Anda di halaman 1dari 35

PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING

PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)


PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT TERKAIT K3 DAN RK3 Page 1 of 35

KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN


RENCANA K3 KONSTRUKSI

KONTRAKTOR : KONSORSIUM ADHI-WAHYU


PEMILIK PROYEK : PTPN-XI
NAMA PROYEK : KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING,
PROCUREMENT, CONSTRUCTION AND
COMMISSIONING (EPCC) PENGEMBANGAN
DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES
SITUBONDO
LOKASI PROYEK : SITUBONDO

DAFTAR ISI
PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 2 of 35

1. UMUM3
2. RUANG LINGKUP 4
3. DOKUMEN REFERENSI 4
4. DEFINISI 4
5. SISTEM HSE 5
5.1. Kepemimpinan dan Akuntabilitas 5
5.2. Peran dan Tangung Jawab Personil 7
5.2.1. Manajer Proyek 7
5.2.2. Manager Project Planning & Control 8
5.2.3. HSE Manager 9
5.2.4. Deputy HSE Manager 11
5.2.5. Manajer Konstruksi 12
5.2.6. Field Engineering Manager di Proyek 13
5.2.7. HSE Officer 13
5.2.8. Commissioning/ Operation Manager 14
5.2.9. Supervisor 14
5.2.10. Business Manager 15
5.2.11. Subkontraktor 16
5.2.12. Karyawan dari KONTRAKTOR dan Subkontraktor 17
5.3. Pengurus P2K3 Proyek (HSE Committee) 18
5.4. SMHSE Subkontarktor dan Kontrol Pembelian 18
6. HSE PADA TAHAP ENGINEERING DESAIN 19
7. PROGRAM HSE 19
7.1. Komunikasi dan Pertemuan 20
7.1.1. Pertemuan Komite HSE 20
7.1.2. Pertemuan HSE 21
7.1.3. Pertemuan Pencapaian/ Progress HSE 21
7.2. Pelatihan dan Kursus-Kursus 21
7.3. Identifikasi Bahaya & Pengendalian Resiko (Manajemen Resiko) 22
7.4. Identifikasi dan Pemenuhan Peraturan Perundangan 23
7.5. Rencana Kerja 24
7.6. Alat Pelindung Diri (APD/ PPE) 25
7.7. Program Kepedulian, Pelatihan dan Kompetensi HSE 25
7.8. Ijin Kerja/ Surat Ijin Kerja Aman (SIKA) 26
7.9. Program Transportasi dan Jalan27
7.10. Program Inspeksi dan Pemeliharaan Peralatan 27
7.10.1. Perencanaan Peralatan dan Mesin 27

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 3 of 35

7.10.2. Inspeksi 28
7.10.3. Operator dan Sopir 28
7.10.4. Jadwal Inspeksi dan Pemeliharaan 28
7.11. KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINDUNGAN LINGKUNGAN 29
7.12. Analisa Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) 33

1. UMUM

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 4 of 35

Sebagai perwujudan implementasi terhadap HSE, KONTRAKTOR telah menerapkan HSE


management system yang tertuang dalam HSE Management Procedure yang mengacu pada
SMK3 Depnaker sesuai Permenaker No. PER.05/MEN/1996, OHSAS 18001 maupun ISO 14001,
yang mencakup ruang lingkup terhadap aktivitas Engineering, Procurement dan Construction
(EPC) Kontraktor baik di kantor pusat maupun Iingkungan proyek site termasuk partner/ rekanan
maupun Subkontraktornya.
Salah satu penghargaan yang telah didapat oleh KONTRAKTOR terhadap implementasi. Sistem
Manajemen HSE (HSE Management System) ialah dengan telah didapatnya Sertifikat OHSAS
18001 : 2007 dan ISO 14001 : 2004 dari pihak WQA (sertifikat sebagaimana tercantum dalam
Lampiran-01).
Sebagaimana yang sudah biasa dilakukan, bahwa sebelum pelaksanaan proyek di lapangan,
KONTRAKTOR membuat Rencana HSE (HSE Plan) yang berisikan tentang program pengelolaan
kegiatan proyek untuk menjamin adanya Kesehatan, Keselamatan kerja dan perlindungan
terhadap Lingkungan di seluruh aktifitas proyek dengan tujuan antara lain :
 Menghilangkan atau mengurangi bahaya kerja, kecelakaan kerja dan mencegah jatuhnya
korban serta penyakit akibat kerja.
 Melindungi aset dan lingkungan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh adanya aktifitas
pekerjaan dan kecelakaan kerja.
 Menjamin tidak terjadi kerusakan pada lingkungan di tempat kerja dan kerusakan lingkungan di
Iuar area kerja akibat pelaksanaan aktifitas pekerjaan KONTRAKTOR.

Rencana HSE dikirim kepada PEMILIK sebagai Pemberi Tugas (Owner) untuk diperiksa/ disetujui
yang mengacu pada regulasi-regulasi yang berlaku maupun persyaratan PEMILIK serta mencakup
antara lain : Kebijakan HSE (Health Safety and Environmental) Policy, Sistem Manajemen HSE
(SMHSE), Susunan Organisasi HSE, Sasaran dan target pencapaian HSE, Program-program
pertemuan dan training HSE, Peran dan tangung jawab tiap personil di proyek, Resiko bahaya
terhadap Kesehatan, Keselamatan dan efek Lingkungan di area kerja, Investigasi Kecelakaan,
Kesiapan Tanggap Darurat, Audit HSE serta Sistem Pelaporan HSE.

2. RUANG LINGKUP

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 5 of 35

Rencana HSE (HSE Plan) ini dibuat dalam rangka menegakkan implementasi HSE terhadap
pencapaian sasaran dan target (KPI : Key Performance Indicator) HSE pada Proyek
Pengembangan dan Modernisasi PG Assembagoes Situbondo.
Apabila terjadi perselisihan diantara Rencana HSE ini dengan persyaratan HSE dari pihak
PEMILIK, maka persyaratan dari PEMILIK merupakan persyaratan yang harus diutamakan
terhadap pemenuhannya.

3. DOKUMEN REFERENSI
 Undang-Undang No. 1, 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

 Peraturan Pemerintah No. 11, 1979 Tentang Keselamatan Kerja.

 Permenaker No. PER. 05/ MEN/ 96 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
 OHSAS 18001-2007 Tentang Sistem Manjemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

 ISO 14001-2004 Tentang Sistem Manajemen Lingkungan.

 Undang-Undang No. 23, 1997 Tentang Sistem Manajemen Lingkungan Hidup.

 Prosedur HSE dari KONTRAKTOR

4. DEFINISI
a. HSE : Health, Safety and Environmental termasuk di dalamnya
mewakili aspek Kesehatan, Keselamatan dan Lindungan
Lingkungan (K3LL).
b. Aktifitas : Semua kegiatan yang berhubungan dan atau menghasilkan
suatu service, produk maupun fasilitas untuk kepentingan proyek.
c. Kantor Pusat : Jakarta Head Office (Kantor Pusat Kontraktor di Jakarta)
d. Proyek Site : Kantor Proyek Kontraktor di Lapangan/ Site.
e. Komite HSE : HSE Committee/ P2K3LL (Panitia Pengawas Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)
f. KONTRAKTOR : Konsorsium Adhi – Wahyu, sebagai EPC Pelaksana Proyek
Pengembangan dan Modernisasi PG Assembagoes Situbondo.
g. PEMILIK : PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI Sebagai Pemberi Tugas
(Owner) pada Proyek Konstruksi Terintegrasi Engineering,
Procurement, Construction And Commissioning (EPCC)
Pengembangan dan Modernisasi PG Assembagoes Situbondo.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 6 of 35

5. SISTEM HSE
Kepemimpinan dan Akuntabilitas
Kepemimpinan dan akuntabilitas setiap individu dalam organisasi proyek harus selaras
dengan kebijakan HSE KONTRAKTOR. Kebijakan HSE merupakan landasan penting
untuk keberhasilan pengelolaan HSE dalam setiap Fase proyek Engineering, Procurement
dan Construction (EPC).

Kebijakan HSE KONTRAKTOR dilandasi oleh komitmen kuat Pimpinan Tertinggi Proyek
dalam melaksanakan pengelolaan HSE secara baik dan benar guna melindungi pekerja,
Subkontraktor/ Vendor, masyarakat sekitar dan lingkungan serta memberi nilai tambah dan
peningkatan kepercayaan klien.
Kepemimpinan dan Akuntabilitas KONTRAKTOR terhadap HSE meliputi :
- Komitmen Manajemen : Seluruh lini manajemen hingga pimpinan unit kerja terkecil
KONTRAKTOR harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan memiliki komitmen untuk
selalu menerapkan dan meningkatkan kinerja HSE dalam tindakan-tindakan nyata
antara lain : prioritas aspek HSE, terlibat dalam organisasi HSE, anggaran, sarana dan
tenaga yang professional, koordinasi implementasi HSE dan penilaian kinerja HSE dan
peningkatan yang berkelanjutan.
- Kebijakan HSE : Adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pimpinan
tertinggi KONTRAKTOR proyek, memuat keseluruhan pandangan dan tujuan
KONTRAKTOR, komitmen serta tekad melaksanakan manajemen aspek HSE.
- Kebijakan HSE Poyek Pengembangan dan Modernisasi PG Assembagoes Situbondo
yang telah dibuat sesuai Lampiran-02, disebarluaskan dan disosialisasikan ke seluruh
karyawan/ pekerja di lingkup KONTRAKTOR maupun Subkontraktor.
- Rencana Kerja : Program-program/rencana kerja HSE mengacu pada kebijakan HSE
dan terintegrasi dengan aktifitas proyek termasuk dampak penting dan resiko
bahayanya yang meliputi : pemenuhan dan pentaatan terhadap peraturan perundang-
undangan, pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta upaya pelestarian
lingkungan, pencegahan penanggulangan kecelakan, kebakaran dan penyakit akibat
kerja, pelaksanaan inspeksi peralatan/ instalasi dan program lain sebagai penunjang
pelaksanaan manajemen HSE.
- Tujuan dan Sasaran : Tujuan dan sasaran HSE KONTRAKTOR dirumuskan dalam
bentuk sasaran pokok dan target-target kuantitatif (Key Performance Indicator/ KPI),
sehingga dapat dilakukan pengukuran dalam kemajuan pencapaiannya.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 7 of 35

