4 : Peraturan Cat Indonesia
- NI-5 PPKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
- NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
- NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan
- PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
- PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
- SII : Standard Industri Indonesia
- SK SNI T-15-1991-03 (PBI-1991) : Peraturan Beton Bertulang
Indonesia
- AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air
- Serta :
o Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
o Peraturan perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang
keselamatan Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia.
o Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran.

-3-
- Selain ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :
o Gambar bestek yang dibuat oleh perencana yang sudah disahkan
oleh Pemberi tugas, termasuk juga gambar-gambar kerja yang dibuat
oleh pemborong yang sudah disetujui/disahkan oleh Pemberi Tugas.
o Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
o Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
o Surat perjanjian Melaksanakan Pekerjaan/Kontrak.
o Rencana Kerja Pelaksanaan (Time Shcedule) yang dibuat oleh
pemborong dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas,
maka berlaku peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari
negara asal produsen bahan/ material/ komponen yang bersangkutan.

-4-
Pasal 2
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah RKS.
3. Ukuran - ukuran
dalam gambar
3.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar kerja
gambar pelengkap meliputi :
 As – as
 Luar – luar
 Dalam – dalam
 Luar – dalam
3.2. Ukuran-ukuran yang dipergunakan disini semuanya dinyatakan dalam
M (meter),kecuali ukuran- ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam
inchi atau mm (millimeter).
3.3. Khusus ukuran –ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya
adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai (“finished”)
3.4. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting,Kontraktor diwajibkan
meneliti terlebih dahulu ukuran-ukuran yang tercantum didalam Gambar
Kerja Arsitektur dan Gambar Kerja lainnya yang termuat didalam
Dokumen Leleng / Dokumen Kontrak,terutama untuk peil
ketinggian, lebar,ketebalan luas penampang dan lain-lain.
3.5. Bila ada keraguan mengenai ukuran ,Kontraktor wajib melaporkan secara
tertulis kepada konsultan pengawas yang selanjutnya akan memberikan
keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
3.6. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran yang
tercantum didalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan
Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah kewajiban Kontraktor
baik dari segi biaya maupun waktu.

-5-
4. Perbedaan Gambar.
4.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam suatu
disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang
mengikat/berlaku.
4.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil, maka
yang berlaku adalah gambar kerja Struktur.
4.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi,
Elektrika/Listrik dan mekanikal, maka gambar yang dipakai sebagai
pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja Arsitektur.
4.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak telitian didalam
pelaksanaan satu bagian pekerjaan
akan selalu mempengaruhi bagian pekerja lainnya, maka didalam hal
terdapat ketidak jelasan, kesimpang siuran, perbedaan-perbedaan, dan
ataupun ketidak sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar
Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas/
Pengelola Proyek secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan
Konsultan Pengawas / Direksi dan Perencana, untuk mendapatkan
keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
4.5. Kesatuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alas an oleh Kontraktor
untuk memperpanjang /
meng”klaim” biaya maupun
waktu pelaksanaan.

-6-
5. Istilah-istilah.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin pada tahap
pembangunan ini adalah sebagai berikut :
5.1 AR : Asitektur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan ini secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin
kerja yang ada, baik teknis maupun estetika.
5.2 SR : Struktur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi,
bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, Dimensioneering Beton
Struktur.
5.3 PL : Plumbing
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan system Sanitasi
Bangunan (air bersih, air kotor, air kotor)
5.4 EL : Elektrikal / Telepon / Fire Alarm / Soun Sistem / Penangkal
Petir.
Yang ada hubungannya dengan System Penyediaan Daya Listrik,
Penerangan, Penangkal Petir,Sistem Komunikasi, Fire Alram dan lain-
lain sesuai dengan gambar kerja.
5.5 AC : Mekanika AC
Yang ada hubungannya dengan Sistem Pengkondisian Udara
5.6 SD : Site Development
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pematangan lahan
seperti gali/urug, perataan (“grading”), pengerasan jalan / parkir, saluran
dan sebagainya.
6. Shop Drawing.

6.1 Shop Drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan


yang harus dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen
Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. Kontraktor
wajib membuat Shop Drawing pada setiap akan melaksanakan suatu
pekerjaan dan untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam
Gambar Kerja / Dokumen kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas.
6.2 Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan
semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara
pemasangan, dan atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam
Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun dalam buku ini.
6.3 Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.

-7-
Pasal 3
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa
Kontraktor atau biasa dipanggil Pelaksana yang cakap untuk memimpin
pelaksanaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor,
berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil atau sederajat dengan
pengalaman minimum 5 (lima) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontarktor lepas
tanggung jawab sebagian atau keseluruhan terhadap kewajibannya.

Pasal 4
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
1. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan
sesuai dengan ketentuan – ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
2. Kehadiran Konsultan pengawas selaku Wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mangawasi, menegur, atau memberi nasehat tidak mengurangi tranggung
jawab tersebut di atas.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul
akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki
kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor sendiri.
4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pel;aksanaan
pekerjaan, maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran
perbaikan kepada Pemberi Tugas melaui Konsultan Pengawas. Apabila hal
ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul.
5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung-jawab Kontraktor
7. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan / material, barang milik proyek, Konsultan Pengawas dan milik
pihak ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai dengan tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang
telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung-jawab Kontraktor dan
tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya,
baik yang berupa barang- barang maupun keselamatan jiwa.
9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut
bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak
dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

-8-
Pasal 5
DIREKSI KEET, KANTOR PEMBORONG, GUDANG, DAN LOS KERJA
1. Pemborong harus membuat direksi keet untuk ruang pengawas dan ruang
rapat, yang diperlengkapi dengan kursi, meja kerja, meja rapat serta alat-alat
kantor yang diperlukan (lantai diplester, dinding papan, dan atap
genteng/asbes).
2. Pemborong berkewajiban membuat Kantor Pemborong, Los Kerja, Gudang
Bahan yang dapat dikunci,
di mana tempatnya kan ditentukan oleh Pengawas Lapangan / Personalia
Proyek.
3. Direksi Keet, Kantor Pemborong, Gudang dan Los Bahan yang dibuat oleh
Pemborong, setelah selesai
pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus segera
dibongkar/dibersihkan oleh pihak
Pemborong kecuali ada ketentuan lain dari Direksi / Pengawas.
4. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-
masing anggota kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan ini dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini.
5. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (Workshop) dan
peralatan yang dimiliki di mana pekerjaan akan dilaksanakan, serta jadwal
kerja.
6. Semua sarana kerja yang dipergunakan harus benar-benar baik dan
memenuhi persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja
lapangan.
7. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus
aman dari segala kerusakan, kehilangan, dan hal-hal yang dapat
mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan.

-9-
Pasal 6
JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor ‘wajib’ membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart
dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 14 (empat belas) hari
kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SKP) diterima Kontraktor,
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan disahkan
oleh Pemberi Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat)
kepada Konsultan Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu)
salinan Rencana Kerja kepada Konsultan Perencana, 1 (satu) salinan
Rencana Kerja harus ditempel pada dinding Bangsal Kontraktor di lapangan
yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi kerja.
4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

- 10 -
Pasal 7
PENGUKURAN GARIS / KETINGGIAN PERMUKAAN
DAN POSISI BAGIAN - BAGIAN PEKERJAAN
1. Kontraktor bertanggung-jawab atas kebenaran penetapan ketinggian yang
disetujui secara tertulis oleh Pengawas Ahli.
2. Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk menyediakan semua peralatan,
perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan dalam hubungannya
dengan penetapan tersebut dalam butir di atas.
3. Pencocokan peralatan ketinggian dilapangan oleh pengawas,
bagaimanapun juga tidak melepaskan
Kontraktor dari tanggung-jawab atas ketepatan dari penetapan ketinggian
tersebut dan Kontraktor
harus melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap,
bouwplank dan benda-benda lain yang digunakan dalam penetapan
ketinggian.
4. Kontraktor wajib memperlihatkan dan mempelajari segala petunjuk yang
tertera dalam Gambar Kerja untuk memastikan posisi dan ketetapan
dilapangan bagi setiap bagian pekerjaan.
5. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di Tapak untuk
patokan titik mula setiap bagian dari pekerjaan.
6. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk, kemiringan/
kontur/ peil yang tertera didalam Gambar Kerja. Kemiringan yang dibuat
harus cukup mengalirkan air hujan menuju keselokan
yang ada disekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tertera dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan adanya genangan air.
7. Perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan dilapangan harus
dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan pemecahannya setelah
berkonsultasi dengan Perencana.
8. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan
Konsultan Pengawas/ Direksi.
9. Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan
menuju keselokan yang ada disekitarnya serta mengikuti persyaratan-
persyaratan yang tertera didalam Gambar Kinerja. Tidak dibenerkan adanya
genangan.

