Jurnal Desain Interior Vol.1 No.1 Hal. 01-63 Juni 2014 ISSN : 2355-9284
i
ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Desain Interior “Sekolah Tinggi Desain Bali” Volume 1 Nomor 1 Juni 2014 merupakan
edisi pertama yang bertemakan “Interior dalam Dunia Pendidikan”. Edisi ini diawali dengan
artikel yang berjudul tentang Kajian Interior Elemen Pembentuk dan Pelengkap Pembentuk
Ruang oleh Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T. Artikel kedua dengan judul Variasi Desain
Interior Coffee Shop di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung oleh Freddy Hendrawan, ST, MT.
Artikel ketiga dari I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI dengan judul Penerapan Elemen-Elemen
Interior Gaya Jepang pada Restoran Ryosi Ubud. Artikel keempat yaitu Signifikansi Pencahayaan
Buatan pada Perancangan Interior Galeri oleh I Wayan Juliatmika, S.T., M.T. Artikel berikutnya
oleh Bambang S. Yudhistira yang berjudul Presentasi Visual dalam Proses Desain Interior. Dan
artikel terakhir adalah Lokal Genius pada Interior Etnik Bali Masa Kini oleh Ni Nyoman Sri
Rahayu, ST, MT.
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Desain Bali atas motivasi dan
masukannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi
Desain Bali atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran selanjutnya sangat
kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca
yang budiman, kami ucapkan terimakasih.
Redaksi :
Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali
Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459
Website: http://www. std-bali.ac.id
ii
ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014
Jurnal ini diterbitkan sebagai media publikasi bagi karya-karya tulis dosen-dosen dan civitas akademika pada Program Studi
Desain Interior STD Bali. Selain itu juga sebagai wahana informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni,
desain interior dan arsitektur. Karya yang disajikan berupa hasil penelitian, tulisan ilimah populer, studi kepustakaan, review
buku maupun tulisan ilmiah terkait dalam lingkup desain interior. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat, dengan
frekuensi terbit secara berkala 1 (satu) kali setahun yaitu Juni. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis dan
Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.
iii
ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014
KETERANGAN UMUM :
1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan naskah
bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.
2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.
3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria
yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulis
naskah untuk ditanggapi.
iv
ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014
DAFTAR ISI
COVER
PENGANTAR REDAKSI i
TIM DEWAN REDAKSI ii
PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH iii
DAFTAR ISI iv
KUMPULAN JURNAL
Oleh:
Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, ST, MT
Ketua Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : emmi_41287@yahoo.com
Abstrak
Ruang merupakan bagian pokok yang menjadi objek dalam perancangan interior. Hal ini
dikarenakan segala sesuatu yang berada di dalam sebuah ruang memerlukan suatu rancangan
interior yang sesuai dengan kebutuhan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam suatu
perancangan interior yaitu perancangan elemen pembentuk ruang yaitu lantai, dinding dan
plafon serta pelengkap pembentuk ruang yaitu pintu, jendela dan ventilasi. Maka dari itu
sebelum merancang elemen-elemen tersebut, diperlukan suatu kajian yang menjelaskan apa
saja bagian-bagian yang perlu dirancang dan diperhatikan. Kajian tersebut berisi mengenai
penjelasan masing-masing elemen tersebut yang terdiri dari bahan/material, jenis-jenis, kesan
atau suasana yang ditimbulkan serta contoh-contoh visual desainnya. Kajian mengenai elemen
pembentuk dan pelengkap pembentuk ruang ini bertujuan menambah pengetahuan didalam
merancang bagian-bagian suatu interior bangunan sehingga dapat menghasilkan suatu desain
yang bermanfaat dan memiliki nilai estetika.
Kata kunci : elemen pembentuk ruang, elemen pelengkap pembentuk ruang, kajian interior.
Abstract
Space is the main part of the object in interior design. It’s because the entire thing inside the
space need an interior design according the needs. One thing that needs to be concern in
interior design is the element design of forming space (floor, wall and ceiling) and the
complementary elements of space (door, window and ventilation). Therefore, before designing
those elements, we need an analysis which are explains what is the part that need to be
designed and concerned. The analysis will explain about each element which is including the
materials, the types, the produce of impressions and environments also the example of the
visual design. The analysis about the forming and complementary space elements will
increase the design knowledge parts of a building interior, in order to creates an useful
design and have aesthetic values.
Keywords : the elements of forming space, the complementary elements of forming space,
interior analysis.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 2
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 3
b. Lantai Teraso
Lantai teraso merupakan lantai yang terbuat
dari semen dan pasir yang pada bagian
atasnya dilapisi bahan keras dengan
beberapa beberapa kombinasi campuran
antara kulit kerang laut dan pecahan
Gambar 3. Contoh Lantai Keramik
marmer, sehingga tampak berbagai corak Sumber: http://www.imagebali.net/detail-
dan texstur sesuai bahan yang digunakan. artikel/913-mengenal-jenis-jenis-keramik.php,
diakses tanggal 27 Juni 2014
d. Lantai Marmer
Lantai Marmer terbuat dari batu marmer
yang terbentuk dari proses alam yang
memakan waktu lama yang ukuran awalnya
berupa bongkahan yang kemudian dipotong
dan diolah dipabrik dengan membutuhkan
waktu yang lama juga. Jenis marmer yang
terdapat dipasaran ada dua yaitu lokal
Gambar 2. Contoh Lantai Teraso seperti berasal dari Lampung, Tulungagung
Sumber: dan Makasar serta impor seperti berasal dari
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,
diakses tanggal 27 Juni 2014
Italia, Australia dan Amerika.
Dari segi warna, motif dan ukuran
Pada umumnya ukuran lantai jenis ini yang bervariasi karena ditentukan sesuai dengan
dijual dipasaran yaitu ukuran (panjang x pesanan. Keunggulan lantai marmer yaitu
lebar) 20 cm x 20 cm atau 30 cm x 30 cm memiliki tampilan yang mewah,
dan berwarna putih. Untuk sifat lantai tegel menyejukkan suhu ruangan, tahan api dan
ini hamper mirip dengan lantai tegel namun memiliki struktur kuat sebagai penahan
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 4
beban yang berat dibandingkan jenis lantai tidak mudah hilang namun perawatannya
yang lain. Namun lantai marmer juga lebih mudah. Motif dan warna serta ukuran
memiliki kekurangan yaitu : yang terdapat dipasaran pada umumnya
1. Perawatannya susah dan harga yang sesuai dengan desain yang telah
relative mahal direncanakan.
2. Sulit menghilangkan noda dari cairan f. Lantai Kayu (Parquet)
yang berwarna seperti kopi, teh, tinta, Lantai kayu atau parquet berasal dari kata
dan lainnya. parquetry yang berarti seni memasang atau
3. Marmer jika terkena cahaya matahari menata bilah-bilah kayu tipis dengan pola
secara terus-menerus akan berlumut dan geometris pada sebidang lantai
mengalami perubahan warna. (Chaerunnisa, 2008). Lantai kayu alami ini
Dari kelemahan tersebut maka marmer pada dibagi menjadi dua jenis yaitu lantai yang
umumnya lebih cocok digunakan untuk tidak memerlukan pengolahan dan
interior seperti ruang tamu, kamar tidur, pemasangan secara khusus, biasanya
ruang keluarga, dan lain-lain. berbentuk balok atau papan dan lantai kayu
alami yang diolah dahulu untuk dapat
menimbulkan kesan estetika, misalnya parket.