- Organisasi : Organisasi HSE proyek (HSE Committee/ P2K3) merupakan kelompok


profesional yang membantu dan memberikan saran serta pertimbangan kepada
Pimpinan Tertinggi di proyek dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan
- HSE sejalan dengan Kebijakan HSE KONTRAKTOR serta membina hubungan baik
dengan PEMILIK dan institusi terkait.
- Akuntabilitas Individu : HSE merupakan aspek yang melekat dan tidak terpisahkan
dalam pelaksanaan dan tanggung jawab bagi setiap pekerja di Iingkungan proyek
Pengembangan dan Modernisasi PG Assembagoes Situbondo baik dari
KONTRAKTOR maupun Subkontraktor/ Vendor.
- Akuntabilitas Manajemen : Manajemen puncak di proyek merupakan penanggung
jawab utama atas Perumusan Kebijakan HSE proyek dan pelaksanaan SMHSE oleh
KONTRAKTOR di Iingkup kegiatan proyek Pengembangan dan Modernisasi PG
Assembagoes Situbondo.

KONTRAKTOR menetapkan Kebijakan HSE yang harus diimplementasikan oleh seluruh


pekerja dan karyawan yang terlibat di Iingkungan proyek (kebijakan HSE merupakan
bagian dari kebijakan perusahaan KONTRAKTOR sesuai Lampiran-02).
Sistem Manajemen HSE tidak terlepas dari komponen Kepemimpinan dan Komitmen
sebagai berikut :
- Objective dan Target : Sasaran dan target HSE ditentukan oleh team proyek yang
mengacu pada regulasi maupun persyaratan PEMILIK dan disampaikan sebagai
komitmen bagi semua jajaran manajemen maupun seluruh pekerja dan karyawan yang
dikembangkan secara terus menerus.
- Perencanaan terhadap kebijakan, sasaran maupun target HSE mencakup : lokasi
proyek, identifikasi pekerjaan, identifikasi bahaya dari berbagai karakter aktivitas
pekerjaan, ketentuan dari prosedur eksekusi kerja, dll.
- Implementasi : Untuk meyakinkan bahwa rencana yang dibuat bisa dijalankan secara
efektif, maka KONTRAKTOR menetapkan terhadap kapabilitas serta menunjang
kebutuhan sistem dalam rangka pencapaian kebijakan, sasaran dan target HSE yang
mencakup di dalamnya : penyiapan sumber daya yang sesuai, organisasi dan
penugasan yang memadai, sosialisasi budaya kerja aman dengan berbagai sarana
yang ada (forum meeting, training, sign board, dll.), persediaan perlengkapan
pertolongan kecelakaan, inspeksi dan pemeliharaan, dll.
- Pengukuran dan Evaluasi : pengukuran, monitoring dan evaluasi dari Kinerja HSE serta
pengambilan tindakan pencegahan maupun koreksi dengan memanfaatkan tehnik-

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 8 of 35

tehnik : Audit dan tinajuan terhadap kinerja HSE, indikasi adanya ketidak sesuaian,
instruksi atau rekomendasi terhadap tindakan koreksi, rekomendasi, dll.

Tinjauan dan pengembangan : KONTRAKTOR akan melakukan tinjauan secara reguler


dan pengembagan secara terus menerus terhadap manajemen sistem HSE sekaligus
peningkatan sasaran kinerja HSE yang meliputi : evaluasi kesesuaian kebijakan HSE,
tinjauan sasaran dan target serta evaluasi kinerja, penemuan dari basil manajemen audit
HSE, evaluasi dan efektifitas dari manajemen sistem HSE.

PERAN DAN TANGUNG JAWAB PERSONIL


KONTRAKTOR akan membuat organisasi komite HSE (P2K3-K3LL) di area proyek site
yang mencakup jajaran Manajemen Proyek maupun Supervisor/ Officer serta para
Subkontraktor yang terlibat beserta peran dan tanggung jawab dari masing-masing
personil tersebut dalam rangka menunjang program HSE berdasarkan sasaran dan target
yang sudah dibuat. Peran dan tanggung jawab masing-masing personil dalam organisasi
tersebut antara lain sebagai berikut :

Manajer Proyek
Manajer Proyek bersama-sama dengan Deputy Project Manager sabagai penanggung
jawab utama manajemen HSE proyek bertanggung jawab dan mempunyai otoritas
untuk memastikan semua jajaran di bawahnya menerapkan secara efektif sistem
manajemen HSE melalui Kebijakan HSE yang telah ditetapkan, serta memastikan
pelaksanaan proyek telah memenuhi ketentuan dan dilaksanakannya perbaikan atas
temuan-temuan yang di bawah standard.

Tugas dan Tanggung jawab utama Manajer Proyek antara lain :


 Menetapkan sasaran dan target HSE proyek (kantor pusat dan proyek Site/
Lapangan).
 Mempromosikan HSE ke seluruh lokasi kerja dengan cara mendemonstrasikan
sikap nyata yang positif terhadap Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan dalam setiap rapat-rapat, kunjungan lapangan dIl.
 Menetapkan dan menempatkan tugas dan tanggung jawab perorangan.
 Memasukkan persyaratan HSE di dalam perencanaan Subkontrakting.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 9 of 35

 Menempatkan Manager Project & Planning Control, Construction Manager, HSE


Manager, HSE Manager serta jajaran manajer lainnya yang berpengalaman, ahli
dan terlatih di bidangnya yang penuh dedikasi tinggi untuk melaksanakan Proyek
Pengembangan dan Modernisasi PG Assembagoes Situbondo.
 Memastikan Manager Project & Planning Control serta HSE Manager/ HSE Manager
membuat dan menjalankan manajemen, program dan prosedur HSE di proyek.
 Melakukan kunjungan ke Site/ Lapangan (management walktrough) semaksimal
mungkin untuk memastikan dan mengevaluasi status pelaksanaan dan penerapan
manajemen HSE di lapangan.

Manager Project Planning & Control


Manager Project Planning & Control bertanggung jawab memastikan dan mendukung
kebijakan HSE yang telah dijalankan, selain itu juga mempunyai peranan panting dalam
mempromosikan rencana HSE sesuai dengan kebijakan HSE maupun program-
program yang telah dibuat.
Secara rinci tugas dan tanggung jawab Manager Project Planning & Control adalah
sebagai berikut :
 Memastikan program HSE dan memberi pertimbangan yang tepat dalam
pelaksanaan Proyek Pengembangan dan Modernisasi PG Assembagoes Situbondo.
 Memberi masukan terhadap pembuatan dan penetapan Kebijakan HSE Proyek.
 Mengatur dan memimpin melalui komite HSE.
 Memastikan inspkesi/ patrol HSE dilaksanakan dengan cara yang efektif sesuai
dengan persyaratan HSE maupun PEMILIK.
 Memeriksa pelaksanaan HSE di lapangan bersama dengan Manajer HSE/ HSE
serta manajer Konstruksi.
 Memberi dukungan dan kepercayaan pada program HSE.
 Berpartisipasi dalam investigasi kecelakaan serta memastikan penataan ulang yang
tepat, yang digunakan sebagai pencegahan kecelakaan serta tidak terulang lagi.
 Berkoordinasi secara Iangsung dengan berbagai Manajer, Manager, Supervisor
serta Officer HSE dalam rangka menegakkan peraturan maupun tanggung jawab
terhadap pelaksanaan program HSE.
 Memberikan keputusan pada kondisi darurat dengan jalan menghentikan pekerjaan
untuk sementara maupun larangan penggunaan fasilitas tertentu sampai keadaan
dinyatakan aman kembali.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 10 of 35

 Melakukan tindakan terhadap personil yang melakukan pelanggaran sangat serius


dan atau mengulangi perbuatan kesalahan yang melanggar peraturan HSE dan atau
security dengan jalan mengeluarkan surat teguran maupun dari pekerjaan.
 Memprakarsai dan memimpin dalam rangka peningkatan dan pelaksanaan
Housekeeping sesuai program yang dibuat.
 Memberikan kemudahan kepada pihak Auditor HSE balk internal maupun eksternal
untuk melakukan audit HSE di lingkungan proyek.
 Memprakarsai pelaksanaan pertemuan/ diskusi pencapaian HSE serta tinjauan
ulang terhadap program HSE sesuai dengan perkembangan proyek serta
memastikan perubahan yang dibuat sesuai dengan keperluan.
 Melaporkan kegiatan HSE proyek, topik dan setiap ketidak sesuaian yang timbul
termasuk bilamana terjadi kecelakaan kepada Project Manager di Kantor Pusat
(Project Team) secara teratur.

HSE Manager
HSE Manager sebagai pelaksana HSE mempunyai otoritas penuh untuk menghentikan
pekerjaan apabila ditemukan adanya pelanggaran HSE. HSE Manager dapat secara
langsung memerintahkan HSE Officer/ HSE Supervisor untuk melakukan kontrol HSE
serta menerapkan semua persyaratan HSE di proyek site.