- 11 -
Pasal 8
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini maupun dalam. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang
akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-
syarat yang tercantum dalam A.V. dan Pesyaratan Umum Bahan Bangunan
Indonesia (PUBI th,1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud,
serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di
Indonesia.
2. Merk Pembuatan Bahan / Mterial dan komponen jadi.
a. Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknik ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas
dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
b. Bahan Material dan komponen jadi yang dipasang/ dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum
didalam gambar ,memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut, mengikuti
peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
c. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga
ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan
tersebut sebagai pelaksana. Dalam hal ini Kontraktor tidak berhak
mengajukan claim sebagai pekerja tambah.
d. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankankan untuk setiapjenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini.
e. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan
harus disertai test dari Laboratorium local/dalam negeri baik kualitas,
ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui Konsultan Pengawas
secara tertulis dan diketahui Konsultan Perencana. Apabila diperlukan
biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh
Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambahan.
3. Kontraktor/ Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua
bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan
Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua
bahan-bahan tersebut didatangkan/ dipakai. Contoh bahan tersebut harus diserakan
kepada Konsultan Pengawas adalah sebanyak 3 (tiga) buah dari satu bahan yang
ditentukan untuk menetapkan “ Standar of Apperiance “ dan disimpan diruang
Direksi/ Pengawas. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua)
minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan
informasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender
setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
5. Penyimpanan dan Pemeliharaan bahan harus sesuai dengan persyaratan pabrik
yang bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

- 12 -
Pasal 9
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipekerjakan harus sesuai dengan
contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur
dalam pasal 8 diatas.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan
dari lapangan selambat-lambatnya dalam tempo 3 * 24 jam dan tidak boleh
dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/
Direksi dan ternyata masih dipergunakan oleh pelaksana, maka Konsultan
Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor
yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut
menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya disamping pihak Kontraktor tetap
dikenakan denda sebesar 1% (satu permil) dari harga borongan.
4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas
dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor harus dan
memeriksakannya ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan-bahan
Pemerintah untuk di uji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Pengawas/ Direksi secara tertulis, segala biaya pemeriksaan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor.
5. Sebelum ada kepastiaan dari Laboratorium tersebut diatas tentang baik
atau tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak
diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan
bahan-bahan tersebut.
Pasal 10
SUPLIER DAN SUB-KONTRAKTOR
1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan (sub
Kontraktor) didalam hal pengadaan bahan/ material dan pemasangannya,
maka “wajib” memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
2. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk
Konsultan Pengawas dengan Kontraktor bawahan atau supplier bahan.
3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas dilapangan untuk
pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut
perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

- 13 -
Pasal 11
PERSYARATAN UMUM LAINNYA
1. Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat
sumur pompa ditapak proyek.
b. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan
bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas/ Direksi.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan PLN setempat selama masa pembangunan.
d. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan untuk penggunaan sementara atas petunjuk pengawas.
2. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran :
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib menyediakan tabung
alat pemadam kebakaran (fire extiunguisher) lengkap dengan isinya,
dengan jumlah secukupnya dan masing-masing tabung berkapasitas 15kg.
3. Drainase/ Saluran Tapak Sementara :
Dengan mempertimbangkan keadaan topografi/ kontur tanah yang ada
ditapak. Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada. Arah aliran ditujukan kedaerah yang terendah
yang ada ditapak atau kesaluran yang sudah ada dilingkungan
pembangunan.
4. Penjagaan Keamanan Lapangan Pekerjaan
Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan yang meliputi
barang-barang milik proyek Konsultan Pengawas/ Direksi, dan milik pihak
ketiga yang ada dilapangan .
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik
yang telah dipasang maupun belum, adalah tanggung-jawab Kontraktor dan
tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah. Apabila terjadi
kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang- barang maupun keselamatan jiwa.
5. Keselamatan pekerjaan :
Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan, Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan dan
keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang
diserahkan Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya kerusakan-
kerusakan, maka Kontraktor harus bertanggung-jawab memperbaikinya.
6. Memasuki Lapangan .
Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa
olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua
bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/
dipersiapkan atau dimana bahan/ barang dibuat. Kontraktor harus memberi
fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat tersebut.

- 14 -
7. Pemeriksaan Pekerjaan.
7.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor,
tetapi karena bahan/ material ataupun komponen jadi, maupun mutu
pekerjaan sendiri ditolak oleh Konsuktan Pengawas/ Direksi harus
segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam
waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
7.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat
sebelum mendapatkan persetujuan pengawas dan borong harus
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas ahli untuk
memeriksa surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/ hari
raya, tidak dipenuhi/ ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/ Direksi, maka
Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya
diperiksa oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
7.3 Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/ Direksi
berhak untuk membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya
untuk diperbaiki.
Biaya pembongkaran dan pemasangan/ perbaikan kembali menjadi
tanggungan Kontraktor tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan
tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
8. Kemajuan Pekerjaan.
8.1 Seluruh bahan, peralatan kontruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh Kontraktor demikian pula metode/ cara pelaksanaan
pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima
oleh Pengawas/ Direksi.
8.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu
waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka
pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah
yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
9. Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dan Pembuatan “As-built
Drawing”
9.1 Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.
9.2 Setelah pekerjaan selesai dan diserah terimakan, Kontraktor
berkewajiban membuat Gambar- gambar yang memuat seluruh
perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan/
dibangun oleh Kontraktor
(As-built Drawing).
Biaya untuk penggambaran “As-built Drawing”,sepenuhnya menjadi
tanggung-jawab Kontraktor.
10. Papan Nama Proyek
Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat, maka Kontraktor harus
memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan Peraraturan Daerah yang
berlaku, atas biaya Kontraktor.

- 15 -
SYARAT TEKNIS PENGADAAN BAHAN / MATERIAL

Untuk melaksanakan kegiatan pembangunan ini, maka semua bahan dan material
harus memenuhi standart mutu dan kualitas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, kebutuhan bahan dasar yang dimaksud adalah :
1. Air / Bahan Penetralisir
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan – bahan organis atau bahan
– bahan lain yang merusak bangunan, memenuhi syarat – syarat pelaksanaan
yang ditentukan dalam – 1970/ NI – 3.
2. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan, peninggian, dan lain – lain tujuan, harus
bersih dan keras atau memenuhi syarat – syarat pelaksanaan yang
ditentukan dalam PUBI – 1970/NI – 3 pasir laut untuk maksud – maksud
tersebut tidak dapat digunakan.
3. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus
memenuhi syarat – syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PBI 1971/ NI
– 2. Butiran – butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihans\curkan
dengan jari. Kadar Lumpur tidak boleh melebihi 5%. Butiran – butirannya
harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut tidak
dapat digunakan.
4. Portland Cement ( PC )
o Portland cement ( PC ) yang digunakan harus PC sejenis (NI–8)dan masih
dalam kantong utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam PBI – 71/NI – 2.
o Bila menggunakan portland cement ( PC ) yang telah disimpan lama
harus diadakan pengujian terlebih dahulu oleh laboraturium yang
berkompeten.
o Portland cement ( PC ) yang sudah membatu ( menjadi keras) tidak
boleh pakai.
5. Pasir beton
Pasir harus dari butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan organik
lumpur dan sebagainya. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
6. Koral Beton/ Split
o Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat – syarat pelaksanaan
PBI – 1971.
o Butiran – butiran split harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm
dan tertinggal diatas ayakan berlubang 20 mm.
o Koral/ Split hitam mengilap keabu- abuan.

- 16 -
7. Kayu.
o Pada umunya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa segala
akibat dari kekurangan – kekurangan yang berhubungan pemakaian tidak
akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi, memenuhi syarat – syarat
pelaksanaan sebagai yang ditentukan dalam PPKKI – 1961.
o Mutu kayu ada dua macam yaitu mutu A dan mutu B.
o Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat sebagai berikut :
- Harus kering udara.
- Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh
melebihi dari 3,5cm.
- balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar dari
1/10 dari tinggi balok.
- Retak dalam arah radikal tudak boleh melebihi 1/4tebal kayu, dan retak –
retak menurut lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu.
- Miring arah serat ( tangensial ) tidak melebihi 1/10.
o Yang dimaksud dengan mutu kayu B, kayu yang tidak termasuk dalam
mutu A, tetapi memenuhi syarat – syarat Pelaksanaan sebagai berikut :
- Kadar lengas kayu 30%.
- Besar mata kayu tidak boleh melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih dari 5cm.
- Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10
dari tinggi atau panjangnya.
- Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak –
retak menurut lingkaran tidak melebihi 1/4 tebal kayu.
- Miring arah serat ( tagensial ) tidak melebihi 1/7.
8. Beton Non Struktural
 Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis, beton ring balok, untuk
pekerjaan beton
 bukan struktur, seperti yang ditujukan dalam gambar.
 Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/
struktur pendukung menggunakan campuran 1 Pc : 2 Psr atau 1 Pc : 3 Pc :
Split, hingga setara dengan mutu beton K– 225 dan harus memenuhi
persyaratan PBI – 1971.
 Campuran beton menggunakan perbandingan volume.
 Untuk mencapai mutu beton setara K–175 menggunakan campuran 1 Pc
: 3 Psr : 5 Splitsampai dengan K– 225 untuk pekerjaan ini pada umumnya
dapat dipakai volume campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Split.
9. Besi Beton
 Besi beton yang digunakan mutu U–22, dan seterusnya sesuai yang ditentukan,
yang penting harus dinyatakan oleh test laboraturium resmi dan sah.
 Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/ lemak, asam, alkali dan
bebas dari cacat seperti serpi–serpi. Penampung besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan NI – 2 ( PBI –1971 ).

- 17 -
10. Batu bata Merah
Persyaratan bata merah harus melalui persyaratan seperti tertera dalam NI
– 10 atau denganpersyaratan – persyaratan sebagai berikut :
 Bata merah harus satu pabrik, satu ukuran, satu warna, satu kualitas.
 Ukuran yang digunakan :
 Panjang 24 cm, lebar 11,5, tebal 5,2 cm atau
 Panjang 24 cm, lebar 11,5, tebal 5 cm.
 Penyimpangan terbesar dari ukuran tersebut diatas adalah panjang
maksimal 3%, lebarmaksimal 4% tebal maksimal 5% dengan selisih
maksimal ukuran antara bata terkecil.
 Warna satu sama lain harus sama, dan apabila dipatahkan warna
penampang harus sama merata kemerah – merahan.
 Bentuk bidang - bidang harus rata atau rusuk – rusuknya harus siku
atau bersudut 90 derajat. Bidangnya tidak boleh retak – retak.
 Suara apabila dipukul benda keras suaranya nyaring.
 Pemasangan batu bata setiap maksimal 12 m²= ( 3 m x 4 m ) luas bidang
harus diberi kolom praktis.
11. Eternit
Eternit tebal 4 mm, ukuran 100 x 100 cm, potongan tepi etrnit rapih tidak
ada yang retak. Permukaan tidak cacat dan bekas dempulannya.
12. Keramik/Tegel.
Tegel Yang digunakan untuk Lantai Ruang dan teras keramik 60 x 60 cm
polos, lantai Km/Wc keramik anti licin 30 x 30cm, dinding Km/Wc keramik
3 0 x 30 cm polos dan untuk tegel plint 10x30 cm polos / warna, Ketebalan
minimum 8 mm, Kuat tekan minimum 900 kg/cm, produk Roman, Diamond,
atau yang setara.
13. Kaca, Kaca bening, jenisfloat glass, tebal 5 mm, produk ; Asahi Glass atau
setara.
14. Penutup Bangunan : adalah Atap Spandek Tebal 0.4 mm