Jenis parket ada 2 yaitu parket yang terbuat
dari kayu solid dan parket yang terbuat dari
kayu asli dengan teknologi layer (engineer
parquet) untuk mencapai tingkat kestabilan
yang sempurna.
e. Lantai Granit
Lantai Granit berasal dari Italia, Australia
dan Amerika dan merupakan jenis batuan
yang terbentuk dalam waktu ratusan tahun
dan tidak dapat diperbaharui sehingga
harganya lebih mahal dari batu marmer.
Gambar 6. Contoh Lantai Kayu/ Parket
Sumber: http://architectaria.com/memilih-
lapisan-penutup-lantai-yang-tepat-untuk-rumah-
anda.html, diakses tanggal 27 Juni 2014
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 5
kayu tidak lembab atau basah sehingga e. Anti slip, lantai Yaitu mempunyai daya
bisa menyebabkan kebusukan lantai. resistance yang tinggi dan mempunyai
permukaan yang tidak licin sehingga
g. Lantai Vinyl tidak menimbulkan slip atau terpeleset
Lantai vinyl merupakan lantai yang terbuat biasa digunakan pada jalan yang miring
dari bahan dasar PVC (bahan untuk atau tangga datar (untuk kaum difable)
plastik). Lantai vinyl terdiri dari dua jenis
yaitu vinyl tile (kotak/persegi) dan vinyl h. Lantai Karpet
sheet (bentuk gulungan/rol). Karakter dari Lantai karpet merupakan lantai yang terbuat
lantai vinyl ini yaitu ringan, elastis (lentur), dari bahan seperti wol, wol sintetis, bulu
mudah menyerap suara, tahan guncangan sisntetis, katun dan anyaman rami serta
dan gerakan, tahan terhadap cuaca, mudah cocok digunakan di daerah subtropis atau
untuk perawatannya, tahan rayap dan jamur dalam kondisi ruangan yang dingin (AC).
serta mudah untuk direnovasi ulang. Lantai ini dapat dibagi dua yaitu :
a. Karpet satuan yang dipakai sebagai
aksen pemanis ruangan (tidak
permanen). Motif, warna, dan ukurannya
bermacam-macam serta bentuknya
terdiri dari kotak, persegi dan lingkaran.
b. Karpet yang secara permanen ditempel
pada lantai seluruh ruangan. Bentuk dan
ukurannya disesuaikan dengan kondisi
ruangan.
Gambar 7. Contoh Lantai Vinyl Lantai karpet memiliki kekurangan yaitu
Sumber: http://desainrumahkeren.com/dekorasi- dalam hal perawatannya lebih susah dari
rumah/cara-pemasangan-lantai-vinyl-untuk-
ruang-interior-rumah-minimalis.html, diakses jenis lantai lainnya seperti susah
tanggal 27 Juni 2014 dibersihkan jika terkena noda dan cairan,
pembersihannya menggunakan penyedot
Lantai vinyl memiliki berbagai macam jenis debu atau dibawa ke dry cleaning.
dan spesifikasi kegunaan antara lain :
a. Anti microbakterial, yaitu mempunyai
ketahanan dan tidak mudah
terkontaminasi oleh bakteri maupun
jamur sehingga selalu higienis dan
biasanya digunakan di rumah sakit.
b. Anti static, yaitu tahan terhadap
goncangan dan pergeseran ringan dan
tidak mudah rusak oleh hal tersebut.
c. Anti chemical, yaitu mempunyai
ketahanan pada berbagai macam
chemical dan tidak mudah rusak apabila
ketumpahan chemical. Jenis ini biasa
digunakan dilaboratorium dan pabrik
chemical.
d. Moving load resistant, yaitu mempunyai
ketahanan pada beban berat yang
bergerak seperti lintasan forklift trolley Gambar 8. Contoh Lantai Karpet
dan juga mempunyai heavy resistance Sumber:
http://blog.propertykita.com/interior/lantai-
dan biasa digunakan di pabrik dan
cantik-dengan-hamparan-karpet-indah/, diakses
gudang tanggal 27 Juni 2014
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 6
Beberapa bahan yang dipakai akan untuk a) Dinding pemikul, ialah suatu dinding
finishing lantai akan berpengaruh dimana dinding tersebut menerima beban
terhadap pembentukan suasana ruang, atap atau beban lantai, maka dinding ini
antara lain ( J. Pamudji Suptandar, 1991): berfungsi sebagai struktur pokok.
a. Lantai : b) Dinding penahan, ialah suatu dinding
- Bahan penutup lantai yang memberi yang menahan gaya-gaya horizontal.
suasana hangat, misanya: karpet, parket, Biasanya dibuat untuk menjaga
jalur kayu, serat kayu, dan sebagainya. kemungkinan dari pengaruh air, dingin,
- Bahan penutup lantai yang memberi tanah. Dinding ini umumnya digunakan di
suasana dingin/sejuk. misalnya: marmer area yang tanahnya berkontur dan
batuan alami lantai keramik. dan dibutuhkan struktur tambahan untuk
sebagainya. menahan tekanan/ pergerakan tanahnya, air
- Bahan marmer, mempunyai karakteristik atau batu.
c) Dinding pengisi, ialah suatu dinding
permanen dan kaku. Penggunaan bahan
yang fungsinya mengisi bagian-bagian di
marmer sebagai penutup lantai
antara struktur pokok.
memberikan suasana yang indah dan sejuk 2. Dinding non struktur (non bearing wall)
(nyaman) Pada bangunan yang menggunakan sistem
-Bahan keramik tile. mempunyai non struktur kebebasan peletakan dinding
karakteristik indah, sejuk, dan luas. dan permukaan pada dinding dapat diatur
- Bahan kayu, mempunyai karakteristik menurut kehendak perencana, karena
alamiah, kedap suara, tahan lama, dan tumpuan atap terletak pada kolom-kolom
penghantar hangat yang baik. Suasana yang pendukung. Dinding non bearing wall
tercipta adalah suasana hangat, alami, dan terdiri dari: pasangan batu bata, pasangan
indah. batako, multipleks, asbes, plat alumunium,
dan lain sebagainya. Beberapa dinding jenis
3.1.2 Dinding ini, diantaranya :
Dinding merupakan salah satu elemen a. Dinding pembatas (Party walls), adalah
bangunan yang membatasi satu ruang
dinding pemisah/pembatas antara dua
dengan ruang lainnya dan memiliki bangunan yang bersandar pada masing-
beberapa fungsi yaitu :
masing bangunan. Selain untuk
1. Pembatas ruang luar dengan ruang dalam
menandakan batas lahan atau batas area luar
2. Penahan cahaya, angin, hujan, debu,
dan dalam hunian, dinding pembatas juga
suara, dan lain-lain yang bersumber dari
berfungsi sebagai dinding privasi.
alam
b. Fire walls, adalah dinding yang
3. Pembatas antar ruang di dalam rumah digunakan sebagai pelindung dari pancaran
4. Pemisah ruang yang bersifat pribadi dan kobaran api.
ruang yang bersifat umum c. Certain or Panels walls, adalah dinding
5. Sebagai fungsi artistik tertentu. yang digunakan sebagai pengisi pada suatu
Fungsi dinding lainnya yaitu sebagai konstruksi rangka baja atau beton.