Secara lebih rinci tugas dan tanggung jawab HSE Manager adalah sebagai berikut :
 Membuat dan membentuk organisasi komite HSE (P2K3-K3LL) di proyek site yang
melibatkan semua subkontraktor serta memberikan penugasan kepada HSE
Officer/ Supervisor.
 Membuat prosedur HSE, Rencana Pelatihan HSE, dll. sebagai tindak lanjut
pelaksanaan kegiatan program HSE.
 Membuat Prosedur Kondisi Tanggap Darurat beserta sistem alarm, rute
pengungsian/ evakuasi untuk menuju ke area berkumpul (Assembly Point) dan jalur
komunikasi maupun koordinasi terhadap pelaksanaan keselamatan maupun
keamanan.
 Membuat program pelatiahan HSE serta memprakarsai pelaksanaan pelatihan
tersebut dengan jalan dilakukan sendiri maupun dengan dibantu oleh Supervisor/
HSE Officer.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 11 of 35

 Menyusun Pertemuan Komite HSE (P2K3-K3LL), mengkoordinasikan waktu


pelaksanaan, tempat dan kehadiran serta membuat notulen serta
mendistribusikannya.
 Memberikan inputan terhadap peraturan maupun prosedur HSE yang ada.
 Melakukan patroli HSE setiap periode tertentu (harian/ mingguan, dll) serta
melakukan inspeksi terhadap kegiatan HSE balk peralatan maupun fasilitas yang
digunakan oleh Subkontraktor untuk memastikan bahwa semua persyaratan dan
peraturan HSE telah dipenuhi.
 Memberikan informasi kepada Manajer konstruksi maupun para Subkontraktor
terhadap perbaikan dari kesalahan maupun kondisi tidak aman, bila diperlukan
menghentikan pekerjaan sementara maupun pelarangan terhadap penggunaan
fasilitas tertentu sampai kondisi dinyatakann aman kembali.
 Membuat catatan terhadap semua pekerjaan terhenti serta melaporkannya kepada
Manager Project Planning & Control dan memberikan informasi kepada Construction
Manajer maupun Subkontraktor.
 Membantu tim investigasi kecelakaan untuk menyelidiki keadaan serta penyebab
terjadinya kecelakaan serta menentukan langkah-langkah pencegahan agar
kejadian serupa tidak terulang.
 Membantu terhadap pelaksanaan audit oleh pihak auditor HSE di proyek site serta
memprakarsai terhadap pelaksanaan hasil audit HSE di tingkat manajemen HSE.
 Memprakarsai dan mengatur pertemuan bulanan HSE yang dihadiri oleh Manajer
KONTRAKTOR, Manajer dan Staf HSE, serta semua wakil Subkontraktor.
 Mengesahkan serta memberikan komentar terhadap prestasi HSE Subkontraktor
dalam forum pertemuan HSE serta memberikan penghargaan kepada pemenang
Subkontraktor/ kelompok kerja maupun perorangan sesuai persyaratan yang
ditentukan terhadap prestasi HSE.
 Memonitor pelaksanaan laporan harian HSE yang dibuat oleh Supervisor/ HSE
Officer serta memberikan instruksi terhadap Iangkah perbaikannya.
 Memberikan pengumuman dan menyampaikan informasi di dalam pertemuan HSE
terhadap setiap kecelakaan yang baru timbul, penyebab maupun
penanggulangannya.
 Memberikan laporan kepada Manager Project Planning & Control terhadap topik
serta kegiatan utama HSE.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 12 of 35

 Menyiapkan Laporan Bulanan HSE beserta status kecelakaan kerja (HSE


Performance & Statistik) kepada Site Manager untuk disyahkan dan dilaporkan
kepada Project Manager/ Deputy Project Manager di tingkat Project Team/ kantor
pusat.
 Menandatangani/ menyetujui surat ijin kerja yang diajukan oleh Subkontraktor
setelah diperiksa oleh supervisor/ HSE Officer terhadap pekerjaan kritis tertentu
seperti halnya bekerja pada mesin yang berjalan, pengangkatan (20 ton atau Iebih),
bekerja pada ketinggian, bekerja pada ruang terbatas, dll.

Deputy HSE Manager


Deputy HSE Manager yang dalam hal ini bisa diemban oleh HSE Officer/ Supervisor
yang dipilih tugas utamanya adalah membantu tugas-tugas HSE Manager serta
membina hubungan yang efektif antara PEMILIK sebagai Klien, Managemen
KONTRAKTOR serta Subkontraktor.
Tugas dan tanggung jawab Deputi HSE Manager lebih rinci adalah :
 Membantu dan memberi saran HSE Manager untuk mengembangkan dan menjaga
system manajemen HSE serta program pelaksanaan HSE.
 Memberi saran pada manajemen dan lingkup supervisor serta membantu
mensosialisasikan kepada semua personil tentang persyaratan HSE berdasarkan
perundangan yang berlaku untuk profesi HSE, praktek keselamatan kerja, metode
control bahaya dan kecelakaan kerja serta pencegahan kebakaran.
 Melakukan cek dan membantu HSE Manager dalam mengesahkan lampiran ijin
kerja rutin yang diajukan oleh Subkontraktor, investigasi lokasi dan kondisi kerja
serta menyiapkan, menyalurkan dan mencatat dokumen tentang ijin kerja.
 Membantu mengesahkan pelaksanaan prosedur kerja untuk pekerjaan berbahaya
yang spesifik yang diajukan oleh Subkontraktor dan ditinjau oleh personil yang
berkompeten.
 Bertindak sebagai penasehat pada komite HSE dan pertemuan HSE lainnya.
 Memberikan laporan secara periodik pada HSE Manager tentang topik dan kegiatan
harian HSE.

Manajer Konstruksi

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 13 of 35

Manjer Konstruksi di Proyek merupakan penanggung jawab utama dan pemegang


kendali terhadap manajemen HSE maupun persyaratan kinerja yang dipersyaratkan.
Selain itu juga bertanggung jawab untuk mengambil inisiatif dalam rangka meyakinkan
bahwa pencapaian progress konstruksi berjalan lancar, aman, nyaman serta lindungan
terhadap Iingkungan tercapai.
Secara lebih rinci Peran dan Tanggung jawab Manajer Konstruksi di proyek sebagai
berikut :
 Membantu dalam membuat penetapan sasaran dan target HSE dalam seluruh
kegiatan di proyek termasuk pemenuhan sasaran dan target HSE dari PEMILIK.
 Mengkoordinasikan dan merencanakan jadwal kerja agar tidak terjadi perbedaan
kepentingan diantara Subkontraktor.
 Memberikan pengarahan kepada Supervisor maupun Field Engineering Team
disiplin terkait mengenai tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan HSE.
 Membentuk dan memimpin pertemuan mingguan mengenai progress dari pekerjaan
termasuk di dalamnya terhadap permasalahan HSE.
 Memastikan personil yang terkait dan Subkontraktornya telah menganalisa
pekerjaan yang berbahaya serta telah mengidentifikasi tingkat keparahan maupun
keseringan timbulnya bahaya tersebut serta memasukkannya dalam prosedur
kerjanya dalam rangka proses persetujuan Ijin Kerjanya (Work Permit/ Surat Ijin
Kerja Aman/ SIKA).
 Memastikan bahwa prosedur kerja untuk pekerjaan berbahaya secara spesifik
sudah dibuat dan dimasukkan dalam ketentuan/ persyaratan HSE.
 Melaksanakan peninjauan harian lapangan untuk memastikan bahwa semua
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan HSE.
 Meningkatkan kebersihan dan kerapian lapangan dan mengatur pembuangan
limbah pada tempat yang sudah disediakan.
 Melaporkan segala kegiatan dan masalah lapangan kepada Site Manager.

Field Engineering Manager di Proyek


Field Engineering Manager untuk semua disiplin adalah pengambil keputusan di Iingkup
kerjanya dan memimpin bawahannya untuk bekerja dengan efektif, aman serta
menjaga lingkungan kerjanya.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 14 of 35

Secara lebih rinci peran dan tanggung jawab Field Engineering Manager di Proyek
adalah :
 Berkoordinasi dengan jajaran manager maupun koordinator lainnya dalam rangka
memastikan bahwa aktifitas Subkontraktor telah berjalan sesuai persyaratan dan
standar HSE yang berlaku termasuk pemenuhan sasaran dan target HSE dari
PEMILIK.
 Mengawasi langsung lingkup Field Engineering Team yang berada di bawahnya.
 Memastikan Subkontraktor mendapatkan/ memiliki ijin kerja sesuai persyaratan yang
ditentukan.
 Memastikan identifikasi, analisa dan evaluasi bahaya (JSA/ HIRARC) sudah
dipersiapkan dan diterapkan serta menyiapkan prosedur kerja yang
mempertimbangkan tindakan untuk mengontrol potensi bahaya dari pekerjaan
tersebut.
 Memastikan dan meyakinkan bahwa pekerjaan Subkontraktor sudah mengikuti
prosedur kerja yang ditetapkan.
 Melaporkan setiap masalah yang berhubungan dengan HSE serta langkahlangkah
penyelesaian dan antisipasinya kepada Site Manager.