- 18 -
SYARAT TEKNIS dan METODE PEKERJAAN

I. PEKERJAAN PERSIAPAN - PENDAHULUAN


1. Pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan mencakup :
Pembersihan/ pemindahan keluar dari tapak / site konstruksi terhadap
semua hal yang dinyatakan oleh Perencana / Pengawas dan Direksi
tidak akan digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran
Pelaksanaan, diantaranya :
 Pembongkaran Bangunan Existing bila ada
 Pembersihan sisah bangunan dari hasil pembongkaran
maupun paket pekerjaan sebelumnya bila ada.
 Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga siap untuk dapat dilaksanakan pemasangan baru,
sesuai dengan Gambar Kerja.
 Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari
Tapak / Site kontruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu
yang ditunjukkan Pengawas / Direksi.
 Pada dasarnya, barang-barang tersebut tidak dapat dipakai lagi
dalam pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Direksi /
pengawas.
2. Pekerjaan Pengukuran dan Pasangan Bouwplank :
 Patok Ukur
o Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan
pada patok ukur sesuai petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.
o Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan
ketinggian untuk peil permukaan yang ada dan tercantum dalam
Gambar Kerja.
o Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2
(dua) buah, dan lokasi penanamannya sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan Direksi / Konsultan pengawas,
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu
selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.
o Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi
tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan
selesai dan ada intruksi dari Direksi / Konsultasi Pengawas untuk
dibongkar.
 Papan Bangunan ( “ Bowplank ”)
o Papan bangunan ( “bouwplank “ ) dibuat dari kayu Kls. III
dengan ukuran tebal 3 cm dan tebal 15 cm, lurus dan diserut rata
pada sisi sebelah atasnya.
o Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu
sama lain adalah 1.50 m tertancap di tanah sehingga tidak dapat
digerak-gerakkan atau diubah.

- 19 -
o Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi
terluar atau sesuai dengan keadaan setempat. Tinggi sisi atau
papan bangunan atau sama dengan lainnya dana atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Doreksi / Konsultan
Pengawas.
o Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan. Kontraktor harus menjaga dan
memelihara keutuhan dan ketetapan letak papan bangunan ini
samapai tidak diperlukan lagi.
II. PEKERJAAN GALIAN dan URUGAN
1. Pekerjaan Galian
 Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok
Ukur terpasang lengkap dengan penadaan sumbu, ketinggian dan
bentuk telah diperiksa disetujui oleh pengawas.
 Galian untuk kontruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih
dari tanah urug bekas serta sisa bahan bangunan.
 Urutan penggalian ini harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti
petunjuk Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
lingkungan Tapak atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk
waktu lebih dari 24 jam.
 Jika pada galian terdapat akar kayu, atau bagian tanah yang tidak
padat atau longgar maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya,
kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir yang
dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis
sampai jenuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya
pekerjaan ini menjadi tanggung-jawab Kontraktor tidak dapat diklaim
sebagai pekerjaan tambah.
 Bila Kontraktor melakukan penggalian yang melebihi kedalaman
yang ditentukan dalam
 Gambar Kerja, maka Kontraktor wajib untuk menutup dengan urugan
pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi
lapis sampai jenuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini tanggung-jawab Kontraktor tidak dapat diklaim
sebagai pekerjaan tambah.
 Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja
pondasi atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja, penampang
Lereng Galian Kiri dan Kanan dimiringkan 10 o ke arah luar pondasi,
dan sumbu, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja,
diperiksa serta disetujui Pengawas.
 Kelebihan Tanah Galian harus dibuang ke luar dari dalam tapak
kontruksi, arena antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas
dari timbunan tanah.

- 20 -
 Untuk menjaga lereng-lereng galian agar tidak longsor atau runtuh ,
maka apabila dianggap perlu oleh Perencana, Kontraktor harus
memasang kontruksi penahan/casing sementara dari bahan seng
gelombang BjLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm
diperkuat dengan kayu-kayu dolken, minimal diam. 8 cm sehingga
kontruksi tersebut dapat menjamin kestabilan lereng.
 Apabila dan atau karena permukaan Air Tanah tinggi, Kontraktor harus
menyediakan Pompa air secukupnya untuk mengeringkan Air yang
menggenangi Galian.
2. Pekerjaan Pengurungan Dan Pemadatan
 Pekerjaan pengurungan dan Pemadatan Tanah ini untuk semua
galian sampai permukaan yang ditentukan atau sesuai Gambar Kerja.
 Kontraktor diwajibkan melakukan Tes kepadatan tanah apabila
diminta oleh Direksi / Pengawas sebanyak titik yang ditentikan oleh
Pengawas.
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus
sudah lebih bersih dari humus, akar tanaman, benda-benda organis,
sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas
pekerjaan ini.
 Urugan harus bebas dari segala bahan yang membusuk, sisa
bongkaran, dan atau yang
 mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari
bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak
mengandung bahan-bahan seperti tersebut di atas atau telah disetujui
Pengawas.
 Penghamparan tanah urungan dilakukan lapis demi lapis langsung
dipadatkan sampai
 mencapai permukaan atau peil yang diinginkan. Ketebalan pelapis
setalah dipadatkan tidak boleh melebihi 15 cm atau 20 cm. Setiap kali
penghamparan harus mendapat persetujuan dari Pengawas yang
menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan
yang disyaratkan dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis
dalam berita acara yang disetujui Pengawas.
 Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila
hari hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air
harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.
3. Pekerjaan Perataan Tanah
Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah
yang direncanakan, perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga kelebihan tanah tersebut dapat diangkut ke tempat lain
yang ditentukan oleh Pengawas.

- 21 -
III. PEKERJAAN PONDASI dan BETON
1. Lingkup Pekerjaan.
 Menyediakan tenaga kerja, bahan – bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan
dalam gambar, dengan hasil yang baik dan rapih
 Pengadaan dan pemasangan pondasi batu gunung / kali, pelat
fondasi beton, beton bertulang, sloof, rollag, stek besi untuk kolom,
dibawah pasangan dinding batu, bata dan selasar.
 Pengadaan besi beton dan merakit tulangan untuk sloof, pelat
fondasi beton, kolom dan lain – lain komponen yang ditunjukkan
pada gambar antara lain wastafel, meja laboratorium dan lain –
lain.
2. Syarat – syarat pelaksanaan.
 Pondasi batu gunung / kali
 Sebelum memasang fondasi, kondisi tanah dibawah fondasi perlu
mendapat perhatian, bila kurang baik/ berlumpur/ berair, tanah didasar
fondasi diperbaiki dengan urugan sirtu (pasir batu).
 Pada bagian bawah galian diberi lapisan pasir setebal ± 10 cm,
kemudian dihampar anstamping (batu kosong ), baru diatasnya
dipasang pondasi batu dengan menggunakan spesi sebagai perekat.
3. Beton bertulang dan Rabat.
 Kualitas beton yang digunakan adalh dengan campuran/ perbandingan
1 Pc : 2 Psr : 3 Split hingga mempunyai kekuatan tekan setara dengan
mutu beton K.175 dan harus memenuhi ketentuan – ketentuan lain
sesuai dengan peraturan beton bertulang 1971 (PBI–1971) dan SK.SNI t
– 15 1991 – 03.
 pembuatan tulangan untuk batang – batang yang lurus atau
dibengkokkan ( tiap ujung besi diberi hak/ tekukakan ) sambungan dan
kait – kait dalam pembuatan sengkang – sengkang harus harus sesuai
dengan persyaratan yang tercantum pada PBI – 1971 dan SK. SNI. T.
T – 15. 1991 - 03.
 Pemasangan tulang besi beton harus sesuai dengan gambar
konstruksi. Tulangan besi beton harus diikat dengan kawat beton untuk
menjamin besi tersebut tidak berubah anyamannya selama pengecoran
dan tebal selimut beton ± 2 cm.
 Pengecoran Beton,
 Cara pengadukan bias menggunakan mesin molen atau diaduk
dengan cara manual.Sebelum pengecoran, cetakan harus bersih
dari kotoran baik sampah bekas bekisting maupun kotoran.
 Ukuran – ukuran dan ketinggian, penulangan dan penempatan
penahan jarak harus selalu diperiksa sebelumpengecoran
dilaksanakan.

- 22 -
 Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup
padatdan harus dihindarkan terjadinyan cacat pada beton sepeti
keropos yang dapat memperlemah konstruksi.
 Bekesting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran – ukuran
yang telah ditetapkan dalam gambar.
 Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan –
perkuatan cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap
pada kedudukan selama pengecoran. Bekisting harus rapat dan tidak
bocor permukaannya, bebas dari kotoran seperti serbuk gergaji,
potongan – potongan kayu, tanah dan sebagainya, agar mudah pada
saa dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
 Pembukaan bekisting baru dilakukan setelah memenuhi syarat yang
dicantumkan dalam PBI–1971 dan SNI.T–15–1991–01, yaitu ; min. 21
hari.
 Bahan yang didatangkan dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
 Bahan harus disimpan ditempat terlindung, kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan oleh pabrik.
 Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai dengan jenisnya.
 Pemborong( KONTRAKTOR ) bertanggung jawab terhadap
kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan, bila ada
kerusakan KONTRAKTOR wajib mengganti atas biaya.
KONTRAKTOR.
4. Syarat – Syarat Pengamanan Pekerjaan
 Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan selama 3 x 24 jam.
 Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan – pekerjaan lain.
 Bila terjadi kerusakan, diwajibkan untuk memperbaiki dengan
tidak mengurangi kulitas pekerjaan.
 Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus
selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 minggu atau
lebih sesuai ketentuan dalam, PBI– 1971 dan SK.T– 5. 1991 – 03.

