Anda di halaman 1dari 71

ISSN : 2355-9284

Jurnal Desain Interior Vol.1 No.1 Hal. 01-63 Juni 2014 ISSN : 2355-9284
i

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR

NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Desain Interior “Sekolah Tinggi Desain Bali” Volume 1 Nomor 1 Juni 2014 merupakan
edisi pertama yang bertemakan “Interior dalam Dunia Pendidikan”. Edisi ini diawali dengan
artikel yang berjudul tentang Kajian Interior Elemen Pembentuk dan Pelengkap Pembentuk
Ruang oleh Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T. Artikel kedua dengan judul Variasi Desain
Interior Coffee Shop di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung oleh Freddy Hendrawan, ST, MT.
Artikel ketiga dari I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI dengan judul Penerapan Elemen-Elemen
Interior Gaya Jepang pada Restoran Ryosi Ubud. Artikel keempat yaitu Signifikansi Pencahayaan
Buatan pada Perancangan Interior Galeri oleh I Wayan Juliatmika, S.T., M.T. Artikel berikutnya
oleh Bambang S. Yudhistira yang berjudul Presentasi Visual dalam Proses Desain Interior. Dan
artikel terakhir adalah Lokal Genius pada Interior Etnik Bali Masa Kini oleh Ni Nyoman Sri
Rahayu, ST, MT.

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Desain Bali atas motivasi dan
masukannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi
Desain Bali atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran selanjutnya sangat
kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca
yang budiman, kami ucapkan terimakasih.

Redaksi :
Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali
Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459
Website: http://www. std-bali.ac.id
ii

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR

NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

Pelindung dan Penanggung Jawab :


Nyoman Suteja, Ak.
Kadek Sudrajat, S.Kom
Penasehat :
Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA, Dipl.LMP
Ketua Dewan Redaksi :
Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T.
Mitra Bestari :
Martin Morrell (Morrell Architects, Newcastle, Nsw, Australia)
I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI
I Wayan Juliatmika, ST, MT
Dewan Editor :
Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T.
Freddy Hendrawan, ST, MT
Redaktur Pelaksana :
Inten Pertiwi, S.I.P
Indah Puspita Sari, S.Ds
Desain Cover :
Aditya Wahyu Ramadhan
Alamat Redaksi : Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali
Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459
Website: http://www. std-bali.ac.id

Jurnal ini diterbitkan sebagai media publikasi bagi karya-karya tulis dosen-dosen dan civitas akademika pada Program Studi
Desain Interior STD Bali. Selain itu juga sebagai wahana informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni,
desain interior dan arsitektur. Karya yang disajikan berupa hasil penelitian, tulisan ilimah populer, studi kepustakaan, review
buku maupun tulisan ilmiah terkait dalam lingkup desain interior. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat, dengan
frekuensi terbit secara berkala 1 (satu) kali setahun yaitu Juni. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis dan
Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.
iii

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR

NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH :


1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah popular (aplikasi,
ulasan, opini) dan diskusi.
2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4, spasi
Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari tepi kertas.
3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5 halaman.
4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times New Roman
16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas (nama penulis
naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).
5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulis dan
alamat email dibawah nama.
6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar kata kunci
(keyword) diletakkan setelah abstrak.
7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1 spasi.
Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.
8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New Roman 12 pt
9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dan tabel
tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).
10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas dengan huruf
kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan untuk nomor dan
judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan foto yang bersangkutan.
11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatan kaki yang
berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip). Rumus-rumus
hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan. Ukuran huruf dalam
rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf ratarata 1,6 mm).
12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasi
diletakkan sebelum daftar pustaka.
13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannya
harus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul. kota: penerbit. Judul dicetak
miring.

KETERANGAN UMUM :
1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan naskah
bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.
2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.
3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria
yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulis
naskah untuk ditanggapi.
iv

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR

NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

DAFTAR ISI

COVER

PENGANTAR REDAKSI i
TIM DEWAN REDAKSI ii
PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH iii

DAFTAR ISI iv

KUMPULAN JURNAL

KAJIAN INTERIOR ELEMEN PEMBENTUK DAN PELENGKAP 1


PEMBENTUK RUANG
Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, ST, MT

VARIASI DESAIN INTERIOR COFFEE SHOP DI KOTA DENPASAR 18


DAN KABUPATEN BADUNG
Freddy Hendrawan, ST, MT

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN INTERIOR GAYA JEPANG PADA 28


RESTORAN RYOSI UBUD
I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI

SIGNIFIKANSI PENCAHAYAAN BUATAN PADA PERANCANGAN 38


INTERIOR GALERI
I Wayan Juliatmika, ST, MT

PRESENTASI VISUAL DALAM PROSES DESAIN INTERIOR 47


Bambang S. Yudhistira

LOKAL GENIUS PADA INTERIOR ETNIK BALI MASA KINI 55


Ni Nyoman Sri Rahayu, ST, MT
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 1

KAJIAN INTERIOR ELEMEN PEMBENTUK DAN


PELENGKAP PEMBENTUK RUANG

Oleh:
Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, ST, MT
Ketua Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : emmi_41287@yahoo.com

Abstrak

Ruang merupakan bagian pokok yang menjadi objek dalam perancangan interior. Hal ini
dikarenakan segala sesuatu yang berada di dalam sebuah ruang memerlukan suatu rancangan
interior yang sesuai dengan kebutuhan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam suatu
perancangan interior yaitu perancangan elemen pembentuk ruang yaitu lantai, dinding dan
plafon serta pelengkap pembentuk ruang yaitu pintu, jendela dan ventilasi. Maka dari itu
sebelum merancang elemen-elemen tersebut, diperlukan suatu kajian yang menjelaskan apa
saja bagian-bagian yang perlu dirancang dan diperhatikan. Kajian tersebut berisi mengenai
penjelasan masing-masing elemen tersebut yang terdiri dari bahan/material, jenis-jenis, kesan
atau suasana yang ditimbulkan serta contoh-contoh visual desainnya. Kajian mengenai elemen
pembentuk dan pelengkap pembentuk ruang ini bertujuan menambah pengetahuan didalam
merancang bagian-bagian suatu interior bangunan sehingga dapat menghasilkan suatu desain
yang bermanfaat dan memiliki nilai estetika.

Kata kunci : elemen pembentuk ruang, elemen pelengkap pembentuk ruang, kajian interior.

Abstract

Space is the main part of the object in interior design. It’s because the entire thing inside the
space need an interior design according the needs. One thing that needs to be concern in
interior design is the element design of forming space (floor, wall and ceiling) and the
complementary elements of space (door, window and ventilation). Therefore, before designing
those elements, we need an analysis which are explains what is the part that need to be
designed and concerned. The analysis will explain about each element which is including the
materials, the types, the produce of impressions and environments also the example of the
visual design. The analysis about the forming and complementary space elements will
increase the design knowledge parts of a building interior, in order to creates an useful
design and have aesthetic values.

Keywords : the elements of forming space, the complementary elements of forming space,
interior analysis.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 2

1. PENDAHULUAN ruang sehingga menjadi satu kesatuan


Ruang merupakan wadah yang berperan dalam suatu bangunan. Adapun elemen
utama dalam proses perancangan interior. pembentuk ruang terdiri dari 3 yaitu :
Sedangkan unsur-unsur pembentuknya
yang merupakan bagian dari perancangan 3.1.1 Lantai
interior adalah elemen pembentuk interior Lantai adalah bagian dari ruang interior
yang terdiri dari lantai, dinding dan plafon yang merupakan unsur bagian dasar suatu
serta elemen pelengkap pembentuk ruang serta penutup ruang bagian bawah
interiornya terdiri dari pintu, jendela dan yang berfungsi menjadi pemikul beban atau
ventilasi. Didalam merancang elemen- benda yang berada diatasnya baik benda
elemen tersebut yang harus diperhatikan mati seperti furniture, aksesoris, maupun
yaitu jenis-jenisnya, material, kesesuaian benda hidup berupa aktivitas manusia (Y.B.
dengan tema dan konsep, kebutuhan civitas Mangun Wijaya, 1980 ; 329). Dalam
dan aktivitas. pemilihan jenis pelapis lantai ditinjau dari
Seiring dengan perkembangan jaman, macam atau jenis kegiatannya, dan pada
terjadi perubahan dalam segala bidang umumnya dikenal beberapa klasifikasi
khususnya yang berhubungan dengan yaitu:
elemen-elemen perancangan interior. Selain a. Untuk lantai keras sifat pemakaian lebih
itu umumnya para desainer belum baik dan banyak menguntungkan, karena
memahami secara keseluruhan apa yang pembersihan yang mudah.
akan dirancang. Sehingga diperlukan suatu b. Sedangkan lantai yang jenisnya medium
kajian yang membahas segala sesuatu yang lebih bersifat hati-hati.
akan dirancang khususnya yang Syarat-syarat bentuk lantai antara lain:
berhubungan dengan elemen-elemen dasar 1. Kuat, lantai harus dapat menahan beban,
yang membentuk suatu ruang. 2. Mudah dibersihkan
Maka dalam pembahasan ini akan dibahas Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup
mengenai elemen pembentuk dan ruang bagian bawah serta lainnya adalah
pelengkap pembentuk interior seperti untuk mendukung beban-beban yang ada di
fungsi/manfaatnya, jenis-jenisnya, dalam ruang (D. K. Ching, 1999). Selain itu
karakteristik, material dan sebagainya. Fungsi lantai juga sebagai unsur dekorasi
dan sebagai penyerap / peredam suara (The
2. TUJUAN DAN METODE Encyclopedia Americana, 1990 : 263 dalam
PENGUMPULAN DATA Edy Dharma, 2012).
Dalam rangka pemanfaatan lantai sebagai
2.1 Tujuan penutup bagian dasar suatu ruang maka
Tujuan pembuatan artikel ilmiah ini untuk antara ruang luar dan dalam dibedakan jenis
mengetahui unsur-unsur dan penjelasan bahannya. Ruang luar pada umumnya
mengenai elemen pembentuk dan (exsterior) digunakan lantai yang bertexstur
pelengkap pembentuk ruang. kasar supaya tidak licin apabila terkena air.
Sedangkan untuk ruang dalam (interior)
2.2 Metode Pengumpulan Data digunakan bahan lantai yang mempunyai
Pengumpulan data ini dilakukan melalui studi warna, pola, dan dimensi serta texstur yang
kepustakaan baik dari buku maupun internet. halus. Macam-macam material penutup
lantai yaitu :
3. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK a. Lantai Tegel
INTERIOR RUANG Lantai tegel merupakan lantai yang terbuat
dari campuran semen dan pasir dengan
3.1 Elemen Pembentuk Ruang kombinasi warna yang beragam seperti abu-
Elemen pembentuk ruang adalah unsur- abu, merah, biru, kuning dan lain
unsur yang terdiri dari struktur wadah suatu sebagainya serta pada umumnya memiliki

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 3

ukuran (panjang x lebar) 30 cm x 30 cm kekurangannya lebih mudah berlumut jika


atau 40 cm x 40 cm. Ciri khas lantai ini sering terkena air sehingga untuk
mengikuti iklim Indonesia dan memberikan menanggulangi dilakukan pemolesan ulang.
kesan sejuk terhadap ruangan. Kelebihan c. Lantai Keramik
lantai tegel dibandingkan dengan lantai Lantai keramik merupakan lantai sifatnya
yang lainya adalah harganya yang lumayan sesuai dengan iklim Indonesia dan memiliki
murah dan pemasangan yang mudah. warna, corak dan ukuran lantai yang
Namun lantai tegel juga mempunyai beraneka ragam. Dari segi perawatan lantai
kekurangan yaitu jika terkena asam (cuka) keramik relative murah karena jika terkena
akan membekas/bernoda yang sulit untuk di cairan atau kotoran, cairan atau kotoran
bersihkan. tidak akan membekas.
Untuk pemilihan jenis tekstur, dibedakan
menjadi dua yaitu untuk ruang yang terkena
air secara langsung, menggunakan keramik
yang bertexstur kasar agar tidak licin.
Sedangkan untuk ruangan yang lain seperti
ruangan tamu, ruang tidur, dan ruang
keluarga yang jarang terkena air secara
langsung menggunakan lantai bertekstur
Gambar 1. Contoh Lantai Tegel halus.
Sumber:
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,
diakses tanggal 27 Juni 2014

b. Lantai Teraso
Lantai teraso merupakan lantai yang terbuat
dari semen dan pasir yang pada bagian
atasnya dilapisi bahan keras dengan
beberapa beberapa kombinasi campuran
antara kulit kerang laut dan pecahan
Gambar 3. Contoh Lantai Keramik
marmer, sehingga tampak berbagai corak Sumber: http://www.imagebali.net/detail-
dan texstur sesuai bahan yang digunakan. artikel/913-mengenal-jenis-jenis-keramik.php,
diakses tanggal 27 Juni 2014

d. Lantai Marmer
Lantai Marmer terbuat dari batu marmer
yang terbentuk dari proses alam yang
memakan waktu lama yang ukuran awalnya
berupa bongkahan yang kemudian dipotong
dan diolah dipabrik dengan membutuhkan
waktu yang lama juga. Jenis marmer yang
terdapat dipasaran ada dua yaitu lokal
Gambar 2. Contoh Lantai Teraso seperti berasal dari Lampung, Tulungagung
Sumber: dan Makasar serta impor seperti berasal dari
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,
diakses tanggal 27 Juni 2014
Italia, Australia dan Amerika.
Dari segi warna, motif dan ukuran
Pada umumnya ukuran lantai jenis ini yang bervariasi karena ditentukan sesuai dengan
dijual dipasaran yaitu ukuran (panjang x pesanan. Keunggulan lantai marmer yaitu
lebar) 20 cm x 20 cm atau 30 cm x 30 cm memiliki tampilan yang mewah,
dan berwarna putih. Untuk sifat lantai tegel menyejukkan suhu ruangan, tahan api dan
ini hamper mirip dengan lantai tegel namun memiliki struktur kuat sebagai penahan

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 4

beban yang berat dibandingkan jenis lantai tidak mudah hilang namun perawatannya
yang lain. Namun lantai marmer juga lebih mudah. Motif dan warna serta ukuran
memiliki kekurangan yaitu : yang terdapat dipasaran pada umumnya
1. Perawatannya susah dan harga yang sesuai dengan desain yang telah
relative mahal direncanakan.
2. Sulit menghilangkan noda dari cairan f. Lantai Kayu (Parquet)
yang berwarna seperti kopi, teh, tinta, Lantai kayu atau parquet berasal dari kata
dan lainnya. parquetry yang berarti seni memasang atau
3. Marmer jika terkena cahaya matahari menata bilah-bilah kayu tipis dengan pola
secara terus-menerus akan berlumut dan geometris pada sebidang lantai
mengalami perubahan warna. (Chaerunnisa, 2008). Lantai kayu alami ini
Dari kelemahan tersebut maka marmer pada dibagi menjadi dua jenis yaitu lantai yang
umumnya lebih cocok digunakan untuk tidak memerlukan pengolahan dan
interior seperti ruang tamu, kamar tidur, pemasangan secara khusus, biasanya
ruang keluarga, dan lain-lain. berbentuk balok atau papan dan lantai kayu
alami yang diolah dahulu untuk dapat
menimbulkan kesan estetika, misalnya parket.
Jenis parket ada 2 yaitu parket yang terbuat
dari kayu solid dan parket yang terbuat dari
kayu asli dengan teknologi layer (engineer
parquet) untuk mencapai tingkat kestabilan
yang sempurna.

Gambar 4. Contoh Lantai Marmer


Sumber: http://architectaria.com/memilih-
lapisan-penutup-lantai-yang-tepat-untuk-rumah-
anda.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

e. Lantai Granit
Lantai Granit berasal dari Italia, Australia
dan Amerika dan merupakan jenis batuan
yang terbentuk dalam waktu ratusan tahun
dan tidak dapat diperbaharui sehingga
harganya lebih mahal dari batu marmer.
Gambar 6. Contoh Lantai Kayu/ Parket
Sumber: http://architectaria.com/memilih-
lapisan-penutup-lantai-yang-tepat-untuk-rumah-
anda.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

Kekurangan dari lantai kayu yaitu :


1. Mudah terbakar dan tergores
Gambar 5. Contoh Lantai Granit 2. Mudah menyusut dan memuai terhadap
Sumber: http://architectaria.com/memilih- cuaca
lapisan-penutup-lantai-yang-tepat-untuk-rumah- 3. Memerlukan persiapan dan perawatan
anda.html, diakses tanggal 27 Juni 2014 khusus agar tidak terserang rayap atau
hama kayu, dengan cara diberi obat anti
Sifat dari lantai granit sama seperti marmer rayap atau hama kayu
yaitu tahan api dan memiliki struktur kuat 4. Plesteran dasar sebelum dipasang lantai
sebagai penahan beban yang berat dan jika kayu juga harus kedap air sehingga lantai
terkena cairan berwarna akan meresap dan

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 5

kayu tidak lembab atau basah sehingga e. Anti slip, lantai Yaitu mempunyai daya
bisa menyebabkan kebusukan lantai. resistance yang tinggi dan mempunyai
permukaan yang tidak licin sehingga
g. Lantai Vinyl tidak menimbulkan slip atau terpeleset
Lantai vinyl merupakan lantai yang terbuat biasa digunakan pada jalan yang miring
dari bahan dasar PVC (bahan untuk atau tangga datar (untuk kaum difable)
plastik). Lantai vinyl terdiri dari dua jenis
yaitu vinyl tile (kotak/persegi) dan vinyl h. Lantai Karpet
sheet (bentuk gulungan/rol). Karakter dari Lantai karpet merupakan lantai yang terbuat
lantai vinyl ini yaitu ringan, elastis (lentur), dari bahan seperti wol, wol sintetis, bulu
mudah menyerap suara, tahan guncangan sisntetis, katun dan anyaman rami serta
dan gerakan, tahan terhadap cuaca, mudah cocok digunakan di daerah subtropis atau
untuk perawatannya, tahan rayap dan jamur dalam kondisi ruangan yang dingin (AC).
serta mudah untuk direnovasi ulang. Lantai ini dapat dibagi dua yaitu :
a. Karpet satuan yang dipakai sebagai
aksen pemanis ruangan (tidak
permanen). Motif, warna, dan ukurannya
bermacam-macam serta bentuknya
terdiri dari kotak, persegi dan lingkaran.
b. Karpet yang secara permanen ditempel
pada lantai seluruh ruangan. Bentuk dan
ukurannya disesuaikan dengan kondisi
ruangan.
Gambar 7. Contoh Lantai Vinyl Lantai karpet memiliki kekurangan yaitu
Sumber: http://desainrumahkeren.com/dekorasi- dalam hal perawatannya lebih susah dari
rumah/cara-pemasangan-lantai-vinyl-untuk-
ruang-interior-rumah-minimalis.html, diakses jenis lantai lainnya seperti susah
tanggal 27 Juni 2014 dibersihkan jika terkena noda dan cairan,
pembersihannya menggunakan penyedot
Lantai vinyl memiliki berbagai macam jenis debu atau dibawa ke dry cleaning.
dan spesifikasi kegunaan antara lain :
a. Anti microbakterial, yaitu mempunyai
ketahanan dan tidak mudah
terkontaminasi oleh bakteri maupun
jamur sehingga selalu higienis dan
biasanya digunakan di rumah sakit.
b. Anti static, yaitu tahan terhadap
goncangan dan pergeseran ringan dan
tidak mudah rusak oleh hal tersebut.
c. Anti chemical, yaitu mempunyai
ketahanan pada berbagai macam
chemical dan tidak mudah rusak apabila
ketumpahan chemical. Jenis ini biasa
digunakan dilaboratorium dan pabrik
chemical.
d. Moving load resistant, yaitu mempunyai
ketahanan pada beban berat yang
bergerak seperti lintasan forklift trolley Gambar 8. Contoh Lantai Karpet
dan juga mempunyai heavy resistance Sumber:
http://blog.propertykita.com/interior/lantai-
dan biasa digunakan di pabrik dan
cantik-dengan-hamparan-karpet-indah/, diakses
gudang tanggal 27 Juni 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 6