HSE Officer
Tugas dari HSE Officer adalah membantu HSE Deputi Manage/ HSE Manager dalam
menjalankan program HSE.
Tugas dan tanggung jawab utamanya adalah :
 Memastikan prosedur HSE telah dilaksanakan dan melaporkan jika ada
ketidaksesuaian atau pelanggaran.
 Melaksanakan kegiatan HSE dengan mengisi form laporan harian HSE dan laporan
hasil inspeksi HSE untuk dilaporkan kepada HSE Manager serta meminta arahan
untuk peningkatan / perbaikan pelaksanaan HSE di proyek sebagai berikut:
1. Memberikan pengarahan HSE kepada karyawan dan pekerja agar
memperhatikan aturan-aturan HSE ketika memasuki wilayah pekerjaan di
proyek, khususnya pada lokasi yang beresiko kecelakaan tinggi, pada awal
proyek dan secara teratur (2 mingguan).
2. Memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis bagi karyawan dan
pekerja proyek yang tidak menjalankan program HSE.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 15 of 35

 Memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK/ First Aid) kepada


korban kecelakaan, bila perlu segera dikirim ke Rumah Sakit.
 Mengurus dan mendampingi korban kecelakaan ke Rumah Sakit
 Membuat berita acara Kecelakaan
 Bekerjasama dengan team proyek melaksanakan kegiatan keselamatan kerja,
kebersihan lingkungan kerja dan keamanan proyek sesuai dengan prosedur HSE

Commissioning/ Operation Manager


Commissioning/ Operation Manager melaporkan segala aktifitasnya yang berhubungan
dengan HSE kepada Site Manager dan bertanggung jawab penuh untuk pekerjaan Pre-
commissioning/ commissioning maupun Operation.

Tugas dan tanggung jawab utamanya adalah :


 Penghubung antara HSE Manager dengan pihak Team Commissioning/ Operation
untuk mempersiapkan prosedur Commissioning/ Operation yang berhubungan
dengan persyaratan HSE.
 Memastikan identifikasi tindakan pencegahan telah dilaksanakan sebelum pekerjaan
dimulai.
 Memastikan kepada semua jajaran bawahannya untuk peduli terhadap persyaratan
HSE setiap sebelum melakukan pekerjaan.
 Memastikan bahwa semua lokasi dan peralatan telah diperiksa demi keamanan dan
keselamatan operasional dan siap untuk memulai kerja Commissioning/ Operation.
 Membuat aturan yang pasti untuk kesehatan dan keselamatan personil serta
melindungi terhadap lingkungan dalam lingkup kerjanya.

Supervisor
Supervisor bertanggung jawab untuk memastikan pekerjaan yang di bawah
pengawasannya dilaksanakan dengan efisien, aman dan tidak membahayakan
lingkungan, serta sesuai dengan jadwal persyaratan yang telah ditetapkan.

Tugas dan tanggung jawab utamanya adalah :


 Menginstruksikan semua personil Subkontraktor yang didampingi oleh pihak
penangung jawab HSE Subkontraktor yang berada di bawah pengawasannya untuk

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 16 of 35

melakukan budaya kerja aman baik bagi masing-masing personil maupun


lingkungan.
 Memonitor pekerjaan Subkontraktor dan meyakinkan bahwa pekerjaan tersebut
telah mengikuti prosedur kerja maupun ijin kerja yang telah ditetapkan.
 Meyakinkan bahwa alat dan peralatan yang digunakan oleh Subkontraktor telah
lolos dalam tahap pemerikasaan sesuai dengan persyaratan HSE.
 Meyakinkan bahwa semua pekerja memakai serta melengkapi alat pelindung diri
(APD) serta perlengkapan keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan dan
petunjuk yang berlaku.
 Memastikan pelaksanaan Hosekeeping telah dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku serta mengatur tempat pembuangan sampah dan sisa material.
 Ikut berperan di dalam pertemuan HSE dan memastikan bahwa seluruh karyawan
Subkontraktor berpartisipasi aktif di dalam pertemuan HSE sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
 Melaporkan setiap langkah-langkah antisipasi terhadap kemungkinan timbulnya
masalah dalam hal HSE kepada Construction Manager dan atau HSE Manager.

Business Manager
Business Manager bertanggung jawab pada berbagai macam kejadian administrasi
maupun yang berhubungan dengan bisnis terhadap kesehatan dan keselamatan
karyawan maupun proteksi terhadap potensi terjadinya kerusakan lingkungan.

Tugas dan tanggung jawab utama Business Manager adalah :


 Melakukan perawatan dan penjagaan kebersihan serta kesehatan di lingkungan
kantor baik di dalam maupun di luar.
 Melaksanakan program pemeriksaan kesehatan karyawan secara periodik.
 Merencanakan kegiatan olah raga maupun rekreasi yang melibatkan semua
 personil/ karyawan dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap HSE.
 Menyiapkan fasilitas medis bagi karyawan dan menjalin hubungan dengan pihak
rumah sakit terdekat.
 Bekerja sama dengan pihak QHSE Manajer maupun HSE Manager dalam aktifitas
HSE yang memerlukannya.
 Melaporkan setiap rencana dan kegiatan Bisnis dan Administrasi proyek yang
berhubungan dengan aktifitas HSE kepada Site Manager.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 17 of 35

Subkontraktor
Semua hal yang berhubungan dengan persyaratan HSE harus dimasukkan dalam
subkontrak dokumen untuk menjaga pertentangan atau ketidaksesuaian dengan
persyaratan HSE selama pekerjaan berkangsung.

Tugas dan tanggung jawab utama Subkontraktor adalah :


 Menyerahkan Struktur Organisasi dan rencana HSE kepada KONTRAKTOR yang
mengacu pada persyaratan HSE KONTRAKTOR maupun PEMILIK untuk proses
persetujuan.
 Harus menugaskan Manajer HSE maupun HSE Officer dari Subkontraktor secara
full time/ selama ada kegiatan pekerjaan di lapangan maupun camp jika diperlukan.
 HSE Manager/ Manager maupun personil yang berwenang HSE dari Subkontraktor
harus mengikuti atau menghadiri Pertemuan Komite HSE dan
 Pertemuan Mingguan HSE, serta menginformasikan kepada semua jajaran di
bawahnya terhadap permasalahan yang penting yang menyangkut hasil pertamuan
HSE tersebut.
 HSE Manager/ Manager harus hadir dalam kegiatan kursus HSE yang diikuti oleh
personil yang ditunjuk dari Subkontraktornya guna menambah
 pengetahuan maupun kepedulian terhadap HSE dan disampaikan kepada jajaran di
bawahnya untuk dilaksankan.
 Subkontraktor harus menangani training HSE yang diselenggarakannya sesuai
program yang telah dibuatnya maupun dari KONTRAKTOR atau PEMILIK kepada
para staff dan pekerjanya.
 Subkontraktor harus menyediakan peralatan kerja maupun alat pelindung diri (APD)
yang Iayak, aman dan fungsional serta Iolos dari pemeriksaan yang berwenang dari
pihak KONTRAKTOR atau PEMILIK terhadap aspek HSE.
 Memastikan bahwa prosedur pelaksanaan kerja yang beresiko tinggi beserta
penilaian tingkat bahayanya telah dipersiapkan dan diajukan kepada KONTRAKTOR
untuk ditinjau ulang (Review).
 Subkontraktor harus melaporkan semua kegiatan yang berhubungan dengan HSE
secara periodik kepada KONTRAKTOR termasuk jika ada kejadian kecelakaan,
kerusakan barang maupun near miss.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 18 of 35

Karyawan dari KONTRAKTOR dan Subkontraktor


Semua karyawan maupun personil yang terlibat balk dari pihak KONTRAKTOR harus
mengikuti prosedur yang berlaku serta berperan aktif di dalam menjaga diri sendiri
maupun kelompok kerjanya. Semua karyawan dan personil harus melaporkan kepada
Supervisor pengawasnya masing-masing maupun petugas HSE yang berwenang untuk
dibuatkan laporan STOP/ PEKA (Safety Training Observation Program/ Pengamatan
Keselamatan Kerja) apabila melihat kondisi, cara kerja dan perilaku yang tidak aman di
area kerjanya termasuk perlengkapan APD dan telah berusaha untuk memperbaiki
maupun memberikan peringatan kepada pekerja lainnya.

Tugas dan tanggung jawab utama Karyawan/ personil dari KONTRAKTOR dan
Subkontraktor adalah :
 Personil Subkontraktor mempunyai tanggung jawab penuh kepada manajemen
HSE yang merupakan bagian dari pekerjaan di area kerjanya.
 Menyadari bahwa pengawasan HSE adalah tanggung jawab semua personil baik
staff maupun pekerja.
 Menghadiri kursus pengenalan HSE sebelum memulai kerja di lapangan dan
kursus HSE untuk pekerjaan yang spesifik sesuai keperluan.
 Mengamati pelaksanaan peraturan dan prosedur HSE.

 Tidak dijinkan melakukan pekerjaan spesifik atau bekerja di lokasi tanpa mambuat
ijin kerja yang sudah disetujui sesuai dengan prosedur Work Permit.
 Mengikuti instruksi dan pengarahan keselamatan kerja yang diberikan oleh atasan.

 Mengikuti pertemuan Morning Talk/ Safety Toolbox harian maupun mingguan


sesuai dengan persyaratan.
 Memakai atau menggunakan alat pelindng diri (APD) dan peralatan keselamatan
kerja yang sesuai, peralatan kerja, pakaian serta pemeliharannya agar tetap dalam
kondisi layak dan aman pakai.
 Memberitahu pihak berwenang HSE maupun pengawas apabila ada kesulitan
untuk mengambil tindakan yang tepat dan aman terhadap pekerjaan yang sesuai
dengan prosedur pelaksanaan kerja. Dan jika pekerjaan terpaksa diberhentikan,
tidak diijinkan melakukan pekerjaan sebelum ada instruksi lebih lanjut dari personil
yang berwenang dari Subkontraktor maupun KONTRAKTOR.
 Segera melaporkan apabila ada kerusakan pada alat dan peralatan konstruksi
yang akan digunakan.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 19 of 35

 Selalu menjaga tempat kerja dalam keadaan bersih dan teratur.