- 23 -
IV. PEKERJAAN DINDING DAN PLASTERAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat Bantu
untuk
 Pekerjaan pasangan batu bata dinding luar dan dinding didalam
ruangan.
 Pekerjaan pemasangan kolom dan ring balk beton dan kolom
beton praktis dan serta sopi-sopi.
 Plesteran dibagian dalam ruangan dan luar ruangan serta nat, acian
dan sekonengan di seluruh bagian dinding ruang/ bangunan.
 Peralatan yang diperlukan termasuk alat Bantu dan alat angkut
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan
yang ditentukan.
 Sesuai dengan gambar yang telah disepakati untuk dilaksanakan.
2. Syarat – syarat pelaksanaan.
 Pasangan bata.
a. Sebagian besar dinding dari batu bata merah menggunakan
adukan campuaran 1 Pc : 4 Pasir.
b. Untuk semua dinding luar dan dalam, lantai dasar maupun lantai
tingkat, mulaidari permukaan sloof/balok dengan ketinggian 30
cm, diatas permukaan lantai dan daerah basah digunakan
adukan kedap air dengan campuran 1 Pc : 2 Pasir.
c. Seblum digunakan batu bata merah harus direndam dalam
bak air atau drum hingga basah merata.
d. Semua batu bata merah terpasang dengan adukan, maka
nat/siar harus dikorek sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan
sapu lidi dan disiram air.
e. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi
dengan air terlebih dahulu dan siar telah dibersihkan dari aduk
yang tersisa.
f. Pemasangan dinding dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimun 24 lapis atau maksimun tinggi 1 m, diikuti dengan
cor kolom praktis.
g. Bidang dinding ½ bata yang luasnya lebih besar 9 m² = (3m x
3m) maksimal 12 m² = (3x4m) harus ditambah kolom dan balok
penguat (kolom praktis) dengan ukuran 10x10 cm dengan
tulangan pokok Ø 4 -12 m begel Ø 8–15 mm, jarak antara kolom
3–3,5 m.
h. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiapbagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek – stek besi
beton Ø – 8 mm, jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
terlebih dahulu ditanam dalam pasangan bata sekurang –
kurangnya 30 cm.

- 24 -
i. Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ batu harus
menghasilkan dinding finish minimal setebal 13,5 cm dan untuk
dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat rapi dan benar – benar rata dan tegak
lurus.
 Pekerjaan Plesteran.
a. Bersihkan permukaan sampai siap menerima adukan
plesteran, singkirkan semua hal yang dapat merusak atau
menganggu pekerjaan.
b. Pada permukaan dinding yang akan diplester, siar – siar
sebelumnya harus dikerok sedalam 1 cm untuk memberikan
pegangan pada plesteran.
c. Dinding disikat sampai bersih dan disiram air, barulah plesteran
lapis pertama dapat dikerjakan.
d. Plesteran kedua berupa acian semen ( PC ).
e. Tebal dinding plesteran tidak boleh kurang dari 1 cm atau
lebih dari 2 cm, kecuali ditetapkan lain.
f. Pekerjaan plesteran akhir harus lurus, sama rata, datar, dan tegak
lurus.
g. Campuran plesteran 1 Pc : 4 Psr untuk semua dinding kecuali
untuk bidang yang kedap air/ pasangan dinding batu bata yang
dekat dengan tanah ( diatas sloof ), semua pasangan dinding
batu bata diberi trasram dengan adukan 1 Pc : 3 Psr
dengan ketinggian 40 cm dari permukaan lantai.
h. Jika hasil plesteran menunjukkan hasil yang tidak
memuaskan, tidak rata, tidak tegak lurus, bengkok adanya
pecahan atau retak, keropos, maka bagian tersebut harus
dibongkar untuk diperbaiki.
i. KONTRAKTOR bertanggung jawab atas penentuan prosedur/
cara perbaikan dan hal – hal lain yang terjadi selama
pelaksanaan, seperti plesteran retak, rusak selama waktu
pelaksanaan.
3. Syarat – syarat Pelaksanaan Pengiriman dan Penyimpanan Barang.
Selain batu bata merah, pasir, batu kali, dan kerikil, bahan bangunan yang
dikirim kelokasi ( site ), terutama semen harus dalam keadaan tertutup
atau dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabrik, bertuliskan
tipe dan tingkatannya, dalam keadaan tidak cacat. Bahkan harus
diletakkan ditempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih.
KONTRAKTOR bertanggung atas kerusakan bahan – bahan yang
disimpan baik sebelum dan selama pelaksanaan. Bila ada hal – hal yang
tidak pada tempatnya, bahan rusak KONTRAKTOR harus mengganti
dengan persetujuan Pimpro atau wakil yang ditunjuk.

- 25 -
4. Syarat – syarat Pelaksanaan Pengamanan Pekerjaan.
Pemborong( KONTRAKTOR ) diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut
dari kerusakan. Apabila terjadi kerusakan pada ruang/gedung tersebut,
KONTRAKTOR diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan.

V. PEKERJAAN LANTAI
1. Pekerjaan di bawah Lantai.
 Lingkup pekerjaan.
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan dan alat –
alat bantu yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang baik.
b. Pekerjaan bawah lantai ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ ditujukan pada gambar sebagai dasar dari lantai
finishing keramik.
 Persyaratan bahan.
a. Sub – base lantai menggunakan lantai kerja rabat beton
dengan campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dengan ketebalan sesuai
gambar.
b. Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar diatas akan
tetapi dibutuhkan untuk menyelesaikan/ penggantian dalam
pekerjaan ini harus baru, kualitas.
c. Tanah yang akan dijadikan dasar lantai harus dipadatkan
sehingga terdapat permukaan yang rata dan untuk
memperoleh daya dukung tanah yang maksimal, dengan
menggunakan alat timbris.
d. Pasir urug dibawah lantai diisyaratkan harus keras, bersih
dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya.
e. Tebal yang diisyaratkan minimal 10 cm atau setebal sesuai
dengan gambar dan disiram dengan air kemudian
ditimbris untuk memperoleh kepadatan yang maksimal.
f. Diatas pasir urug diberi adukan rabat beton dengan ketebalan
minimal 7 cm dengan campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr.
g. Untuk pasangan diatas plat beton ( lantai tingkat ) diberi
lapisan plester( screed ) campuran 1 Pc : 3 Psr setebal 5 cm
dengan memperhatikan kemiringan lantai.
 Syarat – Syarat dan Penerimaan dan Penyipanan Bahan.
a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan harus
berkualitas baik dan tidak cacat.
b. Beberapa bahan tertentu masih dalam kantong/ kemasan
aslinya yang masih disegel dan berlabel pabrik.
c. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup
kering tidak lembab dan bersih, sesuai persyaratan yang telah

- 26 -
ditentukan.
 Syarat – syarat Pengamanan Pekerjaan.
a. Selama 7 hari setelah pekerjaan dilaksanakan, tempat
pelaksanaan pekerjaan harus dilindungi dari lalulintas orang
dan barang.
b. KONTRAKTOR diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut
dari kerusakan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang lain.
c. Bila terjadikerusakan, KONTRAKTOR diwajibkan untuk
memperbaiki dengan tidak mengurangi kualitas pekerjaan.
2. Lantai Keramik dan Plint Lantai.
 Lingkup pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, bahan-bahan
dan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan ini, serta mencapai hasil yang baik
b. Pekerjaan keramik pada lantai Ruang dilaksanakan pada
seluruh ruangan termasuk selasar dan Km/Wc.
c. Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada gambar
dan detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam daftar finishing
bahan.
 Persyaratan bahan.
a. Lantai keramik yang digunakan, sesuai dengan persyaratan
bahan.
b. Semen portland, pasir dan air, sesuai dengan persyaratan
bahan.
c. Bahan lain yang tidak terdapat dalam daftar diatas akan
tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian, penggantian pekerjaan
dalam bagian ini, harus diadakan baru dan berkualitas terbaik
dari sejenisnya.
 Syarat – syarat Pelaksanaan.
a. Keputusan bahan, jenis warna, tekstur dan produk akan diambil
dalam musyawarah KONTRAKTOR. Spesifikasi teknis bahan
harus tetap sesuai dengan persyaratan diatas.
b. Alas dari lantai keramik adalah lantai beton tumbuk dengan
ketebalan 5 cm sesuai dengan gambar.
c. Adukan pengikat dengan campuran 1 Pc : 3 Ps ditambah bahan
perekat, atau dapat digunakan acian PC ditambah bahan
perekat.
d. Bidang lantai keramik yang terpasang harus benar – benar rata
jika dianggap perlu dengan memperhatikan kemiringan lantai
untuk memudahkan pengaliran air.
e. Lebar siar – siar harus sama dan kedalaman maksimun 3 mm
membentuk garis lurus atau sesuai dengan gambar, siar – siar
diisi dengan bahan pengisi berwarna/ grout semen.

- 27 -
f. Pemotongan keramik harus menggunakan alat pemotong
khusus sehingga hasil potongan presisi dan tidak retak –retak.
g. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari
segala macam noda yang melekat, sehingga benar –benar
bersih.
 Syarat – Syarat pengiriman dan Penyimpanan barang.
a. Selain pasir, semen, yang dikirim kelokasi pelaksanaan
harus dalam keadaan tertutup, atau kantong masih disegel
dan berlabel dari pabrik, bertuliskan tipe dan tingkatannya,
dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
b. Bahan – bahan diletakkan ditempat kering berventilasi baik,
terlindung dan bersih.
c. KONTRAKTOR bertanggung jawab atas kerusakan bahan –
bahan yang disimpan baik sebelum maupun selama
pelaksanaan.
d. Bila ada hal – hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak dan
hilang, KONTRAKTOR harus mengantinya.

VI. PEKERJAAN ATAP


Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan kuda – kuda, nok,
reng, balok tembok (murplat) dan plisir ( lisplank ), serta penutup atap, (
genteng, seng gelombang, atap metal lainnya, dsb ), oleh karena lebar
ruangan 16 - 18 m sedangkan Baja Ringan yang dipasaran pada umumnya
ukuran panjang 6 m, maka diperlukan sambungan pada rangka kuda – kuda,
yang harus diperhatikan adalah arah gaya yang terjadi pada pada masing –
masung batang pada rangka tersebut. Gaya yang terjadi berupa gaya tekan
dan gaya tarik. Pada batang yang menerima gaya tekan dapat dibuat
sambungan.
Beberapa catatan penting dalam urutan pelaksanaan
pekerjaan atap antara lain :
1. Perakitan kuda – kuda harus sudah selesai pada saat
balok ring selesai cor.
2. Pemasangan penutup atap dapat dilakukan
secara bertahap.
3. untuk penutup atap jenis seng atau metal sheet, pemasangan bisa
dilakukan setelah gording terpasang.