peredam suara serta pelindung bagian d. Dinding tirai atau curtain wall, yaitu
dalam bangunan dari cuaca dan sebagainya. dinding yang digunakan pada bangunan
Berdasarkan fungsinya, dinding terbagi tinggi sebagai pelindung dari cuaca. Kaca
menjadi beberapa bagian yaitu : digunakan sebagai material non-struktur
1. Dinding Struktur ( bearing wall ) yang ringan, sehingga bangunan tak harus
Dinding jenis ini merupakan dinding yang menanggung beban berat.
mendukung sruktur diatasnya, misalnya
e. Dinding Partisi (Partition walls), adalah
sebagai pendukung atau tumpuan atap atau dinding yang digunakan sebagai
sebagai penumpu lantai ( pada bangunan pemisah/pembagi dan pembentuk ruang
bertingkat ). Secara konstruksi ada tiga
macam dinding, yaitu:
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 7
yang lebih kecil didalam ruang yang besar, 2. Dinding ditutup atau dilapisi dengan
dibedakan menjadi : bahan yang ornamentik atau dengan
1) Partisi permanen, yaitu sistem partisi memasang hiasan-hiasan yang ditempel
yang dibuat untuk membagi ruang seperti pada dinding.
halnya dinding struktural, tetapi tidak Material penutup dinding (finishing) terdiri
membutuhkan pondasi karena hanya dari beberapa jenis yaitu :
menahan beratnya sendiri. a. Cat
2) Partisi semi permanen, yaitu sistem Finishing yang paling umum dilakukan
partisi buatan pabrik yang mudah dibongkar adalah mengecat dinding menjadi berwarna
sesuai layout. Partisi ini biasa disebut dan memiliki sifat fungsional, seperti untuk
portable walls, yaitu pemisah ruang yang memberi suasana tertentu pada interior,
digunakan di ruang yang luas dan membuat rumah terlihat luas, lebih tinggi,
membaginya menjadi beberapa ruang yang lebih cerah dan lain-lain. Terdapat beberapa
lebih kecil seperti contoh : bangunan metode mengecat dinding, seperti metode
sekolah, gereja, convention centres, hotel mentutulkan kuas atau spons, serta
dan lain-lain. melakukan gerakan khusus pada kuas
3) Partisi moveable, yaitu partisi yang ketika mengecat, sehingga menghasilkan
dipakai pada hal-hal dimana suatu ruang motif tertentu.
dibuka untuk mendapatkan bentuk ruang
satu lantai yang lebih luas/partisi yang
dapat digerakkan atau dipindahkan sesuai
kebutuhan.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 8
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 9
- Gelas : Cermin, kaca (kaca bening, maupun dapat dibagi menjadi empat bagian
rayben, kaca es) memberikan suasana indah supaya lebih mudah dalam penataan dan
dan modern, memperluas kesan ruang dan pemasangannya.
terang Keunggulan jenis plafond tripleks proses
pengerjaannya lebih mudah, harga yang
3.1.3 Plafon (Langit-langit) relatif murah dan bahan yang ringan
Plafon dapat diartikan sebagai pembatas memudahkan pengguna dalam perbaikan
antara ruang atas (atap) dengan ruangan apabila terjadi kerusakan untuk
bawah (Fred Lawson, 1994 : 126). Fungsi menggantinya. Kelemahan bahan tripleks
utama dari plafon dalam suatu disain yaitu tidak tahan terhadap rayap dan api sehingga
sebagai penutup ruang bagian atas. Selain mudah terbakar dan apabila sering terkena
itu juga berfungsi untuk pengaturan udara air atau rembesan maka akan mudah rusak.
atau ventilasi panas (Erns Neufert, 1989 :
93). Fungsi pendukung lainnya yaitu untuk
menjaga kondisi suhu di dalam ruangan
akibat sinar matahari yang menyinari atap
bangunan, menyembunyikan peralatan
engineering (seperti: kabel instalasi listrik,
telfon, pipa hawa), terminal equipment
serta struktur atap sehingga interior ruangan
tampak lebih indah dan untuk melindungi
ruangan-ruangan didalam rumah dari Gambar 14. Contoh Plafond dari Bahan Triplex
rembesan air yang masuk dari atas atap, Sumber:
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,
menetralkan bunyi atau suara yang bising diakses tanggal 27 Juni 2014
pada atap pada saat hujan, serta sebagai
pemberi kesan estetika khususnya pada 2. Eternit atau Asbes
interior ruangan. Dalam pasaran ukuran plafond eternit atau
Ketinggian plafon mempunyai pengaruh asbes adalah 1.00 m x 1.00 m dan 0.50 m x
besar terhadap skala ruang yaitu jika tinggi 1.00 m. Keunggulannya proses
cenderung menjadikan ruang terasa terbuka, pengerjaannya mudah sehingga tidak
segar dan luas, memberi suasana menemui kendala serta bahannya yang
agung atau resmi, khususnya jika rupa dan ringan memudahkan pengguna untuk dapat
bentuknya beraturan. Sedangkan plafon mengganti apabila terjadi kerusakan.
yang rendah, sebaliknya, mempertegas Kelemahan bahan dari eternit atau asbes
kualitas ruangnya dan cenderung tidak tahan terhadap goncangan dan
menciptakan suasana intim dan ramah benturan sehingga harus berhati-hati dalam
(Ching, 1996 : 193). proses pemasangan plafond supaya tidak
Kualitas plafond rumah dipengaruhi oleh patah atau retak.
bahan atau material plafond yang dipakai,
dimana setiap bahan atau material plafond
tentunya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Beberapa contoh bahan
plafon yaitu :
1. Tripleks
Plafon dengan bahan tripleks merupakan
jenis penutup plafond yang sering dipakai.
Ukuran tripleks dipasaran adalah 122 cm x Gambar 15. Contoh Plafond dari Bahan Asbes
244 cm dengan ketebalan 3 mm, 4 mm dan Sumber:
6 mm. Pemasangan plafond ini dapat http://www.hunianmungil.com/2013/09/asbes-
material-plafon.html, diakses tanggal 27 Juni
dipasang lembaran tanpa dipotong-potong 2014
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 10
Gambar 17. Contoh Plafond dari Bahan Gypsum Gambar 19. Contoh Plafond dari Bahan PVC
Sumber: Sumber: http://www.plafonpartisi.com/plafon-
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/, pvc/, diakses tanggal 27 Juni 2014
diakses tanggal 27 Juni 2014
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 11
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 12
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 13
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 14
Gambar 30. Contoh Oeil de Boeuf Window Gambar 32. Contoh Fanlight Window
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Oeil-de- Sumber:
boeuf, diakses tanggal 27 Juni 2014 http://www.hfmillwork.com/1818_federal_style_li
brary_.html, diakses tanggal 27 Juni 2014
13. Ribbon Window
Tipe jendela satu ini selalu bentuk 16. Fortochka Window
horizontal memanjang seperti pita, jendela Fortochka merupakan sebutan dari bahasa
ini bisa di buat bersegmen atau menerus rusia yang artinya ventilasi kecil pada
tanpa segmen keberadaan tipe jendela jendela. Sehingga jendela ini pada umunya
Ribbon Window menjadi salah satu ciri dibuat menyatu dengan jendela lain atau
bangunan bergaya minimalis modern. dibuat secara permanen ukuran jendela ini
14. Sidelight Window kecil dan terletak pada bagian pojok atas
Merupakan jendela yang letaknya jendela utama.
disamping kiri atau kanan pintu utamanya.