Beberapa bahan yang dipakai akan untuk a) Dinding pemikul, ialah suatu dinding
finishing lantai akan berpengaruh dimana dinding tersebut menerima beban
terhadap pembentukan suasana ruang, atap atau beban lantai, maka dinding ini
antara lain ( J. Pamudji Suptandar, 1991): berfungsi sebagai struktur pokok.
a. Lantai : b) Dinding penahan, ialah suatu dinding
- Bahan penutup lantai yang memberi yang menahan gaya-gaya horizontal.
suasana hangat, misanya: karpet, parket, Biasanya dibuat untuk menjaga
jalur kayu, serat kayu, dan sebagainya. kemungkinan dari pengaruh air, dingin,
- Bahan penutup lantai yang memberi tanah. Dinding ini umumnya digunakan di
suasana dingin/sejuk. misalnya: marmer area yang tanahnya berkontur dan
batuan alami lantai keramik. dan dibutuhkan struktur tambahan untuk
sebagainya. menahan tekanan/ pergerakan tanahnya, air
- Bahan marmer, mempunyai karakteristik atau batu.
c) Dinding pengisi, ialah suatu dinding
permanen dan kaku. Penggunaan bahan
yang fungsinya mengisi bagian-bagian di
marmer sebagai penutup lantai
antara struktur pokok.
memberikan suasana yang indah dan sejuk 2. Dinding non struktur (non bearing wall)
(nyaman) Pada bangunan yang menggunakan sistem
-Bahan keramik tile. mempunyai non struktur kebebasan peletakan dinding
karakteristik indah, sejuk, dan luas. dan permukaan pada dinding dapat diatur
- Bahan kayu, mempunyai karakteristik menurut kehendak perencana, karena
alamiah, kedap suara, tahan lama, dan tumpuan atap terletak pada kolom-kolom
penghantar hangat yang baik. Suasana yang pendukung. Dinding non bearing wall
tercipta adalah suasana hangat, alami, dan terdiri dari: pasangan batu bata, pasangan
indah. batako, multipleks, asbes, plat alumunium,
dan lain sebagainya. Beberapa dinding jenis
3.1.2 Dinding ini, diantaranya :
Dinding merupakan salah satu elemen a. Dinding pembatas (Party walls), adalah
bangunan yang membatasi satu ruang
dinding pemisah/pembatas antara dua
dengan ruang lainnya dan memiliki bangunan yang bersandar pada masing-
beberapa fungsi yaitu :
masing bangunan. Selain untuk
1. Pembatas ruang luar dengan ruang dalam
menandakan batas lahan atau batas area luar
2. Penahan cahaya, angin, hujan, debu,
dan dalam hunian, dinding pembatas juga
suara, dan lain-lain yang bersumber dari
berfungsi sebagai dinding privasi.
alam
b. Fire walls, adalah dinding yang
3. Pembatas antar ruang di dalam rumah digunakan sebagai pelindung dari pancaran
4. Pemisah ruang yang bersifat pribadi dan kobaran api.
ruang yang bersifat umum c. Certain or Panels walls, adalah dinding
5. Sebagai fungsi artistik tertentu. yang digunakan sebagai pengisi pada suatu
Fungsi dinding lainnya yaitu sebagai konstruksi rangka baja atau beton.
peredam suara serta pelindung bagian d. Dinding tirai atau curtain wall, yaitu
dalam bangunan dari cuaca dan sebagainya. dinding yang digunakan pada bangunan
Berdasarkan fungsinya, dinding terbagi tinggi sebagai pelindung dari cuaca. Kaca
menjadi beberapa bagian yaitu : digunakan sebagai material non-struktur
1. Dinding Struktur ( bearing wall ) yang ringan, sehingga bangunan tak harus
Dinding jenis ini merupakan dinding yang menanggung beban berat.
mendukung sruktur diatasnya, misalnya
e. Dinding Partisi (Partition walls), adalah
sebagai pendukung atau tumpuan atap atau dinding yang digunakan sebagai
sebagai penumpu lantai ( pada bangunan pemisah/pembagi dan pembentuk ruang
bertingkat ). Secara konstruksi ada tiga
macam dinding, yaitu:

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 7

yang lebih kecil didalam ruang yang besar, 2. Dinding ditutup atau dilapisi dengan
dibedakan menjadi : bahan yang ornamentik atau dengan
1) Partisi permanen, yaitu sistem partisi memasang hiasan-hiasan yang ditempel
yang dibuat untuk membagi ruang seperti pada dinding.
halnya dinding struktural, tetapi tidak Material penutup dinding (finishing) terdiri
membutuhkan pondasi karena hanya dari beberapa jenis yaitu :
menahan beratnya sendiri. a. Cat
2) Partisi semi permanen, yaitu sistem Finishing yang paling umum dilakukan
partisi buatan pabrik yang mudah dibongkar adalah mengecat dinding menjadi berwarna
sesuai layout. Partisi ini biasa disebut dan memiliki sifat fungsional, seperti untuk
portable walls, yaitu pemisah ruang yang memberi suasana tertentu pada interior,
digunakan di ruang yang luas dan membuat rumah terlihat luas, lebih tinggi,
membaginya menjadi beberapa ruang yang lebih cerah dan lain-lain. Terdapat beberapa
lebih kecil seperti contoh : bangunan metode mengecat dinding, seperti metode
sekolah, gereja, convention centres, hotel mentutulkan kuas atau spons, serta
dan lain-lain. melakukan gerakan khusus pada kuas
3) Partisi moveable, yaitu partisi yang ketika mengecat, sehingga menghasilkan
dipakai pada hal-hal dimana suatu ruang motif tertentu.
dibuka untuk mendapatkan bentuk ruang
satu lantai yang lebih luas/partisi yang
dapat digerakkan atau dipindahkan sesuai
kebutuhan.

Gambar 9. Contoh Partisi Moveable Gambar 10. Contoh Finishing Cat


Sumber: http://www.bintanghome.com/rubrik- Sumber:
utama/tematik/1485-macam-macam- http://www.drogpatravel.biz/2013/06/kombinasi-
dinding.html, diakses tanggal 27 Juni 2014 warna-cat-rumah-minimalis.html, diakses
tanggal 27 Juni 2014
Warna dinding berpengaruh pada kesan
ruang yaitu warna-warna yang mengkilat b. Wallpaper
lebih banyak memantulkan sinar sebaliknya Wallpaper terbagi menjadi beberapa jenis
warna buram kurang memantulkan sinar. tergantung pada bahan pembuatnya seperti
Warna-warna yang terang memberikan kertas, vinil, non woven, aluminium foil
kesan ringan dan luas pada suatu ruang, dan natural weaves. Selain itu variasi lain
sedangkan warna gelap memberikan kesan dari wallpaper, pada warna dan motifnya.
berat dan sempit (Suptandar, 1982: 46). Wallpaper dapat diaplikasikan ke seluruh
Selain warna, dinding juga merupakan permukaan dinding, maupun pada bagian
bidang yang dapat dihias seperti (Pamuji tertentu saja, misalnya memberi aksen
Suptandar 1985: 30): border. Wallpaper motif seperti contoh :
1. Membuat motif-motif dekorasi dengan daun, bunga, garis, abstrak dan lainnya.
digambar, dicat, dicetak, diaplikasikan Kesan yang ditimbulkan oleh wallpaper
dan dilukis secara langsung didinding. seperti kesan modern, kreatif, elegan dan
lainnya.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 8

tampil beda dengan menggunakan tampilan


3 dimensi.

d. Lubang, Ceruk dan Relief pada Dinding


Selain memfinishing dinding rata dan polos,
dapat juga mengolah dinding tersebut
menjadi “tidak rata”. Seperti membuat
lubang yang bisa berfungsi sebagai tempat
“mengintip”, mendapatkan cahaya dari
ruang di sebelahnya yang lebih terang, serta
memberi efek luas pada ruangan tersebut.
Gambar 11. Contoh Finishing Cat Selain itu juga dinding dapat dibuat tidak
Sumber: rata dengan pembuatan ceruk yang
http://contohrumahminimalis.com/motif-
wallpaper-rumah-minimalis/, diakses tanggal 27
difungsikan sebagai rak untuk
Juni 2014 menempatkan pernak-pernik pajangan dan
art work yang memperindah ruang.
c. Panel Sedangkan pembuatan relief pada dinding
Terdapat banyak variasi panel dekorasi dapat dilakukan dengan semen atau gypsum
dinding, baik yang sudah jadi, tinggal dan dibentuk sesuai kreasi.
dipasang, maupun yang harus dikreasikan.
Umumnya panel dekoratif terbuat dari
material kayu dan gypsum. Di permukaan
panel dapat dikreasikan dengan memberi
lapisan wallpaper, berguna untuk menutupi
cacat pada dinding yang diakibatkan retak
rambut atau lembab. Jenis panel lainnya
yaitu carving panel yang dapat Gambar 13. Contoh Relief pada Dinding
Sumber:
diaplikasikan di semua bagian interior, http://mgr.ideaonline.co.id/iDEA2013/Interior/Re
seperti menjadi partisi, dekorasi dinding, novasi-Interior/Cantik-dengan-Relief-Paras-
panel pada furnitur dan lain-lain. Yogya, diakses tanggal 27 Juni 2014

Beberapa bahan yang dipakai akan untuk


finishing dinding akan berpengaruh
terhadap pembentukan suasana ruang,
antara lain ( J. Pamudji Suptandar, 1991):
Batu : Bermacam-macam batu alam (batu
kali. batu bata, batako dan sebagainya) .
Memberi kesan dan suasana relief mirip
Gambar 12. Contoh Penerapan Panel pada dengan dinding goa sehingga terasa adanya
Dinding pendekatan dengan alam indah hangat dan
Sumber:
http://www.bintanghome.com/dari-
merupakan sebuah usaha untuk
ahli/konsultasi-interior/312-wall-panel-klasik- menciptakan suasana dan unsur yang
modern.html, diakses tanggal 27 Juni 2014 berlainan.
- Cat : Penggunaan bahan cat sebagai
Keunikkan carving panel dibanding partisi penutup dinding memberi suasana yang
lainnya, terletak pada ukiran (carving) yang bersih, luas, dan rapi. Disamping itu juga
tembus. Hasil carvingnya dapat tergantung warna yang digunakan.
dimanfaatkan sebagai ventilasi atau lubang -Fiberglass:Penggunaan bahan fiberglass
pencahayaan dan penghawaan. Carving pada ruangmemberikan suasana ruang yang
merupakan salah satu cara membuat panel luas, bersih, modern, dan rapi.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 9

- Gelas : Cermin, kaca (kaca bening, maupun dapat dibagi menjadi empat bagian
rayben, kaca es) memberikan suasana indah supaya lebih mudah dalam penataan dan
dan modern, memperluas kesan ruang dan pemasangannya.
terang Keunggulan jenis plafond tripleks proses
pengerjaannya lebih mudah, harga yang
3.1.3 Plafon (Langit-langit) relatif murah dan bahan yang ringan
Plafon dapat diartikan sebagai pembatas memudahkan pengguna dalam perbaikan
antara ruang atas (atap) dengan ruangan apabila terjadi kerusakan untuk
bawah (Fred Lawson, 1994 : 126). Fungsi menggantinya. Kelemahan bahan tripleks
utama dari plafon dalam suatu disain yaitu tidak tahan terhadap rayap dan api sehingga
sebagai penutup ruang bagian atas. Selain mudah terbakar dan apabila sering terkena
itu juga berfungsi untuk pengaturan udara air atau rembesan maka akan mudah rusak.
atau ventilasi panas (Erns Neufert, 1989 :
93). Fungsi pendukung lainnya yaitu untuk
menjaga kondisi suhu di dalam ruangan
akibat sinar matahari yang menyinari atap
bangunan, menyembunyikan peralatan
engineering (seperti: kabel instalasi listrik,
telfon, pipa hawa), terminal equipment
serta struktur atap sehingga interior ruangan
tampak lebih indah dan untuk melindungi
ruangan-ruangan didalam rumah dari Gambar 14. Contoh Plafond dari Bahan Triplex
rembesan air yang masuk dari atas atap, Sumber:
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,
menetralkan bunyi atau suara yang bising diakses tanggal 27 Juni 2014
pada atap pada saat hujan, serta sebagai
pemberi kesan estetika khususnya pada 2. Eternit atau Asbes
interior ruangan. Dalam pasaran ukuran plafond eternit atau
Ketinggian plafon mempunyai pengaruh asbes adalah 1.00 m x 1.00 m dan 0.50 m x
besar terhadap skala ruang yaitu jika tinggi 1.00 m. Keunggulannya proses
cenderung menjadikan ruang terasa terbuka, pengerjaannya mudah sehingga tidak
segar dan luas, memberi suasana menemui kendala serta bahannya yang
agung atau resmi, khususnya jika rupa dan ringan memudahkan pengguna untuk dapat
bentuknya beraturan. Sedangkan plafon mengganti apabila terjadi kerusakan.
yang rendah, sebaliknya, mempertegas Kelemahan bahan dari eternit atau asbes
kualitas ruangnya dan cenderung tidak tahan terhadap goncangan dan
menciptakan suasana intim dan ramah benturan sehingga harus berhati-hati dalam
(Ching, 1996 : 193). proses pemasangan plafond supaya tidak
Kualitas plafond rumah dipengaruhi oleh patah atau retak.
bahan atau material plafond yang dipakai,
dimana setiap bahan atau material plafond
tentunya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Beberapa contoh bahan
plafon yaitu :
1. Tripleks
Plafon dengan bahan tripleks merupakan
jenis penutup plafond yang sering dipakai.
Ukuran tripleks dipasaran adalah 122 cm x Gambar 15. Contoh Plafond dari Bahan Asbes
244 cm dengan ketebalan 3 mm, 4 mm dan Sumber:
6 mm. Pemasangan plafond ini dapat http://www.hunianmungil.com/2013/09/asbes-
material-plafon.html, diakses tanggal 27 Juni
dipasang lembaran tanpa dipotong-potong 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 10

3. Serat (Fiber) 5. Akustik Board


Saat ini plafond fiber sudah banyak Plafond akustik merupakan solusi dalam
digunakan. Dalam aplikasi untuk plafond merencanakan sebuah ruangan yang dapat
menggunakan papan GRC (Glassfiber meredam kebisingan. Ukurannya pada
Reinforced Cement) Board. Harganya umumnya yaitu 60 cm x 60 cm dan 60 cm x
relatif murah dibandingkan dengan tripleks. 120 cm. Keunggulan, dapat meredam suara,
GRC Board mempunyai ukuran 60 cm x bobotnya relatif ringan sehingga mudah
120 cm dengan ketebalan standar 4 mm. untuk perbaikan atau diganti dan proses
Keunggulan plafond GRC tahan terhadap pengerjaannya cepat. Kelemahan, tidak
api dan air, lebih kuat, ringan dan luwes tahan air dan di daerah tertentu masih
serta proses pengerjaannya cukup mudah. jarang dijumpai serta harganya relatif lebih
Kelemahan sama dengan plafond eternit mahal.
atau asbes tak tahan benturan.

Gambar 18. Contoh Plafond dari Akustik Board


Gambar 16. Contoh Plafond dari Bahan Fiber Sumber:
Sumber: http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/, diakses tanggal 27 Juni 2014
diakses tanggal 27 Juni 2014
6. Polivynil Chloride (PVC)
4. Gypsum Board Plafon PVC adalah jenis plafon yang
Plafond gypsum memiliki ukuran 122 cm x terbuat dari bahan PVC yang biasa
244 cm. Keunggulan, pada saat terpasang digunakan untuk bahan pipa air.
plafond gypsum memiliki permukaan yang Penggunaan PVC ini untuk plafon
terlihat tanpa sambungan, proses dikarenakan bersifat lentur dan ringan, dan
pengerjaanya lebih cepat dan rapi, mudah dapat digunakan dalam jangka lama.
diperoleh, diperbaiki serta diganti, tidak Keunggulannya yaitu kuat/tahan lama,
mudah terbakar, tahan rayap dan modelnya kedap suara, tidak merambat api, anti rayap,
bervariasi. anti karat, tahan air, tidak rentan udara
Kelemahan, tidak tahan terhadap benturan lembab, cepat dan mudah pemasangnnya,
dan air sehingga mudah rusak ketika motif bervariasi, hemat biaya dan tidak
terkena air atau rembesan air serta perlu finising (dempul/cat).
memerlukan keahlian khusus untuk
mengaplikasikannya.

Gambar 17. Contoh Plafond dari Bahan Gypsum Gambar 19. Contoh Plafond dari Bahan PVC
Sumber: Sumber: http://www.plafonpartisi.com/plafon-
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/, pvc/, diakses tanggal 27 Juni 2014
diakses tanggal 27 Juni 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 11

3.2 Elemen Pelengkap Pembentuk disusun secara vertikal diantara frame -


Ruang framenya.
3.2.1 Pintu
Pintu merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai tempat keluar dan
masuknya orang-orang yang melakukan
kegiatan dalam ruang (Suptandar, 1982 :
56). Pintu juga merupakan jalan masuk
untuk akses fisik seperti manusia, perabot,
dan barang-barang untuk masuk dan keluar
bangunan dari satu ruang ke ruang lain
dalam bangunan (Ching, 1996 : 220). Gambar 21. Contoh Pintu Plank
Penempatan pintu berpengaruh pada sistem Sumber:
http://www.entryways.com, diakses tanggal 27
sirkulasi yang dipergunakan, pengarahan Juni 2014
atau pembimbingan jalan. Keberadaan pintu
juga dapat mengendalikan jalan keluar c. Pintu Flush
masuk cahaya, suara, udara, panas dan Pintu model flush ini merupakan pintu
dingin (Ching, 1996 : 112). Jalan masuk dengan permukaan yang datar dan rata yang
bisa dibuat lebar atau sempit. Jalan masuk dibuat dari frame dan bagian inti tengah
yang lebar pada umumnya banyak dipakai pintu kemudian ditutup dengan veneer kayu
oleh bangunan kelas atas, sementara jalan yang halus. Sebagian besar pintu gaya
masuk yang sempit, banyak dipakai oleh modern dan kontemporer menggunakan
bangunan kelas menengah dan bawah model pintu flush ini.
(Ma’ruf, 2005 : 206). Terdapat beberapa d. Pintu Art dan Craft
jenis pintu yaitu : Tidak ada patokan baku mengenai model
a. Pintu Panel pintu jenis ini karena pada dasarnya model
Pintu panel adalah model pintu yang dibuat pintu art dan craft merupakan model pintu
dengan menggunakan konstruksi frame dan yang penuh dengan nilai seni. Pada pintu
panel. Panel merupakan istilah lain dari ini, pembuat/desainer pintu dapat dengan
papan kayu yang berukuran besar yang bebas menuangkan rasa seninya pada model
dipasang diantara frame - frame. Panel ini pintu ini.
membuat pintu menjadi kuat konstruksinya.

Gambar 20. Contoh Pintu Panel


Sumber:
http://www.sari-jati.com/pintu-panel-solid-
raised.html, diakses tanggal 27 Juni 2014
Gambar 22. Contoh Gambar 23. Contoh
b. Pintu Plank Pintu Flush Pintu Art dan Craft
Sumber: Sumber:
Pintu plank memiliki disain yang hampir http://www.made-in- http://www.heartofoak
mirip dengan pintu panel namun ukuran china.com, diakses workshop.com, diakses
panelnya jauh lebih besar. Plank kayu tanggal 27 Juni 2014 tanggal 27 Juni 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 12

e. Pintu Louver tahanan. Lain halnya dengan jendela yang


Pintu model ini terbuat dari frame dan slat - berukuran besar dan ditempatkan rendah
slat kecil yang dipasang menyerupai sirip. akan memberikan perasaan bebas
Bentuk sirip kayu yang horisontal inilah (Wilkening, 1989: 43). Ukuran jendela juga
yang disebut dengan louver atau bilah. berkaitan dengan cahaya penerangan
Dengan menggunakan model pintu ini, intensitas dan warnanya ditentukan oleh
memungkinkan udara masuk dengan bebas orientasi jendela dan penempatanya dalam
sehingga bisa berfungsi sebagai ventilasi ruang (Ching, 1996 : 208).
udara juga. Adapun tipe-tipe jendela adalah sebagai
f. Pintu Kaca berikut:
Sesuai dengan namanya, pintu model ini 1. Jendela Geser (Sliding Window)
menggunakan material kaca. Baik itu Sesuai namanya, jendela dengan tipe ini,
seluruh bagian terdiri dari kaca atau tetap dibuka dengan cara digeser (sliding
menggunakan frame dan bagian inti terdiri window), baik horizontal maupun vertikal
dari kaca. (double hung).

Gambar 26. Contoh Jendela Geser


Sumber:
http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/
memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses
tanggal 27 Juni 2014
Gambar 24. Contoh Gambar 25. Contoh
Pintu Louver Pintu Kaca 2. Jendela dengan Engsel atau Jendela
Sumber: Sumber:
http://www.masonite.co http://www.modernpiv Ayun
m, diakses tanggal 27 otdoors.com, diakses Beberapa jenis jendela ayun (swinging
Juni 2014 tanggal 27 Juni 2014 window) adalah casement (buka samping),
jungkit atau awning (engsel terletak di atas
3.2.2 Jendela kusen), hopper (engsel terletak di bawah
Jendela adalah salah satu bukaan yang kusen), dan nako (jalusi).
berfungsi sebagai penghubung ruang dalam
(interior) dan ruang luar (eksterior) maupun
sebagai tempat keluar masuknya udara dan
cahaya. (Suptandar, 1982: 61). Jendela yang
transparan secara visual dapat menyatukan
sebuah ruang interior dengan ruang luar
atau dengan ruang interior disebelahnya
(Ching, 1996 : 224). Jendela mempunyai
tiga fungsi yaitu sebagai penerima cahaya
dari luar, ventilasi dan mengatur Gambar 27. Contoh Jendela Ayun
pemandangan. Sumber:
Ukuran jendela mempengaruhi suasana dan http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/
memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses
perasaan bagi penghuni didalamnya. tanggal 27 Juni 2014
Susunan jendela yang kecil dan tinggi
memberi kesan sesak mengakibatkan Jendela ayun memiliki daun jendela yang
perasaan seakan-akan tersekap dalam sel salah satu sisinya terkait dan di operasikan

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 13

dengan cara di ayun keluar atau ke dalam. 8. Pivoted Window


Kelebihan jendela ini mampu menyediakan Merupakan tipe jendela yang daun
bukaan 100%. jendelanya dapat berputar 90 derajat atau
3. Fixed Windows 180 derajat secara horinsontal maupun
Jendela mati adalah tipe jendela yang tidak vertikal.
berventilasi sehingga hanya bisa 9. Jalousie Window
memasukan sumber cahaya. Tipe jendela Adalah jendela yang memiliki pelat-pelat
seperti ini umumnya hanya berupa lubang panjang horizontal (Sirip) dari kayu yang
kaca yang tidak dapat dibuka sehingga tidak tersusun rapat.
berfungsi untuk mengalirkan udara. 10. Bay Window
Bay Window merupakan jendela yang
posisinya menjorok atau menonjol kebagian
depan dan terletak di fasad. Salah satu efek
utama dari penggunaan jendela ini adalah
dapat menciptakan daerah cekung dalam
ruang atau interior. Ukuran sudut pada
cekungan tersebut adalah 150, 135 dan 90
derajat. Untuk bentuknya bervariasi dapat
berupa kubus atau polygonal. Selain
Gambar 28. Contoh Fixed Windows berfungsi sebagai jendela, bay window juga
Sumber: menciptakan ruang tersendiri di bagian
http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/
memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses
dalam.
tanggal 27 Juni 2014

4. Double Hung Window


Merupakan jendela yang terdiri atas 2 daun
di susun vertikal dan di operasikan dengan
cara menggeser salah satu daun jendela
secara vertikal.
5. Single Hung Window Gambar 29. Contoh Bay Window
adalah jendela yang memiliki bentuk fisik Sumber: http://hpmirror.com/24-tips-decoration-
bay-window-to-ventilate-your-home-elegant-
yang sama dengan Double Hung Window decor/, diakses tanggal 27 Juni 2014
yang membedakannya adalah hanya 1 daun
yang dapat di geser, Single Hung Window 11. Bow Window
hanya bisa menyediakan 50% bukaan. Merupakan tipe jendela yang hampir mirip
6. Awning dan Hopper dengan Bay Window hanya saja
Tipe jendela ini memiliki prinsip kerja yang perbedaannya terletak pada format
mirip dengan jendela ayun hanya saja sisi jendelanya di buat melengkung.
jendela yang di kaitkan adalah sisi atas atau 12. Ox-Eye/Bull’s Eye Window
bawahnya. Adalah jendela kecil yang berbentuk
7. French Window lingkaran, bundar atau oval sering di sebut
Adalah tipe jendela dengan sepasang juga Oeil de boeuf window (jendela mata
jendela ayun yang di juga berfungsi sebagai banteng). Pada umumnya dipasang di
aksen keluar masuk. Karena memiliki bagian fasad, dibuat di lantai dua atau jika
fungsi ganda sebagai pintu ruang kamar hanya terdiri dari satu lantai saja maka
tidur merupakan lokasi yang tepat untuk diletakkan bukan ditengah dinding
French Window karena sebagian besar melainkan dipuncaknya atau diatas pintu.
bukaan mengarah ke dalam, Biasanya Aplikasi tipe jendela satu ini sering terlihat
aplikasi jendela ini menghadap ke taman menggunakan elemen kaca patri atau kaca
yang berdekatan dengan kamar tidur. warna-warni.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 14

Gambar 30. Contoh Oeil de Boeuf Window Gambar 32. Contoh Fanlight Window
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Oeil-de- Sumber:
boeuf, diakses tanggal 27 Juni 2014 http://www.hfmillwork.com/1818_federal_style_li
brary_.html, diakses tanggal 27 Juni 2014
13. Ribbon Window
Tipe jendela satu ini selalu bentuk 16. Fortochka Window
horizontal memanjang seperti pita, jendela Fortochka merupakan sebutan dari bahasa
ini bisa di buat bersegmen atau menerus rusia yang artinya ventilasi kecil pada
tanpa segmen keberadaan tipe jendela jendela. Sehingga jendela ini pada umunya
Ribbon Window menjadi salah satu ciri dibuat menyatu dengan jendela lain atau
bangunan bergaya minimalis modern. dibuat secara permanen ukuran jendela ini
14. Sidelight Window kecil dan terletak pada bagian pojok atas
Merupakan jendela yang letaknya jendela utama.
disamping kiri atau kanan pintu utamanya.
Bentuk jendela ini selalu mengikuti bentuk
pintu karena letaknya berdekatan dengan
pintu namun ukurannya lebih vertical dan
menyempit. Pada umumnya jenis jendela
ini diaplikasikan pada bangunan yang
memerlukan pencahayaan yang cukup.