- 28 -
VII. PEKERJAAN PLAFOND
 Lingkup Pekerjaan.
a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja,
penyediaan bahan/ material, peralatan bantu serta alat lainnya yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan langit
– langit eternity dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik dan
sempurna.
b. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah
seluruh bangunan.
c. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan plafon eternit dengan
seluruh detail seperti
i. yang diisyaratkan dalam dokumen gambar.
d. Cara pengerjaan, bentuk, volume, serta detail ukuran lainnya
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan RAB.
e. Kecuali ditentukan lain, dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan
maupun tambahan – tambahan bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan ini adalah menjadi KONTRAKTOR.
 Persyaratan Bahan.
a. Bahan yang digunakan Gypsum lapis dengan ketebalan 4 mm. Bahan
– bahan yang digunakan harus benar halus, bebas dari cacat yang
ada seperti sobek, lubang bekas paku dll.
b. Ukuran eternit yang digunakan adalah modul 100 x 100.
c. Spesifikasi bahan lain yang digunakan seperti tercantum dalam syarat
teknis tentang bahan kayu.
d. Bahan rangka penggantung panel eternit, dari besi Hollow.
f. Rangka langit – langit yang digunakan adalah Besi Hollow 40 mm /
40 mm untuk balok pembagi dan balok induk sebagai balok utama
adalah 40 mm / 40 mm.
 Syarat – syarat pelaksanaan.
a. Sebelum dilaksanakan pemasangan langit – langit ini, semua
pekerjaan lain yang terletak diatas langit – langit harus sudah terpasang
secara sempurna.
b. Sebelum pekerjaan pemasangan langit–langit dimulai,
diwajibkan mengadakan pemeriksaan kembali terhadap pekerjaan
yang erat hubungannya dengan pekerjaan langit – langit ini antara
lain instalasi kabel listrik penerangan dan daya, pemasangan atap
dll,diwajibkan adanya kerja sama (koordinasi) yang baik antara
semua unsur pelaksana lapangan.
c. Tepi sudut tiap potongan eternit setelah pemotongan adalah harus rapi
dan halus. d. Jarak antara tiap panel plafon adalah 0.5 cm. ( Nat ).
d. Sisi bawah dari tiap rangka langit –langit tersebut harus halus, agar
pemasangan panel eternity menjadi rata.
e. Pada pertemuan (sudut) langit-langit dengan tembok dipasang List
Profil sudut Besi Hollow 40 mm / 40 mm

- 29 -
VIII. PEKERJAAN KUSEN
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan – bahan,
peralatan dan alat–alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini mendapatkan hasil yang baik. Pekerjaan ini meliputi ;
a. Gawang Kusen Pintu, jendela dan Ventilasi, termasuk alat – alat
bantu dalam pemasangannya dilapangan.
b. Daun pintu panel Papan, Bingkai daun jendela dan Jalusi Papan.
c. Setel pintu dan jendela berikut asesorisnya.
2. Persyaratan bahan.
o Jenis kayu yang dipakai untuk gawang kusen adalah kayu Kls. I/Bitti
atau kayu kelas I kering ( diawetkan ), solid dan panel Balok /
Papan Kls. I dan jendela. Dihindarkan adanya cacat kayu antara
lain yang berupa putik kayu, pecah – pecah, mata kayu, melintang,
basah dan lapuk.
o Syarat – syarat kelembaban kayu yang harus memenuhi syarat
PPKI. Untuk kayu kelas I
o kering setempat kelembaban tidak dibenarkan melebihi 12%.
o jenis kayu yang dipakai harus sesuai dengan pekerjaan kayu yang
dibutkan diatas, terkecuali untuk seluruh jenis kayu lain seperti
dinyatakan dalam gambar perencanaan.
o Daun pintu dengan konstruksi lapis Balok / Papan Kls. I, ukuran
disesuaikan dengan gambar – gambar detail, tidak diperkenankan
menggunakan sambungan, harus utuh untuk formika, tebal rangka
kayu daun pintu minimum 3.20 cm.
o Bahan Perekat :
b. Untuk perekat digunakan paku, pasak dan lem kayu yang
bermutu baik.
c. Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus, rata, lurus
dan siku.
o Bahan finishing, untuk permukaan Balok / Papan Kls. II dari cat kayu
yang bermutu baik.
3. Syarat – syarat pelaksanaan.
 Semua ukuran kayu yang tertera pada gambar adalh ukuran jadi
( sesudah diserut dan finishing ) dan harus lurus tanpa cacat,
tidak bengkah dan lain – lain, yang dapat menurunkan kualitas
kayu serta kualitas pekerjaan.
 Untuk kayu seperti diuraikan diatas, di potong dan diserut dengan
kualitas terbaik, halus dan licin.
 Pelaksanaan pekerjaan harus ditempat yang baik, ruang kering
dan terjaga agar tidak terkena cuaca langsung rusak yang
diakibatkanoleh benturan.

- 30 -
 Harus diperhatikan semua sambungan siku/ sudut untuk rangka
kayu dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya,
dengan memperhatikan dan menjaga kerapihan terutama untuk
bidang – bidang yang tampak, tidak boleh ada lubang – lubang atau
bekas penyetelan.
 Bahan kayu halus tidak diperkenankan dipasang dengan cara dipaku.
 Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus didempul
atau sejenisnya sehingga menjadi rata kembali.
 Daun pintu Balok / Papan Kls. II yang dipasang pada rangka
kayu dengan cara dilem, permukaan jika diperlukan harus
menggunakan sekrup galvanized tanpa meninggalkan bekas cacat
pada permukaan yang tampak. Khususnya untuk pintu yang dilapis
formica, tata cara merekatkan digunakan lem pada permukaan bidang
dan di press.
 Pada bagian daun pintu lapis panel Balok / Papan Kls. II
harus dipasang rata tidak bergelombang dan merekat dengan
sempurna.
 Semua pekerjaan kayu harus memenuhi syarat, jika ada yang tidak
memenuhi syarat, maka KONTRAKTOR harus mengganti dengan
tanggung jawabnya.
4. Syarat – syarat Pengiriman dan Penyimpanan Barang
Bahan – bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan
utuh dan tidak cacat/ rusak. Bahan harus disimpan ditempat yang kering,
berventilasi baik dan terlindung dari cuaca, benturan – benturan dan
bersih.
Tempat penyimpanan harus cukup luas, bahan ditmbun dan
dilindungi sesuai dengan jenisnya.
KONTRAKTOR bertanggung jawab kerusakan dalam pengiriman,
penyimpanan dan pelaksanaan. Bila ada kerusakan, KONTRAKTOR
wajib menggantinya.
5. Syarat – syarat Pengamanan Pekerjaan.
Bahan –bahan kayu dihindarkan/ dilindungi dari terik matahari dan juga
hujan juga penggunaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan Kayu
yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat atau rusak
yang diakibatkan dari pekerjaan – pekerjaan lain. Bila terjadi
kerusakan, KONTRAKTOR diwajibkan memperbaikinya dengan tidak
mengurangi kualitas pekerjaan.

- 31 -
IX. PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
1. Lingkup Pekerjaan.
 Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga
kerja, penyediaan bahan/ material, peralatan serta alat bantu
lainnya yang diperlukan, sehingga pekerjaan alat Perlengkapan
Pintu dan Jendela ini dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik.
 Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan perlengkapan jendela
untuk pintu – pintu, jendela dan tempat lain yang diisyaratkan
dalam gambar.
 Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail – detail ukuran
lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan RAB.
 Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi ini, maka semua
pekerjaan maupun tambahan – tambahan bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan ini adalah menjadi tanggung jawab
adalah KONTRAKTOR.
2. Persyaratan Bahan.
 Produksi pabrik kualitas baik setara Logo atau Solid.
 Kunci 2 ( dua ) slaag dan berkotak baja, baut baut dan ungkitnya
terbuat dari stainless stell.
 Tipe kunci harus sesuai dengan tipe ruangannya.
 Pegangan ( handle ) dari bahan stailess stell dan solid nylon,
engsel – engsel stailess stell dengan memakai ring nylon ukuran 3x
4inch.
 Engsel pintu dipakai engsel kupu – kupu, dipasang sekurang
kurangnya 3 ( tiga ) buah uintuk setiap daun pintu dan 2 untuk
daun jendela dengan menggunakan sekrup kembang dengan
warna yang sama, jumlah engsel yang dipasang harus
diperhitungkan menurut beban dan berat daun pintu, setiap engsel
memikul beban maksimun 20 kg.
3. Syarat – syarat pelaksanaan.
 Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dalam bidang tersebut.
 Pelaksana lapangan harus memberikan contoh terlebih dahulu
untuk disetujui bersama oleh KONTRAKTOR.
 Semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik atau
tempat aslinya setelah dicoba, pemsangannya dilakukan setelah
selesai di cat.
 Sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, jangan
memukul sekrup, cara menyocokkan hanya diputar sampai ujung,
sekrup yang rusak waktu dipasang harus dicabut kembali dan
diganti.

- 32 -
 Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan dibawah
sedang untuk engsel ke 3 (tiga) dipasang ditengah. Semua kunci
tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu
dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai gambar.

X. PEKERJAAN SANITASI AIR


1. Lingkup pekerjaan
 Lingkup pekerjaan instalasi air bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna
unit – unit peralatan utama yang diperlukan dalam sistem
penyediaan air bensih yaitu instalasi pipa beserta alat
bantunya.
b. Pengadaan dan pemasangan kran – kran air terdapat di Km/Wc.
c. Pemasangan dan pengujian pipa – pipa distribusi kesetiap
peralatan sanitasi dan lain – lain seperti tercantum dalam gambar.
d. Memperbaiki senua kerusakan, yang diakibatkan baik dalam
bobokan – bobokan, galian – galian maupun oleh kecerobohan
para pekerja.
e. Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem
plambing air bersih secara keseluruhan dan mengadakan
sampai sistem berjalan baik sesuai dikehendaki yaitu suatu
sistem instalasi yang sempurna dan terpadu.
f. Sebelum sistem penyediaan air bersih atau bagian dari sistem
ini dipakai harus dilakukan cara pengurasan yaitu air yang ada
dalam sistem dibuang lebih dahulu.
 Lingkup pekerjaan instalasi air kotor.
a. Pemasangan pipa beserta perlengkapannya yang
diperlukan dalam system pembuangan, dan semua alat
sanitasi yang ada sampai penyaluran akhir.
b. Pemasangan pipa dari alat sanitasi sampai keseluruh jaringan air
buangan (riol)
c. Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baikoleh
adanya bobokan, galia, maupun kecerobohan para pekerja.
d. Pengujian sistem perpipaan terhadap kebocoran sistem
plambing air kotor secara keseluruhan dan m,engadakan
pengamatan sampai sitem bekerja baik.
e. Pengadaan dan pemasangan instalasi air drainase dari talang
atap sampai kepada saluran pembuangan diluar lokasi.