 Mengetahui system alarm dan semua tindakan yang diperlukan pada keadaan
darurat seperti kebakaran, ledakan material, material yang dapat terbakar atau gas
beracun dan sebagainya.

Pengurus P2K3 Proyek (HSE Committee)


Sebagai bagian dari P2K3 proyek yang dibentuk di Kantor Pusat Proyek, maka Manajer
Umum Site dari pihak KONTRAKTOR yang sekaligus sebagai ketua P2K3 di proyek akan
menegakkan fungsi komite di area kerja proyek secara terus menerus.
Struktur organisasi P2K3 (Komite) di proyek berdasarkan rencana dapat dilihat pada
lampiran-03.

SMHSE Subkontarktor dan Kontrol Pembelian


KONTRAKTOR mempunyai prosedur Persyaratan HSE untuk Subkontraktor (HSE
Requirement for Subcontractor) yang di dalamnya berisikan persyaratan dokumen pra-
kualifikasi manajemen HSE sebagai penyaringan kompetensi Subkontraktor terhadap
observasi pengalaman kinerja ke arah persyaratan maupun regulasi HSE.

Kontrol dari kinerja keselamatan Subkontraktor antara lain sebagai berikut :


- Seleksi Subkontraktor sesuai dengan prosedur di atas, di dalam persyaratannya
Subkontraktor diharuskan membuat rencana program HSE yang mengacu pada
regulasi HSE dari KONTRAKTOR maupun PEMILIK.
- Pada prinsipnya KONTRAKTOR dan Subkontraktor mempunyai peran dan
tanggungjawab yang sama terhadap masalah HSE, koordinator atau manajer dari
Subkontraktor merupakan anggota dari organisasi komite HSE yang mempunyai
tanggungjawab : menghadiri pertemuan HSE, kinerja HSE proyek, tinjauan terhadap
Subkontraktor secara perseorangan, yang secara regular dibahas dan dikembangkan
dalam pertemuan HSE sampai dengan berakhirnya proyek.

Merujuk pada Pedoman Sistem Manajemen HSE KONTRAKTOR, maka akan berlaku pula
pada Sistem Manajemen Subkontraktor, dimana program ini memberikan jaminan aktifitas
Subkontraktor yang mencakup pemeriksaan dan audit HSE oleh KONTRAKTOR, melalui 6
(enam) Iangkah :
1. Penilaian Risiko : Adalah Iangkah awal untuk mengkaji sejauh mana risiko pekerjaan
yang akan di Subkontrakkan.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 20 of 35

2. Pra Kualifikasi : Bertujuan untuk menjaring Subkontraktor yang potensial.


3. Seleksi : Adalah proses pemilihan Subkontraktor sebagai sub kerja pelaksana dengan
mempertimbangkan semua aspek, termasuk HSE.
4. Aktivitas Awal Pekerjaan : Bertujuan untuk memastikan bahwa aspek-aspek yang
relevan dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum pelaksanaan kontrak
dari KONTRAKTOR kepada pihak Subkontraktor.
5. Pekerjaan Berlangsung : Bertujuan untuk menjamin agar pekerjaan dilakukan sesuai
dengan Program Kerja HSE.
6. Evaluasi Akhir : Merupakan Iangkah akhir dari program SMHSE Subkontraktor untuk
mengevaluasi kinerja Subkontraktor dan menyajikan umpan balik.

6. HSE PADA TAHAP ENGINEERING DESAIN


Keseluruhan aktifitas engineering pada fase perencanaan desain harus memperhatikan terhadap
aspek-aspek HSE. Penerapan dokumen-dokumen terhadap pencapaian kepuasan terhadap HSE
maupun persyaratan tehnik yang berhubungan dengan aktifitas engineering akan diadakan oleh
Depertemen Engineering pihak KONTRAKTOR.
Demikian pula terhadap pemenuhan persyaratan dari PEMILIK yang berhubungan dengan
Kebijakan, program maupun latihan HSE, maka KONTRAKTOR akan mengikuti persyaratan
tersebut dalam rangka kepuasan terhadap implementasi regulasi maupun spesifikasi dari
PEMILIK.

7. PROGRAM HSE
Pencegahan adalah suatu elemen kunci yang digunakan untuk memperkecil tingkat resiko bahaya
kecelakaan maupun sakit, kejadian yang tidak terprediksi, serta pentingnya tindakan tanggap
darurat yang harus diambil bilamana terjadi kecelakaan sampai dengan pertolongan medis
maupun rumah sakit dengan melakukan koordinasi dengan pihak PEMILIK.

Komunikasi dan Pertemuan


Salah satu elemen pencegahan terhadap bahaya resiko HSE antara lain adanya
komunikasi dan pertemuan yang terdiri dari komunikasi HSE (koordinasi internal/
eksternal), Pertemuan HSE (pertemuan mingguan, pertemuan HSE di site/ lapangan,
pertemuan manajemen HSE, dll).
Beberapa keperluan pertemuan diselenggarakan untuk membantu menjaga kelancaran
komunikasi antara semua kelompok atau individu yang bekerja di proyek site/ lapangan.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 21 of 35

Hasil dari pertemuan harus diketahui oleh semua pihak termasuk pekerja dengan cara
menyampaikannya lewat forum pekerja (Tool box, dll) maupun dengan memasang poster
pada papan informasi HSE.
Pertemuan Komite HSE
Pertemuan Komite HSE dipimpin oleh Manajer Umum Site/ Lapangan yang dihadiri
oleh Manajer HSE, Manajer Konstruksi Lapangan/ Deputy, Manajer Disiplin Lapangan
serta perwakilan Subkontraktor termasuk Manajer HSE.
Tujuan Utama dari Pertemuan Komite HSE adalah :
 Memastikan apakah manajemen HSE telah dilaksanakan sesuai ketentuan pada
semua unit kelompok kerja yang terkait.
 Memastikan bahwa pekerjaan konstruksi dilakukan dengan aman dan lancar sesuai
dengan aturan dan persyaratan yang berlaku.
 Memimpin inspeksi HSE di semua area balk lingkungan kantor lapangan maupun
lokasi kerja sebelum pertemuan Komite HSE.
 Koordinasi dan mengontrol seluruh area atau kondisi kerja yang berpotensi bahaya
di area kerja Subkontraktor.
 Mendiskusikan permasalahan HSE yang diajukan oleh setiap Subkontraktor
terhadap jalan keluar maupun antisipasinya.
 Menambah pengetahuan dan keasadaran Subkontraktor terhadap aspek HSE.
 Melaksanakan program kursus HSE.
 Merekomendasikan individu maupun kelompok untuk mendapatkan penghargaan,
hal tersebut berkaitan dengan rencana penghargaan HSE dalam rangka
mempromosikan pekerja/ karyawan agar dapat memperbaiki performa kinerja HSE.
 Menyimpan dokumen hasil dari pertemuan Komite HSE sampai dengan berakhirnya
proyek.
 Mempromosikan dan memelihara Housekeeping dan pembuangan sampah sesuai
dengan persyaratan (baik sampah bongkaran eksisting maupun material sisa
pekerjaan).

Pertemuan HSE
Pertemuan HSE yang dipimpin oleh Manajer HSE dari KONTRAKTOR dihadiri oleh
staff HSE dan Manajer HSE dari Subkontraktor yang diadakan secara mingguan.
Tujuan Utama dari Pertemuan HSE adalah :

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 22 of 35

 Menyelenggarakan inspeksi HSE di lapangan terutama sebagai bahan pertemuan


dan saling bertukar pendapat dalam masalah pengamatan pelaksanaan HSE.
 Diskusi masalah HSE dan hasil pengamatan Iainnya serta antisipasinya.
 Melaporkan status dan pekerjaan Subkontraktor.
 Melaporkan kejadian kecelakaan dan langkah perbaikan agar tidak terulang.
 Bertukar pikiran terhadap status pekerjaan serta mengkoordinasikan jadwal
pekerjaan.
 Saling belajar dari kejadian yang dilaporkan.

Pertemuan Pencapaian/ Progress HSE


Pertemuan Pencapaian/ Progress HSE yang dipimpin oleh Manajer Konstruksi
Lapangan yang dilaksanakan secara mingguan atau berdasarkan kesepakatan atau
permintaan dan dihadiri oleh Manajer/ superintenden disiplin, Manajer HSE Supervisor
dan wakil dari Subkontraktor.
Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk menyesuaikan kemajuan dan hubungan
antara masing-masing Subkontraktor konstruksi dan kondisi Keamanan/ Keselamatan
Kerja, menghindari gangguan atau kerusakan Iingkungan kerja dan pertentangan
diantara Subkontraktor serta menggunakan area kerja yang nyaman dan efektif.

Pelatihan dan Kursus-Kursus


Pelatihan dan kursus-kursus/ training HSE yang diadakan antara lain terdiri dari induksi
HSE terhadap pendatang baru (identifikasi personil, aturan keselamatan dasar, APD,
tindakan tanggap darurat, regulasi PEMILIK, pencegahan dan proteksi kebakaran, STOP,
dll), orientasi supervisi selama masa indoktrinasi (peran tanggungjawab supervisor, latihan
keselamatan untuk pekerjaan khusus, investigasi kecelakaan, pertemuan keselamatan,
dll), maupun kursus-kursus untuk manajer/ supervisor.