Gambar 33. Contoh Fortochka Window


Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Fortochka,
diakses tanggal 27 Juni 2014

17. Louvre Window


Jendela yang terdiri dari beberapa lembar
Gambar 31. Contoh Sidelight Window (strip) kaca horizontal serta memerlukan
Sumber: http://hpmirror.com/24-tips-decoration- engkol untuk membukanya (Kaca Nako).
bay-window-to-ventilate-your-home-elegant-
decor/, diakses tanggal 27 Juni 2014

15. Fanlight Window


Jendela model ini bentuknya sangat spesifik
yaitu setengah lingkaran atau seperti kipas
yang sedang terbuka. Hal ini dikarenakan
pada bagian dalamnya terdapat sekat-sekat
atau teralis dibagian kacanya. Jendela ini
lebih sering berada diatas pintu atau dibuat Gambar 34. Contoh LouverWindow
menyatu dengan pintu serta dibuat dalam Sumber:
dua sistem yaitu permanen sehingga tidak http://www.abandw.com/product/windows-
bisa dibuka atau memakai engsel sehingga system/winsuite/louver-windows.php, diakses
tanggal 27 Juni 2014
bisa dibuka dan ditutup kembali.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 15

18. Skylight Window


Jendela yang berada di atap untuk
menampung cahaya alami sinar matahari.

Gambar 37. Contoh Jendela dan Kusen


Aluminium
Sumber:
http://kusenalumuniumbandung.wordpress.com/
page/2/, diakses tanggal 27 Juni 2014

Gambar 35. Contoh Skylight Window c. Jendela dan Kusen Fiberglass


Sumber: http://www.rumahuni.com/skylight-
solusi-ruang-terang-alami/, diakses tanggal 27
Jenis kusen ini mempunyai keunggulan
Juni 2014 cukup ringan dan mudah untuk
mengerjakannya, biayanya cukup efisien.
Beberapa material jendela yang umum Keunggulan lainnya adalah jenis fiberglass
digunakan yaitu : kelihatan lebih segar dan lebih bersih.
a. Jendela dan Kusen Kayu Penempatan jendela untuk bahan ini cocok
Kayu merupakan salah satu material yang untuk interior dan eksterior.
sangat mudah untuk dibentuk dan dihias d. Jendela dan Kusen Vinyl
dalam berbagai bentuk dan warna, serta Bahan jendela yang popular karena
kusen dan jendela dapat menahan beban memiliki keunggulan seperti efisien energi,
yang lebih kuat. Kelemahan kayu adalah terjangkau, dan terlihat bagus dan cocok
mudah rusak bila sering terkena hujan dan dengan berbagai bentuk bangunan modern,
adanya perubahan cuaca panas ke musim penggunaan bahan ini cukup mudah
hujan, mengalami pemuaian atau susut, dikerjakan dan sangat tahan lama.
rentan terhadap rayap.
3.2.3 Ventilasi
Ventilasi ialah salah satu pelengkap
pembentuk ruang yang berfungsi dalam
penyediaan udara segar ke dalam suatu
ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu
ruangan baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan
harus mempunyai syarat-syarat,
Gambar 36. Contoh Jendela dan Kusen Kayu diantaranya:
Sumber: a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum
http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/ 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses
tanggal 27 Juni 2014
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka
dan ditutup) minimum 5%. Jumlah
b. Jendela dan Kusen Alumunium keduanya menjadi 10% kali luas lantai
Untuk model jendela jenis ini biasanya ruangan.
lebih ringan daripada kayu, oleh karena itu b) Udara yang masuk harus udara bersih,
wajib diperhatikan pemasangannya guna tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari
menghindari kebocoran serta cukup kuat pabrik, sampah, debu dan lainnya.
terhadap cuaca. Untuk perawatan dilakukan c) Aliran udara diusahakan Cross
pembersihan secara berkala adalah hal yang Ventilation dengan menempatkan dua
mudah dilakukan supaya permukaan tidak lubang jendela berhadapan antara dua
mengalami pertumbuhan jamur.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 16

dinding ruangan sehingga proses aliran 4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI


udara lebih lancar. Adapun simpulan dan rekomendasi dari
kajian ini yaitu :

4.1 Simpulan
Kesimpulan dari kajian elemen pembentuk
Gambar 38. Contoh Ventilasi dalam Ruangan
dan pelengkap pembentuk ruang yaitu :
Sumber: 1. Elemen pembentuk ruang terdiri lantai,
http://yudhisoegian.wordpress.com/2009/12/27/m dinding dan plafon. Lantai merupakan
erancang-rumah-sehat-nyaman-1/, diakses penutup ruang bagian bawah yang
tanggal 27 Juni 2014 jenisnya terdiri dari lantai tegel, teraso,
keramik, marmer, vinyl dan karpet.
Ventilasi terdiri dari dua prinsip, yaitu :
Dinding merupakan salah satu elemen
a. Ventilasi Horisontal
bangunan yang membatasi satu ruang
Ventilasi horizontal timbul karena udara
dengan ruang lainnya yang terdiri dari
dari sumber yang datang secara horizontal.
dinding struktur dan nonsturuktur serta
Kondisi ini bisa terjadi bila ada satu sisi
untuk finishingnya berupa cat,
(bagian rumah) yang sengaja dibuat panas
wallpaper, panel, lubang, ceruk dan
sementara di sisi lain kondisinya lebih
relief. Plafon merupakan penutup ruang
sejuk. Prinsip dasar udara yang mengalir
bagian atas dan finishing bahannya
dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke
terdiri atas tripleks, eternity/asbes,
daerah bertekanan rendah/panas.
serat/fiber, gypsum board, akustik board
dan Polivynil Chloride (PVC).
2. Elemen pelengkap pembentuk ruang
terdiri dari pintu, jendela dan ventilasi.
Pintu merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai tempat keluar dan
Gambar 39. Ventilasi Horisontal
masuk serta jenis-jenisnya yaitu pintu
Sumber: panel, pintu plank, pintu flush, pintu art
http://19design.wordpress.com/2011/04/23/menge dan craft, pintu kaca dan pintu louver.
nal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/, diakses tanggal Jendela adalah salah satu bukaan yang
27 Juni 2014 berfungsi sebagai penghubung ruang
b. Ventilasi Vertikal dalam dan luar dan sebagaitempat keluar
Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah masuknya udara dan cahaya. Type-type
memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan jendela yaitu jendela geser, ayun, fixed,
udara, baik di dalam maupun di luar yang double hung, single hung, awning dan
memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi hopper, french, pivoted, jalousie, bay,
vertikal ini akan sangat bermanfaat untuk bow, bull’s eye, ribbon, sidelight,
bangunan rumah 2 lantai atau lebih. fanlight, fortochka, louvre dan skylight.
Untuk bahan finishing jendela yaitu
kayu, aluminium, fiberglass dan vinyl.
Ventilasi merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai sirkulasi udara yang
terdiri dari dua prinsip yaitu ventilasi
horizontal dan vertikal.

Gambar 40. Ventilasi Vertikal


4.2 Rekomendasi
Sumber: Maka dari pembahasan diatas rekomendasi
http://19design.wordpress.com/2011/04/23/menge yang dapat diberikan yaitu perancangan
nal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/, diakses tanggal interior sangat penting untuk diperhatikan
27 Juni 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 17

sehingga unsur-unsur didalamnya perlu Suptandar, Pamudji. 1982. Interior Design


dikaji terlebih dahulu. Sehingga nantinya II. Jakarta : Erlangga
dalam melakukan perancangan sudah Suptandar, Pamudji. 1985. Perancangan Tata
menguasai terlebih dahulu apa saja yang Ruang Dalam: Interior Design. Jakarta:
perlu diperhatikan dalam merancang agar Fakultas Teknik Sipil dan
mendapat hasil rancangan yang terbaik. Perencanaan, Universitas Trisakti.
Suptandar, J.Pamudji. 1991. Desain
5. DAFTAR PUSTAKA Interior : Pengantar Merencana
Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior untuk Mahasiswa Desain dan
Interior. Erlangga, Jakarta Arsitektur. Jakarta: Djambatan.
Chressetianto, Ayhwien. 2013. Pengaruh Sutaryono, Putu. 2011. Desain Interior
Aksesoris Dan Elemen Pembentuk Paul Ropp Boutique. Pengantar Karya
Ruang Terhadap Suasana Dan Tugas Akhir. Denpasar : Program
Karakter Interior Lobi Hotel Artotel Studi Desain Interior, FSRD ISI.
Surabaya. Jurnal Intra Vol. 1, No. 1, Wilkening, Fritz. (1989). Tata Ruang.
1-7. Surabaya : Program Studi Desain Semarang : Penerbit Kanisius.
Interior, Universitas Kristen Petra
D.K.Ching, Francis. 1999. Arsitektur: Sumber Internet
Bentuk, Ruang dan Susunannya. http://www.tipsrawatrumah.com/2013/05/la
Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga. ntai-vinyl.html
Dwi Wahyuni, Klara. 2012. Desain Interior http://www.bintanghome.com/rubrik-
Restoran “Waroeng Spesial Sambal” utama/tematik/1485-macam-macam-
dengan Konsep Rustic of Javanese. dinding.html
Artikel Ilmiah. Denpasar : Program http://www.desainminimalismodern.com/11
Studi Desain Interior, FSRD ISI. 2-material-plafon-gipsumtripleks-
Ernst Neufert ; Amril Sjamsu .1989. Data atau-fiber-semen/
Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga. http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/1
Kusumawardhani, Martha. 2006. 23/, diakses tanggal 27 Juni 2014
Perencanaan dan Perancangan http://www.supplierbahanbangunan.com/pl
Interior Restaurant, Coffee Shop dan afon-pvc-2/plafon-pvc
Lobby. Tugas Akhir. Surakarta : http://www.plafonpartisi.com/plafon-pvc/
Jurusan Desain Interior Universitas http://www.desainminimalismodern.com/11
Sebelas Maret. 2-material-plafon-gipsumtripleks-
Lawson, Fred. 1994. Restaurant Planning atau-fiber-semen/
and Design. Cambridge : Cambridge http://carapedia.com/model_pintu_rumah_i
University Press nfo2404.html
Mangunwijaya, Y.B. 1980. Pasal-Pasal http://mandorbangunan.wordpress.com/arti
Penghantar Fisika Bangunan. kel/memilih-jenis-dan-material-
Jakarta: PT Gramedia. jendela/
Ma’ruf Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. http://www.gudangart.com/2011/12/tipe-
Jakarta (p3) : PT. Gramedia Pustaka dan-jenis-jendela-rumah.html
Utama. http://www.imagebali.net/detail-
Putra, Edy Dharma. 2012. Desain Interior artikel/1181-mengenal-jenis-jenis-
Restoran “Hu’u”. Artikel Ilmiah. jendela.php
Denpasar : Fakultas Seni Rupa dan http://19design.wordpress.com/2011/04/23/
Desain, ISI. mengenal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 18

VARIASI DESAIN INTERIOR COFFEE SHOP DI KOTA


DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

Oleh:
Freddy Hendrawan, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : freddy_hendrawan@yahoo.co.id

Abstrak

Setiap manusia selain dilahirkan sebagai seorang makhluk individu juga memiliki peran
sebagai makhluk sosial. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan untuk berinteraksi dengan
sesamanya mempengaruhi gaya hidup mereka sehari-hari. Semakin maraknya kedai-kedai
kopi (coffee shop) yang mewarnai pembangunan kota Denpasar merupakan salah satu
fenomena di dalam lingkungan masyarakat sebagai sebuah bentuk kreatifitas di dalam
menciptakan wadah untuk berinteraksi sosial. Keberadaan coffee shop menuntut adanya
sebuah kenyamanan, keamanan dan tampilan estetis yang mampu memberikan sebuah daya
tarik bagi setiap penikmat kopi. Di dalam penelitian kualitatif ini akan dilakukan identifikasi
terhadap variasi desain interior coffee shop dengan mengambil beberapa objek di Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung sebagai case study. Beberapa simpulan yang diperoleh
adalah konsep simpel dan moderen pada desain interior coffee shop terlihat melalui penerapan
wujud dasar segi empat dan lingkaran, kejujuran material menjadi salah satu komponen utama
untuk memperkuat karakteristik orisinalitas, suasana hangat, nyaman dan intim, serta adanya
penggunaan dekorasi berupa tulisan dan gambar yang mempromosikan mengenai kopi.

Kata kunci: Variasi, Desain Interior, Coffee Shop

Abstract

Every human was born as an individual and social creature as well. Currently, an interaction
requirement with the other are affects people lifestyle. The growths of coffee shop had given
the color for Denpasar City development which is one of the phenomenon in society as a form
of the creativity to create a social interaction community. The presence of coffee shops
requires a comfortable, security and aesthetic visual, so it will be able gives an attraction to
each coffee drinkers. This qualitative research will identifies the variations of the coffee shop
interior design through some objects in Denpasar City and Badung Regency as a case study.
Some conclusions are the simple and modern concepts on the coffee shop interior design is
visible through the application of the rectangular and circle basic shape, the honestly of the
material become one of the component to makes a strength characteristic of originalities,
warm, comfort and intimae, also the application of word and picture decorations to promote
about coffee.

Key words : Variations, Interior Design, Coffee Shop

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 18

1. PENDAHULUAN hingga larut malam sudah menjadi


Menurut International Coffee Organization, pemandangan yang biasa. Bahkan tradisi
penyebaran kopi di dunia dan budaya meminum kopi sangat erat kaitannya
meminum kopi berawal di benua Afrika. dengan kebiasaan berkumpul dan
Menurut sejarah dikatakan bahwa pohon berbincang-bincang di dalam lingkungan
kopi berasal dari Kaffa, Ethopia dan sosial. Hal inilah yang dapat terlihat hingga
biasanya buah kopi ini dikonsumsi oleh saat ini, ketika perkembangan jaman
para budak dari Sudan. Menurut Ir. Mudrig mentransformasikan tradisi meminum kopi
Yahmadi dalam bukunya Rangkaian yang awalnya hanya sebagai kebutuhan
Perkembangan dan Permasalahan Budidaya biologis menjadi kebutuhan sosial. Terbukti
dan Pengolahan Kopi di Indonesia, kopi dengan semakin maraknya bermunculan
pertama kali masuk ke Indonesia pada public facility maupun commercial facility
tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini sebagai wadah untuk melakukan interaksi
masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) sosial, salah satunya adalah coffee shop.
yang dibawa oleh Komandan Pasukan Fenomena sosial ini menyebabkan semakin
Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - banyak produsen maupun pengusaha untuk
India, kemudian ditanam dan menciptakan sebuah coffee shop yang
dikembangkan di tempat yang sekarang menarik dan unik, sebagai upaya untuk
dikenal dengan Pondok Kopi, Jakarta Timur memenuhi kebutuhan para penikmat kopi
dengan menggunakan tanah partikelir dan tempat untuk melakukan interaksi
Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian sosial. Seperti halnya kota Denpasar dan
mati akibat banjir, maka tahun 1699 Kabupaten Badung khususnya Kuta yang
didatangkan lagi bibit-bibit baru yang memiliki potensi di dalam bidang
kemudian berkembang di sekitar Jakarta perdagangan dan pariwisata. Perkembangan
dan Jawa Barat antara lain di Priangan dan coffee shop setiap tahunnya menawarkan
akhirnya menyebar ke berbagai bagian di desain interior yang variatif dan kreatif.
kepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali, Oleh karena itu, di dalam penelitian ini
Sulawesi dan Timor. akan dilakukan identifikasi terhadap variasi
Di negara-negara barat, meminum kopi di desain interior di Kota Denpasar dan
pagi hari bahkan sudah menjadi semacam Kabupaten Badung (Kecamatan Kuta)
ritual dan budaya. Tidak lengkap rasanya untuk memberikan sebuah gambaran
apabila memulai aktivitas tanpa menyeruput keberadaan coffee shop yang berkembang
secangkir kopi. Bahkan di Amerika, kopi menjadi sebuah wadah interaksi sosial.
menjadi minuman tradisional bagi
masyarakat. Kopi menjadi menu untuk
minuman pagi, sore dan malam hari. Di 2. METODE PENELITIAN
sana terdapat istilah Coffee Morning dalam Penelitian ini menggunakan metode
lingkungan masyarakat yang berarti saat itu penelitian kualitatif, yaitu dengan
adalah saat yang tepat untuk berbincang- melakukan observasi langsung terhadap
bincang sambil menikmati aroma dan rasa desain interior coffee shop yang ada di Kota
kopi (Sara Perry dalam Amer Risnadi, Denpasar dan Kabupaten Badung
1991). (Kecamatan Kuta) dengan mengambil
Kebiasaan meminum kopi di Indonesia juga sampel beberapa objek sebagai case study,
telah dilakukan dan terlihat sejak dulu serta yaitu Mangsi Coffee Shop, Castro Coffee
telah menjadi sebuah tradisi di Indonesia. Shop, Anomali Coffee Shop dan Starbucks
Tradisi meminum kopi di pagi hari saat Coffee Shop. Analisa dilakukan dengan
akan memulai aktivitas dan di malam hari mengindentifikasi desain interior masing-
untuk menghilangkan kantuk bagi mereka masing coffee shop dan akan dikaji
yang melakukan ronda, lembur ataupun menggunakan teori bentuk.
mahasiswa yang menyelesaikan tugas