- 33 -
2. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan.
Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan
dengan peraturan pembangunan yang berlaku di Repoblik Indonesia
selama pelaksanaan, kontrak harus betul – betul ditaati. Persyaratan
umum pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan pernyataan dalam
pasal pekerjaan plumbing.
Pemborong KONTRAKTOR dianggap telah cukup mengerti dan
mengetahui maksud dan peraturan dan syarat – syarat tersebut
diatas.
 Persyaratan instalasi.
a. Pipa air bersih harus menggunakan pipa dari bahan PVC tipe
D, kualitas baik, setara denmgan produk Rucika atau Paralon.
b. Fitingharus dari bahan yang sama dengan pipa diatas ( dengan
kualitas baik )
c. Gantungan – gantunga, klem – klem dan lain – lain, harus
terbuat dari bahan yang sama.
d. Valve/ Stop kran untuk instalasi air bersih harus dipakai mutu
yang terbaik/ kualitas no 1 atau setara produk San – Ei.
e. Bak kontrol untuk valve/ stop kran dibuat dari pasangan bata
dengan adukan kuat .
 Sistem pemipaan Air bersih dan Air kotor
Sistem Penyambungan.
a. Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan lem PVC
(solvent) untuk pipa diameter 3 “ kebawah.
b. Untuk katup/ valve stop kran yang mempunyai 2 ” kebawah
menggunakan katup penutup dengan sistem penyambungan
pakai ulir/ screwed.
c. Selanjutnya untuk katup ¾ ’’ dipakai katup tipe bola ( global )
d. Yang lebih besar dari ¾ ” dipakai katup pintu ( Gate valve/
stop kran ) yang berkualitas baik.
 Pemasangan penyambungan pipa.
a. Untuk fitting – fitting sambungan harus dari jenis standar
yang dikeluarkan oleh pabrik dan disetujui oleh p[embagro dan
konsultan lapangan.
b. Sistem sambungan bisa memakai ring Gaskets/ Rubbert Ring
Join, untuk dimensi 2 ” digunakan lem/ solvent semen.
 Pemasangan fixture, fitting dan sebagainya.
a. Semua fixtures harus dipasang dengan dan didalamnya
bebas dari kotoran yang akan menganggu aliran atau
kebersihan air dan harus terpasang dengan kokoh ( rigit )
ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
b. Semua fixtures fitting, pipa pipa air pemasangan harus
rapi kuat dalam kedudukannya dan tidak menganggu pada
waktu pemsangan dinding keramik dan sebagainya.

- 34 -
KONTRAKTOR bertanggung jawab untuk melengkapi jaringan
instalasi.
 Penggantung/ penumpu pipa/ klem – klem.
a. Semua pipa harus diikat kuat dengan penggantung atau angker
yang kokoh (rigit ), agar inklinasinya tetap. Untuk
mencegah timbulnya getaran, penggantung, penumpu, klem
harus bahan produksi pabrik. ( bukan buatan sendiri ).
b. Penggantung atau penumpu pipa diskrup terikat pada bagian
bangunan dengan insert/ angker yang dipasang waktu
pengecoran beton atau ranshet dari fisher. Semua alat –
alat penggantung harus harus dikerjakan sedemikian rupa
tidak merusak pipa dan tidak menyebabkan turunnya pipa yang
terpasang.
 Pemasangan pipa – pipa harus dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum finishing
dinding/ plesteran dan langit – langit dilaksanakan.
b. Pemasangan sparing untuk pipa yang mungkin akan
menembus struktur bangunan harus dilaksanakan bersama
– sama pada waktu pelaksanaan struktur yang
bersangkutan.
c. Persilangan antara air bersih dan air limbah harus dihindarkan.
 Pengecatan :
a. Semua pipa dari besi yang tidak tertanam didalam tanah /
tembok dilapisi dengan cat anti karat dan tanda arah aliran
dipakai warna biru.
b. Semua valve/ stop kran harus diberi tanda yang
menyebutkan nomor identifikasi sesuai dengan fungsinya.
 Pengujian :
Setelah semua pipa dan kelengkapannya terpasang harus
diuji dengan tekanan hidrostatik selama 24 jam terus menerus
tanpa terjadi penurunan tekanan.
a. Peralatan pengujian ini harus dilakukan dengan disaksikan
oleh pihak yangdianggap perlu/ dikuasakan untuk itu, dan
selanjutnya di buat Berita Acara .
b. Dalam pengetasan semua kran – kran harus dalam keadaan
tertutup untuk melihat kebocoran.
c. Testing pemimpin harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup
dengan tanah ( untuk pipa diluar gedung ) atau tertutup dengan
plesteran dinding dan sebelum langit – langit diderah tersebut
terpasang. Untuk sistem air kotor. Air kotoran, vent dan air
hujan harus diuji terhadap kebocoran.

- 35 -
d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Pemborong
KONTRAKTOR harus memperbaiki kerusakan atau
kekurangan yang ada kemudian melakukan pengujian kembali
sampai berhasil dengan baik.

XI. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK.


1. Lingkup Pekerjaan Listrik
 Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini merupakan
seluruh sistempekerjaan listrik secara lengkap, sehingga instalasi
ini dapat bekerja sesuai dengan sempurna dan aman.
 pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa saat
penyerahan pertama ( serah terima pekerjaan pertama ),
instalasi ini dapat bekerja sempurna dan aman.
 KONTRAKTOR denagan dibantu oleh kepala
pelaksanaan harus mengurus penyambungan daya listrik ke
PLN termasuk pengurusan admnistrasinya, semua biaya resmi
akan dibayar oleh KONTRAKTOR.
2. Instalasi dan Pemasangan Kabel.
Bahan : Semua kabel yang akan digunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan
SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan harus jelas ukurannya
jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Kecuali dipersyratkan lain, kondukter yang dipakai adalah dari tipe :
 Untuk instalasi penerangan adalah NYA/ NYM dengan conduit pipa
PVC.
 Untuk kabel distribusi digunakan NYA.
Semua kabel NYA yang ditanam dalam perkerasan ( tembok, jalan,
beton, dll ) harus berada dalam conduit PVC kelas AW yang sesuai
dengan ukurannya , dan harus diklem.
3. Splice pencabangan.
 Tidak diperkenankan adanya splice pencabangan ataupun
sambungan baik dalam feader maupun cabang – cabang, kecuali
pada outlet atau pada kotak – kotak penghubung yang bisa
dipakai.
 Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
tembaga yang diisolasi dengan persolen atau bakelit ataupun PVC,
yang diameternya disesuaikan dengan diameter kabel.

- 36 -
4. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain– lain
seperti karet, PVC asbes sinetis, resin, splice case, composit dan
lain– lain. Harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi
voltage dan lainnya harus dipasang sesuai dengan yang disetujui oleh
anjuran pabrik yang ada.
5. Penyambungan kabel.
 Semua penyambungan kabel harus dilakukan dengan kotak -
kotak penyambungan yang sudah ditentukan ( misalnya junction
box )
 Kabel – kabel disambung sesuai dengan warna atau nama – nama
masing – masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan
harus dilakukan pengetasan tahanan isolasi.
 Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan adan
dilapisi dengan timah putih dan kuat.
 Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi
dengan PVC/ proten yang khusus untuk listrik.
6. Penerangan dan stop kontak.
 Lampu dan armatur.
7. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pertahanan ( grounding ).
8. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menganggu kelangsungan kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
9. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam
box harus diberikan saluran klem – klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor. Box terbuat dari plat baja tebal
minimun 0.7 mm, dicat dasar tahan karat kemudian dicat oven warna
putih.
10. Ballast harus dari jenis Low Loss ballast dan harus dapat
dipergunakan single lampu ballast ( satu lampu flourentscent ).
 Stop kontak biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah
stop kontak satu phasa, ranting 250 volt,13 ampere.
 Stop kontak khusus.
Stop kontak khusus yang dipakai stop kontak satu phasa,
untuk pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas
lantai, SKK harus mempunyai termina l phasa netral dan
pertahanan.

- 37 -
11. Saklar dinding.
 Saklar harus dari tipe pemsangan rat dinding, tipe ini bouw
dengan ranting 250 volt, 10 amper, single gang, double gang.
12. Junction box untuk saklar dan stop kontak.
 Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman
tidak kurang dari 35 mm.
 Kontak dari metal harus mempunyai memopunyai terminal
pertahanan.
 Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada junction box,
dengan menggunakan baut atau ditanam dalam dinding.
13. Kabel instalasi.
 Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi
stop kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC,
satu inti atau lebih ( kabel jenis NYM ).
 Kabel harus mempunyai penampang minimal 2.5 mm2.
 Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut :
a. Fasa 1 : merah.
b. Fasa 2 : kuning.
c. Fasa 3 : hitam.
d. Netral : biru.
e. Tanah ( ground ) : hijau – hijau.
14. Pipa instalasi pelindung kabel.
 Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC
klas AW atau GIP.
 Pipa, elbow, socket, junction box, klem dan assesoris lainnya
harus sesuai antara satu dengan yang lainnya, yaitu dengan
diameter minimal ¾”. Pipa fleksuble harus dipasang untuk
melindungi kabel antara kontak sambung ( junction box ) dan
armatur lampu.
15. Pengujian ( testing )
 Pengujian dilakukan dan disyahkan oleh lembaga yang
berwenang pengujian tersebut meliputi.
a. Test ketahanan isolasi.
b. Test kekuatan tegangan impulsi.
c. Test kenaikan temperatur.
d. Test kontiunitas.