Bentuk jendela ini selalu mengikuti bentuk
pintu karena letaknya berdekatan dengan
pintu namun ukurannya lebih vertical dan
menyempit. Pada umumnya jenis jendela
ini diaplikasikan pada bangunan yang
memerlukan pencahayaan yang cukup.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 15
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 16
4.1 Simpulan
Kesimpulan dari kajian elemen pembentuk
Gambar 38. Contoh Ventilasi dalam Ruangan
dan pelengkap pembentuk ruang yaitu :
Sumber: 1. Elemen pembentuk ruang terdiri lantai,
http://yudhisoegian.wordpress.com/2009/12/27/m dinding dan plafon. Lantai merupakan
erancang-rumah-sehat-nyaman-1/, diakses penutup ruang bagian bawah yang
tanggal 27 Juni 2014 jenisnya terdiri dari lantai tegel, teraso,
keramik, marmer, vinyl dan karpet.
Ventilasi terdiri dari dua prinsip, yaitu :
Dinding merupakan salah satu elemen
a. Ventilasi Horisontal
bangunan yang membatasi satu ruang
Ventilasi horizontal timbul karena udara
dengan ruang lainnya yang terdiri dari
dari sumber yang datang secara horizontal.
dinding struktur dan nonsturuktur serta
Kondisi ini bisa terjadi bila ada satu sisi
untuk finishingnya berupa cat,
(bagian rumah) yang sengaja dibuat panas
wallpaper, panel, lubang, ceruk dan
sementara di sisi lain kondisinya lebih
relief. Plafon merupakan penutup ruang
sejuk. Prinsip dasar udara yang mengalir
bagian atas dan finishing bahannya
dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke
terdiri atas tripleks, eternity/asbes,
daerah bertekanan rendah/panas.
serat/fiber, gypsum board, akustik board
dan Polivynil Chloride (PVC).
2. Elemen pelengkap pembentuk ruang
terdiri dari pintu, jendela dan ventilasi.
Pintu merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai tempat keluar dan
Gambar 39. Ventilasi Horisontal
masuk serta jenis-jenisnya yaitu pintu
Sumber: panel, pintu plank, pintu flush, pintu art
http://19design.wordpress.com/2011/04/23/menge dan craft, pintu kaca dan pintu louver.
nal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/, diakses tanggal Jendela adalah salah satu bukaan yang
27 Juni 2014 berfungsi sebagai penghubung ruang
b. Ventilasi Vertikal dalam dan luar dan sebagaitempat keluar
Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah masuknya udara dan cahaya. Type-type
memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan jendela yaitu jendela geser, ayun, fixed,
udara, baik di dalam maupun di luar yang double hung, single hung, awning dan
memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi hopper, french, pivoted, jalousie, bay,
vertikal ini akan sangat bermanfaat untuk bow, bull’s eye, ribbon, sidelight,
bangunan rumah 2 lantai atau lebih. fanlight, fortochka, louvre dan skylight.
Untuk bahan finishing jendela yaitu
kayu, aluminium, fiberglass dan vinyl.
Ventilasi merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai sirkulasi udara yang
terdiri dari dua prinsip yaitu ventilasi
horizontal dan vertikal.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17 17
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 18
Oleh:
Freddy Hendrawan, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : freddy_hendrawan@yahoo.co.id
Abstrak
Setiap manusia selain dilahirkan sebagai seorang makhluk individu juga memiliki peran
sebagai makhluk sosial. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan untuk berinteraksi dengan
sesamanya mempengaruhi gaya hidup mereka sehari-hari. Semakin maraknya kedai-kedai
kopi (coffee shop) yang mewarnai pembangunan kota Denpasar merupakan salah satu
fenomena di dalam lingkungan masyarakat sebagai sebuah bentuk kreatifitas di dalam
menciptakan wadah untuk berinteraksi sosial. Keberadaan coffee shop menuntut adanya
sebuah kenyamanan, keamanan dan tampilan estetis yang mampu memberikan sebuah daya
tarik bagi setiap penikmat kopi. Di dalam penelitian kualitatif ini akan dilakukan identifikasi
terhadap variasi desain interior coffee shop dengan mengambil beberapa objek di Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung sebagai case study. Beberapa simpulan yang diperoleh
adalah konsep simpel dan moderen pada desain interior coffee shop terlihat melalui penerapan
wujud dasar segi empat dan lingkaran, kejujuran material menjadi salah satu komponen utama
untuk memperkuat karakteristik orisinalitas, suasana hangat, nyaman dan intim, serta adanya
penggunaan dekorasi berupa tulisan dan gambar yang mempromosikan mengenai kopi.
Abstract
Every human was born as an individual and social creature as well. Currently, an interaction
requirement with the other are affects people lifestyle. The growths of coffee shop had given
the color for Denpasar City development which is one of the phenomenon in society as a form
of the creativity to create a social interaction community. The presence of coffee shops
requires a comfortable, security and aesthetic visual, so it will be able gives an attraction to
each coffee drinkers. This qualitative research will identifies the variations of the coffee shop
interior design through some objects in Denpasar City and Badung Regency as a case study.
Some conclusions are the simple and modern concepts on the coffee shop interior design is
visible through the application of the rectangular and circle basic shape, the honestly of the
material become one of the component to makes a strength characteristic of originalities,
warm, comfort and intimae, also the application of word and picture decorations to promote
about coffee.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 18
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 19
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 20
dimiliki sebuah bidang dan ditentukan oleh dan persepsi visual yang menjelaskan
kontur garis yang membentuk sisi-sisi persepsi individu dalam corak, intensitas
sebuah bidang. Karena persepsi tentang dan nada. Warna adalah atribut yang paling
wujud dapat dikaburkan oleh pandangan menyolok membedakan suatu bentuk dari
perspektif, maka wujud sebenarnya dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi
sebuah bidang hanya dapat dilihat jika bobot visual suatu bentuk.
dipandang dari arah depan saja (Ching,
2000:18). Wong (1996:10) juga
mengatakan bahwa wujud merupakan rupa
keliling sebuah rancang dan jati diri utama
rancang tersebut.
Secara psikologis manusia akan
menyederhanakan lingkungan visualnya
untuk memudahkan pemahaman. Dalam Gambar 2. Warna asli dan buatan
setiap komposisi bentuk, manusia Sumber: http://www.flickr.com
cenderung mengurangi subjek utama dalam
daerah pandang ke bentuk yang paling Tekstur adalah nilai raba pada suatu
sederhana dan teratur. Semakin sederhana permukaan, baik itu nyata maupun semu.
dan teraturnya suatu wujud, semakin mudah Suatu permukaan mungkin kasar, halus,
untuk diterima dan dimengerti. Hal ini keras atau lunak, kasar atau licin. Tekstur
dapat dilihat secara geometri (gambar 1) merupakan karakter nilai raba yang dapat
bahwa wujud dasar terdiri dari lingkaran, dirasakan secara fisik dan secara imajiner.
segitiga, dan bujur sangkar atau persegi Tekstur kasar ketika diraba secara fisik
(Ching, 2000:38). memang menunjukkan suatu permukaan
yang kasar, sedangkan tekstur semu hanya
nampak oleh mata, karakternya kasar
namun ketika diraba tidak dapat dirasakan
sebagaimana yang dilihat sehingga tekstur
semacam ini hanya memberi kesan
imajinatif pada perasaan (Gulendra,
Segitiga 2010:2).