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 19

3. TINJAUAN TEORI Tabel 1 Perumusan Variabel Ciri-ciri Visual


Menurut Ching (2000:34), bentuk bentuk
Sumber Ciri-ciri visual Variabel ciri-
didefinisikan sebagai sebuah istilah inklusif bentuk ciri visual
yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk bentuk yang
tidak hanya dapat dikatakan sebagai digunakan
penampilan luar saja, namun bentuk juga D.K. a. wujud a. Wujud
dapat dihubungkan dengan struktur internal Ching b. dimensi (horisontal,v
c. warna ertikal,
maupun garis eksternal serta prinsip yang
d. tekstur tekstur dan
memberikan kesatuan secara menyeluruh. e. posisi warna)
Ching juga menjabarkan ciri-ciri visual dari f.orientasi b. Material
bentuk terdiri dari unsur-unsur wujud, g. inersia visual. (alami dan
dimensi, warna, tekstur, posisi, orientasi Wucius a. wujud buatan)
dan inersia visual. Demikian pula dengan Wong b. dimensi/ ukuran c. Ragam hias
c. warna (dekorasi &
Wong (1996:10-11) yang menjabarkan d. tekstur ornamen)
bahwa unsur rupa atau bentuk terdiri dari Artini Perbendaharaan
wujud, dimensi atau ukuran, warna dan Kusmiati desain meliputi:
tekstur. a. titik
Menurut Kusmiati (2004:13), persepsi b. garis
c. bidang
visual dari bentuk fisik suatu karya terdiri d. bentuk
dari berbagai elemen, seperti elemen titik, e. tekstur
garis, bentuk, warna, tekstur dan pola. f. pola
Selain itu, Kusmiati juga menyatakan g. warna
bahwa rasa estetika desain dan arsitektur h. cahaya
i. nada
didasarkan pada elemen dan prinsip j. proporsi.
perancangan yang bisa dijelaskan secara
rasional dalam dua kategori, yaitu Elemen
perbendaharaan desain dan elemen Pendukung
pendukung. Perbendaharaan desain meliputi Estetika:
a. keseimbangan
titik, garis, bidang, bentuk, tekstur, pola, b. harmoni
warna, cahaya, nada dan proporsi. c. irama
Sedangkan elemen pendukung estetika d. Kesatuan
terdiri dari keseimbangan, harmoni, irama, e. komposisi
kesatuan, komposisi, dekorasi, dan material. f. dekorasi
g. material.
Perbedaan yang jelas antara warna Sumber: Modifikasi Ching, Wong, Kusmiati
permukaan suatu bidang dan daerah
sekelilingnya dapat memperjelas wujud Berdasarkan perumusan variabel ciri-ciri
suatu benda, sedangkan merubah tingkat visual bentuk tersebut dan hasil pengamatan
kegelapan warna permukaan dapat di lapangan maka diperoleh variabel ciri
menambah atau mengurangi bobot visual visual bentuk yang akan digunakan dalam
suatu bidang. Tekstur dan warna, bersama- penelitian ini, yaitu wujud, material, serta
sama mempengaruhi bobot visual dan skala ragam hias.
suatu bidang, serta tingkat kemampuan
menyerap atau memantulkan cahaya dan A. Wujud
bunyi (Ching, 2000:86). Terkait dengan hal Ching (2000:34) menyatakan bahwa wujud
tersebut, maka unsur tekstur dan warna merupakan sisi luar karakteristik atau
merupakan bagian yang menentukan wujud konfigurasi permukaan suatu bentuk
suatu benda, dan akan menjadi satu bagian tertentu. Wujud juga merupakan aspek
dengan unsur wujud. dimana bentuk-bentuk dapat diidentifikasi
dan dikategorikan. Selain itu dikatakan pula
bahwa wujud adalah karakter utama yang

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 20

dimiliki sebuah bidang dan ditentukan oleh dan persepsi visual yang menjelaskan
kontur garis yang membentuk sisi-sisi persepsi individu dalam corak, intensitas
sebuah bidang. Karena persepsi tentang dan nada. Warna adalah atribut yang paling
wujud dapat dikaburkan oleh pandangan menyolok membedakan suatu bentuk dari
perspektif, maka wujud sebenarnya dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi
sebuah bidang hanya dapat dilihat jika bobot visual suatu bentuk.
dipandang dari arah depan saja (Ching,
2000:18). Wong (1996:10) juga
mengatakan bahwa wujud merupakan rupa
keliling sebuah rancang dan jati diri utama
rancang tersebut.
Secara psikologis manusia akan
menyederhanakan lingkungan visualnya
untuk memudahkan pemahaman. Dalam Gambar 2. Warna asli dan buatan
setiap komposisi bentuk, manusia Sumber: http://www.flickr.com
cenderung mengurangi subjek utama dalam
daerah pandang ke bentuk yang paling Tekstur adalah nilai raba pada suatu
sederhana dan teratur. Semakin sederhana permukaan, baik itu nyata maupun semu.
dan teraturnya suatu wujud, semakin mudah Suatu permukaan mungkin kasar, halus,
untuk diterima dan dimengerti. Hal ini keras atau lunak, kasar atau licin. Tekstur
dapat dilihat secara geometri (gambar 1) merupakan karakter nilai raba yang dapat
bahwa wujud dasar terdiri dari lingkaran, dirasakan secara fisik dan secara imajiner.
segitiga, dan bujur sangkar atau persegi Tekstur kasar ketika diraba secara fisik
(Ching, 2000:38). memang menunjukkan suatu permukaan
yang kasar, sedangkan tekstur semu hanya
nampak oleh mata, karakternya kasar
namun ketika diraba tidak dapat dirasakan
sebagaimana yang dilihat sehingga tekstur
semacam ini hanya memberi kesan
imajinatif pada perasaan (Gulendra,
Segitiga 2010:2).
Menurut Kusmiati (2004:77-79) fungsi
utama dari warna dalam perancangan
adalah untuk: 1) meningkatkan kualitas atau
memberi nilai tambah, 2) sebagai media
komunikasi yang memiliki makna untuk
Lingkaran Bujur Sangkar
penyalur pesan dan informasi, 3) untuk
Gambar 1. Wujud Dasar dan Modifikasinya lebih menjelaskan suatu masalah karena
Sumber: Ching, 2000:38-41 warna memiliki daya tarik khusus, 4)
membantu membangun citra keagungan
Wong (1996:11) mengatakan warna atau karena warna memiliki sifat yang kuat
nilai terang dan gelap, membedakan sebuah dalam membentuk kesan dan kewibawaan,
bentuk dengan jelas dari lingkungannya dan 5) berfungsi untuk menutupi kelemahan
dapat berupa warna alam atau buatan atau kekurangan permukaan suatu bentuk
(gambar 2). Pada warna alam, warna asli atau benda yang dianggap kurang menarik.
bahanlah yang ditampilkan, sedangkan pada
warna buatan, warna asli bahan ditutup B. Material
dengan lapisan cat atau diubah dengan cara Material adalah bahan yang menjadi bakal
lain. Menurut Ching (2000:34) warna untuk membuat bahan baru, bahan mentah
merupakan sebuah fenomena pencahayaan bangunan seperti batu, semen, kapur dan

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 21

sebagainya (Kamus Besar Bahasa dipasang pada elemen-elemen arsitektur,


Indonesia, 2010:520). Menurut Kusmiati tetapi bukan merupakan bagian integral dari
(2004:116) bahan bangunan (building konstruksi dan semata-mata dipasang
material) memiliki sifat kekakuan sebagai elemen estetis serta merupakan satu
(stiffness), kekerasan (hardness), dan daya kesatuan dengan tempat dekorasi tersebut
tahan (durability). Perbandingan dari ketiga dipasang.
sifat tersebut dapat dihitung secara
matematika. Masing-masing bahan 4. ANALISA
memiliki keterbatasan kekuatan, sehingga Analisa akan dilakukan dengan
dapat retak, patah, atau melentur bila diberi mengidentifikasi objek penelitian yang
beban yang melebihi kemampuannya . telah ditentukan sebagai case study, yaitu
C. Ragam hias Mangsi Coffee Shop, Castro Coffee Shop,
Gomudha dalam Herlina (2010:20) Anomali Coffee Shop dan Starbucks Coffee
mengatakan bahwa ragam hias digolongkan Shop. Keempat objek tersebut akan dikaji
menjadi dua, yaitu ornamen dan dekorasi menggunakan variable ciri-ciri visual
(gambar 3). Perbedaannya adalah ornamen bentuk wujud, material dan ragam hias.
muncul sebagai akibat penyelesaian
konstruksi sedangkan dekorasi dipasang 1. Mangsi Coffee Shop
semata-mata hanya sebagai penampilan
estetis atau tempelan.

Gambar 4. Tampak Depan Mangsi Coffee Shop


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Ornamen Dekorasi Mangsi Coffee Shop adalah sebuah kedai


kopi yang berada di Jalan Hayam Wuruk
Gambar 3. Ornamen dan dekorasi No. 195 Denpasar. Menurut pemiliknya
Sumber: http://www.flickr.com
Made Windu Segara Senet, nama Mangsi
diadopsi dari istilah Bali yang merupakan
Istilah ornamen berasal dari bahasa Yunani, sebuah hasil proses akumulasi pembakaran
yaitu ornare yang artinya hiasan atau api dengan kekuatan Brahma (Dewa Api
perhiasan. Ornamen merupakan elemen dalam terminologi Agama Hindu).
pelengkap dalam suatu karya arsitektur A. Wujud
yang keberadaanya membuat suatu karya Wujud interior Mangsi Coffee Shop dapat
arsitektur menjadi lebih menarik, memiliki terlihat dari denah lantai setiap ruangan dan
jiwa dan karakter yang khas. Selain itu, tampak interior yang sebagian besar berupa
ornamen menjadi sarana untuk wujud dasar segi empat. Selain itu,
mengkomunikasikan konsep, ajaran dan bangunan yang memilih konsep mural
falsafah dalam kehidupan masyarakat. sebagai warna buatan dalam menutup
Ornamen memiliki makna yang lebih dari permukaan bidang ini menggunakan wujud
sekedar tujuan estetika (Depdiknas dalam dasar lingkaran yang diaplikasikan pada
Erisca, 2008:42). Sedangkan menurut furnitur ruangan, seperti meja, lampu hias
Prijotomo dalam Herlina (2010:20) dan beberapa dekorasi dinding.
dekorasi merupakan unsur tata hias yang

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 22

Gambar 6. Material pada Mangsi Coffee Shop


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

C. Ragam Hias
Ragam hias yang terdapat pada Mangsi
Coffee Shop didominasi dengan dekorasi
mural baik pada furnitur, dinding dan
dekorasi. Mural pada interior bangunan ini
Gambar 5. Wujud Dasar Mangsi Coffee Shop adalah berupa tulisan-tulisan jargon Mangsi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Coffee Shop dan informasi pelayanan yang
disediakan. Terdapat pula beberapa gambar
Tampilan visual terhadap wujud dasar segi labirin, penikmat kopi dan flora baik pada
empat terlihat dengan penggunaan potongan dinding maupun dekorasi.
papan kayu dengan tetap mempertahankan
warna dan tekstur alaminya pada meja,
dekorasi dan dinding pantry serta susunan
bata merah pada kolom interior bangunan.
Sedangkan untuk tampilan visual terhadap
wujud dasar lingkaran terlihat pada meja,
lampu gantung dan dekorasi dinding.

B. Material
Material pada interior Mangsi Coffee Shop
ini sebagian besar menggunakan kayu pada
dinding, furnitur maupun dekorasinya.
Selain itu terdapat beberapa kaleng minyak
bekas berukuran besar yang dimanfaatkan
sebagai kursi bar. Kejujuran material
diaplikasikan dengan mempertahankan Gambar 7. Dekorasi pada Mangsi Coffee Shop
warna dan tesktur papan kayu pada dinding Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
pantry dan penggunaan bata merah pada
kolom serta dinding area bar. Demikian 2. Castro Coffee Shop
pula pengaplikasian lantai plester halus Castro Coffee Shop adalah sebuah
tanpa menggunakan penutup keramik atau bangunan komersil yang berada di tengah-
sejenisnya yang memperkuat konsep alami. tengah permukiman penduduk di pusat kota
Sedangkan penggunaan warna buatan Denpasar, yaitu tepatnya di Jalan Suli
dilakukan dengan menciptakan mural pada No.14. Coffee shop dengan konsep desain
permukaan bidang dinding dan furnitur interior yang unik ini sering dijadikan
dibandingkan menutupi permukaan bidang tempat bagi para musisi untuk
dengan warna solid. menampilkan keahlian mereka.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 23

A. Wujud kayu pada furnitur meja, kursi, list dinding


Wujud dasar segi empat mendominasi dan partisi interior, stainless steel pada
denah lantai hingga furnitur dan dekorasi furnitur kursi, gypsum pada ceiling,
interior. Pengaplikasian balok-balok kayu keramik 40x40 cm sebagai penutup lantai,
dengan mempertahankan warna alami serta lapisan akustik pada beberapa
sebagai partisi dan drop down ceiling permukaan dinding untuk memperkuat
semakin menekankan penggunaaan wujud konsep Rock & Roll. Sebagian besar
segi empat pada desain interior ini. furnitur masih menggunakan warna alami
dari bahan yang digunakan, sedangkan
pewarnaan buatan terlihat hanya pada
ceiling dan sebagian kecil permukaan
dinding.

Gambar 9. Material pada Castro Coffee Shop


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

C. Ragam Hias

Gambar 8. Wujud Dasar Castro Coffee Shop


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Tampilan visual lainnya yang


memperlihatkan penerapan wujud dasar
segi empat tampak pada dekorasi interior
dinding adalah adanya penggunaan frame
foto dengan wujud dasar segi empat.
Bahkan pada beberapa bagian permukaan
dinding digunakan penutup dinding seperti
yang digunakan pada dinding interior studio
musik dengan grid segi empat. Penggunaan
warna buatan hanya terlihat pada ceiling
dan sebagian permukaan dinding.

B. Material
Beberapa jenis material yang digunakan
Gambar 10. Dekorasi pada Castro Coffee Shop
pada interior Castro Coffee Shop ini adalah Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 24

Interior Castro Coffee Shop menggunakan Tampilan visual wujud dasar lingkaran
dekorasi berupa gambar-gambar musisi terhadap coffee shop yang hanya
Rock & Roll yang dibingkai dalam frame menggunakan sedikit menggunakan
hitam, gambar biji kopi berukuran besar pewarnaan buatan pada interiornya terlihat
pada dinding pantry serta tulisan-tulisan dengan penggunaan kaleng minyak bekas
jargon atau quotes dalam frame kayu yang berukuran besar yang berfungsi sebagai
dipajang di hampir seluruh permukaan kursi dan meja. Selain itu, wujud dasar
dinding. geometris segi empat terlihat dominan pada
bukaan kaca, permukaan dinding, rak
3. Anomali Coffee Shop etalase, bahkan bantal duduk pada beberapa
Coffee Shop yang didirikan sejak tahun kursi.
2007 ini memiliki enam buah outlet yaitu
empat buah outlet di Jakarta dan dua buah B. Material
outlet di Bali (Seminyak dan Ubud). Konsep minimalis dan kejujuran material
Anomali Coffee Shop adalah salah satu dari terlihat melalui permukaan dinding yang
Coffee Shop khusus yang menyediakan diplester tanpa cat sehingga menampilkan
berbagai macam kopi bubuk dari seluruh warna alami dari bahan dasar semen. Selain
penjuru Indonesia. Analisa akan dilakukan itu bahan-bahan pabrikasi seperti
terhadap interior Anomali Coffee Shop yang alumunium, besi dan stainless steel tetap
berada di Jalan Kayu Aya No.7, Seminyak. dipertahankan melalui penggunaan velg
A. Wujud mobil sebagai kaki meja, serta kaleng
Wujud dasar denah interior Anomali Coffee minyak bekas berukuran besar sebagai kursi
Shop ini adalah segi empat. Demikian pula dan meja. Warna dan tekstur kayu
dengan sebagian besar furnitur dan dekorasi dipertahankan pada hampir sebagian besar
interiornya yang sebagian besar furnitur meja dan kursi untuk
mempertahankan warna alami dari material memperlihatkan orisinalitas.
yang digunakan. Wujud dasar lingkaran
dapat ditemukan pada beberapa furnitur
meja, kursi dan lampu gantung.
Penempatan pantry di tengah-tengah
ruangan semakin memperkuat penggunaan
wujud dasar segi empat.

Gambar 11. Wujud Dasar Anomali Coffee Shop


Gambar 12. Dekorasi pada Anomali Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 25

C. Ragam Hias untuk menjelaskan jenis Kopi Luwak,


gambar wanita berpakaian adat Toraja
untuk menjelaskan jenis Kopi Toraja
Kalosi, dan lainnya.

Gambar 13. Mesin Pengolah Kopi dan Rak Etalase


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Ornamen dapat terlihat melalui beberapa


hiasan pada lantai berupa pecahan batu
alam yang dibentuk menyerupai kelopak
bunga. Sedangkan beberapa dekorasi pada
interior Anomali Coffee Shop dapat terlihat
dengan adanya penggunaan lampu gantung
berbentuk bulat, toples-toples diatas meja
bar yang menunjukkan beberapa jenis
varian biji kopi, tulisan-tulisan dan mural
produk kopi dan para penikmat kopi pada
dinding, meja dan kursi. Terlihat pula alat Gambar 15. Dekorasi Mural dan Varian Kopi
pengolah kopi dan rak etalase Kopi Gayo Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Organik di bagian depan ruangan.
4. Starbucks Coffee Shop
Starbucks Coffee Shop adalah sebuah
perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi
global asal Amerika Serikat yang berkantor
pusat di Seattle, Washington. Perusahaan
ini didirikan pada tahun 1971 dan mulai
masuk ke Indonesia pada tahun 2002
Di Bali, khususnya Kabupaten Badung
Starbucks Coffee Shop mudah ditemukan
baik di dalam maupun di luar mall. Berikut
akan dianalisa interior Starbucks Coffee
Gambar 14. Dekorasi Papan Pelayanan Shop yang berada di dalam Galleria Bali
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Mall.

Dekorasi fungsional juga terlihat melalui A. Wujud


penggunaan papan yang digantung di atas Bila diamati dengan seksama, hampir
pantry yang berfungsi untuk menunjukkan sebagian besar desain interior Starbucks
seting pelayanan. Terlihat pula beberapa Coffee Shop memiliki konsep minimalis.
gambar jenis varian kopi berupa Konsep ini dapat terlihat dengan dominansi
menunjukkan ikon kebudayaan Indonesia penerapan wujud dasar geometris segi
seperti Hanoman untuk menjelaskan jenis empat baik pada denah interior, furnitur dan
Kopi Bali Kintamani, binatang Luwak

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 26

dekorasinya, serta penggunaan warna-


warna alami material yang digunakan. Permukaan luar interior didominasi dengan
bukaan kaca yang dilengkapi dengan blind
berupa kere yang terbuat dari bambu
sebagai antisipasi terhadap sinar dan panas
matahari. Permukaan lantai menggunakan
keramik berukuran 30x30 cm berwarna
abu-abu gelap turut memperkuat konsep
minimalis dan mampu mengimbangi
dominansi material kayu pada desain
interior ini.

Gambar 16. Wujud Dasar Starbucks Coffee Shop C. Ragam Hias


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Penggunaan balok-balok kayu segi empat


terlihat pada kursi, bar ceiling, partisi dan
penutup dinding. Bahkan bidang-bidang
kaca dengan permukaan bidang segi empat
yang luas ditempatkan hampir di sekeliling
interior. Terdapat pula beberapa meja dan
kaki meja dengan wujud dasar lingkaran.
Sebagian permukaan dinding menggunakan
pewarnaan buatan berupa cat berwarna Gambar 18. Dekorasi pada Starbucks Coffee Shop
krem untuk memberikan kesan simpel dan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
moderen.
Beberapa dekorasi yang terdapat pada
B. Material interior Starbucks Coffee Shop ini
Material kayu tampak terlihat digunakan menekankan pada pengenalan produk kopi
pada sebagian besar furnitur, ceiling, meja mereka sendiri serta jenis kopi yang ada di
bar, rak etalase bahkan penutup dinding. beberapa Negara seperti Ethopia dan
Penggunaan bahan-bahan sintetis terlihat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dengan
pada beberapa kursi rotan sintetis dan sofa adanya rak etalase yang memajang
di salah satu sudut interior. beberapa produk dan souvenir kopi milik
Starbucks itu sendiri. Selain itu penggunaan
balok-balok kayu sebagai penutup dinding
mampu sekaligus berperan sebagai dekorasi
interior.

5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa
terhadap empat objek yang dijadikan
sebagai case study mengenai variasi desain
interior coffee shop di Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan wujud dasar geometris segi
empat dan lingkaran menjadi dominansi
Gambar 17. Material pada Starbucks Coffee Shop desain interior coffee shop yang mampu
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 27

memberikan kesan simpel, praktis dan Sumber Internet


moderen. Anonim. 2007. Sejarah Kopi di Indonesia.
2. Kejujuran material sebagai bagian dari Available from URL: http://www.aeki-
konsep desain interior menjadi salah aice.org/page/sejarah/id.
satu peranan untuk memperkuat Anonim. 2014. Company Profile. Available
karakteristik orisinalitas dan suasana from URL:
hangat, nyaman serta intim. http://www.starbucks.com/about-
3. Sebagai bangunan komersil, us/our-heritage.
penggunaan rak etalase, tulisan iklan http://www.aeki-aice.org/page/sejarah/id
kopi, gambar jenis varian produk dan http://www.starbucks.com/about-us/our-
biji kopi dioptimalkan sebagai bagian heritage
dari dekorasi interior. Sovereign, Sarah. 2005. Brick. Available
from URL:
6. DAFTAR PUSTAKA http://www.flickr.com/photos/goodbye
Ching, D.K. 2000. Arsitektur: Bentuk pisces/64541307/.
Ruang dan Fungsi. Jakarta: Erlangga.
Erisca, Nandita. 2008. “Kelenteng Tanjung
Kait (Tinjauan Arsitektural dan
Ornamentasi)” (skripsi). Jakarta:
Program Studi Arkeologi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas
Indonesia.
Gulendra, I Wayan. 2010. Pengertian
Warna dan Tekstur. Dalam: Jurnal ISI
Volume 1 Nomor 6. Denpasar : Institut
Seni Indonesia.
Herlina, Putu Merry. 2010. “Penerapan
Arsitektur Tradisional Tiongkok pada
Bentuk dan Ragam Hias Bangunan
tempat Ibadat Tri Dharma Cao Fuk
Miao di Denpasar” (skripsi). Denpasar:
Program Studi Arsitektur Fakultas
Teknik. Universitas Udayana.
Kusmiati, Artini. 2004. Dimensi Estetika
pada Karya Arsitektur dan Disain.
Jakarta : Djambatan.
Risnadi, Amer. -. Perancangan Publikasi
Buku Kopi Indonesia: Kisah, Budaya,
Gaya Hidup. Binus University. Jakarta.
Wong, Wucius.1996. Beberapa Asas
Merancang Trimatra. Bandung: ITB.
Yahmadi, Mudrig. 2007. Rangkaian
Perkembangan dan Permasalahan
Budidaya & Pengolahan Kopi di
Indonesia. AEKI Jawa Timur: PT.
Bina Ilmu Offset.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 28

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN INTERIOR GAYA JEPANG


PADA RESTORAN RYOSHI UBUD

Oleh:
I Kadek Pranajaya, ST., MT., IAI
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : kparchitects@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini adalah untuk membandingkan elemen-elemen dan karakteristik dan suasana
interior pada restoran Ryoshi di Ubud Bali. Elemen-elemen yang dianalisis meliputi elemen
pembentuk ruang seperti lantai, dinding, plafond, pintu dan jendela, dan elemen pengisi ruang
meliputi perabot dan aksesoris. Setiap elemen di analisis sesuai bentuk, fungsi, dan makna
budaya Jepang yang terkandung di dalamnya dengan didahului menganalisis orientasi ruang,
sirkulasi, layout, dan bentuk bangunan dan pintu masuk. Setiap restoran memiliki keunikan
gaya desain interiornya, keunikan setiap restoran ini dapat dipengaruhi karena perbedaan
situasi dan kondisi, serta keinginan dan tujuan dari interior restoran tersebut. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, dan studi literatur, sedangkan untuk
analisis data dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data
yang diperoleh, diketahui bahwa penerapan elemen-elemen interior yang mencerminkan
karakteristik interior Jepang pada restoran Ryoshi terlihat pada pintu masuk/torii, elemen
pembentuk ruang seperti lantai, dinding dan plafond, unsur pelengkap ruangan seperti
furniture yang digunakan, unsur dekorasi pada restoran, material dan warna yang digunakan.
Gaya desain adalah Jepang kontemporer, dengan perpaduan gaya desain Jepang tradisional,
Bali dan modern.