Secara umum pelatihan dan kursus-kursus/ training di lapangan terdiri dari 5 program :
1. Pengenalan HSE (Induksi dan Orientasi HSE)
2. Kursus HSE bagi pekerja yang ditugaskan untuk pekerjaan baru dan spesifik.
3. Kursus HSE untuk pekerja sebelum ditugaskan untuk pekerja yang berpotensi tinggi
terhadap bahaya terjadinya pelanggaran keselamatan kerja.
4. Kursus HSE dalam rangka untuk penyegaran (Refresher)

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 23 of 35

5. Kursus evakuasi keadaan darurat yang berhubungan kejadian kebakaran dan


maupun peledakan termasuk keperluan kelengkapan medis (P3K).

Program kursus/ training HSE dan prosedurnya dibuat oleh Manajer HSE KONTRAKTOR,
sedangkan pelaksanaan kursus HSE diatur oleh Manajer HSE, Deputy Manajer HSE,
Officer/ Suprvisor HSE yang kompeten maupun personil lain yang ditunjuk oleh Manajer
HSE.

Pada dasarnya, seluruh Manajer HSE Subkontraktor harus hadir dalam kursus-kursus K3L
serta menyelenggarakan kursus HSE yang berhubungan dengan Iingkup kerjanya pada
staff, foreman maupun pekerja Iainnya sesuai dengan bahan kursus yang diselenggarakan
oleh KONTRAKTOR. Komunikasi dalam kursus harus dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh peserta kursus termasuk para pekerja lapangan.

Data kursus yang terdiri dari daftar hadir, topik training, dokumentasi maupun materi
kursus harus diserahkan kepada bagian HSE Kantor Pusat Kontraktor dan disimpan
selama masa konstruksi.

Identifikasi Bahaya & Pengendalian Resiko (Manajemen Resiko)


Personil yang berkompeten akan membuat identifikasi potensi bahaya maupun resiko
sebelum memulai suatu pekerjaan yang berisikan instruksi secara tertulis terhadap besar
resiko maupun jenis kemungkinan kecelakaan yang timbul serta persiapan yang harus
dilakukan sebagai tindakan pencegahannya. Pembuatan Identifikasi bahaya/ pengendalian
resiko di atas mengacu pada prosedur Job Safety Analysis (JSA/ HIRARC) yang sudah
ditetapkan oleh KONTRAKTOR maupun referensi dari PEMILIK.

Adalah sangat penting untuk menjalankan pekerjaan dengan aman dan selamat, serta
menyadari bahwa potensi bahaya berada di dalamnya. Meskipun jumlah dan/ atau
frekuensi bahaya tersebut tergantung dari jenis pekerjaan. Pendekatan team harus
dilakukan untuk menganalisa pekerjaan dan untuk memperkirakan potensi bahaya yang
timbul sebelum pekerjaan dimulai. Supervisor dan personil yang berpengalaman dengan
pekerjaan tersebut harus dilibatkan penuh dalam membuat Analisa Keselamatan Kerja.
Analisa Keselamatan Kerja/ JSA/ HIRARC yang dibuat digunakan untuk mendukung
pengembangan prosedur kerja yang efektif, praktis yang termasuk di dalamnya :
 Memperhatikan dan mendiskusikan bagaimana pekerjaan dilakukan.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 24 of 35

 Mendata Iangkah kerja.


 Identifikasi bahaya potensial yang timbul dan resiko untuk setiap langkah kerja.
 Membuat pengecekan yang efisien dan analisa bahaya.
 Melakukan pengukuran untuk menghindari potensi resiko bahaya dan kerugian.

Hasil dari JSA/ HIRARC dan penilaian resiko harus dikumpulkan dan dipergunakan untuk
membuat Rencana Kerja (Work Execution Plan) untuk setiap pekerjaan. Kemudian
Rencana kerja yang telah dibuat harus disosialisasikan kepada semua pekerja dan staff
melalui forum tool box meeting sebelum melaksanakan pekerjaan.

Identifikasi dan Pemenuhan Peraturan Perundangan


KONTRAKTOR memahami bahwa identifikasi dan pemenuhan peraturan perundang-
undangan dan pengawasan serta perlindungan semua yang terlibat pada aktifitas proyek
sangat memerlukan sistem manajemen yang balk dengan menerapkan HSE secara
optimal. Faktor kesehatan dan keselamatan kerja sangat mempengaruhi terbentuknya
sumber daya yang terampil, profesional dan berkualitas. Aspek HSE tampil sebagai upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan,
peningkatan kesehatan dan gizi, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya
produktivitas, antisipasi terhadap terjadinya kelelahan kerja dan peningkatan semangat
serta kenikmatan kerja.

Sebelum implementasi HSE dilaksanakan pada aktifitas proyek, HSE Manager dibantu
oleh jajaran di bawahnya harus mengidentifikasi semua peraturan perundangundangan
dan standar HSE yang berlaku termasuk persyaratan maupun spesifikasi dari PEMILIK.
Dalam pelaksanaannya, HSE manager akan membentuk tim untuk mendokumentasikan
peraturan perundang-undangan dan standar dibidang HSE. Dari hasil identifikasi ini
kemudian disusun Peraturan HSE dan Pedoman pelaksanaan HSE proyek.

Sebagai bagian dari implementasi terhadap pemenuhan peraturan perundangan,


Perusahaan akan membuat peraturan HSE dicetak dalam bentuk buku saku yang
dibagikan kepada tenaga kerja agar selalu dibawa pada setiap melakukan aktifitas
pekerjaan, sehingga setiap pekerja dapat lebih mudah dalam memahami peraturan HSE
proyek.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 25 of 35

Detail dari pemenuhan terhadap persyaratan peraturan perundangan yang berlaku sesuai
dengan Lampiran-07.

Rencana Kerja
Untuk pekerjaan dengan bahaya spesifik, Manajer Konstruksi Lapangan harus
bertanggung jawab menyiapkan data yang lengkap tentang bahaya tersebut serta
menugaskan Subkontraktor menyiapkan dan menyerahkan Rencana Kerja (Work
Execution Plan). Berikut ini adalah aktifitas konstruksi, tetapi tidak hanya terbatas dan
dipertimbangkan memiliki bahaya kerja yang spesifik :
 Pekerjaan Pembongkaran fasilitas eksisting (pondasi, tanki, dIl).
 Pemasangan dan pembokaran Scaffolding (lebih tinggi dari 10 m, Suspend type dan
overhanging type scaffold)
 Pekerjaan listrik (setelah dialiri arus listrik)
 Pekerjaan pengangkatan dengan beban berat, tinggi, atau peralatan yang tidak
seimbang dan bangunan structure yang mengunakan crane atau mesin angkat (dengan
berat beban lebih dari 5 ton)
 Radiography
 Penggalian lobang dan parit yang dalam (dengan kedalaman 5 m lebih)
 Bekerja di dalam ruang terbatas (vessel, tangki, dll)
 Bekerja di peralatan yang sedang berjalan (running).
 Bekerja di dalam area proses operasi (existing)
 Mengangkat peralatan yang sedang bekerja

Work Execution Plan (Rencana kerja) yang diserahkan oleh Subkontraktor harus diperiksa
oleh personel yang berkompoten dan berpengalaman yang di tunjuk oleh Manager
Konstruksi. Manager HSE/ Deputy Manager HSE harus dilibatkan dalam permeriksaan
Work Execution Plan.

Alat Pelindung Diri (APD/ PPE)


Dalam melaksanakan segala aktifitas di proyek, KONTRAKTOR dan Subkontraktor akan
menyiapkan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD/ PPE) pada semua pekerja maupun
karyawan dan disesuaikan dengan keperluan masing-masing di lingkup kerjanya. Type/
warna maupun standar teknis dari tiap-tiap APD mengacu pada regulasi yang berlaku
maupun persyaratan PEMILIK. Jenis APD yang akan dipakai untuk kelengkapan

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 26 of 35

keselamatan di proyek sesuai dengan aktifitas pekerjaannya antara lain : Sepatu Safety,
Helm, Safety Goggles, Hand Gloves, Ear Plug, dll.
Untuk kontrol terhadap pendistribusian APD ke masing-masing pekerja, KONTRAKTOR
akan membuat Logbook khusus untuk APD.
Untuk mengatur terhadap APD/ PPE, KONTRAKTOR mempunyai prosedur Personal
Protective Equipment (PPE).

Program Kepedulian, Pelatihan dan Kompetensi HSE


Kompetensi adalah pengetahuan, pemahaman, praktis dan keterampilan berpikir yang
diperlukan untuk melaksanakan secara efektif berdasarkan standard yang diperlukan
dalam lingkup kerjanya masing-masing. Hal itu diidentifikasi dan ditunjukkan melalui
perilaku set yang mencakup keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan sifat-sifat
pribadi yang sangat penting untuk peran sukses dan prestasi yang berkaitan dengan
kepedulian HSE.

KONTRAKTOR sangat memperhatikan kebutuhan tingkat kompetensi masing-masing


personil dalam hal HSE baik untuk personil kunci (key person) maupun pekerja yang
melakukan pekerjaan spesifik pada lingkup kerjanya.
Level kompetensi pada dasarnya diperlihatkan dengan 3 dasar yaitu KSA
(Knowledge,Skill, Attitute), yang salah satunya didapat melalui pelatihan. Pelatihan dapat
dilakukan baik internal maupun eksternal.

Manajer Umum Lapangan dibantu oleh Manajer HSE melakukan seleksi kepada masing-
masing personil di jajaran bawahannya terhadap persyaratan Kompetensi HSE baik dari
segi pengalaman sebelumnya maupun kelengkapan kursus-kursus maupun pelatihan yang
telah dilakukan sebagai kebutuhan kecakapan dalam lingkup kerjanya terhadap kepedulian
HSE.