Menurut Kusmiati (2004:77-79) fungsi
utama dari warna dalam perancangan
adalah untuk: 1) meningkatkan kualitas atau
memberi nilai tambah, 2) sebagai media
komunikasi yang memiliki makna untuk
Lingkaran Bujur Sangkar
penyalur pesan dan informasi, 3) untuk
Gambar 1. Wujud Dasar dan Modifikasinya lebih menjelaskan suatu masalah karena
Sumber: Ching, 2000:38-41 warna memiliki daya tarik khusus, 4)
membantu membangun citra keagungan
Wong (1996:11) mengatakan warna atau karena warna memiliki sifat yang kuat
nilai terang dan gelap, membedakan sebuah dalam membentuk kesan dan kewibawaan,
bentuk dengan jelas dari lingkungannya dan 5) berfungsi untuk menutupi kelemahan
dapat berupa warna alam atau buatan atau kekurangan permukaan suatu bentuk
(gambar 2). Pada warna alam, warna asli atau benda yang dianggap kurang menarik.
bahanlah yang ditampilkan, sedangkan pada
warna buatan, warna asli bahan ditutup B. Material
dengan lapisan cat atau diubah dengan cara Material adalah bahan yang menjadi bakal
lain. Menurut Ching (2000:34) warna untuk membuat bahan baru, bahan mentah
merupakan sebuah fenomena pencahayaan bangunan seperti batu, semen, kapur dan
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 21
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 22
C. Ragam Hias
Ragam hias yang terdapat pada Mangsi
Coffee Shop didominasi dengan dekorasi
mural baik pada furnitur, dinding dan
dekorasi. Mural pada interior bangunan ini
Gambar 5. Wujud Dasar Mangsi Coffee Shop adalah berupa tulisan-tulisan jargon Mangsi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Coffee Shop dan informasi pelayanan yang
disediakan. Terdapat pula beberapa gambar
Tampilan visual terhadap wujud dasar segi labirin, penikmat kopi dan flora baik pada
empat terlihat dengan penggunaan potongan dinding maupun dekorasi.
papan kayu dengan tetap mempertahankan
warna dan tekstur alaminya pada meja,
dekorasi dan dinding pantry serta susunan
bata merah pada kolom interior bangunan.
Sedangkan untuk tampilan visual terhadap
wujud dasar lingkaran terlihat pada meja,
lampu gantung dan dekorasi dinding.
B. Material
Material pada interior Mangsi Coffee Shop
ini sebagian besar menggunakan kayu pada
dinding, furnitur maupun dekorasinya.
Selain itu terdapat beberapa kaleng minyak
bekas berukuran besar yang dimanfaatkan
sebagai kursi bar. Kejujuran material
diaplikasikan dengan mempertahankan Gambar 7. Dekorasi pada Mangsi Coffee Shop
warna dan tesktur papan kayu pada dinding Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
pantry dan penggunaan bata merah pada
kolom serta dinding area bar. Demikian 2. Castro Coffee Shop
pula pengaplikasian lantai plester halus Castro Coffee Shop adalah sebuah
tanpa menggunakan penutup keramik atau bangunan komersil yang berada di tengah-
sejenisnya yang memperkuat konsep alami. tengah permukiman penduduk di pusat kota
Sedangkan penggunaan warna buatan Denpasar, yaitu tepatnya di Jalan Suli
dilakukan dengan menciptakan mural pada No.14. Coffee shop dengan konsep desain
permukaan bidang dinding dan furnitur interior yang unik ini sering dijadikan
dibandingkan menutupi permukaan bidang tempat bagi para musisi untuk
dengan warna solid. menampilkan keahlian mereka.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 23
C. Ragam Hias
B. Material
Beberapa jenis material yang digunakan
Gambar 10. Dekorasi pada Castro Coffee Shop
pada interior Castro Coffee Shop ini adalah Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 24
Interior Castro Coffee Shop menggunakan Tampilan visual wujud dasar lingkaran
dekorasi berupa gambar-gambar musisi terhadap coffee shop yang hanya
Rock & Roll yang dibingkai dalam frame menggunakan sedikit menggunakan
hitam, gambar biji kopi berukuran besar pewarnaan buatan pada interiornya terlihat
pada dinding pantry serta tulisan-tulisan dengan penggunaan kaleng minyak bekas
jargon atau quotes dalam frame kayu yang berukuran besar yang berfungsi sebagai
dipajang di hampir seluruh permukaan kursi dan meja. Selain itu, wujud dasar
dinding. geometris segi empat terlihat dominan pada
bukaan kaca, permukaan dinding, rak
3. Anomali Coffee Shop etalase, bahkan bantal duduk pada beberapa
Coffee Shop yang didirikan sejak tahun kursi.
2007 ini memiliki enam buah outlet yaitu
empat buah outlet di Jakarta dan dua buah B. Material
outlet di Bali (Seminyak dan Ubud). Konsep minimalis dan kejujuran material
Anomali Coffee Shop adalah salah satu dari terlihat melalui permukaan dinding yang
Coffee Shop khusus yang menyediakan diplester tanpa cat sehingga menampilkan
berbagai macam kopi bubuk dari seluruh warna alami dari bahan dasar semen. Selain
penjuru Indonesia. Analisa akan dilakukan itu bahan-bahan pabrikasi seperti
terhadap interior Anomali Coffee Shop yang alumunium, besi dan stainless steel tetap
berada di Jalan Kayu Aya No.7, Seminyak. dipertahankan melalui penggunaan velg
A. Wujud mobil sebagai kaki meja, serta kaleng
Wujud dasar denah interior Anomali Coffee minyak bekas berukuran besar sebagai kursi
Shop ini adalah segi empat. Demikian pula dan meja. Warna dan tekstur kayu
dengan sebagian besar furnitur dan dekorasi dipertahankan pada hampir sebagian besar
interiornya yang sebagian besar furnitur meja dan kursi untuk
mempertahankan warna alami dari material memperlihatkan orisinalitas.
yang digunakan. Wujud dasar lingkaran
dapat ditemukan pada beberapa furnitur
meja, kursi dan lampu gantung.