Kata Kunci: Penerapan Elemen Interior, Gaya Jepang, dan Restoran Ryoshi

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 29

lainnya. Meja makan umumnya terdapat


1. PENDAHULUAN kompor yang digunakan pengunjung untuk
Akulturasi budaya di bidang arsitektur dan memasak langsung makanannya seperti
interior banyak sekali terjadi di Indonesia, sabhu-sabhu.
banyak penerapan kebudayaan asing yang Setiap restoran memiliki keunikan gaya
di masukkan dalam suatu gaya desain desain interiornya, keunikan setiap tersebut
arsitektur dan interior, mulai dari tata letak, dipengaruhi oleh keinginan dari perancang
penataan cahaya, bentuk, warna serta untuk menghadirkan nuansa apa yang ingin
pemilihan material yang di gunakan ditampilkan. Pada penelitian kali ini penulis
sehingga kita dapat menemukan beragam mencoba membandingkan seberapa besar
gaya. penggunaan dan penerapan elemen-elemen
Salah satu akulturasi budaya yang sering interior yang dapat menghadirkan suasana
diterapkan pada bangunan rumah dan sekaligus mencerminkan karakteristik
restoran di Bali adalah desain gaya Jepang. interior Jepang pada restoran Ryoshi
Perkembangan restoran Jepang di Bali ditinjau dari elemen dinding, lantai,
dalam beberapa dekade terakhir ini cukup plafond, furniture, dekorasi dan lampu.
pesat seiring dengan semakin meningkatnya
jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. Gaya 2. METODE PENELITIAN
desain Jepang di Bali telah banyak Pada penelitian menggunakan analisis
menghiasi dan mewarnai rancangan desain kualitatif, yaitu metode analisis yang
interior saat ini. Gaya desain interior Jepang menggambarkan atau menguraikan keadaan
diambil dari ajaran Tao, Zen Buddhism yang berhubungan dengan data-data yang
diambil dari China pada jaman purba. digunakan untuk menarik kesimpulan dari
Jepang memiliki budaya yang beragam beberapa kesimpulan dari beberapa
yang ditunjukkan dari perbedaan antara peristiwa yang bersifat sulit diukur dengan
teater Noh dan teater Kabuki. Gaya dan angka (Muhadjir, 1992). Penelitian
desain interior Jepang memiliki nilai mendeskripsikan mengenai gaya desain
estetika yang sederhana dan privacy yang yang di terapkan pada interior Restoran
sangat tinggi, dengan ciri penggunaan Ryosi. Metode pengumpulan data dilakukan
bahan dan material yang ringan seperti dengan studi lapangan dan studi pustaka.
kayu, kertas, jerami, menggunakan Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh
dominan garis dan bentuk geometris yang mana konsep-konsep interior Jepang
transparan. Saat ini penerapan interior pun diterapkan pada restaurant Ryoshi di Ubud
mulai berkembang terutama dalam sehingga nantinya penelitian ini diharapkan
penggunaan material yang disesuaikan memberikan pengetahuan baru dan
dengan kondisi setempat. memberikan inspirasi bagi dunia desain
Masyarakat Jepang terkenal sebagai interior pada era globalisasi saat ini
penjaga tradisi yang baik dan menerima khususnya desain restoran bergaya Jepang.
modernitas. Pada orang Jepang tradisional
cara makan adalah dengan model tatami, 3. TINJAUAN PUSTAKA
tetapi pada Jepang modern saat ini gaya Sebuah desain interior akan mempengaruhi
makan tatami berubah menjadi makan pandangan, suasana hati dan kepribadian
dengan menggunakan sofa atau kursi kita. Perancangan interior adalah
makan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pengembangan fungsi, pengayaan estetis
pergeseran antara budaya makan orang dan peningkatan psikologi ruang interior.
Jepang tradisional dan modern begitu pula Elemen ruang harus mampu mendukung
dengan restoran Jepang tradisional yang dan memperkokoh fungsi ruang sehingga
menghidangkan sebagai hidangan khasnya. mudah untuk dikenal kegiatan apa yang
Pada restoran Jepang modern menu tersebut terjadi di dalam ruang tersebut beserta
telah dipadukan dengan berbagai menu berbagai fasilitasnya. Peran desainer

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 30

interior adalah untuk mengefektifkan ruang disediakan dan siap untuk disantap dengan
interior guna mendukung segala kegiatan sikap tubuh dan kepala sedikit
manusia yang dilakukan di area tersebut. membungkuk.
Pada interior sebuah restoran, seorang
desainer akan memberi efek nyaman dan
memberikan kesan menarik kepada
pelanggan sehingga membuat konsumen
akan datang kembali dan
merekomendasikan restoran tersebut
kepada orang lain.
Gaya desain Jepang umumnya memiliki
fleksibilitas, efisiensi dan kesederhanaan.
Masyarakat Jepang sangat mementingkan
privasi dengan dominan menggunakan Gambar 1. Desain Ruang Tatami
material alam seperti kayu, bambu, sutra, Sumber : http://desaininterior.biz/
jerami dan kertas. Elemen warna yang Beberapa elemen pembentuk ruang pada
digunakan didalam desain cenderung interior bangunan Jepang yang dipakai
menggunakan warna palet netral, untuk melihat penerapannya di restoran
menggabungkan warna hitam, off-whites, Jepang adalah:
abu-abu, dan coklat. Pada umumnya 1. Dinding
ruangan restoran Jepang dibagi menjadi tiga Interior tradisional Jepang menggabungkan
bagian ruang yaitu ruang makan umum, fitur seperti layar kertas (shoji) agar cahaya
ruang tatami dan ruang bar. Ruang makan dapat masuk dan tersebar ke dalam
tatami tidak menggunakan kursi, melainkan ruangan. Shoji biasanya digunakan sebagai
menggunakan tikar/tatami sebagai alas jendela, pintu dan sekat ruang. Shoji
untuk duduk dibawah. Ruang tatami ini memberikan cahaya natural menyebar
adalah ruang makan yang lebih private. masuk ke dalam ruangan saat
Ruang bar terdiri dari 2 jenis yaitu: yaitu membutuhkan privasi. Shoji terbuat dari
Sushi Bar dan Teppanyaki Bar. Sushi Bar bingkai kayu yang di tutupi dengan kertas
yang menyediakan bahan-bahan yang segar mulberry transparan, berfungsi membentuk
seperti ikan sedangkan Teppanyaki adalah tembok luar bagi ruangan. Selain itu Shoji
cara memasak makanan dipanggang diatas
juga digunakan pada jendela dengan bukaan
plat besi dan dimasak secara langsung oleh keluar.
pengunjung yang biasa dipakai dengan
pelayanan menggunakan sistem self-
service.
Beberapa restoran Jepang menyediakan
ruang Tokonoma, merupakan sebuah ruang
kecil di dalam kamar yang berfungsi
sebagai ruang upacara teh. Tokonoma
memiliki fokus pada ruang dan display
yang sederhana seperti lukisan Jepang.
Bunga Jepang seperti ikebana atau caligrafi
juga menempati ruang tersebut. Sesaat
setelah minuman tersaji, diadakan “kanpai”
atau bersulang, yaitu mengangkat cawan teh
atau sake dan setelah semua masakan
disajikan mereka mengucapkan
Itadakimasu yang juga berarti ucapan Gambar 2. Contoh Desain Dinding
terima kasih atas makanan yang telah Sumber: http://desaininterior.biz/

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 31

Elemen tradisional desain interior Jepang Penggunaan meja dengan ketinggian yang
lainnya adalah fusuma, merupakan panel rendah dan berbentuk empat persegi dengan
yang dapat digeser yang terbuat dari kayu empat kaki di setiap sudutnya. Kursi
dan kertas atau kain opaque. Digunakan menggunakan alas duduk berupa matras
sebagai pintu geser dan pembatas antara dengan bentukan empat persegi. Material
ruang yang menggunakan join yang yang digunakan adalah kayu dengan
fleksibel. menampilkan warna alaminya. Tatami
Terdapat bermacam – macam bentukan sudah dipakai di rumah Jepang sejak sekitar
dinding pembatas seperti layar lipat (biyo- 600 tahun yang lalu.
bu), layar pembatas kayu (tsui-tate), tirai
bambu, layar tirai, dan lain lain. Layar tirai
yang terbuat dari kain biasanya digunakan
pada pintu masuk menuju dapur ataupun
pada pinu masuk toko. Kain tirai tersebut di
potong secara berurutan sehingga
membentuk goseran vertikal panjang
sehingga tidak mudah untuk di gerakkan
angin dan memudahkan orang memasuki
ruangan. (Morse, 1980).

Gambar 5. Contoh Lantai


Sumber: http://desaininterior.biz/

Gambar 3. Biyo-yu dan Tirai Jepang


Sumber: http://desaininterior.biz/

2. Lantai
Lantai rumah Jepang lebih banyak
menggunakan bilah-bilah kayu dan
penutup lantai menggunakan tatami dan
kemudian menjadi modul dari ruang dalam
yang menimbulkan efek pada dimensi dari
ruangan dan bingkai structural. Tatami
adalah lantai tradisional Jepang yang
terbuat dari tikar jerami padi.. Tatami
memiliki ukuran standar 88 cm x 176cm di
Gambar 6. Penerapan Pemasangan Lantai
Tokyo tetapi ukuran standar bervariasi Sumber: http://desaininterior.biz/
menurut wilayah tertentu.

Lantai tatami terasa sejuk pada musim


panas dan hangat pada musim dingin, dan
tetap lebih segar daripada karpet selama
berbulan bulan lembab di musim dingin.
Hal ini disebabkan dibawah tatami tersebut
ada ventilasi yang merupakan tempat
pengaturan udara dan tempat berbagai pipa
Gambar 4. Ukuran dan Bentuk Lantai seperti pipa air ledeng, pipa gas, saluran air
Sumber: http://desaininterior.biz/ toilet dan lain sebagainya.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 32

3. Plafon profan yang tidak disucikan ke yang suci.


Bentukannya bervariasi mulai dari yang
ringan secara visual maupun yang solid dan
memiliki atap atau balok di atasnya.
Torii secara tradisional terbuat dari kayu
atau batu, tetapi sekarang dapat juga terbuat
dari beton bertulang, tembaga, stainless
steel atau bahan lainnya. Torii biasa
berwarna merah dengan palang atas
berwarna hitam.

Gambar 7. Potongan Interior Restauran Jepang


Sumber : http://desaininterior.biz/

Terdiri dari bilah kayu yang ringan dan tipis


sebagai balok penyangga langit-langit dan
pada posisi lainnya terdapat papan kayu
dengan ujung yang saling menopang.
Plafon tidak hanya datar tetapi juga
meninggi dan memiliki lengkungan pada
bagian atasnya bertemu dengan panel datar
dengan bentukan persegi atau lingkaran. Gambar 9. Contoh Pintu masuk dan Pagar
model Jepang
Selain itu juga ada variasi bentukan lain Sumber: http://desaininterior.biz/
dengan memadukan bentukan lengkung dan
persegi (Morse, 1981) 5. Dekorasi Lampu
Untuk desain lampu Jepang biasanya dalam
bentuk piringan dengan kedalaman dangkal
dan menggunakan minyak sayuran sebagai
bahan bakarnya. Sedangkan untuk rumah
lampunya (amateur) memiliki beragam
bentuk. Salah satu bentuknya adalah empat
persegi dengan menggunakan rangka kayu
Gambar 8. Contoh Langit – langit Rumah
yang di tutupi kertas, terbuka di bagian
Tradisional Jepang atasnya dan bawah.
Sumber: http://desaininterior.biz/

4. Main Entrance/Torii
Main Enterance pada bangunan Jepang
disebut dengan Torii. Gerbang tradisional
Jepang/Torii sering ditemukan di pintu
masuk kuil Shinto, dimana secara Gambar 10. Contoh Lampu Model Jepang
Simbolis menandai transisi dari daerah Sumber: http://desaininterior.biz/

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 33

4. PEMBAHASAN sangat menjadi prioritas utama. Ruang-


1. Lay Out ruang dirancang dan dikelompokkan
Restoran Ryoshi Ubud dengan menjadi ruang ruang makan umum, ruang
pemilik adalah Mr. Sagon didirikan sekitar tatami, ruang bar dan ruang makan shusi
tahun 2012. Terletak di Jl. Hanoman (Private). Ruang tersebut merupakan
Monkey Forest Ubud Bali, kira-kira 50 Km konsep dari gaya desain Jepang pada
dari Kota Denpasar. Luas Lahan Restoran umumnya. Sirkulasi yang digunakan adalah
Ryoshi Ubud adalah sekitar 10000 m2 sirkulasi linier. Bentuk pembagian zoning
dengan luas bangunan 4000 m2. Sang sesuai dengan gaya tradisoinal jepang yang
arsitek mencoba membuat desain perpaduan sederhana dan simple dengan
gaya arsitektur Bali dan Jepang. Struktur memanfaatkan potensi lingkungan sekitar
fisik bangunan menggunakan gaya dan existing bangunan lama seperti
bangunan Bali dengan beberapa sentuhan Japaneese garden dan kolam ikan. Pada
Jepang seperti atap, pintu masuk, landscape areal belakang dibuatkan ruang makan
dan desain interiornya. Orientasi bangunan outdor dengan memanfaatkan view kolam
adalah ke tengah dengan membuat taman yang sudah ada dengan membuat bangunan
model Jepang sebagai orientasi kedalam. bale model konstruksi bangunan Bali. Bale
Orientasi ini diambil sebagai upaya ini sebagai tempat makan dengan model
memberikan view yang merata pada setiap lesehan.
tempat duduk dengan dioptimalkan
penggunaan cahaya dan udara alami.
Konsep Struktur dan konstruksi bangunan
memakai model bangunan Bali dengan
adanya pemade, pemucu, lambang sineb
dan tugeh. Bentuk atap Exspose bangunan
Bali dikombinasikan dengan bentuk-bentuk
atap model bangunan Jepang. Plafond
menggunakan bahan dari lampid dari rotan
dengan motif lurus polos, sehingga nuansa
alami menjadi prioritas utama
Pintu Pintu Japaneese garden sebagai
Masuk/Torii Masuk/Angkul- pusat orientasi/view
Jepang angkul Bali Dinding Kaca dengan Bale/Lesehan
model Jepang Fusuma dengan tikar

Gambar 12. Struktur Atap Restauran Jepang


Ryoshi Ubud
Sumber: Dokumen Pribadi

Pagar Desain Model Bali Kolam Ikan

Gambar 11. Layout Restauran Jepang Ryoshi


Ubud
Sumber: Dokumen Pribadi

Bentuk layout Ryoshi dirancang


Gambar 13. Potongan Restauran Jepang
geometris untuk membuat bangunan yang Ryoshi Ubud
sederhana dan pengoptimalan fungsi ruang Sumber: Dokumen Pribadi

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 34

2. Pintu Gerbang dan sederhana. Penggunaan warna coklat


Desain pintu masuk dibuat sesuai dengan sesuai dengan penggunaan bahan dan
model pintu masuk rumah di Jepang material bangunan yang biasanya lebih
Desain pintu masuk cukup simple dengan banyak digunakan pada lantai Jepang.
dua tiang berdiri disisi kiri dan kanan. Penggunaan terracotta untuk
Atap pada pintu masuk menggunakan kayu memaksimalkan fungsi lantai dan
dengan bentuk desain yang memiliki menyesuaikan unsur ekonomis, sehingga
kemiripan pada atap gaya desain Jepang tidak menggunakan material asli seperti
Nagare, tempat ibadah agama Budha di batuan asli, namun menggunakan material
Jepang yang dipengaruhi oleh periode yang hampir sama dengan motif batuan
Heian. Motif pintu garis lurus vertical dan agar tetap mewakili material aslinya.
horizontal. Makna kayu yang di jajar Makna yang terkandung dalam Ajaran
vertikal pada dinding ini sesuai dengan Shinto dan Zen mengajarkan kesederhanaan
prinsip seni ajaran zen yang merupakan dan privasi yang di tunjukan pada
garis Tessen byo yaitu garis yang bersifat penggunaan material lantai yang minimalis
berukuran sama sehingga terkesan anggun dan teratur sehingga menggambarkan
dan mencerminkan keabadian. Pada pintu suasana yang dekat dengan alam.
masuk di desain lampu disisi kiri dan
kanan. Desain lampu menggunakan rangka
kayu yang di tutupi kertas, terbuka di
bagian atasnya dan bawah seperti desain
lampu model Jepang pada umumnya.
Bentuk kedua peralatan lampu ini memiliki
karakteristik gaya desain Jepang yang
sederhana sesuai dengan aliran Zen.
Penutup kertas pada lampu mengurangi
silau cahaya langsung lampu, sehingga
cahaya yang keluarkan tidak langsung
mengenai mata pengunjung dan
mengganggu penglihatan,. Sistem ini sama
dengan penggunaan shoji pada pangunan Gambar 15. Lantai Terracotta Restauran
tradisional Jepang yang membiarkan cahaya Jepang Ryoshi Ubud
Sumber: Dokumen Pribadi
matahari masuk langsung kerumah dan
disaring oleh shoji yang terbuat dari kertas.
4. Furniture
Hampir semua furniture pada restoran
Ryoshi dengan menggunakan bahan dan
material dari kayu. Penggunaan bahan
alami sesuai dengan konsep Jepang.
Material kayu merupakan material yang
sederhana, alami, hangat, mudah dibentuk
dan disesuaikan, memiliki tekstur yang
memberikan kesan estetik.. Desain furniture
dengan bentukan yang sederhana, seperti
Gambar 14. Pintu Gerbang Restauran Jepang
bentukan persegi pada lemari, kursi dan
Ryoshi Ubud meja makan. Pada restoran Ryoshi dibuat
Sumber: Dokumen Pribadi tiga model tempat duduk. Model yang
pertama adalah model pada umumnya
3. Lantai berbentuk segi empat. Model yang ke-2
Pada lantai restoran Ryoshi menggunakan adalah tempat duduk semi tatami, dan yang
lantai teracotta, untuk memberi kesan alami ke-3 adalah model tatami. Pembuatan ke-3

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 35

model tempat duduk untuk memberikan dibuat indirect lighting yang tersembunyi
pilihan dari custumer karena masing- disisi counter bar menyinari motif garis-
masing memiliki selera tempat duduk yang garis depan bar.
berbeda. Model pertama berupa meja Model ke-2 adalah semi tatami dibuat
makan duduk telah di sesuaikan dengan seakan-akan pengunjung duduk lesehan.
kebiasaan makan orang indonesia yang Namun kaki tetap bisa relax seperti orang
biasa duduk di kursi. duduk biasa, tempat duduk dibuat ceruk
sehingga kaki dapat masuk kealam meja
dengan ukuran tinggi meja standar meja
biasa. Model yang ketiga adalah tempat
duduk tatami yang menjadi satu ciri khas
tata cara duduk yang diadopsi dari
kebudayaan Jepang. kursi menggunakan
alas duduk berupa matras dengan bentukan
empat persegi. Material yang digunakan
adalah tikar yang dibuat modul seperti
modul tatami umumya dengan
menampilkan warna alaminya.