- 38 -
XII. PEKERJAAN PENGECETAN.
1. Bahan Ketentuan-ketentuan Umum :
a. Semua bahan cat harus diperoleh dari leveransir yang telah
disetujui Perencana melalui Pengawas Lapangan. Semua cat yang
digunakan ICI.
b. Semua cat harus dipergunakan dan betul-betul sesuai dengan
instruksi pabriknya. Juga dempul plamour dan cat dasarnya harus
dikeluarkan dari pabrik yang sama untuk masing-masing lapisan
pemakaian. Tidak boleh mencampurkan bahan-bahan pengering
atau bahan-bahan lain kedalam cat jika tidak disarankan oleh pabrik
cat yang bersangkutan.
c. Cat yang akan digunakan berada dalam kaleng-kaleng yang
masih disegel, tidak pecah atau bocor dan mendapat persetujuan
Pengawas. Pemborong utama bertanggung jawab bahwa warna dan
bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai dengan persetujuan
Perencana/Pengawas.
d. Sebelum dipakai harus diaduk sampai semua yang mengendap
larut. Bila perlu diencerkan dengan bahan pengencer dengan bahan
dan proporsi sesuai dengan rekomendasi pabrik yang bersangkutan.
2. Bahan dan ketentuan-ketentuan khusus :
a. Cat pekerjaan kayu (EMCO)
b. Cat pekerjaan baja/besi (EMCO)
Lapisan cat dasar harus yang mengandung oxid
merah.
Lapisan penyelesaian (finish) harus yang mengandung syntetic
resins, yang khusus untuk disesuaikan untuk pekerjaan tersebut.
c. Cat dinding tembok :
Cat untuk dinding luar (eksterior) dipakai cat jenis Weatershield dan
dalam (interior), kolom, langit-langit dan sebagainya harus
memakai cat emulsi, berdasarkan alkyd resins, dengan cat
dasarnya yang tahan alkali seperti yang telah ditentukan.
d. Pekerjaan pengecatan tidak boleh dimulai
:
1. Sebelum dinding atau bagian yang akan dicat selesai
diperiksa dan disetujui oleh Pengawas.
2. Sebelum bagian-bagian yang retak, pecah atau kotoran-
kotoran dibersihkan.
3. Apabila dinding atau bagian yang akan dicat ternyata
masih basah, lembab atau berdebu.
4. Sebelumnya didahului membuat percobaan pengecatan
pada dinding atau bagian-bagian yang akan dicat.

- 39 -
3. Daftar bahan-bahan :
Setelah kontrak ditanda tangani, Pemborong harus secepatnya, tapi
tidak kurang dari 1 (satu) bulan sebelum memulai pekerjaan pengecatan,
mengajukan daftar dari semua bahan-bahan yang akan dipakai untuk
pekerjaan pengecatan dan dekorasi kepada Pemberi Tugas. Semua
bahan- bahan harus disetujui oleh Pemberi Tugas.
4. Pemilihan Warna :
Semua warna harus dipilih Arsitek Perencana, Owner dan Pemborong
harus mengadakan contoh warna-warna yang disetujui.
5. Persiapan Umum :
a. Sebelum meneruskan pekerjaan pengecatan dan plituran dan
lain-lain harus dicuci dan dijaga agar tidak ada debu beterbangan.
b. Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai
dengan cara yang telah disetujui dan diuraikan dalam bab-bab
yang relevan. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan
banyak lap-lap bersih.
6. Pengecatan tembok :
Terutama dikerjakan pada plesteran, baik bagian luar maupun
dalam.
a. Persiapan :
Biarkan permukaan mengering sebaik mungkin, jika terdapat
pengkristalan/pengapuran bersihkan dengan lap kering kemudian
dengan lap basah dan biarkan selama 48 jam. Bila
pengkristalan/pengapuran masih terjadi, ulangi lagi cara diatas
sampai proses pengkristalan/ pengapuran tersebut berhenti.
Bersihkan permukaan dari debu, kotoran dan persikan plesteran
dan sebagainya. Perbaiki retakretak serta kerusakan lainnya dan
biarkan mengering.
b. Pelaksanaan
Semua pengecatan tembok harus sesuai dengan cara dan
prosedur dari pabrik pembuat.
7. Pengecatan Kayu :
a. Persiapan :
Biarkan kayu mengering sebaik mungkin bersihkan permukaan dari
debu, kotoran dan sebagainya. Biarkan permukaan mengering
sebaik mungkin, jika terdapat pengkristalan/pengapuran
bersihkan dengan lap kering kemudian dengan lap basah dan
biarkan selama 48 jam. Bila pengkristalan/pengapuran masih
terjadi, ulangi lagi cara diatas sampai proses
pengkristalan/pengapuran tersebut berhenti.
Bersihkan permukaan dari debu, kotoran dan persikan plesteran
dan sebagainya. Perbaiki retakretak serta kerusakan lainnya dan
biarkan mengering.

- 40 -
b. Pelaksanaan
Semua pengecatan kayu harus sesuai dengan cara dan prosedur
dari pabrik pembuat.
8. Keahlian :
a. Pekerjaan pengecatan hanya boleh dilaksanakan oleh orang-
orang yang sudah ahli dan berpengalaman dalam bidang ini.
b. Seorang mandor yang benar-benar cakap harus mengawasi di
tempat tersebut selama pekerjaan dilaksanakan.
c. Pemborong utama bertanggung jawab atas hasil pengecatan yang
baik dan harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat
urutan- urutan yang tepat mulai dari pengerjaan dasar (Under
coats) sampai dengan pengecatan akhir (finishing coats).
d. Pekerjaan pengecatan dianjurkan untuk dikerjakan oleh tenaga-
tenaga dari mana cat tersebut diproduksi atau ke painting khusus.
e. Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari
Pengawas dan pabrik pembuat cat tersebut serta mendapat
persetujuan Pengawas.
9. Bahan yang harus disediakan untuk masa pemeriharaan :
a. Setelah pekerjaan pengecatan selesai, Pemborong harus
menyimpan sejumlah cat yang terpilih untuk persediaan jika ada
perbaikan- perbaikan yang dikehendaki selama masa
pemeliharaan.

- 41 -
METODE dan TEKNIS
PELAKSANAAN PEKERJAAN
URAIAN UMUM
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan memahami dengan sebaik-baiknya
seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama
seluruh Gambar kerja serta Rencana Kerja dan Syarat- syarat Teknis seperti yang
akan diuraikan dalam buku ini. Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-
perbedaan, dan atau kesimpang-siuran informasi di dalam pelaksanaan,
Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan dan direksi
untuk mendapatkan kejelasan pelaksanaan.
Nama pekerjaan untuk proyek ini adalah PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL
A. Pekerjaan persiapan
1. Pekerjaan pembersihan lokasi
Pekerjaan pembersihan dilaksanakan berdasarkan time schedule yang
telah disusun oleh perencana, dimana pada pekerjaan persiapan ini
meliputi pembersihan seluruh area tapak dari kotoran yang bisa
mengganggu aktifitas pelaksanaan pekerjaan
2. Penyediaan air kerja.
Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan pekerjaan, terlebih dahulu
menyediakan air kerja baik dengan cara membuat sumur bor atau
air yang ada disekitar lokasi, dengan tetap memperhatikan syarat
dan mutu air, yaitu tidak mengandung minyak,asam
alkali,garam,bahan- bahan organis yang dapat merusak konstruksi
bangunan ( lihat PUBI-1970/NI-3 pasal 10 ).
3. Pemasangan Bouwplank
o Pada pekerjaan pemasangan Bouwplank terlebih dahulu kita harus
meperhatkan kedudukan tiang bouwplank. yang terpasang dengan
baik dan kuat, karena tiang tersebut merupakan patokan utama
dalam pemasangan ini. Papan diketan halus dan lurus, dan pada sisi
atas bouwplank dipasang waterpas (Timbangan air) sebagai
penentu datar tidaknya alas Bowplank, setiap sudut bouwplank
haruslah siku.
o Pada setiap jarak 2 m papan bowplank di perkuat dengan kayu
ukuran 5/7 cm. Pada papan bowplank ini diberi tanda sebagai
sumbu – sumbu dinding , dengan cat yang yang tidak mudah
terhapus.
o Jarak papan bowplank minimal 2,5 dari garis bangunan terluar ntuk
mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
o Setelah pekerjaan papan bowplank selesai, pemborong wajib
memerintahkan pemeriksaan dan penulisan tertulis dari pengawas.

- 42 -
B. Pekerjaan Galian dan urungan
1. Merupakan pekerjaan yang di dilaksanakan setelah pekerjaan
pemasangan bowplank selesai dipasang. Dalam tahap pengerjaannya,
kedalaman galian tanah harus berdasarkan gambar yang ada
2. Galian luar bangunan untuk mendapatkan tinggi lantai yang di
persyaratkan oleh gambar.
Pengalian ini dimaksudkan untuk mendapatkan kontur tanah yang
diisyaratkan dalan Site Plan.
3. Urungan pondasi,lantai dipadatkan dengan menumbuk lapisan
tersebut dengan mengunakan alat sesuai pemadatan, lapisan-lapisan
urungan minimal 10 cm sampai dengan 15 cm.
4. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal maksimum 15-20
cm dalam keadaan padat, kemudian dibasahi dan digilas sampai
mencapai kepadatan 90% dari kepadatan maksimum.

- 43 -
C. Pekerjaan Pondasi
1. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dilakukan pengukuran-
pengukuran untuk as pondasi berdasarkan pola pasangan bowplank
yang telah disesuai dengan gambar konstruksi,
2. Galian pondasi lajur dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan
lay out titik as pondasi tersebut .
3. Dibagian bawah pondasi diisi pasir urug setebal 10 cm dan
dipadatkan sebagai lantai kerja, diatas pasir urug dipasang pondasi
batu kosong yang terdiri dari batu kali dan pasir pasang lapisan ini
harus dipadatkan dengan menyiran air diatasnya, sehingga pasir
mengisi rongga- rongga batu kali tersebut.
4. Kemudian dipasang pondasi dibuat berbentuk kerucuk dengan perekat
campuran 1 Pc : 4 Ps.
D. Pekerjaan Dinding
1. Pekerjan Batubata
o Pada pekerjaan ini, pasangan adukan mengunakan campuran 1
Pc : 4 Ps,dimana dalam pengadukan bahan dan materialnya
dilakukan dalam bak kayu yang memenuhi syarat.
o Sebelum memasang dinding batu bata, terlebih dahulu
dilaksanakan di adakan pengecekan kembali kesikuan dari setiap
sudut pasangan.
o Dalam pemasangannya baik vertikal dan horizontal harus selalu
dikontrol menggunakan waterpass, sebelum mengunakan batu bata
harus direndam terlebih dahulu didalam bak air atau drum hingga
basah merata.
o Mencampur semen dan pasir harus dalam keadaan kering dan
kemudian diberi air sampai didapat campuran plastis, Pemasangan
dinding dilakukan bertahap setiap tahap maksimun 24 lapis atau
maksimun tinggi 1m, di ikuti dengan cor kolom praktis, pasangan batu
bata untuk dinding ½ harus menghasilkan dinding finis setebal 15 cm
pasangan harus cemat rapi dan benar-benar tegak lurus.
o Pasangan batu bata yang telah selesai dipasang dalam 14 hari
bertuturt harus selalu dibasahi
2. Pekerjaan Plesteran

o Sebelum didnding diplester harus dikemprot terlebih dahulu dengan


campuran 1Pc : 2 Psr dengan ketebalan 3mm unutk mendapat
ikatan yang semurna
o Kelembapan plester harus selalu dijaga agar pengeringan
bidang plester stabil dan kemudian di dobol dengan plester acian
semen.