Penempatan pantry di tengah-tengah
ruangan semakin memperkuat penggunaan
wujud dasar segi empat.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 25
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 26
5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa
terhadap empat objek yang dijadikan
sebagai case study mengenai variasi desain
interior coffee shop di Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan wujud dasar geometris segi
empat dan lingkaran menjadi dominansi
Gambar 17. Material pada Starbucks Coffee Shop desain interior coffee shop yang mampu
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 27
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 28
Oleh:
I Kadek Pranajaya, ST., MT., IAI
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : kparchitects@gmail.com
Abstrak
Tulisan ini adalah untuk membandingkan elemen-elemen dan karakteristik dan suasana
interior pada restoran Ryoshi di Ubud Bali. Elemen-elemen yang dianalisis meliputi elemen
pembentuk ruang seperti lantai, dinding, plafond, pintu dan jendela, dan elemen pengisi ruang
meliputi perabot dan aksesoris. Setiap elemen di analisis sesuai bentuk, fungsi, dan makna
budaya Jepang yang terkandung di dalamnya dengan didahului menganalisis orientasi ruang,
sirkulasi, layout, dan bentuk bangunan dan pintu masuk. Setiap restoran memiliki keunikan
gaya desain interiornya, keunikan setiap restoran ini dapat dipengaruhi karena perbedaan
situasi dan kondisi, serta keinginan dan tujuan dari interior restoran tersebut. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, dan studi literatur, sedangkan untuk
analisis data dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data
yang diperoleh, diketahui bahwa penerapan elemen-elemen interior yang mencerminkan
karakteristik interior Jepang pada restoran Ryoshi terlihat pada pintu masuk/torii, elemen
pembentuk ruang seperti lantai, dinding dan plafond, unsur pelengkap ruangan seperti
furniture yang digunakan, unsur dekorasi pada restoran, material dan warna yang digunakan.
Gaya desain adalah Jepang kontemporer, dengan perpaduan gaya desain Jepang tradisional,
Bali dan modern.
Kata Kunci: Penerapan Elemen Interior, Gaya Jepang, dan Restoran Ryoshi
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 29
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 30
interior adalah untuk mengefektifkan ruang disediakan dan siap untuk disantap dengan
interior guna mendukung segala kegiatan sikap tubuh dan kepala sedikit
manusia yang dilakukan di area tersebut. membungkuk.
Pada interior sebuah restoran, seorang
desainer akan memberi efek nyaman dan
memberikan kesan menarik kepada
pelanggan sehingga membuat konsumen
akan datang kembali dan
merekomendasikan restoran tersebut
kepada orang lain.
Gaya desain Jepang umumnya memiliki
fleksibilitas, efisiensi dan kesederhanaan.
Masyarakat Jepang sangat mementingkan
privasi dengan dominan menggunakan Gambar 1. Desain Ruang Tatami
material alam seperti kayu, bambu, sutra, Sumber : http://desaininterior.biz/
jerami dan kertas. Elemen warna yang Beberapa elemen pembentuk ruang pada
digunakan didalam desain cenderung interior bangunan Jepang yang dipakai
menggunakan warna palet netral, untuk melihat penerapannya di restoran
menggabungkan warna hitam, off-whites, Jepang adalah:
abu-abu, dan coklat. Pada umumnya 1. Dinding
ruangan restoran Jepang dibagi menjadi tiga Interior tradisional Jepang menggabungkan
bagian ruang yaitu ruang makan umum, fitur seperti layar kertas (shoji) agar cahaya
ruang tatami dan ruang bar. Ruang makan dapat masuk dan tersebar ke dalam
tatami tidak menggunakan kursi, melainkan ruangan. Shoji biasanya digunakan sebagai
menggunakan tikar/tatami sebagai alas jendela, pintu dan sekat ruang. Shoji
untuk duduk dibawah. Ruang tatami ini memberikan cahaya natural menyebar
adalah ruang makan yang lebih private. masuk ke dalam ruangan saat
Ruang bar terdiri dari 2 jenis yaitu: yaitu membutuhkan privasi. Shoji terbuat dari
Sushi Bar dan Teppanyaki Bar. Sushi Bar bingkai kayu yang di tutupi dengan kertas
yang menyediakan bahan-bahan yang segar mulberry transparan, berfungsi membentuk
seperti ikan sedangkan Teppanyaki adalah tembok luar bagi ruangan. Selain itu Shoji
cara memasak makanan dipanggang diatas
juga digunakan pada jendela dengan bukaan
plat besi dan dimasak secara langsung oleh keluar.
pengunjung yang biasa dipakai dengan
pelayanan menggunakan sistem self-
service.
Beberapa restoran Jepang menyediakan
ruang Tokonoma, merupakan sebuah ruang
kecil di dalam kamar yang berfungsi
sebagai ruang upacara teh. Tokonoma
memiliki fokus pada ruang dan display
yang sederhana seperti lukisan Jepang.
Bunga Jepang seperti ikebana atau caligrafi
juga menempati ruang tersebut. Sesaat
setelah minuman tersaji, diadakan “kanpai”
atau bersulang, yaitu mengangkat cawan teh
atau sake dan setelah semua masakan
disajikan mereka mengucapkan
Itadakimasu yang juga berarti ucapan Gambar 2. Contoh Desain Dinding
terima kasih atas makanan yang telah Sumber: http://desaininterior.biz/
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 31
Elemen tradisional desain interior Jepang Penggunaan meja dengan ketinggian yang
lainnya adalah fusuma, merupakan panel rendah dan berbentuk empat persegi dengan
yang dapat digeser yang terbuat dari kayu empat kaki di setiap sudutnya. Kursi
dan kertas atau kain opaque. Digunakan menggunakan alas duduk berupa matras
sebagai pintu geser dan pembatas antara dengan bentukan empat persegi. Material
ruang yang menggunakan join yang yang digunakan adalah kayu dengan
fleksibel. menampilkan warna alaminya. Tatami
Terdapat bermacam – macam bentukan sudah dipakai di rumah Jepang sejak sekitar
dinding pembatas seperti layar lipat (biyo- 600 tahun yang lalu.
bu), layar pembatas kayu (tsui-tate), tirai
bambu, layar tirai, dan lain lain. Layar tirai
yang terbuat dari kain biasanya digunakan
pada pintu masuk menuju dapur ataupun
pada pinu masuk toko. Kain tirai tersebut di
potong secara berurutan sehingga
membentuk goseran vertikal panjang
sehingga tidak mudah untuk di gerakkan
angin dan memudahkan orang memasuki
ruangan. (Morse, 1980).
2. Lantai
Lantai rumah Jepang lebih banyak
menggunakan bilah-bilah kayu dan
penutup lantai menggunakan tatami dan
kemudian menjadi modul dari ruang dalam
yang menimbulkan efek pada dimensi dari
ruangan dan bingkai structural. Tatami
adalah lantai tradisional Jepang yang
terbuat dari tikar jerami padi.. Tatami
memiliki ukuran standar 88 cm x 176cm di
Gambar 6. Penerapan Pemasangan Lantai
Tokyo tetapi ukuran standar bervariasi Sumber: http://desaininterior.biz/
menurut wilayah tertentu.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 32
4. Main Entrance/Torii
Main Enterance pada bangunan Jepang
disebut dengan Torii. Gerbang tradisional
Jepang/Torii sering ditemukan di pintu
masuk kuil Shinto, dimana secara Gambar 10. Contoh Lampu Model Jepang
Simbolis menandai transisi dari daerah Sumber: http://desaininterior.biz/
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 33
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 34
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 35
model tempat duduk untuk memberikan dibuat indirect lighting yang tersembunyi
pilihan dari custumer karena masing- disisi counter bar menyinari motif garis-
masing memiliki selera tempat duduk yang garis depan bar.