Gambar 16. Furniture Kayu Restauran Jepang


Ryoshi Ubud
Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 18. Denah dan Potongan Salah satu


Furniture Restauran Jepang Ryoshi Ubud
Sumber: Dokumen Pribadi

5. Area Sushi Bar


Area sushi bar juga menawarkan suasana
Gambar 17. Furniture Kayu pada Bar khas Jepang dengan mempertunjukkan
Restauran Jepang Ryoshi Ubud keahlian sang koki meracik sushi yang
Sumber: Dokumen Pribadi
dapat langsung dipilih dan makan. selain
suasana interior didalam dibuat sederhana
Foto diatas adalah bar dengan bahan utama
dengan atap ekspose model Bali dan pada
kayu solid, disisi depan dibuat material
dinding dipasang lukisan-lukisan Jepang.
garis-garis lembut sesuai dengan konsep
Areal shusi bar menggunakan Ac. Karena
Koko yushi byo yaitu garis yang lembut
memang dibuat lebih private dan vip,
menyerupai benang dan memberikan kesan
karena tidak semua customer bisa
ulet, supel, tanpa ketegangan dan kontras.
menikmati masakan sushi.
Agar mendambah kesan menarik lighting

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 36

desain Jepang. Restoran telah memberi


nuansa gaya desain Jepang kontemporer, ini
terlihat dari adanya penggunaan material
pada elemen interior dan elemen dekoratif
gaya desain Jepang tradisional, Bali dan
modern.
Hampir sebagian desain interior
Ryoshi memaknai ajaran Zen yang banyak
terkandung dalam desain ini adalah
kesederhanaan, serta kedekatan dengan
Gambar 19. Suasana Interior Area Sushi Bar alam, yang telah disesuaikan sesuai
Restauran Jepang Ryoshi Ubud kreatifitas perancang ruangan dan
Sumber: Dokumen Pribadi
perhitungan fungsional serta segi ekonomis,
yaitu kebebasan berekspresi Detsuzoku,
Suasana interior seperti ini membuat
kesederhanaan Kanso dan Fukinsei
pengunjung merasakan pengalaman visual
kedinamisan alami. Restoran Ryoshi Jepang
dan suasana ruang yang berbeda dalam
tidak menyediakan ruang Tokonoma,
sebuah restoran Jepang. Pintu geser dan
merupakan sebuah ruang kecil di dalam
jendela menggunakan bahan kayu dan kaca
kamar yang berfungsi sebagai ruang
sebagai pengganti bahan kertas. Pintu geser
upacara teh.
pada ruang sushi bar memiliki kemiripan
dengan gaya desain shoji, namun
7. DAFTAR PUSTAKA
menggunakan aluminium dan kaca. Model
Bugin, 2010, Penelitian Kualitiatif,
jendela adalah fusuma, merupakan panel
Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan
yang dapat digeser yang terbuat dari kayu
Publik dan Ilmu Sosial. Jakarta:
sebagai elemen pembatas ruang shusi bar.
Kencana Prenada Media Group.
David Little Field, 2007,Metric Handbook
6. SIMPULAN
Planing and Design Data,Elsevier
Setiap restoran memiliki konsep
D. K. Ching, Francis, 1996. Ilustrasi
gaya desain Jepang yang berbeda tetapi
Desain Interior. Jakarta: Erlangga.
tetap memiliki dasar dan tidak menyimpang
Eveline Widjaja, 2013, Terapan Gaya
dari konsep gaya desain Jepang. Suasana
interior di Ryoshi tampak modern tanpa Desain Interior Jepang Restoran
meninggalkan unsur interior yang Tomoto, Imari, Kayu, Nishiki
berorientasi kebudayaan Jepang dengan Surabaya, Jurnal Intra.
perpaduan dari bangunan Bali. Pada Hibi, Sadao, 2002 Japanese Detail:
restoran Ryoshi, gaya desain Jepang terlihat Architecture., Chronicle Books
dari adanya penggunaan material alam serta Jeong, Kwang Yong, 2008, Japanese
beberapa detail yang memiliki kemiripan Arxhitecture. Korea:
dengan gaya desain Jepang umumnya, ArchiworldCo., Ltd.
meskipun telah dipengaruhi oleh gaya Koizumi, Kazuko, 1989, Traditional
desain modern. Restoran Ryoshi masih Japanese Furniture: A Definitive
memberikan nuansa gaya desain Jepang. Guide., Kodansha
Penggunakan pintu masuk/Torii merupakan Murata,2005 Noboru, Kimmie Tada and
ciri khas pintu pada gaya desain Jepang. Geeta Metha. Japan Style
Interior restoran juga telah memberikan Architecture, Interior, Design.
nuansa gaya desain Jepang tradisional Boston, Vermont and Tokyo:
dengan perpaduan campuran Bali dan gaya Tuttle Publishing
modern. Tidak hanya dari segi elemen Morse, Edward S, 1981, Japanese Homes
interior, bentuk layout pada restoran juga and Their Surroundings. Tokyo:
telah menerapkan konsep layout gaya Charles E. Tuttle Company, Inc.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 37

Muhadjir, N, 1992, Metode penelitian


Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin PO Box 83.
Neufert, Ernest, 1980, Libraries, architect’s
Data. NewYork: Hallsted Press
Ltd.
Nishi, Kazuo and Kazuo Hozumi, 2012,
What is Japanese Architecture? :
A Survey of Traditional Japanese
Architecture., Kodansha USA
Purnama Dewi, 2013, Studi Gaya Desain
Interior Restoran Bentoya di
Galaxy Mall Surabaya, Jurnal
Intra
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Shunmyo , 2005. The Modern Japanese
Garden: Tranquility, Simplicity,
Harmony. Hongkong: Tuttle
Publishing.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 38

SIGNIFIKANSI PENCAHAYAAN BUATAN PADA


PERANCANGAN INTERIOR GALERI

Oleh:
I Wayan Juliatmika, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : iwayanjuliatmika_architectbali@yahoo.com

Abstrak
Desain interior adalah salah satu bidang ilmu yang mempergunakan perencanaan
pencahayaan, khususnya cahaya buatan sebagai salah satu media bagi pemenuhan
kenyamanan manusia melakukan aktivitas di dalam ruangan. Peran penting pencahayaan pada
gallery adalah untuk menerangi sekaligus memberi efek pencahayaan yang dramatis pada
obyek seni yang ada di dalamnya. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk menarik perhatian
pengunjung gallery sehingga dapat menangkap informasi dari obyek seni yang dipamerkan,
secara utuh. Hal tersebut memunculkan rumusan permasalahan penulisan yaitu bagaimana
teknik pencahayaan buatan terkait jenis sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan distribusi
pencahayaan buatan yang digunakan dalam perancangan interior galeri?
Dalam penulisan ini menggunakan metode studi literatur, dalam artian mengumpulkan
seluruh data (data sekunder) yang diperlukan dari berbagai sumber buku, untuk kemudian
ditelaah sehingga mendapatkan hasil berupa sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan
distribusi pencahayaan buatan yang paling tepat digunakan dalam perancangan interior galeri,
yaitu sistem lighting primer berupa General Lighting dan Localized Lighting, Teknik
pengaturan pencahayaan buatan di ruang pamer galeri harus disesuaikan dengan tujuan dan
konsep seniman dalam menampilkan karya seninya. Shadow playing dan highlighting
merupakan teknik pengaturan cahaya yang baik digunakan di ruang pamer galeri serta
menggunakan distribusi pencahayaan direct.
Kata Kunci : Signifikansi, Pencahayaan buatan, Interior Galeri.

Abstract
Interior design is part of science science that uses lighting planning, especially artificial light
as a medium for the fulfillment of human comfort in indoor activities. The important role of
lighting in the gallery is to illuminate and give effect to the dramatic lighting art objects in it.
This course is intended to attract visitors to the gallery so that it can capture the information
of the objects exhibited, in their entirety. This led to the formulation of the problem of writing
is how artificial lighting techniques related types of artificial lighting systems, regulation and
distribution of artificial lighting is used in the design of the interior of the gallery?
In this study, using literature review, in terms of collecting all the data (secondary data) are
needed from various sources of books, and then analyzed so as to get the results in the form of
artificial lighting systems, distribution arrangements and the most appropriate artificial
lighting used in interior design gallery, which is the primary form of lighting systems and
Localized lighting General lighting, Mechanical regulation of artificial lighting in the
showroom gallery should be adapted to the purpose and concept artists to display his art.
Shadow playing and highlighting a good light setting techniques used in galleries and
showrooms using direct lighting distribution.
Keywords : Significance, artificial lighting, Interior Gallery.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 39

1. PENDAHULUAN Galery adalah salah satu fasilitas umum


Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi yang patut memasukkan perencanaan
setiap manusia. Cahaya sangat membantu pencahayaan buatan ke dalam perancangan
dalam melakukan segala kegiatannya interiornya. Galeri pada umumnya
sehari-hari. Pertama kali, manusia merupakan ruang untuk memamerkan
menggunakan bahan-bahan alam dan benda. Salah satu hal yang perlu
memanfaatkan tenaga alami sebagai diperhatikan dalam mendesain galeri adalah
penerangan dalam aktivitasnya di dalam Pencahayaan. Pencahayaan merupakan
dan di luar ruangan. Namun cahaya yang salah satu elemen dasar yang perlu
didapatkan dari pemanfaatan alami tidaklah diperhatikan karena selama ini perancangan
mudah untuk diperoleh, terutama untuk pencahayaan lebih banyak dilihat dari segi
memasukkan cahaya ke dalam suatu fungsi semata, padahal ada segi lain yang
ruangan. Dalam hal ini, manusia dapat dimanfaatkan dari cahaya yaitu segi
menggunakan cahaya buatan (artificial kualitas. Peran penting pencahayaan pada
light) yang dapat digunakan pada interior gallery adalah untuk menerangi sekaligus
maupun eksterior bangunan (Irawan, memberi efek pencahayaan yang dramatis
2013:35). pada obyek seni yang ada di dalamnya. Hal
Desain interior adalah salah satu bidang ini tentu saja dimaksudkan untuk menarik
ilmu yang mempergunakan perencanaan perhatian pengunjung galery. Perencanaan
pencahayaan, khususnya cahaya buatan pencahayaan juga dimaksudkan agar
sebagai salah satu media bagi pemenuhan pengunjung dapat menangkap informasi
kenyamanan manusia melakukan aktivitas dari obyek seni yang dipamerkan, secara
di dalam ruangan. Hasil akhir perencanaan utuh. Terakhir, peran pencahayaan yang
pencahayaan bergantung pada kualitas tidak kalah pentingnya adalah untuk
cahaya yang dihasilkan. Ketepatan kualitas menyenangkan pengunjung. Artinya
cahaya tersebut terkait dengan tiga hal pengunjung diberikan kenyamanan,
sebagai berikut, yaitu cara cahaya khususnya kenyamanan visual selama
dihasilkan, pemilihan bentuk sumber melakukan aktivitasnya di dalam ruang
cahaya, dan pemilihan ukuran dan jenis galery. Dari uraian singkat di atas,
lampu. Dalam sebuah ruangan, perencanaan perencanaan pencahayaan buatan harus
pencahayaan buatan merupakan salah satu mampu berperan dalam menciptakan
hal penting yang berperan sebagai pemberi atmosfir ruang sesuai dengan fungsi ruang
bentuk (formgiver) terhadap elemen-elemen tersebut, baik siang terlebih lagi pada
interior. Dengan perencanaan pencahayaan malam hari. Karena pada malam hari, efek
buatan yang tepat, unsur-unsur seperti pencahayaan yang dramatis akan lebih
tekstur, warna, pola atau kontur permukaan optimal, dan atmosfir ruang akan lebih
bidang yang dimiliki oleh elemen-elemen terasa oleh pengunjung.
interior, menjadi faktor pembentuk atmosfir Mengacu pada uraian di atas, maka pada
ruang. Hal ini menjadi penting karena dasarnya ada 3 (tiga) faktor penyebab
atmosfer ruang yang tercipta sangat mengapa perencanaan pencahayaan buatan
menentukan tingkat kenyamanan visual sangat diperlukan untuk sebuah interior
para pengguna ruang. Selain membentuk galery, terutama pada malam hari. Hal
elemen-elemen interior, perencanaan tersebut merupakan rumusan permasalahan
pencahayaan buatan dapat dimanfaatkan penulisan yaitu bagaimana teknik
untuk memberi penekanan pada obyek- pencahayaan buatan terkait jenis sistem
obyek di dalam ruangan. Sehingga pencahayaan buatan, pengaturan dan
informasi seperti bentuk, detail dan estetika distribusi pencahayaan buatan yang
obyek-obyek tersebut dapat tersampaikan digunakan dalam perancangan interior
dengan optimal kepada pemirsanya. galeri?

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 40

2. GALERI - Galeri umum, galeri yang memamerkan


Galeri adalah ruangan atau gedung tempat hasil karya dari berbagai seniman, hasil
memamerkan benda atau karya seni. Kata karya para seniman itu diperjualbelikan
seni merupakan kata umum yang tidak untuk umum.
asing lagi bagi kehidupan manusia, dalam - Galeri kombinasi, merupakan kombinasi
terjemahan bahasa Inggris menjadi kata fine dari galeri pribadi dan galeri umum,
arts atau art. Sedangkan kata art sendiri karya seni yang dipamerkan dalam galeri
berasal dari bahasa latin yang berarti skill ini ada yang diperjual belikan untuk
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia umum, ada pula yang merupakan koleksi
memiliki arti kemampuan atau kecakapan. pribadi seniman yang tidak
Galeri seni dapat dibedakan berdasarkan: diperjualbelikan. Hasil karya seni yang
1. Tempat penyelenggaraan, dibedakan dipamerkan merupakan hasil karya seni
menjadi: dari beberapa seniman.
- Traditional Art Gallery, galeri yang 6. Tingkat dan luas koleksi:
aktivitasnya diselenggarakan di selasar atau - Galeri lokal, merupakan galeri yang
lorong panjang. mempunyai koleksi dengan obyek-obyek
- Modern Art Gallery, galeri dengan yang diambil dari lingkungan setempat.
perencanaan ruang secara modern. - Galeri regional, merupakan galeri seni
2. Sifat kepemilikan, dibedakan menjadi: yang mempunyai koleksi dengan obyak-
- Private Art Gallery, galeri yang dimiliki obyek yang diambil dari tingkat
oleh perseorangan/pribadi atau kelompok. daerah/propinsi/daerah regional I.
- Public Art Gallery, galeri milik - Galeri internasional, merupakan galeri
pemerintah dan terbuka untuk umum. yang mempunyai koleksi dengan obyek-
- Kombinasi dari kedua galeri di atas. obyek yang diambil dari berbagai negara
3. Isi galeri, dibedakan menjadi: di dunia.
- Art Gallery of Primitif Art, galeri yang
menyelenggarakan aktivitas dibidang seni 3. PENCAHAYAAN
primitif. Cahaya adalah suatu bentuk energi yang
- Art Gallery of Classical Art, galeri yang merambat dan memungkinkan mata
menyelenggarakan aktivitas di bidang seni manusia untuk melihat. Cahaya yang
klasik. dihasilkan oleh suatu sumber cahaya
- Art Gallery of Modern Art, galeri yang memiliki karakteristik tertentu yang
menyelenggarakan aktivitas di bidang seni berbeda satu dengan yang lain. Hal ini
modern. terjadi karena cahaya mengalami perubahan
4. Jenis pameran yang diadakan: sesuai dengan sifat permukaan yang
- Pameran Tetap, pameran yang diadakan dikenainya. Perilaku cahaya tersebut sangat
terus-menerus tanpa ada batasan waktu, berpengaruh pada kualitas pencahayaan
hasil karya seni yang dipamerkan dapat dalam interior.
tetap maupun bertambah jumlahnya. Pencahayaan merupakan salah satu faktor
- Pameran Temporer, pameran yang untuk mendapatkan keadaan lingkungan
diadakan dengan batas waktu tertentu. yang aman dan nyaman dan berkaitan erat
- Pameran Keliling, pameran yang dengan produktivitas manusia. Pencahayaan
berpindah-pindah dari satu tempat ke yang baik memungkinkan orang dapat
tempat yang lain. melihat objek-objek yang dikerjakannya
5. Macam koleksi, dibedakan menjadi: secara jelas dan cepat.
- Galeri pribadi, tempat untuk Berdasarkan bidang permukaan yang
memamerkan hasil karya pribadi seniman dikenainya, perilaku cahaya dapat
itu sendiri tanpa memamerkan hasil karya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
seni orang lain dan hasil karya seniman itu
tidak diperjualbelikan untuk umum.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 41

A. Refleksi (Memantulkan) pencahayaan alami tidak mencukupi.


Perilaku cahaya yang mengenai suatu Fungsi pokok pencahayaan buatan baik
bidang permukaan, dimana cahaya yang diterapkan secara tersendiri maupun
dipantulkan secara sempurna. Terjadi pada yang dikombinasikan dengan pencahayaan
permukaan yang padat. alami adalah sebagai berikut:
B. Transmisi (Meneruskan/Menyebarkan) - Menciptakan lingkungan yang
Perilaku cahaya yang melewati suatu memungkinkan penghuni melihat secara
bidang permukaan, dimana cahaya detail serta terlaksananya tugas serta
diteruskan melewati bidang permukaan kegiatan visual secara mudah dan tepat
tersebut, dan sebagian disebarkan. Terjadi - Memungkinkan penghuni berjalan dan
pada permukaan yang transparan. bergerak secara mudah dan aman
C. Absorbsi (Menyerap) - Tidak menimbukan pertambahan suhu
Perilaku cahaya yang terjadi ketika cahaya udara yang berlebihan pada tempat kerja
mengenai permukaan yang padat, dimana - Memberikan pencahayaan dengan
cahaya tidak dipantulkan maupun intensitas yang tetap menyebar secara
ditransmisikan. merata, tidak berkedip, tidak
menyilaukan, dan tidak menimbulkan
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat bayang-bayang.
dibagi menjadi : - Meningkatkan lingkungan visual yang
A. Pencahayaan alami; nyaman dan meningkatkan prestasi.
Pencahayaan alami adalah sumber
pencahayaan yang berasal dari sinar Sistem pencahayaan buatan yang sering
matahari. Sinar alami mempunyai banyak dipergunakan secara umum dapat
keuntungan, selain menghemat energi dibedakan atas 3 macam, yaitu :
listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk a. Sistem Pencahayaan Merata
mendapatkan pencahayaan alami pada suatu Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar
ruang diperlukan jendela-jendela yang besar secara merata di seluruh ruangan. Sistem
ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang
1/6 daripada luas lantai. Sumber tidak dipergunakan untuk melakukan tugas
pencahayaan alami kadang dirasa kurang visual khusus. Pada sistem ini sejumlah
efektif dibanding dengan penggunaan armatur ditempatkan secara teratur di
pencahayaan buatan, selain karena seluruh langit-langit.
intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber b. Sistem Pencahayaan Terarah
alami menghasilkan panas terutama saat Pada sistem ini seluruh ruangan
siang hari. Faktor-faktor yang perlu memperoleh pencahayaan dari arah
diperhatikan agar penggunaan sinar alami tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran
mendapat keuntungan, yaitu: atau penonjolan suatu objek karena akan
- Variasi intensitas cahaya matahari tampak lebih jelas. Lebih dari itu,
- Distribusi dari terangnya cahaya pencahayaan terarah yang menyoroti satu
- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, objek tersebut berperan sebagai sumber
jarak antar bangunan cahaya sekunder untuk ruangan sekitar
- Letak geografis dan kegunaan bangunan melalui mekanisme pemantulan cahaya.
gedung Sistem ini dapat digabungkan dengan
sistem pencahayaan merata karena
B. Pencahayaan buatan; bermanfaat mengurangi efek menjemukan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain c. Sistem Pencahayaan Setempat
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat Pada sistem setempat ini cahaya
diperlukan apabila posisi ruangan sulit dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu
dicapai oleh pencahayaan alami atau saat

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 42

misalnya tempat kerja yang memerlukan disarankan langit-langit perlu diberikan


tugas visual. perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sistem ini masalah bayangan praktis tidak
sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan ada serta kesilauan dapat dikurangi.
sistem pencahayaan yang tepat sesuai 5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung
dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan (indirect lighting)
di ruangan dapat dibedakan menjadi lima Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan
macam yaitu (Manurung, 2009:59): ke langit-langit dan dinding bagian atas
1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct kemudian dipantulkan untuk menerangi
lighting) seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan dapat menjadi sumber cahaya, perlu
secara langsung ke benda yang perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada menimbulkan bayangan dan kesilauan
kelemahannya karena dapat menimbulkan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien
bahaya serta kesilauan yang mengganggu, cahaya total yang jatuh pada permukaan
baik karena penyinaran langsung maupun kerja.
karena pantulan cahaya. Untuk efek yang Satwiko dalam Ilmu Fisika Bangunan
optimal, disarankan langi-langit, dinding (2004:69) membagi jenis sumber cahaya
serta benda yang ada didalam ruangan perlu dalam tiga golongan sebagai berikut:
diberi warna cerah agar tampak 1. Lampu Pijar
menyegarkan Cahaya dihasilkan oleh filament dari bahan
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi tungsten yang berpijar karena panas. Efikasi
direct lighting) lampu rendah 8-10 % energi yang menjadi
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan cahaya. Sisa energi terbuang dalam bentuk
langsung pada benda yang perlu diterangi, panas. Lampu Halogen termasuk dalam
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit- golongan ini.
langit dan dinding. Dengan sistem ini 2. Lampu Fluorescent
kelemahan sistem pencahayaan langsung Cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk
dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit- fosfor yang melapisi bagian dalam tabung
langit dan dinding yang diplester putih lampu. Ramuan bubuk menentukan warna
memiliki effiesiean pemantulan 90%, cahaya yang dihasilkan. Lebih dari 25 %
sedangkan apabila dicat putih effisien energi menjadi cahaya.
pemantulan antara 5-90% 3. Lampu HID (High-Intensity Discharge)
3. Sistem Pencahayaan Difus (general Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik
diffus lighting) melalui uap zat logam. Termasuk dalam
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% golongan ini adalah lampu Merkuri, Metal
diarahkan pada benda yang perlu disinari, Halida dan Sodium Bertekanan.
sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit Masing-masing golongan memiliki
dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini kelebihan tersendiri. Lampu pijar lebih
termasuk sistem direct-indirect yakni hangat karena sebagian 90% energi menjadi
memancarkan setengah cahaya ke bawah panas dan warnanya kekuningan, sesuai
dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah untuk kegiatan santai atau istirahat. Lampu
bayangan dan kesilauan masih ditemui. Fluorescent mempunyai sinar yang terang
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak dan putih, sesuai untuk kegiatan kerja
Langsung (semi indirect lighting) dengan penglihatan. Sedangkan, lampu HID
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan lebih efisien, sesuai untuk penerangan
ke langit-langit dan dinding bagian atas, umum.
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian
bawah. Untuk hasil yang optimal

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 43

4. JENIS DAN EFEK PENCAHAYAAN c. General Lighting dan Localized Lighting


PADA INTERIOR GALERI : sistem ini merupakan gabungan dari
Permasalahan pencahayaan buatan pada sistem general lighting dan localized
perancangan interior tidak hanya tentang lighting. Sistem ini biasanya diterapkan
banyaknya jumlah cahaya yang dihasilkan. pada ruangan yang membutuhkan tingkat
Impresi suasana ruang, kenyamanan serta intensitas cahaya yang besar.
peningkatan efisiensi aktivitas pengguna 2. Sistem Lighting Sekunder
ruang merupakan peran yang harus dicapai a. Ambient Light : sistem penerangan yang
oleh pencahayaan buatan. Pengguna ruang sinarnya dibuat merata (difuse). Cahaya
mempersepsikan sesuatu melalui yang merata mengurangi kepekaaan
kemampuan visualnya. Sedangkan obyek plastisitas (penglihatan 3D) dan tidak
akan memberikan impresi bagi yang memberikan bayangan sehingga ruangan
melihatnya. Kualitas visual obyek menjadi menjadi lebih terang.
faktor penting tersampaikannya informasi
tentang bentuk, warna, tekstur, proporsi dan
pengaruh-pengaruh yang timbul, terhadap
yang melihatnya. Ini semakin menguatkan
pendapat bahwa pencahayaan buatan dapat
digunakan untuk menciptakan tatanan order
dan relevansi dalam lingkungan tempat
aktivitas berlangsung dan tidak sebagai
penerangan semata. Gambar 2. Ambient Light Pada Interior
Berbeda dengan cahaya alami, cahaya Sumber : forum.indowebster.com (16 Mei 2014)
buatan memiliki sistem tersendiri dalam
menerangi ruangan. Sistem tersebut b. Accent Light : penerangan yang sinarnya
dimasudkan untuk tercapainya efektifitas berfungsi sebagai aksen.
dan efisiensi pemanfaatan cahaya buatan di
dalam ruangan (Irawan, 2013:35).
Sistem cahaya buatan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Sistem Lighting Primer
a. General Lighting: sistem pencahayaan
umum, merata di semua ruangan.
b. Localized Lighting (Free Standing Up
Lighter): menyerupai general lighting,
Gambar 3. Accent Light Pada Interior
tetapi sistem ini mempunyai penataan Sumber : forum.indowebster.com (16 Mei 2014)
khusus untuk mendukung aktivitas tertentu
di area tertentu. c. Task Light:
Penerangan yang sinarnya bertujuan
fungsional. Misalnya untuk kegiatan
membaca.