- 44 -
o Plesteran mengunakan campuran 1 Pc : 4 Ps pada permukaan
dinding yang akan diplester,siar seharusnya harus dikerok
sedalam 1 cm untuk memberikan pengangan pada plesteran.
o Pekerjaaan plesteran harus lurus dan tegak lurus, jika hasil
plesteran yang tidak memuaskan tidak rata, bengkok adanya
pecahan atau retak, kropos maka bagian tersebut harus
dibongkar dan diperbaiki.
E. Pekerjaan Beton
1. Mutu beton yang digunakan adalah mutu beton K. 250 untuk
semua pekerjaan beton sloef,kolom, dan ringbalk dengan
perbandingan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dimana dalam pengaduan bahan
dan material mengunakan mesin molen dan diaduk secara manual.
2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, sloef terlebih dahulu dicek
keseimbangan/ waterpas pondasi sebagai kedudukan besi sloef dan
besi kolom sudah bisa distel harus tegak lurus dan siku kemudian
diadakan pengecoran.
3. Untuk pembuatan tulangan besi harus lurus atau dibengkokkan (
Tiap ujung besi diberi hak/tekukan) sambungan dan kait-kait dalam
pembuatan sengkang –sengkang harus sesuai dengan persyaratan
yang tercantung PBI-1971.
4. Tulangan besi harus terikat dengan kawat beton untuk menjamin
ketahanan besi tersebut.
Kemudian sebelum pengecoran terlebih cetakan dibersihkan dari
kotoran sampah maupun dari kotoran dari bekas bekisting. Pengecoran
dilkukan denga tebal selimut beton 2 cm
5. Ukuran-ukuran dan ketinggian, penulangan dan penempatan
penahanan jarak harus selalu diperiksa sebelum pengecoran
dilaksanakan, pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin
dengan mengunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup
padat dan harus dihindarkan terjadi cacat seperti kropos yang dapat
meperlemah konstruksi.
F. Pekerjaan Lantai
o Sebelum melakukan pekerjaan ini terlebihi dahulu di adakan
pengecekan terhadap ketebalan pasir urug bawah lantai. Lantai
rabat beton dipasang di atas pasir urug dengan ketebalan 5 cm,
o Semua ubin yang akan dipasang terlebih dahulu direndam kedalam
air
o Untuk lantai plur mengunakan campuran 1Pc : 3 Ps : 5 Kr
o Adukan perekat untuk lantai harus betul-betul padat/penuh agar
tidak terdapat rongga- rongga dibawah ubin yang dapat
melemahkan konstruksi.sambungan antara ubin harus sama
lebarnya, lurus dan harus diisi dengan semen warnah.hasil
pasangan harus rata tidak bergelombang dan waterpas.

- 45 -
o Dalam pemasangannya harus menggunakan waterpass sebagai
penguji kedataran dari pasangan.
G. Pekerjaan Kuda- kuda & Atap
o Pekerjaan konstruksi atap terdiri dari kuda – kuda, gording, rangka
atap, papan list plank, jalusi dan lain sebagainya.
o Semua rangka atap menggunakan Baja ringan
o Pekerjaan atap dilaksanakan setelah pemasangan kontruksi atap
telah selesai dipasang.
o Bahan penutup yang dipakai adalh atap spandek dengan jenis dan
ukuran yang telah ditetapkan pada gambar, Sebelum
pemasangan penutup dilakukan, terlebih dahulu diadakan
pengecekan kedataran kemiringan kontruksi.
o Pasangan atap ditutup berlapis sesuai bentuk yang ada.
Kemudian bumbungan menggunakan seng plat yang telah
dibentuk, Seluruh talang jurai memakai seng plat dan papan yang
tebalnya 2 cm.
H. Pekerjaan Plafon
o Pekerjaan plafon dilaksanakan setelah pemasangan kuda-kuda
dan atap telah selesai pengerjaanya.
o Rangka langit – langit memakai besi hollow 40/40 mm dengan
bidang permukaan yang rata.
o Dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kedudukan dari
intalasi yang ada sehingga terjadi kolaborasi pemasangan yang
baik dan sempurna.
o Rangka langit-langit ( balok induk ) dipasang berurut yang
kemudian digantung pada gapit kuda-kuda (balok tarik) dimana
rangka ini memakai hollow 40/ 40 mm
o Setelah rangka induk terpasang, dilanjutkan pemasangan rangka,
yang kemudian dilanjutkan denagn pemasang penutup rangka
plafon yaitu Gypsum dengan ukuran 120 x 240 cm dengan tebal 4
mm.

- 46 -
I. Pekerjaan Kusen, Daun Pintu & Jendela
1. Pekerjaan Kusen
o Ukuran kayu untuk kusen pintu adalah 5/13.5 cm (sesuai gambar ).
Dengan jenis kayu yang digunakan adalah kayu klass I Kls. I / Balok
/ Papan Kls. I.
o Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar ikatan
diperkuat harus menggunakan pen kayu keras yang sebelumnya
bidang sambungan ini harus diberi lem kayu agar sambungan dapat
melekat dengan baik.
o Setiap kusen yang melekat dengan tembok dilengkapi dengan neut
beton dan angker.
o Semua bidang kusen yang bersinggungan dengan kusen dengan
dinding / beton dibuat
alur-alur kapur, kemudian bidang tersebut diawetkan dengan cat meni
2 ( dua ) kali.
2. Pekerjaan Daun Pintu & Jendela
o Untuk semua jenis kayu pembuatan jendela diserut halus dan licin.
o Pelaksanaan pekerjaan daun pintu harus ditempatkan dengan
baik,ruang yang kering dan terjaga agar tidak terkena cuaca
langsung dan rusak disebabkan oleh benturan.
o Papan harus betul – betul kaku, lurus, rapi dan datar serat kokoh
agar kelihatan bagus dan mudah pada saat dibuka dan ditutup.
o Semua sambungan harus siku / sudut untuk rangka kayu dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan kerapihan terutama bidang-bidang yang tampak,
tidak boleh ada lubang atau bekas penyetelan. Penyambungan
daun pintu panil harus menggunakanan pasak dan lem kayu.
J. Pekerjaan Sanitasi Air
o Pemasangan pipa-pipa didalam bangunan dipasang dalam dinding
(in bouw), dimana pasangan pipa-pipa tersebut harus horisontal dan
vertikal dan tidak boleh dipasang miring.
o Air diambil dari sumber air sumur bor dengan mengunakan
pompa, pengambilan air tersebut dihubungkan dari pompa ketower
air dengan memakai pipa PVC diameter ¾ ” yang diteruskan
dibangunan yang mengunakan tapping air,dari sini mengunakan
shock ½ ” – ¾ ” untuk mengubah besaran pipa ke ½ ”. Pipa ½ ”
ditanam didalam dinding dan dikeluarkan pada tempat-tempat yang
dibutuhkan dan digunakan kran ½ ”.
o Pembuangan air limbah / kotor dari Wc dialirkan dengan pipa PVC-
AW diameter 3 - 4” ke septictank. Pada tempat-tempat tertentu
sebelum pipa dihubungkan ke septictank, harus dipasang satu buah
bak kontrol tergantung dari jarak tikungan.

- 47 -
K. Pekerjaan Instalasi Listrik
o Pelaksanaan pemasangan listrik dan tata letak titik
lampu/stopkontak serta jenis almatur lampu yang dipakai harus
sesuai dengan gambar instalasi listrik.
o Sistem pemasangan pipa-pipa listrik pada dinding maupun beton
harus ditanam ( sistem inbouw ) dan kabel jalur pembagi berada di
atas plafon dan diikat dengan isolator khusus dengan jarak 1m atau
1,20 m atau jaringan kabel di dinding dimasukkan dalam pipa PVC.
o Khusus untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde (
pertahanan ) sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan GIPI” +
Spit tembaga.
L. Pekerjaan Finishing dan Perapihan
o Dinding yang telah diplamur dikeringkan terlebih dahulu, kemudian
digosok dengan amplas sampai rata dan halus, dan dilanjutkan
dengan melap permukaannya menggunakan kain basah sampai
bersih.
o Pengecetan dilakukan pada semua permukaan dinding dan beton
yang tampak
o Untuk pengecatan tembok dan beton dilakukan sampai 3 x dengan
kuas atau roller.
o Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata sama
dan tidak terdapat belang- belang atau noda-noda mengelupas.
o Untuk pengecetan kusen tidak jauh beda pelasanaanya dengan
pengecetan dinding, namun pada pengecetan kusen terlebih dahulu
diadakan pendempulan pada setiap kusen.
o Untuk pengecatan plafon semua dinding penutupnya harus diplamut
atau didempul dengan bahan yang sama dipakai pada pengecatan
tembok.

- 48 -
PEKERJAAN PEMBERIHAN, PEMBONGKARAN DAN PENGAMANAN
SETELAH PEMBANGUNAN

Pemberihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam
Lingkup Pekerjaan seperti tercantum didalam gambar kerja dan terurai dalam
buku ini dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak
digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung ajwab Kontraktor
yang bersangkutan telah selesai. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor
harus menjaga keamanan bahan/material barang maupun bangunana yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima.

PENUTUP

Hal – hal yang belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini akan ditambahkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing),
dan jika masih ada peraturan-peraturan yang belum tercantum dalam RKS ini,
masih mengikat sesuai dengan kondisi daerah setempat.

Parepare 25 Juni 2018


PEMBUAT KEBIJAKAN

AHMADIL FITRAH
NIM : 216 190 082

- 49 -

Anda mungkin juga menyukai