berbeda. Model pertama berupa meja Model ke-2 adalah semi tatami dibuat
makan duduk telah di sesuaikan dengan seakan-akan pengunjung duduk lesehan.
kebiasaan makan orang indonesia yang Namun kaki tetap bisa relax seperti orang
biasa duduk di kursi. duduk biasa, tempat duduk dibuat ceruk
sehingga kaki dapat masuk kealam meja
dengan ukuran tinggi meja standar meja
biasa. Model yang ketiga adalah tempat
duduk tatami yang menjadi satu ciri khas
tata cara duduk yang diadopsi dari
kebudayaan Jepang. kursi menggunakan
alas duduk berupa matras dengan bentukan
empat persegi. Material yang digunakan
adalah tikar yang dibuat modul seperti
modul tatami umumya dengan
menampilkan warna alaminya.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 36
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 37
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 38
Oleh:
I Wayan Juliatmika, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : iwayanjuliatmika_architectbali@yahoo.com
Abstrak
Desain interior adalah salah satu bidang ilmu yang mempergunakan perencanaan
pencahayaan, khususnya cahaya buatan sebagai salah satu media bagi pemenuhan
kenyamanan manusia melakukan aktivitas di dalam ruangan. Peran penting pencahayaan pada
gallery adalah untuk menerangi sekaligus memberi efek pencahayaan yang dramatis pada
obyek seni yang ada di dalamnya. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk menarik perhatian
pengunjung gallery sehingga dapat menangkap informasi dari obyek seni yang dipamerkan,
secara utuh. Hal tersebut memunculkan rumusan permasalahan penulisan yaitu bagaimana
teknik pencahayaan buatan terkait jenis sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan distribusi
pencahayaan buatan yang digunakan dalam perancangan interior galeri?
Dalam penulisan ini menggunakan metode studi literatur, dalam artian mengumpulkan
seluruh data (data sekunder) yang diperlukan dari berbagai sumber buku, untuk kemudian
ditelaah sehingga mendapatkan hasil berupa sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan
distribusi pencahayaan buatan yang paling tepat digunakan dalam perancangan interior galeri,
yaitu sistem lighting primer berupa General Lighting dan Localized Lighting, Teknik
pengaturan pencahayaan buatan di ruang pamer galeri harus disesuaikan dengan tujuan dan
konsep seniman dalam menampilkan karya seninya. Shadow playing dan highlighting
merupakan teknik pengaturan cahaya yang baik digunakan di ruang pamer galeri serta
menggunakan distribusi pencahayaan direct.
Kata Kunci : Signifikansi, Pencahayaan buatan, Interior Galeri.
Abstract
Interior design is part of science science that uses lighting planning, especially artificial light
as a medium for the fulfillment of human comfort in indoor activities. The important role of
lighting in the gallery is to illuminate and give effect to the dramatic lighting art objects in it.
This course is intended to attract visitors to the gallery so that it can capture the information
of the objects exhibited, in their entirety. This led to the formulation of the problem of writing
is how artificial lighting techniques related types of artificial lighting systems, regulation and
distribution of artificial lighting is used in the design of the interior of the gallery?
In this study, using literature review, in terms of collecting all the data (secondary data) are
needed from various sources of books, and then analyzed so as to get the results in the form of
artificial lighting systems, distribution arrangements and the most appropriate artificial
lighting used in interior design gallery, which is the primary form of lighting systems and
Localized lighting General lighting, Mechanical regulation of artificial lighting in the
showroom gallery should be adapted to the purpose and concept artists to display his art.
Shadow playing and highlighting a good light setting techniques used in galleries and
showrooms using direct lighting distribution.
Keywords : Significance, artificial lighting, Interior Gallery.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 39
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 40
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 41
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 42
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 43
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 44
1. High Lighting
Teknik pengaturan cahaya buatan yang
bertujuan untuk menciptakan interior ruang
yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Hal
Gambar 5. Effect Light Pada Galeri ini dilakukan dengan memberikan sorotan
Sumber : Philips Effect Light Catalog cahaya pada obyek tertentu, sehingga
mempertajam detail dan warna obyek
e. Architecture Light : tersebut.
Sistem yang memanfaatkan cahaya sebagai
media pendukung olahan atau karya
arsitektur (disebut juga structural light)
f. Decorative Light :
Sistem penerangan yang mempunyai bentuk
sekaligus sebagai unsur dekoratif interior
dengan intensitas dan warna cahaya
tersendiri untuk menciptakan suasana.
2. Wall Washing
Teknik pengaturan cahaya buatan yang
Gambar 6. Penggunaan Decorative Light Pada memberikan suatu lapisan pencahayaan
Interior pada bidang dinding sehingga dinding
Sumber : http://www.limitsizenerji.com (16 Mei
2014)
terkesan merata dengan cahaya.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 45
3. Silhouetting
Teknik pengaturan cahaya buatan
dengan cara menempatkan obyek pamer
di antara bidang tangkap cahaya,
sehingga obyek pamer terlihat sebagai
suatu bentuk bayangan.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46 46
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 47
PRESENTASI VISUAL
DALAM PROSES DESAIN INTERIOR
Oleh:
Bambang S. Yudistira
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : ibeng.ten@gmail.com
Abstrak
Setiap desainer tentunya mempunyai gaya dan karya yang berbeda satu dengan lainnya.
Demikian pula dengan tujuan dan skala dari projeknya tentunya masing-masing berbeda.
Yang sama atau paling tidak serupa adalah proses yang diikuti. Desain adalah sebuah proses
dan dalam proses tersebut ada tahapan yang diikuti oleh semua profesi desainer, dari fashion
designer sampai architect. Tidak terlepas pula dengan desainer interior. Dalam lingkungan
Desain Interior, pada setiap proses tahapan desain diperlukan metode spesifik dari presentasi.
Misalnya presentasi visual pada tahap analisis tentunya berbeda dengan presentasi visual pada
tahap sintesis.
Dititik-beratkan sebagai presentasi Komunikasi Visual dalam Desain Interior, penulisan ini
menerangkan beragam metode, style dan teknik presentasi pada setiap tahap proses desain.
Diharapkan dapat memberikan input dan wawasan pada desainer. Desain yang baik tentunya
memerlukan presentasi yang baik pula.
Abstract
Every designer must have a different style and work with each other. Their results differ, so
their goal and their scale of the projects. What’s similar are the process they follow. Design is
a process and there are stages in the process that is followed by all professional designers,
from fashion designers to architect. Not apart with interior designers. In interior design
environment, at every stage of the design process required a specific method of presentation.
For example, a visual presentation on the stage of the analysis is different than the visual
presentation on the synthesis stage.
Stressed on the presentation of Visual Communication in Interior Design, this paper describes
a variety of methods, styles and presentation techniques at every stage of the design process.