Gambar 1. Sistem Penerangan General Localized


Lighting Gambar 4. Task Light Pada Interior
Sumber : www.bonjour-odyssey.com (16 Mei Sumber : http://energizecorvallis.org (16 Mei
2014) 2014)

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 44

d. Effect Light : Pengaturan pencahayaan buatan pada


Sistem penerangan yang menyerupai accent perancangan interior galeri, dilakukan
light, tetapi obyek dan cahaya itu sendiri melalui teknik-teknik tertentu. Hal ini
menjadi pusat perhatian. bertujuan menciptakan intensitas
pencahayaan tertentu di dalam ruangan.

Teknik pengaturan pencahayaan buatan


tersebut antara lain (Manurung, 2009:53) :

1. High Lighting
Teknik pengaturan cahaya buatan yang
bertujuan untuk menciptakan interior ruang
yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Hal
Gambar 5. Effect Light Pada Galeri ini dilakukan dengan memberikan sorotan
Sumber : Philips Effect Light Catalog cahaya pada obyek tertentu, sehingga
mempertajam detail dan warna obyek
e. Architecture Light : tersebut.
Sistem yang memanfaatkan cahaya sebagai
media pendukung olahan atau karya
arsitektur (disebut juga structural light)
f. Decorative Light :
Sistem penerangan yang mempunyai bentuk
sekaligus sebagai unsur dekoratif interior
dengan intensitas dan warna cahaya
tersendiri untuk menciptakan suasana.

Gambar 8. High Lighting Pada Interior


Sumber : http://leticiadias.blog.br (16 Mei 2014)

2. Wall Washing
Teknik pengaturan cahaya buatan yang
Gambar 6. Penggunaan Decorative Light Pada memberikan suatu lapisan pencahayaan
Interior pada bidang dinding sehingga dinding
Sumber : http://www.limitsizenerji.com (16 Mei
2014)
terkesan merata dengan cahaya.

Gambar 7. Penggunaan Architecture Light Gambar 9. Penggunaan Wall Washing pada


Menonjolkan Karya Arsitektur Interior
Sumber : http://dpineapplewoowoo.blogspot.com Sumber : http://leticiadias.blog.br (16 Mei 2014)
(16 Mei 2014)

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 45

3. Silhouetting
Teknik pengaturan cahaya buatan
dengan cara menempatkan obyek pamer
di antara bidang tangkap cahaya,
sehingga obyek pamer terlihat sebagai
suatu bentuk bayangan.

Gambar 12. Penggunaan Shadow Play Pada


Interior
Sumber : http://www.thetrendboutique.co.uk (16
Mei 2014)

Gambar 10. Penggunaan Silhouetting Pada


Interior 6. Sparkle
Sumber : http://viewfromhell.deviantart.com (16 Teknik pengaturan cahaya yang menjadikan
Mei 2014) sumber cahaya sebagai elemen visual.
4. Beam Play Teknik ini mampu memberikan kesan
Teknik pengaturan cahaya yang elegan dan mewah pada perancangan
memanfaatkan sorotan cahaya sebagai sebuah interior.
elemen visual. Teknik ini
memanfaatkan bidang tangkap tertentu
untuk dapat memperlihatkan sorotan
cahaya tersebut. Sumber cahaya diatur
menjadi permainan titik lampu.

Gambar 13. Sparkle Light Pada Interior


Sumber : http://www.ziogiorgio.com (16 Mei
2014)

Dalam sistem pencahayaan buatan, ada


Gambar 11. Penggunaan Beam Light teknik pembagian berkas cahaya atau
Sumber : http://www.claypaky.it (16 Mei 2014) distribusi cahaya. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan armature lampu. Tujuannya
adalah menciptakan efek-efek tertentu pada
5. Shadow Play obyek yang disinari (Manurung, 2009:53).
Teknik pengaturan cahaya yang
menonjolkan bayangan hasil sorotan Jenis-jenis armature lampu tersebut, adalah:
cahaya sebagai elemen visual. Teknik 1. Indirect
ini biasanya menggunakan jenis lampu Armatur jenis ini mengarahkan lebih dari
yang memiliki karakter berkas sinar 90% cahaya ke atas dengan memanfaatkan
yang sempit. langit-langit sebagai pemantul. Dipakai
pada bidang yang mempunyai daya
reflektansi cukup besar.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 46

2. Semi Indirect galeri, disesuaikan dengan fungsi ruang.


Armatur jenis ini menyerupai jenis Pada ruang pamer galeri hendaknya
armature indirect, lebih dari 60% cahaya menggunakan distribusi pencahayaan
lampu diarahkan ke atas, sekaligus direct.
mengarahkan 40% cahaya ke bawah
3. Semi Direct 6. REKOMENDASI
Armatur jenis ini mengarahkan cahaya yang Dalam kurun waktu singkat, galeri sering
sama kuatnya ke arah atas dan arah bawah. kali memamerkan karya seni yang berbeda-
4. Direct beda (jenis pameran temporer). Hal tersebut
Armatur jenis ini mengarahkan cahaya akan berpengaruh pada penataan tempat
lebih dari 90% ke arah bawah. pajangan serta pada system pencahayaan
5. Diffused yang diperlukan. Oleh karena itu sebaiknya
Armatur jenis ini menyebarkan cahaya menggunakan tipe track lighting, sehingga
secara merata ke segala arah arah dan focus dapat diatur sesuai dengan
keinginan dan tujuan pameran tersebut.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap paparan 7. DAFTAR PUSTAKA
kepustakaan diatas, dapat disimpulkan Irawan, Bambang dan Pricilla Tamara.
bahwa teknik pencahayaan buatan yang 2013. Dasar-Dasar Desain. Jakarta :
digunakan dalam perancangan interior Grya Kreasi
galeri sebaiknya nya menggunakan sistem Manurung, Parmonangan. 2009. Desain
lighting primer berupa General Lighting Pencahayaan Arsitektur. Yogyakarta :
dan Localized Lighting. yaitu sistem yang Andi
merupakan gabungan dari sistem general Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana-
lighting dan localized lighting. Sistem ini Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta
akan membuat ruangan galeri memiliki : Jalasutra
pencahayaan umum yang merata di semua Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan.
ruangan sekaligus mempunyai penataan Yogyakarta : Andi
khusus untuk mendukung aktivitas tertentu
di area tertentu. Sedangkan sistem lighting Sumber Internet
secunder nya berupa accent lighting. Sistem (www.artikata.com)
ini akan memberikan berkas cahaya sebagai http://www.bonjour-odyssey.com
aksen yang bertujuan menonjolkan http://forum.indowebster.com
performa karya seni yang didisplay. http://forum.indowebster.com
Teknik pengaturan pencahayaan buatan di http://energizecorvallis.org
ruang pamer galeri harus disesuaikan http://www.limitsizenerji.com
dengan tujuan dan konsep seniman dalam http://dpineapplewoowoo.blogspot.com
menampilkan karya seninya. Shadow http://leticiadias.blog.br
playing dan highlighting merupakan teknik http://viewfromhell.deviantart.com
pengaturan cahaya yang idealnya digunakan http://www.claypaky.it
pada ruang display galeri. Sedangkan http://www.thetrendboutique.co.uk
distribusi pencahayaan di ruang display http://www.ziogiorgio.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 47

PRESENTASI VISUAL
DALAM PROSES DESAIN INTERIOR

Oleh:
Bambang S. Yudistira
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : ibeng.ten@gmail.com

Abstrak

Setiap desainer tentunya mempunyai gaya dan karya yang berbeda satu dengan lainnya.
Demikian pula dengan tujuan dan skala dari projeknya tentunya masing-masing berbeda.
Yang sama atau paling tidak serupa adalah proses yang diikuti. Desain adalah sebuah proses
dan dalam proses tersebut ada tahapan yang diikuti oleh semua profesi desainer, dari fashion
designer sampai architect. Tidak terlepas pula dengan desainer interior. Dalam lingkungan
Desain Interior, pada setiap proses tahapan desain diperlukan metode spesifik dari presentasi.
Misalnya presentasi visual pada tahap analisis tentunya berbeda dengan presentasi visual pada
tahap sintesis.
Dititik-beratkan sebagai presentasi Komunikasi Visual dalam Desain Interior, penulisan ini
menerangkan beragam metode, style dan teknik presentasi pada setiap tahap proses desain.
Diharapkan dapat memberikan input dan wawasan pada desainer. Desain yang baik tentunya
memerlukan presentasi yang baik pula.

Kata kunci: Proses Desain, Presentasi Visual

Abstract

Every designer must have a different style and work with each other. Their results differ, so
their goal and their scale of the projects. What’s similar are the process they follow. Design is
a process and there are stages in the process that is followed by all professional designers,
from fashion designers to architect. Not apart with interior designers. In interior design
environment, at every stage of the design process required a specific method of presentation.
For example, a visual presentation on the stage of the analysis is different than the visual
presentation on the synthesis stage.
Stressed on the presentation of Visual Communication in Interior Design, this paper describes
a variety of methods, styles and presentation techniques at every stage of the design process.
Expected to provide input and insight on the designer. Good design would require good
presentation anyway.

Keywords: Design Process, Visual Presentation

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 47

PROSES DESAIN hasil atau outcome dari masing-masing


Dalam buku Interior Design Illustrated, bidang.
Francis D.K. Ching mengidentifikasi tiga Dari tiga tahap dasar tersebut dalam projek
tahapan dasar dalam proses desain: analisis, desain interior dapat dijabarkan lagi
sintesis, dan evaluasi. Menurut Ching, menjadi berbagai fase:
analisis meliputi definisi dan pemahaman  Predesain (Predesign)
masalah atau problem, sintesis meliputi  Desain Skematik (Schematic
formulasi dari berbagai kemungkinan Design)
solusi, dan evaluasi meliputi kritik review,  Pengembangan Desain (Design
kelebihan dan kekurangan terhadap solusi Development)
yang diambil. Sesungguhnya, tiga tahapan  Dokumen konstruksi (Construction
ini berlaku juga untuk semua proses desain Document)
seperti, graphic designer, fashion designer,  Administrasi Konstruksi
exhibition designer, dan lain-lain. Yang (Construction Administration)
membedakan tentu saja detail proses dan Pada masing-masing fase di atas,
dibutuhkan visual presentasi.

Tabel 1. Fase dalam Proses Desain

Fase Projek Aktifitas Visual presentasi


Predesain, programming Analisis dan dokumentasi Umumnya berupa catatan tertulis yang
analysis kebutuhan, tujuan dan objektif terangkum dalam laporan. Seringnya
dari projek berisi definisi masalah, analisa
kebutuhan, penjadwalan (scheduling),
goal atau tujuan. Selain tulisan juga
terdapat grafik atau chart dan matriks.
Ada kalanya pula disisipkan gambar
ortografik dalam tahap studi awal.
Desain Skematik, preliminary Konsep awal berkaitan dengan Presentasi grafik konseptual dan
design tata ruang dan keteknikan. tematik. Berisi diagram hubungan
fungsi–bentuk-teknik, desain awal
denah blocking, sketsa denah ruang,
sketsa tampak, potongan, gambar
preliminary 3Demensi,
Pengembangan Desain, Finalisasi desain Finalisasi dan pematangan desain.
finalized design Berisi gambar presentasi segala
komponen yang berhubungn dengan
desain seperti, denah, tampak,
potongan, rencana tata ruang perabot
dan peralatannya, termasuk gambar
final 3D dan presentasi multimedia,
contoh material dan finishing, dan
presentasi model maket berskala atau
mockups.
Dokumen Konstruksi, working Persiapan gambar kerja dan Persiapan kontrak dokumen berupa
drawing dokumen kontrak gambar kerja (working drawing) yang
dapat digunakan oleh kontraktor atau
pihak lain seperti untuk perijinan dari
dinas terkait
Administrasi Konstruksi, guide Arahan dan review pelaksanaan Komunikasi dengan kontraktor, klien
and review dan pihak lain yang umumnya tertulis
termasuk penjadwalan, budget,
perubahan gambar di lapangan dan
sebagainya.
Sumber : Analisis Pribadi

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 48

A. Predesain (Programming Analysis) Graphic Analysis Program


Predesain merupakan tahap awal dari Banyak desainer merasakan pentingnya
proses, dimana sering juga disebut mengkomunikasikan secara grafis sejak dari
programming analysis. Pada fase ini awal proses desain bahkan sejak dari awal
dibutuhkan presentasi visual berupa tulisan, interview dengan klien. Semua dituliskan
grafik, chart, dan sebagainya. dan digambar dalam sebuah grafik
sederhana yang mudah dimengerti dengan
sedikit kata-kata.

Gambar 1. Diagram Graphic Analysis Program


Sumber: http://www.qpractice.com/ncidq-exam-study-guide

Gambar 2. Diagram Graphic Analysis Program


Sumber: Interior Design Visual Presentation, hal. 25

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 49

Matrice program B. Desain Skematik (Preliminary


Diagram analisis hubungan antar ruang Design)
sering dipresentasikan dengan matriks
program. Di mana dengan mudah dapat Bubble diagram
terlihat kebutuhan ruang dan hubungan atau Ketika diagram hubungan menjadi bagian
korelasi antar ruangan tersebut. Tingkatan dan diperhitungkan sebagai persyaratan
hubungannya biasanya dipresentasikan atau kebutuhan dalam analisis, maka
dengan dot (lingkaran) ataupun terkadang berkembang satu tahap lebih maju menjadi
dengan angka. apa yang disebut dengan bubble diagram.
Di mana pada bubble diagram sering
menjadi parameter aktual yang berkaitan
dengan hubungan ruang, penempatan dan
kebutuhan luasan ruang dalam skala kasar.
Dengan demikian, bubble diagram
merupakan langkah awal dalam proses
Desain Skematik (preliminary design).

Gambar 3. Diagram Hubungan Antar Ruang


Sumber: carolynjeanmatthews.wordpress.com

Gambar 4. Bubble Diagram


Sumber: http://j-mdesign.com/design-services/

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 50

Space Studies mendapatkan luasan kebutuhan masing-


Sebelum merancang ruang dalam kaitannya masing ruang. Setiap fungsi dari ruang
dengan dimensi atau luasan ruang, desainer dibuatkan studi ruang dengan skala yang
biasanya melakukan yang disebut dengan akurat termasuk menempatkan furniture dan
space studies. Pada proses ini lebih peralatan lainnya sesuai aktifitas dalam
menekankan pada individu ruang, satu ruang tersebut.
persatu dilakukan studi aktifitas untuk

Gambar 5. Space Studies


Sumber: Interior Design Visual Presentation, hal. 32

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 51

Blocking Diagram
Setelah proses studi ruang (space studies) Walaupun saat ini penggunaan computer
dan bubble diagram, desainer menuju tahap sudah sangat umum dan digunakan oleh
selanjutnya yaitu dengan membuat blocking banyak desainer, namun metode tracing
diagram. Pada blocking diagram ini dirasakan masih efektif oleh banyak
umumnya desainer menggunakan kertas desainer. Menggunakan CAD program pada
kalkir atau kertas tembus pandang untuk tahap ini dirasakan oleh banyak desainer
membuat diagram blok warna di atas relative tidak efektif. Namun juga beberapa
gambar ruang eksisting atau denah dengan desainer memulai gambar dengan CAD
skala yang relative tepat (metode tracing). pada tahapan proses ini untuk digunakan
lebih lanjut pada tahap proses selanjutnya.

Gambar 6. Diagram Blok Warna


Sumber: http://arendse4.wix.com

Gambar 7. Contoh Lain Diagram Blok Warna


Sumber: http://sweinstein4.wix.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 52

Stacking Plan desainer menerapkan diagram visual yang


Umumnya pada projek lebih dari satu lantai menyeluruh berupa konsep denah, tampak
maka dibutuhkan stacking plan, yang atau potongan bahkan konsep detail yang
berfungi seperti blocking plan namun mewakili nilai tematik, fungsi, isu kultural,
dengan hirarki vertical. iklim, keteknikan dan lain sebagainya.
Biasanya presentasi visual berupa denah,
Conceptual Design tampak dan atau potongan dengan skala
Berangkat dari hubungan antar ruang, yang mendekati “kenyataan” disertai
matrice program, blocking diagram, gagasan tematik berupa gambar visual, dan
fitplan, space studies, dan sebagainya, contoh material.

Gambar 10. Contoh Disain 3D pada Gambar


Conceptual Design
Sumber: Roof Deck view concept, STD Bali

Gambar 8. Stacking Plan


Sumber: www.lamiskanaan.com

Gambar 9. Contoh Denah pada Gambar


Conceptual Design
Sumber:
http://www.oliviainteriordesign.com/portfolio/conc Gambar 11. Contoh Detail Furniture pada
eptual-interior-design/design-concept-office-space/ Gambar Conceptual Design
Sumber: jsinteriordesign.blogspot.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 53

C. Finalisasi Desain (Finalized Design) presentasi final dari desain, sehingga


Proses desain skematik dan konseptual seluruh gambar terpresentasikan dengan
umumnya membutuhkan proses berulang jelas baik tujuan estetika, fungsi, dan
kali sampai pada tahap yang disepakati keteknikannya. Segala elemen desain
untuk maju pada tahap selanjutnya. yaitu ternotifikasi dengan baik agar tercipta
pengembangan konsep menjadi finalisasi komunikasi visual yang jelas. Bahkan saat
desain. Semua aspek desain sudah ini penggunaan computer sudah semakin
dipertimbangkan. Dipresentasikan dalam sering dipakai untuk presentasi visual 3D
gambar dengan ukuran dan skala yang yang mendekati realistik dengan 3D
presisi. Perlu disadari bahwa gambar visual rendering photo biased.
pada tahap ini dapat dianggap sebagai

Gambar 12. Contoh Denah Interior


Sumber: Sekolah Tinggi Desain Bali
Gambar 14. Contoh Tampak Interior
Sumber: www.projectsatoz.com

Gambar 15. Contoh 3D Maket


Gambar 13. Contoh 3D Interior Sumber: www.behance.net
Sumber:
http://www.architecturalmodelingindia.com/3d-
architectural-renderings/3d-interior-rendering.php
dan www.3dhousedownload.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 54

D. Dokumen konstruksi (Working tampak, potongan, detail, rencana plafon,


Drawing) air conditioning, acoustic treatment,
mekanikal, elektrikal, dsb) tergambar
Gambar kerja (working Drawing) dengan ukuran akurat, dengan skala yang
merupakan gambar presentasi visual yang tepat, dan penuh dengan informasi detail.
ditujukan untuk dokumen konstruksi, Adapun umumnya gambar kerja dibuat
bagaimana implementasi konstruksi dan pada lembar kertas dengan kop (title block)
instalasinya. Yang berarti gambar dan menggunakan standar gambar teknik
dimaksudkan agar desain bisa dibangun (drafting standards and symbols)
atau direalisasikan. Semua aspek (denah,

Gambar 16. Contoh Gambar Kerja Denah Interior


Sumber: http://www.syerasite.com/home-design-ideas-bathroom-with-glamour/bathroom-
drawings-designjoinery-design-documentation-andrew-dwyer-interior-design-ol1t1b6o/

Gambar 17. Contoh Gambar Kerja Detail Konstruksi


Sumber: http://www.syerasite.com/home-design-ideas-bathroom-with-glamour/bathroom-
drawings-designjoinery-design-documentation-andrew-dwyer-interior-design-ol1t1b6o/

Francis D.K. Ching, Interior Design


DAFTAR PUSTAKA Illustrated, 2012, John Wiley and Sons inc.
Department of Design - University of
Maureen Milton, Interior Design Visual Minesota, Basic Drafting Standard and
Presentation, 2004, John Willey and Sons Symbols, 2005, University of Minnesota
inc.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 55

LOKAL GENIUS PADA


INTERIOR ETNIK BALI MASA KINI
“Felling that you are somebody living somewhere.”