Selain itu, Subkontraktor diharuskan mengirimkan susunan organisai beserta personil


incharge-nya yang dilengkapi dengan Riwayat Pekerjaan (CV) untuk mendapatkan
persetujuan dari pihak KONTRAKTOR terhadap tinjauan pemenuhan persyaratan HSE.
Di dalam masa Konstruksi berlangsung, KONTRAKTOR akan membuat program yang
berhubungan dengan peningkatan kompetensi personil yang berkaitan dengan HSE yang
disesuaikan kebutuhan pencapaian progress pekerjaan Konstruksi, baik berupa pelatihan-
pelatihan (pelatihan kebakaran, emergency evakuasi, dll), kursus-kursus (kerja aman di

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 27 of 35

ketinggian, scaffolding, kerja di ruang terutup/ confine space, dll), maupun penggalakan
pelaksanaan safety observasi (STOP) untuk menjadikan budaya kerja aman yang melekat
pada semua personil baik karyawan/staff maupun pekerja lapangan dari pihak
KONTRAKTOR dan Subkontraktor.

Ijin Kerja/ Surat Ijin Kerja Aman (SIKA)


Ijin Kerja/ Work Permit akan dibuat oleh KONTRAKTOR untuk semua jenis pekerjaan dan
baru bisa dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari pihak PEMILIK. Ijin Kerja/ Surat
Ijin Kerja Aman (SIKA) yang dibuat dilengkapi dengan Job Safety Analysis/ analisa potensi
bahaya serta langkah-langkah pencegahannya/ penanggulangannya, sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat dihindari.
Perhatian yang lebih untuk persyaratan ijin kerja ialah pada lingkup pekerjaan yang
berhubungan dengan fasilitas operasional eksisting antara lain pipa dan kabel
underground, potensi bahaya terhadap fasilitas eksisting di sekitar lokasi pekerjaan, dll.

Manager HSE harus bertanggung jawab untuk mengesahkan Prosedur ijin kerja
KONTRAKTOR yang digambarkan sebagai berikut :
 Kondisidan jenis izin kerja yang diperlukan
 Departement atau orang yang berwenang mengeluarkan ijin kerja
 Proses aplikasi dan langkah pembuatan ijin kerja
 Survey kondisi eksisting yang melibatkan pihak berwenang dari PEMILIK dan atau
pengukuran yang diperlukan

Prosedur ijin kerja akan disesuaikan dengan persyaratan SIKA (Surat Ijin Kerja Aman) dari
pihak PEMILIK. Ijin kerja dari Subkontraktor dan persyaratannya harus tergambar jelas di
dalam prosedur ijin kerja KONTRAKTOR.

Program Transportasi dan Jalan


Kecelakaan Ialu-lintas merupakan kerugian utama di Iingkungan proyek maupun di luar
sekitar area proyek.
Pada saat awal pekerjaan konstruksi, KONTRAKTOR membuat peraturan berlalu-Iintas di
lapangan. Peraturan lalu-Iintas tersebut meliputi kepemilikan izin mengendarai kendaraan
yang sesuai dengan negara, batas kecepatan maksimal, Pemakaian seat belt, rute-rute
yang boleh dilalui, lokasi parkir, kelengkapan APAR, inspeksi dan perawatan yang

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 28 of 35

diperlukan untuk kendaraan, hukuman bagi para pelanggar, dn. Peraturan lalu-Iintas harus
ditaati oleh semua pengemudi dan para pejalan kaki. Selain itu, peraturan lalu-lintas di
area proyek maupun ruang lingkup operasional PEMILIK juga harus ditaati.

Program Inspeksi dan Pemeliharaan Peralatan


KONTRAKTOR mempunyai prosedur Inspeksi Keselamatan Peralatan (Safety Equipment
Inspection). Inspeksi dan supervisi adalah merupakan keharusan terhadap seluruh
peralatan baik peralatan alat berat (Lifting crane, excavator, bulldozer, dll) maupun
peralatan kerja ringan (gerinda, peralatan mesin Ias, dll) sebelum peralatan tersebut
digunakan di area proyek, Inspeksi dilakukan oleh tim berwenang dari HSE
KONTRAKTOR, Subkontraktor maupun perwakilan dari pihak PEMILIK (disesuaikan
dengan keperluan).

Perencanaan Peralatan dan Mesin


KONTRAKTOR dan Subkontraktor harus mengadakan survey terhadapo peralatan
konstruksi yang dibutuhkan, dan memilih serta menyediakan peralatan yang sesuai
dengan persyaratan HSE dan aman untuk digunakan. KONTRAKTOR akan meninjau
kecukupan rencana pemakaian peralatan. Kapasitas dari crane, daya angkat, sling, dll,
akan dianalisa dan ditentukan sehingga tidak ada peralatan yang akan dioperasikan
melebihi kapasitas yang sudah ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
Subkontraktor harus memasukan prosedur inspeksi, operasi, dan perawatan peralatan
konstruksi kedalam program HSE yang diajukan ke KONTRAKTOR. Prosedur itu harus
tetap mengacu kepada rekomendasi pabrik pembuat maupun persyaratan
KONTRAKTOR.

Inspeksi
Seluruh peralatan bergerak harus diinspeksi oleh Inspektor Peralatan Konstruksi dan
Departemen HSE KONTRAKTOR. Peralatan yang dipertimbangkan tidak aman tidak
diijinkan untuk masuk dan diopersikan dilapangan. Semua bagian mesin dan
pengangkut peralatan harus dalam kondisi yang baik dan terawat.

Operator dan Sopir


Operator Crane dan sopir alat berat harus secara fisik dan mental memenuhi syarat dan
terlatih untuk mengoperasikan peralatan yang dikuasakan kepadanya. Dia juga harus
mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dari pemerintah

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 29 of 35

untuk jenis peralatan yang dioperasikannya. Kualifikasi operator akan menjadi bahan
periksa oleh Inspektor Peralatan Konstruksi dan Departemen HSE KONTRAKTOR.
Nama dan surat ijin (SIM/SIO) daripada sopir atau operator mesin dan alat yang akan
dioperasikan harus dikirimkan ke Departemen HSE KONTRAKTOR paling lambat dua
hari sebelum pekerjaan dilaksanakan. Semua sopir dan operator harus mengikuti tes
lapangan yang dilakukan oleh Departemen HSE KONTRAKTOR, setelah itu baru
dikeluarkan ijin operasinya.

Jadwal Inspeksi dan Pemeliharaan


Semua peralatan konstruksi harus diinspeksi dan dirawat sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Catatan inspeksi dan perawatan harus Iengkap dan terawat untuk
bahan pemeriksaan dan persetujuan.

Perawatan peralatan harus dilakukan dilokasi yang telah ditentukan. Bocoran dan
tumpahan dari peralatan harus segera dibersihkan dan dibuang pada tempat yang telah
ditentukan, tidak boleh terjadi tumpahan oli atau minyak ditanah.
Sistem keselamatan dalam bekerja harus ada pada saat melakukan perawatan atau
perbaikan dan tidak boleh melakukan perbaikan pada saat mesin hidup atau berjalan.

KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINDUNGAN LINGKUNGAN


7.11.1 Material Safety Data Sheets (MSDS)
MSDS untuk semua jenis bahan kimia, bahan mentah, bahan campuran dan produk harus
dikumpulkan dan dibuat suatu paket proses. Dalam hal unit bahan dipasok oleh technology
provider atau vendor khusus terkait bahan berbahaya dan beracun, MSDS harus
disediakan oleh mereka.

7.11.2 Kesehatan
Penerangan ruangan yang memadai untuk area proses, utilitas dan area pengembangan
lain harus disediakan.

Sistim lampu penerangan untuk Plant


(Pabrik) harus terdiri dari:
 Lampu Penerangan Normal.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 30 of 35

 1.2. Lampu Penerangan Darurat

 1.3. Lampu Penerangan untuk Pe-nyelamatan Diri (dalam keadaan kritis)


Sistim lampu penerangan normal harus member pencahayaan yang memungkinkan para
operator plant dapat bergerak dengan aman dalam area plant yang dapat di-akses, untuk
menjalankan tugas rutin termasuk membaca panel instrumen, mengoperasikan valve,
dsb. serta melaksanakan semua pekerjaan maintenance dan penyetelan per-alatan.
Lampu Penerangan darurat dibutuhkan untuk memberikan pencahayaan yang memadai
untuk personil operasi guna melakukan tindakan operasional atau prosedur shutdown
yang harus dilaksanakan mengikuti terjadinya kegagalan tenaga listrik. Lampu
Penerangan darurat disediakan pada segala fasilitas Plant dan kelengkapannya seperti
rumah gen set, rumah pompa, UPS, instrumen-instrumen, dalam substation, safety
shower dan perangkat pengamanan lainnya.

Lampu Penerangan penyelamatan diri (dalam keadaan kritis) disediakan di semua


bangunan, untuk dapat menuntun personil keluar dari bangunan-bangunan tersebut
melalui escape route yang sudah ditentukan. Sistim Lampu penerangan untuk camp
harus mencakup semua bangunan, jalanan untuk pejalan kaki antara bangunan-
bangunan tempat tinggal, area rekreasi, kantin, helipad, jalanan dan area tempat parker
kendaraan. Lampu-lampu dekoratif harus disediakan
untuk taman dan penerangan landscape. Fasilitas luar ruangan seperti kolam air, lapangan
parkir, helipad dll, harus dipasangi lampu sorot, bila diminta dalam disain detail.

Power outlet (soket untuk penyambungan listrik untuk power tool) harus disediakan pada
jarak setiap 30m disepanjang jalan utama dan jalan untuk pejalan kaki yang mengakses ke
bangunan-bangunan.

Jenis socket harus disesuaikan untuk area dimana power outlet tersebut ditempatkan.