Expected to provide input and insight on the designer. Good design would require good
presentation anyway.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 47
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 48
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 49
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 50
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 51
Blocking Diagram
Setelah proses studi ruang (space studies) Walaupun saat ini penggunaan computer
dan bubble diagram, desainer menuju tahap sudah sangat umum dan digunakan oleh
selanjutnya yaitu dengan membuat blocking banyak desainer, namun metode tracing
diagram. Pada blocking diagram ini dirasakan masih efektif oleh banyak
umumnya desainer menggunakan kertas desainer. Menggunakan CAD program pada
kalkir atau kertas tembus pandang untuk tahap ini dirasakan oleh banyak desainer
membuat diagram blok warna di atas relative tidak efektif. Namun juga beberapa
gambar ruang eksisting atau denah dengan desainer memulai gambar dengan CAD
skala yang relative tepat (metode tracing). pada tahapan proses ini untuk digunakan
lebih lanjut pada tahap proses selanjutnya.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 52
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 53
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54 54
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 55
Oleh:
Ni Nyoman Sri Rahayu, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : ayu_bruno@yahoo.com
Abtsrak
Roh atau lokal genius suatu tempat akan mengarahkan desainer untuk mampu
menciptakan makna suatu tempat atau ruang bagi manusia penghuninya. Interior tidak
hanya bentukan (form), tapi juga (spirit). “Felling that you are somebody living
somewhere”, seseorang yang dapat merasakan/menikmati sebuah bentukan ruang yang
memberinya kesan bahwa ia sedang berada di tempat tertentu, dengan suasana dan
identitas etnik tertentu.
Dominasi budaya modernisme telah mendukung proses pembentukan
kebudayaan modern di Bali. Modernisasi (pariwisata atau globalisasi) bukan sebagai
faktor utama perusak suatu kebudayaan, melainkan mampu menganggapnya sebagai
faktor penentu kokohnya kualitas suatu budaya lokal (lokal genius), dengan menyerap
dan mengadaptasi unsur-unsur modern (global) yang mampu memperkuat dan
memperkaya budaya (interior etnik Bali) itu sendiri. Sehingga diharapkan dapat
memadupadankan teknologi modern dengan warisan budaya lokal setempat.
Abstract
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 56
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 57
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 58
kolam renang; furnitur berupa bale yang Peran seorang desainer cukup besar untuk
digunakan untuk tempat duduk bersantai; mampu mencermati masalah-masalah pada
serta beberapa kerajinan khas Bali sebagai karyanya. Seorang desainer yang cerdas
dekorasi penunjang. Interior sebagai salah adalah seorang yang kreatif dan dinamis
satu representasi kebudayaan benda yang dalam melihat perkembangan tanpa harus
terlihat oleh indera mata, dapat dibuat kehilangan jatidiri dan identitasnya, sehingga
sebagai salah satu wadah dalam usaha sanggup melahirkan karya yang berakar dari
penguatan nilai-nilai budaya lokal setempat. budaya sendiri “tanpa mengganggu”
Lalu, bagaimana halnya dengan kehidupan budaya aslinya. Begitu pula
perkembangan interior etnik bali saat ini di halnya dalam pengembangan desain interior
tengah arus modernisasi dan pluralisme di tengah gempuran pariwisata, diperlukan
budaya? desainer-desainer yang cerdas yang mampu
Modernisasi berarti proses pergantian dari melahirkan bentuk-bentuk bangunan yang
gaya lama menjadi gaya baru. Di dalam berkualitas internasional (global),
proses itu terjadi perubahan, khususnya beridentitas dan berjatidiri lokal setempat,
perubahan yang diusahakan dengan sadar dan dapat menjadi daya tarik pariwisata.
oleh manusia atau masyarakat. Oleh karena Dalam menanggapi pluralisme budaya yang
itu, maka sudah semestinya modernisasi saat ini terjadi di Bali, seorang desainer
tidak sekedar mengarah kepada gaya baru, dapat saja memadupadankan teknologi
akan tetapi gaya baru itu diharapkan lebih modern dengan warisan budaya lokal
menyenangkan dan lebih memuaskan setempat. Dapat juga digunakan kombinasi
manusia dan masyarakat di lingkungannya antara material alami lokal Bali maupun
daripada gaya lama yang digantikannya. luar Bali, dengan ukiran khas Bali,
Harapan ini tidak hanya mengacu pada sehingga tetap dapat memberi kesan etnik
upaya pelestarian saja, tetapi juga pada Bali. Disini interior tidak hanya sekedar
penggalian dan penciptaan baru untuk berlandaskan pada konsep asing dari barat,
mengisi khasanah kebudayaan yang namun dapat menciptakan interior yang
bermakna. menimbulkan kesan identitas pribadi dan
Pluralisme budaya dimaksudkan sebagai orisinal.
keragaman budaya. Ini terjadi salah satunya Keberadaan interior ditandai oleh ciptaan
adalah akibat perkembangan teknologi dan alam menjadi suatu yang nyata, secara umum
masuknya budaya-budaya luar yang serta berarti membuat nyata genius loci. Hal ini
merta mempengaruhi budaya lokal. Di Bali dapat dilakukan dengan menciptakan ruang
saat ini bukan hanya budaya barat yang ikut pada sebuah bangunan yang merupakan
mempengaruhi perkembangan kebudayaan rangkaian dari benda-benda dan material di
Bali, tapi juga budaya tradisional luar pulau suatu tempat serta mendekatkan hubungan
seperti Jawa yang juga saat ini cukup kuat ruang dan benda-benda tersebut dengan
mempengaruhi perkembangan interior saat manusia. Genius loci bukan hanya berarti
ini. Dapat dilihat dari perpaduan antara peniruan terhadap model lama, tetapi
bentuk gebyok dan ukiran khas Bali pada menunjukkan identitas suatu tempat dan
pintu masuk rumah, bentuk interior dengan menginterpretasikannya dengan cara-cara
soko guru pada rumah joglo yang juga baru. Jadi, menanamkan identitas dan jatidiri
banyak diterapkan pada interior saat ini. setempat merupakan poin utama dari tolok
Beberapa jenis material alam luar pulau ukur pengembangan kebudayaan, khususnya
Bali juga umum digunakan pada interior, interior etnik Bali masa kini. Ini berarti,
diantaranya: lampit dari Kalimantan, kayu bahwa setiap orang harus memandang
seseh/kelapa dari Sulawesi, batu dan paras modernisasi (pariwisata atau globalisasi)
Palimanan Jogya, batu candi dari Jawa bukan sebagai faktor utama perusak suatu
Tengah, dsb. kebudayaan, melainkan harus mampu
meletakkannya secara proporsional sebagai
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 59
A. Plafon (Langit-langit)
B. Dinding
Gambar 3. Contoh Plafon dengan Motif Lukisan Gambar 7. Kusen ventilasi dan jendela menyatu,
Sumber: http://balitrulyparadise.blogspot.com motif jaro pada ventilasi
Sumber: http://pinterest.com
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 60
D. Pintu
E. Lantai
Gambar 10. Panel sebagai pengganti bidang Gambar 14. Semen plesteran
tiang/ saka, motif ukiran Bali Sumber: http://imagebali.net
Sumber: http://pampai.com
Gambar 11. Ukiran Bali pada saka (tiang khas Gambar 15. Lantai bambu/kayu
Bali) Sumber:
Sumber: http://idesignarch.com http://indahnyarumahku.wordpress.com
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 61
F. Furniture
Gambar 19. Cermin dan lampu meja dengan Gambar 23. Stone carving, relief motif dedaunan
ukiran Bali. khas Bali
Sumber: http://2.bp.blogspot.com Sumber: http://jualbatualam.com
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 62
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63 63
5. DAFTAR PUSTAKA
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284