Oleh:
Ni Nyoman Sri Rahayu, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : ayu_bruno@yahoo.com

Abtsrak

Roh atau lokal genius suatu tempat akan mengarahkan desainer untuk mampu
menciptakan makna suatu tempat atau ruang bagi manusia penghuninya. Interior tidak
hanya bentukan (form), tapi juga (spirit). “Felling that you are somebody living
somewhere”, seseorang yang dapat merasakan/menikmati sebuah bentukan ruang yang
memberinya kesan bahwa ia sedang berada di tempat tertentu, dengan suasana dan
identitas etnik tertentu.
Dominasi budaya modernisme telah mendukung proses pembentukan
kebudayaan modern di Bali. Modernisasi (pariwisata atau globalisasi) bukan sebagai
faktor utama perusak suatu kebudayaan, melainkan mampu menganggapnya sebagai
faktor penentu kokohnya kualitas suatu budaya lokal (lokal genius), dengan menyerap
dan mengadaptasi unsur-unsur modern (global) yang mampu memperkuat dan
memperkaya budaya (interior etnik Bali) itu sendiri. Sehingga diharapkan dapat
memadupadankan teknologi modern dengan warisan budaya lokal setempat.

Kata kunci: interior etnik, lokal genius.

Abstract

Spirit or local genius somewhere will lead designers to be able to create


meaning a place or space for human occupants. The interior is not only formed, but
also has a spirit. "Felling that you are somebody living somewhere", someone who
can feel / enjoy the room in someplace, with an atmosphere and an ethnic identity.
The dominance of modernism cultural has supported the formation of modern
culture in Bali. Modernization (tourism or globalization) is not a major factor of
destroyer culture, but is able to take it as a quality-powerful determinants of local
culture (genius loci), by absorbing and adapting modern elements (global) which is
able to strengthen and enrich the cultural (ethnic interior Bali) itself. So its expected
to mix and match modern technology with local culture heritage.

Keywords: ethnic interior, genius loci.

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 56

1. LOKAL GENIUS DAN ARUS 2. LANGGAM INTERIOR ETNIK


MODERNISASI a. Langgam
Langgam didefinisikan sebagai sebuah
Lokal genius dapat didefinisikan sebagai
karakter yang bersifat
“The spirit of place (atau roh)” yang
kolektif/mengelompok terutama
mengacu pada aspek yang unik, khas yang
berhubungan dengan caranya ditampilkan
dapat terwujud pada aspek fisik (tangible).
(Budiharjo: 41). Adanya ciri khas tertentu
Lokal genius berperan sebagai komponen-
yang ada dalam penampilan sebuah objek
komponen pokok dari identitas penentu sense
(interior). Langgam dapat saja berbentuk
of place, pada tampilan fisik dan kualitas
tradisional, yang kemudian dapat dikenali
estetikanya, salah satunya adalah pada gaya
sebagai milik lokal sendiri sesuai dengan
arsitektur maupun interior. Membentuk
guna, fungsi, dan arti sosial-kultural dengan
suatu ruang merupakan usaha untuk
interior lokal.
mengungkapkan roh suatu tempat tersebut.
b. Elemen ruang
Roh atau lokal genius suatu tempat akan
Ruang dibentuk dari beberapa elemen, yaitu
mengarahkan desainer untuk mampu
elemen pelingkup, furnitur, dan aksesori.
menciptakan makna suatu tempat atau ruang
Elemen pelingkup terdiri dari dinding,
bagi manusia penghuninya.
lantai, dan langit-langit (Sari, 2010: 6).
Kebudayaan, nilai dan tradisi masyarakat Elemen pelingkup, furnitur, dan aksesori
Bali berkaitan erat dengan kehidupan berfungsi untuk membentuk suatu ruang.
sosial, adat, dan keagamaan setempat. Ibaratnya sebuah masakan yang akan terasa
Tradisi adi luhung yang berlandaskan pada lebih sedap jika ditambahkan bumbu
nilai-nilai luhur secara turun temurun telah penyedap, begitupula halnya dengan
memberikan karakter budaya yang kuat. aksesori. Aksesori pada ruangan akan
Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai yang menambah nilai estetika baik secara
telah menjadi bagian kehidupan masyarakat dekoratif maupun fungsional. Ketiga
Bali telah mengalami perkembangan. elemen ruang ini menentukan tampilan dan
Perkembangan ini besar dipengaruhi oleh gaya ruang. Elemen - elemen ruang ini
masuknya kebudayaan asing yang akhirnya dapat tampil unik dan menarik melalui
kemudian mendominasi kebudayaan lokal. permainan warna, bentuk, proporsi, dan
Masuknya kebudayaan modern telah tekstur, sehingga memudahkan dalam
mempengaruhi hampir semua aspek berkreasi untuk menciptakan nuansa
kehidupan masyarakat, mulai dari gaya interior yang ingin diciptakan.
hidup/lifestyle, perilaku, serta pandangan c. Makna interior etnik
dan penghargaan masyarakat terhadap Sebuah kalimat yang bisa mewakili maksud
karya-karya budaya masyarakat Bali. dari interior etnik adalah “Felling that you
are somebody living somewhere.”
Dalam bidang desain, keterkaitan antara Seseorang yang dapat
nilai estetik dengan perilaku dan gaya hidup merasakan/menikmati sebuah bentukan
masyarakat berjalan secara sinergis. ruang yang memberinya kesan bahwa ia
Dominasi budaya modernisme telah sedang berada di tempat tertentu. Tempat
mendukung proses pembentukan yang akan memberikan suasana tertentu.
kebudayaan modern di Bali. Dikhawatirkan Tercipta dari keseluruhan bentukan pada
kedepannya, budaya dan hasil karya ruang dalam yang memberinya kesan
masyarakat Bali menjadi semakin asing di bahwa ia sedang berada di ruangan dengan
tempatnya sendiri. Maka dari itu diperlukan suasana dan identitas etnik tertentu.
upaya masyarakat untuk menanggapinya Interior etnik menyimpan berbagai nilai-
secara fleksibel, responsif dan adaptif. nilai dan menempatkan budaya sebagai
komponen pembentuknya. Interior etnik
dapat diamati salah satunya dari penerapan

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 57

bentuk-bentuk konstruksi yang mengambil (banyak terdapat di Desa Penglipuran-


bentuk-bentuk pada arsitektur tradisional; Bangli) dan kayu. Kemudian susunan dari
elemen pembentuk ruang yang didominasi alang-alang pada bagian penutupnya dapat
penggunaan material alami terutama memberi kesan keteraturan. Untuk elemen
material lokal setempat; serta penggunaan pelingkup dinding dapat digunakan material
aksesoris dan dekorasi khas lokal setempat. batu bata ekspos, bata merah banyak
Interior etnik dapat dimaknai sebagai: (1) dijumpai di Jematang dan Tulikup, paras
makna feeling naturally, dimana terdapat Kerobokan, paras Kelating, paras
kedekatan hubungan antara pengguna ruang Selakarang, batu hitam Karangasem, dan
(yang dapat merasakan) dengan ruang beberapa material dari bahan tanah liat
dalam itu sendiri (objek yang yang banyak diproduksi di daerah Pejaten
diamati/dinikmati) seolah-olah pengguna Tabanan, dan di daerah Gerih, Abiansemal-
dapat menyatu dengan alam, salah satunya Badung. Elemen lantai banyak digunakan
karena dominasi penggunaan material alami material plesteran semen, parket dari kayu
dengan kesan natural tersebut yang juga dan bambu. Furnitur dan aksesori yg dipilih
akan dapat memberikan emosi positif pada adalah dari bahan kayu dan bambu yang
pengguna; (2) makna identitas ciri lokal bersifat natural sehingga nuansa etnik di
setempat, dimana interior etnik merupakan ruangan dapat terasa kental. Dapat juga
salah satu wujud lokal genius yang mampu digunakan kerajinan khas Bali yang akan
memberi identitas lokal setempat; (3) semakin menguatkan kesan interior etnik
makna estetika, dimana langgam interior Bali.
etnik memberikan nilai estetika tersendiri
pada wujud ruang yang muncul dengan
spirit lokal dan natural.

3. VARIASI INTERIOR ETNIK BALI


MASA KINI
Untuk dapat memahami interior etnik Bali,
mau tidak mau harus mengetahui tentang
budaya dan tradisi dari masyarakat Bali.
Dengan pola budaya etnik, maka bentukan-
bentukan ruangnya (bentukan interior etnik)
akan sangat berkaitan dengan pola sosial-
budaya setempat. Seni budaya Bali Furniture Bale Konstruksi
Detail ukiran
tradisional Bali
misalnya, kekayaan seni budaya Bali yang
sangat beragam akan selalu dapat menjadi Gambar 1. Interior etnik Bali
inspirasi bentuk-bentuk pada perwujudan Sumber: http://desainrumahbali.com
ruang dalamnya.
Desain pembentuk ruang interior meliputi: Salah satu interior etnik Bali, dengan
dinding, plafon dan lantai. Ditunjang dominasi material alami meliputi: material
dengan furnitur dan akseoris pendukung, kayu pada bidang langit-langit, material
elemen-elemen tersebut memiliki kekuatan penutup atap berupa jerami yang disusun
khas yang bersama-sama akan saling teratur semakin memberi kesan alami;
mempengaruhi dalam menciptakan dinding polos dengan relief ukiran Bali
langgam interior etnik. Sehingga (stone carving), pilar dengan beberapa
keselarasan setiap unsur desain dalam bentuk pepalihan, konstruksi lambang dan
ruangan itu dijaga untuk menghasilkan sineb serta pilar; bidang lantai yang
harmonisasi yang tepat. Pada elemen menggunakan parket sehingga memberi
pelingkup langit-langit dapat digunakan kesan hangat dan natural seolah-olah si
material alami khas Bali meliputi: bambu pengguna berada dekat dengan alam; detail
ukiran diantara bidang lantai parket dan

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 58

kolam renang; furnitur berupa bale yang Peran seorang desainer cukup besar untuk
digunakan untuk tempat duduk bersantai; mampu mencermati masalah-masalah pada
serta beberapa kerajinan khas Bali sebagai karyanya. Seorang desainer yang cerdas
dekorasi penunjang. Interior sebagai salah adalah seorang yang kreatif dan dinamis
satu representasi kebudayaan benda yang dalam melihat perkembangan tanpa harus
terlihat oleh indera mata, dapat dibuat kehilangan jatidiri dan identitasnya, sehingga
sebagai salah satu wadah dalam usaha sanggup melahirkan karya yang berakar dari
penguatan nilai-nilai budaya lokal setempat. budaya sendiri “tanpa mengganggu”
Lalu, bagaimana halnya dengan kehidupan budaya aslinya. Begitu pula
perkembangan interior etnik bali saat ini di halnya dalam pengembangan desain interior
tengah arus modernisasi dan pluralisme di tengah gempuran pariwisata, diperlukan
budaya? desainer-desainer yang cerdas yang mampu
Modernisasi berarti proses pergantian dari melahirkan bentuk-bentuk bangunan yang
gaya lama menjadi gaya baru. Di dalam berkualitas internasional (global),
proses itu terjadi perubahan, khususnya beridentitas dan berjatidiri lokal setempat,
perubahan yang diusahakan dengan sadar dan dapat menjadi daya tarik pariwisata.
oleh manusia atau masyarakat. Oleh karena Dalam menanggapi pluralisme budaya yang
itu, maka sudah semestinya modernisasi saat ini terjadi di Bali, seorang desainer
tidak sekedar mengarah kepada gaya baru, dapat saja memadupadankan teknologi
akan tetapi gaya baru itu diharapkan lebih modern dengan warisan budaya lokal
menyenangkan dan lebih memuaskan setempat. Dapat juga digunakan kombinasi
manusia dan masyarakat di lingkungannya antara material alami lokal Bali maupun
daripada gaya lama yang digantikannya. luar Bali, dengan ukiran khas Bali,
Harapan ini tidak hanya mengacu pada sehingga tetap dapat memberi kesan etnik
upaya pelestarian saja, tetapi juga pada Bali. Disini interior tidak hanya sekedar
penggalian dan penciptaan baru untuk berlandaskan pada konsep asing dari barat,
mengisi khasanah kebudayaan yang namun dapat menciptakan interior yang
bermakna. menimbulkan kesan identitas pribadi dan
Pluralisme budaya dimaksudkan sebagai orisinal.
keragaman budaya. Ini terjadi salah satunya Keberadaan interior ditandai oleh ciptaan
adalah akibat perkembangan teknologi dan alam menjadi suatu yang nyata, secara umum
masuknya budaya-budaya luar yang serta berarti membuat nyata genius loci. Hal ini
merta mempengaruhi budaya lokal. Di Bali dapat dilakukan dengan menciptakan ruang
saat ini bukan hanya budaya barat yang ikut pada sebuah bangunan yang merupakan
mempengaruhi perkembangan kebudayaan rangkaian dari benda-benda dan material di
Bali, tapi juga budaya tradisional luar pulau suatu tempat serta mendekatkan hubungan
seperti Jawa yang juga saat ini cukup kuat ruang dan benda-benda tersebut dengan
mempengaruhi perkembangan interior saat manusia. Genius loci bukan hanya berarti
ini. Dapat dilihat dari perpaduan antara peniruan terhadap model lama, tetapi
bentuk gebyok dan ukiran khas Bali pada menunjukkan identitas suatu tempat dan
pintu masuk rumah, bentuk interior dengan menginterpretasikannya dengan cara-cara
soko guru pada rumah joglo yang juga baru. Jadi, menanamkan identitas dan jatidiri
banyak diterapkan pada interior saat ini. setempat merupakan poin utama dari tolok
Beberapa jenis material alam luar pulau ukur pengembangan kebudayaan, khususnya
Bali juga umum digunakan pada interior, interior etnik Bali masa kini. Ini berarti,
diantaranya: lampit dari Kalimantan, kayu bahwa setiap orang harus memandang
seseh/kelapa dari Sulawesi, batu dan paras modernisasi (pariwisata atau globalisasi)
Palimanan Jogya, batu candi dari Jawa bukan sebagai faktor utama perusak suatu
Tengah, dsb. kebudayaan, melainkan harus mampu
meletakkannya secara proporsional sebagai

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 59

faktor penentu kokohnya kualitas suatu


budaya lokal (lokal genius), dengan Lukisan Kamasan Klungkung, sebagai
menyerap dan mangadaptasi unsur-unsur penutup bidang langit-langit. Terdapat juga
modern (global) yang mampu memperkuat ukiran kayu pada sesaka, tugeh, dan
dan memperkaya budaya (interior etnik Bali) lambang (konstruksi tradisional Bali).
itu sendiri.
Makna penggunaan interior etnik Bali pada
masa kini adalah: (1) inovasi bentuk-bentuk
budaya berupa benda seni tradisional yang
diterjemahkan pada bentukan baru
walaupun berbeda pada bentuk maupun
fungsinya pada interior; (2) Sustainability
“ajeg”nya etnik Bali terutama pada aspek Gambar 4. Motif anyaman bambu pada
interior ditengah gempuran pluralisme permainan plafon
Sumber: http://2.bp.blogspot.com
budaya kekinian.

Beberapa variasi elemen ruang pada interior


etnik Bali, akan ditampilkan pada gambar-
gambar dibawah ini :

A. Plafon (Langit-langit)

Gambar 5. Material kayu pada konstruksi atap


Sumber: http://2.bp.blogspot.com

B. Dinding

Gambar 2. Contoh Plafon Bambu


Sumber: http://idesignarch.com

Material bambu sebagai usuk, dan susunan


material alami alang-alang sebagai penutup
atap memberi kesan keteraturan.
Gambar 6. Dinding bambu yang disusun vertikal.
Sumber: http://imagebali.net

Gambar 3. Contoh Plafon dengan Motif Lukisan Gambar 7. Kusen ventilasi dan jendela menyatu,
Sumber: http://balitrulyparadise.blogspot.com motif jaro pada ventilasi
Sumber: http://pinterest.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 60

D. Pintu

Gambar 8. Dinding dengan finishing Kain Prada


Sumber: http://desainrumahbali.com

Pola yang banyak terdapat pada kain prada


yang ditambahkan pada finishing dinding.
Gambar 12. Pintu ukiran kori Bali
Sumber: http://naturalhousebali.com

Gambar 9. Dinding dengan motif ukiran Bali


Sumber: http://grinhos.com

Bidang dinding sekaligus atap dengan motif


ukiran Bali (pepatran). Dengan cahaya dan
penghawaan alami yang cukup efektif. Gambar 13. Ukiran pada pintu masuk yang
terbuat dari batu paras
C. Kolom Sumber: http://interior-tops.blogspot.com

E. Lantai

Gambar 10. Panel sebagai pengganti bidang Gambar 14. Semen plesteran
tiang/ saka, motif ukiran Bali Sumber: http://imagebali.net
Sumber: http://pampai.com

Gambar 11. Ukiran Bali pada saka (tiang khas Gambar 15. Lantai bambu/kayu
Bali) Sumber:
Sumber: http://idesignarch.com http://indahnyarumahku.wordpress.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 61

F. Furniture

Gambar 20. Patung Bali di samping bathtub


Sumber: http://uni-wall.com
Gambar 16. Bed dari matreial bambu
Sumber : http://imagebali.net

Gambar 17. Bale dari material Kayu


Sumber: http://desainrumahbali.com

Gambar 21. Stone carving, relief motif Patra


Sumber:
http://modelrumahminimalis21.com

Gambar 18. Kursi dari bahan bambu


Sumber: http://beritateraktual.com
Gambar 22. Stone carving untuk kisi-kisi (lubang
G. Dekorasi ventilasi).
Sumber: http://balireliefcarved.blogspot.com

Gambar 19. Cermin dan lampu meja dengan Gambar 23. Stone carving, relief motif dedaunan
ukiran Bali. khas Bali
Sumber: http://2.bp.blogspot.com Sumber: http://jualbatualam.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 62

warna yang beragam dapat digunakan


sebagai aksen pada bidang dinding.

Gambar 28. Songket Bali


Sumber: http://nga.gov.au & http://
Gambar 24. Dekorasi dinding dengan motif pinterest.com
penari Bali Kain Geringsing dibuat oleh kaum wanita
Sumber: http://ren-journal.blogspot.com
di Desa Tenganan Pegringsingan,
Karangasem. Kain ini ditenun dengan
menggunakan pewarna alami, sehingga
awet sampai bertahun-tahun. Bisa dipakai
untuk hiasan diatas furnitur, hiasan dinding,
dan sebagainya.

Gambar 25. Lukisan wayang Kamasan-


Klungkung
Sumber: http://paketbalimurah.wordpress.com

Gambar 29. Kain Geringsing


Sumber: http//indonesiabox.org

Anyaman gedek bermotif dapat digunakan


untuk motif plafon, partisi, dan lain-lain.

Gambar 26. Kipas dan kain poleng


(motif kotak hitam putih)
Sumber: http://members.virtualtourist.com

Gambar 30. Anyaman gedek motif swastika dan


motif kembang seribu
Sumber: http://balidenpasartrading.com

Gambar 27. Hiasan dinding ukiran Bali


Sumber: http://e-kuta.com

Dekorasi Songket Bali yang dapat


digunakan sebagai pola dalam menghiasi
dinding seperti songket khas Klungkung
motif wayang dan Songket Bali dengan Gambar 31. Partisi dari material bambu
Sumber: http://design-rumah.com

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 63

budaya berupa benda seni tradisional yang


Salah satu inspirasi untuk memberi suatu diterjemahkan pada bentukan baru
yang unik yaitu menggunakan kurungan walaupun berbeda pada bentuk maupun
ayam (guungan) untuk menjadi tempat fungsinya pada interior; (2) Sustainability
lampu. “ajeg”nya etnik Bali terutama pada aspek
interior ditengah gempuran pluralisme
budaya kekinian.

5. DAFTAR PUSTAKA

Agus Sachari. 2007. Budaya Visual


Indonesia. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Budiharjo, Eko. 1989. Jati Diri Arsitektur
Gambar 32. Kurungan Ayam Indonesia. Bandung: Alumni.
Sumber: http:// architeria.com Sari, Nurul wulan. 2010. Ragam gaya
Interior sesuai kepribadian. Jakarta:
Terdapat juga hiasan dinding dari susunan Griya Kreasi.
nyiu atau nampan dari ayaman bambu yang
berbeda ukuran maupun permainan Sumber Internet
motifnya. http://en.wikipedia.org/wiki/Spirit_of_place
. 19 Mei 2014: 10.00 Wita.
http://2.bp.blogspot.com
http:// architeria.com
http://balidenpasartrading.com\
http://balitrulyparadise.blogspot.com
http://beritateraktual.com
http://desainrumahbali.com
http://design-rumah.com
Gambar 33. Anyaman Bambu
Sumber: http://2.bp.blogspot.com
http://e-kuta.com
http://grinhos.com
4. PENUTUP http://idesignarch.com
Interior etnik dapat dimaknai sebagai: (1) http://imagebali.net
makna feeling naturally, dimana terdapat http://indonesiabox.org
hubungan yang dekat antara pengguna http://indahnyarumahku.wordpress.com
ruang dengan ruang dalam itu sendiri http://interior-tops.blogspot.com
seolah-olah pengguna dapat menyatu http://jualbatualam.com
dengan alam; (2) makna identitas ciri lokal http://members.virtualtourist.com
setempat, sebagai salah satu wujud yang http://modelrumahminimalis21.com
mampu memberi identitas lokal setempat http://naturalhousebali.com
(lokal genius); (3) Makna estetika, dimana http://nga.gov.au
langgam interior etnik memberikan nilai http://paketbalimurah.wordpress.com
estetika tersendiri pada wujud ruang yang http://pinterest.com
muncul dengan spirit lokal dan natural. http://pampai.com
Suatu gaya baru dapat memuaskan manusia http://ren-journal.blogspot.com
dan masyarakat, apabila mampu http://uni-wall.com
mengakomodasi nilai-nilai lokal genius http://en.wikipedia.org
setempat atau genius loci. Makna
penggunaan interior etnik Bali pada masa
kini adalah : (1) inovasi bentuk-bentuk

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284

Anda mungkin juga menyukai