 Kebisingan
Kontrol atas tingkat kebisingan sangat diperlukan. Jika pengurangan kebisingan pada plant
dan peralatan sulit direalisasikan, maka peralatan harus dikelilingi tembok peredam suara
bising jika perlu.

Kebutuhan akan kontrol atas kebisingan dan getaran harus dipertimbangkan sejak
pembuatan desain instalasi. Untuk referensi terinci, baca Peraturan Pemerintah berikut ini:

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 31 of 35

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,No.49 /MENLH/11/1996 mengenai Standar


Tingkat Getaran
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48/MENLH/ 11/1996, mengenai Standar
Tingkat Kebisingan Lingkungan Thermal Radiasi termal yang berasal dari permukaan
panas,tungku, cerobong api dan sebagainya harus dibatasi ke tingkat yang serendah
mungkin, sehingga personil dapat bekerja tanpa adanya ketidaknyamanan.

Batas tertinggi paparan radiasi yang diijinkan pada seseorang secara terus menerus, tanpa
mengakibatkan kerugian sebesar 500 Btu/hr.ft2. Radiasi solar adalah sekitar 220 Btu/hr.ft2.
Ketinggian cerobong api harus didesain hingga tingkat radiasi pada bagian dasarnya
kurang dari 500 Btu/hr.ft2 saat peak flaring.

 Keselamatan
Area Paparan Potensial

Paparan dari bahan kimia di bagian stasiun pemrosesan umumnya minimal, karena
kebanyakan bahan kimia ditangani dalam sistem tertutup misalnya jalur pipa dan
bejana. Namun demikian, resiko paparan bahan kimia tetap ada, dikarenakan:
a. Pengambilan sampel
b. Pengeringan peralatan saat pekerjaan maintenance
c. Pengeringan dan penyaluran bahan kimia saat operasi permulaan dan penutupan.
d. Kebocoran lewat titik-titik lemah misalnya, valve gland, seal pompa, dll.
e. Kecelakaan patah/pecah pada jalur dan peralatan

Ketentuan Mengenai Menekan Resiko Paparan Dalam Desain Paparan pada pabrik gula dapat
terjadi dalam kasus operasi awal, penghentian operasi dan juga operasi normal.

Desain harus dibuat sehati-hati mungkin dengan memasukkan tindakan pencegahan dan
perlindungan keselamatan sejauh diperlukan, guna mengurangi, jika tidak dapat menghilangkan,
resiko bocornya material berbahaya dan dengan demikian menekan resiko paparan.

Resiko kebocoran / pelepasan bahan berbahaya dapat dikurangi saat tahap desain, dengan cara:
 Meminimalkan sambungan pada peralatan /perpipaan.
 Memakai fittings/glands khusus
 Meminimalkan sambungan bercabang misalnya pada instrument dll.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 32 of 35

 Merancang titik pengambilan sampel untuk bahan kimia berbahaya.


 Memakai mechanical seal khusus untuk peralatan berputar
 Meminimalkan pelepasan dari pressure safety relief valve ke atmosfir
 Meminimalkan asap keluar dari stack/lubang angin.
 Meminimalkan kebocoran pada closing bejana /silinder.

Fitur Desain untuk Meminimalkan Paparan


Tindakan yang harus dilakukan dalam tahap desain dan juga beberapa pertimbangan untuk
menekan resiko paparan adalah sebagai berikut:

Spesifikasi material Perpipaan harus memberikan panduan yang jelas untuk pemilihan flange dan
gasket yang sesuai untuk kebutuhan pengoperasian dan kondisi operasi khusus, temperatur dan
tingkat tekanan khusus.

Valve umumnya dipasang dengan stem mengarah vertikal ke atas. Gate valve dipasang di sekitar
valve pelindung / pelepas dan jalur cerobong api harus dipasang dalam posisi stem mengarah
horizontal atau vertikal ke bawah agar menghindari gate tersebut jatuh tidak sengaja dan
menghalangi jalur.

Semua jalur pengering titik rendah dan ventilasi titik tinggi pada Perpipaan harus dirancang untuk
ujungnya dipasangi blinding dan /atau tutup atau sumbat.

Sambungan di masa mendatang harus di-blind. Saluran contoh harus dikelompokkan bersama
sejauh mungkin. Hal ini harusdilakukan dengan suatu sample cabinet dan fasilitas saluran
pengering umum. Fasilitas ini tidak akan diletakkan pada ujung mati pipa. Panjangnya akan dibuat
sependek mungkin.

Titik pengambilan contoh dibuat dua valve. Tidak boleh ada tekukan di antara valve. Valve
sampling kedua (di luar) haruslah berukuran sama atau lebih kecil daripada valve dalam. Ujung
keran pengambilan sampel haruslah sesuai untuk pengambilan sampel.

Saluran pengambilan contoh untuk pekerjaan bahan beracun harus dilengkapi dengan saluran
pengambilan contoh. Melalui saluran pengambilan contoh dapat dialirkan ke jalur proses
bertekanan lebih rendah atau header cerobong api. Sehingga sampel dapat dikumpulkan di
saluran tersebut.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 33 of 35

Semua peralatan yang digunakan di dalam pabrik gula juga harus dipasang dengan saluran
pembuangan
tertutup, sehingga dapat mengeringkan keseluruhan kandungan saluran pengering ke header
tertutup tanpa tercecer keluar.
Tandem seal atau seal mekanik ganda sesuai ASME
harus digunakan untuk semua pompa dan kompresor bahan kimia / hidrokarbon yang sangat
berbahaya.
Fasilitas tersebut harus termasuk instrumentasi pengaman / monitoring misalnya tombol level,
tombol
tekanan, dll.

 Emergency Shut-Down Valves (ESDV)


Terdapat beberapa ketentuan yang mengharuskan paparan seminimal mungkin terhadap bahan
kimia berbahaya dalam pengembangannya, misalnya ketentuan mengenai Emergency Shut
Down Valves (ESDV). ESDV digunakan untuk mengisolasi peralatan yang bernilai inventoris
tinggi dalam kasus putusnya suatu jalur atau kegagalan seal mekanis. Dengan adanya perangkat
ini, peralatan besar dapat diisolasi secepatnya.

Analisa Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL)


Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan harus dilakukan oleh EPC(Engineering,
Procurement &Construction) Kontraktor selama tahap engineering, yang meliputi sebagai
berikut:
■ Studi Hazard Identification (HAZID)
■ Studi Hazard And Operability (HAZOP)
■ Penilaian Resiko Kualitatif (QRA)
■ Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
■ Klasifikasi Area Hazard

 Studi Hazid
Hazard Identification (HAZID) adalah suatu tehnik dalam mengenali secaradini setiap
resiko dan ancaman bahaya potensial. Teknik ini harusdilakukan selama tahapan FEED
jika PFD sudah tersedia, agar dari awal sudah dapat mengenali resiko bahaya utama
terhadap Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) sehingga
mampu memberikan masukan pada keputusan –keputusan pengembangan proyek. Hal ini

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT K3 DAN RK3 Page 34 of 35

memungkinkan dibuatnya suatu desain yang lebih aman dan hemat biaya dan resiko
minimal terkena penalti karena perubahan desain.

 Studi Hazop
Hazard and Operability Study (HAZOP) adalah suatu tehnik terstruktur guna mengenali
resiko bahaya potensial dalam proses produksi atau dalam tahapan desain. Situasi yang
berbahaya dalam proses produksi terjadi ketika ada penyimpangan dari kondisi operasi
normal.

Konsep dasar dari tehnik tersebut adalah agar dapat memperhitungkan proses dan
mempertanyakan setiap aspek operasionalnya guna mencari penyimpangan dari
tujuan awal desain, dan apa penyebab penyimpangan serta konsekuensinya.

Studi HAZOP harus dilaksanakan dalam tahap engineering dasar oleh kontraktor EPC, jika
semua data P&ID, dan lembar data desain peralatan telah tersedia.

Studi HAZOP tambahan harus dilaksanakan selamatahapan engineering terinci, jika


terdapat perubahan yang dilakukan dalam desain proses oleh kontraktor EPC. Semua
rekomendasi yang dibuat dalam Studi HAZOP harus dikaji/revisi ulang. Dan jika sudah
tepat, harus diterapkan dalam desain. Akhirnya, suatu Studi HAZOP tambahan harus
dilaksanakan untuk mengkaji perubahan tersebut.

 Studi Penilaian Resiko Kualitatif


Studi QRA akan menelaah dampak keseluruhan pada fasilitas dan area sekelilingnya
secara kumulatif dengan mempertimbangkan kejadian kegagalan individual dan
menentukan akibat dan frekuensi kegagalan semacam itu.

Awalnya proses akan dinilai dan disusun suatu daftar skenario potensi bahaya. Skenario
yang dipilih haruslah yang paling lengkap dengan mengikutsertakan resiko bahaya yang
paling mungkin dan paling buruk. Studi QRA harus mampu mengenali resiko individual
maupun resiko sosial. Studi QRA yang lengkap harus dibuat selama fase engineering
terinci jika semua rincian mengenai peralatan dan item vendor/kontraktor telah tersedIa

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.

PT.ADHI KARYA (Persero) Tbk.


PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI ENGINEERING
PROCUREMENT CONSTRUCTION AND COMMISSIONING (EPCC)
PENGEMBANGAN DAN MODERNISASI PG ASSEMBAGOES SITUBONDO
PROPOSAL ADMINISTRASI DAN TEKNIS
SECTION B.8 KONSEP PENYELENGGARAAN K3 DAN RENCANA K3 KONSTRUKSI
PART B.8.1 ANALISA BAHAYA TERKAIT TERKAIT K3 DAN RK3 Page 35 of 35

Anda mungkin juga menyukai